Pada j am an lim a wangsa ( t h.907- 960 ) , keraj aan Nan- Cao m erupakan negara
kecil di propinsi Yu- Nan sebelah selat an. Mungkin karena kecilnya keraj aan ini
tidak dipandang mata oleh kerajaan lain, juga oleh kerajaan Sung yang kemudian
di bangun.
Akan t et api, pada pagi hari di pert engahan m usim chun ( sem i ) it u, banyak
sekali t okoh- t okoh t erkenal di dunia kang- ouw t erm asuk ket ua- ketua
perkum pulan dari pelbagai aliran, orang- orang m uda yang pat ut di sebut
pendekar silat , dan orang- orang aneh yang m em iliki kesakt ian, Dat ang
m em banj iri Nan- cao. Apakah gerangan yang m enarik para kelana dan pe
t ualangan it u m endat angi Nan- cao? Ada pula hal yang m enarik m ereka
berdatangan dari tempat- tempat yang amat jauh.
Pert am a adalah pengangkat an Beng- kauw ( Ket ua Agam a Beng- kauw ) sebagai
Koksu ( Guru Negara ) Keraj aan Nan Cao. Mereka berdat angan unt uk m em beri
selam at kepada Ket ua Beng- kauw yang sudah am at t erkenal di dunia kang- ouw.
Siapakah t idak m engenal Ket ua Agam a Beng- kauw yang bernam a Liu Gan dan
berju- luk Pat - j iu Sin- ong ( Raj a Sakt i Berlengan Delapan ) I t u ? Pada m asa it u,
Pat- j iu Sin- ong Liu gan m erupakan t okoh gem blengan yang j arang dit em ukan
keduanya, j arang m enem ukan t anding. Selain m em iliki kesakt ian hebat , Pat - jiu
Sin- ong Liu Gan j uga m erupakan pendiri Agam a Beng- kauw at au pem bawa
agam a it u dari barat . Tidaklah m engherankan kalau apabila kini t okah- t okoh dari
part ai persilat an besar sepert i Siauw lim - pai, Kun- lun- pai, Hoa- san- pai, dan lain-
lain m engirim ut usan unt uk m enghat urkan selam at at as pengangkat an t okoh
sakti ini sebagai Koksu Kerajaan Nan- cao.
Adapun hal kedua yang m eyebabkan t erut am a kaum m uda, para pendekar
perkasa dari pelbagai penj uru dunia ikut pula berdat angan, adalah t ersiarnya
berit a bahwa put eri t unggal Pat - j iu Sin- ong hendak m em pergunakan kesem pat an
berkum pulnya para t okoh persilat an it u unt uk m encari j odoh ! Tent u saj a hal ini
m enggegerkan dunia kaum m uda, m enggerakan hat i m ereka unt uk ikut dat ang
m em pergunakan kesem pat an baik m engadu unt ung. Siapa t ahu ! Nam a Liu Lu
Sian, puteri Ketua Beng Kauw itu sudah terkenal di mana- mana. Terkenal sebagai
seorang gadis yang selain t inggi ilm u silat nya, j uga m em iliki kecant ikan sepert i
dewi khayangan. Terkenal pula bet apa gadis j elit a ini t elah berani m enolak
pinangan- pinangan yang dat angnya dari orang- orang besar, dari put era- putera
para ket ua perkum pulan, bahkan m enolak pula pinangan dari ist ana beberapa
kerajaan !
Tent u saj a para pem uda inipun sebagian besar hanya ingin m enyaksikan sendiri
bagaim ana uj ud rupa dan bent uk dara yang t erkenal it u, karena j arang diant ara
m ereka yang pernah m elihat Liu Lu Sian. Yang pernah bert em u dengan gadis ini
memuji- m uj i set inggi langit , t erut m a sekali t ent ang kecant ikannya, yang m enj adi
buah bibir para m uda, bahkan ent ah siapa orangnya yang m em buat , t elah ada
sajak pujian bagi Liu Lu Sian.
" Ram but nya Halus licin laksana sut era harum m elam bai, m eraih cint a asm ara !
Mat a indah, kerling t aj am m enggunt ing j ant ung, bulu m at a lent ik berkedip m esra
m em buat bingung ! Hidung m ungil, halus laksana lilin diraut , cuping t ipis
bergerak m esra m enam bah pat ut ! Hangat lem but , m erah basah j uwit a Gendewa
terpentang berisi sari madu Puspita !"
Banyak lagi puj i- puj i yang m esra bagi kej elit aan dara ayu Liu Lu Sian, yang
dikagum i siapa yang pernah m elihat nya, dipuj i dari uj ung ram but sam pai ke
telapak kakinya ! Memang sesungguhnyalah, Liu Lu Sian seorang dara jelita.
Usianya baru enam belas t ahun ( pada j am an it u sudah dewasa dan m asak)
Nam un ilm u silat nya am at t inggi. Hal ini t idak m engherankan karena sem enj ak
kecilnya ia digem bleng oleh ayahnya sendiri. Hanya sayang bahwa sej ak berusia
dua t ahun, Liu Lu Sian t elah dit inggal m at i ibunya. I a t idak pernah m erasa kasih
Sudah terlalu lama kita meninggalkan Liu Lu Sian yang sesungguhnya merupakan
t okoh pent ing, kalau t idak yang t erpent ing, dalam cerit a ini. Sebelum kit a
m elupakan gadis perkasa yang sudah m endat angkan banyak gara- gara karena
kecant ikan dan kegagahannya ini, m arilah kit a m engikut i perj alanan dan
pengalamannya yang amat menarik.
Sepert i yang t elah dicerit akan di bagian depan, Liu Lu Sian t idak m au ikut pulang
dengan ayahnya, Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, yang m em eberi wakt u sat u t ahun
kepadanya unt uk m erant au dan " m em ilih suam i" . Gadis it u m asih berdiri
termangu- m angu di at as puncak bukit , m em andang ke arah j urang dim ana Kwee
Seng t erj ungkal dan lenyap. Bet apapun j uga, ia m erasa kasihan kepada Kwee
Seng yang ia t ahu am at m encint anya. Unt uk penghabisan kali ia m enj enguk ke
j urang hit am it u dan berkat a lirih. " Salahm u dan bodohm u sendiri, m udah saj a
m enj at uhkan hat i t erhadap set iap gadis cant ik." Kem udian ia m enyim pan
pedangnya dan berlari m enuruni puncak bukit . I a kem bali m enuj u ke bent eng,
akan t et api t idak langsung ke sana, m elainkan berkuda m em asuki sebuah dusun
yang m asih ram ai karena penduduknya m engandalkan keam anan dusun m ereka
dengan benteng yang letaknya tidak jauh dari situ.
Sewakt u Lu Sian m akan dalam sebuah warung unt uk sekalian berist irahat
m enent ram kan pikirannnya yang t erguncang dan sam bil m akan ia
m engenangkan keadaan Jenderal Kam Si Ek yang am at m enarik hat inya, ia
m endengar derap kaki banyak kuda m em asuki dusun. Pelayan warung kelihat an
gugup sekali dan di luar t erdengar orang bert eriak- t eriak. Tadinya Lu Sian t idak
mempedulikan keadaan ini, akan t et api ket ika derap kaki kuda, m endekat , ia
kaget sekali m endengar gem uruh kaki kuda, m enandakan bahwa yang dat ang
adalah pasukan yang banyak j um lahnya. Dan ket ika ia m enengok ke j alan,
orang- orang sudah lari cerai- berai bersembunyi.
" Ada apakah, Lopek?" t anyanya kepada t ukang warung yang j uga kelihat an
takut.
" Nona, t idak ada wakt u lagi bicara panj ang. Aku harus segera barsem bunyi dan
kalau nona sayang keselamatanmu, sebaiknya ikut bersembunyi pula."
"Ada apakah ? Barisan apa yang datang itu?"
" Ent ah barisan apa. Akan t et api t erang bahwa ada pasukan berkuda yang banyak
sekali lewat kam pung ini, dan pada saat sepert i sekarang ini, sem ua pasukan
m erupakan peram pok- peram pok yang j ahat , apalagi kalau m elihat wanit a
cant ik." Set elah berkat a dem ikian, t ukang warung it u t anpa m enant i Lu Sian lagi
sudah lari melalui pintu belakang !
Lu Sian t ersenyum m engej ek dan m elanj ut kan m akannya. Apa yang perlu ia
t akut kan ? Pasukan it u boleh j adi ganas dan m enggangu orang baik- baik, akan
t et api t erhadap dia, m ereka akan bisa apakah ? Boleh coba- coba ganggu kalau
hendak berkenalan dengan pedangnya ! Akan tetapi ketika mendengar derap kaki
kuda it u sudah dekat , ia t idak dapat m enahan keinginan hat inya unt uk ke luar
warung menonton.
Kiranya pasukan yang cukup besar, lebih dari lim a puluh orang pasukan berkuda,
dengan kuda yang bagus- bagus, dipim pin oleh seorang kom andan m uda yang
bert ubuh t inggi besar dan berkulit hit am . Pada saat Lu Sian keluar, ia m elihat
seorang m enyim pangkan kudanya ke pinggir j alan dim ana t erdapat seorang
wanit a m uda sedang m em bet ot - bet ot t angan put eranya yang berusia t iga t ahun.
Anak ini agaknya senang m elihat begit u banyaknya orang berkuda dan m enangis
t idak m au ikut ibunya. Wanit a it u m asih m uda, usianya t akkan lebih dua puluh
lima tahun. Wajahnya lumayan kulitnya kuning bersih.
" Aihh, m anis kau t inggalkan saj a anak nakal it u dan m ari ikut denganku, m alam
ini bersenang- senang denganku. Ha- ha- ha! " Penunggang kuda it u
m em bungkukan t ubuhnya ke kiri dan t angannya yang berlengan panj ang it u
" Ah, bau...! Tengik dan kecut ! Jem bel busuk t ak pernah m andi! " Terdengar
m akian perlahan di sebelah at as Kwee Seng. Mendengar m akian ini, Kwee Seng
m engerut kan kening. Kurang aj ar, pikirnya. Kiranya yang dim aki bau t engik dan
kecut adalah dia ! Dengan hat i m endongkol Kwee Seng berdongak, m em andang
kakek it u yang j uga m em andang kepadanya sam bil m enut up lubang hidung
dengan telunjuk dan ibu jari yang menjepit hidung.
"Heh- heh, kakek cebol. Bau t engik dan kecut it u dat angnya dari j enggot dan
kum ism u. Coba kau cukur bersih cam bang baukm u, t ent u lenyap bau t ak enak
itu, heh- heh- heh!"
Mendengar ini, kakek it u m elepaskan dekapan pada hidungnya, lalu t angannya
m enyam bar j enggot dan kum isnya yang panj ang, dibawa dekat - dekat ke uj ung
hidung lalu ia m endengus- dengus dan m encium - cium . Mendadak ia berbangkis
dua kali.
" Haching ! Haching ! Apek... apek ! Wah, j em bel busuk, kau berani
m em perm ainkan aku, hah ? Burung set an, kau wakili aku pancal hidungnya
sampai keluar kecap dan tampar kedua pipinya sampai bengkak- bengkak!" Kakek
itu berkata perlahan.
Kwee Seng m em ang sudah siap sedia m enghadapi segala kem ungkinan, karena
orang t akkan dapat m enduga apa yang akan dilakukan seorang kakek aneh
sepert i it u, akan t et api ia kaget j uga ket ika t iba- t iba sesosok sinar abu- abu
m enyam baar ke arah m ukanya, kiranya burung hant u it u t elah m enyerang
dengan gerakan t erbang yang sam a sekali t idak m enim bulkan bunyi, t ahu- tahu
burung it u t elah m enggunakan paruhnya unt uk m em at uk hidungnya, disusul
tamparan dengan kedua sayap burung itu ke arah kedua pipinya ! Serangan yang
hebat sekali, lebih hebat daripada sam baran anak- anak panah yang bet apa laj u
pun.
"Plak- plak- plak! ! ! " Beberapa helai bulu burung ront ok dan burung it u sendiri
m engeluarkan suara " huuuk... huuuuk...! " t erbang ke at as, lalu lenyap ke at as
pohon, m engeluh kesakit an. Hidung Kwee Seng sam a sekali t idak m engeluarkan
kecap dan sepasang pipinya t idak bengkak- bengkak sepert i yang diharapkan
kakek cebol it u. Kwee Seng m asih duduk enak- enakan dan t idak pedulikan lagi
kakek di at asnya, m elainkan m enont on kelanj ut an perlom baan di bawah. Tadi ia
m enggunakan sent ilan dan t am paran m engusir burung t anpa m em bunuhnya
karena ia t ahu bahwa burung it u t idak bersalah apa- apa, hanya m em enuhi
perintah Si Kakek Cebol.
Saat it u, Salinga sudah m elarikan kuda put ihnya m engelilingi lapangan unt uk
mem perlihat kan ket angkasannya m elepas anak panah. Pem uda ini biarpun t idak
selihai bayisan nam un ket angkasannya sudah cukup unt uk m enj adi seorang
perwira j agoan di dalam barisan Khit an. Gendewanya yang besar dan berat
m engeluarkan suara m enj epret , hanya dua kali dan t ahu- t ahu t uj uh bat ang anak
panah t elah m enancap, em pat bat ang anak panah yang kesem uanya t epat
m engenai sasaran di bagian yang pent ing dan m em at ikan. Tent u saj a para
penont on, t erm asuk Put eri Tayam i sendiri, m enyam but ket angkasan ini dengan
tepuk sorak gem uruh, karena j elas bahwa Salinga t elah lulus uj ian dan pat ut
menjadi calon panglima !
Akan t et api, apa yang dilihat penont on selanj ut nya, benar- benar m em buat
penont on besorak lebih gem uruh lagi, karena pert unj ukan Bayisan benar- benar
mengagumkan m ereka. Sepert i j uga Salinga, panglim a m uda ini m elarikan kuda
m erahnya am at cepat m engelilingi lapangan, dem ikian cepat nya kuda m erah it u
lari sehingga m erupakan bayangan m erah yang bagaikan t erbang m engelilingi
sasaran. Ket ika larinya kuda t iba di depan sasaran, t iba- t iba t am pak sinar
berkilauan m enyam bar dari at as kuda m enuj u sasaran, dan .... Tiga belas bat ang
hui- t o ( pisau t erbang) t elah m enancap di t iga belas bagian t ubuh yang
m em at ikan yait u di ant ara kedua alis, dit enggorokan, di kedua pundak, di kanan
Ketegangan m em uncak karena Kwee Seng yang m asih enak- enak " nongkrong" di
punggung kakek it u seakan- akan t idak m elihat bahaya, m em biarkan dirinya
dibawa ke dalam barisan anak panah, di m ana ahli- ahli panah t elah siap
m elepaskan anak panah. Busur t elah m ereka t arik sepenuhnya ! Bahkan di
panggung kehorm at an, t idak ada suara berkelisik sem ua m at a m em andang
penuh ket egangan, agaknya napasnya pun dit ahan m enant i det ik- det ik yang
akan dat ang it u. Dari m ulut Raj a Kulu- khan terdengar suara. "Ah, sayang... kalau
sam pai m ereka t ewas..." Akan t et api suara ini hanya sepert i bisik- bisik saj a, pula
pada saat sepert i it u, siapa orangnya t idak ingin m enyaksikan bagaim ana
kelanj ut an perist iwa aneh it u ? Raj a sendiri biarpun m ulut berkat a dem ikian,
hatinya amat ingin menyaksikan dan tentu akan melarang kalau ada yang hendak
menghalangi orang gila itu memasuki barisan anak panah.
Para ahli panah yang t elah m enerim a bisikan dari Bayisan, m enant i sam pai orang
gila itu tiba di tengah- tengah lapangan, dan tepat pula seperti yang diperintahkan
Bayisan, m ereka m em anah unt uk m em bunuh, m aka begit u t erdengar suara t ali
busur m enj epret disusul berdesirnya anak panah yang puluhan bat ang
banyaknya, sem ua anak panah it u selain m enuj u ke arah bagian- bagian
berbahaya dari t ubuh Kwee Seng, j uga ada yang m engaung lewat di pinggir dan
aras kepalanya intuk mencegah orang gila itu mengelak !
"Aduh celaka...!" "Ahh...!" "Mati dia...!"
Bahkan Raj a Kulu- khan sendiri m engeluarkan seruan kecewa, dem ikian pula
put eri Tayam i dan yang lain- lain ket ika m elihat bet apa anak- anak panah yang
banyak sekali m engenai t ubuh " orang gila" it u sehingga t ubuhnya sepert i penuh
anak panah, di kanan diri dada, bahkan ada yang m enancap di m ukanya ! Akan
t et api anehnya, " kuda" kecil it u m asih m erayap t erus dan orang gila it u m asih
enak- enak duduk m engant uk, seakan- akan anak- anak panah yang m enancap
pada dada dan m ukanya it u t idak dirasainya sam a sekali ! Kem bali anak panah
yang banyak sekali m enyam bar, kini m enuj u kepada " kuda" ! Berbeda dengan
perat uran yang berlaku dalam uj ian ket angkasan it u, kini karena t elah diberi
kom ando Bayisan yang t ahu bahwa dua orang it u adalah orang- orang pandai
yang agaknya m em ancing keribut an, m ereka lalu m enghuj ani " kuda" it u dengan
anak panah pula.
" Anak kecil it u pun m at i...! " t eriak orang- orang yang m enont on yang t ent u saj a
sudah dapat m enduga bahwa kuda it u adalah kuda palsu, bukan kuda m elainkan
seorang m anusia. Tent u seorang anak- anak karena kaki t angannya begit u kecil
dan pendek.
Aneh pula, sepert i halnya penunggangnya, kuda palsu it u pun sam a sekali t idak
m engelak dan t ubuhnya pun penuh dengan anak panah ! Akan t et api, lebih aneh
lagi, dia m asih saj a m erangkak- rangkak, bahkan kini m enuj u ke lapangan di
mana tersedia sasaran boneka besar untuk menguji kepandaian memanah !
Barulah kini orang- orang m elihat bahwa anak- anak panah yang disangka
m enancap di dada orang gila it u sam a sekali bukan m enancap, m elainkan di
kem pit di ant ara kedua kelek ( ket iak) dan di ant ara j ari- j ari t angan, m alah yang
tadinya disangka menancap di muka ternyata adalah anak- anak panah yang kena
gigit oleh " orang gila" it u. Ent ah bagaim ana cara " kuda" it u m enerim a anak- anak
panah yang kelihat annya m asih m enancap pada t ubuhnya, karena t ubuh it u
Tayam i m em baca dengan keras sehingga t erdengar pula oleh Salinga. " Apa
art inya ini?" " Ent ahlah, Dinda. Sem ua t erj adi serba aneh. Perahu kit a t erguling.
Kit a ham pir celaka lalu t iba- t iba ada bat ang pohon ini yang m enolong kit a. Lalu
m uncul burung hant u yang m em beri bungkusan dan surat . I hhh, benar- benar
m enyeram kan sekali. Kausim pan bungkusan it u, m ari bant u aku m endayung
bat ang pohon it u dengan kaki agar dapat m inggir." Mereka segera bekerj a dan
betul saja, sedikit demi sedikit batang kayu itu bergerak ke pinggir.
Sem ent ara it u, t iga orang Khit an yang t elah selesai m elakukan pekerj aan j ahat
it u, cepat - cepat m enyelam dan berenang ke pinggir kem bali. Akan t et api begitu
m ereka m uncul di pinggir dan m eloncat ke darat , m ereka kaget sekali karena di
depan m ereka t elah berdiri seorang yang t erkekeh- kekeh dan ket ika m ereka
mengenal laki- laki gila yang pagi tadi mengacaukan perlombaan, mereka menjadi
ngeri.
"Heh- heh- heh, set elah m em bunuh lalu lari, ya?" Kwee Seng m enegur. Tent u saj a
m ereka bert iga t erkej ut bukan m ain. Pekerj aan m ereka t adi m encelakai dan
m em bunuh put eri m ahkot a adalah perbuat an yang am at berbahaya. Kalau
diket ahui orang, t ent u m ereka akan celaka, m aka sekarang m endengar bahwa
j em bel gila ini sudah m elihat perbuat an m ereka, serent ak dua orang yang
bert ubuh t inggi besar it u m encabut golok dan m enerj ang Kwee Seng ! Cepat
gerakan m ereka ini, dan cepat pula hasil ayunan golok m ereka, yait u kepala
m ereka sendiri t erbelah oleh golok m asing- m asing sam pai ham pir m enj adi dua
dan t ubuh m ereka m asuk ke dalam sungai dan hanyut . Hanya dengan sent ilan
j ari t angannya Kwee Seng t elah m em buat golok yang m enyerangnya it u
m em balik dan " m akan t uan" . Sej enak ia m em andang dua buah m ayat yang
m enggant ikan t em pat Tayam i dan Salinga it u, kem udian sekali berkelebat ia
t elah m eloncat dan m enangkap t engkuk orang ke t iga yang m elarikan diri
ketakutan.
" Ke m ana kau hendak lari?" " Am ... am pun... ham ba t ahu pekerj aan it u
t erkut uk... akan t et api ham ba t erpaksa... kalau t idak m au m elakukan t ent u akan
dibunuh..."
" Hem m , aku m endengar t adi keraguan m elakukan perbuat an it u. Siapa yang
memaksamu melakukannya?"
" Panglim a Muda Bayisan..." " Mengapa ? Mengapa Put eri Mahkot a dan Salinga
akan dibunuh?" " Ham ba... ham ba t idak t ahu... m ungkin karena cem buru set elah
... Sribaginda menerima Salinga menjadi calon mantu..."
" Hem m m ..." Kwee Seng m engangguk- angguk, kem udian t angannya bergerak
cepat, tahu- tahu orang Khitan itu telah roboh tertotok, lumpuh seluruh tubuhnya.
Kemudian tubuhnya berkelebat lenyap dalam kegelapan malam.
Set elah berhasil m endarat , Salinga dan Tayam i segera lari ke arah kuda m ereka,
m eloncat ke punggung kuda set elah m elepaskan kendali dari pohon, lalu
membalapkan kuda kembali ke kota raja.
"Aku merasa kuatir sekali akan terjadi sesuatu di kota raja." Kata Salinga.
" Suhu...! ! " Bu Song berseru girang sekali ket ika ia m elihat Kim - m o Taisu duduk
bersam adhi di bawah pohon. Kedua kakinya sudah m erasa am at lelah m endaki
bukit yang am at sukar it u, akan t et api begit u m elihat suhunya, sem angat nya
timbul dan ia berlari terengah- engah di jalan tanjakan, menghampiri suhunya.
Kim- m o Taisu m em buka kedua m at anya dan t ersenyum girang m em andang
m uridnya. Bocah yang sam a sekali t idak pandai ilm u silat ini t elah m em bukt ikan
keberanian luar biasa dan keulet an yang m engagum kan bahwa ia dapat j uga
m enyusulnya sam pai ke lereng gunung yang m erupakan perj alanan am at sukar
bagi orang yang t idak t erlat ih ilm u silat . Muridnya it u dat ang dengan m uka agak
pucat dan t ubuh m em bayangkan kelelahan hebat , akan t et api pundi- pundi uang
it u m asih digendongnya dan sem angat besar m asih bernyala- nyala di sepasang
mata yang bersinar- sinar itu.
" Bu Song, lekas kau duduk bersila di sini. Kau harus belaj ar bagaim ana
memulihkan tenagamu kembali dan menghilangkan lelah."
Bu Song t idak m em bant ah. Dit urunkannya pundi- pundi dari pundaknya,
kem udian ia duduk bersila di depan gurunya, m eniru kedudukan kaki yang
ditekuk tumpang tindih.
" Tarik napas dalam - dalam sewaj arnya t anpa paksaan, busungkan dada
kem piskan perut , t arik t erus yang panj ang..." Kim - m o Taisu m em beri pet unj uk
sam bil m em beri cont oh. Bu Song m em andang gurunya dan m ent aat i perint ah ini,
terus menarik napas dan merasa betapa dadanya penuh sekali.
" Keluarkan napas, perlahan- lahan sewaj arnya t anpa paksaan, kem piskan dada
busungkan perut . Nah, begit u ulangi sam pai sem bilan kali, m akin panj ang m akin
baik."
Ot om at is Bu Song m ent aat i perint ah suhuny a ini, m akin lam a m akin baik cara ia
bernapas. Kem udian sam bil m asih bersila, Kim - mo Taisu m engaj ar m uridnya
m engat ur napas, m enarik napas dari dada ke perut , m enahannya ke t engah
pusar sam pai perut t erasa panas hangat , m em beri pet unj uk pula cara m enguasai
napas. " Kau um pam akan napasm u seekor naga yang sukar dikendalikan, akan
t et api kau harus dapat m enunggang naga it u, kaubiarkan dirim u dibawa t erbang
keluar m asuk, t erus kaut unggangi j angan lepaskan sedikit pun j uga, akhirnya kau
t ent u akan m am pu m enguasai dan m enaklukannya." Dem ikianlah Kim - m o Taisu
m em beri pet unj uk. Kem udian ia m engaj ar m uridnya unt uk sam bil duduk bersila
m enguasai napas, duduknya t egak dengan punggung lurus, m uka lurus ke
depan, pandang m at a m enunduk ke arah uj ung hidung, seluruh panca indera
dipusatkan "menunggang naga". Inilah inti pelajaran ilmu bersamadhi, dan siulian
at au sam adhi ini pula m enj adi dasar pelaj aran ilm u silat t inggi. Tent u saj a Bu
Song sam a sekali t idak m engira bahwa gurunya m ulai m enurunkan ilm u yang
menjadi dasar ilmu silat tinggi.
Diam- diam Kim - m o Taisu kagum bukan m ain m enyaksikan kekerasan hat i dan
kem auan m uridnya. Sayang m uridnya t erlalu m em benci ilm u silat sehingga
sukarlah baginya unt uk m elat ih ilm u silat . Bocah ini yang baru saj a t iba set elah
Oleh karena Hek- giam- lo adalah m urid Ban- pi Lo- cia, t ent u saj a ia m endendam
karena Kim - m o Taisu yang t elah m enewaskan gurunya. Nam un hal ini t idak ada
seorangpun yang t ahu, j uga orang- orang yang t erkenal di Khit an t idak ada yang
t ahu, t idak ada yang m enduga bahwa Hek- giam- lo yang m engerikan it u
sebetulnya adalah Bayisan, bekas Panglima Khitan yang dulunya tampan itu.
Tent u saj a hanya Raj a Kubakan yang t ahu dan m enerim a sahabat nya it u, j uga
sut enya ( adik seperguruannya) , Lauw Kiat yang kini bunt ung kedua kakinya oleh
Kim- m o Taisu. Tewasnya gurunya dan bunt ungnya kedua kaki Lauw Kiat
m em buat Hek- giam- lo m arah sekali dan belum m erasa puas kalau belum dapat
m em bunuh Kim - m o Taisu! I nilah sebabnya m engapa ia m em usuhi Kim - m o Taisu
dan Bu Song yang t idak t ahu duduk persoalannya, t ent u saj a m erasa heran dan
marah.
Juga orang m uda ini t idak t ahu m engapa Hui- to- pang m em usuhi Kim - m o Taisu,
bahkan yang m em bunuh ist eri gurunya, yang disuruh oleh Kong Lo Sengj in,
adalah orang Hui- to- pang. Hal ini j uga ada sebab- sebabnya. Ket ika Kim - m o Taisu
m asih m erant au sebagai seorang pendekar j em bel gila, di kot a besar Cin- an di
Propinsi Shan- t ung, Kim - m o Taisu pernah bent rok dengan ket ua Hui- to- pang.
Persoalannya adalah karena Ket ua Hui- to- pang m enggunakan kekuasaan dan
pengaruhnya m eram pas dengan paksa seorang gadis yang dicint ai put eranya.
Puteranya jatuh cinta kepada seorang gadis anak pedagang kulit di kota itu. Maka
diaj ukannya pinangan. Akan t et api ayah si gadis m enolak pinangan it u dengan
alasan bahwa put eriny a sej ak kecil t elah dipert unangkan dengan keluarga lain.
Sesungguhnya ayah si gadis m enolak karena t idak suka berm ant ukan put era
Ketua Hui- to- pang yang terkenal sebagai perkumpulan tukang- tukang pukul.
Kalau saj a Ket ua Hui- to- pang t idak m endengar akan dasar penolakan yang
sesungguhnya, agaknya ia pun t idak akan m em aksa set elah m endengar gadis it u
sudah dipert unangkan dengan orang lain. Akan t et api begit u m endengar alasan
penolakan yang sesungguhnya, ia m enj adi m arah sekali. Toko Si Penj ual Kulit
diobrak- abrik, Si Penj ual Kulit dan ist erinya m at i t erbunuh dan anak
perem puannya diculik! Kebet ulan pada hari it u Kim - m o Taisu lewat di kot a it u.
Mendengar perist iwa ini bangkit lah j iwa pendekarnya dan m alam hari ia
m endat angi gedung Ket ua Hui- to- pang. Kem arahannya m em uncak ket ika
m endengar bet apa gadis it u m enggant ung diri sam pai m at i set elah m enj adi
korban keganasan putera Ketua Hui- to- pang.
Pert em puran t erj adi dan Ket ua Hui- to- pang yang t adinya m em andang rendah
kepada j em bel gila it u dan yang m arah karena Kim - m o Taisu dianggap t erlalu
lancang dan usil m engurusi urusan " sepele" orang lain, t ernyat a kalah dan
t erluka! Ket ika para anggaut a Hui- to- pang hendak m engeroyok, Kim - m o Taisu
berhasil m enangkap put era Ket ua Hui- to- pang dan dij adikan perisai sehingga ia
berhasil keluar. Saking m arahnya, ket ika hendak m eninggalkan t em pat it u dan
m em bebaskan put era Ket ua Hui- to- pang, Kim - m o Taisu m em bunt ungi uj ung
hidung dan kedua telinga pemuda hidung belang itu!
I nilah sebab- sebab perm usuhan dan dendam Hui- to- pang kepada Kim - m o Taisu,
dan t okoh yang berhasil dihasut Kong Lo Sengj in dan m em bunuh ist eri Kim - mo
Taisu adalah adik kandung Hui- to- pangcu ( Ket ua) sendiri. Dem ikianlah t idak
m engherankan apabila kini m ereka bersekongkol dengan Hek- giam- lo unt uk
m engeroyok Kim - mo Taisu. Apalagi ket ika m endengar dari Kong Lo Sengj in
bahwa dua orang t okoh m ereka yang berusaha m enawan sast rawan Ciu Gwan
Liong dalam usaha m ereka m eram pas dan m encari kit ab dan suling pem berian
Tiba- t iba orang- orang Hui- to- pang ini m eloncat m undur dan begit u t angan
mereka bergerak, golok terbang melayang dan meluncur cepat menghujani tubuh
Bu Song! Bu Song kaget dan m arah sekali, I a m em ut ar sulingnya dan m enerj ang
m aj u, dengan t idak t erduga- duga ia m enggunakan kedua kakinya m elakukan
t endangan berant ai dan robohlah dua orang Hui- to- pang set elah t ubuh m ereka
m encelat sam pai lim a m et er lebih! Nam un pada saat it u, selagi Bu Song m asih
m em ut ar sulingnya m elindungi t ubuh dari huj an hui- t o dari em pat penj uru, t iba-
t iba t erdengar angin keras dan berkelebat lah belasan bat ang hui- t o yang
m engeluarkan sinar m enyilaukan m at a! I nilah Cap- sha- hui- t o ( Tiga belas Golok
Terbang) yang dilont arkan oleh Hek- giam- lo! Ket ika Bayisan m enyem bunyikan
diri, ia pernah m em pelaj ari ilm u golok t erbang dari Ket ua Hui- to- pang, yait u
m elont arkan golok sebagi senj at a rahasia. Dan karena t ingkat kepandaiannya
m em ang am at t inggi, bahkan lebih t inggi daripada Ket ua Hui- to- pang sendiri,
m aka begit u ia m endapat kan rahasia ilm u m elont arkan golok t erbang ia dapat
m encipt akan ilm u ini yang lebih hebat daripada orang yang m engaj arnya. I a
dapat m encipt akan golok yang gagangnya m elengkung sehingga kalau ia
m elont arkannya, golok it u dapat t erbang kem bali kepadanya apabila t idak
m engenai lawan dan dapat ia sam but dan pergunakan lagi! Lebih hebat pula,
kedua t angannya dapat m elont arkan t iga belas bat ang golok t erbang sekaligus!
I ni m em ang hebat luar biasa, karena Hui- to- pangcu sendiri, ket ua Perkumpulan
Golok Terbang, hanya dapat melontarkan sebanyak tujuh batang golok!
Menghadapi serangan ini, Bu Song t erkej ut dan t ent u saj a ia m em ut ar sulingny a
m enangkis sam bil m engelak. Akan t et api ia sam a sekali t idak m engira bahwa
golok yang t idak m engenai sulingnya, dapat t erbang m em balik. Ada t iga bat ang
yang t erbang m em balik sehingga ia am at kaget dan berusaha m enyelam at kan
diri. Akan t et api kurang cepat dan sebat ang golok m ilik Hek- giam- lo m enancap di
pundak kirinya!
Melihat hasil ini, enam orang Hui- to- pang m enyerbu serent ak dengan t usukan
dan bacokan golok yang dat ang bagaikan huj an ke arah t ubuh Bu Song. Bu Song
m engeluarkan suara keras dari kerongkongannya, suara keras yang m engiringi
pengerahan t enaga dalam , m em ut ar sulingnya unt uk m elindungi t ubuh karena
Hek- giam- lo pun sudah m enerj angnya lagi. Pundaknya t erasa sakit dan panas
sekali sehingga lengan kirinya ham pir lum puh. Keadaannya berbahaya sekali,
nam un Bu Song m enggigit bibir dan m em ut ar suling, m engam bil keput usan akan
melindungi suhunya sampai titik darah terakhir.
Set elah gurunya m eninggal dunia, barulah Bu Song m erasa bet apa hidupnya
sunyi dan sebat ang kara. Ada t im bul ingat an dalam hat inya unt uk pergi ke Nan-
cao, m enj um pai kakeknya, Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, ayah dari ibunya yang
sam pai kini t idak pernah ia j um pai. Tent u saj a ia t idak pernah m im pi bahwa
pernah ia bert em u dengan ibunya, bahkan ia berani m enegur dan m enasihat i
ibunya it u yang hendak m em bunuhnya! Sam a sekali ia t idak pernah m im pi
bahwa karena sikap dan kat a- kat anya m aka ibunya m enj adi sadar dan insyaf,
Si Kakek kem bali m enggeleng kepala dan m enarik napas panj ang. " Percum a...
tidak ada gunanya...!"
Bu Song adalah seorang yang m asih m uda. Melihat sikap pengem is baj u bersih
t adi pun ia sudah m erasa m endongkol hat inya. Kini m endengarkan pem bant ahan
ant ara guru dan m urid ini, ia m erasa penasaran dan t anpa disadarinya ia lalu
berkata,
" Muridnya begit u bersem angat , gurunya begini m elem pem , sungguh lucu. Kalau
seseorang sudah kehilangan keberaniannya m enent ang si j ahat , dia t idak pat ut
menjadi guru lagi!"
Pengemis termuda yang menjadi murid kakek itu tiba- tiba melompat ke depan Bu
Song dan sem ua pengem is kaget dan heran. Mengapa ada orang m endekat i
mereka tanpa mereka ketahui?
" Eh, orang m uda, lancang sekali m ulut m u berani m enegur Suhu! Tidak t ahukah
engkau dengan siapa kau berhadapan? Suhu adalah Sin- kauw- j iu Liong- kauwsu
( Guru Silat Liong berj uluk Kepalan Monyet Sakt i) , dahulu j agoan kot a Sin- Yang!
Hayo lekas kau minta maaf dan menarik kembali omonganmu yang lancang kalau
kau tidak ingin merasai pukulanku!"
" Aihh... aihh...! Kenapa m endadak m enj adi begini galak? Tadi ada pengem is t olol
memaki- m aki lalu m em ukul dan m enendang Kakek ini sam pai m asuk selokan
bau, kau diam saja!"
Sej enak m ereka it u m em perlihat kan m uka m alu, akan t et api pengem is m uda it u,
yait u yang t erm uda di ant ara m ereka, baru t iga puluh lim a t ahun, lalu
membentak marah.
Sesungguhnya, biarpun kakek ini kelihat annya j auh lebih lihai daripada si m urid
at au sut enya t adi, ia t idak t akut m enghadapinya dengan t angan kosong. Akan
tetapi mengingat bahwa kakek ini adalah seorang yang dahulunya tentu ternama,
ia pun segan unt uk m em andang rendah. I a t idak m em punyai perm usuhan
dengan m ereka, apalagi Sin- kauw- j iu Liong- kauwsu, dan ia bahkan m enaruh iba
kepada bekas guru silat dan m urid- m uridnya ini yang t elah m erosot deraj at nya
m enj adi pengem is- pengem is yang dihina orang. Di sam ping rasa iba ini, ada pula
rasa penasaran m engapa sem angat si guru dem ikian m elem pem dan t idak layak
menjadi sikap seorang gagah.
" Kauwsu, bukan aku yang m engaj ak berkelahi. Kalau t idak t erdesak, unt uk apa
aku m engeluarkan senj at a? Aku t idak m au m elukai orang! " j awabnya. " Kalau kau
hendak main- main, silakan mulai."
Kakek it u kelihat an m arah sekali. " Sudah t erlalu lam a dihina orang t anpa berani
m em balas! Sekarang ada engkau ini orang m uda yang dat ang- dat ang m enghina
kam i. Orang m uda, j angan salahkan aku kalau t oyaku t idak m engenal kasihan.
Kau sam but lah! " Tam pak gulungan sinar kuning ket ika t oya it u m enyam bar
dahsyat , m enyerang dengan pukulan m enyam ping ke arah lam bung kiri Bu Song
disusul gent akan uj ung lain yang m enyusul dengan hant am an ke arah kepala
andaikata pukulan pertama dapat dielakkan.
Akan tetapi, sekali berkelebat tubuh orang muda itu lenyap dari depannya! Liong-
kauwsu terkejut, cepat membalikkan tubuh menggerakkan toyanya menerjang ke
belakang t ubuh. Benar saj a dugaannya, orang m uda yang dapat bergerak luar
biasa cepat nya it u t adi t elah berada di belakangnya sehingga serangan
susulannya ini t epat sekali. Dengan t usukan kuat uj ung t oyanya m enyam bar ke
arah dada, kem udian ket ika orang m uda it u m engelak ke kiri, t oyanya m engej ar
t erus dengan sont ekan ke kanan, m enghant am leher lalu disont ekkan lagi,
m enggunakan uj ung yang lain m enyeram pang kaki. Sem ua ini dilakukan oleh
kakek it u dengan kecepat an kilat , dan biarpun ia sudah t ua, nam un kedua uj ung
Sin- kauw- j iu Liong- kauwsu adalah seorang kang- ouw yang sudah banyak
pengalam annya. I a m aklum bahwa orang m uda ini adalah seorang sakt i yang
t idak m au m em perkenalkan nam anya. Tim bul harapan dalam hat inya bahwa
orang m uda yang luar biasa ini akan dapat m em bant unya m enebus sem ua
penghinaan dan sakit hati yang selama puluhan tahun ia derita.
Akan t et api pada saat it u, berkelebat bayangan orang yang dat ang- datang
m em bent ak, " Lagi- lagi ada m anusia t ak berbudi yang berani m enghina kaum
jembel mengandalkan kepandaiannya?"
Para kakek pengem is dan j uga Suling Em as ( karena Bu Song sendiri m erubah
nam anya, m ulai sekarang kit a m engenalnya sebagai Suling Em as) m enoleh dan
m elihat bahwa yang dat ang it u adalah seorang laki- laki berusia kurang lebih t iga
puluh t ahun, pakaiannya t am bal- t am balan dan bahkan kedua lengan baj unya
bunt ung com pang- cam ping, m em akai caping ( t opi pet ani) lebar yang m enut upi
sebagian m ukanya. Juga capingnya it u but ut , com pang- cam ping pinggirnya.
Orang t ua it u bangkit berdiri dan sukar unt uk m enj awab. Tim bul kekhawat iran di
hat inya bahwa pengem is m uda yang perkasa ini t akkan m au bekerj a sam a kalau
m endengar bahwa dia sebet ulnya bukan pengem is sam a sekali, m elainkan
pengemis paksaan! Melihat keadaan kakek itu meragu, Suling Emas lalu berkata,
" Saudara Yu Kang, Lopek ( Pam an Tua) ini sam a sekali bukan pengem is. Dia
dahulu adalah kedua dari Sin- jiu- bu- koan, berj uluk Sin- kauw- j iu bernam a Liong
Keng."
" Nam a kosong belaka...., nam a kosong belaka...." Liong- kauwsu m enggoyang-
goyang kedua tangan dengan perasaan malu.
" Hem m , kalau begit u bukan golongan pengem is? Mengapa berpakaian pengem is?
Mau m ain- m ain dengan pengem is, ya? Liong- kauwsu, kalau kau dan kawan-
kawanm u ini hanya pura- pura m enj adi pengem is unt uk m encapai t uj uan, aku
tidak sudi bekerja sama!"
" Tidak... t idak... ah, Yu- enghiong salah sangka. Mem ang kam i t erpaksa m enj adi
pengem is, akan t et api andaikat a pem balasan dendam kam i sudah t erkabul, kam i
pun t et ap akan m enj adi pengem is. Kam i sudah t idak punya apa- apa, dan unt uk
selanj ut nya, kam i rela m enj adi pengem is asal saj a Si Keparat Pouw- kai- ong
sudah mendapat hukumannya!"
"Kalau begitu, boleh kita bekerja sama." Kata Yu Kang mengangguk- angguk.
" Marilah Ji- wi Enghiong, kit a bicara sam bil berunding di t em pat kam i, di bawah
jembatan Tembok Merah."
Yu Kang mengangguk dan Suling Emas juga menerima baik undangan ini. Mereka
lalu berangkat menuju ke jembatan besar di pinggir kota itu dan turunlah mereka
ke kolong j em bat an. Di t em pat sederhana inilah Liong- kauwsu besert a anak
buahnya t inggal! Biarpun kolong j em bat an, karena dirawat , m aka t anahnya
cukup bersih dan baunya t idak busuk. Beberapa orang m urid Liong- kauwsu sibuk
m enyem belih angsa besar yang m ereka t adi t angkap, ent ah darim ana. Tak lam a
kemudian bau harum paha angsa dipanggang m em buat air liur m em enuhi m ulut .
Beberapa orang lagi mengeluarkan cawan retak dan seguci besar arak!
Sepert i t elah kit a ket ahui, dalam kesedihan dan kebingungannya, Liong- kauwsu
bertemu dengan Kim- mo Taisu, kemudian minta pertolongan Kim- mo Taisu untuk
m enghadapi Pouw- kai- ong. Akan t et api, Kim - m o Taisu t idak dapat berbuat
sesuat u t erhadap Pouw- kai- ong ket ika pendekar ini m elihat bet apa gadis put eri
guru silat it u dengan suka rela ikut Pouw- kai- ong! Hal inilah yang m em buat
kecewa hat i Liong- kauwsu yang t adinya am at m engharapkan Kim - m o Taisu
berhasil m em bawa pulang put eri angkat nya. Terpaksa ia m enerim a keadaan dan
tidak mau merintangi lagi puteri angkatnya yang ikut Pouw- kai- ong.
Akan t et api, dua t ahun kem udian, luka dihat inya m enj adi robek kem bali ket ika
Liong- kauwsu m endengar kabar bet apa anak angkat nya it u hidup m erana dan
sengsara di sam ping Pouw- kai- ong yang m ulai nam pak " belangnya". Pouw- kai-
ong sudah m ulai bosan dan m em perlakukan Liong Bi Loan sepert i seorang budak
belian, bahkan t idak j arang m em ukulinya. Kem udian secara bert erang Pouw- kai-
ong m ain gila dengan wanit a- wanit a lain dengan m em aksa Liong Bi Loan
m elayani dia berpest a dengan perem puan- perem puan lain yang m enj adi kekasih
baru. Akhirnya Liong Bi Loan t ak kuat m enahan, unt uk m elawan ia kalah kuat ,
dan wanita ini mengambil jalan terakhir dengan menggantung diri!
Mendengar ini, Liong- kawsu dan beberapa orang m uridnya yang set ia, j uga dua
orang sut enya secara nekat m enyerbu ke t em pat yang dij adikan m arkas besar
Pouw- kai- ong, yait u sebuah kuil t ua di luar kot a Kang- hu, bekas m arkas besar
perkum pulan pengem is Khong- sim Kai- pang. Nam un, m ereka ini sam a sekali
bukanlah t andingan Pouw- kai- ong. Bahkan bukan Pouw- kai- ong sendiri yang
t urun t angan, baru anak buahnya saj a sudah m em buat Liong- kauwsu dan anak
buahnya kocar- kacir dan dihaj ar habis- habisan. Pouw- kai- ong t idak m em bunuh
Liong- kauwsu, nam un m eram pas sem ua m iliknya, kem udian m em aksa bekas
Ket ua Sin- kauw- bu- koan ini bersam a anak buahnya hidup sebagai anggot a kai-
pang, berpakaian sepert i pengem is! Lebih hebat lagi, rom bongan Liong- kauwsu
ini selalu dihina oleh anak buah Pouw- kai- ong yang berpakaian t am bal- tambalan
nam un bersih, at au t erkenal dengan sebut an pengem is baj u bersih sebaliknya
daripada rombongan Liong- kauwsu dan para pengem is t aklukan lain yang disebut
rombongan pengemis baju kotor.
Setelah t uj uh belas t ahun m enggem bleng diri, kini dalam usia ham pir t iga puluh
t ahun, barulah Yu Kang t urun dari puncak gunung- gunung dan m ulai m encari
m usuh besarnya, Pouw Kee Lui yang kini sudah m enj adi Pouw- kai- ong. Karena
t idak t ahu harus m encari di m ana, m aka ia langsung m enuj u ke kot a raj a, oleh
karena unt uk m encari seorang " raj a" pengem is, kiranya paling t epat m enyelidiki
dari kota raja, pusat segala macam kegiatan.
" Dem ikianlah sedikit riwayat ku, dan kebet ulan aku bert em u dengan kalian yang
kukira adalah pengem is- pengem is yang m engalam i penghinaan. Di sepanj ang
perj alanan banyak aku m endengar akan perpecahan golongan pengem is m enj adi
dua, pengem is baj u bersih dan pengem is baj u kot or, dan t ent ang penindasan
yang dilakukan pengem is baj u bersih t erhadap pengem is baj u kot or. Siapa kira,
pengem is baj u bersih adalah pengikut - pengikut set ia dari Pouw- kai- ong, m usuh
Malam it u t erang bulan. Rom bongan pengem is yang t adinya hanya dua belas
orang it u kini sudah bert am bah lim a lagi, yait u lim a orang Bhong- heng- t e yang
t ubuhnya t inggi- t inggi dan dari langkah kaki m ereka dapat diket ahui bahwa
m ereka ini pun bukan orang- orang lem ah. Tuj uh belas orang pengem is ini
berangkat ke luar kot a, m enuj u ke sebelah ut ara kot a raj a. Di kaki gunung yang
sunyi, j auh dari kot a raj a dan j auh dari dusun- dusun, m ereka berhent i lalu
bergerak sem bunyi m engurung sebuah pondok kecil yang berdiri sunyi di t em pat
itu.
Dua orang di ant ara kelim a Bhong- heng- t e m elom pat keluar dari t em pat
persem bunyian, m enghadapi pint u pondok dan seorang di ant ara m ereka berseru
nyaring.
" Pouw Kee Lui, keparat busuk! Kam i t elah dat ang hendak m enagih hut angm u
kepada keluarga Bhong, hayo keluar!"
Suling Em as yang bersem bunyi t ak j auh dari t em pat it u, di balik bat u- bat u besar,
m engerut kan kening. Kalau m em ang m ereka hendak m engeroyok, m engapa
t idak langsung saj a m endat angi pondok dan m enyerbu? Dengan pengeroyokan
t uj uh belas orang, agaknya Pouw- kai- ong akan kewalahan j uga. Apakah m ereka
terlalu memandang rendah kepandaian Si Raja Pengemis?
Tiba- t iba t erdengar suara ket awa t erkekeh dan dari at as gunung kecil m elayang
t urun sesosok bayangan yang luar biasa gesit nya. Begit u kedua kaki orang
saudara Bhong, bayangan it u t ert awa bergelak dan berkat a, " ha- ha- ha, t ikus-
tikus busuk berani mengantar nyawa??"
Ucapan ini disusul gerakan yang hebat sekali. Sebelum dua orang it u m am pu
menjawab, bayangan yang bukan lain adalah Pouw Kee Lui at au Pouw- kai- ong
ini, t elah m enerj ang m aj u dengan gerakan sepert i kilat dan... dua orang saudara
Bhong it u yang sudah berusaha m enangkis, t erpent al ke belakang dan roboh t ak
dapat bergerak lagi!
Pada saat it u m uncul t iga orang saudara Bhong yang lain, m uncul dari sam ping
kiri, disusul m unculnya t iga orang dari depan dan t iga orang dari kanan. Tam pak
Liong- lokai ikut pula dari kanan sedangkan Yu Kang t am pak di ant ara t iga orang
dari depan. Enam orang pengem is lain m engam bil j alan m em ut ar hendak
menyerbu dari belakang punggung Pouw- kai- ong.
"Ha- ha- ha! Kiranya t ikus t ua she Liong ikut pula. Bagus! ! " Seruan ini disusul
suara bersiutan dan Pouw- kai- ong telah memutar sebatang tongkat yang berubah
m enj adi segulung sinar hit am . Ket ika Pouw- kai- ong m enerj ang ke kanan sam bil
m enggerakkan t ongkat nya, t erdengar seruan kaget dan kesakit an. Liong- lokai
dan dua orang t em annya sudah m engeluarkan senj at a m asing- m asing, akan
t et api begit u sinar bergulung- gulung berwarna hit am it u dat ang, dan m ereka
m enangkis, t ernyat a t ubuh Liong- lokai berikut t oyanya t erlem par ke belakang
sedangkan dua orang m uridnya roboh dan t ewas! Baiknya Liong- lokai t adi dapat
m enangkis dengan t oyanya dan ket ika t erlem par m asih dapat m enggulingkan
tubuh, kalau tidak tentu ia menjadi korban pula.
"Ha- ha- ha, t ikus- t ikus busuk! " Pouw- kai- ong berseru sam bil t ert awa- t awa dan
m em ut ar t ongkat nya m em balikkan t ubuh karena pada saat it u, belasan orang
t elah m engeroyok. Hanya Yu Kang seoranglah yang m erupakan lawan berat
dalam pengeroyokan ini. Yang lain- lain hanyalah lawan lunak bagi Pouw- kai- ong
sehingga enak saj a ia m em babat dengan t ongkat nya. Dalam wakt u kurang dari
seperem pat j am , sepuluh orang anggot a pengem is t elah roboh t erluka berat at au
t ewas. Kini t inggal Liong- lokai, Yu Kang, dua orang saurdara Bhong, dan t iga
orang pengem is lain yang m asih bert ahan. Nam un m ereka t erdesak hebat , hanya
Pada saat it u t erdengar sorak- sorai gem uruh dan berm unculanlah puluhan,
bahkan rat usan orang pengem is yang sert a m ert a m engeroyok Poouw- kai- ong!
Mereka ini adalah rom bongan- rom bongan pengem is yang t adi sudah diberi kabar
m elalui t em an- t em an oleh Liong- lokai sehingga dari pelbagai penj uru dat anglah
m ereka yang ingin sekali m elihat Si Raj a Pengem is yang dibenci m enem ui
kematiannya.
Pouw- kai- ong t erkej ut sekali. Mat anya j elilat an hendak m encari j alan keluar,
nam un ia sudah t erkurung rapat . Birpun ia lihai, nam un m enghadapi rat usan
orang pengem is yang m engurungnya rapat dengan senj at a di t angan, benar-
benar merupakan ancaman maut yang mengerikan. Ia mengamuk dan lagi- lagi ia
m erobohkan beberapa orang. Bahkan Yu Kang yang m aj u paling dekat , t elah
kena pukulan t angannya sehingga t ulang pundak kiri Yu Kang pat ah! Juga Liong-
lokai kena hant am an lam bungnya, m em buat kakek ini t erlem par dan roboh t ak
bernyawa lagi di saat it u j uga. Masih banyak lagi korbannya, ada belasan orang.
Nam un ia sendiri m ulai t erkena pukulan, dari kanan kiri, dari depan belakang.
Pouw- kai- ong t erhuyung- huyung, m andi darah t api m asih t erus m engam uk.
Bacokan- bacokan dan hant am an- hantaman ruyung dat ang bagaikan huj an,
baj unya sudah com pang- cam ping, t ubuhnya penuh darah. Akhirnya ia roboh!
Masih saja mereka menghujani senjata.
" Berhent i...! ! " Tiba- t iba Suling Em as m elayang dan t iba di dekat Pouw- kai- ong.
Sekali sulingnya bergerak, t am pak sinar kuning em as dan sem ua senj at a yang
ditujukan kepada tubuh yang mandi darah itu terpental.
" Wah, ini konconya! Keroyok...! ! " t eriak seorang pengem is. " Jangan! m undur
sem ua! ! " Yu Kang berseru sam bil m enggunakan t angan kananya yang t idak
t erluka unt uk m endorong m inggir beberapa orang pengem is yang m enghalang
Suling Em as m elanj ut kan perj alanannya m enuj u ke kot a raj a. I a m erasa girang
mendengar percakapan rakyat yang m erasa puas dengan adanya raj a baru yang
adil dan t idak suka m enj alankan kekerasan t erhadap rakyat nya. I a t idak m elihat
perubahan apa- apa ket ika pada keesokan harinya ia m em asuki pint u gerbang
kot a raj a, sehingga ia m akin gem bira. Ket ika pert am a kali ia m asuk kot a raj a
ket ika ia m enyusul suhunya, ia t idak m endapat kesem pat an unut k m elihat - lihat
kot a raj a. Kini ia m enggunakan kesem pat an unt uk keliling kot a sehingga
bertambah kegembiraannya menyaksikan keadaan yang makmur dan ramai.
Akan t et api kegem biraan ini m usnah seket ika set elah ia m endengar berit a
t ent ang keluarga Sum a. I a m endengar berit a bahwa Pangeran Sum a Kong sudah
pindah ke An- sui, kot a yang m enusuk perasaannya. Berit a bahwa Sum a Ceng
t elah m enikah dengan seorang pangeran she Kiang yang m enghancurkan
hat inya. Bahkan ia m endengar bahwa Sum a Ceng, bekas kekasihnya, kini hidup
di lingkungan istana raja, bersama suaminya dan dua orang anaknya! Suma Ceng
sudah m enj adi ist eri seorang pangeran dan m alah sudah m enj adi ibu dari dua
orang anak!
Hancur hatinya, perih seperti tertusuk seribu batang jarum. Setelah mendapatkan
ket erangan ini, Suling Em as m eninggalkan kot a raj a, berj alan di t engah m alam
but a sam bil m eram kan m at a, m enahan air m at a yang hendak j at uh berderai.
Akhirnya ia berhent i di j alan yang sunyi, duduk di pinggir j alan, m enyem bunyikan
m ukanya di ant ara kedua lut ut , j ari- j ari t angan m encengkeram ram but nya.
Habislah sudah harapannya. Padam lah sem ua cahaya hidupnya. Apa lagi yang
boleh dipandang? Kekasih pert am a direnggut m aut . Kekasih berikut nya direnggut
laki- laki lain! Ayah kandung m enikah lagi. I bu kandung t ak t ent u rim banya,
m ungkin sudah m at i karena t idak pernah ia m endengar berit anya. Siapa lagi
yang dapat dijadikan teman dalam hidupnya?
Kakeknya! Ya benar. Kakeknya m asih ada. Kakeknya bukanlah sem barang orang.
Kakeknya adalah Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, Ket ua Beng- kauw, bahkan m enduduki
t em pat t inggi di Keraj aan Nan- cao! Mengapa ia t idak pergi ke negara kakeknya?
Siapa t ahu kalau- kalau ibunya j uga pulang ke sana? Selain m enghubungi
keluarga yang t erdekat dan m asih ada, j uga ia m aklum bahwa di sana ia akan
dapat banyak belaj ar unt uk m em perdalam ilm unya. Gurunya sendiri seringkali
bicara tentang Pat- jiu Sin- ong dengan penuh kagum.
Set elah duduk t erm enung dalam keadaan duka cit a sepert i it u sam pai sinar
m at ahari m em erah m enj elang faj ar, Suling Em as m engangkat m ukanya. Orang
lain akan kaget kalau m enyaksikan perubahan waj ah pendekar ini. Tam pak t ua
dan t idak ada lagi sinar pada m ukanya. Hanya kem uram an yang t am pak.
Pandang matanya sayu.
Tiba- t iba ia m eloncat bangun dan m enyelinap cepat , bersem bunyi di balik
sebat ang pohon besar di pinggir j alan. Biarpun keadaan hat i Suling Em as sedang
m engalam i kehancuran dan dirinya t enggelam dalam duka nest apa, nam un naluri
kependekarannya t ak pernah m enj adi t um pul. Panca inderanya peka sekali dan
gerakan tiga sosok bayangan yang berlari- lari keluar dari kot a raj a, m enim bulkan
kecurigaannya sehingga ia cepat- cepat bersembunyi untuk mengintai.
Tiga orang yang berlari am at cepat it u t idak berlari lagi, kini t am pak berj alan
sam bil bercakap- cakap. Suling Em as cepat m enyelinap dan m endekat i m ereka
unt uk m endengarkan. Set elah dekat , dari balik pohon m elihat seorang nenek dan
dua orang kakek. Nenek it u berwaj ah galak penuh keriput , m em ondong sebuah
Sejenak t iga orang t ua it u t ert egun, t erbelalak dan t idak dapat bicara saking
kaget dan herannya. Akhirnya Sam Hwa bert anya, suaranya agak gem et ar,
"Siapakah kau? Pengawal istana? Siapa?"
Suling Em as m enggeleng kepala dan t ersenyum . "Kalian sudah t erlalu t ua
sehingga pikun. Mengapa m asih m au saj a diperalat Kong Lo Sengj in unt uk
m elakukan hal- hal yang t idak baik? Seyogianya orang- orang set ua kalian ini
menenteramkan pikiran membersihkan hati menanti kematian."
" Eh, bocah gila! Lancang m ulut m u! " bent ak A- liong sam bil m elangkah m aj u. " Tak
peduli ia pengawal at au bukan, anak it u hars kit a ram pas kem bali. Serbu! "
bentak pula A- kwi sambil menggerakkan tongkatnya.
Karena merasa bahwa rahasia mereka telah terbuka dan jelas bahwa orang muda
it u t idak m au m engem balikan pangeran kecil yang m ereka cuik, t iga orang ini
serent ak m enyerang Suling Em as dengan gerakan yang dahsyat . Sam bil
m enyerang, m ereka berusaha m eram pas anak kecil dalam pondongan Suling
Em as yang m asih t erus m enangis keras. Kalau A- kwi m em pergunakan senj at a
t ongkat , A- liong dan Sam Hwa m asing- m asing m enggerakkan sebat ang pedang
tipis. Serangan mereka cepat dan mengandung tenanga yang hebat.
Nam un t iba- t iba m ereka t erkej ut dan m enj adi silau pandang m at anya oleh sinar
kuning em as yang bergulung- gulung dan m elingkar- lingkar. Dalam saat
berikut nya, serbuan t ongkat dan dua bat ang pedang sudah t erlem par j auh dan
ket iga orang anak buah Kong Lo Sengj in it u t erpekik kesakit an, m elom pat
m undur dan m em egangi t angan kanan yang t erasa kaku nyeri dengan t angan