Anda di halaman 1dari 8

MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13

DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

PERILAKU MASSA BATUAN

A. Pendahuluan
Batuan merupakan suatu bentuk padatan alami yang disusun oleh satu atau lebih
mineral yang terbentuk secara alami di dalam bumi dan mempunyai rumus kimia tertentu.
Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk kulit
bumi. Batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dibagi atas :
- Batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock),
- Batuan yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated rock).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia,
dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuknya. Batuan adalah proses
terjadinya secara alamiah. Batuan lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang
membentuknya. Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model
geologi. Penjelasan ini dibuat dengan berdasarkan :
1. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu.
3. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4. Proses pembentukan. (Anonim, 2014)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batuan mempunyai krakteristik
yang berbeda-beda. Meskipun secara deskriptif nama dari batuan tersebut sama misalnya
batugamping di daerah Tanjung dengan batugamping di daerah Bajuin, tetapi antara
batugamping satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis.

Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan
dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi.
b. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, dan nisbah
Poisson.
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun di lapangan (in-
situ).
Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah.memiliki sifat yang
cenderung unik ( tidak ada kembarannya ).Meskipun secara deskritif namanya sama
misalnya andesit,tetapi antara andesit satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama
persis.Oleh karena itulah maka sifat massa batuan di alam adalah
hetrogen,anisotrop,diskontinu.

1 PERILAKU MASSA BATUAN


MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13
DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

Heterogen,artinya : - Mineralogis : Jenis miniral pembentuk batuan berbeda-beda -


Butiran padatan : Ukuran dan bentuknya berbeda-beda - Void : ukuran,bentuk dan
penyebarannya berbeda-beda
Anisotrop,artinya : - Mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda
Diskontinu,artinya : - Massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang
mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar,sesar,retakan,fissure,bidang
perlapisan.Struktur geologi ini cenderung memperlemah kondisi massa bantuan.
Kondisi di atas apabila diperlakukan sebagaimana adanya tidak memungkinkan
dilakukan solusi dengan pendekatan logik-matematik.Oleh karena itu perlu
penyederhanaan dengan asumsi,yang semula Heterogen-Anisotrop-Diskontinu menjadi
Homogen-Isotrop-Kontinu.
Batuan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Batuan Beku
b. Batuan Sedimen
c. Batuan Metamorf

B. Klasifikasi Massa Batuan


Palmstorm (2001) menjelaskan konsep massa batuan yang idealnya merupakan
susunan dari sistem blok-blok dan fragmen-fragmen batuan yang dipisahkan oleh bidang-
bidang diskontinu yang masing-masing saling bergantung sebagai sebuah kesatuan unit.
Klasifikasi massa batuan dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan tipe dari
klasifikasi massa batuan itu. Pengelompokkan menurut bentuk berkaitan dengan data
masukan dari klasifikasi massa batuan. Sedangkan pengelompokkan berdasarkan tipe,
berhubungan dengan penerapan dari klasifikasi massa batuan tersebut.
Klasifikasi massa batuan adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk
membantu desain berbagai jenis kebutuhan di bidang teknik dan analisa stabilitas.
Klasifikasi massa batuan didasarkan berdasarkan hubungan antara parameter massa
batuan dan aplikasi teknik, seperti terowongan, pondasi dan galian. Dengan sistem
klasifikasi dapat digunakan untuk memperkirakan komposisi dan massa batuan, perkiraan
awal kebutuhan penyangga, perkiraan kekuatan dan sifat deformasi batuan.
Klasifikasi massa batuan yang terdiri dari beberapa parameter sangat cocok untuk
mewakili karakteristik massa batuan, khususnya sifat-sifat bidang lemah atau kekar dan
derajat pelapukan massa batuan. Atas dasar ini sudah banyak modifikasi klasifikasi massa
batuan yang dapat digunakan untuk merancang kemantapan lereng. Pada umumnya
klasifikasi tersebut mencoba menghubungkan parameter sudut kemantapan lereng dengan
bobot klasifikasi massa batuan untuk berbagai tinggi lereng.
Klasifikasi massa batuan merupakan cikal bakal dari pendekatan rancangan empiris
dan digunakan secara luas di dalam rekayasa batuan. Dalam kenyataanya, dibanyak
proyek, pendekatan klasisfikasi digunakan sebagai dasar praktis unutk merancang struktur
di bawah tanah yang sangat kompleks. Klasifikasi tidak digunakan sebagai pengganti
untuk rancangan rekayasa, tetapi harus digunakan bersama-sama dengan metode
observasi dan analitik memformulasikan secara menyeluruh rancangan yang rasional,
yang cocok dengan tujuan rancangan dan kondisi geologi di lapangan.
Metode klasifikasi akan cocok jika digunakan dalam kondisi yang sama dengan
kondisi pada saat metode tersebut dikembangkan. Meskipun demikian, tetap diperlukan
kehatihatian untuk menerapkannya pada persoalan mekanika batuan yang lain.
Klasifikasi massa batuan menguntungkan pada tahap studi kelayakan dan desain
awal dimana sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai massa batuan, tegangan,
dan hidrogeologi.

2 PERILAKU MASSA BATUAN


MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13
DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

Secara sederhana, klasifikasi massa batuan digunakan sebagai sebuah check-list


untuk meyakinkan bahwa semua informasi penting telah dipertimbangkan.
Adapun jenis-jenis klasifikasi massa batuan terlihat dalam tabel berikut.

a. Tujuan Pengklasifikasian Massa Batuan


Secara umum tujuan dan manfaat pengklasifikasian massa batuan yaitu dapat
mengelompokkan batuan dan mengetahui jenis, karakter atau data-data lain mengenai
batuan tersebut. Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:
Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi terhadap perlakuan massa
batuan.
Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan
sifat dan kualitas.
Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa batuan.
Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu tempat
dengan kondisi massa batuan di tempat lain.

3 PERILAKU MASSA BATUAN


MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13
DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.


Menyediakan dasar acuan untuk komunikasi antara geologist dan engineer.

Agar dapat dipergunakan dengan baik dan cepat maka klasifikasi massa batuan
harus mempunyai beberapa sifat seperti berikut (Bieniawski, 1989):
Sederhana, mudah diingat dan dimengerti.
Sifat-sifat massa batuan yang penting harus disertakan.
Parameter dapat diukur dengan mudah dan murah.
Pembobotan dilakukan secara relatif.
Menyediakan data-data kuantitatif.

b. Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan


Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data masukan sebagai
parameter klasifikasi.
Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.
Memungkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi yang lebih efektif
pada suatu proyek.

c. Macam-Macam Klasifikasi Massa Batuan Pada Penyanggaan Bawah Tanah


Dalam menggunakan klasifikasi massa batuan sangat direkomendasikan untuk
tidak hanya menggunakan satu metode klasifikasi saja tetapi juga menggunakan
klasifikasi lainnya yang dapat digunakan sebagai pembanding atas hasil yang dperoleh
dari setiap metode. Berikut jenis-jenis klasifikasi batuan :
1. Klasifikasi Massa Batuan Terzaghi
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946. Merupakan
metode pertama yang cukup rasional yang mengevaluasi beban batuan untuk desain
terowongan dengan penyangga baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di Amerika
selama kurun waktu 50 tahun. Akan tetapi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok
lagi dimana banyak sekali terowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan
penyangga beton dan rockbolts.

2. Klasifikasi Stand-Up Time


Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958.Metode ini adalah metode dengan
bertambahnya span terowongan akan menyebabkan berkurangnya waktu berdirinya
terowongan tersebut tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap stand-up time adalah: arah sumbu terowongan, bentuk potongan melintang,
metode penggalian, dan metode penyanggaan.

4 PERILAKU MASSA BATUAN


MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13
DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

Semakin besar terowongan, semakin singkat waktu yang harus digunakan untuk
pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot tunnel kecil mungkin saja dikonstruksi
dengan penyangga minimal, sedangkan terowongan dengan span yang lebih besar pada
massa batuan yang sama mungkin tidak mantap jika penyangga tidak seketika dipasang.

3. Rock Quality Designation (RQD)


RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih.
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun
mempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai RQD
ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan.
Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai RQD Kualitas massa
batuan
< 25% Sangat jelek
25 50% Jelek
50 75% Sedang
75 90% Baik
90 100% Sangat baik
Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi bidang diskontinu, material
pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan
yang sebenarnya.

4. Rock Structure Rating (RSR)


RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada tahun
1972 di AS. Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk menggambarkan kualitas
suatu massa batuan dan menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode ini
merupakan metode pertama untuk menentukan klasifikasi massa batuan yang komplit
setelah diperkenalkannya klasifikasi massa batuan oleh Terzaghi 1946.
RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan
penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan dengan
penyangga rock bolt dan beton.

5. Rock Mass Rating (RMR)


Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan yang disebut
Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Rating (RMR). Setelah
bertahun-tahun, klasifikasi massa batuan ini telah mengalami penyesuaian dikarenakan
adanya penambahan data masukan sehingga Bieniawski membuat perubahan nilai
rating pada parameter yang digunakan untuk penilaian klasifikasi massa batuan
tersebut. Pada penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi
massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989).
Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistim
RMR yaitu:
Kuat tekan uniaxial batuan utuh
Rock Quality Designatian
(RQD)
Spasi bidang dikontinyu.
Kondisi bidang diskontinyu
Kondisi air tanah.
Orientasi/arah bidang
diskontinyu.

5 PERILAKU MASSA BATUAN


MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13
DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan


perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan perubahan
jenis batuan. RMR ini dapat digunakan untuk terowongan. lereng, dan pondasi.

6. Rock Tunnelling Quality Index


Q-system diperkenalkan oleh Barton pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan sebagai:

Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designatio
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan
RQD/Jn Menunjukkan struktur massa batuan.
Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang kekar stsu
material pengisi.
Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja.
Berdasarkan nilai Q kemudian dapat ditentukan jenis penyanggaan yang dibutuhkan
untuk terowongan.

C. Perilaku Massa Batuan


Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima beban. Perilaku
ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium yaitu dengan pengujian kuat tekan.
Massa batuan merupakan susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan oleh
berbagai tipe ketidak menerusan geologi.
a. Sifat Masa Batuan (Rock Massa Properties)
Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah. Memiliki sifat yang
cenderung unik (tidak ada kembarannya). Meskipun secara deskriptif namanya sama
misalnya andesit, tetapi antara andesit satu dengan yang lain hampir pasti tidak sama
persis.
Bieniawski (1989) batuan selaku material penyusun lahan dalam geoteknik,
khususnya dalam mekanika batuan dianggap sebagai satu kesatuan massa. Oleh karena
itu sifatnya dianggap sebagai sifat massa. Sifat massa ini berfungsi dan bekerja
menyangga beban-beban yang terdapat di atasnya dan di dalamnya. Sehingga dalam
desain dan pembuatan konstruksi harus memperhatikan kekuatan dan pola dikontinuitas
pada massa batuan. Hudson dan Harrison (1997) batuan sebagai material digunakan
untuk membangun struktur, atau suatu struktur dibangun di atas atau dalam batuan
(massa batuan).
Wyllie dan Mah (2004) massa batuan merupakan material-material batuan yang
mengalami proses kerusakan (failure) yang kompleks. West (2010) sifat massa batuan

6 PERILAKU MASSA BATUAN


MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13
DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

meliputi semua karakteristik suatu massa batuan yang berhubungan dengan rekayasa
konstruksi. Sehingga menurut Hoek (2006) estimasi kekuatan dan deformasi massa batuan
dibutuhkan untuk estimasi dukungan (support) dan berbagai analisis seperti desain lereng,
fondasi dan penggalian bawah permukaan, West (2010) pekerjaan rekayasa pemotongan
jalan dan bendungan.
Palmstrom (1995) struktur massa batuan yang rumit dengan kekurangannya
aplikasinya yang luas menyebabkan permasalahan dalam rekayasa batuan dan konstruksi.
West (2010) sifat fisik batuan menentukan sifatnya sebagai material konstruksi dan sebagai
struktur fondasi, sehingga kelas dan pengukurannya dapat berupa sifat material yang
diukur menggunakan percontoh kecil di laboratorium, dan sebagai sifat massa batuan yang
membutuhkan skala besar massa batuan untuk menentukan keseluruhan sifatnya. Tipikal
sifat massa batuan adalah dikontrol oleh bidang-bidang lemah pada batuan daripada sifat
padu materialnya. Sehingga menurut Goodman (1989) batuan menjadi tidak ideal dalam
sejumlah hal, dan batuan jarang benar-benar kontinyu, karena pori-pori atau celah biasanya
hadir, seperti microfissure merupakan retakan planar kecil terjadi dalam batuan padu dan
fissure sebagai retakan yang lebih luas.
Secara ideal massa batuan tersusun oleh sistem blok batuan dan fragmen-fragmen yang
terpisahkan oleh diskontinuitas membentuk material dimana semua elemen saling
bergantung sebagai suatu satuan (Matula dan Holer), 1978 dalam Palmstrom, 1995).
Material tersebut dikarakteristiki oleh bentuk dan dimensi blok batuan dan fragmen-
fragmen, oleh pengaturan bersama dalam massa batuan, serta oleh karakter kekar seperti
kondisi bidang kekar dan pengisinya (Palmstrom, 1995).

skematika komponen-komponen yang membangun massa batuan di alam, yaitu terdiri


dari material batuan berikut keberadaan diskontinuitas di dalamnya

Oleh karena itulah maka sifat massa batuan di alam adalah sebagai berikut :
1. Heterogen, artinya :
a. Mineralogis, yaitu jenis mineral pembentuk batuan berbeda-beda.
b. Butiran padatan, yaitu ukuran dan bentuknya berbeda-beda.
c. Void, yaitu ukuran bentuk dan penyebarannya berbeda-beda.
2. Anisotrop, artinya mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda.
3. Diskontinu, artinya massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang
mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar, sesar, retakan, fissure,
bidang perlapisan. Struktur geologi ini cenderung memperlemah kondisi massa
bantuan.

7 PERILAKU MASSA BATUAN


MARTONI SETIADY TEKNIK PERTAMBANGAN 13
DBD 113 156 MEKANIKA BATUAN

Kondisi di atas apabila diperlakukan sebagaimana adanya tidak memungkinkan


dilakukan solusi dengan pendekatan logik-matematik. Oleh karena itu perlu
penyederhanaan dengan asumsi, yang semula heterogen-anisotrop-diskontinu menjadi
homogen-isotrop-kontinu (Anonim, 2013).

b. Karakteristik Massa Batuan


Dalam mekanika batuan sifat-sifat batuan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian,
yaitu :
1. Penimbangan Berat Contoh
a. Wn : Berat contoh asli (natural)
b. Wo : Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan temperatur 90oC)
c. Ww : Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan selama 24 jam)
d. Ws : Berat contoh jenuh di dalam air
e. Wo - Ws- : Volume contoh tanpa pori-pori
f. Ww Ws : Volume contoh total

2. Sifat Fisik Batuan


Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah dilakukan
pengujian tanpa melakukan pengrusakan. Sifat-sifat fisik antara lain bobot isi, berat
jenis, porositas, absorbsi dan void ratio. Pengujian sifat fisik batuan yang ditentukan,
antara lain :
a. Bobot isi asli (natural density), n
b. Bobot isi kering (dry density), d
c. Bobot isi jenuh (saturated density), s
d. Berat jenis semu (apperent specific gravity)
e. Berat jenis nyata (true specific gravity)
f. Kadar air asli (natural water content)
g. Kadar air jenuh (absorption)
h. Derajad kejenuhan
i. Porositas
j. Void ratio

3. Sifat Mekanik Batuan


Sifat mekanik batuan adalah sifat suatu batuan setelah mengalami pengrusakan.
Pengujian sifat mekanik ini terdiri dari :
a. Uji kuat tekan (unconfined compression test)
b. Uji kuat tarik (Indirect tensile strength test)
c. Uji beban titik (point load test/test franklin)
d. Uji triaxial (triaxial compression test)
e. Uji kuat geser langsung (punch shear test)
f. Uji kuat geser pada n tertentu (direct box shear strength test)
g. Uji kecepatan gelombang ultrasonik (ultrasonic velocity)

TERIMA KASIH

8 PERILAKU MASSA BATUAN

Anda mungkin juga menyukai