Anda di halaman 1dari 11

Tugas Makalah Endapan Mineral

Endapan Hidrotermal
Endapan Epitermal

Disusun Oleh :
Ibnu Galih Permadi (H1C017009)
Dea Rizqi Zerlinda (H1C017017)
Halim Mustofa (H1C017022)
Yunus (H1C017030)
Pranowo Aji Nugroho (H1C017053)
Limandry Silaban (H1C017054)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata Endapan Mineral dengan judul
“Endapan Hidrotermal Endapan Epitermal”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Bahasa Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Purbalingga, 5 Maret 2019


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan hidrotermal adalah larutan panas dengan suhu 50 sampai 500℃ yang berasal dari
sisa cairan magma dari dalam bumi yang bergerak ke atas dan kaya akan komponen – komponen
(kation dan anion) membentuk mineral bijih dan terbentuk pada tekanan yang relative tinggi
(Bateman, 1950; Pirajno, 2009).
Endapan hidrotermal merupakan jenis endapan bijih yang sangat penting karena endapan
ini merupak salah satu sumber utama dari bijih emas dan tembaga serta logam ekonomis lainnya.
Sumber dari logam pada larutan hidrotermal yaitu;
- Batuan dari material sedimen yang dilalui oleh larutan hidrotermal
- Berasal dari magma itu sendiri
- Kombinasi diantara keduanya seperti pada geothermal sistem

1.2 Tujuan
1. Mengetahui proses epitermal
2. Mengetahui pembagian endapan epitermal
3. Mengetahui tekstur endapan epitermal
4. Mengetahui potensi dan keberadaan endapan epitermal
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Endapan Epiterma;
Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari
lingkungan vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air tanah dalam, atau air
meteorik, metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan yang regas di kerak bumi bagian
atas adalah unsur - unsur yang paling penting. Karena unsur - unsur ini tersedia sepanjang sejarah
kerak bumi. Pencampuran material-material ini menyebabkan terbentuknya endapan-endapan
emas epitermal. Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik adalah hampir selalu
berasosiasi dengan batuan vulkanik cal-alkaline dan batuan intrusi, beberapa memperlihatkan
suatu hubungan yang erat dengan batuan vulkanik alkali.
Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur rendah dan
kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh
Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur dari
mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut diperoleh
interpretasi mengenai suhu pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya. Menurut
White (2009) endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:
- Karakteristik mineral dan teksturnya
- Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya

2.2 Proses Epitermal


Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000
meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi.
Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan
struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada
endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral
kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low
sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia
fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe seperti zona dimana batuan
mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan, khususnya
sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus (discontinuous)
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hidrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles.
Banyak endapan mineral epitermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem fumaroles kuno.
Karena mineral - mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya
secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epitermal tua relatif tidak umum secara global.
Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz,
kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari
endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu.
Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka
(karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan
struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini
juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi. Dua tipe utama dari endapan ini
adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat
kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000
dalam Chandra,2009).

2.3 Pembagian Endapan Epitermal


Secara umum, endapan epitermal terbagi atas dua tipe berdasarkan tingkat sulfidasinya
atau tingkat oksidasi sulphur di dalam fluida bijihnya, yaitu :
1. Endapan tipe high sulfidation (sulfidasi tinggi) yang terbentuk pada sisem volkanik-hidrotermal
2. Endapan tipe low sulfidation (sulfidasi rendah) yang terbentuk pada system geothermal
White dan Hedenquist (1995) di dalam White (2009), mengklasifikasikan kedua jenis endapan
tersebut sebagai berikut :
2.4 Tekstur Endapan Epitermal
a. Tekstur Pertumbuhan Primer
Tekstur yang menunjukkan presipitasi atau pertumbuhan dalam tahap awal kristalisasi
di open space. Yang termasuk dalam tekstur ini antara lain :
- Chalcedonic texture : dicirikan oleh kuarsa kristalin yang memperlihatkan kilap
lemak yang mengindikasikan silica yang terbentuk pada suhu rendah dan umumnya
pada kedalaman yang dangkal diatas zona up flow dan kemungkinan menindih
daerah mineralisasi.
- Saccharoidal texture : dicirikan oleh kumpulan butiran massif yang berwarna putih
susu atau mempunyai kilap kaca dengan bentuk menyerupai kumpulan gula.
- Comb texture :memperlihatkan sebuah kumpulan Kristal-kristal yang euhedral-
subhedral membentuk seperti gigi yang menyerupai sisir. Tekstur ini terbentuk
akibat adanya pengisian celah oleh larutan-larutan hidrotermal yang selanjutnya
mengakibatkan pembentukan mineral di sepanjang dinding bagian dalam rekahan.
Kristal-kristal ini kemuduan tumbuh ke bagia tengah dari rekahan sehingga bentuk
atau morfologinya menyerupai sisir.
- Zone crystal : merupakan kelompok dari lapisan atau Kristal. Setiap Kristal
memiliki zona yang berwarna terang dan milky yang saling berselingan.
- Colloform texture : tekstur yang memperlihatkan adanya kesan perlapisan kalsedon
yang halus dengan bentuk botroydal di penampang dan permukaan seperti ginjal
(lonjong).
- Crustiform texture : tekstur yang memperlihatkan perlapisan yang mempunyai
orientasi parallel terhadap dinding urat (vein) dan dipertegas oleh adanya perbedaan
pada komposisi minefal dan warnanya. Tekstur ini terbentuk akibat dari pengisian
rekahan pada dinding bukaan secara rhythmically atau berlapis dan berulang, pada
umumnya bentuk atau morfologi tekstur ini mempunyai bentuk perlapisan dan
berulang-ulang atau mempunyai rhytme.
b. Tekstur Rekristalisasi
Tekstur ini terbentuk akibat perubahan fase metastabil atau silica amorf (misalnya,
silica gel, kalsedon, opal, kristobalik) menjadi kuarsa (Dong, dkk 1995)
- Moss texture : tekstur yang dicirikan oleh kenampakan seperti kumpulan buah
anggur.
- Microplumose texture : tekstur mikroskopis yang menunjukkan adanya bulu-
bulu pada Kristal kuarsa.
c. Tekestur Penggantian
Tekstur ini merupakan hasil dari produk silica yang menggantikan sebagian atau
seluruhnya –pseudomorphs-precipitates mineral sebelumnya (misalnya, karbonat,
sulfat, adularia) (Morrison Etal, 1990). Tekstur penggantian ini biasanya hadir akibat
adanya perubahan pada komposisi larutan dan batuan samping.
- Mold texture : tekstur yang memperlihatkan adanya bekas pelarutan atau
penggantian sebagian dari mineral yang mudah larut dalam urat kuarsa.
- Bladed texture : tekstur yang menunjukkan kumpulan kuarsa kristalin yang
tersusun dalam bentuk pipih.
2.5 Potensi dan Keberadaan Endapan Epitermal
Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal ini
merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan
tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling cepat. Fluktuasi-
fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan
(boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini
secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi klasik
unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium
(Tl), dan belerang (S).
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983), beserta
dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl),
antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat
terkayakan.
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat
pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-
logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana
asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar
(base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian
dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau dalam asosiasi-nya
dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd),
selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi),
tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke
endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.Mineral-mineral
ekonomis yang dihasilkan dari epitermal antara lain Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg, arsenopirit, pirit,
garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga, spalerite, timbal, stibnit, katmiun, galena, markasit,
bornit, augit, dan topaz.
Berikut ini adalah beberapa contoh logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).

 Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat dinugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode
ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara
2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang
berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnyakuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah
kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah
paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum
sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan emas
tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat bentuk
karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati netral
Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan porfiri.
Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi,
2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas
dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer
Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam
rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas diangkut
oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini mengangkut emas hingga
ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu cirri adanya
proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara
larutan yang bersuhu tinggi (hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric).
Selama proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding
batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu hilangnya gas
H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat mengantarkan
emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya dijumpai di breksi hidrotermal
(Sukandarrumidi, 2007).

 Perak

Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak murni (Ag)
mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau menjaring, kadang
berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan sebagai argentite, cerrargirit,
miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya berasosiasi dengan pirit, tembaga,
emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn,
dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit
(temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat mencapai
perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan dalam kandungan emas
(28%).
Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai hasil
samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat berupa endapan
pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan perak didunia
dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).
KESIMPULAN
Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari
lingkungan vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air tanah dalam, atau
air meteorik, metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan yang regas di kerak bumi
bagian atas adalah unsur - unsur yang paling penting. Karena unsur - unsur ini tersedia sepanjang
sejarah kerak bumi.
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000
meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Pembagian endapan epitermal dibagi menjadi dua yaitu sulfida tinggi dan sulfida rendah.
Endapan epitermal ini memiliki beberapa tekstur antara lain tekstur pertumbuhan primer, tekstur
rekristalisasi dan tekstur penggantian.
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi klasik
unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium
(Tl), dan belerang (S).
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983), beserta
dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl),
antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat
terkayakan.
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat
pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-
logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana
asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung.
DAFTAR PUSTAKA
orbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure, alteration, and mineralization . A
workshop presented for the Society of Exploration Geochemists at Townville, 145pp.
Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold deposits, Economic Geology, vol.
13, p. 245-277.
Taylor, H.P., Jr., 1973, O18/O16 evidence for meteoric-hydrothermal alteration and ore deposition in the Tonopah, Comstock
Lode, and GoldfieldMining Districts, Nevada: Economic Geology, v. 68, p. 747-764.
Sibarani, August P., 2008, Studi MikroskopiUntuk Verifikasi Hasil Analisis XRDDan Analisis Tekstur Pada Sampel
Urat Ciurug Endapan Epitermal PongkorIndonesia,Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Pertambangan Dan Perminyakan, ITB
Maulana, Adi. 2017. Endapan Mineral. Yogyakarta. Ombak

Anda mungkin juga menyukai