Diktat 4 Pemeriksaan Dalam
Diktat 4 Pemeriksaan Dalam
PEMERIKSAAN DALAM
MES
MES
MES
MES
Pemeriksaan in situ dinding dada dan perut, rongga dada dan perut
Insisi yang baik dan lengkap akan memberi banyak informasi, misalnya
trauma jaringan lunak berupa hematoma subcutan. Dilakukan pula
pemeriksaan adanya patah tulang iga, pneumothorax maupun emphysema
subcutan yang berhubungan dengan trauma. Insisi bisa digunakan untuk
memperkirakan status gizi pasien, dengan cara memeriksa tebal lemak
subcutan bagian perut. Dinding perut sebelah dalam diperhatikan keadaan
selaput lendirnya. Pada selaput lendir yang normal, tampak licin dan halus
berwarna kelabu mengkilat. Pada kelainan peritonitis, akan tampak selaput
lendir yang tidak rata, keruh dengan fibrin yang melekat.
22
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Rongga perut diperiksa dengan mula-mula memperhatikan keadaan
alat-alat perut secara umum sebelum dilakukan pengangkatan organ.
Dilakukan pemeriksaan penyebaran tirai usus ( omentum), apakah menutupi
seluruh usus-usus kecil, ataukah mengumpul pada suatu tempat akibat
adanya kelainan setempat. Keadaan usus-usus secara umum diperiksa
terhadap adanya volvulus, intususepsi, infark, maupun tanda tanda
kekerasan. Bila jenazah telah mengalami operasi sebelumnya, perhatikan pula
bagian organ-organ dalam perut yang mengalami penjahitan, reseksi dan
tindakan-tindakan lainnya. Dilakukan pemeriksaan adanya cairan dalam
rongga perut, dan bila terdapat cairan dilakukan pencatatan jumlah serta sifat
cairan, apakah bersifat serous, purulen, darah atau cairan keruh. Daerah
dimana terbentuk bekuan darah harus dilihat dengan hati-hati, karena daerah
tersebut akan menunjukkan tempat asal perdarahan.
Letak sekat rongga badan (diaphragma) dicatat yaitu membandingkan
tinggi diaphragma dengan iga-iga di garis midclaviculae.
MES
23
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
bidang pisau diletakkan tegak lurus, rawan costae dipotong mulai dari costa
ke dua ke arah caudal. Pemotongan ini dapat dilakukan dengan mudah pada
jenazah yang masih muda karena bagian rawan belum mengalami
penulangan. Dengan tangan kanan menekan punggung pisau, pisau
digerakan memotong rawan costae tersebut mulai dari costa ke dua sampai
daerah arcus costae. Pemotongan ini dilakukan pada kedua sisi tubuh.
Dilakukan pemotongan insersi otot-otot diaphragma yang melekat
pada sebelah bawah perlekatan sternum dengan pericardium, sehingga
sternum bagian bawah terbebas dari pericardium. Untuk melepaskan sternum
bagian atas, dilakukan terlebih dahulu pemotongan rawan costa pertama,
kemudian pisau memotong ke arah medial menyusuri tepi bawah tulang
selangka untuk mencapai sendi antara tulang selangka dan tulang dada
(articulatio sterno-clavicularis) dan memotongnya. Bila ini telah dilakukan
pada kedua sisi, maka sternum dapat dilepaskan dan akan tampak
pericardium sebelah depan di antara kedua paru-paru (Gambar 5).
MES
24
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan pengembangan
paru-paru. Pada orang dewasa, biasanya pericardium akan tampak selebar 5
cm di antara kedua tepi paru-paru. Pericardium yang tampak lebih sempit
menunjukan keadaan pengembangan paru-paru yang berlebih.
Dilakukan pemeriksaan adanya perlekatan antara paru-paru dengan
selaputnya (Gambar 6). Kemudian rongga paru diperiksa dengan
cara
MES
25
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
26
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
retroperitoneal, di distal ligamentum Treitz. Secara topografis, bagian
duodenum ini terletak caudal terhadap colon transversum (Gambar 8).
MES
MES
Pembukaan kepala
Pembukaan kepala dimulai dengan membuat irisan pada kulit kepala,
dimulai pada processus mastoideus, melingkari kepala ke arah vertex dan
berakhir pada processus mastoideus sisi lain (Gambar 11). Pada jenazah yang
lebat rambut kepalanya, sebaiknya sebelum dilakukan pengirisan pada kulit
kepala, dilakukan terlebih dahulu penyisiran pada rambut sehigga terjadi garis
belahan rambut sepanjang kulit kepala yang akan diiris tersebut. Pengirisan
30
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
MES
MES
MES
MES
Pemeriksaan organ-organ
Pemeriksaan organ-organ biasanya dimulai dari lidah, oesophagus,
trachea dan seterusnya sampai meliputi seluruh organ tubuh.
Lidah
Pada lidah perlu diperhatikan permukaan lidah, apakah terdapat
kelainan bekas gigitan, baik yang baru maupun yang lama. Bekas gigitan
yang berulang dapat ditemukan pada penderita epilepsi. Bekas gigitan ini
dapat pula terlihat pada penampang lidah. Pengirisan lidah sebaiknya tidak
sampai teriris putus, agar setelah selesai otopsi, jenazah masih tampak
berlidah utuh.
Tonsil
Perlu diperhatikan permukaan dan penampang tonsil, adakah selaput
atau gambaran infeksi. Tanda-tanda pernah dilakukannya tonsilectomi
kadang-kadang mambantu dalam identifikasi.
Thyroid
Untuk mempermudah pemeriksaan kelenjar thyroid, otot-otot leher
terlebih dahulu dilepaskan dari perlekatannya di sebelah belakang. Dengan
pinset bergigi pada tangan kiri, ujung bawah otot-otot leher dijepit dan sedikit
diangkat, dengan gunting pada tangan kanan, otot leher dibebaskan dari
bagian posterior. Setelah otot-otot leher ini terangkat, maka kelenjar thyroid
akan tampak jelas dan dapat dilepaskan dari perlekatannya pada rawan
thyroid dan trachea.
34
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Berat dan ukuran kelenjar thyroid dicatat. Dilakukan pemeriksaan
apakah permukaannya rata, warna, adanya perdarahan berbintik atau
resapan darah. Lakukan pengirisan di bagian lateral pada kedua baga kelenjar
thyroid dan catat perangai penampang kelenjar ini.
Oesophagus
Oesophagus dibuka dengan jalan menggunting sepanjang dinding
belakang dan diperhatikan adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir
serta kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan seperti strictura atau varices
(Gambar 15).
Trachea
Pemeriksaan dimulai pada permukaan atas trachea, dimulai pada
epiglottis, pita suara dan kotak suara. Pembukaan trachea dilakukan denan
melakukan pengguntingan dinding belakang (bagian jaringan ikat pada cincin
trachea), sedapat mungkin hingga ke ujung cabang bronchus kanan dan kiri.
Hal yang harus diperhatikan adalah adanya edema, benda asing, busa,
perdarahan dan keadaan selaput lendirnya.
35
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Paru-paru
Kedua paru-paru masing-masing diperiksa tersendiri. Pertama-tama
dilakukan pemeriksaan permukaan paru. Pada paru-paru yang mengalami
emphysema, dapat ditemukan cekungan bekas penekanan costae. Selain itu
dapat ditemukan resapan darah dan luka-luka; maupun bintik perdarahan
akibat aspirasi darah ke dalam alveoli, tampak pada permukaan paru sebagai
bercak berwarna merah hitam dengan batas tegas dan sebagainya. Perabaan
paru-paru yang normal terasa seperti beraba spons/karet busa. Pada paru-
paru dengan proses peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau keras.
36
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Penampang paru-paru diperiksa setelah melakukan pengirisan paru-paru yang
dimulai dari apex sampai ke basal, dengan tangan kiri memegang paru-paru
pada daerah hilus. Pada penampang paru-paru ditentukan warnanya serta
dicatat kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan.
Jantung
Jantung dilepaskan dari pembuluh-pembuluh besar yang keluar/masuk
ke jantung dengan jalan memegang apex jantung dan mengangkatnya serta
menggunting pembuluh-pembuluh tadi sejauh mungkin dari jantung. Hal
yang perlu diamati adalah besarnya jantung, dengan cara membandingkan
dengan kepalan tinju kanan jenazah. Perhatikan akan adanya resapan darah,
luka atau bintik-bintik perdarahan.
Jantung dibuka dengan mengikuti aliran darah (Gambar 16). Jantung
diletakan dengan permukaan ventral menghadap ke atas. Posisi ini
dipertahankan terus sampai otopsi jantung selesai. Vena cava superior dan
Gambar 16
Arah pembukaan jantung sesuai
MES dengan aliran darah
MES
Aorta toracalis
Pembukaan aorta dilakukan dengan menggunting dinding belakang
aorta toracalis, sehingga permukaan dinding dalam aorta tampak. Hal yang
harus diperhatikan adalah kemungkinan terdapatnya deposit kapur, atherom
atau pembentukan aneurysma. Kadang-kadang pada aorta dapat ditemukan
tanda-tanda kekerasan berupa resapan darah atau luka. Pada kasus kematian
bunuh diri dengan jalan menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, bila korban
mendarat dengan kedua kaki terlebih dahulu, seringkali ditemukan robekan
melintang pada aorta toracalis akibat daya deselerasi.
39
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Aorta abdominalis
Untuk dapat memeriksa aorta abdominalis, blok organ-organ perut dan
panggul diletakkan di atas meja potong dengan permukaan belakang
menghadap ke atas. Dilakukan pengguntingan dinding belakang aorta
abdominalis mulai dari tempat pemotongan hingga percabangan aa. iliaka
communis sinistra dan dextra. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya
perkapuran maupun atheroma, muara dari arteria, terutama muara
aa.renales sinistra dan dextra. Aa. renales dibuka sampai memasuki ginjal,
sehingga kelainan pada dinding pembuluh darah yang mungkin merupakan
dasar dideritanya hipertensi renal.
40
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
sehingga penampang akan melewati pelvis renis. Capsula dikupas dengan
menggunakan pinset bergigi. Pada ginjal yang normal, hal ini dapat dilakukan
dengan mudah, sedangkan pada ginjal yang mengalami proses peradangan
atau perdarahan, capsula mungkin akan melekat dan sukar dilepaskan
(Gambar 18).
MES
41
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
MES
42
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
dibuka dengan gunting untuk memperlihatkan selaput lendirnya yang seperti
beludru berwarna hijau-kuning. Saluran-salurannya dapat dibuka dengan
gunting kecil untuk memeriksa adanya sumbatan.
Genitalia
44
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
diperhatikan dan dicatat adalah ukuran, konsistensi sera kemungkinan
terdapatnya resapan darah atau kelainan lain. Selain itu diperhatikan pula
bentuk, konsistensi dan ukuran epididimis dan kelenjar prostat.
Pada jenazah wanita, hal yang harus perhatikan adalah bentuk serta
ukuran kedua ovarium, tubae Fallopii dan uterus. Pada uterus perlu
diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda-tanda kehamilan, perdarahan,
resapan darah ataupun luka-luka akibat partus maupun tindakan abortus
provocatus. Uterus dibuka dengan membuat irisan berbentuk huruf T pada
dinding depannya, melalui cervix hingga muara kedua tuba pada fundus
uteri. Pada rongga uterus diperhatikan keadaan selaput lendir, tebal dinding,
isi rongga rahim serta kemungkinan terdapatnya kelainan lain.
45
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD