MEKANIKA BATUAN
Catatan ini bersumber dari materi yang disampaikan pada perkuliahan oleh dosen mata
kuliah bersangkutan, dan dibuat untuk mempermudah pembelajaran dan pengarsipan
materi kuliah. Tidak direkomendasikan sebagai referensi pembuatan karya tulis, laporan,
dsb. Tidak untuk disebar ke media ataupun diperjualbelikan.
CATATAN KULIAH PERMATA MEKANIKA BATUAN
BAB I
BATUAN DAN MEKANIKA BATUAN
1. DEFINISI BATUAN
Berbagai definisi dari batuan sebagai objek dari mekanika batuan telah
diberikan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan.
a. Menurut para geologiwan
Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu
membentuk kulit bumi
Batuan adalah semua mineral yang membentuk kulit bumi yang dibagi atas
batuan terkonsolidasi (consolidated rock) dan batuan yang tidak
terkonsolidasi (unconsolidated rock)
b. Menurut ahli geoteknik
Batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi.
Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah
terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa (cangkul).
c. Menurut Talobre (Perancis, 1948)
Batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang
berada di dalamnya (seperti air, minyak, dll).
d. Menurut ASTM
Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa
massa berukuran besar ataupun berupa fragmen fragmen.
e. Secara Umum
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak
mempunyai komposisi kimia tetap.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan tidak sama dengan tanah.
Tanah dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan
permukaan bumi.
2. KOMPOSISI BATUAN
Kulit Bumi 99% dari beratnya terdiri dari 8 unsur (O, Si, Al, Fe, Ca, Na, Mg, dan
H). Komposisi dominan dari kulit bumi adalah :
SiO2 59,8% Na2O 3,25%
Al2O 14,9% K2O 2,98%
CaO 4,9% Fe2O3 2,69%
MgO 3,7% H2O 2,02%
Fe 3,39%
Batuan terdiri dari batuan padat, batik berupa kristal maupun yang tidak
mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti pori pori, fissure, crack,
joint, dll
3. DEFINISI MEKANIKA BATUAN
Definisi mekanika batuan telah diberikan oleh beberapa ahli atau komisi komisi
yang bergerak di bidang ilmu tersebut.
a. Menurut Talobre
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya
adalah mempelajari perilaku batuan di tempat asalnya untuk dapat
mengendalikan pekerjaan pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut,
seperti penggalian bawah tanah, dll.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mekanika batuan merupakan gabungan
dari :
4. SIFAT BATUAN
Sifat batuan yang sebenarnya di alam adalah :
a. Heterogen
Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda. Ukuran dan bentuk partikel
/ butir berbeda di dalam batuan. Ukuran, bentuk, dan penyebaran void
berbeda di dalam batuan.
b. Diskontinu
Massa batuan di alam tidak kontinu karena adanya bidang bidang lemah
(crack, joint, fault, fissure) dimana kekerapan, perluasan, dan orientasi dari
bidang bidang lemah tersebut tidak kontinu.
c. Anisotrop
BAB II
l2 l l1
= 1 + 2
Keterangan :
= Tegangan Tarik
P = Gaya Tarik
A = Luas Penampang
A= Luas Penampang Miring
1 adalah susut yang dibentuka antara sumbu x dengan arah dari tegangan
prinsipal.
Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa tegangan geser sama dengan nol jika
tegangan normal maksimum dan minimum. Demikian juga jika tegangan geser
maksimum maka tegangan tegangan normal sama dengan setengah dari jumlah
tegangan tegangan normal asal.
Titik pusat lingkaran selalu pada titik :
+ + + 90
=
2 2
BAB III
Pertama tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan uji tanpa
merusak (non destructive test), kemusian dilanjutkan dengan penentuan sifat
mekanik batuan yang merupakan uji merusak (destructive test) sehingga
contoh batuan hancur.
Hasil core drilling ke dalam massa batuan yang akan berupa sample inti
batuan dapat digunakan untuk uji laboratorium dengan syarat tinggi dua kali
diameter.
Setiap contoh yang diperoleh kemudian diukur diameter, tinggi, luas
permukaan, dan volumenya.
a. Natural density
=
b. Dry density
=
c. Saturated density
=
d. Apparent specific gravitty
=
e. True specific gravity
=
f. Natural water content
= 100%
g. Saturated water content
= 100%
h. Derajat kejenuhan
= 100%
i. Porositas
= 100%
j. Void Ratio
=
1
Keterangan :
Wn = Berat Contoh Natural
Wo = Berat Contoh Kering (dioven 24 jam dengan T=90oC)
Ww = Berat Contoh Jenuh (direndam dalam air 24 jam)
Ws = Berat Contoh Jenuh di dalam Air
Kuat Tekan : c
Batas Elastisitas : E
Modulus Young : =
Poissons Ratio : = 1 ( 1)
1
Tangen M. Young : Diukur pada tingkat tegangan = 50% c
Average M. Young : dari rata kemiringan kurva bagian linear
Secan M. Young : Diukur dari tegangan = 0 sampai 50% c
b. Uji Triaksial
Uji ini untuk mengukur kekuatan sample batu berbentuk silinder
dibawah tekanan triaksial. Data hasil pengujian sangat diperlukan untuk
perhitungan strength envelope (kurva intrinsik), shear strength, sudut
geser dalam, dan kohesi.
3 (1 + ) + 2
1 =
1
2
=
1
2
=
1 +
Keterangan
= Tegangan Geser
N = Tegangan Normal
1 = Tegangan Prinsipal Mayor
2 = Tegangan Prinsipal Minor
c = Kohesi
= Sudut antara s1 dan sn
= Sudut gesek dalam
c = Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
t = Kuat Tekan Triaksial (UTS)
c. Direct Shear Test
Kuat geser batuan merupakan perlawanan internal batuan terhadap
tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut,
yang dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik dan faktor eksternal. Untuk
mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu diperlukan
3 sample. Masing masing sample dikenakan gaya normal tertentu yang
diaplikasikan tegak lurus terhadap permukaan bidang diskontinu. Dari
hasil pengujian direct shear test didapat garis Coulombs shear strength,
shear strength, sudut geser dalam (), kohesi (c).
Faktor faktor yang mempengaruhi kuat geser batuan :
a. Laju perpindahan geser konstan akan mengindikasikan gaya geser
yanng bekerja pada batuan tersebut. yang dibutuhkan batuan
tersebut untuk mulai membentuk rekahan bidang geser dan
berpindah akan bertambah sesuai pertambahan FN.
b. Pada uji geser langsung, dan N adalah representatif dari FS dan FN
dibagi luas kontak.
c. Saat uji geser : meningkat secara linear terhadap perpindahan, akan
tetapi berangsur angsur menjadi tidak linear hingga pada saat tercapai
nilai maksimumnya. Nilai maksimum = nilai p dan nilai
perpindahan pada saat kondisi ini disebut perpindahan geser puncak.
d. Setelah p tercapai, akan turun dan berangsur angsur mencapai nilai
konstan dan disebut R.
semakin kuat. Uji kuat geser harus dilakukan pada kondisi tingkat
tegangan normal yang tidak melebihi batas elastisitasnya. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh deformasi yang disebabkan tegangan
geser dan bukan oleh tegangan normal.
Bidang geser dan material pengisi pada bidang geser
a. Kuat geser akan berkurang secara signifikan ketika sebagian atau
seluruh permukaan tidak sepenuhnya kontak, melainkan ditutupi
oleh material pengisi yang relatif lunak seperti lempung.
b. Keruntuhan geser batuan dengan bidang diskontinu yang terisi
material lunak mengalami dua tahap. Pertama tegangan dan
perpindahan geser hanya dipengaruhi oleh kekuatan material pengisi.
Kedua, setelah terjadi perpindahan, permukaan batuan mengalami
kontak kemudian kekuatan dari bidang diskontinu ditentukan oleh
kekasaran dan kekuatan bidang geser itu sendiri.
Pengaruh kehadiran air dan tekanan air
a. Kehadiran air pada massa batuan menyebabkan permukaan bidang
diskontinu akan tertekan sebagian sehingga tegangan normal
menjadi berkurang.
b. Kecepatan geser pada permukaan yang basah lebih lambat
dibandingkan dengan permukaan yang kering.
Dimensi sample uji
a. Massa batuan di alam mempunyai sifat dan struktur yang heterogen
serta kompleks. Contoh batuan yang digunakan untuk uji
laboratorium diharapkan sebagai representatif dari massa batuan
berikut sifat dan perilakunya. Semakin besar dimensi contoh yang
digunakan, maka contoh tersebut semakin merepresentasikan massa
batuan.
b. Tetapi menurut hasil penelitian uji geser tidak terlalu fungsi dari
ukuran.
Kriteria Kuat Geser Batuan
Kriteria Mohr-Coulomb Linear
= +
Keterangan :
= Tegangan Geser
c = Kohesi
= Tegangan Normal
= Koefisien geser dalam dari batuan = tan
Kriteria Dilatansi
BAB IV
PERILAKU BATUAN
1. PENDAHULUAN
Batuan mempunyai perilaku yang berbeda beda pada saat menerima beban.
Perilaku batuan ini dapat ditentukan antara lain di laboratorium dengan uji
kuat tekan, dari hasil uji dapat dibuat kurva tegangan regangan, kurva creep
dari uji dengan tegangan konstan, dan kurva relaksasi dari uji dengan regangan
konstan. Dengan mengamati kurva kurva tersebut dapat ditentukan perilaku
dari batuan.
Perilaku batuan sebenarnya yang diperoleh dari uji kuat tekan digambarkan
oleh Bieniawski (1984) pada gambar di atas. pada tahap awal batuan dikenakan
gaya, kurva berbentuk landai dan tidak linier yang berarti bahwa gaya yang
diterima oleh batuan dipergunakan untuk menutup rekahan awal (pre-existing
cracks) yang terdapat di dalam batuan. Sesudah itu kurva menjadi linier sampai
batas tegangan tertentu yang kita kenal dengan batas elastik, lalu terbentuk
rekahan baru dengan perambatan stabil sehingga kurva tetap linier. Sesudah
batas elastik dilewati maka perambatan rekahan menjadi tidak stabil, kurva
tidak linier lagi dan tidak beberapa lama kemudian batuan akan hancur. Titik
hancur ini menyatakan kekuatan batuan.
Kekuatan batuan yang diperoleh dari hasil uji kuat tekan di laboratorium sangat
dipengaruhi oleh lamanya uji tersebut berlangsung. Gambar dibawah
memperlihatkan bahwa makin lama uji berlangsung maka kekuatannya makin
rendah, demikian juga dengan nilai modulus deformasinya.
LATIHAN SOAL
MID TEST
a. Rock Mechanics
b. Stress
c. Strain
2. Tabel berikut adalah hasil Unconfined Compressive Strength Test (UCS Test) sand
stone berbentuk silinder dengan diameter 50 mm (L/D = 2):
1 -0.039 0.104
5 -0.086 0.218
10 -0.104 0.291
15 -0.141 0.385
20 -0.211 0.520
25 -0.556 0.780
24 0.894
c. Tentukan Nilai Kuat Tekan (c), Batas Elastis (E), Average Young's Modulus
(E), Secant Young's Modulus (E), Tangent Young's Modulus (E), Nisbah Poisson
()? (35%)
MID TEST
2. Tabel berikut adalah hasil Direct Shear Test pada 3 sample sand stone berbentuk
silinder diameter 50 mm (L/D = 2) dengan Gaya Normal yang berbeda, sudut bidang
geser adalah faktor pengali pada luas permukaan bidang geser: (A=*D*D/cos )
Sudut (MPa)
No Force (kN) Bidang (MPa)
Geser (o) Peak Residual
1 2 6 37.231 29.677
2 4 9 63.292 49.780
3 6 15 78.984 61.924
b. Buatlah kurva dari hasil uji di atas dan tentukan : strength envelope (kurva
intrinsic), Nilai kuat geser (shear strength), sudut geser dalam (), Kohesi (C)
c. Sebutkan dan jelaskan faktor intrinsic dan ekstrinsic yang mempengaruhi nilai
kuat geser batuan? (25%)
MID TEST
b. Kohesi
c. Pre-existing Cracks
2. Tabel berikut adalah hasil Triaxial Test pada 3 sample sand stone berbentuk
silinder (L/D = 2):
Axial Force
No
(kN)
D sample (cm) 1 (MPa) 3 (MPa)
1 64 4,46 2
2 134 4,49 4
3 210 4,49 8
strength), sudut geser dalam (), Kohesi (C) dan Nilai Kuat Tarik (T)?
(35%)