Anda di halaman 1dari 12

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan Pustaka


No. Telp (021) 5694-2061

Analisis Terhadap Batu Empedu dan


Sistem Pencernaan
Rionaldo Sanjaya P
102012022
B3
rionaldosanjaya@rocketmail.com

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari makhluk hidup memerlukan makanan untuk hidup,


makanan yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan dicerna oleh system pencernaan. Saluran
pencernaan manusia terdiri dari mulut, esophagus, gaster, usus halus, usus besar, rectum, dan
anus. Serta adanya kelenjar pencernaan yaitu, kelenjar submandibularis, sublingualis, parotis,
pancreas, dan hati.
Hati mensekresi garam empedu yang berguna untuk membantu pencernaan lemak dan
penyerapan lemak. Pada saat tidak adanya makanan yang dicerna, maka garam empedu ini akan
dibawa ke kantung empedu untuk disimpan sementara dan dipekatkan.. Pada saat makanan
dicerna, maka garam empedu akan dikeluarkan melalui ductus koleadokus ke duodenum.
Namun, Bila makanan yang dikonsumsi terlalu banyak lemak, lemak tersebut dapat
masuk ke dalam empedu dan mengendap menjadi mikrokristal dan menjadi batu empedu. Batu
empedu dapat terbentuk di dalam kantung empedu, duktus siliacus, duktus koleadokus, dan
sebagainya.
Pada kasus ini, seorang bapak gemuk yang sering mengalami nyeri perut kanan dan mal
didiagnosa sebagai batu empedu. Tentunya batu empedu ini dapat mengganggu system
pencernaan khususnya lemak bapak tersebut. Lebih lanjut akan dibahas dalam makalah ini.

1
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mekanisme system pencernaan dan
pencernaan lemak, struktur dari hepar dan empedu baik mikroskopik maupun makroskopik,
enzim-enzim pencernaan, dan fungsi organ pencernaan.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme system pencernaan dan
pencernaan lemak, struktur dari hepar dan empedu baik mikroskopik maupun makroskopik,
enzim-enzim pencernaan, dan fungsi organ pencernaan.

Identifikasi Istilah
Batu Empedu: Endapan konstituen empedu, dan sebagian besar berupa kolesterol.1
Rumusan Masalah
Seorang bapak 56th berperawakan gemuk sering mengalami nyeri perut kanan dan mual.

Mind Map

Gambar 1. Mind Map Gangguan Pencernaan

2
Batu Empedu
Batu empedu terdiri dari endapan konstituen empedu, sebagian besar berupa kolesterol.
Dapat terbentuk banyak batu kecil atau sebuah batu besar. Penyebab batu empedu tidak jelas
tetapi factor predisposisinya terdiri dari; perubahan komposisi empedu yang mempengaruhi daya
larut kandungannya, kolesterol dan diet dalam kadar tinggi, penyakit hemolitik, obesitas, dan
sebagainya.1
Batu empedu terdiri dari 75% kolesterol dan sisanya bilirubin serta kalsium.
Penyumbatan pada duktus sistikus atau duktus koledokus oleh batu empedu menyebabkan nyeri
kolik pada kuadran kanan atas,. Perasaan nyeri biasanya terletak pada daerah epigastrium atau
kuadran kanan atas dan sering menyebar ke daerah interskapularis kanan.2

Hepar
Hepar menempati sebagian besar rongga
abdomen kanan atas, terletak pada regio
hipokondrika kanan dan epigastrika. Hepar
memiliki batas batas yaitu,
- Atas: diaphragm
- Kanan: Perpotongan sela iga 4 dengan
linea midclavicula, menuju ke bawah
sampai iga 7 kanan
- Kiri: Sela iga 5 dan rawan iga 6 sampai
pertengahan garis parasternal-garis
midclavicularis kiri
- Bawah: sesuai tepi tajam hati: Sebagai Gambar 2. Hepar Tampak Anterior
garis dari kanan 1cm di bawah arcus Sumber: likar.info
costa sampai rawan iga 9 menuju kiri atas memotong linea medianan pada jarak
pertengahan proccesus xyphoideus-umbilicus berakhir pada batas ujung kiri atas.
Hepar memiliki konsistensi yang kenyal seperti jeli dengan berat yang bervariasi rata-rata
1,5 kg. Hepar dilapisi oleh peritoneum, kecuali bagian belakang yang langsung melekat pada
diaphragm dan disebut sebagai bare area ( area nuda ). Pada penampang sagital hepar, tampak
bagian depan lebih rendah dari bagian belakang.3

3
Hepar dibedakan menjadi dua
lobus, yaitu lobus kanan dan lobus
kiri. Batas lobus kanan dan kiri
adalah sebuah alur berbentuk huruf H
yang ditempati oleh lig. teres hepatis
dan lig. venosum arantii di sebelah
caudal, dan lig. falciforme hepatis di
sebelah cranial. Secara anatommis
dan fungsional batas lobus kanan dan
kiri sesuai bidang yang melalui alur
yang dibentuk oleh kantung empedu Gambar 3. Hepar Tampak Posterior
dan vena cava inferior. Lobus kanan Sumber: spina.pro
terbagi menjadi lobus caudatus dan quadrates oleh porta hepatis dan fossa sagitalis dextra.
Bagian yang berhubungan dengan diaphragm disebut fascies diaphragmatica dan bagian
yang menghadap cavum abdomen disebut fascies visceralis / fascies inferior. Peralihan dari
fascies superior ke inferior di sebelah belakang tidak jelas, sedangkan peralihan di sebelah depan
jelas yaitu pada tepi tajam atau mago anterio/ margo inferior.
Fascies inferior hepatis, pada daerah ini dapat dijumpai alur berbentuk H dengan
deskripsi sebagai berikut,
- Alur melintang sesuai pintu masuk pembuluh darah dan saluran empedu ke dalam hepar
= porta hepatis
- Disebelah kanan terdapat alur besar = fossa sagitalis dextra, yang ditempati vena cava
inferior di sebelah atas dan vessica fellea di sebelah bawah depan.
- Di sebelah kiri ( fossa sagitalis sinistra ) yang ditempati lig. venosum arantii disebelah
posterior dan lig. teres hepatis di sebelah anterior2
Pada fascies inferior hepatis, lobus kiri hepatis berbatasan dengan esophagus dan
menimbulkan jejas disebut impressio esophagea, berbatasan dengan gaster menimbulkan jejas
disebut impressio gastric, terdapat tonjolan sesuai lengkung curvature minor yang masuk ke
adalam bursa omentale = tuber omentale. Sedangkan pada lobus kanan hepar berbatasan dengan
duodenum dan pylorus dan menimbulkan jejas disebut impressio duodenalis, berbatasan dengan
colon dan menimbulkan jejas disebut impressio colica, berbatasan dengan ginjal dan

4
menimbulkan jejas disebut impression renalis, berbatasan dengan anak ginjal disebut impression
suprarenalis.
Fascies diaphragmatica hepatis berbatasan dengan permukaan bawah paru dan jantung,
tempat berbatasan dengan jantung sedikit tertekan dan menimbulkan lekukan disebut impression
cardiaca.
Hepar terutama difiksasi dengan diaphragm dan v. cava inferior, lig. falciforme hepatis (
menghubungkan dinding depan abdomen dengan diaphragm ). Hepar juga difiksasi dengan
umbilicus melalui lig. teres hepatis yang berjalan pada tepi bebas lig. falciforme hepatis. Lig.
triangulare hepatis merupakan lipatan peritoneum pada kedua ujung kanan dan kiri hepar,
melekat juga pada diaphragma yang terletak pada permukaan belakang hati. Lig. triangulare kiri
lebih tebal dan kuat disebut appendix fibrosa hepatis, sebaliknya pada lig. triangulare dextra
lebih tipis. Lipatan peritoneum yang melapisi hepar di fascies diaphragmatica memisahkan diri
membentuk lig. coronarium hepatis, lembar depan lig. ini melanjutkan diri menjadi lig.
falciforme hepatis, lembar belakang melanjutkan diri ke arah ginjal membentuk lig.
hepatorenalis, jaringan ikat ini di bawahnya membatasi suatu kantung ( reccesus hepato renalis /
reccesus hepato reno colica/ fossa renalis dextra ( morison ), kantung ini dapat ikut meradang
karena perforasi appendicitis.
Hepar mendapat perdarahan dari a. hepatica communis yang merupakan cabang dari a.
coeliaca, a. hepatica propria yang merupakan cabang dari a. hepatica communis dan berjalan
dalam lig. hepatoduodenale ( bersama dengan v. porta dan duktus koledokus ), a. hepatica dextra
dan sinistra yang merupakan cabang dari a. hepatica propria. V. porta hepatica menampung
darah balik dari alat alat tractus gastrointestinal.3

Struktur mikroskopis dari hepar ini


terdiri dari lobulus-lobulus yang terdiri dari
triad portal dan vena sentralis. Unit
fungsional hepar adalah asinus. Asinus
terdiri dari hepatosit yang membentuk dua
lapis sel dan kanalikuli empedu diantaranya
sepanjang sinusoid. Sinusoid hati adalah Gambar 4. Hepar Mikroskopis

5
celah diantara barisan hepatosi yang mengandung sinusoid kapiler. Sinusoid ini mempunyai
batas yang tidak sempurna sehingga memudahkan pengaliran zat makromolekul dari lumen ke
sel hati dan sebaliknya. Sinusoid ini dikelilingi dan disokong oleh selubung serabut retikulin
halus.
Lobulus merupakan connective tissue yang membagi liver kedalam ribuan unit yang kecil.
Bentuknya adalah prisma poligonal, dan pada bagian tengahnya terdapat vena sentralis dan triad
porta tampak pada bagian ujung heksagonal.
Bagian terbesar dari lobulus hati adalah hepatosit yang tersusun di dalam cord dan
dipisahkan oleh sinusoid. Pada orang dengan gizi yang baik, hepatosit menyimpan banyak
glikogen dan mengolah lipid dalam jumlah besar.
Trias porta terdiri dari vena porta, arteri hepatika, dan duktus biliaris.4

Vesica Fellea
Letak vessica fellea sesuai dengan
perpotongan batas lateral M. rectus
abdominis dan arcus aortae dextra. Batas-
batas vessica fellea,
- Depan: hepar dan fundus vessica
fellea berbatasan dengan dinding
depan rongga perut
- Belakang: flexura colli dextra/colon
transversum dan collum vessica
fellea berbatasan dengan pars
superior duodeni. Gambar 5. Vessica Fellea
Vessica fellea diliputih oleh peritonium Sumber: commons.wikimedia.org
kecuali bagian yang melekat pada hepar. Vessica fellea dibagi menjadi bagian collum, corpus,
dan fundus. Vessica fellea memiliki duktus sistikus yang bersama sama dengan duktus biliaris
membentuk duktus koledokus yang berjalan dalam lig. hepatoduodenale. Vessica fellea
mendapat perdarahan dari a. sistikus yang merupakan cabang dari a. hepatica dextra.3
Vessica fellea tidak memiliki Tunika Muscularis Media, Tunika mukosanya tersusun atas
epitel selapis torak dan pada lamina propria didapati sinus Rokistansky Aschof. Tunika

6
muskularisnya tidak teratur . Tunika perimuskularis/ tunika subserosa hanya berupa anyaman
penyambung jarang. Disini terdapat duktus Aberans Luschka. Tunika adventitia berupa membran
serosa

Gambar 6. Vessica Fellea secara Mikroskopis

Fungsi Organ
Mulut terdiri dari rongga mulut yang berfungsi sebagai jalan masuk menuju sistem
pencernaan, bibir yang tersusun dari otot rangkan berfungsi untuk menerima makanan, pipi
memiliki otot buccinator yang berfungsi untuk mastikasi, lidah memiliki otot ekstrinsik dan
intrinsik yang membantu mendorong makanan, menggerakan makanan, dan untuk mengecap
rasa, gigi yang terdiri dari gigi seri, taring, dan geraham berfungsi untuk mengunyah makanan
menjadi bentuk yg lebih kecil, kelenjar saliva dihasilkan oleh kelenjar parotis, kelenjar
sublingual, dan submandibular yang berfungsi untuk membantu pengecapan rasa, melubrikasi
makanan, dengan enzim amilase mengubah polisakarida menjadi maltosa, dan memelihara
kesehatan gigi.5
Lambung memiliki fungsi untuk menyimpan makanan hingga 1,5 liter, produksi
pepsinogen, faktor intrinsik, asam lambung ( HCl ), dan mukus. Lambung juga telah memulai
pencernaan protein melalui enzim pepsinogen dan dengan gerak segmentasinnya lambung juga
berfungsi untuk mencampur makanan. Lambung juga dapat mengabsorpsi alkohol dan aspirin.
Usus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di
lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta dibantu empedu
dalam hati. Usus halus berperan dalam pencernaan dan penyerapan zat makanan, dan
menghasilkan sekretin dan kolesistokinin. Sekretin akan merangsang sel duktus pankreas untuk

7
mengeluarkan natrium bikarbonat untuk menetralkan asam, dan kolesistokinin untuk merangsang
sel asinus pankreas untuk meningkatkan sekresi enzim. Enzim usus terdiri dari enterokinase yang
mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase,
dipeptidase untuk mengurai peptida menjadi asam amino bebas, amilase usus menghidrolisis zat
tepung menjadi disakarida, maltase, isomaltase, laktase, sukrase memcah disakarida menjadi
monosakarida, dan lipase usus untuk memecah monogliserid menjadi asam lemak dan gliserol.
Usus besar berfungsi untuk mengabsorbsi 80-90% air dan elektrolit dari kimus yang
tersisa, memproduksi mukus tanpa enzim ataupun hormon, mencerna selulosa (oleh bakteri), dan
menambah zat- zat sisa lain.
Pankreas memiliki bagian sel sel eksokrin dan sel sel endokrin. Sel sel endokrin
pankreas ( pulau pulau langerhans ) yang mensekresi hormon insulin dan glukagon dan sel
sel eksokrin yang terdiri dari sel asinus yang menghasilkan enzim proteolitik, lipase, dan amilase
serta sel duktus yang mensekresi natrium bikarbonat.
Hati berfungsi untuk memproduksi cairan empedu untuk emulsifikasi dan absorpsi
lemak, hati juga berperan dalam mempertahankan homeostatik gula darah dengan glikogen. Hati
juga mengurai protein dari sel sel tubuh dan sel darah merah yang rusak, hati juga berperan
dalam penyimpanan dan pemakaian lemak. Hati juga berfungsi mensintesis bilirubin dari
penguraian hemoglobin. Hati juga berfungsi menyimpan mineral serta vitamin yang larut dalam
lemak, dan juga berfungsi dalam detoksifikasi toksin dan obat, juga memfagosit eritrosit dan zat
asing melalui sel kupffer.
Garam empedu berfungsi untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dengan
menghasilkan emulsi makanan yang ukurannya lebih kecil dari globulus lemak, dan berfungsi
untuk membantu absorbsi lemak dan membantu membentuk misel yang akan dibuang melalui
feses.
Kandung empedu berfungsi untuk menyimpan cairan empedu sementara makanan yang
dicerna tidak ada, dan memekatkan cairan empedu tersebut. Saat makanan diceerna baru cairan
empedu dikeluarkan melalui duktus sistikus, duktus koledokus dan masuk ke usus halus melalui
sphingter oddi.5

8
Enzim Pencernaan
1. Enzim amilase adalah enzim yang berfungsi untuk mencerna zat tepung dan
polisakarida menjadi monosakarida supaya dapat diserap oleh tubuh. Enzim amilase
terdapat pada saliva mulut, sekresi pankreas, dan sekresi usus.
2. Enzim pepsin di lambung, yang berfungsi untuk mengubah protein menjadi pepton.
3. Enzim usus yang terdiri dari enterokinase yang mengaktivasi tripsinogen pankreas
menjadi tripsin. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dipeptidase untuk
mengurai peptida menjadi asam amino bebas. Amilase usus menghidrolisis zat tepung
menjadi disakarida. Maltase, isomaltase, laktase, sukrase memecah disakarida
menjadi monosakarida, dan lipase usus untuk memecah monogliserid menjadi asam
lemak dan gliserol.
4. Enzim proteolitik untuk mencerna protein ( tripsinogen, kimotripsinogen, dan
prokarboksipeptidase ), amilase pankreas mencerna karbohidrat, dan lipase pankreas
untuk mengubah lemak menjadi as. Lemak dan gliserol.5

Mekanisme Pencernaan
Pada rongga mulut terjadi proses
mastikasi dengan tujuan menggiling dan
memcah makan menjadi bentuk yang
lebih kecil untuk membantu proses
menelan, juga mencampur makanan
dengan saliva, dan proses pengecapan
yang dibantu oleh saliva. Dengan
gerakan peristaltik dari esophagus yang
berupa kontraksi dari cincin- cincin otot
polos sirkuler yang bergerak secara
progresif ( mendorong ) ke depan
dengan gerakan kontraksi sehingga
bolus terdorong. Gerakan peristaltik
esophagus ini berlangsung selama 5-9
detik. Gerak peristaltik lambung pada

9
bagian antrum, kimus dicampur dengan sekresi lambung ( HCl dan pepsin ) dan kimus yang
sudah ada di depan sfingter pilorus ada yang terdorong ke duodenum dan ada yang kembali ke
antrum sehingga tercampur merata yang disebut retropulsi. Segmentasi usus dengan cara
mencampur dan mendorong kimus yang masuk secara perlahan rata rata 1 cm per menit untuk
optimalisasi penyerapan, dengan cara kontraksi cincin otot polos sirkuler, segmen yang
berkontraksi kemudian melemas berkontraksi lagi sehingga mendorong kimus ke arah segmen
yang melemas sehingga kimus dihancurkan, dikocok, dan dicampur secara merata. Haustrasi
oleh usus besar dimulai oleh ritmisitas otonom sel otot polos kolon seperti gerakan segmentasi
tetapi sangat jarang anatara 2 haustra mencapai 30 menit dan bersifat nonpropulsif dengan
gerakan maju mundur dan mengaduk isi kolon, sehingga semua terpapar ke mukosa absorbtif.
Gerakan massa dengan mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar hingga ke rektum dan
bila ada peregangan rektum dan timbul refleks defekasi akhirnya defekasi.6

Mekanisme Pencernaan Lemak

Pencernaan lemak terjadi di usus halus dengan bantuan enzim hidrolitik ( Lipase dan
fosolipid ). Lemak sukar bercampur dengan air. Maka dari itu, perlu proses emulsifikasi lemak
terlebih dahulu agar selanjutnya lemak dapat dicerna dan di absorbs.6,7
Proses emulsifikasi diawali ketika lemak mulai memasuki usus halus, suatu hormon yang
disebut hormon kolesitokinin kemudian memberi kode pada kantung empedu untuk
menghasilkan cairan empedu yang berasal dari kandung empedu melalui duktus koledokus.
Cairan empedu inilah yang mengemulsi lemak menjadi bentuk yang lebih kecil (hingga 300 kali
lebih kecil). Kemudian dengan bantuan enzim lipase pankreas, lemak dihidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak. Hasil hidrolisis ini menjadi micel (butir-butir lemak) dengan bantuan
garam empedu.
Hasil pencernaan dari lemak akan diserap kembali ke dalam membran mukosa usus halus
dengan cara difusi pasif. Absorbsi ini paling banyak terjadi di jejenum. Untuk bentuk gliserol,
asam lemak rantai pendek (C4-C6), dan asam lemak rantai panjang (C8-C10) dapat langsung
diserap menuju aliran darah. Sedangkan bagi asam lemak dengan rantai panjang, monogliserida
harus diubah menjadi trigliserida dahulu. Trigliserida dan lipida besar lainnya (kolestrol,
fosfolipida) kemudian diabsorbsi secara aktif dan menghasilkan kilomikron (jenis lipoprotein

10
alat angkut lipida).6 Kilomikron membawa lipida ke jaringan jaringan adiposa melewati limfe
menuju ke darah.
Sebagian besar orang dewasa dapat mencerna dan mengabsorbsi lemak hingga 95%,
sisanya, akan dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Garam empedu yang sususannya terdiri dari
kolestrol di dalam usus halus dapat diserap oleh jenis serat tertentu yang selanjutnya akan ikut
dikeluarkan melalui feses. Hal ini dapat menurunkan kadar kolestrol darah.6

Pembahasan
Pencernaan di usus halus meliputi pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak. Selain
pencernaan, penyerapan zat makanan dalam bentuk yang sederhana juga terjadi. Setelah
penyerapan zat makanan di usus maka akan dibawa ke hati melalui vena porta hepatica.
Berdasarkan scenario, seorang bapak gemuk yang dimungkinkan mengkonsumsi banyak
lemak, itu berarti tinggi lemak juga yang di bawa ke hati.
Garam empedu berfungsi untuk membantu mengemulsi lemak pada usus halus,
menampung bilirubin dan kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel hati. Berdasarkan salah
satu dari fungsi garam empedu yaitu mengangkut kolesterol yang berlebih maka kadar kolesterol
dalam garam empedu meningkat, sehingga ketika dibawa ke kandung empedu dan dipekatkan
maka garam empedu dan kolesterol semakin pekat dan akhirnya terbentuk batu empedu tersebut.
Sehingga, akan mengganggu proses pencernaan.

Kesimpulan
Hipotesis terbukti benar, bahwa konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan
kadar kolesterol yang dibawa ke kandung empedu, sehingga akhirnya terbentuk batu empedu
yang menanggu system pencernaan.

11
Daftar pustaka
1. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan. Jakarta: EGC; 2008.p.579.
2. Delp MH, Fanning RT, Siregar MR. Major diagnostic fisik. Jakarta: EGC;
2003.p.402.
3. Wati WW, Kindangen K, Listiawati E.Traktus Digestivus . Jakarta: Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran Ukrida; 2013.h.50-8.
4. Lumongga F. Struktur Liver. 2008. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2052/1/09E01467.pdf, 14/7/2013.
5. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.p. 281-92.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel kesistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011. h.
590-647.
7. Kutchel P, Ralston GB. Biokimia. Jakarta: Erlangga; 2006.p.77.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Miniproject Gabung
    Miniproject Gabung
    Dokumen33 halaman
    Miniproject Gabung
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab6 Gizi Kesling
    Bab6 Gizi Kesling
    Dokumen2 halaman
    Bab6 Gizi Kesling
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 13 Guweh
    Blok 13 Guweh
    Dokumen20 halaman
    Blok 13 Guweh
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab6 Gizi Kesling
    Bab6 Gizi Kesling
    Dokumen2 halaman
    Bab6 Gizi Kesling
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 11!!
    Blok 11!!
    Dokumen15 halaman
    Blok 11!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 3-1
    Bab 3-1
    Dokumen14 halaman
    Bab 3-1
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Dita Erlina.n
    Skripsi Dita Erlina.n
    Dokumen129 halaman
    Skripsi Dita Erlina.n
    irvan syahmil
    Belum ada peringkat
  • Laporan Dokter Kecil
    Laporan Dokter Kecil
    Dokumen23 halaman
    Laporan Dokter Kecil
    maulana rifky
    Belum ada peringkat
  • Blok 10!!!!!!!!!!!
    Blok 10!!!!!!!!!!!
    Dokumen16 halaman
    Blok 10!!!!!!!!!!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 11 - .
    Blok 11 - .
    Dokumen11 halaman
    Blok 11 - .
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 10!!!!!!
    Blok 10!!!!!!
    Dokumen17 halaman
    Blok 10!!!!!!
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 - Fix
    BAB 3 - Fix
    Dokumen18 halaman
    BAB 3 - Fix
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 12...................
    Blok 12...................
    Dokumen20 halaman
    Blok 12...................
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Dokumen1 halaman
    Bagaimana Mengetahui Bahwa Dengan Visus 6
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bblok 24
    Bblok 24
    Dokumen1 halaman
    Bblok 24
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Beneficence
    Beneficence
    Dokumen1 halaman
    Beneficence
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bacterial Food Poisoning
    Bacterial Food Poisoning
    Dokumen42 halaman
    Bacterial Food Poisoning
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Done
    Bab IV Done
    Dokumen12 halaman
    Bab IV Done
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case Anak 2
    Case Anak 2
    Dokumen10 halaman
    Case Anak 2
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bahan Blok 13
    Bahan Blok 13
    Dokumen14 halaman
    Bahan Blok 13
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Bimbingan Cairan
    Bimbingan Cairan
    Dokumen1 halaman
    Bimbingan Cairan
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 - Submit
    BAB 2 - Submit
    Dokumen32 halaman
    BAB 2 - Submit
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB V - Submit
    BAB V - Submit
    Dokumen17 halaman
    BAB V - Submit
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen34 halaman
    Case
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen3 halaman
    Case Report
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • Case IPD
    Case IPD
    Dokumen45 halaman
    Case IPD
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • BAB I Done
    BAB I Done
    Dokumen7 halaman
    BAB I Done
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat
  • b30 Status Gizi Balita Mgrs
    b30 Status Gizi Balita Mgrs
    Dokumen15 halaman
    b30 Status Gizi Balita Mgrs
    Fitriana Kurniasari
    Belum ada peringkat
  • Case Sulit Ablatio
    Case Sulit Ablatio
    Dokumen22 halaman
    Case Sulit Ablatio
    Rionaldo Sanjaya
    Belum ada peringkat