Anda di halaman 1dari 7

Jantung koroner (sudah dipasang ring), DM

Interpretasi Hasil Screening Risiko Jatuh dengan Morse Fall Scale (MFS) dan Tindakan
Pencegahan Jatuh sesuai Tingkatan Risiko Jatuh Nenek S

Skala jatuh Morse menilai tingkatan risiko jatuh pada klien (dewasa maupun lansia) baik di
rumah sakit maupun institusi kesehatan lain (panti, homecare, dsb). Terdapat enam pokok
pengkajian pada MFS, yaitu riwayat jatuh, memiliki diagnosis sekunder (lebih dari satu
penyakit), pemakaian alat bantu jalan, terpasang infus, gaya berjalan, dan status mental klien
(Morse, 2009). Setiap pokok pengkajian memiliki nilai yang berbeda sesuai dengan
kemungkinan kejadian jatuh dapat terjadi. Setelah setiap pokok pengkajian didapatkan skala
yang sesuai dengan kondisi klien, maka dijumlahkan dan lihat tabel tingkatan risiko jatuh.
Panduan tindakan pencegahan jatuh mengikuti tingkatan risiko jatuh pada skala, seperti pada
gambar berikut.

Sumber: Morse, J. M. (2009). Preventing patient falls: establishing a fall intervention program
(2nd ed.).
New York: Springer Publishing Company. Page 15.

Nenek S tidak berisiko jatuh menurut skala MFS dengan nilai total 15. Tindakan yang
diperlukan hanya perawatan dasar untuk menghindari risiko jatuh, yaitu mencegah jatuh akibat
kcelakaan, menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia, serta edukasi bagi klien dan keluarga
tentang risiko jatuh pada lansia (Morse, 2009). Jatuh akibat kecelakaan disebaban oleh faktor
lingkungan yang tidak aman atau penggunaan alat bantu yang salah, seperti tergelincir di lantai
licin, tersandung, jatuh dari kursi roda karena tidak mengetahui dengan benar apakah sudah
aman atau belum ketika akan digunakan, jatuh dari tempat tidur karena terlalu tingi, dan
sebagainya.
Menciptakan lingkungan yang aman dapat mencegah atau mengurangi keparahan cidera.
Perawat perlu memperhatikan lingkungan sekitar lansia, mengenai kondisi berikut (Morse, 2009;
Nurviyandari, 2011).
Lantai: datar, tidak menyilaukan mata, tidak licin, terdapat tanda peringatan bila lantai
sedang dibersihkan atau kondisi licin
Kamar mandi: tidak licin, terdapat handrails mengitari dinding, toilet duduk, pintu yang
mudah dibuka, terpasangnya alarm untuk kondisi darurat
Tempat tidur: Ketinggian kasur dari lantai tidak lebih dari 20cm, terdapat side rail di sisi
tempat tidur, apabila menggunakan pijakan kaki maka harus dibantu
Perlengkapan pribadi: alas kaki anti slip, baju dan celana yang sesuai ukuran
Pencahayaan ruangan: menggunakan lampu yang tidak menyilaukan, tidak berkedip, tidak
terlalu terang
Furniture: kursi dengan sandaran punggung dan tangan, tidak licin
Pegangan pada dinding (handrails): terpasang sesuai dengan kebutuhan pergerakan lansia
seperti sepanjang jalan ke kamar mandi, ketinggian handrails yang dianjurkan <0.79 meter
dari lantai
Alarm tempat tidur: pastikan berfungsi dan terpasang dengan baik

Perawat perlu memberikan informasi kepada lansia dan keluarga mengenai lingkungan yang
aman serta penggunaan alat bantu yang benar. Perawat perlu memastikan bahwa lansia paham
terhadap kondisi lingkungan sekitar seperti letak kamar mandi, dapur, dan ruangan lain.
Kemudian, jika lansia menggunakan alat bantu maka perawat perlu mengajarkan dan
mencontohkan penggunaannya kepada lansia dan keluarga.
Alat bantu jalan: benar ukuran, benar cara menggunakan
Kursi roda: menggunakan safe belt, roda harus dikunci sebelum di dudukkan, rem yang
berfungsi dengan baik, cara menggunakan yang benar (harap dibantu: saat lintasan menanjak
maka berhadapan dengan jalan, jika lintasan menurun maka membelakangi jalan)
Alat bantu dengar: frekuensi yang tepat
Mobilisasi dari tempat tidur ke kursi, dan sebaliknya, diajarkan menggunakan langkah-
langkah, seperti duduk menurunkan kaki berpegangan pada tempat tidur atau kursi
duduk. Mobilisasi yang benar akan mengurangi risiko jatuh akibat hipotensi ortostatik
(Morse, 2009).

Kejadian jatuh pada lansia dapat diprediksi dengan menggunakan pengkajian skala jatuh
Morse. Tujuan pengkajian untuk mencegah kejadian jatuh yang dapat membahayakan atau
memperparah kondisi kesehatan lansia. Dengan begitu, perawat dan keluarga serta profesi lain
yang berkaitan.dapat menyusun tindakan pencegahan kejadian jatuh bagi lansia.

Daftar Pustaka
Morse, J. M. (2009). Preventing patient falls: establishing a fall intervention program, 2nd Ed.
New York: Springer Publishing Company.
Nurviyandari, D. (2011). Modul: program pencegahan jatuh pada lanjut usia. Depok: FIK UI
Keilmuan Keperawatan Komunitas
Strategi pencegahan jatuh (preventif) untuk lansia berisiko jatuh tinggi.

Proses intervensi jatuh dimulai dengan identifikasi risiko jatuh pada lansia. Intervensi risiko
jatuh bergantung pada skor pengkajian risiko jatuh. Intervensi pada lansia dengan risiko jatuh
tinggi dan lansia dengan risiko jatuh rendah atau tidak ada risiko akan mendapat intervensi yang
berbeda, seperti pada gambar berikut.

Sumber: Morse, J. M. (2009). Preventing patient falls: establishing a fall intervention program (2nd ed.).
New York: Springer Publishing Company. Page 15.

Strategi pencegahan bertujuan untuk mengurangi nilai risiko jatuh menurut skor MFS, antara lain
sebagai berikut (Morse, 2009; Nurviyandari, 2011).
1. Mengoptimalkan ambulasi yang aman
Penggunaan alat bantu jalan yang aman
Alat bantu jalan yang dipilih harus benar ukuran dan benar cara menggunakan. Perawat
perlu mengajarkan dan mencontohkan penggunaan alat bantu jalan kepada lansia dan
keluarga. Seperti penggunaan kursi roda, harus memperhatikan hal berikut menggunakan
safe belt, roda harus dikunci sebelum di dudukkan, rem yang berfungsi dengan baik, cara
menggunakan yang benar (harap dibantu: saat lintasan menanjak maka berhadapan
dengan jalan, jika lintasan menurun maka membelakangi jalan).
Memperbaiki gaya berjalan
Perubahan gaya berjalan pada lansia seperti menjadi lambat, atau berubah karena adanya
penurunan kekuatan otot dan perubahan postur tubuh. Gaya berjalan yang sering ditemui
seperti berjalan pincang, diseret, bungkuk, kaki yang kontraktur dan sebagainya.
2. Memberikan proses toileting yang aman
Penurunan kemampuan lansia dalam mengontrol pengeluaran urin dan memerlukan waktu
berkali-kali untuk ke kamar mandi. Kondisi tersebut memberikan risiko jatuh tinggi bagi
lansia, antara lain risiko jatuh di dalam kamar mandi maupun saat diperjalan menuju kamar
mandi. Peningkatan kewaspadaan keluarga dan pendamping bagi lansia juga dibutuhkan,
terutama pada malam hari.
3. Evaluasi kemampuan komunikasi
Penurunan status kognitif pada lansia seperti demensia memberikan efek yaitu penurunan
orientasi lansia. Kondisi tersebut menjadi risiko tinggi bagi lansia untuk jatuh, seperti
kebingungan mencari toilet saat malam hari. Stimulasi yang dapat meningkatkan kognititf
seperti latihan berkomunikasi.
4. Latihan keseimbangan dan kekuatan otot
Senam dapat dijadikan olahraga yang dapat membantu lansia meningkatkan kekuatan otot
dan keseimbangan. Beberapa gerakan senam mungkin membutuhkan bantuan bagi lansia,
maka diperlukan keluarga atau orang yang mendampingi lansia.
5. Meningkatkan status kesehatan fisik
Kelemahan yang terjadi pada lansia umumnya didapat dari kondisi fisik yang mulai menurun
dan kondisi penyakit. Kelemahan pada lansia dapat menjadi risiko jatuh tinggi bagi lansia
jika melakukan mobilisasi, seperti tidak mampu memegang alat bantu jalan dengan kuat.
Untuk itu, dibutuhkan peningkatan status kesehatan fisik seperti minum obat dan asupan
nutrisi yang adekuat. Namun, perlu juga memperhatikan efek obat pada lansia yang dapat
meningkatkan risiko jatuh.
Daftar Pustaka
Morse, J. M. (2009). Preventing patient falls: establishing a fall intervention program, 2nd Ed.
New York: Springer Publishing Company.
Nurviyandari, D. (2011). Modul: program pencegahan jatuh pada lanjut usia. Depok: FIK UI
Keilmuan Keperawatan Komunitas

Anda mungkin juga menyukai