BAB II
Kondisi eksisting tentang geografis, sosial budaya, sarana dan prasarana dasar, serta perekonomian
Kabupaten Manokwari akan menjadi landasan dalam menentukan strategi pembangunan daerah
Kabupaten Manokwari periode 2016-2021
2.1. Kondisi Geografis
2.1.1. Kondisi Umum Wilayah
Sejak tahun 2013 Kabupaten Manokwari mengalami pemekaran menjadi tiga kabupaten yaitu
Kabupaten Manokwari, Kabupaten Manokwari Selatan dan Manokwari Pegunungan Arfak. Selain
terjadi pemekaran, terdapat empat distrik yang bergabung dengan Kabupaten Tambrauw. Oleh
karenanya di tahun 2013 jumlah distirk yang semula 29 buah berkurang menjadi sembilan (9) distrik.
Kabupaten Manokwari memiliki luas wilayah 4.650,32 kilometer persegi dengan wilayah terluas Distrik
Masni seluas 1.406,10 kilometer persegi dan wilayah terkecil Distrik Manokwari Timur dengan luas
154,84 kilometer persegi. Secara administratif, Kabupaten Manokwari dibagi menjadi 9 distrik, 151
kampung dan 7 kelurahan, yang secara rinci disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Manokwari Menurut Distrik (Kecamatan), Jumlah
Kampung dan Kelurahan
JumlahKelurahan/
No Distrik Luas (Km2) Rasio (%)
Kampung
1 Warmare 598,14 12 18
2 Prafi 388,00 8 15
3 Manokwari Barat 237,24 5 6/4
4 Manokwari Timur 154,84 3 1/6
5 Manokwari Utara 622,79 13 23
6 Manokwari Selatan 542,07 11 2/18
7 Tanah Rubu 481,19 10 24
8 Masni 1.406,10 30 33
9 Sidey 219,95 4 12
Jumlah 4.650,32 100 151
2.1.2 Administratif
Secara geografis Kabupaten Manokwari terletak diantara kepala burung Pulau Papua pada posisi di
bawah garis khatulistiwa antara13235 - 13445 Bujur Timur, dan 015 - 325 Lintang Selatan,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Timur : Kabupaten Manokwari Selatan/Pegunungan Arfak
Sebelah Selatan : Kabupaten Teluk Bintuni
Sebelah Barat : Kabupaten Tambrauw
Kondisi Geologi terdiri dari batuan sedimen Pratersier berupa batuan sedimen klastik, karbonat,
Plutonik (Granit), batuan Vulkanik berupa Lava, aglomerat, breksi, tufa dan lahar serta batuan
metamorfik. Batuan Sedimen tersier terdiri dari batuan sedimen klastik, vulkanik dan karbonat. Batuan
Kuarter terdiri endapan pantai, endapan sungai, endapan limpas banjir. Endapan sedimen dengan
umur Kuarter hanya muncul di beberapa tempat, sedang endapan sedimen Resen (Qa) hanya mengisi
lembah-lembah muda di mana saat ini sungai besar dan anak sungainya mengalir.
Jenis tanah di Kabupaten Manokwari terdiri dari tanah alluvial (18,70%), tanah mediterania (2,44%),
tanah podsolid merah kuning (10,41%), pospolid coklat keabuan (7,57%), tanah utama atau complex
of soil (49,21%) , tanah latosol (4,49%) dan tanah organosol (7,17). Kedalaman efektif tanah di seluruh
wilayah Kabupaten Manokwari adalah rata-rata di atas 25 cm, kecuali wilayah-wilayah pegunungan
kapur.
Kemiringan lahan di Kabupaten Manokwari bervariasi mulai dari lahan datar (0-2%), landai (2-40%)
dan terjal (lebih dari 40%). Lahan datar yang ada di Kabupaten Manokwari adalah 40% dari luas lahan
yang ada, lahan dengan kategori landai seluas 50% dari luas wilayah Kabupaten Manokwari dan
sisanya adalah lahan terjal. Gambaran kondisi wilayah yang ada di Kabupaten Manokwari yang terbagi
kedalam 2 (dua) tipologi wilayah yaitu pesisir dan pegunungan.
Lamanya penyinaran sinar matahari pada tahun 2012 di Kabupaten Manokwari berbanding terbalik
dengan jumlahnya hari hujan setiap bulannya. BMKG Rendani Kabupaten Manokwari mencatat jumlah
hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu mencapai 28 hari dengan lama penyinaran matahari
hanya 38%. Dilihat dari suhu rata-rata Kabupaten Manokwari bisa dikatakan daerah yang panas
dengan suhu rata rata terendah sepanjang tahun 2012 mencapai 26,8C sementara suhu tertinggi
bisa mencapai 28C.
Tabel 2.2. Letak Geografis dan Kondisi Iklim Kabupaten Manokwari tahun 2012
Manokwari memiliki beberapa sungai, danau dan gunung yang tersebar di beberapa wilayah. Sungai
terpanjang adalah sungai Wariori yaitu sepanjang 96 km, Danau Kabori dengan luas 10 Ha dan
Gunung Umsini dengan tinggi 2.950 mdpl.
Tabel 2.3 Nama Sungai, Danau dan Gunung di Kabupaten Manokwari tahun 2014
SUNGAI
1 Manokwari Pami 25 km
Nuni 23 km
Mandopi 48 km
Kesi 43 km
2 Prafi Aimasi 10 km
Prafi 65 km
3 Masni Wariori 96 km
DANAU
1 Manokwari Selatan Kabori 10 ha
Anggresi 3 ha
2 Warmare Wabederi 7 ha
GUNUNG
1 Manokwari Itsiwei 2.117 mdpl
Togwomeri 2.680 mdpl
2 Warmare Awiwatsi 2.130 mdpl
Umsini 2.950 mdpl
2.2 Demografi
Kabupaten Manokwari merupakan salah satu wilayah dengan penduduk terbesar di Provinsi Papua
Barat. Pada tahun 2013 jumlah penduduk mencapai 150.179 jiwa dengan jumlah laki-laki dan
perempuan masing-masing sebesar 79.766 jiwa dan 70.413 jiwa. Dengan komnposisi seks rasio
penduduk Kabupaten Manokwari adalah 113,28.
Jumla penduduk tersebut tersebar menurut masing-masing Distrik, seperti pada Tabel 2.1 Dengan
jumlah distrik sebanyak 9 buah pada 151 kampung dan 7 kelurahan yang terhimpun pada 19 distrik.
Distrik Manokwari Barat yang merupakan ibu kota Kabupaten Manokwari memiliki penduduk terpadat
dengan penduduk 85.700 jiwa atau sekitar 57 % dari total penduduk, dengan kepadatan 361,24 jiwa /
km2. Sebagai distrik yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, jasa dan industri di Kabupaten Manokwari,
tentunya akan menjadi daya tarik bagi para imigran untuk tinggal dan menetap di distrik ini. Distrik ke
dua dengan penduduk terpadat adalah Distrik Prafi dengan penduduk 14.405 jiwa atau sekitar 9,6 %
dari total penduduk dengan tingkat kepadatan mencapai 36,20 jiwa/km2. Secara keseluruhan,
kepadatan penduduk Kabupaten Manokwari pada tahun 2013 hanya mencapai 32,29 jiwa/km2. Secara
rinci dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.4
Distribusi Penduduk Kabupaten Manokwari
Menurut Distrik dan Luas Wilayah
Kepadatan
Jumlah Rumah Penduduk
No Distrik Luas (Km2)
Penduduk Tangga (jiwa/km2 )
Dengan dimekarkannya Kabupaten Manokwari menjadi tiga kabupaten berpengaruh pada angka
jumlah penduduk. Saat sebelum dimekarkan pada tahun 2012 penduduk sebesar 201.936 jiwa.
setelah dimekarkan mengalami penurunan sebesar 15%. Presentase ini merupakan penduduk di dua
kabupaten lainnya yaitu Manokwari Selatan dan Pegunungan Arfak.
dari sistem anggaran yang disusun dengan metode incremental menjadi sistem anggaran yang
berbasis pada kinerja. Dengan sistem ini menuntut adanya transparansi, akuntabilitas, dan evaluasi
yang memadai dari semua pemangku kepentingan pembangunan. Perspektif perubahan pengelolaan
keuangan anggaran tersebut menghendaki adanya landasan bagi penyelenggaraan pengelolaan
keuangan antara lain :
1. Pengelolaan keuangan bertumpu pada kepentingan publik (public oriented);
2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran daerah pada
khususnya;
3. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisan yang terkait dalam
pengelolaan anggaran seperti DPRD, pemerintah daerah, dan stakeholders;
4. Kerangka hukum dan administrasi bagi pembiayaan, investasi, dan pengelolaan keuangan
berdasarkan kaidah pasar, value for money, transparansi, dan akuntabilitas;
5. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan anggaran multi tahunan;
6. Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional;
7. Menggunakan standar akuntansi pemerintah yang berlaku dalam penyajian, laporan keuangan,
peran DPRD, pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran, serta transparansi
anggaran kepada publik;
8. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan peran pembinaan, peran asosiasi, dan
peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat pemerintah daerah;
9. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi keuangan daerah
yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebaran informasi
sehingga memudahkan pelaporan dan pengendalian serta memudahkan mendapatkan informasi.
Penjabaran dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan
Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD telah menggariskan secara detil
mengenai aspek penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan yang menjadi pedoman bagi seluruh
pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah.
Selanjutnya berdasarkan UU nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah maka daerah memilliki kewenangan pada masing-masing tingkatan pemerintahan untuk
mengelola keuangan daerahnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah. Implementasi UU nomor 33 Tahun 2004 berupaya mendorong kemandirian pengelolaan
keuangan daerah yang dititikberatkan pada kemandirian memanfaatkan sumber daya daerah secara
optimal, efisien, dan efektif sehingga dapat meningkatkan pelayanan publik (public service).
Penerapan UU nomor 33 Tahun 2004 dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Indikator pencapaian meningkatnya pelayanan dan kesejahteran masyarakat yang semakin baik,
kehidupan yang demoktratis, dan adanya pemerataan dapat dilihat dari nilai PDRB yang dicapai dan
proyeksinya serta nilai pendapatan per kapita yang meningkat. Kondisi tersebut dapat tercapai apabila
SKPD memperhatikan konsep Value For Money. Untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana
publik yang didasari oleh konsep value for money, maka diperlukan sistem pengelolaan keuangan
daerah dan anggaran daerah yang baik yang dapat tercapai apabila pemerintah daerah di dukung oleh
sistem akuntansi yang baik.
Sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah. Dalam perencanaan APBD terdapat target pendapatan daerah yang
merupakan capaian yang harus diperoleh, sedangkan pada akhir tahun anggaran, diketahui realisasi
penerimaan atas pendapatan daerah. Berdasarkan data tahun 2012, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Manokwari dalam realisasinya mampu menyumbangkan sebesar 5% dari total realisasi
pendapatan daerah. Sementara porsi terbesar berasal dari Dana Perimbangan sebesar 79,5% dari
total pendapatan daerah, sedangkan presentasi tersbesar lainnya dari transfer Pemerintah Provinsi
sebesar 11%.
Tabel 2.5 Ringkasan Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Kabupaten Manokwari 2012
No Uraian Realisasi
Pendapatan
1 Pendapatan Asli Daerah
a. Pajak Daerah 10.021.214.863
b. Retribusi Daerah 4.566.939
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisah 6.958.720.088
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 6.497.437.679
2 Pendapatan Transfer
A. Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan
1. Bagi hasil pajak 92.922.196.365
2. Bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam
3. Dana Alokasi Umum 557.019.915.000
4. Dana Alokasi Khusus 54.513.970.000
B. Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
1. Dana Otonomi Khusus 132.406.742.987
2. Dana Penyesuaian/Bantuan Dana Adhoc
Pemerintah
C. Transfer Pemerintah Provinsi
1. Bagi Hasil Pajak 9.259.703.881
2. Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah
1. Pendapatan Hibah 25.168.719.750
Belanja
1. Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawai 367.339.345.352
b. Belanja Hibah 78.526.503.600
c. Belanja Bantuan Sosial 10.942.191.350
d. Belanja Bahan Keuangan kepada Prov/Kab/Kota
e. Belanja Bunga 4.095.568.133
f. Belanja Tak Terduga 4.300.000.000
2. Belanja Langsung
a. Belanja Pegawai
Pembiayaan
a. Penerimaan Pembiayaan Daerah 123.387.095.692
b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 58.433.000.000
Apabila mengamati sektor-sektor yang mempengaruhi pertumbuhan eknonomi di tahun 2012, sektor
yang menunjukkan pertumbuhan tertinggi adalah Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 17,65%.
Sedangkan sektor dengan pertumbuhan terlambat adalah Pertanian yang hanya 3,25%.
Laju pertumbuhan kedua setelah Listrik, Gas dan Air Bersih adalah sektor Penggalian dan Kosntruksi
yang berturut-turut tumbuh sebesar 15,37% dan 14,15%. Sementara sektor terendah lainnya adalah
Industri Pengolahan dan Jasa yang nilainya berturut-turut 5,72% dan 7,30%.
Sektor 2013
1. Listrik, Gas dan air Bersih 17,65
Pertanian
2. Pertambangan dan 15,37
Penggalian
3. Konstruksi 14,15
4. Keuangan, Real Estate, & 12,69
Jasa Perusahaan
5. Perdagangan, Hotel & 12,41
Restoran
6. Pengangkutan dan 10,37
komunikasi
7. Jasa-jasa 7,30
8. Industri Pengolahan 5,72
9. Pertanian 3,25
PDRB 100,00
Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Manokwari 2013
PDRB per kapita merupakan besaran kasar yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk di
suatu wilayah pada waktut tertentu. PDRB per kapita Kabupaten Manokwari pada tahun 2013 sebesar
25,8 juta rupiah. Pertunbuhan PDRB di tahun 2013 tumbuh sebesar 12% meski angka ini mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya sebagaimana digambarkan tabel 2.5.
ADH Berlaku
Tahun Nilai
Indeks Perkembangan (%)
(Jutaan Rp)
2010 18.220.379,57 -
2011 20.538.063,51 12,72
2012 23.030.660,14 12,14
2013 25.794.963,88 12
Perbedaan besarnya nilai PDRB nominal dengan PDRB riil dikarenakan adanya perbedaan
faktor harga komoditi. Nilai PDRB nominal (atas dasar tahun berlaku) menggunakan harga
komoditi pada tahun berjalan, sedang PDRB riiil atas dasar harga konstan tahun 2000.
Produksi komoditi pada tahun berjalan dinilai dengan harga pada tahun 2000. Dengan
demikian PDRB riil atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat mengeliminir pengaruh faktor
perubahan harga yang terjadi setiap tahun sehingga PDRB riil dapat digunakan untuk
menghitung pertumbuhan riil produksi barang dan jasa yang terjadi setiap tahun pada suatu
wilayah. Pertumbuhan barang dan jasa secara riil tersebut lebih dikenal dengan pertumbuhan
ekonomi.
PDRB per kapita Kabupaten Manokwari atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 meningkat
6,9 persen terhadap tahun 2010, yaitu dari 87,3 juta rupiah menjadi 93,3 juta rupiah.
Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan nilai PDRB per
kapita secara riil. Pada tahun 2011 PDRB per kapita Kabupaten Manokwari sebesar 26,9 juta
rupiah atau meningkat 2,6 persen terhadap PDRB perkapita tahun 2010 (tabel 2.6)
Tabel 2.8 PDRB Kabupaten Manokwari Per Kapita Menurut Lapangan Usaha 2012-2013
(juta rupiah)
Pertanian
560,564 596,882 238,133 245,872
Pertambangan dan Penggalian
94,499 113,206 27,101 31,226
Industri Pengolahan
101,871 112,108 42,784 45,231
Listrik, Gas dan Air Bersih
27,230 35,402 8,342 9,815
Konstruksi
861,451 1,020,492 264,666 302,124
Perdagangan, Hotel & Restoran
609,909 719,238 173,198 194,668
Pengangkutan & Komunikasi
342,711 388,174 138,738 153,125
Keuangan, Real Estate & Jasa
207,780 259,423 63,379 71,424
Perusahaan
558,189 628,938 242,355 260,050
Jasa-jasa
Penduduk Kabupaten Manokwari, seperti halnya dengan beberapa kabupaten/kota di Pulau Papua
secara sosial budaya terdiri atas penduduk asli dan penduduk pendatang. Suku asli yang mendiami
Kabupaten Manokwari adalah suku besar Arfak, suku Wamesa, suku Samuri, Sebyar, Irarutu dan
Numfor Doreri. Selain itu terdapat suku pendatang asal Papua seperti Serui, Biak, Waropen serta
beberapa suku dari luar Papua.
Sejarah pekabaran Injil di Irian Jaya menunjukan suatu hasil kerja keras pendeta Groessner dan
Heldring di jerman, yang giat mengirimkan penginjilnya ke daerah tropis termasuk Irian Jaya yang
sangat membutuhkan uluran tangan mereka. Irian Jaya ketika itu dinamakan Wilayah Iblis,hal ini
menunjukan bahwa Irian belum terjamah oleh Inji.
Manokwari juga disebut sebagai Kota Injil karena pada tanggal 5 Februari 1855, kedua penginjil dari
Eropa, C.W. Ottow dan J.G.Gleissler mengawali misi penginjilannya dengan mendaratkan kakinya di
pulau mansinam ( Teluk Doreri ) dekat Manokwari. Dari Mansinam Manokwari inilah kemudian berita
Injil tersebut diberitakan keseluruh daratan Papua. Dan berdasarkan sejarah pekabaran Injil tersebut ,
maka manokwari maka kota manokwari merupakan kota pertama masuknya Injil di Papua.
2.4.2 Pendidikan
Gambaran Angka Partisipasi Sekolah (APS) Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Manokwari
pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2.7
Tabel 2.9 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten
Manokwari 2011-2013
Tahun Jenjang Pendidikan
SD SLTP SLTA
1 2 3 4
2013 94,09 93,07 75,34
Sumber: BPS Manokwari, 2014
Dari Tabel 2.7 di atas, terlihat bahwa APS SD di Kabupaten Manokwari pada tahun 2013 sebesar
94,09 persen, yang berarti bahwa dari 100 penduduk usia 7-12 tahun, terdapat sekitar 94 orang
bersekolah di bangku SD. Sedangkan untuk APS SLTP sebesar 93,07 persen, artinya bahwa dari 100
penduduk usia 13-15 tahun, terdapat sekitar 93 orang bersekolah di bangku SLTP. APS SLTA sebesar
75,34 persen, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia 16-18 tahun, terdapat sekitar 75 orang
bersekolah di bangku SLTA.
Gambar 2.3 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang
Pendidikan di Kabupaten Manokwari 2011-2013
Jika dibandingkan antara APK dan APM, dapat dikatakan bahwa APK di usia SD memiliki selisih
sebesar 12 angka daripada APM. Namun untuk SMP dan SMA nilai APK cenderung jauh lebih besar
yaitu masing-masing sebesar 21 dan 34 angka. Hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya
ketersediaan fasilitas SMP dan SMA di beberapa wilayah sehingga menyebabkan beberapa murid
bersekolah di luar usia yang wajar.
Rasio murid terhadap guru dan sekolah berdasarkan jenjang (Tabel 2.9) menunjukan bahwa untuk
jenjang SD, rasio murid terhadap guru sebesar 23,35 berarti bahwa setiap guru
mengawasi/membimbing kurang lebih 23 siswa. Sedangkan setiap sekolah dapat menampung sekitar
200 siswa. Untuk jenjang SMP rata-rata setiap guru mengajar 24 murid dan setiap SMP menampung
259 murid/siswa. Untuk jenjang SMA/SMK setiap guru rata-rata mengajar 20 siswa dan setiap sekolah
rata-rata dapat menampung 348 siswa.
Tabel 2.10 Rasio Murid terhadap Guru dan Sekolah di Kabupaten Manokwari
Berdasarkan Jenjang Tahun 2013
Sementara itu berdasarkan survei di tahun 2013 ada setengah dari penduduk berusia 10 tahun ke atas
yang tidak memiliki ijazah dikarenakan belum pernah sekolah atau putus sekolah di Sekolah Dasar.
Akibat besarnya angka inilah yang menyebabkan tingginya angka putus sekolah di Manokwari.
Gambar 2.4 Presentase Pendudukn Usia 10 Tahun atau Lebih Menurut Status Pendidikan
di Kabupaten Manokwari tahun 2013
2.4.3 Kesehatan
Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Manokwari berdasarkan data pada tabel ..... jumlah puskesmas
pembantu (Pustu) meningkat dari tahun ke tahun. Begitu juga dengan jumlah Posyandu yang bertambah dari
240 menjadi 283 unit. Peningkatan ini utamanya berasal dari Distrik Manokwari Barat yang bertambah dari 24
menjadi 48 unit. Dengan meningkatnya sarana ini diharapkan dapat berdampak positif untuk kesehatan ibu dan
balita.
Meningkatnya fasilitas kesehatan di Kabupaten Manokwari belum diimbangi dengan kualitas dan
kuantitas tenaga medis yang bertugas. Banyaknya perawat mencapai 382 orang yang tersebar di
seluruh distrik meskipun ada distrik yang tidak memiliki tenaga perawat. Di Distrik Manokwari Barat
merupakan wilayah dengan jumlah perawat, non-perawat maupun tenaga non-medis terbanyak karena
kepadatan penduduk berada di ibukota kabupaten. Meski demikian perlu adanya pemerataan jumlah
tenaga kesehatan untuk memenuhi hak masyarakat lainnya.
Tabel 2.12 Banyaknya Tenaga Medis dan Rasio Terhadap Penduduk di Kabupaten Manokwari
tahun 2013
Dokter 19 9,08
Gizi 22 10,52
Selain itu dapat berdasarkan tabel ..... dapat diketahui bahwa dari sejumlah 7.553 penderita yang
dilaporkan pada Dinas Kesehatan, 30% di antaranya menderita Malaria Tersiana. Di daerah endemik
malaria sangat memungkinkan masyarakat mudah terjangkit virus plasmodium vivax maupun
plasmodium facifarum. Bahkan masih ditemukan penderita malaria gabungan antara malaria tersiana
dan tropika yang mencapai enam (6) persen. Penyakit lainnya adalah cacingan yang diderita 16,445
masyarakat yang umumnya anak-anak dengan keluhan perut kembung, rasa mual dan muntah, nafsu
makan menurun serta rasa gatal di dubur.
Banyaknya
No Jenis Penyakit %
(Kuantitas)
Banyaknya
No Jenis Penyakit %
(Kuantitas)
20 Pneumonia 47 0,62
21 Bronkhitis 48 0,64
22 Asma Bronkiale 9 0,12
23 Karies Gigi 46 0,61
24 Stomatis 27 0,36
25 Penyakit Kulit, Jaringan
463 6,13
Subcutan dan Sendi Metabolik
2.4.4 Perumahan
Di Kabupaten Manokwari sebanyak 64,4% rumah tangga memiliki bangunan tempat tinggal sendiri.
Namun masih ada beberapa rumah tangga yang status tempat tinggalnya adalah rumah dinas,
kontrak, dan bahkan sewa di mana status bangunan seperti ini biasanya paling banyak ditemukan di
perkotaan.
Gambar 2.5 Status Penguasaan Tempat Tinggal Rumah Tangga di Kabupaten Manokwari 2013
Pada tabel di bawah menunjukkan persentase jenis atap, lantai dan dinding terluas yang dipakai oleh
rumah tangga di tahun 2013. Mayoritas rumah tangga memiliki rumah beratapkan seng 96,07%
walaupun ada beberapa yang sudah menggunakan genteng, asbes dan bahkan beton. Sedangkan
dinding terluas yang digunakan oleh rumah tangga yaitu bahan tembok dengan persentase 54,51%.
Tabel 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap, Lantai dan DInding Terluas di
Kabupaten Manokwari 2013
Jenis Atap (%) Jenis Lantai (%) Jenis Dinding (%)
Terluas Terluas Terluas
Asbes 0,85
Ijuk/Lainnya 0,99
Dalam setiap tahunnya pemerintah melakukan pembangunan terutama perbaikan jalan mengingat
akses transportasi yang sangat penting. Hal ini terlihat pada data di atas di mana tercatat 4,27 km
pengaspalan jalan dilakukan pada tahun 2012.
2.4.6 Perhubungan
Perhubungan laut
Ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan laut di Kabupaten Manokwari meliputi
tersedianya 1 buah pelabuhan lokal di Distrik Manokwari Timur serta terdapatnya pelabuhan
nasional yaitu pelabuhan regional yang berada di Kabupaten Manokwari (Distrik Manokwari
Barat) yang dapat mengintegrasikan antar kawasan yaitu Kota Sorong, Biak , Serui, Jayapura,
Raja Ampat, Teluk Wondama dan Kabupaten Manokwari selatan.
Perhubungan Udara
Keberadaan sarana dan prasarana perhubungan udara di Kabupaten Manokwari meliputi
Bandar Udara domestik yaitu Rendani. Bandara ini dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia,
Lion, Ekspres, Sriwijaya dan NAM Air.
Perhubungan Darat
Transportasi jalan di Kabupaten Manokwari sudah cukup baik dan seluruh distrik dapat
dilayani angkutan transportasi jalan meski dengan jumlah armada yang masih terbatas.
Pemanfaatan air bersih untuk mandi dan mencuci sebagian besar menggunakan sumur terlindung
(21,42%) serta sumur bor/pompa (20,44%) sementara persentase terkecil memanfaatkan air hujan
(3,89%) dan leding eceran (2,57%).
Gambar 2.6 Sumber Air yang digunakan Untuk Mandi/Cuci di Kabupaten Manokwari 2013
Selanjutnya untuk akses air layak minum sebanyak 42,17% penduduk memanfaatkan air isi ulang
yang merupakan proporsi terbesar. Sementara yang memanfaatkan mata air terlindungi hanya 14,37%
bahkan yang memakai perpipaan leding tidak lebih dari 3 persen.
Sementara untuk akses pelayanan air limbah dan persampahan sampai saat ini belum ada data yang
memadai.
2.4.8 Ketenagalistrikan
Pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Manokwari berjumlah 25 unit dengan kapasitas terpasang
26.623 kilowatt, kemampuan mesin 20.996 kilowatt, dan beban puncak 17.011 kilowatt. Produksi
tenaga listrik mencapai 536.312 Kwh, terjual 67.707 Kwh. Gambarn ketenagalistrikan disajikan pada
tabel 2.16, dan 2.17.
Tabel 2. 17 Banyaknya Unit Pembangkit Tenga Listrik, Kapasitas Terpsasang,
Kemampuan Mesin, Dan Beban Puncak Menurut Lokasi
Tabel 2.18 Banyaknya Unit Pembangkit Tenaga Listrik yang Diproduksi, Terjual, dan
Jumlah Penjualan menurut Lokasi
No Lokasi Produksi (KWH ) Jumlah Penjualan ( Rp )
1. Sanggeng 101.991.318 78.809.916.100
2. Sidey 329.544 182.831.011
3. Mansinam 90.627 50.021.573
4. Warkapi 33.280 15.966.080
5. Siwi 42.675 19.784.130
6. Nuni 38.307 23.290.656
Jumlah
102.525.751 79.101.809.549
Total :
Sumber : BPS Manokwari 2014
Sanitasi adalah salah satu sektor yang harus diperhatikan dalam pembangunan demikian halnya dengan
Kabupaten Manowari. Pengelolaan sanitasi yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang sehat. Namun jika
sektor sanitasi tidak diperhatikan dalam pembangunan kota maka akan menciptakan berbagai permasalah
lingkungan seperti munculnya kawasan kumuh dan menjangkitnya beragam penyakit akibat lingkungan yang
kotor. Demikian disajikan sejumlah peraturan terkait dengan sanitasi yang ada di Kabupaten Manowari.
Melalui Keputusan Bupati Nomor 173/2013, Pemerintah Kabupaten Manowari membentuk Kelompok
Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman.