PD T 20 2004 B Perencanaan Bundaran Untuk Simpang Sebidang 1 PDF
PD T 20 2004 B Perencanaan Bundaran Untuk Simpang Sebidang 1 PDF
Pd. T-20-2004-B
Perencanaan Bundaran
untuk Persimpangan Sebidang
Daftar isi
i
Pd. T-20-2004-B
ii
Pd. T-20-2004-B
Daftar tabel
Daftar gambar
iii
Pd. T-20-2004-B
Prakata
Pedoman perencanaan bundaran untuk persimpangan sebidang ini disusun oleh Panitia
Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus Kerja Teknik Lalu
Lintas dan Geometri pada Sub Panitia Teknik Standarisasi Bidang Prasarana Transportasi.
Pedoman ini diprakarsai oleh Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata
Pedesaan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam perencanaan bundaran terutama pada
persimpangan sebidang. Penyusunan pedoman ini mengacu pada kriteria-kriteria yang
tertuang pada pedoman perencanaan geometri jalan perkotaan, kebijakan geometri
AASHTO, dan pedoman perencanaan bundaran dari Federal Highway Authority (FHWA).
Pedoman ini diproses melalui mekanisme konsensus yang melibatkan nara sumber, pakar
dan stakeholders prasarana transportasi sesuai Pedoman BSN No . 9 tahun 2000.
Penulisan pedoman ini mengikuti Pedoman Badan Standarisasi Nasional (BSN) Nomor : 8
tahun 2000.
iv
Pd. T-20-2004-B
Pendahuluan
Salah satu model pengaturan lalu lintas di persimpangan yang banyak digunakan di
beberapa kota di Indonesia saat ini adalah bundaran. Pengaturan dengan model ini sudah
dikenal cukup lama di Indonesia dan dinyatakan secara tegas dalam Peraturan Pemerintah
RI No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan sebagai salah satu bentuk
pengaturan persimpangan yang diijinkan. Keuntungan model pengaturan persimpangan
dengan bundaran adalah meningkatnya tingkat keselamatan pada volume lalu lintas yang
tinggi, menurunkan titik konflik, dan memberikan nilai estetika yang lebih baik dibandingkan
menggunakan pengaturan-pengaturan bentuk lain.
Sangat disayangkan bahwa model pengaturan ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimum
bahkan cenderung menjadi sumber masalah karena menimbulkan kemacetan dan rawan
kecelakaan. Permasalahan ini diindikasikan terjadi karena aplikasi desain/perencanaan
bundaran yang belum memenuhi kaidah-kaidah perencanaan geometri dan keselamatan,
serta rendahnya disiplin pengguna jalan dalam melaksanakan sistem prioritas jalan.
Pedoman ini merupakan petunjuk praktis bagi perencana jalan dalam merencanakan
bundaran pada persimpangan sebidang. Sekalipun tata laksana dan tahapan perencanaan
yang dimuat dalam pedoman ini hanya menggunakan contoh persimpangan dengan
4 lengan, tidak tertutup kemungkinan ketentuan-ketentuan maupun tahapan perencanaan
dalam pedoman ini digunakan untuk persimpangan yang memiliki lengan kurang atau lebih
dari empat.
v
Pd. T-20-2004-B
1 Ruang lingkup
2 Acuan normatif
3.1
bundaran
persimpangan yang dilengkapi lajur lingkar dan mempunyai desain spesifik, dilengkapi
perlengkapan lalu lintas.
3.2
bundaran lajur tunggal
bundaran dengan desain lajur masuk, lajur keluar dan jalur lingkar, berjumlah 1 lajur.
3.3
bundaran lajur ganda
bundaran dengan desain lajur masuk, lajur keluar dan jalur lingkar, berjumlah 2 lajur.
3.4
jarak pandang bundaran
jarak yang dibutuhkan oleh pengemudi untuk menerima dan bereaksi terhadap
kendaraan yang mungkin akan konflik.
1 dari 29
Pd. T-20-2004-B
3.5
jarak pandang henti
jarak yang dibutuhkan oleh pengemudi untuk bereaksi dan memberhentikan
kendaraannya dalam mengantisipasi konflik dengan obyek di jalan
3.6
jalur lingkar
jalur yang digunakan oleh kendaraan melakukan putaran arus lalu lintas dan dapat
terdiri dari 1 atau 2 lajur lingkar.
3.7
kecepatan rencana
kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometri jalan dan persimpangan.
3.8
kendaraan rencana
dimensi kendaraan yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan geometri jalan
dan persimpangan.
3.9
konflik
sebuah peristiwa yang melibatkan 2 atau lebih pengguna jalan, dimana suatu aksi dari
salah satu pengguna jalan akan mengakibatkan pengguna jalan lain bereaksi untuk
menghindari tabrakan.
3.10
lajur keluar
lajur yang mengarahkan kendaraan meninggalkan bundaran.
3.11
lajur lingkar
lajur di jalur lingkar, yang berfungsi sebagai ruang pergerakan kendaraan dan sebagai
pengarah gerakan kendaraan.
3.12
lajur masuk
lajur yang mengarahkan kendaraan memasuki bundaran.
3.13
lebar jalur lingkar
lebar antara sisi luar jalur lingkar dan pulau pusat, tidak termasuk apron.
2 dari 29
Pd. T-20-2004-B
3.14
lebar lajur keluar (exit width)
lebar dari lajur jalan yang dipakai kendaraan keluar dari jalur lingkar, yang diukur dari
titik perpotongan tegak lurus ke arah sisi kiri dari lengan keluar sisi diameter jalur
bundaran dengan marka pulau pemisah.
3.15
lebar lajur masuk
lebar dari lajur jalan yang dipakai kendaraan untuk masuk ke jalur lingkar, yang diukur
dari titik perpotongan sisi diameter lingkaran bundaran dengan marka pulau pemisah.
3.16
lengan pendekat
bagian dari ruas jalan yang mengarahkan lalu lintas memasuki bundaran.
3.17
jarak
jarak pandang aman kendaraan untuk mengantisipasi konflik dengan kendaraan dari
lengan lain atau dengan kendaraan di jalur lingkar.
3.18
radius/jari-jari keluar (exit curve/curvature)
minimum radius dari lengkung di lajur keluar.
3.19
radius/jari-jari masuk
minimum radius dari lengkung di lajur masuk.
3.20
pulau bundaran (central island)
area yang ditinggikan atau area yang ditandai dengan marka sebagai pusat bundaran.
3.21
pulau pemisah (splitter island)
pulau lalu lintas pada pendekat yang digunakan untuk memisahkan arus lalu lintas
masuk dan arus lalu lintas keluar, mengarahkan serta memperlambat kecepatan
kendaraan saat masuk, dan menyediakan lahan tunggu bagi penyeberang jalan.
3.22
lindasan truk
bagian pulau pusat yang boleh dilindas (mountable) dan digunakan pada bundaran
berdimensi kecil untuk mengakomodasi lintasan roda kendaran besar.
3 dari 29
Pd. T-20-2004-B
3.23
jalan utama atau major road
jalan yang memiliki hirarki fungsi lebih tinggi.
4 Ketentuan
4.1 Ketentuan umum
4.1.1 Penggunaan bundaran
Bundaran yang diatur dalam pedoman ini dapat digunakan di kawasan perkotaan pada :
1) Persimpangan sebidang antara :
a) jalan lokal dengan jalan lokal;
b) jalan lokal dengan jalan kolektor;
c) jalan kolektor dengan jalan kolektor;
d) jalan kolektor dengan jalan arteri;
e) jalan arteri dengan jalan arteri;
2) Persimpangan sebidang yang memiliki perbandingan volume lalu lintas seperti
digambarkan pada Lampiran B;
3) Persimpangan-persimpangan yang apabila diatur dengan lampu lalu lintas
diperkirakan akan mengakibatkan waktu tundaan yang lebih besar daripada
bundaran;
4) Persimpangan yang memiliki lalu lintas belok kanan cukup tinggi;
5) Persimpangan jalan lokal atau kolektor, dimana kecelakaan yang melibatkan lalu
lintas menerus dan pergerakan membelok cukup tinggi;
6) Persimpangan jalan arteri, dimana lalu lintasnya memiliki kecepatan yang cukup
tinggi;
7) Pada simpang T atau Y dimana volume lalu lintas membelok ke kanan pada jalan
dengan hirarki fungsi lebih tinggi sangat besar.
4 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Pulau bundaran
Radius masuk
Lajur masuk
Lebar pendekat
Lebar keluar
Lajur keluar
Apron Truk
Radius keluar
5 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Pulau
bundaran
Radius
masuk
Lebar jalur lingkar
lajur
keluar
Lebar
keluar
Lebar
pendekat
lajur
masuk
Apron
Truk
Radius
keluar
Garis Pulau
prioritas pemisah
Pulau bundaran
lajur keluar
Lebar keluar
Radius masuk
Garis prioritas
6 dari 29
Pd. T-20-2004-B
1 < 20.000 1
2 20.000 40.000 2
2) Jumlah lajur pada jalur masuk atau jalur keluar tidak boleh lebih besar dari jumlah
lajur pada jalur lingkar.
7 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lindasan truk
Lansekap pulau
bundaran
Perkerasan berpola
(opsional)
Pulau Bundaran
Lindasan Truk
2%
Kereb 2%
10 cm
7,5 cm
25 cm
4. Diameter pulau bundaran dihitung dengan mengurangkan total lebar jalur lingkar
terhadap diameter bundaran :
8 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Diameter Diameter
Lebar jalur lingkar *
No bundaran pulau pusat
(meter)
(meter) (meter)
1 45 9.8 25.4
2 50 9.3 31.4
3 55 9.1 36.8
4 60 9.1 41.8
5 65 8.7 47.6
* Keterangan : lebar 1 lajur di jalur lingkar = 4.3 m s.d. 4.9 m
Fasilitas
Pejalan kaki
Lebar
jalur
lingkar
9 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Penambahan
Panjang taper
panjang taper
10 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Kesinambungan radius masuk dengan jalur lingkar secara signifikan akan memberikan
dampak kepada aspek keselamatan. Radius masuk/keluar, pulau bundaran dan jalur
lingkar memberikan kontribusi kepada manuver kendaraan yang akan masuk atau
keluar jalur lingkar.
Gambar 9 menampilkan ilustrasi kesinambungan jalur masuk dan keluar dengan jalur
lingkar.
Kesinambungan
radius masuk dalam Kesinambungan
bersinggungan dengan radius masuk
pulau pusat dalam bersinggungan
dengan pulau pusat
11 dari 29
Pd. T-20-2004-B
0,60
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
10 20 30 40 50 60
Kecepatan (km/h)
Tabel 4 menampilkan variasi kecepatan rencana dan radius masuk serta radius keluar.
Tabel 4 Variasi kecepatan rencana dan radius minimum masuk serta keluar
12 dari 29
Pd. T-20-2004-B
13 dari 29
Pd. T-20-2004-B
7,5 m
15 m
3,0 m
4,5 m
Lihat detail A
1,8 m
Detail A
O ffset 1,0 m
O ffset 0,5 m
R = 0,3 m R = 1,0 m
R =0,3 m R =0,3 m
R = 0,6 m
14 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Keterangan :
d1 Jarak Pandang tikungan bundaran d1
d2 Jarak Pandang lajur lingkar
b
15 m
15 dari 29
Pd. T-20-2004-B
2) Untuk kecepatan yang telah ditentukan, jarak pandang harus minimum pada bundaran
dapat dilihat pada Tabel 6.
16 dari 29
Pd. T-20-2004-B
17 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Gambar 17 Jarak pandang henti jalur penyeberang jalan pada jalur keluar
SATU ARAH
Apron Truk
Apron truk
Jalur putaran
Jalur putaran
Marka
Marka Garis
Marka Garis
Pulau Jalan
Pulau Jalan
Jalur Penyeberangan
Tempat
Penyeberangan
Marka Garis
Marka Garis
Marka Garis
Marka Garis
18 dari 29
Pd. T-20-2004-B
2) Untuk menghindari pejalan kaki melintasi jalur lingkar, terlebih jika pulau pusat dilengkapi
oleh apron truk sebaiknya antara jalur pejalan kaki dengan perkerasan jalan dibuat jalur
hijau atau pagar. Perlakuan ini akan memaksa pejalan kaki untuk menyeberang jalan di
lokasi-lokasi yang sudah ditentukan. Gambar 19 menampilkan penanganan yang
dimaksud.
19 dari 29
Pd. T-20-2004-B
5 Cara pengerjaan
Cara pengerjaan ini meliputi perencanaan penggunaan bundaran sebagai alternatif jenis
penanganan simpang dan evaluasi kinerja simpang.
1) Tentukan jumlah lajur bundaran dengan memperhitungkan volume lalu lintas harian
persimpangan (lihat Tabel 1) ;
2) Tentukan :
Kendaraan rencana (lihat Tabel 2) ;
Kecepatan rencana (lihat Tabel 2).
3) Tentukan diameter bundaran dan jenis bundaran (Tabel 2) ;
4) Tentukan lebar lajur lingkar sesuai jenis bundaran (Subbab 4.2.5.1 Subbab 4.2.5.2 atau
Tabel 3);
5) Rencanakan pulau bundaran (Subbab 4.2.6 atau Gambar 4);
6) Tentukan superelevasi jalur lingkar (Subbab 4.2.7 atau Gambar 6);
7) Rencanakan atau desain lengan pendekat dengan menentukan atau menghitung :
a) Lajur masuk dan lajur keluar (Subbab 4.2.8.1);
b) Radius masuk dan radius keluar (Subbab 4.2.8.2 atau Tabel 4);
c) Kelandaian maksimum lengan pendekat (Subbab 4.2.8.3);
d) Rencanakan pulau pemisah untuk setiap lengan pendekat (Subbab 4.2.8.5,
Gambar 12 dan Gambar 13).
8) Periksa dan ukur kebebasan pandang lengan bundaran dan jarak pandangan henti
minimum (Subbab 4.2.9);
9) Rencanakan penempatan rambu, marka jalan dan fasilitas lainnya.
20 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lampiran A
(Informatif)
Bagan alir pengerjaan desain bundaran
Kembali
Tentukan lebar
lajur masuk dan
Tidak
Tetapkan keluar (Subbab
volume lalu 4.2.8.1)
Tentukan
lintas
jumlah lajur
simpang Hitung radius
lingkar (Tabel 1)
tahun masuk/keluar
rencana ( Subbab Hitung Hitung
(Tabel 1) 4.2.8.2 dan jarak jarak
Desain Tabel 4) pandang pandang Eva
lengan henti bebas di
(Tabel 6)
lu
pendekat bundaran
Tetapkan Tentukan (Tabel 5)
asi
kecepatan kelandaian
rencana lengan
lengan pendekat
pendekat (subbab 4.2.8.4)
(Tabel 2) Tentukan diameter Tentukan lebar Desain pulau Tentukan
bundaran dan lajur lingkar bundaran superelevasi
jenis (Tabel 2) Desain pulau Ya
(Subbab 4.2.5 (Gambar 4) jalur putaran pemisah
dan Tabel 3) (Subbab 4.2.7
Tetapkan (Gambar 12
dan Gambar 6) dan 13)
kendaraan
rencana
(Tabel 2) Pemarkaan,
perambuan dan
penempatan fasilitas
pendukung (Subbab
4.2.10 dan 4.2.11)
21 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lampiran B
(Informatif)
Pendekatan perencanaan persimpangan
22 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lampiran C
(Informatif)
Kategori bundaran
Bentuk tipikal dari masing-masing jenis bundaran dapat dilihat pada Gambar C.1 sampai
dengan Gambar C.3.
Lintasan
truk Pulau bundaran
dibutuhkan ditinggikan
23 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lintasan
sepeda
Lintasan truk
Jalur bundaran
lebih lebar
Batas lansekap
2 lajur masuk
24 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lampiran D
(Informatif)
Contoh penggunaan bundaran simpang Y
Lebar pendekat
Radius masuk
Lajur masuk
Lebar keluar
Lajur keluar
Garis prioritas
Apron truk
Radius keluar
Lebar jalur
lingkar
Pulau pemisah
25 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lampiran E
(Informatif)
Contoh pengerjaan
Solusi :
26 dari 29
Pd. T-20-2004-B
R=50 m
Keterangan :
geometri awal
persimpangan
7 7
22
25
45
27 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Lampiran F
(Informatif)
Daftar nama dan lembaga
1. Pemrakarsa
Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Perdesaan, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
2. Penyusun
Nama Lembaga
28 dari 29
Pd. T-20-2004-B
Bibliografi
29 dari 29