PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual
dimana setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Seringkali permasalahan yang
mucul pada klien ketika mengalami suatu kondisi dengan penyakit tertentu
(misalnya penyakit fisik) mengakibatkan terjadinya masalah psikososial dan
spiritual. Ketika klien mengalami penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan spiritual
dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan
dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Dengan kata lain apabila satu
dimensi terganggu, maka dimensi yang lain akan terganggu.
3
sebagai suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.
Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk
meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan
asuhan spiritual dengan baik kepada klien.
4
prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan
tersebut.
5
o Tingkat kedua orang memiliki seorang guru mengikuti
tradisi maka mereka memiliki sadhana. Ini adalah zaman
baru modern gaya.
o Ada tingkat ketiga orang yang mempunyai dewa dan mereka
upsana.
o Beberapa praktik seni seperti astrologi atau obat atau tari
atau musik dan kemudian mereka menggunakan waktu luang
ada dalam sadhana spiritual.
o Beberapa orang menghadiri Bhajan dan kemudian
melakukan pelayanan sosial yang juga baik seperi pelayanan
kesehatan.
Pola normal spiritual sangat erat hubungannya
dengan kesehatan, Karena dari pola tersebut dapat
menciptakan suatu bentuk perilaku adaptif ataupun
maladaptif berhubungan dengan penerimaan kondisi diri.
Dimensi spiritual merupakan dimensi yang sangat penting
diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada semua klien. Bahkan Makhija (2002)
menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah
sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih
lanjut dikatakannya bahwa keimanan diketahui sebagai suatu
faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan
pemulihan fisik, yang tidak dapat diukur. Mengingat
pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan
pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk
meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar
dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada
semua klien.
6
Berbagai cara dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai
dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi
klien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan aspek
spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi
manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut
yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual (Rawlins,
1993). Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling
berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada
suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya.
7
spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.
Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual.
Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya
perkembangan spiritual yang baik pada bayi (Widyatuti, 1999). Oleh karena
itu, perawat dapat menjalin kerjasama dengan orang tua bayi tersebut untuk
membantu pembentukan nilai-nilai spiritual pada bayi.
Dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan pada masa kanak-
kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami peningkatan
kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik dan
buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap
perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk
berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa
tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai dari
kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa
sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan sehari-
hari. Anak akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-
pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual.
8
mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak
dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat
mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka.
Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan
tujuan hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil
keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan
mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua
mereka dan dapat menolak atau menerimanya. Secara alami, mereka dapat
bingung ketika menemukan perilaku dan role model yang tidak konsisten.
Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi perannya daripada
keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain biasanya lebih
mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak saat
remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
9
dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan
ritual spiritual meningkat.
10
mengkontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga
kesehatan spiritual.
11
memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain.
Banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan jahat.
Kemudian mempengaruhi orang lain untuk mengikuti hal-hal buruk yang
dilakukan. Keinginan untuk melakukan hal-hal buruk tersebut timbul dari
keinginan diri sendiri. Jadi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
spiritual adalah nutrisi, latihan dan lingkungan tempat tinggal. Selain itu,
terdapat ancaman dari luar maupun dari dalam diri kita. Sehingga kita harus
pandai-pandai untuk menjaga kesehatan spiritual kita.
1. Holism
Holism, posisi mengamati seluruh bidang sebagai suatu system yang
kurang berhubungan dengan rukun daripada hubungan yang
mengasingkan bagian-bagian, menggabungkan pikiran dan tubuh dan
menegaskan semangat (Seller dan Haag, 1998). Sebuah pendekatan
yang holistic mengakui perjuangan spiritual sebagai aspek yang valid
dan penting dari kesehatan dan asuhan keperawatan (Fig. 50-1). Hal
tersebut adalah menggabungkan factor dari mengadakan penggolongan
sebelumnya yang dibangun dari jasmani, pemikiran rasional, jiwa
emosional, dan semangat intuisi (Ruffing-rahal, 1984, p.12).
12
2. Kebutuhan spiritual
Definisi dari kebutuhan spiritual sangat bergantung pada setiap system
kepercayaan penulis. Dalam meringkaskan definisi-definisi yang
bervariasi, kebutuhan spiritual menunjukkan sebuah ekspresi normal
dari dalam diri seseorang yang mencari maksud dalam semua
pengalaman dan sebuah hubungan yang dinamik dengan dirinya, orang
lain, dan pada lainnya yang tertinggi sebagai ketetapan seseorang.
Kebutuhan spiritual yang berasal melalui pengalaman afektif dari
semangat, harapan, cinta, dan pengalaman positif yang menjalani
sebagai katalis dari maksud dan sintesis. Karakteristik kebutuhan
spiritual meliputi:
Kepercayaan
Pemaafan
Cinta dan hubungan
Keyakinan, kreativitas dan harapan
Maksud dan tujuan serta anugrah dan harapan
Karakteristik dari kebutuhan spiritual ini menjadi dasar dalam
menentukan karakteristik dari perubahan fungsi spiritual yang
akan mengrahkan individu dalam berperilaku, baik itu kearah
perilaku yang adaptif maupun perilaku yang adaptif.
3. Pencarian spiritual
Hidup dapat digambarkan sebagai suatu pencarian spiritual, tidak hanya
untuk menjawab pertanyaan filosofi kehidupan, tetapi untuk mencari
level tertinggi dari kesadaran atau kesadaran paling dalam dari
kehidupan spiritual. Sebagai contoh, program the twelve-step dari
alcoholics anonymous mengidentifikasi kesembuhan sebagai suatu
perjalanan spiritual; anggota dari grup ini mempraktekkan sebuah
disiplin spiritual pada kehidupan yang lebih berarti, hari demi hari.
Chapman (1986) meliputi jug aide dari pencarian dalam penetapan
kesehatan spiritual yang optimal. Kesehatan spiritual meliputi
kemampuan kita untuk menemukan dan artikulat diri kita tujuan dasar
13
dalam hidup, belajar bagaimana pada pengalaman cinta, kesenangan,
kedamaian dan pemenuhan(p. 41).
4. Kesehatan spiritual
Kesehatan spiritual adalah suatu kondisi yang ditandai oleh sebuah
penguatan hidup, kedamaian, keselarasan, dan perasaan saling
berhubungan dengan Tuhan, dirinya, komunitas, dan lingkungan yang
pemeliharaan dan keseluruhan ternama (Greer dan Moberg, 1998).
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk
pemenuhan yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat
aktualisasi diri
14
membantu seseorang ke arah penyembuhan atau pada perkembangan
kebutuhan dan perhatian spiritual. Individu selama sakit sering menjadi
kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang
lain untuk perawatan dan dukungan. Distresss spiritual dapat berkembang
sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi,
yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi
dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka,
mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan
sumber dari makna hidup.
15
Ekspresi adaptif dan malaadaptif dari kebutuhan spiritual dapat
dilihat dibawah ini :
16
Berkelakuan diri sendiri secara deskriptif
Menolak untuk kerjasama dengan tim kesehatan
Mengkhawatirkan tentang pemisahan dari mencintai seseorang
Penolakan diri atau menunjukan salah harga diri dan sifat egois
Kekurangan hubungan cinta dengan Tuhan
Merasa ada jarak dan terpisahkan dari Tuhan
Keyakinan - Menggantungkan kebijakan bersifat illahi kepada
Tuhan
Motivasi terhadap pertumbuhan
Mengungkapkan kepuasan dengan keterangan dari hidup setelah
mati
Mengungkapkan kebutuhan untuk masuk kedalam naungan besar
dari drama cerita manusia
Mengungkapkan kebutuhan tanda, ritual
Mengungkapkan kebutuhan dari makna untuk membagi kepada
komunitas seiman - Mengungkapkan dua perasaan yang saling
bertentangan tentang Tuhan
Kekurangan iman di luar batas kewajaran kekuatan atau Tuhan
Ketakutan mati atau hidup setelah mati
Putus asa, dan marah dengan Tuhan
Ketidakjelasan nilai, kepercayaan, dan tujuan
Konflik nilai
Kekurangan komitmen
Kreativitas dan harapan - Bertanya informasi tentang kondisi
Berbicara tentang kondisi realistis
Menggunakan waktu selama sakit dengan hasil yang bermanfaat
Mencari jalan untuk menunjukan diri sendiri
Lebih suka menemukan kenyamanan di dalam diri daripada fisik diri
atau kriteria duniawi
Mengungkapkan harapan dimasa depan
Terbuka terhadap kemungkinaan dari ketentraman
17
Mengungkapkan ketakutan dari kehilangan control
Mengungkapkan kebosanan
Kekurangan visi dari kemungkinan alternative
Ketakutan terapi
Keputusasaan
Tidak dapat membantu diri sendiri atau menerima diri
Tidak dapat menikmati apapun
Meletakkan hidup atau keputusan besar di genggaman
Maksud dan tujuan - Mengungkapkan kepuasan hidup
Tinggal hidup di kesepakatan dengan sistem nilai
Menerima atau memanfaatkan penderitaan untuk mengerti diri
sendiri
Mengungkapkan maksud hidup atau mati
Mengungkapkan komitmen dan tujuan akhir orientasi
Mempunyai makna jelas dari apa yang penting
Mengungkapkan tidak ada tujuan untuk hidup
Menemukan tidak ada maksud dalam penderitaan
Mempertanyakan maksud penderitaan
Mempertanyakan tujuan dari penyakit
Tidak dapat membentuk tujuan akhir atau mempunyai tujuan akhir
tak bisa dicapai
Mencaci maki obat atau alcohol
Bercanda tentang hidup setelah kematian
Anugrah atau Karunia - Hidup di pergerakan
Merasakan berkat dan kemewahan
Merasakan anugrah yang diberikan di akhirat kepada diri dari Tuhan
Merasakan ketentraman atau kebulatan hati
Cemas tentang masa lalu dan masa depan
Berorientasi kearah penghargaan atau hasil
Focus pada penyesalan
18
Berbicara tentang menjadi lebih baik atau mencoba lebih keras
adalah perfeksionis
Pembahasan diatas menggambarkan kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Individu selama sakit sering menjadi kurang mampu untuk merawat
diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan
dan dukungan. Perubahan fungsi spiritualitas sering terjadi dalam
kehidupan. Oleh karena itu, perubahan fungsi spiritualitas klien
perlu dipahami perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
secara holistik.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
20
Peningkatan spiritualitas dalam diri setiap individu sangat penting
untuk diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan spiritualitas dapat
dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan latihan yoga dan
melakukan meditasi. Penting juga diperhatikan pemenuhan nutrisi spiritual.
Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, akan
lebih baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan. Dengan
meningkatkan spiritualitas dalam diri, maka koping yang kita miliki juga
akan meningkat. Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan
kesehatan dalam kondisi yang optimal.
21
Daftar Pustaka
Craven, R.F., Hirnle, C.J. 2007. Fundamental of nursing: Human health and
function.Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Crisp, J. Taylor, C., Potter, P.A., & Perry, A. G. (2001). Fundamental of Nursing,
Singapore: Mosby
Danah Zohar. (2000). Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence:Great
Britain
Daniel G,.( 1999). Emotional Intelligence, Jakarta.: gramdia, Pustaka Utama
Dombeck. 1995. Spiritual Nursing. Lowa ; University of Lowa
Philadelphia : W.B Saunders Company
Fortune, Karen Lee. 2003. Mental Health Nursing 5 th ed. Pearson education, inc.
BAB 2.
Kozier, Erb. Berman. Snyder. (2004). Fudamental of nursing: Concepts, process,
and practice. Seventh Edition. New Jersey : Pearson Education. Inc.
Mauk, K & Schmidt, N. (2004). Spiritual Care in Nursing Practice. Philadelpia:
Lippincott.
Murray, R. B., and Zentner, J. P. 1993. Nursing concepts for health promotion (5th
ed). Englewood Cliffs, NJ: Preventice-Hall.
Potter, P.A & Perry, A.G.(2005). Fundamental Of Nrsing: Concepts, Process, and
Practice. Eds 4. Jakarta: EGC
Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : concepts, process,
and practice. Sixth Edition. St. Louis : Mosby.
Rawlins, R & Heacock. (1993). Clinical Manual of Pshyciatric Nursing. 2nd Ed.
St. Louis: Mosby Year Book.
Sellers, S. C., and Haag, B. A. 1998. Spiritual nursing interventions. Journal of
Nursing, 16(3), 338-354.
22
DOKUMENTASI KELOMPOK
23
24