Anda di halaman 1dari 15

Cooperative Learning: Teori, Riset dan

Praktik
Oleh Robert E. Slavin

Top of Form
Berat 0.43 kg
Tahun 2010
Penerb Nusame
it dia
Kateg Buku
ori Pendidik
an &
Kegurua
n Ilmu
Pendidik
an
Buku Sejenis
perbesar gambar

Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered


Heads Together (Nht)

Model-model Pembelajaran -oleh Anita Lie

2. Pembelajaran di Kelas Kita -oleh Udin Winata Putra, Universitas


Terbuka

3. Menjelajah Pembelajaran Inovatif oleh Dr.Suyatno,MPd, Masmedia


Buana Pustaka 2009

4. Cooperative Learning 2nd ed. oleh Slavin,RE 1997, Massachussets: A


Simon & Schuster Co.

ANOTASI BIBLIOGRAFI

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

Lie, Anita (2007). Cooperative Learning, Mempraktikkan


Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas Jakarta :
Grasindo (96 Halaman)

Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning atau


istilah pembelajaran gotong royong yaitu system pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur.

Sajian dalam buku ini bertolak dari sebuah premis bahwa tidak semua kerja
kelompok dianggap sebagai belajar dengan metode cooperative learning.
Keinginan baik para guru untuk mengaktifkan para siswa perlu dihargai, namun
para guru juga perlu dibekali dengan sedikit latar belakang, landasan pemikiran,
dan penerapan metode pembelajaran gotong royong untuk mendapatkan hasil
yang lebih optimal.

Sajian isi buku ini dikemas kedalam 8 bab, bab 1 berisi tentang perubahan
paradigma lama pendidikan ke metode pembelajaran gotong royong, bab 2 berisi
tentang kajian transformasi pendidikan dan globalisasi dari transformasi sosial,
ekonomi dan demografis, bab 3 nilai-nilai gotong royong dalam budaya
Indonesia yang sangat memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran
cooperative learning , bab 4 tentang model-model pembelajaran cooperative
learning, bab 5 lima unsur model pembelajaran cooperative learning, bab 6,7
dan 8 berisi tentang pengelolaan kelas , teknik pembelajaran dan model evaluasi
pembelajaran cooperative learning serta aplikasinya oleh guru di dalam kelas.

Pada akhir penutup buku ini penulis merekomendasikan agar metode


cooperative learning bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencintai pelajaran dan sekolah/guru serta siswa merasa lebih terdorong untuk
belajar dan berpikir.

Komentar:

System pendidikan gotong royong merupakan alternative menarik yang bisa


mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan
dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Buku ini membahas
berbagai aspek yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
metode pembelajaran kooperatif mulai dari landasan teoritis sampai dengan
penerapannya dalam pembelajaran. Belajar bagaimana yang perlu diajarkan
pada siswa misalnya bagaimana menggali dan memproses informasi dengan
kelompok.
Isjoni (2009). Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran
Kelompok Bandung: Alfabeta (112 Halaman)

Buku ini membahas bagaimana sebenarnya konsep inti dari cooperative


learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi
menerapkannya. Konsep cooperative learning pada intinya menempatkan
pengetahuan yang dipunyai siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang
dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif . diantara kelebihan
pembelajaran secara konstruktivisme yang biasa dikaitkan dengan cooperative
learning adalah menerusi proses berfikir.

Bagaimana konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan di


dalamnya, bagaimana strategi menerapkannya, dan bagaimana menempatkan
pengetahuan yang dipunyai siswa sebagai hasil daripada aktifitas yang
dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif, pemikiran itulah
tampaknya yang memicu penulis menyusun buku ini. Isu-isu yang terkait dengan
efektifitas pembelajaran kelompok dalam cooperative learning dalam buku ini
dikemas ke dalam 10 bab.

Bagian pertama mengupas dasar kontruktivitistik dalam cooperative learning,


bagian kedua penulis memfokuskan bahasannya pada pengertian cooperative
learning dari pendapat para ahli (diantaranya Robert Slavin dan Jigsaw) serta
topik-topik penting yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Melalui bab-bab dalam buku ini guru diharapkan memiliki
wawasan dan kemampuan dalam menerapkan perencanaan pembelajaran
cooperative learning, termasuk di dalamnya karakteristik, model, peranan guru
dan strategi cooperative learning. Bagian terakhir dari buku ini memusatkan
sajiannya pada tes eksperimen cooperative learning, dan pada penutup buku ini
gambaran penulis tentang bagaimana cooperative learning sebagai sebuah
tawaran kepada guru untuk dilaksanakan sebagai model proses pembelajaran di
kelas.

Komentar:

Dalam proses membina pengetahuan baru, siswa akan berfikir untuk


menyelesaikan masalah, mengeluarkan ide, dan membuat keputusan yang bijak
dalam menghadapi belbagai kemungkinan dan tantangan. Buku Cooperative
learning karangan Isjoni ini membahas tentang konsep inti dari cooperative
learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi
menerapkannya. Inti dari konsep cooperative learning ialah menempatkan
pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang
dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif..

Slavin E. Robert (2008). Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik.


(Terjemahan: Nurulita Yusron) Bandung : Nusa Media (384 Halaman)

Robert E. Slavin menyebutkan cooperative learning merupakan model


pembelajaran yangdimana guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja
sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman
sebaya ( peer teaching ). Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar guru tidak
lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk
berbagi informasi dengan siswa yang lainya dan saling belajar mengajar sesame
mereka.

Buku Cooperative Learning ini merupakan Teori, Riset dan Praktik yang dilakukan
oleh Robert E. Slavin serta beberapa pakar lainnya tentang pembelajaran
Kooperatif. Buku ini membicarakan tentang teori, penelitian dan pedoman praktis
yang dipersembahkan oleh tenaga-tenaga ahli, pemimpin-pemimpin lokakarya
dan kelompok guru yang telah mencoba strategi pembelajaran kooperatif.

Untuk memperjelas pembahasannya Robert E. Slavin membaginya kedalam 7


Bab, Bab I berisi tentang dasar pemahaman intelektual pembelajaran kooperatif,
dan bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif lainnya, Bab II tentang bagaimana
cara pembelajaran kelompok yang didasarkan pada pembelajaran individual
untuk menciptakan kondisi yang mengarah pada pencapaian positif melalui
kerjasama antar siswa, Bab III bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif
bukan hanya pencapaian prestasi para siswa tetapi juga pengaruh terhadap
keluaran-keluaran yang dihasilkan (non kognitif), Bab IV tentang bentuk
keberhasilan pembelajaran kooperatif lain seperti Studen Teams-Achievment
Division (STAD) dan Teams-Games Tournaments (TGT) yang telah dilakukan oleh
beberapa guru, Bab V adalah program Team Accelerated Instruction (TAI-
Percepatan pengajaran Tim) dan Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC-Mengarang dan membaca Terintegrasi yang Kooperatif) yang
mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dengan praktik-praktik lainnya yang
tertuju pada metode pengajaran dan kontennya, Bab VI tentang Metode-metode
Spesialisasi tugas dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang supaya siswa
menjalankan peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas kelompok, dan
Bab akhir dari buku ini adalah berbagai bentuk metode dan sumber
pembelajaran kooperatif yang lain.

Komentar:

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning


sebagaimana dikemukakan Robert E. Slavin yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu. Dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Buku
cooperative learning ini menyajikan pemahaman praktis dan jelas mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif dan memberikan informasi mengenai
bagaimana cara mengubah pemahaman dan antusiasme ke dalam praktik-praktik
yang efektif dalam pembelajaran. Selain itu, buku ini juga menyuguhkan sesuatu
yang menarik dari pembelajaran kooperatif yaitu bahwa pembelajaran kooperatif
menjadikan dirinya alat stimulasi yang sangat baik dalam pembelajaran dan
dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas

Solihatin, Etin (2007). Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS


Jakarta : Bumi Aksara (140 Halaman)

Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang


diantara sesame anggota memungkinkan mahasiswa untuk mengerti dan
memahami materi pelajaran dengan lebih baik Buku cooperative Learning,
Analisis Model Pembelajaran IPS yang ditulis oleh Etin Solihatin ini berdasarkan
hasil penelitian Action research dengan tujuan agar pembelajaran Pengetahuan
Sosial (IPS) dengan menggunakan model cooperative learning dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri, belajar bersama
untuk mencapai tujuan bersama, penulisnya berharap agar buku ini digunakan
terutama bagi Mahasiswa yang mengambil mata kuliah IPS.

Struktur buku teks ini terbagi dalam 3 bagian besar, bab pertama membahas apa
itu cooperative learning, bab kedua apa itu Pengetahuan Sosial, baik materi,
media, laboratorium dan evaluasinya, bab ketiga berisi tentang bagaimana
aplikasinya dalam pembelajaran baik persiapan sebelum pembelajaran, proses,
maupun saat briefing dan evaluasi.

Makna yang terkandung di balik penulisan buku ini adalah bagaimana penulisnya
mengkondisikan pembelajaran Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif
memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral dan keterampilan sosial.
Penulis mengharapkan Mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni
kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era
globalisasi sehingga pada akhirnya peran kritis yang di emban IPS menciptakan
warga negara yang baik dapat terwujud.

Komentar:

Cooperative learning menunjukan efektifitas yang sangat tinggi bagi


perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan
materi pelajaran maupun dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi
pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan
social yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya dimasyarakat.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan model pembelajaran


kooperatif memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran
sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan
keterampilan sosial. Sehingga mahasiswa mampu berperan serta dalam melakoni
kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era
globalisasi, yang sampai pada akhirnya dengan pengetahuan sosial (IPS) dapat
membentuk warga Negara yang baik.

Paul B Horton dan Charles L Hunt (1993) Tujuan Pengembangan Model


Cooperative Learning [Online]. Tersedia http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-
pendidikan/pengelolaan kelas-cooperative-learning/ ( 9 mei 2010 )

Tujuan utama dalam pengembangan model pembelajaran cooperative


learning adalah belajar kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan cara menyampaikan pendapat mereka
dengan cara. Berkumpul secara berkelompok maka ditemukan sosok seorang
pribadi manusia (karakter manusia) bahwa: Pengalaman berkelompok yang
membuat manusia memiliki ciri-ciri norma-norma hidup serta bersama-sama
memiliki nilai-nilai, tujuan, perasaan dan banyak membedakan kita dengan orang
lain seperti perasaan dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh keunggulan
kelompok, apakah ia menjadi manusia yang bersifat manusiawi dan melalui
pengalaman berkelompok kita menghayati baik atau pengecut. Mengacu pada
pendapat tersebut maka belajar kelompok itu adalah untuk membentuk pribadi
seseorang apakah ia berbuat egois atau tidak mungkin menjadi pengecut,
bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan kelompok karena tujuan
utama belajar kelompok itu adalah untuk memperoleh pengetahuan dan sesama
temannya

Komentar :

Cooperative learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar


dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau
jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran harus menekankan
kerja sama dalam kelompok untuk rnencapai tujuan yang sama. Oleh sebab itu
penanaman keterampilan cooperative sangat perlu dilakukan, antara lain
menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani bertanya,
mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagi tugas, dan
sebagainya

Arend (1997) Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning [Online]. Tersedia


http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pengelolaan kelas-cooperative-
learning/ ( 9 mei 2010 )

Sebagai guru sudah selayaknya mengetahui dan memahami pula


karakteristik dan prinsip dari cooperative learning dalam pengajaran dan
pembelajarannya. Beberapa pendapat pakar tentang karakteristik cooperative
learning yang harus dikemukakan, seperti dikatakan secara rinci oleh Arend
(1997) mengemukakan bahwa karakteristik strategi belajar kooperatif adalah, (a)
siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b)
anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing anggota
kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (d) sistem
penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Ini menandakan Ini menandakan belajar kooperatif didasarkan kepada
konstruktivisme, yaitu bahwa pengetahuan merupakan hasil penemuan sosial
dan sekaligus merupakan faktor dalam perubahan sosial.

Komentar :

Cooperative learning bukan merupakan resep sukses secara instan,


diperlukan kerja keras dan situasi yang serius antara guru dan siswa. Dengan hasil
yang bisa kita dapatkan, cooperative learning secara berkesinambungan
membantu kita ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan untuk ke pendidikan
IPS secara khusus.

Johnson, and Johnson. (1992). Approaches To Implementing Cooperative


Learning In The Social Studies Classroom. Cooperative learning social studies
classroom: an introduction to social study (NCSS). (Buletin no 87).44-51.

Sesuai dengan judulnya, artikel ini berisikan tentang penerapan


cooperative learning dalam kelas IPS. Berawal dengan adanya
perubahan interaksi dalam pembelajaran menjadi interaksi
kooperatif. Diikuti dengan penjelasan mengenai definisi
pembelajaran kooperatif, teori-teori dasarnya, pendekatan-
pendekatan model pembelajaran kooperatif sampai dengan
implementasi pembelajaran di dalam kelas IPS. Pembelajaran
kooperatif dapat diartikan sebagai petunjuk dalam menggunakan
kelompok kecil dimana siswa berkerja sama untuk
mengembangkan pengetahuan mereka dan belajar dengan
anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif dilakukan
dengan langkah-langkah berikut guru menginformasikan materi
kepada siswa, membagi siswa menjadi kelompok kecil, memberi
bimbingan kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan
memberikan penghargaan.

Komentar:

Dengan cooperative learning, siswa memiliki dua


tanggung jawab sekaligus yaitu untuk mempelajari materi
pelajaran dan menyakinkan jika semua anggota kelompok sudah
memahami materi yang dipelajari tersebut. Cooperative learning
dapat diterapkan dengan percaya diri di setiap tingkatan, setiap
mata pelajaran dan setiap materi.

Mangkoesapoetra, Arief.A. (2005). Implementasi Model Cooperative Learning


dalam Pendidikan IPS Tingkat Persekolahan. [Online]. Tersedia: (http://re-
searchengines.com/0805arief6.html) [9 Mei 2010]

Bab pertama diawali dengan latar belakang masalah yaitu Pemilihan model
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi
siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
seorang guru, Bab kedua berisi tentang dasar pemikiran pembelajaran
cooperative learning, Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya
nara sumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan
manajer pembelajaran, bab ketiga memaparkan beberapa temuan dalam
penelitian ternyata penggunan MPCL menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi
bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap
penguasaan materi pelajaran maupun dilihat dari pengembangan dan pelatihan
sikap serta keterampilan-keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa
dalam kehidupannya di masyarakat.dan bab terakhir ialah penutup. Hasil dari
studi ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Cooperative Learning (MPCL)
mempunyai efektivitas yang cukup tinggi untuk membelajarkan materi
pendidikan IPS. Kemampuan dan kepedulian guru dalam memediasi dan
menstabilisasi pengembangan dan pelatihan pengetahuan, sikap, nilai, moral,
dan keterampilan-keterampilan sosial siswa, menjadikan pembelajaran
pendidikan IPS semakin bermakna dalam dimensi pendidikan dan pembentukan
warta negara yang baik secara dini, dan MPCL juga dapat digunakan untuk
membelajarkan materi atau pokok bahasan lain selain mata pelajaran IPS.

Komentar:

Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh


yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula
kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran salah
satunya dengan cooperative learning.

Aryawan,Bambang. ( 2009 ) PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE


LEARNING) UNTUK MEMBANGUN PENGETAHUAN SISWA
http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html
( 9 Mei 2010 )

Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan


melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu
keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara


siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa
dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling
mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif,
siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta
mampu membangun hubungan interpersonal.

Komentar :

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa


pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan
kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk
menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan
adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar,
tidak sekedar aktifitas fisik semata.

10. Ismail,Bustamam. (2010) Pembelajaran Cooperative Learning


http://hbis.wordpress.com/2010/01/05/cooperative-learning-teknik-jigsaw/

( 9 Mei 2010 )

Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan


melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di
masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok
secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar
partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning
dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat
meningkatkan kreativitas siswa. Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik
pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran
Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan
siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini
pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak
diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan
sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Komentar :

Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama


dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran
Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang
timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran
dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar
dan berpikir.

11. Maihoff, Shirlee. (2001). Cooperative Learning Is Active Learning. Jurnal of


Teaching Techniques. [Online], Vol.65. (4). 6 halaman. Tersedia:
http://www.asrt.org/Media/Pdf/ForEducators/4_InstructionalTechniques/4.8Coo
pLearning.pdf. [15 Mei 2010 ]

Shirlee dalam artikel ini memaparkan tentang keenam elemen penting


dalam pembelajaran kooperatif yaitu formasi kelompok, kesinambungan interaksi
dalam kelompok, ketergantungan antar anggota kelompok, kreasi kelompok
dalam menghasilkan kesimpulan, kemampuan pribadi dan membangun
keterampilan sosial. Selain itu, penulis juga memberikan perbandingan antara
model cooperative learning dengan pembelajaran tradisional yang kemudian
diikuti oleh penjelasan mengenai peranan guru dalam model cooperative
learning yaitu sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Cooperative learning
menghendaki siswa menjadi pembelajar yang aktif, dimana mereka dapat
merasakan kebebasan untuk mengorganisasikan pikiran mereka dan respon
mereka terhadap materi pembelajaran. Cooperative learning pun bisa dipadukan
dengan teknologi yang ada sekarang seperti contoh dengan kartu visual, diagram
urutan, pertanyaan spesifik dengan jawabannya yang dimuat dalam computer.

Komentar:

Perpaduan antara teknologi dan cooperative learning akan menghasilkan


perpaduan yang dinamis. Keduanya sangat menarik, yang bisa didedikasikan
untuk pembelajaran yang aktif dan hasil belajar yang baik pula. Dengan adanya
kemampuan berpikir kreatif, siswa dapat mencari berbagai alternatif pemecahan
masalah dalam kehidupannya.

12. Efektifitas Model Pembelajaran Cooperative Learning,


Artikel http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-
pendidikan/efektifitas-model-pembelajaran-
cooperative-learning/ ( 15 Mei 2010 )

Dalam artikel ini memaparkan enam bagian yang penting dalam


pembelajaran cooperative learning yaitu pertama melalui cooperative learning
menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran, kedua membantu guna
dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan
alternatif pemecahannya, ketiga , penggunaanya cooperative learning merupakan
suatu model yang efektif untuk menge-mbangkan program pembelajaran
terpadu, keempat melalui cooperative learning, dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif dan kelima dengan cooperative
learning mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap
permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya,
Keenam, dengan cooperative learning mampu melatih siswa dalam
berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani dikriik, maupun
menghargai pendapat orang lain.

Komentar :

Dari beberapa keuntungan dari model pembelajaran cooperative learning


di atas, maka jelaslah bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan dan
pengajaran salah satunya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru
dalam menggunakan strategi dan model pembelajaran yang digunakannya. Salah
satu model yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan siswa adalah
melalui model pembelajaran koperatif atau cooperative learning

13. Pengelolaan Kelas Cooperative Learning, Artikel http://xpresiriau.com/artikel-


tulisan-pendidikan/pengelolaan-kelas-cooperative-learning/ ( 15 MEI 2010 )

Hasil penelitian mengenai metode cooperative learning yang digunakan di


kelas memberikan hasil yang menggembirakan pada hasil belajar. Kemajuan IPS
harus meliputi sosial dan pembelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan
langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara
keseluruhan, Sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja
sama dengan anggota lainnya, di samping itu juga harus memiliki kiat-kiat
bagaimana caranya berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam
pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada tiga hal yang perlu
diperhatikan yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan
penataan ruang kelas. Oleh sebab itu, guru harus mampu menciptakan
pengelolaan kelas cooperative learning, sehingga terjadi suatu proses interaksi
yang satu individu dengan individu lainnya dapat terjadi, demikian pula interaksi
antar kelompok dapat terbanguan. Karena inti dari cooperative learning adalah
proses pembelajaran secara kelompok (grup).

Komentar :

Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental,


dengan cara menciptakan suasana kelas yang yang nyaman, suasana hati yang
gembira tanpa tekanan maka dapat memudahkan siswa memahami materi
pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif
untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Sesuai dengan
pendapat tersebut, maka dalam pelaksanaan model cooperative learning
dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola
lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya
bertambah pasif tapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana
pembelajaran secara matang, Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah
pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara
keseluruhan

14. Amirin , M.Tatang COOPERATIVE Learning: STAD (Student Teams-


Achievement Divisions
http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/08/19/cooperative-learning-stad-
student-teams-achievement-divisions/

Dalam artikel yang ditulis oleh Tatang , cooperative learning: stad (student
teams-achievement divisions memaparkan kesuksesan dalam menggunakan
model pembelajaran kooperatif dikelas. teams-achievement divisions, disingkat
STAD, Secara hakiki kira-kira akan bermakna bekerja sebagai tim, prestasi berbagi
sebagai tim. Teams-achievement (dalam STAD disambungkan dengan garis
sambung) yang bermakna prestasi tim, bukan prestasi individual murid,
merupakan sesuatu yang ditekankan atau menjadi perhatian, dan sekaligus
sebagai strategi guru mendidik sikap sosial. Keberhasilan (prestasi) belajar murid
diukur dari prestasi tim, bukan prestasi orang per orang murid. Oleh karena itu,
maka semakin tinggi rerata skor tim, semakin dianggap berhasil tim itu (dan
anggota-anggotanyanya) belajar. Setelah dilakukan eksperimen dapat
disimpulkan bahwa kelas STAD memiliki hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan kelas konvensional yaitu sebesar 80%. Selain itu siswa di kelas STAD
lebih memiliki rasa tanggung jawab dan dapat berhubungan baik dengan teman
sekelasnya. Artikel ini ditutup dengan tawaran kepada pada guru untuk
menggunakan model cooperative learning untuk hasil belajar yang lebih baik.
Cooperative learning tipe STAD membuat suasana pembelajaran siswa menjadi
lebih inovatif dan bukan lagi sesuatu yang membosankan.

Komentar :

15. Mazrawu ( 2010 ) Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning


Teknik Jigsaw
http://www.ayobelajar.web.id/search/PENERAPAN+PEMBELAJARAN+KOOPERATIF
+(COOPERATIF+LEARNING

Pada artikel ini penulis memaparkan secara rinci mengenai pembelajaran


kooperatif tehnik Jigsaw serta Hakikat Pembelajaran Cooperative Learning Teknik
Jigsaw. Sistem pengajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur. Cooperative Learning Teknik
Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Hal-hal yang dapat menghambat proses proses pembelajaran dalam penerapan
Cooperative Learning Teknik Jigsaw (1)Kurangnya pemahaman guru tentang
Cooperative Learning Teknik Jigsaw.(2) Jumlah siswa yang terlalu banyak(3)
Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative
Learning Teknik Jigsaw.(4)Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
(5)Terbatasnya pengetahuan siswa.

Anda mungkin juga menyukai