Anda di halaman 1dari 9

PETUNJUK TEKNIS

PENGEMBANGAN PROGRAM MAKANAN JAJANAN SEKOLAH


KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui upaya dibidang
pendidikan dan kesehatan saat ini menjadi prioritas utama untuk meningkatkan produktifitas
kerja dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia merupakan
sebuah tolok ukur dalam melihat keberhasilan pembangunan disuatu daerah. IPM Kabupaten
Sukabumi pada saat ini mencapai angka 69,85. Capaian IPM sangat dipengaruhi oleh 3
(Tiga) sektor pembangunan, antaralain sektor ekonomi yang dilihat dari tingkat daya beli
yaitu 640.12, sektor pendidikan yang dilihat dari angka Rata-rata Lama Sekolah yaitu 6,73
dan sektor kesehatan yang dilihat dari Angka Harapan Hidup yaitu 66,9. Meskipun setiap
tahunnya angka-angka diatas mengalami peningkatan, akan tetapi hal tersebut masih jauh
dari harapan. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan manusia khususnya dikabupaten
sukabumi, maka dibentuklah visi kabupaten sukabumi tahun 2011 2015 yaitu
Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Sukabumi Yang Berakklaq Mulia, Maju dan
Sejahtera dengan misinya yaitu pertama meningkatkan sumberdaya manusia yang berahklaq
mulia, kedua mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berkemampuan
memajukan masyarakat, dan ketiga membangun perekonomian yang tangguh, berbasis
potensi lokal dan berwawasan lingkungan.
Usia sekolah yang tingkat produktifitasnya masih tinggi menjadi sasaran yang
utama. Oleh karena itu, pemerintah telah memprioritaskan upaya pembangunan pada sektor
pendidikan dan kesehatan. Adapun bentuk upaya tersebut salah satunya yaitu dengan
mengembangkan Taman Posyandu PAUD Terintegrasi sebagai tahapan awal dalam
membina perkembangan psikomotor dan kesehatan anak di usia 0 Bulan sampai dengan 6
Tahun (Usia Sekolah). Setelah anak sudah beranjak usia wajib sekolah, upaya yang yang
dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran dalam bentuk
wajib belajar 12 (Dua belas) tahun, meningkatkan kualitas kurikulum, peningkatkan kualitas
dan kesejahteraan pengajar (guru), mewajibkan pendidikan diluar sekolah (Ekstrakulikuler)
dan pendidikan keagamaan, menyelenggarakan kelas bertaraf nasional dan internasional dari
tingkat sekolah dasar sampai menengah serta bentuk lainya yang menunjang pada proses
belajar-mengajar.
Secara pengertian nak sekolah merupakan 1ocia atau modal utama pembangunan di
masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain
berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika
tidak dikelola dengan baik. Promosi Kesehatan di Sekolah menggunakan model 1ocial1c
meliputi hubungan antar aspek kesehatan, yaitu fisik, mental, 1ocial dan lingkungan. Konsep
ini melibatkan keluarga, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk berpartisipasi dalam
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak sekolah tentang kesehatan dan
menunjukkan makna lingkungan sebagai penyumbang kesehatan anak seperti kondisi fisik
sekolah, sanitasi, air bersih, lingkungan bermain. Promosi kesehatan mempunyai peran
penting, khususnya dalam proses pemberdayaan warga sekolah dan masyarakat lingkungan
sekolah. Oleh karena itu, promosi kesehatan di Indonesia saat ini dan di masa depan
diarahkan untuk mempercepat pencapaian sekolah sehat. Salah satu upaya untuk
mengembangkan promosi kesehatan di sekolah adalah melalui pembinaan dan
pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai upaya pendidikan dan kesehatan
yang dilaksanakan secara terpadu, terencana, terarah dan bertanggung jawab dalam
menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan serta membimbing dalam melaksanakan
prinsip hidup bersih dan sehat dalam kehidupan siswa, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah. Selain usaha kesehatan sekolah (UKS), untuk lebih meningkatkan upaya pencapaian
cakupan sekolah sehat secara optimal, promosi kesehatan mengarahkan potensi kepramukaan
yang disebut satuan karya bhakti husada untuk ikut serta dan berperan aktif dalam
pengembangan sekolah sehat secara terpadu dengan UKS atau program penunjang lainnya.
Anak sekolah merupakan modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga,
dilindungi dan dibina sejak dini secara berkesinambungan. Melalui upaya pembinaan serta
menanamkan nilai-nilai positif pada anak di usia sekolah dapat memberikan kontribusi
terhadap upaya pembangunan sumberdaya manusia khususnya di bidang pendidikan dan
kesehatan. Selain sektor pemerintahan, hal ini merupakan tanggungjawab sektor swasta dan
masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam meningkatkannya. Diharapkan bentuk dan upaya
dalam meningkatkan wawasan, keterampilan dan pengalaman generasi muda dapat mencetak
sumberdaya manusia yang handal sehingga dapat meningkatkan produktifitas secara bermutu
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

1.2. Dasar Penyelenggaraan


Undang-Undang RI Momor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang RI Momor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak;
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pangan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan
Mutu dan Gizi Pangan;
Permenkes RI No. 329/Menkes/Per/VII/76 tentang Produksi dan Peredaran Makanan

1.3. Tujuan
1.4.1. Tujuan Khusus
Terwujudnya Sekolah Sekolah Sehat Melalui Peningkatan Kualitas Makanan Jajanan
Sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, cerdas
dan berdayaguna di masa yang akan datang

1.4.2. Tujuan Umum


a. Menumbuhkembangkan kesadaran, wawasan, kemauan dan kemampuan seluruh
komponen sekolah, masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya dalam
meningkatkan kualitas makanan jajanan sekolah yang sehat dan mempunyai nilai
gizi;
b. Mengembangkan tata kelola dan pengaturan usaha makanan jajanan sekolah
secara sistemik yang dibentuk memalui upaya pemberdayaan komponen sekolah
dan masyarakat;
c. Menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan pelaku usaha makanan
jajanan sekolah dalam memproduksi makanan jajanan yang hygienis dan bergizi
d. Mengembangkan sistem pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha
jajanan sekolah yang dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan;
e. Mengembangkan komunitas kantin sekolah yang dilaksanakan secara hygienis,
ekonomis, variatif secara bersama-sama melalui tata kelola sedehana;
BAB II
MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN
MAKANAN JAJANAN SEHAT DAN BERKUALITAS

2.1. Sasaran dan Unsur Kegiatan


Komponen Sekolah terdiri dari unsur siswa, guru, warga sekolah, komite sekolah dan pihak-
pihak terkait lainnya. Dalam hal ini perlu adanya upaya peningkatan kesadaran, wawasan,
kemauan dan kemampuan komponen sekolah melalui upaya-upaya nyata yang dilakukan
dalam upaya pengembangan kantin sekolah sehat secara partisipasif, koordinatif, bersama-
sama dan konsisten. Diharapkan melalui upaya pemberdayaan dalam pengembangan kantin
sekolah ini dapat membentuk suatu perubahan secara terus-menerus kearah yang lebih
positif, yaitu terciptanya suatu upaya dalam meningkatkan kualitas makanan jajanan di
sekolah secara mandiri dan berkelanjutan.
Proses pemberdayaan pada prinsipnya menekankan pada upaya perubahan perilaku
individual atau kelompok kearah pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu,
secara penanganannya dibagi menjadi beberapa sasaran / unsur, sebagai berikut;

1. Sasaran Tersier : Sasaran yang diharapkan memberikan dukungan baik secara


kebijakan maupun pendanaan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan. Unsur tersebut yaitu pemegang kebijakan, camat,
kepala cabang pendidikan, kepala sekolah, pimpinan organisasi
terkait dan pihak swasta.

2. Sasaran Skunder : Sasaran yang diharapakan mampu melakukan bina suasana melalui
penyampaian informasi dan kegiatan secara terus menerus
sehingga akhirnya terciptalah suatu perubahan perilaku kearah
perilaku hidup bersih dan sehat serta akhirnya menjadi budaya
sehat. Unsur tersebut yaitu guru / pendidik, warga sekolah, komite
sekolah dan anggota organisasi terkait.

3. Sasaran Primer : Sasaran utama yang secara terus-menerus dibina agar terciptanya
perubahan perilaku kearah yang lebih baik secara mandiri dan
lingkungan fisik / material yang menunjang terhadap proses
kegiatan. Unsur tersebut yaitu ;
a. Sasaran Primer I : Siswa / peserta didik, Orang tua / wali
murid
b. Sasaran Primer II : Masyarakat sekitar sekolah dan Pelaku
usaha makanan jananan,
c. Sasaran Primer III : Lingkungan fisik yaitu ruang kelas,
jamban, halaman sekolah, dsb.

2.2. Mekanisme dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Proses pelaksanaannya dilakukan melalui pengelompokan sasaran dan unsur terkait agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana secara efektif, efisien dan tepat sasaran. Proses tersebut
antaralain ;
1. Advokasi
Sasaran advokasi lebih mengarah pada Sasaran Tersier, yaitu melalui proses
penyampaian informasi secara akurat kepada pemegang kebijakan atau stake holder
terkait, sehingga diharapkan sasaran tersebut dapat mendukung kegiatan-kegiatan
pengembangan kantin sekolah sehat baik dari sisi kebijakan dan pendanaan.
2. Bina Suasana
Agar proses bina suasana tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, sebelumnya perlu
ditingkatkannya kesadaran, minat dan kemampuan Sasaran Bina Suasana melalui
transformasi wawasan dan ilmu pengetahuan tentang keamanan makanan dan jajanan
disekolah. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan atau pelatihan (TOT)
ditingkat sekolah dengan mengundang narasumber yang berkompeten (Ahli Gizi, Ahli
Hygiene, Petugas Kesehatan, Dsb).
Dengan demikian, diharapkan sasaran bina suasana tersebut mampu menginformasikan
kembali dan mengimplementasikan apa yang diperoleh selama proses diatas dalam
kegiatan sehari-hari kepada sasaran primer sesuai dengan kewenangannya. Proses
penyampaian informasi dan implementasi tersebut direalisasikan melalui upaya
pemberdayaan kepada sasaran primer (Tahapannya dapat dilihat dari proses
pemberdayaan).
Untuk lebih menguatkan tataran proses pelaksanaan, secara sepakat antar berbagai pihak
membentuk Tim Pengembangan Sekolah Sehat baik ditingkat Kecamatan, maupun
ditingkat sekolah.

3. Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan terhadap Sasaran Primer I sangat ditentukan keberhasilannya oleh
kesadaran, wawasan, kemauan dan kemampuan sasaran skunder dalam
menginformasikan tentang kesehatan makanan jajanan sekolah. Secara proses, upaya
pemberdayaan dapat dilakukan melalui;
Penyampaian informasi tentang makanan jajanan kepada siswa oleh wali kelas atau
guru secara terus-menerus, setiap hari atau diintegrasi dengan mata pelajaran terkait
tanpa mengurangi efektifitas proses pendidikan formal.
Melakukan konseling khusus oleh Guru UKS apabila terjadi penyimpangan perilaku
konsumsi siswa yang kurang sehat, baik terjadi secara kebiasaan individu atau terkait
dengan kebiasaan dilingkungan keluarga.
Membuat media informasi kesehatan secara kretaif dan inovatif yang diarahkan
kepada sasaran primer dan ditempatkan pada tempat tertentu (Ruang kelas, jamban,
kantin, halaman sekolah, dll) tanpa mengurangi nilai keiindahan dan berdampak pada
lingkungan. Media informasi kesehatan tersebut dapat berupa poster, papan
informasi, leaflet, sticker, dll.
Menyelenggarakan gerakan sarapan bersama disekolah, dengan tujuan agar
mengurangi kebiasaan siswa dalam mengkonsumsi makanan jajanan dan mendorong
oran tua / wali agar selalu menyiapkan sarapan kepada siswa sebelum beragkat ke
sekolah. Kegiatan tersebut dapat ditetapkan secara rutin oleh pihak sekolah dengan
persetujuan komite sekolah dan diadakan minimal 1 (Satu) hari dalam seminggu.
Agar tidak mengganggu jadwal proses pendidikan formal, ditekankan kepada para
siswa pada saat kegiatan sarapan bersama untuk hadir sebelum proses pendidikan
formal.
Membuat perencanaan khusus dalam penanggulangan hal-hal yang tidak diinginkan
(Keracunan masal, KLB, dll) seperti penugasan, alur rujukan dan respon cepat.
Memberikan kesempatan bagi organisasi terkait (Pramuka, PMR, Osis, LSM, dll)
untuk melakukan kegiatan dibidang kesehatan kepada para siswa tanpa mengurangi
efektifitas proses pendidikan formal.

4. Kemitraan dan Kerjasama


Kemitraan dan kerjasama lebih ditekankan kepada Sasaran Primer II, yaitu masyarakat
sekitar dan pelaku usaha makanan jajanan sekolah. Adapun bentuk kemitraaan dan
kerjasama tersebut dilakukan melalui pengembangan kantin sekolah sehat. Secara
pengertian dan prinsip kemitraan adalah suatu proses kerjasama yang bersifat
kebersamaan, keterbukaan dan saling menguntungkan antara pihak-pihak terkait untuk
pencapaian tujuan yang ttelah ditetapkan. Adapun tahapan dan proses
penyelenggaraannya, antaralain;
Memfungsikan peranan tim pengembangan sekolah sehat, yang terdiri dari unsur
Komite Sekolah, Guru UKS, Petugas Kesehatan Puskesmas, dll yang diberikan
kewenangan dan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan melalui Surat
Penugasan dari Pihak yang berwenang. (Camat, Kepala Cabang Dinas Pendidikan
atau Kepala Sekolah)
Menyusun, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan sebagai berikut;
a. Guru UKS dengan kewenangannya mendata seluruh pelaku usaha makanan
jajanan sekolah yang sudah ada baik pelaku usaha baru maupun lama;
b. Petugas Kesehatan Pukesmas dengan kewenangannya mengambil sampel
makanan atau bahan makanan dari seluruh pelaku usaha makanan jajanan sekolah
sesuai hasil pendataan yang telah dilakukan untuk diteliti dan ditest secara
hygiene makanan;
c. Setelah diteliti dan ditest secara hygiene makanan, Petugas Kesehatan
Pukesmas melaporkan dan mensosilisasikan hasil penelitian tersebut kepada tim
pengembangan kantin sekolah sehat;
d. Tim pengembangan kantin sekolah sehat melakukan tindak lanjut hasil pendataan
dan penelitiaan tersebut dengan mengadakan pertemuan dengan memanggil para
pelaku usaha makanan jajanan atas nama Komite Sekolah yang bersangkutan;
e. Dalam pertemuan tersebut Tim pengembangan kantin sekolah sehat berhak
memaparkan informasi dan rencana pengembangan kantin sekolah sehat. Hasil
dari pertemuan tersebut yaitu adanya kesepakatan antar berbagai pihak melalui
proses diskusi secara persuasif dan mempunyai nilai keterbukaan namun tidak
menyudutkan salah satu atau berbagai pihak. Kesepakatan-kesepakatan tersebut,
antaralain;
Kemitraan dan kerjasama melalui Pembentukan Komunitas Kantin Sekolah
yang beranggotakan masyarakat sekitar atau para pelaku usaha makanan
jajanan sekolah;
Aturan penyelenggaraan, fasilitas khusus dan tata kelola usaha makanan
jananan sekolah dengan berprinsip dasar hygiene makanan, bernilai gizi,
ramah lingkungan, bervariatif, saling menguntungkan satu sama lain;
Rencana dan pelaksanaaan pembinaan rutin atau berkala bagi komunitas
kantin sekolah khususnya dalam tatacara memproduksi makanan sehat dan
bergizi oleh pihak yang berwenang (Puskesmas);
Penetapan Kontribusi ekonomi yang bersifat kepedulian dari komunitas kantin
sekolah bagi sekolah (Tempat usaha / Jualan). Kontribusi tersebut diarahkan
untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan sekolah, penelitian / test dan
penanggulangan kasus penyakit atau keracunan. Bentuknya dapat dilakukan
melalui Retribusi, iuran, dll sesuai kesepakatan dan ditetapkan oleh Kepala
Sekolah;
Aturan dan tindakan tegas bagi penyimpangan dan pelanggaran salah satu
pihak sesuai dengan perturan yang berlaku pasca kesepakatan atau
pembinaan;
Aturan dan pengarahan bagi pelaku usaha baru yang belum tergabung dalam
komunitas kantin sekolah.
Adapun kesepakatan tersebut dikuatkan dengan sistem perjanjian kerjasama
(MoU) berdasarkan ketentuan dan hukum yang berlaku; Contoh MoU terlampir
Komite Sekolah dengan kewenangannya mengeluarkan surat rekomendasi bagi
komunitas kantin sekolah untuk berjualan disekolah dengan ketentuan-ketentuan
yang telah disepakati bersama, yang ditujukan kepada Camat atau Kepala
Cabang Dinas Pendidikan setempat untuk dikeluarkan Surat Izin Berjualan
Makanan Jajanan di Sekolah;
Setelah surat izin berjualan makanan jajanan diterbitkan, Kepala Sekolah wajib
mengarahkan dan menempatkan lokasi kantin sekolah yang berada didalam
lingkungan sekolah dengan memperhatikan nilai keindahan dan dampak
lingkungan. Apabila tidak terdapat lokasi atau penempatan kantin sekolah, maka
harus dibentuk kesepakatan antara sekolah, pelaku usaha makanan jajanan dan
masyarakat sekitar dalam penyediaan lahan kantin sekolah;
Setelah kerjasama dan kemitraan tersebut berjalan, Guru UKS, Petugas Kesehatan
Puskesmas dan Komite Sekolah yang tergabung dalam Tim Pengembangan
Sekolah Sehat secara rutin atau berkala melakukan Pengawasan (Sidak), Test /
Penelitian, Pembinaan, Pelatihan sesuai dengan apa yang telah disepakati secara
bersama.
Tim Pengembangan Sekolah Sehat wajib mengadakan layanan informasi dan
pengaduan masalah yang ditindak lanjuti dengan respon cepat.

2.3. Evaluasi dan Penilaian Hasil Kegiatan


KONDISI YANG
KONDISI AWAL KONDISI IDEAL
DIHARAPKAN
Advokasi
Para pemengang kebijakan Para pemengang kebijakan Para pemengang kebijakan
setempat belum memberikan setempat telah memberikan setempat telah memberikan
dukungan secara kebijakan dukungan kebijakan terhadap dukungan secara kebijakan dan
terhadap kegiatan kegiatan sumber pemanfatan dana
terhadap kegiatan
Para pimpinan organisasi terkait Para pimpinan organisasi terkait Para pimpinan organisasi terkait
belum mengarahkan dan telah mengarahkan dan telah mengarahkan dan
mengintegrasikan program mengintegrasikan program mengintegrasikan program
organisasi tersebut dengan organisasi tersebut dengan organisasi tersebut dengan
program kegiatan dimaksud program kegiatan dimaksud program kegiatan dimaksud
berikut pendanaannya
Belum ada pihak swasta yang Pihak swasta ikut berperan aktif Pihak swasta ikut berperan aktif
berperan aktif dalam kegiatan dalam kegiatan dalam kegiatan serta
memberikan bantuan biaya
Bina Suasana
Sasaran Bina Suasana belum Sasaran Bina Suasana telah Sasaran Bina Suasana telah
terpapar informasi dan terpapar informasi dan terpapar informasi dan
wawasan tentang makanan wawasan tentang makanan wawasan tentang makanan
jajanan sehat dan berkualitas jajanan sehat dan berkualitas jajanan sehat dan berkualitas
serta mau dan mampu
melaksanakan kegiatan
Belum terbentuk tim dan Telah terbentuk tim dan Telah terbentuk tim dan
kesepakatan pengembangan kesepakatan pengembangan kesepakatan pengembangan
sekolah sehat sekolah sehat dan ditetapkan sekolah sehat dan ditetapkan
oleh pimpinan terkait serta jelas oleh pimpinan terkait, jelas
peran dan fungsinya peran dan fungsinya serta
berjalan dengan baik
Pemberdayaan (Sasaran Primer I)
Belum berjalanannya proses Telah berjalanannya proses Telah berjalanannya proses
penyampaian informasi tentang penyampaian informasi tentang penyampaian informasi tentang
makanan jajanan kepada siswa. makanan jajanan kepada siswa makanan jajanan kepada siswa
secara terintegrasi dengan mata secara terintegrasi dengan mata
pelajaran terkait. pelajaran terkait dan khusus
sebelum waktu istirahat setiap
hari
Belum adanya ruang khusus Belum adanya ruang khusus Belum adanya ruang khusus
dan upaya / kegiatan konseling dan upaya / kegiatan konseling dan upaya / kegiatan konseling
terhadap kasus penyimpangan terhadap kasus penyimpangan terhadap kasus penyimpangan
perilaku konsumsi siswa yang perilaku konsumsi siswa yang perilaku konsumsi siswa yang
kurang sehat. kurang sehat. kurang sehat, baik terjadi secara
kebiasaan individu atau terkait
dengan faktor dilingkungan
keluarga.
Belum adanya media informasi Telah tersedia media informasi Telah tersedia media informasi
kesehatan yang ditempatkan kesehatan yang ditempatkan kesehatan yang dibuat secara
pada tempat tertentu (Ruang pada tempat tertentu (Ruang kretaif dan inovatif oleh siswa
kelas, jamban, kantin, halaman kelas, jamban, kantin, halaman dan ditempatkan pada tempat
sekolah, dll). Poster, papan sekolah, dll). Poster, papan tertentu (Ruang kelas, jamban,
informasi, leaflet, sticker, dll. informasi, leaflet, sticker, dll. kantin, halaman sekolah, dll).
Poster, papan informasi, leaflet,
sticker, dll.
Belum diterapkannya gerakan Telah diterapkannya gerakan Telah diterapkannya gerakan
sadar sarapan pada siswa baik sadar sarapan pada siswa secara sadar sarapan pada siswa secara
secara pemaparan informasi pemaparan informasi dan pemaparan informasi dan
maupun intruksi kepada siswa intruksi kepada siswa kepada intruksi kepada siswa kepada
untuk melakukan sarapan siswa untuk melakukan sarapan siswa untuk melakukan sarapan
sebelum beragkat ke sekolah sebelum beragkat ke sekolah sebelum beragkat ke sekolah
serta dievaluasi sebelum serta dievaluasi sebelum
kegiatan belajar mengajar. kegiatan belajar mengajar.
Telah diterapkannya gerakan
sarapan bersama di sekolah
secara rutin minimal satu hari
dalam seminggu.
Belum adanya perencanaan Telah adanya perencanaan Telah adanya perencanaan
khusus dalam penanggulangan khusus dalam penanggulangan khusus dalam penanggulangan
hal-hal yang tidak diinginkan hal-hal yang tidak diinginkan hal-hal yang tidak diinginkan
(Keracunan masal, KLB, dll) (Keracunan masal, KLB, dll) (Keracunan masal, KLB, dll)
seperti penugasan, alur rujukan seperti penugasan, alur rujukan seperti penugasan, alur rujukan
dan respon cepat. dan respon cepat. dan respon cepat, serta di
tetapkan kepengurusannya oleh
pimpinan sekolah terkait.
Belum adanya kegiatan di Telah adanya kegiatan dibidang Telah adanya kegiatan dibidang
bidang peningkatan kesehatan peningkatan kesehatan yang peningkatan kesehatan yang
yang dilakukan oleh organisasi dilakukan oleh 1-2 organisasi dilakukan oleh > 3 organisasi
terkait (Pramuka, PMR, Osis, terkait (Pramuka, PMR, Osis, terkait (Pramuka, PMR, Osis,
LSM, dll) LSM, dll) secara terintegrasi LSM, dll) secara terintegrasi
atau bersama-sama atau bersama-sama
Kemitraan dan Kerjasama (Sasaran Primer II)
Belum adanya kerjasama dan Telah terbentuknya kerjasama Adanya kerjasama dalam
kemitraan antara sekolah, dan kemitraan antara sekolah, meningkatkan kualitas makanan
komite sekolah dan pelaku komite sekolah dan pelaku jajanan sekolah secara secara
usaha makanan dan jajanan usaha makanan dan jajanan tertulis dan didukung oleh
dalam meningkatkan kualitas dalam meningkatkan kualitas kebijakan setempat dari segi
makanan jajanan sekolah makanan jajanan sekolah pengelolaannya
Belum terbentuknya komunitas Telah terbentuknya komunitas Telah terbentuknya komunitas
kantin sekolah kantin sekolah, dinyatakan kantin sekolah, dinyatakan
bebas bahan berbahaya dan bebas bahan berbahaya dan
mendapatkan izin berjualan mendapatkan izin berjualan
dilingkungan sekolah. serta diberikan fasilitas lahan
berjualan didalam lingkungan
sekolah.
Belum adanya sistem Telah terbentuknya sistem Telah terbentuknya sistem
pengelolaan dan pengaturan pengelolaan dan pengaturan pengelolaan dan pengaturan
makanan dan jajanan sehat. makanan dan jajanan sehat makanan dan jajanan sehat
melalui pengembangan kantin melalui pengembangan kantin
sekolah sehat sekolah sehat serta telah di
laksanakannya pengawasan dan
pembinaan secara rutin.
BAB VI
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai