593 tayangan
diinformasikan 23 Nov 2015 dalam SHARING
PENGALAMAN oleh sasongko
Kejadian ini dialami oleh kakak pacar saya sekitar
2bulan yang lalu. Beliau, sebut saja mas Teddy,
berniat menjual rumahnya di daerah Srengseng.
Karena ingin lebih banyak menjaring pembeli,
maka beliau memasang iklan penjualan rumahnya
di beberapa media pengiklanan, seperti internet,
harian Pos Kota dan Kompas.
BLASS..
2,640 tayangan
Temans. Mari kita berbagi pengalaman tidak harus yang indah indah kadang pengalaman buruk bisa
menjadi pelajaran yang lain supaya tidak mengalami hal serupa.
Berawal dari iklan koran lokal yang menawarkan sebuah lokasi di di kawasan sleman
yogyakarta. Jika di lihat secara sepintas tanah tersebut jauh di bawah harga pasaran. Cuma 900 ribu
semeter di bandingkan dengan harga pasaran di 1.5 juta sampai 2.5 juta semeter. Padahal luas tanah
cukup sepetak rumah, ini benar benar langka hanya orang yang lagi butuh duit darurat yang mau
banting harga mirip orang kesetanan.
Tergoda dengan barang murah ku pacu kuda besi menuju lokasi. Walaupun lokasi mblusuk gak
karuan barang murah wajib di buru sampai ujung dunia. Setelah satu jam pencarian akhirnya ketemu
dengan sang makelar yang mengaku pemilik kuasa jual tanah sambil menunjukan fotocopy sertifikat
SHM Pekarangan sekaligus IMB sudah siap bangun. Eidan tanah murah murah surat lengkap plus
IMB pula kok iso ?
Trus lebih hebatnya lagi selain sudah murah, boleh di nego harganya dan pembayaran bisa di cicil 3
bulan. Gendeng bin gila penjuale kerasukan jin apa ini apa ini kok bisa gampang banget
pembayaranya.
Nah kecurigaanya dimulai ketika penjual ngotot minta DP di lokasi saat itu juga dengan alasan biar
tidak di ambil orang lain. Ketika aku tanyakan bukti penerimaan uang penjual memberikan kwitansi
yang di tanda tangani sendiri.
Weits kok gitu ya harusnya kan di saksikan notaris tapi dianya tidak mau. Akal sehatku kabur entah
kemana mataku buta melihat barang murah takut di ambil orang lain. Akhirnya uang di dompet aku
rampok habis ku persembahkan kepada penjual sebagai tanda jadi, tidak banyak sih tapi cukup
menusuk hati ha ha ha
Di janjikan hari berikutnya ke notaris untuk pelunasan dan balik nama, aku pulang dengan hati riang
berhasil mendapatkan tanah murah dengan bukti selembar kuitansi. Dan bayang bayang keuntungan
besar menghantui kepala..
Hanya saja hati nurani kok gak sreg ya. Apalagi si penjual terus terusan meneror via sms minta
ditambah uang tanda jadi. Karena ada pembeli lain yang siap bayar lebih tinggi dan akan
mengembalikan DP ku kalo gak di tambahi. setan bener penjualnya tentu saja aku menolak.
Dan pada hari sesuai janjian bertemu di depan notaris. Hidung penjual tidak muncul dan hape di
telpon puluhan kali di matikan. Alias kabur entah kemana. Asem tenan aku tertipu bin kapusan uang
DP melayang entah kemana.
Ku coba melacak pemilik asli tanah yang aku beli tadi. Eh ternyata namanya berbeda dengan nama
tertera fotocopy sertifikat yang di tujukan penjual. Huasyuu jebule main rekayasa gambar
photoshop. Niat banget penjuale menipu, skenarionya sempurna lebh sempurna dari sutradara
sinetron.
Saking dongkolnya bukti kuitansi aku pigura di pasang di rumah sambil ku beri judul, kuitansi
termahal yang pernah kubeli.
1,710 tayangan
Bernadus memiliki teman bernama Tallong, kebetulan pria paruh baya ini menetap pada
rumah yang berdampingan dengan tanah korban. dan secara kebetulan juga, ternyata si
pembeli tanah tersebut adalah sepupu dari Tallong yang bernama Hj. Mindah, sehingga
terjadilah kesepakatan antara korban, Tallong, Istri Tallong, dan Bernadus, mengenai jual beli
ini. Hj. Mindah sendiri secara fisik tidak pernah hadir dalam pertemuan, hanya terjadi
koordinasi segitiga via telepon antara korban dan Bernadus.
beberapa hari kemudian datanglah utusan ke rumah korban yakni Bernadus, yang membawa
uang tunai 5 juta rupiah sebagai tanda jadi bahwa Hj. Mindah jadi membeli tanah korban hari
itu juga dengan catatan korban sudi kiranya meminjamkan sertifikat tanah miliknya dengan
alasan untuk diteliti Hj. Mindah, tanda jadi tersebut tidak termasuk dalam nilai 60 juta rupiah.
Korban pun percaya, akhirnya meminjamkan sertifikat tersebut. hari demi hari berlalu,
minggu demi minggu berganti, hingga bulan demi bulan terlewati, janji tinggal janji, setiap
korban menghubungi Hj.Mindah, berbagai alasan dijadikan sebagai tameng, seperti dirinya
kerampokan, tertipu, usahanya pailit, menunggu juga pembeli tanahnya yang lain. dan
berbagai alasan lainnya. akhirnya korbanpun berinisiatif utk mengiklankan di koran bahwa
sertifikat tanahnya hilang, utk membatalkan keabsahan sertifikat tanah yang diambil
Hj.Mindah.
Tak disangka November 2012, pihak Bank CNB datang ke rumah korban untuk
mengklarifikasi letak tanah milik korban, dan ternyata sertifikat tsb telah berganti nama
menjadi Hermawan, Pihak Bank tsb. ternyata juga tertipu oleh Hermawan yang memberi
Denah Palsu kepada Pihak Bank untuk mengambil kredit.
Akhirnya persoalan ini diselesaikan di rana hukum oleh pihak kepolisian. Hermawan
dibekuk, Hj. Mindah DPO, dan Bernadus mengganti kerugian kepada korban karena
dirinyalah yang pertama kali mengambil Sertifikat Tanah tersebut dari tangan korban.
Pesan saya, berhati-hatilah dalam bertransaksi Jual Beli tanah, jangan tergiur oleh panjar. dan
jangan pernah serahkan sertifikat jika :
Salah satu modus penipuan adalah ia menelpon Anda dengan pura-pura sangat berminat mau beli
tanah yang Anda jual. Namun ujung-ujungnya Anda diperdaya oleh mereka.
Berita dibawah ini meskipun sudah lewat, barangkali bisa membuat Anda lebih hati-hati agar
selamat dari penipuan.
Hari Minggu, 20 Juli 2008, kakak saya yang mengiklankan sebidang tanah di Solo di koran tertipu
oleh calon pembeli yang menghubunginya melalui telepon. Modusnya, calon pembeli menghubungi
melalui nomor telepon seluler dan menawar dengan harga yang sangat mendekati harga penawaran
yang dicantumkan di koran.
Setelah transaksi disetujui, calon pembeli yang bersuara seperti orang sangat lugu dan berada di luar
kota mengatakan akan mentransfer uang tanda jadi sebesar Rp 10 juta pada sore hari itu karena
sangat ingin membeli tanah dan takut didahului oleh pembeli lain.
Penjual gembira dan menjadi tidak waspada atas calon pembeli yang tidak jelas identitasnya dan
belum pernah melihat lokasi tanah dimaksud.
Pada sore harinya pembeli penipu mengatakan telah mentransfer ke rekening kakak sebesar Rp 10
juta dan ingin agar segera dicek, apakah sudah diterima. Ternyata di rekening kakak belum ada. Lalu
dengan membuat teleconference antara kakak, calon pembeli, dan layanan nasabah bank terkenal
gadungan yang bersuara seperti petugas asli mengatakan bahwa dana Rp 10 juta tetap bisa diterima
dengan kerja sama penerima, yaitu kakak. Tanpa sadar kakak saya dengan dipandu oleh layanan
nasabah bank gadungan dan bujukan calon pembeli penipu malah mentransfer sebesar Rp 5 juta
melalui ATM ke rekening yang dituntun layanan nasabah bank gadungan.
Hati-hati dengan pembeli yang langsung setuju atas transaksi tanah yang bernilai ratusan jutaan
rupiah, teleconference dengan petugas bank gadungan dan memencet menu transfer di ATM.