Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak proses termodinamik yang berlangsung secara alami pada satu arah
tetapi tidak dapat berlangsung pada arah sebaliknya. Sebagai contoh, panas selalu
mengalir dari benda panas ke benda dingin, tidak pernah sebaliknya. Panas yang
mengalir dari benda dingin ke benda panas tidak melanggar hukum pertama
termodinamika, energi tetap akan kekal. Tapi hal ini tidak berlangsung secara alami.
Mengapa demikian ? adalah hal yang mudah untuk mengubah energi mekanik
seutuhnya menjadi panas. Hal ini terjadi setiap kali saat memakai rem untuk
menghentikan mobil. Pada arah sebaliknya, terdapat banyak perangkat yang
mengubah panas secara parsial menjadi energi mekanik. Contohnya adalah mesin
mobil. Tetapi bahkan penemu yang paling pintar sekalipun tidak berhasil menciptakan
sebuah mesin yang mengubah panas seutuhnya menjadi energi mekanik. Sekali lagi,
mengapa demikian ?
Jawaban untuk kedua pertanyaan itu berkaitan dengan arah proses termodinamik
dan disebut hukum kedua termodinamika. Hukum ini memberikan batasan dasar pada
efisiensi sebuah mesin atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan
energi masukan minimum yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem
pendingin. Maka hukum kedua secara langsung menjadi relevan pada banyak soal
praktis yang penting.
Kita juga dapat menyatakan hukum kedua dalam konsep entropi, sebuah ukuran
kuantitatif derajat ketidakteraturan atau keacakan sebuah sistem. Ide mengenai entropi
membantu menjelaskan mengapa tinta yang dicampur dengan air tidak pernah secara
spontan terpisah kembali dan mengapa sejumlah proses lain yang tampaknya mungkin
terjadi, ternyata tidak pernah terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pernyataan Hukum II Termodinamika ?
2. Bagaimana aplikasi Hukum II Termodinamika ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pernyataan Hukum II Termodinamika.
2. Untuk mengetahui aplikasi Hukum II Termodinamika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pernyataan Hukum Kedua Termodinamika


Pada Hukum I Termodinamika hanya diungkapkan mengenai Hukum
Kekekalan Energi, tetapi tidak dijelaskan mengenai pembatasan aliran energi. Dari
Hukum I Termodinamika, diketahui bahwa panas (kalor) dapat diubah menjadi kerja
(usaha), dan sebaliknya. Namun, pada kenyataannya kerja mekanik dapat diubah
seluruhnya menjadi panas, tetapi sebaliknya panas tidak seluruhnya diubah menjadi
kerja mekanik pada suatu proses (siklus).
Pada Hukum II Termodinamika, memberi batasan-batasan tentang arah yang
dijalani suatu proses yang sekaligus memberi kriteria apakah proses itu reversible atau
irreversible. Perubahan entropi dapat dipakai untuk menentukan arah yang dijalani
suatu proses.
1. Rumusan Hukum II Termodinamika
Ada beberapa pernyataan umum tentang Hukum II Termodinamika, antara lain
sebagai berikut :
a. Rumusan Clausius
Rudolf Clausius (1822 1888) merumuskan Hukum II Termodinamika
tentang aliran kalor bahwa : kalor mengalir secara spontan dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan
dalam arah sebaliknya. Pernyataan ini dikenal sebagai rumusan Clausius
tentang Hukum II Termodinamika.
b. Hukum II Termodinamika Dinyatakan dalam Entropi
Hukum II Termodinamika dinyatakan dalam entropi yang mengatakan
bahwa : semua proses yang terjadi di alam cenderung menuju ke suatu
keadaan yang semakin besar derajat ketidakteraturannya atau total entropi
jagad raya tidak berubah ketika proses reversible terjadi dan bertambah ketika
proses irreversible terjadi.
c. Rumusan Kelvin-Planck
Menurut Kelvin-Planck, Hukum II Termodinamika tentang mesin kalor
mengatakan bahwa : tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja
dalam siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan
mengubah seluruhnya menjadi usaha luar.

3
2. Rumusan Proses Reversible dan Irreversible
Beberapa pernyataan tentang proses reversible dan irreversible, antara lain sebagai
berikut :
a. Rumusan Hawkins
Menurut Hawkins, suatu proses dikatakan reversible jika :
1. Proses dapat dibalik.
2. Benda kerja selalu dalam keadaan setimbang selama proses.
3. Tidak ada transformasi energy yang terjadi sebagai akhir akibat dari
gesekan.
b. Rumusan Keenam
Menurut Keenam, suatu proses dikatakan reversible jika sistem dan
elemen-elemen sekelilingnya dapat dikembalikan secara menyeluruh pada
keadaan semula setelah menjalani beberapa proses.
Dari pernyataan Hawkins dan Keenam tersebut dapat disimpulkan
bahwa : suati proses dikatakan reversible, jika sistem dapat dikembalikan ke
keadaan semula tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada sistem yang lain.
Suatu proses dikatakan irreversible, jika keadaan mula-mula dari sistem tidak
dapat dikembalikan tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada sistem lain.
Mesin Carnot menggambarkan suatu mesin reversible, jadi tidak ada satu
mesin pun yang mempunyai efisiensi lebih besar dari mesin Carnot jika
bekerja pada reservoir yang sama.
c. Entropi
Entropi merupakan fungsi keadaan dari sistem atau ukuran dari
ketidakteraturan dan keteraturan dari sistem. Entropi dapat juga dikatakan
sebagai suatu ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah
menjadi usaha. Jika suatu sistem pada suhu T mengalami proses reversible
dengan menyerap kalor Q, maka kenaikan entropi sistem ditulis dengan
persamaan :

Entropi merupakan fungsi keadaan sehingga sama seperti energi dalam,


perubahan entropi dari proses yang berlangsung pada sistem tidak bergantung
pada lintasan, tetapi tergantung pada keadaan awal dan akhirnya saka,
4
akibatnya untuk suatu proses siklus, perubahan entropi sama dengan nol
( = 0). Dengan demikian, dapat ditulis :


+ =

B. Aplikasi Hukum II Termodinamika


1. Arah Proses
Sudah menjadi pengalaman sehari-hari bahwa untuk proses-proses yang terjadi
secara spontan terdapat suatu arah proses yang tertentu dan pasti.
a. Sistem a
Suatu benda pada temperature tinggi , yang mengalami sentuhan
dengan udara atmosfer bertemperatur , pada akhirnya akan menjadi dingin
mencapai temperature sekelilingnya yang jauh lebih besar, sebagaimana
digambarkan dalam Gambar (a). Sesuai dengan prinsip kekekalan energi,
penurunan energi dalam dari benda tersebut akan tampak sebagai kenaikan
energi dalam sekelilingnya. Proses sebaliknya tidak akan terjadi secara
spontan, walaupun energi bersifat kekal. Energi dalam dari sekeliling tidak
akan turun secara spontan sementara benda tersebut meningkat temperaturnya
dari ke temperature asalnya.

b. Sistem b
Udara bertekanan tinggi yang terdapat di dalam suatu tangki tertutup
akan mengalir secara spontan ke sekelilingnya yang bertekanan lebih rendah
, jika katup penghubungnya dibuka, seperti ditunjukkan dalam Gambar (b).
Pada akhirnya aliran fluida akan berhenti, dan udara seluruhnya akan
bertekanan sama dengan sekelilingnya. Berdasarkan pengalaman, jelas sekali
bahwa proses sebaliknya tidak akan mengalir secara spontan dari sekeliling

5
pada tekanan ke dalam tangki, untuk mengembalikan tekanan dalam tangki
ke tekanan semula.

c. Sistem c
Suatu massa yang tergantung pada kabel di ketinggian tertentu , akan
jatuh bila dilepaskan seperti tampak dalam gambar (c). Saat mecapai dasar,
maka energi potensial dari massa tersebut pada kondisi semula akan tampak
sebagai kenaikan energi dalam dari massa dan sekelilingnya sesuai dengan
prinsip kekekalan energi. Pada akhirnya, massa tersebut akan mencapai
temperature sekelilingnya yang lebih luas. Proses sebaliknya tidak akan
kembali secara spontan ke ketinggian semula, sementara energi dalam
sekelilingnya turun.

Dalam setiap kasus yang dibahas, sistem dapat sata dikembalikan ke kondisi
awal, tetapi tidak dengan proses yang spontan. Berbagai peralatan bantu akan
diperlukan. Dengan bantuan peralatan tersebut, benda dapat dipanaskan kembali
ke temperature semula, udara dapat diangkat ke ketinggian semula. Dalam setiap
kasus, masukan bahan bakar atau daya listrik biasanya dibutuhkan oleh peralatan
bantu tersebut untuk dapat berfungsi, sehingga dapat terjadi perubahan kondisi
sekeliling yang bersifat permanen.
Pembahasan sebelumnya memperlihatkan bahwa tidak semua proses
memenuhi prinsip kekekalan energi dapat terjadi. Pada umumnya, neraca energi

6
saja tidak dapat untuk memperkirakan arah proses yang diharapkan, serta tidak
dapat menjelaskan proses mana yang dapat terjadi atau tidak dapat terjadi. Pada
kasus yang sangat mendasar semacam ini, pengalaman dapat dipergunakan untuk
menentukan proses spontan tertentu manakah yang terjadi dan arah prosesnya.
Untuk kasus yang lebih rumit, dimana pengalaman sangat terbatas atau tidak
menentu, tersedianya suatu prinsip pemandu akan sangat membantu. Hal ini akan
diberikan oleh hukum kedua.
Dalam pembahasan sebelumnya juga telah diperlihatkan bahwa jika
diserahkan kepada system sendiri, maka sistem akan cenderung untuk menjalani
perubahan spontan sampai suatu kondisi kesetimbangan internal maupun
kesetimbangan dengan sekelilingnya tercapai. Untuk beberapa kasus,
kesetimbangan tersebut dapat tercapai dengan sangat cepat, tetapi pada kasus
tertentu lainnya, akan terapai secara perlahan. Sebagai contoh, beberapa reaksi
kimia mencapai kesetimbangan dalam pecahan detik, satu bongkah es
membutuhkan beberapa menit untuk mencair dan sebatang besi akan
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkarat habis seluruhnya. Apakah
prosesnya berlangsung cepat ataupun lambat, tentu saja semuanya harus
memenuhi prinsip kekekalan energi. Walaupun demikian, prinsip ini saja tidaklah
cukup untuk menentukan keadaan kesetimbangan akhir. Suatu prinsip umum
lainnya diperlukan. Hal inilah juga yang dipenuhi oleh hukum kedua.

2. Peluang Menghasilkan Kerja


Secara prinsip memungkinkan untuk menghasilkan kerja ketika
kesetimbangan tercapai. Sebagai alternative dari membiarkan saja benda dalam
Gambar a untk mendingin secara spontan tanpa hasil lain, maka energi dapat
disalurkan melalui perpindahan kalor ke suatu sistem yang menjalani siklus daya,
sehingga dapat dihasilkan sejumlah kerja neto. Begitu benda mencapai
kesetimbangan dengan sekelilingnya, proses akan berhenti. Walaupun terdapat
peluang untuk pengembangan kerja pada kasus seperti ini, peluang ini akan
terbuang percuma, jika benda tersebut dibiarkan untuk mendingin tanpa
menghasilkan kerja apapun. Hal yang serupa tampak pada gambar b, dimana arus
aliran udara yang semula dibiarkan mengembang tanpa tujuan hingga mencapai
tekanan sekelilingnya yang lebih rendah, dapat dialirkan mealui suatu roda turbin,
sehingga dapat membangkitkan kerja. Jadi, pada kasus ini terdapat pula suatu
7
kemungkinan untuk membangkitkan kerja yang dapat saja tidak termanfaatkan
apabila dilakukan dalam proses yang tak terkendali. Untuk kasus dalam gambar c,
akan lebih bermanfaat apabila massa tersebut dapat diturunkan sedikit demi
sedikit, sambil memutar roda untuk mengangkat massa lainnya dibandingkan
dengan membiarkan massa tersebut jatuh tak terkendali.
Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa apabila terdapat suatu
ketidaksetimbangan di antara dua sistem, maka sesungguhnya terdapat suatu
peluang untuk menghasilkan kerja, namun sebaliknya akan menjadi suatu
kerugian jika kedua sistem tersebut dibiarkan untuk mencapai kesetimbangan
melalui proses yang tak terkendali. Untuk mengenali adanya peluang kerja
tersebut, dapat diajukan dua pertanyaan, sebagai berikut :
a. Berapakah nilai maksimum teoritis dari kerja yang dapat dihasilkan ?
b. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menghalangi realisasi dari nilai
maksimum tersebut di atas ?

Terdapat suatu nilai maksimum sangatlah sesuai dengan pengalaman. Jika


dimungkinkan untuk membangkitkan kerja yang terbatas, maka beberapa catatan
mengenai permasalahan penurunannya pasokan bahan bakar akan dapat diberikan.
Berdasarkan pengalaman, dipikirkan juga bahwa peralatan terbaik apa pun akan
menghadapi faktor-faktor yang akan menghalangi pencapaian kerja maksimum
teoritis tersebut, seperti misalnya gesekan. Hukum kedua termodinamika
menyediakan cara untuk menentukan nilai maksimum teoritis, serta untuk
mengevaluasi secara kuantitatif faktor-faktor yang menjadi penghambat
tercapainya keadaan maksimum tersebut.

3. Aspek-aspek Hukum Kedua


Pembahasan terdahulu dapat disarikan menjadi suatu catatan bahwa hukum
kedua dan segala pejelasan yang diberikan sangat berguna untuk :
a. Memperkirakan arah dari proses.
b. Menetapkan kondisi untuk kesetimbangan.
c. Menentukan kinerja teoretis terbaik dari siklus, mesin dan peralatan lainnya.
d. Mengevaluasi secara kuantitatif faktor-faktor yang menghambat pencapaian
tingkat kinerja teoretis terbaik.
e. Mendefinisikan suatu skala temperature yang bebas terhadap sifat-sifat
termodinamika dari zat apapun.

8
f. Mengembangkan cara untuk mengevaluasi sifat seperti u dan h sebagai fungsi
dari sifat yang telah tersedia secara eksperimental.
Para insinyur dan ahli sains telah menemukan banyak aplikasi tambahan dari
hukum kedua beserta deduksinya. Hukum kedua juga telah digunakan di dalam
ilmu ekonomi, filsafat serta bidang-bidang lain.
Keenam hal di dalam urutan tersebut di atas dapat dipikirkan sebagai aspek-
aspek dari hukum kedua termodinamika, dan bukan sebagai pemikiran yang tidak
berhubungan maupun tidak bergantungan satu dengan lainnya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pernyataan Hukum II Termodinamika
Ada beberapa pernyataan umum tentang Hukum II Termodinamika, antara lain
sebagai berikut :
a. Rumusan Clausius, menyatakan kalor mengalir secara spontan dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan
dalam arah sebaliknya.
b. Hukum II Termodinamika Dinyatakan dalam Entropi, semua proses yang
terjadi di alam cenderung menuju ke suatu keadaan yang semakin besar
derajat ketidakteraturannya atau total entropi jagad raya tidak berubah
ketika proses reversible terjadi dan bertambah ketika proses irreversible
terjadi.
c. Rumusan Kelvin-Planck, Hukum II Termodinamika tentang mesin kalor
mengatakan bahwa : tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja
dalam siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan
mengubah seluruhnya menjadi usaha luar.
2. Aplikasi Hukum II Termodinamika
a. Memperkirakan arah dari proses
b. Menetapkan kondisi untuk kesetimbangan
c. Menentukan kinerja teoretis terbaik dari siklus, mesin dan peralatan lainnya.
d. Mengevaluasi secara kuantitatif factor-faktor yang menghambat pencapaian
tingkat kinerja teoretis terbaik
e. Mendefinisikan suatu skala temperature yang bebas terhadap sifat-sifat
termodinamika dari zat apapun.
f. Mengembangkan cara untuk mengevaluasi sifat seperti u dan h sebagai fungsi
dari sifat yang telah tersedia secara eksperimental.

B. Kritik dan Saran


Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah
kami.

10
DAFTAR PUSTAKA

Moran, Michael J & Shapiro, Howard N. 2004. Termodinamika Teknik Edisi 4 Jilid 1.
Jakarta : Erlangga

Pauliza, Osa., dkk. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung : Grafindo
Media Pratama

Young, Hugh D & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta : Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai