Anda di halaman 1dari 31

PELAYANAN ANC

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 03 Januari 2016
Halaman :
Westra Kharisma Iwarna B, drg
PUSKESMAS
PURWAHARJA 1
198106302009022000

Pelayanan ANC adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,
1. Pengertian dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan atenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK).

2. Tujuan Memberikan pelayanan atenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.

3. Kebijakan

- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006


4. Referensi
- Pedoman PWS KIA, 2009
5. Prosedur 1.
Petugas menerima kunjungan ibu hamil di ruang pemeriksaan setelah terlebih dahulu mendaftar di ruang
pendaftaran.

2. Bersikap ramah, sopan dan bersahabat


3.
Pada kunjungan pertama petugas melakukan anamnesa dan mengisi KMS Ibu Hamil/Buku KIA, kartu ibu
secara lengkap :

- Menanyakan identitas

- Menanyakan riwayat kehamilan sekarang, HPHT / pertama kali gerakan bayi dirasakan

- Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

- Riwayat menstruasi

- Riwayat pemakaian kontrasepsi

- Riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga

- Menanyakan keluhan

- Memastikan bahwa kehamilan itu diharapkan

- Mempersilahkan ibu hamil ke laboratorium untuk diperiksa HB dan GolDar (Bumil dengan K1)

- Berikan imunisasi TT sesuai dengan ketentuan


4.
Pada setiap kunjungan, petugas harus :

- Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil

- Memeriksa urine untuk tes protein bila ada indikasi, bila ada kelainan, ibu rujuk

- Periksa HB pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 28 minggu atau bila ada indikasi / tanda-tanda
anemia

- Mengukur tinggi badan, berat badan, LILA, TD

- Melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap, pastikan kandung kencing kosong sebelum
diperiksa

- Mengukur tinggi fundus uteri dalam cm (sesudah kehamilan 24 minggu), posisi janin dan presentasi janin

- Memeriksa DJJ
5.
Petugas memberikan penyuluhan (gizi bumil, personal hygiene, perawatan payudara, manfaat ANC
secara rutin), pesan supaya pada saatnya melahirkan oleh tenaga kesehatan
6. Petugas mencatat hasil pemerikasaan pada kartu ibu, buku KIA
7. Petugas menulis resep (Calk, Fe dan Vitamin)
Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan rujuk ke RSU atau dokter spesialis, serta
8.
melakukan kunjungan rumah

9. Petugas merujuk ke ruang pengobatan/gilut/gizi pada pemeriksaan pertama atau bila ada indikasi

10. Petugas mencatat ke kohort ibu sesuai kartu ibu

6. Unit Terkait KIA, GIZI, BP, GILUT, Laboratorium, Klinik Sanitasi

7. Dokumen terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8.Rekaman historis
perubahan
PEMERIKSAAN DALAM

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit ; 03 Januari 2016
Halaman :
Westra Kharisma Iwarna B, drg
PUSKESMAS
PURWAHARJA 1
198106302009022000

Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara memasukkan jari telunjuk dan jari tengah
1. Pengertian
pada saat persalinan

1. Mengetahui kemajuan persalinan

2. Tujuan 2. Mengetahui keadaan jalan lahir

3. Untuk menentukan diagnosa


3. Kebijakan

- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006


4. Referensi
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007

1. Ibu diberitahu tentang pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Petugas mencuci tangan

3. Pakai sarung tangan

Ibu jari dan telunjuk tangan kiri membuka labia dan tangan kanan mengambil kapas vulva higiene dan
4.
menghapus vulva dari atas kebawah

Masukkan jari tengan tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah komisura posterior yang
5.
kemudian diikuti jari telunjuk

Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk tangan kiri dipindahkan keatas fundus untuk
6.
memfikasi bagian bawah janin

Yang diperhatikan pada saat pemeriksaan dalam yaitu :

a. Keadaan vulva

b. Keadaan Perinium

c. Keadaan vagina

5. Prosedur d. Adanya sistokel dan rektokel

e. Pengeluaran pervaginam

f. Servik : posisi, konsitensi, dilatasi (pembukaan), penipisan


7.
g. Kantong ketuban

h. Presentasi, Titik telunjuk (denominator) mologe dan posisi

i. Penurunan kepala

- H I : setinggi PAP

- H II : sejajar HI melalui pinggir bawah sympisis

- H III : sejajar dengan HI melalui spinae ischiadica

- H IV : sejajar dengan HI ujung os coccygis

8. Keluarkan tangan pelan-pelan

9. Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangun dibuka dan direndam dalam keadaan terbalik

10. Dokumentasikan hasil pemeriksaan

6. Unit Terkait KIA, BIDES

7. Dokumen terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan

8. Rekaman historis terkait


PERTOLONGAN PERSALINAN KALA I

No. Dokumen
:
No. Revisi
:
SOP
Tanggal Terbit
: 3 januari 2016
Halaman
:
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I

198106302009022000

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kala 1 adalah pelayanan persalinan yang aman
1. Pengertian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka lengkap (10 cm)

Memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang
2. Tujuan
bersih dan aman untuk ibu dan bayi

3. Kebijakan

- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006

4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009

- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007

1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan

2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ketuban pecah

3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir

4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap

Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (memberikan perhatian khusus pada tekanan
5.
darah, DJJ, lama kontraksi dan apakan ketuban pecah)

6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai kebutuhan

Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan
7. partograf setelah pembukaan 4 cm. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera berikan
5. Prosedur perawatan yang memadai dan segera rujuk ke RS yang tepat

8. Minta ibu agar sering buar air kecil sedikitnya setiap 2 jam, catat

9. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa dan memilih posisi yang nyam

10. Anjurkan ibu untuk tetap makan minum

11. Beri dukungan moril dan perlakukan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu

Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarga, beritahu
12.
kemajuan persalinan secara berkala

13. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi

14. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman, DPS, RSU

6. Unit Terkait DPS, RS

7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman historis
perubahan
AMNIOTOMI

No. Dokumen
:

No. Revisi
:
SOP
Tanggal Terbit
: 3 Januari 2016

Halaman
:
PUSKESMAS
PURWAHARJA I Westra Kharisma Iwarna B, drg

198106302009022000

1. Pengertian Amniotomi adalah pemecahan ketuban yang dilakukan sesuai indikasi

1 Mempercepat proses persalinan


2. Tujuan
2 Merangsang kontraksi uterus

3. Kebijakan

- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006


4. Referensi
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
Informasikan
tentang
1
tindakan yang
akan dilakukan
2 Penolong menggunakan APD

3 Vulva hygiene

4 Lakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaanserta tidak adanya bagian kecil janin/tali pusat

5 Tangan kiri mendekatkan bengkok kedepan vulva

6 Ambil 54 kocher dan wadah DTT dengan tangan kiri

Masukkan Vi kocher yang dipegang tangan kiri dituntun oleh tangan kanan dengan bagian tajam
7
menghadap ke jari pemeriksa hinggan bisa merasakan atau menyentuh selaput ketuban
5. Prosedur

Saat his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung jari tangan kanan menuntut ujung V2 kocher menggores
8
selaput ketuban 1-2 cm hingga ketuban pecah

9 Kehndcan kocher dari vagina dengan tangan kiri, masukkan ke dalam larutan kloin 0.5 o selama 10 menit

Pertahankan jari tangan kanan dalam vagina untuk melebarkan robekan selaput ketuban, merasakan
10
penurunan kepala janin dan untuk memastikan tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat menumbung

11 Keluarkan tangan kanan dan perhatikan warna serta jumlah air ketuban

12 Cuci sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% dalam keadaan terbalik

13 Periksa DJJ

6. Unit Terkait KIA, BIDES

7. Dokumen terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan

8. Rekaman historis
Perubahan
EPISIOTOMI DENGAN ANASTESI LOKAL

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000
Episiotomi dengan anastesi lokal adalah Suatu tindkan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya
1. Pengertian selaput lendir, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit
sebelah depan perineum yang terlebih dahulu dilakukan anastesi lokal
1 Untuk mencegah trauma pada kepala janin
2. Tujuan 2 Untuk menolong keselamatan janin pada kasus gawat janin
3 Mencegah kerusakan pada spinter ani
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu untuk merasa rileks
2 Hisap 10 ml larutan liokain 1% tanpa epineprin ke dalam tabung suntik steril ukuran 10 ml
3 Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm
4 Letakkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum
5 Masukkan jarum di tengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan di episiotomi
6 Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah
7 Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan maksimum 10 ml lidokain
Tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik dituukkan. Kulit melembung karena anestesia bisa
8
terlihat dan dipalpasi pada perineum di sepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi
Tanda tindakan episiotomi sampai perineum meipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada
9
saat kontraksi
Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan
5. Prosedur 10
diberikan sedikit tekanan lembut kearah luar pada perineum
Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, empatkan gunting di tengah-tengah fourchette
11
posterior dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral
Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang
12 mantap. Hindari menggunting jaringan sedikit demi sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang
tidak rata.
13 Gunting ke arah dalam vagina sekitar 2-3 cm
Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan dilapisi kain atau kasa
14
disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi pendarahan.
15 Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan untuk mencegah perluasan episiotomi

Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perinum dan vagina mengalami
16
perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atatu laserasi tambahan

6. Unit Terkait KIA, BIDES


7. Dokumen terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman historis
perubahan
PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000
Pertolongan persalinan tetap adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kala II adalah pelayanan
1. Pengertian persalinan yang aman yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dimulai dari adanya gejala dan
tanda kala dua dan berakhir dengan lahirnya bayi.

2. Tujuan Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Menghargai ibu selama proses persalinan
2 Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampingi selama proses persalinan
3 Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan
Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
- Ibu merasa adanya dorongan kuat untuk meneran
4 - Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfingter ani membuka
Pastikan Perlengkapa alat, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
5
- Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
6 Memakai celemek / APD
Cuci tangan dengan sabun di air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisue atau handuk
7
pribadi yang bersih dan kering
8 Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntian (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan
9
steril) (Pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
Membersihkan vulva dan perineum, meneykanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
10
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
11 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke
12
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
13 Periksa denyut jantung janin (DTT)
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan posisi
14
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
15 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
16 Laksanakan bimbingan menern saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meeran
17 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu
18 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu
19 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
20 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
21
tangan
22 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
23 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal
24 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal
25 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala
26 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki
27 Lakukan penilaian (selintas)
28 Keringkan tubuh bayi
29 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
30 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitoksin
31 Suntikkan oksitoksin 10 unit IM
32 Jepit tali pusat
33 Pemotongan dan pengikatan tali pusat
34 Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
35 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
36 Catat semua temuan dengan seksama
5. Unit Terkait BPS, DDPS, RSU
6. Dokumen terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
7. Rekaman historis
perubahan
PERTOLONGAN PERSALINAN KALA III

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 03 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000
Pertolongan persalinan tetap adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kala III adalah pelayanan
1. Pengertian persalinan yang aman yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dimulai sejak bayi lahir sampai
lahirnya placenta/uri dan selaput ketuban

- Membantu secara aktif pengeluaran placenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian
pendarahan pasca persalinan
2. Tujuan
- Memperpendek waktu persalinan kala III
- Mencegah terjadinya atoni uteri dan retensio placenta
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
Berikan penjelasan pada ibu tentang proedur penatalaksanaan aktif persalinan kala III, sebelum proses
1
persalinan
2 Setelah bayi lahir, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
3 Beritahu ibu bahwa dia akan disuntikoksitosin agar uterus berkontraksi baik
4 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
5 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi
6 Pemotongan dan pengikatan tali pusat
7 Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
8 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
9 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
10
menegangkan tali pusat
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan lain mendorong uterus kearah
11
belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati
5. Prosedur Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hinggal plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
12 penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso cranial)
13 Saat plasenta muncul di introitus vagina, plasenta dengan kedua tangan

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus
14 uteri dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus uteri
keras)

15 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput lengkap dan utuh
16 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum
17 Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat
18 Bersihkan vulva dan perineum
19 Periksa tanda-tanda vital
20 Catat semua temuan dengan seksama
6. Unit Terkait DPS, RSU
7. Referensi
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman historis
perubahan
PEMERIKSAAN LUKA JALAN LAHIR DAN ROBEKAN PORSIO

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000

1. Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan pada jalan lahir setelah plasenta lahir

- Untuk menemukan lokasi dan tingkat robekan pada jalan lahir


2. Tujuan
- Mengurangi pendarahan pada robekan
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2 Penolong memakai APD
3 Pastikan kontraksi uterus baik
4 Bersihkan vulva dengan gaas untuk memudahkan melihat jalan lahir
5 Membuka labia dan asisten disuruh untuk memfokuskan lampu sorot
Melihat perlukaan dari perinium, sepanjang labia dan dinding dengan melakukan penekanan menggunakan
6
tangan
5. Prosedur Jika tidak ada perlukaan tetapi pendarahan masih aktif dan kontraksi uterus baik, waspada adanya robekan
7
porsio
8 Pasang spekulum sims/L pada sisi atas dan bawah
Jepit bibir atas dan bawah porsio dengan tang ovom. Gerakkan ke kanan untuk melihat robekan pada sisi
9
kiri dan gerakkan ke kiri untuk melihat robekan pada sisi kanan

10 Jika tidak ada perlukaan jalan lahir, bersihkan tubuh ibu, jika ada perlukaan lanjutkan ke teknik penjahitan

6. Unit Terkait KIA, BIDES


7. Dokumen terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman historis
perubahan
PENJAHITAN LUKA LASERASI / EPISIOTOMI

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000

1. Pengertian Penjahitan luka laserasi/episiotomi adalah suatu tindakan untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan)

1 Untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (menyatukan)


2. Tujuan
2 Untuk mencegah kehilangan darah yang tidak perlu

3. Kebijakan

- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006


4. Referensi
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada ditepi tempat tidur atau meja, topang
1 kakinya dengan alat penopang atau minta keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada
dalam posisi litotomi.
2 Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu
3 Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas
4 Gunakan teknik aseptiik pada memeriksa robekan atau luka episiotomi
5 Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
6 Pakai sarung tangan DTT atau steril
7 Dengan menggunakan teknik aseptik persipkan alat dan bahan-bahan DTT untuk penjahitan
Duduk posisi santai dan nyaman ehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan
8
tanpa kesulitan
Gunakan kain/kasa DTT atau bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut,
9
bersihkan darah dan bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka
Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap, Pastikan bahwa laserasi/sayatan satu atau dua. Untuk
10
laserasi derajat tiga dan empat ibu harus dirujuk
11 Ganti sarung tangan DTT atau seril dengan yang baru setelah melakukan pemeriksaan rutin
12 Berikan anastesi lokal
Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulut tidak pipih) dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau
13
3-0
5. Prosedur 14 Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit jarum tersebut
Memastikan daerah tersebut sudah di anastesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara
15
jelas menentukan bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah
Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam vagina. Setelah membuat
16
tusukan pertama, bua ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan
17 Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah ke arah cincin himen
Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam laserasi. Periksa bagian antara jarum di perineum
18
dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka
Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah
19
laserasi
20 Setelah mencapi ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan

21 Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina, jarum harus keluar dari belakang cincin himen

22 Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina, potong ujung benang sisakan 1,5 cm
Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak aa kasa atau peralatan yang
23
tertinggal di dalam

24 Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus, raba apakah ada jahitan pada rektum

Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air DTT kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi
25
yang lebih nyaman

6. Unit Terkait KIA, BIDES


7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PERTOLONGAN PERSALINAN KALA IV

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kala IV adalah perlayanan persalinan yang aman yang dilakukan
1. Pengertian
oleh tenaga kesehatan yang kompten dimulai sejak placenta lahir sampai 2 jam post partum
- Mempromoikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman
2. Tujuan - Meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi
- Memulai pemberian ASI dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Cuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan pada ibu dan bayi baru lahir

2 Memberi penjelasan pelayanan yang diberikan kepada ibu , suami dan keluarganya

Segera setalah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk
3
yang bersih dan hangat, dukung ibu untuk memeluk bayinya.
Menilai keadaan ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan, kemudian setiap 30 menit
selama satu jam kedua setelah persalinan, yang dinilai :
- Kontraksi uterus
4 - Pendarahan
- Tekanan darah, nadi
- Kandung kencing
- Suhu
5 Membantu ibu agar dapat menyusui
6 Mempersiapkan ibu dan keluarga untuk pulang
5. Prosedur
7 Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian

8 Catat semua temuan da tindakan dengan lengkap da seksama pada partograf, kartu ibu dan kartu bayi
10 Memberitahu ibu dan keluarga tentang kunjungan petugas di hari ke 3 post partum
Sebelum meninggalkan ibu, bahaslah dengan ibu, suami dan keluarga tentang bahaya yang mungkin akan
terjadi pada ibu dan bayi. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan :
- Ibu mengalami pendarahan berat
- Mengeluarkan gumpalan darah
9 - Pusing
- Lemas yang berlebihan
- Suhu tubuh ibu > 38 C
- Suhu tubuh bayi < 36 C atau > 37,5 C
- Bayi tidak mau menyusui
- Bayi tidak mengeluarkan urine atau mekonium dalam 24 jam pertama
6. Unit Terkait DPS, RSU

7. Dokumen Terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8. Rekaman Historis
Perubahan
ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000

1. Pengertian Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada bayi baru lahir

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernapasan serta mencegah hiportemi, hipoglikemi dan
2. Tujuan
infeksi
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih
2 Menyiapkan pakaian bayilengkap, handuk lembut yang bersih, kain bersih dan kering untuk bayi
3 Menyiapkan obat tetes mata / salep mata
4 Menyiapkan Vit K1 injeksi
5 Menyiapkan HB Unijekt
6 Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
Segera setelah lahir, nila keadaan bayi, letakkan di perut ibudan segera keringkan bayi dengan handuk
7
yang bersih dan hangat
Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas/menangis sebelum menit pertama, nilai
8 APGAR SKOR, jika bayi tidak menangis atau tidak bernafas spontan, hisap mulut dan hidung bayi secara
hati-hati
Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernapasan, walaupun sudah dilakukan pengeringan, stimulasi atau
9
penghisapan lendir lakukan manajemen aspiksia pada BBI
10 Jika bayi menangis atau bernafas, lakukan pemeriksaan nilai APGAR pada menit pertama setelah lahir
11 Minta ibu memegang bayinya, tali pusat di klem, lalu di potong
12 Pasang benang/klem tali pusat
5. Prosedur Bayi harus tetap di selimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan segera mulai menyusui
13
(IMD)
Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum dengan menggunakan APGAR
14
SKOR
15 Mengukur tanda vital bayi, ukur suhu dengan termometer yang diletakkan di ketiak atau lipat paha
16 Lakukan pemeriksaan fisik secara cermat dari kepala sampai ujung kaki
17 Timbang BB dan ukur PB
18 Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi
19 Cuci tangan lagi
20 Memberikan salep mata tetrasikin 1 %
21 Memberikan injeksi Vit K1
22 Memberikan injeksi HB Unijekt 1 jam setelah pemberian Vit K1
23 Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui segera setelah lahir paling lambat 2 jam pertama
24 Pastikan bayi tetp terbungkus/mengenakan pakaian hangat dan tutup kepala
25 Membantu ibu untuk menyusui bayi
Tunggu 6 jam atau lebih setelah kelahiran sebelum memandikannya, tunggu lebih lama jika suhu tubuh bayi
26
belum stabil
27 Memperhatikan pengeluaran urine dan mekonium
Melakukan pencatatn semua yang ditemukan di kartu ibu dan bayi serta lakukan kolaborasi bila ada
28
kelainan
6. Unit Terkait DPS, RS
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
1. Pengertian yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah
Meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini ungkin bila terdapat
2. Tujuan
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke VI - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan MTBM
1 Sapa ibu dan keluarga dengan ramah
2 Tanyakan pada ibu/keluarga nama bayi, jenis kelamin, umur, alamat
3 Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi
4 Ukur BB, PB dan suhu
5 Tanyakan pada ibu bayi sakit apa
Lakukan penilaian :
- Kemungkinan penyakit sangan berat atau infeksi
6 - Penilaian apakah bayi diare
5. Prosedur - Memeriksa ikterus
- Memeriksa kemungkinan BB rendah dan atau masalah pemberian ASI
7 Pemberian imunisasi hepatitis B, 0-7 hari bila belum diberikan pada waktu bayi baru lahir
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan
8
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA
9 Penanganan dan rujukan kasus bila perlu
10 Catat semua temuan di form MTBM
11 Catat di kohort
6. Unit Terkait MTBS, GIZI
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PELAYANAN NIFAS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
PUSKESMAS
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu muli 6 jam sampai 42 hari
1. Pengertian
pasca bersalin oleh tenaga kesehatan

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI
2. Tujuan
eksklusif
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke VI - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Sapa ibu dan keluarga dengan ramah

2 Tanyakan pada ibu/keluarga jika ada permasalahan atau kekhawatiran tentang ibu dan bayinya

3 Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi


4 Pakai sarung tangan bila kontah dengan darah atau caian tubuh
5 Periksa tanda tanda vital : TD, suhu, nadi
6 Pemeriksaan fisik : payudara, fudus, lochea
7 Tanyakan ibu apakah meminum tablet Fe
8 Anjurkan ibu ke puskesmas untuk pemeriksaan HB jika anemia
5. Prosedur 9 Berikan penyuluhan tentang kebersihan diri, makanan bergizi, istirahat dan perawatan bayi
10 Cuci tangan sebelum memberikn pelayanan kepada bayi
11 Periksa tali pusat setiap kali kunjungan
12 Perhatikan k/u
13 Perhatikan warna kulit bayi
14 Jelaskan tentang manfaat pemberian ASI ekslusif
15 Jelaskan dengan ibu tentang KB pasca salin sesuai dengan kondisi ibu
16 Catat semua hasil pemeriksaan

6. Unit Terkait Laboratorium, Gizi


7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
MENCUCI PERINEUM

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
1. Pengertian Serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan perineum
2. Tujuan Pencegahan infeksi dan personal hygyene
3. Kebijakan
4. Referensi Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
Bila ibu mampu pergi sendiri ke kamar mandi maka anjurkan mencuci sendiri perineum dengan sabun dan air
1
bersih mengalir
2 Bila tidak, penolong melakukan cuci perineum pada ibu bersalin
3 Siapkan peralatan (air bersih, gayung, sabun, pispot, lap/handuk bersih, sarung tangan)
4 Minta ibu untuk melepaskan pakaian dalamnya dan tutupi dengan kain
5 Posisikan ibu ecara dorsal recumbent
6 Pasang pispot yang dialasi perlak di bawah bokong ibu
5. Prosedur 7 Cuci tangan dan pakai sarung tangan bersih
8 Basahi perineum
9 Cuci dengan menggunakan sabun dari atas ke bawah
10 Bilas dengan air bersih
11 Keringkan dengan handuk/lap bersih
12 Bereskan peralatan
13 Buat ibu nyaman, pakaikan kain penutup
14 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
6. Unit Terkait
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PERAWATAN LUKA PERINEUM

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
Membersihkan daerah vulva dan perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari hari pasca salin dan
1. Pengertian
masih menjalani rawat inap di rumah sakit
1 Vulva dan perineum bersih
2. Tujuan 2 Mencegah iritasi dan infeksi
3 Meningkatkan rasa nyaman ibu
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke VI - april 2006
4. Referensi
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Cuci tangan
2 Siapka alat-alat
3 Minta peunggu keluar
4 Siapkan lingkungan dan jaga privasi pasien
5 Jelaskan prosedur
6 Atur ibu dalam posisi dorsal recumben
7 Bantu ibu melepaskan pakaian bawah
8 Beri selimut
9 Pasang pengalas di bawah bokong ibu
10 Letakkan bengkok di depan vulva
11 Cuci tangan
12 Pakai sarung tangan
13 Periksa keadaan lokea : warna, jumlah, dan bau
Ambil kapas air DTT, bersihkan vulva dan perineum sebagai berikut :
5. Prosedur - Bersihkan mulai simfisis pubis ke atas secara zigzag, buang kapas DTT ke dalam bengkok
- Ambil kapas, bersihkan mulai lipatan paha atas menuju ke arah luar paha kiri, sampai seluruh permukaan
kulit bagian dalam bersih
14 - Lakukan langkah di atas untuk paha kanan
- Ambil kapas DTT, bersihkan bagian labia mayora kiri dan arah atas ke bawah
- Lakukan langkah di atas untuk labia mayora kanan
- Buka labia minora dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
- Ambil kapas DTT, Bersihkan mulai klitoris menuju ke bawah sampai anus
15 Perhatikan keadaan perineum ; apakah lepas jahitan/jahitan longgar, bengkak, kemerahan
16 Rawat luka jahitan dengan kasa steril yang diberi betadin
17 Pasang celana dalam dan pembalutnya
18 Angkat pengalas
19 Anjurkan ibu untuk ganti pembalutnya
20 Anjurkan ibu untuk ganti pembalut setiap kali basah
6. Unit Terkait LABORATORIUM
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
MEMASANG INFUS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000

1. Pengertian Serangkaian proses yang dilakukan dalam pemberian cairan per IV

2. Tujuan Memenuhi kebutuhan cairan dan obat per IV


3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke VI - april 2006
4. Referensi - Keterampilan dasar praktik klinik, 2008
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1 Dapatkan persetujuan dari pasen
2 Siapkan peralatan yang dibutuhkan
3 Cuci tangan
4 Pastikan cairan infus ang akan diberikan pada ibu benar
5 Buka set infus, Kencangkan klem penutup yang ada di bawah tabung tetes
6 Tusukkan trokar ke dalam kantong cairan
7 Gantung cairan pada standar infus
8 Perlahan-lahan tekan tabung tetes agar terisi cairan
9 Buka ujung penutup slang pada ujung yang lain, arahkan pada wadah DTT/steril
Buka klem penutup secara perlahan sehingga cairan infus mengalir pada wada DTT/steril dan seluruh slang
5. Prosedur 10
terisi cairan
11 Hilangkan gelembung udara yang berada pada slang infus dengan cara mengalirkan cairan infus perlahan
12 Tutup klem pengontrol aliran cairan
13 Pasang kembali penutup ujung slang
Gunakan handrub, bendung vena ibu lakukan pemasangan kanula pada vena ibu dan hubungkan dengan
14
slang infus
15 Atur kecepatan tetesan cairan infus sesuai dengan kebutuhan
16 Pasang balutan, bersihkan seluruh peralatan dan cuci tangan
17 Pantau keseimbangan cairan sesuai dengan intruksi
18 Dokumentasikan seluruh proses yang berlangsung
6. Unit Terkait UGD
7. Dokumen Terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8. Rekaman Historis
Perubahan
PENANGANAN SYOK ANAPILAKTIK

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000

1. Pengertian Syok akibat pemberian obat-obatan

2. Tujuan Sevagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di puskesmas


3. Kebijakan
4. Referensi Pedoman pengobatan di puskesmas, Deokes RI, 2007
Peralatan
a. Tabung oksigen
b. Tensimeter
1 c. Ambulance (Jika di rujuk)
d. Adrenalin ampul
e. Dexamethason Vial
f. Jarum suntik disposibel 2,5 ml, 3 ml
Intruksi kerja
a. Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi
b. Berikan ADRENALIN inj. 0,3 cc (1:1000) secara Intra Muskular pada lengan atas
c. Bila perlu dapat diulang tiap 15 menit, umumnya diperlukan 1-4 kali pemberian
d. Pasang tornikuet dikendurkan tiap 10 menit
5. Prosedur 2
e. Jaga sistem ernapasan dan sistem kardiovaskular agar berjalan baik
f. Pemberian cairan bila diperlukan
g. Bila perlu Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena
h. Dosis hidrocortison 5 mg/kg BB, dapat diulang tiap 4-6 jam
i. Bila keadaan tidak membaik, persipkan rurjukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
Dokumen terkait
a. Buku status pasien
3 b. Protap syok anfilatik
c. Buku register unit pelayanan terkait
d. Buku daftar rujukan pasien
Indikator kinerja
4
Kesadaran pasien dapat di perbaiki
6. Unit Terkait KIA, BP, PUSTU, POSKESDES, Bidan desa
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
ASUHAN PASCA KEGUGURAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I
198106302009022000
Asuhan pasca keguguran adalah asuhan yag diberikan ibu pasca keguguran yang lengkap, meliputi asuhan meik
1. Pengertian preventif, berupa element-element kunci : Kegawat daruratan, konseling dan pelayanan kontrasepsi paska
keguguran
2. Tujuan Menanggulangi kematian maternal yang disebabkan oleh komplikasi akibat abortus inkomplit
3. Kebijakan
4. Referensi Asuhan paska Keguguran JNPK-KR/POGI edisi 1 tahun 2001
1 Menyiapkan alat yang steril dan ruangan yang bersih dan nyaman
Masukan spekulum secara halus perhatikan serviks adalah robekan atau jaringan yang terjepit di osium.
2
Apabila ada bekuan darah atau sisa jaringan keluarkan dengan klem ovum
3 Bersihkan serviks usapkan larutan antiseptik
4 Lakukan blok paraservikal (jika perlu)
5 Pegang bibir atau serviks dengan tenakulum tegangkan lalu ukur bukaan ostium serviks dengan kanula
Setelah didapatkan ukuran yang sesuai dengan hati-hati masukkan (memutar ke kiri dan ke kanan dengan di
6
dorong ringan) kaduna kedalam kavum uteri
Sambil memasukkan ujung kanula hingga mencapai fundus uteri, perhatikan titik-titik pada sisi yang sama
7 pada lubang kanula. Titik yang paling dekat dengan ujung kanula menunjukkan ukuran 6 cm dan setiap titik
berikut menunjukkan ambahan 1 cm. setelah selesai tarik sedikit ujung kanula dari fundus uteri
8 Hubungkan pangkal kanula (dipegang sambil memegang tanakulum) dengan tabung AVM (melalui adaftor)
Buka katup pengatur untuk menjalankan tekanan negatif (vakum) ke vakum uteri. Bila tekanan tersebut
9
bekerja tampak cairan darah dan busa ke tabung AVM
5. Prosedur Evakuasi sisa konsepsi dengan menggerakkan kanula maju mundur rotasi kanan-kiri sambil mundur secara
10
sistemik, jangan melebihi 180
Periksa kebersihan kavum uteri dan kelengkapan evakuasi. Cukup bersih jika ; tidak terlihat busa-busa
11 merah, mulut kanula melewati bagian-bagian bersabut kasar, uterus berkontraksi atau seperti memegang
kanula
Keluarkan kanula, lepaskan sambungan dengan tabung AVM dan masukkan ke dalam wadah yang berisi
12 larutan dekontaminasi, buka katup pengatur, keluarkan isi tabung AVM (dengan menekan pendorong toraks)
ke dalam wadah khusus
Periksa jaringan hasil evakuasi : jumlah, adanya masssa, kebersihan evakuasi, kelainan-kelainan diluar masa
13
kehamilan
14 Lepaskan tenakulum dan spekulum lakukan dekontaminasi pada alat bekas pakai
Sementara masih menggunakan sarun tangan kumpulkan bahan habis pakai ke dalam tempat sampah.
15 Hisap larutan khlorindg jarum dan tabung suntik lepaska bagian-baiannya lalu rendam selama 10 menit dim
klorin
Masukkan kedua tangan (masih menggunakan sarung tangan) ke dalam larutan chlorin 0/5%. Bersihkan
16
cemaran lepaskan secara terbalik kedalam wadah dekontaminasi
17 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir hingga bersih
5. Unit Terkait PONED, PKM
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER/ATONIA UTERI

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PUWAHARJA I 198106302009022000
Penanganan suatu kondisis dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar
1. Pengertian
dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami
2. Tujuan
pendarahan postpartum primer/atonia uteri
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke VI - april 2006
4. Referensi
- Buku acuan asuhan persalinan normal, JNPK-KR 2007
1 Periksa gejala dan tanda perdarahan pospartum primer
2 Lakukan masase uterus
3 Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
4 Gunakan sarung tangan DTT/steril
Jika perdarahan terjadi terus tetapi kontraksi baik :
- Berikan 10 unit oxitosin IM
5
- Kosongkan kandung kemih
- Periksa laserasi
Jika uterus mengalami atonia
- Lakukan masase uterus, untuk mengeluarkan gumpalan darah
5. Prosedur - Gunakan sarung tangan DTT/steril
- Kosongkan kandung kemih
- Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
- Persiapkan kemungkinan rujukan
6 - Minta keluarga untuk lakukan kompresi bimanual eksterna
- Keluarkan tangan perlahan-lahan
- Berikan ergometrin 0,2 mg IM / misoprostol 600-1000 mg
- Berikan IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum besar (no 16/18 G)
- Ulangi kompresi bimanual internal
- Rujuk pasien dengan didampingi, teruskan IV dengan kecepatan 500 cc/jam sampai ketempat rujukan,
teruskan KBI/KBE

6. Unit Terkait DPS, RSU


7. Dokumen Terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8. Rekaman Historis
Perubahan
TINDAKAN MANUAL PLASENTA PADA RETENSIO PLASENTA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
Tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempa implantasinya dan kemudian
1. Pengertian
melahirkannya keluar dari kavum uteri
- Mengenali dan memberikan pertolongan pertama pada retensio plasenta dan penangan perdarahan sesuai
2. Tujuan dengan kebutuhan
- Mengurangi angka kematian akibat perdarahan
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke VI - april 2006
4. Referensi
- Buku acuan asuhan persalinan normal, JNPK-KR 2007
1 Pasang set dan cairan infus
2 Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3 Beri sedativa (valium 10 mg/IV) atau analgetika (ketamine 0,25-0,5 mg/KgBB/IV
4 Siapkan dan jalankan prosedur pencegaha infeksi
5 Pastikan kandung kemih kosong
6 Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
7 Secara obstetrik masukkan tangan lainnya menelusuri sisi bawah tali pusat
Setelah mencapai bukaan servik minta tolong pada asisten untuk memegangkan klem tali pusat, tangan
8
luar menahan fundus
9 Masukkan tangan dalam ke kavum uteri hingga mencapai tempat imlantasi plasenta
10 Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam
11 Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah
5. Prosedur 12 Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus perluas pelepasan
Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa
13
plasenta
14 Pindahkan tangan luar dari fundus ke simfisis
15 Lakukan penekanan uterus ke arah dorso kranial
16 Masukkan ke dalam wadah plasenta
17 Dekontaminasi sarung tangan dan peralatan lain yang digunakan
18 Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
19 Cuci tangan dengan sabun di air mengalir dan keringkan
20 Periksa tanda-tanda vital
21 Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
22 Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan
23 Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu memerlukan pemantauan lanjutan
24 Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
6. Unit Terkait DPS, RSU
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
1. Pengertian Penangan pada keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan
2. Tujuan
pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke VI - april 2006
4. Referensi
- Buku acuan asuhan persalinan normal, JNPK-KR 2007
Cuci tangn memakai sabun dan air mengalir
Siapkan semua peralatan yan diperlukan dalam keadaan bersih, tersedia dan berfungsi baik sebelum
pertolongan persalinan
Segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi : tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap, lakukan :
- Letakkan bayi diatas bayi perut ibu
- Selimuti bayi
- Pindahkan ke meja resusitasi
Lakukan langkah awal :
- Jaga bayi tetap hangat
- Atur posisi
- Isap lendir
- Keringkan dan rangsang taktil
- Reposisi
5. Prosedur
- Penilaian apakah bayi menangis/bernapas spontan dan teratur, bila tidak >>
Lakukan ventilasi :
- Pasang sungkup
- Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air
- Bila dada bayi mengembang lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm dalam 30 detik
- penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur, bila tidak >>
6 Lanjutkan Ventilasi, evaluasi tiap 30 detik
7 Perhatikan apakah bayi menangis/bernapas spontan dan teratur, bila tidak >>
8 Setelah ventilasi selama 2 menit tidak berhasil, siapkan rujukan
Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas spontan setelah 20 menit, pertimbangkan untuk
9
menghentikan tindakan resusitasi
10 Konseling, dukungan emosional
11 Catat semua dengan seksama tindakan dan obat yang elah diberikan
6. Unit Terkait RSU
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
DETEKSI RESIKO IBU HAMIL

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
Menentukan faktor resiko dan resiko tingi pada ibu hamil. Factor resti dapat diidentifikasi sedini mungkin sehingga
1. Pengertian
dapat mengatasi akibat dari resti itu sendiri dan menurunkan angka kematian ibu.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan factor resiko dan resiko tinggi pada ibu hamil
3. Kebijakan Dilakukan oleh Dokter/Bidan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi
- Buku Kesehatan Maternal dan Neonatus, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2002.
A. Alat dan Bahan
1. Timbangan Berat badan
2. Pita pengukur tingkat lengan atas
3. Pengukur Tinggi Badan
4. Tensi Meter
5. Buku KIA (Score Poedji Rochjati)
B. Intruksi Kerja
Faktor Resiko Ibu Hamil diantaranya :
1. Primi muda, hamil ke-1 umur kurngdari 16 tahun
2. Primi tua, hamil ke-1 umur lebih dari 35 tahun, atau terlalu lambat hamil ke-1 kawin lebih dari 4 tahun.
3. Terlalu lama hamil lai, lebi dari 10 tahun.
4. Terlalu cepat hamil lagi, kurang dari 2 tahun
5. Terlalu banyak anak, anak lebih dari 4
6. Terlalu tua, umur lebih dari 35 tahun
7. Tinggi badan kurang dari 145 cm
8. Pernah gagal kehamilan
9. Pernah melahirkan dengan tarikan tang / vakum
10. Pernah melahirkan dengn Uri dirogoh
11. Pernah melahirkan dengan diberi infuse/transfusi
12. Pernah operasi seksio
Adanya penyakit pada ibu hamil : kurang darah, Malaria, TBC paru, Payah jantung, kencing manis dan
13.
penyakit menular seksual.
14. Adanya bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah tinggi.
15. Hamil kembar 2 atau lebih
16. Hamil kembar air (Hydramnion)
17. Bayi mati dalam kandungan.
18. Kehamilan lebih bulan.
5. Prosedur
19. Hamil letak sungsang
20. Hamil letak lintang
21. Hamil dengan pendarahan
22. Pre eklamsiberat (kejang)
Kriteria Faktor Resiko Tinggi Ibu Hamil, diantaranya:
23. HB kurang dari 8 gr %
24. Tekanan darah tinggi (Sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)
25. Eklampsia
26. Oedema yang nyata
27. Perdarahan pervaginaan
28. Ketuban pecah dini
29. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
30. Letak sungsang pada primigravida
31. Infeksi berat / sepsis
32. Persalinan premature
33. Kehamilan ganda
34. Janin yang besar
35. Penyakit kronis pada ibu : Jantung, paru, ginjal, dll.
36. Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan
Penatalaksanaan sesuai Kelompok Resiko :
Jumlah skor2,termasuk kelompok Bumil Resiko Rendah (KRR), pemeriksaan kehamilan bisa dilakukan bidan,
37. tidak perlu dirujuk, tempat persalinan bisa dilakukan bidan, tidak perlu dirujuk, tempat persalinan bisa di
polindes, penolong bisa bidan.
Jumlah skor 6-10, termasuk kelompok Bumil Resiko Tinggi (KRT), pemeriksaan kehamilan dilakukan bidan
38.
atau dokter, rujukan ke bidan dan puskesmas, penolong persalinan bidan atau dokter.
Jumlah skor lebih dari 12, termasuk kelompok Bumil Resiko Sangat Tinggi (KRST), pemeriksaan kehamilan
39.
harus oleh dokter, penolong harus dokter.

6. Unit Terkait KIA, PONED


7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PENDAMPINGAN RUJUKAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000

1. Pengertian Pendamping pasien adalah perawat / bidan yang ditugaskan untuk mendampingi pasien menuju tempat rujukan

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah - langkah pendamping pasien yang dirujuk

3. Kebijakan Pasien yang dirujuk harus mendapat pengantar dari dokter Puskesmas
4. Referensi Buku Pedoman sistem rujukan maternal dan perinatal DEPKES RI Jakarta, 2006
Setelah dokter memeriksa secara lengkap dan memeriksa pasien tersebut harus dirujuk. Maka perawat
1.
menghubungi supir ambulan.
2. Perawat/bidan pendamping menyiapkan alat dan obat yang diperlukan selama perjalanan.
Perawat/bidan pendamping mengawasi ABC secara ketat dan menulis segala tindakan dan kejadian pada
5. Prosedur 3.
formulir observasi selama perjalanan.
Perawt/bidan pendamping melakukan serah terima pasien dan formulir observasi ditanda tangani oleh
4.
petugas Rumah Sakit yang dituju.
5. Perawat/bidan mendamping melapor dan menyerahkan formulir observasi ke Puskesmas.
6. Unit Terkait KIA, IGD, BIDES
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
RUJUKAN IBU HAMIL

SOP No. Dokumen :


No. Revisi :
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
1. Pengertian Pasien yang dirujuk adalah pasien yang mmerlukan pemeriksaan, pengobatan yang lebih lanjut atas indikasi
pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan di Puskesmas

2. Tujuan Mengirim pasien yang dirujuk ke rumah sakit secara cepat, cermat dan aman bagi pasien
3. Kebijakan
4. Referensi - Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
- Pedoman PWS KIA, 2009
1. Petugas menerima kunjungan ibu hamil di ruang pemeriksaan setelah terlebih dahulu mendaftar di ruang
2. pendaftaran
Bersikap sopan, ramah, dan bersahabat
3. Pada kunjungan pertama petugas melakukan anamnesa dan mengisi KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu
ibusecara lengkap :

- Menanyakan identitas
- Meanyakan riwayat kehamilan sekarang, HPHT / pertama kali gerakan bayi dirasakan ibu
- Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
- Riwayat menstruasi
- Riwayat pemakaian kontrasepsi
- Riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga
- Menanyakan keluhan
- Memastikan bahwa kehamilan ini diharapkan
- Mempersilahkan ibu hamil ke laboratoeium untuk periksa HB dan GolDar (Bumil dengan K1)
- Berikan imunisasi TT sesuai dengan ketentuan
4. Pada setiap kunjungan, petugas harus :
- Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil
- Mmeriksa urine untuk tes protein bila ada indikasi, bila adakelainan, ibu dirujuk
- Periksa HB pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 28 minggu atau bila ada indikasi/tanda - tanda
anemia
- Mengukur tinggi badan, berat badan, LILA, TD.
- Melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap (head to toe), pastikan kandung kencing kosong
sebelum diperiksa

- Mengukur tinggi fundus uteri dalam cm (sesudah kehamilan 24 minggu), posisi janin dan presentasi janin
5. Prosedur
- Memeriksa DJJ.
5. Petugas memberikan penyuluhan (gizi bumil, personal hygiene, perawatan payudara, manfaat ANC secra
6. rutin),
Petugas pesan supaya
mencatat pada
hasil saatnya melahirkan
pemeriksaan pada kartuoleh
ibu,tenaga kesehatan
buku KIA
7. Petugas menulis resep (Calk, Fe dan Vitamin)
8. Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ditemukan resiko seperti :
- Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang
- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini
- Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis,
kelainan endokrin (Diabetes Melitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dn keganasan

- Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban
pecah dini, bayi dengan cacat kongenital

- Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksivakum/forseps


- Riwayat nifas dengan komplikasi : Perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas, psikosis post partum
(post partum blues)

- Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital
- Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster
- Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar
- Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
9. Rujuk ke RSU atau dokter spesialais, serta melakukan kunjungan rumah
10. Petugas merujuk ke ruang pengobatan/gilut/gizi pada pemeriksaan pertama atau bila ada indikasi
11. Petugas mencatat ke kobort ibu sesuai kartu ibu
6. Unit Terkait RUANG RUJUKAN, GIZI, BP, GILUT, Laboratorium, Klinik Sanitasi
7. Dokumen Terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8. Rekaman Historis
Perubahan
RUJUKAN PADA PERTOLONGAN PERSALINAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000

Pasien yang dirujuk adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan yang lebih lanjut atas indikasi
1. Pengertian
pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan di Puskesmas atau daerah

Memberikan rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang
2. Tujuan
mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai / ketuban pecah
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap
Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (memberikan perhatian khusus pada tekanan darah, DJJ, lama
5.
kontraksi dan apakah ketuban pecah)
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai kebutuhan
7. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan partograf setelah
pembukaan 4 cm. jika ditemukan komplikasi atau masalah seperti :
- Riwayat bedah sesar
- Perdarahan per vaginaan
- Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
- Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental
- Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
- Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
- Ikterus
- Anemia berat
- Tanda / gejala infeksi
5. Prosedur
- Pre-eklamsi / hipertensi dalam kehamilan
- Tinggi fundus uteri lebih dari 40 cm atau lebih
- Gawat janin
- Primipara dalam masa aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5
- Presentasi bukan belakang kepala
- Presentasi ganda
- Kehamilan ganda atau gemelli
- Tali pusat menumbung
- Syok
- Tanda dan gejala fase aktif memanjang
- Tanda dan gejala Partus lama
8. Segera berikan perawatan pra rujukan yang memadai dan segera rujuk ke RS yang tepat
9. Anjurkan ibu untuk tetap makan dan minum
10. Dampingi ibu dan beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu
Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami, dan keluarga, beritahu kemajuan bersalin
11.
secara berkala
Saat tiba ditempat rujukan laporkan semua tindakan dan obat yang telah diberikan kepada petugas ditempat
12.
rujukan
13. Dampingi ibu sampai mendapatkan pertolongan.
6. Unit Terkait RSU, RS SWASTA, DPS
7. Dokumen Terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8. Rekaman Historis
Perubahan
RUJUKAN BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000

Pasien yang dirujuk adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan yang lebih lanjut atas indikasi
1. Pengertian
pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan di puskesmas atau daerah.

Memberikan rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana lebihlengkap yang
2. Tujuan
mampu menyelamatkan jiwa bayi baru lahir
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih
2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih, kain bersih dan kering untuk bayi
3. Menyiapkan obat tetes mata atau salep mata
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu dan segera keringkan bayi dengan handuk yang
5.
bersih dan hangat
6. Segera menilai bayiuntuk memastikan bahwa bayi bernafas/menangis sebelum menit pertama, nilai APGAR
SKOR, jika bayi mengalami penyulit seperti :
- Prematuritas dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gr)
- Asfiksia
5. Prosedur - Infeksi Bakteri
- Kejang
- Ikterus
- Hipotermia
- Masalah pemberian ASI
- Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
7. Segera rujuk bayi setelah melakukan pertolongan yang sesuai standar dan wewenang bidan
8. Dampingi selama rujukan
9. Jaga bayi tetap hangat, beri ASI jika memungkinkan
10. Saat tiba di tempat rujukan laporkan semua tindakan dan obat yang telah diberikan kepada petugas ditempat ru
11. Dampingi bayi sampai manedapatkan pertolongan
6. Unit Terkait RSUD
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
RUJUKAN NEONATAL

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
Pasien yang dirujuk adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan lebih lanjut atas indikasi pengobatan
1. Pengertian
atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan di Puskesmas atau daerah.
Memberikan rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang
2. Tujuan
mampu menyelamatkan jiwa NEONATAL
3. Kebijakan
- Standar pelayanan kebidanan, cetakan ke IV - april 2006
4. Referensi - Pedoman PWS KIA, 2009
- Buku acuan MTBM
1. Sapa ibu dan keluarga dengan ramah
2. Tanyakan pada ibu/keluarga nama bayi, jenis kelamin, umur, dan alamat
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu atau bayi
4. Ukur berat badan, panjang badan, suhu
5. Tanyakan pada ibu bayi sakit apa
6. Lakukan Penilaian :
- Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
- Penilaian apakah bayi diare
- Memeriksa ikterus
- Memeriksa kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI
- Rujuk Bayi baru lahir apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seoerti berikut :
Tidak mau minum/menyusui atau memuntahkan semua
Riwayat kejang
Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
Ferkwensi nafas <= 30 X/menit dan >=60 X/menit
Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
5. Prosedur
Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
Merintih
Ada pustul kulit
Nanah banyak di mata
Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah <2500 gram
Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit - langit
7. Catat semua temuan di form MTBM
8. Dampingi selama rujukan
9. Jaga bayi tetap hangat, beri ASI jika memungkinkan
Saat tiba di tempat rujukan laporkan semua tindakan dan obat yang telah diberikan kepada petugas di tempat
10.
rujukan
11. Dampingi bayisampai dapat pertolongan
12. Catat di kobort
6. Unit Terkait RSUD
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan
PI (PENCEGAHAN INFEKSI)

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
1. Pengertian Tindakan pencegahan infeksi
- Untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
2. Tujuan - Menurunkan risiko penularan penyakit
- Mencegah terjadinya infeksi pada klien dan petugas kesehatan
3. Kebijakan
4. Referensi - Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
3. Perlindungan diri
5. Prosedur 4. Menggunakan teknik asepsis dan aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dan aman
7. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
6. Unit Terkait KIA, BIDES
7. Dokumen Terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8. Rekaman Historis
Perubahan
PI STERILISASI

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
1. DESINFEKTASI TINGKAT TINGGI
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada obyek mati
1. Pengertian 2. STERILISASI
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan parasit) termasuk endospora bakteri
pada obyek - obyek mati
- Untukmeminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
2. Tujuan - Menurunkan risiko penularan penyakit
- Mencegah terjadinya infeksi pada klien dan petugas kesehatan
3. Kebijakan Lakukan tindakan DTT dan sterilisasi sesuai jenis alat
4. Referensi Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1. DTT SECARA REBUS
a. Rendam seluruh alat dalam wadah tertutup untuk merebus
b. Letakkan di atas kompor dan nyalakan api
c. Ukur waktu saat air mendidih biarkan mendidih selama 20 menit
d. Setelah 20 menit matikan api, angkat alat - alat dengan forsep
e. Keringkan di udara dan simpan pada wadah DTT tertutup
f. Berikan label
2. DTT SECARA KUKUS
a. Susun peralatan dalam panci untuk mengukus
b. Letakkan diatas kompor dan nyalakan api
c. Ukur waktu saat air mendidih biarkan mendidih selama 20 menit
5. Prosedur
d. Setelah 20 menit matikan api, angkat alat - alat dengan forsep
e. Keringkan di udara dan simpan pada wadah DTT tertutup
f. Berikan label
3. STERILISASI
a. Susun peralatan dalam autoklaf, tutup dan kunci dengan rapat
b. Pasang posisi tombol "ON" untuk menyalakan autoklaf
c. Pastikan suhunya 121 C
d. Tunggu 20 menit untuk alat yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk alat yang dibungkus
e. Matikan autoklaf, buka katup pelepas tekanan
f. Buka autoklaf, angkat alat dan tempatkan dalam wadah steril
g. Berikan label
6. Unit Terkait KIA
7. Dokumen Terkait

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


8. Rekaman Historis
Perubahan
CUCI TANGAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 3 Januari 2016
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
1. Pengertian Prosedur tunggal yang paling penting dalam pencegahan infeksi (Manangan 2001)
Menghilangkan kotoran dan debris secara mekanis dari permukaan kulit dan mereduksi jumlah mikroorganisme
2. Tujuan
transien
3. Kebijakan
4. Referensi - Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
1. Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan tangan
2. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir
Gosok kedua tangan dengan kuat dengan menggunakan sabun biasa atau mengandung antiseptik selama 10 -
3.
15 detik, dengan langkah - langkah :
a. Telapak kanan dan telapak kiri
b. Telapak dan punggung tangan kanan dan kiri
5. Prosedur c. Telapak tangan kanan dan kiri, khusus sela - sela jari
d. Punggung jari dan tangan berlawanan kanan dan kiri
e. Putar ibu jari dalam telapak tangan yang berlawanan
f. Gosok ibu jari di telapak tangan yang berlawanan, kanan dan kiri bergantian
g. Bilas tangan kiri dan kanan secara bergantian dari jari hingga sikut di air yang mengalir
Biarkan tangan keringdengn cara diangin - angin atau keringkan dengan kertas tissue atau handuk pribadi
4.
yang bersih dan kering
6. Unit Terkait KIA, BIDES
PENGISIAN PARTOGRAF

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS Westra Kharisma Iwarna B, drg
PURWAHARJA I 198106302009022000
1. Pengertian Serangkaian proses yang dilakukan dalam memantau kemajuan persalinan
2. Tujuan Menegakkan diagnosa kebidanan dan deteksi dini kegawatdaruratan
3. Kebijakan Semua persalinan dengan presentasi kepala harus menggunakan partograf
4. Referensi Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2007
Pengisian partograf dimulai ketika persalinan memasuki fase aktif (pembukaan srvik 4 cm). Isi identitas ibu,
1.
pertama kontraksi dan kondisi ketuban pada bagian atas lembar depan partograf
Mengisi besar pembukaan servik dengan membubuhkan tanda X mengikuti garis waspada, dan penurunan
2. kepala (O) yang diperiksa setiap 4 jam, dan dihubungkan dengan garis, jam pemeriksaan ditulis pada kotak
bawahnya
Pengisian DJJ dilakukan setiap 30 menit dengan membubuhkan tanda dan kemudian dihungkan dengan
3.
garis
Isi kondisi air ketuban dengan membubuhkan tanda U (utuh), M (mekonium), D (darah), dan K (kering) jika
4.
dilakukan periksa dalam atau jika ketuban pecah
Isi keadaan molase kepala janin pada kotak yang tersedia setiap dilakukan preiksa dalam, bubuhkan tanda 0
5. (tidak ada tanda molase), 1 (sutura berdekatan), 2 (sutura agak menumpuk dan tidak bisa dipisahkan), 3
5. Prosedur (sutura sangat menumpuk dan tidak bisa dipisahkan)
Isi kontraksi uterus ibu setiap 30 menit dengan membubuhkan arsir pada kotak jika lamanya kontraksi < 20
6.
menit dan kotak penuh jika lama kontraksi > 20 menit
Isi nadi ibu setiap 30 menit dengan membubuhkan tanda dan dihubungkan dengan garis. Tekanan darah
7.
setiap 2 jam sekali dengan membubuhkan tanda.
Isi pemberian obat - obatan intra vena atau oral jika diberikan, isi pemberian makan minum dengan
8.
mencantumkan volume pada kotak yang tersedia sesuai jam pemberian.
Ambil keputusan dan tindakan segera jika pembukaan serviks melewati garis waspada, penurunan kepala
9.
tidak signifikan terutama pada primipara dan terjadi gawat janin
5. Unit Terkait KIA
7. Dokumen Terkait
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
8. Rekaman Historis
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai