A. TUJUAN
Tujuan dari Acara III Pengaruh Faktor Pertumbuhan terhadap Populasi
Mikroba dalam Bahan Pangan adalah untuk mempelajari pengaruh
pemanasan, pendinginan, pH, senyawa antimikrobia dan hurdle concept
terhadap viabilitas dan pertumbuhan mikrobia pangan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Saccharomycess bentuk sel-selnya bundar, lonjong, memanjang atau
seperti benang dan menghasilkan pseudomiselium. Berkembang biak secara
vegetatif dengan cara penguncupan multilateral. Konjugasi isogam atau
heterogam dapat mendahului atau dapat terjadi setelah pembentukan askus.
Setiap askus dapat mengandung satu sampai empat spora dengan berbagai
bentuk (Pelczar dan Chan, 1988).
Saccharomycess cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong
eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastopora berbentuk bulat
lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya.
Dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui budding cell.
Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah
nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Khamir dapat berkembang biak
dalam gula sederhana seperti glukosa maupun gula kompleks disakarida yaitu
sukrosa (Marx dalam Ahmad, 2005).
Banyak faktor dan keadaan yang dapat mempengaruhi penghambatan
atau pembasmian mikroorganisme oleh bahan atau proses antimikrobial,
diantaranya adalah konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial, jumlah
mikroorganisme, suhu, spesies mikroorganisme, adanya bahan organik, dan
keasaman atau kebasaan (pH). Secara umum, kemungkinan situs serangan
suatu zat antimikrobial dapat diduga dengan meninjau struktur serta
komposisi sel mikroba. Sejumlah sel hidup yang normal memiliki sejumlah
besar enzim yang melangsungkan proses-proses metabolik dan juga protein
lainnya, asam nukleat, serta senyawa-senyawa lain. Membran semipermiabel
mempertahankan integritas kandungan selular, secara selektif mengatur
keluar masuknya zat antara sel dengan lingkungan luar. Membran ini juga
merupakan situs beberapa reaksi enzim. Dinding sel merupakan penutup
lindung bagi sel selain juga berpartisipasi dalam proses-proses fisiologis
tertentu (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri psikrofil dapat menyebabkan kerusakan bahan pangann yang
didinginkan, contohnya Pseudomonas (Gaman, 1981). Penggunaan suhu
tinggi digabung dengan kelembaban tinggi merupakan salah satu metode
paling efektif untuk mematikan mikroorganisme. Suhu tinggi juga dapat
diberikan sebagai panas kering. Panas lembab mematikan mikroorganisme
dengan cara mengkoagulasikan protein-proteinnya. Panas lembab mematikan
mikroorganisme dengan jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan
panas kering, yang menghancurkan mikroorganisme dengan cara
mengoksidasi komponen-komponen kimiawinya. Sel vegetatif bakteri jauh
lebih peka terhadap panas dibandingkan dengan spora. Sel kebanyakan
bakteri dapat dimatikan dalam waktu 5 sampai 10 menit. Kebanyakan spora
vegetatif khamir dan cendawan lain biasanya terbunuh dalam waktu 5 sampai
10 menit dengan panas lembab pada suhu 50 sampai 600C, sporanya agak
lebih resisten (Pelczar dan Chan, 1988).
Walaupun suhu pendingin dapat menghambat pertumbuhan atau
aktifitas mikroba, atau mungkin membunuh beberapa bakteri, tetapi
pendinginan maupun pembekuan tidak dapat digunakan untuk membunuh
semua bakteri mesofilik maupun termofilik. Jika bahan pangan yang
disimpan dalam suhu rendah dikeluarkan dan dibiarkan pada suhu kamar,
maka mikroba dapat dengan cepat tumbuh kembali dan menyebabkan
kerusakan bahan makanan (Winarno et al dalam Ginting, 2008).
Baru-baru ini, konsep menggabungkan faktor pengawet untuk
pengawetan makanan dikembangkan, disebut rintangan teknologi. Dalam
teknologi hurdle, kombinasi diterapkan karena diharapkan penggunaan faktor
pengawet gabungan akan memiliki efektivitas yang lebih besar pada
menonaktifkan mikroorganisme daripada penggunaan faktor apa pun.
Kualitas makanan dapat terpengaruh oleh fisik, kimia, proses biokimia dan
mikrobiologi. Oleh karena itu, sementara tujuan makanan yang efektif adalah
untuk mengontrol semua bentuk penurunan kualitas, prioritas utama adalah
untuk selalu memperkecil potensi untuk terjadinya dan pertumbuhan
pembusukan makanan dan makanan keracunan mikroorganisme. Faktor yang
digunakan untuk pengawetan makanan disebut 'rintangan' dan ada rintangan
banyak yang telah diterapkan untuk pengawet makanan. Potensi teknik
hurdle untuk digunakan dalam makanan pengawet dapat dibagi menjadi fisik,
fisikokimia, mikroba dan lain-lain (Lee, 2004).
1. 2 3 4
1. 2 3 4
1. 2. 3.
1. 2. 3.
1. 2. 3.
1. 2. 3.
d. Pengaruh Antimikrobia
d.1. Saccharomycess
1. 2 3 4
d.2 Pseudomonas
Masing masing 0, 1 ml suspensi pseudomonas
1. 2 3 4
Kontrol Ditambah ekstrak bawang putih 0,1 ml 1:1, 1:2 dan 1:3
1. 2 3 4
1. 2 3 4