Anda di halaman 1dari 11

MATERI

EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA

“INSTRUMENT EVALUASI”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. SITI NUR RAHMAH


2. SRI YENI
3. ATAN HIZWADAIN WATONI
4. HAMSATURRAHMAN

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2017
INSTRUMENT EVALUASI

Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrument atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak
didik. Instumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan nontes yang
lebih lanjut akan dipaparkan di bawah ini.

A. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar


Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk
tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidkan dan pengajaran.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi,
menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
1. Tes Uraian (tes subjektif)
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian
yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan
yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena
munculnya tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan
digunakan oleh hampir semua guru mulai dari tingkat SD sampai di perguruan tinggi.
Namun ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk
kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di
perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a) Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan
tinggi yang salah satu diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
b) Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat
penggunaan tes objektif yang berlebihan.
c) Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbiasa dengan tes objektif yang
memungkinkan mereka main tebak jawaban manakala mereka menghadapi
kesulitan dalam menjawabnya.

Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uraian di perguruan


tinggi akhir-akhir ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas
pendidikan di perguruan tinggi. Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal
mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan
kemampuan belajar dikalangan peserta didik. Hal ini karena melalui tes para peserta
didik dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis - intesis -
evaluasi, baik secara lisan maupun secara tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian antara lain adalah :
1) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
2) Dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
3) Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis,
analitis dan sistematis.
4) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
5) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa
memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir
siswa.

Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain
adalah :
1) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji
semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat
menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
2) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan,
maupun dalam cara memeriksanya.
3) Tes ini biasanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang
jumlah siswanya relative besar.
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas dan uraian
berstruktur.
a) Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada
pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas
sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat
digunakan apabila bertujuan untuk :
1. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga
dapat diketahui luas dan intensitas.
2. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beranekaragam
sehingga tidak satupun jawaban yang pasti.
3. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari
berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi,
sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada
guru sebagai penilainya.
Contoh soal uraian bebas :
Sebutir telur dicelupkan ke dalam wadah yang berisi air tawar, kemudian
telurtersebut tenggelam. Jika kita menambahkan sejumlah garam ke dalam air,
ternyata telur tersebut melayang. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
b) Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini
pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
Pembatasan dilihat dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya,
dan indikator-indikatornya.
Contoh soal uraian terbatas :
Cepat Rambat bunyi pada bahan
No. Bahan
(m/s)
1 Besi 5000 m/s
2 Tembaga 5500 m/s
3 Kuningan 6000 m/s
4 Seng 6500 m/s
Suatu sumber bunyi dapat menempuh jarak 18 km dalam 3 sekon. Dari tabel di
atas, melalui bahan manakah sumber bunyi tersebut merambat ?

c) Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan
soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat
sekalipun bersifat terbuka dan bebas memberikan jawaban.
Contoh soal uraian berstruktur :
Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 20 m/s. Setelah 5 s, mobil tersebut
berhenti. Berapakah percepatan yang dialami oleh mobil tersebut?
2. Tes Objektif
Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau
lebih jawaban diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawaban berupa
kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk
masing-masing butir item yang bersangkutan.
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni :
a. Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam
bentuk kata, bilangan, kalimat atau symbol. Ada dua bentuk jawaban singkat
yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung.
Contoh soal jawaban singkat :
1) Manusia membutuhkan udara untuk....
2) Hewan membutuhkan cahaya matahari untuk....
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan
dimana sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada
umumnya bentuk ini dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta,
definisi dan prinsip.
Contoh soal benar-salah :
a. B – S Bumi berbentuk bola, telah dibuktikan oleh perjalanan Columbus.
b. B – S Bentukan-bentukan dan perubahan yang terjadi pada kulit bumi
(litosfera) adalah hasil pekerjaan berbagai tenaga.
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel
yang berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang
berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi
sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini
akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya
menebak.
Contoh Soal Menjodohkan :
1) Beruang termasuk kelompok hewan (……) a. Fotosintesis
2) Tumbuhan mencari makanan melalui (……) b. air dan udara
3) Ayam berkembang biak dengan cara (……) c. Serabut
4) Mahluk hidup membutuhkan (……) d. Omnivora
5) Padi termasuk tumbuhan yang berakar (……) e. bertelur

d. Bentuk soal pilihan ganda


Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar
atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :
1) Stem, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan
dinyatakan.
2) Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternative jawaban.
3) Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat.
4) Distractor, yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
Contoh soal pilihan ganda :
1. Sebuah benda dikatakan bergetar jika....
a. Berayun-ayun
b. Bergerak bolak-balik melalui titik keseimbangan
c. Bergerak dalam lingkaran
d. Bergerak naik turun
2. Banyak getaran yang dilakukan dalam waktu satu sekon disebut....
a. Frekuensi
b. Amplitudo
c. Periode
d. Simpangan
B. Nontes Sebagai Alat Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi dapat juga dinilai
olah alat-alat nontes atau bukan tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat nontes :
1. Wawancara dan Kuisioner
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
informasi dari siswa dengan melakukan tanya jawab sepihak. Kelebihan
wawancara adalah biasa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat
mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara dapat
direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui
wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.
Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi, begitupun
dengan jawaban yang belum jelas.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawancara
bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah di siapkan
sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang
telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat
kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu
disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya
ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerja keras
dalam menganalisisnya sebab jawabannya bisa beranekaragam.
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara :
1) Tahap awal wawancara dimana bertujuan untuk mengondisikan situasi
seperti suasana keakraban.
2) Penggunaan pertanyaan dimana pertanyaan diajukan secara bertahap dan
sistematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
3) Pencatatan hasil wawancara dimana dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.

Sebelum melaksanakan wawancara perlu di rancang pedoman wawancara,


dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2) Menentukan aspek-aspek yang akan di ungkap dari wawancara tersebut.
3) Menentukan bentuk pertanyaan yang akan di gunakan.
b. Kuisioner
Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang
memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan
karakteristik dari siswa.
Kelebihan kuisioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat
waktu tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif,
lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan siswa
berpura-pura.
Cara penyampaian kuisioner ada yang langsung dibagikan kepada siswa
yang telah diisi lalu dikumpulkan lagi. Alternatif jawaban yang ada dalam
kuisioner bisa juga ditrasformasikan dalam bentuk symbol kuantitatif agar
menghasilkan data interval. Caranya adalah dengan memberi skor terhadap
setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu.

2. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur sikap, nilai, minat, perhatian, dan lain lain
yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya
dalam bentuk rentangan nilai sesuatu dengan kriteria yang ditentukan.
a. Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh
seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik yang
bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang
tertinggi sampai yang terendah, bisa dalam bentuk huruf atau angka. Hal yang
penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah kriteria skala nilai, yakni
penjelasan operasional untuk setiap alternative jawaban. Adanya kriteria yang
jelas akan mempermudah pemberian penilaian.
Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses,
misalnya proses mengajar pada guru, siswa, atau hasil belajar dalam bentuk
perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan
masalah. Skala penilaian dalam pelaksanaannya dapat digunakan oleh dua
orang penilai atau lebih dalam menilai subjek yang sama. Maksudnya agar
diperoleh hasil penilaian yang objektif mengenai perilaku subjek yang dinilai.
b. Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negative ), dan netral. Sikap pada hakikatnya dapat diartikan reaksi seseorang
terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya.
Ada 3 komponen sikap yakni :
1) Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau
stimulus yang dihadapinnya.
2) Afektif, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.
3) Psikomotor, berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek
tersebut.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan
nilai tertentu. Oleh karena itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua
kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negative. Salah satu skala
yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-
pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negative, dinilai
oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut
bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk
pernyataan positif atau negative adalah kebalikannya.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Ada tiga jenis observasi, yakni :
a. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau
proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh
pengamat.
b. Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta
untuk melihat pori-pori kulit.
c. Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara
pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga pengamat
bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti individu yang
sedang diamatinya.
Observasi untuk memulai proses belajar mengajar dapat dilaksanakan oleh
guru di kelas pada saat siswa melakukan kegiatan belajar. Untuk itu guru tidak
perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa, tetapi ia mencatat secara
teratur gejala dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap siswa.
4. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang
dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak
nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal
dalam belajar, dan lain-lain. Kasus tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam
kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variable
yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang
mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah mengapa
individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam
kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya biasa diperoleh berbagai
sumber seperti orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya.
Kelebihan studi kasus adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam
dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa
informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang
bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada
individu yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalin. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja
Rosdakayra.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai