Anda di halaman 1dari 50

1.

Konsep Peluang
EL2002-Probabilitas dan Statistik
Dosen: Andriyan
Isi
1. Ruang Cuplikan (Sample Space)
2. Kejadian (Events)
3. Operasi Terhadap Kejadian
4. Pencacahan Titik Cuplikan
5. Peluang Kejadian
6. Hukum Peluang
7. Peluang Bersyarat
8. Aturan Bayes
1.1 Ruang Cuplikan

(sample space)
Data Mentah
Hasil pengamatan: pencacahan atau hasil
numerik dari suatu pengukuran
Def.1.1: Data mentah adalah rekaman dalam
bentuk asal, baik berupa hasil pencacahan maupun
pengukuran

Percobaan (statistik): segala macam proses


yang menghasilkan data mentah
Contoh: pencacahan trafik kendaraan, pelantunan mata uang
atau dadu, pengamatan besaran fisik dalam eksperimen di
Lab, dll
Ruang Cuplikan
Def.1.2: Himpunan semua hasil percobaan statistik
disebut sebagai ruang cuplikan dan dituliskan sebagai
S.
Setiap titik dalam ruang cuplikan disebut titik cuplikan (sample
point), atau elemen/anggota ruang cuplikan.
Contoh ruang cuplikan:
Pelantunan uang logam (koin): S = {H, T}
S = {x|x kota dengan penduduk diatas 1 juta jiwa}
S={(x,y)}| x2 + y2 4}
Pelantunan dadu:
S1={1, 2, 3, 4, 5, 6}
S2 = {ganjil, genap}
1.2 Kejadian/Peristiwa

(Events)
Definisi kejadian
Def.1.3: Suatu kejadian (peristiwa) adalah
himpunan bagian dari ruang cuplikan
Contoh:
A={3,6} adalah kejadian dalam pelantunan dadu
dimana mata dadu yang muncul dapat dibagi 3
Untuk t yng menyatakan umur komponen elektonik,
kejadian A dimana komponen berumur kurang dari
5 tahun adalah A={t|t<5}, dengan S={t|t1}
Kejadian sederhana dan kejadian majemuk
Def.1.4: Jika suatu kejadian berupa himpunan yang hanya
mengandung satu titik cuplikan, maka kejadian ini disebut
sebagai kejadian sederhana. Kejadian majemuk adalah
kejadian yang dapat dinyatakan sebagai gabungan dari
beberapa kejadian sederhana

Contoh:
Untuk percobaan/pengamatan jenis kartu, dimana S={ , , },
maka A={} adalah kejadian sederhana, sedangkan B = {, }
adalah kejadian majemuk.
NB: heart, spade, club, diamond
Sebaliknya, jika S = {seluruh 52 buah kartu yang dilihat satu
persatu}, maka A={semua kartu } adalah kejadian majemuk.
Ruang null
Def.1.5: Ruang null atau ruang kosong adalah
himpunan bagian dari ruang cuplik yang tidak
memiliki anggota dan dilambangkan sebagai .

Contoh null-space
Hasil pengamatan organisme mikroskopis dng mata-
telanjang
B={x|x faktor nonprima dari 7}
Hasil percobaan pelantunan dadu (biasa) yang memberi
mata tujuh
Diagram Venn

S S = ruang cuplikan
A A, B, C: kejadian
C
A={kartu warna merah}
B
B={kartu J, Q, K}
C={kartu As}

Penggambaran relasi antar himpunan.


1.3 Operasi terhadap kejadian
Irisan dua kejadian
Def.1.6: Irisan antara kejadian A dengan kejadian B,
dilambangkan sebagai AB, adalah kejadian yang
mengandung semua elemen yang berada di A dan di B
sekaligus.

Contoh:
S Jika A = {1, 2, 3, 4, 5} dan B={2,
A 4, 6, 8}, maka AB={2,4}
B Jika P = {a, i, u, e, o} dan
Q={s,t}, maka PQ =
Pada contoh terakhir, P dan Q tdk
dapat terjadi bersamaan.Kejadian
spt ini disebut mutually exclusive.
Kejadian mutually exclusive
Def.1.7: Dua buah kejadian A dan B disebut mutually
exclusive jika AB =

S
A B
Gabungan kejadian
Def.1.8: Gabungan dua buah kejadian, A dan B,
dilambangkan sebagai AB, adalah kejadian yang
mengandung semua elemen dari A, atau B, atau keduanya.

S Contoh:
Jika A = {1, 2, 3, 4, 5} dan B={2,
A B 4, 6, 8}, maka A B={1, 2, 3, 4,
5, 6, 8}
Jika P = {a, i, u, e, o} dan
Q={s,t}, maka PQ ={a, i, u, e,
o, s, t}
Kejadian Komplementer
Def.1.9: Komplemen dari kejadian A terhadap S,
dituliskan sebagai A, himpunan semua elemen S yang
tidak berada dalam A.

S Contoh:
Jika S = {1, 2, 3, 4, 5} dan A={2,
A 4}, maka A ={1, 3, 5}
Untuk S={ , , } dan
A={}, maka A={, , }

A
Hasil-hasil penting
A=
A=A
A A =
A A = S
S =
= S
(A) = A
1.4 Pencacahan Titik Cuplikan

(Counting)
Isi
Prinsip-prinsip dasar pencacahan:
Aturan perkalian (Product rule --Theorem 1.1)
Aturan perkalian umum (Generalized Product rule--Theorem 1.2)
Permutasi (Def. 1.10)
Permutasi n-objek berlainan (Theorem 1.3)
Permutasi n-objek berlainan, diambil r-objek sekaligus (Theorem 1.4)
Permutasi sirkular (Theorem 1.5)
Permutasi berlainan untuk n-objek dengan masing-masing ada n1
objek jenis pertama, , nk objek jenis ke-k (Theorem 1.6)
Partisi himpunan dari n-objek kedalam r-sel dengan n1-elemen, dst
(Theorem 1.7)
Kombinasi n-objek, diambil r-objek sekaligus
Theorem 1.8.
Tambahan EL2009:
Aturan penjumlahan (Sum Rule)
Aturan penjumlahan umum (Generalized sum rule)

NB: Counting kita terjemahkan sebagai pencacahan


Aturan perkalian
Teorema 1.1: Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1
buah cara, dan untuk setiap operasi ini dapat dilakukan
operasi kedua sebanyak n2 buah cara, maka kedua operasi
ini dapat dilakukan bersamaan dengan n1n2 cara

Contoh:
Soal: Tentukan jumlah titik cuplikan dalam pelantunan dua buah
dadu!
Jawab: Dadu pertama memberikan 6 macam keluaran. Untuk setuap
hasil, dadu kedua menghasilkan 6 macam keluaran juga. Dengan
demikian, sepasang dadu akan menghasilkan 6.6=36 macam
keluaran.
Tugas Mhs:
Berikan daftar ke-36 buah keluaran ini !
Ulangi untuk pelantunan uang logam dengan hasil {H, T}
Aturan perkalian yang diperumum
Teorema 1.2: Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1
buah cara, dan untuk setiap operasi ini dapat dilakukan
operasi kedua sebanyak n2 buah cara, dan untuk setiap
operasi ini dapat dilakukan operasi ketiga sebanyak n3
buah cara, dst, maka k buah operasi ini dapat dilakukan
bersamaan sebanyak n1n2 nk cara
Contoh:
Suatu restoran memiliki 4 jenis lauk-pauk, 3 jenis sayuran, 5
jenis kerupuk, dan 4 macam jus. Ada berapa banyak menu
yang bisa dibuat oleh restoran tersebut, jika setiap menu terdiri
dari satu buah lauk, satu mangkuk, 1 bungkus kerupuk, dan 1
gelas jus?
Jawab: akan ada 43 5 4 = 240 macam menu
Permutasi
Def.1.10: Permutasi adalah penyusunan dari seluruh
atau sebagian dari sekumpulan objek.
Contoh:
Tiga buah huruf a, b, c dapat disusun sebagai abc, acb, bac,
bca,cab, dan cba
Berdasarkan aturan perkalian, untuk n buah objek akan ada:
n(n-1) 21 = n!

Teorema 1.3: Jumlah permutasi dari n objek berlainan


adalah n!
Contoh:
4 buah huruf a, b, c, d dapat di-permutasikan sebanyak
4! = 4 321 = 24
Permutasi r dari n objek
Untuk keempat huruf tadi, permutasi per-dua huruf adalah:
ab, ac, ad, ba, ca, da, bc, bd, cb, db, cd, dc; ada sebanyak
12 buah. Dengan Teorema 1.2, ada 4 buah untuk pilihan
pertama, dan ada 3 buah untuk pilihan kedua sehingga ada
43=12 permutasi.
Pada umumnya, n objek berlainan diambil r buah sekaligus
akan menghasilkan pengaturan sebanyak
n(n-1) (n r + 1)= n!/(n-r)!
Teorema 1.4: Jumlah r buah permutasi dari n objek
berlainan adalah nPr = n!/(n-r)!
Contoh:
Banyaknya cara mengambil tiket undian untuk pemenang pertama
dan kedua, dari 20 tiket adalah
20P2 = 20!/(20-2)! = 2019 =380
Permutasi Sirkular
Permutasi yang muncul dalam pengaturan objek secara
melingkar disebut permutasi sirkular. Dua permutasi
sirkular berbeda jika keduanya didahului atau diikuti objek
yang berbeda, ketika dilihat dalam arah putar jarum jam.
Permutasi sirkular dapat dihitung dengan mengambil satu
objek tetap, kemudian melakukan permutasi objek sisanya.
Dengan demikian, permutasi n objek secara sirkular akan
menghasilkan (n-1)! susunan berlainan.

Teorema 1.5: Jumlah permutasi sirkular dari n objek


berlainan adalah (n-1)!
Permutasi beberapa jenis objek
Tinjau permutasi tiga huruf a,b,c. Jika huruf b=c=x, maka
permutasi menjadi axx, axx, xax, xax, xxa, dan xxa;
sehingga menjadi 3 buah yang berbeda.
Teorema 1.6: Jumlah permutasi berlainan dari n buah
objek yang terdiri dari n1 objek jenis pertama, n2 jenis
kedua, , nk jenis ke k adalah
n!
n1!n2 !... nk !
Contoh: ada berapa banyak cara berbeda untuk menyusun lampu
warna-warni dalam seuntai tali jika ada 3 yang berwarna merah,
4 kuning, dan 2 biru?
Jawab: ada sebanyak 9!/(3!4!2!) = 1260
Partisi himpunan
Partisi himpunan n objek kedalam r himpunan bagian (subset) atau sel:
Partisi berhasil jika irisan sebarang dua subset adalah dan gabungan
seluruh subset menghasilkan himpunan asal.
Contoh: Partisi S = {a, e, i, o, u} kedalam dua sel yang masing-masing
mengandung 4 dan 1 buah anggota adalah: {(a, e, i, o), (u)}, {(a, i, o, u),
(e)}, {(a, e, o, u), (i)}, dan {(a, e, i, u), (o)}. Sehingga ada 5 buah:
5 5!
= =5

4,1 4!1!

Teorema 1.7: Banyaknya cara untuk mempartisi suatu himpunan n objek


kedalam r buah sel dengan masing-masing n1 objek untuk sel pertama, n2
objek untuk sel kedua, , nr objek untuk sel ke r adalah

n n!
=
n1 , n2 , ... , nr n1!n2 !... nr !

dimana n1 + n2 + + nr = n.
Kombinasi
Pengaturan r-objek dari sekumpulan n-buah objek tanpa memperhatikan
urutan disebut kombinasi. Suatu kombinasi pada dasarnya adalah partisi
dua sel, yang pertama mengandung r-objek dan yang kedua ada (n-r) objek.
Dengan demikian banyaknya kombinasi r-objek dari n kumpulan adalah

n n
atau biasa ditulis
r, n r r
karena sudah pasti sel kedua beranggotakan n-r

Teorema 1.9: Kombinasi r dari n buah objek berlainan adalah


n n!
=
r r!(n r )!
1.5 Nilai Peluang
Inferensi dan Arti Peluang
Ahli statistik berurusan dengan pengambilan kesimpulan
(inferensi) dalam eksperimen yang menyangkut ketidakpastian.
Beberapa contoh:
Chris John kemungkinan memenangkan pertandingan tinju
malam ini.
Saya punya peluang 50-50 untuk mendapatkan angka genap jika
dadu ini dilantunkan
Nanti malam kemungkinan besar saya tidak akan memenangkan
undian.
Kebanyakan mahasiswa STEI lulus dalam 8 semester
Dalam contoh-contoh diatas, kita mengekspresikan keluaran
hasil eksperimen yang tidak pasti. Akan tetapi dengan
mengetahui informasi yang lalu atau struktur dari eksperimen,
kita punya derajat keyakinan tertentu akan validitas dari
pernyataan-pernyataan diatas.
Pembobotan titik cuplikan
Teori Matematika untuk peluang dari ruang
pencuplikan berhingga menyediakan sekumpulan
bilangan yang disebut sebagai pembobot
(weights), dengan nilai antara 0 sampai 1, sebagai
cara mengevaluasi kebolehjadian (likelihood)
munculnya suatu peristiwa dari eksperimen
statistik.
Setiap titik dalam ruang pencuplikan diboboti
sedemikian rupa hingga jumlah keseluruhan dari
pembobot menjadi 1.
Kejadian dengan kemungkinan tinggi diberi bobot
mendekati 1.
Kejadian yang lebih mustahil diberi bobot mendekati 0.
Nilai Peluang dari Kejadian
Peluang dari kejadian A dihitung dengan menjumlahkan
seluruh bobot titik cuplikan didalam A.
Jumlah ini disebut sebagai ukuran (measure) dari A, atau
peluang A dan dituliskan sebagai P(A). Dengan demikian,
P() = 0
P(S) = 1

Def. 1.11: Nilai peluang dari kejadian A adalah hasil


penjumlahan pembobot dari semua titik cuplikan didalam
A. Sehingga
0P(A)1,
P() = 0
P(S) = 1
Contoh
Soal: Sebuah uang logam dengan sisi H dan T
dilantunkan dua kali. Berapa peluang muncul
sedikitnya satu buah sisi H ?
Jawab: Himpunan titik cuplikan dari percobaan ini
adalah S={HH, HT, TH, TT}. Dengan
menganggap uang logam tak bias, setiap hasil
memiliki kebolehjadian yang sama. Jika masing-
masing pembobot adalah w, maka
|S|w = 4w = 1. dengan demikian w = .

Jika A menyatakan kejadian muncul sedikitnya


satu kali H, maka A = {HH, HT, TH} dan
P(A) = |A|w = 3/4
Peluang Kejadian Sederhana
Pembobot dapat diasosiasikan dengan kejadian sederhana.
Jika eksperimen dilakukan sedemikian rupa hingga
pembobot setiap titik cuplikan didalam S bernilai sama,
maka nilai peluang dari kejadian A adalah nisbah antara
jumlah elemen A dengan jumlah elemen S.

Teorema 1.9: Jika suatu eksperimen menghasilkan satu


dari N buah hasil berbeda dengan kebolehjadian yang
sama, dan jika n buah dari kejadian ini berasal dari
kejadian A, maka nilai peluang dari kejadian A adalah
P(A) = n/N
Contoh
Soal: Tentukan peluang terambilnya kartu
dari setumpukan lengkap kartu.
Jawab: Banyaknya titik cuplikan didalam S
adalah sejumlah kartu, yaitu 52, dimana ada
13 buah kartu . Dengan demikian
P(A) = 13/52 =
Catatan: jika pembobot tidak seragam, nilai peluang harus
didasarkan pada sifat eksperimen yang diketahui
sebelumnya (prior knowledge) atau bukti-bukti
eksperimental.
1.6 Beberapa Hukum Peluang
Hukum penjumlahan
Teorema 1.10: Untuk sebarang dua kejadian A dan
B akan berlaku
P(AB) = P(A) + P(B) P(AB)
Bukti: Tinjau diagram Venn
disamping. Perdefinisi, P(AB)
S adalah jumlah pembobot titik
cuplikan dalam AB. Akan tetapi
A B P(A) + P(B) adalah jumlah seluruh
pembobot di A dengan seluruh
pembobot di B, sehingga kita telah
menambahkan AB dua kali. Oleh
karena itu, kita harus mengurangi
P(A) + P(B) dengan P(AB) untuk
mendapatkan P(AB) semestinya.
Peluang kejadian yang saling bebas
Corollary 1: Jika A dan B adalah kejadian yang
saling bebas (mutually exclusive), maka
P(AB) = P(A) + P(B)
Corrolary 1 ini adalah hasil langsung dari teorema 1.10,
karena jika A dan B saling bebas, maka P(AB) = P() =0.
Hasil ini dapat diperumum:
Corollary 2: Jika A1, A2, dan An, adalah kejadian
yang saling bebas (mutually exclusive), maka
P(A1A2 An) = P(A1) + P(A2) + + P(An)
Kita ingat, jika A1, A2, dan An adalah partisi dari ruang
pencuplikan S, maka
P(A1A2 An) = P(A1) + P(A2) + + P(An)
Contoh
Soal 1: Peluang seorang mahasiswa lulus kuliah
Matematika adalah 2/3, sdangkan peluang
lulusnya untuk kuliah Biologi adalah 4/9. Jika
peluang lulus sedikitnya satu dari kedua kuliah tsb
adalah 4/5, berapa peluang lulus kedua kuliah tsb?
Jawab: Sebut M sebagai kejadian lulus
Martematika sedangkan B sebagai kejadian lulus
Biologi. Berdasarkan teorema 1.10, maka
P(MB) = P(M) + P(B) - P(MB)
= 2/3 + 4/9 4/5 = 14/45
Peluang kejadian komplementer
Teorema 1.11: Jika A adalah kejadian komple-
menter dari kejadian A, maka
P(A) = 1 P(A)

Bukti: Karena AA = S dan karena himpunan A tak


beririsan dengan A, maka
1 = P(S)
= P(AA)
= P(A) + P(A)
Akibatnya, P(A) = 1 P(A)
Contoh
Soal: Suatu uang logam dengan muka H dan T dilantunkan
enam kali berturut-turut. Berapa peluang sedikitnya satu H
muncul?
Jawab: Andaikan E adalah kejadian muncul sedikitnya satu
kepala. Ruang pencuplikan S terdiri dari 26 = 64 buah titik
cuplikan karena setiap lantunan memiliki dua jenis
keluaran. Kita ketahui P(E) = 1 - P(E) dimana E adalah
kejadian tidak munculnya sisi H, yang hanya bisa terjadi
sekaliyakni seluruh lantunan menghasilkan T.
Oleh karena itu, P(E) = 1/64 dan kita dapatkan
P(E) = 1 P(E) = 1 - 1/64
= 63/64.
1.7 Peluang Bersyarat
Pengertian
Nilai peluang dari munculnya kejadian B, jika diketahui adanya
kejadian A disebut peluang bersyarat P(B|A).
Dibaca: peluang B, diberikan A
Tinjau kejadian B dari pelantunan dadu yang menghasilkan bilangan
kuadrat sempurna (kuad. sempurna: 1, 4, 9, ). Dadu dibuat
sdemikian hingga bilangan genap muncul duakali lebih sering
dibanding bilangan ganjil. Karena S={1,2,3,4,5,6} maka
P(1)=P(3)=P(5)= v, dan P(2)=P(4)=P(6) = 2v, tetapi 3v+23v = 1 =>
v=1/9. Jadi dadu ganjil berpeluang 1/9, dadu genap 2/9.
Andaikan diketahui pelantunan menghasilkan angka diatas 3, jadi
A={4,5,6}S. Untuk menghitung B, nilai peluang dari titik cuplikan di
A harus ditentukan lagi shg totalnya 1, dng demikian pembobot w
untuk A adalah 2w+w+2w=5w=1, atau w=1/5;
Relatif terhadap A, B mengandung satu elemen saja, yaitu 4, atau
B|A={4}. Dengan demikian:
P(B|A) = 2/5, atau
P(B|A) = (2/9) / (5/9) = P(AB) / P(A)
Definisi
Def. 1.12: Peluang bersyarat dari B, diberikan A,
dituliskan sebagai P(B|A) didefinisikan sebagai
P(B|A) = P(AB)/P(A) jika P(A)>0
Contoh: Suatu populasi memiliki data sbb:
Bekerja (E) Tdk bekerja
Laki-laki 460 40
Perempuan 140 260
Tinjau dua kejadian dari seleksi acak berikut
M: terpilih Laki-laki, E: yang terpilih punya pekerjaan
Dengan demikian, nilai peluang bersyarat M|E adalah
P(M|E)=460/(460+140) = 23/30
Def.1.12 juga memberikan hasil sama karena P(EM) = 460/900,
sedangkan P(E)=600/900, shg P(M|E) = P(EM)/P(E) = 23/30
Teorema perkalian
Teorema 1.12: Jika dalam suatu eksperimen peristiwa A
dan B dapat terjadi, maka berlaku
P(AB) = P(A)P(B|A)
Soal: dalam satu kotak terdapat 20 buah sekering, 5 diantaranya cacat.
Jika 2 buah sekering dipilih secara acak dan diambil dari kotak secara
berturutan, tanpa penggantian, berapa peluang kedua sekering yang
terambil itu cacat?
Jawab: Andaikan A kejadian terambilnya sekering cacat yang pertama
dan B kejadian terambilnya sekering cacat kedua, kejadian AB harus
ditafsirkan bahwa A terjadi, kemudian B terjadi setelah A terjadi.
Peluang terambilnya sekering pertama cacat adalah 5/20=1/4,
sedangkan terambilnya sekering kedua cacat adalah (5-1)/(20-1) =
4/19. Dengan demikian
P(AB) = (1/4)(4/19) = 1/19.
P(A) P(B|A)
Generalisasi teorema perkalian
Teorema 1.13: Jika dalam suatu percobaan kejadian
A1, A2, A3, dapat muncul, maka berlaku

P(A1A2A3 ) = P(A1)P(A2|A1) P(A3|A1 A2)


Kejadian saling bebas
Def.1.13 Kejadian A dan B disebut saling bebas
(independent) jika, dan hanya jika,
P(AB) = P(A)P(B)
Soal: sepasang dadu dilantunkan dua kali. Berapa peluang
mendapatkan jumlah 7 dan 11?
Jawab: Jika A1, A2, B1, dan B2 peristiwa saling bebas bahwa jumlah 7
pada lemparan pertama, jumlah 7 pada lemparan kedua, jumlah 11
pada lemparan pertama, dan jumlah 11 pada lemparan kedua muncul.
Kita akanmencermati kejadian mutually exclusive A1B2 dan B1A2.
Oleh karena itu
P[(A1B2)(B1A2)] = P(A1B2) + P(B1A2)
= P(A1)P(B2) + P(B1)P(A2)
= (1/6)(/18) + ((1/18)(1/6)= 1/54
Aturan Bayes
Ilustrasi
Kembali ke contoh sebelumnya:
Bekerja (E) Tdk bekerja
Laki-laki 460 40
Perempuan 140 260
Dengan mudah diperoleh
P(E) = (460+140)/(460+140+40+260) = 600/900=2/3
Soal: Andaikan diketahui juga, 36 dari yang bekerja dan 12 dari yang
tdk bekerja adalah anggota Rotary Club (RC), berapa peluang
seseorang yang bekerja adalah anggota RC ?
Jawab: Misalkan A peristiwa orang yang terpilih adalah anggota RC,
peluang bersyarat yang kita cari adalah:
P(E|A) = P(EA)/P(A)
Lanjutan
Tinjau diagram Venn disamping
E S
Peristiwa A dapat dinyatakan sebagai
gabungan dua peristiwa yang mutually
exclusive, yaitu EA dan EA. Jadi A
A = (EA) (EA) E
Berdasarkan Corollary 1,Teorema 1.10,
maka: P(A) = P(EA) + P(EA)
Sehingga bisa kita tuliskan

P(E|A) = P(EA) /{P(EA) + P(EA)}

Dengan demikian, untuk soal sebelumnya, kita bisa hitung:


P(EA) = 36/900 = 1/25
P(EA) = 12/900 = 1/75
P(E|A) = (1/25)/{(1/25) + (1/75)} = 3/4
Aturan Bayes Umum
Teorema 1.14 (Aturan Bayes). Andaikan {B1, B2, B3, } sekumpulan
peristiwa yang membentuk partisi dari ruang cuplikan S, dimana P(Bi)0,
untuk i=1, 2, , n. Andaikan A sebarang peristiwa dalam S sedemikian
hingga P(A)0. Maka, untuk k = 1, 2, ,n berlaku
P(Bk A) P(Bk )P( A | Bk )
P(Bk | A) = n
= n

P(B A) P(B )P( A | B )


i =1
i
i =1
i i

B1 Bk B3
B4

A
B
2 Bn
Sekian

Anda mungkin juga menyukai