Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

OLEH:

KELOMPOK V

MUHTAR (F1C1 08 024)

SITTI NURJANNAH PAISAL (F1C1 08 025)

FITRI KURNIA FAEDA (F1C1 08 027)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

PENGANTAR

Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam pengelolaan lingkungan di
Indonesia. Hasil pemantauan kualitas air yang dilaksanakan melalui program Prokasih masih
menunjukkan tingginya kadar polutan di badan air. Air mempunyai karakteristik fisik dan
kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi
perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan, maka
keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan

Kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Pencemaran lingkungan air sebaiknya
dikendalikan pada tingkat awal dari suatu proses pencemaran yang terjadi. Apabila tingkat
pencemaran air sangat dominan, maka pencegahan dan penanggulangannya memerlukan biaya
yang sangat mahal.
Sumberdaya air selain merupakan sumber daya alam juga merupakan komponen ekosistem
yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan air cenderung semakin
meningkat dari waktu ke waktu, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti untuk
air minum, air bersih dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan bagi
pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik dan
pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan keperluan hingga saat ini dan
untuk kurun waktu mendatang masih mengandalkan pada sumber air permukaan, khususnya
air sungai. Ketersediaan sumber daya air sungai cenderung menurun karena penurunan kualitas
dan kuantitas yang tersedia juga karena kualitas yang ada menjadi tidak dapat dimanfaatkan
karena adanya pencemaran.

Pencemaran mengakibatkan dampak negatif terhadap manusia, hewan, tumbuh tumbuahan


dan harta benda atau dengan kata lain terhadap kehidupan bersama (sosial). Dampak
pencemaran sosial ekonomi dapat diartikan dampak terhadap individu individu dalam
kehidupan bersama yang dinilai dengan satuan moneter (ekonomi). Suatu produk yang
dihasilkan melalui proses produksi dari suatu industri yang menimbulkan pencemaran dijual
dengan harga yang relatif murah dibanding dengan harga produk yang sama dengan teknologi
yang sama, tetapi tidak mencemari karena sudah memakai alat pengolah limbah.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR .ii

DAFTAR ISI
.iii

1. Latar Belakang ..1


2. Pengolahan Air Limbah..14
3. Unit
Ipal.16
4. Cara Kerja
IPAL.17
5. IPAL Skala Rumah Tangga.19
DAFTAR
PUSTAKA.30
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

(IPAL)

1. A. Latar Belakang
1. 1. Air Limbah
Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat yang mengandung
bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya sehingga air limbah tersebut harus
diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.

Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan untuk berbagai
keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan
baik.

Unsur unsur dari suatu sistem pengolahan air limbah yang modern terdiri dari :

1. Masing masing sumber air limbah

2. Sarana pemrosesan setempat

3. Sarana pengumpul

4. Sarana penyaluran

5. Sarana pengolahan, dan

6. Sarana pembuangan.

Dan dua faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengolahan air limbah yaitu
jumlah dan mutu.

1. 2. Ciri- Ciri Air Limbah


Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air limbah
mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah tangga, komersial
dan industri. Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan ciri ciri fisik, kimiawi, dan
biologis dari kotoran yang terdapat dari air limbah.

Ciri-ciri fisik
Ciri ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan suhunya.

Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta
senyawa senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan
mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.

Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Jika
warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu abu muda sampai
setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukanatau telah ada
dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu abu tua atau hitam, air
limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi
anaerobik.

Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai kepentingan
langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa utama
yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa senyawa lain seperti indol skatol, cadaverin
dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat
merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.

Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat
dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga
tergantung pada letak geografisnya.

Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan
dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik.
Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum
diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian pengujian lain
seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah
yang sudah diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.
(Linsley.K.R. 1995).

1. 3. Jenis Limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :

1. Limbah cair
2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001).

Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,
kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll

Limbah gas dan partikel


Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah
satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan
banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur
aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses
tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic
maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak
mengandung padatan organik.
Macam Limbah Beracun

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gasdengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala
akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organikperoksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau
limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi
dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang
bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
(http://educorolla8.blogspot.com)

1. 4. Volume Limbah
Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan pencemarnya semakin banyak.
Hubungan ini biasanya terjadi secara linier. Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering
juga diupayakan pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume
badan penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang
mencolok jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi ukuran
tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah sebanyak 100 m3
air per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke suatu sungai. Yang
mempunyai debit 8.000 m3 perjam. (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/).

1. 5. Pengolahan Limbah Cair


Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi

Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)


Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi
pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan
air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir, kayu,
sampah, plastik dan lain-lain.

Pengolahan Primer (Primary Treatment)


Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel padat
organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel
padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di
atas / permukaan (disebut grease).

Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)


Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau
menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang
umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.

Pengolahan Akhir (Final Treatment)


Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab
penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun
dengan menggunakan sinar ultraviolet

Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)


Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang
dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.
(http://aimyaya.com/)

Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industry, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat
yang dapat membehayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:

1. Rumah tangga

Contoh: air bekas cucian,air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.

2. Perkotaan

Contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.

3. Industri

Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan pabrik karet.

Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai air buangan yang membentuk limbah cair dalam
skala besar harus melakukan penanganan agar tidak berdampak pada lingkungan disekitarnya.
Apabila limbah cair tersebut tidak dilakukan pengolahan dan dibuang langsung ke lingkungan
umum, sungai, danau, laut akan berdampak pada lingkungan karena jumlah polutan di dalam
air menjadi semakin tinggi. Pada dasarnya ada dua alternative penanganan yaitu membawa
limbah cair ke pusat pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) proses pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu
proses pengolahan primer, sekunder, dan tersier. ( Sunu.P., 2001)

Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu.
Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan
yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:

1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.

2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup dalam air.

3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.

4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.

Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan
berikut.

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam
penggunaannya sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit.

5. Tidak terbuka dan harus tertutup.

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap. (Chandra.B.2007).

Pabrik yang secara kontiniu membuang limbah berbeda dengan pabrik yang membuang limbah
secara periodik walau konsentrasi pencemar sama, dan jumlah buangan nya pun sama.
Pengaruh terhadap lingkungan mengalami perbedaan.

Dalam hal sering tidaknya suatu pabrik membuang limbah tergantung terhadap proses
pengolahan dalam pabrik. Artinya volume air buangannya tergantung dari volume produksinya.
Semakin tinggi produksi semakin tinggi volume limbahnya. Ada pabrik yang dalam periode
tertentu jumlah airnya melebihi dari pada kondisi sehari-hari. Setiap lima hari dalam sebulan
volume limbahnya sangat berlebih, kecuali bila pabrik blow down. Atau ada pabrik yang hanya
membuang limbah sekali dalam seminggu sedangkan pada hari-hari lainnya tidak. Semakin
banyak frekuensi pembuangan limbah, semakin tinggi tingkat pencemaran yang ditimbulkan.

Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat dari jenis parameter pencemar
dan konsentrasinya dalam air limbah. Dari satu sisi suatu limbah mempunyai parameter tunggal
dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Disisi lain ada limbah dengan 10 parameter tapi dengan
konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya bukan yang mana lebih baik dari
pada yang terburuk, melainkan seharusnya lebih mendapat prioritas. ( Ginting.P.1992).

1. Karakter Limbah
Domestik
Limbah domestic adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat
cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya
yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organic baik berupa zat padat ataupun cair,
bahan berbahaya, dan beracun, garam terlarut, lemah dan bakteri terutama golongan fekal coli,
jasad pathogen, dan parasit.

Non domestik
Limbah domestic sangat bervariasi, terlebih lebih untuk limbah industri. Limbah pertanian
biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang besifat organis, bahan pemberantas
hama dan penyakit ( peptisida bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, sulfur, mineral,
dan sebagainya. (Sastrawijaya.T.A. 2001).

Dalam air buangan terdapat zat organic yang terdiri dari unsure karbon, hydrogen, dan oksigen
dengan unsure tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang cenderung
menyerap oksigen.

Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini diperlukan untuk
mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organic yang sukar dihancurkan secara oksidasi.
Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai
BOD selalu lebih kecil dari pada nilai COD diukur pada senyawa organic yang dapat diuraikan
maupun senyawa organic yang tidak dapat berurai. ( Agusnar.H.2008 )

Laju aliran dan keragaman laju aliran merupakan factor penting dalam rancangan proses.
Sejumlah unit dalam kebanyakan system penanganan harus dirancang berdasarkan puncak laju
aliran dan memberikan pertimbangan untuk meminimumkan keragaman laju aliran bila mana
mungkin. ( Jenie.L.S.1993 ).

1. 7. Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, diantaranya berbagai jenis logam berat
yang berbahaya, yang beberapa diantaranya banyak digunakan dalam skala industri. Industri
industri logam berat tersebut harus mendapatkan pengawasan yang ketat sehingga tidak
membahayakan bagi para pekerja maupun lingkungan sekitarnya.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah Merkuri
(Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Nikel (Ni), dan Zink (Zn). Logam-
logam berat tersebut diketahui dapat mengumpul dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi. (
Kristanto.P. 2002 ).

1. Chemical Demand Oxygen (COD)


Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang terdapat dalam 1 ml sampel air, di mana pengoksidasi
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen terlarut.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran oleh zat-zat organis yang secara alamiah
dapat dioksidasi melalui proses mukrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air. (Alaerts.1984)

Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan organik dalam sampel.
Larutan asam dikromat digunakan untuk mengoksidasi bahan organik pada suhu tinggi.
Berbagai prosedur COD yang menggunakan waktu reaksi dari menit sampai 2 jam dapat
digunakan.

Penggunaan dua katalis perak sulfat dan merkuri sulfat diperlukan masing-masing untuk
mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin oksidasi senyawa-senyawa organik kuat
menjadi teroksidasi.

Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang berbeda karena
kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.
Perbedaan di antara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia yang tahan
terhadap oksidasi kimia, seperti lignin ; bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dan
peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak
berantai panjang atau sel-sel mikroba dan adanya bahan toksik dalam limbah yang akan
menggangu uji BOD tetapi tidak uj COD.

Walaupun metode COD tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara biologik, metode
COD mempunyai nilai praktis. Untuk limbah spesifik dan pada fasilitas penanganan limbah
spesifik, adalah mungkin untuk memperoleh korelasi yang baik antara nilai COD dan BOD.

Perubahan nilai-nilai BOD dan COD suatu limbah akan terjadi selama penanganan. Bahan yang
teroksidasi secara biologik akan turun selam penanganan, sedangkan bahan yang tidak
teroksidasi secara biologik tetapi teroksidasi secara kimia tidak turun. Bahan yang tidak
teroksidasi secara biologik akan terdapat dalam limbah yang belum diberi penanganan dan
akan meningkat karena residu massa sel dari respirasi endogenes. Nisbah COD dan BOD akan
meningkat dengan stabilnya bahan yang teroksidasi secara biologik.(Jenie.L.S.1993.).
Terdapat 2 macam limbah yaitu :

Limbah rumah tangga yaitu limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas
industri rumah tangga dan kotoran manusia.

Limbah industri yaitu limbah yang berasal dari industri berupa bahan-bahan kimia berbahaya.

Berdasarkan bentuknya, limbah dibagi menjadi 2 macam yaitu :

Limbah Padat

Limbah Cair (terdiri atas limbah organik dan anorganik)

Sesuai dengan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari
setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar zat yang terdapat di dalam air
limbah dikelompokkan seperti skema berikut :

Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas maupun kualitasnya adalah
suatu hal yang perlu dipahami dalam merencanakan suatu unit pengolahan limbah air buangan.
Kualitas air buangan dibedakan atas tiga karakteristik, yaitu :

1. 1. Karakteristik fisik.
Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah solid ( zat padat ), temperatur, warna, bau.

1. 2. Karakteristik kimia
terbagi dalam tiga kategori : zat organik, zat anorganik dan gas gas. Polusi zat organik
biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen
Demand ).
1. 3. Karakteristik Biologi
Merupakan banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut, seperti :
bakteri, algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu diketahui dalam kaitannya untuk mengetahui
tingkat pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima.

Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum dapat diklasifikasikan
dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan bahan terlarut. Selain dari
tiga kategori tersebut, masih ada lainnya yaitu panas, warna, rasa, bau dan radioaktif. Menurut
sifatnya tiga kategori bahan polutan tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah terurai
secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai secara biologi (non biodegradable).

Dampak terhadap badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Suhu
Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya dan
mempunyai kemempuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai
pengaruh yang besar dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain
itu suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi
temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu
air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 300C.

pH
Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Batas minimum air tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas
maksimum pada pH11.

Oksigen terlarut (DO)


Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi kelangsungan hidup
dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen dalam bentuk oksigen terlarut. Oksigen
terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH dan karbondioksida. Air kolam yang mengandung
konsentrasi oksigen terlaut yang rendah akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan lebih
mudah terserang penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut dibawah 4 5 mg/l
maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila konsentrasi oksigen
terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan
menghentikan makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2 0,8 mg/l merupakan
konsentrasi yang dapat mematikan ikan gurameh.

Zat organik terlarut (BOD)


Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di badan air, sehingga
badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen yang sangat diperlukan oleh kehidupan air
dan menyebabkan menurunnya kualitas badan air tersebut.
COD (Chemical Oxygen Demand)
COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu limbah dengan mengukur
jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat zat organik yang terdapat pada air limbah tersebut.
COD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan
bahan organik perairan. COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi.

Mengingat sifat sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara pengolahannya harus
disesuaikan dengan sifat sifat limbah yang bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis
contoh limbah dan yang paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium
untuk menentukan parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan. Proses
pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses self purification, yaitu proses
pemurnian kembali pada badan air yang terkena buangan limbah tanpa pengolahan/bantuan
manusia, dimana selama prosesnya meliputi tahapan tahapan perbaikan kualitas air yang
terdiri dari empat zone, yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif, zone perbaikan
dan zone normal yang waktunya dipersingkat.

Penyingkatan waktu tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui pengolahan limbah. Unsur
unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam air limbah dapat dihilangkan dengan cara
fisik, kimia, dan biologi. Cara pengolahan secara fisik disebut unit operasi. Sedangkan
pengolahan dengan mempergunakan zat zat kimia atau aktivitas biologi disebut unit proses.
Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud untuk mereduksi zat padat
tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal dalam bak pengendapan. Pengolahan kimia
sering disebut pengolahan sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang mudah
mengendap. Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder dengan tujuan untuk
mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah cair (BOD).

B. Pengolahan air limbah

Pengolahan Fisik
Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar
bahan bahan tersusupensi berukuran besar danang mudah mengendap atau bahan bahan
yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Metode metode pengolahan secara fisik
meliputipenyaringan, pengendapan, pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur.

1. Screen (Penyaringan)

Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti sampah dan benda- benda
terapung lainnya.

2. Equalisasi

Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan, misalnya unsur unsur pH,
warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi
pengolahan air limbah, sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut
diolah.

3. Sedimentasi (Pengendapan)

Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel partikel tersuspensi yang terjadi bila air
diam atau mengalir secara lambat melalui bak. Partikel partikel ini akan terkumpul pada dasar
kolam, membentuk suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada dalam
kondisi yang jernih. Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak pengendapan
merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua macam bak pengendapan yaitu bak
pengendapan dengan arah aliran horizontal dan aliran vertikal.

4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)

Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang homogen. Stiring
adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing sehingga terjadi proses penggumpalan
dari zat zat yang ingin dipisahkan dari air.

5. Pengeringan lumpur

Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik yang terdiri dari salah satu
atau kombinasi unit unit berikut :

1. Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)

2. Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)

Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air buangan industri adalah
koagulasi flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan desinfeksi. Pengolahan ini menggunakan zat
zat kimia sebagai pembantu yang bertujuan untuk menghilangkan partikel partikel yang tidah
mudah mengendap (koloid), logam berat dan zat organik beracun.

Pengolahan Biologi
Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan aktivitas biologi
(aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah.
Proses pengolahan biologi adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air
limbah menjadi serat serat sel biologi (berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada
bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung secara aerob (dengan bantuan oksigen) maupun
anaerob (tidak dengan bantuan oksigen).

Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu:
1. Lumpur aktif.

2. Trickling filter.

3. Kolam oksidasi.

Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter dapat menurunkan nilai
BOD 80 90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan menggunakan jenis trickling filter
dengan cara melewatkan air limbah ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang kasar
dan keras. Zat organik yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dari
mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter
semakin banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme).

1. C. Unit IPAL
Unit IPAL dirancang sedemikan rupa agar cara operasinya mudah dan biaya operasionalnya
murah. Unit ini terdiri dari perangkat utama dan perangkat penunjang. Perangkat utama dalam
system pengolahan terdiri dari unit pencampur statis (static mixer), bak antara, bak koagulasi-
flokulasi, saringan multimedia/ kerikil, pasir, karbon, mangan zeolit (multimedia filter),
saringan karbon aktif (activated carbon filter), dan saringan penukar ion (ion exchange filter).
Perangkat penunjang dalam sistem pengolahan ini dipasang untuk mendukung
operasi treatment yang terdiri dari pompa air baku untuk intake (raw water pump), pompa
dosing (dosing pump), tangki bahan kimia (chemical tank), pompa filter untuk mempompa air
dari bak koagulasi-flokulasi ke saringan/filter, dan perpipaan serta kelengkapan lainnya.

Proses pengolahan diawali dengan memompa air baku dari bak penampungan kemudian
diinjeksi dengan bahan kimia ferrosulfat dan PAC (Poly Allumunium Chloride), kemudian
dicampur melaluistatic mixer supaya bercampur dengan baik. Kemudian air baku yang
teroksidasi dialirkan ke bak koagulasiflokulasi dengan waktu tinggal sekitar 2 jam. Setelah itu
air dari bak dipompa ke saringan multimedia, saringan karbon aktif dan saringan penukar ion.
Hasil air olahan di masukkan ke bak penampungan untuk digunakan kembali sebagai air
pencucian. Diagram proses IPAL industri pelapisan logam dapat dilihat

Gambar 3.6. Proses Pengolahan Limbah Industri Kecil

D. Cara Kerja IPAL

a. Pompa Air Baku (Raw water pump)

Pompa air baku yang digunakan jenis setrifugal dengan kapasitas maksimum yang dibutuhkan
untuk unit pengolahan (daya tarik minimal 9 meter dan daya dorong 40 meter). Air baku yang
dipompa berasal dari bak akhir dari proses pengendapan pada hasil buangan limbah industri
pelapisan logam.
b. Pompa Dosing (Dosing pump)

Merupakan peralatan untuk mengijeksi bahan kimia (ferrosulfat dan PAC) dengan pengaturan
laju alir dan konsentrasi tertentu untuk mengatur dosis bahan kimia tersebut. Tujuan dari
pemberian bahan kimia ini adalah sebagai oksidator.

c. Pencampur Statik (Static mixer)

Dalam peralatan ini bahan-bahan kimia dicampur sampai homogen dengan kecepatan
pengadukan tertentu untuk menghindari pecah flok.

d. Bak Koagulasi-Flokulasi

Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang terkumpul dalam bentuk-bentuk flok
dan mengendap, sedangkan air mengalir overflow menuju proses berikutnya.

e. Pompa Filter

Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa ini harus dapat melalui saringan
multimedia, saringan karbon aktif, dan saringan penukar ion.

f. Saringan Multimedia

Air dari bak koagulasi-flokulasi dipompa masuk ke unit penyaringan multimedia dengan
tekanan maksimum sekitar 4 Bar. Unit ini berfungsi menyaring partikel kasar yang berasal dari
air olahan. Unit filter berbentuk silinder dan terbuat dari bahan fiberglas. Unit ini dilengkapi
dengan keran multi purpose (multiport), sehingga untuk proses pencucian balik dapat
dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu dengan hanya memutar keran tersebut sesuai
dengan petunjuknya. Tinggi filter ini mencapai 120 cm dan berdiameter 30 cm. Media
penyaring yang digunakan berupa pasir silika dan mangan zeolit. Unit filter ini juga didisain
secara khusus, sehingga memudahkan dalam hal pengoperasiannya dan pemeliharaannya.
Dengan menggunakan unit ini, maka kadar besi dan mangan, serta beberapa logam-logam lain
yang masih terlarut dalam air dapat dikurangi sampai sesuai dengan kandungan yang
diperbolehkan untuk air minum.

g. Saringan Karbon Aktif


Unit ini khusus digunakan untuk penghilang bau, warna, logam berat dan pengotor-pengotor
organik lainnya. Ukuran dan bentuk unit ini sama dengan unit penyaring lainnya. Media
penyaring yang digunakan adalah karbon aktif granular atau butiran dengan ukuran 1 2,5 mm
atau resin sintetis, serta menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika pada bagian
dasar.

h. Saringan Penukar Ion

Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukardengan sodium. Pertukaran ini
berlangsung dengan cara melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari
bahan yang mempunyai kemampuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada awalnya
menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand yang biasa disebut zeolit, Agar
lebih efektif Bahan greensand diproses terlebih dahulu. Disamping itu digunakan zeolit sintetis
yang terbuat dari sulphonated coals dan condentation polymer. Pada saat ini bahan-bahan
tersebut sudah diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin penukar ion. Resin
penukar ion umumnya terbuat dari partikel cross-linked polystyrene. Apabila resin telah jenuh
maka resin tersebut perlu diregenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan cara melewatkan
larutan garam dapur pekat ke dalam unggun resin yang telah jenuh. Pada proses regenerasi
terjadi reaksi sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium dilepaskan dari resin, digantikan dengan
sodium dari larutan garam.

i. Sistem Jaringan Perpipaan

Sistem jaringan perpipaan terdiri dari empat bagian, yaitu jaringan inlet (air masuk), jaringan
outlet (air hasil olahan), jaringan bahan kimia dari pompa dosing dan jaringan pipa
pembuangan air pencucian. Sistem jaringan ini dilengkapi dengan keran-keran sesuai dengan
ukuran perpipaan. Diameter yang dipakai sebagian besar adalah 1 dan pembuangan dari bak
koagulasi-flokulasi sebesar 2. Bahan pipa PVC tahan tekan, seperti rucika. Sedangkan keran
(ball valve) yang dipakai adalah keran tahan karat terbuat dari plastik.

j. Tangki Bahan-Bahan Kimia

Tangki bahan kimia terdiri dari 2 buah tangki fiberglas dengan volume masing-masing 30 liter.
Bahan-bahan kimia adalah ferrosulfat dan PAC. Bahan kimia berfungsi sebagai oksidator.

1. E. IPAL Skala Rumah Tangga


Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan
sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan yang dibutuhkan adalah bahan
yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit diterapkan di rumah Anda. Instalasi SPAL terdiri
dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat
ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk
penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir.Tangki resapan dibuat lebih rendah dari
bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan
batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalamgreywater.

Cara kerja ipal skala rumah tangga, air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang
penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan
tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir
akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya lebih
ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak.

Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di
tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan
keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati
penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.

Beberapa kompleks perumahan seperti Lippo Karawaci dan hampir semua apartemen telah
memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang canggih dan modern. Greywater yang telah
diolah akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk mencuci
mobil. Di Singapura dan negara-negara maju, greywaterbahkan diolah lagi menjadi air minum.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka sistem pengolahan limbah (SPAL) yang menghasilkan
greywater seperti ini akan sangat bagus ubtuk diterapkan di lingkungan perumahan dosen
Universitas Haluoleo karena selain biayanya yang murah dan bahan yang digunakan mudah
didapatkan, juga air hasil olahannya ramah lingkungan bahkan dapat digunakan kembali atau
diolah lebih lanjut menjadi air minum.

Dampak dari IPAL Rumah Tangga yaitu terjadi pencemaran air


Cara Mengatasi Pencemaran IPAL Rumah Tangga
Salah satu alternative untuk mengatasi masalah pencemaran oleh air limbah rumah tangga
adalah dengan cara mengolah air limbah rumah tangga tersebut secara individual (on site
treatment) sebelum di buang ke saluran umum.

Prses Pengolahan Air Limbah dengan system Kombinasi Biofilter Anaerob Aerob
Air limbah rumah tangga di alirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
sampah berukuran besar seperti daun, kertas, plastic dan lain-lain. Stelah melaui screen air
limbah di alirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol
aliran, bak pengurai senyawa organic yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak kontaktor bak anaerob (dapat dipasang
lebih dari satu sesuai dengan kualitas dari jumlah air baku yang akan di olah) yang diisi dengan
media dari bahan plastik atau kerikil/batu split dengan arah aliran dari atas ke bawah dan
bawah ke atas.
Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni
penyaringan dengan sistem aliran dari bawah keatas akan mengurangi kecepatan partikel yang
terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan
di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerb-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan
tanpa memakai bahan kimia serta sedikit membutuhkan energi. Proses ini cocok digunakan
untuk mengolah air limbah rumah tangga dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.

Skema proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan dengan system biofilter anaerob-
aerob:

IPAL SKALA LABORATORIUM KIMIA UNIVERSITAS HALUOLEO


Limbah menurut Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG) didefinisikan sebagai benda
bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara
yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan. Adanya
bahan kimia di universitas di mulai dari pemberian bahan yang diperlukan dari gudang bahan
kimia kepada pekerja atau mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktek di laboratorium.
Bahan tersebut digunakan untuk sintesis maupun analisis. Karena tujuan penggunaannya maka
terbentuk bahan awal, produk samping, pelarut yang digunakan dan bahan kimia yang
terkontaminasi, dimana bahan ini harus diurai atau dibuang jika daur ulangnya tidak mungkin
dilakukan. Berlawanan dengan limbah industri, limbah kimia dari laboraotrium di universitas
yang terbentuk biasanya dalam jumlah kecil dari campuran yang sangat kompleks. Intinya, hal
ini menyatakan jumlah limbah yang berarti, yang harus dibuang dari universitas dengan
menggunakan dananya sendiri. Untuk membuang limbah laboratorium, yang mungkin berbeda
pada tempat yang berbeda pula, cara yang sesuai bergantung pada tipe percobaan yang
dilakukan dan bahan kimia yang digunakan. Tetapi beberapa tipe limbah berbahaya yang
dihasilkan tidak dapat dibuang dalam bentuk aslinya dan harus diolah terlebih dahulu. Dengan
bantuan proses yang sesuai, limbah tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya di tempat bahan
tersebut dihasilkan. Keuntungan dari penghilangan sifat racun juga mengurangi resiko
kontaminasi pada pekerja yang tidak berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi
kecelakaan dengan limbah ini, oleh karena itu hal ini juga untuk menghindari resiko terhadap
kontaminasi lingkungan.

Konsep manajemen limbah

Menghindari, mengurangi dan membuang limbah laboratorium

Akan lebih baik untuk menghindari pembentukan limbah pada langkah yang sangat awal. Hal
ini juga merupakan tujuan utama dari Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG) yang
dikemukakan pada tahun 1996. (Nama lengkapnya: Undang-undang untuk manajemen daur
ulang dan menyelamatkan limbah buangan yang aman terhadap lingkungan). Setelah aturan
tersebut, setiap orang yang mengembangkan, menghasilkan, mengolah dan memproses atau
menyebarkan bahan mempunyai komitmen untuk menghindari limbah. Jika tidak mungkin
untuk dihindari maka jumlah limbah harus dikurangi dengan pengumpulan terpisah dan
pengukuran daur ulang. Akhirnya, setelah semua usaha ini dilakukan, jumlah limbah yang
masih tersisa harus dibuang sebagai tanpa resiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
Penggunaan kembali limbah laboratorium dapat dilakukan, misalnya: untuk bahan kimia yang
telah digunakan setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh, hal ini paling
sesuai untuk pelarut yang telah digunakan. Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform
dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan diperlakukan dengan
distilasi.

Selama semua pengerjaan (dalam hal ini: percobaan kimia) dimana terbentuk sejumlah besar
limbah harus diperiksa dengan hati-hati, apakah mungkin untuk mengurangi jumlah limbah
dengan penggunaan pengukuran yang sesuai (misal: kondisi reaksi lainnya, penurunan skala
volume reaksi). Hanya dalam kasus dimana pengurangan jumlah limbah lebih lanjut tidak
mungkin secara prophylaxis dan pengukuran daur ulang, maka cara lama untuk pembuangan
limbah harus dilakukan.

Limbah Berbahaya di Laboratorium

Kelompok penting dari limbah adalah bahan kimia sisa/residu yang biasanya dikelompokkan
sebagai limbah berbahaya. Senyawa ini dilarang untuk dibuang melalui pengumpulan limbah
publik atau melalui saluran air limbah yang umum. Tipe limbah yang digolongkan sebagai
limbah berbahaya harus dikumpulkan secara terpisah dan dikirimkan oleh penghasilnya kepada
perusahaan pembuangan yang telah disetujui. Penghasil limbah juga harus mengirimkan data
yang sesuai tentang tipe limbah berbahaya tersebut. Berdasarkan tipe limbahnya, nilai ambang
batas tertentu untuk kandungan dan sifat bahan kimia harus dipatuhi. Senyawa yang hanya bisa
dibuang dengan biaya tinggi harus dihindari, jika dimungkinkan diganti dengan bahan
pengganti yang sesuai, yang dapat dibuang dengan biaya yang lebih efektif dan dengan cara
yang ramah terhadap lingkungan.

Pengumpulan Limbah Berbahaya

Limbah berbahaya dikumpulkan dalam wadah khusus, mematuhi aturan yang


berlaku(misalnya:Ordinance on the Hazardous Substances, juga lihat: Legal Conditions for the
Handling of Hazardous Substances and Technical Guidelines on Safety in Chemical Laboratory
Courses). Tipe limbah yang berbeda sebaiknya tidak dicampur menjadi satu. Untuk setiap tipe
limbah digunakan wadah khusus, yang telah diberikan oleh universitas untuk pengumpulan.
Wadah ini akan dikembalikan ke gudang penyimpanan limbah. Wadah tersebut tidak boleh diisi
lebih dari 90% (untuk menghindari tumpahan selama pengangkutan) dan harus ditutup rapat
serta diberi label dengan benar. Jika tidak, perusahaan penanganan limbah tidak diijinkan
untuk menerimanya. Wadah yang rusak, bocor atau terkontaminasi dengan senyawa berbahaya
juga tidak dapat diterima. Aturan umum untuk penanganan limbah berbahaya adalah
menghindari resiko yang membahayakan terhadap manusia dan lingkungan baik selama
penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan bahan-bahan tersebut.

Air Limbah yang Terbentuk Di Laboratorium

Air limbah laboratorium adalah cairan apa saja yang berasal dari tempat pencucian. Pada kasus
yang ideal biasanya mengandung sedikit air. Pada praktek sehari-hari, limbah ini biasanya
mengandung larutan berair yang telah terlebih dahulu dinetralkan menjadi pH 6 sampai 8 dan
tidak mengandung logam-logam berat. Selama pembuangan air limbah, ambang batasnya
harus sesuai dan biasanya nilai ini diberikan oleh pejabat pengurus air limbah yang berwenang.
Harus dipatuhi bahwa dilarang mengencerkan air limbah dalam usaha untuk mencapai nilai
ambang batas ini. Sebagai contoh Tabel 1-3 menyajikan nilai ambang batas untuk polutan yang
berbeda di Technical University of Braunschweig. Bila hasilnya melebihi nilai tersebut maka
biaya perlakuan air limbah akan membengkak. Senyawa yang diijinkan untuk dibuang ke dalam
air limbah adalah senyawa yang tidak terdapat dalam tabel berikut, tidak digolongkan sebagai
senyawa berbahaya, dan jika bahan tersebut tidak berbahaya untuk lingkungan dan untuk
pengoperasian instalasi pengolahan air limbah.

Parameter Dasar yang Penting Untuk Kualitas Air Limbah

Nilai pH dari air limbah harus berkisar antara 6,0 sampai 10,5

Temperatur tidak melebihi 35oC

Toksisitas air limbah harus lebih kecil dari nilai yang dapat mempengaruhi proses biologi
pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), pembuangan lumpur atau penggunaan lumpur.

Konsentrasi zat warna dalam air limbah harus kurang dari nilai yang dapat menyebabkan
perubahan warna pada IPAL umum.

Nilai ambang batas untuk fenol dibuat rendah (0,025 mg/L air limbah) karena senyawa ini
dapat menyebabkan rasa-sakit yang sangat susah dihilangkan selama pemurnian air.

Nilai ambang batas untuk senyawa yang menggunakan oksigen seperti natrium sulfit, garam
besi (II) dan tiosulfat ditetapkan 50 mg/L air limbah.
Tabel 1: Senyawa anorganik Nilai ambang batas (TLV) untuk kation

Kation TLV (mg/L)


Antimoni 0,25
Arsen 0,05
Barium 1,0
Timbal 0,5
Kadmium 0,5
Kromium 0,5
Kromium (VI) 0,1
Kobalt 1,0
Tembaga 0,5
Nikel 0,5
Merkuri 0,025
Perak 0,25
Zinc 2,5
Tin 0,5
Tabel 2: Senyawa anorganik Nilai ambang batas (TLV) untuk anion

Anion TLV (mg/L)


Sianida 10
Fluorida 25
Sulfat 300
Sulfida 1,0
Catatan : larutan berair yang tersisa setelah ekstraksi dengan diklorometana atau

kloroform harus dibuang sebagai limbah berbahaya (mengandung hidrokarbon

terklorinasi, VOX) atau harus dibuat tidak volatil dengan menggunakan metoda yang

sesuai (misalnya: purging).

Catatan Khusus Pada Pembuangan Limbah Kimia Dari Laboratorium

Dianjurkan untuk mendetoksifikasi sejumlah kecil limbah bahan kimia berbahaya di


laboratorium oleh staff yang berkompeten. Keterangan lebih rinci tentang prosedur yang dapat
digunakan terdapat pada cara pengerjaannya. Tipe limbah berbahaya berikut selalu terjadi pada
pekerjaan di laboratorium. Oleh karena itu, berikut ini diberikan beberapa informasi untuk
mengolah dan membuangnya.
Bahan kimia sisa:

Sebagai bahan kimia sisa, hanya bahan berikut yang dapat dibuang yaitu jika

penyusunnya telah diketahui

tidak digolongkan sebagai bahan yang mudah meledak, dan

tidak bersifat radioaktif

Semuanya harus tidak mengandung penyusun yang sangat beracun seperti dibenzodioksin dan
furan terpoliklorinasi (PCDD/F), bifenil terpoliklorinasi (PCB) atau bahan untuk perang. Wadah
limbah harus diberi label dengan benar meskipun pada wadah yang kecil. Bejana kecil dan vial
yang digunakan untuk produk reaksi dari pekerjaan lab dapat dikumpulkan dalam wadah untuk
bahan padataan dan diberi keterangan, contohnya: sebagai produk sintesis dari pekerjaan lab
kimia anorganik dalam vial). Jika bahan kimia tidak diketahui (misal : dalam bejana tanpa label),
dianjurkan untuk mengelusidasi tipe dari senyawa yang tersebut. Bahan kimia yang telah
digolongkan pada golongan limbah tertentu harus dibuang sesuai dengan golongan tersebut.
Sebagai contoh adalah asam klorida. Bahan ini dimasukkan ke dalam kelompok limbah asam
anorganik, campuran asam dan mordants. Artinya, HCl harus tidak dibuang sebagai bahan
kimia sisa/residu. Bahan kimia lama yang disimpan di dalam bejana tertutup sebaiknya
ditawarkan kepada kelompok atau institusi lain untuk kepentingan yang lain. Bahan ini dapat
dibuang hanya jika tidak ada seorangpun yang tertarik untuk memilikinya dalam jangka waktu
yang telah ditentukan. Terdapat pula pengambilan kembali bahan kimia dan pelarut dalam
jumlah besar oleh pembuat bahan kimia tersebut. Sebagai contoh, Perusahaan Merck
menawarkan suatu layanan dengan nama Retrologistics. Bahan kimia yang dikirimkan akan diuji
kondisinya dan tipe serta jumlahnya didokumentasikan. Kandungan dari bejana kecil dengan
bahan kimia yang diketahui akan digabungkan menjadi jumlah yang lebih besar. Setelah
analisis dan kontrol kualitas, senyawa tersebut akan digunakan dalam produksi dan sintesis.
Jika penggunaan kembali tidak dimungkinkan, bahan kimia tersebut akan dibuang menurut
aturan yang telah ditetapkan.

Asam Anorganik, Campuran Asam dan Mordant

Nilai pH dari larutan ini harus di bawah 6. Larutan asam berair ini harus bebas dari

sianida (jika tidak, maka akan terbentuk hidrogen sianida !)

ion amonium (maks. 0,1 mol/L diijinkan), dan

tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)


Asam yang telah digunakan yang mengandung asam nitrat (misalnya campuran asam nitrat)
harus dinetralkan dan kemudian dibuang sebagai dibersihkan dan dicuci dengan air) Larutan
asam yang tidak mengandung logam berat atau bahan berbahaya lainnya dapat dinetralkan
dengan natirum hidroksida atau natrium hidrogen karbonat dalam jumlah molar yang sama dan
kemudian dibuang ke dalam air limbah laboratorium.

Basa, Campuran Basa dan Mordant

Limbah golongan ini merupakan limbah cair dengan pH di atas 8. Larutan basa hidroksida
berair ini harus bebas dari

sianida

ion amonium (maks. 0,1 mol/L, jika tidak akan terjadi pelepasan amonia !), dan

tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)

Larutan basa yang tidak mengandung logam berat atau bahan berbahaya lainnya dapat
dinetralkan dengan asam klorida dengan jumlah molar yang sama dan kemudian dibuang ke
dalam air limbah laboratorium.

Air Dari Pembersihan Dan Pencucian yang mengandung garam logam

Limbah golongan ini mengandung larutan berair dari garam logam yang harus bebas dari

sianida

ion amonium (maks. 0,1 mol/L diijinkan), dan

tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)

Untuk larutan berair ini dimungkinkan terjadinya pengurangan volume yang nyata dengan
menggunakan pengukuran konsentrasi.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka sistem pengolahan limbah (SPAL) untuk skala
laboratorium seperti di atas akan sangat bagus untuk diterapkan pada lingkungan laboratorium
kimia Universitas Haluole
DAFTAR PUSTAKA

BAPEDAL. 2001. Program Kali Bersih (PROKASIH). Yogyakarta.


Dinas Pekerjaan Umum DIY. 2002. Brosur IPAL Sewon Bantul . Yogyakarta.

Gaudy, Jr., A.F., and E.T., Gaudy. 1981. Microbiology for Environmental Scientist and
Engineers. 1 ed., pp. 175 180, Mcgraw Hill International Book Company. Aukland.

Hakim, L., 2000. Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul . Tugas Hukum Lingkungan.
UGM. Yogyakarta.

Hammer, M.J., 1986. Water and Wastewater Technology . 2 ed., John Wiley and Sons. New
York.

Mackenzie, L.D., and Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering 2 ed., pp.
348 352. McGraw Hill International Editions, Ltd., Singapore.

Metclaf, Eddy, and G., Tchobanoglous. 1981. Waste Water Engineering Treatment Disposal 2
ed., pp. 400 414. Tata McGraw Hill Publishing Company, Ltd. , New Delhi.

Rao, A.V., and Bhole, A.G., 2001. A Low-Cost Technology for The Treatment of Wastewater
Water Research Journal, pp. 38.

Rosyida, A., 2000. Keunggulan Pengolahan Biologi Secara Trickling Filter pada Limbah Cair
Tekstil . Prosiding Seminar Nasional Peranan Teknologi dalam Pembangunan Lingkungan Dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berk-e lanjutan. BPPT. Jakarta.

Sugiarto. 1987. Dasar Dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Tjokrokusumo. 1995. Enjinering Lingkungan . Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan.
Yogyakarta.

YUIMS. 1999. Inventarisasi dan Evaluasi Kinerja Ase-tAset Prasarana di Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta . Yogyakarta Urban Infrastructure Management Supoport

Anda mungkin juga menyukai