Anda di halaman 1dari 24

I.

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH


II. TANGGAL PERCOBAAN : 6 OKTOBER 2016, Pukul 09.00
III. TANGGAL SELESAI : 6 OKTOBER 2016, Pukul 11.30
IV. TUJUAN PERCOBAAN : MENENTUKAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH
V. KAJIAN TEORI
Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida yang terdapat
dalam darah.( Baron, 1984). Organ organ yang berpengaruh dalam metabolisme glukosa
antara lain hati dan pankreas. Glukosa darah berada dalam keseimbangan dan mengatur
secara hormonal yaitu hormon teroid, hormon insulin, hormon efineprin dan hormon
pertumbuhan. ( Ganong, 1990 )
Jumlah glukosa dalam darah tergantung kepada keseimbangan antara jumlah yang
masuk dan yang keluar. Glukosa masuk ke dalam darah dari tiga macam sumber, yaitu :
a. Makanan yang mengandung hidratarong. Setelah dicerna dan diserap, jenis makanan ini
merupakan sumber glukosa tubuh yang paling penting.
b. Glukogen, glikogen disimpan dalam otot dan heper, dan dapat dipecah untuk melepas
glukosa.
c. Sebagian asam amino dipecah oleh heper untuk menghasilkan glukosa. (Beck,2011 )
Insulin tidak diperlukan untuk terjadinya salah satu diantara ketiga proses ini. Setelah
glukosa masuk ke dalam darah, insulin diperlukan untuk memungkinkan glukosa
meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan. Pada orang non diabetik, glukosa yang
meninggalkan aliran darah digunakan lewat dua cara , yaitu :
a. Energi segera bagi semua jaringan.
b. Energi simpan sebagai glikogen dalam heper dan otot, serta lemak di dalam jaringan
adipose. ( Beck, 2011 )
Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi metabolisme yang
mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan glukosa
dalam tubuh sangat berlebihan maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme
secara enzimatik untuk menghasilkan energy. Namun jika kandungan glukosa tersebut di
bawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa
mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesi untuk mensintesis
glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah ( plasma darah ) yaitu 65 110
mg/dl ( 3,6 6,1 mmol/ L ). (Murray, 2003 )
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kadar glukosa di
dalam darah. Kadar glukosa darah diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa dialirkan
melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel sel tubuh. Umumnya kadar glukosa
darah berada pada kadar 70 110 mg/dl (Price, 2005 ). Metabolisme glukosa yang tidak
normal dapat menyebabkan hiperglikemia ( bila kadar gula darah berada pada kadar tinggi (
> 110 mg/dl )) dan hipoglikemia ( bila kadar glukosa darah terlalu rendah ( < 70 mg/dl )).

A. Glukosa
Glukosa merupakan suatu monosakarida aldoheksosa mengandung enam atom karbon
yang merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO) yang terdapat dalam tubuh manusia
dan makhluk hidup lainnya. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal
bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri
pangan. Gula terdapat dalam dua enantiomer (isomer cermin), D-glukosa dan L-glukosa,
tapi pada organisme, yang ditemukan hanya isomer D-isomer. Suatukarbohidrat berbentuk
D atau L berkaitan dengan konformasi isomerik padakarbon 5. Jika berada di
kanan proyeksi Fischer, maka bentuk cincinnya adalah enantiomer D, kalau ke kiri, maka
menjadi enantiomer L. Sangat mudah diingat, merujuk pada D untuk "dextro, yang
merupakan akar bahasa Latin untuk "right"(kanan), sedangkan L untuk "levo" yang
merupakan akar kata "left" (kiri).Struktur cincinnya sendiri dapat terbentuk melalui dua cara
yang berbeda, yang menghasilkan glukosa- (alfa) dan (beta). Secara struktur, glukosa-
dan- berbeda pada gugus hidroksil yang terikat pada karbon pertama pada cincinnya.
Dalam respirasi, melalui
serangkaian reaksi terkatalisis enzim,
glukosa teroksidasi hingga akhirnya
membentuk karbon dioksida dan air,
menghasilkan energi, terutama dalam
bentuk ATP. Sebelum digunakan,
glukosa dipecah dari polisakarida (Wikipedia, 2015).
Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan
glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida). Dekstrosa terbentuk akibat
larutan D-glukosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kanan. Dalam kasus yang sama D-
fruktosa disebut "levulosa" karena larutan levulosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kiri
(Wikipedia, 2016).
Glukosa langsung
digunakan oleh tubuh.
Glukosa didapat secara
niaga dengan cara
hidrolisis pati diikuti
dengan kristalisasi dari
larutan dalam air. Filtrat
yang tinggal yang dikenal sebagai tetes, terdiri dari kira-kira 65 % D-glukosa dan 35%
disakarida dan oligosakarida lainnya. Isomer monosakarida D-fruktosa biasanya di dapat
bersama-sama D-glukosa dan sukrosa. Suatu campuran D-fruktosa dan D-glukosa dikenal
sebagai gula inversi. D-fruktosa mudah diubah menjadi D-glukosa dalam tubuh. Glukosa
diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini
kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan
otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("patihewan") dan sel lemak, yang
menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan
dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun
lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernah secara
langsung dikonversi menjadi glukosa. Karena perannya sebagai energi utama, glukosa
kemudian ditranspor ke dalam sel untuk menghasilkan energi. Proses pembentukan energi
ini terjadi dalam mitokondria dengan membutuhkan oksigen sebagai bahan bakarnya untuk
menghasilkan ATP sebagai energi untuk setiap kegiatan sel. Glukosa darah ini dipengaruhi
oleh faktor status gizi, genetik, umur dan penyakit. Dalam sel tubuh, glukosa dapat diubah
menjadi glikogen dan sebaliknya glikogen dapat diubah menjadi glukosa melalui reaksi
biokimiawi yang bertahap. Perubahan glukosa menjadi glikogen disebut glikogenesis,
sedangkan perubahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenolisis. Struktur glikogen
hati sama dengan strukutur glikogen otot, namun fungsi keduanya berbeda. Glikogen otot
berperan sebagai sumber energi, sedangakan glikogen hati berperan dalam mempertahankan
kadar glukosa darah. Banyak jasad renik, jamur, dan beberapa protozoa mempunyai enzim-
enzim yang mampu merombak selulosa menjadi glukosa. Rayap mudah mencerna selulosa
karena saluran ususnya memiliki parasit trichonympha yang memproduksi enzim selulase.
Pencernaan selulosa oleh hewan-hewan pemamah biak (herbivora) disebabkan oleh jasad
renik atau flora usus di dalam sistem pencernaan hewan tersebut yang menghasilkan
selulase. Hal ini menyebabkan hewan pemamah biak hidup dengan makan rumput.
Makanan yang mengandung karbohidrat merupakan salah satu sumber glukosa yang
digunakan untuk produksi energi dalam sel. Sumber lain glukosa adalah glukoneogenesis.
Glukosa yang tidak dibutuhkan untuk memenuhi keperluan energi mendesak, dirakit
menjadi glikogen,yaitu bentuk pati pada hewan. Glukosa mengadisi rantai glikogen yang
ada hanya bila telah diaktifkan menjadi uridina difosfat glukosa.

B. Kadar Glukosa Dalam Darah


Umumnya gula dalam darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8
mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level
terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang
paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut
"gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa
dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan
leptin.Kadar glukosa normal untuk puasa ada pada 70-110 mg/dL, untuk kadar glukosa darah
PP (2 jam setelah makan) ada pada 100-140 mg/dL, sedangkan untuk kadar glukosa darah
acak ada pada 70-125 mg/dL (Price, 2005 ).
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal
yang disebut hipoglisemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang
menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi,
yang disebut hiperglisemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat.
Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang
berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal,
dan saraf.
Glukosa darah menembus menbran sel hati tanpa membutuhkan adanya insulin.
Sebaliknya masukan glukosa kedalam sel-sel jaringan otot dan jaringan adipose sangat
dipercepat oleh adanya insulin. Dalam hati, insulin menginduksi sintesis enzim glikokinase,
yang tidak ada tapi kadarnya sangat rendah pada keadaan puasa dan pada diabetes mellitus.
Glukokinase hanya terdapat dalam jaringan hati dan merupakan kinase utama untuk glukosa
dalam sel parenkim bila tubuh memperoleh diet karbohidrat rata-rata.
Dalam keadaan preprandian (sebelum makan) kadar glukosa darah sekitar 5
mmol/L. Jaringan mengambil glukosa dari cairan ekstrasel apanila ia dapat diperoleh dan
apabila tersedia insulin untuk otot, jaringan adipose dan beberapa jaringnan lainnya. Lalu
masukan glukosa dikendalikan sebagian oleh hambatan umpan balik terhadap heksokinase.
Sesudah makanan dan peningkatan kadar glukosa yang mengirihnya, glukogenesis
menunjukkan adanya hambatan umpan balik terhadap heksokinse. Glukogenesis tidak
menunjukkan adanya hambatan umpan balik, dan ia bekerja untuk menurunkan kadar
glukosa darah dengan mengubah gula menjadi D-glukose 6- fosfat meski kadar glukosa 6-
fosfat tinggi. Dengan demikian pada waktu kadar glukosa darah meningkat, aktivitas
katalitik glukokinase kurang terpengaruh oleh beban glukosa dibanding heksosinase dan
lebih baik dalam mengembalikan keadaan ke arah yang normal. Bila kadar glukosa darah
menurun, sumbangan glukokinase pada mekanisme homeostatis mengurang.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila
konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,
pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian
sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula
darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan,
hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon
ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi
glikogen. Proses ini disebut gliogenosis, yang mengurangi level gula darah. Diabetes
mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe
2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan ("resistensi
insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat
di dalam darah.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis
atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis
yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

C. Reagen dan Sprektro UV-VIS


Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana basa, yang hasil reduksinya akan
bereaksi dengan arseno molibdat menghasilkan warna biru. Larutan ini diukur
absorbansinya yang panjang gelombang maksimumnya yaitu 660 nm. Dengan menggunakan
Hukum Lambert-Beer konsentrasi glukosa dalam darah dap;at ditentukan . hukum Lambert-
Beer menyatakan :
A= k C l
Dimana :
A = absorbansi (serapan cahaya)
k = koefisien ekstingsi molar larutan
l = tebal kuvet
C = konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasinya.
Konsentrasi glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting untuk
kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 mL .
Keadaan dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/100 mL disebut hipeglisemia
sedangkan diatas 90mg/ 100 mL disebut hiperglisemia.
Pada penambahan 1 mL reagen Cu Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula
menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Dengan menambahkan
1 mL reagen arsenomolibdat, kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah
menjadi biru jernih disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Penambahan 1,5 mL larutan
Ba(OH)2 0,3 N sebelumnya juga membantu terjadinya reduksi ion Cu2+ karena reaksi terjadi
dalam suasana basa. Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di
dalam filtrat (Girindra 1999).

VI. ALAT DAN BAHAN


Alat alat :
1. Sentrifuge 1 set
2. Spektrofotometer UV-Vis 1 set
3. Tabung Reksi 10 buah
4. Penangas Air 1 buah
5. Gelas Ukur 100 mL
6. Gelas Piala 1 buah
Bahan bahan :
1. Larutan Cu Alkalis
2. Larutan Ba(OH)2 0,3 N
3. Larutan ZnSO4.7H2O 5%
4. Larutan standart glukosa 1 mg/L
5. Pereaksi Arsenomolibdat
VII. ALUR PERCOBAAN
1. Deproteinasi Filtrat Darah

0,1 ml darah oxalated

- Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge


yang berisi 2 mL akuades
- Dicampur dengan baik (dengan
pengaduk
- Ditambah 1 mL Ba(OH)2 0,3 N
- Diaduk hingga rata
- Ditambahkan lagi 1 mL ZnSO4.7H2O
5%
- Dicampur dengan baik
- Didiaamkan selama 5 menit
- Disentrifuge selama 15 menit
- Didekantasi

Residu Filtrat (filtrat darah bebas protein)

Dilakukan uji biuret 3-5 tetes


Hasil

2. Penentuan Kadar Glukosa dalam Darah

1 ml Filtrat darah bebas protein

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- Ditambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan ke dalam air mendidih
selama 20 menit, kemudian dimasukkan
dalam air dingin
- Ditambahkan 1,0 mL pereaksi
arsenomolibdat
- Diaduk hingga merata
- Dibaca absorbansinya

Hasil
3. Pembuatan Kurva Standart

1 ml glukosa 1 ml glukosa 1 ml glukosa 1 ml glukosa


0,2 mg/ml 0,4 mg/ml 0,6 mg/ml 0,6 mg/ml

- Dipipet masing-masing dimasukkan dalam


tabung reaksi
- Ditambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan ke dalam air mendidih selama
20 menit
- Dimasukkan ke dalam air dingin
- Ditabahkan 1,0 mL pereaksi
arsenomolibdat
- Diaduk sampai merata
- Dibaca absorbansinya
Hasil Pengamatan

4. Larutan Blanko
1 ml Aquades

- Dimasukkan dalam tabung reaksi


- Ditambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan ke dalam air mendidih
selama 20 menit
- Dimasukkan ke dalam air dingin
- Ditabahkan 1,0 mL pereaksi
arsenomolibdat
- Diaduk sampai merata
- Dibaca absorbansinya

Hasil Pengamatan
VIII. HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ reaksi Kesimpulan


1. Deproteinasi filtrat darah Sebelum : - Filtrat darah yang bebas - Sampel darah sudah tidak
0,1 mL darah - Sampel darah: merah pekat akan protein jika diuji mengandung protein,
oxalated - Sampel darah + H2O: biuret akan menghasilkan karena hasil uji biuret
- Dimasukkan ke dalam tabung larutan merah pudar larutan yang berwarna adalah larutan berwarna
- Ba(OH)2: larutan tidak biru biru
sentrifuge
berwarna
- Ditambahkan 1,9 mL aquades - ZnSO4: larutan tidak
- Diaduk sampai rata berwarna
- Ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2 Sesudah :
0,3N - Sampel darah + H2O +
- Diaduk sampai rata Ba(OH)2 : larutan merah
- Ditambahkan 1,5 mL dan sedikit menggumpal
- Sampel darah + H2O +
ZnSO4.7H2O 5%
Ba(OH)2 + ZnSO4: larutan
- Diaduk sampai rata berwarna merah jambu agak
- Didiamkan 5 menit mengental
- Disentrifugasi 10 menit - Setelah disentrifugasi :
- didekantasi larutan tidak berwarna,
endapan merah
Filtrat bebas protein - Filtrat + biuret: larutan
berwarna biru
- Diambil secukupnya
- Dilakukan uji biuret

Larutan tidak berwarna


2. Penentuan kadar glukosa darah Sebelum : - Kadar normal glukosa Kadar glukosa darah dari
- Aquades : larutan tidak dalam darah adalah 70- sampel bareta :
1 mL filtrat bebas protein berwarna 90 mg/100ml. 72,58949881 mg/ mL
- Dimasukkan ke dalam tabung - Cu Alkalis : larutan - Glukosa + Cu2+ + OH-
berwarna biru asam gula campuran
reaksi
- Pereaksi arsenomolibdat : + Cu2O(s)
- Ditambahkan 1 mL pereaksi Cu larutan berwarna kuning - Cu2O(s) +
alkalis Sesudah : arsenomolibdat (Mo6+)
- Dimasukkan air mendidih 20 - Filtrat + Cu alkalis: + 4H+ 2Cu2+ +
menit larutan berwarna biru arsenomolibdat (Mo5+)
- Dimasukkan ke dalam air dingin - Setelah dipanaskan: larutan + H2O(l)
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi
berwarna biru pudar - Cu2+ + arsenomolibdyc
terdapat endapan putih acid oksida arseno
arsenomolibdat - Ditambah pereaksi arseno molybdenum oxide
- Diaduk sampai rata molibdat : biru (+)
- Dibaca absorbansinya dengan - Absorbansi : 0,721
spektrofotometer UV-Vis dengan
panjang gelombang 660nm
Absorbansi
3. Pembuatan kurva standar Sebelum : Semakin besar konsentrasi - Persamaan kurva
- Pereaksi Cu alkalis : maka absorbansinya standart yang diperoleh
larutan berwarna kuning semakin besar dan warna yaitu = 0,838 +
Larutan standar 0,3 mg/mL; 0,5 - Aquades : larutan tidak larutannya semakin pekat. 0,1127
mg/mL; 0,7 mg/mL; 0,9 mg/mL berwarna - Koefisien korelasi
- Larutan glukosa: larutan Cu2O(aq) + AsMo6+(aq) + sebesar R2= 0,994
tidak berwarna 4H+ 2Cu2+ + AsMo5+(aq) - Semakin pekat warna
- Diambil 1,0 mL
+ H2O(l) larutan maka
- Dimasukkan tabung reaksi konsentrasinya semakin
- Ditambahkan 1,0 mL besar dan absorbansinya
pereaksi Cu alkalis semakin besar pula.
- Dimasukkan air mendidih 20 Sesudah :
menit - Larutan glukosa + Cu
alkalis: larutan berwarna
- Dimasukkan ke dalam air
biru
dingin - Setelah dipanaskan: larutan
- Ditambahkan 1,0 mL berwarna jingga seperti
pereaksi arsenomolibdat jeruk
- Diaduk sampai rata - Setelah ditambahkan
- Dibaca absorbansinya arsenomolibdat
dengan spektrofotometer - Larutan standar 0,3 mg/ml
: biru (+)
UV-Vis dengan panjang
- Larutan standar 0,5 mg/ml
gelombang 660nm : biru (++)
- Larutan standar 0,7 mg/ml
Absorbansi : biru (+++)
- Larutan standar 0,9 mg/ml
: biru (++++)
- Absorbansi :
0,9 mg/ml : 0,878
0,7 mg/ml : 0,676
0,5 mg/ml : 0,545
0,3 mg/ml : 0,363
4. Larutan blanko Sebelum : - Absorbansi pada blanko - Warna larutan blanko
- Aquades: larutan tidak lebih kecil lebih pudar daripada
2,0 mL aquades
berwarna dibandingkan warna larutan standar
- Pereaksi Cu alkalis : absorbansi pada larutan karena absorbansi
- Dimasukkan ke dalam tabung larutan berwarna biru standart larutan blanko lebih
reaksi - Arsenomolibdat : larutan kecil daripada larutan
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi Cu berwarna kuning standar
alkalis Sesudah :
- Aquades + pereaksi Cu
- Dimasukkan air mendidih 20 alkalis : larutan berwarna
menit jingga seperti jeruk
- Dimasukkan ke dalam air dingin - Setelah dipanaskan :
- Ditambahkan 1,0 mL pereaksi larutan berwarna biru
arsenomolibdat - Ditambahkan
- Diaduk sampai rata arsenomolibdat : larutan
berwarna biru muda
- Dibaca absorbansinya dengan
(pudar)
spektrofotometer UV-Vis
dengan panjang gelombang 660
nm

Absorbansi
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data
Pada percobaan pertama, bertujuan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah.
Darah yang digunakan sebagai sampel, yaitu darah salah seorang anggota kelompok yang
diambil sebelum praktikum. Untuk percobaan pertama yaitu deprotonasi filtrat darah,
dilakukan pengambilan darah yang berwarna merah. Ditambahkan aquades yang
menghasilkan larutan yang merah jernih. Setelah ditambahkan 1,5 mL larutan Ba(OH)2 0,3
N larutan berwarna merah dan sedikit menggumpal. Ditambahkan larutan ZnSO4.7H2O 5%,
larutan berwarna merah jambu agak mengental. Larutan didiamkan 5 menit, dalam larutan
menjadi timbul endapan didasar tabung sentrifuge. Setelah larutan disentrifuge selama 15
menit, dalam dasar larutan terdapat endapan (+++) yang berwarna merah, sedangkan pada
bagian atas larutannya jernih. Setelah filtrat diuji dengan larutan biuret, larutan menjadi
berwarna bitu.
Untuk percobaan yang kedua yaitu penentuan kadar glukosa darah, sampel darah
diambil dan diuji dengan Cu alkalis yang menghasilkan warna larutan mnenjadi biru. Setelah
dilakukan pemanasan, maka larutan menjadi biru dan terdapat endapan putih. Saat larutan
kembali dingin, larutan ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat yang membuat larutan
menjadi berwarna biru (+). Lalu larutan diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektofotometer UV-Vis yang menghasilkan absorbansi sampel darah glukosa sebesar
0,721.
Untuk percobaan yang ketiga yaitu penentuan kurva standar. pada percobaan ini, larutan
sampel darah dimasukkan pada lima tabung reaksi yang berbeda dengan tabung pertama
berisi 1 mL glukosa dengan 0,3 mg/L; tabung kedua berisi 1 mL glukosa dengan 0,5 mg/L;
tabung ketiga berisi 1 mL glukosa dengan 0,7 mg/L ; tabung keempat berisi 1 mL glukosa
dengan 0,4mg/L; tabung kelima berisi 1 mL glukosa dengan 0,9 mg/L. Sampel darah yang
diletakkan pada kelima tabung reaksi, diuji dengan Cu alkalis yang menghasilkan warna
larutan mnenjadi biru(+). Setelah dilakukan pemanasan, maka larutan pada tabung reaksi
pertama berwarna biru (+); larutan pada tabung reaksi kedua berwarna biru (++); larutan
pada tabung reaksi ketiga berwarna biru (+++); larutan pada tabung reaksi keempat berwarna
biru (++++);larutan pada tabung reaksi kelima berwarna biru (+++++). Saat larutan kembali
dingin, larutan ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat yang membuat larutan menjadi
berubah biru yang semakin jernih. Lalu larutan diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektofotometer UV-Vis yang menghasilkan absorbansi larutan standar glukosa darah pada
kosentrasi 0,9 mg/ml : 0,878 ; 0,7 mg/ml : 0,676 ; 0,5 mg/ml : 0,545 ; 0,3 mg/ml : 0,363
Untuk percobaan keempat yaitu pembuatan larutan blanko. Pada percobaan ini,
dilakukan uji pada aquades yang ditambahkan dengan Cu alkalis yang menghasilkan warna
larutan mnenjadi biru(+). Setelah dilakukan pemanasan, maka larutan menjadi biru (++).
Saat larutan kembali dingin, larutan ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat yang
membuat larutan berwarna biru (--). Lalu larutan diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektofotometer UV-Vis.

2. Pembahasan
a. Deproteinasi filtrat darah
Pada percobaan penentuan kadar glukosa darah yang bertujuan untuk menentukan
kadar glukosa dalam darah. Darah yang digunakan sebagai sampel, yaitu darah salah
satu anggota kelompok yang diambil sebelum praktikum. Untuk percobaan pertama
yaitu deproteinasi filtrat darah, dilakukan pengambilan darah yang berwarna merah
kental. Sebelumnya dimasukkan aquades 1,9 mL yakni larutan tak berwarna kedalam
sentrifuge, lalu dimasukkan darah kurang lebih 3 tetes kira kira 0,1 mL kedalam
sentrifuge. Selanjutnya dicampur dengan baik sehingga menghasilkan larutan yang
berwarna merah. Penambahan aquades bertujuan untuk mengencerkan darah yang
digunakan sehingga albumin dalam darah akan terlarut oleh aquades. Albumin adalah
protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas dan biasanya
terdapat dalam serum darah. Setelah itu, ditambahkan 1,5 mL larutan Ba(OH)2 0,3 N
yakni larutan tak berwarna lalu diaduk hingga rata menghasilkan larutan berwarna
merah dan sedikit menggumpal. Larutan Ba(OH)2 tersebut berperan untuk
mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Ditambahkan larutan 1,5 mL
ZnSO4.7H2O 5% yakni larutan tak berwarna,menghasilkan larutan berwarna merah
jambu. Larutan didiamkan 5 menit, dalam larutan menjadi timbul endapan (+) didasar
tabung sentrifuge. Tujuan didiamkan ini agar terjadi endapan albumin secara
sempurna. Penambahan ZnSO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2. Setelah larutan disentrifuge selama 15
menit terdapat 2 fase, setelah didekantasi dalam filtrat darah yang bebas protein dasar
larutan terdapat endapan merah kecoklatan , sedangkan pada bagian atas larutannya
jernih tak berwarna. Dimana bagian yang tak berwarna merupakan albumin darah yang
merupakan filtrat darah bebas protein sedangkan bagian yang mengendap merupakan
filtrat darah yang tak tersentrifuge secara sempurna. Kemudian dilakukan dekantasi
pada larutan tersebut sehingga diperoleh filtrat darah bebas protein tak berwarna .
Setelah itu filtrat diuji dengan larutan biuret, larutan berwarna biru jernih. hal ini
menandakan filtrat tersebut bebas dari protein.
b. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Untuk percobaan yang kedua yaitu penentuan kadar glukosa darah, filtrat darah
bebas protein pada sampel 1 yakni larutan jernih tak berwarna diambil sebanyak 1,0
mL lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah dengan perekasi Cu alkalis
yakni larutan berwarna biru jernih sebanyak 1,0 mL yang menghasilkan warna larutan
menjadi biru muda jernih. Dimana penambahan Cu alkalis ini
berfungsi sebagai pereduksi glukosa dalam sampel tersebut, menurut persamaan
berikut Glukosa + Cu2+ + OH- asam gula campuran + Cu2O(s). Setelah itu,
dilakukan pemanasan selama 20 menit, maka terdapat endapan putih dengan larutan
berwarna biru (-), dimana pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh
Cu alkalis menghasilkan larutan biru (-) dan timbul endapan. Saat larutan kembali
didinginkan, larutan tetap berwarna biru (-) dan tetap terdapat endapan. Setelah itu
dikocok dan timbul larutan berwarna biru. Setelah itu, ditambahkan 1 mL reagen
arsenomolibdat yang membuat larutan menjadi berwarna biru, Cu2O(s) +
arsenomolibdat (Mo6+) + 4H+ 2Cu2+ + arsenomolibdat (Mo5+).
Pada penambahan Cu alkalis terbentuk larutan berwarna biru ketika
ditambahkan pereaksi arsenomolibdat, karena larutan mengandung asam laktat dan
ion Cu2+.. Hal ini sesuai dengan prinsip uji Tauber yang akan memberikan
hasil positif (larutan biru) pada larutan yang mengandung monosakarida (glukosa). Ion
kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai
Cu2O (kuprooksida). Penambahan pereaksi arsenomolibdat tersebut bertujuan agar
Cu2O dapat larut kembali dan warna larutan berubah menjadi biru tersebut
karena adanya oksidasi arsenomolibdat. Lalu larutan diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Uji glukosa darah pada praktikum ini
menggunakan metode spektofotometri. Spektrometer absorbsi adalah sebuah
instrumen untuk mengukur absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang
gelombang) tertentu oleh suatu atom/molekul. Dalam praktikum ini pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang pada panjang gelombang 660 nm, karena warna
biru memiliki rentang panjang gelombang pada 610-750 nm. Kemudian menghasilkan
absorbansi sebesar 0,721 sehingga menurut perhitungan (terlampir) didapat kadar
glukosa darah dari sampel bareta : 72,58949881 mg/ mL. Pada standart kandungan
glukosa dalam darah dengan kadar tersebut masih dibilang normal, karena dari segi
kedokteran masih memasuki rentang kadar normal glukosa dalam darah yaitu sebessar
70-90 mg/100ml.
c. Pembuatan Kurva Standar
Untuk percobaan yang ketiga yaitu penentuan kurva standar bertujuan untuk
membuat kurva standar dan akan diperoleh kurva yang memiliki persamaan regresi
yang digunakan sebagai penentuan kadar glukosa darah dalam percobaan kedua. Pada
percobaan ini, larutan glukosa yakni larutan tak berwarna dengan 4 konsentrasi yang
berbeda yaitu tabung pertama berisi larutan glukosa dengan konsentrasi 0,3 mg/mL,
tabung kedua berisi larutan glukosa dengan konsentrasi 0,5 mg/mL, tabung ketiga
berisi larutan glukosa dengan konsentrasi 0,7 mg/mL, dan tabung keempat berisi
larutan glukosa dengan konsentrasi 0,9 mg/mL yang dibuat berdasarkan dengan rumus
pengenceran:
M1 x V1 = M2 x V2.
Selanjutnya, masing-masing ditambah 1,0 mL perekasi Cu alkalis menghasilkan
larutan berwarna biru muda jernih untuk semua larutan glukosa yang berada di empat
tabung reaksi yang berbeda. Penambahan Cu Alkalis mengakibatkan ion kupri (Cu+)
akan direduksi oleh glukosa menjadikupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O
(kuprooksida). Lalu, dimasukkan kedalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan
ini bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh Cu alkalis. Untuk tabung pertama
dihasilkan larutan berwarna kuning keruh, untuk tabung kedua dihasilkan larutan
berwarna kuning (+) keruh, untuk tabung ketiga dihasilkan larutan berwarna kuning
(++) keruh, dan untuk tabung keempat dihasilkan larutan berwarna kuning(+++)
keruh. Setelah 20 menit berkhir, dimasukkan keempat tabung kedalam air dingin
sehingga larutan yang dihasilkan masih tetap sama ketika keempat tabung dipanaskan.
Selanjutnya, setelah benar-benar dingin keempat tabung tersebut ditambah dengan
pereaksi arsenomolidat yakni larutan tak berwarna sebanyak 1,0 mL dan diaduk
sampai merata. Untuk tabung pertama dengan konsentrasi larutan glukosa 0,3 mg/mL
menghasilkan larutan berwarna biru, untuk tabung kedua dengan konsentrasi 0,5
mg/mL menghasilkan larutan berwarna biru (+), untuk tabung ketiga dengan
konsentrasi 0,7 mg/mL menghasilkan larutan berwarna biru (++), dan untuk tabung
keempat menghasilkan larutan berwarna biru (+++). Penambahkan pereaksi
arsenomolibdat bertujuan agar Cu2O melarut lagi dan warna larutan akan berubah
menjadi biru yang disebabkan oleh adanya oksidasi. Lalu larutan diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektoofotometer UV-Vis yang menghasilkan absorbansi
larutan standar glukosa darah masing-masing tabung dengan kosentrasi 0,9 mg/ml :
0,878 ; 0,7 mg/ml : 0,676 ; 0,5 mg/ml : 0,545 ; 0,3 mg/ml : 0,363. Berdasarkan
absorbansi yang didapat pada masing-masing larutan standart, dapat diperoleh kurva
kalibrasi sebagai berikut:
Hasil UV -VIS

No Larutan Konsentrasi Absorbansi


1 Larutan standart 1 0,9 mg/ mL 0,878
2 Larutan standart 2 0,7 mg/ mL 0,676
3 Larutan standart 3 0,5 mg/ mL 0,545
4 Larutan standart 4 0,3 mg/ mL 0,363

Kurva Larutan Standart Glukosa


1
0,9 y = 0,838x + 0,1127
0,8 R = 0,994
0,7
Absorbansi

0,6
0,5 Kurva Larutan Standart
Glukosa
0,4
0,3 Linear (Kurva Larutan
0,2 Standart Glukosa)
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Konsentrasi

Persamaan kurva standart yang diperoleh yaitu = 0,838 + 0,112 dengan koefisien
korelasi sebesar R2= 0,994. Semakin pekat warna larutan maka konsentrasinya
semakin besar dan absorbansinya semakin besar pula.

d. Larutan Blanko
Untuk percobaan keempat yaitu pembuatan larutan blanko. Pembuatan Larutan
blanko dibuat sebagai larutan standar dimana dari larutan blanko ini dapat diperoleh
nilai absorbansi yang sebenarnya tanpa ada partikel lain didalam larutan tersebut. Pada
percobaan ini, dilakukan uji pada aquades yakni larutan tak berwarna yang
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan Cu alkalis (biru jernih)
1,0 mL yang menghasilkan warna larutan menjadi biru jernih. Setelah itu dimasukkan
ke dalam air mendidih selama 20 menit untuk selanjutnya didinginkan menghasilkan
larutan berwarna kuning tua (-), setelah itu dikocok timbul warna kuning. Setelah itu,
larutan ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat yang membuat larutan menjadi
berubah menjadi warna biru. dimana pemanasan bertujuan untuk menambah laju
reaksi oleh Cu alkalis, lalu larutan didinginkan. Pada penambahan Cu alkalis terbentuk
larutan berwarna biru jernih ketika ditambahkan pereaksi arsenomolibdat, karena
larutan mengandung asam laktat dan ion Cu2+. Hal ini sesuai dengan prinsip uji Tauber
yang akan memberikan hasil positif (larutan biru) pada larutan
yang mengandung monosakarida (glukosa). Ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula
menjadi kupro (Cu2+)dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Penambahan
pereaksi arsenomolibdat tersebut bertujuan agar Cu2O dapat larut kembali dan warna
larutan berubah menjadi biru tersebut karena adanya oksidasi arsenomolibdat. Lalu
larutan diukur absorbansinya dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis. Dan
menghasilkan absorbansi sebesar 0

X. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Filtrat darah yang digunakan dalam sampel telah bebas dari protein yang ditandai oleh
pengujian biuret menghasilkan warna larutan yang berwarna biru jernih.
2. Kadar sampel filtrat darah bareta bebas protein dihasilkan sebesar : 72,58949881 mg/
mL dengan absorbansi sebesar 0,721. Sehingga dapat dikatakan kadar glukosa dalam
darah bareta normal.
3. Absorbansi larutan standar glukosa darah masing-masing tabung dengan kosentrasi 0,9
mg/ml : 0,878 ; 0,7 mg/ml : 0,676 ; 0,5 mg/ml : 0,545 ; 0,3 mg/ml : 0,363. Dengan
pembuatan kurva larutan standar menghasilkan persamaan regresi :
yaitu = 0,838 + 0,112 dengan koefisien korelasi sebesar R2= 0,994, sehingga
diperoleh grafik yang linier
4. Larutan blanko dihasilkan nilai absorbansi lebih kecil dari larutan standart, sehingga
dapat digunakan sebagai titik 0 untuk nilai absorbansi.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Beck, Mary.E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet, Hubungannya dengan Penyakit Penyakit
Perawatan dan Dokter. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Dawn B, Marks. 2000. Dasar Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Dalam : Biokimia
Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC
Ganong, WF. 1994. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC
Girindra A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor : IPB
Murray, RK. 2003. Harpers Biochemistry. Edisi ke 25. Karolina SK, penerjemah. Jakarta
: EGC
Syabatini, Annisa. 2010. Analisa Campuran Dua komponen Tanpa Pemisahan dengan
Spektofotometer. Pontianak : UNLAM Press
XII. JAWABAN PERTANYAAN
1. Grafik hasil kadar glukosa + perhitungan
Hasil UV -VIS

No Larutan Konsentrasi Absorbansi


1 Larutan standart 1 0,9 mg/ mL 0,878
2 Larutan standart 2 0,7 mg/ mL 0,676
3 Larutan standart 3 0,5 mg/ mL 0,545
4 Larutan standart 4 0,3 mg/ mL 0,363

Kurva Larutan Standart Glukosa


1
0,9 y = 0,838x + 0,1127
0,8 R = 0,994
0,7
Absorbansi

0,6
0,5 Kurva Larutan Standart
0,4 Glukosa
0,3 Linear (Kurva Larutan
0,2 Standart Glukosa)
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Konsentrasi

Penentuan glukosa darah

No. Sampel darah Konsenrasi Absorbansi Kadar glukosa


1. Bareta 72,58949881
0,726 0,721
mg/dL

Dari persamaan di atas maka kadar glukosa dapat dihitung sebagai berikut:
= 0,838 + 0,1127
Kadar glukosa darah pada sampel adalah :
= 0,838 + 0,1127
0,721 = 0,838 + 0,1127
0,6083 = 0,838

= 0,725894988 = 72,58949881
100
2. Proses pendidihan berfungsi untuk mempercepat laju reaksi oleh pereaksi Cu alkalis
yang berfungsi untuk melepas ikatan siklik dari glukosa sehingga gugus aldehid dari
glukosa dapat mereduksi ion kupri (Cu2+) di dalam larutan kupritartrat menjadi ion
kupro (Cu+) dalam suasana basa.
H2O H
O
C + 5OH- + 2CU2+
H (sitrat)

O
C + Cu2O
O-
(endapanmerahbata)

3. Insulin adalah hormon yang bersifat anabolik yang mendorong penyimpanan glukosa
sebagai glikogen di hati dan otot, perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di hati dan
penyimpanannya di jaringan adiposa serta penyerapan asam amino dan sintesis protein
di otot rangka. Insulin meningkatkan sintesis albumin dan protein darah lainnya oleh
hati dan meningkatkan penggunaan glukosa sebagai bahan bakar dengan merangsang
transpor glukosa ke dalam otot dan jaringan adiposa. Insulin juga bekerja menghambat
mobilisasi bahan bakar. Pelepasan insulin ditentukan terutama oleh kadar glukosa darah,
terjadi dalam beberapa menit seteah pankreas terpajan oleh kadar glukosa yang tinggi.
Ambang untuk pelepasan insulin adalah sekitar 80 mg/mL. Kadar tertinggi insulin
terjadi sekitar 30 45 menit setelah makan makanan tinggi karbohidrat. Kadar insuin
kembali ke tingkat basal seiring dengan penurunan kadar glukosa darah, sekitar 120
menit selepas makan. Insulin disintesis oleh sel pada pankreas endokrin yang terdiri
dari kelompok mikroskopis kelenjar kecil, atau pulau Langerhans, tersebar di seluruh
pankreas eksokrin. Perangsangan insulin oleh glukosa menyebabkan eksositosis vesikel
penyimpanan insulin, suatu proses yang bergantung pada ion K+, ATP dan ion Ca2+.
Fosforilasi glukosa dan metabolisme selanjutnya mencetuskan pelepasan insulin
melalui suatu mobilisasi Ca2+ intrasel. Pulau pankreas diersarafi oleh sistem autonom,
termasuk cabang nervus vagus, yang membantu mengkoordinasi pelepasan insulin
dengan tindakan makan. Hasil kerja insuin adalah insulin melawan fosforilasi yang
dirangsang oleh glukagon, insulin bekerja melalui jenjang fosforilasi yang merangsang
fosforilasi beberapa enzim, insulin menginduksi dan menekan sintesis enzim spesifik,
insulin bekerja sebagai faktor pertumbuhan dan memiliki efek perangsangan umum
terhadap sintesis protein, dan insulin merangsang transpor glukosa dan asam amino ke
dalam sel.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
KADAR GLUKOSA DARAH
1. Pengenceran larutan standar
a. Pengenceran 0,9 mg/ mL
1 . 1 = 2 . 2

2 1 = 0,9 25

22,5
1 = = 11,25
2 /
b. Pengenceran 0,7 mg/ mL
1 . 1 = 2 . 2

0,9 1 = 0,7 25

17,5
1 = = 19,44
0,9 /

c. Pengenceran 0,5 mg/ mL


1 . 1 = 2 . 2

0,7 1 = 0,5 25

12,5
1 = = 17,85
0,7 /

d. Pengenceran 0,3 mg/ mL


1 . 1 = 2 . 2

0,5 1 = 0,3 25

7,5
1 = = 15
0,5 /

Hasil UV -VIS

No Larutan Konsentrasi Absorbansi


1 Larutan standart 1 0,9 mg/ mL 0,878
2 Larutan standart 2 0,7 mg/ mL 0,676
3 Larutan standart 3 0,5 mg/ mL 0,545
4 Larutan standart 4 0,3 mg/ mL 0,363
Kurva Larutan Standart Glukosa
1
0,9 y = 0,838x + 0,1127
R = 0,994
0,8
0,7
Absorbansi

0,6
0,5 Kurva Larutan Standart Glukosa

0,4
Linear (Kurva Larutan Standart
0,3 Glukosa)
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Konsentrasi

2. Penentuan glukosa darah

No. Sampel darah Konsenrasi Absorbansi Kadar glukosa


1. Bareta 72,58949881
0,726 0,721
mg/dL

Dari persamaan di atas maka kadar glukosa dapat dihitung sebagai berikut:
= 0,838 + 0,1127
Kadar glukosa darah pada sampel adalah :
= 0,838 + 0,1127
0,721 = 0,838 + 0,1127
0,6083 = 0,838

= 0,725894988 = 72,58949881
100
LAMPIRAN DOKUMENTASI

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH

No. Keterangan Foto


1 Sampel darah oxalated
berwarna merah pekat

2 Sampel darah + Ba(OH)2


+ ZnSO4 . 7H2O
berwarna merah

3 Larutan sampel di
sentrifuge selama 15
menit dengan kecepatan
3500

4 Filtrat hasil dekantasi


larutan tidak berwarna
5 Filtrat + uji biuret
berwarna biru yang
menandakan tidak ada
protein yang terlarut

6 Filtrat + pereaksi Cu
alkalis berwarna biru
jernih dan dipanaskan

7 Filtrat didinginkan

8 Ditambah pereaksi
arsenomolibdat larutan
berwarna biru (+)

9 Larutan standar
dipanaskan berwarna
kuning tua dan keruh

10 Larutan standar
ditambah pereaksi
arseno molibdat
berwarna biru (+++)

Anda mungkin juga menyukai