Anda di halaman 1dari 14

BAB 3

KELALAIAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA

3.1 Prinsip Kehati-hatian

Notaris dalam melaksanakan jabatan harus senantiasa bertindak secara hati-hati,


meneliti secara seksama semua fakta yang relevan sesuai dengan kemauan para
penghadap untuk dapat menentukan konstruksi hukum dari apa yang diinginkan oleh para
pihak yang diterangkan kepada notaris dengan memperhatikan keinginan dan keterkaitan
dengan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga didalam pembuatan akta, dapat
dikonstantir dengan esenselia akta yang diatur dalam peraturan undang-undang. Hal ini
sangat penting untuk dapat menentukan isi dari suatu akta yang merupakan kehendak dari
para pihak sehingga tidak bertentangan dengan peraturan undang-undang yg berlaku serta
kesusilaan dan ketertiban umum.

Prinsip kehati-hatian itu mutlak. Dalam menentukan konstruksi hukum, notaris


tidak boleh berpihak. apabila ada salah satu penghadap yang notaris kenal, tidak boleh
menuangkan dalam akta esensialia-esensialia yang memberatkan salah satu pihak karena
jabatan notaris adalah jabatan yang independen. Maka notaris dalam menjalankan jabatan
harus jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang
terkait dalam perbuatan hukum. Tujuannya dijalankan prinsip kehati-hatian dalam
melaksanakan jabatan adalah untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan demi
tercapainya kepastian hukum.

Meneliti semua kelengkapan dan keabsahan alat bukti atau dokumen yang
diperlihatkan kepada notaris, serta mendengar keterangan atau pernyataan para
penghadap wajib dilakukan sebagai dasar pertimbangan untuk dituangkan di dalam akta.
Apabila notaris kurang teliti dalam memeriksa fakta-fakta penting, itu berarti notaris
bertindak tidak hati-hati. Asas kehati-hatian ini merupakan aplikasi dari pasal 16 ayat 1
huruf a yang menyatakan “dalam menjalankan jabatannya notaris wajib bertindak
seksama”

Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa notaris dalam
menjalankan fungsi dan jabatannya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka
39

melindungi kepentingan masyarakat yang dipercayakan padanya. Tujuan


diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar notaris selalu dalam rambu-
rambu yang benar. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan agar
menjaga kepastian hukum , perlindungan hukum, dan jaminan (lihat pertimbangan uu)
kepercayaan masyarakat terhadap notaris tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan
tidak ragu-ragu menggunakan jasa notaris. Sesuatu perbuatan harus diambil dan disusun
dengan pertimbangan cermat.

Pelaksanaan asas kecermatan dan kehati-hatian wajib dilakukan dalam pembuatan


akta dengan:

a. Melakukan pengenalan terhadap penghadap, berdasarkan identitasnya yang


diperlihatkan kepada notaris;
b. Mendengarkan dengan seksama keterangan yang disampaikan pihak-pihak dan
mencermati keinginan atau kehendak para pihak tersebut lalu dikonstruksikan
dengan Undang-undang terkait;
c. Memeriksa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan keinginan
atau kehendak para pihak tersebut;
d. Memberikan penyuluhan hukum dan membuat kerangka akta untuk memenuhi
keinginan atau kehendak para pihak;
e. Memenuhi segala syarat otentisitas akta dan administrasi dalam pembuatan akta
notaris, seperti pembacaan, penandatanganan, memberikan salinan, dan
pemberkasan untuk minuta;
f. Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan
notaris.1

Notaris mempunyai peranan untuk menentukan suatu tindakan dapat dituangkan


dalam bentuk akta atau tidak. Sebelum sampai pada keputusan seperti ini, notaris harus
mempertimbangkan dan melihat semua dokumen yang diperlihatkan kepada notaris,
meneliti semua bukti yang diperlihatkan kepadanya, mendengarkan keterangan dan
pernyataan para pihak. Keputusan tersebut harus didasarkan pada pertimbangan
ketentuan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak. Pertimbangan tersebut harus

1
Habib adjie (II), Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik,(
Bandung: Refika Aditama,2009 ), hlm. 83.

Universitas Indonesia
40

memperhatikan semua aspek hukum termasuk masalah hukum yang akan timbul di
2
kemudian hari. Selain itu, setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris harus
mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang bersangkutan atau ada
pertimbangan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak/penghadap. 3

3.1.1 Ketidaktelitian Dalam Pemberian Nomor Akta Pada Repertorium

Protokol Notaris berdasarkan pasal 1 angka 13 UUJN merupakan kumpulan


dokumen yang merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh notaris
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan penjelasan pasal 62 UUJN, Protokol Notaris terdiri dari:

1. Minuta akta;
Minuta akta menurut pasal 1 angka 8 UUJN adalah
“asli akta yang mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi,
dan notaris, yang disimpan sebagai bagian dari protokol notaris.”4
Asli akta yang dimaksud dalam pasal 1 angka 8 UUJN merupakan akta yang
dibuat oleh Notaris atas keinginan dan permintaan para pihak yang
mempunyai kepentingan dalam akta. Pada bagian akhir minuta, memuat
tandatangan para pihak sebagai tanda bahwa para pihak setuju dan sepakat
atas kehendak dan keinginan yang dituangkan oleh Notaris di dalam minuta
tersebut. Minuta akta akan disimpan oleh Notaris dan menjadi arsip negara
atau dokumen negara.
2. Buku daftar akta atau Repertorium;
Buku Daftar Akta atau yang sering disebut repertorium, menurut pasal 58
UUJN repertorium merupakan salah satu buku wajib yang harus dimiliki oleh
notaris dalam menjalankan jabatannya. Fungsi repertorium untuk mencatat
nomor-nomor akta yang dikeluarkan notaris bersangkutan. Repertorium saat

2
Ibid; hlm. 188.
3
Ibid; hlm. 186.
4
Pasal 1 angka 8 UUJN

Universitas Indonesia
41

ini sudah diterbitkan oleh pengurus Ikatan Notaris Indonesia. Repertorium


terlebih dahulu ditandatangani oleh Pengurus Daerah pada halaman pertama
dan terakhir, dan setiap halamannya diberi nomor urut, di stempel serta diparaf
oleh pengurus daerah.
Suatu buku reportorium harus disahkan oleh Majelis Pengawas Daerah.
Notaris setiap kali membuat akta harus memberikan nomer pada akta itu yang
akan dicatat di buku repertorium. Didalam buku repertorium berisi tabel yang
terdiri dari kolom-kolom. kolom pertama merupakan nomor induk akta yang
dibuat oleh Notaris dari mulai menjabat sampai terakhir jabatan Notaris dalam
kedudukan tersebut. Apabila Notaris pindah tempat kedudukan, maka Notaris
yang bersangkutan harus membuat Repertorium yang baru. Kolom kedua
repertorium berisi nomor bulanan akta yang dibuat. Nomor bulanan dimulai
dari nomor 1 sampai seterusnya dalam satu bulan. Setiap pergantian bulan
maka nomor bulanan dimulai kembali ke nomor 1. Kolom ketiga repertorium
berisikan tanggal dan hari dibuatnya akta Notaris. Setiap notaris membuat akta
notaris harus mengisi nomor. Kolom keempat repertorium berisikan sifat akta
Notaris yang menjelaskan akta apa yang dibuat pada nomor tersebut. Kolom
kelima merupakan kolom penghadap, dimana Notaris menulis nama-nama
penghadap yang hadir dan menandatangani akta tersebut. Repertorium
digunakan untuk mencatat nomor induk dan nomor bulanan yang merupakan
penunjang dari pembuatan akta oleh notaris.
Selain repertorium, Notaris bisa mempunyai buku penunjang yang membantu
Notaris dalam penulisan nomor akta sebelum nomor akta didaftarkan dalam
buku repertorium supaya tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan
repertorium.
Pada halaman pertama repertorium memuat :5

Buku Daftar Akta

Buku daftar akta ini berisikan 400 halaman untuk mencatat setiap hari
semua akta yang dibuat oleh atau dihadapan LENY AGUSTAN,

5
Leny Agustan, Tata Kelola Kantor Notaris/PPAT, (Jakarta: UII Press, 2018) HLM?

Universitas Indonesia
42

SARJANA HUKUM, MAGISTER KENOTARIATAN, Notaris


berkedudukan di Kabupaten Agam.

Untuk memenuhi kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat


(1) dan ayat (4) Undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan
atas Undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, setiap
halaman telah dinomori dengan nomor urut, halaman pertama dan
halaman terakhir telah disahkan dengan tandatangan dan dibubuhi teraan
cap/stempel Majelis Daerah Notaris Kabupaten Agam, oleh saya WAN
ABDULLAH, SARJANA HUKUM, Ketua Majelis Daerah Kabupaten
Agam.

Repertorium harus diisi notaris setiap harinya yang memuat semua akta yang
dibuat/dihadapan notaris baik dalam bentuk minuta akta maupun dalam bentuk akta
original tanpa sela kosong dan masing masing dalam ruang ditutup dengan garis tinta.

Contoh Buku Daftar Akta:

BUKU DAFTAR AKTA

Halaman : 001

No. No. Nama Penghadap dan/atau


Tanggal Sifat Akta Keterangan
Induk Bulanan Yang di Wakili/Kuasa

I.1. Tuan ANDI


KUASA UNTUK
1. 01.- 05 Januari 2017 2. Nyonya RAHMA
MENJUAL
II. Tuan BUDI

2/19

I. 1. Tuan IWAN, dengan persetujuan

Istrinya
PERJANJIAN
20. 20.- 30 Januari 2017 PENGIKATAN JUAL 2. Nyonya WATI
BELI
II. Tuan IRAWAN, Sarjana Teknik,

- selaku kuasa direksi dari PT.

Universitas Indonesia
43

Persada Andalas yang

berkedudukan di Bukittinggi

Untuk memenuhi ketentuan Pasal 58 UUJN, pada hari ini, Selasa, tanggal 30 Januari 2017 Buku Daftar
Akta Notaris,telah ditutup oleh saya Notaris, di Kabupaten Agam untuk bulan Januari 2017 dari nomor
urut 1 sampai 20 sebanyak 20 (dua puluh) Akta.

Agam, 30 Januari 2017

(Leny Agustan, SH.M.Kn)

Setiap bulannya notaris diwajibkan menyampaikan laporan atas akta-akta,


surat dibawah tangan yang disahkan, surat dibawah tangan yang didaftarkan,
daftar surat protes, laporan notaris ini disampaikan kepada majelis pengawas
daerah dari tempat kedudukan notaris tersebut sebagaimana diatur dalam pasal
61 ayat 1 UUJN yang menyatakan bahwa notaris wajib menyampaikan secara
tertulis salinan yang telah disahkannya dalam daftar akta dan daftar lain yang
dibuat pada bulan sebelumnya, paling lambat tanggal 15 (lima belas) pada
bulan berikutnya kepada Majelis Pengawas Daerah. Apabila kewajiban
tersebut tidak dilaksanakan, sanksi terhadap pelanggaran tersebut tidak secara
tegas diatur dalam UUJN, akan tetapi secara pembuktian apabila terdapat
sengketa terhadap akta yang dibuat oleh notaris tetapi tidak dilaporkan kepada
Majelis Pengawas Daerah maka dapat mengakibatkan akta menjadi dibawah
tangan.
3. Buku daftar akta di bawah tangan yang penandatanganannya dilakukan di
hadapan Notaris atau akta di bawah tangan yang didaftar
Buku daftar akta di bawah tangan atau yang disebut juga dengan legalisasi
diatur dalam pasal 15 ayat (2) huruf a UUJ, yang berbunyi:
“Notaris berwenang pula mengesahkan tandatangan dan menetapkan
kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus”
Penandatanganan legalisasi harus dilakukan dihadapan notaris karena dalam
legalisasi notaris menjamin kepastian tanggal dari surat dibawah tangan

Universitas Indonesia
44

tersebut, kemudian notaris mendaftarkannya dalam buku khusus yaitu buku


daftar akta di bawah tangan. Buku daftar surat dibawah tangan yang
didaftatkan ini tetap dimintakan tandatangan pengesahan pada Majelis
Pengawas Notaris Daerah, di paraf dan di cap/stempel pada setiap
halamannya.
4. Buku daftar nama penghadap atau Klapper
Buku daftar nama penghadap atau klapper merupakan buku yang memuat
daftar abjad tentang catatan nama-nama orang-orang yang telah menghadap
notaris untuk membuat akta. Klapper harus diisi setiap harinya dan ditutup
setiap bulannya.
5. Buku daftar protes
Buku daftar protes merupakan buku yang memuat sejumlah catatan-catatan
yang berkaitan dengan pernyataan tidak menyetujui dari notaris kepada pihak
lain atau lembaga lain, dan/atau lembaga lain atau pihak lain kepada notaris
berkaitan dengan pembuatan akta.
6. Buku daftar wasiat
Buku daftar wasiat merupakan buku yang memuat sejumlah catatan-catatan
yang berkaitan dengan wasiat.
7. Buku daftar lain yang harus disimpan oleh notaris berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Buku daftar lain merupakan buku yang memuat sejumlah catatan-catatan yang
berbeda atau yang tidak sama pada angka 1 sampai akta 6. Buku daftar lain
harus disimpan oleh notaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Didalam pasal 62 UUJN ditentukan juga penyebab-penyebab mengapa protokol


notaris perlu diserahkan, seperti:

1. Meninggal dunia
2. Telah berakhir masa jabatannya
3. Minta sendiri
4. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan sebagai notaris secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) tahun
5. Diangkat menjadi pejabat negara

Universitas Indonesia
45

6. Pindah wilayah jabatan


7. Diberhentikan sementara
8. Diberhentikan dengan tidak hormat

Protokol notaris wajib diserahkan paling lama 30 (tiga puluh) hari dengan
membuat berita acara penyerahan protokol notaris yang ditandatangani oleh yang
menyerahkan dan yang menerima protokol notaris6. Dalam pasal 63 sampai dengan pasal
65 UUJN telah ditentukan pihak-pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima
protokol notaris, pihak-pihak itu adalah sebagai berikut:7

1. Apabila notaris meninggal dunia, maka pihak yang menyerahkan protokol


notaris adalah ahli warisnya, sedangkan yang menerima protokol tersebut
adalah notaris lain yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah
2. Apabila notaris telah berakhir masa jabatannya, maka penyerahan
protokol notaris dilakukan oleh notaris kepada notaris lain yang ditunjuk
oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Daerah
3. Apabila notaris sendiri yang meminta sendiri, maka penyerahan protokol
dilakukan oleh notaris kepada notaris lain yang ditunjuk oleh Menteri atas
usul Majelis Pengawas Daerah
4. Apabila notaris tidak mampu secara rohani dan/atau secara jasmani untuk
melaksanakan tugas jabatan sebagai notaris secara terus-menerus lebih
dari 3 (tiga) tahun, maka yang menyerahkan protokol notaris adalah
notaris itu sendiri kepada notaris lain yang ditunjuk oleh Menteri atas usul
Majeis Pengawas Daerah
5. Apabila notaris yang menjadi pejabat negara, maka yang menyerahkan
protokol tersebut adalah notaris yang diangkat menjadi pejabat negara,
dan protokol tersebut diserahkan kepada notaris yang ditunjuk oleh
Majelis Pengawas Daerah

6
Pasal 63 UUJN
7
Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu (Konsep Teoretis, Kewenangan Notaris, Bentuk dan
Minuta Akta, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, TAHUN?), hlm. 201.

Universitas Indonesia
46

6. Apabila Notaris pindah wilayah jabatan, maka yang menyerahkan


protokol notaris tersebut adalah notaris yang bersangkutan kepada notaris
lain yang ditunjuk oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Daerah.
7. Apabila Notaris diberhentikan sementara, maka protokol diserahkan oleh
notaris kepada notaris lain yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah
jika pemberhentian sementara melebihi 3 (tiga) bulan
8. Apabila Notaris diberhentikan dengan tidak hormat, maka protokol notaris
diserahkan oleh notaris kepada notaris lain yang ditunjuk oleh Menteri
atas usul Majelis Pengawas Daerah

3.2 Akibat Hukum Terhadap Kelalaian Dalam Pemberian Nomor Akta

Notaris sebagai pejabat umum berwenang untuk membuat akta otentik.


Sehubungan dengan kewenangannya tersebut, maka notaris dibebani tanggungjawab atas
perbuatannya dalam membuat akta otentik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau dilakukan secara melawan hukum. Apabila notaris melakukan tindakan
diluar wewenang yang telah ditentukan, maka akta notaris tersebut dapat tidak mengikat
secara hukum atau tidak dapat dilaksanakan. Pihak-pihak dalam akta yang merasa
dirugikan karena kelalaian notaris tersebut dapat menggugat secara perdata ke pengadilan
negeri. Tanggungjawab-tanggungjawab hukum yang muncul akibat perbuatan melawan
hukum menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah:8

1. Tanggungjawab dengan unsur kesalahan seperti kesengajaan dan kelalaian


sebagaimana termuat dalam pasal 1365 KUHPerdata
2. Tanggungjawab dengan unsur kesalahan, khususnya unsur kelalaian sebagaimana
termuat dalam pasal 1366 KUHPerdata
3. Tanggungjawab mutlak (tanpa kesalahan) dalam arti yang sangat terbatas
sebagaimana termuat dalam pasal 1367 KUHPerdata

8
Hal. 64

Universitas Indonesia
47

Menurut Martiam Darus Badrulzaman, perbuatan melawan hukum adalah suatu


perbuatan hukum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang
karena kesalahannya atau kelalaiannya harus mengganti kerugian kerugian tersebut. 9

Peraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan akibat hukum suatu akta yang
dalam pembuatannya melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang
berakibat akta notaris dapat diajukan pembatalan karena merupakan suatu tindakan yang
mengandung cacat prosedue, yaitu tidak berwenangnya notaris untuk membuat akta
secara lahiriah, formil dan materil, serta akta notaris dibuat tidak sesuai dengan aturan
hukum tentang pembuatan akta notaris. Dengan alasan tertentu sebagaimana tersebut
diatas, maka konsekuensi hukum akta notaris menjadi:10

1. Dapat dibatalkan (verniegbaar)


2. Batal demi hukum (nietigheid van rechtswege)
3. Mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan
4. Dibatalkan oleh para pihak sendiri
5. Dibatalkan oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena penerapan asas praduga sah

Kedudukan akta yang sedang diproses pada peradilan masih menjadi akta yang
sah dan mengikat sampai dengan adanya keputusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. Dengan demikian, akta notaris tetap sah dan mengikat
para pihak atau siapa saja yang berkepentngan dengan akta tersebut

Proses mengajukan gugatan untuk menyatakan akta notaris tidak sah atau terdapat
cacat prosedur dalam mekanisme pembuatannya, maka pihak yang menyangkal
keabsahan akta notaris harus dapat membuktikannya dari tiga aspek, yaitu aspek
lahiriah, aspek formal, dan aspek materil. Apabila dapat dibuktikan, maka akta
notaris menjadi akta yang tidak sah dan dengan pertimbangan tidak terpenuhinya
syarat tersebut maka pengadilan dapat membatalkan akta tersebut. Tetapi apabila
para pihak menyangkal keabsahan akta tersebut dan tidak dapat membuktikan

9
Theodorus M. Tuanakotta, Menghitung Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana
Korupsi, (Jakarta:Salemba Empat, 2009 ), hlm. 72.
10
Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, hlm. 81.

Universitas Indonesia
48

pelanggaran terhadap aspek lahiriah, formil dan materil, maka akta notaris tetap
sah menjadi tetap sah menjadi alat bukti yang sempurna.

Kesalahan prosedur/administrasi dalam pembuatan akta otentik dapat berpengaruh


terhadap nilai kekuatan pembuktian akta otentik. Untuk itu, notaris tidak hanya
bertanggungjawab secara administrasi apabila dalam proses pembuatan akta otentik
melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam UUJN

3.4 Sanksi Terhadap Notaris yang Membuat Kelalaian

Berdasarkan UUJN diatur bahwa apabila notaris dalam menjalankan jabatannya


terbukti melakukan pelanggaran, maka notaris harus bertanggungjawab dengan cara
dikenakan sanksi atau dijatuhi sanksi berupa sanksi perdata, sanksi administrasi, sanksi
pidana dan kode etik jabatan notaris. Dengan demikian, Notaris sebagai pejabat umum
harus bertanggungjawab terhadap akta yang diperbuatnya, baik secara administratif,
perdata maupun tindak pidana.

1. Sanksi administratif
Secara garis besar, terdapat 3 macam sanksi administratif, yaitu:
a. Sanksi Reparatif
Sanksi reparatif digunakan untum memperbaiki pelanggaran tata
tertib hukum. Sanksi reparatif dapat berupa penghentian
perbuatan terlarang, kewajiban untuk merubah sikap. Contohnya
paksaan untuk melakukan sesuatu untuk pemerintah dan
pembayaran denda yang ditentukan sebagai hukuman tambahan
b. Sanksi punitif
Sanksi punitif bersifat menghumum dan merupakan beban
tambahan. Sanksi hukuman tergolong kedalam pembalasan dan
merupakan tindakan preventif atau pencegahan yang dapat
menimbulkan rasa takut atau jera bagi para pelanggarnya.
Contohnya teguran keras

Universitas Indonesia
49

c. Sanksi regresif
Sanksi regresif merupakan reaksi atas ketidaktaatan pada undang-
undang. Contohnya dicabutnya hak atas sesuatu yang diputuskan
menurut hukum.11
Menurut UUJN, terdapat 5 (lima) sanksi administratif, yaitu:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pemberhentian sementara
d. Pemberhentian dengan hormat
e. Pemberhentian tidak hormat
Penjatuhan sanksi-sanksi administratif tersebut biasanya diberikan kepada
notaris yang melanggar ketentuan dalam pembuatan akta otentik.
Pemberian sanksi tersebut biasanya disesuaikan dengan pelanggaran yang
dilakukan oleh Notaris. Semakin besar tingkat kesalahan yang dilakukan
oleh notaris, maka semakin besar pula sanksi dan tanggungjawab yang
harus dipenuhi.
2. Sanksi Perdata
Jika notaris melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kewenangan
notaris, dan para pihak yang termuat dalam akta merasa dirugikan atas
kelalaian notaris, maka notaris dapat digugat secara perdata ke pengadilan
negeri. Tanggung jawab akibat perbuatan melawan hukum sebagaimana
termuat dalam pasal 1366, Notaris wajib bertanggung jawab atas kerugian
yang di derita pihak ketiga akibat kelalaian atau kurang hati-hati yang ia
lakukan. KUHPerdata tidak secara tegas mengatur mengenai ganti rugi
tertentu sehingga hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti
rugi sesuai dengan ganti rugi yang dimintakan oleh para penghadap

Pasal 16 ayat 1 UUJN menerangkan kewajiban notaris dalam melaksanakan


jabatannya. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal dalam pasal 16 ayat 1 dapat
mengakibatkan akta mempunyai kekuatan pembuktian dibawah tangan atau akta menjadi
batal demi hukum dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk

11
Ibid, Hlm. 106-107.

Universitas Indonesia
50

menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris. Artinya, apabila akibat
kelalaian notaris pada kasus ini menyebabkan para pihak yang membuat akta mengalami
kerugian akibat kesalahan penomoran, maka para penghadap berhak meminta
penggantian biaya maupun ganti rugi. Selain itu, para penghadap dapat menggugat notaris
ke pengadilan dan mendudukan notaris sebagai tergugat apabila para penghadap ingin
melakukan pengingkaran hal-hal mengenai:

a. Hari, tanggal, bulan dan tahun menghadap;


b. Waktu (pukul penghadap);
c. Tanda tangan yang tecantum dalam minuta akta
d. Merasa tidak pernah menghadap
e. Akta tidak ditandatangani di hadapan notaris
f. Akta tidak dibacakan
g. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta
h. Alasan lain bersasarkan formalitas pembuatan akta sebagaimana terdapat dalam
UUJN.
3. Sanksi Pidana

Secara umum terdapat beberapa tindak pidana yang sering dilakukan notaris dalam
menjalankan jabatannya antara lain sebagai berikut:

a. Tindak pidana tentang pemalsuan surat sebagaimana terdapat dalam pasal 263
ayat (1), (2), paal 264 dan 266 KUHP
b. Tindak Pidana tentang penggelapan sebagaimana terdapat dalam pasal 372
KUHP
c. Tindak pidana tentang penipuan sebagaimana terdapat dalam pasal 378 KUHP

Pengkualifikasian tindak pidana tersebut diatas berkaitan dengan aspek-aspek :

a. Kepastian hari, tanggal, bulan tahun dan pukul penghadap;


b. Pihak (siapa orang) yang menghadap notaris;
c. Tanda tangan penghadap;
d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta;
e. Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta

Universitas Indonesia
51

f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tetapi minuta akta


dikeluarkan.

Apabila aspek-aspek tersebut diatas dilanggar oleh notaris, maka notaris yang
bersangkutan dapat dijatuhi sanksi pidana dengan dasar bahwa notaris telah membuat
surat palsu atau memalsukan akta dengan kualifikasi sebagai suatu tindak pidana yang
dilakukan oleh notaris. Akta yang telah dibuat oleh notaris apabila memuat unsur tindak
pidana dan menimbulkan kerugian bagi para pihak serta terdapat bukti-bukti permulaan
yang cukup, maka notaris dapat diduga telah melakukan atau turut serta dalam melakukan
atau membantu melakukan suatu tindak pidana berkaitan dengan kewenangan notaris
berasarkan pasal 15 UUJN.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

  • Miniproject Gabung
    Miniproject Gabung
    Dokumen33 halaman
    Miniproject Gabung
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab6 Gizi Kesling
    Bab6 Gizi Kesling
    Dokumen2 halaman
    Bab6 Gizi Kesling
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BLOk 9
    BLOk 9
    Dokumen12 halaman
    BLOk 9
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 11!!
    Blok 11!!
    Dokumen15 halaman
    Blok 11!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 13 Guweh
    Blok 13 Guweh
    Dokumen20 halaman
    Blok 13 Guweh
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Laporan Dokter Kecil
    Laporan Dokter Kecil
    Dokumen23 halaman
    Laporan Dokter Kecil
    maulana rifky
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Dita Erlina.n
    Skripsi Dita Erlina.n
    Dokumen129 halaman
    Skripsi Dita Erlina.n
    irvan syahmil
    Belum ada peringkat
  • Bab6 Gizi Kesling
    Bab6 Gizi Kesling
    Dokumen2 halaman
    Bab6 Gizi Kesling
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 10!!!!!!!!!!!
    Blok 10!!!!!!!!!!!
    Dokumen16 halaman
    Blok 10!!!!!!!!!!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 11 - .
    Blok 11 - .
    Dokumen11 halaman
    Blok 11 - .
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 10!!!!!!
    Blok 10!!!!!!
    Dokumen17 halaman
    Blok 10!!!!!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 - Fix
    BAB 3 - Fix
    Dokumen18 halaman
    BAB 3 - Fix
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 12...................
    Blok 12...................
    Dokumen20 halaman
    Blok 12...................
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Dokumen1 halaman
    Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bblok 24
    Bblok 24
    Dokumen1 halaman
    Bblok 24
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Beneficence
    Beneficence
    Dokumen1 halaman
    Beneficence
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bacterial Food Poisoning
    Bacterial Food Poisoning
    Dokumen42 halaman
    Bacterial Food Poisoning
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Done
    Bab IV Done
    Dokumen12 halaman
    Bab IV Done
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case Anak 2
    Case Anak 2
    Dokumen10 halaman
    Case Anak 2
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bahan Blok 13
    Bahan Blok 13
    Dokumen14 halaman
    Bahan Blok 13
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bimbingan Cairan
    Bimbingan Cairan
    Dokumen1 halaman
    Bimbingan Cairan
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 - Submit
    BAB 2 - Submit
    Dokumen32 halaman
    BAB 2 - Submit
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB V - Submit
    BAB V - Submit
    Dokumen17 halaman
    BAB V - Submit
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen34 halaman
    Case
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen3 halaman
    Case Report
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case IPD
    Case IPD
    Dokumen45 halaman
    Case IPD
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB I Done
    BAB I Done
    Dokumen7 halaman
    BAB I Done
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • STATUS GIZI BALITA
    STATUS GIZI BALITA
    Dokumen15 halaman
    STATUS GIZI BALITA
    Fitriana Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Case Sulit Ablatio
    Case Sulit Ablatio
    Dokumen22 halaman
    Case Sulit Ablatio
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat