Anda di halaman 1dari 10

Teori Medan/Teori Lapangan (Field Theory)

Terdapat beberapa konsekuensi dalam menggunakan metode konstruktif yang


digunakan teori lapangan, yaitu:

1.Teori lapangan harus dapat mengungkapkan forces (daya/kekuatan) yang


mendorong tingkah laku.
2.Teori lapangan menggunakan cara pendekatan yang digunakan dalam teori ini
harus psikologis.
3.Analisis dalam teori lapangan harus berawal dari situasi sebagai keseluruhan
(totalitas).
4.Tingkah laku harus dianalisis dalam rangka lapangan pada saat tingkah laku
terjadi serta harus sistematis
5.Bahasa yang digunakan dalam teori lapangan harus eksak dan logis.

Konsep-konsep dasar dalam teori lapangan:

1.Lapangan Kehidupan

Lapangan kehidupan dari individu adalah terdiri dari orang itu sendiri dan
lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada pada dirinya. Begitu pula yang terjadi
dalam lingkungan kelompok.

Lapangan kehidupan terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah (region) atau


disebut juga lingkungan kehidupan (life-sphere) yang terdiri dari: Dimensi maya-
nyata (dimensi R-I). Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat nyata (reality)
dan ada juga bersifat maya (irreality). Dimensi kecairan (fluidity), kecairan
berarti dapat terjadi gerak, perpindahan dari suatu wilayah ke wilayah
lain.Dimensi waktu psikologik, dalam kombinasinya dengan dimensi maya-
nyata (R-I), dimensi waktu ini memberikan sifat yang dinamis pada lapangan
kehidupan. Secara teoritis, tingkat kecairan pada taraf maya (I/irreality) lebih
tinggi daripada kecairan pada taraf nyata (R/Reality).

Proses belajar menurut teori lapangan yaitu berupa pengaruh tidak langsung
masa lalu terhadap suatu wilayah tertentu dalam lapangan kehidupan seseorang.
Lapangan kehidupan seseorang juga bertambah seiring dengan bertambahnya
usia. Hal-hal yang mempengaruhi lapangan kehidupan seseorang yaitu
pengalaman, tingkat kecerdasan (inteligensi), dan pertambahan usia.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan lapangan kehidupan yaitu:


Meningkatkan diferensiasi dalam suatu wilayah. Dua atau beberapa wilayah
menggabung menjadi satu. Diferensiasi berkurang. Suatu wilayah
pecah,membebaskan diri dan membentuk wilayah sendiri. Restrukturisasi, yaitu
ada perubahan pola pada wilayah-wilayah dalam lapangan kehidupan, tetapi tidak
terjadi diferensiasi.

2.Tingkah Laku dan Lokomosi

Lokomosi dapat terjadi karena ada komunikasi antara dua wilayah dalam
lapangan kehidupan seseorang. Komunikasi antara dua wilayah itu menimbulkan
ketegangan (tension) pada salah satu wilayah dan ketegangan menimbulkan
kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku. Namun
sebelum kebutuhan bias menimbulkan lokomosi, masih ada faktor batas (barrier)
wilayah yang bersangkutan. Apabila batas tersebut kaku dan kenyal maka batas
tersebut sukar untuk ditembus oleh daya (forces), sehingga sulit teradi lokomosi.
Hal tersebut dapat terjadi sebaliknya.

3.Daya (forces)

Perubahan dapat terjadi jika pada suatu wilayah ada valensi (valence) tertentu.
Valensi dapat bersifat negatif atau positif tergantung pada daya tarik atau daya
tolak yang ada pada wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi
positif, maka ia akan menarik daya-daya dari wilayah lain untuk bergerak menuju
ke arahnya. Hal ini dapat terjadi sebaliknya. Salah satu faktor yang dapat
menghambat kekuatan valensi adalah jarak psikologik.

Jenis daya: Daya yang mendorong, Daya yang menghambat, Daya yang berasal
dari kebutuhan sendiri, Daya yang berasal dari orang lain , Daya yang impersonal

4.Ketegangan (tension)
Dalam eksperimen Zeigarnik (1972) ketegangan dapat reda apabila seseorang
telah menyelesaikan tugasnya, ketegangan tersebut disebarkan secara merata ke
wilayah-wilayah sehingga tercapainya equilibrium (keseimbangan).

Faktor yang dapat menurunkan ketegangan adalah: Ketembusan (permeability)


yaitu sampai berapa jauh batas-batas suatu wilayah dapat ditembus oleh daya dari
wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Jika suatu wilayah sulit ditembus maka
peredaan ketegangan tergantung pada subtitusi, yaitu ada wilayah lain yang setara
dengan wilayah pertama yang dapat ditembus oleh daya. Kejenuhan, kalau
kebutuhan yang mendasari daya itu dipuaskan sampai jenuh, maka ketegangan itu
akan berkurang dengan sendirinya.

Penerapan Teori Lewin

Konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya yang saling bertentangan
arah, tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama.

Jenis Konflik:

i. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict), yaitu orang berada


di antara dua valensi positif yang sama kuat.
ii. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict), yaitu orang berada di
antara dua valensi negatif yang sama kuat.
iii. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) yaitu orang
menghadap valensi positif dan negatif pada jurusan yang sama.

Tingkah Laku Agresif, Dalam eksperimen Kurt Lewin dkk, menemukan


bahwa dalam sekelompok anak laki-laki apabila dipimpin oleh pemimpin yang
demokratis, maka tingkah laku agresif yang muncul berada di taraf sedang
(medium). Sedangkan apabila pemimpinnya otoriter maka tingkah laku agresif
yang muncul bertaraf sangat tinggi atau justru sangat rendah.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan


Kelebihan teori lapangan yaitu penelitian psikologi sosial dapat juga dilakukan
dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan di laboratorium. Sedangkan
kekurangannya adalah Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara sistematis,
banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga
memberi arti yang kabur, mengfokuskan kepada aspek kepribadian sehingga agak
mengabaikan tingkah laku yang overt (Nampak dari luar), dan penggunaan
konsep-konsep topologi yang menyimpang.

Teori-teori Lapangan dalam Psikologi Sosial

1.Teori tentang hubungan interpersonal (antar manusia) dari Heider (1958)


a. Mengamati orang lain, Terjadi hubungan timbal balik antara orang yang
mengamati orang lain dengan orang yang diamati. Keduanya mengalami
pengalaman fenomenal dan pengalaman kausal. Pengalaman fenomenal
adalah segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan orang dengan
lingkungannya, sedangkan dalam pengalaman kausal orang yang bersangkutan
mencoba menganalisis faktor yang mendasari pengalaman fenomenal tersebut.
Proses pengamatan terbagi menjadi dua yaitu:
Busur pengamatan (perceptual arc) yang melibatkan objek
diluar pengamat itu sendiri (rangsang distal).
Pengamatan (percept) itu sendiri, dimana rangsang distal yang
sudah kontak dengan pengindraan sudah berubah menjadi
rangsang proksimal.

b. Orang lain sebagai pengamat, Alasan mengapa seseorang (p)


mengetahui pengamatan orang lain(o) terhadap objek lain(x):Pengetahuan o
tentang x menyebabkan o dapat lebih menguasai lingkungannya yang juga
lingkungan p, O menilai x positif atau negative, Timbul motivasi pada o untuk
melakukan tindakan lebih lanjut tentang x, O mampu melaporkan tentang x
kepada orang orang di luar p, Persamaan pandangan antara o dengan orang
lain tentang x menyebabkan timbulnya kebersamaan (communion) antara o
dengan orang lain.
c. Analisis yang naif terhadap orang lain, Dalam hubungan interpersonal naif
merupakan kegiatan menginterpretasi tingkah laku seseorang yang dilakukan
dengan analisis yang sederhana, dalam analisis tersebut terdapat sifat bawaan
(disposistional properties).
Daya terbagi atas daya yang datang dari diri pribadi (personal forces) dan
daya yang datang dari lingkungan (environmental forces). Daya yang
datang dari dalam pribadi seseorang terdiri atas dua faktor yaitu faktor
kekuasaan (power) dan faktor motivasi. Faktor kekuasaan ditentukan oleh
kesanggupan (ability) dan faktor motivasi ditentukan oleh keinginan
(intention), dan usaha (exertion).
d. Kausalitas personal dan interpersonal
Dalam kausalitas personal, seseorang dengan sengaja menghasilkan objek
lain. Tujuan seseorang (objek lain) adalah tetap (equifinality) dan untuk
mencapai tujuannya maka seseorang akan mengubah tindakannya apabila
menghadapi situasi yang berbeda-beda.
5 tingkatan tanggung jawab seseorang:
1) Seseorang bertanggung jawab sepenuhnya atas suatu kejadian yang
ada kaitannya dengan dirinya
2) Seseorang bertanggung jawab atas suatu kejadian yang berkaitan
dengan tindakan-tindakan yang memang sudah ditugaskan
kepadanya
3) Seseorang bertanggung jawab atas hasil tindakannya yang telah
dapat diperhitungkan terlebih dahulu
4) Seseorang hanya bertanggung jawab tentang hal-hal yang dengan
sengaja ditimbulkannya
5) Seseorang tidak perlu terlalu bertanggung jawab atas hal-hal yang
ditimbulkannya jika situasi lingkungan yang menghendaki
e. Hasrat dan kesenangan
Hasrat (desire) adalah sesuatu yang harus ada terlebih dahulu sebelum
ada percobaan (trying), sedangkan kesenangan (pleasure) adalah
pengalaman yang timbul akibat (setelah pencobaan).Dalam hubungan
dengan hasrat, ada dua macam hubungan dengan objek lain yaitu nilai
(value) dan jarak (distance).
f. Sentimen
Sentimen adalah perasaan yang timbul dalam diri seseorang kepada orang
lain maupun objek lain, yang terdiri atas dua macam yaitu positif (suka) dan
negatif (tidak suka). Pembentukan unit terjadi jika dua orang atau lebih
saling mempunyai sentiment positif. Apabila terjadi sentiment negatif maka
yang terbentuk adalah hubungan interpersonal yang disharmoni
g.Keharusan dan nilai
Keharusan (oughts) adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan untuk
dilakukan oleh seseorang, sedangkan nilai menyangkut segi positif dari
suatu hal.
h. Permintaan dan perintah
5 cara seseorang mempengaruhi tingkah laku orang lain:
i. Seseorang mengubah valensi (nilai) untuk orang lain
ii. Seseorang menunjukkan kepada orang lain akibat yang
menyenangkan dari objek lain
iii. Seseorang menciptakan nilai tambahan untuk orang lain
tentang objek lain dengan menjanjikan hadiah/hukuman
iv. Seseorang meminta orang lain melakukan objek lain
v. Seseorang memerintahkan orang lain untuk melakukan
objek lain
i. Keuntungan dan kerugian
Jika seseorang melakukan apa yang diminta oleh orang lain maka orang
lain akan memberikan keuntungan (benefit) kepada seseorang karena ia
memberikan objek lain yang bernilai positif. Hal ini dapat terjadi sebaliknya.
j. Reaksi terhadap pengalaman orang lain
Persepsi terhadap pengalaman orang lain menimbulkan reaksi yaitu emosi.
Emosi dapat bersifat concordant dan discordant. Emosi concordant dapat
dibagi atas ikut bersuka dan ikut berduka. Emosi yang discordant dapat
berupa iri hati dan kegembiraan yang jahil.
Reaksi seseorang terhadap penglaman orang lain ini dipengaruhi oleh
sentiment seseorang terhadap orang lain, pengalaman seseorang dan
persamaan seseorang dengan orang lain.
2.Teori lapangan tentang kekuasaan dari Cartwright (1959)
Istilah primitif terdiri dari pelaku (agent),tindakan pelaku (act of agent),
lokus (locus), hubungan langsung (direct joining), dasar motif (motive base),
besaran (magnitude), dan waktu (time).
3.Teori tentang kekuasaan dari French (1956)
Pola relasi dalam kelompok yaitu hubungan kekuasaan (power relation) antar
anggota kelompok, pola komunikasi dalam kelompok, dan hubungan
antarpendapat dalam kelompok.
Lima macam kekuasaan dasar yang berpengaruh dalam hubungan antara dua
orang yaitu: kekuasaan rujukan (referent power atau attraction power),
kekuasaan ganjaran (reward power), kekuasaan hukuman (coercive power),
kekuatan pengabsahan (legitimate power), dan kekuatan keahlian (expert
power).
4.Teori tentang kerja sama dan perbandingan
Perbedaan antara kerja sama dan persaingan terletak pada sifat-sifat wilayah
yang menjadi tujuan dari seseorang atau kelompok atau subkelompok yang
hanya dapat dimasuki oleh individu atau sub kelompok yang bersangkutan.
Apabila wilayah tersebut saling menunjang maka disebut promotively
independent goals sedangkan apabila saling menghambat disebut contriently
interdependent goals.
Teori Peran (Role Theory)

Empat golongan istilah dalam teori peran: Orang-orang yang mengambil


bagian dalm interaksi sosial, perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut,
kedudukan orang-orang dalam perilaku, dan kaitan antara orang dan perilaku.

Berbagai istilah tentang orang-orang: Aktor (actor) aitu orang yang sedang
berperilaku menuruti suatu peran tertentu, dan Target (sasaran) atau orang lain
(other) yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Berbagai istilah tentang perilaku: expectation (harapan), norm (norma),


performance (wujud perilaku), evaluation (penilaian), dan sanction (sanksi).

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain (pada umumnya)


tentang perilaku yang pantas. Harapan yang bersifat meramalkan
(anticipatory) yaitu harapan tentang perilaku yang akan terjadi. Harapan
normatif (prescribed role expectation) adalah keharusan yang menyertai suatu
peran. Harapan normatif terbagi atas Harapan yang terselubung (covert) yaitu
harapan itu tetap ada walaupun tidak terucapkan (norma) dan Harapan yang
terbuka (overt) yaitu harapan yang diucapkan (tuntutan peran).

Wujud perilaku dalam peran dapat dibagi atas tujuh golongan menurut
intensitasnya yaitu pada saat intensitas yang terendah yaitu pada saat aktor
sangat tidak terlibat sedangkan tingkat yang tertinggi ialah pada saat aktor
melibatkan seluruh pribadinya dalam perilaku peran yang dibawakannya.

Penilaian dan sanksi. Penilaian dapat berasal dari dalam diri sendiri
(internal) maupun dari orang lain (eksternal) sedangkan dalam sanksi dibedakan
menjadi sanksi terbuka (overt) dan sanksi tertutup (covert).

Fungsi kelompok rujukan yaitu fungsi normatif dan fungsi komparatif


(perbandingan). Dalam fungsi normative mendesakkan suatu standar tertentu
bagi perilaku dan keyakinan/kepercayaan anggotanya, sedangkan fungsi
komparatif kelompok hanya dijadikan alat pembanding bagi individu untuk
mengetahui apakah kepercayaannya sudah benar atau masih salah.
Berbagai istilah tentang kedudukan orang dan perilaku kedudukan.
Kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif)
diakui perbedaanya dari kelompok-kelompok yang lain berdasarkan sifat-sifat
yang mereka miliki bersama.Tiga faktor yang mendasari penempatan seseorang
dalam posisi tertentu: Sifat-sifat yang mereka miliki bersama, Perilaku yang
sama seperti penjahat, olahragawan, dan pemimpin, Reaksi orang lain terhadap
mereka.

Peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku yang diharapkan


dari pemegang kedudukan tertentu. Segmen peran dapat dibagi atas : Peran
perorangan (Individual) yaitu semua perilaku yang khusus yang terdapat dalam
satu individu, Peran perilaku, yaitu semua perilaku dari pemeran dalam
hubungan antar peran, Peran target yaitu semua perilaku dari orang lain yang
menjadi target (sasaran) dalam hubungan antar peran.Peran perilaku terdiri atas:
peran overt atau peran publik, Peran covert atau peran pribadi, Peran preskriptif,
Peran deskriptif, Peran evaluatif, Peran aktif, dan Peran sanksi.

Berbagai istilah tentang kaitan orang dan perilaku. Kriteria untuk


menetapkan kaitan tersebut adalah: derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara
bagian-bagian yang saling berkait, derajat saling menentukan atau saling
ketergantungan antara bagian-bagian tersebut, gabungan antara derajat
kesamaan dan saling ketergantungan.

Kriteria kesamaan yaitu terdiri atas Diferensiasi (differentiation) ditandai


olah adanya ketidaksamaaan, Konsensus (consensus) yaitu kaitan antara
perilaku yang berupa kesepakatan mengenai suatu hal. Jenis Konsensus yaitu
consensus tentang preskripsi yang overt (norma), konsensus tentang preskripsi
yang kovert (harapan). Disensus terjadi jika tidak adanya persamaan pandangan.
Bentuk disensus yaitu: Disensus yang tidak terpolarisasi (pendapat yang
berbeda-beda dan Disensus yang terpolarisasi (pendapat yang bertentangan).

Konflik peran terbagi atas: Konflik antar peran (inter role conflict) dan
Konflik dalam peran (intra role conflict). Keseragaman yaitu dua orang atau
lebih yang mempunyai peran yang sama. Spesialisasi adalah kaitan orang dan
perilaku yang dibedakan menurut posisi dan peran yang diharapkan dari mereka.
Konsistensi adalah kaitan antara perilaku dengan perilaku sebelumnya yang
saling menyambung. Hal yang berkebalikan dengan konsistensi adalah
Inkonsistensi, yaitu terdiri atas inkonsistensi logis dan inkonsistensi kognitif.

Derajat saling ketergantungan. Jenis saling ketergantungan adalah


rangsangan dan hambatan (facilitation & bindrance), ganjaran dan harga
(reward & cost).

Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan.


Konformitas (conformity) yaitu kesesuaian antara perilaku seseorang dengan
perilaku orang lain. Penyesuaian (adjustment) didasai oleh adanya perbedaan.
Kecermatan (accuracy) adalah ketepatan penggambaran (deskripsi) suatu
peran.

Referensi:

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta:


Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai