Tugas Makalah Endapan Mineral
Tugas Makalah Endapan Mineral
Endapan Hidrotermal
Endapan Epitermal
Disusun Oleh :
Ibnu Galih Permadi (H1C017009)
Dea Rizqi Zerlinda (H1C017017)
Halim Mustofa (H1C017022)
Yunus (H1C017030)
Pranowo Aji Nugroho (H1C017053)
Limandry Silaban (H1C017054)
1.2 Tujuan
1. Mengetahui proses epitermal
2. Mengetahui pembagian endapan epitermal
3. Mengetahui tekstur endapan epitermal
4. Mengetahui potensi dan keberadaan endapan epitermal
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Endapan Epiterma;
Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari
lingkungan vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air tanah dalam, atau air
meteorik, metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan yang regas di kerak bumi bagian
atas adalah unsur - unsur yang paling penting. Karena unsur - unsur ini tersedia sepanjang sejarah
kerak bumi. Pencampuran material-material ini menyebabkan terbentuknya endapan-endapan
emas epitermal. Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik adalah hampir selalu
berasosiasi dengan batuan vulkanik cal-alkaline dan batuan intrusi, beberapa memperlihatkan
suatu hubungan yang erat dengan batuan vulkanik alkali.
Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur rendah dan
kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh
Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur dari
mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut diperoleh
interpretasi mengenai suhu pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya. Menurut
White (2009) endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:
- Karakteristik mineral dan teksturnya
- Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya
Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat dinugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode
ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara
2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang
berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnyakuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah
kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah
paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum
sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan emas
tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat bentuk
karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati netral
Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan porfiri.
Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi,
2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas
dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer
Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam
rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas diangkut
oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini mengangkut emas hingga
ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu cirri adanya
proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara
larutan yang bersuhu tinggi (hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric).
Selama proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding
batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu hilangnya gas
H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat mengantarkan
emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya dijumpai di breksi hidrotermal
(Sukandarrumidi, 2007).
Perak
Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak murni (Ag)
mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau menjaring, kadang
berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan sebagai argentite, cerrargirit,
miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya berasosiasi dengan pirit, tembaga,
emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn,
dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit
(temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat mencapai
perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan dalam kandungan emas
(28%).
Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai hasil
samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat berupa endapan
pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan perak didunia
dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).
KESIMPULAN
Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari
lingkungan vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air tanah dalam, atau
air meteorik, metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan yang regas di kerak bumi
bagian atas adalah unsur - unsur yang paling penting. Karena unsur - unsur ini tersedia sepanjang
sejarah kerak bumi.
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000
meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Pembagian endapan epitermal dibagi menjadi dua yaitu sulfida tinggi dan sulfida rendah.
Endapan epitermal ini memiliki beberapa tekstur antara lain tekstur pertumbuhan primer, tekstur
rekristalisasi dan tekstur penggantian.
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi klasik
unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium
(Tl), dan belerang (S).
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983), beserta
dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl),
antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat
terkayakan.
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat
pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-
logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana
asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung.
DAFTAR PUSTAKA
orbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure, alteration, and mineralization . A
workshop presented for the Society of Exploration Geochemists at Townville, 145pp.
Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold deposits, Economic Geology, vol.
13, p. 245-277.
Taylor, H.P., Jr., 1973, O18/O16 evidence for meteoric-hydrothermal alteration and ore deposition in the Tonopah, Comstock
Lode, and GoldfieldMining Districts, Nevada: Economic Geology, v. 68, p. 747-764.
Sibarani, August P., 2008, Studi MikroskopiUntuk Verifikasi Hasil Analisis XRDDan Analisis Tekstur Pada Sampel
Urat Ciurug Endapan Epitermal PongkorIndonesia,Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Pertambangan Dan Perminyakan, ITB
Maulana, Adi. 2017. Endapan Mineral. Yogyakarta. Ombak