Anda di halaman 1dari 37

61

BAB V

STUDI INKLUSI FLUIDA MINERAL KUARSA PERMUKAAN

Studi inklusi fluida dilakukan pada daerah Tanoyan Kabupaten Bolaang

Mongondow Propinsi Sulawesi Utara lahan dari PT Avocet Bolaang Mongondow,

pengambilan sampel untuk studi analisa inklusi fluida sampel dilakukan pada

mineral kuarsa permukaan di setiap zona alterasi pada daerah Lingobungon

daerah Sondana, daerah Rape (Gambar 5.1)

Bentuk cebakan endapan mineral pada daerah penelitian merupakan

bentuk cebakan hidrotermal yang mengisi rongga (cavity filing) dimana dalam

proses pembentukan cebakan ini terjadi dalam dua proses yaitu pembentukan

rongga dan pengisian larutan mineral, pengisian rongga tersebut pada umumnya

terisi oleh mineral kuarsa permukaan dan selalu hadir di setaip zona ubahan pada

daerah penelitian.

Dasar pengambilan sampel inklusi fluida didasari pada bentuk cebakan

hidrotermal urat kuarsa permukaan, hal ini disebabkan karena kuarsa merupakan

jenis silika yang paling stabil dalam suatu sistem hidrotermal dimana ketika fluida

naik menuju permukaan dan suhu mengalami penurunan, silika mengendap

langsung sebagai kuarsa pada bukaan bukaan batuan, secara teori Inklusi fluida

adalah inklusi yang terperangkap sebagai zat cair yang sebagian besar masih

dalam bentuk cairan pada suhu permukaan, inklusi ini terbentuk bersamaan

dengan mineral yang memperangkapnya, sehingga karakteristik fisik/kimia dari

larutan pembawa mineral tersebut akan mempunyai kemiripan dengan larutan


62

yang terperangkap sebagai inklusi fluida, dan dapat disimpulkan bahwa

karakteristik dari inklusi fluida akan sama dengan karakteristik mineral induk atau

host mineral.

5.1 Zona Ubahan Daerah Tanoyan

Pembagian zona Ubahan hidrotermal didasarkan atas karakteristik

mineral ubahan dan penyebaran mineral ubahan pada daerah penelitian

Zona ubahan daerah penelitian terdiri dari zona argilik dan zona

propilitik, dimana zona ubahan hidrotermal daerah penelitian terdapat pada satuan

batuan tufa dan tufa lapili.

Berdasarkan data lapangan ubahan hidrotermal dan mineralisasi

mempunyai sistem vein yang dengan arah pelurusan vein utara - selatan dan

tersebar pada daerah Talong, Sondana dan Rape, data - data tersebut merupakan

penciri dari sistem vein epitermal sulfida rendah,

Komposisi dari vein yang terdapat pada zona ubahan hidrotermal daerah

penelitian yaitu mempunyai karakteristik mineralisasi dengan adanya kelompok

mineral silika seperti kuarsa, kalsedon, adularia, kelompok mineral oksida berupa

hematit dan mangan, serta kelompok mineral sulfida berupa pirit dan kalkopirit.

dengan ketebalan rata rata (2 cm 4 m),

Tekstur khusus pada zona ubahan dan mineralisasi hidrotermal daerah

penelitian pada umumnya terdapat pada mineral kuarsa permukaan berupa

cockade, coloform banded, crustyform dan comb, tekstur tekstur khusus ini

mengindentifikasikan bentuk cebakan hidrotermal yang mengikuti bentuk rekahan

yang diisi oleh larutan hidrotermal.


63

5.1.1 Zona Ubahan Argilik

Zona argilik terbentuk akibat dari pendidihan dimana terjadi

percampuran antara air tanah dan fluida hidrotermal yang kemudian menghasilkan

kondensassi gas gas yang dapat mengubah fluida hidrotermal menjadi asam,

memasuki air meteorik yang lebih dingin dan kemudian teroksidasi serta

menyebabkan terbentuknya ubahan hidrotermal dengan dominan mineral lempung

sebagai penyusun ubahan zona ini,

Penyebaran zona argilik mempunyai luasan atau diameter yang relatif

kecil 5 6 m, zona ini terdapat pada daerah Talong, Sondana, dan Rape

Kenampakan ciri fisik zona argilik yaitu mempunyai warna kuning

sampai abu abu terang, dengan komposisi dari mineral ubahan lempung, illit,

kaolin, serisit dan kuarsa, tekstur khusus pada zona ini pada umumnya terbentuk

pada vein vein kuarsa baik yang berukuran veinlets (2 10 mm) maupun vein (>

10 mm), dengan tipe vein berupa bentuk pararel satu arah atau sheeted yang

tersebar pada daerah Rape dan vein yang berbentuk yang saling memotong atau

stockwork pada daerah Sondana dan Talong, (Foto 5.2).

Karakteristik mineralisasi pada zona argilik yaitu adanya penyebaran

kelompok mineral sulfida seperti pirit dan kalkopirit, kelompok mineral oksida

seperti hematit dan mangan, yang berasosiasi dengan kelompok mineral silika

seperti kuarsa dan kalsedon.

Keterdapatan kelompok kelompok mineralisasi zona ubahan argilik

pada umumnya terdapat pada bagian urat urat kuarsa di zona arglik yang

tersebar (dissiminated) yang menginditifikasikan dari proses diferensiasi dan


64

kristalisasi, penyebaran kelompok mineralisasi berlimpah pada bagia urat - urat

kuarsa dan semakin menipis pada zona argilik, kelompok mineralisasi yang

tersebar pada umumnya kelompok mineral sulfida seperti pirit, kalkopirit dan

sphalerit (Foto 5.1.c) yang berasosiasi dengan mineral mineral silika seperti

kuarsa, kalsedon dan adularia, (Foto 5.1).

Kenampakan tekstur khusus pada umumnya terdapat pada urat - urat

kuarsa, tekstur teksur khas yang terdapat pada urat urat kuarsa tersebut adalah

comb/ dogtheet, crustyform, colloform banded, yang mencirikan pengisian

rekahan hidrotermal dan bladed texture yang mencirikan tekstur pergantian atau

replacement texture (Foto 5.3).

Tekstur comb/ dogtheet mempunyai ciri fisik bentuk atau morfologinya

yang menyerupai sisir atau gigi anjing, tekstur ini terbentuk akibat adanya

pengisian celah celah oleh larutan larutan magma yang selanjutnya

mengakibatkan pembentukan mineral sepanjang dinding bagian dalam rekahan

yang selanjutnya kristal kristal ini tumbuh kebagian tengah dari rekahan, tekstur

khas ini pada umumnya tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya

mineralisasi dan merupakan penciri zona mineralisasi pada daerah Rape dan

Sondana dan Talong (Foto 5.1.c), crustyform yang terbentuk akibat dari pengisian

rekahan dimana proses pembekuan mineral mineral secara bertahap dan

sempurna sehingga menutupi rekahan yang ada, pada umumnya bentuk atau

morfologi tekstur ini mempunyai bentuk yang bercabang, tekstur ini pada

umumnya tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi dan

merupakan penciri zona mineralisasi pada daerah Rape dan Sondana (Foto 5.1.a),
65

colloform banded merupakan tekstur yang memperlihatkan adanya kesan

perlapisan pada tubuh bijih yang bersifat homogen, terjadi akibat adanya

pengisian rekahan oleh larutan magma dimana terjadi suatu proses pembekuan,

dan pengkristalan mineral mineral secara bertahap, tekstur ini juga biasa berupa

perpanjangan dari tekstur comb dimana pertumbuhan mineral terjadi secara

sempurna sehingga menutupi rekahan yang ada, tekstur ini pada umumnya

tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi dan merupakan

penciri zona mineralisasi pada daerah Rape dan Sondana (Foto 5.1.b), bladed

texture merupakan tekstur pergantian atau replacement yang mempunyai

kenampakan fisik yang saling silang - menyilang dan tak teratur pada bagian

urat urat kuarsa, tekstur ini mencirikan ubahan hidrotermal yang terbentuk pada

zona pendidihan atau boilling zone tipe endapan epitermal, pada umumnya

tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi pada daerah Rape

(Foto 5.3).

(a) (b) (c) (d)

Foto 5.1 kelompok mineralisasi dan tekstur zona ubahan argilik


66

Foto 5.2 Satuan batuan tufa yang telah mengalami ubahan hidrotermal, dengan
dicirikan oleh mineral mineral lempung, illit dan kaolin serta serisit
diambil pada daerah Rape Sondana, dengan kenampakan veinlets (2 1
mm) dan mempunyai bentuk veinlets yang saling potong memotong atau
Stockwork dan bentuk pararel satu arah atau sheeted

Foto 5.3 Kenampakan bladed texture (X) penciri zona pendidihan atau boilling zone
pada system endapan epitermal, yang dimbil pada vein zona mineralisasi
rape daerah rape jalur 7
67

5.1.2 Zona Ubahan Propilitik

Secara teoritis zona propilitik merupakan zona yang berkembang pada

bagia luar zona ubahan, zona ubahan ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H

dan C02.

Zona ini tersebar luas pada daerah penelitian, persentase luasan dari zona

propilitik adalah 70% dari seluruh luasan zona ubahan lainnya, zona ini tersebar

pada daerah Lingkobungon, daerah Sondana, daerah Rape dan daerah Talong

Kenampakan fisik dari zona ini yaitu berwarna hijau terang sampai gelap,

dengan komposisi mineral ubahan klorit, epidot dan karbonat (Foto 5.4). Tekstur

khusus pada zona ini pada umumnya terbentuk pada bagian vein vein kuarsa

baik yang berukuran veinlets (2 10 mm) maupun vein (> 10 mm), dengan tipe

vein berupa bentuk pararel satu arah atau sheeted yang tersebar pada daerah

sungai tanoyan tengah dan vein yang hanya bejumlah satu vein saja atau single

vein kenampakan ini terdapat pada daerah lingkobungon dan Rape

Mineralisasi pada zona hanya ditandai dengan penyebaran mineral pirit

dan hematit, yang umumnya terdapat pada bagian urat urat kuarsa yang tersebar

(dissiminated) yang menginditifikasikan dari proses diferensiasi dan kristalisasi,

penyebaran kelompok mineralisasi berlimpah pada vein vein kuarsa dan

semakin menipis pada zona ubahan propilitik.

Tekstur khusus mineralisasi pada zona ini umumnya terdapat pada urat

urat kuarsa permukaan yang berukuran veinlets (2 10 mm) maupun vein (> 10

mm), dengan tipe vein berupa bentuk pararel satu arah atau sheeted dan vein atau

urat tunggal (single vein)


68

Tekstur khusus mineralisasi pada urat kuarsa ini berupa cockade dan

comb/dogtheet yang merupakan penciri pengisian rekahan hidrotermal

Tekstur cockade yang mempunyai karakteristik kenampakan mineral

yang membungkus mineral lainnya, tekstur ini terbentuk akibat dari pengisian

rekahan atau open space, pada umumnya tersebar pada bagian urat urat kuarsa

yang kaya mineralisasi dan merupakan penciri zona mineralisasi pada daerah

Talong, Sondana (Foto 5.5). Tekstur comb/dogtheet yang mempunyai bentuk

atau morfologinya menyerupai sisir, terbentuk akibat adanya pengisian celah

celah oleh larutan larutan magma yang selanjutnya mengakibatkan pembentukan

mineral sepanjang dinding bagian dalam rekahan yang selanjutnya kristal kristal

ini tumbuh kebagian tengah dari rekahan, pada umumnya tersebar pada bagian

urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi dan merupakan penciri zona mineralisasi

pada daerah Talong, Sondana dan Rape, (Foto 5.5)

Foto 5.4 Satuan batuan tufa yang telah mengalami proses ubahan hidrotermal,
dengan dicirikan oleh mineral mineral hijau seperti klorit, epidot, dan
karbonat
69

Foto 5.5 mineralisasi berupa kelompok silika dan sulfida yang memperlihatkan
tekstur khas cockade dan comb texture, yang diambil pada vein kuarsa di
zona propililitik daerah Sungai Tanoyan Tengah dengan kedudukan N
3500 / 450

5.2 Studi Inklusi Fluida

Studi inklusi fluida dilakukan pada zona ubahan argilik dengan

komposisi dari mineral ubahan lempung, illit, kaolin, serisit dan kuarsa dan

sedikit pirit, dan zona propilitik dengan komposisi mineral klorit, epidot,

karbonat.

Pengambilan sampel studi inklusi fluida difokuskan pada mineral kuarsa

permukaan karena kuarsa permukaan merupakan perangkap yang baik untuk

fluida hidrotermal.

Pengambilan sampel inklusi fluida pada mineral kuarsa permukaaan

dipilih pada vein vein kuarsa yang memperlihatkan tekstur tekstur khusus

seperti cockade, comb, crustyform, colloform banded dan dogtheet. (Foto 5.6)
70

Indentifikasi inklusi fluida dilakukan terhadap tiga conto sayatan polesan

2 muka (double poleshed section), yang diambil pada vein vein kuarsa

permukaan dalam zona argilik dan dikhusukan pada tekstur tekstur khas kuarsa

permukaan.

Adapun indentifikasi inklusi fluida pada zona ubahan argilik dan zona

ubahan propilitik dilakukan pada sampel TNY/TLG 01/LHN merupakan sampel

yang diambil pada zona ubahan propilitik daerah Talong dan Modopola tipe vein

silisifikasi dan mineralisasi zona Talong dengan kenampakan tektur khas mineral

kuarsa seperti Cockade, Comb, (Foto 5.6.a), TNY/TLG 02/LHN merupakan

sampel yang diambil pada zona ubahan argilk daerah Talong dan Modopola

dengan kenampakan tektur khas mineral kuarsa seperti Comb, (Foto 5.6.e),

TNY/SNTKI/SON/LHN merupakan sampel yang diambil pada zona ubahan

propilitik daerah sungai Tanoyan Tengah yang merupakan terusan dari tipe vein

silisifikasi dan mineralisasi tipe zona Sondana dengan kenampakan tekstur

khusus seperti cockade, comb, crustyform, (Foto 5.6.b), TNY/RAPE 03A/LHN

merupakan sampel yang diambil pada zona ubahan argilik daerah Rape yang

merupkan tipe vein silisifikasi dan mineralisasi zona Rape dengan kenampakan

tekstur khusus crustyform, colloform banded dan bladed texture (Foto 5.6.c),

TNY/RAPE 01/LHN merupakan sampel yang diambil pada zona ubahan

propilitik daerah Rape dengan kenampakan tekstur khusus comb/cockade, (Foto

5.6.d) TNY/SON 01/LHN merupakan sampel yang diambil pada zona argilik

daerah Sondana tipe vein silisifikasi dan mineralisasi zona Sondana dengan

kenampakan tekstur khusus seperti comb/cockad, (Foto 5.6.e).


71

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Foto 5.6 Foto sampel conto host mineral kuarsa daerah penelitian sebelum di
preparasi, (a) TNY/TLG01/LHN, (b) TNY/SNITKI/SON/LHN, (c)
TNY/RAPE03/LHN, (d) TNY/RAPE01/LHN, (e) TNY/ SON/LHN, (f)
TNY/TLG 02/LHN

5.2.1 Analisa Petrografi Inklusi Fluida

Analisa inklusi fluida terhadap conto urat kuarsa permukaan dilakukan

dengan metode non desdtruktif (non destruktif methods) dengan menggunakan

alat mikroskop polarisasi. Tujuan metode non desdtruktif yaitu pengamatan

petrografi untuk mengukur diameter inklusi fluida, mengindentifikasi jenis fase

yang berupa komposisi yang terdapat pada inklusi fluida, bentuk inklusi fluida

dan paragenetik inklusi fluida yang berhubungan dengan karakteristik mineral

induk.
72

5.2.1.1 Analisa Petrografi Inklusi Fluida Zona Argilik

Berdasarkan pengamatan indentifikasi petrografi dengan menggunakan

mikroskop palarisasi pada sampel vein kuarsa permukaan zona argilik pada

sampel TNY/TLG 02/LHN mempunyai besaran diameter (3 x 5 m 2 x 1 m),

sampel TNY/RAPE 03A/LHN mempunyai luasan diameter (4 x 3 m - 2 x 1 m),

sampel TNY/SON 01/LHN mempunyai besaran luasan ( 2 x 3 m - 5 x 5 m ).

Pada umumnya inklusi fluida pada conto sayatan, berbentuk anhedral

sampai subhedral dan mempunyai kenampakan negatif kristal, dalam pengukuran

diameter inklusi fluida dengan menggunakan mikroskop polarisasi perbesaran

50x, inklusi yang berarah 1 bidang dan mengisi retakan retakan halus

mempunyai diameter sebesar < 3 m, sedangkan inklusi yang tersebar dan

terisolasi yang tumbuh pada zona pertumbuhan kristal induk mempunyai besar

diameter 2 5 m.

Pada conto sayatan kuarsa permukaan terdapat tipe paragenesis inklusi

fluida, yaitu inklusi sekunder yang dicirikan bentuk yang tidak beraturan dan

menempati satu bidang garis tertentu, yang diperkirakan rekahan tipis yang

tertutup kembali, tipe inklusi ini biasanya mempunyai besaran diameter < 3 m,

tipe inklusi ini terdapat pada semua conto sayatan, sedangkan tipe inklusi primer

yang dicirikan dengan bentuk negatif kristal dan terisolasi yang tumbuh didalam

zona pertumbuhan kristal induk. tipe inklusi ini biasanya mempunyai besaran

diameter 2 5 m, tipe inklusi ini terdapat pada semua conto sayatan.

Pada umumnya komposisi yang terdapat pada sampel inklusi fluida

mineral kuarsa permukaan adalah cairan (liquid), gas (vapoor), dan jika dalam
73

satu inklusi terdapat cairan dan gas maka dikategorikan dengan inklusi fluida kaya

gas atau kaya cairan yang tergantung dari % persentase besaran volume dan jika

terdapat inklusi yang hanya berkomposisi cairan atau gas maka dikategorikan

dengan inklusi berfase tunggal kaya air atau gas.

Berdasarkan pengamatan pertografi dibawah mikroskop polarisasi pada

semua conto sampel sayatan inklusi fluida, jenis fase inklusi umumnya disusun

oleh fase ganda yang kaya cairan (L + V), beberapa jenis inklusi yang berfase

tunggal (L) yang kaya air yang dijumpai pada contoh sayatan dan hanya

berintensitas kecil, jenis inklusi fluida berfase tunggal kaya gas (Foto 5.12),

merupakan indikasi gejala boilling pada sistem endapan mineralisasi epitermal

sulfida rendah, hal ini juga dibuktikan dengan data lapangan yaitu tekstur khas

bladed texture yang merupakan replacement texture atau tekstur pergantian

penciri dari zona boilling pada daerah Rape Sondana

5.2.1.2 Analisa Petrografi Inklusi Fluida Zona Propilitik

Indentifikasi petrografi dengan menggunakan mikroskop palarisasi pada

sampel kuarsa permukaan zona propilitik yaitu TNY/TLG 01/LHN mempunyai

besaran diameter (4 x 2 m - 2 x 2 m), sampel TNY/SNTKI/SON/LHN

mempunyai diamter (10 x 5 m - 2 x 5 m), sampel TNY/RAPE 01/LHN

mempunyai besaran diameter ( 2 x 2 m - 2 x 2 m).

Pada umumnya inklusi fluida pada conto sayatan sampel zona propilitik

ini pada umumnya berbentuk anhedral sampai subhedral dan mempunyai

kenampakan negatif kristal (Foto 5.9), dalam pengukuran diameter inklusi fluida

dengan menggunakan mikroskop polarisasi perbesaran 50x, inklusi yang berarah


74

1 bidang dan mengisi retakan retakan halus mempunyai diameter sebesar < 2

m, sedangkan inklusi yang tersebar dan terisolasi yang tumbuh pada zona

pertumbuhan kristal induk mempunyai besar diameter > 2 10 m.

Berdasarkan pengamatan petrografi pada conto sayatan Inklusi fluida

pada mineral kuarsa, terdapat beberapa tipe paragenesis inklusi fluida, yaitu

inklusi sekunder yang dicirikan bentuk yang tidak beraturan dan menempati satu

bidang garis tertentu, yang diperkirakan rekahan tipis yang tertutup kembali, tipe

inklusi ini biasanya mempunyai besaran diameter < 2 m, tipe inklusi ini terdapat

pada semua conto sayatan, sedangkan tipe inklusi primer yang dicirikan dengan

bentuk negatif kristal dan terisolasi yang tumbuh didalam zona pertumbuhan

kristal induk. tipe inklusi ini biasanya mempunyai besaran diameter 2 10 m,

tipe inklusi ini terdapat pada semua conto sayatan.

Pada umumnya komposisi yang terdapat pada sampel inklusi fluida

mineral kuarsa permukaan adalah cairan (liquid), uap (vapoor), dan jika dalam

satu inklusi terdapat cairan dan gas maka dikategorikan dengan inklusi fluida kaya

gas atau kaya cairan yang tergantung dari % persentase besaran volume dan jika

terdapat inklusi yang hanya berkomposisi cairan/air atau uap/gas maka

dikategorikan dengan inklusi berfase tunggal kaya air atau gas

Berdasarkan pengamatan pertografi dibawah mikroskop polarisasi pada

semua conto sampel sayatan inklusi fluida, jenis fase inklusi umumnya disusun

oleh fase ganda yang kaya cairan (L + V), dan beberapa jenis inklusi yang berfase

tunggal (L) yang kaya air yang dijumpai pada contoh sayatan yang hanya

berintensitas kecil (Foto 5.11).


75

50 m

Foto 5.7 Conto sayatan petrografi perbesaran 50x, TNY/SON 01/LHN,


memperlihatkan inklusi fluida berfase ganda kaya air (L + V), dengan
bentuk anhedral-subhedral relatif negatif kristal, D6 merupakan jenis
inklusi primer yang terisolasi, AE 14 merupakan jenis inklusi sekunder
yang menempati satu garis lurus

50 m

Foto 5.8 Conto sayatan petrografi perbesaran 50x, TNY/TLG 02/LHN,


memperlihatkan inklusi fluida berfase ganda kaya air (L + V), dengan
bentuk anhedral-subhedral, F15 merupakan jenis inklusi primer yang
terisolasi,
76

50 m

Foto 5.9 Conto sayatan petrografi perbesaran 50x, TNY/SNTKI/SON/LHN,


memperlihatkan inklusi fluida berfase ganda kaya air (L + V) dengan
bentuk anhedral-subhedral relatif negatif kristal, CI 14-9 merupakan
jenis inklusi sekunder yang menempati satu garis bidang lurus,

Foto 5.10 Conto sampel TNY/TLG 01/LHN, memperlihatkan inklusi fluida berfase
ganda kaya air (L + V) dengan bentuk anhedral-subhedral relatif negatif
kristal, EF 13 - 15 merupakan jenis inklusi primer yang yang terisolasi
77

Foto 5.11 Conto sayatan petrografi perbesaran 50x, TNY/RAPE 01/LHN,


memperlihatkan inklusi fluida dengan bentuk anhedral-subhedral relatif
negatif kristal, H5 merupakan jenis inklusi primer yang berfase tunggal
kaya air dan C14 merupakan jenis inklusi primer yang berfase ganda
kaya air (L + V)

50 m

Foto 5.12 Conto sayatan petrografi perbesaran 50x, TNY/RAPE 03A/LHN,


memperlihatkan inklusi fluida dengan bentuk anhedral-subhedral relatif
negatif kristal, AH 3-20 merupakan jenis inklusi sekunder yang berfase
ganda kaya air (L + V), A8 merupakan jenis inklusi primer yang berfase
tunggal kaya gas, merupakan penciri zona boilling
78

5.2.2 Pengukuran Mikrotermometri Inklusi Fluida

Pengukuran mikrotermometri dilakukan untuk pencatatan data suhu

homogenisasi dan suhu peleburan pada sayatan poles ganda mineral kuarsa

permukaan, hasil dari data tersebut dapat menentukan suhu, tekanan, salinitas,

densitas dan kedalaman pemerangkapan pada setiap zona ubahan dan

menyimpulkan tipe endapan hidrotermal pada daerah penelitiaan, pengukuran ini

dilakukan dengan menggunakan alat freezing and heating stage, (Foto 5.13.b),

tabung nitrogen,(Foto 5.13.b), layar tv, (Foto 5.13.d), mikroskop polarisasi yang

disambung dengan freezing and heating stage, (Foto 5.13.a), heating stage glass,

(Foto 5.13.e), dan vacum double polesh section, (Foto 5.13.a), sedangkan bahan

yang digunakan adalah nitrogen dan alkohol, (Foto 5.13.e)

(b) (c)
(a)

(d) (e)

Foto 5.13 Peralatan dalam kegiatan pengukuran mikrotermometri inkklusi fluida,


79

5.2.2.1 Pengukuran Mikrotermometri Inklusi Fluida Zona Argilik

Berdasarkan data pencatatan nilai Temperature of Melting (Tm) atau

temperature pelelehan pada conto sayatan urat kuarsa permukaan zona argilk

dengan menggunakan alat Freezing and Heating Stage, maka didapatkan data Tm

pada conto sayatan sebagai berikut :

Kode Sampel Tm (oC) %berat eqivalen

Tny/tlg02/lhn 0.2 0.3 0.3521 - 0.5270

Tny/rape 03/lhn 0.2 0.6 0.3521 1.0464

Tny/son 01/lhn 0.4 0.5 0.7010- 0.9022

Penentuan salinitas didasarkan pada asumsi bahwa fluida tersebut

disusun terutama Na+ dan Cl dalam kaitannya dengan equivalen wt% NaCl

(Potter, 1978, dalam Herman 2006), data salinitas dipergunakan untuk

menentukan besarnya tekanan dan penentuan total densitas, selain itu data

salinitas dipergunakan untuk penentuan kedalaman pemerangkapan dengan

menggunakan kurva Haas (Sherhped, 1985)

Berdasarkan data data kisaran salinitas inklusi fluida daerah penelitian

adalah 0.3521 1.0464 % berat NaCl ekivalen, harga salinitas tersebut

dikategorikan salinitas rendah (Corey & Graves, 1996 dalam arifudin). Hal ini

relevan dengan Tm yang mendekati 0oC (-0.2 oC 0.6 oC). bila diplot dalam

diagram fasa H20 NaCl dari Crag & Voughan 1981, Roedder, 1984, Shepherd,

et,al 1985, maka larutan hidrotermal tersebut berada pada fase es + Larutan
80

(Gambar 5.1), terlihat bahwa pada temperatur t1 sekitar 0.30C merupakan fase

perubahan dari larutan ke fase es, dan kemudian pada t2 (-20.80C) merupakan

pembentukan fase es dan t2 adalah temperatur eutentik atau batas kritis fase es,

dan kemudian apabila temperatur pembekuan terus berlanjut akan membentuk

hidrolit (NaCl-H20).

t1
-0.20

-10 0

-20 0 t
2

5 10 15

Gambar 5.1 fase larutan hidrotermal zona argilik derah penelitian yang berada pada fase
es + larutan,bila diplot pada diagram fase Crag dan Voughan (1981) Roedder,
1984.
shepherd, et, al (1985)

Salah satu penggunaan data salinitas yaitu untuk penentuan total densitas,

total densitas dan tekanan pemerangkapan merupakan sifat fisik larutan

hidrotermal yang dihasilkan secara tidak langsung dari analisa inklusi fluida, salah

satu metode praktis untuk penentuan total densitas inklusi fluida dua fase (L + V)

adalah berdasarkan derajat pengisian (F) inklusi, derajat pengisian merupakan

proporsi volume relatif cairan (Vl) terhadap volume total inklusi, penentuan

derajat pengisian menggunakan formula Roedder, et al 1985.


81

Dalam penentuan densitas derajat pengisian, pengamatan petrografi

dilakukan pada tiga sampel sayatan, yaitu Tny/Tlg 02/Lhn mempunyai besar

volume cairan 90% dari jumlah total cairan & gas (Foto 5.14), sayatan

Tny/Sntki/Son/Lhn mempunyai besar volume cairan 90% dari jumlah total cairan

dan gas (Foto 5.14), sayatan Tny/Rape 03A/Lhn mempunyai volume cairan 95%

dari jumlah total cairan dan gas (Foto 5.14). berdasarkan pengamatan petrografi

dan perhitungan formula Roedder 1985 maka derajat pengisian daerah penelitian

sekitar 90% - 95%, salinitas yang hampir mendekati nol yng mengindentifikasi

salinitas yang rendah antara 0.3521% 1.0464% berat NaCl ekivalen, maka total

densitas inklusi zona argilik daerah Tanoyan sekitar 0.90 0.95 gr/Cm3.

10 m 10 m 10 m

a b c

Foto 5.14 Kenampakan komposisi volume relatif cairan (VL) terhadap Volume
Total inklusi (V + L), a) sayatan Tny/Tlg 02/Lhn, b) sayatan Tny/
Son01/Lhn, c) sayatan Tny/Rape 03A/Lhn
Setelah pengukuran Tm (Temperature Melting), kemudian suhu

dinaikkan perlahan lahan sampai gelembung gas yang terdapat dalam inklusi itu

menghilang, saat menghilangnya gelembung gas tersebut kemudian dicatat


82

suhunya yang disebut suhu homogenisasi, yang secara teoritis merupakan suhu

yang mempunyai nilai yang mendekati sama dengan nilai dari suhu pembentukan

mineral induk.

Berdasarkan pengukuran mikrotermometri dengan menggunakan alat

Freezing and Heating Stage, maka didapatkan data suhu homogenisasi sebagai

berikut :

Kode sampel Th (0C)

Tny/tlg02/lhn 170 - 263

Tny/rape 03/lhn 201 269

Tny/son 01/lhn 169 - 280

Gambar 5.2 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Son 01/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan argilik vein silisifikasi
dan mineralisasi didaerah sondana, tipe mineralisasi sondana
83

Gambar 5.3 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Tlg 02/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan Argilik pada daerah
Talong dan Modopola

Gambar 5.4 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Rape
03A/Lhn, yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan argilik pada
daerah Rape, tipe mineralisasi Rape
84

Gambar 5.5 Kurva Histogram kisaran Th ( 0C) terhadap jumlah inklusi fluida,
terlihat Th inklusi fluida untuk zona argilik daerah penelitian berkisar
220 2300C.

Penentuan suhu inklusi fluida pada zona ubahan argilik daerah penelitian,

didasarkan pada pengukuran data Th yang kemudian dibuatkan kurva histogram

untuk mendapatkan kisaran Th yang berfrekuensi tinggi (Gambar 5.5) dengan

asumsi conto analisa masih dalam satu urat kuarsa, berdasarkan hal tersebut, Th

inklusi fluida daerah penelitian berkisar 220-2300C.

Dalam eksplorasi geothermal dan epitermal, Th ini dianggap sama dengan

temperatur pemerangkapan Tt (Temperature of trapping) yaitu suhu pada saat

inklusi terperangkap oleh kristal induknya, meskipun sesungguhnya Th atau

temperatur homogenisasi tidak sama dengan Tt, namun secara teoritis harga Th

mendekati harga Tt, dengan demikian data Th bisa dianggap mewakili temperatur

pembentukan zona ubahan hidrotermal argilik pada daerah penelitian (Roedder,

1984 dalam arifudin I, 1998)


85

Dalam penentuan penafsiran tekanan pemerangkapan, terbagi dalam

beberapa metode yang perlu diperhatikan (Shepherd, et,al dalam arifudin I, 1998)

yaitu :

1. Tekanan gas suatu fluida pada Th tertentu.

2. Isochore fluida, dihubungkan dengan geobarometer bebas

3. Perpotongan isochore fluida untuk fluida fluida sejenis

Pada tulisan ini, metode penafsiran tekanan pemerangkapan

menggunakan pendekatan metode pertama, berdasarkan tekanan gas suatu fluida

pada temperatur homogenisasi, karena tidak memiliki data penunjang seperti data

geobarometer bebas, komposisi C02 dan sebagainya. Tekanan yang dihasilkan

dianggap sebagai tekanan minimum cairan pada temperatur dan komposisi NaCl

tertentu (Roedder, 1984, Shepherd et, al, 1985). Dengan demikian karena Th

sekitaran 2200C - 2300C, maka tekanan pemerangkapan larutan hidrotermal pada

zona argilik daerah Tanoyan yaitu minimal sekitar 30 35 bar (Gambar 5.6)

200

Gambar 5.6 Tekanan pemerangkapan (Tt) inklusi minimal sekitar 30 35 bar pada
Th 220 0C - 230 0C, bila diplot pada kurva Roedder, 1984, Shepherd,
et, al 1985
86

Penafsiran kedalaman pemerangkapan menggunakan data salinitas %

berat NaCl yang didapat dari perhitungan mikrotermomertri dan formula Roedder

1985 (% berat NaCl) dan kisaran suhu homogenisasi hasil dari perhitungan

mikrotermometri, kedua data ini kemudian digunakan pada kurva Haas, 1971

untuk menentukan batas kedalaman dari zona ubahan argilik pada daerah

penelitan.

Berdasarkan data inklusi fluida zona argilik pada daerah penelitian

memiliki data Th 2200C - 2300C, dan data salinitas 0.3521 1.0464% berat NaCl

ekivalen, bila diplot kurva Haas, 1971 (Shepherd, et,al dalam arifudin I, 1998)

maka kedalaman pemerangkapan inklusi fluida daerah penelitian sekitar 250 - 300

m di bawah paleo surface (Gambar 5.7)

250
300

Gambar 5.7 Kedalaman pemerangkapan inklusi zona argilik daerah Tanoyan


sekitar 250 300 m di bawah Paleo Surface, bila diplot pada kurva
Haas, 1971 dalam Roedder, 1984, Shepherd, et, al 1985.
87

5.2.2.2 Pengukuran Mikrotermometri Inklusi Fluida Zona Propilitik

Pengukuran mikrotermometri inklusi fluida pada zona propilitik daerah

penelitian didasarkan pada pencatatan nilai Temperature of Melting (Tm) atau

temperatur pelelehan pada conto sayatan urat kuarsa permukaan yang mewakili

zona propilitik, berikut adalah data Tm pada semua conto sayatan:

Kode Sampel Tm (oC) %berat eqivalen

Tny/tlg01/lhn 0.2 - 0.5 0.3521 - 0.9022

Tny/rape 01/lhn 0.3 - 1.2 2.0615 0.5270

Tny/sntki/son/lhn 0.2 0.6 0.3521 - 1.0464

Berdasarkan data data kisaran salinitas inklusi fluida pada zona

propilitik daerah penelitian adalah 0.3521 2.0615 % berat NaCl ekivalen, harga

salinitas tersebut dikategorikan salinitas rendah (Corey & Graves, 1996 dalam

arifudin). Hal ini relevan dengan Tm yang mendekati 0oC (-0.2 oC 1.2 oC). bila

diplot dalam diagram fasa H20 NaCl dari Crag & Voughan 1981, Roedder, 1984,

Shepherd, et,al 1985, maka larutan hidrotermal tersebut berada pada fase es +

Larutan (gambar 5.8), terlihat bahwa pada temperatur t1 sekitar 0.30C merupakan

fase perubahan dari larutan ke fase es, dan kemudian pada t 2 (-20.80C) merupakan

pembentukan fase es dan t2 adalah temperatur eutentik atau batas kritis fase es,

dan kemudian apabila temperatur pembekuan terus berlanjut akan membentuk

hidrolit (NaCl-H20).

Salah satu penggunaan data salinitas yaitu untuk penentuan total densitas,

total densitas dan tekanan pemerangkapan merupakan sifat fisik larutan


88

hidrotermal yang dihasilkan secara tidak langsung dari analisa inklusi fluida

perhitungan total densitas dan tekanan pemerangkapan dalam penentuan derajat

pengisian menggunakan formula Roedder, et al 1985.

-0.20
t1

-10 0

-20 0

t2

5 10 15

Gambar 5.8 fase larutan hidrotermal zona argilik derah penelitian yang berada pada fase
es + larutan,bila diplot pada diagram fase Crag dan Voughan (1981) Roedder,
1984.
shepherd, et, al (1985)

Dalam penentuan densitas derajat pengisian, pengamatan petrografi

dilakukan pada tiga sampel sayatan, yaitu Tny/Tlg 01/Lhn mempunyai besar

volume cairan 80% dari jumlah total cairan & gas (Foto 5.15), sayatan

Tny/Sntki/Son/Lhn mempunyai besar volume cairan 80% dari jumlah total cairan

dan gas (Foto 5.15), sayatan Tny/Rape 03A/Lhn mempunyai volume cairan 95%

dari jumlah total cairan dan gas (Foto 5.15). berdasarkan pengamatan petrografi

dan perhitungan formula Roedder 1985 maka derajat pengisian daerah penelitian

sekitar 80% - 95%, salinitas yang hampir mendekati nol yang mengindentifikasi
89

salinitas yang rendah antara 0.3521% 1.0464% berat NaCl ekivalen, maka total

densitas inklusi zona argilik daerah Tanoyan sekitar 0.80 0.95 gr/Cm3.

10 m 10 m 10 m

a b c

Foto 5.15 Kenampakan komposisi volume relatif cairan (VL) terhadap Volume
Total inklusi (V + L), a) sayatan Tny/Tlg 01/Lhn, b) sayatan Tny/
Sntki/Son/Lhn, c) sayatan Tny/Rape 01/Lhn

Setelah pengukuran Tm (Temperature Melting), kemudian suhu

dinaikkan perlahan lahan, sampai gelembung gas yang terdapat dalam inklusi itu

menghilang, menghilangnya gelembung gas ini kemudian dicatat suhunya yang

disebut suhu homogenisasi.

Berdasarkan pengukuran mikrotermometri dengan menggunakan alat

Freezing and Heating Stage, maka didapatkan data suhu homogenisasi sebagai

berikut :

Kode sampel Th (0C)

Tny/tlg01/lhn 133 - 180

Tny/rape 01/lhn 264 - 285

Tny/sntki/son/lhn 155 - 205


90

Gambar 5.9 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Tlg 01/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan propilitik didaerah
Talong Modopola, tipe mineralisasi Talong

Gambar 5.10 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Rape 01/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan Propilitik didaerah
Rape
91

Gambar 5.11 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Sntki/
Son/Lhn, yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan propilitik
didaerah sungai tanoyan tengah, tipe mineralisasi sondana

Gambar 5.12 Kurva Histogram kisaran Th ( 0C) terhadap jumlah inklusi fluida,
terlihat Th inklusi fluida zona propilitik daerah penelitian berkisar 190
2000C.

Dalam penentuan Th inklusi fluida zona propilitik daerah penelitian,

berdasarkan kisaran Th yang berfrekuensi tinggi (Gambar 5.12) dengan asumsi

conto analisa masih dalam satu urat kuarsa, berdasarkan hal tersebut, Th inklusi

fluida daerah penelitian berkisar 190-2000C.


92

Penafsiran tekanan pemerangkapan didapat dari data kisaran Th atau

suhu hasil dari pengukuran mikrotermomertri dan data salinitas % berat NaCl

yang kemudian diplot pada kurva Roedder 1984.

Metode penafsiran tekanan pemerangkapan berdasarkan tekanan gas

suatu fluida pada temperatur homogenisasi, karena tidak memiliki data penunjang

seperti data geobarometer bebas, komposisi C02 dan sebagainya. Tekanan yang

dihasilkan dianggap sebagai tekanan minimum cairan pada temperatur dan

komposisio NaCl tertentu (Roedder, 1984, Shepherd et, al, 1985).

Data hasil perhitungan nilai kurva Th mendapatkan nilai kisaran 190 0C -

2000C, berdasarkan data data tersebut maka tekanan pemerangkapan larutan

hidrotermal pada zona propilitik daerah Tanoyan yaitu minimal sekitar 25 30

bar (Gambar 5.13)

200

Gambar 5.13 Tekanan pemerangkapan (Tt) inklusi minimal sekitar 25 30 bar pada
Berdasarkan
Th 190 0Cdata
- 200perhitungan
0
C, bila diplotThpada
pada sampel
kurva Inklusi
Roedder, fluida zona
1984, Shepherd,
et, al 1985 0 0
propilitik daerah penelitian memiliki nilai Th kisaran 190 C - 200 C, sedangkan

data salinitas sampel inklusi fluida zona propilitik memiliki nilai kisaran

0.3521% 1.0464% berat NaCl ekivalen, bila diplot pada kurva Haas, 1971
93

(Shepherd, et,al dalam arifudin I, 1998) maka kedalaman pemerangkapan inklusi

fluida daerah penelitian sekitar 150 - 190 m di bawah paleo surface (Gambar 5.7)

150

Gambar 5.14 Kedalaman pemerangkapan inklusi zona propilitik daerah Tanoyan


sekitar 150 190 m di bawah Paleo Surface, bila diplot pada kurva
Haas, 1971 dalam Roedder, 1984, Shepherd, et, al 1985.

5.3 Karakteristik Endapan Hidrotermal Daerah Penelitian

Adapun pembahasan karakteristik endapan mineral yang terdapat dalam

su-bab ini yaitu bahasan tentang karakteristik zona ubahan hidrotermal

berdasarkan data lapangan dan data analisa pengukuran mikrotermometri inklusi

fluida.

Adapun tekstur tekstur khusus yang terdapat pada bukaan bukaan

atau vein pada daerah penelitian yaitu comb/doghteet, crstyform, cockade,

colloform banded dan bladed texture, tekstur tekstur tersebut merupakan


94

indikasi dari pengisian rekahan atau fracture filling pada sistem pengisian cebakan

hidrotermal.

Pada daerah penelitian zona ubahan terbagi atas dua zona ubahan yaitu

zona ubahan argilik, dan zona ubahan propilitik.

Zona ubahan argilik terbentuk akibat dari rusaknya unsur potassium,

kalsium dan magnesium menjadi mineral lempung, dimana terjadi pendidihan

yang menhasilkan kondisi gas gas yang dapat mengubah fluida hidrotermal

menjadi bersifat asam, memasuki air meteorik yang lebih dingin dan kemudian

teroksidasi serta menyebabkan terbentuknya ubahan hidrotermal dengan dominasi

mineral mineral lempung (Buchanan et, al 1981 dalam danny, 2006), zona

argilik daerah penelitan dicirikan dengan hadirnya mineral clay/kaolin, illite, pirit

dan kuarsa yang terbentuk pada suhu 2200C - 2300C, dengan tekanan 30 35 bar,

dan kedalaman 250 300 m di bawah paleo surface, dan terbentuk pada satuan

batuan tufa andesit dan sebagian kecil pada satuan batuan tufa lapili.

Zona alterasi propilitik berkembang pada bagian luar zona alterasi, yang

dicirikan oleh kumpulan mineral epidot maupun karbonat dan juga klorit, alterasi

ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H dan CO 2, Pada daerah penelitian sendiri

zona propilitik terdiri dari karekteristik mineral klorit, epidot, karbonat yang

terbentuk pada suhu 1900C - 2000C, dengan tekanan 25 30 bar, dan kedalaman

150 190 m di bawah paleo surface dan terbentuk pada satuan batuan tufa andesit

dan pada satuan batuan tufa lapili.


95

Bila diplot pada gambar Buchanan 1981, maka tipe alterasi dan

mineralisasi daerah peneltian merupakan tipe epitermal yang terbentuk diatas zona

pendidihan atau boilling zone (Gambar 5.15).

Gambar 5.15 Kedalaman serta suhu yang terbentuk diatas zona boilling, bila diplot
pada gambar Buchanan 1981

Mineral ubahan berupa klorit, epidot, karbonat, dan mineral lempung

( kaolin, serisit, illit), kelompok mineral silika berupa kuarsa, kalsedon dan

adularia mengindentifikasikan bahwa Ph larutan relatif netral, mineral - mineral

silika hadir terkonsentrasi bersama dengan endapan mineralisasi kelompok

mineral sulfida berupa pirit, kalkopirit, dan kelompok mineral oksida berupa

mangan dan hematit membentuk sistem vein dengan ukuran < 2mm - >10cm,

pada data analisa inklusi fluida terdapat indikasi gejala boilling yang diperlihatkan

oleh kehadiran inklusi fluida monofase kaya uap pada sampel sayatan Tny/Rape

03A/Lhn dan tekstur khas bladed texture, tekstur khas urat kuarsa berupa banded,

colofform, cockade, comb dan crustyform merupakan penciri dari fracture filling

atau pengisian rekahan pada batuan samping


96

Berdasarkan data lapangan, mineral ubahan pada batuan samping (wall

rock) didominasi oleh mineral klorit dan mineral lempung, sedangkan posisi

tektoniknya terdapat pengaruh intrusi dalam proses alterasi dan mineralisasi,

berdasarkan klasifikasi sistem alterasi epitermal sulfida rendah menurut Corbett

and leach (1998), maka dapat disimpulkan bahwa sistem alterasi dan mineralisasi

daerah Tanoyan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi

Sulawesi Utara merupakan tipe epitermal sulfida rendah di busur magmatik (Arc

Low Sulphidation).
97

Anda mungkin juga menyukai