Anda di halaman 1dari 26

1

LAPORAN
STUDI BANDING TENTANG POLICE OFFICER
STANDARDS AND TRAINING DI SEOUL
KOREA SELATAN

I. PENDAHULUAN

A. Dasar
Surat Perintah Kapolri Nomor: Sprin/1774/X/2012 tanggal 22 Oktober 2012
tentang mengikuti Police Officer Standards and Training Trip di Phoenix Arizona,
Amerika Serikat.

B. Maksud dan Tujuan.


Laporan ini disusun untuk melaporkan tentang pelaksanaan tugas studi banding
tentang mengikuti Police Officer Standards and Training Trip di Phoenix Arizona,
Amerika Serikat sebagai pertimbangan dan masukan kepada pimpinan dalam
mengambil kebijakan di Akademi Kepolisian.

II. PESERTA STUDI BANDING

A. Peserta Studi Banding berjumlah 1 anggota :


1. Brigjen Pol Drs. Pudji Hartanto Iskandar, M.M.
2. Kombes Pol Drs. Komarul Zaman, S.H.
3. Kombes Pol Drs. Leonidas Braksan, M.M.
4. Kombes Pol Drs. Iswiyoto Agung Lesmana Doeta, S.H., M.H.
5. Kombes Pol Napoleon Bonaparte, S.I.K.
6. Brigtar Wahyu Rizki Saputro
7. Brigtar Fauzy Pratama
8. Brigtar Stevano Leonard Johannes
9. Brigtar Taufik Nabila
10. Brigtar Ganang Agung Hartanto
11. Brigtar Laurensius Madya Wayne
12. Brigtar Muhammad Nur
2

13. Brigtar Marty Fitryanti


14. Brigtar Friska Nufrida Romadhona
15. Brigtar Novita Rindi Pratama

III. WAKTU DAN TEMPAT

A. Waktu dan Tempat


1. Hari/Tanggal : Jumat s/d Jumat, tanggal 4 s/d 9 Oktober 2012;
2. waktu : 07.00 s/d 18.00 WIB;
3. tempat : Arizona Law Enforcement Academy (ALEA), Phoenix
Arizona

IV. PELAKSANAAN

Arizona adalah sebuah negara bagian Amerika Serikat yang terletak di daerah
barat daya. Negara ini terkenal dengan gurunnya, dengan musim panas yang sangat
panas dan musim dingin yang tidak terlalu dingin. Arizona merupakan salah satu Four
Corner States, selain Utah, Colorado dan New Mexico. Four Corner States adalah negara
bagian yang berbatasan tepat di satu titik. Selain itu, Arizona juga berbatasan
dengan Nevada, dan California di Amerika, serta Sonora dan Baja California di Meksiko.
Arizona adalah negara bagian ke-48 yang membuatnya sebagai negara bagian terakhir
Amerika Serikat di Benua Amerika. Grand Canyon yang terkenal itu terletak di negara
bagian ini. Penduduknya biasanya disebut Arizonans.
The Arizona Law Enforcement Academy (ALEA) adalah Lembaga Pendidikan
Akademi Kepolisian di Negara Bagian Arizona yang bertugas sebagai penyelenggara
pelatihan dasar bagi calon Polisi di negara bagian Arizona. Kurikulum pelatihan dasar di
ALEA mencakup criminal law, courtroom demeanor, constitutional law, patrol procedures,
crowd control, impaired driver detection, traffic collision investigation, crime scene
management, cultural awareness, report writing, first aid, firearms training, high risk stops,
defensive tactics, vehicle operations and pursuit operations.
Berdasarkan surat perintah Kapolri nomor : Sprin/1774/X/2012 tanggal 22 Oktober
2012 diperintahkan anggota Polri sebanyak 10 orang anggota dengan pimpinan delegasi
Karo Kurikulum Lemdikpol Brigadir Jenderal Polisi Drs. M. Zulkarnain, M.M., M.H. untuk
memenuhi undangan Direktur ICITAP Indonesia, Mr. Gerald Heuett dalam rangka
3

pelaksanaan mengikuti Police Officer Standarts and Training Trip ke ALEA (Arizona Law
Enforcement Academy) di Phoenix Arizona, US mulai pada tanggal 2-12 November
2012.

Kegiatan Delegasi Polri

Jumat, 2 November 2012

Pukul 21.00 WIB Delegasi Polri dan Pendamping ICITAP berkumpul di Bandara
Internasional Soekarno Hatta untuk berangkat menuju Phoenix
Arizona dan Transit di Jepang dan Seattle.

Pukul 11.20 WIB Delegasi Polri dan ICITAP berangkat menuju Bandara Internasional
Narita, Tokyo dengan Pesawat Garuda GA 884.

Sabtu, 3 November 2012


Waktu setempat (-2 Jam dari Jakarta)
Pukul 09.00 Delegasi tiba di Bandara Internasional Narita, Jepang. Untuk transit
dengan Pesawat Delta menuju Seattle pada Pukul 14.05 Waktu
Tokyo

Pukul 14.05 Delegasi berangkat menuju Seattle dengan Pesawat Delta DL156
untuk transit menuju Phoenix, Arizona.

Pukul 08.00 Delegasi tiba di Bandara Seattle, Amerika Serikat. Untuk transit
dengan Pesawat Alaska DL 7540

Waktu Seattle
Pukul 10.45 Delegasi berangkat menuju Phoenix Arizona dengan pesawat Alaska
DL 7540.

Waktu Phoenix
Pukul 13.30 Delegasi tiba di Phoenix Arizona , dan di sambut dengan ramah oleh
Direktur ICITAP Indonesia Mr. Jerry dan Wakil Direktur ICITAP
4

Indonesia Ed Ruth dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju


Hotel Courtyard Marriot 2029.

Pukul 16.30 Delegasi melaksanakan Briefing dan Ramah tamah dengan Mr Jerry
dan Mr Ed Ruth untuk membahas kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan selama di di ALEA Phoenix, Arizona terutama.

Kegiatan di ALEA Phoenix diawali dengan perkenalan dari ketua rombongan Brigjen
Pol. Drs. M. Zulkarnain, M.M, M.H dan dilanjutkan dengan arahan oleh Mr. Jerry. Dalam
kesempatan ini disampaikan bahwa kunjungan ini merupakan tindak lanjut kerjasama dan
kesepakatan ICITAP dengan Komjenpol Drs. Oegroseno, S.H. selaku Kalemdikpol. Ada
tiga sasaran dalam kunjungan Polri ke Kepolisian Arizonal yaitu:
1. Kode etik (sidang kode etik) penegakan disiplin bagi anggota polisi di Arizona;
2. Standar pelatihan petugas kepolisian di ALEA Arizona; dan
3. E-learning (penbelajaran jarak jauh).
Kepolisian Arizona/USA memiliki sturuktur dan sistem organisasi sangat berbeda
dengan kepolisian di negara manapun hal ini berpengaruh dalam pelaksanaan pendidikan
dan pelatihannya. Pelaksanaan rekrutmen pada kepolisian Arizona dilaksanakan oleh
agensi-agensi (daerah) yang dilaksanakan secara transparan dan akuntabel, tiap agensi
mengirimkan calon anggota polisinya untuk dididik di ALEA, hampir 17% dari petugas
kepolisian Arizona adalah lulusan ALEA, untuk Arizona sendiri sebenarnya terdapat 11
Akademi Kepolisian, namun ALEA merupakan akademi polisi yang paling besar dan
memiliki standar untuk pelatihan yang lebih tinggi dibandingkan Akademi Kepolisian
lainnya. Pelaksanaan rekrutmen, dari 1000-1200 orang yang diseleksi dan akan terpilih
untuk mengikuti pendidikan hanya 40 orang, tahapan pelaksanaan rekrutmen antara lain:
1. Pengajuan administrasi;
2. Psikologi;
3. Akademik/tertulis;
4. Kesehatan;
5. Wawancara (3 kali wawancara); dan
6. Penelusuaran mental kepribadian secara menyeluruh sebagai jaminan
integritas individu.
7. Area kompetensi utama pendidikan pembentukan Taruna di ALEA:
5

a. Keterampilan menembak;
b. Kebugaran;
c. Taktik bertahan;
d. Pengemudi;
e. Pemacahan permasalahan lapangan;
f. Investigasi; dan
g. Perundang-undangan/ prosedur investigasi.

Untuk mengukur hasil pendidikan pembentukan di ALEA dilaksanakan ujian tertulis


dan ujian praktek pada setiap mata pelatihan. Taruna ALEA diperbolehkan untuk kembali
kerumah setelah melaksanakan pelatihan, lama waktu pelatihan 8 jam pelajaran per hari.
Dalam proses rekrutmen tidak dibatasi usia dan gender, minimum 21 tahun dan
dilaksanakan secara independen oleh agensi/pemerintah daerah untuk diserahkan kepada
ALEA untuk dididik. Untuk menentukan seseorang lulus atau tidak dalam pelatihan
menjadi hak mutlak dari ALEA yang nantinya akan disertifikasi oleh POST (police officer
standards and training). Hal-hal yang menyebabkan dikeluarkannya Taruna dari ALEA
adalah :
1. Permasalahan Integritas (pelanggaran yang paling berat yaitu berbohong /tidak
jujur, jika berbohong maka Taruna akan di keluarkan dari Pendidikan;
2. Permasalahan bidang Akademik (standar minimal 70% nilai kelulusan, boleh
remedial satu kali untuk mata pelatihan, jika 2 mata kuliah gagal diwaktu yang
berbeda diberi kesempatan untuk remedial dengan catatan harus lulus dan
tidak boleh gagal lagi pada mata pelajaran yang lain, jika gagal maka akan
dikeluarkan); dan
3. permasalahan kebugaran, jika tidak memenuhi standar yang sudah ditetapkan
Taruna akan dikeluarkan).
Setelah melaksanakan pendidikan akademik selama 6 minggu dilaksanakan ujian
praktek dengan skenario terencana yang bertujuan untuk melihat sejauh mana
pemahaman Taruna terhadap materi yang sudah disampaikan, melihat integritas dalam
pelaksanaan tugas kepolisian serta pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Khusus untuk latihan menembak minimal seorang Taruna menembak 1000-
1500 peluru, setelah dilantik menjadi anggota polisi minimal 4 kali dalam setahun
dilakukan latihan menembak. Setelah lulus dari ALEA anggota polisi baru akan di lepas
untuk menjadi petugas polisi (patroli) dengan di dampingi oleh mentor selama 11 minggu
(dalam masa metoring masih ada kemungkinan untuk di pecat). Reformasi kepolisian di
6

Arizona sudah dimulai pada tahun 60 an hingga saat ini pun masih terus berbenah untuk
menyesuaikan dengan tututan tugas dan kebutuhan masyarakat (berbasis IT).

Ar ahan dan perkenalan oleh Mr. Ed


Setiap petugas kepolisian di Arizona merupakan petugas perdamaian, perbedaaan
yang sangat prinsip dari sistem SDM Polisi di negara lain dengan amerika yaitu khusus
terhadap lulusan pendidikan Akademi. Di Amerika lulusan akademi kepolisian bertugas
penuh untuk melayani masyarakat, semua lulusan ALEA bertugas di lapangan sebagai
polisi patroli. Untuk jenjang karier tergantung prestasi anggota tersebut dan setiap
kenaikan jenjang/golongan pangkat dilaksanakan dengan ujian secara ketat dan
komprehensif.

Kegiatan hari Minggu, 4 November 2012

Delegasi mengunjungi kota Sedona, salah satu tujuan wisata yang ada di Negara
bagian Arizona. Sedona merupakan tempat suku Indian Navajo dengan daerah
pegunungan yang memukau di setiap jalannya.

Kegiatan hari Senin, 5 November 2012

Delegasi berangkat menuju Arizona Law Enforcement Academy (ALEA) dan


disambut oleh Capt. Vic Mc Craw (Arizona DPS of ALEA - Executive Officer). Dengan
rincian kegiatan sebagai berikut :

1. Delegasi menerima paparan dari Capt Vic Mc Craw mengenai gambaran umum
tentang Arizona Law Enforcement Academy (ALEA) :
a. Academy Penegakan Hukum Arizona (ALEA) melaksanakan
pendidikan pembentukan bagi polisi Perdamaian Arizona sesuai dengan
aturan yang ditetapkan oleh Dewan Standar Petugas Perdamaian dan
Pelatihan Arizona (POST). ALEA melatih calon anggota Polisi dari tingkat
kota dan daerah. ALEA saat ini yang berada di Arizona sudah berusia 16
Tahun, yang sebelumnya berada di daerah Tucson;
b. ALEA merupakan lembaga independen dalam melaksanakan tugas
pendidikan pembentukan sesuai dengan peraturan/standar dasar yang
ditetapkan oleh POST Arizona, ALEA mengembangkan sendiri
kurikulumnya di atas standar Akademi lainnya yang ada di Arizona dengan
7

harapan dapat menghasilkan lulusan petugas kepolisian profesional. Tidak


ada struktur/garis komando ALEA terhadap organisasi kepolisian Arizona,
sehingga ALEA merupakan lembaga pendidikan yang independen dan
dapat mengeluarkan siswa bila tidak memenuhi standar yang sudah
ditetapkan;

c. Struktur di ALEA terdiri dari :


1) 1 Chief Commander;
2) 1 Executive Officer;
3) 3 Sersan/ 6 org sesuai kebutuhan (1 Sersan Administrasi dan 2
Sersan kelas); dan
4) 2 RTO - 6 RTO sesuai kebutuhan (Recruit Trainer Officer).
d. ALEA hanya bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan
pembentukan, sedangkan untuk kurikulum, bahan pelajaran, biaya serta
pelaksanaan ujian dilaksanakan oleh POST Arizona, sementara untuk
biaya kehidupan peserta didik selama mengikuti pendidikan ditanggung
oleh agensi masing-masing;
e. Fasilitas pendidikan yang terdapat di ALEA berupa Ruang ADM,
Ruang Gym, Trak Lari, Lapangan Tembak , dan Area Simulasi;
f. Di ALEA terdapat functional areas, yang digunakan untuk kegiatan,
antara lain :
1) Introduction to law enforcement
2) Patrol procedure
3) Law and legal matters
4) Traffic control
5) Criminal investigation
g. Durasi waktu Pelaksanaan pendidikan pembentukan ALEA
dilaksanakan dalam 19 minggu dengan standar minimal 585 jam, 1 jam
pelajaran dilaksanakan 50 menit di kelas/lapangan dan 10 menit istirahat.
Dalam waktu sehari taruna ALEA melaksanakan pendidikan selama 8 jam
pelajaran;
h. Kriteria kelulusan yaitu tersertifikasi akhir secara komprehensif,
pelaksanaan ujian dengan materi yang berbeda-beda dan setiap ujian
tidak boleh mencontek (kejujuran merupakan prasyarat utama untuk
8

menjadi seorang petugas kepolisian) hal ini merupakan upaya untuk


menciptakan integritas anggota Polisi di lapangan; dan

i. Jumlah peserta didik 2005-2012.

NO TAHUN JUMLAH
1 2005 725 orang
2 2006 700 orang
3 2007 606 orang
4 2008 583 orang
5 2009 204 orang
6 2010 156 orang
7 2011 79 orang
8 2012 157 orang

j. Arizona POST adalah lembaga yang memiliki wewenang dalam


pendidikan sebagai berikut:
1) Mengatur regulasi kepolisian di Arizona;
2) Bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan
pendidikan (rekrutmen dan kelulusan peserta didik;
3) Mememberikan sertifikasi ujian akhir;
4) Menentukan agensi yang melakukan rekrutmen; dan
5) Pengawasan terhadap sertifikat petugas kepolisian.
k. Kurikulum Inti pendidikan pembentukan di ALEA:
1) 60 jam : penggunaan senjata api;
2) 50 jam : kebugaran;
3) 64 jam : teknik bertahan;
4) 30 Jam : mengemudi;
5) 16 Jam : masalah lapangan;
6) 60 Jam : investigasi; dan
9

7) 160 Jam : Hukum Pidana/ prosedur investigasi.

2. Delegasi melanjutkan kegiatan dengan mengamati praktek penanganan


permasalahan lapangan (Field Problem) dengan skenario Penggunaan
Kekuatan (Defensive and tactics) - Unit

Naskah skenario :
a. 2 orang berperan sebagai pemabuk dan bertengkar di lingkungan
apartemen dan membuat kegaduhan sehingga menggangu penghuni
apartemen yang lain;
b. 2 orang polisi yang sedang berpatroli dan menerima laporan kejadian
2 orang tersebut dan diminta mendatangi apartemen dan menyelesaikan
permasalahan tersebut dan berakhir dengan perkelahian antara kedua
pemabuk. Kedua polisi tersebut melibatkan diri untuk melerai dan akhirnya
di serang oleh kedua pemabuk tersebut;
c. RTO tidak memberikan petunjuk apapun dan membiarkan para
peserta didik melakukan tugasnya. Diharapkan oleh RTO mereka mampu
menyelesaikan tugasnya dengan tepat dan menggunakan eskalasi atau
tahapan kekuatan yang dibutuhkan;
d. Selesai praktek skenario, RTO memberikan Feedback langsung
secara kelompok dari apa yang sudah mereka lakukan untuk
menyelesaikan tugas skenario tersebut.

3. Penyerahan cindera mata berupa plakat dari Kalemdikpol, kegiatan dilanjutkan


dengan makan siang. Kegitan berikutnya adalah mengamati latihan simulasi
yang dilakukan para Taruna ALEA dengan kasus melerai perkelahian antara
dua orang laki-laki di suatu tempat, kemudian delegasi kembali ke kelas untuk
melakukan diskusi dari hasil pengamatan.

4. Berdasarkan hasil pengamatan, tidak dibedakan antara Polki dan Polwan.


Skenario yang dilaksanakan dibuat seperti dalam kondisi nyata sehingga
petugas terampil dalam melakukan pengamanan, mampu dalam penggunaan
kekuatan, dan dapat berkoordinasi antar sesama petugas. Instruktur hanya
melakukan mentoring dalam setiap praktikum dan memberikan evaluasi sesaat
setelah dilaksanakan pelatihan; dan
10

5. Tim kembali ke Courtyard Hotel by Marriot

Pertanyaan dan Jawaban


1. Bisa terlihat bahwa jam pelajaran menembak cukup banyak, itu artinya skil
menembak sangat diperlukan bagi kepolisian di sini. Dan berdasarkan
arahan yang telah saya terima, jika seorang rekrut telah lulus dan menjadi
polisi, dia akan meluangkan waktunya setidaknya 5 kali dalam setahun
untuk tes menembak . Apakah hal itu hanya untuk pengembangan latihan
bagi polisi, atau semacam kebijakan standar bagi polisi? Dan apakah
yang terjadi jika mereka gagal dalam tes menembak di tahun itu?

Jawaban
Jadi itu merupakan kebijakan standar bagi seorang polisi untuk memiliki
skil dalam menembak. Jika mereka gagal dalam menembak, mereka akan
diberikan pelatihan intensif khusus sampai mereka lulus dalam tes
menembak.

2. Di Akademi Kepolisian, taruna mendapatkan pengajaran dari dosen yang


berasal dari luar institusi, yakni tenaga pengajar dari universitas
terkemuka di Indonesia. Apakah ALEA juga menerapkan hal yang sama
dalam sistem pengajaran tarunanya?

Jawaban
Di ALEA tidak ada pengajar yang berasal dari luar akademi. Seluruh
instruktur dan tenaga pendidik berasal dari pihak intern kepolisian yang
telah mendapatkan pendidikan intensif dan telah tersertifikasi untuk
menjadi pengajar. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang diajarkan
dapat disesuaikan dengan kondisi real di lapangan yang sebelumnya
pernah di alami oleh petugas yang bertindak sebagai pengajar.
11
12

Kegiatan hari Selasa, 6 November 2012

Delegasi kembali menuju Arizona Law Enforcement Academy (ALEA) untuk


melanjutkan kegiatan pada hari ke-2. Dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

1. Penjelasan secara umum terkait pelaksanaan pelatihan dasar polisi yang


disampaikan oleh salah satu pengasuh (RTO/ Recruit Training Officer) Sgt.
Joshua Hynson (RTO), sebagai berikut:
a. Berdinas di lembaga pendidikan merupakan suatu pekerjaan
terhormat yang sangat di dambakan oleh seluruh petugas kepolisian di
Arizona. Instruktur di ALEA merupakan orang-orang terbaik, baik dari segi
prestasi, fisik dan psikis dari kesatuannya dan di lakukan seleksi yang
ketat untuk bisa bergabung di ALEA;
b. Setiap 4 RTO (recruit training officer) mengawasi 11 orang peserta
didik;
c. Setiap kelas terdapat maksimal 57 Taruna.
d. Usia minimum untuk menjadi seorang petugas kepolisian adalah 21
tahun, saat mereka dilantik menjadi petugas Polisi;
e. Semua instruktur tersertifikasi, jika ada yang belum memiliki sertifikasi
instruktur maka akan diberikan pelatihan selama 120 jam pelajaran
(khusus yang bertugas di lembaga pendidikan wajib memiliki sertifikasi
sebagai pendidik/instruktur);
f. Integritas merupakan prasyarat utama untuk menjadi petugas polisi,
mulai dari rekrutmen yang dilaksanakan secara bersih dan ketat. Taruna
disini merupakan orang-orang terbaik dari daerahnya dan dalam setiap
seleksi lebih dari ribuan orang yang mendaftar untuk memperebutkan 40
kursi pendidikan di ALEA. Pendalaman kepribadian dan latar belakang
pada saat seleksi menjamin seorang taruna memiliki latar belakang yang
baik, pada saat seleksi seorang calon taruna diwajibkan menuliskan
riwayat hidupnya mulai dari kecil hingga dewasa dalam 3 halaman kertas.
Dari sanalah dilakukan penyelidikan yang mendalam terhadap latar
belakang calon taruna tersebut, dengan siapa mereka bergaul, masalah
keluarganya, pergaulan tempat tinggalnya dan latar belakang pendidikan
dan dilakukan juga tes poligraf (uji tulisan) dengan ahli poligraf. Hanya
13

orang-orang terbaiklah yang akan di terima di ALEA. Dalam pelaksanaan


uji kepribadian diberikan juga pertanyaan kurang lebih 1000 pertanyaan;
g. Ketika melaksanakan pendidikan penanaman moral/integritas
dilaksanakan dengan memberikan teladan yang baik dengan metode
mentoring oleh para instruktur, mentor melayani dengan baik dan sepenuh
hati terhadap setiap permasalahan serta memberikan bimbingan jika ada
pemahaman yang kurang terhadap setiap materi pendidikan pada saat
taruna melaksanakan pendidikan. Penegakan sanksi yang ketat dan
konsisten merupakan jaminan untuk menjaga integritas taruna sebagai
contoh jika taruna berbohong dan tidak jujur akan dikeluarkan dari ALEA;
h. Saat di lepas di lapangan mentoring masih tetap dilaksanakan pada
11 minggu pertama setelah penempatan pada satuan (patroli),
pengawasan melekat deilakukan oleh seniornya yang bertugas minimal 5
tahun untuk melakukan evaluasi dan melaporkan setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh petugas yang baru, pada saat ini pun lulusan ALEA
masih bisa dikeluarkan dari kepolisian;
i. Penanaman disiplin dilaksanakan pada 3 minggu pertama pendidikan,
pada minggu pertama Taruna menanda tangani surat pernyataan untuk
mengikuti dan mematuhi seluruh peraturan yang berlaku di ALEA;
j. Dalam melaksanakan proses latihan dan pengajaran, taruna dituntut
untuk melaksanakan secara serius dan bila dalam kegiatan didapati
Taruna yang tidak serius maka instruktur akan memberikan punishment
yang sesuai dengan apa yang telah dikerjakan sehingga pemberlakuan
reward and punishment benar-benar direalisasikan secara utuh;
k. Pendidikan pembentukan di ALEA juga memberikan keterampilan
untuk berkomunikasi kepada taruna sehingga saat mereka bertugas tidak
mengalami permasalahan dalam melayani masayarakat;
l. Seluruh sarana prasarana dan alins alongin yang digunakan dalam
pendidikan sudah dianggarkan oleh pemerintah kota (Phoenix). Sarana
prasarana pendidikan jika ada permasalahan dilaporkan secara bertahap
dan berjenjang mulai dari pengasuh, hingga ke kepala sekolah dan semua
prasarana sesegera mungkin dipenuhi. Untuk alins alongin disesuaikan
dengan kebutuhan tugas di lapangan contoh perlengkapan melekat pada
petugas polisi seperti senjata, semprotan merica, dan lainnya sesuai
14

dengan yang digunakan saat bertugas. Kemudian untuk perlengkapan di


kelas sudah tersedia dan terawat dengan baik;
m. Selama rekrutmen, yang mengawasi dan mengontrol jalannya ujian
ialah pihak dari POST (Police Officer Standard and Training);
n. Perekrutan calon taruna tidak diberikan batasan apakah ia berasal
dari negara bagian Arizona ataupun dari luar negara bagian serta tidak
ada batasan mengenai status calon taruna apakah ia telah menikah atau
belum. Sehingga tidak ada batasan dari segi gender, maupun usia untuk
menjadi taruna. Siapapun diberikan kesempatan yang sama dengan
syarat mampu mengikuti seluruh kegiatan yang ada di ALEA.

2. Delegasi melanjutkan kegiatan dengan mengamati praktek penanganan


permasalahan lapangan (Field Problem) dengan skenario Penanganan
seorang di jalan yang membawa senjata tumpul (pemukul baseball) dan
membuat orang di sekitar takut dan meminta bantuan Polisi :
Naskah skenario :
a. 1 orang sebagai orang yang membuat kegaduhan dengan membawa
pemukul baseball.
b. 1 orang polisi yang sedang patroli dan menerima laporan keberadaan
orang tersebut serta diminta mendatangi tempat kejadian untuk
mengamankan orang tersebut.
c. RTO tidak memberikan petunjuk apapun dan membiarkan peserta
didik melakukan tugasnya. Diharapkan oleh RTO mereka mampu
menyelesaikan tugasnya dengan tepat dan menggunakan eskalasi atau
tahapan kekuatan yang dibutuhkan.
d. Selesai praktek skenario, RTO memberikan Feedback langsung
secara kelompok dari apa yang sudah mereka lakukan untuk
menyelesaikan tugas skenario tersebut.

3. Penjelasan oleh Director ICITAP Indonesia Mr. Gerald Heuett kepada delegasi
Polri tentang teknis menembak di ALEA:
a. Menembak merupakan kompetensi utama seorang petugas kepolisian
di Arizona, dalam pendidikan dasar/pembentukan minimal 1000-1500
peluru di latihkan terhadap setiap taruna ALEA;
15

b. Dalam melaksanakan praktek menembak wajib memperhatikan


keselamatan taruna, tutup telinga, rompi anti peluru, kaca mata dan satu
taruna didampingi oleh satu orang instruktur yang senantiasa menjaga
dan mengevaluasi Taruna;
c. Setiap instruktur mengawasi satu orang taruna dalam latihan
menembak, karena menembak merupakan latihan yang beresiko.
d. Dalam latihan menembak, meskipun sudah melaksanakan latihan
secara berulang kali, tetap harus ada instruksi atau protokol keselamatan,
agar tidak terjadi kecelakaan dalam menembak.
e. Pada saat lulus dan bertugas, setiap petugas Polisi wajib melakukan
latihan menembak minimal 5 kali dalam setahun untuk mempertahankan
sertifikasi keterampilan menembak yang di keluarkan oleh POST Arizona;
f. Peragaan menembak yang di perlihatkan pada saat delegasi
lemdikpol berkunjung yaitu bagaimana menembak dalam posisi terlentang
hingga posisi berdiri.

4. Delegasi melanjutkan kegiatan untuk melihat situasi dan material yang


digunakan untuk melaksanakan latihan halang rintang.
a. Dalam latihan halang rintang, terdapat 10 rintangan dengan jarak 100
meter. Tidak ada perbedaan standar bagi perekrutan pria maupun wanita;
b. Dalam pelaksanaan halang rintang tidak menggunakan beban seperti
ransel, helm, dan senjata. yang digunakan hanya pakaian training set
dengan teknis dilakukan secara perorangan. Jika orang pertama telah
melewati dua rintangan pertama, maka orang kedua dapat melanjutkan
untuk melewati rintangan tersebut. Namun pada saat ujian, teknis
pengujian dilakukan secara perorangan;
c. Jika dalam pelaksanaan ujian, seseorang taruna tidak sempurna
dalam melewati rintangan akan mendapatkan penalty. Jika tidak bisa akan
didiskualifikasi;
d. Disediakan hely pad (tempat landasan helikopter), sehingga jika
terjadi cidera, Taruna segera dibawa ke hely pad dan helikopter akan
segera menjemput dan mengantarkan ke rumah sakit.

5. Delegasi melanjutkan kegiatan dengan mengamati praktek penanganan


permasalahan lapangan (Field Problem) dengan skenario penanganan
terhadap pengendara kendaraan yang mabuk (Drive Under Interference)
16

Skenario :
Taruna akan dihadapkan dengan permasalahan terkait pengejaran sebuah
mobil. Pada pengejaran tersebut taruna harus mampu mengidentifikasi
kemungkinan adanya pengendara yang sedang dalam pengaruh alcohol,
dengan barang bukti yang ada serta penerapan teknik-teknik pelaksanaan
pendataan identitas.

6. Tim kembali ke Courtyard Hotel by Marriot

Kegiatan hari Rabu, 7 November 2012

Delegasi menerima penjelasan dari perwakilan Taruna ALEA Phoenix (Mr. John
Young dan Ms. Tera Ford) terkait penyelenggaraan pelatihan dasar polisi di ALEA
Phoenix :
1. Di ALEA sebelum melaksanakan pendidikan sebelumnya diberikan pengantar
tentang peraturan yang berlaku di ALEA, mata pelajaran serta instruktur yang
akan melayani taruna selama pendidikan di ALEA;

2. Tidak ada perlakuan yang berbeda antara Taruna dan Taruni di ALEA semua
materi kelas dan praktek di laksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan
oleh POST;

3. Untuk menjadi taruna di ALEA harus dipersiapkan secara matang dan


terencana baik fisik dan psikis, selain kompetisi masuk yang sangat ketat,
pelaksanaan pendidikan juga di laksanakan dengan padat dan berkelanjutan
yang membutuhkan kebugaran dan konsentrasi yang tinggi;

4. Motivasi dari masing-masing taruna untuk menjadi Cadet ALEA antara lain
untuk menolong masyarakat dan membangun komunikasi yang baik dengan
orang lain;

5. Pelajaran yang dirasakan paling sulit adalah Criminal Law, karena bukan hanya
kemampuan menghafal yang diutamakan, tetapi kemampuan untuk memahami
dan mengaplikasikan di lapangan juga diperlukan. Dan salah satu cara yang
17

dianggap efektif untuk mempelajari Criminal Law yaitu dengan mengejar


definisi, dan mengaitkannya terhadap kasus-kasus yang terkenal;

6. ALEA tidak memberikan jaminan konsumsi terhadap peserta didik. Taruna


diperkenankan untuk membawa suplai makanan sendiri;

7. Selama di luar jam pendidikan taruna wajib mengenakan pakaian sipil, hal ini
dikarenakan identitas sebagai polisi harus dirahasiakan;

8. Penggunaan kendaraan diperbolehkan selama pendidikan, namun telepon


selular harus diletakkan di dalam mobil selama mengikuti jam pelajaran dan
latihan;

9. Instruktur yang bekerja untuk ALEA merupakan polisi-polisi terbaik yang mampu
menjadi teladan dan panutan bagi setiap taruna yang balajar di ALEA;

10. Kegiatan pendidikan disini sangat menarik. Taruna diperlakukan secara


dewasa, setip saat dapat berkonsultasi dengan instruktur, metode pelatihan
lapangan dan mentoring sangat memberikan pengalaman yang sangat
berkesan untuk diterapkan dalam pelaksanaan tugas lapangan;

11. Polisi merupakan pekerjaan yang mulia dan terhormat, dikarenakan Polisi dapat
membantu memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat;

12. Setiap personil polisi memiliki buku undang-undang khusus bagi petugas
kepolisian Arizona;

13. Bawahan dapat menolak perintah ataupun tindakan atasan yang dirasa tidak
sesuai dengan prosedur . Jika dalam pelaksanaan Crime Scene Investigation
(CSI), ada atasan yang ingin turun tangan atau melihat dan masuk langsung ke
tempat kejadian, mereka akan dengan tegas menolak karena hal tersebut akan
mengganggu proses penyidikan.

Pertanyaan dan Jawaban


1. Kita tahu bahwa tidak ada perbedaan dalam latihan antara laki-laki maupun
perempuan. Untuk rekrut perempuan, apakah ada kesulitan ketika berlatih atau
melakukan kegiatan bersama dengan rekrut laki-laki ?
18

Jawaban
Sebenarnya kita yang sudah terjaring di sini sudah terjamin dalam segi kualitasnya.
Jadi walaupun kita wanita, kita tetap harus memiliki mainset warrior yang artinya
apapun yang terjadi kita akan menghadapinya. Sehingga keiatan apapun yang ada
di sini juga harus ikuti dengan baik.

2. Apakah ada asupan makanan dan vitamin bagi Taruna


Kegiatan dilanjutkan dengan menerima pengarahan dan penjelasan tentang
pengembangan sumberdaya manusia petugas Kepolisian Amerika Serikat oleh Mr. Gerald
Heuett. Berikut adalah bagan dari pengembangan sumber daya manusia dari Kepolisian
Amerika Serikat :
PENGEMBANGAN SDM PERSONIL KEPOLISIAN AMERIKA SERIKAT

LEMBAGA
PENDIDIKAN
(AKPOL)

AKPOL INDONESIA ALEA


4 TAHUN 19 MINGGU (7 BLN)
FISRT LINE SUPERVISOR PEACE OFFICER

LULUS

PETUGAS PATROLI
(MINIMAL 3 TAHUN)

contoh

MASUK FUNGSI RESKRIM UM


KEPOLISIAN (MINIMAL 6)

RESKRIM SUS
(DIKJUR 2
MINGGU)
19

Untuk pendidikan umum/universitas dilaksanakan secara mandiri/perorangan (biaya


sendiri) setelah melaksanakan tugas, untuk jurusan tidak dibatasi pada bidang ilmu
tertentu, tetapi pada seluruh bidang ilmu pengetahuan, dengan pertimbangan seluruh
bidang ilmu memiliki hubungan yang erat dalam pelaksanaan tugas, seperti contoh di
Amerika (Arizona) banyak lulusan dengan kesarjanaan ilmu seni yang sukses dalam
melaksanakan tugas kepolisian di lapangan dengan metode pendekatan budaya
(community policing).

Dalam menyusun kurikulum pendidikan yang pertama diidentifikasi adalah


kompetensi apa yang akan disiapkan kepada calon anggota Polisi dengan
mengidentifikasi job task analisis yang diuraikan secara rinci sehingga dapat diketahui
kompetensi-kompetensi yang akan disiapkan pada aspek Knowledge, Skill, Attitude (KSA)
terhadap setiap mata pelajaran yang akan diberikan.
Delegasi melanjutkan kegiatan dengan mengamati praktek penanganan
permasalahan lapangan (Field Problem) dengan skenario Integritas (integrity)
Skenario :
Taruna akan dihadapkan pada permasalahan dimana taruna akan menerima
laporan bahwa telah terjadi pencurian di sebuah mini market. Pada saat Taruna
datang dan menginvestigasi, pemeran lain akan mendatangi TKP sebagai anggota
polisi yang berpura-pura menanyakan perkembangan investigasi yang sedang
berlangsung dan kemudian mengambil beberapa makanan dan minuman yang ada
di mini market tersebut (dalam skenario anggota polisi yang baru saja datang sudah
kenal dengan pemilik mini market) yang kemudian berjalan keluar meninggalkan
lokasi TKP tersebut

Delegasi melanjutkan kegiatan dengan mengamati praktek penanganan


permasalahan lapangan (Field Problem) dengan skenario Penanganan permasalahan
terhadap salah seorang yang mencurigakan (Suspicious Suspect)
Skenario :
Taruna akan dihadapkan pada masalah dimana pada saat taruna melakukan patrol
(berjalan) melihat seseorang yang mencurigakan sedang mendekati dan mencoba
melihat kebagian dalam sebuah mobil yang sedang diparkir.
20

Delegasi melanjutkan kegiatan dengan mengamati praktek penanganan


permasalahan lapangan (Field Problem) dengan skenario penanganan terhadap
kekerasan dalam Rumah Tangga (Home fighting)
Skenario :
Pada sebuah situasi dimana sedang terjadi pertengkaran mulut antara seorang pria
dan wanita. Taruna berhadapan dengan permasalahan dimana seorang pria yang
sedang mencoba berbicara pada wanita, tetapi wanita tersebut mengusir dan
meminta pergi dengan alasan adanya surat putusan pengadilan agar pria tersebut
tidak mendatangi/ mendekati rumah dan wanita tersebut

Kegiatan hari Kamis, 8 November 2012

Delegasi menerima sambutan umum dari ALEA Chief Commander Mr. Mark
Perkovich yang menyatakan ALEA merupakan akademi penegakan hukum terbesar di
wilayah Negara bagian Arizona. Struktur di ALEA terdiri dari :
1. 1 Chief Commander ;
2. 1 Executive Officer ;
3. 3 Sersan/ 6 org sesuai kebutuhan (1 Sersan Administrasi dan 2 Sersan kelas);
dan ;
4. 2 RTO - 6 RTO sesuai kebutuhan (Recruit Trainer Officer).

Setiap petugas kepolisian merasa sangat terhormat dan bangga jika dapat
menuliskan riwayat penugasan di lembaga pendidikan, karena orang-orang yang bekerja
di lembaga pendidikan merupakan petugas yang memiliki latar belakang penugasan yang
baik dan hanya petugas terbaiklah yang dapat di terima di lembaga pendidikan. Setiap
instruktur yang masuk ke ALEA akan diberikan pembekalan bagaimana menjadi instruktur,
menyusun instruksional, silabus dan RPP dengan waktu pelatihan 40 jam pelajaran.
Setiap instrukutur akademik maupun lapangan berasal dari pihak intern kepolisian. Tidak
melibatkan dosen ataupun dosen dari universitas atau instansi lainnya.
Untuk menjaga integritas seluruh personel yang bekerja di lembaga pendidikan,
dengan menjamin orang-orang disini mengerjakan tanggung jawab pekerjaan sesuai
standar yang sudah ditetapkan jika ada pelanggaran yang dilakukan baik oleh tenaga
kependidikan maupun instruktur maka akan di keluarkan dari lembaga pendidikan untuk
kembalikan ke satuannya. Kemudian kegiatan delegasi dilanjutkan dengan kegiatan
sebagai berikut :
21

1. Delegasi melanjutkan kegiatan ke salah satu ruangan kelas Taruna, dengan


perwakilan sambutan dari Polri disampaikan oleh Brigjen Pol. Drs. M.
Zulkarnain, M.M., M.H
(Karo Kurikulum).

2. Delegasi melanjutkan kegiatan ke Kantor Police Department Of Phoenix dan


disambut oleh Police Commander Phoenix Police Department (Mr. Joseph. B.
Klima), menjelaskan kaitan dengan situasi kondisi Phoenix Police Department
secara umum dan peninjauan terhadap fasilitas di dalamnya. Police
Department Of Phoenix merupakan kantor kepolisian yang baru dibangun di
Phoenix dengan struktur sebagai berikut :

CHIEF

ASST CHIEF
COMMANDE
R

COMMANDER

LEUTENANT

- MINIMAL 3 TAHUN

SERSAN

POLISI PATROLI (3 TAHUN)


MENDAPAT SETELAH ITU MASUK
ALEA LENCANA FUNGSI:
- INVESTIGATOR
(DAPAT - DETEKTIF
SERTIFIKASI OLEH - LALU LINTAS
POST ARIZONAL) - LEMDIK
22

Kegiatan hari Jumat, 9 November 2012

Tim memulai kegiatan pada jam 08.30 pagi untuk melaksanakan evaluasi dari semua
kegiatan yang sudah dilaksanakan bersama ICITAP di ruang meeting Hotel Courtyard
Marriot.

V KESIMPULAN

Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan studi banding tentang Police Officer Standards
and Training di Phoenix Arizona, Amerika Serikat dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Banyak hal-hal positif yang dapat diambil dan diterapkan di Akademi Kepolisian maupun di
lembaga pendidikan Kepolisian lainnya seperti kurikulum, peserta didik dan sebagainya.
Tidak ada hambatan dan permasalahan yang berarti selama pelaksanaan kegiatan
tersebut.

VI REKOMENDASI DAN SARAN

B. REKOMENDASI
Berdasarkan kegiatan-kegiatan selama 5 (lima) hari di Akademi Penegakan
Hukum Arizona (ALEA), serta hasil Diskusi dapat direkomendasikan sebagai
berikut :
1. Merevisi pelaksanaan sistem rekrutmen taruna.
Sistem penerimaan yang ada di Polri selama ini harus direvisi mulai dari
perekrutan taruna dengan menggunakan standart minimun yang
memadahi sehingga bila bahan bakunya adalah orang-orang yang
memiliki standart tinggi maka akan dihasilkan lulusan yang terbaik.
Perekrutan harus dilaksanakan secara transparan sebagai kontrol dalam
menentukan calon peserta didik yang terbaik.
2. Meninjau ulang dan memodifikasi kurikulum Lemdikpol.
23

Kurikulum yang dibuat oleh Lemdikpol harus disesuaikan dengan


tantangan tugas yang akan dihadapi di masyarakat, sesuai dengan zaman
(up to date), serta sesuai dengan muatan lokal masing-masing daerah.
3. Melibatkan stakeholder dalam penyusunan kurikulum.
Pada penyusunan kurikulum melibatkan taruna atau siswa, praktisi
pendidikan, mentor/instruktur, tenaga pendidik/tenaga kependidikan serta
tokoh masyarakat untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh masyarakat
dari Polri.
4. Merubah mindset penugasan bagi instruktur.
Setiap instruktur/mentor yang ditugaskan pada lembaga pendidikan hanya
anggota Polri yang terbaik baik dari segi fisik, phsykologi, dan mampu
menjadi tauladan bagi peserta didik dan memiliki kompetensi yang tinggi
yang disertai dengan bukti sertifikasi. Dengan tersertifikasinya para
instruktur/mentor yang terbaik dan terpilih, maka dengan sendirinya akan
tumbuh keseriusan instruktur/mentor dalam melatih dan mengarahkan
taruna. Di sisi lain jenis penugasan sebagai instruktur/mentor hendaknya
dijadikan sebagai kebanggaan bagi anggota Polri, karena
instruktur/mentor sangat berperan dalam pembentukan integritas pada
saat proses pendidikan dan latihan.
5. Dukungan arana dan prasarana pendidikan
Sarana dan prasaran yang ada harus dilengkapi dan dalam kondisi yang
baik, sebagai contoh flat taruna yang kondisinya sudah tidak layak harus
segera ada perbaikan guna memberikan rasa nyaman bagi peserta didik.
6. Kompetensi tenaga pendidik
Tenaga pendidik harus memiliki kompetensi dan kemampuan dalam
memberikan materi, memiliki inovasi dan kreatifitas sehingga materi yang
diajarkan dapat diserap dan diaplikasikan. Tenaga pendidik harus
mendampingi siswa dalam setiap kegiatan aplikatif sehingga dapat
memberikan feedback secara langsung kepada peserta didik.
7. Sistem mentoring
Instruktur/mentor harus melekat dengan Taruna, dalam hal ini
instruktur/mentor tidak hanya memberikan arahan tetapi bisa berperan
sebagai orang tua dan teman sehingga bisa menyelesaikan permasalahan
taruna dengan pendekatan yang baik, tidak hanya memberikan
punishment tetapi juga disertai dengan reward yang sewajarnya.
24

8. Membuat dan menegakkan standard


Membuat standar minimal untuk para taruna serta menegakkan standar
tersebut, dalam hal ini harus ada ketegasan terhadap calon maupun
taruna yang tidak memenuhi/sudah tidak memenuhi standar bagi seorang
taruna dilakukan pemecatan.

C. SARAN
Dari hasil studi banding yang telah dilaksanakan dapat disarankan kepada
pimpinan guna mengambil kebijakan, adapun saran tersebut antara lain :
1. Perbaikan sarana dan prasarana yang ada di lembaga pendidikan
untuk menunjang kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik.
2. Rekrutmen tenaga pendidik, pengasuh maupun instruktur diambil dari
lulusan terbaik masing-masing sekolah pengembangan Kepolisian
sehingga yang menjadi panutan benar-benar orang pilihan bukan orang
yang bermasalah maupun orang yang mencari kedudukan, pangkat dan
jabatan saja.
3. Adanya uji secara psikologis bagi tenaga pendidik, pengasuh dan
instruktur guna menciptakan metode pembelajaran yang humanis.
4. Adanya uji kompetensi secara berkala bagi tenaga pendidik,
mentor/pengasuh dan instruktur yang ada di Akademi Kepolisian.
5. Kepastian karier bagi tenaga pendidik, pengasuh maupun instruktur
baik kepastian pendidikan, lama berdinas maupun kesejahteraan. Hal ini
untuk meningkatkan motivasi dan menghilangkan anggapan bahwa
lembaga pendidikan adalah tempat buangan.
6. Penegakan reward dan punishment bagi seluruh peserta didik untuk
membentuk mental dan kemampuan. Fonis bagi pelaku pelanggaran
harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, tidak melihat latar
belakang keluarga maupun yang lainnya. Kesamaan kedudukan di muka
hukum harus lebih dikedepankan.

Demikian laporan pelaksanaan tugas studi banding Police Officer Standards and
Training di Phoenix Arizona, Amerika Serikat sebagai bahan pertimbangan dan masukan
bagi pimpinan dalam pengambilan kebijakan di Akademi Kepolisian.
25

Semarang, Nopember 2012

Drs. ADNAS, M.Si


KOMBES POL NRP 64080821

DIREKTORAT PEMBINAAN DAN PELATIHAN


KORPS PEMBINAAN TARUNA DAN SISWA

LAPORAN
STUDI BANDING TENTANG POLICE OFFICER
STANDARDS AND TRAINING DI PHOENIX
ARIZONA, AMERIKA SERIKAT
26

SEMARANG, NOVEMBER 2012

Anda mungkin juga menyukai