Pedoman Pelaksanaan Proyek Post Tsunami - Embung PDF
Pedoman Pelaksanaan Proyek Post Tsunami - Embung PDF
KATA PENGANTAR
Direktur,
i
DAFTAR ISI
halaman
Kata Pengantar ....................................................................................i
Daftar Isi ..............................................................................................ii
Daftar Gambar.......................................................................................v
Daftar Tabel ..........................................................................................v
ii
BAB III Pembuatan Jalan Usaha Tani .............................................III-1
A. Pelaksanaan Jalan Usaha Tani ..........................................III-1
1. Pendahuluan ................................................................III-1
2. Tujuan .........................................................................III-2
iii
2. Operasi dan Pemeliharaan .............................................IV-9
C. Gambar Embung ..............................................................IV-8
1. Contoh Sketsa Bentuk Embung ......................................IV-8
2. Contoh Desain Embung Sederhana ................................IV-9
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
v
BAB I
UMUM
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Gempa bumi yang diikuti dengan Gelombang Tsunami yang terjadi pada
tanggal 26 Desember 2004, berdampak pada hancurnya semua sarana dan
prasarana terutama yang ada di daerah pesisir pantai Propinsi Aceh. Kerusakan
yang ditimbulkan tidak hanya menghancurkan fasilitas publik seperti komunikasi,
transportasi, pemasaran, bank dan lain-lain, tetapi juga menghancurkan lahan
pertanian produktif yang tersebar dari Pantai Barat sampai ke Pantai Timur
Provinsi Aceh.
I-1
Gempa bumi dan Tsunami telah menyebabkan perubahan drastis pada siklus
tata guna air. Di samping itu Tsunami juga menyebabkan kerusakan pada banyak
irigasi dan beberapa fasilitas pengairan sehingga pemberian air irigasi yang
diperlukan untuk tanaman tidak dapat terpenuhi.
Sumber air untuk irigasi pertanian yang berasal dari curah hujan atau air
tanah, pada daerah yang terkena tsunami, ketersediaan suplai air untuk irigasi
tersebut dapat disediakan melalui rehabilitasi infrastruktur irigasi dalam hal ini
saluran irigasi dan saluran drainase. Pada saat musim kemarau, untuk mengurangi
bencana kekeringan pada tanaman, pembuatan/rehabilitasi embung sangatlah
diperlukan.
2. TUJUAN PROYEK
Tujuan utama dari proyek ini adalah mengupayakan kegiatan renovasi dan
rekonstruksi di 10 (sepuluh) Kabupaten di Provinsi Aceh, melalui intervensi di
komponen infrastruktur pertanian khususnya pada saluran irigasi dan drainase,
jalan usaha tani dan embung, serta penguatan kelembagaan.
I-2
Hasil yang diharapkan melalui proyek ini adalah sebagai berikut :
a. Terehabilitasi dan terekonstruksinya jaringan irigasi tingkat usaha tani dan
saluran drainase serta fasilitas penampungan air (embung) dan jalan usaha tani
sehingga jaringan tersebut akan kembali berfungsi dengan baik.
b. Produktivitas tanam dapat dikembalikan seperti pada saat sebelum terjadi
bencana.
c. Petani lokal dapat kembali beraktivitas seperti sebelumnya dan dapat
menghidupi dirinya sendiri kearah yang lebih baik.
d. Pendapatan Petani dapat diperbaiki, kesempatan kerja tersedia, dan kemiskinan
dapat dikurangi.
Pengoperasian dan pemeliharaan lebih lanjut jaringan, setelah periode proyek akan
dikelola oleh petani sendiri secara berkesinambungan.
I-3
B. DESKRIPSI KEGIATAN
1. PENDEKATAN KEGIATAN
Kegiatan ini memberikan manfaat bagi masyarakat tani sekitar proyek, khususnya
petani padi, dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung
usaha tani, seperti pengenalan penggunaan benih unggul, teknologi irigasi
moderen, pelatihan-pelatihan dan demonstrasi, serta didapatnya informasi yang
berkaitan dengan teknologi baru.
2. TARGET GROUP
Target Group atau penerima manfaat dari kegiatan proyek ini adalah petani
berpenghasilan rendah dan skala kecil yang terkena dampak bencana Tsunami,
melalui rehabilitasi dan pembangunan irigasi dan drainase sekitar 25.474 ha lahan
pertanian yang melibatkan sekitar 29.327 petani dan keluarganya, serta
pembangunan jalan usahatani sekitar 346.508 M2.
3. LOKASI KEGIATAN
I-4
4. KOMPONEN KEGIATAN
Kontrak pekerjaan ini dimulai pada tanggal 24 Juni 2011 sampai dengan tanggal
19 Januari 2012 dan anggaran untuk kegiatan konstruksi ini dialokasikan dalam
DIPA propinsi. Adapun jenis kegiatan yang termasuk dalam konstruksi/pekerjaan
sipil terdiri dari :
Rincian volume dan jenis kegiatan untuk tiap Kabupaten sesuai Tabel 1.1
berikut ini.
I-5
No. Description Quantity No. Description Quantity
I-6
2). Project Management, Design and Supervision Consultant (PMDSC)
I-7
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan pada kabupaten yang
melaksanakan kegiatan IDB serta melaporkan secara tertulis pelaksanaan
kegiatan.
- Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh.
6. JADWAL KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan seluruh kegiatan pada Proyek RP3T secara rinci dapat dilihat
pada Kurva S PMDSC dibawah ini.
I-8
C. MONITORING DAN EVALUASI
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan diantaranya berupa laporan realisasi fisik dan keuangan serta
pencapaian pelaksanaan kegiatan per bulan yang ada di setiap kabupaten dan
disampaikan dari Provinsi ke Pusat.
I-9
pemecahannya. Laporan tahunan ini disiapkan dan disusun oleh pelaksana di
tingkat Kabupaten, provinsi dan pusat untuk dikirimkan kepada IDB.
I - 10
BAB II
PERBAIKAN JARINGAN IRIGASI DAN DRAINASE
TINGKAT USAHA TANI
1. LATAR BELAKANG
Dampak negatif dari bencana alam Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami
pada daerah pertanian, antara lain: menurunnya hasil panen, hilangnya
kesempatan kerja, hilangnya batas kepemilikan lahan pertanian, rusaknya fasilitas
irigasi utama dan tersier, perubahan drastis siklus tata air yang akan merubah
kondisi fisik tanah, dalam hal ini kondisi tanah yang kaitannya dengan kandungan
unsur sodium atau garam yang tinggi pada permukaan tanah.
Usaha perbaikan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan reklamasi,
rehabilitasi, dan konstruksi untuk segera dilaksanakan agar dapat menghindari
efek buruk lainnya pada tanaman. Sebagian dari aktivitas yang akan dikerjakan
untuk menangani masalah pertanian, antara lain adalah rehabilitasi jaringan
irigasi desa, saluran drainase, jalan usaha tani, gorong-gorong dan pembuatan
embung.
Kegiatan RP3T yang mendapat bantuan pinjaman dari Islamic
Development Bank diarahkan dalam usaha memperbaiki prasarana pertanian dan
peningkatan kualitas SDM baik petani maupun petugas pertanian di 10
kabupaten, Propinsi Aceh pasca bencana Tsunami.
II - 1
Tujuan kegiatan perbaikan jaringan irigasi desa adalah:
a. Meningkatkan jumlah dan waktu ketersediaan air irigasi.
b. Meningkatkan areal tanam melalui peningkatan IP dan penambahan baku
lahan.
c. Meningkatkan produktivitas dan mutu hasil usaha tani.
2) Kriteria Lokasi
a. Luas areal sawah > 25 ha dan < 500 ha / Petak Tersier.
b. Jaringan irigasi tersebut memerlukan perbaikan/rehabilitasi dan/atau
peningkatan.
c. Belum pernah dan tidak sedang dibiayai oleh donor lain.
d. Lebih diutamakan terletak di daerah yang terkena dampak bencana
Tsunami.
4. PENGERTIAN
II - 3
disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut kuarter dan saluran
pembuang, berikut bangunan turutan serta pelengkapnya.
Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) adalah saluran air irigasi
yang membawa air dari saluran tersier ke saluran kuarter sampai ke petakan
sawah.
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi adalah kegiatan pengelolaan
air dan jaringan irigasi meliputi kegiatan penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, pembuangan termasuk pemeliharaan jaringan secara tepat guna
dan berhasil guna.
Partisipatif adalah peran serta petani dan pemerintah atas prinsip
kesetaraan dalam setiap tahapan kegiatan sejak perencanaan, pengawasan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil termasuk
pembiayaan.
Pengambilan Bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka
air di sungai.
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah istilah umum untuk
kelembagaan pengelola irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi
termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa yang dibentuk secara demokratis.
Petani Pemakai Air adalah semua petani yang mendapat nikmat dan
manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi termasuk
irigasi pompa atau reklamasi rawa yang meliputi pemilik sawah, pemilik
penggarap/ penyakap, pemilik kolam ikan yang mendapat air dari jaringan
irigasi/ reklamasi rawa, dan pemakai air irigasi lainnya.
Pintu Air adalah bangunan fisik yang dapat mengatur keluar masuk air
pasang/surut sesuai dengan kebutuhan tanaman yang diusahakan.
Rehabilitasi dan Peningkatan Irigasi yang sifatnya ringan adalah
kegiatan yang masih dapat ditangani oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air,
Gabungan P3A, Induk P3A, tidak mengganggu keamanan bangunan, tidak
merubah fungsi bangunan dan tidak merubah sistem.
II - 4
Saluran Kuarter adalah saluran pembawa air irigasi yang mengambil air dari
boxs bagi di saluran tertier yang berada dalam jaringan irigasi.
Saluran Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang
disebut saluran tersier, yang mengambil air dari bangunan sekunder. Saluran
pembaginya disebut saluran kuarter dan saluran pembuangnya, berikut
bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk dalam hal ini jaringan irigasi
pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.
Siphon adalah bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
dengan menggunakan gravitasi melalui bagian bawah sungai.
Sumber Air adalah tempat/wadah air baik yang terdapat pada, diatas,
maupun dibawah permukaan tanah (dalam penjelasan termasuk dalam
pengertian: sungai, danau, mata air, aquifer, situ, waduk, rawa dan muara
serta dijelaskan sifat wadah air yang kering permanen).
Talang adalah bangunan air yang melintas di atas saluran/sungai atau jalan
untuk mengalirkan air irigasi ke seberangnya.
II - 5
B. KOMPONEN KEGIATAN
Pekerjaan survei, investigasi dan desain (SID) adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh Project Management Design Supervision Consultant (PMDSC). Terkait
dengan kegiatan ini maka di daerah perlu dilakukan kegiatan CP/ CL, untuk
menginventarisasi kembali daerah irigasi/jaringan irigasi desa yang akan
dikembangkan/direhabilitasi. Oleh karena itu dalam uraian berikut hanya akan
diulas secara ringkas mengenai kegiatan yang terkait dengan detail desain
sebagai berikut:
Pengukuran situasi dan topografi dilakukan untuk seluruh areal proyek yang
akan dilayani. Peta yang dihasilkan dengan skala 1 : 2.000, dengan memuat
saluran dan bangunan yang telah ada, batas wilayah administratif, tata guna
lahan (sawah, tegalan, kampung, kuburan), vegetasi utama dan kondisi
tanah, misalnya berpasir, lempung, dsb. Interval garis contour yang dibuat
adalah sebagai berikut : pada tanah datar < 2 % - 0,5 m, tanah berombak
dan landai 2-5 % - 1 m, berbukit-bukit 5-20 % - 2m, dan bergunung-gunung
>20 % - 5 m.
Untuk pengukuran saluran dan bangunan-bangunan lainnya harus dilakukan
secara detil di lokasi tersebut dan sekitarnya dengan skala 1 : 150. Sedangkan
untuk saluran : peta trase saluran dan profil memanjang dengan skala 1 : 50.
II - 6
3) Peta Desain
Keterangan :
1) Rehabilitasi/ Perbaikan Jaringan Irigasi
a) Untuk rehab saluran atau bangunan irigasi yang tidak merubah dimensi,
yang diperlukan :
Desain; yang meliputi gambar teknis, skala, ukuran dan RAB. Gambar
teknis tersebut dapat menggunakan gambar yang sudah ada (as built
drawing).
b) Untuk rehab saluran atau bangunan irigasi yang merubah dimensi dan luas
areal oncoran, yang diperlukan :
Desain; yang meliputi gambar teknis, skala, ukuran dan RAB.
Peta situasi dan topografi, jika tidak merubah lokasi/luas areal
pelayanan irigasi yang sudah ada dapat menggunakan peta situasi dan
topografi yang sudah ada sebelumnya.
II - 7
2) Pembangunan Jaringan Irigasi Baru
a) Saluran baru; memerlukan peta topografi pada saluran yang akan
dibangun, trase saluran, gambar desain saluran, ukuran penampang
melintang dan memanjang, kemiringan saluran dan talud, serta RAB.
b) Jaringan irigasi baru; memerlukan peta dan gambar desain, rencana O&P,
perhitungan teknis serta RAB sesuai dengan ketentuan seperti di atas.
2. KONSTRUKSI
d. Karena dana pinjaman dari IDB ini bersifat kontraktual, untuk menghindari
terjadinya masalah administrasi seyogyanya bagian jaringan yang dikerjakan
oleh kontraktor dibedakan dengan yang dikerjakan melalui partisipasi
masyarakat. (Lokasi Jaringan Usaha Tani terlampir).
II - 8
Konstruksi saluran tersier dibuat sederhana dari beton pracetak telal 6 cm
dengan penampang trapesium. Tipikal penampang saluran tersier dapat dilihat
pada Gambar 2.1 dibawah ini.
II - 9
BAB III
1. PENDAHULUAN
III - 1
2. TUJUAN
1. PENGERTIAN-PENGERTIAN
III - 2
4) Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan
Kawasan sentra produksi tanaman pangan adalah suatu kawasan yang
merupakan pusat-pusat pengembangan komoditas pangan khususnya
padi, jagung dan kedele dengan luasan berkisar antara 500 s/d 1.000 ha
per kawasan.
Seluruh volume pekerjaan konstruksi ini mengacu pada hasil detail desain
yang telah dilakukan, dan kegiatan konstruksi tersebut dilaksanakan oleh
pihak ketiga, namun sedapat mungkin melibatkan tenaga kerja petani
setempat.
3. PEMELIHARAAN
III - 3
C. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN DAN SPESIFIKASI PEKERJAAN
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN
III - 4
2) Pemeriksaan Lapangan
III - 5
3. Pemasangan Patok-patok
5. Pelaksanaan Pekerjaan
III - 6
Pada saat tahap pekerjaan konstruksi pembangunan/ rehabilitasi jalan
usahatani dilaksanakan
Pekerjaan konstruksi pembangunan/ rehabilitasi jalan usahatani selesai
dilaksanakan.
1. PENGAWASAN PEKERJAAN
III - 7
7) Konsultan Pengawas harus membuat Berita Acara Pemeriksaan Hasil
Pekerjaan yang berisi tentang: (1) Panjang dan lebar yang selesai
dikonstruksi, (2) Kemajuan pekerjaan yang tergambar didalam desain
yang menunjukkan lokasi tersebut sudah selesai dikonstruksi maupun
sedang dalam pelaksanaan. Berita Acara tersebut ditanda tangani oleh
Kontraktor dan Konsultan Pengawas.
8) Berita Acara Pengawasan Pekerjaan tersebut dibuat sesuai dengan
prestasi pekerjaan yang dicapai oleh kontraktor.
III - 8
Hasil Pekerjaan Konstruksi Pembangunan/Rehabilitasi ditandatangani oleh
Kontraktor dan Kuasa Pengguna Anggaran.
Agar Jalan Usaha Tani tidak banyak menggunakan lahan petani dan
untuk mendapatkan ketinggian yang cukup terhadap genangan banjir, di kiri
kanan Jalan Usaha Tani diperkuat dengan pasangan batu. Gambar tipikal
penampang Jalan Usaha Tani dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2 berikut.
III - 9
1. JALAN USAHA TANI UTAMA
III - 10
BAB IV
PEMBANGUNAN / REHABILITASI EMBUNG
1. PENDAHULUAN
2. TUJUAN
IV - 1
A. TAHAPAN PELAKSANAAN
1. PERSYARATAN LOKASI
1. Daerah pertanian lahan kering yang memerlukan pasokan air dari embung
sebagai suplesi air irigasi.
2. Air tanahnya sangat dalam.
3. Bukan lahan berpasir.
4. Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air hujan, aliran
permukaan dan mata air atau parit atau sungai kecil.
5. Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah tangkapan air atau wilayah yang
mempunyai sumber air untuk dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai
kecil atau parit dan sebagainya.
1. Bersedia menyediakan lahan untuk embung tanpa ganti rugi dan dinyatakan
dalam surat pernyataan.
2. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang telah ada sebelumnya,
bukan kelompok tani yang baru dibentuk karena ada kegiatan ini.
3. Bersedia mengoperasikan, memelihara bangunan secara berkelompok dan
bersedia menanggung biaya operasional dan pemeliharaan dan dinyatakan
dalam surat pernyataan.
IV - 2
4. DESAIN
Dalam menentukan letak embung harus diperhatikan posisi lahan dan areal
pertanaman, lokasi sumber air, ketinggian dan kemiringan lahan. Sebaiknya
letak embung lebih tinggi dibandingkan lahan usaha tani agar distribusi dan
pengaliran air ke lahan pertanian/peternakan dapat dilakukan dengan sistem
gravitasi.
3. Daerah atas calon lokasi embung sebaiknya merupakan daerah tangkapan air
hujan, yang aliran permukaannya dapat diarahkan masuk ke embung.
6. KONSTRUKSI
IV - 3
Pelaksanaan pembuatan embung dilakukan dalam beberapa tahap antara lain :
1. Bentuk Permukaan Embung.
a. Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
b. Volume galian mencerminkan banyaknya air yang akan ditampung.
Besaran volume yang dibuat minimal 170 m3. Besaran volume embung ini
akan tergantung kepada konstruksi embung yang akan digunakan.
Embung dengan konstruksi sederhana (tanpa memperkuat dinding)
memungkinkan akan lebih luas dari volume minimal tersebut.
2. Menggali Tanah.
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/drainase/mata air untuk
dapat dijadikan sebagai sumber air ke dalam embung.
3. Dinding pinggir embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman galian
2 s/d 2.5 m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk
menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.
4. Memperkokoh dinding embung.
a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retak dan air yang
telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan
memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak
diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada
bagian-bagian tertentu yang rawan bocor.
b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan yang bisa
digunakan tergantung dari bahan/material yang mudah diperoleh di lokasi
dan biaya yang tersedia. Adapun bahan/material yang dapat dipakai untuk
dinding embung antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali atau
dibuat dari beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun
kolam, kemudian permukaan dinding embung dapat dilapisi dengan
adukan pasir dan semen.
c. Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu kali yang
dilapisi semen agar tidak bocor.
d. Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat dibuat tangga
atau undakan di sekeliling dinding selain dapat juga berfungsi untuk
mempermudah pengambilan air.
IV - 4
5. Pembuatan saluran pemasukan (inlet).
Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air ke embung
sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat untuk mengarahkan aliran air
yang masuk kedalam embung, sehingga tidak merusak dinding/tanggul.
Saluran pemasukan ini dapat dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup
berupa balok sekat yang mudah dibuka dan ditutup.
6. Membuat pelimpas air/saluran pembuangan (outlet).
Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada alur alami atau
saluran drainase. Hal ini untuk melindungi bendung sekaligus mengalirkan air
berlebih. Demikian pula pembuatan saluran pembuangan bagi embung.
7. Apabila dinilai kelayakan oleh konsultan PMDSC maka dapat dilakukan
penggabungan beberapa embung menjadi satu embung yang disesuaikan
dengan jumlah dana yang tersedia dan desain yang ada.
7. PENGAWASAN
8. PEMBIAYAAN
IV - 5
B. MONITORING DAN EVALUASI
Operasi dan pemeliharaan embung yang telah selesai dikonstruksi dilakukan oleh
petani/kelompok tani/P3A pengelola embung. Pemanfaatan air embung dilakukan
dengan membuat jaringan/saluran air ke lahan usaha tani. Ada beberapa cara
untuk mengairi lahan usaha tani, antara lain :
1. Apabila lahan bertopografi miring (lereng), maka air dapat dialirkan dari petak
lahan usaha tani secara gravitasi.
2. Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik irigasi pompa
bertekanan seperti irigasi tetes (drip irigation), sprinkle dan disalurkan
langsung ke lahan atau dengan alat manual lainnya untuk menaikkan air.
Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam pemberian air irigasi
suplementer.
IV - 6
1. Mengurangi kehilangan air karena penguapan.
Untuk mengurangi kehilangan air oleh penguapan dapat dilakukan, antara lain
dengan :
a. Buat tiang peneduh di pinggir bibir embung kemudian di atas embung
dibuat anyaman untuk media rambatan tanaman dan ditanami dengan
tanaman merambat.
b. Tiang penahan angin disamping (wind breaker) pada sisi datangnya angin
dan bisa ditanami dengan tanaman merambat atau pohon sebagai
pengganti tiang.
2. Memelihara/Melindungi embung.
a. Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak terhadap tanggul
embung.
b. Pengangkatan endapan lumpur.
c. Perbaikan tanggul bocor.
d. Tidak membuang sampah padat/cair ke dalam embung.
IV - 7
C. GAMBAR EMBUNG
Kedalaman
Embung
Saluran Pemasukan
Lebar Embung
Saluran Pembuang /
Pengeluaran
Panjang Embung
IV - 8
2. CONTOH DESAIN EMBUNG SEDERHANA
Lahan Pertanian
Outlet
Embung
Inlet
Pintu Pengatur
IV - 9
BAB V
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
V-1
B. PELATIHAN PETUGAS DAN PENYULUH
1. PELATIHAN PETUGAS
1) Sasaran
Sasaran dari pelatihan ini adalah para staf Dinas Pertanian Kabupaten
dan Kecamatan pada lokasi Proyek Rehabilitasi Prasarana Pertanian
Pasca Tsunami (RP3T) di Provinsi Aceh di 10 kabupaten (Aceh Besar,
Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Pidie, Pidie
Jaya, Bieureun, Aceh Utara, dan Aceh Timur).
2) Metodologi
3) Materi
V-2
e. Pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
f. Teknologi Budidaya Padi Hibrida, Sistim SRI dan Pertanian
Organik.
Dalam pelatihan petugas dibagi kedalam dua katagori yaitu (a) TOT
(training of trainers) dan (b) Pelatihan Teknis dan Penyegaran.
Tempat pelatihan untuk TOT serta pelatihan teknis dan penyegaran
dapat dilakukan di tingkat kabupaten. Lamanya pelatihan tergantung
dari jumlah jam pelajaran, frekuensi pengajaran, dan volume materi
yang diajarkan, pada umumnya adalah + selama 3 hari.
2. PELATIHAN PENYULUH
1) Sasaran
2) Metodologi
V-3
dengan tujuan agar para peserta pelatihan dapat mengamati langsung
kondisi lapangan dan peserta diminta untuk mengidentifikasi
permasalahan yang ada dan selanjutnya mendiskusikan untuk
memperoleh cara pemecahan yang paling baik. Untuk pelatihan
petugas ini perbandingan teori dan praktek adalah 60 : 40 (60% teori
dan 40% praktek).
3) Materi
d. Agribisnis/Kewirausahaan.
Organik.
V-4
3. PELAKSANAAN PELATIHAN
1) Persiapan
2) Pemberian Pelajaran
V-5
f. Berusaha membangkitkan minat, perhatian dan keinginan untuk
mengetahui lebih lanjut materi yang diajarkan.
g. Mengaktifkan peserta.
3) Evaluasi Pelatihan
V-6
LAMPIRAN
DAFTAR ISIAN PELATIHAN PETUGAS DAN PPL
V-7
Lampiran-1
3. Pendidikan :................................................
4. Pekerjaan :................................................
5. Pangkat/Golongan :................................................
6. Alamat
a. Rumah :................................................
b. Kantor :................................................
...................................., 2011
Peserta
(...........................)
V-8
Lampiran-2
3. Pendidikan :................................................
4. Wilayah Kerja
a. Desa :................................................
b. Kecamatan :................................................
c. Kabupaten :................................................
5. Pangkat/Golongan :................................................
6. Alamat
a. Rumah :................................................
b. Kantor :................................................
...................................., 2011
Peserta
(...........................)
V-9
Lampiran-3
1. Pengajar
a. Nama Pengajar :
b. Tempat/Tgl Lahir :
c. Pekerjaan :
3. Riwayat Pendidikan :
...............................................
................................................
................................................
................................................
................................................
...................................., 2011
Pengajar
(...........................)
V - 10
BAB VI
PELATIHAN PETANI
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
VI - 1
b. Meningkatkan pengetahuan dan kecakapan petani agar dapat
memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam berusahatani.
c. Secara bertahap memacu dinamika kelompok tani melalui tahapan
pemberdayaan kelompok tani dalam menguasai dan memanfaatkan
teknologi maju.
d. Mempersiapkan dan membentuk pemuda tani sebagai petani yang
dinamis dan terampil dimasa mendatang.
VI - 2
B. PELAKSANAAN LATIHAN PETANI
1. PERENCANAAN
VI - 3
c. Sederhana sehingga mudah dipahami.
d. Spesifik dan ruang lingkupnya terbatas.
e. Sesuai dengan keadaan teknis usahatani dan sosial ekonomi
peserta latihan.
f. Jumlah materi yang diajarkan terbatas sesuai dengan kemampuan
peserta, tenaga pengajar, biaya dan waktu yang tersedia.
VI - 4
6) Penetapan Pengajar
7) Penetapan Peserta
Dalam setiap unit pelatihan perlu ditetapkan seorang ketua kelas yang
bertugas mengkoordinasikan aktivitas peserta dan proses belajar
mengajar.
Jumlah peserta yang paling ideal paling banyak 20 orang untuk setiap
kelas. Untuk kelancaran proses belajar, maka peserta hendaknya
homogen dalam hal tingkat pendidikan, jenis dan tingkat kebutuhan
belajar serta usahatani yang dikelolanya.
VI - 5
8) Pemilihan Tempat dan Jadwal Pelatihan
2. PELAKSANAAN PELATIHAN
1) Persiapan
2) Pemberian Pelajaran
VI - 6
Dalam memberikan pelajaran beberapa hal yang harus diingat oleh
pengajar adalah :
a. Menumbuhkan gairah belajar
b. Memberikan kesempatan para peserta mengemukakan
pengalaman yang berkaitan dengan materi pelajaran.
c. Memberikan kesempatan bertanya.
d. Memberikan kesempatan untuk mencoba.
e. Memberitahukan kesalahan yang dilakukan dan menunjukan cara
yang benar.
f. Berusaha membangkitkan minat, perhatian dan keinginan untuk
mengetahui lebih lanjut materi yang diajarkan.
g. Mengaktifkan peserta.
VI - 7
Bimbingan lanjutan dilakukan oleh petugas/penyuluh lapangan untuk
membantu menerapkan hasil belajar, mengembangkan kepemimpinan
agar dapat menyebarkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat
serta mendapatkan manfaat pelatihan yang diikuti. Bimbingan
lanjutan ini dapat dilakukan dengan cara memberikan bahan bacaan,
mengadakan kunjungan, mengadakan pertemuan, widyawisata, dan
lain-lain.
VI - 8
LAMPIRAN
DAFTAR ISIAN PELATIHAN PETANI
VI - 9
Lampiran-1
1. Peserta
a. Nama Peserta :
b. Tempat/Tgl Lahir :
c. Jenis Kelamin :
d. Pendidikan :
e. Status Keluarga : Kawin / Belum Kawin
f. Status Garapan : P / PP
g. Luas Garapan : Ha
h. Alamat :
2. Kelompok Tani/P3A
a. Nama Kelompok tani :
b. Jumlah petani anggota :
c. Luas garapan (sawah/daratan) :
d. Nama Ketua Kelompok tani :
5. Lokasi Pelatihan
- Desa :
- Kecamatan :
- Kabupaten :
...................................., 2011
Peserta
(...........................)
VI - 10
Lampiran-2
1. Peserta
a. Nama Pengajar :
b. Tempat/Tgl Lahir :
c. Jenis Kelamin :
3. Riwayat Pendidikan :
...............................................
................................................
................................................
................................................
................................................
...................................., 2011
Pengajar
(...........................)
VI - 11
Lampiran-3
I. Peserta
VI - 12
III. Teknologi Sapta Usaha Yang Dianjurkan
..........................................., 2011
Petugas/Penyuluh
(.............................)
VI - 13
Lampiran-4
Nama Penyuluh/Petugas :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
2011
Penyuluh/Petugas
(.............................)
VI - 14
Lampiran-5
Nama Penyuluh/Petugas :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
I. Pendahuluan :
1. Nama Pelatihan :
2. Penyelenggara :...............................................
2. Tempat Penyelenggaraan :
3. Jumlah Peserta :orang (daftar terlampir)
4. Waktu pelaksanaan :
5. Lama latihan :
6. Materi yang diberikan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
7. Target yang dicapai :
a. Tingkat pemahanan/pengetahuan peserta : %
b. Tingkat keterampilan peserta : %
c. Tingkat produktifitas (Ku/Ha) : %
d. Tingkat pendapatan usaha tani (Rp/Ha/MT) : %
1. Proses Pelaksanaan
a. Rata-rata kehadiran :%
b. Aktivitas peserta di kelas : ..%
c. Aktivitas peserta dilapangan : ..%
d. Hasil pre test
- Awal dengan nilai : tertinggi
terendah
VI - 15
2. Hasil Kegiatan
a. Peningkatan peserta
- pemahaman/pengetahuan : %
- keterampilan : %
b. Peningkatan produktivitas : %
c. Peningkatan pendapatan : %
IV. Kesimpulan.
1.
2.
3.
4.
2011
Petugas/Penyuluh
VI - 16