Anda di halaman 1dari 17

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan Pustaka


No. Telp (021) 5694-2061

Analisis Terhadap Gangguan Mekanisme


Saluran Kemih
Rionaldo Sanjaya P
102012022
C5
rionaldosanjaya@rocketmail.com

Pendahuluan
Plasma darah dalam tubuh akan diproses melalui sistem kemih, sehingga terbentuk urin.
Proses tersebut terjadi dalam ginjal melalui proses filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Proses filtrasi
bertujuan untuk menyaring protein agar tidak masuk ke urin, sedanngkan proses reabsorbsi
bertujuan untuk menyerap molekul molekul yang masih dibutuhkan, dan proses sekresi
bertujuan untuk menambahkan bahan yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus.
Terdapat banyak gangguan pada sistem kemih ini seperti, poliuria, oligouria, nokturia,
hematuria, bilirubinuria, dan seterusnya.
Pada kasus ini, seorang bapak dengan keluhan sering kencing, terutama pada malam hari,
dan diktehaui juga bahwa ia sering haus dan makan banyak. Diduga oleh dokter pasien
menderita Diabetes Mellitus. Tentunya ada perubahan ataupun gangguan pada metabolisme yang
terjadi dalam tubuh bapak tersebut. Kebiasaan serta gejala yang timbul ini akan menimbulkan
serangkaian perubahan ataupun gangguan. Lebih lanjut akan dibahas di dalam makalah ini.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mekanisme system kemih dan struktur dari
system kemih baik mikroskopik maupun makroskopik, enzim-enzim pencernaan, dan fungsi
organ pencernaan.

1
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme system pencernaan dan
pencernaan lemak, struktur dari hepar dan empedu baik mikroskopik maupun makroskopik,
enzim-enzim pencernaan, dan fungsi organ pencernaan.
Identifikasi Istilah
Postprandial : Pemeriksaan setelah makan.1
Rumusan Masalah
- Sering kencing terutama pada malam hari
- Sering haus
- Makan banyak
Hipotesis
Bapak ini terkena Diabetes
Mind Map

Gambar 1. Mind Map

Struktur Anatomis Sistem Kemih

2
1. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang dengan warna merah tua yang
ukurannya kurang lebih sekepalan tangan. Ginjal terletak di bagian abdomen posterior
yang berdekatan dengan dua iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan
terletak di anatara otot otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap tiap
ginjal memiliki kelenjar adrenal di atasnya.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang
kiri karena adanya hati.
Fungsi ginjal adalah sebagai berikut,
- Pengeluaran zat sisa organik yaitu urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguaraian
hemoglobin dan hormone
- Pengaturan konsentrasi ion-ion penting seperti ion natrium, kalium, kalsium,
magnesium, sulfat, dan fosfat
- Pengaturan keseimbangan asam- basa tubuh dengan mengekskresikan hidrogen,
bikarbonat, ammonium, serta memproduksi urin asam atau basa sesuai kebutuhan
tubuh
- Pengaturan produksi sel darah merah dengan menghasilkan eritropoetin. Eritropoetin
ini akan mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang
- Pengaturan tekanan darah dengan mengatur volume esensial bagi pengaturan tekanan
darah, dan juga memproduksi enzim rennin. Enzim rennin ini berperan penting dalam
mekanisme RAAS yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air
- Pengendalian terbatas terhadap glukosa darah dan asam amino darah
- Pengeluaran zat beracun seperti obat obatan, zat aditif, maupun zat kimia asing
lainnya. 2

3
Ginjal dibungkus oleh 3 lapis jaringan ikat yaitu, fascia renal, capsula adipose, dan
capsula fibrosa. Fascia renal merupakan pembungkus terluar, sedangkan capsula adipose
merupakan jaringan lemak yang melindungi ginjal dan mempertahankan posisi ginjal,
dan capsula fibrosa tersusun oleh jaringan fibosa yang halus dan transparan.

Gambar 2. Struktur Nefron


Sumber: Slonane E2

Satu ginjal terdiri dari 1 4 juta nefron yang merupakan unit fungsional ginjal untuk
membentuk urin. Setiap nefron terdiri atas,
a. Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding
ganda disebut kapsula bowman. Glomerulus dan kapsula bowman bersama-sama
membentuk sebuah korpuskel ginjal.
Lapisan visceral kapsul bowman adalah lapisan internal epithelium. Sel sel
lapisan visceral dimodifikasi menjadi kaki podosit. Setiap sel podosit merekat
pada permukaan luar kapilar glomerular melalui beberapa prosesus primer
panjang yang mengandung prosesus sekunder yang disebut kaki pedikel. Pedikel

4
berinterdigitasi dengan prosesus yang sama dari podosit tetangga. Ruang sempit
antar pedikel-pedikel yang berintedigitasi disebut filtration slits yang berupa pori
pori dengan lebar 25 mm. Barier filtraasi glomerular adalah barier jaringan yang
memisahkan.
Lapisan parietal kapsula bowman membentuk tepi terluar korspuskel ginjal, pada
kutub vascular terdapat arteriol aferen dan eferen, sedangkan pada kutub urinarius
terdapat tubulus kontortus proksimal.

b. Tubulus kontortus proksimal panjangnya 15mm dan sangat berliku. Pada


permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel sel epitel kuboid
yang kaya akan mikrovili dan memperluas area permukaan lumen.
c. Ansa henle yang terdiri dari 3 bagian. Bagian descendens, bagian tipis, dan bagian
ascendens. Ansa henle terbagi menjadi 2, pendek ( nefron korteks ) dan panjang (
jukstaglomerular ).
d. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku. Panjangnya sekitar 5mm dan
membentuk segmen terakhir nefron. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini
bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan
dengan arteriol mengandung sel sel termodifikasi yang disebut macula densa.
Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh
penurunan ion natirum. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula
densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel
jukstaglomerular. Sel ini disitmulasi oleh penurunan tekanan darah untuk
memproduksi rennin. Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangial
saling bekerja sama untuk membentuk apparatus jukstaglomerular yang penting
dalam pengaturan tekanan darah.
e. Tubulus dan duktus pengumpul yang akan bermuara ke pelvis ginjal. Tubulus
pengumpul membentuk duktus pengumpul yang besar dan lurus. Dukuts
pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam
kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor.
Dari pelvis ginjal urine dialirkan ke ureter.

5
Ginjal mendapat suplai darah
dari arteri renalis yang
merupakan cabang dari aorta
abdominalis yang masuk ke
dalam ginjal melalui hilus ginjal.
Arteri renalis akan bercabang
menjadi arteri arteri interlobaris
yang mengalir di piramida ginjal,
kemudian arteri interlobaris
bercabang membentuk arteri
arkuata yang merupakan batas
dari korteks dan medulla. Arteri Gambar 3. Perdarahan Ginjal
arkuata kemudian bercabang Sumber: picsearch.com
menjadi arteri interlobularis yang berada di bagian korteks ginjal. Arteri arteri
tersebut didampingi oleh venanya.2

Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri


atas epitel selapis gepeng yang ditunjang
lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin.
Pada kutub urinarius epitelnya berubah menjadi
selapis kuboid atau silindris rendah. Sel-sel
lapisan visceral disebut podosit. Di antara sel-
sel endotel bertingkap dan kapiler glomerulus
dan podosit yang menutup permukaan luarnya, Gambar 4. Korpus Malphigi
terdapat membrane basal yang tebal. Lapisan ini Sumber: Don W3
berupa sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam kapiler dari ruang urinarius. Dengan
bantuan mikroskop electron dapat dibedakan lapisan tengah yang padat electron (lamina
densa) dan lapisan electron yang lebih lusen pada masing-masing sisi (lamina rara).
Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang
melekat pada dindingnya.

6
Gambar 5. Macula densa
Sumber: Don W3
Tubulus-tubulus nefron yang terdapat pada korteks antara lain tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus proksimal berukuran lebih besar
dengan inti sel epitelnya tersusun berjarak. Tubulus ini memiliki banyak mikrovili pada
lumennya yang membentuk brush border. Tubulus kontortus distal memiliki bentuk yang lebih
bulat dengan inti sel epitelnya tersusun rapat yang terkadang akan membentuk suatu bentukan
yang disebut macula densa pada apparatus juxtaglomerular.3

Gambar 6. Tubulus Kontortus Proksimal Gambar 7. Tubulus kontortus distal


Sumber: Don W3 Sumber: Don W3

Pada bagian medulla dapat ditemui ansa Henle segmen tipis, ansa Henle segmen tebal
pars asendens, ansa Henle segmen tebal pars desendens, dan duktus koligens.

7
Gambar di samping merupakan gambar duktus
Koligens dengan ciri khasnya yaitu epitelnya yang
berbatas tegas dan sangat jelas.3

Gambar 8. Ducktus Koligen


Sumber: Don W3

2. Ureter
Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, panjangnya 25-30
cm berjalan ke arah distal untuk bermuara di vesica urinaria.
Menurut letaknya, ureter dibedakan menjadi,
a. Pars abdominalis ureteris
Perjalanan ureter dalam cavum abdomen baik pria
maupun wanita tidak berbeda.
b. Pars pelvina ureteris
Perjalanan ureter dalam cavum pelvina pada pria dan
wanita berbeda. Pertama, ureter menyilang aperture pelvis
superior di ventral a. illiaca communis kemudian Gambar 9. Ureter
ke arah dorsocaudal ke daerah spina ischiadica. Pada Sumber:Stanford.edu
laki laki ureter sebelum memasuki vesica urinaria terlebih dulu menyilang ductus
deferens disebelah lateral. Sedangkan pada wanita, setelah mencapai spina ischiadica
maka ureter akan berjalan ventromedial di bawah lig. latum uteri dan menyilang a.
uterine di sisi medial, kemudian ureter akan berjalan ke arah ventral, di sebelah lateral
fornix vagina, dan kemudian masuk vesica urinaria.
Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan di beberapa tempat,
yaitu pada ureteropelvic junction, persilangan ureter dengan illiaca communis ( flexura
marginalis ), dan saat ureter masuk ke vesica urinaria.4

8
Lapisan mukosa ureter tersusun atas epitel transisional
dengan lamina propria dibawahnya. Lapis ototnya terdiri atas tiga
lapisan yaitu lapisan longitudinal, sirkular, dan kembali
longitudinal. Pada lapisan adventisianya merupakan jaringan ikat
jarang.

Gambar 10. Ureter

3. Vesica Urinaria
Vesica urinaria adalah organ ekstra peritoneal yang mempunyai bentuk seperti
bagian depan perahu, terdiri dari apeks, corpus, dan fundus. Pada bagian fundus
permukaanya dilapisi oleh peritoneum. Dinding vesica urinaria berbentuk segitiga, pada
sudut laterosuperior kiri dan kanan terdapat ureter dan pada bagian inferior terdapat
uretra.
Pada lapisan mukosa vesica urinaria terlihat berlipat lipat dan terdapat trigonum
vesica liutaudi yang dibentuk oleh orificium ureteris kanan dan kiri serta orificium
urethra interna. Pada lapisan muskularnya terdapat otot detrusor yang ketika kontraksi
akan mengeluarkan urin dari vesica, otot trigonal yang membentuk uvula dan berfungsi
membuka orificium urethra interna, otot spinchter vesica yang berfungsi menahan urin
dalam vesica urinaria.
Vesica urinaria mendapat perdarahan dari a. vesicalis superior yang merupakan
cabang a. umbilicalis, a. vesicalis inferior yang merupakan cabang dari a. illiaca interna,
dan a. vesiculodeferensialis yang merupakan cabang dari a. illiaca interna. Mendapat
persarafan dari serabut sensoris visceral afferent n. splancnicus.4

9
Pada lapisan mukosa vesica urinaria dilapisi oleh epitel
transisional dengan lamina propria di bawahnya. Lapisan
muskularnya terdiri atas berkas berkas otot polos yang tersusun
berlapis- lapis secara tidak beraturan dan diantara berkas
berkas otot ini terdapat jaringan ikat jarang. Pada lapisan
adventisianya terdiri atas jaringan ikat jarang yang diliputi oleh
peritonium

Gambar 11. Vesica urianria

4. Uretra
Uretra wanita panjangnya kira kira 4 cm, mulai dari orifisium uretra internum
sampai orifisium uretra eksternum yang terletak di antara kedua labium minus di sebelah
ventral introitus vagina dan di sebelah dorsokaudal dari glans klitoridis.
Uretra pada pria terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian prostatica,
membranasea, dan cavernosa / spongiosa. Pada bagian prostatica panjangnya kurang
lebih 3 cm, mulai dari collum vesica urinaria sampai apex glandula prostat. Pada bagian
membranasea yang merupakan bagian paling pendek kurang lebih 1-2 cm, disebabkan
otot yang mengelilinginya yaitu m. sphincter urethrae. Pada ureter bagian membranasea
bermuara ke glandula bulbo uretralis cowperi. Pada bagian spongiosa / cavernosa
memiliki panjang kurang lebih 15 cm dan dikelilingi oleh corpus spongiosum, dari
bulbus urethra hingga ujung glans penis.4

Ruang ruang pada korpus spongiosum ukurannya merata


pada bagian tengah maupun tepinya. Pada bagian
mukosanya tersusun atas epitel selapis torak dengan lumen
yang tidak bulat.

Gambar 12. Uretra

10
Filtrasi Glomerulus

Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul bowman harusmelewati tiga
lapisan yang membentuk membran glomerulus yaitu dinding kapiler glomerulus, membran basal,
dan lapisan dalam kapsul bowman. Secara kolektif, lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai
saringan molekuler halus yang menahan sel darah dan protein plasma tetapi membolehkan H2O
dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat.

Membran Glomerulus

Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini
memiliki banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeabel terhadap
H2O dan zat terlarut daripada kapiler dibagian lain tubuh.
Membran basal adalah lapisan gelatinosa aseluler (tidak mengandung sel) yang terbentuk
dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip diantara glomerulus dan kapsul bowman.
Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, dan glikoprotein menghambat filtrasi protein
plasma yang kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat di filtrasi karena tidak
dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein
plasma kecil. Namun, karena bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin dan
protein plasma lain, yang juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir
tidak terdapat didalam filtrat, dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos
kedalam kapsul bowman.
Lapisan terakhir membran glomerulus adalah lapisan dalam kapsul bowman. Lapisan ini
terdiri dari podosit, sel yang mirip gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit
memiliki banyak foot proces memanjang yang saling menjalin dengan foot proces
podosit sekitar, seperti anda memgang bola dengan jari-jari anda. Celah sempit di antara
foot proces yang berdampingan, yang dikenal sebagai celah filtrasi, membentuk jalur
tempat cairan meninggalkan kapiler glomerulus menuju lumen kapsul bowman.

Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong sebagian
dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Tidak terdapat
mekanisme transfor aktif atau pengeluaran energi lokal yang berperan dalam memindahkan

11
cairan dari plasmamenembus membran glomerulus menuju kapsul bowman. Filtrasi
glomerulus dilakukan oleh gaya gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja di kapiler
ditempat lain.

Tiga gaya fisik terlibat dalam filtrasi glomerulus:

Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah
didalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi
jantung (sumber energi yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi
terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen.
Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-
protein plasma dikedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat di filtrasi maka
protein plasma terdapat dikapiler glomerulus tetapi tidak di kapsul bowman.
Tekanan hidrostatik kapsul bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan bagian
awal tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung
mendorong cairan keluar kapsul bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus
menuju kapsul bowman.5

Reabsorpsi Tubulus

Semua konstituen plasma kecuali protein, tanpa pandang bulu filtrasi bersama melalui
kapiler glomerulus. Selain zat sisa dan kelebihan bahan yang harus dikeluarkan oleh tubuh,
cairan filtrasi jyga mengandung nutrien, elektrolit, dan bahan lain yang diperlukan oleh tubuh.
Memang, melalui filtrasi glomerulus yang terus-menerus, jumlah dari bahan-bahan yang
terfiltrasi per hari ini bahkan lebih besar daripada yang ada di tubuh melalui reabsopsi tubulus,
transfer diskret bahan-bahan dari lumen tubulus ke dalam kapiler peritubulus.

Reabsopsi Pasif dan Aktif

Terdapat dua jenis reabsopsi tubulus, reabsorpsi pasif dan reabsorpsi aktif bergantung
pada apakah diperlukan pengeluaran energi lokal untuk mereabsorpsi bahan tertentu. Pada
reabsorpsi pasif, semua tahap dalam transfor transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke
plasma bersifat pasif yaitu tidak ada pengeluaran energi pada perpindahan netto bahan, yang
terjadi mengikuti penurunan gradien elektro kimia atau osmotik. Sebaliknya transfor aktif

12
berlangsung jika salah satu dari tahap-tahap dalam transpor transepitel suatu bahan memerlukan
energi, bahkan jika kempat bahan lainnya bersifat pasif. Pada reabsorpsi aktif, perpindahan netto
bahan dari lumen tubulus ke plasma terjadi melawan gradien elektrokimia. Bahan yang secara
aktif direabsorpsi bersifat penting bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan nutrien
organik lainnya, serta Na+ dan elektrolit lain seperti PO43-.

Sejumlah besar molekul organik yang penting dari segi nutrisi misalnya glukosa dan
asam amino tersaring setiap hari. Karena bahan-bahan ini seluruhnya secara normal di reabsorpsi
kembali ke darah oleh mekanisme yang dependen energi dan dependen Na+ di tubulus proximal
maka tidak satupun dari bahan-bahan tersebut yang di ekskresikan di urin. Reabsorpsi yang cepat
dan mutlak di tubulusini mencegah hilangnya nutrien-nutrien organik penting ini dari tubuh.

Meskipun glukosa dan asam amino berpindah melawan gradien konsentrasinya dari
lumen tubulus kedalam darah sampai konsentrasinya dicairan tubulus nyaris nol, tidak ada energi
yang secara langsung digunakan untuk mengoperasikan pengangkut glukosa atau asam amino.
Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transport aktif sekunder. Pada proses ini pembawa
konstrapsor khusus yang hanya terdapat di tubulus proksimal secara simultan memindahkan Na+
dan molekul organik spesifik dari lumen kedalam sel.5

Reabsorpsi Glukosa

Konsentrasi glukosa palsma normal adalah 100 mg glukosa/100 ml plasma. Karena


glukosa terfiltrasi bebas di glomerulus maka bahan ini melewati kasul bowman dengan
konsentrasi yang sama dengan konentrasi di plasma. Pada LFG yang tetap, jumlah filtrasi
berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa plasma. Peningkatan konsentrasi glukosa plasma
menjadi 200 mg/100 ml akan melipatgandakan jumlah filtrasi glukosa menjadi 250 mg/mnt,
demikian seterusnya.

13
Gambar 12. Transport glukosa

Maksimum Tubulus Untuk Glukosa

Maksimum tubulus untuk glukosa adalah sekitar 375 mg/mnt yaitu, mekanisme
pengangkut glukosa mampu secara aktif mereabsorpsi hingga 375 mg glukosa per menit sebelum
mencapai kemampuan transpor maksimalnya. Pada konsentrasi glukosa normal 100 mg/100 ml,
125 mg glukosa yang tersaring permenit dapat cepat di reabsorpsi oleh mekanisme pengangkut
glukosa karena jumlah yang di filtrasi ini jauh dibawah Tm untuk glukosa. Karena itu biasanya
tidak ada glukosa yang ditemukan di urin. Baru muncul setelah jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi Tm 375 mg/mnt. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi per menit dibandingkan
dengan yang dapat di reabsorpsi karena Tm terlampaui, maka jumlah yang di reabsorpsi
maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap berada dalam filtrat untuk di ekskresikan. Karena itu,
konsentrasi glukosa palsma harus lebih besar daripada 300 mg/100 ml lebih dari tiga kali normal
sebelum jumlah yang di filtrasi melebihi 375 mg/mnt dan glukosa mulai muncul dalam urin.

Ambang Ginjal Untuk Glukosa

Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin
disebut ambang ginjal . Pada Tm rerata 375 mg/mnt dan LFG 125 ml/mnt, ambang ginjal untuk
glukosa adalah 300 mg/ml. Di atas Tm, reabsorpsi akan tetap pada laju maksimalnya dan setiap
peningkatan lebih lanjut jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan sebanding jumlah

14
bahan yang di ekskresikan . Sebagai contoh, pada konsentrasi glukosa plasma 400 mg/100 ml,
jumlah glukosa yang difiltrasi adalah 500 mg/mnt, 375 mg/mnt diantaranya dapat direabsorpsi
(senilai Tm) dan 125 mg/mnt diantranya akan diekskresikan di urin. Pada konsentrasi glukosa
plasma sebesar 500 mg/100 ml, jumlah yang difiltrasi adalah 625mg/mnt, dengan tetap hanya
375 mg/mnt yang dapat direabsorpsi sehingga 250 mg/mnt akan masuk kedalam urin.5

Reabsorpsi Air

Air direabsorpsi secara pasif diseluruh panjang tubulus karena H2O secara osmotis
mengikuti Na+ yang direabsorpsi secara aktif. Dari H2O yang difiltrasi, 65%-117 liter sehari
direabsorpsi secara pasif pada akhir tubulus proksimal. Sebanyak 15% dari H2O yang difiltrasi
di reabsorpsi di ansa henle. Total 80% dari H2O yang difiltrasi ini direabsorpsi di tubulus
proksimal dan ansa henle berapapun jumlah H2O di tubuh dan tidak berada dibawah kontrol.
Sisa 20% nya di reabsorpsi dalam jumlah bervariasi di tubulus distal dan koligen dibawah
kontrol langsung hormon, bergantung pada suatu hidrasi tubuh. Tidak ada bagian tubulus yang
secara langsung memerlukan energi untuk reabsorpsi H2O dalam jumlah besar ini.5

Sekresi Tubulus

Seperti reabsorpsi tubulus, sekresi tubulus melibatkan transpor transepitel, tetapi kini
langkah-langkahnya dibalik. Dengan menyediakan rute pemasukan kedua kedalam tubulus untuk
bahan-bahan tertentu, sekresi tubulus, pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus
kedalam lumen tubulus, menjadi mekanisme pelengkap meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini
dari tubuh. Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun
sekresi tubulus, dan tidak direabsorpsi, akan di eleminasi dalam urin.

Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion
kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa yang
asing bagi tubuh.5

15
Pembahasan
Reabsorpsi pada tubulus kontortus proksimal akan mereabsorbsi seluruh glukosa yang
ada dalam filtrat dan diserap kembali ke dalam plasma darah pada keadaan fisiologis. Namun,
pada scenario diduga bahwa bapak ini terkena diabetes yang ditunjukkan oleh gejala gejala
sering haus, sering kencing, dan makan banyak tadi. Kebiasaan makan banyak pada bapak ini
memungkinkan tingginya kadar glukosa dalam darah, sehingga kadar glukosa dalam filtrate juga
akan meningkat.
Ginjal memiliki ambang ginjal untuk glukosa yaitu 180 mg%, bila kadar glukosa dalam
filtrat lebih dari ambang ginjal tersebut maka reabsorbsi terhadap glukosa tidak lagi 100 %,
sehingga glukosa mulai muncul dalam urin. Tetapi apabila glukosa dalam filtrate mencapai 300
mg% / 375mg/ menit maka yang direabsorbsi hanya 300mg% tersebut dan sisanya akan
tertinggal di urin. Glukosa yang terdapat dalam urin ini memiliki sifat osmotik yang menarik air,
sehingga kadar air dalam urin meningkat. Ini berarti volume urin juga akan meningkat, sehingga
vesica urinaria akan lebih mudah penuh. Vesica urinaria yang penuh akan menimbulkan refleks
untuk berkemih. Ini mengakibatkan rasa ingin berkemih menjadi lebih sering. Lebih sering
kencing pada malam hari mungkin dirasakan pasien dikarenakan pada keadaan fisologis pada
malam hari kita tidak berkemih, namun pada kondisi bapak ini dimana vesica urinarianya lebih
cepat penuh sehingga 2-3 kali pun dirasa lebih sering.
Sering haus dimungkinkan karena banyak urin yang dikeluarkan, sehingga sebagai
kompensasinya bapak ini sering merasa haus untuk menggantkan cairan tubuh yang keluar
tersebut agar tetap seimbang.
Pemeriksaan glukosa pada saat puasa adalah untuk mengetahui kadar glukosa endogen/
glukosa yang dihasilkan oleh tubuh. Sedangkan 2 jam postprandial setara dengan pembebanan
75gr dan untuk mengetahui aktivitas insulin tubuh.

Kesimpulan
Hipotesis benar bahwa pasian dimungkinkan terkena Diabetes Mellitus karena gejala
gejala yang muncul tersebut, meski harus diperkuat dengan pemeriksaan fisik.

16
Daftar Pustaka
1. Alimul AA. Praktikum ketrampilan dasar praktik klinik. Jakarta: Salemba Medika;
2008.h.122.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h. 318-20.
3. Don W, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.
h.650-5.
4. Rasjidi I. Manual histerektomi.Jakarta: EGC; 2008.h.47-50.
Ed
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. 6 . Jakarta: EGC; 2011.h. 560-
76.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Miniproject Gabung
    Miniproject Gabung
    Dokumen33 halaman
    Miniproject Gabung
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab6 Gizi Kesling
    Bab6 Gizi Kesling
    Dokumen2 halaman
    Bab6 Gizi Kesling
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 13 Guweh
    Blok 13 Guweh
    Dokumen20 halaman
    Blok 13 Guweh
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab6 Gizi Kesling
    Bab6 Gizi Kesling
    Dokumen2 halaman
    Bab6 Gizi Kesling
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 11!!
    Blok 11!!
    Dokumen15 halaman
    Blok 11!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 3-1
    Bab 3-1
    Dokumen14 halaman
    Bab 3-1
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Dita Erlina.n
    Skripsi Dita Erlina.n
    Dokumen129 halaman
    Skripsi Dita Erlina.n
    irvan syahmil
    Belum ada peringkat
  • Laporan Dokter Kecil
    Laporan Dokter Kecil
    Dokumen23 halaman
    Laporan Dokter Kecil
    maulana rifky
    Belum ada peringkat
  • Blok 10!!!!!!!!!!!
    Blok 10!!!!!!!!!!!
    Dokumen16 halaman
    Blok 10!!!!!!!!!!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 11 - .
    Blok 11 - .
    Dokumen11 halaman
    Blok 11 - .
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BLOk 9
    BLOk 9
    Dokumen12 halaman
    BLOk 9
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 - Fix
    BAB 3 - Fix
    Dokumen18 halaman
    BAB 3 - Fix
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 12...................
    Blok 12...................
    Dokumen20 halaman
    Blok 12...................
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Dokumen1 halaman
    Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bblok 24
    Bblok 24
    Dokumen1 halaman
    Bblok 24
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Beneficence
    Beneficence
    Dokumen1 halaman
    Beneficence
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bacterial Food Poisoning
    Bacterial Food Poisoning
    Dokumen42 halaman
    Bacterial Food Poisoning
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Done
    Bab IV Done
    Dokumen12 halaman
    Bab IV Done
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case Anak 2
    Case Anak 2
    Dokumen10 halaman
    Case Anak 2
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bahan Blok 13
    Bahan Blok 13
    Dokumen14 halaman
    Bahan Blok 13
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bimbingan Cairan
    Bimbingan Cairan
    Dokumen1 halaman
    Bimbingan Cairan
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 - Submit
    BAB 2 - Submit
    Dokumen32 halaman
    BAB 2 - Submit
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB V - Submit
    BAB V - Submit
    Dokumen17 halaman
    BAB V - Submit
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen34 halaman
    Case
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen3 halaman
    Case Report
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case IPD
    Case IPD
    Dokumen45 halaman
    Case IPD
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB I Done
    BAB I Done
    Dokumen7 halaman
    BAB I Done
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • STATUS GIZI BALITA
    STATUS GIZI BALITA
    Dokumen15 halaman
    STATUS GIZI BALITA
    Fitriana Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Case Sulit Ablatio
    Case Sulit Ablatio
    Dokumen22 halaman
    Case Sulit Ablatio
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat