Infeksi sitomegalovirus kongenital (CMV) merupakan infeksi viral terbanyak pada anak,
dengan angka kejadian hingga 40.000 anak per tahun di Amerika Serikat. Dari pasien wanita
seronegatif, 1-4% akan mengalami infeksi primer pada masa kehamilan dan sebagian besar dari
wanita-wanita ini akan asimptomatik. Pajanan maternal CMV sebelumnya tidak mencakup
infeksi neonatal. Artikel ini bertujuan untuk meninjau diagnosis infeksi CMV maternal, infeksi
CMV fetal dan kebutuhan terapi antenatal. Rekomendasi kami adalah sebagai berikut : (1)
wanita dengan diagnosis infeksi CMV primer pada kehamilan perlu diedukasi bahwa mereka
memiliki risiko infeksi kongenital sebesar 30-50% dan derajat keberatan infeksi bervariasi (best
practice), (2) wanita yang diduga memiliki infeksi CMV pada kehamilan direkomendasikan
untuk menjalani pemeriksaan diagnostik berupa serokonversi IgG atau IgM CMV, IgG dan
aviditas IgG yang rendah (grade 1b), (3) amniosentesis merupakan pilihan alat diagnostik utama
untuk deteksi infeksi CMV kongenital dan dapat dilakukan pada usia gestasi > 21 minggu dan >
6 minggu setelah infeksi maternal (grade 1c), (4) kami tidak merekomendasikan skrining rutin
infeksi CMV primer pada seluruh wanita hamil (grade 1b), (5) kami tidak merekomendasikan
terapi antenatal dengan gansiklovir ataupun valasiklovir, dan segala bentuk terapi antenatal baik
dengan anitviral ataupun globulin hiperimun CMV haruslah dalam bentuk protokol terapi
penelitian (best practice).
H
Risiko infeksi CMV maternal dan janin
Apa risiko janin dari infeksi CMV kongenital pada usia kehamilan dengan
maternal primer pada kehamilan? angka kejadian sekitar 30% pada trimester
pertama dan 40-70% pada trimester ketiga.
Infeksi CMV primer merupakan pajanan
Seluruh anak yang terinfeksi pada trimester
pertama terhadap virus dan akan sangat
ketiga tidak memiliki gejala. Infeksi dini
berbahaya bila terjadi pada saat kehamilan.
diduga akan menyebabkan gejala yang
Kemungkinan terjadinya infeksi kongenital
lebih berat. Transmisi CMV setelah infeksi
paling tinggi pada infeksi maternal primer
primer prekonsepsi juga beberapa kali
dan kisaran angka kejadiannya adalah 30-
pernah dilaporkan terjadi. Salah satu
50% walaupun beberapa penelitian
penelitian menemukan angka transmisi
menemukan 70% pada pajanan trimester
sebesar 8,3% pada infeksi CMV primer
ketiga. wanita dengan diagnosis infeksi
yang terjadi 2-18 minggu sebelum masa
CMV primer pada kehamilan perlu
menstruasi terakhir. Penelitian lainnya
diedukasi bahwa mereka memiliki risiko
menemukan angka transmisi sebesar 8,8%
infeksi kongenital sebesar 30-50% dan
dan seluruh anak bersifat asimptomatik.
derajat keberatan infeksi bervariasi (best
Risiko infeksi maternal ditemukan tidak
practice). Penelitian-penelitian terbaru pada
bergantung pada musim.
kehamilan dengan infeksi primer
menunjukkan peningkatan frekuensi infeksi
H
Dari wanita-wanita dengan infeksi primer, usia 5 tahun. Pada salah satu penelitian,
18% akan menunjukkan gejala pada saat tidak ada anak dari wanita-wanita dengan
kelahiran. Gejala-gejala ini mencakup infeksi rekuren yang meninggal pada
jaundice, petechiae, hepatosplenomegali periode follow-up.
dan kematian. Sebuah penelitian melakukan
Bagaimana infeksi CMV maternal
follow-up pada bayi-bayi untuk menentukan
didiagnosis?
gejala sekuele jangka panjang. Sekitar 25%
dari bayi-bayi yang tidak memiliki gejala Pemeriksaan infeksi CMV maternal
pada saat kelahiran akan mengalami gejala biasanya dilakukan setelah ada hasil
sekuele pada 2 tahun pertama kehidupan. pemeriksaan USG yang mencurigakan.
Gejala-gejala sekuele ini mencakup tuli Temuan USG yang paling menunjukkan
sensorineural, defisit kognitif dengan nilai perlunya pemeriksaan infeksi CMV adalah
IQ < 70, korioretinitis, kejang dan usus fetal yang echogenik, ventrikulomegali
kematian. Dari follow-up hingga usia 5 dan kalsifikasi serebral serta resitriksi
tahun menunjukkan bahwa perkembangan pertumbuhan janin. Kalsifikasi hepar,
sekuele paling lambat terjadi pada usia 72 mikrosefali dan kista subependimal juga
bulan. Penyakit berat akan lebih sering terkadang ditemukan. Salah satu metode
terjadi pada ibu yang mengalami infeksi diagnosis infeksi CMV primer adalah
primer pada pertengahan pertaman serokonversi namun metode ini
kehamilan. memerlukan pemeriksaan serologi serial,
dan hal ini sangat sulit dilakukan di
Apa risiko janin dari infeksi CMV
Amerika Serikat. Ilmu konvensional
maternal rekuren?
menunjukkan bahwa antibodi IgM
Infeksi CMV rekuren dapat terjadi setelah menandakan suatu proses infeksi akut.
pajanan CMV maternal dan tidak mencakup Namun pada serologi CMV dalam
infeksi neonatal. Sebagian besar literatur kehamilan, <10% wanita positif-IgM
mengenai infeksi CMV rekuren menginfeksi anak mereka secara
menunjukkan neonatus simptomatik. kongenital, sementara pada subjek
Sekitar < 1 % dari anak wanita infeksi serokonversi proses ini terjadi pada 30-50%
CMV rekuren bersifat simptomatik pada subjek. Hal ini berhubungan tingginya
saat kelahiran. Sekitar 8% dari anak-anak angka false-positive (hingga 90%) dari
ini akan mengalami sekuele seperti pemeriksaan CMV-IgM, terutama bila
penurunan pendengaran/tuli, korioretinitis pemeriksaan dilakukan pada laboratorium
atau sekuele neurologis ringan seperti komersil dan bukan pusat rujukan. IgM
mikrosefali pada usia 2 tahun dan 14% pada dapat diproduksi pada infeksi non-primer,
H
dan keadaan ini berhubungan dengan risiko dan angka ini mendekati angka pada pasien
infeksi kongenital yang lebih rendah dan serokonversi (30%).
juga dengan respons terhadap infeksi virus
Walaupun pemeriksaan aviditas untuk
lainnya seperti virus Epstein-Barr. IgM
infeksi CMV primer dapat dilakukan dan
dapat tetap positif setelah beberapa bulan
tersedia di banyak tempat, namun diagnosis
pasca infeksi primer. Maka dari itu,
tetap menjadi kurang jelas karena
kehadiran IgM saja tidak dapat dijadikan
kemaknaan atau signifikansi dari aviditas
dasar penegakan diagnosis.
serta nilai cut-off aviditas rendah dan
Pemeriksaan aviditas IgG merupakan menengah masih belum ditetapkan. Metode
pemeriksaan deteksi infeksi primer yang diagnosis lainnya yang tersedia
lebih akurat dibandingkan pemeriksaan memerlukan pemeriksaan virologi serum
kadar IgM saja. Antibodi yang diproduksi maternal atau urin namun biasanya hasil
pada saat infeksi primer akan memiliki temuannya tidak berhubungan dengan
aviditas antigen yang lebih rendah bila waktu onset infeksi atau hasil akhir pada
dibandingkan dengan antibodi respons non- neonatus. Metodologi terbaru dapat
primer atau pada fase lanjut respons primer. menggunakan pemeriksaan pelepasan
Seiring dengan waktu, pematangan respons interferon gamma ataupun staining sitokin
antibodi akan meningkatkan aviditasnya. intraselular, namun pemeriksaan-
Aviditas antibodi rendah hingga sedang pemeriksaan ini biasanya lebih sering
biasanya ditemukan pada 16-18 minggu digunakan untuk diagnosis pasien
setelah infeksi primer. Temuan aviditas IgG immunocompromised. Wanita yang diduga
yang rendah dengan adanya antibodi IgM memiliki infeksi CMV pada kehamilan
menggambarkan adanya infeksi dalam 3 direkomendasikan untuk menjalani
bulan terakhir, sehingga penegakan pemeriksaan diagnostik berupa
diagnosis infeksi CMV primer lebih mudah serokonversi IgG atau IgM CMV, IgG dan
dan akurat untuk dilakukan. Lazzarotto et al aviditas IgG yang rendah (grade 1b).
mempublikasikan hasil penelitian kohort
Bagaimana diagnosis infeksi CMV janin
pada 2477 wanita yang dirujuk dengan
ditegakkan?
keadaan positif-IgM. Pemeriksaan
immunoblot dilakukan untuk pemastian, Pada penelitian mengenai infeksi primer
dan 55% ditemukan tidak memiliki IgM maternal tanpa infeksi janin, terdapat risiko
dan adanya aviditas IgG yang tinggi. Dari 3% terjadinya sekuele dan 8% terjadinya
514 wanita yang dikonfirmasi adanya IgM efek samping lainnya. Berdasarkan
dan aviditas rendah-sedang, sekitar 25% pemeriksaan serologi, > 90% kemungkinan
melahirkan anak dengan infeksi kongenital bebas sekuele. Sensitifitas dari pemeriksaan
H
diagnostik prenatal sangat bergantung pada keberatan infeksi. CMV-DNA pada darah
populasi, usia kehamilan pada saat janin dapat dinilai via PCR melalui
pemeriksaan dilakukan dan usia kehamilan kordosentesis. Sensitifitas dari pemeriksaan
pada saat terjadinya infeksi. Pemeriksaan ini serupa dengan hasil pemeriksaan cairan
yang paling sering dilakukan adalah amnion namun memiliki risiko komplikasi
amniosentesis. Pilihan pemeriksaan lainnya, yang lebih tinggi. Wanita yang menjalani
kordosentesis, memiliki sensitivitas dan pemeriksaan amnion harus diberitahu
spesifisitas yang serupa dengan bahwa pemeriksaan ini tidak dapat menilai
pemeriksaan CMV amnion namun risiko derajat keberatan infeksi.
komplikasinya lebih besar.
Temuan USG Frekuensi, %
Amniosentesis merupakan pilihan alat Kalsifikasi serebral 0,6-17,4
Mikrosefali 14,5
diagnostik utama untuk deteksi infeksi Usus echogenik 4,5-13
CMV kongenital dan dapat dilakukan pada Restriksi pertumbuhan 1,9-13
janin
usia gestasi > 21 minggu dan > 6 minggu Kista subependimal 11,6
setelah infeksi maternal (grade Ventrikulomegali 4,5-11,6
serebral
1c).Modalitas ini memiliki kemampuan Ascites 8,7
untuk deteksi CMV-DNA melalui PCR Efusi perikardial 7,2
Ginjal hiperechogenik 4,3
sehingga dapat digunakan secara eksklusif
Hepatomegali 4,3
untuk diagnosis antenatal janin. PCR Plasentomegali atau 4,3
kalsifikasi plasenta
negatif dari CMV pada amniosentesis bila
Kalsifikasi hepatik 1,4
ditemukan pada usia kehamilan > 21 Hidrops 0,6
minggu atau > 6-7 minggu setelah infeksi
primer memiliki spesifisitas sebesar 97- Apa peran pemeriksaan
100%. Perlu diperhatikan bahwa terdapat radiologi/imaging untuk penilaian infeksi
kemungkinan terjadinya false-negative bila janin?
amniosentesis dilakukan pada 6 minggu
setelah pajanan maternal dan < 21 minggu Pemeriksaan USG tidak dapat
usia kehamilan > 21 minggu. Walaupun pada <50% janin terinfeksi, sehingga
nilai sensitivitasnya bervariasi dari 45-80%, pemeriksaan ini tidak dapat digunakan
namun nilai positive predictive value (PPV) secara sendiri untuk menegakkan diagnosis
mencapai 100%. Data ini bervariasi dan infeksi CMV kongenital. Penelitian kohort
diduga karena viral load yang dapat pada 600 wanita dengan infeksi CMV