Anda di halaman 1dari 15

Jenis dan Teori Etika

Minggu ke 3
TINGKAT PERKEMBANGAN MORAL
KOHLBERG

FOKUS : DIRI SENDIRI FOKUS : ORANG LAIN FOKUS : UMAT MANUSIA

TINGKAT
PASCAKONVENSIONAL
TINGKAT
KONVENSIONAL 6. ORIENTASI
PRINSIP ETIKA
TINGKAT UNIVERSAL
4. ORIENTASI
PRAKONVENSIONAL
HUKUM DAN 5. ORIENTASI
KETERTIBAN KONTRAK
2. ORIENTASI SOSIAL
3. ORIENTASI LEGALISTIS
RELATIVIS
KESEPAKATAN
INSTRUMENTAL
ANTAR PRIBADI
1. ORIENTASI
HUKUMAN DAN
KEPATUHAN
TEORI ETIKA
ETIKA TUJUAN EGOISME
TELEOLOGIS UTILITARIANISME

ETIKA IMMANUEL KANT


KEWAJIBAN
W DAVID ROSS
DEONTOLOGIS
JOHN RAWLS

ETIKA HAK HAK KEBEBASAN


ASASI
HAK KESEJAHTERAAN

ETIKA E KEUTAMAAN KLASIK


KEUTAMAAN E KEUTAMAAN KONTEMPORER

RELATIVISME RELATIVISME DESKRIPTIF


ETIS
RELATIVISME NORMATIF
ETIKA DEONTOLOGI

Istilah Deontologi berasal dari kata Yunani deon, yang


berarti Kewajiban.
Etika Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik, bukan berdasarkan pada akibat
atau tujuannya.
Menekankan motivasi

Tindakan itu lebih bernilai moral karena tindakan


itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang
memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan
dan akibat dari tindakan itu.
Hukum Moral Universal
Kant menekankan adanya Hukum Moral
Universal, yang berlaku bagi semua orang
di segala situasi dan segala tempat.
Hukum moral telah tertanam di hati
segenap manusia sehingga dengan
demikian bersifat universal.
Ada dua kesulitan yang dihadapi dalam
penerapan Teori Deontologi yaitu :

Pertama : Jika seseorang dihadapkan pada


dua kewajiban moral dalam situasi yang sama,
tetapi keduanya tidak dapat dilaksanakan
sekaligus, bahkan keduanya saling
bertentangan.
Contoh : Orang yang mau mengungkap kasus
Korupsi, diancam akan dibunuh. Kant disatu sisi
menegaskan bahwa kejujuran harus ditegakkan
terlepas apapun hasilnya, sedangkan disisi yang
lain Kant mewajibkan orang untuk melindungi
dirinya.
Kedua : Etika Deontologi sebenarnya
tidak dapat menghindar dari perhatian pada
tujuan.
Adam Smith mengemukakan akan pentingnya
keseimbangan antara motif dan akibat.
Keduanya harus dipertimbangkan secara
proporsional dalam melakukan tindakan itu,
karena motif saja tidak dengan sendirinya
membebaskan seseorang dari kesalahan moral.

arinto/Etika Profesi2008
ETIKA TELEOLOGI
Etika Teleologi mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasar kantujuan yang
mau dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu.

Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan


mencapai sesuatu yang baik, atau kalau akibat
yang ditimbulkannya baik dan berguna.
EGOISME

Setiap orang pada dasarnya bertujuan mengejar


kepentingannya sendiri dan memajukan dirinya
sendiri.
Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles
bahwa kebahagiaan merupakan perwujudan diri
manusia dalam segala potensinya secara
maksimal.
Egoisme baru menjadi masalah ketika ia
cenderung menjadi Hedonistis, yaitu ketika
kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata mata sebagai kenikmatan
fisik yang bersifat vulgar.
Maka Egoisme bisa baik, jika
kebahagiaan ini merupakan kepenuhan
hidup karena perwujudan seluruh potensi
dirinya, dalam hal ini termasuk didalamnya
kebahagiaan yang tercapai ketika orang
lain dibahagiakan.
Egoisme bisa buruk, jika untuk mencapai
kenikmatan bagi dirinya. Mengorbankan
kepentingan dan hak orang lain.
Norma MORAL
Aturan mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia
Aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya
tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat
sebagai manusia.
Yang dinilai adalah tanggung jawab
seseorang dalam menjalankan profesinya
secara tuntas, melayani klien, pasien, para
mahasiswa, sikapnya menanggapi keluhan,
penderitaan, kesulitan orang lain, sikapnya
yang tidak diskriminatif dsb.
Moral sense, perasaan
Mungkin tidak ada sanksi
UTILITARIANISME :

Baik buruknya suatu tindakan didasarkan pada


tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi
sebanyak mungkin orang. Rumsuan yang
terkenal dalam rangka pemikiran Utilitarianisme
untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan
adalah : the greatest happiness of the greatest
number (Bertens, K,2000 hal 66).
Utilitarianisme sering disebut pula sebagai
konsekuensialisme
Kasus Pruitt Igoe

http://www.soc.iastate.edu/sapp/PruittIgoe.
html
Pruitt Igoe
St. Louis's Pruitt-Igoe housing project
postwar federal public-housing program, completed in 1956
2,870 dwelling units in 33 eleven-story buildings
Only a few years later, disrepair, vandalism, and crime plagued
Pruitt-Igoe. The project's recreational galleries and skip-stop
elevators, once heralded as architectural innovations, had become
nuisances and danger zones. Large numbers of vacancies indicated
that even poor people preferred to live anywhere but Pruitt-Igoe.
In 1972, after spending more than $5 million in vain to cure the
problems at Pruitt-Igoe, the St. Louis Housing Authority, in a highly
publicized event, demolished three of the high-rise buildings.
Pruitt-Igoe has lived on symbolically as an icon of failure.
One critic even asserted that its destruction signaled the end of the
modern style of architecture.
Pruitt Igoe Minoru Yamasaki

Anda mungkin juga menyukai