SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KINERJA PEREMPUAN WIRAUSAHA UMKM
AGROINDUSTRI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA PADANG
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei 2016 ini
ialah kewirausahaan, dengan judul Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap
Kinerja Perempuan Wirausaha UMKM Agroindustri Perikanan Tangkap di Kota
Padang. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan
dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, khususnya kepada:
1. Dr Ir Rachmad Pambudy, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir
Burhanuddin, MM, selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
2. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MS, selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan Prof Dr Ir
Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji perwakilan program studi pada
ujian tesis.
4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS, selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr
Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh
staf Program Studi Agribisnis atas bantuan dan dukungan yang diberikan
selama penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis.
5. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang selaku instansi yang memberikan
data penunjang pada penelitian, serta perempuan wirausaha UMKM
agroindustri perikanan tangkap selaku responden pada penelitian
6. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada Papa tercinta Zabendri, SH, Mama tercinta Elfa Zulmaini,
SE MPd, Kakak Suci Putri Elza, ST MT, Kakak Mega Mutia Elza, SH MKn,
dan Abang Jeply Murdiaman Gucci, ST MT.
7. Sahabat-sahabat S1 tercinta Dinda, SP, Ditya, SP, Eci, SP, Sahabat-sahabat S2
tercinta Fadhlan, MSi, Lola, MSi, Tri, MSi, Emmia, MSi, Achmad, MSi,
Firman, cMSi, Sartika cMSi dan teman-teman seperjuangan Magister Sains
Agribisnis angkatan 5 atas kerjasama, masukan, bantuan, ilmu, semangat dan
kebersamaan yang indah selama mengikuti pendidikan.
8. Serta keluarga besar yang telah memberikan semangat dan doa.
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 8
Ruang Lingkup Penelitian 8
2 TINJAUAN PUSTAKA 9
Karakteristik Perempuan Wirausaha 9
Perilaku Kewirausahaan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 11
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha 14
3 KERANGKA PEMIKIRAN 16
Kerangka Pemikiran Teoritis 16
Kerangka Pemikiran Operasional 22
4 METODE PENELITIAN 24
Lokasi dan Waktu Penelitian 24
Jenis Data 24
Variabel dan Pengukuran 25
Analisis Data 27
5 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 32
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 32
Kondisi Kependudukan di Wilayah Pesisir 32
Pengembangan Agroindustri Perikanan 33
6 HASIL DAN PEMBAHASAN 34
Karakteristik Perempuan Wirausaha 34
|Faktor Individu 40
Faktor Lingkungan 44
Perilaku Kewirausahaan 48
Kinerja Usaha 51
Analisis Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Perempuan Wirausaha
terhadap Kinerja Usaha dengan Pendekatan Structural Equation
Modelling (SEM) 53
Kecocokan Model Struktural 57
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Kewirausahaan
Perempuan Wirausaha dan Kinerja Usaha 59
7 SIMPULAN DAN SARAN 63
Simpulan 63
Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 71
RIWAYAT HIDUP 85
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Model umum dari perilaku kewirausahaan dan kinerja bisnis 22
2 Kerangka pemikiran operasional penelitian pengaruh perilaku
kewirausahaan terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM
agroindustri perikanan tangkap 23
3 Structural Equation Model (SEM) pengaruh perilaku kewirausahaan
terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan
tangkap di Kota Padang 31
4 Sebaran responden menurut umur 35
5 Sebaran tingkat pendidikan formal respondan 37
6 Sebaran pendapatan responden 37
7 Status pernikahan responden 38
8 Sebaran responden menurut lama pengalaman usaha 38
9 Peran perempuan wirausaha 40
10 Jenis kegiatan pengolahan 40
11 Standarlized loading factor model struktural pengaruh perilaku
kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha 58
12 Nilai t-hitung struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan
wirausaha terhadap kinerja usaha 59
13 Standardized loading factor model struktural pengaruh perilaku
kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha 83
14 Nilai t-hitung struktural pengaruh perilaku kewirausahaan perempuan
wirausaha terhadap kinerja usaha 83
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Kota Padang 71
2 Rumus untuk menghitung construct reliability dan variance extracted 72
3 Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.30 73
4 Standardized loading factor model struktural pengaruh perilaku
kewirausahaan perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha
sebelum di respesifikasi 84
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Barani, Husni Mangga. 2004. Pemikiran Percepatan Pembangunan Perikanan Tangkap Melalui
Gerakan Nasional. [Internet]. [diakses pada 18 Januari 2016].
http://tumoutou.net/702_07134/husni_mb.pdf
2
usaha perikanan disebabkan letak Kota Padang yang strategis berada di pesisir
pantai barat Sumatera.
Tabel 1 Distribusi persentase PDRB Kota Padang ADHB menurut lapangan usaha
Tahun 2013
Sektor Presentase
1. Pertanian 5.70
a. Tanaman Pangan 1.40
b. Perkebunan 0.05
c. Peternakan dan hasil-hasil 0.81
d. Kehutanan 0.02
e. Perikanan 3.42
2. Pertambangan dan Penggalian 1.66
3. Industri Pengolahan 13.81
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.80
5. Bangunan 5.25
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21.60
7. Pengangkutan dan Komunikasi 24.83
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8.47
9. Jasa-jasa 16.88
Jumlah 100
Sumber: Badan Pusat Stastistik Kota Padang (2014)
Luas wilayah laut Kota Padang adalah 905.04 km2 dengan panjang pantai
64 km (diluar pulau-pulau kecil) dan 99.63 km (termasuk pulau-pulau kecil),
dengan jumlah 19 pulau. Dengan potensi tersebut sangat dimungkinkan untuk
mengembangkan usaha penangkapan dan budidaya perikanan laut maupun produk
turunannya yang memiliki nilai tambah dan merupakan diversifikasi dari hasil
perikanan, melalui usaha pengolahan hasil perikanan. Adapun jumlah produksi
perikanan tangkap dilihat dari data 5 tahun terakhir menunjukkan terdapat
peningkatan pertumbuhan jumlah produksi hasil perikanan, disajikan pada Tabel 2.
Keberadaan ikan laut hasil tangkapan para nelayan telah memberi peluang
adanya usaha pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir hingga wilayah lain
yang jauh dari daerah pesisir. Usaha pengolahan hasil perikanan saat ini telah
dilakukan oleh sebagian masyarakat atau rumah tangga perikanan di Kota Padang,
dalam bentuk penggaraman atau pengeringan, penanganan segar dan lainnya
(Tabel 3). Pengolahan ikan sangat penting dilakukan karena ikan merupakan
3
komoditas yang tidak tahan lama atau mudah mengalami pembusukan. Untuk itu
keberadaan industri perikanan yang dapat mengolah ikan menjadi suatu produk
setengah jadi atau produk jadi yang siap dikonsumi oleh konsumen menjadi kian
penting. Industrialisasi perikanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sektor Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan penelitian Kurniawan (2013) hasil
tangkapan ikan digunakan sekitar 70% sebagai bahan baku ikan olahan, kemudian
sisanya yang 30% sebagai produksi ikan basah atau segar yang dijual dalam
bentuk segar. Kemudian dari hasil pengolahan, produksi yang dihasilkan hanya
sekitar 50% dari bahan baku (rendemen 50%).
Tabel 3 Volume produk olahan hasil perikanan menurut jenis kegiatan pengolahan
Tahun 2014
Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang (2014)
terdapat 168 perempuan wirausaha pada usaha mikro, kecil dan menengah
agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang (Tabel 4). Berdasarkan survei
awal penelitian masih terdapat beberapa usaha yang berada di Kecamatan Koto
Tangah tidak menjalankan kegiatan usahanya disebabkan oleh ketersedian bahan
baku dan modal. Padahal peluang bisnis usaha pengolahan ikan begitu besar. Hal
ini mengindikasikan bahwa adanya perbedaan perilaku dalam menjalankan usaha,
sehingga menyebabkan tidak berproduksi. Perlu ditelaah faktor yang mendorong
dan menghambat pelaku usaha dalam menjalankan usahanya baik faktor yang
berasal dari individu perempuan wirausaha ataupun lingkungan yang akan
mempengaruhi perilakunya dalam menghasilkan kinerja usaha, sehingga tetap
bisa bertahan dalam persaingan usaha ini agar tetap mengembangkan usahanya.
Pengembangan usaha hasil produk pengolahan perikanan ke depan,
ditentukan oleh faktor sumberdaya manusia (SDM) unggul atau berdaya saing.
Sebagaimana disampaikan Pambudy dan Dabukke (2010) bahwa dalam era
persaingan sekarang ini, yang bersaing sebenarnya bukan komoditas pertaniannya,
tetapi adalah orang-orang yang berada dibalik produk itu. Selanjutnya sumberdaya
manusia atau kelompok orang yang paling penting dalam kancah persaingan
perdagangan produk pertanian adalah petaninya, pedagangnya, serta
pengusahanya.
Perilaku kewirausahaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam
mengamati individu wirausahawan yang memiliki perilaku kewirausahaan yang
kuat ataupun lemah. Perilaku kewirausahaan adalah tindakan yang terdiri dari
kegiatan mengumpulkan informasi, mengolahnya, identifikasi peluang,
pengambilan resiko, mengelola perusahaan baru dan masuk pasar, mencari
dukungan finansial, keahlian teknologi dan input lainnya (Fogel et al. 2005).
Krisnamurthi (2001) berpendapat bahwa pengembangan perilaku kewirausahaan
akan menumbuhkan sikap positif dalam berwirausaha dalam bentuk kemampuan
sikap untuk mengendalikan keadaan dan memfokuskan perhatian pada kegiatan-
kegiatan atau hasil yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan pelaku usaha yang
berperilaku kewirausahaan akan lebih aktif dalam memanfaatkan peluang, inovatif,
dan berani mengambil risiko. Berdasarkan pemaparan di atas maka perlu
5
Rumusan Masalah
Kota Padang merupakan salah satu daerah sentra hasil perikanan tangkap
di Provinsi Sumatera Barat. Beberapa kaum perempuan yang tinggal di pesisir
pantai memilih untuk melakukan kegiatan produktif untuk dapat membantu
ekonomi keluarga. Upaya yang dilakukan dengan memberikan nilai tambah
terhadap hasil tangkapan ikan dari nelayan. Hal yang melatarbelakangi yakni
tuntutan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan permasalahan masih rendahnya
lapangan pekerjaan. Dengan menciptakan peluang tersebut para kaum perempuan
yang tinggal di pesisir mencoba untuk membantu ekonomi keluarga dengan
melakukan kegiatan pengolahan hasil perikanan tangkap. Dalam menjalankan
kegiatan usaha tersebut perempuan wirausaha dihadapkan pada berbagai
tantangan, disamping kelemahan-kelemahan yang menghambat peran serta dan
partisipasinya dalam membangun ekonomi keluarga.
Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang berdasarkan hasil survei awal di
lapangan antara lain ketersediaan bahan baku bersifat musiman, nelayan setempat
mengenal 3 musim yakni musim puncak, musim sedang, dan musim penceklik,
yang menyebabkan harga bahan baku berfluktuatif, pada saat musim
pengangkapan penceklik menyebabkan harga naik dan sebaliknya pada saat
musim penangkapan puncak harga rendah, kondisi fluktuasi harga terparah terjadi
antara musim penangkapan puncak dan musim penangkapan penceklik,
pengunaan teknologi yang sebahagian besar masih sederhana, dan sulitnya
perempuan wirausaha untuk mengakses pinjaman modal ke bank disebabkan
syarat agunan.
Kondisi alam berupa musim tidak menentu mengakibatkan nelayan tidak
setiap hari menangkap ikan ke laut sehingga ketersediaan bahan baku tidak
terjamin selalu ada, hal tersebut mengakibatkan harga produk perikanan tangkap
baik mentah ataupun olahan berfluktuasi. Dalam membeli bahan baku ikan para
perempuan wirausaha membutuhkan dana, sedangkan sumber modal yang
dimiliki pelaku usaha perikanan tangkap diperoleh dari perputaran hasil usaha
sebelumnya, apabila usaha sebelumnya diperoleh keuntungan, modal yang
dimiliki tersebut cukup untuk membeli bahan baku, tetapi ketika usaha
sebelumnya rugi maka daya beli terhadap bahan baku juga kecil, hal ini
mengakibatkan pengolahan atau produksi menjadi terganggu atau bahkan sampai
terhenti.
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di salah satu usaha
pengolahan ikan yang ada di sentral Pasia Nan Tigo, pada pengolahan ikan kering
atau penggaraman tidak semua hasil olahan tersebut dapat dinikmati hasilnya,
karena dalam proses pengolahan ikan terdapat beberapa kendala yang dihadapi
oleh perempuan wirausaha, diantaranya kendala yang dihadapi pada saat proses
6
penjemuran ikan, kondisi cuaca sangat menentukan hasil produksi. Ketika cuaca
cerah proses pengeringan ikan dibantu oleh cahaya matahari yang baik
menyebabkan ikan kering dengan sempurna, namun ketika cuaca mendung atau
turun hujan, proses pengeringan ikan menjadi tidak sempurna yang
mengakibatkan ikan berubah warna menjadi kemerahan sehingga harga turun
hingga setengah harga normal, bahkan kondisi terburuk jika hujan terus berlanjut
ikan menjadi busuk dan harus dibuang lalu dikubur. Dalam sehari perempuan
wirausaha yang mengolah ikan untuk dikeringkan dapat mengerjakan 5 keranjang
ikan, 1 keranjang beratnya 10 kg. Harga bahan baku 1 keranjang ikan teri seharga
Rp 15 0000. Hasil dari pengeringan ikan tersebut diperoleh keuntungan bagi
perempuan wirausaha sekitar Rp 200 000. Jika hasil pengeringan ikan tidak baik,
maka harga ikan turun hingga Rp 70 000 per kg. Pada Unit Pengolahan Ikan Pasia
Nan Tigo, perempuan wirausaha membentuk koperasi yang telah dijalankan
selama 7 bulan, dengan iuran sebesar Rp 20 000 per bulan, namun dalam
pelaksanaannya koperasi tidak berjalan efektif disebabkan tidak semua anggota
membayar iuran koperasi. Permasalahan ini dialami oleh semua perempuan
wirausaha yang melakukan usaha pengolahan ikan kering atau penggaraman
diakibatkan masih kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perempuan
wirausaha perikanan tangkap antara lain belum adanya cold storage ikan.
Masalah-masalah yang terjadi pada usaha mikro, kecil dan menengah
agroindustri perikanan tangkap adalah tugas pemilik usaha untuk mengatasinya.
Dimana pemilik usaha merupakan pelaku utama dalam pengusahaan dan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan tangkap.
Penyediaan sumber daya manusia yang kompeten penting di dalam usaha
pengolahan usaha mikro, kecil dan menengah agroindustri perikanan. Kebanyakan
pelaku usaha belum mengusahakan pengolahan ikan secara modern karena
sebagian belum mempertimbangkan pasar, modal dan teknologi. Umumnya
pelaku usaha belum memiliki kemampuan pengelolaan usaha yang memadai.
Sementara usaha kecil sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan kepribadian
pemilik usaha agar tercapai tujuan usaha secara efektif. Oleh karena itu prestasi
total ditentukan oleh sikap dan tindakan seorang wirausaha (Meredith 1996).
Kinerja usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang ada yang mengalami
kemajuan dan ada pula yang berjalan di tempat. Usaha yang berjalan di tempat ini
disebabkan oleh beberapa faktor baik dari faktor individu pelaku usaha ataupun
faktor lingkungan yang mempengaruhi usaha. Oleh sebab itu, perlu diketahui
faktor apa yang dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja usaha yang
dijalankan oleh perempuan wirausaha. Salah satu faktor mengapa kinerja usaha
perempuan wirausaha dapat berbeda-beda disebabkan oleh beberapa faktor
perilaku kewirausahaan seperti motivasi dan kemampuan mengambil risiko.
Walaupun perempuan wirausaha memiliki beragam motivasi dalam menggeluti
usahanya, kenyataanya di lapangan menunjukkan mayoritas ternyata ada usaha
yang dikelola dengan kurang baik oleh perempuan wirausaha. Hal ini
mengandung arti bahwa motivasi dalam berwirausaha belum tentu menjadikan
kinerja usaha perempuan wirausaha menjadi baik ataupun sebaliknya. Faktor lain
yang menyebabkan suatu usaha kurang berkembang adalah para pengusaha
kurang mau mengambil risiko, baik dalam membuat produk baru ataupun
memperluas pasar. Perempuan wirausaha lebih senang usahanya berjalan biasa-
7
biasa saja dan kurang melakukan inovasi untuk membuat produk baru dan
memperluas pasar karena takut rugi. Pada kondisi lain, bukan hanya faktor
kepemilikan perilaku kewirausahaan saja yang menjadi penentu kinerja usaha
perempuan wirausaha berjalan dengan baik atau tidak. Karakteristik yang melekat
di individu masing-masing wirausaha juga memegang peranan penting terhadap
kemajuan usaha yang dijalankan perempuan wirausaha. Salah satu karakteristik
personal yang melekat di individu masing-masing wirausaha adalah umur, peran
perempuan dalam keluarga, status pernikahan, latar belakang keluarga, dan lain
sebagainya.
Perilaku kewirausahaan harus dikembangkan sebagai modal dasar agar
pelaku usaha mampu berdiri dan berhasil dalam usahanya. Usaha mikro, kecil dan
menengah agroindustri perikanan juga memiliki risiko baik dari sisi produksi,
harga, biaya, dan pendapatan. Pengembangan sumberdaya menjadi salah satu
kunci dalam menjawab permasalahan ini karena pada era global saat ini
dibutuhkan pelaku usaha yang kreatif dan inovatif agar mampu bertahan dan
bersaing. Faktor kewirausahaan menentukan berhasil tidaknya pelaku usaha dalam
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis. Wirausaha
mempertimbangkan aspek pasar, mampu melihat dan mengelola peluang, serta
memiliki kemampuan manajemen. Wirausaha berfikir dan bertindak untuk terus
mengembangkan hal-hal baik dari yang diusahakan saat ini sehingga diperoleh
hasil yang lebih menguntungkan. Selain itu pentingnya sumberdaya manusia
dalam pencapaian keunggulan kompetitif juga diungkapkan oleh Krisnamurthi
(2001), yaitu faktor manusia menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan
pencapaian keunggulan kompetitif, karena pada manusia akan diperoleh
kreatifitas dan inovasi, pada manusia juga melekat kemampuan dan keberanian
serta sikap memanfaatkan peluang dan mengatasi kesulitan. Penguasaan dan
pemanfaatan teknologi juga akan terletak pada manusia, disamping kemampuan
untuk mendapatkan modal, informasi dan jaringan usaha.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa masih rendahnya
kinerja UMKM agroindustri perikanan dipengaruhi oleh faktor sumber daya
manusia ditinjau dari perilaku kewirausahaanya, maka masalah yang akan diteliti
adalah:
1. Bagaimana karakteristik perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri
perikanan tangkap di Kota Padang?
2. Bagaimana pengaruh faktor individu dan faktor lingkungan terhadap perilaku
kewirausahaan perempuan wirausaha pada UMKM agroindustri perikanan
tangkap di Kota Padang?
3. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan dapat mempengaruhi kinerja
perempuan wirausaha pada UMKM agroindutri perikanan tangkap di Kota
Padang?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kewirausahaan
Secara terminology, kata kewirausahaan (entrepreneurship) berasal dari
bahasa Perancis, entreprendre dan dalam bahasa Jerman adalah unternehmen
yang artinya dalam bahasa Inggris adalah sama yaitu to undertake yang memiliki
makna positif yang luas yakni memulai sesuatu dengan tanggung jawab sendiri
untuk menyelesaikannya yang merupakan kebalikan dari kata to give up
17
Kinerja Usaha
Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan selama periode tertentu dalam melaksanakan pekerjaan
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja, target
atau kriteria yang telah ditentukan (Rivai dan Basri 2005); Dessler 2000;
Mangkunagara 2002). Menurut pendekatan perilaku dan manajemen, kinerja
adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan
oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans 2005). Sedangkan Mathis dan
Jackson (2006) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan pegawai.
Kinerja usaha juga dapat diukur dengan menelaah produktivitasnya yang
terlihat via jumlah produk yang dihasilkan, dan agar dapat mencapai keunggulan
bersaing, produk yang dihasilkan haruslah diupayakan secara efisien dan efektif
dengan standarisasi mutu yang memadai, kualitas menjadi sangat penting bagi
pelanggan, selain harga. Tujuan mengukur kinerja perusahaan adalah untuk
mengetahui apa yang sudah berhasil dicapai perusahaan pada suatu periode waktu
tertentu, pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya untuk mengetahui
pencapaian dalam bidang keuangan saja, tetapi juga mengenai bagaimana
perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya, produktivitas
perusahaan dan untuk mengetahui posisi daya saing yang dimilikinya, serta
efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumberdaya yang dimilikinya.
Kinerja perusahaan menurut Ferdinand (2000) merupakan konstruk yang
umum digunakan untuk mengukur dampak dari strategi perusahaan. Masalah
pengukuran kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan klasik. Hal ini bisa
dipahami karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat multidimensi dimana di
dalamnya termuat beragam tujuan dan tipe organisasi (Bhargava, Dubelaar &
Ramaswami 1994). Ferdinand (2000) menyatakan bahwa kinerja usaha yang baik
dinyatakan dalam tiga besaran utama nilai: penjualan, pertumbuhan penjualan dan
porsi pasar yang pada akhirnya bermuara pada keuntungan usaha. Nilai penjualan
menunjukkan berapa rupiah/berapa unit produk yang terjual, sedangkan
pertumbuhan penjualan menunjukkan berapa besar kenaikan penjualan produk
yang sama dibandingkan satuan waktu tertentu. Porsi pasar menunjukkan
seberapa besar kontribusi produk yang ditangani menguasai pasar produk sejenis
dibanding para pesaingnya.
Kinerja adalah hasil kerja individu maupun perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan, yaitu dalam bentuk profitabilitas/ kemampulabaan dan
kesejahteraan, sebagaimana menurut Baye (2008), performance refers to
theprofits and social welfare that result in a given industry. Demikian pula
menurut KPPU (2009) kinerja suatu usaha atau industri dapat berupa
pertumbuhan industri, efisiensi, inovasi, profitabilitas, tingkat kepuasan konsumen
21
Sanchez dan Marin (2005) mengukur kinerja usaha dengan melihat dari
aspek profitabilitas, produktivitas, dan pasar. Lee dan Tsang (2001) mengukur
kinerja usaha dari tiga indikator yaitu pertumbuhan penjualan (sales growth),
pertumbuhan profit (profit growth), dan pertumbuhan modal (capital growth).
Keberhasilan usaha dapat dilihat dari peningkatan atau perkembangan kinerja
usaha setiap periode waktu tertentu. Suatu usaha dapat dinyatakan berhasil jika
mengalami sedikitnya 6-10 persen pertumbuhan per tahun (Ghost et al. dalam
Meng dan Liang 1996). Menurut Jauch dan Glueck (1998), kinerja perusahaan
dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, dan
pangsa pasar yang diraihnya. Sementara itu, menurut Praag (2005) keberhasilan
kinerja usaha dapat dilihat dari adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha,
penambahan tenaga kerja, dan peningkatan keuntungan dan pendapatan.
Keberhasilan usaha (performance outcomes) menurut Day (1990) meliputi: (1)
satisfaction (kepuasan) terkait dengan semakin banyak pihak merasa terpuasakan
oleh keberadaan perusahaan, (2) loyality (loyalitas) menyangkut kesetiaan
pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, (3) market share
(pangsa pasar) berhubungan dengan kemampuan memperluas pangsa pasar, dan
(4) profitability (pendapatan), ditandai dengan adanya peningkatan profit yang
signifikan.
Individual
Perilaku
Kewirausahaan Kinerja Bisnis
Lingkungan
besar dari produk ikan mentah yang dihasilkan. Seorang perempuan wirausaha
menggerakkan dan menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai jual. Untuk
menjadi perempuan wirausaha, pengembangan sumberdaya manusia menjadi
salah satu kunci dalam menjawab permasalahan ini karena menempati pasar yang
bersaing dibutuhkan wirausaha yang kreatif dan inovatif agara mampu bertahan
dan menghasilkan produk sesuai standar yang diinginkan konsumen. Kerangka
pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Variabel-
variabel tersebut diidentifikasi berdasarkan hasil kaijian literatur dan penelitian
terdahulu kemudian dikembangkan menjadi suatu daftar pertanyaan terstruktur
pada kuisioner yang akan dinilai oleh responden yang telah ditentukan.
Aplikasi Model
ssss
Saran untuk pengembangan UMKM agroindustri perikanan tangkap
4 METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kota Padang pada bulan Maret sampai Mei
2016. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan
pertimbangan bahwa Kota Padang merupakan salah satu sentra kegiatan usaha
perikanan laut di Sumatera Barat, yang sebagian masyarakatnya di pesisir pantai
termasuk kaum perempuan, melakukan usaha pengolahan hasil perikanan laut
sebagai mata pencaharian utama. Di Kota Padang terdapat 2 (dua) pelabuhan
perikanan yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dan Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI). PPS Bungus Kota Padang merupakan salah satu pelabuhan perikanan
terbesar yang berada di wilayah sumatera bagian barat sedangkan pengkalan
pendaratan ikan (PPI) lokal tersebar di sentra-sentra pemukiman nelayan
sepanjang pantai Padang (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang 2015). Hal
ini menciptakan peluang usaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota
Padang yang dikelola oleh perempuan wirausaha yang tersebar di beberapa
kecamatan yaitu di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kecamatan Koto Tangah,
Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Padang Barat.
Jenis Data
dalam jumlah yang besar dilakukan agar hasil analisis yang diperoleh dapat
mendekati dan menggambarkan pengaruh perilaku kewirausahaan pada UMKM
agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang.
Data primer diperoleh dengan melakukan penyebaran kuisioner dengan
wawancara langsung terhadap responden target di lokasi penelitian. Responden
target adalah perempuan wirausaha UMKM agroindustri perikanan tangkap yang
ada di Kota Padang. Data primer terdiri dari gambaran umum daerah penelitian,
biodata responden, faktor individu responden, faktor lingkungan responden,
perilaku kewirausahaan responden, dan kinerja usaha responden.
Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya dari buku-buku
literatur, jurnal, disertasi, tesis, internet, data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Padang, data Badan Pusat Statistik Kota Padang dan literatur lainnya yang dapat
dijadikan bahan rujukan yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan ini.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat variabel
laten, meliputi satu variabel laten eksogen dan tiga variabel endogen. Variabel
laten eksogen yaitu faktor lingkungan. Sedangkan variabel laten endogen yaitu
faktor individu, perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha UMKM agorindustri
perikanan tangkap di Kota Padang.
Faktor Individu
Faktor individu adalah faktor penyebab perilaku yang berasal dari atribut
yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi dan personal. Indikator dari faktor
individu dapat dilihat pada Tabel 5.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor penyebab perilaku yang berasal dari
lingkungan atau situasi. Indikator dari faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel
6. Pada faktor lingkungan, pengukuran variabel menggunakan skala likert, yang
menghasilkan nilai skala ordinal.
Perilaku Kewirausahaan
Perilaku kewirausahaan (Y2) pada penelitian ini adalah tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh seorang wirausaha (perempuan wirausaha) dalam menjalanan
usahanya, yang didasari pada karakteristik kewirausahaan. Pengukuran variabel
perilaku kewirausahaan adalah dengan menggunakan skala likert yang
menghasilkan nilai skala ordinal. Indikator perilaku kewirasuahaan dapat dilihat
pada Tabel 7.
Kinerja Usaha
Kinerja usaha adalah hasil yang diperoleh dalam menjalankan suatu usaha
untuk mencapai tujuan. Variabel-variabel indikator dari kinerja usaha dapat dilihat
pada Tabel 8. Pada variabel kinerja usaha, pengukuran variabel dilakukan
berdasarkan prsentase wirausaha dengan menggunakan skala likert, yang
menghasilkan nilai skala ordinal.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah lebih lanjut untuk memperoleh hasil
yang dijadikan jawaban dari permasalahan penelitian. Data diolah secara kualitatif
maupun kuantitatif.
28
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif untuk menjelaskan gambaran umum kondisi UMKM
agroindustri perikanan tangkap di Kota Padang. Nazir (2011) menyatakan bahwa
analisis deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan dalam meneliti
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Cara pengumpulan data untuk analisis ini dilakukan melalui teknik
wawancara dengan bantuan kuisioner.
indikator (manifest). Dalam SEM variabel laten dilambangkan dalam bentuk bulat
atau elips ( ), sementara variabel teramati ((observed atau measured atau
manifest variable) digambarkan dengan simbol kotak ( ). Bagian dari SEM
terdiri analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis), analisis jalur
(path analysis) dan regresi (regression). Analisis faktor konfirmatori (CFA)
digunakan untuk mengidentifikasi konstruk atau ide dasar dari sejumlah variabel
independen, kemudian dikombinasikan dengan analisis regresi yang akan
mengungkap seberapa kuat konstruk tersebut mempengaruhi satu atau lebih
variabel dependen. Struktur faktor ditentukan berdasarkan teori yang telah ada dan
data empiris digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa struktur tersebut telah
terbukti secara empiris. SEM memiliki tujuan atau mengkonfirmasi model yang
telah ada, bukan untuk menghasilkan model.
Beberapa tahapan dalam penggunaan SEM menurut Bollen dan Long 1993
(Wijanto 2008), yaitu:
1. Spesifikasi model (model specification)
Tahap ini merupakan pembentukan model awal persamaan struktural sebelum
dilakukan estimasi. Model awal ini berdasarkan pada teori yang telah ada
maupun berdasarkan dari penelitian sebelumnya.
2. Identifikasi model (model identifikcation)
Tahap ini merupakan tahapan mengkaji adanya kemungkinan diperolehnya
nilai yang unik pada setiap parameter dan kemungkinan persamaan simultan
tidak ada solusinya dengan menggunakan teknik iteratif. Variabel dengan nilai
t (t-value) kurang dari 1.96 dan error varian negatif serta loading kurang dari
0.50 dikeluarkan dari model.
3. Estimasi model (model estimation)
Tahap ini merupakan tahapan estimasi terhadap model untuk menghasilkan
nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi.
4. Penilaian model atau uji kecocokkan model (model testing fit)
Tahap ini merupakan tahapan pengujian kecocokan antara model dengan data,
beberapa kriteria ukuran kecocokkan (goodness of fit) dapat dilaksanakan pada
tahap ini.
5. Modifikasi model atau respesifikasi model (model respecification)
Tahap ini berkaitan dengan represifikasi model berdasarkan atas hasil uji
kecocokan pada tahap sebelumnya.
6. Interpretasi dan komunikasi
Himpunan model tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga klaim tentang
kontruksi dapat dibuat, didasarkan pada model terbaik.
Dimana:
1 = variabel laten endogen faktor individu
2 = variabel laten endogen perilaku kewirausahaan
3 = variabel laten endogen kinerja usaha
1 = variabel laten eksogen faktor lingkungan
= koefisien hubungan laten endogen
= koefisien hubungan laten eksogen
= komponen eror
X1,2..n = variabel indikator pada laten eksogen
Y1,2..n = variabel indikator pada laten endogen
x1.1,2..n = muatan faktor variabel indikator pada laten eksogen
31
Nelayan terdiri dari nelayan penuh yaitu nelayan yang memiliki pekerjaan
totalnya sebagai nelayan sepanjang waktu dan nelayan sambilan yang hanya
bekerja separuh waktu sebagai nelayan. Jumlah nelayan yang terbanyak terdapat
di Kecamatan Koto Tangah dengan jumlah 1 935 orang dan disusul oleh
Kecamatan Bungus Teluk Kabung sebanyak 1 709 orang.
Dari hasil survey ditemukan bahwa rata-rata pendidikan nelayan Kota
Padang terbanyak adalah tamatan SD (49.05%), SLTP (28.86%, SLTA (20.82%)
dan S1 (0.28%). Hal ini disebabkan karena pada usia sekolah tamat SD
masyarakat pesisir telah membebankan atau mengajak anaknya untuk melaut
sehingga pendidikan tidak terlalu dihiraukan. Dari segi umur rata-rata nelayan
Kota Padang berada pada usia produktif 36-56 tahun (63.29%).
Umumnya di wilayah pesisir, tingkat keterampilan dan kemampuan
masyarakat dalam mengelola sumberdaya pesisir masih sangat rendah, namun di
Kota Padang lebih maju dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Barat. Hal
ini dapat dilihat dari cara masyarakat tersebut dalam penguasaan teknologi dan
alat tangkap yang digunakan. Nelayan Kota Padang lebih banyak menggunakan
jenis alat tangkap seperti tonda, payang, trammel net bagan dan berbagai jenis alat
tangkap lainnya yang telah menggunakan mesin penggerak yang cukup besar
sehingga daerah penangkapannya lebih jauh dari pantai.
dan perikanan. Apabila peluang dan prospek yang terbuka dapat dikembangkan
sebaik-baiknya maka sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan andalan
pertumbuhan ekonomi bagi Kota Padang pada masa yang akan datang.
Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan ditujukan
untuk mewujudkan pembangunan industrialisasi sektor kelautan dan perikanan.
Di Kota Padang industrialisasi perikanan berbasis oceanic berpusat di Pelabuhan
Perikanan Samudera Bungus, sedangkan untuk industrialisasi perikanan pelangis
kecil dipusatkan di Sentra Pendaratan Ikan Pasia Nan Tigo Kota Padang. Untuk
meningkatkan kinerja industrialisasi perikanan ini pada tahun 2013 Dinas
Perikanan dan Kelautan Kota Padang membentuk bidang khusus baru menangani
kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
Pembangunan Sentra Pengolahan Hasil Perikanan berlokasi di Pasia Nan
Tigo dimulai sejak tahun 2012 pada lahan 1.66 Ha yang telah dibebaskan oleh
pemerintah Kota Padang. Saat ini fasilitas yang telah dibangun adalah tempat
pengolahan dan penjemuran ikan serta rumah kemas untuk packaging. Dalam
operasionalnya pengolahan dilakukan oleh kelompok pengolah yang ada di
kawasan sentra, dan saat ini telah ada 6 (enam) keompok yang melakukan
pengolahan ikan di sentra. Untuk meningkatkan operasional sentra pengolahan ini
maka status sentra dibina oleh UPT yang dibentuk pada awal tahun 2013.
Agroindustri perikanan perikanan laut merupakan salah satu potensi yang
dimiliki oleh Kota Padang khususnya di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan
Kecamatan Koto Tangah. Agroindustri perikanan laut tersebut marak ditemui
pada musim ikan dan mayoritas adalah agroindustri rumah tangga (home industry),
yang sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi sederhana.
Keberadaan agroindustri tersebut masih terbatas dan peluang usaha tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal. Agroindustri rumah tangga (home industry), yang
sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi yang sederhana, skala
kecil, dan bersifat musiman (waktu produksi tergantung musim dan cuaca).
Umur
Menurut Hurlock (Riyanti 2003), perkembangan karir berjalan seiring
dengan proses perkembangan manusia, yang mengelompokkan perkembangan
karir manusia menjadi tiga kelompok usia, yaitu (1) usia dewasa awal antara 18
sampai 40 tahun, ciri khasnya terkait dengan tugas pengembangan dalam
membentuk keluarga dan pekerjaan, memiliki tugas pokok, memilih bidang
pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis yang dimiliki
sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga; (2) usia dewasa madya
antara 40 sampai 60 tahun, ciri khasnya keberhasilan dalam pekerjaan.
Keberhasilan itu biasanya dicapai pada usia 40 sampai 50 tahun, pada usaha ini
kebanyakan mencapai prestasi puncak, memiliki pekerjaan yang lebih baik
dibanding dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih muda; (3) usia dewasa
akhir diatas 60 tahun, pada masa ini mulai mengurangi kegiatan kariernya, karena
menurunnya kesehatan dan fisik, lebih banyak melakukan kegiatan sosial dan
menikmati hasil jerih payah selama bekerja.
Umur pelaku usaha UMKM agroindustri perikanan tangkap di Kota
Padang yang menjadi responden sebagian besar berada pada kisaran umur yang
masih produktif yaitu berumur diatas 40 tahun sebanyak 68 persen (Gambar 4).
Umur pada tingkatan tersebut adalah umur produktif dalam mencapai
keberhasilan, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Riyanti 2003), bahwa
keberhasilan usaha dapat dicapai pada umur empat puluhan dan lima puluhan,
dapat disimpulkan bahwa seharusnya responden sudah mencapai puncak prestasi
dan kesuksesan dalam menjalankan UMKM agroindustri perikanan tangkap.
Dengan demikian perempuan wirausaha dalam kategori umur produktif memiliki
tingkat produktivitas lebih tinggi.
> 56 thn
3%
41 - 55 thn
68% 26 - 40 thn
29%
yang dijalankan sekarang ini merupakan sumber mata pencaharian utama yang
menarik bagi tenaga kerja umur produktif. Umur juga akan mempengaruhi
seseorang dalam merespon sesuatu yang baru dalam walaupun belum banyak
mempunyai pengalaman. Pelaku usaha dengan umur produktif biasanya
mempunyai semangat untuk ingin tahu berbagai hal yang belum diketahui dan
cenderung tinggi adopsi inovasinya, karena kekuatan fisik dan kematangan
psikologisnya saling mendukung. Selain itu, umur juga mempengaruhi kinerja
responden dalam mengelola usahanya, terkait dengan adanya inovasi, seseorang
pada umur non produktif akan cenderung sulit menerima inovasi, sebaliknya
seseorang pada umur produktif akan lebih mudah dan cepat menerima inovasi.
Umur perempuan wirausaha yang paling muda yaitu 26 tahun, hal ini
memperlihatkan bahwa masih minimnya minat tenaga muda berumur dibawah 25
tahun yang bekerja di sektor agroindustri perikanan tangkap. Oleh karena itu
diperlukan pembinaan yang dapat meningkatkan motivasi agar perempuan
wirausaha muda tertarik berkecimpung di sektor pertanian, terutama pada usaha
pengolahan hasil perikanan tangkap. Dari tingkatan umur responden yang
menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap, maka dapat disimpulakan
bahwa semakin bertambahnya umur perempuan wirausaha, maka makin banyak
pula yang menjadi perempuan wirausaha pengolah hasil perikanan tangkap.
Secara umum, umur memegang peranan penting dalam perilaku kewirausahaan
dalam meningkatkan kinerja usaha (Setyorini 2008) dan berkaitan dengan prestasi
kerja seseorang. Selain itu, menurut Riyanti (2003) bukan hanya umur kronologis
saja yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha tetapi juga terkait dengan
umur mengelola usaha dan bertambahnya pengetahuan, sehingga dengan
bertambahnya umur seseorang wirausaha maka keberhasilan mengelola usaha
juga sangat besar.
Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal responden sebagian besar adalah lulus SMA
yaitu sebesar 73.81 persen. Secara berturut-turut tingkat pendidikan perempuan
wirausaha lainnya adalah lulus SD (5.36%), lulus SMP (12.50%), lulus D1
(2.38%), dan lulus sarjana (5.95%) (Gambar 5). Tingkat pendidikan diharapkan
dapat berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi, yang dapat memperbaiki
pengelolaan usaha agroindustri perikanan tangkap baik dari proses produksi
hingga pengemasan dan teknik pemasaran. Pendidikan formal yang lebih tinggi
akan sangat berperan dalam kemampuan menganalisis berbagai situasi, wawasam
berpikir dan pemanfaatan teknologi terkini. Namun pada kenyataannya seseorang
yang berpendidikan yang lebih rendah dengan pengalaman yang lebih banyak
juga mampu mencapai kesuksesan dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih
tinggi, sebagaimana menurut Priatna (2011) wirausaha dengan pendidikan lebih
rendah dengan berbekal pengalamannya mungkin sekali memiliki kemampuan
yang dicapai oleh wirausaha kecil dengan pendidikan lebih tinggi, tetapi waktu
yang dibutuhkan biasanya cenderung lebih lama. Menurut Welter dan Smallbone
(2011), seorang wirausaha dengan modal pendidikan dan pengetahuan yang
memadai dapat membantu untuk lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya.
Dengan pendidikan, wirausaha dapat mengeksploitasi peluang, juga mungkin
akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan struktur kelembagaan yang berubah-
ubah, mereka dapat lebih mudah melakukan kontak bisnis dan membangun
37
lulus S1
59.50% lulus SD
53.60%
lulus D1
2.38%
lulus SMP
12.50%
lulus SMA
73.81%
Pendapatan
Usaha agroindustri perikanan tangkap oleh perempuan wirausaha pada
umumnya adalah sebagai pekerjaan utama. Pendapatan yang diperoleh perempuan
wirausaha dari usaha ini paling banyak 5 juta per bulan yang mencapai 75 persen,
diikuti dengan perempuan wirausaha yang berpendapatan Rp 3 juta Rp 4 juta
per bulan yang mencapai 25 persen (Gambar 6). Besarnya pendapatan yang
diterima oleh perempuan wirausaha tergantung jumlah ikan yang diolah, semakin
banyak jumlah ikan yang diolah maka semakin besar pula pendapatan yang
diperoleh oleh perempuan wirausaha. Sehingga hasil yang diperoleh dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan perempuan wirausaha
masih menyisihkan pendapatannya untuk dijadikan modal pada usaha berikutnya.
Perbedaan pendapatan dari hasil produksi ini selain karena faktor besarnya skala
usaha, namun juga karena perbedaan kemampuan sumber daya perempuan
wirausaha masing-masing dalam melakukan kegiatan usaha agroindustri
perikanan tangkap.
3000000 - 4000000
25%
5000000
75%
Status Pernikahan
Status pernikahan secara langsung juga mempengaruhi proses
pengambilan keputusan dalam melakukan usaha untuk menambah pendapatan dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan status pernikahan, bahwa sebanyak
100 persen responden sudah menikah (Gambar 7). Ketika sudah menikah maka
seseorang harus menanggung kebutuhan anggota keluarganya. Hal ini berbeda
dengan kelompok yang belum menikah, seseorang yang belum menikah memiliki
kebutuhan yang berbeda dengan seseorang yang sudah menikah. Sehingga
perubahan situasi tersebut mengakibatkan perubahan kebutuhan-kebutuhan yang
sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh seseorang yang belum menikah.
Menikah
100%
11-20 tahun
57%
100% memiliki
peran ganda
43.46%
Pengolahan lainnya
56.54%
Pengaraman /
pengeringan
|Faktor Individu
sifat dan kualitas pribadi atau personal yang diperlihatkan dalam menjalankan
usahanya. Indikator faktor individu atau variabel manifest pada penelitian ini
diukur dari pendidikan, pengalaman, motivasi berprestasi, modal, kepemilikan
sarana dan prasarana, persepsi terhadap usaha.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9, dapat dinyatakan bahwa pada
umumnya persentase perempuan wirausaha terhadap indikator faktor individu
menunjukkan kecenderungan yang cukup tinggi dan telah memadai bagi
pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan tangkap.
Tabel 9 Persentase penilaian perempuan wirausaha terhadap faktor individu
Pendidikan
Berdasarkan banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 56.85
persen dan netral 24.90 persen, dapat dikatakan bahwa perempuan wirausaha
memiliki tingkat pendidikan formal yang sedang. Pendidikan perempuan
wirausaha pengolah hasil perikanan tangkap banyak terdapat di tingkat SMA yaitu
sebesar 73.81 persen. Secara berturut-turut tingkat pendidikan perempuan
wirausaha lainnya adalah lulus SD (5.36%), lulus SMP (12.50%), lulus D1
(2.38%), dan lulus sarjana (5.95%). Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan yang melatarbelakangi perempuan wirausaha di Kota Padang sangat
beragam, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini menunjukkan pengelolaan
usaha pengolahan ikan relatif lebih mudah serta memberikan prospek yang baik
bagi perempuan wirausaha yang terlihat dari sebagian perempuan wirausaha yaitu
sebanyak 58.93 persen aktif mencari informasi dan mengikuti pelatihan
pengolahan ikan, 52.98 persen membaca buku usaha sukses, 42.26 persen sudah
mampu mencari solusi untuk masalah yang dihadapi, 70.83 persen perempuan
wirausaha sudah mampu membaca dan menulis, dan 69.05 persen perempuan
wirausaha sudah melakukan pencatatan keuangan untuk usaha yang dijalankan.
Pendidikan yang dimiliki perempuan wirausaha mempengaruhi kemampuannya
dalam mengimplementasikan ide-ide baru dalam usahanya. Pernyataan tersebut
senada dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa pendidikan sangatlah
penting dalam keberhasilan suatu usaha.
Faktor pendidikan mempuyai peranan penting dalam berwirausaha karena
sikap dan keterampilan yang lebih tinggi umumnya dimiliki oleh orang yang
berpendidikan tinggi (Pambudy 2010). Pendapat yang berbeda dinyatakan oleh
Riyanti (2013), yang menyatakan bahwa pendidikan tidak menentukan dalam
keberhasilan suatu usaha karena tidak adanya keterkaitan ilmu pada pendidikan
formal dengan ilmu yang diperlukan dalam mengelola usaha. Namun demikian
42
Pengalaman
Keputusan seseorang untuk menjalani profesi sebagai wirausaha
dipengaruhi oleh pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan jawaban responden
yang memilih setuju 52.26 persen dan sangat setuju 22.38 persen. Hal ini
menggambarkan bahwa dalam menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan
tangkap, perempuan wirausaha sudah memiliki cukup pengalaman sehingga
peluang perempuan wirausaha untuk berhasil dalam mengembangkan usahanya
cukup besar. Lamanya usaha yang dijalankan perempuan wirausaha masuk dalam
kategori yang tinggi atau lama sehingga proses pengendalian atas aktivitas
produksi dapat dilakukan oleh perempuan wirausaha itu sendiri. Rata-rata
pengalaman terbanyak yang dimiliki oleh perempuan wirausaha adalah 11-20
tahun yaitu sebesar 56.55 persen. Disusul oleh perempuan wirausaha yang
memiliki pengalaman dibawah 5 tahun sebesar 30.95 persen, perempuan
wirausaha yang memiliki pengalaman 6-10 tahun sebesar 2.38 persen, perempuan
wirauasha yang memiliki pengalaman 21-30 tahun sebesar 7.14 persen dan yang
paling lama berpengalaman dalam menjalankan usaha pengolahan ikan lebih dari
30 tahun sebanyak 2.98%. Pemahaman perempuan wirausaha mengenai
manajemen dalam pelaksanaan usaha pengolahan ikan didapatkan dari
pengalaman bekerja di lingkungan nelayan yang sebagian besar masyarakat
pesisir, dimana usaha ini dikelola oleh perempuan wirausaha itu sendiri dibantu
oleh anggota keluarganya. Sebagian besar perempuan wirausaha yaitu sebanyak
68.45% menganggap bahwa pengalaman usaha sangat penting dan mempengaruhi
kemajuan usaha. Melalui pengalaman perempuan wirausaha memiliki peluang
dalam pengembangan usahanya. Karena dianggap telah memiliki pengalaman
dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Jika dihubungkan dengan
tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka tidak mengurangi
minat responden untuk mengusahakan usaha pengoalahan hasil perikanan tangkap.
Hal ini sangat menarik sekali karena tingkat pendidikan tidak mempengaruhi
responden dalam memilih pekerjaan.
Motivasi Berprestasi
Berdasarkan banyaknya responden yang memilih jawaban setuju
sebanyak 58.56 persen dan 25.82 persen netral, dapat dikatakan bahwa perempuan
wirausaha memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi perempuan wirausaha
yan sukses. Adanya motivasi dapat mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
Menurut Suryana dan Kartib (2011), motivasi merupakan proses psikologis yang
mendasar dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku
seseorang yang menjadi penentu dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, wirausaha harus memiliki karakter yang pekerja keras, tidak pantang
menyerah, memiliki semangat dan memiliki komitmen yang tinggi. Keadaan
dilapangan menunjukkan bahwa orientasi sebagian besar wirausaha dalam
menjalankan usahanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu,
wirausaha harus mempunyai motivasi untuk mencapai suatu target dalam
berusaha agar menjadi wirausaha yang sukses. Sebagian besar responden yaitu
58.93 persen selalu menggali berbagai informasi mengenai usaha pengolahan ikan
43
melalui sesama perempuan wirausaha dan penyuluh karena 52.98 persen dari
perempuan wirausaha ingin menjadi perempuan wirausaha yang sukses dengan
alasan memiliki waktu yang lebih fleksibel dan bebas dalam menjalankan usaha.
Hal ini merupakan salah satu upaya perempuan wirausaha untuk mencapai
kesuksesan dalam berusaha dengan didukung oleh keberaniannya dalam
menghadapi risiko dan belajar dari pengalaman sebelumnya untuk meningkatkan
kreativitas perempuan wirausaha. Sebagian besar perempuan wirausaha bekerja
sebagai wirausaha karena ingin bekerja untuk diri sendiri tanpa adanya tekanan
dari pihak manapun dan waktu dalam bekerja lebih leluasa. Motivasi yang tinggi
dari perempuan wirausaha disebabkan karena tekanan ekonomi yang cukup berat
yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengharapkan pendapatan suami dari
menangkap ikan dilaut.
Modal
Modal merupakan modal perempuan wirausaha untuk menjalankan usaha
pengolahan ikan. Modal awal berasal dari tabungan pribadi. Berdasarkan
banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 51.49 persen dan sangat
setuju 32.44 persen dapat dikatakan bahwa modal sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan usaha. Modal sangat menunjang usaha yang dijalankan dan
responden mengangap bahwa kepemilikan modal sangat berhubungan dengan
sikap mandiri dalam menjalankan usaha. Keuntungan yang diperoleh dari usaha
akan dijadikan modal untuk usaha selanjutnya. Namun, disisi lain perempuan
wirausaha masih kesulitan untuk mengakses kredit untuk mengembangkan
usahanya. Perempuan wirausaha mengalami banyak kendala dalam memperoleh
kredit, sehingga hal tersebut yang menyebabkan perempuan wirausaha malas
untuk melakukan pinjaman. Padahal dengan modal yang diberikan, perempuan
wirausaha dapat meningkatkan skala usahanya.
Faktor Lingkungan
Bantuan Modal
Persentase perempuan wirausaha terhadap keberadaan bantuan modal
dari pemerintah menunjukkan hasil yang memadai. Hal ini ditunjukkan dari
banyaknya responden yang memilih jawaban setuju 48.21 persen. Selama ini
perhatian pemerintah berupa bantuan modal sudah didapatkan oleh pelaku usaha
pengolahan ikan. Modal diberikan melalui proses pengajuan melalui masing-
masing kelompok. Kelompok yang memenuhi kriteria diberikan bantuan modal
dalam bentuk barang yang diperlukan untuk pengembangan usaha. Namun disisi
lain pelaku usaha masih kesulitan dalam mengakses kredit untuk mengembangkan
usahanya, selama ini sebagian besar pelaku usaha bergantung pada pinjaman
kepada kerabat terdekat. Pelaku usaha mengalami banyak kendala dalam
memperoleh kredit diantaranya tidak mempunyai pengetahuan mengenai tatacara
memperoleh kredit (pembayaran dan bunga). Pelaku usaha juga perlu memahami
46
perbedaan antara kredit untuk investasi jangka panjang seperti peralatan dan
mesin dan untuk modal operasi input produksi serta biaya lainnya. Selain itu
keahlian dalam negosisasi kontrak sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa
kredit yang didapatkan memberikan keuntungan pada usaha.
Pemerintah telah memberikan bantuan modal bagi para pelaku usaha
pengolahan hasil perikanan tangkap berupa kegiatan BLM PUMP P2HP Dinas
Kelautan dan Perikanan Kota Padang, program dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI, untuk tahun 2013 Kota Padang mendapat 5 (lima) paket yang
diberikan untuk POKLAHSAR, yang terdiri dari 3 (tiga) untuk pemasar, dan 2
(dua) untuk pengolah. Masing-masing paket diberikan untuk 1 (satu)
POKLAHSAR senilai 50 juta rupiah. Tujuan dari BLM PUMP P2HP adalah
untuk dapat meningkatkan kemampuan usaha dan mengembangkan wirausaha
POKLAHSAR, dengan adanya bantuan diharapkan kesejahteraan dalam anggota
poklahsar tersebut dapat tercapai.
Peranan lembaga keuangan (misalnya bank) tidak membantu usaha
perempuan wirausaha karena masih berlakunya agunan dan suku bunga pinjaman
yang tinggi, kegiatan pemasaran yang terkendala modal, tidak menggunakan
pinjaman kepada bank karena terkendala pada agunan dan suku bunga pinjaman
yang tinggi, sehingga perempuan wirausaha cenderung hanya mengandalkan
kemampuan pada dirinya sendiri.
tangkap. Untuk daerah pemasaran produk, telah tersebar di Kota Padang dan
Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau dan Provinsi Jambi.
Dukungan pemerintah
Dukungan pemerintah dirasakan sangat memadai bagi perempuan
wirausaha pengolahan hasil perikanan tangkap, hal ini ditunjukkan dari
banyaknya responden yang memilih jawaban setuju sebesar 43.45 persen dan
netral sebesar 43.45 persen. Perlindungan pemerintah terhadap perempuan
wirausaha yang menjalankan usaha agroindustri pengolahan hasil perikanan
tangkap sudah optimal, seperti regulasi yang terkait dengan harga, pemasaran dan
informasi pasar yang mudah didapatkan perempuan wirausaha, sehingga
perempuan wirausaha dapat bersaing dengan perempuan wirausaha lainnya.
Dalam peningkatkan mutu dan kualitas agroindustri perikanan tangkap
pengetahuan perempuan wirausaha masih perlu ditingkatkan baik dalam segi
pengolahan produk, peningkatan kualitas dan mutu produk, serta pengolahan
peningkatan jenis hasil olahan yang beragam. Adapun bentuk program program
pemerintah yang dilakukan antara lain (1) pembinaan dan pengawasan mutu ikan
segar dan ikan olahan, dan (2) pengadaan tempat penyimpanan ikan bersuhu
dingin (cold storage) untuk sentra pengolahan ikan. Oleh karena itu pemerintah
diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga dapat
menggerakkan perekonomian keluarga nelayan khususnya melalui perempuan
wirausaha tersebut.
Selain itu pemerintah juga telah memberikan bantuan dalam hal sarana
dan prasarana bagi para pelaku usaha, antara lain Para-para (tempat penjemuran
ikan), kompor minyak tanah, baskom plastik, timbangan gantung, keranjang rebus,
terpal plastik, limeh, fish box, keranjang rotan, etalesa, freezer, ampia, dandang,
kompor gas, oven, impulse sealer, pengiling daging, timbangan neraca, wajan.
Bentuk lain dari dukungan pemerintah adalah fasilitas sarana aneka
olahan ikan, fasilitas ini ditujukan terutama kepada perempuan nelayan dalam
upaya meningkatkan pendapatan keluarga nelayan (off fishing). Dalam
memfasilitasi sarana sudah dibekali dengan keterampilan untuk mengolah aneka
masakan dari ikan. Selain itu dalam rangka meningkatkan keterampilan kaum ibu
untuk mengolah aneka masakan ikan ini telah diperkenalkan pada jajaran PKK
Kota Padang. Saat ini selain tingkat Kota Padang di tingkat kecamatan telah
dibentuk Forum Gemar Makan Ikan (FORIKAN).
Perilaku Kewirausahaan
Tekun Berusaha
Kejujuran dan ketekunan merupakan kunci untuk menjadi seorang
wirausaha. Secara umum usaha di bidang pertanian sangat membutuhkan
ketekunan, begitu juga dalam menjalankan usaha pengolahan hasil perikanan. Ini
merupakan usaha yang membutuhkan ketekunan dalam mengelola ikan hasil
tangkapan dan produk sampingannya serta ketekunan dalam mencari ide-ide baru
yang lebih kreatif dalam merintis usaha agar berkembang. Hasil penelitian
menunjukkan persentase perempuan wirausaha terhadap perilaku tekun berusaha
sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas perempuan wirausaha memilih
jawaban setuju 53.06 persen dan sangat setuju 27.21 persen. Perilaku tekun ini
ditunjukkan dengan kegigihan menekuni usaha pengolahan hasil perikanan, serta
kesabaran dalam menjalankan dan menghadapi kesulitan dalam berusaha. Melalui
ketekunan perempuan wirausaha juga dapat menciptakan sesuatu yang baru dalam
usahanya, seperti memberikan inovasi pada packaging produk hasil olahan.
Perempuan wirausaha menyadari bahwa jujur dan sabar merupakan hal yang
sangat penting dalam menjalankan usaha ini. Jujur dalam mengelola aset,
bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan, tekun dalam membuat produk
karena perempuan wirausaha membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan
hasilnya. Seperti pengolahan ikan hasil penggaraman atau pengeringan
membutuhkan waktu 3 hari sehingga bisa dijual, melalui proses yang lama mulai
dari pencucian, perebusan, penjemuran yang membutuhkan cuaca yang baik,
sehingga ikan kering dengan sempurna dan bisa dipasarkan.
Inovatif
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase perempuan
wirausaha terhadap perilaku inovatif adalah tinggi. Hal tersebut ditunjukkan
dengan sebagian besar perempuan wirausaha memilih jawaban setuju 48.41
persen. Sebagian besar perempuan wirausaha telah berusaha menciptakan nilai
tambah terhadap produk yang dihasilkan. Namun untuk kegiatan pengolahan ikan
secara traditional masih dilakukan oleh perempuan wirausaha yang mengusahakan
ikan hasil pengeringan atau penggaraman. Perempuan wirausaha merasa puas
terhadap hasil kinerja selama ini sehingga cenderung tidak melakukan inovasi
karena tidak mempunyai cukup keberanian mengambil risiko dalam menerapkan
inovasi yang prospeknya belum tampak. Sebagian besar perempuan wirausaha
sebesar 54 persen aktif mencari informasi perkembangan tegnologi pengolahan
ikan. Bagi seorang wirausaha inovasi merupakan salah satu faktor penting dalam
membuat rencana kedepan, menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan
persoalan dan menangkap peluang serta kemauan dalam mengambil risiko untuk
menghasilkan produk yang bersaing. Menurut Krisnamurti (2011), seorang
wirausaha adalah orang yang mau belajar dan menerapkan inovasi secara
sistematis agar dapat mengantisipasi segala risiko yang mungkin timbul jauh
sebelum terjadi, sehingga risiko tersebut berada dalam pengendaliannya. Perilaku
inovatif tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang baru untuk menciptakan
nilai tambah, tetapi dengan menerapkan tegnologi sesuai dengan teknis usaha
telah mencerminkan perilaku inovatif pada perempuan wirausaha. Dengan
demikian untuk menerapkan inovasi dalam penggunaan teknologi tersebut,
perempuan wirausaha harus diberdayakan melalui penyuluhan dan pendampingan
yang intensif dari pemerintah atau dinas yang terkait.
50
Mandiri
Persentase perempuan wirausaha terhadap perilaku bersikap mandiri
menunjukkan hasil yang tinggi. Hal tersebut berdasarkan data di lapangan bahwa
sebagian besar perempuan wirausaha menjawab setuju 56.31 persen. Perilaku
kemandirian ini terlihat dari keteguhan perempuan wirauasaha yang terus
menjalankan usaha pengolahan ikan dalam keterbatasan modal dan sarana
prasarana. Dengan keterbatasan tersebut perempuan wirausaha berusaha
menjalankan usahanya secara kontiniyu. Perempuan wirausaha tidak serta merta
mengharapkan mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk menjalankan usaha
ini. Sikap untuk tidak menguntungkan keputusan apa yang harus dilakukan
kepada orang lain dan mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri-sendiri
sekaligus berani mengambil risiko dalam bisnis merupakan bentuk kemandirian
dari seorang wirausahawan. Seorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut
dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain
dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan
hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian
merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada
prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi
kegiatan usahanya. Maka dapat disimpukan bahwa perempuan wirausaha telah
menunjukkan perilaku kewirausahaan yang cukup tinggi, kemampuannya dalam
berinovasi serta menangung risiko, dan telah sepenuhnya berorientasi bisnis. Agar
menjadi wirausaha yang berhasil perempuan wirausaha harus mempunyai tekad
yang kuat dan mampu membaca peluang. Melalui sikap mandiri, diharapkan
perempuan wirausaha dapat menghasilkan ide-ide yang realistis, percaya pada diri
sendiri, selalu percaya pada ide dan kemampuannya dan tidak bisa dipengaruhi
oelh pendapat orang lain.
51
Kinerja Usaha
Perluasan Pemasaran
Berdasarkan data Tabel 12 mayoritas responden memilih jawaban netral
40.67 persen dan setuju 40.48 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa
persentase perempuan wirausaha terhadap meningkatnya wilayah pemasaran
menunjukkan kecenderungan yang baik. Hal tersebut terjadi karena perempuan
wirausaha telah mampu memenuhi permintaan konsumen, ini disebabkan
meningkatnya jumlah produksi, sehingga perluasan pemasaran produk cepat.
Peningkatan permintaan dari luar daerah sangat tinggi bahkan jumlah produk
tidak mencukupi dari permintaan yang ada. Untuk memenuhi permintaan tersebut,
perempuan wirausaha bisa bekerjasama dengan wirausaha lainnya. Agar kinerja
perempuan wirausaha meningkat, maka sangat dibutuhkan pedampingan dan
penyuluhan dari pemerintah untuk memenuhi permintaan konsumen dengan
membentuk kerjasama antar perempuan wirausaha lainnya dan menjalin
kemitraan serta pelatihan mengenai penggunaan teknologi untuk menghasilkan
produk yang bernilai tinggi.
Peningkatan Pendapatan
Persentase perempuan wirausaha terhadap peningkatan pendapatan dari
usaha agroindustri perikanan tangkap menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal
ini ditunjukkan dari mayoritas perempuan wirausaha memilih jawaban setuju
41.07 persen dan netral 43.60 persen. Peningkatan pendapatan dirasakan
memuaskan karena permintaan yang tinggi sehingga harga dapat bersaing dan
menutupi biaya produksi. Berdasarkan keterangan perempuan wirausaha
responden, meskipun pendapatan mereka belum meningkat 100 persen, usaha ini
tetap dijalankan karena perempuan wirausaha sudah mampu membiayai tambahan
kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun demikian perempuan wirausaha ada yang
masih belum mampu mengurangi beban hutang yang dimilikinya sehingga
perempuan wirausaha mengalami kesulitan dalam mengalokasikan keuntungan
52
untuk dijadikan modal usaha selanjutnya. Hal ini bisa disebabkan oleh gagal
produksi akibat cuaca / musim yang buruk.
Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing dapat diartikan sebagai kemampuan dalam
menciptakan nilai unggul suatu produk guna menghadapi persaingan. Persentase
perempuan wirausaha terhadap keunggulan produknya menunjukkan hasil yang
baik artinya produk mereka mampu bersaing dengan produk sejenis lainnya. Hal
ini ditunjukkan berdasarkan hasil pada Tabel 12 perempuan wirausaha responden
memilih setuju sebesar 41.37 persen. Jika perempuan wirausaha mampu
berinovasi dengan memberikan nilai tambah pada produk yang lebih berbeda dan
memiliki keunggulan dibanding produk wirausaha lainnya, maka perempuan
wirausaha mendapatkan daya tawar yang lebih tinggi. Saat ini, jika dilihat dari
aspek permintaan pasar, ada kecenderungan konsumen lebih suka memilih
produk-produk dengan pengolahan dan packaging yang baik karena pertimbangan
kesehatan. Hal ini yang dirasa perlu dilakukan oleh perempuan wirausaha dalam
memngolah produk hingga ketangan konsumen, penting untuk memperhatikan
kebersihan dan hiegenis produk.
Inovasi dan kreasi tetap harus dimiliki oleh seorang perempuan
wirausaha dalam menciptakan keunggulan baik dalam bentuk produk, penyajian
maupun pemasaran. Inovasi merupakan karakteristik utama dari kewirausahaan
dan kunci dari keunggulan bersaing untuk meningkatkan pertumbuhan suatu
usaha. Inovasi dapat timbul karena adanya persaingan dari luar dan persaingan
dengan dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk menghasilkan produk yang lebih
baik dari produk-produk yang dihasilkan sebelumnya. Oleh karena itu agar
dihasilkan produk yang memiliki keunggulan bersaing, diperlukan pembinaan dan
pelatihan dari pemerintah yang mampu meningkatkan kreativitas dan inovasi
perempuan wirausaha. Salah satu upaya yang dapat ditempuh melalui gerakan ayo
gemar makan ikan, gerakan pemasyarakatan produk hasil pengolahan ikan dalam
bentuk lomba, pameran dan promosi. Upaya tersebut diharapakan akan mampu
lebih memperkenalkan keberadaan produk yang dihasilakan oleh perempuan
wirausaha kepada masyarakat dengan segala keunggulan dan pemanfaatanya.
Volume Penjualan
Proporsi perempuan wirausaha UMKM yang menyatakan netral cukup
besar yakni 38.69 persen, hal ini dikarenakan volume penjualan kadang
meningkat kadang menurun. Peningkatan ini diindikasikan karena peningkatan
volume jumlah produksi, dan penurunan disebabkan karna harga bahan baku
produk yang tinggi atau sukar didapat, membuat perempuan wirausaha
mengurangi produksi. Sehingga meningkatnya harga bahan baku membuat harga
produk juga ditingkatkan oleh perempuan wirausaha. Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden, rata-rata untuk pengolahan ikan kering volume
penjualan 60 kg per bulan dengan harga produk per kg 80 000 rupiah.
Peningkatan Keuntungan
Variabel peningkatan keuntungan diperoleh hasil yang netral dengan
presentase 51.98 persen, hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh tidak
menentu kadang meningkat kadang menurun. Peningkatan keuntungan ini
53
Tabel 14 Hasil uji kecocokkan model (Goodness of Fit Test) setelah respesifikasi
Salah satu kelemahan dari model SEM adalah sensitif dengan jumlah
sampel dimana jumlah sampel yang besar cenderung menghasilkan nilai
chisquare yang tinggi yang mengakibatkan model tidak goodness of fit. Oleh
karena itu SEM memberikan alternatif penggunaan indikator goodness of fit yang
lain. Kriteria RMSEA menghasilkan nilai 0.06 0.08 yang artinya model yang
dihasilkan sudah goodness of fit. Penggunaan kriteria goodness of fit yang lain
yaitu GFI, AGFI, NNFI, RFI, IFI, NFI dan CFI menghasilkan nilai > 0.90 yang
artinya model yang dihasilkan sudah goodness of fit. Karena hasil kesimpulan
beberapa indikator menghasilkan kesimpulan model goodness of fit maka
pengujian hipotesis teori dapat dilakukan.
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mendapatkan bukti bahwa variabel teramati
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebagai pengukuran. Melalui uji validitas
dapat diketahui hubungan dan kemampuan indikator-indikator suatu konstruk
(variabel laten) bisa menjadi indikator pengukuran secara akurat (Wijanto 2008).
Indikator dengan loading factor yang tinggi memiliki kontribusi yang lebih tinggi
untuk menjelaskan latennya. Sebaliknya pada indikator dengan loading factor
rendah memiliki kontribusi yang lemah untuk menjelaskan konstruk latennya.
Menurut Ringdon dan Ferguson suatu indokator dikatakan mempunyai validitas
terhadap konstruk atau variabel latennya jika nilai t muatan faktornya (loading
factors) lebih besar dari nilai kritis atau > 1.96 atau untuk praktisnya > untuk
55
praktisnya 2 dan muatan faktor standarnya (standardized loading factors) > 0.70
(Haryono dan Wardoyo 2012). Pada penelitian ini model mengalami respesifikasi,
namun pada uji validitas setelah direspesifikasi tidak perlu dilakukan lagi karena
telah mengalami penghilangan variabel indikator yang tidak valid pada saat
pelaksanaan respesifikasi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semua
variabel telah valid.
Outer
Variabel Notasi Indikator T-Hitung Ket
Loading
X11 Pendidikan 0.69 9.86* Valid
X12 Pengalaman 1.00 8.23* Valid
X13 Motivasi 0.63 6.35* Valid
Faktor individu
berprestasi
(FI)
X14 Modal 0.66 6.33* Valid
X15 Persepsi terhadap 0.84 6.74* Valid
usaha
Y11 Ketersediaan 0.85 7.82* Valid
bahan input
Y12 Dukungan 0.68 8.61* Valid
Faktor penyuluhan dan
lingkungan pelatihan
(FL) Y13 Bantuan modal 0.66 9.61* Valid
Y14 Kekompakkan 0.55 9.07* Valid
antar perempuan
wirausaha
Y21 Tekun berusaha 0.84 10.14* Valid
Y22 Ketanggapan 0.93 7.98* Valid
Perilaku terhadap peluang
kewirausahaan Y23 Inovatif 0.61 7.17* Valid
(PK) Y24 Berani 0.67 7.70* Valid
mengambil risiko
Y25 Mandiri 0.66 6.25* Valid
Y31 Perluasan 0.91 7.59* Valid
pemasaran
Y32 Peningkatan 0.59 5.50* Valid
Kinerja usaha pendapatan
(KU) Y33 Keunggulan 0.82 7.84* Valid
bersaing
Y34 Volume 0.68 5.70* Valid
penjualan
*signifikan pada taraf nyata 5%
Dari hasil pengujian (Tabel 15), variabel indikator pada faktor individu yang
memiliki nilai kontribusi yang tinggi dengan nilai muatan faktor 1.00 adalah
variabel pengalaman berusaha. Hasil yang tidak valid ditunjukkan oleh variabel
kepemilikan sarana dan prasarana, sehingga variabel manifest tersebut tidak dapat
56
suksesnya bisnis yang telah dijalankan. Hal tersebut terjadi karena para pelaku
usaha telah mampu memenuhi permintaan pasar saat sekarang ini sehingga
memerlukan perluasan pemasaran untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi.
Untuk meningkatkan pemasaran, produksi harus dilakukan ditingkatkan lagi,
untuk memenuhi permintaan tersebut para pelaku usaha perlu bekerjasama. Maka
sangat dibuthkan dukungan dari pemerintah untuk membuat kemitraan yang
membantu pelaku usaha bekerjasama dengan pihak lain terutama dalam hal
peningkatan produksi ataupun penggunaan teknologi agar menghasilkan produk
yang bernilai tinggi.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran (Haryono dan Wardoyo
2012) yang bertujuan untuk menguji konsistensi dari setiap pernyataan yang ada
dalam kuisioner sebagai pengukuran suatu variabel laten (Wijanto 2008). Uji
reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan hasil
yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada variabel yang sama.
Pengujian reliabilitas dapat menggunakan composite realibility measure (ukuran
reliabilitas komposit) dan variance extracted measure (ukuran ekstrak varian).
Reliabilitas konstruk pembentuk model pengukuran dianalisis dengan
menggunakan kriteria construct realibility (CR) > 0.70 dan variance extracted
(VE) > 0.50. Cara perhitungannya construct reliability (CR) dan variance
extracted (VE) dapat dilihat pada Lampiran 2.
|t-hit|
Hipotesis Variabel Koefisien Kesimpulan
> 1.96
H1 FL FI 0.39 11.32 Signifikan
H2 FL PK 0.38 5.52 Signifikan
H3 FI PK 0.21 3.07 Signifikan
H4 PK KU 0.49 4.36 Signifikan
H5 FL KU 0.36 5.01 Signifikan
Dari model tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh antara variabel laten
yang satu terhadap variabel laten lainnya adalah positif dan nyata. Namun ada
variabel laten yaitu kepemilikan sarana dan prasarana, dukungan promosi dan
pemasaran, dukungan pemerintah, dan tingkat keuntungan yang mempunyai nilai
standardized loading factor <0.5 yang berarti variabel tersebut tidak valid, maka
dilakukan respesifikasi pada model. Sebagaimana yang dikatan Wijanto (2008)
bahwa jika dilihat dari uji validitas, variabel-variabel teramati yang mempunyai
nilai t-hitung dari standardized loading factor < 1.96 dan standardized loading
factor < 0.50 atau 0.70 dikeluarkan dari model dengan cara merespesifikasi model.
Respesifikasi model dapat dilakukan dengan cara menghilangkan variabel yang
tidak signifikan atau yang mempunyai nilai goodness of fit yang tidak baik. Model
yang belum mengalami respesifikasi dapat dilihat pada Lampiran 4. Penghilangan
variabel indikator yang memiliki nilai muatan faktor terkecil akan membuat
goodness of fit model menjadi semakin baik. Hasil analisis SEM setelah
mengalami proses respesifikasi dalam hasil estimasi standardized loading factor
dapat dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan Gambar 11 diperoleh model struktural hasil respesifikasi
yang menunjukkan bahwa kriteria uji kecocokkan model berkategori baik artinya
model telah baik dalam menggambarkan data dan kondisi yang sebenarnya
sehingga dapat disesuaikan dengan teori yang melandasinya. Validitas nilai t-
hitung pada Gambar 12 juga menunjukkan bahwa variabel pada model mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur atau model mampu menjelaskan
hubungan-hubugan antar variabel.
R-
DE IE TE
Square
Perilaku Kewirausahaan (PK) 0.25
Faktor Individu (FI) 0.21* - 0.21*
Faktor Lingkungan (FL) 0.38* 0.08* 0.46*
Kinerja Usaha (KU) 0.53
Faktor Individu (FI) - 0.10* 0.10*
Faktor Lingkungan (FL) 0.36* 0.22* 0.58*
Perilaku Kewirausahaan (PK) 0.49* - 0.49*
Keterangan: TE (Total Effect); DE (Direct Effect); dan IE (Indirect Effect)
*Pengaruh nyata pada 0.05
bahan baku yang bersifat musiman. Perlunya dukungan dari pemerintah untuk
menyikapi permasalahan bahan baku yang bersifat musiman ini, karena ketika
bahan baku tidak ada, pelaku usaha tidak bisa menjalankan usahanya. Hal yang
dapat dilakukan pemerintah seperti penyediaan cold storage yang berguna untuk
menyimpan ikan hasil tangkapan laut saat musim panen ikan laut melimpah.
Sehingga ketersediaan bahan baku tersedia di semua kondisi. Karena selama ini
pengolahan ikan dilakukan pada hari ikan dibeli, harus diolah langsung, kalau
tidak ikan menjadi busuk.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alma B. 2010. Kewirausahaan. Edisi Revisi. Bandung. Alfabeta.
Ariesa FN. 2013. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani
Tembakau Virginia di Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
65
LAMPIRAN
71
DATE: 12/20/2016
TIME: 14:28
L I S R E L 8.30
BY
Karl G. Jreskog & Dag Srbom
Observed Variables
PEND PENG MOTV MODL KSP PU KBI DPL BM DPP
DP KAW TB KTP INOV BMR MNDR PPM PP
KB VP K
Correlation Matrix From File D:\DIANSE~1\DATA.COR
Sample Size = 168
Latent Variables INDIVIDU LINGKUNG KEWIRAUSA KINERJA
Relationships
PEND PENG MOTV MODL PU = INDIVIDU
KBI DPL BM KAW = LINGKUNG
TB KTP INOV BMR MNDR = KEWIRAUSA
PPM PP KB VP = KINERJA
INDIVIDU = LINGKUNG
KEWIRAUSA = INDIVIDU LINGKUNG
KINERJA = KEWIRAUSA LINGKUNG
Path Diagram
Options EF ME=UL ADD=OFF IT=500
End of Problem
Number of Iterations = 18
LINGKUNG
--------
1.00
Degrees of Freedom = 67
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 101.41 (P = 0.0042)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 34.41
90 Percent Confidence Interval for NCP = (11.21 ; 65.57)
LINGKUNG
--------
INDIVIDU 0.39
(0.03)
11.32
KEWIRAUS 0.46
(0.06)
7.93
KINERJA 0.58
(0.06)
9.65
LINGKUNG
--------
INDIVIDU - -
KEWIRAUS 0.08
(0.02)
3.47
KINERJA 0.22
(0.05)
4.28
KEWIRAUS 0.21 - - - -
(0.07)
3.07
KEWIRAUS - - - - - -
KINERJA 0.10 - - - -
(0.04)
2.44
PENG 0.74 - - - -
(0.09)
8.23
81
MOTV 0.63 - - - -
(0.10)
6.35
MODL 0.66 - - - -
(0.10)
6.33
PU 0.84 - - - -
(0.12)
6.74
TB 0.17 0.84 - -
(0.06) (0.08)
2.71 10.14
PENG - - - - - -
MOTV - - - - - -
MODL - - - - - -
PU - - - - - -
TB 0.17 - - - -
(0.06)
2.71
KTP 0.19 - - - -
(0.06)
2.97
INOV 0.13 - - - -
(0.04)
82
2.96
BMR 0.14 - - - -
(0.05)
3.06
MNDR 0.14 - - - -
(0.05)
2.80
PP 0.06 0.29 - -
(0.02) (0.07)
2.51 4.33
KB 0.08 0.40 - -
(0.03) (0.08)
2.57 4.92
VP 0.07 0.33 - -
(0.03) (0.07)
2.60 4.94
LINGKUNG
--------
PEND 0.27
(0.04)
6.93
PENG 0.29
(0.03)
8.33
MOTV 0.24
(0.04)
6.61
MODL 0.25
(0.04)
6.48
PU 0.33
(0.05)
6.98
TB 0.38
(0.06)
6.01
KTP 0.43
(0.05)
8.50
INOV 0.28
(0.04)
6.74
BMR 0.31
(0.05)
6.69
MNDR 0.30
(0.05)
6.07
PPM 0.53
(0.10)
5.44
83
PP 0.34
(0.06)
5.88
KB 0.47
(0.05)
9.00
VP 0.40
(0.06)
6.71
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Padang pada tanggal 28 Desember 1992 sebagai anak ketiga
dari pasangan Bapak H. Zabendri SH dan Ibu Hj. Elfa Zulmaini SE M.Pd. Penulis
menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Don Bosco Padang. Pada bulan
Agustus tahun 2010 penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Andalas melalui jalur SNMPTN. Penulis lulus dari Jurusan Agribisnis
Universitas Andalas, sebagai Sarjana Pertanian pada bulan Mei tahun 2014.
Selama kuliah di Universitas Andalas penulis pernah menjadi asisten dosen pada
mata kuliah Analisis Kelayakan Proyek, mata kuliah Information Communication
Technology and Multimedia Agribisnis, mata kuliah Sistem Informasi
Manajemen, dan mata kuliah Kewirausahaan Sosial dan Teknologi. Penulis juga
aktif mengikuti kegiatan di organisasi kemahasiswaan antara lain pada
Agricultural Information Technology Club (AgITC) Fakultas Pertanian
Universitas Andalas dan menjabat sebagai sekretaris umum pada tahun 2012 dan
koordinator Dewan Penasehat Pengurus pada tahun 2013, staf divisi infokom
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Univeristas Andalas, staf
divisi humas dan staf divisi penalaran Himpunan Mahasiswa Agribisnis dan
anggota Koperasi Mahasiswa Universitas Andalas. Penulis mendapatkan
penghargaan sebagai aktivis kampus tingkat Fakultas Pertanian pada periode
wisuda II Universitas Andalas bulan Mei tahun 2014.
Pada bulan September tahun 2014 penulis melanjutkan studi di Sekolah
Pasca Sarjana IPB. Selama kuliah di pascasarjana IPB penulis pernah mengikuti
organisasi Forum Wacana sebagai anggota di bidang humas, dan Ikatan
Mahasiswa Pascasarjana Minang (IMPACS). Karya ilmiah penulis yang berjudul
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Perempuan Wirausaha
UMKM Agroindustri Perikanan Tangkap di Kota Padang diterbitkan pada
International Journal of Science and Research (IJSR) Volume 5 Issue 10, October
2016. Karya ilmiah tersebut merupakan hasil karya penulis dalam tugas akhir di
Magister Sains Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.