Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG

DIRAWAT DI RUMAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN BANJARMASIN


DAN LANSIA YANG DIRAWAT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA
BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

Fhicholy Davied Vanrio1 2 3


, Theresia Ivana , Luckyta Ibna Permana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin
fdaviedv@gmail.com

INTISARI

Latar Belakang : Stres adalah kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang membebani
kemampuan adaptasi individu, terutama berupa beban emosional dan kejiwaan. Lingkungan sangat
berperan penting dalam stresor terjadinya stres. Lingkungan lansia di panti dan di rumah jika tidak
sesuai dengan kebutuhan lansia dapat menimbulkan stres pada lansia sehingga dapat berdampak pada
kesehatan lansia.
Tujuan Penelitian : Mengidentifikasi perbedaan tingkat stres pada lansia yang dirawat dirumah
wilayah kerja puskesmas pelambuan banjarmasin dan lansia yang dirawat di PSTW budi sejahtera
banjarbaru.
Metode : Jenis penelitian Comparative Study. Sampel dalam penelitian ini lansia yang bertempat
tinggal dirumah dan di PSTW, pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan jumlah sampel 60 responden dengan rasio 1:1 di tempat tinggal lansia
yang berbeda dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan analisis tabel distribusi
frekuensi dan uji statistik Mann Whitney U.
Hasil : Menunjukkan lansia bertempat tinggal di rumah mayoritas mengalami stres ringan sebanyak
16 lansia (53,33%). Lansia yang bertempat tinggal di PSTW mayoritas mengalami stres sedang
sebanyak lansia 20 lansia (83,33%). Uji statistik Mann Whitney U didapatkan nilai P value sebesar
0,034 yang berarti nilai P value lebih kecil dari nilai alpha (p < ) dengan = 0,05, Jadi nilai Sig atau
nilai P value sebesar 0,034 < 0,05 yang artinya Ho ditolak.
Kesimpulan : Adanya perbedaan tingkat stres pada lansia yang dirawat di rumah wilayah kerja
puskesmas pelambuan banjarmasin dan lansia yang dirawat di PSTW budi sejahtera banjarbaru
provinsi kalimantan selatan tahun 2017

Kata Kunci : Tingkat stres, lansia dirawat di rumah, lansia dirawat di PSTW

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 1


DIFFERENCES ON STRESS LEVEL OF ERDERLY LIVING AT HOME WORKING
AREAS OF PELAMBUAN COMMUNITY HEALTH CENTERS BANJARMASIN AND
ERDERLY LIVING AT BUDI SEJAHTERA ELDERLY SOCIAL SERVICE UNIT
BANJARBARU SOUTH KALIMANTAN PROVINCE IN 2017

Vanrio Davied Fhicholy1 2 3


, Ivana Theresia ,Permana Ibna Luckyta
ABSTRACT
Background : Stress is external event and circumstances that weighed the individuals environmental
adaptation ability, especially in the form of emotional and psychological burden. The environment
plays an important role in s tress stressors. The environment at elderly social service unit and at home
if not corresponding with elderly necessities will make stress in elderly so it can affect to health of the
elderly.
The Study Aim : Identify differences differences on stress level of erderly living at home working
areas of Pelambuan community health centers Banjarmasin and erderly living at Budi Sejahtera
elderly social service unit Banjarbaru.
Method : The study was a comparative study. Sample in this study a erderly living at home and at
elderly social service unit, sample take use purposive sampling technique with quantity sample 60
Respondents with ratio 1:1 at differences erderly living use Questionnaire. Data analysis using
frequency distribution table analysis and statistical test Mann - Whitney U.
Results : Showing level stress elderly living at home the highest experienced mild stress with 16
elderly (53,33%). Level stress elderly living at elderly social service unit the highest experienced
Moderate stress with 20 elderly (83,33%). Statistical test Mann - Whitney U got P value 0,032 that
swohing P value smaller to alpha (p < ) with = 0,05, so Sig value or P value 0,032 < 0,05 it mean
Ho to rejected.
Conclusion : Have differences on stress level of erderly living at home working areas of Pelambuan
community health centers Banjarmasin and erderly living at Budi Sejahtera elderly social service
unit banjarbaru south kalimantan province in 2017

Keywords : Stress Level, Erderly at Home, Erderly at Elderly Social Service Unit
PENDAHULUAN
Kondisi kehidupan yang penuh dengan tantangan membawa muatan tersendiri dalam
mempengaruhi kondisi individu baik kondisi fisiologis maupun psikologis. Bahasan tentang stres
semakin marak seiring dengan banyaknya keluhan dan penyakit fisik maupun psikologis yang
sebenarnya sebagai respon stres itu sendiri. Menurut Robert S. Fieldman dalam Hawari (2011) stress
adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang,
ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif
dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang
menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.
Stres menurut Hawari (2011) adalah reaksi atau respon terhadap stressor psikososial yang
berupa tekanan mental atau beban kehidupan. Stressor psikososial pada lansia adalah setiap keadaan
atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa
untuk mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulangi nya. Namun, tidak semua
orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut, sehingga timbulah keluhan-
keluhan antara lain berupa stress, cemas dan depresi.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan nya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Meskipun usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 2


pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang
tidak proporsional.
WHO dan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab 1 Pasal Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi ransangan dari dalam
dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. Lanjut
Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan oranang lain.
Lanjut usia potensial biasanya hidup dirumah sendiri atau tidak tinggal dipanti werdha.
Mereka, masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya.
Lanjut usia tidak potensial membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari hari. Bagi mereka yang masih memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya.
Bagi yang tidak memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar biasanya menjadi penghuni panti werda
dan biasanya mereka tinggal disana sampai akhir hidupnya.
Saat ini, Panti Werdha tidak pernah sepi penghuni. Tidak hanya mereka yang terlantar atau
yang tidak punya keluarga yang menjadi penghuni panti, tetapi juga yang mempunyai anank dan
saudara. Banyak diantara penghuni panti yang memiliki anak atau saudara, tetapi mereka tidak
mampu merawat keberadaan orang tua atau saudaranya yang sudah lansia. Mereka merasa sulit untuk
menafkahi istri dan anak anaknya sehingga orang tuanya dengan sukarela dititipkan untuk menjadi
penghuni panti werdha.
Kebanyakan lansia mengalami stres jika tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan kondisi
yang sangat menurun sehingga lansia kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung
pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan
masa tua merupakan masa hidup terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari hari lagi
sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua merupakan masa yang kurang menyenangkan (Nugroho,
2008). Dampak stres pada lansia bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan gangguan fisik
seperti: sakit kepala, tidur tidak teratur, sakit punggung, urat urat tegang, tekanan darah tinggi atau
serangan jantung, berubah selera makan, mudah lelah, bertambah banyak melakukan keliruan.
Gangguan psikologis seperti: gelisah dan cemas, sedih, depresi, menangis, suasana hati sering
berubah ubah, cepat marah, rasa harga diri menurun, madah tersinggung, dan gampang menyerah.
Gangguan sosial seperti : kehilangan kepercayaan kepada orang lain mudah menyaklahkan orang lain,
mudah membatalkan janji, suka mencari cari kesalahan orang lain, dan mendiamkan atau memusuhi
orang lain (Insriana, 2008).
Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau
lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun
adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring
dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hiup
orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi
71 tahun. Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun
2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada
tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015).
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta
jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun
2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai
28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020
diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000 (Kemkes, 2013).
Hasil studi pendahuluan pertama yang peneliti lakukan didapatkan jumlah populasi lansia dari
Dinas Kesehatan Kota Banjamasin ditahun 2016 berjumlah 49.072 jiwa dengan jumlah laki laki
20.655 jiwa (42,09 %) dan perempuan 28.417 jiwa (57,90 %) dan jumlah lansia terbanyak ada di area
Kelurahan Pelambuan dengan jumlah lansia 3.136 jiwa diantaranya laki laki 1.362 jiwa (43,43 %)
dan perempuan 1.774 jiwa (56,56 %), serta wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin di

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 3


Posyandu Lansia Dahlia berjumlah 97 jiwa dengan jumlah laki laki 22 (22,68 %) jiwa dan
Perempuan 75 jiwa (77,31 %). Hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 kepada 10 lansia
saat posyandu lansia di Puskesmas Pelambuan didapatkan 3 (30 %) lansia mengatakan sering merasa
bosan dan jenuh tidak semangat, 2 (20 %) lansia mengeluhkan masalah kehidupan dan perekonomian,
2 (20 %) lansia mengatakan sering memikirkan penyakitnya dan sering sakit sakitan.
Hasil studi pendahuluan kedua yang peneliti lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru didapatkan data jumlah lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera sebanyak 110 Jiwa dengan jumlah laki laki 59 (53,63 %) jiwa dan perempuan 51 (46,36
%) jiwa. Hasil wawancara pada tanggal 26 November 2016 kepada 10 lansia, di dapatkan 7 (70 %)
lansia mengatakan merasa bosan, sering memikirkan masalah kehidupan dan jatuh sakit, tidak ada
nafsu makan, kadang kadang merasa emosi sesaat, merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, dan sering
lupa, dan 3 (30 %) lansia merasa aman dan nyaman, normal seperti biasanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tentang
perbedaan tingkat stres lansia yang dirawat dirumah dan yang dirawat di panti sosial Panti Jompo.

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan
Comparative Study. Menurut Notoadmodjo (2010), comparative study adalah penelitian yang
dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk
mencari faktor atau situasi yang menyebabkan perbedaan atau persamaan. Studi ini dimulai
dengan mengumpulkan fakta tentang faktor yang menyebabkan gejala tertentu kemudian
dibandingkan dengan stuasi lain. Pada studi perbandingan Comparative Study dapat melibatkan
dua atau lebih kelompok.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda berhubungan dengan jenis penelitian
studi perbandingan Comparative Study, yaitu di Kelurahan Pelambuan Banjarmasin wilayah
kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin dan di Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.
Penelitian dilakukan dari tanggal 20 Febuari 2016 29 Maret 2017, yang dimulai dari penyusunan
proposal penelitian sampai dengan penyusunan akhir laporan penelitian.

C. Populasi

Populasi pada penelitian terdiri dari 2 populasi yaitu seluruh lansia yang tinggal di
Kelurahan Pelambuan Banjarmasin wilayah kerja Puskesmas Pelambuan di posyandu lansia dahlia
dengan jumlah 97 jiwa dengan jumlah laki laki 22 jiwa dan perempuan 75 jiwa dan lansia yang
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dengan jumlah 110 Jiwa dengan
jumlah laki laki 59 jiwa dan perempuan 51 jiwa.

D. Sampel

Sampel diambil didua tempat yang berbeda dan harus memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah dibuat peneiti. Sampel pertama diambil di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan
Banjarmasin Posyandu Lansia Dahlia dan sampel yang kedua akan diambil di Panti Sosial Tresna
Budi Sejahtera Banjarbaru.

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 4


Sampel dipilih dan dijadikan responden dengan tekhnik Porposive sampling di dua tempat
yang sudah ditentukan peneliti. Berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi diperoleh sampel
60 responden dengan rasio 1:1, dimana untuk di rumah wilayah kerja Puskesmas Pelambuan
berjumlah 30 respoden dan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera 30 responden.

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel


penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung jenis datanya.
f
P= =100
n

2. Analisa Bivariat
Analisa statistik non parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis comperative study
dengan menggunakan uji Mann-Whitney U Test. Hipotesis null (Ho) ditolak jika nilai nilai P
value lebih kecil dari nilai alpha (p < ) dan (Hipotesis null) Ho gagal ditolak jika nilai P
value lebih besar dari nilai alpha (p > ) dengan tingkat kepercayaan 95%, dan tingkat
signifikan 5 %.

HASIL
A. Kriteria Responden
1. Karakteristik Responden lansia yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Banjarmasin di Posyandu Dahlia Bulan Maret 2017.

Tabel 1

No Karakteristik n (%)
Responden
1 Umur
a. 45 59 Tahun 5 17 %
b. 60 74 Tahun 16 53 %
c. 75 90 Tahun 9 30 %
d. > 90 Tahun

Total 30 100 %
2 Jenis Kelamin
a. Laki laki 14 47 %
b. Perempuan 16 53 %
a.
Total 30 100 %

3 Tingkat
Pendidikan
a. Tidak Sekolah 2 7%
b. SD 14 47 %
c. SLTP 7 23 %
d. SLTA 7 23 %
Total 30 100 %

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 5


4 Status
Perkawinan
a. Belum 25 83 %
Menikah 5 17 %
b. Menikah
c. Janda/Duda
Total 30 100 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi karakteristik responden berdasarkan umur berusia 45


59 tahun sebanyak 5 lansia (17%), berusia 60 74 tahun yaitu sebanyak 16 lansia (53%),
berusia 75 90 tahun yaitu sebanyak 9 lansia (30%), dengan jumlah jenis kelamin laki laki
sebanyak 14 lansia (47%), dan perempuan sebanyak 16 lansia (53%). Pada tingkat pendidikan
lansia yang tidak bersekolah sebanyak 2 lansia (7%), SD sebanyak 14 lansia (47%), SLTA
sebanyak 7 lansia (23%), dan SLTA sebanyak 7 lansia (23%). Status perkawinan pada lansia
yang menikah sebanyak 25 lansia (83%), dan janda/duda sebanyak 5 lansia (17%).

2. Karakteristik Responden lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru Bulan Maret 2017

Tabel 2

No Karakteristik n (%)
Responden
1 Umur
a. 45 59 Tahun 2 7%
b. 60 74 Tahun 17 56 %
c. 75 90 Tahun 11 37 %
d. > 90 Tahun
Total 30 100 %
2 Jenis Kelamin
a. Laki laki 18 60 %
b. Perempuan 12 40%

Total 30 100 %
3 Tingkat Pendidikan
a. Tidak Sekolah 1 3%
b. SD 17 57 %
c. SLTP 5 17 %
d. SLTA 7 23 %
Total 30 100 %
4 Status Perkawinan
a. Belum Menikah
b. Menikah 4 13 %
c. Janda/Duda 26 87 %
Total 30 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi karakteristik responden berdasarkan umur berusia 45


59 tahun sebanyak 2 lansia (7%), berusia 60 74 tahun yaitu sebanyak 17 lansia (56%),
berusia 75 90 tahun yaitu sebanyak 11 lansia (37 %), dengan jumlah jenis kelamin laki laki
sebanyak 18 lansia (60%), dan perempuan sebanyak 12 lansia (40%). Pada tingkat pendidikan
lansia yang tidak bersekolah sebanyak 1 lansia (3%), SD sebanyak 17 lansia (57%), SLTP

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 6


sebanyak 5 lansia (17%), dan SLTA sebanyak 7 lansia (23%). Status perkawinan pada lansia
yang menikah sebanyak 4 lansia (13%), dan janda/duda sebanyak 26 lansia (87%).

B. Analisa Univariat
1. Tingkat Stres Pada Lansia Yang Dirawat Dirumah Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Banjarmasin

Tabel 3

No Tingkat Stres N %
1 Stres Ringan 16 54 %
2 Stres Sedang 13 43 %
3 Stres Berat 1 3%
Total 30 100 %

menunjukkan bahwa tingkat stres pada lansia yang bertempat tinggal dirumah wilayah kerja
Puskesmas Pelambuan Banjarmasin di Posyandu Dahlia Bulan Maret 2017 mengalami stres
ringan dengan jumlah 16 lansia (54%), sedangkan stres sedang sebanyak 13 lansia (43%) dan
yang mengalami stres berat sebanyak 1 lansia (3%). Data tersebut menunjukkan bahwa lansia
yang bertempat tinggal di rumah wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin di
Posyandu Dahlia Bulan Maret 2017 mengalami stres ringan.

2. Tingkat Stres Pada Lansia Yang Dirawat Dipanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru Bulan Maret 2017

Tabel 4

No Tingkat Stres n (%)


1 Stres Ringan 4 14 %
2 Stres Sedang 25 83%
3 Stres Berat 1 3%
Total 30 100 %

Menunjukkan bahwa tingkat stres pada lansia yang bertempat tinggal Dipanti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Bulan Maret 2017 mengalami stres ringan dengan jumlah
4 lansia (14%), sedangkan stres sedang sebanyak 20 lansia (83%) dan yang mengalami stres
berat sebanyak 1 lansia (3%). Data tersebut menunjukkan bahwa lansia yang bertempat
tinggal di rumah wilayah kerja Dipanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
Bulan Maret 2017 mengalami stres sedang.

C. Analisa Bivariat

Tabel berikut ini adalah tabel yang menunjukan tentang Perbedaan Tingkat Stres Lansia Yang
Dirumah Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin Dan Lansia Yang Dirawat Dipanti
Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 dengan
menggunakan uji statistik Mann Whitney U.

1. Mean Rank Kelompok Lansia Yang Dirumah Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin
Dan Lansia Yang Dirawat Dipanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

Tabel 5

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 7


Ranks
Sum of
Group N Mean Rank Ranks

Tingkat 1. Rumah 30 25.68 770.50


Stres
2. PSTW 30 35.32 1059.50

Total 60

Menunjukan mean rank atau rata rata peringkat tiap kelompok, dimana semakin tinggi nila rata
rata menunjukan semakin tinggi nilai stres pada lasia dengan total sampel sebanyak 60 lansia yang
masing masing kelompok diambil 30 lansia sebagai responden dalam penelitian, yaitu pada
kelompok lansia yang dirawat dirumah wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin di
Posyandu Dahlia pada bulan Maret 2017 menunjukan nilai rata rata 25,68. Sedangkan pada
kelompok lansia yang dirawat di Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru pada bulan Maret 2017
menunjukan nilai rata rata 35,32.

2. Test Statistics Perbedaan Tingkat Stres Lansia Yang Dirumah Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan Banjarmasin Dan Lansia Yang Dirawat Dipanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru

Tabel 6
Test Statisticsa
Nilai Stres
Mann-Whitney U 305.500
Wilcoxon W 770.500
Z -2.148
Asymp. Sig. (2-
.032
tailed)

Tabel diatas menunjukan untuk nilai U sebesar 305,500 dan nilai W sebesar 770,500
apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya -2,148 maka nilai Sig atau P value sebesar
0,032.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang bertempat tinggal di rumah wilayah
kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin mengalami stres ringan sebanyak 16 lansia (54%),
sedangkan lansia yang bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru mengalami stres sedang sebanyak 20 lansia (83%).
Hasil menggunakan uji Statistik mengunakan Mann-Whitney U didapatkan nilai
P value sebesar 0,032 yang berarti nilai P value lebih kecil dari nilai alpha (p < )
dengan = 0,05, Jadi nilai Sig atau nilai P value sebesar 0,032 < 0,05 sehingga terdapat
perbedaan tingkat stres lansia yang dirumah wilayah kerja Puskesmas Pelambuan
Banjarmasin dan lansia yang dirawat Dipanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru Tahun 2017.

KESIMPULAN

Penelitian Perbedaan Tingkat Stres Lansia Yang Dirumah Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan Banjarmasin Dan Lansia Yang Dirawat Dipanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru, sesuai dengan tujuan penelitian didapatkan kesimpulan bahwa :

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 8


a. Tingkat stres pada lansia yang dirawat di rumah wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin
diposyandu Dahlia yang tertinggi mengalami stres ringan dengan persentase nilai 54 %.

b. Tingkat stres pada lansia yang dirawat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
yang tertinggi mengalami stres sedang dengan persentase nilai 83 %.

c. Ada perbedaan tingkat stres pada lansia yang dirawat di rumah wilayah kerja Puskesmas
Pelambuan Banjarmasin dan pada lansia yang dirawat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru dengan hasil hitung nilai Sig/P value.

SARAN

Sesuai hasil kesimpulan tersebut, maka peneliti mengajukan beberapa saran untuk
meningkatkan kesehatan lansia yang dirawat di rumah wilayah kerja Puskesmas Pelambuan
Banjarmasin dan pada lansia yang dirawat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
a. Bagi Lansia
Lansia diharapkan tetap mempertahankan semangatnya untuk meningkatkan kualitas
hidup serta untuk meningkatkan mekanisme koping dengan melakukan penyesuaian terhadap
aktivitas dan lingkungan sekitar. Kegiatan berolahraga, pijat, bersilahturahmi, berpikiran positif
dan berekreasi adalah kegiatan yang dapat menurunkan stres pada lansia

b. Bagi Keluarga Lansia

Bagi keluarga lansia diharapkan dapat memberikan waktu bagi lansia agar lansia merasa
dipedulikan dalam kesibukan, bahkan jika perlu keluarga dapat memberikan fasilitas fasilitas
yang dapat membuat lansia merasa atas keberadaanya menjadi seorang lansia, seperti konsultasi
keluarga untuk mengetahui tentang permasalahan yang dialami lansia saat ini

c. Bagi Profesi Perawat


Bagi profesi keperawatan dapat mengoptimalkan intervensi asuhan keperawatan lansia
agar dapat membantu lansia dalam menghadapi serta menjalani masa tua, serta bekerjasama
dengan keluarga lansia dan PSTW dalam memberikan pelayanan kesehatan dan kegiatan yang
menghibur lansia.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang masalah fungsional dan mental
khususnya stres yang sering dihadapi oleh lansia dan sebagai acuan penelitian lanjutan yang
berkaitan dengan tingkat stres pada lansia yang dirawat dirumah dan di panti sosial.

e. Bagi Petugas Panti Sosial


Sebagai petugas panti untuk memberikan kegiatan yang berbeda beda ditiap bulannya
yang dapat menghibur para lansia sehingga lansia dapat puas dalam aktivitas sehari harinya,
dibidang keperawatan dalam mengevaluasi perawatan tentang kondis stres pada lansia sebagai
dasar untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada lansia secara optimal.

f. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan
mengenai teori stres dan manajemen stres lansia, penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk
mengetahui faktor faktor yang berhubungan terhadap terjadinya stres pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 9


Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : Renika Cipta.

Azizah, L. 2011. Perawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Darmojo, B. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), (Edisi 4). Jakarta : ECG.

Dewa, T, K. 2010. Hubungan Tingkat Depresi dengan Ketergantungan Perawatan Diri Klien Lanjut
Usia di UPT Pelayanan Sosial Provinsi Jawa Timur Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
Jember : PSIK UNEJ

Hidayat, A. 2014. Metodelogi Penelitian Keperawatan Dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Selemba
Medika.

Hawari, D. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Indriana, Y. 2008 Gerontologi Memahami Usia Lanjut. Universitas Diponegoro Semarang

Indriana et al, 2008. Tingkat Stres Lansia Di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Jurnal
Ilmiah. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Kemkes, 2013. Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat Hingga Tahun 2020. [Serialonline].
www.depkes.go.id. diakses [ 2 Desember 2016 ]

Manabung et al, 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Psikososial Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo

Maryam, R. Siti, et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.

Melati, et al. 2012. Perbedaan Antara Konsep Diri Lansia Yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna
Werdha Dengan Lansia Yang Tinggal Di Tengah Keluarga.
[Serialonline].http://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/4037. diakses [2
Desember 2016]

Nazir, M.. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rhineka Cipta

Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional, (Edisi
2). Jakarta : Selemba Medika.

Nursalam. 2013.Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian ilmu keperawatan , (Edisi 2). Jakarta :
Selemba Medika.

Potter dan Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Pratiwi, S et al. 2013. Stres Pada Lansia. Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Puspasari, S. 2009. Hubungan Kemunduran Fungsi FisiologisDengan Stres Pada Lahjut Usia Di
Kelurahan Kaliwaru Semarang. Semarang. Semarang. Skripsi Universitas Muhammadiyah
Semarang

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 10


Putri, D, P. 2012. Perbedaan Tingkat Stres Pada Lansia Yang Bertempat Tinggal Di Rumah Dan Di
Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso. Jamber : Ilmu Keperawatan Universitas
Jember

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suaib, M.2007. Stressor dan Mekanisme Koping pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha
Unit Budi Luhur Yogyakarta. Yogyakarta: Karya Tulis Ilmiah Universitas Muhammadiyah

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sulandari, S. 2009. Penyesuian Diri Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Wreda. [Serial online].
www.etd.eprints.ums.ac.id. diakses [ 2 Desember 2016 ]

Syukra, A. 2012. Hubungan antara religiusitas dengan kejadian depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin kabupaten Padang Pariaman tahun 2012.
[Serial online]. http://repository.unand.ac.id/17930/2/. diakses [ 2 Desember 2016 ]

Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Yuliati, A et al. 2013. Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di
Pelayanan Sosial Lanjut Usia. e-Jurnal Pustaka Kesehatan.

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2017 Page 11

Anda mungkin juga menyukai