Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Dalam

PEMERIKSAAN DALAM

Jenazah yang akan dibedah diletakan terlentang dengan bagian bahu


ditinggikan dengan sepotong balok kecil setinggi + 12 cm, sehingga kepala
akan berada dalam keadaan fleksi maksimal dan daerah leher tampak jelas.

Pembukaan batang tubuh


Insisi kulit dapat dilakukan dengan metode insisi I (Gambar 1), yaitu
mengikuti garis pertengahan badan mulai di bawah dagu, diteruskan ke arah
umbilicus dan melingkari umbilicus ini di sisi kiri dan seterusnya kembali
mengikuti garis pertengahan badan sampai di daerah symphisis pubis. Selain

MES

Gambar 1 Membuka rongga dada dan perut dengan insisi I

itu dapat dilakukan insisi Y berdasarkan pertimbangan kosmetik, khususnya


bagi jenazah non-Muslim. Insisi Y dimulai dari kedua puncak bahu ke arah
tengah batang tubuh, kurang lebih sejajar dengan claviculae, sehingga kedua
irisan bertemu di incissura jugularis , kemudian irisan diteruskan mengikuti
garis tengah badan ke arah umbilicus seperti halnya insisi I. Untuk
kepentingan forensik, insisi Y akan menimbulkan kesulitan pemeriksaan
daerah leher. Jika menurut pertimbangan dokter insisi I sangat diperlukan
untuk kepentingan pemeriksaan yang sempurna pada bagian leher, maka
sebaiknya tetap dilakukan insisi I. Pada daerah leher, insisi hanya mencapai
20
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
kedalaman setebal kulit saja, pada daerah dada, insisi kulit sampai kedalaman
mencapai permukaan tulang dada (sternum) sedangkan mulai di daerah
epigastrium, sampai menembus ke dalam rongga perut. Insisi pada dinding
perut biasanya dimulai pada daerah epigastrium dengan membuat irisan
pendek yang menembus sampai peritonieum. Dengan jari telunjuk dan jari
tengah tangan kiri yang dimaksudkan yang dimasukkan ke dalam lubang
insisi ini, maka dinding perut dapat diangkat keatas. Insisi diteruskan sampai
ke symphisis pubis. Di samping berfungsi untuk mengangkat dinding perut,
kedua jari tangan kiri tersebut berfungsi untuk memandu proses insisi dinding
perut agar organ-organ dalam rongga perut terhindar dari kemungkinan
teriris pisau (Gambar 2). Pada kasus yang memerlukan pemeriksaan kultur
bakteri dari peritoneum, maka insisi harus dilakukan secara aseptik dan
sampel diambil segera setelah dinding perut diinsisi.

MES
MES

Gambar 2 Insisi dinding abdomen.

Selanjutnya dibuat flap dinding dada dan perut dengan cara


memegang dinding perut bagian atas, ibu jari di dinding sebelah dalam,
kemudian dinding dada dilepaskan dengan dengan memulai irisan pada otot-
otot sepanjang arcus costae. Pelepasan dinding dada dilakukan terus ke arah
dada bagian atas sampai daerah tulang selangka dan ke samping sampai
21
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
garis ketiak depan. Pengirisan terhadap otot dilakukan dengan bagian perut
pisau dan bidang pisau tegak lurus terhadap otot. Dengan demikian, dinding
dada telah dibebaskan dari otot-otot leher yang berada di bawahnya (Gambar
3). Perhatian harus diberikan di daerah symphisis pubis, untuk
menghindarkan kemungkinan kandung kemih yang membesar tertusuk. Insisi
primer sudah lengkap. Perhatikan adanya tanda-tanda kekerasan maupun
kelainan-kelainan lainnya.

MES

Gambar 3 Memperlebar flap dinding dada dan perut

Pemeriksaan in situ dinding dada dan perut, rongga dada dan perut
Insisi yang baik dan lengkap akan memberi banyak informasi, misalnya
trauma jaringan lunak berupa hematoma subcutan. Dilakukan pula
pemeriksaan adanya patah tulang iga, pneumothorax maupun emphysema
subcutan yang berhubungan dengan trauma. Insisi bisa digunakan untuk
memperkirakan status gizi pasien, dengan cara memeriksa tebal lemak
subcutan bagian perut. Dinding perut sebelah dalam diperhatikan keadaan
selaput lendirnya. Pada selaput lendir yang normal, tampak licin dan halus
berwarna kelabu mengkilat. Pada kelainan peritonitis, akan tampak selaput
lendir yang tidak rata, keruh dengan fibrin yang melekat.

22
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Rongga perut diperiksa dengan mula-mula memperhatikan keadaan
alat-alat perut secara umum sebelum dilakukan pengangkatan organ.
Dilakukan pemeriksaan penyebaran tirai usus ( omentum), apakah menutupi
seluruh usus-usus kecil, ataukah mengumpul pada suatu tempat akibat
adanya kelainan setempat. Keadaan usus-usus secara umum diperiksa
terhadap adanya volvulus, intususepsi, infark, maupun tanda tanda
kekerasan. Bila jenazah telah mengalami operasi sebelumnya, perhatikan pula
bagian organ-organ dalam perut yang mengalami penjahitan, reseksi dan
tindakan-tindakan lainnya. Dilakukan pemeriksaan adanya cairan dalam
rongga perut, dan bila terdapat cairan dilakukan pencatatan jumlah serta sifat
cairan, apakah bersifat serous, purulen, darah atau cairan keruh. Daerah
dimana terbentuk bekuan darah harus dilihat dengan hati-hati, karena daerah
tersebut akan menunjukkan tempat asal perdarahan.
Letak sekat rongga badan (diaphragma) dicatat yaitu membandingkan
tinggi diaphragma dengan iga-iga di garis midclaviculae.

Pembukaan rongga dada


Rongga dada dibuka dengan cara mengiris rawan-rawan costae kurang
lebih di daerah midclaviculae (Gambar 4). Dengan bagian perut pisau dan

MES

Gambar 4 Memotong costae pada garis midclavicula untuk membuka dada

23
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
bidang pisau diletakkan tegak lurus, rawan costae dipotong mulai dari costa
ke dua ke arah caudal. Pemotongan ini dapat dilakukan dengan mudah pada
jenazah yang masih muda karena bagian rawan belum mengalami
penulangan. Dengan tangan kanan menekan punggung pisau, pisau
digerakan memotong rawan costae tersebut mulai dari costa ke dua sampai
daerah arcus costae. Pemotongan ini dilakukan pada kedua sisi tubuh.
Dilakukan pemotongan insersi otot-otot diaphragma yang melekat
pada sebelah bawah perlekatan sternum dengan pericardium, sehingga
sternum bagian bawah terbebas dari pericardium. Untuk melepaskan sternum
bagian atas, dilakukan terlebih dahulu pemotongan rawan costa pertama,
kemudian pisau memotong ke arah medial menyusuri tepi bawah tulang
selangka untuk mencapai sendi antara tulang selangka dan tulang dada
(articulatio sterno-clavicularis) dan memotongnya. Bila ini telah dilakukan
pada kedua sisi, maka sternum dapat dilepaskan dan akan tampak
pericardium sebelah depan di antara kedua paru-paru (Gambar 5).

MES

Gambar 5 Mengangkat sternum dengan memotong articulatio sterno-


claviculares

Pemeriksaan rongga dada in situ


Pertama-tama, dilakukan pemeriksaan letak paru-paru terhadap
pericardium yang tampak di antara kedua paru-paru. Pemeriksaan ini

24
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan pengembangan
paru-paru. Pada orang dewasa, biasanya pericardium akan tampak selebar 5
cm di antara kedua tepi paru-paru. Pericardium yang tampak lebih sempit
menunjukan keadaan pengembangan paru-paru yang berlebih.
Dilakukan pemeriksaan adanya perlekatan antara paru-paru dengan
selaputnya (Gambar 6). Kemudian rongga paru diperiksa dengan
cara

MES

Gambar 6 Memeriksa perlekatan pada pleura

menarik paru-paru ke arah medial dengan tangan, sehingga dapat dilihat


apakah terdapat cairan, darah atau kelainan-kelainan lainnya. Pericardium
dibuka dengan melakukan pengguntingan pada dinding depan mengikuti
bentuk huruf Y terbalik, sehingga dapat diperiksa apakah rongga pericardium
terisi oleh cairan atau darah serta jumlahnya (Gambar 7). Jika ada perlekatan,
kemungkinan telah terjadi proses inflamasi atau myocard infarct.

25
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam

Gambar 7 Membuka pericardium

Dilakukan pemeriksaan adanya luka pada mm. intercostales, paru-


paru, pericardium maupun pada permukaan luar jantung. Jika pada
pemeriksaan luar telah ditemukan luka terbuka yang menembus hingga
rongga dada, maka dilakukan konfirmasi pemeriksaan saluran luka.
Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan sonde tumpul dari
luar, ke dalam rongga, hingga ke organ-organ yang terkena benda/senjata
penyebab luka tersebut. Hal ini penting untuk memperkirakan dari arah mana
benda/senjata itu masuk, serta bentuk dan panjang benda/senjata penyebab
luka.

Pengangkatan organ-organ rongga perut dan dada


Pengangkatan usus
Untuk mempermudah proses pengangkatan organ-organ rongga dada
dan perut terlebih dahulu dilakukan pengangkatan usus. Dibuat dua ikatan
pada awal jejunum di dekat tempat menembusnya duodenum dari arah

26
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
retroperitoneal, di distal ligamentum Treitz. Secara topografis, bagian
duodenum ini terletak caudal terhadap colon transversum (Gambar 8).

Gambar 8 Menggunting duodenum untuk pengangkatan usus

Pengguntingan dilakukan di antara dua ikatan tersebut, agar isi duodenum


tidak tercecer.
Dengan tangan kiri memegang pada ujung distal dan mengangkatnya,
maka mesenterium yang melekatkan usus dengan pisau organ yang bidang
pisaunya diletakan tegak lurus pada usus dan digerakkan maju mundur
seperti gerakan menggergaji. Pengirisan demikian dilakukan sepanjang usus
halus sampai daerah ileum terminalis. Pada daerah coecum, pengirisan
dilakukan terhadap mesocolon dengan memotong mesocolon pada bagian
lateral dari colon ascendens. Pada daerah ini, pemotongan harus dilakukan
dengan hati-hati, lapis demi lapis agar ginjal kanan dan duodenum pars
retroperitonialis tidak teriris. Pada daerah colon transversum, perlekatan
antara colon dan lambung dilepaskan. Mesocolon kembali diiris di sebelah
lateral colon descenden dengan memisahkannya juga dari lien dan ginjal kiri.
Colon sigmoid dapat dilepaskan dari dinding rongga perut dengan memotong
mesocolon di bagian belakangnya. Rectum dipegang dengan tangan kanan,
27
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
mulai dari bagian distal dan mengurutnya ke arah proximal, agar isi rectum
dipindahkan ke arah colon sigmoid dan rectum dapat diikat dengan dua
ikatan, untuk kemudian diputus di antara dua ikatan tersebut. Sambil
melakukan pelepasan usus halus dan usus besar dapat dilakukan
pemeriksaan sepanjang usus tersebut untuk menemukan kelainan-kelainan
(Gambar 9). Setelah seluruh usus diangkat, kemudian organ-organ dalam
rongga mulut, dada, perut, dan panggul.

MES

Gambar 9 Pengangkatan usus dengan memotong


mesenterium

Pengangkatan organ-organ dalam rongga mulut dan dada


Pengeluaran organ-organ pada rongga mulut dan leher dimulai dengan
melakukan pengirisan insersi otot-otot dasar mulut pada permukaan
mandibula sebelah dalam. Irisan dimulai tepat di bawah dagu, menembus
rongga mulut dari bawah. Insisi diperlebar ke arah kanan maupun ke arah
kiri. Lidah ditarik de arah bawah sehingga dapat dikeluarkan melalui tempat
bekas irisan. Palatum molle kemudian diiris sepanjang perlekatannya dengan
palatum durum yang kemudian diteruskan ke arah lateral kanan dan kiri,
sampai bagian lateral kanan dan kiri, sampai bagian lateral plica pharingea.
Pemotongan diteruskan sampai ke permukaan depan dari tulang belakang
28
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
dan sedikit menarik alat-alat leher ke arah depan bawah, seluruh alat leher
dapat dilepaskan dari perlekatannya. Dilakukan pemotongan terhadap
pembuluh-pembuluh serta saraf-saraf yang berjalan di belakang os claviculae
dengan terlebih dahulu menggenggam pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf
tersebut. Lepaskan perlekatan antara paru-paru dengan dinding rongga dada,
bila perlu secara tajam.
Dengan tangan kanan memegang lidah dan dua jari tangan kiri yang
diletakkan pada sisi kanan dan kiri hilus paru-paru, alat-alat rongga dada
ditarik ke arah caudal sampai ke luar dari rongga paru-paru (Gambar 10).

MES

Gambar 10 Mengangkat organ-organ dada dan gaster

Oesophagus bagian caudal dilepaskan dari jaringan ikat sekitarnya, kemudian


dibuat dua ikatan di atas diaphragma. Oesophagus digunting di antara kedua
ikatan tersebut. Tangan kiri kini digunakan untuk menggenggam bagian
bawah alat-alat rongga dada tepat di atas diaphragma dan lakukan pengirisan
terhadap genggaman tersebut. Dengan demikian organ-organ tersebut dapat
dilekuarkan seluruhnya dari rongga dada.

Pemeriksaan daerah rongga mulut


Perhatikan keadaan rongga mulut dan catat kelainan-kelainan yang
mungkin terdapat, antara lain adanya benda asing dalam rongga mulut.
29
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Perhatikan pula langit-langit mulut, baik palatum durum maupun palatum
molle, untuk mencatat kelainan-kelainan yang ditemukan.

Pengangkatan organ-organ rongga perut dan panggul


Untuk melepaskan alat-alat rongga perut dan panggul, pengirisan
dimulai dengan memotong diaphragma dekat pada tempat insersi di dinding
rongga badan. Pengirisan diteruskan ke arah bawah, sebelah kanan dan kiri,
lateral dari masing-masing ginjal, sampai memotong arteriae iliaca communis.
Organ-organ rongga panggul dilepaskan dengan terlebih dahulu melepaskan
peritoneum di daerah symphisis, sehingga vesica urinaria serta organ-organ
lain dapat digenggam dalam tangan kiri. Pemotongan melintang dilakukan
dengan patokan setinggi kelenjar prostat pada jenazah laki-laki, atau setinggi
sepertiga proximal vagina pada jenazah perempuan. Vesica urinaria dan
jaringan ikat sekitarnya dilepaskan dengan cara tumpul dari symphisis pubis.
Organ-organ rongga panggul ini kemudian dilepaskan seluruhnya dari
perlekatan dengan sekitarnya dan dapat diangkat bersama-sama dengan alat
rongga perut yang telah dilepaskan terlebih dahulu. Biasanya organ-organ,
sebagian besar pembuluh darahnya dan jaringan lunak yang berhubungan en
block dapat dipindahkan. Organ blok ditempatkan pada meja dengan
penerangan yang baik dan papan pemotong.

Pembukaan kepala
Pembukaan kepala dimulai dengan membuat irisan pada kulit kepala,
dimulai pada processus mastoideus, melingkari kepala ke arah vertex dan
berakhir pada processus mastoideus sisi lain (Gambar 11). Pada jenazah yang
lebat rambut kepalanya, sebaiknya sebelum dilakukan pengirisan pada kulit
kepala, dilakukan terlebih dahulu penyisiran pada rambut sehigga terjadi garis
belahan rambut sepanjang kulit kepala yang akan diiris tersebut. Pengirisan

30
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam

MES

Gambar 11 Mengiris kulit kepala untuk membuat flap kulit kepala

dibuat sampai pisau mencapai periosteum. Kulit kepala kemudian dikupas, ke


arah depan sampai kurang lebih 1 2 cm di atas margo supraorbitalis,
kemudian ke arah belakang sampai sejauh protuberantia occipitalis externa ,
sehingga terbentuk flap ke arah depan dan belakang (Gambar 12).

MES

Gambar 12 Flap kulit kepala

Hal yang harus diperhatikan dan dicatat adalah kelainan-kelainan yang


terdapat baik pada permukaan kulit kepala maupun permukaan luar tulang
tengkorak. Kelainan yang bisa ditemukan adalah tanda-tanda kekerasan, baik
merupakan hematoma maupun retak pada tulang.
31
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Untuk membuka rongga tengkorak, dilakukan penggergajian tulang
tengkorak, melingkar di daerah frontal dengan jarak kurang lebih 1 2 cm di
atas margo supraorbitalis, di daerah temporal kurang lebih 1 2 cm di atas
daun telinga (Gambar 13). Pada daerah temporalis ini, penggergajian
dilakukan setelah m. temporalis dipotong dengan pisau tersebih dahulu.
Pemotongan m. temporalis dimaksudkan agar otot tersebut setelah selesai
pemeriksaan dapat digunakan sebagai tempat jahitan menyatukan kembali
atap tengkorak dengan bagian lain tengkorak tersebut. Pada daerah
temporalis penggergajian dilakukan melingkar ke arah belakang, kurang lebih
1 2 cm sebelah atas protuberantia occipitalis externa, dengan garis
penggergajian yang membentuk sudut kurang lebih 120 o dari garis
penggergajian terdahulu. Hal ini dilakukan agar setelah selesai pemeriksaan,
atap tengkorak dapat terpasang kembali dengan mudah. Agar penggergajian
tidak merusak jaringan otak, penggergajian harus dilakukan dengan hati-hati
dan dihentikan setelah terasa tebal tulang tengkorak telah terlampaui. Atap
tengkorak dapat dilepas dengan menggunakan pahat berbentuk T ( T-chisel)
maupun pahat (Gambar 13).

MES

Gambar 13 Memotong tengkorak

Setelah atap tengkorak dilepaskan, pertama-tama dilakukan


penciuman terhadap bau yang keluar sebab pada beberapa janis keracunan,
dapat tercium bau yang khas. Kemudian diperhatikan adanya kelainan pada
32
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
permukaan dalam atap tengkorak maupun pada duramater yang kini tampak.
Kelainan-kelainan dapat merupakan luka pada duramater, perdarahan
epidural atau kelainan lain. Duramater kemudian digunting mengikuti garis
penggergajian, dan daerah subdural dapat diperiksa terhadap adanya
perdarahan, pengumpulan nanah dan sebagainya (Gambar 14).

MES

Gambar 14 Memeriksa dan mengangkat otak

Otak dikeluarkan dengan pertama-tama memasukkan dua jari tangan


kiri di garis pertengahan daerah frontal, antara baga otak dan tulang
tengkorak. Dengan sedikit menekan baga frontal, akan tampak falks cerebri
yang dapat dipotong atau digunting sampai dasar tengkorak. Kedua jari
tangan kiri tersebut kemudian dapat sedikit mengangkat baga frontal dan
memperlihatkan nn.olfactorius, nn.opticus, yang kemudian dipotong sedekat
mungkin pada dasar tengkorak. Pemotongan lebih lanjut dapat dilakukan
pada aa.karotis interna yang memasuki otak, serta saraf-saraf otak yang
keluar pada dasar otak. Dengan memiringkan kepala jenazah ke salah satu
sisi, serta jari-jari tangan kiri sedikit mengangkat baga temporalis sisi yang
lain, tentorium cerebelli akan jelas tampak dan mudah dipotong. Dengan cara
yang sama, tentorium cerebelli sisi lainnya juga dipotong. Kemudian kepala
dikembalikan pada posisi semula dan batang otak dapat dipotong melintang
dengan memasukan pisau sejauh-jauhnya dalam foramen magnum. Dengan
33
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
tangan kiri menyangga daerah baga occipital, dua jari tangan kanan dapat
ditempatkan di sisi kanan dan kiri batang otak yang telah terpotong, untuk
kemudian menarik bagian bawah otak ini dengan gerakan memutar hingga
keluar dari rongga tengkorak.
Setelah otak dikeluarkan, duramater yang melekat pada dasar
tengkorak harus dilepaskan dari dasarnya, agar dapat diperhatikan adanya
kelainan-kelainan dasar tengkorak.

Pemeriksaan organ-organ
Pemeriksaan organ-organ biasanya dimulai dari lidah, oesophagus,
trachea dan seterusnya sampai meliputi seluruh organ tubuh.

Lidah
Pada lidah perlu diperhatikan permukaan lidah, apakah terdapat
kelainan bekas gigitan, baik yang baru maupun yang lama. Bekas gigitan
yang berulang dapat ditemukan pada penderita epilepsi. Bekas gigitan ini
dapat pula terlihat pada penampang lidah. Pengirisan lidah sebaiknya tidak
sampai teriris putus, agar setelah selesai otopsi, jenazah masih tampak
berlidah utuh.

Tonsil
Perlu diperhatikan permukaan dan penampang tonsil, adakah selaput
atau gambaran infeksi. Tanda-tanda pernah dilakukannya tonsilectomi
kadang-kadang mambantu dalam identifikasi.

Thyroid
Untuk mempermudah pemeriksaan kelenjar thyroid, otot-otot leher
terlebih dahulu dilepaskan dari perlekatannya di sebelah belakang. Dengan
pinset bergigi pada tangan kiri, ujung bawah otot-otot leher dijepit dan sedikit
diangkat, dengan gunting pada tangan kanan, otot leher dibebaskan dari
bagian posterior. Setelah otot-otot leher ini terangkat, maka kelenjar thyroid
akan tampak jelas dan dapat dilepaskan dari perlekatannya pada rawan
thyroid dan trachea.

34
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Berat dan ukuran kelenjar thyroid dicatat. Dilakukan pemeriksaan
apakah permukaannya rata, warna, adanya perdarahan berbintik atau
resapan darah. Lakukan pengirisan di bagian lateral pada kedua baga kelenjar
thyroid dan catat perangai penampang kelenjar ini.

Oesophagus
Oesophagus dibuka dengan jalan menggunting sepanjang dinding
belakang dan diperhatikan adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir
serta kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan seperti strictura atau varices
(Gambar 15).

MES Gambar 15 Pembukaan oesophagus

Trachea
Pemeriksaan dimulai pada permukaan atas trachea, dimulai pada
epiglottis, pita suara dan kotak suara. Pembukaan trachea dilakukan denan
melakukan pengguntingan dinding belakang (bagian jaringan ikat pada cincin
trachea), sedapat mungkin hingga ke ujung cabang bronchus kanan dan kiri.
Hal yang harus diperhatikan adalah adanya edema, benda asing, busa,
perdarahan dan keadaan selaput lendirnya.

35
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam

Os hyoid (tulang lidah), cartilago thyroidea (rawan tiroid) dan


cartilago cricoidea (rawan cincin)
Tulang lidah terlebih dahulu dilepaskan dari jaringan sekitarnya dengan
menggunakan pinset dan gunting. Hal yang harus diperhatikan adalah adanya
patah tulang dan resapan darah. Tulang lidah kadang-kadang patah unilateral
pada kasus pencekikan. Rawan tiroid dan rawan cincin seringkali juga
menunjukkan resapan darah pada kasus-kasus dengan kekerasan pada
daerah leher.

Arteria carotis interna


Arteria carotis interna biasanya tertinggal melekat pada permukaan
depan ruas tulang leher. Perlu diperhatikan adanya tanda kekerasan pada
sekitar arteria ini. Bila ada tanda-tanda kekerasan pada sekitar arteria ini,
dilakukan pembukaan arteria dengan menggunting dinding depannya,
sehingga tunica intima tampak dan kerusakan serta resapan darah dapat
terlihat.

Thymus (kelenjar kacangan)


Kelenjar kacangan biasanya telah berganti menjadi thymic fat body
pada orang dewasa, namun kadang-kadang masih dapat ditemukan. Kelenjar
kacangan terdapat melekat di sebelah atas pericardium. Pada permukaannya
perhatikan akan adanya perdarahan berbintik serta kemungkinan adanya
kelainan lain.

Paru-paru
Kedua paru-paru masing-masing diperiksa tersendiri. Pertama-tama
dilakukan pemeriksaan permukaan paru. Pada paru-paru yang mengalami
emphysema, dapat ditemukan cekungan bekas penekanan costae. Selain itu
dapat ditemukan resapan darah dan luka-luka; maupun bintik perdarahan
akibat aspirasi darah ke dalam alveoli, tampak pada permukaan paru sebagai
bercak berwarna merah hitam dengan batas tegas dan sebagainya. Perabaan
paru-paru yang normal terasa seperti beraba spons/karet busa. Pada paru-
paru dengan proses peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau keras.

36
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Penampang paru-paru diperiksa setelah melakukan pengirisan paru-paru yang
dimulai dari apex sampai ke basal, dengan tangan kiri memegang paru-paru
pada daerah hilus. Pada penampang paru-paru ditentukan warnanya serta
dicatat kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan.

Jantung
Jantung dilepaskan dari pembuluh-pembuluh besar yang keluar/masuk
ke jantung dengan jalan memegang apex jantung dan mengangkatnya serta
menggunting pembuluh-pembuluh tadi sejauh mungkin dari jantung. Hal
yang perlu diamati adalah besarnya jantung, dengan cara membandingkan
dengan kepalan tinju kanan jenazah. Perhatikan akan adanya resapan darah,
luka atau bintik-bintik perdarahan.
Jantung dibuka dengan mengikuti aliran darah (Gambar 16). Jantung
diletakan dengan permukaan ventral menghadap ke atas. Posisi ini
dipertahankan terus sampai otopsi jantung selesai. Vena cava superior dan

Gambar 16
Arah pembukaan jantung sesuai
MES dengan aliran darah

inferior dibuka dengan jalan menggunting dinding belakang vena-vena


tersebut. Aurikel kanan dibuka dengan gunting. Dengan pisau atau gunting
panjang, dilakukan pembukaan ventrikel jantung kanan sampai ujung pisau
37
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
menembus apex + cm di sisi kanan septum. Setelah itu, dilakukan
pengukuran lingkaran katup tricuspidal serta memeriksa keadaan katup,
apakah terdapat penebalan, benjolan atau kelainan lain. Tebal dinding
ventrikel kanan diukur dengan terlebih dahulu membuat irisan tegak lurus
pada dinding belakang ventrikel kanan ini, 1 cm di bawah katup. Pengirisan
dinding depan ventrikel kanan dilakukan mulai dari apex, menyusuri septum
dengan jarak cm, sampai ke arah dinding depan arteria pulmonalis.
Dilakukan pengukuran lingkaran katup semilunaris pulmonal dan penilaian
keadaan daun katupnya (Gambar 17).

MES

Gambar 17 Jantung yang telah dibuka

Pembukaan atrium dan ventrikel kiri dimulai dengan pengguntingan


dinding belakang vv.pulmonales, yang disusul dengan pembukaan aurikel kiri.
Dengan pisau atau gunting panjang apex jantung, sebelah kiri dari septum
ditusuk, lalu digunting pada jarak + cm sebelah kiri septum, sehingga
ventrikel kiri terbuka. Dilakukan pengukuran lingkaran katup mitral serta
penilaian terhadap keadaan katup. Tebal otot jantung sebelah kiri di ukur
38
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
pada irisan tegak yang dibuat 1 cm sebelah bawah katup pada dinding
belakang. Pengirisan dinding depan ventrikel kiri dilakukan dengan menyusuri
septum pada jarak cm, terus ke arah atas, sehingga membuka dinding
depan aorta. Dilakukan pengukuran lingkaran katup semilunaris aortae dan
penilaian daun katup.
Pada daerah katup semilunaris aortae dapat ditemukan dua muara aa.
coronaria sinistra dan dextra. Untuk memeriksa keadaan a. coronaria tidak
boleh menggunakan sonde, karena akan mendorong thrombus yang mungkin
terdapat. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan pengirisan melintang
dengan jarak masing-masing + 1 cm sepanjang jalannya pembuluh darah. A.
coronaria sinistra berjalan di sisi depan septum, dan a. coronaria dextra ke
luar dari dinding pangkal aorta ke arah belakang. Pada penampang irisan
perlu diperhatikan tebal dinding arteri, keadaan lumen serta kemungkinan
terdapatnya thrombus (Gambar 17).
Septum jantung dibelah untuk melihat kelainan-kelainan otot, baik
merupakan kelainan yang bersifat degeneratif (misalnya infark) maupun
bawaan.
Nilai pengukuran pada jantung normal orang dewasa adalah sebagai
berikut : ukuran jantung sebesar kepalan tinju kanan jenazah, berat sekitar
300 gr, ukuran lingkaran katup tricuspidal sekitar 11 cm, katup mitral sekitar
9,5 cm, lingkaran katup semilunaris pulmonal sekitar 7 cm dan katup aortal
sekitar 6,5 cm. Tebal otot kanan 3 5 mm, sedangkan otot kiri + 14 mm.

Aorta toracalis
Pembukaan aorta dilakukan dengan menggunting dinding belakang
aorta toracalis, sehingga permukaan dinding dalam aorta tampak. Hal yang
harus diperhatikan adalah kemungkinan terdapatnya deposit kapur, atherom
atau pembentukan aneurysma. Kadang-kadang pada aorta dapat ditemukan
tanda-tanda kekerasan berupa resapan darah atau luka. Pada kasus kematian
bunuh diri dengan jalan menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, bila korban
mendarat dengan kedua kaki terlebih dahulu, seringkali ditemukan robekan
melintang pada aorta toracalis akibat daya deselerasi.

39
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
Aorta abdominalis
Untuk dapat memeriksa aorta abdominalis, blok organ-organ perut dan
panggul diletakkan di atas meja potong dengan permukaan belakang
menghadap ke atas. Dilakukan pengguntingan dinding belakang aorta
abdominalis mulai dari tempat pemotongan hingga percabangan aa. iliaka
communis sinistra dan dextra. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya
perkapuran maupun atheroma, muara dari arteria, terutama muara
aa.renales sinistra dan dextra. Aa. renales dibuka sampai memasuki ginjal,
sehingga kelainan pada dinding pembuluh darah yang mungkin merupakan
dasar dideritanya hipertensi renal.

Glandula suprarenales (anak ginjal)


Kedua anak ginjal akan mudah ditemukan jika blok alat-alat rongga
perut dan panggul belum terpisah-pisah. Anak ginjal kanan terletak di bagian
medio-cranial kutub atas ginjal kanan, tertutup oleh jaringan lemak, berada
antara permukaan belakang hati dan permukaan bawah diaphragma. Untuk
menemukan anak ginjal sebelah kanan ini, pertama-tama digunting otot
diaphragma sebelah kanan. Pada tempat tersebut jaringan lemak dipisahkan
secara tumpul dengan tangan, atau dengan pinset dan gunting, sehingga
akan tampak anak ginjal yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, berbentuk
trapesium tipis. Anak ginjal kemudian dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan
diperiksa terhadap adanya kelainan ukuran maupun resapan darah. Anak
ginjal kiri terletak di bagian medio-cranial kutub atas ginjal kiri, tertutup
jaringan lemak, terletak antara pancreas bagian caudal dan diaphragma.
Dalam keadaan normal penampang anak ginjal akan jelas menampakkan
cortex dan medulla.

Ginjal, ureter dan vesica urinaria


Kedua ginjal masing-masing diliputi oleh jaringan lemak yang dikenal
sebagai capsulae adipose renis. Adanya trauma yang mengenai daerah ginjal
sering kali menyebabkan resapan darah pada capsula. Dengan melakukan
pengirisan di bagian lateral capsul, maka ginjal dapat dibebaskan. Untuk
pemeriksaan lebih lanjut, ginjal digenggam pada tangan kiri dengan pelvis
renis dan ureter terletak di antara telunjuk dan jari tengah. Irisan pada ginjal
dibuat dari arah lateral ke medial, diusahakan tepat di bidang tengah

40
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
sehingga penampang akan melewati pelvis renis. Capsula dikupas dengan
menggunakan pinset bergigi. Pada ginjal yang normal, hal ini dapat dilakukan
dengan mudah, sedangkan pada ginjal yang mengalami proses peradangan
atau perdarahan, capsula mungkin akan melekat dan sukar dilepaskan
(Gambar 18).

MES

Gambar 18 Pembukaan ginjal

Hal yang perlu diperiksa adalah permukaan ginjal terhadap kelainan


berupa resapan darah, luka-luka atau kista retensi. Pada penampang ginjal,
perlu diperhatikan gambaran cortex dan medulla ginjal. Pelvis renis
diperhatikan terhadap adanya batu ginjal,peradangan, nanah dan sebagainya.
Ureter dibuka dengan meneruskan pembukaan pada pelvis renis, terus
sampai mencapai vesica urinaria. Perhatikan ukuran penampang, isi saluran,
keadaan mucosa serta kemungkinan terdapatnya batu.
Vesica urinaria dibuka dengan jalan menggunting dinding depannya
mengikuti bentuk huruf Y, sehingga isi serta selaput lendirnya dapat dinilai
(Gambar 19).

41
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam

MES

Gambar 20 Pembukaan vesica urinaria

Hepar dan vesica fellea (hati dan kandung empedu)


Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang pada keadaan
biasa menunjukkan permukaan yang rata dan licin, berwarna merah coklat.
Kelainan yang mungkin tampak berupa jaringan ikat, kista-kista kecil,
permukaan yang bebenjol-benjol bahkan abses. Pada perabaan, hati normal
memberikan perabaan yang kenyal dan tepinya tajam. Untuk memeriksa
penampang hati, dibuat irisan-irisan melintang pada punggung hati dengan
jarak + 2 cm. Dalam keadaan normal pada penampang tampak jelas
gambaran jaringan hati. Sedangkan pada hati yang telah lama mengalami
bendungan, dapat ditemukan gambaran hati pala; dapat pula ditemukan
abses, kista dan tumor.
Kandung empedu diperiksa ukurannya serta diraba akan kemungkinan
terdapatnya batu empedu. Untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada
saluran empedu, dapat dilakukan pemeriksaan dengan jalan menekan
kandung empedu ini sambil memperhatikan muaranya pada duodenum
(papilla vateri). Bila tampak cairan coklat-hijau keluar dari muara tersebut, ini
menandakan saluran empedu tidak tersumbat. Kandung empedu kemudian

42
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
dibuka dengan gunting untuk memperlihatkan selaput lendirnya yang seperti
beludru berwarna hijau-kuning. Saluran-salurannya dapat dibuka dengan
gunting kecil untuk memeriksa adanya sumbatan.

Lien (limpa) dan kelenjar lymphe


Limpa dilepaskan dari sekitarnya menggunakan gunting. Dalam
keadaan normal permukaan limpa berkeriput, berwarna ungu dengan
perabaan lunak-kenyal. Penampang limpa diperiksa dengan cara membuat
irisan. Penampang limpa normal memperlihatkan gambaran limpa yang jelas,
berwarna coklat kemerahan. Limpa diukur beratnya serta dilakukan
pemeriksaan terhadap adanya pembesaran kelenjar lymphe.

Gaster dan saluran intestinal


Lambung dibuka dengan gunting pada curvatura mayor. Isi lambung
ditampung dalam botol plastik bersih untuk diukur jumlahnya dan diperiksa
isinya dan disimpan jika diperlukan untuk pemeriksaan toksikologi. Selaput
lendir lambung diperiksa terhadap kemungkinan adanya erosi, ulserasi
maupun resapan darah.
Usus-usus diukur menurut jenisnya, kemudian dibuka memanjang
dengan gunting sambil isinya dibuang dan dicuci, sehingga dinding lumen
dapat diperiksa terhadap adanya kelainan-kelainan.

Pancreas (kelenjar liur perut)


Pancreas dilepaskan dari jaringan sekitarnya. Dalam keadaan normal
warnanya kelabu agak kekuningan, dengan permukaan yang berbelah-belah
dan pada perabaan terasa kenyal. Pancreas diukur beratnya, dan salurannya
dibuka menggunakan gunting kecil berujung runcing, terutama jika ada
kemungkinan sumbatan.

Cerebrum, cerebellum dan medulla oblongata (otak besar, otak kecil


dan batang otak)
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan permukaan luar otak, sehingga
dapat dilihat apakah terdapat perdarahan subdural, perdarahan subarachnoid,
contusio maupun laserasi jaringan otak. Pada oedema cerebri akan tampak
bahwa gyri mendatar dan sulci tampak menyempit. Tanda pernah adanya
43
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
penekanan akan menyebabkan sebagian permukaan otak menjadi datar.
Pada daerah ventral dilakukan pemeriksaan circulus Willisi, yaitu keadaan
pembuluh darah, adanya penebalan dinding akibat atheroma, apakah
terdapat penipisan dinding akibat aneurysma, maupun perdarahan. Bila
terdapat perdarahan yang masif, perlu diusahakan agar sumber perdarahan
dapat ditemukan. Bentuk cerebellum perlu dinilai, karena pada keadaan
peningkatan tekanan intracranial dapat terjadi herniasi cerebellum ke arah
foramen magnum, sehingga bagian depan bawah cerebellum tampak
menonjol.
Cerebri dan cerebellum dipisahkan dengan melakukan pemotongan
pada pedunculi cerebri. Medulla oblongata dipisahkan dari cerebellum dengan
melakukan pemotongan pada pedunculi cerebelli. Cerebri diletakkan dengan
bagian ventral menghadap pemeriksa, kemudian dilakukan pemotongan otak
besar secara coronal (melintang). Tempat pemotongan haruslah sedemikian
rupa agar struktur penting dalam otak besar dapat diperiksa dengan teliti.
Kelainan-kelainan yang dapat ditemukan pada penampang cerebri
antara lain: perdarahan pada cortex akibat contusio cerebri; bintik-bintik
perdarahan pada substansia alba akibat emboli atau keracunan barbiturat
serta keadaan-keadaan lain yang menimbulkan hipoksia jaringan otak, infark
jaringan otak akibat gangguan pendarahan arteri; abses; dan perdarahan
intracerebral akibat pecahnya a.lenticulostriata pada daerah capsula interna.
Penampang cerebellum diperiksa dengan membuat irisan melintang.
Kelainan-kelainan yang mungkin tampak untuk dicatat adalah perdarahan,
perlunakan dan sebagainya.
Batang otak diiris melintang mulai pada daerah pons, medulla
oblongata sampai ke bagian proximal medulla spinalis. Hal yang harus
diperhatikan adalah kemungkinan terdapatnya perdarahan, karena
perdarahan di daerah batang otak biasanya mematikan.

Genitalia

Pada jenazah laki-laki, testis dapat dilekuarkan dari scrotum melalui


rongga perut, dan tidak dibuat irisan baru pada scrotum. Hal yang harus

44
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD
Pemeriksaan Dalam
diperhatikan dan dicatat adalah ukuran, konsistensi sera kemungkinan
terdapatnya resapan darah atau kelainan lain. Selain itu diperhatikan pula
bentuk, konsistensi dan ukuran epididimis dan kelenjar prostat.

Pada jenazah wanita, hal yang harus perhatikan adalah bentuk serta
ukuran kedua ovarium, tubae Fallopii dan uterus. Pada uterus perlu
diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda-tanda kehamilan, perdarahan,
resapan darah ataupun luka-luka akibat partus maupun tindakan abortus
provocatus. Uterus dibuka dengan membuat irisan berbentuk huruf T pada
dinding depannya, melalui cervix hingga muara kedua tuba pada fundus
uteri. Pada rongga uterus diperhatikan keadaan selaput lendir, tebal dinding,
isi rongga rahim serta kemungkinan terdapatnya kelainan lain.

Setelah pemeriksaan dalam selesai, maka perlu dipertimbangkan


terlebih dahulu kemungkinan diperlukannya pengambilan potongan jaringan
untuk pemeriksaan histopatologi maupun toksikologi. Jika tidak ada hal lain
yang diperlukan, seluruh organ dikembalikan ke tempat semula, dan jenazah
ditutup kembali sebaik-baiknya.

45
Diktat Otopsi Forensik/Bagian Forensik FK UNPAD

Anda mungkin juga menyukai