Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT CHEPALGIA


DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
JL. CEMPAKA PUTIH TENGAH 1 JAKARTA PUSAT
PERIODE MARET APRIL 2017

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh

FITRI NAHRISHA, S. Farm 1643700063

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXVII


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
pertolongan dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan LaporanPraktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
PKPA ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di
Universitas 17 Agustus 1945, agar setiap calon Apoteker mendapatkan
pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai Rumah Sakit yang merupakan
salah satu tempat pengabdian profesi Apoteker.
Ucapan terima kasih tak terhingga disampaikan kepada Ibu Siti Aisyah
S.Si.,Aptsebagai pembimbing di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dan
Ibu Okpri Meila,M.Farm,Apt sebagai pembimbing di Universitas 17 Agustus 1945
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan moril
serta saran selama pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih Periode 1 Maret 31 April 2017.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :
1. Dr. Prastowo Sidi Pramuno, Sp. A selaku Direktur Utama Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih.
2. Ibu Siti Aisyah, S.Si., Apt selaku Manajer Farmasi Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih.
3. Bapak Dr. Hasan Rachmat, M.DEA., Apt selaku Dekan Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945.
4. Ibu Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945.
5. Ibu Okpri Meila, M.Farm., Apt., selaku pengelola Tugas Ketua Program
Studi Profesi Apoteker di Universitas 17 Agustus 1945
6. Ibu Nur Laila Sari, S.Farm., Apt yang telah membimbing kegiatan
Pemantauan Terapi Obat di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
7. Bapak Ferry Satria Wirawan, S.Farm., Apt yang telah memberi
pengarahankegiatan PKPA di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

2
8. Seluruh pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih yang telah
membantu PKPA selama di rumah sakit.
9. Seluruh pegawai Farmasi Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Depo-Depo
Farmasi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih yang telah
membantu kami selama PKPA.
10. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus
1945.
11. Kedua Orang Tua tercinta, kakak,serta keluarga atas doa, kesabaran,
bimbingan, dukungan moral, materi, serta kasih sayang.
12. Teman-teman Mahasiswa/i Apoteker angkatan XXXVII teman teman
seperjuangan PKPA atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan.
13. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penyusun dalam penulisan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat membantu, memberikan
informasi serta menambah pengetahuan bagi para pembaca sehingga penulis
dapat memperbaiki bentuk maupun isi yang kelak dapat menjadi lebih baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.

Jakarta, Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

3
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3

A. Definisi Penyakit...................................................................... 3
B. Klasifikasi Dan Etiologi Nyeri Kepala.................................... 3
C. Patofisiologi............................................................................. 5
D. Penatalaksanaan....................................................................... 6
E. Uraian obat............................................................................... 8

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................... 13

A. Identitas Pasien........................................................................ 13
B. Data Subjektif Pasien............................................................... 14
C. Data Objektif Pasien................................................................ 14
D. Profil Pengobatan Pasien......................................................... 16
E. Assesment and Plan................................................................. 17

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 20

A. Pembahasan Kasus................................................................... 20

BAB V PENUTUP................................................................................. 22

A. Kesimpulan.............................................................................. 22
B. Saran........................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 23

4
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri kepala berdampak pada timbulnya penderitaan dalam hidup,

menurunkan kualitas hidup, meningkatkan ketidakmampuan melakukan aktivitas,

dan menambah beban sosial-ekonomi. Penelitian yang dilakukan pada pekerja di

Amerika Serikat, melaporkan sebanyak 220,140 pekerja mengalami nyeri kepala

migrain dan sebanyak 1,1 juta pekerja tidak mengalami nyeri kepala. Penelitian

memperkirakan beban penyakit nasional akibat nyeri kepala migrain sebesar 12,7

miliar US dollar per tahun untuk biaya kesehatan dan 12 miliar US dollar per

tahun untuk biaya non-kesehatan (ketidakhadiran, ketidakmampuan jangka

pendek, dan kompensasi pekerja) (Thomson Medstat, 2006). Selain itu, secara

tidak langsung, nyeri kepala berulang berdampak pada keharmonisan keluarga,

kehidupan sosial dan pekerjaan (World Health Organization, 2004).

Hampir setiap orang mengalami nyeri kepala. Sebagian besar nyeri kepala

tidak berkaitan dengan kerusakan otak. Nyeri kepala biasanya terjadi akibat

ketegangan pada otot-otot di leher, kulit kepala dan dahi yang berkaitan dengan

rasa cemas, stres atau kelelahan. Nyeri kepala dapat pula diakibatkan oleh

pembengkakan membran mukosa yang melapisi sinus sebagai respon terhadap

infeksi dan alergi saluran nafas, gangguan mata yang di sertai ketegangan otot

mata, dilatasi pembuluh-pembuluh darah serebrum, peningkatan tekanan

intrakranium dan peradangan atau pembengkakan pada daerah otak itu sendiri

(Sherwood, 2001).

1
Di dalam literatur kedokteran, tension-type headache (TTH) memiliki

multisinonimi, seperti: tension headaches, muscle contraction headache, sakit

kepala tegang otot, nyeri kepala tegang otot. Dahulu, TTH pernah dinamai stress

headache. Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang

menekan (pressing/ squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan

tidak diperburuk oleh aktivitas fi sik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai

(atau minimal) mual dan/ atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.1,2

TTH dibedakan menjadi tiga subklasifi kasi1 :

(1 TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan atau

kurang dari 12 sakit kepala per tahun.

(2) TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan atau

antara 12 dan 180 hari per tahun.

(3) TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan atau sekurangnya 180 hari per

tahun.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Chepalgia

Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di

belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.

Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama

manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan

dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon

stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau

kombinasi respon tersebut (Smeltzer & Bare 2002).

B. Klasifikasi Dan Etiologi Nyeri Kepala(Ihc, 2013)

Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache

Classification Cimitte of the International Headache Society 2013 sebagai

berikut:

1. Migren (dengan atau tanpa aura)


a. Migrein dengan Aura
Gangguan sakit kepala berulang mewujudkan dalam serangan
berlangsung 4-72 jam.Ciri khas dari sakit kepala adalah lokasi
unilateral, kualitas berdenyut, moderat atau intensitas berat,
kejengkelan oleh fisik rutin aktivitas dan hubungan dengan mual dan /
atau fotofobia dan fonofobia.
b. Tanpa Aura :serangan berulang, menit abadi, dari unilateral
sepenuhnya reversibel visual, sensorik atau sistem lainnya nervou
pusat gejala yang biasanya berkembang secara bertahap dan biasanya
diikuti dengan sakit kepala dan gejala migrain yang terkait.

2. Sakit kepala tegang

3
Nyeri kepala tegang otot adalah bentuk sakit kepala yang paling sering

dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan

stres.Orang-orang yang cenderung menderita nyeri kepala mempunyai

kepribadian yang tidak banyak berbeda.Sebagian besar tergolong dalam

kelompok yang mempunyai perasaan kurang percaya diri,selalu ragu akan

kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi gemetar dan tegang.


3. Sakit kepala cluster
Sakit pada sakit kepala cluster sering digambarkan sebagai rasa sakit yang

tajam, menusuk atau membakar. Orang dengan kondisi ini berkata bahwa

rasa sakit terasa seperti alat pengorek api yang panas pada mata atau bola

mata serasa terdorong keluar. Orang dengan sakit kepala cluster muncul

kegelisahan, menyukai kecepatan atau duduk dan berayun maju mundur

untuk menenangkan rasa sakit. Kontras dengan orang dengan migrain,

orang dengan sakit kepala cluster biasanya menghindari posisi berbaring

karena dapat meningkatkan rasa sakit.


4. Sakit Kepala hemikrania paroksismal
Sakit kepala yang berhubungan dengan sakit kepala vaskuler.
5. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
6. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan

subarakhnoid).
8. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler

( mis. Tumor otak)


9. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia atau putus obat.
10. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
11. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik

(hipoglikemia).
12. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala,

leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut).


13. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

4
C. Patofisiolgi

Rangsangan nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, interaksi maupun

proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada struktur

peka nyeri di kepala. Jika struktur tersebut yang terletak pada atau pun diatas

tentorium serebeli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa menjalar

pada daerah didepan batas garis vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri

dan kanan melewati puncak kepala (daerah frontotemporal dan parietal

anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf trigeminus(IHC, 2013).

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:

1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.

2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau

setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.

3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial,

penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri

atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.

4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi

umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan

metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian

obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer

akut).

5. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren

dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)

5
6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala,

seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.

7. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus

(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III

yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.

8. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada

keadaan depresi dan stress.

D. Penatalaksanaan

Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien

merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan

pengobatan. Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa tidak

ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat

menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial

lainnya. Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera dilakukan.

Sebagian pasien menerima bahwa kepalanya berkaitan dengan penyakit

depresinya dan bersedia ikut program pengobatan sedangkan pasien lain

berusaha menyangkalnya. Oleh sebab itu, pengobatan harus ditujukan kepada

penyakit yang mendasari dengan obat anti cemas atau anti depresi serta

modifikasi pola hidup yang salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya.

Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk

ke ahli jiwa

6
E. Uraian Obat
1. Paracetamol (BNF 57)

Komposisi Paracetamol
nyeri ringan sampai sedang, demam
Indikasi

Dosis Pakai Oral, 0,5-1 g setiap 4-6 jam 500 mg untuk maks. dari 4 g
harian; ANAK 2 bulan 60 mg untuk pasca-imunisasi
demam, diulang sekali setelah 6 jam jika perlu;
dinyatakan di bawah 3 bulan, melihat BNF untuk Anak-anak; 3
bulan-1 tahun 60-120 mg, 1-5 tahun 120-250 mg,
6-12 tahun 250-500 mg; dosis ini mungkin
diulang setiap 4-6 jam bila diperlukan (max. dari
4 dosis dalam 24 jam)

7
Efek samping ruam, gangguan darah(Termasuk trombositopenia,
leukopenia,neutropenia) dilaporkan; hipotensi juga melaporkan,
Hepatotoksis
Alergi parasetamol atau acetaminophen Gangguan fungsi hati
Kontraindikas
dan penyakit hati Gangguan Fungsi Ginjal Serius, Gizi Buruk
i

2. Erdobat (MIMS 2016)

Komposisi Erdosteine
Mukolitik, sebagai sekretolitik pada gangguan saluran napas
Indikasi akut & kronik.

Dosis Pakai 1 kaps 2-3 x/hr.


Efek samping dari obat mukolitik jarang terjadi, namun efek
Efek samping samping yang diketahui adalah iritasi dan perdarahan saluran
cerna, mual, muntah, dan reaksi alergi.
Obat ekspektoran memiliki efek samping berupa mual, muntah,
dan mengantuk.
Sirosis hati, defisiensi enzim sistationin sintetase. Gagal ginjal
Kontraindikas berat (bersihan kreatinin <25 mL/mnt). Hipertiroid, gastritis,
i glaukoma, pembesaran prostat. Tukak peptik aktif.

3. Aldisa Syr (MIMS 2016)

Komposisi Loratadine 5 mg, pseudoephedrine sulfate 120 mg.


Menghilangkan gejala terkait rhinitis alergi & flu biasa
Indikasi
termasuk hidung tersumbat, bersin-bersin.

Dosis Pakai Dws & anak 12 thn 1 kapsul 2 x/hari.


Insomnia, mulut kering.
Efek samping
Pasien atau dalam 14 hari setelah terapi MAOI penghentian;
Kontraindikas
glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertiroidisme.
i

8
Penyekat , metildopa, reserpin, alkaloidveratrum,
Interaksi
digitalis, ketokonazol, eritromisin, simetidin.

4. Celebrex (MIMS 2016)

Komposisi Celecoxib
Bantuan dari tanda-tanda, Radang sendi pada orang dewasa,
Indikasi
pengobatan nyeri akut pada orang dewasa setelah operasi atau
cedera muskuloskeletal.Nyeri sedang dan berat, misalnya pada
perlukaan, peradangan, atau saat haid

Dosis Pakai Dosis terendah harus dicari untuk setiap pasien. OA &
ankylosing spondylitis 200 mg sekali sehari atau 100 mg dua
kali sehari. RA 100-200 mg dua kali sehari. nyeri akut Awalnya
400 mg diikuti dengan tambahan 200 mg, jika diperlukan pada
hari 1. Pada hari-hari berikutnya, 200 mg dua kali sehari. Max:
7 hari.
sakit kepala, nyeri perut, mual, diare, muntah, buang-buang
Efek samping
angin, dan sulit tidur. Efek samping lainnya yang relatif berat
namun lebih jarang terjadi adalah pingsan, gagal ginjal, gagal
jantung, memburuknya penyakit tekanan darah tinggi, nyeri
dada, telinga berdenging, pendengaran berkurang, perdarahan,
pandangan kabur, kecemasan, sensitif terhadap cahaya, berat
badan naik, dan badan lemah.
Seperti halnya obat antiinflamasi non steroid lainnya, celebrex
juga dapat menyebabkan ulkus (luka) lambung atau usus halus
selama konsumsi obat ini.
Alergi tipe reaksi sulfonamid, aspirin atau NSAID lainnya,
Kontraindikas
asma & urtikaria. Pengobatan nyeri peri-op dalam pengaturan
i
koroner artery bypass graft (CABG) operasi.
Dapat mengurangi efek antihipertensi ACE inhibitor Dapat
Interaksi
mengurangi efek natriuretik furosemide. Peningkatan tingkat GI
ulserasi w / asam asetilsalisilat. Flukonazol meningkatkan pekat

9
celecoxib plasma. tingkat lithium plasma meningkat w /
celecoxib. Risiko komplikasi perdarahan meningkat bersama
warfarin.

5. Zycin (MIMS 2016)

Komposisi Azitromycin
Pengobatan atas & infeksi saluran, kulit & struktur lembut lebih
Indikasi
rendah. uretritis non-gonokokal & servisitis karena Chlamydia
trachomatis.

Dosis Pakai Dewasa, orang tua dan anak berusia> 16 thn saluran, kulit &
struktur kulit & infeksi-infeksi Day 1: 500 mg sehari sebagai
dosis tunggal. Hari 2-5: 250 mg setiap hari. uretritis non-
gonokokal & servisitis 100 mg sehari sebagai dosis tunggal.
mual, muntah, diare, kembung, flatulensi, palpitasi, nyeri dada,
Efek samping
dispepsia, dan nyeri pada perut. Gugup, ruam kulit, melena dan
jaundice kolestatik, monilia, vaginitis dan nefritis, pusing, sakit
kepala, vertigo, somnolence, letih, fotosensitifitas dan shock
anafilaksis
Hipersensitivitas terhadap eritromisin, azitromisin & makrolida
Kontraindikas
lainnya. gangguan fungsi hati.
i
Antasida, antihistamines, theophylline, anticoagulant,
Interaksi
carbamazepine, cyclosporines, digoxin.

6. Cataflam (MIMS 2016)

Komposisi Natrium Diklofenak


1. Nyeri sendi rematik (artritis reumatik);
Indikasi
2. Nyeri punggung akibat pengkapuran tulang;
3. Nyeri mestruasi (dismenorea);
4. Nyeri perut akut;

10
5. Serangan migrain.

Dosis Pakai Dewasa 100-150 mg dalam 2-3 dosis terbagi setiap hari. Max
dosis: 150 mg / hari (nyeri & osteoarthritis); 225 mg / hari
(RA); 125 mg / hari (ankylosing spondylitis).
Gangguan pada saluran gastrointestinal seperti mual, muntah,
Efek samping
sembelit, nyeri perut, diare, dispepsia, kembung, perdarahan /
perforasi, mulas, ulkus lambung dan duodenum.
perdarahan GI atau tukak / perforasi, hati berat, ginjal & gagal
Kontraindikas
jantung; nyeri peri-operatif di operasi cangkok bypass arteri
i
koroner. Kehamilan dan menyusui.
Lithium, digoksin, diuretik & antihipertensi lainnya, NSAID
Interaksi
lainnya & kortikosteroid, antikoagulan & antiplatelets, SSRI,
methotrexate, siklosporin, kuinolon, warfarin

7. Tramal (MIMS 2016)

Komposisi Tramadol

Indikasi 6. Sedang untuk nyeri akut & kronis yang parah & dalam
langkah-langkah diagnostik atau terapeutik yang menyakitkan.
nyeri pasca-op & nyeri persalinan. nyeri muskuloskeletal. nyeri
kanker. nyeri neuropatik

Dosis Pakai Dewasa & anak> 14 tahun 1 cap, hingga 8 cap harian. tab
menghambat Awalnya 1-2 tab sebagai dosis tunggal. Dosis
umum: 400 mg / hari. Anak berusia> 1 thn 1-2 mg / kg berat

11
badan / aplikasi. Supp Dewasa & anak> 14 tahun 1 supp,
hingga 4 supp sehari-hari. 50 mg / mL amp 1-2 amp IV, IM atau
SC, hingga 8 amp sehari-hari. 100 mg / 2 mL amp 1 amp IV, IM
atau SC, hingga 8 amp sehari-hari.

Efek samping Berkeringat, pusing, kebingungan, muntah, mulut kering.


Dalam kasus yang jarang terjadi, pengaruh peraturan CVS,
sakit kepala, muntah-muntah, muntah, sembelit, iritasi GI,
reaksi kulit. Dalam kasus yang sangat jarang, kelemahan
motorial, penglihatan kabur, perubahan nafsu makan, gangguan
berkemih, psikis efek samping misalnya suasana hati, persepsi
& aktivitas perubahan, reaksi alergi & anafilaksis. kejang
neuroleptik, bradikardia. Jika dosis yang dianjurkan terlampaui
jauh, kemungkinan depresi tidak bisa dikesampingkan.

Kontraindikas intoksikasi akut bersama alkohol, hipnotik, analgesik atau


i psikotropika. pengobatan narkotika

Interaksi Hindari pemberian bersamaan MAOI. Carbamazepine dapat


mengurangi efek analgesik & durasi kerja. obat kejang obat
ambang batas penurun (misalnya selective serotonin re-uptake
inhibitor, antidepresan trisiklik, antipsikotik) dapat
menyebabkan kejang

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Pasien

NamaPasien Tn. UB
Rm 0053xxxxxx

12
JenisKelamin Laki-laki

Umur 61 tahun

Status Menikah

Agama Islam

Pekerjaan -

Ruang Matahari II

Tanggal Masuk RS 04 April 2017


Tanggal Keluar RS 07 April 2017
Diagnose Masuk Chepalgia
Nyeri kepala, Sesak setelah mengantar
`Anamnesa anaknya bekerja, pingsan, muntah jam 8,
Hidung tersumbat.
Riwayat penyakit sebelumnya _

13
B. Data Subjektif Pasien

PerkembanganKeluhanPasien
KeluhanPasien
04/04/17 05/04/17 06/04/17 07/04/17

Nyeri uluhati - -

-
Mual -

Nyeri perut -

Susah makan

C. Data Objektif Pasien

1. Tanda-Tanda Vital Pasien


TAN G GAL
Parameter Nilai Normal
4/4/17 5/4/17 6/4/17 7/4/17

< 120/80
TekananDarah 120/70 120/80 130/90 120/80
mmHg

SuhuTubuh 36-37oC 36,4 36,2 36,4 36,4

Nadi / menit 60-100 x/menit 80 86 84 80

2. Data Laboratorium

14
Pemeriksaan Normal 04/4 05/4

Hb 13,2-17,3 g/dL 15,7 14,8

Leukosit 3,8- 10,60 10uL 14,02 H 13,96 H

Hematokrit 40-52% 48 45

Trombosit 150-440 10uL 304 311

Eritrosit 4,40-5,90 10uL 5,64 5,33

MCV/VER 80-100 Fl 85 84

MCH/HER 26-34 pg 28 28

MCHC/KHER 32-36 g/dL 33 33

15
D. Profil Pengobatan Pasien
1. Penggunaan obat selama pasien dirawat

Tanggal
Aturan
No Obat Dosis
Pakai 4/4/17 5/4/17 6/4/17 7/4/17
P S S M P S S M P S S M P S S M
Oral 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24

1. Paracetamol 500 mg 3x1


2. Aldisa syr 2x1
3 Celebrex 200 mg 2x1
4. Zycin 500 mg 1x1
5. Erdobat 300 mg 3x1
6. Cataflam 150 mg 3x1
7. Tramal 2x1 diganti oral

16
E. Assesment and Plan (Identifikasi, Manajemendan Plan DRP)

Obat Assesment (identifikasi DRP) Plan/Rekomendasi


Ket
Aturan
NamaObat Rute Pakai Problem Causes Intervensi Outcome
Celecoxib, Oral 3x1 P2.3 C1.1 I1.2 O2.0
Loratadin (Aldisa), Penggunaan Pemilihan obat kurang tepatMenanyakan Permasalahan Sebagian
Na. diklofenak, terapi obat informasi resep Teratasi
Erdobat lebih dari satu Dapat mengurangi efek dari Sebaiknya untuk Intervensi
salah satu obat NSAID pemberian obat Dokter melanjutkan intervensi dilakukan oleh
tersebut, namun selama NSAID diberikan dengan catatan pemberiannya dokter, pemilihan
pemberiannya dipantau efek dengan jumlah diberi jeda waktu. obat harus tepat
yang tidak diharapkan dapatyang sesuai untuk
dihindari. indikasi
pengobatannya
Celecoxib, P5.1 C1.4 I1.1 O2.1 Intervensi
Na.diklofenak Interaksi Permasalahan farmakokinetik Dokter hanya Permasalahan Semua Teratasi dilakukan oleh
potensial dan interaksi memberikan dokter, obat yang
informasi Dokter tetap melanjutkan memiliki interaksi
Pemberian secara bersamaan Pemberian kedua intervensi dan memonitor efek diberi jarak waktu
dapat meningkatkan serum obat tersebut samping pemberian
potassium diberi jeda waktu
Loratadin (Aldisa), P5.1 C1.4 I1.1 O2.1 Intervensi
Azitromycin Interaksi Permasalahan farmakokinetik Dokter hanya Permasalahan Semua Teratasi dilakukan oleh
potensial dan interaksi memberikan Efek yang ditimbulkan dapat dokter
informasi dihindari, karena dosis
Pemberian secara bersamaan Pemberian kedua loratadin dari kandungan
dapat meningkatkan kadar obat tersebut Aldisa rendah yaitu 5 mg,
level azithromycin diberi jeda waktu sedangkan dosis tunggal 10 mg
1. Tabel Kesesuaian Dosis

17
Nama obat Rute Dosis lazim Dosis yang diberikan Kesesuaian dosis

Paracetamol Oral 0,5-1 g setiap 4-6 jam 500 mg 3x1 Sesuai

Aldisa SR Oral 1 kaps 2 x/hari 2x1 Sesuai

Celebrex 200mg Oral 100-200 mg 2x/hari 2x1 Sesuai

Zycin 500 mg Oral Hari 1 : 500 mg/hari 1 x500 mg Hari pertama sesuai, hari ke 2
dan selanjutnya tidak ada
Hari 2-5 :250 mg/hari penurunan dosis

Erdobat 300 mg Oral 1 kaps 2-3 x/hari 3x1 Sesuai

Cataflam Oral 100-150 mg/hari 3x1 Sesuai

Tramal IV 1-8 amp 100 mg/2 ml /hari 2x1 amp Sesuai

18
2. SOAP FARMASI

S Tn. UB ( 61th, 65kg) Keluhan utama : Nyeri kepala, Sesak setelah mengantar
anaknya bekerja, pingsan, muntah jam 8, Hidung tersumbat. Diagnosa : Chepalgia.

O Pemeriksaan fisik : Suhu 36,4C, TD 120/70mmHg, Nadi 80x/menit.

Pemeriksaan laboratorium : terjadi peningkatan leukosit (13,96).

A Terdapat DRP :

1. Pilihan obat yang kurang tepat : penggunaan 3 obat NSAID

2. Interaksi obat :

Tramadol+pseudoepedrin (moderat) : Tramadol meningkatkan dan


pseudoephedrine menurunkan efek sedasi
Celexocib+diclpfenac (moderat) : Keduanya meningkatkan serum potasium
Loratidin + azitromicin (moderat) : Loratidin akan meningkatkan level dari
azitromicin
Celecoxib+tramadol (moderat) : Celecoxib mengurangi efek dari tramadol
dengan mempengaruhi metabolisme enzym CYP2D6
Celecoxib+loratidin (moderat) : Celecoxib meningkatkan level atau efek
loratidin dengan mempengaruhi metabolisme enzym CYP2D6

P 1. Gunakan 1 obat NSAID + tramadol (PCT+tramadol / diclofenak + tramadol)

2. Merekomendasikan diberi jarak dalam penggunaanya yang berinteraksi sesuai


dengan waktu paruhnya.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Tn. UB seorang laki-laki umur 61 tahun masuk ke rumah sakit pada

tanggal 4 April 2017 dengan keluhan Nyeri kepala, Sesak setelah mengantar

anaknya bekerja, pingsan, muntah jam 8, Hidung tersumbat. Hasil pemeriksaan

fisik/tanda vital pasien diketahui tekanan darah 120/70 namun meningkat setelah

dilakukan pemeriksaan kembali menjadi 130/90. Kemudian dilakukan

pemeriksaan laboratorium, dari hasil pemeriksaan ditemukan leukosit pasien

meningkat 13,96, peningkatan tersebut terjadi karena adanya infeksi, inflamasi

atau peradangan yng diderita oleh pasien dari hasil pemeriksaan yang dilakukan

pasien didiagnosa mengalami Chepalgia

Terapi pengobatan yang diberikan selama 4 hari pada pasien yaitu

paracetamol 3x1 sebagai anti nyeri/antipiretik untuk menjaga agar suhu tubuh

pasien tidak meningkat, Aldisa diberikan 2x1 sehari untuk mengurangi gejala

hidung tersumbat, Celebrex diberikan untuk antiinflamasi atau nyeri dan dibagian

sendi, celebrex bekerja di COX 2 secara baik menghambat nyeri dengan efek

samping yang minimal pada saluran pencernaan namun penggunaanya perlu

dipantau dengan ketat karena dapat menyebabkan vasokontriksi yang dapat

berpengaruh pada jantung. Zycin diberikan 1x1 sehari sebagai antibiotic untuk

infeksi saluran nafas, Erdobat diberikan 3x1 sehari sebagai mukolitik pada

gangguan saluran pernafasan, Cataflam diberikan sebagai antiinflamasi untuk

mengurangi nyeri dengan dosis 3x1 sehari, Tramal diberikan sebagai pereda nyeri

kronik dan akut, tramal diberikan melalui I.V agar dapat bekerja secara langsung

dibagian titik nyeri.

20
Pada kasus ini terdapat DRP yaitu adanya pilihan obat yang kurang tepat

dimana pemberian obat NSAID untuk anti nyeri lebih dari satu seperti cataflam,

Celebrex, tramal. Sebaiknya pemberian obat yang memiliki indikasi yang sama

diberikan sesuai dengan gejala nyerinya saja agar tidak menimbulkan efek

samping yang dapat merugikan pasien. kemudian pemberian Aldisa dan Erdobat

memiliki indikasi yang hampir sama sebagai terapi untuk saluran pernafasan,

sebaiknya pemberian obat ini cukup satu saja karena keluhan pasien hanya

merasakan hidung tersumbat yaitu dengan pemberian Aldisa SR karena sesuai

dengan indikasi pengobatannya. Adapun DRP yang terdapat pada kasus ini yaitu

interaksi obat celecoxib+Cataflam, dan Loratadin+Zycin.

21
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pasien mengalami gejala Nyeri kepala, Sesak setelah mengantar anaknya

bekerja, pingsan, muntah jam 8, Hidung tersumbat dari hasil diagnosa

pasien menderita chepalgia sesuai dengan gejalanya


2. Pengobatan yang diberikan pada pasien terdapat DRP dari penggunaan

obat yang kurang tepat dan adanya interaksi antara obat yang diberikan

secara bersamaan.
B. Saran
1. Pemeriksaan untuk pasien yang memiliki nyeri kepala yang hebat

sebaiknya dilakukan investigasi lebih lanjut termasuk pemeriksaan

radiologis, agar pengobatan yang diberikan sesuai dan tepat sasaran.


2. Perlunya dilakukan observasi atau pemeriksaan yang intensif sehingga

pemberian obat NSAID sebagai anti nyeri yang diberikan tepat tidak

berlebihan, karena obat NSAID memiliki efek samping di lambung, bagi

obat yang berinteraksi diberikan jeda waktu pemberian sehingga

interaksi yang ditimbulkan dapat dihindari agar pengobatan yang

diberikan dapat optimal.

DAFTAR PUSTAKA

BNF 57 march 2009. RPS Publishing is the wholly-owned publishing organisation


of the Royal Pharmaceutical Society of Great Britain

22
Dito Anorogo 2014. Tension Type Headache. Neuroscience Department, Brain
and Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University, Indonesia.
CDK-214/vol. 41 no.3, 2014

International Headache Society,2013.Headache Classification Committee of the


International Headache Society (IHS) The International Classification of
Headache Disorders,3rd edition (beta version)

MIMSINDONESIA2016.http://www.mims.com/indonesia/drug/info/cyanocobala
min/?type=brief&mtype=generic

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke system (Human Physiology:


From cells to systems): Dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2,
Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, EGC, Jakarta.

PCNE classification scheme for dug related problems. V5.01. 2006

23

Anda mungkin juga menyukai