Anda di halaman 1dari 22

Teori-Teori Etika

Code of Conduct
• Teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan
mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan
(Suriasumantri, 2000).
• Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk
menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama
dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan.
• Berbagai teori etika muncul karena adanya perbedaan perspektif
dan penafsiran tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup umat
manusia.
• Sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk
menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalka,
apalagi untuk mengontrol suatu tindakan atau perilaku.
Teori Etika Teonom
• Peschke S.V.D (2003) mengungkapkan keterbatasan akan teori-
teori yang telah ada, dimana mereka tidak mengakui adanya
kekuatan tak terbatas yaitu kekuatan Tuhan yang ada dibelakang
semua hakikat keberadaan alam semesta ini. Oleh karena itu
mereka keliru menafsirkan tujuan hidup manusia bukan hanya
untuk memperoleh kebahagiaan yang bersifat duniawi saja.

• Teori etika otonom merupakan salah satu teori yang dilandasi


oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwa karakter moral
manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya
dengan kehendak Allah.
Ada empat persamaan fundamental filsafat etika semua agama,
yaitu:
• Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan
tertinggi selain tujuan hidup di dunia. Semua mengakui adanya
eksistensi nonduniawi yang menjadi tujuan akhir umat manusia.
• Semua agama mengakui adanya Tuhan dan semua agama
mengakui adanya kekuatan tak terbatas yang mengatur alam
semesta ini.
• Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup
manusia di dunia, tetapi juga sebagi salah satu syarat mutlak
untuk mencapai tujuan akhir umat manusia.
• Semua agama memiliki ajaran moral yang bersumber dari kitab
suci masing-masing.
Egoisme
• Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang
berhubungan dengan egoisme yaitu egoisme psikologis dan
egoisme etis.
• Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan
berkutat diri (selfish).
• Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan
diri sendiri (self-interest). Perbedaan egoisme psikologis
dengan egoisme etis adalah pada akibatnya terhadap orang
lain.
Pokok-pokok pandangan egoisme etis
• Egoisme etis tidak mangatakan bahwa orang harus membela kepentingan
sendiri maupun kepentingan orang lain.
• Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah
membela kepentingan diri.
• Menurut paham Egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap
sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja
kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri
sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam rangka
memenuhi kepentingan diri.
• Inti dari paham Egoisme etis adalah bahwa jika ada tindakan yang
menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah
alasan yang membuat tindakan itu benar, yang membuat tindakan itu benar
adalah kenyataan bahwa tindakan itu menguntungkan diri sendiri.
Teleologi: Utilitarianisme dan
Konsekuensialisme –Analisis Dampak
• Teleologi berasal dari kata Yunani telos, yang berarti akhir,
konsekuensi, hasil; sehingga, teori-teori teleologi yang
mempelajari etika perilaku dalam hal akibat atau konsekuensi
dari keputusan etis. Teleologi cocok untuk banyak pelaku
bisnis yang berorientasi hasil karena berfokus pada dampak
dari pengambilan keputusan.
• Etikalitas dari pembuat keputusan dan keputusan tersebut telah
ditetapkan berdasarkan nilai komparatif non-etika dari suatu
tindakan atau konsekuensi. Jika keputusan mendatangkan hasil
positif, maka keputusan dikatakan benar secara etika dan
begitu pula sebaliknya.
Utilitarianisme
• Bentham dan J.S. Mill
• “Kredo yang diterima seperti landasan moral, utilitas, atau Prinsip
Kebahagiaan Terbesar (greatest Happines Principle), menyatakan bahwa
tindakan merupakan hal yang benar sesuai proporsinya jika cenderung untuk
meningkatkan kebahagiaan, salah jika tindakan tersebut cenderung
menghasilkan kebalikan dari kebahagiaan.”

• Aspek kunci utilitarianisme diantaranya:


• Etikalitas dinilai berdasarkan konsekuensi non-etika.
• Keputusan etis harus berorientasi pada peningkatan kebahagiaan dan/atau
mengurangi rasa sakit, di mana kebahagiaan dan rasa sakit berhubungan
dengan seluruh masyarakat dan bukan hanya untuk kebahagiaan atau rasa sakit
pribadi pembuat keputusan.
• Para pengambil keputusan etis harus tidak memihak dan tidak memberi beban
ekstra terhadap perasaan pribadi ketika menghitung keseluruhan kemungkinan
bersih konsekuensi dari sebuah keputusan.
Undang- Undang dan Peraturan
Utilitarianisme
• Undang-Undang Utilitarianisme menganggap sebuah tindakan
baik atau benar secara etika jika tindakan tersebut mungkin
menghasilkan keseimbangan kebaikan yang lebih besar atas
kejahatan dan menghindari aturan yang mungkin akan
menghasilkan sebaliknya.
• Peraturan Utilitarianisme mengakui bahwa pengambilan
keputusan oleh manusia sering dipandu oleh aturan-aturan
yang cenderung menghasilkan lebih besar kesenangan daripada
rasa sakit untuk sejumlah besar orang yang mungkin akan
terpengaruh oleh tindakan.
Sarana dan Tujuan Akhir
• Bagi para utilitarian, tujuan akhir tidak pernah membenarkan
sarana. Sebaliknya, agen moral harus mempertimbangkan
konsekuensi sebuah keputusan dalam menciptakan kebahagiaan
atau dalam hal peraturan bahwa jika diikuti mungkin akan
menghasilkan kebahagiaan yang paling banyak untuk semua.
• Utilitarianisme menggunakan standar yang sederhana yaitu
sasaran etika perilaku adalah untuk mempromosikan kebahagiaan.
Hal ini juga melihat ke depan; berkonsentrasi pada kebahagiaan
masa depan mereka yang akan terpengaruh oleh keputusan.
• Teori ini sangat luas, tidak mementingkan diri sendiri, dan
alternatif etika yang terbaik adalah yang memberikan kesenangan
terbesar bagi semua pihak.
Kelemahan dalam Utilitarianisme
• Utilitarianisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti
kebahagiaan, utilitas, kesenangan, sakit, dan penderitaan bisa
diukur.
• Distribusi dan intensitas dari kebahagiaan.
• Ruang lingkup.
• Mengabaikan motivasi dan berfokus hanya pada konsekuensi
Etika Deontologi – Motivasi untuk
Perilaku
• Deontologi berasal dari kata Yunani deon yang artinya tugas
atau kewajiban.
• Deontologi berkaitan dengan tugas etika dan tanggung jawab
seseorang dan mengevaluasi etikalitas perilaku berdasarkan
motivasi pembuat keputusan.
• Immanuel Kant (1724-1804) memberikan martikulasi yang
jelas dari teori ini dalam risalahnya Groundwork of the
Metaphysics of Moral. Bagi Kant, satu-satunya baik yang tanpa
pengecualian hanyalah iktikad baik, iktikad untuk mengikuti
alasan apa yang menentukan tanpa memedulikan
konsekuensiinya pada diri sendiri.
Imperatif Kategoris (Categorical Imperative)
• Hukum memerlukan suatu kewajiban dan ini berarti bahwa
hukum etika memerlukan suatu kewajiban etika.
• Suatu tindakan benar secara etika jika dan hanya jika pepatah
tersebut dapat diuniversalkan secara konsisten.

Imperatif Praktis
• Hukum memiliki aplikasi universal dan hukum moral berlaku
untuk semua orang tanpa membedakan. Hal ini berarti bahwa
setiap orang harus diberlakukan sama di bawah hukum moral
Kelemahan dalam Deontologi
• Imperatif kategoris tidak memberikan panduan yang jelas
untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah jika
dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan hany a
satu yang dapat diikuti.
• Imperatif kategoris menetapkan standar yang sangat tinggi.
• Konsekuensi menjadi tidak relevan.
Keadilan dan Kewajaran – Memeriksa
Saldo
• Filsuf Inggris David Hume (1711-1776) berpendapat bahwa
kebutuhan akan keadilan terjadi karena dua alasan: orang tidak
selalu bermanfaat dan terdapat sumber daya yang langka.
• Keadilan prosedural berfokus pada bagaimana keadilan
diberikan. Aspek utama dari sistem hukum yang adil adalah
bahwa prosedurnya adil dan transparan.
Keadilan Distributif
• Kriteria utama untuk menentukan distribusi yang adil yaitu:
• Kebutuhan
• Kesetaraan aritmatika
• Prestasi
Keadilan sebagai Kewajaran
• John Rawls (1921-2002) mengembangkan teori keadilan
sebagai kesetaraan, The Theory of Justice, ia menyajikan
sebuah argument didasarkan pada posisi klasik kepentingan
pribadi dan kemandirian.
• Rawls berpendapat bahwa pada keadaan awal hipotesis orang
akan menyetujui dua prinsip, yaitu bahwa harus ada kesetaraan
dalam pengalihan hak-hak dasar dan kewajiban serta bahwa
kesetaraan sosial dan ekonomi harus bermanfaat bagi anggota
masyarakat termiskin (Prinsip perbedaan – Difference
Principle) dan bahwa akses ke ketidaksetaraan ini harus
terbuka unutk semua orang (fair equality of opportunity).
Etika Kebajikan
• Kebajikan adalah karakter dari jiwa yang ditunjukkan hanya
dalam tindakan sukarela, yaitu, dalam tindakan-tindakan yang
dipilih secara bebas setelah musyawarah.
• Aristoteles berpendapat bahwa kebajikan adalah golden mean,
yaitu jalan di antara posisi ekstrem yang akan bervariasi
bergantung pada keadaan.
• Etika moralitas berfokus pada karakter moral dari pembuat
keputusan daripada konsekuensi tindakan (utilitarianisme) atau
motivasi dari pembuat keputusan (dentologi).
Kelemahan Etika Kebajikan
• Ada dua masalah yang berkaitan dengan etika kebajikan. Apa
saja kebajikan yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis, dan
bagaimana kebajikan ditunjukkan dalam tempat kerja?
• Tidak dapat menyusun daftar panjang dari kebajikan.
• Kebajikan mungkin hanya terjadi pada satu waktu tertentu.
Imajinasi Moral

Para manajer harus menggunakan imajinasi moral mereka untuk


menentukan alternative etika yang sama-sama menguntungkan.
Artinya, keputusan haruslah berdampak baik untuk individu,
baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat.
•  
Contoh Kasus
• Pos Indonesia Enggan Kerjasama dengan Banyak Bank
 
Dalam kerjasama dengan pihak perbankan, PT Pos Indonesia memilih tidak ingin bekerjasama dengan banyak
bank. Direktur Utama PT Pos Indonesia Budi Setiawan mengatakan, untuk channeling, perseroan mengaku
perseroan lebih senang bekerjasama secara optimal dengan satu bank saja.
Budi menjelaskan dalam kerjasama dengan perbankan, perseroan mempertimbangkan target pasar yang disasar
kedua belah pihak. Ini agar kedua belah pihak dapat bersama-sama mengembangkan segmen pasar tersebut. "Kami
kerjasama dengan bank itu lebih ke market yang mau disasar. Market PT Pos hanya C dan D ke bawah. A dan B
tidak, sehingga kita hanya bekerjasama dengan satu bank yang segmennya hampir sama dengan kita," kata Budi di
Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Lebih lanjut Budi menjelaskan, Pos Indonesia tak mau bekerjasama dengan banyak bank. Dengan bekerjasama
hanya dengan satu bank, pekerjaan dan pelayanan dapat lebih efektif dan optimal. "Tidak mau kerjasama dengan
banyak bank. Toh market-nya juga sama Lebih baik satu tapi maksimal. Kalau kebanyakan nanti takut
kanibalisme. Dengan satu bank, kita bisa sama-sama mengembangkan market dan apa yang bisa dioptimalkan
layanan nasabah," jelasnya.
Budi mengungkapkan, channeling merupakan salah satu pos perseroan dalam sektor jasa keuangan. Selain itu,
layanan jasa keuangan Pos Indonesia meliputi Pos Pay yang melayani pembayaran tagihan seperti listrik, air,
kredit pembiayaan dan sejenis, transfer uang dan remitansi, dan distribusi keuangan seperti misalnya dana
pensiun. "Untuk bank channeling kami kerjasama dengan BTN. Salah satunya untuk menyalurkan kredit dan
produk tabungan," jelas Budi.

• http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/20/1521581/Pos.Indonesia.Enggan.Kerjasama.dengan.Banyak.
Bank
(diakses hari Rabu, 26 Februari 2014)
PERTANYAAN
• Asni: apakah seorang ateis tidak eksis dalam teori teonom?
Bisakah menjelaskan secara konkret hal-hal yg berkaitan
dengan etika?
• Netty: sebenarnya teori tsb ada di bagian yg mana dalam
proses pengambilan keputusan? Bagaimana menggunakan teori
tsb untuk menentukan keputusan terbaik?

Anda mungkin juga menyukai