HAL 1
Sapta Dwikardana
Daftar Isi
Disclaimer Hal 03
HAL 2
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
Disclaimer
Ebook ini adalah hak intelektual dari Sapta Dwikardana dan dipublikasikan
spesial oleh Aquarius Resources
http://aquariuslearning.co.id/ @IdeSukses.
Ebook ini hanya untuk digunakan pada Anda yang ingin menguasai
Grafologi. Buku ini ini ditulis untuk menjadi referensi bagi para peminat
kajian grafologi di Indonesia. Sesuai dengan pembelajaran, pengalaman,
pemikiran dalam proses mengembangkan dan memudahkan Anda
untuk mengetahui tentang Grafologi.
HAL 3
Sapta Dwikardana
BAB 1
HAL 4
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
HAL 5
Sapta Dwikardana
BAB 2
HAL 6
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
Di sisi lain, alat tulis dan kertas dapat memungkinkan kita untuk
berpikir lebih bebas ketika melakukan hal-hal seperti brainstorming.
Kita memiliki halaman kosong dan alat tulis tanpa dibatasi
kemana kita hendak menulis, sehingga memungkinkan kita untuk
menghubungkan hal-hal secara bersamaan, seperti memberi
lingkaran pada poin penting atau menambahkan catatan di sisi
manapun dari catatan kita. Banyak yang akan berpendapat bahwa
ini sekarang bisa dilakukan pada komputer, tetapi sekali lagi,
gangguan yang dimunculkan oleh komputer atau tablet sering
dapat mengganggu aliran kreatif kita.
HAL 7
Sapta Dwikardana
BAB 3
Grafologi
Ketertarikan pada analisis tulisan tangan dimulai 400 tahun yang lalu.
Orang yang bisa disebut Bapak Grafologi adalah Camillo Baldi, yang
melakukan pengamatan sistematis tentang tata cara tulisan tangan dan
telah menulis dalam 1622 esai grafologi pertama. Pada tahun 1897 Abb
Jean Michon Hipppolyte menciptakan istilah grafologi, istilah dengan
menggabungkan dua kata Yunani graphein (menulis) dan logos
(ilmu). Dia adalah pendiri The Society of Graphology dengan mandat
pertamanya melakukan kajian ilmiah tentang tulisan tangan. Muridnya
J. Crpieux-Jamin menempatkan karya-karya Michon menjadi tujuh
elemen dasar, yaitu: (1) kecepatan; (2) tekanan; (3) bentuk; (4) dimensi;
(5) kontinuitas; (6) arah; dan (7) ketertiban.
Brainwriting
HAL 8
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
tangan. Dengan alasan, hampir semua orang menulis tetapi tidak semua
orang mengecat dengan kuas atau memahat.
Ekspresi Perilaku
Tes Proyektif
HAL 9
Sapta Dwikardana
pola. Pada tingkat ini kita menulis huruf, menyusun tautan antar huruf,
dan membangun kata-kata. Ketiga, tulisan tangan memiliki unsur
katarsis yang memproyeksikan pelepasan emosi. Hal ini terjadi hanya
dalam menulis dengan tangan. Keempat tulisan tangan memiliki unsur
konstitutif (pembentukan) yang merupakan pemaksaan ke dalam
suatu pengelompokan dari sejumlah bahan yang acak dengan
mempertahankan struktur kalimat, mengisi spasi dengan huruf besar,
garis dasar, tanda baca, untuk memulai dan menyelesaikan baris.
Akhirnya tulisan tangan memiliki unsur kreatif yang menghasilkan pesan
yang koheren sebagai tujuan darimenulis itu sendiri.
Ketika kita berbicara kata-kata mengalir; juga ketika kita mengambil pena
atau pensil untuk menulis, kata-kata mengalir. Tulisan kita berada dalam
memori dan dengan demikian menjadi dapat hafal secara otomatis.
Dalam hal ini terjadinya secara tidak sadar.
Kita juga dapat menulis secara sadar. Apakah kita pernah mencoba
gaya yang berbeda dalam menempatkan tanda tangan kita? Apakah
kita tidak ingin meniru tulisan orang lain? Jadi, pada saat kita menulis
dengan huruf cetak agar mudah terbaca, Ini adalah menulis sadar.
Melihat tulisan tangan dari sudut pandang yang berbeda, kita dapat
menganalisis tanda-tanda yang bersifat tetap dan yang bersifat tidak
tetap. Sebagai contoh, IQ kita bersifat tetap, juga bakat kita, temperamen
HAL 10
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
dan identitas semua bersifat tetap, apakah kita pernah menyadari bahwa
tulisan tangan kita memiliki identitas? Sekarang, bayangkan apabila di
dalam sebuah kelas, para peserta, misalnya 100 orang, diminta untuk
menulis sebuah paragraf, tapi jangan menandatanganinya atau menaruh
nama, dan kemudian dikumpulkan dan dicampur-adukansecara acak.
Kemudian kita minta mereka untuk mengambil kertas masing-masing,
dan apa yang akan terjadi? Masing-masing dari dari mereka akan
mengambil tanpa kesulitan apapun. Ini bisa kita lakukan hanya karena
kita mampu mengidentifikasi tulisan tangan.
STRUKTUR GRAFIS
HAL 11
Sapta Dwikardana
kanan pada jajaran yang sama. Pada garis imajiner ini huruf-
huruf terletak dan terbagi ke daerah atas dan bawah, sambil
bergerak maju ke kanan, garis dasar memberikan ruang vertikal
yang akan mengarahkan gerakan. Ini merupakan representasi
kenyataan, batas dari kesadaran, landasan bagi gerakan
hidup, sikap terhadap pengalaman dan kegiatan dalam
kehidupan.
2. Selungkup
HAL 12
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
3. Stroke (goresan/coretan)
Graphometry
HAL 13
Sapta Dwikardana
BAB 4
Untuk mengetahui sesuatu yang ada di balik tulisan tangan, Anda tidak
perlu memperhatikan detail dari setiap huruf dan tanda baca yang ada.
Anda cukup melihat gambaran besar dari tulisan. Hal ini disebut gestalt
grafologi, yaitu melihat secara umum apa yang tersirat, kemudian
mencari dukungan dari berbagai tanda-tanda kecil.
HAL 14
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
BAB 5
Mulailah dengan memahami apa yang akan kita cari dari sebuah
spesimen/sampel tulisan tangan. Pertanyaan mendasar yang perlu
dicari jawabannya dalam analisis Gestalt: (1) kesan umum, apakah
tulisan well-organised tanpa gangguan pada keseluruhan? (2) Kualitas
bentuk, apakah tulisan terlihat well-balanced dan harmonis? Terutama
pada garis dasar, bentuk huruf, ornamen, kecepatan, dan dapat dibaca
(eligibilitas); (3) irama, apakah tulisan memiliki keseimbangan antar-
zona, spasi, kedalaman yang baik?
Ada baiknya mengetahui usia dan jenis kelamin dari penulisnya, karena
secara umum sangat sulit untuk menduga usia dan jenis kelamin
dari sampel tulisan tangannya. Memang benar tulisan tangan dapat
merefleksikan ciri-ciri khusus dari penulisnya, seperti sifat maskulinitas
atau femininitas serta faktor-faktor estetika yang dapat muncul dikedua
jenis kelamin tersebut. Analis tulisan tangan dapat saja membuat dugaan
yang meyakinkan tentang usia atau jenis kelamin, namun grafologi
sebagai suatu disiplin, sangat tidak dianjurkan.
HAL 15
Sapta Dwikardana
Maka cara terbaik memulai sebuah analisis adalah dengan cara yang
sederhana yaitu menggambarkan coretan, tanda atau simbol yang
dikenali tanpa memberi arti terlebih dahulu. Bila titik pada huruf i
letaknya tinggi, maka tuliskan bahwa titik pada huruf i letaknya tinggi.
Bila hanya huruf kapital B berbentuk huruf cetak, sedangkan yang
lainnya berbentuk kursif (cursive), nyatakan apa adanya. Jadi, pada
tahap pertama analisis, kita hanya mencatatkan apa yang ditemukan.
HAL 16
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
Kriteria Utama
Kemudian Tentukan:
HAL 17
Sapta Dwikardana
Coretan Tersambung
Perlu diingat bahwasanya setiap tanda yang khusus pasti memiliki sisi
positif dan negatif. Misalnya, penulis yang cepat bisa merupakan orang
yang berpikir cepat, tetapi dia juga bisa sembrono. Tanda-tanda kehati-
hatian mungkin merupakan indikasi pemikir yang tenang namun bisa juga
diberi arti adanya hambatan dalam berpikir. Tulis semua kemungkinan
dari setiap tanda, dan pisahkan ke dalam daftar sampai lebih banyak
informasi terkumpul. Metoda ini dapat terus dilakukan dengan cara
secara terus menerus menghubungkan bagian-bagian yang terpisah-
pisah ke dalam sebuah gambaran yang menyeluruh.
HAL 18
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
Interpretasi
Kedua, kita harus melihat konteks. Hal ini untuk memeriksa apakah
gerakan itu cocok dengan konteks. Misalnya, jika kita mencoba sikap
untuk menjadi seorang yang marah, maka harus ada situasi yang
mendukung bagaimana biasanya seseorang akan marah, misalnya
konteks adanya perdebatan atau pertengkaran.
Ketiga, kita harus tahu apa artinya gerakan yang ada dalam suatu
budaya. Apa yang dipahami sebagai hal tertentu dalam satu budaya,
bisa berarti hal lain dalam budaya lain.
Prinsip yang sama juga berlaku untuk analisis tulisan tangan. Pertama,
kita harus memiliki banyak sampel yang ditulis selama periode waktu
dan pada situasi yang berbeda. Dengan membatasi analisis hanya
melalui sebuah tulisan tangan atau tanda tangan saja, hal itu dapat
menyesatkan, dan karenanya yang dapat kita katakan atas hasil analisis
tersebut adalah bahwa orang tersebut sedang mengalami perasaan ini
dan itu saat dia menulisnya.
HAL 19
Sapta Dwikardana
orang yang akan pergi untuk piknik. Disini penulisannya tidak untuk
menyembunyikan diri sendiri tetapi untuk mengungkapkan diri kita
sendiri; pasti kita ingin tulisan dapat dibaca dengan jelas.
Tulisan tangan adalah potret yang instan. Ini adalah potret diri kita. Tulisan
tangan adalah potret yang diambil dari seseorang dalam suasana hati
dan situasi yang berbeda. Hal ini persis seperti mengamati bahasa tubuh
seseorang. Bahasa tubuh mungkin terlihat sekilas, tetapi tulisan tangan
dibuat permanen. Dengan menggabungkan grafologi dan kinesics, kita
akan mempunyai banyak informasi tentang seseorang bahkan sebelum
mereka pernah mengucapkan sepatah kata-pun. Untuk menganalisis
tulisan tangan kita perlu mengetahui sistem tulisan yang diajarkan,
disebut copybook, untuk mengetahui sejauh mana ia menyimpang.
Dalam pelatihan gestalt graphology, sebagian besar interpretasi
hanya berlaku untuk metode penulisan Palmer atau variasinya. Namun,
interpretasi grafologi berdasarkan konsep-konsep universal yang
berlaku untuk setiap bahasa yang ditulis dari kiri ke kanan.
1. Fisiologis
HAL 20
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
3. Konsep Universal
4. Psikologis
HAL 21
Sapta Dwikardana
yang tertulis sedikit lebih besar dari nama-nama lain atau jika
salah satu nama yang tertulis sedikit lebih kecil dari nama-nama
lainnya, ini adalah indikasi dari keinginan kita, atau bahkan
indikasi tidak menyukai orang-orang tersebut. Ini adalah
kesimpulan psikologis.
HAL 22
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
BAB 6
Konklusi
Ada orang yang berpikir bahwa tidak ada tes kepribadian yang memadai,
akurat, atau yang validitasnya tidak terbukti secara ilmiah dalam
memprediksi perilaku atau tindakan manusia, terutama untuk sifat-sifat
kompleks ketidakjujuran dan integritas. Intepretasi traits dalam grafologi
memang tidak bisa dengan kepastian 100% memprediksi. Perilaku
HAL 23
Sapta Dwikardana
HAL 24
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
DAFTAR PUSTAKA
HAL 25
Sapta Dwikardana
Tentang Penulis
HAL 26
Grafologi dan Kematian Tulisan Tangan
Education
Advanced Training
Publication/Books:
Sapta Dwikardana, Practical Handbook of Graphology: Pedoman Praktis Membaca
Karakter Melalui Tulisan Tangan, Penerbit Kanisius, 2014
Sapta Dwikardana, Grafologi Forensik, Penerbit Kanisius (to be published)
Sapta Dwikardana, Suharyani, et.al. Sistem dan Praktik Manajemen Pemda,
Mendukung Peningkatan Pelayanan Publik, Survey pada Pemkot Parepare,
Mataram dan Pemkab Sambas, Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan
Timur Indonesia, 2004
Sapta Dwikardana, Kedi Suradisastra, et.al. Reformasi Kebijakan Pelayanan Publik
dan Investasi di Kawasan Timur Indonesia: Suatu Saran Cetak Biru, Kementerian
Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia, 2004
Sapta Dwikardana, The Political Economy of Development and Industrial Relations in
Indonesia Under Soeharto, KUL, Belgium 2001
Sapta Dwikardana, Efektivitas Pelaksanaan Sistem Hubungan Industrial Di Indonesia:
Studi Kasus PT Unilever Indonesia dan INDOFOOD, Universitas Indonesia, 1994
HAL 27