Meneliti semua kelengkapan dan keabsahan alat bukti atau dokumen yang
diperlihatkan kepada notaris, serta mendengar keterangan atau pernyataan para
penghadap wajib dilakukan sebagai dasar pertimbangan untuk dituangkan di dalam akta.
Apabila notaris kurang teliti dalam memeriksa fakta-fakta penting, itu berarti notaris
bertindak tidak hati-hati. Asas kehati-hatian ini merupakan aplikasi dari pasal 16 ayat 1
huruf a yang menyatakan “dalam menjalankan jabatannya notaris wajib bertindak
seksama”
Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa notaris dalam
menjalankan fungsi dan jabatannya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka
39
1
Habib adjie (II), Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik,(
Bandung: Refika Aditama,2009 ), hlm. 83.
Universitas Indonesia
40
memperhatikan semua aspek hukum termasuk masalah hukum yang akan timbul di
2
kemudian hari. Selain itu, setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris harus
mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang bersangkutan atau ada
pertimbangan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak/penghadap. 3
1. Minuta akta;
Minuta akta menurut pasal 1 angka 8 UUJN adalah
“asli akta yang mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi,
dan notaris, yang disimpan sebagai bagian dari protokol notaris.”4
Asli akta yang dimaksud dalam pasal 1 angka 8 UUJN merupakan akta yang
dibuat oleh Notaris atas keinginan dan permintaan para pihak yang
mempunyai kepentingan dalam akta. Pada bagian akhir minuta, memuat
tandatangan para pihak sebagai tanda bahwa para pihak setuju dan sepakat
atas kehendak dan keinginan yang dituangkan oleh Notaris di dalam minuta
tersebut. Minuta akta akan disimpan oleh Notaris dan menjadi arsip negara
atau dokumen negara.
2. Buku daftar akta atau Repertorium;
Buku Daftar Akta atau yang sering disebut repertorium, menurut pasal 58
UUJN repertorium merupakan salah satu buku wajib yang harus dimiliki oleh
notaris dalam menjalankan jabatannya. Fungsi repertorium untuk mencatat
nomor-nomor akta yang dikeluarkan notaris bersangkutan. Repertorium saat
2
Ibid; hlm. 188.
3
Ibid; hlm. 186.
4
Pasal 1 angka 8 UUJN
Universitas Indonesia
41
Buku daftar akta ini berisikan 400 halaman untuk mencatat setiap hari
semua akta yang dibuat oleh atau dihadapan LENY AGUSTAN,
5
Leny Agustan, Tata Kelola Kantor Notaris/PPAT, (Jakarta: UII Press, 2018) HLM?
Universitas Indonesia
42
Repertorium harus diisi notaris setiap harinya yang memuat semua akta yang
dibuat/dihadapan notaris baik dalam bentuk minuta akta maupun dalam bentuk akta
original tanpa sela kosong dan masing masing dalam ruang ditutup dengan garis tinta.
Halaman : 001
2/19
Istrinya
PERJANJIAN
20. 20.- 30 Januari 2017 PENGIKATAN JUAL 2. Nyonya WATI
BELI
II. Tuan IRAWAN, Sarjana Teknik,
Universitas Indonesia
43
berkedudukan di Bukittinggi
Untuk memenuhi ketentuan Pasal 58 UUJN, pada hari ini, Selasa, tanggal 30 Januari 2017 Buku Daftar
Akta Notaris,telah ditutup oleh saya Notaris, di Kabupaten Agam untuk bulan Januari 2017 dari nomor
urut 1 sampai 20 sebanyak 20 (dua puluh) Akta.
Universitas Indonesia
44
1. Meninggal dunia
2. Telah berakhir masa jabatannya
3. Minta sendiri
4. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan sebagai notaris secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) tahun
5. Diangkat menjadi pejabat negara
Universitas Indonesia
45
Protokol notaris wajib diserahkan paling lama 30 (tiga puluh) hari dengan
membuat berita acara penyerahan protokol notaris yang ditandatangani oleh yang
menyerahkan dan yang menerima protokol notaris6. Dalam pasal 63 sampai dengan pasal
65 UUJN telah ditentukan pihak-pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima
protokol notaris, pihak-pihak itu adalah sebagai berikut:7
6
Pasal 63 UUJN
7
Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu (Konsep Teoretis, Kewenangan Notaris, Bentuk dan
Minuta Akta, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, TAHUN?), hlm. 201.
Universitas Indonesia
46
8
Hal. 64
Universitas Indonesia
47
Peraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan akibat hukum suatu akta yang
dalam pembuatannya melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang
berakibat akta notaris dapat diajukan pembatalan karena merupakan suatu tindakan yang
mengandung cacat prosedue, yaitu tidak berwenangnya notaris untuk membuat akta
secara lahiriah, formil dan materil, serta akta notaris dibuat tidak sesuai dengan aturan
hukum tentang pembuatan akta notaris. Dengan alasan tertentu sebagaimana tersebut
diatas, maka konsekuensi hukum akta notaris menjadi:10
Kedudukan akta yang sedang diproses pada peradilan masih menjadi akta yang
sah dan mengikat sampai dengan adanya keputusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. Dengan demikian, akta notaris tetap sah dan mengikat
para pihak atau siapa saja yang berkepentngan dengan akta tersebut
Proses mengajukan gugatan untuk menyatakan akta notaris tidak sah atau terdapat
cacat prosedur dalam mekanisme pembuatannya, maka pihak yang menyangkal
keabsahan akta notaris harus dapat membuktikannya dari tiga aspek, yaitu aspek
lahiriah, aspek formal, dan aspek materil. Apabila dapat dibuktikan, maka akta
notaris menjadi akta yang tidak sah dan dengan pertimbangan tidak terpenuhinya
syarat tersebut maka pengadilan dapat membatalkan akta tersebut. Tetapi apabila
para pihak menyangkal keabsahan akta tersebut dan tidak dapat membuktikan
9
Theodorus M. Tuanakotta, Menghitung Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana
Korupsi, (Jakarta:Salemba Empat, 2009 ), hlm. 72.
10
Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, hlm. 81.
Universitas Indonesia
48
pelanggaran terhadap aspek lahiriah, formil dan materil, maka akta notaris tetap
sah menjadi tetap sah menjadi alat bukti yang sempurna.
1. Sanksi administratif
Secara garis besar, terdapat 3 macam sanksi administratif, yaitu:
a. Sanksi Reparatif
Sanksi reparatif digunakan untum memperbaiki pelanggaran tata
tertib hukum. Sanksi reparatif dapat berupa penghentian
perbuatan terlarang, kewajiban untuk merubah sikap. Contohnya
paksaan untuk melakukan sesuatu untuk pemerintah dan
pembayaran denda yang ditentukan sebagai hukuman tambahan
b. Sanksi punitif
Sanksi punitif bersifat menghumum dan merupakan beban
tambahan. Sanksi hukuman tergolong kedalam pembalasan dan
merupakan tindakan preventif atau pencegahan yang dapat
menimbulkan rasa takut atau jera bagi para pelanggarnya.
Contohnya teguran keras
Universitas Indonesia
49
c. Sanksi regresif
Sanksi regresif merupakan reaksi atas ketidaktaatan pada undang-
undang. Contohnya dicabutnya hak atas sesuatu yang diputuskan
menurut hukum.11
Menurut UUJN, terdapat 5 (lima) sanksi administratif, yaitu:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pemberhentian sementara
d. Pemberhentian dengan hormat
e. Pemberhentian tidak hormat
Penjatuhan sanksi-sanksi administratif tersebut biasanya diberikan kepada
notaris yang melanggar ketentuan dalam pembuatan akta otentik.
Pemberian sanksi tersebut biasanya disesuaikan dengan pelanggaran yang
dilakukan oleh Notaris. Semakin besar tingkat kesalahan yang dilakukan
oleh notaris, maka semakin besar pula sanksi dan tanggungjawab yang
harus dipenuhi.
2. Sanksi Perdata
Jika notaris melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kewenangan
notaris, dan para pihak yang termuat dalam akta merasa dirugikan atas
kelalaian notaris, maka notaris dapat digugat secara perdata ke pengadilan
negeri. Tanggung jawab akibat perbuatan melawan hukum sebagaimana
termuat dalam pasal 1366, Notaris wajib bertanggung jawab atas kerugian
yang di derita pihak ketiga akibat kelalaian atau kurang hati-hati yang ia
lakukan. KUHPerdata tidak secara tegas mengatur mengenai ganti rugi
tertentu sehingga hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti
rugi sesuai dengan ganti rugi yang dimintakan oleh para penghadap
11
Ibid, Hlm. 106-107.
Universitas Indonesia
50
menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris. Artinya, apabila akibat
kelalaian notaris pada kasus ini menyebabkan para pihak yang membuat akta mengalami
kerugian akibat kesalahan penomoran, maka para penghadap berhak meminta
penggantian biaya maupun ganti rugi. Selain itu, para penghadap dapat menggugat notaris
ke pengadilan dan mendudukan notaris sebagai tergugat apabila para penghadap ingin
melakukan pengingkaran hal-hal mengenai:
Secara umum terdapat beberapa tindak pidana yang sering dilakukan notaris dalam
menjalankan jabatannya antara lain sebagai berikut:
a. Tindak pidana tentang pemalsuan surat sebagaimana terdapat dalam pasal 263
ayat (1), (2), paal 264 dan 266 KUHP
b. Tindak Pidana tentang penggelapan sebagaimana terdapat dalam pasal 372
KUHP
c. Tindak pidana tentang penipuan sebagaimana terdapat dalam pasal 378 KUHP
Universitas Indonesia
51
Apabila aspek-aspek tersebut diatas dilanggar oleh notaris, maka notaris yang
bersangkutan dapat dijatuhi sanksi pidana dengan dasar bahwa notaris telah membuat
surat palsu atau memalsukan akta dengan kualifikasi sebagai suatu tindak pidana yang
dilakukan oleh notaris. Akta yang telah dibuat oleh notaris apabila memuat unsur tindak
pidana dan menimbulkan kerugian bagi para pihak serta terdapat bukti-bukti permulaan
yang cukup, maka notaris dapat diduga telah melakukan atau turut serta dalam melakukan
atau membantu melakukan suatu tindak pidana berkaitan dengan kewenangan notaris
berasarkan pasal 15 UUJN.
Universitas Indonesia