Disusun Oleh
LILY
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Pertama
Rumah Sakit Umum Kelas A
Pasal 10
Bagian Kedua
Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan
Pasal 11
1. RSU Kelas B Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur
Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3
(tiga) Bagian.
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan
Pasal 12
1. RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut
Direktur Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat.
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3
(tiga) Bagian.
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Bagian Keempat
Rumah Sakit Umum Kelas C
Pasal 13
Bagian Kelima
Rumah Sakit Umum Kelas D
Pasal 14
Pasal 15
Bagian Ketujuh
Rumah Sakit Khusus Kelas B
Pasal 16
Bagian Kedelapan
Rumah Sakit Khusus Kelas C
Pasal 17
Bagian Pertama
Pasal 18
Bagian Kedua
Komite
Pasal 19
1. Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau
profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada
pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan pengembangan
pelayanan rumah sakit.
2. Pembentukan komite ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai
kebutuhan rumah, sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta
Komite Etik dan Hukum.
3. Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah
sakit.
4. Komite dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan rumah sakit.
5. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh
pimpinan rumah setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik.
Bagian Ketiga
Instalasi
Pasal 20
BAB VI
Pasal 21
Adapun susunan tugas, fungsi dan struktur organisasi SKPD terdiri dari :
1. Direktur
a. Tugas :
Menyusun kebijaksanaan teknis pelaksanaan kesehatan, memimpin,
mengawasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan tugas-tugas Rumah
Sakit sesuai dengan kewenangannya.
b. Fungsi :
Pasien yang datang dalam keadaan parah perlu lebih lama dirawat sehingga
lebih banyak membutuhkan tindakan invasif (tindakan yang masuk pada kulit
atau lubang tubuh). Lemahnya daya tahan dan kecenderungan tindakan
invasif tersebut memudahkan masuknya kuman penyebab infeksi.
Begitu berbahayanya, infeksi ini telah membunuh warga Amerika Serikat tiga
kali lebih banyak dibandingkan akibat virus HIV. Namun, data tersebut hanya
melihat dari permukaan masalah saja. Hal itu karena sangat sulit memisahkan
persoalan lain seperti kehidupan mereka, kesakitan, dan keuangandari
kasus yang disebabkan penyakit dan cedera orang-orang yang datang awal ke
sebuah rumah sakit.
Penelitian ini fokus hanya pada infeksi yang diperoleh pasien di rumah
sakit,dan bukan infeksi yang ditularkan di komunitasnya. Sebagian besar
infeksi tersebut berasal dari penggunaan alat kateter dan ventilator. Beberapa
jenis kuman dan bakteri yang ditemukan merupakan jenis yang sudah lama
diketahui, tetapi sebagian merupakan kuman jenis baru, seperti MRSA yang
disebut juga sebagai superbugatau kuman super.
Dari studi yang dilansir awal bulan ini, Pronovost dan kolega kampusnya
menunjukkan bahwa hanya dengan mencatat prosedur keamanan sederhana di
rumah sakit yang telah terpenuhi, serta menekankan pada kerja sama tim yang
solid mulai bawahan seperti asisten perawat, hingga yang pimpinan teratas
semisal dokter bedah senior, angka penderita infeksi rumah sakit dapat
diturunkan hingga hampir nol kasus.
Namun, hal itu juga bukan hanya bergantung pada para tenaga medis di
rumah sakit.Anda dan keluarga Anda saat berkunjung ke rumah sakit juga
dapat melakukan banyak hal untuk mencegah kejadian infeksi yang
mematikan tersebut hinggap di tubuh Anda. Pronovost menyebutkan
sejumlah hal.
Perlu diketahui bahwa beberapa item ini dapat membantu Anda memutuskan
rumah sakit mana yang harus dikunjungi untuk pertama kalinya. Pertama,
tanyalah seorang dokter di rumah sakit tersebut berapa tingkat infeksi yang
menyerang pembuluh darah. Jumlahnya harus atau di bawah dari satu infeksi
per 1.000 kateter per hari. Tanyakan juga, apakah rumah sakit itu telah
berpartisipasi dengan program nasional pencegahan infeksi ini. Lebih baik
Anda memilih yang sudah berpartisipasi.
Pronovost menyatakan jika rumah sakit memang memiliki niat baik untuk
menyehatkan masyarakat, tentu saja penting bagi mereka untuk menjaga agar
pasien infeksi tidak terus bertambah. Apabila pihak rumah sakit tidak juga
mau memberikan data jumlah penderita infeksi,tidak salah kalau niat mereka
diragukan.
Ini seperti membuat resolusi Tahun Baru untuk mengurangi berat badan atau
diet.Ini tentu saja tidak efektif jika Anda hanya menimbang berat badan
sepanjang tahun, katanya. Sekarang setelah tahu besarnya cakupan masalah
yang ditimbulkan, Laxminarayan mengimbau pemerintah sebuah negara,
khususnya Amerika Serikat, tidak menganggap remeh hal ini dan segera
menyusun program upaya pencegahan yang serius dan sporadis seperti halnya
kampanye anti-AIDS.
Banyak masalah yang sering terjadi di rumah sakit salah satunya adalah infeksi
nosokomial. Infeksi itu sendiri adalah adanya suatu organisme pada jaringan
atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk
rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam
menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam
pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Rumah sakit sebagai unit pelayanan medis telah memiliki bentuk organisasi
yang baku, artinya sebuah bentuk organissasi yang sudah terstruktur bagi
semua rumah sakit baik untuk rumah sakit besar,menengah, maupun yang kecil
Karena sifatnya sangat spesifik dan permasalahannya dapat terjadi setiap saat,
amaka pihak manajemen rumah sakit membentuk sebuah unit kerja khusus di
luar unit kerja struktural yang telah ada. Unit kerja ini diberi nama Panitia
Medik Pengendalian Infeksi yang bersifat independen, mempunyai kewajiban
yang terkait dengan permasalahan pencegahan infeksi, serta bertanggung jawab
kepada manajemen/direktur rumah sakit.
Kejadian infeksi nosokomial paling banyak terjadi pada instalasi rawat inap
dimana merupakan bagian dari unit fungsional medik dalam struktur organisasi
rumah sakit. Untuk itu infeksi nosokomial merupakan tanggung jawab dari
unit fungsional medik rumah sakit. Unit ini membentuk suatu komite pembantu
yang bernama panitia medik pengendalian infeksi. Dibawahnya terdapat Unit
Kesehatan Lingkungan dan penanggulangan Infeksi Nosokomial yang
mempunyai tugas melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian upaya kesehatan lingkungan, pengolahan limbah dan
keselamatan kerja, serta upaya-upaya penanggulangan infeksi nosokomial.
Dapat disimpulkan bahwa Panitia Medik Pengendalian Infeksi merupakan
perangkat pembantu direktur rumah sakit dalam upaya menjaga mutu layanan
medis dari aspek pencegahan infeksi.
SOLUSI
1. Pengendalian :
a. Peningkatan peran petugas kesehatan dalam pengendalian infeksi melalui
penerapan prosedur kewaspadaan.
b. Pengelola rumah sakit diminta untuk mengerahkan semua sumber daya
untuk mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi yang terjadi di RS
(infeksi nosokomial).
c. Karyawan dan staf rumah sakit harus melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
d. Pengelola rumah sakit diminta untuk menyiapkan sistem &
sarana/prasarana penunjang upaya pengendalian infeksi nosokomial.
e. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi di RS dan pelayanan
kesehatan lain masih jauh dari harapan.
Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang
perlu ada dalam program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, antara
lain:
2. Pengawasan
a. Dibentuknya panitia medik pengendalian infeksi.
Inti dari tugas dan tanggung jawab Panitia Medik Pengendalian
Infeksi adalah mencari, mengidentifikasi infeksi nosokomial, yang
selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan, diolah, dianalisis, dan
disajikan sebagai bahan informasi kepada pihak manajemen/direktur
rumah sakit.
Informasi yang disampaikan oleh Panitia Medis Pengendalian
InfeksI kepada pihak manajemen atau direktur RS akan dijadikan sebagai
masukan untuk pembenahan atau koreksi pelayanan medis. Direktur RS
merekomendasikan temuan dan analisis Panitia Medis Pengendalian
Infeksi ke jajaran di bawahnya, yaitu ke masing-masing Unit Pelaksana
Fungsional sebagai umpan balik/ feedback. Mekanisme kerjanya yaitu
antara input yang dilaporkan Panitia Medis Pengendalian Infeksi dan
output sebagai bahan koreksi yang harus diinformasikan ke manajemen
pelayanan medis RS, maka diharapkan akan selalu ada pengawasan dan
penilaian terhadap mutu pelayanan medis.
3. Evaluasi
Diadakan evaluasi setiap 1 periode program pengendalian dan pengawasan
infeksi nosokomial pada rumah sakit untuk kemudian di analisa hasil dan
merumuskan kebijakan baru yang lebih efektif., yang applicable serta
informatif, disertai pelaksanaan dan pengawasan kebijakan tersebut untuk
semua unit kerja di rumah sakit.