ULASAN
ABDUL HASAN ASY-SYADZILI
Dokter Abdul Halim Mahmoud dalam bukunya yang berjudul Abdul Hasan Asy-
Syadzily yang diterbitkan di tahun 1387 H 1967 H. Mengatakan bahwa beliau adalah
seorang Arif Billah, seorang sufi penuh perjuangan, lahir di tahun 593 H wafat 656 H.
Dan dalam hal ini Abdul Hasan Asy-Syadzilly penuh berhasrat hendak
Meringankan dan Menggampangkan kandungan isi kitab itu, agar mereka yang
berkemampuan bersedia untuk menerima, dapat memahami. Dan beliau dalam hal ini
bersedia menyediakan Kunci pembukanya bagi setiap yang merindukan alam hikmat
kebijaksanaan; sayang sekali sampai akhir hayat niat baik beliau belum sampai
terlaksana.
Dalam buku ini disebutkan pula bahwa Ibn Athaillah membawakan sebuah kisah :
Pada suatu hari pernah terjadi suatu pertemuan di Cairo di rumah Azky As Sarrakh,
dalam pertemuan tersebut Asy Syeikh Abdul Hasan Asy-Syadzilly memegang sebuah
kitab Almawaqif wal Mukhotobat Kitab tersebut beliau baca di hadapan Ibn Athaillah
dan Abdul Abbas Al Marsi...
Berdasarkan pada tulisan Doktor Abdul Halim Mahmoud mengenai kehidupan Asy-
Syadzily (yang pernah berguru pada Abdus Salam bin Masysy) teranglah sudah bahwa
buku Almawaqif wal Mukhotobat karangan Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar
An-Nafri yang kami terjemahkan dan disusun dalam Bahasa Indonesia dengan Judul
Melihat Allah sudah dikenal dan diketahui oleh Ibn Athaillah As-Iskandari penulis kitab
:Al Hikam yang sudah tidak asing lagi bagi kita, bahwa sudah dikenal pula oleh Abul
Abbas Al-Marsi (Guru Ibn Athaillah) murid Abul Hasan Asy-Syadzilly. Dalam buku
tersebut terdapat banyak persamaan perihal kata-kata Allah berkata kepadaku dan
lain-lain yang serupa dengan itu. Semoga ridha dan Rahmat Allah kepada beliau-
beliau..........
1.
TENTANG TAUHID
Dan ... barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan
memberinya pahala yang besar (QS. Al-FtKh 48:1).
Dan sesungguhnya... kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia
lupa akan perintah itu, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat
(QS.Thaha 20:115)
Hai hamba!!! Ku ciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana Aku
akan rela kalau engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya Aku
melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu (Selain-Ku) karena Aku
pencemburu padamu.
Hai Hamba!!!! Aku tidak rela engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu, walau
harapanmu akan surga sekalipun, karena sesungguhnya... Aku ciptakan engkau hanya
untuk-Ku; supaya engkau berada di sisi-Ku; Di sisi yang tiada sisi, dan di mana yang
tiada mana.
2.
UJIAN
<*> Hikmah yang terkandung di balik penciptaan dunia dan ujian bagi
manusia<*>
Al-Imam An-Nafri mengatakan : Bahwa tubuh (Jasad) itu adalah suatu hakikat
yang akan sirna dan bahwa tubuh itu merupakan batu ujian yang diciptakan oleh Allah
untuk menguji Ruh.
Sifat-sifat manusiawi dengan apa yang ada padanya dari syahwat-syahwat dan
keinginan-keinginan serta kemauan-kemauan yang di ikuti dengan pelanggaran-
pelanggaran, adalah juga sebagai cobaan dan ujian dari tujuan Roh.
Tiada wujud yang sebenarnya, kalau di tilik dari sifat manusia yang dikaitkan
dengan kemanusiaan, tetapi yang ada hanyalah daya yang merangsang untuk menguji
Ruh agar dapat diketahui dan dikenal sampai di martabat yang dapat dicapai.
Apakah Ruh itu bisa mencapai nisbatnya kepada Allah, lalu Roh mengarahkan
segenap kemampuannya untuk merindukan dan mencintai Allah, ataukah Roh itu
tertarik oleh jasad dengan memanjakan syahwat-syahwatnya.
Sesungguhnya Aku dahirkan (nyata) syahwat itu sebagai dinding kukuh yang
menghijab atasmu untuk tawajjuhmu (menuju ke tujuanmu yang sebenarnya) dan....
andaikan engkau melihat dirimu sendiri sebagai engkau melihat kepada langit-langit
dan bumi, tentu saja akan nampak olehmu bahwa yang menyaksikan itu adalah
engkau, pribadimu, tanpa adaya syahwat dan keinginan.
Engkau yang sebenarnya adalah di balik dinding yang merupakan syahwat dan
di belakang tabir penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah suatu roh yang
suci bersih, tanpa noda syahwat, dan berada jauh di atas ketinggian sifat kemanusiaan
tanpa condong pada apa pun dan tidak pula berkeinginan.
Dari arah lain DIA menyeru : Hai hamba !! Engkau dalam keadaan lapar lalu
engkau lahap makanan, maka hal yang demikian engkau bukan daripada-Ku; dan AKU
pun bukan dari padamu (yang dimaksud .. ialah seorang hamba yang berdaya untuk
mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil yang nyata bahwa hamba tersebut
telah mengenal dirinya dan telah pula mencapai kemuliaan nasabnya dengan adanya
suatu pertalian roh yang erat dan berkait kepada ALLAH.... bukan jasad yang bernasab
pada tanah).
Ayat tersebut di atas mengandung juga hikmah puasa, maka... yang demikian itu
merupakan kenyataan roh tentang dirinya dan kesanggupannya untuk menahan diri
dari perbuatan (menginginkan kepuasan) jasad dari apa yang menjadi ujian untuknya.
Begitu halnya bila seorang sedang berpuasa menolak makanan berarti telah
memahami sifatnya (yang asli), bahwa roh itu tidak memerlukan makanan dan
minuman.
Allah berseru kepada hamba-Nya : Aku ciptakan engkau adalah melulu untuk-
Ku, tinggal di samping-Ku, untuk menjadi sasaran pandangan-Ku dan dalam
lingkungan pemeliharaan-Ku.
Kemudian Aku berkehendak untuk menguji engkau, lalu aku Buka pada
bendungan tadi pintu-pintu sebanyak apa yang telah Ku ciptakan, dan sebanyak
bilangan apa yang telah Ku nyatakan dari pengaruh-pengaruh yang merangsang.
Dan di luar setiap pintu, Ku tumbuhkan sebatang pohon yang rindang yang
dikelilingi genangan mata air yang jernih sejuk, dan Aku hauskan engkau!!!
3.
Arti Makna Nama-Nya YANG MAHA PERKASA
Tidaklah Aku dapat dipandang oleh mata, tidak pula dapat dilihat oleh
pandangan; Tidak pula Ilmu pengetahuan dapat menghampiri kepada-Ku;
4.
BERSANDING BERSAMA ALLAH
Dengan pendirian yang demikian, engkau akan melihat segala sesuatu selain
Allah itu, dengan kelainan yang senyata-nyatanya dan berlepas dirilah engkau dari
kesemuanya itu.
5
H U R U F
Akulah pencipta huruf dan mahruf apa yang diberitakan oleh huruf.
Aku jadikan dari rangkaian huruf itu menjadi Asma, dan susunannya menjadi
bahasa dan bberapa ibarat agar dengannya manusia yang menjadi penghuni alam ini
dapat berbicara. Jangan dilupakan bahwa kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan
Aku berada di atas segala.
Allah berseru kepada seorang bijak (yang sudah mencapai pengenalan sejati) :
Enyahkan jauh-jauh dari dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu
dari daya tarik apapun dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari
rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan, amal-amalmu,
pengenalan marifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu sekalipun. Keluarlah engkau
dari huruf dan mahruf.
(Bila) Aku memberitahukan kepadamu tentang rahasia huruf, maka itu adalah
suatu malapetaka yang gawat segawat-gawatnya.
Engkau dapat mengenal rahasia huruf, sedang engkau berada di dalam
kemanusiaanmu, niscaya gilalah akal budimu.
Engkau dapat mengenal rahasia Asma (Nama-nama), sedangkan engkau
berada di dalam kemanusiaanmu, biscaya gilalah akal budimu.
Hai hamba!! Tiada ijin bagimu, kemudian tiada ijin bagimu, kemudian tujuhpuluh
kali tiada ijin bagimu untuk membeberkan terhadap apa yang Daku percayakan
kepadamu dari rahasia-rahasia huruf-Ku dan nama-nama Ku. Dan ... bagaimana
engkau masuk ke dalam khazanah Ku, dan bagaimana engkau mengambil dari huruf-
huruf itu satu huruf dengan keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan... bagaimana
engkau melihat Ku???
6.
ARTI AYAT : Dan Bahwa Hanya Kepada Tuhanlah Kesudahan Segala Sesuatu (Qs.
An Najm 53:42)
Aku tidak rela engkau hanya berada dalam kedudukan berdzikir saja, atau
ibadah saja, maka Ku dirikan pintu-pintu dan jalan-jalan. Aku sampaikan engkau agar
dapat mencapai untuk melihat Ku, sebagaimana ayat di bawah ini :
Maka engkau senantiasa menghimpun kemauan kerasmu atas Ku, tiada bagian
bagi selain Ku terhadap dirimu kecuali hanya kehadiranmu bersamanya, dengan akal
budimu saja, maka jangan engkau bersukaria atas karunia yang dianugrahkan-Nya
kepadamu dan jangan cepat-cepat marah kepada orang yang menyakiti hatimu, jangan
pula bermegah karena kejayaanmu dan menepuk dada menyombongkan ilmu
pengetahuanmu.
8.
SEBUTAN AKU
Tidak akan diucapkan kalmiat AKU melainkan oleh orang yang berkawan
dengan kelengahan dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat :
Ku, pesona dunia masih mencengkeram dirimu, masing-masing akan
menyambar dirimu dengan seruan kepada zat dirinya, engkau masih saja dalam
kegaiban yang kelam daripada Ku.
Maka apabila engkau telah melihat AKU dan Aku pun telah bernyata di
hadapanmu, tetapkan keteguhanmu, maka tiada Aku lagi malinkan AKU.
Telah ku ciptakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan, antara lain tujuan
itu adalah Cintamu kepada dirimu sendiri itulah tetesan faham (kalimat) yang engkau
warisi, kata-katamu aku adalah egomu sendiri (AKU berlepas diri dari anggapan yang
demikian). Dan tidak lain Zat itu melainkan kepunyaan Ku, dan tidak lain Aku itu
kecuali untuk Ku semata. AKULAH yang DIA itu AKU, adapun hakikatmu, bukanlah zat
dan bukan pula persoalan, hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang
bersifat wahami (dugaan), hal ini disebabkan karana caramu berpikir dan
pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan.
Engkau dalam setiap saat terbagi kepada menyaksikan dan disaksikan, dua
menjadi satu dalam bentuk penyatuan... jiwa yang mencapai dan persoalan yang
dicapai... adapun hakikatmu sendiri tersembunyi jauh di balik penyatuan ini, meninggi
atasnya, jauh dari segala itu semua. Engkau bukan lagi zat dan penyatuan, tetapi
engkau hanyalah roh dari Roh Ku, tiada nisbah bagimu melainkan pada-Ku.
9.
ILMU PENGETAHUAN
ILMU adalah merupakan satu upaya untuk mencapai sesuatu yang terdiri dari
bagian-bagian dalam ulah lingkungannya, dan penempuhannya diperlukan adanya
gerak dan perjalanan disertai tata tertib dan peraturan-peraturannya yang tertentu yang
ada padanya; Yaitu ilmu pengetahuan yang membahas tentang ketentuan-ketentuan.
Ilmu itu sendiri memiliki jalan-jalan dan saluran-saluran, lalu sampai kepada
cabang-cabang. Tiap-tiap cabang mempunyai jalan keluar sendiri-sendiri, sampai di sini
tidak dapat dielakkan lagi akan terjadinya perselisihan, dan dari perselisihan menjurus
ke arah kesesatan.
Maka seharusnya puncak dari ilmu, akal dan pikiran itu mengembalikan pada
kedudukan asalnya dari segi bagian-bagian dan kenyataan-kenyataan kepada Yang
SATU ialah Allah Maha Penciptanya. Dari sini bertolak ke arah pengenalan (Makrifah)
barau dapat disebut orang arif. Tetapi pandang pengenalan seorang sufi jauh dari
kesemuanya ini, lebih tinggi menjulang dan tidak menilai ilmu, karena pengenalannya
kepada Allah semata-mata, makrifat yang tunggal, mengenal ke Esaan-Nya, dalam
sifat-sifat-Nya, Asma-Nya, Af-al-Nya, Taqdis-Nya dan ke Maha Sucian-Nya.
Seorang sufi mewejang : Kebodohan, kedunguan adalah tirai penutup yang asli
dan tak mungkin tersingkap tentang Zat Ilahiat, kecuali pada Hari Kebangkitan (Kiamat)
kala seorang hamba dikehendaki-Nya untuk memandang dengan pandangan mata.
Adapun sebelum itu maka tiadalah mungkin melihat Allah dengan terang-
terangan, dan apa yang dialami seorang abid ialah menyaksikan Allah pada sesuatu
yang di dalamnya terdapat bekas dari tangan pembuatnya, ayat-ayat-Nya, hikmah-Nya,
tadbir-Nya (yang diuraikan-Nya). Dan itu merupakan penglihatan akal serta matahati
atau melihat Nur-Nya.
Adapun Zat, akan tetap tinggal terselubung oleh selimut gaib yang mutlak.
Dan di kala seorang abid mencapai puncak makrifat, maka ia menyadari akan
kebodohannya di hadapan Zat itu; Dan menyadari pula akan kelemahan semua usaha-
usaha dan cara-cara yang selama ini diandalkan; ia akan memulai perjalanannya
kepada Allah dengan menempuh penyaksian. Maka akan keluarlah ia dari alam nyata
selain Allah. Keluar dari ilmunya, amalnya, makrifatnya, ifatnya, namanya dan juga
kelura huruf dan ibarat, dan apa saja yang diibaratkan oleh huruf dan oleh ucapan
ibarat.
Dengan pelepasan, penanggalan segalanya itu tadi adalah pintu untuk mencapai
Penglihatan serta jalan masuk menuju Hadirat-Nya dan penghentian jalan terakhir
dari penyaksian maka ia masuk didorong oleh kekuatan cahaya yang menetap (tidak
membiarkan dan tidak meninggalkan).
Yang demikian adalah, apa yang diuraikan dalam gambaran seorang sufi
Penglihatan hati (Ruyah Qolbiah) terhadap Zat yang tertutup terselubung dan terhijab
dengan Nur demi Nur-Nya; dan itu merupakan permulaan disertai kenyataan yang
dikawani oleh poros tempat persembunyian segala sesuatu dan (dikawani) pula oleh
keadaan dari kelenyapan yang sepenuh-penuhnya... tiada sesuatu... selain Nur itu.
Ketahuilah bahwa Nur itu bukanlah Zat, tetapi hanyalah suatu ayat (tanda bukti)
dari sekian banyaknya tanda-tanda bukti, dan juga sebagai hijab dari sekian banyaknya
hijab-hijab dan juga isim dari berbagai Asma-Nya (nama-nama-Nya) dan Asma adalah
hijab atas yang bernama dan yang dinamai.
Dan ini bukanlah penyaksian pandangan mata. Dalam hal ini penyaksian
pandangan mata tidak mungkin sama sekali selagi di dunia ini, dan tidaklah bagi insan
yang memiliki bentuk jasad insani. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan dari apa
yang terjadi, dan apa yang dialami Nabi Musa As. Yang tidak memiliki daya
kemampuan memandang, hingga jatuh pingsan; dan bukti yang dijadikan contoh tidak
pula memiliki kemampuan tersebut hingga hancur lumat berbutir-butir,
Perhatikan! Musa tidak jatuh pingsan karena melihat Zat Ilahy, tetapi ia baru
melihat tajallinya Zat atas sesuatu yang lain, yakni bukit itu, baru tajalli-Ny saja,
dapatkah engkau membayangkan betapa mungkin terjadi jika sekiranya Musa melihat
Zat-Nya.
Keluarlah engkau dari huruf, niscaya engkau mengetahui ilmu yang tiada
seterunya, yaitu Ilmu Rabbani (jika engkau sudah sampai ke taraf ilmu ini), maka
engkau akan menjahili suatu kejahilan yang tiada lagi berseteru dengan kejahilan yang
berupa pengetahuan. (Al Jahlul Irfani).
Jika engkau telah mengetahui suatu ilmu yang tiada seteru, dan jika engkau
menjahili kejahilan yang tiada bersetru pula, maka engkau bukan lagi tergolong dari
penduduk bumi dan langit.
Jika engkau sudah bukan lagi menjadi penduduk bumi, maka Aku tidak akan
membebani engkau pekerjaan ahli bumi; Juga kalau engkau tidak lagi menjadi peduduk
langit, maka Akupun tidak lagi membebani engkau menjadi pekerja ahli langit.
Dan penghambaan itu merupakan hijab yang terdekat, yang mana Aku dari
balik-Nya berhijab pula dengan sifat keperkasaan; dan kelengahan itu pun suatu hijab
yang jauh, yang mana Aku dari baliknya berhijab dengan semua dan apa-apa yang
telah Ku ciptakan dari segala sesuatu saling pengaruh-mempengaruhi.
10
RAHASIA
Sermu dapat memandang tanpa biji mata, mendengar tanpa daun telinga, Sirmu
tidak bertempat tinggal di dalam rumah-rumah dan tidak pula makan buah-buahan.
Sirmu tidak mengenal malam dan tidak mengembara di siang hari.
Sirmu tidak diketahui oleh akal dan pikiran, dan tidak pula berhubungan dengan
hukum sebab-akibat..
Sirmu hidup dalam abad demi abad, sedang jasadmu hidup dlam waktu yang
ditentukan.
Aku berada di belakang sirmu;.. Pengetahuan sirmu tidak mengetahui akan
Daku, dan isyarat-isyarat sirmu tidak sampai menyaksikan Daku.
Bila telah engkau yakin tentang sirmu, maka engkau bukan lagi engkau....
sedangkan engkau-engkau itu adalah tetap engkau.
Engkau daripada Ku.... Engkau kemudian daripada Ku
Sedangkan segala sesuatu di alam wujud ini datangnya kemudian daripadamu
dapat mengalahkan engkau asalkan engkau mengenal kedudukanmu dan
membiasakan (melazimi) duduk di dalam maqammu, maka yang demikian itu engkau
lebih kuat dari kandungan huruf dan asma; lebih kuat dari segala apa yang nyata di
dalam dunia dan akhirat.
Jika engkau telah meyakini akan sirmu, maka yakin pulalah engkau akan Daku;
daripada Ku lah adanya segala sesuatu. Akulah yang menyatakan segala sesuatu;
Akulah yang DIA itu AKU.
Aku tidak berada di dalam sesuatu, dan aku berlepas diri dari pada sesuatu,
dan tidak pula Aku berdiam di dalam sesuatu; dan tidaklah Aku di dalam Aku, dan
tidaklah Aku daripada siapa pun, dan Aku tidak terjawab oleh pertanyaan
Bagaimana?? Dan tidak pula oleh ucapan tanaya Apa pun.
Aku adalah Yang Maha Esa, Maha Tunggal dan menjadi kembalinya segala
macam pinta (Shomad) tidak ada yang dapat menyatakan adanya menjadi nyata selain
Ku.
Aku telah mendhahirkan alam semesta, yang bersifat teguh-tetap (alam benda)
dan apa bila Aku bernyata niscaya Aku akan melenyapkannya, dan apabila Aku
berkehendak; niscaya Aku mengembalikannya kepada mendahirkannya pula dengan
pakaian-pakaian sementara , serta aneka ragam logam-logam yang terdapat di mana-
mana (Yakni pakaian ruang dan waktu ... masa dan mana).
Maka peliharalah batasmu antara Manawiyah dan tsabatiyah (yang tidak tetap
dan yang tetap) antara roh dan jasad.
Segala sesuatu akan dituntut oleh dari mana ia berasal (jasad barasal dari
tanah, maka tanah itu akan menuntut) dan tiadalah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu
itu akan berkhusus dengan Ku; Tiadalah Aku ditentukan, dan sesungguhnya Aku
mutlak (bebas).
11.
SOPAN SANTUN BERTUTUR KATA BERSAMA ALLAH
Ya Tuhan! Daku bersama Mu sahaja, agar tiada satu pun menyambarku dan
ditarik mejauh dari Mu, daku bersama Mu sahaja, agar tidak mengenal selain Mu; ,,,
Jadikanlah daku melihat Mu untuk selama-lamanya; Ku mohon apa yang Engkau
Ridloi...Anugrahkanlah daku kecintaan pada Mu.
Telah daku lihat pula daku saksiskan, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya;
daku bersenang-senang dan bergembira ria, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya;
daku murung, daku bersedih, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku lapar dan
menanggung derita, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku kenyang tidak juga
sekali-kali daku melihat Nya... daku menyembah pada Nya; maka sekali-kali tidak juga
melihat Nya.
Tak pelak lagi ya Tuhan, Engkau berada di setiap mata yang melihat.
12.
DENGARKAN ISI PERJANJIAN PENGANGKATANMU
Mohonlah pertolongan dengan berdoa kepada Ku, agar engkau bisa tegak
berdiri di dalam maqammu di antara kedua tangan Ku... Kalau tidak ... maka diammu
itu menyeru kepadamu tentang apa-apa yang telah diketahui perihal dirimu, maka
waspadalah engkau kepada Ku, jangan sampai diammu itu menjadi seruan kepada
dirimu, sednagkan engkau mengesankan bahwa diammu itu adalah taqarub (berhampir
diri) kepada Ku.
Bila engkau tidak melepaskan sifatmu keluar dalam pandangan ini, akan ku tan
engkau akan menulis atas dahimu wilayah Ku (pemeliharaan Ku), dan akan engkau
saksikan bahwa sesungguhnya Aku berada bersamamu di mana pun engkau berada.
Dan akan ku dudukan engkau di dalam maqam ishmad (maqam yang tidak luput dalam
penjagaan Ku), dan akan Ku tetapkan engkau dalam sopan santun dari segala syahwat
keinginanmu, dan engkau kan merasakan malu untuk selalu berada di dalam tata cara
adat-isitadatmu. SesungBahwa syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup atasmu
untuk menguji kecintaanmu, maka jika engkau menetapkan pilihan kepada Ku dan tidak
memilih keinginan-keinginan lain, niscaya ku ungkapkan untukmu zatmu sendiri dan
tiada lagi Aku menutupi engkau dengan aneka keinginan-keinginan syahwat.
Ketahuilah, bahwa syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad tubuhmu. Adapun
zatmu maka Ku ciptakan atas dasar suci murni tiada condong melainkan hanya kepada
Ku sendiri.
Katakanlah pada lubuk hati nuranimu, agar berdiri tegak di anatara kedua
tangan Ku, tiada dengan sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu, niscaya Ku bangun
mahligai yang sangat besar di belakangmu, dan kekuasaan agung di bawah kedua
telapak kakimu.
Hendaklah engkau memohon bantuan hanya dari Ku sahaja, jangan dari Ilmu
Ku, dan jangan pula dari dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku, berada
di sisi Ku dan dapat pengertian perihal Ku.
Hendaklah halmu menjadi demikian laksana TUHAN YANG HADIR, dalam alam
semesta yang gaib dan pudar. Maka inilah hiasan sifatnya barang siapa yang aku malu
daripadanya.
13.
PENGLIHATAN
Orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri sudah tidak layak lagi berjalan
bersama Ku (karena dia sudah disibukan oleh pikirannya yang tidak menyatu lagi,
sudah bercerai berai dan tidak lagi mendengar kata-kata Ku).
Hai hamba ! Perihalah hatimu dari jurusan matamu, kalau tidak, maka engkau
tidak lagi dapat memeliharanya untuk selama-lamanya.
Hai hamaba! Peliharalah matamu, niscaya Ku jaga hatimu (Yakni Ku pelihara
hatimu dari ketidaktetapan dan ketidakmantapan)
Jagalah syahwatmu, niscaya Ku cukupi hajatmu
14.
TENTANG JAUH DAN DEKAT
Hai hamba! Berulang kali Ku perkenalkan diri Ku padamu, tetapi engkau belum
juga mengenal Ku, hal yang demikian berarti engkau menjauhkan diri daripada Ku.
Engkau sudah mendengar tutur-kata Ku dari lubuk hati sanubarimu, tetapi engkau
belum juga mengetahui bahwa itu adalah kata-kata Ku, hal yang demikian sama halnya
engkau telah menjauhkan diri daripada Ku.
Engkau dapat melihat dirimu, sedangkan Aku lebih dekat dari dirimu, itulah
pengertian menjauh yang sebenarnya.
Hai hamba! Engkau akan tetap tinggal terhijab dengan hijab tabiatmu sendiri;
Sekalipun telah Ku ajarkan padamu, ilmu pengetahuan Ku, dan kerap juga engkau
mendengarkan kata-kata Ku, hingga engkau berpindah kepada kedudukan bekerja
dengan Ku.
Adapun si Waqif (Yang berhenti dan berdiri tegak di Hadirat Ku) maka ia telah
memasuki tipa rumah, maka tiada lagi rumah-rumah yang dapat menampungnya; ia
sudah merasakan segala macam minuman tetapi masih tetap merasa dahaga; lai ia
sampai ke pada Ku, dan Aku adalah tempat tinggalnya, dan di sisi Ku adalah tempat
penghentian dan berdirinya.
Bila engkau melihat selain Ku, takan dapat lagi enggkau melihat Ku
Jangan putusa harapan daripada Ku... Andaikan engkau datang kepada Ku
dengan segala ucapan dan tutur kata yang buruk, maka ampunan Ku lebih besar lagi.
Dan jangan pula engkau bercanda dan berani pula kepada Ku. Andaikan engkau
mendatangi Ku dengan semua uacapanmu dan tutur katamu yang baik, tentu hujat Ku
lebih utama.
Posting Lama Beranda
15.
KHUSUS DAN UMUM
Bukan pula di kala Aku memerintahkan kepadamu untuk membuang segala apa
yang Ku berikan padamu berupa ilmu-ilmu dan pengetahuan-pengetahuan itu demi
kegairahan Ku atasmu. Dan bukan pula supaya Aku memilihmu untuk diri Ku. Itu
semua adalah agar engkau keluar daripada makrifat kepada penyaksian, dan dari
khusus yang tingkat khususnya khusus, supaya negkau utuh untuk Ku, sebagaimana
Aku menjadi untukmu, menjadi sasaran pandanganmu dan engkau menjadi sasaran
pandangan Ku.
Tiada lagi antara Ku dan antaramu batas pemisah sesuatu pun, baik nama-
nama Ku, atau ilmu-ilmu Ku apalagi nama-nama atau ilmu-ilmumu.
16.
SETIAP YANG BERBEKAL AKAN TERKALAHKAN
Aku ditegakkan berdiri di atas permukaan laut, maka kulihat bahtera demi
bahtera saling tenggelam, yang tersisa hanya keping-keping papan yang berserakan di
sana-sini Kemudian tiba saatnya papan-papan itu tenggelam juga. Lalu Dia berseru
kepadaku : Tiada satupun yang naik di permukaan laut itu akan selamat, dan setiap
yang berbekal akan terkalahkan.
Ia pun berseru pula : Barang sapa yang mau menerjunkan dirinya dan tidak
mau naik, berarti mau menghadang bahaya.
Lanjutnya : Siapa yang naik juga dan tidak mau menempuh bahaya, niscaya
akan binasa!.
Dan kata Nya : Dalam menempuh bahaya masih ada sebagian darapan dari
keselamatan. Dan ombak yang ketika itu datang menggunung menganggkat pula apa-
apa yang ada di bawah permukaan laut dan dihempaskan ke tepi pantai.
Lalu kata Nya : Cahaya terang di atas permukan laut tak dapat di capai, dan
dasar laut yang gelap gulita tak dapat dikuasai, dan di antara keduanya ikan-ikan juga
tidak dapat terjamin keselamatannya.
Dan lanjut Nya pula : Jangan engkau naik ke permukaan laut, maka Aku akan
menghijabmu dengan bekal bawaanmu sendiri dan jangan pula terjun ke dalam laut,
yang demikian halnya sama saja; Aku tetap akan menghijab dengannya.
Lalu kata Nya kepadaku : Di laut itu ada batas-batas, maka yang mana yang
akan mendukungmu?.
Dan kata Nya : Bila engkeu merelakan dirimu pada lautan, lalu engkau
terjunkan dirimu ke dalamnya, tidak yang demikian menjadikan dirimu sama dengan
hewan laut.
Dan kata Nya : Terperdayalah engkau! Jika Aku menunjukan engkau atas selain
Ku!
Kata Nya pula : Bila engkau membinasakan dirimu berkorban untuk selain Ku,
maka engkau adalah bagi siapa yang engkau rela berkorban itu
Dan kata Nya : Dunia itu bagi barangsiapa yang Ku singkairkan jauh daripada
dunia, dan bagi barangsiapa yang Ku singkirkan dunia itu daripada dirinya; Dan akhirat
itu bagi barangsiapa yang Ku datangkan untuk menghadap (mendekat) kepadanya,
dan Ku jadikan pula ia suka menghadap kepada Ku.
17.
MASUKLAH PADA KU SEORANG DIRI
Bila engkau menemui Ku, dan ada di antara Ku dan antaramu sesuatu dari
kenyataan-kenyataan itu, sedangkan Aku-lah yang menciptakan segala yang yang
nyata, Aku lebih dahulu menyingkirkan daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu,
maka janganlah engkau membawa kenyataan-kenyataan dalam menemui Ku, jika
masih saja demikian halmu, maka tiada kebaikan daripadamu.
Jika engkau mengethaui di kala engkau masuk kepada Ku, pastilah engkau akan
memisahkan diri dari para Malaikat, sekalipun mereka itu saling bantu-membantu
kepadamu, karena keenggananmu maka hendaknya jangan ada lagi penolong selain
Ku.
Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali sehabis menyelesaikan
shalatmu, niscaya Ku jaga malam dan siang harimu, Ku jaga pula hatimu, Ku jaga pula
urusanmu, juga kemauan kerasmu.
18.
BERDIRI DI ANTARA KEDUA TANGAN ALLAH
Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu,
niscaya aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan
menemui beberapa persimpangan yang tidak menetu jurusannya.
Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar daripada Ku,
dan bukan untuk mendapat tahu daripada Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata,
tetapi hanyalah untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam
pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka apabila Aku bersabda
hendaklah engkau menangis, menyesali sabda-sabda Ku yang termakan oleh usiamu
yang telah lanjut berlalu.
Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari
maqammu, sehingga andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh
runtuhnya langit dan hancurnya bumi, engkau akan tetap juga dan tidak akan pergi
menyingkir.
Dan barang siapa sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku
haramkan apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku.
Bila engkau di datangi oelh pendatang (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan
hati yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan :
Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii
khanaana dzikri kafii isyhaa dika
Wahai Allah yang mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan
kasih sayang Mu dalam zikirku kepada Mu, dan anugrahilah padaku rasa kerinduan
dalam zikirku kepada Mu dalam engkau mempersaksikan.
19.
KEGAIBAN, PENGLIHATAN DAN PENYAKSIAN
Kegaiban (ketidak hadiran) adalah sesuatu kelalaian, hal yang demikian banyak
dirasakan oleh manusia-manusia ahli dunia, disebabkan karena melihat sesuatu pada
zat dirinya, maka yang demikian itu bagaikan membuka peluang untuk disambar oleh
sesuatu-sesuatu itu; dan sesuatu-sesuatu itu saling panggil-memanggil hingga engkau
akan terbagi-bagi di antaranya dan tercerai-beraikan oleh panggilan masing-masing itu.
Jelas yang demikian membuatmu gaib daripada Yang Maha Tunggal lagi Berdiri
Sendiri. Hanya dengan Pertolongan Nya engkau dapat tegak berdiri, tetapi engkau
alihkan penglihatanmu untuk segala sesuautu hingga engkau menerjunkan diri untuk
mendapatkan agar memilikinya, atau waspada daripadanya, takut ke padanya,
merendah-rendah membujuk merayunya.
20.
HIJAB HIJAB
Dunia dan akhirat dan apa yang ada di antara keduanya dari makhluk-makhluk,
adalah hijab Ayan dan setiap ain (mata) dari kesemuanya itu adalah hijab Ayan atas
dirinya sendiri dan hijab atas selainnya.
Dan Hijab Ilmu dikembalikan pada hijab ayan, karena ilmu itu hasil pembahasan
terhadapnya dan terhadap pada peraturan-peraturannya.
Dan hijab huruf adalah hijab hukum...
Dan Asma (nama-nama) adalah hijab atas apa yang dinamai..
Terakhir adalah Hijab Kejahilan (kebodohan) yang mana tidak dapat diungkapkan
melainkan pada Hari Kebangkitan (Hari kiamat).
21.
APA-APA YANG DISERUKAN ALLAH KEPADA HAMBA-NYA
4. Hai hamba! Aku lebih utama bagimu daripada apa yang Kunyatakan,
sedangkan engkau lebih utama bagi Ku dari apa yang Ku sembunyikan.
5. Tanda ampunanku di dalam suatu ujian, ialah bahwa ujian itu menjadi suatu
ilmu pengetahuan bagimu.
8. Hai Hamba! Barang siapa yang sudah melihat Ku, maka ia akan dapat
melampaui ucapan dan diam dan melangakahi Ilmu pengetahuan dan kebodohan
dan melangkahi epmbatasan.
10. Aku sendiri adalah bukti nyata, dan tiada selain Ku yang dapat dijadikan bukti.
12. Siapa yang menyembah kepada Ku demi wajah Ku, niscaya akan kekal. Siapa
yang menymbah pada Ku karena takut siksa Ku, niscaya akan berhenti tanpa
kelanjutan; dan siapa yang menyembah pada Ku karena rakus dalam kenikmatan Ku,
niscaya akan putus.
13. Jika engkau makan dari uluran tangan Ku, niscaya jasad tubuhmu tidak akan
menaatimu untuk engkau ajak bermaksiat pada Ku.
14. Hai hamba! Buatlah bendungan di depan pintu hatimu, dan jangan
diperkenankan masuk selain Ku, engkau pun hendaknya menjadi pengawas atas
bendungan itu dan tinggalah sekali di dalamnya, hatimu adalah rumahku, sampai tiba
saatnya saling jumpa dalam pertemuan.
16. Huruf itu adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah ilmu Ku, sedangkan engkau
adalah hamba Ku, bukan hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku.
17. Hai Hamba! Jangan engkau berdiri di persimpangan, niscaya engkau akan
diarahkan ke perbagai jurusan, dan janganlah engkau berdiri di dalam ilmu, niscaya
engkau akan diarahkan ke pelbagai pengetahuan-pengetahuan, dan janganlah engkau
keluar dari Hadirat Ku, niscaya engkau akan disambar kenyataan-kenyataan.
18. Hai Hamba! Bila engkau tertawan oleh nama Ku, niscaya engkau akan
diserahkan kepada namamu sendiri, dan bila engkau tertangkap oleh sifat Ku, maka
engkau akan diserahkan kepada sifatmu sendiri, dan bila yang menahanmu selain dari
Ku, niscaya engkau akan dikembalikan kepada dirimu sendiri, dan bila dirimu sendiri
yang mengambilmu maka engkau akan diserahkan kepada musuh dirimu.
19. Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku; jika engkau berkata-kata, maka itulah
tutur kata Ku; jika engkau menghukum, maka Akulah hakim itu.
20. Huruf dan apa yang diuraikan oleh huruf adalah serambi ilmu, dan ilmu itu
adalah serambi makrifah, dan makrifah adalah serambi nama, dan nama itu adalah
serambi dari apa yang dinamakan.
21. Hai hamba! Engkau telah menerima baik setiap undangan, mengapa
undanganKu tidak?? Hai hamba! Gantungkanlah ucapanmu kepada Ku, niscaya
perbuatanmu pun akan bergantung padaKu; jika perbuatanmu sudah bergantung pada
Ku, maka akan berkelangsungan pemikiranmu dalam beribadat kepada Ku, dan akan
masygul lah hati dan batin mu. Hai hamba! Meyerahlah kepada Ku, dengan demikian
Ku buka pintu untukmu, agar engkau dapat bergantung pada Ku.
22. Hai hamba! Jangan engkau berputus harapan daripada Ku, niscaya engkau
terlepas dari perlindungan Ku; bagaimana engkau berputus asa daripada Ku,
sedangkan dalam hatimu terdapat utusan Ku dan juru bicara Ku.
23. Hai Hamaba! Penghuni maqam-maqam itu adalah daripada Ku, mereka tidak
menghendaki apapun dan tidak membiasakan apaun dan tidak pula jinak pada sesuatu
apapun.
24. Bila tiba hari kiamat, maka berdatanganlah jiwa-jiwa menuju kepada Nur Ku.
Apabila di dunia Jiwa ddan Nur Ku telah saling berkaitan, maka terbukalah hijab, tetapi
jika tidak, maka tetaplah sebagaimana adanya dahulu.
25. Hai hamba! Jika engkau berada di sisi Ku, tiada satupun di alam semesta ini
yang membekas pada dirimu; engkau tidak girang dengan apa yang engkau peroleh ,
dan tiak pula menyesali apa yang luput daripadamu. Engkau berada di sisi Yang Maha
Pencipta Segala, engkau telah cukup kaya, tidak memerlukan lagi apa-apa yang ada di
alam semesta.
26. Hai hamba! Jika dirimu menentagmu, maka laporkan tantangannya kepada
Ku.
27. Hai hamba! Segala sesuatu Ku beri keperkasaan untuk menyambarmu dari
dirimu sendiri, maka jika terjadi hal yang demikian, bermohonlah engkau akan
pertolongan Ku. Maka akan Ku perlihatkan keperkasaan Ku, lalu Ku himpun engkau
dengan keperkasaan Ku.
28. Hai Hamba! Akulah Allah. Telah Ku jadikan segala sesuatu itu mempunyai
kelemahan (ketidaksanggupan) dan Ku jadikan setiap kelemahan itu kefakiran.
29. Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang memarahi dirinya sendiri demi
Aku, dan tidak rela pada dirinya sendiri; Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah
yang tetap berzikir kepada Ku tanpa diselingi oleh kealpaan.
30. Hendklah engkau jadikan terjemahn, tafsiran dan huruf-huruf itu sebagai alat
dan kendaraan untuk sampai kepada Ku yang merupakan untaian kata-kata.
31. Hai hamba! Janganlah engkau menukarkan Daku dengan sesuatupun, maka
tiadalah sesuatu yang memadai dan menanadingi Ku.
32. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menyertai yang fana. Hai hamba!
Hendaklah engkau dala segala hal bersama Ku saja, niscaya Ku utus padamu pada
hari Aku bernyata suatu tanda dan alamat yang akan meneguhkanmu, maka engkau
tidak dikenai oleh kengerian dan ketakuatan, dan tiada pula digemparkan oleh apa
yang mendahsyatkan.
33. Hai hamba! Engkau akan bebas di dlam maqam Hadirat Ku! Tiada satu pun
baik perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan yang memanggil dan menyeru
padamu.
34. Hai hamba! Kosongkanlah hatimu dari kedamaian apapun, niscaya engkau
tidak lagi punya tandingan; Jika engkau menyimpan yang damai, maka apa yang
bertentangan akan menjadi tandinganmu. Yang damai akan mengakibatkan
keselamatan dan yang bertentangan akan mengakibatkan kebinasaan.
35. Hai hamba! Sekali-kali engkau tidak akan mengenal Ku, sebelum engkau
melihat bagaimana Aku menganugrahkan dunia ini dalam kemwewahan dan kelezatan,
yang mana engkau sendiri telah mengetahui terhadap seseorang yang durhaka, maka
engkaupun akan rela terhadap apa yang Ku jauhkan daripadamu, dan engkau akan
mengetahui akan apa yang Ku palingkan, agar Ku jauhkan engkau dari hijab Ku. Hai
hamba! Ketahuilah bahwa ada suatu janji antaramu dan antara ahli dunia ini akan
lenyap, dan engkau akan melihat kedudukanmu dan kedudukan ahli dunia ini.
36. Yang berdiri di anatar kedua tanganKu, tangannya akan menjulang tinggi atas
langit dan bumi, jauh di atas surga dan neraka, maka tidak ia akan berpaling menoleh
kepada kesemuanya ini. Akulah yang mencukupinya... tiada dasar makrifatnya kecuali
di atas landasan Ku; dan tiadalah ilmu pengetahuan serta renungan hatinya melainkan
berkisar antara kedua tangan Ku.
37. Hai hamba! Robohkan apa yang telah engkau bangun dengan kedua
tanganmu, sebelum Aku merobohkan dengan kedua tangan Ku.
39. Hai hamba! Bila engkau tidak melihat Ku di dalam sesuatu, maka
penglihatanmu adalah kelalaian belaka.
40. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku di dalam du hal yang saling
bertentangan dengan sekali pandang, maka sesungguhnya Aku sudah memilihmu
untuk diri Ku.
41. Hai hamba! Di dalam Aku melemahkan engkau di antara orang-orang yang
lemah, dan menguatkan engkau di antara orang-orang yang kuat, tidaklah engkau
merasakan cinta Ku.
42. Hai Hamba! Tidaklah dapat dibenarkan saling bertutur kata, melainkan yang
satu berkata dan yang lain diam, tetapi hendaklah engkau diam dan dengarkan tutur
kata Ku.
43. Hai hamba! Engkau telah membuat rumus dan telah engkau terangkan pula
maksudmu dengan kefasehan lidah, toh kesudahannya kepada Ku Juga.
44. Hai Hamba! Hendaklah engkau perhatikan apa yang dengannya engkau
menjadi baik, itulah harga dirimu di sisi Ku.
45. Penglihatan itu adalah suatu ilmu yang mengekalkan, maka hendaknya terus
engkau ikuti, dengan demikian akan membawa kemenangan bagimu atas dua hal yang
saling berlawanan.
46. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau jinak pada sesuatu selain Ku, lalu
engkau menuju kepada Ku; maka serta merta Aku akan menolakmu dan Ku
kembalikan engkau pada sesuatu itu.
47. Dengan sikap membenci dunia adalah lebih baik daripada beribadah untuk
akhirat.
48. Rumahmu di akhirat kelak yang daripada Ku, laksana hatimu sekarang di
dunia ini daripada Ku.
49. Hendaklah engkau tidur, sedang engkau melihat pada Ku, begitulah nanti di
kala Aku mewaafatkan engkau, engkau akan melihat pada Ku.
50. Hendaklah engkau bangun dari tidurmu, sedangkan engkau melihat pada Ku,
begitu pulalah nanti di kala engkau Ku bangkitkan di Hari Kiamat, engkau akan melihat
pada Ku pula.
51. Hai hamba! Ketahuilah bahwa penyakit dan obat itu bagi orang yang lalai.
52. Salian Ku tolak engkau dengan pelbagai hijab, kemudian Ku buka untukmu
pintu-pintu dan lorong untuk tobat, yang demikian itu adalah peluang Ku bagimu agar
engkau melintasi hijab itu menuju kesudahan pintu-pintu itu.
53. Hai hamba! Aku bukannya untuk sesuatu, lalu sesuatu itu akan meliputi Ku,
bukan pula engkau untuk sesuatu lalu sesuatu itu meliputimu; tetapi sesungguhnya
engkau hanyalah untuk Ku dan dengan Ku.
54. Hai hamba! Jangan dikira setiap yang terbuka itu dapat dilihat. Aku adalah
Raja yang terbuka dengan Kemuliaan, yang berhijab dengan Keperkasaan.
55. Hendaklah engkau melihat segala sesuatu sedangkan engkau melihat pada
Ku, sama halnya dengan engkau menghukum padanya dan ia tidak dapat menghukum
padamu.
56. Hai hamba! Engkau ditimpa suatu persoalan, maka katakanlah Tuhanku!
Tuhanku! Niscaya Ku jawab : Labbaik! Labbaik! Labbaik!!!
57. Bila engkau melihat Ku, sedangkan engkau tidak melihat apapun yang
daripada Ku, maka sesungguhnya enggkau sudah melihat Ku benar-benar.
58. Hai hamba! Bila engkau melihat Ku, berarti engkau berada di sisi Ku; bila
engkau tidak melihat Ku, berarti engkau berada di sisimu sendiri. Maka selayaknya
engkau berada di sisi siapa yang datang dengan membawa kebaikan.
59. Hai hamba! Aku telah memuliakanmu dan Ku jadikan segala sesuatu itu
bersikap lembut dan lunak kepadamu, maka sekali-kali Aku tidak rela dengan
berhentimu sampai di situ, sangat sekali Ku sayangkan! Demi perhatian terhadap
padamu dan atasmu.
60. Hai hamba! Bila engkau telah melihatku! Tiadalah akan sirna bahaya itu
sebelum sirna angan-anganmu.
61. Bila engkau telah menafikan (meniadakan) apapun selain Ku, niscaya engkau
akan bertemu kepaa Ku dengan sebanyak bilangan dari apa yang telah Ku ciptakan
dari kebaikan-kebaikan itu.
62. Engkau menjadi hamba assiwa selama engkau telah melihat bagi dia bekas.
63. Barangsiapa telah melihat Ku, niscaya ia akan menyaksikan bahwa sesuatu itu
adalah milik Ku, dan barangsiapa yang sudah menyaksikan bawa sesuatu itu adalah
milik Ku, engganlah ia mengadakan tali hubungan dengannya, dan selama engau
mengikatkan tali hubungan dengan sesuatu, hingga dari satu segi engkau melihat
bahwa sesuatu itu kepunyaanmu dan di segi-segi lain engkau melihat bahwa sesuatu
itu adalah milik Ku, niscaya engkau tidak akan mengikatkan tali hubungan.
66. Hai hamba! Manakala negkau telah melihat Ku, maka apapun selain Ku
(Assiwa) kesemuanya itu adalah merupakan suatu dosa.
67. Hai hamba! Aku telah mencintaimu, lalu Aku bermaqam di dlam makrifatmu
terhadap segala sesuatu; lalu engkau mengenal Ku demi segala sesuatu dan
mengingkari segala sesuatu.
Hai hamba! Bila engkau telah melihatKu, maka hendaklah engkau berada di dalam
kegaiban laksana jembatan yang menjadi tempat lalu lintas segala sesuautu tanpa
hentinya.
69. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, sangat Aku rindukan padamu untuk
datang menjumpai Ku diantara kedua tangan Ku. Maka sekali-kali tidaklah Aku
maqamkan engkau dengan selain Ku.
70. Hai hamba! Puncak kemanjaan Ku padamu ialah, bahwa Aku bertutur kata,
yang mana dengan Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk mengulang baca. Yang
dimaksud adalah (QS. Al Isra 17:111).
72. Hai hamba! Apabila Aku menjadi terang-cemerlang bagimu, nicaya akan
putus segala sebab musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku, niscaya akan
putus segala nisbah.
73. Aku telah menguji engkau antara ilmu Ku dan ilmumu, dan Ku uji pula antara
hukum Ku dan hukummu.
75. Ucapan segala sesuatu merupakan hijabnya, apabila berkata, maka segala
sesuatu terhijab oleh ucapannya sendiri.
76. Makrifat yang bersikap diam dapat menghukum, dan makrifat yang berbicara
dapat menyeru.
77. Aku lebih dekat dari apa yang dirasakan dengan ilmu pengetahuan, dan Aku
lebih jauh untuk dicapai dengan ilmu penegetahuan.
78. Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia pun mengajukan
pertanyaan : Apakah engkau melihat selain Ku? Kujawab : Tidak....... Lalu ia berkata
pula : Sekali-kali tiadalah engkau dapat melihat Ku melainkan di antara kedua tangan
Ku. Inilah dia! Engkau menyingkir dan melihat kepada selain Ku, niscaya engkau tidak
akan melihat Ku lagi....... Bila engkau melihatnya (selain Ku), maka janganlah engkau
mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku baik-baik, jangan sampai hilang karena bila hilang,
kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu dengan sebutan kata AKU maka hendaknya
engkau mempercayainya, maka sesungguhnya Aku telah membenarkan; Dan bila dia
mengatakan padamu kata dia maka hendaknya engkau mendustakan dia, karena Aku
telah mendustakan dia.
79. Telah terungkaplah bagiku wajah segala wajah, kesemuanya kulihat saling
bergantung kepada wajah Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya bergantung pada
titah Nya, baik perintah maupun larangan Nya, lalu ia pun berkenan berkata kepadaku :
Pandanglah wajah Ku lalu ku pandang.... lalu ia pun berkata lagi : Bukan selain
Ku.... kujawab : Bukan selain Mu.... Lalu katanya lagi : Lihatlh wajahmu sendiri Lalu
kulihat wajahku ..... Ia pun berlanjut lagi .... Bukan lainmu!.... maka kujawab : Bukan
lainku..... maka iapun berkata lagi : Engkau adalah seorang faqih, maka hendaklah
engkau keluar!....... akupun keluar dan berusaha mendalami ilmu fiqih, telah sah bagiku
membalik mata (Qolbul ain), maka akupun mengikuti dengan cara ilmu fiqih. Akupun
datang kembali dengan membawa bekal ilmu ini, dan ia pun berkata : Aku tidak mau
melihatmu dengan berbekal bikinan *mashnu)...... (membalik mata ... itu adalah
perkataan ... sesuatu yang dikatakan); bahwa mata sesuautu (ainusy syai) atau
mahiyatnya (apa yang ia nya) dan zatnya adalah mata Allah (ainullah), zat Allah
(semata-mata) itu adalah suatu persoalan yang dibuat-buat (mulaffaq) sama dengan
diada-adakan, yakni uraiannya tersusun dari huruf-huruf (talfieq) yang memutar balikan
kebenaran. Hakikat itu jauh dari huruf dan jauh dari uraian huruf.... yang mungkin dapat
diuraikan dalam maudhu, persoalan ini ialah Bahwa zat dari segala sesuautu itu
bergantung pada zat Allah, tetapi jangan salah tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat
(zat Allah). Jika tidak maka kami dengan demikian telah membalikkan mata dan telah
memalsu kebenaran (Al Haqiqat). Firman Allah, yang artinya : Sesungguhnya Aku
hendak menciptakan manusia dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk dan Ku tiupkan
dari sebagian roh Ku dalam dirinya, hendaklah kamu sujud kepadanya (QS. Shad
38:71-72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia suatu tiupan dari ruh Alloh dan
berkaitan dengan zat Allah..... tetapi sesungguhnya ia bukanlah ia..... karena zat Ilahiat
tiada satu pun yang menyamai Nya (Laisa Kamitslihi Syaiun).
81. Hai hamba! Kehalusan Ku tiada bertara, Akulah yang meneguhkan apa-apa
selain Ku (assiwa), maka lenyaplah apa-apa yang selain Ku.... Dan tiadalah tandingan
keperkasaan Ku, maka segala keperkasaan-keperkasaan akan lenyap. Aku yang
menyirnakan yang selain Ku dan apapun yang diperlihatkan olehnya.
82. Hai hamba! Akulah yang Dhahir, tiada dapat dicapai oleh penglihatan mata;
dan Akulah yang Bathin yang tidak dapat dijangkau oleh prasangka apapun, dan
Akulah yang Daim (terus menerus tanpa kesudahan) tidak dapat diberitakan oleh abad
demi abad, dan Akulah yang tunggal, dan tidak dapat dimiripi oleh bilangan dan
hitungan... Segala sesuatu akan ditutntut oleh asal mulanya. Dan Akulah Yang Satu,
Yang Tunggal dan Yang Maha Esa.... Aku tidak berasal dari sesuatu. Lalu sesuatu itu
akan berkhusus dengan Ku.
83. Sekali-kali tidak sampai kemampuanmu untuk mencakup dan melingkupi sifat
Ku, umpamakan saja keindahan (Al Jamal) ini adalah sifatKu, untuk Ku, dan kepunyaan
Ku, karena Aku meliputi segala sesuatu.
84. Semua ilmu pengetahuan ibarat lorong-lorong ... tiada jalan-jalan dan lorong-
lorong yang sampai kepada makrifat. Makrifat itu adalah induk segala tujuan dan
puncak segala kesudahan.... Bila engkau telah berada di maqam makrifat, maka akan
terungkaplah pandangan tembus (Kasyaf) dan bagimu mata keyakinan (Ainul yaqin)
terhadap pada Ku.. pada taraf ini--- gaiblah makrifatmu dan engkau pun gaib pula pada
dirimu sendiri, inilah hukum makrifat yang berlaku .... Bila makrifatmu tidak dapat
menghukum dirimu, maka Akulah yang tampil menjadi hakim. Sapaimu di taraf ini
berarti engkau sudah mencapai puncak ilmu, dan diwajibkan pdamu agar engkau
berbicara sambil menunggu ijin Ku, maka dengan bicaramu itu engkau akan
menyaksikan murka Ku, manakala engkau diam, maka hilang pula murka Ku, bila
engkau bicara... makrifat itu selalu disebut dalam Al Kitab... Kedudukannya lebih tinggi,
baik nilai maupun martabatnya dari ilmu pengetahuan, karena makrifat itu adalah hasil
pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh, sedang ilmu pengetahuan itu
adalah pencapaian terhadap persoalan-persoalan yang terbagi-bagi bidangnya.
Mengenai penyaksian jauh lebih tinggi dari keduanya, karena penyaksian itu adalah
hasil dari kebulatan tekad yang disertai dengan usaha yang gigih terhadap kebenaran,
dengan ikut sertanya upaya hati dan pengalaman, maka itulah yang menghasilkan
penyaksian, dan penyaksian itu adalah setinggi-tingginya keyakinan.
85. Bagiku.... bahwa memohon keridhaan Nya itu adalah merupakan kemaksiatan
pada Nya, kemudian ia berkata kepadaku : Hendaklah engkau taat kepada Ku, Lalu
engkau merasa telah menaati Nya, maka yang demikian engkau sudah bohong besar,
Ia pun melanjutkan L Engkau tidak mentaati Ku, tida pula Aku diaati oleh sesuatu pun
.... Baru kalilah aku melihat ke Esaan yang sebenar-benarnya. Arti ayat : Kepunyaan
Nya jua bahtera-bahtera yang berlayar di lautan dengan layar-layar yang tinggi
menjulang )QS. Ar Rahman 55:25). Perhatikan ayat tersebut di atas, bahwa Allah
menyatakan jika bahtera-bahtera itu adalah milik Nya, sekalipun milik kita pada
lahirnya; Dialah yang membina, sekalipun pada lahirnya kita yang membuat. Ingat
renungkan! Kita membina dengan ilmu Nya, dengan pengetahuan Nya, peraturan-
peraturan Nya, serta ilham Nya, begitu pula halnya dengan taat, tiada Ia ditaati oleh
siapa yang menaatiNya, melainkan ketaatannya adalah kemurahan Nya... Inilah Tauhid
itu.
86. Aku telah ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia berkata
kepada ku : Aku tiada rela engkau menjadi utuk sesuatu, dan tidak pula rela jika
semua itu menjadi untukmu... Ku sucikan engkau, Aku bertasbih padamu. Maka
janganlah engkau mentasbihkan Ku. Aku yang membuatmu! Bagaimana engkau dapat
mensucikan Ku?
87. Jangan engkau duduk di atas jamban-jamban, engkau akan dikerumuni anjing-
anjing dan akan saling menggonggong padamu, hendaklah engkau duduk di atas
mahligai yang kukuh kuat, di suatu tempat yang pintu-pintunya tertutup rapat, dan
jangan ada yang menyertaimu; Jangan menghiraukan apapun, baik sianr matahari
ataupun kicauan burung-burung, maka tutuplah wajah dan telingamu, karena
sesungguhnya bila engkau memandang selain Ku; niscaya engkau akan
menyembahnya, dan jika engkau yang dipandang oleh sesuatu, maka engkaulah yang
akan disembah.
88. Kulihat segala mata terbelalak memandang kepada Nya, tetapi apa yang
dilihat? Segala sesuatu yang terpandang menjadi hijab belaka. Tundukan kepalamu ke
bawah, dan lihatlah ke dalam, niscaya terlihat.
90. Bila tiada kaan bagimu untuk kau ajak duduk bersama, maka Akulah yang
menyertaimu.
91. Engkau pasti akan mati, tetapi tidak demikian dengan ingatan Ku padamu.
92. Perhitunganmu meleset, berarti salah dan kesalahan itu berarti tidak benar.
94. Engkau didalam segala hal, ibarat baunya baju dengan baju.
95. Aku ini sangat cemburu padamu, dari sebab itu Aku membuat beberapa
larangan untukmu.
96. Katakanlah kepada orang yang risau hatinya daripada Ku, bahwa kerisauan itu
berpangkal dari dirimu sendiri; karena Aku lebih baik untukmu dari segala sesuatu.
98. Aku dengan sesuatu tidak akan berhimpun, begitu pula engkau tiak akan
berhimpun dengan sesuatu.
99. Hidup yang manakah untukmu di dunia ini setelah Aku bernyata :
101. Antara Ku dan antara mu tidak dapat diketahui. Guna apa lagi dituntut.
102. Aku ditegakkan berdiri di dalam sifat Ketunggalan (Al Wahdaniah), lalu ia pun
berkata kepdaku : Telah Ku jadikan nyata segala sesuatu saling menunjuk kepada Ku;
dan mengungkapkan perihal Ku. Sebagaimana Aku menjadikannya di saat yang
bersamaan, memanggil kepada dirinya dan menghijab daripada Ku; maka nasib setiap
insan yang dikarenakan penghijab-penghijab itu seakan-akan menggantungkan dirinya
pada penghijab-penghijab itu. Zikir Ku, Ku khususkan terhadap setiap yang Ku jadikan
nyata, dan zikir Ku adalah pengungkap semisal hijab juga... Bila Aku bernyata tiadalah
engkau akan melihat apapun di sekelilingmu lagi
103. Hendaknya engkau katakan : Ilahy! Jangan kiranya Engkau biarkan diriku
diporak-porandakan huruf di dalam makrifatku kepada Mu.
104. Masih jugkah menyusahkan dirimu, dari segala apa yang datangnya
daripadamu? Maka hal ini akan u ampuni. Jangan kiranya ada yang menyusahkan
dirimu. Segala apa yang datang daripadaku yang menyusahkan dirimu akan Ku
palingkan semua. Bila engkau sanggup melakukan apa yang Ku haruskan padamu
mengatasi keduanya ini, niscaya engkau menjadi seorang Wali.
105. Bila engkau bukan dari ahli Hadirat (yang selalu bersama Allah), tentu saja
khatir (lintasan hati) itu akan selalu mendatangimu dan semua siwa itu merupakan
khatir; dan tidak akan memberi manfaat malinkan berupa ilmu, dan ilmu itu sifatnya
selalu bertentangan satu sama lain. Maka untuk menyelamatkan dari pertentangan
diperlukan perjuangan. Engkau tidak akan sanggup melakukan perjuangan tanpa Aku,
dan tidak pula ilmu kecuali dengan Ku, Hendaknya engkau berdiri bersama Ku, maka
dengan demikian barulah engkau menjadi ahli Hadirat Ku.
106. Aku dihentikan di dalam ikhtiar lalu ia berkata : Kalian akan menderita sakit
dan dokter akan selalu rajin menjenguk di waktu pagi dan petang, kata-kata yang
diucapkan para dokter itu adalah kata-kata Ku dan mereka mengimani ilmu kedokteran,
tetapi tidak beriman kepada Ku; Si penderita pun patuh kepada dokter dan menurut
berpantang makan, tetapi tidak berpuasa untuk Ku.
107. Sudah layak jika Aku memperkenalkan diri kepadamu dengan bala (ujian dan
cobaan) Aku tidak akan lenyap dan bala itu berasal daripada Ku.. Pengalamanmu
terhadap bala itu berasal daripada Ku... pengenalanmu terhadap bala menjadi bala
pula ... dan tiada seorang pun dapat melarikan diri dari bala, karena bala itu daripada
Ku.
108. Aku dihentikan dalam Perjanjian dalam keadaan tegak berdiri, Ia pun
berkenan bertutur kara padaku :
109. Bermula adalah tahap penyaksian (Al musyahadah) dengan menafikan khatir
(lintasan hati) kemudian menafikan makrifat, lalu menafikan dirinya sendiri yang
bermakrifat, terakhir menafikan aku (Al ana).
110. Tolonglah Daku! Niscaya engkau menjadi kawan Ku. Bila Aku sudi engkau
kawani, maka Ku berikan padamu kekuatan dan pertolongan Ku, Dan Ku beri ilmu dari
ilmu Ku.
111. Engkau mempelajari ilmu itu untuk bermegah-megahan di hadapan para ulama
dan untuk berdebat dengan para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan musyawarah,
rapat maupun muktamar, dan.... untuk mengeruk keuntungan duniawi... neraka...
neraka!.
112. Bila engkau telah keluar dari tabiatmu, keluar dari sifatmu, keluar dari amalmu
dan keluar dari ilmumu, maka keluar pulalah engkau dari namamu; Dan bila engkau
sudah keluar dari namamu, jatuhlah engkau ke dalam nama Ku. Bila engkau telah jatuh
ke dalam nama Ku, akan terlihatlah padamu tanda-tanda pengingkaran, dan segala
sesuatu itu akan serentak mengadakan perlawanan kepdamu berupa fitnah dan
engkaupun memunafikan setiap khatir hatimu... Nah! Sekarang setiap yang
melawanmu akan berhadapan dengan Ku!.
113. Hendaklah engkau meneliti dan melihat dengan apa engkau memperoleh
ketenangan, maka sesungguhnya tempat tidurmu adalah kuburan.
115. Barang siapa berdiri di maqam makrifat, kemudian ia keluar, sedang ia sudah
mengetahui keberhasilannya mendekati Aku, dan ia tetap tinggal di luar, akan
kunyalakan api untuknya seorang diri.
116. Di antara ilmu-ilmu yang dapat dijangkau mata, pada satu saat akan engkau
lihat ilmu-ilmu itu akan bungkam di dalam kelemahannya; tetapi lain halnya dengan
ilmu-ilmu hijab, maka ia tetap akan lancar berbicara.
117. Sifat-sifat yang dapat diungkap oleh tutur kata adalah sifat-sifatmu, dalam arti
dan makna, tetapi sifat-sifat Ku yang tidak dapat diungkap dengan tutur kata bukanlah
sifat-sifatmu dan tidak juga dari sifat-sifatmu.
Bila Aku berbicara padamu dengan ucapan dan ibarat, tiada wewenang hukum
memberikan kunci pembuka; karena ibarat dan ucapan itu berbalik kepada dirimu
sendiri. Adapun bila Aku berbicara kepadamu tanpa ibarat, niscaya batu-batu dan bata-
bata akan bicara padamu. Dan engkau dalam kedudukan ini tinggal berkata Jadilah
maka jadi
118. Ibaarat dan ucapan itu adalah rangkaian huruf, dan tidaklah huruf itu
mempunyai wewenang hukum apapun. Perkenalan Ku kepadamu melalui ibarat dan
tutur kata adalah persiapan untuk perkenalan yang tidak seisertai ibarat. Pemikiran-
pemikiran itu melaui huruf, dan lintasan-lintasan hati itu dari pemikiran, tetapi ingatan
kepada Ku yang murni adalah terpisah di balik huruf dan pemikiran.
119. Yang nanti akan engkau temui di dalam kematianmu, ialah apa yang engkau
alami di kala hidupmu kini : Arti Ayat : Barangsiapa selagi di dunia ini buta, maka kelak
di akhiratpun akan buta dan lebih sesat jalannya (QS. Al Isra 17:72).
120. Jangan menanyakan tentang makrifat Ku, dan jangan menanyakan tentang
AKU. Hendaklah engkau ketahui, bahwa tiadalah Aku diserupai oleh sesuatu pun
(Laisa Kamitslihi Syaiun).
122. Bulatkan tekadmu! Keraskan kemampuanmu paa Ku! Dengan Ku engkau akan
kekal, dan putuslah engkau darpadamu : Arti Ayat : Dan kepada Tuhanmulah
hendaklah engkau pusatkan kemauanmu (QS. Al Inssyirakh 94:8).
123. Jika engkau serang hatimu, dan hatimu tidak membalas menyerang, maka
engkau benar-benar tergolong dari para arifin.
124. Bagaimana para arifin tidak sedih sedangkan mereka melihat Aku meneropong
perbuatan buruknya dan Ku katakan : Jadilah gambar agar dilihat oleh
pembuatnya. Dan juga Ku katakan kepada perbuatan baiknya : Jadilah lukisan agar
dilihat oleh pelukisnya
126. Hati orang arif melihat keabadian, sedangkan matanya melihat ketentuan
waktu.
127. Katakan kepada para arifin! : hendaklah kalian mendengar bukan hanya untuk
mengenal saja; Hendaklah kalian diam, dan bukan hanya untuk mengenal melulu!;
Sesungguhnya Ia mengenalkan diri Nya padamu sebagaimana engkau bermaqam di
sisi Nya.
128. Katakanlah kepada hati orang-orang arif : Janganlah kalian keluar dari keadaan
kalian, sekalipun kalian sudah memberi petunjuk kepada siapa yang sesat. Apakah
kalian menghendaki kesesatan daripada Ku, lalu memberi petunjuk kepada Ku??
129. Katakanlah Ilahy Aku memohon kepada Mu, dengan Engkau!.... sekedar
kesanggupan suatu permohonan, aku bermunajat dengan Mu, kepada kemurahan Mu!
132. Huruf itu adalah satu penjuru dari beberapa penjuru iblis;
133. Sesungguhnya engkau sudah melihat keabadian, dan tiadalah keabadian itu
dapat diuraikan dan diibaratkan.
Kuberikan padamu daya, agar engkau mampu melihat terbelahnya langit, dan
memandang bagaimana Ku turunkan perintah Ku yang datangnya dari sisi Ku, laksana
tibanya siang dan datangnya malam.
134. Engkau telah mengenal Ku, dan mengenal ayat-ayat Ku. Barangsiapa yang
telah mengenal ayat-ayat Ku, maka ia pun telah bebas lepas dari tanggungan alasan
apapun. Bila engkau sedang duduk, jadikanlah ayat-ayat Ku berdiri di sekatarmu; dan
jangan keluar jika engkau keluar, keluar pulalah engkau dari benteng Ku. (Yang
dimaksud dengan ayat adalah kamimat Tauhid).
135. Adab sopan santun para wali-wali itu, ialah mereka tiada mengurusi sesuatu
dengan kemauan keras, sekalipun mereka mengetahui dengan tinjauan akal dan budi
luhurnya.
136. Bila engkau di datangi oleh panggilan hatimudan engkau lengah tiada melihat
Ku, maka sesungguhnya engkau sudah dilambai oleh lidah api Ku, maka sebagaimana
yang dilakukan oleh para wali-wali Ku (orang-orang yang beriman dan bertakwa)
niscaya akan Ku perlakukan terhadap padamu sebagaimana layaknya Aku
memperlakukan para wali Ku, maka katakanlah :
YA Allah! Inilah malapetaka uji cobaan Mu! Maka ku harapkan kelembutan Mu,
terhadap padaku, dan limpahkanlah kasi sayang Mu, padaku.
137. Orang yang berdiri di hadirat Ku, melihat makrifat itu baikan arca-arca, dan
melihat ilmu bagaikan azlam (anak panah peramal nasib).
138. Ilmu yang mantap tak berbeda dengan kejahilan yang mantap.
139. Pembersih tubuh adalah air, dan pembersih hati adalah menundukan
pandangan dari siwa....... Ketahuilah! Bahwa hati yang tertambat pada siwa adalah
najis, dapat disucikan hanya dengan tobat.
140. Hai hamba! Ynag membuat siwa hingga dapat nyata adalah Kau; yang
memperlakukan dan yang menggerakan adalah Aku; dia dtang dan pergi dikarenakan
Aku. Tinggalkan dia! Tetaplah di sisi Ku, Kalau tidak! Maka tidak pula aku
memilihmu.... Siwa adalah tempat pertentangan, yang berlawanan, yang berserakan,
berbilang-bilang, bercerai berai..... Hanya Aku lah Yang Tunggal tanpa lawan tanpa
tantangan.
141. Hai hamaba! Janganlah engkau menjadikan Aku sebagai utusanmu kepada
sesuatu, maka sesuatu itu kana menjadi Tuhna layaknya. Jika sampai terjadi yang
demikian, maka engkau akan ku tulis dari golongan orang-orang yang berbuat olok-olok
pada Ku disertai pengetahun.
143. Pelhralah baik-baik keadaan halmu agar dengan kemauan keras mu engkau
memandang Ku. Jangan hendaknya kemauan kerasmu engkau pandang dalam
kemauan kerasmu, hal yang demikian membuatmu berpandangan kepada dua
larangan dan dua perintah, dan engkau sendiri berada di bawah dua Pemerintahan.
144. Hai hamba! Bila engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka hendaklah
engkau jadikan segala sesuatu berada di bawah kedua telapan kakimu.
145. Hai hamba! Hendaklah engkau berlindung kepada Ku dari selain Ku, sekalipun
selain Ku itu mendatangimu dengan keridaan Ku.
146. Selama masih ada sesuatu di antara Ku dan antaramu, maka engkau adalah
hamba dari sesuatu itu.
147. Hai hamba! Pilihlah Aku! Aku terbitkan atasmu segala sesuatu dengan
kekayaan yang tiada lagi engkau berhajat apapun lagi; dan jangan selain Ku yang
menjadi pilihanmu, maka Aku pun akan gaib. Kemalangan apa yang akan
menimpamu? Halangan apa yang akan menghadangmu?? Itulah bila aku gaib...
engkau akan terperosok ke lembah hina, dirimu menjadi rendah dalam perhambaan
dan kejahatan terhadap pada sesuatu.
148. Hai hamba! Jika pembagian itu telah terangkat, akan menjadikan sama, tiada
perbedaan yang menyedihkan dan yang menggembirakan (yakni bila terangkat hijab)
yang memisahkan engkau daripada Ku, niscaya semeua siwa tiada bernilai lagi, baik
yang menyedihkan maupun yang menyenangkan.
149. Pengenalan akan nama Allah Yang Maha Agung (Ismullahi Al Adham) adalah
pertama-tamanya fitnah. Bila Aku meniadakan daripadamu tuntutan yang diajukan
nama itu, maka lenyap pulalah tuntutan lawan nama itu.
150. Aku adalah lebih baik bagimu dari dirimu sendiri; bila engkau lalai Aku yang
mengingatkanmu; bila engkau berpaling Akulah yang mendatangimu; Seakan-akan Aku
membuat bangunan indah anggun penuh kemuliaan karena ingatan Ku padamu atau
merasa senang bersamamu tanpa kegelisaha... Akulah Yang Maha Kaya, tiada
memerlukan daripadamu dan daripada segala sesuatu.
151. Bila engkau telah melihat Ku di balik sesuatu, lalu engkau mendurhakai Ku,
maka durhakamu itu adalah atas kesadaran. Barangsiapa mendurhakai Ku atas
kesadaran, maka berarti telah memerangi Ku.
152. Ilmu yang menunjuk pada Ku, adalah laksana lorong yang menuju pada Ku...
Ilmu yang tidak menuju pada Ku, ialah suatu hijab yang menggoda.
153. Tidak akan sampai panggilanmu di belakang hijab, kecuali dengan
menyingkirkan hijab itu; yang demikian adalah keharusan bagi setiap peerkenalan Ku
terhadap siapa yang telah melihat Ku.
154. Aku telah bersumpah atas diri Ku sendiri, bahwa tiadalah meninggalkan
barangsiapa yang meninggalkan sesuatu demi untuk Ku; melainkan akan Ku berikan
padanya ganti yang lebih baik dari apa yang ditinggalkan itu.
155. Hai hamba! Mengapa pikiranmu bersimpang siur, den mengapa duka citamu
engkau simpan bermalam hingga sampai pagi belum juga terlepas daripadamu....
Engkau adalah wali Ku, dan Aku lebih utama bagimu, serahkan saja kepda Ku Zat
rahasiamu maka Akulah yang menghadapi segala kesimpang siuran dan Aku lebih
mengetahui daripadamu. Sebagian sifat dari seorang wali ialah : Tiadanya merasa
heran atas sesuatu dan berpantang meminta apapun. Bagaimana tidak demikian dia
sudah melihat Ku apa yang layak diherankan lagi sedang ia melihat Allah, dan apa
yang akan diminta? Sedang ia melihat Allah.
156. Sesungguhnya mereka yang bangun di malam hari, ialah mereka yang menuju
pada Ku, bukan untuk wirid yang ditentukan maupun bacaan yang dipahami... di
sanalah .... Ku sambut kedatangannya dengan wajah Ku, maka ia pun berdiri dengan
Qoyyumiati (berdiri Ku sendiri) tiada pinta dan tiada apapun yang diajukan pada Ku.
Bila Aku hendak bicara padanya, akan Ku laksanakan; bila Aku hendak memberi
pengertian, Ku tanamkan pengertian. Hai hamba! Ahli wirid manakala telah sampai ke
tujuannya, mereka akan berhenti dan menyingkir, dan ahli juzu (membaca Al Quran
yang sudah sampai pada batasnya) setelah dipelajari, juga akan berhenti dan
menyingkir. Tidak demikian halnya dengan dengan Ahli Ku karena baginya tiada
batas lagi Maka, bagaimanakah mereka akan menyingkir?
157. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, lalu engkau menetap dalam suasana
melihat Ku, maka akan Ku tuanggkan malapetaka guna mengujimu, dan Ku berikan
keteguhan hati padamu agar kau tetap tinggal dalam maqammu.... tetapi bila engkau
lepas dari melihat Ku maka Ku timpa padamu sebagian dari malapetaka dan Aku
lemahkan engkau untuk menghadapinya, lalu engkau akan mengalami rasa menjauh
karena kelemahanmu Ku gerakan engkau berhasrat untuk memohon pertolongan pada
Ku, maka kasih sayang Ku akan menarikmu dan mengangkatmu kembali ke maqam
melihat Ku
158. Hai hamba! Ketahuilah benar-benar bahwa segala sesuatu itu adalah milik Ku,
maka janganlah engkau mencoba-coba merebut kepunyaan Ku.
159. Hai hamba! Hendaklah lesanmu senada denngan suara hatimu, dimana Aku
bernyata dalam hatimu... jika tidak, maka Aku akan berhijab daripadamu dengan
dirimu.... resapilah nasihat Ku ini ke seluruh jangatmu dan dalamilah hingga ke tulang
belulangmu.
160. Hai hamba! Bila engkau telah mengenal keabadian, maka engkau telah melihat
satu sifat As Shumud. (Ash Shumud ialah tempat bergantung pada Yang Maha Kekal,
dan tempat meminta dari yang bergantung pada Nya segala sesuatu, baik yang
dimaksud maupun yang disengaja ataupun yang dituju yang kekal tanpa kesudahan).
161. Hai hamba! Apa yang telah Ku ungkapkan bagimu tentang keabadian, Ku iringi
pula dengan penutup kepadamu tentang hukum-hukum manusiawi sesuai dengan apa
yang telah Ku-ungkapkan untukmu itu.
162. Hai hamba! Jika malam harimu engkau khusukan untuk Ku, dan siang harimu
engkau gunakan untuk ilmu Ku, maka engkau akan menjadi seorang besar dari
pembesar-pembesar para hamba Ku.
165. Barangsaiapa yang selalu ingat pada Ku dan sudah terbiasa serta menjadi
tabiatnya pula, maka berarti ia telah membuat suatu perjanjian di sisi Ku guna
keselamatan dirinya.
166. Mereka yang membenarkan Aku dengan kegaiban dan beriman pada Ku tanpa
melihat Ku, maka Aku akan menyertainya pada hari dihimpun, dan akan Ku kawani di
dalam suasana yang mengerikan, dan Ku kirim kepadanya keteguhan dalam
menghadapi kegoncangan, lalu akan Ku teguhkan atas apa pun yang dialami,
sebagaimana mereka telah mengawani Aku di balik tirai penutup itu.
167. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menjadi orang yang terhijab hanya
karena apa yang cocok dengan seleramu atau dengan kemampuan.
168. Hai hamba! Siapa yang mengenal Ku dengan Ku, berarti mengenal dengan
satu perkenalan yang tidak dapat diingkari lagi kemudian hari sama sekali.
169. Hai hamba! Aku tidak dapat dikenal oleh siapapun tanpa Aku memperkenalkan
diri Ku padanya.
170. Hai hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, tetap
Aku tidak menyingkirkan engkau daripadanya; maka halmu yang demikian tanyakan
kepada orang yang alim dan bahkan kepada yang jahil sekalipun tentang Ku, maka
engkau akan melalui jalan yang aman dan jalan berbahaya. Hai hamba! Bila engkau
melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, sedang Aku tidak menyingkirkan engkau
daripadanya, maka cepat-cepatlah engkau lari kepada Ku dari fitnah Ku sambil
memohon perlindungan Ku daripada makar Ku.
171. Aku ibarat tamu bagi kekasih-kekasih Ku yang mulia, bila mereka menjumpai
Ku segera membeberkan rahasia-rahasianya dan dengan penuh khidmat menguraikan
ikhtiarnya kepada Ku.
172. Tidak berlaku atasmu hukum di dalam tidurmu, melainkan apa yang telah
mengiringi engkau dengan tidurmu, dan tidak lupa berlaku atasmu hukum di dalam
kematianmu, melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan kematianmu.
173. Bila Aku tidak gaib dikala engkau makan, niscaya Ku putuskan agar engkau
tidak lagi berpayah-payah untuk mencari makan.
174. Hamba Ku yang berada di dalam Hadirat Ku ia dapat melihat nama itu tidak
memiliki kekuatan hukum apapun selain Ku .... itulah maqam yang mengejutkan (Al
Buhut) maqam terakhir, yang mana semua hati berhenti di situ.
175. Bila engkau menafikan nam (al ism), maka tibalah engkau pada wusul
artinya : telah sampai .... Bila tiada terlintas padamu nam, maka tibalah engkau pada
ittisal artinya : hubungan.... Bila engkau dalam hubungan, maka engkaupun
Berkehendak dan berkemauan seakan-akan engkau menafikan nam itu, dan tidak
lagi terlintas nam itu; disebebkan karena sangatnya tarikan kuat (Al Wajdu
Bilmusamma) dari yang dinamai.... Itulah tingkat yang tinggi, derajat paling atas tentang
kecintaan terhadap Zat Ilahiat.
176. Engkau yang hilang dalam kelenyapan, dan Aku lah yang mendapati dan
menemukan, cukup kiranya engkau untuk Ku......
177. Engkau yang dicari dan Aku lah yang menemukan; Akulah yang dicari dan
engkau yang menemukan. Bukan dari kita siapa yang gaib!
178. Jika engkau tidak melihat Ku, janganlah engkau meninggalkan nama Ku.
- Bila engkau tidak melihat Ku di balik dua tantangan dengan sekaligus,
maka engkau tidak akan mengenal Ku.
- Bila engkau sudah tidak dapat melihat Ku ditambah pula dengan
kelengahan, maka itulah puncak hawa nafsu.
- Aku tidaklah berkesudahan hingga dapat dilihat di balik segala sesuatu.
179. Perjuangan pertama menuju pada Ku, hendaknya engkau memandang pada
Ku tanpa berkedip sekejap pun.
180. Hendaklah engkau mengatasi urusan dan persoalanmu dengan penuh rasa
takut, niscaya Aku teguhkan hatimu dengan kemauan kerasmu; Jangan hendaknya
engkau mengatasi dengan harapan dan angan-angan, niscaya akan Ku bongkar
manakala sudah hampir mencapai penyelesaian.
181. Bila selain Ku yang engkau jadikan penuntunmu, niscaya engkau syirik kepada
Ku, maka hendaklah engkau lari ke arah ddua pelarian, satu pelarian ke arah
langgananmu, dan satu pelarian dari tangan Ku.
182. Bila engkau tidak melazimkan zikir... menyebut dan mengingat nama-nama Ku,
sifat-sifat Ku dan pujian-pujian untuk Ku, niscaya yang seharusnya zikir itu untuk Ku...
berbalik pada dirimu sendiri, dari sifat Ku menjadi sifatmu.
183. Nama itu memisahkan antara yang bernama dan yang dinamai, dan
memisahkan pula antara yang dinamai dan arti nama itu sendiri.
184. Lazimilah berbaik sangka, niscaya akan engkau lampaui hujat Ku (dalil Ku) dan
barang siapa yang sudah melintasi hujat Ku, sampailah kepada Ku.
188. Pencinta-pecinta Ku adalah mereka yang sudah tiak mempnyai pendapat lagi.
189. Andaikan engkau bisa menjadi baik untuk sesuatu, niscaya tidaklah Aku
menyatakan wajah Ku bagimu.
- Satu kebajikan berbanding sepuluh; Hal ini bagi orang yang tidak melihat
wajah Ku; Tetapi bagi yang sudah melihat wajah Ku, satu kebajikan itu sendiri
merupakan dosa. Kebaikan orang-orang yang berbakti adalah merupakan dosa bagi
orang yang didekatkan.
190. Bila siwa itu menjadi khatir yang tercela, niscaya runtuhlah surga dan neraka.
191. Mohonlah ampunan Ku atas amal perbuatan hati, akan Ku teguhkan engkau
dari berbolak-baliknya hatimu.
192. Aku jadikan engkau jelek terhadap segala sesuatu, yang demikian agar engkau
terhijab dari antaramu dan antara Nya; jangan dilobangi hijab itu untuk maksud
perkenalan, bila terjadi yang demikian Ku kirim kepadamu kehina-dinaan.
193. Al Wahdaniah (ketunggalan) adalah satu sifat dari sifat-sifat (Adz dzatiah)nya
Zat.
- Ash Shidq itu ialah larangan lisan untuk berdusta, dan Ash Shiddiqiah
adalah larangan bagi hati untuk berdusta.
- Kedustaan hati mengikat janji tanpa perbuatan.
- Pendustaan hati ialah mendengarkan pada kedustaan itu.
- Kedustaan hati adalah menginginkan keinginan-keinginan.
- Pendusta itu adalah bahasa yang menguraikan selain Ku, dan Al Haq
dan Al Haqiqi adalah bahasa Ku.
198. Hai hamba! Hendaklah engkau keluar dari kemauan yang menjadi
kepentingamu, niscaya engkau akan keluar di atas batasmu.
199. Ia berkata kepadaku.. Di dalam surga itu segala apa yang mungkin terlintas
dalan ingatan dan pemikiran... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih
bessar lagi, dan di dalam neraka itu juga segala apa yang mungkin terlintas dalam
engatan dan pemikiran.... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih besar
lagi.
200. Yang menjadi penghalangmu daripada Ku di dunia ini, itu jugalah yang akan
menjadi penghalangmu di akhirat kelak.
201. Hai hamba! Kawanilah Aku dengan sirmu (rahasia hatimu), niscaya Aku
menemanimu dalam kehidupanmu!..... Kawanilah Aku dalam kesendirianmu! Niscaya
Aku menemanimu dalam pergaulan.... Kawanilah Aku dalam khalwatmu! Niscaya Aku
menemanimu dalam himpunanmu!.
202. Hai hamba! Pemisah antara Ku dan antaramu adalah cintamu pada dirimu,
maka enyakanlah dan jangan hendaknya menjadi hijab pnutup dirimu.
203. Hai hamba! Telah syirik siapa yang dihentikan oleh tutur kata..... dan ikhlaslah
barangsiapa yang dihentikan oleh yang bertutur kata.
205. Hai hamba! Bila engkau bersandar kepada sesuatu, maka engkau akan
berpegang teguh pada sandaranmu, berarti engkau telah berpegang teguh pada selain
Ku; Dan akan Ku tulis engkau sebagai orang yang musyrik.
206. Hai hamba! Telah Ku ciptakan segala sesuatu semuanya untukmu, sedangkan
Aku jauh lebih dari segala sesuatu itu, Akulah yang mempunyai karunia-karunia itu,
maka belakangilah sesuatu-sesuatu itu di punggungmu dan palingkanlah wajahmu
menghadap pada Ku.
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda