“INSTRUMENT EVALUASI”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
MATARAM
2017
INSTRUMENT EVALUASI
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrument atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak
didik. Instumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan nontes yang
lebih lanjut akan dipaparkan di bawah ini.
Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain
adalah :
1) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji
semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat
menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
2) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan,
maupun dalam cara memeriksanya.
3) Tes ini biasanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang
jumlah siswanya relative besar.
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas dan uraian
berstruktur.
a) Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada
pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas
sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat
digunakan apabila bertujuan untuk :
1. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga
dapat diketahui luas dan intensitas.
2. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beranekaragam
sehingga tidak satupun jawaban yang pasti.
3. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari
berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi,
sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada
guru sebagai penilainya.
Contoh soal uraian bebas :
Sebutir telur dicelupkan ke dalam wadah yang berisi air tawar, kemudian
telurtersebut tenggelam. Jika kita menambahkan sejumlah garam ke dalam air,
ternyata telur tersebut melayang. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
b) Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini
pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
Pembatasan dilihat dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya,
dan indikator-indikatornya.
Contoh soal uraian terbatas :
Cepat Rambat bunyi pada bahan
No. Bahan
(m/s)
1 Besi 5000 m/s
2 Tembaga 5500 m/s
3 Kuningan 6000 m/s
4 Seng 6500 m/s
Suatu sumber bunyi dapat menempuh jarak 18 km dalam 3 sekon. Dari tabel di
atas, melalui bahan manakah sumber bunyi tersebut merambat ?
c) Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan
soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat
sekalipun bersifat terbuka dan bebas memberikan jawaban.
Contoh soal uraian berstruktur :
Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 20 m/s. Setelah 5 s, mobil tersebut
berhenti. Berapakah percepatan yang dialami oleh mobil tersebut?
2. Tes Objektif
Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau
lebih jawaban diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawaban berupa
kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk
masing-masing butir item yang bersangkutan.
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni :
a. Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam
bentuk kata, bilangan, kalimat atau symbol. Ada dua bentuk jawaban singkat
yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung.
Contoh soal jawaban singkat :
1) Manusia membutuhkan udara untuk....
2) Hewan membutuhkan cahaya matahari untuk....
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan
dimana sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada
umumnya bentuk ini dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta,
definisi dan prinsip.
Contoh soal benar-salah :
a. B – S Bumi berbentuk bola, telah dibuktikan oleh perjalanan Columbus.
b. B – S Bentukan-bentukan dan perubahan yang terjadi pada kulit bumi
(litosfera) adalah hasil pekerjaan berbagai tenaga.
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel
yang berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang
berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi
sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini
akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya
menebak.
Contoh Soal Menjodohkan :
1) Beruang termasuk kelompok hewan (……) a. Fotosintesis
2) Tumbuhan mencari makanan melalui (……) b. air dan udara
3) Ayam berkembang biak dengan cara (……) c. Serabut
4) Mahluk hidup membutuhkan (……) d. Omnivora
5) Padi termasuk tumbuhan yang berakar (……) e. bertelur
2. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur sikap, nilai, minat, perhatian, dan lain lain
yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya
dalam bentuk rentangan nilai sesuatu dengan kriteria yang ditentukan.
a. Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh
seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik yang
bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang
tertinggi sampai yang terendah, bisa dalam bentuk huruf atau angka. Hal yang
penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah kriteria skala nilai, yakni
penjelasan operasional untuk setiap alternative jawaban. Adanya kriteria yang
jelas akan mempermudah pemberian penilaian.
Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses,
misalnya proses mengajar pada guru, siswa, atau hasil belajar dalam bentuk
perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan
masalah. Skala penilaian dalam pelaksanaannya dapat digunakan oleh dua
orang penilai atau lebih dalam menilai subjek yang sama. Maksudnya agar
diperoleh hasil penilaian yang objektif mengenai perilaku subjek yang dinilai.
b. Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negative ), dan netral. Sikap pada hakikatnya dapat diartikan reaksi seseorang
terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya.
Ada 3 komponen sikap yakni :
1) Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau
stimulus yang dihadapinnya.
2) Afektif, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.
3) Psikomotor, berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek
tersebut.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan
nilai tertentu. Oleh karena itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua
kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negative. Salah satu skala
yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-
pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negative, dinilai
oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut
bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk
pernyataan positif atau negative adalah kebalikannya.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Ada tiga jenis observasi, yakni :
a. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau
proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh
pengamat.
b. Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta
untuk melihat pori-pori kulit.
c. Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara
pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga pengamat
bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti individu yang
sedang diamatinya.
Observasi untuk memulai proses belajar mengajar dapat dilaksanakan oleh
guru di kelas pada saat siswa melakukan kegiatan belajar. Untuk itu guru tidak
perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa, tetapi ia mencatat secara
teratur gejala dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap siswa.
4. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang
dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak
nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal
dalam belajar, dan lain-lain. Kasus tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam
kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variable
yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang
mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah mengapa
individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam
kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya biasa diperoleh berbagai
sumber seperti orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya.
Kelebihan studi kasus adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam
dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa
informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang
bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada
individu yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Ngalin. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja
Rosdakayra.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.