BAB V
pengambilan sampel untuk studi analisa inklusi fluida sampel dilakukan pada
bentuk cebakan hidrotermal yang mengisi rongga (cavity filing) dimana dalam
proses pembentukan cebakan ini terjadi dalam dua proses yaitu pembentukan
rongga dan pengisian larutan mineral, pengisian rongga tersebut pada umumnya
terisi oleh mineral kuarsa permukaan dan selalu hadir di setaip zona ubahan pada
daerah penelitian.
hidrotermal urat kuarsa permukaan, hal ini disebabkan karena kuarsa merupakan
jenis silika yang paling stabil dalam suatu sistem hidrotermal dimana ketika fluida
langsung sebagai kuarsa pada bukaan bukaan batuan, secara teori Inklusi fluida
adalah inklusi yang terperangkap sebagai zat cair yang sebagian besar masih
dalam bentuk cairan pada suhu permukaan, inklusi ini terbentuk bersamaan
karakteristik dari inklusi fluida akan sama dengan karakteristik mineral induk atau
host mineral.
Zona ubahan daerah penelitian terdiri dari zona argilik dan zona
propilitik, dimana zona ubahan hidrotermal daerah penelitian terdapat pada satuan
mempunyai sistem vein yang dengan arah pelurusan vein utara - selatan dan
tersebar pada daerah Talong, Sondana dan Rape, data - data tersebut merupakan
Komposisi dari vein yang terdapat pada zona ubahan hidrotermal daerah
mineral silika seperti kuarsa, kalsedon, adularia, kelompok mineral oksida berupa
hematit dan mangan, serta kelompok mineral sulfida berupa pirit dan kalkopirit.
cockade, coloform banded, crustyform dan comb, tekstur tekstur khusus ini
percampuran antara air tanah dan fluida hidrotermal yang kemudian menghasilkan
kondensassi gas gas yang dapat mengubah fluida hidrotermal menjadi asam,
memasuki air meteorik yang lebih dingin dan kemudian teroksidasi serta
kecil 5 6 m, zona ini terdapat pada daerah Talong, Sondana, dan Rape
sampai abu abu terang, dengan komposisi dari mineral ubahan lempung, illit,
kaolin, serisit dan kuarsa, tekstur khusus pada zona ini pada umumnya terbentuk
pada vein vein kuarsa baik yang berukuran veinlets (2 10 mm) maupun vein (>
10 mm), dengan tipe vein berupa bentuk pararel satu arah atau sheeted yang
tersebar pada daerah Rape dan vein yang berbentuk yang saling memotong atau
kelompok mineral sulfida seperti pirit dan kalkopirit, kelompok mineral oksida
seperti hematit dan mangan, yang berasosiasi dengan kelompok mineral silika
pada umumnya terdapat pada bagian urat urat kuarsa di zona arglik yang
kuarsa dan semakin menipis pada zona argilik, kelompok mineralisasi yang
tersebar pada umumnya kelompok mineral sulfida seperti pirit, kalkopirit dan
sphalerit (Foto 5.1.c) yang berasosiasi dengan mineral mineral silika seperti
kuarsa, tekstur teksur khas yang terdapat pada urat urat kuarsa tersebut adalah
rekahan hidrotermal dan bladed texture yang mencirikan tekstur pergantian atau
yang menyerupai sisir atau gigi anjing, tekstur ini terbentuk akibat adanya
yang selanjutnya kristal kristal ini tumbuh kebagian tengah dari rekahan, tekstur
khas ini pada umumnya tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya
mineralisasi dan merupakan penciri zona mineralisasi pada daerah Rape dan
Sondana dan Talong (Foto 5.1.c), crustyform yang terbentuk akibat dari pengisian
sempurna sehingga menutupi rekahan yang ada, pada umumnya bentuk atau
morfologi tekstur ini mempunyai bentuk yang bercabang, tekstur ini pada
umumnya tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi dan
merupakan penciri zona mineralisasi pada daerah Rape dan Sondana (Foto 5.1.a),
65
perlapisan pada tubuh bijih yang bersifat homogen, terjadi akibat adanya
pengisian rekahan oleh larutan magma dimana terjadi suatu proses pembekuan,
dan pengkristalan mineral mineral secara bertahap, tekstur ini juga biasa berupa
sempurna sehingga menutupi rekahan yang ada, tekstur ini pada umumnya
tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi dan merupakan
penciri zona mineralisasi pada daerah Rape dan Sondana (Foto 5.1.b), bladed
kenampakan fisik yang saling silang - menyilang dan tak teratur pada bagian
urat urat kuarsa, tekstur ini mencirikan ubahan hidrotermal yang terbentuk pada
zona pendidihan atau boilling zone tipe endapan epitermal, pada umumnya
tersebar pada bagian urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi pada daerah Rape
(Foto 5.3).
Foto 5.2 Satuan batuan tufa yang telah mengalami ubahan hidrotermal, dengan
dicirikan oleh mineral mineral lempung, illit dan kaolin serta serisit
diambil pada daerah Rape Sondana, dengan kenampakan veinlets (2 1
mm) dan mempunyai bentuk veinlets yang saling potong memotong atau
Stockwork dan bentuk pararel satu arah atau sheeted
Foto 5.3 Kenampakan bladed texture (X) penciri zona pendidihan atau boilling zone
pada system endapan epitermal, yang dimbil pada vein zona mineralisasi
rape daerah rape jalur 7
67
bagia luar zona ubahan, zona ubahan ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H
dan C02.
Zona ini tersebar luas pada daerah penelitian, persentase luasan dari zona
propilitik adalah 70% dari seluruh luasan zona ubahan lainnya, zona ini tersebar
pada daerah Lingkobungon, daerah Sondana, daerah Rape dan daerah Talong
Kenampakan fisik dari zona ini yaitu berwarna hijau terang sampai gelap,
dengan komposisi mineral ubahan klorit, epidot dan karbonat (Foto 5.4). Tekstur
khusus pada zona ini pada umumnya terbentuk pada bagian vein vein kuarsa
baik yang berukuran veinlets (2 10 mm) maupun vein (> 10 mm), dengan tipe
vein berupa bentuk pararel satu arah atau sheeted yang tersebar pada daerah
sungai tanoyan tengah dan vein yang hanya bejumlah satu vein saja atau single
dan hematit, yang umumnya terdapat pada bagian urat urat kuarsa yang tersebar
Tekstur khusus mineralisasi pada zona ini umumnya terdapat pada urat
urat kuarsa permukaan yang berukuran veinlets (2 10 mm) maupun vein (> 10
mm), dengan tipe vein berupa bentuk pararel satu arah atau sheeted dan vein atau
Tekstur khusus mineralisasi pada urat kuarsa ini berupa cockade dan
yang membungkus mineral lainnya, tekstur ini terbentuk akibat dari pengisian
rekahan atau open space, pada umumnya tersebar pada bagian urat urat kuarsa
yang kaya mineralisasi dan merupakan penciri zona mineralisasi pada daerah
mineral sepanjang dinding bagian dalam rekahan yang selanjutnya kristal kristal
ini tumbuh kebagian tengah dari rekahan, pada umumnya tersebar pada bagian
urat urat kuarsa yang kaya mineralisasi dan merupakan penciri zona mineralisasi
Foto 5.4 Satuan batuan tufa yang telah mengalami proses ubahan hidrotermal,
dengan dicirikan oleh mineral mineral hijau seperti klorit, epidot, dan
karbonat
69
Foto 5.5 mineralisasi berupa kelompok silika dan sulfida yang memperlihatkan
tekstur khas cockade dan comb texture, yang diambil pada vein kuarsa di
zona propililitik daerah Sungai Tanoyan Tengah dengan kedudukan N
3500 / 450
komposisi dari mineral ubahan lempung, illit, kaolin, serisit dan kuarsa dan
sedikit pirit, dan zona propilitik dengan komposisi mineral klorit, epidot,
karbonat.
fluida hidrotermal.
dipilih pada vein vein kuarsa yang memperlihatkan tekstur tekstur khusus
seperti cockade, comb, crustyform, colloform banded dan dogtheet. (Foto 5.6)
70
2 muka (double poleshed section), yang diambil pada vein vein kuarsa
permukaan dalam zona argilik dan dikhusukan pada tekstur tekstur khas kuarsa
permukaan.
Adapun indentifikasi inklusi fluida pada zona ubahan argilik dan zona
yang diambil pada zona ubahan propilitik daerah Talong dan Modopola tipe vein
silisifikasi dan mineralisasi zona Talong dengan kenampakan tektur khas mineral
sampel yang diambil pada zona ubahan argilk daerah Talong dan Modopola
dengan kenampakan tektur khas mineral kuarsa seperti Comb, (Foto 5.6.e),
propilitik daerah sungai Tanoyan Tengah yang merupakan terusan dari tipe vein
merupakan sampel yang diambil pada zona ubahan argilik daerah Rape yang
merupkan tipe vein silisifikasi dan mineralisasi zona Rape dengan kenampakan
tekstur khusus crustyform, colloform banded dan bladed texture (Foto 5.6.c),
5.6.d) TNY/SON 01/LHN merupakan sampel yang diambil pada zona argilik
daerah Sondana tipe vein silisifikasi dan mineralisasi zona Sondana dengan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Foto 5.6 Foto sampel conto host mineral kuarsa daerah penelitian sebelum di
preparasi, (a) TNY/TLG01/LHN, (b) TNY/SNITKI/SON/LHN, (c)
TNY/RAPE03/LHN, (d) TNY/RAPE01/LHN, (e) TNY/ SON/LHN, (f)
TNY/TLG 02/LHN
yang berupa komposisi yang terdapat pada inklusi fluida, bentuk inklusi fluida
induk.
72
mikroskop palarisasi pada sampel vein kuarsa permukaan zona argilik pada
50x, inklusi yang berarah 1 bidang dan mengisi retakan retakan halus
terisolasi yang tumbuh pada zona pertumbuhan kristal induk mempunyai besar
diameter 2 5 m.
fluida, yaitu inklusi sekunder yang dicirikan bentuk yang tidak beraturan dan
menempati satu bidang garis tertentu, yang diperkirakan rekahan tipis yang
tertutup kembali, tipe inklusi ini biasanya mempunyai besaran diameter < 3 m,
tipe inklusi ini terdapat pada semua conto sayatan, sedangkan tipe inklusi primer
yang dicirikan dengan bentuk negatif kristal dan terisolasi yang tumbuh didalam
zona pertumbuhan kristal induk. tipe inklusi ini biasanya mempunyai besaran
mineral kuarsa permukaan adalah cairan (liquid), gas (vapoor), dan jika dalam
73
satu inklusi terdapat cairan dan gas maka dikategorikan dengan inklusi fluida kaya
gas atau kaya cairan yang tergantung dari % persentase besaran volume dan jika
terdapat inklusi yang hanya berkomposisi cairan atau gas maka dikategorikan
semua conto sampel sayatan inklusi fluida, jenis fase inklusi umumnya disusun
oleh fase ganda yang kaya cairan (L + V), beberapa jenis inklusi yang berfase
tunggal (L) yang kaya air yang dijumpai pada contoh sayatan dan hanya
berintensitas kecil, jenis inklusi fluida berfase tunggal kaya gas (Foto 5.12),
sulfida rendah, hal ini juga dibuktikan dengan data lapangan yaitu tekstur khas
Pada umumnya inklusi fluida pada conto sayatan sampel zona propilitik
kenampakan negatif kristal (Foto 5.9), dalam pengukuran diameter inklusi fluida
1 bidang dan mengisi retakan retakan halus mempunyai diameter sebesar < 2
m, sedangkan inklusi yang tersebar dan terisolasi yang tumbuh pada zona
pada mineral kuarsa, terdapat beberapa tipe paragenesis inklusi fluida, yaitu
inklusi sekunder yang dicirikan bentuk yang tidak beraturan dan menempati satu
bidang garis tertentu, yang diperkirakan rekahan tipis yang tertutup kembali, tipe
inklusi ini biasanya mempunyai besaran diameter < 2 m, tipe inklusi ini terdapat
pada semua conto sayatan, sedangkan tipe inklusi primer yang dicirikan dengan
bentuk negatif kristal dan terisolasi yang tumbuh didalam zona pertumbuhan
mineral kuarsa permukaan adalah cairan (liquid), uap (vapoor), dan jika dalam
satu inklusi terdapat cairan dan gas maka dikategorikan dengan inklusi fluida kaya
gas atau kaya cairan yang tergantung dari % persentase besaran volume dan jika
semua conto sampel sayatan inklusi fluida, jenis fase inklusi umumnya disusun
oleh fase ganda yang kaya cairan (L + V), dan beberapa jenis inklusi yang berfase
tunggal (L) yang kaya air yang dijumpai pada contoh sayatan yang hanya
50 m
50 m
50 m
Foto 5.10 Conto sampel TNY/TLG 01/LHN, memperlihatkan inklusi fluida berfase
ganda kaya air (L + V) dengan bentuk anhedral-subhedral relatif negatif
kristal, EF 13 - 15 merupakan jenis inklusi primer yang yang terisolasi
77
50 m
homogenisasi dan suhu peleburan pada sayatan poles ganda mineral kuarsa
permukaan, hasil dari data tersebut dapat menentukan suhu, tekanan, salinitas,
dilakukan dengan menggunakan alat freezing and heating stage, (Foto 5.13.b),
tabung nitrogen,(Foto 5.13.b), layar tv, (Foto 5.13.d), mikroskop polarisasi yang
disambung dengan freezing and heating stage, (Foto 5.13.a), heating stage glass,
(Foto 5.13.e), dan vacum double polesh section, (Foto 5.13.a), sedangkan bahan
(b) (c)
(a)
(d) (e)
temperature pelelehan pada conto sayatan urat kuarsa permukaan zona argilk
dengan menggunakan alat Freezing and Heating Stage, maka didapatkan data Tm
disusun terutama Na+ dan Cl dalam kaitannya dengan equivalen wt% NaCl
menentukan besarnya tekanan dan penentuan total densitas, selain itu data
dikategorikan salinitas rendah (Corey & Graves, 1996 dalam arifudin). Hal ini
relevan dengan Tm yang mendekati 0oC (-0.2 oC 0.6 oC). bila diplot dalam
diagram fasa H20 NaCl dari Crag & Voughan 1981, Roedder, 1984, Shepherd,
et,al 1985, maka larutan hidrotermal tersebut berada pada fase es + Larutan
80
(Gambar 5.1), terlihat bahwa pada temperatur t1 sekitar 0.30C merupakan fase
perubahan dari larutan ke fase es, dan kemudian pada t2 (-20.80C) merupakan
pembentukan fase es dan t2 adalah temperatur eutentik atau batas kritis fase es,
hidrolit (NaCl-H20).
t1
-0.20
-10 0
-20 0 t
2
5 10 15
Gambar 5.1 fase larutan hidrotermal zona argilik derah penelitian yang berada pada fase
es + larutan,bila diplot pada diagram fase Crag dan Voughan (1981) Roedder,
1984.
shepherd, et, al (1985)
Salah satu penggunaan data salinitas yaitu untuk penentuan total densitas,
hidrotermal yang dihasilkan secara tidak langsung dari analisa inklusi fluida, salah
satu metode praktis untuk penentuan total densitas inklusi fluida dua fase (L + V)
proporsi volume relatif cairan (Vl) terhadap volume total inklusi, penentuan
dilakukan pada tiga sampel sayatan, yaitu Tny/Tlg 02/Lhn mempunyai besar
volume cairan 90% dari jumlah total cairan & gas (Foto 5.14), sayatan
Tny/Sntki/Son/Lhn mempunyai besar volume cairan 90% dari jumlah total cairan
dan gas (Foto 5.14), sayatan Tny/Rape 03A/Lhn mempunyai volume cairan 95%
dari jumlah total cairan dan gas (Foto 5.14). berdasarkan pengamatan petrografi
dan perhitungan formula Roedder 1985 maka derajat pengisian daerah penelitian
sekitar 90% - 95%, salinitas yang hampir mendekati nol yng mengindentifikasi
salinitas yang rendah antara 0.3521% 1.0464% berat NaCl ekivalen, maka total
densitas inklusi zona argilik daerah Tanoyan sekitar 0.90 0.95 gr/Cm3.
10 m 10 m 10 m
a b c
Foto 5.14 Kenampakan komposisi volume relatif cairan (VL) terhadap Volume
Total inklusi (V + L), a) sayatan Tny/Tlg 02/Lhn, b) sayatan Tny/
Son01/Lhn, c) sayatan Tny/Rape 03A/Lhn
Setelah pengukuran Tm (Temperature Melting), kemudian suhu
dinaikkan perlahan lahan sampai gelembung gas yang terdapat dalam inklusi itu
suhunya yang disebut suhu homogenisasi, yang secara teoritis merupakan suhu
yang mempunyai nilai yang mendekati sama dengan nilai dari suhu pembentukan
mineral induk.
Freezing and Heating Stage, maka didapatkan data suhu homogenisasi sebagai
berikut :
Gambar 5.2 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Son 01/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan argilik vein silisifikasi
dan mineralisasi didaerah sondana, tipe mineralisasi sondana
83
Gambar 5.3 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Tlg 02/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan Argilik pada daerah
Talong dan Modopola
Gambar 5.4 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Rape
03A/Lhn, yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan argilik pada
daerah Rape, tipe mineralisasi Rape
84
Gambar 5.5 Kurva Histogram kisaran Th ( 0C) terhadap jumlah inklusi fluida,
terlihat Th inklusi fluida untuk zona argilik daerah penelitian berkisar
220 2300C.
Penentuan suhu inklusi fluida pada zona ubahan argilik daerah penelitian,
asumsi conto analisa masih dalam satu urat kuarsa, berdasarkan hal tersebut, Th
temperatur homogenisasi tidak sama dengan Tt, namun secara teoritis harga Th
mendekati harga Tt, dengan demikian data Th bisa dianggap mewakili temperatur
beberapa metode yang perlu diperhatikan (Shepherd, et,al dalam arifudin I, 1998)
yaitu :
pada temperatur homogenisasi, karena tidak memiliki data penunjang seperti data
dianggap sebagai tekanan minimum cairan pada temperatur dan komposisi NaCl
tertentu (Roedder, 1984, Shepherd et, al, 1985). Dengan demikian karena Th
zona argilik daerah Tanoyan yaitu minimal sekitar 30 35 bar (Gambar 5.6)
200
Gambar 5.6 Tekanan pemerangkapan (Tt) inklusi minimal sekitar 30 35 bar pada
Th 220 0C - 230 0C, bila diplot pada kurva Roedder, 1984, Shepherd,
et, al 1985
86
berat NaCl yang didapat dari perhitungan mikrotermomertri dan formula Roedder
1985 (% berat NaCl) dan kisaran suhu homogenisasi hasil dari perhitungan
mikrotermometri, kedua data ini kemudian digunakan pada kurva Haas, 1971
untuk menentukan batas kedalaman dari zona ubahan argilik pada daerah
penelitan.
memiliki data Th 2200C - 2300C, dan data salinitas 0.3521 1.0464% berat NaCl
ekivalen, bila diplot kurva Haas, 1971 (Shepherd, et,al dalam arifudin I, 1998)
maka kedalaman pemerangkapan inklusi fluida daerah penelitian sekitar 250 - 300
250
300
temperatur pelelehan pada conto sayatan urat kuarsa permukaan yang mewakili
propilitik daerah penelitian adalah 0.3521 2.0615 % berat NaCl ekivalen, harga
salinitas tersebut dikategorikan salinitas rendah (Corey & Graves, 1996 dalam
arifudin). Hal ini relevan dengan Tm yang mendekati 0oC (-0.2 oC 1.2 oC). bila
diplot dalam diagram fasa H20 NaCl dari Crag & Voughan 1981, Roedder, 1984,
Shepherd, et,al 1985, maka larutan hidrotermal tersebut berada pada fase es +
Larutan (gambar 5.8), terlihat bahwa pada temperatur t1 sekitar 0.30C merupakan
fase perubahan dari larutan ke fase es, dan kemudian pada t 2 (-20.80C) merupakan
pembentukan fase es dan t2 adalah temperatur eutentik atau batas kritis fase es,
hidrolit (NaCl-H20).
Salah satu penggunaan data salinitas yaitu untuk penentuan total densitas,
hidrotermal yang dihasilkan secara tidak langsung dari analisa inklusi fluida
-0.20
t1
-10 0
-20 0
t2
5 10 15
Gambar 5.8 fase larutan hidrotermal zona argilik derah penelitian yang berada pada fase
es + larutan,bila diplot pada diagram fase Crag dan Voughan (1981) Roedder,
1984.
shepherd, et, al (1985)
dilakukan pada tiga sampel sayatan, yaitu Tny/Tlg 01/Lhn mempunyai besar
volume cairan 80% dari jumlah total cairan & gas (Foto 5.15), sayatan
Tny/Sntki/Son/Lhn mempunyai besar volume cairan 80% dari jumlah total cairan
dan gas (Foto 5.15), sayatan Tny/Rape 03A/Lhn mempunyai volume cairan 95%
dari jumlah total cairan dan gas (Foto 5.15). berdasarkan pengamatan petrografi
dan perhitungan formula Roedder 1985 maka derajat pengisian daerah penelitian
sekitar 80% - 95%, salinitas yang hampir mendekati nol yang mengindentifikasi
89
salinitas yang rendah antara 0.3521% 1.0464% berat NaCl ekivalen, maka total
densitas inklusi zona argilik daerah Tanoyan sekitar 0.80 0.95 gr/Cm3.
10 m 10 m 10 m
a b c
Foto 5.15 Kenampakan komposisi volume relatif cairan (VL) terhadap Volume
Total inklusi (V + L), a) sayatan Tny/Tlg 01/Lhn, b) sayatan Tny/
Sntki/Son/Lhn, c) sayatan Tny/Rape 01/Lhn
dinaikkan perlahan lahan, sampai gelembung gas yang terdapat dalam inklusi itu
Freezing and Heating Stage, maka didapatkan data suhu homogenisasi sebagai
berikut :
Gambar 5.9 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Tlg 01/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan propilitik didaerah
Talong Modopola, tipe mineralisasi Talong
Gambar 5.10 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Rape 01/Lhn,
yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan Propilitik didaerah
Rape
91
Gambar 5.11 Kurva Histogram inklusi fluida pada conto sayatan Tny/Sntki/
Son/Lhn, yang diambil pada mineral kuarsa zona ubahan propilitik
didaerah sungai tanoyan tengah, tipe mineralisasi sondana
Gambar 5.12 Kurva Histogram kisaran Th ( 0C) terhadap jumlah inklusi fluida,
terlihat Th inklusi fluida zona propilitik daerah penelitian berkisar 190
2000C.
conto analisa masih dalam satu urat kuarsa, berdasarkan hal tersebut, Th inklusi
suhu hasil dari pengukuran mikrotermomertri dan data salinitas % berat NaCl
suatu fluida pada temperatur homogenisasi, karena tidak memiliki data penunjang
seperti data geobarometer bebas, komposisi C02 dan sebagainya. Tekanan yang
200
Gambar 5.13 Tekanan pemerangkapan (Tt) inklusi minimal sekitar 25 30 bar pada
Berdasarkan
Th 190 0Cdata
- 200perhitungan
0
C, bila diplotThpada
pada sampel
kurva Inklusi
Roedder, fluida zona
1984, Shepherd,
et, al 1985 0 0
propilitik daerah penelitian memiliki nilai Th kisaran 190 C - 200 C, sedangkan
data salinitas sampel inklusi fluida zona propilitik memiliki nilai kisaran
0.3521% 1.0464% berat NaCl ekivalen, bila diplot pada kurva Haas, 1971
93
fluida daerah penelitian sekitar 150 - 190 m di bawah paleo surface (Gambar 5.7)
150
fluida.
indikasi dari pengisian rekahan atau fracture filling pada sistem pengisian cebakan
hidrotermal.
Pada daerah penelitian zona ubahan terbagi atas dua zona ubahan yaitu
yang menhasilkan kondisi gas gas yang dapat mengubah fluida hidrotermal
menjadi bersifat asam, memasuki air meteorik yang lebih dingin dan kemudian
mineral mineral lempung (Buchanan et, al 1981 dalam danny, 2006), zona
argilik daerah penelitan dicirikan dengan hadirnya mineral clay/kaolin, illite, pirit
dan kuarsa yang terbentuk pada suhu 2200C - 2300C, dengan tekanan 30 35 bar,
dan kedalaman 250 300 m di bawah paleo surface, dan terbentuk pada satuan
batuan tufa andesit dan sebagian kecil pada satuan batuan tufa lapili.
Zona alterasi propilitik berkembang pada bagian luar zona alterasi, yang
dicirikan oleh kumpulan mineral epidot maupun karbonat dan juga klorit, alterasi
ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H dan CO 2, Pada daerah penelitian sendiri
zona propilitik terdiri dari karekteristik mineral klorit, epidot, karbonat yang
terbentuk pada suhu 1900C - 2000C, dengan tekanan 25 30 bar, dan kedalaman
150 190 m di bawah paleo surface dan terbentuk pada satuan batuan tufa andesit
Bila diplot pada gambar Buchanan 1981, maka tipe alterasi dan
mineralisasi daerah peneltian merupakan tipe epitermal yang terbentuk diatas zona
Gambar 5.15 Kedalaman serta suhu yang terbentuk diatas zona boilling, bila diplot
pada gambar Buchanan 1981
( kaolin, serisit, illit), kelompok mineral silika berupa kuarsa, kalsedon dan
mineral sulfida berupa pirit, kalkopirit, dan kelompok mineral oksida berupa
mangan dan hematit membentuk sistem vein dengan ukuran < 2mm - >10cm,
pada data analisa inklusi fluida terdapat indikasi gejala boilling yang diperlihatkan
oleh kehadiran inklusi fluida monofase kaya uap pada sampel sayatan Tny/Rape
03A/Lhn dan tekstur khas bladed texture, tekstur khas urat kuarsa berupa banded,
colofform, cockade, comb dan crustyform merupakan penciri dari fracture filling
rock) didominasi oleh mineral klorit dan mineral lempung, sedangkan posisi
and leach (1998), maka dapat disimpulkan bahwa sistem alterasi dan mineralisasi
Sulawesi Utara merupakan tipe epitermal sulfida rendah di busur magmatik (Arc
Low Sulphidation).
97