Anda di halaman 1dari 31

A.

GAMBARAN UMUM
Secara khusus permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD), DD dan
DSS di Kelurahan Pudakpayung terus menangani peningkatan, tahun 2014
ada 12 kasus, tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 28 kasus
menjadi 40 kasus dan pada tahun 2016 dari bulan januari hingga september
sudah ada 54 kasus.

Selain kasus yang terus meningkat, permasalahan Demam Berdarah


Dengue (DBD) di beberapa faktor, antara lain:

a. Cakupan PE
Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian
penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik
nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan
sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-
kurangnya 100 meter.
Cakupan PE dinilai dari dilaksanakan atau tidaknya PE tersebut.
Pelaksanaan PE berperan penting dalam upaya pemberantsan penyakit
demam berdarah. Pelaksanaan PE sangat mempengaruhi presentase
cakupan PE.
Cakupan PE pada tahun 2015 sebesar 71%, meningkat pesat
dibandingkan pada tahun 2014 dengan presentase sebesar 0%, pada
tahun 2016 presentase cakupan PE kembali meningkat dengan
presentase 79%.
b. Kecepatan PE
Berdasar data atau informasi dari UGD Rumah Sakit tersebut,
maka Dinas Kesehatan setempat akan melacak alamat penderita. Setiap
penderita yang telah didiagnosis sebagai kasus DBD di RS, akan
dilakukan penyelidikan epidemiologi disekitar rumah penderita.
Jangka waktu pelaksanaan PE dari saat informasi diterima disebut
kecepatan pelaksanaan PE. Kecepatan yang memenuhi persyaratan
dinas kesehatan adalah 1x24 jam.
Kecepatan PE pada tahun 2014 yang memenuhi syarat dalam
rentang waktu 1x24 jam sebanyak 0%, dikarenakan pada tahun 2014,
dari semua kasus DBD yang terjadi dikelurahan Pudakpayung tidak ada
yang dilakukan PE. Pada tahun 2015 presentase kecepatan PE yang
masuk pada rentang waktu 1x24 jam sebanyak 65%. Sedangkan pada
tahun 2016 presentase kecepatan PE yang termasuk pada 1x24 jam
sebanyak 100%, yang berarti dari seluruh kasus yang telah dilakukan
PE, semuanya termasuk dalam janga waktu 1x24 jam.
c. Angka Bebas Jentik
ABJ yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perilaku
penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak
hanya pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air
memungkinkan nyamuk Aedes aegypti memiliki peluang lebih banyak
untuk bertelur.
ABJ kelurahan Pudakpayung pada bulan Juli sebesar 88.09%,
pada bulan Agustus meningkat sebesar 90%, dan pada bulan September
sebesar 85.49%.
Berdasarkan hasil tersebut ABJ dikelurahan Pudakpayung sudah
cukup tinggi. Meskipun demikian, masih perlu dilakukan upaya-upaya lain
untuk meningkatkan ABJ DBD agar mencapai target nasional sebesar
≥95%.
1. IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya
terjadi dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan
dengan apa yang tersedia, antara harapan dan pencapaian. Masalah dapat
diidentifikasi dengan menganalisa kesenjangan gap (analisis gap) dari apa
yang seharusnya (standar yang ada) dengan apa yang terjadi dan juga
melihat kecenderungan kejadian yang mungkin menjadi lebih buruk dari
waktu ke waktu (trend analysis).
Dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, dapat menggunakan
data sekunder ataupun data primer. Data primer didapatkan dengan cara
wawancara ataupun melakukan observasi kepada masyarakat maupun
lingkungan sekitar dengan menggunakan instrumen tertentu.
Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat dapat pula
dilakukan berdasarkan data sekunder atau data yang telah ada dalam
bentuk laporan dari Puskesmas, bidan desa, dan Posyandu, selain itu dapat
berupa dokumentasi dan lain-lain. Mengidentifikasi masalah adalah tahapan
yang dilakukan setelah tahapan pencarian data. Dalam mengidentifikasi
masalah, khususnya masalah kesehatan dapat dilihat dari laporan data
sekunder yang telah diperoleh.
Dalam tahap identifikasi masalah ini, dilakukan dengan cara
menganalisis data sekunder di kelurahan Pudak Payung melalui analisis tren
dan analisis gap.

a. Analisis Gap
Tabel 1. Target & Capaian Penanganan DD, DSS, DBD di Kelurahan
Pudakpayung Tahun 2016

Masalah Target Capaian Gap Status


Belum mencapai
Angka Bebas Jentik >95% 80,49 % 14,51%
target
Belum mencapai
Cakupan PE 100% 20,37 % 79,63 %
target
< 24 jam
untuk
Sudah mencapai
Kecepatan PE semua 100 % 0%
target
kasus
(100%)

BerdaBerdasarkan analisis gap (kesenjangan) diatas didapatkan


bahwa adanya gap antara target yang ditetapkan untuk Kota Semarang
dengan jumlah capaian yang didapatkan. Diantaranya yaitu Angka Bebas
Jentik (ABJ) yang memounyai target >95% dengan capaian yang
diperoleh yaitu 80,49% sehingga didapatkan kesenjangan atau gap
sebesar 14,51%, Cakupan PE yang mempunyai target sebesar 100%
dengan capaian yang diperoleh hanya sebesar 30,37% sehingga
didapatkan kesenjangan atau gap sebesar 79,63%; Sedangkan untuk
Kecepatan PE sendiri meskipun sudah memenuhi target 100% pada
waktu <24 jam namun jumlah kasus yang ditangani masislah sedikit.

b. Analisis Trend
Analisis tren adalah suatu cara untuk mengidentifikasi masalah dengan
melihat kecenderungan sebuah data dan informasi, bisa dilakukan
dengan melihat kecenderungan yang terjadi setiap bulan selama kurun
waktu satu tahun atau kecenderungan tiap tahun.
1) Angka Bebas Jentik (ABJ)

Grafik 1. Trend Angka Bebas Jentik di Kelurahan Pudakpayung Tahun


2016

Berdasarkan analisis trend Angka Bebas Jentik (ABJ) di


Kelurahan Pudakpayung pada tahun 2016, tampak bahwa capaian
ABJ cenderung mengalami peningkatan. Namun demikian, tidak ada
capaian ABJ dari bulan Januari sampai September yang memenuhi
target, yaitu >95%. Capaian tertinggi ABJ terjadi pada bulan Juni yaitu
sebesar 92,93%, sedangkan capaian terendah terjadi pada bulan
Maret yaitu sebesar 65,54%.

2) Cakupan PE
Grafik 2. Trend Cakupan PE di Kelurahan Pudakpayung Tahun 2014 –
September 2016

Pada tren Cakupan PE di Kelurahan Pudak Payung Kota


Semarang menunjukan kenaikan dari tahun 2014 hingga 2016. Hingga
akhirnya tahun 2016 Cakupan PE mencapai 20,37% di Kelurahan
Pudak Payung Kota Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
dan pengetahuan masyarakat sudah meningkat namun demikian angka
tersebut masih sangat jauh berada distandar yang semestinya yaitu
sekitar 95%

3) Kecepatan PE

Grafik 3. Trend Kecepatan PE di Kelurahan Pudakpayung Tahun 2014 –


September 2016
Pada tren Kecepatan PE di Kelurahan Pudak Payung Kota
Semarang menunjukan kenaikan dari tahun 2014 hingga 2016. Hingga
akhirnya ditahun 2016 Kecepatan PE mencapai 100% di Kelurahan
Pudak Payung Kota Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa
ketanggapan dari pelayanan kesehatan dikawasan itu sudah baik dan
cepat dalam menindak kasus yang terjadi

2. Analisis Prioritas Masalah


Salah satu metode dalam menetapkan prioritas masalah adalah
dengan teknik skoring.Matriks MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
artinya pendekatan ini menggunakan beberapa kriteria dan bobot masing-
masing kriteria ini dalam mempertimbangkan apakah masalah kesehatan
masyarakat yang telah diidentifikasi menjadi prioritas masalah kesehatan
yang dihadapi.
Dengan metode ini maka proses - proses yang bersifat partisipatif
akan sangat terlihat atau muncul, karena metode ini menghendaki
kesepakatan yang berdasar data atau informasi dari berbagai anggota atau
komponen masyarakat, serta stakeholder terkait. Tujuan dari MCUA yaitu
untuk membantu dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif
pemecahan masalah yang partisipatif. Langkah-langkah dalam penggunaan
matriks MCUA untuk menentukan prioritas adalah :
1) Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan merupakan inti dari dari penyelesaian masalah
yang menjadi permasalahan haruslah di dahulukan tergantung tujuan dari
organisasi.

2) Menetapkan Kriteria
Kriteria adalah sesuatu yang dianggap paling berpengaruh atau
sebagai akibat dari masalah yang berpengaruh terhadap pasien atau
masyarakat sehingga membedakan masalah mutu tersebut. Setiap
kriteria harus memiliki perbedaan spesifik dan tajam sehingga tidak
tumpang tindih, sebaiknya cukup 3-5 kriteria saja contoh, Prevalensi
masalah (besarmasalah), kegawatan (emergency), expanding scope,
perhatian masyarakat, dan political will
3) Memberikan Bobot Kriteria yang Digunakan
Memberikan bobot criteria yang digunakan untuk penentuan
kepentingan relatif dari setiap kriteria yang dipilih. Akan diberi bobot tinggi
bila itu penting dan bobot rendah untuk yang kurang penting. Misal
pembobotan 1-10 artinya 1 adalah nilai yang paling rendah dan 10 adalah
nilai yang tertinggi. Kisaran bobot tergantung dari kesepakatan.

4) Membuat Skor pada Masing-masing Masalah


Membuat skor masing-masing terhadap masing-masing masalah,
kemudian setiap kriteria diberi skor terhadap masing-masing masalah
untuk mengestimasi besarnya pengaruh masalah terhadap kriteria. Bila
pengaruhnya besar maka skornya tinggi begitu pun sebaliknya jika
pengaruh rendah maka skornya pun rendah. Misal kisaran 1-10, 1-5 dan
lain-lain.

5) Mengalikan Nilai Skor dengan Bobot


Mengalikan nilai skor dengan bobot (S x bobot) jumlahkan hasil
perkalian tersebut untuk masing-masing masalah, kemudian masalah
dengan jumlah tertinggi itulah yang menjadi prioritas utama.

6) Pemberian Skor dan Bobot Tidak Mencapai Konsensus


Apabila terjadi dalam pemberian nilai skor dan bobot kriteria maka
perhitungan skor dan bobot didapat dengan menghitung rata-rata hitung
dari nilai-nilai yang diberikan oleh masing-masing anggota kelompok.

Adapun kriteria untuk penentuan prioritas masalah DBD di Kelurahan


Pudakpayung, yaitu :
a. Kegawatan
Pertimbangan kegawatan masalah terkait dengan akibat yang terjadi
jika masalah itu tidak segera diatasi. Dilihat dari target dan capaian yang
ada serta masalah masalah yang ada di layanan, kegawatan diberi nilai
40% dalam pembobotan. Pada nilai skoring, Skor yang diberikan semakin
besar apabila pengaruh suatu layanan terhadap kegawatan masalah
semakin besar. skornya adalah :

1= Tidak Gawat
2= Kurang Gawat
3= Cukup Gawat
4= Gawat
5= Sangat Gawat
b. Besar Masalah
Menunjukan tingkat kesehatan masyarakat, yaitu prevalensi, angka
kesakitan maupun angka kematian dari permasalahan. Besar masalah
yang ada pada kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berapa banyak
orang dalam suatu populasi dalam wilayah dan periode tertentu yang
menderita atau terkena dampak dari masalah tersebut. Maka besar
masalah diberi bobot 35% karena dianggap penting. Pada nilai skoring,
Skor yang diberikan semakin besar apabila pengaruh suatu layanan
besaran masalah juga semakin besar. Skornya adalah :

1= Tidak Besar
2= Kurang Besar
3= Cukup Besar
4= Besar
5= Sangat Besar

c. Trend
Trend masalah dapat dilihat dari trendline setiap bulan atau tahun
yang mengalami peningkatan atau penurunan secara signifikan. Semakin
sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya semakin tinggi.
Pada nilai skoring, skor yang diberikan semakin besar apabila trend
masalah layanan yang dilihat dari trendline terjadi penurunan atau
peningkatan yang semakin signifikan. Skornya adalah :

1= Tidak terjadi penurunan/peningkatan trend


2= Penurunan/peningkatan trend rendah
3= Penurunan/peningkatan trend cukup tinggi
4= Penurunan/peningkatan trend tinggi
5= Penurunan/peningkatan trend sangat tinggi

Didapatkan tiga masalah yang dipioritaskan dan masuk dalam


perhitungan MCUA. Dua masalah tersebut adalah rendahnya ABJ dan
rendahnya Cakupan PE. Hasil prioritas masalah dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2 Matriks MCUA Penentuan Prioritas Masalah DBD di Kelurahan
Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Tahun 2016

DBD

Bobot Rendahnya ABJ Rendahnya Cakupan


Kriteria
(%) PE
Skor Skor x B Skor Skor x B

Besar Masalah 35 2 0,7 4 1,4

Kegawatan 40 3 1,2 4 1,6

Trend 25 2 0,5 3 0,75

Jumlah 100 2,4 3,75


Skor tertinggi dari hasil MCUA ada pada Cakupan PE dengan skor
3,75 yang berarti Cakupan PE yang rendah menjadi prioritas masalah.

 Problem Statement:
Cakupan PE pada kasus DBD di Kelurahan Pudakpayung pada
tahun 2016 sebesar 79% belum mencapai target yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 100%.

3. Identifikasi akar penyebab masalah


a. Masalah di Masyarakat
Pada proses Problem Solving Cycle setelah ditemukan
prioritas masalah DBD yang ada di kelurahan Pudak Payung, yaitu
Cakupan PE yang rendah, langkah selanjutnya adalah identifikasi,
analisis dan prioritas penyebab masalah. Penyebab masalah
merupakan berbagai faktor yang terkait dengan masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat Kelurahan Pudak Payung,
dimana diperoleh dari data sekunder.
Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan
pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur dalam
Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan PSN dilakukan
secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW
dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
pesan inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat
diukur pada keberadaan vektor yaitu dengan mengukur House
Index (HI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
Berdasarkan data sekunder diperoleh data yang mendukung
terkait penyebab terjadinya kejadian DBD adalah Angka Bebas
Jentik (ABJ) yang rendah di kelurahan Pudak Payung yaitu 87.6%
pada bulan Oktober 2015 sedangkan untuk House Index tinggi
yaitu 12%. Dengan angka tersebut menunjukkan bahwa
presentase rumah atau tempat umum yang tidak ditemukan jentik
pada pemeriksaan jentik yang ada di kelurahan Pudak Payung
masih kurang dari standar WHO yang seharusnya ABJ sebesar
95%. Padahal, menurut Kemenkes apabila ABJ lebih atau sama
dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi. Dengan kata lain masih banyak ditemukan jentik
dirumah-rumah warga. Padahal sudah terdapat Pemantau Jentik
Rutin yang dilakukan oleh pihak kelurahan dan pihak puskesmas
melalui kader-kader yang ada di masing-masing wilayah. ABJ
yang masih rendah tersebut berpengaruh terhadap kejadian DBD
karena nyamuk Aedes egypti dapat bertelur hingga 300-700.
Selanjutnya dilakukan observasi kepada masyarakat
mengenai ABJ yang rendah tersebut. Dari data ABJ yang rendah
tersebut dapat diketahui bahwa praktek Pemberantasan Sarang
Nyamuk yang ada di kelurahan Pudak Payung masih kurang.
Kemudian setelah ditemukan beberapa penyebab masalah
tersebut yang menjadi faktor timbulnya masalah DBD dari
masyarakat maka dilakukan prioritas penyebab masalah dengan
metode skoring dengan kriteria tertentu yaitu besar, penting,
dampak dan relevansi program yang ada.
b. Masalah di Pelayanan Kesehatan
Pada proses Problem Solving Cycle setelah ditemukan
priotitas masalah DBD yang terjadi di kelurahan Pudak Payung
yaituABJ yang rendah, langkah selanjutnya adalah identifikasi,
analisis dan prioritas penyebab masalah. Penyebab masalah
merupakan berbagai faktor yang terkait dengan masalah DBD
yang terjadi di masyarakat kelurahan Pudak Payung, dimana
diperoleh dari data sekunder yang mendukung terjadinya DBD.
Identifikasi penyebab masalah menggunakan fishbone
penyebab masalah DBD pada pelayanan kesehatan serta sharing
dengan petugas kesehatan. Penyebab masalah yang ada
didapatkan dari rekapitulasi data puskesmas dan data gasurkes
setempat yang menunjang. Pada fishbone yang dibuat, terdapat
banyak faktor yang memicu tingginya angka DBD dari sisi
pelayanan kesehatan. Kurang optimal program pencegahan DBD
yaitu kegiatan PJB (Pemantauan Jentik Berkala). Terlalu
banyaknya program pencegahan DBD sehingga kurang adanya
pemantauan/ monev secara efektif dari setiap program yang
dilaksanakan ditambah jumlah tenaga kesehatan yang terbatas.
4. Analisis Penyebab Masalah
Berdasarkan penggunaan mind mapping dengan teori HL Blum
dan brainstorming yang dilakukan oleh kelompok, diperoleh prioritas
masalah dari faktor predisposing yaitu pengetahuan bumil akan
pentingnya imunisasi TT rendah, dari faktor reinforcing yaitu sosialisasi
yang masih kurang, dari faktor enabling yaitu rasio tenaga kesehatan
terhadap jumlah penduduk kecil.
. Kemudian, ketiga prioritas masalah tersebut dimasukan dalam
MCUA untuk mengetahui prioritas masalah yang akan diangkat untuk
kemudian dibuat sebagai tujuan program yang akan dilakukan.

A. Analisis Prioritas Penyebab Masalah


Dari berbagai faktor penyebab masalah diprioritaskan penyebab
masalahnya. Metode yang digunakan adalah metode MCUA yang
dilakukan dengan pemberian skoring dan dikalikan dengan bobot masing-
masing kriteria terhadap penyebab masalah yang ada. Adapun kriteria
untuk penentuan prioritas penyebab masalah Pemberian Imunisasi TT di
Kota Semarang, yaitu :
1. Kegawatan
Pertimbangan kegawatan masalah terkait dengan akibat
yang terjadi jika masalah itu tidak segera diatasi. Dilihat dari target
dan capaian yang ada serta masalah-masalah yang ada di
program, kegawatan diberi nilai 35% dalam pembobotan. Pada
nilai skoring, skornya adalah.
1 = Tidak Gawat
2 = Kurang Gawat
3 = Cukup Gawat
4 = Gawat
5 = Sangat Gawat
2. Besar Masalah
Menunjukan tingkat kesehatan masyarakat, yaitu
prevalensi, angka kesakitan maupun angka kematian dari
permasalahan.Besar masalah yang ada pada kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari berapa banyak orang dalam suatu
populasi dalam wilayah dan periode tertentu yang menderita atau
terkena dampak dari masalah tersebut. Dilihat dari jumlah
kumulatif Pemberian Imunisasi TT ibu hamil tahun 2013-2015
yang cenderung menurun, maka besar masalah diberi bobot 40%
karena dianggap penting. Pada nilai skoring, skornya adalah:
1 = Tidak Besar
2 = Kurang Besar
3 = Cukup Besar
4 = Besar
5 = Sangat Besar
3. Ketersediaan Sumber Daya
Menunjukkan sumberdaya yang tersedia untuk
menanggulangi masalah yang ada. Suatu masalah kesehatan
masyarakat akan menjadi lebih sulit diatasi (bermasalah) jika tidak
tersedianya sumberdaya yang memadai. Sumber daya yang
dimaksud adalah tenaga atau petugas kesehatan, kader, dana,
teknologi (alat atau obat, metode), sarana prasarana (Budi, 2009).
Dilihat dari target dan capaian yang ada serta masalah masalah
yang ada di program, ketersediaan sumberdaya diberi bobot 25%.
Pada nilai skoring, skornya adalah:
5= Sangat Tersedia
4= Tersedia
3= Cukup Tersedia
2= Kurang Tersedia
1= tidak Tersedia

Tabel 1. Matriks MCUA Prioritas Penyebab Rendahnya Cakupan PE di


Kelurahan Pudakpayung Semarang Tahun 2016

Rendahnya Pengetahuan
Kurangnya Motivasi
Masyarakat tentang Pelaporan
Kriteria Bobot (%) Kerja Petugas PE
DBD dan PE
Skor Skor x B Skor Skor x B
Besaran Masalah 35 4 1,4 3 1,05
Kegawatan 40 3 1,2 3 1,2
Ketersediaan
25 2 0,5 2 0,5
SDM
Jumlah 100 9 3,1 8 2,75
Berdasarkan hasil pembobotan dan skoring menggunakan metode matriks
MCUA didapatkan bahwa “Pengetahuan Masyarakat tentang Pelaporan DBD
dan PE“ merupakan prioritas penyebab masalah

E. Analisis Pemecahan Masalah


Setelah menentukan prioritas penyebab masalah di Kota
Semarang yaitu Ibu hamil tidak mengetahui pentingnya melakukan
imunisasi TT. Maka langkah selanjutnya ialah menentukan alternatif solusi
untuk pemecahan masalah.
a. Mencari Alternatif Solusi
Diagram How-How merupakan suatu alat untuk perencanaan,
yang mana penggunaannya digunakan untuk menemukan alternatif
solusi dari sebuah masalah. Diagram How-How membantu kita
mengidentifikasi cara-cara untuk mencapai suatu tujuan atau
memecahkan masalah. Diagram how-how, bekerja dengan berulang
kali mengajukan pertanyaan yang sama dari sebuah masalah. Hal ini
memungkinkan pemeriksaan ulang dari bagian analisis, sehingga kita
dapat mengubah, menghapus, atau menambahkan alternatif solusi
setiap saat. Hal ini juga memungkinkan kita untuk tidak mengikuti
beberapa jalur, menggali hanya ke daerah yang paling mungkin.

Kegunaan diagram how-how :


 Identifikasi masalah atau tujuan (origininal problem/goals) dengan
jelas dan ditulis dalam sebuah kotak di sisi kiri dari grafik
 Menentukan penyebab (sub component) dengan menuliskannya
pada "cabang"di sebelah kanan kotak
 Lanjutkan untuk memperjelas penyebab (sub-sub component),
menggambarcabang tambahan ke kanan
 Ulangi proses ini sampai masing-masing cabang mencapai akhir
logis
 Ketika telah menyelesaikan analisis, kemudian prioritaskan/pilih
solusi kunci.

b. Diagram how-how
Warga
Wargatidak
tidak
mengetahui
mengetahuipentingnya
pentingnya
pelaporan
pelaporanDBD
DBDdan
danPE
PE

Menambah
Menambah
Sosialisasi
Sosialisasitentang
tentang
pentingnya Media
MediaPromosi
Promosi
pentingnyaPelaporan
Pelaporan
DBD
DBDdandanPEPE

Pelatihan
PelatihanPelaporan:
Pelaporan: Dibentuknya
DibentuknyaRW
RW Advokasi
AdvokasiKe
Ke Advokasi
AdvokasiKe
Ke
Ketahui
Ketahui danlaporkan
dan laporkan
percontohan
percontohan Puskesmas Kelurahan
melalui
melaluiSMS
SMSHateway
Hateway Puskesmas Kelurahan
Gambar 2. Diagram How-how
B. Analisis Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah alterantif solusi di tetapkan dan sebelum menyusun


rencana pemecahan masalah yaitu plan of action, maka baiknya solusi
tersebut diuji atau dinilai terlebih dahulu kelayakannya. Ketiga alternatif
solusi akan dimasukkan dalam tabel Force Field Analysis untuk diuji
solusi mana yang paling efektif dan dapat diaplikasikan pada Ibu Hamil
di Kota Semarang.

1. Force Field Analysis


Force Field Analysis adalah suatu teknik untuk
mengidentifikasi secaranyata dan menganalisis kekuatan yang
mempengaruhi situasi permasalahan, sehingga dapat merencanakan
perubahan yang positif. Kita dapat mengidentifikasi dan menganalisis
kekuatan dan kelemahan sebagaimana peluang dan hambatan
eksternal untuk mengembangkan strategi denganmenggunakan
teknik force field. Diagram ini digunakan untuk menganalisis
kelayakan dari sebuah solusi yang dipilih. Sisi sebelah kiri dapat
diidentifikasi faktor atau hal apa saja yang menghambat terhadap
solusi yang telah dipilih tatkala solusi tersebut dijalankan. Demikian
juga dengan sisi sebelah kanan, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor
atau hal-hal yang dapat mendukung terlaksananya solusi tersebut.
Diagram ini akan lebih baik jika disertai dengan skor untuk masing-
masing faktor penghambat maupun pendukung. Skor yang diberikan
bisa dari 1-3 atau 1-5. Selanjutnya skor tersebut dapat dijumlahkan
kebawah. Jumlah total yang lebih banyak itulah yang menentukan
apakah suatu solusi akan berjalan/dijalankan atau tidak.

a. Kelebihan force field analysis


1. Bisa memberikan masukan tentang bagaimana melakukan
suatu perubahan dengan baik, karena dilakukan dengan
menganalisis faktor yang mendorong dan menghambat
terjadinya perubahan.
2. Dengan mendaftar faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat perubahan, maka bisa diketahui dengan jelas
tentang apa yang harus dilakukan, serta bisa diketahui dengan
baik faktor mana yang dapat dikontrol, dan faktor mana yang
berada di luar kendali.

b. Kekurangan force field analysis


1. Dalam penyusunan perencanaan peserta sering kali
mengalami kesulitan karena rencana yang dibuat tidak
realistis. Kegiatan yang direncanakan tidak
mempertimbangkan beban kerja atau jangka waktu.
2. Pelaksanaannya tergantung dari peserta FFA, jika kurang
kompeten atau pun kurang memahami keadaan organisasi,
maka hasilnya akan menjadi kurang akurat (tidak respresntatif
dari keadaan sebenarnya).
3. Sulit dilaksanakan jika peserta tidak aktif

2. Diagram Force Field


a. Sosialisasi tentang pelaporan DBD dan PE melalui Temu PKK

Tabel 2. Diagran Force Field Analysis Sosialisasi tentang


pelaporan DBD dan PE melalui Temu PKK

Sosialisasi Tentang Pelaporan DBD dan PE Melalui Temu PKK


Skor Pendorong Penghambat Skor
Materi yang Perlu penyesuaian
disampaikan sangat dalam penyampaian
4 2
diperlukan materi sehingga mudah
masyarakat dimengerti
Sasaran memiliki
Waktu untuk
kesadaran untuk
4 menyampaikan materi 3
menghadiri kegiatan
terbatas
sosialisasi
Meminimalisasi Konsentrasi peserta
4 3
Dana terbagi-bagi
12 Jumlah 8
Skor : 12-8=4

b. Sosialisasi tentang pelaporan DBD dan PE melalui Pembentukan


Wilayah RW Percontohan

Tabel 3. Diagran Force Field Analysis Sosialisasi tentang pelaporan


DBD dan PE melalui Pembentukan Wilayah RW Percontohan

Sosialisasi tentang pelaporan DBD dan PE melalui Pembentukan


Wilayah RW Percontohan

Skor Pendorong Penghambat Skor


Ketersediaan
Ruang lingkup intervensi sumberdaya (finansial
4 4
lebih kecil dan tenaga)

Membutuhkan waktu
3 Mudah dalam monitoring 3
yang tidak sebentar

4 Fokus sasaran terarah Partisipasi masyarakat 3


10
11 Jumlah
Skor : 11-10=1
c. Sosialisasi tentang pelaporan DBD dan PE melalui Pembentukan
Wilayah RW Percontohan

Tabel 3. Diagran Force Field Analysis Sosialisasi tentang pelaporan


DBD dan PE melalui Pembentukan Wilayah RW Percontohan

Sosialisasi tentang pelaporan DBD dan PE melalui Pembentukan


Wilayah RW Percontohan

Skor Pendorong Penghambat Skor


Ketersediaan
Ruang lingkup intervensi sumberdaya (finansial
4 4
lebih kecil dan tenaga)

Membutuhkan waktu
3 Mudah dalam monitoring 3
yang tidak sebentar

4 Fokus sasaran terarah Partisipasi masyarakat 3


10
11 Jumlah
Skor : 11-10=1

d. Penambahan Media Informasi melalui Advokasi ke Puskesmas


Tabel 4. Diagran Force Field Analysis Penambahan Media
Informasi melalui Advokasi ke Puskesmas

Penambahan Media Informasi melalui Advokasi ke Puskesmas

Skor Pendorong Penghambat Skor

Biaya yang dibutuhkan Diperlukan kemampuan


4 3
sedikit advokasi yang baik
Tidak membutuhkan Proses administratif yang
3 3
waktu yang banyak panjang
Membutuhkan persiapan
4 Ada relasi 3
dan materi yang matang
11 Jumlah 9

Skor : Sskor: 11-9=2


e. Penambahan Media Informasi melalui Advokasi ke Kelurahan
Tabel 4. Diagran Force Field Analysis Penambahan Media
Informasi melalui Advokasi ke Kelurahan

Penambahan Media Informasi melalui Advokasi ke Kelurahan

Skor Pendorong Penghambat Skor

Biaya yang dibutuhkan Diperlukan kemampuan


3 3
sedikit advokasi yang baik
Tidak membutuhkan Proses administratif yang
3 3
waktu yang banyak panjang
Membutuhkan persiapan
2 Ada relasi 3
dan materi yang matang
8 Jumlah 9

Skor : Skor: 8-9= -1

3. Hasil Force Field Analysis


Tabel 5. Hasil Force Field Analysis
Skor Skor
Alternatif Solusi Pendoron Penghamba Selisih Rank
g t
Sosialisasi tentang pelaporan
12 8 4 1
DBD dan PE melalui Temu PKK
pelaporan DBD dan PE melalui
Pembentukan Wilayah RW 11 10 1 3
Percontohan
Penambahan Media Informasi
11 9 2 2
melalui Advokasi ke Puskesmas
Penambahan Media Informasi
8 9 -1 4
melalui Advokasi ke Kelurahan

Berdasarkan skoring di atas jumlah perhitungan yang paling


banyak adalah pada prioritas solusi yang pertama yaitu Sosialisasi
tentang pelaporan DBD dan PE melalui Temu PKK, sehingga prioritas
solusi untuk mengatasi penyebab rendahnya cakupan PE adalah
Penyuluhan tentang pelaporan DBD oleh masyarakat melalui temu PKK.
a. Matriks Plan Of Action Permasalahan Masyarakat
Tabel ..... Matriks Plan Of Action Permasalahan Masyarakat
Vol. Dana &
No Program Kegiatan Indikator Kegiatan PJ Waktu
Kegiatan Sumbernya
1. Pelatihan Koordinasi Internal 2 kali - Seluruh anggota kelompok Jihan 29 dan 30
Pelaporan Kasus hadir dan memahami Oktober 2016
DD, DBD, dan jobdesk masing-masing
anggota
DSS melalui
SMS Gateway Target: 100%
oleh Masyarakat
Kelurahan Koordinasi Eksternal 1 kali - Adanya partisipasi ibu RW, Sicilia 2 November
Pudakpayung (Fasilitasi penyebab Kader, dan Pihak Dinas 2016
Kecamatan masalah dan verifikasi Kesehatan
Banyumanik masalah ke Dinas
Semarang Kesehatan) Target : 100%

Persiapan materi 1 kali - a. Materi pentingnya Nina 30 Oktober


pelatihan pelaporan pelaporan DBD 2016
DD, DBD dan DSS b. Materi SMS Gateway
DBD
Target: 100%

Pembuatan desain 1 kali - a. Stiker berisi prosedur Rionaldo 31 Oktober


media informasi pelaporan DBD melalui 2016
berupa stiker dan SMS Gateway siap cetak
poster b. Poster berisi prosedur
pelaporan DBD melalui
SMS Gateway siap cetak

Target : 100 %
Vol. Dana &
No Program Kegiatan Indikator Kegiatan PJ Waktu
Kegiatan Sumbernya
Pencetakan stiker dan 1 kali Rp.250.000 Tercetaknya stiker dan Jihan 1 Oktober
poster (Subsidi poster 2016
Fakultas dan
Kemenkes) Target : 100 %

Pembuatan undangan 1 kali Rp. 5000 Tercetaknya undangan Nina 2 November


yang ditujukan untuk (Subsidi untuk pihak-pihak yang 2016
Ibu ketua RW 1-16 Fakultas dan dituju.
dan Kader, Gasurkes, Kemenkes)
Lurah, dan Pihak Target: 100 %
Puskesmas

Penyampaian 1 kali - Undangan tersampaikan Sicilia 5-6 November


undangan yang kepada pihak-pihak yang 2016
ditujukan untuk Ibu dituju.
ketua RW 1-16 dan
Kader, Lurah, dan Target: 100 %
Pihak Puskesmas

Persiapan perkap dan 1 kali Rp. 350.000 Konsumsi dan perkap siap Jihan 7 November
konsumsi kegiatan (Subsidi untuk pelatihan 2016
Pelatihan Pelaporan Fakultas dan
DD, DBD, dan DSS Kemenkes)

Pelaksanaan kegiatan 1 kali - Masyarakat dapat Rionaldo 04 November


Pelatihan Pelaporan melaksanakan pelaporan 2016
DD, DBD dan DSS DBD dengan SMS Gateway
melalui SMS Gateway Target 80%
b. Matriks Plan Of Action Implementasi Solusi untuk Aspek Pelayanan Kesehatan

Tabel …. Matriks Plan Of Action Implementasi Solusi untuk Aspek Pelayanan Kesehatan

Vol. Dana &


No Program Kegiatan Indikator Kegiatan PJ Waktu
Kegiatan Sumbernya
1 Advokasi ke Persiapan materi dan 1 kali - Materi advokasi siap untuk Nina 9 November
Puskesmas lembar komitmen advokasi disampaikan 2016
Prihal
Target : 100%
Penambahan
Media Informasi
Pembentukan Tim 1 kali Terbentuknya tim advokasi Sicilia
Pelaporan
Advokasi
Kasus DD, DBD Target: 100%
dan DSS
Kelurahan Periiznan dan konfirmasi 1 kali - Adanya kesepakatan waktu Jihan 9 November
Pudakpayung Kepala Puskesmas dan tempat advokasi dengan 2016
Kecamatan Pudakpayung selaku Kepala Puskesmas
sasaran advokasi
Banyumanik
Semarang
Pelaksanaan advokasi 1 kali - Pesan tersampaikan dan Rionaldo 10 November
kepada Kepala diterima oleh Kepala 2016
Puskesmas terkait Puskesmas Pudakpayung
penambahan media
informasi pelaporan DBD Target : 100%
MONITORING

Penanggung Jawab : Jihan, Nina

Tabel 7. Rencana Monitoring Pelaporan Kasus DD, DBD, dan DSS melalui SMS Gateway oleh masyarakat di Kelurahan Pudakpayung
Data /
Tujuan Indikator Target yang Rentang Data dibutuhkan dan sumber Keterangan
kondisi Metode
/Kegiatan Keberhasilan direncanakan waktu data /kemajuan
Awal

Koordinasi Ditemukan Ditemukannya 29-30 Data Crossche Jika dalam 2


Internal adanya masalah minimal satu Oktober Angka cakupan PE pada ck laporan hari belum
cakupan PE pada masalah 2016 kasus DD, DBD, dan DSS dengan ditemukan
kasus DD, DSS, oleh masyarakat di Kelurahan studi masalah maka
dan DD, DBD, Pudakpayung Tahun 2016 literatur/ data akan
dan DSS oleh Sumber Data sumber. diperbarui
masyarakat di Data Puskesmas Kelurahan
Pudakpayung dan data Dinas
Kelurahan
Kesehatan Kota Semarang
Pudakpayung
Tahun 2016
Koordinasi Dihasilkan solusi Ditemukan solusi 2 Nov Data: Crossche Jika tidak
Eksternal untuk mengatasi pemecahan 2016 hasil analisis data yang ck laporan didapatkan
(fasilitasi masalah Cakupan masalah Cakupan didapatkan dari Puskesmas dengan kesepakan
penyebab PE pada kasus PE pada kasus DD, Kelurahan Pudakpayung, studi sosusi
masalah dan DD, DSS, dan DD, DBD, dan DSS oleh Dinas Kesehatan Kota literatur/ pemecahan
verifikasi DBD, dan DSS masyarakat di Semarang, hasil fasilitasi dan sumber. masalah,
masalah ke oleh masyarakat di Kelurahan Kuesioner kelompok
Dinas Sumber Data mendaftar
Kelurahan Pudakpayung Tahun
Kesehatan) Laporan PJ alternatif solusi
Pudakpayung 2016
lain
Tahun 2016
Persiapan Materi pelatihan Materi pelatihan 30 Data: Crosscheck Jika materi belum
materi pelaporan DD, DBD, pelaporan DD, DBD, Oktober Materi pelatihan pelaporan DD, laporan terselesaikan,
pelatihan dan DSS siap dan DSS melalui SMS 2016 DBD, dan DSS melalui SMS dengan maka anggota
Data /
Tujuan Indikator Target yang Rentang Data dibutuhkan dan sumber Keterangan
kondisi Metode
/Kegiatan Keberhasilan direncanakan waktu data /kemajuan
Awal

pelaporan disampaikan Gateway siap Gateway oleh Dinas Kesehatan studi kelompok
DD, DBD, disampaikan dalam Kota Semarang literatur/ memberi
dan DSS bentuk PPT Sumbar Data: sumbers peringatan pada
Laporan PJ
PJ

Pembuatan Adanya proses Media informasi stiker 31 Data: Crosscheck Jika desain media
desain media pembuatan desain dan poster yang berisi Oktober Desain Stiker dan Poster laporan informasi poster
informasi media poster dan prosedur pelaporan 2016 mengenai prosedur pelaporan dan stiker belum
berupa stiker stiker yang berisi DD, DBD, DAN DSS DD, DBD, DAN DSS terselesaikan,
dan poster prosedur pelaporan dan pengetahuan Sumber data:
DD, DBD, dan DSS Laporan PJ maka anggota
mengenai PE siap kelompok
dan pengetahuan cetak
mengenai PE memberi
peringatan pada
PJ

Pencetakan Stiker dan poster Pencetakan stiker 1 Oktober Data: Crosscheck Jika desain media
stiker dan telah tercetak sebanyak 160 buah 2016 Stiker dan Poster yang telah laporan informasi poster
poster dan poster sebanyak dicetak secara dan stiker belum
32 buah Sumber data: langsung
dicetak, maka
Laporan PJ
anggota
kelompok
memberi
peringatan pada
PJ

Pembuatan Adanya pembuatan Undangan untuk Ibu 2 Data: Crosscheck Jika undangan
undangan undangan untuk Ibu ketua RW 1-16 dan November Lembar undangan untuk Ibu laporan belum dibuat,
yang ketua RW 1-16 dan Kader, Lurah, dan 2016 ketua RW 1-16 dan Kader, Lurah, secara maka anggota
ditujukan Kader, Gasurkes, Pihak Puskesmas
Data /
Tujuan Indikator Target yang Rentang Data dibutuhkan dan sumber Keterangan
kondisi Metode
/Kegiatan Keberhasilan direncanakan waktu data /kemajuan
Awal

untuk Ibu Lurah, dan Pihak siap sebar dan Pihak Puskesmas langsung kelompok
ketua RW 1- Puskesmas Sumber data: memberi
16 dan Laporan PJ peringatan pada
Kader,
PJ
Gasurkes,
Lurah, dan
Pihak
Puskesmas
Penyampaia Adanya proses sebar Undangan yang 5-6 Sumber data: Crosscheck Jika undangan
n undangan undangan yang ditujukan untuk Ibu November Laporan anggota kelompok laporan belum disebar,
yang ditujukan untuk Ibu ketua RW 1-16 dan 2016 secara maka anggota
ditujukan ketua RW 1-16 dan Kader, Lurah, dan langsung
kelompok
untuk Ibu Kader, Lurah, dan Pihak Puskesmas
ketua RW 1- Pihak Puskesmas telah disebar memberi
16 dan peringatan pada
Kader, Lurah, PJ
dan Pihak
Puskesmas

Persiapan Adanya persiapan Ruangan, perkap, dan 7 Sumber data: Crosscheck Jika rangan,
perkap dan ruangan, perkap, konsumsi untuk November Laporan PJ laporan perkap dan
konsumsi dan konsumsi untuk pelaksanaan kegiatan 2016 secara konsumsi belum
kegiatan pelaksanaan Pelatihan Pelaporan langsung di disiapkan, maka
Pelatihan kegiatan Pelatihan DD, DBD,dan DSS lapangan
Pelaporan Pelaporan DD, DBD, melalui SMS Gateway anggota
DD, DBD, dan DSS melalui siap kelompok
dan DSS SMS Gateway memberi
melalui SMS peringatan pada
Gateway PJ
Data /
Tujuan Indikator Target yang Rentang Data dibutuhkan dan sumber Keterangan
kondisi Metode
/Kegiatan Keberhasilan direncanakan waktu data /kemajuan
Awal

Pelaksanaan  Pembukaan dan Pelatihan Pelaporan 8 Data: Crosscheck Jika kegiatan


kegiatan sambutan DD, DBD, dan DSS November Dokumentasi kegiatan Pelatihan laporan pelatihan tidak
Pelatihan  Pemberian materi melalui SMS Gateway 2016 Pelaporan DD, DBD, DAN DSS secara dilaksanakan,
Pelaporan tentang PE dan disampaikan kepada melalui SMS Gateway Pelatihan langsung
maka anggota
DD, DBD, Prosedur kader Pelaporan DD, DBD, DAN DSS
dan DSS melalui SMS Gateway kelompok
Pelaporan Kasus
melalui SMS DD, DBD, dan Sumber data: memberi
Gateway DSS, dan DSS Laporan PJ peringatan pada
 Pelatihan PJ
Pelaporan DD,
DBD, dan DSS
melalui SMS
Gateway
 Penutup
Membuat Terbentuknya Telah terbentuknya 9 Data : Cross Jika dalam satu
Perencanaan rencana advokasi susunan rencana November Susunan rencana dan lembar Check hari belum
advokasi, dan materi advokasi Advokasi beserta 2016 komitmen advokasi Laporan didapatkan
materi, dan siap (draft dan Penanggungjawab dengan
rencana
lembar powerpoint) Sumber Data Hasil
komitmen Laporan PJ Survey advokasi, maka
untuk Lapangan akan dilakukan
advokasi dan rapat untuk
Fasilitasi membahas
kader permasalahan
dan tindakannya

Pembentuka Terbentuknya tim Terbentuknya tim 9 Data : Cek laporan Jika dalam I satu
n Tim advokasi advokasi November Daftar tim advookasi daftar hari belum
Advokasi 2016 Sumber Data timadvokasi terselesaikan,
Laporan PJ maka akan
Data /
Tujuan Indikator Target yang Rentang Data dibutuhkan dan sumber Keterangan
kondisi Metode
/Kegiatan Keberhasilan direncanakan waktu data /kemajuan
Awal

diberikan
peringatan secara
lisan kepada PJ

Perizinan Adanya koordinasi Adanya kesepakatan 8 Data: Cross Jika belum ada
dan dengan kepala waktu dan tempat November Adanya kesepakatan dengan Check komunikasi
konfirmasi Puskesmas diadakannya dvokasi 2016 kepala Puskesmas Pudakpayung Laporan dengan kepala
kepada Pudakpayung dalam media komunikasi Puskesmas
Kepala
Puskesmas Sumber Data Pudakpayung, PJ
Pudakpayun Laporan PJ akan diberi
g selaku teguran secara
sasaran langsung.
advokasi

Pelaksanaan 1. Materi advokasi Memeperoleh 10 Data : Cross Jika dalam hari


Advokasi kesepakatan November Adanya kegiatan advokasi Check tersebut belum
tersampaikan
kepada pelaksanaan advokasi 2016 dengan bukti secara tertulis Laporan terselesaikan,
2. Sasaran advokasi
Kepala kepada Kepala maupun foto kegiatan dengan maka akan
Puskesmas hadir Puskesmas Sumber Data Hasil
Kelurahan 3. Sasaran Laporan PJ Survey dilakukan rapat
Kelurahan untuk membahas
Pudakpayun Pudakpayung Lapangan
menyetujui hasil permasalahan
g
advokasi dan tindakannya
EVALUASI

Penanggung Jawab : Rionaldo, Sicilia

Tabel 8. Rencana Evaluasi Pelaporan Kasus DD, DBD, dan DSS melalui SMS Gateway oleh masyarakat di Kelurahan Pudakpayung
Data yang
Kondisi Target yang Frekuensi/ Dibutuhkan
Indikator Keberhasilan Hasil/Output Keterangan
Awal Direncanakan Waktu dan Sumber
Data

Ditemukan adanya masalah Data belum Menganlisa data Ditemukannya Terbentuknya Masalah didapatkan
Cakupan PE kasus DD, DD, teranalisa dengan anisis gap, masalah laporan hasil secara objektif
DBD, dan DSS, dan DSS di masalahnya trend an sistem Cakupan PE identifikasi
masalah
Kelurahan Pudakpayung tahun kasus DD, DBD,
2016 dan DSS di
Kelurahan
Pudakpayung
tahun 2016

Dihasilkan solusi untuk Belum Melakukan Dihasilkan Terbentuknya Terbentuknya alur


mengatasi masalah Cakupan adanya problem solving beberapa alur pemecahan pemecahanmasalah
PE pada kasus DD, DSS, dan solusi cycle alternatif solusi masalah sesuai kondisi yang
DD, DBD, dan DSS oleh pemecahan ada.
masyarakat di Kelurahan terhadap
Pudakpayung Tahun 2016 masalah.

Terbentuknya rencana Rencana Penyusunan Terbentuknya Laporan PJ Rencana advokasi


advokasi, materi, dan lembar advokasi rencana advokasi perencanaan terbentuk 95%
komitmen advokasi siap (draft belum sesuai jadwal advokasi
dan powerpoint) tersusun
dengan detail
Data yang
Kondisi Target yang Frekuensi/ Dibutuhkan
Indikator Keberhasilan Hasil/Output Keterangan
Awal Direncanakan Waktu dan Sumber
Data

Terbentuknya tim Advokasi Belum Tm dibentuk Tim telah Daftar nama tim Terbentuknya tim
beserta jobdesknya terbentuknya secara terbentuk Advokasi Advokasi beserta
tim advokasi proporsional dalam jobdesknya
waktu satu hari

Ketepatan waktu dalam Mengantar Surat perizinan Surat telah Adanya bukti Adanya feedback
mendapatkan feedback surat diterima oleh pihak diterima penerimaan minimal 1 hari dari
perizinan Dinkes perizinan.

1. Materi advokasi Belum Didaptakannya disetujui atau Hasil advokasi Jika hasil advokasi
tersampaikan adanya hasil hasil dari advokasi tidaknya hasil berupa laporan tidak disetujui maka
2. Sasaran advokasi hadi advokasi advokasi dan survey advokasi dinyatakan
3. Sasaran menyetujui hasil lapangan gagal.
advokasi

Anda mungkin juga menyukai