Anda di halaman 1dari 503

SULING MAS KHO PING HO

Pada j am an lim a wangsa ( t h.907- 960 ) , keraj aan Nan- Cao m erupakan negara
kecil di propinsi Yu- Nan sebelah selat an. Mungkin karena kecilnya keraj aan ini
tidak dipandang mata oleh kerajaan lain, juga oleh kerajaan Sung yang kemudian
di bangun.
Akan t et api, pada pagi hari di pert engahan m usim chun ( sem i ) it u, banyak
sekali t okoh- t okoh t erkenal di dunia kang- ouw t erm asuk ket ua- ketua
perkum pulan dari pelbagai aliran, orang- orang m uda yang pat ut di sebut
pendekar silat , dan orang- orang aneh yang m em iliki kesakt ian, Dat ang
m em banj iri Nan- cao. Apakah gerangan yang m enarik para kelana dan pe
t ualangan it u m endat angi Nan- cao? Ada pula hal yang m enarik m ereka
berdatangan dari tempat- tempat yang amat jauh.
Pert am a adalah pengangkat an Beng- kauw ( Ket ua Agam a Beng- kauw ) sebagai
Koksu ( Guru Negara ) Keraj aan Nan Cao. Mereka berdat angan unt uk m em beri
selam at kepada Ket ua Beng- kauw yang sudah am at t erkenal di dunia kang- ouw.
Siapakah t idak m engenal Ket ua Agam a Beng- kauw yang bernam a Liu Gan dan
berju- luk Pat - j iu Sin- ong ( Raj a Sakt i Berlengan Delapan ) I t u ? Pada m asa it u,
Pat- j iu Sin- ong Liu gan m erupakan t okoh gem blengan yang j arang dit em ukan
keduanya, j arang m enem ukan t anding. Selain m em iliki kesakt ian hebat , Pat - jiu
Sin- ong Liu Gan j uga m erupakan pendiri Agam a Beng- kauw at au pem bawa
agam a it u dari barat . Tidaklah m engherankan kalau apabila kini t okah- t okoh dari
part ai persilat an besar sepert i Siauw lim - pai, Kun- lun- pai, Hoa- san- pai, dan lain-
lain m engirim ut usan unt uk m enghat urkan selam at at as pengangkat an t okoh
sakti ini sebagai Koksu Kerajaan Nan- cao.
Adapun hal kedua yang m eyebabkan t erut am a kaum m uda, para pendekar
perkasa dari pelbagai penj uru dunia ikut pula berdat angan, adalah t ersiarnya
berit a bahwa put eri t unggal Pat - j iu Sin- ong hendak m em pergunakan kesem pat an
berkum pulnya para t okoh persilat an it u unt uk m encari j odoh ! Tent u saj a hal ini
m enggegerkan dunia kaum m uda, m enggerakan hat i m ereka unt uk ikut dat ang
m em pergunakan kesem pat an baik m engadu unt ung. Siapa t ahu ! Nam a Liu Lu
Sian, puteri Ketua Beng Kauw itu sudah terkenal di mana- mana. Terkenal sebagai
seorang gadis yang selain t inggi ilm u silat nya, j uga m em iliki kecant ikan sepert i
dewi khayangan. Terkenal pula bet apa gadis j elit a ini t elah berani m enolak
pinangan- pinangan yang dat angnya dari orang- orang besar, dari put era- putera
para ket ua perkum pulan, bahkan m enolak pula pinangan dari ist ana beberapa
kerajaan !
Tent u saj a para pem uda inipun sebagian besar hanya ingin m enyaksikan sendiri
bagaim ana uj ud rupa dan bent uk dara yang t erkenal it u, karena j arang diant ara
m ereka yang pernah m elihat Liu Lu Sian. Yang pernah bert em u dengan gadis ini
memuji- m uj i set inggi langit , t erut m a sekali t ent ang kecant ikannya, yang m enj adi
buah bibir para m uda, bahkan ent ah siapa orangnya yang m em buat , t elah ada
sajak pujian bagi Liu Lu Sian.
" Ram but nya Halus licin laksana sut era harum m elam bai, m eraih cint a asm ara !
Mat a indah, kerling t aj am m enggunt ing j ant ung, bulu m at a lent ik berkedip m esra
m em buat bingung ! Hidung m ungil, halus laksana lilin diraut , cuping t ipis
bergerak m esra m enam bah pat ut ! Hangat lem but , m erah basah j uwit a Gendewa
terpentang berisi sari madu Puspita !"
Banyak lagi puj i- puj i yang m esra bagi kej elit aan dara ayu Liu Lu Sian, yang
dikagum i siapa yang pernah m elihat nya, dipuj i dari uj ung ram but sam pai ke
telapak kakinya ! Memang sesungguhnyalah, Liu Lu Sian seorang dara jelita.
Usianya baru enam belas t ahun ( pada j am an it u sudah dewasa dan m asak)
Nam un ilm u silat nya am at t inggi. Hal ini t idak m engherankan karena sem enj ak
kecilnya ia digem bleng oleh ayahnya sendiri. Hanya sayang bahwa sej ak berusia
dua t ahun, Liu Lu Sian t elah dit inggal m at i ibunya. I a t idak pernah m erasa kasih

Suling Mas Kho Ping Hoo 1


sayang ibu kandung dan m ungkin hal ini yang m em buat ia m enj adi seorang gadis
yang berwat ak aneh, riang gem bira, lucu j enaka, akan t et api j uga liar bebas, t ak
t erkekang ingin m enang dan berkuasa saj a, t idak m au t unduk kepada siapapun
juga.
Para m uda yang m endat angi Nan- Cao sem ua t ahu belaka bet apa sukarny a
m em peroleh gadis put eri ket ua Beng- kauw it u. Bagaikan set angkai bunga, Lu
Sian adalah bunga dewat a yang t um buh di puncak gunung yang am at t inggi dan
sukar didapat kan. Dara it u put eri t unggal Pat - Jiu Sin- ong yang sakt i, yang t ent u
saj a m enghendaki seorang m ant u pilihan, baik dipandang dari sudut ket urunan,
keadaan, m aupun t ingkat kepandainnya. Bahkan kabarnya dara it u hanya m au
m enj adi ist eri seorang pendekar m uda yang m am pu m engalahkan dirinya !
Nam un, para m uda yang sudah dim abok asm ara, bagaikan serom bongan sem ut
yang t ert arik oleh harum dan m anisnya m adu, t idak t akut bahaya, berusaha
mendapatkannya biarpun bahaya mengancam nyawa.
Tiada hent inya para m uda it u m em percakapkan t ent ang Lu Sian, m em uj i- muji
kecant ikannya, m enyat akan harapan- harapan m uluk ket ika m ereka berm alam
dirumah- rum ah penginapan di kot a raj a sam bil m enant i saat dibukanya
kesem pat an bagi m ereka unt uk m em asuki halam an gedung Pat - j iu Sin- ong
beberapa hari lagi, dim ana selain hendak ikut m em beri selam at , m erekapun
berharap akan dapat m enyaksikan kehebat an dara yang m ereka percakapkan
dan yang kembang mimpi mereka setiap malam.
Liu Lu Sian bukan t idak t ahu akan hal ini. Gadis yang m anj a ini m aklum
sepenuhnya bahwa ia m enj adi bahan percakapan dan puj ian. Maka pada pagi hari
it u, dua hari sebelum ayahnya m enerim a para t am u, ia sengaj a m engenakan
pakaian indah, m enunggang seekor kuda put ih, lalu m elarikan kudanya
m engelilingi kot a raj a ! Mem ang hebat dara ini. Waj ahnya kem erahan, berseri-
seri dan pada kedua pipinya yang bagaikan pauh dilayang ( m erah j am bu) it u,
nam pak lesung pipit m enghias senyum dikulum . Ram but nya yang hit am gem uk
digelung keat as, diikat rant ai m ut iara dan uj ungnya bergant ung dibelakang
punggung, halus m elam bai t ert iup angin. Tubuhnya am at ram ping, pinggangnya
kecil sekali dapat dilingkari j ari- j ari t angan agaknya, t erbungkus pakaian sut era
m erah m uda bergaris pinggir biru dan kuning em as, ket at m ancet ak bent uk
tubuh yang padat berisi karena terpelihara dan terlatih semenjak kecil.
Pengait baju terbuat daripada benang emas yang gemilang, ikat pinggangnya dari
sut era biru yang bergerak- gerak bagaikan sepasang ular hidup. Celananya sut era
put ih yang seakan m em bayangkan sepasang kaki indah, padat berisi dan
sem purna lekuk- lekungnya, diakhiri dengan sepasang sepat u hit am yang berlapis
perak. Cant ik t ak t erlukiskan ! Menyaingi bidadari sorga dengan gerak t ubuh
yang lem ah gem ulai dan elok, akan t et api rangka pedang yang t ergant ung
dipinggangnya membuat ia lebih patut menjadi seorang Dewi Kwan Im Pouwsat !
Kuda put ih t unggangannya berlari congklang dan Lu Sian m em andang lurus k e
depan namun ujung matanya menyambarkan kerling tajam kesana- sini, terutama
diwakt u kudanya lewat depan rum ah- rum ah penginapan dim ana para t am u m uda
berj aj ar depan pint u dengan m at a j alang dan m ulut t ernganga, t erpesona
mengagumi dewi yang baru lewat.
Set elah dara ayu it u lenyap bayangannya, ribut lah para m uda t eruna it u. Makin
parah penyakit asm ara m enggerogot i j ant ung. Makin ram ai percakapan m ereka
t ent ang Si Cant ik m anis. Rindu dendam dan harapan m ereka yang t erbawa dari
rum ah rat usan bahkan ribuan li j auhnya t erpenuhi sudah. Mereka dapat
m enyaksikan dengan m at a kepala sendiri dewi puj aan hat i m ereka. Dan bet apa
t idak m engecewakan pem andangan it u. Bahkan m elebihi sem ua dugaan dan
mimpi. Tergila- gila belaka mereka setelah Lu Sian Lewat di atas kudanya.
" Aduh ..., m at i aku ...! Kalau aku t idak berhasil m enggandengnya pulang,
percum a aku hidup lebih lam a lagi...! " Seorang pem uda t am pan t anpa ia sadari
mengucapkan kata- kata ini sambil menarik napas panjang.
" Lebih baik m at i di bawah kaki si j elit a dari pada pulang bert angan ham pa ! "
sambung pemuda ke dua.

Suling Mas Kho Ping Hoo 2


" Siapa t ahu, rej ekiku besar t ahun ini m enurut perhit ungan peram al ! Jodohku
seorang gadis berm at a bint ang. Dan m at anya...! Ah , m at anya..., Kalah bint ang
kejora !" kata pemuda lain.
" Mulut nya yang hebat ! Am boooiii m ulut nya...ah, ingin aku m enj adi buah apel
agar dimakannya dan berkenalan dengan bibir itu. Aduhhh...!"
Bermacam- m acam seruan para m uda it u yang seakan lupa diri, m enyat akan
perasaan hat i m asing- m asing yang m enggelora. Sudah laj im kalau sekum pulan
orang m uda bercakap- cakap, m ereka lebih berani m anyat akan perasaan hat i
masing- m asing sehingga percakapan it u m enj adi hangat dan kadang- kadang
t erdengar kat a- kat a yang kurang sopan. Apalagi para m uda yang t ergila- gila
pada seorang gadis j elit a ini adalah orang- orang kang- ouw, pem uda- pemuda
kelana kelana dan petualang. Banyak sudah tempat mereka jelajahi, cukup sudah
dara- dara j elit a m ereka saksikan, nam un baru sekali ini m ereka m enj um pai dara
secanti k Lu Sian. Melampaui semua kembang mimpi.
Tuj uh orang pem uda yang berkum pul dalam sebuah rum ah penginapan it u
adalah pendekar- pendekar m uda dari beberapa part ai. Sepert i biasa, karena
m erasa segolongan dan set uj uan, m ereka lekas bersahabat dan selain
m enut urkan pengalam an m asing- m asing yang biasanya m ereka lebihi, j uga
m ereka t iada habisnya m em uj i- m uj i dan m em bicarakan diri Liu Lu Sian yang
diam- diam m ereka perebut kan. Set elah Lu Sian yang lewat di depan rum ah
penginapan it u, sam pai j auh m alam para pem uda ini bicara t ent ang Lu Sian dan
masing- m asing m enyat akan harapan m enj adi orang yang t erpilih dengan
mengemukakan dan menonjolkan keistimewaan masing- masing.
" Sebagai put eri Beng- kauw, t ent u kepandaiannya am at t inggi dan belum t ent u
aku m am pu m enandinginya. Akan t et api, ilm u golokku yang t erkenal dan nam a
I lm u Golok Pelangi di Awan Biru m em iliki keindahan yang m elebihi keindahan
seni t ari m anapun j uga. Siapa t ahu, keindahan seni perm ainan golokku akan
m enawan hat inya ! " kat a pem uda m uka put ih dengan pandang m at a m erenung
penuh harapan dan di depan m at anya t erbayanglah m ulut m anis Lu Sian, karena
dialah yang jadi tergila- gila oleh mulut manis itu dan ingin menjadi buah apel !
" Aku t idak punya kedudukan, orang t uaku m iskin dan akupun t idak
berpendidikan, t idak pandai t ulis baca. Akan t et api, biarpun ilm u silat ku m ungkin
t idak set inggi dia, aku m em iliki t enaga besar yang boleh diukur dengan t enaga
siapapun juga." kata pemuda tinggi besar yang matanya lebar.
"Mudah- m udahan nona Lu Sian sudi m em andang nam a besar Kun- lun- pai
sehinga aku sebagai m urid kecil Kun- lun- pai akan m enarik perhat iannya." kat a
pem uda ke t iga yang t am pan j uga. Dem ikianlah, t uj uh orang pem uda it u
m enonj olkan keist im ewaan m asing- m asing dengan harapan dialah yang ak an
terpilih.
Lewat t engah m alam barulah m ereka m em asuki kam ar m asing- m asing, nam un
t ent u saj a m ereka t ak dapat t idur, karena di depan m at a m ereka selalu
t erbayang waj ah Liu Lu Sian. Maka ket ika t erdengar ada t am u baru dat ang dan
disam but oleh pengurus rum ah penginapan, m ereka bert uj uh sem ua keluar dan
m elihat t am u seorang pem uda berpakaian indah, berwaj ah t am pan sekali dan
bersikap tenang memasuki ruang dalam.
" Maaf, Kongcu ( t uan m uda) , bukan kam i kurang horm at t erhadap t am u. Akan
t et api, kam ar yang pat ut unt uk Kongcu sudah penuh sem ua. Kecuali kalau
diant ara para Enghiong ( Pendekar) yang t erhorm at m em bagi kam arnya..."
Dengan ragu- ragu dan penuh harap pengurus penginapan it u m em andang ke
arah tujuh pemuda yang sudah keluar dari kamar masing- masing
Tuj uh orang m uda it u m em andang Si Pendat ang baru penuh perhat ian. Pem uda
ini berpakaian sepert i orang t erpelaj ar, gerak- geriknya halus, sam a sekali t idak
m em bayangkan gerak seorang ahli silat . Ot om at is orang pendekar m uda it u
m em andang rendah. Mana ada seorang pendekar suka m em bagi kam ar dengan
kut u buku yang t ent u akan m enj em ukan dan bicaranya t ent u soal kitab- kitab dan
saj ak belaka ? Pem uda it u agaknya m aklum akan pandang m at a m ereka, m aka

Suling Mas Kho Ping Hoo 3


cepat- cepat ia m engangkat kedua t angan ke depan dada, dan m em beri horm at
berkata dengan penuh kesopanan.
" Harap Cu- wi Enghiong ( Tuan- t uan Pendekar Sekalian) sudi m em beri m aaf
kepada siawt e ( aku yang m uda) . Tent u saj a siawt e t idak berani m enggangu para
Enghiong, akan t et api barangkali ada diant ara para Cu- wi yang sudi m em bagi
kam ar..." I a berhent i bicara m elihat m ereka m engerut kan kening, dan m enant i
jawaban. Ketika tidak ada jawaban datang, ia tersenyum.
" Saudara siapakah dan dari golongan m ana ? Apakah t am u dari Beng- kauwcu
Liu- locianpwe ( Orang Tua Gagah she Ket ua Beng- kauw) ?" t anya pem uda t inggi
besar yang bertenaga gajah.
" Siauwt e she Kwee bernam a Seng, orang lem ah sepert i siauwt e yang set iap hari
m enekuni huruf- huruf kuno, t idak dari golongan m ana- m ana dan siauwt e hanya
pelancong biasa."
Hmm, maaf, kamarku sempit sekali."jawab si Tinggi Besar kehilangan perhatian.
"Kamarku juga sempit." jawab orang ke dua.
"Aku tidak biasa tidur berteman." kata orang ke tiga.
" Maaf, m aaf, m em ang siauwt e t idak berani m engganggu Cu- wi. Eh, Lopek, kau
t adi bilang t ent ang kam ar yang pat ut , apakah m asih ada kam ar yang t idak pat ut
?" Kwee Seng m enoleh kearah pengurus penginapan sedangkan t uj uh orang
pendekar it u sudah kem bali ke kam ar m asing- m asing dan m enut upkan daun
pintunya.
" Ah, ada.. Ada, Kongcu. Akan t et api, it u adalah kam ar- kam ar kecil di sebelah
belakang, dahulu m enj adi kam ar pelayan, t idak berani saya m enawarkannya
kepada Kongcu..."
Kwee Seng t ersenyum . "Tidak m engapa, Lopek. Malam sudah begini larut ,
m encari kam ar di penginapan lain pun repot . Biarlah aku berm alam di kam ar
pelayan itu."
Dengan t ergopoh- gopoh pengurus penginapan it u lalu m endahului Kwee Seng
sam bil m em bawa sebuah lam pu, m engant ar t am unya ke sebuah kam ar yang
berada j auh di uj ung belakang. Benar saj a, kam ar ini kecil, hanya t erisi sebuah
pembaringan bambu yang setengah reyot, lantainya tidak begitu bersih pula.
" Ah, cukup baik ! " seru Kwee Seng sam bil m enaruh bungkusan pakaiannya di
at as pem baringan. " Tidak usah kau t inggal lam pum u, Lopek aku biasa t idur
gelap. " I a m enj at uhkan dirinya di at as pem baringan yang m engeluarkan bunyi
berkereot an. Pengurus penginapan it u keluar dari dalam kam ar m em bawa
lam punya sam bil m enggeleng- geleng kepala saking heran m elihat seorang
kongcu berpakaian indah it u kelihat annya sudah t idur pulas begit u t ubuhnya
menyentuh pembaringan, ia menutupkan daun pintu perlahan- lahan.
Sebent ar kem udian sekeliling t em pat penginapan sunyi. Pengurus dan penj aga
pun sudah t idur . Yang t erdengar hanya dengkur yang keras dari kam ar pem uda
t inggi besar. Dari beberapa buah kam ar lain t erdengar suara orang m engigau
menyebut- nyebut nam a Liu Lu Sian. Bahkan dalam m im pi pem uda- pem uda ini
selalu merindukan Lu Sian!
Suara m engigau ini keluar dari kam ar pem uda anak m urid Kun- lun- pai. Tiba- tiba
sebagai seorang ahli silat , pem uda t am pan it u m eloncat t urun dari
pem baringannya ket ika pendengarannya, at au agaknya lebih t epat indera
keenamnya, mendengar suara yang mencurigakan.
Dalam m eloncat t adi sekaligus ia t elah m encabut pedangnya, dan sekali
m enggoncang kepalanya lenyaplah sem ua kant uk dan ia sudah berada dalam
posisi siap siaga, sepasang matanya melirik ke arah jendela kecil kamarnya. Tiba-
t iba j endela it u t erbuka daunnya dari luar, dan m uncullah seorang laki- laki
j angkung y ang berusia em pat puluh t ahun lebih, bert angan kosong. Orang ini
memasuki kamar melalui jendela dengan gerakan ringan dan sikap tenang saja.
"Siapa kau ? Mau apa..."
" Mau m em bunuhm u. Manusia m acam kau berani m enyebut - nyebut pet eri Beng-
kauwcu harus m am pus ! " berkat a bayangan laki- laki it u dengan suara m endesis,
lalu menerjang maju.

Suling Mas Kho Ping Hoo 4


Pem uda Kun- lun- pai it u t ent u saj a t idak m enj adi gent ar biarpun ia m erasa kaget
sekali. Pedangnya berkelebat dan bergulung- gulung sinarnya di depan dada
berm aksud m elindungi dirinya saj a t erhadap orang yang agaknya gila ini. Akan
t et api, t iba- t iba sekali gerakan pedangnya berhent i seakan- akan t ert ahan oleh
t enaga yang t ak t am pak dan sebelum pem uda Kun- lun- pai ini t ewas seket ika
tanpa dapat bersambat lagi !
Suara m endengkur dari kam ar si Tinggi Besar t erhent i seket ika. Jagoan
bert enaga gaj ah ini pun biar t idurnya m endengkur, Sedikit suara saj a cukup
membuat ia terjaga dari tidurnya. Kamarnya berada di sebelah kamar murid Kun-
lun- pai, m aka ia m endengar suara dari dalam kam ar it u, cukup m em buat anya
terbangun dan curiga.
Karena t iap kam ar penginapan t erdapat j endela di sebelah belakang, ia cepat
m em buka daun j endela dan... sepert i kilat cepat nya ia m eloncat keluar dan
m enerkam seorang laki- laki yang berdiri di depan j endela m urid ku- lun- pai.
Kedua lengannya yang kuat bergerak, dalam segebrakan saj a si Tinggi Besar
berhasil mencekik leher orang itu.
" Hayo m engaku, siapa kau dan...uuhhh! " Tubuh yang t inggi besar it u seket ika
m enj adi lem as dan kepalanya m iring, lalu ia roboh t ak berkut ik lagi di depan laki-
laki setengah tua yang jangkung itu !
"Apa yang kau lakukan ? Penjahat...!"
Sebat ang golok m enyam bar dengan hebat nya m em bent uk sinar m elengkung
sepert i pelangi. Kiranya pem uda yang m em iliki I lm u Golok Pelangi di Awan Biru
t elah t urun t angan m elihat ada orang m erobohkan t em annya yang t inggi besar.
Mem ang indah gerakannya, gulungan sinar goloknya sepert i gerakan pit a dan
selendang para bidadari sedang m enari- nari. Nam un, dengan m udah bayangan
it u m enyelinap di ant ara gulungan sinar golok dan belum j uga em pat j urus Si
Pem uda m enyerang, ia sudah roboh pula t erkena t am paran pada lehernya roboh
untuk selamanya karena nyawanya melayang.
Dengan gerakan t enang nam un cepat sekali, si Bayangan Maut it u m enuj u ke
kam ar yang lain. Nam un belum sem pat ia m em buka j endela, em pat orang
pem uda yang lain sudah berlari dat ang dan m engepungnya. Mereka lalu berlari
ke belakang dan segera m engepung si Bayangan Maut ket ika m elihat bet apa dua
orang temannya sudah menggeletak pula tak bernyawa.
"Kalian harus mampus semua...!"
Bayangan it u m endengus, t ubuhnya bergerak secara aneh sekali, m enyelinap
diant ara sam baran em pat buah senj at a para pengurungnya. Hebat m em ang
kepandaian bayangan m aut ini. Em pat orang pem uda yang m engeroyoknya
bukanlah pem uda- pem uda sem barangan. Mereka it u sudah t erdidik dalam ilm u
silat yang cukup t inggi, set ingkat dengan anak m urid Kun- lun- pai dan dengan si
Tinggi Besar at au si Golok Pelangi. Nam un m enghadapi bayangan m aut ini,
m ereka t ak m am pu berbuat banyak. Lawan m ereka yang m ereka keroyok ini
seakan- akan hanya bayangan kosong t ak m ungkin dapat t ersinggung senj at a
mereka.
Tiba- t iba bayangan it u t erkekeh dan...set elah t erdengar suara " plak- plak- plak-
plak ! " em pat kali, em pat orang pem uda it upun roboh, t erpukul pada leher
mereka dan tewas seketika !
Set elah m em bunuh t uj uh orang pem uda it u, bayangan ini berdiri dengan kaki
t erpent ang lebar, m endongakkan m ukanya ke at as sam bil t ert awa. " Ha ha hah !
Alangkah lucunya ! Orang- orang m acam ini m engharapkan seorang dewi sepert i
dia ! Ha ha hah !"
Kem udian, m elihat suara ribut - ribut dari pengurus penginapan yang agaknya
t erj aga, sekali m eloncat ia sudah berada di at as gent eng, lalu bagaikan gerakan
seekor kucing, ia berlari ke arah belakang t anpa m enim bulkan suara. Akan t at api
m endadak orang it u berseru perlahan ket ika kakinya t erpeleset karena gent eng
yang diinj aknya m erosot t urun. Cepat ia berj ongkok di at as bangunan bagian
belakang rumah penginapan itu dan membuka genteng, mengintai.

Suling Mas Kho Ping Hoo 5


Kiranya di sit u t erdapat seorang pem uda lagi yang enak t idur t elent ang.Sebat ang
lilin kecil m enyala di at as m ej a. Kepalanya diganj al bant alan pakaian. Tidak
t am pak senj at a di dalam kam ar it u sehingga bayangan it u m engerut kan kening.
Seorang pem uda pelaj ar, pikirnya, t ak m ungkin dia yang m ain- m ain denganku.
Akan t et api siapa t ahu ? I a m engeluarkan sebat ang j arum m erah dan sekali j ari-
j ari t angannya bergerak, m elesat lah sinar m erah ke bawah m elalui celah- celah
genteng, menuju ke arah leher si pemuda yang tidur telentang.
Pem uda di bawah it u yang bukan lain adalah Si Pelaj ar Kwee Seng, m enggeliat
dan m engaluh sepert i orang m engingau dalam t idurnya,lalu m iring. Akan t et api
tiba- t iba t ubuh it u m enegang kaget dan t ak bergerak- gerak lagi. Bayangan orang
di at as gent eng t ersenyum puas m elihat korbannya yang ke delapan, m aka ia
bangkit berdiri dan cepat ia lari pergi dari t em pat it u, m enghilang di dalam gelap
!
" Tolong...! Pem bunuhan... pem bunuhan...! ! " Suara pengurus penginapan ini
t erdengar lant ang sekali di wakt u faj ar it u, m engaget kan sem ua orang. Para
pelayan bersam a para t am u lainnya berbondong keluar dan sebent ar saj a di
t em pat pem bunuhan sudah penuh dengan orang. Obor- obor dan lam pu- lampu
dipasang sehingga keadaan m enj adi t erang sekali. Pem bunuhan yang sekaligus
m engorbankan nyawa t uj uh orang pem uda kang- ouw benar- benar m erupakan
peristiwa hebat yang mengejutkan sekali.
Ketika pengurus penginapan melihat Kwee Seng berada di antara banyak itu, ikut
m enj enguk dan m elihat pem uda- pem uda t eruna yang m enj adi korban
pem bunuhan aneh, pengurus it u segera m em egang lengannya dan berkat a. " Ah,
Kongcu benar- benar seorang yang m asih dilindungi Thian ( Tuhan) ! Seandainya
Kongcu dit erim a t idur dengan m ereka, ah... t ent u akan bert am bah seorang lagi
korban pembunuh kejam ini !"
Kwee Seng hanya m enggeleng- gelengkan kepala dengan senyum duka. Di dalam
hat inya ia m enyangkal keras pendapat pengurus rum ah penginapan ini.
Andaikat a ia dit erim a berm alam dengan m ereka, belum t ent u iblis m aut yang
malam itu merajalela dapat menjatuhkan tangan mautnya.
Diam- diam ia m eraba j arum kecil yang ia m asukkan ke dalam saku baj unya,
j arum m erah yang m alam t adi pun ham pir m em bunuhnya. Menyesallah hat i
Kwee Seng m engapa m alam t adi ia t idak m engej ar si penj ahat yang m encoba
m em bunuhnya, dan m engapa ia begit u enak t idur sehingga ia t idak t ahu di
bagian depan penginapan itu menjadi tempat penyembelihan tujuh orang muda.
Kwee Seng adalah seorang m ahasiswa gagal. I a suka sekali akan bun ( sast ra) ,
bu ( silat ) , nam un bakat nya lebih m enj urus kepada bu ( silat ) . Seorang pem uda
yatim piatu, sebatang kara merantau tanpa tujuan.
Nam un ilm u kepandaiannya am at t inggi, ilm u silat nya sukar m endapat kan
t andingan karena selain ia t elah m em pelaj arinya dari para pert apa sakt i di
puncak- puncak gunung sebelah barat , j uga ia pernah berj um pa dengan m anusia
dewa Bu Kek Siansu yang telah menurunkan beberapa macam ilmu kepadanya.
Bu Kek Siansu terkenal sebagai manusia dewa yang sewaktu- waktu muncul untuk
m encari bahan baik, t ulang pendekar berwat ak budim an, dan m enurunkan ilm u.
Tak seorang pun di dunia ini t ahu dari m ana asalnya dan di m ana t em pat
tinggalnya yang tetap.
Kwee Seng pernah m engikut i uj ian di kot a raj a nam un gagal. Sem enj ak it u, ia
t idak pernah kem bali ke kam pung halam annya, yait u di sebuah dusun kecil di
kaki gunung Luliang- san, karena ayah bundanya sudah lam a m eninggal dunia
oleh wabah penyakit ketika ia masih kecil.
I a m erant au sebagai seorang kang- ouw yang t ak t erkenal karena sem ua sepak
t erj angnya ia sem bunyikan. Hanya beberapa orang t okoh besar saj a di dunia
kang- ouw yang m engenal pendekar sakt i m uda ini, m alah diam - diam ia diberi
julukan Kim- mo- eng (pendekar Setan Emas).
I a disebut set an karena sepak t erj angnya sepert i set an, t ak pernah
m em perlihat kan diri. Akan t et api ia di sebut em as yang m engandung m aksud
bahwa pendekar ini berhat i em as, m em bela kebenaran dan keadilan, pem basm i

Suling Mas Kho Ping Hoo 6


kelalim an dan kekej am an. Nam un nam a ini hanya kalangan at as t erbat as saj a
pernah m endengar, di dunia kang- ouw nam a Kim - mo- eng Kwee Seng t ak pernah
terdengar.
Kwee Seng t idak berbohong ket ika m engat akan kepada ke t uj uh orang pendekar
pada m alam yang lalu bahwa ia adalah seorang pelancong yang kebet ulan lewat
di kot a raj a Nan- Cao. Mem ang ia t idak m em punyai niat unt uk m enj adi t am u
Beng- kauw, sungguhpun nama Pat- jiu Sin- ong bukanlah nama asing baginya.
Ia tidak suka tokoh besar itu diangkat menjadi koksu, hal yang ia anggap sebagai
bukt i kerakusan akan kedudukan dan kem uliaan. Maka baginya, hal it u t idak
perlu diberi selamat. Apalagi mendengar berita tentang putri Pat- jiu Sin- ong yang
hendak m em ilih j odoh, seuj ung ram but pun t iada niat di hat inya unt uk ikut - ikutan
m em asuki sayem bara, bahkan ingin m elihat si j elit a pun sam a sekali ia t idak ada
nafsu.
Mem ang dem ikianlah wat ak Kwee Seng. I a m em andang rendah kepada hal- hal
yang dianggapnya t idak benar at au m enyim pang daripada kebenaran. Padahal
harus diakui bahwa ia adalah seorang pem uda yang baru berusia dua puluh t iga
t ahun, yang t ent u saj a sebagai seorang pem uda norm al, selalu berdebar- debar
apabila melihat seorang gadis cantik.
I a seorang pem uda yang pada dasarnya m em iliki wat ak rom ant is,suka akan
keindahan, suka akan t am asya alam yang perm ai, suka akan bunga yang indah
dan harum , dan t ent u saj a bent uk t ubuh seorang dara j elit a. Akan t et api,
kekuat an bat innya cukup unt uk m enekan sem ua perasaan ini dan m em buat ia
tetap tenang.
Perist iwa pem bunuhan di dalam rum ah penginapan it u m em bangkit kan j iwa
satrianya.
I a m endengar ket erangan sana- sini dan t ahu bahwa t uj uh orang pem uda it u
adalah calon- calon pengikut sayem bara unt uk m em inang put eri Beng- kauwcu.
Mendengar pula bet apa pem uda- pem uda it u sudah kegilaan akan Nona Liu Lu
Sian, dara rupawan yang pada pagi hari kem arin lewat didepan rum ah
penginapan.
Karena ini, diam - diam Kwee Seng m enghubungkan sem ua it u dengan
pem bunuhan. Agaknya karena m ereka it u t ergila- gila kepada Liu Lu Sian m ak a
m alam ini m enj adi korban pem bunuhan kej i. Ent ah apa yang m enj adi dasar
pem bunuhan , ent ah cem buru at au bagaim ana. Nam un yang past i, unt uk
mencari pembunuhnya ia harus datang menjadi tamu Beng- Kauw !
I nilah yang m em buat Kwee Seng t erpaksa m enunda perant auannya dan bersam a
dengan para t am u lainnya , ia pun m elangkahkan kaki m enuj u ke gedung
keluarga Pat- jiu Sin- ong.
Rum ah gedung keluarga Liu dihias m eriah. Pekarangan yang am at luas it u t elah
diat ur m enj adi ruangan t am u, dibagian t engah agak m endalam yang let akny a
lebih t inggi rauangan depan, kini dipergunakan unt uk t em pat rum ah dan para
tamu yang terhormat atau para tamu kehormatan.
Ruangan ini disambung dengan sebuah panggung setinggi satu meter yang cukup
luas dan panggung ini diperunt ukkan unt uk m ereka yang hendak bicara
mengadakan sambutan, juga dibentuk semacam panggung tempat main silat.
Panggung sem acam ini m em ang laj im diadakan set iap kali ada ahli silat
m engadakan sesuat u, karena perayaan diant ara ahli silat t anpa pert unj ukan silat
akan merupakan hal yang janggal dan mentertawakan.
Pat- j iu Sin- ong Liu Gan belum t am pak di luar. Para t am u disam but oleh t iga
orang sut e ( adik seperguruan) , yait u pert am a adalah Liu Mo adik kandungny a
sendiri, Liu Mo berusia em pat puluh t ahun lebih, sikapnya t enang dan pendiam ,
sinar m at anya m em bayangkan wat ak yang serius ( sungguh- sungguh) dan
berwibawa.
Biarpun Liu Mo m em iliki kepandaian yang cukup t inggi dan m erupakan orang ke
dua dalam Beng- kauw, nam un ia t et ap sederhana dan t idak m em punyai j ulukan
apa- apa. Di dalam Beng- kauw, ia m erupakan pem bant u yang am at berharga dari

Suling Mas Kho Ping Hoo 7


kakak kandungnya dan boleh boleh dikat akan unt uk segala urusan dalam , Liu Mo
inilah yang sering mewakili kakaknya.
Orang ke dua adalah Ma Thai kun. Orangnya t inggi kurus, waj ahnya selalu keruh
dan biarpun usianya baru t iga puluh enam t ahun, nam un ia m em elihara j enggot
dan kelihat an lebih t ua. I a t erkenal pem arah dan wat aknya keras, kepandaiany a
juga tinggi dan ilmu silatnya tangan kosong amat hebat.
Segala m acam pukulan dipelaj arinya dan kedua t angannya m engandung t enaga
dalam yang am at dahsyat . Berbeda dengan Liu Mo yang sabar dan berwibawa,
orang ke t iga dari Beng- kauw ini m enyam but t am u dengan waj ah gelap dan t ak
pernah tersenyum, juga ia memandang rendah kepada para tamunya.
Orang ke t iga dari para wakil Ket ua Beng- Kauw ini usianya ham pir t iga puluh
t ahun, akan t et api waj ahnya t erang dan kelihat an m asih m uda. Dandanannya
sederhana sekali, bahkan lucu karena ia m enggunakan sebuah caping ( t opi
berujung runcing) seperti dipakai para petani atau penggembala.
Di punggungnya t erselip sebat ang cam buk yang biasa dipergunakan para
penggem bala m engat ur binat ang gem balaannya! Mem ang m urid t erm uda ini
seorang yang ahli dalam soal pert anian dan pet ernakan. Waj ahnya t erang dan ia
menerima para tamu dengan sikap hormat sekali.
I nilah Kauw Bian seorang pem uda desa yang m enj adi sut e t erm uda dari Pat - jiu
Sin- ong Liu Gan. Biarpun sikapnya sederhana dan sepert i seorang desa, akan
t et api j angan dipandang rendah kepandaiannya dan pecut it u sam a sekali
bukanlah pecut biasa melainkan senjatanya yang ampuh!
Sebagaim ana lazim nya para t okoh besar, m ereka ini selalu m enahan " harga diri" ,
t idak sem barangan orang dapat m enj um pai dan dalam m enyam but t am u,
biasanya diwakilkan dan kalau perlu barulah ia sendiri muncul menemui tamunya.
Demikian pula Pat- jiu Sin- ong Liu Gan, ia pun menahan harga dirinya dan seluruh
para t am u sudah berkum pul sem ua dan t idak ada lagi yang dat ang baru t okoh
besar ini m uncul di ruangan t uan rum ah. Para t am u segera bangkit berdiri
memandang ke arah tuan rumah dengan kagum.
Mem ang pat ut sekali Liu Gan m enj adi seorang t okoh yang t erkenal lebih t inggi
daripada perawakan seorang laki- laki biasa. Kekar dan berdiri t egak, dadanya
lebar m em busung, pakaiannya indah, pandang m at anya berwibawa. Kepalanya
tertutup topi bulu yang terhias bulu burung rajawali.
Ket ua Beng- Kau ini keluar sam bil t ersenyum - senyum dan m enj ura ke arah para
t am u lalu duduk. Para t am u j uga lalu duduk kem bali, akan t et api sem ua m at a
tetap terbelalak lebar memandang gadis yang keluar bersama, Pat- jiu Sin- Ong.
I t ulah dia, gadis yang kini m enarik sem ua pandang m at a bagaikan besi sem brani
m enarik logam . Liu Lu Sian, dara j elit a yang pada saat it u m engenakan pakaian
sut era put ih t erhias benang em as dan renda- renda, m erah m uda. Cant ik j elit a
bagaikan dewi khayangan!
Para m uda m elongo, ada yang m enelan ludah, ada yang lupa m engat upkan
m ulut nya, bahkan ada yang m enggosok- gosok m at a karena m erasa dalam
m im pi! Nam un orang yang m enj adikan para m uda t erpesona it u t et ap duduk
dengan t egak dan senyum m anisnya t ak pernah m eninggalkan bibir. Tapi banyak
pula yang memandang dengan hati ngeri.
Mereka sem ua, t ua m uda, sudah m endengar belaka t ent ang perist iwa hebat di
dalam rum ah penginapan, dim ana t uj uh orang pendekar m uda yang t ergila- gila
kepada gadis ini terbunuh secara aneh.
Para t am u yang duduk di ruangan kehorm at an m ulai bergerak m engham piri Pat -
j iu Sin- ong m enghat urkan selam at , diikut i t am u- t am u lain. Pat - j iu Sin- ong
m enyam but pem berian selam at it u sam bil t ert awa- t awa dan t idak berdiri dari
bangkunya, sikap yang jelas memperlihatkan keangkuhannya.
Set elah para t am u m em beri selam at , dan m ereka kem bali ke t em pat m asing-
m asing, t iba- t iba Pat - j iu sin- ong berdiri dari bangkunya m em andang ke luar dan
berseru keras. " Aha, saudara m uda Kwee Seng ! Kau dat ang j uga hendak
m em beri selam at kepadaku? Bagus! Menggem birakan sekali. Mari ke sini, kau
mau duduk bersamaku!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 8


Tent u saj a sem ua t am u m enoleh ke arah luar unt uk m elihat t am u agung
manakah yang begitu menggembirakan Pat- jiu Sin- ong sehingga tokoh ini sampai
berdiri dan berseru m enyam but segem bira it u? Mereka m engira bahwa yang
datang tentulah seorang tokoh besar di dunia kang- ouw.
Akan t et api alangkah heran hat i m ereka ket ika m elihat seorang pem uda
berpakaian sast rawan yang m elangkah m asuk ke ruangan it u dengan langkah
lam bat dan sikap lem ah- lem but . Seorang pelaj ar lem ah sepert i ini bagaim ana
bisa m endapat kan perhat ian begit u besar dari Pat - j iu Sin- ong yang t erkenal
angkuh dan t idak m em andang m at a kepada t okoh- t okoh kang- ouw yang hadir di
situ?
Pem uda it u bukan lain adalah Kwee Seng. Mem ang j arang ada orang kang- ouw
m engenalnya, t et api di ant ara sedikit t okoh besar dunia kang- ouw yang t ahu
akan kehebat an orang m uda ia adalah Pat - j iu Sin- ong, karena Ket ua Beng- kauw
ini pernah bert em u dengan Kwee Seng ket ika dia m engunj ungi Ket ua Siauw- lim-
pai, Kian Hi Hosiang yang sakt i, m em perlakukan pem uda ini sebagai seorang
tamu agung pula!
Inilah sebabnya maka Ketua Beng- kauw mengenal Kwee Seng dan biarpun belum
membuktikan sendiri kehebat an pem uda ini, ia sudah dapat m enduga bahwa
pem uda yang di sam but dem ikian horm at nya oleh Ket ua Siauw- lim- pai, yang
malah dijuluki Kim- mo- eng, tentulah memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Dengan t enang dan t ersenyum ram ah Kwee Seng m engham piri t uan rum ah
m enj ura dengan horm at sam bil berkat a, " Liu- enghiong ( Orang Gagah She Liu) ,
m aafkan saya dat ang m enggangu secawan dua cawan arak. Terus t erang saj a,
kebetulan lewat dan mendengar tentang keramaian di sini dan ingin menonton.
" Akan t et api sam a sekali bukan unt uk m em beri selam at . Makin t inggi kedudukan
m akin banyak keruwet an dan m akin besar kem uliaan m akin besar pula
kejengkelan, apa perlunya diberi selamat?"
"Ha- ha- ha- ha! Kat a- kat am u ini m em ang cocok bagi orang yang m engej ar
kedudukan dan m em perebut kan kem uliaan, yang t ent u saj a hanya akan
m enem ui kej engkelan dan m em perbanyak perm usuhan. Akan t et api aku m enj adi
koksu ( guru negara) unt uk m em bim bing pem erint ahan negaraku yang dipim pin
oleh keluargaku sendiri.
" I ni nam anya panggilan negara dan bangsa, kewaj iban seorang gagah. Akupun
t idak but uh pem berian selam at yang sem ua palsu belaka, basa- basi palsu,
berpura- pura unt uk m engam bil hat i. Ha- ha- ha! Lebih baik yang j uj ur sepert i kau
ini, Kwee- hiante. Mari duduk!"
Dengan gem bira t uan rum ah m enggandeng t angan Kwee Seng, diaj ak duduk
sem ej a dan segera Liu Gan m em erint ahkan pelayan m engam bil arak t erbaik dari
cawan perak untuk Kwee Seng.
"Liu- enghiong, aku m endengar pula bahwa kau hendak m encari m ant u dalam
perayaan ini..."
Ah, anakku yang ingin m encari j odoh. He, Lu Sian, perkenalkan ini sahabat
baikku, Kwee Seng! " Ket ua Beng- kauw it u dengan bebas bert eriak kepada
put erinya. Liu Lu Sian sej ak t adi m em ang m em perhat ikan Kwee Seng yang
disambut secara istimewa oleh ayahnya.
Biarpun pem uda ini gerak- geriknya halus sepert i orang lem ah, nam un m elihat
sinar m at anya, Lu Sian dapat m enduga bahwa Kwee Seng adalah seorang yang
memiliki kepandaian tinggi.
Mendengar seruan ayahnya ia lalu bangkit berdiri lalu m engham piri Kwee Seng
sam bil m erangkapkan kedua t angannya. " Kwee- kongcu ( Tuan Muda Kwee) ,
t erim alah horm at ku! " kat anya dengan suara m erdu dan bebas, gerak- geriknya
manis sama sekali tidak malu- malu atau kikuk seperti sikap gadis biasa.
Kwee Seng sej ak t adi hanya m em perhat ikan Liu Gan saj a m aka t idak t ahu bahwa
di ruangan it u t erdapat gadis put eri Liu Gan yang kecant ikannya t elah banyak
pem uda t ergila- gila, bahkan agaknya yang t elah m enj adi sebab daripada akibat
mengerikan di rumah penginapan malam kemarin.

Suling Mas Kho Ping Hoo 9


Mendengar suara m erdu ini ia m enengok dan... pem uda it u berdir i t erpesona,
sejenak ia tidak dapat berkata- kata, bahkan seakan- akan dalam keadaan tertotok
j alan darah di seluruh t ubuhnya, t ak dapat bergerak sepert i pat ung bat u! Belum
pernah selam a hidupnya ia t erpesona oleh kej elit aan seorang wanit a sepert i saat
itu. Mata itu!
Bening bersih gilang- gem ilang t iada ubahnya sepasang bint ang kerling t aj am
menggores jantung kedip mesra membuat bingung
Bulu m at a lent ik berseri bagai rum put panj ang di pagi hari sepasang alis hit am
kecil melengkung menggeliat- geliat malas kedua ujung!
"Kwee- kongcu..." kat a pula Liu Sian m elihat pem uda it u diam saj a sepert i
patung, dalam hatinya geli bukan main.
A... oh..., Liu- siocia (Nona Liu), tidak patut saya menerima penghormatan ini...!"
j awabnya gagap sam bil cepat - cepat m engangkat kedua t angannya ke depan
dada. Akan t et api alangkah kaget nya ket ika ia m erasa bet apa angin pukulan
menyambar dari arah kedua tangan gadis yang dirangkap di depan dada itu.
Angin pukulan yang m engandung hawa panas dan yang t ent u akan cukup
mem buat ia t erj ungkal dan t erluka hebat . Alangkah kecewanya hat i Kwee Seng!
Dara j uwit a ini, yang dalam sedet ik t elah m em buat perasaannya m orat - marit,
yang kecant ikannya m em enuhi sem ua seleranya, m enguasai seluruh cint anya,
ternyata memiliki watak yang liar dan ganas!
Sekilas t eringat lagi ia akan pem bunuhan t uj uh orang pem uda t ak berdosa dan
seket ika it u Kwee Seng m erasa j ant ungnya sakit . I a m asih t erpesona, m asih
kagum bukan m ain m elihat dara j elit a ini, nam un kekagum an yang bercam pur
kekecewaan. Maka ia pun cepat m engarahkan t enaga ke arah ke dua t angannya
yang membalas penghormatan.
" Aiiihhh...! Mengapa Kwee- kongcu dem ikian sungkan? Penghorm at an kam i sudah
selayaknya! " kat a Liu Lu Sian yng berseru unt uk m enut upi kekaget annya ket ika
angin pukulan yang keluar dari pengerahan sin- kang di kedua t angannya
membalik seperti angin meniup benteng baja.
Gadis ini sam bil t ersenyum m anis m enyam bar guci arak pilihan dari t angan
pelayan bersam a sebuah cawan perak, lalu m enuangkan arak ke dalam cawan
it u. Cawan sudah penuh, t erlam pau penuh akan t et api anehnya, arak di dalam
cawan t idak luber, t idak m em banj ir keluar. Perm ukaan arak m elengkung ke at as
berbentuk telur.
Dengan t angan kanan m em egang cawan yang t erisi arak it u Liu Lu Sian
berkat a,"Kehadiran Kwee- kongcu m erupakan kehorm at an besar, harap sudi
menerima arak sebagai tanda terima kasih kami."
Kem bali Kwee Seng t ert egun. Dara j uwit a ini t idak saj a cant ik sepert i bidadari,
akan t et api j uga m em iliki kepandaian hebat . Sin- kang yang diperlihat kan kali ini
lebih halus, sehingga bagi orang biasa t ent u m erupakan perbuat an yang t ak
masuk akal, seperti sihir.
Akan tetapi makin kecewalah hati Kwee Seng karena ia menganggap bahwa gadis
ini t erlalu binal dan suka m em buat m alu orang lain. Kalau yang m enerim a arak
sepenuh it u t idak m em iliki sin- kang yang t inggi, apakah t idak akan
m endat angkan m alu karena araknya past i akan t um pah sem ua begit u gadis ini
melepaskan pegangannya?
" Siocia t erlam pau sungkan. Terlalu besar kehorm at an ini bagi saya..." Kwee Seng
m enerim a cawan sam bil m engerahkan t enaganya sehingga ket ika Lu Sian
m elepas cawan it u, arak yang t erlalu penuh t et ap m elengkung di at as cawan
tidak tumpah sedikitpun juga.
Akan tetapi jantung Kwee Seng berdegup keras karena ketika ia menerima cawan
t adi j ari t angannya bersent uhan dengan kulit t angan yang halus sekali,
sem ent ara it u, hidungnya m encium bau harum sem erbak yang luar biasa, bau
harum berm acam bunga yang baru sekarang ia m encium nya karena t adi ia
terlampau terpesona oleh kecantikan Lu Sian.

Suling Mas Kho Ping Hoo 10


I a t adi sudah berhat i- hati sekali, sebagai seorang yang sopan, agar j ari
t angannya t idak m enyent uh j ari gadis it u, akan t et api t oh bersent uhan, m aka ia
tahu bahwa gadis itulah yang sengaja menyentuhkan tangannya!
Berbarengan dengan dat angnya degup j ant ung m engeras dan ganda harum yang
m em abokkan ot ak, t im bul hasrat hat i Kwee Seng unt uk m em am erkan
kepandaiannya pula di depan gadis jelita yang berlagak ini.
I a segera m enuangkan arak ke dalam m ulut nya, m engangkat cawan t inggi ke
at as m ulut dan m enuangkannya. Akan t et api, sam pai cawan it u m em balik,
araknya t et ap t idak m au t um pah ke dalam m ulut ! Arak it u seakan- akan sudah
membeku di dalam cawan
" Ah, m aaf... m aaf... saya m em ang t idak bisa m inum arak baik! " kat a Kwee Seng
sam bil m enurunkan lagi cawannya. Tiba- t iba ia m em buka sedikit m ulut nya dan
dari cawan yang sudah berdiri lagi it u t iba- t iba m eluncur arak sepert i pancuran
kecil menuju ke atas dan langsung memasuki cawan itu menjadi kering!
" Wah, kehadiran Kwee- kongcu benar- benar m enggem birakan. Kalau t adi
secawan arak unt uk penghorm at an kam i, sekarang kuharap kongcu sudi
m enerim a secawan lagi, khusus dariku! " kat a pula Lu Sian sam bil m enuangkan
lagi arak ke dalam cawan kosong, kali ini lebih penuh daripada t adi, lalu
memberikannya kepada Kwee Seng.
Seket ika t erbelalak m at a Kwee Seng kedua pipinya m enj adi m erah dan sinar
m at anya berkilat . Lenyap seket ika pesona yang m enguasai dirinya. Gadis ini
benar- benar t erlalu liar, aneh, dan ganas! I a m elihat bet apa t adi dari t angan
gadis it u berkelebat sinar put ih m em asuki cawan dan sebagai seorang pendekar
sakti, ia maklum apa artinya itu.
Arak kali ini dicam puri sem acam obat bubuk yang biarpun sedikit sekali, nam un
ia dapat m enduga t ent u am at hebat akibat nya kalau t erm inum olehnya. I a t ahu
bahwa gadis ini t idak sengaj a m encelakakannya, hanya unt uk m enguj i, akan
tetapi cara ujian yang amat berbahaya!
" Nona t erlalu m enghorm at ...! " j awabnya dan ia m enerim a cawan it u. Begit u
cawan dit erim anya, ia berseru, " Ah, nona t erlalu banyak m engisi araknya...! " dan
tiba- t iba, biarpun cawan it u dipegangnya lurus- lurus, isi cawan berham buran
keluar dan t um pah sem ua sam pai habis. Anehnya, t angan Kwee Seng yang
m em egang sawan sam a sekali t idak basah karena ara it u t um pahnya " m elayang"
ke depan dan sebaliknya malah membasahi sebagian celana dan sepatu si jelita!
"Ah, maaf.. maaf..!" kata Kwee Seng sambil menjura penuh hormat.
"Kwee- kongcu t erlalu m erendah ...! " Sepasang pipi Lu Sian m enj adi m erah sekali
dan kilat an m at anya m em bayangkan kem arahan ket ika ia m enj ura dan
m engundurkan diri kem bali ke bangkunya sam bil m engusap noda arak dengan
sapu tangannya.
Perist iwa aneh ini hanya disaksikan oleh beberapa orang t am u kehorm at an yang
duduk berdekat an, akan t et api para t am u yang j auh t idak m elihat j elas, dan
hanya m engira bahwa pem uda pelaj ar it u am at canggung sehingga
m enum pahkan arak yang disuguhkan orang kepadanya. Nam un, banyak yang
m erasa iri hat i m elihat bet apa Si Bidadari sam pai dua kali m em beri suguhan arak
kepada pemuda lemah itu.
"Ha- ha- ha, lam a t ak j um pa, kau m akin hebat , Kwee- hiant e! Mari, m ari kit a
minum sampai mabok!"
Sam bil m erangkul pundak Kwee Seng, Pat - j iu Sin- ong m engaj ak pem uda it u
m enghadapi m ej a penuh hidangan. " Liu- enghiong t ent u m aklum bahwa aku t idak
biasa minum arak lebih dari tiga cawan," bantah Kwee Seng.
"Ha- ha- ha! " Ocehan burung yang t ak pat ut didengar! Aku percaya, biarpun habis
t iga guci, orang m acam kau m ana bisa m abok ? Ha- ha- ha m arilah, t ak usah
sungkan. Kita orang sendiri!"
Karena sikap t uan rum ah ini set ulus hat inya, Kwee Seng t erpaksa m elayani. I a
m aklum bet apa suara t uan rum ah yang keras ini t erdengar sem ua orang dan ia
sudah m elihat sinar m at a iri dilem par orang, t erut am a kaum m udanya, ke

Suling Mas Kho Ping Hoo 11


arahnya. I a m em ang t idak suka m inum arak t erlalu banyak, akan t et api kali ini
hatinya sedang rusak dan kacau.
Harus ia akui bahwa ia tertarik oleh kecantikan Liu Lu Sian yang luar biasa, dan ia
t ahu bahwa hat inya sudah siap m engaku cint a. Seorang dewa sekalipun akan
j at uh hat i berhadapan dengan Lu Sian! Akan t et api disam ping perasaan yang
baru kali ini ia rasakan selam a hidupnya, t erselip rasa nyeri yang m em buat
hat inya perih, yait u kenyat aan bahwa gadis yang m enj at uhkan hat inya ini
m em iliki wat ak yang liar dan ganas, sam a sekali berlawanan dengan
pendiriannya.
Karena perasaan yang bert ent angan ant ara perasaan cint a dan benci inilah m aka
Kwee Seng m enj adi sepert i orang nekat dan ia m enerim a t erus set iap kali Pat - jiu
Sin- ong m enyuguhkan arak. Sebent ar saj a ia sudah m inum arak t ua belasan
cawan banyaknya!
" Lu Sian, hayo kau gem birakan hat i para t am u kit a dengan t arian pedang! " t iba-
t iba Pat - j iu Sin- ong berseru m em erint ah put erinya sam bil t ert awa- t awa karena
tokoh inipun sudah terpengaruh hawa arak.
Lu Sian t ersenyum m engangguk, lalu bangkit berdiri dan dengan lenggang yang
dapat m engayun hat i para m uda yang m em andangnya, gadis ini ini berj alan
menuju ke t engah panggung t erbuka. Tepuk t angan riuh gem uruh
m enyam but nya. Lu Sian m enj ura dengan horm at sam bil berseru, suarany a
merdu nyaring mengatasi keriuhan tepuk tangan itu.
" Perm ainanku m asih am at dangkal, harap cu- wi j angan m et ert awakan! " Set elah
berkat a dem ikian, Lu Sian m enggerakan t angannya dan .... dalam pandangan
m ereka yang ilm u silat nya kurang t inggi, gadis it u t iba- t iba lenyap dan berubah
m enj adi bayangan yang berkelebat an kesana kem ari dibungkus sinar put ih
berkilauan bergulung- gulung dan berkilat- kilat.
Dari sana- sini terdengar seruan kagum, yang muda- muda kagum akan keindahan
ilm u silat pedang yang benar- benar m erupakan t arian luar biasa it u, adapun
golongan t ua kagum karena m ereka m elihat di dalam gerakan yang indah ini
t ersem bunyi kekuat an yang dahsyat , set iap kelebat an pedang yang begit u indah
t am paknya sebet ulnya m engandung j urus m aut yang t idak m udah dilawan.
Dengan bukt i kehebat an gadis ini m akin t unduklah m ereka akan kelihaian dan
nama besar Pat- jiu Sin- ong.
Lu Sian sengaj a m ainkan Hwa- kiam hoat ( I lm u Pedang Kem bang) yang indah
untuk memamerkan kepandaian dan kecantikannya. Ia bersilat sampai lima puluh
j urus dan ket ika berhent i di t engah panggung sam bil berdiri t egak, ia t am pak
gagah dan cant ik j elit a, dengan sepasang pipi kem erahan karena denyut
darahnya agak kencang setelah bersilat tadi.
Bibirnya t ersenyum - senyum , m at anya yang t aj am berseri- seri m enyam but t epuk
t angan yang seakan- akan hendak m erobohkan panggung buat an it u. Akan t et api
begit u Lu Sian kem bali duduk di t em pat nya, berkelebat lah bayangan orang dan
seorang laki- laki berusia lima puluh tahun sudah berdiri di atas panggung.
Gerakannya yang dem ikian ringan dan cepat nya m enandakan bahwa ia seorang
yang berkepandaian t inggi, sedangkan pakaian dan cara ia m enggelung ram but
ke at as m enyat akan bahwa ia seorang pendekar To at au yang disebut t osu. Di
punggungnya tergantung sebuah pedang.
Tosu ini t erdengar lant ang suaranya set elah keadaan t adi kem bali sunyi karena
t erhent inya t epuk t angan. Sam bil m enj ura ke arah Pat - j iu Sin- ong, t osu it u
berkat a, " Kauwcu ( Ket ua Agam a) , pint o ( aku) Ang Sin Toj in dari Kn- lun- pai,
m erasa kagum akan kebesaran nam a Pat - j iu Sin- ong, dan sengaj a pint o diut us
oleh ketua kami memberi selamat.
Akan t et api t idak nyana bahwa Kawcu dengan put eri Kauwcu m enim bulkan hal-
hal yang t idak baik! Kauwcu m em am erkan kepandaian dan kecant ikan put eri
Kauwcu, ada kabar hendak m enggunakan kesem pat an ini m encarikan j odoh bagi
put eri Kauwcu. Hal ini sudah sewaj arnya. Aka t et api m engapa banyak pem uda
t idak berdosa yang t ergila- gila kepada put eri Kawcu m enem ui kem at ian yang
penuh penasaran?

Suling Mas Kho Ping Hoo 12


Sekarang, Kauwcu t idak m enyelidiki dan m em bikin t erang perkara it u, m alah
Kauwcu m enam bah pengaruh agar para pem uda m akin t ergila- gila. Apakah
sesungguhnya kecant ikan yang gilang- gem ilang sepert i put eri Kauwcu?
Kecant ikan hanyalah t im bul dari kelem ahan bat in m elalui pandang m at a,
sesungguhnya palsu adanya.
Kecant ikan hanya t erbat as sam pai di kulit , nam un siapa t ahu isi hat i yang
t ersem bunyi di balik kecant ikan. Pat - j iu Sin- ong, Pint o kehilangan seorang anak
murid Kun- lun yang terbunuh secara tidak wajar, terpaksa mohon penjelasan?"
Seket ika t egang keadaan di sit u. Terang bahwa t osu ini m enunt ut kem at ian
m uridnya, dan sekaligus m encela keadaan Beng- kauw dengan adanya kem at ian
t uj uh orang pem uda dan m encela pula pam eran kecant ikan dan kepandaian Liu
Lu Sian! Keadaan seket ika m enj adi sunyi karena sem ua orang m enant i dengan
hati berdebar.
Sam bil t ersenyum Pat - j iu Sin- ong berdiri dari bangkunya, akan t et api t idak
m endekat i Ang Sin To Jin. Sam bil bert olak pinggang ket ua Beng- Kauw yang
tinggi besar ini bertanya, "Tosu, Kau ini apanya Ang Kun To Jin ?"
"Beliau adalah Suhengku dan Pinto hanyalah murid kedua dari suhu."
Pat Jiu Sin Ong t iba- t iba t ert awa sam bil m enengadahkan m ukanya ke at as. " Heh,
Tosu m ent ah! Kau kira kem at ian bocah- bocah t olol it u adalah perbuat anku at au
perbuatan anakku?"
" Pint o t ak berani m enuduh siapapun j uga, akan t et api set idaknya perist iwa m aut
it u t erj adi karena Kauwcu berhasrat m em ilih m ant u karena kecant ikan put rim u
dan t ent u dilakukan oleh seorang dari Beng- kauw! Karena it u ket uanya harus
bertanggung jawab!"
"Ha- ha, bertanggung jawab bagaimana?"
" Kauwcu harus dapat m enangkap pem bunuh it u dan m enghukum nya m at i di
depan kami semua. Kemudian Kauwcu lakukan pemilihan calon mantu yang tepat
dan t idak banyak m enim bulkan korban, pilihlah m ant u yang cocok dan karena ini
urusan Kauwcu, t erserah, asal t idak secara sekarang ini yang m em bikin gila
banyak orang muda tak berdosa."
"Wah, lagaknya! Kalau aku tidak menuruti permintaanmu itu, bagaimana?"
" Hm m m m m , kalau begit u, berart i Kauwcu t idak peduli akan kem at ian m urid Kun-
lun- pai yang m enj adi t am u di sini, dan hal it u t ent u saj a Pint o t idak dapat t inggal
diam saja?"
"Habis, kau mau apa, Tosu mentah?"
" Pint o t erpaksa m enunt ut balas at as kem at ian m urid, dan m elupakan kebodohan,
m int a pelaj aran dari Beng- Kauwcu Pat - j iu Sin- ong! " Dengan t egak berdiri, Tosu
itu siap menghadapi pertandingan.
" Tosu som bong, berani kau m enghina ket ua kam i?" Tiba- t iba Ma Thai Kun yang
bert ubuh j angkung kurus sudah m elom pat ke at as panggung, t angannya begerak
m em ukul ke arah Ang Sin Toj in. Gerakan Ma Thai Kun cepat sekali sehingga
kej adian yang t ak t ersangka- sangka it u t idak dapat dit unda lagi. Pukulannya
hebat , m engeluarkan angin bersiut an dan m enuj u ke arah dada t osu kun- lun- pai
itu.
Ang Sin Tojin adalah murid kedua dari Ketua Kun- lun- pai, Kim Gan Sian jin, tentu
saj a ilm u kepandaiannya sudah am at t inggi dan karena it u pula ia t adi berani
m engeluarkan t ant angan t erhadap ket ua Beng- kauw. Kini m elihat seorang t inggi
kurus berm uka hit am t elah berada di depannya dan m engirim pukulan m aut , ia
pun cepat m enggerakkan t angannya m enangkis, sam bil m engarahkan Sin- kang
(tenaga sakti).
" Dukkkkk! " Dua t angan m engandung t enaga sakt i. Ma Thai Kun m asih berdiri
set engah m em bungkuk, t ubuhnya t idak bergoyang. Akan t et api akibat bent uran
kedua lengan it u m em buat Ang- sin t o j in t erhuyung- huyung ke belakang sam pai
lima langkah.
Diam- diam t osu Kun- lun- pai ini t erkej ut bukan m ain. Harus diakui t enaga sakt i Si
Muka Hit am ini hebat sekali, sungguhpun t idak sam pai m enyebabkan ia t erluka

Suling Mas Kho Ping Hoo 13


parah, nam un cukup m enggem pur kuda- kudanya dan m em buat ia t erhuyung-
huyung.
"Ji- sut e ( Adik Seperguruan ke Dua) , m undurlah! Siapa yang m encari perkara
dengan aku dan anakku, biarlah aku m enghadapinya sendiri! " Pat - j iu Sin- ong
menegur adiknya. Ma Thai Kun mendengus marah, lalu mengundurkan diri.
"Ang Sin Tojin, apakah kau masih tidak mau menarik kembali tuntutanmu?"
" Seorang laki- laki sekali bicara dipegang sam pai m at i! " j awab t osu it u dengan
suara ketus.
" Ah, ah, benar- benar t osu Kun- lun- pai keras kepala. Eh, t osu m ent ah, kau t adi
bilang kecantikan puteriku sebatas kulit. Apa artinya?"
" Pint o m engakui bahwa put eri Kauwcu cant ik j elit a dan pandai. Akan t et api
sem ua it u hanya sam pai dikulit , hanya akibat pandangan m at a lahir. Mat a bat in
t akkan dapat dit ipu dan t akkan silau oleh kecant ikkan. Mat a bat in m encari
sam pai kedalam bat in pula, m encari kebenaran yang suka t ert ut up oleh
kepalsuan."
Merah m uka Pat - j iu Sin- ong, akan t et api m ulut nya m asih t ersenyum . " Anakku
m em ang cant ik, ini sem ua orang t ahu. Kalau m at a m elihat nya t idak cant ik
sekalipun, yang salah bukan dia, m elainkan m at anya! Tosu m ent ah, lekas kau
pulang ke Kun- lun- san, jangan mencari keributan disini."
" Kalau begit u, pint o m int a pelaj aran dari Beng- kauwcu! " kat a t osu it u sam bil
m encabut pedangnya. I a t adi sudah m em bukt ikan bet apa hebat sin- kang dari Ma
Thai Kun yang hanya m erupakan adik seperguruan Ket ua Beng- kauw ini, m aka ia
t idak berani berlaku sem brono. Dengan pedang di t angan ia m engira akan dapat
m engim bangi lawannya, karena m em ang Kun- lun- pai t erkenal dengan kiam -
hoatnya (ilmu pedangnya).
"Kau menantangku?" Liu Gan bertanya, masih tersenyum.
"Pinto siap!"
" Nah, t erim alah ini! " Kedua t angan Pat - j iu Sin- ong bergerak. Begit u cepat nya
gerakan kedua lengannya it u sehingga kedua t angan it u seakan- akan berubah
m enj adi delapan! I nilah agaknya m aka ia m endapat j ulukan Pat - j iu ( Lengan
Delapan) . Dalam segebrakan saj a Ang Sin Toj in m erasa seakan- akan ia diserang
oleh delapan pukulan yang kesem uanya m erupakan pukulan m aut ! Cepat ia
menggerakkan tubuhnya dan memutar pedangnya melindungi diri.
" Plakk! Tranggg... aduhhh...! " Hanya dalam sekej ap m at a saj a t erj adinya. Ent ah
bagaim ana t osu it u sendiri t idak t ahu, pergelangan t angannya sudah t erpukul,
membuat pedangnya t erpent al dan t iba- t iba ia m erasa am at sakit pada t elinga
dan m at a kanannya. I a roboh m enggulingkan diri sam pai beberapa m et er lalu
m eloncat lagi berdiri. Telinga kanan dan m at a kanannya m encucurkan darah!
Ternyat a daun t elinga kanannya pecah bagian at asnya, sedangkan pelupuk m at a
kanannya pun robek!
"Tosu mentah! Mengingat akan suhengmu, Ang Kun Tojin, dan memandang muka
t erhorm at suhum u, Kim Gan Sianj in Ket ua Kun- lun, aku t idak m engam bil
nyawam u. Akan t et api aku t idak dapat m em biarkan m at am u yang salah lihat dan
t elingam u yang salah dengar. Hendaknya pelaj aran ini m em buka m at am u bahwa
Beng- kauw tidak boleh dibuat main- main oleh siapapun juga! Nah, pergilah!"
Ang Sin Toj in m aklum bahwa orang sakt i didepannya ini bukan lawannya, bahkan
suhunya, Ket ua Kun- lun- pai sendiri, belum t ent u akan dapat m enandinginya. I a
bukan seorang bodoh dan nekat . Tanpa banyak cakap ia m em ungut pedangnya,
m enj ura dan berkat a, " Pint o hanya dapat m elaporkan kepada suhu bahwa pint o
gagal dalam t ugas." Set elah berkat a dem ikian, ia m em balikkan t ubuhnya dan
pergi dari situ.
Keadaan di sit u sunyi sekali. Ket egangan m encekam dan suasana ini am at t idak
enak. Pat - j iu Sin- ong Liu Gan lalu t ert awa dan m engahadapi para t am unya. "Cu-
wi yang t erhorm at harap m aafkan gangguan t adi. Nah, karena soal pem ilihan
calon m ant u sudah disebut - sebut oleh t osu m ent ah t adi, t erpaksa kam i akui
bahwa hal itu memang tidak salah.

Suling Mas Kho Ping Hoo 14


Cu- wi sudah m elihat ilm u silat anakku yang rendah. Oleh karena it u, kalau ada di
ant ara para m uda gagah yang hendak m em perlihat kan kepandaian, anakku akan
sanggup m elayaninya. Mereka yang dapat m engalahkan anakku Liu Lu Sian
berart i lulus dan akan diadakan pem ilihan di ant ara m ereka yang lulus, kalau-
kalau ada yang berjodoh menjadi mantukku.
"Ha- ha- ha! " set elah berkat a dem ikian dan m enj ura, Ket ua Beng- kauw ini duduk
lagi di tempatnya.
" Eh, saudara m uda kwee, kau lihat t osu t adi, m enj em ukan t idak?" " Mem ang
menjemukan! Semuanya menjemukan!" kata Kwee Seng.
"Ha- ha, urusan begit u saj a j angan m enghilangkan kegem biraan kit a. Mari
minum!"
Keduanya lalu minum lagi dan keadaan di situ menjadi meriah pula.
Sem ent ara it u, Liu Lu Sian sudah m eloncat ke t engah panggung lagi set elah
m eninggalkan pedangnya di at as m ej a. Hal ini berart i bahwa ia hanya akan
melayani pertandingan tangan kosong, tanpa mempergunakan senjata.
Ket ika m elihat gadis cant ik it u sudah berdiri siap di t engah panggung, di ant ara
para t am u m uda t im bullah suasana gaduh. Sebet ulnya banyak sekali pem uda
yang dat ang dari berbagai penj uru dunia unt uk m enyaksikan kecant ikan gadis
yang sudah terkenal itu dengan mata sendiri.
Dan sekarang, set elah m elihat Liu Lu Sian, ham pir sem ua pem uda yang hadir di
sit u t ergila- gila dan t ak seorang pun yang t idak ingin m em et ik t angkai bunga
segar m engharum ini. Akan t et api, m enyaksikan ilm u kepandaian Lu Sian dan
kehebat an ayahnya, sebagian besar para m uda it u sudah m enj adi gent ar dan
tidak berani mencoba- coba.
Apalagi kalau m engingat akan pem bunuhan- pem bunuhan aneh di dalam rum ah
penginapan kem arin m alam , m ereka m erasa ngeri dan m em buat sebagian besar
di ant ara m ereka m undur t erat ur! Bet apapun j uga, di ant ara m ereka ada j uga
yang nekat karena m ungkin dapat m enahan hat inya yang sudah runt uh oleh
kecantikan Lu Sian.
Seorang pem uda berpakaian serba hij au dan yang duduknya di bagian bawah,
berj alan dengan langkah lebar dan gagah ke arah panggung, kem udian sekali
m enggerakkan t ubuhnya ia sudah m eloncat ke at as panggung berhadapan
dengan Lu Sian.
Pem uda ini berwaj ah cukup gant eng, alisnya t ebal dan m at anya t aj am , hanya
m ulut nya lebar m em bayangkan ket inggian hat i. Dengan sikap gagah ia m enj ura
dan m erangkap kedua t angan di depan dada, m em beri horm at kepada Liu Lu
Sian sambil berkata, suaranya lantang.
" Aku bernam a Han Bian Ki, dikenal sebagai Siauw- kim- liong ( Naga Em as Muda)
di lem bah sungai Min- kiang, ingin m encoba- coba kepandaian nona Liu yang
gagah."
Lu Sian m elirik dan bibirnya m elem par senyum m anis sekali. Akan t et api
sesungguhnya m elihat m ulut yang agak lebar it u ia sudah m erasa t idak senang
kepada pemuda ini. Orang macam ini berani mau coba- coba, pikirnya. Apanya sih
yang diandalkan ? Tam pangnya t idak m enarik, dan m elihat gerakan loncat annya,
juga tidak banyak dapat diharapkan tentang ilmu silatnya.
"Han- enghiong, tak usah ragu- ragu. Mulailah!" katanya dengan suara dingin.
Han Bian Ki orangnya m em ang agak t inggi hat i, m engandalkan kepandaian
sendiri, dan ia am at ingin dapat m enangkan nona m anis yang sem alam m em buat
ia t ak dapat t idur pulas ini. Maka m endengar t ant angan orang, ia segera berseru
keras dan m enggerakan t angannya, yang kiri m engirim pukulan ke arah
lam bung, pukulan pancingan karena yang benar- benar m enyerang adalah t angan
kanannya yang cepat m encengkram ke arah pundak kiri Lu Sian dengan m aksud
menangkap gadis itu dan mencapai kemenangan dalam segebrakan saja.
Akan t et api dengan gerakan indah sekali gadis it u m engelak t anpa m enangkis.
Gerakannya indah dan kelihat an lam bat nam un t oh serangan dua t angan it u
sam a sekali t idak m enyent uhnya. Han Bian Ki m erasa heran, dan cepat ia

Suling Mas Kho Ping Hoo 15


m engirim pukulan bert ubi- t ubi dengan ke dua t angannya dengan m aksud agar si
nona suka menangkis.
Andaikat a ia t idak dapat m enangkap nona ini, sedikit nya ia harus dapat
m erasakan kehalusan dan kehangat an lengan Si Gadis ket ika m enangkis
pukulan- pukulannya! Sam bil m em ukul bert ubi- t ubi ia m endesak dengan langkah-
langkah cepat . Kali ini dia harus m enangkis, pikirnya, kalau t idak t ent u akan
terdesak ke pinggir panggung.
Akan t et api benar- benar Lu Sian t idak m au m enangkis. Pukulan- pukulan keras
yang mengeluarkan angin itu ia hindarkan dengan gerakan- gerakan pinggangnya,
ke kanan kiri dan t erpaksa ke dua kakinya m elangkah m undur karena Si Pem uda
t erus m endesaknya. Benar sepert i dugaan Hang Bian Ki, akhirnya Lu Sian
t erdesak sam pai ke pinggir panggung dan m undur t iga langkah lagi t ent u akan
t erj engkang. Pem uda ini sudah m enj adi girang. Sekali Si Gadis t erj engkang ke
bawah panggung, berart i ia m enang! Cepat ia m em perhebat pukulan- pukulannya
sambil mengeluarkan seruan panjang.
Tiba- t iba gadis it u t ert awa dan Han Bian Ki kebingungan karena ia t idak m elihat
gadis it u lagi. Tadi ia hanya m elihat bayangan orang berkelebat dan bau harum
m enusuk hidung, m em buat hat inya t erguncang. Mem ang sem enj ak naik ke
panggung, ia m encium bau harum keluar dari arah gadis it u, akan t et api ket ika
m elihat bayangan orang berkelebat , bau harum it u m akin keras t ercium dan
sekarang tiba- tiba Lu Sian lenyap.
Apakah sudah t erj engkang ke bawah? I a m elangkah m aj u dan m enj enguk ke
bawah, akan t et api t idak t am pak apa- apa dan ket ika ia m endengar gelak t awa
para tamu, cepat- cepat ia membalikkan tubuh dan tersenyum mengejek!
Seorang yang rendah hat i dan t ahu diri t ent u saj a sadar bahwa ia kalah j auh dari
gadis it u, akan t et api Han Bian Ki yang t inggi hat i t idak m erasa dem ikian. Malah
sebaliknya ia m erasa penasaran sekali dan sam bil berseru keras ia m enerjang
m aj u dengan serangan lebih hebat , kini m alah m enyelingi pukulan t angannya
dengan tendangan kilat!
Lu Sian t ert awa dan t ubuhnya m elej it - lej it sepert i ikan di darat , berput ar- putar
sepert i gasing nam un sem ua pukulan dan t endangan lawan m engenai angin
belaka. Sepert i t adi, t iba- t iba gadis it u lenyap dengan cara m elom pat i at as
kepada lawannya yang kembali menjadi kebingungan.
Wat ak Liu Lu Sian adalah m anj a dan gadis ini pun m em iliki kesom bongan, suka
m em andang rendah orang lain. Apalagi pem uda it u yang t erang kalah j auh
olehnya, segera m enim bulkan rasa angkuh dan som bong dalam hat inya. Sam bil
berdiri di t engah panggung sam bil m enant i lawannya yang m encari- carinya
kebingungan, ia berkat a, " Uhh, begini saj a pem uda yang hendak m encoba
kepandaianku? Kalau m asih ada yang sepert i dia, harap m aj u saj a sekalian!
Jangan kuat ir, aku t akkan t uduh kalian m engeoyok. Yang m enang di ant ara
kalian t et ap dianggap m enang. Hayo, m aj u, agar aku t idak lelah, m elayani
kalian!"
Dua orang pem uda m enyam but seruan Liu Lu Sian ini. Mereka ini adalah seorang
pem uda yang t inggi besar dan berwaj ah buruk, seorang lagi seorang pem uda
kurus kering, berwajah kekuningan seperti orang berpenyakitan. Dari dua jurusan
m ereka m elom pat ke at as panggung. Agaknya m ereka ini m enganggap bahwa
sekarang terbuka kesempatan bagus bagi mereka untuk mencapai kemenangan!
Saya Bhong Siat dari lem bah Yang- ce! " kat a Si Muka Kuning yang suaranya
seperti orang berbisik, atau kehabisan napas.
Makin m uak rasa perut Liu Lu Sian m enyaksikan m aj unya dua orang yang
berwaj ah buruk ini. Mem ang ia sengaj a m enant ang agar m ereka m aj u sekaligus
agar ia t idak usah berkali- kali m enghadapi m ereka seorang dem i seorang. Pula,
t ant angannya ini m erupakan akal unt uk m enilai m ereka. Yang m au dat ang
m engeroyoknya m anandakan seorang lak i- laki pengecut dan yang t idak boleh
dihargai sama sekali, perlu cepat ditundukkan sekaligus.
Han Bian Ki girang m elihat m aj unya dua orang yang sem aksud it u. Kini t erbuka
kesem pat an pula baginya unt uk m encari kem enangan, at au set idaknya t ent u

Suling Mas Kho Ping Hoo 16


berhasil m enyent uh kulit badan Si Nona at au beradu lengan. Maka ia t idak m au
kalah sem angat dan biarpun sudah sej ak t adi ia diperm ainkan, kini ia
memperlihatkan sikap galak dan menerjang Liu Lu Sian dengan seruan nyaring.
Dua orang yang baru naik it u pun t idak m em buang kesem pat an ini, m em barengi
dengan serangan- serangan m ereka karena m ereka t ahu bahwa serangan t iga
orang secara berbarengan tentu akan lebih banyak memungkinkan hasil baik.
" Menj em ukan...! " Liu Lu Sian berseru dan t erj adilah penglihat an yang am at
menarik. Tiga orang pem uda it u m enyerang dari t iga j urusan, serangan m ereka
galak dan ganas, apalagi Si Muka Kuning Bhong Siat yang t ernyat a m erupakan
seorang ahli ilmu silat yang mempergunakan tenaga dalam.
Pukulan- pukulannya m endat angkan angin yang bersiut an. Nam un hebat nya, t ak
pernah enam buah t angan dan enam buah kaki it u m enyent uh uj ung baj u Lu
Sian.
Gadis it u dalam pandangan t iga orang pengeroyoknya lenyap dan berubah
m enj adi bayangan yang berkelebat an sepert i sam baran burung walet yang am at
lincah. Dan dalam pert andingan kurang dari dua puluh j urus, t erdengar t eriakan-
t eriakan dan secara susul- m enyusul t ubuh t iga orang pem uda it u " t erbang" dari
at as panggung, t erlem par secara yang m ereka sendiri t idak t ahu bagaim ana.
Mereka jatuh tunggang- langgang dan berusaha untuk merangkak bangun.
" Hem m , orang- orang t ak t ahu m alu. Hayo lekas pergi dari sini! " t erdengar suara
keras m em bent ak di belakang m ereka dan sebuah lengan yang kuat sekali
m em egang t engkuk m ereka dan t ahu- t ahu t ubuh m ereka seorang dem i seorang
t erlem par keluar. Tanpa berani m enoleh lagi kepada Ma Thai Kun yang
m elem parkan m ereka keluar, t iga orang it u t erus saj a lari sem poyongan keluar
dari halaman gedung.
Para t am u m enyam but kem enangan Liu Lu Sian dengan t epuk t angan riuh
rendah. Para m uda yang t adinya ada niat unt uk m encoba- coba, m akin kuncup
hat inya dan ham pir sem ua m em bat alkan niat hat inya, m enhibur hat i yang pat ah
dengan kenyat aan bahwa t ak m ungkin m ereka dapat m enandingi nona yang
amat lihai itu!
Akan t et api t ernyat a m asih seeorang laki- laki m uda yang dengan langkah t egap
dan t enang m engham piri panggung, kem udian dengan gerakan lam bat m elom pat
naik. Ket ika kedua buah kakinya m enginj ak panggung, Lu Sian m erasa t erget ar
kedua t elapak kakinya, t anda bahwa yang dat ang ini m em iliki lwee- kang yang
cukup hebat . I a m enj adi t ert arik, akan t et api ket ika m engangkat m uka
memandang, ia merasa kecewa.
Laki- laki ini sikapnya gagah dan pakainnya sederhana, m ukanya m em bayangkan
kerendahan hat i dan kej uj uran, nam un sam a sekali t idak t am pan, m at anya lebar
dan alisnya bersambung hidungnya pesek!
"Saya yang bodoh Lie Kung dari pegunungan Tai- liang. Sebetulnya saya tidak ada
harga unt uk m em asuki sayem bara, akan t et api karena sudah sam pai di sini dan
saya am at t ert arik dan kagum m enyaksikan kehebat an ilm u silat Nona,
perkenankanlah saya m em perlihat kan kebodohan sendiri." Kata- katanya
merendah akan tetapi jujur dan sederhana.
Lu Sian t ersenyum m engej ek. " Siapa pun j uga boleh saj a m encoba kepandaian
karena memang saat ini merupakan kesempatan. Nah, silakan saudara Lie maju!"
" Nona m enj adi nona rum ah dan seorang wanit a, saya m erasa sungkan unt uk
membuka serangan." Jawab Lie Kung.
" Hem m , kalau begit u sam but lah ini! " Secara t iba- t iba Liu Lu Sian m enyerang,
pukulannya am at cepat , gerakannya indah akan t et api bersifat ganas karena
pukulan it u m engarah bagian berbahaya di pusar, m erupakan serangan m aut !
Lie Kung berseru keras dan kaget . Tak sangkanya nona yang dem ikian cant iknya
begini ganas gerakanya, m aka cepat ia m elom pat m undur dan m engibaskan
tangan dan menangkis dengan kecepatan penuh.
Lu Sian t idak sudi beradu lengan, m enarik kem bali t angannya dan m enyusul
dengan pukulan angan m iring dari sam ping m engarah lam bung. Sekali

Suling Mas Kho Ping Hoo 17


m erupakan t erj angan m aut yang am at erbahaya, Lie Kung t ernyat a gesit sekali
karena jungkir balik ia dapat menyelamatkan diri!
Tepuk t angan m enyam but gerakan ini karena sekarang para t am u m erasa
m endapat suguhan yang m enarik, t idak sepert i t adi di m ana t iga orang pem uda
sam a sekali t idak dapat m engim bangi perm ainan Liu Lu Sian yang gesit . Pem uda
pesek ini benar- benar cepat gerakannya walaupun t am paknya lam bat dan
tenang.
Set elah diserang selam a lim a j urus dengan hanya m engelak, m ulailah dia
m engem bangkan gerakannya unt uk balas m enyerang. Telah ia duga bahwa
pemuda ini merupakan seorang ahli lwee- kang, dan ternyata benar.
Pukulan pem uda ini berat dan ant ep, hanya sayangnya pem uda ini berlaku
sungkan- sungkan, bukt inya yang diserang hanya bagian- bagian yang t idak
berbahaya. Marahlah Lu Sian. Sikap pem uda yang hanya m engarahkan serangan
pada pundak, pangkal lengan dan bagian- bagian lain yang t idak berbahaya it u,
baginya dit erim a salah. Dianggap bahwa pem uda ini t erlam pau m em andang
rendah padanya, seakan- akan sudah m erasa past i akan m enang sehingga t idak
mau membuat serangannya berbahaya.
Set elah lewat t iga puluh j urus m ereka serang- m eyerang, t iba- t iba Lu Sian
m engeluarkan suara kelengking t inggi yang m engej ut kan sem ua orang.
Gerakannya t iba- t iba berubah lam bat dan aneh, pukulannya m erupakan gerakan
yang melingkar- lingkar.
" Bagaim ana kaulihat pem uda it u?" Pat - j iu Sin- ong bert anya ket ika ia m elihat
Kwee Seng m enoleh dan m enont on pert andingan, t idak sepert i t adi ket ika t iga
orang pemuda mengeroyok Lu Sian. Kwee Seng memandang acuh tak acuh.
" Lum ayan j uga. Bakat nya baik dan kalau ia t idak t erlalu banyak kehendak, ia
dapat menjadi ahli lwee- keh yang tangguh."
"Ha- ha, kaulihat . Put eriku sudah m ulai m ainkan Sin- coa- kun cipt aanku yang
terakhir. Pemuda itu takkan dapat bertahan lebih dari sepuluh jurus!"
Diam- diam Kwee Seng m em perhat ikan. I lm u Silat Sin- coa- kun ( Silat Ular Sakt i)
m em ang hebat , m engandung gerakan- gerakan ilm u silat t inggi yang
disem bunyikan dalam gaya kedua t angan yang gerakannya sepert i ular
menggeliat- geliat dan melingkar- lingkar.
Nam un dalam ilm u silat ini t erkandung sifat yang am at ganas, dan kem bali
sepasang alis pem uda ini berkerut saking kecewa. Sungguh sayang sekali,
kecant ikan sepert i bidadari it u, dirusak sifat - sifat liar dan ganas, diisi ilm u yang
amat keji.
Unt uk m engusir kekecewaan yang m enggeregot i hat inya, pem uda ini
menuangkan arak sepenuhnya dan m engangkat cawan. " Minum biar puas! " lalu
sekali t enggak habislah arak it u. Pat - j iu Sin- ong t ert awa bergelak dan m inum
araknya pula.
Ram alan Pat - j iu Sin- ong t ernyat a t erbukt i. Tepat sepuluh j urus, set elah pem uda
she Lie it u t erdesak dan bingung m enghadapi dua lengan halus yang sepert i
sepasang ular m engam uk, lehernya kena dihant am t angan m iring. I a m engaduh
dan t erhuyung- huyung ke belakang, akan t et api t epat pada saat lehernya
dihant am , ia dapat m engibaskan t angannya m engenai lengan Lu Sian sehingga
m enim bulkan suara " plakk! " dan gadis it u m enyeringai kesakit an, lengannya
terasa panas sekali.
Biarpun ia sudah t ahu bahwa pukulannya m engenai leher lawan dengan t epat ,
karena lengannya t ert angkis t adi, Lu Sian m enj adi m arah dan cepat ia m aj u lagi
mengirim pukulan yang agaknya akan menamatkan riwayat pemuda itu.
" Cukup...! ! " t iba- t iba sesosok bayangan m eloncat ke at as panggung dan dengan
cepat m enangkis t angan Lu Sian yang m engirim pukulan m aut . " Dukkk! " Dua
buah lengan t angan bert em u dan keduanya t erhuyung ke belakang sam pai t iga
langkah.
Dengan kem arahan m eluap- luap Lu Sian m em andang orang yang begit u lancang
berani m enangkis pukulannya t adi. I a m em belalakkan m at anya dan... t iba- t iba ia
m erasa seakan- akan j ant ungnya diguncang keras, kem arahannya lenyap dan ia

Suling Mas Kho Ping Hoo 18


t erpesona. Belum pernah selam a hidupnya ia m elihat seorang pem uda yang
begini ganteng!
Ram but nya hit am t ebal diikat kan ke at as dengan sehelai sut era kuning.
Pakaiannya indah dan ringkas, m em bayangkan t ubuhnya yang t egap berisi,
dadanya yang bidang. Alisnya berbent uk golok, hit am sepert i dicat , hidung
mancung, mulut berbentuk bagus membayangkan watak gagah dan hati keras.
Pendeknya, waj ah dan bent uk badan seorang j ant an yang t ent u akan
m erunt uhkan hat i set iap orang gadis rem aj a! Seket ika Lu Sian j at uh hat inya,
akan t et api m engingat perbuat an lancang pem uda ini, unt uk m enj aga harga
dirinya, ia menegur juga, hanya tegurannya tidak seketus yang dikehendakinya.
"Kau siapa, berani lancang turun tangan mencampuri pertandingan ?"
Pem uda it u m enunt un Lie Kung sam pai ke pinggir panggung, m enyuruhnya
m engundurkan diri, Lie Kung m enj ura ke arah Liu Lu Sian lalu m elom pat t urun,
t erus pergi m eninggalkan t em pat it u. Set elah it u, baru pem uda yang m em bawa
sebuah golok disarungkan dan digant ungkan pada pinggangnya it u m em balikkan
tubuh menghadapi Liu Lu Sian sambil berkata.
" Maaf, Nona. Mem ang saya t adi berlaku lancang. Akan t et api sekali- kali bukan
dengan m aksud hat i yang buruk, hanya unt uk m encegah t erj adinya pert um pahan
darah. Sudah t erlalu j iwa m elayang...ah, sayang sekali. Kunasihat kan kepadam u,
Nona. Hentikan cara pemilihan suami seperti ini. Tiada guna! Dan kasihan kepada
yang t idak m am pu m enandingim u. Nah, sekali lagi m aafkan kelancanganku t adi! "
Ia menjura dan hendak pergi.
" Eh orang lancang! Bagaim ana kau biasa pergi begit u saj a set elah m enghinaku ?
Hayo m aj u kalau kau m em ang berkepandaian! " Lu Sian sengaj a m enant ang
karena hat inya sudah j at uh dan ingin ia m enguj i kepandaian laki- laki yang
m enarik hat inya ini. Kalau m em ang benar sepert i dugaannya, bahwa laki- laki ini
sepert i t erbukt i ket ika m enagkisnya t adi, m em iliki kepandaian t inggi, ia akan
merasa puas mendapat jodoh setampan dan segagah ini.
Kwee Seng m em ang t am pan pula t et api t erlalu t am pan sepert i perem puan, kalah
gagah oleh pemuda ini. Dan biarpun ia tahu ilmu kepandaian Kwee Seng mungkin
hebat , akan t et api sikap pem uda it u t erlalu halus, t erlalu lem ah lem but , kurang
"jantan!"
Pem uda it u m em balikkan t ubuhnya, kem bali m enj ura kepada Lu Sian sam bil
berkat a, suaranya perlahan. " Hanya Tuhan yang t ahu bet apa inginnya hat iku
m enj adi pem enang.. akan t et api... bukan beginilah caranya. Maafkan, Nona,
biarlah aku m engaku kalah t erhadapm u! " Sam bil m elem par pandang t aj am yang
menusuk hati Lu Sian, pemuda itu hendak mengundurkan diri.
" Apakah engkau begit u pengecut , berani berlaku lancang t idak berani
memperkenalkan diri ? Siapakah kau yang sudah berani... menghinaku?
Dim aki pengecut , pem uda it u m enj adi m erah m ukanya. " Aku bukan pengecut !
Kalau Nona ingin benar t ahu, nam aku adalah Kam Si Ek dari Shan- si." Set elah
berkat a dem ikian, pem uda gagah bernam a Kam Si Ek it u lalu m eloncat t urun dari
panggung dan cepat- cepat lari keluar dari halaman gedung.
Sam pai beberapa saat lam anya Liu Lu Sian berdiri bengong di at as panggung,
m erasa bet apa sem angat nya seakan- akan m elayang- layang m engikut i kepergian
pem uda gant eng it u, " Pat - j iu Sin- ong, kau baru saj a kehilangan seorang calon
m ant u yang hebat ! " Kwee Seng berkat a sam bil m enyam bar daging panggang
dengan sumpitnya.
" Kau m aksudkan bocah gant eng t adi? Siapakah dia? Nam anya t idak pernah
kudengar," jawab Pat- jiu Sin- ong.
"Ha- ha- ha! Kam Si Ek adalah panglim a m uda di Shan- si dan hanya karena
adanya pem uda it ulah m aka Shan- si t erkenal daerah yang am at kuat dan
m em buat gubernurnya yang bernam a Li Ko Yung t erkenal. Cocok sekali dia
dengan put erim u. Put erim u m enj adi perebut an pem uda- pem uda, sebaliknya
ent ah berapa banyaknya gadis di dunia ini yang ingin m enj adi ist rinya! Ha- ha-
ha!" Terang bahwa Kwee Seng sudah mulai terpengaruh arak.

Suling Mas Kho Ping Hoo 19


Mem ang sebet ulnyalah kalau pem uda it u t adi m engat akan bahwa dia t idak bias
m inum arak banyak- banyak. Akan t et api karena kerusakan hat inya m enghadapi
cint a t erhadap Liu Lu Sian berbareng kecewa, ia sengaj a nekat m inum t erus
tanpa ditakar lagi.
" Huh, apa art inya panglim a bagiku? Dia m em ang t am pan, akan t et api kalau
disuruh memilih kau, Kwee Seng!"
Liu Lu Sian t ersent ak kaget dan m em balikkan t ubuh, m asih berdiri di t engah
panggung. Juga para t am u m rndengar percakapan yang dilakukan dengan suara
keras it u. Kini m ereka m em andang ke arah m ereka, t erut am a sekali Kwee Seng
menjadi pusat perhatian.
Pem uda ini sudah bangkit berdiri, cawan arak di t angan kanannya. Hat inya
berguncang keras ketika ia mendengar ucapan ketua Beng- kauw itu. Betapa tidak
? Jelas bahwa Ket ua Beng- kauw ini agaknya suka m em ilih dia sebagai m ant u.
Dan dia sendiri pun sudah j elas m encint ai gadis j elit a it u, hal ini t idak dapat ia
bantah, seluruh isi hati dan tubuhnya mengakui.
Mau apa lagi? Tinggal m engalahkan gadis it u, apa sukarnya? Akan t et api di balik
rasa cint a, di sudut kepalanya di m ana kesadarannya berada, t erdapat rasa t ak
senang yang m enekan kem bali rasa cint a kasihnya dengan bisikan- bisikan
t ent ang kenyat aan bet apa keadaan gadis it u dan keluarganya sam a sekali t idak
cocok, bahkan berlawanan dengan pendirian dan wataknya.
I a j at uh cint a kepada seorang dara yang berwat ak liar dan ganas, som bong dan
t inggi hat i, licik dan kej i, gadis yang m enj adi put eri t unggal Ket ua Beng- kauw
yang sakt i, aneh dan sukar diket ahui bagaim ana wat aknya. Gadis yang m enj adi
sebab kematian banyak pemuda yang tak berdosa!
Kesadarannya m em bisikkan bahwa bet apa pun ia m encint ai gadis it u, cint any a
hanya karena pengaruh kej elit aan gadis it u dan kalau ia m enurut i cint anya yang
t erdorong nafsu, kelak akan t ersiksa hat inya. Akan t et api perasaannya
m em bant ah kalau ia boleh m em bawa pergi gadis it u bersam anya, m ungkin ia
bisa m em bim bingnya m enj adi seorang ist eri yang baik dan cocok dengan sifat -
sifat dan wataknya.
"Lo- enghiong, jangan main- main!"
"Ha- ha, siapa m ain- m ain ? Kwee- hiant it hanya kaulah yang agaknya pant as
bert anding dengan put eriku. Hayo kau kalahkan dia, kalau t idak anakku it u akan
m akin besar kepala saj a dan para t am u t ent u akan m engira aku hendak m enang
sendiri! Ha- ha- ha!"
" Hem m m , put erim u berkepandaian t inggi. Terus t erang saj a, akupun ingin sekali
m enguj i kepandaiannya. Akan t et api... hem m , Lo- enghiong, harap j angan salah
sangka. Dengan j uj ur aku m engaku bahwa put erim u t elah m enarik hat iku. Akan
t et api, perj odohan m elalui pert andingan m em ang kurang t epat , yang perlu hat i
masing- masing.
Bagaim ana kalau aku naik ke panggung, t api bukan unt uk m em asuki sayem bara
pem ilihan j odoh, hanya sekedar m ain- m ain m enguj i kepandaian belaka?" Ucapan
ini dilakukan perlahan tidak terdengar orang lain.
Akan t et api Ket ua Beng- kauw it u t ert awa keras dan m enj awab dengan suara
keras pula. " Ha- ha- ha- ha! Aku m engert i,kau m em ang seorang yang t elit i dan
cerm at , t erlalu berhat i- hat i! Kalau m enyalahi perat uran, berart i m elanggar dan
siapa melanggar harus didenda!"
Kwee Seng t ert awa pula dan m enenggak sisa araknya. " Dendanya bagaim ana?
Kau harus m enurunkan ilm u pukulan yang kau pergunakan unt uk m engalahkan
puteriku itu kepadanya."
Pem uda ini sudah bangkit berdiri, cawan arak di t angan kanannya. Hat inya
berguncang keras ketika ia mendengar ucapan ketua Beng- kauw itu. Betapa tidak
? Jelas bahwa Ket ua Beng- kauw ini agaknya suka m em ilih dia sebagai m ant u.
Dan dia sendiri pun sudah j elas m encint a gadis j elit a it u, hal ini t idak dapat ia
bant ah, seluruh isi hat i dan t ubuhnya m engakui. Mau apa lagi ? Tinggal
m engalahkan gadis it u, apa sukarnya ? Akan t et api di balik rasa cint a, di sudut
kepalanya di m ana kesadarannya berada, t erdapat rasa t ak senang yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 20


m enekan kem bali rasa cint a kasihnya dengan bisikan- bisikan t ent ang kenyat aan
bet apa keadaan gadis it u dan keluarganya sam a sekali t idak cocok, bahkan
berlawanan dengan pendir ian dan wat aknya. I a j at uh cint a kepada seorang dara
yang berwat ak liar dan ganas, som bong dan t inggi hat i, licik dan kej i, gadis yang
m enj adi put eri t unggal Ket ua Beng- kauw yang sakt i, aneh dan suk ar diketahui
bagaim ana wat aknya. Gadis yang m enj adi sebab kem at ian banyak pem uda yang
t ak berdosa ! Kesadarannya m em bisikkan bahwa bet apa pun ia m encint ai gadis
it u, cint anya hanya karena pengaruh kej elit aan gadis it u dan kalau ia m enurut i
cint anya yang t erdorong nafsu, kelak akan t ersiksa hat inya. Akan t et api
perasaannya m em bant ah kalau ia boleh m em bawa pergi gadis it u bersam anya,
m ungkin ia bisa m em bim bingnya m enj adi seorang ist eri yang baik dan cocok
dengan sifat- sifat dan wataknya.
Lo- enghiong, jangan main- main! Ha- ha, siapa main- main ? Kwee- hiantit hanya
kaulah yang agaknya pant as bert anding dengan put eriku. Hayo kau kalahkan dia,
kalau t idak anakku it u akan m akin besar kepala saj a dan para t am u t ent u akan
mengira aku hendak menang sendiri ! Ha- ha- ha!
Hem m m , put erim u berkepandaian t inggi. Terus t erang saj a, akupun ingin sekali
m enguj i kepandaiannya. Akan t et api hem m , Lo- enghiong, harap j angan salah
sangka. Dengan j uj ur kum engaku bahwa put erim u t elah m enarik hat iku. Akan
t et api, perj odohan m elalui pert andingan m em ang kurang t epat , yang perlu hat i
masing- m asing. Bagaim ana kalau aku naik ke panggung, t api bukan unt uk
m em asuki sayem bara pem ilihan j odoh, hanya sekedar m ain- m ain m enguj i
kepandaian belaka? Ucapan ini dilakukan perlahan tidak terdengar orang lain.
Akan t et api Ket ua Beng- kauw it u t ert awa keras dan m enj awab dengan suara
keras pula. Ha- ha- ha- ha! Aku m engert i,kau m em ang seorang yang t elit i dan
cerm at , t erlalu berhat i- hat i! Kalau m enyalahi perat uran, berart i m elanggar dan
siapa melanggar harus didenda!
Kwee Seng t ert awa pula dan m enenggak sisa araknya. Dendanya bagaim ana?
Kau harus m enurunkan ilm u pukulan yang kau pergunakan unt uk m engalahkan
puteriku itu kepadanya.
Aku. Tapi dia harus ikut denganku ke m ana aku pergi. Boleh. Nah, orang
muda, kau cobalah!
Hat i Liu Lu Sian sudah m endongkolkan sekali m endengarkan percakapan ant ar a
ayahnya dan pem uda pelaj ar yang kelihat an lem ah lem but it u. Apalagi ket ika ia
m elihat Kwee Seng berj alan m engham pirinya dengan langkah sem poyongan dan
m ukanya yang berkulit put ih halus it u kelihat an m erah sekali, t anda- tanda
seorang mabuk!
Apakah Kwee- kongcu j uga t idak m au ket inggalan dalam lom ba pam eran
kepandaian? Liu Lu Sian m enegur dengan kat a- kat a dingin. Ternyat a gadis ini
m asih m endongkol m engingat bet apa t adi didepan ayahnya, Kwee Seng sudah
m em bikin basah pakaiannya dengan arak, m erupakan bukt i bahwa dalam adu
t enaga secara diam - diam it u, pem uda ini sudah m em ang set ingkat daripadanya.
Cum a kali ini Kongcu sedang m abuk, t idak enak kalau aku m encari kem enangan
dan seorang yang m abok! Dengan kat a- kat a ket us ini, Liu Lu Sian hendak
menebus rasa malunya tadi.
Kwee Seng t ersenyum dan diam - diam m engagum i waj ah yang dem ikian eloknya,
m ulut yang biarpun m engham burkan kat a- kat a pedas dan pahit , nam un t et ap
manis didengar. Mat anya yang agak m abok it u seakan- akan lekat pada bibir it u
dan sej enak Kwee Seng t erpesona, t ak dapat berkat a apa- apa, t ak dapat
bergerak memandang ke arah mulut dara jelita.
Bibir merah basah menantang
Bentuk indah gendewa terpentang
Hangat lembut mulut juita
Sarang madu sari puspita
Senyum dikulum bibir gemetar
Tersingkap mutiara indah berjajar
Segar sedap lekuk di pipi

Suling Mas Kho Ping Hoo 21


Mengawal suara merdu sang dewi !
Heh, kenapa kau m elongo saj a? t iba- t iba Lu Sian m em bent ak, lenyap sikapnya
menghormat karena ia tak dapat menahan kejengkelan hatinya.
Kwee Seng sadar dari lam unannya. Eh, ohh Nona, kau t ahu, aku sebet ulnya
t idak ingin m em asuki sayem bara dan aku aku lebih suka bert anding dengan
si pemilik tangan maut ! Sambil berkata demikian ia menoleh, matanya mencari-
cari.
Cukup ! Tak perlu banyak bicara lagi Kwee- kongcu. Aku sudah m endengar
bahwa kalau aku kalah, aku harus menjadi muridmu dan ikut pergi bersamamu !
kat a pula Lu Sian dengan senyum m engej ek. Akan t et api j angan kira akan
mudah m engalahkan aku ! Set elah berkat a dem ikian, gadis it u berkelebat cepat
dan tahu- tahu ia sudah lari menyambar pedangnya yang terletak diatas meja dan
secepat it u pula berkelebat kem bali m enghadapi Kwee Seng. Pem uda it u
t ersenyum , senyum yang m engandung banyak art i, set engah m engej ek dan
set engah kagum begit u cepat nya gadis it u bergerak dan m enyarungkan
pedangnya dengan gerakan indah. Lu Sian m erasakan ej ekan ini dan dengan
gemas ia berkata.
Menghadapi seorang sakt i sepert i engkau ini, Kwee- kongcu, t idak bisa
disamakan dengan segala cacing tanah tadi. Aku mengharapkan pelajaran darimu
dalam m enggunakan senj at a! Sam bil berkat a dem ikian gadis ini m encabut
pedangnya dan tampaklah sinar berkelebat, putih menyilaukan mata.
Lu Sian, m undurlah ! Manusia ini t erlalu som bong, biar aku m ewakilim u
m em beri haj aran! Tiba- t iba bayangan t inggi kurus m elayang ke depan Kwee
Seng dan sebuah lengan menyambar ke arah dada pemuda itu.
Wut t t t ! Kwee Seng m iringkan pundaknya dan pukulan yang hebat it u lewat
cepat.
Hemm, aku senang sekali m elayanim u! kat a Kwee Seng dan j ari t elunj uknya
m enot ok ke arah pergelangan t angan yang lewat di sam pingnya. Akan t et api
secepat it u pula Ma Thai Kun sudah m enarik kem bali lengannya sehingga dalam
dua gebrakan ini mereka berkesudahan nol- nol atau sama cepatnya.
Ji- sut e, m undur kau! kem bali Liu Gan berseru keras dan biarpun m at anya
m elot ot m arah, Ma Thai Kun t idak berani m em bant ah perint ah suhengnya dan ia
mundurkan diri dengan kemarahan di tahan- tahan.
Orang she Kwee, kau t erlalu som bong. Lihat pedangku! bent ak Liu Lu Sian
sam bil m enggerakan pedangnya dengan cepat sehingga pedang it u berubah
m enj adi segulung sinar put ih yang m em buat lingkaran- lingkaran lebar, m akin
lam a lingkaran it u m akin lebar m engurung t ubuh Kwee Seng. Nam un pem uda ini
hanya m enggerakkan sedikit t ubuhnya dan selalu ia t erhindar daripada kilat yang
berpencaran keluar dari sinar pedang itu.
Lu Sian, j angan pandang ringan dia ! Gunakan Toa- hong Kiam - hoat ( I lm u
Pedang Angin Badai) ! seru Liu Gan dengan suara gem bira, waj ahnya berseri dan
matanya bersinar- sinar.
Begit u gebrakan pert am a dan selanj ut nya secara cepat berlangsung, Lu Sian
sudah m engert i bahwa Kwee Seng ini benar- benar am at lihai. Pedangnya yang
menyambar- nyam bar sepert i huj an cepat nya it u t ernyat a dapat dielakkan secara
aneh dan sam a sekali t idak t am pak t ergesa- gesa, seakan- akan gerakan-
gerakannya ini m asih t erkam pau lam bat bagi Kwee Seng. Oleh karena ini, begit u
m endengar seruan ayahnya, ia segera m engerahkan t enaga dan berlaku hat i-
hat i, cepat ia m ainkan ilm u pedang aj aran ayahnya, yait u Toa- hong Kiam - hoat.
Gadis ini m engert i bahwa kali ini ia t idak saj a harus m enj aga harga dirinya,
melainkan juga menjaga muka ayahnya.
Melihat perubahan ilm u pedang gadis it u yang kini m enderu- deru sepert i angin
badai m engam uk, diam - diam Kwee Seng kaget dan kagum . Tak percum a Ket ua
Beng- kauw m endapat j ulukan Pat - j iu Sin- ong dan t idak percum a pula gadis it u
m enj adi put eri t unggalnya karena ilm u pedang ini am at cepat dan hebat
berbahaya sehingga t ak m ungkin dihadapi m engandalkan kecepat an belaka.
Pem uda sakt i ini m aklum pula bahwa Pt - j iu Sin- ong seorang yang am at licik dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 22


aneh. Tent u sekarang Ket ua Beng- kauw it u m enyuruh anaknya m engeluarkan
ilm u pedang sim panan agar t erpaksa ia m engeluarkan ilm unya yang sej at i pula
unt uk m engalahkan Lu Sian. Kwee Seng m aklum pula bahwa j anj i unt uk
m enurunkan ilm unya yang m engalahkan Lu Sian, adalah j anj i yang am at licik
dari Pat - j iu Sin- ong, yang m em bayangkan sifat loba seorang ahli silat yang ingin
sekali m enguasai seluruh ilm u yang paling sakt i di dunia ini. Melalui put erinya,
Ket ua Beng- kauw ini hendak m em ancing- m ancing ilm u silat nya unt uk m enam bah
perbendaharaan ilmu Pat- jiu Sin- ong !
Karena t idak ingin m enggunakan ilm u sim panannya unt uk m engalahkan Lu Sian
agar ia t idak usah m enurunkan ilm u it u pada gadis ini, kem bali Kwee Seng
m engandalkan gin- kang ( ilm u m eringankan t ubuh) yang lebih t inggi daripada
kepandaian gadis it u unt uk m eleset kesana kem ari, m enyelinap di ant ara
sam baran pedang Lu Sian yang sepert i badai m engam uk it u. Akan t et api belum
lim a belas j urus Lu Sian m ainkan I lm u Pedang Toa- hong- kian, ayahnya sudah
berseru lagi.
Lu Sian, pergunakan Pat - m o Kiam - hot ! I lm u pedang Pat - mo- kiam ( Pedang
Delapan I blis) ini sengaj a dicipt akan oleh Pat - j iu Sin- ong unt uk m engim bangi
I lm u Pedang Pat - sian- kiam ( Pedang Delapan Dewa) yang pernah ia hadapi
dahulu. Hebat nya bukan kepalang. Lu Sian kem bali m enurut perint ah ayahnya
dan gerakan pedangnya berubah lagi. Kini pedangnya t idak m engandalkan
kecepat an, m elainkan lebih m endasarkan serangan pada penggunaan t enaga sin-
kang ( t enaga sakt i) . Set iap t usukan at au bacokan m engandung t enaga m uj ij at
sehingga anginnya saja sudah cukup untuk merobohkan lawan yang kurang kuat.
Kem bali Kwee Seng kaget dan kagum . Sepert i j uga sifat nya Pat - sian- kiam yang
ia kenal, ilm u pedang ini rapi sekali, seakan- akan dim ainkan oleh delapan orang,
nam un Pat - mo- kiam m engandung sifat yang lebih ganas dan kej i. Mendadak ia
m endapat kan pikiran yang baik sekali. Biarpun Pat - mo- kiam dicipt akan unt uk
m enghadapi Pat - sian- kiam , nam un ilm u silat hanya sekedar t eori at au perat uran
gerakan belaka yang t erpent ing adalah orangnya. Karena t ingkat nya lebih t inggi
daripada t ingkat Lu Sian, m aka ia m erasa sanggup m engalahkan Pat - mo- kiam
yang dim ainkan gadis ini dengan ilm u pedang Pat - sian- kiam. I a berseru keras
dan t ahu- t ahu t angannya sudah m encabut keluar sebuah kipas yang di
sem bunyikan di dalam baj unya. Cepat ia m ainkan I lm u Pedang Pat - sian- kiam,
kipasnya m engeluarkan angin yang kuat sekali sehingga gulungan sinar pedang
put ih t erdesak dan t iba- t iba Lu Sian berseru keras karena siku kanannya t erkena
t ot okan gagang kipas. Seket ika t angannya kej ang dan ham pir saj a ia m elepaskan
pedang, baiknya dengan gerakan yang cepat bukan m ain Kwee Seng sudah
m em ulihkan t ot okan lagi sehingga gadis it u dapat m enyam bar pedangnya yang
sudah terlepas tadi.
Dasar gadis yang t ak dapat m enerim a kekalahan, begit u pedangnya t erpegang
lagi ia terus menyerang dengan hebat !
Aiihh! Kwee Seng berseru dan t ubuhnya berkelebat . Terpaksa ia
m em pergunakan ilm unya yang hebat , yait u Pat - sian Kiam - hoat yang sudah ia
gabung dengan I lm u Kipas Lo- hain San- hoat ( I lm u Kipas Pengacau Laut an) .
Kipasnya m engebut pedang lawan dan selagi pedang it u m iring let aknya, gagang
kipasnya m enot ok dan kini seluruh t ubuh Lu Sian m enj adi kaku t ak dapat
digerakkan lagi ! Kwee Seng cepat m enem pel pedang lawan dengan kipasnya,
m eram pas pedang it u di ant ara kipas sam bil j ari t angan kirinya m em bebaskan
t ot okan ! Lu Sian dapat bergerak lagi akan t et api pedangnya sudah t eram pas.
Gadis it u m arah bukan m ain, siap hendak m enerj ang dengan t angan kosong
berdasarkan kenekatan.
Lu Sian, cukup ! Hat urkan t erim a kasih kepada calon suam i at au gurum u ! Ha-
ha- ha! t eriak Pat - j iu Sin- ong sam bil m elom pat ke at as panggung. Tepuk t angan
riuh m enyam but kem enangan Kwee Seng ini, sedangkan Lu Sian lari ke dalam
tanpa menoleh lagi.
Sam bil m erangkul pundak Kwee Seng, Pat - j iu Sin- ong berkat a lant ang kepada
para t am unya. Sahabat m udaku Kwee Seng t elah m enang m ut lak at as put eriku

Suling Mas Kho Ping Hoo 23


dan dia berhak m enj adi calon m ant uku. Akan t et api, karena dia pun seorang
aneh, t idak kalah anehnya dengan aku sendiri, hanya dia yang dapat
m enent ukan apakah perj odohan ini dit eruskan at au t idak. Bet apapun j uga, ia
sudah berj anj i akan m enurunkan ilm unya yang t adi m engalahkan put eriku
kepada Liu Lu Sian. Suam i at au guru, apa bedanya ? Ha- ha ? Ha- ha- ha! Orang
t ua it u m enggandeng t angan Kwee Seng unt uk di aj ak m inum sepuasnya.
Sedangkan para t am u m ulai m enaruh perhat ian dan m em percakapkan pem uda
pelaj ar yang t am paknya lem ah- lem but it u. Beberapa orang t okoh t ua segera
m engenal Kwee Seng sebagai Kim - mo- eng dan m ulai saat it u, t erkenallah nam a
Kim- mo- eng Kwee Seng.
Tiga hari kem udian , Kwee Seng dan Lu Sian kelihat an m enunggang dua ekor
kuda keluar dari kot a raj a Keraj aan Nan- cao . Sepert i t elah ia j anj ikan, set elah
m enangkan pert andingan, ia akan m engaj arkan ilm u kepada Lu Sian dan gadis
it u harus m enyert ai perat urannya sam pai m enerim a pelaj aran it u. Pat - jiu Sin- ong
memberi dua ekor kuda yang baik, berikut seguci arak kepada Kwee Seng karena
selam a t iga hari di t em pat it u, pem uda ini siang m alam hanya m akan m inum dan
mabok- mabokan saja, manjadi seorang peminum yang luar biasa.
Bet apapun j uga, m elihat m ereka naik kuda berendeng, m em ang keduanya
merupakan pasangan yang amat setimpal. Wajah Lu Sian nampak berseri, karena
bet apapun j uga, m enyaksikan sikap Kwee Seng, gadis ini dapat m enduga bahwa
sebet ulnya sebet ulnya pem uda yang t am pan dan sakt i ini j at uh hat i kepadanya.
Pandang m at a pem uda it u dapat ia rasakan dan diam - diam m erasa girang sekali.
Mem ang sudah m enj adi waat ak Lu Sian, m akin banyak pria j at uh hat i kepadany a
m akin giranglah hat inya, apalagi kalau kem udian ia dapat m em at ahkan hat i
orang- orang yang mencintainya itu !
Kwee- koko ( Kakanda Kwee) , kem anakah kit a m enuj u? Tanya Lu Sian dengan
suara halus dan m anis, bahkan m esra. Kwee Seng m em eluk guci araknya dan
m enoleh ke kiri. Melihat waj ah ayu it u m enengadah, m at a bint ang it u
m enat apnya dan m ulut m anis it u set engah t erbuka, hat inya t ert usuk dan cepat -
cepat ia membuang muka sambil memejamkan matanya,
Ke m ana pun boleh! j awabnya t ak acuh, lalu m enenggak araknya sam bil
duduk di punggung kuda tanpa memegangi kendalinya.
Eh, bagaim ana ini ? kau yang m engaj ak aku. Biarlah kit a ke t im ur, sam pai di
t epi sungai Wu- kiang yang indah. Bagaim ana koko? Hem m , baik. Ke lem bah
Wu- kiang! jawab Kwee Seng.
Lu Sian m em bedal kudanya dan Kwee Seng m asih t et ap duduk sam bil m inum
arak, akan tetapi kudanya dengan sendirinya mencongklang mengikuti kuda yang
dibalapkan Lu Sian.
Tak lam a kem udian m ereka sudah keluar dari daerah kot a raj a, m em asuki hut an.
Kembali Lu Sian menahan kudanya, dan kuda Kwee Seng juga ikut berhenti.
Kwee- koko, m engapa kau hanya m inum saj a ? Kit a m elakukan perj alanan
sam bil bercakap- cakap, kan m enyenangkan ? Apa kau t idak suka m elakukan
perjalanan bersam aku ? Kwee- koko, hent ikan m inum m u, kau pandanglah aku!
Mulai j engkel hat i Lu Sian yang m erasa diabaikan at au t idak diacuhkan. Kwee
Seng m enoleh lagi ke kiri, m akin t erguncang j ant ungnya dan kem bali ia
menenggak araknya !
Nona, t idak apa- apa, aku senang m elakukan perj alanan ini. Ah arak ini wangi
sekali! Lu Sian cem berut dan t idak m enj alankan kudanya. Uh, wangi arak yang
m enj em ukan ! Masa kau t idak bosan- bosan m inum set alah t iga hari t iga m alam
t erus m inum bersam a ayah ? Kwee- koko, aku aku pernah disebut ayah bunga
kecil harum dan orang- orang di sana sem ua m engat akan bahwa ada ganda
harum sari seribu bunga keluar dari t ubuhku. Apakah apakah kau t idak
mencium ganda harum itu?
Kwee Seng t ersent ak kaget . Alangkah beraninya gadis ini ! Alangkah bebasnya
dan genit nya ! Mengaj ukan pernyat aan dan pert anyaan m acam it u kepada
seorang pemuda. Dia sendiri yang mendengarnya menjadi merah wajahnya, akan
t et api secara j uj ur ia berkat a, Mem ang ada aku m encium bau harum it u, nona,

Suling Mas Kho Ping Hoo 24


sem enj ak kit a bert anding ganda harum it u t idak eh, t idak pernah t erlupa
olehku. Eh, bagaim ana ini! I a t ergagap dan unt uk m enut upi m alunya kem bali
ia m enenggak araknya. Lu Sian m enahan t awanya dan hat inya m akin gem bira.
Kiranya laki- laki ini t iada bedanya dengan yang lain, m ahluk lem ah dan bodoh,
canggung dan kaku kalau berhadapan dengan gadis ayu ! Alangkah akan senang
hat inya dapat m em perm ainkan laki- laki ini, m em perm ainkan pendekar yang
m em iliki kepandaian t inggi, yang kesakt iannya m enurut ayahnya ket ika
membisikkan pesan tadi, tidak berada di sebelah bawah tingkat ayahnya !
Kwee Seng, berhent i! ! Tiba- t iba t erdengar bent akan dari belakang pada saat
Kwee Seng sedang m inum araknya di awasi oleh Lu Sian. Gadis it u t erkej ut
karena m engenal suara bent akan. Cepat ia m em balikkan t ubuh diat as punggung
kudanya.
Ma- susiok ( Pam an Guru Ma) ! Ada keperluan apakah Susiok m enyusul kam i?
Biarpun m asih duduk di at as kudanya m em belakangi m ereka yang baru dat ang,
Kwee Seng t ahu bahwa yang dat ang adalah dua orang. Kem udian ia m erasa
heran j uga ket ika m endengar suara Ma Thai Kun berubah sam a sekali dalam
jawaban pertanyaan Lu Sian.
Lu Sian, kau m enj auhlah dulu. Urusan ini adalah urusan ant ara Kwee Seng
dengan aku dan percayalah, tindakanku ini sesungguhnya demi kebaikan dirimu.
Kwee Seng adalah seorang pem uda yang am at halus perasaanya. I a m aklum
orang m acam bagaim ana adanya sut e ke dua dari Pat - j iu Sin- ong ini, seorang
kasar dan pem arah, som bong dan t inggi hat i. Mengapa t iba- t iba t erkandung
get aran halus yang am at berlawanan dengan wat aknya it u ket ika bicara t erhadap
Lu Sian ? Tiba- t iba ia t eringat akan sem ua perist iwa di Nan- cao dan keningny a
berkerut . Tahulah ia sekarang sebabnya dan sekaligus t erbongkar sudah olehnya
sem ua rahasia pem bunuhan di Beng- kauw. Hal ini m endat angkan m arah di
hatinya dan ia berkata.
Nona, lebih baik kau m enurut i perm int aan susiokm u. Kau m inggirlah, dan biar
aku bicara dengannya. Liu Lu Sian t ersenyum dan m enj auhkan kudanya dengan
waj ah berseri. Hal inilah yang t idak dim engert i oleh Kwee Seng. Mengapa gadis
itu m alah t ersenyum sepert i orang bergem bira padahal j elas bahwa pam an
gurunya m em punyai niat t idak baik t erhadap dirinya ? I a t idak peduli, lalu
m eloncat t urun dari at as kudanya dengan guci arak m asih di t angan kiri, sam bil
m em balik sehingga ket ika kedua kakinya m enginj ak t anah, ia berhadapan
dengan Ma Thai Kun dan seorang laki- laki m uda yang sikapnya t enang sungguh-
sungguh, berpakaian sederhana m em akai caping dan punggungnya t erhias
sebat ang cam buk. Ma Thai Kun m erah m ukanya, alisnya berkerut dan sepasang
matanya memancarkan sinar kemarahan.
Ma Thai Kun, kat akanlah kehendak hat im u sekarang. Kwee Seng, kau seorang
yang t elah m enghina Beng- kauw ! Kau t idak m em andang m at a kepada t okoh-
t okoh Beng- kauw, m engandalkan kepandaian m engalahkan seorang wanit a
muda, m engandalkan m ulut m anis m engelabuhi seorang t ua. Twa- suheng boleh
saj a kau kelabuhi, akan t et api aku Ma Thai Kun t akkan m em biarkan kau pergi
menggondol keponakanku begitu saja untuk melaksanakan niatmu yang kotor!
Wah- wah ! Hat im u dan pikiranm u sendiri berlepot an noda, kau m asih bicara
t ent ang niat kot or orang lain. Bagus sekali m engenal t angan m aut m u yang t elah
kau pergunakan unt uk m em bunuh t uj uh orang pem uda di rum ah penginapan dan
tiga orang pemuda yang sudah kalah oleh Nona Liu Lu Sian!
Ma- susiok ! Bet ulkah it u? Tiba- t iba Lu Sian yang m endengar kat a- kat a ini
bert anya dengan suara t erdengar gem bira. Benar- benar Kwee Seng t idak
mengerti dan sekali lagi ia terheran- heran atas sikap Lu Sian ini.
Merah wajah Ma Thai Kun. Memang betul aku membunuh mereka. Cacing- cacing
t anah it u t ak t ahu m alu dan berani m engharapkan yang bukan- buj an, orang-
orang m acam m ereka m ana pat ut m em ikirkan Lu Sian ? Aku m em bunuh m ereka
apa sangkut- pautnya dengan kau, Kwee Seng?

Suling Mas Kho Ping Hoo 25


Suheng! Kenapa kau lakukan kekej am an it u ? Bukankah Ji- suheng sudah
m elarang kit a Orang m uda bert opi runcing it u bert anya, suaranya penuh
kekuatiran.
Sute, tak usah kauturut campur ! Kau anak kecil tahu apa!
Kwee Seng t ert awa bergelak. Sekali pandang saj a t ahulah ia bahwa orang m uda
yang m enj adi adik seperguruan Ma Thai Kun ini seorang yang j auh bedanya
dengan saudara- saudara seperguruannya, jauh lebih bersih batinnya.
Ma Thai Kun, memang urusan dengan pemuda itu tiada sangkut- pautnya dengan
aku, akan t et api pem bunuhan kej i it u t ak boleh kudiam kan saj a t anpa
menegurmu. Apalagi, kau masih menitipkan sebuah benda kepadaku, apakah kau
t idak ingin m em int anya kem bali? Sam bil berkat a dem ikian, Kwee Seng
mengeluarkan sebatang jarum merah dari saku bajunya. Kau mengenal ini ? Kau
m enghadiahkan ini kepadaku selagi aku t idur, dan unt uk kebaikan hat i it u aku
belum membalasnya. Kwee Seng menyindir.
Berubah waj ah Ma Thai Kun. Kau kaukah j ahanam it u ? bent aknya dan
t anpa m em beri peringat an lagi ia sudah m enerj ang ke depan, m enggerakkan
kedua t angannya m engirim serangan m aut dengan pukulan- pukulan yang
mengandung tenaga sin- kang sepenuhnya.
Aii .. aiih.. inikah t angan m aut yang m engandung racun m erah it u ? Kwee
Seng m engelak sam bil m engej ek dan t iba- t iba dari dalam guci arak it u m eleset
keluar bayangan m erah dari arah yang m encrat dan m enyerang m uka Ma Thai
Kun. Biarpun hanya benda cair, karena arak it u digerakkan oleh t enaga lwee-
kang, t erasa sepert i t usukan j arum . Ma Thai Kun cepat m engibaskan t angannya
dan hawa pukulannya m em buat arak it u pecah bert ebaran. Akan t et api
m endadak sebuah guci arak yang sudah kosong m elayang ke arah kepalanya. Ma
Thai Kun m enangkis dengan t angan kirinya. Brakkk ! guci it u pecah pula
berkeping- keping. Nam un Kwee Seng sudah m erasa puas. Serangannya yang
m endadak dapat m em ecahkan rahasia gerakan Ma Thai Kun, m aka ia sudah
dapat m enyelam i dasarnya. Maka ket ika Ma Thai Kun m enerj angnya lagi, ia
m enyam but dengan gerakan kedua t angan yang sam a kuat nya. Kwee Seng t idak
mengeluarkan senjata melihat lawannya juga bertangan kosong.
Mem ang di ant ara para saudara seperguruannya, Ma Thai Kun t erkenal seorang
ahli silat t angan kosong yang t ak pernah m enggunakan senj at a. Nam un, kedua
t angannya m erupakan sepasang senj at a yang m engandung racun, m enggila
dahsyat dan am puhnya ! Jarang ia m enem ui t andingan, apalagi kalau lawanny a
j uga bert angan kosong. Baru beradu lengan dengannya saj a sudah m erupakan
bahaya bagi lawan.
Nam un kali ini Ma Thai Kun kecelik. Lawannya biarpun m asih m uda, nam un t elah
m em iliki t ingkat kepandaian yang sangat t inggi sekali. Biarpun ia t idak m engisi
kedua lengannya it u t elah kebal t erhadap hawa- hawa beracun yang bet apa
am puhnya pun j uga, karena ket ika ia m erant au dan berguru kepadanya pert apa-
pert apa di Pegunungan Him alaya, ia t elah m elat ih dan m enggem bleng kedua
lengannya dengan obat - obat m uj ij at , j uga di dalam pert em puran berat ia selalu
mengisi kedua lengannyadengan hawa sakti dari dalam tubuhnya.
Pert andingan it u hebat bukan m ain. Set iap gerakan t ubuh, baik t angan m aupun
kaki, m em bawa angin dan m enim bulkan get aran, bahkan t anah yang m ereka
j adikan landasan serasa t erget ar oleh t enaga- t enaga dalam yang t inggi
t ingkat nya. Beberapa kali Ma Thai Kun m enggereng dalam pengerahkan t enaga
racun m erah, disalurkan sepenuhnya ke dalam lengan yang beradu dengan
lengan lawan. Nam un akibat nya, dia sendiri yang t erpent al dan m erasa bet apa
hawa panas di lengannya m em balik. Makin m erahlah ia dan t erj angannya m akin
nekat.
Ma Thai Kun, m anusia m acam kau ini sem est inya pat ut dibasm i. Akan t et api
m engingat akan persahabat an dengan Pat - j iu Sin- ong, m elihat pula m uka nona
Liu Lu Sian yang m asih t erhit ung m urid keponakan dan m elihat m uka adik
seperguruanm uyang bersih hat inya, aku m asih suka m engam punkan engkau.
Pergilah!

Suling Mas Kho Ping Hoo 26


Sam bil berkat a dem ikian, t iba- t iba Kwee Seng m erendahkan t ubuhny a, set engah
berj ongkok dan kedua lengannya m endorong ke depan. I nilah sebuah serangan
dengan t enaga sakt i yang hebat . Tidak ada angin bersiut , akan t et api Ma Thai
Kun m erasa bet apa t ubuhnya t erdorong t enaga yang hebat dan dahsyat . I a pun
m erendahkan dir i, m endorongkan kedua lengannya unt uk bert ahan, nam un
akibat nya, t erdengar bunya berkerot okan pada kedua lengannya dan t ubuhnya
t erlem par sepert i layang- layang put us t alinya, lalu ia roboh t erguling dan kedua
lengannya menjadi bengkak- bengkak.
Orang she Kwee, kau melukai suhengku, terpaksa aku membelanya! kata orang
muda bertopi runcing sambil melepaskan cambuknya dari punggung.
Saudara yang baik, siapakah nam am u? Kwee Seng bert anya, suaranya halus.
" Aku bernam a Kauw Bian, saudara t erm uda dari Twa- suheng Liu Gan. Hem m ,
kaulihat kau seorang yang j uj ur dan baik. Mengapa engkau henndak m em bela
orang yang meyeleweng daripada kebenaran?
Tindakan Sam - suheng m em ang t idak kuset uj ui, akan t et api sebagai sut enya,
m elihat seorang suhengnya t erluka lawan, bagaim ana aku dapat diam ?
Kewaj ibankulah unt uk m em belanya ! Orang she Kwee, hayo keluarkan senj at am u
dan lawanlah cam bukku ini! Set elah berkat a dem ikian, Kauw Bian
m enggerakkan cam buknya keat as dan t erdengar bunyi t ar- tar- t ar! nyaring
sekali. Diam - diam Kwee seng kagum sekali. Cam buk it u biarpun kelihat an sepert i
cam buk biasa, nam un dit angan orang ini dapat m enj adi senj at a yang am puh
sekali. Dan ia kagum akan isi j awaban yang m em bayangkan kej uj uran budi dan
kesetiaan yang patut dipuji. Maka Kwee Seng segera menjura dan berjata.
Kauw- enghiong, sikapm u m em buat aku lem as dan aku m engaku kalah
t erhadapm u. Maafkanlah, aku t idak m ungkin m engangkat senj at a m elawan
seorang yang benar, dan aku pun percaya kau t idak sepert i Suhengm u unt uk
m enyerang seorang yang t idak m au m elawan. Set elah berkat a dem ikian, Kwee
Seng melompat keatas kudanya, menoleh kepada Lu Sian sambil berkata.
Nona, t erserah kepadam u ingin m elanj ut kan perj alanan bersam aku at au t idak.
Lalu ia m elarikan kudanya pergi dari sit u. Liu Lu Sian t ercengang sej enak lalu
t ersenyum dan m em bedal kudanya pula, m engej ar. Tinggal Kauw Bian yang
m asih m em egang pecut , t idak t ahu harus berbuat apa dan hanya dapat
m em andang dua buah bayangan yang m akin lam a m akin kecil dan akhirnya
lenyap itu.
Kauw Bian- sut e ! Adik m acam apa kau ini ? Kenapa t idak serang dia? Kauw
Bian t erkej ut dan cepat m enoleh. Kiranya Ma Thai Kun sudah berdiri di
belakangnya, meringis kesakitan dan ke dua lengannya masih bengkak- bengkak.
Tidak m ungkin, Suheng. Dia t idak m au m elawanku, bagaim ana aku bisa
menyerang orang yang tidak mau melawan?
Uhhh, dasar kau lem ah Mendadak Ma Thai Kun m enghent ikan om elannya
karena mendadak bertiup angin dan sesosok tubuh tinggi besar melayang turun.
Kiranya Pat - j iu Sin- ong Liu Gan yang dat ang. Jelas bahwa t okoh ini m arah,
sepasang m at anya m elot ot m em andang Ma Thai Kun dan begit u kakinya
menginjak tanah, ia lalu membentak.
Ma Thai Kun ! Bagus sekali perbuatanmu, ya ? Kau layak dipukul seperti anjing!
Tangan kiri Liu Gan bergerak dan plakkk, plakkk! t elapak dan punggung t angan
sudah m enam par cepat sekali m engenai sepasang pipi Ma Thai Kun yang
terhuyung- huyung ke belakang. Pucat m uka Ma Thai Kun dan m at anya m enyipit
berbahaya ketika berdongak memandang.
Twa- suheng, apa kesalahanku? Masih bert anya t ent ang kesalahannya lagi ?
Anj ing hina kau ! Kau, t ua bangka, kau berani m enaruh hat i cint a kepada
puteriku, keponakanmu ? Penghinaan besar sekali ini, tidak dapat diampunkan!
Suheng, apa bukt inya? Set an alas ! Kaukira aku t idak t ahu akan segala
perbuat anm u ? Sebelum kau m em bunuhi pem uda- pem uda it u, pada m alam hari
it u kau m em buj uk- buj uk Lu Sian dengan kat a- kat a m erayu, kau m enyat akan
cint am u dan m int a kepada Lu Sian agar j angan m au diadakan pem ilihan j odoh.
Huh, t ak m alu ! Dan kau begit u cem buru dan m em bunuhi para pem uda yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 27


tergila- gila kepada Lu Sian, m alah engkau m em bunuh t iga orang pem uda yang
sudah kalah oleh Lu Sian. Kem udian sekarang kau berani m am pus m enghadang
Kwee Seng sehingga dikalahkan dan karenanya menampar mukaku. Keparat!!
Mendengar ini sem ua, Kauw Bian m ukanya sebent ar m erah sebent ar pucat
saking heran, t erkej ut , dan bingung m endengar kelakuan Sam - suheng ( Kakak
Seperguruan ke Tiga). Namun Ma Thai Kun malah tersenyum.
Twa- suheng, sem ua it u m em ang benar ! Akan t et api, apa salahnya kalau aku
m encint a Lu Sian ! Dia wanit a dan aku laki- laki ! Agam a kit a t idak m elarang akan
hal ini, t idak m elarang perj odohan ant ar keluarga, apalagi ant ara kit a hanya ada
hubungan keluarga seperguruan. Twa- suheng, m em ang aku m encint a Lu Sian
dengan sepenuh j iwaku. Lu Sian sendiri t idak m arah m endengar pengakuanku,
mengapa Suheng marah- marah?
Gem ert ak bunyi gigi dalam m ulut Pat - j iu Sin- ong Liu Gan. Jahanam hina ! Apa
kau kira m enj adi t anda bahwa dia m em balas cint am u ? Huh, goblok dan hina ! Lu
Sian selalu akan gem bira m endengar orang laki- laki j at uh cint a kepadanya,
karena ia ingin m enikm at i kelucuan badut - badut it u ! Kau sam a sekali t idak
m em andang m ukaku, m aka kau harus binasa sekarang j uga! Liu Gan sudah
bergerak m aj u, akan t et api ia m enarik kem bali t angannya ket ika m elihat Kauw
Bian melompat ke tengah menghalanginya.
KauKauw Bian Sut e, m au apa?? Maaf, Twa Suheng. Terus t erang saj a
siauwt e seendiri t idak set uj u perbuat an Ma- suheng it u. Akan t et api, Twa- suheng,
bet apapun besar kesalahannya, kiranya t idaklah baik kalau Twa- suheng
m enj at uhkan hukum an m at i kepada Ma- suheng. Pert am a, m engingat akan
saudara seperguruan, ke dua hal it u akan m enj adi buah t ert awaan dunia kang-
ouw dan m erendahkan nam a besar Twa- suheng, m alah m enyeret pula nam a
Beng- kauw yang kit a cint ai. Bet apa dunia kang- ouw akan gem par kalau
mendengar bahwa Ketua Beng- kauw membunuh adik seperguruannya sendiri.
Liu Gan mengerutkan kening, menarik napas panjang dan memeluk sutenya yang
paling m uda dan m em ang paling ia sayangi it u. Ah, Siauw- sut e ! Kau m asih
begini m uda nam un pandanganm u luas, pikiranm u sedalam laut an. Unt ung ada
engkau yang dapat m enahan kem arahan ku. Eh, Ma Thai Kun, m inggat lah kau !
Mulai det ik ini, aku t idak sudi lagi m elihat m ukam u dan kalau kau berani m uncul
di depanku, hemmm, aku tidak peduli lagi, pasti aku akan membunuhmu !
Ma Thai Kun m enj ura dalam - dalam lalu m em balikkan t ubuh dan lenyap di ant ara
pohon- pohon. Kauw Bian m enarik napas panj ang dan m engusap dua t it ik air
matanya dari pipi.
Kau m enangis, Sut e ? Liu Gan bert anya heran. Dengan suara serak Kauw Bian
m enj awab, m asih m em balikkan t ubuh m em andang ke arah perginya Ma Thai
Kun. Perbuat an m anusia selalu m endat angkan kebaikan dan keburukan, Twa-
suheng. Kalau kit a m engingat yang buruk- buruk saj a m em ang dapat
menim bulkan benci. Akan t et api saya t eringat akan kebaikan- kebaikan Ma-
suheng selam a m enj adi kakak seperguruan, dan bagaim ana hat i saya t akkan
sedih m elihat dia pergi unt uk selam anya ? Bet apapun j uga, beginilah agaknya
yang paling baik. Dengan penuh duka adikm u ini m elihat bet apapun j uga Ma-
suheng pergi m em bawa sert a dendam dan kebencian yang hebat , yang t ent u
akan m em buat nya nekat dan m elakukan hal- hal yang berbahaya. Akan t et api
karena Twa- suheng m engusirnya, berart i bahwa sem ua perbuat annya t iada
sangkut- pautnya dengan Beng- kauw.
Mendengar kat a- kat a ini, berkerut kening Pat - j iu Sin- ong Liu Gan. Hem m m ,
agaknya benar lagi pendapat m u t ent ang baik buruk yang lekat pada perbuat an
m anusia. Kwee Seng kelihat an seorang yang pilihan, akan t et api siapa t ahu
sewaktu- wakt u sifat buruknya akan m enonj ol pula. Kauw Bian Sut e, kau
kem balilah dan bant ulah Suhengm u Liu Mo m enj aga Beng- kauw dan beri laporan
kepada Sri Baginda bahwa aku akan merantau selama dua tiga bulan.
Twa- suheng hendak m em bayangi perj alanan Kwee Seng dan Lu Sian ? I t u baik
sekali, Twa- suheng, karena perj alanan bersam a ant ara seorang pri dan wanit a,

Suling Mas Kho Ping Hoo 28


sungguh m erupakan bahaya besar yang bahayanya lebih banyak m engancam si
wanita daripada si pria.
Sute, kau benar- benar berpemandangan tajam. Nah, aku pergi ! Pat- jiu Sin- ong
Liu Gan berkelebat, angin menyambar dan ia sudah lenyap dari depan Kauw Bian.
Pem uda yang berpakaian sederhana sepert i pengem bala ini m enarik napas
panjang saking kagumnya, kemudian ia pun melangkah pergi dari hutan itu.
Musim dingin t elah t iba dan m elakukan perj alanan pada m usim dingin bukanlah
hal yang m enyenangkan at au m udah. Apalagi kalau hanya m enunggang kuda
t anpa ada t em pat unt uk berlindung dari serangan hawa dingin yang m enusuk
t ulang, t idak m engenakan baj u bulu yang t ebal, t ent u perj alanan it u akan
mendatangkan sengsara dan juga bahaya mati kedinginan.
Nam un, t idak dem ikian agaknya bagi Kwee Seng dan Liu Lu Sian. Dua orang
m uda ini bukanlah orang- orang biasa, m elainkan pendekar- pendekar yang sudah
gem blengan yang dengan ilm unya t elah dapat m enyelam at kan diri daripada
serangan hawa dingin t anpa bant uan benda luar sepert i baj u t ebal dan selim ut .
Mereka m elakukan perj alanan seenaknya dan hanya m engaso kalau kuda yang
mereka tumpangi sudah lelah dan kedinginan.
Pada siang hari it u, m ereka m engaso di pinggir Sungai Wu- kiang yang
m engalirkan airnya perlahan- lahan ke j urusan t im ur. Airnya t am pak t enang dan
sedikit pun t idak bergelom bang, m em bayangkan bahwa sungai it u am at dalam .
Lu Sian m enyalakan api unggun unt uk m enghangat kan t ubuh dua ekor kuda
mereka, juga dengan bantuan api, mereka merasa nikmat dan hangat.
Kwee- koko, sudah dua pekan kita melakukan perjalanan, akan tetapi belum juga
kau penuhi dua perm int aanku. Lu Sian berkat a sam bil m engorek- orek kayu
membesarkan nyala api.
Nona Nah, yang dua belum dipenuhi, yang sat u dilanggar pula. Berapa kali
sudah kukat akan supaya kau j angan m enyebut Nona kepadaku ? Wah, pelaj ar
apakah kau ini, Begitu pikun dan kurang perhatian ? Mana bisa maju mempelajari
sastra begitu sulitnya!
Kwee Seng m enarik napas panj ang. Gadis ini m em ang hebat . Tidak saj a benar-
benar m em punyai kecant ikan yang asli dan gilang- gem ilang, yang cukup
m erunt uhkan hat inya, nam un j uga m em iliki wat ak yang kadang- kadang
m em buat ia bert ekuk lut ut karena ia j at uh hat inya. Wat ak yang berandalan,
nam un seakan- akan dapat m enam bah t erangnya sinar m at ahari, m enam bah
m erdu kicau burung, m enam bah m eriah suasana dan m enj adikan segala apa
yang t am pak berseri- seri. Akan t et api, j uga m akin yakin hat inya bahwa di balik
segala keindahan, segala hal- hal yang m enj at uhkan hat inya ini, t ersim pan sifat -
sifat lain yang am at bert ent angan dengan hat inya. Sifat k ej am dan ganas, t idak
m em pedulilkan orang lain, t erlalu cint a kepada diri sendiri, dan t idak m au kalah,
ingin selalu menang dan berkuasa saja.
Mem ang aku seorang pelaj ar yang gagal, t idak lulus uj ian. I a m enj awab
kem udian m enam bahkan. Kau m int a aku m encerit akan riwayat ku, apakah
gunanya ? Aku t idak ada riwayat yang pant as m enj adi cerit a, aku seorang
sebat ang kara, yat im piat u, m iskin dan gagal. Apalagi ? Tent ang perm int aanm u
ke dua m em pelaj ari ilm u silat yang sedikit - sedikit aku bisa, nant ilah, belum t iba
saatnya.
Wah, kau j ual m ahal, Koko! Lu Sian m engej ek dan m engisar duduknya
m endekat i pem uda it u. Mem ang dem ikianlah selalu sikap Lu Sian, t erhadap
siapapun j uga. Jinak- j inak m erpat i, t am paknya j inak t api t ak m udah didekat i !
Hawa begini dingin, kalau dit am bah sikapm u, bukankah kit a akan m enj adi beku
? Eh, Kwee- koko, kalau aku t idak ingat bahwa kau adalah seorang ahli silat yang
lihai, kau ini pelaj ar gagal dan m urung m engingat kan aku akan seorang penyair
yang sam a segalanya dan sam a m urungnya dengan engkau hi hik! Gadis ini
m enut up m ulut nya dengan t angan, akan t et api m at anya j elas m ent ert awakan
Kwee Seng.

Suling Mas Kho Ping Hoo 29


Penyair m ana yang kau m aksudkan? Biarpun t ahu gadis it u hanya
m enggodanya, nam un bicara t ent ang syair dan m enyair m enim bulkan
kegembiraan selalu bagi Kwee Seng.
Siapa lagi kalau bukan Tu Fu ! Pernah aku mendengar ayah bicara tentang syair-
syairnya, mengerikan!
Mengapa m engerikan kalau dia selalu m encurahkan isi hat inya berdasarkan
kenyataan dan terdorong oleh rasa kasihan kepada sesamanya?
Bukan rasa kasihan kepada sesam anya, Koko, Melainkan rasa kasihan kepada
diri sendiri ! Karena keadaannya m iskin t erlant ar, dia pandai bicara t ent ang
kem iskinan. Coba dia it u kaya raya, at au andaikat a t idak kaya hart a benda,
sedikit nya kaya akan cint a kasih kepada alam sepert i penyair yang seorang lagi
eh, siapa it u yang suka m em uj i- m uj i alam , yang suka m abok- m abokan, gila
arak seperti kau pula
Kau m aksudkan penyair Li Po? Ya, dia it ulah. Kalau Sepert i Li Po yang
m em andang dunia dari segi keindahan, t ent u dalam kem iskinannya Tu Fu t akkan
begit u pahit dan pedas saj ak- sajaknya. Wah, aku sepert i m engaj ar it ik berenang
! Kau t ent u lebih t ahu dan pandai. Aku paling ngeri m endengar syair Tu Fu
tentang anggur, daging dan tulang. Bagaimana bunyinya, Kwee- koko?
Kwee Seng meramkan mata, menengadahkan mukanya yang tampan ke atas lalu
m engucapkan syair cipt aan Tu Fu dengan suara bersem angat , t erpengaruh oleh
isi sajak yang memaki- maki keadaan pada waktu itu.
Di sebelah dalam pint u gerbang m erah hangat indah serba m ewah anggur dan
daging bert um puk- t um puk sam pai m asam rusak m em busuk ! Di sebelah luar
pint u gerbang m erah dinding kot or serba m iskin berserakan t ulang- t ulang rangka
mereka yang mati kedinginan dan kelaparan!
I iiihhh ! I t u bukan saj ak nam anya! Lu Sian m encela, kelihat an j ij ik dan ngeri,
Tidak enak benar mendengarkan sajak seperti itu.
Mem ang saj ak it u keras dan t egas, agak berlebihan, nam un m engandung
kegagahan yang tiada bandingnya, Non eh, Moi- moi.
Sepasang bibir indah m erah t erbelah m em perlihat kan kilat an gigi sepert i m ut iara
ket ika Lu Sian m endengar sebut an m oi- m oi ( dinda) it u. Diam - diam ia
mentertawakan Kwee Seng di dalam hatinya. Katakanlah kau menang dalam ilmu
silat , boleh kau m engira dirim u gagah perkasa dan t am pan, nam un alangkah
m udahnya kalau aku m au m enj at uhkanm u, m em buat m u bert ekuk lut ut di depan
kakiku ! Demikianlah nona ini berkata dalam hatinya.
Eh, apakah dia it u pun pandai ilm u silat sepert i kau, Kwee- koko? Biarpun aku
j uga hanya seorang bodoh, akan t et api sedikit banyak m engert i ilm u silat ,
sedangkan m endiang Tu Fu benar- benar seorang sast rawan yang t ak t ahu
bagaim ana caranya m em egang gagang pedang, t ahunya hanya m em egang
gagang pensil.
Kalau begit u dia orang lem ah. Bagaim ana gagah t iada bandingnya? Moi- moi,
kau t idak t ahu. Biarpun orang yang m em ilik i ilm u silat yang t inggi sekali pada
wakt u it u, t ak m ungkin ia berani m elont arkan kat a- kat a yang sepert i bunyi saj ak
itu, karena dapat dicap sebagai pemberontak dan di hukum mati!
Tapi aku lebih kagum kepada penyair Li Po. Masih t eringat aku akan saj aknya
yang benar- benar membayangkan kegagahan, kalau tidak salah begini :
Alangkah inginku dapat t erbang dengan pedang sakt i di t angan m enyebrangi
samudera untuk membunuh ikan paus pengganggu nelayan!
Ketika mengucapkan sajak ini, Lu Sian bangkit berdiri, kedua kakinya terpentang,
t ubuhnya t egak dada m em busung penuh sem angat dan kelihat an gagah dan
cant ik j elit a. Suaranya bersem angat , m erdu dan penuh perasaan sehingga Kwee
Seng m elihat dan m endengar dengan m at a t erbelalak dan m ulut t ernganga ! I a
berada dalam keadaan sepert i it u dan baru t ersipu- sipu m em buang m uka ket ika
Lu sian memandangnya dan bertanya. Kau kenapa, Koko?
Tidak apa- apa, t idak apa- apa kau pandai m em baca saj ak, Moi- m oi kat a
Kwee Seng gagap. Akan t et api t erdengar gadis it u t erkekeh t ert awa, suara
ket awa yang m engandung banyak art i dan gadis it u m asih t ersenyum - senyum

Suling Mas Kho Ping Hoo 30


dan sinar m at anya m engerling t aj am penuh ej ekan ket ika m ereka bangkit berdiri
dan berhadapan, Lu Sian m enggerakkan kakinya perlahan m endekat i, sam pai
dekat benar, sam pai t erasa benar oleh hidung Kwee Seng keharum an yang luar
biasa keluar dari t ubuh gadis it u. Waj ah j elit a it u dekat sekali dengan waj ahnya,
waj ah yang berseri dengan m at a bersinar- sinar dan bibir t erbuka m enant ang
dikulum senyum . Serasa t erhent i det ik j ant ung Kwee Seng, bobol pert ahananny a
dan dengan nafsu yang m em abokkan pikirannya didekapnya pundak Lu Sian
dalam rangkulan dan ditundukkannya mukanya untuk mencium.
Akan t et api t iba- t iba Lu Sian m enundukkan m ukanya sehingga yang t ercium oleh
Kwee Seng hanyalah ram but nya, ram but yang harum m enyengat hidung, dan
tiba- t iba t erdengar gadis it u bert anya, suaranya dingin aneh, penuh cem ooh.
Hai, Kwee Seng pendekar m uda yang sakt i, pert apa belia t ahan t apa dan si
teguh hati, apakah yang akan kau perbuat ini?
Seakan disiram air salj u m ukanya, Kwee Seng gelagapan, m ukanya m enj adi
pucat lalu berubah m erah, dilepaskannya dekapan t angannya dan ia m em buang
m uka lalu m enundukannya. Maafah, m aafkan aku. Sepert i sudah gila aku
t adiah, Nona Liu, m aafkan aku. Kenapa kau begit u begit u j elit a dan.. dan..
keji?
Liu Lu Sian t ert awa, suara t awany a m erdu sekali, akan t et api j uga penuh dengan
ejekan.
Kwee- koko, kau ingat lah. Agaknya kem uram an penyair Tu Fu m enularim u. Mari
kita lanjutkan Tiba- tiba Kwee Seng mendorong gadis itu yang segera meloncat,
berm odal t enaga dorongan Kwee Seng yang j uga sudah m eloncat ke belakang
dengan gerakan cepat. Sambil mengeluarkan bunyi berciutan menyambarlah lima
bat ang senj at a piauw ( pisau t erbang) dan m enancap ke dalam bat ang pohon.
Tidak hanya berhent i disit u saj a penyerangan gelap ini karena dari t iga penj uru
m enyam barlah berm acam - macam senj at a rahasia m enghuj ani t ubuh Kwee Seng
dan Lu Sian. Akan t et api, kini dua orang m uda yang berilm u t inggi it u kini sudah
siap sedia dan waspada, dengan m udah m ereka m enyelam at kan diri. Lu Sian
sudah m encabut pedangnya dan dengan put aran pedangnya secara indah dan
cepat , sem ua piauw j arum dan senj at a rahasia paku beracun dapat ia pukul
runt uh. Adapun Kwee Seng sendiri hanya dengan m enggerak- gerakkan kedua
lengannya saj a, uj ung lengan baj unya m engeluarkan angin pukulan, cukup
membuat semua senjata rahasia menyeleweng dan tidak mengenai dirinya.
Tiba- t iba t erdengar derap kaki kuda dan t ernyat a dua ekor kuda m ereka yang
dilarikan orang. Keparat hina dina! Lu Sian m elom pat , pedangnya berkelebat
dan dua orang yang menunggang kuda mereka terjungkal, tak bernyawa lagi !
Ah, Moi- m oi, kenapa begit u ganas? Kwee Seng m enegur penuh sesal sam bil
memegangi kendali kudanya yang terkejut dan akan memberontak.
Penj ahat rendah yang t elah m enyerang secara pengecut , lalu hendak m encuri
kuda, sudah sepat ut nya dibunuh. Kat a Lu Sian dengan suara dingin sam bil
menyarungkan kembali pedangnya.
Kwee Seng m em bungkuk sam bil m em eriksa dua orang it u. Pakaian m ereka t idak
m enunj ukkan orang- orang m iskin, j uga rapi t idak sepert i m aling- m aling kuda
biasa. Akan t et api, bekas t usukan pedang Lu Sian hebat sekali, m ereka it u sudah
mati dan tak dapat ditanya lagi.
Just eru karena m ereka m engandalkan banyak orang dan secara m enggelap
m enyerang kit a, perlu kit a ket ahui apa lat ar belakangnya. Dua ekor kuda kit a,
biarpun m erupakan kuda pilihan, kiranya belum pat ut m enggerakkan hat i orang-
orang kang- ouw unt uk m eram pasnya. Tent u saj a ada apa- apa di belakang semua
ini, nam un sayang, m ereka sudah m at i t ak dapat dit anya lagi. Mari kit a lanj ut kan
perj alanan, dua m ayat ini t ent u akan diurus oleh t eman- t em annya yang kurasa
t idak kurang dari lim a orang banyaknya m elihat dat angnya senj at a- senjata
rahasia t adi. Kau hat i- hat ilah, Moi- m oi, kurasa orang- orang yang m em usuhi kit a
takkan berhenti sampai disini saja.
Lu Sian m engangkat kedua pundak, m em andang rendah sekali kepada ancam an
m usuh, lalu m elom pat ke at as punggung kudanya. Dua orang m uda it u segera

Suling Mas Kho Ping Hoo 31


m enj alankan kuda ke t im ur di sepanj ang lem bah sungai Wu- kiang. Melihat Kwee
Seng naik kuda dengan waj ah m uram dan alis berkerut , diam t ak m engeluarkan
kata- kata dan sama sekali tak pernah menoleh kepadanya, Lu Sian bertanya.
Koko, apakah kau m asih m arah kepadaku? Tanpa m enoleh Kwee Seng berkat a
lirih, Kenapa marah ? Tidak!
Diam pula sam pai lam a. Hanya suara derap kaki kuda m ereka yang berj alan
congklang. Dari j auh t am pak t em bok sebuah kot a. I t ulah kot a Kwei- siang yang
terletak di tepi sungai.
Kwe- koko Hem m , ada apakah? Kau lihat aku. Tidak enak bicara dengan
orang yang tunduk saja. Apa kau tidak sudi memandang mukaku lagi?
Mau tidak mau Kwee Seng menoleh dan wajahnya seketika menjadi merah ketika
ia m elihat waj ah gadis it u berseri- seri, sepasang m at anya m engeluarkan cahaya
yang bersinar t aj am m enem busi j ant ungny a, yang seakan- akan m engandung
penuh pengert ian, yang m enj enguk isi hat inya sehingga Kwee Seng m erasa
sepert i dit elanj angi, sepert i t elah t erungkapkan sem ua rahasia perasaan dan
hatinya.
Sian- m oi, ( adik Sian) , kau m au bicara apakah? Kwee Seng m engeraskan
hatinya, menekan perasaan.
Kwee- koko, kau t elah j at uh hat i kepadaku, bukan ? Kau m encint aiku sepenuh
hatimu!
Sej enak Kwee Seng m enj adi pucat waj ahnya. Bukan m ain, pikirnya. Gadis ini
benar- benar berwat ak silum an ! Pert anyaan m acam benar- benar t ak m ungkin
diaj ukan oleh gadis m anapun j uga. I a t ahu bahwa pert anyaan ini disengaj a oleh
Lu Sian, dan ia m aklum pula bahwa gadis ini, sepet i seekor kucing, hendak
m em perm ainkannya sepert i seekor t ikus. I a m erasa bet apa j ant ungnya t ert usuk,
akan t et api Kwee Seng adalah pem uda gem blengan. Cepat ia dapat m em ulihkan
ketenangannya dan mukanya berubah merah kembali.
Tak perlu aku m enyangkal, Moi- m oi. Aku m em ang j at uh hat i kepadam u. Kau
t erlalu cant ik j elit a, pribadim u m engeluarkan daya t arik sepert i besi sem brani
yang tak dapat kulawan. Kini aku balas bertanya, apakah kau tidak mencintaiku?
Lu Sian kelihat an gem bira dan senang sekali. Gadis ini m enggerak- gerakkan
kepalanya, m at anya bersinar- sinar dan ia t ert awa sam bil m enengadahkan m uk a
ke at as. Aku ? Mencint aim u ? Ah, aku t idak t ahu, Koko. Aku t akkan begit u
tergesa- gesa sepert i engkau m engam bil keput usan t ent ang cint a. Belum cukup
lam a aku m engenalm u. Kau t erlalu lem ah lem but , t erlalu m uram . Biarlah aku
m em pelaj arim u lebih dulu. Bukankah ayah t elah m em beri kesem pat an kepadam u
unt uk m engawiniku, m engapa kau m enolak dan m alah berj anj i akan m enurunkan
ilmu kepadaku?
Aku m em ang cint a kepadam u, Sian- m oi, akan t et api t ent ang kawin ah, t erlalu
banyak aku m elihat kekej ian- kekej ian di Beng- kauw, t erlalu banyak aku m elihat
keganjilan- keganj ilan yang m engerikan. Dan kau sendiri.ah, kurasa t akkan
mungkin kau bisa m encint a pria secara lahir bat in. Aku cint a pribadim u, t api
mungkin aku tidak menyukai watakmu dan keluargamu!
Kem bali Lu Sian t ert awa sam bil m enut upi m ulut dengan t angannya. Kwee Seng
m akin heran. Benar- benar gadis yang aneh. Aneh dan berbahaya sekali. I a t adi
sengaj a bert erus t erang unt uk m em balas agar gadis ini m erasa t erpukul. Akan
tetapi kiranya gadis itu malah mentertawakannya !
Hi- hik, kau lucu, Kwee- koko. Aku pun belum percaya akan cint am u kalau kau
belum bukt ikan dengan berlut ut m enyembah- nyem bah kakiku! Set elah berkat a
dem ikian, gadis it u berseru keras dan m enyendal kendali kudanya sehingga
binat ang it u t erkej ut dan m em balap ke depan. Kwee Seng t erheran- heran, lebih
heran daripada t erhina oleh ucapan aneh it u, akan t et api ia m erasa lega bahwa
gadis it u m engakhiri percakapan yang m enyakit i hat inya, m aka ia pun lalu
membedal kudanya mengejar, memasuki kota Kwei- siang.
Hari t elah m enj elang senj a ket ika m ereka berdua m em asuki kot a Kwei- siang.
Mereka m encari sebuah rum ah penginapan yang j uga m em buka rum ah m akan di
bagian depan. Seorang pelayan penginapan t ergopoh- gopoh m enyam but m ereka,

Suling Mas Kho Ping Hoo 32


m erawat kuda dan m em beri dua buah kam ar yang m ereka m int a. Set elah ke dua
orang m uda ini m em bersihkan dir i daripada debu dan keringat , bergant i pakaian
bersih, m ereka lalu m engam bil t em pat duduk di rum ah m akan dan m em esan
m akanan. Kwee Seng yang m asih belum lenyap rasa t ekanan hat inya, lebih dulu
memesan seguci arak yang paling baik.
Wah, kau m au m abok- m abokan lagi Koko ? Benar- benar m enj engkelkan ! Aku
malam ini ingin sekali bercakap- cakap denganmu sampai semalam suntuk!
Sam bil m enuangkan arak pada cawannya, Kwee Seng m enj awab, m em aksa
senyum , karena kadang- kadang, sepert i sekarang ini sikap Lu Sian yang
kekanak- kanakan m engelus dan m enghibur hat inya, m elenyapkan rasa sakit
akibat ucapan- ucapan yang menusuk dari gadis itu pula.
Biarpun m inum arak bukan kebiasaanku dan baru saj a hinggap padaku
sem enj ak aku berj um pa denganm u, Moi- m oi, akan t et api aku t ak akan begit u
mudah mabok. Bercakap- cakap sambil minum kan dapat juga.
I hhh, siapa bilang ? Biar kau t idak m abok, akan t et api kau lebih m encurahkan
perhat ianm u pada arak, dan.. eh, koko, lihat m ereka it u Tiba- t iba Lu Sian
m enghent ikan kat a- kat anya ket ika m elihat beberapa orang laki- laki m uncul
seorang dem i seorang dari pint u depan dengan gerak- gerik m encurigakan sekali.
Yang pert am a m asuk adalah seorang laki- laki yang berwaj ah m uram , m ukanya
licin t idak berj enggot , pakaiannya kum al, di punggungnya t erselip sebat ang golok
t elanj ang, usianya kurang lebih em pat puluh t ahun. Orang ini berj alan dengan
gerakan kaki ringan sepert i seekor kucing, dan ket ika m em asuki pint u, m at anya
mengerling ke arah tempat duduk Kwee Seng dan Lu Sian.
Karena Kwee Seng duduk m em belakangi pint u, m aka Lu Sian yang berhadapan
dengannya lebih dulu m elihat dan t ert arik. Apalagi ket ika bert urut - t urut m asuk
lim a orang laki- laki lain di belakang Si Pem bawa Golok. Dua orang berpakaian
t osu ( pendet a To) , seorang laki- laki set engah t ua yang t am pan dengan ram but
digelung ke at as, kem udian seorang pem uda t am pan yang pakaiannya sepert i
pelaj ar akan t et api di pinggangnya t ergant ung pedang, kem udian yang t erakhir
adalah seorang hwesio ( pendet a Buddha) berkepala gundul yang m em bawa
sebat ang t ongkat besi yang berat . Enam orang ini t erang bukanlah orang- orang
sembarangan karena gerak- gerik mereka ringan dan gesit.
Koko, kau lihat m ereka bisik pula Lu Sian. Moi- m oi, m ari kit a m inum , hal- hal
lain t idak perlu dihiraukan. Kat a Kwee Seng yang sikapnya t et ap t enang seakan-
akan t idak ada apa- apa, kem udian pem uda ini m inum araknya dari cawan
dengan t angan kiri, sedangkan t angan kanannya t ahu- t ahu sudah m engeluarkan
kipas yang dilet akkannya di at as m ej a. Liu Lu Sian t ersenyum dan kem bali
m em perhat ikan m akanan yang t ersedia diat as m ej a t anpa m enghiraukan orang-
orang it u. I a m aklum bahwa t anpa ia peringat kan, Kwee Seng j uga sudah t ahu
akan m asuknya enam orang it u dan sudah siap sedia. I a kagum akan sikap ini
dan m endapat pelaj aran bahwa m enghadapi segala m acam ancam an, lebih baik
bersikap tenang sehingga dapat menentukan sikap dengan tepat.
Bet apapun j uga, Lu Sian t ak dapat m enahan keinginan hat inya unt uk m elihat
dengan kerling sudut m at anya ke arah orang- orang it u. Ternyat a m ereka
sekarang m em perlihat kan sikap yang cukup j elas. Orang pert am a sudah
mencabut golok, Si Hwesio m engangkat t ongkat nya sedangkan yang lain j uga
sudah bersiap sepert i orang hendak bert em pur. Jelas bahwa enam orang it u
hendak m encari perkara karena pandang m at a m ereka sem ua kini t erarah
kepadanya ! Dengan gerakan penuh ancam an enam orang it u kini m akin
m endekat dan akhirnya m ereka m engurung m ej a yang dihadapi Kwee Seng dan
Lu Sian. Nam un, Kwee Seng t et ap t enang sam bil m inum araknya, m elirik pun
t idak ke arah m ereka. Lu Sian j uga bersikap t enang, nam un hat inya berdebar.
Tidak biasanya ia bersikap sepert i yang diam bil Kwee Seng ini. Biasanya, begit u
ada orang m em usuhinya, ia segera m enurunkan t angan besi dan baginya, lebih
cepat merobohkan lawan lebih baik.
Para pengurus rum ah m akan sudah lari ket akut an m enyaksikan enam orang it u
mengeluarkan senj at a dan beberapa orang t am u yang t adinya sedang m enikm at i

Suling Mas Kho Ping Hoo 33


hidangan, j uga cepat - cepat m em bayar harga m akanan dan segara pergi. Sem ua
orang sudah m elihat gelagat t idak baik, hanya Kwee Seng yang seakan- akan
tidak tahu akan kesibukan itu semua dan enak- enak minum.
Silum an bet ina ! Kau harus m enggant i nyawa put eraku! t iba- t iba Si Pem egang
Golok yang berwaj ah m uram it u m em bent ak sam bil m enudingkan t elunj uknya ke
arah muka Lu Sian.
Gadis ini m endongkol bukan m ain, akan t et api ia t et ap duduk dan t ersenyum
m engej ek, kem udian dengan m at a berseri- seri m em andang kepada pem uda
t am pan yang m em bawa pedang. Pandang m at a Lu Sian yang t aj am , sekali lihat
sudah t ahu bahwa pem uda t am pan it u sej ak t adi m em andang kepadanya penuh
rasa kagum , dan hal inilah yang m em buat m at anya berseri dan senyum nya
m engej ek. Sengaj a ia m engedip- negedipkan m at a kirinya lebih dulu kepada
pemuda tampan itu sebelum menjawab.
Siapakah put eram u dan siapa engkau ? Mengapa pula aku harus m enggant i
nyawa puteramu?
Set an bet ina ! Masih kau hendak berpura- pura t idak t ahu sedangkan t adi
dengan kejam kau membunuh pula dua orang pembantuku?
Aihhhaihhh j adi kalian ini golongan pencuri- pencuri kuda ? Sungguh
sayang Gadis ini m enggeleng- gelengkan kepalanya sam bil m em andang kepada
pem uda t am pan yang t iba- t iba m enj adi m erah m ukanya karena Lu Sian seakan-
akan menunjukan kata- kata sayang itu kepadanya.
Silum an som bong ! Put eraku dengan baik - baik m em asuki sayem bara karena dia
begit u bodoh t ergila- gila kepada kecant ikanm u, dan andaikat a di dalam
pert andingan it u dia kalah, apakah salahnya ? Kenapa dia m asih harus dibunuh
secara penasaran ? Apakah t iap laki- laki yang gagal m engalahkanm u harus m at i
seperti anakku Lauw Kong itu?
Teringat lah kini Lu Sian akan t iga orang pem uda yang m engeroyoknya di at as
panggung. Mem ang seorang diant ara m ereka bernam a Lauw Kong, yang
berm uka hit am dan m engaku dat ang dari kot a Kwi- san yang let aknya t idak j auh
dari kota Kwei- siang ini.
Ah, Si Muka Hit am it ukah put eram u ? Mem ang aku sudah m engalahkannya,
akan tetapi aku tidak membunuhnya!
Kau set an bet ina ! Silum an cant ik ! Banyak pem uda t erbunuh karena engkau
tapi kau masih pura- pura, dasar perempuan ren
Cukup, ayah. Dengan m aki- m akian urusan t akkan beres! Pem uda t am pan yang
m em bawa pedang it u m encela dan m aj u ke depan m enghadapi Lu Sian.
Waj ahnya yang t am pan it u kurang m enarik ket ika ia bicara, dan set elah
m endekat Lu Sian m elihat bahwa m at a pem uda it u agak kuning. Nona, kam i
t ahu bahwa kau adalah nona Liu Lu Sian put eri Ket ua Beng- kauw. Aku adalah
Lauw Sun, dan kakakku Lauw Kong t elah m encoba m em enangkan sayem bara
beberapa pekan yang lalu. Mem ang dia kalah oleh nona, Dan bukan nona pula
yang m em bunuhnya, akan t et api t ernyat a ia t erbunuh dengan pukulan beracun
dan hal ini t ent u saj a sepenget ahuan nona. Karena it u, ayah dan kam i m int a
pertanggungan jawabamu!
Muak rasa perut Lu Sian, dan ia m endongkol sekali m elihat Kwee Seng m asih
enak- enak m inum arak saj a, seolah- olah t idak perduli dirinya dim aki- m aki orang.
Hem m , pikirnya, apakah t anpa kau aku t idak mampu membereskan buaya- buaya
ini ? Tiba- t iba kakinya m enghent ak lant ai dan t ubuhnya sudah m elayang ke
belakang, kedua kakinya hinggap di at as sebuah m ej a yang m asih penuh sisa
hidangan dan arak bekas para t am u t adi, yang t idak sem pat dibersihkan oleh
para pelayan yang sudah lari ket akut an. Dengan gerakan indah ringan Lu Sian
m eloncat ke belakang dan kedua kakinya sam a sekali t idak m enyent uh m angkok
cawan, kini ia berdiri di at as kedua uj ung kakinya, pedangnya sudah berada di
t angan kanan m elint ang di depan dada, m at anya bersinar- sinar, m ulut nya
tersenyum mengejek ketika ia berkata.
Orang She- lauw, menghadapi orang- orang kasar m acam kalian ini aku t idak sudi
banyak bicara. Kalau kalian hendak m engeroyokku, inilah aku Liu Lu Sian ! Kalau

Suling Mas Kho Ping Hoo 34


aku t idak berhasil m em bikin m am pus kalian berenam t anpa t urun dari m ej a ini,
jangan sebut lagi aku puteri Ketua Beng- kauw!
Ucapan ini benar- benar m em bayangkan keangkuhan dan kesom bongan, akan
t et api diam - diam Kwee Seng m aklum bahwa sam a sekali ucapan it u bukan
kesom bongan kosong karena ia t ahu, kalau enam orang it u nekat m engeroyok,
t akkan sukar bagi Lu Sian unt uk m em bukt ikan ancam annya. I a dapat m enduga
m ereka bahwa m ereka it u adalah j ago- j ago dari kot a Kwi- san, bahkan agakny a
orang she Lauw ini dalam usahanya m enunt ut balas at as kem at ian put eranya,
t elah m int a bant uan seorang hwesio dan dua orang t osu, agaknya t okoh- tokoh
dalam kuil di kota itu.
Bagus ! Kau harus m enebus nyawa anakku dan dua orang t em anku! seru Si
Pem egang Golok dan dengan gerakan cepat ia bersam a enam orang t em annya
m enyerbu ke arah m ej a di m ana Lu Sian berdiri. Gadis it u m enyam but
kedat angan m ereka dengan senyum m engej ek. Tiba- t iba sekali, t anpa kelihat an
gadis it u m enggerakkan kakinya, cawan arak, m angkok dan piring bet erbangan
ke arah enam orang dibarengi bentakan Lu Sian.
Nih, m akanlah sebagai t ebusan senj at a rahasia kalian t adi! Hebat sekali
serangan lu Sian ini. Gadis it u dengan sin- kangnya yang sudah am at kuat , hanya
m enggunakan uj ung kakinya m enyent il barang- barang diat as m ej a dan
beterbanganlah m angkok dan cawan berikut isinya, yait u m asakan dan arak, ke
arah enam orang lawannya. Dem ikian cepat nya sam baran benda- benda ini
sehinngga enam orang it u sam a sekali t idak berhasil m enghindarkan diri dan
set idaknya pakaian m ereka m enj adi kot or t ersiram kuah sayur dan arak, bahkan
m uka si Hwesio t erkena hant am an m angkok penuh m asakan daging ! Tent u saj a
hwesio it u gelagapan karena sebagai seorang yang selam anya pant ang m akanan
berj iwa, kali ini m asakan daging m enghant am m uka dan banyak kuah m em asuki
mulutnya, membuat ia hampir muntah !
Sebet ulnya, m elihat gerakan ini saj a, kalau enam orang it u t ahu diri, m ereka
sudah akan m aklum bahwa gadis it u bukan lawan m ereka. Akan t et api agaknya
kem arahan m eluap- luap m em buat m ereka m at a gelap dan segera m enggerakkan
senj at a m asing- m asing m engepung m ej a it u dan m enyerang dari sem ua j urusan,
Lu Sian t ert awa m engej ek, t idak bergerak dari at as m ej a, m elainkan pedangnya
kadang- kadang m enyam bar unt uk m enangkis senj at a pengeroyok yang t erlalu
dekat . Kadang- kadang ia hanya m engangkat sebelah kaki m enghindarkan golok
yang m enyam bar at au m erendahkan t ubuh unt uk m em biarkan t ongkat m elayang
m elalui at as kepalanya. Gadis ini hanya m enant i kesem pat an baik unt uk
membuktikan ancamannya, yaitu membunuh mereka tanpa turun dari meja.
Mendadak saj a, enam orang it u bert urut - t urut m engeluarkan t eriakan kaget dan
senj at a sem ua runt uh ke at as lant ai karena t anpa m ereka ket ahui m engapa,
tahu- t ahu t angan m ereka yang m em egang senj at a m enj adi kej ang yang
m enyebabkan m ereka t erpaksa m elepaskan senj at a m asing- m asing. Tercium
oleh m ereka bau arak dan t epat pada j alan darah disiku lengan m ereka basah.
Dengan kaget dan heran m ereka saling pandang dan t erdengarlah suara Kwee
Seng yang masih saja duduk minum arak.
Menyerang orang secara m enggelap dengan senj at a rahasia unt uk m em bunuh
sudah t erm asuk perbuat an pengecut , sekarang m engeroyok seorang gadis
m engandalkan t enaga enam orang laki- laki, sungguh am at m em alukan. Apakah
kalian m asih belum m au insyaf dan t idak t ahu diri, m enant ang m aut yang sudah
membayang di depan m at a ? Lekas pungut senj at a dan pergi barulah perbuat an
orang yang berakal sehat!
Tahulah enam orang it u sekarang bahwa yang m em buat m ereka sem ua t erpaksa
m elepaskan senj at a adalah pem uda pelaj ar yang duduk m inum arak dengan
t enangnya, sahabat put eri Ket ua Beng- kauw it u. Tent u saj a hal ini m em buat
m ereka m enj adi gent ar. Nona it u sendiri sudah cukup berat unt uk dikalahkan,
apalagi dengan adanya seorang yang dem ikian sakt inya, yang t anpa bergerak
dari t em pat duduknya, t anpa m enghent ikan keasyikannya m inum arak, sudah
mampu mengalahkan mereka dan melucuti senjata mereka !

Suling Mas Kho Ping Hoo 35


Orang she Lauw t adi m em ungut goloknya, dit urut oleh t em an- t em annya lalu ia
m enj ura ke arah Kwee Seng. Siauw- enghiong ( Pendekar Muda) , kepandaianm u
m em buat m at a kam i yang bodoh, m em buat kam i t erpaksa m enelan hinaan dan
m enderit a kekalahan. Bolehkah kam i m enget ahui siapa nam a dan j ulukan Siauw-
enghiong yang gagah?
Kwee seng m enarik napas panj ang, kem udian ia berdiri dengan cawan penuh
arak di t angan kanan, diangkat nya t inggi lalu ia bernyanyi dengan lagak seorang
mabok.
Angin kipas m engusir lalat dan m enyegarkan diri suara suling m engusir harim au
dan m enent ram kan hat i nam a hart a kepandaian t iada art inya yang pent ing
adalah pelaksaan kebenaran dalam hidupnya!
Enam orang it u hanya saling pandang, t idak dapat m engenal pem uda ini karena
m ereka pun t idak pernah m endengar nyanyian it u. Lu Sian t ert awa dan dari at as
meja itu ia berkata nyaring.
" Sebangsa cacing m acam kalian ini m ana m engenalnya ? Dia bersam a Kwee
Seng, para locianpwe m engenalnya sebagai kim - mo- eng. Hanya dia seoranglah
yang m am pu m enandingi aku. Biarpun begit u, m asih belum t ent u ia bisa m enj adi
j odohku ! Apalagi orang- orang m acam anakm u hendak m em perist eri aku. Cih
Bukankah itu lucu sekali?
Enam orang it u kelihat an kaget dan t anpa bicara apa- apa lagi m ereka lalu
m eninggalkan t em pat it u. Pelayan- pelayan m ulai m uncul kem bali, m em andang
takut- t akut ke arah Kwee Seng dan Lu Sian. Kwee Sng m enyat akan
kesanggupannya m em bayar harga barang- barang yang rusak, m ereka kelihatan
senang dan melayani sepasang orang ini dengan kehormatan berlebihan.
Lu Sian j uga kelihat an senang dan gem bira sekali. Mulut nya selalu t ersenyum ,
m at anya bersinar- sinar, waj ahnya berseri dan t iada hent inya ia m enat ap waj ah
Kwee Seng dengan sikap m enggoda. Sebaliknya Kwee Seng sam a sekali t idak
kelihat an gem bira. Pem uda ini sudah t idak m akan lagi, akan t et api m elihat cara
ia berkali- kali m em enuhi cawan arak dan m em inum nya habis sekali t enggak,
t erang bahwa perasaan hat inya am at t erganggu. Mem ang dem ikianlah. Hat i
pem uda ini t idak karuan rasanya, ham pir ia m eloncat bangun unt uk lari
m eninggalkan gadis ini. I a m erasa bet apa gadis ini sengaj a m enggodanya,
sengaj a hendak m em perm ainkannya. Ucapan Lu Sian t adi benar- benar m enikam
j ant ungnya. Gadis it u di depan orang banyak m engakui bahwa hanya Kwee Seng
yang m am pu m enandinginya, nam un bet apapun j uga, pem uda it u belum t ent u
bisa m enj adi j odohnya ! I a m erasa m akin t ak senang ,m uak dan benci
m enyaksikan sikap Lu Sian, apalagi m engingat bet apa t adi gadis it u sudah past i
akan m em bunuh enam orang lawannya kalau saj a ia t idak cepat - cepat t urun
t angan. I a m akin benci, akan t et api j uga m akin cint a ! Makin lam a ia berdekat an
dengan gadis ini, makin besar pula daya tariknya menguasai hatinya.
Kwee- koko, dalam nyanyianm u t adi kau m enyebut - nyebut t ent ang kipas dan
suling. Tent ang kipasm u, aku sudah m elihat nya dan sudah t ahu kelihaiannya.
Akan t et api t ent ang suling, adakah kau m em punyai suling, dan pandaikah kau
meniup suling dan mempergunakannya sebagai senjata?
Aku seorang bekas pelaj ar gagal, biasanya hanya berkipas- kipas m endinginkan
kepala panas lalu m enghibur diri dengan suara suling. Mem ang t adinya aku
m em iliki sebuah suling, akan t et api benda it u hancur ket ika aku bert em u dengan
Ban- pi Locia (Dewa Locia Berlengan Selaksa) di telaga See- ouw (Telaga Barat).
Terbelalak sepasang m at a yang indah it u, penuh perhat ian dan ingin t ahu. Apa ?
Kau bet ul- bet ul bert em u dengan ok- hengcia ( pendet a j ahat ) it u ? Aku pernah
mendengar dari ayah bahwa pendeta perkasa itu amat cabul dan keji, akan tetapi
m em iliki ilm u kepandaian yang luar biasa. Ayah sendiri pernah bent rok dengan
Ban- pi Lo- cia, bert em pur sam pai dua hari dua m alam t idak ada yang kalah at au
m enang. Hanya karena khawat ir kalau pert andingan dilanj ut kan keduanya akan
tewas, m aka m ereka m enghent ikan pert andingan. Dan kau kau bert em u
dengannya ? Bert anding ? Dan sulingm u hancur olehnya ? Ah, Kwee- koko,
apakah kau kalah olehnya?

Suling Mas Kho Ping Hoo 36


Kwee Seng m engipas- ngipas lehernya yang t erasa panas oleh pengaruh arak.
Dia m em ang hebat , akan t et api j uga j ahat bukan m ain. Secara kebet ulan saj a
aku bert em u dengannya ket ika aku berpesiar di t elaga See- ouw. Pem uda it u lalu
menceritakan pengalamannya seperti berikut.
Beberapa bulan yang lalu, dalam perant auannya yang t idak m em punyai t uj uan
tertent u, t ibalah Kwee Seng di t elaga See- ouw, Telaga Barat ini am at lah t erkenal
sem enj ak dahulu, karena luasnya, karena indahnya, dan karena segar nyam an
hawanya.
Air berkeriput biru sehalus beledu t ilam pem baringan berkasur bulu bunga
t erat ai aneka warna penghias indah dicum bu rayu ikan- ikan em as berwarna
cerah berperahu di t elaga barat m andi sinar bulan m inum arak sesudah it u m at i
pun tak penasaran!
Nyanyian ini banyak dinyanyikan t ukang- t ukang perahu yang m enyewakan
perahu m ereka unt uk para pelancong. Pelancong yang t ergolong m iskin cukup
m erasa puas dengan berj alan- j alan disekit ar t elaga, yang t ergolong cukup
m erasa puas dengan m enyewa perahu kecil m enghadapi seguci arak. Akan t et api
bagi para pelancong kaya raya, acaranya berm acam - m acam . Yang sudah past i
m ereka it u akan m enyewa perahu besar yang m em punyai bilik yang t erlindung
dan t ert ut up, m em esan hidangan arak dan m asakan lezat m ewah, kem udian
m em anggil pula pelacur- pelacur unt uk m elayani m ereka m akan m inum sam bil
m endengarkan beberapa orang perem puan penyanyi m enabuh yangkim dan
bernyanyi. Pest a m acam ini ham pir diadakan set iap m alam diwakt u m usim t iada
hujan, sehingga keadaan telaga barat amat meriah.
Ketika Kwee Seng tanpa disengaja tiba di telaga See- ouw, keadaan di situ sedang
m eriah sekali karena m usim panas t elah t iba. Di wakt u m usim panas m engam uk,
banyak orang- orang kaya dan pem besar- pem besar m erasa t idak bet ah t inggal di
kot a dan banyak yang m engungsi unt uk beberapa hari at au pekan lam anya ke
Telaga See- ouw di m ana m ereka dapat m enghibur t ubuh dan pikiran, dan baru
ingat pulang kalau uang sudah habis diham burkan ! Begit u m elihat seorang
pem uda t am pan dengan pakaian pelaj ar yang cukup rapi dat ang seorang diri,
segera para tukang perahu merubungnya, menawarkan perahu mereka.
" Mari, Kongcu ( Tuan Muda) , perahu saya bersih dan kosong ! Saya pesankan
arak Hang- ciu yang paling baik ! Kongcu perlu hidangan yang paling lezat ?
Rest oran Can- lok At au rom bongan penyanyi ? Anak buah Bibi Cong cant ik-
cant ik, m uda dan suaranya em as At au Kongcu suka ehm m dit em ani
bidadari jelita ? Tinggal pilih menurut selera Kongcu
Dem ikianlah, ribut m ereka m enawarkan perahu sam pai pelacur. Kwee Seng
t ersenyum dan m enggerak- gerakkan t angan m enyuruh m ereka j angan bicara
sambung- menyambung membikin bising.
Dengar baik- baik, j angan ribut sendiri! kat anya t ert awa. Aku hanya
m em but uhkan sebuah perahu kecil yang dapat dipakai duduk berdua, t anpa
pendayung. Perahu kecil yang bersih dan t idak bocor, t erbuka t anpa bilik.
Kem udian, boleh sediakan arak dan dua cawannya, beberapa m acam m asakan
yang panas- panas dan kem udian boleh panggil seorang pelacur yang pandai
bicara, pandai m ain yangkim m eniup suling, pandai bernyanyi dan pandai
bermain catur.
Wah, m engaj ak pelesir seorang bidadari, m engapa pakai perahu kecil t erbuka,
Siangkong ( Tuan Muda) ? Saya m em punyai yang besar, ada biliknya yang bersih
dan enak, tidak terganggu dari luar
Kem bali Kwee Seng t ersenyum dan kedua pipinya agak m erah. Pem uda ini t idak
pant ang bersenang- senang dengan wanit a, akan t et api hanya sam pai pada bat as
m engobrol dan bercakap- cakap gem bira, bersenda- gurau dan m ain cat ur at au
mendengarkan si cantik bernyanyi atau menabuh yangkim meniup suling saja.
Aku ingin m enyewa perahu kecil t erbuka t anpa pendayung, ada t idak? Ada!
Ada! Jangan khawat ir, Kongcu, perahu saya kecil bersih, dicat biru dan t anggung
tidak bocor. Lima belas cni saja untuk semalam suntuk!

Suling Mas Kho Ping Hoo 37


Dan perem puan yang kukehendaki it u ada t idak ? Pandai bicara, pandai m ain
musik, bernyanyi dan pandai main catur, tidak menolak minum arak!
Wah, wah yang sepandai it u agaknya, hanyalah Ang- siauw- hwa ( Bunga Kecil
Merah) seorangseorang bidadari yang tercantik dan termahal disini!
Bagus ! Kaupanggil Ang- siauw- hwa unt ukku, kat a Kwee Seng, senang hat inya.
Ah, t idak m ungkin, Kongcu. Biarlah saya m em anggil si Kim - bwe ( Bunga Bwee
Em as) yang j uga pandai segala biarpun t idak secant ik Ang- siauw- hwa At au si
Kim- lian ( Terat ai Em as) yang pandai m eniup suling dan cant ik j elit a, akan t et api
tidak pandai main catur dan tidak suka minum arak.
Hat i Kwee Seng sudah kecewa. Tidak, aku m enghendaki Ang- siauw- hwa it u.
Mengapa tidak mungkin memanggil dia ? Berapa harganya ? Aku sanggup bayar!
Orang- orang it u m enggeleng kepala dan seorang yang set engah t ua berkat a,
suaranya perlahan sepert i t akut t erdengar orang lain, Kongcu, kau t idak t ahu.
Ang- siauw- hwa am at t erkenal disini dan set iap ada pem besar pesiar, t ent u dia
dipesan. Aneh m em ang, biarpun Ang- siauw- hwa m erupakan kem bangnya sem ua
wanit a disini, nam un dia bukanlah pelacur sem barangan. Dia hanya m au
m elayani bicara dan bernyanyi, m ain cat ur at au m inum arak, bahkan m engarang
syair, akan t et api belum pernah t erdengar Ang- siauw- hwa m au diaj ak yang
bukan- bukan
Bagus, dialah pilihanku ! Panggil dia! Kwee Seng t ert arik sekali. Akan t et api
orang- orang itu menggeleng kepala. Sekarang dia berada di perahu Lim- wangwe
( Hart awan Lim ) yang perahunya kelihat an di sana it u. I a m enuding ke arah
t engah t elaga di m ana t am pak sebuah perahu Lim - wangwe sendiri yang
m engadakan pest a bersam a lim a orang pendekar yang m enj adi t am unya. Sej ak
pagi t adi Ang- siauw- hwa berada di sana, m ungkin sam pai sem alam sunt uk
mereka berpesta. Nah, dengar, itu suara suling tiupan Ang- siauw- hwa.
Kebet ulan angin bersilir dari arah t elaga dan t ert angkaplah oleh t elinga Kwee
Seng tiupan suling yang merdu dan halus.
Lebih baik j angan panggil dia, kongcu. Yang lain m asih banyak, boleh Kongcu
pilih sendiri. Ang- siauw- hwa hanya mendatangkan ribut belaka.
Eh, kenapa? Kwee Seng t erheran. Beberapa orang m em beri isyarat akan t et api
pem bicara it u agaknya sudah t erlanj ur dan berkat a, Pagi t adi t im bul keribut an
karena dia, Lo Houw ( Macan Tua) , Seorang t ukang pukul yang t erkenal di daerah
ini, m em aksa hendak m engaj ak Ang- siauw- hwa dan biarpun perem puan it u
sudah lebih dulu dipanggil Lim - wangwe, Lo houw t idak m au peduli dan hendak
m eram pas Ang- siauw- hwa, bahkan m engeluarkan kat a- kat a m em aki Lim -
wangwe. Kem udian ia m endat angi Lim - wangwe dengan perahunya dan kam i
sem ua sudah m erasa kuat ir. Kam i m engenal kekej am an dan kelihaian Lo Houw,
dan kam i saying kepada Lim - wangwe yang berbudi halus dan suka m enolong
kami yang miskin. Akan tetapi, apa terjadi ? Lo Houw menyerang ke sana dengan
perahu, akan tetapi ia kembali ke pantai dengan basah kuyup! Orang itu tertawa
dan yang lain j uga t ert awa, biarpun ket awanya sam bil m enoleh ke kanan kiri,
kelihatan takut kalau- kalau mereka terlihat orang.
Eh, apa yang tejadi? Kwee Seng makin tertarik.
Kabarnya m enurut t ukang perahu yang kebet ulan berada di dekat sana, Lo
Houw m eloncat ke perahu besar dan m em aki- m aki. Akan t et api t iba- t iba m uncul
seorang di ant ara t am u Lim - wangwe dan dalam beberapa gebrakan saj a Lo Houw
yang terkenal itu terlempar ke dalam air!
Ha- ha, dia harus berenang ke t epi! kat a seorang lain. Kwee Seng t ersenyum .
Hal sem acam it u t idaklah aneh baginya yang sudah biasa bert em u dengan
perist iwa pert em puran yang lebih hebat lagi. Biarlah, kalau ia sedang m elayani
hart awan it u, aku pun t idak j adi m engaj aknya m enem aniku. Beri saj a sebuah
perahu kecil yang baik, sediakan sat u guci arak da cawannya bersam a sedikit
daging panggang, t iga m acam sayur dan sedikit nasi. Nih uangnya, lebihnya
boleh kau m iliki. Kwee Seng m engeluarkan dua pot ong uang perak yang
dit erim a dengan t ubuh m em bongkok- bongkok oleh t ukang perahu set engah t ua
itu yang merasa kejatuhan rejeki.

Suling Mas Kho Ping Hoo 38


He, t ukang perahu j em bel ! Lekas sediakan perahu t erbaik, lim a guci arak
wangi, lim a kat i daging, lim a m acam sayur, m i lim a kat i dan nona- nona m anis
lim a orang yang cant ik- cant ik dan m uda- m uda ! Eh, kem bang pelacur yang
kalian obrolkan tadi, siapa namanya?
Kwee Seng m em balikkan t ubuhnya ket ika m endengar suara yang besar dan
nyaring ini. Ket ika m elihat orangnya, ia t ert egun. Bukan hanya Kwee Seng yang
t erperanj at , j uga sem ua t ukang perahu m em andang dengan m at a t erbelalak, t ak
seorangpun m enj awab. Pem bicara ini adalah seorang laki- laki t inggi besar,
sekepala lebih t inggi daripada orang yang berukuran t inggi um um . Melihat
pakaiannya yang sederhana dan longgar, apalagi m elihat kepalanya yang gundul,
orang tentu mengatakan bahwa ia seorang hwesio (pendeta Buddha). Akan tetapi
yang m eragukan, kalau benar ia seorang pendet a, m engapa ia m em esan daging,
arak, bahkan pelacur ? Anehnya pula, dia it u seorang diri, m engapa m em esan
dem ikian banyaknya m akanan dan m inum an yang serba lim a t akar, j uga
memesan lim a orang perem puan lacur ? Pert anyaan- pert anyaan inilah agaknya
yang m em banj iri pikiran para t ukang perahu sehingga sam pai lam a m ereka
terheran- heran tak mampu menjawab.
Heh ! Jem bel- j em bel busuk, m engapa kalian diam saj a ? Apakah kalian t uli dan
gagu? Laki- laki t inggi besar gundul yang usianya t ent u lim a puluh t ahun it u
membentak.
Seorang t ukang perahu yang agak t abah hat inya m enj ura sam bil t ert awa- tawa.
Maaf eh, Lo- suhu tapi tapi yang Lo- suhu pesan begitu banyak
Hwesio it u m enyeringai dan m elirik ke arah Kwee Seng yang berdiri dengan
t enang, m enaksir- naksir dan m engasah ot ak unt uk m engenal siapa gerangan
hwesio aneh ini.
"Heh- heh, seorang pelaj ar m elarat saj a m am pu m enyewa perahu dan m em bayar
arak, apakah kau kira aku seorang perant au lain t idak m em punyai uang? I a
m enggulung kedua lengan baj unya yang lebar sehingga t am paklah lengannya
kekar kuat penuh bulu. I a m erogoh ke balik j ubahnya dan keluarlah sebuah
pundi- pundi berisi penuh uang. Dibukanya t ali pundi- pundi it u dan hwesio it u
memperlihat kan pot ongan- pot ongan uang em as dan perak ! Para t ukang perahu
m em andang m elot ot dan m enelan ludah. Belum pernah selam a hidup m ereka
tampak sekian banyaknya uang.
Ah m aaf, m aaf, Lo- suhu, bukan sekali- kali saya m eragukan Lo- suhu t akkan
dapat m em bayar. Hanya, Lo- suhu seorang diri, Pesanannya begit u banyak,
apalagi pakai lima orang bidadari
Heh..heh, goblok ! Apa salahnya ? Malah kem bangnya pelacur it u harus pula
melayani aku, berapapun biayanya akan ku bayar.
Tapi, Lo- suhu, Ang- siauw- hwa t elah disewa Lim - wangwe di perahu m ewah yang
berada di sana t ukang perahu it u m enunj uk. Hwesio t inggi besar m em andang
dan mulutnya yang berbibir tebal mengejek.
Biarlah nant i kuj em put sendiri dia. Sekarang sediakan pesananku sem ua. Cepat
dan nih uangnya, lebihnya boleh kalian bagi- bagi! Hwesio it u m engeluarkan
belasan pot ong uang perak dan m elem parnya kepada t ukang perahu sepert i
orang melempar sampah saja.
Gegerlah para t ukang perahu. Benar- benar hari it u m ereka kej at uhan rej eki
besar. Sepert i berlum ba m ereka lari kesana- kem ari unt uk m em enuhi pesanan
hwesio aneh. Akan t et api Kwee Seng sudah m erasa m uak perut nya dan begit u
pesanannya t iba, ia segera naik ke perahu kecil yang sudah t erisi m akanan dan
m inum an pesanannya, kem udian ia m endayungnya ke t engah t elaga t anpa
mempedulikan lagi hwesio tadi.
Hem m m m , Menj em ukan sekali. Pikirnya. Kalau para pem besar negeri suka
m encuri uang negara dan m akan sogokan sepert i anj ing- anj ing kelaparan, kalau
para pendet anya m elanggar pant angan, m inum arak, m akan daging dan m ain
perem puan, akan bagaim anakah j adinya bangsa dan negara? Berpikir sam pai
disini hat i Kwee Seng m erasa kecewa sekali. Akan t et api pem andangan t elaga it u
benar- benar indah sehingga kekecewaannya t erobat i. Hari m enj elang senj a dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 39


m at ahari di uj ung barat t am pak t enggelam ke dalam air t elaga, kem erah-
m erahan dan indah sekali. Kwee Seng m ulai m akan daging dan sayur, dan
minum araknya sedikit demi sedikit memang ia tidak begitu suka minum arak.
Makin gelap cuaca t anda m alam t iba, m akin indah di sit u. Bulan m uncul dengan
cahayanya yang gilang gem ilang, langit bersih t ak t am pak sedikit pun awan,
perm ukaan air t elaga berm andikan cahaya bulan, seakan- akan t erbakar m enj adi
em as, berkilauan. Angin bersilir m em buat air em as it u berom bak sedikit dan
bunga- bunga t erat ai yang berkelom pok disana- sini m ulailah m enari- nari
menggoyang- goyangkan pinggang ke kanan kiri. Perahu- perahu yang berkeliaran
di perm ukaan t elaga m ulai m em asang lam pu yang dihias dengan beraneka
warna, ada yang m erah, hij au, kuning, m enam bah indahnya pem andangan di
telaga itu.
Tiba- t iba t elinga Kwee Seng t ert arik oleh lengking suara suling yang sayup
sam pai, suaranya m engalun t inggi rendah sesuai dengan gerak air. Kwee Seng
t ert arik dan m endayung perahunya ke arah suara. Ternyat a suara suling it u
keluar dari sebuah perahu besar dan m ewah, dan kini Kwee Seng dapat
m endengar suara suling dengan j elas sekali. Akan t et api ia segera m enj adi
kecewa. Suara it u t adi indah kedengarannya karena diperm ainkan oleh angin.
Set elah m endengar dari dekat , ia m endapat kenyat aan bahwa biarpun peniupnya
m enguasai lagu dan iram a, nam un t iupannya kurang t enaga dan am at lem ah,
t idak m em bawakan perasaan hat i peniupnya. Akan t et api di sam ping
kekecewaannya, t im bul dugaan yang m endebarkan j ant ungnya. Perahu besar
dan m ewah inilah agaknya perahu Lim - wangwe yang sedang m enyam but lim a
orang t am unya da m ungkin sekali suling it u dit iup oleh Ang- siauw- hwa sepert i
yang dicerit akan oleh para t ukang perahu t adi ! Hem m , kalau benar wanit a it u
yang m eniupnya, lum ayan j uga ! Set idaknya, kalau seorang pelacur saj a dapat
meniup suling seperti itu, benar- benar dia seorang pelacur yang luar biasa.
Ket ika suling berhent i dit iup, t erdengar t epuk t angan dan t ert awa- t awa m em uj i
dari dalam perahu, t anda bahwa orang- orang yang berada di dalam perahu it u
gem bira dan kagum . Tak lam a kem udian, kem bali suling it u berbunyi, kini
m ainkan lagu yang m enj adi kegem aran Kwee Seng, yait u Bulan m engem bara
cari kekasih. Kalu t adi kwee Seng hanya kecewa m endengar t iupan suling yang
dianggapnya kurang baik, kini t elinganya t erasa sakit m endengar bet apa lagu
kesayangannya dirusak orang. Karena t idak dapat m enahan lagi, pem uda yang
sudah t erpengat uh oleh hawa arak it u m engeluarkan sebat ang suling dari dalam
baj unya dan t ak lam a kem udian m elengkinglah suara sulingnya m elayang- layang
di perm ukaan t elaga, m endesak suara suling pert am a yang keluar dari perahu
besar. Karena suara suling Kwee Seng luar biasa sekali kuat nya, m aka suara
pertama tenggelam dan tak terdengar lagi.
Sahabat , alangkah indah bunyi sulingm u! Kwee Seng yang baru saj a
m enghabiskan bait t erakhir cepat m em andang. Seorang wanit a dengan pakaian
serba indah berwarna m erah m uda, berdiri di pinggiran perahu dan kelihat an
sepert i seorang dewi t elaga. Ah, kalau saj a aku bersayap, kuakan t erbang
membebaskan diri dari sini untuk belajar meniup suling darimu sahabat
Kwee Seng t ercengang. I nikah pelacur yang berj uluk Ang- siauw- hwa ? Pant as
saj a t erkenal m enj adi kem bangnya sekalian pelacur di daerah Telaga Barat ini,
pikirnya sam bil m em andang kagum . Tent ang kecant ikannya, t ak dapat ia m enilai
t elit i karena keadaan yang rem ang- rem ang it u t idak cukup m enerangi waj ah si
gadis, akan t et api, selain pandai m eniup suling j uga kat a- kat anya begit u halus
dan t erat ur, dari ucapannya it u saj a m udah diduga bahwa nona ini t ent u pandai
bersyair. Dengan hat i t ert arik Kwee Seng m endayung m aj u perah kecilnya unt uk
m endekat i perahu besar dan agar ia dapat m em andang lebih j elas. Akan t et api
pada saat it u t erdengar suara m em anggil dari bilik perahu besar dan nona
berpakaian serba m erah m uda it u m em balikkan t ubuh dan lenyap ke dalam
perahu besar.
Kwee Seng sadar daripada kebodohannya. Perempuan itu sudah disewa hartawan
pem ilk perahu besar, m au apa ia m endekat ? Ah, m engapa ia begit u t ert arik

Suling Mas Kho Ping Hoo 40


kepada seorang wanit a pelacur ? Kwee Seng sadar akan kebodohannya sendir i
dan m enggerakkan dayung unt uk m enj auhi perahu besar. Akan t et api pada saat
it u ia m elihat sebuah perahu m eluncur cepat ke arah perahu besar dan di dalam
perahu ini t erdapat seorang hwesio t inngi besar bersam a lim a orang wanit a
pelacur yang sedang m inum - m inum dan t ert awa cekikikan sepert i segerom bolan
kunt ilanak, Kwee Seng cepat m endayung perahunya m enyelinap dan
bersem bunyi di belakang perahu besar unt uk m engint ai karena ia m erasa curiga
menyaksikan gerak- gerik hwesio tinggi besar yang aneh itu.
Dari balik perahu besar it u Kwee Seng m elihat j elas bet apa hwesio t inggi besar
it u sekali m enggerakkan kaki t elah m elayang naik ke at as papan dek t anpa
m enim bulkan guncangan sedikit pun j uga. Kwee Seng kaget dan kagum . Hwesio
ini benar- benar m em iliki ilm u yang t inggi. Ket ika ia m em andang ke perahu
hwesio t adi, ia m erasa m uak. Lim a orang wanit a pelacur yang m em akai bedak
t ebal it u dalam keadaan set engah t elanj ang dan awut - awut an ram but nya,
tertawa cekikikan dan bersenda gurau, agaknya sudah mabok semua ! Perahunya
yang t idak di kuasai oleh hwesio t elah oleng ke kanan kiri t anpa diket ahui lim a
orang pelacur m abok. Karena m erasa m uak, Kwee Seng t idak m em pedulikan
m ereka dan ia kem bali m em andang ke arah hwesio yang berdiri kokoh sepert i
batu karang diatas papan dek perahu besar.
Heh, hart awan she Lim ! Hwesio it u berseru dan suaranya yang parau keras it u
m enem bus desir angin. Lekas serahkan Ang- siauw- hwa kepadaku, kut ukar
dengan lima orang yang berada di perahuku!
Tiba- t iba dari pint u bilik perahu besar it u m eloncat seorang laki- laki t inggi kurus
yang m engenakan pakaian ringkas dan punggungnya t erhias sebat ang golok.
Gerakan laki- laki ini ringan dan cepat , t ahu- t ahu ia sudah berdiri di depan hwesio
it u dengan m at a berkilat . Eh, eh, hwesio j ahat darim ana berani m engganggu
kesenangan kam i ? Apakah kau sahabat dari Si Jahanam an Lo Houw yang
kulempar ke dalam air?
Hwesio it u m em andang sej enak lalu t ert awa. Heh- heh- heh, aku t idak t ahu it u Lo
Houw, dan t idak kenal pula t ikus kecil m acam m u. Aku hanya dat ang unt uk
mengambil Ang- siauw- hwa, kutukar dengan lima pelacur itu. Wanita macam Ang-
siauw- hwa yang disebut - sebut kem bang pelacur di t elaga ini pat ut m engawaniku
bersenang- senang. Lekas suruh dia keluar dan berikan kepadaku sebelum perahu
ini kubikin tenggelam berikut semua penumpangnya!
Hwesio sesat ! Pergilah! Si Jangkung Kurus m enerj ang m aj u dengan gerakan
kilat . Cepat sekali gerakannya dan Kwee Seng yang m enont on t ahu bahwa si
j angkung it u m em iliki ilm u silat t angan kosong yang cukup hebat . Hwesio ini
m encari penyakit , pikirnya, penghuni perahu besar it u t ernyat a bukan orang-
orang lemah. Pukulan si jangkung itu selain cepat, juga jelas mengandung tenaga
yang besar, t am pak gerakannya begit u m ant ap dan sekali pukul, kedua t angan si
j angkung it u secara berbareng m enyerang dada dan lam bung. Anehnya, hwesio
t inggi besar it u m asih t ert awa, sam a sekali t idak m engelak. Celaka, pikir Kwee
Seng, bet apapun lihainya, m ana hwesio it u akan dapat m enahan pukulan yang
mengandung tenaga dalam itu?
Buk ! Buk! Dua buah pukulan it u t epat m engenai dada dan lam bung. Ha- ha-
ha- ha! Si Hwesio m alah t ert awa bergelak, sedikit pun t idak t erpengaruh dua
pukulan it u. Sej enak si j angkung t erbelalak kaget , kem udian t am pak sinar
bergulung ket ika ia m encabut goloknya dan m em bacok dengan cepat ke
mengarah leher.
Celaka! kat a Kwee Seng, akan t et api kali ini ia m enyebut celaka bukan unt uk
si hwesio karena segera ia m aklum bahwa hwesio it u benar- benar m em iliki sin-
kang ( t enaga sakt i) yang am at t inggi dan pencabut an golok oleh si j angkung it u
hanya akan berarti celaka bagi si jangkung.
Mem ang t idak berlebihan penafsiran Kwee Seng ini. Hanya sedikit m enggerakkan
t ubuhnya si hwesio sudah m am pu m engelak dan sebelum si j angkung sem pat
m enyerang lagi, t ubuhnya sudah t ert angkap dan sekali m elont arkan

Suling Mas Kho Ping Hoo 41


t angkapannya sam bil t ert awa, hwesio t inggi besar it u sudah m elem par lawannya
jauh ke luar perahu !
" Byurrrr! " Air m uncrat t inggi dan si j angkung m egap- m egap dalam usahanya
menyelamatkan diri.
" Hwesio keparat , berani kau m em ukul Sut eku ( adik seperguruanku) ?" Kini
m uncul seorang pendek gem uk dengan sebat ang t oya ( t ongkat panj ang)
m elint ang di t angan. Tanpa m enant i j awaban, si gem uk ini sudah m enggerakkan
t oyanya m enghant am leher hwesio it u. Sebagai kakak seperguruan si j angkung
tadi, dapat di bayangkan bet apa hebat serangan si gem uk pendek ini. Bat u
karang yang kuat agaknya akan pecah t erkena pukulan t oya baj a it u. Nam un, si
hwesio sam a sekali t idak m engelak, hanya m iringkan t ubuh dan m enerim a
hantaman toya itu dengan pangkal lengannya.
" Bukkk! " Si hwesio m asih t ert awa- t awa dan kedua lengannya bergerak. Tahu-
t ahu si gem uk m em ekik keras dan t ubuhnya t erlem par keluar perahu. Kem bali
t erdengar air m enj ebur dan t ubuh gem uk it u t enggelam t im bul, agaknya lebih
parah lukanya daripada sutenya.
" Hebat ! " Diam - diam Kwee Seng t erkej ut dan kagum . Perhat iannya kini t ert uj u
pada hwesio it u sam bil m engingat siapa gerangan hwesio yang dem ikian lihainy a
it u. Terang bahwa kepandaian dua orang yang dikalahkannya secara m udah t adi
cukup t inggi dan hanya seorang sakt i saj a yang dapat m engalahkan m ereka
dengan sekali gebrakan. Akan t et api kalau m em ang hwesio ini seorang t okoh
sakt i, m engapa sikap dan kelakuannya begit u gila- gilaan ? Sam a sekali t idak
pat ut dilakukan oleh seorang t okoh sakt i yang t erkenal. Meram pas seorang
pelacur ! Benar- benar mengherankan sekali !
Sem ent ara it u, dari dalam bilik perahu sudah berloncat an t iga orang laki- laki.
Usia m ereka rat a- rat a em pat puluh t ahun lebih, dan ket iganya m em egang
pedang. Gerakan- gerakan m ereka pun cepat dan ringan, m alah agaknya lebih
cekat an daripada dua orang yang sudah kalah oleh si hwesio. Begit u keluar,
mereka serentak mengurung dan menyerang hwesio itu dengan pedang mereka.
Kwee Seng m elihat hwesio it u t ert awa, akan t et api segera perhat iannya t ert arik
oleh kej adian lain. I a m elihat seorang wanit a berpakaian m erah m uda berlari- lari
ke pinggir perahu besar it u lalu wanit a it u m eloncat ke air ! " Byurrr! " air
muncrat tinggi dan tubuh wanita itu lenyap !
" Celaka! " Unt uk ket iga kalinya selam a beberapa m enit itu Kwee Seng menyebut
celaka, akan t et api ia cepat m endayung perahunya ke arah t erj unnya si pakaian
m erah t adi. Selagi ia hendak m enyelam , t iba- t iba wanit a it u m uncul dan legalah
hat i Kwee Seng m elihat bahwa wanit a it u t ernyat a pandai berenang ! Ah, benar-
benar pelacur yang aneh sam pai berenang pun pandai ! Pelacur it u m em ang
bukan lain adalah Ang- siauw- hwa yang kini berenang cepat ke arah perahu Kwee
Seng.
" Kongcu yang pandai bersuling, kau t olonglah aku yang bernasib m alang"
kat anya sam bil berusaha m engangkat t ubuh m em egang pinggir perahu. Akan
t et api beberapa kali usahanya t ak berhasil karena pinggiran perahu it u t erlam pau
tinggi dari permukaan air.
Kwee Seng lalu m engulur t angannya dan m enarik t ubuh wanit a it u ke dalam
perahunya. I a m em andang, kagum . Mem ang pat ut dikagum i wanit a ini.
Pakaiannya basah kuyup dan karena pakaian ini t erbuat daripada sut era t ipis dan
halus, m aka kini t ercet aklah t ubuhnya m em bayangkan bent uk t ubuh yang padat
ram ping, dengan lekuk lengkung sem purna, t ubuh seorang wanit a m uda yang
sudah masak.
" Kenapa kau m eloncat ke air?" Kwee Seng bert anya, m enekan gelora j ant ungnya
yang membuat darah mudanya yang bergerak lebih cepat daripada biasanya.
" Ah, hwesio dem ikian hebat . Kalau aku diram pasnya bagaim ana nasibku ? Lim -
wangwe yang sudah t ua dan pendekar- pendekar it u sem ua bersikap sopan
kepadaku, akan t et api belum t ent u hwesio it u begit u baik sikapnya. Ah, Kongcu,
kau t olonglah aku biarlah aku akan m engerj akan apa saj a yang kau kehendaki
unt uk m em balas budim u ini" Sam bil berkat a dem ikian, Ang- siauw- hwa

Suling Mas Kho Ping Hoo 42


m endekat dan bau har um m enerj ang hidung Kwee Seng yang t ert egun m elihat
wanita itu tersenyum manis dan mengerling penuh arti.
" Aku aku bersedia m enolong, t api t api aku t idak m enghendaki apa- apa
darimu" jawabnya gagap sambil menggerakkan dayung.
Wanit a di belakangnya m enarik napas panj ang. " Ahhh sudah kuduga, kau
seorang pelaj ar yang sopan dan penuh susila, m ana m ungkin m au berkenalan
dengan seorang t una susila m acam Ang- siauw- hwa?" Suaranya m ulai t erisak.
" Beginilah nasibku, kongcu hanya orang- orang rendah budi saj a yang suka
berkenalan denganku, dengan m aksud yang kot or, akan t et api orang baik- baik
selalu menjauhkan diri dariku."
Kwee Seng m enoleh, agak t erharu j uga. Mem ang dem ikianlah nasib wanit a yang
t erperosok ke Lum pur kehinaan. " Bukan begit u, Nona. Tadi pun aku hendak
m em esanm u m enem aniku m inum arak, m enikm at i keindahan t elaga sam m bil
bersuling dan bernyanyi at au m engarang syair. Akan t et api karena kau t elah
disewa hart awan it u, aku berperahu seorang diri. Hanya perlu kau ket ahui bahwa
aku sekali- kali bukan m enolongm u karena hendak m int a upah. Nih, kaupakai
j ubah luarku unt uk m enahan dingin dan angin. Kit a harus pergi cepat - cepat dari
sini." Set elah m elem parkan j ubah luarnya unt uk dipakai berselim ut Ang- siauw-
hwa, Kwee Seng cepat mendayung perahunya.
Akan t et api di at as perahu besar t erdengar suara berkeront angan, disusul pekik-
pekik kesakit an dan bert urut t urut t ubuh t iga orang j ago silat it u pun t erlem par
ke dalam t elaga. Bahkan orang ke t iga t erlem par ke arah perahu Kwee Seng
disusul bentakan hwesio itu yang parau dan nyaring.
" Eh, Ang- siauw- hwa kem bang pelacur ! Kau hendak lari ke m ana ? Tak boleh lari
sebelum melayaniku sampai puas!"
Melihat m enyam barnya t ubuh orang ke arah perahunya, Kwee Seng
m enggerakkan dayung sehingga perahunya m enyeleweng m engelak dan t ubuh
orang it u t erbant ing ke dalam air, hanya t iga kaki dari kepala perahunya. Air
muncrat membasahi bajunya.
" Ah, celaka kit a, kongcu! " Ang- siauw- hwa berseru ket akut an, t ubuhnya yang
sudah dingin itu kini ditambah rasa takut mulai menggigil.
" Tak usah t akut , kit a akan m inggir lebih dulu daripada dia." Jawab Kwee Seng
sam bil m engerahkan t enaga m endayung sehingga perahunya m eluncur sepert i
anak panah terlepas dari busurnya.
Ang- siauw- hwa m enengok dan m elihat bet apa hwesio yang m enakut kan it u
sudah m eloncat ke dalam perahunya sendiri. Sekali ia m enggent akkan perahu,
lima orang pelacur yang mabok- mabokan di dalam perahu itu terlempar ke dalam
air pula ! Menj em ukan ! Tingallah kalian di air! " kat a hwesio it u sam bil t ertawa
bergelak dan m ulailah ia m endayung perahunya m engej ar perahu Kwee Seng.
Sem ent ara it u, para penghuni perahu sibuk m enolong lim a orang j ago silat dan
j uga lim a orang pelacur yang m enj erit - j erit dan gelagapan sepert i lim a ekor anak
ayam terlempar ke air.
" Kongcu, dia dia m engej ar" Ang- siauw- hwa m em eluk pinggang Kwee Seng
dari belakang. Bau harum dan kelunakan t ubuh yang m erapat di punggungnya
m em buat Kwee Seng m eram kan m at anya dan m enahan napas. Diam - diam
hatinya mengeluh. Usianya sudah dua puluh dua dan belum pernah ia berdekatan
begini dengan seorang wanit a. Get aran yang m enggelora di j ant ungnya
melemahkan tenaga sakti sehingga kurang cepat ia mendayung perahu.
He, orang m uda t olol ! Apakah kau bosan hidup ? Berhent i dan berikan gadis it u
kepadaku!" Suara hwesio it u m elengking di t elinganya. Akan t et api Kwee Seng
tidak peduli dan cepat ia mengerahkan tenaga mendayung perahunya.
" Kau ingin m am pus! " Suara ini disusul oleh desir angin ke arah kepala Kwee
Seng. Maklum bahwa ada benda m enyam bar, Kwee Seng m engibaskan
tangannya dan dari ujung lenan bajunya menyambar angin yang memukul runtuh
benda it u yang t ernyat a adalah sekepal kayu, agaknya gagang dayung yang
diremas hancur oleh hwesio hebat itu!

Suling Mas Kho Ping Hoo 43


Kwee Seng m aklum bahwa kali ini ia m enghadapi lawan yang am at t angguh,
m ungkin lawan yang paling t angguh yang selam a hidupnya pernah ia hadapi.
Dengan adanya Ang- siauw- hwa di dalam perahu, t ent u saj a hal ini berart i
m elem ahkan kedudukannya sendiri apabila t erj adi pert andingan m elawan hwesio
kosen it u, apalagi kalau diingat bahwa hwesio m em ang berm aksud m eram pas
Ang- siauw- hwa. Selain it u j uga, bert anding di at as perahu am at lah berbahaya.
Kepandaiannya di at as air hanya t erbat as dan sekali j at uh ke dalam air, t akkan
ada gunanya lagi. I nilah sebabnya m aka Kwee Seng segera m engerahkan t enaga
sekuat nya sehingga perahunya m eluncur lebih cepat lagi m eninggalkan perahu
hwesio yang mengejarnya.
Sesam painya di pinggir t elaga, Kwee Seng cepat m enarik lengan Ang- siauw- hwa
dan diajaknya melompat ke darat, lalu berkata lirih, "Nona, cepatlah, kau lari dari
sini!" "Tapi tapi kau bagaimana, Kongcu?"
" Jangan pikirkan aku, lekas lari." Kwee Seng m endorong wanit a it u dalam gelap,
kem udian ia m eloncat lagi ke dalam perahunya dan m endayung ke bagian lain
dari t epi t elaga it u unt uk m enyesat kan perhat ian si hwesio t erhadap Ang- siauw-
hwa. Usaha dan akalnya ini berhasil baik, karena perahu hwesio it u t erus
mengikutinya setelah mendekat, kemudian terdengar hwesio itu berseru keras.
"Bocah setan, sekali ini aku tidak akan memberi ampun kepadamu!"
Akan t et api karena ia sudah t erbebas daripada keselam at an Ang- siauw- hwa kini
Kwee Seng t idak m elarikan diri lagi. I a berdiri di kepala perahunya, berkipas-
kipas diri sam bil m enant i dekat nya perahu si hwesio. Set elah dekat ia berkat a,
"Lo- suhu, seorang beribadat seharusnya m engekang nafsu m em upuk kebaj ikan
agar m enj adi cont oh bagi orang banyak. Mengapa Lo- suhu m alah m engej ar-
ngej ar seorang pelacur, hendak m eram pasnya dengan paksa dan m em ukul orang
m engandalkan kepandaian?" Suara Kwee Seng sopan dan halus akan t et api di
dalamnya mengandung teguran pedas.
" Heh he he he, bocah yang m asih bau susu ibu ! Macam engkau ini hendak
m em beri kuliah kepada Ban- pi Lo- cia ? Heh he he! " Ucapan diselingi t awa ini lalu
diikut i bunyi keras sepert i pet ir m enyam bar- nyam bar di at as kepala Kwee Seng
dan t am paklah sinar hit am m elecut - lecut di udara. Kiranya kakek it u sudah
m engeluarkan sebat ang cam buk hit am yang berm ain- m ain di at as kepala Kwee
Seng sepert i seekor ular hidup yang ganas. Kwee Seng kaget set engah m at i
m endengar disebut nya nam a Ban- pi Lo- cia ( Dewa Locia Berlengan Selaksa) !
Nam a ini adalah nam a seorang t okoh yang t ak pernah at au j arang sekali m uncul
di dunia kang- ouw, namun yang terkenal sebagai tokoh yang amat jahat, keji dan
m em iliki kesakt ian hebat . Kabar t ent ang t okoh ini yang ia dengar paling akhir
adalah bahwa Ban- pi Lo- cia m enghilang di ut ara, di daerah Khit an, karena
m em ang ada berit a bahwa dia m em punyai darah bangsa Khit an. Bagaim ana
tokoh ini dapat muncul secara tiba- tiba di tempat ini?"
Kekagetan dan keheranan hat i Kwee Seng inilah agaknya yang m em buat ia
lengah sehingga ket ika ada gulungan sinar hit am m enyam bar, ia hanya
m iringkan t ubuhnya dan t ahu- t ahu pinggangnya sudah t elibat cam buk yang
bergerak sepert i ular. Ket ika Ban- pi Lo- cia m enggerakan tangan kanannya, tubuh
Kwee Seng m elayang sepert i t erbang, t erbawa oleh uj ung cam buk ! Kwee Seng
t erkej ut , nam un ia dapat m enenangkan hat i dan m encari akal. Dengan kipas di
depan dada unt uk m elindungi diri, ia m engerahkan sin- kang di t ubuhnya unt uk
menahan t ekanan uj ung cam buk yang m elilit pinggangnya, kem udian ia
m em biarkan dirinya t erlem paar m elayang ke arah Ban- pi Lo- cia yang berdiri di
at as perahu sam bil m enyeringai ! Orang gendut it u t ernyat a am at m em andang
rendah t erhadap Kwee Seng yang dianggapnya seorang pelaj ar yang t ahu sedikit
akan ilmu silat, maka ia bermaksud mempermainkannya.
Akan t et api alangkah kaget hat i raksasa gundul ini ket ika t ubuh Kwee Seng
sudah sudah m elayang ke dekat nya, t iba- t iba angin pukulan yang hebat bert iup
dari kipas disusul totokan kilat yang menuju ke jalan darah di lehernya, dilakukan
oleh gagang kipas it u. Begit u cepat nya gerakan ini sehingga ham pir saj a j alan
darah Tiong- cu- hiat di lehernya t ert ot ok ! Ket ika raksasa it u m engelak ke

Suling Mas Kho Ping Hoo 44


belakang, t ahu- t ahu kaki Kwee Seng sudah m enot ol pundaknya dan
m enggunakan pundak raksasa ini sebagai bat u loncat an, Kwee Seng
m engerahkan t enaganya dan m elom pat sam bil m engerahkan t enaga pada
pinggang unt uk m em bebaskan diri dar ipada libat an uj ung cam buk. Usahanya
berhasil. Ban- pi Lo- cia berseru heran dan t ubuh Kwee Seng sudah m elayang
kem bali ke at as, t epat t iba di gerom bolan pohon kem bang di pinggir t elaga yang
cepat disam barnya dan dengan ayunan indah t ubuh pem uda it u sudah berada di
darat , berdiri dengan t enang dan dengan kipas di t angan sam bil m em andang ke
arah lawan yang masih berada di atas perahunya !
" He he he, kau boleh j uga, bocah! " Ban- pi Lo- cia berseru set engah m arah
set engah kagum , cam buknya bergerak cepat m engeluarkan ledakan- ledakan
keras. Ternyat a cam buk it u m em ukul air di pinggir perahu dan bagaikan
didorong t enaga gaib, perahunya m eluncur cepat sekali ke pinggir t elaga,
kem udian sekali m eloncat raksasa it u sudah m elayang dan t iba di depan Kwee
Seng ! Dua orang ini kini berhadapan dan saling m em andang penuh perhat ian.
Bulan bersinar t erang bersih, indah sekali akan t et api di dalam keindahan it u
t ersem bunyi kengerian yang di t im bulkan oleh pandang m at a kedua orang yang
saling bert ent angan ini. Pinggir t elaga sudah sunyi karena m ereka yang
m endengar t ent ang hwesio t inggi besar yang m engam uk, sudah m elarikan diri
cepat- cepat akan t et api ada pula beberapa orang yang bersem bunyi dan m elihat
dua orang itu berhadapan dari jauh.
"Ban- pi Lo- cia, sudah lam a sekali aku m endengar nam am u, dan t ernyat a
keadaanm u cocok benar dengan nam am u! " kat a Kwee Seng yang kini sudah
m engeluarkan suling bam bu yang t adi dit iupnya dan m em egang suling it u di
t angan kanannya sedangkan kipasnya ia pegang di t angan kiri. I a m aklum bahwa
m enghadapi seorang sakt i sepert i ini ia harus di Bant u sulingnya, karena hanya
dengan kipas saja kiranya belum tentu ia akan dapat mencapai kemenangan.
" Heh, kau m engenalku ? Dan kau bilang cocok seakan- akan kau t elah
m engenalku baik- baik. Orang m uda lancang, keadaanku yang bagaim ana
kausebut cocok dengan namaku?"
" Kau t erkenal sebagai t okoh sakt i yang aneh, kej am kej i dan m em uj a kej ahat an
m engandalkan kepandaian. Nah, bukankah cocok benar dengan perbuat anm u
sekarang?"
"Wah, sombong ! Bocah bermulut lancang, siapa namamu?"
" Aku Kwee Seng, dat ang t idak m enonj olkan nam a, pergi t idak m eninggalkan
nama, hanya suling dan kipas ini yang kubawa."
" Heh..heh, kat a- kat a m uluk ! Kau berlagak sopan dan t erpelaj ar, akan t et api
bukankah kau sendiri j uga m em perebut kan kem bang pelacur t elaga ini ? He- heh,
orang m uda, t iada bedanya ant ara engkau dan aku, hanya aku lebih suka secara
t erbuka dan t erang- t erangan, sebaliknya engkau suka sem bunyi- sem bunyi dan
berkedok kesopanan. Aku paling j em u m elihat segala yang palsu ini, m aka kau
bersiaplah m am pus di t angan Ban- pi Lo- cia! " Berbareng dengan habisnya ucapan
it u, sinar hit am bergulung- gulung ke depan dibarengi ledakan- ledakan sepert i
petir menyambar kepala.
Hebat bukan m ain kalau Ban- pi Lo- cia m ainkan cam buknya, cam buk sakt i yang
t erkenal dengan nam a Lui- kong- pian ( Cam buk Halilint ar) . Gerakan cam buk ini
m engandung get ran penuh dari sin- kang yang sudah m encapai t ingkat t inggi.
Jangan kan t erkena pukulan cam buk, baru m endengar bunyinya saj a m em buat
lawan m enj adi pening kepalanya, m elihat sinarnya m em buat m at a lawan kabur,
dan hawa pukulan yang m endahului dat angnya uj ung cam buk cukup kuat unt uk
m enj ungkalkan lawan yang kurang t inggi ilm u kepandaiannya ! Cam buk ini
kelihat annya hanya sebat ang benda lem as dan licin, akan t et api j angan
dipandang ringan senj at a ini. Bahannya saj a t erbuat daripada sirip dan ekor ular
laut hit am yang hanya dapat dilihat belasan t ahun sekali di laut an ut ara, diant ara
gunung- gunung es. Di t angan Ban- pi Lo- cia, cam buk ini benar- benar m enj adi
halilint ar. Bisa lem as m elebihi sut era, bisa kaku keras m elebihi baj a, dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 45


hebat nya, t idak ada sebuah senj at a pun di dunia yang m am pu m em babat nya
putus.
Menyaksikan gerakan ini Kwee Seng m aklum bahwa ia berhadapan lawan yang
benar- benar sakt i dan berbahaya, m aka ia pun t idak berani m ain- m ain, segera ia
m enggerakkan suling dan kipasnya unt uk m enghadapi perm ainan cam buk
halilintar yang dahsyat itu. Karena tahu bahwa ilmu cambuk halilintar adalah ilmu
sakt i yang sukar dilawan dan harus dilawan dengan ilm u sakt i lagi, m aka Kwee
Seng segera m ainkan suling di t angan kanan m enurut ilm u pedang Pat - sian
Kiam- hoat sedangkan kipasnya ia m ainkan dengan ilm u kipas Lo- hai San- hoat.
I lm u pedang Pat - sian Kiam - hoat ( Delapan Dewa) dan ilm u kipas Lo- hai San- hoat
( Mengacau Laut an) t elah m enj adi ilm u silat yang sakt i dan hebat set elah ia
m enerim a pet unj uk- pet unj uk dari seorang m anusia dewa, yait u Bu Kek Siansu,
beberapa t ahun yang lalu di puncak pegunungan Him alaya. Kwee Seng t ak
pernah bert em u t anding yang dapat m engalahkannya. Dan sekarang
m engahadapi Ban- pi Lo- cia yang dem ikian sakt i, t erpaksa ia m engeluarkan dua
ilm unya yang dim ainkan dengan lincah dan penuh m engandung t enaga sin- kang.
Sulingnya ket ika ia gerakkan m engeluarkan bunyi m elengking t inggi, lengking
yang dapat m em ecahkan anak t elinga lawan dan t epat sekali dipergunakan unt uk
m elawan pengaruh suara cam buk yang m enggelegar. Adapun kipasnya
m engeluarkan angin am at kuat yang m enyem bunyikan t ot oka- t ot okan m aut oleh
uj ung gagang kipas yang dua buah banyaknya. Sesungguhnya, kipas inilah yang
m erupakan senj at a penyerang Kwee Seng sedangkan sulingnya lebih banyak
m enj adi senj at a penahan at au pelindung dengan suaranya yang m enahan
pengaruh suara cam buk dan gerakannya yang m enangkis dat angnya uj ung
cambuk.
Kalau Kwee Seng t idak m erasa heran m enyaksikan kehebat an ilm u cam buk
lawannya, sebaliknya Ban- pi Lo- cia kaget dan heran bukan m ain m enyaksikan
gerakan lawan. Raksasa gundul ini t adinya m em andang rendah kepada Kwee
Seng yang masih muda dan bersikap seperti seorang pelajar. Sama sekali ia tidak
menyangka bahwa pemuda itu demikian hebat.
Tangkisan suling pem uda it u sanggup m engget arkan cam buknya, sedangkan
hawa pukulan kipas it u selalu m engancam j alan darahnya sehingga t erpaksa ia
harus berlaku hati- hati dan mengelak dengan bantuan gerakan ujung lengan baju
kiri unt uk m enyelam at kan diri. Padahal ia m engenal bet ul bahwa suling it u
m em ainkan ilm u pedang Pat - sian Kiam - hoat sedangkan kipas it u m ainkan ilm u
silat Lo- hai San- hoat . Akan t et api alangkah bedanya dengan perm ainan orang
lain. Permainan pemuda ini telah membuat dua macam ilmu silat itu menjadi ilmu
yang am at dahsyat , yang biarpun sudah ia kenal gerakan- gerakan dan
perubahannya, nam un m asih sukar unt uk dihadapi ! Diam - diam Ban- pi Lo- cia
harus m engakui pendapat um um di dunia persilat an bahwa kehebat an seseorang
bukan sem at a- m at a t ergant ung kepada ilm u silat nya, m elainkan kepada si orang
it u sendiri, kem at angan dan kesem purnaannya m em epelaj ari ilm u it u. Pula benar
kalau orang m engat akan bahwa dalam m enghadapi lawan, orang harus berlaku
hati- hat i t erhadap pert apa, yang kelihat an t ua dan lem ah, t erhadap pelaj ar yang
kelihatan halus dan terhadap wanita yang biasanya digolongkan orang lemah !
" Wuuut t t t ar- tar- t ar! ! " sekali serang, cam buk it u sudah m enyam bar secara
berturut- turut hanya selisih beberapa detik saja ke arah ubun- ubun kepala, leher,
lalu pusar. Kwee Seng m enggerakkan suling m enangkis serangan pada ubun-
ubunnya, kem udian ia m em iringkan t ubuh m engubah kedudukan kaki unt uk
m enghindarkan diri serangan pada leher. Adapun pecut an pada pusarnya ia
t angkis lagi dengan sulingnya sam bil m enggerakan kipasnya ke depan m enot ok
j alan darah pada siku lawan. Kalau t ot okan ini m engenai sasaran, t ent u lawannya
akan terpaksa melepaskan cambuk.
" Aaiihhh! " Ban- pi Lo- cia berseru keras, m engerahkan sin- kang dan uj ung
cam buknya t erus m elibat suling sedangkan t ot okan pada siku kanannya ia
tangkis dengan ujung lengan sebelah kiri.

Suling Mas Kho Ping Hoo 46


" Bret t t ! " Robeklah uj ung lengan baj u oleh uj ung kipas, akan t et api t ot okan it u
m eleset t idak m engenai sasaran. Kwee Seng t erkej ut karena t ak m am pu m enarik
kem bali sulingnya yang t erlibat , m aka ia m enggerakkan kaki m aj u set engah
langkah, m encondongkan t ubuh ke depan dan m elanj ut kan gerakan kipasnya,
kini menusuk lambung lawan disusul kaki kanan menendang ke arah pusar !
Diserang secara hebat ini, Ban- pi Lo- cia kem bali berseru keras dan t ubuhnya
m eloncat ke belakang. I a berhasil berhasil m enyelam at kan diri dari bahaya,
nam un sekali renggut dengan pengerahan t enaga oleh Kwee Seng m em buat
suling yang t erlibat lepas dari uj ung cam buk ! Kwee Seng m enahan rasa sakit
pada telapak tangan yang memegang suling, terasa panas dan kesemutan.
" Hebat ! Kau orang m uda aneh dan hebat . Tapi rasakan kini t angan m aut Ban- pi
Locia! " Seru raksasa it u dengan suara gem bira dan waj ah berseri. Mem ang
raksasa gundul ini m em punyai dua m acam kesukaan, yait u wanit a- wanit a m uda
yang cant ik dan berkelahi ! Makin kuat lawannya, m akin gem bira hat inya dan
m akin m uda cant ik seorang wanit a, m akin t ergila- gila dia sebelum
mendapatkannya !
Kini Dewa Locia Berlengan Selaksa it u m enj auhkan diri dari lawannya,
cam buknya di gerakkan dan lenyaplah cam buk it u, berubah m enj adi gulungan
sinar hit am yang m em bent uk lingkaran- lingkaran besar kecil, lingkaran yang
telan- m enelan m em bingungkan pandangan m at a. Juga diselingi bunyi nyaring
sepert i halilint ar m enyam bar- nyam bar di wakt u huj an gerim is. Dengan
cam buknya yang panj ang, raksasa ini dapat m enyerang Kwee Seng dari j arak
j auh t anpa bahaya diserang kem bali oleh lawan yang hanya m enggunakan dua
senj at a pendek. Sam bil m enghuj ani lawan dengan lecut an cam buk yang
merupakan jari- jari maut itu, Ban- pi Lo- cia lari mengelilingi Kwee Seng.
Kaget lah hat i pem uda ini. Tak disangkanya t okoh sakt i yang t erkenal ini selain
sakti, juga amat licik dan curang, tidak segan- segan menggunakan akal pengecut
unt uk m engalahkan lawan. I a m aklum bahwa karena dia berada dalam lingkaran,
kedudukannya berbahaya, dan m em but uhkan ket enangan sepenuhnya unt uk
m enghadapi serangan sepert i it u. Maka ia t iba- t iba m enghent ikan gerakannya,
berdiri dengan kuda- kuda kaki sej aj ar di kanan kiri, t ubuhnya agak m erendah,
suling diangkat t angan kanan t inggi m elint ang di at as kepala sedangkan kipas
t erbuka di t angan kiri m elindungi bagian bawah. Anehnya, Kwee Seng m alah
m eram kan kedua m at anya, akan t et api seakan- akan dapat m elihat j elas, ia
m enggeser kaki set iap kali lawannya berada di belakang t ubuhnya. Serangan-
serangan m em banj ir dat ang dari belakang, kanan dan kiri nam un sem ua it u
dapat ia t angkis dengan suling dan dapat ia kebut dengan kipas. Hebat bukan
m ain pert andingan ini, nam un m erupakan pert andingan yang berat sebelah
karena Ban- pi Lo- cia selalu m enyerang sedangkan Kwee Seng selalu m elindungi
diri tanpa mampu balas menyerang.
Mengapa Kwee Seng m eram kan kedua m at anya ? Apakah ia m em andang rendah
lawannya ? Bukan, sam a sekali bukan ! Karena kehebat an lawannyalah m aka ia
t erpaksa m eram kan m at anya. Unt uk m enghadapi huj an serangan it u, ia
m em but uhkan ket enangan dan pengerahan panca inderanya, pencurahan
perhat ian sepenuhnya. Kalau ia m em buka m at a, m aka bayangan yang
m em bent uk lingkaran- lingkaran besar kecil it u akan m enyilaukan m at a dan
m engacaukan perhat iannya. Biarpun kedua m at anya m eram , nam un sepasang
t elinganya cukup unt uk m enangkap gerakan lawan. Dan m engapa pula pendekar
sakt i yang m uda ini rela m engalah dan m em pert ahankan diri saj a t anpa m encari
kesem pat an balas m enyerang ? I ni pun m erupakan siasat baginya, karena
dengan cara ini, ia t idak m engeluarkan banyak t enaga, sebaliknya lawannya
cepat lelah karena harus banyak bergerak dan lari- lari m engit arinya, sedangkan
dengan penjagaannya yang kokoh dan kuat ia mampu mempertahankan diri.
Orang- orang cerdik pandai m engat akan bahwa yang diam it u lebih kuat daripada
yang gerak. Gent ong air yang penuh t ak t ersem bunyi, yang kosong berbunyi
nyaring. Orang yang m engert i pendiam , yang bodoh pencelot eh. Air yang diam
dalam , yang bergerak dangkal. Dem ikian pula dalam dunia persilat an, t erut am a

Suling Mas Kho Ping Hoo 47


bagi m ereka yang sudah t inggi t ingkat nya, t erdapat keyakinan bahwa si penahan
lebih kuat kedudukannya daripada si penyerang. Set iap penyerang berart i
m em buka pert ahanan sendiri yang m enj adi lem ah dan j uga lengah, sebaliknya si
penahan akan selalu menutup diri mempertahankan diri dengan kokoh dan kuat.
Karena bernafsu sekali ingin m engalahkan Kwee Seng dengan cepat , unt uk
beberapa j am lam anya Ban- pi Lo- cia lupa akan hal ini dan t erus m enerus
m enghuj ankan serangannya yang selalu sia- sia karena dapat dit angkis lawan.
Nam un diam - diam Kwee Seng j uga m engert i bahwa lawan yang sekali ini bukan
lawan yang biasa, dan t idak dapat diharapkan cepat - cepat m enj adi lelah. Juga
dalam t ingkat ilm u silat dan t enaga, Ban- pi Lo- cia benar- benar sudah hebat
sekali dan ia t idak berani m engaku sudah lebih pandai daripada lawan ini.
Sulingnya sudah ret ak- ret ak dan kedua t angannya sudah m ulai lelah dipakai
m enangkis sem ua serangan it u. Diam - diam Kwee Seng m enggerakkan uj ung j ari
kakinya, m engerahkan t enaga m enj ebol sepat unya sendiri sehingga ibu j ari kaki
kanannya t am pak keluar dari sepat unya. I a m encari kesem pat an baik. Ket ika
Ban- pi Lo- cia m enggerakkan cam buk ke at as kepala m em buat lingkaran-
lingkaran baru untuk memulai serangkaian serangan dahsyat, tiba- tiba ibu jari itu
m enyent il ke depan. Segum pal t anah m elayang cepat sekali " m em asuki" lubang
pert ahanan Ban- pi Lo- cia yang t erbuka dan cepat m enghant am j alan darah di
bawah lengan Si Raksasa.
" Ayaaaa.! " Ban- pi Lo- cia t erhuyung- huyung m undur dan t angan kanannya
menjadi setengah lumpuh, matanya melotot heran dan kaget.
Tent u saj a Kwee Seng t idak m au m enyia- nyiakan kesem pat an ini. I a m eloncat ke
depan dan m enerkam bagaikan seekor singa, m enggerakkan suling dan kipasnya
m enghant am kan serangan- serangan m aut . Nam un Ban- pi Lo- cia adalah seorang
t okoh yang banyak pengalam an dan t ubuhnya sudah kebal. Serangan segum pal
kecil t anah t adi hanya m em buat ia t erhuyung- huyung sej enak, dan kini t angan
kirinya sudah cepat m enyam bar cam buknya sendiri dari t angan kanan yang agak
lum puh, kem udian cam buk it u m elecut - lecut dengan bunyi keras, m em bent uk
benteng sinar bergulung di depan tubuhnya sehingga suling dan kipas Kwee Seng
dapat dit angkisnya. Dalam m enangkis ini, Si Raksasa m engerahkan lwee-
kangnya. Terdengar suara keras ket ika cam buk beradu dengan suling dan kipas,
akibat nya. Keduanya t erlem par ke belakang sam pai t iga em pat m et er dan
keduanya jatuh bergulingan di atas tanah !
Dengan napas t erengah- engah dan keringat m em basahi m ukanya, raksasa
gundul it u duduk di at as t anah sam bil m em andang dengan m uka berseri, " Heh-
heh- heh, kau hebat orang muda!"
Kwee Seng j uga sudah bangkit duduk dan m engat ur napas m em ulihkan
tenaganya. "Dan kau jahat, Ban- pi Lo- cia!" jawabnya.
Kem bali Si Raksasa gundul t ert awa. " Aku pernah m endengar sayup sam pai
t ent ang seorang t okoh berj uluk Kim - mo- eng, yang t ingkat kepandaiannya sudah
masuk hitungan. Agaknya kaukah orangnya?"
"Tidak salah, para Locianpwe memberi sebutan Kim- mo- eng kepadaku."
"Heh- heh- heh, m asih m uda sudah som bong, ya ? Kau kira Ban- pi Lo- cia kalah
olehm u ? Kit a m asih seri, belum ada yang m enang at au kalah. Mari kit a
lanj ut kan! " Raksasa it u berdiri, cam buknya t erayun- ayun di t angan kanan yang
sudah pulih kembali.
Kwee Seng j uga bangkit berdiri. " Aku selau m elayani, kalau kau m em ang hendak
berkelahi, dan aku selalu akan m enghalangim u, kalau kau hendak m elakukan
hal- hal jahat!"
Ban- pi Lo- cia t ert awa bergelak lalu m enerj ang m aj u dan m em aksa lawanny a
m elakukan pert andingan j arak dekat yang lebih berbahaya. I a hendak m engadu
t enaga dalam pert em uan t enaga t adi si raksasa ini dapat m enduga bahwa dalam
hal tenaga dalam, ia menang setingkat.
Dan hal ini m em ang harus diakui oleh Kwee Seng. Pem uda it u kini m endapat
kesem pat an balas m enyerang, nam un ia sedapat m ungkin m enghindarkan adu
t enaga karena hal ini akan banyak m erugikannya. Sulingnya sudah ret ak dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 48


kalau t erus- m enerus diadu dengan cam buk, t ent u akan hancur sedangkan
cam buk lawannya sam a sekali t idak m engalam i kerusakan apa- apa, Kwee Seng
m engerahkan gin- kang ( m eringankan t ubuh) dan m enggunakan kegesit annya
unt uk m enghadapi serangan dengan balasan serangan pula. I a lebih m uda,
tubuhnya lebih kecil dan karenanya ia lebih gesit daripada lawannya yang tua dan
tinggi besar.
Kini Kwee Seng benar- benar m enguras ilm unya. I a m encoba m ainkan segala
m acam ilm u silat yang pernah ia pelaj ari, nam un t et ap saj a ia t idak m am pu
m endesak lawan. Sebaliknya, t idaklah m udah bagi Ban- pi Lo- cia unt uk
m engalahkan lawan yang am at kuat ini. Dalam bent uran ke dua yang sam a
dahsyat nya dengan t adi, keduanya kem bali t erj engkang sam pai beberapa m et er
j auhnya. Pert andingan t elah set engah m alam dan kini faj ar m ulai m enyingsing,
sinar m erah m engam bang di ufuk t im ur. Mereka saling pandang, m uka berpeluh,
uap putih mengepul dari ubun- ubun kepala masing- masing.
" Wah, kau ini orang m uda luar biasa. Selam a hidup baru sekali ini bert em u orang
m uda sepert i kau. Baru dua kali selam a hidupku benar- benar gembira melakukan
pert andingan. Pert am a m elawan Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, ke dua dengan kau
inilah ! Heh- heh- heh ! Orang m uda, aku pernah m endengar kau ini diam bil m urid
Bu Kek Siansu. Manusia dewa it u kat anya paling sakt i, akan t et api m engapa
muridnya hanya seperti kau ini, manusia biasa yang dapat kulawan?"
" Aku t idak m endapat kehorm at an sebesar it u m enj adi m urid beliau, aku hanya
pernah berunt ung m enerim a pet unj uknya. Tak usah kau m em bawa- bawa nam a
suci Bu Kek Siansu. Kalau m em ang hendak bert anding, m ari kit a lanj ut kan."
Kwee Seng kini bangk it lebih dulu. I a m ulai penasaran m enghadapi lawan yang
begini tangguh dan ulet.
"Heh- heh- heh, sam pai m at i, bocah som bong! " Ban- pi Lo- cia m enerj ang m aj u dan
kini ia m em bekuk cam buknya lalu m enghant am dengan gerakan ilm u silat t oya.
Pukulan yang hebat ini t ak m ungkin dielakkan lagi. Terpaksa Kwee Seng
menangkis dengan sulingnya, berbareng menyodokkan kipasnya.
" Prakkkk! ! Uh- uh! " Kwee Seng t erhuyung m undur, sulingnya hancur ! Akan
t et api Ban- pi Lo- cia j uga t erhuyung m undur, perut nya kena dit ot ok uj ung kipas
sehingga m endadak perut it u m enj adi m ulas ! Kalau orang lain t erkena t ot okan
uj ung kipas yang m engandung t enaga sin- kang, t ent u akan t em bus perut nya
at au rusak isi perut nya, m at i seket ika. Akan t et api Ban- pi Lo- cia yang sudah
kebal it u hanya m erasakan perut nya m ulas sepert i orang t erlalu banyak lom bok
saja !
Serrr.. serrr serrr ! " Belasan bat ang anak panah m enyam bar ke arah Ban- pi
Lo- cia. Cepat kakek it u m engibaskan lengan baj unya dan anak- anak panah it u
runt uh berham buran. Dari kanan kiri berlom pat an keluar belasan orang yang
bersenjata lengkap.
" I nilah hwesio j ahat it u ! Serbu! Keroyok! " Kiranya belasan orang ini adalah
lim a orang j ago silat bersam a t em an- t em annya, sedangkan di belakang m erek a
m asih t am pak puluhan orang yang m erupakan regu penj aga keam anan. Agaknya
perist iwa di t engah t elaga it u t elah dilaporkan oleh hart awan Lim yang m inta
bant uan yang berwaj ib, sedangkan lim a orang j ago silat sudah m engundang
teman- temannya untuk membantu.
Kwee Seng yang m aklum bahwa sekian banyaknya orang it u bukanlah lawan
Ban- pi Lo- cia, cepat m enerj ang lagi si raksasa gundul dengan kipasnya. Ban- pi
Lo- cia j uga m aklum bahwa Kwee Seng m erupakan lawan seim bang, kalau
sekarang dibant u oleh puluhan orang, ia bisa celaka. Sam bil t ert awa t erkekeh-
kekeh, ia m elom pat dan sekali lom pat ia t elah m elam paui kepala m ereka yang
m au m engeroyok. Mendadak t uj uh orang pengeroyok j at uh bert urut - t urut dan
m at i seket ika karena kepala m ereka t elah kena disam bar hawa pukulan Ban- pi
Lo- cia yang mereka sambil melompat pergi. Dari jauh terdengar suaranya.
"Heh, Kwee Seng. Belum selesai pertandingan kita, lain kali kita lanjutkan!"
Sekarang pun boleh! " Kwee Seng j uga m elom pat dan m engej ar karena ia m akin
penasaran, apalagi melihat raksasa itu pergi sambil membunuh tujuh orang. Akan

Suling Mas Kho Ping Hoo 49


t et api beberapa lam a ia m engej ar, t ak t am pak bayangan raksasa it u. Kwee Seng
t idak m au kem bali ke t em pat t adi, t idak suka ia bert em u dengan m ereka yang
t ent u hanya akan m erepot kannya saj a. I a lalu m engam bil j alan sunyi m enj auhi
t elaga. I a m erasa m enyesal bahwa sulingnya t elah hancur, t ak dapat dipakai
m enyuling, apalagi sebagai senj at a. Dengan lesu ia m elem par sulingnya yang
hancur dan t erasa bet apa t ubuhnya basah sem ua oleh peluh. I a per lu berist irahat
m em ulihkan kekuat annya. I a hendak m encari t em pat yang sunyi agar t idak
terganggu orang lain.
" Kongcu ! " Kalau suara ini parau dan kasar, agaknya Kwee Seng t akkan
mengacuhkannya. Akan tetapi justeru tidak demikian. Suara itu halus dan merdu,
dan inilah yang membuat ia bagaikan terpagut ular dan cepat ia berpaling ke kiri.
Dia sendiri di sit u ! Siapa lagi kalau bukan Ang- siauw- hwa, pakaiannya m asih
serba m erah m uda, dari pit a penghias ram but sam pai sepat unya. Akan t et api
terang bukan pakaian yang semalam, karena pakaian ini selain kering juga bersih
sekali. Ram but nya digelung indah t erhias perhiasan burung Hong dari em as dan
perm at a. Sepasang pipinya kem erahan, m at anya bersinar- sinar, bibirny a
t ersenyum m anis. Akan t et api waj ah yang cant ik it u kelihat an berbayang m enj adi
dua t iga oleh pandangan m at a Kwee Seng yang berkunang- kunang. Pertandingan
setengah malam suntuk itu ternyata hebat pula akibatnya bagi pemuda ini.
" Kongcu, kau kenapa? Kau t erluka?" Kwee Seng m em aksa diri t ersenyum dan
menggeleng kepala. Akan tetapi wanita itu sudah maju mendekat dan memegang
t angannya. " Ah, kau t ent u t erluka. Hwesio it u j ahat sekali. Kau kelihat an lem ah
dan lelah, Kongcu. Aku sengaj a m enunggum u disini dan kebet ulan kau lewat di
sini. Bukankah ini jodoh namanya?"
" Jodoh?" t anya Kwee Seng lem ah, kat a- kat a ini m engej ut kan dan
mengherankan hatinya.
Ang- siaw- hwa m enarik lengannya. " Tent u saj a j odoh. Kongcu, m arilah ikut Ang-
siauw- hwa, kau perlu berist irahat , biarlah Ang- siauw- hwa m erawat m u" Dengan
kata- kat a yang m esra dan m erdu ini wanit a it u m enggandeng t angan Kwee Seng
dan dituntunnya pergi.
" Kenapa kenapa kau begini baik kepadaku?" Kwee Seng m asih m encoba
menolak. Akan t et api Ang- siauw- hwa m enarik t angannya dan diguncang-
guncangnya. " Kenapa ? Karena kau t elah m enolong nyawaku, m enyelam at kan
kehormatanku. Kongcu, karena karena aku ingin belajar menyuling darimu "
" Me nyuling ?" Akan t et api keadaan Kwee Seng m akin lem as. Pert em uan ini
m engganggu hat i dan pikirannya dan am at m erugikannya kerena seharusnya ia
dapat berist irahat m em ulihkan t enaga t enaga dalam yang banyak dikerahkan
dalam pert em puran. Bagaikan seorang m im pi dan linglung ia m em biarkan dirinya
digandeng dan dit unt un Ang- siauw- hwa dan ia ham pir t idak sadar ke m ana ia
dibawa oleh wanita itu.
Ket ika Kwee Seng m em buka m at anya, ia t elah rebah di at as pem baringan yang
hangat , bersih dan berbau harum . Kam ar it u indah sekali dan di pinggir
pem baringan ia m elihat Ang- siauw- hwa duduk m em ij it i pundak dan lengannya.
Melihat bet apa di at as m ej a ada lilin t ert ut up sut era biru, ia heran dan t ahu
bahwa saat it u hari t elah m alam . Akan t et api m elihat wanit a cant ik it u duduk
begitu dekat dengannya dan hanya mengenakan pakaian yang tipis, ia meramkan
matanya kembali.
" Am bilkan bubur dan sayur it u, kem udian kalian pergi t inggalkan kam ar ini, aku
hendak m elayani Kongcu m akan." Terdengar Ang- siauw- hwa berkat a perlahan.
Dari balik bulu m at anya Kwee Seng m elihat dua orang wanit a pelayan yang
t adinya duduk di bawah, bangkit berdiri. Tak lam a kem udian m ereka dat ang lagi
membawa baki terisi hidangan untuknya.
" Kongcu, kau harus m akan dulu. Sudah sehari penuh kau t idur." Kat a Ang- siauw-
hwa sam bil m enyingkapkan selim ut yang m enut upi t ubuh Kwee Seng. Pem uda ini
bangkit duduk, m em andang ke sekeliling lalu berkat a, penuh kegugupan dan
malu- malu.

Suling Mas Kho Ping Hoo 50


" Ah, agaknya aku t ak sadar t ert idur di sini, m enyusahkan Nona saj a. Biarkan aku
pergi "
Akan t et api Ang- siauw- hwa m erangkulnya. "Mengapa begit u, Kongcu ? Tidak
sudikah Kongcu m enerim a pem balasan budi dariku ? Apakah Kongcu sepert i
orang- orang lain m em andang rendah kepadaku, seorang pelacur?" Wanit a it u
masih memeluknya sambil menangis !
Kwee Seng m enarik napas panj ang. I a suka kepada nona ini, yang selain cant ik
j elit a j uga halus t ut ur sapanya, baik budinya. Akan t et api t ent u saj a ia t idak suka
melibatkan dirinya dalam perhubungan dengan seorang pelacur.
" Sudahlah, Nona. Aku sekali- kali t idak m em andang rendah kepadam u. Kau baik
sekali."
Nona itu mengangkat mukanya dan biarpun air mata masih membasahi pipinya,ia
teresenyum gembira. "Marilah makan, Kongcu." Katanya merdu.
Kwee Seng t idak m enolak lagi, perut nya am at lapar. Tidur sehari it u am at
berm anfaat baginya, m em ulihkan sebagian t enaganya. Set elah m akan yang
dilayani am at m esra oleh Ang- siauw- hwa, ia m erasa t ubuhnya segar kem bali.
Ang- siauw- hwa m enepuk t angannya dan dua orang pelayan dat ang dan segera
diperint ahnya unt uk m em bersihkan m angkok piring, lalu m enyuruh m ereka pergi
lagi. Kem udian, dengan gerakan lem ah gem ulai dan m esra, t anpa ragu- ragu at au
malu- m alu lagi Ang- siauw- hwa lalu m engham piri Kwee Seng dan duduk diat as
pangkuannya !
Eh, Nona ini ini.. bagaimana?" Kwee Seng tergagap.
" Kongcu, budim u t erlalu besar. Tak t ahu ak u dengan apa aku harus m em balas
budim u, selain dengan penyerahan diriku m enj adi ham bam u, m enj adi budakm u
dan m elakukan apa saj a unt uk m em alas budim u. Kongcu, bolehkah aku
mengetahui namamu?"
Tidak karuan rasa hat i Kwee Seng. Kepalanya sam pai t erasa pening dan dengan
halus ia mendorong tubuh nona itu dari atas pangkuannya. "Nona, duduklah yang
bet ul dan m ari kit a bicara. Kau m au t ahu nam aku ? Aku adalah Kwee Seng,
seorang pelajar gagal yang tiada tempat tinggal, miskin dan tak berharga."
"Ah, Kwee- kongcu mengapa bicara begitu ? Kau seorang budiman, gagah perkasa
dan am at berharga. Kalau m au bicara t ent ang orang t ak berharga, akulah
orangnya" Kem bali nona it u m enangis dan ia kini duduk di at as kursi dan
m enut upi m uka dengan kedua t angannya. Kwee Seng m elihat air m at a m enet es
dari celah- celah jari tangan yang putih, halus dan kecil meruncing itu.
" Nona, kulihat kau bukan orang sem barangan. Kau t erpelaj ar dan t idak kelihat an
sepert i gadis bodoh. Mengapa kau sam pai sam pai" t idak kuasa ia m elanj ut kan
kata- katanya menyebut pelacur.
" . Sam pai m enj adi pelacur?" Ang- siauw- hwa m enurunkan t angannya dan
m ukanya m enj adi m erah sekali, air m at a m enet es di sepanj ang kedua pipinya
yang halus kem erahan. " Ah, panj ang cerit anya, Kwee- kongcu. Ket ahuilah, di
wakt u kecilku, aku adalah seorang berdarah bangsawan, Ayahku seorang
pangeran dari Kerajaan Tang"
Kaget sepert i disam bar pet ir rasa hat i Kwee Seng. " Ahhh ! Mengapa sam pai
begini.?"
Nona it u dengan suara pilu bercerit a. Ayahnya m em ang seorang pangeran
bernam a Khu Si Cai yang m em punyai sepasang put eri kem bar. Ket ika keraj aan
Tang runt uh, sekeluarga pangeran ini m enj adi korban pula, sem ua t ewas kecuali
sepasang anak kem bar it u yang berhasil di bawa lari oleh seorang pelayan. Akan
t et api di t engah j alan m ereka t erhalang oleh keribut an dan perang sehingga
seorang di ant ara dua anak kem bar it u t erlepas dari gandengan t angan dan
hilang. Yang hilang bernam a Khu Gin I n, Sedangkan yang m asih dapat
diselam at kan oleh pelayan it u adalah Khu Kim I n. Anak ini lalu dipelihara pelayan
itu, akan t et api karena keadannya yang am at m iskin, ham pir saj a m ereka berdua
m at i kelaparan. Akhirnya, pelayan it u t erj erat oleh cengkram an seorang pem ilik
sarang pelacuran bernam a bibi Cang yang m au m em bant u m ereka karena
m elihat bet apa cant iknya anak perem puan bernam a Khu Kim I n. Makin lam a,

Suling Mas Kho Ping Hoo 51


hut ang m ereka berum puk dan akhir nya, set elah Khu Kim I n berusia lim a belas
tahun, terpaksa Khu Kim In "dijual" kepada bibi Cang sebagai pembayar hutang.
" Dem ikianlah, Kwee- kongcu. Akulah Khu Kim I n. Tak dapat aku m elepaskan diri
dari cengkram an bibi Cang. Akan t et pai baiknya aku disayang oleh hart awan-
hart awan dan pem besar- pem besar sekit ar t em pat ini sehingga aku dapat
m em pengaruhi bibi Cang dan aku agak bebas. Aku boleh m em ilih sendiri laki- laki
m ana yang akan kulayani, dan karena aku banyak m endat angkan hasil sehingga
bibi Cang m enj adi kaya, m aka aku pun ia perlakukan dengan baik sert a
m endapat kebebasan, m alah aku m em punyai pelayan dan t em pat t inggal
m enyendiri. Akan t et api sem ua ini kulak ukan dengan pengorbanan besar,
Kongcu. Ayah bundaku t ewas, Adik Gin I n ent ah ke m ana, dan aku aku harus
m engorbankan kehorm at an, m enj adi perem puan hina yang dipandang rendah
oleh orang- orang terhormat seperti kau" kembali Ang- siauw- hwa menangis.
Bukan m ain t erharu hat i Kwee Seng. Alangkah buruknya nasib gadis ini. Rasa
haru dan kasihan m em buat ia m em egangi pundak wanit a it u dengan halus dan
m enghibur. " Sudahlah, Nona. Aku t idak m em andang rendah kepadam u dan aku
berj anj i akan m enebusm u dari bibi Cang, kem udian aku akan m encarikan orang
t ua yang baik yang suka m em ungut m u sebagai anak. Adapun t ent ang nona Khu
Gin In, biarlah perlahan- perlahan kucarikan untukmu."
" Ah, Kwee- kongcu k au m enum puk budi kebaikan padaku" Ang- siauw- hwa
m enubruk kwee Seng dan m enangis sam bil m endekap dada pem uda it u dengan
m ukanya. Kini Kwee Seng t idak m enolaknya, m engusap- usap ram but wanit a it u
dengan penuh perasaan kasihan dan sayang. Seorang put eri pangeran sam pai
begini, pikirnya. Karena ia yakin bahwa sem ua sikap nona ini bukan pura- pura,
m elainkan keluar dari set ulusnya hat i yang am at berhut ang budi kepadanya,
m aka ia pun t idak t ega unt uk m enolak pernyat aan kasih sayangnya, apalagi
m em ang ia am at t ert arik oleh nona yang m em iliki kecant ikan j arang keduanya
ini.
Set elah reda m enangis, t anpa m elepaskan pelukannya Ang- siauw- hwa berkat a,
suaranya m esra dan m anj a. " Aku t ert arik sekali oleh bunyi sulingm u, Kwee- koko,
kuharap kau suka mengajarku" Hati Kwee Seng berdebar sebutan Kongcu (Tuan
Muda) berubah menjadi Koko (Kakanda) ini.
" Sulingku rem uk oleh si Hwesio j ahanam ." Jawabnya, m asih m engagum i ram but
hitam halus panjang dan harum itu.
" Di sebelah barat t elaga ada penj ual suling yang baik, biarlah ku suruh pelayan
membeli untukmu."
" Tak usah, biarlah kubeli sendiri besok. Mem ilih sebuah suling bukanlah
sembarangan, harus dicoba dulu."
Malam it u m erupakan m alam yang am at m esra bagi Kwee Seng, akan t et api j uga
m alam yang m enim bulkan kasihan di hat inya t erhadap Ang- siauw- hwa, rasa
kasihan yang tentu dengan mudah akan menggelimpang menjadi rasa cinta kalau
saj a ia t idak t eringat bahwa nona ini adalah seorang pelacur ! Di lain fihak, sam a
sekali t idaklah aneh kalau Ang- siauw- hwa Khu Ki I n j at uh cint a kepada Kwee
Seng karena selam a hidupnya, baru sekarang ia bert em u dengan pem uda yang
tidak memandangnya sebagai seorang pelacur yang hina. Biasanya, laki- laki yang
m anapun j uga hanya akan m enganggap ia sebagai barang perm ainan, yang
dat ang kepadanya dengan kandungan nafsu dan m engharapkan kesenangan dan
hiburan daripadanya. Akan t et api kwee Seng ini berbeda sekali, pem uda t am pan
ini m enolongnya t anpa pam rih, m enganggapnya m anusia t erhorm at , m aka
sekaligus hat inya j at uh dan t idak m engherankan kalau dia dengan rela
m enyerahkan j iwa raga kepada Kwee Seng dan m engharapkan unt uk dapat
melayani pemuda itu selama hidupnya !
Pada keesokan harinya, pagi- pagi sekali Kwee Seng berpam it kepada Ang- siauw-
hwa yang m asih set engah t idur di at as pem baringan. " Moi- m oi, aku pergi dulu
hendak mencari suling yang baik."

Suling Mas Kho Ping Hoo 52


Dengan m at a m asih set engah m eram , Ang- siauw- hwa m engem bangkan kedua
lengannya yang berkulit put ih halus ke arah Kwee Seng, lalu berkat a, suaranya
mesra dan penuh cinta kasih, "Kwee- koko jangan kau tinggalkan aku lagi"
Kwee Seng merasa terharu sekali. Ia merasa yakin akan perasaan cinta wanita ini
kepadanya. Unt uk sej enak j ari- j ari t angan m ereka saling cengkeram lalu Kwee
Seng m elepaskannya dan berkat a sam bil t ersenyum . "Jangan kuat ir, Moi- moi,
aku takkan meninggalkanmu begitu saja sebelum kau pandai bersuling!"
Ent ah m engapa ia sendiri t idak t ahu, pagi it u Kwee Seng m erasa gem bira sekali.
Lenyap sudah rasa lelah dan lem ah sebagai akibat pert andingan m at i- matian
melawan Ban- pi Lo- cia. Sinar matahari pagi yang menyoroti permukaan air telaga
dan pohon- pohon di sekit arnya, t am pak am at indah m enyegarkan. Suara kicau
burung pagi am at sedap, t idak sepert i biasanya. Dan pem uda ini t ersenyum ,
m at anya bersinar- sinar, dan kedua pipinya m enj adi kem erahan bibirnya
t ersenyum aneh kalau ia t eringat pada Ang- siauw- hwa ! I a harus m encari suling
yang baik, t idak saj a yang baik suaranya, akan t et api j uga yang m em enuhi
syarat untuk menjadi senjata. Bambu yang pilihan tua dan kering betul.
Benar sepert i dikat akan Ang- siauw- hwa, di sebelah barat t elaga it u t erdapat
seorang penj ual suling buat annya sendiri. Akan t et api Kwee Seng kecewa m elihat
bahwa biarpun pem buat annya am at halus, nam un bahannya t erbuat daripada
bambu biasa saja.
" Saya m em punyai sebat ang bam bu berbint ik hit am yang biasa disebut bam bu
berbint ik hit am , Kongcu. Bam bu it u saya beli m ahal dari seorang perant au di
Lem bah Huang- ho, akan t et api karena m ahalnya, sam pai sekarang belum saya
bikin suling, t akut t idak akan ada yang berani m em belinya." Akhirnya Si Tukang
Pem buat Suling it u berkat a. Kwee Seng girang sekali. I a m engenal bam bu naga
hit am sebagai bam bu yang kuat dan lurus m aka am at lah baik unt uk dij adikan
suling dan dibuat senjata.
" Mana bam bu it u ? Kenapa t idak dari t adi kaubilang ? Keluarkanlah, biar
kumelihatnya."
Set elah bam bu it u dikeluarkan, Kwee Seng m enj adi girang sekali. Benar bam bu
naga hit am yang am at baik, t ua dan sudah kering bet ul. Mereka t awar- menawar,
kem udian Kwee Seng berkat a, " Jadilah. Harap kaubuat kan suling dari bam bu ini
sekarang juga, aku akan menunggunya."
Set engah hari lebih Kwee Seng berada di rum ah pem buat suling it u. Akhirnya
lewat t engah hari, suling it u pun j adi dan set elah m encobanya dan m endapat
kenyat aan bahwa m em ang sudah t epat ukuran lubang- lubangnya. Kwee Seng
m em bayar harga suling yang lim apuluh kali lebih m ahal daripada harga suling
biasa, m em beli pula sebuah suling biasa dan m eninggalkan t em pat it u. I a girang
sekali, m em percepat larinya m enuj u ke rum ah m ungil yang m enurut cerit a Ang-
siauw- hwa menjadi tempat istirahatnya tak jauh dari telaga.
"Moi- m oi, kaulihat lah suling ini! " Di depan pint u rum ah Kwee Seng sudah berseru
m em anggil, rindu akan senyum m anis dan pandang m at a m esra yang past i akan
m enyam but nya. Akan t et api sunyi saj a di sebelah dalam . Kwee Seng m endorong
daun pint u dan dapat dibayangkan bet apa kaget nya m elihat dua sosok t ubuh
melang- m elint ang di belakang daun pint u. Ket ika ia m em bungkuk dan
m em eriksa, t ernyat a it u adalah dua orang pelayan wanit a yang sudah t ak
bernyawa lagi t anpa m enderit a luka yang kelihat an. Kwee Seng m enj adi pucat
mukanya.
"Moi- m oi! " serunya dan m endengar ada suara perlahan dari dalam kam ar,
sekali m eloncat ia sudah m enerj ang dun pint u kam ar dan m asuk ke dalam
kam ar. Apa yang dilihat nya ? Mem ang Ang- siauw- hwa berada di sit u, akan t et api
dalam keadaan yang j auh bedanya dengan m alam t adi, Gadis it u t elent ang di
at as pem baringan, pakaiannya ham pir t elanj ang, ram but nya t erlepas dari ikat an
dan m enut upi sebagian leher dan dada, baj unya yang berwarna m erah m uda it u
robek- robek dan penuh darah yang keluar dari dadanya di m ana t am pak
m enancap sebuah gunt ing ! Kwee Segera m enubruknya, akan t et api sekali
pandang m aklum lah ia bahwa nyawa gadis ini t ak dapat dit olongnya lagi, karena

Suling Mas Kho Ping Hoo 53


gunt ing it u t epat m enancap di ulu hat i. I a diam - diam heran m engapa Ang- siauw-
hwa tidak mati seketika dengan tusukan seperti itu.
"Moi- moi siapa melakukan ini?" Ia mengguncang- guncang pundak wanita itu.
Ang- siauw- hwa m em buka m at anya yang sudah layu dan t iba- t iba gadis it u
t ersenyum lem ah. " Kwee- koko kau dat ang t erlam bat t api lebih baik begini
t ak m ungkin aku dapat m elihat m ukam u set elah apa yang t erj adi lebih baik aku
akhiri hidupku"
"Apa katamu ? Kau membunuh diri ? Tapi tapi mengapa, Moi- moi?
" Koko pada saat kau pergi dat ang hwesio iblis it u ah, dua orang pelayanku
dibunuhnya dan aku aku" Wanit a it u m enangis dan napasnya t erengah- engah.
" Set elah bert em u dengan engkau set elah aku bersum pah set ia hanya padam u
seorang kebiadaban hwesio it u m em buat aku t ak m ungkin dapat m elihat m u
lagi di dunia ini aku aku ah koko, aku cint a padam u kau carikan
saudaraku Gin In"
"Moi- m oi! " Akan t et api Ang- siauw- hwa at au Khu Lim I n yang bernasib m alang
itu telah menghembuskan napas terakhir dalam pelukan Kwee Seng.
Pada saat it u, dari luar t erdengar suara perem puan m em anggil. " Ang- siauw-
hwa! " Kenapa kau dua hari t idak kem bali ke kot a ? Aku m enant i- nantimu,
banyak tamu menanyakan kau!" Lalu terdengar jerit wanita.
Kwee Seng m aklum bahwa t ent u wanit a yang dat ang it u Bibi Cang yang sudah
m elihat dua orang pelayan yang t ewas, m aka unt uk t idak m elibat kan diri dalam
urusan pem bunuhan ini, cepat ia m erebahkan t ubuh Ang- siauw- hwa di at as
pembaringan, m enunduk dan m encium bibir yang m ulai layu it u dan secepat kilat
ia m elom pat ke luar kam ar m elalui j endela, m em bawa j ubahnya yang kem arin
dipinjam Ang- siauw- hwa, dan meninggalkan sulingnya di dekat tubuh pelacur itu.
Dem ikianlah, Sian- m oi, pert em uanku dengan Ban- pi Lo- cia yang
m engangkibat kan sulingku hancur! " Kwee Seng m engakhiri cerit anya kepada Liu
Lu Sian. Tent u saj a dalam cerit a it u ia t idak m enj elaskan hubungannya dengan
Ang- siaw- hwa secara j elas. Dalam pandangannya, dibandingkan dengan Ang-
siauw- hwa, Liu Lu Sian m enang segala- galanya. Kalau Ang- siauw- hwa
dium pam akan set angkai bunga, m aka pelacur it u adalah bunga bot an yang
t um buh dilapangan rum put , t iada pelindung dan m udah dilayukan sinar m at ahari
dan dirontokkan angin besar. Akan tetapi Liu Lu Sian merupakan setangkai bunga
m awar hut an yang sem erbak harum , indah t erlindungi pohon besar, di sam ping
itu sukar dipetik karena tertutup duri- durinya yang runcing.
"Kwee- koko, m engapa ket ika kau bercerit a t ent ang dicem arkannya pelacur it u
oleh Ban- pi Lo- cia, m at am u berkilat m arah ! Seorang perem puan lacur m acam
Ang- siauw- hwa it u, m ana ada harganya unt uk dibela?" Mem ang ini t erm asuk
sebuah di ant ara wat ak Lu Sian yang aneh. Kalau ada laki- laki m enyat akan suk a
at au t ert arik oleh wanit a lain, biarpun laki- laki it u bukan apa- apanya, ia akan
merasa iri hati dan cemburu !
Di lain fihak, Kwee Seng adalah seorang pem uda yang sam a sekali belum
berpengalam an t ent ang wanit a dan asm ara, m aka ia t idak t ahu dan t idak
m engert i akan sikap ini. I a m alah m erah m ukanya karena j engah m endengar
teguran Lu Sian. "Ah, mengapa kau bilang begitu, Sian- moi ? Pelacur atau bukan,
dia hanya seorang lem ah yang diperkosa oleh seorang j ahat yang kuat . Sudah
m enj adi kewaj ibanku unt uk m em belanya, dan sudah sem est inya kalau aku
m arah m elihat kej ahat an Ban- pi Lo- cia. Aku m engharapkan perj um paan sekali
lagi dengan pendeta iblis itu!"
Makin t ak senang hat i Lu Sian karena dianggapnya bahwa kem at ian pelacur it u
m em buat Kwee Seng sakit hat i dan ini m enandakan bahwa pem uda it u j at uh
cinta kepada Si Pelacur.
"Koko, apakah kau mencinta perempuan hina itu?" tiba- tiba ia bertanya, matanya
m em andang t aj am . Kwee Seng j uga m em andang dan m elihat sinar m at a bening
tajam itu bertambah kagumlah hatinya.
" Tidak, aku hanya kasihan kepadanya." Jawab Kwee Seng , suaranya j elas
menyatakan isi hatinya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 54


Akan t et api agaknya Liu Lu Sian belum puas. Gadis ini m engerut kan keningnya
dan m endesak lagi. " Pernahkah kau j at uh cint a ? Adakah seorang wanit a yang
kau cinta di dunia ini?"
Bert em u dengan pandang m at a t aj am bening penuh selidik it u, m uka Kwee Seng
m enj adi m akin m erah. Sebelum m enj awab ia m enggigit bibir m enekan perasaan,
kemudian katanya.
" Selam a ini aku t idak pernah j at uh cint a. Hanya hanya set elah bert em u dengan
engkau, Sian- moi ah, entahlah. Agaknya kalau ini yang dinamakan cinta, berarti
aku jatuh cinta kepadamu!"
Mendengar kata- kata ini, lu Sian hanya tertawa, tertawa senang sekali. Kemudian
ia bangkit dari tempat duduknya dan berkata. "Kwee- koko, mari kita melanjutkan
perjalanan."
" Apa ? Ham pir t engah m alam begini?" Akan t et api Lu Sian sudah m elangkah ke
kam arnya dan t ak lam a kem udian ia keluar lagi m em bawa bunt alan pakaian dan
m em anggil pelayan dengan suara nyaring. Ket ika pelayan berlari- lari dat ang, ia
cepat m em erint ahkan pelayan unt uk m enunt un dua ekor kuda m ereka dan
menyiapakannya di depan rumah penginapan.
" Mengapa t idak, Koko ? Apa salahnya m elakukan perj alanan m alam ? Set elah
keribut an t adi, aku t idak senang di sini, ingin lekas- lekas pergi saj a. Aku ingin
berada di t em pat bebas dan udara t erbuka unt uk m endinginkan kepala agar
dapat aku enak memikirkan."
" Mem ikirkan sesuat u saj a harus pergi t engah m alam di t em pat t erbuka?" Kwee
Seng m engom el karena sesungguhnya ingin ia m engaso. " Mem ikirkan apa saj a,
sih?"
Liu Lu Sian tersenyum manis. "Memikirkan pernyataan cintamu tadi itu!"
Kwee Seng m elongo dan pipinya m enj adi m erah, akan t et api cepat - cepat ia pun
m engam bil pakaian dan keduanya lalu keluar dari rum ah penginapan, m elom pat
ke at as kuda dan m eninggalkan pelayan- pelayan yang m em andang dengan mata
t erbelalak, t erheran- heran m enyaksikan dua orang m uda yang lihai dan royal it u,
yang meninggalkan hadiah tidak sedikit di tangan mereka sebelum pergi.
Begit u keluar dari kot a, Lu Sian m em balapkan kudany a, Kwee Seng t erpaksa
m engikut inya dengan perasaan heran. Alangkah anehnya gadis ini, pikirnya, dan
hat inya berdebar kalau ia t eringat bet apa t adi ia t elah m engucapkan pengakuan
cint anya kepada Lu Sian. Akan t et api t ernyat a gadis ini m elakukan perj alanan
set engah m alam sunt uk t anpa bicara dan Kwee Seng yang m asih m arasa m alu
karena pengakuan cint anya, t idak berani bicara sesuat u, hanya m engiringkan
gadis it u dari belakang. " He, pam an t ukang perahu ! Mari kau seberangkan aku
dan kudaku ke sana ! Berapa biayanya kubayar!"
Tukang perahu yang kurus dan berm at a sipit m em akai t opi lebar it u segera
meminggirkan perahunya, perahu yang cukup besar. Ternyata ia seorang nelayan
karena di at as dek perahu t am pak alat - alat pancing dan j aring. Di bagian
belakang perahu duduk seorang anak t anggung m em egang dayung bam bu
panjang.
" Naiklah, nona. Mem ang set iap hari kerj aku hanya m enyeberangkan orang yang
lari m engungsi. Akan t et api dari seberang sana ke sini. Sungguh heran sekali
pagi- pagi but a begini nona m alah hendak m enyeberang ke sana." Kat a si t ukang
perahu dengan suara penuh keheranan.
Lu Sian m enunt un kudanya dan m engaj aknya m elom pat ke at as dek perahu,
sedangkan Kwee Seng m engikut inya t anpa banyak bicara. Dalam keadaan
remang- rem ang kini ia dapat m elihat waj ah gadis it u, m asih berseri- seri gem bira
dan cant ik sekali. Kali ini Lu Sian m elirik kepadanya dan t ersenyum - senyum
manis, akan tetapi juga tidak bicara apa- apa.
" Eh, Pam an, kau t adi bilang apa?" ket ika perahu sudah m eluncur ke t engah, Lu
Sian bert anya. " Orang- orang m engungsi dari sana ? Ada t erj adi apakah
diseberang sana?"
Si Tukang Perahu m em andang, keningnya berkerut . " Apakah nona belum t ahu ?
Daerah San- si m ulai geger. Sej ak gubernur Li Ko Yung berkuasa dan keraj aan

Suling Mas Kho Ping Hoo 55


Tang dit um bangkan belum pernah t erj adi kehebohan di kalangan r akyat . Akan
t et api set elah Jenderal Muda Kam m enent ang kekuasaan gubernur dan t idak
set uj u dengan pem beront akan m elawan keraj aan, keadaan m enj adi geger karena
j enderal Kam m em punyai banyak pengikut . Malah sesungguhnya rakyat banyak
yang m enyokong j enderal m uda gagah perkasa it u. Banyaklah dilakukan
penangkapan- penangkapan oleh gubernur, dengan tuduhan memberontak"
" Ah! Dan bagaim ana dengan j enderal it u ? Apakah dit angkap j uga ? Dan
dim ana dia sekarang?" Lu Sian agaknya t ert arik sekali, akan t et api Kwee Seng
m endengar sem ua it u dengan hat i dingin. Mem ang sam a sekali ia t idak ada
perhat ian t erhadap keribut an negara yang t iada hent inya, sem enj ak
pem beront akan yang t erj adi puluhan t ahun yang lalu t erus m enerus, sam pai
t um bangnya Keraj aan Tang dan t anah air m enj adi pecah- pecah karena
diperebut kan. Ent ah berapa banyaknya sekarang raj a- raj a dan raj a- raj a m uda
at au bekas- bekas gubernur yang m engangkat diri sendiri, m endirikan keraj aan-
keraj aan kecil yang saling curiga- m encurigai, seakan- akan sekelom pok anj ing
masing- m asing m endekap sebat ang t ulang. I a m uak dengan it u sem ua, m uak
m elihat m anusia- m anusia yang dem i m encari kem uliaan dan kedudukan duniawi,
berebut an t ak t ahu m alu, m em pergunakan rakyat yang dipecah- pecah unt uk
m em ihak dem i kepent ingan m asing- m asing t anpa m enghiraukan korban
berjatuhan di kalangan rakyat jelata yang selalu hidup miskin dan bodoh !
" Mana bisa Jenderal Kam dit angkap ? Biar gubernur sendiri t akkan berani
m enangkapnya, hanya berani m enangkapi rakyat yang t ak berdaya ! Pula, t anpa
adanya j enderal yang gagah perkasa dan dicint a rakyat it u, bagaim ana m ungkin
Shan- si akan dapat bertahan terhadap serangan dari luar?"
"Paman yang baik, bukankah jenderal itu bernama Kam Si Ek?"
" Bet ul, bagaim ana nona dapat m engenal nam a j enderal kam i it u sedangkan t adi
nona tidak tahu apa- apa tentang keributan di daerah San- si?"
Kini Kwee Seng m ulai m em perhat ikan apalagi ket ika disebut nam a Kam Si Ek. I a
sudah m endengar akan kehebat an sepak t erj ang Jenderal Muda it u, bahkan
belum lam a ini Kam Si Ek m uncul pula di pest a Beng- kauw dan t elah
memperlihat kan sikap dan wat aknya yang m em ang gagah perkasa ket ika
m encegah Lu Sian m enj at uhkan t angan m aut kepada seorang pengagum nya.
Seorang pem uda gagah yang berwat ak sat ria, t idak m elayani t ant angan Lu Sian
padahal pem uda yang m enj adi j enderal it u belum t ent u kalah oleh gadis put eri
Beng- kauwcu ini. Laki- laki yang t idak t unduk oleh waj ah cant ik ! Tidak sepert i
aku, demikian Kwee Seng memaki diri sendiri.
" Eh, Sian- m oi. Kau m enyebrang sungai ini, apakah hendak m elakukan perj alanan
ke ut ara ? Mau ke m anakah ? I ngat , perj alanan ini adalah perj alananku, kau
hanya ikut denganku," kat a Kwee Seng set elah t ukang perahu it u pergi ke kepala
perahu unt uk m em bant u penyebrangan karena air m ulai agak deras alirannya
dan t idak am anlah kalau hanya m engandalkan t enaga pem bant unya yang m asih
anak- anak.
Dengan kerling t aj am Lu Sian m encibirkan bibirnya yang m erah. Jant ung Kwee
Seng serasa ditarik- tarik. Manisnya gadis ini kalau begitu !
"Kwee- koko, seorang suam i boleh m em bawa kehendak sendiri, ada kalanya
harus m enghorm at i dan m enurut i keinginan si ist eri, t unangan pun bukan.
Bagaim ana aku harus selau m enurut i kehendakm u ! Kau bukan suam iku, bukan
t unanganku, j uga bukan at au belum m enj adi guruku karena kau belum
m enurunkan apa- apa sepert i yang t elah kau j anj ikan kepada ayah. Aku ingin ke
ut ara, kalau kau hendak m engam bil j alan lain t anpa m enurunkan kepandaian
kepadaku yang berarti kau melanggar janji, terserah."
Kwee Seng m engeluh di dalam hat inya. Terlalu sekali gadis ini m enggodanya. I a
t ert awa dengan sabar. " Adik yang baik, kat a- kat am u sepert i uj ung pisau
t aj am nya. Aku sih t idak m em punyai t uj uan t ert ent u, ke m ana pun boleh. Akan
tetapi kalau di utara terjadi keributan perang, mengapa kau hendak ke sana?"
Lu Sian t ert awa dan giginya yang put ih berkilau t erkena m at ahari pagi yang
m ulai m uncul dan sinarnya m enem bus celah- celah daun pohon. " Just eru karena

Suling Mas Kho Ping Hoo 56


ada perang aku ingin ke sana. Aku hendak m enont on keram aian ! Kwee- koko,
ada t ont onan bagus, m engapa kit a lewat kan begit u saj a ? Pula, m elakukan
perj alanan bersam aku, biarpun m enem puh bahaya, bukankah am at
m enyenangkan bagim u?" Gadis it u m engerling, m anis sekali dan Kwee Seng
m enahan napasnya. Sinar m at ahari pagi j at uh pada kepala gadis it u, m em buat
sekeliling kepala seperti dilingkungi sinar keemasan !
"Kau cantik sekali, Moi- moi" katanya perlahan, penuh kekaguman.
Lu Sian t ert awa. " Gadis di pagi hari belum berhias, m ana bisa cant ik ? I hhh, kau
sudah mabok lagi, Koko, kini bukan mabok arak, melainkan mabok asmara ! Lu
Sian t ert awa- t awa m enggoda, lalu berj ongkok di pinggir perahu, t angannya
m enyam bar air yang j ernih dan m ulailah ia m encuci m ukanya, digosok- gosoknya
sehingga seluruh kulit m ukanya sehingga seluruh kulit m ukanya m enj adi
kem erahan dan segar laksana bunga m awar m erah t ersiram em bun pagi. Digoda
secara t erang- terangan sepert i it u, Kwee Seng m enj adi lem as dan selanj ut nya ia
t idak m au banyak bicara lagi, karena set iap godaan gadis it u m erupakan t usukan
di hat inya. Mengapa ia t iba- t iba m enj adi begini lem ah ? Mengapa ia t idak pergi
saj a t inggalkan gadis ini ? Ke m ana perginya keangkuhannya yang selam a ini ia
banggakan ? Ah, ia m asih m engharap. I a m asih m enant i. Lu Sian t elah
m endengar pengakuan cint anya, dan gadis ini sukar sekali diraba isi hat inya.
Kadang- kadang begit u m esra seakan- akan gadis it u pun m encint ainya
sungguhpun ingin m em perlihat kan kebalikannya, akan t et api m engapa kadang-
kadang begitu kejam menyerangnya dengan kata- kata sindiran ?
Set elah m enyeberang, kem bali Lu Sian m em balapkan kudanya. Kwee Seng
m engikut i dari belakang dan sebent ar saj a m ereka sudah m em asuki sebuah
hut an. Benar saj a sepert i yang dikat akan t ukang perahu, set elah agak siang
t am paklah berbondong- bondong orang m engungsi ke selat an. Karena j alan m ulai
ram ai dengan rom bongan pengungsi, Lu Sian dan Kwee Seng m engam bil j alan
hutan yang kecil akan tetapi sunyi.
" Mengapa m engungsi saj a harus beram ai- ram ai sepert i it u ? Mem enuhi j alan
saj a." Lu Sian m engom el karena j alan hut an yang dilalui sem pit dan seringkali
pohon- pohon kecil berduri mengganggunya.
" Rakyat sudah t erlalu banyak m engalam i t indasan dan kekerasan, Sian- moi.
Mereka t ahu bahwa m engungsi pun t idak t erlepas dari int aian bahaya gangguan
orang j ahat at au binat ang buas m aka m ereka m erasa lebih am an unt uk
melakukan pengungsian beramai- ramai. Pada perang sekacau ini biasanya orang-
orang jahat suka mempergunakan kesempatan merampok.
" Wah, kau benar, koko dan agaknya kit a yang akan m enj adi korban. Kau dengar
itu?"
Kwee Seng m engangguk. "Derap kaki banyak kuda dari belakang ! Akan t et api
belum tentu perampok- perampok yang mengejar kita, Moi- moi."
Mereka berdua berhent i dan m enoleh ke belakang. Tak lam a kem udian derap
kaki kuda berbunyi lebih j elas dan m uncullah t iga orang penunggang kuda yang
m em balapkan kuda m ereka cepat sekali. Tiga ekor kuda t unggangan m ereka it u
besar- besar dan t ernyat a m erupakan kuda pilihan, m alah lebih besar dan baik
daripada kuda t unggangan Kwee Seng dan Lu Sian. Sedangkan t iga orang
penunggangnya adalah wanit a- wanit a m uda yang cant ik- cant ik dan berpakaian
m ewah akan t et api ringkas. Pedang berukir indah bergant ung di punggung
m ereka, t angan kiri m em egang kendali kuda, t angan kanan m em egang cam buk.
Melihat kesigapan m ereka m enunggang kuda, m udah diduga m ereka it u adalah
wanita- wanit a yang pandai ilm u silat , apalagi pedang m ereka m em bayangkan
pedang pusaka yang baik. Yang t erdepan paling t ua usianya, ant ara dua puluh
lim a t ahun, pakaiannya serba m erah, yang ke dua berusia dua puluh t ahun,
pakaiannya serba kuning dan yang ke t iga baru delapan belas t ahun berpakaian
serba hij au. Melihat raut m uka m ereka, dapat diduga bahwa m ereka it u kakak
beradik, dan sukar dikat akan m ana yang paling cant ik diant ara m ereka. Sem ua
cant ik dan pandang m at a m ereka t aj am . Akan t et api waj ah yang berkulit halus
it u diperbagus lagi dengan bedak dan yanci ( pem erah bibir / pipi) sehingga

Suling Mas Kho Ping Hoo 57


menimbulkan kesan di hat i Kwee Seng bahwa t iga orang wanit a ini adalah gadis-
gadis pesolek, sepert i Ang- siauw- hwa. Berbeda dengan Liu Lu Sian yang ia lihat
t ak pernah m em akai bedak dan yanci, sungguhpun hal ini m em ang t idak perlu
karena kulit m uka Lu Sian sudah t erlalu put ih halus dan bibirnya selalu m erah
membasah, pipinya kemerahan seperti buah apel masak.
" Minggir ! Minggir! " Tiga orang gadis it u berseru nyaring t anpa m engurangi
kecepat an lari kuda m ereka. Padahal j alan it u sem pit sekali. Terpaksa Kwee Seng
menarik kendali kudanya, dipinggirkan. Melihat Lu Sian t et ap m em biarkan
kudanya m enghadap j alan, Kwee Seng t idak m au m em biarkan keribut an t erj adi,
ia m eraih kendali kuda t unggangan Lu Sian dan m enarik binat ang it u m inggir
pula.
Dua ekor kuda t unggangan pert am a dan kedua lewat cepat sekali dan t ercium
bau harum m inyak wangi. Kuda ke t iga yang dit unggangi gadis t erm uda,
m elam bat dan gadis ini m engerling ke arah Kwee Seng, lalu m elem par senyum !
Setelah melirik penuh arti barulah gadis ke tiga ini membalapkan kudanya lagi.
Kwee Seng cepat m enggerakkan t angannya m enangkap pergelangan t angan Lu
Sian. Gadis ini m enggenggam j arum - j arum yang m erupakan senj at a rahasia dan
yang tadinya hendak ia sambitkan kepada tiga orang gadis itu !
"Moi- m oi, m engapa m encari gara- gara dengan orang- orang yang sam a sekali
tidak kita kenal dan tidak ada permusuhan dengan kita?"
Lu Sian m enj ebirkan bibirnya, kebiasaan yang selalu m em bet ot j ant ung Kwee
Seng, lalu m enyim pan kem bali j arum - j arum rahasianya. " Menj em ukan ! Koko,
apakah kau selalu m enj adi lem ah hat i dan siap m enolong set iap orang
perempuan cantik?"
Merah kedua pipi Kwee Seng. " Bukan begit u, m oi- m oi. Aku hanya suka m enolong
kepada orang yang perlu dit olong, t ak peduli dia perem puan at au laki- laki. Akan
t et api m ereka it u t adi t idak m em punyai salah apa- apa, m engapa hendak kau
serang?"
"Tidak salah apa- apa ? Ihh, kenapa matanya lirak- lirik seperti tukang copet?"
Kwee Seng t ert awa geli m endengar ini. " Tukang copet ? Ha- ha, perumpamaanmu
sungguh t ak t epat . Masa gadis cant ik m enj adi t ukang copet ? Dan lagi, aku Si
Miskin ini apanya yang pat ut di copet ?" Lu Sian t ersenyum j uga. " Apalagi kalau
bukan hatimu yang akan dicopet?"
Kwee Seng m em belalakan m at anya m em andang, akan t et api gadis it u hanya
m ent ert awakannya t anpa m enut upi m ulut , m em perlihat kan deret an gigi put ih
dan lubang m ulut kem erahan. Kwee Seng m erasa dit ert awakan, hat inya sebal
dan sakit.
" Mari kit a lanj ut kan perj alanan! " Akhirnya ia berkat a agak m arah, akan t et api Lu
Sian tetap tertawa- tawa ketika membedal kudanya di belakang pemuda itu.
" Eh, kau t erburu- buru am at . Apakah hendak m engej ar pencopet dan
m enyerahkan hat im u ? Dia m anis sekali, Kwee- koko ! Kerlingnya t aj am dan
m engundang t ant angan ! " Berkali- kali Lu Sian m enggoda, akan t et api Kwee Seng
tidak menjawab dan terus membalapkan kudanya.
Akan t et api agaknya t iga orang gadis t adi pun m elarikan kuda cepat sekali,
bukt inya sam pai t iga hari m ereka berdua belum j uga dapat m enyusul t iga orang
gadis it u. Pada hari ke em pat nya, set elah berm alam di dalam hut an yang dingin,
Kwee Seng dan Lu Sian m elanj ut kan perj alanan. Di persim pangan j alan m ereka
m elihat banyak orang pengungsi pula, akan t et api anehnya m ereka it u bukan
berj alan ke selat an, sebaliknya m ereka m enuj u ke ut ara ! Bukan hanya Lu Sian
yang m erasa heran, j uga Kwee Seng t erheran- heran sehingga pem uda ini
menanya kepada seorang pengungsi laki- laki yang sudah tua.
"Lopek, kalian semua hendak mengungsi ke manakah?" "Ke mana lagi kalau tidak
ke bent eng Naga Em as ? Hanya di sanalah t em pat yang am an bagi kam i, karena
Kam- goan- swe (Jenderal Kam) berada di sana."
" Mengapa di lain t em pat t idak am an Lopek ? Apakah yang m engancam
keselam at an kalian?" Kwee Seng m ulai t ert arik sedangkan Lu Sian j uga
mendengarkan dengan penuh perhatian.

Suling Mas Kho Ping Hoo 58


Mendengar pert anyaan ini kakek it u m em andang heran. " Kongcu dat ang dari
m anakah sehingga t idak t ahu keadaan disini ? Dim ana- m ana t erdapat m anusia-
m anusia serigala, bala t ent ara gubernur m eraj alela m enganggu penduduk dan
m eram pok hart a m em perkosa wanit a dengan alasan m em basm i pem beront ak !
Sem ua orang t akut m enent ang Gubernur Li, hanya Kam - goanswe seorang yang
berani m elindungi kam i. Kongcu dan Nona sebagai orang- orang asing sebaiknya
j angan m elakukan perj alanan di daerah ini, berbahaya." Set elah berkat a
dem ikian, kakek it u m elanj ut kan perj alanan bersam a rom bongan pengungsi yang
terdiri dari tiga puluh orang lebih itu.
" Lopek, m asih j auhkah bent eng it u dari sini?" t iba- t iba Lu Sian bert anya sam bil
m engaj ukan kudanya. Kakek it u m enoleh dan m em andang, akan t et api
keningnya berkerut , t idak m au m enj awab, m alah lalu berj alan lagi dan t im bul
kemarahannya, membentak,
"Eh, Kakek ! Apakah kau tuli dan bisu?"
Kakek it u cem berut , m enoleh lagi dan m engom el. " Tidak ada wanit a baik di
jaman edan ini!"
Tent u saj a Lu Sian m akin m arah. Melihat ini, Kwee Seng khawat ir kalau- kalau Liu
Sian akan t urun t angan, m aka ia cepat m enggeprak kudanya, m aj u ke depan Lu
Sian dan berkata kepada kakek itu.
" Lopek, sahabat ku ini bert anya baik- baik, m engapa kau t idak m au m enj awab ?
harap j angan salah m elihat orang, sahabat ku ini seorang pendekar wanit a yang
berhati mulia."
Lenyap kem arahan Lu Sian dan ia t ersenyum - senyum m endengar puj ian ini.
Adapun kakek it u lalu m em balikkan t ubuh, m em andang ragu kepada Lu Sian lalu
menjura.
" Harap nona suka m aafkan. Baru pagi t adi sini lewat pula t iga orang gadis seperti
nona, akan t et api m ereka it u kasar bukan m ain, bahkan lim a orang kam i m ereka
pukul dengan cam buk karena kurang cepat m inggir unt uk m ereka lewat dengan
kuda m ereka yang besar- besar. Kalau nona hendak m enget ahui, bent eng it u
tidak jauh lagi, kurang lebih tiga li lagi dari sini."
Setelah rombongan itu bergerak lagi dan Kwee Seng mulai menggerakkan kendali
unt uk m elanj ut kan perj alanan, Lu Sian m enyent uh lengannya dan berkat a,
"Kwee- koko, kita berhenti disini, mencari tempat mengaso sampai nanti malam."
" Eh, m engapa begit u ? Hari m asih siang, dan perj alanan m asih j auh. Ada
keperluan apa yang harus berhenti disini?"
" Keadaan bent eng it u, Jenderal Kam it u, dan t iga orang gadis yang agaknya j uga
pergi ke sana, m enarik hat iku unt uk m enyelidiki. Malam nant i aku hendak
m enyelidiki ke sana, m elihat keadaan dan m encari t ahu apakah sebenarnya yang
terjadi."
" Ah, Moi- m oi, m engapa kau m encari urusan yang sam a sekali t idak ada sangkut -
paut nya dengan kit a ? Urusan Jenderal Kam adalah urusan negara, dan selama
orang m enyangkut kan diri dengan urusan negara, m aka t ak boleh t idak ia
mempunyai cita- cita yang kotor. Tak perlu kita mencampurinya, Moi- moi."
Akan t et api lu Sian sudah m em ut ar kudanya dan m encari t em pat yang enak
unt uk m engaso dan berm alam . Akhirnya ia berhent i di bawah pohon yang besar,
lalu turun dari kudanya. Terpaksa Kwee Seng mengikutinya.
" Sudahlah, koko, aku lapar karena t erlalu banyak bicara. Biar kucarikan daging
unt uk t em an rot i kering kit a." Gadis it u m eloncat dan lenyap m em asuki hut an
yang gelap. Tak lam a kem udian ia t ert awa- t awa sam bil m em egang dua ekor
kelinci gem uk pada t elinganya, Kwee Seng t idak berkat a apa- apa, hanya
m em bant u gadis it u m engulit i kelinci dan m em bakar dagingnya. Set elah m ereka
m akan kenyang, Lu Sian m erebahkan diri di at as rum put yang gem uk em puk.
Tak sam pai sepuluh m enit kem udian gadis it u sudah t idur nyenyak, m ukanya
m iring berbant al t angan, napasnya panj ang t erat ur, pipinya kem erahan, bulu
matanya yang merapat kelihatan panjang membentuk bayangan pada pipi.
Berjam- j am Kwee Seng hanya duduk sam bil m em andangi t ubuh yang rebah
m iring di depannya. Pikirannya m elayang- layang. Alangkah cant iknya gadis ini.

Suling Mas Kho Ping Hoo 59


Ram but nya yang hit am it u agak kacau, sebagian r am but yang t erlepas dari
ikat an m enut upi pipi dan kening. Dahi yang halus putih itu agak basah oleh peluh
karena hawa m em ang panas m enj elang senj a it u. Kwee Seng m elihat ini lalu
m em adam kan api unggun yang t adi dipakai m em anggang daging kelinci.
Kemudian ia duduk lagi menghadapi Lu Sian sambil menikmati wajah ayu itu.
Lu Sian bergerak sedikit dalam t idurnya, bibirnya t ersenyum , t angannya
m enyibakkan ram but yang m enut up pipi dan kening, lalu t ubuhnya bergerak
terlentang, terdengar bisikannya, "Kwee- koko....."
Berdebar keras j ant ung Kwee Seng. Gadis ini m engigau dan m enyebut - nyebut
nam anya dalam t idur ! bukankah it u berart i bahwa Lu Sian j uga m enaruh hat i
kepadanya? I a m em andang lagi. Mulut yang m anis it u m asih t ersenyum . Tiada
bosannya m em andang waj ah ini, bagaikan orang m em andang set angkai bunga
m awar segar. Terpesona Kwee Seng m em andangi ram but hit am panj ang yang
kini awut - awut an it u, m engingat kan ia akan syair t ent ang keindahan ram but
yang pernah di bacanya :
halus licin laksana sut era hit am m ulus m elebihi t int a gem uk panj ang berikal
m ayang m engikat kalbu m enim bulkan sayang harum sem erbak laksana bunga
m elam bai m eraih cint a asm ara sinom berikal di t engkuk dan dahi pem bangkit
gairah dendam berahi !
Set elah kenyang pandang m at anya m enikm at i keindahan ram but di kepala lalu
pandang m at a it u m enurun, berhent i di alis dan m at a yang t erlindung bulu m at a
panjang melengkung, sejenak terpesona oleh bukit hidung.
Kecil m ungil m ancung dan pat ut halus laksana lilin diraut cuping t ipis bergerak
mesra mengandung seribu rahasia
Makin berdebar j ant ung Kwee seng, ham pir t ak t erahankan lagi, serasa hendak
m eledak. Melihat ram but it u, bulu m at a, hidung yang agak berkem bang- kempis
cupingnya, m ulut m anis yang t ersenyum - senyum dalam t idur, pipi yang put ih
kem erahan, t eringat lah ia akan Ang- siauw- hwa. Bukan gadis pelacur it u yang
t erbayang, m elainkan pengalam an m esra penuh asyik yang pada saat it u
m endorong sem ua gairah birahi m em enuhi hat i dan pikirannya bagaikan awan
m endung hit am m enggelapkan kesadarannya. Dengan t ubuh gem et ar m enggigill,
Kwee Seng lalu m em bungkuk ke arah waj ah ayu it u dan m encium bibir dan pipi
Lu Sian sepenuh kasih hatinya.
Suara ket awa gadis it u m engej ut kannya, m em buyarkan sebagian awan m endung
yang m enut upi kesadarannya. Terkej ut lah Kwee Seng, m ukanya pucat dan ia
cepat- cepat m enj auhkan diri, j ant ungnya berdebar keras dan barulah lega
hat inya ket ika ia m elihat bahwa Lu Sian m asih t idur. Suara ket awa t adi pun
agaknya hanya dalam keadaan m im pi. Akan t et api cium annya t adi m em buat ia
makin dalam terjatuh ke jurang asmara !
Lewat senj a, set elah m at ahari m ulai bersem bunyi, Lu Sian m enggeliat dan
m em buka m at anya. " Ahhh, alangkah sedapnya t idur di sini. Eh, kwee- koko, kau
m asih duduk di sit u sej ak t adi ? Tidak m engaso?" Gadis it u kini bangkit duduk
dan m em bereskan ram but nya. Duduk sepert i it u, kedua kaki di t ekuk ke
belakang, t ubuh t egak dada m em busung, kedua lengan dikem bangkan karena
sepuluh buah j ari t angannya sibuk m enyanggul ram but di belakang kepala,
benar- benar m erupakan pem andangan indah. Hem m , kalau saj a aku pandai
m elukis, alangkah indahnya gadis ini dilukis dalam keadaan begini, pikir Kwee
Seng, dem ikian t erpesona sehingga ia seakan- akan t idak m endengar akan kat a-
kata Lu Sian.
Hih ! Kwee- koko, apakah kau sudah berubah m enj adi arca ? Apa sih yang kau
lihat ? t egur Lu Sian, senyum nya lebar dan sepasang m at anya berkedip- kedip
mengandung ejekan.
Eh oh kau bilang apa tadi, Moi- moi? Kwee seng tergagap.
Kini Lu Sian t ert awa, Kukira kau t idak m engaso kiranya kau agaknya m alah
tidur. Kwee- koko, aku ingin sekali mandi. Kalau saja ada anak sungai di sini
Kudengar suara air gem ericik di sebelah kiri sana, Sian- m oi. Mungkin ada anak
sungai atau air terjun di sana.

Suling Mas Kho Ping Hoo 60


Bagus, mari kita ke sana, Koko. Seperti seorang anak kecil, Lu Sian menyambar
t angan Kwee Seng dan m enariknya berlari- lari ke arah kiri. Benar saj a dugaan
Kwee Seng, di sit u t erdapat sebat ang sungai kecil yang am at j ernih airnya, pula
t idak dalam , hanya sem et er kurang lebih. Bat u- bat u licin di dasar t am pak
beraneka warna m enam bah keindahan dan kesej ukan air. Wah, dingin dan
segar, Koko! t eriak Lu Sian kegirangan ket ika m em asukkan t angannya ke dalam
air di pinggir sungai. Koko, aku hendak m andi ! Kau j angan m elihat ke sini
sebelum aku m asuk ke dalam air. Awas, kalau kau m enengok, kum aki kau
kurang sopan dan kusambit kau dengan batu!
Kwee Seng t ert awa, t erseret oleh kenakalan dan kegem biraan gadis it u. Siapa
ingin m elihat ? serunya sam bil m em balikkan t ubuh berdiri m em belakangi sungai.
I a hanya m endengar gerakan gadis it u, suara pakaian dilepas, kem udian
m endengar gadis it u t urun ke dalam air. Sem ua yang didengarnya ini
m enim bulkan bayangan yang am at m enggodanya sehingga ia m eram kan kedua
matanya seakan- akan hendak mengusir bayangan itu dari depan mata.
Sudah, Kwee- koko. Kau sekarang boleh saj a m elihat ke sini, aku sudah am an
tertutup air. Ah, enak benar, Koko. Kau mandilah segar bukan main.
Kwee Seng m em balikkan t ubuhnya dan ia t erpaku di t em pat ia berdiri. Kedua
kakinya menggigil dan matanya berkunang- kunang. Aduh, Lu Sian apakah benar-
benar sengaj a kau sengaj a ingin m enggodaku ? Dem ikian keluhnya dalam hat i.
Ket ika ia m enengok, ia m elihat pakaian gadis it u bert um puk di pinggir sungai, di
at as sebuah bat u besar, sem ua pakaian berikut sepat u dan pit a ram but .
Kem udian, apa yang dilihat nya di t engah sungai it u benar- benar m em buat ia
berkunang dan lem as. Mem ang gadis it u m erendam kan t ubuhnya di dalam air
sehingga yang t am pak dari luar air hanya leher dan kepalanya. Akan t et api
agaknya Lu Sian lupa bahwa air it u am at j ernih ! At aukah m em ang sengaj a ? Air
it u dem ikian j ernihnya sehingga bat u- bat u di dasarnya t am pak. Apalagi t ubuh
yang duduk di at asnya ! Pem andangan aneh t am pak oleh Kwee Seng. Tubuh
padat berisi sem purna lekuk- lekungnya, bergoyang- goyang bayangannya oleh
air. Cepat - cepat ia m enundukkan m ukanya. Kuat kan hat im u ! Ah, kuat kan
hat im u sebelum kau kem asukan iblis ! Dem ikianlah dengan kaki gem et ar Kwee
Seng berdiri m enundukkan m ukanya, m engerahkan t enaga bat innya unt uk
melawan dorongan nafsu.
Moi- m oi I a berhent i karena suaranya kedengaran aneh. Hem m ? Kau m au
bilang apa, Koko?
Kwee Seng m enarik napas panj ang dan m ulai t enanglah gelora isi dadanya.
Sian- m oi, aku t idak m andi. Kau m andilah yang puas, biar kunant i kau disana.
Aku khawat ir kalau- kalau kuda kit a dicuri orang. Tanpa m enant i j awaban Kwee
Seng lalu m em balikkan t ubuhnya dan lari dari t em pat sem ula di m ana ia
m enj at uhkan diri duduk t erm enung m em ikirkan Lu Sian. Gadis yang aneh ! I a
harus m engaku bahwa hat inya sudah j at uh bet ul- bet ul. I a m em uj a Lu Sian,
m em uj a kecant ikannya. Padahal ia m aklum sedalam - dalam nya bahwa wat ak
gadis it u sam a sekali t idak cocok dengan wat aknya, bahwa kalau ia m em punyai
ist eri sepert i Lu Sian, hidupnya akan banyak m enderit a. Aku harus dapat
m enahan diri, sem ua ini godaan iblis, pikirnya. Aku sej ak sem ula t idak
m enghendakinya sebagai ist eri, hanya karena sudah berj anj i dengan Pat - j iu Sin-
ong unt uk m enurunkan ilm u yang m engalahkannya, m aka sekarang m engadakan
perj alanan bersam a. Ah, m engapa ia m enj anj ikan hal it u ? I a kena diakali Pat - jiu
Sin- ong yang t ent u saj a ingin m enguras ilm unya. Kalau sudah m enurunkan ilm u,
aku harus cepat- cepat m enj auhkan diri dari Lu Sian, pikirnya. Akan t et api,
t eringat akan perbuat annya m encuri cium an t adi, kem bali gelora di dadanya
m em buat Kwee Seng m eram kan m at a. Gila ! Kau sudah gila ! Tiba- t iba Kwee
Seng yang masih meram itu menampar kepalanya sendiri !
Heee ! Apakah kau sudah gila ?? Teguran ini m em buat Kwee Seng t erkej ut dan
meloncat bangun sendiri !
Kiranya Lu Sian sudah berdiri di depannya, biarpun cuaca sudah m ulai gelap,
m asih t am pak gadis it u segar dan berseri- seri, makin cantik setelah mandi. Gadis

Suling Mas Kho Ping Hoo 61


it u t ert awa geli Kwee- koko, kukira kau t adi m enj adi gila, apa- apaan it u t adi kau
menampar kepalamu sendiri ?
Aku? Ah.. kau t idak m elihat t adi ? Banyak nyam uk di hut an ini. Mengiang-
ngiang di atas telinga, kucoba menepuk mampus nyamuk- nyamuk itu.
Baiknya Lu Sian percaya alasan ini. Kwee- koko, sekarang aku hendak pergi. Kau
menanti di sini saja, ya?
Kem ana, Sian- m oi? Ke bent eng it u. Meyelidik! Ah, apakah perlunya ? Jangan
m encari perkara Sudahlah ! Kau sepert i nenek bawel saj a. Kalau t idak suka,
kau t idak usah ikut . Aku t ahu kau t idak suka, m aka aku akan pergi sendiri.
Biarlah kau m enant i di sit u bersam a eh, nyam uk- nyam uk it u. Aku pergi, Koko!
Set elah berkat a dem ikian, Lu Sian m em pergunakan kepandaianny m eloncat dan
lari cepat, sebentar saja lenyap dari situ.
Kwee seng m engerut kan keningnya. Gadis aneh. I a t akkan berbahagia hidup di
samping gadis itu sebagai isterinya. Akan tetapi ah, mengapa hatinya seperti ini
? Mengapa t im bul kekuat irannya kalau- kalau Lu Sian m enghadapi m alapet aka ?
Biarlah kalau ia t ert im pa bencana. Salahnya sendiri. Mencari perkara.
Mencam puri urusan orang lain ! Kwee Seng m engeraskan hat inya dan m ulai
m em buat api unggun unt uk m engusir nyam uk yang m em ang banyak t erdapat di
hut an it u. Akan t et api hat inya t et ap m erasa t idak enak. Terj adi perang di dalam
hatinya antara membiarkan atau pergi menyusul Lu Sian.
Dengan pengerahan gin- kang dan ilm u lari secepat nya, sebent ar saj a Lu Sian
t elah t iba di luar t em bok bent eng. Tem bok bent eng it u cukup t inggi, pint u
gerbangnya berada di t engah, t erj aga kuat oleh belasan orang praj urit . Pint u
belakang j uga t erj aga, m alah t ert ut up rapat , sedangkan di at as t em bok it u, pada
set iap uj ungnya t erdapat bangunan kecil di m ana t am pak pula penj aga yang
bersenj at a lengkap. Beberapa m enit sekali, penj aga- penj aga m eronda di
sekeliling t em bok. Pendeknya, bent eng it u t erj aga rapat sekali. Unt uk m elom pat
t em bok, t erlam pau t inggi dan andaikat a dapat j uga, past i akan t am pak oleh para
penjaga diempat penjuru.
Akan t et api, Lu Sian adalah seorang gadis yang banyak akal, berani dan lihai. I a
m em ilih bagian yang agak sepi, m enant i sam pai peronda lewat , kem udian cepat
sekali ia m enggunakan pedangnya m em bongkar t em bok ! Pedangnya bukanlah
pedang biasa, m elainkan pedang pusaka, pedang buat an daerah Go- bi, t erbuat
daripada logam baj a biru dan oleh ayahnya diberi nam a Toa- hong- kiam ( Pedang
Angin Badai) , karena Pat - j iu Sin- ong m em berikan pedang it u kepada put eriny a
ket ika m enurunkan I lm u Pedang Toa- hong Kiam - sut . Pedang baj a biru ini dapat
dipergunakan unt uk m em ot ong besi dan baj a. Apalagi t em bok yang t erbuat
daripada bat a it u, dengan m udah saj a dapat dit em busi Toa- hong- kiam . Belum
lim a m enit , Lu Sian t elah berhasil m em buat lubang yang cukup dim asuki
t ubuhnya. Di lain saat t ubuhnya berkelebat m enyelinap m asuk dan bagaikan
seekor kucing ia sudah berloncat an cepat m enghilang di ant ara kegelapan
m alam , m endekam di t em pat gelap sam bil m em perhat ikan keadaan di dalam
benteng.
Bent eng it u cukup luas, kiranya cukup unt uk m enam pung ribuan orang bala
t ent ara. Di dalam nya selain t erdapat lapangan luas unt uk berlat ih para peraj urit ,
j uga t erdapat bangunan- bangunan kecil berj aj ar yang agaknya m enj adi t em pat
berm alam para peraj urit . Ada pula bangunan t erbuka yang dipakai sebagai
dapur, lalu kandang- kandang kuda dan gudang- gudang perlengkapan. Di t engah
sendiri t erdapat em pat buah bangunan besar yang bent uknya kem bar. Tak salah
lagi, di sinilah t em pat para perwiranya. Maka t anpa ragu- ragu Lu Sian lalu
berindap- indap m engham piri em pat bangunan ini karena m em ang
kedatangannya ini t erdorong oleh rasa hat inya ingin m engint ai dan m enyelidiki
keadaan Jenderal Muda Kam Si Ek ! Di sudut lubuk hat inya m em ang ia t ak
pernah m elupakan Kam Si Ek, pem uda gagah perkasa dan gant eng yang pernah
m engget arkan hat inya di at as panggung adu ilm u. Sayangnya pem uda it u t idak
m au m elayaninya m engadu kepandaian. Nam un sikapnya yang gagah dan keras,
waj ahnya yang m em bayangkan kej ant anan, t elah m enggerakkan hat i Lu Sian

Suling Mas Kho Ping Hoo 62


sehingga ket ika dalam perj alanan ini ia m endengar disebut nya nam a Kam Si Ek,
sekaligus bangkit hasrat hat inya unt uk m enem uinya dan m em pelaj ari
keadaannya, kalau perlu mencoba kepandaiannya !
Melihat bendera t anda pangkat j enderal di depan sebuah di ant ara em pat
gedung, hat i Lu Sian berdebar. I a m enyelinap ke belakang gedung ini, kem udian
m enggerakkan t ubuhnya m elayang naik ke at as gent eng sebelah belakang, dan
dengan hat i- hat i ia m erayap di at as gent eng m enuj u ke bagian t engah. Ket ika ia
m elihat sinar api penerangan yang besar dan m endengar suara orang, ia
m em buka gent eng dan m engint ai ke bawah. Bet apa girang hat inya ket ika ia
m elihat orang yang dicari- carinya, yait u Kam Si Ek sendiri, berada di dalam
sebuah ruangan besar di bawahnya ! Biarpun seorang j enderal, Kam Si Ek
t ernyat a berpakaian biasa, m ungkin karena t idak sedang dinas. Pakaiannya serba
biru dan ram but nya digelung ke at as, diikat sut era kuning. Tubuhny a yang t egap
it u kelihat an gagah dan penuh t enaga. I a duduk m enghadapi m ej a besar yang
penuh hidangan
Yang m em buat hat i Lu Sian kaget dan t ak senang adalah ket ika ia m elihat tiga
orang gadis cant ik yang pernah di lihat nya. Kini t iga orang gadis it u m engenakan
pakaian yang lebih m ewah lagi, biarpun warna pakaiannya t et ap sam a, yait u
yang pert am a serba m erah, yang kedua serba kuning dan yang ket iga serba
hij au. Ram but m ereka digelung rapi dan dihias em as perm at a m ahal. Muka
m ereka dilapisi bedak, bibir dan pipi dit am bah warna m erah dan bau m inyak
wangi mereka sampai tercium oleh Lu Sian yang mendekam di atas genteng !
Pada saat it u, dengan sikap gagah dan suara t egas Kam Si Ek berkat a. Tidak
bisa ! Siauwt e ( aku) bukanlah seorang penghianat ! Sej ak dahulu, nenek
m oyangku adalah orang- orang yang m enj unj ung t inggi kegagahan, yang rela
m engorbankan nyawa unt uk negara dan bangsa, yang m enduduki kedudukan
t inggi di dalam kent araan t anpa pam rih unt uk pribadinya, m elainkan sem at a
untuk berbakti kepada negara dan bangsa ! Kedatangan Sam- wi Lihiap (Pendekar
Wanit a Bert iga) saya t erim a dengan penuh kehorm at an, akan t et api kalau Sam -
wi mengajak siauwte sekongkol dengan Cu Bun, terpaksa saya menolak keras!
Dengan suara m anis sekali Si Pakaian Merah yang t ert ua di ant ara m ereka
bertiga, berkata halus, Kami bertiga Enci Adik sudah cukup mengenal kegagahan
dan keset iaan keluarga Kam . Kam i m ana berani m em buj uk Goan- swe ( Jenderal)
unt uk bersekongkol dengan penghianat at au pem beront ak ? Akan t et api,
bukankah bekas Gubernur Cu Bun kini t elah m enj adi raj a dari keraj aan Liang
yang sudah berdiri belasan t ahun lam anya ? kini t erj adi perebut an kekuasaan,
dan raj a t idak dapat m em biarkan m ereka yang m em isahkan diri, t idak m au
t unduk kepada kekuasaan keraj aan baru, yait u Keraj aan Liang yang
m enggant ikan Keraj aan Tang. Karena it u, kam i m engaj ak kepada Goan- swe
unt uk berj uang bersam a, m enghalau para pem beront ak, t erut am a sekali bangsa
buas dari luar yang hendak menggunakan kesempatan ini untuk mengganas.
Maaf, siaut e t erpaksa m em bant ah, m em ang benar bahwa Gubernur Cu Bun
berhasil m enum bangkan Keraj aan Tang belasan t ahun lalu. Akan t et api, berhasil
at au t idaknya sebuah keraj aan baru t ergant ung daripada dukungan rakyat . Dan
unt uk m endapat dukungan rakyat , t erut am a sekali rakyat harus diberi kehidupan
yang t ent ram , penghasilan yang waj ar dan sum ber hidup yang layak. Akan t et api
apakah bukt inya ? Rakyat m enj adi korban selalu. Dim ana- m ana t im bul
kej ahat an, perebut an kekuasaan, kehidupan rakyat t idak am an, m asih dit ekan
paj ak, diperas oleh lint ah- lint ah darat yang berupa raj a- raj a kecil di dusun-
dusun, masih diganggu oleh para tentara kerajaan yang buas melebihi perampok.
Bukt inya ? Sam - wi dapat m elihat bet apa banyaknya penduduk dusun m engungsi,
bingung m encari t em pat am an sehingga di dalam bent eng ini saj a kam i t erpaksa
m enam pung serat us orang lebih pengungsi. Bukankah ini sudah m em bukt ikan
bahwa Keraj aan Liang t idak didukung rakyat ? Dan selam a pem erint ahan t idak
m endapat dukungan rakyat , saya yakin t akkan berhasil dan lekas runt uhlah
pem erint ahan it u. Muka j enderal m uda it u m enj adi m erah, bicaranya penuh

Suling Mas Kho Ping Hoo 63


sem angat dan waj ahnya yang t am pan gagah it u m engeluarkan wibawa sepert i
seekor harimau yang menakutkan.
Kam- goanswe yang perkasa, kat a Nona kedua yang berpakaian kuning.
Bolehkah saya bert anya, Goanswe ini sebet ulnya m engabdi kepada siapakah ?
Dahulu keluarga Goanswe m engabdi kepada Kaisar Tang yang t erakhir. Set elah
kaisar j at uh, Goanswe m engabdi kepada siapa ? Kalau Goanswe t idak m engakui
kekuasaan Raja Liang, apakah Goanswe mengabdi kepada gubernur Li?
Kam Si Ek kini berdiri dari bangkunya. Tubuhnya yang t inggi t egap it u seakan-
akan m akin besar. I a m engepal t inj unya dan berkat a. Aku hanya m engabdi
kepada t anah air dan bangsa ! Siapa saj a yang m engganggu rakyat ku, akan
kulawan ! Bangsa apa saj a yang berani m em asuki t anah airku akan kuhancurkan
! Aku tidak mengabdi kepada Raja Liang, dan terhadap Gubernur Li Ko Yung yang
m enj adi t em an seperj uanganku dahulu, dia t et ap t em an baik asal saj a dia t idak
menyeleweng daripada jalan benar.
Nona paling muda yang berbaju hijau mengedipkan matanya kepada kedua orang
encinya, lalu bangkit berdiri m engham piri Kam Si Ek. I a m enuangkan arak dan
m enj ura kepada j enderal m uda it u sam bil berkat a, suaranya halus m erdu penuh
rayuan.
Maaf, m aaf Kam - goanswe. Harap m aafkan kedua enciku yang seakan- akan
lupa bahwa saat ini bukanlah saat unt uk bicara t ent ang urusan negara yang
berat- berat . Kasihan sekali suasana m enj adi begini panas, sebaliknya m asakan
m enj adi dingin. Kam - goanswe, m ari kit a lanj ut kan m akan m inum sam bil
m em bicarakan hal- hal yang m enyenangkan. Sudilah kau m enerim a secawan arak
dariku sebagai cawan m int a m aaf! I a m elangkah m aj u, Tergopoh- gopoh Kam Si
Ek balas menjura dan ia pun tersenyum.
Lihiap benar, m aaf. Aku sam pai lupa diri. I a m enerim a cawan it u dan sekali
t enggak habislah isinya. Si Baj u Hij au t ersenyum m anis dan m enuangkan arak
lagi. Unt uk kedua kalinya kuharap kau suka m enerim a secawan sebagai t anda
persahabat an. Dengan sikap yang am at m esra ia m enyerahkan cawan dan
dalam kesem pat an ini j ari- j arinya yang halus m enyent uh t angan Kam Si Ek.
Pem uda it u kelihat an bingung dan kikuk, alisnya yang berbent uk golok dan hit am
it u bergerak- gerak, agaknya ia ragu- ragu bagaim ana harus m enghadapi wanit a
yang tiba- tiba berubah sikap ini.
Cukup cukup kat anya dan m erenggut cawan arak it u agar t idak t erlalu lam a
tangannya terpegang jari- jari halus mungil.
Ah, Kam - goanswe, m asa t idak m au m enerim a penghorm at anku? Si Baj u Hij au
berkat a m anj a dan berdiri m akin m endekat sehingga sebagian t ubuhny a
m erapat , dadanya sengaj a m enyent uh lengan kiri Kam Si Ek. Ham pir saj a
pem uda ini m eloncat pergi, akan t et api sebagai t uan rum ah ia m asih
m em pert ahankan diri, hanya m engisar kaki m enj auhi lalu berkat a, Baiklah,
kehormatan yang diberikan Lihiap kuterima! Ia minum lagi arak dari cawannya.
Akan t et api alangkah t erkej ut dan kikuknya ket ika ia m elihat nona m uda cant ik
berpakaian hij au ini t idak kem bali ke bangkunya di seberang, m elainkan
m enyeret sebuah bangku dan duduk di sam pingnya ! I ni dilakukan sam bil
tersenyum- senyum, matanya mengerling tajam penuh arti.
Daripada berdebat yang bukan- bukan, yang sebet ulnya t idak ada art inya sam a
sekali, bukankah lebih baik kit a bert em an ? Kam - goanswe, kam i sudah lam a
m endengar nam a besarm u, sudah lam a m engagum i Jenderal Muda Kam Si Ek
yang gagah perkasa dan m enj adi idam an set iap orang wanit a di propinsi Shan- si
! Kam i bert iga enci adik t idak m em punyai niat buruk t erhadap j enderal,
m elainkan hendak m em bant u usaham u, hendak m enyerahkan j iwa raga
m engabdi kepadam u, Kam - goanswe! Sam bil berkat a dem ikian, dengan lagak
genit si baj u hij au ini m enggeser bangkunya sam pai m epet dengan bangku Kam
Si Ek.
Si Baj u Merah dan kuning segera t ert awa- t awa dan m engit ari m ej a, m enarik
bangku dan m engisi cawan arak. Bet ul sekali kat a adikku yang bungsu. Kam -
goanswe, kam i m enyerahkan j iwa raga asal kau suka kam i t em ani! kat a yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 64


t ert ua sam bil m enyerahkan secawan arak dan t angan k irinya m em egang pundak
pemuda tampan itu.
Percayalah, kam i bert iga sanggup m engangkat m u m enj adi yang dipert uan di
daerah ini. Kata si baju kuning yang memeluk leher Kam Si Ek dari belakang !
Dirayu dan dikeroyok t iga orang gadis- gadis cant ik yang berbau harum ini,
sej enak Kam Si Ek t ert egun saking kaget dan herannya. Kem udian ia serent ak
bangkit dari bangkunya, m elangkah m undur t iga t indak, m ukanya m erah sekali
dan ia berkata, suaranya keren.
Sam- wi ini apa m aksudnya bersikap sepert i ini? Maksud kam i sudah j elas,
m asa Goanswe t idak t ahu ? Sudah lam a kam i kagum dan sekarang begit u
berj um pa kam i j at uh cint a, apakah kau t idak m enghargai perasaan suci kam i ini
? kata Si Baju Merah tanpa malu- malu lagi.
Kam- goanswe, ribuan orang pem uda t ergila- gila kepada kam i dan sem ua kam i
t olak, sekarang m elihat m u, kam i bert iga sekaligus j at uh hat i. Bukankah ini j odoh
yang baik sekali ? kata Si Baju Kuning.
Dengan kepandaian kam i bert iga digabung kepandaianm u, apa sukarnya
m eram pas kedudukan raj a di wakt u orang pandai sedang m em perebut kan
kekuasaan ini ? Goanswe m em punyai t ent ara yang cukup banyak dan kuat . Kat a
Si Baju Hijau.
Gila! ! Kam - goanswe berseru m arah. Pergilah kalian ! Pergi dan j angan
ganggu aku lagi. Pergi ! Kam Si Ek m arah bukan m ain, akan t et api kem arahan
ini agaknya belum m enyam ai kem arahan Liu Lu Sian yang m engint ai di at as
gent eng. Gadis ini m arah sekali kepada t iga orang perem puan yang dianggap t ak
t ahu m alu it u. Juga disam ping kem arahannya ia pun kagum kepada Kam Si Ek !
Sungguh j ant an ! Sungguh gagah dan keras hat i, t idak t unduk oleh gadis- gadis
cantik yang tergila- gila kepadanya.
Singgg! ! Tam pak kilat an t iga bat ang pedang yang dicabut berbareng oleh t iga
orang gadis jelita itu.
Pilihan kam i hanya dua. Kau m enerim a kerj a sam a dengan kam i at au kau
serahkan kepalamu untuk kami hadiahkan kepada Raja Muda Kerajaan Liang!
Bagus! Kam Si Ek m elangkah m undur dua t indak dan m encabut goloknya yang
berkilauan saking t aj am nya. Telunj uk t angan kirinya m enuding dan ia berkat a
bengis, Kalian t iga orang wanit a m uda t ak t ahu m alu. Kalian dat ang m engaku
sebagai See- liong- sam- ci- m oi ( Tiga Enci Adik Naga Barat ) , berlagak pendekar
wanit a yang berm aksud m em bant u karena m elihat kesengsaraan rakyat dalam
j am an perang perebut an kekuasaan. Aku m enerim a kalian dengan baik dan
horm at . Kiranya kalian m engandung m aksud hat i yang kot or dan hina. Kalau aku
m em beri t anda, alangkah m udahnya anak buahku yang ribuan orang banyaknya
dat ang m enangkap kalian unt uk dij at uhi hukum an m at i. Akan t et api aku Kam Si
Ek seorang laki- laki sej at i, t idak m engandalkan j um lah orang banyak. Maj ulah,
dan sudah sepat ut nya golokku m engakhiri riwayat kalian yang t ersesat ke dalam
jurang kenistaan!
" Manusia som bong! " Si Baj u Merah m eloncat dan bagaikan kilat m enyam bar
pedangnya m enusuk, berikut t ubuhnya yang m elayang ke depan, benar- benar
sepert i seekor naga m enyam bar. Hebat serangan ini, akan t et api Kam Si Ek yang
sudah siap dengan goloknya, menangkis keras.
" Tranggg! ! " Wanit a baj u m erah it u t erpent al ke sam ping, akan t et api dengan
gerakan indah ia m em buat loncat an salt o dua kali. Adapun kedua orang adikny a
j uga sudah m enerj ang m aj u dengan loncat an- loncat an t inggi dan m enyerang
dengan pedang selagi t ubuh m ereka m asih di udara. Kam Si Ek t erkej ut sekali.
Tiga orang wanit a ini benar- benar pat ut dij uluki Naga Barat , karena gerakan
m ereka benar- benar lincah dan cepat laksana naga m enyam bar. I a cepat
m engelak sam bil m em ut ar golok sehingga berhasil m enangkis t usukan pedang
dari kanan kiri. Akan t et api t iga orang enci adik it u sudah m endesaknya dengan
serangan pedang bert ubi- t ubi. Kam Si Ek cepat m em ut ar goloknya dan m ainkan
ilm u silat ket urunan keluarga Kam .Pert ahanannya kuat sekali, nam un didesak

Suling Mas Kho Ping Hoo 65


oleh t iga bat ang pedang yang bekerj a sam a baik sekali, ia hanya m am pu
menangkis sambil berloncatan ke sana ke mari, sebentar saja terdesak hebat.
Nam un, sebagai seorang j ant an Kam Si Ek berpegang kepada kat a- kat anya. I a
t idak m au bert eriak m int a bant uan para penj aga yang berada di luar gedung it u
dan tetap mempertahankan diri dengan goloknya. Sewaktu pedang Si Baju Merah
m enusuk t enggorokan dan ia m enangkis dengan golok, pedang Si Baj u Kuning
sudah m em babat penggangnya. Cepat ia bergerak dengan j urus Burung Walet
Mem balikkan Tubuh, m em buat gerakan m em ut ar unt uk m engelak sam bil
m em ut ar goloknya m elindungi t ubuh belakang. I a berhasil m engelak dan
sekaligus m enangkis babat an pedang Si Baj u Hij au t epat pada wakt unya. Akan
t et api kem bali pedang Si Baj u Merah sudah m enerj ang dat ang, disusul dua buah
pedang yang lain ! Karena ket iga orang gadis lihai it u kini m enghuj ankan
serangan di t iga bagian, yait u bawah t engah dan at as, m aka sibuk j ugalah Kam
Si Ek. Dengan ilm u golok em asnya yang diput ar m erupakan bent eng m elindungi
t ubuhnya, ia hanya dapat m elindungi bagian at as dan t engah saj a, sehingga
m enghadapi penyerangan pedang di bagian bawah, ia harus m eloncat- loncat
yang m em buat gerakan pem ut aran goloknya t erganggu. Set elah lewat t iga puluh
j urus, pem uda ini m ulai berput ar- put ar dan t erdesak ke sana ke m ari, sem ua
jalan keluar telah dihadang oleh tiga orang gadis yang tertawa- tawa mengejek.
" Jenderal som bong, daripada m at i di uj ung pedang, bukankah lebih baik kau
m em eluk t iga orang gadis j elit a ? Ah, alangkah goblok engkau ! Mana bisa
engkau m elawan See- liong- sam- ci- m oi ? Kam i benar- benar m encint aim u, Kam -
goanswe !"
" Lebih baik aku m at i ! " t eriak Kam Si Ek ganas dan m elihat kesem pat an selagi Si
Baj u Merah bicara, golok em asnya m enyam bar dengan pem balasan serangan
dahsyat . Nam un t iga bat ang pedang sudah m enangkisnya dan kem bali ia
terkepung tiga gulungan sinar berkilau yang mematikan semua jalan ke luar itu.
Liu Lu Sian yang m enont on dari at as gent eng, segera m enget ahui bahwa biarpun
Kam Si Ek m em iliki t enaga yang cukup kuat , nam un di bidang ilm u silat agaknya
belum dapat diandalkan benar, j auh di bawah t ingkat t iga orang gadis it u.
Kem arahannya m em uncak dan kekagum annya t erhadap Kam Si Ek j uga
m em uncak. I a segera m engam bil j arum - j arum rahasianya dan t iga kali
t angannya bergerak disert ai pengerahan sin- kang yang sepenuhnya. Senj at a
rahasia j arum ini adalah aj aran ayahnya, penggunaannya am at sukar karena
jarum- j arum it u kecil dan ringan sekali, harus disam bit kan dengan sin- kang
t ert ent u baru dapat m eluncurcepat m elebihi anak panah. Dan sekali j arum - jarum
ini m eluncur, sam a sekali t idak m endat angkan suara, kalaupun ada, suara it u
halus sekali sukar ditangkap telinga.
Hebat sekali kesudahannya. Terdengar j erit m elengking dan t iga orang gadis it i
sepert i disam bar pet ir. Si Baj u Merah m elepaskan pedangnya dan berput ar- putar
sepert i m abok, disusul Si Baj u Kuning yang m elem parkan pedang dan m encekik
lehernya sendir, kem udian Si Baj u Hij au t erj ungkal dan m elingkar- lingkar di at as
lant ai. Tiga orang gadis it u berkeloj ot an di at as lant ai dan beberapa m enit
kem udian t ak bergerak lagi. Si Baj u Merah kem asukan j arum t epat di ubun-
ubunnya, Si Baj u Kuning t erkena lehernya dan Si Baj u Hij au t erserang dadanya.
Jarum- j arum it u m engandung racun kelabang yang gigit annya m enewaskan
seketika, maka bukan main hebatnya.
Kam Si Ek berdiri dengan golok m elint ang di depan dada, m at anya t erbelalak
lebar. Pada saat it u berkelebat bayangan m em asuki pint u dan m uncullah seorang
wanit a berpakaian serba put ih, waj ahnya cant ik dan t erang, usianya sebaya
dengan Kam Si Ek. Wanit a ini m em egang sebat ang pedang dan t angan kirinya
m enj am bak ram but dua orang laki- laki berpakaian t ent ara lalu ia m endorong dua
orang it u sehingga t erguling di at as lant ai, t erus berlut ut di sit u dengan
tubuhmenggigil.
" Eh, Sut e siapa m ereka ini ... ah, bukankah ini See- liong- sam- ci- m oi yang
menjadi tamu kita ? Dan ... ah, mereka sudah tewas dan ... kau memegang golok
! Apa yang terjadi, Sute ?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 66


Kam Si Ek m enggunakan t angan kirinya m enggosok m at a lalu m enyusut peluh di
dahinya, m enggeleng- geleng kepala. " Bukan aku yang m em bunuh m ereka, Suci.
Tapi m ereka pat ut t ewas, m ereka m em punyai niat busuk t erhadap aku. Akan
tetapi ....agaknya ada orang pandai membantu dan membunuh mereka.."
Wanit a it u m em bant ing- bant ing kakinya. " Celaka ! Mereka adalah t am u- tamu
kit a, m ana pat ut t ewas di sini ? Kalau ada orang yang m em bunuh m ereka secara
bersem bunyi, belum t ent u berniat baik. Kit a harus cari dia unt uk
m em pert anggungj awabkan perbuat annya! " Wanit a baj u put ih it u m eloncat keluar
lagi. "Nanti dulu, Suci. Dua orang ini ... ada apakah ?"
" Hem m , sialan benar. Dia dan lim a orang lain m elakukan pem erasan kepada
beberapa orang pengungsi, m alah m engganggu wanit a. Yang lim a kulukai, yang
dua ini pemimpinnya, kubawa ke sini untuk kau adili."
" Jahanam ! " Kam Si Ek m enggerakkan kakinya m enendang dan dua orang yang
sial it u t erlem par, kepala m ereka m em bent ur t em bok,pecah dan t ewas seket ika.
Beginilah wat ak Kam Si Ek yang benci akan penyelewengan- penyelewengan.
Akan tetapi kakak seperguruannya, wanita baju putih itu sudah meloncat pergi ke
luar untuk mencari pembunuh See- liong- sam- ci- moi. Kam Si Ek juda cepat lari ke
luar setelah menyambar gendewa dan anak panahnya. Dalam ilmu silat boleh jadi
dia kurang pandai, akan t et api ilm u panahnya t erkenal di seluruh Shansi, di
samping ilmunya mengatur siasat perang dan ilmu menunggang kuda.
Ket ika Kam Si Ek t iba di luar gedung, ia m elihat para penj aga sudah ribut- ribut
m em andang ke at as. Ket ika ia berdongak, ia m elihat bahwa sucinya t elah
bert anding pedang dengan hebat nya m elawan seorang gadis yang gerakannya
lincah sekali. Bulan m alam it u m enerangi j agat , akan t et api dari bawah ia t idak
dapat m elihat siapa adanya gadis yang bert anding m elawan enci seperguruanny a
itu.
" Goblok ! " t erdengar wanit a it u m em aki, suaranya nyaring dan m erdu,
m elengking m enem bus kesunyian m alam . "Beginikah kalian m em balas
pertolongan orang ?"
" Kau harus m enyerah, t ak boleh sem barangan m em bunuh orang di t em pat
kami," jawab sucinya dengan suaranya yang tegas.
Pada saat it u, ent ah m engapa , t iba- t iba sucinya kehilangan k eseim bangan
t ubuhnya, t erhuyung di at as gent eng dan sesosok bayangan yang bergerak
seperti terbang telah menyambar tubuh wanita itu.
Lu Sian kaget m elihat lawannya wanit a baj u put ih it u t iba- t iba m enghent ikan
penyarangannya dan t erhuyung, kem udian ia lebih kaget lagi ket ika t ubuhnya
tibq- t ibq m enj adi lem as dan t ahu- t ahu ia t elah disam bar orang dan dipanggul
pergi ! Ket ika m elihat bahwa yang m em anggulnya adalah Kwee Seng, ia
meronta- ront a, nam un t idak berhasil m elepaskan diri. I ngin ia m enusukkan
pedangnya pada punggung pem uda ini, nam un t ot okan t adi m em buat t ubuhny a
terlalu lemas.
Kam Si Ek sudah sej ak t adi m erasa berhut ang budi kepada wanit a yang t ernyat a
t elah m enolongnya kalau t idak segera t ert olong, rasanya ia t akkan m am pu
m enangkan See- liong- sam- ci- m oi. Tadinya ia sudah hendak m eloncat naik
m encegah sucinya m enyerang wanit a it u, sekarang m elihat seorang laki- laki
muda berpakaian pelaj ar m em ondong wanit a it u, ia m enyangka bahwa t ent ulah
pem uda it u, seorang j ahat . Cepat ia m em beri aba- aba unt uk m enyerang pem uda
itu dengan anak panah, sedangkan ia sendiri pun lalu mementang gendawanya.
Akan t et api pem uda it u hanya m enengok sam bil t ersenyum . Waj ah yang t am pan
it u t ersinar bukan dan hat inya Kam Si Ek t ercengang. Pem uda it u t am pan bukan
m ain dan senyum nya m anis sekali ! Tent u sebangsa j ai- hwa- cat ( penj ahat cabul)
yang hendak melarikan gadis dengan maksud kotor dan rendah !
" Lihat panah ! " bent aknya dan sekali gendawanya m enj epret , lim a bat ang anak
panah menyambar ke arah tubuh belakang Kwee Seng !
" Bagus ! " Kwee Seng yang m asih m enengok it u t ersenyum lebar dan m em uj i,
karena kepandaian m elepas panah it u benar- benar hebat . Lim a anak panah it u

Suling Mas Kho Ping Hoo 67


m enuj u ke lim a bagian j alan darah di punggung dan kakinya, dan dengan
kecepatan yang luar biasa !

Cepat t angan kirinya m encabut kipasnya dan ia harus m engerahkan lwee-


kangnya unt uk m engebut dan m erunt uhkan anak- anak panah it u. Akan t et api
kini para peraj urit panah sudah pula ikut m elepaskan anak panah, sedangkan
Kam Si Ek dengan kecepat an luar biasa sudah pula m enghuj ankan anak
panahnya. Terpaksa Kwee Seng kem bali m engebut sam bil m engerahkan sin-
kang- nya, kem udian sekali berkelebat t ubuhnya sudah m eloncat j auh, kem udian
berlari cepat set elah t ubuhnya m elayang t urun dan sekali ia m enggerakkan
kakinya, ia t elah m eloncat ke at as t em bok bent eng. Huj an anak panah lagi dari
kanak kiri, nam un pelepasan anak panah oleh para peraj urit it u t ent u saj a t idak
begit u di hiraukan oleh Kwee Seng. Sekali kipasnya m engebut , angin kebut annya
sudah m em buat sem ua anak panah m enyeleweng arahnya at au runt uh ke
bawah. Kemudian ia meloncat keluar tembok dan lenyap !
"Suci ... ! Dimana kau ... ?" Kam Si Ek berseru, akan tetapi ia tidak melihat kakak
seperguruannya it u. Nam un ia m em punyai banyak pekerj aan, m aka ia t idak
m encarinya lagi, m elainkan cepat m engat ur anak buahnya unt uk m elakukan
penj agaan yang lebih kuat dan m em erint ah orang- orang unt uk m engurus lim a
buah m ayat yang m enggelet ak di lant ai ruangan gedung. Malam it u j uga ia
m engadili lim a orang lain yang dilukai encinya dan m enggunakan kesem pat an ini
unt uk m engancam para t ent ara dengan hukum an berat apabila ada yang berani
m elakukan penyelewengan. Kem udian ia m asuk ke dalam kam arnya dan duduk
t erm enung. I a m aklum bahwa t idak sem ua anggot a bala t ent aranya set ia
kepadanya, karena sesungguhnya, ia t idak m am pu m em beri belanj a yang cukup
kepada m ereka. Banyak diant ara m ereka yang diam - diam ingin rupanya dia
mengabdi kepada Raj a Liang at au kepada Gubernur Li yang j uga sudah
mengangkat diri sendiri sebagai raja muda di Shan- si.
" Tidak," bant ah suara hat inya, " sebelum m uncul pem im pin yang bet ul- bet ul akan
m em buat rakyat Shan- si khususnya hidup am an t ent ran dan m akm ur, aku t idak
akan mengabdi kepada siapapun juga !"
Sem ent ara it u, Lu Sian t erus m eront a- ront a, kedua kakinya di gerak- gerakkan
danakhirnya Kwee Seng m enurunkannya di dalam hut an t em pat m ereka t adi
berist irahat sam bil m em bebaskan t ot okannya. Dengan pedang di depan dada Lu
Sian meloncat maju dan membentak.
" Kwee Seng, kali ini kau t erlalu ! Mengapa kau m engganggu urusanku ? Apakah
kau hendak pamer kepandaianmu ?"
" Eh, Sian- m oi ..., aku hanya hendak m encegah kau m enim bulkan keribut an di
tempat orang, aku ... aku hanya bermaksud menolongmu ... "
" Siapa but uh pert olongan m u? Siapa sudi ? Kwee Seng, agaknya di sam ping
kelem ahan hat im u, kau j uga m em iliki kesom bongan m em andang rendah orang
lain. Apa yang kulakukan, kau peduli apakah ?"
"Sian- m oi, m engapa kau berkat a dem ikian ? Bagaim ana aku dapat t idak
m em pedulikan apa yang kau lakukan ? Sian- m oi ... kau sudah t ahu akan
perasaan hat iku, t ak perlu kusem bunyikan lagi. Aku cint a padam u ! Nah,
sekarang t erlepaslah sudah ganj alan hat iku. Aku m encint aim u, t ent u saj a aku tak
dapat m em biarkanm u t erancam bahaya at au m elakukan hal- hal yang t idak
sem est inya. Kam Si Ek seorang pat riot sej at i, seorang gagah perkasa, t ak boleh
diganggu..."
" Cukup ! Biar seribu kali kau m encint aku, kau belum berhak unt uk m engurusi
persoalanku. Aku bukan apa- apam u, t ahu ? Kau boleh m encint aku sam pai
m am pus, akan t et api aku t idak m encint aim u ! Dengar baik- baik, Kwee Seng, aku
t idak cint a kepadam u ! Kau m em ang t am pan, kau m em ang gagah perkasa,
m em iliki kesakt ian t inggi m elebihi aku, akan t et api kau lem ah ! Kau bukan laki-
laki sej at i, hat im u lem ah, m udah j at uh. Kaukira aku cint a kepadam u ? I hh ! Aku
suka ikut bersam am u karena m engharapkan kepandaianm u yang kauj anj ikan
kepadaku di depan ayah. Nah kau dengar sekarang ? Set elah kauket ahui

Suling Mas Kho Ping Hoo 68


pendirianku, apakah kau kini hendak m enarik j anj im u lagi sepert i layaknya
seorang pengecut ?"
Bukan m ain hebat nya serangan ini bagi Kwee Seng, seakan- akan ribuan bat ang
j arum berbisa m enusuk- nusuk j ant ungnya. Waj ahnya sebent ar pucat sebent ar
m erah, t ubuhnya gem et ar, bibirnya m enggigil, m at anya sayu dan dua but ir air
m at a m em basahi pipinya. Kem udian ia m enggert ak gigi m engeraskan perasaan,
m enguat kan hat inya, m engepal t angan dan berkat a sam bil m enengadahkan
muka ke langit.
" Bagus sekali ! Mem ang kau pat ut m enj adi put eri Pat- jiu- Sin- ong ! Aku yang
bodoh. Ha- ha- ha, aku yang t olol. Orang m acam ku m ana berharga m enj at uhkan
hat i padam u ? Tidak, Liu Lu Sian, aku t idak m enarik j anj iku ! Kapan saj a kau
m int a, akan kut urunkan ilm uku yang kupakai m engalahkan kau di panggung
Beng- kauw ket ika it u. Mem ang aku cint a kepadam u, dan kau t idak m encint aiku
sam a sekali. Ha- ha- ha, biarlah, biar dirasakan oleh hat i yang rakus ini, oleh
pikiran yang pendek dan tak tahu diri ini, Si Cebol merindukan bulan, ha- ha- ha!"
Senang bukan m ain hat i Liu Lu Sian. Mem ang beginilah wat ak gadis put eri Beng-
kauwcu ini. Mungkin karena sem enj ak kecil t erlalu dim anj a, at au m em ang
m em iliki wat ak aneh ket urunan ayahnya yang t erkenal sebagai t okoh aneh di
dunia kang- ouw, gadis ini suka sekali m elihat laki- laki, sebanyak- banyaknya,
j at uh hat i kepadanya. Suka I a m enggoda, m enonj olkan kej elit aannya agar
m ereka m akin dalam t erperosok, kem udian akan ia kecewakan m ereka, akan ia
permainkan mereka dan melihat mereka menderita, ia akan mentertawakannya !
" Unt ung engkau m asih belum t erlalu rendah unt uk m enarik kem bali j anj im u.
Kwee Seng, aku m enunt ut j anj im u it u pada besok m alam , t epat t engah m alam ,
di sini juga. Aku akan menjumpaimu di sini dan ... "
" Tidak, Liu Lu Sian. Tem pat ini kurang sepi, m ungkin ada orang lewat dan akan
m elihat kit a. Kau lihat bukit di sana it u. Tam paknya sukar didat angi, t erj al dan
liar. Jangan kira m udah m enerim a ilm u. Aku hanya m au m enurunkan ilm uku
kepadam u di puncak bukit it u. Besok m alam t engah m alam t epat , aku
menantimu di sana !"
Lu Sian m enengok ke arah t im ur. Mat ahari m ulai m uncul dan t am paklah
bayangan sebuah bukit yang t ak berapa j auh dari t em pat it u. Bukit yang
bent uknya aneh, puncaknya m encuat t inggi bent uknya sepert i kepala naga at au
kepala mahluk aneh.
" Baik, besok m alam aku akan berada di pum cak it u! " Set elah berkat a dem ikian,
Lu Sian m eloncat ke at as kudanya dan m elarikan kuda it u pergi m eninggalkan
Kwee Seng.
Pem uda it u berdiri t egak sepert i pat ung, m endengarkan derap kaki kuda yang
yang m akin lam a m akin j auh, lalu ia m eram kan m at anya, serasa perih hat inya,
serasa j ant ungnya dirobek dan serasa sem angat nya t erbang m elayang m engikut i
suara derap kaki kuda yang m em bawa lari Lu Sian, gadis yang selam a ini
m em enuhi hat inya. Tiba- t iba ia t ert awa dan m enam par kepalanya sendiri. " Ha-
ha- ha, t olol ! Gila perem puan! ! " Kwee Seng lalu m engam bil guci araknya dan
m inum dari guci araknya dan m inum dari guci it u t anpa t akaran lagi. Arak
menggelok memasuki kerongkongannya.
Tiba- t iba ia berhent i m inum dan m enengok m em andang ke arah gerom bolan
pohon kem bang kecil yang belim kebagian sinar m at ahari pagi, m asih gelap.
Biarpun perasaannya t erganggu bat innya t erpukul hebat , nam un t elinga pem uda
ini m asih am at t aj am , perasaannya m asih am at peka t erhadap bahaya. I a
mendengar ferakan orang disitu, maka tegurnya, "Siapakah mengintai disitu?"
Sesosok bayangan put ih berkelebat keluar dari belakang pohon- pohon dan
seorang gadis berdiri di hadapan Kwee Seng dengan m uka m erah dan sinar m at a
m em bayangkan rasa m alu. Gadis ini cepat m enj ura dengan horm at sam bil
berkata.
" Harap Taihiap sudi m em aafkan. Sesungghnya bukan m aksud saya unt uk
m engint ai, akan t et api keadaan t adi m em buat saya t idak berani unt uk keluar
memperkenalkan diri."

Suling Mas Kho Ping Hoo 69


Kwee Seng cepat m em balas penghorm at an gadis yang m em akai pakaian serba
put ih ini. Gadis berm at a j ernih, berm uka t erang dan bersikap gagah, yang belum
pernah ia kenal. Akan t et api ia segera t eringat bahwa gadis inilah agaknya Si
Bayangan Putih yang bertempur melawan Lu Sian di atas genteng benteng tadi.
" Hem m , kalau sudah lam a Nona m engint ai, agaknya t ak perlu lagi
m em perkenalkan diri, t ent u Nona sudah m enget ahui segalanya! " kat a Kwee Seng
dengan hat i m engkal karena adegan Lu Sian yang am at m em alukan, yang
merendahkan dirinya.
" Sekali lagi m aaf, Taihiap. Sesungguhnya saya m elihat dan m endengar sem ua
dan sekarang t ahulah saya bahwa gadis lihai yang secara aneh m endat angi
bent eng adik seperguruanku it u bukan lain adalah Nona Liu Lu Sian put eri Beng-
kauwcu yang am at t erkenal. Sungguh m erupakan hal yang t idak pernah kam i
duga, dan andaikat a dia dat ang m em perkenalkan diri secara waj ar, sudah past i
kam i akan m enyam but nya dengan segala kehorm at an. Akan t et api, nasi sudah
m enj adi bubur dan saya m erasa bersalah t erhadap Kwee- t aihiap yang am at saya
kagum i karena kesakt iannya. Oleh karena it u, saya peresilakan Kwee- taihiap sudi
singgah di bent eng kam i unt uk m em pererat persahabat an dan unt uk
menambahkan pengetahuan kami yang dangkal."
Diam- diam Kwee Seng kagum . Biarpun hanya seorang wanit a, seorang gadis
m uda, nam un nona ini benar- benar j auh bedanya dengan wanita- wanit a yang ia
t em ui. Nona ini m em bayangkan ot ak t aj am , pandangan luas, sopan- sant un dan
hati- hat i, sepert i sikap orang yang sudah banyak pengalam an. I a lalu t eringat
bahwa ia belum m enanyakan nam a, dan sebagai seorang yang begit u luas
pandangannya sepert i nona ini, t ent u saj a t ak m ungkin akan m em perkenalkan
nama kalau tidak ditanya.
" Terim a kasih, Nona baik sekali. Set elah nona m enget ahui nam aku, agaknya
boleh juga aku mengenal nama nona yang terhormat?"
" Saya yang bodoh bernam a Lai Kui Lan, m em bant u perj uangan Kam - sut e ( Adik
Seperguruan Kam ) . Saya m urid t unggal dari m endiang ayah Kam - sut e, akan
t et api saya yang bodoh t ak dapat m ewarisi sepersepuluhnya dari ilm u silat
keluarga Kam."
Kem bali j awaban yang m engagum kan hat i Kwee Seng. Ah, kalau saj a Liu Lu Sian
mempunyai watak dan sikap seperti nona baju putih ini, pikirnya.
" Sekali lagi t erim a kasih at as undangan Nona Liu yang m anis budi. Akan t et api,
sebet ulnya saya t idak ingin m engganggu ket ent eram an Nona dan Kam - goanswe.
Tadi pun saya hanya berm aksud m encegah t erj adinya hal- hal yang
m endat angkan kekacauan, m aka m aafkan kalau t adi saya m elakukan kesalahan
t urun t angan t erhadap Nona, karena m aksud saya hanya m enghent ikan
pertandingan."
Kui Lan m enundukkan m ukanya dan pipinya m erah sekali. Akan t et api ia
m enj awab dengan sikap sederhana m erendah, " I lm u kepandaian Kwee- taihiap
t elah m em bukla m at a saya. Saya ulangi lagi, at as nam a Kam - sut e j uga, kam i
persilakan Kwee- taihiap untuk singgah dan menerima penghormatan kami."
" Tidak bisa, Nona Lai. Terim a kasih. Saya harus pergi sekarang j uga." Set elah
berkat a dem ikian, Kwee Seng m engangkat kedua t angan m em beri horm at , lalu
m elom pat ke at as kudanya dan m eninggalkan guci araknya yang sudah kosong.
Hat inya yang penuh rasa nelangsa it u agaknya m em buat ia t idak pedulian,
sehingga guci arak kosong tidak pula dibawanya.
Set elah pem uda it u pergi, Lai Kui Lan berdiri t erm enung di t em pat it u. Berkali-
kali ia m enarik napas panj ang, kem udian pandang m at anya bert em u dengan guci
arak. I a m elangkah m aj u, m em bungkuk dan m engam bil guci arak it u. Tanpa ia
sadar, ia m enekankan guci arak kosong it u pada dadanya, dan ia m eram kan
m at anya seakan- akan guci arak yang t adi ia lihat dim inum oleh Kwee Seng it u
m ewakili diri pem uda sakt i yang t elah m em buat j ant ungnya m engget ar- get ar it u.
Kalau Lu Sian m em andang rendah dan m enghina Kwee Seng, sebaliknya Lai Kui
Lan ini sekaligus j at uh cint a saking kagum nya m elihat Kwee Seng dalam
segebrakan merobohkan dia !

Suling Mas Kho Ping Hoo 70


Mem ang aneh- aneh di dunia ini, apa lagi kalau m enyangkut asm ara yang
m engam uk di hat i or ang- orang m uda. Lai Kui Lan yang berwat ak gagah dan
polos ini sekali j um pa j at uh dan m encint ai Kwee Seng, akan t et api yang
dicint anya t idak t ahu akan hal ini karena Kwee Seng kegilaan Liu Lu Sian.
Sebaliknya Lu Sian t idak m au m em balas cint a kasih Kwee Seng dan gadis liar ini
kagum kepada Kam Si Ek !
Ket ika Lai Kui Lan sadar kem bali akan keadaan dirinya, m ukanya m enj adi m akin
m erah dan beberapa but ir air m at a t erlont ar keluar dari pelupuk m at anya.
Teringat akan keadaan Kwee Seng ia bergidik. Kasihan sekali pendekar it u. Jat uh
cint a kepada put eri Beng- kauwcu. I a sudah m endengar akan Liu Lu Sian put eri
Beng- kauwcu, gadis j elit a dan perkasa yang sudah m enj at uhkan hat i ent ah
berapa banyak pem uda. I a m endengar pula t ent ang para m uda yang m enj adi
korban di Beng- kauw. Dan kini agaknya pendekar sakt i Kwee Seng m enj adi
korban pula. Kem udian ia t eingat akan sut enya, Kam Si Ek. Ada persam aan
ant ara Liu Lu Sian dan Kan Si Ek. Sut enya it u pun m enj adi rebut an para gadis,
m em buat banyak gadis t ergila- gila, akan t et api sut enya t et ap t idak m au
m enerim a cint a seorang di ant ara m ereka. Banyak pula yang m enj adi korban
asmara, di antaranya tiga orang enci adik See- liong- sam- ci- moi- itu !
Teringat pula akan j anj i Kwee Seng unt uk m enurunkan ilm u pada besok t engah
m alam di puncak bukit sebelah t im ur, ia m erasa ngeri. Bukit it u t erkenal dengan
nam a Liong- kui- san ( Bukit Silum an Naga) , biarpun bukan sebuah di ant ara
gunung- gunung besar, nam un di daerah it u am at t erkenal sebagai bukit yang
sukar didatangi orang, serem dan dikabarkan banyak setannya. Kam Si Ek sendiri
m elarang anak buahnya naik gunung it u, karena m em ang keadaannya am at
berbahaya dan harus diakui bahwa ada sesuat u yang m em buat puncak bukit it u
kelihat an aneh. Banyak j urang- j urang yang t ak t erukur dalam nya, dan di sana
mengalir pula sungai yang deras airnya, sungai yang sum bernya dari dalam
gunung dan yang kem udian m enggabung dengan sungai Wu- kiang. Sungai ini
pun oleh penduduk diberi nam a Liong- hiat- kiang ( Sungai Darah Naga) , karena
pada saat t ert ent u sinar m at ahari m em buat sungai it u kelihat an kem erahan
seperti darah !
Kem udian Lai Kui Lan m engeluh dan berj alan dengan langkah gont ai sam bil
m endekap guci arak. Sem angat nya seolah- olah m elayang pergi m engikut i
bayangan Kwee Seng Si Pendekar Muda yang sakti dan tampan !
Kwee Seng yang m erana hat inya oleh ppengakuan Liu Lu Sian yang t idak
m em balas cint akasihnya, m em balapkan kudanya m enj auhi let ak bent eng Jendral
Kam Si Ek. Karena t eringat akan j anj inya kepada Liu Lu Sian, ia lalu
m em belokkan kudanya ke arah t im ur dan hat inya lega ket ika m em asuki sebuah
dusun t ak j auh dari kaki gunung, sebuah dusun yang cukup ram ai, bahkan di sit u
t erdapat sebuah rum ah penginapan sederhana yang m em buka pula sebuah
rest oran. Unt ung baginya, rum ah penginapan it u dalam keadaan kosong t idak
ada tamu sehingga keadaan sunyi dan ia tidak benyak menunggu.
Kwee Seng m enj ual kudanya dengan perant araan pengurus hot el, kem udian ia
m inum m abok- m abokan sam bil bernyanyi- nyanyi unt uk m engusir pergi
kerinduan dan kesedihan hat inya. Sebent ar saj a para pelayan hot el m em berinya
nam a Sast rawan Pem abok ! Dalam m aboknya Kwee Seng m enyanyikan saj ak-
sajak romantis ciptaan penyair terkenal Li Tai Po.
Pada senj a hari it u Kwee Seng berdiri di ruangan belakang rum ah penginapan,
m em andang sinar m at ahari yang m ulai lenyap, hanya t am pak sinar m erah
kekuningan m enerangi angkasa barat . Tangan kanannya m em egang sebuah
t em pat arak t erbuat daripada kulit labu kering. I a bersandar kepada langkan,
m em andangi angkasa barat yang berwarna indah sekali sam bil sekali- kali
m eneguk arak dari t em pat it u. Teringat ia akan saj ak karangan Li Tai Po, m aka
sam bil m engangkat m uka dan m enggerak- gerakan t em pat arak di depannya,
Kwee Seng lalu menyanyikan sajak itu,

Suling Mas Kho Ping Hoo 71


Kunikm at i arak hingga t ak sadar akan dat angnya senj a ront okan daun bunga
m em enuhi lipat an baj uku m abok kuham piri anak sungai m encerm inkan bulan
ohhh, burung terbang pergi, sunyi dan rawan
Kwee Seng berhent i bernyanyi dan m eneguk araknya. Biarpun hawa arak sudah
m em enuhi kepalanya, m em buat kepalanya serasa ringan dan hendak m elayang-
layang nam un sebagai seorang ahli silat yang sakt i, t elinganya m enangkap suara
langkah kaki orang. Sam bil m inum t erus dan arak m enet es- net es dari bibirnya,
Kwee Seng melirik ke sebelah kanan. Ia masih berdiri bersandarkan langkan.
"Heh- heh- heh, m at ahari pergi t ent u t ergant i m unculnya bulan..." I a berkat a- kata
seorang diri akan t et api diam - diam ia m em perhat ikan orang- orang yang baru
datang. Mengapa ada orang datang dari belakang rumah penginapan ?
Ket ika m elihat bahwa yang dat ang adalah seorang pem uda dan seorang gadis, ia
t idak berani m em andang langsung, m elainkan m engerling dan m em perhat ikan
dari sudut matanya. Alangkah herannya ketika ia mengenal wanita itu. Bukan lain
adalah gadis baj u put ih, Lai Kui Lan, suci ( kakak seperguruan) dari Jenderal Kam
Si Ek ! Pakaiannya m asih sut ra put ih sepert i pagi t adi, waj ahnya m asih t erang
dan m anis sepert i t adi, akan t et api ada keanehan pada diri gadis ini. Kalau pagi
t adi Lai Kui Lan am at peram ah dan sinar m at anya bening t erang, kini gadis it u
sam a sekali t idak m enengok ke arahnya, seakan- akan t idak m engenalnya at au
t idak m elihat nya, padahal t ak m ungkin t idak m elihat nya karena di t em pat it u
t idak ada orang lain. Dan sinar m at a gadis it u, sepert i kehilangan sem angat ,
t idak sewaj arnya ! Apalagi lengan kiri gadis it u digandeng dengan erat oleh Si
Pemuda yang memandang penuh curiga kepadanya.
Kwee Seng m em balikkan t ubuh, m enggoyang- goyang kepalanya sepert i seorang
pem abokan dan m engangkat t em pat arak ke arah pem uda it u dengan gerakan
m enawarkan. Akan t et api diam - diam ia m em perhat ikan Si Pem uda. Seorang
pem uda sebaya dengannya, berwaj ah cukup t am pan akan t et api m em bayangkan
keanehan dan kekej am an, sepasang alisnya yang t ebal hit am it u bersam bung
dari m at a at as kiri ke at as m at a kanan. Kepalanya kecil t ert ut up kain penut up
kepala yang bent uknya lain daripada biasa. Pada m uka it u t erbayang sesuat u
yang asing, sepert i t erdapat pada waj ah orang- orang asing. Tubuhnya t idak
berapa besar nam un m em bayangkan kekuat an t ersem bunyi yang hebat ,
sedangkan sinar m at anya pun m em bayangkan t enaga dalam yang kuat . Diam -
diam Kwee Seng t erkej ut dan m enduga- duga siapa gerangan pem uda ini, dan
m engapa pula Lai Kui Lan ikut dengan pem uda ini dengan sikap seolah- olah
seekor domba yang dituntun ke penjagalan.
Seekor dom ba yang dit unt un ke penj agalan ! Kalim at ini seakan- akan
berdengung di t elinga Kwee Seng, m em buat nya t erm enung lupa akan araknya
ket ika dua orang it u sudah m em asuki kam ar t engah, m endengar suara Si
Pem uda yang berat dan parau m int a kam ar dij awab oleh pengurus rum ah
penginapan. Kem udian, m asih lupa akan araknya, Kwee Seng berj alan perlahan
m enuj u ke kam arnya sendiri, kalim at t adi m asih t erngiang di t elinganya.
Mungkin, bisik hat inya. Mungkin sekali Lai Kui Lan m enj adi dom ba dan pem uda
it u kiranya pat ut pula m enj adi seorang penyem belih dom ba, seorang j ai- hwa- cat
( penj ahat cabul) . Kalau t idak dem ikian, m engapa sikap Lai Kui Lan begit u aneh
sepert i orang t erkena sihir ? Sepert i seorang yang m elek akan t et api t idak sadar
?
Makin gelap keadaan cuaca di luar hot el, m akin gelap pula pikirnya Kwee Seng
m enghadapi t eka- t eki it u. Hat inya pernah penasaran, biarpun beberapa kali ia
m eyakinkan hat inya bahwa kehadiran Lai Kui Lan bersam a seorang pem uda it u
sam a sekali bukan urusannya dan bahwa t idak pat ut m engint ai keadaan m uda-
m udi yang m ungkin sedang di laut an m adu asm ara, nam un kecurigaanny a
mendesak- desaknya sehingga t ak lam a kem udian, di dalam kegelapan m alam ,
Kwee Seng sudah m elayang naik ke at as gent eng hot el dan m elakukan
pengint aian. Hal ini ia lakukan dengan guci arak m asih di t angan, karena unt uk
melakukan pekerj aan yang berlawanan dengan kesusilaan ini ia harus
menguatkan hati dengan minum arak.

Suling Mas Kho Ping Hoo 72


Akan t et api ket ika ia m engint ai ke dalam kam ar dua or ang it u, ham pir saj a ia
t erj engkang saking m arah dan kaget nya. Tak salah lagi apa yang dikuat irkan
hatinya ! I a m elihat Lai Kui Lan t erbaring t elent ang di at as pem baringan dalam
keadaan lem as t ak dapat bergerak, m ukanya yang pucat it u basah oleh air m at a,
t erang bahwa gadis it u t ert ot ok hiat - t o ( j alan darah) di bagian t hian- hu hiat dan
m ungkin j uga j alan darah yang m em buat gadis it u m enj adi gagu ! Akan t et api air
m at a it u m encerit akan segalanya ! Mencerit akan bahwa keadaan gadis sepert i it u
bukanlah at as kehendak Si Gadis sendiri, m elainkan t erpaksa dan karena t ak
berdaya. Adapun pem uda t adi, duduk di t epi pem baringan sam bil berkat a lirih
membujuk- bujuk.
Nona yang baik, m engapa kau m enangis?" Dengan gerakan halus dan m esra
pem uda it u m engusap- usap kedua pipi yang penuh air m at a. " Aku t ert arik oleh
kecant ikanm u, dan andaikat a aku t idak t ahu bahwa kau adalah suci dari Jenderal
kam Si Ek, t ent u aku t idak akan berlaku sesabar ini! Aku ingin kau m enyerahkan
diri kepadaku berikut hat im u, ingin kau m em balas cint aku dan kau akan kuaj ak
ke Khitan, menjadi isteriku, isteri seorang panglima! Dengan ikatan ini, tentu adik
seperguruanm u akan suka bersekut u dengan kam i. Nona, kau t inggal pilih,
m enyerah kepadaku dengan sukarela, at aukah kau ingin m enj adi orang t erhina
karena aku m enggunakan kekerasan? Kau t idak ingin dinodai sepert i it u, bukan?
Aku Bayisan, panglim a t erkenal di Khit an, t idak kecewa kau m enj adi
kekasihku..." Pem uda it u m enundukkan m ukanya hendak m encium m uka gadis
yang tak berdaya itu.
Tiba- t iba pem uda yang bernam a Bayisan it u m eloncat bangun, m em bat alkan
niat nya m encium karena t engkuknya t erasa panas dan sakit . Mat anya j elilat an ke
sana ke m ari, cuping hidungnya kem bang kem pis karena ia m encium bau arak.
I a m eraba t engkuknya yang t ernyat a basah dan ket ika ia m endekat kan
tangannya ke depan hidung, ia berseru kaget.
" Keparat , siapa berani m ain- m ain dengan aku?" "Penj ahat cabul j ahanam ! Di
tempat umum kau berani melakukan perbuatan biadab, sekarang beremu dengan
aku t ak m ungkin kau dapat m engum bar nafsu iblism u! " t erdengar suara Kwee
Seng dari atas genteng.
Bayisan bergerak cepat sekali, t ahu- t ahu t ubuhnya sudah m elayang ke luar dari
j endela kam ar dan beberapa m enit kem udian ia sudah m eloncat naik ke at as
gent eng. Akan t et api ia t idak m elihat orang di at as gent eng yang sunyi it u!
Bayisan celingukan, napasnya t erengah- engah karena m enahan am arah,
sebatang pedang sudah berada di tangan kanannya.
" Heeeei! Jahanam cabul, aku di sini. Mari kit a keluar dusun kalau kau m em ang
berani!" Tahu- t ahu Kwee Seng suah berada agak j auh dari t em pat it u, m elam bai-
lam baikan guci araknya ke arah Bayisan. Tent u saj a orang Khit an ini m akin
m arah dan sam bil berseru keras ia m engej ar. Kwee Seng lari cepat dan t erj adilah
kejar- kej aran di m alam gelap it u, m enuj u ke luar dusun. Di luar dusun inilah
Kwee Seng menantikan lawannya.
Mereka berhadapan. Kwee Seng t enang dan ket ika lawannya dat ang ia sedang
m eneguk araknya. Bayisan m arah sekali, m ukanya m erah m at anya j alang,
pedang di t angannya gem et ar. Ket ika m engenal pem uda pelaj ar pem abokan it u,
ia makin marah.
" Eh, kiranya kau, pelaj ar j em bel t ukang m abok! Kau siapakah dan m engapa kau
lancang dan m encam puri urusan pribadi orang lain?" Bayisan m em bent ak
m enahan kem arahannya karena ia m aklum bahwa yang berdiri di depannya
bukan orang sem barangan sehingga ia harus bersikap hat i- hat i dan m engenal
keadaan lawan lebih dulu. Bayisan t erkenal sebagai seorang pem uda yang selain
t inggi ilm unya. Juga am at cerdik dan kej i. Di Khit an ia t erkenal sebagai seorang
panglim a m uda yang t angguh dan pandai. Kwee Seng t ert awa. " Aku orang biasa
saj a, t idak sepert i engkau ini, Panglim a Khit an m erangkap penj ahat cabul! Aku
m endengar t adi nam am u Bauw I San? Belum pernah aku m endengar nam a it u!
Pernah aku mendengar nama Kalisani sebagai tokoh Khitan yang dipuji- puji, akan

Suling Mas Kho Ping Hoo 73


t et api nam a Bouw I San ( Bayisan) t ukang pet ik bunga ( penj ahat cabul) aku
belum pernah!"
" Hem m , m anusia som bong! Aku m em ang bernam a Bayisan Panglim a Khit an, kau
m endengarnya at au belum bukan urusanku. Aku suka gadis it u dan hendak
m engam bilnya sebagai kekasih, kau m au apa? Apakah kau iri? Kalau kau iri,
apakah kau t idak bisa m encari perem puan lain? Tak t ahu m alu engkau, hendak
merebut perempuan yang sudah menjadi tawananku!"
"Heh- heh- heh, Bayisan hidung belang! Jangan sam akan aku dengan engkau! Kau
suka m engganggu wanit a, aku t idak! Kau penj ahat cabul, aku j ust eru m em basm i
penjahat cabul! Aku Kwee Seng selamanya tidak memaksa perempuan yang tidak
cint a kepadaku! " kalaim at t erakhir ini t anpa ia sadari keluar dari m ulut nya dan
diam- diam Kwee Seng selam anya t idak m em aksa perem puan yang t idak cint a
kepadaku! " Kalim at t erakhir ini t anpa ia sadari keluar dari m ulut nya dan diam -
diam Kwee Seng m eringis karena ia t eringat akan Liu Lu Sian yang t idak cint a
kepadanya.
Di lain pihak, Bayisan kelihat an t erkej ut dan m arah m endengar disebut nya nam a
ini. " Akhh, keparat ! Jadi kau ini Kwee Seng, pelaj ar j em bel t ak t ahu m alu it u?
Kau t elah t erlepas dari t angan m aut Suhuku Ban- pi Lo- cia, sekarang kau t ak
m ungkin t erlepas dari t anganku! " set elah berkat a dem ikian, Bayisan m enuyerang
hebat dengan pedangnya. Pedang it u digerakkan ke at as akan t et api dari at as
menyambar ke bawah dengan bacokan ke arah kepala, kemudian disusul gerakan
m enusuk dada. Hebat serangan ini, karena sekaligus dalam sat u gerakan saj a
telah menjatuhkan dua serangan yaitu membacok kepala dan menusuk dada!
Akan t et api Kwee Seng m enggerakkan kedua kakinya dan t ubuhnya m encelat ke
belakang sej auh dua m et er sam bil m eneguk araknya. Sekaligus dua serangan it u
gagal sama sekali!
" Aih... aihhh... j adi kau ini m urid Ban- pi Lo- cia? Pant as... pant as.... Gurunya
hidung belang, muridnya mata keranjang!"
Akan t et api dengan gerakan kilat Bayisan sudah m enerj ang m aj u dan perm ainan
pedangnya benar- benar hebat . Kiranya Bayisan bukanlah sem barang m urid dari
Ban- pi Lo- cia, agaknya sudah m enerim a gem blengan dan m ewarisi ilm u silat
bagian yang paling t inggi, di sam ping ilm u silat yang dipelaj arinya dari orang-
orang pandai di daerah ut ara dan barat . Pedang di t angannya berkelebat an
berubah m enj adi sinar bergulung- gulung dan angin yang dit im bulkan
mengeluarkan bunyi berdesingan mengerikan.
Diam- diam kwee seng kagum j uga. Sayang sekali, pikirnya. Jarang ada orang
m uda dengan ilm u kepandaian sehebat ini, m aka am at lah saying kepandaian
begini baik j at uh pada diri seorang pem uda yang berm oral rendah. Orang dengan
kepandaian sepert i ini t ent u akan dapt m enj unj ung t inggi nam a besar suku
bangsa Khit an yang m em ang t erkenal sej ak dulu sebagai suku bagsa yang kuat
dan pengelana yang ulet . Menghadapi pedang Bayisan yang t ak boleh dipandang
ringan ini, t erpaksa Kwee Seng m engeluarkan kipasnya dan dengan kipas di
tangan kir, barulah ia menghalau semua ancaman bahaya dari pedang itu.
Sebaliknya, Bayisan kaget sekali. Gurunya pernah bercerita bahwa di dunia kang-
ouw m uncul j ago m uda bernam a Kwee Seng yang berj uluk Kim - o- eng. Akan
t et api gurunya t idak bicara t ent ang kehebat an pem uda it u, m aka sungguh
kaget lah ia ket ika m elihat bet apa pem uda it u hanya dengan kipas di t angan
m am pu m enghadapi pedangnya, m alah kini sem ua j alan pedangnya serasa
buntu, lubang untuk menyerang tertutup sama sekali! Celaka, pikirnya, andaikata
ia dapat m enangkan sast rawan m uda it u, hal yang am at m eragukan, t ent u akan
m akan wakt u lam a sekali. Pert andingan m elawan sast rawan ini t idak pent ing
baginya, lebih pent ing lagi diri Lai Kui Lan yang ia t inggalkan dalam kam ar hot el.
Pengaruh t ot okannya t idak akan t ahan lam a, apalagi gadis it u m em iliki ilm u
kepandaian yang t idak rendah. Kalau ia t erus m elayani sast rawan ini dan Lai Kui
Lan dapat m em bebaskan diri daripada t ot okan, t ent u akan t erlepas dan lari.
Kalau sudah lari kem bali ke bent eng,sukarlah unt uk m enangkapnya lagi. I a akan
menderit a rugi dua kali, pert am a, kehilangan calon korban yang begit u

Suling Mas Kho Ping Hoo 74


m enggiurkan, ke dua, rencananya m enarik Jenderal Kam Si Ek sebagai sekut u
Khitan akan gagal sama sekali.
Berpikir demikian, pemuda Khitan yang cerdik ini lalu mengeluarkan seruan keras
dan t inggi ham pir m erupakan suara lengking m em ekakkan t elinga, kem udian
pedangnya bergerak m enusuk- nusuk sepert i dat angnya belasan bat ang anak
panah. Kwee Seng t erkej ut . Lengking t adi ham pir m encapai t ingkat yang dapat
m em bahayakan lawan. Kalau pem uda Khit an ini t ekun berlat ih dan m enerim a
bim bingan orang pandai, t ent u akan berhasil m em iliki ilm u pekik sem acam Saicu-
ho- kang ( Aum an Singa) yang dapat m elum puhkan lawan hanya dengan
pengerahan suara saj a ! Apalagi lengking it u disusul serangan pedang sehebat
itu. Benar- benar pemuda Khitan ini mengagumkan dan berbahaya.
Kwee Seng cepat m em ut ar kipasnya dan karena ia kuat ir kipasnya akan rusak
m enghadapi huj an t usukan it u, ia m engalah dan m eloncat ke belakang. Akan
t et api kesem pat an it u dipergunakan oleh Bayisan unt uk m enggerakan t angan
kirinya. Benda- benda hitam menyambar dan Kwee Seng mencium bau yang amat
t idak enak ket ika ia m engelak dan j arum - j arum hit am it u lewat di depan
m ukanya. Jarum - j arum beracun yang lebih j ahat daripada j arum beracun m ilik
Liu Lu Sian ! Unt uk m enghilangkan bau t idak enak, ia m eneguk araknya. Akan
tetapi Bayisan meloncat pergi sambil berkata.
" Jem bel busuk, Tuanm u t idak ada wakt u lagi unt uk ... " Hanya sam pai di sini
kata- kat a Bayisan karena t iba- t iba ia t erguling roboh dan t ubuhnya lem as !
Kiranya secepat kilat Kwee Seng t adi t elah m enyem burkan dari m ulut nya dan
m enyusulkan sebuah t ot okan dengan uj ung kipasnya. Gerakannya m elom pat
sepert i kilat m enyam bar dengan cepat nya sehingga t idak t erduga- duga oleh
Bayisan yang lebih dulu sudah t ersem bur arak pada punggungnya. Robohlah
tokoh Khitan itu, terguling telentang. Ia berusaha bangkit namun tak berhasil dan
roboh lagi. Di lain saat Kwee Seng sudah berdiri di dekat nya dan m enudingkan
gagang kipas pada dadanya. Kini suara Kwee Seng keren berpengaruh.
" Bayisan ? Kau t erhit ung apa dengan Kalisani?" Bayisan orangnya cerdik sekali.
Kalau perlu ia sanggup bersikap pengecut unt uk m enyelam at kan diri. Seket ika ia
m engert i bahwa nyawanya t ergant ung pada j awabannya ini. Tanpa ragu- ragu ia
berkat a, " Dia Kakak Misanku, t unggu saj a kau akan pem balasannya karena kau
berani menghinaku!"
Kwee Seng tertawa bergelak dan melangkah mundur. "Ho- ho- ha- ha ! Kau hendak
m enggunakan nam a Kalisani unt uk m enakut - nakut i aku ? Aha, lucu ! Just eru
karena engkau saudara m isannya, j ust eru karena m em andang m ukanya, aku
m engam puni j iwam u yang kot or, bukan sekali- kali karena aku t akut kepadanya.
Huh, m anusia rendah yang m encem arkan nam a besar orang- orang gagah
Khit an! " Kwee Seng m eludah, m engenai m uka Bayisan, lalu pem uda ini
meninggalkan Bayisan, berlari cepat ke dusun.
Ket ika ia m em asuki kam ar lewat j endela, ia m elihat Lai Kui Lan m asih t elent ang
di at as pem baringan, air m at anya bercucuran, akan t et api kini gadis it u sudah
dapat m ulai bergerak- gerak lem ah. Kwee Seng cepat m enggunakan uj ung
kipasnya m enot ok j alan darah dan t erbebaslah Kui Lan. Gadis ini m eloncat
bangun, m ukanya m em bayangkan kem arahan besar. I a bersikap sepert i orang
hendak bert em pur, kedua t angannya yang kecil m engepal, m at anya berapi- api
m em andang ke sana ke m ari, m encari- cari. " Mana dia ? Mana j ahanam t erkut uk
itu ? Aku hendak mengadu nyawa dengan jahanam itu!"
" Tenanglah, Nona. Bayisan sudah pergi kupancing dia keluar dusun dan dia
sekarang t erbaring di sana, t ert ot ok gagang kipasku. Unt ung bahaya lewat
sudah, Nona, dan kiranya t ak baik m enim bulkan gaduh di hot el ini sehingga
m em ancing dat ang banyak orang dan akan t im bul pert anyaan- pert anyaan yang
amat tak baik bagi nama Nona..."
Tiba- t iba Lai Kui Lan m em andang Kwee Seng dan m enj at uhkan diri di depan
pem uda it u sam bil m enangis. Kwee Seng kebingungan dan m enyent uh pundak
gadis it u dengan halus. " Ah, apa- apaan ini Nona ?Mari bangkit dan duduklah,
kalau hendak bicara, lakukanlah dengan baik, jangan berlutut seperti ini."

Suling Mas Kho Ping Hoo 75


Lai Kui Lan m enahan isaknya, lalu bangkit dan duduk di at as kursi. Kwee Seng
tetap berdiri dan menenggak araknya yang tidak habis- habis itu.
"Kwee- t aihiap, kau t elah m enolong j iwaku..." " Ah, kau t idak t erancam bahaya
maut, bagaimana bisa bilang aku menolong jiwamu?"
"Kwee- t aihiap bagaim ana bisa bilang begit u ? Bahaya yang m engancam ku di
t angan j ahanam it u lebih hebat daripada m aut ..." Gadis it u m enangis lagi lalu
cepat m enghapus air m at anya dengan saput angan. " Sam pai m at i aku Lai Kui Lan
tidak dapat melupakan budi Taihiap..." Tiba- tiba sepasang pipinya menjadi merah
dan sinar matanya menatap wajah Kwee Seng penuh rasa terima kasih.
Melihat sinar m at a it u, Kwee Seng m em buang m uka dan m enenggak araknya
lagi. " Lupakanlah saj a, Nona, dan bert erim a kasih kepada Tuhan bahwa
kejahatan selalu pasti akan hancur."
" Ah, di m ana dia ? Aku harus m em bunuhnya ! Dia t ert ot ok di luar dusun?"
Setelah berkata demikian, gadis itu cepat ke luar dan berlari di dalam gelap.
Kwee Seng m enggeleng- gelengkan kepalanya. Mem ang Bayisan pat ut di bunuh,
akan t et api ia m erasa t idak enak kepada Kalisani, t okoh Khit an yang dikagum i
sem ua orang dunia kang- ouw. Maka ia t idak m enghendaki nona it u m em bunuh
Bayisan, dan diam - diam ia m engikut i Lai Kui Lan dari j auh. Akan t et api hat inya
lega ket ika ia m elihat bahwa ket ika Lai Kui Lan t iba di luar dusun, Bayisan sudah
t ak t am pak lagi bayangannya. Kem bali ia m erasa kagum . Pem uda Khit an it u
benar- benar luar biasa, dapat m em bebaskan diri dari t ot okan sedem ikian
cepatnya.
Ket ika dengan hat i kecewa Kui Lan kem bali ke kam ar it u, ia t idak m elihat Kwee
Seng, hanya m elihat sehelai kert as bert ulis di at as m ej a. I a m em ungut nya dan
membaca tulisan yang rapi dan bagus.
Para pelayan telah melihat nona datang bersama dia, tidak baik bagi nona tinggal
lebih lama di tempat ini, lebih baik kembali.
Surat it u t ak bert anda t angan, akan t et api Kui Lan m aklum siapa orangnya yang
m enulisnya. Dengan helaan napas panj ang, lalu m eloncat keluar lagi dan berlari-
lari m enuj u bent eng sut enya. Gadis ini t idak t ahu bahwa diam - diam dari j auh
Kwee Seng m engikut inya unt uk m enj aga kalau- kalau gadis ini bert em u lagi
dengan Bayisan. Set elah gadis it u m em asuki bent eng, barulah ia berj alan
perlahan kembali ke hotelnya, memasuki kamar lalu tidur dengan nyenyak.
Pada keesokan m alam nya, Kwee Seng berj alan perlahan m endaki bukit Liong-
kui- san. Baiknya m alam hari it u angkasa t idak t erhalang m endung sehingga
bulan yang m asih besar m enyinar t erang, m enerangi j alan set apak yang am at
sukar dilalui. Diam - diam pem uda ini kagum akan keadaan gunung yang t ak
dikenalnya ini, bergidik m enyaksikan j urang- j urang yang am at dalam , dan ia
m erasa m enyesal m engapa ia kem arin m int a supaya Lu Sian dat ang ke t em pat
sepert i ini. Kalau ia t ahu gunung ini begini berbahaya, t ent u ia m em ilih t em pat
lain. Akan t et api karena sudah t erlanj ur, dan ia m aklum pula bahwa Lu Sian
cukup pandai unt uk unt uk dapat m endaki gunung ini, ia m elanj ut kan
pendakiannya.
Tepat pada t engah m alam ia t iba di puncak bukit . Puncak ini m erupakan t em pat
dat ar yang luasnya lim a belas m et er persegi, dit um buhi rum put t ebal, dan di
sebelah selat an dan barat m erupakan t em pat pendakian yang sukar, adapun di
sebelah ut ara dan t im ur t am pak j urang t ernganga, j urang yang t ak dapat
dibayangkan bet apa dalam ya karena yang t am pak hanya warna hit am gelap
m engerikan. Jauh sebelah bawah, agaknya di j urang sebelah t im ur, t erdengar
suara air gemericik, akan tetapi tidak tampak airnya.
Ket ika t iba di t em pat it u, Kwee Seng m enengok ke belakang dan m enarik napas
panj ang. Sej ak t adi ia t ahu bahwa ada orang m engikut inya, dan t ahu pula bahwa
orang it u bukan lain adalah Lai Kui Lan. Ket ika t iba di bagian yang sukar dan
banyak bat unya t adi, diam - diam ia m enyelinap dan m engam bil j alan lain t urun
lagi m aka ia m elihat bahwa orang yang m em bayanginya t adi it u adalah Lai Kui
Lan. I a diam saj a dan t idak m enegur, lalu m elanj ut kan perj alanannya, m alah
m enj aga agar ia t idak m engam bil j alan t erlalu sukar agar nona yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 76


m em bayanginya it u dapat m engikut inya dengan am an. I a m enduga- duga apa
m aksud nona it u dan akhirnya ia m engam bil kesim pulan bahwa nona it u t ent u
ingin pula m elihat kelanj ut an daripada urusannya dengan Lu Sian. Tiba- t iba ia
t eringat , Lu Sian seorang yang aneh wat aknya. Kalau diket ahui bahwa ada orang
ket iga hadir, t ent u akan m arah, bukan t ak m ungkin t im bul keganasannya dan
m enyerang Kui Lan. Oleh karena inilah m aka Kwee Seng t idak j adi naik, cepat ia
berlari turun lagi menyongsong Kui Lan.
Dapat dibayangkan bet apa kaget hat i Kui Lan ket ika m elihat Kwee Seng secara
tiba- t iba berdiri di depannya, t ak j auh dari puncak. Mereka berdiri berhadapan
saling pandang, dan Kui Lan menjadi makin gugup.
" Eh... ah... Kwee- t aihiap....aku... aku ingin bercerit a kepadam u t ent ang...
t ent ang m engapa aku sam pai dat ang bersam a... j ahanam it u. Karena aku t idak
bisa m enj um pai Taihiap di sana, aku... aku lalu dat ang ke sini karena kau t ahu
bahwa m alam ini Taihiap t ent u akan dat ang disini." Kat a- kat a ini diucapkan
tergesa- gesa dan t ergagap sehingga Kwee Seng m erasa kasihan, t idak m au
menggodanya dengan pertanyaan- pertanyaan yang mendesak.
" Kau aneh sekali, Nona Lai. Mengapakah kau hendak m encerit akan hal it u ? Akan
t et api biarlah, karena kulihat bahwa orang yang hendak kuj um pai di sini belum
dat ang di puncak, baiklah kau bercerit a. Nah, sekarang aku bert anya, bagaim ana
kau bisa bertemu dan tertawan oleh Bayisan ? Duduklah biar enak kita bicara."
Lai Kui Lan bernapas lega, lalu ia duduk di at as sebuah bat u, berhadapan dengan
Kwee Seng yang duduk di atas tanah.
" Kem arin, set elah Taihiap m eninggalkan aku di hut an it u." I a m ulai bicara,
suaranya m engget ar, "aku t ak dapat m enahan hat iku yang m erasa kasihan dan
kagum kepada Taihiap. Aku kecewa karena Taihiap t idak sudi m enerim a
undanganku, kam i sesungguhnya m em but uhkan pet unj uk- pet unj uk orang sakt i
sepert i Taihiap. Aku t idak put us asa dan berusaha m engej ar Tahiap yang
m enunggang kuda." I a berhent i sebent ar unt uk m elihat dan m enunggu reaksi
dari Kwee Seng, akan t et api pem uda ini diam saj a m aka ia m elanj ut kan
ceritanya.
" Set elah keluar dari hut an it u, t iba- t iba m uncul Bayisan. Dia m enyat akan
kehendaknya, yait u berm aksud unt uk m em buj uk sut e unt uk bersekut u dengan
orang- orang Khit an. Tent u saj a aku m enj adi m arah dan m em aki lalu kam i
bert em pur dengan kesudahan aku kalah dan t ert awan. Dia lihai bukan
m ain,orang Khit an keparat it u. Dem ikianlah, dalam keadaan t ak berdaya aku
dibawa ke rumah penginapan itu. Untung Tuhan melindungi diriku sehingga dapat
bert em u dengan Taihiap. Kwee- t aihiap, kuulangi lagi perm ohonanku, sudilah
kiranya Taihiap berkunj ung ke bent eng, berkenalan dengan Sut eku dan kam i
m ohon pet unj uk- pet unj uk dari Tahiap dalam suasana yang kacau balau ini. Kam i
seakan- akan ham pir kehilangan pegangan, Taihiap, dem ikian banyaknya m uncul
raja- raj a yang m em bangun keraj aan- keraj aan kecil sehingga sukar bagi kam i
untuk menentukan nama yang baik dan mana yang buruk."
Di dalam hat inya Kwee Seng m em uj i. Nona ini, sepert i j uga Kam Si Ek, adalah
seorang yang am at cint a kepada negara, orang- orang berj iwa pat riot yang akan
rela m engorbankan j iwa raga dem i negara dan bangsa. Tak enaklah kalau
menolak terus.
" Baiklah, Nona Lai. Set elah selesai urusanku di sini, aku akan singgah di bent eng
Jenderal Kam."
" Terim a kasih, Taihiap, t erim a kasih...! " Dengan suara penuh kegem biraan Kui
Lan menjura, berkali- kali.
" Sst t t , ada orang di puncak. Nona Lai, karena kau sudah t erlanj ur berada di sini,
aku pesan, kau bersem bunyilah dan j angan sekali- kali kau keluar, j angan sekali-
kali m em perlihat kan diri, apapun j uga yang t erj adi. Maukah kau m em enuhi
permintaanku ini?"
Lai Kui Lan dapat m engert i isi hat i Kwee Seng, dengan m uka sedih ia
m engangguk. Akan t et api karena m uka it u t ert ut up bayangan, Kwee Seng t idak
m elihat kesedihan ini, Kwee Seng lalu bangkit dan m eninggalkan Kui Lan,

Suling Mas Kho Ping Hoo 77


m endaki puncak. Benar saj a dugaannya, ket ika ia t iba di puncak, di sana t elah
berdiri Liu Lu Sian. Bukan m ain j elit anya gadis ini. Di bawah sinar bulan yang t ak
t erhalang sesuat u, gadis ini sepert i seorang dewi dari khayangan. Sinar bulan
m em bungkus dirinya, ram but nya m engeluarkan cahaya, m at anya sepert i
bintang.
" Kiranya kau t idak lupa akan j anj im u. Kwee Seng, aku sudah berada di sini, siap
m enerim a ilm u sepert i yang kau j anj ikan dahulu." Kat a Liu Lu Sian, akan t et api
suaranya am at t idak m enyenangkan hat i, karena t erdengar dingin, alangkah j auh
bedanya dengan pribadinya yang seakan- akan m encipt akan kehangat an dan
kem esraan. I a t ahu bahwa gadis it u selain t idak m em balas cint a kasihnya, j uga
m endendam kepadanya. Karena it u, ia pun t idak m au m enggunakan sebut an
moi- m oi ( adinda) , karena kuat ir kalau- kalau hal it u akan m enam bah kem arahan
Si Gadis dan akan m enim bulkan cem oohan t erhadap dirinya yang sudah t erang
tergila- gila kepada Lu Sian.
" Lu Sian, sebet ulnya ilm u yang kupergunakan unt uk m enandingim u dahulu it u
hanyalah Ilmu Silat Pat- sian- kun biasa saja."
" Tak perlu banyak alasan, Kwee Seng. Kalau ada ilm u yang hendak kau t urunkan
kepadaku seperti janjimu, lekas beri ajaran!"
Kwee Seng m enggigit bibirnya, lalau berkat a, "Kau lihat lah baik- baik. I nilah ilm u
silat it u." I a lalu bersilat dengan gerakan lam bat dan m em ang ia m ainkan I lm u
Silat Pat - sian- kun- hwat dengan t angan kosong, akan t et api j elas bahwa gerakan-
gerakan ini diperunt ukkan senj at a pedang. Sebet ulnya ilm u silat ini ada enam
puluh j urus banyaknya. Akan t et api ket ika Kwee Seng m enerim a pet unj uk dari
Bukek Siansu Si Manusia Dewa, ia hanya m eringkasnya m enj adi seperem pat nya
saj a, j adi hanya enam belas j urus int i yang sudah m eliput i seluruhnya dan
m encakup sem ua gerak kem bang at au gerak pancingan, gerak serangan at au
gerak pert ahanan. Set elah m ainkan enam belas j urus it u, Kwee Seng berhent i
dan memandang kepada Lu Sian sambil berkata.
" Nah, inilah ilm u silat ku yang hendak kuaj arkan kepadam u, Lu Sian, Sudahkah
kau m em perhat ikan gerakannya ? Harap kau coba lat ih, m ana yang kurang j elas
akan kuberi penjelasan."
" Ah, kau m em bohongi aku! " Lu Sian berseru m arah. " I lm u silat m acam it u saj a,
dilihat dari gerakannya jauh kalah lihai daripada Pat- mo Kiam- hoat ciptaan Ayah !
Mana bisa kaukalahkan aku dengan ilm u it u ? Kwee Seng, aku t ahu, set elah kau
tidak bisa mendapatkan cintaku, kau hendak membalasnya dengan menyuguhkan
ilmu silat pasaran untuk menghinaku!"
Gem as hat i Kwee Seng, dan perih perasaannya. Gadis ini t erlalu kej am kepada
orang yang t idak m enj adi pilihan hat inya. " Lu Sian, sipa m em bohongim u ? Ket ika
aku menghadapimu dahulu, aku tidak menggunakan ilmu lain kecuali ini!"
"Aku tidak percaya ! Coba kau sekarang jatuhkan aku dengan ilmu itu!"
" Baiklah. Biar kugunakan ini sebagai pedang." Kwee Seng m engam bil sebuah
rant ing pohon yang berada di t em pat it u. " Kau m ulailah dan lihat baik- baik, aku
hanya akan menggunakan Pat- sian- kun!"
Lu Sian m encabut pedangnya, lalu m enerj ang dengan gerakan kilat , m ainkan
jurus berbahaya dari ilmu pedang ciptaan ayahnya, yaitu Pat- mo Kiam- hoat (Ilmu
Pedang Delapan I blis) yang m em ang dicipt akan unt uk m enghadapi Pat - sian- kun
(Ilmu Silat Delapan Dewa).
Melihat pedang nona it u berkelebat m enusuk ke arah dadanya dengan kecepat an
luar biasa, Kwee Seng m enggeser kakinya ke kiri lalu rant ing di t angan kanannya
m elayang dari sam ping m enem pel pedang dari at as dan m enekan pedang lawan
it u ke bawah disert ai t enaga sin- kang. Pedang Lu Sian t ert ekan dan t ert em pel
seakan- akan berakar pada rant ing it u ! Bet apapun Lu Sian berusaha m elepaskan
pedang, sia- sia belaka.
" Nah, t angkisan ini dari j urus keem pat yait u pat - sian- khat- bun ( Delapan Dewa
Buka Pint u) dan dapat dilanj ut kan dengan serangan j urus ke delapanPat - sian-
hian- hwa ( Delapan Dewa Serahkan Bunga) , pedang m enyam bar sesuka hat i,
boleh m em ilih sasaran, akan t et api unt uk cont oh aku hanya m enyerang bahu."

Suling Mas Kho Ping Hoo 78


Tiba- t iba rant ing yang t adinya m enekan pedang it u lenyap t enaga t ekannya dan
selagi pedang Lu Sian yang t elepas dari t ekanan ini m eluncur ke at as, rant ing
cepat melesat dan menyabet bahu kanan Lu Sian !
Lu Sian m eringis, t idak sakit , akan t et api am at penasaran. " Coba hadapi ini! "
t eriaknya dan pedangnya m em buat lingkaran- lingkaran lebar, dari dalam
lingkaran it u uj ung pedang m enyam bar- nyam bar laksana burung garuda m encari
mangsa, mengancam tubuh bagian atas dari lawan.
" Seranganm u ini kuhadapi dengan j urus ke lim a yang disebut Pat - sian- hut- si
( Delapan Dewa Kebut Kipas) unt uk m elindungi diri." Kat a Kwee Seng dan t iba-
t iba rant ing di t angannya berput ar cepat m erupakan segunduk sinar bulat
m elindungi t ubuh at asnya dan dilanj ut kan dengan serangan j urus ke em pat belas
yang disebut Delapan Dewa Menari Payung! " Tiba- t iba gulungan sinar bulat it u
berubah lebar sepert i payung dan t ahu- t ahu dari sebelah bawah, rant ing t elah
m eluncur dan m enyabet paha Lu Sian sehingga m engeluarkan suara " plak! "
keras. Kalu saja ranting itu merupakan pedang tentu putus paha gadis itu !
" Aduh ...! " Lu Sian m enj erit karena pahanya yang disabet terasa pedas dan sakit.
"Kwee Seng, kau kurang ajar...!"
"Maaf, bukan maksudku menyakitimu. Sudah percayakah kau sekarang?"
" Tidak ! Kau akali aku ! Aku m int a kau aj arkan ilm u- ilm i silat m u yang t erkenal,
sepert i Lo- hai- san- hoat ( I lm u Kipas Menaklukan Laut an) , at au Cap- jit- seng- kiam
( I lm u Pedang Tuj uh Belas Bint ang) , at au I lm u Pukulan Bian- sin- kun ( Tangan
Sakti Kapas)!"
Kwee seng t erkej ut . Bagaim ana nona ini bisa t ahu akan ilm u- ilm u silat rahasia
sim panannya it u ? I a m enj adi curiga. Kalau Pat - j iu Sin- ong m ungkin t ahu, akan
tetapi nona ini ? Suaranya keren berwibawa ketika ia menjawab.
" Liu Lu Sian, harap kau j angan m int a yang bukan- bukan. Aku hanya hendak
m engaj arkan kau Pat - sian- kun, dan kau harus m enerim a apa yang hendak
kuberikan kepadamu."
" Kau hendak m elanggar j anj i??" " Sam a sekali t idak. Aku berj anj i kepada ayahm u
hendak m engaj arkan ilm u yang dapat m engalahkan ilm u pedangm u it u, dan
kurasa Pat - sian- kun yang dapat m enj adi Pat - sian Kiam - hoat dapat m engalahkan
ilmu pedangmu Pat- mo Kiam- hoat!"
"Hoa- ha- ha- ha ! Kau m enggunakan akal unt uk m enipu anak kecil, Kwee- hiante.
Sungguh keterlaluan sekali!"
Kwee Seng kaget dan cepat m enengok. Kiranya Pat - j iu Sin- ong sudah berdiri
disit u, t inggi besar dan bert olak pinggang sam bil t ert awa. Cepat Kwee Seng
m em beri horm at sam bil berkat a, "Ah, kiranya Beng- kauwcu t elah berada disini! "
Akan t et api di dalam hat inya ia t idak senang dan t ahulah ia sekarang m engapa
Lu Sian m engenal sem ua ilm u sim panannya, t ent u sebelum nya t elah diberi t ahu
oleh orang t ua ini yang hendak m em pergunakan put erinya unt uk m enj aj aki
kepandaiannya dan kalau m ungkin m em pelaj ari ilm u sim panannya. "Beng-
kauwcu, apa m aksudm u dengan m engat akan bahwa aku m enggunakan akal
untuk menipu puterimu?"
"Ha- ha- ha ! Kau bilang t adi bahwa Pat - sian- kun dapat m enangkan Pat - m o Kiam -
hoat ! Tent u saj a kau dapat m enangkan Lu Sian karena m em ang t ingkat
kepandaianmu agak lebih tinggi daripada tingkatnya." Dengan ucapan "agak lebih
t inggi" ini t erang orang t ua it u m em andang rendah kepada Kwee Seng, akan
tetapi pem uda it u m endengarkan dengan t enang dan sabar. " Andaikat a aku yang
m ainkan Pat - m o Kiam - hoat , apakah kau j uga m asih berani bilang dapat
mengalahkannya dengan Pat- sian- kun?"
Orang t ua yang baik, m ana aku yang m uda berani m ain- m ain denganm u? Kit a
sama- sam a t ahu bahwa ilm u silat sam a sekali bukan m erupakan syarat m ut lak
unt uk m enangkan pert andingan, m elainkan t ergant ung daripada kem ahiran
seseorang. Bet apa indah dan sulit nya sebuah ilm u kalau si pem ainnya kurang
m enguasai ilm u it u, dapat kalah oleh seorang ahli m ainkan sebuah ilm u biasa
saj a dengan m ahir. Put erim u dahulu kuhadapi dengan Pat - sian- kun, hal ini kau
sendiri t ahu. Aku berj anj i hendak m enurunkan ilm u yang kupakai m engalahkan

Suling Mas Kho Ping Hoo 79


dia, m alam ini kut urunkan kepadanya Pat - sian- kun, apalagi yang harus
diperbincangkan?"
" Orang m uda she Kwee ! Dua kali kau m enghina kam i keluarga Liu! " Si Ket ua
Beng- kauw m em bent ak, suaranya m enggunt ur sehingga bergem a di seluruh
punucak, m em bikin kaget burung- burung yang t adinya m engaso di pohon. Dari
j auh t erdengar aum an binatang- binat ang buas yang m erasa kaget pula
mendengar suara aneh ini.
"Pa- jiu Sin- ong, aku tidak mengerti maksudmu." Jawab Kwee Seng, tetap tenang.
" Dengan set ulus hat i aku m enj at uhkan pilihanku kepadam u, aku akan girang
sekali kalau kau m enj adi suam i anakku. Akan t et api kau pura- pura m enolak
ket ika berada di sana. I ni penghinaan pert am a. Kem udian kau m engadakan
perj alanan dengan put eriku, kuberi kebebasan karena m em ang aku senang
m em punyai m ant u engkau. Dalam perj alanan ini kau j at uh cint a kepaa Lu Sian,
sikapm u m enj em ukan sepert i seorang pem uda lem ah. I ni m asih kum aafkan
karena m em ang kukehendaki kau m encint ainya dan m enj adi suam inya. Akan
t et api Lu Sian m elihat kelem ahanm u dan t idak m au m em balas cint am u,
m elainkan m engharapkan ilm um u. Dan sekarang, kau yang kat anya
m encint ainya m at i- m at ian, t ernyat a hanya hendak m enipunya, karena kalau
bet ul m encint a, m engapa t idak rela m ewariskan ilm u sim pananm u ? I nilah
penghinaan ke dua!"
Panas hat i Kwee Seng. Terang sudah sekarang bahwa orang t ua ini secara diam -
diam m engawasi gerak- geriknya. I a m enj adi m alu sekali m engingat akan
kebodohan dan kelem ahannya. Ak an t et api orang t ua ini t erang berlaku curang
dan tak tahu malu.
"Pat- j iu Sin- ong ! Sam a kepala lain ot ak, sam a dada lain hat i ! kau m enganggap
aku m enipu, aku m enganggap kau dan put erim u yang hendak m endesakku dan
bahkan kau hendak m enggunakan rasa hat iku yang m urni t erhadap put erim u
unt uk m em uaskan nafsu t am akm u akan ilm u silat . Tidak, beng- kauwcu aku t et ap
dengan pendirianku, karena Pat - sian- kun yang m engalahkan Pat - mo- kun yang
dipergunakan put erim u, m aka sekarang aku hanya dapat m enurunkan Pat - sian-
kun saja."
" Singgg! ! ! " Tiada m enduga, kilat m enyam bar. Kiranya kilat it u keluar dari pedang
di t angan Pat - j iu Sing- ong yang t elah dihunusnya secara cepat sekali sehingga
sepert i m ain sulap saj a, t ahu- t ahu di t angannya sudah ada sebat ang pedang
yang kem ilau. I nilah Beng- kong- kiam ( Pedang Sinar Terang) yang sudah puluhan
t ahun m enem ani t okoh ini m erant au sam pai j auh ke barat , pedang yang m inum
entah berapa banyaknya darah manusia.
" Kalau begit u, kau cobalah hadapi Pat - mo- kiam dengan begit u Pat - sian- kiam ! "
teriaknya.
Terkej ut lah Kwee Seng. Menghadapi seorang t okoh sepert i Pat - j iu Sin- ong,
bukanlah hal main- main, karena berarti merupakan pertempuran selama dua hari
dua m alam m elawan Ban- pi Lo- cia berkesudahan seri, t iada yang kalah at au
menang. Ini saja sudah membuktikan betapa hebatnya kepandaian kakek ini, dan
sekarang kakek ini m engaj ak ia bert anding pedang ! Dia t idak m em punyai
pedang, biasanya ia m enggunakan suling sebagai penggant i pedang. Akan t et api
sulingnya tidak ada lagi ! Namun Kwee Seng adalah seorang pemuda gemblengan
yang t elah m em iliki bat in yang kuat sekali. Kalau baru- baru ini bat inny a
t ergoncang dan lem ah oleh asm ara, hal ini t idaklah aneh karena ia m asih m uda,
t ent u saj a m enghadapi Dewi Asm ara ia t idak akan kuat bert ahan ! Dengan sikap
t enang Kwee Seng m engam bil rant ing yang t adi ia lepaskan di at as t anah lalu
menghadapi kakek itu sambil berkata.
"Pat- j iu Sin- ong, aku t idak m em punyai senj at a lainnya selain ini. Kalau kau
bertekad hendak memaksaku, silakan."
"Ha- ha- ha- ha, Kwee Seng. Coba kau keluarkan Pat - sian- kun yang kau agung-
agungkan it u m enghadapi Pat - mo- kun ! Lu Sian, m undur kau j auh- j auh dan
j angan sekali- kali cam pur t angan! " Lu Sian m eloncat m undur, m enont on dari
pinggir jurang.

Suling Mas Kho Ping Hoo 80


Pat- j iu Sin- ong m em ut ar- m ut ar pedangnya di at as kepala sam bil t ert awa
bergelak. Hebat sekali kakek ini. Pedangnya yang diput ar di at as kepala it u
berdesingan m engaung- ngaung sepert i suara sirene dan lenyaplah bent uk
pedang, berubah m enj adi sinar bergulung- gulung yang m elebihi sinar bulan
terangnya.
Kwee Seng, inilah j urus ke t iga dari Pat - mo- kun, sam but lah! " t eriak pat - jiu- Sin-
ong, disusul dengan menyambarnya sinar terang ke arah Kwee Eng.
Karena Pat - m o Kiam - hoat ini sengaj a dicipt a unt uk m enghadapi Pat - sian Kiam -
hoat, maka tentu saja gerakannya ada persamaan dan Kwee Seng mengenal baik
gaya serangan ini, akan t et api ia m aklum bahwa j urus ini kalau dim ainkan oleh
pat- j iu Sin- ong am at lah j auh bedanya dengan perm ainan Lu Sian. Jurus apa saj a
kalau diperagakan oleh t angan kakek Ket ua Beng- kauw ini m erupakan j urus
m aut yang am at hebat dan berbahaya. Sekali pandang ia t ahu bahwa j urus
lawannya ini harus ia hadapi dengan Pat - sian- kun, j urus ke sebelas. Set iap j urus
Pat- sian- kun yang sudah ia ringkas it u dapat m enghadapi em pat m acam j urus
lawan. Sam bil m engerahkan t enaganya ia m enggerakkan rant ing di t angan
kanannya, m em ut ar- m ut ar rant ing it u sepert i gerakan seekor ular berenang.
Dengan tepat rantingnya berhasil menangkis pedang.
" Krakkkk! " Rant ing it u pat ah m enj adi dua. Pat - j iu Sin- ong m enarik pedangnya
sambil tertawa bergelak.
"Ha- ha- ha- ha, kau sungguh t ak m em andang m at a kepadaku, Kim - mo- eng ! Apa
kaukira dapat m em perm ainkan aku hanya dengan sepot ong rant ing saj a sepert i
yang kaulakukan kepada Lu Sian?"
" Kau t ahu bahwa aku t idak m em iliki senj at a pedang, Pat - j iu Sin- ong." Jawab
Kwee Seng dengan sikap t enang, akan t et api diam - diam ia senang j uga karena
t ernyat a Ket ua Beng- kauw ini biarpun wat aknya aneh dan kadang- kadang kej am
ganas, nam un m asih m em iliki kegagahan seorang t okoh besar sehingga t adi
m enarik kem bali pedangnya karena senj at a lawan yang t ak berim bang
kekuatannya itu patah.
" Lu Sian, kaupinj am kan pedangm u kepadanya, biar dia m encoba m em bukt ikan
omongannya bahwa Pat- sian- kun dapat mengalahkan Pat- mo- kun kita."
Lu Sian m engeluarkan suara ket awa m engej ek m encabut pedangnya dan
m elont arkannya ke arah Kwee Seng. Jangan dipandang ringan lont aran ini,
karena pedang it u bagaikan anak panah t erlepas dari busurnya t erbang ke arah
Kwee Seng. Ahli silat biasa saj a t ent u akan " t erm akan" oleh pedang t erbang ini.
Akan t et api dengan t enang Kwee Seng m engulur t angan dan t ahu- t ahu ia t elah
menangkap pedang itu dari samping tepat pada gagangnya.
"Ha- ha- ha, sekarang kau sudah bersenj at a pedang. Kalau kalah j angan m encari
alasan lain. Awas, sam but ini j urus ke t uj uh Pat - mo- kun! " kat a Pat - j iu Sin- ong
sam bil m enggerakkan pedangnya m em babat ke arah iga kiri Kwee Seng
dilanjutkan dengan putaran pedang membalik ke atas menusuk mata kanan.
Diam- diam Kwee Seng m endongkol. Terang bahwa Ket ua Beng- kauw ini sengaj a
m engej ek dan m em andang rendah kepadanya sehingga set iap m enyerang
m enyebut urut an nom or j urus Pat - mo- kun. Kalau ia t idak m em perhat ikan
kelihaiannya, kakek yang som bong ini akan m enj adi sem akin som bong, pikirnya.
Maka ia cepat m em ut ar pedang pinj am annya it u, pedang yang am at ringan dan
enak di pakai. Tahu bahwa pedang Toa- hong- kiam ini m erupakan pedang pusaka
yang am puh j uga, hat inya besar dan cepat ia m ainkan Pat - sian Kiam - sut dengan
pengerahan t enaga sin- kangnya. Dua kali serangan lawan dapat ia t angkis
dengan m em inj am t enaga lawan kem udian pedangnya t erpent al sepert i t erlepas
dari t angannya, padahal sebet ulnya t erpent alnya pedang it u t erkendali
sepenuhnya oleh t enaga sin- kangnya, m aka dapat ia at ur sehingga pedang it u
t erpent al dengan uj ungnya m engarah t enggorokan lawan yang sam a sekali t idak
m enyangkanya. Pat - j iu Sin- ong diam - diam kaget j uga,karena ia t iidak m engira
bahwa serangan pert am anya it u seakan- akan m alah dij adikan bat u loncat an oleh
Kwee Seng sehingga bukan m erupakan serangan lagi m elainkan m erupakan

Suling Mas Kho Ping Hoo 81


t enaga bant uan bagi lawan unt uk balas m enyerang dengan t enaga sedikit nam un
dapat mematikan!
Ket ika Pat - j iu Sin- ong m enarik kem bali pedangnya dan m enangkis sam bil
m engget arkan pedangnya unt uk m em buka kesem pat an serangan balasan,
kembali pedang Kwee Seng yang tertangkis itu terpental dan langsung membabat
leher! Kaget sekali hat i Pat - j iu Sin- ong. Bukan kaget m enghadapi serangan ini
baginya m udah saj a m enghindari diri daripada babat an. Akan t et api yang
m engej ut kan hat inya adalah m enyaksikan perubahan j urus- j urus I lm u Silat Pat -
sian- kun ini. I a m engenal bahwa sem ua gerakan Kwee Seng adalah benar- benar
Pat- sian- kun dim ainkan sepert i ini sehingga m enj adi ilm u silat yang lihai sekali
dan benar- benar ia m elihat bahwa kalau ia m elanj ut kan serangan- serangan
dengan Pat - mo- kun, ia selalu akan t erserang oleh Kwee Seng karena set iap kali
ia m enangkis dengan j urus Pat - mo- kun, pedang di t angan Kwee Seng yang
t ert angkis it u t erpent al dan langsung m enj adi j urus lain yang m elanj ut kan
serangan!
Pat- j iu Sin- ong m engeluarkan seruan keras, lengking suaranya hebat sekali,
seakan- akan m engget arkan bum i yang berada di bawah kaki, gem anya sam pai
panj ang susul- m enyusul di kanan kiri puncak. Kwee Seng cepat m engerahkan
sin- kangnya karena j ant ungnya berguncang m endengar lengking t inggi ini. Diam -
diam ia m akin kagum . Kakek ini bukan m ain hebat nya, dan lengking t adi t ak
salah lagi t ent ulah I lm u Coan- im- I - hun- to (Ilmu Kirim Suara Pengaruhi Semangat
Lawan) yang t erkenal sekali dari Ket ua Beng- kauw. Kalau saj a sin- k angnya t idak
sudah am at kuat , t ent u ia akan m enj adi set engah lum puh m endengar seruan ini,
bahkan ia percaya m ereka yang t idak m em iliki ilm u t inggi, m endengar lengking
ini bisa j ant ungnya dan t ewas seket ika ! I a dapat m elindungi j ant ung dan
perasaannya daripada pengaruh lengking t adi, sedangkan perm ainan pedangnya
t et ap t enang dan selalu m enggunakan kesem pat an m elanj ut kan serangan-
serangan yang t erus ia dasarkan pada I lm u Silat Pat - sian- kun. Bet apapun j uga,
Kwee Seng adalah seorang sat ria perkasa, sekali berj anj i hendak m enggunakan
Pat- sian- kun, ia akan t erus m enggunakan ini, biar andaikat a ia t erancam bahaya
maut sekalipun !
Set elah gem a suara lengking it u m ereda, Kwee Seng sam bil m enusukkan
pedangnya ke arah pusar lawan dengan j urus Pat - sian- lauw- goat ( Delapan Dewa
Mencari Bulan) berkat a, " Orang t ua, apakah begit u perlu Pat - mo- kun harus
kaubant u dengan Coan- im- kang ( Tenaga Mengirim Suara) unt uk m engalahkan
pat- sian- kun?"
Merah wajah Pat- jiu Sin- ong. Ia mengerahkan tenaga menangkis tusukan ke arah
pusar sam bil m enj awab. " Pat - m o Kiam - sut belum kalah, j angan kau banyak
tingkah dan menjadi sombong!"
Akan t et api ket ika pedang Kwee Seng t ert angkis pedang it u kem bali sudah
t erpent al dan m em bent uk j urus Pat - sian- ci- lou ( Delapan Dewa Menunj uk Jalan)
yang m enusuk ke arah leher. Gerakan Kwee Seng begit u cepat dan susulan
serangannya secara ot om at is sehingga lawannya t iada kesem pat an unt uk
m em balas. Karena j elas bahwa Pat - mo- kun selalu " t ert indih" oleh Pat - sian- kun,
makin lam a m akin panaslah hat i Pat - j iu Sin- ong, yang m em buat dadanya serasa
akan m eledak ! I a m enggereng dan kini Pat - m o Kiam - sut ia m ainkan cepat sekali
dalam usahanya unt uk m endobrak dan m em bobol garis kurungan Pat - sian- kun.
Pedangnya bergulung- gulung m erupakan sinar t erang, berubah- ubah bent uknya,
kadang- kadang m erupakan sinar bergulung- gulung m em bent uk lingkaran-
lingkaran. Hebat sekali m em ang Pat - m o Kiam - sut yang dicipt akan oleh kakek
sakti itu.
Nam un Kwee Seng sudah m enget ahui rahasia Pat - mo- kun, karena sesungguhnya
Pat- mo- kun dicipt akan dengan dasar Pat - sian- kun dan Kwee Seng adalah
seorang ahli Pat - sian- kun. Maka pem uda sakt i ini dapat m enggerakkan
pedangnya yang selalu m engat asi gerakan lawan, selalu m engurung dan selalu
m enindih, sebagian besar dia yang m enyerang. Lingkaran- lingkaran yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 82


dibent uk oleh gulungan sinar pedangnya lebih luas dan lebih lebar, seakan- akan
"menggulung" lingkaran sinar Pat- jiu Sin- ong !
Dua j am lebih m ereka bert anding dan selam a ini Pat - j iu Sin- ong selalu m ainkan
Pat- mo- kun sedangkan di lain pihak Kwee Seng m ainkan Pat - sian- kun. Biarpun
Kwee Seng juga tidak pernah dapat menyentuh lawan dengan pedangnya, namun
dalam pert andingan selam a dua j am ini, j elas bahwa Pat - sian- kun lebih unggul
karena delapan puluh prosen Kwee Seng m enyerang sedangkan lawannya selalu
harus m em pert ahankan diri dengan sekali wakt u m em balas serangan yang t iada
artinya.
Makin lam a pat - j iu Sin- ong m akin m arah. Bukan m arah kepada Kwee Seng
m elainkan panas perut nya karena benar- benar Pat - m o Kiam - sut t idak dapat
m engat asi Pat - sian- kun. Mem ang wat ak ket ua Beng- kauw ini aneh sekali, t idak
m au ia dikalahkan. I a sebenarnya am at suka kepada Kwee Seng, bahkan ia akan
m erasa gem bira sekali kalau put eri t unggalnya dapat m enj adi ist eri Kwee Seng
ini yang ia kagum i. Akan t et api kalau ia harus kalah, nant i dulu ! Wat ak ini pula
agaknya yang menurun kepada Lu Sian.
" Kwee Seng ! Kalau Pat - mo- kun t idak dapat m engat asi Pat - sian- kun, it upun
belum cukup m enj adi alasan unt ukm u m enurunkannya kepada anakku ! Apa
art inya Pat - sian- kun yang biarpun sedikit lebih unggul dan dapat m engalahkan
ilm uku yang lain, bukan hanya Lu Sian, aku sendiri akan m em buang sem ua ilm u
silat ku dan hanya m em pelaj ari sat u m acam ilm u saj a, yait u Pat - sian- kun!"
Set elah berkat a dem ikian, kakek it u kini m em ut ar pedangnya sedem ikian
hebat nya sehingga gulungan sinarnya bergelom bang dat ang hendak m enelan
Kwee Seng ! Di sam ping gelom bang gulungan sinar pedang it u, m asih t erdengar
angin m enderu m enyam bar ket ika t angan kiri kakek it u ikut m enerj ang dengan
dorongan- dorongan jarak jauh yang mengandung angin pukulan kuat sekali !
" Hei...hei...! Orang t ua, apakah kepalam u kebakaran ? Hat i boleh panas kepala
harus t et ap dingin! " Kwee Seng sibuk sekali m em ut ar pedangnya unt uk
melindungi diri sambil mengucapkan kata- kata memperingatan.
"Ha- ha- ha, orang muda, kau mulai takut?"
Kata- kat a t akut adalah pant angan bagi sem ua orang gagah, t ak t erkecuali Kwee
Seng. Mendengar ia disangka t akut , hat inya panas sekali. " Siapa t akut ?"
bentaknya dan pandangnya berkelebat- kelebat dalam usaha membalas serangan.
Nam un, Pak- sian Kiam - sut kurang lengkap kalau harus m elayani gelom bang
serangan ilm u pedang it u apalagi m asih dibant u dengan sam baran angin pukulan
t angan kiri yang dem ikian am puhnya. Kwee Seng m asih t erus m em pert ahankan
dengan perm ainan Pat - sian Kiam - hoat , dan biarpun ia m am pu m em bendung
gelom bang serangan, nam un ia t erdesak dan harus m undur- m undur ke arah
jurang hitam !
"Ha- ha- ha, Kim - mo- eng ! Begini saj akah kepandaianm u ? Apakah kau hanya
m engandalkan Pat - sian- kun unt uk m enj agoi dan m engangkat nam a sebagai
seorang pendekar sakt i ? Ha- ha- ha, sungguh lucu! " Pat - j iu Sin- ong t ert awa
bergelak.
Kwee Seng biarpun sudah m enerim a gem blengan sem enj ak kecil, nam un ia t et ap
m asih seorang pem uda yang kalau dibandingkan dengan pat - j iu Sin- ong, t entu
saj a kalah pengalam an dan kalah cerdik. I a t idak m engira sam a sekali bahwa
kakek it u m em ang sengaj a m enyerangnya dengan ilm u silat pilihan unt uk
m endesaknya dan sengaj a pula m em anaskan hat inya agar ia suka m enggunakan
ilm u sim panannya. Kakek yang haus akan ilm u silat it u m enggunakan sem ua ini
unt uk m em ancing keluar ilm u- ilm u sim panannya ! Kwee Seng t idak m enduga
akan hal ini, m aka m endengar ej ekan it u ia lalu berseru keras dan t iba- tiba angin
yang m engeluarkan suara bersiut an m enyam bar dari t angan kirinya yang sudah
m engeluarkan kipasnya ! Kini ia m erasa dirinya lengkap ! Tangan kanan
m em egang pedang m ainkan Pat - sia Kiam - hoat sedangkan t angan kiri m em egang
kipas mainkan Ilmu Kipas Lo- hai- san- hoat ! Bukan main hebatnya.
Nam un pasangan ilm u pedang dan ilm u kipas yang selam a ini m engangkat
namanya sehingga ia dijuluki Kim- mo- eng, hanya dapat membendung gelombang

Suling Mas Kho Ping Hoo 83


penyerangan Pat- jiu Sin- ong saja, tanpa dapat banyak membalas. Karena ia tidak
ingin t erdesak t erus ke pinggir j urang yang hanya t inggal t iga m et er di
belakangnya, t erpaksa Kwee Seng m erobah gerakan pedangnya dan kini
pedangnya m ulai m ain I lm u pedang Cap- jit- seng- kiam yang j arang ia keluarkan
karena ilm u pedang ini m erupakan ilm u pedang rahasia yang m enj adi int i sari
daripada ilm u pedang sim panannya. Melihat pem uda it u m engeluarkan ilm u
pedang sim panannya, diam - diam hat i Pat - j iu Sin- ong m enj adi girang sekali. I a
t ahu bahwa m engalahkan pem uda ini bukan m erupakan hal m udah dan m em ang
m aksudnya unt uk dapat m engalahkannya cepat - cepat sebelum m enguras dan
mempelajari ilmu- ilmu pemuda ini yang benar- benar merupakan ilmu pilihan.
Hebat pertandingan itu dan diam- diam Kwee Seng harus mengakui bahwa selama
hidupnya, baru kali ini ia m enem ui t anding yang luar biasa kuat nya. Bahkan
harus ia akui bahwa kalau dibandingkan dengan Ban- pi Lo- cia, ket ua Beng- kauw
ini lebih kuat sedikit . Biarpun ia t elah m engerahkan kepandaian dan t enaganya,
t et ap saj a ia t idak m am pu m endesak ke t engah. Apalagi ket ika t iba- t iba ia
teringat akan watak gila kakek ini yang ingin mengumpulkan semua ilmu hebat di
dunia sehingga Kwee Seng yang sadar bahwa ia sedang dipancing, cepat - cepat
mengacaukan gerakan Cap- jit- seng- kiam itu dengan ilmu silat lainnya.
Melihat perubahan ini, hat i Pat - j iu Sin- ong yang t adinya kegirangan m enj adi
kecewa dan t im bullah kem arahannya sehingga ia m em perhebat perm ainannya
unt uk m endesak dan m enekan Kwee Seng agar pem uda it u t erpaksa
m engandalkan Cap- jit- seng- kiam lagi. Sekarang wakt u sudah berj alan t iga j am
lebih dan subuh mulai membayang.
Pada saat Kwee Seng t erdesak hebat , t iba- t iba pem uda ini berseru keras dan
terhuyung- huyung ke belakang. Tadi ket ika ia sedang sibuk m em pert ahankan diri
m enghadapi gelom bang serangan, t iba- t iba t elinganya m enangkap bunyi
m endesir dari arah kiri. I a t erkej ut sekali, m aklum bahwa ada senj at a rahasia
yang am at halus m enghuj aninya, cepat ia m engebut kan kipasnya dan berhasil
m enyam pok banyak sekali j arum - j arum halus, akan t et api sebat ang j arum m asih
berhasil m em asuki pundaknya, m endat angkan rasa sakit sekali. Pundaknya
seket ika m enj adi kaku dan set engah lum puh, j uga rasa gat al m em bukt ikan
bahwa j arum it u m engandung racun j ahat . Kwee Seng t erhuyung ke belakang
dan t erpaksa m elepaskan pedang di t angan kanannya yang sudah m enj adi
lum puh dan pada saat it u, kem bali ia dihuj ani j arum yanglebih banyak lagi.
Dalam keadaan t erhuyung ini, Kwee Seng yang m aklum bahwa j arum - j arum it u
am at berbahaya, m enyam pok dengan kipasnya sam bil m elom pat m undur, akan
t et api ia lupa bahwa ket ika ia t erhuyung- huyung ke belakang t adi ia t elah
m endekat i j urang sehingga j arak sat u m et er. Maka ket ika ia m elom pat ke
belakang sam bil m enyam pok kipasnya, m em ang ia dapat m em bebaskan diri
daripada penyerangan j arum - j arum rahasia, nam un t ak dapat dicegah lagi
t ubuhnya t erj erum us ke dalam j urang dan m elayang- layang ke bawah t anpa
dapat dit ahannya ! Terdengar j erit m engerikan dari belakang sem ak- sem ak dan
muncullah Lai Kui Lan yang lari ke tepi jurang sambil menangis.
" Pengecut keparat ! " bent ak Pat - j iu Sin- ong sam bil lari dan m enghant am kan
pedangnya ke arah bayangan hit am yang t adi m enyerangkan j arum - jarum
rahasianya ke arah Kwee Seng.
" Locianpwe, saya m em bant um u..." Bayangan it u yang bukan lain adalah Bayisan
si Orang Khit an, m engelak sam bil m em prot es. Akan t et api pat - j iu Sin- ong Liu
Gan tidak mempedulikan protes ini.
" Siapa but uh bant uanm u ? Kau pengecut curang pat ut m am pus! " Pedangnya
m enyam bar lagi akan t et api alangkah herannya ket ika bayangan hit am it u
kem bali dapat m engelak. Dua kali serangannya dapat dielakkan ! I ni t andanya
bahwa orang muda ini bukanlah orang sembarangan.
" Siapa kau?" bent aknya, m enahan serangannya karena gerakan pem uda it u
m enarik perhat iannya, m em buat nya ingin t ahu siapa gerangan pem uda yang
dapat mengelak sampai dua kali ini.
"Saya bernama Bayisan dari Khitan musuh besar Kwee Seng..."

Suling Mas Kho Ping Hoo 84


" Keparat orang Khit an ! Kau t elah bersikap pengecut ! " Kem bali pat - j iu Sin- ong
m enyerang, kali ini lebih hebat . Bayisan gelagapan dan m aklum bahwa ia t idak
boleh m ain- m ain m enghadapi kakek ini, m aka ia cepat m elom pat ke belakang
dan melarikan diri dalam gelap, Pat- jiu Sin- ong mengejar sambil memaki- maki.
Sem ent ara it u, Liu Lu Sian yang pucat m ukanya m enyaksikan Kwee Seng
t erj erum us ke dalam j urang hit am yang hanya dapat berart i m aut , m erasa heran
melihat seorang gadis pakain putih lari ke tepi jurang sambil menangis dan ketika
ia mendekat, ia tekejut mengenal wanita itu sebagai wanita pakaian putih yang ia
hadapi di at as gent eng gedung dalam bent eng Jenderal Kam Si Ek, gadis yang
m enj adi suci ( kakak seperguruan) Kam Si Ek ! Pada saat it u, Lai Kui Lan
membalikkan tubuhnya dengan pipi basah air mata ia mendamprat Lu Sian.
Lu Sian yang ingat bahwa gadis it u adalah kakak seperguruan Kam Si Ek yang di
kagum inya, m enj awab halus, " Cici yang baik, kalau m em ang sej ak t adi kau
m engint ai, t ent u kau m aklum bahwa bukan aku m aupun ayahku yang m em buat
Kwee Seng t erj erum us ke dalam j urang, m elainkan seorang yang m engaku
bernam a Bayisan dan yang sekarang dikej ar- kej ar ayah. Akan t et api, engkau,
bagaimana kau mengenal Kwee Seng dan mengapa pula kau menangisinya?"
Tiba- t iba waj ah Kui Lan m enj adi m erah sekali. Dia seorang gadis yang j uj ur,
m aka dengan m enabahkan hat i ia berkat a, " Kwee- t aihiap t elah m enolongku
daripada Si Laknat Bayisan. Aku berhut ang budi, berhut ang nyawa dan
kehorm at an kepada Kwee- t aihiap ! Biarpun kau t elah m enyia- nyiakan cinta
kasihnya, berlaku kejam kepadanya namun aku... aku... ah..." Ia menangis lagi.
" Cici ! Kau cint a padanya?" Perasaan Lu Sian t ersinggung dan ia m erasa kasihan
juga pada gadis ini.
" Ya ! Aku cint a padanya ! Aku... aku... t akkan sudi berj odoh dengan orang lain !
Sekarang ia t elah t ewas...ah, apa lagi yang k uharapkan di dunia ini ? Aku... aku
akan berdoa selam anya unt uk arwahnya..." Sam bil t erisak Kui Lan lalu
membalikkan tubuh dan lari menuruni puncak dengan cepat sekali.
Lu Sian m enarik napas panj ang, diam- diam ia m enyesal pula akan kesudahan
pert andingan ant ara ayahnya dan Kwee Seng. I a t idak m em balas cint a kasih
Kwee Seng karena hat inya sendiri sudah t ercuri oleh kegagahan dan kej ant anan
kam Si Ek, akan t et api ia pun t idak bisa m em benci Kwee Seng, t idak
menghendaki pendekar itu mati secara begitu menyedihkan.
Set elah m alam m ulai bergant i faj ar, ayahnya m uncul. Lu Sian cepat
m enyongsong ayahnya dengan penuh harapan ayahnya dapat m enangkap dan
m em bunuh Bayisan yang m encurangi Kwee Seng. Akan t et api waj ah ayahny a
m uram dan t erdengar ayahnya berkat a m arah. " I blis j ahanam Bayisan it u !
Kepandainnya boleh j uga, ilm u lari cepat nya hebat dan ia m enggunakan
kegelapan m alam m enghilang dari kej aranku. Lu Sian, kau seorang gadis yang
goblok sekali!"
Lu Sian m em belalakkan m at anya, t erheran- heran m endengar t eguran ayahnya.
Akan t et api, kalau ayahnya sedang m arah, gadis ini t ak berani banyak bicara,
maklum bahwa kalau ayahnya marah sukar untuk dikendalikan.
" Kau m enolak Kwee Seng sam a dengan m em buang m ut iara ke dalam laut ,
apakah kau hendak m em ilih bat u kali ? Di m ana di dunia ini ada calon suam i
yang lebih baik dan gagah daripada Kwee Seng ? Siapapun j uga yang kau pilih,
aku tentu tidak akan merasa cocok setelah kau menolak Kwee Seng."
Ayah, dalam soal perj odohan, aku ingin m em ilih sendiri. Aku t idak cint a kepada
Kwee Seng, betapapun gagah dan pandai dia!"
" Huh ! Kau keras kepala dan som bong ! Tidak akan Kwee Seng ke dua di dunia
ini."
"Tidak ada Kwee Seng ke dua memang, akan tetapi pasti ada yang melebihi dia!"
" Tak m ungkin ! Sudah, m ari kit a pulang saj a. Kej adian ini benar- benar m em bikin
hatiku penuh kekecewaan dan penyesalan."
" Ayah, kau m enyesal karena kau t idak dapat m enguras kepandaian sim panan
Kwee Seng. Kau t idak peduli t ent ang perj odohanku, asal kau dapat m enam bah
ilmu- ilmu yang kau kumpulkan!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 85


Karena rahasianya dit ebak t epat oleh put erinya, Pat - j iu Sin- ong m enj di m arah.
" Kau anak kecil t ahu apa ? Bet apa pun sukaku m engum pulkan ilm u, nam un aku
m asih m em ikirkan calon suam im u. Kalau kau berj odoh dengan Kwee Seng,
berart i sekali panah m endapat kan dua ekor har im au. Pert am a, kau m endapat
j odoh pem uda paling hebat di dunia, ke dua, set elah ia m enj adi suam im u, berart i
ia m enj adi keluarga kit a dan ilm u- ilm unya j uga m enj adi ilm u keluarga kit a yang
akan membikin Beng- kauw makin bersinar. Tolol kau. Hayo pulang!"
" Tidak, Ayah. Aku belum ingin pulang. Aku ingin berkelana." Bant ah Lu Sian yang
sebenarnya ingin mendekati Kam Si Ek pujaan hatinya.
Pat- j iu Sin- ong m elot ot , akan t et api hat inya sudah t erlalu kecewa unt uk
memusingkan urusan ini. Sudah terlalu sering puterinya ini berkelana seorang diri
dan ia pun t idak kuat ir karena put erinya m em iliki kepandaian yang lebih daripada
cukup untuk menjaga diri.
" Sesukam ulah, anak bandel. Akan t et api kalau dalam wakt u set ahun kau t idak
pulang m em bawa j odohm u yang set im pal, kau akan kucari dan kuseret pulang,
kukurung dalam kam ar sam pai lim a t ahun t ak boleh keluar. Sebaliknya kalau kau
pulang m em bawa j odoh yang m enyebalkan, akan kubunuh laki- laki it u dan kau
akan kuj odohkan dengan seorang anggot a Beng- kauw pilihanku sendiri. Nah, kau
dengar baik- baik pesanku it u! " Set elah berkat a dem ikian, kakek it u m endengus
dan tubuhnya berkelebat lenyap dari situ.
Sej enak Liu Lu Sian t ert egun. Bet apa pun besar rasa sayang ayahnya t erhadap
dirinya, nam un ayahnya berwat ak keras dan ucapannya t adi t ent u akan dipegang
t eguh. Bagaim ana kalau kelak ayahnya t idak m enyet uj ui pilihannya ? Ah,
bagaim ana nant i saj alah, dem ikian ia m enghibur hat i. Lalu ia m em ungut
pedangnya yang t adi dilepaskan oleh Kwee Seng, sej enak berdiri di t epi j urang
m elongok ke bawah, bergidik m elihat j urang yang hit am t ak berdasar dan
m endengar suara berkericiknya air j at uh di bawah, lalu ia m enarik napas panj ang
dan berjalan pergi meninggalkan puncak itu
Ket ika t ubuhnya m elayang ke bawah dengan kelaj uan yang m enyesakkan napas,
Kwee Seng maklum bahwa nyawanya terancam maut yang ia sendiri tak mungkin
dapat m enolong. I a t erj at uh di t em pat yang t ak ia ket ahui bet apa dalam nya,
yang gelap pekat t ak t am pak sesuat u di sekelilingnya. Oleh karena it u, ia t idak
berani m enggerakkan t ubuh dan m enyerahkan nasibnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Suat u sikap yang baik sekali dan pat ut dicont oh. Mem ang, sepandai- pandainya
m anusia, sekali- kali ia akan m engalam i hal yang m em buat ia sam a sekali t idak
m am pu berdaya, dan di m ana ikht iar dan usaha sudah t iada gunanya lagi,
m em ang j alan t erbaik m enyerahkan segalanya kepada Tuhan t anpa keraguan
lagi, sebulat- bulatnya.
Tepat lah kat a para bij aksana bahwa segala sesuat u di dunia ini, kesudahannya
berada dalam kekuasaan Tuhan. Apabila Tuhan m enghendaki seseorang m at i,
biarpun si orang bersem bunyi di lubang sem ut , m aut past i akan t et ap akan
dat ang m enj em put . Sebaliknya, apabila Tuhan m enghendaki seseorang t et ap
hidup, biarpun seribu bahaya dat ang m engurung, past i ada j alan orang it u akan
tertolong.
Kwee Seng sudah ham pir pingsan karena napasnya sesak, kepalanya pening dan
sem angat nya serasa m elayang- layang. Bet apapun t abahnya, nam un m alapet aka
yang dihadapinya ini m em buat nya m erasa ngeri, m em bayangkan apa yang akan
menyambut tubuhnya yang pasti akan terbanting hancur luluh pada dasar jurang.
Terlalu lam a rasanya ia m enant i, t erlalu lam a rasanya m aut m em perm ainkan
dirinya, t idak segera dat ang m enj angkau. Ya Tuhan, bisiknya, m engapa sebelum
mati hamba- Mu ini harus mengalami siksaan begini mengerikan ?
Tiba- t iba... " byuuurr! ! " t ubuhnya t erhem pas ke dalam air yang am at dingin.
Sebagai seorang ahli silat yang ilm u kepandaiannya sudah am at t inggi, t ubuh
Kwee Seng segera m em buat reaksi, bergerak m em balik m engurangi t am paran
air. Nam un t et ap saj a ia m erasa bet apa kulit punggungnya sepert i pecah- pecah,
nyeri, perih dan panas rasanya. Unt ung baginya air it u cukup dalam sehingga

Suling Mas Kho Ping Hoo 86


ket ika t ubuhnya t enggelam , ia cepat m enendang ke bawah dan t ubuhnya m uncul
lagi ke permukaan air. Masih gelap pekat di situ, dan tiba- tiba Kwee Seng merasa
serem dan t erkej ut karena t ubuhnya t erseret arus air yang bukan m ain kuat nya.
Kem bali ia m enyerahkan dirinya kepada Tuhan. Sekali t adi Tuhan t elah
m enyelam at kannya, ini alam at baik, pikirnya. I a hanya m enggerakkan kaki
t angan agar t ubuhnya j angan t enggelam . Arus air it u kuat bukan m ain, t ubuhnya
dibawa berput ar- put ar sam pai kepalanya m enj adi pening. Kem bali rasa t akut
m encekam hat inya. I a berput aran, hal ini berart i bahwa ia t erbawa oleh pusaran
air yang kuat. Benar dugaannya, makin lama makin cepat ia berputaran dan tiba-
tiba tubuhnya tanpa dapat ia pertahankan lagi, disedot ke dalam air !
Kwee Seng sudah siap. I a m engam bil napas cukup banyak dan ket ika ia berada
di bawah air ia m enggerakkan kaki t angannya kuat - kuat sehingga ia berhasil
bebas daripada pusaran air di bawah yang t idak sekuat di at as. Kini t ubuhnya
hanyut oleh arus dan ket ika ia m enggerakkan kakinya m uncul kem bali di
perm ukaan air, hat inya girang m elihat bahwa kini ia t erbawa oleh air sungai yang
sem pit dan kuat arusnya, akan t et api yang t idak begit u gelap lagi sehingga ia
dapat melihat. Kanan kiri merupakan tebing tinggi, mungkin ada lima ratus meter
t ingginya, t ebing bat u gunung yang hij au berkilau dan licin rat a. Akan t et api
sungai kecil it u t ernyat a cukup dalam , kalau t idak, arus yang kuat it u past i akan
menghantamkannya pada batu- batu.
Karena t idak ada t em pat unt uk m endarat , diapit - apit t ebing t inggi, t erpaksa
Kwee Seng m em biarkan dirinya hanyut . Ada seperem pat j am ia hanyut dan t iba-
tiba ia mengeluarkan seruan kaget, wajahnya pucat dan hatinya ngeri.
Bet apa t idak akan ngeri hat inya m elihat bahwa t ak j auh di depannya, air it u
t ert um buk pada t ebing lain yang j uga t inggi dan kiranya air it u m em asuki
t erowongan di dalam t ebing ! Bagaim ana akalnya ? Unt uk m endarat t idak
m ungkin, kanan kiri t ebing t inggi dan licin, di depan pun t ebing yang sam a,
m enahan arus air t ak m ungkin ! Celaka, pikirnya, kali ini aku akan dibant ing
hancur oleh arus air kepada t ebing di depan ! Akan t et api ia t idak m au m enyerah
kepada m aut begit u saj a selam a ia m asih dapat berikht iar. I a cepat m engam bil
napas sam pai m em enuhi rongga dadanya, kem udian ia m enyelam sedalam
mungkin.
I kht iarnya ini m enyelam at kannya dari cengkram an m aut . Arus air pecah- pecah
bagian at asnya m enghant am t ebing, akan t et api di bagian bawah dengan
kecepat an luar biasa m enerobos ke dalam sebuah lubang yang lebar garis
tengahnya kurang lebih dua meter. Kalau saja terowongan di dalam perut gunung
ini t erlalu panj ang, t ent u Kwee Seng t akkan t ert olong lagi nyawanya. I a t erseret
arus yang am at cepat , ia hanya m enahan napas m eram kan m at a, sedapat
m ungkin m engerahkan sin- kang di t ubuhnya karena t ubuhnya m ulai t erbent ur-
bent ur bat u. Kalau ia bukan seorang gem blengan, t ent u sudah rem uk t ulang-
t ulangnya. Akan t et api siksaan alam ini t erlalu hebat dan ia sudah ham pir
pingsan ket ika t iba- t iba ia m elihat cahaya t erang di at as. Cepat ia m enggerakkan
kedua kakinya yang t erasa sakit - sakit it u dan t ubuhnya m um bul ke at as. I a
m asih berada dalam t erowongan yang am at besar, m erupakan gua panj ang yang
am at m enyeram kan. Air m engalir di t engah t erowongan, kini air m akin m elebar
dan m akin dangkal. Di at as bergant ungan bat u- bat u yang m eruncing sepert i
tombak besar, dinding yang hijau berkilauan terkena cahaya matahari yang entah
m enem bus dari m ana. Karena air am at dangkal akhirnya t ubuhnya yang lem as
itu tersangkut pada batu.
Kwee Seng mengeluh, kepalanya puyeng, tubuhnya sakit- sakit semua, lemas dan
t angan kanannya kaku lum puh akibat racun j arum yang m asih m enancap
didalam pundak kanannya. Ram but awut - awut an m enut upi m uka, pakaiannya
yang basah kuyup it u t idak karuan m acam nya, robek sana- sini. I a m engerahkan
t enaganya unt uk bangkit berdiri. Kiranya air hanya t inggal sepaha dalam nya.
Ket ika ia m erangkak m inggir, air m akin dangkal akan t et api ia beberapa kali
t erj at uh dan kakinya t ersangkut bat u. Air yang am at j ernih, akan t et api pandang
m at a Kwee Seng am at gelap, pikirannya am at keruh. I a t idak t ahu bahwa t ak

Suling Mas Kho Ping Hoo 87


j auh dari sit u berdiri seorang wanit a t ua, seorang nenek- nenek yang memandang
ke arahnya pwnuh perhat ian. Nenek ini t ubuhnya kecil kurus, m ukanya am at t ua
penuh keriput , pakaiannya bersih akan t et api penuh t am balan. Mat a nenek ini
terang jernih bersinar- sinar.
" Sungguh aneh seorang m anusia t erbawa arus m aut bisa sam pai ke sini dalam
keadaan masih hidup!" Nenek itu berkata penuh keheranan, akan tetapi ia segera
m elangkah, gerakannya cepat dan cekat an sekali ket ika ia m elihat Kwee Seng
m engeluh panj ang dan t erguling roboh di t epi sungai, t ak bergerak lagi karena
sudah pingsan.
Am at lah m engherankan dan m engagum kan bet apa nenek- nenek t ua rent a yang
kurus it u set elah m em eriksa nadi t angan Kwee Seng, lalu m engangkat t ubuh
Kwee Seng bagaikan m engangkat t ubuh seorang bayi saj a, begit u m udah dan
ringan, lalu m em bawa t ubuh Kwee Seng ke sebuah ruangan di bawah t anah yang
t ak j auh dari sungai it u, m elalui t erowongan yang berlik a- liku. Dengan hat i- hati
nenek it u m erebahkan t ubuh Kwee Seng di at as pem baringan bat u, kem udian
sekali lagi m em eriksa t ubuhnya. I a m engeluarkan suara kaget ket ika m elihat
betapa pundak kanan Kwee Seng berwarna hitam.
" Aihhh, kej am nya orang yang m enggunakan j arum beracun! " serunya, cepat -
cepat ia m engam bil obat dari poj ok di m ana t erdapat m ej a dan lem ari bat u,
kem udian ia m enggunakan sebat ang pisau m erobek kulit pundak Kwee Seng,
m engeluarkan j arum hit am yang bersarang di sit u. Dengan beberapa kali pij at an
di sekit ar pundak ia m engeluarkan darah hit am dan m enem pelkan sebuah bat u
yang warnanya put ih dan ringan sekali, besarnya sekepalan t angan. Aneh bukan
m ain, bat u put ih ringan it u dalam sekej ap m at a m enj adi berubah hit am dan
berat , dan kiranya darah yang berada di sekit ar luka t elah disedot oleh bat u it u !
Set elah m encuci bat u dan m engeringkannya kem bali di at as api, nenek it u
kem bali m enggunakan bat u m uj ij at unt uk m enyedot darah. Sam pai lim a kali hal
ini dilakukan, set elah bat u it u warnanya berubah m erah, barulah ia berhent i,
m enggunakan obat bubuk dit uangkan ke dalam luka dan m em balut luka it u
dengan sehelai kain sutera yang agaknya adalah sebuah ikat pinggang.
Tekanan bat in dan penderit aan lahir yang dialam i Kwee Seng agaknya m em ang
hebat sehingga ia seakan- akan keluar kem bali dari lubang kubur, t erlepas dari
cengkraman maut yang mengerikan, sehingga ketika ia roboh pingsan itu, selama
t iga hari t iga m alam ia t et ap dalam keadaan t idak sadar. I a t idak t ahu bet apa
luka- lukanya dirawat secara t ekun oleh seorang nenek t ua, t idak t ahu bet apa
set iap hari nenek it u m enj aga dan m erawat nya siang m alam , t idur sam bil duduk
bersila di dekat pembaringan batu.
Pada hari keem pat , pagi- pagi sekali, Kwee Seng sium an dari pingsannya. I a
m erasa t ubuhnya sakit - sakit dan lem ah, ket ika ia m em buka m at anya, ia m elihat
langit- langit bat u yang kasar. Pandang m at anya t erus m enj alari dinding bat u it u
yang penuh dengan t ulisan lebih t epat ukiran karena dinding it u penuh t ulisan
huruf yang agaknya diukir. Huruf- hurufnya halus dan indah, jelas membayangkan
t ulisan t angan wanit a, dan sekilas pandang t ahulah ia bahwa t ulisan- t ulisan it u
m erupakan syair- syair yang am at indah pula walaupun m engandung peluapan
hat i berduka. Ket ika m endapat kenyat aan bahwa ia rebah di at as pem baringan
batu di dalam sebuah "kamar" batu seperti gua, teringatlah Kwee Seng dan cepat
ia bangkit duduk. Pada saat it u ia m elihat seorang nenek duduk bersila di at as
lantai, dekat pembaringan batu.
" Tubuhm u m asih lem ah, engkau m asih perlu berist irahat lebih lam a lagi.
Berbaringlah, aku akan masak ikan dan sayur untukmu."
Suara it u halus sekali, t erat ur dan sopan- sant un. Kwee Seng t erbelalak kaget .
Nenek ini bukan orang sem barangan, it u sudah j elas. Akan t et api, di sam ping ini,
nenek it u m em bayangkan sifat seorang t erpelaj ar t inggi, seorang yang t ahu akan
t at a susila dan sopan sant un, sam a sekali berbeda dengan sikap orang- orang
kang- ouw, pantasnya seorang nenek yang biasa hidup di dalam istana raja- raja !
Ket ika m erasa pundaknya sakit dan ket ika diliriknya ia m elihat pundaknya sudah
dibalut , dan t idak ada rasa kaku m aupun gat al t anda bahwa pengaruh racun

Suling Mas Kho Ping Hoo 88


sudah lenyap, t ahulah Kwee Seng bahwa nenek ini m erupakan penolongnya.
Cepat ia t urun dari pem baringan, m engeluh karena ham pir saj a ia t erj ungkal
saking lem ahnya t ubuh, kem udian ia t erpaksa berlut ut karena nenek it u t et ap
duduk bersila.
" Locianpwe ( Orang Tua Yang Mulia) t elah sudi m em beri pert olongan kepada saya
orang m uda yang m enderit a, saya Kwee Seng t akkan m elupakan budi kebaikan
ini."
Nenek it u t ert awa dan m enggunakan punggung t angan kanan m enut upi
m ulut nya, gerakan khas wanit a sopan yang t ak pernah m au t ert awa secara
t erbuka di depan siapapun j uga. Kem udian t erdengar pula suaranya yang halus
dengan gaya bahasa yang biasa dipergunakan oleh para bangsawan, " Saling
t olong t idak m engenal t ua dan m uda, dan akupun t idak berm aksud m enolongm u,
m elainkan kaulah yang dat ang dan m em but uhkan pert olonganku. Air it u disebut
Arus Maut , m ahluk berj iwa apapun j uga yang t erseret ke dalam Neraka Bum i ini,
t ent u t elah t ak bernyawa lagi. Akan t et api engkau t erseret m asuk dalam keadaan
bernyawa. Ahhh, ent ah set an yang m ana m engirim engkau dat ang kepadaku
untuk menemaniku!"
" Maaf, Locianpwe, saya kira bukan set an yang Locianpwe m aksudkan. Tent u
Tuhan yang telah melindungi saya..."
" Sudah t erlalu lam a dahulu aku m enggant ungkan nasibku kepada Tuhan, t erlalu
banyak hat i ini m em ohon, t erlalu sering m ulut ini m enyebut , akan t et api
bukt inya.... Ah, kalau t oh ada Tuhan it u sam a sekali t idak peduli kepada
diriku...." Bukan m ain pahit nya suara dalam kat a- kat a ini dan Kwee Seng dapat
m enduga bahwa nenek ini t ent u t elah m engalam i penderit aan hidup yang am at
luar biasa sehingga hat inya seakan- akan m enj adi beku dan penuh penyesalan
m engapa hidupnya selalu m enderit a seakan- akan Tuhan t idak m em pedulikannya.
Karena m enghadapi seorang nenek yang agaknya sakt i dan m alah m enj adi
penolongnya, ia t idak m au m em bant ah lagi walaupun ia m erasa penasaran dan
terheran- heran m engapa seorang nenek t ua yang sudah m em iliki ilm u
kepandaian t inggi, begit u dangkal pandangannya t ent ang kebesaran dan keadilan
Tuhan.
"Bolehkah saya mengetahui nama Locianpwe yang mulia?" akhirnya ia bertanya.
" Ah, aku sendiri t idak t ahu siapa nam aku, akan t et api karena kau sudah berada
di sini m enem aniku, biarlah kelak kau yang m em ilihkan nam a unt ukku. Siapa
saj a t erserah kepadam u." Kem bali nenek it u m enut upi m ulut m enahan suara
t awanya, kem udian ia bangkit berdiri, gerakannya ringan dan cekat an, " Ah,
sam pai lupa aku. Kau t ent u lapar, unt ung pada m usim sepert i ini, daun kelabang
di bawah Guha Serat us Golok t um buh dengan suburnya. Daun kelabang
m erupakan sayur yang selain enak j uga dapat m em percepat kem baliny a
kesehat anm u, dan dim asak dengan ikan ekor put ih bukan m ain lezat nya."
Setelah berkata demikian, nenek itu pergi meninggalkannya.
Kwee Seng m em andang dengan m elongo. Tadi ia berlut ut di depan nenek it u
yang duduk bersila, mereka berhadapan dalam jarak satu meter sehingga jelas ia
dapat m encium keharum an dari t ubuh nenek it u. Hal ini t ent usaj a am at j anggal,
seorang nenek berbau harum ? Apakah m em akai m inyak bunga ? Dan m at a
nenek it u. Bukan m ain ! Diam - diam m erem ang bulu t engkuk Kwee Seng,
bergidiklah dia. Tak m ungkin nenek it u m anusia. Ah, m asih hidupkah dia ?
At aukah sebet ulnya sudah m at i dan inikah keadaan neraka dim ana ia dihukum
dan diharuskan t inggal bersam a seorang iblis bet ina ? Nenek t adi m enyebut air
it u Arus Maut dan t em pat ini disebut nya Neraka Bum i ! Gerak- geriknya m em ang
sepert i m anusia yang berilm u, akan t et api suaranya begit u halus, m at anya
sepert i m at a... ah, sukar m encari perbandingan, pendeknya begit u j ernih, begit u
t aj am , bagian put ihnya t iada cacat , bagian hit am nya berkilau seakan
menyinarkan api. Serasa ia mengenal mata ini ! Ah, tak mungkin !
Tiba- t iba nenek it u m em balikkan t ubuh dan dari j auh ia berkat a, suaranya
bergem a di seluruh ruangan, " Oya, di ruangan paling kiri t erdapat kam ar kit ab,

Suling Mas Kho Ping Hoo 89


kalau kau suka kau boleh m em baca kit ab yang m ana saj a. Kit ab- kit ab t ua yang
sukar sekali dibaca, aku sendiri ogah membacanya!"
Suara ini m enyadarkan Kwee Seng daripada lam unannya. Mengapa ia harus
m erasa ngeri ? Manusia m aupun set an, nenek it u t elah m em bukt ikan niat baik
t erhadap dirinya. Telah m enolongnya, m engangkat nya dari sungai, m erawat
lukanya sam pai sem buh, dan kini m alah bersiap m enyediakan m akanan
unt uknya. Kit ab- kit ab kuno ? Lebih baik m elihat - lihat daripada duduk m enant i
orang m asak, karena t eringat akan m asakan, perut nya yang perih akan m akin
t erasa. I a bangkit berdiri, m enahan napas dan m engum pulkan kem bali
kekuat annya. Kwee Seng m erasa bet apa lem ahnya t ubuh, seakan- akan habis
sem ua t enaganya. Hem m , unt ung nenek it u berniat baik, kalau m engandung niat
j ahat t erhadapnya, dalam keadaan sepert i ini, t ent u ia t akkan m am pu
m engadakan perlawanan sam a sekali. Dengan t erhuyung- huyung ia m enyeret
kedua kakinya m enuj u ke kiri m elalui j alan t erowongan m encari kam ar kit ab-
kitab itu.
Ket ika m em asuki kam ar dalam t anah paling kiri, ia berseru heran dan kagum .
Dinding kam ar it u m erupakan rak buku dan di sit u berdiri banyak sekali kit ab
yang berj aj ar rapi. Sekilas pandang ia m enaksir bahwa di sit u t erdapat t idak
kurang dari serat us buah kit ab yang t ebal ! Sebelum m enj adi ahli silat , Kwee
Seng adalah seorang kut u buku ( penggem ar bacaan) , apalagi kit ab- kit ab kuno
yang m engandung filsafat - filsafat berat . Kini m elihat kit ab kuno berderet - deret
rapi, ia sepert i seorang kelaparan m elihat daging segar. Lupa ia akan sem ua
kelem ahan t ubuhnya, set engah t ubuhnya, set engah m eloncat ia m endekat i rak
buku bat u it u dan j ari- j ari t angannya gem et ar ket ika ia m em eriksa j udul- judul
buku. Ternyat a kit ab- kit ab it u adalah kit ab- kit ab m engenai Agam a To, sebagian
pula m erupakan kit ab dongeng- dongeng raj a- raj a j am an dahulu, kit ab berisi
syair- syair para puj angga kuno. Sam pai bingung Kwee Seng akan m elihat bacaan
m ana yang akan ia dahulukan. Karena ingin sekali t ahu sem ua kit ab it u, ia t idak
m au m engam bil sebuah diant aranya, m elainkan ia m em buka lem baran pert am a
dari sem ua kit ab unt uk m enget ahui j udulnya. Dua buah kit ab am at m enarik
hat inya, yait u kit ab Siulian ( Medit asi) dan yang sebuah lagi kit ab t ent ang rahasia
letak dan gerakan- gerakan bintang- bintang.
Yang mula- m ula ia buka dan baca adalah kit ab t ent ang sam adhi it u dan alangkah
girang hat inya ket ika ia m endapat kenyat aan bahwa kit ab kuno it u benar- benar
m erupakan kit ab rahasia yang am at berharga, di m ana dij elaskan t ent ang
pelbagai ilm u sam adhi, cara- caranya dan segala yang berhubungan dengan
sam adhi m engenai peredaran j alan darah, pernapasan dan lain- lain. I a pernah
melatih diri bersam adhi unt uk m elat ih lwee- kang dan m em perkuat sin- kangnya,
akan t et api pelaj aran yang ia dapat dahulu am at lah dangkal dan t ak berart i kalau
dibandingkan dengan isi kit ab ini. Bagaikan seorang m iskin m enem ukan sebuah
bat u perm at a yang t ak t ernilai harganya, Kwee Seng m em bawa kit ab Sam adhi
dan Perbint angan it u keluar dari kam ar kit ab dan kem bali ke ruangan t adi.
Bet apapun j uga, ia harus m int a ij in dulu dari Si Pem ilik Kit ab. Mengingat ini, ia
t ercengang. Ternyat a wanit a it u bukan sem barang orang ! Dengan m em iliki
kitab- kit ab sepert i ini, j elas bahwa nenek it u adalah seorang yang m em iliki ilm u
yang amat tinggi ! Heran ia memikirkan, siapa gerangan nenek itu yang mengaku
tidak punya nama, bahkan minta ia kelak yang memilihkan nama untuknya !
I a sedang t ekun m em balik- balik lem baran kit ab Sam adhi ket ika nenek it u yang
m uncul m em bawa m angkok- m angkok bat u dengan m asakan yang m asih
m engebul dan m asih m enyiarkan bau yang sedap- sedap aneh. Cepat Kwee Seng
m enut up kit abnya dan berlut ut lagi sam bil berkat a, " Mohon m aaf sebanyakny a
bahwa saya berani lancang m engganggu Locianpwe yang budim an, berani pula
m em asuki kam ar kit ab yang t erahasia m engam bil dua buah kit ab ini. Apabila
Locianpwe memperkenankan, saya mohon pinjam dua ini untuk saya baca."
Nenek it u t ak bergerak kulit m ukanya, m enaruh m angkok- m angkok m asakan di
at as m ej a bat u, lalu m enghadapi Kwee Seng, m em andang ke arah dua kit ab it u,
" Hem m , bangkit lah. Tak enak m elihat kau sedikit - sedikit berlut ut sepert i it u. Kit a

Suling Mas Kho Ping Hoo 90


berdua seakan- akan hidup di dunia t ersendiri, t erpisah dari dunia ram ai,
m engapa harus m em akai banyak t at acara yang palsu? Kwee Seng, duduklah dan
m ari kit a m akan. Kau m em ilih kit ab- kit ab it u ? Hem m , kit ab t ent ang Sam adhi
dan kit ab Perbint angan ? Ah, j ust eru dua kit ab it u yang aku sendiri paling t idak
doyan ( t idak suka) ! Terlalu r uwet dan kalim at - kalim at nya am at kuno,
pengert ianku t ent ang sast ra t idak sam pai di sit u. Kau bacalah, dan boleh
memiliki dua kitab itu."
Bukan main girangnya hati Kwee Seng. "Locianpwe amat mulia, terima kasih atas
pemberian ...." " Siapa m em beri ? Kit ab- kit ab it u sudah berada di sini sebelum
aku lahir ! Mari kita makan, perutmu kosong dan kita lanjutkan bicara nanti saja."
Unt uk m enghorm at i aj akan orang yang dem ikian m anis budi, Kwee Seng t idak
banyak cakap lagi, lalu m enghadapi hidangan. Ternyat a m asakan it u adalah
m asakan ikan yang gem uk bersam a sayur- sayuran yang berwarna hit am .
Kelihatannya sayur itu menjijikkan, terasa gurih dan sedap. Tanpa malu- malu lagi
Kwee Seng m akan dengan lahapnya dan m endapat kenyat aan bahwa perut nya
menjadi hangat dan badannya terasa segar setelah makan hidangan aneh itu.
Sehabis m akan Kwee Seng hendak m em bant u Si Nenek m encuci m angkok bat u,
akan t et api cepat - cepat Si Nenek m encegahnya, " Mencuci m angkok adalah
pekerj aan wanit a, kalau kau m em bant u dan canggung sam pai m em bikin pecah
m angkok bat u, aku harus bersusah payah m em buat lagi." Nenek it u lalu pergi
lagi dan ket ika Kwee Seng m engikut inya,t ernyat a Neraka Bum i ini m erupakan
t em pat t inggal yang lengkap j uga. Ada air m ancur yang j ernih, dan disuat u sudut
t um buh berm acam sayuran aneh yang daun- daunnya berwarna hit am kehij auan,
ada yang kem erahan. Tidak kekurangan kayu bakar di sit u, agaknya dari kayu-
kayu dan rant ing- rant ing yang t erbawa aliran Arus Maut , dit am pung dan
dikeringkan di t em pat it u, di m ana t erdapat sinar m at ahari m enyinar m asuk
melalui tebing yang tak dapat diperkirakan tingginya.
Jalan lain unt uk keluar dari Neraka Bum i ini t idak ada sam a sekali ! Mereka t elah
t erkurung hidup- hidup dan agaknya hanya m elalui t erowongan air it u saj a j alan
keluar m asuk neraka ini ! Unt uk m em asukinya saj a m em pert aruhkan nyawa,
apalagi keluarnya, harus m elawan arus yang begit u deras, agaknya t idak
m ungkin lagi. Mendapat kenyat aan ini, Kwee Seng lesu dan duka, akan t et api
kalau ia t eringat akan derit a hidup karena put us cint a, dit olak kasihnya oleh Liu
Lu Sian, ia tidak ingin lagi kembali ke dunia ramai.
Tem pat it u biarpun m enyeram kan dan sederhana, nam un cukup enak unt uk
m enj adi t em pat t inggal. Makanan cukup, air cukup, sinar m at ahari pun t idak
kurang, dan di sit u t erdapat seorang nenek yang m erawat nya begit u t elit i penuh
perhat ian sepert i seorang nenek m erawat cucunya sendiri. Masih t erdapat
rat usan lebih kit ab kuno t ebal- t ebal yang agaknya t ak m ungkin dapat habis
biarpun ia baca setiap hari sampai selama ia hidup. Mau apa lagi ?
Nam un t ernyat a kit ab Sam adhi it u am at m enarik perhat ian Kwee Seng. Makin
dibaca m akin m enarik, m akin di pelaj ari m akin sulit . Akan t et api, set iap kali ia
m encoba bersam adhi m enurut pet unj uk- pet unj uk isi kit ab, Kwee Seng m endapat
kenyat aan bahwa hasilnya luar biasa. Tenaga dalam nya cepat pulih kem bali,
behkan ia m erasa bet apa dengan lat ihan m enurut kit ab it u, t enaganya m enj adi
m akin kuat , pikirannya m akin j ernih dan t ubuhnya t erasa nyam an selalu. Mak in
t ekunlah ia m em pelaj ari isi kit ab dan kadang- kadang saj a ia m em baca kit ab ke
dua t ent ang perbint angan. Kit ab ini pun m enarik hat inya karena set elah
m em baca t ent ang pergerakan bint ang- bint ang ia m endapat pandangan yang luas
t ent ang ilm u silat , apalagi t ent ang ilm u pedangnya Cap- j it- seng- kiam ( I lm u
Pedang Tujuh Belas Bintang) !
Nenek it u j arang sekali bicara, nam un dalam sikap diam nya, nenek it u kelihat an
am at m em perhat ikan segala keperluannya. Bahkan pakaiannya yang robek- robek
it u t elah dit am bali oleh Si Nenek. Seringkali Kwee Seng m em ut ar ot ak unt uk
m enerka siapa gerangan nenek ini yang t ak pernah m au m engaku nam anya
m aupun riwayat nya. Ket ika Kwee Seng m encoba unt uk m endesak, nenek it u
bersungut- sungut dan m enj awab dengan suara kesal. " Sudahlah, kausebut saj a

Suling Mas Kho Ping Hoo 91


aku nenek, habis per kara. Aku t idak suka kausebut sebut locianpwe segala.
Orang macam aku ini ada kepandaian apa sih?"
Tert egun Kwee Seng kadang- kadang m enyaksikan sikap nenek ini. Begit u m udah
ngambul dan marah, kadang- kadang diam termenung seperti orang menyedihkan
sesuatu. Unt uk m enyenangkan hat inya t erpaksa ia m enghilangkan panggilan
locianpwe dan m em anggilnya nenek. Anehnya kadang nenek it u t ert awa
m enut upi m ulut nya m endengar sebut an ini. Dan yang am at m em bingungkan hat i
Kwee Seng, set iap kali nenek it u m em andangnya dengan m at a bening j ernih
m em ancarkan sem angat bernyala- nyala dan am at t aj am , ia m erasa seakan- akan
pernah m elihat m at a m acam ini. Akan t et api ent ah kapan dan di m ana, ia t idak
dapat ingat lagi karena memang rasanya baru pertama kali ini ia bertemu dengan
seorang nenek yang begini aneh.
Dengan m endapat hiburan kit ab sam adhi it u wakt u t idak t erasa lagi oleh Kwee
Seng. Saking t ekunnya ia m elat ih diri dalam sam adhi dan m em perdalam ilm u
silat nya dari kit ab Perbint angan, t ak t erasa lagi ia t elah t erkurung di dalam
Neraka Bum i it u selam a ham pir seribu hari ! Tiga t ahun lewat t anpa t erasa oleh
Kwee Seng yang sem akin girang m enyaksikan kem aj uan ilm u silat nya. Tenaga
sin- kangnya hebat sekali sehingga ket ika ia m encoba kedua t angannya, hawa
pukulannya sanggup m enahan aliran air yang deras unt uk beberapa det ik !
Dengan lat ihan- lat ihan berdasarkan ilm u perbint angan, ia dapat m enggunakan
dua buah rant ing unt uk " m endaki" naik sepanj ang dinding t ebing yang licin dan
keras dengan cara m enancap- nancapkan dua rant ing it u secara bergantian,
merayap seperti seekor kelabang !
Hubungannya dengan nenek it u m akin akrab dan selam a it u Si Nenek
m em perlihat kan sikap yang penuh kasih sayang, benar- benar ia m erasa sepert i
dekat dengan seorang nenek sendiri, at au bahkan dengan ibu sendiri ! Tidaklah
m engherankan ket ika pada suat u hari Kwee Seng m enyat akan keinginannya
untuk mencari jalan keluar, nenek itu menangis tersedu- sedu !
"Kalau kau pergi ... aku... aku mati saja..." Si Nenek berkata dalam tangisnya.
" Nenek, m engapa begit u?" Kwee Seng m enghibur. " Percayalah, kalau aku bisa
mendapatkan jalan keluar, tentu kau akan kuajak keluar dari neraka ini dan..."
" Tidak...! Tidak...! Mau apa aku m encari derit a di dunia ram ai ? Aku m au m at i di
sini!"
Kwee Seng t erharu, m elangkah m aj u dan m enyent uh pundak nenek it u. " Harap
kau jangan berpendirian begitu, Nek...!"
" Jangan sent uh aku! " Tiba- t iba nenek it u m enggerakkan pundaknya dan Kwee
Seng m erasa bet apa dari pundak it u keluar t enaga dorongan yang cukup hebat .
I a m erasa heran. Mem ang hebat t enaga dorongan pundak yang hany a
digerakkan begit u saj a, akan t et api ia harus akui bahwa t enaga it u t idaklah
sehebat yang ia sangka. Tenaga m urni dari sin- kang nenek ini agaknya t idak
akan melebihi tenaga sin- kangnya sendiri. Hal ini amatlah mengherankan.
"Nenek yang baik. Aku harus m engaku bahwa aku t elah m enerim a budim u
bertumpuk- t um puk, sam pai m at i pun aku t akkan m am pu m em balas budim u.
Oleh karena it u, perkenankanlah aku m encari j alan keluar dan m em bawam u di
dunia ram ai, dan aku bersum pah akan m enganggap kau sebagai nenek at au ibu
sendiri, dan aku akan berbakt i kepadam u, m erawat m u, m enj agam u unt uk
membalas budi..."
"Cukup ! Aku tak mau dengar lagi!" Nenek itu lalu meninggalkannya dengan sikap
m arah. Kwee Seng duduk t erlongong, t erheran- heran. Akan t et api sikap nenek
itu tentu saja tidak memadamkan niatnya untuk mencari jalan keluar. Betapa pun
besar ia berhut ang budi, m asa ia yang m asih m uda m engubur diri sam pai m at i di
tempat itu ?
Tiba- t iba t erdengar suara berkerosokan hebat di sebelah at as, dan keadaan
menjadi gelap. Cepat - cepat Kwee Seng m enyalakan lam pu dari m inyak yang
dikum pulkan dari ikan sehingga keadaan di sit u m enj adi rem ang- rem ang. Nenek
itu datang berjalan perlahan.

Suling Mas Kho Ping Hoo 92


" Suara apakah it u, Nek?" " Huj an ! Agaknya akan dat ang m usim huj an besar.
Dulu pernah sam pai t iga puluh hari lebih t idak cahaya m at ahari, gelap di sini dan
Arus Maut mengalir deras mengamuk, membabi buta."
"Wah, celaka ! Tentu di sini terendam air, Nek?"
" Jangan kuat ir. Air it u m em banj ir ke depan, t erus keluar m elalui t erowongan. Tak
pernah banj ir di sini, akan t et api sukar m enangkap ikan. Maka sebelum banj ir
besar dan gelap dat ang, kit a harus banyak m engum ulkan ikan unt uk bahan
makan, juga mengumpulkan sayur."
Tiga hari m ereka kerj a keras, set iap saat m enangkap ikan dan m engum pulkan
kayu bakar, sayur- sayur. Kem udian t ibalah m usim gelap dan huj an yang
dikuat irkan. Air yang m engalir ke dalam t erowongan it u m enj adi liar dan besar,
batu- bat u dit erj angnya hanyut , suaranya m em enuhi ruangan it u, bergem a
m enakut kan. Lubang di at as m elalui t ebing- tebing t inggi it u t idak dij enguk
m at ahari lagi. Gelap pekat , hanya dit erangi lam pu m inyak yang hanya kadang-
kadang kalau perlu saj a dinyalakan, harus seringkali dipadam kan, apalagi di
wakt u m ereka t idur, unt uk m enghem at m inyaknya. Si Nenek t idak m arah- marah
lagi. Dalam keadaan terancam itu mereka seringkali duduk bercakap- cakap.
Pada hari ke em pat , di dalam gelap pekat karena lam pu sudah dipadam kan,
nenek it u bert anya suaranya halus m engget ar penuh perasaan, "Kwee Seng,
apakah masih ada niat hatimu untuk keluar dari sini?"
Kwee Seng t erharu. Suara it u m engget ar, j elas bahwa nenek it u am at kuat ir
dit inggalkan. " Sesungguhnya, Nek. Aku yang m asih m uda t ak m ungkin harus
m engubur di sini t erus selam anya. Aku akan keluar dan t ent u saj a besar
harapanku unt uk m engaj akm u keluar. Kau m em iliki kepandaian, t ent u dapat pula
keluar bersamaku."
Hening sej enak. I ngin sekali Kwee Seng dapat m elihat waj ah nenek it u at au lebih
t epat m elihat m at anya, karena waj ah nenek yang keriput an it u t ak pernah
m em bayangkan isi hat inya. Akan t et api m at anya dapat m em bayangkan. Nam un
di dalam gelap itu ia hanya menanti, tak dapat melihat apa- apa.
" Kwee Seng..." t ert ahan lagi. " Ya, Nek ? Ada apa ?" " Kau bilang hendak
m erawat ku selam a aku hidup. Akan t et api aku t idak t ahu orang m acam apa kau
ini, dari m ana asalm u dan bagaim ana kau sam pai dapat t iba di t em pat ini. Belum
pernah kau bercerita tentang dirimu."
Kwee Seng t ersenyum di dalam gelap. Mem ang t ak pernah ia bercerit a.
Bukankah nenek it u pun t ak pernah m enanyakan dan t ak pernah pula
m encerit akan t ent ang dirinya ? Pert anyaan nenek it u m erupakan harapan.
Agaknya Si Nenek hendak m enim bang- nim bang unt uk ia aj ak keluar di dunia
ramai !
" Aku seorang yat im piat u, Nek. Orang t uaku m eninggal sej ak aku m asih kecil.
Aku hidup m engabdi kepada orang- orang, m enj adi buruh t ani, m enggem bala
kerbau. Di dunia ini t idak ada seorang pun keluargaku. Aku seorang m ahasiswa
gagal, kepalang t anggung. Siucai ( lulusan m ahasiswa) bukan, but a huruf pun
bukan. Lebih senang ilmu silat, itu pun serba tanggung- tanggung."
"Ilmu silatmu hebat, kepandaianmu luar biasa, ini aku tahu." Bantah Si Nenek.
Ah, agaknya m endapat sedikit kem aj uan berkat dua buah kit ab yang kau
pinj am kan, Nek." Kem udian Kwee Seng m encerit akan sem ua pengalam annya,
karena m akin banyak ia bicara, m akin t erlepas lidahnya. I a m enganggap seakan-
akan ia berhadapan dengan neneknya at au ibunya sendiri. Segala dendam dan
sakit hat i ia keluarkan, ia t um pahkan karena j ust eru selam a ini ia m em but uhkan
seorang yang dapat ia cerit akan unt uk m enum pahkan sem ua dendam dan sakit
hat i. I a bercerit a t ent ang Ang- siauw- hwa, kem bangnya pelacur di see- ouw yang
bernam a Khu Kim Lin it u, ia bercerit a pula t ent ang Liu Lu Sian yang m enam pik
cint a kasihnya. I a m enut urkan pert em purannya m elawan Pat - j iu Sin- ong yang
m engakibat kan ia t erj ungkal ke dalam Arus Maut dan yang m enyeret nya ke
dalam Neraka Bumi itu.
" Nah, begit ulah riwayat ku, Nek. Nek, apakah kau t ert idur?" Kwee Seng
m endongkol dan bert anya agak keras. I a bercerit a dua j am lebih, m ulut nya

Suling Mas Kho Ping Hoo 93


sam pai lelah, akan t et api nenek it u diam saj a, agaknya sudah t ert idur pulas !
Akan t et api t ernyat a t idak. I a m endengar suara nenek it u m enj awab, suara yang
serak seperti orang menangis.
" Nek, m engapa kau m enangis?" " Aku... aku kasihan kepadam u, Kwee Seng.
Orang m acam Liu Lu Sian it u m ana pant as kaucint a ? Agaknya... agaknya lebih
patut kau mencinta Ang- siauw- hwa."
" Hem m , m em ang agaknya begit u. Dan t erus t erang saj a, aku m engalam i
kebahagiaan yang t akkan t erlupa olehku selam anya bersam a Ang- siauw- hwa,
walaupun hanya sat u m alam . Ah, siapa sangka, ia m eninggal dunia dalam usia
muda..."
" Kurasa lebih baik begit u. Dia sudah m enj adi pelacur, apakah baiknya ? Hina
sekali it u ! Lebih baik m at i ! Akan t et api, apakah... kau dapat m encint anya andai
kata ia tidak mati?"
" Hem m , kurasa... hal it u m ungkin. Dia wanit a yang hebat ! Dan wat aknya... ah,
jauh lebih menyenangkan daripada Liu Lu Sian..."
Hening pula sej enak, akan t et api Kwee Seng m asih m endengar nenek it u t erisak-
isak m enangis, ia m endiam kannya saj a, m engira bahwa nenek it u m asih t erharu
m endengar riwayat hidupnya yang m em ang t idak m enyenangkan. I a pun
m enj adi t erharu. Nenek ini sudah am at m encint ainya, sepert i kepada anak
sendiri, at au cucu sendiri sehingga m endengar sem ua penderit aannya, nenek ini
m enj adi am at berduka ! Akan t et api set elah lewat sat u j am nenek it u m asih saj a
terisak- isak, Kwee Seng menjadi kuatir juga.
" Nek, apa kau m enangis ? Sudahlah, harap j angan m enangis, m enyedihkan hat i,
Nek."
Akan t et api nenek it u t et ap m enangis. Kwee Seng curiga dan khawat ir. Jangan-
j angan nenek yang sudah t ua rent a ini j at uh sakit karena kesedihannya. I a
m encet uskan bat u api dan m em bakar daun kering, m enyalakan pelit a. Akan
t et api begit u lam pu m enyala, m enyam barlah angin yang kecil akan t et api keras
dan api it u pun padam . Kiranya Si Nenek m eniupnya dari j auh, m em adam kan
api.
Kwee Seng m engangkat pundak. " Nek, kau m engkuat irkan hat iku karena
menangis sejak tadi. Diamlah, Nek. Apakah kau sakit?"
Tidak ada j awaban pula, akan t et api suara isak it u m engendur dan m ereda,
akhirnya t erdiam . Lega hat i Kwee Seng dan ia sudah m erebahkan diri t elent ang,
berm aksud unt uk berist irahat dan t idur. Akan t et api beberapa m enit kem udian
terdengar suara Si Nenek, agak jauh dari tempat ia berbaring.
" Kwee Seng..." "Ya, Nek. Ada apa?" " Kalau kau keluar dari sini..." berhent i
seakan sukar dilanj ut kan. " Ya....?" Kwee Seng m endesak. " .... Aku t idak akan
ikut . Tapi aku hanya m em punyai sebuah perm int aan..." "Ya... ? Perm int aan apa,
Nek ? Tentu aku siap untuk melaksanakan semua permintaanmu."
" Kwee Seng, bukankah kau bilang bahwa kau berhut ang budi kepadaku dan
sanggup untuk membalas budi dengan merawatku selamanya?"
"Betul, Nek, betul. Karena itu kau harus ikut..."
" Tak perlu kau lakukan hal it u. Tak perlu bersusah payah m erawat ku selam a
hidup. Sebagai gantinya, aku hanya minta sedikit.."
" Apa, Nek ? Kat akanlah." Hening kem bali sam pai lam a, m enegangkan hat i Kwee
Seng yang makin tidak mengerti akan keanehan nenek itu.
" Ya, Nek ? Bagaim ana kehendakm u?" " Kwee Seng, keadaan huj an dan gelap ini
akan makan waktu sedikitnya lima belas hari lagi."
"Ya, betul agaknya. Lalu?" "Selama itu kau tidak boleh mencoba keluar..."
Kwee Seng t ert awa. Hanya inikah perm int aannya ? Gila benar. Mengapa
bersusah- susah m engucapkannya ? " Ha- ha- ha ! Tent u saj a, Nek. Tidak usah
m em int a pun bagaim ana aku dapat keluar kalau Arus Maut begit u hebat
mengamuk?"
" Selam a gelap dan huj an kau t inggal di sini dan..." " Ya... ??" Kwee Seng m ulai
tidak sabar. ".... dan ... kita menjadi suami isteri sampai hujan berhenti!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 94


" Apa ??" Kini Kwee Seng t erloncat ke at as dan j at uh berdebuk di at as t anah.
Begit u saj a ia t erguling dari at as pem baringan bat u, saking kaget nya. I a
t erhenyak di at as lant ai, t erlongong keheranan, seket ika m enj adi bisu t ak dapat
m engeluarkan suara. Set elah lidahnya t idak kaku lagi, suara yang dapat keluar
dari m ulut nya hanya, " ... apa ...? ?... ah... bagaim ana...?" I a t idak percaya
kepada telinganya sendiri.
Suara nenek it u penuh keget iran, t erdengar lirih m engandung rasa m alu. " Hanya
it u perm int aanku. Kit a m enj adi suam i ist eri sam pai pada saat kau berhasil keluar
dari sini, yaitu setelah hujan berhenti."
Kwee Seng m eloncat berdiri, m engepal t inj unya, m engerut kan keningnya. " Apa
?? Gila ini ! Tak mungkin!!"
Sunyi sej enak, lalu t erdengar nenek it u t ersedu- sedu m enangis, dit ahan- tahan
sehingga suara t angisnya t ert ut up, agaknya kedua t angan nenek yang kecil it u
m enut upi m ulut dan hidung agar sedu sedannya t idak t erlalu keras. Kem udian
t erdengar suara nenek it u m akin j auh dari sit u, diant ara t angisnya, " Ah, aku
tahu...kau tentu menolak..."
Kwee Seng t erduduk di at as pem baringan bat u, ada sej am lebih t ak bergerak-
gerak, seakan- akan ia sudah pula berubah m enj adi bat u. Suara sedu- sedan
nenek it u seakan- akan pisau m enusuk- nusuk j ant ungnya. Apakah nenek it u
sudah menjadi gila ? Nenek- nenek yang melihat keriput di mukanya tentu berusia
enam puluh tahun kurang lebih, bagaimana ingin menjadi isterinya ? Mana ia sudi
m elayani kehendak nenek yang gila- gilaan ini ? Menj em ukan sekali ! Sialan !
Kwee Seng m engum pat diri sendiri. Ada wanit a yang m encint anya, seorang
nenek- nenek ham pir m at i ! Mana m ungkin ia m em balas cint a seorang nenek-
nenek yang buruk rupa ? Teringat ia akan Ang- siauw- hwa. Teringat pula Liu Lu
Sian.
Gadis put eri Beng- kauw it u pun m enolak cint anya. Padahal ia t ergila- gila kepada
nona it u. Penolakan cint a yang m enyakit kan hat i. Kwee Seng t erkej ut t eringat
akan hal ini. Nenek itu pun mencintanya, mencinta dengan suci, sudah dibuktikan
dengan perawat an dan pelayanan yang dem ikian sungguh- sungguh penuh kasih
sayang selama seribu hari ! Dan dia menolak cinta nenek itu. Menolak begitu saja
! Padahal nenek it u pun hanya m enghendaki pem balasan cint a hanya unt uk
beberapa hari lam anya ! Ah, bet apa sakit hat i nenek it u, dapat ia
m em bayangkannya. I a m enj adi seorang yang t ak kenal budi ! Mungkin nenek it u
pun hanya ingin diakui sebagai ist eri saj a, hanya ingin ia dekat i dan ia sebut
ist eri, t ak lebih daripada it u. Mungkin nenek it u, ingin m enj adikan pengalam an
m anis ini sebagai kenang- kenangan m anis unt uk dibawa m at i ! Nenek ini
sem enj ak kecil berada di sini, dem ikian pengakuannya beberapa hari yang lalu
secara pendek ket ika ia t anya. Berart i bahwa nenek ini t ak pernah m engalam i
dewasa di dunia ram ai ! Sebagai wanit a yang selam anya t ak pernah m enj adi
ist eri orang, t ent u t im bul keinginan unt uk m enerim a perlakuan m anis dari
seorang pria yang m engaku sebagai suam inya ! Ah, bet apa bodohnya. Apa sih
art inya pengorbanan sekecil ini ? Hanya berm ain sandiwara, m enyebut nenek it u
sebagai ist eri, bicara m anis dan m enghibur dengan kat a- kat a penuh sayang.
Kiranya cukup bagi Si Nenek yang tak mungkin menghendaki lebih daripada itu.
Berjam- j am Kwee Seng duduk t erm enung. Terj adi perang di dalam hat inya
sendiri, sedangkan suara sedu- sedan nenek it u t et ap t erdengar olehnya m akin
lam a m akin m enusuk j ant ung. Teringat ia akan pengalam annya bersam a Ang-
siauw- hwa. Selam a ia hidup, baru sekali it u ia bercint a kasih dengan seorang
wanit a. Mencint a dan dibalas cint a. Merasai kem esraan seorang kekasih yang
m encint a sepenuh hat inya. Mendengar bisikan halus yang m enyat akan cint a
kasih Ang- siauw- hwa, m elihat m at a indah dari dekat , m at a yang m em andang
kepadanya penuh bayangan kasih sayang, m at a yang..! Kwee Seng t ersent ak
kaget . Mat a it u ! Mat a nenek it u ! I t ulah m at a Ang- siauw- hwa ! Tak salah lagi.
Mat a Ang- siauw- hwa Si Kem bang Pelacur Telaga Barat . Sam a j ernihnya, sam a
lebarnya, sam a t aj am nya dan lirikannya pun sam a. Mat a Ang- siauw- hwa ! Pant as
ia merasa seperti pernah mengenal mata itu apabila Si Nenek memandangnya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 95


" Ahhh...! " t erdengar Kwee Seng berseru m elalui kerongkongannya. Akan t et api
Ang- siauw- hwa sudah m at i. Hanya persam aan yang kebet ulan saj a. Banyak m at a
wanit a yang cant ik- cant ik ham pir serupa dan agaknya nenek ini dahulu pun
seorang wanit a cant ik. Seorang wanit a t erpelaj ar dan cant ik j elit a. Kecant ikan
hanya sebat as kulit . Kalau orang sudah m encint a, apa art inya usia ? Apa art inya
keburukan rupa ?
Nenek it u m asih m enangis t erus. Dari suara t angisnya, Kwee Seng t ahu bahwa
nenek it u t ent u pergi m enyendiri di kam ar kit ab. Mem ang seringkali nenek it u
t idur di sana, di t em pat yang sunyi, t em pat ist irahat yang paling j auh dalam
" rum ah t inggal" it u. Kalau ia m enangis t erus sam pai j at uh sakit dan m at i, m aka
akulah pem bunuhnya ! Aku m em balas budinya dengan m enghancurkan hat inya.
Ah, betapa rendah perbuatan ini !
Kwee Seng berdiri, m eraba- raba dalam gelap, m em bawa pelit a dan bat u api,
akan t et api t idak berani m enyalakannya. Pert am a, karena ia t akut kalau- kalau
nenek it u m arah m elihat ia m enyalakan pelit a. Ke dua, karena unt uk m elakukan
" sandiwara" yang bert ent angan dengan hat inya ini, lebih baik di dalam gelap,
t anpa m elihat waj ah Si Nenek! I a m eraba- raba dan akhirnya kedua kakinya yang
sudah hafal keadaan di situ, membawanya ke depan pintu kamar kitab. Nenek itu
masih terisak- isak perlahan.
" Nek... aku dat ang..." " ... pergi ! Mau apa lagi kau dat ang ? Kalau kau
mengejekku, mau menghinaku..., demi setan... akan kubunuh kau!"
" Tidak, aku berhut ang budi kepadam u, berhut ang nyawa, bagaim ana aku sam pai
hat i m elukai hat im u ? Aku dat ang kepadam u unt uk... unt uk m em enuhi
permintaanmu..."
Tiba- t iba isak t angis it u berhent i dan sej enak keadaan m enj adi sunyi sekali. Tak
t erdengar sesuat u oleh Kwee Seng, seakan- akan nenek it u t idak hanya berhent i
m enangis t api j uga berhent i bernapas ! Kem udian t edengar gerakan nenek it u
mendekat, terdengar suaranya menggetar berbisik.
" Apa...? Kau.. kau t idak m enipuku...? Kau... kau m au m enerim aku sebagai...
sebagai isterimu...?"
" Ya! " j awab Kwee Seng dengan suara penuh keyakinan. " Karena inilah cara
t erbaik unt uk m enyenangkan hat im u, unt uk m em balas budim u. Aku m enerim a
perm int aanm u dengan kesungguhan hat i, walaupun kit a sam a t ahu bahwa aku
t idak m encint am u." Hal inilah yang m engganggu perasaan hat i Kwee Seng t adi,
m aka kini ia t erpaksa m engucapkannya agar ia t idak m erasa sepert i seorang
penipu.
" Ah, t erim akasih...! " Nenek it u t ahu- t ahu sudah m erangkulnya dan menangis,
m endekapkan m uka pada dadanya, berbisik- bisik, " Terim akasih... Kwee- koko
(Kanda Kwee)... sekarang matipun aku tidak akan penasaran lagi..."
Girang rasa hat i Kwee Seng. Ternyat a dugaannya cocok. Nenek ini ingin
m endapat kan kenang- kenangan m anis unt uk dibawa m at i. Biarlah ia m em enuhi
hasrat hat i ini, bukan m enipu, m elainkan bersandiwara, karena bukankah t adi ia
sudah m enyat akan sej uj urnya bahwa ia m em enuhi perm int aan ini hanya unt uk
m em balas budi, sam a sekali bukan karena cint a ? Bet apapun j uga, m eremang
bulu tengkuknya mendengar suara halus nenek itu menyebutnya "kakanda"!
" Niocu.." kat anya perlahan sam bil m engelus ram but di kepala yang bersandar di
dadanya. Menggigil t ubuh yang bersandar dan m erapat padanya it u ket ika
m endengar sebut an "niocu" . " Karena keadaan t idak m engij inkan, m aka kit a
m enikah t anpa upacara. Biarlah Tuhan yang m enyaksikan pernikahan kit a t anpa
upacara ini, m enyaksikan bahwa pada saat ini aku, Kwee Seng m enyat akan
dirimu sebagai isteriku."
" Dan aku, Nenek Neraka Bum i, pada saat ini m enyat akan bahwa kau m enj adi
suam iku... ah, Koko, bet apa rindu hat iku selam a t iga t ahun ini ! Ham pir gila aku
dibuat nya, m elihat engkau sam a sekali t idak pernah pedulikan aku...! " Nenek it u
memeluknya makin erat.
Biarpun keadaan di sit u am at gelap, Kwee Seng m asih m eram kan m at anya !
Akan t et api hidungnya kem bang- kem pis, bau harum yang selalu ia rasakan

Suling Mas Kho Ping Hoo 96


apabila nenek it u m endekat inya, kini m akin m enghebat . Sedap harum m engusir
rasa m uak dan j ij ik yang t adinya m ulai m enggerogot i hat inya. Dan lengan yang
m erangkulnya begit u halus ! Begit u halus dan hangat . Dan ia t eringat bet apa
sepasang m at a nenek ini am at indahnya. Di dalam gelap it u, t erbayanglah oleh
Kwee Seng akan sem ua kem esraan yang baru pert am a kali dialam inya selam a
hidupnya, yait u ket ika ia berj um pa dengan Ang- siauw- hwa. Hat inya t ergerak dan
t anpa ia sadari, ia balas m em eluk dan ia m enundukkan m ukanya. Tanpa ia
ket ahui, nenek it u pun sedang m enghadapkan m uka kepadanya, sehingga m uka
mereka bertemu.
Kwee Seng t ersent ak kaget . Muka it u halus kulit nya sepert i m uka Ang- siauw- hwa
ket ika dahulu ia m encium nya. Ah, Kwee Seng, kau sudah m enj adi gila, ia
m engum pat diri. I ni nenek, t ua bangka berm uka keriput an, ham pir m at i !
Pikirannya dan perasaannya m em bant ah, nam un kenyat aannya, ia bukan
seorang nenek yang sudah t ua, m elainkan dalam perasannya ia m em eluk Ang-
siauw- hwa ! Beberapa kali ia m encium i m uka wanit a dalam pelukannya ini,
t angannya m eraba- raba m em belai m uka, ram but dan leher. I a yakin, ini Ang-
siauw- hwa ! Akan t et api Ang- siauw- hwa sudah m eninggal dunia ! Mana m ungkin
?
"Kwee- koko... ah, bet apa cint aku kepadam u..." Nenek it u berbisik- bisik dan
terisak penuh kebahagiaan dan haru.
Suaranya pun suara Ang- siauw- hwa ! " Kwee- koko, bet apa rindunya aku
kepadamu..."
Kwee Seng t eringat akan bat u api dan pelit a yang ia let akkan di at as lant ai.
Tangannya m eraba- raba dan lain saat ia t elah m encet uskan bat u api sehingga
bunga api berpij ar- pij ar m em beri penerangan sekilat an saj a. Nam un sinar t erang
sekilat it u cukuplah sudah. Tangannya m enggigil. Dalam kilat an sinar bunga api
it u ia m elihat m uka yang halus, cant ik j elit a, hidung m ancung bibir m erah m at a
indah. Muka Ang- siauw- hwa!
"Koko, jangan nyalakan pelita, aku... malu..." Dalam gelap Kwee Seng terbelalak.
Akan t et api ia segera m em eluk wanit a it u, penuh kasih sayang, penuh kerinduan
yang selama ini ditekan- tekannya.
" Kekasihku..., kau.. kau Kim Lin... Ang- siauw- hwa... alangkah rinduku
kepadamu!"
Kwee Seng m enj adi sepert i gila. I a m enum pahkan seluruh rasa rindu dan
cint anya, bahkan cint a kasihnya yang pernah ia kandung t erhadap diri Liu Lu
Sian, ia t um pahkan kepada nenek it u ! Kesadarannya kadang- kadang
m em peringat kannya bahwa yang berada dalam pelukannya adalah seorang
nenek akan t et api ia t idak m au m enerim a peringat an ini, karena m enurut
perasaannya ia berkasih- kasihan m esra dengan seorang wanit a m uda yang
dalam anggapannya kadang- kadang sepert i Ang- siauw- hwa dan kadang- kadang
seperti Liu Lu Sian !
Mem ang di dunia, t iada yang sem purna kecuali Tuhan. Apalagi m anusia, m ahluk
yang banyak sekali m elakukan penyelewengan- penyelewengan, m ahluk yang
selemah- lem ahnya, set iap orang m anusia t ent u ada saj a kelem ahannya di
sam ping kebaikan- kebaikannya. Pem uda ini dahulunya t idak suka m inum arak,
m encium arak pun m enim bulkan rasa m uak. Akan t et api set elah ia t erguncang
batinnya oleh Lu Sian di dalam pest a Beng- kauw, ia m enj adi pem abok, m inum
t anpa bat as lagi, t enggelam ke dalam nafsunya, sepert i orang m abok, lupa
daratan lupa segalanya. Lupa bahwa ia barkasih- kasihan dengan seorang nenek ?
Dalam anggapannya, ia memperisteri seorang wanita yang muda dan cantik jelita
! I nilah kelem ahan Kwee Seng, pendekar m uda yang sakt i it u. Perasaannya
terlalu halus, terlalu lemah, mudah terpengaruh.
Belasan hari lam anya dalam gelap gulit a it u ia berkasih- kasihan dengan nenek
Neraka Bum i yang dianggapnya seorang gadis j elit a set engah Ang- siauw- hwa
set engah Liu Lu Sian ! Tak pernah nenek it u m em bolehkan dia m enyalakan
pelit a. Tak pernah Kwee Seng m eninggalkan kam ar kit ab, dilayani nenek it u yang
bergerak cepat m enyediakan segala kebut uhan m akan m ereka, sem ua dilakukan

Suling Mas Kho Ping Hoo 97


di dalam gelap. Akan t et api Kwee Seng m erasa bahagia, t ak pernah t eringat pula
olehnya tentang diri nenek tua renta yang berkeriputan kedua pipinya.
Dua pekan lewat dengan cepat nya bagi dua orang m ahluk yang berkasih- kasihan
itu. Malam it u Kwee Seng t idur dengan nyenyaknya, t idur dengan senyum
m enghias bibirnya, dengan bayangan kepuasan bat in m enyelim ut i waj ahnya. I a
m im pi t ent ang rum ah gedung sepert i ist ana, di m ana ia t idur dalam sebuah
kam ar yang t erhias indah, di at as pem baringan dari kayu cendana berukir, di
sam ping ist erinya, seorang put eri yang cant ik j elit a ! Hawa udara am at dingin,
m enyusup ke t ulang sum - sum , m em buat nya set engah sadar. Ket ika m em buka
m at anya sedikit , ia m elihat keadaan rem ang- rem ang, t eringat ia akan ist eri
dalam m im pi, t angannya m eraba- raba dan m enyent uh ram but halus di dekat nya,
ia m em balik dan m em eluk ist erinya put eri cant ik j elit a, m enarik napas panj ang
penuh kebahagiaan.
Tiba- t iba Kwee Seng t eringat dan kaget . I a t idak m im pi ! I a berada dalam kam ar
kit ab bersam a ist erinya. Dan m engapa keadaan t idak gelap lagi ? Ada cahaya
m em asuki kam ar. Ah, m usim gelap dan banj ir sudah berhent i ! I a dapat m elihat
t angannya, dapat m elihat ram but hit am halus yang m elibat - libat t angan dan
lehernya, dapat m elihat kepala yang ia dekap di dadanya. Kegelapan yang
mengerikan telah pergi !
I a m elom pat bangun, bukan m ain gem biranya. Saking gem biranya, ia hendak
m em eluk ist erinya, hendak m em beri t ahu bahwa kegelapan sudah pergi. I a
m em bungkuk dan... t iba- t iba ia t erbelalak dan t ubuhnya m encelat m undur
seakan- akan dipagut ular berbisa. Yang t idur m elingkar karena hawa dingin, t idur
pulas dengan napas panj ang, ram but hit am gem uk t erurai kacau, pakaian
t am balan, t ernyat a sam a sekali bukan gadis j elit a sepert i yang ia anggap selam a
belasan hari ini, melainkan seorang nenek tua bermuka penuh keriput !
Teringat lah Kwee Seng akan segala hal yang selam a ini t ert ut up oleh gelora
nafsunya sendiri. Sadarlah ia bahwa selam a belasan hari ini ia berkasih- kasihan
dengan seorang nenek- nenek ! Bukan lagi m engorbankan diri unt uk
m enyenangkan hat i nenek- nenek it u, bukan lagi m engorbankan diri unt uk
m em balas budi, sam a sekali bukan, karena selam a belasan hari ini dialah yang
m em perlihat kan kasih sayang yang m esra ! Dialah yang seakan- akan t ergila- gila,
dan ternyata ia telah tergila- gila kepada seorang nenek- nenek !
Mendadak Kwee Seng t ert awa dan kedua t angannya m enam pari m ukanya
sendiri, " Plak- plak- plak- plak! " Begit u t erus m enerus berkali- kali sam pai kedua
pipinya m enj adi m erah biru dan bengkak- bengkak, kem udian ia lari keluar dari
kam ar it u sam bil m asih t erus t ert awa- t awa. Cepat sekali ia lari sepert i dikej ar
set an. Mem ang ia dikej ar set an. Set an bayangan pikirannya sendiri. Kesadaran
yang t elah m em buka m at anya kini berubah m enj adi set an yang m engej ar-
ngej arnya, yang m engej eknya, sehingga ia m alu ! Malu dan harus ia pergi dari
sit u cepat - cepat . Begit u cepat larinya sehingga ia t idak m endengar lagi seruan
j auh di belakangnya, seruan suara halus m em anggil- m anggilnya. Begit u t iba di
t epi sungai di dalam t erowongan, yait u Arus Maut yang sudah m ulai m enurun
airnya dan t idak begit u ganas lagi, t anpa berpikir panj ang Kwee Seng yang lari
ketakutan terhadap kejaran setan itu segera meloncat ke tengah.
" Byuuur! " Air m uncrat t inggi. Akan t et api biarpun ia sudah t erj un ke dalam air
dan m enyelam di dalam air dingin, t et ap saj a bayangan it u m engej ar- ngejarnya
dan m engej eknya, Kwee Seng m eram kan m at a, m enggerakkan kaki t angannya
melawan arus air sambil mengerahkan tenaga sin- kangnya.
I a t idak t ahu bet apa di pinggir sungai it u, seorang wanit a berlut ut dan m enangis,
memanggil- m anggil nam anya dengan suara m engharukan, seorang wanit a yang
ram but nya riap- riapan; ram but yang hit am halus dan panj ang, seorang wanit a
yang pakaiannya t am bal- t am balan, yang m ukanya basah air m at a, m uka yang
cant ik j elit a kedua pipinya kem erahan hidungnya m ancung bibirnya m erah
m at anya j ernih, m uka yang m uda dan j elit a. Kwee Seng t idak sem pat m elihat
bet apa wanit a m uda yang cant ik ini m enangis, di t angan kanannya t ergenggam
gagang kipasnya yang dahulu rusak ketika ia terseret arus dan tinggal gagangnya

Suling Mas Kho Ping Hoo 98


saja, tidak sempat melihat betapa tangan kiri wanita jelita itu tergenggam sebuah
t openg daripada kulit yang am at halus buat annya, t openg seorang nenek- nenek
tua renta..!

Sudah terlalu lama kita meninggalkan Liu Lu Sian yang sesungguhnya merupakan
t okoh pent ing, kalau t idak yang t erpent ing, dalam cerit a ini. Sebelum kit a
m elupakan gadis perkasa yang sudah m endat angkan banyak gara- gara karena
kecant ikan dan kegagahannya ini, m arilah kit a m engikut i perj alanan dan
pengalamannya yang amat menarik.
Sepert i yang t elah dicerit akan di bagian depan, Liu Lu Sian t idak m au ikut pulang
dengan ayahnya, Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, yang m em eberi wakt u sat u t ahun
kepadanya unt uk m erant au dan " m em ilih suam i" . Gadis it u m asih berdiri
termangu- m angu di at as puncak bukit , m em andang ke arah j urang dim ana Kwee
Seng t erj ungkal dan lenyap. Bet apapun j uga, ia m erasa kasihan kepada Kwee
Seng yang ia t ahu am at m encint anya. Unt uk penghabisan kali ia m enj enguk ke
j urang hit am it u dan berkat a lirih. " Salahm u dan bodohm u sendiri, m udah saj a
m enj at uhkan hat i t erhadap set iap gadis cant ik." Kem udian ia m enyim pan
pedangnya dan berlari m enuruni puncak bukit . I a kem bali m enuj u ke bent eng,
akan t et api t idak langsung ke sana, m elainkan berkuda m em asuki sebuah dusun
yang m asih ram ai karena penduduknya m engandalkan keam anan dusun m ereka
dengan benteng yang letaknya tidak jauh dari situ.
Sewakt u Lu Sian m akan dalam sebuah warung unt uk sekalian berist irahat
m enent ram kan pikirannnya yang t erguncang dan sam bil m akan ia
m engenangkan keadaan Jenderal Kam Si Ek yang am at m enarik hat inya, ia
m endengar derap kaki banyak kuda m em asuki dusun. Pelayan warung kelihat an
gugup sekali dan di luar t erdengar orang bert eriak- t eriak. Tadinya Lu Sian t idak
mempedulikan keadaan ini, akan t et api ket ika derap kaki kuda, m endekat , ia
kaget sekali m endengar gem uruh kaki kuda, m enandakan bahwa yang dat ang
adalah pasukan yang banyak j um lahnya. Dan ket ika ia m enengok ke j alan,
orang- orang sudah lari cerai- berai bersembunyi.
" Ada apakah, Lopek?" t anyanya kepada t ukang warung yang j uga kelihat an
takut.
" Nona, t idak ada wakt u lagi bicara panj ang. Aku harus segera barsem bunyi dan
kalau nona sayang keselamatanmu, sebaiknya ikut bersembunyi pula."
"Ada apakah ? Barisan apa yang datang itu?"
" Ent ah barisan apa. Akan t et api t erang bahwa ada pasukan berkuda yang banyak
sekali lewat kam pung ini, dan pada saat sepert i sekarang ini, sem ua pasukan
m erupakan peram pok- peram pok yang j ahat , apalagi kalau m elihat wanit a
cant ik." Set elah berkat a dem ikian, t ukang warung it u t anpa m enant i Lu Sian lagi
sudah lari melalui pintu belakang !
Lu Sian t ersenyum m engej ek dan m elanj ut kan m akannya. Apa yang perlu ia
t akut kan ? Pasukan it u boleh j adi ganas dan m enggangu orang baik- baik, akan
t et api t erhadap dia, m ereka akan bisa apakah ? Boleh coba- coba ganggu kalau
hendak berkenalan dengan pedangnya ! Akan tetapi ketika mendengar derap kaki
kuda it u sudah dekat , ia t idak dapat m enahan keinginan hat inya unt uk ke luar
warung menonton.
Kiranya pasukan yang cukup besar, lebih dari lim a puluh orang pasukan berkuda,
dengan kuda yang bagus- bagus, dipim pin oleh seorang kom andan m uda yang
bert ubuh t inggi besar dan berkulit hit am . Pada saat Lu Sian keluar, ia m elihat
seorang m enyim pangkan kudanya ke pinggir j alan dim ana t erdapat seorang
wanit a m uda sedang m em bet ot - bet ot t angan put eranya yang berusia t iga t ahun.
Anak ini agaknya senang m elihat begit u banyaknya orang berkuda dan m enangis
t idak m au ikut ibunya. Wanit a it u m asih m uda, usianya t akkan lebih dua puluh
lima tahun. Wajahnya lumayan kulitnya kuning bersih.
" Aihh, m anis kau t inggalkan saj a anak nakal it u dan m ari ikut denganku, m alam
ini bersenang- senang denganku. Ha- ha- ha! " Penunggang kuda it u
m em bungkukan t ubuhnya ke kiri dan t angannya yang berlengan panj ang it u

Suling Mas Kho Ping Hoo 99


sudah diayun hendak m enyam bar pinggang wanit a m uda yang m enj erit
ketakutan.
"Tar- t ar! " Dua kali cam bukan m engenai lengan t ent ara yang hendak berbuat
t idak sopan it u, disusul bent akan nyaring, " Mundur kau ! Masuk barisan kem bali !
Di wilayah Kam - goanswe, apakah kau berani hendak m encem arkan nam aku ?
Orang tolol!" Kiranya yang mencambuk dan membentak itu adalah Si Opsir Muda.
Wanit a it u cepat - cepat m enggendom g anaknya yang m enangis dan lenyap ke
belakang sebuah rumah.
Akan t et api m at a opsir t inggi besar hit am it u kini m engerling ke arah Lu Sian,
j elas bayangan m at anya penuh kekagum an dan kekurangaj aran. Akan t et api
agaknya si opsir m enahan napsunya dan m elanj ut kan kudanya, m em im pin
barisannya m enuj u ke bent eng. Hanya sekali lagi ia m enengok dan t ersenyum
kepada Lu Sian. Juga ham pir sem ua anggot a barisan m enengok ke arahnya,
tersenyum- senyum menyeringai. Muak rasa hati Lu Sian dan ia masuk kembali ke
dalam warung. Akan t et api kej adian it u m em buat ia duduk t erm enung, lenyap
nafsu makannya.
Kam Si Ek agaknya am at disegani oleh para t ent ara pikirnya. Benar- benar
seorang m uda yang m engagum kan. Akan t et api m engapa pem uda sepert i it u
suka m enj adi seorang j enderal, padahal sebagian besar anak buahnya t erdiri dari
orang- orang yang suka m em pergunakan kedudukan dan kekuasaan sert a
kekuatan menindas Si Lemah ? Ia harus menguji kepandaiannya.
Set elah rom bongan t ent ara it u lenyap berangsur- angsur penduduk kem bali ke
rum ah m asing- m asing j alan penuh lagi oleh orang- orang yang hilir m udik.
Pem ilik warung j uga dat ang kem bali dan ia t erheran- heran m elihat Lu Sian m asih
duduk di sit u, " Eh, kau m asih berada di sini, Nona ? Hebat , benar- benar Nona
m em iliki ket abahan yang luar biasa. Unt ung bahwa dusun ini dekat dengan
bent eng Kam - goanswe, kalau t idak, t ent u sudah rusak binasa dusun ini sej ak
lama seperti dusun- dusun lain yang dilewati rombongan seperti itu."
" Lopek ( Pam an Tua) , apakah sem ua t ent ara selalu berbuat kej ahat an sepert i it u
terhadap rakyat?"
" Boleh dibilang sem ua. Tergant ung kepada kom andannya. Kalau si kom andan
baik, anak buahnya pun baik. Ah, kalau saj a sem ua perwira sepert i Jenderal
Kam , t ent u hidup ini akan lebih am an dan t ent eram . Sem oga orang sepert i Kam -
goanswe diberi panjang umur!"
Lu Sian t erm enung. Orang m uda sepert i Kam Si Ek m em ang sukar dicari
keduanya. Dalam hal ilm u silat , t ent u saj a t idak m ungkin dapat m engalahkan
Kwee Seng. Akan t et api dalam hal- hal lain Kam Si Ek j auh m enang kalau
dibandingkan dengan Kwee Seng. Teringat ia penuh kekagum an bet apa Kam Si
Ek m enghadapi rayuan t iga orang wanit a cant ik. Dan ia m erasa j ant ungnya
berdebar ket ika ia t eringat ucapan Kam Si Ek sebulan lebih yang lalu ket ika
panglim a m uda it u naik ke panggung di pest a Beng- kauw unt uk m enolong
seorang pem uda yang kalah. Masih t erngiang di t elinganya kat a- kat a Kam Si Ek
ketika it u, " Hanya Tuhan yang t ahu bet apa inginnya hat iku m enj adi pem enang
.... Akan t et api .... Bukan beginilah caranya. Maafkan, Nona, biarlah aku
m engaku kalah t erhadapm u." I t ulah kat a- kat anya, kat a- kat a yang j elas
merupakan pengakuan bahwa pemuda ganteng itu juga "ada hati" terhadapnya.
Malam hari it u, dengan m engenakan pakaian ringkas akan t et api set elah
menghias diri serapi- rapinya, Lu Sian membawa pedangnya, berlari cepat menuju
ke bent eng Kam Si Ek. I a m enj adi heran dan j uga lega m elihat bahwa penj agaan
di sekit ar bent eng sekarang sam a sekali t idaklah sekuat kem arin, bahkan
beberapa orang penj aga yang berada di pint u bent eng, kelihat an sedang berm ain
kart u di bawah sinar pelit a reng. Dengan m udah Lu Sian lalu m elom pat i t em bok
bent eng m elalui sebat ang pohon, dan beberapa m enit kem udian ia t elah
berloncatan ke atas genteng.
Akan t et api ket ika ia berada di at as gent eng gedung t em pat t inggal Kam Si Ek
yang berada di t engah- t engah kum pulan bangunan it u, ia m endengar suara
orang berkat a- kat a dengan keras, sepert i orang bert engkar. Cepat ia berindap

Suling Mas Kho Ping Hoo 100


dan dengan hati- hati melayang ke bawah memasuki gedung dari belakang, dan di
lain saat ia m engint ai dari sebuah j endela ke dalam ruangan di m ana t erj adi
pert engkaran. I a m elihat seorang wanit a berpakaian serba put ih yang bukan lain
adalah Lai Kui Lan kakak seperguruan Kam Si Ek. Kui Lan berdiri di t engah
ruangan sam bil bert olak pinggang, m ukanya kem erahan m et anya berapi- api
m arah sekali. Di hadapannya duduk t iga orang perwira, dengan m uka t ert awa-
t awa m engej ek. Seorang di ant aranya, yang duduk di t engah bukan lain adalah
komandan pasukan yang tadi dilihat Lu Sian ketika pasukan lewat di dusun.
" Lai Li- hiap , sebagai bekas pem bant u Sut em u, saya harap Li- hiap ( Nona Yang
Gagah) suka ingat bahwa urusan m engenai ket ent araan adalah urusan kam i, Li-
hiap tidak berhak mencampurinya." Kata perwira yang duduk di kiri.
" Bet ul, sudah cukup lam a kam i t erpaksa bersabar dan t ak berkut ik di bawah
kekerasan Kam - goanswe. Sekarang Phang- ciangkun ( Panglim a Phang) yang
m em egang kom ando di bent eng ini, Lai- hiap t idak berhak m encam puri urusan
kam i! " kat a perwira ke dua yang duduk di sebelah kanan. " Sudah t erlalu banyak
Li- hiap biasanya m encam puri urusan ket ent eraan, sewenang- wenang
m enghukum anak buah kam i padahal biarpun Li- hiap adalah kakak sepergurun
Kam- goanswe namun Li- hiap tetap seorang biasa, bukan anggauta ketentaraan."
Makin m arahlah Lai Kui Lan. I a m enuding t elunj uknya ke arah dua orang bekas
pem bnt u adik seperguruannya it u. " Kalian m anusia- m anusia yang pada dasarnya
sesat ! Sut eku m enj alankan disiplin keras, m enghukum t ent ara m enyeleweng, it u
sudah sem est inya ! Dan aku m em bant u Sut eku m enegakkan nam a baik bent eng
ini, m encegah anak buah m elakukan penganiayaan kepada rakyat , j uga sudah
m erupakan kewaj iban set iap orang gagah. Di depan Sut e, kalian berpura- pura
baik, sekarang , baru set engah hari Sut e pergi m em enuhi panggilan gubernur
untuk menghadapi bahaya serangan bangsa Khitan, kalian sudah memperlihatkan
sifat asli kalian yang buruk ! Mem biarkan anak buah kalian m enculik wanit a,
meram pas hart a benda rakyat . Orang- orang m acam kalian ini m ana pat ut
memimpin tentara ? Pantasnya dikirim ke neraka !"
Dua orang perwira it u m arah dan bangkit berdiri sam bil m encabut golok m ereka,
sedangkan Kui Lan m asih berdiri t egak t anpa m encabut senj at a, m em andang
dengan senyum m engej ek karena ia sudah m aklum sam pai di m ana kepandaian
kedua orang bekas pem bant u sut enya it u. Akan t et api kom andan baru bent eng
it u, Phang- ciangkun yang t inggi besar dan berkulit hit am it u segera berdiri,
tertawa dan menjura kepada Kui Lan.
" Nona, bet apapun j uga, kedua orang saudara ini berkat a benar bahwa sem enj ak
saat berangkat nya Sut em u t adi, secara sah akulah yang m enj adi kom andan di
sini dan bert anggung j awab t erhadap sem ua perist iwa. Nona, sebagai seorang
yang sudah lam a hidup di dalam bent eng, t ent u Nona t ahu akan perat uran-
perat uran di sini, t ahu bahwa segala apa yang t erj adi adalah t anggung j awab
sepenuhnya daripada kom andan bent eng. Mengapa Nona sekarang hendak t urun
t angan sendiri ? Bukankah ini berart i Nona m elakukan pem beront akan dan sam a
sekali t idak m em andang m at a kepada kom andan barunya ? Nona, harap nona
suka bersabar dan daripada kit a bert engkar yang hanya akan m enim bulkan hal-
hal t idak baik dan m em alukan kalau t erdengar anak buah, lebih baik m ari kit a
bergembira, m akan m inum bersam a dan bersenang- senang! " Set elah dem ikian,
kom andan m uda it u m em andang kepada Kui Lan dengan sinar m at a bercahaya,
m uka berseri- seri m ulut t ersenyum , j elas m em bayangkan m aksud hat i yang
kurang ajar.
Ham pir m eledak rasa dada Kui Lan saking m arahnya. Akan t et api ia t ahu bahwa
sut enya sendiri akan m arah kalau ia m enim bulkan keribut an di dalam kekuasaan
kom andannya, m aka ia segera berkat a keras, " Aku akan m enyusul Sut e, akan
kucerit akan sem ua dan awaslah kalian kalau dia kem bali! " Set elah berkata
demikian, ia membalikkan tubuhnya dan meloncat keluar dari dalam rumah itu.
Tiga orang perwira it u t ert awa- t awa bergelak. " Ha- ha- ha, perem puan galak it u
pergi! Baik sekali ! Dia m em ang akan m endat angkan kesulit an saj a kalau t et ap

Suling Mas Kho Ping Hoo 101


t inggal di sini. Dia hendak m enyusul Kam Si Ek ? Ha- ha- ha! " kat a seorang yang
duduk di kiri.
Tem annya, yang duduk di kanan berkat a pula sam bil t ert awa, " Begit u dat ang ke
kot a, Kam Si Ek akan t erj eblos ke dalam perangkap. Sucinya m enyusul, biarlah
dit angkap sekali. Phang- ciangkun, m ari kit a bersenang- senang m akan m inum
sepuasnya, dan anak buah kam i t adi berhasil m enangkap beberapa ekor anak
ayam, kau boleh pilih yang paling mungil, ha- ha- ha!"
Mereka bert iga t ert awa- t awa gem bira, akan t et api hanya sebent ar karena secara
tiba- t iba saj a m ereka berhent i t ert awa, berdiri dan m encabut senj at a. Di depan
m ereka t elah berdiri seorang gadis yang cant ik j elit a dan gagah perkasa. Gadis
yang bert ubuh ram ping padat , berpakaian indah t api ringkas sehingga m encet ak
bent uk t ubuhnya, ram but nya yang hit am gem uk digelung ke at as, diikat dengan
pit a sut era kuning, waj ahnya j elit a sekali dengan sepasang m at a bint ang, hidung
mancung dan bibir merah. Begitu dia muncul, ruangan itu penuh bau yang harum
sem erbak. Di t angannya t am pak sebat ang pedang yang berkilauan saking
tajamnya, gagang pedang berupa kepala naga.
Tiga orang perwira it u berdiri t ernganga, t idak hanya kaget m elihat t adi ada sinar
berkelebat dan t ernyat a berubah m enj adi seorang gadis, kan t et api j uga
t erpesona, kagum m enyaksikan kecant ikan yang t iada t aranya ini. Phang-
ciangkun agaknya t eringat akan gadis ini, gadis yang siang t adi keluar dari
sebuah rum ah m akan. I a adalah seorang yang sudah banyak m engalam i
pert em puran, seorang yang sudah m engeras oleh t em paan pengalam an, m aka
cepat ia dapat menenteramkan hatinya, malah segera tertawa dan berkata.
" Ah, Nona yang cant ik sepert i bidadari ! Kau sudah m enyusul dat ang ? Apakah
hendak menemaniku makan minum?"
Akan t et api t iba- t iba ia bert eriak kaget karena t ahu- t ahu m ej a di depannya t elah
m elayang ke arahnya. Tidak t am pak siapa yang m elakukan ini, hanya kelihat an
gadis j elit a it u sedikit m enggerakkan kaki. Dengan goloknya, Phang- ciangkun
m enangkis dan m em bacok m ej a yang pecah m enj adi dua sedangkan dia sendiri
m elom pat ke pingir, akan t et api t et ap saj a ada kuah sayur asin yang m enyam bar
ke m ukanya, m em buat m at anya pedas sekali. Dua orang t em annya berseru
marah dan meloncat maju dengan golok di tangan, menerjang Lu Sian.
" Tahan! " t eriak Phang- ciangkun, yang bet apapun j uga, m erasa sayang kepada
gadis yang luar biasa cant iknya ini, t idak ingin m elihat gadis it u t erbunuh dan
ingin m enawannya hidup- hidup. Dua orang t em annya m enahan golok dan
meloncat mundur.
" Nona, kau siapakah ? Dan apa sebabnya kau dat ang m engam uk ? Tidak ada
permusuhan di antara kita!"
Dengan t elunj uknya yang kecil runcing Lu Sian m enuding ke arah m uka hit am
it u. " I hh, m anusia keparat ! Kau m asih bisa bilang t idak ada perm usuhan ? kau
m enipu Kam Si Ek, kem udian m eram pas kedudukannya, m enghina sucinya. Dan
kau masih bilang tidak ada apa- apa?"
" Eh, kau apanya Kam Si Ek?" " Tak usah kau t ahu! " j awab Lu Sian dan t ahu- tahu
pedangnya berkelebat m enj adi sinar berkilauan yang bergulung- gulung dan
m enyam bar ke arah Phang- ciangkun. Perwira ini kaget bukan m ain. I t ulah sinar
pedang yang luar biasa, t anda bahwa pem ainnya adalah seorang kiam - hiap
(pendekar pedang) yang mahir. Ia cepat memutar golok besarnya, dan dua orang
perwira pem bant unya j uga m eloncat dari kanan kiri m em bant unya. Akan t et api
m ereka it u hanyalah orang- orang kasar yang pandai m em erint ah anak buah,
m enggunakan kekuasaan dan kekasaran unt uk bert indak sewenang- wenang,
yang hanya berani dan som bong karena m engandalkan anak buah banyak. Mana
bisa m ereka m enghadapi pedang Toa- hong- kiam di t angan Liu Lu Sian, dara
perkasa yang t elah digem bleng secara luar biasa sej ak kecil oleh ayahnya ? Tak
sam pai sepuluh j urus, Phang- ciangkun sudah t erj ungkal dengan leher t erput us,
dan dua orang perwira pun t erj ungkal, seorang t ert em bus dadanya oleh pedang,
yang seorang lagi sengaj a dirobohkan dengan sebuah t ot okan pada lam bungnya.
Sebelum roboh t iga orang it u sem pat bert eriak- t eriak m em anggil bala bant uan,

Suling Mas Kho Ping Hoo 102


akan t et api ket ika penj aga di luar gedung m enyerbu ke dalam , m ereka hanya
m elihat Pang- ciangkun dan seorang perwira pem bant unya m enggelet ak t ak
bernyawa lagi, sedangkan perwira pem bant u lainnya t elah lenyap. Para penj aga
berserabut an lari m encari dan m engej ar, ada yang m elaui j endela yang t erbuka,
ada yang m elalui pint u depan dan belakang. Kent ong dan gebreng dipukul
bertalu- t alu karena t adinya m ereka it u sem ua bersenang- senang karena m ereka
terbebas daripada tindakan disiplin keras dari Kam Si Ek.
Dengan cepat sekali Liu Lu Sian m elarikan diri dari bent eng sam bil m engem pit
t ubuh perwira yang dirobohkan dengan t ot okan t adi. Set elah t iba di dalam hutan
yang sunyi dan gelap, ia m em bant ing perwira it u ke at as t anah sam bil
m em bebaskan t ot okannya dengan uj ung sepat u yang m enendang. Perwira it u
m engerang kesakit an dan ia segera berlut ut m int a- m int a am pun. Mem ang
sebenarnyalah, hanya seorang pengecut yang biasa bert indak sewenang- wenang
apabila kebet ulan kekuasaan berada di t angannya, akan t et api begit u
kekuasaannya lenyap dan ia t erancam bahaya, ia t idak akan m erasa m alu- malu
untuk memperlihatkan sifat pengecutnya.
" Hayo lekas cerit akan, rencana j ahat apa yang dilakukan kom plot an Phang-
ciangkun unt uk m encelakakan Kam Si Ek ! Sekali kau m em bohong, pedangku
akan memenggal lehermu!"
Merasa bet apa pedang yang dingin m enem pel di t engkuknya, dengan suara
tergagap- gagap perwira it u berkat a, " Am punkan saya, Lihiap ( Pendekar Wanit a) ,
saya... saya hanya orang bawahan, t idak ikut - ikut ...! Yang m engat ur sem ua
adalah Phang- ciangkun dan t em an- t em annya di Shan- si. Karena iri t erhadap
nam a besar dan kekuasaan Kam - goanswe, unt uk diaj ak berunding m engenai
urusan negara. Kesem pat an ini dipergunakan Phang- ciangkun yang m engundang
Kam- goanswe ke ibu kot a, akan t et api di sana ia t elah bersekongkol dengan
teman- t em annya unt uk m enangkap Kam - goanswe dan m elaporkan kepada
Gubernur bahwa Kam - goanswe t idak m au m enghadap dan m alah m erencanakan
pemberontakan."
" Hem m , kej i! " Lu Sian m akin keras m enem pelkan pedangnya. Hayo kat akan di
mana Kam Si Ek akan di tahan !"
" Saya... saya t idak t ahu bet ul, hanya ... hanya m endengar dari Phang- ciangkun
bahwa pencegat an akan dilakukan di kot a Poki dan m ereka berm arkas dalam
Kelenteng Tee- kong- bio di kota itu ... dan ... ahh!!" jerit terakhir ini mengiringkan
nyawanya yang m elayang ket ika pedang Yoa- hong- kiam m em isahkan kepala dari
badannya.

Lu Sian berlari pulang ke rum ah penginapan, akan t et api alangkah m arahny a


ket ika m endapat kenyat aan bahwa pasukan t ent ara yang t adinya m engej arnya
t elah m endat angi rum ah penginapan, m eram pas kuda dan pakaiannya, bahkan
m em ukuli Si Pem ilik rum ah penginapan dan m eram pas hart a benda orang it u
pula.
Penduduk sudah m endengar akan kehebohan di dalam bent eng, t ent ang
t erbunuhnya ciangkun baru. Mereka m erasa kuat ir sekali karena Jenderal Kam
sudah pergi, dan diam - diam m ereka m engharapkan bant uan Lu Sian. Mak a
ket ika gadis ini m uncul, m ereka it u, t erut am a sekali orang- orang t ua para gadis
yang t erculik ke dalam bent eng, berlut ut m ohon bant uan Lu Sian unt uk
m em bebaskan gadis- gadis it u. Tanpa m enj awab Lu Sian lenyap ke dalam gelap,
dengan hati panas ia kembali ke benteng !
Tak lam a kem udian, m enj elang t engah m alam , kem bali t im bul geger di dalam
bent eng. Kandang kuda kebakaran, belasan orang penj aga t ewas dan kuda yang
paling baik, t unggangan Phang- ciangkun sendiri, seekor kuda pilihan, t elah
lenyap ! Akan t et api, Lu Sian sam a sekali t idak peduli t ent ang nasib gadis- gadis
yang t ert awan. Mem ang dem ikianlah wat ak Liu Lu Sian. I a t erlalu m em ent ingkan
diri sendiri, dan hanya m au t urun t angan m at i- m at ian unt uk m em bela
kepent ingan sendiri at au kepent ingan orang yang ia cint a. Urusan orang lain ia
sama sekali tidak peduli.

Suling Mas Kho Ping Hoo 103


Kot a Poki adalah sebuah kot a di propinsi Shan- si, kot a yang cukup besar dan
ram ai. Tem bok kot anya t inggi dan keadaan kot a it u cukup subur dan m akm ur
karena selain let aknya di kaki gunung Cin- ling- san, j uga di sebelah selat an kot a
ini m engalir Sungai Wei- ho yang airnya cukup unt uk keperluan para pet ani di
daerah it u. Pint u gerbang- pint u gerbang kot a selalu t erbuka lebar dan orang-
orang hilir m udik keluar m asuk pint u gerbang, berikut - kereta- keret a yang
m em bawa banyak dagangan. Selain ini, j uga sebagai kot a pelabuhan sungai,
banyak barang m engalir m asuk at au keluar m elalui j alan sungai, m enam bah
kesibukan para pedagang di dalam kota.
Lu Sian t idak m au m em asuki kot a it u dengan kudanya. Selain kuda yang ia
t unggangi adalah kuda m ilik Pang- ciangkun yang m ungkin akan dikenal orang,
j uga kedat angannya ke kot a it u adalah unt uk m enyelidiki Kam Si Ek. I a
m enit ipkan kudanya pada seorang pet ani yang t inggal di dusun sebelah selat an
kot a, kem udian ia m elanj ut kan perj alanan dengan j alan kaki. Sebuah perahu
m enyeberangkannya ke kot a Poki dan ia m em asuki kot a yang ram ai it u sam bil
berjalan perlahan.
Akan t et api, ke m anapun j uga Liu Lu Sian pergi dan dim anapun ia berada, selalu
gadis ini m enj adi perhat ian orang. Tak lam a sesudah ia m asuk kot a Poki, segera
ia m enj adi pusat perhat ian, t erut am a laki- laki, yang t erpesona oleh
kecant ikannya yang luar biasa. Lu Sian t idak pedulikan m ereka ini sungguhpun
keadaan m acam ini selau m endat angkan rasa bangga di dalam hat inya. Yakin
akan kecant ikannya yang m em bikin sem ua orang laki- laki m enoleh untuk
m engagum inya, Lu Sian berj alan dengan langkah cepat , lalu m asuk ke dalam
rum ah penginapan yang cukup besar, m em esan kam ar. Set elah berada di rum ah
penginapan, bebaslah ia daripada perhat ian orang di j alan, sungguhpun beberapa
orang t am u penginapan dan para pelayan t et ap saj a m enat apnya dengan
pandang mata serigala jantan kelaparan !
Karena t idak ingin m enarik perhat ian banyak orang, Lu Sian m em anggil seorang
pelayan m endekat i kam arnya, seorang pelayan yang sudah set engah t ua dan
berwajah jujur.
"Paman pelayan, tahukah kau dimana letaknya Klenteng tee- kong bio di kota ini ?
Aku hendak pergi bersembahyang ke sana."
Muka yang m em bayangkan kej uj uran it u berkerut - kerut , lalu Si Pelayan
m enengok ke kanan kiri lebih dulu, baru m enj awab dengan suara perlahan.
" Nona, kalau hendak bersem bahyang, banyak kelent eng- kelent eng t ernam a di
kot a ini. Mengapa harus ke sana? Lebih baik ke Kwan- im- bio di sebelah t im ur
jembatan besar, atau ke Hai- ong- bio di dekat sungai atau..."
" Tidak, aku hanya ingin bersem bahyang ke Tee- kong- bio." Jawab Lu Sian yang
sudah m enduga bahwa agaknya Tee- kong- bio m erupakan t em pat yang t idak
m enyenangkan hat i pelayan it u, m aka cepat disam bungnya. Aku hendak
bersem bahyang m em bayar kaul, m aka harus ke Tee- kong- bio. Di m anakah
let aknya kelent eng it u?" Mem ang t ent u saj a t idak sukar m encari kelent eng di
dalam kot a sebesar Poki saj a, akan t et api daripada bert anya- t anya orang di j alan
dan m enarik perhat ian, lebih baik kalau sudah m enget ahui t em pat nya sehingga
dapat langsung ke sana.
" m em ang, Siocia ( Nona) , bukan sekali- kali saya hendak m encam puri urusan
nona. Akan t et api sungguh- sungguh keadaan kelent eng it u t idak cocok unt uk
didat angi seorang t am u sepert i nona. Kelent eng it u selalu sunyi, t ak pernah ada
pengunj ungnya, t idak t erawat sehingga ham pir m erupakan sebuah kelent eng
kuno yang sudah t ak t erpakai lagi. Yang dat ang ke sit u hanyalah orang- orang
gelandangan, hwesio- hwesio yang suka m int a derm a paksa dan... ah, sudahlah,
saya sudah bercerit a cukup. Kelent eng it u let aknya di sebelah ut ara kot a, dekat
pintu gerbang, tempat yang sunyi. Sebaiknya Nona jangan pergi ke sana..."
" Cukup, aku dapat m enj aga diri. Terim a kasih at as ket eranganm u." Kat a Lu Sian
yang m erasa t ak sabar lagi m endengar ucapan Si Pelayan. Pelayan it u m elihat
sinar m at a m arah dari Lu Sian, m em balikkan t ubuhnya dan pergi sam bil
mengangkat pundak.

Suling Mas Kho Ping Hoo 104


Karena am at m enguat irkan nasib Kam Si Ek, siang it u j uga Lu Sian ke luar dari
rum ah penginapan. I a hanya m em bawa pedangnya yang disarungkan di
punggung. Kem bali banyak pasang m at a laki- laki m enoleh ke arahnya, bahkan
banyak yang berhent i berj alan dan m engikut inya dengan pandang m at a kagum .
Akan t et api Lu Sian t idak m enghiraukan m ereka, m ulut nya m em perlihat kan
senyum m engej ek. Ket ika ia lewat di j alan yang m enuj u ke ut ara, j alan yang
agak sunyi, ia m elihat sekelom pok orang m uda t erdiri dari lim a orang yang
t adinya bercakap- cakap di pinggir j alan, saling berbisik ket ika m elihat nya,
kem udian m ereka it u sengaj a berdiri di t engah j alan sikap yang m enj em ukan.
Melihat m ereka it u ia t idak t akut biarpun ia membawa- bawa pedang, agaknya
m ereka it u t erdiri dari orang- orang yang m engandalkan diri sendiri, agaknya
mereka tahu sedikit akan ilmu silat maka hendak menggodanya.
Lu Sian t idak m au m em buang banyak wakt u dengan urusan- urusan kecil. I a
m enghadapi urusan besar hendak m encari dan m enolong Kam Si Ek, apa
gunanya m elayani segala m acam laki- laki kurang aj ar sepert i m ereka it u ! I a
m engerahkan lwee- kangnya dan t erus m elangkah dengan t indakan gagah, sam a
sekali t idak m elirik ke arah m ereka. Sebaliknya, lim a orang laki- laki itu membuka
m at a lebar, m engeluarkan suara t ak m enent u dan sepert i dikom ando m ereka lalu
m enyingkir ke pinggir j alan dengan m at a m asih m elot ot lebar dan m ulut
t ernganga. Siapa orangnya yang t ak m enj adi gent ar m elihat seorang gadis cant ik
yang berpedang di punggungnya, berj alan seenaknya akan t et api bekas t elapak
kakinya m em buat t anah yang diinj aknya am bles sam pai sej engkal dalam nya ?
Seekor gaj ah pun t akkan m eninggalkan t apak kaki sepert i it u di at as j alan yang
banyak batunya !
Lu Sian m em percepat j alannya ket ika kelent eng it u sudah t am pak dari j auh.
Genteng- gent engnya banyak yang pecah dan sepasang ukiran naga di at as
gent eng kelent eng it u pun sudah lunt ur warnanya dan m ust ika naga di t engah
yang diperebut kan dua ekor naga it u sudah pecah- pecah pula. Tem bok bangunan
kelent eng j uga sudah t am pak bat anya. Agaknya kelent eng Tee- kong- bio ini
dahulunya besar j uga, akan t et api karena t idak t erawat , m aka m enj adi am at
buruk. Pekarangannya luas, bahkan di belakangnya j uga t erdapat kebun yang
luas, bangunannya besar, akan t et api di depan kelent eng sudah t idak t am pak
asap hio ( dupa) m engebul sepert i sudah m enj adi t anda pada t iap rum ah
kelent eng. Nam un, di t em bok besar m asih t erdapat ukiran dengan huruf- huruf
besar yang j uga sudah lenyap warnanya, yait u huruf TEE KONG BI O ( Kelent eng
Malaikat Bumi).
Dilihat dari depan, kelent eng it u dem ikian sunyi seakan- akan t idak ada
penghuninya. Pint u depannya yang t erdiri dari sepasang daun pint u am at besar
dan tebal, juga tertutup. Tanpa ragu- ragu lagi Lu Sian memasuki pekarangan dan
sesam painya di depan pint u, ia m enggunakan t angannya m endorong. Terdengar
suara berkerit sepert i biasa bunyi daun pint u yang lam a t idak dibuka t ut up. Lu
Sian m enant i sebent ar, akan t et api suasana t et ap lengang, t idak ada sam but an
pada suara daun pint u it u. Kiranya hanya daun pint u yang t erdepan it u daj a yang
t erkunci. Dari luar kin t am pak j endela- j endela dan daun- daun pint u sebelah
dalam t erbuka belaka, ada yang t erbuka separuh ada yang t erbuka seluruhnya.
Akan t et api j elas bahwa t em pat ini pernah dikunj ungi orang- orang, m alah bekas
t elapak kaki pada debu di lant ai m asih baru. Keadaan di dalam nya sam a dengan
keadaan di luar, penuh debu dan kot or t idak t erpelihara. Di sana- sini t am pak
kertas- kert as but ut , ada pula t ikar- t ikar but ut . Mej a t oapekong ( arca kelent eng)
t idak t ert ut up kain lagi, dan t em pat t oapekong j uga k osong. Hanya arca- arca
yang sudah ham pir rusak, singa- singaan bat u yang t iada harganya, m asih t et ap
di tempatnya. Barang- barang lain yang berharga tidak tampak lagi.
Dengan penuh ket abahan Lu Sian m elangkah m asuk. Ruangan t engah j uga
kosong, t idak t am pak m anusia. Dengan hat i- hat i ia m elangkah lagi. Terdengar
suara gerakan di sebelah kelent eng. I a waspada dan m encabut pedangnya
dengan t angan kanan, lalu m em asuki sebuah kam ar di ruangan t engah it u. Di
at as m ej a yang t erbuat daripada bat a t am pak sebuah pot kem bang di m ana

Suling Mas Kho Ping Hoo 105


t um buh kem bang yang m asih segar, dan di sudut ruangan t erdapat sebuah arca
singa. Selain it u kosong, t idak t am pak apa- apa lagi. Lu Sian m elangkah di
ambang pintu yang tak berdaun lagi, memasuki kamar.
"Wer- wer- wer ......! ! " Tiga buah benda m elayang cepat m engarah leher dan
dadanya. Lu Sian cepat m iringkan t ubuhnya dan t iga bat ang pisau m enancap
pada dinding di belakangnya. " Hui- t o ( Golok Terbang) ! " Lu Sian berseru kaget
karena m aklum bahwa hanya orang- orang pandai saj a yang dapat m elont arkan
golok t erbang sekaligus t iga buah secara dem ikian kuat . I a m aklum m enghadapi
lawan tangguh.
" Hanya pengecut saj a yang m enyerang orang secara m enggelap! " bent aknya
marah.
Dari arah dalam t erdengar orang t ert awa disusul j awaban, " Hanya pengecut saj a
yang memasuki tempat orang tanpa permisi!"
Merah sepasang pipi Lu Sian. I a m aklum akan kebenaran kat a- kat a it u. Akan
t et api sebagai seorang yang wat aknya t idak m au kalah, ia m em bent ak, " Kalau
kau bukan pengecut, keluarlah!"
Terdengar daun pint u berkerit dan m uncullah seorang laki- laki yang sam a sekali
t idak disangka- sangka oleh Lu Sian. I a m engira bahwa penyerangnya t ent u
seorang hwesio yang biasanya m endiam i kelent eng, at au orang j ahat yang t elah
m enculik Kam Si Ek. Akan t et api yang m uncul adalah seorang pem uda yang
t am pan, berkepala kecil bert opi bat ok, waj ahnya yang m uda dan t am pan
m em bayangkan kelicikan, t erut am a pada m ulut nya yang t ersenyum m engej ek
dan m at anya yang sepert i m at a burung hant u. Juga pem uda it u t ercengang
ket ika bert em u dengan Lu Sian, benar- benar t ercengang sam pai m em andang
dengan melongo.
" Aduhai, Kwam I m Pouwsat ( Dewi Welas Asih) yang cant ik j elit a agaknya yang
datang berkunjung..!" katanya, masih terpesona.
Sebaliknya, Lu Sian m arah dan m endongkol sekali. " Cih, t ak t ahu m alu !
mengaku- aku ini t em pat kediam anm u sedangkan t em pat ini adalah sebuah
kelenteng tua yang sudah kosong dan kau sama sekali bukan pendeta!"
Orang itu segera menjura, sikapnya manis dibuat- buat, matanya tetap mengincar
waj ah cant ik dan m ulut nya t ersenyum . " Bukan, Nona. Sam a sekali aku bukan
pendet a, m elainkan seorang pem uda, berdarah bangsa Khit an yang gagah
berani, namaku Bayisan..."
" Tak peduli nam am u anj ing at au kucing aku t idak sudi m engenalnya ! Yang j elas,
serangan gelapm u t adi t ak m ungkin dapat kudiam kan saj a t anpa t erbalas! "
Sambil berkata demikian, Lu Sian melangkah maju, pedangnya siap menerjang.
Akan tetapi pemuda itu tetap bersikap tenang, bahkan tertawa lebar.
"Aku tadi tidak tahu bahwa yang datang adalah seorang dara perkasa yang cantik
j elit a, kalau aku t ahu, m ana aku t ega m enyerang dengan hui- t o ? Unt ung kau
dem ikian pandai m engelak, kalau t idak... ah, sayang sekali kalau m ukam u
sampai lecet."
" Keparat berm ulut busuk! " Lu Sian m arah dan pedangnya bergerak
m engeluarkan suara berdesing. Bayisan cepat m eloncat m undur dengan waj ah
kaget sekali. Pedang it u m enyam bar hebat , m enyerem pet m ej a bat u yang
menjadi terbelah dua seperti agar- agar terbabat pisau tajam saja !
" Kau... kau... put eri Pat- j iu Sin- ong Liu Gan ! Kau put eri Ket ua Beng- kauw yang
bernama Liu Lu Sian!"
Diam- diam Lu Sian t erkej ut . Begini hebat kah kepandaian orang asing ini
sehingga m elihat sekali gerakan pedangnya saj a sudah dapat m engenalnya ? I a
t erkej ut dan heran, t erpaksa m enunda serangannya, m em bent ak. " Hem m , kau
sudah tahu siapa aku, tidak lekas berlutut?"
Akan t et api Bayisan m alah t ert awa girang sam pai t erbahak- bahak. " Bagus !
Bagus sekali ! Karena t erhalang urusan pent ing, aku t idak sem pat dat ang
m engunj ungi pest a Beng- kauw dan m encoba unt uk m em et ik bunga dewat a dari
Beng- kauw ! Sekarang bert em u di sini, bukankah ini j odoh nam anya ? Sudah
lam a aku m endengar bahwa put eri Beng- kauw m em iliki ilm u kepandaian hebat ,

Suling Mas Kho Ping Hoo 106


apalagi ilm u pedangnya, dan m em ilik i kecant ikan yang t iada bandingya di dunia.
Sudah t erlalu banyak aku m elihat wanit a cant ik, akan t et api t idak ada seorang
pun yang boleh dikat a t iada bandingnya. Akan t et api m elihat kau, benar- benar
tak pernah aku melihat lain wanita yang dapat menyamaimu, maka terang bahwa
kau tentulah Liu Lu Sian ! Aha, kebetulan sekali!"
Akan t et api ucapan ini sudah m em buat Lu Sian t ak dapat m enahan
kem arahannya lagi. Juga ia m enj adi lega karena t ernyat a dari ucapannya it u
bahwa Bayisan bukan m engenalnya dari sekali gerakan pedangnya t adi,
melainkan dari dugaan t ent ang ilm u pedang dan kecant ikannya. Maka sam bil
berseru keras ia m enggerakkan pedangnya lagi sam bil m elangkah m aj u dan
menusukkan pedangnya se arah dada lawan.
Bayisan cepat m engelak, m iringkan badan ke bawah. Akan t et api pedang Lu Sian
yang bergerak aneh sudah m engej ar dengan lanj ut an serangan m em babat ke
arah leher. Cepat nya bukan m ain ! Bayisan t erkej ut , cepat ia m enggulingkan diri
ke bawah dan bergulingan sam pai beberapa m et er j auhnya, sam bil berguling ia
melepaskan sebatang hui- to ke arah lawan.
" Tranggg! " Lu Sian m enangkis hui- t o lawan dan sekarang Bayisan sudah berdiri
menghadapinya dengan pedang di tangan sambil tertawa.
" Hebat ilm u pedangm u dan hebat kecant ikanm u ! Kau pat ut m enj adi ist eri
Panglim a Bayisan, m ari j uit aku, m ari ikut aku ke Khit an. Kit a berdua akan dapat
merebut kekuasaan di sana dan hidup bahagi..."
" Tranggg! " Terpaksa Bayisan m enangkis karena cepat sekali pedang Lu sian
sudah m enyam bar, m em bacok m ulut nya sehingga t erpaksa ia m enghent ikan
kata- katanya. Akan tetapi selanjutnya ia tidak berani membuka mulut lagi karena
Lu Sian sudah m enyerangnya secara bert ubi- t ubi. Pedang nona ini berkelebat an
laksana naga m engam uk dengan gerakan- gerakan aneh dan ganas. I nilah I lm u
Pedang Toa- hong- kiam ( I lm u Pedang Angin Badai) yang dahsyat . Angin dari
pedang ini m enggerakkan daun- daun pohon yang t um buh di pot besar di sudut
kiri kam ar, m alah beberapa helai daun ront ok karenanya. Uj ung pedangnya
berubah banyak sekali, akan t et api dengan j elas Bayisan m elihat uj ung yang asli
menyerang ganas ke arah perut nya sedangkan uj ung pedang lain hanya
bayangan karena cepatnya pedang bergerak.
Tent u saj a pem uda Khit an m urid Ban- pi Lo- cia ini t idak m au dirinya disat e oleh
pedang lawan. Cepat ia m engubah kuda- kuda kaki m enj adi m iring sam bil
menghant am kan pedangnya dari kiri ke kanan. Kem bali t erdengar suara nyaring
bert em unya kedua pedang dan sebelum Lu Sian sem pat m enyerang kem bali,
bayisan sudah m elanj ut kan pedangnya m enusuk ke arah dada kiri ! Lu Sian
m enggerakkan lengan, pedangnya sudah t erput ar ke kanan dan t epat sekali
m enangkis. Nam un Bayisan hanya m enggert ak, sebelum pedang t ert angkis ia
sudah m enarik kem bali pedangnya, m em buat gerakan lengkung dan m em babat
ke arah kaki sedangkan t ubuhnya m endoyong ke depan dengan t angan kiri
t erbuka j arinya m encengkram ke arah dada. Gerakan yang dahsyat , berbahaya,
dan juga kurang ajar !
" Aiihhh! ! " Seruan yang keluar dari m ulut Lu Sian ini bukan seruan biasa,
m elainkan pekik yang dilakukan dengan pengerahan khikang sehingga kalau saj a
Bayisan t idak kuat sinkangnya, t ent u akan roboh karena lum puh t erserang pekik
luar biasa ini ! Ternyat a, sepert i j uga Bayisan, gadis put eri beng- kauwcu ini
sudah m em pelaj ari m em pergunakan j erit yang m engandung t enaga khikang
unt uk m erobohkan lawan. Melihat lawannya t idak t erpengaruh oleh pekikannya
dan serangan berbahaya it u t erus dilanj ut kan, Lu Sian m eloncat ke at as,
m em biarkan pedang lawan m em babat angin di bawah kedua kakinya sedangkan
pedangnya sendiri dengan kecepat an kilat lalu berkelebat m em babat t angan kiri
lawan yang hendak berbuat kurang ajar tadi.
Di sini t erbukt i kehebat an Lu Sian yang dapat m engubah kedudukan
t erserangm enj adi penyerang. Nam un lawanny a j uga seorang ahli karena cepat -
cepat dapat m enarik t angan kirinya sedangkan pedang yang m em babat angin it u
sudah cepat m enusuk t epat ke arah hidung Lu Sian selagi gadis ini t urun kem bali

Suling Mas Kho Ping Hoo 107


ke at as lant ai. Serangan ini t erlalu m udah bagi Lu Sian dan dielakkannya.
Bayisan m em pergunakan ilm u pedang gaya barat , kem bali pedangnya m ebabat
kedua kaki, begit u m em babat t ubuhnya m endoyong ke belakang sehingga t idak
m em beri kesem pat an kepada lawan unt uk m em barengi dengan serangan
balasan. Dan set iap kali Lu Sian m eloncat , pedang Bayisan sudah t erput ar dan
menyambut lagi kedua kaki yang turun !
Menj em ukan! " Lu Sian berseru keras dan t iba- t iba t ubuhnya m encelat ke at as,
ham pir dua m et er t ingginya dan dari at as pedangnya langsung m em babat leher
lawan yang t ubuhnya m endoyong ke belakang. Bagaikan seekor kura- kura
m enyem bunyikan kepala ke dalam leher, Bayisan m enarik lehernya ke bawah
dan dengan hat i ngeri ia m endengar m endesingnya pedang t epat di at as
t engkuknya, dan alangkah kaget nya kat ika ia m elihat Lu Sian t idak t urun ke
bawah m elainkan t adi m eloncat dan kini t epat berada di at as kepalanya, kedua
kakinya berbareng m elakukan gerakan m enendang ke bawah ke arah ubun- ubun
dan lehernya !
" Lihai...! " serunya, dan kem bali ia m enggelinding ke at as lant ai, t idak peduli
bahwa debu t idak saj a m engot ori baj unya, j uga m ukanya t erkena debu sehingga
m uka yang t am pan m enj adi coreng- m oreng ! Akan t et api ia selam at daripada
bahaya maut dan kini mereka sudah saling berhadapan lagi.
" Perem puan liar ! Kau t idak t ahu dicint a orang ! Baik, aku akan m enggunakan
kekerasan m enangkapm u, kalau kau m asih hidup dalam pert em puran ini, lihat
betapa kau akan menjadi permainanku sebelum kau kubunuh..."
"Tutup mulut!" Lu Sian meloncat ke depan dan kini ia menggunakan jurus Pat- mo
Kiam- hoat yang paling lihai. Pedangnya t idak berdesing lagi, m elainkan
m enyam bar t anpa suara, hanya angin gerakan pedangnya t erasa panas sepert i
m engandung api. Pedang it u m em babat lagi ke arah m ulut , m ulut pem uda yang
kurang aj ar dan am at dibencinya. I a sudah m em bayangkan akan m erobek m ulut
it u dengan pedangnya. Akan t et api Bayisan j uga sudah m arah dan m engerahkan
seluruh kepandaiannya yang ia t erim a dari Ban- pi Lo- cia. Pedangnya m em buat
gerakan m enyilang, pert am a m enangkis dan kedua m enekan dari at as dengan
m aksud m enindih pedang lawan unt uk dapat m enggunakan t angan kirinya
m engirim pukulan. Nam un perhit ungannya m eleset . Pat - m o Kiam - hoat
m erupakan ilm u pedang hit am yang penuh dengan akal m uslihat , m ana m udah
dit indih ? Bagaikan belut licinnya, pedang it u sudah m elesat keluar dari t enaga
t indihannya dan kini m em bacok ke arah paha kanannya. Bayisan m elangkah
m undur, dan m em barengi pukulan ke arah pusar, sedangkan t angan kirinya kini
m erupakan senj at a hebat dengan dorongan ke depan, m engarah m uka dengan
pengerahan tenaga sinkang.
Dengan gerakan yang lem as dan indah Lu Sian m enekuk t ubuh ke kiri t anpa
m engubah kedudukan kaki sehingga kepalanya ham pir m enem pel t anah,
kem udian pedangnya dari arah kiri it u m elesat ke depan hendak m erobek perut !
"Trang, trang !" Dua kali pedang bertemu karena bagitu ditangkis pedang Lu Sian
sudah bergerak lagi m em bacok pundak yang hanya dapat dihindarkan dengan
tangkisan ke dua.
Serang- m enyerang m at i- m at ian t erj adi, set iap t usukan dibalas bacokan dan
dem ikian sebaliknya. Mereka berput aran di dalam ruangan it u, bert anding t anpa
saksi, ada kalanya t ubuh m ereka lenyap t erbungkus gulungan sinar pedang
m ereka, ada kalanya m ereka bert anding lam bat dan bergerak berput ar- putar,
sepert i dua ekor ayam berlaga. Ham pir serat us j urus m ereka bert anding, peluh
m em basahi m uka, nam un belum ada yang t erluka at au t erdesak. Biarpun ilm u
kepandaian mereka jauh berbeda sifatnya, juga berbeda sumber, namun ternyata
t ingkat m ereka seim bang. Lu Sian kalah sedikit t enaganya, nam un kekalahan ini
tertutup oleh kelebihannya dalam kelincahan gerak.
Sebagai seorang pem uda m at a keranj ang yang sudah biasa m enggoda dan
m erusak wanit a, t ent u saj a Bayisan t erpesona dan t ergila- gila kepada Lu Sian
yang m em iliki kecant ikan sukar dicari t anding, nam un kehebat an ilm u silat gadis
ini m em buat ia m erasa penasaran sekali sehingga serangan- serangannya t idak

Suling Mas Kho Ping Hoo 108


lagi m ain- m ain dan lenyaplah keinginannya m enawan hidup- hidup karena
lawannya benar- benar berbahaya sekali. Kini ia t idak peduli lagi apakah ia akan
dapat m enawan hidup- hidup at au harus m em bunuh, pokoknya ia harus m enang
karena kalau ia kalah berart i kem at ian baginya ! Mereka bert anding t anpa sebab
tertentu, keduanya sudah m elupakan urusan yang m em buat m ereka dat ang ke
tempat itu.
Set elah lewat serat us j urus dan Liu Lu Sian yang m aklum akan kem enangannya
dalam ginkang, cepat m em pergunakan kem enangan ini, m engerahkan
ginkangnya, m enggerakkan t ubuhnya secepat burung walet m enyam bar-
nyam bar, pedangnya berkelebat bagaikan kilat halilint ar. Dengan cam puran Toa-
hong Kiam - hoat dan Pat - m o Kiam - hoat , ia dapat m endesak lawannya t anpa
m em beri kesem pat an pedangnya beradu, karena t erlalu sering beradu pedang
berart i kerugian baginya karena ia kalah t enaga. Bayisan m ulai t erdesak dan di
dalam hat i ia m enyum pah- nyum pah. Nam un, t idaklah m udah bagi Lu Sian unt uk
m engalahkan lawan ini, lawan yang baru kali ini ia t em ui t anpa dapat
m enj at uhkannya dengan segera. Selain Kwee Seng baru kali ini ia bert em u
t anding yang begini m uda t api begini t angguh, sehingga ia m erasa penasaran
sekali, penasaran dan m arah sehingga ia t idak akan berhent i sebelum dapat
membinasakannya !
Dengan gerakan yang luar biasa cepat nya, pedangnya yang t elah m engurung
lawan, m eluncur dari at as m enusuk t engkuk Bayisan yang baru saj a
m em balikkan t ubuh karena m elihat gadis it u t ahu- t ahu sudah bergerak cepat dan
berada di belakangnya. Bayisan m engert i bahwa t engkuk lehernya berada dalam
keadaan gawat , salah- salah bisa put us, m aka sam bil m em balik t adi ia cepat
m em babit kan pedang dengan set engah put aran m elindungi t engkuk. Akan t et api
karena ia m enangkis dengan badan set engah m em balik, m aka kali ini t enagany a
tidak dapat dipergunakan sepenuhnya dan tidak berhasil menindih tenaga Lu Sian
yang sebaliknya m em ang m em perhit ungkan hal ini dan t elah m engerahkan
t enaga sepenuhnya, m engget arkan pedang yang t ersalur t enaga sinkang
sehingga unt uk beberapa det ik kedua pedang saling m enem pel dan lekat ! Pada
det ik it u j uga Lu Sian t elah m enggerakkan t angan kirinya dan dalam pandangan
Bayisan, t angan kiri gadis it u seakan- akan berubah m enj adi seekor ular karena
gerakannya lenggak- lenggok m acam ular akan t et api t ahu- t ahu dua buah j ari
t angan it u t elah m engancam sepasang bij i m at anya ! Hebat sekali serangan Lu
Sian kali ini, karena gerakan t ubuhnya adalah berdasarkan Toa- hong- kun,
gerakan pedangnya berdasarkan Pat- mo Kiam- hoat , sedangkan t angan kirinya ini
m ainkan gerakan Sin- coa- kun ( I lm u Silat Ular Sakt i) . Sekaligus dapat m ainkan
jurus- j urus cam puran dari t iga m acam ilm u silat t inggi, dapat dibayangkan
kehebatannya.
" Ayaaaaa! ! " Bayisan berseru keras saking kaget nya, m engerahkan t enaga unt uk
m enarik pedang dan t erus m enggunakan t enaga t arikan it u unt uk m elem par
t ubuhnya ke belakang, bergulingan sam pai beberapa m et er dan baru berhent i
set elah t ubuhnya m em bent ur dinding. Akan t et api pada saat ia m elom pat
bangun, t angan kirinya bergerak dan sinar hit am m enyam bar cepat ke arah Lu
Sian ! Kiranya ket ika m enghindarkan diri daripada serangan m aut sam bil
bergulingan t adi, Bayisan sudah m engeluarkan senj at a rahasianya dan begit u
m eloncat bangun t elah m em balas dengan senj at a gelap ini. Mem ang hebat ! Kali
ini ia t idak m enggunakan hui- t o yang t elah dua kali ia pergunakan t anpa hasil,
m aka kini ia m enggunakan Jarum Racun Hit am ( Hek- tok- ciam ) yang pernah ia
pergunakan t erhadap Kwee Seng sehingga pem uda sakt i it u t erj ungkal ke dalam
j urang. Sekarang, saking j engkelnya m enghadapi gadis j elit a yang am at hebat
ilm u kepandaiannya ini, Bayisan t idak segan- segan m em pergunakan j arum
racunnya.
Melihat sinar hit am dan desir angin, Lu Sian berseru m arah. Dia sendiri adalah
seorang ahli senj at a rahasia j arum , t ent u saj a sekali m elihat ia t ahu benda apa
yang m enyam bar it u. Tangan kirinya m enyam bar ikat pinggangnya dari sut era,
dan sekali m enggerakkan pergelangan t angan, ikat pinggang it u bergulung

Suling Mas Kho Ping Hoo 109


menjadi sinar kuning emas dan tergulunglah jarum- jarum hitam lawan menempel
pada uj ung ikat pinggang. Kem udian sekali ia m enggent akkan t angan kirinya,
jarum- j arum it u t erbang ke arah Bayisan ! I ni m asih belum hebat , biarpun sudah
m em bikin Bayisan berseru kagum dan kaget , karena gerakan kain dari t angan
kiri Lu Sian m encipt akan sinar hit am t ert iup angin, m enyam bar ke arah Bayisan.
Ternyat a gadis ini pun m engeluarkan j arum hit am nya, selain m engem balikan
senj at a lawan, j uga m em beri " hidangan" yang sam a dan yang t idak kalah
lezatnya !
" Aiiihhh, perem puan iblis! " t eriak Bayisan yang cepat m em ut ar pedangnya
m enangkis j arum - j arum it u. Lu Sian t ersenyum puas dan m enerj ang m aj u lagi.
Kem bali t erdengar berdesingnya pedang, disusul berkeront angannya kedua
pedang bertemu, dan menyambarnya angin dari gerakan kedua orang muda yang
memiliki kepandaian tinggi ini.
Pada saat it u, t erdengar suara bent akan laki- laki dari luar, " I blis Khit an penjahat
cabul, kau m enipu kam i! " Maka m uncullah t iga orang laki- laki set engah t ua yang
berpakaian sepert i j em bel pengem is. Mereka it u berpakaian pengem is, pakaian
m ereka penuh t am balan berm acam - m acam warna, akan t et api t ubuh m ereka
t am pak sehat dan kuat , sedangkan gerakan m ereka ket ika m uncul diruangan it u,
kelihat an gesit - gesit sekali. Mereka sem ua m em bawa sebat ang t ongkat di t angan
, tongkat yang butut akan tetapi di ujungnya dipasangi besi berwarna merah.
Munculnya t iga orang j em bel ini m enhent ikan pert andingan it u. Bayisan
m em andang m ereka dengan kening berkerut . " Apa m aksud kalian m em aki?"
bentaknya.
" Masih pura- pura lagi ! Kau m engaku seorang pendekar yang hendak m em bant u
pem bebasan Kam - goanswe yang kam i m uliakan, akan t et api apakah yang kau
lakukan di dusun Ki- san ? Kau m em basm i keluarga yang dengan baik hat i t elah
m enolong dan m erawat m u. Keparat ! " Set elah seorang di ant ara t iga j em bel it u
berkat a dem ikian, m ereka serent ak m aj u m enerj ang. Melihat ini, Bayisan kaget
sekali. Gerakan m ereka it u cukup hebat , seungguhpun t ent u ia t idak gent ar
m enghadapi keroyokan t iga orang pengem is ini, nam un kalau m ereka bert iga
m em bant u Lu Sian m enghadapinya, t ent u ia akan celaka. Kepandaiannya
melawan Lu Sian berimbang, ada sedikit saja bantuan yang menambah tenaga Lu
Sian, berart i ia m enghadapi m aut . Bayisan cerdik orangnya. Melihat gelagat t idak
m engunt ungkan dirinya, ia t ert awa dan t iba- t iba t ubuhnya m eloncat ke luar dari
j endela. Tiga orang pengem is it u m engej ar cepat . " Hendak lari ke m ana kau j ai-
hwa- cat (penjahat pemetik bunga)?"
Akan t et api Lu Sian t idak m engej ar. Gadis ini hanya m engangkat pundaknya
saj a. I a t idak m em punyai urusan dengan Bayisan, dan pert andingan t adi sudah
cukup unt uk m elam piaskan kem endongkolan hat inya t erhadap kekurang aj aran
Bayisan. Tent ang Bayisan m em perkosa at au m em bunuh orang, it u bukan
urusannya dan ia t idak akan m encam puri. Apalagi kalau m endengar kat a- kata
pengem is t adi bahwa Bayisan berm aksud m em bant u pem bebasan Kam Si Ek.
Bukankan itu berarti bahwa Bayisan adalah seorang sahabat Kam Si Ek ?
Tiga orang pengem is t adi baru m engej ar sam pai di depan kelent eng, t iba- tiba
Bayisan m em balik dan m enyerang m ereka dengan j arum - j arum hit am nya. Tiga
orang pengem is it u bukan orang- orang sem barangan pula, cepat m ereka
m engelak sehingga j arum - j arum it u lewat di dekat t ubuh m ereka, m enancap dan
lenyap ke dalam t em bok. Akan t et api bau j arum - j arum it u yang am is m em buat
mereka kaget sekali.
"Jarum- j arum beracun...! " t eriak m ereka dan sej enak m ereka ragu- ragu unt uk
m elanj ut kan pengej aran. Bayisan sudah pergi j auh dan m elihat j arum beracun
ini, t iga orang pengem is it u t idak berani m engej ar lagi, dan t eringat akan gadis
perkasa yang t adi sanggup m enahan pedang orang Khit an yang kosen it u,
mereka segera memasuki kelenteng.
Lu Sian t idak m em buang wakt u lagi. Melihat m ereka m enj ura dengan horm at ,
sebelum m ereka m em buka m ulut ia sudah bert anya, " Tiga sahabat dari part ai
pengemis manakah?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 110


Pada m asa it u m em ang para pengem is m em bent uk perkum pulan, dan hal ini
dipergunakan oleh orang- orang kang- ouw unt uk m enyam ar sebagai pengem is
pula dan t erbent uklah perkum pulan- perkum pulan pengem is m ereka dapat
bergerak leluasa dan tidak begitu menarik perhatian.
Tahu bahwa gadis it u bukan orang sem barangan, pengem is t ert ua m enj ura dan
memperkenalkan diri. "Kami adalah pimpinan dari Wei- ho- kai- pang."
" Ah, kiranya Sam - wi ( Tuan Bert iga) adalah Sin- t ung Sam - kai ( Tiga Pengem is
Tongkat Sakt i) ? Hem m , kebet ulan sekali. Aku adalah Liu Lu Sian, put eri Beng-
kauwcu..."
" Ah, m aaf... m aaf, kam i t elah berlaku kurang horm at t erhadap Li- Hiap. Maaf
bahwa beberapa bulan yang lalu kam i t idak dapat dat ang m enghadap ayah Li-
hiap (Pendekar Wanita)."
" Tidak apa," kat a Lu Sian yang sert a m ert a m enganggap m ereka it u sahabat
karena ucapan mereka tadi yang memuliakan Kam Si Ek. "Tahukah kalian dimana
adanya Kam - goanswe sekarang? Aku m endengar bahwa dia dij ebak orang j ahat
di kelent eng ini, dan t adi kalian bicara t ent ang Kam - goanswe kepada orang
Khit an it u, apa art inya sem ua ini? Harap Sam - wi suka m encerit akan dengan
jelas."
Diam- diam t iga orang it u saling pandang. Mereka sam a sekali t idak t ahu apa
hubungannya put eri Beng- kauw dengan j ederal m uda yang m ereka kagum i it u.
Akan t et api m engingat akan kebesaran nam a Pat - j iu Sin- ong Liu Gan Ket ua
Bang- kauw, dan m enduga bahwa gadis ini t ent u berm aksud baik, m ereka lalu
bercerita.
Mem ang sesungguhnya Kam Si Ek dengan hanya sedikit pengawal t elah keluar
dari bent eng m enuj u ke ibu kot a Shan- si unt uk m em enuhi panggilan Gubernur Li
Ko Yung yang disam paikan oleh Phang- siangkun Si Kom andan m uka hit am yang
diam- diam m engat ur pengkhianat an unt uk m enj at uhkan Kam Si Ek. Set elah t iba
di kota Poki, rombongan Kam Si Ek dicegat oleh gerombolan yang memang sudah
disiapkan t erlebih dulu. Celakanya, para pengawal Kam Si Ek diam - diam sudah
disogok pula oleh Phang- siangkun sehingga selagi t idur, Kam Si Ek disergap dan
dij adikan t awanan. Penyergapan dilakukan di dalam kelent eng yang m em ang
diaj ukan sebagai t em pat penginapan oleh para pengawal Kam Si ek. Sebagai
seorang kom andan yang j uj ur dan t idak m au m enggangu rakyat , Kam Si Ek
memang biasa m elakukan perj alanan sederhana, m enginap pun di m ana saj a
asal j angan m engganggu penduduk, m aka usul unt uk bem alam di rum ah
kelenteng itu diterimanya baik.
Kam i m enyaksikan it u sem ua karena kebet ulan sekali kelent eng t ua ini sej ak
lam a m enj adi t em pat perkum pulan kam i para pengem is Wei- ho- kai- pang."
Demikian seorang di antara pimpinan kai- pang (perkumpulan jembel) itu berkata,
" Kam i am at kagum kepada Kam - goanswe dan ingin sekali m enolongnya, akan
t et api apakah yang dapat kam i lakukan t erhadap pasukan yang begit u ket at ,
apalagi yang dikawal pula oleh t okoh- t okoh rahasia berilm u t inggi yang sengaj a
dikirim dari Kerajaan Liang?"
"Hemm, kalau begitu, yang merencanakan panawanan tehadap diri Kam- goanswe
adalah Kerajaan Liang?"
" Bet ul, Li- hiap. Sepert i diket ahui, Kerj aan Liang set elah berhasil m erobohkan
Keraj aan Tang, selalu m engalam i rong- rongan dari pelbagai pihak yang hendak
m enj at uhkannya pula. Terj adi perebut an kekuasaan dan selain ancam an bangsa
liar dari ut ara, j uga Keraj aan Liang harus m enghadapi ancam an yang t idak kalah
hebat nya dari bangsa sendiri yang m em perebut kan kekuasaan set elah Keraj aan
Tang roboh. Kam - goanswe t erkenal sebagai seorang j enderal yang j uj ur, set ia
dan penget ahuannya akan ilm u perang am at t erkenal. I nilah sebabnya Keraj aan
Liang ingin sekali m em pergunakan t enaganya dan cara sat u- sat unya hanya
m enculiknya karena Jenderal Kam t idak pernah m au m engakui kedaulat an
kerajaan- keraj aan baru yang banyak m uncul set elah Keraj aan Tang j at uh. Dia
seorang pahlawan sej at i, seorang pat riot yang bet ul- bet ul hanya m em ent ingkan

Suling Mas Kho Ping Hoo 111


negara dan rakyat , sam a sekali t idak m eribut kan soal kedudukan dan kem uliaan
pribadi."
Lu Sian biasanya t idak peduli akan keadaan negara. Kini ia t ert arik sekali dan
m akin kagum lah ia t erhadap Kam Si Ek, am at senang hat inya m endengar nam a
pem uda pilihan hat inya it u dipuj i- puj i. Dengan penuh perhat ian ia m endengarkan
cerit a t iga orang pengem is it u, cerit a t ent ang keadaan negara yang biasanya ia
takkan suka mempedulikannya.
Menurut cerit a Sin- t ung Sam - kai, sem enj ak Keraj aan Tang roboh pada t ahun 907
oleh pem beront akan Gubernur Ho- nan yang bernam a Cu Bun yang kem udian
m endirikan keraj aan baru yang disebut Keraj aan Liang, m aka keadaan t idak
pernah am an. Perang t erj adi dim ana- m ana, perebut an kekuasaan t erj adi. Para
pej abat t inggi bekas Keraj aan Tang m engangkat diri sendiri m enj adi raj a m uda
dan sebagian besar t idak m au t unduk kepada raj a baru it u. Sem ent ara it u,
ancam an dari ut ara dan barat m asih t erus dat ang sehingga keadaan m akin kacau
balau. Banyak pula bekas pej abat t inggi Keraj aan Tang yang m asih set ia dan
m ereka ini pun m enggunakan pelbagai usaha unt uk m endirikan kem bali keraj aan
yang sudah jatuh.
" Sehari set elah Kam - goanswe dibawa pergi oleh pasukan Keraj aan Liang, di sini
m uncul Bayisan yang m engaku seorang pendekar sahabat baik Kam - goanswe.
Dia t elah m em perlihat kan kepandaiannya sehingga kam i percaya dan ket ika dia
m int a bant uan kam i unt uk m enyelidiki kem ana Kam - goanswe dibawa, kam i lalu
m engerahkan anak buah kam i unt uk m elakukan penyelidikan it u. Akan t et api,
dengan kaget kam i m endengar berit a dari seorang anak buah kam i akan
kejahatan Bayisan itu di dusun Ki- san."
" Apa yang ia lakukan?" " Seorang pencari kayu di hut an pada suat u hari
m endapat kan Bayisan dalam keadaan pingsan di dalam hut an. Pencari kayu she
Chie it u m enolongnya dan m em bawanya pulang ke rum ah. Akan t et api apa yang
dilakukan j ahanam it u sebagai balas budi ini ? Dua hari kem udian ia m em bunuh
pencari kayu berikut ist erinya dan anak- anaknya sebanyak t iga orang berikut
gadis it u sendiri ! Tent u saj a kam i yang m endengar ini m enj adi m arah sekali dan
m enyerbu ke sini, kiranya Li- hiap sudah lebih dulu dat ang m enggem purnya.
Sayang ia terlalu lihai sehingga kita tak dapat membinasakannya!"
Akan t et api Lu Sian sam a sekali t idak t ert arik oleh cerit a t ent ang Bayisan ini,
m aka t anyanya cepat , " Lalu, bagaim ana dengan hasil penyelidikan kalian ?
Kemana dibawanya Kam- goanswe oleh pasukan itu?"
"Sudah kami selidiki dan ternyata dibawa ke kota raja, yaitu di ibukota Ho- nan."
Ke m anapun j uga akan kukej ar, pikir Lu Sian. I bu kot a Ho- nan yang sekarang
menjadi kota raja adalah Kai- feng, dan ia harus segera berangkat ke sana.
" Dan Bayisan it u, apa m aksudnya dengan pernyat aannya bahwa ia hendak
menolong Kam- goanswe pula?"
" Kam i t idak t ahu j elas karena ia seorang yang berhat i palsu. Akan t et api kam i
dapat m enduganya, Li- hiap. Bukan t ak m ungkin bahwa dia pun seorang
kepercayaan Keraj aan Khit an yang j uga ingin sekali m em pergunakan t enaga dan
pikiran Kam - goanswe dalam soal ilm u perang. Bangsa Khit an sendiri sudah
berkali- kali m engalam i kekalahan apabila berhadapan dengan pasukan yang
dipimpin Kam- goanswe."
" Baik, t erim a kasih, Sin- t ung Sam - kai. Sekarang perkenankan aku pergi, aku
hendak menyelidiki ke Kai- feng."
"Berhati- hat ilah, Li- hiap. Dalam m asa perebut an kekuasaan ini, raj a- raja muda
banyak menarik tenaga orang- orang pandai yang tentu akan berlomba merampas
seorang penting seperti Kam- goanswe."
Dengan t ergesa- gesa karena m asih saj a hat inya m engkhawat irkan nasib j enderal
m uda she Kam it u, Liu Lu Sian segera m eninggalkan kot a Poki, kem bali ke dusun
keluar kot a unt uk m engam bil kudanya, kem udian ia m em balapkan kuda it u ke
timur- laut, menuju ke kota raja dari Kerajaan Liang.
Apa yang dicerit akan secara singkat oleh Sin- t ung Sam - kai t iga orang pim pinan
perkum pulan j em bel Wei- ho- kai- pang it u m em ang benar. Perebut an kekuasaan

Suling Mas Kho Ping Hoo 112


di ant ara para bekas pem besar t inggi Keraj aan Tang, para bekas pangeran dan
raj a m uda yang m engangkat diri sendiri set elah Keraj aan Tang roboh, benar-
benar m em buat rakyat am at m enderit a. Rakyat yang t idak t ahu apa- apa, yang
lem ah dan m iskin, selalu yang m enj adi korban t iap kali t erj adi perang dan
keribut an. Pem uda- pem udanya dipaksa m enj adi t ent ara, hasil sawah ladangnya
diram pasi, paj aknya diperberat secara paksa, gadis- gadisnya yang m uda dan
cantik diambil secara paksa untuk menghibur pasukan- pasukan yang lewat.
Akan t et api, m ereka yang t ergolong orang- orang pandai, ahli silat dan ahli
perang, berm unculan dan keadaan keruh sepert i it ulah m erupakan m asa j aya
bagi m ereka. I nilah m asanya bagi para peram pok unt uk beraksi t anpa t akut
dihancurkan pet ugas keam anan karena orang lebih m eribut kan m encari
kedudukan daripada m enj aga keam anan rakyat . Masanya bagi yang kuat
m enindas yang lem ah. Masanya pula bagi orang- orang sakt i yang di m asa am an
t ent eram pergi ke guha- guha, ke puncak- puncak gunung, ke t epi- t epi laut unt uk
bert apa, unt uk t urun gunung m asuk kot a raj a unt uk m enawarkan kepandaian
m encari j asa dan kedudukan m ulia ! Dan m em ang para raj a m uda yang
m em punyai cit a- cit a m engangkat diri m enj adi raj a besar, am at m em but uhkan
t enaga orang- orang sakt i ini. Tidak peduli si orang sakt i it u t erdiri daripada
golongan hit am m aupun put ih, penj ahat m aupun pendet a, asal sakt i dan
t enaganya dapat dipergunakan, t ent u oleh si pangeran at au raj a m uda akan
dit erim a penuh kegem biraan, dihuj ani hadiah em as perm at a, pakaian indah,
makanan lezat, atau wanita cantik.
Mem ang m enurut sej arah, j am an Lim a Wangsa selam a set engah abad ini, adalah
j am an yang paling keruh dan penuh dengan perang ant ara saudara. Sem enj ak
Kerajaan Tang jatuh dalam tahun 907, disusul dengan perebutan kekuasaan yang
memecah- m ecah bangsa. Dunia kang- ouw t erpecah- belah pula, karena m asing-
m asing m em bela yang m em pergunakan m ereka. Tidak j arang t erj adi bent rokan
hebat ant ara perkum pulan- perkum pulan orang gagah. Bahkan parai- partai
persilat an besar, kelent eng- kelent eng besar yang m em punyai banyak anak m urid
banyak yang terseret- seret.
Dalam perj alanannya m encari Kam Si Ek m enuj u ke ibu kot a Kai- feng yang
berada di lem bah selat an Sungai Kuning, Liu Lu Sian banyak sekali m elihat
pertempuran- pert em puran dan banyak penderit aan para pengungsi ! Nam un
karena ia sendiri mempunyai urusan penting yang amat menggoda hatinya, maka
ia sengaj a m enj auhkan diri dari sem ua halangan, t idak m au m elayani urusan
kecil yang akan m em perlam bat perj alanannya dan t idak m em pedulikan pula
penderit aan para pengungsi yang am at m enyedihkan it u. Akan t et api, pada suat u
hari, ia tertarik juga akan sesuatu peristiwa dan terpaksa menunda perjalanannya
untuk menyaksikan peristiwa itu.
Pagi hari itu, ketika Lu Sian menunggangi kudanya melalui jalan sunyi yang rusak
oleh air huj an, t iba- t iba ia m endengar suara j erit an yang sam bung m enyam bung.
Suara sepert i ini sudah biasa ia dengar. Tent u wanit a yang diculik pasukan
t ent ara, at au diganggu orang j ahat , pikirnya t anpa m au m em pedulikannya. Akan
t et api pekik it u t idak hanya j erit wanit a, bahkan pula t eriakan laki- laki yang
agaknya m enghadapi m aut . I ni pun t idak m enarik perhat ian Lu Sian. Tiba- t iba ia
m enghent ikan kudanya dengan m enahan kendali. Telinganya m endengar
bersiutnya angin yang aneh. Itulah hawa pukulan yang luar biasa, pikirnya. Tentu
ada orang sakt i yang bert em pur di sana. Sebagai seorang ahli silat , hal ini am at
m enarik hat inya dan ia segera m eloncat t urun dari kudanya, m em biarkan
kudanya m akan rum put di sit u lalu ia sendiri berlari m em asuki dusun it u,
menyelinap di antara pohon dan semak- semak.
I a m elihat seorang kakek yang ram but nya riap- riapan, akan t et api pakaianny a
biarpun kot or berdebu t erbuat daripada bahan sut era yang m ahal, m ukanya
keruh pandang m at anya kej am , alisnya berkerut sepert i orang m arah. Kakek ini
duduk di at as sebuah bat u besar di pinggir j alan, kedua kakinya bersila dan
kelihat an lem as. Di dekat bat u besar it u t am pak sebuah dipan bam bu yang biasa
digunakan orang unt uk m engangkut orang- orang sakit , dan dua orang

Suling Mas Kho Ping Hoo 113


pem anggulnya kini berada di belakang kakek it u, seorang duduk m engipasi
lehernya yang berkeringat dan yang seorang lagi berdiri sambil bertolak pinggang
m engikut i gerakan kakek t adi. Melihat waj ah dua orang it u yang bodoh, m ereka
itu agaknya hanya tukang panggul dipan itu yang hanya bertenaga besar.
Yang am at m enarik perhat ian Lu Sian adalah di sekeliling t em pat duduk kakek
it u, di m ana t am pak belasan m ayat bergelim pangan. Mereka it u t idak kelihat an
t erluka dan di dekat m ereka banyak senj at a m alang m elint ang, bahkan di ant ara
m ayat it u ada yang m asih m em egang pedang. Akan t et api sem ua m ayat it u
mengeluarkan darah dari mulut, hidung, mata dan telinga ! Di antaranya terdapat
pula wanit a- wanit a yang agaknya hanya wanit a biasa, m ungkin para pengungsi
karena di sana- sini kelihatan buntalan- buntalan pakaian.
Pada saat it u, dat ang pula serom bongan pengungsi, di depannya berj alan dua
orang laki- laki muda dan seorang gadis tanggung. Melihat gerakan mereka, dapat
diduga bahwa dua orang pem uda it u m em iliki kepandaian silat , bahkan yang
seorang sudah m em egang sebat ang pedang t elanj ang. Para pengungsi laki- laki
dan perem puan dan yang j um lahnya dua puluh orang lebih, berj alan di belakang
t iga orang m uda it u dengan m at a t erbelalak lebar m em bayangkan kengerian dan
ketakutan.
" Mana dia ? Mana kakek gila yang j ahat dan m em bunuhi pengungsi it u?" bent ak
pemuda yang memegang pedang.
Para pengungsi yang berada di belakangnya dengan m uka pucat m enuding ke
arah kakek yang sedang duduk t enang di at as bat u sam bil berkat a, " I t u dia, iblis
tua itu..."
Si Pem uda bersam a dua orang t em annya t ercengang, sepert i t idak percaya.
Pemuda berpedang melangkah maju. "Dia ini...? Kakek lumpuh...?"
Kakek it u m em buka m at anya yang t adinya sepert i selalu dit ut up, m em andang
tiga orang muda dengan penuh perhatian, lalu dengan suara malas bertanya.
" Kalian j uga m engungsi ? Apakah hendak t unduk kepada Keraj aan pem beront ak
Liang?"
" Kakek iblis ! Orang- orang ini m engungsi m enyelam at kan diri dari ancam an
perang, mengapa kau bunuh mereka ? Siapa kau?" bentak pemuda berpedang.
"Jawab ! Kalian hendak mengungsi dan tunduk kepada pemberontak Liang?"
"Kami tunduk kepada pemerintah yang mana, peduli apa denganmu?"
"Hemm, kalian tidak setia kepada Kerajaan Tang, maka harus mati juga."
" Kakek gila ! Kau... kau pem bunuh kej am , kau harus dienyahkan..." Pem uda it u
m enerj ang m aj u dengan pedang digerakkan, akan t et api dengan kakek it u
menggerakkan tangan kirinya, didorongkan dengan jari tangan terbuka. Bagaikan
sehelai daun kering tertiup angin, pemuda berpedang itu terangkat dan terlempar
ke belakang, m enj erit dan roboh dengan pedang di t angan, dari m ulut , hidung,
m at a dan t elinganya keluar darah. Gadis t anggung it u m enubruknya dan
menangis ketika menyaksikan bahwa kakaknya itu ternyata telah tewas !
" Silum an kej i...! " Pem uda ke dua m arah sekali, lupa akan bahaya dan m elom pat
ke depan, kedua tangannya bergerak memukul.
Si kakek t et ap t enang, kem bali t angan kirinya t erangkat dan... pem uda kedua it u
m engalam i nasib sam a. Tubuhnya t erangkat dan t erlem par lalu t erbant ing ke
bawah, t ewas dalam keadaan m engerikan ! Kakek it u t idak berhent i sam pai di
situ, ia menggerakkan tangannya pula dan kini gadis tanggung yang menangis itu
bagaikan kena hant am kepalanya oleh palu godam , t erj engkang dan t ewas, j uga
berdarah dari mulut, hidung, mata dan telinganya !
Melihat ini, para pengungsi it u lari sepert i dikej ar set an dan keadaan di sit u sunyi
kem bali. Lu Sian bergidik. Hebat kakek ini. Pukulan j arak j auh m em bayangkan
t enaga sin- kang yang luar biasa. Lu Sian bersem bunyi dan m engint ai t erus. Dari
j auh dat ang lagi rom bongan pengungsi baru, t erdiri dari sebelas orang. Mereka
it u t erkej ut ket ika m elihat m ayat bergelim pangan di pinggir j alan, akan t et api
mereka tidak menaruh curiga kepada Si Kakek Lumpuh.
" Apa yang t erj adi ? Lopek, apakah yang t erj adi di sini ? Mengapa begini banyak
orang mati..." Seorang di antara rombongan pengungsi itu bertanya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 114


Dengan gerakan perlahan, kakek it u m enoleh, m enyapu para pengungsi yang
t erdiri dari dua keluarga it u dengan pandang m at a dingin. " Kalian hendak
mengungsi ke daerah Kerajaan Liang?"
" Tidak." Jawab orang it u, " Kam i m encari daerah t ak bert uan, lebih baik hidup di
gunung- gunung di mana terdapat ketentraman."
"Hemm, kalian tidak senang dengan pemberontak Liang?"
" Ah, sem enj ak runt uhnya Keraj aan Tang, kam i t idak pernah m engalam i
ket ent eram an lagi. Mana ada pem erint ah yang m enyenangkan sekarang ini,
biarpun banyak hidup kerajaan- kerajaan baru?"
Tiba- t iba kakek it u t ert awa bergelak, t angannya m erogoh saku baj u dan ia
m elem parkan sekant ung uang perak. " Terim alah ini, berangkat lah dan m em ang
lebih baik kalian mengungsi ke gunung- gunung. Selamat jalan!"
Orang it u t erkej ut dan bingung, pandang m at anya m enaruh curiga. Past i ada
hubungannya keadaan kakek aneh ini dengan kem at ian begit u banyak orang.
Set elah m enghat urkan t erim a kasih, ia t ergesa- gesa m em bawa keluarganya
meninggalkan tempat itu.
Set elah rom bongan ini pergi, sam pai sore hari, hanya serom bongan pengungsi
lagi yang lewat di sit u, t erdiri dari belasan orang yang kesem uanya, dari anak
bayi sam pai kakek- kakek, dibunuh oleh kakek lum puh ini karena m ereka it u
sem ua hendak m engungsi ke kot a raj a Liang, yait u kot a Lok- yang ! Bert um puk-
t um puk m ayat pengungsi di t em pat it u, dan Si Kakek Lum puh lalu pergi dari sit u,
duduk di atas pikulan yang berupa dipan bambu digotong dua orang pemikulnya.
Liu Lu Sian adalah put eri ket ua Beng- kauw. Sem enj ak kecil gadis ini berdekat an
dengan orang kang- ouw yang sakt i dan aneh, t idak heran pula m elihat
kekejaman- kekej am an dilakukan orang. Ayahnya dan para pim pinan Beng- kauw
j uga m erupakan orang- orang aneh yang dapat m em bunuh orang lain begit u saj a
t anpa berkedip. Akan t et api kini m enyaksikan kakek lum puh yang m em bunuh
para pengungsi t anpa pilih bulu, laki perem puan t ua m uda, sam pai bayi dibunuh
hanya karena m ereka hendak m engungsi ke Lok- yang, benar- benar m enj adi
kaget dan bergidik. Bukan m ain kej am nya kakek lum puh ini, pikirnya. Biarpun
urusannya it u t iada t iada sangkut - paut nya dengan dirinya, nam un ia sudah
m erasa t ert arik unt uk m engikut i kakek lum puh it u, dan kalau perlu ia hendak
t urun t angan m encoba- coba kehebat an Si Kakek Lum puh yang ia percaya t ent u
mempunyai kepandaian tinggi sekali.
Kakek it u berm alam di sebuah gubuk rusak di pinggir sawah, dilayani oleh kedua
orang pem ikulnya. Bet apa herannya hat i Lu Sian ket ika kakek it u m engeluarkan
sekant ung uang em as, m em berikan kepada kedua pem ikulnya sam bil berpesan
agar besok kedua orang it u m encarikan sebuah keret a dan kuda yang baik
unt uknya. " Aku hendak m elakukan perj alanan j auh ke selat an, kalian m ana kuat
m em ikul aku t erus?" dem ikian kat anya dengan suara perlahan akan t et api
berpengaruh sedangkan kalim at nya t erat ur baik sepert i ucapan seorang
pem besar at au bangsawan. Dua orang pem ikul it u t idak banyak cakap, akan
t et api m eraka it u m em perlihat kan sikap m enghorm at sekali, m enyanggupi dan
m enyebut paduka kepada kakek it u, kadang- kadang m enyebut Ong- ya at au
Taijin.
Malam it u bulan bersinar penuh,Lu Sian m asih m engint ai di sekit ar t em pat it u
ket ika ia m alihat berkelebat nya bayangan yang gerakannya cepat bukan m ain.
Tahu- t ahu bayangan it u sudah t iba di depan gubuk di m ana Si Kakek Lum puh
berada, dan terdengar suara erang laki- laki yang parau tetapi nyaring.
" Hee, Couw Pa Ong ! Kau t erkenal dengan j ulukan Sin- j iu ( Tangan Sakt i) , apakah
t angan sakt im u it u hanya unt uk m em bunuhi rakyat t idak berdosa ? Sin- j iu Couw
Pa Ong, kalau ada kepandaian, keluarlah!"
Terdengar suara t ert awa m engej ek dari dalam gubuk. Couw Pa Ong Si Raj a Muda
sudah lenyap bersam a lenyapnya Keraj aan Tang yang besar ! Akan t et api aku Si
Tua Bangka Kong Lo Sengj in akan m em bunuh set iap orang yang t idak set ia
kepada Dinasti Tang. Orang usilan, kau siapa?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 115


Orang di luar it u t ert awa j uga, " Ha- ha- ha, Couw Pa Ong ! Set elah kau kalah dan
rem uk kedua kakim u, kau m erasa m alu dengan kekelahanm u sehingga kau
m enggant i nam a ? Ha- ha- ha, sungguh lucu ! Biarpun m enggant i nam a seribu
kali, siapa t idak akan m engenal Sin- j iu Couw Pa Ong yang besar nam anya akan
t et api kini sudah bangkrut dan lum puh ? Pinceng Houw Hwat Hwesio dari Siauw-
lim- si, tidak akan mendiamkan saja melihat kau bertindak sewenang- wenang!"
Dari dalam gubuk t erdengar suara m eludah. " Cuhhh ! Segala m acam pendet a !
Kau selalu hanya m em bant u yang m enang, unt uk yang kuat m em beri
sum bangan, unt uk orang- orang kaya dan orang- orang segolongan. He, pendeta
t engik ! Selam a kau m enj adi pendet a pernahkah kau berdoa unt uk si m iskin
j em bel kelaparan ? Pernahkah kau berdoa unt uk si j ahat agar kem bali ke j alan
yang benar ? Pernah kau m em bant u unt uk pelaksanaan doa- doam u dengan
perbuat an nyat a ? Apa j asam u unt uk negara dan bangsa ? Apakah orang- orang
menjadi baik setelah kau setiap hari bersembahyang?"
"Cukup ! Kau bekas raja muda memang terkenal jahat, tidak mengenal Thian!" Si
Hwesio marah, memutar toya (tongkat panjang) dan mendekati pintu gubuk.
"Ha- ha- ha- ha ! Apakah t andanya orang m engenal Tuhan ? Hanya karena gerak
bibir dan goyang lidah cukup m enj adi t anda m engenal Tuhan ? Dengar, pendet a
t engik, orang bisa saj a m engenal Tuhan t anpa m em pedulikan perilaku kebaj ikan,
akan t et api t ak m ungkin orang m engabdi kebaj ikan t anpa m engenal Tuhan!
Perbuatan nyata yang menjadi ukuran, bukan gerak bibir dan goyang lidah!"
" Apa perbuat anm u baik ? I hhh, m anusia yang sudah gelap hat inya ! Kalau
pinceng ( aku) t idak t urun t angan m enghukum m u m ewakili Thian, kau t ent u akan
makin m eraj alela! " Set elah berkat a dem ikian, hwesio it u berkelebat m em asuki
pintu gubuk.
Liu Lu Sian m em andang penuh perhat ian. Gerakan hwesio cukup hebat dan ia
pikir t ent u kakek lum puh it u akan m enghadapi lawan t angguh. Akan t et api
set elah hwesio it u m enerobos m asuk, ia hanya m endengar suara ket awa Si
Kakek Lum puh, dibarengi suara " krakkk! " dan disusul m elayangnya t ubuh hwesio
it u keluar gubuk bersam a t oyanya yang sudah pat ah- pat ah m enj adi t iga pot ong !
Akan t et api hwesio it u bukan t erlem par m elainkan m elom pat keluar. Agaknya ia
gentar dan juga marah.
" Couw Pa Ong orang buronan ( pelarian) ! Pinceng dat ang m em ang bukan unt uk
m elawanm u seorang diri, akan t et api hendak m enyam paikan t ant angan ! Kalau
m em ang gagah, dat anglah di t epi sungai, kam i Wei- ho Si- eng ( Em pat Orang
Gagah Sungai Wei- ho) menantimu malam ini juga!"
"Ha- ha- ha ! Aku Kong Lo Sengj in m ana kenal segala cacing t anah yang bernam a
Wei- ho Si- eng segala ? Akan t et api j angan kira karena kedua kakiku lum puh,
kalian em pat ekor cacing t anah dapat m enghinaku. Kalian t ent ulah em pat orang
pengkhianat dan penj ilat Keraj aan Liang, harus kubunuh. Kaut unggulah,
sekarang juga aku datang memenuhi tantanganmu!"
Hwesio it u m eleset pergi dengan gerakan cepat sekali. Liu Sian m akin t ert arik. I a
sudah m endengar dari ayahnya akan nam a Sin- j iu Couw Pa Ong yang t erhit ung
seorang diantara tokoh- tokoh besar di dunian persilatan. Menurut cerita ayahnya,
Couw- Pa Ong adalah seorang Raj a Muda Keraj aan Tang yang m em iliki ilm u silat
t inggi sekali, seorang yang m em pert ahankan Keraj aan Tang, akan t et api karena
pengeroyokan orang- orang gagah yang berusaha m enj at uhkan keraj aan it u, ia
kalah dan t erpukul hancur kedua kakinya. Sem enj ak it u orang t idak m endengar
lagi nam anya dan ia dianggap sebagai seorang pelarian yang selalu dicari oleh
Keraj aan Liang unt uk dibinasakan. Sekarang ia secara kebet ulan bert em u dengan
t okoh ini, m enyaksikan keganasan yang luar biasa dan j uga sebent ar lagi ia akan
m enyaksikan kelihaian kakek lum puh ini m enghadapi em pat orang gagah yang
berj uluk Wei- ho Si- eng. Maka ket ika ia m elihat kakek it u keluar dari gubuk,
duduk di at as dipan bam bu dan dipukul dua orang pelayannya, secara diam - diam
ia m engikut i dari j auh. Tidak berani ia m engikut i t erlalu dekat karena kakek lihai
it u berbahaya sekali dan ia t idak m au m elibat kan diri dalam pert andingan yang
sam a sekali t idak ada sangkut - paut nya dengan dirinya. Maka ia m alah

Suling Mas Kho Ping Hoo 116


m endahului larinya dua orang pem ikul it u, m enuj u ke t epi sungai, ia m elihat
empat orang sudah menanti musuh. Ia memperhatikan mereka.
Di bawah sinar bulan yang penuh dan terang, ia melihat seorang hwesio setengah
t ua, yang ia duga t ent ulah hwesio yang t adi dipat ahkan t oyanya oleh Si Kakek
Lumpuh. Hwesio ini bertangan kosong, akan tetapi melihat bentuk tubuhnya yang
tegap, dapat dibayangkan bahwa tanpa toya, hwesio bernama Houw Hwat Hwesio
m urid Siauw- lim- pai ini t ent ulah seorang lawan yang cukup t angguh. Orang ke
dua adalah seorang laki- laki berusia t iga puluh t ahun lebih, m em egang sebat ang
t ongkat baj a, berdiri t egak m em andang ke depan. Orang ke t iga adalah seorang
t osu ( pendet a To) yang t idak m em egang senj at a apa- apa, akan t et api
pinggangnya t erlibat sebuah cam buk hit am . Adapun orang ke em pat adalah
seorang wanit a berusia em pat puluh t ahun, di punggungnya t erselip sebat ang
pedang. Mereka berem pat berdiri dengan sikap t egang dan m em andang ke
depan, menanti datangnya musuh mereka yang lihai, yang akan muncul dari arah
timur.
Lu Sian j uga m em andang ke arah it u. Dan t ak lam a kem udian, di bawah sinar
bulan yang m encorong yang m erupakan bola api m erah bulat di sebelah t im ur,
muncullah dua orang pemikul itu, berjalan dengan langkah lebar setengah berlari.
Kakek lum puh it u bersila di at as dipan bam bu, ram but nya sebagian besar
m enut upi m uka, m enyem bunyikan sepasang m at anya yang bersinar- sinar sepert i
m at a harim au. Suasana m enj adi t egang sekali, dan ini t erasa oleh Liu Lu Sian
yang sudah m erasa gem bira karena sebent ar lagi ia akan m enyaksikan
pert andingan hebat . "Berhent i! " Kakek lum puh m engom ando dan kedua orang
pem ikul it u berhent i pada j arak dua puluh m et er dari keem pat orang yang sudah
siap it u. Tiba- t iba pikulan it u berikut dipan bam bu dan kakek lum puh, t erlem par
ke at as, m elayang ke depan dan t urun ke at as t anah di depan em pat orang
m usuh, t urun t anpa suara dan t anpa m enim bulkan debu seakan- akan sehelai
daun kering m elayang t urun dari pohon. Bukan m ain hebat nya gin- kang ( ilm u
meringankan tubuh) yang diperlihatkan kakek lumpuh itu !
Dua orang pem ikul lau berj ongkok dan sikap m ereka t idak peduli. Agaknya sudah
t erlalu sering m ereka ini m elihat t uan m ereka bert em pur at au m em bunuh orang.
Mem ang selam a belasan t ahun ini set elah Keraj aan Tang roboh, Sin- j iu Couw Pa
Ong yang sudah m enggant i nam anya m enj adi Kong Lo Sengj in, kerj anya
hanyalah m encari perkara dan m em bunuhi orang- orang yang dianggapnya t idak
set ia kepada Keraj aan Tang yang sudah roboh. Dalam kecewanya dan sakit
hatinya karena kedua kakinya lumpuh, kakek ini menjadi seperti tidak normal lagi
pikirannya, menjadikan ia ganas kejam dan gila- gilaan !
" Nah, kalian m enent angku, aku sudah dat ang. Maj ulah! " dengan sikap t enang
saj a, m asih bersila, kedua t angannya dilet akkan di at as paha, kakek it u
menantang.
Hwesio it u m ewakili t em an- t em annya m enj awab set elah m elangkah m aj u
set indak, "Couw Pa Oag, sebelum kam i t urun t angan t erhadapm u, baiklah kau
ket ahui lebih dulu bahwa kam i bukanlah orang- orang yang t idak t ahu bahwa kau
seorang bekas raj a m uda yang set ia t erhadap raj am u, dan di sam ping it u
seorang yang t erkenal di dunia kang- ouw. Kalau kau m em bunuhi m usuh-
m usuhm u at au m em bunuhi orang- orang yang kau anggap t elah m enghianati
Keraj aan Tang, it u pinceng dan adik- adik pinceng ini t idak akan am bil peduli.
Akan t et api secara kej am kau m em bunuhi para pengungsi hanya karena m ereka
hendak m engungsi ke daerah Keraj aan Liang, hal ini am at lah kej i dan bukan
hanya kam i, m elainkan sem ua orang gagah t ent u akan m enent angm u. Kam i
berem pat sudah m engangkat saudara, bersum pah hendak m em basm i kej ahat an.
Pinceng Houw Hwat hwesio m urid dari Siauw- lim- pai, Toheng ini Liong Sin Cu
seorang t osu dari Kun- lun- pai, dia it u Bun- t anio dari Hoa- san- pai besert a Lu Tek
Gu adik seperguruannya. Kaulihat kam i adalah m urid- m urid part ai besar, selalu
mentaati perintah perguruan untuk membasmi kejahatan..."
" Cukup ! Ha- ha- ha, hwesio m ent ah ! Kau perlu apa berpidat o di depanku ? Kau
t ahu apa ? Dengan m em bunuhi para pengungsi it u, aku t elah berbuat kebaikan

Suling Mas Kho Ping Hoo 117


t erhadap m ereka. Pert am a, m ereka m engungsi ke daerah pem erint ah
pem beront akan Liang, sam a dengan m encari kesengsaraan, m aka aku bebaskan
m ereka sehingga t idak usah m enghadapi bencana. Ke dua, m ereka it u m udah
m elupakan pem beront akan Cu Bun yang m erebut t aht a keraj aan, berart i m ereka
itu lemah dan pengecut, tidak setia. Apa harganya untuk hidup lebih lama lagi!"
"Benar- benar alasan y ang bocengli ( t ak pakai at uran) , seenak perut nya sendiri! "
bent ak Lo Tek Gu si m urid Hoa- san- pai yang m em egang t ongkat . " Mari kit a haj ar
tua bangka keji ini!"
Liu Lu Sian yang m enont on sam bil sem bunyi, diam - diam m erasa gem bira dan
kagum t erhadap Kong Lo Sengj in Si Kakek Lum puh. Lihai ilm u silat nya, lihai pula
kata- kat anya, aneh dan j uga t erlalu sekali ! I a m engharapkan pert andingan yang
ram ai sehingga t idak percum a ia m engint ai dan m engikut i kakek it u sam pai
sehari lam anya, apalagi kalau diingat bahwa em pat orang pengeroyok ini adalah
murid- m urid part ai persilat an besar, Siauw- lim- pai, Kun- lun- pai, dan Hoa- san- pai
! Tiga buah partai besar yang sering disebut- sebut ayahnya dan dikagumi.
Mula- m ula m em ang em pat orang it u bergerak dengan cepat dan indah sekali
m engurung Si Kakek Lum puh. Hwesio Siauw- lim- pai it u yang t elah kehilangan
toya, kini m em at ahkan dahan pohon dan m em ut ar- m ut ar dahan ini dengan
t enaga besar m enim bulkan angin berderu, Tosu dari Kun- lun- pai yang bernam a
Liong Sun Cu it u pun m eloloskan cam buknya dan t erdengar bunyi keras sepert i
pet ir m enyam bar di at as kepala. Sungguhpun t idak sehebat pam an gurunya,
Kauw Bian, perm aianan cam buk it u, nam un Lu Sian m engagum i keindahannya.
Adapun kakak beradik seperguruan dari Hoa- san- pai, j uga t idak kalah hebat nya.
Perm ainan pedang wanit a it u am at cepat , pedangnya lenyap berubah sinar
pedang bergulung- gulung, sedangkan t ongkat sut enya j uga bergerak- gerak
laksana seekor naga mengamuk.
Akan t et api segera Lu Sian kecewa. Ent ah em pat orang it u hanya m em iliki
gerakan ilmu silat indah yang kosong saja, ataukah Si Kakek Lumpuh yang terlalu
ampuh bagi mereka ? Disambar empat macam senjata dari empat penjuru, tubuh
bagian at as kakek it u hanya bergerak- gerak sepert i bat ang padi t ert iup angin
pukulannya m enyeleweng ke kanan ke kiri. Tiba- t iba t erdengar kakek it u t ert awa
bergelak, t ubuhnya yang m asih bersila it u t ahu- t ahu sudah m elayang ke at as
kem udian m enyam bar ke arah Houw Hwat Hwesio. Hwesio Siauw- lim- pai ini
kaget sekali, cepat ia m enyam but dengan sodokan t oyanya ke arah ulu hat i.
Kong Lo Sengj in m enangkap t oya it u berbareng t angan kirinya m enam par
dilanj ut kan dengan t angan kanan yang m enangkap t oya m endorong keras. Houw
Hwat Hwesio berteriak sekali dan tubuhnya sudah terlempar ke bawah. Terdengar
air m uncrat dan t am paklah t ubuh hwesio it u t erapung- apung sepert i sebat ang
balok hanyut !
Silum an t ua, berani kau m em bunuh saudara kam i?" bent ak Liong Sun Cu si t osu
Kun- lun- pai. Cam buknya m enyam bar- nyam bar dengan suara keras. Karena
kakek t ua it u kini sudah duduk bersila lagi di at as bam bu set elah t adi m enyerang
Houw Hwat Hwesio, m aka cam buk Liong Sun Cu m enyam bar ke bawah, ke arah
kepalanya. Bun- t oanio yang j uga m arah, m enerj ang dengan t usukan pedang dari
belakang, m engarah punggungnya, sedangkan Lu Tek Gu m enghant am kan
tonkatnya ke arah pundak kiri.
Kong Lo Sengj in kem bali m engeluarkan suara ket awa keras. I a m em biarkan
cam buk it u m engenai kepalanya. Uj ung cam buk m enghant am kepalanya t erus
m elibat , akan t et api ket ika t osu Kun- lun- pai yang kegirangan m elihat hasil
serangannya it u hendak m enarik kem bali cam buknya, ia kaget set engah m at i
karena cambuknya seakan- akan telah tumbuh akar di kepala kakek itu, tak dapat
dit arik kem bali ! Pedang yang m enusuk punggung dan t ongkat yang
m enghant am pundak j uga t idak dit angkis, akan t et api pedang dan t ongkat
m eleset hanya m erobek baj u saj a, seakan- akan yang diserang adalah baj a yang
keras dan licin sekali. Selagi t iga orang pengeroyoknya kaget , kakek it u sudah
m enyam bar cam buk dan t ubuhnya kem bali m encelat ke at as. Kedua t angannya
bergerak, cepat sekali sehingga sukar diikut i dengan pandang m at a, m enam par

Suling Mas Kho Ping Hoo 118


t iga kali ke arah kepala para pengeroyoknya, sam bil m enam par, ia t erus
m encengkram dan m elem par. Hanya j erit t iga kali t erdengar dan t am paklah t iga
orang gagah it u bert urut - t urut m elayang dari at as t ebing, j at uh ke dalam sungai
dan t ubuh m ereka t erapung- apung sepert i ikan- ikan m at i, hanyut m engikut i
mayat Houw Hwat Hwesio !
Dua orang pem ikul it u kini m engham piri Si Kakek Lum puh. Mereka it u dengan
waj ah t akut sudah m enj at uhkan diri berlut ut di depan kakek it u. Seorang yang
lebih t ua berkat a. "Ong- ya, ham ba berdua m ohon pem bebasan, sam pai di sini
saj a ham ba berdua dapat m elayani Ong- ya, harap beri perkenan kepada kam i
untuk mengambil jalan sendiri."
Kong Lo Sengj in m em andang m ereka dan diam - diam Liu Lu Sian sudah m enduga
bahwa dua orang pemikul itu tentu akan mampus di tangan kakek sakti itu !
"Hemm, kenapa ? Apakah kalian takut?"
"Sesungguhnya, Ong- ya, hamba berdua takut menyaksikan sepak terjang Ong- ya
yang m udah dan suka m em bunuh orang banyak, Ong- ya berkepandaian t inggi,
t ent u saj a t idak t akut m enghadapi pem balasan m ereka, akan t et api ham ba
berdua yang bodoh, m ana dapat m elindungi diri sendiri kalau kelak orang- orang
gagah datang kepada kami?"
" Hem m , apakah kalian j uga hendak m enakluk kepada pem erint ah pem beront ak?"
pertanyaan ini dilakukan dengan suara penuh ancaman.
" Ahh, bagaim ana Ong- ya m asih dapat m enyangsikan kam i ? Tidak sudi kam i
m enj adi anj ing penj ilat m engekor kepada raj a pem beront ak ! Ham ba berdua
m alah akan m asuk hut an m enj adi peram pok, m engacaukan wilayah keraj aan
Liang!"
" Bagus ! Nah, kauperhat ikan baik- baik ilm u ini unt uk bekal! " Kakek it u lalu
menggerak- gerakkan kedua t angannya sam bil t iada hent inya m em beri pet unj uk
bagaim ana kedudukan dan perubahan kaki harus dilakukan. Agaknya kedua
orang bekas pem ikul it u sudah pernah m enerim a pelaj aran ini dan sekarang
m ereka m endapat kan pet unj uk t ent ang rahasia- rahasianya, m aka dalam wakt u
set engah m alam , m ereka sudah berhasil m enyelesaikan pelaj aran ilm u silat yang
luar biasa it u. Liu Lu Sian dem ikian t ert ariknya sehingga ia bert ahan unt uk
m engint ai t erus sam pai sem alam sunt uk. I a m endapat kenyat aan bahwa ilm u
silat yang diwariskan kakek lum puh it u kepada dua orang bekas pem ikulnya,
m erupakan ilm u pilihan yang t erm asuk t ingkat t inggi. I a percaya bahwa biarpun
baginya sendiri ilm u it u m asih t idak usah m endat angkan kuat ir, nam un
m enghadapi orang lain, dua orang bekas pem ikul ini t ent u m erupakan dua orang
peram pok yang am at t angguh dan berbahaya. I lm u silat t adi gerakan-
gerakannya sepert i ilm u silat Sin- coa- kun, agaknya cipt aan Si Kakek Lum puh
m engam bil cont oh ular pula. Teringat ini, ia m em bayangkan bet apa hebat nya
kepandaian Si Kakek Lum puh, dan kalau dibanding dengan ayahnya, agaknya
m ereka it u seim bang. Dia sendiri t erang t idak akan dapat m enangkan Kong Lo
Sengj in, akan t et api kalau di sit u ada Kwee Seng, t ent u ia akan berani keluar
mencoba- coba. Hanya ayahnya, at au Kwee Seng, yang agaknya akan dapat
menandingi kakek ini dalam pertandingan yang luar biasa tegang dan ramainya.
Menj elang pagi, pada saat ayam ram ai berkokok m enyam but m unculnya
m at ahari yang sudah m engirim lebih dulu cahaya m erahnya, dua orang bekas
pem ikul it u berpam it , kem udian berlari cepat sekali m eninggalkan t em pat it u.
Kong Lo Sengj in lalu m erenggut lepas dua bat ang bam bu bekas pikulan,
kem udian ia... berj alan dengan langkah- langkah lebar, dengan kedua kaki m asih
bersila, t ergant ung di ant ara dua bat ang bam bu yang m enggant ikan sepasang
kakinya. Biarpun kedua kakinya t ergant i bam bu yang t erpegang kedua
t angannya, nam un dibandingkan dengan orang yang t idak lum puh, j alannya j auh
lebih sigap dan cepat . Bahkan dibandingkan dengan ahli- ahli ilm u lari cepat ,
kakek lum puh ini m asih m enang j auh ! Sebent ar saj a bayangannya lenyap ke
arah timur dari mana malam tadi muncul.
Liu Lu Sian m enarik napas panj ang. Sayang t idak ada Kwee Seng di sit u. Kalau
ada, agaknya pem uda sakt i it u t idak akan m au m elepaskan kakek lum puh it u

Suling Mas Kho Ping Hoo 119


begit u saj a. Berbeda sekali dengan dia. Andaikat a dia selihai Kwee Seng, ia akan
m engaj ak kakek it u bert em pur, bukan sekali- kali unt uk m em balaskan kem at ian
sekian banyaknya pengungsi yang m enj adi korban, m elainkan unt uk diukur
kepandaiannya, karena ia m em ang m em punyai wat ak t idak m au kalah oleh
siapapun j uga. Kalau Kwee Seng t ent u lain, t ent u m enggem pur kakek it u karena
t elah m em bunuhi orang t ak bersalah. Teringat akan Kwee Seng, waj ah Lu Sian
m enj adi m uram dan agaknya ia kecewa. Bet apapun j uga, Kwee Seng adalah
seorang pem uda t am pan dan m enyenangkan, apalagi am at m encint ainya,
m erupakan seorang t em an seperj alanan yang lum ayan, daripada sekarang ini
berj alan t anpa t em an ! Akan t et api set elah waj ah Kam Si Ek t erbayang lenyaplah
segala kekecewaan dan pem ikiran t ent ang Kwee Seng, dan t iba- t iba ia t eringat
akan keadaan Kam Si Ek yang berbahaya, t im bul kekhawat irannya dan segera ia
m eninggalkan t em pat it u unt uk cepat - cepat pergi ke kot a raj a dari Keraj aan
Liang, yaitu kota raja Lok- yang yang terletak di Propinsi Honan.
Karena ia sam a sekali kehilangan j ej ak Kam Si Ek dan di sepanj ang j alan t ak
seorang pun pernah m elihat j enderal m uda ini, Lu Sian m enduga bahwa
andaikat a benar pem uj aan hat inya it u diculik oleh kaki t angan Keraj aan Liang,
agaknya m ereka it u m em bawa Kam Si Ek ke kot a raj a m elalui j alan sungai. Maka
ia pun segera m encari t ukang perahu dan m enyewa perahu it u ke t im ur. Kot a
raj a Lok- yang let aknya m asih di Lem bah Sungai Kuning, nam un agak j auh dari
sungai, di sebelah selatan.
Pada saat it u, Sungai Kunim g airnya penuh, bahkan di beberapa bagian
m em banj ir, m eluap sam pai j auh dari sungai, m enyelim ut i rat usan hekt ar sawah
ladang. Dusun- dusun yang berada di lem bah, yang t erlalu dekat sungai, sudah
banyak yang dilanda banj ir. Nam un karena airnya m engalir t enang, Si Tukang
Perahu berani m elayarkan perahunya m enurut aliran air. Keadaan di kanan kiri
sungai am at m enyedihkan dan perj alanan dengan perahu kali ini bagi Lu Sian
benar- benar t idak m enyenangkan sam a sekali. Lenyap pem andangan alam yang
biasanya am at indah, t ergant i keadaan yang m engenaskan, sungguhpun Lu Sian
t idak am bil peduli t erhadap bencana alam ini. Hat inya sendiri sedang penuh
dengan rasa gelisah kalau ia memikirkan nasib Kam Si Ek.
"Tahan perahum u, m inggir ke sana...! " t iba- t iba Lu Sian m em erint ah t ukang
perahu ket ika ia m elihat sebuah perahu besar berlabuh di sebelah kanan. I a
m erasa curiga. Perahu it u besar dan m ewah, sam a sekali bukan perahu nelayan
m iskin, pat ut nya perahu bangsawan at au hart awan yang sedang pesiar. Saat
sepert i it u sam a sekali bukan saat yang pat ut unt uk berpesiar, m aka adanya
perahu di t em pat sunyi it u sungguh m encurigakan hat inya. Apalagi ket ika ia
m elihat bahwa dusun di t em pat it u j uga sudah t enggelam oleh air bah, hanya
satu- sat unya rum ah gedung yang berada di dusun, yang kebet ulan let aknya di
t em pat agak t inggi m asih belum kem asukan air. Tak seorang pun m anusia
t am pak di dusun yang kebanj iran it u, agaknya sem ua penghuninya t elah pergi
m engungsi. Kalau dem ikian halnya, m engapa perahu besar berada di sit u dan
perahu itu pun kosong tidak ada orangnya ?
Set elah perahu kecil it u m inggir dan Lu Sian m endapat kenyat aan bahwa perahu
besar it u benar- benar kosong ia berkat a, " Kaut unggu di sini, aku hendak
m enyelidiki kem ana perginya orang- orang dari perahu ini! " Tanpa m enant i
jawaban, Lu Sian menggerakkan tubuhnya meloncat ke atas wuwungan rumah ke
rum ah yang t erendam air, kem udian dengan kelincahan yang m engagum kan ia
berloncat an dai rum ah, kadang- kadang m elalui pohon yang j uga t erendam air,
m enuj u ke rum ah gedung yang m asih belum t erendam air. Tukang perahu it u
m elongo, lalu bergidik ia sudah m engira bahwa penum pangnya adalah seorang
wanit a kang- ouw yang pandai ilm u silat , kalu t idak dem ikian t ak m ungkin gadis
muda dan cantik jelita ini berani melakukan perjalanan seorang diri, apalagi gadis
ini m em bawa pedang ! Akan t et api ia hanya m engira Lu Sian seorang gadis yang
pandai m ain pedang sepert i biasa dipert unj ukan para penj ual obat , siapa kira
gadis ini dapat berloncat an sepert i it u. Jangan- j angan dia bukan m anusia, pikir Si
Tukang Perahu. Di wakt u sungai banj ir m eluap- luap sepert i it u, m enurut cerit a

Suling Mas Kho Ping Hoo 120


rakyat , silum an- silum an pada berm unculan, j uga para dewi- dewi yang sengaj a
t urun dari khayangan unt uk m enggem pur para silum an yang hendak m erusak
m anusia dengan air banj ir. Biarpun rakyat t ak pernah m elihat nya, akan t et api
selalu t erj adi pert arungan hebat ant ara para dewa- dewi m elawan silum an-
silum an, dan bet apapun j uga dewa- dewi yang m enang dan air yang digerakkan
silum an m engam uk ke dusun- dusun it u kem bali ke sungai pula sepert i biasa !
Kini m elihat gadis penyewa perahunya pandai " t erbang" m elayang- layang dari
rumah ke rumah, Si Tukang Perahu bergidik.
" Tidak t ahu dia it u dewi at au silum an, akan t et api sinar m at anya t aj am
mengerikan. Lebih baik aku pergi sebelum ia kem bali! " Melihat Lu Sian
berloncatan makin jauh, diam- diam tukang perahu segera mendayung perahunya
ke t engah lagi dan m elarikan diri dengan perahunya dari t em pat it u ! I a t idak
peduli bahwa uang sewa perahu belum dibayar, ia sudah m erasa lega dan puas
dapat m eninggalkan gadis it u, karena siapa t ahu, bukan dia m enerim a
pembayaran, malah dia harus membayar nyawa.
Liu Lu Sian t idak t ahu bahwa perahunya t elah pergi m eninggalkannya, karena ia
sedang berloncatan mendekati gedung dengan hati berdebar penuh harapan akan
dapat m elihat Kam Si Ek. I a m eloncat ke at as gent eng gedung it u dan dari at as
gent eng ia m engint ai ke dalam . Ternyat a di dalam nya t erdapat enam orang anak
perahu. Mereka duduk m enghangat kan t ubuh du dekat t em pat perapian sam bil
m akan rot i kering dan dendeng. Terdengar m ereka bersungut - sungut . " Kit a
dit inggalkan di sini, unt uk apa ? Kalau banj ir m akin besar, ke m ana kit a harus
bawa perahu ? Ah, lebih enak m enj adi pegawai di darat kalau begini. Banyak
t em an dan am an. Masa unt uk m engawal seorang t awanan saj a harus
m enggunakan pasukan lim a puluh orang lebih ? Dan keadaan t awanan it u lebih
enak daripada kita!"
"Sam- lot e, j angan kaubilang begit u." Cela t em annya. " Tawanan it u m em ang
seorang pent ing, siapa t idak m engenal Jenderal Kam Si Ek ? Malah aku
m endengar dari anggot a pasukan, bahwa kom andan m ereka m enerim a perint ah
khusus dari kot a raj a unt uk m enghorm at i Kam - goanswe sebagai t am u agung.
Kita hanya petugas- petugas biasa, mau apa lagi?"
Mendengar percakapan m ereka ini. Lu Sian girang sekali. Dengan kepandaiannya
yang t inggi, ia m eninggalkan t em pat it u t anpa ada yang m enget ahui. Gedung it u
let aknya di t em pat t inggi m aka t idak t erlanda banj ir, di bagian belakang gedung
m erupakan kaki sebuah bukit kecil dan ke sinilah Lu Sian m engam bil j alan ke
selat an, ke kot a raj a Lok- yang. Tak lam a kem udian ia sam pai di j alan besar dan
segera m em percepat larinya. Sayang kudanya ia t inggalkan ket ika ia
m em pergunakan j alan sungai, akan t et api karena ilm u lari cepat nya j uga sudah
mencapai t ingkat t inggi, Lu Sian segera m em pergunakan I lm u Lari Cepat Liok- te-
hui- t eng sehingga t ubuhnya berkelebat sepert i t erbang cepat nya, t idak kalah
cepatnya, oleh larinya seekor kuda biasa !
Perj alanan selanj ut nya m elalui pegunungan yang biarpun j alannya lebar, nam un
banyak naik t urun dan am at sunyi. I ni pegunungan Fu- niu yang puncaknya
m enj ulang t inggi. Dari at as puncak ini t am paklah gunung- gunung yang m em ang
banyak m engepung daerah it u. Di ut ara t am pak puncak- puncak Pegunungan
Luliang- san dan Tai- hang- san, di sebelah barat t am pak Pegunungan Cin- ling- san,
di selat an sam ar- sam ar t am pak dibalik m ega puncak Pegunungan Tapa- san.
Biasanya Lu Sian amat suka menikmati tamasya alam di pegunungan, akan tetapi
kali ini ia t idak m em punyai perhat ian t erhadap sem ua keindahan it u karena hat i
dan pikirannya penuh oleh bayangan Kam Si Ek yang hendak ditolongnya.
Ket ika ia m em belok di sebuah lereng, t iba- t iba ia m elihat banyak t ubuh orang
m enggelet ak di pinggir j alan. Golok dan pedang m alang m elint ang, darah
berceceran dan dua belas orang it u sudah m enj adi m ayat . Mereka ini kelihat an
sebagai orang- orang kang- ouw yang gagah, dan m elihat bet apa senj at a- senjata
m ereka t idak berj auhan, m alah ada yang m asih di dalam cengkram an t angan,
m elihat t ubuh m ereka penuh luka, agaknya orang- orang ini t elah m elakukan
pert andingan m at i- m at ian dan nekat . Jelas kej adian ini belum lewat lam a,

Suling Mas Kho Ping Hoo 121


m ungkin pagi t adi dan di sit u t am pak bekas- bekas pert em puran dahsayat . Lu
Sian berdebar. Apakah hubungannya belasan m ayat orang ini dengan dit awannya
Kam Si Ek ? Hat inya m akin kuat ir dan ia m em percepat larinya m engej ar ke
depan.
Menj elang senj a, ket ika ia m enuruni lereng, ia m endengar suara hiruk- pikuk di
kaki bukit . Jelas t erdengar suara banyak orang sedang berkelahi, diseling ringkik
kuda dan dent ing senj at a t aj am saling bert em u. Lu Sian m em percepat larinya
dan napasnya t erengah- engah ket ika ia t iba di t em pat pert em puran, karena
selain t erus- m enerus ia m engerahkan gin- kang unt uk berlari cepat j uga hat inya
selalu penuh ket egangan dan kekuat iran akan keselam at an pem uda idam an
hatinya.
Kiranya banyak sekali orang yang bert anding di depan sebuah danau kecil di kaki
bukit it u. Ham pir serat us orang banyaknya saling gem pur dan m erupakan perang
kecil yang kacau- balau. Ada yang m asih m enunggang kuda, ada yang sudah
bert anding di at as t anah, bahkan ada yang bergulat sam bil bergulingan, saling
cekik dan saling j ot os. Tidak kurang pula yang t erlem par ke danau sedang
berusaha berenang m inggir. Kacau- balau dan hiruk- pikuk, suara m akian diseling
teriakan marah, keluh kesakitan dan ketakutan.
Lu Sian dapat m enduga bahwa orang- orang yang berpakaian seragam biru it u
t ent ulah pasukan yang m engawal at au yang m enawan Kam Si Ek, karena
diant ara m ereka ini m asih banyak yang m enunggang kuda. Adapun lawan
pasukan ini adalah orang- orang yang berpakaian m acam - m acam , ada yang
berpakaian petani, ada pula yang berpakaian pendeta, akan tetapi sebagian besar
berpakaian pengem is. Tent ulah segolongan dengan Wei- ho- kai- pang, pikir Lu
Sian dan t ent u saj a hat inya lalu condong m em bant u para pengem is. Bukankah
Kam Si Ek t ert awan oleh pasukan it u dan kini para pengem is hendak
m enolongnya ? Akan t et api, Lu Sian t idak berniat m em bant u m ereka, m at anya
mencari- cari karena ia t idak m elihat Kam Si Ek. I a t idak m em pedulikan
pert em puran hebat it u, karena yang ia but uhkan unt uk dicari adalah Jenderal
Kam.
Dengan sam a sekali t idak m engacuhkan pert andingan, Lu Sian berj alan t erus
m em asuki gelangang perang. Kalau ada senj at a m enyam bar, t idak perduli
senj at a pihak pasukan at au lawan m ereka ia m engelak dan kaki t angannya
bergerak m erobohkan siapa saj a yang m enghalangi j alannya ! Hebat sepak
t erj ang gadis ini. Baik pihak pasukan m aupun pihak pengem is, sekali t erkena
pukulan maupun tendangannya pasti roboh !
" Dim ana Kam Si Ek?" Berkali- kali Lu Sian bert anya kepada seorang anggot a
pasukan yang ia robohkan, akan t et api t ak seorangpun m au m enj awabnya,
bahkan ia segera dikeroyok em pat anggot a pasukan. Golok gagang panj ang dari
dua orang lawan yang m asih m enunggang kuda, m enyam bar ke arah leher dan
pinggang Lu Sian. Cepat gadis it u m elom pat , m enyam bar belakang golok,
m em bet ot dengan gerakan m endadak sam bil m enendang ke arah golok ke dua.
Golok pert am a yang ia t arik it u t erlepas dari pegangan dan m enghant am kawan
sendiri yang m enyerang dari kiri, t epat m engenai pahanya dan m enem bus
m em asuki perut kuda ! Kuda it u m eringkik keras dan kabur m em bawa
penungganya yang ham pir put us paha kakinya. Adapun orang yang t eram pas
goloknya, ham pir saj a j at uh t erguling karena t erbet ot ot . Pada saat it u, dua orang
pasukan yang t idak berkuda sudah m enyerbu pula dari depan dan belakang,
m enggunakan pedang, Lu Sian t idak pedulikan m ereka, t ubuhnya m eloncat ke
at as dan t ahu- t ahu ia sudah berdiri di at as punggung kuda, t epat dibelakang
lawan yang t eram pas goloknya t adi. Sekali m enggerakan t angan, ia sudah
m encekik leher lawan dari belakang. Dua orang t em annya hendak m enolong,
akan t et api Lu Sian m engangkat t ubuh lawan dan m enggunakannya sebagai
perisai ! Tent u saj a dua orang it u t idak berani m enyerang, t akut m elukai t ubuh
teman mereka sendiri yang ternyata adalah seorang atasan mereka.
" Hayo, kat akan di m ana adanya Kam - goanswe! " Lu Sian m em bent ak sam bil
mempererat cekikan pada tengkuk Si Perwira yang sudah tidak berdaya itu.

Suling Mas Kho Ping Hoo 122


" Di... di sana..." Perwira it u m enuding ke arah bat u karang besar dan Lu Sian
cepat m em bant ing t ubuhnya ke at as t anah, m eloncat t urun dari kuda dan
berloncat an ke arah sekelom pok bat u karang yang m em ang t erdapat t idak j auh
dari t em pat it u. Tem pat it u t erj aga oleh beberapa orang anggot a pasukan, dan
agaknya orang tawanan itu disembunyikan di belakang batu- batu.
Sebelum Lu Sian sem pat t urun t angan, t iba- t iba ia m endengar gaduh luar biasa
di ant ara orang- orang yang bert anding. Alangkah heran dan kaget nya ket ika ia
m elihat seorang laki- laki t inggi besar sepert i raksasa, berkepala gundul
m enggunakan kedua lengan baj unya m engam uk. Sepert i sepak t erj angnya
sendiri t adi, laki- laki gundul it u t idak peduli siapa saj a, asal berada dekat nya, lalu
disapu roboh oleh uj ung kedua lengan baj unya. Akan t et api gerakan laki- laki ini
j auh lebih hebat , lebih ganas dan sebent ar saj a t ubuh orang- orang
bergelim pangan di sekit arnya. Kem udian laki- laki it u m elom pat dan bagaikan
t erbang saj a t ahu- t ahu ia sudah t iba di depan bat u- bat u karang besar. Lim a
orang penj aganya segera m encegat dengan senj at a di t angan, akan t et api sekali
laki- laki t inggi besar it u m enggerakkan t angan kakinya, lim a orang it u t erlem par
sem ua, t erbant ing pada bat u k arang dan hebat lah kesudahannya. Dua di
ant aranya pecah- pecah kepalanya, yang t iga m ungkin pat ah- pat ah t ulang iganya
karena mereka roboh tak dapat berkutik lagi !
Raksasa gundul it u t ert awa ha- ha- he- heh, lalu m elangkah lebar m em asuki
sekelom pok bat u karang it u dan di lain saat ia t elah m elesat keluar m engem pit
t ubuh Kam Si Ek ! Kaget lah Lu Sian. Cepat ia m enggerakkan kakinya m enj ej ak
t anah dan t ubuhnya m elesat pula m engej ar. Akan t et api gerakan Si Raksasa
gundul it u benar- benar hebat karena sebent ar saj a ia sudah j auh m eninggalkan
t em pat pert em puran. Bet apapun j uga, Lu Sian t idak m au m engalah, gadis ini
m engeluarkan ilm unya berlari cepat sehingga kedua kakinya seakan- akan t idak
menyentuh tanah lagi !
" Lepaskan dia! ! " I a m em bent ak set elah dapat m enyusul sehingga j arak m ereka
hanya t inggal lim a m et er lagi. Kedua t angan gadis ini bergerak dan serangkum
sinar kem erahan m enyam bar ke depan. I t ulah j arum - j arum rahasia yang am at
hebat . Gadis ini am at suka akan bunga- bunga yang harum , m aka sej ak kecil ia
m em pelaj ari keadaan segala m acam bunga. Set elah ia pandai ilm u silat dan
banyak m endapat pet unj uk ayahnya t ent ang pelbagai m acam racun, m aka ia lalu
dapat m encam pur racun- racun berbahaya dengan sari keharum an bunga, m aka
t ercipt alah j arum - j arum nya yang ia nam akan Siang- tok- ciam ( Jarum Racun
Harum ) . Mem ang am at harum baunya j arum - j arum ini, bahkan ket ika
m enyam bar dengan sinar m erah, sudah t ercium baunya yang am at harum ,
begit u harum nya sehingga dapat m em abokkan orang. Tidak t erkena j arum nya,
baru m encium baunya saj a sudah cukup berbahaya, apalagi kalau sam pai j arum
itu menembus kulit memasuki jalan darah !
Akan t et api, raksasa gundul it u benar- benar lihai sekali. Tanpa m enoleh ia sudah
m engebut kan lengan baj unya dan... j arum - j arum it u m em asuki lubang t angan
baj u dan m enancap disit u. Tiba- t iba raksasa gundul it u berseru keras, t anganny a
bergerak dan j arum - j arum it u m enyam bar keluar, kem bali ke pem iliknya ! Tent u
saj a Lu Sian t erkej ut sekali, cepat ia m enyam pok j arum - j arum nya sendiri dengan
pedangnya yang sudah ia cabut keluar. Lawan ini benar lihai, pikirnya dan
t erkej ut lah ia ket ika t eringat bahwa raksasa gundul selihai ini kiranya hanya ada
seorang saj a di dunia, yait u Ban- pi Lo- cia! Ban- pi Lo- cia t okoh ut ara yang sudah
bert anding dua hari dua m alam m elawan ayahnya dan berkesudahan seri !
Bahkan Kwee Seng sendiri y ang begit u sakt i, sam pai dapat dihancurkan
sulingnya oleh raksasa gundul ini. Sej enak Lu Sian m eragu. Terang bahwa dia
bukan lawan kakek it u. Akan t et api Kam Si Ek t elah dikem pit dan dibawa lari,
bagaim ana ia dapat m endiam kannya saj a ? Gadis ini sudah m em persiapkan
jarum- j arum nya lagi, akan t et api m elihat kakek it u t idak m em pedulikannya dan
m alah lari m akin cepat , ia berpikir dan t idak j adi m enyerang, m elainkan t erus
mengikuti dengan cepat pula, takut kalau- kalau tak dapat menyusul.

Suling Mas Kho Ping Hoo 123


" I a t ent u t idak berniat m em bunuh Kam Si Ek." "Kalau hendak m em bunuhnya,
perlu apa dibawa- bawa lari ? Agaknya Kam Si Ek t idak berdaya, kelihat annya
lem as t ent u sudah t erkena t ot okan, kalau m au dibunuh sekali pukul j uga m at i."
Karena berpikir dem ikian m aka Lu Sian t idak j adi m enyerang secara nekat ,
m elainkan kini ia m em bayangi Ban- pi Lo- cia yang t erus lari m em asuki sebuah
hutan di kaki bukit.
Dengan hat i- hat i sekali Lu Sian m engham piri sebuah bangunan kuil t ua yang
berada di dalam hut an. I a t ahu bahwa Ban- pi Lo- cia m em asuki kuil it u m aka ia
t idak berani m enerj ang m asuk secara sem brono. Bukan ia t akut m enhadapi
bahaya, m elainkan Lu Sian seorang gadis yang cerdik. Sia- sia saj a kalau harus
m enem puh bahaya dan m em biarkan dirinya dirobohkan at au dit angkap pula,
akan gagallah usahanya m enolong Kam Si Ek. I a berindap m engham piri kuil dan
m engint ai. Senj a t elah dat ang akan t et api cuaca di luar kuil belum gelap benar.
Hanya di sebelah dalam kuil yang t ua dan rusak it u sudah gelap. Akan t et api ia
dapat m endengar suara Ban- pi Lo- cia yang parau diselingi suara ket awanya
penuh ejekan.
"Heh- heh- heh, Kam - goanswe t ent u banyak kaget . Unt ung saya keburu dat ang,
kalau t idak t ent u keselam at an Goanswe t akkan dapat dipert ahankan lagi."
Kem bali kakek it u t ert awa. Lu Sian m erasa heran m endengar kat a- kat a ini dan ia
m engerahkan pandang m at anya unt uk m elihat sebelah dalam yang agak gelap.
Set elah m at anya biasa, ia dapat m elihat bayangan Kam Si Ek duduk bersila di
at as lant ai, agaknya m engat ur napas dan t enaga, sedangkan Ban- pi Lo- cia j uga
duduk bersandar tembok.
Kam Si Ek m enggerakkan kedua lengannya m enj ura, m asih sam bil bersila, dan
t erdengar suaranya yang nyaring, " Losuhu ( Bapak Pendet a) siapakah ? Harap
suka m em perkenalkan diri, agar aku yang sudah m enerim a budi pert olongan
akan dapat mengingat nama besar Losuhu."
Ban- pi Lo- cia t ert awa bergelak. "Ha- ha- ha ! Kam Si Ek, dengarlah. Aku bukan
seorang hwesio sepert i kau sangka, aku orang biasa. Sebaliknya kau seorang
jenderal yang amat dibutuhkan orang pada saat seperti sekarang ini. Oleh karena
it u, aku m enolongm u t ent u bukan sekali unt uk m elepas budi, m elainkan unt uk
keperluan yang tiada bedanya dengan para penculikmu. Ha- ha- ha!"
" Hem m m , kiranya begit ulah ? Kalau begit u, siapapun adanya kau, dan bet apapun
t inggi kepandaianm u, t ak m ungkin kau akan dapat m em aksa aku unt uk t unduk
dan m ent aat i perint ahm u. Raj a Liang berm aksud m enculikku, akan t et api kau
lihat sendiri, banyak orang m encoba m engagalkan penculikannya. Kulihat
pendet a, orang- orang Kang- ouw, dan para pengem is yang m enyerbu. Aku boleh
j adi t erkenal dalam perang, akan t et api aku sam a sekali t idak t erkenal di ant ara
m ereka. Kalau m ereka j uga berusaha m enolongku, t ent u j uga berm aksud
m enguasaik u. Ah, alangkah bodoh dan sia- sia ! Selam a negara t erpecah- pecah
sepert i sekarang, selam a orang- orang besar dan pem im pin rakyat m ain
berebut an, kem uliaan dan kedudukan, selam a t ent ara dipergunakan unt uk
m em erangi saudara sebangsa, aku Kam Si Ek t akkan sudi m engeluarkan set et es
pun keringat untuk membantu!"
Ban- pi Lo- cia bangkit berdiri, bert olak pinggang dan m enundukkan m uk a
m em andang orang m uda yang sedang duduk bersila it u. " Ah, Kam Si Ek,
tahukah kau siapa aku?"
" Kau seorang t ua yang berilm u t inggi, sayang..." " Eh, kenapa sayang?" " Sayang
bahwa seorang t ua yang lihai sepert i kau ini m asih dapat diperalat oleh orang-
orang yang haus akan kedudukan t inggi, yang ingin m em peroleh kekuasaan dan
kemuliaan di atas ratusan ribu mayat dari rakyat!"
"Ha- ha- ha ! Kalau aku m em perkenalkan diriku, t ent u kau j uga t akkan m engenal
nam aku, karena kau bukan seorang kang- ouw, m elainkan seorang ahli perang.
Akan t et api agaknya m enarik bagim u kalau kukat akan bahwa aku m enangkapm u
untuk kuserahkan kepada rajaku di Khitan."
"Ahhh...!" Kam Si Ek benar- benar terkejut mendengar ini. Ia sudah amat terkenal
sebagai pem ukul orang- orang Khit an sehingga di kalangan m usuh besar ini, yait u

Suling Mas Kho Ping Hoo 124


para praj urit Khit an, m enj ulukinya I m - kan- ciangkun ( Panglim a Akhirat ) ! I a t ahu
bahwa orang- orang Khit an paling m em bencinya, m aka t ahulah Kam Si Ek bahwa
kali ini ia t ent u akan t ewas. Akan t et api ia sam a sekali t idak sudi m em perlihat kan
rasa takut, maka ia lalu tertawa mengejek.
"Hemm, sej ak dahulu aku t ahu bahwa orang- orang Khit an am at licik dan
pengecut..."
Ban- pi Lo- cia berseru keras dan di luar kuil, Lu Sian sudah siap dengan j arum -
j arum dan pedangnya. Kalau kakek it u t urun t angan m em bunuh Kam Si Ek, ia
akan m endahuluinya dengan serangan j arum beracun disusul serbuannya k e
dalam untuk mengadu nyawa !
" Apa kaubilang ? Bangsa Khit an adalah bangsa yang paling besar, bangsa paling
gagah perkasa. Bagaimana kau berani menyebut licik dan pengecut?"
" Mereka kalah perang, ent ah sudah berapa kali m ereka t erpukul m uncur dalam
perang m elawan pasukanku. Mengapa sekarang m ereka m enggunakan akal kej i
unt uk m enculikku ? Bukankah ini cara yang licik sekali ? Kalau m em ang gagah,
m engapa t idak m engaj ukan panglim a perang yang ulung unt uk m elawanku
mengatur barisan?"
"Ha- ha- ha ! Kalau kau kat akan it u licik, kau gila ! Just eru karena kam i
m em but uhkan kepandaianm u m engat ur m aka kam i sengaj a m enculikm u. He,
Kam Si Ek. Tinggal kaupilih sekarang. Kau sudah m enum puk hut ang t erhadap
kam i bangsa Khit an. Unt uk m em balas dendam , m em bunuhm u sam a m udahnya
dengan m em bunuh seekor cacing. Akan t et api raj aku t idak m enghendaki
dem ikian. Kau ikut denganku ke Khit an dan bekerj a unt uk raj ak ku. Kelak kau
tentu akan menjadi panglima tertinggi dan hidup penuh kemuliaan."
"Tidak sudi ! Lebih baik mati ditanganmu!" Tiba- tiba Kam Si Ek melompat bangun
dan goloknya menyambar dalam serangannya kepada Ban- pi Lo- cia. Kiranya, tadi
ket ika ia dit awan oleh pasukan Keraj aan Liang, ia diperlakukan baik dan golok
em asnya pun t idak diram pas, akan t et api karena ia t idak dapat m elawan puluhan
orang, pula karena ia belum m endengar apa kehendak Raj a Liang m em anggilnya
secara diculik, Kam Si Ek t idak m elawan. Sekarang m enghadapi seorang Khit an
yang hanya m em beri dua j alan, yait u m at i dibunuh kakek ini at au t akluk dan
m em bant u Khit an, t ent u saj a ia lebih senang m em ilih m at i daripada harus
menjadi penghianat bangsa.
Ban- pi Lo- cia t ert awa bergelak. Ent ah apa yang t erj adi di dalam kuil it u Lu Sian
tidak dapat melihat jelas. Selagi ia hendak meloncat masuk membantu Kam Si Ek
, t iba- t iba ia m endengar desir angin dari dalam . Cepat ia m engelak dan kirany a
golok em as di t angan Kam Si Ek t adi sudah t erlepas dari pegangan pem iliknya
dan m enyam bar ke luar m engarah Lu Sian ! Gadis it u t erkej ut dan cepat
meloncat keluar kuil, m aklum bahwa kakek it u agaknya sej ak t adi sudah t ahu
bahwa ada orang mengintai.
Benar saj a, bayangan kakek gundul it u berkelebat dan t ahu- t ahu sudah
berhadapan dengan Lu Sian. Kakek it u m enyeringai, m at anya t erbelalak lebar,
dan sepasang bij i m at anya yang bundar it u m elot ot . Mem ang ia sudah t ahu
bahwa ada orang m engint ai, akan t et api karena ia m em ang " besar kepala" dan
m em andang rendah sem ua orang, ia t idak peduli. Baru set elah Kam Si Ek
m enyerangnya, ia " m enangkap" golok em as it u dengan uj ung lengan baj u dan
m enggent ak golok em as it u t erlepas dari t angan Kam Si Ek lalu m elont arkannya
langsung m enyerang Si Pengint ai. Sam a sekali t idak disangkanya bahw a
pengint ainya adalah seorang gadis yang begini cant ik j elit a sehingga m em buat
m at anya m elot ot dan m ulut nya m engiler. Biarpun sudah banyak sekali kakek
gundul ini m em perm ainkan wanit a cant ik, nam un harus ia akui selam a it u belum
pernah ia berj um pa dengan seorang gadis yang sepert i ini j elit anya. Tent u saj a
hatinya girang bukan main.
"Ha- ha- ha, cant ik j elit a ! Aduh, bidadari m anis. Ham pir saj a aku kesalahan
t angan m em bunuhm u. Unt ung..." I a m elangkah m aj u j ari t angannya yang besar-
besar dan berbulu it u bergerak hendak m engelus pipi Lu Sian. Gadis ini m encelat
mundur dan wajahnya pucat ketika ia memikirkan Kam Si Ek.

Suling Mas Kho Ping Hoo 125


" Kau apakan dia...? Kau... kau bunuh dia...? I a berseru dan kakinya, bergerak
hendak m eloncat ke dalam kuil. " Kalau kau m em bunuh Kam Si Ek, aku akan
mengadu nyawa denganmu, Ban- pi Lo- cia!"
"Eh- eh, j uit a... kau t ahu nam aku...?" Ban- pi Lo- cia m erasa heran. Akan t et api Lu
Sian t idak m em perdulikannya dan m elangkah m asuk ke dalam kuil. Akan t et api
cepat ia m enghindar karena ham pir ia bert um bukan dengan Kam Si Ek yang
berlari keluar dari dalam unt uk m engej ar lawannya. I a t erheran- heran m elihat Lu
Sian yang segera dikenalnya. Ia mendengar ucapan gadis itu tadi, maka alangkah
herannya karena sam a sekali ia t idak m enyangka bahwa yang pert am a dat ang
unt uk m enolongnya adalah... put eri Ket ua Beng- kauw yang pernah m em buat ia
tergila- gila begitu berjumpa !
Juga Lu Sian t ercengang dan girang sekali. " Lekas..." kat anya. " Lekas kau am bil
golokmu disana. Kita keroyok, dia lihai sekali!"
Tent u saj a Kam Si Ek t ahu akan kelihaian kakek gundul it u. Tadi saj a di dalam
gelap, sekali gebrak goloknya sudah kena diram pas ! Akan t et api karena t idak
ada j alan lain kecuali nekat m elawan, ia m engangguk dan cepat ia lari dan
m encabut goloknya yang m enancap pada sebat ang pohon. Set elah it u ia kem bali
berlari m engham piri lawannya yang sudah berhadapan dengan Lu Sian. Agaknya,
kecant ikan Lu Sian yang luar biasa it u seakan- akan m enyilaukan pandangan
m at a yang lebar m elot ot it u, m em bet ot sem angat nya dan m em buat Si Kakek
Gundul berdiri seperti patung, menikmati wajah ayu lalu merayap- rayap turun, Lu
Sian m enj adi m erah m ukanya. Pandang m at a it u seakan- akan m ulut besar yang
melahapnya dengan rakus !
" Monyet t ua, kau m elihat apa?" Lu Sian m em bent ak m arah dan pedangnya
berkelebat dengan serangan j urus I lm u Pedang Pat - m o Kiam - hoat . Karena
m aklum bahwa lawannya ini am at lihai, m aka begit u bergerak ia segera
m enggunakan ilm u pedang cipt aan ayahnya it u. Pedangnya berkelebat
menyambar menimbulkan angin berdesir diikuti suara mengaung.
" Aihh, bagus ilm u pedangm u! " Ban- pi Lo- cia berseru kaget . Tent u saj a ia dapat
m engenal ilm u pedang yang baik. Cepat ia m engebut kan uj ung lengan baj unya
yang kiri. Biarpun hanya uj ung lengan baj u, akan t et api karena digerakkan oleh
seorang yang berkepandaian t inggi, lengan baj u it u m enj adi senj at a yang am at
am puh. Ket ika uj ungnya m enangkis pedang, Lu Sian m erasa bet apa t angannya
panas. I t ulah t anda bet apa besarnya t enaga sin- kang dari lawannya. Di lain
pihak, ban- pi Lo- cia j uga heran. I a t adi sudah m engerahkan t enaganya dengan
m aksud m em ukul runt uh pedang Si Nona, siapa kira pedang it u t idak runt uh.
Dari rasa kaget ia menjadi gembira.
"Heh- heh- heh, cant ik j elit a dan m anis sepert i bidadari, ilm u pedangnya lum ayan
pula. Heh- heh, sukar dicari keduanya...!"
Pada saat it u, golok dit angan Kam Si Ek sudah m enyam bar, m em bacok, ke arah
kepalanya yang gundul. Kepala it u gundul plont os sepert i labu, agaknya akan
t erbelah dua kalau bacokan golok it u m engenainya. Akan t et api Ban- pi Lo- cia
adalah seorang t okoh besar yang sakt i. Tanpa m enoleh at au m em balikkan
t ubuhnya, ia sudah m enundukkan kepalanya sehingga golok it u berdesing hanya
beberapa sent i di sebelah kanan kepalanya. Kakek ini t ent u saj a t idak
m endiam kan orang yang m enyerangnya. Tangan kanannya m encengkram ke
belakang dan biarpun ia m asih t et ap m em andang penuh kekagum an kepada Lu
Sian, nam un t angan yang digerakkan ke belakang it u dengan cepat sekali t elah
menyerang ke arah pergelangan tangan kanan Kam Si Ek yang memegang golok.
Jenderal m uda ini kaget . Ternyat a kakek yang diserang ini t anpa m erobah
kedudukan badan t elah dapat m engelak dan sekaligus m engancam lengannya.
Cepat ia m enarik kem bali goloknya dan m eloncat ke sam ping unt uk
menghindarkan cengkraman yang amat hebat itu.
Lu Sian sudah m enerj ang pula. Kini gerakan kakinya m em bent uk pat - kwa
m engelilingi Si Kakek Gundul, pedangnya m enyam bar- nyam bar dari delapan
penj uru. I nilah Pat - m o Kiam - hoat yang dim ainkan sepenuhnya oleh gadis it u,
karena ia t ahu bet ul, t anpa usaha keras dan sungguh- sungguh, dia dan Kam Si

Suling Mas Kho Ping Hoo 126


Ek past i akan celaka m enghadapi lawan t angguh ini. Kam Si Ek yang m asih
m erasa heran m engapa gadis put eri Beng- kauwcu ini bisa t iba- t iba m uncul di
t em pat ini dan berusaha m enolongnya, j uga m aklum bahwa m ereka berdua
m enghadapi seorang lawan t angguh. I a t idak pernah m endengar nam a Ban- pi
Lo- cia, akan t et api kakek gundul it u sudah m em bukt ikan kelihaiannya. Cepat
Kam Si Ek j uga m em ut ar golok em asnya dan kini ia berhat i- hat i sekali,
mengeluarakan jurus- jurus berbahaya mendesak dari belakang.
Kam Si Ek adalah m urid dari ayahnya sendiri, seorang panglim a perang yang
ulung. Akan t et api, karena ayahnya j uga seorang ahli perang, dengan sendiriny a
ia lebih suka m em pelaj ari ilm u perang dan m em im pin barisan daripada ilm u silat .
Dalam hal m enunggang kuda, m elepas panah dan m encari siasat dalam
m em im pin barisan, ia j auh lebih hebat daripada ilm u silat nya. Bet apapun j uga,
golok em asnya yang digerakkan dengan t enaganya yang besar, cukup
berbahaya.
Ban- pi Lo- cia agak t ert egun ket ika t ubuhnya t erpaksa bergerak ke sana kem ari
dan kedua lengan baj unya berkibar- kibar karena ia gunakan sebagai senj at a
unt uk m enghadapi huj an serangan pedang Lu Sian. I a t ert egun karena m engenal
ilmu pedang itu.
" Kau... m urid Pat - j iu Sin- ong...?" t anyanya sam bil m iringkan t ubuh ke kiri disusul
kebutan lengan bajunya ke belakang untuk menghalau golok Kam Si Ek.
Lu Sian t ersenyum m engej ek. "Ban- pi Lo- cia m anusia liar, kau berhadapan
dengan puteri tunggalnya!"
" Ahh... ha- ha- ha, bagus sekali! " Ban- pi Lo- cia t ert awa keras dan t iba- t iba ia
m enghent ikan sem ua gerakannya. Melihat hal ini, Lu Sian dan Kam Si Ek cepat
m enerj ang, pedang Lu Sian m em babat ke arah leher disusul dengan t angan kiri,
sedangkan Kam Si Ek dari belakang m em bacokkan goloknya ke arah pinggang.
Hebat sekali serangan dua orang muda ini.
Akan t et api t iba- t iba berkelebat sinar hit am kecil panj ang, sepert i seekor ular
t erbang m engit ari t ubuh Ban- pi Lo- cia. Hebat sekali ini yang t ernyat a m erupakan
sehelai cam buk at au t ali hit am panj ang berkelebat an sam bil m engeluarkan suara
meledak- ledak sepert i pet ir m enyam bar. Kam Si Ek berseru kaget karena
goloknya sudah t erlepas dari t angannya karena lengan kanannya t iba- tiba
menjadi lumpuh terkena totokan ujung cambuk !
Lu Sian m arah sekali, m elihat cam buk it u m asih m engancam Kam Si Ek ia
m enubruk m aj u dengan nekat , m enggerakkan pedangnya m enusuk ke arah
t enggorokan kakek it u unt uk dilanj ut kan dengan gerakan m engiris ke arah
cam buk. Serangan ini benar- benar am at berbahaya dan Ban- pi Lo- cia m aklum
akan hal ini. Dengan gerakan kaki ringan, kakek itu meloncat ke belakang sampai
dua m et er lebih dan ket ika Lu Sian m enerj ang m aj u, t iba- t iba cam buknya
m engeluarkan suara keras lalu m enyam bar ke depan, uj ungnya m enghant am ke
arah muka yang cantik jelita itu.
Kini Lu Sian yang m enj adi kaget set engah m at i. Bunyi sepert i pet ir dari uj ung
cam buk it u m em bingungkannya, apalagi m elihat sinar hit am it u berput aran di
depan m ukanya. Celakalah ia kalau m enerim a lecut an cam buk ini, t ent u akan
bercacat ! Karena ini, ia m enggerakkan pedang dan t angan kirinya ke depan,
pedangnya berusaha m em babat cam buk, t angan kirinya m enggunakan gerakan
Houw- jiauw- kang (Ilmu Mencengkram Kuku Harimau) untuk menangkap cambuk.
Ban- pi Lo- cia t erkekeh dan t ahu- t ahu sinar cam buknya m elingkar- lingkar m akin
lam a m akin m engecil dan t anpa dapat dihindarkan lagi oleh Lu Sian, kedua
lengan gadis it u sudah t erlibat cam buk, t erus berput ar- put ar m elibat dan
membelenggu kedua pergelengan t angannya, Lu Sian m engeluh kaget ,
pedangnya t erlepas dari t angannya dan bet apapun ia m engerahkan t enaga unt uk
membebaskan kedua lengannya, namun sia- sia belaka.
"Huah- hah- hah, m anisku, kau hendak lari ke m anakah?" Ban- pi Lo- cia
mem egangi cam buk at au t ali hit am nya it u dengan t angan kiri, kem udian ia
m elangkah m aj u dan t angan kanannya dengan j ari besar- besar dan penuh bulu
itu diulur ke depan, agaknya hendak menangkap tubuh Lu Sian, matanya melotot

Suling Mas Kho Ping Hoo 127


penuh nafsu. Melihat m uka yang berkulit kasar, m at a yang bij inya kem erahan,
m ulut dengan bibir t ebal m enyeringai m akin m endekat inya, Lu Sian ham pir
menjerit saking ngeri dan seremnya.
" Binat ang, kaulepaskan dia! " Tiba- t iba Kam Si Ek yang sudah kehilangan
goloknya it u m eloncat dan m enubruk Ban- pi Lo- cia dari belakang ! Tadi j enderal
m uda ini m erasa lem gan kanannya lum puh set elah t ot okan uj ung cam buk
sehingga goloknya t erlepas. Akan t et api set elah cam buk it u m enyam bar ke arah
Lu Sian, ia cepat m engerahkan sin- kang ke arah lengan unt uk m engusir
kelum puhan. Bet apa kaget nya m elihat kini Lu Sian yang t ert angkap dan agaknya
Si Kakek I blis it u hendak berbuat kurang aj ar. Rasa kuat ir m em buat Kam Si Ek
m enj adi nekat dan sepert i seekor singa m uda ia m eloncat dan m enerkam dari
belakang.
Kalau saj a ia berada dalam keadaan biasa, t ak m ungkin Ban- pi Lo- cia dapat
diserang secara kasar begini. Akan t et api pada saat it u, Ban- pi Lo- cia seakan-
akan dalam m abok, m abok kecant ikan Lu Sian yang m em buat sem angat nya
melayang- layang, apalagi set elah ia berhasil m engikat kedua t angan gadis it u
dengan cam buknya. Bagaikan seorang kelaparan m elihat panggang ayam di
depannya. Ban- pi Lo- cia t idak ingat apa- apa lagi kecuali korbannya. I nilah
sebabnya m engapa Kam Si Ek berhasil m enerkam nya dan m enggulat nya dari
belakang. Pem uda yang bert enaga kuat it u sudah m em it ing lehernya dari
belakang dan m enggunakan ilm u gulat yang m em ang pernah ia pelaj ari unt uk
memiting dan mencekik leher Ban- pi Lo- cia !
Kaget lah Ban- pi Lo- cia ket ika t ahu- t ahu punggungnya dit erkam dan lehernya
dicekik lingkaran t angan yang kuat ! Karena j alan pernapasannya t erancam , Ban-
pi Lo- cia m arah sekali. Sesaat ia m elupakan Lu Sian, cam buknya ia t arik kem bali
dan kedua t angannya bergerak m em ukul kepala Kam Si Ek di belakangnya dan
m erenggut lengan yang m encekiknya. Akan t et api Kam Si Ek m enyem bunyikan
kepalanya di belakang punggung, m em it ing dan m encekik t erus, bahkan
m elingkarkan kedua kakinya pada pinggang dan paha lawannya dari belakang. I a
seakan- akan m enj adi seekor lint ah yang sudah m enem pel dan lekat , t ak dapat
dilepaskan lagi ! Menghadapi ilm u gulat m acam ini Ban- pi Lo- cia kelabakan. I a
bisa dan berani m enghadapi t at a kelahi ( ilm u silat ) dari aliran m anapun j uga,
akan t et api m enghadapi cara berkelahi yang ngawur dan t anpa at uran ini ia
benar- benar terkejut sekali.
Pada saat it u, Lu Sian yang sudah t erbebas daripada belenggu uj ung cam buk,
sej enak m engurut - ngurut kedua lengannya yang t erasa sakit , kem udian ia
m enyam bar pedangnya lagi dan cepat m elakukan serangan t usukan bert ubi- tubi,
j uga m em babat lengan kakek it u unt uk m encegah Si Kakek lihai ini m em ukul
Kam Si Ek.
Repot j uga Ban- pi Lo- cia. Kedua t angannya harus m enghadapi pedang Lu Sian di
depan yang m enyerang sepert i seekor burung walet m enyam bar- nyambar,
sedangkan cekikan Kam Si Ek pada lehernya m akin m engeras dan kuat sekali.
Sebet ulnya dengan m udah Ban- pi Lo- cia akan dapat m engalahkan Lu Sian, akan
t et api karena ia t erburu- buru saking gugup dan kuat irnya akan cekikan yang
ket at , ia m enj adi bingung sendiri, m engebut - ngebut kan kedua lengan baj u unt uk
menghalau lengan Lu Sian t anpa m endapat kesem pat an unt uk m em ikirkan day a
agar ia t erbebas dari cekikan orang m uda it u. Kam Si Ek m engerahkan seluruh
t enaganya. Niat nya hanya sat u, yakni m em at ahkan t ulang leher lawannya !
Tenaga j enderal m uda ini m em ang besar sekali ! kalau yang ia pit ing lehernya it u
bukan Ban- pi Lo- cia, t ent u leher it u sudah pat ah t ulangnya karena t enaga
pit ingan Kam si Ek ini m am pu m em at ahkan t ulang seekor harim au ! Akan t et api
Ban- pi Lo- cia bukan seekor harim au, bukan pula m anusia biasa, m elainkan
seorang t okoh persilat an yang t inggi ilm unya dan am at kuat t enaganya. I a pun
cerdik. Hanya sebent ar saj a ia bingung. Segera ia m engert i bahwa kalau ia
gugup, akan celakalah dia. Maka kini cam buknya kem bali m elecut - lecut dan
m engeluarkan bunyi sepert i pet ir m enyam bar, m em bent uk lingkaran- lingkaran
dan di lain saat uj ung cam buknya t elah m elibat pedang Lu Sian dan m eram pas

Suling Mas Kho Ping Hoo 128


pedang it u, kem udian uj ung cam buk yang m elibat pedang it u m enyam bar pula
sehingga pedang itu seakan- akan dimainkan tangan menikam ke arah Lu Sian.
" Ayaaaa....! " Lu sian t erpaksa m engelak m undur, akan t et api pedang it u t erus
m engej arnya, m enikam bert ubi- t ubi sehingga gadis ini t erpaksa m enggulingkan
dirinya dan m enj auhi lawan. Saat inilah dipergunakan Ban- pi Lo- cia unt uk
menggunakan tangan kirinya menotok jalan darah di dekat siku lengan Kam Si Ek
yang m engem pit lehernya. Dit ot ok j alan darahnya, seket ika lum puhlah lengan
Kam Si Ek dan ot om at is kem pit annya pada leher j uga t erlepas. Dengan penuh
amarah Ban- pi Lo- cia merenggutkan diri terlepas lalu membalik dan sekali tangan
kirinya m enam par, pundak Kam Si Ek kena pukulan dan pem uda it u t erguling
roboh !
" Bocah set an ! Dit awari kem uliaan kau m em ilih kem at ian. Kau hendak m encekik
aku, hendak m em buat ku m enj adi m ayat dengan m at a m elot ot dan lidah keluar,
ya ? Mari kit a lihat , siapa yang akan m am pus m enj adi set an penasaran! " I a
m enubruk m aj u dan di lain saat ia sudah m enindih t ubuh Kam Si Ek dan
m encekik leher pem uda it u dengan lengan kanannya yang berj ari besar- besar
dan berbulu ! Tangan kirinya m em egang cam buk dan ia t ert awa bergelak- gelak
ketika kedua tangan Kam Si Ek berusaha melepaskan cekikannya.
" I blis t ua, lepaskan dia! " Liu Lu Sian t erkej ut sekali m elihat pem uda it u t erkej ut
sekali m elihat pem uda it u t ercekik, m aka cepat ia m enyam bar pedangnya yang
t adi dilepaskan libat an cam buk, lalu ia m enerj ang m aj u dengan nekat unt uk
menolong pemuda pujaan hatinya.
Heh- heh- heh, kau bersabar dan t unggulah, m anis ! Nant i kit a bersenang- senang
kalau bocah ini sudah kucekik sam pai m elot ot m at anya, keluar lidahnya dan
m elayang nyawanya ! Ha- ha- ha! " Kakek gundul ini m enggunakan cam buk di
tangan kirinya untuk menangkis setiap kali pedang Lu Sian menyambar.
Kam Si Ek t ahu bahwa nyawanya berada dalam cengkram an m aut . I a
m engerahkan t enaga pada kedua t angannya, berusaha sekuat nya unt uk
m erenggut lepas lengan t angan yang m encekiknya. Nam un hasilnya sia- sia
belaka, karena t angan kakek yang kuat it u t idak dapat direnggut nya. I a sudah
hampir tidak tahan lagi, tak dapat bernapas, pandang matanya sudah berkunang,
telinganya penuh suara m elengking t inggi, kepalanya serasa m em besar dan
hampir meledak. Tadinya ia mengharapkan bantuan Lu Sian, akan tetapi gadis itu
pun tidak berdaya menolongnya, selalu tertangkis cambuk, habislah harapan Kam
Si Ek. I a m erasa m enyesal sekali, bukan m enyesal harus m at i. Bagi seorang
gagah, kem at ian bukanlah apa- apa. Akan t et api sebagai seorang panglim a
perang, ia ingin m at i di dalam perang, bukan m at i di t angan kakek ini yang
berart i m at i konyol bagi seorang pej uang. Lebih m enyesal lagi hat inya it u pun
menghadapi bencana yang agaknya akan lebih hebat daripada maut !
Tiba- t iba waj ah Kam Si Ek yang sudah m erah it u m em bayangkan kekaget an.
Pada saat it u ia t engah m em andang ke arah Liu Lu Sian dan kini hendak m elihat
apa yang akan dilakukan oleh gadis it u, ia bert eriak sekuat nya. " Jangan...! " akan
t et api t eriakannya t erhent i di t enggorokan yang t erj epit erat oleh j ari t angan
Ban- pi Lo- cia.
"Brett...! Breettt ! Ban- pi Lo- cia, kau lihatlah ke sini dan lepaskan dia...!"
Mendengar suara kain robek dan suara Lu Sian m engget ar, Ban- pi Lo- cia t ert arik
dan m enoleh. Mat anya yang sudah lebar m akin m elebar, m ulut nya t erbuka dan
uj ung bibirnya penuh air liur ket ika ia m elihat nona it u m erobek baj unya sendiri
sehingga baj u bagian dada t erobek lebar m em perlihat kan baj u dalam berwarna
merah muda yang membayangkan kulit tubuh putih dengan bentuk menggiurkan.
" Kau m asih belum m au m elepaskannya?" Suara Lu Sian m erdu dan diucapkan
dengan mulut menyungging senyum manis ditambah lirikan mata memikat.
"Heh- heh- heh... ah, hebat kau...! " Ban- pi Lo- cia lupa kepada Kam Si Ek dan
bagaikan dalam m im pi ia bangkit m eninggalkan pem uda it u, kini ia t erkekeh,
m at anya t ak pernah berkedip m enelan gadis di depannya, kakinya m elangkah ke
depan dan kedua tangannya dikembangkan siap untuk menubruk dan memeluk.

Suling Mas Kho Ping Hoo 129


Lu Sian m asih t ersenyum - senyum , m enyem bunyikan pedang di t angannya di
belakang t ubuh, m elangkah m undur dengan gerakan lem ah gem ulai sepert i
orang m enari sehingga m akin m enonj ollah kecant ikan t ubuhnya, t erus m undur
dan kadang- kadang m elirik kepada Kam Si Ek yang m asih rebah di belakang
kakek it u. Ket ika ia m elihat Kam Si Ek sudah m erayap bangun, m eraba- raba dan
m enem ukan kem bali goloknya kem udian bangkit berdiri, t angan kanan
m em egang gagang golok, t angan kiri m engelus- ngelus lehernya yang t erasa
kaku dan sakit , t iba- t iba Lu Sian m enggerakkan t angan kirinya yang t adiny a
bersembunyi di belakang tubuhnya, dibarengi teriakan nyaring.
" Bangsat t ua, m akanlah ini! " Sinar m erah m enyam bar ke seluruh t ubuh Ban- pi
Lo- cia disusul t erj angan pedang yang m enusuk ke arah m uka di ant ara sepasang
alisnya. I nilah serangan hebat sekali ! Ban- pi Lo- cia t engah t erpesona oleh
kecant ikan Lu Sian, m aka ham pir saj a ia m enj adi korban serangan ini. Baiknya ia
m em ang am at lihai, begit u m elihat kelebat nya j arum dan pedang kesadarannya
pulih dan sam bil berseru kaget ia m encelat ke belakang, m enyam pok j arum -
j arum dengan lengan baj unya dan m enggerakkan cam buk unt uk m elibat pedang
Lu Sian. Tiba- t iba t erdengar angin m endesir di belakangnya, ia cepat
m engelebat kan cam buknya m em bent uk lingkaran lebar dan sekaligus ia sudah
dapat m enangkis golok di belakangnya dan pedang di depannya. Segera Lu Sian
dan Si Ek, t anpa dikom ando lagi, t elah m engeroyok Si Kakek Lihai sam bil
m engeluarkan seluruh kepandaian dan m engerahkan seluruh t enaga. Maklum
bahwa m ereka berdua t erancam bahaya m aut yang hebat , m aka m ereka m enj adi
nekat . Mau m elarikan diri t ak m ungkin, walaupun akan kalah, m aka m ereka kini
menyerang dengan jurus- jurus berbahaya, kalau perlu siap mengadu nyawa !
Liu Lu Sian adalah put eri t unggal Pat - jiu- sin- ng, biarpun t ingkat kepandaianny a
j auh kalah kalau dibandingkan dengan Ban- pi Lo- cia, nam un ia bukan sem barang
lawan dan dapat berbahaya kalau m aj u secara nekat sepert i it u. Adapun Kam Si
Ek, biarpun ilm u silat nya t idak seganas ilm u silat Lu Sian, nam un pem uda ini
bert enaga besar dan t ak m engenal t akut . Oleh karena inilah m aka t idak m udah
bai Ban- pi Lo- cia unt uk m erobohkan m ereka t anpa m elukai berat at au
m em bunuh. Padahal ia t idak sekali- kali berm aksud m em bunuh Lu Sian yang
m em buat nya t ergila- gila, adapun Kam Si Ek kalau m em ang t idak dapat ia buj uk
t ent u akan dibunuhnya. Set elah m encari akal, t iba- t iba cam buknya yang
bernam a Lui- kong- pian ( Cam buk Kilat ) m em buat gerakan m elingkar- lingkar ke
at as dan t erdengarlah suara cam buk m eledak- ledak sepert i pet ir, kem udian
uj ung cam buk m enyam bar bert ubi- t ubi ke arah kepala Kam Si Ek dan Liu Lu
Sian.
Dua orang m uda it u kaget sekali. Suara m eledaknya cam buk it u seakan- akan
m em ecahkan t elinga, m aka begit u m elihat sinar m enyam bar ke at as kepala,
m ereka cepat m enangkis dengan senj at a. Akan t et api, golok dan pedang sepert i
t erhisap oleh cam buk, lekat dan t ak dapat dit arik kem bali. Mereka berdua
m engerahkan t enaga unt uk dapat m enarik kem bali senj at a m ereka, dan saat ini
dipergunakan oleh Ban- pi Lo- cia unt uk secara t iba- t iba m elepaskan cam buk Lui-
kong- pian, t ubuhnya segera berj ongkok dan kedua lengannya m em ukul ke depan
dengan j ari- j ari t angan t erbuka. I nilah pukulan Hek- see- ciang ( Tangan Pasir
Hit am ) yang luar biasa am puhnya. Biarpun j arak m ereka t erpisah ant ara dua
m et er, nam un begit u angin pukulan m enghant am , dua orang m uda it u t erpent al
dan terjengkang lalu roboh !
" Hem m , t ua bangka t ak t ahu m alu ! Berani kau m erobohkan Kam - goanswe yang
gagah perkasa?" Tiba- tiba terdengar angin mendesing dari kiri. Maklum bahwa ini
adalah pukulan yang am at hebat . Ban- pi Lo- cia dengan kaget cepat m em ut ar
tubuh ke kiri dan menangkis. Dua macam tenaga pukulan sakti bertemu di udara,
t idak m engeluarkan suara, akan t et api akibat nya Ban- pi Lo- cia t erhuyung
m undur sam pai em pat langkah. Dan di depannya kini berdiri seorang kakek t ua
yang ram but nya riap- riapan, berdiri secara aneh karena bukan kedua kakinya
yang berdiri, m elainkan sepasang t ongkat bam bu yang m enggant ikan kedua
kakinya yang ditekuk bersila.

Suling Mas Kho Ping Hoo 130


" Eh... kau... kau Sin- j iu Couw Pa Ong ? Ha- ha, aku m endengar kau m enj adi
orang buronan yang lari ke sana ke m ari sepert i anj ing t erkena gebuk ? Ha- ha-
ha, kedua kakim u lum puh ? Aduh kasihan, Raj a Muda yang m alang kini m enj adi
pengem is lum puh." Ban- pi Lo- cia t ert awa bergelak. I a t idak gent ar m enhadapi
Couw Pa Ong yang kini berj uluk Kong Lo Sengj in karena m elihat orang it u sudah
lum puh. I a m aklum bahwa kakek bekas raj a m uda ini t erkenal sekali dengan
sepasang t angannya sehingga dij uluki Sin- j iu ( Kepala Sakt i) , akan t et api
andaikat a kakek it u belum lum puh sekalipun ia t idak t akut , apalagi sudah
lum puh. Segera ia m em egang cam buk kilat nya erat - erat , siap unt uk
menggempur.
Kong Long Sengj in t idak m enj adi m arah m endengar m akian ini. " Ban- pi Lo- cia,
kau t ikus Khit an yang busuk. Mana aku ada wakt u m elayani segala t ikus yang
t iada harganya? Akan t et api j angan kau m encoba m enganggu Kam - goanswe. Dia
seorang patriot Ahala Tang, dan aku akan membelanya sampai mati!"
Ban- pi Lo- cia cukup m aklum bahwa m enghadapi kakek lum puh ini, biarpun ia
t idak akan kalah, nam un ia m erasa sangsi apakah ia akan dapat m erobohkannya
cepat- cepat , apalagi kalau dua orang m uda it u nant i m em bant u Si Kakek
Lum puh. I a m em ang cerdik. Perlu apa m eribut kan Kam Si Ek. Terang bahw a
j enderal m uda it u t idak akan suka m em bant u Khit an, andaikat a ia paksa bawa ke
Khit an, akhirnya t ent u akan nekat t idak m au m em bant u. Tadi pun sudah t am pak
j elas kekerasan hat i pem uda ini. Mem bunuhnya pun kalau resikonya harus
dikeroyok, t idak m engunt ungkan. Keraj aan di selat an t idaklah berbahaya lagi,
m ereka saling gem pur, saling berebut an kekuasaan, apa perlunya t akut akan
barisan yang dipimpin Kam Si Ek ? ia lalu tertawa menyeringai.
" Kakek lum puh, raj a j em bel ! Siapa but uh dia ? Kau bawalah j enderalm u it u,
yang kubut uhkan adalah Si Bidadari! " I a m enoleh dan m em andang kepada Liu Lu
Sian dengan mata melotot dan mulut terbuka lebar.
Pada saat it u, Liu Lu Sian yang sudah sadar lebih dulu, t elah lari kepada Kam Si
Ek. Pem uda it u m asih pingsan, ak an t et api set elah Lu Sian m engurut dada dan
menotok t iga j alan darah t erpent ing, pem uda it u pun sium an dari pingsannya.
Untung bahwa mereka tadi terkena pukulan secara langsung, hanya terpukul oleh
anginnya saja yang membuat mereka pingsan. Kalau tersentuh tangan Ban- pi Lo-
cia dengan pukulannya Hek- see- ciang tentu sukar ditolong nyawa mereka.
Mendengar ucapan dua orang kakek sakt i it u, Liu Lu Sian t erkej ut bukan m ain.
Menghadapi seorang kakek saj a sudah repot , apalagi kalau m ereka berdua it u
m aj u bersam a, seorang m enculik Kam Si Ek dan yang seorang pula m enculik dia
! I a t ert awa bekikikan sam bil m enut up m ulut nya dan m at anya m em andang ke
arah Kong Lo Sengj in. Dua orang kakek it u t erheran, dan Lu Sian segera
m eloncat berdiri, m enudingkan t elunj uknya ke arah Kong Lo Sengj in sam bil
berkata.
Ayahku Pat - j iu Sin- ong pernah bilang bahwa Sin- j iu Couw Pa Ong adalah
seorang pat riot yang gagah perkasa dan seorang di ant ara t okoh- t okoh besar di
dunia persilat an, t idak t akut akan set an dan iblis sehingga ayahku kagum sekali.
Akan t et api set elah aku m enyaksikan sendiri, hi- hi- hik..." Liu Lu Sian t idak
melanjutkan kata- katanya melainkan tertawa lagi terkekeh.
Kong Lo Sengj in m engerut kan keningnya, hat inya serasa dibakar dan ia
m em bent ak, "Budak rendah ! Biarpun kau put eri Pat - j iu Sin- ong aku t akut apa ?
Mengapa kau mentertawakan aku ? Apanya yang tidak cocok?"
" kau t ernyat a seorang yang licik, beraninya hanya m em bunuhi para pengungsi !
Orang- orang yang t idak bersalah, m asih bangsa sendiri pula, karena m ereka it u
t idak kuat m elawanm u, kau bunuhi sepert i orang m em bunuh lalat saj a. Akan
t et api sekali ini kau m enghadapi seorang Khit an, m usuh lam a Keraj aan Tang,
karena kau t ahu bahwa Ban- pi Lo- cia orangnya lihai bukan m ain, kau lalu
m engkeret nyalim u, nyali t ikus yang beraninya hanya kepada si lem ah. Khit an ini
ham pir m em bunuh Jenderal Kam , kau m engalah dan ket akut an. Cihh, m ana it u
darah pahlawan ? Hi- hi- hik!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 131


Sin- j iu Couw Pa Ong yang sekarang bernam a Kong Lo Sengj in adalah seorang
bekas raj a m uda yang selalu dihorm at i orang. Selam a hidupnya baru sekarang ia
mendengar olok- olok macam itu terhadap dirinya, maka mukanya segera menjadi
m erah, dan ia m encak- m encak sepert i orang kebakaran j enggot . Mat anya
bernyala j alang ket ika ia m enghadapi Ban- pi Lo- cia yang hanya m enyeringai
penuh ejekan.
"Ban- pi Lo- cia, bersiaplah kau ! Biar aku m elawanm u agar j angan ada silum an
cilik mengira Kong Lo Sengjin takut menghadapi seekor monyet Khitan!"
Ban- pi Lo- cia t ent u saj a m aklum akan kelicikan Liu Lu Sian yang m enggunakan
siasat m engadu dom ba. Akan t et api ia pun t erkenal sebagai t okoh kang- ouw
t ingkat t inggi, m ana bisa ia m engalah t erhadap seorang kakek yang sudah
lum puh ? I a harus m em perlihat kan kelihaiannya, set elah m erobohkan kakek
lumpuh ini, apa sukarnya menangkap Si Gadis Liar dan membunuh Kam Si Ek ?
" Raj a Muda bangkrut ! Kaulihat Lui- kong- pian m engam bil nyawam u! " Bent akan
ini disusul suara " t ar- tar- t ar! " keras sekali ket ika cam buknya m elayang ke at as
dan melecut- lecut sambil mengeluarkan bunyi seperti halilintar.
"Ha- ha- ha, kau benar, Ban- pi Lo- cia. Haj ar saj a kakek lum puh it u, m ana dia kuat
m elawanm u ?" Liu Lu Sian berseru sam bil bert epuk t angan. Besar hat i Ban- pi Lo-
cia m endengar gadis it u m em ihak kepadanya, m aka ia m akin hebat m em ut ar
cambuknya dan menyerang.
Di lain pihak, Kong Lo Sengj in yang berwat ak angkuh dan t inggi, m erasa m arah
sekali dan ia t idak akan berhent i, t idak akan m au sudah sebelum ia berhasil
m engalahkan Ban- pi Lo- cia. Mem ang cerdik Liu Lu Sian. I a m em akai t akt ik
m em anaskan kedua pihak, sebent ar ia m em ihak Ban- pi Lo- cia, sebent ar ia
m em ihak kakek lum puh sehingga pert andingan di ant ara kedua orang sakt i it u
makin menghebat. Sementara itu, seperti menjadi harapan Lu Sian, pertandingan
makin lama makin hebat dan mati- matian sedangkan cuaca menjadi makin gelap,
m alam pun t iba. Dengan hat i- hat i Lu Sian m engum pulkan pedang dan golok Kam
Si Ek, m em beri isyarat supaya pem uda it u t idak banyak bergerak at au bicara,
kem udian di dalam gelap ia m em egang t angan pem uda it u, m enyerahkan
goloknya dan m engaj aknya pergi dari sit u dengan perlahan- lahan dan sedikit -
sedikit.
Sem ent ara it u, dua orang kakek yang sudah dibakar perasaannya oleh Lu Sian,
t elah bert anding dengan hebat nya. Mula- m ula Ban- pi Lo- cia m enggunakan
t angan kosong karena ia m em andang rendah kepada lawannya yang sudah
lum puh. Nam un t ahu bahwa lawannya ini t ent u m em iliki sin- kang yang kuat ,
m aka dalam serangannya ia m engerahkan t enaga dan m enggunakan Hek- see-
ciang yang ia andalkan. Agaknya Ban- pi Lo- cia, sepert i biasa m enj adi wat ak
t okoh besar yang t erlalu percaya kepandaian sendiri, m em ang sengaj a hendak
m enguj i sam pai di m ana hebat nya Si Kepalan Sakt i. Pukulannya Hek- see- ciang
yang t adi anginnya saj a sudah m am pu m erobohkan Lu Sian dan Si Ek, kini
m enghant am ke arah Kong Lo Sengj in. Hebat m em ang pukulan Hek- see- ciang
dari kakek gundul ini. Tent u dilat ih belasan t ahun lam anya, dengan lat ihan
m encacah dan m em ukul pasir besi panas yang t ercam pur racun kelabang
direndam arak t ua, m aka kini pukulan yang dilancarkan kengan pengaruh t enaga
sin- kang, hebat nya luar biasa sehingga t idak aneh kalau orang- orang m uda
perkasa seperti Lu Sian dan Si Ek tadi roboh hanya oleh anginnya saja.
Nam un sekali ini perhit ungan Ban- pi Lo- cia m eleset . Kong Lo Sengj in t idak
percum a dij uluki Sin- j iu at au Kepalan Sakt i. I a m em ang seorang ahli silat t angan
kosong, m aka t ent u saj a ia hafal akan segala m acam pukulan berbisa sepert i
Hek- see- ciang at au Ang- see- j iu, m aupun Pek- lek- j iu, m alah sudah t ahu pula
bagaim ana harus m enghadapi pukulan- pukulan ini. Kini m elihat Ban- pi Lo- cia
yang didahului oleh sinar hit am , ia t ert awa bergelak, lalu m em apaki pukulan it u
dengan t elapak t angan kanannya set elah m em indahkan t ongkat kanan ke t angan
kiri. Ban- pi Lo- cia girang m elihat ini. Tangan t erbuka m erupakan sasaran lunak
bagi Hek- see- ciang, karena hawa pukulannya akan langsung m enem bus kulit

Suling Mas Kho Ping Hoo 132


t elapak t angan dan m enyerbu ke dalam saluran darah t erus ke j ant ung. Maka ia
mengerahkan tenaganya dan memukul telapak tangan itu.
" Dessss...! " Ban- pi Lo- cia kaget set engah m at i karena kepalan t angannya
bert em u dengan benda yang lem as lunak sepert i kapas dan m endadak ia m erasa
bet apa t enaga pukulannya sepert i am blas t anpa dasar, t idak m enem ui sesuat u.
Selagi ia hendak m enarik t angannya, t iba- t iba t enaga pukulannya m em balik dan
menyerang dirinya sendiri melalui kepalan tangannya !
" Celaka...! " I a berseru kaget dan cepat lengan kirinya m enam par t angan
kanannya sendiri sehingga t enaga yang m em balik it u t ert angkis dan ia segera
m elem par diri ke belakang sam bil bergulingan. Kiranya kakek bunt ung it u sudah
m em pergunakan j urus dari Bian- kun ( Silat Tangan Kapas) yang dasarnya
m em ainkan at au m encuri t enaga lawan, kem udian dengan pengerahan t enaga
sin- kang ia m elont arkan kem bali t enaga lawannya yang t adi t enggelam at au
tersimpan.
Marahlah Ban- pi Lo- cia. Tahu bahwa t ak boleh ia m ain- m ain lagi dengan t angan
kosong m elawan kakek yang berj ulukan Kepalan Sakt i ini, ia m elolos Lui- kong-
pian dan t erus m engadakan serangan dahsyat . Cam buknya m enyam bar- nyambar
dan m eledak di at as kepala Si Kakek Bunt ung. Diam - diam Kong Lo Sengj in
t erkej ut . I a lebih m ahir m enggunakan t angan kosong, akan t et api m enghadapi
cambuk yang dem ikian panas dan dahsyat nya, kalau dilawan dengan t angan
kosong, t ent u ia akan t erdesak. Maka ia lalu m elom pat ke belakang dan
m engangkat t ongkat bam bum ya unt uk m enangkis, kem udian secepat kilat
t ongkat bam bu yang kiri m enusuk perut lawan. Kiranya dua bat ang bam bu yang
dipergunakan unt uk penggant i kaki it u kini dapat dim ainkan sepert i senj at a.
Kalau yang kanan akan m enyerang, yang kiri m enj adi kaki dan dem ikian
sebaliknya. Bahkan adakalanya t ubuh kakek lum puh ini m elayang ke at as dan
pada saat sepert i it u, dua bat ang bam bunya dapat m enyerang bert ubi- tubi.
Hebat m em ang bekas raj a m uda ini ! Tongkat - t ongkat bam bunya it u t idak saj a
dapat m enyerang dengan pukulan dan hant am an at au sodokan sepert i dua
bat ang t oya panj ang, m alah uj ungnya dapat ia pergunakan unt uk m enot ok j alan
darah. Karena bam bu it u berlubang, m aka ket ika digerakkan oleh sepasang
t angan yang sakt i it u, m engeluarkan bunyi angin m engaung- ngaung sepert i
suara dua ekor harimau bertanding.
Ram ai bukan m ain pert andingan t ingkat t inggi ini. Bayangan m ereka lenyap
t erbungkus gulungan sinar senj at a dan t erdengar pada saat it u adalah aum an-
auman yang keluar dari sepasang bambu diseling suara meledak- ledak dari ujung
cam buk. Keadaan yang seim bang ini, ket angguhan lawan m em buat hat i yang
sudah m enj adi gelap, t idak m endusin lagi bahwa dua orang m uda it u sudah
lenyap dari situ.
Set elah lewat serat us j urus, m endadak Kong Lo Sengj in yang t eringat kepada Lu
Sian berseru, " Silum an bet ina, kaulihat baik- baik bagaim ana aku m erobohkan
m onyet Khit an! " Tiba- tiba gerakannya berubah. Kini t ongkat bam bu di t angan
kirinya m enerj ang dengan gerakan m em ut ar sepert i kit iran sehingga suara
m engaung j adi m akin keras. Dem ikian cepat nya put aran t ongkat bam bu ini
sehingga Ban- pi Lo- cia t erpaksa m em ut ar cam buknya pula unt uk m enangkis dan
m elindungi t ubuh. Dengan t ongkat lawan diput ar spert i it u, t ak m ungkin ia dapat
melibat dengan cambuknya.
Tiba- t iba sekali, selagi bayangan t ongkat nya it u m asih belum lenyap, t ongkat nya
sendiri sudah t urun dan kini sebagai gant inya, t angan kanan kakek lum puh it u
m enghant am ke depan dengan pukulan j arak j auh. Angin m endesis ket ika
pukulan ini dilakukan. Pukulan ini sudah m em bunuh puluhan orang pengungsi
t anpa m engenai t ubuh, m aka dapat dibayangkan bet apa am puhnya. Ban- pi Lo-
cia kaget dan m aklum bahwa inilah pukulan m aut yang m em buat kakek bekas
raj a m uda it u dij uluki Kepalan Sakt i. I a t idak berani berlaku sem brono, m ak a
t idak m au m enangkis secara langsung karena m aklum bahwa lawannya m em ang
m em iliki keist im ewaan dalam hal pukulan t angan kosong. Cepat ia m enggeser
kakinya sehingga kedudukan kuda- kudanya m iring, kem udian dari sam ping ia

Suling Mas Kho Ping Hoo 133


baru berani m enangkis dengan Hek- see- ciang. Tent u saj a m enangkis dari
sam ping t idak sam a dengan m enerim a dari depan secara langsung. Bet apapun
j uga, begit u lengannya bert em u dengan lengan kakek lum puh, ham pir saj a Ban-
pi Lo- cia t erj engkang, m aka cepat - cepat ia m elom pat ke belakang sam bil t ert awa
bergelak.
"Huah- hah- hah, bidadari cant ik m anis. Kaulihat , bukankah Ban- pi Lo- cia t idak
dapat roboh oleh Sin- j iu ? Sekarang kaulihat bet apa aku m em balasnya..." Tiba-
t iba Ban- pi Lo- cia berhent i berkat a- kat a, m at anya liar m encari- cari di dalam
gelap dan tiba- tiba ia berseru, "Celaka, kita kena tipu gadis liar itu!"
"Huh- huh, siapa but uh silum an it u ? Biar dia m am pus! " Kong Lo Sengj in m em aki.
" Hayo kit a lanj ut kan pert andingan, t ak usah banyak cerewet ! " Kem bali ia
menerjang maju dengan tongkat bambunya.
" Nant i dulu! " Ban- pi Lo- cia m engelak. Lenyapnya gadis j elit a yang t adinya ia
anggap sebagai korban yang sudah berada di depan m ulut , m elenyapkan pula
nafsunya bert em pur. "Kau t ahu ia it u put eri Pat - j iu Sin- ong. Mengapa pula ia
ikut- ikut m em perebut kan Kam - goanswe kalau t idak diut us ayahnya ? Hem m ,
apakah kaukira Nan- cao t idak m engilar pula m em iliki panglim a sepert i Kam -
goanswe?"
Kong Lo Sengjin menyumpah- nyumpah. "Kau betul ! Celaka, kita kejar dia!"
Dua orang it u lalu m elesat pergi m engej ar. Tiba- t iba keduanya sepert i ada yang
m em beri aba- aba, m eloncat ke at as pohon dan m em andang dari puncak pohon
besar. Biarpun keadaan gelap, namun sinar bintang- bintang di langit cukup untuk
m enerangi sebagian besar perm ukaan bum i dan pandangan t aj am kedua orang
kakek ini segera m elihat berkelebat nya bayangan dua orang m uda it u yang
belum lari jauh.
"Huah- hah- hah, m anisku ! Kau hendak lari kem anakah?" Mereka berdua
meloncat turun lagi dan segera mengejar ke arah dua bayangan tadi.
Bukan m ain kaget nya hat i Lu Sian. Tadinya ia sudah m erasa girang karena
berhasil lari pergi dari t em pat pert em puran selagi dua orang kakek sakt i it u
berkut et an m encari m enang. Tanpa disengaj a, m ereka lari sam bil berpegang
t angan. Agaknya Kam Si Ek m asih belum pulih bet ul oleh bekas pukulan Hek- se-
ciang, maka ia menurut saja digandeng dan ditarik oleh gadis itu.
"Celaka." Bisik Lu Sian, "Si Monyet Gundul mengejar kita..."
" Hem m , kit a bersem bunyi di balik bat ang pohon besar, biarkan ia lewat lalu t iba-
t iba kit a berdua m enyerang dari kanan kiri, bukankah it u akan berhasil?" Kam Si
Ek m em beri usul. Siasat sepert i ini adalah siasat perang, akan t et api agakny a
t akkan berhasil banyak kalau dipergunakan sebagai siasat pert andingan
perorangan. Dalam perang m ungkin siasat ini dapat dipergunakan m elawan
musuh yang lebih banyak.
" Percum a, kepandaiannya beberapa kali lipat lebih t inggi daripada kit a, akal it u
takkan berhasil. Lebih baik bersembunyi, tapi jangan sampai dapat dicari."
Tiba- t iba t erdengar t eriakan keras dari arah belakang, "Kam - goansewe, j angan
takut aku menolongmu!"
Gemetar suara Lu Sian mendengar ini. "Wah, benar- benar celaka. Kusangka Ban-
pi Lo- cia m enang dan m engej ar, kiranya kedua- duanya iblis t ua it u yang
mengejar kita."
" Hem m , m engapa t akut ? Kalau m em ang t idak ada j alan k eluar, kit a lawan m at i-
matian. Aku tidak takut mati!"
" Aku... aku j uga t idak t akut m at i, akan t et api aku m asih ingin hidup, apalagi
sekarang setelah bertemu denganmu." Kata- kat a Lu Sian ini m em bikin Kam Si Ek
t erkej ut dan t ercengang. Selanj ut nya ia m enurut saj a ket ika Lu Sian m enariknya
ke arah kiri di m ana t erdapat sebuah danau kecil. Kini bulan m ulai m enerangi
j agat dan t am paklah perm ukaan danau kilau kem ilau, dan rum put alang- alang
yang t um buh di pinggir danau bergerak- gerak sepert i m enari- nari ket ika t ert iup
angin malam.
" Lekas t erj un, ini j alan sat u- sat unya! " Lu Sian m enarik t angan Kam Si Ek dan
m ereka t erj un ke dalam air danau yang gelap dan dingin. Kam Si Ek segera

Suling Mas Kho Ping Hoo 134


m enggerakkan kaki t angan hendak berenang ke t engah, akan t et api gadis it u
menahannya.
" Tidak usah ke t engah, kit a bersem bunyi di sini saj a." " Di sini?" " Ya, m enyelam .
Lihat , alang- alang ini dapat m enyem bunyikan kit a." Lu Sian m em ilih bat ang
alang- alang yang besar dan panj ang, m em ot ongnya dan m em asukkan uj ungny a
ke mulut. "Kalau mereka lewat, kita menyelam, batang alang- alang ini membantu
pernapasan kita."
Diam- diam Kam Si Ek kagum bukan m ain. Gadis ini cerdik luar biasa, pikirnya
set elah ia m engert i apa yang dim aksudkan Lu Sian. I a pun segera m em ot ong
sebat ang alang- alang dan m ereka m enant i. Danau di bagian pinggir it u t idak
dalam, air hanya sebatas dada mereka. Akan tetapi dinginnya bukan main !
Tidak lam a m ereka m enant i. Dua bayangan yang cepat sekali gerakannya dat ang
dari depan, lalu t erdengar suara Ban- pi Lo- cia, " Ke m ana m ereka pergi ? Tak
mungkin mereka lari jauh!"
" Hem m , kalu t idak bersem bunyi di danau it u, kem ana lagi?" kat a pula Si Kakek
Lumpuh, Kong Lo Sengjin.
Kaget lah hat i dua orang m uda it u dan cepat - cepat Lu Sian m enarik t angan Kam
Si Ek m em beri isyarat supaya m enyelam . Keduanya lalu m enyelam kan kepala,
berlut ut ke dalam danau dan bat ang alang- alang it u m ereka pergunakan unt uk
m enghisap hawa dari perm ukaan air. Karena di sit u m em ang banyak t um buh
alang- alang m aka bat ang alang- alang dari m ulut m ereka it u t idak t am pak dari
luar.
Mereka t idak berani banyak bergerak, kuat ir kalau- kalau air bergelom bang dan
m enim bulkan kecurigaan. Dari dalam air m ereka dapat m elihat bayangan dua
orang it u di pinggir danau. Agaknya dua orang kakek it u t et ap m enyangka
m ereka bersem bunyi di danau m aka sengaj a m ereka m enant i. Akan celakalah
agaknya kalau t adi m ereka t idak m em pergunakan bat ang alang- alang unt uk
bernapas, karena kalau t adi m ereka hanya m enyelam biasa, t ent u sekarang
sudah t idak kuat m enahan napas dan t erpaksa m uncul lagi. Dan sekali m ereka
m uncul, berart i m ereka past i akan t ert awan ! Saking girang dan kagum hat i Kam
Si Ek m em ikirkan ini, di dalam air ia m em egang t angan Lu Sian dan
m enggenggam nya. Kaget lah ia karena t angan gadis it u m enggigil kedinginan.
Baru ia t eringat bahwa di dalam air danau ini dingin luar biasa, m aka t anpa ragu-
ragu lagi Kam Si Ek lalu m em eluk pundak gadis it u sam bil m erapat kan t ubuhnya
agar dengan jalan ini mereka berdua agak merasa hangat.
Ket ika m elihat dari dalam air bahwa kedua orang kakek it u berdiri agak m enj auhi
t em pat m ereka sem bunyi, Lu Sian m enem pelkan t elinganya ke perm ukaan air
dengan gerakan hat i- hat i sekali. Daun t elinganya t im bul di perm ukaan air di
antara alang- alang dan terdengarlah suara Ban- pi Lo- cia.
" Aku harus m endapat kan bidadari it u! " " Ah, m onyet t ua bangka t ak t ahu m alu,
m asih suka m engej ar- ngej ar gadis rem aj a. Aku sam a sekali t idak peduli. Nah,
kaucarilah sendiri! " j awab Kong Lo Sengj in sam bil m enggerakkan t ongkat hendak
pergi.
" Uh, uh, kaulah yang t olol! " Si Gundul m em aki. " Apa kaukira Jenderal Kam Si Ek
akan am an berada di t angannya ? Eh, set an lum puh, m ari kit a kerj a sam a. Kau
m engej ar ke kanan aku m engej ar ke kiri, syukur kalau aku dapat m enangkap Si
Bidadari Manis dan kau dapat m enem ukan Jenderal Kam . Kalau sebaliknya, kit a
lalu saling menukar tangkapan kita, bukankah ini kerja sama yang baik sekali?"
Si Kakek Lum puh diam sej enak. Dipikir- pikir m em ang benar j uga ucapan iblis
gundul ini. I blis gundul ini lihai bukan m ain, kalau dia sam pai m engganggu put eri
Beng- kauw- cu Pat - j iu Sin- ong, it ulah baik. Biar kelak Pat - j iu Sin- ong m encarinya
unt uk m em balas dendam . Biar dua orang iblis it u saling gem pur, dengan
dem ikian berart i ia akan kehilangan dua orang m usuh yang t angguh, dan kalau
m ereka it u sam pai m am pus, berart i Khit an dan Nan- cao akan kehilangan t ulang
punggungnya.
" Usulm u baik sekali, m ari kit a kerj akan! " kat a Si Kakek Lum puh yang segera
meloncat dan berlari cepat sekali dengan sepasang tongkatnya, ke arah kiri, Ban-

Suling Mas Kho Ping Hoo 135


pi Lo- cia j uga berlari cepat ke arah kanan dan sebent ar saj a lenyaplah bayangan
mereka, meninggalkan danau yang sunyi.
Lu Sian m enarik t angan Kam Si Ek dan kini keduanya berdiri lagi. Air sam pai
sebatas dada mereka. Akan tetapi mereka belum berani keluar dari danau.
" Kit a t unggu sebent ar, siapa t ahu m ereka it u hanya m enipu. Kalau m ereka t iba-
t iba kem bali, kit a dapat m enyelam lagi." Kat a Lu Sian dan Kam Si Ek
m engangguk. Mereka m asih berpegang t angan dan kini, di bawah sinar bulan
m ereka saling pandang dengan seluruh ram but , m uka dan t ubuh basah ! Melihat
pandang m at a Kam Si Ek sepert i it u, t ak t erasa lagi Lu Sian m enj adi m erah
mukanya, berdebar hatinya dan ia cepat menundukkan mukanya !
"Liu- siocia ( Nona Liu) , t anpa bant uanm u aku t ent u sudah m enj adi orang halus.
Aku berhut ang budi, berhut ang nyawa kepadam u, ent ah bagaim ana aku dapat
membalasnya."
" Tidak ada yang hut ang dan t idak ada yang m enghut angkan nyawa! " j awab Lu
Sian, kini matanya bersinar- sinar memandang. Wajah mereka hanya terpisah dua
j engkal saj a, t angan m ereka m asih saling berpegang. " Kalau t adi aku t idak
kaubant u, aku pun sudah celaka di t angan Ban- pi Lo- cia." Ket ika Lu Sian
m enunduk dan m elihat baj unya yang robek, ia cepat - cepat m enut upkannya, dan
kembali dua pipinya tiba- tiba menjadi merah.
Kam Si Ek bingung. Sej enak ia t erpesona. Biasanya, m enghadapi gadis cant ik
yang t erang- t erangan m em perlihat kan cint a kasih kepadanya, ia m em andang
randah dan t idak m engacuhkan. I a selalu m enganggap bahwa wanit a hanya akan
m elem ahkan sem angat nya berj uang ! Akan t et api sekali ini ia benar- benar
bingung. Waj ah ini, biarpun basah kuyup dan ram but nya awut - awut an, luar biasa
cantiknya.
" Kenapa kau m em andang t erus t anpa berkedip?" Tiba- t iba Lu Sian bert anya
sambil tersenyum.
"Eh.. oh.. aku heran, bagaimana kau bisa tahu bahwa aku terkurung bencana dan
dapat dat ang m enolong..." Dalam gugupnya Kam Si Ek berkat a, heran akan
kenakalan gadis ini menggodanya seperti itu.
Lu Sian lalu m encerit akan sem ua pengalam annya sem enj ak ia m endengar
rencana j ahat yang dilakukan Phang- ciangkun unt uk m enipu dan m enawan Kam
Si Ek dan sem ua perist iwa yang t erj adi ket ika ia m elakukan pengej aran unt uk
m enolong Kam Si Ek ke Lok- yang, Kam Si Ek m endengarkan penuh perhat ian,
kagum akan kecerdikan Lu Sian dalam m engikut i j ej ak m ereka yang
m enculiknya, bergidik m endengar akan kekej am an Kong Lo Sengj in m em bunuhi
pengungsi.
" Dia dahulu adalah seorang Raj a Muda yang perkasa, berj uang m at i- matian
m em pert ahankan Dinast i Tang. Sayang bahwa kekecewaan karena m elihat
jatuhnya Kerajaan Tang membuat ia seperti gila dan menjadi seorang kejam."
" Kau sendiri berset ia kepada Tang sam pai rela m engorbankan nyawa." Lu Sian
menegur.
" Akan t et api sem ua keset iaanku kut uj ukan kepada negara dan bangsa. Keraj aan
Tang roboh karena kesalahan Kaisar dan pem bant u- pem bant unya, yang
m engabaikan rakyat . Sekarang, set elah Keraj aan Tang j at uh, aku hanya
m engabdi kepada negara dan rakyat , t idak m udah t ert ipu oleh m ereka yang
m engangkat diri sendiri m enj adi raj a- raj a kecil yang saling bert em pur
memperebutkan kekuasaan."
" Hem m , kau m em ang... m em ang lain daripada yang lain..." Lu Sian m enarik
napas panj ang m em andang kagum t anpa disem bunyikan lagi. Melihat pandang
m at a gadis ini, berdebar j ant ung Kam Si Ek karena ia m enj adi bingung dan t idak
m engert i m engapa gadis ini m em andangnya sepert i it u, m enim bulkan rasa
tegang dan juga senang.
" Nona, m engapa kaulakukan sem ua ini...?" Akhirnya ia bert anya, m em andang
tajam.
"Lakukan apa?" Lu Sian sambil memperlihatkan senyumnya yang membuat darah
diseluruh tubuh Kam Si Ek bergelora.

Suling Mas Kho Ping Hoo 136


" Melakukan sem ua unt uk m enolongku ? Mengapa kau sepert i t idak
m em pedulikan keselam at anm u sendiri hanya... hanya unt uk m enolong orang
seperti aku?"
Sejenak mereka saling pandang dan tanpa sengaja, kini mereka saling mendekat,
t inggal sej engkal saj a j arak ant ara hidung m ereka. Akhirnya Lu Sian
m enundukkan m ukanya yang m enj adi m erah sekali, akan t et api suaranya
terdengar merdu dan jelas. "Karena ........... karena aku cinta kepadamu !"
Ham pir saj a Kam Si Ek t erj engkang ke dalam air kalau saj a Lu Sian t idak cepat -
cepat m em egang lengannya dan m enariknya, "Kau ... kenapa.....?" Gadis it u
bert anya kaget . " Ah..... Lui Lu Sian.... Kau m em bikin aku ham pir m at i kaget ....! "
Kam Si Ek m em ang am at kaget , kaget dan girang. Siapa yang t akkan kaget
m endengar seorang gadis rem aj a yang dem ikian cant ik j elit a, yang dahulu t elah
m erobohkan hat inya, kini t iba- t iba m engaku cint a secara t erang- t erangan ? " Lu
Sian... mungkin... mungkinkah ini..." ia lalu merangkul.
" Mengapa t idak m ungkin ? Ket ika kau m uncul dahulu it u... m enangkis pedangku,
lalu bilang bahwa hanya Tuhan yang t ahu bet apa inginnya kau m enangkan aku...
nah, sejak itu aku tak dapat melupakanmu..."
" Aduh, kau adikku yang nakal... adikku yang m anis..." Dalam kegirangan yang
meluap- luap Kam Si Ek lalu m endekap kepala gadis it u dan m encium nya.
Keduanya yang selam a hidupnya baru kali ini m engalam i hal sepert i it u, m erasa
seakan- akan lem as seluruh syaraf di t ubuh, m em buat m ereka t ak dapat berdiri
t egak, dan t ergulinglah m ereka ke dalam air, m asih berpelukan dan bercium an !
Dalam keadaan sepert i it u unt ung sebelum m ereka bangkit , m ereka m elihat
bayangan Ban- pi Lo- cia berkelebat di pinggir danau dan berdiri t ak j auh dari
rum pun alang- alang ! Tent u saj a m ereka t idak berani berkut ik, dengan saling
rangkul mereka memaksa diri berendam di dalam air, menahan napas !
Set elah bayangan it u lenyap lagi, baru m ereka berani m uncul dalam keadaan
saling rangkul dan t erengah- engah, kem udian t ert awa- t awa karena keadaan it u
m ereka anggap lucu. Tiba- t iba m ereka berhent i t ert awa, m asih saling peluk dan
saling pandang dengan sinar m at a penuh kasih sayang. Lam a m ereka saling
pandang t anpa kat a- kat a, kem udian t erdengar Kam Si Ek berkat a lirih, " Moi- moi,
t erim a kasih at as budi dan cint am u, percayalah, sem enj ak aku m elihat m u
dahulu, aku sudah j at uh cint a kepadam u, hanya aku... aku t ahu diri, seorang
seperti aku mana mungkin mengharapkan seorang dewi puteri Beng- kauwcu?"
Lu Sian m encubit lengan pem uda it u. " Kau seorang Jenderal ! Dan aku.. aku
hanya wanit a biasa, bagaim ana kau bisa bilang begit u?" I a lalu m enyandarkan
m ukanya pada dada yang bidang dan basah it u, sedangkan Kam Si Ek dengan
penuh kebahagiaan m endekap kepala kekasihnya it u m enggigil kedinginan.
Mem ang t adi di dalam air sudah am at dingin, kini set elah separuh t ubuh berada
dipermukaan air dan tertiup angin malam, dinginnya makin menghebat.
"Ah, kau kedinginan ! Mari kita keluar dari sini!" katanya
" Hem m , kukira kau akan m engaj akku m enj adi sepasang kura- kura disini." Lu
Sian m enggoda. Mereka t ert awa dan kem bali Kam Si Ek m erasa kagum t erhadap
kekasihnya ini. Jelas bahwa Lu Sian ini m em iliki wat ak yang bebas, lincah dan
j enaka sekali. Tidak biasa ia m enghadapi wat ak sepert i ini dan karenanya ia
merasa amat gembira dan heran.
Mereka lalu meloncat ke darat. "Kita kembali ke Sungai Kuning, bukankah perahu
yang membawamu masih berada di sana?"
" Ah, m alah kem bali ke perahu?" " Tent u saj a. Perahu it ulah t em pat sat u- satunya
yang t idak akan disangka oleh dua orang kakek it u. Mereka t ent u m engira kit a
mengambil jalan darat, untuk kembali ke bentengmu atau ke selatan."
Kam Si Ek m engangguk. Cerdik benar kekasihnya ini dan ia m akin bangga sert a
gem bira. Mereka lalu sedapat m ungkin m em eras air dari pakaian yang m ereka
pakai, kem udian berlari- lari m engam bil j alan yang gelap m enuj u ke Sungai
Kuning di ut ara. Di t engah j alan, Lu Sian m engeluarkan j arum dan benang yang
selalu dibawanya dalam saku, dan sam bil berj alan ia m enj ahit baj unya yang
robek. Mereka m elakukan perj alanan t anpa bicara karena kuat ir kalau- kalau

Suling Mas Kho Ping Hoo 137


suara m ereka akan t erdengar orang, hanya genggam an j ari- j ari t angan m ereka
yang bicara banyak, m engget arkan perasaan hat i m asing- m asing. Kadang-
kadang Kam Si Ek t ak dapat m enahan hat inya dan ia m em eluk Lu Sian, beberapa
lama mereka berdekapan dan berbisik- bisik di dekat telinga masing- masing.
Karena m elakukan perj alanan dengan hat i- hat i sekali, pada keesokan harinya
pagi hari barulah m ereka sam pai di sudut di m ana perahu besar it u berlabuh.
Alangkah kaget hati Lu Sian melihat bahwa air bah makin membesar. Dusun yang
t erendam air m akin t ak t am pak dan keadaan di sit u sunyi sekali, para anak buah
perahu berj aga. Dari t em pat t inggi it u t am pak perahu m asih berada di sana
sehingga mereka menjadi girang sekali.
Karena banj ir m akin m em besar, kini rum ah gedung it u m ulai t erendam air
sedikit , kira- kira sej engkal dalam nya. Ket ika Lu Sian dan Kam Si Ek t iba di
gedung itu, mereka mendengar suara bersungut- sungut dari dalam.
" Celaka bet ul, sam pai sekarang belum j uga ada berit a dari kot a raj a ! Apakah
kita akan didiamkan di sini sampai mati kedinginan?"
" Ah, Laot e, t ak perlu m engom el. I ni t erm asuk kewaj iban dan t ent u akan ada
pahalanya! " cela suara lain. Tiba- t iba enam orang praj urit yang bert ugas
m enj aga perahu it u t erkej ut ket ika dua sosok bayangan m elom pat m asuk dan
seorang gadis dengan pedang di t angan t elah berada di depan m ereka. Apalagi
ket ika m elihat bahwa bayangan ke dua adalah Kam Si Ek, orang yang t adinya
t ert awan dan dibawa ke kot a raj a, seket ika m ereka m enj adi pucat dan berseru.
"Celaka...!"
Akan tetapi pada saat itu, pedang di tangan Lu Sian sudah berkelebatan bagaikan
seekor burung garuda m enyam bar, m engeluarkan angin m enderu dan
m uncrat lah darah dari t ubuh enam orang it u y ang roboh sat u- sat u dengan dada
berlubang at au leher ham pir put us. Darah yang keluar dari luka m ereka
membuat sedikit air yang merendam lantai seketika menjadi merah.
"Moi- m oi... j angan..." Kam Si Ek m encegah, akan t et api gerakan pedang Lu Sian
am at cepat , secepat kilat m enyam bar dan enam orang it u t elah m enggelet ak t ak
bernyawa lagi. Cegahan Kam Si Ek t erlam bat dan pem uda ini berdiri dengan
muka berkerut, tak senang ia menyaksikan perbuatan gadis ini yang dianggapnya
am at kej am dan ganas. Teringat ia bahwa gadis kekasihnya ini adalah put eri
t unggal Beng- kauwcu dan t erbayang dalam benaknya kekej aman- kekejaman
yang terjadi di Beng- kauw. Tiba- tiba ia menjadi marah sekali.
" Hem m , gadis berhat i kej am ! Sekarang aku t ahu m aksud hat im u ! Kau t idak ada
bedanya dengan yang lain. Tent u kau hendak m em buj ukku unt uk m em bant u
ayahm u di Nan- cao, bukan ? Kau m em pergunakan kecant ikanm u unt uk
m enj at uhkan hat iku. Mem ang, aku cint a kepadam u, aku t ergila- gila kepadam u
oleh kecant ikanm u. Akan t et api j angan harap bahwa aku, Kam Si Ek seorang
laki- laki sej at i akan m enj ual negara dan bangsa hanya karena seorang wanit a! "
Ia mencabut golok emasnya dan memandang dengan mata penuh kemarahan.
Lu Sian t erkej ut , akan t et api hanya sebent ar. I a m alah t ersenyum , t ersenyum
m engej ek. I a put eri t unggal Pat - j iu Sin- ong, t ent u saj a ia pun m em punyai wat ak
yang am at aneh. Mem bunuh baginya bukan apa- apa. Orang yang pat ut dibunuh
harus dibunuh, demikian ajaran ayahnya. Kini ia memandang dengan mata penuh
kagum dan cint a kepada Kam Si Ek, akan t et api sengaj a ia t ersenyum m engej ek.
I nilah kesem pat an baik baginya unt uk m enguj i kepandaian pem uda it u. Maka ia
lalu menggerakkan pedangnya dan berkata.
"Kam Si Ek, begitukah dugaanmu ? Dan kau telah menghunus golokmu ? Baiklah,
m ari kit a lihat siapa diant ara kit a yang lebih lihai! " Sam bil berkat a dem ikian,
gadis it u m eloncat ke ruangan belakang gedung yang lebih luas karena ruangan
it u penuh m ayat . Sam bil m elom pat ia m elirik dan m engeluarkan suara ket awa
mengejek, membikin hati Kam Si Ek makin panas.
" Lihat golok! " bent ak Kam Si Ek sam bil m eloncat m engej ar bagaikan kilat . Lu
Sian m em balikkan t ubuh dan m enggerakkan pedangnya m enangkis. Maka
bert andinglah kedua orang it u dalam ruangan belakang di m ana lant ainya penuh
air sehingga kaki m ereka m em buat air di lant ai m uncrat - m uncrat . Golok dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 138


pedang m enyam bar- nyam bar dan berkali- kali t erdengar suara nyaring beradunya
kedua senj at a it u ! Mem ang aneh kedua orang m uda ini. Beberapa j am yang lalu
mereka masih berpelukan, berciuman, dan sekarang mereka sudah saling serang,
senjata mereka saling mengintai nyawa !
Dalam hal ilm u silat , Kam Si Ek m asih kalah oleh Liu Lu Sian. Akan t et api,
pem uda ini m em punyai ket abahan hat i luar biasa, karenanya ilm u goloknya
sepert i dim ainkan oleh orang nekat , j uga t enaganya besar sekali sehingga unt uk
serat us j urus lam anya m ereka bert anding dengan seru dalam keadaan
berimbang.
Lu Sian orangnya memang cerdik sekali. Ia sudah dapat menyelami perasaan hati
kekasihnya, m aka ia t idak m arah ket ika t adi dim aki- m aki. I a t ahu bahwa cara
hidup kekasihnya it u j auh berbeda dengan dia, m aka bagi Kam Si Ek, car a
pem bunuhan yang dilakukan t adi t ent u am at m engaget kan. Selain it u, agaknya
kekasihnya ini m ulai m erasa curiga, m engira bahwa dia m em ang berm aksud
m em buj uk dan m enariknya unt uk m em bant u Keraj aan Nan- cao. Oleh karena ini,
m aka ia berlaku hat i- hat i sekali. Kalau sam pai ia m enyinggung hat i pem uda yang
sudah m enj adi kekasihnya it u, m aka hal it u dapat m erenggangkan perhubungan
mereka yang sudah mulai terjalin.
Kini ia sudah m erasa puas m enguj i kepandaian Kam Si Ek. Sungguhpun t ingkat
kepandaian j enderal m uda ini t ent u saj a sam a sekali t idak dapat dibandingkan
dengan t ingkat kepandaian Kwee Seng, nam un kalau dibandingkan dengan para
pem uda yang pernah dat ang ke Beng- kauw, Kam Si Ek boleh dibilang paling
unggul. Tidak banyak selisihnya daripada t ingkat nya sendiri. Kalau ia m au, t ent u
lam bat laun ia dapat m endesak dan m engalahkan Kam Si Ek. Maka ia sudah
m erasa puas. Bakat ilm u silat dalam diri Kam Si Ek am at baik, kalau pem uda ini
m enerim a pelaj aran ilm u silat t inggi, t ent u dia sendiri pun akan kalah ! I a sudah
mencoba kepandaiannya, akan tetapi belum mencoba hatinya. Biarlah ia mainkan
uj ian berbahaya ini. Set elah berpikir dem ikian, ia sengaj a m em perlam bat
gerakan pedangnya dan ket ika golok m enyam bar lehernya, ia sengaj a t idak
menangkis, bahkan meramkan kedua matanya menanti maut !
Bet apa t erkej ut nya hat i Kam Si Ek, t ak usah dicerit akan lagi. Pem uda ini berseru
kaget dan karena ia sudah t ak m ungkin m enarik pulang goloknya, m aka sedapat
m ungkin ia m enyelewengkan bacokannya ke arah leher. Nam un, t et ap saj a
goloknya it u m em babat ke arah pundak dan " m akan" ke dalam daging di pangkal
lengan Lu Sian. Darah m engucur, m em basahi baj u gadis it u. Kam Si Ek berdiri
t egak sepert i pat ung, m ukanya pucat , m at anya t erbelalak, lalu ia m em andang
wajah Lu Sian dengan bingung.
" Kau bunuhlah. Mengapa t idak j adi ? Bukankah engkau hendak m em bunuhku?"
Lu Sian berkat a, biarpun pangkal lengannya t erasa sakit , nam un j ant ungnya
berdebar girang m elihat hasil uj iannya yang berbahaya ini. Jelas bahwa pem uda
it u t idak m em bencinya, bukt inya t idak t ega m em bunuhnya dan t adi serangan
pemuda itu hanya digerakkan oleh kemarahan yang tiba- tiba.
" Kau.. kau m engapa begini aneh..? Mengapa m em bunuh orang... dengan
kejam...?"
" Mengapa aku m em bunuh m ereka berenam t adi ? Hem m , dengarlah. Mereka
adalah anak buah pasukan yang t elah m enawanm u, m ereka adalah m usuh. Pula,
kit a sedang dikej ar- kej ar dua orang kakek iblis, dan m ereka ini sudah m elihat
kit a. Kalau t idak dibunuh, apakah m ereka t idak akan m em bocorkan keadaan kit a
kepada m ereka ? Kau seorang j enderal, dengan pasukanm u sudah biasa kau
membunuh laksaan orang musuh tanpa berkedip, membunuh laksaan orang yang
t idak kau ket ahui apa kesalahan m ereka dan apa kej ahat an m ereka. Sekarang
aku m em bunuh enam orang yang t erang- t erangan adalah orang j ahat dan yang
akan m endat angkan bahaya bagi kit a, m engapa kau m arah- m arah ? Kau
m engucapkan fit nah busuk, m engira aku akan m em buj ukm u unt uk m engabdi
kepada Nan- cao ! Alangkah t ipis kepercayaanm u, t anda bahwa cint am u palsu
belaka, hanya di bibir. Aku... aku... ahhhh....! " Tubuh Lu Sian t erhuyung- huyung
lalu ia roboh terguling.

Suling Mas Kho Ping Hoo 139


Kam Si Ek kaget sekali, cepat ia m elom pat m aj u dan m em eluk t ubuh gadis it u,
dan m elihat bet apa waj ah gadis it u pucat , m at anya m eram , m ulut nya t erkancing
rapat, ia makin gugup.
"Moi- m oi.... Moi- m oi..., kaum aafkan aku... ah, aku bodoh sekali ! Lu Sian... !
Moi- m oi...! " Kam Si Ek lalu m em ondong t ubuh gadis it u, m enyam bar pedang dan
golok, lalu berlari ke belakang rum ah dan m eloncat ke at as dek perahu besar.
Hanya di perahu it ulah t em pat kering, m aka ia lalu m elet akkan t ubuh Lu Sian ke
atas sebuah opembaringan yang berada di bilik perahu.
" Ah, benar- benar aku lancang t angan... Moi- m oi, kau am punkan aku...! " Kam Si
Ek m erobek baj u di pundak Lu Sian dan m em eriksa. Luka it u cukup dalam dan
m engeluarkan banyak sekali darah. Dengan hat i penuh kegelisahan pem uda it u
lalu m erobek ikat pinggangnya dan m em balut pundak dengan erat sekali unt uk
m encegah m engalirnya darah t erlalu banyak. Kem udian, m elihat waj ah gadis it u
m asih pucat dan m at anya m asih m eram , napasnya t ersengal- sengal sepert i
orang sekarat , ia lari kesana kem ari, m engam bil panci dari belakang perahu,
m em buat api dan m em anaskan air. Tidak ada yang lebih baik daripada air
matang untuk mencuci luka, pikirnya. Di musim banjir seperti itu, air sungai amat
kotor dan amat tidak baik untuk mencuci luka sebelum dimasak mendidih.
I a sam a sekali t idak t ahu bet apa napas gadis yang t adinya t erengah- engah it u
m enj adi biasa kem bali, m at a yang t adinya m eram it u, t erbuka sat u dan bergerak
m engikut i gerak- geriknya dengan m ulut m enahan senyum geli ! Kalau ia
m endekat , m at a it u t ert ut up lagi dan napas it u t ersengal- sengal lagi ! Set elah air
m at ang Kam Si Ek lalu m em buka balut an pada pundak Lu Sian, m encuci luka
sam pai bersih lalu m em balut lagi. Kem udian, m elihat di perahu it u banyak
perlengkapan bahan makan ia lalu membuat bubur dan membakar daging asin.
Bukan m ain gelisah hat i Kam Si Ek m elihat gadis it u biarpun sudah sium an,
nam un belum sadar, m asih bergerak- gerak gelisah di at as pem baringan,
m at anya t et ap dit ut up dan sekarang m alah m ulut nya m engigau sepert i orang
t erserang dem am ! Dapat dibayangkan bet apa t erharu hat inya ket ika dalam
igauannya, sambil meramkan mata gadis itu selalu menyebut- nyebut namanya !
"Ayah, aku tidak mau menikah dengan Kwee Seng ! Tidak mau dengan raja muda
di t im ur, pangeran di barat at au put era m ahkot a di ut ara ! Aku hanya m au
m enikah dengan Kam Si Ek, biar dia j enderal t olol, biar dia laki- laki canggung,
aku sudah cinta kepadanya, Ayah!"
Kam Si Ek duduk bengong di pinggir pem baringan. Berm acam perasaan t eraduk
dalam hat inya. Girang dan bahagia karena dalam igauannya ini Liu Lu Sian j elas
m em buka isi hat inya yang am at m encint ainya. Bingung karena gadis it u m akin
m alam m akin hebat m engigau dan gelisah. Duka dan khawat ir karena ia t elah
melukai gadis itu, melukai tubuh dan hatinya.
Lu Sian m engigau t erus. Dalam igauannya it u m alah ia m enyebut - nyebut bahwa
ia bersam a Kam Si Ek akan pergi m enem ui Gubernur Li Ko Yung di Shan- si,
unt uk m int a bant uan gubernur ini m enj adi perant ara m em inangnya kepada
ayahnya di Nan- cao. Mendengar igauan ini, sadarlah Kam Si Ek bahwa it ulah
j alan t erbaik. I a m em ang t adinya m enerim a undangan at au panggilan Gubernur
Li dan di t engah j alan ia dij ebak dan dikhianat i kom plot an para perwira yang
m em beront ak dan pasukan- pasukan keraj aan Liang. Hal it u perlu ia laporkan
kepada Gubernur Li. Disam ping it u unt uk m engaj ukan lam aran kepada ayah Liu
Lu Sian yang selain menjadi Ketua Beng- kauw, juga menjadi koksu (guru negara)
di Nan- cao, siapa lagi yang lebih tepat selain dengan perantaraan Gubernur Li?"
Ia memeluk Lu Sian dan mencium pipinya dengan mesra. "Moi- moi, tenangkanlah
hat im u, kauam punkan kokom u yang t olol ini. Aku cint a kepadam u, Moi- m oi, dan
dem i Tuhan, aku akan m em inangm u dari t angan ayahm u." I a lalu sibuk
m elepaskan perahu daripada ikat an, m endayung ke t engah lalu m em asang layar.
Biarpun bukan ahli, Kam Si Ek t idak asing dengan pelayaran, m aka biarpun hari
telah berganti malam, ia berani melayarkan perahunya di bawah sinar bulan.
Lu Sian m em buka m at anya dan t ersenyum - senyum girang. Melihat Kam Si Ek
sibuk m engem udikan perahu, ia lalu m engeluarkan bungkusannya, m engam bil

Suling Mas Kho Ping Hoo 140


obat luka dan m engobat i pundaknya. Kem udian ia m engusap- ngusap pipinya
yang m asih panas oleh cium an Kam Si Ek, t urun dari pem baringan perlahan-
lahan lalu keluar dari dalam bilik.
" Koko ( Kanda) ..." ia berseru m em anggil lirih. Kam Si Ek t erkej ut dan m enoleh.
Melihat gadis it u berdiri bersandar pint u bilik, ia t erkej ut , girang dan j uga
khawatir.
" Eh, kau sudah bangun, Moi- m oi ? Kau berist irahat lah, j angan keluar dulu, nant i
kena angin... ! Itu ada bubur di meja, kaumakanlah...!"
" Aku t idak lapar, Koko, dan aku sudah sem buh." Mana bisa ia m erasa lapar kalau
hat inya sebahagia it u ? Pula, ket ika ia berpura- pura pingsan dan m engigau,
bukankah Kam Si Ek dengan am at t elat en t elah m enyuapinya dengan bubur
sam pai kekenyangan ? " Aku m erasa sepert i baru bangun dari m im pi. Eh, Kok o
kau melayarkan perahu ini ke manakah?"
Girang sekali hat i Kam Si Ek m elihat kekasihnya benar- benar t elah sem buh,
waj ahnya berseri pipinya m erah dan m at anya bersinar- seinar. " Pundakm u t idak
nyeri lagi, Moi- moi?"
Dengan gaya m anj a Lu Sian m enggeleng kepalanya lalu berj alan m engham piri.
Dengan sat u t angan Kam Si Ek m em egang t ali layar, t angan ke dua m eraih
lengan gadis itu dan mereka berpegang tangan, saling pandang penuh kasih.
"Sian- m oi, kau t ahu bahwa aku dipanggil oleh Gubernur Li akan t et api oleh
pasukan yang berkhianat dan bersekongkol dengan Raj a Liang, aku diculik. Hal
ini harus kulaporkan kepada Gubernur Li, m aka aku sekarang hendak pergi ke
Shan- si unt uk berunding dengan beliau. Kuharap kau suka ikut denganku k e
sana, selain berunding urusan pengkhianat an it u, akupun perlu m int a
bant uannya." Sam pai di sini pem uda it u berhent i bicara dan m ukanya m enj adi
merah.
" Bant uan apa, Koko?" Lu Sian bert anya, pura- pura t idak t ahu akan t et api diam -
diam girang sekali karena agaknya akalnya "mengigau" itu berhasil baik.
"Moi- m oi." Tangan Kam Si Ek m enggenggam erat - erat t angan Lu Sian. " Aku
hendak m ohon bant uannya unt uk m enj adi orang perant ara, m engaj ukan
pinangan atas dirimu dari tangan ayahmu, Pat- jiu Sin- ong Liu Gan di Nan- cao."
Girang sekali hati Lu Sian. "Koko, kemanapun juga kau pergi, aku suka ikut!"
Tidak ada kegem biraan yang lebih besar bagi m uda- m udi daripada kegem biraan
dua buah hat i yang saling bert em u. Berhari- hari m ereka m enj alankan perahu
sam bil bersenda gurau, m encerit akan keadaan m asing- m asing, m enangkap ikan
dan m asak- m asak lalu m akan bersam a. Kam Si Ek m akin m endalam cint a dan
kagum nya t erhadap Lu Sian, m engagum i kecant ikan dan kelincahan gadis ini,
termasuk wataknya yang kadang- kadang aneh. Di lain pihak, Lu Sian juga kagum
akan kekasihnya yang sudah t iada orang t ua lagi, t ent ang ket urunan keluarga
Kam yang sem enj ak dahulu t erkenal sebagai panglim a- panglim a perang j agoan.
Ket ika Lu Sian bercerit a t ent ang pert em uannya dengan kakak seperguruan
j enderal it u, yait u Lai Kui Lan di dalam bent eng, Kam Si Ek m enyat akan
kekuatirannya.
" Suci seakan- akan t elah m enj adi saudara kandungku. Dia seorang pendiam dan
bersungguh- sungguh, banyak m em bant uku dalam perang. Akan t et api akhir-
akhir ini ia sering kudapat i m enangis di kam arnya, dan sam a sekali t idak m au
m encerit akan apa sebab- sebabnya. Aku kuat ir sekali ada sesuat u yang
m engganj al hat inya. Malah sebelum aku pergi dari bent eng, Suci seringkali
berkunj ung ke Kwan- im- bio di luar bent eng, bahkan berm alam di sana. Agaknya
ia menjadi kenalan baik dari para nikouw (pendeta wanita) di kuil itu."
Mendengar ini, Lu Sian dapat m enduga dan ia hanya m engeluh di dalam hat inya,
t idak m au m encerit akan apa yang m enj adi dugaannya. I a m enduga bahwa Kui
Lan t ent u m enj adi korban asm ara, t ent u berduka karena Kwee Seng t erj at uh ke
dalam j urang dan binasa. Gadis it u m encint a Kwee Seng dan m enj adi pat ah hat i.
I a t idak berani bercerit a t ent ang Kwee Seng kepada Kam Si Ek karena cerit a ini
t ent u akan m em buka pula rahasia t ent ang perasaan Kwee Seng kepadanya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 141


Akibat cerit anya ini t ent u akan m endat angkan suasana t idak enak diant ara
mereka, apalagi di situ tersangkut pula diri Lai Kui Lan.
Cint a m em ang aneh. Biarpun dua orang m uda yang am at j auh berbeda sifat dan
wat aknya, nam un kalau sudah dipengaruhi cint a kasih, m ereka sepert i lupa akan
sem ua perbedaan ini. Seorang yang m abok dicint a, hanya akan m elihat yang
baik- baik saj a dari kekasihnya. Dem ikian pula dengan Liu Lu Sian dan Kam Si Ek.
Kalau saj a m ereka t idak sedang m abok cint a, t ent u m ereka akan dapat m elihat
bahwa m ereka m em punyai wat ak yang j auh berbeda. Kam Si Ek adalah seorang
pem uda yang keras hat i, j uj ur, berdisplin m em egang at uran, gagah perkasa dan
seorang pat riot . Sebaliknya, Lu Sian m em iliki dasar wat ak yang aneh, kadang-
kadang licik dan m enj alankan siasat - siasat yang curang bukanlah aneh baginya.
I a t idak peduli akan segala at uran, bebas m erdeka dan liar. Tidak m au kalah oleh
siapapun j uga, t idak peduli akan orang lain m enderit a at au t idak, t idak peduli
sam a sekali t ent ang negara m aupun bangsa. Baginya, siapa yang m enent angnya
akan ia hantam !
Perbedaan it u secara m encolok akan t am pak kalau kit a dapat m enj enguk isi hat i
dan pikiran m ereka pada saat m ereka duduk m elam un. Kam Si Ek m elam unkan
kebahagiaannya kalau sudah m enikah dengan Liu Lu Sian, m elam un bet apa
dengan bant uan ist erinya yang m em iliki kecerdikan dan kepandaian luar biasa
it u, ia akan dapat berj uang dan m em ilih j unj ungan yang benar- benar t epat pada
j am an it u, seorang calon raj a yang akan benar- benar m em perhat ikan
kesejahteraan rakyat.
Sebaliknya, Lu Sian di sam ping m elam un t ent ang kesenangannya m enj adi ist eri
pem uda yang dicint anya, j uga ia t eringat akan kekalahan- kekalahannya yang
diderit a selam a ini. Hat inya panas bukan m ain kalau ia t eringat bet apa ia sam a
sekali t idak berdaya m enghadapi orang- orang sakt i sepert i Kwee Seng, Ban- pi
Lo- cia, Bayisan, dan Kong Lo Sengj in. Alangkah m asih j auh ia ket inggalan dalam
ilm u silat , pikirnya dengan hat i t idak puas. I a bercit a- cit a unt uk m em perdalam
ilm u silat nya, m encari kit ab- kit ab pusaka dan wasiat - wasiat ilm u silat agar ia
dapat m enj adi seorang t okoh sakt i yang akan m enj agoi dunia persilat an,
m engalahkan orang- orang it u. Pert am a- t am a ia akan m int a kepada ayahnya
unt uk m ewariskan ilm u- ilm u baru cipt aan ayahnya, kem udian ia akan
m enit ahkan anak buah suam inya unt uk m enyelidiki dan m encari orang- orang
berilmu !
Unt ung bagi m ereka, di dalam perj alanan m ereka t idak bert em u dengan Ban- pi
Lo- cia m aupun Kong Lo Sengj in dan set elah t iba di wilayah Shan- si, m ereka
m erasa am an, m elakukan perj alanan cepat dengan m enunggang kuda m em asuki
ibu kota Shan- si, menghadap Gubernur Li Ko Yung.
Gubernur Li adalah seorang yang cerdik sekali. Dia m erupakan seorang diant ar a
pim pinan pem beront akan yang m enggulingkan kedudukan kaisar t erakhir Dinast i
Tang. Akan t et api ia t idak sem aj u Gubernur Cu Bun di Ho- nan yang akhirny a
berhasil m enggulingkan Keraj aan Tang dan m engangkat diri sendiri m enj adi
kaisar pertama Kerajaan Liang.
Terhadap Jenderal Kam Si Ek, Gubernur Li berlaku am at hat i- hat i. I a m aklum
bahwa j enderal m uda ini am at set ia t erhadap negara dan bangsa, dan bahwa
j at uhnya Keraj aan Tang t idak m em pengaruhi hat i Kam - goanswe. Oleh karena
it ulah m aka dengan cerdik ia hendak m em pergunakan t enaga dan pikiran
j enderal m uda it u secara halus. I a m enyam but kedat angan Kam Si Ek dengan
ram ah t am ah dan penuh penghorm at an, j uga t erhadap Liu Lu Sian yang
diperkenalkan sebagai put eri Beng- kauwcu, ia m enyam but dengan ram ah. Ket ika
secara singkat Kam Si Ek m encerit akan bahwa perwira she Phang yang diut us
memanggilnya ke benteng itu telah bersekongkol dengan pasukan Kerajaan Liang
untuk menawannya, Gubernur Li menjadi marah sekali.
" Keparat it u berani m elakukan kej ahat an sepert i it u?" Gubernur Li m enggebrak
m ej a, m em anggil seorang panglim a dan m em erint ahnya segera berangkat
m em bawa pasukan dan surat perint ahnya unt uk m enangkap Phang- ciangkun dan
m enj at uhi hukum an m at i ! Set elah it u ia m enj am u kedua orang t am u agung ini

Suling Mas Kho Ping Hoo 142


dengan arak dan hidangan lezat , berkali- kali ia m em beri selam at at as
pembebasan Kam - goanswe daripada bahaya. Kem udian, set elah m ereka kenyang
makan minum dan mengusir para pelayan, Gubernur Li Ko Yung berkata.
" Goanswe, saya ingin sekali bicara em pat m at a denganm u, unt uk m erundingkan
urusan negara dalam keadaan kacau- balau sepert i sekarang ini." Berkat a
dem ikian, ia m elirik ke arah Liu Lu Sian. Gadis ini t ent u saj a m aklum bahwa dia
m erupakan " orang luar" apalagi dia adalah put eri Guru Negara Nan- cao, m aka
t ent u saj a ia t idak berhak m endengar. Nam un dasar ia berwat ak nakal dan
kukwai (aneh), ia pura- pura tidak tahu dan enak- enak duduk minum arak wangi !
Kam Si Ek m erasa t idak enak sekali. Mengusir Liu Lu Sian pergi, t ent u saj a t idak
enak baginya, m endiam kannya saj a kekasihnya berada di sit u, j uga t idak enak
t erhadap Gubernur Li. Maka dengan m em beranikan hat i ia lalu berkat a sam bil
bangkit berdiri dan menjura kepada gubernur itu.
"Li- t aij in, harap m aafkan. Sebelum kit a m eningkat kepada percakapan urusan
negara yang pent ing, baiklah lebih dulu saya m enyat akan t erus t erang bahwa
Nona Liu ini bukanlah orang luar. Dia adalah... adalah... calon ist eri saya, yait u...
eh..., kalau saj a Taij in sudi m elepas budi kebaikan kepada kam i berdua unt uk
menjadi orang perantara dan mengajukan pinangan kepada Beng- kauwcu di Nan-
cao." Set elah berkat a dem ikian, dengan m uka m erah ia duduk kem bali. Liu Lu
Sian t ersenyum di dalam hat i, akan t et api ia diam saj a pura- pura t unduk karena
malu.
Sej enak gubernur ini t ercengang, kem udian ia t ert awa bergelak- gelak saking
girangnya. Tidak ada kesem pat an sebaik ini ! Cocok benar dengan cit a- cita
hat inya. Mengikat hubungan baik dengan Nan- cao ! Melepas budi kepada
Jenderal Kam ! Maka ada kesem pat an yang lebih bagus daripada ini dem i
terlaksananya cita- citanya ?
"Ha- ha- ha ! Bagus..., bagus sekali ! Kionghi, kionghi ( selam at ,selam at ) ! Mem ang
sudah t iba wakt unya Kam - goanswe m em ilih t em an hidup dan Nona Liu yang
cant ik j elit a put eri Beng- kauwcu benar- benar m erupakan pasangan yang am at
cocok dengan Kam - goanswe. Sekali lagi kionghi dan t ent u saj a dengan segala
senang hati saya suka menjadi perantara!"
Gubernur Li m engangkat cawan m em beri selam at dan dua orang m uda it u cepat
m enghat urkan t erim a kasih. Set elah it u, Gubernur Li Ko Yung berkat a dengan
suara bersungguh- sungguh.
"Ji- wi ( kalian) t ent u m aklum bahwa bekas Gubernur Cu Bun yang sekarang
m engangkat diri sendiri m enj adi Raj a Dinast i Liang adalah seorang pengkhianat ,
m aka t idak m engherankan pula ia berusaha m enculik Kam - goanswe. Mem ang
dahulu kam i bekerj a sam a dalam usaha m enggulingkan Raj a Tang yang pada
wakt u it u m erupakan raj a lalim . Akan t et api sam a sekali bukan m enj adi rencana
kam i unt uk m engangkar diri sendiri m enj adi raj a, m elainkan hanya berm aksud
m enggulingkan raj a lalim dan m encari penggant i yang t epat . Siapa kira Cu Bun
berkhianat dan m endirikan dinast i baru yang sekarang ini. Maka t idak
m engherankan apabila m ereka yang t adinya m em bant u dalam perj uangan, kini
m em isahkan diri dan t erbent uklah keraj aan- keraj aan kecil. Sekarang, bagaim ana
dengan daerah kit a yang m eliput i Propinsi Shan- si ? Tent u saj a kit a t idak akan
t unduk kepada Keraj aan Liang at au keraj aan kecil yang m anapun j uga.
Bagaimana pendapat Kam- goanswe?"
Kam Si Ek m engangguk- angguk, lalu berkat a, " Saya set uj u dengan pendapat
Taij in. Dem i keset iaan leluhur kit a yang berj uang unt uk negara dan rakyat , saya
sendiri t idak akan m udah m em ilih j unj ungan, karena sekali kit a salah pilih
mengabdi kepada raja lalim berarti kita pun membantu kelalimannya."
" Bet ul sekali ucapan Kam - goanswe ! Kit a berj uang di bidang yang lain, saya di
bidang sipil, Goanswe di bidang m ulit er, nam un pendapat dan t uj uan kit a cocok !
Kit a boleh m enant i dan m em ilih secara hat i- hat i, sem ent ara it u, sebelum m uncul
seorang pem im pin yang bet ul- bet ul cocok, kit a t idak bisa m em biarkan daerah
Shan- si yang m enj adi t anggung j awab kit a ini dicaplok oleh raj a kecil palsu yang
manapun juga. Bukankah begitu, Kam- goanswe?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 143


" Bet ul sekali, Taij in. Saya akan m enyerahkan j iwa raga unt uk m em pert ahankan
dan membela Shan- si!"
"Bagus ! Nah, ketahuilah, Goanswe. Di antara para raja kecil yang secara lancang
mengangkat diri sendiri, kini t erj adi perebut an wilayah dan kekuasaan. Bukan
hanya dari Keraj aan Liang saj a dat angnya ancam an t erhadap wilayah kit a,
m elainkan dari Se- cuan, dari t im ur Keraj aan Wu Yue, belum lagi ancam an yang
am at m em bahayakan dari Bangsa Khit an. Unt uk m em pert ahankan wilayah kit a,
perlu kit a m em bent uk pem erint ahan sem ent ara dan kerj a sam a yang erat ant ara
kit a sem ua yang bert ugas di Shan- si. Oleh karena it u, set elah nant i saya m enj adi
orang perant ara dan t elah dilangsungkan pernikahan ant ara Ji- wi berdua, saya
m int a agar Kam - goanswe sudi m em egang t ugas panglim a di sini dan m engat ur
sem ua barisan yang perlu diperkuat unt uk m ej aga wilayah kit a dari ancam an di
segala jurusan."
Pandai sekali Gubernur Li m engat ur rencana dengan halus sehingga Kam Si Ek
yang berwatak jujur itu percaya seratus prosen. Sama sekali Gubernur Li Ko Yung
t idak m em bayangkan niat unt uk m encari kekuasaan sendiri, m aka sert a m ert a
Kam Si Ek menyatakan kesanggupannya untuk bekerja sama.
Adapun Lu Sian yang lebih cerdik dan sudah biasa m enghadapi kelicikan dan
siasat busuk orang, sedikit banyak m enaruh curiga, akan t et api ia t idak m au
peduli akan cit a- cit a gubernur it u. Hasrat nya hanya sat u yait u m enj adi ist eri Kam
Si Ek yang dicint ainya, dan kalau gubernur it u dapat m enj adi perant ara sehingga
hasrat hat inya t erkabul, ia m erasa cukup puas. Baginya sam a saj a apakah
Gubernur Li it u seorang pat riot t ulen at aukah seorang pengkhianat . Juga ia t idak
peduli Kam Si Ek akan m em bant u siapa, asal j enderal m uda yang perkasa ini
menjadi suaminya.
Ket ika ut usan Gubernur Li yang m erupakan sepasukan berkuda m em bawa
seorang wakil dan surat pribadi m engaj ukan pinangan, berikut pula berpet i- peti
barang berharga, t iba di Nan- cao m enghadap kepada Beng- kauwcu pat - j iu Sin-
ong Liu Gan, Ket ua Beng- kauw ini m em baca surat dan m enarik napas panj ang.
Bet apapun j uga, ia kurang cocok dengan pilihan put erinya ini, dan ia akan lebih
senang kalau put erinya m endapat j odoh seorang t okoh kang- ouw sepert i Kwee
Seng. Put erinya t erdidik sebagai seorang ahli silat , sebagai seorang yang biasa
t erbang bebas sepert i burung di udara, sekarang put erinya m em ilih Kam Si Ek,
seorang j enderal yang t erkenal sebagai ahli perang yang berdisiplin, bagaim ana
dapat cocok wat ak m ereka ? Akan t et api karena surat it u dilam piri surat
puterinya, dan ia m engenal baik wat ak put erinya yang m ewarisi wat aknya
sendiri, yait u t idak m au m undur sej engkal pun unt uk m elaksanakan keinginan
hat inya, pula m engingat bahwa Kam Si Ek adalah seorang pem uda perkasa yang
dij adikan rebut an oleh kaum wanit a, ket urunan panglim a- panglim a perkasa pula,
terpaksa ia mengalah.
Apalagi kalau Ket ua Beng- kauw ini sebagai seorang kok- su ( guru negara)
m engingat akan suasana dan kedudukan Kam - goanswe sebagai panglim a di
Shan- si, yang t ent u saj a m erupakan kekuasaan yang am at baik unt uk dij adikan
sekut u, m aka ia segera m enulis surat balasan m enerim a pinangan it u dan
menetapkan hari pernikahan puterinya di Nan- cao.
Sem enj ak keraj aan besar Tang yang m em erint ah selam a ham pir t iga abad ( 618-
907) roboh oleh Gubernur Cu Bun yang kem udian m engangkat diri sendiri
m enj adi raj a dari Keraj aan Liang Muda, m uncul raj a- raj a kecil di seluruh negara
yang j um lahnya sukar dihit ung. Di sam ping perebut an kekuasaan di ant ara raj a-
raj a kecil ini, banyak pula keluarga Kaisar Tang yang berhasil m enyelam atkan
diri, dibant u oleh para bekas panglim a dan bangsawan, berusaha unt uk m erebut
kembali tahta Kerajaan Tang yang sudah roboh itu.
Seorang pangeran Tang secara diam - diam m enghim pun kekuat an dan berhasil
m enarik t enaga- t enaga ahli, diant aranya bahkan t elah m endapat bant uan dari
bekas Raj a Muda Sin- j iu Couw Pa Ong yang sekarang sudah m enj adi seorang
kakek lum puh yang sakt i dan berj uluk Kong Lo Sengj in, dapat pula m enarik
bant uan Gubernur Li Ko Yung yang dibant u oleh Jenderal Muda Kam Si Ek, dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 144


m asih banyak pula orang- orang gagah yang m enganggap bahwa m em ang
Pangeran Tang it u t epat unt uk m endirikan kem bali Keraj aan Tang set elah
berhasil merampas tahta kerajaan dari Pemerintah Liang Muda.
Set elah m engalam i perang hebat , yang m erupakan perang saudara, m aka
berhasillah Pangeran Tang it u m erobohkan Keraj aan Liang Muda, m enghaj ar
habis bala t ent aranya dan m eram pas kot a raj a Lok- yang. Hal ini t erj adi pada
t ahun 923 sehingga keraj aan Liang Muda it u hanya t ercat at dalam sej arah
sebagai keraj aan pert am a dari j am an Lim a Dinast i, berum ur hany a t uj uh belas
tahun saja (907- 923).
Kini pem erint ahan dikuasai lagi oleh keluarga Keraj aan Tang, dim ulai pada t ahun
923 it u dan diberi nam a Keraj aan Tang Muda. Akan t et api t ernyat a t idaklah
sepert i Keraj aan Tang yang t elah roboh, Keraj aan Tang Muda ini, karena m asih
terus- m enerus t im bul rebut an kekuasaan diant ara " orang dalam " , j uga ancam an
serangan dari raja- raja kecil masih terus mengepung Kerajaan Tang Muda.
Gubernur Li yang berj asa dalam perj uangan ini, t ernyat a t idak diberi kenaikan
pangkat , t idak dit arik ke kot a raj a unt uk dij adikan m ent eri, m elainkan oleh Raj a
Tang Muda dit et apkan m enj adi Gubernur di Shan- si sepert i biasa dan hanya
diberi pengam punan at as dosa- dosanya karena dahulu pernah ikut m em beront ak
kepada raj a t erakhir Dinast i Tang ! Gubernur ini t idak berani m em bant ah secara
bert erang, nam un di dalam hat inya t im bul dendam t erhadap Keraj aan Tang
Muda. Adapun Kam Si Ek yang t enaganya am at dihargai dan t erut am a sekali
m asih am at dibut uhkan oleh keraj aan baru ini, Jenderal Kam Si Ek t et ap t inggal
di Shan- si.
Wakt u berj alan dengan am at cepat nya dan sem ent ara t erj adi pergant ian
kekuasaan it u, pernikahan ant ara Kam Si Ek dan Liu Lu Sian sudah berj alan t uj uh
t ahun dan m ereka m em punyai seorang put era berusia enam t ahun. Anak ini
bernam a Kam Bu Song, seorang anak yang sinar m at anya t aj am m em bayangkan
kecerdasan, waj ahnya t oapan ( lebar dan t erang) , dan m em punyai t ulang dan
ot ot yang kuat , m enj adi bahan baik unt uk m enj adi ilm u silat . Akan t et api, Kam Si
Ek lebih suka m enggem bleng put eranya it u dengan ilm u surat lebih dulu, m aka
sejak berusia lima tahun, Kam Bu Song sudah pandai membaca ribuan huruf.
Suam i ist eri ini pada t ahun- t ahun pert am a hidup penuh kebahagiaan, berenang
dalam m adu cint a kasih. Akan t et api, sepert i yang t elah dikhawat irkan oleh Pat -
j iu Sin- ong, perbedaan wat ak m ereka m ulai t erasa set elah lewat beberapa t ahun.
Dalam soal pendidikan t erhadap Bu Song saj a, m ereka sudah berbeda pendapat
dan hal ini sudah m enj adi bahan percekcokan. Liu Lu Sian m enghendaki
put eranya m enj adi ahli silat yang kelak akan m enj agoi kolong langit , sebaliknya
Kam Si Ek berpendapat lain, t idak m enyukai put eranya m enj adi seorang
pet ualang dunia kang- ouw. Soal- soal lain yang j elas m em perlihat kan perbedaan
paham dan kesenangan segera susul- menyusul m em perlihat kan diri. Kalau
t adinya perbedaan- perbedaan it u m asih t erselim ut cint a kasih m ereka yang
m esra, lam bat laun perbedaan ini t erlihat m encolok dan m ulai m engganggu
perasaan. Lu sian beberapa kali m enyat akan keinginannya m erant au, m alah
m engaj ak suam inya m eninggalkan t ugas unt uk set ahun dua t ahun agar m ereka
dapat m engaj ak put era m ereka m erant au dan m enam bah pengalam an di dunia
kang- ouw. Tentu saja Kam Si Ek menolak ajakan ini.
Lu Sian m enyat akan bahwa ia ingin sekali m em perdalam ilm u kepandaiannya
agar kelak dapat dit urunkan kepada put eranya at au set idaknya, kelak t akkan
dapat t erhina lagi oleh orang- orang sakt i sepert i pernah m ereka derit a ket ik a
m ereka bent rok m elawan orang- orang sakt i, akan t et api Kam Si Ek m enj awab
bahwa bukanlah ilm u silat yang dapat m elindungi kit a, m elainkan wat ak yang
baik !
Demikianlah, percekcokan- percekcokan kecil timbul, disusul dengan percekcokan-
percekcokan besar, Kam Si Ek yang berwat ak keras dan j uj ur t idak m au
mengalah, dan akhirnya tak dapat dicegah lagi rumah tangga yang tadinya penuh
kebahagiaan it u m enj adi berant akan ! Pada suat u pagi yang cerah, kegelapan
m eliput i rum ah Panglim a Kam Si Ek, karena ist erinya t idak berada di dalam

Suling Mas Kho Ping Hoo 145


kam arnya. Liu Lu Sian berj iwa pet ualang ! Hanya sehelai kert as dit inggalkan
berikut beberapa huruf tulisannya.
Kam Si Ek,
Kita berpisah untuk selamanya. Kau boleh menikah lagi dengan seorang yang kau
anggap cocok dengan keadaanm u. Aku t it ip Bu Song, kelak kalau aku sudah
berhasil, akan kujemput dia.
Liu Lu Sian
Kam Si Ek m enj adi pucat m ukanya ket ika ia m enj at uhkan diri di at as kursi dalam
kam ar m andi m em egang surat it u dengan t angan gem et ar. I a t ahu bahwa ia
t elah salah pilih dalam perj odohan, bahwa wat ak ist erinya it u sam a sekali
berbeda dengan wat aknya, berbeda wat ak berbeda paham , nam un sebagai
seorang laki- laki ia m enerim a penderit aan daripada kesalahan ini dengan hat i
t abah. Bet apapun j uga, ia m encint a ist erinya it u dan sekarang, m elihat
kenyat aan pahit bahwa ist erinya m eninggalkannya, hat inya m enj adi kosong dan
perasaannya perih. Terbayang percekcokan m ereka m alam t adi ket ika Lu Sian
unt uk kesekian kalinya m em buj uknya unt uk m elet akkan j abat an dan m elet akkan
jabatan dan melakukan perantauan.
" Si Ek ! " dem ikian ist erinya berkat a m arah, ist erinya it u sej ak m enikah m enyebut
nam anya begit u saj a. " Kau sendiri bilang bahwa Keraj aan Tang Muda ini t idaklah
sam a dengan Keraj aan Tang yang t elah roboh, bahwa keraj aan ini m enj adi
sarang koruptor dan medan perebutan kekuasaan. Apalagi rajanya mengandalkan
bimbingan seorang kejam dan jahat seperti Kong Lo Sengjin, mengapa kau masih
mau diperkuda oleh pemerintah macam itu?"
" Lu Sian, ist eriku, j angan kau salah m engert i. Aku sam a sekali bukan
m engham bakan diriku kepada orang- orang t ert ent u, m elainkan kepada negara
dan bangsaku. I t ulah sebabnya m engapa aku bisa m engat akan bahwa Keraj aan
Tang Muda ini tetap bukan pemerintahan yang baik, dan sesungguhnya aku sama
sekali t idak ikut - ikut dengan kelalim an m ereka, aku bert ugas m enj aga keam anan
di perbat asan barat unt uk m enghalau m usuh dari luar yang hendak m engganggu
wilayah kit a, bert ugas m engam ankan keadaan daerah ini dari gangguan orang-
orang jahat."
" Apa bedanya?" Lu Sian panas dan m ukanya m erah m enam bah kecant ikannya,
" Kaukurung dirim u dengan t ugas, dan kaukurung diriku pula dengan
kekukuhanm u, Si Ek, kenapa kau t idak m au m enerim a perm int aanku ? Ah,
kiranya cintamu terhadapku sudah mulai luntur!" Lu Sian bersungut- sungut, akan
tetapi tidak seperti kebiasaan kaum wanita kalau bertengkar, dia tidak menangis.
"Lu Sian, mengapa kau selalu berpemandangan sempit terhadap hubungan suami
ist eri ? Ket ahuilah, ist eriku. Cint a kasih ant ar suam i ist eri haruslah lebih m asak,
t idak sepert i cint a kasih m uda- m udi yang belum t erikat oleh pernikahan. Cint a
muda- m udi m asih m ent ah, hanya t erdorong rasa saling suka dan m abuk oleh
daya t arik m asing- m asing. Akan t et api, cint a kasih suam i ist ri lebih m endalam ,
lebih m at ang dan libat - m elibat dengan kewaj iban, saling berkorban dan
m engurangi pem ent ingan diri sendiri. Sekarang ini, aku m enj alankan
kewaj ibanku sebagai suam i dan ayah, j uga sebagai seorang pat riot , kau t ingal di
sisiku m elaksanakan kewaj iban sebagai ist eri dan ibu, apalagi kekurangannya ?
Kalau kau aj ak aku dan anak kit a pergi m erant au, bukankah it u berart i kit a
sama- sam a m elarikan diri dari pada kewaj iban ? Bagaim ana pula dengan
pendidikan Bu Song ? Kau t ahu sendiri, anak kit a it u m aj u sekali dalam ilm u
surat."
Lu Sian m enggebrak m ej a dengan t angannya sehingga uj ung m ej a t ebal it u
m enj adi som plak ! " Cukup ! Bosan aku m endengar kuliahm u ! Kalau aku t ahu
bahwa cint am u t erhadapku hanya unut k m em buat aku hanya unt uk m em buat
aku terikat kewajiban- kewajiban, tak sudi aku !" Sambil berkata demikian Lu Sian
lari memasuki kamar dan membanting pintu keras- keras.
Kam Si Ek berdiri t ercengang dan t erpaku m em andang m ej a, berulang kali
m enarik napas panj ang, kem udian ia pun m em asuki kam ar lain karena t idak m au
m em buat ist erinya m akin m arah. I a t ahu bahwa kalau sedang m arah begit u,

Suling Mas Kho Ping Hoo 146


ist erinya sam a sekali t idak suka didekat inya. Di dalam kam ar, Kam Si Ek duduk
termenung sampai akhirnya ia t ert idur dengan duduk, m ukanya disem bunyikan di
at as kedua lengan. Dan pada pagi harinya, baru ia t ahu bahwa ist erinya t elah
pergi m eninggalkannya, m eninggalkan put era m ereka, dan ia yang sudah
mengenal baik watak isterinya, tahu pula bahwa percuma saja kalau ia mengejar,
percum a pula kalau ia m enant i. I st erinya t idak akan m au kem bali, karena wat ak
isterinya itu, sekali mengeluarkan kata- kata, akan dipegangnya sampai mati!
Baru t uj uh t ahun m ereka m enikah. I a baru berusia dua puluh sem bilan t ahun. Lu
Sian baru berusia dua puluh lim a ! Mereka berdua m asih m uda dan harus sudah
berpisah. Kam Si Ek m erasa bet apa berat derit a hidup yang dialam inya. Apalagi
kalau Bu Song, put eranya yang baru berusia enam t ahun it u bert anya t ent ang
ibunya, serasa dicabik- cabik hat inya. Put eranya it u cerdik sekali dan agaknya
put eranya yang berusia enam t ahun it u sudah dapat m enduga apa yang t erj adi
antara ayah dan bundanya.
" Apakah ibu nakal dan ayah m engusirnya ? Apakah kesalahan ibu?" berkali- kali
Bu Song bert anya, dan selalu Kam Si Ek m enj awab bahwa ibunya sedang pergi
ke selat an, m enengok kakeknya yang sedang m enj adi ket ua Beng- kauw di Nan-
cao. Bu Song t idak m enangis, hanya m enyat akan heran dan t idak percaya
m engapa ibunya pergi begit u saj a t anpa pam it kepadanya, pergi t idak m engaj ak
ayahnya at aupun dia. Ket ika anak it u m endesak- desaknya, Kam Si Ek yang
sedang pusing dan duka it u, m em bent aknya dengan keras dan sej ak it u Bu Song
t idak m au bert anya lagi t ent ang ibunya, akan t et api diam - diam anak ini hat inya
penuh pert anyaan dan m enduga- duga siapa yang bersalah ant ara ayah dan
ibunya. I a sudah t erlalu sering m endengar ayah dan ibunya bercekcok, ia t ahu
bahwa m ereka bert engkar akan t et api t idak t ahu apa urusannya dan t idak t ahu
pula siapakah sebetulnya yang salah diantara mereka.
Hidup seakan- akan hukum an bagi Kam Si Ek sem enj ak ist erinya pergi
m eninggalkannya. Set elah Lu Sian pergi, barulah ia m erasa bet apa sunyi rasanya
dan bet apa t iada kegem biraan sam a sekali dalam hidupnya. Kalau keadaan
Keraj aan Tang Muda t idak seburuk it u, agaknya ia akan m endapat hiburan
dengan pekerj aannya. Akan t et api keadaan Keraj aan Tang Muda ini benar- benar
sepert i yang digam barkan Lu Sian dalam pert engkaran m ereka. Mem ang bet ul
bahwa Kerajaan Liang yang meerobohkan Dinasti Tang itu dapat dihancurkan dan
dapat pula didirikan Keraj aan Tang Muda dengan pim pinan para ket urunan
keluarga Raj a Tang, nam un keadaannya sudah am at buruk dan rusak. Pim pinan
m uda it u hanya sekelom pok orang- orang yang m engum bar nafsu, orang- orang
yang m engej ar kesenangan belaka, m engej ar kedudukan dan kem uliaan. Orang-
orang yang t adinya m enj adi pej uang gagah berani, set elah m em peroleh
kedudukan dan kem uliaan, m enj adi lupa sam a sekali akan t uj uan perj uangan
m ereka. Set iap orang pej uang t adinya bercit a- cit a m enghalau penindas,
menghalau kelalim an dem i kesej aht eraan rakyat j elat a, dem i nusa dan bangsa.
Akan tetapi, begitu para pejuang ini merasai kenikmatan daripada kedudukan dan
kem uliaan, m aboklah m ereka dan lupalah m ereka akan cit a- cit a luhur it u. Masa
bodoh rakyat yang m elarat t ert indas. Masa bodoh orang lain. Aku yang berj uang
mati- m at ian. Aku yang bert aruh nyawa. Aku pula yang harus senang. Mengapa
m em ikirkan orang lain ? Begit ulah kira- kira bant ahan dan sanggahan m ereka
apabila sewakt u- wakt u suara hat i pej uang m enunt ut m ereka di dalam hat i
sanubari.
Nam un, t iada yang kekal di dunia ini. Kesenangan t idak. Kedudukan pun t idak.
Sem ua past i berakhir, kesenangan dan kesusahan silih bergant i m engisi hidup.
Sem ua serba berput ar. Selam a m anusia m engenal suka, t ent u ia akan bert em u
dengan duka. Siapa yang m engabdi kepada duka, past i sekali wakt u akan
diperbudak suka. Inilah hukum timbal balik yang tak terbantahkan lagi. Im Yang !
Titik kedua ujung poros yang memutar segala sesuatu di alam mayapada ini.
Tiga t ahun sem enj ak Lu Sian m eninggalkan Kam Si Ek t anpa pernah ada berit a,
m aka Kam Si Ek m engalam i pernikahannya yang kedua. Gadis pilihannya kali ini
adalah put eri seorang siucai ( gelar sast rawan) , bernam a Ciu Bwee Hwa. Tidak

Suling Mas Kho Ping Hoo 147


secant ik Liu Lu Sian t ent u saj a karena put eri Beng- kauwcu it u m em ang m em iliki
kecant ikan yang sukar dicari keduanya, akan t et api Ciu Bwee Hwa t erdidik
sebagai seorang wanit a yang halus perangainya, bersusila dan berkebudayaan
t inggi. Yang m endesak Kam Si Ek adalah sucinya sendiri, yait u Lai Kui Lan yang
sekarang t elah m enj adi nikouw ( pendet a wanit a) di Kelent eng Kwan- im- bio, dan
berj uluk Kui Lan Nikouw. Sepert i t elah dicerit akan di bagian depan, Lai Kui Lan ini
pun m enj adi korban asm ara. I a j at uh hat i kepada Kwee Seng, kem udian pat ah
hat i m elihat Kwee Seng t erj ungkal di dalam j urang yang past i akan m em bawa
m aut bagi pendekar it u. I nilah sebabnya m engapa Lai Kui Lan kini m enj adi
seorang nikouw, set elah ia t ert arik oleh aj aran dan ceram ah para pendet a wanit a
yang sering dikunjunginya.
Kui Lan Nikouw yang m enyaksikan kehancuran rum ah t angga sut enya, m enj adi
ikut berduka. Maka dari it u, dialah yang m endesak kepada Kam Si Ek unt uk
m enikah lagi, karena hal ini selain perlu bagi Kam Si Ek sendiri, j uga am at perlu
bagi Bu Song. Anak it u t ent u saj a m em erlukan kasih sayang seorang ibu, dan
karena ibunya sendiri sudah pergi m eninggalkannya, sebaiknya dicarikan
pengganti seorang ibu yang baik budi. Dan pilihan mereka jatuh kepada Ciu Bwee
Hwa, puteri tunggal sastrawan Ciu Kwan yang hidup menduda di dusun Ting- chun
dikaki Gunung Cin- ling- san di lembah sungai Han.
Upacara pernikahan ant ara Kam Si Ek dengan Ciu Bwee Hwa, dilangsungkan
secara sederhana sekali. Nam un karena Kam Si Ek adalah seorang j enderal m uda
yang t erkenal dan disegani, m aka t et ap saj a m enj adi m eriah dengan dat angnya
para pem besar dan orang- orang t ernam a. Akan t et api, set elah perayaan pest a
pernikahan it u selesai, m uncullah perist iwa- perist iwa yang m em buat hat i Kam Si
Ek lebih menderita lagi.
Tepat pada m alam pernikahannya, ket ika para t am u sudah pulang, di wakt u
malam sunyi dan kedua m em pelai sudah m em asuki kam ar pengant in, t iba- tiba
j endela kam ar it u diket uk orang dari luar dan ada suara m em bent ak, " Kam Si Ek,
kalau kau benar laki- laki, keluarlah!"
Mendengar suara ini, Ciu Bwee Hwa m enj adi pucat dan m em pelai wanit a ini
m em egang lengan suam inya sam bil berkat a, suaranya gem et ar, "Harap j angan
layani orang itu...!"
Tent u saj a Kam Si Ek m enj adi curiga. Sebagai seorang laki- laki yang gagah
perkasa, mana mungkin ia tidak melayani orang yang menantangnya seperti itu ?
I a m em andang t aj am waj ah ist erinya, lalu bert anya, " Mengapa ? Siapa dia?"
Dalam suaranya jelas terkandung kecurigaan dan penasaran.
Tiba- t iba Ciu Bwee m enangis sedih. Lalu t erisak- isak berkat a, "Dia... dia... it u
Giam Sui Lok, orang sekam pung denganku. Dia... seorang j ago silat m uda di
kam pung kam i... dan dia pernah m elam arku akan t et api ... dit olak oleh ayah.
Biarpun dia seorang pendekar yang t erkenal baik, nam un ayah t idak suka...
karena dia but a huruf. Ah, dia t elah bersum pah hendak m enj adi suam iku, harap
kau suka menaruh kasihan... dan jangan melayaninya..."
Kam Si Ek m engerut kan keningnya. Mana ada at uran begini ? biarpun disebut
pendekar oleh ist erinya, j elas bahwa pem uda it u seorang yang t idak t ahu at uran.
Set elah dit olak lam arannya, bagaim ana berani bersum pah hendak m em usuhi
siapapun y ang m enj adi suam i Bee Hwa ? Dan kalau dia t idak m au m elayaninya,
bukankah ia akan disangka pengecut dan penakut ?
Kau bilanglah t erus t erang, apakah sebabnya kau m elarangku m elayaninya ?
Apakah kau suka kepadanya?"
Bwee Hwa m asih m enangis ket ika ia m enj at uhkan dirinya berlut ut di depan
suam inya. " Bagaim a kau bisa bilang begit u ? Ahh..., bukankah aku sudah
m enj adi ist erim u ? Jiwa ragaku kuserahkan kepadam u, bagaim ana pikirank u
dapat m engingat laki- laki lain ? Suam iku, aku m em ohon kau t idak m elayaninya,
karena aku t idak ingin kalian bert em pur, kem udian seorang diant ara kalian
t erluka at au t erbunuh. Kau suam iku, t ent u saj a aku berpihak kepadam u... akan
t et api, dia t erkenal sebagai seorang yang gagah dan baik di kam pung kam i, dia
bukan orang jahat..."

Suling Mas Kho Ping Hoo 148


Kam Si Ek m engangkat bangun ist erinya dan m em eluknya. " Jangan kau kuat ir,
aku akan m enasihat inya, kalau t idak t erpaksa, aku t akkan bert anding
dengannya."
Kem bali daun j endela diket uk dari luar. " Kam Si Ek, aku Gam Sui Lok dari Cin-
ling- san ! Ada urusan diant ara kit a berdua yang harus diselesaikan sekarang
juga. Apakah kau benar- benar tidak berani keluar?"
" Hem m , kaut unggulah! " Kam Si Ek lalu m elepaskan ist erinya, m enyam bar
senjatanya dan membuka daun jendela, terus melompat keluar.
Di pekarangan belakang rum ah, t em pat yang sunyi, di bawah sinar bulan
purnam a, ia m elihat seorang laki- laki m uda yang bert ubuh t inggi besar dan
berm uka hit am . Sinar m at a orang it u m uram , akan t et api waj ahnya
m em bayangkan kegagahan dan kej uj uran. Biarpun m erasa t ak senang m elihat
orang ini begit u t idak t ahu at uran, nam un sedikit nya Kam Si Ek kagum akan
keberanian dan kejujurannya.
" Orang she Giam , baru saj a ist eriku bercerit a t ent ang dirim u. Kau seorang laki-
laki, bagaim ana begini t ak t ahu at uran dan t ak t ahu m alu ? Dia sudah m enj adi
ist eri orang, m engapa kau m asih saj a m engej ar- ngej ar ? Apakah di dunia ini
hanya ada dia seorang wanit a ? Perbuat anm u dat ang m alam ini, benar- benar
m erupakan penghinaan bagiku, akan t et api m engingat bahwa kau bert indak
karena kebodohanm u, aku m au m aafkan dan harap kau segera pergi dari sini,
jangan memperlihatkan diri lagi. Perkara ini habis sampai disini saja."
Giam Sui Lok m engert ak gigi dan berkat a, suaranya lant ang penuh kegeram an
hat i, " Kam Si Ek, enak saj a kau bicara ! Sem enj ak kecil aku m engenal Bee Hwa,
belasan t ahun aku m elihat nya, aku m im pikan dia, dan ayahnya m enolak
lam aranku karena aku seorang m iskin dan bodoh ! Karena it u aku sudah t ak
dapat hidup lagi kalau t idak dapat berj odoh dengan Ciu Bwee Hwa. Aku sudah
bersum pah akan m at i diuj ung senj at a siapa yang m enj adi suam inya, at au
m em bunuh suam i it u. Sekarang dia m enj adi ist erim u. Nah, m ari kit a selesaikan
persoalan ini. Kau harus m at i di t anganku at au aku yang akan m am pus di
t anganm u unt uk m engakhiri penderit aan bat in ini! " Sam bil berkat a dem ikian,
Giam Sui Lok mencabut goloknya !
Kam Si Ek m enj adi m arah. " Kau benar- benar seorang yang berwat ak berandalan
dan tidak menggunakan aturan."
" Tak perlu banyak cakap, pendeknya berani at au t idak kau m engakhiri urusan ini
diuj ung senj at a ? Kalau t idak berani, sudahlah, sedikit nya aku t idak akan
m enderit a lagi karena t ahu bahwa ayah Bwee Hwa m em ilih kau bukan karena
kau lebih gagah daripada aku, m elainkan karena kau seorang panglim a, biarpun
hanya panglima pengecut."
"Tutup m ulut ! Lihat golokku siap m enandingim u! " bent ak Kam Si Ek yang j uga
sudah mencabut golok emasnya.
Giam Sui Lok t ert awa bergelak lalu m enerj ang m aj u dan t erj adilah pert andingan
hebat dan seru ant ara kedua orang it u. Pem uda t inggi besar berm uka hit am it u
bertanding dengan nekat, goloknya menyambar- nyambar dengan amat cepat dan
kuat agaknya bernafsu sekali unt uk segera m erobohkan lawan yang am at
dibencinya karena t elah m engawini wanit a yang m enj adi idam an hat inya ! Kalau
saj a ilm u silat nya agak lebih t inggi t ingkat nya, agaknya Kam Si Ek akan repot
m enghadapi t erj angan penuh nafsu dan nekat ini. Akan t et api, t ernyat a t ingkat
kepandaian Giam Sui Lok t idaklah sehebat nafsunya, dan dibandingkan dengan
Kam Si Ek ia kalah j auh. Dengan t enang sekali Kam Si Ek m enggerakkan golok
em asnya m enangkis sam pai belasan j urus, kem udian set elah ia m elihat
kelem ahan lawan dan banyaknya kesem pat an t erbuka karena kenekat an it u,
m ulailah ia m enerj ang dan m em balas. Akan t et api Kam Si Ek t idak berniat
m em bunuh lawannya yang sam a sekali t idak m em punyai dosa t erhadapnya it u,
m aka set elah m elihat kesem pat an baik, goloknya m enyerem pet pangkal lengan
kanan lawannya. Giam Sui Lok m engeluh, pangkal lengannya luka dan goloknya
t erlepas dari pegangan. I a t idak m engerang kesakit an, m enahan rasa nyeri lalu
berkata, "Kau menang. Nah, lekas bacoklah leherku, aku tidak ingin hidup lagi!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 149


Kam Si Ek t ersenyum dan m enyim pan goloknya. " Just eru aku hendak
m em biarkan kau hidup, sobat ! Kau m asih m uda dan birlah kau hidup lebih lam a
unt uk m enyesali perbuat anm u yang lancang ini. Kelak kau akan m eresa m alu
sendiri akan sepak terjangmu yang bodoh ini. Nah, kau pergilah!"
Giam Sui Lok m em andang dengan m at a bersinar- sinar penuh kem arahan. " Kam
Si Ek ! Aku m engaku kalah dan m int a m at i, akan t et api kau m em biarkan aku
hidup, agaknya kau ingin lebih m enyiksaku. Akan t et api, akan dat ang saat nya
aku kem bali m encarim u dan sebelum aku m at i di t anganm u at au kau m at i di
t anganku, aku t akkan m au sudah! " Set elah berkat a dem ikian, dengan t angan kiri
ia menjemput goloknya lalu pergi menghilang di balik gelap malam.
Kam Si Ek berdiri t ert egun, hat iny a penuh penyesalan. I a t idak t ahu bahwa sej ak
t adi, seorang anak kecil berusia sem bilan t ahun m engint ai dari balik sem ak-
sem ak. Anak ini adalah put eranya sendiri, Kam Bu Song ! Sem enj ak beberapa
hari ini, Bu Song m engunci diri di dalam kam arnya dan m enangis saj a. Malam ini
ia m em bawa bunt alan pakaian, diam - diam keluar dari kam arnya, dan t erkej ut
m enyaksikan pert em puran di pekarangan belakang. I a bersem bunyi dan
m engint ai, kem udian set elah ayahnya kem bali ke dalam rum ah, ia cepat berlari
keluar dan lenyap pula di tempat gelap.
Dapat dibayangkan bet apa duka dan bingungnya hat i Kam Si Ek. Pernikahannya
yang ke dua it u am at cepat disusul dua perist iwa yang m engganj al hat inya.
Peristiwa dengan Giam Sui Lok sudah cukup m enj engkelkan, akan t et api
perist iwa kedua, larinya Kam Bu Song benar- benar m em buat nya berduka dan
gelisah sekali. Tent u saj a ia segera m enyebar orang- orangnya unt uk m encari,
nam un hasilnya sia- sia belaka. Anak it u t idak dapat dit em ukan, seakan- akan
dit elan bum i t anpa m eninggalkan bekas. Mula- m ula ia m enyangka bahwa Giam
Sui Lok yang m elakukan penculikan, akan t et api ket ika ia m enyuruh orangnya
m enyelidik, t ernyat a Giam Sui Lok kem bali ke Cin- ling- san, m erawat luka dan
memperdalam ilm u silat , sam a sekali t idak t ahu- m enahu t ent ang lenyapnya Kam
Bu Song !
Sudah t erlalu lam a kit a m eninggalkan Kwee Seng ! Sengaj a kit a lakukan ini agar
jalan cerita dapat tersusun baik, karena memang ada hubungannya antara tokoh-
tokoh yang diceritakan itu.
Telah kit a ket ahui bet apa dalam keadaan linglung, Kwee Seng t elah m elayani
cint a kasih seorang nenek- nenek di Neraka Bum i selam a belasan hari ket ika Arus
Maut di Neraka Bum i it u m eluap airnya dan cuaca m enj adi gelap. Set elah cuaca
m enj adi t erang kem bali, pikirannya pun m enj adi t erang dan sadarlah ia bahwa ia
t elah m encurahkan kasih sayangnya kepada seorang nenek- nenek yang m em ang
m enghendaki ia m enj adi suam inya ! Bagaikan gila Kwee Seng m em ukuli m uka
dan kepalanya sendiri, kem udian ia m eloncat ke dalam air arus Arus Maut ,
menyelam dan berenang melawan arus.
Bukan m ain kuat nya arus it u, seekor ikan pun agaknya t akkan m am pu berenang
m elawan arus it u. Akan t et api, selam a t iga t ahun berdiam di dalam Neraka Bum i,
Kwee Seng t elah m em peroleh kem aj uan yang luar biasa. Berkat lat ihan sam adhi
m enurut aj aran kit ab sam adhi, t enaga lweekangnya m eningkat hebat beberapa
kali lipat , sedangkan ilm u silat nya j uga t anpa ia sadari t elah m enj adi hebat luar
biasa set elah ia m em aham i kit ab I lm u Perbint angan. Kini, m enghadapi t erj angan
arus yang dem ikian ganasnya, Kwee Seng dapat m em pergunakan lweekangnya,
m enyelam dan berenang sepenuh t enaga sam bil m enahan napas. Beberapa kali
ia t erpukul kem bali, nam un dengan gigih Kwee Seng m aj u t erus. Bent uran-
bent uran dengan bat u ket ika ia dihem paskan Arus Maut , t idak t erasa oleh
t ubuhnya yang sudah m enj adi kuat dan kebal. Kadang- kadang ia m uncul di
perm ukaan air unt uk m engam bil napas, lalu m enyelam kem bali dan bergerak
maju terus. Bukan main hebatnya perjuangan melawan Arus Maut ini. Perjuangan
mati- m at ian dan ia t idak t ahu bahwa andaikat a t iga t ahun yang lalu ia harus
melakukan perjuangan macam ini, tentu ia akan tewas !
Akhirnya ia dapat keluar dari dalam t erowongan dan ket ika ia m uncul di
perm ukaan air, ia m elihat langit m enyinarkan cahaya t erang benderang,

Suling Mas Kho Ping Hoo 150


m em buat m at anya silau karena sudah t erlalu lam a ia t inggal di t em pat agak
gelap. Biarpun sudah keluar dari t erowongan Arus Maut , nam un sungai yang
dit erj angnya ini diapit - apit dinding bat u karang yang am at t inggi. I a berenang
terus dan akhirnya, sejam kemudian, ia melihat dinding yang biarpun masih amat
t inggi dan curam , nam un t idak selicin dinding yang t elah ia lalui. Cepat ia
berenang ke pinggir, m enangkap celah dinding bat u karang dan m engangkat
t ubuhnya ke at as. Cepat ia bersila di bawah dinding karang, unt uk m em ulihkan
tenaganya dan pernapasannya.
Akan t et api, set elah t enaganya pulih, ia t eringat akan perbuat annya dengan
nenek it u dan... t iba- t iba Kwee Seng m enangis, lalu m enam pari pipinya beberapa
kali sam pai kedua pipinya bengkak- bengkak m at ang biru ! Sebent ar kem udian ia
tertawa- t awa, suara ket awanya bergem a di sepanj ang sungai yang diapit dinding
karang. Kemudian ia merayap naik melalui dinding yang tidak rata, menggunakan
t angan kirinya m enangkap dan m enginj ak celah- celah karang. Cepat sekali
gerakannya, seperti seekor monyet saja dan tak sampai seperempat jam, ia telah
berada dia at as t anah dat ar, di lem bah sungai di lereng Bukit Liong- kui- san ! Tak
j auh di sebelah depan, ia m elihat puncak di m ana t iga t ahun yang lalu ia
bert anding m at i- m at ian m elawan Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, dim ana ia dirobohkan
secara pengecut oleh jarum- jarum beracun Bayisan.
"Ha- ha- ha- ha- ha! " Tiba- t iba Kwee Seng t ert awa bergelak sam bil berdiri t egak
dengan kedua kaki t erpent ang lebar dan ram but riap- riapan karena ket ika
m elawan arus t adi pit a ram but nya hilang ent ah ke m ana, baj unya robek- robek,
kedua pipinya bengkak- bengkak, akan t et api m at anya bersinar t erang biarpun
mulutnya tersenyum setengah mewek seperti orang mau menangis !
Masih t erdengar suaranya t ert awa- t awa ket ika t ubuhnya berloncat an dengan
gerakan yang luar biasa, t idak sepert i m anusia lagi, m elainkan lebih pant as iblis
penj aga gunung sedang m enari- nari. Mem ang pat ut dikasihani Kwee Seng ini.
Karena t ergila- gila akan kecant ikan Liu Lu Sian dan kecewa m elihat wat ak gadis
yang ia cint a, ia m enj adi seorang pem abok, dan kini set iap kali t eringat kepada
Lu Sian ia m asih t ert awa- t awa. Kem udian pengalam annya dengan nenek- nenek
di dalam Neraka Bumi, benar- benar telah membuat rusak pikirannya, membuat ia
t ak kuat lagi m enahan t ekanan bat in, m em buat nya sepert i gila. Kalau t eringat
kepada nenek- nenek it u, ia m enangis. Maka sej ak saat it u kem bali ke dunia
ram ai, t awa dan t angis silih bergant i dilakukan oleh pendekar m uda ini ! Seorang
pendekar m uda yang t adinya t erkenal t am pan dan gagah perkasa, kini berubah
menjadi seorang berpakaian compang- camping yang suka tertawa dan menangis,
pendeknya berubah menjadi seorang jembel gila ! Dan semua ini karena asmara.
Akan t et api, sesungguhnya Kwee Seng sam a sekali tidaklah gila. Ia hanya seperti
orang gila kalau t eringat kepada Liu Lu Sian dan t eringat pula kepada Si Nenek,
karena kedua orang it u m engingat kan ia akan sem ua pengalam an dan
perbuat annya. Kalau ia sedang sadar, Kwee Seng t et ap m erupakan pendekar
yang gagah perkasa, yang cerdik dan berpemandangan luas. Ia tidak pernah pula
m elupakan Bayisan yang t elah berlaku curang dan m enyebabkan ia t erj ungkal ke
dalam j urang di puncak Liong- kui- san. I a t idak pula dapat m elupakan guru
Bayisan, Ban- pi Lo- cia yang telah m em bunuh at au lebih hebat lagi, m enodai Ang-
siauw- hwa sehingga wanit a it u m em bunuh diri, t idak pula lupa kepada Liu Lu
Sian yang telah menolak cintanya dan bahkan menghinanya.
Dem ikianlah, Kwee Seng m ulai dengan perant auannya. I a t et ap berpakaian
seperti j em bel, pakaian yang com pang- cam ping penuh t am balan, ram but nya
riap- riapan, akan t et api t ubuhnya selalu bersih t erpelihara ! Di dalam
perant auannya bert ahun- t ahun ini, t ak pernah ia m elupakan t ugasnya sebagai
seorang gagah, seorang pendekar yang aneh dan sakt i. Nam un, t et ap sepert i
dahulu, ia m elakukan perbuat annya dengan sem bunyi dan sem enj ak ia keluar
dari Neraka Bum i, m uncullah di dunia kang- ouw seorang t okoh aneh t ak t erkenal
yang luar biasa, yang m enggegerkan dunia kang- ouw karena banyak sekali
tokoh- t okoh dunia hit am dihancurkan oleh pendekar gila ini. Akhirnya ada yang
m engenalnya sebagai Kim - mo- eng dan m akin t erkenal lah nam a ini yang dahulu

Suling Mas Kho Ping Hoo 151


m alah t idak begit u t erkenal. Kalau dulu hanya t okoh- t okoh t erbesar di dunia
kang- ouw saj a yang m engenal Kim - mo- eng sebagai seorang pendekar m uda
yang berkepandaian t inggi, kini dunia kang- ouw m engenal Kim - mo- eng sebagai
seorang pendekar gila, sungguhpun j arang ada orang pernah m elihat nya beraksi.
Dengan dem ikian, dalam perant auannya, orang- orang yang bert em u dengan
Kwee Seng hanya m engira dia seorang j em bel gila, sam a sekali t idak ada yang
pernah mengira bahwa dia inilah Kim- mo- eng, tokoh kang- ouw yang baru muncul
dan membikin geger dunia persilatan itu !
Rasa penasaran di hat inya t erhadap Bayisan m em buat Kwee Seng m engarahkan
perant auannya m enuj u ke daerah Khit an ! I a hendak m eluaskan pengalam an dan
sekalian m encari Bayisan at au Ban- pi Lo- cia yang keduanya m asih m em punyai
perhitungan dengannya.
Bangsa Khit an adalah bangsa nom ad ( perant au) yang t erkenal gagah perkasa,
ulet dan pandai perang. Karena iklim dan keadaan t anah di m ana m ereka hidup,
yait u di daerah t im ur laut yang penuh gunung- gunung, gurun- gurun pasir, dan
salj u, m aka m ereka dipaksa oleh keadaan unt uk selalu berpindah- pindah t em pat
unt uk dapat m em enuhi kebut uhan hidup m ereka. I nilah sebabnya m engapa suku
bangsa Khit an am at ulet dan berani. Dan ini pula agaknya yang m enyebabkan
Khit an seringkali m engadakan penyerbuan ke selat an dalam usaha m ereka
m encari t em pat yang lebih m akm ur unt uk bangsa m ereka. Akan t et api, berkali-
kali m ereka t erpukul m undur oleh bala t ent ara keraj aan selat an sehingga
akhirnya m ereka t idaklah begit u berani m elakukan penyerbuan secara liar,
m elainkan baru berani m enyerbu set elah direncanakan t erlebih dahulu. Karena
usaha m ereka yang t erus m enerus m enyerbu ke selat an inilah m aka bangsa
Khit an selalu dianggap sebagai m usuh besar oleh orang selat an, dari j am an
dinasti manapun juga.
Pada wakt u Kwee Seng m elakukan perant auannya ke daerah Khit an, yang
dij adikan ibu kot a Khit an adalah kot a Paot o di lem bah Sungai Kuning, t erm asuk
daerah Mancuria selat an. Raj anya adalah Raj a Kulu- khan, seorang raj a yang
terkenal gagah suka perang, namun amat dicinta oleh rakyatnya karena terhadap
rakyatnya ia selalu bertindak adil dan penuh perhatian.
Raj a Kulu- khan m em punyai belasan orang put era dan put eri, akan t et api sem ua
it u lahir dari para selir. Adapun perm aisurinya hanya m em punyai seorang anak
perem puan, yang dengan sendirinya m enj adi put eri m ahkot a. Put eri m ahkot a ini
bernama Puteri Tayami yang semenjak kecilnya digembleng oleh ayahnya sendiri,
pandai m enunggang kuda, pandai berm ain panah dan pandai pula m ainkan
t om bak dan pedang. Selain ini, ia pun seorang put eri yang am at cant ik j elit a,
m enj adi kenangan dan kem bang m im pi sem ua pem uda Khit an. Nam un, t ak
seorang pun diant ara para pem uda berani m ain- m ain dengan put eri Tayam i,
bukan saj a karena Tayam i adalah Put eri Mahkot a, akan t et api t erut am a karena
m ereka gent ar m enghadapi kegagahan put eri ini. Kalau Tayam i sudah ikut m aj u
perang dengan pedang pusaka di t angan, yait u Pedang Besi Kuning, dengan
gendewa dan anak panah m enghias bahu, m enyengkelit t om bak, bukan m ain
hebat nya put eri ini. Ent ah sudah berapa banyak t ent ara m usuh yang roboh oleh
anak panahnya, pedangnya, maupun tombaknya.
Khit an m em iliki pula banyak panglim a- panglim a perang yang berilm u t inggi di
ant aranya adalah Panglim a Tua Kalisani dan Panglim a Muda Bayisan. Hanya dua
orang ini yang paling hebat kepandaiannya di ant ara sem ua panglim a yang j uga
m em iliki keist im ewaan m asing- m asing. Akan t et api hanya kedua orang panglim a
it u yang m em iliki ilm u silat dari selat an dan barat . Adapun Ban- pi Lo- cia biarpun
t erkenal, nam un t idaklah langsung m em bant u pergerakan bangsanya. Dia adalah
guru dari Panglim a Muda Bayisan, nam un j arang ia t inggal t erlalu lam a di Khit an,
lebih suka m erant au ke selat an, ke dunia yang lebih ram ai dan lebih banyak
terdapat kesenangan- kesenangan yang sesuai dengan selera nafsunya.
Dasar wat ak m anusia j ant an, di m ana- m ana sam a saj a. Asalkan m elihat wanit a
cantik, tentu mereka itu saling berebut an. Yang kasar yang halus, ya begit u j uga,
hanya yang kasar it u m engeluarkan perasaan hat inya m elalui kat a- kat a kasar

Suling Mas Kho Ping Hoo 152


at au pandang m at a kurang aj ar, sedangkan yang halus diam - diam m enyim pan di
hat i. Nam un hakekat nya, sam a j uga. Di ant ara sekian banyaknya pem uda Khit an
yang j at uh hat i t erhadap Put eri Tayam i, t erm asuk j uga Bayisan dan... Kalisani !
Kit a sudah m engenal Bayisan sebagai seorang t okoh m uda yang haus akan
wanit a cant ik, yang j ahat dan kej i, t idak segan- segan m elakukan perkosaan
terhadap wanit a yang m anapun j uga, baik ia ist eri orang m aupun anak orang,
baik ia m au at aupun t idak. Maka t idak m engherankan apabila Bayisan t ergila- gila
kepada Put eri Mahkot a bangasanya sendiri yang dem ikian j elit a ayu. Akan t et api,
yang am at m engherankan adalah Panglim a Tua Kalisani. Usianya sudah em pat
puluh t ahun lebih, dua kali usia Tayam i, nam un panglim a yang belum pernah
m enikah ini secara diam - diam t ergila- gila pula kepada Tayam i. Hanya bedanya,
kalau Bayisan m engungkapkan perasaannya m elalui senyum dan pandang m at a,
kadang- kadang kat a- kat a kurang aj ar, adalah Kalisani m em endam dalam hat i,
dan m ungkin hanya dapat t erlihat oleh Tayam i sendiri m elalui pancaran sinar
mata penuh kasih sayang.
Nam un, sem ua harapan para m uda t erm asuk dua orang panglim a it u,
sebenarnya sia- sia belaka. Put eri Mahkot a Tayam i sudah m em punyai pilihan hat i
sendiri. I a t elah m enj at uhkan cint a kasihnya kepada seorang bekas t em annya
sem enj ak kecil, put era dari pelayan pribadi ayahnya. Kini bekas t em an it u t elah
m enj adi seorang pem uda t am pan dan gagah, dan biarpun pangkat nya hanya
perwira m enengah, nam un kegagahannya dalam pandang m at a Tayam i t iada
yang dapat m enandinginya ! Pem uda ini bernam a Salinga, biarpun ket urunan
pelayan raj a, nam un sem enj ak nenek m oyangnya dahulu am at set ia dan
berdarah patriot.
Raja Kulu- khan am at m encint a put erinya, dan raj a ini pun berpem andangan luas,
tidak mengukur pribadi seseorang dari kedudukannya, maka biarpun ia tahu akan
perhubungan ant ara put erinya dengan Salinga, raj a ini t idak pernah m enegur
puterinya. Malah ket ika Bayisan m engadukan hubungan it u, ia m em arahi
Bayisan. Bayisan ini biarpun t erkenal diluaran sebagai panglim a m uda, nam un
adalah put era Raj a Kulu- khan j uga. Put era yang lahir dari seorang wanit a yang
t elah bersuam ikan seorang pem bant u raj a, akan t et api oleh suam inya seakan-
akan di" j ual" kepada raj a karena m engharapkan kenaikan pangkat ! Perist iwa ini
t erj adi ket ika Raj a Kulu- khan m asih m uda dan t idak kuat m enghadapi godaan
ist eri ponggawa it u. Nam un, set elah m enget ahui niat licik dari ponggawa yang
m enj ual ist erinya sendiri it u, raj a ini m alah m enj at uhkan hukum an kepada Si
Ponggawa, sedangkan ist eri ponggawa it u ia am bil sekalian m enj adi selirnya. Hal
ini dilakukan unt uk m encuci segala noda. Anak yang lahir dari hubungan inilah
yang sekarang menjadi Panglima Muda Bayisan !
" Cint a kasih ant ara orang m uda adalah cint a kasih m urni yang t im bul dari hat i
sanubari. Adalah Dewa yang m enj odohkan, bagaim ana kit a m anusia hendak
m erusaknya, Bayisan ? Kalau adikm u Tayam i m em ang saling m encint a dengan
Salinga, biarlah. Salinga seorang pemuda baik, apa salahnya?"
" Akan t et api, Sri Baginda. Adinda Tayam i adalah seorang Put eri Mahkot a,
sedangkan Salinga... seorang prajurit biasa..."
" Hem m , dia seorang perwira..." " Apa art inya ? Seorang Put eri Mahkot a j odohnya
adalah pangeran, atau yang setingkat..."
"Ha- ha- ha, Bayisan. Alangkah sem pit pandanganm u. Siapakah yang m em buat
hat i dan m enim bulkan cint a ? Hanya para Dewa yang t ahu. Siapa sekarang yang
membuat segala macam pangkat dan kedudukan ? Hanya manusia. Apa sukarnya
kalau sekarang aku m engangkat Salinga m enj adi Pangeran at au Ponggawa yang
t inggi kedudukannya ? Mudah saj a, bukan ? Akan t et api aku t idak m au lakukan
it u, kenaikan t ingkat m enurut j asa dan pahala. Kalau aku m engangkat Salinga,
berart i suat u penghinaan, baik bagi Salinga m aupun bagi keluargaku sendiri.
Nah, cukup, tak perlu kau mencampuri urusan dalam hati Tayami!"
Dem ikianlah, dengan hat i m engkal dan penuh dendam Bayisan selalu m encari
kesem pat an unt uk m enj at uhkan hat i Tayam i dan m enj at uhkan diri Salinga. Akan
t et api, t ent u saj a ia t idak berani secara bert erang m elakukan hal ini, karena

Suling Mas Kho Ping Hoo 153


Salinga adalah kekasih Tayam i dan bahwa dia t ergila- gila pula kepada Tayam i,
adik tirinya !
Pagi hari it u kot a raj a Paot o am at lah ram ainya. Kwee Seng m em asuki kot a raj a
ini dan biarpun ia m enarik perhat ian karena pakaiannya yang com pang- camping
dan penuh t am balan it u m enunj ukkan bahwa dia seorang selat an, nam un
sikapnya yang sepert i orang gila m em buat orang- orang hanya t ert awa
kepadanya. Mem ang pada wakt u it u, banyak sekali orang Khit an sudah
berpakaian sepert i orang Han, dengan pakaian yang dapat m ereka ram pas kalau
m ereka m enyerbu ke selat an, at au pakaian yang m ereka perdagangkan dengan
kulit dan bulu dom ba. Banyak j uga pedagang- pedagang dari selat an sam pai
Khit an, m em pert aruhkan keselam at an nyawanya. Bagi para pedagang, di m ana
ada "untung" ke sana ia pergi, tak peduli di sana terdapat bahaya menantang.
Keram aian kot a raj a Paot o ada sebabnya. Beberapa pekan yang lalu, di bawah
pim pinan Panglim a Muda Bayisan sendiri, sepasukan orang Khit an m enyerbu dan
m enghancurkan pasukan Keraj aan Cin Muda yang t ernyat a adalah pasukan yang
m elarikan diri m em bawa barang- barang berharga hasil peram pasan m ereka
t erhadap Keraj aan Tang Muda yang kalah perang. Banyak sekali barang
rampasan ini, belum lagi kuda dan senj at a, m aka saking gem biranya Raj a Kulu-
khan lalu m engadakan pest a unt uk m enghorm at i pasukan it u. Dan sebagaim ana
biasanya, dalam set iap keram aian sepert i it u, t ent u diadakan perlom baan-
perlom baan ket angkasan di t epi Sungai Kuning. Perlom baan m acam ini bukan
hanya sebagai hiburan unt uk m enggem birakan suasana, nam un ada m aksudnya
pula unut k m engum pulkan t enaga- t enaga m uda dan t idak j arang dalam
kesem pat an sepert i ini berm unculan perwira- perwira baru yang diangkat karena
kemenangannya dalam perlombaan.
Kwee Seng hanyut dalam arus gelom bang m anusia yang m enuj u ke t epi sungai,
ke t em pat perlom baan. Sam bil m akan rot i susu kam bing yang t adi dibelinya dari
warung dan kini digerogot i, Kwee Seng ikut berlari- lari. Lapangan di t epi sungai
it u luas sekali dan m em ang t em pat ini sengaj a dibuat sedem ikian rupa sehingga
rata dan baik untuk tempat perlombaan ketangkasan.
Hat i Kwee Seng berdenyut girang ket ika ia m engenal seorang di ant ara para
perwira t inggi yang hadir di t em pat it u. Seorang Muda yang t inggi kurus,
berpakaian panglim a, bert opi indah dengan hiasan bulu, bukan lain adalah
Bayisan, m usuh lam a yang dicari- carinya. Mat anya t et ap m encari- cari dan ia
agak kecewa tidak melihat Ban- pi Lo- cia di tempat itu. Di panggung yang sengaja
dibuat, duduklah Raj a Khit an, dit em ani Bayisan, Kalisani, belasan orang panglim a
t inggi lainnya, dan di sam ping raj a ini duduk pula seorang gadis yang cant ik
j elit a, pakaiannya serba hij au, pedang yang bergagang indah t ergant ung di
belakang punggung. I nilah Put eri Mahkot a Tayam i, dan Kwee Seng j uga dapat
m enduganya karena seringkali ia m endengar nam a put eri ini disanj ung- sanjung
orang dalam perjalanannya di daerah Khitan.
Pada saat it u, enam orang penunggang kuda m asing- m asing, berdiri sej aj ar dan
agaknya m enant i t anda unt uk segera berlom ba lari cepat . Kwee Seng m elihat
bet apa di sebelah depan dipasangi t om bak berj aj ar- j aj ar, ant ara dua m et er
t ingginya dan ada em pat m et er lebarnya. Tom bak- t om bak it u m em enuhi j alan
dan dipasang am at kuat nya, gagangnya m enancap pada t anah dan uj ungny a
yang runcing di atas. Tak jauh dari situ, di sebelah kiri jalan berdiri belasan orang
barisan panah yang siap dengan busur dan anak panah. Kwee Seng t ert arik dan
bert anya kepada penont on di sebelahnya, seorang Han yang agaknya adalah
seorang daripada para pedagang perantau.
" I nilah saat penent uan bagi para pem enang," orang it u m enerangkan, "enam
orang it u adalah orang- orang pilihan yang t elah keluar sebagai pem enang
beberapa perlom baan. Kini diadakan perlom baan unt uk m em ilih yang paling
gagah di ant ara m ereka. Pert andingan kali ini t ent u seru, karena Salinga ikut .
Tuh dia yang berbaju kuning!"
Kwee Seng m elihat bahwa pem uda yang berbaj u kuning adalah seorang m uda
yang memang tampan dan gagah, kudanya berbulu putih dan ia berada di tempat

Suling Mas Kho Ping Hoo 154


paling kiri. Lim a orang pem uda lain j uga gagah- gagah, bert ubuh kekar dan sinar
matanya penuh semangat.
" Perlom baan apa saj a yang akan dipert andingkan?" ia bert anya gem bira. Orang
it u m enengok. Melihat orang yang bert anya, biarpun dari suaranya j elas seorang
Han, nam un pakaiannya yang com pang- cam ping dan sikapnya yang bebas lepas
dan t ert awa- t awa m enunj ukkan bahwa orang ini t ak beres ot aknya, m aka ia lalu
menjawab singkat, "Kaulihat saja, tak usah banyak tanya!"
Kwee Seng m em belalakkan m at a, m engangkat pundak dan t ersenyum lebar.
Manusia di m ana- m ana m asih belum dapat m elem par wat aknya yang buruk,
yait u m enilai seseorang dari pakaiannya. Makin indah pakaianm u, m akin di
horm at oranglah kam u ! Akan t et api ia t idak peduli dan m elongok- longok,
mendesak di antara banyak orang untuk dapat menonton lebih jelas.
Sem ent ara it u, di panggung, Bayisan m em ohon kepada Raj a unt uk m engikut i
pert andingan ini. " Ahh," j awab Raj a Kulu- khan. " Siapa yang t idak t ahu bahwa
kau adalah Panglim a Muda dan m em iliki kepandaian t inggi ? Apa perlunya kau
hendak ikut pertandingan?"
Bayisan t ersenyum . "Ham ba rasa am at lah perlu, unt uk m em beri cont oh dan
m enam bah kegem biraan para pesert a, dan hal ini dapat m enarik perhat ian para
m uda kit a agar m ereka berlat ih lebih giat lagi. Bukankah dengan cara ini, Paduka
kelak akan mendapatkan banyak pemuda- pemuda perkasa?"
Raj a Kulu- khan t ersenyum . Di dalam hat inya ia m aklum bahwa panglim a
m udanya ini j uga m encari kesem pat an " j ual m uka" m em am erkan kepandaian,
akan tetapi karena alasan tadi ada benarnya pula, maka ia mengangguk memberi
ijin.
"Heh- heh- heh, Bayisan, hat i- hat i kalau kau sam pai kalah, bisa j at uh nam a! "
Panglim a Tua Kalisani m enegur Bayisan dengan suaranya yang penuh kelakar.
Mem ang Kalisani t erkenal sebagai seorang yang suka bergurau dan selalu
berwatak gembira. Dia juga terhitung masih sanak dengan keluarga raja.
Bayisan hanya t ersenyum m engej ek, lalu m engerling ke arah Put eri Tayam i
sam bil berkat a, " Mana m ungkin aku kalah dengan segala m acam perwira seprt i
m ereka it u?" set elah berkat a dem ikian, ia m em beri horm at kepada raj a dan
m eloncat t urun dari panggung. Ucapan ini secara langsung m erupakan ej ekan
t erhadap diri Salinga, pem uda pilihan hat i Tayam i, hal ini t ent u saj a dim engert i
oleh Tayami sendiri, maupun Raja Kulu- khan dan juga Kalisani.
Ket ika Kwee Seng m elihat Bayisan dat ang m enunggang seekor kuda m erah, ikut
berj aj ar sebaris dengan enam orang penunggang kuda, t angannya gat al- gatal
unt uk segera m enerj ang orang yang t elah berbuat curang t erhadapnya it u. Akan
t et api ia m enahan nafsu hat inya karena m aklum bahwa perbuat annya it u t ent u
akan m enim bukan kegem paran dan kalau ia kem udian dikepung oleh sam ua
orang Khit an m eloloskan diri ? Lebih baik ia bersabar dan m enant i sam pai
terbuka kesempatan, turun tangan di waktu malam sunyi.
Raj a m em beri t anda dengan t angan diangkat ke at as, t erom pet t anduk
m enj angan dibunyikan orang dan perlom baan ket angkasan dim ulai. Pesert a
paling kanan dengan kuda hit am nya, seorang pem uda yang t ubuhnya kokoh kuat
sepert i bat u karang, bert eriak keras, kudanya dicam buk dan larilah binat ang ini
cepat laksana t erbang. Debu m engepul t inggi dan para penont on m engulur leher
m engikut i larinya kuda yang m akin m endekat i barisan t om bak yang m enghalang
j alan. Kwee Seng sudah t idak t am pak lagi di ant ara penont on, karena ia sudah
enak- enak duduk di at as cabang pohon, t ert awa- t awa dan dapat m enont on
dengan enak.
Set elah t iba dekat barisan t om bak, pem uda berkuda hit am it u berseru keras dan
kudanya m elom pat ke at as. Hebat lom pat an kuda ini. Keem pat kakinya ham pir
m enyent uh uj ung t om bak. Ket angkasan yang luar biasa akan t et api j uga
perm ainan yang am at berbahaya. Sebuah saj a dari k eem pat kaki kuda it u
m enyent uh m at a t om bak, t ent u t ubuh kuda akan t erguling dan j at uh di " sat e"
uj ung banyak t om bak, m ungkin berikut penunggangnya ! Nam un kuda hit am
bersam a penunggangnya am at lah t angkas, secepat kilat kuda it u sudah m ewakili

Suling Mas Kho Ping Hoo 155


barisan t om bak dan t urun dengan selam at , m enim bulkan debu m engebul t inggi
dan sorak- sorai t epuk t angan gem uruh dari para penont on. Raj a m engangguk
puas. Makin banyak ia m em punyai orang- orang set angkas it u, m akin kuat lah
Kerajaan Khitan.
Akan t et api lom ba ket angkasan it u belum selesai. Uj ian bukan hanya sam pai
pada m elom pat i barisan m at a t om bak. I ni m asih belum berbahaya ! Uj ian kedua
lebih hebat lagi, yaitu melalui barisan anak panah. Penunggang kuda hitam sudah
m elarikan kudanya cepat - cepat , kem bali lagi set elah t iba di uj ung sana unt uk
memasuki lingkungan barisan anak panah, yang sudah siap sedia. Begitu kuda itu
m em asuki lingkungan it u, busur- busur di pent ang dan m elesat lah puluhan
bat anga anak panah, m enyam bar ke arah t ubuh Si Penunggang Kuda. Sem ua
pelepas anak panah adalah ahli- ahli pilihan sehingga t idak sebat ang pun anak
panah yang akan m engenai t ubuh kuda, m elainkan m enyam bar t epat di at as
t ubuh kuda, lewat dengan cepat , dekat sekali dengan punggung, bahkan ada
yang m enyerem pet pelana di punggung kuda. Akan t et api Si Penunggang Kuda
yang cekat an it u t ahu- t ahu t elah lenyap dari at as kuda. Dem ikian cepat nya
gerakan it u sehingga ia seolah- olah m enghilang, padahal ket ika anak- anak panah
m enyam bar, penunggang ini sudah m enj at uhkan diri ke kiri, t erus t ubuhnya
m enggant ung ke bawah perut kuda, hanya kedua kakinya yang m enahan t ubuh,
kedua kaki yang dikait kan kepada pelana kuda it u. Kuda lari t erus,
penunggangnya bergant ung dibawahnya, sungguh ket angkasan yang
m engagum kan ! Tepuk t angan dan sorak- sorai m enyam but ket angkasan ini
set elah kuda besart a penunggangnya selam at m elewat i barisan anak panah.
Dengan gerakan indah Si Penunggang m engayun t ubuhnya dan dari sebelah
kanan perut kuda ia telah duduk kembali dengan tegaknya !
Uj ian ke t iga adalah uj ian ket angkasan m em anah. Sam bil m enunggang kuda
yang m engit ari lapangan, Si Penunggang Kuda hit am it u m em ent ang busur dan
berturut- t urut ia m elepas anak panah yang m enancap t epat pada dada dan perut
boneka besar m anusia yang m enj adi sasaran dan dit em pat kan di t engah
lapangan. Tuj uh kali Si Penunggang Kuda hit am it u m elepas anak panahnya, dan
lim a di ant aranya m enancap t epat di t engah dada, yang dua agak m eleset ,
m enancap di pundak dan paha. Nam un ini saj a sudah cukup m enyat akan bahwa
ia lulus ! Dengan bangga Si Penunggang Kuda hit am it u lalu m enj alankan
kudanya ke bawah panggung, m elom pat t urun dan berlut ut ke arah raj a,
kem udian m enunt un kudanya berdiri di pinggir ikut m enont on pesert a- peserta
berikutnya.
Pesert a ke dua m engalam i saat naas baginya. Ket ika kudanya m elom pat i barisan
t om bak, di bagian t erakhir kudanya t erj ungkal, j at uh ke bawah. Perut kuda
t ert em bus t om bak- t om bak it u dan penunggangnya pun m engalam i nasib yang
sam a, perut dan dadanya t em bus oleh t om bak. Penont on berseru kengerian dan
beberapa orang penj aga segera lari m endat angi unt uk m em bawa pergi m ayat
kuda dan orang. Korban m ulai j at uh dan perm ainan berbahaya ini, dan penont on
mulai tegang !
Pesert a ke t iga selam at m elam paui barisan t om bak, dan ket ika m elam paui
barisan anak panah, kurang cepat ia bersem bunyi sehingga pundak dan pahanya
t erserem pet anak panah. Dalam keadaan luka ringan ini ket ika ia m em anah
orang- orangan, di ant ara t uj uh bat ang anak panahnya, hanya dua yang
mengenai sasaran, maka tentu saja ia pun dinyatakan gagal !
Pesert a ke em pat hanya berhasil m elam paui barisan t om bak. I a t erj ungkal roboh
dengan anak panah m enancap di perut dan lehernya ! Kem bali ada korban yang
kehilangan nyawanya dalam lom ba ket angkasan ini. Nam un para penont on t idak
lagi m enj adi ngeri. Bahkan m enj adi m akin t egang, karena sekarang t ernyat a oleh
mereka betapa sukarnya olah ketangkasan yang diperlombakan ini.
Ket ika pesert a ke lim a yang m ukanya sudah pucat m elihat bet apa rekan-
rekannya gagal bahkan ada yang t ewas it u m em bent ak kudanya m ulai m ulai lari
m em balap, sem ua orang m em andang penuh ket egangan. Pesert a ke lim a ini
t ubuhnya j angkung kurus nam un bahunya bidang dan lengannya kelihat an kuat .

Suling Mas Kho Ping Hoo 156


Ia berhasil melompati barisan tombak, berhasil pula melewati barisan anak panah
dengan cara sem bunyi di bawah perut kuda sepert i dilakukan pesert a pert am a,
akan t et api ket ika ia m em perlihat kan keahliannya m em anah, di ant ara t uj uh
bat ang anak panahnya hanya dua yang m enancap pada perut sasaran, yang lim a
m eleset sem ua. Kegagalan inilah yang m enyebabkan ia dianggap t idak lulus,
t idak dit erim a m enj adi calon panglim a dan hanya dinaikkan pangkat nya sat u
t ingkat saj a. Nam un ia m asih berunt ung kalau dibandingkan dengan rekan-
rekannya yang tewas atau terluka parah.
Tibalah kini giliran Salinga. Begit u pem uda berkuda put ih ini m aj u, para penont on
bert epuk t angan. Pem uda ini am at lah t am pan dan sikapnya t enang, j elas bahwa
orangnya rendah hat i dan t idak som bong, nam un pandang m at anya yang t aj am
it u m em bayangkan sem angat dan keberanian yang luar biasa. Para penont on
yang sudah t ahu bahwa pem uda ini adalah pilihan put eri m ahkot a, t ent u saj a
sim pat i dan m engharapkan pem uda ini akan berhasil baik dan lulus. Sebaliknya,
Put eri Tayam i biarpun kelihat an t enang- tenang saj a, diam - diam ia m erasa kuat ir
kalau- kalau kekasihnya t akkan berhasil. Perlom baan at au uj ian sehebat ini hany a
diadakan beberapa t ahun sekali kalau raj a berkenan hendak m em ilih calon- calon
panglima yang harus benar- benar gagah perkasa.
Sepert i j uga yang lain- lain. Salinga m em bawa kudanya ke depan panggung, lalu
ia t urun dan m em beri horm at sam bil berlut ut ke arah raj a. Kem udian m at anya
m engerling sekilas ke arah kekasihnya. Alangkah besar hat inya ket ika ia
m enerim a kirim an senyum dari Tay am i, senyum yang m enim bulkan keyakinan di
dalam hatinya bahwa demi untuk puteri pujaannya, ia harus dan akan berhasil !
Pada saat ia bangun kem bali dan m elom pat ke at as punggung kudanya, t iba- tiba
t erdengar suara derap kaki kuda dan t ahu- t ahu seekor kuda berbulu m erah t elah
berada di dekat nya. Salinga t ercengang ket ika m engenal penunggangnya yang
bukan lain adalah Panglim a Muda Bayisan ! Segera ia m enj ura di at as kuda
putihnya dan berkata.
" Salam , Tuan Panglim a! " " Salam , perwira Salinga yang gagah! " balas Bayisan.
"Ada pesan apa gerangan yang hendak Tuan sampaikan kepada saya?"
" Tidak ada apa- apa Salinga. Hanya, m elihat bahwa pesert a t erakhir t inggal
engkau seorang dan aku yang hendak m encoba- coba sukarnya uj ian, sebaliknya
kit a lakukan it u bersam a. Bukankah hal it u akan m enam bah kegem biraan dan
akan membesarkan hati kita, juga menggembirakan para penonton?"
Tent u saj a Salinga m aklum bahwa di ant ara para saingannya dalam berebut hat i
t uan put eri, Bayisan ini m erupakan saingan t erberat dan j uga paling berbahaya.
Sudah seringkali kekasihnya, Put eri Tayam i, m em peringat kan agar ia berhat i- hat i
t erhadap Bayisan. I a t ent u saj a dapat m enduga bahwa panglim a m uda yang
sebet ulnya j uga pangeran ini m em punyai m aksud t ersem bunyi dalam m engaj ak
ia m elakukan uj ian bersam a. Terang bahwa Bayisan t akkan m ungkin berani
m encelakainya di depan begit u banyak saksi, di ant aranya raj a dan put eri
m ahkot a sendiri. Salinga m enaruh curiga dan t idak suka, akan t et api bet apapun
j uga, t ak dapat ia m enolak, t ak dapat ia berlaku t idak horm at kepada Bayisan.
Pert am a, Bayisan adalah panglim a m uda, j adi m asih t erm asuk at asannya biarpun
ia dim asukkan ke dalam pasukan yang langsung dikepalai panglim a t ua. Ke dua,
Bayisan adalah put era raj a sendiri, biarpun hanya put era selir yang t idak begit u
harum nam anya karena m enj adi selir raj a at as kehendak suam inya yang
kemudian di hukum mati.
" Tuan Panglim a am at gagah perkasa, t ent u saj a uj ian ini sebagai m ain- main
belaka, berbeda dengan saya yang harus m em pert aruhkan nyawa unt uk dapat
lulus." Kata salinga merendah.
Mendengar ini, Bayisan tertawa bergelak dan sengaja berkata dengan suara keras
agar terdengar orang lain, terutama tentu saja, agar terdengar Puteri Tayami.
"Ha- ha- ha, m em pert aruhkan nyawa unt uk perm ainan m acam it u saj a ? Ha- ha,
kau berkelakar, Salinga ! Siapa yang t idak t ahu akan ket angkasanm u ? Hayolah,
j angan m em buang wakt u lagi. Kuda kit a sam a- sam a baik, usiam u lebih m uda
daripada usiaku, t ent u kau lebih t angkas. Ha- ha! " Bayisan lalu m encam buk

Suling Mas Kho Ping Hoo 157


kudanya yang m elesat m aj u. Merah m uka Salinga karena ia m aklum apa yang
dim aksudkan oleh Bayisan t adi, akan t et api ket ika ia m engerling ke arah
panggung, ia m elihat Tayam i kem bali t ersenyum kepadanya, senyum yang
m engat akan berpihak kepadanya. I a pun t ersenyum pula dan m encam buk kuda
putihnya yang terbang maju ke depan.
Penont on bersorak riuh rendah. Hebat m em ang m elihat kedua orang gagah it u.
Kuda yang m ereka t unggangi j uga m erupakan kuda pilihan. Kuda put ih
t unggangan Salinga adalah kuda pem berian Put eri Tayam i, t ent u saj a m erupakan
kuda pilihan dari kandang ist ana. Adapun kuda m erah t unggangan Bayisan j uga
dat ang dari kandang ist ana, karena kuda ini hadiah dari raj a sendiri ket ika ia
berhasil m enum pas pasukan m usuh beberapa hari yang lalu. Banyak di ant ara
penont on hanya m endengar kegagahan panglim a m uda dari cerit a para anggot a
pasukan belaka, j arang ada yang pernah m enyaksikan sendiri, m aka kesem pat an
yang amat baik tentu saja menggembirakan hati mereka.
Sem ent ara it u, Kwee Seng yang ikut m erasa t egang dan gem bira, t iba- tiba
t erkej ut bukan m ain ket ika ia m endengar suara berkeresekan di at asnya dan
ket ika ia m engangkat m ukanya, ia m elihat seorang kakek t ua sudah duduk di
at as cabang, hanya dua m et er di sebelah at asnya ! I nilah yang m em buat ia
m erasa kaget bukan m ain. Biarpun ia t adi m em perhat ikan ket egangan di bawah,
nam un bagaim ana ia t idak dapat m endengar ada orang yang t ahu- t ahu berada di
at asnya ? I a m em perhat ikan kakek it u. Kakek yang aneh sekali. Pendek, luar
biasa pendeknya paling- paling sat u m et er t ingginya. Tubuhnya, kaki t angannya,
kecil sepert i kaki t angan anak berusia sepuluh t ahun, akan t et api kepalany a
sebesar kepala orang dewasa, bahkan lebih besar lagi t am paknya karena
ram but nya yang penuh uban it u riap- riapan, kum is j enggot nya m em enuhi
separuh m uka, alisnya j uga panj ang sam pai ke pipi, bibir yang m erah t am pak
m em bayang di ant ara kum is j enggot , t ersenyum - t ersenyum lebar dan m at anya
yang kecil it u bersinar gem bira sepert i anak yang nakal. Di pundaknya sebelah
kanan bert engger seekor burung, burung hant u at au burung m alam yang
m at anya sepert i m at a kucing, kelihat an cerdik licik dan m enakut kan! Sekali
pandang saj a m aklum lah Kwee Seng bahwa kakek pendek aneh yang duduk di
sebelah at asnya it u adalah seorang yang berkepandaian t inggi, m aka ia bersikap
hati- hat i dan waspada. I a t idak pernah m endengar di dunia kang- ouw ada t okoh
m acam ini, m aka ia t idak t ahu dari golongan m ana kakek ini dan bagaim ana pula
sepak terjang serta wataknya.
Karena sej ak t adi ia sendiri t idak pernah m em perlihat kan kepandaiannya, bahkan
ket ika naik ke at as pohon it u pun ia m endaki sepert i orang biasa, m aka Kwee
Seng m erasa yakin bahwa t ak seorang pun dapat m enduga ia berkepandaian,
j uga kakek it u t ent u t idak. Maka ia segera pura- pura t idak m elihat nya, at au t idak
m em pedulikannya, t ert awa- t awa dan bert epuk- t epuk t angan m elanj ut kan
keasyikannya tadi menonton perlombaan.
Tangkas sekali Salinga dengan kuda put ihnya. Sam bil m engeluarkan t eriakan
nyaring, Salinga m encam buk dan kudanya m elom pat ke at as m elewat i barisan
tombak. Rambut dan ujung baju Salinga berkibar- kibar bersama ekor kuda ketika
m ereka m elayang di at as barisan t om bak, selam at sam pai di uj ung dan t urun
kem bali ke at as t anah. Akan t et api, lebih hebat sorak- sorai menyambut lompatan
kuda m erah yang dit unggangi Bayisan. Panglim a m uda ini sengaj a m elom pat
t epat di belakang Salinga dan begit u kuda m erahnya m elom pat diam - diam
Bayisan m engerahkan lwee- kang dan gin- kangnya. I a m enj epit perut kudanya
dan m enam bah t enaga loncat an kuda dengan loncat annya sendiri sehingga dia
bersam a kudanya m elayang j auh lebih t inggi daripada Salinga ! Para penonton
dengan j elas m elihat bet apa kuda m erah it u sem et er lebih berada di at as kuda
put ih dan m elayang lebih cepat . Kalau saj a Bayisan m enghendaki, bisa saj a ia
m enurunkan kuda m erahnya t epat di at as Salinga sehingga pem uda it u dengan
kuda put ihnya akan celaka. Kalau hal ini t erj adi, t ent u m erupakan kecelakaan
yang t idak disengaj a, nam un ia t et ap kuat ir kalau- kalau Raj a dan Tayam i
m enget ahui rahasianya, selagi para penont on m enahan napas dan berseru kaget

Suling Mas Kho Ping Hoo 158


m elihat kuda m erah m eluncur di at as kuda put ih, t iba- t iba Bayisan berseru keras
sekali dan t ahu- t ahu kuda m erahnya it u berj ungkir balik m em buat salt o di udara
dan turun beberapa meter di sebelah depan kuda putih !
Gem uruh sorak dan t epuk t angan m enyam but pert unj ukan yang hebat ini.
Bahkan Kwee Seng sendiri yang ikut bert epuk t angan, diam - diam t erkej ut dan
kagum m enyaksikan kelihaian Bayisan. I a t ahu bagaim ana caranya Bayisan
m elakukan sem ua it u, dan inilah pula yang m enyebabkan ia kagum karana t okoh
Khit an it u t ernyat a am at m aj u dalam lwee- kang dan gin- kangnya. Kalau sem ua
orang bert epuk dan bersorak, adalah kakek di at as Kwee Seng it u bersungut -
sungut , " Ah, bau...! Bau...! " Kwee Seng m endengar ini akan t et api pura- pura
t idak dengar dan t idak t ahu, karena sebenarnya ia pun t idak m engert i m engapa
kakek itu mengatakan bau. Bau apa sih ?
Dengan lagak dibuat - buat Bayisan sengaj a m inggirkan kudanya dan m em beri
isyarat dengan t angan agar Salinga m elarikan kudanya t erlebih dahulu m em asuki
barisan anak panah. Para penont on sudah diam sem ua karena kini m ereka m ulai
merasa tegang. Bagaimanakah gerangan cara kedua orang gagah ini menghadapi
huj an anak panah ? Apakah j uga sepert i yang dilakukan pesert a pert am a t adi
bersem bunyi di bawah perut kuda ? Cara sepert i ini m em ang am at populer di
ant ara orang- orang Khit an dan boleh dibilang set iap praj urit m em pelaj arinya,
walaupun t idak banyak berhasil baik karena cara ini hanya dapat m enyelam at kan
diri dalam keadaan darurat saj a. Dalam keadaan darurat saj a. Dalam keadaan
perang sungguh- sungguh, cara ini m alah kurang t epat karena biarpun t ubuh
sendiri t idak t erkena anak panah, kalau kudanya yang t erkena dan roboh,
bukankah penunggangnya akan t ergencet dan m em udahkan m usuh unt uk
m em bunuhnya? Bet apapun j uga, cara lain t idak ada dan kini m enyaksikan dua
orang m uda it u m em asuki barisan panah, t ent u saj a para penont on, t erm asuk
raj a sendiri dan j uga put eri m ahkot a, m em andang penuh perhat ian dan
ketegangan.
Ket ika kudanya t elah m em asuki barisan anak panah, begit u t erdengar m enj epret
dan anak panah m enyam bar- nyam bar, sekali m enggent akkan t ubuhnya, Salinga
t elah m eloncat dan berdiri di at as punggung kudanya, berdiri sam bil m enekuk
lut ut m em buat t ubuhnya sependek m ungkin, ham pir berj ongkok. Dengan begini,
anak panah m enyam bar ke arahnya ke seluruh bagian t ubuh dari kepala sam pai
ke kaki ! Karena para pem anah it u m em ang diperint ahkan unt uk m em anah Si
Penunggang Kuda dan sam a sekali t idak boleh m em anah kudanya. Begit u
puluhan bat ang anak panah it u sudah m enyam bar dekat , t iba- t iba Salinga
berseru keras dan t ubuhnya m encelat ke at as dalam keadaan m asih sepert i
berj ongkok. Kudanya lari ke depan, akan t et api karena Salinga j uga m encelat ke
depan, ket ika ia t urun lagi, t epat kakinya t iba di at as pelana kudanya. Kem bali
anak panah menyambar, akan tetapi kembali tubuh Salinga mencelat ke atas dan
demikianlah secara bert ubi- t ubi anak panah it u dapat dielakkan sam bil m eloncat
ke atas dengan gerakan yang tangkas sekali !
Sorak- sorai m enyam but cara m enghindarkan anak- anak panah ini, cara yang
dianggap lebih t angkas dan lebih berani daripada cara bersem bunyi di perut
kuda, akan tetapi sudah tentu saja merupakan cara yang lebih sukar, yang hanya
dapat dipelaj ari orang- orang pandai. Tiba- t iba sorak- sorai lebih m enggegap-
gem pit a ket ika Bayisan dengan t enangnya m em asuki barisan anak panah
bersam a kudanya yang ia j alankan seenaknya saj a. Anak panah m enyam bar
bagaikan huj an ke arahnya, nam un panglim a m uda ini sam a sekali t idak
m em buat gerakan m engelak. Sem ua orang t erm asuk raj a kaget karena
bagaim ana orang it u begit u enak- enakan sedangkan puluhan anak panah
menyambar dengan cepat ke arahnya ? Akan t et api t iba- t iba Bayisan
m enggunakan cam buk di t angan kanan yang diput ar- put ar cepat sekali,
m enangkis sem ua anak panah yang runt uh ke kanan kiri begit u t erkena
sam baran cam buk yang diput ar. Tangan kirinya j uga ikut m em bant u, begit u
lengan baj u yang kiri m enyam pok, anak panah m enyeleweng at au t erpent al

Suling Mas Kho Ping Hoo 159


kem bali Kwee Seng diam - diam m em uj i. Kiranya Bayisan sudah banyak m aj u dan
kalau dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.

" Ah, bau...! Tengik dan kecut ! Jem bel busuk t ak pernah m andi! " Terdengar
m akian perlahan di sebelah at as Kwee Seng. Mendengar m akian ini, Kwee Seng
m engerut kan kening. Kurang aj ar, pikirnya. Kiranya yang dim aki bau t engik dan
kecut adalah dia ! Dengan hat i m endongkol Kwee Seng berdongak, m em andang
kakek it u yang j uga m em andang kepadanya sam bil m enut up lubang hidung
dengan telunjuk dan ibu jari yang menjepit hidung.
"Heh- heh, kakek cebol. Bau t engik dan kecut it u dat angnya dari j enggot dan
kum ism u. Coba kau cukur bersih cam bang baukm u, t ent u lenyap bau t ak enak
itu, heh- heh- heh!"
Mendengar ini, kakek it u m elepaskan dekapan pada hidungnya, lalu t angannya
m enyam bar j enggot dan kum isnya yang panj ang, dibawa dekat - dekat ke uj ung
hidung lalu ia m endengus- dengus dan m encium - cium . Mendadak ia berbangkis
dua kali.
" Haching ! Haching ! Apek... apek ! Wah, j em bel busuk, kau berani
m em perm ainkan aku, hah ? Burung set an, kau wakili aku pancal hidungnya
sampai keluar kecap dan tampar kedua pipinya sampai bengkak- bengkak!" Kakek
itu berkata perlahan.
Kwee Seng m em ang sudah siap sedia m enghadapi segala kem ungkinan, karena
orang t akkan dapat m enduga apa yang akan dilakukan seorang kakek aneh
sepert i it u, akan t et api ia kaget j uga ket ika t iba- t iba sesosok sinar abu- abu
m enyam baar ke arah m ukanya, kiranya burung hant u it u t elah m enyerang
dengan gerakan t erbang yang sam a sekali t idak m enim bulkan bunyi, t ahu- tahu
burung it u t elah m enggunakan paruhnya unt uk m em at uk hidungnya, disusul
tamparan dengan kedua sayap burung itu ke arah kedua pipinya ! Serangan yang
hebat sekali, lebih hebat daripada sam baran anak- anak panah yang bet apa laj u
pun.
"Plak- plak- plak! ! ! " Beberapa helai bulu burung ront ok dan burung it u sendiri
m engeluarkan suara " huuuk... huuuuk...! " t erbang ke at as, lalu lenyap ke at as
pohon, m engeluh kesakit an. Hidung Kwee Seng sam a sekali t idak m engeluarkan
kecap dan sepasang pipinya t idak bengkak- bengkak sepert i yang diharapkan
kakek cebol it u. Kwee Seng m asih duduk enak- enakan dan t idak pedulikan lagi
kakek di at asnya, m elainkan m enont on kelanj ut an perlom baan di bawah. Tadi ia
m enggunakan sent ilan dan t am paran m engusir burung t anpa m em bunuhnya
karena ia t ahu bahwa burung it u t idak bersalah apa- apa, hanya m em enuhi
perintah Si Kakek Cebol.
Saat it u, Salinga sudah m elarikan kuda put ihnya m engelilingi lapangan unt uk
mem perlihat kan ket angkasannya m elepas anak panah. Pem uda ini biarpun t idak
selihai bayisan nam un ket angkasannya sudah cukup unt uk m enj adi seorang
perwira j agoan di dalam barisan Khit an. Gendewanya yang besar dan berat
m engeluarkan suara m enj epret , hanya dua kali dan t ahu- t ahu t uj uh bat ang anak
panah t elah m enancap, em pat bat ang anak panah yang kesem uanya t epat
m engenai sasaran di bagian yang pent ing dan m em at ikan. Tent u saj a para
penont on, t erm asuk Put eri Tayam i sendiri, m enyam but ket angkasan ini dengan
tepuk sorak gem uruh, karena j elas bahwa Salinga t elah lulus uj ian dan pat ut
menjadi calon panglima !
Akan t et api, apa yang dilihat penont on selanj ut nya, benar- benar m em buat
penont on besorak lebih gem uruh lagi, karena pert unj ukan Bayisan benar- benar
mengagumkan m ereka. Sepert i j uga Salinga, panglim a m uda ini m elarikan kuda
m erahnya am at cepat m engelilingi lapangan, dem ikian cepat nya kuda m erah it u
lari sehingga m erupakan bayangan m erah yang bagaikan t erbang m engelilingi
sasaran. Ket ika larinya kuda t iba di depan sasaran, t iba- t iba t am pak sinar
berkilauan m enyam bar dari at as kuda m enuj u sasaran, dan .... Tiga belas bat ang
hui- t o ( pisau t erbang) t elah m enancap di t iga belas bagian t ubuh yang
m em at ikan yait u di ant ara kedua alis, dit enggorokan, di kedua pundak, di kanan

Suling Mas Kho Ping Hoo 160


kiri dada, di pusar, di kanan kiri lam bung, dikedua paha dan kedua lut ut ! . Tent u
saj a ini m erupakan dem onst rasi ilm u m elem par senj at a yang am at hebat , yang
belum pernah disaksikan oleh m ereka sem ua. Mem ang sebenarnya Bayisan
m erahasiakan kepandaiannya ini, akan t et api karena ingin m em am erkan
kepandaiannya di depan Tayam i, unt uk m engalahkan Salinga, t erpaksa kini ia
perlihatkan.
" Bau... bau...! He, j em bel m uda yang t engik. Kau berada di bawahku, baum u
naik m em enuhi hidungku. Hayo kau bersam aku m em eperlihat kan kepada
monyet- m onyet it u bahwa t idak ada art inya sem ua pert unj ukan ini. Akan t et api
karena kau bau sekali, kau harus berada di at asku, aku m enj adi kuda, kau boleh
menunggang punggungku!"
Kwee Seng berdongak ia t erkekeh geli. Kakek it u t idak t am pak lagi m ukanya,
ditutup baju yang ditariknya ke atas, kemudian tubuh kakek itu melayang jauh ke
bawah, di depannya m enyam bar t angannya unt uk dit arik bersam a ke bawah.
Kwee Seng t erkej ut , nam un ia cepat m engerahkan gin- kangny a yang ikut
m elayang ke bawah. Maklum bahwa kakek ini m em ang hendak m ain- m ain dan
cari perkara, ia m erasa gem bira dan begit u m elihat kakek it u t iba di t anah dalam
keadaan m erangkak, yait u kedua t angan m enj adi kaki depan, m uka seekor
keledai kecil sekali, ia t idak m erasa sungkan- sungkan lagi dan m elayani
kehendak Si Kakek, cepat ia m elom pat dan t epat t iba di punggung kakek it u
dengan ringan !
Begit u m erasa t ubuh j em bel m uda it u t iba- t iba di punggungnya, Si Kakek
m em perdengarkan suara m eringkik m irip kuda, lalu ia " lari" dengan em pat
kakinya, lari congklang ke t engah lapangan ! Kwee Seng t erkekeh- kekeh,
ram but nya riap- riapan, dan ia m enoleh ke kanan kiri dengan lagak congkak,
m eniru lagak Bayisan dan lain- lain pesert a t adi. Seolah- olah ia j uga seorang
peserta yang gagah perkasa menunggang kuda yang tangkas.
Ribut lah para penont on, t erdengar gelak t awa di sana- sini, lalu m em ecah
terbahak- bahak. Lucu sekali m em ang. Penunggangnya seorang j em bel
berpakaian com pang- cam ping penuh t am balan, ram but nya riap- riapan
bertelanjang kaki, "kudanya" mirip seekor anjing buduk yang pincang kakinya.
Para peraj urit penj aga m enj adi m arah dan hendak m enghalangi Si Gila it u
m em bikin kacau, akan t et api raj a m engangkat t angan m encegah. Sam bil
tertawa- t awa Raj a Kulu- khan berkat a, "Biarkan! Biarkan! Bukankah ini
merupakan pertunjukan lawak yang menarik?"
Diam- diam Si Kakek aneh it u kagum ket ika t adi m erasa t ubuh j em bel m uda it u
t iba di punggungnya sepert i sehelai daun kering. Rasa kagum yang disusul rasa
penasaran karena biarpun ia adalah sudah t ua bangka, nam un ia adalah seorang
yang m em iliki wat ak yang t idak m au kalah oleh siapapun j uga ! Maka kini ia lari
m encongklang ke arah barisan t om bak. Kem udian sekali ia m enggerakkan kaki
t angannya, t ubuhnya m encelat ke at as dan hinggap di at as t om bak ! Di at as
ujung mata tombak yang runcing, yaitu empat buah tombak pertama, tangan dan
kakinya m enekan uj ung it u sepert i seekor burung hinggap di at as cabang ! Kwee
Seng terkejut sekali dan diam- diam ia merasa amat kagum.
Gelak t awa dari para penont on seket ika t erhent i, dan kini para penont on
m elongok t erheran- heran. Raj a Kulu- khan sendiri t erhent i di t engah- tengah
senyum nya. Put eri Tayam i bangkit berdiri, dan para penglim a, t erm asuk Kalisani
dan Bayisan berubah air m ukanya. I ni bukan pelawak- pelawak gila lagi,
m elainkan pert unj ukan yang hebat ! Bayisan segera lari ke arah barisan panah
dan m em beri perint ah dengan suara perlahan, kem udian kem bali lagi di t em pat
semula sambil memandang penuh perhatian.
Tanpa m em pedulikan keadaan sekelilingnya, kakek yang m enj adi kuda it u
melangkahkan " em pat kakinya" set apak dem i set apak m elalui uj ung m at a
t om bak yang berj aj ar- j aj ar it u, sedangkan Kwee Seng enak- enak duduk di at as
punggungnya. Karena Kwee Seng j uga m erasa panas perut nya m elihat kakek ini
seakan- akan m em am erkan kepandaiannya, m aka diam - diam Kwee Seng t idak
m enggunakan lagi gin- kangnya, m em biarkan t ubuhnya m em berat dan m enindih

Suling Mas Kho Ping Hoo 161


kakek it u. Akan t et api, kakek it u cerdik j uga karena sekarang ia cepat m elom pat -
lom pat di at as m at a t om bak, t idak m enekankan t angan kaki lagi sepert i t adi
melainkan m em egang dengan t angan lalu m elom pat sehingga akhirnya ia sam pai
di baris terakhir lalu melompat ke bawah.
Para penont on sudah sadar kem bali dari kaget dan heran, m aka kini suara sorak-
sorai m engalahkan yang t adi karena sorakan it u diseling t awa t erbahak saking
kagum dan lucu. Akan t et api, suara ket awa m ereka it u hanya sebent ar karena
" orang gila" bersam a " kudanya" yang aneh sekali it u t elah m endekat i barisan
anak panah. Apakah mereka benar- benar hendak m em asuki barisan it u ? Mencari
mampus ?

Ketegangan m em uncak karena Kwee Seng yang m asih enak- enak " nongkrong" di
punggung kakek it u seakan- akan t idak m elihat bahaya, m em biarkan dirinya
dibawa ke dalam barisan anak panah, di m ana ahli- ahli panah t elah siap
m elepaskan anak panah. Busur t elah m ereka t arik sepenuhnya ! Bahkan di
panggung kehorm at an, t idak ada suara berkelisik sem ua m at a m em andang
penuh ket egangan, agaknya napasnya pun dit ahan m enant i det ik- det ik yang
akan dat ang it u. Dari m ulut Raj a Kulu- khan terdengar suara. "Ah, sayang... kalau
sam pai m ereka t ewas..." Akan t et api suara ini hanya sepert i bisik- bisik saj a, pula
pada saat sepert i it u, siapa orangnya t idak ingin m enyaksikan bagaim ana
kelanj ut an perist iwa aneh it u ? Raj a sendiri biarpun m ulut berkat a dem ikian,
hatinya amat ingin menyaksikan dan tentu akan melarang kalau ada yang hendak
menghalangi orang gila itu memasuki barisan anak panah.
Para ahli panah yang t elah m enerim a bisikan dari Bayisan, m enant i sam pai orang
gila itu tiba di tengah- tengah lapangan, dan tepat pula seperti yang diperintahkan
Bayisan, m ereka m em anah unt uk m em bunuh, m aka begit u t erdengar suara t ali
busur m enj epret disusul berdesirnya anak panah yang puluhan bat ang
banyaknya, sem ua anak panah it u selain m enuj u ke arah bagian- bagian
berbahaya dari t ubuh Kwee Seng, j uga ada yang m engaung lewat di pinggir dan
aras kepalanya intuk mencegah orang gila itu mengelak !
"Aduh celaka...!" "Ahh...!" "Mati dia...!"
Bahkan Raj a Kulu- khan sendiri m engeluarkan seruan kecewa, dem ikian pula
put eri Tayam i dan yang lain- lain ket ika m elihat bet apa anak- anak panah yang
banyak sekali m engenai t ubuh " orang gila" it u sehingga t ubuhnya sepert i penuh
anak panah, di kanan diri dada, bahkan ada yang m enancap di m ukanya ! Akan
t et api anehnya, " kuda" kecil it u m asih m erayap t erus dan orang gila it u m asih
enak- enak duduk m engant uk, seakan- akan anak- anak panah yang m enancap
pada dada dan m ukanya it u t idak dirasainya sam a sekali ! Kem bali anak panah
yang banyak sekali m enyam bar, kini m enuj u kepada " kuda" ! Berbeda dengan
perat uran yang berlaku dalam uj ian ket angkasan it u, kini karena t elah diberi
kom ando Bayisan yang t ahu bahwa dua orang it u adalah orang- orang pandai
yang agaknya m em ancing keribut an, m ereka lalu m enghuj ani " kuda" it u dengan
anak panah pula.
" Anak kecil it u pun m at i...! " t eriak orang- orang yang m enont on yang t ent u saj a
sudah dapat m enduga bahwa kuda it u adalah kuda palsu, bukan kuda m elainkan
seorang m anusia. Tent u seorang anak- anak karena kaki t angannya begit u kecil
dan pendek.
Aneh pula, sepert i halnya penunggangnya, kuda palsu it u pun sam a sekali t idak
m engelak dan t ubuhnya pun penuh dengan anak panah ! Akan t et api, lebih aneh
lagi, dia m asih saj a m erangkak- rangkak, bahkan kini m enuj u ke lapangan di
mana tersedia sasaran boneka besar untuk menguji kepandaian memanah !
Barulah kini orang- orang m elihat bahwa anak- anak panah yang disangka
m enancap di dada orang gila it u sam a sekali bukan m enancap, m elainkan di
kem pit di ant ara kedua kelek ( ket iak) dan di ant ara j ari- j ari t angan, m alah yang
tadinya disangka menancap di muka ternyata adalah anak- anak panah yang kena
gigit oleh " orang gila" it u. Ent ah bagaim ana cara " kuda" it u m enerim a anak- anak
panah yang kelihat annya m asih m enancap pada t ubuhnya, karena t ubuh it u

Suling Mas Kho Ping Hoo 162


m asih t ert ut up baj u yang dikerobongkan di kepala ! Set elah t iba di lapangan
memanah, t iba- t iba " kuda" it u lari congklang, bukan m ain cepat nya, agaknya
tidak kalah cepatnya oleh larinya kuda !
Tent u saj a kenyat aan it u m em buat para penont on m enj adi kaget , kagum , heran,
dan gem bira sehingga m eledaklah sorak- sorai m ereka, m elebihi yang sudah-
sudah, Raj a Kulu- khan sam pai bangkit dari kursinya, Put eri Mahkot a Tayam i
bert ukar pandang dengan Salinga, para panglim a berbisik- bisik. Yang lucu adalah
Kalisani. Panglim a t ua ini m eloncat - loncat sepert i anak kecil kegirangan dan
mulutnya tiada hentinya berteriak.
" Hebat ... ! Mereka orang- orang sakt i ! Ah, m ana bisa kepandaian kit a
dibandingkan dengan mereka?"
Hanya Bayisan yang m ukanya m enj adi pucat dan m at anya m enyinarkan
kem arahan. Pada saat it u ia m endekat i seorang pangeran yang j uga m erupakan
putera Raj a Kulu- khan dari selir, t api lebih t ua daripada Bayisan yang bernam a
Pangeran Kubakan. Pangeran ini pucat m ukanya, lalu berbisik- bisik dengan
Bayisan.
" Siapakah m ereka...?" t anya Kubakan. " Aku t idak t ahu..." j awab Bayisan
bingung.
"Jangan- jangan..." Kubakan m enoleh ke arah ayahnya yang berdiri dan
m em andang kagum ke arah lapangan, m alah kini kedua t angan raj a it u ikut pula
bertepuk tangan memuji bersama semua penonton.
" Ah, agaknya Sribaginda pun t idak m engenalnya. Akan t et api siapa t ahu ? Malam
ini kita harus turun tangan..."
Kem bali Kubakan m enoleh ke arah ayahnya, lalu m engangguk- angguk. Sekali
lagi dua orang pangeran ini bert ukar pandang, kem udian m ereka berpisah.
Bayisan lari ke arah lapangan untuk menyaksikan dua orang aneh itu dari dekat.
Setelah lari cepat seput aran dengan cara berloncat an sepert i kuda, kakek yang
m enggendong Kwee Seng it u t iba di depan sasaran, j araknya sam a dengan j arak
para pesert a t adi. Tiba- t iba Kwee Seng m engeluarkan seruan bent akan yang
nyaring sekali sehingga beberapa orang penont on yang j araknya t erlalu dekat
roboh t erguling. Berbareng dengan seruan ini t ubuhnya m eloncat t urun dari
punggung "kuda" dan sekali tubuhnya itu terbang cepat ke arah sasaran.
"Cap- cap- cap- cap! ! ! " Cepat sekali anak- anak panah it u t erbang susul- menyusul
m enancap pada sasaran, t ak sebat ang pun luput . Akan t et api para penont on
m em andang bingung karena t idak t am pak bekasnya. Set elah m at a yang
m em andang ridak begit u kabur lagi oleh berkelebat nya anak- anak panah it u,
t am paklah oleh m ereka bet apa sem ua anak panah yang dilepaskan oleh Kwee
Seng it u t elah m enancap di at as gagang t iga belas buah pisau t erbang papnglim a
muda ! Gegerlah semua penonton saking kagum dan herannya, akan tetapi diam-
diam Bayisan m enj adi pucat m ukanya. Terang bahwa " orang gila" itu
m em usuhinya, bukt inya anak- anak panah it u m enancap di gagang hui- t o yang
tadi ia lepaskan.
Tiba- t iba t erdengar suara berkakakan dan " kuda" it u m eloncat berdiri di at as dua
kaki belakangnya dan t am paklah seorang kakek cebol yang waj ahnya sepert i
wajah pat ung dewa di kelent eng, kedua t angannya sudah m enggenggam banyak
sekali anak panah sam bil m asih t ert awa- t awa bergelak, keuda t angannya
bergerak ke depan dan m eluncurlah anak- anak panah it u bet erbangan ke arah
sasaran. Anehnya, anak- anak panah it u t erbangnya m asih berkelom pok dan
set elah dekat dengan boneka lalu t erpisah m enj adi lim a rom bongan yang
m enyam bar ke leher, kedua pundak dan kedua pangkal lengannya, dan kedua
kakinya telah patah !
Tanpa m em pedulikan keribut an sem ua orang di sit u, Kwee Seng kini berdiri
dengan kakek aneh. Kakek itu tertawa bergelak- gelak, Kwee Seng pringas- pringis
m enyeringai aneh, keduanya orang- orang aneh at au m ungkin j uga keduanya
sudah miring otaknya !
"Hoa- ha- hah, j em bel m uda bau busuk, kau lum ayan j uga ! Aku harus
mencobamu!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 163


" Kakek cebol m enj em ukan ! Siapa gent ar m enghadapi kesom bonganm u?" Kwee
Seng m enj awab, karena bet apapun j uga, ia m endongkol m elihat kakek ini am at
j um awa ( t ekebur) . Biarpun Kwee Seng berdiri acuh t ak acuh, sam a sekali t idak
m em asang kuda- kuda sepert i ahli silat , sepert i j uga kakek it u yang berdiri
dengan kaki dibengkokkan lucu, nam un diam - diam Kwee Seng siap dan waspada
karena m aklum bahwa seorang sakt i sepert i kakek ini, sekali m enyerang t ent ulah
amat hebat sekali.
Akan t et api pada saat it u. Bayisan sudah m engerahkan pasukannya, siap
m engurung dan m enyerang dua orang ini yang dianggapnya m engacau dan
hendak m em bikun rusuh. Melihat ini, kakek cebol t ert awa bergelak. " Aha- ha- ha !
Sudah cukup m ain- m ain hari ini, j em bel m uda bau, kakekm u t idak ada wakt u
laagi, sudah lapar dan m engant uk. Biarlah lain hari aku akan m encarim u dan t ak
m au sudah sebelum kau t erkencing- kencing oleh pukulanku! " Set elah berkat a
dem ikian, kakek it u m elom pat - lom pat , m akinlam a m akin it nggi lom pat annya
yang m odelnya sepert i kat ak m elom pat . Akhirnya ia m elom pat dem ikian
t ingginya sam pai m elewat i kepala orang- orang banyak. Celaka bagi m ereka yang
t erinj ak kepala at au pundaknya oleh kaki it u, karena ia lalu dipergunakan sepert i
bat u loncat an oleh Si Kakek Aneh sehingga kepala dan pundak m ereka m enj adi
kot or oleh debu dan lum pur, m alah hebat dan lucunya, sam bil m enj ej ak kepala
dan pundak orang, kadang- kadang Si Kakek m elepas kent ut yang nyaring sekali
sambil tertawa terbahak- bahak !
Kwee Seng j uga segera m elom pat , m elam paui kepala banyak orang, kem udian
m em percepat larinya m enj auhkan diri dari t em pat it u dan lenyap di ant ara
pohon- pohon yang lebat t um buh di lem bah Sungai Huang- ho. Gegerlah keadaan
di sit u dan Bayisan cepat m engat ur pasukannya unt uk m elakukan penj agaan
keras pada hari itu dan seterusnya.
Kalisani m endekat inya dan berkat a, "Bayisan, m engapa kau ribut - ribut sendiri ?
Jelas bahwa dua orang sakt i it u adalah pet ualang- pet ualang yang t idak
m em punyai niat buruk t erhadap kit a, bahkan gaknya m ereka berdua it u pun
t idak saling m engenal. Menghadapi orang- orang sepert i it u, lebih baik kit a
m enyam but m ereka sebagai t am u agung unt uk dij adikan sahabat . Mengapa kit a
harus menjaga dan mengejar- ngejar mereka seperti maling?"
Dengan waj ah berkerut , Bayisan m enj awab, " Pam an Kalisani, pandangan kita
dalam hal ini berbeda. Bet apapun j uga, aku t idak bisa m engabaikan kewaj ibanku
m enj aga keam anan Sribaginda. Malam ini harus aku sendiri yang m elakkukan
perondaan di dalam ist ana. Siapa t ahu, m ereka it u akan dat ang dengan niat
busuk, dan m ereka am at lah lihai." Set elah berkat a dem ikian, Bayisan
m eninggalkan Kalisani yang m asih t erpengaruh oleh kepandaian dua orang it u
dan kadang- kadang t ert awa sendiri m engingat akan kelucuan sepak t erj ang
m ereka. Juga diam - diam ia ingin sekali bert em u dan berkenalan dengan mereka.
Kalisani biarpun seorang t okoh Khit an, nam un pengalam annya sudah luas sekali.
Sudah bert ahun- t ahun ia m erant au ke selat an, m engenal baik ilm u silat selat an,
bahkan ia seorang ahli silat yang pandai pula. Nam un belum pernah ia
mendengar tentang seorang pemuda gila dan kakek cebol yang begitu aneh.
Malam it u indah sekali. Tiada angin m engusik daun. Alam t enang t ent ram pada
m alam hari it u set elah siangnya t adi t erdengar sorak- sorai m engget arkan air
sungai. Bulan purnama memenuhi permukaan bumi dengan sinarnya yang tenang
redup, m em buat air Sungai Huang- ho berkilauan sepert i kaca. Agaknya sudah
t erlalu let ih sem ua penduduk Paot o set elah sehari penuh t adi berpest a dan
m enont on keram aian, sehingga m alam ini m ereka t idak m em punyai nafsu lagi
unt uk m enikm at i keindahan sinar bulan. Kecuali, t ent u saj a anak- anak dan
orang- orang muda yang masih selalu haus akan kesenangan.
Di t epi sungai sebelah barat kot a yang sunyi, t erdapat dua orang m enunggang
kuda perlahan- lahan, m enyusuri t epi pant ai sungai yang am at lebar it u. Mereka
itu sepasang orang muda, yang perempuan cantik jelita dengan rambut disanggul
ke at as, kudanya berwarna kuning, yang pria t am pan gagah, m em akai t opi

Suling Mas Kho Ping Hoo 164


t erhias bulu, kudanya berbulu seput ih salj u. Mereka ini adalah Salinga dan
Tayami.
"Betapa bahagianya hat iku, hanya bulan yang m enget ahuinya, Dinda Tayam i,"
t erdengar pem uda it u berkat a, suaranya sepert i orang bersyair. " Lihat bulan
selalu tersenyum- senyum kepadaku!"
" Sudah sem est inya kit a berbahagia, Kanda Salinga, set elah t adi kit a m erasa
gelisah dan bim bang. Oh, kau t idak t ahu bet apa t adi aku m enggigil ket ika kau
m engaj ukan perm int aanm u kepada ayah. Aku t ahu bahwa yang akan kau m int a
t ent ulah diriku nam un aku am at kuat ir kalau- kalau ayah m erubah pendiriannya
selam a ini. Set elah ayah m engabulkan perm int aanm u, barulah hat iku lega
sekali." Mereka m enghent ikan kuda di bawah pohon di t epi sungai, saling
pandang penuh mesra.
" Sesungguhnyalah Adinda, aku pun t adi m erasa bet apa j ant ungku berdebar,
serasa hendak pecah m enant i keput usan Sribaginda. Mem ang kesem pat an yang
am at bagus. Aku dit erim a m enj adi calon panglim a, kem udian disuruh m em ilih
pahala. Di depan sem ua panglim a dan ponggawa, t ent u saj a aku segera m em ilih
t anganm u sehingga perset uj uan Sribaginda m erupakan keput usan Sang Ayah,
banyak saksinya. Alangkah bahagia hatiku...."
Akan t et api waj ah Tayam i m em bayangkan kekuat iran. " Bet apapun j uga Kanda
Salinga, kit a harus waspada t erhadap Kanda Panglim a Bayisan. Kau lihat t adi
sinar m at anya ket ika m endengar keput usan ayah m enerim a kau sebagai calon
m antunya ? Aku masih merasa ngeri kalau mengingat sinar matanya, seolah- olah
memancarkan cahaya berapi."
" Ah, dia kan m asih kakak t irim u sendiri. Cint a kasihnya t erhadapm u t ent u lebih
condong kepada cinta kasih seorang kakak terhadap adiknya."
" Kau t idak t ahu, Kanda Salinga. Sudahlah, aku t eringat akan dua orang aneh
t adi. Apakah m aksud m ereka dat ang m engacaukan perlom baan bangsa kit a ? Si
Pengem is Muda it u t erang seorang Han dari selat an, ent ah kalau Si Kakek Cebol.
Bet apapun j uga, m ereka berdua m em iliki ilm u kepandaian yang luar biasa. Siapa
gerangan mereka?"
" Mem ang aneh- aneh wat ak orang sakt i di dunia ini. Sudah banyak aku
m endengar akan hal it u. Tak perlu kuat ir, m ereka it u kurasa bukanlah orang-
orang j ahat . Dinda Tayam i, lihat , bet apa indahnya air sungai, bet apa t enang dan
bening seperti kaca. Mari kita berperahu. Di sana ada perahu kecil."
Tanpa m enj awab Tayam i m enurut i perm int aan kekasihnya. Mereka berdua
m eloncat t urun dari kuda, m enam bat kan kendali kuda, m enam bat kan kendali
kuda pada bat ang pohon, kem udian kem bali bergandengan t angan dan bernisik-
bisik m esra keduanya berj alan m enuj u ke pinggir sungai, m em asuki perahu kecil,
m elepaskan ikat an perahu dan t ak lam a kem udian perahu it u m eluncurlah ke
t engah. Salinga m endayung perahu, Tayam i duduk bersandar kepadanya,
merebahkan kepala pada dadanya yang bidang.
Kwee Seng berdiri di belakang pohon, m em andang dengan m elongo, m at a
t erbelalak lebar dan m ulut t ernganga. Mem ang hebat pem andangan it u, m uda-
m udi berkecim pung dalam m adu asm ara, di bawah sinar bulan purnama di dalam
biduk kecil yang diom bang- am bingkan alunan air sungai sehalus kaca, ram but
halus j uit a t erurai di at as dada, kat a- kat a berm adu dibisikkan, sayup- sayup
sampai mendesir di telinga Kwee Seng bagaikan nyanyian sorgaloka.
Tanpa disadarinya, dua t it ik air m at a m enet es t urun m em basahi pipi Kwee Seng.
Pikirannya m enj adi kabur, ingat annya m elayang- layang j auh di m asa lam pau,
m em bayangkan waj ah Liu Lu Sian, waj ah Ang- siauw- hwa, m em buat ia
tersenyum- senyum dengan m at a berkaca- kaca basah. Kem udian t erbayang
waj ah nenek di Neraka Bum i dan t iba- t iba Kwee Seng m engeluh, m em aki diri
sendiri dan m enam pari m ukanya sam bil t ert awa set engah m enangis. Gilanya
kum at kalau ia t eringat kepada nenek it u karena t iap kali t eringat akan segala
yang ia perbuat dengan nenek itu di dalam Neraka Bumi, dadanya seperti diaduk-
aduk dengan pelbagai m acam perasaan. Ada rasa m alu, kecewa, m enyesal,

Suling Mas Kho Ping Hoo 165


bercam pur dengan rasa girang, rindu m uncul silih bergant i, m aka t idak heran
kalau ia menjadi seperti orang gila.
Mendadak Kwee Seng sadar kem bali. Telinganya yang am at t aj am m enangkap
suara- suara yang t idak waj ar, suara orang berbisik- bisik t ak j auh dari sini. Cepat
ia m enyelinap, m endekat . Di bawah bayangan pohon yang am at gelap, ia m elihat
tiga orang laki- laki, orang- orang Khitan yang berpakaian hitam.
" Ah, m engapa j ust eru kit a yang m endapat t ugas berat ini...?" Seorang di ant ara
mereka mengeluh. "Mereka tidak pandai berenang."
"Goblok ! Apa kau hendak membantah perintahnya ? Justeru mereka tidak pandai
berenang, m aka m em udahkan t ugas kit a. I ngat , kit a m enggulingkan perahu, lalu
m enarik perahu agar hanyut sehingga besok orang- orang hanya akan t ahu
bahwa m ereka berdua yang sedang m ain- m ain di perahu t ert im pa m alapet aka,
perahu terguling dan mereka mati tenggelam.."
" Ahhh...! " Kem bali yang seorang m engeluh, yait u orang yang t ubuhnya t inggi
kurus, tidak seperti yang dua orang temannya, yang bertubuh kokoh kekar.
" Sudahlah, t ak usah banyak ribut , m ari kit a m ulai! " Tiga orang it u lalu t urun ke
dalam air perlahan- lahan, kem udian m ereka m enyelam dan berenang dengan
cepat . Kwee Seng m aklum bahwa m ereka bert iga adalah ahli- ahli berenang, dan
m aklum pula bahwa ada kom plot an j ahat hendak berkhianat dan m em bunuh
kedua orang m uda yang asyik dim abok cint a it u. I a m enarik napas berkali- kali
kemudian dengan hat i m angkal karena perasaannya am at t erganggu oleh
perist iwa ini, karena suara hat inya t idak m em bolehkan dia berpeluk t angan saj a,
ia lalu menghantam sebatang pohon terdekat dengan tangan dimiringkan.
" Krakkkk! " Bat ang pohon it u t idak dapat m enahan hant am an t angan Kwee Seng
yang am at am puh, bagian yang dihant am pecah rem uk dan pat ah, m em buat
pohon itu tumbang seketika !
" Eh, apa it u...?" t erdengar dari j auh suara Salinga ket ika m endengar suara keras
robohnya batang pohon.
" Aiihhh, Kanda... celaka...! " Disusul j erit an Tayam i karena pada saat it u, perahu
m ereka t iba- t iba t erguling m em balik dan m ereka berdua t erlem par ke dalam air !
Perahu it u m eluncur cepat dalam keadaan t ert elungkup m enuj u ke t engah dan
diseret arus air menjauhi mereka.
Dua orang it u m egap- m egap, m eront a- ront a dengan kaki t angan m ereka, akan
tetapi karena tidak pandai berenang, banyak sudah air yang memasuki mulut.
" Tolonggg...! " Tayam i m enj erit akan t et api suaranya t erhent i oleh air yang
memasuki hidung dan mulut.
"Dinda...! " " Kanda Salinga... ooohh...! " Mereka saling m enangkap t angan, akan
t et api j ust eru ini m em buat gerakan m ereka m engurang dan t ubuh m ereka
t enggelam kem bali. Cepat - cepat m ereka m enendang- nendang dengan kaki dan
m uncul lagi gelagapan. Pada saat it u, ent ah darim ana dat angnya, sebat ang
pohon meluncur di dekat mereka.
" Dinda Tayam i, cepat pegang ini...! " Salinga berseru girang. Tak lam a kem udian
m ereka sudah berhasil m enangkap bat ang pohon it u. Dengan bant uan Salinga,
Tayam i sudah duduk di at as bat ang pohon sam bil m unt ahkan air yang t elah
banyak dim inum nya. Salinga sendiri m em eluk bat ang pohon it u agar j angan
bergulingan. Pakaian m ereka basah kuyup, ram but m ereka t erurai, akan t et api
untuk sementara mereka selamat.
" Kanda... m engapa perahu kit a t erguling..?" " Ent ahlah, t idak perlu dipikirkan
sekarang. Paling pent ing kit a harus dapat m endayung bat ang ini ke pinggir..."
Dengan susah payah Salinga berusaha menggerak- gerakkan batang itu ke pinggir
akan t et api karena t idak didayung, bat ang pohon it u bergerak perlahan
menurutkan arus sungai.
Pada saat it u, t erdengar suara " huuukk.. huuukkk...! " dan m enyam barlah seekor
burung yang matanya berkilauan seperti mata kucing.
" I hhh... burung hant u...! " seru Tayam i dengan perasaan ngeri. Sudah m enj adi
kepercayaan di daerah it u bahwa burung hant u ini pem bawa berit a kem at ian,
maka siapa bertemu dengannya tentu akan kematian seorang keluarga.

Suling Mas Kho Ping Hoo 166


"Ia... membawa bungkusan...!" seru pula Salinga terheran- heran.
Bet ul saj a. Kuku burung it u m encengkram t ali di m ana t ergant ung sebuah
bungkusan kecil. Anehnya, begit u m elihat m ereka, burung it u m enyam bar t urun
dan sayapnya ham pir saj a m engenai m uka Tayam i kalau saj a gadis ini t idak
cepat- cepat m engelak sam bil berseru j ij ik. Akan t et api burung it u bukannya
menyerang, melainkan melepas tali dan bungkusan itu jatuhlah ke depan Tayami,
tepat di atas batang pohon !
" Ada t ulisannya! " Tayam i berseru heran m elihat t ulisan huruf- huruf besar dan
j elas di at as bungkusan. Kalau huruf- huruf it u t idak j elas t ent u t akkan dapat
terbaca di bawah sinar bulan.

" LEKAS PULANG DAN I SI BUNGKUSAN I NI PAKAI SEBAGAI BEDAK BARU


MALAPETAKA DAPAT DICEGAH."

Tayam i m em baca dengan keras sehingga t erdengar pula oleh Salinga. " Apa
art inya ini?" " Ent ahlah, Dinda. Sem ua t erj adi serba aneh. Perahu kit a t erguling.
Kit a ham pir celaka lalu t iba- t iba ada bat ang pohon ini yang m enolong kit a. Lalu
m uncul burung hant u yang m em beri bungkusan dan surat . I hhh, benar- benar
m enyeram kan sekali. Kausim pan bungkusan it u, m ari bant u aku m endayung
bat ang pohon it u dengan kaki agar dapat m inggir." Mereka segera bekerj a dan
betul saja, sedikit demi sedikit batang kayu itu bergerak ke pinggir.
Sem ent ara it u, t iga orang Khit an yang t elah selesai m elakukan pekerj aan j ahat
it u, cepat - cepat m enyelam dan berenang ke pinggir kem bali. Akan t et api begitu
m ereka m uncul di pinggir dan m eloncat ke darat , m ereka kaget sekali karena di
depan m ereka t elah berdiri seorang yang t erkekeh- kekeh dan ket ika m ereka
mengenal laki- laki gila yang pagi tadi mengacaukan perlombaan, mereka menjadi
ngeri.
"Heh- heh- heh, set elah m em bunuh lalu lari, ya?" Kwee Seng m enegur. Tent u saj a
m ereka bert iga t erkej ut bukan m ain. Pekerj aan m ereka t adi m encelakai dan
m em bunuh put eri m ahkot a adalah perbuat an yang am at berbahaya. Kalau
diket ahui orang, t ent u m ereka akan celaka, m aka sekarang m endengar bahwa
j em bel gila ini sudah m elihat perbuat an m ereka, serent ak dua orang yang
bert ubuh t inggi besar it u m encabut golok dan m enerj ang Kwee Seng ! Cepat
gerakan m ereka ini, dan cepat pula hasil ayunan golok m ereka, yait u kepala
m ereka sendiri t erbelah oleh golok m asing- m asing sam pai ham pir m enj adi dua
dan t ubuh m ereka m asuk ke dalam sungai dan hanyut . Hanya dengan sent ilan
j ari t angannya Kwee Seng t elah m em buat golok yang m enyerangnya it u
m em balik dan " m akan t uan" . Sej enak ia m em andang dua buah m ayat yang
m enggant ikan t em pat Tayam i dan Salinga it u, kem udian sekali berkelebat ia
t elah m eloncat dan m enangkap t engkuk orang ke t iga yang m elarikan diri
ketakutan.
" Ke m ana kau hendak lari?" " Am ... am pun... ham ba t ahu pekerj aan it u
t erkut uk... akan t et api ham ba t erpaksa... kalau t idak m au m elakukan t ent u akan
dibunuh..."
" Hem m , aku m endengar t adi keraguan m elakukan perbuat an it u. Siapa yang
memaksamu melakukannya?"
" Panglim a Muda Bayisan..." " Mengapa ? Mengapa Put eri Mahkot a dan Salinga
akan dibunuh?" " Ham ba... ham ba t idak t ahu... m ungkin karena cem buru set elah
... Sribaginda menerima Salinga menjadi calon mantu..."
" Hem m m ..." Kwee Seng m engangguk- angguk, kem udian t angannya bergerak
cepat, tahu- tahu orang Khitan itu telah roboh tertotok, lumpuh seluruh tubuhnya.
Kemudian tubuhnya berkelebat lenyap dalam kegelapan malam.
Set elah berhasil m endarat , Salinga dan Tayam i segera lari ke arah kuda m ereka,
m eloncat ke punggung kuda set elah m elepaskan kendali dari pohon, lalu
membalapkan kuda kembali ke kota raja.
"Aku merasa kuatir sekali akan terjadi sesuatu di kota raja." Kata Salinga.

Suling Mas Kho Ping Hoo 167


Akan t et api ket ika m ereka t iba di kot a raj a, keadaan sunyi saj a dan biasa, t idak
ada t anda- t anda t erj adi sesuat u yang luar biasa. Karena pakaian m ereka m asih
basah dan hat i m ereka m asih t egang oleh perist iwa t adi, m ereka langsung
m elarikan kuda sam pai depan ist ana. " Kau pulanglah, Kanda Salinga. Urusan t adi
t ak perlu kau cerit akan siapapun j uga. Biar besok kit a bert em u lagi dan kit a
bicarakan perist iwa it u! " Salinga m engangguk. Tent u saj a ia t idak m au bicara
dengan siapa j uga t ent ang perist iwa it u sebelum ia dapat m em buka rahasianya.
Perist iwa yang penuh keanehan. Akan t et api sebelum ia m em ut ar kudanya pergi,
ia berkata.
" Adinda, sebaiknya kau j angan t ergesa- gesa m em akai isi bungkusan sebagai
bedak. Lebih baik suruh selidiki dulu oleh ahli obat."
Tayam i m engangguk dan m ereka pun berpisah. Tayam i m enyerahkan kuda
kepada pelayan lalu berlari- lari m em asuki ist ana, langsung ke kam arnya unt uk
bert ukar pakaian. Sedangkan Salinga m elarikan kuda m enuj u ke rum ahnya.
Set elah para pelayan sibuk m em buka pakaian basah sang put eri cant ik ini,
m enyusut i t ubuhnya sam pai kering kem udian m enggant ikan pakaian bersih, lalu
hendak m enyanggul ram but yang belum kering benar it u, Tayam i m engusir
mereka, "Keluarlah kalian semua, aku ingin mengaso seorang diri."
Sam bil t ersenyum - senyum m aklum para pelayan it u berlari- lari ke luar dan
Tayam i duduk di at as pem baringan dengan ram but t erurai, seluruh t ubuh t erasa
segar karena habis digosoki. Bungkusan yang dij at uhkan burung hant u t adi ia
buka perlahan- lahan. Ternyata isinya adalah sejenis obat bubuk yang halus sekali
berwarna kuning. Begit u dibuka t ercium bau yang am at harum oleh Tayam i.
Ganda harum ini dan t ulisan yang m enganj urkan agar ia m em akainya sebagai
bedak unt uk m encegah m alapet aka, m em buat t angannya gat al- gat al unt uk
m em akainya. Akan t et api pesan kekasihnya Salinga, bergem a di t elinganya.
Salinga benar j uga, pikirnya. Aku t idak t ahu siapa yang m em beri bedak ini, dan
m encegah m alapet aka apakah ? Di sini am an saj a. Put eri Tayam i bim bang ant ara
kepercayaannya akan t ahyul dan pesan kekasihnya. Bungkusannya yang sudah
terbuka itu ia taruh di atas meja dekat pembaringan.
Gadis put eri raj a ini sam a sekali t idak t ahu bahwa sej ak t adi ada dua pasang
m at a m engint ai, penuh kekagum an. Mana ia bisa t ahu kalau dua orang yang
m engint ainya it u dat ang sepert i set an, t anpa m enim bulkan suara sedikit pun
ket ika kaki m ereka m enginj ak gent eng ? Dan dua pasang m at a it u m em andang
kagum ke dalam kam ar pun t ak dapat dipersalahkan. Siapa orangnya, apalagi
kalau ia laki- laki, t akkan t erpesona dan kaagum m elihat gadis put eri m ahkot a
yang cant ik j elit a it u ? Melihat di dit ukar pakaiannya oleh para dayang kerat on,
kem udian kini dengan pakaian t idur yang longgar dan t ipis, duduk t ermenung
seorang diri di dalam kamar yang indah.
Kwee Seng yang dat ang t erlebih dulu karena sej ak t adi ia dari j auh m engikut i
puteri ini, bersembunyi di sudut atas, maka ia pun tahu akan kedatangan sesosok
bayangan yang gesit dan ringan sekali, bayangan yang m em buka gent ing dan
m engint ai ke dalam pula, sepert i dia ! Berdebar hat inya ket ika m engenal orang
it u, yang bukan lain adalah Bayisan, orang yang dicarinya unt uk dibalas
kecurangannya beberapa t ahun yang lalu. Akan t et api karena ia pun t erpesona
oleh keindahan di dalam kam ar it u, Kwee Seng t idak segera t urun t angan, ingin
m elihat dulu apa yang dikehendaki Bayisan. Pula, m elihat kecant ikan Put eri
Khit an, t eringat lah ia kepada Liu Lu Sian dan Ang- siauw- hwa, m em buat nya
termenung dan penyakitnya hampir kumat !
Tayam i yang sedang t erm enung di dalam kam arnya, m engenang perist iwa di
sungai t adi. Teringat akan kekasihnya, ia t ersenyum . Akan t et api ket ika ia
t eringat akan perist iwa yang am at berbahaya, ia bergidik, lalu ia m em andang
bubukan obat. Apakah maksudnya pengirim obat ini ? Benarkah burung itu bukan
burung biasa ? At aukah disuruh oleh orang sakt i ? Sungguh harum baunya bedak
ini. Dan kalau m em ang bedak ini dipakai unt uk m enolak m alapet aka, apa
salahnya ? Tent u pengirim annya berniat baik. Tidak akan ada salahnya kalau aku
pakai sedikit unt uk coba- coba. Berpikir dem ikian, j ari- j ari t angan yang halus

Suling Mas Kho Ping Hoo 168


runcing it u bergerak m endekat i kert as, hendak m enj um put bedak. Akan t et api
tiba- t iba gerakannya t ert ahan karena m elihat bayangan berkelebat , api lilin
bergoyang- goyang. Cepat Tayam i m enggunakan t angan kiri m erapat kan baj uny a
yang t erbuka lebar sam bil m em balikkan t ubuhnya. Terbelalak m at anya saking
kaget m elihat bahwa di dalam kam ar it u t elah berdiri seorang laki- laki yang
tersenyum- senyum, Bayisan !
" Kanda Panglim a Bayisan...! Apa art inya ini ? Mengapa kau m asuk ke sini secara
begini?" tayami bertanya gagap.
Bayisan m em andang dengan sinar m at a seakan- akan hendak m enelan bulat -
bulat gadis di depannya, m ulut nya m enyeringai lalu t erdengar ia berkat a,
suaranya gem et ar penuh perasaan, " Alangkah indahnya ram but m u, Tayam i...
alangkah cantik engkau...., bisa gila aku karena berahi melihatmu...."
Tiba- t iba Tayam i bangkit dan m at anya m em ancarkan sinar kem erahan. " Kanda
Panglim a ! Apakah kau sudah gila ? Berani kau bersikap kurang aj ar sepert i ini di
depanku ? Pergi kau keluar ! Kau t ahu apa yang akan kauhadapi kalau kuadukan
kekurangajaranmu ini kepada ayah!"
Bayisan t ert awa m engej ek. " Huh ! Ayahm u j uga ayahku. Biarlah ia t ahu asal
m alam ini kau sudah m enj adi m ilikku. Tayam i, kit a sam a- sam a m em iliki darah
Raj a Khit an, kau lebih pat ut m enj adi ist eriku daripada m enj adi ist eri seorang
berdarah seorang berdarah pelayan rendah. Tayam i, kekasihku, m arilah... aku
sudah t erlalu lam a m enahan rindu berahiku...! " Bayisan m elangkah m aj u, kedua
t angannya dikem bangkan sepert i akan m em eluk, m at aya yang agak kem erahan
karena nafsu itu disipitkan, mulutnya menyeringai.
" Bayisan, berhent i ! Kalau t idak, sekali aku m enj erit kam ar ini akan penuh
pelayan dan penjaga. Ke mana hendak kau taruh mukamu?"
"Heh- heh- heh, m enj erit lah m anis. Para pelayan dan penj aga sudah kut idurkan
pulas dengan t ot okan- t ot okanku yang lihai. Lebih baik kau m enurut saj a
kepadaku, kau layani cint a kasihku dengan suka rela karena... karena
terhadapmu aku tidak suka menggunakan kekerasan."
Mengingat akan kem ungkinan ucapan Bayisan yang m em ang ia t ahu am at lihai.
Tayam i m enj adi m akin panik. Sam bil berseru keras ia m elom pat ke sam ping,
m enyam bar pedangnya, yait u pedang Besi Kuning yang t ergant ung di dinding,
lalu t anpa banyak cakap lagi ia m enerj ang Bayisan dengan bacokan m aut
m engarah leher. Cepat bacokan ini dan dilakukan dengan t enaga yang cukup
hebat , karena Tayam i adalah seorang put eri m ahkot a yang t erlat ih, m enguasai
ilm u pedang yang cukup t inggi. Akan t et api, t ent u saj a silat put eri m ahkot a ini
tak ada artinya.
"Heh- heh, Tayam i yang m anis. Kau seranglah, m akin ganas kau m enyerang,
akan makin sedap rasanya kalau nanti kau menyerahkan diri kepadaku!"
" Keparat ! Jahanam berhent i iblis ! Tak ingat kah kau bahwa kit a ini seayah ? Tak
ingat kah kau bahwa aku ini Put eri Mahkot a dan kau ini Panglim a Muda ? Lupakah
kau bahwa pagi t adi ayah t elah m enj odohkan aku dengan Salinga ? Bayisan,
sadarlah dan pergi dari sini sebelum kupenggal lehermu!"
"Heh- heh- heh, Tayam i bidadari j elit a. Kau hendak m em enggal leherku, kau
penggallah, sayang. Tanpa kepala pun aku m asih akan m encint aim u! " Bayisan
m engej ek dan bet ul- bet ul ia m engulur leher m endekat kan kepalanya, m alah
m ukanya akan m encium pipi gadis it u. Tayam i m arah sekali, pedangnya
berkelebat , benar- benar hendak m em enggal leher it u dengan gerakan cepat
sam bil m engerahkan seluruh t enaganya. Bayisan t ert awa, m iringkan t ubuh
m enarik kem bali kepalanya. Pedang m enyam bar lewat , j ari t angan Bayisan
bergerak m enot ok pergelangan lengan dan... pedang it u t erlepas dari pegangan
Tayami, terlempar ke sudut kamar !
Bayisan sudah m encengkeram ram but yang panj ang riap- riapan it u ke depan
mukanya, mencium rambut sambil berkata lirih, "Alangkah indahnya rambutmu...
halus... ah, harumnya..."
Tayam i kaget sekali, t angan kirinya diayun m em ukul kepala, akan t et api dengan
m udah saj a Bayisan m enangkap t angan ini dan ket ika t angan kanan Tayam i j uga

Suling Mas Kho Ping Hoo 169


dat ang m em ukul, kem bali t angan ini dit angkap. Kedua t angan gadis it u kini
tertangkap oleh tangan kanan Bayisan yang tertawa menyeringai.
" Kaulihat , alangkah m udahnya aku m em buat kau t idak berdaya! " Tangan kiriny a
mengelus- elis dagu yang halus. " Kau baru t ahu sekarang bahwa aku am at kuat ,
am at kosen, j auh lebih lihai dari Salinga, dari laki- laki m anapun j uga di Khit an
ini!" Sekali m endorong, ia m elepaskan pegangan t angannya dan t ubuh Tayam i
terguling ke atas pembaringan.
Gadis it u t akut set engah m at i, lalu nekat , m enerj ang m aj u lagi sam bil m elom pat
dari at as pem baringan. Akan t et api t iba- t iba t ubuhnya m enj adi lem as ket ika j ari
t angan Bayisan m enot ok j alan darah bagian t hian- hu- hiat yang m em buat seluruh
t ubuhnya m enj adi sepert i lum puh ! Dengan lagak t engik Bayisan kem bali
mengusap pipi gadis itu sambil tertawa.
"Heh- heh, bet apa m udahnya kalau aku m au m enggunakan kekerasan. Kau t ak
dapat bergerak sam a sekali, bukan ? Akan t et api aku t idak m enghendaki
dem ikian, j uit aku. Aku ingin kau m enyerahkan diri secara sukarela kepadaku,
ingin kau m em balas cint a kasihku, bukan m enyerah karena t erpaksa dan t ak
berdaya. Nah, bebaslah dan kuberi kesem pat an berpikir." Tangannya m enot ok
lagi dan benar saj a. Tayam i dapat bergerak kem bali. Muka gadis ini sudah pucat
sekali, akan t et api sepasang m at anya berapi- api saking m arahnya. I a akan
m elawan sam pai m at i, t idak nant i ai m au m enyerah ! Baru sekarang ia t eringat
unt uk m enj erit , karena t adinya, selain t erpengaruh oleh ucapan Bayisan yang
kat anya t elah m erobohkan sem ua penj aga dan pelayan, j uga t adinya ia m erasa
m alu kalau perist iwa ini diket ahui orang luar. Akan t et api m elihat kenekat an
Bayisan yang sepert i gila it u, ia t idak peduli lagi dan t iba- t iba Tayam i m enj erit
sekuat nya. Aneh dan kaget lah ia ket ika t iba- t iba lehernya t erasa sakit dan sam a
sekali ia tidak dapat mengeluarkan suara!
"Heh- heh- heh, j alan darahm u di leher kut ot ok, m em buat kau m enj adi gagau !
Nah, insyaflah, Tayam i, bet apa m udahnya bagiku. Dengan t ert ot ok lem as dan
gagu, apa yang dapat kaulakukan unt uk m enolak kehendakku ? Akan t et api aku
t idak m au begit u... aku ingin m em iliki dirim u sepenuhnya, berikut hat im u. Manis,
kau balaslah cintaku...." Bayisan melangkah maju lalu memeluk.
Tayam i m em ukul- m ukulkan kedua t angannya, akan t et api pukulan- pukulan it u
sam a sekali t idak t erasa agaknya oleh Bayisan. Pem uda Khit an yang sepert i gila
ini m encium i m uka Tayam i, m ebuj uk- buj uk dan t erdengar kain robek. Terengah-
engah Tayam i ket ika Bayisan unt uk sej enak m elepaskannya sam bil m em andang
dengan m ulut m enyeringai. Baj u Tayam i bagian at as sudah robek, waj ah gadis ini
pucat sekali.
Celaka pikirnya. Tidak ada senj at a lagi. Tiba- t iba Tayam i t eringat akan
bungkusan bedak di at as m ej a. Kalau bedak it u m engenai m at a, t ent u unt uk
sesaat Bayisan t akkan dapat m em buka m at anya, m ungkin ada kesem pat an
baginya untuk lari ke luar kamar.
Bayisan sudah hendak m em eluk lagi. " Tayam i sayang, aku cint a kepadam u... kau
layanilah hasratku...."
Tiba- t iba Tayam i m em ukulkan t angan kirinya ke arah ulu hat i Bayisan. Melihat
pukulan it u keras j uga dan m engarah bagian berbahaya, sam bil t ert awa Bayisan
m enangkap t angan ini dan hendak m endekap t ubuh Tayam i. Mendadak t angan
Tayami yang kanan m enyam bar dan segum pak uap put ih m enghant am m uka
Bayisan yang sam a sekali t idak m enyangka- nyangka it u. Begit u m elihat
sam bit annya m engenai sasaran, Tayam i cepat m elom pat ke belakang sam pai
mepet dinding belakang pembaringan.
" Kau... kau apakan m ukaku ? Tayam i... kau gunakan apa ini...?" I a t erhuyung-
huyung m enuj u ke m ej a rias di m ana t erdapat sebuah cerm in. Ket ika ia
m em andang waj ahnya pada cerm in it u, keluar t eriakan liar sepert i bukan suara
manusia lagi.
Tayam i yang sudah t ak dapat m enahan ngerinya, m enut upi m ukanya dengan
kedua t angannya t ak sanggup ia m elihat lebih lam a lagi. I a m em ang seorang
gadis perkasa, t ak gent ar m enghadapi perang, sudah biasa m elihat m ayat

Suling Mas Kho Ping Hoo 170


bert um pukan sebagai korban perang, m elihat orang t erluka parah. Akan t et api
perist iwa yang m ereka hadapi sekarang ini benar- benar m engerikan sekali,
apalagi kalau ia ingat bet apa t adi sebelum Bayisan dat ang, ham pir saj a ia
m enggunakan bedak beracun it u unt uk m em bedaki m ukanya. Menggigil
kengerian ia kalau m em bayangkan bet apa kulit m ukanya yang halus it u akan
digerogot i perlahan- lahan oleh racun it u, bet apa m ukanya akan t ak berkulit lagi,
seperti muka iblis yang seburuk- buruknya.
Kem bali Bayisan m enggereng sepert i binat ang liar ket ika ia m em balikkan t ubuh
m enghadapi pem baringan di m ana Tayam i duduk bersim puh kengerian dan
ketakutan.
" Kau... kau... set an bet ina... kucekik leherm u sam pai m am pus..." I a m enubruk
m aj u, akan t et api t iba- t iba ia berseru kesakit an dan t erhuyung ke belakang,
t angan kirinya m eraih ke arah pundak kanannya yang t erasa sakit , lum puh dan
gat al panas. Ket ika ia berhasil m encabut j arum hit am yang m enancap di pundak
kanannya, ia bert eriak kaget , m undur beberapa langkah dan berdongak ke at as.
Di sana, di celah- celah gent eng, t am paklah sebuah m uka m enyeringai, m uka
seorang m uda yang ram but nya riap- riapan. Bayisan t ent u saj a m engenal j arum
hit am nya, m aka t adi ia kaget set engah m at i m elihat pundaknya dilukai orang
dengan j arum nya sendiri, kini m elihat m uka it u, m uka j em bel m uda yang siang
t adi m em bikin kacau, t eringat lah ia akan m uka Kwee Seng, t eringat lah ia akan
semua peristiwa di puncak Liong- kwi- san.
" Liong... kwi.... san ...." Bayisan m engeluh, m ukanya pucat sekali dan t ahulah ia
bahwa t idak harapan baginya unt uk m enghadapi pem uda gila yang t ernyat a
Kwee Seng adanya it u. Tahu pula ia bahwa t ak m ungkin ia dapat t inggal di ist ana
set elah apa yang ia lakukan t erhadap Tayam i, set elah kini m ukanya m enj adi
sepert i m uka iblis yang m engerikan. Terdengar ia m elengking panj ang sepert i
lolong seekor srigala hut an yang kelaparan ket ika t ubuhnya berkelebat ke arah
jendela dan lenyaplah Bayisan di dalam kegelapan malam.
Kwee Seng t ersenyum puas. Tak perlu ia m em bunuh Bayisan, cukup dengan
m engem balikan j arum nya di t em pat yang sam a. I a puas m elihat Bayisan sudah
cukup t erhukum oleh perbuat annya sendiri yang j ahat . Siapa kira, bungkusan
yang ia duga dikirim kakek cebol unt uk put eri m ahkot a Khit an it u, t ernyat a berisi
bedak beracun dan secara t idak sengaj a t elah dapat m em beri hukum an
m engerikan kepada Bayisan si m anusia j ahat ! Akan t et api kakek cebol it u j uga
j ahat . Bagaim ana seandainya bedak it u dipergunakan oleh put eri m ahkot a ?
Kwee Seng bergidik. Tak sampai hatinya membayangkan hal ini. Dia amat sayang
akan segala yang indah- indah, kalau sam pai waj ah yang j elit a it u, dikupas
kulitnya oleh bedak beracun, hiiih !
" Kakek cebol, kau t ua bangka iblis, t ak dapat kudiam kan saj a perbuat anm u ini! "
kat a Kwee Seng di dalam hat inya dan ia pun m eloncat t urun dari at as gent eng,
menghilang di dalam gelap.
Pada keesokan harinya, kot a raj a bangsa Khit an it u geger ket ika Pangeran
Kubakan m engum um kan bahwa Raj a Kulu - khan t elah m eninggal dunia dengan
m endadak karena t erserang sakit set elah m enghadiri pest a perlom baan kem arin.
Tent u saj a hal ini m engej ut kan bangsa Khit an yang m erasa sayang kepada raj a
yang adil it u. Sem ua orang berkabung unt uk kem at ian yang t ak t ersangka-
sangka ini.
Adapun di dalam ist ana sendiri, t idak kurang hebat nya pukulan yang t ak
tersangka- sangka ini. Tayam i m engisi j enazah ayahnya dan para panglim a hany a
saling pandang dengan penuh pengert ian. Tidak ada t anda- t anda penganiayaan,
akan t et api t ahu- t ahu raj a t elah m eninggal dunia di at as pem baringannya, t idak
ada t anda luka, t idak ada t anda m inum an at au m akanan beracun. Akan t et api
bagi pandang m at a yang awas dari para panglim a yang t ahu akan ilm u silat
t inggi, yait u m isalnya Kalisani Si Panglim a Tua, at au j uga panglim a- panglima
kosen sepert i Pek- bin Ciangkun ( Panglim a Muka Put ih) dan Salinga, dapat
m enduga bahwa kem at ian raj a m ereka it u adalah akibat pukulan j arak j auh yang
mengandung t enaga sin- kang dengan hawa beracun. Dari sem bilan lubang di

Suling Mas Kho Ping Hoo 171


t ubuh raj a it u keluar darah m enghit am , ini t andanya keracunan hebat oleh
pukulan yang merusak tubuh sebelah dalam.
Ket idak hadiran Bayisan m enim bulkan dugaan m ereka ini bahwa Bayisan it ulah
yang t elah m em bunuh raj a, ayahnya sendiri! Mungkin karena t ak senang dengan
pengangkat an Salinga sebagai calon panglim a dan m ant u raj a. Akan t et api,
set elah m ereka m endengar penut uran put eri m ahkot a t ent ang kekurangaj aran
Bayisan memasuki kamar Sang Puteri lalu dapat diusir oleh Puteri Tayami dengan
bubuk beracun sehingga Bayisan m enghilang, para panglim a it u t idak m au
m em bicarakan hal ini di luaran. Hanya diam - diam m ereka m encari Bayisan unt uk
m em balas dendam at as kem at ian raj a, nam un sem enj ak saat it u Bayisan
m enghilang sehingga orang m enyangka bekas panglim a it u t ent u t elah t ewas
oleh racun.
Sej ak kem at ian Raj a Kulu- khan it ulah, t im bul perebut an kedudukan raj a di
Khit an. Tent u saj a m enurut sepat ut nya karena yang m enj adi put eri m ahkot a
adalah Tayam i, m aka put eri inilah yang m enggant ikan kedudukan raj a. Akan
t et api ia seorang wanit a yang m erasa kurang m am pu m engendalikan
pem erint ahan, sedangkan calon suam inya hanyalah ket urunan pelayan, m aka hal
ini m enj adi perdebat an sengit di ant ara m ereka yang pro dan yang kont ra.
Sayangnya bagi Tayam i, yang pro dengannya t idaklah banyak. Terut am a sekali
yang m endukungnya adalah panglim a t ua Kalisani, yang bicara penuh sem angat
di depan sidang.
" Biarpun t ak dapat disangkal bahwa pim pinan put eri t idaklah sekuat pim pinan
put era, akan t et api apa gunanya kit a sem ua m enj adi pem bant u raj a? Kalau ada
urusan, cukup ada kit a yang akan m aj u dengan perset uj uan raj a. Put eri Tayam i
adalah put eri m ahkot a, hal ini m endiang raj a sendiri yang m enet apkan. Kalau
kit a sekarang t idak m engangkat beliau m enj adi penggant i raj a, bukankah it u
berart i kit a t idak m ent aat i perint ah m endiang raj a kit a?" Dem ikian ant ara lain
Kalisani membela kedudukan Puteri Tayami!
Akan t et api, pihak lain m em bant ah dengan sam a kerasnya. " Kit a sem ua m aklum
bahwa bangsa Khit an m enghadapi banyak t ant angan di selat an. Kalau kit a
sebagai bangsa yang gagah perkasa t idak sekarang m encari t em pat di selat an
m au t unggu sam pai kapan lagi? Dan penyerbuan it u m em but uhkan bim bingan
seorang raj a yang gagah berani, seorang laki- laki sej at i. Kit a percaya bahwa
Paduka Put eri Tayam i j uga seorang wanit a j ant an yang gagah perkasa, akan
t et api bet apapun j uga, langkah seorang wanit a t idak selebar laki- laki. Biarlah
Put eri Tayam i j uga t inggal dalam kedudukannya sebagai put eri m ahkot a yang
kita horm at i, akan t et api pim pinan keraj aan harus berada di t angan seorang
pangeran."
Perdebat an sengit t erj adi, akan t et api akhirnya Kalisani kalah suara. Sebagian
besar para panglim a dan ponggawa m em ilih Pangeran Kubakan unt uk m enggant i
kedudukan ayahnya m enj adi raj a di Khit an! Hal ini m engecewakan hat i Kalisani
yang am at t idak suka m elihat perebut an kekuasaan yang bukan haknya it u,
apalagi karena dengan adanya perdebat an it u, set elah ia m engalam i kekalahan,
t ent u saj a golongan raj a ini akan m em bencinya. Maka pada hari it u j uga ia
m elet akkan j abat an dan m eninggalkan Khit an unt uk m elakukan perant auan yang
m enj adi kesukaannya sej ak dahulu. Karena kesukaannya akan m erant au ini pula
agaknya yang m em buat Kalisani t idak j uga m au m enikah. Sebelum pergi
meninggalkan Khitan, Kalisani hanya minta diri kepada Puteri Tayami.
" Harap Paduka m enj aga diri baik- baik. Set elah ayah Paduka wafat , belum t ent u
keadaan pem erint ahan akan sebaik sebelum nya. Terut am a sekali, harap Paduka
berhati- hat i t erhadap Bayisan, kalau- kalau dia kem bali lagi. Selam at t inggal,
Tuan Puteri. Selamanya saya akan berdoa untuk kebaikan Paduka."
Tent u saj a Tayam i t elah m aklum bahwa Kalisani sej ak dahulu j uga m enaruh hat i
cint a kepadanya. I a m enj adi t erharu sekali karena m aklum bahwa perasaan cint a
panglim a t ua ini benar- benar perasaan yang j uj ur dan t ulus ihklas, yang m urni.
I a m aklum pula akan pem belaan Kalisani kepadanya di dalam sidang. Mengingat
bet apa sekaligus ia dit inggal pergi ayahnya dan Kalisani, dua orang yang benar-

Suling Mas Kho Ping Hoo 172


benar m enaruh sayang kepadanya, t ak t erasa pula Tayam i m enangis. Put eri ini
lalu m engam bil dua buah roda em as yang m enj adi berang perm ainan dan
kesayangannya sejak kecil, menyerahkannya kepada Kalisani sambil berkata.
" Terim a kasih at as segala kebaikan yang t elah kaulim pahkan kepadaku, Kalisani.
Sem oga para dewa yang akan m em balasnya dan t erim alah sepasang roda em as
milikku ini sebagai kenangan- kenangan."
Kalisani m engej ap- m engej apkan kedua m at anya yang m enj adi basah, m enerim a
sepasang roda em as, m encium kedua benda m engkilap it u, lalu m engundurkan
diri sam bil berkat a, " Sam pai m at i aku t akkan berpisah dari sepasang roda em as
ini..."
Biarpun kem udian Kubakan m enj adi raj a bangsa Khit an, nam un Put eri Tayam i
m asih m endam pingi kakak t irinya ini dan kekuasaan put eri m ahkot a ini m asih
besar sekali. Raj a Kubakan yang baru t idak berani m engganggu Tayam i, karena
sungguhpun para panglim a m em benarkan dia yang m enggant ikan raj a, nam un
boleh dibilang sem ua panglim a m asih berset ia penuh kepada put eri m ahkot a.
Raj a Kubakan m erasa kehilangan sekali karena Bayisan pergi t anpa pam it dan
t idak ada orang t ahu ent ah kem ana perginya. Kalau seandainya ada Bayisan di
sampingnya, tentu rasa ini akan merasa lebih kuat dan ada yang diandalkan.
Dem ikianlah, secara singkat dit ut urkan di sini bahwa Put eri Mahkot a Tayami
m enikah dengan Salinga dan m ereka berdua hidup rukun dan saling m encint a.
Tidak t erj adi sesuat u di ant ara raj a baru dan Put eri Tayam i m aupun suam inya
karena m ereka t idak saling m enganggu, bahkan di wakt u bangsa Khit an
berperang m enghadapi m usuh, keduanya berj uang bersam a- sam a. Akan t et api,
sesungguhnya di dalam hati mereka itu terdapat semacam "perang dingin".
Kit a kem bali kepada Kwee Seng yang m eninggalkan ist ana dan t erus keluar dari
kot a raj a. Sam bil m enggerogot i sepot ong paha kam bing panggang yang ia
sam bar secara sam bil lalu dari dapur ist ana sebelum keluar, ia berj alan
seenaknya di m alam hari it u. Tak pernah ia m engaso karena bagi Kwee Seng
yang kondisi t ubuhnya sudah luar biasa anehnya it u, t idak t idur selam a sem inggu
at au t idak m akan selam a sebulan bukan apa- apa lagi, j uga sebaliknya ia bisa
saj a t idur t iga hari t iga m alam t erus- m enerus at au sekali m akan m enghabiskan
makanan sepuluh orang!
Kwee Seng m asih enak- enak berj alan m em asuki hut an set elah m at ahari m uncul
m engusir kegelapan m alam . Dan pada saat it ulah ia m endengar suara orang
tertawa- t awa, suara t ergelak- gelak yang am at dikenalnya karena it ulah suara Si
Kakek Cebol! Mendengar suara Si Cebol, bangkitlah amarah di hati Kwee Seng. Si
Kakek Cebol yang kej am ! Sekej am - kej am nyalah orang yang berniat m erusak
m uka yang dem ikian cant iknya sepert i m uka Put eri Mahkot a Tayam i! Kakek iblis
it u harus diberi haj aran. Dengan t angan kanan m em egang t ulang paha kam bing,
t angan kiri m enyam bar sehelai daun yang kaku dan lebar, Kwee Seng lalu
mempercepat langkahnya menghampiri arah suara ketawa.
Kakek cebol itu tampak berdiri dibawah sebatang pohon besar, tertawa- tawa sabil
memeriksa muka seorang yang menggeletak di depqn kakinya. Ketika Kwee Seng
m engenal orang yang m enggelet ak it u, ia t erheran- heran dan kaget , karena
orang it u bukan lain adalah Bayisan ! Mem ang aneh kakek it u, ia m em bungkuk,
mengamat- am at i m uka Bayisan yang rusak, lalu t erpingkal- pingkal ket awa lagi,
m em bungkuk lagi, m em eriksa dengan j ari- j ari t angan, lalu t erkekeh- kekeh lagi
seperti orang gila.
"Huah- hah- hah, lucu perbuat an si t angan j ail iblis silum an ! Muka Si Cant ik halus
yang kuarah, kiranya malah bocah tolol ini yang terkena ! Heh- heh- heh!"
Makin yakin kin hat i Kwee Seng bahwa kakek cebol ini sengaj a m engirim obat
bubuk beracun unt uk m erusak m uka Tayam i, m aka ia m enj adi m akin m arah. Di
sam ping kem arahannya, ia pun ingin sekali m engert i m engapa kakek it u hendak
berbuat sedem ikian kej inya t erhadap Tayam i. Unt uk m elihat apa yang akan
dilakukan selanj ut nya oleh kakek it u Kwee Seng m enant i sesaat . Bayisan
agaknya pingsan, at au m ungkin sudah m at i, karena t ubuhnya t idak bergerak
sama sekali.

Suling Mas Kho Ping Hoo 173


Tiba- tiba kakek itu berseru. "Aiiihhh, bau... bau...! Bau jembel tengik... !"
Terkej ut lah Kwee Seng, dengan kening berkerut ia m enggerakkan m uka ke kana
kiri, hidungnya kem bang- kem pis m encium - cium . Benar- benarkah ia berbau
begit u t engik sehingga kehadirannya t ercium oleh kakek it u ? Tent u saj a
pakaiannya yang sudah but ut it u t ak enak baunya, akan t et api t idaklah begit u
t engik sehingga dapat t ercium dari j arak sepuluh m et er j auhnya. I a m endongkol
dan berbareng j uga kagum . Kakek cebol it u t ent u sengaj a m em akinya dan
kenyat aan bahwa kakek it u dapat m enget ahui kehadirannya m enunj ukkan
kelihaiannya. Terpaksa ia m uncul dari balik pohon dan m elangkah m aj u
menghampiri.
Kakek it u berdiri m em belakanginya dan kini kakek it u m encak- mencak
berj ingkrakan sam bil m engoceh. " Wah, baunya, baunya m akin keras ! Jem bel
busuk t engik ini kalau t idak cepat dicuci bersih, bisa m eracuni keadaan
sekelilingnya. Wah, bau... bau... t ak t ert ahankan... ! " Kakek it u lalu berbangkis-
bangkis.
Rasa m endongkol di dalam hat i Kwee Seng sepert i m em bakar, " Kakek cebol t ua
bangka t ak sedap dipandang! " I a m em aki. " Sudah m ukam u sepert i m onyet t ua,
tubuhmu cebol, mulutmu kotor watakmu pun keji seperti ular berbisa !"
Kakek it u kini m em balikkan t ubuhnya dan m enghadapi Kwee Seng, m at anya
dibelalakkan lebar, m engint ai dari balik alisnya yang panj ang dan berj unt ai ke
bawah m enut upi m at a. " Jem bel t engik, j em bel bau, kiranya benar engkau yang
m engot ori hawa udara di sini ! Ucapanm u t ent ang m uka, t ubuh dan m ulut ku
t idak keliru. Mem ang m ukaku sepert i m onyet , apakah kau m engira bahwa m uka
m onyet it u lebih buruk daripada m uka orang. Hah- hah- hah, coba kau t anya
kepada m onyet bet ina, m uka m onyet siapa yang lebih gagah m enarik, m uka
m onyet j ant an berbulu at aukah m ukam u yang licin m enj ij ikkan ! Tubuhku
m em ang cebol, lebih baik cebol daripada m erasa t ubuhnya besar dan gagah
sendiri t api t anpa isi sepert i t ubuh yang m enggelet ak di sini. Tent ang m ulut
kot or, m em ang kau benar. Mulut m anusia m ana yang t idak kot or ? Segala
m acam bangkai dim asukkan ke m ulut , sedangkan yang keluar dari m ulut pun
selalu kot oran- kot oran m elulu. Bukankah segala penyakit disebabkan oleh yang
m asuk m elalu m ulut , dan bukankah segala cekcok dan ribut disebabkan oleh apa
yang keluar m elalui m ulut ? Mem ang m ulut m anusia kot or dan bau pula! Huah-
hah- hah! Tapi t ent ang wat ak kej i sepert i ular berbisa? Eh, j angan kau m enuduh
dan memaki sembarangan, bocah jembel!"
Kwee Seng t ersenyum m engej ek dan m enggerogot i sisa daging yang m enem pel
di t ulang paha, sedangkan dengan daun lebar ia m engipasi lehernya, padahal
hawa udara di pagi hari itu amat dingin.
" Kakek cebol, om onganm u m em ang t idak keliru dan m endengar om onganm u
t adi, agaknya kau t ahu j uga akan kebenaran. Akan t et api, kau m enyangkal
watakmu yang keji berbisa, padahal sudah ada dua macam bukti di depan mata."
Kakek it u m eloncat - loncat dan m em bant ing- bant ingkan kakinya di at as t anah,
m ukanya m em perlihat kan kej engkelan dan kem arahan. " I ihh... oohh... aku
adalah Bu Tek Loj in! Selam anya belum pernah ada orang berani m em aki kepada
Bu Tek Loj in. Tapi hari ini kau j em bel m uda busuk t engik berani bilang bahwa Bu
Tek Loj in berwat ak kej i dan dua bukt inya. Heh, bocah, j angan m ain- m ain dengan
Bu Tek Lojin. Hayo katakan, apa buktinya?"
Diam- diam Kwee Seng t erheran- heran. Kakek ini m em iliki nam a yang ham pir
sam a dengan Bu Kek Siansu, m anusia set engah dewa yang suci dan yang t idak
m em but uhkan apa- apa lagi, yang sudah ham pir dapat m em bebaskan diri
sepenuhnya daripada ikat an lahir. Akan t et api kakek ini nam anya saj a sudah
m em bayangkan kesom bongan. Bu Tek Loj in ! Orang Tua Tanpa Tanding! Belum
pernah Kwee Seng m endengar nam a ini. Banyak t okoh- t okoh kang- ouw yang
sakt i ia kenal, baik m engenal m uka m aupun hanya m engenal nam a, akan t et api
t ak pernah ia m endengar nam a Bu Tek Loj in! Ada Sin- j iu Couw Pa Ong, Ban- pi
Lo- cia, Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, Hui- kiam- eng Tan Hui, Kim - t ung Lo- kai,
disamping tokoh- t okoh besar yang m enj adi ket ua part ai persilat an sepert i Kian Hi

Suling Mas Kho Ping Hoo 174


Hosiang Ket ua Siauw- lim- pai, Kim Gan Sianj in Ket ua Kun- lun pai, dan lain- lain.
Dari m ana m unculnya kakek cebol yang m engaku bernam a Orang Tua Tanpa
Tanding ini?
" Huh, t ua bangka som bong, kau m asih hendak berpura- pura lagi? Bukt i pert am a
sudah j elas t am pak di depan m at a pada saat ini pun j uga. Kau lihat yang
m enggelet ak di depan kakim u it u! Siapa dia? Kau agaknya m alah hendak
m enolongnya, bukan? Tadi kulihat bet apa kau m enot ok beberapa j alan darah
untuk mencegah menjalarnya racun di mukanya. Mengapa kau menolong seorang
busuk dan j ahat sepert i Bayisan? Bukankah orang- orang gagah t ahu bahwa
m em bant u pekerj aan penj ahat sam a art inya dengan diri sandiri m elakukan
kejahatan ? Bukti pertama sudah jelas, kau membantu Bayisan Si Jahat !"
Tiba- t iba kakek cebol yang m engaku bernam a Bu Tek Loj in it u t ert awa bergelak,
kembali tubuhnya meloncat- loncat berjingkrakan seperti seorang anak kecil diberi
kem bang gula. " Ho- ho- ho- hah! Ada anak ayam m engej ar t erbang seekor garuda!
Kau anak ayamnya dan aku garudanya!" Ia tertawa- tawa lagi.
Kwee Seng m endongkol sekali. Kakek ini selain lihai ilm unya, j uga lihai m ulut nya,
seperti anak yang nakal sekali. Akan tetapi ia diam saja mendengarkan.
"Bocah, kau tahu apa tentang membantu? Tahu apa tentang menolong? Tahu apa
t ent ang j ahat dan baik? Mem bant u t idak sam a dengan m enolong, akan t et api
jahat tidak ada bedanya dengan baik, kau tahu??"
Kwee Seng seakan- akan m enghadapi t eka- t eki. " Kakek som bong, apa bedanya
membantu dan menolong?"
" Uuhhh, goblok! Kalau dia ini m elakukan sesuat u dan aku ikut - ikut an m endorong
agar apa yang ia lakukan it u berhasil, it u nam anya m em bant u. Melihat lebih dulu
sebab dan akibat sebelum berbuat , it ulah m em bant u. Tanpa m em pedulikan
sebab dan akibat nya lalu t urun t angan, it ulah m enolong. Siapapun j uga dia, apa
sebabnya dan bagaim ana akibat nya, t idak peduli, pendeknya harus t urun t angan,
it ulah penolong yang sej at i! " Kakek it u bicaranya sepert i orang m em baca saj ak,
pakai iram a dan berlagu pula sukar dim engert i. Akan t et api Kwee Seng t erkej ut
karena m engenal filsafat ini, biarpun diucapkan sepert i saj ak berkelakar, nam un
adalah kat a- kat a filsafat yang am at dalam ! Mulailah ia kagum dan t idak lagi
main- main.
" Bu Tek Loj in, sekarang aku ingin t ahu, m engapa kaukat akan bahwa j ahat t idak
ada bedanya dengan baik?"
"Ho- ho- hah- hah, m em ang kau bodoh dan goblok! Sem ua m enusia bodoh dan
t olol, t erm asuk aku! Sem ua m anusia goblok it u m erasa diri pint ar, t erm asuk aku!
Apa bedanya baik dan buruk? Apa bedanya siang dan m alam ? Apa bedanya ada
t idak ada? Kalau t idak ada m at ahari, m ana ada siang m alam ? Kalau t idak t ahu,
m ana bisa ada at au t idak ada? Kalau t idak m enyayang diri sendiri, m ana ada
buruk dan baik? Ha- ha- ha! Eh bocah, siapa namamu?"
" Aku yang m uda dan bodoh bernam a... Kim - m o Taisu! " Kwee Seng sengaj a
m em akai nam a ini unt uk m enandingi kesom bongan Si Kakek. I a m em ang t elah
m em punyai nam a poyokan Kim - mo- eng ( Pendekar Aneh Berhat i Em as) , akan
t et api unt uk m em pergunakan nam a Kim - mo- eng, berart i m em perkenalkan
dirinya sendiri, padahal ia sudah m erasa m alu unt uk m enghidupkan lagi nam a
Kwee Seng yang di anggap sudah m at i t erpendam di Neraka Bum i, m aka kini ia
sengaja menamakan dirinya Kim- mo Taisu yang berarti Guru Besar Setan Emas!"
" Wah, wah, nam am u hebat ! Pandai kau m em ilih nam a, m em ang m em ilih nam a
bebas, boleh pakai apa saj a. Dalam hal ini kit a cocok, m aka aku pun m em ilih
nam a Bu Tek Loj in, huah- hah- hah! Eh. Kim - m o Taisu yang t idak pat ut bernam a
Kim- mo Taisu karena masih muda, aku Tanya, apakah kau seorang baik?"
Ditanya begini Kwee Seng melengak dan tak dapat menjawab.
"Ha- ha- ha, t ent u saj a dalam hat im u kau m enj awab bahwa kau ini seorang baik.
Tidak ada di dunia ini orang yang mengaku dirinya orang jahat. Biarpun mulutnya
bilang jahat, hatinya tetap mengaku baik. Jadi, siapakah dia yang baik? Yang baik
adalah dirinya sendiri, dan orang yang m elakukan sesuat u yang m enyenangkan
dirinya sendiri, dianggap orang baik pula. Siapakah dia yang dinam akan orang

Suling Mas Kho Ping Hoo 175


j ahat ? Yang j ahat adalah orang yang m elakukan sesuat u yang t idak
m enyenangkan dirinya sendiri, nah, m ereka ini t ent u akan disebut j ahat . Baik
dan j ahat t idak ada, sam a saj a, yang ada hanya penilaian di hat i orang yang
m em bedakan dem i kesenangan diri sendiri. Yang m enyenangkan diri dianggap
baik, yang t idak m enyenangkan diri dianggap buruk. Ha- ha- ha- ha! Menolong
yang dianggap baik, it u bukan m enolong nam anya! Bukan m enolong orang,
m elainkan m enolong diri sendiri, m enyenangkan perasaan sendiri. Mengert ikah
kau, Kim- mo Taisu yang goblok?"
Di dalam hat inya Kwee Seng kem bali t erkej ut . Kakek cebol ini kiranya bukan
sem barangan orang! Bet apapun j uga, hat inya t idak puas. Kakek ini sifat ny a
t erlalu berandalan, t erlalu liar dan bahkan m ungkin keliarannya dan suka
menggunakan aturannya sendiri itu dapat menimbulkan bahaya bagi orang lain.
" Bu Tek Loj in, kau boleh m engeluarkan alasan apapun j uga, boleh kau
membongkar- bongkar filsafat unt uk m encari kebenaran, sendiri. Akan t et api aku
m elihat sendiri bet apa kau m em beri sebungkus bubuk racun kepada Put eri
Mahkot a Tayam i dengan nasihat supaya dia m em akai bubuk it u m em bedaki
m ukanya. Apa kau m au bilang bahwa perbuat anm u ini t erm asuk baik? Kau
hendak m em bikin rusak m uka yang begit u cant ik bukankah it u perbuat an kej i
sekali? Kalau kau m asih m engaku seorang m anusia, di m ana
perikemanusiaanmu?"
"Huah- hah- hah! Mem ang aku bukan m anusia biasa, aku set engah dewa! Tent ang
pengirim an obat it u, m em ang ku sengaj a, dan m em ang m aksudku baik. Baik
sekali! Kau t ahu apa yang m enyebabkan sem ua keribut an it u? Apa yang
m enyebabkan pem uda- pem uda t olol it u berlom ba dan saling m em benci? Tak lain
unt uk m em perebut kan hat i Put eri Mahkot a! Dan m engapa m ereka berlom ba
m em perebut kan hat i Put eri Mahkot a? Karena dia cant ik j elit a! Ha- ha- ha! Karena
it u aku berusaha m elenyapkan kecant ikannya. Kecant ikan hanya sebat as kulit
m uka! Kalau obat ku dapat m engupas kulit m ukanya, hendak kulihat apakah para
pemuda itu akan mau memperebutkannya. Inilah namanya menghilangkan akibat
dengan membongkar sebabnya!"
" Hem m , m em bongkar sebab secara m erusak t anpa m engenal kasihan sepert i it u,
benar- benar m encerm inkan hat im u yang kej i. Kau t ua bangka yang benar- benar
berhati iblis!"
" Uwaaaahh! Kim - m o Taisu, m ulut m u lancang benar! Apa kau m au m engaj ak aku
berkelahi?" " Bukan m au berkelahi, m elainkan m au m em beri haj aran kepadam u! "
"Wah- wah, kau m au m enghaj ar aku? Heh- heh- heh! Ada ular kecil m au
menghajar seekor naga. Lucu... lucu....!"
Makin m endongkol hat i Kwee Seng. Benar som bong kakek ini, t adi m enyam akan
dia anak ayam dan dirinya sendiri garuda, sekarang m em aki dia ular kecil dan
m engangkat dirinya sendiri seekor naga! " Biarpun naga, kalau m at anya but a dan
merusak sana- sini, apa boleh buat, wajib dihajar!"
" Bagus, m ari kaulayani aku beberapa j urus! " Kakek it u berkat a, lalu m eloncat ke
kiri dan m em asang kuda- kuda yang aneh, kedua sikunya m epet pinggang, j ari-
j ari t angan t erbuka dan m iring, t ubuhnya doyong ke depan, pundaknya diangkat
pula ke depan, m at anya m elirak- lirik, persis gaya seekor j ago aduan yang akan
dipersabungkan! Melihat kakek it u t idak bersenj at a, Kwee Seng m enyelipkan
t ulang paha kam bing dan daun ke pinggangnya, kem udian ia pun m engham piri
kakek it u, m em asang kuda- kuda dan diam - diam ia m engerahkan sin- kangnya
sepert i yang ia pelaj ari di Neraka Bum i karena ia cukup m aklum bahwa
bet apapun aneh dan lucu sikap kakek it u, nam un sudah t erbukt i kem arin bet apa
kakek ini m em iliki lwee- kang yang am at kuat sert a gin- kang yang am at t inggi.
Lawan ini am at berbahaya, dan dengan cerdik Kwee Seng lalu m enant i sam bil
siap siaga, tidak mau menyerang lebih dulu.
Akan t et api kakek it u j uga t ak kunj ung dat ang serangannya. Hanya kepalanya
bergerak ke kanan kiri, m at anya lirak- lirik sepert i ayam j ago sedang m enaksir-
naksir kekuat an lawan, kem udian kakinya m elangkah- langkah berput ar
m engelilingi Kwee Seng! Tent u saj a Kwee Seng j uga segera m engubah

Suling Mas Kho Ping Hoo 176


kedudukan kaki dan m engat ur langkah m engikut i Si Kakek yang aneh. I a m elihat
bet apa j ari- j ari kakek it u yang t elanj ang sepert i kakinya sendiri, t erpent ang
sepert i cakar ayam . Benar- benar kuda- kuda ilm u silat yang aneh sekali. Apakah
kakek ini m encipt akan ilm unya berdasarkan gerakan ayam j ago? At aukah
semacam burung? Ia menaksir- naksir akan tetapi tetap waspada.
Tiba- t iba kakek it u berseru, " Awas ! " dan t ubuhnya m encelat ke depan,
m enerj ang, kedua t angannya m enggam par dari kanan kiri, kedua kakinya
m enendang. Biarpun kelihat an hanya sebuah t erj angan kasar, nam un j ari- j ari
kakinya sert a j ari- jari t angannya m elakukan t ot okan di t uj uh bagian hiat o( j alan
darah) yang berbahaya! Kwee Seng kaget sekali, t ak m ungkin m engelak dari
t erj angan liar ini, m aka cepat ia m enggerakkan kakinya m elangkah m undur lalu
kedua t angannya m em buat gerakan m em bent uk lingkaran- lingkaran dan
sekaligus ia dapat menangkis dua pasang tangan kaki kakek itu.
" Dukkk! " Tubuh Bu Tek Loj in m encelat ke belakang m em buat salt o dua kali, akan
t et api kedudukan kaki Kwee Seng j uga t ergem pur sehingga dia t erhuyung-
huyung ke belakang. Kaget lah Kwee Seng. Tenaganya set elah berlat ih di Neraka
Bum i, m engalam i kem aj uan pesat sekali. Nam un kini ia ket em u bat unya. Kakek
yang m enerj ang di t engah udara it u t ernyat a m am pu m em buat nya t erhuyung-
huyung, dan kedua lengannya yang menangkis tadi seakan- akan bertemu dengan
benda yang antep dan keras.
"Heh- heh, kau boleh j uga! " Kakek it u m em uj i, kem udian m engulangi lagi
pasangannya sepert i ayam j ago, berput ar- put ar sehingga t erpaksa Kwee Seng
j uga berput aran. Kem bali Bu Tak Loj in m enerj ang m aj u dan kali ini terjangannya
disusul serangkaian serangan yang ganas, m em ukul dan m enendang bergant ian,
sem ua m engarah j alan darah yang berbahaya. Kwee Seng berlaku cepat ,
t ubuhnya m encelat ke sana- sini dan ia pun m em balas dengan pukulan t anpa
m em akai sungkan- sungkan lagi. Maka lenyaplah bayangan kedua orang ahli silat
yang m engerahkan gin- kang ini, berkelebat an sepert i pet ir m enyam bar. Berkali-
kali m ereka beradu t angan dan selalu Kwee Seng t erdesak m undur. Terang
bahwa ia kalah kuat dalam hal t enaga dalam , akan t et api karena Kwee Seng
m em ang m em iliki ilm u silat yang t inggi m aka penj agaannya rapat sekali. Set elah
m engalam i bent uran t angan belasan kali yang m em buat kedua lengannya t erasa
sakit- sakit , Kwee Seng segera m engerahkan I lm u Silat Bian- sin- kun ( Tangan
Kapas Sakt i) . Kedua t angannya m enj adi lunak sepert i kapas dan kapas dan
t enaga kakek it u sepert i am blas kalau bert em u dengan t angannya, sehingga ia
t idak m engalam i rasa nyeri lagi, m alah dengan ilm unya ini ia dapat m em balas
serangan dengan m endadak dan cepat , m em buat kakek it u berkali- kali
mengeluarkan seruan memuji dan penasaran.
Tiba- t iba kakek cebol it u m enggant i dan gerakannya yang t adinya am at cepat
lincah it u, m enj adi gerakan lam bat . Malah kedua kakinya seakan- akan t idak
bert enaga, sepert i m engam bang di at as air saj a. Nam un hebat nya, begit u
m ereka beradu lengan, Kwee Seng t erlem par ke belakang sedangkan kakek it u
hanya menari- nari dengan kedua kaki seperti tidak menginjak tanah.
Kwee Seng t erkej ut sekali, ia m elihat kakek it u t adi hanya m em buat gerakan
m endorong dengan kedua t angan, m engapa begit u beradu t angan ia t erlem par
sam pai t iga m et er ke belakang? Seakan- akan dari kedua t angan kakek it u
m engandung t enaga yang luar biasa kuat nya, padahal gerakan kakek it u lam bat
dan kelihat an lem ah sert a kosong? I a t idak t ahu bahwa ini ilm u cipt aan Bu Tek
Lo- j in yang dinam ainya Khong- in- ban- kin ( Awan Kosong Mengandung Kekuat an
Selaksa Kat i) ! Adapun ilm u ini adalah ilm u sin- kang yang m endasarkan ilm u
m em anfaat kan yang kosong sepert i seringkali disebut - sebut oleh Nabi Locu
dalam kit abnya To- tik- keng sehingga m erupakan penggabungan ilm u silat dan
ilmu batin yang tinggi.
Karena m aklum bahwa kalu ia t erus m elayani kakek sakt i ini dengan t angan
kosong t ent u ia akan kalah, Kwee Seng lalu m encabut t ulang paha kam bing dan
daun lebar dari ikat pinggangnya. " Bu Tek Loj in, dengan t angan kosong ak u
kalah, marilah kita gunakan senjata!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 177


Bu Tek Loj in bukanlah orang but a. Melihat lawannya yang m uda m engeluarkan
senj at a yang begit u sederhana dan aneh, ia t ahu bahwa lawannya ini benar-
benar m erupakan lawan yang t angguh sekali. Tadi pun diam - diam ia sudah
terheran- heran m engapa ada orang m uda yang begit u lihai. Selam a hidupnya,
belum pernah ia bert em u t anding yang sem uda ini. Akan t et api m em ang
wataknya tinggi hati, tidak memandang mata kepada lawan manapun juga, maka
ia t ert awa sam bil berkat a, " Jem bel t engik, keluarkan saj a sem ua kepandaianm u
untuk kulihat!"
Set elah berkat a dem ikian kakek cebol it u langsung m enyerang lagi dan kini
kem bali ilm u silat nya sudah berubah, t enaganya m asih sehebat t adi nam un
kedua t angannya m em buat gerakan yang m em bent uk lingkaran- lingkaran lebar
dengan t angan kirinya, sedangkan yang kanan m em bent uk lingkaran- lingkaran
sem pit . Pukulan- pukulan dan t endangan- t endangannya dat ang bergulung- gulung
sepert i om bak sam udera m enerj ang habis segala yang m erint anginya. Melihat
hebat nya gerakan ini, Kwee Seng segera m em ut ar ulang paha kam bing yang ia
gunakan sepert i pedang, unt uk m elindungi t ubuh, sedangkan daun di t angan kiri
m ulai ia kebut - kebut kan yang j uga m engeluarkan angin pukulan yang am at
dahsyat.
Tiba- t iba t erdengar suara keras, "Bagus, Bu Tek Loj in, kauhaj ar m am pus bocah
it u. Kalau kau kalah, baru aku yang m aj u! " Suara it u t erdengar dari j auh akan
t et api nyaring dan j elas sekali, kem udian sebelum suara it u lenyap
kumandangnya, orangnya sudah berkelebat datang. Seorang raksasa tinggi besar
berkepala gundul yang segera dikenal Kwee Seng sebagai m usuh lam anya, Ban-
pi Lo- cia!
Sej enak kakek cebol m enghent ikan serangannya, m em bant ing- bant ing kaki dan
m em aki, " Kau bilang kalau aku kalah? Kuda gundul, kau lihat saj a aku
m enj at uhkan j em bel t engik ini, kalau sudah, biar kau punya selaksa lengan ( ban-
pi) , past i kedua t anganku yang hanya dua ini akan kenyang m enem pilingi
gundulm u sam pai kau berkuik- kuik dan berkaing- kaing! " Set elah berkata
demikian, kakek cebol itu segera menyerang Kwee Seng lagi dengan hebatnya.
Kwee Seng m encelat ke kiri sam bil m em ut ar t ulang paha kam bing. " St op dulu,
Bu Tek Loj in. Dia it u m usuh lam aku, biarkan aku m em buat perhit ungan dengan
dia! Heh, m anusia cabul, rasakan pem balasanku at as kem at ian Ang- siauw-
hwa...! " Kwee Seng hendak m enyerang Ban- pi Lo- cia, akan t et api kakek cebol it u
merintangi, bahkan menyerangnya lagi sambil mengomel.
"Kau belum kalah olehku, bagaimana bisa berhenti dan melawan orang lain?"
Karena serangan kakek cebol ini m em ang hebat sekali, Kwee Seng t idak dapat
m em ecah perhat ian dan t erpaksa ia m elayani lagi dengan hat i m endongkol. I a
t ahu bahwa percum a saj a bicara dengan kakek cebol ini. Jalan sat u- satunya
m engalahkan Si Cebol ini lebih dulu, baru nant i m enghadapi Ban- pi Lo- cia. Akan
t et api ini hanya rencana saj a, pelaksanaannya sukar set engah m at i karena Si
Cebol ini benar- benar sakti luar biasa.
Sem ent ara it u, baru sekarang Ban- pi Lo- cia m elihat t ubuh Bayisan yang
m enggelet ak di at as t anah. I a kaget sekali dan t idak m em pedulikan lagi m ereka
yang sedang bert em pur. Cepat ia berlut ut di dekat m uridnya dan set elah m elihat
m uka m uridnya ia m engeluarkan suara t ert ahan, m enot ok dan m engurut sana-
sini. Akhirnya Bayisan dapat bicara.
" Suhu ( Guru) ..." ia m engeluh. " Muridku, siapa yang m elakukan ini padam u?
Hayo katakan, siapa? Akan kubeset kulit mukanya!"
Dengan suara t erput us- put us Bayisan bercerit a t erus t erang kepada gurunya
bagaim ana ia t ergila- gila kepada Tayam i dan m em asuki kam arnya, kem udian
put eri m ahkot a it u m enggunakan bubuk beracun m engenai m ukanya. Ket ika
bicara agak panj ang ini, Bayisan t elah t erlalu banyak m engerahkan t enaganya,
m aka begit u habis bicara, ia j at uh pingsan lagi. Ban- pi Lo- cia m enarik napas
panj ang, m enggeleng kepala dan berkat a. " Ahhh, banyak wanit a cant ik di dunia
ini, m engapa kau m em ilih Put eri Mahkot a bangsa sendiri? Ah, t idak bisa aku
m enggangu Put eri Tayam i. Tayam i anak Kulu- khan, m engapa engkau begini

Suling Mas Kho Ping Hoo 178


kej am ? Muridku, j angan penasaran. Aku akan m enurunkan sem ua kepandaianku
kepadam u agar kelak kau dapat m enj agoi dan m enj adi orang nom or sat u di
Khit an! " Set elah berkat a dem ikian, Ban- pi Lo- cia m em ondong t ubuh m uridnya it u
dan lari m eninggalkan t em pat it u t anpa peduli lagi kepada dua orang yang
sedang bertanding.
"Ban- pi Lo- cia, kau hendak lari kem ana?" Kwee Seng m enusukkan t ulang paha
dengan j urus m aut Pat - sian- toat- beng ( Delapan Dewa Mencabut Nyawa) dari
I lm u Pedang Pat - sian Kiam - hoat . Baru sekarang ia m enggunakan j urus Pat - sian
Kiam- hoat karena t adi dalam m enghadapi Bu Tek Loj in ia belum m au
m em pegunakan ilm unya ini yang t elah diperbaiki dahulu oleh Bu Kek Siansu,
sekarang ia ingin sekali m engej ar Ban- pi Lo- cia, t erpaksa ia m enggunakan j urus
ini. Kaget lah Bu Tek Loj in. Serangan ini m em ang hebat sekali dan t ak m ungkin
dit angkis at au dielakkan. Tulang it u uj ungnya t ahu- t ahu sudah m engancam ulu
hat i. Terpaksa Bu Tek Loj in m enggunakan gerakan yang sebet ulnya kalau t idak
t erpaksa, ahli silat t inggi enggan m elakukannya, yait u m em buang diri ke
belakang seperti batang pohon tumbang, lalu bergulingan di atas tanah.
Akan t et api Kwee Seng m em ang hanya ingin m em buat kakek cebol ini unt uk
sem ent ara m enj auhkan diri, langsung ia m eloncat dengan gin- kangnya yang
hebat ke arah Ban- pi Lo- cia yang sedang m elarikan diri m em bawa m uridnya,
t ulangnya m enghant am ke arah lam bung Ban- pi Lo- cia. Kakek gundul ini
m endengar desir angin, m enangkis dengan lengan karena t ahu bahwa senj at a
lawan itu tidak tajam.
"Dukkk! ! " Tubuh Ban- pi Lo- cia t erguling! Bukan m ain kaget nya hat i Si Gundul,
karena sama sekali tidak disangkanya Kwee Seng akan sekuat itu, jauh lebih kuat
daripada beberapa t ahun yang lalu. Tulang lengannya t idak pat ah akan t et api
rasa nyeri m enusuk sam pai ke j ant ung. I a t idak berani m ain- m ain lagi dan
karena ia m em ang am at kuat , sekali m eloncat ia t elah berada j auh di depan, lalu
menggunakan ilmu lari cepatnya meninggalkan tempat itu.
Kwee Seng hendak m engej ar, akan t et api t iba- t iba ia m endengar geram an hebat
dan kakek cebol sudah m enerj angnya penuh kem arahan karena t adi dipaksa
harus bergulingan sehingga pakaian dan ram but sert a j enggot nya t erkena debu.
Terpaksa Kwee Seng m encurahkan perhat iannya kepada kakek cebol lagi dan
karena m endongkol, kini ia segera m ainkan Pat - sian Kiam - hoat dengan t ulang di
t angan kanan, sedangkan daun lebar di t angan kiri ia m ainkan dengan I lm u Silat
Lo- hai- san- hoat . Kalau t iga em pat t ahun yang lalu saj a sepasang ilm u ini dapat
m em buat ia t erkenal dengan sebut an Kim - mo- eng, apalagi sekarang set elah ia
m em peroleh kem aj uan pesat di Neraka Bum i. Hebat bukan m ain perm ainan
pedang dan kipasnya. Dalam segebrakan saj a Bu- t ek Loj in sudah t erdesak
sam pai sepuluh j urus lebih. Kwee Seng m engerahkan seluruh kepandaian karena
m aklum bahwa m enghadapi kakek it u, sukar baginya unt uk dapat
m engalahkannya. Dalam hal t enaga sin- kang m aupun keringanan t ubuh, kakek
cebol ini hebat sekali.
" Eh... ohh... t ahan dulu...! " Sam bil m encelat ke sana- sini m enghindarkan diri dari
sam baran daun dan t ulang, Bu Tek Loj in bert eriak- t eriak. Sebagai seorang
pendekar, tentu saja Kwee Seng menurut dan menghentikan serangannya.
" Mau bicara apa lagi. Bukankah kau yang t adi m endesakku unt uk bert anding
sampai mati?" Kwee Seng menegur marah dan mendongkol.
" Mengapa gaya perm ainan silat m u sepert i it u? Apakah kau m urid Bu... Bu Kek ...
Siansu ...?"
Kwee Seng t ersenyum . "Bukan, akan t et api beliau pernah m em beri pet unj uk
kepadaku.."
" Wah... celaka... cukuplah kit a m ain- m ain." Kakek cebol it u lalu bersuit panj ang
dan dat anglah burung hant u m elayang- layang di at as kepalanya, kem udian ia lari
meninggalkan Kwee Seng diikuti dari atas oleh burung hantu.
Sej enak Kwee Seng t erlongong heran, kem udian ia pernasaran dan berlari pula
m engej ar. Ternyat a ilm u lari cepat kakek it u hebat , sukar baginya unt uk dapat
m enyusul. I a t ahu bahwa kakek it u belum kalah, bahkan agaknya kalau

Suling Mas Kho Ping Hoo 179


dilanj ut kan dia sendirilah yang akan kalah. Akan t et api m engapa Bu Tek Loj in
menjadi seperti orang jerih dan lari?
Bayangan kakek it u t elah lenyap. Hanya t am pak burung hant u m erupakan t it ik
hitam kecil jauh di depan. Kwee Seng kehilangan semangat untuk mengejar terus
m aka ia m enghent ikan larinya dan berj alan biasa m enuj u ke depan. Ket ika ia
m em asuki hut an, t iba- t iba ia m endengar suara orang t ert awa, suara ket awa Bu
Tek Lojin! Ia menjadi heran dan lari lagi memasuki hutan.
Apa yang dilihat nya m em buat Kwee Seng berhent i dan m enyelinap di belakang
pohon. Kiranya kakek cebol it u sudah berdiri sam bil t ert awa bergelak, sedangkan
didepannya t am pak seorang laki- laki bangsa Khit an yang bert ubuh pendek pula
akan t et api kuat , yang ia kenal sebagai seorang t okoh Khit an yang kat a orang
adalah panglima tua!
Mem ang, laki- laki ini bukan lain adalah Kalisani yang t elah m eninggalkan kot a
raj a dengan m aksud m erant au ke selat an. Kebet ulan sekali di dalam hut an it u
Kalisani bert em u dengan kakek cebol yang am at ia kagum i sepak t erj angnya
ket ika kakek it u m enggegerkan pest a perlom baan Khit an. Begit u m elihat Si
Kakek Cebol, t anpa ragu- ragu lagi Kalisani lalu m enj at uhkan diri berlut ut sam bil
berkata.
" Locianpwe ( Orang Tua Gagah) sudilah Locianpwe m enerim a t eecu ( m urid)
sebagai m urid. Apa pun yang locianpwe perint ahkan, akan t eecu t aat i dengan
taruhan jiwa raga teecu."
I nilah yang m em buat Bu Tek Loj in t ert awa bergelak- gelak sehingga t erdengar
t adi oleh Kwee Seng. Kakek cebol it u set elah t ert awa berkat a, " Aku akan
m em bikin kepalam u sepert i kepala Ban- pi Lo- cia, hendak kulihat apakah kau
m asih nekat m au m engangkat aku sebagai gurum u! " Set elah berkat a dem ikian,
kakek cebol it u m enggerakkan t elapak t angannya ke arah kepala Kalisani. Bekas
Panglim a Khit an ini t erkej ut sekali ket ika m erasa hawa panas m enyam bar
kepalanya. Celaka, pikirnya, m at i aku sekali ini! Akan t et api karena ia t elah
t erlanj ur berj anj i akan pat uh m enurut , ia m eram kan m at anya dan m enguat kan
hatinya, kalau perlu mati, apa boleh buat!
Kwee Seng yang m engint ai j uga kaget sekali. Telapak t angan kakek cebol it u
bukannya m em ukul, m elainkan m engusap kepala Kalisani dan ket ika ia
m engangkat kem bali t angannya, sem ua ram but bagian at as kepala Kalisani
ront ok sem ua sehingga kepala it u m enj adi gundul kelim is bagian at asnya, botak
tidak kepalang! Diam- diam Kwee Seng memaki atas kekejaman kakek cebol itu.
Kalisani m eringis , kulit kepalanya t erasa panas dan sakit , akan t et api t idak
t em bus sam pai m enem bus ke dalam , hanya t erasa sepert i dibakar. Melihat
ram but nya ront ok sem ua, ia kaget dan m akin t eguh hat inya unt uk belaj ar ilm u
kepada kakek yang am at sakt i ini. I a segera m engangguk- angguk sam pai
j idat nya m em bent ur t anah sam bil berkat a, " Jangan lagi begini, biar nyawa t eecu
kalau memang Suhu membutuhkan, teecu serahkan!"
Bu Tek Loj in t ercengang m enyaksikan kebulat an t ekad hat i orang. I a m engelus-
elus j enggot nya dan m enarik napas panj ang. " Kau boleh j uga. Bukankah kau
panglima di Khitan, mengapa kau mengikuti aku dan hendak menjadi murid?"
" Sekarang t eecu bukanlah praj urit Khit an lagi, t eecu sudah m eninggalkan
keraj aan karena j em u m enyaksikan perebut an kekuasaan dan m elihat bet apa
Khitan akan menjadi tidak beres. Karena amat kagum akan kesaktian suhu, maka
teecu hanya mempunyai satu niat di hati, yaitu menjadi murid suhu."
"Hah- hah- hah, selam anya aku t idak m enerim a m urid. Akan t et api, hem m m , dia
sudah m enurunkan kepandaian kepada j em bel t engik, m engapa aku t idak? Eh,
Bot ak, baiklah kau m enj adi m uridku. Nah, hayo kau gendong aku dan j angan
berhenti sebelum kuminta, biarpun kedua kakimu akan patah- patah!"
Bukan m ain girangnya hat i Kalisani. Set elah m em beri horm at berlut ut dan
m engangguk sam pai delapan kali, ia m enggendong kakek cebol it u dan lari
congklang sepert i kuda. Si Kakek Cebol t ert awa bergelak- gelak lalu berkat a,
" Hayo kau pun t ert awa yang keras! Menj adi m uridku harus gem bira selalu, kalau
t idak kau akan kubunuh! " Dan t erdengarlah suara Kalisani t ert awa pula,

Suling Mas Kho Ping Hoo 180


terkekeh- kekeh m enyaingi suara ket awa gurunya! Kalau ada orang m elihat
m ereka, t ent u orang it u akan lari t erbirit - birit at au berdiri t erlongong keheranan
karena keadaan m ereka it u hanya akan m enim bulkan dua m acam dugaan,
pert am a, m ereka adalah dua iblis neraka at au yang kedua, m ereka adalah
sepasang orang gila yang liar. Yang m enggendong seorang berkepala bot ak dan
t ert awa t erkekeh- kekeh, yang digendong seorang kakek cebol t ert awa bergelak-
gelak sepanj ang j alan. Dan di at as m ereka, t erbanglah si Burung Hant u sam bil
m engeluarkan suara sepert i t ert awa pula, hanya saj a suara it u akan m em buat
orang menggigil serem di waktu malam!
Kwee Seng keluar dari balik pohon, m enggeleng- geleng kepala dan m enarik
napas panj ang. Aneh- aneh di dunia ini, m em ang! Kem udian ia lalu m elanj ut kan
perj alanan m eninggalkan Khit an. Urusannya di Khit an sudah selesai. Bayisan
t elah t erhukum , sungguhpun bukan langsung dari t angannya, adapun Ban- pi Lo-
cia, biarlah lain kali kalau ada kesem pat an berj um pa, akan ia t ant ang unt uk
m em bereskan perhit ungan, karena bet apapun j uga, m at inya Ang- siauw- hwa
karena perbuat an kej i Ban- pi Lo- cia, t ak dapat t erhapus begit u saj a dari
ingatannya.
Dalam perant auannya ini yang m enj elaj ah belasan propinsi dan puluhan kot a
rat usan desa, t iada hent inya Kwee Seng m engulurkan t angan m elakukan darm a
bakt inya sebagai seorang berilm u. Tak t erhit ung lagi j um lahnya penj ahat yang
m engenal bet apa keras dan am puhnya t elapak t angan kanannya, dan sebaliknya
ent ah berapa banyaknya orang- orang t ert indas m engenal bet apa lunak halus dan
t erbukanya t elapak t angan kirinya! Di m ana- m ana Kwee Seng m elakukan
perbuat an gagah perkasa dan kini m asih saj a ia sem bunyi, t ak suka m enonj olkan
namanya, dan hanya beberapa kali karena terpaksa ia memperkenalkan namanya
sebagai Kim - m o Taisu. Nam un t ak seorang pun dapat m enduga bahwa orang
yang berpakaian compang- cam ping penuh t am balan, yang ram but nya riap- riapan
dan t ertawa- t awa di sepanj ang j alan, orang gila ini sebenarnya adalah Kim - mo
Taisu Si Pendekar Budiman!
Berbahayalah orang yang t erlalu lem ah m enghadapi racun asm ara sepert i halnya
Kwee Seng. Pendekar ini seorang yang kuat lahir bat in, nam un m enghadapi
pengaruh asm ara, ia roboh. Perasaannya m enj adi lem ah dan lunak sepert i lilin
cair diperm ainkan t angan- t angan asm ara yang j ahil. Kegagalan cint a kasihnya
t erhadap Ang- siauw- hwa, kem udian pukulan bat in oleh asm ara yang nakal ket ika
t erj adi perist iwa dengan nenek di Neraka Bum i, benar- benar m em buat nya
runt uh. Rasa sesal dan m alu bercam pur aduk sehingga m em buat kelakuannya
sepert i orang gila. Mem buat ia m erant au t anpa t uj uan sam pai bert ahun- tahun
lamanya.
Mem ang sesungguhnya, t iada seorang pun m anusia di dunia ini yang t erluput
dari pada serangan dan dorongan nafsu yang m erobah diri m enj adi cint a. Tak
seorang pun boleh m engingkari at au m enghindarinya, karena hal ini sudahlah
waj ar. Nam un, bet apa hebat cint a kasih m erangsang hat inya, m anusia t et ap
harus t enang waspada, j angan m em biarkan diri diperham ba nafsu, harus t et ap
berada di at as nafsu dan dapat m engendalikannya. Nafsu seum pam a kuda.
Badan wadag ( j asm ani) seum pam a keret a. Nafsulah yang m enarik j asm ani ke
depan sehingga berhasil m em peroleh kem aj uan j asm ani, sepert i halnya kuda
m enarik keret a sehingga dapat m aj u dengan lancar. Akan t et api, t anpa ada Sang
Kusir yang m enguasai kuda it u m aka akan berbahayalah j adinya. Sifat kuda
m em ang liar, ganas dan t idak m udah dit undukkan. Sang Kusir inilah rohani yang
harus diperkuat dengan kesadaran. Apabila Sang Kusir kuat dan dapat menguasai
keliaran kuda nafsu, m aka kuda it u akan dapat dibikin j inak, dapat dikendalikan
unt uk m aj u m enarik keret a j asm ani ke arah j alan yang benar. Sebaliknya,
apabila Sang Kusir it u lem ah, m aka kuda nafsu yang akan m enguasai perj alanan,
dan akibat nya dapat m engerikan. Kuda liar dapat m enarik keret a besert a
kusirnya t anpa at uran lagi dan besar kem ungkinan akan m em bawa keret a m asuk
jurang!

Suling Mas Kho Ping Hoo 181


Bet apapun j uga, t erlalu m erem ehkan cint a kasih sepert i halnya Liu Lu Sian, j uga
berbahaya sekali. Sekali meremehkan cinta kasih murni antara suami isteri, besar
kem ungkinan orang akan t erseret kepada sifat t inggi hat i dan m em andang cint a
sebagai barang perm ainan dan iseng- iseng belaka! Sifat ini akan m enyeret orang
untuk berkecim pung ke dalam percint aan hewani yang t erdorong oleh nafsu
berahi semata.
Liu Lu Sian t elah m elakukan kesalah it u. I a m em andang rendah akan cint a kasih
suam i ist eri sehingga ia rela m eninggalkan k am Si Ek dan put eranya, m encari
kebebasan. Mem ang hal ini t idak m ungkin. Siapapun j uga yang t elah
m engikat kan diri dengan perj odohan, berart i ia m engikat kan diri pula dengan
pelbagai kewaj iban, t ak m ungkin dapat bebas lagi kalau ia m au m enj adi seorang
ist eri at au suam i yang baik. Lu Sian lari daripada kewajiban- kewaj iban yang
dianggapnya berat t ak m enyenangkan it u. I a lari m encari kebebasan, kebebasan
total, juga kebebasan cinta!
Ada j uga rasa sesal di hat inya ket ika ia m eninggalkan rum ah, nam un rasa ini ia
buang j auh- j auh dengan bayangan yang m enyenangkan. Bet apa pun ia akan
bert ualang sesuka hat inya. Pergi ke m ana pun ia suka. Agak berat hat inya kalau
ia t eringat kepada Bu Song. Nam un, bant ah hat inya, Bu Song sudah besar, dan
di sana ada ayahnya. Tent u anak it u t akkan t erlant ar. Pula, ia m em ang hendak
m em pert inggi ilm unya unt uk kelak diwariskan kepada Bu Song. Put eranya harus
menjadi ahli silat nomor satu di dunia ini!
Lu Sian berangkat m enuj u rum ah ayahnya di Nan- cao. I a harus m em berit ahukan
ayahnya t ent ang perceraiannya dengan Kam Si Ek. Kalau t idak diberit ahu dan
ayahnya it u dat ang m enj enguknya di rum ah Kam Si Ek, t ent u ayahnya akan
m endapat m alu. Selain ini, unt uk m em pert inggi ilm unya ia harus m int a bant uan
ayahnya. I a m aklum bet apa ayahnya am at kikir dalam hal m enurunkan
kepandaiannya. Ket ika ayahnya bert anding m elawan Kwee Seng, ayahnya dapat
m engim bangi kelihaian pendekar it u, sedangkan dia sam a sekali t idak berdaya
m enghadapi Kwee Seng. Kalau ayahnya m asih bersikap kikir, ia t ahu di m ana
ayahnya menyimpan kitab- kitab itu, kalau perlu dicurinya.
I a t idak t ergesa- gesa dalam perj alanannya yang am at j auh it u, karena ia hendak
m enikm at i " kebebasannya" . Bukan m ain gem bira hat inya ket ika ia m elihat
bet apa sem ua m at a, t erut am a laki- laki, di sepanj ang perj alanan m enelannya
dengan lahap. Teringat ia akan keadaannya dahulu sebelum m enj adi ist eri Kam
Si Ek, di m ana sem ua laki- laki m em uj a dan m em perebut kan cint anya. Alangkah
senangnya dalam keadaan sepert i it u. I a m erasa dirinya t erangkat t inggi sekali,
merasa amat berharga, tidak seperti kalau berada di rumah Kam Si Ek di mana ia
hanya terikat oleh kewajiban melayani suaminya seorang dan merawat anaknya.
Akan t et api, beberapa bulan kem udian m ulailah Lu Sian m erasa kesepian. Mulai
ia m erasa rindu akan belaian dan cum bu rayu, akan kasih sayang seorang pria.
I a m erasa rindu sekali kepada Kam Si Ek, suam inya yang selalu m em perlihat kan
kasih sayang mesra terhadap dirinya.
Pada pagi hari it u, Lu Sian duduk t erm enung di dalam rum ah m akan. Sem alam ia
sam a sekali t idak t idur dalam rum ah penginapan t ak j auh dari rum ah m akan it u.
Gelisah semalam suntuk ia bergulingan di atas pembaringan, hatinya penuh rindu
berahi kepada suam i yang t elah ia t inggalkan. I a m alah sam pai m enangis penuh
penyesalan m engapa ia t inggalkan suam i dan anaknya. Akan t et api hat inya yang
keras m elarangnya unt uk kem bali, karena ia m aklum bahwa di rum ah suam inya,
segala akan berubah lagi menjadi hambar, sehari- hari hanya berkeliaran di dalam
rumah tak pernah dapat menikmati alam bebas.
Hanya sem angkok bubur dan daging asin dapat m em asuki perut nya. Sehabis
m akan ia t erm enung, t ak m erasa bet apa t iga pasang m at a pelayan m elahap
kecantikannya. Rumah makan itu masih kosong, belum ada tamu sepagi itu.
" Bung pelayan, beri aku dua m angkok bubur panas dan arak panas dan arak
hangat ! " t iba- t iba suara ini m enyadarkan Lu Sian dari lam unannya. I a m elirik ke
kanan dan t am pak olehnya seorang laki- laki sudah duduk di depan m ej a sebelah
kanannya, dekat pint u rum ah m akan. Karena t enggelam dalam lam unannya, ia

Suling Mas Kho Ping Hoo 182


sam pai t idak t ahu bahwa ada t am u m em asuki rum ah m akan it u. Pelayan cepat
m elayani t am u baru ini dan laki- laki it u m akan dengan lahapnya, kelihat annya
lapar sekali.
Dari sudut m at anya, Lu Sian m elihat bahwa laki- laki it u berusia t iga puluh lebih,
sikapnya t enang dan waj ahnya t am pan gagah, akan t et api sepert i diliput i awan
kedukaan dan kekuat iran. Tubuh laki- laki it u t egap dan di pinggangny a
t ergant ung sebat ang pedang yang sarungnya lapuk, akan t et api gagangnya yang
licin karena sering dipergunakan it u berukirkan kepala burung dewat a, Lu Sian
dapat m enduga bahwa laki- laki it u t ent ulah seorang yang pandai ilm u silat , akan
t et api sepert i biasa, ia m em andang rendah karena selam a perj alanan, t erlalu
banyak ia m elihat laki- laki berpedang nam un yang t ingkat kepandaiannya hanya
begitu- begit u saj a. Hanya waj ah orang it u agak m enarik perhat iannya, waj ah
yang benar- benar gagah, dagunya m em bayangkan kekerasan hat i, waj ah yang
memiliki kegagahan seperti wajah Kam Si Ek, suaminya.
Pada saat it u t erdengar suara nyanyian yang parau dan serak, dat angnya dari
j alan besar, diselingi suara berket uknya t ongkat di at as t anah berbat u. Lapat -
lapat t erdengar kat a- kat a dalam nyanyian bersam a dari beberapa orang it u,
membuat Lu Sian terkejut dan cepat memandang ke luar.
Berat ap langit berlant ai bum i
Disanalah t em pat t inggal kam i
Kam i t idak punya apa- apa
Makan pakaian kami tinggal minta!
Kekaget an Lu Sian ada sebabnya. Pernah ia m endengar nyanyian sederhana ini
dari m ulut ayahnya yang m em uj i nyanyian it u sebagai syair yang baik dan berisi
dari Perkum pulan Pengem is Hat i Kosong ( Khong- sim Kai- pang). Menurut
penut uran ayahnya, diant ara perkum pulan- perkum pulan pengem is yang besar-
besar, yang paling t erkenal dan am at banyak anggot anya, adalah Khong- sim Kai-
pang it ulah. Mereka it u rat a- rat a m em iliki ilm u kepandaian yang t inggi dan
biarpun hanya perkum pulan pengem is, nam un sesungguhnya m erupakan orang-
orang yang m enj adi penganut agam a gabungan Buddha dan Locu. Karena filsafat
Locu, m aka m ereka nam akan diri Pengem is Hat i Kosong, dan karena pengaruh
aj aran Budhha, m aka m ereka m engem is ke sana ke m ari, hidup sederhana
sekali! Lu Sian m asih t eringat beberapa t ahun yang lalu ayahnya m enyat akan
bahwa ket ua perkum pulan Pengem is Hat i Kosong ini adalah Yu Jin Tianglo,
seorang yang m em iliki ilm u silat t inggi, ahli berm ain t oya dan t ongkat . Biarpun
t idak secara resm i, nam un pada um um nya para perkum pulan pengem is lain di
beberapa propinsi mengakui Khong- sim Kai- pang sebagai part ai induk dan sem ua
perat uran m engenai " dunia pengem is" bersum ber kepada perkum pulan Pengem is
Hat i Kosong inilah. Kiranya hanya perkum pulan pengem is Ban- hwa- kai- pang
( Perkum pulan Pengem is Selaksa Bunga) di pant ai t im ur saj alah yang dapat
menandingi kebesaran nama Khong- sim Kai- pang.
Pada saat Lu Sian t erm enung m engingat cerit a ayahnya, suara nyanyian m ereka
sudah berhent i, t inggal suara ket ukan t ongkat di at as bat u- bat u j alan saj a yang
t erdengar, m akin lam a m akin dekat . Ket ika Lu Sian m elirik ke arah laki- laki
gagah di dekat pint u, orang it u j uga m enggeser kursinya m enghadap pint u, akan
t et api waj ahnya t idak m em bayangkan sesuat u, t et ap t enang dengan awan
kedukaan m enyelim ut inya. Orang it u m asih t et ap m akan buburnya dengan
sum pit , sebent ar- sebent ar diseling m inum araknya. Karena penggeseran kursi
it u, m aka kini Lu Sian duduknya berhadapan dengan laki- laki it u dan diam - diam
ia harus mengakui bahwa laki- laki itu tampan dan gagah, amat menarik hati.
Muncullah kini rom bongan penyanyi it u di depan pint u. Mereka t erdiri dari t iga
orang pengem is, pakaian m ereka berm acam - m acam akan t et api kesem uanya
sudah rom beng, penuh t am balan, bahkan ada seorang di ant ara m ereka yang
kaki celana sebelah kiri bunt ung sam pai di at as lut ut . Ada pula yang kaki
kanannya t elanj ang sedangkan kaki kiri bersepat u baru. Orang ke t iga m asih
m uda, biarpun pakaiannya t am bal- t am balan dan robek- robek, nam un kainnya

Suling Mas Kho Ping Hoo 183


bersih sekali dan j elas t am pak pengem is m uda ini " pasang aksi" ket ika m at any a
memandang Lu Sian.
Tiga orang pengem is ini kelihat an t ercengang kaget ket ika m elihat laki- laki t adi,
dan segera m ereka m aj u ke depan, m at a m ereka t iba- t iba m engandung sinar
kem arahan, akan t et api m ulut m ereka m asih senyum - senyum . Hanya Si
Pengemis Muda saja yang kadang- kadang melirik tajam ke arah Lu Sian, agaknya
perhat iannya t erhadap laki- laki t adi am at t erganggu oleh hadirnya Lu Sian yang
m em bet ot sem angat nya. Pengem is yang bersepat u sebelah it u m engetuk-
nget ukkan t ongkat beriram a, lalu m em buka m ulut nya bernyanyi, suaranya parau
dan dalam seperti suara seekor katak besar.
" Tam u t ak diundang dat ang kem ari
apakah hendak menyerahkan diri?"
Laki- laki gagah it u m enghabiskan buburnya, lalu bert eriak m em anggil pelayan
dengan suara t enang, " Heii, Bung Pelayan. Tolong t am bah bubur set engah
m angkok lagi." Pelayan segera dat ang, akan t et api ket ika m elirik keluar pint u ia
m enj adi m arah. Set elah m engisi m angkok kosong dengan bubur dan
m enghidangkannya ke m ej a Si Laki- laki gagah, pelayan it u lalu m endam prat ke
luar pintu.
" Eh, kalian ini bagaim ana berani t ak t ahu at uran begini? Ada t am u sedang dahar,
j angan diganggu! Nant i sore saj a dat ang kalau hendak m int a sisa..." Tiba- t iba ia
m enghent ikan kat a- kat anya ket ika m elihat bet apa pengem is t erm uda t elah
m engam bil bat u dan m erem asnya hancur sepert i orang m erem as t epung saj a!
Pelayan it u m engenal gelagat , t ahu bahwa t iga orang pengem is it u bukan
pengem is biasa, m aka m ukanya m enj adi pucat ket ika ia m enoleh ke arah
tamunya yang enak- enak m akan kem udian cepat - cepat ia pergi m enj auhi.
Pengem is m uda it u dengan lagak som bong m em buang hancuran bat u ke at as
t anah, m at anya m elirik ke arah Lu Sian m engharapkan puj ian. Akan t et api gadis
ini m elirik pun t idak, m elainkan t erus m em perhat ikan Si Laki- laki Gagah, dan di
dalam hatinya siap untuk membantu kalu laki- laki itu menghadapi bahaya.
Tanpa m em pedulikan t eguran pim pinan t adi, pengem is ke dua yang kaki
celananya panjang sebelah, menyambung nyanyiannya.
"Menyerahkan diri membayar hutang baru si Kecil diantar pulang!"
Pengem is m uda segera m enyam bung nyanyian ini, suaranya dibuat - buat dan
m em ang suaranya m erdu, m at anya m elirik Lu Sian dan bibirnya t ersenyum -
senyum.
"Diantar pulang ke rumah siapa?
Apakah si Manis ada yang punya?"
Mendengar nyanyian t erakhir ini, t iba- t iba lelaki it u m enoleh ke arah Lu Sian dan
dalam beberapa det ik dua pasang m at a bert em u. Muka lelaki it u m enj adi m erah,
sinar m at anya t am pak t erpesona lalu bingung. Nam un j elas bahwa dengan
kekerasan hat i laki- laki it u dapat m enyadarkan kem bali kebingungannya karena
t erpesona oleh kecant ikan waj ah Lu Sian yang sej ak t adi t idak dilihat nya. I a
m em aksa m ukanya kem bali m enunduk dan t enang- t enang saj a m akan buburnya
dengan sumpit.
Juga hat i Lu Sian berdebar aneh, ket ika m ereka bert em u pandang t adi. Melihat
pandang m at a orang it u, ia sepert i dapat m enj eguk isi hat inya! Jelas sekali laki-
laki it u kagum kepadanya. Biasanya, sem ua laki- laki yang m em andangnya t ent u
kagum dan jatuh hati, akan tetapi hal itu malah membuat Lu Sian kadang- kadang
t ersenyum m engej ek di sam ping kebanggaannya. Sekali ini t idak. I a m erasa
girang sekali!
Tiga orang pengem is it u j elas m enuj ukan nyanyian m ereka kepada orang it u,
kecuali pengem is m uda yang m enyelewengkan nyanyian ke arah Lu Sian. Kini
melihat orang it u sam a sekali t idak peduli m ereka m enj adi m arah. Si Pengem is
Muda m enggerakkan t angannya dan m enyam barlah sinar kehit am an ke arah
leher laki- laki gagah. Lu Sian diam - diam kaget sekali, t ahu bahwa it u adalah
senj at a rahasia, yang biarpun t idak t erlalu hebat nam un cukup berbahaya kalau
Si Laki- laki t idak dapat m enghindarkan diri. Akan t et api hat inya lega dan kagum

Suling Mas Kho Ping Hoo 184


ket ika m elihat laki- laki it u m engangkat sum pit nya dan... paku hit am yang
m enyam bar lehernya t elah t erj epit di ant ara sepasang sum pit ! Kem udian t angan
yang m em egang sum pit bergerak, paku hit am m enyam bar dengan kecepat an
beberapa kali lipat daripada tadi ke arah Si Penyerang.
" Auuuhhh...! " Pengem is m uda yang aksi it u m eloncat - loncat dengan kaki kanan
sam bil m engaduh- aduh dan m em egangi kaki kirinya yang diangkat - angkat . Paku
t adi, pakunya sendiri yang biasanya ia som bongkan sehingga ia m em akai j ulukan
Tou- hiat- t eng ( Si Paku Penem bus Jalan Darah) , kini t elah m enancap di paha
kirinya sampai tidak kelihatan lagi kepalanya!
Dua orang pengemis melihat ini menjadi marah sekali. Si Celana Panjang Sebelah
m enerj ang dengan t ongkat nya yang dit usukkan ke arah m uka sedangkan
pengem is sepat u t unggal it u m encabut golok lalu m em bacok ke arah leher.
Nam un orang it u m asih enak- enak m akan buburnya yang belum habis,
m em biarkan dua senj at a it u m enyam bar sam pai dekat sekali. Kali ini Lu Sian
benar- benar kaget . Sungguh berbahaya sekali ket enangan yang berlebih- lebihan
it u, pikirnya. Cepat t angannya m enyam bar sum pit yang t adi ia pakai m akan,
sekali t angannya bergerak sepasang sum pit it u m eluncur ke depan sepert i anak
panah melesat dari busurnya.
" Tranggg! Aduhhh! Aduhhh...! " Perist iwa yang m enj adi beberapa det ik
m engherankan sekali. Secara t iba- t iba, laki- laki yang dij adikan sasaran t ongkat
dan golok it u lenyap dari at as kursinya sehingga golok dan t ongkat saling
bert em u di udara, kem udian dalam det ik selanj ut nya, t angan dua orang
pengem is yang m em egang senj at a it u t elah t ert usuk sum pit , t em bus di t elapak
t angan sehingga senj at a m ereka t erlepas dari pegangan, m ereka berteriak- teriak
kesakitan sambil menggunakan tangan kiri memijit- mijit tangan kanan.
"Lee- hi- ta- t eng ( I kan Lee Meloncat ) yang bagus! " " Sam bit an yang luar biasa! "
Puj ian yang keluar dari m ulut Lu Sian dan orang gagah it u keluar dalam wakt u
bersam aan, m ereka saling pandang pula. Hanya beberapa det ik, pandang m at a
penuh kagum dan " ada rasa" ! akan t et api laki- lak i it u segera m elangkah keluar
m enghadapi t iga orang pengem is yang m asih m engaduh- aduh, lalu berkat a
dengan suara lantang berwibawa.
" Aku Tan Hui adalah laki- laki t idak suka berlaku pengecut ! Set ahun yang lalu
urusanku dengan Kong- sim Kai- pang sudah kubereskan dengan Yu Jin Tianglo,
kam i berdua saling m enghargai dan bersahabat . Kenapa sekarang t anpa alasan
Kong- sim Kai- pang m engganggu anak kecil? Kalu ada urusan silahkan Yu Jin
Tianglo m enem ui aku, m engapa m engut us segala m acam anj ing kecil m acam
kalian? Hayo kat akana kepada Yu Jin Tianglo bahwa aku Tan Hui ingin bicara
dengan dia sendiri. Pergilah! " Dengan t angan kanannya laki- laki yang bernam a
Tan Hui it u m endorong. Hawa dorongan ini m enim bulkan angin dan t iga orang
pengem is yang sudah t erluka it u roboh t erguling! Mereka m erangkak bangun,
m eringis kesakit an, lalu yang sebelah kakinya t elanj ang m em andang dengan
mata melotot kepada Lu Sian.
" Nona, kau siapakah dan m engapa m encam puri urusan kam i? Apa hubunganm u
dengan Hui- kiam- eng Tan Hui?"
Lu Sian t ersenyum , m anis sekali senyum nya sehingga pengem is m uda yang
pahanya t erluka it u unt uk sej enak m elupakan rasa nyerinya. " Aku bukan apa- apa
dengan orang gagah ini, adapun nam aku Lu Sian. Karena j em u m enyaksikan
sikap t engik kalian, m aka aku m enj adi m uak. Masih unt ung sum pit ku t idak
kutujukan kepada kepala kalian!"
Tiga orang pengem is it u m em andang dengan m at a m elot ot , kem udian m ereka
m em balikkan t ubuh dan sam bil m enunt un pengem is m uda yang t erpincang-
pincang mereka meninggalkan tempat itu.
Lu Sian t adi kaget j uga m endengar laki- laki it u m em perkenalkan nam anya. Tent u
saj a ia sudah m endengar akan Hui- kiam- eng ( Pendekar Pedang Terbang) yang
am at t erkenal di daerah t im ur ini, seorang yang kabarnya am at lihai ilm u
pedangnya dan t erut am a sekali gin- kang ( ilm u m eringankan t ubuh) yang
dim ilikinya t ak pernah m enem ui t anding. Tadi ia sudah m enyaksikan gerakan

Suling Mas Kho Ping Hoo 185


yang biasa saj a, nam un dilakukan oleh Tan Hui dengan hebat luar biasa. Dia
sendiri tak mungkin dapat melakukan gerakan ini secepat itu.
Di lain pihak, Tan Hui m engingat - ingat dan ia t ak pernah m endengar nam a
seorang pendekar wanit a bernam a Sian dengan nam a ket urunan Lu. Akan t et api
sam bit an sum pit t adi j elas m em bukt ikan bahwa wanit a cant ik j elit a sepert i
bidadari di hadapannya ini adalah seorang ahli silat yang berilm u t inggi. Ket ika ia
m em andang waj ah yang t ersenyum it u, sepasang m at a yang bagaikan bint ang
begit u bercahaya, bening dan berbent uk indah sekali, hidung m ancung dan bibir
m erah basah, ram but sinom yang t erurai di kening, benar- benar m em buat nya
t erpesona dan dengan gagap ia berkat a sam bil m engangkat kedua t angan di
depan dada.
"Nona, banyak terima kasih atas bantuanmu tadi." Lu Sian tersenyum, tampaklah
deret an gigi yang laksana m ut iara, kem udian bibirnya bergerak- gerak ket ika
bicara, m at anya bersinar- sinar. " ah, it u bukanlah bant uan nam anya dan t idak
ada art inya. Kit a m em punyai perasaan yang sam a, bukan? Sam a- sam a sebal
menyaksikan tiga orang jembel tadi..."
Hening sejenak, dan tiba- t iba Lu Sian m enahan t awanya m elihat bet apa orang it u
memandangnya dengan melongo, jelas terpesona dan seperti lupa keadaan.
"Eh, Tan- enghiong, kau kenapa....?" Tegurnya, tersenyum manis.
Tan Hui gelagapan. Selam a hidupnya belum pernah ia m enyaksikan wanit a begini
cant ik j elit a, yang bibirnya bergerak- gerak dan m at anya bersinar- sinar. " Eh...
oh... kau... kau hebat sekali..."
Kem bali Lu Sian t ersenyum lebar dan unt uk sesaat m ereka hanya berdiri saling
pandang dengan kaku. Akhirnya Lu Sian berkat a, " Apkah kit a akan t erus bicara
sambil berdiri saja?"
Kem bali Tan Hui baru sadar akan keadaan yang serba canggung it u, m aka ia
m enj adi m alu, m erah sekali m ukanya ket ika ia berkat a. " ah..., silakan, Nona.
Mari silakan duduk."
Mereka duduk sem ej a, saling berhadapan. " Sudah lam a aku m endengar t ent ang
Khong- sim Kai- pang. Kabarnya perkum pulan pengem is it u t erkenal sebagai
perkum pulan baik- baik, diket uai oleh Yu Jin Tianglo yang lihai dan t erkenal
sebagai tokoh baik- baik. Mengapa kau di musuhi mereka?"
Tan Hui m enarik napas panj ang dan kem bali waj ahnya yang sej enak t adi
kehilangan bayangan duka, kini m enj adi keruh kem bali. " Panj ang cerit anya,
nona. Akan t et api aku yakin bahwa kit a segolongan, m aka t idak ada salahny a
kalau aku cerit akan hal ini kepadam u. Eh, Bung Pelayan, t olong kauant arkan
seguci arak dan daging sekati."
Pelayan m engham piri m ereka. Pelayan ini t ersenyum - senyum dan t erbongkok-
bongkok penuh horm at . " Maaf, Taihiap. Kam i t idak t ahu bahwa Tuan adalah Tan-
t aihiap yang t erkenal budim an. Dasar pengem is- pengem is it u t idak t ahu diri,
berani main gila terhadap Hui- kiam- eng Tan Hui Taihiap (Pendekar Besar)!"
" Sudahlah t olong kau sediakan pesananku." Pelayan it u t ersenyum - senyum
ram ah, lalu berlari pergi unt uk m em persiapkan pesanan it u. Adapun pelayan lain
m elihat rum ah it u m asih belum banyak t am u, m enggunakan kesem pat an
m enganggur ini lari ke luar rum ah m akan unt uk m em bual t ent ang kehadiran
pendekar budiman Hui- kiam- eng Tan Hui di tempat kerjanya!
" Aku m em punyai banyak m usuh." Tan Hui m ulai bercerit a set elah m enarik napas
panj ang, sem ua karena salahku. Aku t erlalu lancang t angan dan suka
m encam puri urusan lain orang. Tak t ahan aku m elihat orang dit indas at au
kejahatan berlalu saja tanpa orang membenciku...."
" Sudah selayaknya orang gagah dibenci orang j ahat ." Lu Sian berkat a
m enghibur, karena ia anggap hal sepert i it u bukanlah hal yang pat ut disusahkan.
Orang ini gagah sekali dan sikapnya j ant an, am at m enarik hat i. Akan t et api
wajahnya selalu membayangkan kerisauan hati.
Tan Hui m engangguk. " Cocok! Mem ang begit ulah pendirianku pula, Nona. Karena
it ulah m aka aku t ak pernah berhent i dengan t ugasku, selalu kubela kebenaran
dan kut egakkan keadilan, kalau perlu kugunakan kekerasan unt uk m enghant am

Suling Mas Kho Ping Hoo 186


m ereka yang sewenang- wenang. Dan ini pula sebabnya m engapa aku
m em punyai urusan dengan Khong- sim Kai- pang. Lim a orang anggut a Khong- sim
Kai- pang m elakukan penyelewengan set ahun yang lalu di kot a Tong- an. Mereka
m int a derm a secara paksa, t idak it u saj a, m alah seorang di ant ara m ereka t elah
m enculik put eri seorang hart awan dan m em perkosanya. Aku kebet ulan lewat di
kot a it u, lalu t urun t angan m em beri haj aran kepada m ereka dan m alah
membunuh Si Penculik."
" Kenapa t idak dibunuh sem ua saj a?" Lu Sian m em ot ong. Tan Hui m enghela
napas. " Kalau kubunuh sem ua, kiranya t idak akan m uncul akibat begini panj ang.
Akan t et api m engingat bahwa selam anya Khong- sim Kai- pang t erkenal baik,
apalagi aku m em andang m uka ket uanya, m aka kuam punkan m ereka dan hanya
membunuh seorang yang paling jahat. Aku sangka urusan hanya berhenti sampai
di sit u. Tidak t ahunya, ket ika kau m elakukan perj alanan, aku dihadang dan
dikeroyok t iga puluh orang Khong- sim Kai- pang yang m em endam at as kem at ian
seorang t em annya. Terj adi pert em puran dan biarpun aku m erobohkan dan
m elukai banyak di ant ara m ereka, nam un aku m enj aga sehingga t idak seorang
pun t ewas. Aku lalu pergi langsung m encari Yu Jin Tianglo, m encerit akan sem ua
urusan itu. Yu Jin Tianglo marah sekali kepada anak buahnya, malah menghukum
m ereka dengan penurunan t ingkat . Urusan it u sudah beres sam pai... set engah
bulan yang lalu..." Sam pai di sini Tan Hui berhent i dan waj ahnya m em perlihat kan
kemuraman.
" Lalu m ereka m engganggum u? Kalau hanya pengem is- pengem is it u saj a, t akut
apakah? Biar m ereka dat ang m encari m at i. Yu Jin Tianglo kalau m em bela anak
buahnya yang mencari perkara, dia pun tidak benar dan perlu diberi hajaran!"
Tan Hui t ercengang keheranan m enyaksikan Lu Sian bicara penuh sem angat dan
marah- m arah. Urusan ini t idak ada sangkut - paut nya denga Lu Sian, m engapa
gadis ini menjadi begitu marah?
" Sungguh t idak enak t erhadap Yu Jin Tianglo..." " Tidak enak bagaim ana? Anak
buahnya yang t ak t ahu at uran yang m encari- cari perkara! Apakah kau t akut
m enghadapi orang t ua it u? Tan- enghiong, j angan kuat ir, aku akan m em bant um u.
Aku t idak t akut m enghadapi orang t ua it u kalau ia banyak bert ingkah m em bant u
anak buahnya yang tidak benar!"
Tan Hui t ent u saj a t idak m engenal wat ak Lu Sian m aka ia m akin t erheran- heran.
Mem ang wat ak Lu Sian am at ganas m enghadapi orang- orang yang ia anggap
memusuhinya atau memusuhi orang yang disukainya. Dan Tan Hui otomatis telah
menarik perhatiannya dan menimbulkan rasa sukanya!
Dengan m uka m asih t erheran Tan Hui bangkit berdiri dan m enj ura. " Terim a kasih
atas perhatian Nona terhadap perkaraku."
" Ah, kit a sudah m enj adi sahabat . Bukankah kau kat akan t adi bahwa kit a orang
segolongan? Tak perlu sungkan- sungkan lagi." Jawab Lu Sian.
Tan Hui duduk kem bali dan m enarik napas panj ang, lalu m enghirup araknya.
" Persoalannya t idaklah begit u sederhana. Kalau hanya para anggot a Khong- sim
Kai- pang yang m asih penasaran, hal it u t idaklah m enguat irkan. Akan t et api dua
pekan yang lalu... aku hidup sebat ang kara, m engapa m ereka m engganggu
anakku? Mereka menculik anakku yang baru berusia lima tahun..."
Lu Sian t erkej ut dan m erasa agak kecewa. " Tan- enghiong! Kau bilang hidup
sebatang kara... tapi kau... mempunyai anak?"
Melihat kekaget an orang, Tan Hui t ersenyum duka. " Mem ang aku sebat ang
kara... sem enj ak ist eriku m eninggal dua t ahun yang lalu. Aku seorang duda
dengan seorang anak yang kut it ipkan kepada pam annya. I t u pula sebabnya
orang- orang j ahat it u dapat m enculik put eriku. Kalau dia berada bersam aku, t ak
m ungkin m ereka dapat m elakukannya! Ah, aku m enyesal sekali m engapa aku
suka m erant au seorang diri dan m enit ipkan kepada kakak ist eriku. Pada suatu
m alam , serom bongan anggot a Khong- sim kai- pang m endat angi rum ah it u dan
m enggunakan kekerasan m enculik pergi anakku. I parku t idak dapat berbuat apa-
apa dan m ereka m eninggalkan pesan bahwa kalau aku m enghendaki anakku
selamat, aku harus menyerahkan diri kepada mereka!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 187


" Ah... begit ukah? Jahanam benar m ereka! Di m anakah adanya Yu Jin Tianglo
sekarang? Dia seoranglah yang harus bert anggungj awab m enghadapi sem ua ini.
Minta anak itu dari tangannya, kalau tidak diberikan, berarti dia menantang!"
" Markas Khong- sim Kai- pang berada di kot a Kang- hu, hanya dua puluh li dari sini
j auhnya. Adapun Yu Jin Tianglo biasanya berdiam dalam sebuah kuil t ua di luar
kot a it u. Karena it u pula aku hari ini sam pai di sini, siapa t ahu, agaknya Yu Jin
Tianglo sudah menyuruh anak buahnya sengaja datang untuk menentang!"
" Tak usah t akut ! Kit a serbu saj a ke sana. Mari kit a ke sana, aku akan
membantumu, Tan- enghiong!"
" Nona Lu..., bukan aku t idak m enghargai penawaranm u yang am at berharga it u.
Akan t et api... urusan ini m engenai pribadiku sendiri, sedangkan Yu Jin Tianglo
amat lihai, belum lagi anak buahnya yang banyak..."
" Aku t idak t akut ! " " Aku percaya, Nona. Kepandaianm u t inggi. Akan t et api... aku
seorang duda yang m encari anaknya, sedangkan kau... kau seorang Nona
t erhorm at , seorang gadis m uda yang baru saj a kuj um pai. Kalau orang luar
melihat, tentu... ah, kiranya amat tidak baik untuk namamu kelak...."
Tiba- t iba Lu Sian serent ak bangun berdiri, alisnya berkerut m at anya berkilat .
" Apa peduliku akan pendapat orang luar! Aku suka m em bant um u, siapa
m elarangm u? Tent ang kau seorang duda, apa salahnya? Aku pun seorang...
j anda! Kit a m aj u bersam a unt uk m enghadapi Khong- sim Kai- pang, seorang duda
dan seorang janda mana yang lebih cocok lagi?"
Tan Hui t ert egun dan diam - diam berdebar hat inya. Belum pernah selam a
hidupnya ia bert em u dengan wanit a begini cant ik j elit a, begini berani dan
t erbuka, kat a- kat a yang keluar dari m ulut nya m encerm inkan isi hat inya, t inggi
ilmu silatnya. Seorang janda pula!
Pada saat it u t erdengar bent akan dari luar rum ah m akan. "Orang she Tan!
Keluarlah dan lekas berlut ut unt uk kam i t angkap dan hadapkan kepada ket ua
kami!"
" Hem m , m ereka benar- benar am at t ak sabar. Heran aku m engapa Khong- sim
Kai- pang dalam waktu setahun telah begini berubah!"
" Kaulihat saj a bagaim ana aku m enghaj ar m ereka! " Sekali m enggerakkan kakinya
Lu Sian sudah m eloncat keluar m enghadapi dua orang pengem is t ua yang berdiri
di depan rum ah m akan. Akan t et api Lu Sian m endengar desir angin dan t ahu-
t ahu Tan Hui sudah pula berada di sam pingnya. Kem bali ia kagum bukan m ain
dan harus ia akui bahwa nam a besar Hui- kiam- eng sebagai j ago gin- kang nom or
sat u benar- benar bukanlah om ong kosong belaka. I a t adi sudah sengaj a
m engerahkan ilm unya m eringankan t ubuh ket ika m eloncat , sebagian unt uk
pam er kepada Tan Hui, j uga unt uk m em bikin j erih kedua orang pengem is t ua.
Siapa kira, gerakannya it u bagi Tan Hui agaknya kurang cepat karena dalam
sekejap mata ia tersusul!
" Nant i dulu, adik Sian! " bisik Tan Hui yang kini t idak t ahu harus m enyebut apa
kepada Lu Sian. Menyebut Nona t idak t epat karena Lu Sian t ernyat a bukan
seorang gadis, m elainkan seorang j anda sepert i pengakuannya. Menyebut
Nyonya, wanit a ini m asih am at m uda, m aka ia m erasa paling t epat m enyebut
adik saja. "Biarkan aku bicara dulu dengan mereka."
Tanpa m em beri kesem pat an kepada Lu Sian yang hendak m em bant ah, Tan Hui
sudah menjura kepada dua orang pengemis tua itu sambil berkata,
" Melihat ikat pinggang put ih yang Jiwi ( Tuan Berdua) pakai, kiranya Ji- wi
t erm asuk pim pinan Khong- sim Kai- pang, aku dapat bicara dengan baik, t idak
sepert i t iga orang anggot anya t adi yang dat ang- dat ang lant as m enyerang.
Mungkin Ji- wi sudah t ahu bahwa di ant ara Khong- sim Kai- pang dan aku, t idak
ada urusan perm usuhan sem enj ak aku bert em u dengan Yu Jin Tianglo set ahun
yang lalu. Oleh karena it u, kuharap Ji- wi suka m enghadapkan aku kepada orang
t ua it u agar urusan di ant ara kit a dapat diselesaikan baik- baik. I ngin benar aku
m endengar kat a- kat a orang t ua it u t ent ang m ain- m ain dari Khong- sim Kai- pang
dengan anakku ini!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 188


Di dalam ucapan Tan Hui ini, biarpun t erdengar sopan dan lunak, nam un
t erkandung kekerasan t ersem bunyi, sehingga sam a sekali t ak boleh dikat akan
pendekar ini merendahkan diri. Betapapun juga, Lu Sian tidak puas. Menurut kata
hat inya, lebih baik m enggunakan pedang daripada m enggunakan lidah dalam
menghadapi orang- orang macam itu.
Dua orang pengem is it u sudah t ua, usia m ereka lim a puluh t ahun lebih.
Keduanya bersikap som bong dan m em andang rendah, apalagi yang m em egang
t ongkat berbent uk ular. Mukanya yang penuh keriput it u kelihat an pucat , akan
t et api selalu m em bayangkan senyum m engej ek dan pandang m at anya sepert i
pandang m at a seorang bangsawan m elihat pengem is. Dengan gerakan m ulut
yang kedua ujungnya ditarik ke bawah, Si Tongkat Ular ini berkata,
" I nikah orang m uda som bong bernam a Tan Hui yang t elah m em bunuh dan
m enghina anak buah Khong- sim Kai- pang?" Sam bil berkat a dem ikian, ia
menggoyang- goyangkan t ongkat nya berbent uk ular it u di depan dada dengan
gerakan penuh aksi!
Akan t et api pengem is ke dua yang m em punyai kepala besar sekali, sikapnya biar
som bong nam un lebih sungguh- sungguh dan berwibawa. I a berkat a dengan
suara m em bayangkan ket inggian hat i. " Hui- kiam- eng Tan Hui! Set ahun yang lalu
kau m enggunakan kelem ahan bekas pangcu ( ket ua) kam i, m engandalkan
kepandaian unt uk m em bunuh dan m enghina anak buah kam i. Sekarang, kam i
t elah m em punyai pangcu baru yang t idak m au m em biarkan Khong- sim Kai- pang
dihina orang. Oleh karena it u, kalau kau m enghendaki anakm u selam at , pangcu
kam i m int a kau dat ang m enghadap kepada beliau di Kang- hu! " Set elah berkat a
demikian, pengemis berkepala besar ini membalikkan tubuh hendak pergi.
"Heh- heh, mungkin dengan minta- minta ampun dan mengajak dia ini menghadap
Pangcu, kau akan diam puni! " kat a Si Pengem is Bert ongkat Ular yang lalu
m em balikkan t ubuh pula, kem udian dengan langkah dibuat - buat ia m eninggalkan
tempat itu, setelah melirik- lirik ke arah Lu Sian.
Tan Hui t erkej ut sekali dan t erm enung. Kiranya Yu Jin Tianglo sudah t idak
m enj adi Ket ua Khong- sim Kai- pang, sudah digant i. Pant as t im bul urusan ini,
pikirnya. Akan t et api, ke m anakah perginya Yu Jin Tianglo? Dan siapa
penggantinya? Ia harus lekas- lekas datang ke Kang- hu dan semua pertanyaan itu
t ent u akan t erj awab. Terhadap sikap dua orang pengem is t ua it u, Tan Hui sam a
sekali tidak ambil peduli.
Boleh j adi Tan Hui m enganggap m ereka it u t idak perlu dilayani. Akan t et api t idak
dem ikian dengan Lu Sian. Dia m asih dapat m enahan kesabarannya m elihat dua
orang it u m em andang rendah Tan Hui, akan t et api ket ika pengem is kurus
bert ongkat ular it u m em bawa- bawa dia yang j elas sekali m engandung m aksud
kotor dan kurang ajar, mana mungkin Lu Sian berlaku sabar lagi?
" Eh, eh, nant i dulu, Lo- kai ( Pengem is Tua) yang baik, aku m au bicara
denganm u! " Dengan langkah cepat Lu Sian m engej ar. Tan Hui m engerut kan
keningnya. Sahabat barunya ini benar- benar seorang wanit a yang t idak t ahu
bahaya, pikirnya. Melihat ikat pinggang put ih lebar yang dipakai kedua orang
pengem is it u, t erbukt i bahwa m ereka adalah pim pinan Khong- sim Kai- pang dan
sudah t erkenal bahwa para pim pinan Khong- sim Kai- pang adalah orang- orang
yang m em iliki ilm u silat t inggi. Sekelebat an saj a ia t adi dapat m enerka bahwa Si
Kepala Besar adalah seorang ahli lwee- kang yang am at kuat , sedangkan Si Kurus
it u agaknya seorang ahli berm in ilm u t ongkat . I a dapat m enduga bahwa Lu Sian
t ent u hendak m encari perkara, m aka diam - diam ia m erasa kuat ir, akan t et api
j uga ingin sekali ia t ahu sam pai di m ana kelihaian dua orang pengem is it u dan
t erut am a wanit a yang m enarik hat inya ini. Tadi ia hanya m enaksir kelihaian Lu
Sian m elihat cara ia m enyam bit dengan sum pit , akan t et api sesungguhnya hal it u
belum dapat dij adikan ukuran. Karena keinginan t ahu inilah m aka ia t idak
m enghalangi Lu Sian, m elainkan m endekat agar dalam wakt u keadaan
berbahaya, ia dapat memberikan pertolongan dengan cepat.
Kedua orang pengem is it u berhent i, Si Kepala Besar t idak bergerak, hanya
membalikkan tubuhnya, akan tetapi Si Kurus sudah melangkah lebar menghadapi

Suling Mas Kho Ping Hoo 189


Lu Sian sam bil m em ut ar- m ut ar t ongkat ularnya dan m enyeringai. " Nona m au
bicara apakah?" I a m elangkah m aj u sam pai dekat sekali sehingga t erpaksa Lu
Sian mundur dua langkah.
" Harum ... sedap...! " Si Pengem is m engem bang- kem piskan hidungnya karena
memang tercium keharuman luar biasa ketika ia mendekati Lu Sian.
Diam- diam Tan Hui m endongkol sekali t erhadap pengem is it u. Mem ang ia sendiri
diam- diam sudah m enj adi heran ket ika ia m encium keharum an dari t ubuh Lu
Sian, akan t et api m endengar seruan kurang aj ar it u ia m erasa panas dadanya.
Benar- benar t idak pat ut sikap seorang pim pinan Khong- sim Kai- pang seceriwis
itu!
Lu Sian sengaj a m elem par senyum m anis, m at anya bergerak- gerak dengan
kerling tajam, kemudian ia berkata, "Orang tua yang baik, kau tadi bilang kepada
Tan- enghiong supaya m engaj ak aku m enghadap pangcum u agar m endapat
pengampunan, apa artinya itu?"
Si Pengem is t ert awa ha- hah- he- heh. " Nona seorang yang cant ik luar biasa
sepert i bidadari, harum sepert i m awar hut an. Pangcu baru kam i m asih m uda,
t ent u girang hat inya bert em u dengan orang sepert i Nona, dan m ungkin
kemarahannya terhadap orang she Tan akan mencair."
Di dalam hat i Lu Sian m endongkol. Siapa sudi m endapat puj ian dari seorang
kakek j em bel buruk sepert i ini? Akan t et api waj ahnya yang j elit a it u t ersenyum
m anis. " Pengem is t ua, kau seorang pim pinan Khong- sim Kai- pang t ent u lihai dan
terkenal sekali. Bolehkah aku mendengar namamu yang mulia dan terkenal?"
Si Kurus kegirangan, t erkekeh sam pai keluar air m at anya. " Wah, nam aku sih
t idak t erlalu besar akan t et api di dunia kang- ouw t ent u cukup dikenal, cukup
m enggem parkan. Julukanku adalah Sin- coa Koai- t ung ( Tongkat Aneh Ular
Sakti)!"
Kakek j em bel it u m engharapkan Lu Sian m enj adi kagum , akan t et api ia sej enak
t ercengang ket ika m elihat gadis it u bert epuk t angan m em uj i. Hany a sej enak ia
bingung m elihat cara m enyat akan kagum sepert i ini, akan t et api hat inya lalu
membengkak besar saking bangganya. " Hebat , Kakek Jem bel, hebat nam am u!
Pant as kaugoyang- goyang selalu t ongkat m u sepert i ular it u! Kiranya j ulukanm u
Ular Sakti. Wah, hebat, seperti halilintar di tengah hari panas!"
Kem bali pengem is it u m elengak. " Sepert i halilint ar di t engah hari? Wah, baru
sekali ini aku mendengar pujian begitu."
" Kau t ahu, bukan? Halilint ar yang m enyam bar- nyam bar m engeluarkan suara
keras, t akkan m endat angkan huj an! Nam am u sepert i gent ong kosong berbunyi
nyaring! Sepert i perut kosong kebanyakan angin, m aka angin busuk pula yang
dikeluarkan!"
Tan Hui t ak dapat m enahan senyum nya. Wah, Lu Sian ini t erlalu berani, t erlalu
bebas dan liar, akan t et api j uga t erlalu... m enarik hat i! Sebaliknya, Sin- coa Koai-
t ung m arah bukan m ain. Tahu- t ahulah ia sekarang bahwa ia t elah diperm ainkan
oleh wanita cantik ini.
"Uh- uh, bocah kem arin sore berani kau m em andang rendah t ongkat ku dan nam a
besarku?"
" Ah, sam a sekali t idak. Sin- coa Koai- t ung! Hanya m engingat nam a j ulukanm u
istimewa, tentu kau pun mempunyai keistimewaan pula."
" Mem ang, aku m em punyai dua keist im ewaan. Pert am a, sekali t ongkat ku ini
bergerak, j iwa seorang m anusia m elayang! Dan sekali aku m elihat wanit a sej elit a
sepert i kau ini, sekaligus hat iku lem as! " Ternyat a kakek ini t idak hanya lihai
julukannya, juga lihai pula mulutnya sehingga serentak ia mampu membalas.
Nam un ia m enghadapi Liu Lu Sian, gadis yang lincah j enaka, liar ganas dan
pandai bicara. " Sayang sekali, t ua bangka j em bel, m ulai hari ini j ulukanm u akan
t ergant i dengan Tongkat Bunt ung Ular Buduk! " Kat a- kat a ini dit ut up dengan
gerakan t angan dan " singgg! " pedang Toa- hong- kiam sudah berada di t angan
kanan sedangkan tangan kirinya di saat itu juga sudah mengipatkan tujuh batang
Siang- tok- ciam yang hanya t am pak sebagai kilat an sinar m erah m enuj u
semuanya ke arah muka Si Pengemis Kurus!

Suling Mas Kho Ping Hoo 190


" Aiiihhh! " Pengem is it u kaget bukan m ain, akan t et api ia lihai, karena dalam
kegugupannya, t ongkat nya sudah diput ar cepat m elindungi m ukanya sehingga
jarum merah itu kena dipukul runtuh.
" Monyet t ua, m akan pedangku! " Lu Sian sudah m enerj ang lagi dengan
pedangnya. I a m enggunakan I lm u Pedang Toa- hong Kiam - hoat , cepat nya bukan
m ain, dahsyat bagaikan angin badai, sesuai dengan sifat dan nam anya. Sepert i
badai m engeluarkan kilat bert ubi- t ubi, dalam serent et an serangan pedangnya
sudah menyambar ke arah lima jalan darah berturut- turut!
" Eh... orang...! Oh... t ing... cring- cring- cring....! " Lim a kali pengem is it u
m enangkis dengan t ongkat nya, keringat dingin m engucur m em basahi m ukanya
karena ham pir saj a ia t ak dapat m enahan serbuan hebat it u. Baiknya ilm u
t ongkat nya m em ang lihai m aka set elah berhasil m enangkis lim a kali sam bil
m engeluarkan seruan kaget , ia m elom pat ke belakang m enj auhkan diri agar
t erlepas daripada rangkaian k ilat m enyam bar it u. Lu Sian berdiri t ersenyum
memandang dengan sinar mata berseri- seri mengejek.
"Ular Buduk, apakah kau tidak lekas berlutut minta ampun?"
Kalau t adinya pengem is kurus t ua it u t ert arik oleh kecant ikan Lu Sian yang
berhasil m em bangkit kan darah t uanya yang sudah ham pir m endingin, kini kakek
it u m enj adi dem ikian m arahnya sehingga serasa dadanya ham pir m eledak dan ia
m engeluarkan kat a- kat a. Set elah m enelan ludah beberapa kali, barulah ia
berteriak- t eriak. " Bocah set an, agaknya kau sudah bosan hidup! " Berkat a
dem ikian ia lalu m em ut ar t ongkat nya dan m enerj ang m aj u. Tongkat nya m enusuk
dengan gerakan aneh dan karena uj ung t ongkat yang bergerak- gerak t ak
menentu itu sukar diduga ke mana hendak menyerang.
Sej ak t adi Tan Hui m elongo kagum m enyaksikan kehebat an ilm u pedang dan
ilm u m elepas j arum wanit a it u. Kini ia m akin kagum lagi set elah m enyaksikan
bet apa Lu Sian m enghadapi t ongkat yang digerakkan sedem ikian lihainya dengan
cara sem barangan dan m ain- m ain saj a. Pedang di t angan Lu Sian m em bent uk
garis- garis segi delapan sepert i pat - kwa. Akan t et api anehnya, ke m ana pun
uj ung t ongkat pengem is it u m eluncur, ia past i bert em u dengan garis pedang
sehingga tongkatnya terpental kembali.
" Hebat wanit a ini! " diam - diam Tan Hui berpikir. I a m encoba unt uk
m em perhat ikan dan m engenal ilm u pedang it u, nam un sia- sia. Sifat nya sepert i
Pat- kwa- kun, akan t et api ada kalanya m irip I lm u Pedang Pat - sian Kiam - hoat
yang t ersohor, nam un ini hanya m irip belaka karena sifat nya benar am at
berlainan. I lm u pedang ini aneh dan m enyem bunyikan sifat yang am at ganas.
Dalam wakt u singkat saj a Sin- coa Koai- t ung m erasai keganasan ini karena t iba-
t iba garis- garis it u berobah m enj adi lingkaran berput ar- put ar dan t iba- t iba dari
kedudukan m em pert ahankan, pedang it u berobah m enj adi fihak penyerang
karena set iap t angkisan dilanj ut kan dengan t usukan yang kesem uanya m engarah
bagian berbahaya. Mulailah pengem is it u t erdesak dan celakanya, t angan kiri Lu
Sian t erus m enerus bergerak, sekali bergerak m enyam barlah sebat ang j arum
m erah yang berbau wangi. Sam baran j arum dibarengi t usukan pedang. Serangan
I lm u Pedang Pat - m o Kiam - hoat cipt aan Pat - j iu Sin- ong saj a sudah hebat apalagi
kini dit am bah dengan serangan Siang- tok- ciam , t ent u saj a ia m enj adi repot
sekali.
" Menarilah, Ular Buduk, m enarilah! " Lu Sian berkat a m engej ek dan m enyerang
m akin gencar dengan j arum dan pedangnya. Sengaj a ia m enut up j alan bawah
dengan serangan j arum bert ubi- t ubi sedangkan pedangnya m erangsang ke arah
m uka sehingga keadaan pengem is it u sepert i seekor kera dikeroyok t awon. I a
meloncat- loncat m enghindarkan kakinya dari sam baran j arum , sedangkan
sedapat m ungkin ia m elindungi m ukanya dari ancam an pedang dengan
pemutaran tongkatnya yang sudah tidak karuan lagi gerakannya!
Tiba- t iba Lu Sian m em bent ak, disusul t eriakan kesakit an. Cepat sekali hal ini
t erj adi, t ahu- t ahu pengem is it u roboh dengan paha t ert usuk j arum dan
t elinganya m enggelinding ke dekat kaki Lu Sian dan sekali bacok, t ongkat it upun
buntung!

Suling Mas Kho Ping Hoo 191


" Nah, bukankah kau sekarang m enj adi Tongkat Bunt ung Ular Buduk?" Lu Sian
mengejek.
Kebet ulan saat it u Lu Sian berdiri m em belakangi pengem is kepala besar, dan
agaknya ia t idak t ahu bet apa dengan penuh kem arahan kakek pengem is it u
sudah m elom pat m aj u dan m engirim pukulan dengan t angan kosong yang
menimbulkan angin bersiutan!
" Jangan curang! " Tiba- t iba Tan Hui berseru. Tem pat ia berdiri cukup j auh, akan
t et api sekali kakinya m enj ej ak t anah, t ubuhnya berkelebat cepat luar biasa dan di
lain saat ia t elah m enangkis pukulan j arak j auh yang dilakukan pengem is kepala
besar.
" Dukkk! " Dua buah lengan yang kuat bert em u dan t erus m enem pel. Alangkah
kaget hat i Tan Hui ket ika m endapat kenyat aan bet apa lengannya seakan- akan
lekat dan t ak dapat dit arik kem bali. I a m aklum bahwa pengem is it u
m em pergunakan lweekang yang am at t inggi, m aka t erpaksa ia pun lalu
m engerahkan lweekangnya unt uk m elawan. Mereka bert anding t anpa bergerak,
hanya kedua lengan saling t em pel, saling m endorong dengan pengerahan t enaga
lweekang. Pert andingan m acam ini selalu lebih berbahaya daripada pert andingan
ilm u silat yang set iap serangan m asih dapat dielakkan. Akan t et api adu t enaga
m acam ini, yang kalah t ent u akan m enderit a luka dalam yang am at berbahaya.
Ket ika m erasa bet apa t enaga pengem is it u benar- benar am at kuat , m akin lam a
dorongan dan t ekanannya m akin berat , diam - diam Tan Hui m engeluh. Kalau
m engandalkan ilm u silat , kiranya t akkan sukar m engalahkan lawan ini, akan
t et api sekarang sudah t erlanj ur m engadu t enaga, sukar baginya unt uk m undur
lagi. Maj u payah, m undur berbahaya! Terpaksa ia nekat dan m engerahkan t erus
tenaga dalamnya.
" Koko, m engapa begini sabar m elayani dia?" Tiba- t iba Lu Sian berkat a halus di
belakang Tan Hui sam bil m enepuk pundak pendekar it u. Tan Hui kaget . Tepukan
itu biarpun perlahan namun dapat mengganggu pengerahan tenaga lweekangnya,
karena t epukan it u agaknya m engarah punggung dekat pundak. Nam un unt uk
menghindarkan diri t ak m ungkin. Celaka, pikirnya, apakah Lu Sian ini hendak
mencelakai aku? Tapi suaranya begitu merdu, panggilannya "koko" begitu mesra.
" Plakkk! " Benar- benar Lu Sian m enepuk punggungnya, t em pat dim ana hawa sin-
kang lewat dan m enj urus ke lengannya yang m enem pel dengan lengan lawan.
Akan t et api anehnya, t enaganya bukannya buyar m elainkan m enj adi m akin kuat
dan tahu- tahu kakek berkepala besar itu mencelat ke belakang sampai tiga meter
j auhnya, lalu bergulingan beberapa kali baru m eloncat berdiri dengan m uk a
pucat!
" Kalian yang curang! ! " Kakek it u m em aki dan begit u kedua t angannya bergerak,
ia sudah m enyam bar sebuah bat u besar di sam pingnya dan m elont arkannya ke
arah Tan Hui dan Lu Sian. Bat u it u besar sekali, berat nya t ent u t idak kurang dari
lim a rat us kat i, akan t et api t idak begit u m udah dilont arkan sepert i orang
melontarkan sekepal batu saja!
Hebat serangan ini, karena j arak di ant ara m ereka hanya em pat m et er
sedangkan bat u it u m enyam bar am at cepat . Lu Sian berseru keras dan t ubuhnya
lalu ia bant ing ke belakang, t erus ia bergulingan m enj auhi t em pat it u. I a m elihat
dengan penuh kekagum an bet apa t ubuh Tan Hui m encelat ke depan agak t inggi
dan t epat pendekar it u hinggap di at as bat u yang m enyam bar lewat , sepert i
seekor burung saj a gerakan ini, kem udian ia " m enunggang" bat u it u dan ket ika
batu jatuh ke tanah, ia pun meloncat turun!
" Wah, kalau aku m em iliki ginkang sepert i it u, barulah puas hidupku! " Tanpa
terasa lagi Lu Sian berseru penuh kekaguman.
Kakek berkepala besar it u t elah m enderit a luka dalam . I a m enj ura lalu berkat a,
"Hui- kiam- eng, kepandaianm u dan t em anm u m em ang hebat . Akan t et api kalau
kau berani m endat angi t em pat pangcu kam i di Kang- hu unt uk m enerim a
put erim u at au m enerim a kem at iam u, barulah kam i benar- benar kagum ! " I a lalu
menghampiri t em annya yang m asih m erint ih- rint ih, dan m enyeret nya pergi dari
situ.

Suling Mas Kho Ping Hoo 192


" Adik Lu Sian, hebat bukan m ain kepandaianm u! Benar- benar t ak pernah
kusangka. Kiam - hoat m u aneh dan hebat , adapun t enaga lweekangm u... ah,
benar- benar aku sepert i t idak berm at a t ak t ahu bahwa aku berhadapan dengan
seorang pendekar wanita yang sakti!"
Lu Sian t ersenyum , girang sekali hat inya. " Ah, Tan Hui Koko, m engapa kau
begit u m em uj i set inggi langit ? Kalau m au bicara t ent ang kelihaian, kaulah
orangnya. Terut am a sekali ginkangm u, benar- benar m em buat aku t unduk dan
kagum . Kalau saj a aku dapat m em iliki ginkang sepert i it u, ahh.. alangkah akan
bahagia hatiku."
" Bagi seorang sepert i kau ini, Adik Lu Sian, t idak ada lagi yang t ak m ungkin di
dunia. Apa sukarnya m em pelaj ari ginkang bagi kau uang sudah m am pu
mempelajari ilmu silat sehebat itu?"
" Benarkah? Benarkah, Kakak yang baik? Kau suka unt uk m engaj arkan
ginkangm u kepadaku? Ah, t erim a kasih... kau baik sekali, baik sekali..." saking
girangnya Lu Sian m em egang lengan Tan Hui dengan kedua t angannya. Sej enak
m ereka berdiri sepert i it u, m at a saling pandang, dan di dalam hat i m asing-
m asing m akin t ert arik. Sem enj ak dua t ahun yang lalu ist erinya m eninggal dunia
karena sakit , Tan Hui hidup penuh dengan kesunyian. Hal it u biarpun am at
m endukakan hat inya, nam un dapat ia t ahan, karena Tan Hui adalah seorang
j ant an yang berbat in kuat . Tidak m udah hat inya t ergoda oleh kecant ikan wanit a,
m aka selam a ini ia pun t inggal m enduda, sedikit pun t idak pernah m enoleh ke
arah wanit a lain, m enekuni kesunyian hidupnya. Akan t et api pert em uanny a
dengan Lu Sian ini adalah luar biasa. Wanit a ini luar biasa cant iknya, luar biasa
pula kepandaiannya. Tidaklah heran kalau Tan Hui m enj adi t ert arik. Hat i seorang
kakek pendet a sekalipun m ungkin akan t erget ar kalau m elihat Lu Sian yang
cantik jelita, yang semerbak harum, berlagak memikat hati. Bagi Tan Hui, Lu Sian
m erupakan wanit a yang am at m enarik, apalagi kalau diingat bahwa m endiang
ist erinya adalah seorang wanit a lem ah, berbeda sekali dengan Lu Sian ini yang
dalam hal kepandaian, tidak berada di sebelah bawah tingkatnya sendiri!
"Bagaimana, Koko? Tentu kau mau mengajarku ginkang, bukan?"
Sudah berada di uj ung lidah Tan Hui unt uk m enyanggupi, akan t et api m engingat
bahwa ilm u pedang dan ilm u ginkangnya adalah kepandaian yang m erupakan
ilm u t urunan, ia m erasa agak m eragu. " Aku t idak keberat an... eh, t api... ilm u it u
belum pernah dit urunkan kepada orang luar... eh, m aksudku, it u adalah ilm u
turunan..."
Lu Sian yang m asih m em egang lengan Tan Hui, m erapat kan t ubuhny a sehingga
Tan Hui terpaksa meramkan mata karena keharuman yang menyengat hidungnya
m em buat hat inya berguncang keras. " Apakah kau t idak m au m enganggap aku
orang dalam...?" Suaranya merdu lirih seperti berbisik.
Pada saat it u, sudah banyak orang berkum pul karena t adi t ert arik oleh keribut an
di depan rumah makan. Melihat ini, Tan Hui segera berkata perlahan.
"Moi- m oi, t ak baik bicara di sini sepert i ini. Di m anakah kau t inggal? Mari kit a
bereskan perhitungan dengan rumah makan dulu."
" Aku t inggal di penginapan sebelah rum ah m akan. Biarkan aku yang m em bayar,
Tan- koko..."
Akan t et api sebelum m ereka m em asuki rum ah m akan, serom bongan orang
kelihat an berlari m endat angi. Pakaian m ereka adalah pakaian ahli silat , sepert i
yang biasa dipakai oleh orang- orang yang pekerj aannya pengawal at au t ukang
pukul. Akan t et api begit u t iba di depan Tan Hui, t uj uh orang it u segera
m enj at uhkan diri berlut ut dan set elah dekat t am paklah bahwa m ereka adalah
para piauwsu ( pengawal barang berharga) yang m ukanya penuh debu dan
keringat , bahkan di ant ara m ereka ada yang t erluka sehingga pakaian m ereka
berlumur darah.
"Tan- t aihiap ( Pendekar Besar Tan) , m ohon suka m em beri pert olongan kepada
kam i para piauwsu yang celaka....! " Seorang diant ara m ereka yang t ert ua dan
pundaknya t erluka bacokan, segera berkat a dengan suara penuh perm ohonan.
" Kebet ulan sekali kam i yang bercelaka m endengar akan kehadiran Taihiap di sini,

Suling Mas Kho Ping Hoo 193


m aka kam i segera m enghadap Taihiap unt uk m ohon pert olongan. Kalau Taihiap
tidak suka menolong, berarti kami sekeluarga akan mati...."
Tan Hui m engerut kan keningnya. Tidak pat ut para piauwsu yang t erm asuk
golongan orang gagah bersikap selem ah ini. " Kalian ini rom bongan piauwsu dari
m anakah dan apa yang t erj adi sehingga kalian m erengek- rengek sepert i anak
kecil?" tanyanya berisikan teguran.
" Maaf, Taihiap, kalau sikap kam i m enj em ukan Taihiap. Akan t et api karena kam i
sudah put us harapan. Ket ahuilah, Tan- hiap. Kam i dari perusahaan pengant ar
barang Hong- ma- piauwkiok ( Perusahaan Pengant ar Kuda Angin) . Kali ini kam i
dit ugaskan m engant ar lim a pet i barang- barang berharga m ilik seorang pem besar
yang pindah t em pat , yang kat anya berharga ribuan t ali em as. Karena perj alanan
m enuj u kot a Sui- kiang biasanya am an, kam i t idak m erasa kuat ir apa- apa.
Ternyat a, di luar dugaan, di lereng bukit it u, hanya em pat puluh li dari sini, kam i
dihadang peram pok, barang- barang kam i diram pas sem ua, bahkan diant ara kam i
ada yang t ewas dan luka- luka. Gerom bolan peram pok it u agaknya m asih baru di
sana, dipim pin oleh kepalanya yang lihai. Tan- t aihiap, harap t uan sudi m enolong
kami, karena kam i t idak m am pu m eram pas kem bali lim a buah pet i it u past i
perusahaan kami akan bangkrut, dan kami semua akan diseret ke penjara!"
"Kalian tidak becus melawan perampok, mengapa berani menjadi piauwsu?" Tiba-
t iba Lu Sian m em bent ak m ereka. " Mem ang piauwsu lawannya peram pok, siapa
kalah harus berani m enanggung resikonya, m engapa kalian ribut m erengek-
rengek m int a bant uan orang lain? Tak t ahu m alu! Hayo pergi, j angan ganggu
lagi, kami punya urusan yang lebih penting!"
Tuj uh orang piauwsu it u kaget sekali. Mereka bingung karena t idak t ahu siapa
adanya wanit a cant ik j elit a yang galak it u. Akan t et api karena m elihat wanit a it u
berada di sit u bersam a Tan Hui, m ereka lalu m em bent ur- bent urkan j idat ke
tanah sambil memohon- mohon dengan suara pilu.
" Sudah bertahun- t ahun m endengar nam a besar Tan- t aihiap sebagai pendekar
budim an yang selalu m engulurkan t angan m enolong m ereka yang m enghadapi
melapetaka! Kini kami mohon dengan segala kerendahan hati..."
" Hem m m , sudahlah j angan banyak ribut lagi. Biar kubereskan sebent ar urusan
kecil itu. Di mana adanya si perampok?"
" Koko! Kau hendak m em enuhi perm int aan m ereka yang cerewet ini? Bukan
urusan kita..."
" Hanya sebent ar, Sian- m oi. Bukit it u t am pak dari sini, dan m em bereskan segala
macam perampok hina apa sih sukarnya? Hanya makan waktu beberapa jam juga
beres."
" Aku t idak sudi m encam puri urusan piauwsu- piauwsu t engik ini! " Lu Sian
cem berut . Tan Hui t ersenyum . " Biarlah aku sendiri yang m engurus hal ini, harap
kau suka menanti. Tak lama aku kembali."
Lu Sian t idak m enj awab, keningnya berkerut dan m at anya m em andang ke arah
para piauwsu dengan m arah. Kem udian ia m em balikkan t ubuh m em asuki rum ah
m akan. Set elah Tan Hui pergi dengan cepat nya diikut i para piauwsu yang
seakan- akan hidup kem bali karena m endapat harapan besar t ert olong. Lu Sian
lalu dengan sikap uring- uringan m em bayar harga m akanan, m enyuruh pelayan
rum ah m akan m engam bil alat t ulils, lalu dit ulisnya beberapa huruf di at as kert as
yang kemudian dilipatnya dan diserahkannya kepada pengurus rumah makan.
" Kalau Tan Hiap dat ang, kauberikan surat ini kepadanya. Awas, j angan sam pai
lupa, surat ini sam a harganya dengan sepasang t elingam u! " Pengurus it u yang
tadi melihat betapa wanita kosen ini membikin buntung telinga seorang pengemis
lihai, m enj adi ngeri dan hanya dapat m em andang dengan lidah keluar ket ika Lu
Sian dengan langkah gesit keluar dari situ.
Mengapa t erj adi keanehan pada perkum pulan Khong- sim Kai- pang? Dahulu
perkum pulan ini t erkenal sebagai perkum pulan pengem is yang m engut am akan
kegagahan dan kebaikan, di bawah pim pinan Yu Jin Tianglo yang t erkenal
bij aksana dan keras t erhadap anak buahnya sehingga j arang t erj adi anak buah
perkumpulan ini berani melakukan penyelewengan.

Suling Mas Kho Ping Hoo 194


Akan t et apai, m em ang t erj adi perubahan hebat sej ak t iga bulan yang lalu.
Seorang laki- laki berusia t iga puluh t ahun lebih bernam a Pouw Kee Lui, berasal
dari pant ai Laut an Po- hai, dat ang m em buat gara- gara. Pouw Kee Lui ini bukan
orang sem barangan, ia m urid seorang sakt i yang bert apa di dalam gua- gua
sepanj ang pant ai Po- hai. Sem enj ak kecil Pouw Kee Lui digem bleng oleh pert apa
ini dan m em peroleh ilm u silat yang t inggi sekali. Akan t et api beberapa t ahun
yang lalu, ia t idak dapat m enahan gelora nafsunya yang m em ang selalu
m engalahkan bat innya sehingga ia m enculik dan m em perkosa seorang wanit a
nelayan, m em bunuh suam i wanit a it u dan beberapa orang keluarganya yang
hendak m em bela wanit a it u. Gurunya m arah sekali, akan t et api dalam
cengkeram an nafsu iblis, Pouw Kee Lui t urun t angan pula t erhadap gurunya yang
sudah am at t ua dan lem ah sehingga ia berhasil m em bunuh gurunya sendiri,
kem udian m em bunuh pula wanit a it u! Peninggalan gurunya berupa kit ab- kitab
pelaj aran ilm u kesakt ian ia am bil sem ua dan pergilah Pouw Kee Lui
meninggalklan pantai Po- hai dengan kedua tangan berlepotan darah pembunuhan
kej am ! Selam a bert ahun- t ahun ia m em perdalam ilm unya, m em pelaj ari kit ab-
kitab dari suhunya, maka kepandaiannya makin meningkat tinggi.
Dalam perant auannya, Pouw Kee Lui yang sudah m enj adi ham ba nafsu it u
m engum bar nafsu angkara m urka, m engandalkan kepandaiannya unt uk
m elakukan apa saj a dem i m em uaskan dirinya. Meram pok, m em bunuh,
m eram pas wanit a, dan m engganggu orang- orang kang- ouw unt uk m engangkat
diri dan nam anya sehingga dalam beberapa t ahun saj a t erkenallah nam a Pouw
Kee Lui sebagai seorang tokoh muda yang ganas dan kejam sepak terjangnya.
Pada suat u hari, yait u t iga bulan y ang lalu, sam pailah Pouw Kee Lui di Kang- hu
dan ia m endengar t ent ang perkum pulan Khong- sim Kai- pang yang t erkenal dan
kuat . Dengan t ert arik ia m endat angi m arkas perkum pulan it u dan t ercenganglah
ia m enyaksikan bet apa kuil t ua yang dij adikan pusat perkum pulan, t ernyat a di
sebelah dalam nya t erdapat perabot - perabot rum ah yang cukup lum ayan dan
lengkap. Tert arik pula m elihat bet apa kedudukan ket ua perkum pulan ini am at
dihorm at , baik oleh anak buah Khong- sim kai- pang yang m em punyai rat usan
orang anggot a, m aupun oleh para penduduk sekit ar t em pat it u. Bahkan
pembesar- pem besar negeri m em andang perkum pulan ini dengan horm at ! Maka
t im bullah niat nya yang bukan- bukan yait u ingin m eram pas kedudukan ket ua
Khong- sim Kai- pang!
Dengan t enang ia m endat angi kuil di luar kot a Khang- hu, dan dengan seenaknya
pula ia m enyat akan kepada Yu Jin Tianglo bahwa ia ingin m enj adi ket ua Khong-
sim Kai- pang! Tent u saj a belasan orang pim pinan it u m enj adi m arah, nam un
sekaligus m ereka it u dirobohkan secara m udah oleh Pouw Kee Lui! Bahkan Yu Jin
Tianglo sendiri yang t ent u saj a m em pert ahankan kedudukan, t erut am a nam a
besarnya, dalam pertandingan yang hebat terbunuh olehnya!
Sifat- sifat baik seseorang sukar ditiru dan tidak mudah menular. Sebaliknya sifat-
sifat buruk it u t anpa diaj arkan pun akan m udah dit iru dan m erupakan sem acam
penyakit bat in yang m udah m enular. Set elah m enyaksikan kesakt ian pet ualang
m uda it u, para pim pinan Khong- sim Kai- pang m au t ak m au t erpaksa t unduk, dan
kemudian, m elihat sifat Pouw Kee Lui at au Kai- pangcu ( Ket ua Perkum pulan
Pengem is) yang baru ini j auh berlainan dengan sifat dan wat ak Yu Jin Tianglo,
para anggot a perkum pulan ini m enj adi gem bira sekali. Nafsu m ereka yang
selam a berada di bawah pim pinan dan pengawasan Yu Jin Tianglo seakan- akan
t ert ekan, kini m endapat j alan keluar dan m ulailah t erj adi pelanggaran-
pelanggaran oleh anak buah Khong- sim Kai- pang. Bahkan dendam yang selam a
ini t erpaksa disim pan saj a di dalam hat i t erhadap Hui- kiam- eng Tan Hui karena
Yu Jin Tianglo m alah m enyalahkan anak buahnya sendiri, kini m eluap- luap dan
ket ika para pim pinan m encerit akan kepada ket ua baru it u. Pouw Kee Lui segera
m engat ur rencana dan m enyuruh para pim pinan yang berkepandaian cukup
t inggi unt uk m enculik put eri Tan Hui yang baru berusia lim a t ahun dari rum ah
pam an bocah it u. Hal ini dilakukan unt uk langsung pergi m encari Hui- kiam- eng
Tan Hui, ketua baru ini merasa dirinya terlalu tinggi!

Suling Mas Kho Ping Hoo 195


Dem ikianlah perist iwa hebat yang t erj adi pada perkum pulan Khong- sim Kai- pang
dan yang t ent u saj a m engherankan hat i Tan Hui dan j uga Lu Sian yang sudah
mendengar akan kebesaran perkumpulan itu dan ketuanya, Yu Jin Tianglo.
Dapat dibayangkan bet apa m arahnya hat i Pouw Kee Lui m elihat anak buahnya
m endapat penghinaan dari Tan Hui dan seorang wanit a j elit a bernam a Lu Sian,
m alah dua orang pem bant unya yang ia anggap berkepandaian cukup yang ia
ut us m enant ang Hui- kiam- eng Tan Hui, j uga m enerim a penghinaan pula. I a
anggap penghinaan m elam paui bat as dan ket ika sore hari it u ia m engam bil
keput usan unt uk m encari sendiri Tan Hui, t iba- t iba m uncullah Lu Sian yang
menerobos masuk dengan pedang di tangan dan berseru.
" Di m ana adanya Yu Jin Tianglo! Aku m ewakili Hui- kiam- eng Tan Hui unt uk
mengambil kembali puterinya!"
Di dalam kuil itu para pimpinan Khong- sim Kai- pang berkumpul, malah dua orang
pengem is yang t elinganya bunt ung dan Si Kepala Besar yang m enderit a luka
dalam j uga hadir di sit u. Menyaksikan seorang wanit a m uda dengan pedang di
t angan yang dem ikian cant ik j elit a, sej enak Pouw Kee Lui m elongo t erpesona dan
keheranan. I a dapat m enduga t ent u inilah t em an Tan Hui yang t elah
m em bunt ungi t elinga pem bant unya. I a t erheran- heran bagaim ana ada seorang
wanit a m uda yang cant ik j elit a sepert i ini m am pu m elakukan hal it u. Pouw Kee
Lui pada hakekatnya bukanlah seorang laki- laki mata keranjang, namun kali ini ia
benar- benar t erpesona dan unt uk sej enak ia t idak m am pu m engeluarkan kat a-
kat a. Nam un ia t idak bodoh. I a t ahu bahwa seorang, apalagi kalau ia wanit a,
yang sudah berani dengan sikap begini t abah m em asuki sarang lawan, t ent ulah
m em iliki kepandaian yang boleh diandalkan. Kepandaian dua orang pem bant unya
bukanlah rendah, dan kalau dua orang pem bant unya it u set elah bert em u dengan
wanit a ini pulang dalam keadaan t erluka cukup hebat , t erkena j arum beracun
harum, t elinganya bunt ung dan isi dadanya t erguncang dan t erluka, j elas bahwa
di dalam kai- pang, kiranya hanya dia seorang yang akan sanggup m enandingi
wanit a it u. Maka sebagai seorang yang berpengalam an luas, ia bersikap hat i- hati,
ingin tahu lebih dulu siapa gerangan wanita ini dan dari golongan mana.
Akan t et api, begit u dua orang pengem is yang kalah di depan rum ah m akan it u
m elihat m unculnya Lu Sian, m ereka sudah lant as m em aki dan m em andang
dengan m at a m elot ot . I ni cukup m enj adi isyarat bagi para pim pinan pengemis
yang j um lahnya ada t uj uh orang lagi. Serent ak m ereka it u bangkit dan m encabut
senj at a m asing- m asing. Tuj uh orang pengem is ini sem ua adalah pengem is t ua
dan yang m em iliki kepandaian t inggi. Lim a di ant ara m ereka, bersenj at akan
tongkat mereka, sedangkan yang dua orang mencabut pedang.
Nam un Lu Sian sam a sekali t idak t akut . Dengan t angan kiri bert olak pinggang
dan t angan kanan yang m em egang pedang m enudingkan uj ung pedangnya ke
arah tujuh orang pengemis itu, ia membentak.
"Aku tidak ada tempo untuk berurusan dengan segala macam jembel tua bangka!
Suruh Yu Jin Tianglo keluar untuk bicara denganku!"
Akan t et api t uj uh orang pengem is it u t idak ada yang m enj awab at au peduli,
bahkan m ereka lalu m em buat gerakan m engurung nona yang cant ik dan galak
ini. Lu Sian m enj adi gem as sekali dan ia sudah siap m enerj ang unt uk m em beri
hajaran ketika di belakangnya terdengar suara yang jelas dan nyaring.
"Nona, Yu Jin Tianglo yang kautanyakan itu sudah mati."
Kaget sekali Lu Sian m endengar hal ini. I a m em ang m endengar dari dua orang
pengem is bahwa para para pengem is sudah m em punyai ket ua baru, akan t et api
t idak ia sangka bahwa Yu Jin Tianglo sudah m at i. Cepat ia m em ut ar t ubuh
m enghadapi Si Pem bicara yang bukan lain adalah Pouw Kee Lui. I a m elihat
sorang laki- laki berusia t iga puluh t ahun lebih, t ubuhnya sedang, kum is dan
j enggot nya pendek, waj ahnya berkulit kasar akan t et api t idak lah buruk bahkan
m endekat i t am pan. Kelihat annya orang ini lem ah dan t idak m em punyai
kepandaian yang t inggi, akan t et api sepasang m at anya m encorong bagaikan
m at a srigala. Pakaiannya biar sederhana, nam un t idak ada yang dit am bal, m aka

Suling Mas Kho Ping Hoo 196


ia sam a sekali t idak kelihat an sepert i anggot a pengem is, apalagi sepert i ket ua
pengemis.
" Mat i...?" Lu Sian ket ika m em ut ar t ubuhnya berseru. " Ya, m at i," kat a Pouw Kee
Lui dan senyum sinis m uncul di bibirnya. " Tidak kebet ulan sekali, ia m at i
melawan aku."
Diam- diam kaget lah Lu Sian. Siapa kira, orang m acam ini m am pu m engalahkan
bahkan m em bunuh Yu Jin Tianglo yang t erkenal berkepandaian t inggi? Tak
masuk akal! Orang di depannya ini pantasnya seorang petani gunung, atau paling
hebat seorang pedagang obat keliling.
" Hem m m m ," akhirnya ia m endengus, " kau siapakah?" Akan t et api pada saat it u,
tiba- tiba tujuh orang pengemis tua sudah serentak maju menerjangnya. Terpaksa
Lu Sian m em ut ar pedangnya dan m em balikkan t ubuh m enghadapi m ereka yang
sudah m engurungnya. I a segera m enggunakan j urus Delapan I blis Menahan
Huj an dari I lm u Silat Pat - m o Kiam - hoat , sekaligus ia m enangkis dat angnya huj an
senj at a, bahkan sekaligus pula dapat balas m enyerang! Terdengar suara nyaring
beradunya senj at a dan di ant ara berdent ingan ini Lu Sian m endengar orang it u
tertawa dan berkata dengan nada mengejek.
"Namaku Pouw Kee Lui, Nona, dan akulah sekarang Ketua Khong- sim kai- pang!"
Lu Sian m arah sekali karena ia kini dapat m enduga bahwa ket ua baru yang
kelihat an lem ah it u am at curang. Tent u t adi selagi bicara m em beri perint ah
kepada para pem bant unya unt uk m enyerbunya, m enggunakan kesem pat an
selagi ia agak j engah. Baiknya ia dapat m enghindarkan diri dari serangan
m endadak it u dan kem arahannya m eluap- luap ket ika ia m em aki, " Pengecut
t engik! Kalau t idak lekas dibebaskan put eri Tan Hui, akan kubasm i habis Khong-
sim Kai- pang hari ini!"
Pouw Kee Lui memperhatikan gerakan pedang nona itu dan diam- diam ia terkejut
dan heran karena ia sam a sekali t idak m engenal gerakan ilm u pedang yang m irip
Pat- sian Kiam - hoat it u. I a sudah berpengalam an dan boleh dibilang m engenal
ilm u pedang dari golongan m anapun, baik dari part ai bersih m aupun dari
golongan hit am . Akan t et api ilm u pedang yang dim ainkan nona ini sam a sekali
asing baginya dan ia harus akui bahwa ilmu pedang ini hebat!
Tiba- t iba t edengar suara " wesss- wessss" beberapa kali dan.... Seorang dem i
seorang pengem is t ua yang m engeroyok Lu Sian, t erj ungkal roboh karena
mereka m erasa kaki m ereka m enj adi lum puh secara m endadak. Lu Sian sendiri
t idak t ahu m engapa m ereka it u pada roboh dengan sendirinya, m aka ia t idak
m au m engot ori pedangnya dengan lawan yang robh bukan oleh dia. Dengan
heran dia hanya m enam bah t endangan saj a yang m em buat am ereka roboh
m encelat keluar dari ruangan, hiruk pikik m ereka m em aki dan m enyat akan rasa
heran.
" I lm u silum an....! " "Dia bukan m anusia! " Tuj uh orang pengem is it u m em aki-
m aki. Akan t et api Pouw Kee Lui m enj adi kaget bukan m ain. Mat anya m engerling
kekiri dan ia m elihat sebuah kant ung besar, sepert i karung t em pat beras,
bersandar di sudut kiri ruangan it u, di belakang pat ung Budha. I a t ahu bet ul
bahwa t adinya t ak pernah ada karung sepert i it u. Tent u dari karung it ulah
dat angnya hawa pukulan yang m em buat para pem bant unya t adi roboh, m aka ia
berlaku hat i- hat i sekali. Gadis cant ik j elit a it u sudah lihai ilm u pedangnya, dan
m asih m em punyai pem bant u yang dem ikian hebat ilm u pukulannya dari j arak
j auh. I a harus m em bikin wanit a ini t idak berdaya, baru ia akan m enghadapi
t okoh aneh yang bersem bunyi it u. Pouw Kee Lui m em ang cerdik dan j uga banyak
akal bulusnya. Kini dengan waj ah t ersenyum dan pandang m at a kagum ia
melangkah maju menghampiri Lu Sian sambil menjura dan berkata.
" Lihiap benar- benar hebat sekali, m em buat orang kagum ! " Akan t et api ia
m enj ura bukan sem barang m enghorm at karena diam - diam ia m enggunakan
t enaga dalam unt uk m elancarkan pukulan yang am at kuat . Lu Sian kaget . Tent u
saj a ia sudah bersiap sedia dan sudah pula m enduga bahwa ket ua baru Khong-
sim Kai- pang ini m ungkin m elakukan serangan gelap berselim ut penghorm at an,
akan t et api ia sam a sekali t idak m engira bahwa t enaga serangan gelap it u akan

Suling Mas Kho Ping Hoo 197


sehebat ini. Ia merasa dadanya sesak. Cepat- cepat ia mengerahkan tenaga untuk
m elawan dorongan t enaga yang t ak t am pak it u, dan legalah hat inya bahwa ia
berhasil m endorong m undur hawa pukulan Pouw Kee Lui. Akan t et api pada saat
keduanya bersit egang m engerahkan t enaga dan pada saat Lu Sian m erasa lega
karena m engira bahwa t enaga dalam nya dapat m enolak m undur lawan sehingga
perasaan ini m em buat ia agak lengah, t iba- t iba t angan kanan Pouw Kee Lui
m enyam bar ke depan dan t ahu- t ahu lengan kiri Lu Sian sudah kena
dicengkeram!
Lu Sian t erkej ut bukan m ain, t ak pernah m engira lawan ini selicik it u karena
biasanya orang yang saling m engadu t enaga lwee- kang sepert i m ereka it u, sam a
sekali t idak m engandung lain pikiran unt uk m elakukan serangan gelap sepert i
yang dilakukan ket ua pengem is ini. Dicengkram lengan kirinya, Lu Sian m erasa
sakit sekali, seakan- akan dari telapak tangan kanan Pouw Kee Lui keluar api yang
m engalir m asuk m elalui pergelangan t angannya yang dicengkram . I a kaget dan
m arah, lalu m enggerakkan pedang di t angan kanannya dibacokkan ke arah m uka
lawan.
Nam un t enaga bacokan ini berkurang karena ia m erasa t angan kirinya sakit
sekali. Agaknya Si Ket ua Pengem is m enam bah t enaga cengkeram annya. Begit u
hebat nya rasa nyeri sehingga bacokan Lu Sian t idaklah sehebat yang ia inginkan.
Dengan t angan kirinya yang dibuka j ari- j arinya, Pouw Kee Lui m enangkis, t epat
mengenai tangan kanan Lu Sian yang m em egang pedang. Begit u keras t angkisan
ini sehingga t erpaksa Lu Sian m elepaskan pedangnya yang m eluncur ke sebelah
kanannya, ke arah karung yang bersandar di sudut belakang arca! I ni saj a sudah
m em bukt ikan kehebat an t enaga dan kepandaian Pouw Kee Lui yang sekaligus
sam bil m enangkis serangan pedang, dapat m em buat pedang lawan m enyerang
"karung" itu.
Tepat sepert i yang diduganya, karung it u bukan benda m at i Karena t iba- tiba
karung it u m encelat ke at as dan pedang Toa- hong- kiam yang m enyam barnya it u
t erpent al dan m enancap pada lengan pat ung. Karung it u sendiri set elah j at uh di
at as lant ai, m em bal lagi ke at as dan hinggap di at as kepala arca it u, bergoyang-
goyang akan tetapi tidak jatuh ke bawah.
Sem ent ara it u, sej enak Lu Sian t erkej ut sekali oleh kelihaian ket ua baru Khong-
sim Kai- pang ini. Nam un ia segera m engerahkan khikang, t ubuhnya m erendah
dan t angan kanan dengan j ari t erbuka m enghant am pusar lawan sam bil t angan
kirinya yang masih dicengkram itu di tarik keras.
Hebat sekali serangan yang bersifat ganas ini, serangan m aut dengan pukulan
dari ilm u silat Sin- coa- kun ( I lm u Silat Ular Sakt i) dit am bah pengerahan t enaga
sakt i dan suara t eriakan yang m engandung khi- kang. Pouw Kee Lui j uga kaget ,
t erpaksa m elepaskan pegangannya dan m encelat m undur. Lu Sian sudah
m enyam bar pedangnya yang m enancap di lengan arca, dengan kem arahan
m eluap ia sudah siap lagi m enghadapi lawannya yang t angguh, t angan kirinya
diam- diam mengambil segenggam Siang- tok- ciam.
Pouw Kee Lui kagum m enyaksikan kepandaian Lu Sian. Akan t et api ia t ahu,
bahwa m enghadapi gadis j elit a ini, ia t akkan kalah. Yang m em buat ia ragu- ragu
adalah set an karung it u, yang ia belum ket ahui siapa, bahkan belum ia ket ahui
apakah isinya, m anusia, binat ang, at aukah set an? Akan t et api ia dapat m enduga
bahwa yang berada dalam karung it u m em iliki kepandaian yang am at t inggi,
lebih t iggi daripada kepandaian nona ini, bahkan belum t ent u ia sendiri m am pu
m enandinginya. Melihat m unculnya t okoh rahasia ini t epat pada wakt u Lu Sian
dat ang m ewakili Tan Hui, Ket ua Khong- sim Kai- pang ini m enj adi curiga dan ia
berlaku lebih hat i- hat i. Sepert i biasa, Pouw Kee Lui orangnya cerdik, dapat
melihat gelagat dan tidak mau sembrono.
" Tahan dulu, Nona! " ia berseru m elihat lawannya sudah siap hendak
m enerj angnya lagi, bahkan siap dengan j arum - j arum rahasia di t angan kiri.
Ket ika ia m em eriksa luka akibat j arum m erah yang wangi it u, ia sudah t erheran
dan m enduga- duga, dari golongan m ana wanit a cant ik yang m enggunakan j arum
beracun harum dan berwarna merah.

Suling Mas Kho Ping Hoo 198


Lu Sian j uga bukan seorang bodoh. I a t ahu bahwa ket ua baru yang m asih m uda
ini benar- benar am at lihai, dan ia m asih belum t ahu pula apakah at au siapakah
adanya karung yang dapat bergerak aneh bahkan yang t idak t erm akan oleh
pedangnya, yang dapat m engeluarkan hawa pukulan m em bikin roboh para
pim pinan pengem is yang m engeroyoknya t adi dan sekarang m asih bergoyang-
goyang di at as kepala arca. Menghadapi seorang sepert i Pouw Kee Lui, ia t idak
boleh berlaku nekat dan sem brono. Maka ia pun m enahan serangannya,
m em andang dengan m ulut , hat inya m asih m endongkol karena pergelangan
tangan kirinya, masih terasa nyeri bekas cengkeraman Pouw Kee Lui yang kuat.
" Nona, t erus t erang saj a, di ant ara kau dan aku t idak t erdapat perm usuhan apa-
apa, bahkan selam anya baru kali ini kit a saling j um pa. Urusan ant ara kam i dan
Hui- kiam- eng Tan Hui adalah urusan perkum pulan yang kupim pin, bukan
urusanku pribadi, m elainkan urusan Khong- sim Kai- pang. Oleh karena it u, unt uk
m enghindarkan kesalahpaham an, bolehkah kam i bert anya, siapakah Nona yang
dat ang m ewakili Tan Hui, dari golongan m ana dan apa sebabnya m ewakili Hui-
kiam- eng Tan Hui yang tidak berani datang sendiri?"
Lu Sian t ersenyum m engej ek. Set elah ia m endapat kenyat aan bahwa ket ua baru
ini seorang lihai, pula di sit u m asih banyak t erdapat pim pinan Khong- sim Kai-
pang yang j uga t idak boleh dipandang ringan kalau m ereka m aj u m engeroyok,
perlu ia m em pergunakan nam a Beng- kauw. Maka j awabnya dengan suara
lantang.
" Dari golongan m ana dat angku, t ak perlu kusebut - sebut karena t erlam pau besar
unt uk dibandingkan dengan perkum pulan segala m acam j em bel busuk. Akan
t et api kalau hendak m enget ahui nam aku, aku adalah Liu Lu Sian, adapun Ayahku
adalah Pat- jiu Sin- ong Liu Gan..."
"Beng- kauwcu ( Ket ua Beng- kauw) ...??" Pouw Kee Lui m em ot ong cepat dan
kaget . " Bet ul. Nah, kau m au bicara apalagi?" Lu Sian berkat a dengan suara
angkuh. " Aku m endengar bahwa put eri Beng- kauwcu t elah m enikah dengan
Kam- goanswe...?" " Sekarang t idak lagi! " Lu Sian cepat m em ot ong. " Nah,
sekarang kau m au serahkan put eri Hui- kiam- eng at au kit a lanj ut kan
pertandingan?"
Pouw Kee Lui t ersenyum . Tent u saj a ia t idak t akut m enghadapi Lu Sian. Akan
tetapi setelah ia mengetahui bahwa wanita ini adalah puteri Beng- kauwcu, ini lain
lagi soalnya! Tentu saja ia tidak boleh main- main dengan Pat- jiu Sin- ong Liu Gan,
ket ua dari Beng- kauw! Tidak nant i ia m au m engorbankan diri unt uk m em bela
anak buah Khong- sim Kai- pang, perkum pulan pengem is yang baru saj a ia
pim pin. I a m erebut kedudukan pangcu bukan karena ia t erlalu m encint a para
pengemis.
" Ah, kiranya put eri Beng- kauwcu! Di ant ara kit a orang segolongan, perlu apa
terjadi pertengkaran tiada artinya?"
" Kit a bukan segolongan! Dan j angan kira aku dat ang unt uk m engem is
kebaikanmu. Aku bukan pengemis!"
Kembali Pouw Kee Lui tersenyum. Tidak terasa sakit hatinya karena ia sendiri pun
t idak m erasa sebagai pengem is biarpun ia m engepalai perkum pulan pengem is.
Akan t et api para pim pinan Khong- sim Kai- pang m elot ot kan m at a, karena m erek a
sebagai tokoh- tokoh pengemis merasa terhina.
" Biarlah kukem balikan anak Hui- kiam- eng, karena m engingat persahabat an
dengan Pat - j iu Sin- ong! " Sam bil berkat a dem ikian, Pouw Kee Lui m enoleh ke
arah arca dan alangkah kaget nya m elihat bahwa set an karung t adi sudah t idak
berada lagi di t em pat it u. Ent ah ke m ana perginya! I a m eresa heran dan
penasaran. Dengan kepandaiannya yang t inggi, bagaim ana ia sam pai t idak dapat
m elihat perginya m ehluk aneh dalam karung it u? I a m enduga bahwa t ent u
karung it u t erisi m anusia sakt i dari Beng- kauw yang t erkenal dengan t okoh-
t okohnya yang sakt i. I a m enghela napas. Baiknya ia berlaku hat i- hat i. Kalau ia
sam pai berlaku ceroboh dan m elanj ut kan perm usuhan dengan wanit a ini, biarpun
ia akan dapat m enangkan Lu Sian, t api t ent u ia akan berhadapan dengan t okoh-

Suling Mas Kho Ping Hoo 199


t okoh Beng- kauw dan t ent u set an karung it u seorang t okoh Beng- kauw yang
akan membantu Lu Sian.
I a m em beri isyarat kepada seorang anggot a kai- pang yang cepat m asuk ke
belakang kuil it u dan t ak lam a kem udian orang it u dat ang kem bali m enunt un
seorang anak perem puan. Anak it u berusia lim a t ahun, waj ahnya cant ik dan
m asih kecil sudah t am pak sifat kegagahannya karena anak it u t idak m enangis,
hanya dengan sepasang matanya yang bening memandang ke arah Lu Sian.
Lu Sian t ersenyum kepada anak it u. " Anak baik, m ari kau ikut aku pulang
m enem ui Ayahm u." Akan t et api anak it u diam saj a, bergerak m aj u pun t idak,
hanya m em andang dengan penuh pert anyaan dan ragu- ragu, agaknya t idak
percaya kepada Lu Sian. Akan tetapi ketika Lu Sian memondongnya, anak itu pun
menurut saja, tidak membantah.
" Nah, sudah beres urusan kit a, aku pergi Pouw- pangcu!" kat a Lu Sian sam bil
melangkah keluar.
" Harap sam paikan horm at ku kepada Beng- kauwcu! " kat a Pouw Kee Lui t anpa
m em pedulikan sikap para pem bant unya yang kelihat an penasaran. Set elah Lu
Sian pergi j auh t ak t am pak bayangannya lagi, barulah Pouw Kee Lui m enghadapi
para pembantunya sambil berkata, suaranya keren.
" Kalian m au apa?" " Pangcu,sudah banyak anak buah kit a celaka oleh wanit a it u,
pula, apakah kem at ian anak buah kit a di t angan Tan Hui harus didiam kan saj a?
Bukankah hal ini, biarpun kam i t ahu bahwa Pangcu sengaj a m engalah, akan
dipandang oleh dunia kang- ouw bahwa kit a t elah dikalahkan oleh Tan Hui dan
seorang t em annya silum an bet ina? Bukankah Khong- sim Kai- pang akan m enj adi
bahan tertawaan dan..."
" Desss! " Pouw Kee Lui m engayun t angannya dan Si Pem bicara it u, seorang
pengem is t ua, j at uh t ersungkur, giginya yang t inggal buah it u m eloncat keluar
dari mulutnya yang berdarah.
" kau t ua bangka t ahu apakah? Kalian t idak t ahu orang m acam apakah aku ini
sehingga mudah dikalahkan oleh Tan Hui dan wanita itu? Akan tetapi kalian harus
m enggunakan akal cerdik, t idak sepert i kerbau gila asal berani m enerj ang saj a
t anpa perhit ungan. Apakah kalian t idak t ahu bahwa Beng- kauwcu adalah
perkum pulan agam a yang am at besar dan berpengaruh, m enj adi t ulang
punggung dari Nan- cao? Ket ua Beng- kauw adalah Koksu Negara Nan- cao yang
dalam sedet ik bisa m engum pulkan laksaan orang t ent ara! Kit a Khong- sim Kai-
pang sam a sekali bukanlah lawan Beng- kauw, sepert i anak kij ang m elawan
harim au! Apakah kekuat an Khong- sim Kai- pang yang dulu dipim pin oleh seorang
t ua bangka lem ah m odel Yu Jin Tianglo? Phuh, hanya dua rat usan orang!
Sebelum kit a m enj adi besar dan kuat , j angan bert ingkah hendak m enent ang
Beng- kauw dengan j alan m encelakai put eri ket uanya. Sungguh t olol perbuat an
begitu, berarti bunuh diri!"
Tercengang para pim pinan pengem is. Baru sekarang m ereka m endengar
ket erangan yang begit u banyak isi dan alasannya. Makin t ert arik m ereka dan
kagum akan pandangan ketua baru ini yang luas.
" Kam i m ent aat i segala perint ah Pangcu. Mohon penj elasan." Kat a Si Kepala
Besar. Pouw Kee Lui t ert awa bergelak. "Di seluruh dunia ini, ent ah berapa
banyaknya pengem is m acam kalian yang sesungguhnya m erupakan kekuat an
yang besar. Akan t et api kalian hanya berpisah- pisah secara berkelom pok,
m erupakan kai- pang- kai- pang yang t idak ada art inya. Kalian lihat saj a, aku akan
m enaklukkan sem ua kai- pang di seluruh negeri, dengan Khong- sim Kai- pang
m enj adi golongan t erat as. Set elah it u, barulah kit a m enj adi kuat , dengan anak
buah yang puluhan ribu orang banyaknya. Baru set elah it u, Beng- kauw dan yang
lain- lain tak usah kita pandang lagi! Ha- ha- ha!"
Para pim pinan pengem is m enj adi t erkej ut dan kagum . Mem ang t ak pernah
m ereka m em ikirkan hal ini, dan dengan ket ua sepert i Pouw- pangcu ini, agaknya
niat it u bukan m im pi belaka. Dahulu ket ika Yu Jin Tianglo m asih m enj adi ket ua
m ereka, perkum pulan Khong- sim Kai- pang sudah t erkenal paling kuat . Apalagi
Pouw- pangcu ini kepandaiannya j auh m elebihi Yu Jin Tianglo! Maka m ereka lalu

Suling Mas Kho Ping Hoo 200


t unduk m endengarkan uraian Pouw Kee Lui t ent ang rencananya hendak
m enundukkan para kai- pang, m enj at uhkan ket ua m ereka dan kalau ada ket ua
kai- pang yang tidak tunduk akan dibunuhnya.
Sem ent ara it u, sam bil m em ondong anak perem puan Hui- kiam- eng Tan Hui, Lu
Sian berlari cepat m em pergunakan gin- kangnya m enuj u kem bali ke dusun yang
t erlet ak t iga puluh li lebih, di m ana ia m eninggalkan pakaiannya di rum ah
penginapan. Anak perem puan it u t idur dalam pondongannya. Menj elang t engah
m alam , sam pailah ia di dusun it u, t erus saj a ia langsung m enuj u ke pondok
penginapan dengan niat menanti di situ sampai Tan Hui datang.
Akan t et api pada saat it u, ia m elihat banyak orang di ruangan depan penginapan.
Kiranya Tan Hui baru saj a kem bali set elah m enyelesaikan bant uannya pada para
piauwsu. Pendekar ini berhasil m engalahkan para peram pok dan m eram pas
kem bali barang- barang berharga yang m enj adi t anggungan para pengawal.
Dengan cepat Lu Sian m enyelinap ke t em pat gelap dan berindap- indap
m engham piri rum ah penginapan. I a t idak dapat m elihat j elas, akan t et api dapat
m endengar percakapan m ereka. Terdengar suara seorang laki- laki yang parau,
dan m udah dim engert i bahwa laki- laki it u sedang m engom eli Tan Hui, karena
ucapannya begini.
" Dasar kau yang t idak m ent aat i nasihat orang t ua! Kalau dulu- dulu kau suka
m enikah lagi dengan gadis pilihanku, t ent u kau t idak akan m erant au
m eninggalkan anakm u sehingga t akkan t erj adi urusan ini! Kau t ahu sendiri
bet apa Lian- j i ( Anak Lian) am at m encint a Siok Lan, dan dia m asih t erhit ung
saudara sepupu m endiang ist erim u. Tidak akan ada wanit a yang lebih t epat
daripada Siok Lan untuk menjadi ibu Lian- ji..."
" Pam an, harap j angan t erlalu m em arahi kakak Tan Hui, dia sedang m enguat irkan
anak Lian..." t erdengar suara wanit a, suaranya m engget ar penuh perasaan dan
tiba- t iba Lu Sian m enj adi cem buru sekali. Ket ika ia m engint ai, di bawah sinar
lampu tampaklah seorang laki- laki tua dan seorang gadis cantik di dalam ruangan
it u, m asih ada beberapa orang lain yang berpakaian piauwsu. Adapun Tan Hui
duduk menunjang dagu di atas bangku.
Set elah m enarik napas panj ang berkali- kali, Tan Hui akhirnya m eloncat bangun
dan berkat a, " Aku harus m enyusulnya sekarang j uga! Orang lain berusaha
menolong Anakku, bagaimana aku bisa tinggal diam saja?"
" Kau t erluka dan lelah, m ana boleh pergi lagi m enghadapi lawan t angguh?
Tunggu sampai besok pagi juga belum terlambat." Kata suara parau.
" Akan t et api Lauw- ko, Nona Lu pergi seorang diri, dan Khong- sim Kai- pang am at
berbahaya, banyak orangnya yang pandai."
Pada saat it u, t erdengar suara anak kecil bert eriak. " Ayah...! Ayah...! " Dan anak
perempuan yang tadi digendong Lu Sian meronta dari pondongan lalu lari masuk.
"Lian- j i...! " Seruan ini sekaligus keluar dari m ulut m ereka yang berada di
ruangan, disusul tangis seorang wanita yang memeluk anak itu.
"Lian- j i! Syukur kepada Thian bahwa kau selam at , Nak..." "Bibi Lan...! " Anak it u
m enangis dalam pelukan gadis cant ik, sedangkan t an Hui yang sudah m eloncat
dekat m em belai ram but kepala put erinya dengan waj ah berseri. Kem udian Tan
Hui menghadap ke arah pintu dan berkata, "Adik Lu Sian, silakan masuk!"
Akan t et api t idak ada orang yang m asuk, t idak ada suara. Tan Hui t erheran dan
cepat m eloncat keluar. I a m elihat bayangan Lu Sian t erhuyung- huyung keluar
dari halaman depan.
" Adik Lu Sian...! " Tan Hui m engej ar dan ia berseru kaget ket ika m elihat t ubuh
nona it u t erguling roboh. Cepat ia m eloncat dekat dan m em ondong t ubuh it u.
"Kau... terluka...?" bisiknya.
Sam bil m erint ih kesakit an Lu Sian berkat a lirih. " ... punggungku... t erkena...
jarum beracun...!" Lalu ia menjerit dan pingsan.
Kaget lah sem ua orang m elihat Tan Hui datang memondong tubuh seorang wanita
cant ik yang pingsan. " I nilah Nona Lu Sian yang t elah m enolong Lian- j i dan
m em bawanya pulang. Akan t et api ia t erluka parah, t erkena racun. Lauw- ko,
harap suka m enj aga dan m engant ar pulang Anak Lian lebih dulu ke rum ah, biar

Suling Mas Kho Ping Hoo 201


Adik Siok Lan m enem aninya. Aku harus m engant ar Nona Lu Sian ini ke seorang
ahli pengobatan racun, sekarang juga!"
Orang yang suaranya parau it u adalah kakak dari m endiang ist eri Tan Hui.
Melihat Tan Hui m em ondong t ubuh seorang wanit a cant ik sepert i it u, ia
m engerut kan keningnya dan berkat a. " Mengapa susah- susah? Apakah t idak lebih
baik dirawat di penginapan sini lalu memanggil tabib?"
" Ah, kau t idak t ahu, Lauw- ko. Luka j arum beracun am at berbahaya, dan hanya
ahli- ahli saja yang dapat mengobatinya. Sudahlah, Nona ini telah menyelamatkan
anakku sam pai m engorbankan diri, bagaim ana aku dapat ragu- t agu lagi unt uk
m enolongnya? Harap Lauwko suka m enj aga Lian- j i baik- baik, dan Adik Siok Lan,
aku m ohon bant uanm u m enem ani keponakanm u." Set elah berkat a dem ikian,
sam bil kedua lengan m em ondong t ubuh Lu Sian yang lem as. Tan Hui berkelebat
dan sebentar saja ia sudah berada di luar rumah penginapan.
"Tan- t aihiap, sekali lagi kam i m enghat urkan t erim a kasih at as bant uanm u dan
m aafkan kam i yang t idak m am pu balas m enolong Tai- hiap yang m enghadapi
kesukaran." Seorang diant ara para piauwsu it u bert eriak, nam un Tan Hui t idak
m em pedulikan m ereka, dengan kecepat an luar biasa ia t elah m enggunakan gin-
kangnya unt uk berlari cepat m eninggalkan dusun it u. Set engah m alam penuh ia
berlari cepat , bahkan pada keesokan harinya ia m asih kelihat an berlari- lari cepat
keluar m asuk hut an dan dusun. Set elah m at ahari naik t inggi, Tan Hui m em asuki
sebuah dusun yang sunyi dan t iba- t iba ia m endengar Lu Sian m engeluh dan Tan
Hui girang sekali karena t adinya ia m erasa kuat ir m elihat Lu Sian t idak pernah
bergerak dalam pondongannya, dan wajahnya pucat.
" Bagaim ana, Sian- m oi? Sakit sekalikah?" I a berhent i sam bil m em andang waj ah
orang dalam pondongannya.
Lu Sian m em buka m at a, m engeluh lagi perlahan, lalu m engangguk. " Tan Hui
Koko, kau hendak bawa aku ke manakah?"
" Di Lem bah Sungai Yang- ce bagian selat an, ada seorang ahli pengobat an racun
yang tinggal di kota I- kiang. Kalau aku berlari cepat , dalam t iga hari akan sam pai
di sana, dan kau tentu akan tertolong."
Lu Sian m enggeleng kepala sam bil m engerut kan alisnya yang hit am panj ag dan
bagus bentuknya. "Percuma, Koko, akan terlambat..."
Kaget sekali Tan Hui m endenagar hal ini, ia seorang ahli pedang dan ahli gin-
kang, t idak banyak m enget ahui t ent ang senjata- senj at a beracun, m aka ia
menjadi kaget dan gugup. "Ah... kalau begitu... bagaimana baiknya Moi- moi?"
Sej enak Lu Sian diam saj a, berpikir, lalu bert anya. " Tan Hui Koko, m engapa aku
m em bingungkan keadaanku? Kalau aku sam pai m at i pun kau t idak akan rugi
apa- apa!"
" Ah, j angan kau bilang begit u, Moi- m oi. Kau t elah m engorbankan diri unt uk
m enolong put eriku. Aku bersedia m engorbankan nyawa unt uk m em balas budim u
yang amat besar itu."
" Hem m , j adi hanya karena ingin m em balas budi? Andaikat a aku t idak m enolong
anakm u, t ent u sekarang kau sudah t inggalkan aku m at i kering di pinggir j alan
tanpa peduli sedikit pun, bukan?"
" Ah... eh, bagaim ana pula ini? Sian- m oi, j angan kau berpikiran begit u! Biarpun
kit a baru saj a berkenalan, akan t et api aku... aku am at kagum dan suka
kepadamu. Sudahlah, untuk apa bicara seperti ini? Sekarang yang paling penting,
bagaim ana harus m em bebaskanm u daripada bahaya racun. Sian- m oi t adi kau
bilang... dalam t iga hari t erlam bat . Bagaim ana kau bisa bilang begit u? Apakah
kau mengerti tentang pengaruh racun?"
" Aku t ahu, bahkan aku m engert i bagaim ana caranya m engobat i luka karena
j arum beracun ini. Akan t et api aku sangsi apakah kau sudi m elakukannya
untukku." "Wah, bagus!! Tentu saja aku suka menolongmu, biarpun untuk itu aku
harus korbankan apa j uga. Moi- m oi yang baik, lekas kaukat akan bagaim ana aku
dapat m enyem buhkanm u! " Girang sekali Tan Hui, hal ini dapat dirasakan oleh Lu
Sian yang m erasa bet apa kedua lengan laki- laki gagah it u m em eluk t ubuhnya
makin erat. Diam- diam Lu Sian tersenyum di dalam hatinya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 202


"Tan- koko, t enanglah dulu. Kau ini lucu, m elihat lukaku pun belum , kau sudah
kebingungan t idak karuan. Lekaslah kau cari sebuah kam ar penginapan di dusun
ini."
" Kurasa t idak akan ada sebuah pun rum ah penginapan di dusun kecil sepert i ini."
Tan Hui menjawab sangsi, memandang keadaan dusun yang sunyi itu.
" Kalau begit u, kit a sewa rum ah seorang pet ani. Nant i akan kuberi pet unj uk
kepadam u unt uk m engobat i punggungku. Mudah- m udahan saj a berhasil dan
nyawaku masih belum bosan tinggal di dalam badanku."
Tan Hui girang sekali dan diam - diam ia m enj awab ucapan Lu Sian. " Siapa yang
akan bosan t inggal di dalam t ubuh seindah t ubuhm u?" Akan t et api m ulut nya
tidak menyatakan sesuatu. Segera mereka bisa mendapatkan sebuah rumah kecil
yang cukup bersih, yang m ereka sewa dari keluarga pet ani. Dengan am at hat i-
hat i Tan Hui m elet akkan t ubuh Lu Sian di at as sebuah pem baringan dalam kam ar
sederhana tapi cukup bersih di pondok itu.
" Aduhh...! Ah, punggungku yang t erluka, kenapa kaut elent angkan t ubuhku...?"
Lu Sian mengeluh kesakitan, membuat Tan Hui makin bingung dan cepat- cepat ia
membantu wanita itu tertelungkup.
" Lekas, Koko, lekas periksa punggungku, sebelah kiri, ah, sakit sekali rasanya.
Panas, perih dan gatal- gatal...!"
Tan Hui bingung melihat pinggang dan pinggul di depannya. "Ha... bagaiman bisa
m em eriksanya...?" ia t ergagap karena m em ang ia m erasa sungkan sekali.
Punggung it u t ert ut up baj u. Mem eriksa punggung berart i harus m em buka baj u
yang menutupnya, betapa mungkin?
" Ah, Koko, kat anya kau hendak m enolongku. Selagi nyawaku t erancam oleh
racun yang m akin m enghebat m enj alar m asuk m endekat i j ant ungku, kau m asih
m em akai segala sopan sant un dan sungkan- sungkan? Kat akanlah, kau m au
m enolongku at au t idak? Kalau t idak, lebih baik kau lekas pergi dan t inggalkan
aku mati sendiri di sini!"
"Moi- m oi kau t ahu aku ingin sekali m enolong..." " Kalau begit u, lekas kau buka
baj u di punggungku, kaurobek saj a! Lekas periksa dan cerit akan kepadaku
bagaimana macamnya dan di mana letaknya."
Mendengar ucapan yang keras ini, lenyap kebingungan Tan Hui. Tangannya
m erenggut baj u di at as punggung dan " bret t t ! " baj u luar berikut baj u dalam yang
t ipis berwarna m erah m uda t erobek oleh j ari- j ari t angannya yang kuat . Sej enak
ia puyeng melihat kulit punggung yang putih halus seperti salju, dengan urat- urat
m erah m em bayang. Akan t et api Tan Hui m enggoyang kepalanya m engusir
kepeningannya, dan ia berkerut kuat ir m elihat t uj uh bat ang j arum m erah
menancap pada punggung berkulit putih halus itu, di sebelah kiri!
" Tuj uh bat ang j arum m erah! " Kat anya dengan suara m engget ar m elihat bet apa
kulit di sekit ar j arum - j arum it u m ulai berwarna m erah kebiruan, t anda keracunan
hebat.
" Lekas cabut dan berikan j arum - j arum nya kepadaku! " karena ingin sekali
m enolong sedangkan dia sendiri m em ang t idak m engert i t ent ang senj at a
beracun, Tan hui m em enuhi perm int aan ini dengan cepat . Ket ika t uj uh bat ang
jarum- j arum m erah it u t ercabut dan disim pan oleh Lu Sian yang m em eriksa
sebent ar, t am pak bekas t usukan j arum - j arum it u m erupakan t uj uh bint ik- bintik
m erah. Lu Sian m erogoh saku m engeluarkan dua bat ang j arum perak,
memberikan jarum- jarum itu kepada Tan Hui.
"Tan- koko, kaucari lilin dan nyalakan lilin it u. Kem udian kaubakarlah uj ung kedua
j arum it u sebent ar. Cepat , Koko. Racun ini sekali m em asuki j ant ungku, nyawaku
takkan bertahan sampai dua hari lagi!"
Mendengar ini bukan m ain kaget nya hat i Tan Hui. I a cepat m encari dan akhirnya
dat ang kem bali ke dalam kam ar m em bawa lilin yang dinyalakan. Kem udian,
sesuai dengan petunjuk Lu Sian, ia membakar ujung kedua jarum.
"Sekarang kaut usuklah t epat di kedua j alan darah k ian- ceng- hiat dengan j arum -
j arum it u, Koko, diam kan sebent ar lalu kaut usukkan pada j alan darah hong- hu-
hiat."

Suling Mas Kho Ping Hoo 203


Jari- j ari t angan Tan Hui gem et ar ket ika t angannya m em egangi dua j arum perak,
keningnya berkerut . Berm acam perasaan m enggelora di dalam dadanya.
Perasaan gelisah kalau- kalau Lu Sian t akkan sem buh dan j uga perasaan t idak
karuan yang dit im bulkan oleh penglihat an di depannya! Lu Sian begit u bebas!
Wanit a ini seakan- akan m enganggapnya bukan orang lain. Tidak sungkan-
sungkan dan t idak m alu- m alu m em buka robekan baj u it u lebih besar lagi ket ik a
ia menyuruh Tan Hui menusuk jalan darah di bawah pangkal lengan.
Biarpun dia m erasa m ulai lega hat inya karena kini di sekit ar bint ik- bint ik m erah
it u t idak kelihat an biru lagi, nam un set iap kali m enusukkan j arum dan uj ung
j arinya m enyent uh kulit punggung at au kulit lam bung, Tan Hui m enggigil dan
terpaksa meramkan kedua matanya.
" koko, kau kenapakah...?" pert anyaan dengan suara halus m erdu ini m em buat
Tan Hui sadar. I a m em buka m at anya dan m erahlah kedua pipinya ket ika ia
m elihat bet apa Lu Sian kini sudah duduk di depannya dan m em andangnya
dengan sepasang mata menyatakan kemakluman hati akan keadaannya!
" Aku... aku... ah, aku, t elah berdosa besar t erhadapm u, Moi- m oi. Bet apa aku
berani berlancang tangan, menghadapimu, dalam keadaan begini."
Lu Sian m eraih dan m em egang lengan Tan Hui. " Aiih, m engapa kau bilang
begit u? Koko, kau t elah m engobat iku, m engapa lancang? Tent ang keadaan kit a
sepert i ini, apa salahnya? Bersam am u aku t idak m erasa m alu. Tan Hui Koko,
bukankah... bukankah kau suka pula kepadaku sepert i aku kagum dan suka
kepadamu?" Tan Hui m enelan ludah. Bukan m ain wanit a ini. Cant ik j elit a sukar
dicari keduanya, berilm u t inggi pula. Laki- laki m ana di dunia ini yang t akkan
t ergila- gila? Apakah dia suka kepada Lu Sian? Pert anyaan gila! " Moi- m oi, t ent u
saj a aku suka kepadam u, aku kagum kepadam u. Akan t et api ket ahuilah, Sian-
m oi, aku hanya seorang duda yang sam a sekali t idak cukup berharga unt ukm u
dan...." Tiba- t iba Lu Sian m enut upkan j ari- j ari t angannya yang kecil dan berkulit
halus itu di depan mulut Tan hui, mencegahnya bicara lebih lanjut.
Bet apapun hebat nya seseorang, sudah t ent u sekali ada kelem ahannya. Dan bagi
pria, biasanya t akkan kuat m enghadapi rayuan wanit a, bet apa kuat pun si pria
it u. Buj uk rayu seorang wanit a cant ik lebih dahsyat daripada gerak kilat rat usan
anak panah at au ribuan m at a pedang! Tan Hui adalah seorang pendekar yang
memiliki nama besar. Nama julukan Hui- kiam- eng bukanlah nama kosong belaka.
I a m erupakan seorang pendekar penegak keadilan dan kebenaran, penent ang
kej ahat an, dit akut i lawan disegani kawan. Nam un ia seorang laki- laki juga, malah
dit inggalkan ist erinya, seorang laki- laki yang haus akan cint a kasih, yang haus
akan kehadiran wanit a di dekat nya. Kalau saj a ia t idak kem at ian ist erinya, belum
t ent u ada wanit a bet apapun cant iknya akan dapat berhasil m enggodanya. Akan
t et api kini keadaannya lain. I a kehilangan ist erinya, sedang haus akan cint a.
Celakanya, ia berj um pa dengan seorang wanit a sepert i Lu Sian, seorang wanit a
yang hebat , cant ik j elit a, apalagi yang sudah m enolong put erinya dengan
pengorbanan. Wanit a m uda yang baj unya robek t erbuka bagian punggung
sam pai ham pir m em buka dadanya, yang m em egang t angannya, yang
m em andangnya dengan sinar m at a m esra dan bibir t ersenyum m enant ang.
Herankah kit a kalau kem udian Tan Hui t erj ungkal pert ahanan bat innya dan
tergila- gila m em biarkan diri m enj adi ham ba nafsu asm ara? Begit u t ergila- gila
pendekar ini sam pai ia lupa bahwa perbuat annya ini adalah sebuah pelanggaran
besar bagi seorang sat ria, bagi seorang pendekar! Lupa bahwa ia t elah
m elanggar pant angan, m elanggar susila. Lupa pula bahwa ia m elanggar hukum
keluarganya ket ika ia berbisik- bisik m enj anj ikan kepada Lu Sian unt uk
menurunkan ilmu gin- kang yang luar biasa dengan keluarganya!
Tan Hui, pendekar besar berj uluk Hui- kiam- eng it u t elah benar- benar m enj adi
m abok oleh kecant ikan waj ah dan keharum an t ubuh Lu Sian. Mereka berdua lupa
akan segala, m engej ar kesenangan yang t ak kunj ung puas. Sam pai berpekan-
pekan Tan Hui dan Lu Sian berdiam di dusun sunyi it u, set iap hari berm ain- main
di pinggir anak sungai dalam hut an, bersenda- gurau, t ert awa- t awa dan berm ain
cint a, di sam ping berlat ih ilm u gin- kang yang dit urunkan oleh Tan Hui kepada

Suling Mas Kho Ping Hoo 204


kekasihnya. I lm u gin- kang ket urunan keluarga Tan Hui ini m em ang hebat dan
aneh pula cara m elat ihnya. Rahasia kehebat annya t erlet ak dalam lat ihan
pernapasan dan sam adhi, cara penyaluran j alan darah di wakt u m em pergunakan
ilm u ini unt uk bergerak at au berlari cepat . Di sit ulah t erlet ak perbedaannya
dengan gin- kang dari golongan lain. Dan cara m elat ihnya pun ist im ewa, yait u
dengan bersam adhi dalam keadaan t elanj ang bulat ! I nilah sebabnya m engapa
Tan Hui pernah m enyat akan keraguannya unt uk m engaj arkan gin- kang, dan
m enyat akan bahwa hanya orang " dalam " at au keluarga sendiri yang boleh
m elat ihnya, karena unt uk m engaj ar orang lain, bagaim ana m ungkin dengan
syarat seperti itu? Akan tetapi setelah Lu Sian si cantik jelita menjadi kekasihnya,
m enj adi ist eri walaupun di luar pernikahan, t ent u saj a syarat it u t idak
menyusahkan mereka lagi.
Karena Lu Sian m em ang sudah m em iliki ilm u silat t inggi, dan di sam ping ini j uga
am at cerdik, dalam wakt u kurang lebih dua bulan saj a ia sudah berhasil
m enguasai ilm u gin- kang yang diturunkan oleh kekasihnya kepadanya. Ia merasa
girang sekali. Bukan hanya girang karena dapat m em pelaj ari gin- kang yang
t erkenal di dunia kang- ouw sebagai gin- kang nom or sat u it u, j uga ia m erasa
girang karena m endapat kenyat aan bahwa Tan Hui adalah seorang kekasih yang
m enyenangkan hat inya. Seorang kekasih yang cocok dengannya, t idak sepert i
bekas suam inya, Jenderal Kam Si Ek, yang dalam segala hal ingin m enonj olkan
disiplin! Sudah dapat ia m em bayangkan berapa akan bahagia hidupnya di
sam ping Tan Hui, karena kekasihnya ini sudah m enyanggupi unt uk berdua
dengan dia m enj elaj ah di dunia kang- ouw, m encari ilm u- ilm u yang lebih t inggi
lagi dan sedapat m ungkin ingin m enj adi suam i ist eri j agoan nom or sat u di dunia!
Dengan Tan Hui di sampingnya, bukan tak mungkin cita- cita ini akan tercapai.
Akan t et api, bet apapun j uga, m anusia t akkan m am pu m engat ur nasibnya sendiri
kalau perbuat annya bert ent angan dengan prikebaj ikan. Mim pi yang m uluk- muluk
ini t ernyat a m enghadapi kegagalan t ot al yang m enyedihkan! Pagi hari it u, ket ika
pagi- pagi sekali Lu Sian m endahului kekasihnya bangun dan pergi m andi di anak
sungai, kebet ulan dat ang serom bongan orang m encari Hui- kiam- eng Tan Hui di
dalam dusun. Mereka ini adalah serom bongan piauwsu t erdiri dari sem bilan
orang. Ket ika bert em u dengan Tan Hui, m ereka m encerit akan bahwa m ereka
dim int a t olong oleh kakak ipar pendekar ini unt uk m encarinya sebagai
pem balasan budi, t ent u saj a para piauwsu ini segera m encarinya. Selain
m enyam paikan pesan kakak iparnya agar Tan Hui segera pulang, j uga para
piauwsu ini m em bawa berit a yang m em buat Tan Hui ham pir pingsan saking
kaget nya. Akan t et api pendekar ini m asih m am pu m enekan perasaannya dan
segera ia m enyuruh pergi para piauwsu it u secepat nya sam bil m engirim pesan
kepada kakak iparnya bahwa ia segera pulang.
Dem ikianlah, ket ika Lu Sian dengan waj ah berseri, waj ah seorang wanit a dalam
cint a, pulang dari anak sungai, ia disam but oleh Tan Hui dengan m uka m asam .
Jelas sekali bahwa Tan Hui m enahan- nahan gelora am arah yang m engam uk di
hat inya. Menurut kan kat a hat inya, ingin Tan Hui m engam uk, nam un ia m encint a
Lu Sian maka yang keluar dari mulutnya hanyalah ucapan singkat.
"Sian- m oi, sam pai saat ini saj alah hubungan kit a. Aku hendak pergi sekarang.
Selamat tinggal!"
"Eh- eh- eh, Koko, m engapa senda- guraum u t ak enak benar pagi ini?" Lu Sian
menangkap lengan kekasihnya yang hendak pergi it u. I a m asih m enganggap
kekasihnya bergurau.
Akan t et api Tan Hui t idaklah bergurau. I a m erenggut lengannya yang dipegang
Lu Sian secara kasar, sambil berkata. "Aku tidak bergurau. Aku benar- benar akan
pergi m eninggalkanm u karena hendak m enikah dengan Siok Lan, gadis dusun
yang baik!"
Tiba- t iba sepasang m at a Lu Sian berkilat m arah. Suaranya dingin sekali ket ika ia
m enghadapi Tan Hui, sam bil berkat a, " Hem m , begit ukah? Tan Hui, kat akanlah
apa yang m enyebabkan perubahan pada dirim u ini! Mengapa kau m arah- marah
kepadaku dan sepert i t iba- t iba m em benciku? Apakah kesalahanku? Bukankah

Suling Mas Kho Ping Hoo 205


sem alam kau m asih m em perlihat kan cint a kasih yang besat t erhadap diriku
dan..."
" Cukup?" Tan Hui m em bant ing kakinya dengan m arah, sedangkan m ukanya
berubah menjadi merah.
" Jangan sebut - sebut lagi hal it u, j angan sebut - sebut lagi perbuat an biadab kit a
yang tak mengenal tata susila. Perbuatan terkutuk!"
" Tan Hui, apa m aksudm u? Kit a saling m encint a, aku m enyerahkan j iwa ragaku
sebulatnya kepadamu, dan kaubilang itu terkutuk?"
" Perbuat an j ina yang t erkut uk! Apa kau m asih ingin m em aksa aku bicara?
Sudahlah, aku pergi!" Tan Hui memaksa keluar dari pintu depan.
Akan t et api Lu Sian m eloncat dan m enangkap lengannya. " Kau bicara! Kau
keluarkan isi hat im u! Aku akan m at i penasaran kalau kau t idak bicara. Hayo
katakanlah, mengapa kau marah- marah dan membenci padaku!"
Dengan kening berkerut dan m uka keruh Tan Hui m em balikkan t ubuhnya.
Sej enak ia m enunduk dan m enarik napas panj ang, lalu t erdengar ia sat u kali
t erisak. "Set iap kali aku m enanyakan riwayat m u, kau selalu m engelak. Kiranya
kau m enyem bunyikan rahasia dan aku m enj adi barang perm ainanm u. Liu Lu
Sian! Set elah kau m enipuku, m ewarisi gin- kang dan m enyeret ku ke dalam
hubungan j ina karena kau adalah ist eri dari seorang Jederal Kam Si Ek, apakah
kau sekarang m asih t idak m au m elepaskan aku?" Kalim at t erakhir ini diucapkan
dengan suara pahit sekali oleh Tan Hui, t aj am sepert i pedang m enusuk dada Lu
Sian.
" Hem m , kiranya kau sudah t ahu bahwa aku put eri Beng- kauwcu dan bekas ist eri
Kam- goanswe? Bekas isteri, kataku, karena aku sudah meninggalkannya. Tan Hui
Koko, sem alam kau m asih bersikap baik, m engapa pagi- pagi ini kau berubah?
Sejak kapankah kauketahui rahasiaku itu?"
" Tadi para piauwsu dat ang m enyam paikan panggilan Lauw- ko dan m ereka it u
mendengar dari para pengemis Khong- sim Kai- pang tentang kau...."
"Uh- uh, begit ukah? Koko berkali- kali kau bersum pah m enyat akan cint a kasihm u.
Apakah hal itu akan mudah kaulempar begitu saja? Apakah kau sama saja seperti
lelaki- lelaki isi sam pah yang bersum pah palsu, sepert i kum bang yang t erbang
pergi begit u saj a set elah m enghisap m adu dari kem bang? Apakah kau seorang
laki- laki begitu rendah ahlak?"
Tan Hui m arah. " Liu Lu Sian, kau cukup t ahu laki- laki m acam apa aku ini! Aku
pasti akan memenuhi janji- janjiku. Aku cinta kepadamu. Sampai detik ini pun aku
m asih cint a kepadam u, t erkut uk! Akan t et api kau adalah ist eri Kam SI Ek,
seorang pahlawan yang kuhorm at i. Aku t elah berj ina denganm u, ini saj a sudah
merupakan perbuatanku yang biadab, yang cukup membuat aku bisa mati karena
malu. Akan tetapi engkau... hemm, Lu Sian, bagaimanakah Thian memberkahimu
dengan waj ah secant ik it u dan t ubuh seindah it u akan t et api dengan hat i
serendah ini? Bagaim anakah kau seorang ist eri dari seorang pahlawan t erhorm at
bisa m eninggalkan suam i dengan berm ain gila dengan laki- laki lain hanya unt uk
m encuri gin- kang? Kau m anusia rendah, wanit a t ak t ahu m alu, biarpun aku cint a
kepadam u, nam un aku pun m uak akan t ingkah lakum u. Sudahlah, aku pergi
sekarang, aku akan menikah dengan gadis kampung agar tidak dapat terjerat lagi
oleh siluman betina macam engkau!"
Tan Hui m eloncat j auh ke depan. Terdengar pekik kem arahan dan t angan kiri Lu
Sian bergerak. Sinar m erah m enyam bar ke arah Tan Hui, disusul bent akannya,
"Tan Hui, kau terlalu menghinaku!"
Mendengar sam baran angin dari belakang, Tan Hui cepat m engelak dan
t angannya m enyam bar. I a berhasil m enangkap sebat ang di ant ara j arum - jarum
yang t adi m enyam barnya. Melihat j arum m erah di t angannya it u. Tan Hui
tertegun, kem udian kem arahannya m em uncak. I a t idak j adi lari pergi, m alah kini
ia kembali dan memaki- maki.
" Sungguh perem puan t ak t ahu m alu! Jadi ket ika kau t erluka dahulu it u, hanyalah
akalm u saj a unt uk m erayu aku dan m enyeret aku ke dalam j urang perj inaan, ya?
Yang melukai punggungmu adalah jarum- jarum merahmu sendiri!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 206


Lu Sian t ersenyum m engej ek. "Apa salahnya seorang wanit a m em pergunakan
segala m acam akal unt uk m em peroleh cint a? Tan Hui, sej ak sem ula bert em u
denganm u, aku sudah kagum dan hal ini m enim bulkan rasa cint a. Akan t et api
kiranya kau hanya seorang laki- laki pengecut , berani berbuat t akut bert anggung
jawab, melawan suara hati dan perasaan sendiri. Huh, muak perutku melihatmu!"
" Dan aku... aku benci kepadam u! Kau perem puan lacur... kau..." saking
marahnya Tan Hui t ak dapat m elanj ut kan kat a- kat anya, m elainkan m encabut
pedangnya.
Lu Sian j uga sudah m encabut pedangnya dan t anpa berkat a- kat a lagi, kedua
orang m uda yang sem alam m asih saling peluk cium dengan kasih sayang yang
semesra- m esranya, kini bert anding pedang dengan hebat dan m at i- matian
karena hat i dipenuhi kem arahan sehingga set iap serangan m erupakan t angan
maut yang mencari korban.
Julukan Tan Hui adalah Pendekar Pedang Terbang, t ent u saj a ilm u pedangnya
lihai sekali, akan t et api sesungguhnya, yang m em buat ilm u pedangnya m enj adi
lihai it u adalah karena ia m em iliki ilm u gin- kang yang hebat . I lm u m eringankan
tubuh ini membuat ia dapat bergerak cepat bukan main sehingga ilmu pedangnya
tentu saja menjadi amat berbahaya karena cepatnya.
Biarpun ilm u pedangnya m asih kalah j auh kalau dibandingkan dengan ilm u
pedang Liu Lu Sian yang diwarisi dari ayahnya, pada dasarnya kalah t inggi,
nam un andaikat a Lu Sian belum m em pelaj ari gin- kang ist im ewa it u, agaknya Tan
Hui akan dapat m engim banginya dengan kecepat an. Nam un, kini Lu Sian t elah
memiliki gin- kang Coan- in- hui ( Terbang Terj ang Awan) yang dipelaj ari dan dilat ih
secara t ekun dari Tan Hui sehingga biarpun dibandingkan dengan Tan Hui gin-
kangnya m asih kalah sedikit karena m em buat ilm u pedangnya Pat - m o Kiam - hoat
ciptaan ayahnya menjadi beberapa kali lipat dahsyatnya.
Lu Sian adalah seorang wanit a yang berwat ak keras dan aneh. Mem ang t idak
dapat disangkal pula bahwa semenjak meninggalkan suaminya, Kam Si Ek, belum
pernah ia j at uh cint a lagi kecuali kepada Tan Hui. I a m encint a Tan Hui dan
agaknya akan bersedia m enj adi ist eri duda pendekar ini kalau saj a t idak t erj adi
perselisihan di pagi hari it u. Karena ia berwat ak keras, begit u Tan Hui
m em perlihat kan sikap m em benci dan m enghina, m aka ia pun m em aksa
perasaannya unt uk balas m em benci, dan m enganggap Tan Hui seorang m usuh
yang harus dibasmi.
Pert andingan berlangsung m akin hebat dan seru. Berdent ingan pedang m ereka
saling beradu, diseling bersiut nya pedang m enyam bar m em belah angin ket ika
dielakkan lawan. Set elah berj alan serat us j urus m ulailah Tan Hui t erdesak. I lm u
pedang yang dim ainkan Lu Sian am at aneh dan banyak m engandung gerakan-
gerakan yang curang. Di sam ping kalah t inggi ilm u pedangnya, j uga di dalam
hatinya, Tan Hui tidaklah sebulat Lu Sian untuk membunuh lawan. Tan Hui marah
hanya t erdorong kekecewaan set elah m endengar bahwa kekasihnya yang benar-
benar am at dicint anya it u adalah ist eri orang! I a m enent ang Lu Sian t erdorong
kem arahan karena kecewa inilah, m aka set elah bert anding agak lam a, m ulai ia
merasa menyesal dan tidak menyerang secara sungguh- sungguh.
Berbeda dengan Lu Sian yang m akin lam a m akin bersem angat . Melihat bet apa
lawannya m ulai t erdesak, ia berseru keras dan berubahlah pedangnya m enj adi
segulungan sinar yang amat hebat. Angin menderu- deru keluar dari sinar ini yang
t adinya bergulung- gulung, t api m akin lam a m akin cepat m em bent uk lingkaran-
lingkaran secara cepat sekali m engurung t ubuh Tan Hui. I nilah Toa- hong Kiam -
sut yang dim ainkan oleh Lu Sian. I lm u pedang yang dim ilikinya, biasanya sudah
hebat sekali apalagi sekarang set elah gin- kangnya m aj u pesat . Maka cepat lah
gerakannya dan makin hebat hawa pukulan yang keluar dari gerakan senjata itu.
Tan Hui yang sudah t erdesak hebat it u berseru keras saking kagum nya
m enyaksikan ilm u pedang yang dem ikian dahsyat nya. Cepat ia m em pert ahankan
diri, nam un kecepat an pedangnya t idak cukup unt uk m em bendung dat angnya
lingkaran- lingkaran yang bergelom bang sepert i om bak badai ini. Baru saj a
pedangnya berdent ing karena bert em u dengan pedang Lu Sian, pedang wanit a

Suling Mas Kho Ping Hoo 207


itu sudah m enyelinap dengan kecepat an yang t ak dapat disangka- sangka, t ahu-
tahu sudah memasuki perut Hui- kiam- eng Tan Hui!
" Cepppp! " Hanya sedet ik t erj adinya hal ini Lu Sian sendiri m erasa kaget , cepat -
cepat m encabut pedang dan m eloncat m undur sej auh em pat lim a m et er, lalu
berdiri t egak dengan m at a t erbelalak m em andang bekas kekasihny a yang kini
menjadi musuhnya itu.
Tan Hui m asih berdiri t egak, t angan kanan m em egang pedang, t angan kiri
m enut up luka di perut nya sam bil m enekan keras- keras nam un t et ap saj a
darahnya m enet es- net es m elalui celah- celah j ari t angannya. Mukanya pucat ,
akan tetapi bibirnya tersenyum pahit.
" Tidak penasaran Hui- kiam- eng roboh di t angan put eri Beng- kauwcu, karena
m em ang kiam - hoat m u hebat luar biasa. Akan t et api sebagai bekas kekasihku,
biarlah kunasehat kan kepadam u bahwa kalau kau m elanj ut kan kesukaanm u
m enggoda dan m enghancurkan hat i laki- laki, hidupm u kelak akan t erkut uk, kau
akan banyak dim usuhi orang. Sian- m oi, kenapa kau t idak kem bali saj a kepada
suamimu sehingga hidupmu kelak akan terjamin...?"
" Cerewet ! Kau t ak berhak m encam puri urusan hidupku. Kau sudah t erluka, aku
m em beri kesem pat an kepadam u unt uk pergi m engingat akan perkenalan kit a
yang lalu!"
Senyum di m ulut Tan Hui berubah m akin pahit . " Seorang pendekar t idak akan
lari daripada m aut . Lukaku m em ang hebat , t ak t erobat i, akan t et api aku m asih
berdiri t egak, pedangku m asih di t angan. Siapa bilang aku kalah? Baru kalah
kalau pedang ini sudah t erlepas dari t angan dan kedua kaki ini sudah t ak dapat
berdiri. Lihat serangan! " Tan Hui m enerj ang m aj u lagi dengan dahsyat , sam bil
m enekan perut dengan t angan kiri. Karena gerakannya dalam m enyerang ini
m em pergunakan t enaga, m aka m enyem prot lah darah dari luka yang dit ut upnya
dengan tangan.
Lu Sian cepat m engelak sam bil m em ut ar pedangnya. Tadi saj a selagi m asih
belum t erluka, Tan Hui t idak m am pu m enandingi ilm u pedangnya, apalagi
sekarang set elah pendekar it u t erluka parah. Tiga kali bert urut - t urut uj ung
pedang Lu Sian m engenai dada dan leher dan sekali ini Tan Hui t erj ungkal roboh
bergulingan lalu diam t elent ang, t ubuhnya m andi darah, akan t et api t angan
kanan m asih m em egang pedang dan m ulut nya t et ap t ersenyum ! Melihat keadaan
bekas kekasihnya ini, Lu Sian menarik napas panjang menyimpan pedangnya.
" Salahm u sendiri, Tan Hui. Kau yang m encari m at i..." Tan Hui m enggigit bibirnya
m enahan sakit , napasnya t erengah- engah, kem udian t erdengar ia lirih berkat a,
" Seharusnya aku m em bencim u... Sian- m oi..., t api... t api t ak m ungkin. Aku sudah
j at uh... aku t erlalu m encint am u. Sian- m oi, hanya pesanku... j angan kaut urunkan
gin- kang kepada orang lain... dan kalau kelak anakku... m encarim u unt uk
m em balas.... Jangan kau layani dia... harap kauam punkan dia..." Makin lirih
suara Tan Hui akhirnya hanya t erdengar bisik- bisik yang t ak dapat dim engert i,
kemudian ia diam tak bergerak lagi.
Sej enak Lu Sian berdiri t egak t ak bergerak. I a m enekan rasa haru yang hendak
mencekam hatinya. Ia seorang yang berwatak keras, tak mau ia dipengaruhi rasa
kasihan. Kem udian ia berlut ut di dekat m ayat Tan Hui. Set elah m at i waj ah Tan
Hui t am pak t enang dan t am pan sekali. Teringat lah Lu Sian akan m alam - malam
bahagia bersam a pendekar ini. I a m em bungkuk dan m encium m uka Tan Hui
sambil berbisik lirih. "Akan kupenuhi pesanmu, Koko, tenanglah!"
" Celaka ia m em bunuh Tan- t aihiap! " t erdengar suara " sing- sing" dicabut nya golok
dan pedang. Perlahan Lu Sian bangkit berdiri, uj ung m at anya m enyapu sem bilan
orang piauwsu yang sudah m engurungnya, sinar m at anya berkilat - kilat , bibirnya
yang m erah t ersenyum m engej ek dan uj ung hidungnya agak berkem bang
kempis. Alam at celakalah m ereka yang berhadapan dengan Lu Sian kalau dia
sudah sepert i it u, karena it u adalah t anda- t anda daripada kem arahan yang
meluap- luap. Tadi Tan Hui m engenalnya oleh ket erangan para piauwsu, sehingga
secara t idak langsung, para piauwsu inilah yang m erusak kebahagiaanny a
dengan Tan Hui!

Suling Mas Kho Ping Hoo 208


"Kalian piauwsu- piauwsu jahanam inilah yang menceritakan kepada Tan Hui siapa
adanya aku?" suaranya t erdengar sat u- sat u perlahan dan j elas, diucapkan
dengan mulut setengah tersenyum.
Seorang piauwsu m uda m enudingkan t elunj uknya dan m em aki. " Kau silum an
bet ina! Kau put eri Beng- kauwcu dan sudah m enj adi ist eri Jenderal Kam , akan
tetapi kau membunuh Tan- taihiap... ah, perempuan keji, kau...!"
" Syiuuut t , cring... crokkk! " piauwsu m uda it u sia- sia m enangkis ket ika sinar
berkilauan m enyam bar ke arahnya. Goloknya yang m enangkis pat ah m enj adi dua
disusul lehernya yang t erbacok sam pai put us sam a sekali dan kepalanya
t erpent al j auh, t ubuhnya yang t ak berkepala lagi roboh dan m enyem prot kan
darah seperti air mancur!
Ribut lah delapan orang piauwsu yang lain dan cepat m ereka it u m enerj ang dari
segala penj uru. Nam un Lu Sian sudah siap sedia, dan sudah t ak dapat
m engendalikan kem arahannya lagi. Pedang Toa- hong- kiam di t angannya
berkelebat laksana naga m engam uk. Kini gin- kangnya sudah m aj u pesat sekali
sehingga gerakannya sukar diikut i pandangan m at a para piauwsu it u.
Sungguhpun delapan orang it u m enerj ang berbareng, nam un m ereka m asih
kalah cepat oleh Lu Sian yang seakan- akan dapat m elej it dan m enyelinap di
ant ara sinar golok dan pedang para pengeroyok, kem udian dengan kecepat an
yang luar biasa sekali pedang Toa- hong- kiam di t angannya m erobohkan m ereka
seorang dem i seorang! Hanya t erdengar bunyi senj at a berdencingan diseling
bunyi pedang golok m enyam bar bersiut an, kem udian yang t erakhir disusul pekik
kesakit an dan robohlah seorang pengeroyok, disusul orang ke dua ke t iga dan
set erusnya dengan t angan bunt ung, perut robek, at au m uka t erbelah dua. Darah
muncrat- m uncrat dan t ubuh bergelim pangan. Tidak sam pai seperem pat j am
lamanya, sem bilan orang piauwsu t elah roboh m andi darah di sekeliling m ayat
Tan Hui! Ada diant ara m ereka yang t idak t ewas, akan t et api m ereka ini t ent u
akan m enj adi orang cacat karena sebelah t angannya at au sebelah kakinya
buntung!
Sam bil t ersenyum m engej ek Lu Sian m em bersihkan pedangnya,
m enyarungkannya kem bali lalu pergi dari sit u t anpa m enengok lagi. Hanya
beberapa loncat an saj a dan ia sudah lenyap dari sit u. Set elah Lu Sian pergi,
barulah penduduk dusun it u geger, berlarian keluar dari rum ah dengan m uka
pucat . Di halam an pondok yang t adinya dij adikan sarang asm ara sepasang orang
m uda it u, di m ana set iap hari orang- orang dusun m elihat m ereka berkasih-
kasihan, kini pebuh dengan t ubuh bergelim pangan, ada yang sudah m at i, ada
yang t erluka parah, dan kesem uanya m andi darah! Ngeri sekali pem andangan
it u, akan t et api karena t idak ada pert em puran lagi, orang- orang dusun m ulai
turun tangan menolong mereka sedapatnya.
Sem enj ak perist iwa ini, m ulailah nam a Liu Lu Sian dikenal sebagai seorang
wanit a yang selain cant ik j elit a dan m udah m enggoncangkan bat in dan
m em bobolkan pert ahanan hat i para pria, j uga am at ganas dan kej am
m enghadapi m ereka yang ia anggap m usuh. Pendeknya, bagi seorang pria yang
disuka oleh Lu Sian, wanit a ini t ent u akan m enj adi seorang dewi khayangan yang
penuh dengan m adu, m esra dan m enggairahkan. Sebaliknya bagi pria yang
dibencinya, Lu Sian, t ent u akan berubah m enj adi iblis bet ina yang haus darah.
Para piauwsu yang t idak m at i, t ent u saj a m erupakan pem berit a yang akt if
t ent ang diri Lu Sian sehingga sebent ar saj a Lu Sian dij uluki Tok- siauw- kwi (Setan
Kecil Beracun)!
Seorang anak kecil berusia sem bilan t ahun pergi dari rum ah m em asuki dunia luar
yang t ak pernah dikenalnya, t anpa sanak kadang, t anpa t uj uan, sudah t ent u
m erupakan hal yang am at sengsara. Sem bilan daripada sepuluh orang anak kecil
t ent u akan m enangis dan m int a diant ar pulang oleh siapa saj a yang dij um painy a
kalau ia sudah kehabisan bekal dan tidak tahu harus makan apa dan minta tolong
kepada siapa.
Akan t et api, Bu Song biarpun berusia sem bilan t ahun, nam un ia bukan anak
sem barangan. Sem enj ak berusia lim a t ahun ia sudah diaj ar m em baca dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 209


m enulis. Set iap hari ia dij ej ali kit ab- kit ab dan pada m asa it u, yang disebut kit ab
pelaj aran hanyalah kit ab- kit ab filsafat , kit ab- kit ab saj ak dan agam a yang isinya
berat- berat , segalanya ada hubungannya dengan kebat inan. Sekecil it u, Bu Song
sudah m em punyai pem andangan yang luas, sudah dapat m em pergunakan
kebijakan dan dapat menangkap suara batin.
I a adalah put era Jenderal Kam Si Ek, seorang pahlawan yang pat riot ik, yang
berdisiplin dan berbudi. I bunya adalah seorang yang m em iliki wat ak aneh dan
keras m em baj a. Agaknya Bu Song m ewarisi wat ak ibunya ini, m aka hat inya
keras, kem auannya besar dan kenekat annya bulat . Sekali ia m engam bil
keput usan, akan dit erj angnya t erus t anpa t akut apa pun j uga. Kekerasan hat i
inilah yang banyak m enolongnya dalam perant auan yang t iada t uj uan ini,
kekerasan hat i yang t akkan dapat dilem ahkan oleh ancam an m aut sekalipun.
Kem udian kebij aksanaan dan disiplin diri yang ia warisi dari ayahnya m em buat ia
dapat saj a m encari j alan hidup. Bekalnya t idak banyak, nam un sebelum habis
sam a sekali, ia sudah m em pergunakan t enaganya unt uk m em enuhi kebut uhan
perut nya. I a t idak m alu- m alu unt uk m int a pekerj aan bet apa kasar pun di set iap
dusun, sekedar m int a upah sebagai pengisi perut nya. Mem ot ong kayu, m enj aga
sawah, m engem bala kerbau, m enggiling t ahu, m enuai gandum , bahkan
m engangkut bat u kali, apa saj a akan dikerj akannya. Tenaga anak ini m em ang
besar dan t ubuhnya j uga t egap. Nam un t ak pernah t inggal t erlalu lam a di sebuah
tempat, karena ia mau bekerja hanya untuk menyambung hidupnya.
Biarpun ayah bundanya adalah j agoan silat yang j arang dit em ui t andingannya,
nam un Bu Song yang berusia sem bilan t ahun it u sam a sekali t idak m engert i ilm u
silat . I a pun t idak ingin belaj ar silat , karen sej ak kecil, kit ab- kit ab filsafat dan
nasihat- nasihat ayahny a m em buat ia m em punyai pandangan rendah t erhadap
ahli silat . Ahli silat hanya m enyeret m u ke dalam pekerj aan kasar dan kot or,
dem ikian nasihat ayahnya. Menj adi t ent ara, m enj adi t ukang pukul, m enj adi
pengawal, at au m enj adi peram pok! Kesem uanya m em but uhkan ilm u silat unt uk
m elawan m usuh, unt uk m em bunuh orang lain dalam perm usuhan pribadi!
Mem ang ada yang dapat m em pergunakan ilm u silat unt uk m enj adi pendekar dan
berbakt i unt uk negera, m em basm i m usuh negara, akan t et api berapa
banyaknya? Kecil sekali dibandingkan dengan yang m enyeleweng m enj adi
penjahat mengandalkan kekuatan dan kepandaian silatnya.
I nilah sebabnya m engapa Bu Song sam a sekali t idak bisa ilm u silat , nam un ia
pandai bersaj ak, pandai pula m enulis dan m enggam bar huruf hias. Karena
kekerasan wat aknyalah m aka ia " m em aksa diri" unt uk m em benci ilm u silat ,
padahal wat aknya yang keras, j uj ur, t ubuhnya yang t egap dan t enaganya yang
besar it u m enunj ukkan bahwa ia m em iliki bakat baik unt uk m enj adi pendekar,
bukan menjadi seorang sastrawan!
Karena sem enj ak kecil ia m em ang hidup sebagai put era seorang pem besar yang
serba cukup, m aka biarpun sekarang t elah m enj adi seorang " gelandangan" ,
nam un Bu Song selalu dapat m enj aga dirinya agar t et ap bersih dan sehat ,
biarpun pakaiannya kem udian habis dij ualnya unt uk m akan sehingga yang
dim ilikinya hanya yang m enem pel pada t ubuhnya, nam un ia m erawat pakaian it u
dengan hat i- hat i, m encucinya set iap kali pakaian it u kot or. Oleh karena inilah, Bu
Song selalu tampak sehat dan bersih, tidak seperti seorang anak jembel.
Pada suat u hari dalam perant auannya t anpa arah, t ibalah Bu Song di lem bah
Sungai Huai yang subur daerahnya. I a m eninggalkan Kabupat en Jwee- bun
dim ana ia t inggal selam a sebulan dan bekerj a m em bant u seorang pem ilik rum ah
m akan. Kini, dengan bekal sisa uang gaj inya, Bu Song berangkat pagi- pagi
m eninggalkan Jwee- bun, t erus ke t im ur m elalui hut an- hut an kecil sepanj ang
lembah sungai.
Mat ahari sudah naik t inggi, sinarnya m enerobos celah- celah daun pohon di at as
kepalanya. Angin sem ilir berdendang dengan daun bunga, m engiringi nyanyian
burung- burung hut an. Di sana- sini, binat ang kelinci dengan t elinganya yang
panjang- panj ang berlom pat an saling kej ar dan berm ain " sem bunyi- cari" dengan
teman- t em annya di ant ara rum pun. Dem ikian indah pem andangan, dem ikian

Suling Mas Kho Ping Hoo 210


m erdu pendengaran, dem ikian nyam an perasaan pada pagi cerah it u sehingga Bu
Song lupa akan segala kesukaran yang pernah ia alam i m aupun yang akan ia
hadapi. Anak ini berdiri diam t ak bergerak agar j angan m engaget kan kelinci-
kelinci itu, menonton mereka bermain- main dengan hati geli.
"Ha- ha- ha- ha! Akulah raj a di ant ara segala raj a! Dikawal m onyet - monyet
berkuda! Ha- ha- ha!"
Bu Song t ersent ak kaget m endengar t iba- t iba ada suara ket awa yang disambung
kata- kat a yang dinyanyikan it u. Suara it u dat angnya dari belakang, m asih j auh
sekali. Heran sekali ia, m engapa di dalam hut an sesunyi ini ada seorang
bernyanyi seaneh it u. Orang gilakah? Akan t et api ia m enj adi m akin heran ket ika
m endengar suaran kaki kuda, kem udian m elihat m unculnya lim a ekor kuda
besar- besar ditunggangi lima orang yang wajahnya kelihatan bengis- bengis. Kuda
t erdepan yang dit unggangi oleh seorang laki- laki t inggi besar berm uka hit am ,
m enyeret seorang laki- laki yang ram but nya com pang- cam ping penuh t am balan.
Laki- laki aneh inilah yang agaknya bernyanyi t adi, karena m em ang keadaannya
sepert i orang gila. Kedua lengannya t erikat dengan t ali yang cukup besar dan
kuat , dan uj ung t ali ikat an ini dipegang oleh Si Penunggang Kuda. Si gila ini
t angan kanannya m em egang sebuah paha panggang yang besar, m ungkin paha
angsa at au kalkun, yang digerogot inya. Biarpun kedua lengannya t erikat , ia
kelihat an enak- enak saj a, diseret kuda ia m alah m enari dan bernyanyi- nyanyi,
sam a sekali t idak kelihat an t akut . Terang dia gila, pikir Bu Song. I a
m em perhat ikan lim a orang it u. Mereka kelihat an galak dan m em bawa senj at a
t aj am . Rasa iba m enyesak di dadanya. Orang it u j elas gila, berart i dalam sakit .
Kenapa harus disiksa seperti itu?
Tentu saja Bu Song tidak tahu bahwa yang ia sangka gila itu adalah seorang sakti
yang t elah m enggem parkan dunia kang- ouw dengan perbuat annya yang hebat
dalam m enent ang kej ahat an, disert ai t indakannya yang selalu edan- edanan
sepert i orang t idak waras ot aknya. Dan agaknya sangat boleh j adi lim a orang it u
j uga sepert i Bu Song, t idak t ahu sam a sekali bahwa yang m ereka t angkap it u
adalah Kim - m o Taisu, pendekar sast rawan gila yang dahulu adalah seorang
sastrawan tampan dan gagah bernama Kwee Seng dan berjuluk Kim- mo eng!
Terdorong oleh rasa kasihan, Bu Song berlari m engham piri orang gila it u. " He,
bocah! Mau apa kau??" Seorang di antara para penunggang kuda itu membentak,
t angannya bergerak dan cam buk di t angannya it u m engeluarkan bunyi " t ar- tar-
tar" seperti mercon.
" Aku hanya ingin bicara dengan Pam an ini, apa salahnya?" Bu Song m enj awab
dan ia nekat m endekat i t erus biarpun ia diancam dengan cam buk yang panj ang
dan dapat berbunyi menakutkan itu.
Laki- laki gila it u dengan enaknya m enggigit sepot ong daging dari paha panggang
yang dipegangnya, lau m elirik ke kanan m em andang Bu Song, t ert awa dan
berkat a. " Eh, bocah sint ing! Kau lapar? Nih, kau boleh gigit dan m akan
sepot ong! " Sedapat nya ia m engelurkan t angannya yang t erikat unt uk
memberikan paha panggang itu kepada Bu Song.
" Tidak, Pam an, aku t idak lapar. Kau m akanlah sendiri." Bu Song t erpaksa harus
m aj u set engah berlari unt uk m engim bangi orang gila yang t erseret di belakang
kuda it u. Orang gila it u t erpaksa pula m elangkah lebar dan t erhuyung- huyung.
" Pam an, kenapa kau dit awan? Apakah kesalahanm u? Dan kau hendak dibawa ke
mana?"
" Bocah gila! Pergi kau! Tar- tar- t ar! " Cam buk di t angan penunggang kuda yang
paling belakang, melecut ke arah Bu Song dan orang gila itu. Cambuk itu panjang
dan t angan yang m em egangnya biarpun kurus nam un bert enaga sehingga
lecut an it u keras sekali, t epat m engenai pundak Bu Song dan leher orang gila.
Akan t et api anehnya, Bu Song sam a sekali t idak m erasa sakit karena uj ung
cam buk it u ket ika m engenai t ubuhnya, t erpent al kem bali seakan- akan t ert angkis
tenaga yang tak tampak.
"Heh- heh- heh, bocah sint ing, kenapa kau bert anya- t anya?" Si Gila it u berkat a
kepada Bu Song sambil tertawa menggerogoti paha panggang pula.

Suling Mas Kho Ping Hoo 211


" Aku kasihan kepadam u, pam an. Biarlah kum int akan am pun unt ukm u..." " Hush,
j angan goblok! Aku m em ang berdosa, aku m encuri paha panggang ini, ha- ha- ha,
dan untuk itu aku harus menerima hukuman. Biarlah aku diseret dan baru hukum
seret ini habis kalau paha ini pun habis kumakan."
" Kau m asih t idak m au pergi?! " Kem bali Si Penunggang Kuda m encam buk, kini
uj ung cam buk m engenai pipi Bu Song, t erasa sakit dan panas. Nam un Bu Song
memang keras hati, ia tidak mundur, dan terus berlari di sebelah Si Gila.
Kini orang gila it u m em andang kepadanya dengan m at a bersinar- sinar,
m em andang ke arah j alur m erah di pipi yang t ercam buk. " Ha- ha- ha, bocah, kau
lum ayan! Kau m au t ahu? Mereka ini adalah lim a ekor m onyet yang hendak
m enangkap anj ing, akan t et api sayang kali ini m ereka m enangkap harim au. Ha-
ha- ha- ha! Nah, pergilah kau, sampai jumpa pula!"
Tent u saj a Bu Song sam a sekali t idak m engert i akan m aksud kat a- kat a Si Gila
it u, hanya ia dapat m enduga bahwa Si Gila ini t ent u m em aki para penawannya
yang disebut sebagai lim a ekor m onyet . Menurut dugaannya, Si Gila ini m alah
m engum pam akan diri sebagai harim au. Mem pergunakan kat a- kat a bersaj ak
m engandung sindiran yang memaki orang!
" Cerewet , m asih pura- pura gila? Bocah set an, apa kau bosan hidup?" Kem bali
cam buk it u m elecut , m engenai kaki Bu Song dan sekali cam buk it u digerakkan,
Bu Song t erlem par ke pinggir j alan, bergulingan. Kulit nya lecet - lecet , akan t et api
Bu Song t idak pedulikan rasa sakit nya. Cepat ia bangun berdiri dan sem pat
m elihat bet apa orang gila it u kini t erseret - seret karena lim a ekor kuda it u
dilarikan cepat - cepat . Biarpun t erseret - seret j at uh bangun dan t erhuyung-
huyung, nam un Si Gila it u m asih t ert awa- t awa dan bernyanyi dengan suara riang
dan nyaring. Bu Song berdiri bengong, penuh iba dan j uga penuh kagum kepada
orang gila itu.
Biarpun kelihat annya t erseret - seret kuda, t ent u saj a sebet ulnya hal it u disengaj a
oleh Kim - m o Taisu Kwee Seng! Pagi hari it u, baru saj a ia bangun dari t idur
nyenyak di sebelah kuil bobrok di luar kot a Kabupat en Jwee- bun ket ika lim a
orang penunggang kuda it u serent ak m enyergapnya. Karena t idak t ahu apa
urusannya, Kwee Seng tidak melawan dan memang pada saat itu, gilanya sedang
kum at . Malam t adi ia t erlalu banyak m inum arak yang dicurinya dari rum ah
m akan t erbesar di kot a it u, m inum - m inum sam pai m abok dan kalau sudah
begini, t ent u ia t eringat akan sem ua pederit aannya sehingga m em buat ia
tertawa- t awa dan m enangis seorang diri. Ket ika lim a orang it u m enyergapnya
dan m engikat kedua lengannya dengaa t ali yang khusus dipergunakan ahli- ahli
silat unt uk m em belenggu lawan, ia hanya t ert awa- t awa dan m em ut ar- m ut ar bij i
matanya.
Orang t inggi besar m uka hit am yang m em im pin rom bongan lim a orang it u,
set elah m em belenggu kedua t angannya, lalu bert olak pinggang dan berkat a,
" Kam i adalah m urid- m urid t ert ua dari perkum pulan Sian- kauw- bu- koan
( Perkum pulan Silat Monyet Sakt i) . Kam i m ent aat i perint ah Suhu m enyelidiki dan
mengejar penj ahat yang t iga m alam yang lalu t elah m engganggu rum ah Suhu.
Kau lah agaknya orangnya, karena kaulah orang baru yang kam i t em ui dan j elas
bahwa kau pandai ilm u silat , hanya berpura- pura gila. Kam i t akkan
m em bunuhm u sebelum kau dihadapkan kepada Suhu." Dem ikianlah, Kwee Seng
digusur keluar lalu m ereka m enunggang kuda dan m enarik Kwee Seng yang
dibelenggu it u keluar dari Jwee- bun. Akan t et api, Kwee Seng m enari- nari dan
bernyanyi- nyanyi.
" Akulah raj a- diraj a! Pengawal- pengawalku m onyet - m onyet berkuda! " I a menari-
nari di pinggir- pinggir j alan dan ket ika m ereka lewat di depan rum ah m akan, kaki
Kwee Seng m enendang m ej a. Anehnya, m ej a it u t idak roboh, hanya panggang
paha yang berada di t em pat nya t elah berloncat an. Kwee Seng t ert awa dan
m enyam bar sebuah paha panggang yang m eloncat di dekat nya, t erus saj a
digerogot inya paha panggang yang m asih panas it u sam bil m ulut nya m engoceh,
"enak... enak, gurih sedap...!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 212


Pem ilik warung m arah- m arah, bersam a beberapa orang pem bant unya m em ungut
paha panggang yang berj at uhan di t anah, kem udian m ereka hendak m em ukuli
oarng gila itu. Akan tetapi Si Muka Hitam membentak.
" Jangan sem barangan pukul t awanan kam i! Nih, kerugianm u kugant i! " ia
m elem parkan sepot ong uang perak yang dit erim a oleh pem ilik warung dengan
girang. Arak- arakan it u kem udian m enj adi t ont onan, anak- anak m enggoda Kwee
Seng, orang- orang t ua m em percakapkan kej adian aneh it u. Menyaksikan t ingkah
Kwee Seng yang m encuri paha panggang, dan m elihat bet apa kepala rom bongan
orang berkuda it u dengan baik m em bayar kerugian Si Tukang Warung, ot om at is
sem ua orang berpihak kepada para penunggang kuda dan m enduga bahwa orang
gila itu tentulah telah melakukan perbuatan jahat.
Kwee Seng t erus diseret berlari- lari di belakang kuda sam bil t et ap m enggerogot i
daging paha. Set elah dagingnya habis sem ua t inggal t ulang yang j uga ia gigit
pecah uj ungnya unt uk dihisap sum - sum nya, m endadak Kwee Seng berhent i dan
berkata.
"Sudah cukup! Paha curian sudah habis, hukumanku pun habis!"
Kuda di depannya lari t erus, akan t et api penunggangnya, Si Muka Hit am yang
m em egangi uj ung t ali belenggu, t ersent ak ke belakang dan j at uh m elalui ekor
kuda! I a kaget sekali, berseru keras dan t ubuhnya m em buat salt o sehingga ia
dapat j at uh m elalui ekor kuda! I a kaget sekali, berseru keras dan t ubuhnya
m em buat salt o sehingga ia dapat j at uh berdiri di at as t anah sam bil
m em belalakkan m at anya. Em pat orang kawannya j uga cepat m elom pat t urun
dan m encabut senj at a m asing- m asing, sikap m ereka m engancam , akan t et api
juga agak jerih.
Kwee Seng m enggerakkan kedua t angannya dan " bret , bret t " t ali yang m engikat
pergelangan kedua t angannya put us dengan m udah. Kem bali lim a orang it u
t erkej ut , j uga Si Tinggi Besar m uka hit am sudah m encabut goloknya, siap
menghadapi tawanan yang memberontak ini.
Kwee Seng tertawa bergelak, menoleh ke kanan kiri memandang lima orang yang
m engurungnya. " heh- heh, habis m akan t idak m inum , sungguh t ak enak sekali.
Eh, sahabat - sahabat seperj alanan, siapa di ant ara kalian yang m em punyai arak?
Aku ingin sekali minum!"
Em pat orang it u sudah gat al- gat al t angannya hendak m enerj ang, akan t et api Si
Muka Hit am m enggeleng kepala, m engham piri kudany a yang sudah dipegang
oleh seorang t em annya, m engeluarkan sebuah guci arak dan m elem parkannya
kepada Kwee Seng. Kwee Seng t ert awa- t awa m enyam but guci arak lalu
m enuangkan isinya ke m ulut , m eneguk arak dengan lahap sekali t ak kunj ung
henti sampai akhirnya guci itu kosong!
"Heh- heh, arak t idak baik, t api cukup m enghilangkan dahaga! " kat anya sam bil
m engusap m ulut dengan lengan baj u. " Nah, sekarang kit a bicara. Aku m em ang
mencuri paha panggang, m aka aku suka kalian hukum diseret - seret . Akan t et api
sekarang barang curian itu sudah habis, maka sampai di sini pula hukumanku."
" Tidak perlu segala pura- pura ini! " Si Muka Hit am m em bent ak. " Seorang gagah
t idak akan m enyangkal perbuat annya. Kau j elas seorang kang- ouw yang pura-
pura gila, apakah t idak m alu kalau bersikap pengecut ? Kaulah sat u- satunya
orang yang m ungkin m elakukan pengacauan di rum ah Suhu, oleh karena it u,
kam i harap supaya kau ikut baik- baik m enghadap Suhu unt uk m enerim a
pengadilan. Kalau kau berkeras m enolak, t erpaksa kam i akan m enggunakan
kekerasan pula!"
" Siapa guru kalian it u?" Kwee Seng bert anya t ak acuh. " Suhu adalah guru silat
yang m endirikan Silat Monyet Sakt i, nam anya t erkenal sebagai seorang yang
menghargai persahabatan dan tidak pernah mengganggu golongan lain."
" Aha! Kiranya Sin- kauw- j iu ( Kepalan Monyet Sakt i) Liong Keng Lo- enghiong di
kota Sin- yang."
Lim a orang it u cepat saling pandang dan waj ah m ereka berubah girang. " Hem m ,
kau sudah m engenal Suhu, sudah m engacau rum ahnya t iga hari yang lalu, m asih
berpura- pura lagi!" tegur Si Muka Hitam.

Suling Mas Kho Ping Hoo 213


"Ha- ha- ha! Liong- lo- enghiong m em ang pat ut m enj adi m onyet t ua sakt i, akan
t et api kalian ini benar- benar m onyet bunt ung yang lancang sekali. Sudah
kukat akan t adi, kalian hendak m enangkap anj ing, akan t et api keliru m enangkap
hariam au, bukankah it u am at lucu? Sudahlah , aku hendak pergi! " Set elah
berkat a dem ikian, Kwee Seng m elem par guci arak yang sudah kosong ke at as
t anah, kem udian t anpa m enoleh lagi ia berj alan m elewat i m ereka dengan
lenggang seenaknya dan bernyanyi- nyanyi!
" Kalau To m enyuram , dianj urkan prikebaj ikan!
Prikebaj ikan m uncul t am pak pula kem unafikan!
Kalau rum ah t angga hancur berant akan dianj urkan kerukunan!
" Set elah negara kacau, baru t im bul pahlawan!
Hayaaaaa......! Hayaaaa...!
Hayaaaaa......!!!"
Nyanyian it u adalah ayat - ayat dalam kit ab To- tek- khing pelaj aran Nabi Lo Cu.
Kwee Seng am at t ert arik oleh pelaj aran Agam a To- kauw ini set elah selam a t iga
t ahun ia berada di Neraka Bum i, di m ana t erkum pul banyak kit ab- kit ab kuno
tentang To- kauw m ilik nenek penghuni Neraka Bum i, dan banyak pula kit ab- kitab
ini dibacanya. Agaknya pengaruh pelaj aran To ini pulalah yang m em buat Kwee
Seng kini menjadi tak acuh akan keduniawian, bersikap bebas lepas seperti orang
tidak normal!
Adapun lim a orang it u ket ika m elihat Si Gila sepert i hendak m elarikan diri, cepat
lari m engej ar dan m engurungnya dengan senj at a di t angan, sikap m engancam
dan siap m enerj ang. Si Muka Hit am yang t inggi besar berdiri m enghadapi Kwee
Seng sam bil m em bent ak. " Kau t idak boleh pergi sebelum ikut kam i m enghadap
Suhu!"
"Ha- Ha- Ha, aku akan m enghadap Suhum u sekarang j uga! " Kwee Seng berkat a
sam bil berj alan t erus t anpa m em pedulikan m ereka. Tent u saj a lim a orang it u
t idak sudi percaya dan m enyangka Kwee Seng m em pergunakan siasat unt uk
dapat m elarikan diri. Si Muka Hit am m em beri t anda dan m enyerbulah m ereka
sem ua dengan golok dan pedang m ereka. Senj at a- senj at a it u m ereka t uj ukan
pada t em pat - t em pat yang t idak berbahaya, bahkan ada yang hanya dipakai
m engancam karena m ereka t idak berniat m em bunuh Si Gila ini yang perlu
dihadapkan kepada guru mereka untuk diperiksa.
" Siuuut t t ... wrr- wrr- wrrr! " Lim a orang it u m enj adi silau m at anya m elihat sinar
m enyilaukan m at a disam bung t ubuh m ereka t erpent al ke belakang. Ent ah apa
yang t erj adi, m ereka t ahu- t ahu sudah t erlem par dan j at uh duduk t erj engkang
sedangkan senj at a m ereka lenyap ent ah ke m ana bersam aan pula dengan
lenyapnya orang gila yang m ereka serang t adi! Mereka saling pandang dengan
penuh keheranan. Mereka adalah m urid- m urid pilihan dari Sin- kauw- j iu Liong
Keng, j agoan Sin- yang! Bagaim ana m ereka dapat dengan m udah saj a, dalam
segebrakan dirobohkan seorang lawan t anpa m ereka ket ahui bagaim ana
caranya?
" Eh, Twa- suheng ( Kakak Seperguruan Tert ua) ... lihat ...! " Seorang diant ara
mereka berkat a sam bil m enudingkan t elunj uknya ke belakang. Si Muka Hit am
dan adik- adik seperguruannya m enoleh dan t ernyat a golok dan pedang m ereka
yang lenyap t adi t elah m enancap di at as t anah, di sekeliling guci arak yang
kosong! Ent ah bagaim ana bisa m enancap di sit u, dan kapan t erj adinya, m ereka
sam a sekali t idak dapat m enerka. Dengan penuh keheranan, kekagum an, j uga
kekhawat iran karena perguruan m ereka m enghadapi seorang m usuh yang
sedem ikian sakt inya, m ereka bangkit , m em bersihkan pakaian lalu m engam bi
senjat a dan m eloncat ke at as kuda yang m ereka kaburkan cepat - cepat ke Sin-
yang untuk memberi laporan kepada guru mereka.
Dengan cepat lim a orang it u m em balapkan kuda karena m ereka am at khawat ir
akan keselam at an perguruan m ereka. Guru m ereka harus diberi peringat an akan
dat angnya m alapet aka dari t angan Si Jem bel yang sakt i it u. Lim a ekor kuda
m ereka sam pai m andi peluh ket ika akhirnya m ereka m em asuki Sin- yang dan
cepat- cepat m ereka m elom pat t urun di depan rum ah besar yang pint u depannya

Suling Mas Kho Ping Hoo 214


t erdapat t ulisan Sin- kauw- bu- koan. Mereka berlim a lalu lari m asuk t anpa
mempedulikan pertanyaan para murid lain yang berada di depan gedung.
" Mana Suhu? Kam i harus cepat - cepat m enghadap Suhu! " Dem ikianlah ucapan
mereka sambil berlari terus menuju ke ruangan dalam.
Akan t et api begit u m ereka m em buka pint u ruangan t am u, lim a orang m urid ini
berdiri sepert i pat ung, m em belalakkan m at a karena ham pir t idak percaya kepada
pandang m at a dan pendengaran t elinga sendiri. Suhu m ereka, seorang t ua
berusia enam puluh tahun yang jenggotnya sudah putih semua, duduk di ruangan
t am u, m enj am u seorang t am u yang t ert awa- t awa bergelak sam bil m inum arak,
m enim bulkan suasana gem bira sedangkan suhu m ereka j uga t ert awa- tawa,
seorang t am u berpakaian com pang- cam ping yang bukan lain adalah.... Jem bel
gila yang m ereka keroyok t adi! Orang gila it u kini m enoleh ke arah m ereka
sambil mengangkat cawan arak dan berkata sambil tertawa.
"Ha- ha, percayakah kalian sekarang bahwa aku akan m enghadap Liong- lo-
enghing (Orang Tua Gagah she Liong)?"
Lim a orang m urid it u m asih bingung dan khawat ir. Orang gila it u m em ang
sikapnya edan- edanan, j angan- j angan suhu m ereka kena dit ipu pula. Suhu
m ereka m em ang selalu ram ah kepada siapapun j uga, siapa t ahu bahwa Si Gila
inilah mungkin orang jahat yang mengacau tiga hari yang lalu.
"Suhu... eh, dia ini..." Si Muka Hit am berkat a akan t et api segera m enghent ikan
kata- kat anya ket ika m elihat sepasang m at a suhunya m em andang m arah
kepadanya.
" Hem m , apa- apaan kalian ini? Bersikap t olol t erhadap t am u agung? Hayo lekas
memberi hormat kepada yang terhormat Kim- mo Taisu!"
Lim a orang it u m erasa seakan- akan kepala m ereka disiram air es! Tent u saj a
m ereka sudah m endengar suhu m ereka bicara dengan kagum akan seorang
pendekar aneh yang m enggem parkan dunia persilat an, yait u seorang pendekar
m uda yang am at sakt i dan j arang dapat dit em ui orang nam un yang perbuat an-
perbuat annya m em buat nam anya m enj ulang t inggi di ant ara para pendekar
lainnya, yait u Kim - m o Taisu. Siapa kira nam a besar ini dim iliki oleh seorang
j em bel m uda! Pat ut nya nam a j ulukan Kim - m o Taisu dipakai oleh seoarang t ua
yang berwibawa. Kalau saj a bukan suhu m ereka yang m em perkenalkan, sam pai
m at i pun m ereka t akkan dapat percaya. Merem ang bulu t engkuk m ereka
menawan dan menyeret- nyeret Kim- mo Taisu.
Serem pak lim a orang it u lalu m enj at uhkan diri berlut ut di depan Kwee Seng
sambil berkata, "Mohon Taisu sudi mengampuni kekurangajaran kami berlima!"
Sin- kauw Liong Keng yang sudah t ua it u t ercengang dan bercuriga ket ika m elihat
murid- m urid kepala ini m em beri penghorm at an sepert i it u kepada t am u-
tamunya, maka cepat ia bertanya dengan suara keren.
" Hem m , apakah yang t elah kalian perbuat t erhadap dia?" Si Muka Hit am segera
m enj awab, suaranya penuh penyesalan, " Suhu, t eecu berlim a dalam m enyelidiki
penj ahat , t elah salah duga dan kesalahan t angan m enangkap Taisu, m ohon Suhu
dapat mengampunkan teecu."
" Hah...?? Kalian m enangkap Kim - m o Taisu? Wah celaka! Gila bet ul m urid-
m uridku. Harap Taisu suka m em aafkan aku orang t ua yang m em punyai m urid-
murid tolol." Liong Keng cepat- cepat menjura kepada Kwee Seng.
Kwee Seng t ert awa dan balas m enj ura. " Wah, m engapa begini sungkan? Tidak
aneh bila t erj adi kesalahpaham an, kalau t idak ada kej adian it u, m ana aku dapat
mengetahui bahwa Lo- enghiong diganggu orang?"
Liong Keng duduk kem bali, m engelus j enggot nya dan waj ahnya kelihatan
m urung. I a m enarik napas panj ang lalu m em beri perint ah kepada lim a orang
m uridnya unt uk bangun. Dengan t aat m ereka bangkit dan m engam bil t em pat
duduk di belakang suhu m ereka. Kini pandang m at a m ereka t erhadap Kim - mo
Taisu berobah sama sekali, penuh keseganan dan kekaguman.
" Mem ang m urid- m uridku goblok, akan t et api dapat dim engert i j uga
kesalahdugaan m ereka karena dia pun seorang m uda yang suka m em akai
pakaian j em bel sepert i Taisu. Dan dia lihai bukan m ain... hem m , at aukah

Suling Mas Kho Ping Hoo 215


agaknya aku yang sudah t erlalu t ua dan t iada guna...." Kem bali guru silat t ua it u
m enarik napas panj ang dan m enggeleng- gelengkan kepalanya. Tiba- t iba ia
bangkit berdiri, gerakannya cepat sekali, lalu ia m enghadapi Kwee Seng sam bil
berkat a. "Kim - m o Taisu, aku sudah t ahu sam pai di m ana hebat nya
kepandaianm u ket ika kau m em bant uku set ahun yang lalu di Hut an Ayam Put ih
m em basm i peram pok, coba sekarang kau uj i, apakah kepandaianku sudah am at
m erosot ?" Set elah berkat a dem ikian, guru silat t ua it u t iba- t iba m enerj ang Kim -
m o Taisu yang m asih duduk di at as bangkunya. Guru silat t ua it u m em ukul
dengan t angan kanannya, pukulan yang ant ep dan am puh, nam un Kwee Seng
hanya duduk t ersenyum . Ket ika pukulan sudah t iba pada sasarannya, t erdengar
suara keras dan bangku yang diduduki Kwee Seng t adi hancur berkeping- keping,
akan t et api pendekar sakt i it u sendiri sudah t idak berada di sit u! Kej adian ini
berlangsung cepat sekali, m enghilangnya Kwee Seng j uga am at luar biasa
sehingga guru silat dan lim a orang m uridnya m elongo, lalu celingukan m encari-
cari dengan mata mereka.
"Ha- ha, pukulan t anganm u m asih am puh sekali, Lo- enghiong! " t iba- tiba
t erdengar suaranya dan ket ika sem ua orang m em andang, t ernyat a Kim - m o Taisu
atau Kwee Seng itu telah berada di sudut ruangan, punggungnya menempel pada
sudut dinding bagian at as, sepert i orang enak- enak duduk saj a! Ternyat a
pendekar sakt i it u sekaligus t elah m em bukt ikan kehebat an gin- kangnya ket ika ia
" m enghilang" dan j uga kekuat an lwe- kangnya dengan cara m enem pelkan
punggung pada dinding!
" Hem m , kauanggap pukulan t anganku m asih cukup am puh? Sekarang harap kau
suka m elihat ilm u t oyaku, bagaim ana?" Cepat sekali guru silat it u t ahu- tahu
sudah m enyam bar sebat ang t oya, yait u senj at a t ongkat at au pent ung t erbuat
daripada sebuah kuningan dengan uj ungnya baj a, sebuah senj at a yang berat dan
keras bukan m ain. Kem udian t oya it u diput ar- put arnya sam pai m engeluarkan
angin berciut an, t oyanya sendiri hilang bent uknya karena yang t am pak hanya
gulungan sinar kuning yang m akin lam a m akin berkem bang lebar. Terdengar
suara keras berkali- kali dan di lain saat Si Guru Silat sudah m eloncat t urun,
t oyanya m elint ang di depan dada, dan ia bengong m em andang ke at as di m ana
t adi Kim - m o Taisu berada. Pendekar sakt i it u sudah t idak berada di at as dinding
it u m em perlihat kan akibat serangan yang hebat t adi, yait u berlubang- lubang
pada tujuh tempat, tepat di bagian tubuh yang berbahaya.
" Wah, ilm u t oyam u m asih am at luar biasa Lo- enghiong! " Tiba- t iba Kim - m o Taisu
berkat a dan kiranya pendekar ini t adi m elom pat ke sudut lain dari ruangan it u
dengan gerakan dem ikian cepat nya sehingga t ak t am pak oleh m ereka yang
berada di ruangan it u. Kini ia m engham piri Si Guru Silat t ua sam bil m enj ura dan
tertawa- t awa, " Kau yang begini t ua m asih sehebat ini, benar- benar harus diberi
ucapan selamat dengan seguci arak wangi."
Liong Keng t ersenyum dan m elem par t oyanya ke arah m uridnya yang cepat
m enerim anya dan m enyim pannya. " Ha- ha- ha, puj ianm u kosong, dan orang set ua
aku ini sudah t idak but uhkan it u lagi. Taisu kalau kau m enganggap bahwa ilm uku
m asih belum berkurang, m aka m akin sukarlah penasaran ini dibereskan. Heeei,
ambil lagi guci besar arak wangi untuk Taisu!"
Biarpun t adinya guru silat it u t ert awa- t awa m elayani Kwee Seng m inum arak
yang baru dibuka dari guci, nam un kerut - kerut di dahinya t im bul lagi dan ia
menarik napas panjang berkali- kali.
"Lo- enghiong, m engapa kausim pan- sim pan penasaran di hat i? Cerit akanlah, apa
yang terjadi dan siapa itu orang muda berpakaian jembel yang lihai sekali?"
Liong Keng kem bali m enarik napas panj ang. " Kalau dicerit akan sungguh
m em bikin orang m at i penasaran! Aku Liong Keng selam a puluhan t ahun hidup
sebagai guru silat t ak pernah m encari perm usuhan dengan siapapun j uga, kecuali
dengan orang- orang j ahat sehingga selam a ini nam aku t et ap disuka dunia kang-
ouw. Siapa t ahu, sekali ini nam aku hancur oleh seorang bu- beng- siauw- cut
( orang kecil t ak t erkenal) ! " Dengan suara penuh penasaran ia lalu bercerit a akan
peristiwa yang menimpa padanya beberapa hari yang lalu.

Suling Mas Kho Ping Hoo 216


Liong Keng seorang guru silat yang t erkenal, guru silat walaupun m erupakan
guru bayaran, nam un dalam m enerim a m urid ia t idaklah asal orang m am pu
m em bayarnya saj a. I a m em ilih calon m urid yang berbakat dan yang berkelakuan
baik- baik, bahkan banyak di ant ara m uridnya yang karena m iskin t idak m am pu
m em bayarnya. Ada seorang m urid perem puan, anak seorang j anda m iskin yang
am at dikasihinya sehingga ket ika j anda it u m eninggal dunia, m urid perem puan
yang bernam a Bi Loan it u ia pungut sebagai put erinya, karena guru silat it u
sendiri m em ang t idak m em punyai ket urunan. Bi Loan m enj adi m urid yang pandai
dan anak yang berbakt i, waj ahnya cukup cant ik sehingga guru silat it u t ent u saj a
m engharapkan m ant u yang pant as. Sebagai seorang gadis yang pandai silat ,
put eri Sin- kauw- j iu Liong Keng, Bi Loan bukanlah gadis pingit an yang selalu
berada di dalam kam arnya. I a sudah biasa keluar pint u, bahkan biasa pula
m enggunakan kepandaiannya unt uk m em bela si lem ah yang t ert indas. Tidak ada
orang yang berani mencoba- coba mengganggunya, karena selain gadis itu sendiri
pandai silat , j uga orang m erasa sungkan berm usuhan dengan Sin- kauw- j iu it u,
Liong Keng dan murid- muridnya yang banyak jumlahnya.
" Akan t et api, sepekan yang lalu," dem ikian guru silat it u m elanj ut kan cerit anya.
" Bi Loan m em asuki sebuah t em pat j udi Karena t ert arik. Di t em pat it u t ent u saj a
berkum pul banyak penj ahat dan di sit u pula Bi Loan m endengar ucapan kurang
aj ar. Terj adilah keribut an dan beberapa orang lelaki yang kurang aj ar it u dihaj ar
kalang kabut oleh Bi Loan sehingga m ereka it u lari t unggang langgang. Akan
t et api t iba- t iba seorang pengem is m uda, kukat akan pengem is karena ia
berpakaian j em bel. I a t idak t erkenal dan m enurut cerit a m ereka yang
m enyaksikan kej adian it u, Bi Loan bert anding dengan j em bel m uda it u yang
agaknya m em bela para penj ahat t adi. Pert andingan berj alan seru dan laki- laki
m uda it u lalu m elarikan diri sam bil m enyindir- nyindir. Bi Loan m arah dan
m engej ar, sebent ar saj a m ereka lenyap dari t em pat it u." Guru silat it u berhent i
bercerita dan menarik napas panjang.
"Lalu bagaimana?" Kwee Seng tertarik.
" Tak seorang pun t ahu ke m ana m ereka pergi berkej aran, karena sam pai sehari
sem alam Bi Loan t idak pulang, aku m enj adi kuat ir dan pada keesokan harinya
aku sendiri pergi mencari. Aku mendapatkan Bi Loan di dalam sebuah kuil kosong
di hutan sebelah barat kota...."
Melihat waj ah guru silat it u m erah padam , Kwee Seng m enduga- duga. " Dan
pengemis itu?"
" Dia t idak ada, ent ah berada di m ana. Akan t et api sikap Bi Loan luar biasa sekali.
Anakku it u dengan sikap yang aneh m enyat akan t idak ingin pulang karena ia
sudah menjadi isteri Kai- ong!"
"Kai- ong (Raja Pengemis)??" Kwee Seng tertegun.
Dem ikianlah pengakuannya. I a m enyebut Kai- ong kepada laki- laki m uda j em bel
it u. Aku m arah dan m em aksanya pulang karena kuanggap Bi Loan sedang dalam
keadaan t idak sadar. Dan set ibanya di rum ah, ia hanya m enangis, t idak m au
bicara apa- apa kecuali m enyat akan hendak ikut kai- ong! Malam harinya, t iga hari
yang lalu, di depan hidungku sendiri t anpa aku dapat berbuat sesuat u, bangsat
itu datang dan membawa pergi Bi Loan!"
" Apa? Bagaim ana t erj adinya?" Kwee Seng kaget . I a m aklum bahwa guru silat ini
kepandaiannya sudah lum ayan, kalau laki- laki m uda yang m engaku sebagai raj a
pengem is it u m am pu m enculik seorang gadis begit u saj a, it u m em bukt ikan
bahwa ilmu kepandaian jembel muda itu tentulah hebat!
" Sungguh aku harus m erasa m alu, m enj adi guru silat puluhan t ahun lam anya,
sam a sekali t idak berdaya m enghadapi seorang penj ahat t ak t ernam a sepert i dia.
Aku harus tutup perguruanku!"
" Suhu...! " lim a orang m urid kepala berseru. " Ahh, perlu apa belaj ar ilm u silat dari
seorang lem ah sepert i aku?" guru silat it u m enghela napas. " Kim - m o Taisu, kau
t adi m enyat akan sendiri bahwa baik t enagaku m aupun ilm u t oyaku m asih kuat ,
nam un m alam hari it u aku benar- benar sepert i anak kecil, diperm ainkan orang.
Dia it u, t anpa kuket ahui padahal aku sam a sekali belum t idur, t ahu- t ahu t elah

Suling Mas Kho Ping Hoo 217


dapat m em asuki kam ar put eriku, m em ondongnya keluar dan m eloncat ke at as
gent eng. Aku m endengar put eriku berkat a " Selam at t inggal, Ayah" dan m elihat
berkelebat nya bayangan it u di at as. Tent u saj a aku m enyam bar t oya dan
mengejar ke at as, lalu kuhant am kan t oyaku pada punggung orang it u. Tepat
t oyaku m engenai punggung, nam un... ahhh... t oyaku t erlepas dari t anganku dan
dia tidak apa- apa! Kemudian menghilang di dalam gelap!"
Makin kagum hat i Kwee Seng. Selam a ini, baru Bayisan seorang yang ia anggap
seorang m uda yang berkepandaian hebat , siapa kira sekarang m uncul lagi
seorang pemuda lain yang menyebut diri raja pengemis yang demikian lihai!
" Nah, selanj ut nya kau t elah ket ahui. Aku m enyuruh m urid- m uridku unt uk pergi
melakukan penyelidikan, akan tetapi bukannya mengetahui di mana sembunyinya
penj ahat yang m enculik anakku, m alah berani berlaku kurang aj ar kepadam u.
Bet apapun j uga, hal ini kuanggap kebet ulan sekali, karena, kalau t idak kau
sahabat m uda, siapa lagi yang dapat m encuci bersih nam aku ini?" Suara guru
silat it u t erdengar sedih sekali, penuh perm ohonan sehingga nam pak benar
bahwa ia t elah t ua dan t elah banyak berkurang sem angat nya begit u m enderit a
kekalahan.
" Baiklah, Lo- enghiong." Kwee Seng m enyanggupi. " Mendengar cerit am u, aku j adi
ingin sekali bert em u dengan raj a pengem is it u! Mudah- m udahan saj a aku akan
dapat m enem ukannuya. Akan t et api t ent ang put erim u, kalau m em ang bet ul dia
it u t elah m em ilih Si Raj a Pengem is, apa yang dapat kit a perbuat ? Lo- enghiong,
t ent u kau sendiri m aklum bet apa ruwet nya soal asm ara..." Perih hat i Kwee Seng
berkat a dem ikian, seakan- akan ia m enusuk dan m enyindir hat inya sendiri yang
berkali- kali menjadi korban asmara jahil!
Liong Keng m enghela napas dan m engangguk- angguk. " Dia bukan ket urunanku
sendiri, bagaim ana aku bisa m enget ahui isi hat inya yang sesungguhnya? Kalau
m em ang dem ikian halnya, biarlah ia pergi, m em ang Thian t idak m enghendaki
aku mempunyai keturunan."
Set elah m enyat akan j anj inya akan pergi m encari penculik put eri guru silat Liong,
Kwee Seng lalu berpam it dan pergilah ia dari rum ah it u unt uk m encari orang
yang amat menarik hatinya Si Raja Pengemis!
Dua orang penj aga pint u rum ah j udi yang bert ubuh t inggi besar sepert i gaj ah
bengkak it u m em andang penuh perhat ian, kem udian seorang di ant ara m ereka
yang berkepala botak bertanya seius, "Dari mana mau ke mana?"
Pert anyaan singkat ini t ent ulah m erupakan sebuah kode rahasia, pikir Kwee
Seng, maka ia tertawa dan menjawab seenaknya, "Dari belakang mau ke depan!"
Sej enak kedua orang penj aga it u t ercengang m endengar j awaban ini, kem udian
m ereka t ert awa bergelak dan orang ke dua yang hidungnya bengkok ke at as
m enghardik. " Jem bel kapiran! hayo lekas pergi, di sini bukan t em pat kau
mengemis!"
"Tempat apa sih ini?" Kwee Seng bertanya, berlagak orang sinting. "Di sini rumah
j udi, m au apa kau t anya- t anya? Hayo lekas m inggat , apa kau ingin kupukul
m am pus?" bent ak Si Bot ak sam bil m engepal t inj unya yang sebesar kepala Kwee
Seng itu di depan hidung Si Pendekar Sakti.
" Waduh, t anganm u bau kencing kuda! " Kwee Seng m enut upi hidungnya, lalu
m enj auhkan m ukanya dan m em andang kepada papan nam a di depan pint u,
m engerut kan keningnya dan m em bacanya dengan lagak sukar, sedangkan Si
Bot ak it u ot om at is m enarik kepalannya dan m encium t angannya it u. Agaknya
m em ang bau t angannya it u, karena hidungnya bergerak- gerak sepert i hidung
kuda diganggu lalat . Kem udian ia m arah besar, baru m erasa bahwa ia
diperm ainkan, akan t et api sebelum ia sem pat m em ukul, ia dan kawannya yang
berhidung bengkok it u m em andang heran karena pengem is it u sudah m em baca
papan nam a dengan suara keras, " BAN HOA PO KOAN ( Rum ah Judi Selaksa
Bunga)! Wah, kebetulan sekali, aku paling gemar berjudi!"
Sekaligus kem arahan dua orang it u berubah m enj adi keheranan. Mana ada
seorang j em bel pandai m em baca huruf, dan m ana m ungkin j em bel it u m asih
gem ar berj udi pula? " Eh, set an sam pah! Makan saj a kau harus m int a- minta,

Suling Mas Kho Ping Hoo 218


bagaim ana kau bisa berj udi? Apakah t aruhannya sisa m akanan?" ej ek Si Bot ak
dan kedua orang penj ag apint u ini t ert awa bergelak sam bil m em egangi perut
mereka yang gendut . Mendadak suara ket awa m ereka t erhent i dan m at a m ereka
m elot ot lebar m em andang t angan Kwee Seng yang sudah m engeluarkan sebuah
kantung kuning berisi penuh uang perak yang berkilauan!
" Apakah m odal sekian ini kurang cukup?" Dua orang it u m enelan ludah menaksir-
naksir bahwa kant ung it u isinya t idak kurang dari serat us t ail perak. Kem udian
mereka mengangguk- angguk. "Cukup... cukup... silakan masuk...!"
Kwee Seng m enut up kant ungnya dan dengan lenggang kangkung ia m elangkah
m asuk, diawasi dua orang penj aga yang t erheran- heran. Akan t et api Kwee Seng
t idak m em pedulikan m ereka, t erus saj a m elangkah m asuk ke dalam ruangan
yang cukup luas, di m ana t erdapat banyak orang m engelilingi beberapa buah
m ej a j udi. Ngeri hat i Kwee Seng ket ika m enyaksikan orang- orang yang berj udi.
Bukan sepert i waj ah m anusia lagi, m elainkan sepert i sekelom pok binat ang
kelaparan. Muka penuh peluh, berkilauan basah, m at a m elot ot dan seluruh
urat nya m enegang. Sinar m at a penuh kerakusan, kem urkaan, sedangkan yang
kehabisan uang kelihat an put us asa, penasaran, dendam , dan iri. Tem pat set an
dan iblis berpesta- pora, pikir Kwee Seng. Hawa udara panas di dalam Rumah Judi
Selaksa Bunga it u. Panas luar dalam . Luar panas Karen kurang hawa, dalam
panas karena pengaruh uang.
Kwee Seng m enham piri m ej a t engah yang paling besar dan paling ram ai. Sem ua
meja adalah meja permainan dadu. Meja tengah juga tempat bermain dadu, akan
t et api di sini agaknya t em pat ist im ewa di m ana t aruhannya am at besar. Uang
perak bert um puk- t um puk, bahkan ada beberapa pot ong em as. Yang m ainkan
dadu adalah seorang laki- laki kurus berm at a sipit sepert i selalu t erpej am . Orang
it u usianya em pat puluh t ahun lebih, lengan baj unya digulung sam pai ke siku.
Gerakan kedua t angannya cepat sekali ket ika ia m em ut ar bij i- bij i dadu di dalam
m angkok, kem udian secepat kilat ia m enut upkan m angkok it u ke at as m ej a
dengan bij i- bij i dadu di bawah m angkok. Mulailah orang- orang m em asang nom er
yang ia duga dengan m em pert aruhkan uang. Ket ika pem asangan selesai, dengan
gerakan t angan cepat sekali pem ain it u m em buka m angkok, m aka t am paklah
dua bij i dadu di at as m ej a dengan perm ukaan m em perlihat kan t it ik- t it ik m erah.
Jum lah t it ik - t it ik inilah m erupakan angka yang keluar. Bagi yang pasangannya
kena, m endapat j um lah t aruhannya yang dit erim a dengan waj ah berseri- seri dan
m at a berkilat - kilat . Bagi yang kalah, dan sebagian besar m em ang kalah, m ereka
hanya melihat dengan mata sayu betapa tumpukan uang taruhan mereka digaruk
oleh Si Bandar yang t ert awa- t awa lebar. Agaknya yang nasibnya m uj ur adalah
selalu Si Bandar, bukt inya yang m endapat at au yang pasangannya t erkena selalu
hanya yang memasang kecil, sebaliknya yang taruhannya besar selalu tak pernah
kena pasangannya!
Kedat angan Kwee Seng t idak ada yang t ahu karena m em ang sem ua perhat ian
ditujukan ke atas meja. Set elah m elihat t iga em pat kali pasangan m elalui pundak
orang- orang yang bert aruh. Kwee Seng m endesak m aj u. Dengan lagak dibuat -
buat ia m engeluarkan pundi- pundi uangnya dan m enaruhkannya di at as m ej a
dengan keras. Jelas t am pak bahwa pundi- pundi it u isinya berat dan banyak,
m aka t ert egunlah sem ua orang. Yang m erasa pasangannya hanya kecil- kecilan
lalu m em beri t em pat sehingga akhirnya Kwee Seng dapat duduk berhadapan
dengan Si Bandar Judi. Pundi- pundi itu belum dibuka, maka Si Bandar yang kurus
itu memandang tajam dengan mata sipitnya, kemudian bertanya.
" Pasangan dengan uang t unai. Apakah anda punya uang?" Diam - diam SI Bandar
ini m erasa heran m engapa penj aga pint u m em perkenankan seorang j em bel
masuk ruangan itu.
"Heh- heh- heh, kalau tidak punya uang, tentu aku tidak akan berjudi!" Kwee Seng
m em buka pundi- pundinya dan t erdengar seruan- seruan heran dan kaget ket ika
kelihat an isi pundi- pundi oleh m ereka. " Tapi aku t idak sudi berj udi kecil- kecilan.
Aku ingin m engadu unt ung dengan Bandar sendiri, bert aruh angka ganj il at au
genap, dengan hanya sebuah biji dadu saja. Berani?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 219


Kem bali orang- orang berseru heran. Gila benar orang ini, m enant ang bandar!
Ban- hwa Po- koan adalah rum ah j udi besar, orang- orang yang m enj adi bandar
adalah ahli- ahli j udi yang ulung. Si Bandar kurus kecil ini t ersenyum - senyum
m em perlihat kan giginya yang runcing- runcing sepert i gigi t ikus. " Mengapa t idak
berani? Berapa uangm u dan berapa akan kaupert aruhkan?" " I si pundi- pundi ini
ada seratus dua puluh tail, kupertaruhkan semua!"
Terdengar seruan " ah- oh- eh" ram ai sekali ket ika para penj udi m endengar ucapan
ini. Sekali pasang serat us dua puluh t ail perak? Benar- benar hanya orang gila
yang dapat m elakukan hal ini! Bahkan Si Bandar Kurus it u sendiri m enj adi basah
penuh keringat Karena bet apapun j uga hat inya m enj adi t egang m enghadapi
taruhan yang begini hebat. Akan tetapi Kwee Seng hanya tersenyum- senyum dan
menggaruk- garuk kepalanya seperti orang mencari kutu rambut.
" Eh, Muka Tikus, berani t idak kau?" akhirnya ia berkat a kesal m elihat bandar it u
hanya memandang kepadanya.
Ada yang t erat awa geli, ada pula yang kuat ir m endengar j em bel it u berani
m enyebut m uka t ikus kepada bandar. Apalagi ket ika m ereka m elihat bet apa
em pat orang t ukang pukul rum ah j udi it u, yang t egap- t egap t ubuhnya, diam -
diam m endekat i Kwee Seng dan berdiri di belakang Si Jem bel ini sam bil saling
memberi tanda dengan mata, siap untuk menerjang kalau perlu.
" Apa? Mengapa t idak berani? Mari kit a m ulai! Kau bert aruh genap at au ganj il?" Si
Bandar m enyisihkan sebuah dadu yang berm uka enam m em asukkannya ke
dalam m angkok yang t elent ang di at as m ej a. Suasana m enj adi t egang, sem ua
orang t idak ada yang m engeluarkan suara, m enant i j awaban Kwee Seng
sehingga keadaan m enj adi sunyi dan sebuah j arum yang j at uh ke lant ai agaknya
akan terdengar pada saat itu.
Kwee Seng m asih t ersenyum - senyum dan ia m endorong pundi- pundinya ke
depan. " Serat us dua puluh t ail perak kupasangkan unt uk angka ganj il! " kat anya
nyaring.
Si Bandar t ert awa, hat inya girang bukan m ain karena t iba- t iba ada m akanan
begini lunak t ersodor di depan m ulut nya. Jari- j ari t angannya sudah t erlat ih
sem purna sehingga sam bil m em egang m angkok, ia dapat m em pergunakan dua
j ari t elunj uk dan t engah yang berada di belakang m angkok unt uk m em balik- balik
bij i dadu di wakt u ia m enut up at au m em buka m angkok, t anpa seorang pun dapat
m elihat nya. Kecurangan ini sudah ia lakukan bert ahun- t ahun dan t ak pernah ada
yang t ahu. Dengan j ari- j arinya yang t erlat ih ia dapat m em balik- balik dua bij i
dadu sesuka hat inya, apalagi kalau hanya sebuah! Alangkah m udahnya. Tiap kali
ia m enut up m angkok, m at anya yang sepert i t erpej am it u sekelebat an dapat
melihat angka yang berada di permukaan biji dadu, kemudian di waktu membuka
m angkok, cepat j ari- j ari t angannya yang m em egang m angkok dan t ersem bunyi
di belakang m angkok bekerj a m em balik bij i- bij i dadu m enj adi angka- angka yang
hanya dipasangi t aruhan- t aruhan kecil. Dengan cara dem ikian, selalu pem asang
t aruhan besar akan kalah. Sekarang, j em bel gila ini bert aruh angka ganj il unt uk
sebuah bij i dadu. Alangkah m udahnya unt uk m em balikkan bij i dadu it u agar
perm ukaannya yang genap berada di at as unt uk m em peroleh kem enangan
seratus dua puluh tail. Alangkah mudahnya!
" Baik! " kat anya. " Sem ua orang disini m enj adi saksi. Kau m em asang angka
ganj il! " Kem udian ia m enggulung kedua lengan baj unya lebih t inggi lagi, dan
memutar- m ut ar dadu ke dalam m angkok. Gerakannya cepat sekali sehingga
dadu yang berput aran di dalam m angkok it u t idak kelihat an lagi saking cepat nya,
kem udian dengan gerakan t iba- t iba, ia m em balikkan m angkok ke at as m ej a
dengan biji dadu di bawahnya.
"Heh- heh- heh! " Si Bandar m engusap peluh di dahinya. " Apakah kau t idak
m erobah pasanganm u? Tet ap ganj il? Boleh pilih, sobat . Selagi m angkok belum
dibuka kau berhak memilih. Ganjil atau genap?"
Suasana makin tegang, akan tetapi sambil tersenyum dingin Kwee Seng menaruh
kedua t angannya di at as m ej a, di depannya, dan ia t enang- t enang m enj awab.
"Aku tetap memasang angka ganjil!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 220


Si Bandar dengan t angan agak gem et ar m em egang m angkok, m ulut nya berkat a.
" Nah, siap unt uk dibuka, sem ua orang m enj adi saksi! " Jari- j arinya bergerak dan
mangkok diangkat, dibarengi seruan Si Bandar. "Heeeeeiiitt!"
Sem ua m at a m em andang kepada bij i dadu yang t elent ang, j elas m em perlihat kan
lima buah titik merah. "Ganjil... !" Semua mulut berseru.
" Aaahhhhh..." Si Bandar m enj adi pucat , berdiri t erlongong keheranan
m em andang ke arah bij i dadu, ham pir t idak percaya kepada m at anya sendiri.
Tadi ket ika m enut up m angkok, j elas ia dapat m engint ai bahwa dadu it u t adi
berangka lim a, m aka ket ika m em buka m angkok, t elunj uknya sudah m enyentil
dadu it u agar m em balik ke angka enam at au em pat . Akan t et api m engapa dadu
it u t et ap t elent ang pada angka lim a, padahal ia yakin bet ul bahwa sent ilan
jarinya tadi berhasil baik? Apakah kurang keras ia menggunakan jarinya?
"Heh- heh- heh, apakah kem enanganku hanya cukup kaubayar dengan seruan ah-
ah- eh- eh? Hayo bayar seratus dua puluh tail!" kata Kwee Seng tertawa- tawa.
Em pat orang t ukang pukul sudah siap dengan t angan di gagang golok, akan
t et api bandar it u t idak m em beri t anda m aka m ereka t idak berani t urun t angan.
Bandar it u m enggunakan uj ung j ubahnya unt uk m engusap peluh yang m em enuhi
muka dan lehernya, kemudian ia tertawa ha- hah- heh- heh.
" Tent u saj a dibayar, sobat . Anda m uj ur sekali! Akan t et api, apakah kau t erm asuk
botoh kendil?"
Kwee Seng m em ang bukan seorang penj udi, t ent u saj a ia t idak m engert i apa
art inya ist ilah " bot oh kendil! " ini. Bot oh berart i penj udi, adapun kendil adalah
perabot dapur unt uk m asak nasi. I a m engerut kan kening, m engira ist ilah it u
merupakan makian. "Apa maksudmu? Apa itu botoh kendil?"
Jawaban ini m em buat sem ua orang yang hadir m akin t erheran. Dari j awaban ini
saj a m udah diket ahui bahwa j em bel ini bukanlah seoarang ahli j udi, bagaim ana
mendadak ia begini berani bertaruhan besar dan malah menang?
" Bot oh kendil adalah penj udi yang segera lari m eninggalkan gelanggang begit u
m endapat kem enangan, t erm asuk golongan yang licik! " j awab Si bandar yang
juga terheran- heran.
Kwee Seng t ert awa, t idak j adi m arah. " wah, belum apa- apa kau sudah t akut
kalau- kalau aku pergi m em bawa kem enanganku. Bandar m acam apa kau ini,
t idak berani m enghadapi kekalahan? Jangan kuat ir, t ikus, aku t idak akan lari.
Hayo bayar dulu kemenanganku!"
Dengan t angan gem et ar akan t et api m ulut m em aksa senyum , bandar it u
m em erint ahkan pem bant unya unt uk m em bayar j um lah t aruhan it u, dim asukkan
ke dalam pundi- pundi hit am . Ket ika m enerim a pem bayaran ini, Kwee Seng lalu
m enaruh pundi- pundi baru di sebelah pundi- pundi kuningnya sam bil berkat a,
suaranya nyaring. " Sekarang kupert aruhkan sem ua ini, dua rat us em pat puluh
tail!"
"Ohhhh.....!!!" Kini orang- orang yang tadinya bermain di meja- meja kecil menjadi
t ert arik dan berkerum unlah m ereka di sekeliliing m ej a besar. Seakan- akan
m enj adi t erhent i sam a sekali perj udian di dalam ruangan it u, sem ua penj udi
m enj adi penont on dan yang berj udi hanyalah Kwee Seng seorang m elawan Si
Bandar berm at a sipit . Bandar ini pun kaget , akan t et api kini waj ahnya berseri-
seri. Kiranya j em bel ini benar- benar gila. Dengan begini, sekaligus ia dapat
m enarik kem bali kekalahannya, bahkan sekalian m enarik uang m odal Si Jem bel!
Kalau t adi ia m ungkin kurang t epat m enyent il dadu, sekarang t idak m ungkin lagi.
Ia akan berlaku hati- hati dan pasti kali ini ia akan menang.
" Bagus! Kau benar- benar m enj adi penj udi j em pol! " I a m em uj i sam bil m ulai
memutar- mutar biji dadu ke dalam mangkok.
" Huh, aku bukan penj udi, sam a sekali t idak j em pol." Kwee Seng m em bant ah,
akan t et api m at anya m engawasi dadu yang berput ar- put ar di m angkok,
sedangkan kedua t angannya m asih ia t um pangkan di at as m ej a di depan
dadanya.
Si Bandar m enggerakkan t angannya dan dengan cepat m angkok it u sudah
t ert elungkup lagi di at as m ej a m enyem bunyikan dadu di bawahnya. " Nah,

Suling Mas Kho Ping Hoo 221


sekarang ulangi t aruhanm u biar disaksikan sem ua orang! " Si Bandar berkat a,
suaranya agak gem et ar karena m enahan ket egangan hat inya. I a t adi m elihat
jelas bawa biji dadu yang ditutupnya itu telentang dengan angka dua di atas! Jadi
genap! Ia mengharapkan Si Jembel ini tidak merobah taruhannya.
" Aku m em pert aruhkan dua rat us em pat puluh t ail unt uk angka ganj il! " Kwee
Seng berkat a t enang t api cukup j elas. Muka Si Bandar berseri gem bira, m ulut ny a
menyeringai penuh kemenangan ketika ia tertawa penuh ejekan.
" Bagus, sem ua orang m endengar dan m enyaksikan. Dia bert aruh dengan
pasangan angka ganj il. Nah, siap dibuka, kali ini kau past i kalah! " Tangannya
m em buka m angkok dan t ent u saj a j ari t angannya t idak m elakukan gerakan apa-
apa karena ia sudah t ahu bet ul bahwa dadu it u berangka dua, j adi berart i genap.
Begit u t angannya yang kiri m em buka dadu, t angan kanan siap unt uk m enggaruk
dua buah pundi- pundi uang penuh perak berharga itu.
" Wah, ganj il lagi...! ! " seru sem ua orang dan Si Bandar m enengok kaget ....! ! ! "
Seru sem ua orang dan Si Bandar m enengok kaget . Kedua kakinya m enggigil
ket ika m at anya m elihat bet apa dadu it u kini j elas m em perlihat kan t it ik sat u!
Bagaim ana m ungkin ini? I a m engucek- ngucek m at anya. Tadi ia j elas m elihat t it ik
dua!
"Heh- heh- heh, m engapa kau m engosok- gosok m at a? Apakah m at am u lam ur?
sem ua orang m elihat j elas bahwa it u angka sat u, berart i ganj il. Kau kalah lagi
dan hayo bayar aku dua ratus empat puluh tail!"
Bandar it u bangkit berdiri, dahinya penuh peluh dingin sebesar kedele. " I ni... ini
t ak m ungkin... bagaim ana bisa ganj il lagi...?" I a sudah m em andang ke arah
em pat t ukang pukul, siap unt uk m em erint ahkan m enangkap Si Jem bel,
menyeretnya keluar dan memukulinya, kalau perlu membunuhnya.
" Hayo bayar! " Kwee Seng berkat a. " Apakah rum ah j udi ini t idak m am pu bayar
lagi?" Selagi Si Bandar Judi t ergagap- gagap dan em pat orang t ukang pukul lain
sudah siap pula dat ang m endekat dengan waj ah beringas, t iba- t iba t erdengar
suara t ert awa- t awa. Dari sebelah dalam m uncullah seorang laki- laki berusia lim a
puluh t ahun lebih, akan t et api pakaiannya penuh t am bal- t am balan, pakaian
pengemis!
" Orang m uda ini sudah m enang m engapa t idak lekas- lekas dibayar?" kat a
pengem is t ua it u. Heran t api nyat a! Si Bandar kelihat an t akut dan cepat - cepat
duduk m em erint ahkan pem bant unya m em bayar dua rat us em pat puluh t ail
perak, sedangkan para t ukang pukul it u m undur dengan sikap horm at sekali! Si
Kakek Pengem is it u lalu berj alan m engham piri bandar, m engam bil t em pat duduk
di dekat bandar, berhadapan dengan Kwee Seng!
" Baiklah, Pangcu," kat a Si Bandar dan m endengar sebut an Pangcu ( Ket ua
Perkum pulan) ini, diam - diam Kwee Seng m elirik dan m em andang kakek it u
penuh perhat ian. Usianya lim a puluh lebih, pakaiannya t am bal- t am balan akan
t et api j elas bukan pakaian but ut , m elainkan kain berm acam - m acam yang m asih
baru sengaj a dipot ong- pot ong dan disam bung- sam bung. Tangan kanannya
m em egang sebat ang t ongkat yang kini disandarkan di bangkunya sedangkan
kedua t angannya dit aruh di at as m ej a di depan dadanya. Diam - diam Kwee Seng
menduga bahwa kakek ini tentulah seorang yang berilmu tinggi, maka ia bersikap
hati- hat i. Tadi ia t elah m enggunakan t enaga lwee- kangnya m em peroleh
kem enangan, yait u dengan hawa lwee- kang disalurkan m elalui t angan m enekan
meja membuat biji dadu itu tetap atau membalik sesuka hatinya.
Dua buah pundi- pundi hit am t elah dibayarkan kepadanya dan kini di depan Kwee
Seng t erdapat em pat pundi- pundi uang yang isinya sem ua em pat rat us delapan
puluh t ail! Set elah m em bayar, Si Bandar ragu- ragu unt uk m elanj ut kan perj udian,
karena ia t akut kalau kalah. Kalau sam pai kalah lagi, ia akan celaka, harus
m em pert anggung j awabkan kekalahannya yang aneh! Akan t et api ket ika ia
melirik ke arah kakek itu, Si Kakek berkata perlahan.
" Teruskan, biar aku m enyaksikan sam pai di m ana nasib baik orang m uda ini."
Mendengar ini, Si Bandar berseri lagi waj ahnya. Ucapan it u berart i bahwa Si
Kakek hendak m em bant unya dan t ent u saj a dengan adanya perint ah ini,

Suling Mas Kho Ping Hoo 222


t anggung j awab digeser dari pundaknya. Siapakah kakek ini? Dia ini bukan lain
adalah ket ua dari Ban- hwa Kai- pang ( Perkum pulan Pengem is Selaksa Bunga) .
Tadinya rum ah j udi it u dibuka oleh para pencoleng kot a, akan t et api kurang lebih
set engah t ahun yang lalu, secara t iba- t iba rum ah j udi it u diberi nam a Ban- hwa-
po- koan, karena sesungguhnya, t erj adi perubahan hebat pada Ban- hwa Kai-
pang. Perkum pulan pengem is ini secara t iba- t iba berubah sepak t erj angnya dan
dengan kekerasan m enguasai rum ah j udi it u pula. Karena para pim pinannya
m em ang berilm u t inggi, t idak ada yang berani m enent angnya, bahkan para
penj ahat m enj adi sekut u m ereka. I nilah sebabnya m engapa bandar dan para
t ukang pukul yang m engenal Koai- t ung Tiang- lo ( Orang Tua Tongkat Set an)
Ket ua ban- hwa Kai- pang, m enj adi ket akut an, akan t et api j uga lega karena
dengan hadirnya ketua ini, mereka menjadi besar hati.
Si Bandar dengan sem angat baru t elah m em ut ar- m ut ar dadu di dalam m angkok
lagi. Lalu ia m em balikkan m angkok di at as m ej a. I a m elihat j elas bahwa dadu it u
berangka t iga, m aka dengan uj ung kakinya ia m enyent uh kaki Koai- t ung Tiang- lo
t iga kali unt uk m em beri t ahu. Kakek it u m engangguk- angguk dan t ersenyum
dengan ujung mulut ditekuk ke bawah, penuh ejekan.
" Nah, sekarang kau m au bert aruh berapa dan dengan pasangan ganj il at au
genap?" keadaan m enj adi t egang dan sunyi kem bali, lebih t egang daripada t adi.
Sem ua orang yang berada di sit u, biarpun sebagian t idak m engenal kakek
pengemis, namun dapat menduga bahwa kakek itu tentulah seorang berpengaruh
dan berpihak kepada rum ah j udi. Benar- benar am at m enarik m elihat j em bel
m uda yang ram but nya awut - awut an dan yang bernasib baik it u kini berhadapan
dengan seorang pengem is t ua yang serba bersih. Baru pert am a kali ini t erj adi hal
begit u m enarik di dalam rum ah j udi sehingga sem ua orang m enont on dengan
hat i berdebar- debar, bahkan yang t adinya m urung karena kalah, sej enak lupa
akan kekalahannya.
Sam bil m enarik ke arah kakek it u Kwee Seng m endorong em pat pundi- pundi
perak sam bil berkat a. "Tidak ada perubahan, kupert aruhkan sem ua, em pat rat us
delapan puluh tail perak dengan pasangan angka ganjil!"
Si Bandar m engerling ke arah kakek, t am paknya bingung. Akan t et api kakek it u
t ersenyum dan m em beri t anda dengan m at a supaya Si Bandar bekerj a sepert i
biasa, yait u m enggunakan j ari t angannya yang lihai it u m em balikkan dadu agar
m em balikkan dadu agar m em balik m enj adi angka em pat at au dua. Dengan
gerakan hat i- hat i Si Bandar m enangkap pant at m angkok, j ari- j ari t angannya
m enyelinap m asuk dan pada saat it u ia m erasa bet apa siku t angannya di pegang
oleh kakek pengem is dan t erasa bet apa hawa yang hangat m em asuki lengannya
sam pai ke j ari- j ari t angannya. Bandar ini sedikit banyak t ahu akan ilm u silat ,
m aka ia girang sekali, m aklum bahwa ket ua pengem is it u m em bant unya dengan
tenaga sin- kang.
"Siap Buka... heeeiit t t ! Aduuhhh....! " Si Bandar bert eriak kesakit an ket ika
m angkok dibuka. Jari- j ari t angannya yang m enyent il bij i dadu seakan- akan
digencet ant ara dua t enaga yang m erupakan dua j epit an baj a, t ert ekan oleh
hawa sin- kang Si Kakek dan t erhim pit dari depan oleh hawa yang t idak t am pak
yang entah bagaimana memasuki biji dadu. Cepat ia menarik kembali tangannya.
" Ganj il lagi...! " Hebat ...! ! " Sem ua orang berseru ket ika m elihat bij i dadu it u
m em perlihat kan angka t iga! Diam - diam Si Kakek m enat ap waj ah Kwee Seng. I a
m aklum bahwa j em bel m uda ini bukan orang sem barangan, dan m aklum pula
bahwa t adi ia gagal m em bant u karena j em bel m uda it u m enyerang dengan
dorongan berhawa sin- kang dari j ari- j ari t angan, m encegah Si Bandar
menggulingkan biji dadu dengan jari tangan!
Waj ah bandar it u pucat sekali, berkedip- kedip ia m em andang ke arah kakek. I a
j elas m erasa gelisah dan m ohon bant uan. Kakek it u hanya t ersenyum dan
berkat a. " Sahabat m uda ini besar sekali unt ungnya. Dia sudah m enang, t idak
lekas dibayar mau tunggu kapan lagi?"
Mendengar ini, Si Bandar dan para pem bant unya sibuk m engum pulkan uang,
akan t et api m ana cukup unt uk m em bayar j um lah begit u besar? Bandar it u

Suling Mas Kho Ping Hoo 223


t erpaksa lari ke sebelah dalam unt uk m engam bil kekurangan uang dari kas
besar! Jumlah yang dibayarkan ini adalah hasil beberapa hari!
Orang- orang di sit u m akin t erheran- heran m elihat bet apa j em bel m uda yang kini
sudah m enj adi raj a uang dengan kem enangan- kem enangan besar sehingga di
depannya berj aj ar delapan pundi- pundi yang j um lahnya ham pir seribu t ail perak,
m asih belum puas agaknya bukt inya ia m asih m em andang ke arah m angkok
dadu. Kini kakek pengemis itu yang bertanya.
" Sahabat m uda m asih berani m elanj ut kan?" Kwee Seng t ert awa, m enengok ke
kanan kiri. " Mana arak? Berilah seguci arak berapa saj a kubeli. Aku sudah
menjadi kaya- raya, ha- ha- ha!"
Seorang t ukang pukul m enerim a t anda kedipan m at a dari kakek pengem is,
cepat- cepat ia m enggot ong seguci besar arak dan m elet akkannya di depan Kwee
Seng, " Tidak usah bayar, sahabat . Arak ini adalah suguhan kam i unt uk t am u
yang m enj adi langganan baik." Kat a Si Kakek yang kini t idak sem bunyi- sembunyi
lagi bersikap sebagai tuan rumah.
" Bagus! Terim a kasih! Sudah diberi kem enangan besar, m asih disuguhi arak
lagi." Kat a Kwee Seng yang segera m engangkat guci dan m enuangkannya ke
m ulut , m inum sam pai bergelogok suaranya. Set elah habis set engah guci, ia baru
berhent i dan m engusap m ulut nya dengan uj ung lengan baj u. " Arak baik... arak
baik... ha- ha, hayo teruskan permainan!"
Ket ika bandar yang berm uka pucat it u dengan t angan m enggigil m em egang
m angkok, Si Ket ua Pengem is m eram pas m angkok dan m endorong bandar it u ke
pinggir. Dorongan perlahan saj a akan t et api bandar it u ham pir roboh, t erhuyung-
huyung sampai jauh.
"Ha- ha- ha, m em ang dia sialan! " Kwee Seng m enert awakan. Koai- tung Tiang- lo
m em egang m angkok dan m em andang Kwee Seng dengan m at a penuh selidik.
"Orang muda, kau hendak pasang berapa?"
"Heh- heh, sem ua ini kupasangkan unt uk angka ganj il, ha- ha" " Gila! " seru
seorang di ant ara para penont on. I a berkat a dem ikian karena t idak t ahan hat inya
m elihat bet apa kem enangan sebesar it u akan diludeskan dalam sekali pasangan.
Kwee Seng m endengar m akian m enengok dan m elihat m uka orang yang pucat ,
mata yang muram tanda kalah judi.
" Kau benar, sahabat . Mem ang kit a sem ua yang sudah m em asuki rum ah j udi
adalah orang- orang gila belaka! Ha- ha- ha! Orang t ua, kaum ainkanlah dadu it u.
Delapan pundi- pundi ini untuk angka ganjil."
" Hem m , orang m uda, apakah yang kaukehendaki? Tent u bukan kem enangan
uang." Kat a Si Kakek sam bil m ulai m em ut ar- m ut ar dadu dalam m angkok.
Gerakannya kaku, t idak seindah dan secepat gerakan bandar t adi. Mem ang Koai-
t ung Tiang- lo bukanlah seorang bandar j udi. Nam un, biar t angannya kaku dan
sepert i t idak bergerak, dadu di dalam m angkok it u berput ar cepat sekali, j auh
lebih cepat dariapada kalau diputar oleh Si Bandar tadi.
"Heh- heh, orang t ua, kau benar. Delapan pundi- pundi perak ini k upert aruhkan
unt uk angka ganj il. Kalau aku k alah, kau boleh am bil sem ua perak ini t anpa
banyak urusan lagi. Akan t et api kalau aku yang m enang, aku hanya m int a
dibayar sebuah keterangan."
Sem ua orang m akin t erheran, akan t et api kakek it u t ersenyum m aklum . Mem ang
bagi orang- orang kang- ouw, uang t idaklah berharga. " Uangm u delapan kant ung,
sudah j elas harganya. Akan t et api ket erangan it u, harus disebut kan dulu agar
diketahui harganya, apakah cukup dibayar dengan delapan kantung perak."
Percakapan ini benar- benar t ak dapat dim engert i oleh t ukang j udi yang
m endengarkan dengan perasaan heran. Kwee Seng m engangguk. " I t u pant as!
Ket erangan it u adalah t ent ang diri seorang j em bel m uda m acam aku ini yang
menyebut dirinya kai- ong (raja pengemis). Aku ingin berjumpa dengannya!"
Berubah waj ah kakek it u m endengar ini, m at anya m enyam bar t aj am . " Hem m ,
ada urusan apakah dengan kai- ong?"
"Urusan pribadi. Bagaimana, kauterima?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 224


Kakek it u m engangguk. "Boleh. Akan t et api ket erangan it u j auh lebih berharga
daripada delapan pundi- pundi perak. Kalau kau kalah, ket erangan t idak
kaudapat , delapan pundi- pundi ini berikut t angan kirim u harus kaubayarkan
kepadaku. Kalau kau m enang, uangm u ini kaubawa pergi bersam a ket erangan
tentang di mana adanya kai- ong. Akor?"
Sem ua orang t erkej ut . Bukan m ain t aruhan it u. Berikut t angan kiri? Berart i
t angan kiri j em bel m uda it u kalau kalah harus dibunt ungi? Ah, kalau t idak gila,
t ent u Si Jem bel m enolak. Akan t et api, Kwee Seng m engangguk dan berkat a,
" Cocok! " Wah, benar- benar j em bel m uda ini sudah gila. Masa sebuah ket erangan
t ent ang seorang kai- ong saj a dipert aruhkan dengan ham pir seribu t ail perak
berikut sebuah tangan dibuntungi!
Keadaan m enj adi t egang bukan m ain, bahkan kini dit am bah rasa ngeri di hat i.
Dadu it u berput aran m akin cepat dan t iba- t iba m angkok it u dit ut upkan di at as
meja, menyembunyikan dadu yang akan menentukan nasib Si Jembel dan tangan
kiri. Koai- t ung Tiang- lo m asih m enindih m angkok t ert ut up, sedangkan t angan
kanannya t erlet ak di at as m ej a dengan j ari- j ari t angan t erbuka. Nam un, suasana
yang am at t egang it u sam a sekali t idak m em pengaruhi Si Jem bel m uda, kini ia
m alah m engangkat guci dengan t angan kanan unt uk dit uangkan isinya ke dalam
m ulut , sedangkan t angan kirinya j uga t erlet ak di at as m ej a dan m at anya t erus
melirik ke arah mangkok di atas meja.
Melihat kesem pat an selagi lawannya m inum arak, Koai- t ung Tiang- lo segera
berseru. " Siap buka, lihat lah! " Tangan kirinya m engangkat m angkok dan j ari- jari
t angan kiri m engangkat m angkok dan j ari- j ari t angan kanannya m enegang! Akan
t et api pada saat it u, j uga j ari- j ari t angan kiri Kwee Seng m enegang dan sepert i
halnya Koai- tung Tiang- lo, dari jari- jari tangan ini, menyambar keluar tenaga sin-
kang (hawa sakti) ke arah biji dadu di atas meja.
Sem ua m at a m em andang dan... t erdengar seruan heran karena begit u m angkok
dibuka, bij i dadu di at as m ej a it u berput aran! Hal ini t ent u saj a t idak m ungkin
Karena begit u t adi begit u m angkok dit ut up, t ent u bij i dadu it u t elah j at uh ke
m ej a dan berhent i bergerak. Bagaim ana sekarang bisa berput aran? Hanya
sebent ar saj a dadu it u berput ar, m endadak kini berhent i sehingga sem ua m at a
m em andang dengan t erbelalak dan m elot ot sepert i m au t erloncat keluar dari
tmpatnya. Kem bali t erdengar seruan- seruan t ert ahan di sana- sini ket ika m ereka
m elihat bet apa bij i dadu it u t erlet ak m iring sedem ikian rupa sehingga
perm ukaannya dibagi dua ant ara t it ik- t it ik angka t iga dan dua! Akan t et api dadu
it u bukannya diam m elainkan bergerak ke kanan kiri, sebent ar m endoyom g ke
angka t iga, di lain saat m endoyong ke angka dua, seakan- akan ada kekuat an t ak
t am pak yang saling dorong, saling m engadu kekuat an unt uk m endorong dadu
roboh telentang memperlihatkan permukaan angka tiga atau dua.
Ketika orang- orang yang berada di sit u m em andang kepada dua orang pengem is
tua dan muda itu, mereka makin kaget dan heran, lalu gelisah dengan sendirinya.
Pengem is t ua it u waj ahnya m erah sekali dan basah penuh peluh, t angan
kanannya m engget ar di at as m ej a dengan j ari- j ari t erbuka dan t elapak t angan
m enghadap ke arah dadu, napasnya agak t erengah- engah. Adapun pengem is
m uda it u m asih enak- enak saj a duduk dengan t angan kiri dibuka j arinya
menghadap ke depan, tangan kanan masih memegang guci arak yang diminumya
dan kini perlahan- lahan dilet akkannya guci arak ke at as m ej a. Gerakan ini
m enim bulkan get ar pada m ej a dan dadu it u m em balik ham pir t elent ang dengan
m uka angka t iga, akan t et api t erdengar Koai- t ung Tiang- lo berseru aneh dan
dadu itu membalik lagi menjadi miring!
" Pangcu, apa kau m asih hendak berkeras? Terdengar Kwee Seng berkat a sam bil
t ersenyum . Bet apapun j uga, Kwee Seng adalah seorang t erpelaj ar yang m asih
ingat akan perat uran. I a m aklum bahwa pengem is t ua yang dipanggil Pangcu
( ket ua) ini adalah seorang t erkem uka, m aka ia sengaj a t idak m au m em bikin
m alu. Dengan adu t enaga sin- kang it u, t ent u sudah cukup bagi pangcu it u unt uk
m enget ahui bahwa kakek it u t idak akan m enang, lalu suka m engalah t anpa

Suling Mas Kho Ping Hoo 225


m enderit a m alu karena j arang ada yang m engert i bahwa m ereka t elah saling
mengadu sin- kang.
Akan t et api Koai- t ung Tiang- lo adalah seorang yang keras kepala. Apalagi
sekarang set elah ia m engandalkan pengaruhnya kepada seorang yang ia anggap
paling sakt i di dunia ini, yait u orang berj uluk Raj a Pengem is, m aka Ket ua Ban-
hwa Kai- pang ini m enj adi t inggi hat i. Mana ia sudi m engalah t erhadap seorang
jembel tak ternama yang seperti miring otaknya ini?
Tiba- t iba Koai- t ung Tiang- lo berseru keras dan bij i dadu it u m elayang naik dari
at as m ej a! Kakek it u sendiri bangkit berdiri, t angan kanannya kini dengan
terang- t erangan diangkat ke depan sedangkan t angan kirinya m asih m em egang
dengan t angan kirinya m asih m em egang m angkok. Kwee Seng m enghela napas.
Kakek ini benar- benar keras kepala, perlu dit undukkan. I a m asih saj a duduk, t api
tangan kirinya t erpaksa ia angkat dan t ert uj u ke at as, ke arah dadu yang
mengambang di udara dalam keadaan masih miring!
Tent u saj a sem ua orang m enahan napas, m at a t erbelalak m ulut t ernganga
m em andang perist iwa aneh it u. Mereka t idak m engert i j elas apa yang t erj adi dan
siapa di ant ara m ereka berdua yang berm ain sulap, akan t et api m ereka dapat
menduga bahwa terjadi pertandingan hebat di antara kedua orang aneh itu.
" Aaiiihhh! " Teriakan ini keluar dari dalam dada Koai- t ung Tiang- lo dan
m enyam barlah m angkok dari t angan kirinya m enuj u Kwee Seng. Nam un
pendekar ini sam bil t ersenyum m engulur t angan kanan dan sebelum m angkok it u
m enyent uh t angan kanannya, benda it u sudah t erpent al kem bali kem udian
t erhent i di t engah- t engah, bij i dadu it u sepert i m engam bang di udara karena
"terjepit" di antara dua rangkum tenaga dahsyat yang saling mendorong!
" Sem ua yang hadir harap lihat baik- baik, angka berapakah perm ukaan dadu it u?
Ucapan Kwee Seng ini diikut i pengerahan t enaga sin- kang. Tadi dalam m enahan
serangan lawan ia hanya m em pergunakan sepert iga t enaganya saj a, m aka kini ia
m enam bah t enaganya dan... bet apa pun Koai- t ung Tiang- lo m em pert ahankan
sekuat t enaga, t et ap saj a dadu it u kini m em balik dan biarpun m asih
m engam bang di udara, nam un j elas kini m em perlihat kan angka t iga pada
perm ukaannya. Sem ua orang yang m elihat angka t iga ini, t ent u saj a serent ak
berkata "Angka tiga...!"
"Hemm, berarti angka ganjil. Pangcu, kau kalah...." Pada saat Kwee Seng berkata
dem ikian it u em pat orang t ukang pukul sudah m encabut golok dan m em bacok
kepala dan leher Kwee Seng dari belakang! Tent u saj a Kwee Seng t ahu akan hal
ini, nam un karena sam baran t enaga em pat bat ang golok it u t idak art i baginya
dan karena ia sedang m engerahkan sin- kang sehingga seluruh t ubuhny a
t erlindung ia pura- pura t idak t ahu dan diam saj a. Em pat bat ang golok it u
m eluncur kuat ke arah kepala dan leher, t iba- t iba... " wuuuut t t t ! " senj at a- senjata
it u m em balik seakan- akan t erdorong t enaga yang am at kuat . Tanpa dapat
dicegah lagi, golok- golok it u m enyerang pem egangnya karena t angan it u sudah
t ak dapat dikuasai lagi saking hebat nya t enaga m em balik. Bukan kepala Kwee
Seng yang t erm akan m at a golok m elainkan kepala para penyerangnya yang
terpukul punggung golok. Terdengar suara keras disusul jerit kesakitan dan suara
berkeront angan golok- golok t erj at uh di lant ai. Biarpun t idak t aj am , nam un
punggung golok baj a cukup keras unt uk m em buat kepala m ereka " bocor" dan
tumbuh tanduk biru!
Pada saat berikut nya, t erdengar suara keras dan m angkok it u m eledak pecah,
dem ikian pula bij i dadu, lalu disusul t erj engkangnya t ubuh Koai- t ung t iang- lo ke
belakang m enim pa kursinya! Kwee Seng t ert awa lalu m enyam bar guci arakny a
dan m enenggak habis araknya. Sem ent ara it u, Koai- t ung Tiang- lo sudah
m elom pat bangun, m ukanya sebent ar m erah sebent ar pucat , napasnya agak
terengah- engah. Cepat ia m enghardik para t ukang pukul yang sudah m engurung
Kwee Seng dengan senj at a di t angan sedangkan para pengunj ung rum ah j udi
sudah panik hendak melarikan diri, takut terbawa- bawa dalam perkelahian.

Suling Mas Kho Ping Hoo 226


Koai- t ung Tiang- lo m engangkat kedua t angn m enj ura kepada Kwee Seng. " Sicu
( Orang Gagah) hebat , pant as berj um pa dengan kai- ong. Di lereng sebelah ut ara
Tapie- san, di mana kai- ong kami menanti kunjunganmu."
Kwee Seng t ersenyum dan m enj ura. " Kau cukup j uj ur, Pangcu. Terim a kasih."
Seenaknya Kwee Seng m engam bil dan m engem pit delapan kant ung uang yang
isinya seribu t ail lebih it u t erm asuk uangnya sendiri, lalu berj alan ke luar. Uang
sebanyak it u sudah t ent u am at berat , serat us dua puluh lim a kat i, t api ia dapat
mengempit dan membawanya seakan- aakan amat ringan.
" Siapa yang kalah j udi di sini, m ari ikut aku keluar! " kat a Kwee Seng sam bil
melangkah terus. Sebentar saja, lebih dari tiga puluh orang ikut keluar, dan tentu
saj a t idak sem ua dari m ereka penderit a kekalahan. Yang m enang pun karena ia
mengharapkan keuntungan ikut pula keluar.
Sam pai di luar rum ah j udi, Kwee Seng berhent i. Ternyat a banyak orang pula
berkum pul di depan rum ah j udi karena m ereka sudah m endengar akan perist iwa
aneh di rum ah j udi it u. Mem ang karena baru beberapa hari yang lalu t erj adi
keribut an ket ika put eri guru silat Sin- kauw- bu- koan bert anding dengan para
tukang pukul rumah judi itu.
"Saudara- suadara sekalian t elah kalah berj udi, bukan? Hent ikanlah kebiasaan
kalian gem ar berj udi, karena percayalah, kalian t idak ak an m enang. Kalau kalian
m elanj ut kan kegem aran buruk it u, past i saudara sekalian akan m enderit a
kesengsaraan lahir bat in. Pada lahirnya, Saudara akan habis- habisan yang
akibat nya t ent u kekacauan rum ah t angga, kehancuran pekerj aan karena t idak
t erurus, kem iskinan yang akan m enyeret kalian kepada kem aksiat an lainnya.
Kerugian bat in, Saudara akan m enj adi orang yang suka m elakukan kecurangan,
m enj auhkan rasa cint a sesam a, m enim bulkan sifat iri dan t am ak. Nah, ini uang
kubagi- bagikan di ant ara kalian unt uk m enebus kekalahan kalian, akan t et api
m ulai saat ini harap kalian j angan suka berj udi lagi. Pergunakan sedikit uang ini
unt uk m odal bekerj a! " t ent u saj a ucapan Kwee Seng ini disam but sorak- sorai
oleh m ereka dan dengan adil Kwee Seng m em bagi- bagi sem ua uang
kemenangannya berikut uangnya sendiri sam pai habis, seorang kebagian dua
puluh tail perak lebih!
Set elah m em bagi habis delapan pundi- pundi uang it u, Kwee Seng lalu berj alan
pergi keluar dari kot a it u, m enuj u ke selat an karena ia hendak m encari raj a
pengem is di Gunung Tapie- san. " Pam an, perbuat anm u it u sem ua sia- sia belaka,
t iada gunanya sam a sekali! " Ucapan ini keluar dari m ulut seorang anak laki- laki
yang sem enj ak t adi m engikut i Kwee Seng dari depan rum ah j udi. Kwee Seng
sedang m elam un, m aka ia t idak m em perhat ikan langkah kaki seorang kanak-
kanak yang mengikutinya dan sejak tadi melihat semua perbuatannya.
I a m elirik dan m elihat anak kecil yang berwaj ah t erang dan t am pan, berpakaian
sederhana nam un bersih. I a m erasa heran dan t idak dapat m enangkap art i kat a-
kata anak laki- laki yang usianya paling banyak sepuluh tahun ini.
" Apa kau bilang?" t anyanya sam bil m elangkah t erus, diikut i oleh anak it u. " Aku
bilang bahwa akan sia- sia saj a perbuat an pam an t adi di depan rum ah j udi,
menghamburkan uang seperti orang melempar rabuk pada tanah kering!"
Kwee Seng m elengak heran, lalu m em andang lebih t elit i sam bil m enghent ikan
langkahnya. I a lalu t ert awa bergelak karena m engenal anak ini sebagai anak
yang pernah m enaruh kasihan ket ika ia dit awan oleh m urid- m urid guru silat
Liong Keng!
"Ha- ha- ha- ha, kau bocah sint ing it u m uncul lagi?" t egurnya kepada anak laki- laki
ini yang bukan lain adalah Kam Bu Song. " Eh, bocah, kenapa kau selalu bert em u
denganku dan mencampuri urusanku?"
" Ent ah, Pam an. Perj um paan kit a bukan kusengaj a akan t et api set iap kali kit a
bert em u, aku selalu t ert arik kepadam u. Pert am a dulu, aku t ert arik karena
m erasa kasihan m elihat kau diseret - seret orang. Sekarang, aku pun kasihan
kepadam u karena m elihat kau m elakukan perbuat an yang sia- sia belaka akibat
kau tidak mengerti."

Suling Mas Kho Ping Hoo 227


Ham pir Kwee Seng t idak percaya kepada t elinganya sendiri. Dia seorang yang
t inggi ilm unya m engenai sast ra dan silat , kini diberi " kuliah" oleh seorang bocah
yang berusia sepuluh t ahun! Akan t et api karena kat a- kat a anak ini disusun rapi,
ia t ert arik sekali, apalagi set elah ia perhat ikan, anak ini m em punyai pem bawaan
dan pribadi yang amat menarik. Pada saat itu, mereka sudah tiba di luar kota dan
di t em pat yang sunyi it u Kwee Seng lalu pergi ke bawah pohon di pinggir j alan,
m enj at uhkan diri duduk di at as t anah. Anak it u pun m engikut inya, berdiri di
depannya dengan pandang mata penuh perhatian. Kwee Seng tertawa lagi.
"Heh- heh, bocah sint ing. Sekarang kaukat akan, m engapa perbuat anku t adi
kaukatakan sia- sia belaka tidak ada gunanya?
" Karena perbuat an pam an t adi bert ent angan dengan dua hal," j awab anak it u
t anpa ragu- ragu dan t anpa pikir- pikir lagi, t anda bahwa ia t ahu akan apa yang
diucapkannya dan t anda bahwa ia m em ang cerdas. " Pert am a bert ent angan
dengan wej angan ini." Anak it u lalu m em busungkan dada m engam bil napas,
berdongak dan bernyanyilah ia dengan suara keras nyaring.
" Diri sendiri m elakukan kej ahat an
diri sendiri m enim bulkan kesengsaraan.
Diri sendiri m enghindarkan kej ahat an
diri sendiri m endapat kan kebahagiaan.
Suci at au t idak t ergant ung kepribadiannya
orang lain mana mampu membersihkannya?"
Kwee Seng m elongo. "Eh, apakah kau m urid seorang hwesio ( pendet a Buddha) ?
Nyanyianm u adalah kalim at suci dalam kit ab Sang Buddha! " ia m engenal saj ak
itu. Memang sajak ini adalah pelajaran dalam kitab Buddha Dhammapada.
Bu Song m engangguk. " Aku m em bacanya dari kit ab, kalau Sang Buddha yang
mengajarkannya, biarlah aku menjadi murid Sang Buddha."
Jawaban ini pun aneh dan m em buat Kwee Seng m akin t ert erik. " Anak baik, m ari
kau duduklah di sini." Ia tidak mau lagi menyebut anak itu "anak sinting". Setelah
Bu Song ikut duduk di bawah pohon di depannya, Kwee Seng lalu bertanya.
" Anak baik, coba kauj elaskan, apa hubungannya pelaj aran it u dengan
perbuat anku t adi." " Para penj udi it u berj udi t idak ada yang m enyuruh, adalah
m ereka sendiri yang m em buat m ereka m elakukan penj udian. Mereka m au j adi
at au t idak m au j udi, adalah m ereka sendiri yang m em ut uskan. Mereka celaka
karena j udi, at au t idak celaka karena t idak j udi, j uga m ereka sendiri yang
m enim bulkan. Pokok dan sum ber sem ua perbuat an adalah t erlet ak di dalam
hat inya, ibarat baik buruknya kem bang t ergant ung daripada pohonnya. Kalau
pohonnya sakit , m ana bisa kem bangnya baik? Kalau hat inya kot or, m ana bisa
perbuat annya bersih? Perbuat an buruk m ana bisa bet ulkan orang lain? Yang bisa
m em bet ulkan hanya dirinya sendiri, karena hat i berada di dalam dirinya sendiri.
I nilah sebabnya m aka perbuat an Pam an t adi sia- sia belaka. Pem bagian uang
takkan menolong mereka melepaskan kemaksiatan berjudi."
Kwee Seng m elongo sepert i pat ung. Kalau anak ini pandai m em baca saj ak dari
kitab- kit ab suci hal it u t idaklah m engherankan benar, sem ua anak yang diaj ar
m em baca t ent u dapat disuruh m enghafalkannya. Akan t et api apa yang
diucapkannya ini sam a sekali bukanlah hafalan dari kit ab suci m anapun j uga,
m elainkan keluar dari pendapat dan pikiran berdasarkan pelaj aran filsafat
kebat inan unt uk m enguraikan saj ak t adi! I nilah hebat ! I a kagum bukan m ain,
akan t et api m asih sangsi. Jangan- j angan hanya kebet ulan saj a anak ini " ngoceh"
tanpa sengaja tapi tepat. Ia hendak menguji pula.
" Hem m , kau t adi bilang perbuat anku bert ent angan dengan dua hal. Hal pert am a
adalah sajak tadi, kini apakah hal ke dua?"
" Segala m acam nasihat dan wej angan m em anglah m uluk- m uluk dan enak
didengar, akan t et api it u hanyalah suara yang keluar dari m ulut . Segala m acam
ayat dan pelaj aran dalam kit ab- kit ab suci m em anglah indah dan enak dibaca,
akan t et api hal it u hanyalah t ulisan di at as kert as. Apakah art inya sem ua it u
kalau t idak ada kenyat aan dalam perbuat annya? Sem enj ak kanak- kanak sam pai
t ua m anusia lebih suka m encoba dari orang lain daripada belaj ar sendiri! Oleh

Suling Mas Kho Ping Hoo 228


karana it u. PERBAI KI LAH DI RI MU SENDI RI SEBELUM ENGKAU MEMPERBAI KI
ORANG LAIN."
" Ah, kau m urid Nabi Khong Cu! " Kwee Seng berseru, kagum . " Boleh j uga disebut
begit u karena beliau m em ang seorang guru besar yang pat ut m enj adi guru.
Dengan m em perbaiki diri sendiri, kit a m em bersihkan diri dari perbuat an j ahat ,
dengan dem ikian orang- orang akan m encont oh. Kalau SEMUA ORANG MASI NG-
MASI NG BELAJAR MEMPERBAI KI DI RI SENDI RI , m aka apa perlunya segala
m acam nasihat dan pelaj aran? Akan t et api kalau t idak m au m em bersihkan diri
sendiri, orang lain m ana m au m encucinya bersih? Pam an, it ulah sebabnya
kukat akan bahwa sia- sia saj a Pam an m enasihat i para penj udi it u. Alangkah akan
j anggalnya kalau m ereka yang t elah m endengar nasihat Pam an it u m endapat
kenyataan betapa Paman sendiri seorang maling..."
" Hahhh...? Apa kaubilang? Aku.... m aling?" Kwee Seng benar- benar kaget dan
penasaran, m at anya m elot ot dan ia m em perlihat kan m uka m erah. Akan t et api
diam- diam ia kagum dan heran. Anak ini sam a sekali t idak t akut , m at anya
memandang bening dan wajahnya serius (sungguh- sungguh).
" Aku t ahu bahwa fit nah it u j ahat , Pam an, karenanya t ak m ungkin aku berani
m elakukan fit nah. Akan t et api yang m enyat akan bahwa Pam an seorang m aling
adalah Pam an sendiri, dalam pert em uan kit a yang pert am a. Bukankah Pam an
sendiri yang bercerit a kepadaku bahwa Pam an m encuri paha panggang yang
Paman makan itu?"
Sej enak Kwee Seng t ert egun, m engingat - ingat , lalu ia t ert awa bergelak sam pai
perut nya t erasa kaku. " Ha- ha- ha! Mengam bil paha panggang kauanggap m aling!
Anak baik, aku sama sekali bukan maling!"
Bu Song m enarik napas panj ang. " Syukurlah kalau begit u. Sebet ulnya t idak perlu
m encuri. Mencuri paha ayam m aupun gaj ah, t et ap m encuri nam anya. Aku t idak
akan mencuri, Paman."
Kwee Seng m engam at i waj ah anak it u penuh perhat ian. Sepasang m at a anak ini
bening dan t aj am , indah bent uknya dan dihias bulu m at a yang panj ang dan
m elengkung ke at as. Serasa pernah ia m elihat m at a indah sepert i ini, akan t et api
tak dapat ia mengingat di mana dan kapan. Adapun Bu Song tidak merasa bahwa
j em bel it u m em perhat ikannya, karena sebaliknya ia sendiri m em perhat ikan
pakaian yang but ut dan ram but riap- riapan it u. Kem bali ia m enghela napas dan
berkata, "Sayang, Paman, uang sebanyak itu dihamburkan sia- sia. Mengapa tidak
pam an sisakan sedikit unt uk m em beli pakaian? Pakaian Pam an sudah begini
rusak, juga kaki Paman telanjang tidak bersepatu."
Diam- diam ada rasa haru m enyelinap di hat i Kwee Seng. Baru kali ini sem enjak
perant auannya, ia m endapat perhat ian orang lain, dikasihani orang lain. Hal ini
m enim bulkan haru dan suka di hat inya. Ent ah m engapa, pribadi anak ini am at
m enarik hat inya dan diam - diam Kwee Seng m encela dirinya sendiri. Tert arik
kepada orang lain inilah yang m enj adi sebab- m usabab segala penderit aanya.
Kalau dahulu ia t idak t ert arik kepada Ang- siauw- hwa, at au kepada Liu Lu Sian!
Sekarang ia t ert arik oleh keadaan bocah ini, kalau ia m enurut i hat inya, t ent u ada
saj a persoalan baru m uncul. I a lalu berdongak dan berusaha m engusir
perasaannya sambil bernyanyi dengan suara keras.
" Lim a warna m em but akan m at a
lim a bunyi m enulikan t elinga
lim a lezat m erusak rasa
m em buru m em bunuh m enj adikan buas
benda dihargai m enj adi curang
it ulah sebabnya orang bij aksana
mementingkan kebut uhan perut
tak menghiraukan panca indera!"
Bu Song m em andang dengan m at a t erbuka lebar dan kagum . Sam a sekali t idak
disangkanya bahwa j em bel yang sepert i orang gila dan suka bersikap edan-
edanan dan aneh ini begit u pandai bernyanyi, suaranya nyaring m erdu dan
saj aknya bukan pula sem barang saj ak. Kat a- kat a dalam saj ak it u m enim bulkan

Suling Mas Kho Ping Hoo 229


kesan m endalam di hat inya dan karena sem enj ak kecil ia dij ej ali kit ab- kit ab kuno
yang sukar bentuk dan arti kalimatnya, maka sekali mendengar sajak ini Bu Song
sudah dapat m enangkap int i sarinya. Tak t erasa lagi ia bert epuk t angan m em uj i.
"Bagus sekali, Paman terutama isi sajaknya!"
Kwee Seng t ersenyum . " Kau belum pernah m endengarnya? Belum pernah
membacanya?"
Bu Song m enggeleng kepalanya. Mem ang dahulu ayahnya m elarang ia m em baca
kitab- kit ab Agam a To, kerena m enurut anggapan Kam Si Ek, pelaj aran dalam
agam a ini hanya m elem ahkan sem angat anak- anak. Akan t et api Bu Song yang
sudah banyak m em baca kit ab- kit ab kuno, dapat m enduganya, m aka ia berkat a.
"Aku belum pernah membaca saj ak it u, akan t et api agaknya it u adalah perlaj aran
Agama To, bukan?"
Kwee Seng girang dan m erangkul pundak anak it u. " Anak baik, m em ang it u
adalah saj ak dari kit ab To- tek- kheng dari Agam a To aj aran Nabi Lo Cu. Anak
yang baik siapakah namamu?"
"Aku bernam a Bu Song, pam an." " Bu Song? Nam a yang indah dan gagah. Dan
apa shemu (nama keturunan)?"
Bu Song m engerut kan kening dan m enggeleng kepala. "Aku t idak m enggunakan
she. Namaku cukup Bu Song saja, tanpa tambahan."
Kwee Seng m em andang dengan alis bergerak- gerak. " Mengapa begit u? Di
manakah kau tinggal?"
Bu Song m em andangnya dan kini anak it u t ersenyum . " Sam a dengan engkau
Pam an." " Heh...? Bagaim ana bisa sam a dengan aku, kalau aku t idak m em punyai
t em pat t inggal... Ehhh! Apa kau m au bilang bahwa kau t idak m em punyai t em pat
tinggal?"
Bu Song mengangguk!
" Dan orang t uam u? Siapakah m ereka? Mengapa kau m eninggalkan rum ah orang
t uam u?" Ucapan Kwee Seng t erdengar bengis dan ia m em andang Bu Song
dengan m at a m arah, seakan- akan hendak m em aksa anak ini m engaku. Memang
Kwee Seng m arah karena ia dapat m em bayangkan bet apa susahnya hat i ayah
bunda anak ini. Anak sepert i ini t ent u am at disayang oleh orang t uanya, m aka
kalau anak ini pergi tanpa pamit, tentu akan menyusahkan hati mereka.
Tiba- t iba Bu Song berdiri, lalu m engangkat t angan m enj ura kepada Kwee Seng.
" Maaf, Pam an, t erpaksa aku t idak dapat m elayani bercakap- cakap dengan Pam an
lebih lama. Aku pergi...!"
" Hee, nant i dulu! Mengapa kau t idak m au bicara lagi?" Sam bil m enoleh dan
m em perlihat kan m uka sedih Bu Song m enj awab, " Orang bercakap- cakap harus
j uj ur dan t idak saling m em bohong. Akan t et api aku t erpaksa t idak dapat
m enj awab pert anyaan- pert anyaan Pam an, aku t idak dapat dan t idak m au
bercerit a t ent ang diriku, t ent ang riwayat ku, m aka t erpaksa aku harus
meninggalkan Paman, biarpun dengan penuh kesal dan kecewa...."
" He, Bu Song, kau kem balilah. Aku t idak akan t anya- t anya lagi t ent ang keadaan
dirimu atau orang tuamu."
Bu Song m enj adi girang sekali, ia berlari kem bali dan duduk di depan Kwee Seng
lagi. Kwee Seng kini m em andang penuh perhat ian, lalu m em egang kedua pundak
anak it u, m eraba- raba m em eriksa t ubuh dengan hat i girang dan heran ia
m endapat kenyat aan bahwa anak ini m em punyai bakat yang luar biasa unt uk
ilmu silat. Tulang- tulangnya bersih dan kuat seperti tubuh seekor harimau muda!
" Bu Song apakah kau pernah belaj ar ilm u silat ?" " Silat ? Tidak, t idak pernah." Bu
Song m enggeleng kepalanya. " Bagus! Anak baik, aku cocok sekali denganm u.
Maukah kau menjadi muridku?"
Murid? Menj adi m urid j em bel yang gila- gilaan ini? Mau belaj ar apakah dari orang
ini, pikir Bu Song dengan kening berkerut karena m erasa sangsi. " Pam an,
sipakah Paman ini dan hendak mengajar apakah kepadaku?"
Kwee Seng t ert awa bergelak. Jari t angannya m encoret - coret t anah dan
t am paklah gurat an yang dalam dan indah gayanya, t erdiri dari em pat huruf yang
berbunyi "Kim- mo Taisu", lalu ia tertawa dan berkata, "Inilah namaku."

Suling Mas Kho Ping Hoo 230


"Kim- m o Taisu! " Bu Song m em baca dengan pandang m at a kagum . " Alangkah
indahnya huruf t ulisan Pam an! Aku suka m enj adi m urid Pam an unt uk belaj ar
menulis huruf indah dan belajar kitab Agama to!"
Kwee Seng girang sekali mendapat kenyataan behwa anak ini memang pandai. Ia
t adi sengaj a m enuliskan huruf kem bang, huruf- huruf yang indah dan coret annya
cepat , sukar dim engert i pelaj ar set engah m at ang. Akan t et api anak ini sekali
m elihat dapat m em bacanya, sungguh m em bukt ikan kepandaian sast ra yang
cukup baik. Ia tertawa bergelak.
" Aku hanyalah seorang m ahasiswa gagal, Bu Song. Tidak, aku bukan hanya
m engaj ar kau t ulis dan baca kit ab agam a To, akan t et api t erut am a sekali aku
akan m engaj arkan ilm u silat kepadam u. Kau berbakat baik sekali unt uk belaj ar
ilmu silat."
Akan t et api alangkah herannya ket ika ia m elihat anak it u m enggeleng kepala
cepat- cepat sambil mengerutkan sepasang alisnya yang berbentuk golok.
" Tidak, Pam an! Aku t idak m au belaj ar silat ! " " Eh, kenapa?" " I lm u silat adalah
ilmu yang jahat, pangkal permusuhan sumber kekejaman!"
"Ha- ha- ha, om ongan apa ini? I lm u t et ap ilm u, baik j ahat nya, kej am t idaknya,
tergantung kepada si manusia yang mempergunakan ilmu itu."
" Bet ul, Pam an. Akan t et api, ilm u silat m erupakan pendorong yang berbahaya.
Kalau pandai silat , t ent u m enj adi berani unt uk berkelahi, kalau gem ar berkelahi
t ent u banyak m usuh. Unt uk apakah gunanya ilm u silat kalau t idak unt uk
berkelahi, bunuh- membunuh dan menjual lagak?"
" Waduhhhh! Dari siapa kau m endengar pendapat t ent ang ilm u silat sepert i it u?
Siapa yang bilang begitu?"
"Yang bilang begitu adalah Ay... tidak Paman, itu adalah pendapatku sendiri."
Hem m , agaknya ayah anak ini seorang sast rawan yang benci akan kekerasan
m aka m em benci pula ilm u silat , pikir Kwee Seng. I a diam - diam m erasa heran
m engapa anak ini dem ikian berkeras m erahasiakan riwat nya, dan ia pun heran
m engapa anak yang agaknya sej ak kecil dididik sast ra dan kehalusan, m emiliki
hat i yang begini keras dan kuat sepert i bent eng baj a. Anak yang pandai sekali
m em pergunakan pikirannya, yang sekecil it u sudah berpem andangan luas, dapat
m enangkap int i sari filsafat kebat inan, yang berhat i t abah t ak kenal t akut , berani
mengemukakan j alan pikirannya secara t erbuka dan j uj ur. Kwee Seng m akin
tertarik dan suka sekali.
" Baiklah, Bu Song. Kau m enj adi m uridku dan aku t idak akan m engaj arm u ilm u
silat , m elainkan ilm u sast ra, ilm u kesehat an dan pengobat an. Mulai saat ini kau
adalah muridku dan aku adalah Suhumu, kau harus ikut ke mana pun aku pergi."
Girang hat i Bu Song. I a m em ang m erasa t ert arik dan suka kepada j em bel yang
ram but nya awut - awut an it u, apalagi set elah m enyaksikan sepak t erj ang Kwee
Seng di depan rum ah j udi, ia benar- benar m erasa kagum dan m aklum bahwa
orang it u bukanlah orang sem barangan walaupun ia t idak set uj u dengan sepak
t erj angnya. Maka ia lalu cepat m enj at uhkan diri berlut ut m em beri horm at
sebagaimana layaknya seorang mengangkat guru sambil menyebut, "Suhu!" Kim-
m o Taisu yang m asih duduk di at as t anah sam bil bersila, t iba- t iba m enggunakan
kedua t elapak t angannya m enggebrak t anah di depan Bu Song dan... t ubuh anak
it u m encelat ke at as sem et er lebih t ingginya. Akan t et api, hebat m em ang
ket abahan hat i Bu Song. I a m encelat ke at as dalam keadaan m asih berlut ut dan
biarpun hal it u m erupakan hal t ak t ersangka- sangka dan am at m engej ut kan,
t idak sedikit pun seruan kaget at au t akut keluar dari m ulut nya yang bening dan
t aj am it u m enat ap ke arah waj ah suhunya penuh pert anyaan. Kim - mo Taisu
tertawa girang dan menyambar tubuh muridnya itu, lalu dipeluknya.
" Anak baik, m uridku yang baik....! " Bu Song t erharu, m at anya t erasa panas
nam un hat inya yang keras m enent ang unt uk m erunt uhkan air m at a. I a m erasa
bet apa dari diri suhunya m em ancar kasih sayang yang am at ia but uhkan, kasih
sayang orang t ua yang am at ia rindukan karena sej ak kecil ia t elah kehilangan
perasaan ini. Maka dalam saat it u, di dalam hat inya t im bul rasa kasih yang am at
besar t erhadap gurunya yang berpakaian j em bel dan beram but riap- riapan ini.

Suling Mas Kho Ping Hoo 231


Bukan hanya rasa t aat dan bakt i seorang m urid t erhadap guru, m elainkan j uga
rasa sayang seorang anak terhadap ayah!
" Bu Song, kaut unggu sebent ar di sini! " t iba- t iba Kim - m o Taisu berkat a dan t anpa
m enant i j awaban m uridnya, t ubuhnya m elesat lenyap dari t em pat it u. Bu Song
bengong, kagum dan t erheran- heran. Sewaj arnyalah kalau pada saat it u t im bul
rasa inginnya belaj ar " t erbang" sepert i yang dilakukan suhunya, akan t et api
hat inya yang keras m enolak keinginan ini karena pesan ayahnya dahulu ket ika ia
m asih kecil, m asih lekat di lubuk hat inya. I a t idak t ahu ke m ana suhunya pergi,
j uga t idak dapat m enduga kem ana. Akan t et api karena m em ang sej ak sem ula
m aklum bahwa gurunya it u seorang m anusia dengan kelakuan edan- edanan, ia
hanya m enghela napas lalu duduk di bawah pohon it u, m enant i. Kewaj iban
seorang m urid unt uk m enant i perint ah gurunya dan andaikat a gurunya it u sehari
semalam tidak kembali, ia akan tetap menanti di tempat itu!
Unt ung baginya, t ak usah ia m enant i sam pai begit u lam a. Belum sej am lam anya,
Kim- m o Taisu sudah berkelebat dat ang, m em bawa pundi- pundi kuning, dat ang-
dat ang m elem par pundi- pundi it u ke depan Bu Song sam bil t ert awa bergelak dan
berkata.
"Ha- ha- ha, kau benar, muridku! Setan- setan judi itu memang sukar disembuhkan
dari penyakit gem ar j udi. Mereka it u t elah ram ai- ram ai berj udi pula dan bet ul
saj a, uang pem bagian dariku m ereka pergunakan sebagai m odal! Benar
menjemukan!"
Bu Song m enahan geli hat inya. Set elah Kim - m o Taisu m enj adi gurunya, t ent u
saj a t ak berani ia m ent ert awakannya. " Apakah yang kem udian Suhu lakukan
t erhadap m ereka?" t anyanya, sikapnya horm at , sehingga Kim - m o Taisu
tercengang.
" Aku? Ha- ha- ha, kuram pas dari saku m ereka serat us dua puluh t ail, j um lah
uangku sendiri, kem udian kuj ungkirbalikkan m ej a j udi, kelem par- lemparkan
mereka ke atas genteng."
Bu Song diam saj a, akan t et api di dalam hat i ia t idak set uj u dengan perbuat an
suhunya ini yang dianggap j uga sia- sia belaka, t idak m ungkin dapat m engobat i
penyakit para penj udi, m alah hanya m enim bulkan dendam dalam hat i mereka
t erhadap suhunya. Kim - m o Taisu m em andang m uridnya dengan t aj am sam bil
tersenyum, mengerti bahwa muridnya tentu saja tidak setuju, akan tetapi melihat
m ulut m uridnya t idak m engeluarkan kat a- kat a sesuat u, diam - diam ia m akin
kagum . Bocah ini kecil- kecil sudah t ahu akan art i ket aat an m urid t erhadap guru,
dan pandai pula m enyim pan perasaan. Akan t et api ia belum m enguj i sam pai di
mana keuletan dan ketahanan hati muridnya ini.
" Bu Song, kau m elihat gunung it u?" I a m enudingkan t elunj uknya ke arah sebuah
bukit di selat an. " I t u adalah Gunung Tapie- san. Aku ada urusan pent ing ke sana,
harus cepat - cepat berangkat . Kau bawalah pundi- pundi uang ini dan kau susullah
aku ke sana. Carilah jalan menuju puncaknya. Beranikah kau?"
" Mengapa t idak berani, Suhu?" " Baik, nah, sam pai j um pa di pegunungan it u. Aku
pergi sekarang! " Set elah berkat a dem ikian, Kim - m o Taisu m enyerahkan pundi-
pundi uang dan sekali berkelebat ia t elah lenyap. Unt uk kedua kalinya Bu Song
kagum karena gerakan gurunya it u sam a sekali t idak kelihat an, t ahu- tahu
bergerak dan lenyap begit u saj a, seakan- akan suhunya pandai ilm u
" m enghilang" . I a m em andang pundi- pundi it u kem udian m engikat kanya di
punggung, lalu m ulailah anak ini m elangkah m enuj u ke selat an. Bukit it u m asih
j auh, hanya kelihat an m enj ulang t inggi, puncaknya t ert ut up awan. Akan t et api ia
t idak m erasa j erih. I a percaya penuh bahwa suhunya past i m enant i di sana.
Mengej ar ilm u harus berani m enderit a sengsara, ini adalah ucapan ayahnya.
Apapun akan ia j alani unt uk m ent aat i perint ah suhunya. Hat inya lapang,
langkahnya ringan, akan t et api perut nya lapar sekali, Anak kecil ini m em andang
ke sekeliling, hanya pohon- pohon belaka, t idak ada dusun, m aka t ersenyum lah
ia. Kej anggalan yang m enggelikan hat inya. I a m em bawa banyak uang, m alah
beberapa pot ong uang kecil sisa hasilnya bekerj a m asih t erdapat di saku. Akan
t et api, di dalam hut an sepert i ini, apa gunanya banyak uang? Di kot a orang

Suling Mas Kho Ping Hoo 232


berlom ba m encari uang, akan t et api di t em pat sepert i ini, uang segudang pun
tiada gunanya!
Dua hari sudah ia berj alan, m elalui hut an- hut an belaka. Tidak ada dusun, t idak
ada rumah orang di mana ia dapat mencari pengisi perut. Namun, perantauannya
selam a ini m em buat Bu Song selain t ahan lapar, j uga m endapat kan pengalam an,
m enam bah akalnya unt uk m engisi perut kosong. Buah- buahan, t elur- t elur di
sarang burung, kalau perlu m alah daun- daun m uda dan beberapa m acam ubi,
dapat ia pergunakan unt uk m engusir lapar. Soal m inum t idaklah sukar, karena
banyak t erdapat sum ber- sum ber air at au sungai- sungai kecil. Hat inya lega
karena akhirnya sampai juga ia ke kaki Gunung Tapie- san.
Sem ent ara it u, Kim - m o Taisu t ent u saj a sudah sam pai di Gunung Tapie San lebih
dulu. Bagi pendekar sakt i ini, perj alanan sem alam sudah cukup karena ia
m em pergunakan ilm u berlari cepat . Pada keesokan harinya pagi- pagi ia sudah
berloncat an dai bat u ke bat u, m elom pat i j urang- j urang, m endaki lereng Tapie-
san sebelah utara.
Akhirnya ia berhent i di depan sebuah bangunan besar t erkurung t em bok t inggi,
bent uknya sepert i kuil kuno yang besar dan yang agaknya belum lam a diperbaiki
karena cat dan kapurnya m asih baru. Pagar t em bok bagian depan bersam bung
pada sebuah pint u cat m erah, pint u yang t ebal dan kokoh kuat , nam un t ert ut up.
Sekeliling gedung it u sunyi senyap dan m em ang am at m engherankan bahwa di
lereng yang sunyi j auh t em pat t inggal m anisia ini t erdapat sebuah gedung
dem ikian m egahnya, m irip sebuah ist ana m usim panas di m ana seoarang raj a
at au pangeran t inggal m elewat kan m usim panas. Tak m ungkin seorang pengem is
t inggal di t em pat sepert i ini, akan t et api karena yang ia cari adalah raj a
pengemis, siapa tahu kalau- kalau inilah istananya?
Tanpa ragu- ragu lagi Kim - m o Taisu m engham piri pint u dan m enget oknya.
Ket okannya keras dan suara ket okan bergem a, lalu sunyi. I a m enant i sebent ar,
lalu m enget ok lagi. Apakah gedung it u kosong? Tak m ungkin kalau kosong pint u
gerbangnya t akkan t ert ut up, dan ia t adi m elihat t iga ekor burung dara t erbang
berputaran di atas gedung. Burung dara tentu dipelihara orang.
Benar dugaannya. Tak lam a kem udian t erdengar suara orang disusul langkah
kaki ke arah ppint u kem usian suara t apal pint u dibukakan orang. Daun pint u
t erbuka perlahan, pert am a- t am a m em perlihat kan sebuah pekarangan yang luas
di depan gedung yang dilihat dari keadaan t uan depannya saj a j elas
m em bayangkan kem ewahan gedung. Dari balik daun pint u yang t erbuka m uncul
dua orang pengemis tinggi besar yang berwajah bengis!
Kim- m o Taisu m elangkah m asuk dan sekarang t am paklah olehnya serom bongan
orang berpakaian pengem is berdiri berbaris di kanan kiri pekarangan it u set iap
baris sem bilan orang, sedangkan dari dalam gedung it u keluar t iga orang
pengem is t ua. Pakaian t iga orang t ua ini pun t am bal- t am balan, m alah t idak
begit u bersih sepert i barisan di pekarangan. Tam paknya t iga orang ini adalah
pengemis- pengem is t ulen. Akan t et api sikap dan langkah m ereka sam a sekali
bukanlah sikap pengem is. Begit u angkuh dan agung- agungan sepert i sikap
pembesar- pem besar t inggi! Kim - m o Taisu m em andang penuh perhat ian. Yang
m anakah di ant ara t iga orang ini yang m em akai nam a j ulukan Raj a Pengem is?
Akan tetapi menurut cerita yang ia dengar dari guru silat Liong, t aj a pengem is it u
masih muda sedangkan tiga orang pengemis ini biarpun agaknya juga merupakan
pimpinan pengemis, sudah berusia lima puluh lebih.
Melihat betapa semua orang yang hadir di tempat ini berpakaian tambal- tambaln,
Kim- m o Taisu m enunduk unt uk m em andang pakaiannya sendiri, kem udian ia
t ert awa bergelak- gelak. Mem ang lucu. Tuan rum ah dan anak buahnya sem ua
berpakaian pengem is, sedangkan dia sendiri pun pakaiannya but ut dan penuh
tambalan.
"Ha- ha- ha- ha! Dunia pengem is ini! Tam unya dan yang punya rum ah sam a- sama
berpakaian pengem is. Akan t et api biar sam a, j auh bedanya! Pakaianku m em ang
but ut dan t am bal- t am balan, asli pakaian pengem is, nam un ak u bukan pengem is.
Sebaliknya, pakaian kalian adalah buat an, sengaj a dit am bal- t am bal sepert i

Suling Mas Kho Ping Hoo 233


pakaian pengem is, akan t et api kalian bet ul- bet ul pengem is! Ha- ha- ha, bukankah
ini lucu dan memperlihatkan kepalsuan manusia?"
Kini t iga orang pengem is t ua it u sudah berada di depan Kim - m o Taisu.
Mendengar perkat aannya, t iga orang pengem is it u saling pandang, kem udian
seorang di ant ara m ereka berkat a, suaranya perlahan akan t et api m engandung
t enaga sehingga t erdengar j elas, " Apakah engkau ini orang gila yang m engacau
di Sin- yang dan hendak mencari Kai- ong?"
Diam- diam Kim - m o Taisu t erkej ut . Bagaim ana m ereka ini bisa t ahu akan
perist iwa di Sin- Yang? Padahal ia t elah m elakukan perj alanan cepat sekali ke
lereng gunung ini. Mungkinkah ada orang dari Sin- Yang m endahuluinya m em beri
kabar? Kalau m em ang ada t ent u hebat bukan m ain ilm u lari cepat orang it u!
Ham pir sukar dipercaya. Tiba- t iba Kim - m o Taisu berdongak ke at as dan ia
t ert awa bergelak, " ha- ha- ha- ha! Aku t idak bersayap, m ana bisa m elawan
kecepat an burung?" I a kini dapat m enduga bahwa t ent ulah dari Sin- yang orang
m engirim surat dengan perant araan burung dara it u ke t em pat ini. " Mem ang
akulah yang mencari Kai- ong. Suruh dia keluar, aku mau bicara dengannya!"
" Hem m , t idak m udah bert em u dengan Kai- ong. Orang m uda, kau siapakah dan
apa maksudmu mau bertemu dengan Kai- ong?"
" Aku bukan dat ang unt uk m em perkenalkan nam a. Suruh saj a raj am u keluar, aku
tidak ada urusan dengan kalian pengemis- pengemis palsu."
" Hem m m , orang m uda som bong! Kai- ong sudah m enugaskan kam i m enj aga di
sini, t anpa m elalui kam i bert iga pengem is t ua bert ongkat sakt i, m ana bisa kau
pergi menghadap Kai- ong?"
Mendengar ini, Kim - m o Taisu m em andang t elit i. Tiga orang kakek ini adalah
orang- orang t ua yang biasa saj a, bert ubuh kurus sepert i kurang m akan,
pakaiannya t am bal- t am balan, m em akai sepat u kulit . Akan t et api t angan m ereka
memegang sebuah t ongkat panj ang sepert i t oya, dapat dipergunakan sebagai
t ongkat m aupun senj at a. Melihat bent uk pent ung ini ket iganya serua, t eringat lah
ia akah nam a t iga t okoh besar pengem is, yait u Sin- t ung Sam - lo- kai ( Tiga
Pengem is Tua Bert ongkat Sakt i) . Akan t et api sepanj ang pendengarannya, Sin-
t ung Sam - lo- kai adalah t okoh- t okoh pengem is yang am at t erkenal di selat an,
t erkenal sebagai orang- orang pandai yang t idak t erm asuk golongan j ahat ,
bahkan m em im pin kaipang- kaipang ( perkum pulan pengem is) di selat an.
Bagaim ana sekarang t iga orang t okoh ini hanya m enj adi penj aga pint u di sini?"
"Bukankah Sam- wi (Tuan Bertiga) ini Sin- tung Sam- lo- kai?"
Tiga orang kakek it u saling pandang, agaknya m erasa heran. " Hem m , orang
m uda." Kat a kakek pert am a yang paling t ua, " Jadi kau sudah m engenal kam i?
Kalau begit u, lebih baik kau m em perkenalkan diri dan kat akana t erus t erang saj a
apa maksudmu mencari Kai- ong?"
"Sam- wi Lo- kai adalah orang- orang t ernam a di selat an, bagaim ana sekarang
hanya menjadi penjaga pintu di sini? Siapakah dia yang memiliki gedung ini?"
" Bukan urusanm u! Lebih baik kau lekas m engaku, at au pergi saj a dari sini,
j angan m engganggu kam i." Jawab pengem is it u cepat - cepat . Akan t et api Kim - mo
Taisu seorang cerdik. Ia dapat menduga bahwa tiga orang itu terntu merasa tidak
senang sekali dengan " pekerj aan" m ereka akan t et api agaknya t erpaksa, ent ah
oleh apa dan mengapa.
"Ha- ha- ha, kau boleh t akut pada raj a pengem is it u, akan t et api aku t idak. Biar
dia seorang silum an sekalipun, aku harus m encari dia! " Set elah berkat a
demikian, Kim - m o Taisu m elangkah m aj u dan berkat a keras, " Harap kalian
bertiga minggir!"
Nam un t iga orang kakek it u sudah m em alangkan t ongkat m ereka yang panj ang,
siap m enerj ang. Kim - m o Taisu t ert awa bergelak, seakan- akan t idak m elihat
ancam an t ongkat t erkenal it u, t erus m elangkah m aj u hendak m em asuki pint u
depan rumah gedung.
" Apakah kau m encari m am pus?" bent ak t iga orang kakek pengem is it u dan
t erdengar suara angin m enyam bar keras ket ika m ereka m enggerakan t ongkat
m enyerang. Dari angin serangan ini saj a Kim - m o Taisu dapat m enaksir bahwa

Suling Mas Kho Ping Hoo 234


kepandaian t iga orang kakek pengem is ini t idak kalah oleh Koai- t ung t iang- lo
yang pernah ia lawan di dalam rum ah j udi di Sin- yang. Maka dapat dibayangkan
hebat nya t iga bat ang t ongkat yang m enusuk dari kanan kiri dan sebat ang lagi
diputar menghadang di depan!
" Wuuut t t ! Wuuut t t ! " Dua bat ang t ongkat berubah m enj adi sinar kehit am an
m enyam bar dari kanan kiri m engancam lam bung. Kim - m o Taisu
m engem bangkan kedua lengannya, kem udian t angannya bergerak secepat kilat
m enangkap uj ung kedua t ongkat , m engerahkan lwee- kang m enarik uj ung
t ongkat ke bawah sam bil berseru keras. Dua orang pengem is t ua it u t ak dapat
m elawan t arikan t enaga yang dahsyat ini. Bet apa pun m ereka m em pert ahankan
kehendak m eram pas kem bali t ongkat yang t erpegang lawan, sia- sia belaka dan
tahu- t ahu t ongkat m ereka t elah am blas ke dalam t anah sam pai set engahnya
lebih!
Kakek ke t iga yang m enyerang dari depan m arah sekali, uj ung t ongkat nya yang
t adinya t erput ar- put ar it u kini m eluncur ke depan bagaikan seekor ular hit am ,
menerj ang m aj u dengan t usukan yang berlenggang- lenggok dan sekaligus t elah
m enot ok ke arah t uj uh j alan darah bert urut - t urut . Kim - m o Taisu m aklum akan
kelihaian j urus serangan ini, m aka ia cepat m enggunakan gin- kangnya unt uk
berturut- t urut pula m engelak ke kanan kiri, kem udian lengan baj unya bergerak
m em ut ar, m elibat uj ung t ongkat dan " Lepas....! ! " Teriaknya sam bil m engerahkan
sin- kang, sekali ia m em bet ot dengan kuat , t ongkat it u t ak dapat dipert ahankan
lagi oleh pem iliknya, t erlepas dan m eluncur bagaikan anak panah kem udian
menancap pada dinding pagar, gagangnya bergetar keras mengeluarkan bunyi.
Tiga orang kakek it u adalah Sin- t ung Sam - lo- kai, dari j ulukannya saj a sudah
m enyat akan bahwa m ereka it u ahli- ahli t ongkat yang lihai. Tent u saj a m ereka
kaget set engah m at i m elihat kenyat aan yang sukar dipercaya bet apa dalam
segebrakan saj a lawan m uda yang sepert i orang gila ini m am pu m eram pas
t ongkat m ereka! Mereka m enj adi penasaran sekali, dan selain penasaran, j uga
m ereka t idak berani m em biarkan orang ini m asuk ke dalam gedung begit u saj a
karena hal ini akan m em buat m ereka kesalahan dan akan m endapat m arah dari
Kai- ong.
"Tahan dia!" seru kakek tertua memberi perintah kepada barisan pengemis ketika
ia m elihat Kim - m o Taisu berlenggang seenaknya hendak m em asuki gedung. I a
sendiri lari unt uk m encabut t ongkat nya dari dinding, sedangkan kedua orang
t em annya j uga sudah m encabut t ongkat m asing- m asing yang m enancap di at as
t anah. Barisan pengem is yang berdiri dari delapan belas orang it u bergerak m aj u
cepat sekali dari kanan kiri, dan t erkurunglah Kim - m o Taisu. Pendekar aneh ini
berdiri di t engah- t engah pekarangan depan, bert olak pinggang dan t ert awa
bergelak m elihat barisan pengem is it u lari berput aran di sekelilingnya,
m em bent uk barisan aneh yang berubah- ubah, kadang- kadang m erupakan
lingkaran bundar, dalam sedet ik berubah m enj adi segi t iga, t erus berubah- ubah
dengan bert am bah seginya dan set engah m enj adi pat - kwa ( segi delapan) lalu
perlahan- lahan m enj adi bulat lagi. Barisan ini t erat ur sekali dan m elihat
perubahan- perubahan yang rapi ini diam- diam Kim- mo Taisu merasa kagum.
" Orang m uda, biarpun kau lihai, t ak m ungkin kau dapat lolos dari Kan- kauw- kai-
t in ( Barisan Pengem is Pengej ar Anj ing) kam i. Sebelum kam i t urun t angan
m em bunuhm u, lebih baik kau lekas m engaku siapakah engkau dan apa perlum u
mencari Kai- ong!"
Kim- m o Taisu m enarik napas panj ang. " Barisanm u baik sekali, Sam - lo- kai,
biarlah aku m encoba unt uk m enj adi anj ingnya biar dikej ar- kej ar barisanm u."
Sam bil t ert awa bergelak Kim - m o Taisu lalu m enerobos ke depan, nekat hendak
m em asuki gedung. Segera di depannya t elah m enghadang t iga orang pengem is
anggot a barisan yang sekaligus t elah m enerj ang dan m enyerangnya dengan
senj at a m ereka. Seorang bersenj at a t ongkat panj ang, seorang lagi bersenj at a
pedang dan orang ke t iga bersenj at a joan- pian ( ruyung lem as sem acam
cam buk) . Tiga senj at a yang am at berbeda sifat nya, am at berbeda pula caranya
m enyerang, nam un ket ika m aj u bersam a, t ernyat a m ereka bert iga dapat bekerj a

Suling Mas Kho Ping Hoo 235


sam a baik sekali, seakan- akan seorang saj a dengan t iga m acam senj at a, t iga
pasang kaki tangan menyerang Kim- mo Taisu!
Pendekar ini berseru kagum , dan t ent u saj a ia t idak gent ar m enghadapi serangan
tiga orang ini.
Kedua t angannya digerakkan, dengan ilm u t ankapnya Kim - na- hoat ia hendak
m eram pas senj at a- senj at a m ereka. Akan t et api t iga orang it u t idak j adi
m enyerangnya dan berlari t erus ke depan dan pada det ik it u j uga, pengurung
bagian belakang yang m enyerang. Kim - m o Taisu cepat m em balikkan t ubuh dan
ia kaget m elihat bet apa t iga orang di bagian belakangnya ini bersenj at a persis
sepert i t iga orang pert am a t adi akan t et api cara m ereka m enyerang berbeda
sungguhpun kerj a sam a m ereka t et ap baik. Karena ia diserang dari belakang,
Kim- m o Taisu t erpaksa m engelak dan lewat lah bert urut - t urut pedang, t oya, dan
cam buk it u di sam ping t ubuhnya. Begit u serangan m ereka gagal, t iga orang ini
bergerak lari, dan kini t iga orang lain yang berada di belakang Kim - m o Taisu
m enerj ang hebat dengan t iga m acam senj at a m ereka. Secara begini, sebent ar
saj a Kim - m o Taisu t elah diserang bert ubi- t ubi oleh barisan enam kali t iga orang
ini dan ia bet ul- bet ul m enj adi sepert i seekor anj ing yang dikej ar- kej ar oleh
barisan pengem is! Kim - m o Taisu adalah seorang ahli silat ia m em iliki penyakit
yang sam a, yait u haus akan ilm u silat . Melihat hebat dan rapinya I lm u Barisan
Kan- kauw- kai- t in ini, ia m enj adi kagum dan t ert arik sekali, t ert arik unt uk
m em pelaj arinya t ent u. Kalau ia m au, dengan kepandaiannya yang j auh lebih
t inggi daripada para pengeroyoknya, t idaklah sukar baginya unt uk m erobohkan
m ereka ini. Akan t et api ia j ust eru ingin m elihat bent uk perm ainan m ereka dalam
barisan it u, m aka ia sengaj a m em biarkan dirinya diserang t erus- m enerus. I a
hanya m ain berkelit saj a karena t idak ingin m erusak barisan m ereka, m aka ia
dapat m em perhat ikan bet apa barisan ini bergerak dan berubah. Set elah ia
m enghadapi pengurungan ini selam a seperem pat j am , t ahulah ia bahwa ilm u
barisan ini sesungguhnya j uga berdasarkan garis- garis perubahan dalam pat -
kwa- t in ( barisan segi delapan) yang t erkenal it u. Dia sendiri adalah ahli
perm aianan Pat - kwa- kun ( I lm u Silat Segi Delapan) t ent u saj a ia t ahu dan hafal
akan seluk- beluk pat - kwa, m aka set elah m enem ui int isari barisan, ia m enj adi
j em u dan kecewa. Kiranya barisan biasa saj a set elah t erdapat rahasia
sumbernya.
"Ha- ha- ha- ha, Sin- t ung Sam - lo- kai! Kiranya barisanm u ini adalah barisan
pengem is kelaparan m engej ar harim au! Bukan si harim au yang t erpegang,
m elainkan pengem is- pengem is kelaparan ini yang m enj adi m angsa harim au, ha-
ha! " sam bil berkat a dem ikian, Kim - m o Taisu m ulai " bekerj a" , t angan kakinya
bergerak cepat , t ubuhnya berkelebat bagaikan bayangan kilat . Terdengar suara
gaduh dan hiruk - pikuk ket ika senj at a- senj at a t erlem par dan t ubuh- tubuh
m enyusul bert ebangan ke at as gent eng. Dalam t em po beberapa m enit saj a
delapan belas orang anggot a barisan it u sudah berada di at as gent eng sem ua,
dilemparkan oleh Kim- mo Taisu tanpa mereka dapat mengerti bagaimana mereka
it u kehilangan senj at a dan berada di at as gent eng dengan kaki at au t angan salah
urat . Ket ika m elihat bet apa Kim - m o Taisu m engam uk sepert i harim au ganas,
mereka ini tidak berani lagi turun!
Waj ah Sin- t ung Sam - lo- kai m enj adi pucat . Barisan Kan- kauw- kai- t in sudah
t erkenal kehebat annya, m am pu m enghadapi seorang m uda gila saj a kocar- kacir!
Mereka m aklum bahwa orang m uda gila ini m em asuki gedung, t ent u m ereka
m endapat kan hukum an berat dari Kai- ong, m aka dengan m uka beringas m ereka
bert ekad unt uk m em pert ahankan penj agaan m ereka. Dengan senj at a t ongkat di
tangan mereka berdiri menghadang di depan pintu.
" Orang m uda, kau lihai. Akan t et api j angan harap dapat m asuk m engganggu Kai-
ong kalau tidak melalui mayat kami bertiga!"
" Eh, eh, Sam - lo- kai! Raj a pengem is it u orang m acam apa sih? Aku Kim - m o Taisu
dat ang ke sini bukan unt uk m ain- m ain dengan segala m acam pengem is t ua!
Mengapa kau tidak segera melaporkan kepadanya bahwa aku hendak bertemu?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 236


Terbelalak kaget t iga orang kakek pengem is it u ket ika m endengar nam a ini.
Sengaj a Kim - m o Taisu m em perkenalkan nam anya karena ia m erasa segan unt uk
berm usuhan dengan pim pinan pengem is yang nam anya di dunia kang- ouw
t erkenal baik it u. Dan m em ang akibat nya hebat . Tiga orang pengem is it u t ent u
saj a sudah m endengar nam a besar Kim - m o Taisu yang orang di dunia kang- ouw
sudah m erangkaikannya dengan nam a Kim - mo- eng, pendekar sast rawan yang
pernah m enggem parkan dunia kang- ouw dan yang sej ak beberapa t ahun t idak
pernah m uncul, kem udian m uncul seorang pengem is m uda yang sikapnya edan-
edanan dan berj uluk Kim - m o Taisu. Mereka m endengar bahwa Kim - m o Taisu
am at sakt i sekali dan j uga m erupakan pem berant as kej ahat an, pem bela
kebenaran, dan keadilan. Set elah t erbelalak dengan m uka pucat , seorang di
ant ara m ereka yang t ert ua segera m enj at uhkan diri berlut ut di depan Kim - mo
Taisu dan berkata, suaranya penuh permohonan.
" Ah, kiranya Taisu yang dat ang! Kim - m o Taisu, kam i t iga orang saudara m ohon
pertolonganm u! Perkum pulan kam i, j uga perkum pulan di em pat penj uru, t elah
ditaklukkan oleh ketua baru Khong- sim Kai- pang, yaitu Kai- ong yang amat bengis
dan sakt i. Kalau kam i m em biarkan Taisu m asuk berart i kam i bert iga akan binasa.
Karena it u, t olonglah Taisu m em bant u kam i, m em balaskan sakit hat i kam i... agar
nam a baik perkum pulan- perkum pulan Kai- pang di selat an dapat diangkat lagi
dan.... Auuhhh! " Tiba- t iba kakek pengem is ini t erguling dan darah m uncrat dari
punggungnya yang t ert em bus sebat ang sum pit gading yang m eluncur dari dalam
gedung!
"Twa- suheng...! " Dua orang adik seperguruannya m enubruk, dan m ereka
memandang kepada Kim- mo Taisu dengan mata penuh permohonan.
Kim- m o Taisu cepat m em balikkan t ubuh m em andang. Akan t et api t idak ada
seorang raj a pengem is m uncul m elainkan seorang wanit a cant ik, m asih m uda
berpakaian pelayan. Dengan gerak t ubuh lem ah lem but wanit a it u berkat a,
suaranya nyaring dan merdu.
"Kai- ong- ya m em erint ahkan t am u t erhorm at Kim - m o Taisu unt uk dat ang
m enghadap! " Wanit a it u lalu m em bungkuk dengan horm at , t angannya
mempersilahkan.
Mendongkol hat i Kim - m o Taisu. Bukan m endongkol karena pem bunuhan at as
pengem is t ua, karena ia m em ang seorang aneh dan hal it u dianggapnya bukan
urusannya. I a m endongkol oleh sikap kai- ong it u, yang seakan- akan benar- benar
seoarang raj a yang m em erint ahkan t am unya dat ang m enghadap! Akan t et api
bukan wat ak Kim - m o Taisu unt uk m engobral kem arahannya begit u saj a. I a
t ert awa begelak, lalu m engikut i wanit a cant ik it u m em asuki ruangan depan.
Heran sekali ia m elihat perabot ruangan it u am at m ewah, m ej a kursi halus dan
dinding yang t erkapur put ih it u penuh hiasan t ulisan dan gam bar serba indah.
Ket ika ia m engikut i wanit a it u m em asuki ruangan dalam , keadaannya lebih
m ewah lagi, bahkan lant ainya saj a dit ilam perm adani m erah m uda! Mereka m aj u
terus, ke ruangan yang lebih dalam lagi.
Sebuah pint u kaca yang lebar t ert ut up t ilam sut era hij au. Benar- benar sepert i
kam ar di dalam ist ana raj a. Pint u t erbuka dan t erdengarlah suara wanit a- wanita
yang merdu di antara tawa yang genit, tercium bau asap dupa wangi.
" Harap Kim - m o Taisu suka m em bersihkan kaki lebih dulu." Wanit a it u berkat a,
menunjuk ke arah babut tebal di depan pintu.
"Ha- ha- ha! Tanah yang m enem pel di t elapak kakiku buk ankah j auh lebih bersih
dan sehat daripada lant ai dan perm adani? Tidak biasa aku m em bersihkan kakiku,
kalau mau rajamu ingin kakiku bersih, biarlah ada yang membersihkannya!"
Wanit a it u nam pak kaget sekali akan keberanian t am u ini, ia hanya m em andang
bingung dan sam ar- sam ar t am pak oleh Kim - m o Taisu bet apa di waj ah yang
cant ik it u t erbayang ket akut an dan kekuat iran. Agaknya wanit a ini t erlalu banyak
menderita tekanan batin, pikirnya. Kasihan!
Tiba- t iba t erdengar suara yang serak sepert i orang berpenyakit an. " Tam u agung
harus dihorm at i. Eh, kalian bert iga pergilah ke luar, cuci kaki t am u agung sam pai
bersih. Cepat!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 237


Terdengar suara t ert awa- t awa genit disusul suara pakaian berkeresekan t anda
bahwa wanit a- wanit a berj alan keluar t ergesa- gesa, lalu m uncul t iga orang wanit a
cantik- cant ik dan m uda. Pakaian m ereka t idak sepert i pakaian pelayan,
m elainkan pakaian put eri- put eri ist ana, t erbuat daripada sut era t ipis dan halus
beraneka warna. Sam bil t ert awa- t awa m ereka keluar, waj ah yang cant ik dan
berbedak t ebal it u berseri- seri. Akan t et api ket ika m ereka keluar dan m elihat
bahwa " t am u agung" it u adalah seorang j em bel yang pakaiannya penuh
t am balan, kakinya t elanj ang dan ram but nya riap- riapan, m ereka m engerut kan
kening dan t ersent ak kaget , berhent i dan saling pandang dengan ragu- ragu.
Akan t et api seorang di ant ara m ereka yang berbaj u hij au m engedipkan m at a dan
m ereka cepat m engham piri Kim - m o Taisu, m enarik t angannya ke arah sebuah
bangku sambil berkata.
" Silahkan Khekkoan ( t am u) duduk di bangku ini, biarkan kam i bert iga
membersihkan kaki yang kotor."
Sej enak Kim - m o Taisu t ercengang, t ak disangkanya bahwa ucapannya t adi
m endapat sam but an dari Kai- ong yang aneh it u. Sukar baginya m enggunakan
kekerasan t erhadap desakan t iga orang wanit a ini, dan bau yang harum sekali
yang keluar dari pakaian mereka membuat kepalanya terasa pening!
" Eh... oh.... t idak usah, Nona- nona. Tak usah, biar kubersihkan sendiri! " kat anya
cepat- cepat sam bil m enj auhkan diri, dan ia lalu m enggosok- gosokkan kedua
kakinya kepada babut t adi. Ngeri ia m em bayangkan kedua kakinya dipegang-
pegang dan dicuci oleh t iga orang wanit a m uda cant ik it u, yang dem ikian genit -
genit . Tent u akan m enim bulkan rasa seakan- akan kedua kakinya dikeroyok lintah
yang m enghisap darahnya! Tiga orang wanit a it u t erkekeh- kekeh sam bil
m enut upi m ulut nya dengan sikap yang am at genit , kem udian m ereka m engant ar
Kim- mo Taisu memasuki ruangan indah sambil tertawa- t awa dan set engah berlari
ke dalam di m ana t erdapat seorang laki- laki duduk m enghadapi m ej a dit em ani
tiga orang wanita muda lain.
Kim- m o Taisu berhent i m elangkah, m em andang penuh perhat ian, sikapnya
waspada m enj aga diri kalau- kalau m enghadapi penyerangan. I a m elihat laki- laki
it u dan m erasa heran karena laki- laki it u t idak kelihat an sepert i seorang yang
berilm u t inggi. Usianya t iga puluh t ahun lebih, pakaiannya sengaj a dibuat
bersambung- sambung sepert i pakaian bert am bal, akan t et api karena bahan-
bahannya adalah sut era yang halus, m aka m enyerupai pakaian berkem bang-
kem bang yang aneh warnanya. Sepat unya baru dan ram but nya t ert ut up t opi
sut era pula. Waj ahnya t am pan akan t et api kulit m ukanya pucat , m at anya sepert i
m at a burung elang dan m ukanya yang sem pit m em bayangkan kelicikan. Laki- laki
it u duduk m enghadapi hidangan yang berm acam - m acam dan arak yang baunya
harum sem erbak m eim bulkan selera. Ket ika ia m asuk, laki- laki it u sam a sekali
t idak m elihat ke arahnya, bahkan agaknya sedang bercakap- cakap dan bergurau
dengan t iga orang wanit a it u. Seorang wanit a m enyum pit kan daging dan
disodorkan di depan mulutnya, yang segera digigitnya sambil tersenyum- senyum.
Wanita ke dua menuangkan arak ke dalam cawan araknya. Adapun wanita ke tiga
yang bersikap gagah duduk di sebelah kanannya dengan alis dikerutkan.
Laki- laki it u m enoleh kepada wanit a m uda cant ik yang kelihat an t idak senang it u,
t ersenyum dan m enyent uh dagunya yang halus dengan j ari t angan sam bil
berkata halus akan tetapi suara tetap serak tak sedap didengar.
"Moi- m oi, m engapa kau kurang gem bira? Marilah m inum , dan kau sej ak t adi
t idak m au m akan. Nih, daging kelinci ini enak sekali! " I a m enyum pit sepot ong
daging dan m endekat kannya ke m ulut Si Cant ik. Wanit a it u t ersenyum paksa,
membuka mulut kecil mungil dan menggigit daging itu, kemudian berkata.
"Pouw- koko ( Kakanda Pouw) , bukankah kau sudah berj anj i bahwa kau akan
menyuruh pergi semua selirmu? Aku tak senang dengan keadaan seperti ini."
"Ha- ha- ha, Moi- m oi yang m anis! Selirku t adinya t iga puluh orang lebih, sebagian
besar sudah kuhadiahkan kepada para pem bant uku. Akan t et api yang lim a ini....,
hem m , sayang, Moi- m oi. Hayo kalian berlim a lekas berlut ut dan m ohon kasihan

Suling Mas Kho Ping Hoo 238


kepada Nyonya besar agar diperkenankan t inggal di sini m elayaniku! " ia m enoleh
kepada lima orang wanita cantik itu.
Tiga orang di ant ara m ereka cepat - cepat m enj at uhkan diri berlut ut di depan
wanit a berbaj u biru t adi, akan t et api yang dua t idak m au berlut ut , m alah
m em andang penuh kebencian. Seorang di ant ara m ereka, yang ada t ahi lalat ny a
di dagu, berkata genit.
" Aku sudah set ahun lebih m elayani Kai- ongya m enj adi kesayangan Kai- ongya,
namun tak pernah aku menyuruh usir selir lainnya. Mengapa Nona Loan ini begini
m anj a? Apakah t idak m au m em bagi kebahagiaan sedikit pun dengan wanit a
lain?" I a m enggoyang t ubuhnya dengan m em alingkan m uka, bibirnya yang
merah cemberut.
" Benar t idak adil! " kat a wanit a kedua yang baj unya m erah. " Sem enj ak dia ini
dat ang, kit a sepert i disia- siakan oleh Kai- ongya. Apakah di dunia ini hanya dia
saja wanita cantik?"
Wanit a baj u biru it u t iba- t iba bangkit berdiri, alisnya t erangkat dan m at anya
m erah, " Mana bisa aku dipersam akan dengan... perem puan- perem puan cabul
macam kalian?"
" Sshh... sshh... Moi- m oi, j angan m arah, duduklah." Dengan t angannya, raj a
pengem is it u m enyuruh kekasihnya duduk, kem udian t angan kirinya bergerak
cepat , dengan j ari- j ari t erbuka m enyam bit ke arah dua orang selirnya yang
berani membantah itu.
" Aduhhh...! Aduhhh...! ! " Dua orang wanit a cant ik it u t erj engkang roboh,
m enut upi m uka sam bil m enj erit - j erit bergulingan di lant ai. Ternyat a kedua m at a
m ereka t erusuk t ulang- t ulang bekas m akanan yang berada di at as m ej a dan t adi
dipergunakan unt uk m enyam bit m ereka. Darah m em basahi pipi. Hanya sebent ar
kedua orang wanit a it u m enj erit - j erit berkeloj ot an, lalu diam karena rasa nyeri
yang luar biasa membuat mereka pingsan.
" Hayo bawa pergi m ereka, lekas! " Perint ah ini dit urut t iga orang wanit a yang lain
dengan ket akut an. Mereka lalu m enggot ong kedua orang wanit a m alang it u
keluar dari ruangan.
" Hem m , inikah Kai- ong yang t ersohor yang t elah m enaklukkan seluruh kai- pang
( perkum pulan pengem is) , yang secara kej i m em bunuh orang t ert ua dari Sin- tung
Sam- lo- kai t adi, dan kini m elukai dua orang selirnya secara ganas pula?" Kim - mo
Taisu berkat a, suaranya dingin dan pandang m at anya kepada Si Raj a Pengem is
itu penuh ejekan.
Raj a pengem is it u bukan lain adalah Pouw Kee Lui yang pernah kit a kenal.
Sepert i kit a ket ahui, Pouw Kee Lui adalah m urid seorang pert apa sakt i di pant ai
Po- hai yait u pant ai laut sebelah t im ur, yang secara kej am t elah m em bunuh
gurunya sendiri karena ia dit egur ket ika ia m engganggu ist eri orang. I a
m em perdalam ilm u dari kit ab- kit ab sim panan gurunya it u, kem udian m ulailah ia
m erant au dan m eraj alela m em pergunakan ilm unya yang t inggi. Pert am a- t am a ia
merebut kedudukan ketua di perkumpulan pengemis Khong- sim Kai- pang. Pernah
ia bert em u dengan Liu Lu Sian dan hanya karena m engingat bahwa Lu Sian
adalah put eri Beng- kauwcu, m aka Pouw Kee Lui yang cerdik ini m em bebaskan Lu
Sian. Kem udian sem enj ak it u, ia m em perbesar kekuasaannya dengan
m enundukkan perkum pulan- perkum pulan pengem is yang ada, lalu m engangkat
diri sendiri m enj adi Kai- ong at au raj a pengem is yang hidup m ewah, yang
m enundukkan siapa saj a yang m enent angnya dan m eram pas gadis m ana saj a
yang disukainya.
Wanit a baj u biru di sebelahnya it u adalah Liong Bi Loan m urid yang kem udian
diam bil sebagai anak angkat oleh guru silat Liong Keng. Ket ika gadis ini berkelahi
dengan t ukang- t ukang pukul di rum ah j udi, kebet ulan sekali Pouw Kee Lui at au
Pouw- kai- ong sedang j alan- j alan ke rum ah j udi. Melihat gadis cant ik ini sert a
m elihat ilm u silat nya yang lum ayan, hat i Pouw- kai- ong t ert arik sekali. Di ant ara
t iga puluh orang lebih selirnya, t idak ada yang m em ilik i ilm u silat sepert i gadis
ini. Maka ia lalu t urun t angan dan dengan ilm u kepandaiannya yang am at t inggi,
ia m engalahkan Bi Loan dan berhasil m em buat gadis ini kagum oleh kepandaian

Suling Mas Kho Ping Hoo 239


silat nya, waj ahnya yang t am pan, dan sikapnya yang pandai berpura- pura dan
m em ikat hat i. Gadis yang m asih hij au ini t erj at uh ke dalam perangkap, m ereka
berm ain cint a dan gadis yang t idak t ahu bahwa yang ia sangka seorang pendekar
sakt i it u sebet ulnya seorang m anusia iblis yang kej i. I a m engikut i Pouw Kee Lui
bermain- m ain ke dalam hut an, dan di dalam sebuah kuil kosong, Si Manusia I blis
Pouw ini berhasil m em beri m inum arak yang ia cam pur obat sehingga Liong Bi
Loan m enj adi m abuk dan dalam keadaan t idak sadar t elah m enyerahkan dirinya
dibawa terjun ke dalam jurang kehinaan oleh Pouw Kee Lui.
Ketika ia sadar, sesal pun t iada gunanya. Nasi t elah m enj adi bubur! I nilah
akibat nya seorang gadis yang m em but a saj a m enurut kan nafsu hat i, m em but a
dalam bercint a sehingga t idak t ahu bahwa yang disangka seekor dom ba
sebenarnya adalah seekor serigala. Karena sudah t erlanj ur, ia hanya bisa
menangis dan akhirnya reda juga penyesalannya ketika Pouw Kee Lui membujuk-
bujuknya, bersumpah mati- m at ian akan berset ia kepadanya, akan m engam bilnya
sebagai ist eri, sehidup sem at i dan lain om ongan m uluk- m uluk lagi. Terobat ilah
hat i Bi Loan. Ket ika pada keesokan harinya ayahnya m endapat kannya di sit u,
t erpaksa ia ikut pulang ayahnya. Dan t ent u saj a hat inya girang sekali ket ika pada
m alam harinya, Pouw Kee Lui benar- benar dat ang m em bawanya pergi dan t ent u
saj a ia ikut pergi dengan sukarela. Lebih baik ikut pergi bersam a kekasihnya ini
dan sehidup sem at i m enj adi ist erinya, daripada m enj adi seorang gadis t ernoda
yang akan m enderit a m alu seum ur hidupnya! Apalagi set elah ia ket ahui bahwa
kekasihnya it u t ernyat a adalah seorang yang am at pent ing, seorang raj a, biarpun
hanya raj anya pengem is! Dan m elihat selir " suam inya" begit u banyak, ia m enj adi
tidak senang dan minta kepada suaminya untuk menghalau semua selir itui, yang
j uga dit urut oleh Pouw Kee Lui, kecuali lim a selir yang t adi m elayani m ereka
makan minum. Demikianlah keadaan singkat Si Raja Pengemis yang lihai itu.
Ket ika Pouw- kai- ong m endengar kat a- kat a Kim - m o Taisu yang penuh t eguran, ia
m engangkat m uka m em andang, m ulut nya t ersenyum sinis, pelupuk m at anya
berget ar sedikit , kem udian t erdengar suaranya yang serak, " Kim - m o Taisu,
apakah kau m endapat nam a besar it u karena kesukaanm u m encam puri urusan
dalam rum ah t angga orang lain? Kubunuh Lo- kai, it u adalah urusan kai- pang
kam i. Kubut akan m at a kedua orang selirku, it u adalah urusan keluargaku
sendiri."
" Tidak peduli... t idak peduli..., aku hanya seorang t am u, aku t idak peduli akan
segala urusanmu yang busuk!" Kim- mo Taisu menggoyang- goyang tangannya.
"Heh- heh, it u baru ucapan seorang gagah. Nah, kau m enj adi t am uku, seorang
t am u agung harus disam but dengan arak wangi dan hangat ! " Raj a pengem is ini
m enuangkan arak ke dalam m angkok it u dan berseru. " Silakan! " Sekali ia
m enggerakkan t angan, m angkok berisi penuh arak it u m elayang cepat sekali
sepert i peluru t anpa araknya t um pah sedikit pun, m enuj u ke arah dada Kim - mo
Taisu.
Kim- m o Taisu t ersenyum , m engangkat t angan kirinya dan begit u t angannya
bergerak, ia sudah m enerim a m angkok it u di at as t elapak t angan kirinya, di
m ana m angkok it u kini berdiri dan sedikit pun t idak ada arak yang m uncrat dari
dalam nya. Diam - diam ia kagum j uga karena t enaga sam baran m angkok it u am at
kuat , t anda bahwa penyam bit nya m em iliki sin- kang yang hebat . Di lain fihak,
Pouw- kai- ong j uga kagum . Menerim a sam bit annya sem angkok penuh arak, t anpa
t ergoyang sedikit pun badannya, t anpa m ucrat set et es pun araknya, m ungkin
j arang didapat kan keduanya. Hebat Kim - m o Taisu ini, pikirnya dan ot aknya yang
cerdik sudah diputar- putar untuk mencari akal.
Sem ent ara it u, Kim - m o Taisu sudah m enenggak habis arak di dalam m angkok
dengan t enang, m engecap- ngecapkan lidahnya dan m engangguk- angguk sam bil
m em andang ke arah m angkoknya yang sudah kosong. " Arak baik... hem m , arak
yang baik sekali. Terim a kasih, Kai- ong, ini kukem balikan m angkokm u! " Tiba- tiba
tangannya bergerak dan mangkok itu sudah ia sentil dengan jari telunjuknya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 240


" Tinggg! ! " Mangkok kosong it u kini m elayang ke arah Pouw- kai- ong, akan t et api
m elayang sam bil berput ar sepert i gasing. Pouw- kai- ong t ersenyum dan
mengangkat tangannya menyambut sambaran mangkok kosong.
" Brakkk! ! " Mangkok kosong it u begit u m enyent uh t angannya, lalu pecah
berant akan! " Aiihhh! ! " Pouw- kai- ong t erloncat kaget . Mukanya m enj adi m erah
sej enak, m at anya m engeluarkan sinar berapi, kedua t angannya m enegang, j ari-
j ari t angannya bergerak- gerak sepert i cakar harim au. Kim - m o Taisu t ersenyum
saj a dengan t enang, m enant i segala kem ungkinan. Akan t et api, lam bat laun
m uka raj a pengem is it u m enj adi pucat kem bali sepert i sediakala, bukan pucat
berpenyakit an, m elainkan pucat karena lat ihan lwee- kang t ert ent u. Mulut nya
m asih t ersenyum sinis dan t angannya m em buat gerakan m em persilakan
tamunya duduk.
"Heh- heh, t am u agung yang hebat ! Kim - m o Taisu, nam am u t erkenal dan
ternyata bukan kosong belaka. Silakan duduk!"
Kim- m o Taisu m elangkah m engham piri m ej a dengan sikap m asih t enang, m at a
t iada lepas dari gerakan raj a pengem is it u, kem udian ia m enarik bangku dan
duduk. "Terima kasih, Kai- ong."
Kem bali Pouw- kai- ong m enuangkan arak ke dalam m angkok sam pai penuh.
Mangkok it u, ia let akkan di at as t elapak t angan kanannya dan ia m engerahkan
hawa sin- kang di t ubuhnya, disalurkan m elalui t angan kanan t erus m enj alar ke
m angkok arak. Sebent ar saj a arak di dalam m angkok it u bergolak m endidih dan
beruap! Inilah hawa sin- kang yang bukan main tingginya!
" Silakan m inum , Kim - m o Taisu! " kat anya t ersenyum sinis seraya m enyodorkan
mangkok arak mendidih itu kepada tamunya.
Kim- m o Taisu m enj adi kaget , kagum dan j uga m endongkol. Harus ia akui bahwa
dem onst rasi hawa sin- kang yang diperlihat kan raj a pengem is it u m em ang hebat
dan hanya orang dengan kepandaian t inggi saj a yang akan m am pu
m elakukannya. Akan t et api, orang lain boleh m erasa j erih, baginya dem onst arasi
it u hanyalah perm ainan unt uk m enakut i anak kecil! Sam bil t ersenyum pula ia
m engulur t angan m enerim a m angkok arak m endidih it u sam bil m engerahkan sin-
kangnya.
Aneh t api nyat a. Begit u m angkok arak m endidih it u berada di t elapak t angan
Kim- m o Taisu, m endadak uapnya hilang dan arak it u t idak bergolak m endidih
lagi!
" Terim a kasih, sayang arakm u dingin." Kat a Kim - m o Taisu sam bil m enuangkan
arak ke m ulut nya, t et api arak it u t idak m au keluar dari m angkok karena t ernyat a
t elah m em beku! I nilah dem onst rasi yang lebih hebat lagi, m enggunakan sifat
dingin dari t enaga sin- kang yang sudah m encapai t ingkat t inggi. Sam bil
t ersenyum lebar Kim - m o Taisu m elet akkan m angkok it u ke at as m ej a dan
memandang tuan rumah.
Agak berubah air m uka yang pucat dari raj a pengem is it u. Telah dua kali ia
m enguj i dan m endapat kenyat aan bahwa kepandaian t am unya benar- benar
hebat , m aka ia harus berlaku hat i- hat i sekali. " Kim - m o Taisu, keperluan apakah
yang membawamu datang mencari aku?"
Kim- m o Taisu m enyam bar m angkok arak dan m eneguknya habis, lalu
mengangguk- angguk dan menjilati bibirnya. "Arak baik, arak baik...!"
Pouw- kai- ong t ert awa. " Ha- ha- ha, kiranya kau set an arak. Minum lah! " I a
melemparkan seguci arak ke arah Kim - m o Taisu. Lem paran ini kuat bukan m ain
karena disert ai t enaga lwee- kang, sedangkan j arak ant ara m ereka dekat saj a,
hanya t erpisah sebuah m ej a. Nam un dengan enaknya Kim - m o Taisu m enerim a
guci arak it u dan t erus m enggelogoknya langsung t anpa cawan at au m angkok
lagi. Set elah lim a enam m angkok arak m em asuki perut nya, baru ia berhent i dan
meletakkan guci arak di atas meja.
"Pouw- kai- ong, kebetulan sekali aku berkenalan dengan Liong- kauwsu (Guru Silat
Liong) di Sin- yang dan karena t idak t ahan m endengar t angis seorang ayah
kehilangan puterinya, maka aku datang kesini mencarimu."

Suling Mas Kho Ping Hoo 241


" Aaahhhh....! " Wanit a cant ik baj u biru yang sej ak t adi duduk t enang m enont on
pert unj ukan ilm u yang hebat it u, kini berseru t ert ahan, waj ahnya berubah pucat .
Akan t et api Pouw Kee Lui t ert awa m engej ek. " Kim - m o Taisu, set elah sekarang
kau dapat bertemu denganku, apa yang kau kehendaki?"
" Orang she Pouw, kau t elah m enculik put eri Liong- kauwsu. Sekarang harap kau
m em andang m ukaku dan m engem balikan put erinya it u, kalau t idak... ha- ha- ha,
t erpaksa aku lupa bahwa aku t elah kau suguhi arak yang baik! " Pouw Kee Lui
j uga t ert awa. " Heh- heh- heh, aku pun m enyuguhi arak padam u sam a sekali
bukan dengan m aksud m enyuap." I a lalu bangkit berdiri dan m em perkenalkan
wanit a yang duduk di sebelahnya. " Kim - m o Taisu, perkenalkan, inilah ist eriku
yang bernama Liong Bi Loan, puteri Liong- kauwsu dari Sin- yang!"
" I s... t erim u....?" Kim - m o Taisu t erkej ut dan heran. " Moi- m oi kekasihku,
kaukatakanlah kepada Kim- mo Taisu, benarkah bahwa aku menculikmu?"
Dengan m uka berubah m enj adi m erah sekali karena j engah, wanit a it u
m em andang Kim - m o Taisu dan berkat a, " Aku pergi m engikut inya dengan
sukarela, urusan kami berdua ini apa sangkut pautnya dengan orang luar?"
Kim- m o Taisu m em andang t erbelalak kepada wanit a it u. Sungguh t ak pernah
disangkanya sam a sekali bahwa ia akan m enghadapi hal sepert i ini, t ak m engira
bahwa urusan akan m enj adi begini. Kalau ia t ahu sebelum nya, t ent u saj a ia t idak
sudi ikut m encam puri. Dapat ia m enduga bahwa wanit a ini t elah t erpikat oleh
Pouw- kai- ong, t elah j at uh cint a at au j uga karena t akut . Akan t et api waj ah yang
cant ik it u sam a sekali t idak m em bayangkan rasa t akut , j adi t erang bahwa wanit a
ini t elah j at uh cint a kepada Si Raj a Pengem is! Tent u saj a Kim - m o Taisu t idak
t ahu apa yang t elah t erj adi, t idak t ahu bahwa sesungguhnya bukan karena t akut
at au cint a, m elainkan karena sudah t erlanj ur t erj un ke dalam lum pur kehinaan
maka wanita itu terpaksa mengikuti Pouw Kee Lui!
Saking m alu dan m endongkol, Kim - m o Taisu m enepuk kepalanya sendiri lalu
bangkit berdiri. Waj ahnya kehilangan senyum nya sepert i orang gila ket ika ia
berkat a, " Cint a m em ang aneh! Pouw- kai- ong, pada det ik ini j uga aku
m enyat akan lepas t angan t ent ang urusanm u dengan put eri Liong- kauwsu. Akan
t et api m endengar bahwa kau t elah m eram pas kedudukan sem ua perkum pulan
pengem is dan bet apa t anganm u dengan ganas m erenggut nyawa para
pim pinannya, aku m enduga bahwa kau t ent u m em iliki t angan m aut yang lihai.
Maka, set elah aku dat ang, biarlah aku m erasai kelihaian t angan m aut m u it u. Kau
yang menentukan, di dalam ruangan ini atau di luar!"
I nilah t ant angan blak- blakan! Orang gagah paling pant ang m enolak t ant angan.
Waj ah Pouw Kee Lui yang biasanya pucat it u kini m enj adi m erah dan sej enak
m at anya m enyinarkan pancaran kilat karena m arahnya, akan t et api m ulut nya
t ersenyum sinis dan m at anya lalu bergerak- gerak m elirik ke kanan ke kiri
m em bayangkan kecerdikan ot aknya. Selam a ini ia sudah bersekut u dengan
banyak orang pandai unt uk bersam a- sam a m erunt uhkan Keraj aan Tang Muda. Di
ant ara sekut unya it u t erdapat Ban- pi Lo- cia t okoh Khit an yang m enganggap
Keraj aan Tang Muda sebagai m usuh. Dari Ban- pi Lo- cia inilah ia m endengar
t ent ang kehebat an kepandaian Kim - mo- eng yang kini berj uluk Kim - m o Taisu.
Kalau Ban- pi Lo- cia yang dem ikian lihainya m em uj i kepandaian seseorang, m aka
ia harus waspada m enghadapi orang it u. Apalagi t adi ia pun sudah m em bukt ikan
sendiri kehebat an sin- kang dari m anusia sint ing ini. Dan sungguh kebet ulan
sekali, dalam beberapa hari ini ia sudah berj anj i akan m engadakan pert em uan
dengan para sekut unya di Puncak Tapie- san. Maka ia lalu m enahan
kemarahannya, berkata dengan senyum lebar.
" Bagus! Aku pun sudah lam a m endengar akan kehebat anm u dan ingin sekali
m erasai pukulan t anganm u. Akan t et api kau m elihat sendiri, aku adalah... heh-
heh, m asih pengant in baru! Bagaim ana aku dapat m engot ori suasana m eriah
dengan ist eriku t ersayang ini dengan pert andingan? I st eriku t ent u akan m erasa
gelisah set engah m at i! Kim - m o Taisu, kalau kau m em ang j agoan dan t idak
m enyesal dengan t ant anganm u, biarkan aku berist irahat selam a t iga hari unt uk
m engum pulkan t enaga, kem udian t iga m alam berikut ini aku akan m enant im u di

Suling Mas Kho Ping Hoo 242


puncak gunung ini, di m ana kit a akan dapat bert anding sepuas hat i kit a t anpa
mengganggu isteriku. Bagaimana, apakah kau berani?"
Kim- m o Taisu t ert awa bergelak. I a cukup berpengalam an, dan ia dapat m enduga
bahwa calon lawannya it u m encari alasan kosong. Ent ah t ipu m uslihat apa yang
hendak digunakannya t iga hari kem udian di Puncak Tapie- san. Akan t et api ia
sam a sekali t idak m erasa gent ar. " Heh- heh- heh, t iga m alam yang akan dat ang
kebet ulan bulan gelap. Aku akan m enant im u pagi- pagi pada hari ke em pat di
puncak. Nah, aku pergi! " Set elah m elenggang keluar dari ruangan it u, t erus
berj alan dengan langkah seenaknya dan t idak m em pedulikan pandang m at a para
pengem is yang m enj aga di luar gedung. Set elah keluar dari gedung, t ubuhnya
bergerak cepat dan sebent ar saj a lenyaplah bayangannya dari pandang m at a
pengem is yang t ebelalak lebar penuh kekagum an dan j uga ket akut an. Baru kali
ini m ereka m elihat ada orang yang berani m enant ang kai- ong m ereka dapat
keluar dengan selamat dan seenaknya!

" Suhu...! ! " Bu Song berseru girang sekali ket ika ia m elihat Kim - m o Taisu duduk
bersam adhi di bawah pohon. Kedua kakinya sudah m erasa am at lelah m endaki
bukit yang am at sukar it u, akan t et api begit u m elihat suhunya, sem angat nya
timbul dan ia berlari terengah- engah di jalan tanjakan, menghampiri suhunya.
Kim- m o Taisu m em buka kedua m at anya dan t ersenyum girang m em andang
m uridnya. Bocah yang sam a sekali t idak pandai ilm u silat ini t elah m em bukt ikan
keberanian luar biasa dan keulet an yang m engagum kan bahwa ia dapat j uga
m enyusulnya sam pai ke lereng gunung yang m erupakan perj alanan am at sukar
bagi orang yang t idak t erlat ih ilm u silat . Muridnya it u dat ang dengan m uka agak
pucat dan t ubuh m em bayangkan kelelahan hebat , akan t et api pundi- pundi uang
it u m asih digendongnya dan sem angat besar m asih bernyala- nyala di sepasang
mata yang bersinar- sinar itu.
" Bu Song, lekas kau duduk bersila di sini. Kau harus belaj ar bagaim ana
memulihkan tenagamu kembali dan menghilangkan lelah."
Bu Song t idak m em bant ah. Dit urunkannya pundi- pundi dari pundaknya,
kem udian ia duduk bersila di depan gurunya, m eniru kedudukan kaki yang
ditekuk tumpang tindih.
" Tarik napas dalam - dalam sewaj arnya t anpa paksaan, busungkan dada
kem piskan perut , t arik t erus yang panj ang..." Kim - m o Taisu m em beri pet unj uk
sam bil m em beri cont oh. Bu Song m em andang gurunya dan m ent aat i perint ah ini,
terus menarik napas dan merasa betapa dadanya penuh sekali.
" Keluarkan napas, perlahan- lahan sewaj arnya t anpa paksaan, kem piskan dada
busungkan perut . Nah, begit u ulangi sam pai sem bilan kali, m akin panj ang m akin
baik."
Ot om at is Bu Song m ent aat i perint ah suhuny a ini, m akin lam a m akin baik cara ia
bernapas. Kem udian sam bil m asih bersila, Kim - mo Taisu m engaj ar m uridnya
m engat ur napas, m enarik napas dari dada ke perut , m enahannya ke t engah
pusar sam pai perut t erasa panas hangat , m em beri pet unj uk pula cara m enguasai
napas. " Kau um pam akan napasm u seekor naga yang sukar dikendalikan, akan
t et api kau harus dapat m enunggang naga it u, kaubiarkan dirim u dibawa t erbang
keluar m asuk, t erus kaut unggangi j angan lepaskan sedikit pun j uga, akhirnya kau
t ent u akan m am pu m enguasai dan m enaklukannya." Dem ikianlah Kim - m o Taisu
m em beri pet unj uk. Kem udian ia m engaj ar m uridnya unt uk sam bil duduk bersila
m enguasai napas, duduknya t egak dengan punggung lurus, m uka lurus ke
depan, pandang m at a m enunduk ke arah uj ung hidung, seluruh panca indera
dipusatkan "menunggang naga". Inilah inti pelajaran ilmu bersamadhi, dan siulian
at au sam adhi ini pula m enj adi dasar pelaj aran ilm u silat t inggi. Tent u saj a Bu
Song sam a sekali t idak m engira bahwa gurunya m ulai m enurunkan ilm u yang
menjadi dasar ilmu silat tinggi.
Diam- diam Kim - m o Taisu kagum bukan m ain m enyaksikan kekerasan hat i dan
kem auan m uridnya. Sayang m uridnya t erlalu m em benci ilm u silat sehingga
sukarlah baginya unt uk m elat ih ilm u silat . Bocah ini yang baru saj a t iba set elah

Suling Mas Kho Ping Hoo 243


m elalui perj alanan yang am at m elelahkan, kini sanggup unt uk bersam adhi,
sungguhpun baru saja dimulai hari ini, dari pagi sampai sore!
" Cukuplah! " kat a Kim - m o Taisu sam bil m eraba punggung m uridnya. Bu Song
bagaikan sadar dari m im pi indah dan dengan hat i girang ia m erasa bet apa
tubuhnya sehat dan segar, tidak merasakan kelelahan lagi.
" Kau harus m elat ih siulian set iap kali ada wakt u kosong. Dengan lat ihan ini,
t ubuhm u akan m enj adi sehat , t idak m udah lelah dan t idak m udah diserang
penyakit."
" Kapankah Suhu akan m engaj arkan ilm u m enulis indah kepada t eecu ( m urid) ?"
"Ha- ha- ha! Tidaklah m udah, Bu Song. Kau t ent u t ahu, t ulisan huruf indah baru
dapat disebut indah kalau tulisan itu dapat mengandung goresan yang bertenaga,
dan unt uk m enghim pun t enaga dalam t angan agar dapat m em buat goresan yang
t epat , perlu t anganm u diisi t enaga. Dalam lat ihan siulian ini dapat m embuat
t anganm u bert enaga. Besok kuaj arkan bagaim ana kau harus m enggunakan
pernapasanm u unt uk m em bangkit kan t enaga dari dalam pusar, m enggunakan
kekuat an hawa yang kau sedot it u unt uk m enerobos ke pergelangan t angan dan
jari- j ari t anganm u. Baru set elah t anganm u bert enaga, akan kuaj arkan engkau
m enulis huruf indah." Kim - m o Taisu m em andang m uridnya dengan m at a berseri-
seri akan t et api diam - diam dia m erasa m alu kepada diri sendiri bahwa ia harus
bicara secara berput ar- put ar dan seakan- akan ia m enipu m uridnya ini yang t idak
m au belaj ar ilm u silat ! I a m elihat bet apa m uridnya m em andangnya penuh
perhat ian, sinar m at anya m em ancarkan kepercayaan dan ket aat an yang t ulus.
Terharu hat i Kim - m o Taisu. Bocah ini hebat , m em iliki bakat yang baik sekali di
sam ping wat ak yang keras dan bersih. Ent ah apa sebabnya, m ungkin pandang
m at a it ulah, yang m em buat Kim - m o Taisu benar- benar t ert arik dan j at uh sayang
kepada anak ini. Ia merangkul pundak muridnya dan berkata halus.
" Bu Song, kau m engasolah. Kau t ent u lapar, bukan? Nah, coba kau m encari
m akanan sepert i yang kaulakukan ket ika kau m endaki bukit ini selam a t iga hari
tiga malam."
" Baiklah, Suhu." Bu Song lalu m em asuki hut an di sebelah kiri, m enyusup- nyusup
sam pai j auh dan akhirnya dengan hat i girang ia m endapat kan sebuah pohon apel
yang buahnya banyak yang sudah t ua dan m at ang. Segera ia m em anj at pohon
it u dan m em et ik banyak buah apel yang kulit nya kuning kem erahan dan bauny a
sedap m engharum it u. Buah- buahan it u ia m asukkan ke dalam kant ung uang
sam pai penuh. Tiba- t iba t elinganya m endengar bunyi kelenengan kuda, nyaring
sekali bunyi it u, bergem a di ant ara pohon- pohon. Suara yang m enyelinap ke
dalam t elinganya seakan- akan berubah m enj adi j arum - j arum yang m enusuk
t elinga dan m asuk m erayap m elalui urat - urat nya, m em buat Bu Song m enggigil
dan t ak dapat pula ia m em pert ahankan diri, buah- buah berikut pundi- pundi uang
t erlepas j at uh disusul t ubuhnya j at uh pula dari at as pohon! Unt ung baginya,
Pohon it u t idak t erlalu t inggi, j uga ket ika ia t erj at uh, t ubuhnya t ert ahan oleh
cabang dan dahan di sebelah bawah sehingga ket ika ia t erbant ing ke at as t anah,
Bu Song hanya m erasa pinggul dan bahu kirinya saj a yang agak sakit . Begit u ia
m elom pat bangun lagi, suara it u m asih t erngiang di t elinganya, m em buat
kepalanya pening dan tubuhnya sakit- sakit. Betapapun ia menahan dan menutupi
t elingan dengan kedua t angan, t et ap saj a suara it u m enem bus m asuk. Saking
sakit nya, serasa sepert i j ant ungnya dit usuk- t usuk j arum , Bu Song bergulingan di
at as t anah, m erint ih- rint ih. I ngin ia m elom pat dan lari ke t em pat suhunya,
nam un suara kelenengan it u m akin keras dan kini ia sudah bangkit berdiri lagi.
Tiba- t iba ia t eringat akan nasihat suhunya, " Kalau kau berhasil m enunggang
naga, apa pun di dunia ini t idak akan m am pu m engganggu badan dan
pikiranm u." Menunggang naga adalah ist ilah unt uk duduk m em usat kan perhat ian
kepada masuk keluarnya hawa pernapasan.
Teringat akan ini, cepat - cepat Bu Song m engerahkan t enaganya unt uk duduk
bersila, kem udian m engerahkan pula segenap t ekad dan kem auannya unt uk
m enarik sem ua panca indera, t erut am a pendengarannya, m enj adi sat u dan
m em aksa diri " m enunggang naga" sepert i yang pernah ia lat ih di bawah pet unj uk

Suling Mas Kho Ping Hoo 244


suhunya. Sebent ar saj a anak yang bert ekad m em baj a ini t elah berhasil
" t enggelam " ke dalam keadaan diam , t ekun m enunggang naga pernapasannya
sendiri sehingga lupa pula akan suara kelenengan yang m em punyai daya m uj ij at
t adi! Suara kelenengan m asih t erdengar nyaring, akan t et api kini seakan- akan
hanya lewat di luar daun t elinganya saj a, t idak m am pu m asuk karena t elinga it u
t elah dit inggalkan " penum pangnya" at au penj aganya yang sedang seenakny a
menunggang naga!
Setelah lama suara kelenengan itu tidak berbunyi lagi, baru Bu Song sadar bahwa
t elinganya t idak m enghadapi bahaya suara m uj ij at it u, m aka ia lalu m elom pat
bangun, m engum pulkan buah- buah yang berceceran dan m em bungkusnya di
dalam pundi- pundi uang. Kemudian ia lari menuju ke tempat suhunya.
Bunyi kelenengan yang t adi t erdengar oleh Bu Song keluar dari sebuah
kelenengan kecil yang dibunyikan oleh t angan seorang kakek t inggi besar. Kakek
ini m enunggang keledai kecil sehingga kelihat annya lucu sekali. Kedua kakinya
yang panj ang t ergant ung di kanan kiri perut keledai ham pir m enyent uh t anah.
Nam un keledai kecil it u t ernyat a m am pu berj alan cepat dan pandai pula m endaki
bukit . Sam bil m em bunyikan kelenengan, kakek ini m elenggut di at as punggung
keledai, hiasan bulu di at as kain kepalanya m engangguk- angguk dan j ubahnya
yang panjang lebar itu melambai- lambai tertiup angin gunung.
Ket ika keledai it u t iba di depan Kim - m o Taisu yang m asih duduk bersila di bawah
pohon, kakek it u m engeluarkan seruan t ert ahan dan keledainya berhent i. I a lalu
m elom pat t urun dan sengaj a m em bunyikan kelenengannya di depan Kim - mo
Taisu sam bil m engerahkan t enaganya. Terheran- heran kakek it u m elihat bet apa
orang yang duduk bersila it u m asih saj a duduk, sam a sekali t idak bergem ing
biarpun bunyi kelenengan itu sebetulnya dapat merobohkan lawan tangguh!
Tiba- t iba Kim - m o Taisu m em buka m at anya m em andang kakek it u lalu t ert awa
bergelak, "Ha- ha- ha! Makin tua kau makin ugal- ugalan saja, Pat- jiu Sin- ong!"
Kakek it u t erbelalak kaget . Kelenengannya t erhent i dan ia m em bungkuk unt uk
m em andang lebih t elit i orang yang duduk bersila it u. Seorang berusia t iga
puluhan, t ubuhnya t egap ram but nya riap- riapan m ukanya t erselim ut awan
kedukaan, pakaiannya tambal- tambalan dan kakenya telanjang.
" Kau m engenal aku?" " Beng- kauwcu, apakah usia t ua sudah m em buat kau
m enj adi lam ur sehingga t idak m engenal lagi bekas calon m ant um u? Ha- ha- ha!"
Kim- mo Taisu melompat berdiri.
" Hehh....?? Kau... kau... Kim - mo- eng Kwee Seng...!" Kakek itu menjelajahi tubuh
Kim- mo Taisu dari kepala sampai ke kaki dengan pandang mata tidak percaya.
" Cukup Kim - m o Taisu saj a, Kauwcu." " Aha! Jadi kaulah Kim - m o Taisu....?" Kakek
it u lalu m erangkul pundak dan t ert awa bergelak- gelak. "Siapa akan m engira...!
Dahulu kau seorang sast rawan t am pan, sekarang... sekarang..." "Seorang j em bel
busuk!"
"Ha- ha- ha! Alangkah akan girang hat iku kalau m elihat anakku berpakaian j em bel
duduk disam pingm u bersiulian di bawah pohon! Ahhh, sayang t idak dem ikian
j adinya. Eh, Kwee Seng, m enyesal sekali dahulu ada penj ahat secara m enggelap
m enyerangm u sehingga kau j at uh ke dalam j urang. Sungguh m at i, kukira kau
sudah hancur di dasar jurang."
" Sebaiknya begit u, sayang nyawaku belum m au m eninggalkan t ubuh yang buruk
nasib ini, m asih ingin m em biarkan t ubuh ini m enderit a. Pat - j iu Sin- ong,
bagaimana kau bisa sampai di sini?"
Kakek it u m enarik napas panj ang. " Sem ua gara- gara Lu Sian, anak durhaka it u.
Eh, apakah kau tidak pernah bertemu dengannya?"
Kim- m o Taisu m enggeleng kepala, di dalam hat inya ia enggan bicara t ent ang
bekas kekasihnya itu.
" Dia sudah pergi m eninggalkan suam inya, Jenderal Kam Si Ek! Ahhh, alangkah
unt ungnya kau. Kalau dia m enj adi ist erim u, agaknya kau pun akan m akan hat i
sepert i aku yang m enj adi ayahnya. Dia pulang m encerit akan bahwa dia
m eninggalkan suam iny a, ket ika aku m arah- m arah kepadanya, ia m alah m inggat

Suling Mas Kho Ping Hoo 245


sam bil m encuri kit ab- kit abku. Benar- benar anak durhaka dia! Aku m encariny a
sampai berbulan- bulan. Kau benar- benar beruntung dapat terlepas daripadanya."
Tiba- t iba Kim - m o Taisu t ert awa bergelak sam bil m em andang awan. " Ha- ha- ha!
Pat- j iu Sin- ong, kau bilang aku bahagia karena t erlepas daripadanya, bukankah
kau j uga sudah t erlepas daripadanya? Bukankah dengan dem ikian kit a sam a-
sam a m enj adi orang bahagia?" Suara ket awa Kim - m o Taisu bergem a di seluruh
hut an dan di dalam hat inya, kakek it u t erharu karena ia m am pu m enangkap
t angis hat i yang t erkandung dalam suara t awa it u. Maka ia pun t ert awa dan
berkata.
" Kau benar! Kit a harus rayakan ini! Dua orang laki- laki, m uda dan t ua, t unangan
dan ayah, t erbebas dari rongrongan seorang wanit a silum an! Ha- ha- ha! Kit a
harus rayakan ini, t unggu... aku m em bawa arak baik! " Kakek it u lari ke arah
keledainya yang m akan rum put t ak j auh dari sit u, m engam bil guci arak dari atas
pelana, m enuangkan arak ke dalam dua buah cawan dan m em bawanya kem bali
kepada Kim - m o Taisu. Mereka lalu m inum arak bersam a sam bil berangkulan dan
tertawa- t awa. Dua orang aneh di dunia kang- ouw bert em u dan kecocokan wat ak
mereka mendatangkan kegembiraan sementara.
Saking gem bira, m ereka t idak m elihat bahwa seorang anak laki- laki m elihat dan
m endengar percakapan m ereka. Anak ini Bu Song dan m endengar bahwa kakek
it u adalah Pat - j iu Sin- ong, waj ahnya berubah. Kiranya orang t ua it u adalah
kakeknya sendiri! Tent u saj a ia sudah m endengar penut uran kedua orang t uanya
t ent ang kakeknya, Ket ua Beng- kauw yang berj uluk Pat - j iu Sin- ong bernam a Liu
Gan. Dan sekarang kakeknya berada di sini, kalau m engenalnya sebagai put era
ibunya, t ent u akan m em bawanya ke selat an! Menurut kan kat a hat inya Bu Song
sudah ingin berlari pergi m eninggalkan t em pat it u, akan t et api ia t eringat akan
gurunya yang lapar, m aka ia lalu m enurunkan bunt alan pundi- pundi uang berikut
apel, dengan hat i- hat i dan perlahan ia m elet akkan bunt alan it u ke at as t anah,
kem udian berindap- indap sam bil m enoleh m em andang kedua orang yang m asih
m inum sam bil t ert awa- t awa, pergi dari t em pat it u. Dua but ir air m at a m enghias
pipinya ket ika ia t eringat akan ucapan kakeknya t ent ang ibunya. Set elah dua
orang itu tidak tampak lagi. Bu Song lalu pergi secepatnya.
Set elah arak yang dim inum habis, Pat - j iu Sin- ong m elepaskan rangkulannya,
m elem par cawan kosong ke bawah lalu berkat a. " Kim - m o Taisu, sekarang kau
bersiaplah, mari kita mengadu kepandaian!"
Kim- m o Taisu m enghela napas, m elem parkan cawan kosongnya pula ke at as
t anah. " Pat - j iu Sin- ong, apa pula ini? Kau t ahu bahwa aku t akkan bisa
m engalahkanm u, dan pula, aku pun t idak ada nafsu unt uk bert em pur denganm u.
Tidak ada alasan bagiku maupun bagimu untuk saling serang."
"Ha- ha- ha, t idak ada alasan kat am u? Akulah yang m em buat engkau t erj ungkal
ke dalam j urang. Nah, sekarang t iba saat nya kau harus m em balas dan aku
bersedia m elayanim u unt uk m em bayar hut ang. Aku yang m em buat m u m enj adi
sepert i ini, t ak usah kau pura- pura, seorang laki- laki harus berani m enghadapi
kenyataan!"
Akan t et api Kim - m o Taisu m enggeleng kepala. " Kenyat aannya bukan sepert i
yang kaukira. Aku t idak m endendam kepadam u. Bukan kau yang m erobohkan
aku beberapa t ahun yang lalu. Dan aku t ahu bahwa kau t idak m em punyai niat
buruk, dahulu m aupun sekarang Pat - j iu Sin- ong, kau seorang laki- laki sej at i dan
aku tidak suka bermusuhan denganmu."
"Eh- eh! " Pat - j iu Sin- ong Liu Gan m encela dengan suara kecewa. "Siapa bilang
t idak ada alasan? Bert ahun- t ahun aku t ak pernah bert em u lawan t angguh,
t anganku gat al- gat al. Kalau kau t idak m endendam kepadaku, sebaliknya akulah
yang m endendam padam u dan sekarang kau harus m em bereskan hut angm u
kepadaku!"
Berkerut alis Kim - m o Taisu. " Hem , hem ...! Kalau begini lagi. Kat akan, aku
berhutang apa kepadamu? Kalau memang berhutang, tentu saja akan kubayar."
"Ha- ha- ha, kau m asih berpura? Aku kehilangan anak, aku m enderit a karena
anak. Sem ua ini gara- gara engkau dahulu m enolaknya. Aku baik- baik

Suling Mas Kho Ping Hoo 246


m enyerahkan dia kepadam u, akan t et api kau t idak m encint anya dan t idak m au
m enj adi suam inya m aka t im bul urusan sepert i sekarang ini. Andaikat a dahulu
kau suka m em perist eri dia, t ent u kit a sem ua akan hidup bahagia. Nah,
penghinaanmu itu bukankah hutang besar?"
Tert usuk hat i Kim - m o Taisu m endengar ini. Bukan dia yang m enolak, m elainkan
Liu Lu Sian. Dia m encint a Lu Sian, akan t et api Lu Sian t idak m encint anya! Akan
t et api sebagai laki- laki, t ent u saj a ia m alu unt uk m engaku t erus t erang akan hal
ini kepada Pat - j iu Sin- ong. Pula, ia pun ingin sekali m em perlihat kan
kepandaiannya. Kalau dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, tingkatnya
t elah m aj u am at j auh. Kalau sebelum m asuk ke Neraka Bum i saj a ia sudah
sanggup m enandingi Pat - j iu Sin- ong, agaknya sekarang ia akan m am pu
m erobohkan kakek sakt i ini secara m udah. Dan ia pun sudah lam a t idak berlat ih
m elawan seorang lawan yang t angguh sedangkan sekarang t iba kesem pat an
yang amat baik.
Ia mengangguk- angguk. "Baiklah kalau begitu pendapatmu, Pat- jiu Sin- ong. Nah,
aku sudah siap, kau mulailah!"
Waj ah kakek it u berseri girang. " Kepandaianku sudah m aj u pesat , orang m uda,
kau waspadalah! " Tiba- t iba ia m em ekik keras sekali dan t ubuhnya bergerak ke
depan, jubahnya yang leber itu berkibar mendatangkan angin yang dahsyat.
Kim- m o Taisu kagum . Pekikan it u m engandung t enaga khi- kang yang hebat
sekali dan seandainya ia t idak m engalam i lat ihan luar biasa di Neraka Bum i, oleh
daya pekik ini saj a ia t ent u sudah kendor sem angat . Cepat ia m enggeser kakinya
miringkan tubuh mengelak ke kiri sambil terus menghantamkan tangan kanannya
dengan bant ingan lengan dan t angan t erbuka, serangan yang kelihat annya
bert ahan saj a akan t et api sebet ulnya hebat bukan m ain karena ia t elah
mempergunakan Ilmu Silat Bian- sin- kun (Tangan Kapas Sakti).
"Beng- kauwcu, awas serangan balasan! " Pat - j iu Sin- ong m elihat dat angnya
serangan t anpa didahului angin pukulan akan t et api t elah t erasa hawa am at
dinginnya, m enj adi t erkej ut dan cepat - cepat ia pun m engelak sam bil m elom pat
ke kanan.
" Bagus, kau hebat ! " kat anya sam bil m enerj ang lagi. Bert andinglah dua orang
sakti itu, mula- mula hanya dengan jurus satu- satu dan lambat, akan tetapi makin
lam a m akin cepat dan kuat lah gerakan m ereka sehingga t ubuh m ereka lenyap
t ak t am pak lagi, yang kelihat an hanya gundukan bayangan m ereka yang sudah
bercampur menjadi satu dan sukar dibedakan.
Sej am sudah m ereka bert anding. Keduanya m erasa kagum bukan m ain akan
kemajuan lawan. Sepasang lengan sudah terasa sakit- sakit karena sering beradu,
nam un belum pernah pukulan m ereka m engenai sasaran. Kim - m o Taisu selain
kagum j uga m ulai bosan dan kuat ir. Kalau dilanj ut kan, t ent u seorang di ant ara
m ereka akan t erluka hebat . I a t idak ingin m elukai orang t ua it u, dan t ent u saj a
t idak ingin dilukai, akan t et api ia m engenal pula t abiat Pat - j iu Sin- ong yang
gem ar bert anding, sukar unt uk dihent ikan begit u saj a. Pada saat Kim - m o Taisu
m em ut ar ot ak m encari j alan unt uk m enghent ikan pert andingan ini, t iba- t iba Pat -
j iu Sin- ong m enyerang dengan pukulan kedua t angan berbareng sam bil
m erendahkan t ubuh, kedua kaki dit ekuk dan kedua lengan dilonj orkan dengan
jari- jari tangan terbuka, menghantam ke arah dada Kim- mo Taisu.
Jangan disangka ringan pukulan Ket ua Beng- kauwcu ini. Tubuhnya yang
set engah berj ongkok it u dalam posisi pengum pulan t enaga dari pusat bawah
perut yang m eluncur keluar m elalui kedua lengan yang dilonj orkan. Dengan
pukulan sim panan Beng- kong- tong- t e ( Sinar Terang Mengget arkan Bum i) ini,
dalam j arak lim a m et er, Ket ua Beng- kauw ini sanggup m erobohkan sebat ang
pohon hanya dengan hawa pukulannya. I nilah sebuah di ant ara j urus- jurus
rahasia yang t ak pernah ia keluarkan, yang kesem uanya ia him pun dan cat at
dalam kum pulan t iga kit ab rahasia Sam - po- cin- keng ( Tiga Kit ab Pusaka) dan
yang kesem uanya kini lenyap dicuri put erinya sendiri! Pukulan Beng- kong- tong-
t ee ini adalah cipt aannya sendiri dan m erupakan pukulan yang ia banggakan,
oleh karena it u ia beri nam a sebagai lam bang daripada Agam a Beng- kauw

Suling Mas Kho Ping Hoo 247


( Agam a Terang) yang ia pim pin. Jurus ini dem ikian hebat dan gem ilang seakan-
akan Agam a Beng- kauw yang m erupakan sinar t erang m engget arkan bum i.
Karena ingin sekali m em peroleh kem enangan at as lawannya yang am at t angguh
ini, Pat - j iu Sin- ong m engeluarkan pukulan it u akan t et api oleh karena ia diam -
diam m em ang m enaruh sayang kepada Kim - m o Taisu dan t idak ingin
m encelakainya, m aka ia hanya m em pergunakan t iga perem pat bagian saj a dari
tenaga sin- kangnya.
Menyaksikan gerak pukulan lawan, t erkej ut lah Kim - m o Taisu. Sebagai seorang
ahli silat t ingkat t inggi, sekali pandang saj a dapat lah ia m engenal pukulan
am puh, m aka ia pun cepat - cepat m em asang kuda- kuda dan dengan kaki
terpentang kokoh dan kuat dan kedua lengannya pun ia hant am kan ke depan
dengan t angan t erbuka. Tak berani ia m em pergunakan t angan kapas lagi, karena
m aklum bahwa kedua t angan lawannya am at lah kuat dan berbahaya, m aka ia
juga mengerahkan sin- kangnya untuk melawan keras sama keras.
"Wuuuttt! Dess...!!" Jarak antara mereka dekat, maka dua pasang telapak tangan
it u bert em u di udara, hebat nya bukan m ain pert em uan dua t enaga sin- kang
kedua orang sakt i ini. Akibat nya pun hebat karena keduanya t erlem par ke
belakang dan t erhuyung- huyung sepert i layang- layang put us t alinya sam pai
m ereka t erpisah sepuluh m et er j auhnya. Kim - m o Taisu j at uh t erduduk, napasnya
terengah- engah dan ia cepat bersila dan m engat ur pernapasannya. Pat - j iu Sin-
ong j uga j at uh t erduduk, dari m ulut nya t ersem bur keluar sedikit darah segar.
Untung bagi Ketua Beng- kauw ini bahwa Kim- mo Taisu juga mempergunakan tiga
perem pat t enaganya saj a unt uk m enghadapi pukulannya t adi, dan karena t enaga
m ereka m em ang seim bang, m aka keduanya t idak sam pai m enderit a luka dalam .
Hanya Pat - j iu Sin- ong lebih rugi karena dia yang m enyerang, m aka bent uran
t enaga seim bang it u m em buat t enaga serangannya m em balik sendiri dan
m em buat ia m enderit a lebih banyak daripada lawannya. Dalam penggunaan
t enaga dalam , t enaga dan napas, t idak sam pai lim a m enit keduanya sudah
melompat bangun.
"Ha- ha- ha, kau hebat , Kim - m o Taisu. Akan t et api aku m asih belum kalah. Hayo
kit a lanj ut kan! " Kat a- kat a ini diucapkan dengan waj ah berseri, t anda bahwa
kakek it u girang dan puas sekali dapat bert anding dengan seseorang lawan yang
dapat menandinginya.
Akan tetapi Kim- m o Taisu t idak punya nafsu lagi berm ain- main dengan kakek itu.
" Cukuplah, Kauwcu. Aku harus m enyim pan t enaga karena akan m enghadapi
lawan yang lebih t angguh daripadam u di puncak ini besok. Lain kali saj a kit a
lanjutkan."
Biarpun sudah t ua, wat ak Pat - j iu Sin- ong yang t ak m au kalah it u m asih t et ap
ada. Mendengar ada lawan yang lebih t angguh daripadanya, ia m enj adi
penasaran sekali. " Hem m , siapakah dia yang kaukat akan lebih t angguh daripada
aku?"
Kim- m o Taisu t ersenyum . Mem ang ia cukup m engenal wat ak kakek ini m aka t adi
ia sengaj a bilang dem ikian agar Si Kakek m au berhent i. "Dia seorang t okoh baru,
m asih m uda, agaknya kau belum m engenalnya, j ulukannya Raj a Pengem is yang
menguasai seluruh kai- pang di empat penjuru."
" Hem m , hem m ada kai- ong baru, ya? I ngin sekali aku m elihat m acam nya
bagaim ana. Kau hendak bert anding dengannya? Ha- ha- ha, Kim - m o Taisu, kalau
kau kalah olehnya kem udian aku m engalahkannya, bukankah it u sam a saj a
dengan pert andingan kit a dilanj ut kan? Ha- ha, kit a lihat saj a nant i! " Sam bil
tertawa- t awa Pat - j iu Sin- ong lalu berj alan m engham piri keledainya, sekali kaki
kanannya diayun ke at as ia sudah duduk di punggung keledai kecil it u dan
berlarilah si keledai ket ika m endengar kelenengan yang dibunyikan oleh
penunggangnya.
Setelah bunyi itu kelenengan itu lenyap dan bayangan Pat- jiu Sin- ong tak tampak
lagi, barulah Kim- mo Taisu sadar dari lamunannya. Perjumpaannya dengan kakek
it u sekaligus m em bangkit kan ingat annya kepada Lu Sian. Jadi Lu Sian t elah
m enikah dengan Kam Si Ek, j enderal m uda yang am at t erkenal it u? Jodoh yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 248


t epat ! Akan t et api m engapa Lu Sian kem udian m eninggalkan suam inya? Bukan
urusannya sem ua it u, nam un sukar baginya unt uk t idak m em ikirkannya. I a
m engeluh dan m em balikkan t ubuh. Tam paklah bunt alan pundi- pundi uang, akan
tetapi ia tidak melihat Bu Song. Baru sekarang ia teringat kepada Bu Song.
" Bu Song! " I a m em anggil. Tiada j awaban. I a m enyam bar bunt alan dan m elihat
bahwa di dalam nya ada beberapa buah apel, ia m akin heran. Anak it u t elah
berhasil m encarikan buah unt uknya, m enaruh dalam bungkusan, m engapa lalu
pergi? Dan ke mana perginya?
" Bu Song....! " I a berseru lebih keras. Tet ap t ak ada j awaban. Tidak enaklah
hat inya dan m ulai ia m encari- cari sam bil berseru m em anggil- m anggil nama
muridnya.
Ke m anakah perginya Bu Song? Anak ini set elah m endengar bahwa orang t ua
yang bercakap- cakap dengan gurunya itu adalah kakeknya, meninggalkan tempat
it u sam bil berlari- lari cepat . I a berlari- lari t erus t anpa t uj uan t ert ent u, naik t urun
pegunungan. Kakinya sudah lelah bukan m ain nam un ia t idak m au berhent i.
Akhirnya dari puncak sebuah bukit kecil ia m elihat at ap rum ah di lereng bawah.
I a berlari lagi m enuruni puncak dan akhirnya karena t ak dapat m enahan
lelahnya, ia roboh t erguling di luar pagar rum ah yang berdiri t anpa t et angga di
lereng it u. Sebuah rum ah yang sederhana, dari papan, nam un bersih dan cukup
luas.
Bu Song m erangkak bangun, m em andang ke arah rum ah it u. Dari bagian
belakang rum ah t am pak asap m engepul dan t ercium lah bau m asakan yang gurih
dan sedap. Seket ika perut Bu Song m eront a- ront a dan anak ini m enelan ludah
beberapa kali. Untuk dapat ikut makan masakan di rumah ini, ia harus membantu
pem ilik rum ah bekerj a, sepert i yang sudah- sudah. Tanpa ragu- ragu lagi ia lalu
memasuki pekarangan rumah.
" Haiii! Bocah, siapa kau dan m au apa?" Tiba- t iba t erdengar bent akan keras dan
tahu- t ahu di belakangnya berdiri seorang kakek yang dahinya lebar sekali,
m ukanya berkeriput dan m em egang sebat ang t ongkat . Bu Song t ersent ak kaget .
Tadi di pekarangan it u sam a sekali t idak t am pak ada orang, bagaim ana kakek ini
tiba- tiba muncul seperti keluar dari dalam bumi?
" Maafkan aku, kek. Aku ingin m em bant u pem ilik rum ah ini dengan pekerj aan apa
saja, sekedar mendapat upah makan." Katanya sambil menjura dengan hormat.
Kakek it u m em andang kepadanya. Mat anya m enakut kan, m at a yang bundar dan
lebar set engah m elot ot , m ulut nya yang om pong it u berkem ak- kem ik. " Kau akan
mengemis makanan?"
Kini Bu Song yang m engedikkan m ukanya dan pandang m at a anak ini t aj am
m elot ot pula. " Aku bukan pengem is! Aku m au bekerj a, dan kalau t idak diberi
pekerj aan, aku pun t idak sudi m int a m akanan! Kalau di sini t idak ada pekerj aan,
sudahlah! " Dengan m em busungkan dada Bu Song sudah m em ut ar t ubuh hendak
keluar dari pekarangan it u. Akan t et api t iba- t iba kakinya sepert i t ert arik sesuat u
sehingga ia t erguling j at uh. Ket ika Bu Song m erayap bangun, kakek it u sudah
berada di dekatnya dan tersenyum mengejek.
" Bocah, t inggi hat i sekali kau! Kalau cara orang m int a pekerj aan sem acam
caram u ini, selam anya kau t akkan bisa m endapat pekerj aan. Kau bisa apa?
Hem m , t ubuhm u kuat , apa kau bisa m engam bil air dari sum ber di puncak it u
dipikul ke sini? Kalau kau sanggup, akan kami beri makan sekarang juga."
Girang sekali hat i Bu Song. I a t adi secara aneh t erguling roboh, akan t et api ia
tidak mengira sama sekali bahwa kakek inilah yang merobohkannya.
" Tent u saj a aku sanggup, Kek. Akan kupenuhi sem ua t em pat air di sini." " Tak
perlu om ong besar lebih dulu, sebaiknya isi perut m u sam pai kenyang agar kau
kuat mengambil air. Mari ikut ke dapur!"
Di bagian dapur rum ah it u, Bu Song bert em u dua orang lain. Seorang adalah
wanita setengah tua, yang ke dua seorang kakek pula yang tubuhnya tinggi besar
dan t ubuh bagian at as selalu t ak t ert ut up pakaian. Adapun yang wanit a selalu
cemberut , t ak banyak cakap akan t et api sikapnya galak sekali, berbeda dengan
kakek tinggi besar yang selalu tersenyum dan sering tertawa berkelakar.

Suling Mas Kho Ping Hoo 249


"Heh, A- kwi, jenggot kambing! Kau datang membawa anak kelaparan lagi?" tegur
Si Tanpa Baju kepada kakek pertama.
" Aiiih, j angan kau m ain- m ain dengan bocah ini, A- liong. Dia sam a sekali bukan
pengem is, m elainkan ingin bekerj a m em bant u kit a. Aku t adi m engira dia
pengem is, dia m arah- m arah dan hendak pergi. I a t idak sudi diberi m akanan
kalau tidak diberi pekerjaan. Pernahkah kau mendengar hal seaneh ini?"
Kakek yang bernam a A- liong it u m em andang t aj am , j uga Si Nenek berpaling
m em andang. " Sam - hwa, kau isilah padat - padat perut anak ini lebih dulu, bar u
suruh dia m encari air ke puncak. I a berkat a sanggup m em enuhi sem ua tempat
air di sini. Lucu, kan?"
Nenek yang disebut Sam - hwa it u m engerut kan kening dan diam - diam Bu Song
sudah m erasa kecewa m engapa ia t adi m int a pekerj aan di t em pat ini. Agaknya
orang serumah tidak ada yang waras!
" Kaum akanlah dan am bil sendiri di at as m ej a it u." Kat a Si Nenek t ak acuh.
Karena yakin bahwa yang akan dim akannya it u adalah hasil keringat nya nant i,
t anpa m alu- m alu at au ragu- ragu lagi Bu Song m engham piri m ej a dan m elihat
nasi dan m asakan- m asakan m asih m engebulkan asap, perut nya m akin
memberont ak lagi. I a segera m engam bil m angkok kosong dan m engisiny a
dengan nasi dan m asakan, lalu m ulai m akan dengan lahapnya. Lezat benar
m asakan it u, sungguhpun bahannya sangat sederhana. Bu Song adalah seorang
anak yang sehat dan t elah lam a ia t idak bert em u nasi, set iap hari hanya m akan
buah- buahan saj a, m aka kini ia kuat sekali m akan. Set elah ia m enaruh m angkok
kosong dan berhent i m akan, persediaan nasi di t em pat nasi t inggal set engahnya
lagi!
"Ho- ho- ha- ha- hah! " Malam ini kit a berpuasa, A- kwi! " kat a A- liong sam bil t ert awa
berkakakan, perutnya yang tak tertutup baju itu berguncang- guncang.
" Bocah ini kuat sekali m akan, m udah- m udahan bekerj anya sekuat it u pula." Kat a
A- kwi sambil menggeleng- geleng kepalanya.
Sam- hwa m uncul dari pint u. Melirik ke arah t em pat nasi, ia pun m engerut kan
kening dan bert ukar pandang dengan dua orang kakek it u. " Apakah kau t idak
sem brono, A- kwi? biar dia kuberi buah. Anak, m ari t erim a! " I a m elem parkan
sebut ir buah m erah ke arah Bu Song. Anak ini cepat m enyam but nya, akan t et api
ia bert eriak kaget karena buah yang hanya sebesar kepalan t angannya it u t erasa
am at berat ket ika ia sam but sehingga t anpa dapat ia pert ahankan lagi ia roboh
t erj engkang. Akan t et api begit u korban roboh, buah it u t ernyat a biasa saj a, sam a
sekali t idak berat . I a t ak pernah belaj ar ilm u silat , t ent u saj a sam a sekali t idak
t ahu bahwa yang m em buat berat buah t adi m enj adi berat adalah t enaga lont aran
Si Nenek yang hendak mengujinya.
Melihat dia roboh t erj engkang, nenek it u dan kedua kakek m enarik napas lega.
A- kwi lalu m enarik t angan Bu Song keluar dapur. " Hayo, m ulai bekerj a. I t u
tahang air dan pikulannya bawa keluar."
Bu Song dapat m erasa bet apa t angan kakek yang m enariknya it u kuat bukan
m ain. Akan t et api karena ia sudah m enerim a upahnya, ia t idak m au m em bant ah
lagi dan segera m engam bil pikulan bersam a t ahang air dari kayu yang t erlet ak di
sudut rumah.
" Kek, m engapa pikulannya begini kecil? Jangan- j angan t idak kuat m enahan dua
t ahang air." Celanya sam bil m engam at - am at i kayu pikulan yang kecil berwarna
put ih. " Oho, j angan pandang rendah kayu ini. Sepuluh t ahang air ia m asih
sanggup angkat t anpa pat ah! Mari kut unj ukkan kepadam u let ak sum ber air di
puncak." Mereka berjalan keluar.
Mendadak berkelebat bayangan dari luar pekarangan dan alangkah kaget hat i Bu
Song ket ika t iba- t iba ia m elihat seorang kakek t ua rent a yang ram but nya riap-
riapan sepert i suhunya, seorang kakek yang kedua kakinya rusak, dit ekuk bersila
sedangkan dua bat ang t ongkat yang m enunj ang ket iaknya m enggant ikan
pekerjaan sepasang kaki.

Suling Mas Kho Ping Hoo 250


" Siapa dia?" suara kakek lum puh ini parau m enyakit kan t elinga. A- kwi sudah
m em beri horm at dengan m em bungkuk dalam sekali sam pai punggungnya ham pir
patah dua, "Ong- ya, dia anak yang bekerja mengambil air."
Kakek it u m engangguk- angguk, akan t et api m at anya m enyapu t ubuh Bu Song
dari at as ke bawah. " Siapa nam am u?" " Nam a saya Bu Song, Kek." " Hushh,
jangan kurang ajar!" A- kwi menjiwir telinga Bu Song. "Kau harus sebut Ong- ya!"
Bu Song m engerut kan keningnya. Daun t elinganya t erasa panas dan nyeri. I a
m engangkat m uka m em perhat ikan kakek lum puh. Kakek yang t ua sekali,
pakaiannya dan ram but nya kusut t idak karuan, m asa disebut ong- ya? Sebut an
seolah- olah kakek ini seorang raj a m uda. Bu Song yang banyak m em baca t ahu
akan perat uran, m aka ia m enduga- duga. Tak m ungkin orang m acam ini m enj adi
raj a m uda. Ah, t ent u seorang kepala ram pok, pikirnya. Sudah m enj adi kebiasaan
um um bahwa kepala peram pok j uga disebut Twa- ong! Akan t et api, m enj adi
kepala ram pok j uga t idak pant as. Masa kakek lum puh m enj adi kepala ram pok?
Karena kakek lum puh ini t ak m ungkin m enj adi raj a m uda m aupun kepala
rampok, maka Bu Song ragu- ragu dan tidak mau menyebut Ong- ya!
" Sudahlah, A- kwi, yang t idak t ahu t ak perlu dipaksa. Di m ana Nyonya Muda?"
" Pagi t adi Nyonya Muda bersam a Nona Kecil keluar berkuda, m ungkin sepert i
biasa berburu kelinci." " Hem m m , kau keluar cari m ereka, suruh pulang ada
urusan penting." "Baiklah, Ong- ya."
Kakek lum puh it u m enggerakkan t ongkat nya dan... sekali berkelebat
bayangannya lenyap ke dalam rum ah. Bu Song m elongo dan bulu kuduknya
m erem ang. Kakek it u seolah- olah pandai t erbang at au pandai m enghilang saj a.
Ah, kalau begit u t ent ulah kepala ram pok, biarpun t ua dan lum puh nam un
agaknya pandai sekali ilm unya. I a m erasa m enyesal sekali. Bekerj a di keluarga
peram pok! Celaka, kalau ia t ahu, biar diupah lebih banyak lagi ia t idak akan sudi.
Akan t et api, nasi sudah m asuk ke dalam perut , dan ia harus bekerj a m elunasi
hutangnya.
" Nah, di puncak bukit it u t erdapat sum ber air. Lihat pohon besar it u? Di bawah
pohon itulah letaknya, lekas kau pergi ke sana mengisi kedua tahang ini, bawa ke
sini dan t erus saj a ke dapur, A- liong dan Sam - hwa akan m em beri t ahu ke m ana
kau harus m enuangkan air. Kerj a yang baik, aku m au pergi! " Set elah berkat a
dem ikian, kakek yang bernam a A- kwi it u m eloncat dan sebent ar kem udian
nampak bayangannya sudah jauh sekali seakan- akan ia lari setengah terbang.
Bu Song m enghela napas panj ang. Hebat , pikirnya. Orang- orang ini
berkepandaian t inggi dan t anpa ia sengaj a, ia agaknya t elah t erj at uh ke dalam
t angan segerom bolan peram pok dan harus bekerj a unt uk m ereka. I a akan
m elakukan pekerj aannya cepat - cepat , m em enuhi t em pat air dan, kem udian
segera m eninggalkan t em pat ini. Dengan penuh sem angat Bu Song lalu m endaki
bukit m enuj u ke sum ber air. Perj alanannya sukar, nam un ia t elah t erlat ih
m enghadapi kesukaran. Air j ernih m engucur keluar dari sebuah guha kecil,
m em bent uk kolam air yang t ak pernah kering. Segera Bu Song m engisi dua
t ahang air it u dan ket ika ia m em ikulnya, benar saj a, kayu pikulan it u dapat
m enahan dua t ahang air, bahkan kayu ini m ent ul- mentul sehingga enak dipakai
m em ikul. Hat i- hat i ia lalu m eninggalkan t em pat it u, m enuruni puncak m enuj u ke
rumah di bawah yang tampak dari tempat itu.
Dahinya penuh peluh ket ika ia t iba di dapur rum ah. A- liong m enyam but nya
sam bil t ert awa- t awa. " Lat ihan ini m engunt ungkan, t idak rugi kau, apalagi
dit am bah set engah bagian nasi ransum kam i, ha- ha- ha! Nah, t uangkan air ke
dalam kolam itu."
Kaget sekali hat i Bu Song m elihat kolam air yang am at besar, t erbuat dari pada
bat u. Unt uk m em enuhi kolam ini, sedikit nya ia harus m engam bil air sepuluh kali!
Celaka benar, ia t ert ipu. Akan t et api apa boleh buat , nasi sudah m em asuki perut ,
ia harus m em enuhi j anj inya. Hat inya m endongkol bukan m ain at as kekej am an
orang- orang t ua ini m enipu dia, akan t et api m ulut nya t idak berkat a apa- apa.
Setelah kedua tahang air berpindah tempat, ia lalu mendaki lagi.

Suling Mas Kho Ping Hoo 251


Menjelang senja, sudah sembilan kali ia mengambil air. Pundaknya serasa hendak
copot , kedua kakinya sepert i hendak lum puh, t ubuhnya sakit dan kelelahan yang
diderit anya hebat sekali. Akan t et api sekali lagi, kolam it u akan penuh. I a sudah
bekerja setengah hari untuk menebus hutang perutnya tadi!
"Ha- ha- ha, anak baik. Kej uj uran dan kekerasan hat im u m encipt akan keulet an
yang luar biasa. Kau ham pir lulus, t inggal sat u kali lagi. Sebent ar akan
kucerit akan kepada Nyonya Muda, t ent u ia t ert arik dan m enaruh kasihan
kepadamu."
Dengan waj ah m uram Bu Song hanya m enj awab pendek. " Aku t idak
m em but uhkan kasihan orang! " Lalu ia m em bawa pikulan kosong m endaki bukit
lagi, m em aksa t ubuhnya unt uk berj alan gagah, akan t et api karena m em ang
sudah am at lelah, m ana bisa ia berj alan dengan langkah t egap? I a t erhuyung-
huyung dan kedua kakinya t ersaruk- saruk. Hebat nya, A- liong m alah
m enert awainya, m em buat ia m akin j engkel dan desakan hat inya unt uk
beristirahat ia tekan kuat- kuat.
Unt uk ke sepuluh dan penghabisan kalinya ia t iba di bawah pohon besar, m engisi
kedua t ahang it u penuh air. Biarpun m asih kecil, Bu Song m aklum bahwa sekali
ia berist irahat m enurut kan dorongan hat inya, ia t akkan m am pu m enyelesaikan
pekerjaannya. Maka ia m em aksa diri dan m em ikul lagi pikulannya yang kini ia
rasakan bukan m ain berat nya, seakan- akan bukan dua t ahang air yang
dipikulnya, melainkan dua puluh!
Baru ia m enuruni t ebing pert am a, t iba- t iba ia m endengar suara orang. Waj ahnya
berubah dan ia cepat - cepat m engham piri t em pat it u dengan hat i- hat i sekali,
sejenak lupa akan kelelahan kedua kakinya. Itulah suara gurunya! Suara gurunya
tertawa- t awa bergelak! Karena t akut kalau- kalau Pat - j iu Sin- ong m asih bersam a
gurunya. Bu Song t idak berani m uncul begit u saj a. I a m engint ai dari balik bat u
karang besar dan m elihat bet apa gurunya berdiri sam bil bert olak pinggang dan
t ert awa di depan t iga orang laki- laki. Seorang di ant ara m ereka berm uka bopeng
penuh t ot ol- t ot ol hit am orang yang berdiri di t engah m em akai pakaian t am bal-
tambalan, dan orang ketiga bermuka sempit seperti tikus.
"Ha- ha- ha- ha! Kai- ong, aku sudah m enduga bahwa kau t ent u akan
m enyam but ku dengan m eriah, m em anggil sem ua sekut um u. Tak bisa
m engharapkan sifat j ant an dari seorang pengem is. Akan t et api aku t idak t akut ,
Kai- ong. Kerahkan sem ua sekut um u unt uk m enj adi saksi, siapa di ant ara kit a
yang lebih kuat. Apakah kau sudah siap?" demikian kata Kim- mo Taisu.
Pouw Kee Lui at au Pouw- kai- ong t ersenyum m enyeringai. " Kim - m o Taisu, kau
som bong benar. Mem ang sahabat - sahabat baikku ikut dat ang karena m ereka ini
pun t ert arik sekali m endengar bahwa kau dat ang. Telah lam a m ereka m endengar
nam am u dan ingin sekali m enyaksikan apakan nam a besarm u it u t idak sia- sia
belaka. Sahabat ku ini adalah Hwa- bin- liong ( Naga Muka Kem bang) dari pant ai
t im ur, raj a sekalian penj aga gunung ( peram pok) ." I a m enunj uk seorang sebelah
kanannya yang berm uka bopeng. " Sahabat yang seorang ini adalah Sin- ciang-
hai- m a ( Kuda Laut Bert angan Sakt i) , j uga t okoh pant ai t im ur, raj a daripada
baj ak. Masih ada beberapa orang sahabat baikku yang akan dat ang
menjumpaimu. Apakah kau takut?"
Bu Song m endengarkan sem ua it u dengan hat i berdebar. Wah, gurunya t elah
bert em u orang- orang j ahat , pikirnya. Pada saat it u, t iba- t iba t elinga kanannya
dijiwir orang, Bu Song kaget dan melirik. Kiranya kakek A- kwi yang menjiwirnya.
" Hayo pikul t ahang air it u dan bereskan pekerj aanm u, pem alas! " bisik Si Kakek
t anpa m elepaskan t elinga Bu Song. Bu Song kaget dan ia cepat bangkit lalu
m em ikul pikulannya. I a t idak t akut , m elainkan t aat karena t ahu akan kewaj iban.
Tinggal sekali lagi m engant ar air, kem udian ia akan lari kem bali ke sini m enont on
gurunya. Kakek A- kwi m elirik ke arah m ereka yang sedang bant ah- bantahan,
nam paknya gelisah dan m enarik t elinga Bu Song agar anak it u berj alan lebih
cepat.
Set elah agak j auh dari sit u, kakek it u m engom el. " Anak t olol, apakah kau
mencari mampus? Banyak tontonan di dunia ini, akan tetapi yang ditonton adalah

Suling Mas Kho Ping Hoo 252


harim au yang hendak bert em pur m elawan srigala- srigala! Gila bet ul. Hayo cepat
dan jangan sekali- sekali kau beristirahat sebelum kau sampai di rumah. Aku jalan
lebih dulu! " sekali berkelebat kakek it u sudah m eloncat j auh ke depan, dan Bu
Song sam bil m engeluh di dalam hat inya m em aksa diri unt uk berj alan pula
m enuruni bukit . I st irahat yang sebent ar t adi benar- benar m em buat kedua
kakinya ham pir t ak dapat dipakai berj alan. Akan t et api ia m enggigit bibir,
m em aksa diri unt uk cepat - cepat m enyelesaikan t ugasnya agar ia dapat kem bali
ke tempat itu untuk menjumpai gurunya.
Sem ent ara it u, Kim- m o Taisu m asih t ert awa bergelak m endengar ucapan Pouw-
kai- ong. "Ha- ha- ha, segala rampok dan bajak. Pantas menjadi sahabat pengemis.
Akan t et api aku t idak punya urusan dengan segala m acam ram pok dan baj ak.
Aku sengaja datang untuk mengulangi tantanganku kepadamu, Kai- ong. Mari kita
mulai!"
Ucapan it u m erupakan penghinaan hebat bagi t okoh baj ak dan t okoh ram pok it u.
Si Muka Bopeng Hwa- bin- liong sudah m elangkah m aj u, diikut i oleh Si Kuda Laut .
Mereka ini belum t ua, paling bany ak berusia em pat puluh t ahun. Begit u t iba di
depan Kim - m o Taosu, Hwa- bin- liong m elolos sebat ang golok besar yang t erselip
di punggungnya, adapun Si Kuda Laut m engeluarkan sebat ang cam buk yang
terbuat daripada ekor ikan pee. Keduanya berdiri dengan sikap menantang.
"San- ong ( Raj a Gunung) , biarkan aku m enghadapi j em bel kelaparan yang
som bong ini! " kat a Si Tokoh Baj ak yang m enyebut t em annya raj a gunung,
cam buk ikan pee di t angannya digerak- gerakkan di at as kepala sehingga
t erdengar suara bersiut an m engerikan. Ekor ikan pee it u penuh duri- duri yang
runcing, kalau sekali m engenai kulit t ubuh m anusia benar- benar akan
m engakibat kan luka yang hebat . " Bersabarlah, Hai- ong ( Raj a Laut ) . Biarkan aku
m enghadapinya lebih dulu. He, Kim - m o Taisu. Aku sudah lam a m endengar
nam am u yang baru m uncul, dan dengan m aksud baik aku ingin sekali berkenalan
dan m enyaksikan kelihaianm u. Siapa kira, kau begini som bong dan t idak
m em andang orang lain. Keluarkan senj at am u, biar aku Hwa- bin- liong m encoba
sampai di mana kehebatanmu maka kau bersikap sesombong ini!"
"Ha- ha- ha- ha, raja pengemis dibantu oleh raja laut dan raja gunung, benar- benar
hebat ! Segala m acam raj a sudah berkum pul di sini, biarlah kuant ar kalian
menghadap raja akhirat!"
Tent u saj a kedua orang raj a penj ahat it u m enj adi m arah sekali. Hwa- bin- liong Si
Muka Bopeng yang sudah bertahun- tahun merajalela di hutan- hutan dan gunung-
gunung, m enj adi raj a dari sekalian kecu dan ram pok, baru kali ini m erasa
dipandang rendah orang. I a m em bent ak m arah dan t anpa m enant i lawan
mengeluarkan senjata, ia sudah menyambar ke depan dan golok besarnya diayun
mengarah leher Kim- mo Taisu.
" Wut t t ... syuuuut t t t ! Tringgg...! ! " Kim - m o Taisu yang m elihat dat angnya golok
berkelebat , t idak m engelak m alah m enggerakkan t angannya, dengan j ari t engah
t angan kanan ia m enyent il golok lawan yang sedang t erbang m engarah lehernya
it u. Hebat lah t enaga sent ilan dari Kim - m o Taisu ini, karena ham pir saj a golok it u
t erlepas dari pegangan Si Muka Bopeng, bahkan raj a gunung it u t erhuyung-
huyung hampir roboh!
Marahlah Si Raj a Laut m elihat kawannya m endapat m alu. Senj at anya ekor ikan
pee yang m enyeram kan it u m elecut di udara, m engeluarkan bunyi " swing- swing-
swing...! " dan berkelebat an diput ar- put ar di at as kepalanya lalu m enyam bar
bertubi- t ubi ke arah Kim - m o Taisu. Pendekar sakt i ini t idak berani bert indak
sem brono. I a belum t ahu bagaim ana sifat senj at a lawan yang aneh ini, m aka
beberapa kali m engelak. Gerakannya perlahan dan lam bat saj a, akan t et api t ak
pernah senj at a ekor ikan pee it u dapat m enyent uh kulit nya. Set elah
m em pergunakan hidungnya m encium - cium di kala senj at a it u lewat , Kim - mo
Taisu yakin bahwa senj at a ini hanya m engerikan t am paknya, akan t et api t idak
m engandung racun berbahaya, m aka sam bil m engelak daripada t usukan golok Si
Raj a Gunung yang sudah m engeroyoknya, Kim - m o Taisu m enyam bar ekor ikan
pee it u dan m enj epit uj ungnya dengan dua j ari t angan kiri! I a m enggunakan

Suling Mas Kho Ping Hoo 253


t enaga m em bet ot sehingga ekor ikan pee it u m enegang, kem udian pada saat Si
Raja Gunung Hwa- bin- liong dengan girang menyerangnya dari belakang, tiba- tiba
ia m engerahkan t enaga bet ot an dan... m elayanglah cam buk ekor ikan pee it u ke
arah penyerang di belakangnya. Hwa- bin- liong bert eriak kesakit an, Kim - m o Taisu
cepat m em balik, sekali m erenggut ia berhasil m enyam bar golok lawan yang
t erluka it u dan di lain saat golok it u sudah t erbang dan m enancap pada paha raj a
laut yang m asih t erlongong karena senj at anya t adi kena diram pas lawan. I a
t erguling dalam saat ham pir berbareng dengan raj a gunung, m asing- masing
t erluka oleh senj at a kawan sendiri. Luka yang t idak m em bahayakan keselam at an
nyawa, nam un cukup hebat unt uk m em buat m ereka t ak m am pu bert em pur lagi
dan harus beristirahat untuk beberapa pekan!
Tanpa m em pedulikan lagi m ereka berdua yang kini m erangkak- rangkak
m enj auhkan diri dari it u, Kim - m o Taisu m engham piri Pouw- kai- ong, m em andang
tajam dan berkat a, " Sudah kukat akan bahwa aku t idak m em punyai urusan
dengan segala ram pok dan baj ak. Mengapa kau m endat angkan penj ahat -
penj ahat m acam begit u unt uk m enggangu pert em uan kit a? Segala m acam
penjahat kecil yang tidak ada artinya, memuakkan saja!"
Pouw Kee Lui t ersenyum m enyeringai. " Kim - m o Taisu, j angan buru- buru m erasa
t ekebur dan bangga. Masih ada beberapa orang sahabat yang ingin sekali
bert em u denganm u." Set elah berkat a dem ikian, Pouw Kee Lui lalu m em balikkan
t ubuh, m enj ura dan m em beri horm at sam bil berkat a, "Cu- wi Locianpwe, harap
sudi memperlihatkan diri!"
Dari balik pohon dan bat u besar berm unculan beberapa orang dan dapat
dibayangan bet apa heran dan kaget nya hat i Kim - m o Taisu m elihat m ereka. Di
ant aranya banyak yang ia kenal sebagai t okoh- tokoh sakt i yang pernah m enj adi
lawannya, yait u Ban- pi Lo- cia pendet a gundul raksasa, m usuh lam anya yang
m em ang ia cari unt uk m em balaskan kem at ian bekas kekasihnya, Ang- siauw- hwa
Si Rat u Pelacur! Orang ke dua yang dikenalnya bukan lain adalah Ma Thai Kun,
sut e ( adik seperguruan) Beng- kauwcu Pat - j iu Sin- ong Liu Gan yang pernah
berm usuhan dengannya karena cem buru dan iri hat i karena pam an guru ini
m encint ai m urid keponakannya sendiri, yait u Liu Lu Sian. I a m aklum bahwa Ma
Thai Kun m em bencinya sepert i ia m em benci Ban- pi Lo- cia dengan dasar yang
sam a, ialah, m erenggut wanit a t erkasih. Selain dua orang yang m erupakan
tandingan berat ini, muncul pula tokoh- tokoh dunia pengemis yaitu Kim- tung Sin-
yang dan Koi- t ung Tiang- lo dari Sin- yang. Di dekat Ban- pi Lo- cia berdiri seorang
laki- laki berusia t iga puluh t ahun lebih, sikapnya t enang dan serius, sikapnya
gagah. Dia ini adalah Lauw Kiat , m urid t erkasih Ban- pi Lo- cia. Lauw Kiat ini
seorang pet ualang dari selat an yang m erant au ke ut ara, bert em u dan dikalahkan
Ban- pi Lo- cia lalu m enj adi m uridnya, ilm u kepandaiannya cukup hebat , hanya
setingkat lebih rendah dari pada tingkat suhengnya, yaitu Bayisan.
"Ha- ha, Kim - m o Taisu. Kurasa kau sudah m engenal m ereka ini, bukan? At aukah
perlu aku memperkenalkan mereka kepadamu?"
Kim- mo Taisu t idak m enj awab, akan t et api Ban- pi Lo- cia t ert awa bergelak. " Ha-
ha- ha! Tak usah diperkenalkan, aku dan dia adalah kenalan lam a. Kau adalah
pem uda sast rawan yang t am pan bernam a Kwee Seng yang berj uluk Kim - mo- eng
dan yang sekarang sudah bangkrut m enj adi pengem is j em bel gila lalu berj uluk
Kim- mo Taisu. Ha- ha- ha. Kenalan lama!"
" Orang she Kwee ini dengan aku pun m em punyai perhit ungan lam a yang belum
dibereskan, Pouw- pangcu." Kat a Ma Thai Kun yang t idak suka banyak bicara lalu
m aj u m enerj ang Kim - m o Taisu dengan pukulan yang m engeluarkan sinar m erah.
Melihat t angan yang kem erahan it u, m aklum lah Kim - m o Taisu bahwa Ma Thai
Kun t elah dapat m enyem purnakan Ang- tok- ciang ( Tangan Racun Merah) yang
m em ang t elah dim ilikinya sej ak dahulu. Nam un, ket ika ia m engelak, kaget lah ia
karena dari kepalan t angan m erah it u t am pak uap m engepul put ih yang seakan-
akan m enyam bar m ukanya dengan hawa pukulan yang am at hebat . Biarpun
pukulan it u t idak m engenai sasaran, nam un hawa pukulannya yang berupa uap
put ih it u m asih m erupakan ancam an hebat . Dengan kaget Kim - m o Taisu

Suling Mas Kho Ping Hoo 254


m encelat m undur dan m engat ur sikap, karena lawannya ini t ernyat a t elah m aj u
am at pesat kepandaiannya. Mem ang sesungguhnya t epat dugaan Kim - m o Taisu
it u. Kini Ma Thai Kun yang m eninggalkan Beng- kauw, bert ahun- t ahun bertapa
sam bil m enggem bleng diri sehingga ia berhasil m enyem purnakan Ang- tok- ciang
sedem ikian rupa dan m erobahnya m enj adi ilm u pukulan yang ia nam akan Cui-
beng- ciang, ( Tangan Pengej ar Nyawa) ! Kem bali Ma Thai Kun m enerj ang m aj u,
dari kedua t angannya keluar hawa pukulan berput ar- put ar yang am at panas.
Terpaksa kali ini Kwee Seng m enggunakan Bian- sin- kun ( Tangan Kapas Sakt i)
unt uk m enangkis karena selain t ak m ungkin m enghadapi desakan lawan t angguh
hanya dengan berkelit, juga ia ingin menguji kekuatan lawan.
Ket ika kedua lengan bert em u, Ma Thai Kun kaget sekali karena m erasa bet apa
t anaganya sepert i t enggelam dan t angan lawan sedem ikian lunaknya sehingga
ilm unya Cui- beng- ciang t idak berpengaruh sedikit pun, sebaliknya ada hawa
dingin yang m enj alar dari t angannya sam pai ke pangkal lengan. Oleh karena ini,
cepat ia m enarik t angannya, m enj at uhkan diri ke belakang dan bergulingan.
Hanya dengan cara ini ia dapat t erbebas dari pengaruh Bian- sin- kun. Sam bil
m elom pat berdiri, diam - diam Ma Thai Kun j uga m aklum bahwa ilm u kepandaian
Kwee Seng t ernyat a t elah m eningkat hebat . Maka ia bersikap hat i- hat i dan
m enyerang lagi dengan Cui- beng- ciang, dit uj ukan ke arah anggot a t ubuh yang
berbahaya, tidak mau lagi bertanding mengadu tenaga seperti tadi.
Ban- pi Lo- cia t ert awa bergelak. " Hua- ha- ha- ha, Kim - m o Taisu. Kiranya kau t elah
m em peroleh sedikit kem aj uan, pant as saj a kau berani berlagak. Kaum akan
cam bukku ! " ucapan ini disusul suara ledakan cam buk di udara dan t am paklah
gulungan sinar hit am yang m em bent uk lingkaran- lingkaran besar kecil m elayang
dari t angan Ban- pi Lo- cia. I t ulah cam buknya yang hebat , yang t erkenal sebagai
senj at a t unggalnya yang am puh disebut Lui- kong- pian ( Cam buk Pet ir) , t erbuat
daripada sirip dan ekor ular laut hit am yang hanya dapat dit em ukan di laut ut ara,
di antara gunung- gunung es!
" Bagus! Kalian pengecut - pengecut besar boleh m engeroyokku! " Kim - m o Taisu
t ert awa m engej ek dan berkelebat cepat m enyelinap di ant ara garis- garis
lingkaran yang dibent uk sinar cam buk, kem udian m em balas lawan lam a ini
dengan sebuah t endangan kilat . Ket ika Ban- pi Lo- cia m enangkis t endangan ini
dengan t angan kirinya, Kim - m o Taisu m em pergunakan t enaga t angkisan lawan
unt uk m encelat ke arah Ma Thai Kun dan sudah m endahului orang she Ma ini
dengan sebuah gerakan dari ilm u silat Lo- hai- k un ( Pengacau Laut an) . Dem ikian
cepat dan t ak t erduga gerakannya ini sehingga biarpun Ma Thai Kun sudah cepat
m enangkis, nam un pundaknya m asih kena t am par, kelihat annya t idak keras
nam un cukup m em buat Ma Thai Kun t erlem pat dan bergulingan sam pai lim a
m et er j auhnya! Nam un Ma Thai Kun m em iliki kekebalan, dan t enaga dalam nya
sudah cukup kuat , m aka ia dapat m elom pat bangun kem bali sam bil m enerj ang
maju dengan kemarahan meluap- luap.
Pada saat it u, m urid Ban- pi Lo- cia yang bernam a Lauw Kiat sudah m aj u pula. Dia
ini bersenj at akan sebuah t ongkat dan gerakannya t ernyat a cukup hebat . Pem uda
ini m enerj ang t anpa banyak suara, akan t et api serangannya selain kuat j uga
sungguh- sungguh sehingga sekali gebrakan saj a ia sudah m engirim serangan
sam pai t iga j urus. Kim - m o Taisu m enggunakan ginkangnya m enghindarkan diri
dan ia belum sem pat m em balas pem uda she Lauw it u karena kini kedua orang
ket ua kai- pang sudah m enerj angnya j uga sehingga dalam sekej ap m at a ia sudah
dikurung oleh lim a orang lawan yang m em iliki ilm u kepandaian t inggi, terutama
sekali t ent u saj a Ban- pi Lo- cia dan Ma Thai Kun, Kim - m o Taisu m aklum bahwa
orang- orang pandai dan keadaannya berbahaya, nam un seuj ung ram but pun ia
t idak t erj adi gent ar. Sam bil m engerakan gin- kangnya yang kini m enanj ak t inggi
t ingkat nya sej ak ia berlat ih di dalam Neraka Bum i, ia m alah m engej ek kepada
Pouw Kee Lui yang masih berdiri menonton. Hatinya panas bukan main dan diam-
diam ia kagum akan kecerdikan raj a pengem is yang m asih m uda it u, yang dapat
m engerahkan dan m em pergunakan orang- orang pandai sedangkan dia sendiri
enak- enak menonton.

Suling Mas Kho Ping Hoo 255


" Aha, t ikus busuk she Pouw yang m engaku raj a pengem is, kiranya kau hanyalah
raj a pengecut yang m engandalkan kawan banyak! " ia t erpaksa hanyalah raj a
pengecut yang m engandalkan kawan banyak! " I a t erpaksa berhent i untuk
m enangkis pukulan t ongkat Lauw Kiat yang t ak dapat ia elakkan. Tangkisan ini
disert ai t enaga dalam sehingga Lauw Kiat bert eriak kaget dan t erlem par sam pai
j auh bersam a t ongkat nya! Kem udian Kim - m o Taisu sudah berkelebat lagi
m enghindar dari sam baran cam buk Ban- pi Lo- cia, sam bil m engelak kakinya
m encongkel ke arah Koai- t ung Tiang- lo. Orang t ua yang m enj adi ket ua
perkum pulan pengem is di Sin- yang dan sudah t erj at uh ke dalam t angan Pouw-
kai- ong ini bert eriak kaget , roboh t erguling- guling dan t ak dapat berdiri lagi
karena sambungan lutut kanannya terlepas!
"Ha- ha, Pouw- kai- ong, kau tidak berani menghadapi aku, bukan?" melihat betapa
dikeroyok lim a, lawannya it u m asih dapat m engej eknya bahkan m erobohkan
Koai- t ung Tiang- lo, diam - diam Pouw Kee Lui t erkej ut sekali. I a m aklum bahw a
Kim- m o Taisu m em ang lihai, akan t et api t idak m engira akan dapat m enghadapi
pengeroyokan orang- orang sakti seperti Ban- pi Lo- cia dan yang lain- lain itu.
"Kim- m o Taisu, kem at ian sudah di depan m at a m asih berani m engoceh! " Teriak
si Raj a Pengem is dan cepat ia m enerj ang m aj u, m enggabungkan diri dengan
barisan pengeroyok sehingga kini Kim - m o Taisu dikeroyok lim a. Akan t et api
pengeroyokan yang sekarang ini j auh lebih berat dibanding dengan t adi. Koai-
t ung Tiang- lo bukanlah seorang yang m em iliki kepandaian sepert i raj a pengem is
ini. Begit u m aj u dan m enerj angnya dengan t ubuh berput ar- put ar sehingga
t angan dan kakinya bergerak- gerak sepert i angin badai dan kelihat annya sepert i
berubah m enj adi belasan banyaknya. Kim - m o Taisu m aklum bahwa dia inilah
lawan yang berat , t idak kalah berat j ika dibandingkan dengan Ban- pi Lo- cia,
m alah lebih lihai daripada Ma Thai Kun! Sibuklah Kim - m o Taisu sekarang, t adi
pun ia sudah repot m elayani desakan para pengeroyoknya dan hanya
m enghindar m engandalkan kecepat an gerakannya, akan t et api sekarang
pengeroyokan dit am bah dengan Pouw- kai- ong yang t ernyat a m em iliki gerakan
yang ham pir sam a cepat nya dengan dia sendiri. Bet apa pun Kim - m o Taisu
m engerahkan kepandaian, t et ap ia t idak m em punyai kesem pat an sam a sekali
unt uk balas m enyerang. Nam un, kelim a orang lawannya it u pun t erheran- heran
bet apa orang yang m ereka keroyok it u selalu dapat m enghindar dari serangan
yang bertubi- tubi itu.
"Ha- ha- ha, alangkah gagahnya, t okoh- t okoh kang- ouw yang t erkenal
m engeroyok seorang lawan yang bert angan kosong! " Kim - m o Taisu sem pat
m engej ek, akan t et api ej ekan ini ia bayar dengan t erpukulnya pinggang oleh
t ongkat di t angan Kim - t ung Sin- kai. Sebet ulnya hal ini m em ang t ak t erelakkan
lagi. Karena ia bicara, m aka pencurahan panca inderanya t erganggu dan pada
det ik yang bersam aan, set elah berhasil m enghindarkan yang lain, uj ung cam buk
Ban- pi Lo- cia m enyam bar dari at as sedangkan t ongkat Kim - t ung Sin- kai
m enghant am ke arah pinggang. Tiga orang pengeroyok lain t elah m enut up j alan
keluarnya, m aka ia harus m engadakan pilihan. Menghindarkan t ongkat berart i
m em buka j alan unt uk dat angnya cam buk, m enghindarkan cam buk, harus
m enerim a hant am an t ongkat . Kim - m o Taisu t ent u m em ilih dihant am t ongkat ,
karena ia m aklum bahwa hant am an uj ung cam buk di t angan Ban- pi Lo- cia
m erupakan bahaya m aut , sedangkan Kim - t ung Sin- kai biarpun lihai, dapat ia
atasi tenaganya.
" Bukkk! " Kim - m o Taisu m erasa pinggangnya agak sakit , akan t et api dilain pihak
Kim- t ung Sin- kai m enyeringai aneh dan t ubuhnya t erangkat ke at as. Kim - mo
Taisu m enggunakan kesem pat an ini m eluncur lewat di bawah kedua kaki Kim -
t ung Sin- kai yang m asih t erpengaruh oleh bent uran t enaga dalam sehingga
em pat orang pengeroyoknya t idak berani t urun t angan khawat ir akan m engenai
t ubuh kawan sendiri. Kesem pat an ini dipergunakan oleh Kim - m o Taisu unt uk
m eloncat t inggi ke at as pohon, dan beberapa det ik kem udian ia t elah t urun
kembali ke atas tanah, tangan kanannya memegang sebatang cabang pohon itu!

Suling Mas Kho Ping Hoo 256


"Ha- ha- ha, sekarang ada senj at a di t anganku, m aj ulah! " ia m enant ang dan
kagum j uga m elihat bahwa Kim - t ung Sin- kai sudah pulih kem bali, agaknya t idak
t erluka. I a heran t adinya karena t ahu bet ul bahwa ket ika pinggangnya t erpukul,
ia m engerahkan sin- kang yang t ent u akan m em buat t enaga kakek it u m em balik
dan m elukai isi perut nya sendiri. Akan t et api ket ika m elirik ke arah Pouw- kai- ong
yang baru saj a m engant ongi bungkus m erah, ia dapat m enduga bahwa t ent ulah
Si Raj a Pengem is it u yang m em punyai obat penawar yang m anj ur sekali. Kini
t anpa m enant i dat angnya pengeroyokan, Kim - m o Taisu m endahhului
m enggerakkan cabang pohon liu it u dan sert a- m ert a ia m ainkan I lm u Pedang
Cap- jit- seng- kiam ( I lm u Pedang Tuj uh Belas Bint ang) yang ia cipt a dan
sem purnakan dengan dasar ilm u yang ia baca dari k it ab perbint angan di dalam
Neraka Bum i. Hebat sekali gerakannya ini, karena selain ilm u pedang it u
m erupakan ilm u pedang sakt i yang dicipt akan m enurut pengalam an dan ilm u
penget ahuan, j uga m em ang seluruh anggot a t ubuh Kim - m o Taisu sudah t erlat ih
sehingga hawa sin- kang di dalam t ubuhnya sudah m encapai t ingkat yang sukar
dicari bandingannya lagi. Cabang kayu di t angannya it u m engeluarkan bunyi
sepert i angin m endesir- desir, m em bent uk sinar kehij auan bergulung- gulung dan
t am pak m em bayang dalam gulungan sinar it u t uj uh belas bat ang kayu kelihat an
j elas sekali cabang- cabang ini bergerak ke sana ke m ari m em bagi- bagi serangan
kepada lima orang lawan.
Dengan bersenj at akan cabang kayu m ainkan Cap- jit- seng- kiam , Kim - m o Taisu
m asih t erus bert ahan, akan t et api t idak sepayah t adi. Kini ia m am pu balas
m enyerang, akan t et api karena daya serangnya hanya sat u bagian saj a
sedangkan yang sem bilan bagian dipakai unt uk bert ahan, m aka t ent u saj a
serangan balasannya it u t idak ada art inya bagi lawan sepert i Ban- pi Lo- cia,
Pouw- kai- ong dapat m engim bangi. Hanya kedua orang lainnya Kim - t ung Sin- kai
dan Lauw Kiat m urid Ban- pi Lo- cia yang t ingkat kepandaiannya lebih rendah,
t erpengaruh serangan balasannya. Melihat ini, Kim - m o Taisu lalu m enuj ukan
serangan balasan kepada dua orang it u. Ket ika ia m endapat kesem pat an, cepat
sekali cabang kayu di t angannya bergerak disert ai seruan keras, t ubuhny a
m enyam bar laksana seekor burung garuda. Kedua orang yang diserang it u t iba-
t iba m enj adi silau m at anya oleh sinar yang m enyam bar dahsyat . Mereka
m encoba unt uk m enangkis dengan t ongkat di t angan m ereka, akan t etapi
t ongkat m ereka, seakan- akan t erbet ot oleh t enaga raksasa, t erlepas dari t angan
m ereka, kem udian sinar hij au berkelebat cepat dan robohlah Kim - t ung Sin- kai
dan Lauw Kiat , m unt ah darah! Beberapa orang anggot a pim pinan pengem is yang
kiranya sudah berkum pul di sekit ar t em pat it u, cepat m aj u m enolong dan
m em bawa m ereka m undur. " Ha- ha- ha. Pouw- kai- ong, Ban- pi Lo- cia dan Ma Thai
Kun! Apakah tidak perlu kalian tambah lagi jumlah pengeroyokan?" Kim- mo Taisu
masih mengejek sambil memutar cabang kayu di tangannya.
Marahlah t iga orang it u, t erut am a sekali Ban- pi Lo- cia. Beberapa t ahun yang lalu,
ia m asih dapat m engat asi kepandaian Kim - mo- eng, dan selam a ini
kepandaiannya sendiri t idak berkurang, sungguhpun t enaga dalam dan hawa
sakt i di dalam t ubuhnya t ent u t idak m em peroleh kem aj uan karena t erlalu
m enurut i nafsu birahinya yang t ak kunj ung padam . Nam un ia m erasa lebih
unggul daripada seorang lawan sem uda Kim - mo- eng yang kini m enj adi Kim - mo
Taisu. I a j auh lebih t ua, t ent u lebih t erlat ih dan lebih berpengalam an. Maka
m endengar ej ekan ini, m at anya m elot ot besar kem erahan, m ulut nya
m engeluarkan gerengan sepert i beruang t erluka dan t anpa berkat a apa- apa Ban-
pi Lo- cia m em ut ar cam buknya dengan pengerahan t enaga sekuat nya sehingga
cam buk it u m eledak- ledak dengan kerasnya lalu m em bent uk sinar hit am yang
melingkar- lingkar dan bagai huj an dat ang m enyam bar ke arah Kim - m o Taisu
t idak berani m em andang rendah, cepat m em ut ar cabang liu di t angannya,
membentuk sebuah bayangan payung yang melindungi tubuhnya dari atas.
Pouw Kee Lui biarpun m asih m uda, nam un dia belum pernah m enem ui lawan
t angguh, m aka sekali ini ia pun am at penasaran. I lm u kepandaiannya adalah
warisan orang sakt i yang m erupakan ilm u yang j arang dit em ui orang di dunia

Suling Mas Kho Ping Hoo 257


persilat an, dan dalam hal t enaga dalam hawa sakt i, dia boleh dibilang t erm asuk
orang t ingkat an t inggi. Ket ika t adi Kim - m o Taisu m engam bil cabang pohon it u
unt uk senj at a, ia pun sudah m engeluarkan senj at anya, yait u sebat ang t ongkat
pula, yang ia m ainkan sepert i orang berm ain t oya, kini m elihat bet apa lawan
yang dikeroyok it u berhasil m erobohkan dua orang kawan, ia m enj adi m arah dan
penasaran. Pouw Kee Lui berseru keras, m enekan uj ung t ongkat yang ada
rahasianya sam bil m encabut dan t ahu- t ahu sebat ang pedang t elah ia keluarkan
dari dalam t ongkat , pedang yang m em punyai sinar m erah! Kem udian dengan
gerakan yang t angkas sekali ia m enyerbu, pedang di t angan kanan diput ar dan
t ongkat di t angan kiri digerakkan secara aneh. Belum pernah dalam sej arah ilm u
silat ada orang m ainkan pedang di t angan kanan dan t ongkat di t angan kiri,
karena sebet ulnya kedua senj at a ini m em punyai gaya perm ainan yang am at
berbeda, bahkan berlawanan. Nam un raj a pengem is it u dapat m em ainkanny a
seakan- akan ia menjadi dua orang yang memegang pedang dan toya.
Hanya Ma Thai Kun seorang yang t idak bersenj at a. Mem ang bekas t okoh Beng-
kauw ini t idak suka m enggunakan senj at a, hanya m engandalkan keam puhan
kedua t angannya yang sej ak puluhan t ahun t elah digem bleng t elah di " isi" hawa
beracun sehingga sebenarnya kedua t angannya it u lebih am puh dan lebih
berbahaya daripada sepasang senj at a. Kalau senj at a t aj am hanya m elukai kulit
dan daging nam un t angan Ma Thai Kun ini selain m erusak kulit daging, j uga
m em asukkan hawa beracun! I a m asih t et ap m em pergunakan ilm u pukulan Cui-
beng- ciang yang am at hebat . Terlalu benci ia kepada Kim - m o Taisu yang
membuat ia kehilangan wanita yang dicinta dan kehilangan tempat di Beng- kauw,
m aka set iap pukulannya m erupakan t angan m aut yang akan m endat angkan
kem at ian m engerikan. nam un Kim - m o Taisu agaknya t ak pernah m au
m em biarkan dirinya t erkena pukulan m aut ini sehingga m em buat Ma Thai Kun
menjadi makin marah dan penasaran.
Setelah tiga orang itu maju dengan kemarahan meluap, diam- diam Kim- mo Taisu
harus m engakui bahwa sekali ini ia benar- benar dihadapkan kepada uj ian berat
sekali. Kalau m ereka bert iga m aj u seorang dem i seorang, biarpun m ereka ini
m erupakan lawan yang j arang dapat dicari bandingnya, nam un ia m asih sanggup
m erobohkan m ereka seorang dem i seorang. Akan t et api m enghadapi m ereka
bert iga m aj u bersam a sepert i ini, benar- benar am at lah berat karena m ereka
bert iga it u m em iliki kepandaian khusus yang harus dihadapi secara khusus pula.
Dengan pengeroyokan ini, t ak m ungkin ia m em ecah perhat ian m enj adi t iga unt uk
m enghadapi m ereka secara khusus, hanya dapat m em pert ahankan diri dan
sekali- kali m em balas dengan serangan yang t ak berart i. Set elah kekurangan dua
orang pengeroyok, t iga orang ini bukan m enj adi lem ah, bahkan m akin kuat . Hal
ini adalah karena dua orang yang t elah t oboh t adi m em iliki t ingkat j auh lebih
rendah sehingga m ereka berdua t adi bukannya m em bant u, bahkan m enj adi
penghalang gerakan bagi gerakan t iga orang ini dan sekarang set elah
lapangannya lebih luas dan longgar, m ereka ini dapat bersilat leluasa dan
mencurahkan seluruh daya serangnya.
Kim- m o Taisu t erdesak hebat . Apalagi kini Ban- pi Lo- cia m enyelingi ayunan
cam buknya dengan pukulan Hek- see- ciang, yait u pukulan beracun dari Tangan
Pasir Hit am yang hanya set ingkat lebih lunak daripada t angan Cui- beng- ciang
m ilik Ma Thai Kun! Bukan ini saj a, j uga Pouw- kai- ong m enam bah permainan
t ongkat dan pedangnya dengan serangan air ludah! Luar biasa berbahaya, dan
m enj ij ikkan sekali cara bert em pur Si Raj a Pengem is ini. Akan t et api air ludah
yang kadang- kadang ia sem burkan dari m ulut nya it u benar- benar t ak boleh
dipandang ringan. Ket ika Kim - m o Taisu kurang cepat m engelak sehingga ada air
ludah sedikit mengenai betisnya, terasa panas seperti terpercik air mendidih!
I a kaget sekali dan cepat Kim - m o Taisu m enghadapi t iga orang pengeroyoknya
yang lihai ini dengan perm ainan Pat - sian Kiam - hoat dan Lo- hai- kun. Kalau t adi ia
m ainkan Cap- jit- seng- kiam , m aka perm aianannya it u hanyalah ilm u pedang
belaka, ilm u pedang yang luar biasa nam un m asih kurang berhasil unt uk
m enghadapi pengeroyokan lawan yang begini sakt inya. Kini ia m ainkan kedua

Suling Mas Kho Ping Hoo 258


ilm u it u yang sebet ulnya m erupakan ilm u yang sudah ia rangkai m enj adi
sepasang, dapat dimainkan berbareng. Pada dasarnya, Pat- sian Kiam- hoat adalah
ilm u pedang, penyem purnaan dari Pat - sian Kiam - hoat at as pet unj uk m anusia
dewa Bu Kek Siansu, sedangkan Lo- hai- kun aslinya adalah Lo- hai- san- hoat , ilm u
kipas yang j uga t elah m endapat pet unj uk Bu Kek Siansu. Jadi kalau m enurut
sem est inya, Kim - m o Taisu harus berm ain pedang dan kipas, barulah ia dapat
bersilat secara sem purna. Akan t et api sayang, pendekar ini sudah t erlalu t idak
m em perhat ikan diri lagi sehingga ia t idak m em iliki pedang m aupun kipas, hanya
m engandalkan t angan kaki dan kalau perlu ia m em pergunakan cabang sebagai
pedang. Tent u saj a t idak bisa sehebat pedang t ulen, apalagi kalau sedang
m enghadapi lawan t angguh. Karena t idak ada pedang, kini ia m enggant ikan
dengan sebat ang kayu, sedangkan t angan kirinya karena t idak bisa m endapat kan
kipas, lalu ia robah menjadi ilmu pukulan yang mendatangkan angin.
Bet apapun j uga, Kim - m o Taisu t et ap t erdesak. Pada saat ia sibuk m engelak dan
m enangkis desakan pukulan Ma Thai Kun dan pedang sert a t ongkat Pouw Kee
Lui, t iba- t iba t anpa m engeluarkan suara, cam buk hit am di t angan Ban- pi Lo- cia
t elah m em belit pinggangnya! Kim - m o Taisu t erkej ut sekali. Dahulu ket ika
bert anding m elawan Ban- pi Lo- cia, pernah t erbelit j uga pinggangnya dan ia t idak
m am pu m elepaskan diri begit u saj a. Oleh karena ini sepert i j uga dahulu, ia cepat
m engerahkan t enaganya, m em inj am t enaga t arikan cam buk, t ubuhnya m elayang
ke arah Ban- pi Lo- cia dan cabang di t angannya m enusuk dada sedangkan t angan
kirinya m enam par kepala! Hebat bukan m ain serangan ini dan Ban- pi Lo- cia tidak
m enyangka bahwa lawannya akan m elakukan perlawanan senekat ini. Terpaksa
ia m elepaskan cam buknya yang m elibat t ubuh lawan dan bergulingan ke
belakang! Mem ang Kim - m o Taisu j uga hanya m enggunakan siasat agar t erlepas
dari libat an cam buk, m aka ia t idak m engej ar karena pada saat it u, pedang di
t angan Pouw Kee Lui sudah m enyerangnya dengan ganas sekali, disusul pula
hant am an t ongkat nya. Kim - m o Taisu cepat m enangkis pedang dan t ongkat . Oleh
dorongan hawa sakt i dari t ubuh m ereka, ket iga senj at a ini m elekat , saling
mengisap dan saling membetot.
Pada saat it u, Ma Thai Kun m enendang, m engenai belakang lut ut Kim - m o Taisu,
m em buat pendekar ini roboh t erguling. Nam un cabang liu it u m asih m enem pel
pada pedang dan t ongkat Pouw Kee Lui dan kini dalam keadaan set engah
berbaring, Kim - m o Taisu m em pert ahankan t ekanan kedua senj at a Pouw Kee Lui
yang hendak m enindas at au m em bikin pat ah cabang it u di t angannya. Adu
tenaga dalam t erj adi. Kim - m o Taisu di bawah dan Pouw Kee Lui di at as. Nam un
perlahan- lahan cabang liu it u t erangkat ke at as, m enj adi bukt i bahwa raj a
pengemis itu kalah kuat.
Ma Thai Kun sudah m elangkah m aj u, waj ahnya m erah dan m em bayangkan
kegirangan hat inya. " Sekarang m am pus engkau! " kat anya lalu m engirim pukulan
Cui- beng- ciang ke arah kepala Kim- mo Taisu!
Kaget lah pendekar ini. Karena senj at anya m asih saling lekat dengan senj at a Si
Raj a Pengem is, m aka t ak m ungkin ia m engelak lagi dalam ke adaan set engah
terbaring it u. Terpaksa ia lalu m enggerakkan t angan kirinya, m engerahkan
tenaga sakti dan menggunakan Ilmu Tangan Kapas Sakti untuk menangkis.
" Plakk! " Kem bali kedua t angan it u lekat sat u kepada yang lain sehingga kini
dalam keadaan set engah t erbant ing it u Kim- m o Taisu harus m enahan t ekanan
kedua orang lawan dengan kedua t angannya! Keadaannya m enj adi berbahaya
sekali karena Ban- pi Lo- cia sudah t ert awa- t awa sam bil m engayun cam buknya
untuk menghantam lawan yang sudah tak dapat menghadapinya lagi itu.
Akan t et api pada saat it u t erdengar suara ket awa t erbahak- bahak disusul ucapan
nyaring. " Ha- ha- ho- ho! Set elah m endurhakai Beng- kauw, kau m asih berani
bersekongkol dengan segala m acam penj ahat ? Benar m em alukan sekali! " Dan
m uncullah Pat - j iu Sin- ong Liu Gan yang dengan langkah lebar m engham piri
tempat pertandingan itu.
Bukan m ain kaget nya hat i Ma Thai Kun m elihat dat angnya bekas suhengnya ini.
Dalam keadaan t angannya lekat pada t angan Kim - m o Taisu, berbahayalah kalau

Suling Mas Kho Ping Hoo 259


ia diserang, sedangkan ia m aklum akan wat ak suhengnya ini yang keras sepert i
baj a dan t idak m engenal am pun. Maka t erpaksa ia m enarik kem bali t enaganya
m elom pat m undur dan dengan m at a beringas ia m em andang suhengnya, lalu
memaki.
" Lui Gan, di ant ara kit a t idak ada hubungan apa- apa lagi, m engapa kau selalu
menentang aku?" "Cerewet, sebelum menghajar mampus padamu dengan tangan
sendiri, hat iku t akkan t ent ram karena pada suat u saat t ent u kau m am pus di
tangan orang lain dan hal ini sama sekali tidak kukehendaki!"
" Liu Gan, kau benar- benar t erlalu! " Ma Thai Kun m em bent ak dan m engirim
pukulan sam bil m engeluarkan t eriakan garang. Pat - j iu Sin- ong t ersenyum dan
cepat m enangkis. Di lain saat kedua orang yang t adinya m enj adi kakak beradik
seperguruan ini sudah saling hantam dengan seru.
Biarpun sudah dit inggalkan Ma Thai Kun, keadaan Kim - m o Taisu m asih dalam
bahaya, karena Ban- pi Lo- cia kini sudah m engayun cam buk m enghant am
kepalanya, sedangkan ia m asih set engah berbaring. Akan t et api, t iba- t iba Ban-
pia Lo- cia berseru m arah, t ubuhnya t erhuyung ke belakang dan ot om at is
serangannya tadi tidak dilanjutkan.
"Setan iblis manakah yang berani main- main dengan Ban- pi Lo- cia?" bentaknya.
Terdengar j awaban nyaring pula, " Set an iblis akulah yang dat ang, j ahanam
Khit an. Tem po hari, karena kecurangan dan pengeroyokan t erpaksa aku m undur.
Sekarang, kau rasakanlah t anganku! " Dan m uncullah seorang kakek t ua yang
ram but nya riap- riapan kum isnya panj ang, yang " berdiri" bukan di at as kedua
kaki m elainkan di at as sepasang t ongkat yang dipegangnya. I nilah Kong Lo
Sengj in at au bekas Raj a Muda Keraj aan Tang yang t erkenal dengan j ulukan Sin-
jiu Couw Pa Ong!
" Couw Pa Ong! Kau m asih belum m am pus?" Ban- pi Lo- cia berseru kaget sekali.
Ket ika m erobohkan Keraj aan Tang dan Couw Pa Ong m engam uk, dia j uga ikut
m engeroyok dan m elihat dengan m at a kepala sendiri bet apa dalam perang it u
Sin- j iu Couw Pa Ong sudah dipukul roboh dan m enderit a luka hebat , bahkan
kedua kakinya sudah t ak dapat digunakan lagi. Bagaim ana sekarang kakek it u
dapat m uncul kem bali? I a t ahu bet ul bet apa lihainya kakek ini, m aka hat inya
m enj adi gent ar. Apalagi ket ika t adi m elihat m unculnya Pat - j iu Sin- ong Liu Gan,
kini hat inya sudah t ak bernafsu lagi unt uk m elanj ut kan pert andingan. Ban- pi Lo-
cia yang cerdik sudah cepat m em buat perhit ungan di dalam aht i. Ma Thai Kun
t ent u sukar dapat m engalahkan bekas suhengnya. Pouw- kai- ong j uga agaknya
sukar sekali dapat m engat asi Kim - m o Taisu, sedangkan dia sendiri m asih ragu-
ragu apakah dia akan dapat m enangkan Couw Pa Ong, biarpun kakek it u kini
sudah lum puh kedua kakinya. Melihat gelagat t idak m engunt ungkan, Ban- pi Lo-
cia tertawa bergelak sambil berkata.
" Couw Pa Ong, sekarang di ant ara kit a t idak ada urusan lagi. Biarlah aku pergi
saja!" Ia lalu melesat jauh dan pergi dari tempat itu.
" Monyet dari Khit an, kau hendak lari ke m ana?" Kakek lum puh it u lalu m encelat
ke depan dan kedua t ongkat yang m enggant ikan kaki it u dapat bergerak dan
berlari cepat sekali mengejar Ban- pi Lo- cia.
Melihat seorang kawannya yang boleh diandalkan lari, hat i Pouw Kee Lui m enj adi
gent ar. I a m enggunakan kesem pat an selagi Kim- m o Taisu m em andang kakek
lum puh dengan m at a t erheran- heran it u unt uk m eloncat pula dan lari pergi. Kim -
m o Taisu t idak m engej ar, karena pendekar ini sedang m erasa t erheran- heran.
Sudah lam a ia m endengar nam a besar Couw Pa Ong dan baru sekarang ia
melihat orangnya. Melihat bet apa Ban- pi Lo- cia yang kosen it u lari ket akut an
bert em u dengan kakek lum puh ini, ia dapat m enduga bet apa kakek lum puh ini
t ent ulah am at lihai dan t ernyat a benar dugaannya karena cara kakek ini lari
secepat it u dengan sepasang t ongkat saj a sudah m em bukt ikan kelihaiannya.
Dengan Pouw Kee Lui ia t idak m em punyai urusan yang am at pent ing, m aka ia
mendiamkan saja raja pengemis itu lari.
Ma Thai Kun berusaha m elawan bekas suhengnya, nam un set elah beberapa kali
m ereka beradu lengan, m aklum lah Ma Thai Kun bahwa ia m asih belum dapat

Suling Mas Kho Ping Hoo 260


m enandingi bekas suhengnya. Maka set elah m elihat bet apa Ban- pi Lo- cia lari
j uga Pouw Kee Lui yang dibant unya lari diam - diam ia m engut uk kecurangan dan
sifat pengecut m ereka. I a m engerahkan t enaga, m em bent ak dan m enyerang
dengan j urus Cui- beng- ciang yang paling hebat . Pat - j iu Sin- ong t ert awa
m engej ek dan m enyam but dat angnya pukulan it u dengan kekerasan pula. Dua
pasang t angan bert em u di udara dan akibat nya, t ubuh Pat - j iu Sin- ong t erpent al
sam pai dua t iga m et er ke belakang, akan t et api Ma Thai Kun t erguling- guling
m unt ahkan darah segar, m elom pat kem bali dengan m uka pucat lalu m elarikan
diri.
" Kalau belum m am pus hat iku belum t ent eram ! " Pat - j iu Sin- ong m engej ar dan
sesaat kem udian Kim - m o Taisu berdiri seorang diri di t em pat yang kini m enj adi
am at sunyi it u. I a t erm enung, m enghela napas berulang- ulang. Tadi ham pir saj a
ia m enghadapi bahaya m aut yang t ak t erelakkan lagi. Akhirnya dat ang
pert olongan kalau m em ang Tuhan belum m enghendaki dia m at i, pikirnya. I a
cukup m engenal Pat - j iu Sin- ong Liu Gan. Must ahil kakek ini sengaj a
m enolongnya. Andaikat a seorang di ant ar para pengerook bukan Ma Thai Kun,
agaknya kakek Beng- kauw it u akan m enj adi penolong dan m enikm at i
kem at iannya dalam pengeroyokan. I kut cam purnya Pat - j iu Sin- ong hanya unt uk
m em bunuh Ma Thai Kun yang dianggapnya m endurhakai Beng- kauw. Adapun
m uncul kakek Couw Pa Ong it u pun agaknya karena belum t ent u kakek yang t ak
dikenalnya it u akan dat ang m em bant unya. Sem uanya serba kebet ulan, dan
m em ang aneh kalau orang belum dit akdirkan m at i. Sebet ulnya, m at i bukan apa-
apa bagi Kim - m o Taisu, ia sam a sekali t idak gent ar. Hanya ia akan m erasa
sayang sekali kalau dalam pert andingan t adi dia yang m at i karena dengan
dem ikian berart i orang- orang m acam Ban- pi Lo- cia dan Pouw kai- ong, dua orang
yang sam a sekali t idak ada art inya hadir di dunia ini karena hanya m enim bulkan
kesengsaraan bagi orang lain akan makin merajalela!
"Kwee- koko....! " Kim - m o Taisu t erkej ut dan t idak bergerak, m em belalakkan
mata. Gila, pikirnya, mengapa tiba- iba ia berm impi mendengar suara wanita? Tak
mungkin ada wanita memanggilnya Kwee- koko dengan suara semerdu itu.
"Kwee- koko...! " dengan j ant ung berdebar Kim - m o Taisu m em balikkan t ubuhnya
dan waj ahnya berubah, m at anya t erbelalak, m ulut nya t ernganga ket ika ia
m elihat seorang wanit a cant ik j elit a berdiri di sit u, m enggandeng seorang anak
perem puan berusia kurang lebih sem bilan t ahun. Wanit a it u m em andang
kepadanya dengan sepasang m at a berlinang air m at a, sedangkan anak
perem puan it u m elongo m em andangnya dengan t elunj uk kiri di m ulut , sepert i
anak terheran- heran.
"Kwee- koko...! " Unt uk ket iga kalinya wanit a it u m em anggilnya suaranya gem et ar
penuh perasaan. " Mengapa engkau m enj adi begini?" Air m at anya m em banj ir
turun membasahi sepasang pipinya.
Kim- m o Taisu m enggoyang- goyang kepalanya unt uk m engusir bayangan it u,
nam un sia- sia. Tet ap saj a wanit a cant ik it u m asih berdiri di depannya, wanit a
cant ik yang bukan lain adalah Ang- siauw- hwa. Tapi ini t ak m ungkin! Ang- siauw-
hwa sudah m at i, t ewas m em bunuh diri karena perbuat an Ban- pi Lo- cia! Sekali
lagi ia memandang dengan teliti. Wajah itu, cantik manis dengan rambut digelung
tingi- t inggi ke at as, uj ungnya t erj unt ai ke belakang, t ubuh yang kecil ram ping
padat it u, t ak salah lagi, dia inilah Ang- siauw- hwa Si Kem bang Pelacur di Telaga
Barat. Tapi Ang- siauw- hwa sudah mati, hal ini ia yakin benar.
"Nona.... Eh, Nyonya.... Siapakah....?" Ia bertanya gagap, suaranya juga gemetar
karena j ant ungnya berdebar keras. Kalau wanit a ini bukan Ang- siauw- hwa, dan
hal ini sudah past i, ia t idak pernah m engenalnya m engapa wanit a it u
memanggilnya Kwee- koko dengan suara begitu mesra?
Wanita itu menunduk dan air matanya terjatuh ke bawah, lalu ia memandang lagi
sambil berkata halus, "Kwee- koko, aku adalah Gin Lin..."
"Ah...!" Kim- mo Taisu menepuk dahinya. "Engkau saudara kembar Ang... eh, Khu
Kim Lin...?" I a cepat m enahan sebut an Ang- siauw- hwa, karena nam a j ulukan
Ang- siau- hwa (Bunga Kecil Merah) adalah nama Kim Lin sebagai seorang pelacur.

Suling Mas Kho Ping Hoo 261


Wanit a it u m engangguk. " Bet ul, m endiang Ang- siau- hwa adalah saudara
kembarku."
" Apa...? Engkau sudah t ahu bahwa dia... eh, dia... bernam a Ang- siauw- hwa dan
sudah meninggal dunia?"
"Aku tahu karena engkau sendiri yang menceritakan kepadaku..."
" Hehh...??" Kim - m o Taisu m em andang t aj am , keningnya berkerut , apalagi
melihat wanit a it u m enyem bunyikan senyum m anis, senyum m em bayangkan
kegelian hat i. Aneh, pikirnya. Jangan- j angan saudara kem bar Ang- siauw- hwa ini
seorang yang t idak beres ot aknya. Tadi m enangis sekarang t ersenyum , dan
m enyebut dia kanda Kwee, " Nona, m aaf. Mengapa m enyebut ku Kwee- koko?
Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku she Kwee?"
Naik sedu- sedan dari dada wanit a it u ket ika ia m enarik napas panj ang. " Kwee-
koko, apakah kau t idak m engenal suaraku?" " Suaram u sepert i... sepert i suara
Ang- siauw- hwa..."
" Ah, alangk ah bodohnya kadang- kadang lelaki yang paling pint ar di dunia ini!
Agaknya t anpa bukt i kau t akkan m engert i selam anya. Kwee- koko, kaukenalilah
aku?" Wanita itu dengan gerakan cepat mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya,
m enut upi m uka dengan benda it u dan ket ika ia m enurunkan kedua t angannya,
Kim- m o Taisu m elom pat ke belakang sam pai dua m et er lebih, berdiri t erbelalak
dengan m uka pucat . Ternyat a bahwa nenek penghuni Neraka Buni yang kini
berdiri di depannya!
" Kau...? Kau....?" I a berkat a, suara m enggigil dan kakinya m elangkah m aj u. Gin
Lin m elepas kedoknya dan m elem parnya j auh- j auh. " Kwee- koko, apakah kau
sekarang m engenalku?" kat anya sam bil m engem bangkan kedua lengannya. " Ah,
Kwee- koko, betapa rinduku kepadamu...!"
Kim- m o Taisu berdongak dan t ert awa bergelak- gelak, "Kau rindu....? Ah, dan
aku..., aku... ah, sam pai gila aku m em ikirkan kau....! " Bagaikan didorong t enaga
m uj ij at , keduanya saling t ubruk dan saling peluk, berdekapan m esra. Gin Lin
m enangis t erisak- isak sedangkan Kim - m o Taisu m asih t ert awa- t awa akan t et api
kedua m at anya bercucuran air m at a ket ika m ereka berpelukan dan bercium an.
Kem udian kim - m o Taisu m engangkat t ubuh Gin Lin dan ia m enari- nari sam bil
berputar- putar memondong tubuh "nenek" itu.
"Ha- ha- ha- ha! Dan aku m enj adi sepert i gila m enyesali perbuat anku! " Gin Lin
mengusap- ngusap ram but yang t erurai it u. "Kwee- koko, kenapa kau sam pai
m enj adi begini?" " Apa sepert i j em bel ini? Ha- ha- ha, agar t epat dengan
keadaanm u sebagai seorang nenek- nenek keriput an. Hanya seorang j em bel gila
yang begit u but a berist erikan seorang nenek. Kau ist eriku, ha- ha- ha! Engkau
isteriku tercinta!"
Gin Lin m em eluk dan m endekap kepala suam inya dengan t erharu sam bil
m enangis sedangkan suam inya m asih m em ondongnya dan berj ingkrak- jingkrak
kegirangan, j uga dengan pipi basah air m at a. Mereka lupa diri, lupa segala
sehingga t idak ingat bahwa anak perem puan t adi m em andang m ereka dengan
bengong, dan anak it u m enangis pula m enyaksikan m ereka m engucurkan air
mata.
" I bu... I bu....! " Anak it u m em anggil. Kim - m o Taisu t ersent ak kaget seperti
t erpukul dadanya. I a m enurunkan Gin Lin dan t erhuyung- huyung m undur dengan
wajah pucat. "Kau.. kau... sudah menjadi isteri orang lain...?"
Gin Lin t ersenyum dengan air m at a m asih bercucuran, lalu m enggandeng t angan
anak it u. " Eng Eng, dia ini ayahm u, Nak. Kwee- koko, set elah kau pergi, aku...
aku m elahirkan anak ini. Hanya karena dialah m aka aku m erobah t ekadku unt uk
m at i di Neraka Bum i, aku m em bawanya keluar m encarim u. Dia ini anakm u,
Kwee- koko."
Terdengar rint ihan isak di t enggorokkan Kim - m o Taisu. I a berlut ut , m em egang
kedua t angan anaknya, m em andang waj ah yang m ungil it u, kem udian ia
m em ondongnya sam bil t ert awa. Tangan kirinya j uga m enyam bar dan
m em ondong t ubuh ist erinya. Bergant i- gant i ia m em andang dan m encium i ist eri
dan anaknya dengan kebahagiaan hat i yang sukar dilukiskan. I a m erasa seakan-

Suling Mas Kho Ping Hoo 262


akan m enerim a anugerah yang paling besar dan belum pernah selam a hidupny a
ia mengalami kebahagiaan seperti saat ini.
" I st eriku....! Anakku...! Ah, Kwee seng... Kwee Seng.. agaknya Thian m asih
menaruh kasihan kepadamu...!" katanya, suaranya menggetar penuh keharuan.
" Ayah... sudah lam a sekali aku m encari- carim u. I bu seringkali m enangis, kat anya
kau t idak m au m enj adi Ayah Eng Eng. Sekarang Ayah sudah di sini, m engapa ibu
masih menangis? Apa ayah betul- betul tidak suka kepada Eng Eng?" Ucapan yang
keluar dari bibir m ungil it u sepert i pisau m engiris j ant ung Kim - m o Taisu. Terasa
olehnya bet apa ia t elah m elakukan dosa besar t erhadap Gin Lin yang selain t elah
m enolong nyawanya di Neraka Bum i t ernyat a m asih m enaruh cint a kasih yang
am at besar kepadanya. Sungguh ia t elah berdosa. Andaikat a Gin Lin benar- benar
seorang nenek sekalipun, ia t idak sem est inya m eninggalkan seorang yang begit u
mencintanya.
" Eng Eng. Alangkah m anis nam am u. Ayah am at cint a dan sayang kepadam u,
anakku!" Ia menciumi pipi anaknya.
" Tapi Ayah m engapa m enangis? I bu j uga? Mengapa susah?" " Ayah t idak susah.
Lihat , sekarang aku t ert awa, dan I bum u j uga! " Anak it u m em andang ayah dan
ibunya, benar saj a m ereka t ersenyum dengan air m at a m em basahi pipi.
"Suhu...!"
Kwee Seng m em andang dan t ernyat a Bu Song sudah m uncul di sit u. " Teecu
m enghat urkan selam at bahwa Suhu t elah dapat berkum pul dengan Subo ( I bu
Guru) dan ... dan adik put eri Suhu." Kat a Bu Song dengan pandang m at a
sejujurnya dan muka ikut bergembira.
Kim - m o Taisu m enurunkan t ubuh ist erinya perlahan. Sam bil m em ondong Eng
Eng ia m enghadapi m uridnya berkat a, "Bu Song, kenapa kau pergi m eninggalkan
aku tanpa pamit?"
Mendengar suara ayahnya sepert i m arah dan m elihat Bu Song m enundukkan
kepala, Eng Eng segera m enj awab ayahnya. " Ayah, j angan m arah kepadanya.
Dialah yang m em bawa I bu dan aku ke sini m enem ui Ayah. Bu Song t idak nakal,
dia baik, Ayah!"
" Ehh...??" Kim - m o Taisu m em andang ist erinya yang t ersenyum dan
mengangguk, bahkan isterinya lalu memberi penjelasan.
" Muridm u ini bekerj a pada kam i, m engam bil air dari puncak. Ket ika m engangsu
air unt uk kali t erakhir, ia m elihat kau berhadapan dengan m usuh j ahat , m aka
set ibanya di rum ah kam i ia bert em u denganku dan m engat akan bahwa gurunya
Kim- m o Taisu, m enghadapi bahaya m aka ia harus cepat - cepat pergi dari rum ah
kam i, t idak m au kut ahan lagi. Aku m em ang ada dugaan bahwa Kim - m o Taisu
adalah engkau, m aka aku lalu m engaj ak Eng Eng dan bersam a Bu Song pergi
m enyusulm u ke sini. Kiranya benar- benar kau berhadapan dengan m usuh yang
tangguh. Baiknya ada Pamanku Couw Pa Ong yang membantumu."
" Couw Pa Ong...? Dia it u... Pam anm u...?" " Mari kit a pulang dulu, nant i kit a bicara
sam pai j elas." " Pulang?" t erharu hat i Kim - m o Taisu, karena sesungguhnya, ent ah
sudah berapa lam anya ia t idak m engenal art i kat a " pulang" lagi. Sam bil
m enggandeng t angan ist erinya dan m em ondong Eng Eng, Kim - m o Taisu
mengangguk dan menjawab, "Marilah!"
" Bu Song, kau ikut dengan kam i." Kat a Khu Gin Lin dengan suara halus, akan
tetapi BU Song masih berdiri dengan kepala menunduk.
"Bu Song, hayo ikut, nanti kita main- main di rumah!" Eng Eng juga berkata, akan
t et api t et ap saj a Bu Song t idak bergerak dan t idak pula m engangkat m uka. Anak
it u sedang dilanda kedukaan hebat . I a m em ang ikut bergirang m enyaksikan
kebahagiaan suhunya yang t elah berkum pul kem bali dengan ist eri dan anaknya,
akan t et api sekaligus perist iwa ini pun m engingat kan ia akan keadaannya sendiri
yang j auh ayah j auh ibu, seorang anak yang t idak dapat m engecap kebahagiaan
seperti Eng Eng karena ayah bundanya cerai berai. Pula, agaknya suhunya marah
kepadanya, dan kalau suhunya sendiri diam saja, bagaimana ia bisa ikut mereka?

Suling Mas Kho Ping Hoo 263


Melihat Bu Song diam saj a t idak m enj awab, Eng Eng lalu m elorot t urun dari
pondongan ayahnya, lari m engham piri Bu Song dan m enarik t angannya. " Hayo,
kau ikut! Eh, kau... kau menangis? Kenapa??"
Mendengar ini, kaget lah Kim - m o Taisu. I a sudah m engenal bet ul perangai Bu
Song, seorang anak yang am at keras hat inya, yang t idak pernah sudi m enangis,
t abah dan berani luar biasa. Kalau sekarang m enangis, benar- benar aneh!
Tadinya, perj um paanny a dengan anak ist erinya m em buat Kim - m o Taisu sej enak
m elupakan Bu Song, apalagi karena m uridnya it u t elah m eninggalkannya t anpa
pam it . I a m enganggap m uridnya sudah t idak suka lagi ikut dengannya, m aka ia
pun t adi t idak m engacuhkannya lagi. Akan t et api sekarang m endengar bahwa
muridnya menangis, ia segera membalikkan tubuh menghampiri Bu Song.
" Bu Song, kaulihat aku! " Bu Song m engangkat m ukanya. Anak ini m enggigit bibir
menahan air mata dan memandang suhunya dengan mata tajam.
"Ketika aku bicara dengan Beng- kauwcu, kenapa kau lalu pergi meninggalkan aku
tanpa pamit? Apakah kau sudah bosan ikut gurumu?"
Bu Song menggeleng kepalanya. "Teecu tidak bosan, akan tetapi teecu tidak mau
bertemu dengan Pat- jiu Sin- ong Liu Gan."
" Hehh...?? Kau t ahu nam a Beng- kauwcu? Mengapa kau t idak m au bert em u
dengannya?" Kim - m o Taisu benar- benar t ert arik dan m erasa heran. " Karena...
karena... dia adalah Kong- kong (kakek) teecu..."
" Apa kau bilang??" Kim - m o Taisu m elangkah m aj u m endekat i m uridnya lalu
berj ongkok agar dapat m em andang waj ah m uridnya, baik- baik. " Dia it u
Kakekmu? Bu Song, katakanlah siapa nama ayahmu?"
" Ayah t eecu Kam Si Ek, akan t et api t eecu t idak m au pulang..., j uga t eecu t idak
mau ikut Kong- kong, teecu hendak mencari ibu..."
Jant ung Kim - m o Taisu bedebar- debar keras, lalu ia m em eluk Bu Song. " Ah,
m engapa ada perist iwa begini kebet ulan? Bu Song... j adi kau anak Lu Sian dan
Kam Si Ek...??"
Bu Song m eront a dari pelukan suhunya, m em andang dengan m at a t ebelalak.
" Suhu m engenal Ayah dan I bu?" " Anak baik, t ent u saj a aku m engenal m ereka! "
" Kalau begit u m aaf, t eecu t idak dapat ikut Suhu lagi." Anak ini lalu m em balikkan
t ubuhnya dan lari. Akan t et api dengan t iga kali lom pat an saj a Kim - m o Taisu
sudah menangkap tangannya.
" Kenapa?" "Teecu t idak m au Suhu kem balikkan ke rum ah Ayah at au Kong- kong.
Teecu hendak mencari ibu."
Kim- m o Taisu m engangguk- angguk. " Baiklah, Bu Song. Aku t idak akan
m engant arm u kepada Ayah dan Kakekm u, kau ikut saj a dengan kam i dan kelak
kubant u kau m encari I bum u." Kem bali ia m enghela napas karena t eringat akan
cerit a Pat - j iu Sin- ong Liu Gan bahwa Liu Lu Sian t elah m eninggalkan suam i dan
put era, m alah t elah m elakukan hal- hal yang luar biasa di dunia kang- ouw, t elah
m encuri k it ab- kit ab dari Beng- kauw sendiri. Sungguh aneh, m engapa secara
kebet ulan sekali put era Liu Lu Sian m enj adi m uridnya? Pant as saj a begit u
berj um pa dengan anak ini, t im bul rasa sayang di hat inya. Kiranya anak ini darah
daging Lu Sian! Diam - diam ia m enj adi girang sekali dan berj anj i kepada diri
sendiri untuk mengimbangi Bu Song seperti puteranya sendiri.
Maka t urunlah m ereka berem pat dari puncak dengan waj ah bahagia. Kim - mo
Taisu t ak pernah dilepaskan t angannya oleh ist erinya, yang kadang- kadang
m engucurkan air m at a sam bil t ersenyum - senyum m em andangi waj ah suam inya
yang dirindukannya selam a bert ahun- t ahun. Mereka bergandeng t angan sam bil
bercakap- cakap m encerit akan pengalam an m asing- m asing selam a berpisah. Eng
Eng yang sifat nya lincah it u pun m enggandeng t angan Bu Song diaj ak balapan
lari at au diaj ak m em et ik bunga m engej ar kupu- kupu di sepanj ang j alan, sam bil
tertawa- tawa.
Secara singkat Kim - m o Taisu m encerit akan pengalam annya sej ak keluar dari
Neraka Bum i, pengalam an yang penuh kesengsaraan dan kepahit an sehingga
m em buat ist erinya m akin sayang kepadanya. Khu Gin Lin ikut m engucurkan air

Suling Mas Kho Ping Hoo 264


m at a m endengar bet apa suam inya m enyesali diri sendiri sam pai m enj adi sepert i
seorang jembel gila.
Kemudian tiba gilirannya untuk bercerita. Seperti telah diceritakan oleh mendiang
Ang- siauw- hwa at au Khu Kim Lin m endiang saudara kem barnya kepada Kwee
Seng, dia dan Kim Lin adalah anak kem bar dari seorang pangeran bernam a Khu
Si Cai, seorang Pangeran Keraj aan Tang. Khu Si Cai ini, adalah adik ipar Raj a
Muda Couw Pa Ong yang t erkenal. Ket ika t erj adi perang yang m engakibat kan
t um bangnya Keraj aan Tang, keluarga Kaisar dan para bangsawan m enj adi
korban. Tak t erkecuali keluarga Pangeran Khu yang ikut t erbasm i. Sepasang
bocah kem bar yang baru berusia lim a t ahun it u dapat diselam at kan oleh seorang
pelayan, dibawa lari keluar pada saat ist ana pangeran it u diserbu m usuh dan
dibakar. Dalam pelarian ini m ereka bert em u keribut an perang sehingga akhirnya
Khu Gin Lin terlepas dari gandengan tangan pelayannya membuat ia terpisah dari
saudara kem barnya. Anak ini m enangis sam bil lari ke sana kem ari, j at uh bangun
dit abrak orang- orang yang sedang m elarikan diri dari perang. Akhirnya ia j at uh
pingsan di t engah j alan ham pir saj a diinj ak- inj ak orang yang sedang panik it u
kalau saj a t idak dit olong oleh seorang t osu ( pendet a To) yang kebet ulan lewat .
Tosu ini sudah t ua sekali, m ukanya pucat dan m elihat seorang anak perem puan
m enggelet ak di j alan, ham pir t erinj ak- inj ak, cepat ia m enyam barnya dan
membawanya pergi cepat- cepat.
" Tosu it u adalah Kwan Cin Cun, seorang t okoh Thian- san- pai yang t erkenal
sebagai seorang pat riot pem bela Keraj aan Tang, sahabat baik dari Pam an Sin- jiu
Couw Pa Ong." Dem ikian Gin Lin m elanj ut kan cerit anya. " Dia t idak t ahu bahwa
aku adalah kepaonakan Couw Pa Ong. Sepert i j uga Pam anku it u yang t erluka
hebat , m alah m enj adi lum puh kedua kakinya, Suhu Kwan Cin Cu t erluka parah di
sebelah dalam dadanya, luka yang t ak m ungkin dapat disem buhkan lagi karena
ia t elah t erkena pukulan beracun yang hebat . Dia m em bawaku ke Neraka Bum i
dan kebet ulan sekali saat it u m usim kering sehingga lebih m udah m em asuki
Neraka Bum i. Neraka Bum i sebet ulnya adalah t em pat bert apa kakek gurunya,
yait u sucouw ( kakek guru) dari Thian- san- pai, t em pat rahasia yang hanya
diket ahui oleh Suhu Kwan Cin Cu. Aku dibawa ke t em pat it u, lalu ia m elat ihku
membaca kitab dan juga dasar- dasar ilmu silat. Sayang sekali, ketika aku berusia
dua belas t ahun, Kwan Suhu m eninggal dunia karena lukanya yang m em ang
hebat sekali."
" Hem m , seorang sakt i sepert i dia, m engapa m enyem bunyikan diri dan t idak m au
keluar lagi?" Kim- mo Taisu mencela.
" Dia sudah put us harapan. Kat anya kepadaku, daripada keluar dari Neraka Bum i
m elihat negeri dij aj ah orang, lebih baik ia bersem bunyi dan bert apa sam pai m at i.
Selam a m endidikku, ia m enanam kan kesan bet apa buruknya dunia, bet apa
j ahat nya m anusia, bet apa berbahayanya hidup seorang gadis m uda. Oleh karena
it ulah m aka aku lalu m em buat kedok nenek- nenek dan t ak pernah m au keluar
dari Neraka Bum i, sam pai... sam pai.... Thian m em bawam u m asuk ke sana dan...
dan... lahirnya Eng Eng." Jari- j ari t angan Gin Lin m encengkram j ari- j ari t angan
suaminya dan keluarlah getaran- getaran kasih dari jari tangan mereka.
Ket ika m ereka berem pat t iba di rum ah kediam annya Couw Pa Ong, t ernyat a
kakek lum puh it u t elah berada di sit u, bahkan berdiri m enant i di depan pint u. Bu
Song m em andang dengan kagum dan j uga serem kepada kakek sakt i it u. Ada
pun Kim - m o Taisu segera m aj u dan m em beri horm at dengan kikuk, karena
sebet ulnya, sebagai t okoh kang- ouw, ia enggan m em beri horm at berlebihan,
akan t et api m engingat bahwa orang ini pam an ist erinya, t idak enak pula kalau
tidak memberi hormat.
Kong Lo Sengj in at au Sin- j iu Couw Pa Ong t ert awa bergelak, kelihat annya girang
sekali. " Sudahlah, t idak perlu banyak sungkan, kit a orang sendiri ha- ha- ha!
Alangkah girang hat iku m endapat kenyat aan bahwa suam i kepoakanku adalah
Kim- m o Taisu! Sungguh m enyenangkan, ini berart i bahwa Dinast i Keraj aan Tang
m asih belum saat nya lenyap dari perm ukaan bum i! Kim - m o Taisu, dengan

Suling Mas Kho Ping Hoo 265


adanya engkau sebagai keluarga kam i, m aka kekuat an unt uk m em ulihkan
kekuasaan Kerajaan Tang menjadi makin besar.
" Maaf, Ong- ya, eh... Pam an, akan t et api saya sam a sekali t idak ada m inat unt uk
memikirkan soal kerajaan, saya tidak akan ikut- ikut...."
"Ha- ha- ha, coba saj a kit a sam a- sam a lihat ! Aku Kong Lo Sengj in adalah seorang
buronan, dicap sebagai m usuh keraj aan yang sekarang berkuasa, j uga ist erim u
dianggap sebagai anggot a pem beront ak, keluarga bekas Keraj aan Tang. Kalau
isterimu dimusuhi, apakah kau sebagai suaminya tidak?"
Kim- m o Taisu m engerut kan keningnya. " Kalau begit u, saya akan aj ak ist eri, anak
dan m urid saya unt uk m enj auhkan diri, m engungsi di t em pat sunyi, hidup
mengasingkan diri di tempat aman tenteram."
Keng Lo Sengj in m em bant ing- bant ing t ongkat nya ke at as t anah. " Gin Lin!
Kaudengar kat a- kat a suam im u? Apa kau sudah lupa lagi, akan keluarga Ayah
Bundamu yang terbasmi?"
" Pam an, harap bersabar. Aku akan m engikut i suam iku ke m anapun j uga ia pergi.
Tentang sakit hati keluarga, sampai mati pun keponakanmu ini tidak akan lupa."
" Haaahhh, pergilah...! " Mulut nya bilang begit u akan t et api kakek ini sendirilah
yang pergi j auh dari rum ah it u, dengan gerakan cepat sekali, berloncat - loncatan
menggunakan kedua "kaki" nya yang berupa sepasang tongkat.
Gin Lin lalu berbenah, dibant u oleh t iga orang pem bant u rum ah t angga yait u A-
kwi, A- liong, dan Sam - hwa yang t ernyat a bukanlah pem bant u rum ah t angga
sem barangan saj a karena ket iga orang ini adalah bekas- bekas panglim a
pem bant u Kong Lo Sengj in ket ika kakek ini m asih m enj adi Raj a Muda Sin- jiu
Couw Pa Ong! Set elah selesai, dengan t erharu Gin Lin berpam it dari t iga orang
pem bant u ini, dan m ereka pun kelihat an t erharu, apalagi Sam - hwa yang
menangisi kepergian Eng Eng yang ia anggap sebagai cucunya.
" Harap kalian bert iga j angan t erlalu sedih." Akhirnya Gin Lin berkat a. " Bet apapun
juga, waktu akan membawa kita berkumpul dalam perjuangan yang sama." Kata-
kat a ini agaknya m enyadarkan m ereka dan berserilah waj ah m ereka m alah
m ereka m engant ar keluarga it u sam pai j auh keluar hut an. Set elah m ereka
berpisah, Kim - m o Taisu bert anya apa art inya ucapan ist erinya ket ika berpisah
tadi.
Gin Lin m enarik napas panj ang. " Mereka it u adalah bekas panglim a dan pej uang
pem bela Keraj aan Tang. Sepert i j uga Pam an dan aku sendiri, kit a kehilangan
keluarga, m enyaksikan bet apa keluarga t erbasm i habis, bet apa keraj aan runt uh
diobrak- abrik dan diram pok, diperkosa, dihina oleh m usuh. Anehkah kalau di
lubuk hat i kit a m asing- m asing t erpendam perasaan dendam yang t ak dapat
dipadam kan sebelum Keraj aan Tang bangkit kem bali? Kakek sudah berusaha
keras, dan dengan kawan- kawan seperj uangan t elah berhasil m enj at uhkan
Keraj aan Tang Muda, akan t et api hanya berhasil m em pert ahankan selam a t iga
belas t ahun saj a, dan Keraj aan Tang Muda kem bali j at uh di t angan m usuh yang
m endirikan Keraj aan Cin Muda. Ah, sebelum Keraj aan Tang bangkit kem bali
seperti dahulu, agaknya hati kita masih akan tetap mengandung dendam."
Kim- m o Taisu m engangguk- angguk, akan t et api t idak m enj awab apa- apa.
Baginya, perasaan dendam it u t idak ada dan t ak dapat ia m erasai at au m engert i
apa yang diut arakan ist erinya it u, karena ia sendiri t idak pernah m elibat kan diri
dengan urusan negara.
" Yang t erpent ing kit a m endidik Eng Eng dan Bu Song." Akhirnya ia berkat a, " dan
kalau kit a t erlibat urusan perang, bagaim ana kit a m am pu m endidik anak- anak
itu? Mari kita pergi ke tempat yang tenteram dan jauh daripada keributan."
" Ke m anakah? Asal j angan ke Neraka Bum i! " Gin Lin berkat a dan m erem ang bulu
tengkuknya kalau ia membayangkan betapa puterinya harus hidup di neraka itu!
" Tem pat yang baik dan berj asa." Kim - m o Taisu berkat a, m elam un. " I hhh, neraka
itu kauanggap baik?"
Suam inya t ersenyum dan m em egang t angan Si I st eri. "Kalau t idak ada Neraka
Bumi, bagaimana kita bisa saling berjumpa?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 266


Gin Lin m enj adi m erah sekali m ukanya, ia m em buang senyum dan berkat a.
"Sudahlah, ke mana kita sekarang pergi?"
"Ke Min- san!" Selama tinggal di Neraka Bumi dan ditinggal mati Kwan Cin Cu, Gin
Lin membaca kitab- kit ab dan banyak t ahu akan t eori ilm u silat sam bil m elat ih diri
sedapat nya. Biarpun kurang sem purna karena kurang bim bingan, nam un dia
t elah m em iliki ilm u kepandaian yang t inggi j uga, m aka dalam perj alanan j auh it u
m ereka t idak m engalam i banyak kesulit an. Apabila m ereka m elalui j alan yang
sukar, Gin Lin m enggendong put erinya sedangkan Kim - m o Taisu m enggandeng
tangan Bu Song atau kadang- kadang juga memondongnya.
Set elah m elakukan perj alanan beberapa bulan lam anya, akhirnya m ereka sam pai
j uga ke Puncak Min- san di m ana Kim - m o Taisu lalu m em bangun sebuah pondok
sederhana untuk tempat tinggal mereka, jauh daripada dunia keramaian.
Mulai saat it u, Bu Song dan Eng Eng m enerim a gem blengan dari Kim - m o Taisu
dan ist erinya. Akan t et api oleh karena Bu Song m asih saj a kukuh t idak m au
m em pelaj ari ilm u silat , m aka hanya Eng Eng saj a yang m enerim a lat ihan ilm u
silat , sedangkan Bu Song m endapat pelaj aran ilm u sast ra. Sepert i kit a ket ahui,
Kim- m o Taisu Kwee Seng ini dahulu adalah seorang m ahasiswa yang t ak pernah
lulus dalam uj ian. Biarpun ia lebih gem ar ilm u silat , nam un sesungguhnya ia
bukanlah seorang yang bodoh dalam ilm u sast ra. Tidak, bahkan ia am at pandai.
Hanya pada m asa it u, unt uk dapat lulus dalam uj ian t idaklah m udah. Nafsu
korupsi sudah m enj adi penyakit wabah yang m enyerang seluruh pem besar yang
berhak m em eriksa uj ian, j angan harap seorang m ahasiswa akan dapat lulus
dalam uj ian. Kim - m o Taisu Kwee Seng adalah seorang yang berj iwa pendekar,
t ent u saj a ia t idak sudi unt uk m elakukan penyuapan, t idak m au ia lulus uj ian
yang membuat ia gagal terus dalam ujian lagi.
Karena m em ang pandai dalam ilm u sast ra, t ent u saj a ia dapat m engaj arkan ilm u
it u kepada Bu Song. Akan t et api, di sam ping ilm u m enulis dan m em baca saj ak
ini, diam - diam Kim - m o Taisu m enurunkan pelaj aran dasar- dasar ilm u silat yang
secara cerdik ia m asukkan ke dalam pelaj aran yang ia sebut ilm u kesehat an dan
ilm u pengobat an. Dalam diri Bu Song m em ang t erdapat bakat ist im ewa, m aka
segala m acam pelaj aran dapat ia t erim a dengan m udah. Bahkan dalam lat ihan
sam adhi dan perat uran napas penyaluran j alan darah, ia j auh lebih m aj u
daripada Eng Eng.
Bertahun- t ahun keluarga ini hidup bersunyi, hanya bert et angga penduduk
gunung yang t inggal di lereng Min- san. Hanya sepekan sekali keluarga ini dapat
bert em u orang, karena penduduk t idak ada yang berani naik ke puncak yang
sukar itu. Namun mereka hidup penuh ketenteraman dan kebahagiaan.
Sudah terlalu lama kita meninggalkan Liu Lu Sian, m aka agar j alan cerit era dapat
lancar, m arilah kit a m engikut i perj alanan t okoh wanit a kit a ini. Di dalam j ilid dua
t elah dit ut urkan bet apa dalam kem arahannya, Lu Sian m em bunuh kekasihnya
sendiri, yait u Hui- kiam- eng Tan Hui, lalu m em bunuhi pula at au set idaknya
m em bikin luka berat sem bilan orang piauwsu yang ia anggap sebagai gara- gara
pertengkarannya dengan Tan Hui.
Set elah ikat an asm ara yang m esra dengan Tan Hui selam a kurang lebih dua
bulan, kini kem bali Lu Sian bebas sepert i burung liar yang t erbang m elayang di
udara. Agak m enyesal hat inya bahwa ia t erpaksa harus m em bunuh Tan Hui, laki-
laki yang cukup m enyenangkan hat inya, akan t et api di sam ping kekecewaan dan
penyesalannya it u, t erselip rasa bangga dan girang bahwa ia kini t elah m ewarisi
ilm u gin- kang dari kekasihnya it u, yait u I lm u Coan- in- hui ( Terbang Menerj ang
Mega) . Gin- kang ini j auh lebih hebat daripada gin- kang yang pernah ia pelaj ari,
dan dengan hati gembira, lupa lagi akan kematian kekasihnya, Lu Sian berlari- lari
secepat terbang menggunakan Coan- in- hui.
Selagi ia berlom pat an m elalui perj alanan yang am at sukar di lereng bukit , t iba-
t iba ia m elihat sebuah benda bergerak- gerak j auh di depannya. Lu Sian kaget
seket ika m elihat bahwa benda it u bukan lain adalah sebuah bant al at au karung
yang dapat berlom pat an cepat sekali. I a m engenal benda aj aib ini karena di
dalam rum ah Raj a Pengem is, ket ika berada dalam bahaya benda ini t elah

Suling Mas Kho Ping Hoo 267


menolongnya. Maka ia lalu mengerahkan tenaga dan cepat mengejar. Karena kini
ginkangnya m em ang sudah m ulai m ahir, gerakannya sepert i burung walet
menyambar- nyam bar dan biarpun gerakan benda aj aib it u j uga am at cepat ,
namun setengah jam kemudian ia berhasil memperdekat jarak di antara mereka.
Akan t et api benda it u t erus berloncat an, seakan- akan m elarikan diri, m elompati
j urang dan m endaki bukit it u. Lu Sian m erasa heran. Tak salah lagi, past ilah
benda it u t erisi orang, akan t et api m engapa begit u kecil? Apakah seorang anak
kecil? Tidak m ungkin rasanya. Masa seorang anak kecil m em iliki kepandaian
sehebat it u? Orang t ua pun akan sukar bergerak sedem ikian cepat nya kalau
bersembunyi di dalam karung.
" Locianpwe, t unggu aku m au bicara! " serunya. Nam un bant al it u m alah m akin
cepat bergerak m aj u berloncat an. Lu Sian m enj adi gem as. Biarpun kau hendak
lari ke langit , m asa aku t idak m am pu m engej arm u? Dem ikian pikirnya dan ia
mengejar terus.
Akhirnya benda it u t iba di puncak sebuah bukit kecil dan Lu Sian t elah dapat
m enyusulnya. Tiba- t iba t erdengar suara dari dalam benda it u, " Waduh, waduh...,
habis napasku...! Terlalu sekali, m engej ar orang t erus- t erusan. Aku t erim a
kalah! " Set elah t erdengar suara ini, bant al it u pecah dan m uncullah seorang
kakek yang pendek kecil berj enggot panj ang berkepala besar. Tubuhnya pendek
sepert i kanak- kanak berusia sepuluh t ahun, akan t et api m elihat kepala yang
besar dan penuh m um is dan j enggot it u, j elas dia seorang kakek yang sudah t ua
sekali! Napasnya m engkas- m engkis ( t erengah- engah) , dan begit u keluar dari
dalam karung, ia sepert i t idak m elihat Lu Sian, m elainkan m em andang ke kanan
kiri dengan wajah ketakutan, seperti mencari sesuatu.
Lu Sian m enahan senyum nya, lalu m enj ura dan berkat a, " Kakek lucu, m engapa
kau bersembunyi dalam bantal dan mengapa pula lari terbirit- birit?"
Dengan napas m asih t ersengal- sengal kakek it u m enyusut peluh di dahinya, lalu
berkat a cem berut , " Kenapa kau m engej ar- ngej arku t erus? Huh, t ent u saj a ak u
kalah napas, coba aku m asih m uda, ilm u gin- kang coa- in- hui it u m ana m am pu
mengejarku?"
" Kakek yang baik, harap j angan m arah. Aku m engej arm u unt uk m enghat urkan
terima kasih atas pertolonganmu di rumah Kai- ong."
" Sudahlah, apa kau m elihat Bu Kek Siansu?" t iba- t iba kakek it u bert anya dan
kembali matanya jelalatan ke kanan kiri, ketakutan.
Lu Sian adalah seorang wanita yang cerdik sekali. Melihat lagak kakek ini ia dapat
menduga bahwa biarpun kakek ini seorang sakt i, nam un ada yang dit akut i. Dan
agaknya Bu Kek Siansu yang am at dit akut i. Tent u saj a ia pernah m endengar
nam a Bu Kek Siansu. Siapa pun orangnya yang berkecim pung dalam dunia kang-
ouw, past i pernah m endengar nam a it u, biarpun j arang sekali yang dapat
bert em u m uka dengan m anusia dewa yang sakt i it u. Maka ia t idak m enj awab,
melainkan berkata.
" Sekarang t idak m elihat nya, akan t et api siapa t ahu gerak- gerik m anusia dewa
itu? Eh, Kakek, siapakah kau dan mengapa bertanya tentang Bu Kek Siansu?"
" Aku... aku j ij ik bert em u dengannya! " j awabnya dan kakek it u m engangkat m uka
m em busungkan dadanya yang t ipis. " Mau t ahu siapa ak u? Bocah, dengar baik-
baik supaya jangan terjungkal karena kaget. Akulah Bu Tek Lojin!"
Belum pernah Lu Sian m endengar nam a ini, dan ia m enganggap orang ini selain
lucu j uga agak som bong. Baru nam anya saj a Bu Tek ( t idak t erlawan) ! " Biar kau
tidak terlawan, akan tetapi lariku lebih cepat daripada larimu."
" Huh, bocah m asih bau air susu! Kau som bong. Apakah ayahm u, si gila Pat - jiu
Sin- ong Liu Gan itu datang bersamamu?"
" Kalau aku panggil dia, t ent u ayah dat ang! " j awab Lu Sian, sengaj a
m em pergunakan nam a ayahnya unt uk m enakut i orang, karena ia percaya bahwa
nam a ayahnya cukup disegani kawan dit akut i lawan, bukt inya Si Raj a Pengem is
yang lihai it u pun kuncup hat inya m endengar bahwa ia put eri Pat - j iu Sin- ong Liu
Gan.

Suling Mas Kho Ping Hoo 268


"Ho- ho- ho- hoh! Lekas panggil ayahm u dat ang. Dia dit am bah kau dit am bah
seorang lawan lagi, akan kupermainkan seperti... seperti... seperti..."
"Seperti apa?" Lu Sian sudah m arah, m endongkol hat inya m endengar dia dan
ayahnya dipandang ringan.
" Sepert i ini! " Kakek it u lalu m enggunakan uj ung kakinya m encongkel sebuah
bat u dan... bat u it u m encelat t erbang ke at as, padahal bat u it u besar dan am at
berat . " Nah, ini engkau. Dan ini Ayahm u! " ia m encongkel sebuah bat u lain yang
lebih besar ke at as sepert i t adi. " Dan yang ke t iga ini kawan ayahm u! " Bat u ke
t iga m encelat ke at as dan kini t iga buah bat u besar it u m elayang t urun bert urut -
t urut akan m enim pa kepala Si Kakek Cebol. Akan t et api kakek it u m enggerakkan
kedua t angannya dengan t elapak m enghadap ke at as dan... t iga buah bat u it u
bermain- m ain di udara, bergerak ke at as dan ke bawah, t ak pernah m enyent uh
t elapak t angan kakek it u, seakan- akan ada hawa yang berkekuat an luar biasa
menahan dan mempermainkan tiga buah batu itu.
Lu Sian m elongo. I a m aklum bahwa it u adalah perm ainan t enaga sin- kang akan
t et api unt uk dapat m em perm ainkan t iga bat u besar sepert i it u, benar- benar
m em but uhkan t enaga sin- kang yang hebat luar biasa. Kakek ini sakt i sekali dan
ternyata kesombongannya bukan kosong belaka.
" Nah, kalian bert iga bisa apa t erhadapku?" I a lalu m em buat gerakan dengan
t angannya lalu m em bent ak, " Turun! " Heran sekali. Tiga buah bat u it u
bertumpang- t indih bersusun t iga lalu perlahan- lahan t urun ke at as t anah, sepert i
dipegang tangan yang kuat, turunnya pun perlahan- lahan dan tidak menimbulkan
debu. Akan t et api begit u kakek it u m elom pat m undur, t iga buah bat u yang
tersusun itu hancur berantakan!
Lu Sian m enelan ludah. Hebat bukan m ain. Tim bul keinginannya m em peroleh
ilm u dari kakek sakt i ini, m aka ia cepat m enj ura sam bil m em uj i. " Wah, hebat
sekali kepandaian Locianpwe!"
Kakek it u kelihat an girang dan bangga, lalu bert olak pinggang m em busungkan
dada, m at anya m engedip- ngedip, hidungnya bergerak- gerak dengan uj ung
hidungnya m ekar! " Nah, m aka kau j angan m ain- m ain dengan Bu Tek Loj in! Aku
pesan kepadam u, dan t em annya- t em annya, apabila suling em as t erj at uh ke
dalam t angan seorang di ant ara kalian, harus cepat - cepat serahkan kepada Bu
Tek Lojin. Mengerti?"
"Tidak, tidak mengerti." Lu Sian menggeleng kepala.
Kakek it u m arah- m arah dan m engepal t inj unya, m engam ang- am angkan kedua
tinjunya di depan hidung Lu Sian. "Kaulihat ini?" bentaknya.
Lu Sian benar- benar m erasa ngeri dan t akut , dan saking gugupnya ia m enj awab
sam bil m engangguk- angguk. " Aku lihat , dan baunya busuk! " Lu Sian kaget
m endengar ucapannya sendiri. Celaka, sifat lincah dan liarnya kum at sehingga ia
bicara t anpa dipikir. I a sudah siap- siap m enant i serangan, karena kakek aneh ini
tentu marah.
Akan t et api Bu Tek Loj in m alah m em bawa kedua t angannya ke depan hidungnya
sendiri, m encium - cium . Hidungnya dikernyit kan dan ia berkat a. " Benar bau t ak
enak, habis belum dicuci, berhari- hari bersem bunyi dalam karung! Eh, bocah,
biar tanganku bau, akan tetapi apakah badanmu lebih keras daripada batu tadi?"
" Maaf Kek, aku benar- benar t idak m engert i. Apa sih yang kaum aksudkan dengan
suling emas?"
" Wah, ket anggor ( m elanggar bat u) aku sekali ini! Kau benar bocah hij au t ak t ahu
apa- apa. Pat- j iu Sin- ong Liu Gan agaknya t idak pernah m em beri pengert ian
kepada bocah ini! Suling Em as adalah pusaka pem berian Bu Kek Siansu kepada
Sast rawan Ciu Bun. Sekarang, Sast rawan Ciu Bun lenyap, ent ah m am pus at au
belum , akan t et api suling em as it u lenyap, m enj adi perebut an orang- orang di
dunia. Nah, aku perlu suling it u, kalau seorang di ant ara kalian m enem ukannya,
harus diberikan kepadaku. Harus, mengerti?"
" Tidak, t idak m engert i." " Tolol! Kau m enant ang?" "Tidak, Bu Tek Loj in.
Kum aksudkan, aku t idak m engert i m engapa hanya sebuah suling em as saj a

Suling Mas Kho Ping Hoo 269


dij adikan rebut an. Berapa sih harganya suling em as? Agaknya orang- orang kang-
ouw sekarang sudah menjadi mata duitan semua!"
Kakek it u t ert awa bergelak- gelak, perut nya sam pai m enj adi keras dan ia
m em egangi perut nya, t ubuhnya dit ekuk m enj adi lebih pendek lagi. " Ho- ho- ho-
hah- hah! Goblok, sekali goblok t et ap t olol. Kau t ahu apa? Suling it u m enj adi
kunci rahasia ilm u kesakt ian hebat , selain it u, em asnya m engandung logam
m urni yang berasal dari bint ang, siapa m em egangnya, berart i m em egang sebuah
senjata yang paling ampuh di dunia ini."
" Ah, begit ukah? Baik, nant i kusam paikan kepada ayah dan kawan- kawan lain."
Kata Lu Sian, akan tetapi di dalam hatinya sudah timbul keinginan untuk memiliki
sendiri suling emas itu.
Kakek it u kaget . Biarpun sakt i, agaknya ia m udah kaget . " Bocah gendeng, bikin
kaget saj a, kukira Bu... eh! " I a m enghent ikan ucapannya, lalu berseru keras.
"Muridku! Kau naik ke sini!"
Karena t idak ingin berurusan dengan kakek it u, Lu Sian berkat a. "Bu Tek Loj in,
sudahlah, aku minta diri, hendak melanjutkan perjalananku."
" Eh, nant i dulu, kauj um pai m uridku yang baik! " Hem m , segala m urid anak kecil
disuruh m enj um pai. Akan t et api t idak enak kalau m em bant ah dan m em buat
marahnya kakek sakti ini, maka ia berdiri menanti.
" Bocah t olol, t idak lekas- lekas naik? Kalau habis sabarku, kuj iwir t elingam u
sam pai copot ! " t eriak kakek it u m arah- m arah. Diam - diam Lu Sian m erasa
kasihan kepada bocah murid kakek ini yang demikian galak.
" Teecu dat ang, Suhu! " t erdengar t eriakan dari j auh, akan t et api m endadak
berkelebat bayangan dan t ahu- t ahu di sit u berdiri seorang laki- laki yang
t ubuhnya j uga agak cebol gem uk, kepalanya bot ak dan j enggot nya j uga panj ang!
Ham pir Lu Sian t ak dapat m enahan ket awanya. Yang disebut bocah dan ia
sangka kanak- kanak ini t idak t ahunya j uga seorang laki- laki yang sudah t ua,
m alah panj ang j enggot nya, laki- laki yang sepert i j uga gurunya, berpakaian t idak
karuan dan bert elanj ang kaki. Orang bot ak it u segera m enj at uhkan diri berlut ut
di depan gurunya.
"Kalisani, hayo kaulawan perem puan ini, unt uk uj ian. Dia put eri Pat - j iu Sin- ong,
cukup untuk kaupakai berlatih!"
Kalisani, m urid Bu Tek Loj in yang kit a kenal sebagai bekas Panglim a Khit an it u
segera bangkit berdiri m em andang Lu Sian, lalu m enj ura. " Nona, Suhu sudah
m em erint ah kepadaku, t erpaksa kuharap Nona suka m elayaniku barang sepuluh
j urus! " Set elah berkat a dem ikian, ia m em asang kuda- kuda sepert i orang hendak
m em buang air, karena ia berj ongkok sam pai rendah sekali dan m ukanya
m enahan napas sam pai m erah sepert i orang sakit perut ! Kuda- kuda ini lucu
sekali dan seandainya Lu Sian t idak sudah m enduga bahwa lawan aneh ini
seorang yang t ak boleh dipandang ringan, t ent u ia t idak dapat m enahan
ket awanya, Lu Sian sendiri m em iliki wat ak aneh, keras hat i dan t idak m au kalah.
Sekarang ia dit ant ang t erang- t erangan biarpun ia t ahu bahwa kepandaian Bu Tek
Loj in j auh lebih t inggi daripada t ingkat kepandaiannya, nam un ia t idak t akut , dan
ia harus m em perlihat kan kepandaiannya, apa pun yang akan t erj adi. Oleh karena
itu, melihat Kalisani sudah memasang kuda- kuda, ia berseru keras.
" Orang hut an, j aga seranganku! " Tubuhnya bergerak cepat sekali dan ia
m enerj ang m aj u, langsung m engirim t endangan dengan uj ung sepat unya ke arah
leher orang yang berj ongkok di depannya. Ket ika lawannya m elom pat ke
belakang sam bil m engulur t angan dengan m aksud m enangkap kakinya yang
m enendang, Lu Sian m enarik kakinya dan t ubuhnya condong ke depan, langsung
t angan kanannya m enghant am dada sedangkan t angan kiri dengan dua j ari
t angan m enusuk ke arah m at a. I nilah j urus dari I lm u Silat Sin- coa- kun ( Ular
Sakt i) yang am at berbahaya dan ganas. Akan t et api Kalisani bukanlah seorang
yang m asih hij au. Sebelum m enj adi m urid Bu Tek Loj in, ia t elah m em iliki ilm u
kepandaian t inggi dan m enj adi panglim a t ua di Khit an, t ent u saj a ia t idak dapat
dikalahkan dengan m udah dan j urus yang berbahaya ini dengan am at m udahnya

Suling Mas Kho Ping Hoo 270


dapat ia hindarkan dengan cara m elom pat ke kanan. Malah ia segera m em balas
serangan lawan dengan pukulan keras dari kanan.
Melihat lawannya j uga dapat bergerak dengan gesit sekali, Lu Sian m akin
bersem angat . I a m engelak dari pukulan it u dan balas m enerj ang ganas sam bil
m engerahkan gin- kangnya dan t erus m ainkan I lm u Silat Ular Sakt i y ang m em iliki
jurus- j urus ganas dan berbahaya. Berkat gin- kang Coa- in- hui yang ia pelajari
dari Tan Hui, kini permainan Ilmu Silat Tangan Kosong Ular Sakti menjadi berlipat
ganda lebih lihai daripada sebelum ia memiliki gin- kang itu.
Diam- diam Kalisani t erkej ut sekali. Sedikit pun j uga ia t idak m engira bahwa
lawannya begini hebat . Tadi ket ika ia disuruh suhunya m enandingi Lu Sian, ia
m erasa ragu- ragu dan t idak enak hat i. Dia seorang yang sudah t ua dan
berpengalam an banyak, pula m em iliki ilm u silat t inggi. Bagaim ana harus
m elawan seorang wanit a m uda? Akan t et api karena suhunya yang m em beri
perint ah, t ent u saj a ia t idak berani m em bant ah. I a t adinya hendak berj aga diri
saj a dan sedapat m ungkin m engalahkan wanit a ini dengan lunak, karena Kalisani
bukanlah seorang pria yang suka m enghina at au m enyakit i hat i wanit a. Siapa
kira, kini menghadapi desakan Lu Sian, ia menjadi bingung dan pandang matanya
kabur, dem ikian cepat nya wanit a ini bergerak! Maka ia lalu t idak sungkan-
sungkan lagi, cepat ia pun mainkan ilmu silatnya dan mengerahkan tenaga dalam
kedua lengannya, m em percepat gerakannya. Alangkah herannya ket ika beberapa
kali lengan m ereka saling bert em u, wanit a it u t idak roboh at au m encelat , bahkan
dia sendiri m erasa bet apa hawa pukulan yang am at kuat m engget arkan
lengannya! Maklum lah ia kini bahwa biarpun m asih m uda wanit a yang pant as
m enj adi lawannya ini lihai sekali. Pant as saj a suhunya m engat akan bahwa wanit a
ini cukup tangguh untuk diajak berlatih ilmu silat!
Dengan ilm u gin- kang Coa- in- hui, benar- benar Lu Sian dapat m enguasai
lawannya. I a m enang cepat dan sudah t iga kali t angannya berhasil m enyerempet
t ubuh lawan, m alah sat u kali ia berhasil m em ukul pundak Kalisani. Akan t et api
t ubuh lawannya kebal dan pukulan it u hanya m em buat Kalisani t erhuyung-
huyung sebent ar, m aka ia berlaku am at hat i- hat i dan m encari kesem pat an unt uk
dapat m em ukul t epat . Lu Sian sengaj a m em perm ainkan lawan dengan
kecepatannya untuk mengacaukan pertahanannya.
" Bocah t olol! Segala m acam ilm u cakar bebek dari Khit an it u m ana m am pu
m enghadapi Sin- coa- kun dari Beng- kauw? Tolol! Kau m uridku, m engapa t idak
m enggunakan pelaj aran dariku?" Bu Tek Loj in m arah- m arah, m encak- mencak
dan memaki- maki.
Kalisani m em ang t idak m au m em pergunakan ilm u sim panannya yang ia pelaj ari
dari Bu Tek Loj in. I lm u it u ada t iga m acam , yait u I lm u Khong- in- ban- kin ( Awan
Kosong Selaksa Kat i) yang m erupakan penghim punan t enaga sin- kang yang luar
biasa, ke dua adalah Khong- in- liu- san yang m erupakan ilm u serangan yang luar
biasa hebat nya, dan ke t iga adalah I lm u Silat Kim - lun- sin- hoat ( I lm u Sakt i Roda
Em as) , sem acam ilm u silat yang dapat dim ainkan dengan t angan kosong, akan
t et api lebih t epat dengan gelang at au roda em as yang ia t erim a sebagai t anda
m at a dari Tayam i! I lm u- ilm u ini ia t ahu am at hebat , m aka ia t idak t ega unt uk
m em pergunakannya t erhadap Lu Sian yang sam a sekali t idak dikenalnya dan
tidak ada permusuhan dengannya. Kini mendengar seruan gurunya, baru ia ingat.
Akan t et api t erlam bat . Sebelum ia sem pat m em pergunakan ilm u it u, sebuah
hant am an LuSian m engenai lehernya, m em buat Kalisani t erlem par dan
bergulingan, kem udian t erbent ur pohon dan rebah t elent ang dengan m at a
mendelik. Pingsan!
" Uuhhh, t olol, m encari m am pus! " Bu Tek Loj in m arah dan m endongkol sekali
m elihat " j agonya" keok. I a m elom pat dekat dan dua kali m enot ok leher dan
punggung, m uridnya sudah m erangkak bangun lagi. " Hayo m aj u lagi, kalau kau
tidak bisa m enang kulem parkan kau ke dalam j urang! " bent aknya. Mem ang
kakek ini m em iliki wat ak yang luar biasa sekali, sam a sekali ia t idak pernah m au
mengaku kalah terhadap siapapun juga.

Suling Mas Kho Ping Hoo 271


" Bu Tek Loj in, aku t idak hendak berm usuh! " kat a Lu Sian, m endongkol juga
karena sudah j elas ia m enang, m engapa kakek ini nekat m enyuruh m uridny a
m aj u lagi? " Aku t adi m elayani hanya unt uk m em bukt ikan bahwa bukan m uridm u
saj a yang m em iliki kepandaian di kolong j agad ini. Sekarang aku t idak ada wakt u
lagi."
"E- e- eh, nant i dulu! Siapa bilang m uridku kalah? Tadi ia sengaj a m engalah, kau
tahu? Kalisani, hayo maju lagi!"
Lu Sian gem as. Orang t ua ini harus diberi rasa, pikirnya. Kali ini aku akan
m em ukul m am pus m uridnya, lihat dia hendak berlagak bagaim ana lagi? Maka ia
cepat berseru keras dan mendahului Kalisani, menerjang dengan cepat.
Kalisani sudah bersiap sedia. I a sudah m erasai kehebat an kepandaian lawan,
maka sekarang ia cepat merobah gerakannya dan mainkan ilmu silat Kim- lun- sin-
hoat dan m engerahkan t enaga Khong- in- ban- kin. Tulang- t ulangnya berbunyi
berkerot okan, ini t anda bahwa sin- kang di t ubuhnya t elah t erhim pun.
Sebenarnya, ia belum m at ang dalam lat ihan Khong- in- ban- kin, m aka t ulang-
t ulangnya m engeluarkan bunyi. Kalau ia sudah berhasil m enghim pun t enaga
tanpa tulang- tulangnya berbunyi, barulah ilmunya itu sempurna.
Dapat dibayangkan bet apa kaget nya hat i Lu Sian ket ika dia m enerj ang, ia
disam but dengan hawa pukulan j arak j auh yang luar biasa kuat nya, yang
m enolak set iap gerakannya sehingga ia t idak dapat m endekat i lawannya.
Sebaliknya, kedua t angan lawan yang digerakkan berput ar- put ar m em bent uk
lingkaran- lingkaran sepert i roda it u m em bingungkan hat inya. Baru belasan j urus,
Lu Sian sudah main mundur.
"Hua- hah- ho- ho- ho- hoh! " Bu Tek Loj in t ert awa bergelak- gelak m enyaksikan
bet apa m uridnya dapat m endesak lawan, " Kalisani, j angan sungkan. Hant am dia
sam pai babak belur! Com ot hidungnya, j ewer t elinganya, cubit pant at nya, ha- ha-
ha!"
Dapat dibayangkan bet apa m arahnya Lu Sian m endengar ej ekan- ej ekan ini.
Kakek t ua bangka m au m am pus, pikirnya m arah. Tiba- t iba kedua t anganny a
bergerak pada saat ia m eloncat j auh ke belakang dan dari kedua t angannya it u
m enyam bar sinar- sinar kem erahan ke arah Kalisani dan Bu Tek Lo Jin! Kakek
cebol ini m asih t ert awa- t awa, akan t et api t iba- t iba suara ket awanya berhent i dan
t erkej ut lah ia m elihat sinar m erah m enyam bar. Nam un dengan m udah saj a ia
m engebut kan lengan baj u dan sem ua j arum Siang- tok- ciam ( Jarum Racun
Harum) yang dilepaskan Lu Sian runtuh ke tanah.
Kalisani sebaliknya kaget sekali. Tahu bahwa dari depan m enyam bar senj at a
rahasia berbahaya, ia m em bant ing t ubuh ke belakang dan bergulingan, sehingga
ia t erbebas daripada ancam an j arum m aut . Akan t et api, Lu Sian t idak m au
menyia- ny iakan kesem pat an it u. Dalam kem endongkolannya, Lu Sian sudah
mencabut pedang Toa- hong- kiam dan kini ia m em ut ar pedang m enerj ang
Kalisani dengan I lm u Pedang Toa- hong Kiam - hoat yang gerakannya sepert i angin
badai m engam uk. Kasihanlah Kalisani. I a berloncat an ke sana ke m ari
menghindar daripada gulungan sinar pedang, seperti monyet berjoget.
" Wah, bocah j ahat ! " Tiba- t iba pedang di t angan Lu Sian berhent i di udara, dan
ket ika Lu Sian m enoleh, kiranya pedangnya it u uj ungnya sudah dij epit dua buah
j ari t angan Bu Tek Loj in. I a m arah sekali cepat m engerahkan t enaga m enarik
pedang unt uk m em bikin bunt ung j ari t angan orang. Nam un sia- sia, sedikit pun
pedangnya tidak bergeming, masih tetap terjepit dua buah jari tangan.
" Lepaskan pedangku! " " Heh- heh- hoh! " " Bu Tek Loj in, lepaskan pedangku! "
" Kalau t idak kulepaskan, kau m au apa? Mau panggil ayahm u? Panggillah dia, Aku
t idak t akut ! " " Ayah t idak berada di sini. Akan t et api akan kupanggil Bu Kek
Siansu!"
Tangan yang m enj epit pedang it u t iba- t iba gem et ar dan Lu Sian m em pergunakan
kesempatan ini untuk menarik pedangnya dan meloncat mundur.
" Kau bohong! Dia... dia... eh, t idak berada di sini..." Biarpun m ulut berkat a
demikian, namun kakek itu jelalatan memandang ke sana ke mari.

Suling Mas Kho Ping Hoo 272


" Hem m , kau t idak percaya? Baru t adi aku bert em u dengan beliau, dan aku
m endengar beliau m enagancam hendak m enghaj ar kepalam u sam pai peok dan
gepeng!"
" Oh... ah... t idak... bisa....! " "Kau t idak percaya? Biar kupanggil beliau. Beliau
paling benci m elihat kau m engganggu orang m uda. Siansu...! Siansu...! Silakan
datang ke sini, Bu Tek Lojin menantang Siansu...!!"
"Ohhh... j angan...! Jangan... aku... aku hanya m ain- m ain t adi... Eh, m urid t olol,
hayo pergi! " Kakek aneh it u m enyam bar lengan m uridnya dan sekali berkelebat
mereka lenyap dari tempat itu.
Lu Sian berdiri t erm enung. Unt uk ke sekian kalinya ia m endapat kan orang- orang
yang j auh lebih lihai daripadanya! Ah, selam anya ia t ent u akan m enem ui
kekecewaan dan penghinaan saj a kalau ia t idak berhasil m em iliki ilm u
kepandaian yang paling t inggi di dunia ini. I a t eringat akan ayahnya. Bet apapun
j uga, t ingkat kepandaian ayahnya sudah am at t inggi dan ia ingat bahwa ayahnya
m enyim pan kit ab- kit ab ilm u yang t inggi dan dirahasiakan. I a harus m enem ui
ayahnya, m encerit akan perceraiannya dengan Kam Si Ek, kem udian m int a
kepada ayahnya untuk menurunkan ilmu- ilmu silat yang tinggi kepadanya.
Dengan pikiran ini, Liu Lu Sian lalu berangkat ke selat an, m elakukan perj alanan
cepat m enuj u ke Nan- cao, ke rum ah ayahnya. Akan t et api kem bali ia kecewa.
Ket ika ayahnya m endengar bahwa ia m eninggalkan Kam Si Ek, ayahnya m arah-
marah dan memaki- makinya.
" I st eri dan anak m acam apa engkau ini?" Ant ara lain Pat - j iu Sin- ong m arah-
m arah m em akinya. " Seorang ist eri dan ibu m eninggalkan suam i dan anak begit u
saja?! Sungguh celaka!!"
" Kam Si Ek t erlalu kukuh dan cint a kepada t ugasnya, Ayah. Asal kuaj ak pindah
dan m eninggalkan pekerj aannya, dia m arah- m arah. Aku bosan dan m erasa
dijadikan bujang dalam rumah!"
" Huh! Sudah m enj adi kewaj iban seorang ist eri unt uk m engurus rum ah t angga,
melayani suami dan memelihara anak. Ke mana pun si suami pergi, si isteri harus
m engikut inya. Sebelum m enikah denganm u, Kam SI Ek m em ang sudah t erkenal
sebagai seorang pat riot , m ana ia sudi m enurut i kehendakm u m eninggalkan
t ugasnya? Sayang dia m enj adi orang Shan- si, kalau dia m enj adi penduduk sini
dan m em bant u negara kit a, alangkah baiknya. Dan kau m eninggalkannya begit u
saj a? Anak durhaka! Perbuat anm u ini akan m engot ori pula nam aku sebagai
ayahmu. Tahu??"
Lu Sian t idak t ahan m endengar m aki- m akian ayahnya dan ia lari ke kam arnya
dengan m uka m erah, m enut up diri dalam kam ar t idak m au keluar lagi. I a
m em eras ot ak. Agaknya t inggal di rum ah ayahnya pun t idak akan
m enyenangkan, pikirnya. Pula, set elah ayahnya m arah- m arah, agaknya t idak
m ungkin t ercapai pengharapannya, yait u m enerim a ilm u- ilm u t inggi dari
ayahnya. Oleh karena inilah, m aka pada m alam hari it u j uga, ia m enyelinap
m asuk ke dalam kam ar pusaka ayahnya, m engam bil t iga kit ab rahasia, sim panan
ayahnya yang oleh ayahnya disebut Sam - po Cin- keng ( Kit ab Tiga Pusaka) , lalu
malam itu juga ia meninggalkan ayahnya! Tiga buah kitab itu adalah pusaka yang
am at dirahasiakan Pat - j iu Sin- ong Liu Gan. Sebuah m erupakan kit ab pelaj aran
int i I lm u Khi- kang Coam - im- I - hun- t o ( Suara Meram pas Sem angat Orang) dan
kit ab ke t iga adalah int i pelaj aran I lm u Silat Beng- kauw- kun ( I lm u Silat Beng-
kauw) yang m erupakan cipt aan baru dengan m aksud unt uk dij adikan pegangan
bagi para pim pinan Beng- kauw. I lm u silat ini adalah gabungan daripada sem ua
ilm u silat yang pernah diaj arkan ayahnya kepada Lu Sian, yait u Pat - mo- kun, Sin-
coa- kun, dan Toa- hong- kun.
Dengan semangat besar Lu Sian mempelajari ilmu- ilmu ini. Beng- kauw- kun dapat
ia pelaj ari dengan m udah Karena ia sudah m engenal t iga m acam ilm u silat it u,
m aka t ent u saj a lebih m udah baginya unt uk m enghafal dan m elat ih diri dengan
ilm u silat gabungan yang am at hebat ini. Akan t et api unt uk m elat ih kedua ilm u
peram pas sem angat m elalui suara dan pandang m at a, bukanlah pekerj aan
m udah. Unt uk it u ia harus m em perkuat sin- kang dan khi- kangnya lebih dahulu,

Suling Mas Kho Ping Hoo 273


m aka set iap kali ada kesem pat an, ia lalu bersam adhi dan m elat ih t enaga dalam
menurut petunjuk kitab- kitab itu.
Di sam ping m elat ih diri dengan kit ab- kit ab yang ia curi dari ayahnya, j uga Liu Lu
Sian mulai mencari keterangan perihal suling emas seperti yang ia dengar dari Bu
Tek Loj in. Kakek yang am at sakt i, dan kalau kakek it u sendiri m enginginkan
suling em as yang kat anya m enj adi rahasia akan ilm u silat yang paling t inggi,
tentu suling emas itu merupakan benda keramat yang tak ternilai harganya. Akan
tetapi tak seorang pun di antara orang- orang kang- ouw yang ia tanyai, tahu akan
benda keramat itu.
I a m erant au t erus ke t im ur dan m asuklah ia di daerah yang t erm asuk wilayah
Keraj aan Min ( Hok- kian sekarang) . Pada suat u hari m enj elang senj a ia t iba di
kot a Kim - peng yang ram ai dengan perdagangan dan banyak dikunj ungi orang
luar kot a. Lu Sian m asuk ke dalam sebuah rum ah penginapan An- hoa, t idak
m em pedulikan pandang m at a banyak laki- laki yang berada di ruangan depan.
Seorang pelayan t erbongkok- bongkok dat ang m enyam but nya, dan m elihat
pedang di pinggang Liu Lu Sian, pelayan itu bersikap hormat.
" Bung Pelayan, sediakan sebuah kam ar yang bersih unt ukku! " kat a Lu Sian
lantang.
" Maaf, Li- hiap ( Pendekar Wanit a) , m aaf... sem ua kam ar t elah penuh. Dan
agaknya di seluruh rumah penginapan dalam kota ini tidak ada lagi kamar kosong
karena kot a Kim - peng kit a kebanj iran t am u yang hendak m enyaksikan perayaan
besar di kuil Siauw- lim- si."
Mendongkol sekali rasa hat i Lu Sian. Kalau ia kem alam an di hut an, sudah biasa
baginya t idur di at as pohon at au di dalam guha, akan t et api kalau ia berada di
kot a sepert i sekarang ini t ent u saj a ia ingin berm alam dalam sebuah kam ar
rumah penginapan.
" Ah, t idak bisakah kau m encarikan sebuah kam ar unt ukku?" t anyanya, suaranya
kecewa dan menyesal.
" Sungguh m at i, saya m erasa m enyesal sekali, Nona. Kam i akan senang sekali
dapat m elayani Nona, akan t et api apa hendak dikat a, banyak sekali t am u
berkunj ung dan sebelum Nona dat ang, sudah banyak pula t am u yang t erpaksa
kami tolak karena sudah kehabisan kamar."
Lu Sian m enghela napas panj ang. Menurut kan kem endongkolan hat inya, ingin ia
m em aksa dan m enggunakan kekerasan, akan t et api ia t ekan perasaan ini dan ia
sudah m em balikkan t ubuh hendak m eninggalkan rum ah penginapan An- hoa t u
ketika tiba- tiba terdengar orang berkata.
" Nona, m encari ke m ana pun t idak akan ada gunanya. Lebih baik kau berm alam
di kamarku, semalam atau selamanya pun boleh!"
Lu Sian m em andang. Laki- laki it u usianya suadah t iga puluh t ahun lebih,
waj ahnya bundar gem uk sepert i bola, basah oleh peluh, baj u di dadanya t erbuka,
agaknya karena hawa yang panas, sehingga t am pak dadanya yang gem uk
berdaging. Mat anya sipit , m ulut nya m enyeringai, sikapnya kurang aj ar. Dia ini
duduk m enghadapi m ej a bersam a t iga orang laki- laki lain yang t ersenyum -
senyum menahan ketawa.
Hat i Lu Sian yang sudah m endongkol it u kini m endidih, akan t et api hanya
dugaannya saj a laki- laki ini m ain- m ain dengannya, kenyat aannya belum t erbukt i,
m aka ia lalu berkat a, " Terim a kasih at as kebaikan t uan m em berikan kam ar t uan
kepada saya. Akan tetapi tuan sendiri lalu hendak tidur di mana?"
Laki- laki gendut it u t ert awa m enyeringai m em andang kepada t iga orang
kawannya yang j uga t ert awa gem bira. Kem udian dia bangkit berdiri dan
m elangkah m aj u m endekat i Lu Sian sam bil berkat a, " Aiihhh, Nona, m engapa
repot- repot ? Kam ar yang kusewa it u selain bersih, j uga cukup lebar sehingga
cukup untuk kita berdua. Kalau sudah pulas aku tidak banyak bergerak!"
"Ha- ha- ha- ha! Heh- heh- heh! " Tiga orang kawannya t erpingkal- pingkal. " Mem ang
t idak banyak bergerak akan t et api kalau sudah pulas! Ha- ha! " Si Gendut berkat a
lagi.

Suling Mas Kho Ping Hoo 274


Meledak rasanya hat i Lu Sian saking m arahnya. Pada saat it u m uncul seorang
pem uda dari kiri, seorang pem uda yang sej ak t adi duduk di m ej a sudut ,
berpakaian serba kuning. Cepat ia m elangkah m aj u dan m enj ura kepada Lu Sian
sam bil berkat a, " Nona, harap j angan m elayani m ereka. Kaupakailah kam arku,
aku dapat tidur bersama dua orang suhengku di kamar belakang..."
Akan t et api Lu Sian sudah t idak sudi m endengarkan om ongan orang lain lagi
karena m at anya sudah m em ancarkan cahaya berapi dit uj ukan kepada si laki- laki
gendut . Tiba- t iba t ubuhnya bergerak ke depan, sukar diikut i pandang m at a
saking cepat nya dan... " plak- plak- plak- plak! " Muka dan t ubuh laki- laki gendut it u
dihaj ar habis- habisan oleh kedua t angan Lu Sian, t anpa sedikit pun m em beri
kesem pat an pada Si Gendut unt uk m engelak, m em balas, bahkan bernapas.
Tubuh Si Gendut itu seperti di sambar petir, tersentak ke kanan kiri, ke belakang,
terhuyung- huyung dan akhirnya roboh m enabrak kursi, kulit m ukanya hancur
m andi darah, kedua m at anya m enonj ol keluar, hidungnya rem uk, t elinga kirinya
hilang dan napasnya empas- empis mau putus!
" Hayo, m ana kawan- kawannya? Maj u sem ua, biar kuhabiskan nyawanya!
Bedebah! Keparat berm ulut kot or! Hayo kalian bert iga kawannya, bukan? Kalian
t adi m enert awai aku? Maj u sem ua! Pengecut , anj ing bernyali t ikus kalian kalau
t idak berani m aj u! " Lu Sian dengan kem arahan m eluap- luap m enant ang dan
memaki.
Pem uda pakaian kuning it u agaknya t erkej ut m enyaksikan sepak t erj ang Lu Sian
yang dem ikian ganas, j uga am at kaget m endapat kenyat aan bahwa Lu Sian
m em iliki kepandaian sehebat it u, t erbukt i dari gerakan t ubuhnya yang ringan
tangkas sekali.
Si Gendut dan t iga orang kawannya adalah sebangsa buaya darat yang biasa
m encari perkara dan m encari keunt ungan di t em pat - t em pat ram ai. Tiga orang
buaya darat it u m elihat kawannya dihaj ar set engah m at i, m enj adi kaget dan
m arah. Tadi m ereka hanya m elongo karena sedem ikian cepat nya Lu Sian
bergerak sehingga m ereka t ak sem pat m enolong kawan. Kini m ereka bangkit
serentak dan "sratt- sratt- sratt!" tangan mereka telah mencabut golok.
" Awas...! Lari...! ! " Pem uda baj u kuning bert eriak kaget kepada t iga orang it u.
Nam un t erlam bat ! Sinar m erah m ernyam bar dari t angan Lu Sian, t idak hanya ke
arah t iga orang buaya darat it u, akan t et api j uga ada yang m enyam bar ke arah
pem uda baj u kuning. Pem uda it u dengan gerakan t angkas m iringkan t ubuh dan
t angannya m enyam bar sebat ang j arum Siang- tok- ciam sam bil m elom pat
m undur. Akan t et api t iga orang buaya darat it u sudah t erj engkang dan m erint ih-
rint ih karena dada m ereka sudah t ert usuk j arum - j arum berbisa yang dilepas oleh
Lu Sian tadi!
" Ah, j arum beracun yang hebat ! " Pam uda baj u kuning it u berseru kaget sam bil
m enelit i j arum m erah di t angannya. Kem udian ia m elangkah m aj u m endekat i Lu
Sian, m enj ura sam bil berkat a. " Noana, kum ohon dengan horm at sudilah kiranya
Nona mengampuni mereka ini dan memberi obat penyembuh racun."
Lu Sian m elirik dengan pandang m at a dingin. " Hem m , kau m em iliki kepandaian
juga!" katanya, hatinya panas karena jarumnya dapat ditangkap oleh pemuda itu.
" Apakah kau kawan m ereka dan hendak m em bela m ereka?" Ucapan t erakhir ini
dikeluarkan dengan nada suara mengancam.
Pem uda it u t ersenyum dan m enggeleng kepalanya. " Sam a sekali bukan, Nona.
Sobodoh- bodohnya orang m acam Yap Kwan Bi ini, m asih belum begit u t ersesat
untuk bersahabat dengan segala macam buaya darat."
Lu Sian m erasa heran sekali m engapa hat inya m enj adi lega m endegar bahwa
pem uda yang t am pan sekali ini bukan sahabat penj ahat - penj ahat it u. Pem uda ini
am at t am pan, m ukanya halus sepert i m uka wanit a, m at anya lebar dan
m em andang dunia dengan j uj ur dan berani, senyum nya m anis dan dagunya
m em punyai belahan yang m em bayangkan sifat j ant an, alisnya sepert i golok dan
amat hitam.
" Kalau bukan sahabat , m engapa kau m int akan am pun?" t anyanya, m asih
mengagumi wajah yang amat tampan dan benuk tubuh yang tegap dan padat.

Suling Mas Kho Ping Hoo 275


" Nona, aku t ahu bahwa kau adalah seorang pendekar wanit a yang lihai dan
orang- orang ini m encari m am pus berani m engeluarkan ucapan m enghina dan
kurang aj ar t erhadapm u. Akan t et api, nyawa m anusia bukanlah nyawa ayam
yang m udah dicabut begit u saj a. Pula, dengan m elayani segala cacing kecil
m acam m ereka ini, bukankah berart i m erendahkan kepandaian sendiri? Mereka
sudah cukup m endapat pengaj aran, m aka sepat ut nya kalau m ereka diam puni
dan diberi obat penawar racun. Alangkah t idak baiknya kalau kot a yang t ent eram
ini dikot ori oleh pem bunuhan yang disebabkan hal- hal k ecil! Aku Yap Kwan Bi
yang bodoh mengharapkan kebijaksanaan Nona."
Pem uda it u bicara dengan t erat ur dan sopan, halus dan m engesankan. Si Gendut
dan t iga orang kawannya adalah sebangsa buaya darat yang biasa m encari
perkara dan m encari keunt ungan di t em pat - t em pat ram ai. Tiga orang buay a
darat it u m elihat kawannya dihaj ar set engah m at i, m enj adi kaget dan m arah.
Tadi m ereka hanya m elongo karena sedem ikian cepat nya Lu Sian bergerak
sehingga m ereka t ak sem pat m enolong kawan. Kini m ereka bangkit serent ak dan
"sratt- sratt- sratt!" tangan mereka telah mencabut golok.
" Awas...! Lari...! ! " Pem uda baj u kuning bert eriak kaget kepada t iga orang it u.
Nam un t erlam bat ! Sinar m erah m ernyam bar dari t angan Lu Sian, t idak hanya ke
arah t iga orang buaya darat it u, akan t et api j uga ada yang m enyam bar ke arah
pem uda baj u kuning. Pem uda it u dengan gerakan t angkas m iringkan t ubuh dan
t angannya m enyam bar sebat ang j arum Siang- tok- ciam sam bil m elom pat
m undur. Akan t et api t iga orang buaya darat it u sudah t erj engkang dan m erint ih-
rint ih karena dada m ereka sudah t ert usuk j arum - j arum berbisa yang dilepas oleh
Lu Sian tadi!
" Ah, j arum beracun yang hebat ! " Pam uda baj u kuning it u berseru kaget sam bil
m enelit i j arum m erah di t angannya. Kem udian ia m elangkah m aj u m endekat i Lu
Sian, m enj ura sam bil berkat a. " Noana, kum ohon dengan horm at sudilah kiranya
Nona mengampuni mereka ini dan memberi obat penyembuh racun."
Lu Sian m elirik dengan pandang m at a dingin. " Hem m , kau m em iliki kepandaian
juga!" katanya, hatinya panas karena jarumnya dapat ditangkap oleh pemuda itu.
" Apakah kau kawan m ereka dan hendak m em bela m ereka?" Ucapan t erakhir ini
dikeluarkan dengan nada suara mengancam.
Pem uda it u t ersenyum dan m enggeleng kepalanya. " Sam a sekali bukan, Nona.
Sobodoh- bodohnya orang m acam Yap Kwan Bi ini, m asih belum begit u t ersesat
untuk bersahabat dengan segala macam buaya darat."
Lu Sian m erasa heran sekali m engapa hat inya m enj adi lega m endegar bahwa
pem uda yang t am pan sekali ini bukan sahabat penj ahat - penj ahat it u. Pem uda ini
am at t am pan, m ukanya halus sepert i m uka wanit a, m at anya lebar dan
m em andang dunia dengan j uj ur dan berani, senyum nya m anis dan dagunya
m em punyai belahan yang m em bayangkan sifat j ant an, alisnya sepert i golok dan
amat hitam.
" Kalau bukan sahabat , m engapa kau m int akan am pun?" t anyanya, m asih
mengagumi wajah yang amat tampan dan benuk tubuh yang tegap dan padat.
" Nona, aku t ahu bahwa kau adalah seorang pendekar wanit a yang lihai dan
orang- orang ini m encari m am pus berani m engeluarkan ucapan m enghina dan
kurang aj ar t erhadapm u. Akan t et api, nyawa m anusia bukanlah nyawa ayam
yang m udah dicabut begit u saj a. Pula, dengan m elayani segala cacing kecil
m acam m ereka ini, bukankah berart i m erendahkan kepandaian sendiri? Mereka
sudah cukup m endapat pengaj aran, m aka sepat ut nya kalau m ereka diam puni
dan diberi obat penawar racun. Alangkah t idak baiknya kalau kot a yang t ent eram
ini dikot ori oleh pem bunuhan yang disebabkan hal- hal k ecil! Aku Yap Kwan Bi
yang bodoh mengharapkan kebijaksanaan Nona."
Pem uda it u bicara dengan t erat ur dan sopan, halus dan m engesankan. Seket ika
lenyap kem arahan di hat i Lu Sian, sepert i awan t ipis t ert iup angin. I a
m encibirkan bibirnya dan pem uda it u m em ej am kan m at anya karena j ant ungnya
sudah jungkir balik di dalam dada. Bukan main wanita ini, pikirnya. Belum pernah
selam a hidupnya ia bert em u dengan wanit a secant ik ini, dan ket ika bibir yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 276


kecil m ungil dan m erah m em basah it u m encibir, m em uncaklah daya t ariknya
sehingga ia hampir jatuh berlutut.
Ketika pem uda it u m em buka m at anya, Lu Sian t elah m engeluarkan obat bubuk
berwarna kuning, m em berikan t iga bungkus kepada t iga orang buaya darat it u
sambil berkata, "Cabut jarum- jarum itu dan bersihkan, lalu berikan kepadaku!"
Tiga orang it u dengan t ubuh m enggigil m enahan sakit m em buka baj u dan
m encabut j arum - j arum yang m enancap di dada m ereka, dua bat ang seorang.
Set elah m em bersihkan j arum - j arum it u dengan baj u, m ereka m enyodorkannya
kepada Lu Sian yang menerima dan menyimpannya.
" Sekarang m inum obat ini seorang sebungkus dengan arak! " Tergesa- gesa
m ereka m em buka bungkusan obat , m em inum nya dengan arak dan seket ika rasa
gatal- gat al dan panas pada t ubuh m ereka lenyap. Mereka segera m enj at uhkan
diri, m engangguk- anggukkan kepala sam pai dahi m ereka m em bent ur lant ai di
depan Lu Sian.
" Kalian bert iga t idak lekas pergi m em bawa t em an kalian yang sial ini, apakah
m enant i haj aran lagi?" Yap Kwan Bi berseru, m uak m enyaksikan sikap m ereka
it u. Tanpa banyak bicara lagi t iga orang it u lalu m enyeret t ubuh t em an m ereka
yang m ukanya dirusak oleh Lu Sian t adi, m eninggalkan rum ah penginapan. , dan
ket ika bibir yang kecil m ungil dan m erah m em basah it u m encibir, m em uncaklah
daya tariknya sehingga ia hampir jatuh berlutut.
Ket ika pem uda it u m em buka m at anya, Lu Sian t elah m engeluarkan obat bubuk
berwarna kuning, m em berikan t iga bungkus kepada t iga orang buaya darat it u
sambil berkata, "Cabut jarum- jarum itu dan bersihkan, lalu berikan kepadaku!"
Tiga orang it u dengan t ubuh m enggigil m enahan sakit m em buka baj u dan
m encabut j arum - j arum yang m enancap di dada m ereka, dua bat ang seorang.
Set elah m em bersihkan j arum - j arum it u dengan baj u, m ereka m enyodorkannya
kepada Lu Sian yang menerima dan menyimpannya.
" Sekarang m inum obat ini seorang sebungkus dengan arak! " Tergesa- gesa
m ereka m em buka bungkusan obat , m em inum nya dengan arak dan seket ika rasa
gatal- gat al dan panas pada t ubuh m ereka lenyap. Mereka segera m enj at uhkan
diri, m engangguk- anggukkan kepala sam pai dahi m ereka m em bent ur lant ai di
depan Lu Sian.
" Kalian bert iga t idak lekas pergi m em bawa t em an kalian yang sial ini, apakah
m enant i haj aran lagi?" Yap Kwan Bi berseru, m uak m enyaksikan sikap m ereka
it u. Tanpa banyak bicara lagi t iga orang it u lalu m enyeret t ubuh t em an m ereka
yang mukanya dirusak oleh Lu Sian tadi, meninggalkan rumah penginapan.
Karena sem ua orang m em andangnya dengan m at a kagum dan t akut , Lu Sian
m em buang m uka dan hendak berj alan keluar m eninggalkan t em pat it u. Akan
t et api Yap Kwan Bi cepat berkat a, " Nona, aku t idak m ain- m ain ket ika
m enawarkan kam arku. Percayalah, t idak ada niat buruk di hat iku. Pakailah
kam arku dan aku akan t idur bersam a kedua suhengku yang belum dat ang. Kam i
bertiga memakai kamar besar."
Tak enak hat i Lu Sian unt uk m enam pik t erus, m em ang ia m em but uhkan kam ar
dan pem uda ini am at sopan, am at t am pan, am at m enarik. I a segera m enj ura
unt uk m em balas penghorm at an pem uda it u. " Terim a kasih. Kau baik sekali,
Saudara Yap. Karena aku harus m em balas set iap kebaikan at au keburukan orang
t erhadapku, m aka aku persilakan kau suka m enerim a undanganku unt uk m akan
dan minum bersamaku sore hari ini."
Yap Kwan Bi adalah seorang pem uda yang belum pernah bergaul dengan wanit a.
Penawaran ini m endebarkan j ant ungnya dan m em buat kedua pipinya kem erahan.
Masa seorang wanit a yang dat ang sendirian m engaj ak m akan m inum seorang
pem uda? Akan t et api ia t eringat bahwa wanit a ini bukanlah gadis sem barangan,
m elainkan seorang perant auan di dunia kang- ouw, m aka hal it u t idaklah am at
janggal. Ia cepat- cepat menjura menghaturkan terima kasih.
" Kau baik sekali, Nona. Mari kuant ar Nona ke kam ar Nona." Kat anya horm at . Lu
Sian m engangguk dan m em anggil pelayan. " Pesankan sem ej a m akanan dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 277


m inum an unt uk dua orang, pilih m asakan yang t erbaik dan ant arkan cepat ke
kamarku."
" Baik, Li- hiap, baik..." Pelayan it u m engangguk- angguk dan pergi cepat - cepat
unt uk m elakukan perint ah orang. Lu Sian bersam a pem uda it u m em asuki
ruangan dalam , diikut i pandang m at a banyak orang yang t adi perist iwa hebat it u.
Kam ar it u t idak besar, nam un cukup bersih. Pem uda it u m engam bil bungkusan
pakaiannya unt uk dipindahkan ke kam ar lain dan Lu Sian m elihat gagang pedang
t ersem bul keluar dari dalam bungkusan pakaian. I a t ersenyum . Gerak gerik
pemuda ini benar- benar sopan, dan ia demikian tampan, ia demikian tangkas.
" Saudara Yap m ari kit a duduk bercakap- cakap sam bil m enant i dat angnya
hidangan. Silakan."
Mereka duduk m enghadapi m ej a sat u- sat unya di dalam kam ar, m ulut belum
berkat a apa- apa, m at a sudah saling pandang dan sesaat pandang m at a m ereka
bert aut , sukar dilepaskan lalu m uka pem uda it u m enj adi m erah sekali, ia m enj adi
bingung dan gugup sehingga Lu Sian t ak dapat m enahan senyum nya. Melihat
seorang pem uda t erpesona oleh kecant ikannya adalah hal yang lum rah, t idak
aneh baginya. Akan t et api biasanya laki- laki yang t erpesona oleh kecant ikannya
it u m em perlihat kan sikap kurang aj ar, sedangkan pem uda ini sebaliknya m alah
m enj adi m alu- m alu dan panik! I a t ahu bahwa kalau ia diam kan saj a, pem uda it u
akan m enj adi m akin panik, m aka ia segera berkat a dengan senyum m anis
m enghias bibir. " Saudara Yap m em iliki kepandaian yang t inggi, sungguh
membuat orang kagum sekali."
Pem uda it u t ersenyum dan cepat - cepat m enj awab. " Ah, Nona t erlalu m em uj i.
Apakah art inya kebodohanku ini dibandingkan dengan kelihaianm u? Just ru
Nonalah yang m em buat sem ua orang, t erut am a aku sendiri, m enj adi am at
kagum."
Pada saat it u pelayan dat ang m engant ar hidangan dan arak yang ia at ur di at as
m ej a depan sepasang orang m uda it u. Set elah pelayan pergi, Lu Sian
m enuangkan arak di at as cawan, lalu berkat a sam bil t ersenyum , " Dalam
pert em uan ini kit a saling cocok dan m enj adi sahabat , akan t et api j anggal sekali
sebut an yang m asing- m asing kit a gunakan. Saudara Yap, nam aku Lu Sian dan
kalau kau suka m em beri t ahu berapa usiam u, kit a dapat m engat ur t ent ang
sebutan."
Melihat wanit a it u dem ikian t erbuka dan j uj ur sikapnya, Kwan Bi m erasa girang.
"Tahun ini usiaku dua puluh satu tahun."
" Kalau begit u biarlah aku m enyebut m u Adik dan kau m enyebut ku Cici! " Pem uda
itu dengan muka gembira bangkit berdiri dan menjura. "Lu- cici (Kakak Lu)!"
Lu Sian j uga bangkit berdiri, t ert awa gem bira m engingat bet apa pem uda ini
m enyangka dia she Lu bernam a Sian. I a pun m enj ura dan berkat a dengan
senyum melebar dan kerling mata menyambar, "Yap- te yang baik...!"
Mereka duduk kem bali dan Lu Sian m engangkat cawan arak m engaj ak m inum ,
m enawarkan m akan dengan sikap lincah m anis sehingga lenyaplah rasa m alu-
m alu dan kikuk di pihak pem uda it u. Mereka m akan dan sinar m at a m ereka
saling sam bar dan saling lekat di kala sum pit - sum pit m ereka t anpa sengaj a
bert em u dan beradu ket ika dalam wakt u bersam aan m engam bil m asakan yang
sam a. Tadinya m em ang t idak disengaj a, akan t et api lam a kelam aan ada unsur
kesengajaan!
Ket ika hawa arak m ulai m em bikin sepasang pipi Lu Sian m enj adi kem erahan,
uj ung bibirnya bergerak- gerak m anis dan sinar m at anya m em ancarkan
kehangat an, ia berkat a, " Adik Yap baru berusia dua puluh sat u t ahun sudah
memiliki kepandaian hebat. Bolehkah aku tahu dari perguruan manakah?"
"Lu- cici t erlalu m em uj i. Kepandaianku am at j elek dan m asih rendah, boleh
dibilang paling rendah di antara murid- murid Siauw- lim- pai."
"Ahh! Kiranya m urid Siauw- lim- pai?" Lu Sian m enepuk kedua t angannya dengan
pandang m at a kagum , lalu ia t ert awa dan berdiri sam bil m em beri horm at .
" Maafkan t adi aku berlaku kurang horm at kepada seorang pendekar besar dari
Siauw- lim!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 278


"Lu- cici j angan m et ert awakan Siauw- t e! " Pem uda it upun berdiri dan t ert awa.
" Kau m em bikin aku m enj adi kikuk saj a! Marilah kit a duduk kem bali dan j angan
terlalu mengadakan pujian kosong terhadap diriku yang bodoh."
Mereka t ert awa- t awa gem bira dan duduk kem bali. Pengaruh arak t elah m em buat
keduanya bicara m akin bebas dan gem bira, diseling t awa dan senyum sert a
lirikan mata yang mulai memancarkan dendam birahi.
"Yap- t e, siapakah yang belum m endengar t ent ang kehebat an dan kebesaran
Siauw- lim- pai? I lm u silat dari Siauw- lim- pai adalah warisan langsung dari Tat Mo
Couwsu, t erkenal sebagai raj anya ilm u silat . Sudah lam a aku m endengar akan
kebesaran Siauw- lim- pai dan sem enj ak kecil, aku sudah berm im pi- m im pi ingin
sekali m endapat kesem pat an m engunj ungi dan m elihat - lihat keadaan dalam
kelenteng yang menjadi pusat Siauw- lim- pai!"
" Ah, aku akan m erasa bangga dan bahagia sekali andaikat a dapat m engant ar Lu-
cici m elihat - lihat ke sana! Sayang, sungguh m enyesal hat iku bahwa hal it u t ak
m ungkin karena ada larangan keras wanit a m em asuki ruangan dalam perguruan
kami. Maaf, Lu- cici."
Lu Sian m enarik napas panj ang. " Sayang sekali, Yap- t e. Akan t et api kalau kau
m au m encerit akan t ent ang keadaan sebelah dalam , aku pun bisa m em bayangkan
dan bukankah it u sam a dengan m ellihat sendiri? Aku bisa m elihat - lihat dengan
m em inj am sepasang m at am u yang awas." Lu Sian t ert awa dan pem uda it u pun
tertawa.
Maka sam bil m akan m inum bercerit alah Yap Kwan Bi t ent ang keadaan sebelah
dalam kuil Siauw- lim- si yang luas, t ent ang pat ung- pat ung besar, t ent ang
ruangan- ruangan lat ihan, ruangan uj ian dan m enj awab pert anyaan- pertanyaan
Lu Sian, pemuda ini bercerita tentang kamar kitab.
" Kam ar kit ab ini m erupakan sat u di ant ara kam ar- kam ar yang t idak boleh
dim asuki m urid, kecuali kalau m asuk bersam a Suhu, Susiok ( Pam an Guru) at au
mendapat perkenan langsung dari Sukong ( Kakek Guru) ket ua Siauw- lim- pai
sendiri."
" Kau sebagai m urid t erkasih t ent u pernah m asuk, bukan, Adik yang gagah?" Yap
Kwan Bi m engangguk. " Sudah belasan kali ket ika Suhu m enyuruh aku
m em perdalam I lm u I - kin- keng unt uk m em bersihkan dan m em perkuat ot ot - otot
dalam tubuh dan tentang ilmu samadhi melatih napas."
" Wah, kalau begit u lengkap sekali perpust akaan Siauw- lim- pai! Ah, bet apa
inginku m enj enguk ke sana sebent ar. Adikku yang baik, t idak dapat kah kau
mengantar Cicimu ini masuk sebentar saja ke sana?"
Pem uda it u bergidik. " Mana bisa, Lu- cici? Percayalah, kalau ke t em pat lain, biar
m em pert aruhkan nyawa, akan kuant arkan. Akan t et api ke ruangan dalam Siauw-
lim- si? Ah, hukum annya berat , hukum an m at i. Dan sam a sekali t idak boleh
dibuat main- main di sana. Para Suhu amat keras dan lihai."
Lu Sian m enghela napas penuh kecewa, akan t et api dalam benaknya t elah
t ergam bar keadaan sebelah dalam ruangan Siauw- lim- si sepert i yang dicerit akan
Yap Kwan Bi t adi. " Berapa banyakkah kit a- kitab di dalam kam ar kit ab it u?" I a
t erus m enghuj ani Kwan Bi dengan pert anyaan- pert anyaan sehingga beberapa
saat kem udian Lu Sian sudah t ahu bet ul akan let ak dan rahasia kam ar ini, bet apa
kit ab t ent ang sam adhi berada di rak t erbawah, kem udian I lm u Silat Lo- han- kun
di rak kedua sebelah kiri, ilm u ini di rak it u, ilm u t ent ang it u di rak ini. Akan
t et api yang m enarik perhat ian Lu Sian adalah kit ab t ent ang ilm u m enot ok j alan
darah dari Siauw- lim- pai, yang bernam a I m - yang- tiam- hoat . I lm u ini pernah ia
dengar dari ayahnya yang m enyat akan bahwa ilm u m enot ok j alan darah Siauw-
lim- pai ini adalah paling hebat , paling kuat dan m erupakan dasar pelaj aran
segala m acam ilm u m enot ok j alan darah. Maka ket ika ia bert anya kepada Kwan
Bi dan mendengar bahwa kitab Im- yang- tiam- hoat it u berada di rak paling at as di
ujung kiri, hatinya berdebar.
"Yap- t e, aku m erasa girang sekali bert em u denganm u dan dapat m enj adi
sahabat. Kau menyenangkan sekali!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 279


" Ah, Lu- cici, kaulah yang luar biasa. Kau baik sekali kepadaku dan... aku
berhut ang budi kepadam u. Ent ah bagaim ana aku dapat m em balas kebaikanm u
ini, Lu- cici." Keadaan pem uda it u sudah m ulai m abok. Tidak biasa ia m inum arak
sam pai banyak, akan t et api m enghadapi seorang wanit a cant ik j elit a sepert i Lu
Sian, ia m enj adi lupa diri dan m inum t erus set iap kali Si Jelit a m engisi cawan
araknya. Lenyaplah kekakuan sikap Yap Kwan Bi dan ket ika Lu Sian m engulur
tangan kirinya di atas meja, dekat dengan tangan kanannya, jari- jarinya merayap
m endekat i dan m enyent uh kulit t angan halus lunak it u. Biarpun bersentuhan
hanyalah uj ung j ari pada punggung t angan, nam un seakan- akan ada aliran list rik
m em asuki t ubuh m elalui t em pat persent uhan sebagai pusat pem bangkit t enaga,
langsung m enyerang j ant ung yang m enj adi berdebar- debar keras. Karena t idak
ada reaksi apa- apa dari pihak Lu Sian, t angan pem uda it u m akin berani dan di
lain saat sepuluh buah jari tangan mereka sudah saling cengkeram!
"Lu- cici... alangkah j anggalnya aku m enyebut m u Cici. Kau... kau begini cant ik
j elit a dan t ent u lebih m uda daripadaku. Kau paling banyak delapan belas
t ahun..." Pem uda it u berkat a agak sukar karena cengkeram an j ari t angan it u
membuat napasnya sesak dan kepalanya berpusing!
Lu Sian t ersenyum m anis dan perlahan- lahan m elepaskan j ari- j ari t angannya,
lalu m enarik kem bali lengannya. Kedua pipinya m erah dan kedua m at anya
t erselaput air, bibirnya t ersenyum - senyum aneh dan m at anya m em andang
pem uda it u set engah t erpej am . Sej enak ia m enahan napas unt uk m enekan
desakan nafsu yang m enggelora. Dia wanit a lem ah, m udah dibakar nafsu, akan
tetapi dia pun kuat menguasai nafsu yang datang membakar.
"Yap- t e, aku m em ang lebih t ua daripadam u." " Ah, kau ini sepert i Bibi Guruku
saj a, Lu- cici. Dia sudah berusia lim a puluh t ahun, akan t et api sem ua orang t ent u
t idak percaya karena ia kelihat an m asih m uda. Ah, agaknya biarpun Bibi Guru
t idak m ewarisi kelihaian ilm u silat Siauw- lim- pai, nam un ia t elah m ewarisi I lm u I -
kin- swe- j we ( Gant i Ot ot Suci Sum sum ) dengan sem purna sehingga ia dapat
mengalahkan usia tua dan menjadi tetap muda!"
serent ak perhat ian Lu Sian t erbangkit . " Siapakah Bibi Gurum u yang hebat it u?
Apakah aku bisa berkenalan dengannya?"
" Tent u saj a bisa, Lu- cici. Dia dahulu bernam a Su Pek Hong, kini m enj adi pendet a
wanit a disebut Su- nikouw, m enj adi ket ua kuil wanit a di sebelah barat kot a. Kau
ingin bertemu dengannya, Cici? Mari kuantar!"
" Ah, kau baik sekali! Akan t et api, aku akan m andi dulu...." " Mandi? Air
persediaan di rum ah penginapan ini hanya sedikit , it upun t idak t erlalu bersih, Lu-
cici. Di sebelah barat , t idak j auh dari kuil Kwan- im- bio t em pat t inggal bibi guru
Su- nikouw, t erdapat t elaga kecil di sebuah hut an. Airnya j ernih sekali dan aku
sendiri selalu mandi di sana."
Lu Sian serent ak bangkit berdiri, waj ahnya berseri. " Kalau begit u m enant i apa
lagi? Mari kita ke sana, mandi lalu mengunjungi bibi gurumu Su- nikouw!"
Set elah m em bereskan perhit ungan m akanan, m ereka berdua keluar dari rum ah
penginapan. Malam t elah t iba ket ika m ereka berada di luar rum ah penginapan.
Yap Kwan Bi yang m engenal j alan, t anpa ragu- ragu lagi m enggandeng t angan Lu
Sian, diaj ak berj alan cepat m elalui lorong- lorong gelap. Mereka set engah berlari
m enuj u ke sebelah barat kot a, bahkan set elah keluar dari pint u gerbang sebelah
barat , m ereka berlari cepat sam bil t ert awa- t awa sepert i dua orang kanak- kanak
bergem bira. Tak lam a kem udian m ereka m em asuki sebuah hut an yang sunyi dan
gelap karena sinar bulan t ert ut up daun- daun pohon. Set elah m akin dekat dengan
telaga kecil yang berada di tengah hutan, jalan yang merekal lalui licin.
"Hati- hat i, j alannya licin..." Baru saj a Kwan Bi berkat a dem ikian, Lu Sian
terpeleset dan tentu jatuh kalau Kwan Bi tidak cepat memeluknya.
" Eh, ham pir j at uh aku..." Lu Sian t ert awa. Akan t et api pem uda it u t idak
m elepaskan pelukannya. " Heee, Yap- t e, m engapa kau ini....?" Tegurnya, pura-
pura marah.

Suling Mas Kho Ping Hoo 280


Dengan dada t urun naik dan napas t ersendat - sendat , Kwan Bi m em pererat
dekapannya dan berbisik di dekat t elinga Lu Sian, suaranya m engget ar, t ubuhnya
agak menggigil. "Ah... aku telah gila... aku... aku cinta padamu, Lu- cici!"
Lu Sian t ert awa dan m encubit dagu yang halus t ak dit um buhi ram but it u sam bil
m elepaskan diri dari pelukan. "Aihhh, kiranya kau nakal! " Kem udian sam bil
tertawa- t awa ia lari m enuj u ke t elaga. Kini pohon- pohon t idak begit u banyak lagi
dan sinar bulan t am pak indah sekali m enyinari perm ukaan air t elaga dan
m em buat keadaan sekeliling yang sunyi it u m enj adi am at rom ant is. Sej enak Yap
Kwan Bi t ert egun, kem udian ia pun t ert awa dan m engej ar ke t elaga. Cint a
m em ang aneh dan luar biasa pengaruhnya. Seorang m uda yang sedang
dicengkeram cint a, seakan- akan m enj adi but a dan linglung. Dem ikian pula
dengan Kwan Bi. Andaikat a dia t idak dibikin m abok dan but a oleh perasaan ini,
t ent u dia akan m enj adi curiga dan heran m engapa seorang wanit a sedem ikian
t inggi ilm u kepandaiannya sepert i Lu Sian begit u m udah t erpeleset ham pir j at uh!
Mungkin hal ini t erj adi bukan hanya karena ia m enj adi but a oleh nafsu cint a,
melainkan terutama sekali oleh kekurangan pengalamannya.
"Yap- te, mari kita mandi!" seru Lu Sian dengan suara gembira
Yap Kwan Bi berdiri sepert i t erpaku di at as t anah, t ak kuasa bergerak m aupun
m em buka suara, m at anya m em andang ke arah Lu Sian sepert i orang t erkena
pesona, hanya kalam enj ingnya yang bergerak perlahan ket ika ia m enelan ludah.
Pem andangan yang t am pak olehnya benar- benar m erupakan pem andangan yang
belum pernah ia saksikan selam anya, pem andangan indah dan m enggairahkan
hat i m udanya. Bet apa t idak? Wanit a yang cant ik j elit a sepert i bidadari it u dengan
gerakan indah sepert i dewi m enari, m enanggalkan pakaian luarnya begit u bebas,
seakan- akan dia t idak berada di sit u, m enanggalkan pakaian luar dan kaus sert a
sepat u, kem udian m elepaskan sanggulnya, m enoleh kepadanya sam bil
tersenyum lebar lalu meloncat ke dalam air!
Suara air m uncrat m enyadarkan Kwan Bi, dan ia pun lari m endekat i t elaga
dengan hat i berdebar- debar. Cepat ia m enanggalkan pula pakaiannya dan
m elom pat ke dalam air, berenang m engham piri Lu Sian yang t ert awa- t awa dan
bermain- m ain dengan air yang j ernih di t engah t elaga. Set elah dekat , Kwan Bi
m enangkap lengan t angan Lu Sian sam bil berkat a, " Lu- cici, kau ... t idak m arah
kepadaku?"
" Marah? Kenapa m est i m arah?" kat a Lu Sian t ert awa dan m em ercikkan air. " Kau
t idak m arah m endengar aku m encint aim u?" " Hi- hik, kenapa m arah? Kau baik
sekali, akan tetapi harus kaubuktikan dulu cintamu!" jawab Lu Sian manja, dan ia
kelihat an cant ik luar biasa di bawah sinar bulan. Benar- benar sepert i seorang
dewi dari langit turun dan mandi di telaga ini.
" Oh, Lu- cici... aku m encint aim u... aku berani bersum pah, dan kau m int a bukt i?
Ini buktinya...!" Kwan Bi memeluk, merangkul dan mencium.
" Eiiihhh... ini bukan bukt i nam anya. Belum apa- apa kau sudah m au enaknya
saj a! " Lu Sian m erenggut kan diri t erlepas dari pelukan, t ert awa- t awa m enggoda
m em buat pem uda it u m akin gem as, m akin bergelora gairahnya. " Adikku yang
t am pan, sebelum it u kau harus m em bukt ikan bahwa kau benar- benar
mencintaku dan suka menolongku."
" Pert olongan apakah? Kat akanlah, kasihku, kat akan. Biar dengan t aruhan nyawa
sekalipun, aku past i akan m em enuhi perm int aanm u, m em bukt ikan cint a kasihku
kepadam u," kat a Kwan Bi dengan suara gem et ar dan t ubuh m enggigil saking
hebatnya golombang nafsu membakarnya.
" Yap Kwan Bi, aku ingin sekali m elihat kam ar penyim panan kit ab di Siauw- lim- si,
memilih sebuah kitab dan meminjamnya. Maukah kau menolongku?"
Bukan m ain kaget nya hat i Yap Kwan Bi. " Ah... ini... ini... agaknya sukar sekali
Lu- cici!"
Bibir yang m elebihi m adu m anisnya it u berj ebi dan cuping hidung yang bangir it u
bergerak- gerak m engej ek, " Huhh! Dan kau bilang m encint aku? Berani
bersum pah?" Lu Sian berenang ke pinggir t elaga dan m endarat , duduk di at as
rum put . Set elah wanit a it u keluar dari dalam air, t ubuh yang bent uknya ram ping

Suling Mas Kho Ping Hoo 281


padat it u hanya t ert ut up pakaian dalam yang basah kuyup oleh air pula. Kwan Bi
Sepert i dicabut sem angat nya. Sej enak ia m enat ap pem andangan luar biasa itu,
pandang m at anya m enelan lekuk- lengkung t ubuh yang dem ikian m enant ang,
m aka m aboklah pem uda ini. I a lupa segala, t idak peduli akan segala apa di dunia
ini, yang t eringat olehnya hanyalah waj ah j elit a dan t ubuh m enggairahkan.
Set iap t it ik darahnya, set iap hem busan napasnya, seakan- akan bert eriak- teriak
dalam kerinduan membutuhkan si jelita!
"Lu- cici..., t unggu dulu! " serunya sam bil m engej ar, berenang ke darat . Diam -
diam Lu Sian t ersenyum . Pem uda it u am at t am pan, am at m enyenangkan dan
hat inya m em ang sudah t ergerak. Tanpa adanya harapan m elihat kit ab pusaka
Siauw- lim- pai sekalipun ia akan m erasa senang bersahabat dengan Yap Kwan Bi
si muda remaja yang tampan ini. Apalagi kalau mendapatkan kitab!
" Mengapa lagi? Kau t idak m au m enolongku, berart i kau t idak suka kepadaku." Lu
Sian pura- pura m arah dan m em buang m uka dengan gerakan sedem ikian rupa
sehingga tubuhnya tampak dari samping dan makin menonjol keindahannya.
Yap Kwan Bi m enelan ludah beberapa kali, m at anya sepert i lekat pada lekuk
lekung di depannya. " Lu- cici... aku t adi bukan bilang t idak m au m enolong, hany a
menyatakan sukar sekali."
" Jadi kau m au m enolongku?" Tiba- t iba Lu Sian m em balik dan m em egang lengan
pem uda it u. Tent u saj a t ubuhnya m endekat dari ram but sert a t ubuhnya
sem erbak bau harum dan wangi yang khas! Menggigil t ubuh Kwan Bi dan ham pir
saja ia menitikkan air mata saking dikuasai haru, kasih dan nafsu.
" Tent u, Lu- cici. Biarpun hal it u m erupakan perbuat an yang am at m urt ad. Kalau
ket ahuan, t ent u akan dihukum m at i oleh para Suhu. Nam un, dem i cint aku
kepadam u, Cici, biarlah akan kulakukan j uga. Mat i unt ukm u m erupakan
kebahagiaan bagiku." Suaranya m engget ar dan t erharulah hat i Lu Sian. Agaknya
dalam soal cint a, pem uda yang lebih m uda dari padanya ini t idaklah kalah oleh
bekas suam inya, Kam Si Ek, dan bekas kekasihnya, Tan Hui. Saking t erharunya,
ia lalu merangkul leher pemuda itu dan memberi ciuman mesra dengan bibirnya.
" Kau baik sekali, Yap- t e, dan aku berunt ung m endapat kan sahabat sepert i
engkau." Kem udian ia m enj auhkan diri ket ika m elihat bet apa pem uda it u
t erangsang oleh cium annya dan hendak m endekapnya. " Nant i dulu, Adikku,
bersabarlah. Kaucerit akan, bagaim ana kit a akan dapat m em asuki kam ar kit ab di
Siauw- lim- si? Padahal di sana t ent u t erj aga kuat oleh t okoh- t okoh Siauw- lim- pai
yang lihai."
"Kau bet ul, Cici. Akan t et api, kebet ulan sekali besok lusa diadakan sem bahyang
besar di Siauw- lim- si. Agaknya Thian m em ang akan m enolong dan m elindungi
cint a kasih kit a. Dalam upacara sem bahyang besar it u, sem ua m urid Siauw- lim- si
berikut pim pinannya yang t elah m enj adi hwesio dan nikouw, m elakukan upacara
sem bahyang beram ai- ram ai dan berbareng. Tidak ada seorang pun hwesio yang
t idak ikut dalam upacara it u. Nah, pada saat it ulah, selam a upacara sem bahyang
dilakukan sem ua t em pat dalam lingkungan Siauw- lim- si t idak t erj aga. Adapun
penj agaan hanya dilakukan oleh m urid- m urid bukan pendet a, it upun yang dij aga
hanya sekeliling t em bok yang m engurung Siauw- lim- si. Aku pun ikut m enj adi
penj aga, penj aga pint u gerbang dan t em bok bagian selat an. Kalau aku yang
m enj aga di sana, apakah sukarnya bagim u unt uk m asuk? Dan selagi para hwesio
m elakukan upacara sem bahyang, kau dapat dengan leluasa m em asuki kam ar
kitab, bukan?"
Girang sekali hat i Lu Sian. " Ah, bagus kalau begit u! Masih dua hari lagi? Ah,
m asih banyak wakt u bagi kit a unt uk..." Lu Sian m engerling t aj am . " ... unt uk
bersenang- senang bersama bukan?"
Lu Sian t ersenyum . " Ket ika kau m enawarkan kam arm u unt ukku, bukankah di
sudur hatimu ada maksud itu?"
Waj ah yang t am pan it u m enj adi m erah, akan t et api pem uda ini m enggeleng
kepala dan berkat a dengan suara sungguh- sungguh, " Tidak, Lu- cici. Ket ika it u
aku hanya berniat m enolong, karena m em ang sifat pendekar harus selalu
dilaksanakan oleh para m urid Siauw- lim- pai. Akan t et api... ah, ent ah m engapa,

Suling Mas Kho Ping Hoo 282


aku t ergila- gila kepadam u, dan aku cint a kepadam u! Tak baik kalau kit a kem bali
ke sana bersam a, Lu- cici, orang- orang t ent u akan m enaruh curiga. Di sinilah
t em pat kit a, bukankah enak dan nyam an sekali di sini?" Yap Kwan Bi
memeluknya lagi dan kali ini Lu Sian mendiamkannya saja.
Tiba- tiba wanit a ini bangkit berdiri dan m enarik t angan Kwan Bi. " Eh, bocah
pelupa! Bukankah kau hendak m em perkenalkan aku kepada bibi gurum u Su-
nikouw?"
Yap Kwan Bi t ert awa, agak kecewa karena t idak ada keinginan lain di dunia ini
baginya kecuali berdua- dua dan bersenda gurau berm ain cint a dengan Lu Sian,
j auh dari urusan dan orang lain. Akan t et api ia t idak berani m enolak. Set elah
mengenakan pakaian luar, mereka berdua bergandeng tangan dan berlari menuju
ke Kuil Kwan- im- bio.
Su- nikouw at au Su Pek Hong adalah seorang nikouw yang ram ah t am ah
wat aknya. I a m enj adi ket ua Kwan- im- bio yang kecil nam un bersih dan rapi,
hanya diurus oleh t uj uh orang nikouw. Ket ika Su- nikouw m enyam but kedat angan
m urid keponakannya, Lu Sian m em andang dengan heran dan kagum . Nikouw it u
tidak cant ik, waj ahnya biasa saj a dan t ubuhnya t erlalu kurus, akan t et api harus
diakui bahwa m elihat waj ah dan t angannya, wanit a ini t ent u t idak akan lebih dari
t iga puluh t ahun usianya. Padahal m enurut penut uran Kwan Bi, nikouw ini
usianya sudah lim a puluh t ahun lebih! Benar- benar hebat sekali dan t im bullah
keinginan di hati Lu Sian untuk mendapatkan ilmu awet muda ini.
"Eh, Kwan Bi, kaukah ini? Darimana kau dan siapakah Nona ini? Apakah kau tidak
ikut membuat persiapan di Siauw- lim- si?"
Yap Kwan Bi sudah m em beri horm at lalu m enj awab, " Bibi Guru, kedat angan
t eecu ( m urid) adalah unt uk m engant ar Lu- lihiap ( Pendekar Wanit a Lu) ini, yang
ingin berj um pa dan berkenalan dengan Bibi. Teecu m enant i kedat angan Sam -
suheng dan Ngo- suheng ( Kakak Seperguruan Ke Tiga dan Ke Lim a) unt uk
bersama- sama merencanakan tugas jaga besok lusa." Ia lalu memperkenalkan Lu
Sian dan menceritakan betapa Lu Sian memberi hajaran kepada para buaya darat
di Kim- peng yang hendak mengganggu.
" Aih kiranya Nona seorang pendekar yang lihai! " Nikouw it u m engangkat kedua
tangan di depan dada.
Lu Sian cepat - cepat m em balas, m enj ura dan berkat a, " Sudah lam a m endengar
nam a besar Sut hai dan set elah bert em u m uka, t ernyat a m em buat aku yang
muda kagum dan heran luar biasa."
" Om it ohud...! Pinni hanya seorang nikouw yang lem ah, kepandaian apa sih yang
pat ut dikagum i? Dahulu pinni t erlalu m alas berlat ih silat sehingga dari ilm u silat
Siauw- lim- pai yang m aha hebat it u, t idak ada seperserat us bagian yang dapat
pinni miliki."
" Melawan usia t ua dan berhasil m erupakan kepandaian yang paling hebat di
dunia ini, yang akan menjadi kebanggaan kaum wanita," kata Lu Sian.
" Aihh, agak nya si bocah nakal Kwan Bi ini yang m em bocorkan rahasia, ya? Ah,
Nona apa sih art inya awet m uda bagi seorang pendet a m acam pinni? Pinni
mem ang m em pelaj ari ilm u dan pengobat an unt uk m elawan usia t ua, akan t et api
sekali- kali bukan m enghendaki awet m udanya, m elainkan m enghendaki
kesegarannya agar jangan terlalu mudah diganggu penyakit!"
Set elah bercakap- cakap sebent ar, Lu Sian m int a diri, lalu pergi bersam a Yap
Kwan Bi. Ke m anakah m ereka pergi? Kem bali ke rum ah penginapan? Sam a sekali
t idak. Dua orang m uda ham ba nafsu ini m enyerah bulat - bulat kepada nafsu
m ereka sendiri, dan sem alam it u m ereka bersenang- senang, bersenda gurau dan
bermabok- mabokan dibuai nafsu, di dekat telaga dalam hutan.
Yap Kwan Bi adalah seorang pem uda yang sam a sekali belum ada pengalam an.
Tent u saj a bert em u seorang wanit a sepert i Lu Sian, dia benar- benar j at uh. Kwan
Bi dim abok nafsunya sendiri yang baginya sam a sekali bukan m erupakan nafsu,
m elainkan berubah m enj adi cint a kasih m urni, cint a kasih yang t idak hanya
t erbat as pada darah daging, m elainkan m enj iwa. Cint a kasih suci m urni! Sam a
sekali ia t idak t ahu bahwa ia m enj adi perm ainan nafsu belaka, t idak t ahu bahwa

Suling Mas Kho Ping Hoo 283


perbuatannya it u sudah t erm asuk perbuat an m aksiat , perj inaan yang sam a sekali
t idak pat ut dilakukan oleh seorang yang m enghargai t at a susila dan kesopanan,
lebih tidak patut dilakukan oleh seorang pendekar atau satria.
Bagi Lu Sian, dia m em ang sudah t idak peduli lagi! Kalau ia m enyukai seorang
pria, siapapun j uga dia, harus dia dapat kan. Bukan unt uk dicint a selam anya,
m elainkan unt uk m enghibur hat inya, dan unt uk diperm ainkan at au dipat ahkan
cint anya kem udian! Lu Sian t idak percaya lagi kepada cint a kasih m urni, ia hanya
m au t unduk kepada cint a nafsu, hanya unt uk sem ent ara wakt u saj a. I a t idak
m au lagi dit undukkan cint a, sebaliknya ialah yang akan m em perm ainkan cint a
kasih orang!
Dua hari kem udian, t epat sepert i yang dicerit akan oleh Kwan Bi kepada Lu Sian,
di Siauw- lim- si yang besar diadakan upacara sem bahyangan. Para t am u yang
dat ang dari segenap penj uru di sekit ar wilayah it u, t erdiri dari berm acam
golongan. Nam a Siauw- lim- pai sudah am at t erkenal sehingga banyak t okoh
kang- ouw m em erlukan dat ang pula. Sem bahyangan it u diadakan unt uk
m erayakan hari lahir Ket ua Siauw- lim- pai yang keserat us t ahunnya! Kian Hi
Hosiang, Ket ua Siauw Lim Pai, sudah am at t ua dan pikun, nam un m asih dihorm at
dan dicint a oleh sem ua anak m uridnya. Mem ang j asanya am at besar ket ika ia
m asih kuat , berkat keulet annya dan disiplin k eras yang ia j alankan di Siauw- lim-
si, m aka part ai persilat an ini m enelurkan banyak m urid- m urid pandai dan
pendekar- pendekar yang t erkenal sebagai penum pas kej ahat an. Nam a Siauw-
lim- pai makin harum, disegani kawan ditakuti lawan.
Kini Kian Hi Hosiang sudah t erlalu t ua, sudah pikun sehingga kerj anya hanya
bersam adhi saj a. Sem ent ara urusan Siauw- lim- pai diserahkan kepada m uridny a
yang paling dipercaya, yait u Cheng Han Hwesio m urid pert am a dan Cheng Hie
Hwesio m urid kedua. Cheng Han Hwesio t epat m em ang m enj adi calon ket ua
karena ia berwat ak t ekun, j uj ur, keras hat i berdisiplin, dan sebagai seorang
hwesio ( Pendet a Budha) ia sudah m enj auhakan diri daripada urusan duniawi.
Adapun Cheng Hie Hwesio, yang usianya j uga sudah lim a puluh t ahun lebih ini
biarpun dalam hal disiplin sam a dengan Cheng Han Hwesio, nam un sikapnya
halus dan ram ah- t am ah. Cheng Hie Hwesio inilah yang t erkenal sebagai hwesio
pengawas para m urid Siauw- lim- pai. Kalau ada seorang m urid Siauw- lim- pai
m elakukan penyelewangan sehingga m enodai nam a baik Siauw- lim- pai biarpun
m urid m urt ad it u berada di t em pat sej auh seribu lie, dia t akkan dapat t erbebas
j angkauan t angan besi Cheng Hie Hwesio yang past i akan dat ang m enangkapnya
dan menghukumnya sesuai dengan peraturan persilatan Siauw- lim- pai!
Para t am u disam but oleh hwesio- hwesio Siauw- lim- si dan dipersilakan duduk di
ruangan depan yang am at luas. Adapun sem ua hwesio set elah t erdengar bunyi
kelenengan keras nyaring, berkum pul di ruangan dalam unt uk m ulai upacara
sembahyangan. Asap hio dan nyala lilin m em buat suasana m enj adi serem . Di
barisan belakang para hwesio nam pak pula m urid- m urid bukan hwesio yang
t erdiri dari laki- laki dan wanit a, sem ua bersikap gagah bersem angat . Mereka ini
adalah m urid- m urid Siauw- lim- pai bukan pendet a, baik yang m asih belaj ar ilm u
silat di kuil besar it u m aupun yang sudah bekerj a di luar, yang m em epergunakan
kesem pat an it u unt uk ikut m em beri horm at dan selam at kepada sukong m ereka
sert a ikut m elakukan sem bahyang. Hanya beberapa orang m urid, kesem uanya
murid- m urid Kian Hi Hosiang, yang diwaj ibkan m elakukan penj agaan dan
perondaan disekeliling tembok yang memagari Siauw- lim- si.
Sepert i t elah dicerit akan oleh Yap Kwan Bi kepada Lu Sian, pem uda ini t erm asuk
seorang di ant ara m urid- m urid yang dit ugaskan m enj aga. Dia m urid t erm uda
Kian Hi Hosiang, m urid t ersayang, biarpun usianya m asih am at m uda. Pada saat
di ruangan depan kuil Siauw- lim- si penuh t am u dan di ruangan t engah diadakan
upacara sem bahyangan, m aka di bagian belakang bangunan kuil yang besar dan
luas it u sunyi senyap, t ak t erdapat seorang m anusia pun. Akan t et api pada saat
it u, kesunyian bagian belakang kuil it u t erganggu oleh berkelebat nya bayang-
bayang orang yang gerakannya ringan bagaikan burung. Bayangan ini bukan lain
adalah Lu Sian. Dengan m udah saj a ia t adi m uncul dari t em bok bagian selat an.

Suling Mas Kho Ping Hoo 284


Set elah m endapat " t anda am an" dari Yap Kwan Bi yang berj aga di sit u, Lu Sian
lari m elom pat i t em bok selat an dan dengan ringan t ubuhnya m elayang t urun ke
pekarangan belakang, t erus m enyelinap dan berindap- indap m asuk m elalui
bangunan- bangunan kecil di sebelah belakang Kuil Siauw- lim- si.
I a m enj adi kagum sekali. Baiknya m alam t adi, di ant ara cum bu rayu, ia t elah
m endapat gam baran dan ket erangan yang am at j elas t ent ang keadaan Siauw-
lim- si ini dari Kwan Bi. Andaikat a t idak m endapat ket erangan yang j elas lebih
dulu, kiranya akan sukar baginya unt uk m encari t em pat yang dim aksudkan yait u
kam ar kit ab. Bukan m ain luasnya kuil ini, banyak bangunan- bangunan kecil yang
sam a bent uknya. Akan t et api ia t elah m endapat ket erangan j elas, m aka ia m ulai
m enghit ung dari kiri ke kanan. Bangunan yang ke t uj uh belas dari kiri, it ulah
kamar kitab!
Dengan j ant ung berdebar Lu Sian m endorong daun pint u. Mat anya m enj adi silau
dan kepalanya pening ket ika ia lihat deret an kit ab di at as rak buku. Bukan m ain
banyaknya. Kit ab- kit ab t ebal dan sebagian sudah ham pir lapuk! Bau di kam ar it u
am at t idak enak, bau kert as m em busuk. Nam un ia sudah m endapat ket erangan
pula di deret an m ana let ak kit ab yang ia kehendaki, m aka t erus saj a ia
menghampiri rak dan m em eriksa di rak paling at as di uj ung kiri. Set elah
m em buka dua t iga buah kit ab waj ahnya berseri. Sebuah kit ab yang am at kecil,
hanya sebesar t elapak t angannya, bersam pul kuning. I nilah kit ab yang ia
kehendaki. Kit ab pelaj aran I m - yang- tiam- hoat, ilm u m enot ok j alan darah yang
am at t erkenal dari Siauw- lim- pai! Cepat ia m em buka kancing baj unya sehingga
t am pak baj u dalam nya yang berwarna m erah m uda. Kit ab kecil it u ia m asukkan
di balik baj u dalam , m enyelinap di ant ara buah dadanya. Tem pat am an!
Dikancingkannya lagi baj u luarnya dengan hat i girang ia berlom pat an m enuj u
kebelakang. Mat anya bersinar- sinar dan ia berj anj i dalam hat i akan m enghadiahi
Yap Kwan Bi dengan cinta mesra sebagai upahnya!
Bibirnya sudah bergerak hendak m em beri t anda dengan suara m endesis sepert i
yang sudah m ereka j anj ikan ket ika ia m elihat bayangan t ubuh Yap Kwan Bi di
at as t em bok. Akan t et api t iba- t iba berobah waj ahnya dan ia cepat m enyelinap di
balik sebuah arca penj aga t am an. Orang yang berdiri di at as t em bok it u sam a
sekali bukan Kwan Bi kekasihnya! Melainkan seorang laki- laki lain yang berdiri
dengan pedang t elanj ang di t angan dan m at anya m enyapu ke arah dalam
pekarangan! Dari luar t em bok m elayang naik seorang laki- laki lain yang usiany a
t iga puluh t ahun lebih, dengan gerakan ringan berdiri di at as sebelah laki- laki
pertama lalu berkata perlahan.
" Belum kelihat an?" " Belum , akan t et api dia t ent u akan keluar m elalui sini. Mana
Liok- sut e?" " Dia m enj aga di t em bok t im ur." " Dan Yap- sut e?" " Sudah dibawa
m enghadap ke depan. Ah, siapa kira Yap- sut e akan sam pai hat i akan berlaku
khianat t erhadap perguruan kit a. Sayang sekali, kasihan dia yang m asih am at
muda..."
Dua orang laki- laki it u nam pak m uram waj ahnya dan berkali- kali m enarik napas
panj ang. Dari balik arca it u, Lu Sian m enj adi kaget set engah m at i. Mendengar
percakapan mereka, agaknya perbuatan Yap Kwan Bi menyelundupkannya masuk
telah diketahui dan kini Yap Kwan Bi telah ditawan oleh saudaranya sendiri! Tentu
saj a Lu Sian t idak t akut . I a sudah ingin m enerj ang naik ke at as m em pergunakan
kekerasan m elawan para penghadangnya. Akan t et api ia segera t eringat akan
Yap Kwan Bi. Pem uda it u dihadapkan di depan, t ent u dihadapkan pada para
hwesio pim pinan. Tak m ungkin ia m endiam kan saj a. I a harus m enolong
kekasihnya yang tertawan karena dia! Dengan pikiran ini, Lu Sian lalu menyelinap
di anat ara bangunan- bangunan it u m enuj u ke sebelah dalam , m enuj u ke depan!
Karena m aklum bahwa ia berada di t em pat berbahaya sekali, ia bersiap- siap dan
waspada.
Akan t et api, di ruangan belakang kuil besar yang m enj adi bangunan ut am a it u
tetap sunyi sekali. Setelah ia mendekati ruangan tengah, barulah mulai terdengar
suara berisik dari para hwesio yang berdoa. Asap hio m enyam but nya ket ika Lu
Sian m em asuki lorong yang m enghubungkan ruangan belakang dengan ruangan

Suling Mas Kho Ping Hoo 285


t engah yang m enj adi t em pat sem bahyang. Dari dalam lorong sudah t am pak
punggung sebuah arca Buddha yang am at besar. Berdebar j ant ung Lu Sian.
Bet apapun t abahnya, ia m erasa ngeri j uga kalau m em ikirkan bahwa ia akan
berhadapan dengan para t okoh Siauw- lim- pai yang m erupakan t okoh- tokoh
nom or sat u dalam dunia persilat an! Ham pir saj a ia kem bali lagi dan nekat
m enerj ang keluar m elalui t em bok belakang yang hanya t erj aga oleh m urid- murid
Siauw- lim- pai bukan pendet a. Akan t et api kalau m engingat akan nasib Yap Kwan
Bi, ia m em bat alkan niat ini dan m elanj ut kan langkahnya berindap- indap m enuj u
ke depan. I a t erlindung dan t ert ut up oleh arca besar it u, t idak t am pak oleh para
hwesio yang berlutut di depan arca dan berdoa beramai- ramai.
Lu Sian m encabut pedangnya sam bil bersem bunyi, agak gelap. Lu Sian
m em egang pedang dan m engint ai dengan hat i- hat i sekali. Tidak kurang dari lim a
puluh orang hwesio berlut ut dan berdoa. Paling depan t am pak seorang whesio
yang am at t ua, dengan waj ah t ekun berlut ut dan berdoa, m at anya dipej am kan.
Melihat usianya, Lu Sian dapat m enduga bahwa kakek ini t ent ulah ket ua Siauw-
lim- pai, yait u Kian Hi Hosiang. Disebelah belakang kakek ini berlut ut dua orang
hwesio berusia lim a puluh t ahu lebih. Yang sebelah kanan berwaj ah keras dan
berwibawa, dia m enduga t ent u Cheng Han Hwesio. Sebelah kiri dibelakang kakek
itu tentulah Cheng Hie Hwesio yang wajahnya halus tanpa kumis jenggot.
Sejenak Lu Sian meragu. Sulit untuk menerobos keluar melalui pintu depan tanpa
diket ahui, dan ia sangsi apakah ia akan m am pu m enerobos di ant ara sekian
banyak t okoh hwesio Siauw- lim- pai yang t ersohor sakt i. Kem udian ia t eringat
akan cerit a ayahnya t ent ang para hwesio Siauw- lim- si. Selain t erkenal sakt i, j uga
para hwesio Siauw- lim- si adalah pendet a- pendet a yang t ekun dalam agam a.
Maka ia lalu m engam bil keput usan dan dengan m enekan debaran j ant ungnya, ia
m enyarungkan pedangnya kem udian m uncul keluar dari balik arca dan berj alan
dengan langkah tenang, dada dibusungkan, menuju keluar.
Tent u saj a gerakannya ini t idak t erlepas daripada pendengaran para hwesio yang
sedang berdoa. Nam un, t epat sepert i perhit ungan Lu Sian, para hwesio it u t idak
m au m enunda sem bahyang m ereka, sungguhpun m ereka m erasa t erkej ut , heran
dan j uga m arah sekali. Bagaim ana ada seorang wanit a m uncul dari ruangan
dalam kuil? Padahal sebuah di ant ara larangan yang am at keras dari Kuil Siauw-
lim- si di m anapun j uga, adalah hadirnya seorang wanit a ke pedalam an kuil!
Merupakan pant angan keras karena para t okoh hwesio m aklum bahwa diant ara
segala godaan, yang paling m udah m enj at uhkan ket eguhan bat in para pendet a
adalah wanita.
Akan t et api deret an anak m urid Siauw- lim- pai yang berlut ut paling belakang,
yait u golongan m urid yang t idak m enj adi pendet a, t idaklah set ekun para hwesio
it u. Melihat m unculnya seorang wanit a m uda cant ik berpedang dari balik arca,
t erkej ut lah m ereka dan bangkit lah kecurigaan m ereka. Enam orang m urid Siauw-
lim- pai sudah m elom pat dengan gerakan ringan, m enghadang di pint u t engah
ant ara ruangan t engah dan ruangan depan. Para t am u yang hadir di ruangan
depan juga menjadi heboh.
Melihat dirinya dihadang, Lu Sian t ersenyum dingin. I ngin ia m enyerbu keluar,
akan t et api m aklum bahwa cara ini bukanlah cara yang bij aksana. Biarlah ia
mempergunakan ketajaman lidahnya sebelum terpaksa mengandalkan ketajaman
pedangnya, m aka ia berhent i m elangkah dan m enant i, berdiri t egak dan t et ap
t ersenyum dingin. I a t ahu bahwa m urid- m urid Siauw- lim- pai yang bukan pendet a
it u, biarpun m asih banyak di ant ara m ereka yang m uda- m uda, rat a- rat a m em iliki
kepandaian t inggi, karena m ereka ini pun m erupakan m urid- m urid Kian Hi
Hosiang ketua Siauw- lim.
Mem ang sesungguhnyalah dugaan Lu Sian ini. Di ant ara anak m urid yang bukan
pendet a, m em ang banyak yang langsung m enj adi m urid Kian Hi Hosiang, bahkan
murid- m urid bukan pendet a inilah yang rat a- rata m em iliki kepandaian t inggi
karena m ereka ini adalah m urid ilm u silat , bukan m urid agam a. Di ant ara para
hwesio, kiranya hanya dua orang yang m enonj ol kepandaiannya, yait u Cheng
Han Hwesio dan Cheng Hie Hwesio, sungguhpun m ereka it u sej ak kecil hanya

Suling Mas Kho Ping Hoo 286


belaj ar agam a dan kebat inan, dan baru set elah t ua m em pelaj ari ilm u silat .
Bahkan t iga orang di ant ara para m urid, yang kini berdiri m enghadang, yang
usianya di ant ara t iga puluh dan em pat puluh t ahun, t erhit ung suheng ( kakak
seperguruan) Cheng Han dan Cheng Hie Hwesio, sungguhpun kedua orang ini
lebih t ua usianya. Mengapa dem ikian? Karena t iga orang ini sudah lebih dulu
menjadi murid mempelajari ilmu silat dari Kian Hi Hosiang.
Akan t et api enam orang m urid Siauw- lim- pai it u hanya berdiri m enghadang
dengan sinar m at a t aj am , t idak t urun t angan karena m em ang m ereka hanya
berm aksud m encegah wanit a cant ik it u keluar dari sit u. Mereka t idak akan
mengganggu suasana hening dan penuh khidmat dalam upacara sembahyang itu.
Akhirnya selesailah pem bacaan doa dan para hwesio it u bangkit berdiri. Segera
Cheng Han Hwesio yang keras dan j uj ur it u m em bent ak, "Wanit a dari m ana
berani mati memasuki kuil kami tanpa ijin?"
Lu Sian m enent ang pandang m at a hwesio it u sam bil t ersenyum m engej ek, t anpa
m enj awab. Tak sudi ia m enj awab. Pert anyaan begit u kasar. Pada saat it u, para
t am u yang m elihat sem bahyangan selesai, banyak yang m endekat unt uk m elihat
peristiwa aneh itu. Tiba- tiba seorang di antara mereka berseru.
" Ah, dia Tok- siauw- kwi...! ! " Mendengar j ulukan Tok- siauw- kwi ( I blis Cilik
Beracun) ini sem ua orang kaget sekali. Lu Sian dengan t enang m engerling dan
m elihat dandanan orang it u sepert i piauwsu ( pengawal) ia dapat m enduga bahwa
dia itu tentulah ada hubungannya dengan para piauwsu Hong- ma- piauwkiok yang
telah menghancurkan pertalian asmara antara dia dengan Tan Hui.
Para pendeta mendengar julukan yang biarpun masih baru namun sudah terkenal
it u, t erkej ut . Kian Hi Hosiang sendiri lalu berkat a, "Om it ohud...! Kiranya put eri
Beng- kauwcu yang sengaj a dat ang m em bikin geger! Nona, di ant ara kam i kaum
pendet a Siauw- lim- pai t idak pernah ada urusan dengan Beng- kauw, bahkan
hubungan ant ara pinceng dan ayahm u, Beng- kauwcu Pat - j iu Sin- ong, t ak pernah
dikot ori oleh perm usuhan, m engapa kau hari ini m engganggu upacara
sembahyang kami?"
Mendengar ucapan yang sopan dan sikap yang sabar dari kakek it u, Lu Sian lalu
berlagak penuh kehalusan, m enj ura dengan penuh horm at dan suaranya lem ah
lembut dan merdu ketika ia menjawab.
" Harap Losuhu sudi m em aafkan saya yang lancang. Karena m endengar dari Ayah
bahwa Siauw- lim- pai paling benci kepada wanit a dan m em beri pant angan bahwa
lant ai pedalam an kuil Siauw- lim- pai t idak boleh diinj ak kaki wanit a, sekali
t erinj ak kaki wanit a akan dicuci dengan abu dapur, m aka saya m enj adi t ert arik
dan t idak percaya. Maka, m enggunakan kesibukan di Siauw- lim- si ini, saya
sengaj a m encuri m asuk unt uk m elihat - lihat . Kiranya t idak ada apa- apanya di
dalam , yang m acam begit u saj a m elarang t erinj ak kaki wanit a. Sungguh
ket erlaluan! Akan t et api, bet apapun j uga saya m ohon m aaf kepada Losuhu dan
biarlah set elah pulang akan saya cerit akan kepada Ayah bahwa biarpun para
pendet a lain di Siauw- lim- si galak- galak dan benci wanit a, nam un ket uanya am at
peramah dan baik hati."
Kian Hi Hosiang t ert awa dan m enggeleng- geleng kepalanya. " Sungguh cocok
dengan Ayahnya. Pandai dan kej i, baik t angan m aupun m ulut nya. Sudahlah,
Nona cilik, m elihat m uka Ayahm u dan m engingat bahwa hari ini adalah hari baik,
biarlah pinceng m enganggap pelanggaran berat ini sepert i t idak pernah ada. Kau
boleh pergi." Ia menghela napas panjang.
" Suhu! I j inkanlah t eecu ( m urid) m engaj ukan pert anyaan lebih dulu. Munculnya
wanita ini sungguh mencurigakan!"
Kian Hi Hosiang m engangguk. " Boleh, t api j angan lupa, pinceng t elah m em beri
ampun akan pelanggarannya."
" Pelanggaran m em asuki kuil m em ang t elah Suhu beri am pun. Akan t et api siapa
t ahu ada pelanggaran lain yang lebih hebat . He, Tok- siauw- kwi, j awabanlah lebih
dulu pertanyaan pinceng sebelum engkau pergi dari sini!"
Lu Sian m em balikkan t ubuh dan m enghadapi hwesio it u dengan senyum
m engej ek. Panas dadanya m endengar ia disebut Set an Cilik Beracun, sebuah

Suling Mas Kho Ping Hoo 287


j ulukan yang diberikan orang kepadanya di luar kehendaknya. " Heh, set an t ua
busuk, kalau pertanyaanmu tidak busuk, baru akan kujawab!"
" Kurang aj ar, berani kau m em aki pinceng?" Cheng Han Hwesio m em bent ak dan
matanya melotot.
Lu Sian j uga pelot ot kan m at anya. " Kau m enyebut aku Set an Cilik Beracun, aku
pun menyebut engkau setan tua busuk, apa bedanya. Bukankah itu berarti antara
kita sudah punah, satu- satu?"
Bukan m ain m arahnya Cheng Han Hwesio. I a adalah seorang di ant ara m urid
Siauw- lim- pai yang dipercaya suhunya, bahkan dialah calon ket ua kelak, karena
sejak saat gurunya mengundurkan diri untuk bertapa, Cheng Han Hwesiolah yang
m ewakilinya. Karena ini ia senant iasa bersikap penuh wibawa dan sungguh-
sungguh, siapa nyana hari ini ia diperm ainkan seorang wanit a m uda, di depan
banyak t am u! Kalau ia t idak ingat akan pesan suhunya, t ent u ia sudah t urun
tangan memberi hajaran kepada setan cilik ini!
" Baiklah akan kusebut Nona kepadam u. Nona, t adi Suhu sudah m engam punim u.
Akan t et api, kam i t idak percaya engkau akan dapat m em asuki pekarangan
belakang kuil t anpa diket ahui penj aga. Tent u ada yang m em bant um u m asuk.
Katakan, siapa dia yang membantumu?"
Diam- diam Lu Sian m erasa heran. Para penj aga di belakang t adi sudah t ahu
agaknya akan perbuat an Kwan Bi, kenapa kepala gundul ini belum t ahu? Ah,
t ent u saj a. Mereka ini t adi sedang sibuk berdoa, t ent u hal it u belum dilaporkan.
Ia tersenyum lebar dan menjawab, "Losuhu, kuil ini adalah kuilmu, yang menjaga
adalah penj agam u, bagaim ana aku bisa t ahu akan kelalaian penj agam u? Tent ang
bagaim ana caranya aku m asuk ke pekarangan belakang, ah, it u kewaj ibanm u
untuk mencari tahu dan menyelidik. Sudah, aku mau pergi."
"Nanti dulu!" bentak Cheng Han Hwesio, suaranya mengguntur.
" Eh, hwesio t ua, kau m au apa?" Lu Sian m enoleh ke arah Kian Hi Hosiang dan
berkat a. " Losuhu yang m ulia, m uridm u yang sat u ini benar- benar t ak pat ut .
Terpaksa saya berlaku kurang hormat kepadanya!"
" Cheng Han, m engapa m enahan dia? Lebih baik lekas- lekas suruh dia pergi."
Hwesio t ua it u m engom el dan diam - diam ia m encela m uridnya yang hanya
m encari perkara saj a m enghadapi wanit a ini. Di depan begini banyak orang,
wanit a berandalan ini t ent u dapat m em buat para hwesio Siauw- lim- si m enj adi
buah tertawaan orang banyak.
" Suhu," Cheng Han Hwesio m em beri horm at kepada gurunya, " dia baru saj a
berkeliaran di dalam kuil, siapa tahu dia mengambil sesuatu?"
Mendengar ini, Lu Sian t erkej ut sekali. Tak disangkanya hwesio galak it u t ernyat a
bukan orang bodoh. I a lalu cepat m elangkah m aj u, m engedikkan kepala
m em busungkan dadanya m endekat i Kian Hi Hosiang dan berkat a nyaring,
" Losuhu, apakah orang m enyangka aku m encuri benda di kuil? Hayo geledahlah
aku, geledahlah! ! " I a m elangkah m aj u dan dadanya yang m em busung it u
m enant ang, agak berguncang ket ika ia m engham piri Ket ua Siauw- lim- si sam pai
dekat.
" Om it ohud...! " Kian Hi Hosiang m elangkah m undur, ngeri m enyaksikan dada
membusung itu begitu dekat. "Pinceng takkan menggeledah..."
" Kau, hwesio t ua? Kau m au m enggeledah? Kau m enuduh aku m encuri? Hayo
geledahlah! Tak t ahu m alu, geledahlah aku! " Kini ia m engham piri Cheng Han
Hwesio yang juga mundur- mundur kewalahan, mukanya berubah merah sekali.
" Menuduh orang m encuri, disuruh m enggeledah t idak m au. Cih, benar- benar
m enyebalkan. Aku t idak m au berdiam lebih lam a lagi di sini! " Lu Sian m elangkah
lebar m enuj u ke pint u. Mendadak berkelebat bayangan put ih dan seorang wanit a
berusia em pat puluh t ahun lebih, pedangnya di punggung, kelihat an gesit dan
gagah sudah menghadang di depan Lu Sian.
" Cheng Han Suheng benar. Kau harus digeledah! " Lu Sian m em andang dengan
m at a bersinar m arah. " Kau? Hendak m enggeledah? Berani kau begini
menghinaku?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 288


Wanit a it u adalah seorang anak m urid Siauw- lim- si yang kepandaiannya sudah
tinggi, bernama Tan Liu Nio. Ia memandang rendah Lu Sian yang kelihatan masih
sepert i seorang gadis m uda, m aka sam bil t ersenyum ia m enj awab, " Mengapa
t idak berani m enggeledahm u?" kedua t angannya bergerak cepat sekali, hendak
meraba tubuh Lu Sian.
Akan t et api t iba- tiba wanit a it u m engeluarkan seruan kaget , t ubuhnya sudah
m encelat j auh ke belakang, m ukanya pucat karena ham pir saj a ia celaka. Ket ika
ia m enggerakkan t angan t adi, Lu Sian j uga bergerak dan t ahu- t ahu dua j alan
darah m aut di t ubuhnya sudah diserang oleh Lu Sian secepat kilat sehingga j alan
satu- sat unya bagi Tan Liu Nio hanyalah m elom pat ke belakang secepat m ungkin
sehingga ia terhindar daripada malapetaka yang hebat.
Lu Sian t ersenyum m engej ek, " Siapa lagi hendak m enggeledahku? Orang- orang
gagah dari Siauw- lim- pai m em ang hanya suka m enghina seorang wanit a! Hayo
kalian hwesio- hwesio perkasa, siapa m au m enggeledah? Siapa m au
m enggunakan kesem pat an ini unt uk m enghina seorang wanit a, m eraba- raba
badannya dengan dalih m enggeledah? Tak t ahu m alu! " Sem ua hwesio dan murid
Siauw- lim- pai t idak ada yang berani berkut ik. Mereka m em andang dengan m uka
m erah dan serba salah. Tan Liu Nio m erupakan seorang m urid perem puan
t erpandai di Siauw- lim- pai, m aka m urid perem puan lain t idak ada yang berani
maju. Tan Liu Nio sendiri hampir celaka m enghadapi wanit a berandalan yang lihai
it u, apalagi m ereka. Adapun m urid- m urid pria yang berkepandaian lebih t inggi,
m enj adi m at i kut u set elah m endengar ucapan Lu Sian yang m enant ang. Mem ang
serba susah kalau harus m enggeledah t ubuh seorang wanit a secant ik dan
sem uda it u, apalagi di depan banyak orang. Padahal ket ua m ereka sendiri sudah
mengampuni wanita ini dan sudah memperkenankannya pergi.
Pada saat it u dari luar m enerobos beberapa orang laki- laki, m engiringkan Yap
Kwan Bi yang berm uka pucat sekali. Tiga orang laki- laki it u bersam a Kwan Bi
sudah m enj at uhkan diri berlut ut m enghadap Kian Hi Hosiang. Terdengar Kwan Bi
berkat a, suaranya gem et ar. " Murid m urt ad Yap Kwan Bi m enghadap Suhu, siap
menerima hukuman."
" ...apa...? Ada apa...?" Kian Hi Hosiang t erheran dan bert anya dengan gagap
karena ia benar- benar t idak pernah m eragukan keset iaan m uridnya yang
termuda dan tersayang ini.
"Suhu, Yap- sut e t elah bersekut u dengan orang luar dan lancang m enyelundupkan
seorang wanita memasuki pekarangan belakang..."
" Keparat ! " Cheng Han Hwesio yang m em bent ak ini. Akan t et api pada saat it u,
cepat bagaikan seekor garuda menyambar, Lu Sian sudah bergerak ke depan dan
m enangkap lengan Yap Kwan Bi dan t erus dibawa m eloncat keluar. Pada saat it u,
Cheng Han Hwesio yang m elihat hal ini, cepat m enyusul dengan pukulan m aut
dari Siaw- lim- pai.
Yap Kwan Bi j uga t erkej ut dan hendak m eront a dari t angkapan Lu Sian, nam un
t ak berhasil dan pada saat it u pukulan Cheng Han Hwesio t iba, biarpun t idak
m enyent uh t ubuhnya, nam un t iba- t iba ia m erasakan dadanya sesak dan m unt ah
darah! Melihat Kwan Bi pingsan, Lu Sian lalu m em anggulnya dan sam bil m eloncat
ke depan, t angan kirinya bergerak m enyam bit ke belakang. Pada saat it u, t iga
orang m urid Siauwlim - pai t ingkat an at as bersam a seorang wanit a, yait u Tan Liu
Nio sudah m engej ar. Mereka berem pat t erkej ut sekali dan cepat - cepat m ereka
lom pat m enghindarkan diri dari sam baran sinar m erah senj at a rahasia Lu Sian.
Ket ika m ereka m engej ar t erus, m ereka t elah t ert inggal j auh. Tent u saj a sukar
bagi m ereka berem pat unt uk dapat m enyusul Lu Sian karena Lu Sian t elah
m em pergunakan gin- kangnya yang hebat , yang ia pelaj ari dari m endiang Hui-
kiam- eng Tan Hui, yaitu Ilmu Lari Cepat Coan- in- hui (Terbang Menerjang Mega)!
Unt ung bagi Lu Sian, Cheng Han Hwesio dan Cheng Hie Hwesio yang hendak
m engej ar pula, dicegah oleh Kian Hi Hosiang yang berkat a, " Om it ohud... sem oga
Sang Buddha m elim pahkan kesadaran kepada m ereka yang sesat . Cheng Han
dan Cheng Hie, t ak usah m engej ar. Ket iga Suhengm u dan seorang Sum oim u
sudah cukup. Kit a t idak perlu m enanam bibit perm usuhan dengan golongan lain.

Suling Mas Kho Ping Hoo 289


Kurasa em pat orang m uridku it u sudah m aklum dan asal dapat m enangkap
kembali Kwan Bi dan membawanya ke sini untuk menerima hukuman, cukuplah."
Dem ikianlah, upacara sem bahyang di Kuil Siauw- lim- si yang t adinya akan dibuat
besar- besaran dan m eriah, t ernyat a m enj adi sunyi dan m uram akibat perist iwa
it u. Para t am u j uga t ahu diri, m elihat keadaan t uan rum ah t ert im pa urusan yang
t idak m enyenangkan m ereka lalu berpam it dan m eninggalkan kuil it u dalam
keadaan suram.
Lu Sian berlari cepat sekali dan set elah m em asuki sebuah hut an t iga puluh lie
j auhnya dari Kim - peng, ia berhent i dan m elet akkan t ubuh Kwan Bi di at as
rum put , t erlindung oleh pohon besar dari sinar m at ahari senj a. Segera ia
memeriksa keadaan kekasihnya it u. Ket ika m em buka baj unya, t am pak kulit dada
membayang biru, tanda bahwa Kwan Bi telah menderita luka pukulan yang cukup
hebat . Cepat ia m encari air unt uk m em basahi kepala pem uda it u, lalu
m em berinya pula m inum sedikit . Kwan Bi sium an kem bali dan m em buka
m at anya. Melihat Lu Sian, ia t ersenyum dan m enggeleng kepalanya. " Lu- cici, aku
telah membikin kau banyak susah..."
Lu Sian m enggunakan pipinya m enut up m ulut pem uda it u dan berbisik di
t elinganya. " Hushhh, k au m engigau, bicara dibolak- balik. Akulah yang m em buat
kau m enderit a sepert i ini. Akan t et api j angan t akut , selam a ada aku di sini, t idak
ada seorang pun boleh mengganggumu, siapa pun juga dia!"
Kwan Bi t ersenyum , akan t et api berbareng dua t it ik air m at a m em basahi pipinya,
lalu kem bali dia m enggeleng kepala dan m enarik napas panj ang. " Tidak
m ungkin... dosaku t erhadap Suhu dan Siauw- lim- pai t idak boleh kuhindari, aku
harus kem bali ke sana. Lu- cici kau pergilah, t inggalkan aku. Budim u sudah
t erlam pau banyak. Cin... cint a kasihm u t akkan kulupakan selam a hidupku. Kau
tinggalkanlah aku, biar kuhadapi sendiri kemarahan Suhu."
Lu Sian m encium nya. Tim bul rasa sayangnya kepada pem uda ini, rasa sayang
yang t erdorong rasa haru m endengar bet apa pem uda ini am at m encint ainya,
cint a sungguh- sungguh, cint a yang m em buat pem uda it u sanggup berkorban
unt uknya. Belum pernah ia dicint a orang sepert i ini, kecuali.... kecuali agaknya...
cinta kasih Kwee Seng yang telah mati!
" Tidak, aku t idak akan pergi dari sam pingm u. Mereka it u boleh saj a dat ang dan
mereka hanya akan dapat mengganggu dirimu jika aku sudah menjadi mayat!"
"Lu- cici... ah, Lu- cici...! " Kwan Bi m erangkul dan roboh pingsan pula. Guncangan
j ant ungnya akibat rasa haru dan kasih ini m em buat napasnya sesak dan luka it u
menyerangnya lagi, membuatnya pingsan.
Lu Sian cepat m enaruh t elapak t angan kirinya ke at as dada yang t erpukul, lalu
sam bil duduk bersila ia m engarahkan sin- kangnya unt uk m em bant u kekasihnya
m em anaskan j alan darah m em perkuat hawa sehingga luka it u akan cepat
sem buh. I a duduk dalam keadaan begini sam pi senj a t ergant i m alam . Bulan
sudah muncul sore- sore dan keadaan menjadi terang seperti siang.
Tiba- t iba Lu Sian t erkej ut oleh suara bent akan. " Perem puan t ak berm alu! Kau
serahkan murid Siauw- lim- pai yang murtad itu kepada kami!"
Lu Sian t erkej ut sekali, akan t et api ia t idak m elepaskan t angannya dari at as dada
Kwan Bi. I a hanya m engerling dan t am paklah olehnya em pat orang berdiri t idak
j auh dari pohon. Yang seorang adalah wanit a yang t adi hendak m enggeledahnya,
maka ia memandang rendah. Yang tiga adalah laki- laki semua, yaitu murid- murid
Siauw- lim- pai yang t adi ia lihat ikut m enghadang di pint u. Dua orang berusia
em pat puluh lebih, yang seorang paling banyak em pat puluh, m ukanya put ih
halus sepert i pem uda belasan t ahun, t ubuhnya kecil akan t et api m at any a
berkilauan t erkena cahaya bulan. Orang kedua berkum is kecil panj ang
bergant ung kebawah, sedangkan orang ke t iga berm uka kurus sehingga t ulang-
tulang pipinya menonjol keluar, tampak menyeramkan.
" Cih, perem puan t ak t ahu m alu. Menculik laki- laki! " Wanit a yang bukan lain
adalah Tan Liu Nio murid Siauw- lim- pai itu mencaci.
Panas hat i Lu Sian dan wat aknya yang nakal m em buat ia sengaj a m em anaskan
hat i orang. I a m enunduk, m erangkul leher dan m encium Kwan Bi yang m asih

Suling Mas Kho Ping Hoo 290


pingasan dengan m esra dan lam a! Dengan hat i geli ia m endengar bet apa Tan Liu
Nio m engeluarkan suara m enyum pah- nyum pah dan m eludah, sedangkan laki- laki
berkumis itu membentak lagi.
" Kam i m engingat Ayahm u ket ua Beng- kauw, dengan baik- baik m int a kem balinya
adik seperguruan kam i. Akan t et api bukan berart i kam i t akut kepadam u! Jangan
sesalkan kami kalau kami menggunakan kekerasan apabila kau membangkang!"
Lu Sian tertawa mengejek dan ringan bagaikan seekor kupu- kupu ia melompat ke
at as cabang pohon dan dari sit u ia m elayang t urun. I ndah sekali gerakannya,
indah sepert i seorang dewi kahyangan m enari dan sepert i seekor kupu- kupu
t erbang m elayang m encari m adu kem bang. Dengan ringan sekali ia m elom pat
pula ke depan empat orang murid Siauw- lim- pai itu sambil berkata.
" Bet ul kalian t idak t akut kepadaku? Kalau t idak t akut , kenapa kalian m au
mengeroyokku berempat?" Lu Sian berkata sambil tersenyum manis.
" Siapa hendak m engeroyok? Tak t ahu m alu! Kam i orang- orang Siauw- lim- pai
bukanlah pengecut yang suka m engandalkan j um lah banyak m encari
kemenangan!" bentak Si Muka Halus yang bernama Long Kiat.
" Aih, aih, begit ukah? Jangan- j angan hanya unt uk bersom bong saj a begit u, nant i
kalau suah t erdesak lalu m elolong- lolong m int a bant uan kawan dan sam bil
menebalkan muka kalian berempat maju berbareng!"
"Cukup, kam i dat ang bukan unt uk berdebat ! " kat a Si Kum is yang bernam a Lo
Keng Siong. " Kuulangi lagi, kam i dat ang unt uk m em bawa pulang Yap Kwan Bi,
tidak ada sangkut- pautnya dengan kau!"
" Wah, j angan galak- galak. Bagaim ana t idak ada sangkut - paut nya dengan aku?
Kalian hendak m em bawa pulang dia unt uk dipukul lagi? Unt uk dihukum ? Enak
saja! Aku yang tidak suka membiarkan dia disiksa."
Si Muka Kurus yang bernam a Tan Bhok, kakak m isan Tan Liu Nio, t ak sabar lagi.
Sam bil m enudingkan t elunj uknya yang hanya t ulang t erbungkus kulit it u ke arah
m uka Lu Sia ia m em bent ak, " bocah set an banyak t ingkah! Kam i dat ang
berurusan dengan Sut e kam i sendiri, m engapa kau t urut cam pur? Kau berhak
apakah mencampuri urusan dalam orang- orang Siauw- lim- pai seperti kami!"
" Huh, kalian berem pat dan sem ua orang Siauw- lim- pai yang t ak t ahu m alu!
Kalian semua berhak apa mencampuri urusan pribadi Yap Kwan Bi dan aku? Kami
saling m encint a, kalian t ahu? Kam i saling m encint a, dan kam i berhak, sam a-
sam a m uda sam a- sam a suka, kalian m au apa? Tent u saj a aku t idak m em biarkan
kalian m em bawa pergi Yap Kwan Bi yang sudah t erluka oleh Si Keledai Gundul
tadi!"
" Kurang aj ar kau! Sekali lagi kuperingat kan, lebih baik kau m undur dan j angan
mencampuri urusan Siauw- lim- pai!" kata Lo Keng Siong marah.
" Tidak bisa t idak m encam puri urusan Yap Kwan Bi. Pendeknya, aku m elarang
kalian membawanya pergi, habis perkara!"
"Kau menantang?" kumis Lo Keng Siong bergerak- gerak.
" Terserah! Aku sudah berj anj i bahwa orang hanya dapat m em bawa t ubuh Yap
Kwan Bi kalau aku sudah menjaadi mayat!"
" I blis bet ina, kau sudah bosan hidup?" " Hi- hik, kalian hendak m engeroyok?" Lu
Sian m engej ek. " Kunasihat kan kalian, kalau m em ang hendak m em aksa dan
hendak m enyerangku, lebih baik kalian m aj u berem pat m engeroyokku, karena
kalau maju seorang demi seorang bererti mengantar nyawa dengan sia- sia!"
" Perem puan som bong! " Bent ak Liong Kiat m arah. " t wa- suheng, biar siauwt e
mengusir iblis betina ini!"
" Eh, eh, benar- benar hendak m aj u sat u- sat u? Awas, aku sudah m em beri
peringat an. Karena Kwan Bi j uga m urid Siauw- lim- pai, aku t idak berm aksud
m em usuhi Siauw- lim- pai, akan t et api kalau kalian m endesak, j angan salahkan
kaki tanganku yang tidak bermata."
" Som bong! " Liong Kiat sudah m enerj ang dengan I lm u Silat Tangan Kosong Lo-
han- kun yang t erkenal t angguh it u. Dengan kuda- kuda t erpent ang dan langkah
diseret ham pir berbareng, ia m elancarkan pukulan bert ubi- t ubi ke arah dada dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 291


pusar. Berat dan m ant ap pukulan ini, m endat angkan angin pukulan yang
mengeluarkan bunyi "werrrr- werrr!"
Lu Sian m enggerakkan t angannya dengan j ari t erbuka. Dengan t elapak
t angannya ia m enerim a kedua kepalan t angan am at lah kuat nya. I a t idak
m elawan, m elainkan m em inj am t enaga pukulan Liong Kiat , kedua kakinya diayun
ke belakang sehingga t ubuhnya dengan kedua t angan m asih m enem pel pada
kepalan lawan, t erangkat naik ke at as. Selagi Liong Kiat t erkej ut sekali
m enyaksikan penyam but an lawan yang luar biasa ini, t iba- t iba Lu Sian sudah
m engirim pukulan dengan sodokan j ari t angan kanannya m engarah ubun- ubun
kepalanya. Karena pada saat it u t ubuh Lu Sian berada t epat di at asnya, m aka
serangan it u luar biasa dahsyat dan bahayanya, am at cepat dat angnya sehingga
sukar ditangkis lagi!
" Sut e, awas....! " Lo Keng Siong berseru kaget sekali sam bil m elom pat dekat
diikut i Tan Bhok dan Tan Liu Nio. Pada saat yang am at berbahaya it u, Liong Kiat
m asih sem pat m em pelihat kan bahwa m urid Siauw- lim- pai t idaklah sem udah it u
dirobohkan. I a m em buang t ubuhnya ke belakang, roboh t erj engkang bagaikan
sepot ong balok kayu akan t et api begit u pundaknya m enyent uh t anah, ia sudah
melakukan poksai (salto) ke belakang, berjungkir balik sampai tiga kali. Ia berdiri
dengan m uka pucat dan keringat dingin m em basahi dahinya. Bergidik ia kalau
teringat betapa dalam segebrakan saja ia tadi sudah hampir tercengkeram maut.
Lu Sian sudah berdiri sam bil t ersenyum m anis. Mem ang kepandaian Lu Sian
sekarang j auh bedanya dengan ket ika ia m ula- m ula m eninggalkan suam inya,
Kam Si Ek. Sekarang ia t elah m em peroleh kem aj uan yang am at hebat . Gin-
kangnya sudah t erlat ih baik dan yang ia warisi dari Tan Hui adalah ilm u gin- kang
yang t erhebat di j am an it u. Juga ia t elah m em pelaj ari t iga m acam kit ab Sam - po-
cin- keng dari ayahnya, m aka baik ilm u silat t angan kosong m aupun ilm u
pedangnya sudah m eningkat beberapa kali lipat , dit am bah gerakan yang luar
biasa cepatnya berkat gin- kang Coan- in- hui.
" Sudah kukat akan, lebih baik kalian m undur dan j angan ganggu aku dan Yap
Kwan Bi. At au kalau kalian nekad m engaj ak berkelahi, m aj ulah berbareng. Kalau
satu- satu, percuma, tidak akan ramai!"
Bukan m ain pedas dan t aj am nya kata- kat a ini m em asuki dada keem pat orang
m urid Siauw- lim- pai it u. Akan t et api m elihat kenyat aan bahwa m em ang ilm u
kepandaian wanita ini seperti iblis, bukan lawan mereka kalau maju seorang demi
seorang. Bahkan seandainya Cheng Han Hwesio sendiri yang m aj u, belum t ent u
saudara seperguruan itu akan dapat menandingi Lu Sian.
" Kau m enant ang kam i m aj u berem pat ?" kat a Lo Keng Siong hat i- hat i. " Hi- hik,
m engapa Tanya- t anya lagi? Maj ulah bersam a, biar lebih asyik aku m elayani
kalian berempat."
" Bukan kam i t akut m aj u seorang dem i seorang, akan t et api kau m enant ang dan
kau t erlalu m enghina. Ji- wi Sut e ( Kedua Adik Seperguruan) dan Sum oi, m ari kit a
basmi iblis betina sombong ini!" seru Lo Keng Siong sambil mencabut senjatanya,
sebatang ruyung berwarna hitam yang tadinya ia sembunyikan di bawah bajunya.
Tan Liu Nio dan Liong Kiat m encabut pedang m asing- m asing, sedangkan Tan
Bhok m engeluarkan senj at anya yang hebat , yait u sehelai rant ai baj a. Mereka
segera m engam bil kedudukan em pat penj uru, m engurung Lu Sian dengan
gerakan perlahan dan langkah t erat ur, m at a t ak berkedip m em andang lawan
yang terkurung di tengah- tengah!
Lu Sian m asih t ersenyum , kedua kakinya m em buat kuda- kuda m enyilang,
t ubuhnya m iring, kedua lengannya diangkat ke at as, m elengkung di at as kepala
dengan j ari- j ari t angan t erbuka. Pasangan kuda- kudanya ini am at m anis sepert i
orang m enari, akan t et api m enyem bunyikan kesiapsiagaan yang lengkap dan
gagah.
" Keluarkan senj at am u! " Bent ak Lo Keng Siong yang m enj adi pim pinan sam bil
mengangkat ruyungnya ke atas.
" Aku sudah siap, seranglah. Mengeluarkan senj at a t ak usah kauperint ah! " j awab
Lu Sian seenaknya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 292


" Ciuuut t t .... siiing... weeerrrr! ! " keem pat senj at a it u sudah m enyam bar ganas.
Sinarnya t ert im pa cahaya bulan m enyilaukan m at a. Akan t et api keem pat nya
hanya m engenai angin karena t ibuh Lu Sian sudah lenyap m enj adi bayangan
yang berkelebat an dan m enyelinap di ant ara sinar keem pat senj at a it u. Bukan
m ain hebat nya gin- kang Coan- in- hui it u! Makin hebat em pat senj at a it u
m enyam bar dan m engikut i gerakan bayangannya, m akin cepat pula Lu Sian
bergerak dan m endadak " cranggg..... cringgg.... t ranggg- t rang! " Bunga api
berpij ar dan berham buran. Tanpa dapat diikut i pandang m at a lawan, t ahu- tahu
Lu Sian sudah m em egang Toa- hong- kiam di t angan kanannya dan sekaligus ia
telah menangkis keempat buah senjata lawan.
Hanya Tan Liu Nio seorang yang m erasa bet apa t angan kanannya yang
m em egang pedang serasa lum puh karena ia kalah t enaga. Akan t et api t iga orang
murid Siauw- lim- pai yang lain dengan girang mendapat kenyataan bahwa biarpun
dalam gin- kang m ereka kalah j auh oleh Lu Sian, nam un m engenai t enaga sin-
kang, set idaknya m ereka dapat m engim bangi. Maka m ereka m endesak m akin
hebat , m engerahkan t enaga dan berusaha m engadu senj at a agar pedang di
tangan puteri Beng- kauwcu itu terpukul lepas.
Namun Lu Sian adalah seorang yang am at cerdik. I a m aklum bahwa t idak
m engunt ungkan baginya kalau ia m engadu t enaga kekerasan dengan t iga orang
laki- laki yang m em iliki lwee- kang ham pir sem purna ini, m aka ia lebih
m engandalkan kelincahan gerakannya unt uk m engelak dan balas m enyerang.
Karena ia lebih banyak m engelak inilah m aka em pat orang pengeroyoknya
m engira bahwa ia t erdesak. Orang- orang Siauw- lim- pai am at berdisiplin dan
selalu m ent aat i guru m ereka. Karena t adi m ereka berem pat sudah m endengar
sendiri bet apa suhu m ereka, Kian Hi Hosiang, t idak m enghendaki perm usuhan
dengan Beng- kauw, bahkan sudah m engam puni Lu Sian, kini m ereka m erasa
tidak enak sekali kalau sampai membunuh Lu Sian.
"Tok- siauw- kwi, kam i m ent aat i guru kam i m engam punkan engkau. Pergilah dari
sini dan j angan m encam puri urusan Siauw- lim- pai! " kat a Lo Keng Siong dengan
suara keras.
I nilah salahnya. Tadinya Lu Sian hanya ingin m em perm ainkan m ereka saj a,
m engalahkan m ereka dengan ilm unya kem udian lari lagi m em bawa pergi Yap
Kwan Bi. Akan t et api m endengar ucapan ini, bangkit kem arahan dan
keangkuhannya. Dia m em ang seorang yang keras hat i, pant ang dikat akan kalah.
Mendengar ini, darahnya bergolak dan ia m engeluarkan seruan nyaring,
m erupakan lengking lebih m irip suara iblis silum an. Akan t et api pedangnya kini
bergerak secara luar biasa, bergelom bang dan berubah m enj adi gulungan sinar
yang m em bent uk lingkaran- lingkaran besar lalu berubah lagi m enj adi
gelombang- gelom bang yang dat ang m enerj ang ganas. I nilah Toa- hong Kiam - sut
yang kini t elah m enj adi ganas dan luar biasa dahsyat nya. Di t engah- tengah
lengkingnya yang belum put us, t erdengar t eriakan ngeri dan t am pak Liong Kiat
t erguling roboh dalam keadaan m engerikan karena pundaknya t elah t erbabat
put us berikut lengan kanannya. I a bergelim pangan m andi darah, berloj ot an dan
tak dapat mengeluarkan suara lagi.
"Tok- siauw- kwi, hut ang j iwa harus dibayar j iwa! " t eriak Lo Keng Siong m arah
sekali. " Tok- siauw- kwi, berani kau m em bunuh Sut eku?" Tan Bhok j uga
membentak dan rantainya berdesing- desing menyambar.
Lu Sian t ert awa bergelak, lalu m elom pat m undur. Ket ika ket iga orang
pengeroyoknya yang m enyangka dia hendak kabur it u m endesaknya, t iba- tiba
tangan kirinya bergerak dan... sinar merah menyambar ke arah mereka!
" Celaka....! " Tan Liu Nio berseru. Karena dia berada paling belakang, m aka ia
sem pat m elihat gerakan ini dan dapat m engelak. Akan t et api dua orang
suhengnya yang j araknya t erlalu dekat , t erlam bat m engelak. Mereka dapat
m elindungi t ubuh at as dengan put aran senj at a, akan t et api paha kanan m asing-
m asing t elah t erkena j arum Siang- tok- ciam ! Seket ika hidung m ereka m encium
bau am is akan t et api harum , m aka m aklum lah m ereka bahwa m ereka t erkena
senj at a beracun. Nam un keduanya m asih belum roboh dan m asih m em ut ar

Suling Mas Kho Ping Hoo 293


senj at a. Lu Sian t idak berhent i sam pai di sit u, begit u t angan kirinya
m enyam bit kan j arum , ia t elah m enerj ang m aj u lagi m ainkan pedangnya dengan
j urus dari I lm u Pedang Toa- hong Kiam - sut yang dahsyat . Dua kali pedangnya
berkelebat dan robohlah Lo Keng Siong yang t ert em bus pedang lehernya, dan
Tan Bhok yang ham pir put us pinggangnya, perut nya robek dan isi perut ny a
keluar. Mereka berdua t idak m enderit a lam a, cepat m enghem buskan napas
terakhir menyusul arwah Liong Kiat yang tewas lebih dulu.
"Tok- siauw- kwi, kau benar kej i dan ganas...! " Tan Liu Nio m arah sekali dan
menj adi nekat , m enyerbu dengan pedangnya. Sam bil t ersenyum Lu Sian
menangkis dan mengerahkan tenaga.
" Tranggg...! " pedang Tan Liu Nio t erlepas dari t angannya. Dengan kakinya Lu
Sian m enendang, m em buat t ubuh Tan Liu Nio roboh t erguling, kem udian
m at anya yang sudah m enj adi beringas it u berkilat ket ika pedangnya dit usukkan
ke bawah.
" Trangggg! " Lu Sian m eloncat ke belakang, waj ahnya pucat , m at anya t erbelalak
memandang kepada Yap Kwan Bi yang ternyata telah menangkis pedangnya.
" Kau... kau Tok- siauw- kwi....??" dengan pedangnya Kwan Bi m enuding kepada
kekasihnya.
" Orang m enam akan aku begit u, nam aku Lu Sian, kau t ahu...." " Kau.... kau
perem puan hina...! Kau t elah m em bunuh t iga orang Suhengku dan hendak
membunuh Suciku? Keparat jahanam! Kubunuh engkau....!"
Yap Kwan Bi m enyerang, akan t et api karena t ubuhnya m asih lem ah, sekali
dit angkis ia roboh t erguling, dan Lu Sian yang m ukanya m enj adi pucat it u t iba-
t iba m eludah. " Cih, kiranya kau pun sam a saj a! Laki- laki berhat i palsu! Mual
perut ku m elihat m u! " set elah berkat a dem ikian, sekali berkelebat Lu Sian lenyap
dari tempat itu.
Yap Kwan Bi m enangis m enggerung- gerung ket ika m enyaksikan keadaan t iga
orang suhengnya yang t ewas dalam keadaan dem ikian m engerikan. ia
m enj am baki ram but nya dan m em ukuli kepalanya sendiri sepert i orang gila.
Percuma saja Tan Liu Nio menghiburnya. Akhirnya murid wanita Siauw- lim- pai itu
berlari cepat m elaporkan ke kuil Siauw- lim- si. Tent u saj a berit a ini m enim bulkan
geger. Cheng Han Hwesio dan Cheng Hie Hwesio sendiri bersam a beberapa orang
sut e berlari- lari ke arah hut an it u dan apa yang m ereka dapat kan? Yap Kwan Bi
t elah t ewas di sam ping ket iga orang suhengnya, lehernya ham pir put us dan
t angan kanan penuh darahnya sendiri. I a t elah m em bunuh diri karena t elah
menyesal!
Sem ent ara it u, Lu Sian sudah m em pergunakan I lm u Coat - in- hui unt uk berlari
cepat sekali. I a m erasa kecewa dan m enyesal. I a benar- benar m uak m engingat
kepalsuan cint a kasih Kwan Bi yang t adinya dikira benar- benar suci m urni.
Bahkan pengalam an ini m em buat ia m akin m uak t erhadap laki- laki, m akin t idak
percaya, dan m akin sakit hat i. Di sam ping kekecewaannya, ia pun m erasa girang
bahwa ia berhasil m engam bil kit ab I lm u I m - yang- tiam- hoat dari Siauw- lim- pai.
I a gem as kepada orang- orang Siauw- lim- pai yang t elah m enghancurkan ikat an
cinta kasihnya dengan Kwan Bi, maka kini pikirannya tertuju kepada Su Pek Hong
atau Su- nikouw di Kuil Kwanim- bio. Ia harus dapat merampas kepandaian nikouw
it u, ilm u yang m em buat ia selam anya t akkan m enj adi t ua! I a akan m em aksa
pendekar wanita Siauw- lim- pai itu untuk menyerahkan rahasia kepandaiannya!
Hari t elah m alam ket ika ia t iba di Kuil Kwan- im- bio. Kuil it u t elah m enut up daun
pint u depan, akan t et api sebuah lam pu gant ung m enerangi ruangan depan, Lu
Sian m engham piri pint u dan m enget uk. Terdengar suara langkah kaki dari dalam
m enuj u pint u dan sebelum daun pint u dibuka, suara lem but seorang pendekar
wanita bertanya.
" Siapakah yang dat ang di luar dan ada keperluan apa m alam - malam
mengunjungi Kwan- im- bio?" "Aku Lu Sian, mohon bertemu dengan Su- nikouw!"
Ket ika Su- nikouw keluar dan m elihat Lu Sian, ia t ersenyum ram ah dan m enegur.
" Eh, kiranya Lu- lihiap yang dat ang. Keperluan apakah gerangan yang m em bawa

Suling Mas Kho Ping Hoo 294


Li- hiap m alam - m alam dat ang m engunj ungi t em pat ku yang buruk? Dan di m ana
adanya Kwan Bi?"
Akan t et api nikouw ini m engerut kan keningnya ket ika m elihat pandang m at a Lu
Sian am at berlainan dengan beberapa hari yang lalu, bahkan ia m elihat Lu Sian
m em bant ing kaki lalu berkat a t ak m anis. " Tak perlu kit a berpanj ang kat a, Su-
nikouw. Kedat anganku ini hanya perlu m int a kepadam u agar kau m em buka
rahasiam u t ent ang ilm u awet m uda! " Lu Sian m engancam dengan suara dan
pandang m at anya. Kalau kem arin dulu ket ika dat ang ke sini bersam a Kwan Bi ia
m erasa suka kepada pendet a wanit a yang awet m uda ini, sekarang ia
m em andangnya dengan m at a benci dan Su- nikouw kelihat an t idak
m enyenangkan hat inya lagi. Mem ang pengaruh rasa benci am at j ahat ,
m em but akan m at a. Karena ia m erasa sakit hat i kepada Siauw- lim- pai,
m enim bulkan benci di hat inya dan siapa pun orangnya yang sudah m abok rasa
benci, pandang matanya akan berbalik!
Akan t et api Su- nikouw orangnya sabar. I a sudah m am pu m enguasai bat innya
dan ia m em andang Lu Sian dengan senyum waj ar. " Li- hiap, biarpun pinni m erasa
heran sekali at as perubahan sikapm u ini, nam un penolakan pinni bukan
disebabkan oleh sikapm u, m elainkan karena rahasia ini kalau t erj at uh ke t angan
wanit a yang belum sadar akan kebenaran, hanya akan m erugikan dirinya sendiri
saj a. Kem udaan dan kecant ikan pada usian t ua hanya akan m enyelewengkan
hat i, m em besarkan nafsu, dan percayalah, kelak di wakt u kau sudah berusia t ua,
kecant ikan dan kem udaan yang disert ai nafsu it u akan m enyeret m u ke lem bah
kesengsaraan belaka.
" Tak usah banyak cerewet ! " Lu Sian m em bent ak. Laj im , orang yang sudah
membenci seorang yang lain, apa pun yang keluar dari mulut orang yang di benci
it u selalu dit erim a keliru dan t ak dipercaya. " Kauserahkan secara baik- baik at au
dengan paksaan, aku harus mendapatkan rahasia itu!"
Su- nikouw m enghela napas. " Lu- lihiap, pikiranm u sedang kacau, bat inm u sedang
gelap. Biarlah lain kali kau dat ang kem bali bersam a Yap Kwan Bi, kit a bicarakan
hal ini perlahan- lahan secara baik- baik."
Alis yang hit am kecil it u bergerak, disusul gerakan t angan kiri dan Su- nikouw
cepat m engelak dengan m enj at uhkan diri ke belakang. Nam un t erlam bat . Jalan
darah di pundak kirinya t ert usuk sebat ang Siang- tok- ciam ! Nikouw it u t erhuyung
lalu m enj at uhkan dirinya di at as sebuah kursi, m em andang pada Lu Sian dengan
mata terbuka lebar saking heran dan kagetnya.
Sam bil t ersenyum dingin Lu Sian berkat a perlahan. " Kau sudah t erluka Siang-
tok- ciam , obat pem unahnya hanya padaku. Lekas kau keluarkan rahasia ilm u
awet muda untuk ditukar dengan obat pemunahku."
Su- nikouw yang m asih duduk di at as kursi kelihat an t enang- t enang saj a.
" Om it ihud.... kau ini wanit a m uda sungguh ganas, kasihan sekali kau t ersesat
j auh t anpa kausadari! Seorang pert apa sepert i aku ini, m enganggap kem at ian
sebagai pem bebasan j iwa daripada kurungan raga yang banyak kehendak dan
lem ah. Racun j arum m u yang m engancam nyawaku sam a sekali t idak m em bikin
pinni takut."
Diam- diam Lu Sian m enj adi kecewa sekali. Celaka, pikirnya. I a t idak berm aksud
m em bunuh, hanya m engancam , akan t et api kalau wanit a gundul ini nekat
m enghadapi kem at ian, t idak m au m enukar obat pem unah dengan rahasia ilm u
awet muda, bagaimana?
"Nikouw bandel! Mengapa hendak kaukangkangi sendiri ilm u it u? Apakah kau
hanya ingin m uda sendiri dan cant ik sendiri? I lm u sepert i it u saj a m engapa kau
hargai daripada nyawamu?"
Su- nikouw m enggeleng kepala. " I lm u ini adalah ilm u yang bersum ber pada ilm u
dari Siauw- lim- pai, ilm u m enguat kan t ubuh pelaj aran Siauw- lim- pai yang
kuperkem bangkan. Merupakan rahasia Siauw- lim- pai, t ak boleh sem barangan
diaj arkan orang luar, apalagi unt uk m aksud buruk. Tidak, biarlah kau pergi, pinni
akan mati tanpa mengeluh!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 295


Tiba- tiba Lu Sian t ert awa. " Hi- hik, enak saj a kau ingin m at i. Mana ak u
m em biarkan kau m at i begit u saj a kalau kau t idak m au m em buka rahasia it u?
Ket ahuilah, Su- nikouw, racun j arum ku it u m em iliki daya pem bangkit nafsu
berahi! Racun Ngo- tok- hwa ( Lim a Bunga Beracun) t elah m engalir di dalam j alan
darahmu. Tidak terasakah olehmu Nikouw tolol, betapa ujung hidungmu mencium
bau wangi dan t ulang punggungm u berdenyut keras? Sebelum m at i oleh racun,
kau t erserang oleh rangsangan berahi dan aku akan m engeram m u dalam kam ar
bersam a seorang laki- laki yang kupaksa m enem anim u. Hendak kulihat ,
bagaim ana m alunya j iwam u kalau pada saat kem at ianm u engkau m elakukan
pelanggaran yang paling besar bagi seorang pendeta wanita!"
Napas Su- nikouw t erengah- engah, m ukanya pucat dan m at anya m em andang
penuh kengerian. " Ah, j angan.... j angan....! sebenarnya siapakah engkau ini,
begini keji?"
"Orang menyebutku Tok- siauw- kwi." "Aahhh... kiranya engkau Tok- siauw- kwi...?"
Nikouw it u m akin ket akut an, karena ia m endengar nam a j ulukan ini sebagi
seorang t okoh kang- ouw yang am at kej i dan ganas, m aka ancam an t adi bukan
tak mungkin dilakukan oleh Tok- siauw- kwi yang terkenal kejam. Pula, ia memang
sej ak t erluka t adi m encium bau harum yang aneh dan m em ang bet ul t ulang
punggungnya berdenyut an keras! Tent u saj a sebagai seorang t okoh Siauw- lim-
pai yang lebih m em ent ingkan pelaj aran bat in, nikouw ini t idak t ahu t ent ang
segala racun, dan ia t idak t ahu bahwa Lu Sian sebenarnya m em bohong. Siang-
tok- ciam yang m erah it u m em ang berbahaya dan racunnya cukup j ahat unt uk
meram pas nyawa korbannya, akan t et api sekali- kali t idak akan m enim bulkan
gej ala nafsu berahi segala. Dia sengaj a m engeluarkan ancam an ini karena
dengan t epat ia m enduga bahwa hal sepert i it u j auh lebih m engerikan daripada
kematian bagi seorang wanita pertapa yang saleh!
" Bagaim an? Aku m engenal seorang kepala ram pok dalam hut an, usianya t iga
puluh t ahun, t ubuhnya t inggi besar sepert i raksasa, m ukanya penuh cam bang
bauk dan kaki t angan sert a dadanya j uga penuh bulu sepert i m onyet . Dia t unduk
kepadaku dan dia am at suka kepada wanit a yang waj ahnya bersih. Tent u dia
akan senang sekali m endapat kan engkau yang m asih kelihat an m uda dan cant ik
ini!"
Su- nikouw bergidik. Merem ang bulu t engkuknya m endengar gam baran t ent ang
laki- laki it u. Tak t ert ahan lagi ia m enangis, hal yang selam a sepuluh t ahun lebih
t ak pernah ia lakukan. " Baiklah, baiklah...., kuberikan rahasia ilm u it u
kepadam u." I a lalu m asuk ke dalam kam ar dan keluar lagi m em bawa sebuah
kitab tipis tulisan tangan hasil pekerjaannya sendiri.
" Tidak m udah m encapai t ingkat sepert i aku." kat anya. "Unt uk dapat
mengalahkan kerusakan kulit daging dan tulang, kau harus memiliki dasar ilmu I-
kin- swe- j we ( Gant i Ot ot Cuci Sum sum ) dan unt uk pelaj aran it u, m enyesal pinni
t idak dapat m em beri karena kit abnya t ersim pan di Siauw- lim- pai. Akan t et api
seorang berkepandaian t inggi sepert i engkau ini t ent u akan dapat
m em pelaj arinya dengan m udah. Hanya saj a, ilm u I - kin- swe- j we yang paling
hebat di dunia ini hanyalah dari Go- bi- pai, di sam ping Siauw- lim- pai t ent u saj a.
Nah, set elah kau m em iliki ilm u it u, engkau pelaj ari sam adhi sepert i t ert unj uk
dalam kit ab ini, dan m akan akar dan daun yang sudah t ert ulis lengkap pula di
situ."
Cepat Lu Sian m enyam bar kit ab it u dan m em buka- bukanya sebent ar. I a percaya
bahwa nikouw it u t idak akan m em bohonginya, m aka ia pun lalu m engeluarkan
obat pem udah dari sakunya sam bil t ert awa. " Siang- tok- ciam senj at a rahasiaku
memang mematikan, akan tetapi mana bisa membangkitakan nafsu berahi?"
Nikouw it u m arah sekali, bangkit berdiri dan m enahan diri sedapat nya unt uk
t idak m em aki- m aki. Akan t et api set elah m em berikan obat pem unahnya, Lu Sian
sudah m elom pat keluar dan m enghilang di t em pat gelap sam bil m em bawa kit ab
yang amat diinginkannya itu.
Su- nikouw kem bali m enj at uhkan diri di at as kursi dan m enarik napas panj ang
berkali- kali. " Su Pek Hong... Su Pek Hong..... inilah huk um annya kalau orang

Suling Mas Kho Ping Hoo 296


t idak m ent aat i nasehat guru! Mendiang Suhu dahulu pernah bilang bahwa ilm u
awet m uda ini m engandung sifat berbahaya dan t idak baik m arena m enent ang
hukum alam ! Bet ul kau hanya m enghendaki awet m uda dem i kesehat an, nam un
wanita lain tentu akan menganggapku pesolek dan ingin cantik selalu. Dan wanita
yang selalu ingin cant ik sepert i ingin m endapat perhat ian dan puj ian laki- laki. Ah,
bet apa m em alukan. Su Pek Hong, kau sudah t ua, m engapa t idak m au m enerim a
kekuasaan alam ? Jadilah nenek- nenek yang penerim a, hadapilah kem at ian usia
t ua yang sewaj arnya, dan t ent u t idak akan m engalam i hal yang begini
m em alukan..." Dengan waj ah duka pendet a wanit a ini lalu m em pergunakan obat
pemunah racun yang ditinggalkan Lu Sian.
Hart a benda, kepandaian, dan kekuasaan duniawi adalah anugerah, bukt i
kem urahan Tuhan kepada m anusia. Nam un, dalam anugerah ini t erbawa pula
uj ian yang am at berat . Siapa yang kuat m enerim a anugerah ini, ia akan dapat
menikmatinya lahir bat in. Sebaliknya, m ereka yang t idak kuat m enghadapi uj ian
ini, hanya akan m enikm at i pada lahirnya saj a, sedangkan pada bat innya m ereka
akan m engalam i kem unduran yang akan m em bawa m ereka kepada
kesengsaraan.
Nam un diant ara t iga m acam anugerah it u, yang paling berbahaya akibat nya bagi
m ereka yang t idak kuat adalah kekuasaan. Hart a benda dapat m enj adikan orang
m enj adi ham ba nafsunya sendiri, kepandaian dapat m enj adikan orang m enj adi
som bong, t inggi hat i dan m em andang rendah orang lain. Akan t et api kekuasaan
yang t im bul dari kekuat an at aupun kedudukan, am at lah berbahaya karena dapat
m enj adikan orang sewenang- wenang t erhadap orang lain, m au m enangnya
sendiri saja tanpa menhiraukan tatasusila dan perikemanusiaan.
Liu Lu Sian t erm asuk orang yang m endapat anugerah kekuat an, hasil dari pada
banyaknya m acam ilm u silat yang ia kuasai. Makin pandai, m akin kuat lah dia dan
makin besar kekusaannya terhadap orang lain mentaati kehendaknya.
I a m enj adi m abok akan kekuat an sendiri, ingin m enang sendiri dan t idak peduli
akan perikem anusiaan. Makin ia t urut i nafsunya m akin hebat lah nafsu
m enggulung dirinya. Makin ia t urut i kem urkaannya akan ilm u, ia m akin t idak
puas dan m enghendaki lebih. Sepak t erj angnya m akin liar m enj adi- jadi, sehingga
beberapa t ahun kem udian nam a Tok- siauw- kwi m enggem parkan dunia persilat an
sebagai seorang tokoh yang ganas, liar, kejam dan ditakuti.
Untuk mematangkan ilmu yang dirampasnya dari Su- nikouw, seorang diri Lu Sian
m em asuki Go- bi- pai dan berhasil m encuri kit ab Cap- sha- seng- keng ( Kit ab I lm u
Tiga Belas Bint ang) yang selain m engaj arkan lat ihan lwee- kang dan langkah-
langkah kaki, juga Ilmu I- kin- swe- jwe (Ganti Otot Mencuci Sum- sum) seperi yang
ia but uhkan. I lm u kepandaiannya m eningkat cepat sekali dan kini Tok- siauw- kwi
Liu Lu Sian benar- benar m enj adi seorang wanit a sakt i yang sukar dicari
t andingannya. Di Go- bi- pai ia dikeroyok para hwesio, akan t et api sanggup
m elarikan diri dengan hanya m enderit a luka ringan set elah m erobohkan banyak
hwesio Go- bi- pai yang terkenal konsen!
Bukan hanya Go- bi- pai yang ia serbu, j uga ia naik ke Puncak Hoa- san, m encuri
pedang pusaka Pek- giok- kiam ( Pedang Pusaka Kum ala Put ih) yang m enj adi
pedang pusaka Hoa- san- pai. Dalam pert em puran ia dikeroyok dan berhasil
m erobohkan lim a orang anak m urid Hoa- san- pai yang t ewas oleh pedangnya
yang ganas dan dahsyat . Kem udian ia lari lagi sehingga sem enj ak saat it u ia
m enj adi seorang buruan dicari dan dikej ar oleh orang- orang Siauw- lim- pai, Go-
bi- pai dan Hoa- san- pai! Nam un berkat gerakannya yang lincah, gin- kangnya
yang t inggi sert a kecerdikannya yang sepert i set an, ia selalu berhasil m eloloskan
diri.
Bukan hanya it u sem ua kehebohan yang ia perbuat di dunia kang- ouw. Banyak
golongan persilat an yang sengaj a ia dat angi unt uk diaj ak bert anding,
mengalahkan ketuanya dan merobohkan banyak sekali tokoh kenamaan sehingga
nam anya m enj ulang t inggi, bahkan m elewat i nam a besar ayahnya sendiri, Pat - jiu
Sin- ong! Yang paling hebat adalah ket ika ia m endat angi Kong- thong- pai karena
m endengar berit a bahwa I lm u Pedang Kong- thong- pai am at lihai. I a dat ang

Suling Mas Kho Ping Hoo 297


sengaj a hanya unt uk m enant ang ket ua Kong- thong- pai bert anding ilm u pedang!
Juga di Kong- thong- pai ini Lu Sian m erobohkan banyak t okoh, sungguhpun ia
belum sanggup m engalahkan ilm u pedang Ket ua Kong- thong- pai yang bernam a
Kim Leng Tosu. Nam un ia m enang cekat an dan lincah sehingga kekalahanny a
dalam ilmu pedang dapat ia atasi dengan kelincahannya.
Dem ikianlah selam a sepuluh t ahun Lu Sian m alang- m elint ang di dunia kang- ouw,
ilm u kepandaiannya m akin hebat , akan t et api berkat ilm unya awet m uda,
waj ahnya m asih t et ap cant ik j elit a, t ubuhnya m enyiarkan keharum an yang khas
sedangkan bentuk tubuhnya masih menggairahkan seperti seorang gadis remaja.
Bet apa pun liar dan ganas wat ak Lu Sian, sebagai seorang ibu kadang- kadang ia
m erasa rindu kepada put eranya, Bu Song. Rasa rindu inilah yang akhirnya
m em bawa kedua kakinya m elangkah m enuj u propinsi Shansi. Pada wakt u it u,
Keraj aan Cin Muda t elah roboh, t ergant i dengan keraj aan baru y ang disebut
Keraj aan Han Muda. Propinsi Shan- si t elah berdiri sendiri dan m enj adi Keraj aan
Hou- han. Akan t et api alangkah kecewa hat inya ket ika ia m endengar kabar bahwa
bekas suam inya, Kam Si Ek, t elah m elet akkan j abat an dan t elah pindah. Tak
seorang pun t ahu ke m ana pindahnya Kam Si Ek, bekas suam inya. Hat inya
m enj adi dingin kem bali dan ia hanya percaya bahwa put eranya, Bu Song, t ent u
saja hidup aman sentausa disamping bekas suaminya.
Sam bil m akan di sebuah rum ah m akan di kot a raj a Hou- han, Lu Sian t erm enung.
Kalau t eringat akan put eranya, ingin ia m enangis. Nam un hat inya yang keras
mencegahnya berduka lebih lama lagi.
" Lebih baik dia t idak m engenal aku sebagai ibunya," dem ikian pikirnya.
Bagaim ana kalau put eranya it u bert em u dengannya dan m engenalnya sebagai
seorang ibu yang m eninggalkan anaknya? Apalagi kalau m engenal bahwa ibuny a
adalah Tok- siauw- kwi, iblis bet ina yang dit akut i orang? Lu Sian t ersenyum dan
dengan gem as ia m eneguk cawan araknya yang ke sem bilan kalinya. Cara ia
m enuangkan arak ke m ulut dan langsung ke perut m elalui t enggorokan
m enandakan bahwa ia sudah biasa dengan m inum an keras ini dan m em ang
j arang sekali ada wanit a yang dapat m inum arak sepert i dia it u. Cara ia m inum
adalah cara seorang "setan arak" benar- benar.
Tiba- t iba Lu Sian m enengok ke kiri. Perasaannya yang t aj am m em buat ia t ahu
bahwa ia diperhat ikan orang dari arah kiri. Pem uda yang sedang m em andangnya
it u nam pak gugup, hendak m enundukkan m uka at au pura- pura t idak m elihat ,
nam un pandang m at anya seakan- akan lekat pada waj ah ayu it u. Lu Sian
t ersenyum , m em buang m uka akan t et api m at anya yang t aj am m engerling, t aj am
m elebihi pedang. Hat inya pun t erget ar. Bet apa t idak? Pem uda it u t am pan bukan
m ain. Tubuhnya t inggi t egap, m ukanya halus put ih sepert i m uka wanit a, nam un
alisnya hit am t ebal, m at anya lebar bercahaya t erang dan t aj am sepert i m at a
harim au. Waj ah t am pan dan t ubuh t egap seorang pria gant eng selalu m asih
m enggerakkan hat i Lu Sian, biarpun usianya sudah em pat puluh t ahun!
Semenjak hatinya yang mengalami cinta kasih telah dikecewakan oleh Kam Si Ek,
Tan Hui dan yang t erakhir m urid Siauw- lim- pai Yap Kwan Bi, ia m enganggap pria
hanya m anusia j enis lain yang m enarik, dan hanya t epat dij adikan perm ainan
belaka unt uk m em uaskan nafsunya. Sem enj ak ia m erant au, banyak sudah pria
yang jatuh bertekuk lutut oleh kecantikannya yang luar biasa, akan tetapi setelah
Lu Sian m em perm ainkannya dan laki- laki it u benar- benar t elah roboh hat inya,
selalu Lu Sian m eninggalkannya pergi dan t ert awa puas m elihat bekas kekasih ini
menjadi patah hati, menjadi gila atau setengah gila!
Selagi Lu Sian berdebar hat inya bert em u dengan seorang pem uda t am pan
rem aj a paling t inggi berusia dua puluh dua t ahun ini, t iba- t iba t erdengar angin
m endesir dan pandang m at a Lu Sian yang t aj am berkelebat nya senj at a rahasia
halus m enyam bar ke arah Si Pem uda Tam pan! Melihat sikap pem uda it u yang
seorang pem uda pelaj ar yang t ak m engert i ilm u silat , Lu Sian m erasa khawat ir
sekali, m aka ia lalu m enj em put nasi dengan sum pit nya dan sekali m enggerakkan
t angan, nasi it u m enyam bar ke arah sinar senj at a rahasia m enj adi but iran-
butiran nasi dan runtuh ke bawah tanpa mengeluarkan suara!!

Suling Mas Kho Ping Hoo 298


Pem uda it u m asih enak- enak m inum araknya dan m em ang ia t idak t ahu akan
adanya bahaya yang t adi m engancam nyawanya. Set elah senj at a- senj at a rahasia
j arum it u runt uh t erdengar orang berseru di luar rum ah m akan, " Biar ada yang
m elindungi, kit a harus bunuh pangeran ini! " Dan m uncullah t iga orang laki- laki
t inggi besar yang m em bawa golok t elanj ang di t angan. Pem ilik rum ah m akan dan
dua orang pelayannya ket akut an, j uga dua orang lain yang sedang duduk m akan
di sit u lari keluar. Pem uda t am pan it u pun kelihat an t erkej ut sekali m endengar
ucapan ini, bangkit berdiri dari kursinya dan m ukanya pucat . Gerakan ini saj a
m enyakinkan Lu Sian bahwa pem uda yang diserang t adi benar- benar t ak pandai
silat , m aka ia m elirik ke arah t iga orang t inggi besar it u. Orang- orang yang kasar
akan t et api t idak sepert i penj ahat . Bet apapun j uga, m elihat m ereka m enyerbu ke
arah pem uda yang kini bert eriak, "Tolong! Tolong! " it u, Lu Sian t idak m au t inggal
diam saja. Tangan kirinya bergerak tanpa ia bangkit dari kursinya. Terdengar tiga
orang it u bert eriak kesakit an dan roboh bergulingan m enabrak m ej a kursi. Mat a
m ereka m endelik, dari dalam hidung dan t elinga keluar darah dan nyawa m ereka
sudah putus!
" Keparat dari m ana berani m em bunuh m urid- m urid keponakanku?" Terdengar
bent akan keras dan m elayanglah t ubuh seorang t osu yang bersenj at a pedang,
langsung m enghant am kan pedangnya dari at as ke bawah t epat di at as kepala Lu
Sian! Wanit a sakt i ini hanya t ersenyum , sam a sekali t idak m enoleh, akan t et api
tiba- t iba kursi yang didudukinya m encelat ke sam ping dan ia m asih enak- enak
duduk di at asnya. Pedang it u m enyam bar t erus ke bawah dan " crakkkkk! ! " m ej a
yang t adi berada di depan Lu Sian t erbelah m enj adi dua pot ong! Pem uda yang
sebenarnya seorang pangeran yang m enyam ar it u m enggigil ket akut an, j uga t iga
orang pengurus rumah makan kini berjongkok bersembunyi di balik meja.
Si Tosu t ernyat a bert ubuh t inggi kurus, usianya ham pir lim a puluh t ahun,
waj ahnya pucat sepert i orang berpenyakit an. Nam un m enyaksinkan bet apa sekali
bacok ia dapat m em belah m ej a yang t ebal, dapat dibayangkan bet apa besar
t enaganya dan bet apa t aj am pedangnya. Ham pir ia t idak percaya ket ika
pedangnya hanya m engenai m ej a sedangkan wanit a m uda yang ia bacok it u
m asih enak- enak duduk di at as kursi dekat sebuah m ej a lain. I a m em balikkan
t ubuh, m engeluarkan seruan m arah dan m elom pat ke arah Lu Sian, m enerj ang
dengan pedang diputar cepat.
" Trakkk! " Pedang it u berhent i di t engah- t engah dan kiranya t elah t erj epit
sepasang sum pit yang berada di t angan Lu Sian, Si Tosu m engerahkan t enaga
membet ot , nam un sia- sia karena pedangnya seakan- akan t erj epit oleh j epit an
baj a yang am at kuat . Mendadak Lu Sian m elepaskan j epit annya sehingga Si Tosu
t erhuyung m undur. Sepasang sum pit it u m elayang ke arah lam bung dan leher.
Nam un Si Tosu t ernyat a cukup gesit karena ia m am pu m em buang diri k e
sam ping dan bergulingan m enyelam at kan diri. Akan t et api baru saj a ia m elom pat
bangun, sinar m erah m enyam barnya. Tosu it u m em ut ar pedang dan banyak
j arum runt uh, nam un sebat ang j arum m asih dapat m enerobos dan m enancap di
dadanya. Tosu it u m engeluh dan t erguling roboh. I a m encabut j arum di dadanya
dan m elihat j arum m erah sert a m encium bau harum , m at anya t erbelalak
m em andang Lu Sian, t elunj uknya m enuding dan m ulut nya berseru, " Kau... Tok-
siauw- kwi....! " Nam un ia t ak dapat bicara lebih lanj ut karena racun j arum t elah
m encapi j ant ungnya dan ia m at i dengan m at a m endelik. Lu Sian hanya
tersenyum dan masih duduk menghadapi meja.
Tiga orang pem ilik dan pengurus rum ah m akan it u segera keluar dari t em pat
sem bunyi m ereka dan berlut ut di depan Si Pem uda Tam pan. "Syukur bahwa
Tuhan masih melindungi Paduka...."
" Sssst , sudah j angan banyak ribut . Lebih baik lekas laporkan kepada penj aga
keam anan kot a dan m engurus em pat m ayat penj ahat it u." Kat a Si Pem uda, kini
sikapnya agung dan sudah t enang kem bali. I a lalu m elangkah m engham piri Lu
Sian, m erangkap kedua t angan di depan dada sam bil m em bungkuk m em beri
hormat.

Suling Mas Kho Ping Hoo 299


"Li- hiap ( Nona Perkasa) t elah m enolong nyawa saya, sungguh m erupakan budi
am at besar dan m em buat saya bingung bagaim ana saya akan dapat m em balas
budi itu." Ucapannya halus dan tutur katanya sopan menyenangkan.
Lu Sian segera bangkit berdiri dan membalas penghormatan orang, bibirnya tetap
t ersenyum m anis kerling m at anya benar- benar m engiris j ant ung. " Ah, urusan
kecil sepert i it u bukan berart i m enghut angkan budi. Ada orang- orang j ahat
hendak membunuh Kong- cu, bagaimana saya dapat berpeluk tangan saja?"
Pemuda itu memandang penuh kagum dan ia tidak menyembunyikan rasa kagum
ini, bukan hanya kagum akan kehebat an kepandaian wanit a ini, nam un j uga
kagum akan kecant ikannya yang luar biasa, akan bau harum sem erbak yang
m em abokkannya, yang keluar dari t ubuh wanit a it u. " Hebat sekali, Li Hiap! Kalau
t idak m enyaksikan dengan m at a sendiri, m ana m ungkin saya percaya di dunia ini
ada seorang yang kepandaiannya sepert i dewi, sedangkan Li- hiap begini can....
eh, m uda? Tadi pun m erupakan t eka- t eki bagi saya siapa gerangan yang
m em buat t iga orang penyerang saya j at uh t ersungkur dan t ewas seket ika. Kalau
tidak ada penyerang ke empat tadi, sampai mati pun saya m ungkin t idak percaya
bahwa Li- hiap yang telah menolong saya."
Berdebar j ant ung Lu Sian. Laki- laki ini sungguh m enarik hat i dan m enyenangkan.
Rasa kagum yang t erpancar dari m at anya dan puj ian yang keluar dari m ulut nya
sam a sekali bukanlah kosong dan m enj ilat sifat nya, m elainkan langsung keluar
dari hat i. I a dapat m em bedakan hal ini. Sam bil m enj ura lagi dan m em perlebar
senyum nya sehingga sedikit deret an gigi put ih berkilau t am pak, ia berkat a, " Ah,
Kongcu t erlalu m em uj i dan m em besar- besarkan. Bukankah Kongcu seorang
Pangeran, kalau t idak salah pendengaran saya? I nilah yang m engagum kan,
m elihat seorang pangeran berada di luar ist ananya dengan berpakaian sepert i
rakyat biasa, benar- benar jarang sekali dapat ditemui pada jaman kini."
Pem uda it u t ersenyum . " Apa sih bedanya pangeran dan orang biasa? Li- hiap,
sekali lagi, katakanlah bagaimana saya harus membalas budimu?"
" Telah saya kat akan t adi, t idak ada penghut angan budi. Kalau Kong- cu hendak
m elakukan sesuat u unt uk m enurut i perm int aanku, saat ini t idak ada keinginan
lain di hat iku kecuali ket erangan m engapa Kongcu sebagai pangeran diserang
oleh empat orang ini dan siapakan mereka?"
Pem uda it u m enggerakan kipasnya unt uk m engipas leher, padahal ia
m enggunakan benda it u unt uk m enut up m ulut nya dari orang lain agar kat a-
kat anya t idak t erdengar orang lain kecuali Lu Sian, kem udian berkat a perlahan,
"Li- hiap disini bukan t em pat kit a bicara t ent ang it u. Saya persilakan Li- hiap
singgah di gedung kami, sudikah Li- hiap memberi penghormatan itu?"
" Ayaaa....! Kong- cu benar- benar t erlalu m erendah! Undangan it u j ust ru
m erupakan kehorm at an besar sekali bagiku. Terim a kasih Kongcu, t ent u saj a
saya bersedia memenuhi undangan Kongcu."
Pada saat it u t erdengar langkah kaki banyak orang dan m asuklah t uj uh orang
berpakaian seragam yang sert a- m ert a m enj at uhkan diri berlut ut di depan
pem uda it u, " Bangunlah! " kat a Sang Pangeran dengan sikap berwibawa. " Urus
em pat m ayat ini dan selidiki kalau- kalau m asih ada t em an- t em an m ereka
berkeliaran dalam kota!"
Mereka bangkit dengan sikap hormat. "Sediakan dua ekor kuda untuk kami!" kata
pula pem uda it u. Cepat sekali dua orang di ant ara m ereka keluar dan
t erdengarlah t ak lam a kem udian derap kaki dua ekor kuda di depan pint u rum ah
makan.
"Li- hiap, m ari kit a berangkat ." Aj ak Si Pangeran. Ket ika Lu Sian hendak
m em bayar harga m akanan, cepat - cepat Si Pem ilik Rum ah Makan m encegah
dengan ucapan manis. "Harap Li- hiap tidak usah repot- repot. Semua yang berada
di sini ham ba sediakan unt uk keperluan Sang Pangeran dan sahabat - sahabat
beliau!"
Pangeran it u t ersenyum dan m engaj ak Lu Sian keluar. Dua ekor kuda besar dan
lengkap pakaiannya t elah t ersedia. " Silakan, Li- hiap," aj ak pem uda it u. Lu Sian
t idak sungkan- sungkan lagi, segera m elom pat ke at as pelana kuda, diikut i oleh

Suling Mas Kho Ping Hoo 300


pangeran it u. Mereka segera m enj alankan kuda, diikut i pandang m at a kagum
dari belakang.
Karena pernah t inggal di kot a ini bersam a suam inya, walaupun j arang keluar Lu
Sian m engenal j alan dan t ahu pula bahwa pem uda it u m engaj aknya m em asuki
halam an sebuah gedung besar yang dahulu m enj adi isat ana Gubernur Li! Hat inya
berdebar t idak enak, khawat ir kalau- kalau ada orang m engenalnya. Akan t et api
ia m enj adi lega ket ika t eringat bahwa sudah lewat belasan t ahun sej ak ia berada
di sini, pula dahulu ia t idak pernah keluar rum ah dan t ak pernah bert em u dengan
para pem besar di t em pat ini. Selain it u, ia percaya bahwa ilm u awet m uda
m em buat ia t akkan dikenal orang, karena biarpun usianya sudah em pat puluhan,
namun ia tetap kelihatan seperti seorang gadis dua puluh tahun lebih!
Bekas gedung Gubernur Li it u m em ang kini m enj adi ist ana raj a. Kom plek
bangunannya banyak sekali dan pem uda ini bert em pat t inggal di sebuah gedung
sebelah kiri belakang. Begit u kuda m ereka diurus oleh pelayan, m ereka
m em asuki gedung. Banyak sekali pelayan laki- laki dan wanit a m enyam but
m ereka penuh penghorm at an. "Sam paikan kepada Thai- t hai ( Nyonya Besar)
bahwa aku hendak m enghadap bersam a seorang pendekar wanit a yang t elah
m enolongku." Kat a Pangeran it u dengan sikap gem bira kepada seorang pelayan
wanit a. Mendengar ini, para pelayan m em andang Lu Sian penuh perhat ian dan
kagum.
Pangeran it u m em persilakan Lu Sian duduk di ruang t am u yang am at indah.
Dengan kagum Lu Sian m em andangi lukisan- lukisan dan t ulisan- t ulisan yang
bergant ungan di sepanj ang dinding. Alangkah bedanya dengan suam inya dahulu,
pikirnya. Suam inya it u biarpun seorang j enderal t ernam a, hidupnya sederhana
dan gedungnya tidak semewah dan seindah ini.
"Li- hiap, bolekah saya m enget ahui nam a Li- hiap yang t erhorm at ?" Lu Sian
t erkej ut . Kalau ia m engakui nam anya, ada bahayanya orang m engenalnya
sebagai bekas ist eri Jenderal Kam Si Ek! I a t ersenyum m anis dan m enj awab,
" Saya seorang wanit a perant au yang t idak pernah m engingat nam a. Seingat
saya, nama saya Sian, akan tetapi orang- orang menjuluki saya..."
"Tok- siauw- kwi? Sungguh t erlalu ket ika aku m endengar t osu keparat it u
m em akim u Tok- siauw- kwi! Kau pat ut nya seorang Sian- li ( Dewi) dan m ungkin Li-
hiap benar- benar seorang Dewi karena nam anya Sian ( Dewa) . Biarlah bagi saya,
Li- hiap adalah seorang Sian- li dan selanjutnya kusebut begitu..."
" Ah, Kongcu benar- benar m em buat saya m alu dengan puj ian- puj ian m uluk. Dan
siapakah Kongcu? Apakah Thai- cu (Pangeran Mahkota)?"
" Ah, bukan... bukan! Saya hanya seorang pangeran yang lahir dari seorang selir,
ibuku selir ke tiga dari Sri Baginda. Namaku Lie Kong Hian."
Lu Sian m engangguk- angguk dan pada saat it u m uncullah seorang pelayan
wanit a yang m em berit ahukan bahwa nyonya besar t elah siap m enerim a
put eranya dan seorang sahabat nya. " Marilah kit a m enghadap ibu. Beliau t ent u
girang sekali mendengar bahwa kau telah menolong nyawaku."
Lu Sian hanya t ersenyum dan m engikut i pem uda it u m em asuki ruangan
belakang. Gedung ini am at besar dan indah, di sebelah dalam nya t erdapat t am an
yang kecil nam un indah sekali. Di sebelah belakang j uga t erdapat t am an bunga
yang dihias pint u bulan yang m enem bus ke t am an gedung sebelahnya. Di
ruangan belakang, ibu pem uda it u sudah m enant i sam bil duduk di at as kursi,
seorang wanit a yang usianya em pat puluh t ahun lebih nam un m asih
m em perlihat kan sisa- sisa kecant ikannya. Di belakangnya m enj aga dua orang
pelayan wanit a yang m em ij it - m ij it punggungnya akan t et api segera disuruh
berhenti ketika nyonya itu melihat masuknya Kong Hian dan Lu Sian.
" I bu....! " Pem uda it u t anpa m em beri horm at lagi m erangkul pundak ibunya
dengan sikap manja sekali. "Inilah Nona Sian- li yang telah menyelamatkan nyawa
put eram u." Sert a- m ert a Pangeran it u m encerit akan bet apa di dalam rum ah
m akan ia diserang m at a- m at a m usuh akan t et api diselam at kan oleh Sian- li
(Dewi) yang perkasa ini.

Suling Mas Kho Ping Hoo 301


" Nah, it ulah j adinya kalau anak t idak m ent aat i nasihat orang t ua." Sang ibu
m engom el. " Kau senang sekali keluyuran di luar padahal kau t ahu bahwa
suasananya sedang t idak am an. Kekuasaan- kekuasaan sedang t im bul di m ana-
m ana unt uk saling berlum ba m erebut kan kedudukan. Tent u saj a seorang
pangeran sepert i engkau ini m enj adi sasaran gem uk. Kong Hian, t anpa keluyuran
di luar, kau di rum ah kurang apa lagikah? Aahhh, dasar anak sukar diurus....! "
Nyonya it u m enarik napas panj ang, kem udian m enoleh kepada Lu Sian yang
berdiri menundukkan muka.
"Nona, banyak terima kasih atas pertolonganmu kepada puteraku. Alangkah akan
t enang rasa hat iku kalau dia m em punyai seorang pelindung sepert i engkau yang
selalu m endam pinginya! Agaknya Nona ini sepert i Coa Kim Bwee, sayang dia it u
menjadi ibu ke tujuh Kong Hian, kalau tidak...."
" I bu, urusan dalam ist ana kausebut - sebut di depan Li- hiap, m ana dia t ahu?
Sudahlah, harap ibu berist irahat , aku m au m engaj ak t am u kit a m elihat - lihat
t am an." I bunya t ersenyum dan m engedipkan m at a, kem udian m enggerakkan
tangan memberi ijin mereka pergi meninggalkannya.
Sam bil berj alan di sam ping Kong Hian m em asuki t am an belakang yang lebih
besar dari pada t am an di dalam t adi, diam - diam Lu Sian m erasa heran at as sikap
selir raj a yang ke t iga it u. Begit u bebas, bahkan ada sifat - sifat genit dan agaknya
senang m elihat put eranya bergaul dengan wanit a. Akan t et api hanya sebent ar
saj a ia m em ikirkan hal ini karena segera ia t ert arik oleh keindahan t am an,
kehalusan t ut ur kat a dan ket am panan waj ah Kong Hian. Pem uda pangeran ini
pint ar sekali m engarang saj ak dan m engucapkannya dengan kat a- kat a beriram a
sehingga Lu Sian m akin t ert arik dan t eringat kepada Kwee Seng. Tanpa m ereka
sadari, percakapan m enj adi lebih bebas dan kini m ereka duduk berhadapan di
ant ara bunga- bunga, di dekat pint u bulan sam bil m enikm at i keindahan t ubuh
ikan- ikan emas yang berenang di dalam empang teratai.
"Sian- li..." Lu Sian m em andang dengan alis t erangkat . Suara pem uda ini
m engget ar dan baru sekarang m enyebut nya Sian- li begit u saj a sedangkan
t adinya m enyebut Li- hiap at au kadang- kadang j uga nona. Geli hat iny a
m endengar sebut an Dewi ini, akan t et api j uga senang. Lebih baik Sian- li ( Dewi)
daripada disebut Tok- siauw- kwi ( Set an Cilik Beracun) ! " Hem m m ...?" gum am nya
sambil mengerling tajam.
Dengan gagap pangeran m uda it u berkat a. " Aku... aku akan m erasa bahagia
sekali kalau ucapan ibuku tadi menjadi kenyataan."
" Ucapan yang bagaim ana?" " Kalau kau m enj adi pelindung yang selalu
m endam pingiku! " Kong Hian m enat ap t aj am dan m elihat Lu Sian t ersenyum ,
sam a sekali t idak m arah, ia lalu m em egang t angan wanit a it u. Jari- j ari t angan
m ereka yang m engeluarkan get aran dan saling cengkeram m enj adi bukt i bahwa
hati masing- masing telah menjawab.
Akan t et api dengan halus dan perlahan Lu Sian m enarik t angannya, t ersenyum
lebar dan berkat a, " Apa salahnya? Akan t et api sebagai calon pelindung, aku
harus t ahu lebih dulu m engapa kau perlu dilindungi dan siapakah para
penyerangmu tadi, lalu apa syaratnya jika aku menjadi pelindungmu?"
Girang sekali waj ah pangeran m uda it u karena ia m endapat t anda bahwa wanit a
ini t idak akan m enolaknya! Cepat ia bercerit a, " Em pat orang it u adalah orang-
orang yang bergabung dengan pem beront ak, m ereka it u bekas anak buah
Jenderal Kam Si Ek yang sudah meletakkan jabatan."
Tent u saj a disebut nya nam a suam inya ini m em buat Lu Sian t erkej ut , akan t et api
ia dapat m enguasai perasaannya dan bert anya, " Mengapa m elet akkan j abat an
dan mengapa pula mereka memberontak?"
" Set elah Keraj aan Hou- han didirikan, Jenderal Kam Si EK m enent ang karena hal
it u ia anggap pengkhianat an t erhadap keset iaan kepada Dinast i Tang yang sudah
roboh. Dia m asih baik, hanya m elet akkan j abat annya dan hidup m engundurkan
diri ke dusun. Akan t et api banyak di ant ara anak buahnya bersekut u dengan
t okoh Tang, yait u bekas Raj a Muda Couw Pa Ong unt uk m em beront ak dan selalu

Suling Mas Kho Ping Hoo 302


berusaha m erunt uhkan keraj aan- kerajaan kecil yang sudah bangun, dengan jalan
membunuhi para bangsawan dan keluarga raja."
Diam- diam Lu Sian t erkej ut . Nam a Sin- j iu Couw Pa Ong t ent u saj a sudah
dikenalnya baik- baik, sungguhpun k ini ia t idak gent ar m endengar nam a it u
karena ilm u kepandaiannya sudah m eningkat hebat , sehingga t idak perlu lagi
takut menghadapi orang- orang pandai seperti Couw Pa Ong atau Kong Lo Sengjin
yang lum puh it u. Melihat Lu Sian t idak t erkej ut disebut nya t okoh sakt i ini, Kong
Hian bertanya.
" Apakah Sian- li belum m endengar nam a Couw Pa Ong?" Lu Sian m engangguk.
" Kakek t ua bangka lum puh it u t ent u saj a pernah aku m endengar nam anya,
bahkan pernah bertemu dengannya."
Kaget lah hat i Pangeran. " Dan kau t idak gent ar m enghadapinya?" " Ah, kakek
seperti itu, hanya patut menakut- nakuti anak kecil."
Kong Hian memandang kagum sungguhpun hatinya masih meragu apakah wanita
cant ik ini benar- benar akan sanggup m enghadapi seorang sakt i m enakut kan
seperti Couw Pa Ong.
" Kalau begit u benar- benar aku m endapat perlindungan dewi dari kahyangan! " ia
berseru girang.
" Kongcu, t adi ibum u m enyebut - nyebut nam a Coa Kim Bwee yang m enj adi ibu ke
t uj uh darim u, siapakah dia dan m engapa ibum u m em bandingkan dia dengan
aku?"
" Ah, dia it u selir ke t uj uh dari Sri Baginda, m aka t erhit ung ibu ke t uj uh dariku.
Dia masih amat muda, akan tetapi di antara semua penghuni istana, dialah paling
lihai ilm u silat nya. Dia it u dahulu put eri seorang j enderal yang berguru kepada
orang- orang pandai. Mem ang dia hebat ... eh, bet apapun j uga dibandingkan
denganmu, dia bukan apa- apa!"
Lu Sian t ersenyum lagi dan m em ainkan bij i m at anya. " Kau belum t ahu sam pai di
m ana kepandaianku, bagaim ana bisa m enyat akan begit u? Agaknya Coa Kim
Bwee itu amat lihai dan kau mengenal baik ibu tirimu itu!"
Waj ah Pangeran ini m endadak m enj adi m erah sekali dan m at a t aj am Lu Sian
dapat m enduga bahwa di ant ara pem uda t am pan dan selir ayahnya t ent ulah ada
hubungan m esra. Sudah banyak ia m endengar t ent ang selir- selir raja yang masih
muda mengadakan hubungan dengan putera- putera raja yang muda dan tampan.
Akan t et api ia t idak peduli akan hal ini karena sepanj ang pengalam annya, t ak
pernah ia m endapat kan seorang pun laki- laki yang benar- benar hanya m encint a
seorang wanit a dan benar- benar " set ia" sepert i yang seringkali t erdengung dari
mulutnya.
"Lie- kongcu, sekarang apakah syarat - syarat nya kalau aku m enj adi pengawal
pribadimu?"
" Syarat nya? Eh... syarat nya t ent u saj a kau t idak boleh berpisah dari sam pingku,
siang.. m alam ... j adi... eh, kau selalu m endam pingiku dan kalau kau suka
m enerim anya, aku... aku akan bert erim a kasih sekali. Biar aku berlut ut di
depanm u....! " Pangeran m uda yang sudah t ergila- gila oleh kecant ikan Lu Sian it u
benar- benar hendak berlutut!
Dengan halus Lu Sian m enyent uh pundaknya, m elarangnya berlut ut . " Nant i dulu,
Kongcu. Kau m em punyai syarat , aku pun m em punyai perm int aan sebagai syarat .
Pert am a, aku harus m endapat kebebasan bergerak di dalam ist ana ini, kecuali
tempat tinggal Raja tentu saja." "Baik, baik, hal itu dapat dilaksanakan."
" Ke dua, di luar kehendakku, orang lain t idak boleh bert anya- t anya t ent ang
diriku, dan ke t iga, segala perm int aanku harus kaut urut i, j uga set iap saat aku
meninggalkan tempat ini, tak boleh ada yang menghalangiku."
" Baik, baik, asal Sian- li suka m enj adi pelindungku, pengawal pribadiku yang t ak
pernah meninggalkanku siang malam..."
"Dan tentang berlutut itu, nanti malam saja boleh kau berlutut sepuas hatimu!"
Mendengar ini, Si Pangeran Muda m enj adi girang dan t anpa banyak cakap lagi ia
lalu bangkit dan m erangkul leher Lu Sian yang m andah saj a t erbuai dalam
belaian Si Pangeran Muda yang m uda dan t am pan. Bahkan dengan halus ia

Suling Mas Kho Ping Hoo 303


berbisik. " Senj a t elah lewat , di sini sudah m ulai gelap dan dingin, lebih baik kit a
masuk saja."
Menghadapi rayuan seorang wanit a yang berpengalam an sepert i Lu Sian
Pangeran m uda it u bert ekuk lut ut dan benar- benar j at uh. Sam pai- sam pai di
dalam kam ar Pangeran yang m ewah dan bersih it u ket ika m ereka m akan m inum
m enghadapi m ej a, Si Pangeran m enurut i segala perint ah Lu Sian biarpun ia
disuruh m inum arak dari sepat u Lu Sian yang dij adikan cawan! Disuruh berlut ut ,
disuruh m engem balikan perhiasan apa saj a yang dikehendaki Lu Sian. Mem ang
t idak ada kegelian yang lebih m enggelikan dapat m enghinggapi seorang pria
daripada kalau ia sudah tergila- gila kepada seorang wanita!
Dua hari dua m alam Lu Sian dan Pangeran Lie Kong Hian t ak pernah
m eninggalkan kam ar, t enggelam ke dalam perm ainan nafsu. Pada pagi hari k e
t iga, ket ika Lu Sian t erbangun dari t idurnya, pangeran it u sudah t idak berada di
dalam kam ar. I a bangkit dan dengan m alas- m alasan Lu Sian duduk m enghadapi
cerm in yang besar, m engam bil sisir dan m enyisir ram but nya yang dilepas
sanggulnya dan t erurai panj ang sam pai ke pinggul. Ram but nya hit am halus,
berom bak dan berbau harum . Sam bil t ersenyum - senyum puas dan girang karena
kini ia m erasai kenik m at an hidup sepert i seorang put eri ist ana, t iba- t iba ia
m endengar suara ribut - ribut di luar. Cepat ia bangkit dan m engint ai dari balik
pintu kamar.
Kaget lah hat inya ket ika ia m elihat Pangeran Lie Kong Hie berdiri dengan m uka
pucat dengan kedua lengan t erpent ang, sedangkan di depannya berdiri seorang
wanit a m uda yang cant ik bersikap galak, m em bawa pedang di t angan dan di
belakangnya t erdapat seorang gadis lain berpakaian pelayan, j uga m em bawa
pedang t elanj ang! Lu Sian cepat m eraba kant ung j arum nya, sam bil m engint ai ia
bersiap dengan j arum - j arum m erahnya. I a t idak segera t urun t angan karena
hendak m elihat dan m endengar dulu apa yang t erj adi. Kalau gadis cant ik it u
hendak membunuh Kong Hian, tentu ia akan mendahuluinya dengan jarum- jarum
yang tak pernah meleset!
" Kau bersekongkol dengan pem beront ak! " Si Gadis m em bent ak dengan suar a
yang yaring sedangkan m at anya m em ancarkan sinar berapi, " Hayo, serahkan dia
kepadaku, at aukah kau benar- benar hendak m em belanya karena ia kabarny a
cantik j elit a? Mat a keranj ang! Kau rela bersekongkol dengan pem beront ak hanya
karena dia cantik?"
" Tidak... t idak... Kim Bwee... eh, ibu... dia bukan pem beront ak. Dia... dia
pengawal pribadiku, dan m alah m enolongku daripada serangan kaum
pemberontak!"
" Tapi dia Tok- siauw- kwi...! " "Orang- orang j ahat m enam akan dia begit u akan
t et api dia seorang Dewi! Dia bukan pem beront ak. Kim ... eh, ibu... harap suka
bersabar dan jangan menuruti hati cemburu..."
" Siapa cem buru?? Biar engkau kum pulkan... eh, seribu orang perem puan lacur,
aku t idak peduli! Akan t et api sekali engkau bersekongkol dengan pem beront ak,
pedangku sendiri yang akan m enem bus dadam u...! " Wanit a it u m engancam dan
menodongkan pedangnya ke depan dada Lie Kong Hian. Sedangkan pelayan yang
juga berpedang itu sudah bergerak mengurung.
"Chit- m oi ( Adik ke Tuj uh) ... t ahan pedangm u...! " Tiba- t iba t erdengar j erit
t ert ahan dan selir raj a ke t iga, ibu Lie Kong Hian sudah dat ang berlari- lari dan
m em eluk put eranya, kem udian m enghadang di depan put eranya m em andang
kepada wanita berpedang itu.
"Chit- m oi, j angan engkau m ain- m ain dengan senj at a t aj am ! Mengapa kau
bersikap begini?"
"Sam- cici ( Kakak ke Tiga) , put eram u yang bagus ini bersekongkol dan
menyembunyikan seorang perempuan pemberontak dalam kamarnya. Bagaimana
aku dapat m endiam kannya saj a? Bukankah hadirnya seorang pem beront ak,
bet apa cant iknya pun, berart i m em bahayakan kit a sem ua, t erut am a Sri
Baginda?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 304


" Tenanglah, Chit - m oi. Mem ang bet ul ada dat ang seorang wanit a yang t elah
m enolong nyawa Hian- j i ( Anak Hian) ket ika ia diserang pem beront ak. Tent u saj a
kam i percaya kepada penolong it u dan hat iku m alah lega ket ika m endengar
bahwa ia suka m enj adi pengawal pribadi anakku. Kalau ia pem beront ak,
m engapa ia m enolong Anakku? Dan andaikat a ia pem beront ak sekalipun, hal it u
bukanlah salahnya Anakku, m elainkan dia yang m enyelundup dengan t indakan
palsu. Mengapa kau t idak m enyelidikinya lebih dulu sebelum bert indak t erhadap
puteraku?"
" Mem ang aku akan m enyelidikinya! Dia Tok- siauw- kwi, berart i dia pem beront ak.
Dia di kam arm u bukan?" Pert anyaan ini dit uj ukan kepada Kong Hian yang
menjadi merah sekali wajahnya, dan mengangguk.
Wanit a berpedang yang cant ik dan galak ini m em ang Coa Kim Bwee, selir ke
t uj uh Sri Baginda. Mem ang m udah diduga bahwa selain berkepandaian t inggi,
Coa Kim Bwee yang m asih am at m uda dan cant ik it u t ent u saj a m erasa t idak
puas m enj adi selir ke t uj uh. Wat aknya m em ang berandalan dan genit , dan Lie
Kong Hian bukanlah sat u- sat unya " anak t iri" yang ia j adikan kekasihnya! Adapun
t indakannya sekarang ini selain m enaruh curiga, j uga sebagian besar t erdorong
oleh rasa cem buru, m endengar bahwa seorang di ant ara kekasihnya yang paling
ia sayangi ini m engeram seorang wanit a cant ik dari luar sam pai dua hari dua
malam!
Coa Kim Bwee bersuit dan m uncullah lim a orang wanit a pelayan lain yang sudah
siap m em ang, dengan pedang di t angan m asing- m asing. Kini enam orang
pelayan wanit a it u m engikut i Coa Kim Bwee m elangkah perlahan m enuj u ke
kamar Pangeran Lie Kong Hian!
Set elah m endengar dan m elihat sem ua yang t erj adi di luar, Lu Sian tersenyum.
I a sudah senang t inggal di ist ana pangeran ini dan m em ang ia m ulai bosan
dengan perant auan yang kadang- kadang am at sengsara. Kalau ia t urun t angan
m em bunuh Coa Kim Bwee dan enam orang pem bant unya, t ent u ia t ak m ungkin
dapat t inggal dalam ist ana lebih lam a lagi. Coa Kim Bwee adalah selir t erkasih
dari Raj a t ent u kem at iannya akan m enim bulkan geger. Dan m elihat bet apa Coa
Kim Bwee agaknya berpengaruh dan dapat bert indak sesukanya di ist ana, ia rasa
lebih baik wanit a ini ia dekat i dan unt uk dapat m elaksanakan niat ini, ia harus
m am pu m enaklukkan wanit a ini yang m elihat dari langkahnya m em iliki ilm u
kepandaian yang lum ayan. Maka m elihat Coa Kim Bwee dan enam orang
pembantunya yang semua memegang pedang telanjang itu menuju ke kamarnya,
ia cepat duduk kem bali di depan cerm in dan m enyisir ram but nya dengan sikap
tenang.
Coa Kim Bwee m uncul di sebelah belakangnya. Mereka bert em u pandang m elalui
cerm in dan t anpa m enyem bunyikan rasa kagum nya m elihat waj ah cant ik t erhias
rambut hitam panjang itu, Coa Kim Bwee memandang lalu membentak.
" Apakah engkau Tok- siauw- kwi?" Bent akannya m engandung keraguan karena ia
benar- benar t idak m engira akan m enem ui seorang wanit a yang dem ikian cant ik
j elit a, lagi m asih m uda. Sepanj ang pendengarannya, Tok- siauw- kwi t ent u t elah
berusia em pat puluh t ahun, karena ket ika Tok- siauw- kwi m asih m enj adi ist eri
Jenderal Kam Si Ek, dia sendiri baru berusia sepuluh tahun! Karena inilah ia ragu-
ragu dan bertanya.
Tanpa m enoleh, Lu Sian m enj awab m elalui cerm in. "Kalau bet ul, m engapa? Mau
apakah engkau dat ang bersam a enam orang pem bant um u dengan pedang di
tangan?"
Kem bali Coa Kim Bwee t ert egun. Sikap wanit a ini dem ikian t enang dan m anis,
nam un sinar m at a m elalui cerm in it u m em buat t engkuknya berdiri. Banyak sudah
Coa Kim Bwee m enghadapi lawan t angguh, nam un belum pernah ia m erasa j erih
seperti pada saat ini. Akan tetapi ia memberanikan hati dan membentak lagi.
" Aku dat ang unt uk m enangkapm u. Menyerahlah baik- baik sebelum pedang kam i
memaksamu!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 305


Lu Sian t ersenyum m akin lebar. Giginya berkilat put ih. " Adik yang m anis, kalau
ada urusan yang hendak dibicarakan, m engapa t idak m asuk sendiri dan bicara
baik- baik tanpa diganggu enam orang pelayanmu yang menjemukan?"
Coa Kim Bwee marah. Ia memberi isyarat dengan pedangnya kepada enam orang
pembantunya sambil berkata, "Tangkap dia!"
Juga enam orang pelayan it u m arah karena dikat akan m enj em ukan dan sam a
sekali t idak dipandang m at a oleh wanit a beram but panj ang it u. Mereka berenam
adalah pelayan perem puan yang bert ugas sebagai pengawal, m em iliki ilm u
kepandaian silat yang cukup t inggi. Biasanya, penj ahat pria saj a m ereka m asih
m am pu m enghadapi dan m engalahkan, apalagi hanya seorang perem puan t ak
bersenj at a yang sedang bersisir ram but ? Mereka bahkan m erasa m alu unt uk
m engeroyok, akan t et api karena t elah m enerim a perint ah, m ereka t idak berani
m em bant ah. Coa Kim Bwee m elangkah m suk dan berdiri di pinggir unt uk
memberi jalan kepada mereka. Enam orang pelayan itu segera melangkah masuk
m engham piri Lu Sian dari belakang dengan sikap m engancam . Akan t et api Lu
Sian t et ap t idak m enoleh, hanya m enat ap m ereka dengan pandang m at a t aj am
melalui cermin di depannya.
" Serbu! " seorang di ant ara m ereka m em beri kom ando dan dengan berm acam
gerakan m enyerbulah keenam orang pelayan it u ke depan. Lu Sian
m enggerakkan kepala sam bil m em ut ar t ubuh. Ram but nya yang panj ang it u
bagaikan cam buk yang banyak sekali m enyam bar ke depan m enggulung keenam
orang penyerangnya dan terdengar ia berseru.
" Pergi kalian, t ikus- t ikus busuk! " Hebat bukan m ain. Enam orang pelayan it u
sam a sekali t idak berdaya karena dalam sedet ik saj a t ubuh m ereka, t erut am a
t angan dan kaki, t elah t erbelit ram but dan t iba- t iba bent akan it u dit ut up dengan
gerakan kepala. Akibat nya, enam orang pelayan it u t erlem par keluar pint u
bagaikan daun- daun kering t erhem bus angin keras. Mereka m enj erit - j erit dan
j at uh t unggang- langgang di luar kam ar, babak- bundas dan ada yang t erluka oleh
senjata pedang mereka sendiri!
" Nah, Adik yang m anis. Tut uplah daun pint u dan m ari kit a bicara baik- baik t anpa
gangguan orang lain." Kat a Lu Sian sam bil t et ap t ersenyum dan m enyibakkan
rambutnya yang menutupi sebagian mukanya.
Coa Kim Bwee berdiri m elongo. Selam a hidupnya, belum pernah ia m enyaksikan
kepandaian sepert i ini. I a kagum dan gent ar. Kagum m enyaksikan bet apa
seorang bert angan kosong m asih enak- enak duduk, dapat m enghalau keluar
enam orang penyerangnya hanya m engandalkan ram but yang panj ang dan
harum ! Pula, bau harum yang m erangsang keluar dari t ubuh Lu Sian m em buat ia
m akin kagum . Hebat wanit a ini, pikirnya, dan pat ut ia j adikan guru! Ket ika
m elihat enam orang pem bant unya it u m erangkak bangun m em ungut pedang dan
m elongok ke dalam , ia m em beri perint ah singkat m enyuruh m ereka m undur!
Kem udian ia m enut up daun pint u dan m elangkah dekat , pedangnya m asih di
tangan.
" Engkau hebat ! I lm u silum an apakah yang kaugunakan? Akan t et api j angan
mengira bahwa aku takut..."
"Adik yang manis, ilmu lwee- kang begitu saja kauherankan? Mari, mari kita main-
m ain sebent ar agar kau t idak m enyangka aku seorang silum an. Akan kuhadapi
pedangmu dengan duduk saja, hanya kugunakan rambutku, bagaimana?"
" Hem m , kau m encari m am pus. Jangan sam akan aku dengan pelayan- pelayanku
yang lemah!"
"Kalau aku kalah dan tewas di ujung pedangmu, aku takkan mengeluh karena hal
it u m enandakan bahwa kepandaianku m asih rendah. Akan t et api, kalau kau yang
kalah bagaimana?"
Coa Kim Bwee bukan seorang bodoh. Tidak, ia bahkan cerdik sekali. Dia dahulu
adalah put eri seorang j enderal, yait u Jenderal Coa Leng yang bert ugas di Shan-
si, t angan kanan Gubernur Li Ko Yung. Akan t et api sem enj ak kecil Coa Kim Bwee
m em punyai pula dua kesukaan, yait u m engum bar nafsu m encari m enang sendiri
dan m engej ar ilm u silat . Banyak orang pandai m enj adi gurunya, dan karena

Suling Mas Kho Ping Hoo 306


m em ang ia berwaj ah cant ik j elit a, banyaklah pem uda t ergila- gila kepadanya.
Sebagai put eri t unggal yang am at dim anj akan, Kim Bwee wat aknya m akin
menjadi- j adi, bahkan ia berani m ulai berm ain gila denga pem uda- pemuda
t am pan. Ket ika t erj adi perang, ayahnya t ewas dalam perang dan begit u Keraj aan
Hou- han bangkit , Kim Bwee yang t erkenal cant ik dan pandai m engam bil hat i it u
dipilih m enj adi selir ke t uj uh oleh Raj a Hou- han! Di dalam ist ana inilah t erkabul
sem ua nafsunya, karena selain kedudukannya yang t inggi sebagai selir raj a, j uga
kepandaian silat nya yang lihai m em buat ia sebent ar saj a m enj adi orang paling
berpengaruh. Di sam ping ini nafsunya yang buruk m em buat ia m akin binal dan
cabul dan m ulailah ia di belakang punggung suam inya, Sang Raj a, berm ain gila
dengan para pangeran dan pengawal yang tampan!
Kini, bert em u dengan Lu Sian ia m erasa kagum dan j uga penasaran. Diam - diam
ia berpikir bahwa kepandaiannya yang sudah t inggi ini, apalagi ilm u pedangnya,
kalau sam pai kalah oleh wanit a yang m elawannya sam bil duduk dan hanya
m em pergunakan ram but , benar- benar hebat ! Kalau benar ia kalah, j alan paling
baik adalah m enarik wanit a cant ik ini sebagai sahabat , bahkan kalau m ungkin
sebagai guru. Maka tanpa bersangsi lagi ia berkata.
" Kalau pedangku ini kalah m enghadapi ram but m u, biarlah aku m engangkat m u
menjadi guruku!"
Lu Sian t ert awa. Bagus, pikirnya. Wanit a ini agaknya m em punyai pengaruh yang
besar di ist ana, kalau m enj adi gurunya, berart i kedudukannya akan t et ap
m enyenangkan. Selain it u, sebagai guru ia dapat m elarang wanit a selir raj a ini
memberitakan di luar bahwa dia adalah Nyonya Jenderal Kam Si Ek.
" Baik, nah, kaum ulailah! " kat anya t enang sam bil duduk m enghadapi lawannya
dengan rambut panjang tergantung di kanan kiri.
Coa Kim Bwee t idak m au sungkan- sungkan lagi karena m aklum bahwa wanit a di
depannya ini m em ang m em iliki kepandaian t inggi. Kalau ia m enang dan
pedangnya m em bunuh wanit a ini, berart i ia m enyingkirkan seorang " saingan"
berat , sebaliknya kalau benar- benar ia kalah, ia akan m engam bil hat i wanit a ini
untuk mendapatkan pelajaran ilmunya.
" Lihat pedang! " bent aknya nyaring dan ket ika t ubuhnya bergerak didahului sinar
pedangnya berkelebat , t erdengar suara berdesing t anda bahwa gerakannya cepat
sekali dan t enaga yang m enggerakkan pedang m em iliki sin- kang cukup kuat . Lu
Sian m em andang rendah kepada lawannya, nam un m enyaksikan kecepat an
gerakan ini, t im bul niat nya m encoba sam pai di m ana kekuat an Si Wanit a Cant ik,
maka ia menggerakkan kepalanya sedikit dan "werrrr!" segumpal rambut panjang
m enyam bar ke depan. Hebat m em ang t ingkat kepandaian Lu Sian sekarang.
Set elah ia m elat ih diri dengan t ekun, m enurut isi kit ab- kit ab yang dicurinya,
selain kepandaiannya m eningkat t inggi j uga t enaga sin- kangnya m enj adi hebat
luar biasa. Ram but yang lem as dan halus it u sekali digerakkan dapat m enj adi
benda keras sepert i kawat - kawat baja dan kini ram but segum pal it u t elah
m enangkis pedang Coa Kim Bwee dan uj ung ram but m elibat pedang. Berbahaya
sekali perbuat an ini. Bet apa pun t inggi kepandaian dan bet apa pun kuat sin-
kangnya, nam un ram but t et ap m erupakan benda yang lem ah, hanya m enj adi
kuat oleh gerakan beberapa det ik. Mungkin cukup kuat unt uk m elibat benda
t um pul dan m erupakan pengikat yang am puh, akan t et api m enghadapi m at a
pedang yang amat tajam, sungguh sebuah permainan yang banyak resikonya.
Coa Kim Bwee m elihat bet ap pedangnya t ert angkis sehingga t angannya gem et ar
t adi, kaget sekali. Terut am a set elah ia m erasa pedangnya t erlibat dan t ak dapat
dit arik kem bali. Cepat ia m engerahkan lwee- kangnya dan berseru keras sam bil
mendorong pedang dengan mata pedang ke depan. Mereka bersitegang sebentar,
dan tiba- tiba Lu Sian melepaskan libatan rambutnya. Coa Kim Bwee terhuyung ke
pinggir terdorong oleh tenaganya sendiri, akan tetapi belasan helai rambut rontok
karena putus terbabat mata pedang yang tajam!
" Boleh j uga kau! " Lu Sian berkat a sam bil t ert awa, t et ap duduk t enang dan
rambutnya sudah tergantung kembali ke depan dadanya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 307


Coa Kim Bwee penasaran. Tentu saja ia tidak merasa puas melihat hasil gebrakan
pert am a t adi, hanya beberapa helai ram but yang t erbabat put us, sedangkan dia
sendiri t erhuyung- huyung. Kalau dinilai, m alah dia yang berada di bawah angin,
m aka seruan Lu Sian t adi di anggap sebagai ej ekan yang m em buat pipinya
berubah merah karena marah.
" Aku m asih belum kalah! " bent aknya dan kem bali ia m enerj ang m aj u, kini ia
m em ut ar pedangnya cepat sekali unt uk m encegah libat an ram but lawannya.
Kelihat annya Lu Sian diam saj a, akan t et api ket ika pedang m enyam bar ke arah
lehernya, t ubuh Lu Sian yang duduk di at as bangku pendek it u sepert i hendak
roboh ke kiri sehingga pedang lewat di pinggir t ubuhnya dan pada saat it u j uga
kaki kanannya m enyam bar bagaikan kilat cepat nya ke arah pusar Coa Kim Bwee.
Hebat sekali serangan balasan yang t iba- t iba dan t ak t ersangka- sangka ini,
namun hebat pula reaksi selir raja itu. Untung bahwa ia tidak memandang rendah
kepada Lu Sian, bahkan sudah m erasa yakin bahwa wanit a cant ik ini m em ang
berilm u t iggi sehingga dalam penyerangannya yang kedua ini ia t idak m em but a,
t idak hanya m encurahkan seluruh perhat iannya kepada penyerangan, m elainkan
membagi perhatian untuk menjaga diri dengan memperhatikan gerakan lawan.
Maka begit u m elihat berkelebat nya kaki dari bawah m engancam perut nya, Kim
Bwee cepat kem bali pedangnya yang gagal, m em ut ar pedang it u ke bawah
m em babat kaki sam bil m elom pat ke kanan belakang. Tendangan gagal, nam un
penyerangan Kim Bwee j uga gagal. Mereka kini saling pandang t anpa bergerak,
berpisah dua m et er lebih, seorang berdiri dengan pasangan kuda- kuda, t angan
kiri dit ekuk di depan dada, t angan kanan m em egang pedang di at as kepala,
sedangkan yang seorang lagi duduk enak- enak, kaki kanan bert um pang ke at as
kaki kiri, t angan kiri m engelus ram but dan t angan kanan m enggaruk- garuk
belakang t elinga. Lu Sian kelihat an enak- enak saj a m enghadapi pasangan kuda-
kuda lawan yang siap menyerang lagi.
" Awas, Adik m anis, sekali ini kau akan j at uh! " kat a Lu Sian dengan suara
perlahan, pandang m at a berseri dan m ulut t ersenyum . I a diam - diam m erasa
girang bahwa ia t elah m encipt akan ilm u berkelahi m em pergunakan ram but nya
ini, karena m elihat gerakan- gerakannya t adi, selir raj a ini sudah m em iliki ilm u
silat yang cukup t inggi sehingga unt uk m erobohkannya t ent u m em erlukan wakt u
yang agak lam a. Nam un dengan ilm unya m em pergunakan ram but sebagai
senj at a, ia sudah dapat m em ast ikan bahwa ia akan dapat m enj at uhkannya,
karena sebagai seorang ahli, ia dapat m elihat kelem ahan dalam gerakan pedang
Kim Bwee.
Diej ek dem ikian, m akin panas hat i Kim Bwee. Mat anya m em ancarkan sinar
bengis dan liar, bibirnya bergerak- gerak, cuping hidungnya berkem bang- kempis
dan tiba- tiba ia mengeluarkan jeritan nyaring, tubuhnya menerjang ke depan dan
pedangnya diput ar sepert i kit iran angin di depan dada! Hebat penyerangan ini,
karena gulungan sinar pedang tidak memberi kesempatan kepada rambut Lu Sian
unt uk m elibat pedang, sedangkan t ubuh Kim Bwee seakan- akan t erlindung dari
atas ke bawah, tak mungkin diserang seperti tadi.
Lu Sian duduk, m em perhit ungkan det ik yang paling baik lalu berseru, " Lihat
senj at aku! " Dan kini sekali kepalanya bergerak, sem ua ram but nya berkelebat ke
depan m erupakan rat usan ribu bat ang kawat - kawat halus yang am at lem as.
Tent u saj a ada sebagian ram but bert em u pedang, akan t et api karena Lu Sian
m em pergunakan " t enaga halus" sehingga ram but nya m enj adi lem as dan ulet ,
maka rambut itu tidak dapat terbabat putus, bahkan sebagian lagi terus membelit
ke arah pergelangan lengan t angan yang m em egang pedang, sebagian m em belit
lengan kiri, sebagian lagi m em belit leher t erus m encekik! Kim Bwee kaget
set engah m at i. Kedua lengannya serasa lum puh dan lehernya t ercekik m em buat
ia t idak m am pu bernapas lagi. I a m eront a- ront a, persis sepert i seekor lalat
tertangkap sarang laba- laba dan t erdengar suara ket awa cekikikan lalu disusul
robohnya tubuh Kim Bwee, terpelanting dan pedangnya sudah terlempar ke sudut
kamar!

Suling Mas Kho Ping Hoo 308


Sej enak nanar rasa kepala Kim Bwee. Kam ar it u serasa berput aran. I a t elah
m engalam i kekalahan hebat dan andaikat a bukan Lu Sian yang m elakukan hal
it u, andaikat a t idak ada m aksud hendak m engeduk ilm u dalam hat i Kim Bwee,
t ent u penghinaan ini t akkan dibiarkan begit u saj a. Seorang selir raj a t ersayang
dihina sepert i ini! Sekali ia m enj erit m int a t olong t ent u ist ana ini ak an dikepung
pengawal ist ana. Akan t et api Kim Bwee t idak m au m elakukan perbuat an bodoh
ini. I a m aklum bahwa seorang sakt i sepert i perem puan it u, belum t ent u akan
dapat dit awan dan sebelum para pengawal dat ang, dia sendiri t ent u akan
dibunuh. Pula, perem puan ini bersikap baik kepadanya dan lebih banyak
unt ungnya daripada ruginya kalau ia dapat m enj adi m urid wanit a ini. Mem ang ia
am at cerdik dan dem i t ercapainya m aksud hat i, ia rela m elakukan hal apa saj a,
yang kej am , yang rendah, yang hina pun akan ia j alani. Maka set elah berpikir
sej enak dalam pert em uan pandang ini, Kim Bwee t anpa ragu- ragu lagi sert a-
merta menjatuhkan diri berlutut.
Lu Sian t ert awa senang dan berkat a, suaranya berwibawa. " Kau m engakui
keunggulanku? Nah, bangkit lah, dan m ari kit a duduk dan bicara yang baik." Lu
Sian sendiri m enggerakkan t angan m enyent uh pundak Kim Bwee dan seket ika
Kim Bwee t erangkat naik! Kim Bwee m em andang kagum lalu duduk, sikapnya
m enj adi j inak, t idak galak sepert i t adi, m alah pandang m at anya penuh
penyerahan.
" Adikku yang m anis, kau bernam a Coa Kim Bwee dan m enj adi selir ke t uj uh dari
Raja?" Kim Bwee mengangguk. "Dan kau tahu siapakah aku ini?"
"Kau isteri bekas Jenderal Kam Si Ek..."
" Bekas ist erinya, sudah belasan t ahun kam i bercerai! Dan kau t ahu siapa
namaku?"
" Kau... kau put eri Beng- kauwcu dan kau bernam a Liu Lu Sian dengan j ulukan
Tok- siauw- kwi."
" Sem ua m em ang benar dan t epat ! Akan t et api sekarang aku m engaj ukan syarat ,
kalau kau m enerim anya kit a t et ap bersahabat dan aku m au m enurunkan
beberapa macam ilmu kepadamu."
" I lm u m em pergunakan ram but sebagai senj at a?" Tanya Kim Bwee penuh gairah.
Ia kagum sekali akan ilmu itu yang dianggapnya amat hebat.
Lu Sian m engangguk. " Boleh, dan beberapa m acam ilm u lagi yang hebat - hebat.
Pendeknya, set elah belaj ar dariku, kau akan m enj adi seorang t okoh yang sukar
dikalahkan lawan."
Girang sekali hat i Kim Bwee dan kem bali ia t elah berlut ut . Akan t et api Lu Sian
m encegahnya dan m em bent ak. "Duduk kau! " Kim Bwee t erkej ut dan cepat ia
duduk lagi menghadapi Lu Sian.
"Kau m enerim a syarat ku? Nah, dengar baik- baik. Pert am a, kau t idak boleh
m enyebut guru kepadaku dan t idak boleh berlut ut sepert i m urid t erhadap guru.
Kit a t et ap hanya sahabat baik, kau panggil Cici kepadaku dan aku panggil adik
padam u. Kit a kakak beradik yang sama- sam a m encari kesenangan di dalam
istana ini. Mengerti?"
Tent u saj a m akin girang hat i Kim Bwee. Sam bil t ersenyum ia m engangguk dan
m at anya bersinar- sinar ket ika ia m enj awab. " Enci Liu Lu Sian yang baik, t ent u
saja aku mentaati semua permintaanmu."
"Bukan Cici Liu Lu Sian, m elainkan Enci Sian begit u saj a. Syarat ke dua, t idak
boleh kau m em berit ahukan orang lain t ent ang nam aku yang sebenarnya. Kalau
kau m em berit ahukan orang lain, aku akan m em bunuhm u lalu pergi dari sini.
Mengerti?"
Kem bali Kim Bwee m engangguk, kini t idak berani t ersenyum karena ia dapat
m elihat pandang m at a Lu Sian bahwa wanit a it u sungguh- sungguh dan
ancamannya bukan main- main belaka.
" Syarat ke t iga, kau t idak boleh m enghalangi sem ua perbuat anku da...aku t ahu
bahwa diant ara engkau dan Kong Hian t erj adi hubungan gelap. Pem uda it u
m enj adi pilihanku, engkau t idak boleh m engganggunya at au m endekat inya.
Mengerti?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 309


Kem bali Kim Bwee m engangguk. Ah, kiranya ant ara dia dan wanit a ini t erdapat
persam aan! Sekilas t erbayang dalam benaknya bet apa m udahnya unt uk
m em baiki wanit a ini. I a t ahu caranya. Dalam lingkungan ist ana, t erdapat banyak
sekali pangeran yang t am pan, pengawal yang m uda dan gagah. Mudah unt uk
mencari muka dan menyenangkan hati "gurunya" ini, mudah menyuguhkan muda
remaja tampan ganteng untuk ditukar dengan ilmu!
" Baiklah, Cici yang cant ik, baiklah. Dalam gedungku t erdapat sebuah kam ar
dengan t am an bunganya yang indah. Lebih baik Cici pindah ke sana agar lebih
m udah kit a bert em u. Tent ang Kong Hian... t ent u saj a aku suka m engalah.
Dan...j angan khawat ir..." I a m engedipkan m at anya, " m asih banyak aku
m engenal pangeran- pangeran m uda dan pengawal- pengawal yang m enarik dan
pasti menyenangkan!" Ia tertawa genit, Lu Sian tersenyum. Terhadap perempuan
liar ini tak perlu ia menyembunyikan perasaannya. Ia mengangguk tanda setuju.
Dem ikianlah, Lu Sian hidup bergelim ang dalam kem ewahan dan pengej aran
kesenangan, pem uasan nafsu dalam ist ana Keraj aan Hou- han. Karena dilindungi
oleh Coa Kim Bwee yang m enganggap dia seorang kakak m isan sendiri, ia t idak
m endapat gangguan. Set ahun lebih Lu Sian hidup m em uaskan nafsunya,
disuguhi pangeran- pangeran dan pengawal- pengawal m uda yang t am pan, yang
m enarik hat inya. Selain it u, unt uk m em balas " j asa" dan kebaikan selir m uda raj a
it u, ia m enurunkan beberapa m acam ilm u yang hebat kepada Kim Bwee. Di
ant aranya adalah ilm u m em pergunakan ram but sebagai senj at a, bahkan I lm u I -
kin- swe- j we yang m endasari ilm u awet m uda sert a lat ihan dan obat unt uk
membikin keringat dan rambut berbau harum!
Segala m acam perj alanan ke arah kem aksiat an dim ulai dengan langkah kecil ke
arah it u. Sekali keliru m elangkah, orang akan t ersesat m akin j auh, t enggelam
m akin dalam . Sem ua perbuat an m aksiat dim ulai dengan iseng- iseng, dengan
kecil- kecilan lebih dahulu, sepert i orang m encicipi arak. Mula- m ula set et es dua
t et es, set elah t erm akan racunnya, m akin lam a m akin banyak dan akhirny a
m enj adi pem abok lupa darat an. Tidak ada seorang penj udi di dunia ini yang
m em buka langkah perj udian dengan t aruhan besar. Mula- m ula kecil- kecilan,
m akin lam a m akin m encandu dan m enj adilah ia penj udi besar. Tidak ada pencuri
yang m ulai " pekerj aannya" dengan pencurian besar- besaran. Mula- m ula kecil-
kecilan, m akin lam a m akin nekat . Dem ikian pula dengan segala m acam nafsu,
termasuk nafsu berahi. Makin dituruti, makin tak kenal puas, makin menggila dan
m akin haus! Salah langkah pert am a yang dilakukan Lu Sian adalah
kebosanannya berum ah t angga dengan Kam Si Ek. Kalau diwakt u it u ia kuat
bert ahan, m em pergunakan kebij aksanaan dan kesadarannya, ingat
kewaj ibannya, ia t akkan t ersesat . Akan t et api sekali ia salah langkah, ia t ersesat
m akin dalam dan akhirnya t enggelam oleh gelom bang perm ainan nafsunya
sendiri! m anusia m em ang m ahluk lem ah, m aka perlu m anusia selalu ingat dan
waspada. I ngat selalu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan waspada selalu akan
langkah hidupnya sendiri. Jalan m enuj u kehancuran kelihat an lebar dan
m enyenangkan, padahal am at lincah m enyem bunyikan j urang- j urang kehinaan di
kanan kirinya. Sebaiknya j alan m enuj u kesem purnaan hidup kelihat an am at
buruk dan sukar dilalui. Sekali salah pilih, sesal pun t iada gunanya dan dalam
kesadaran dan penyesalan hendak bert aubat sekalipun, akan m erupakan
perjuangan yang lebih sukar lagi!
Sepert i t elah disebut - sebut di bagian depan, pada m asa it u yang m enguasai
daratan adalah Dinasti Cin yang berhasil meruntuhkan Kerajaan Tang Muda (923-
936). Oleh perang saudara yang tiada henti- hentinya ini, banyak timbul kerajaan-
keraj aan kecil yang m em pergunakan kesem pat an perebut an kekuasaan it u unt uk
berdiri sendiri, di ant aranya adalah Keraj aan Hou- han di Propinsi Shan- si ini.
Melihat perubahan it ulah, Jernderal Kam Si Ek yang berj iwa pat riot ic dan set ia
kepada Keraj aan Tang m engundurkan diri dan rela hidup bert ani di dusun Ting-
chun di kaki Gunung Cin- ling- san. Akan t et api t idak dem ikian dengan sebagian
besar pendukung Tang yang dipim pin oleh Kong Lo Sengj in at au Couw Pa Ong
bekas Raj a Muda Keraj aan Tang lam a. Ket ika Keraj aan Tang baru berhasil

Suling Mas Kho Ping Hoo 310


m erobohkan Keraj aan Liang, ia m em peroleh lagi kedudukan baik sebagai
pim pinan para panglim a dan penasihat raj a. Akan t et api perang saudara t ak
pernah berhent i. Raj a Tang baru at au Tang Muda yang belum lam a berdiri ini,
roboh kem bali dalam wakt u t iga t ahun saj a dan kedudukannya digant i oleh
Kerajaan Cin Muda (936- 947).
Kong Lo Sengj in t ent u saj a t idak m au t inggal diam . Biarpun keraj aan yang
dibelanya telah runtuh, ia tidak putus asa dan masih terus melakukan perlawanan
untuk merebut kekuasaan. Banyak orang- orang pandai m enggabung dengan j ago
t ua ini dan selain berkali- kali m enyerang Keraj aan Cin Muda, j uga m ereka ini
selalu m engadakan gangguan kepada keraj aan- keraj aan kecil sepert i Keraj aan
Hou- han yang tidak mau diajak kerja sama meruntuhkan Kerajaan Cin Muda.
I nilah sebabnya m engapa t erj adi pernyerangan at as diri Pangeran Lie Kong Hian.
Karena sudah t idak m em punyai pusat keraj aan para pendukung Tang it u
m elakukan gerakan liar, m engacau set iap keraj aan yang t idak m au bekerj a
sam a. Dan karena ancam an- ancam an ini pula m aka Raj a Hou- han dan para
panglima- panglim anya ket ika m endengar akan adanya seorang wanit a sakt i yang
m enj adi kakak m isan dan j uga guru selir ke t uj uh, diam - diam m erasa girang dan
t idak pernah m engganggu. Dengan hadirnya Lu Sian di dalam ist ana,
keselam at an raj a sekeluarga lebih t erj am in. Hal ini t erbukt i ket ika t erj adi
penyerbuan di malam hari, tiga bulan setelah Lu Sian tinggal di dalam istana.
Malam it u gelap dan sunyi. Menj elang t engah m alam , t erj adilah pert em puran di
dekat t em bok sebelah selat an yang m engelilingi ist ana ket ika lim a orang penj aga
diserbu oleh t iga orang berpakaian hit am . Dalam wakt u singkat saj a lim a orang
penj aga ini roboh binasa, akan t et api sebelum roboh, seorang di ant ara m ereka
sem pat bert eriak- t eriak m int a t olong. Tiga orang it u secepat burung t erbang
t elah m elom pat pagar t em bok dan lenyap ke dalam lingkungan ist ana! Para
penj aga dan pengawal ist ana m enj adi heboh m elihat lim a orang penj aga it u
malang- melintang mandi darah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Segera tanda
bahaya dibunyikan. Regu penj aga yang m alam hari it u m endapat giliran berj aga
t erdiri dari t iga puluh orang, dibagi di luar dan di dalam . Kini t inggal dua puluh
lim a orang lagi dan m ulailah m ereka m engadakan pengej aran dan m encari- cari di
sekit ar bangunan- bangunan ist ana. Nam un t idak t am pak bayangan seorang pun
penjahat.
Mendadak di ist ana pusat yang m enj adi t em pat t inggal Raj a, t erdengar suara
wanit a m enj erit - j erit . Para pengawal ini m enyerbu m asuk dan m ereka t erkej ut
m elihat em pat orang wanit a pelayan t elah m at i pula. Akan t et api di ruangan
t engah, t ak j auh dari kam ar Raj a sendiri, t am pak selir raj a ke t uj uh dengan
pedang di t angan t engah m elawan keroyokan t iga orang berpakaian hit am .
Seorang wanita lain yang cantik dan biarpun jarang terlihat penjaga namun dapat
diduga oleh m ereka bahwa inilah kakak m isan Coa Kim Bwee yang kabarnya
sakt i, berdiri di sudut dengan sikap t enang m enont on pert em puran. Ket ika para
penj aga hendak m enyerbu dan m em bant u selir Raj a it u, m enghadapi t iga orang
penj ahat , Lu Sian m enggerakkan t angan m encegah m ereka sam bil berkat a,
" Jangan Bant u! " Para penj aga kaget dan heran, biarpun sudah dicegah m ereka
tetap maju dengan senjata di tangan.
Karena Lu Sian bukan anggot a ist ana, m ereka m enj adi ragu- ragu unt uk m ent aat i
pencegahannya, bahkan dua orang penj aga sudah m enerj ang m aj u, unt uk
m em bant u. Nam un, sekali t am pak kelebat an sinar pedang seorang di ant ara t iga
orang penjahat itu, dua orang penjaga itu berteriak dan roboh mandi darah!
" Tolol! Mundur dan j angan Bant u aku! " bent ak Coa Kim Bwee. Kini para penj aga
it u t erkej ut dan cepat m undur. Tiga orang lawan it u am at lihai dan kini selir raj a
yang berpengaruh it u sendiri m elarang m ereka, m aka m ereka hanya berdiri
m enont on dengan hat i gelisah. Bet apa m ereka t idak akan gelisah m enyaksikan
kehebat an t iga orang t am u m alam it u yang m ainkan pedang m ereka begit u
ganas sehingga selir ke tujuh itu sendiri terdesak hebat?
"Siauw- m oi, keluarkan ular! " t iba- t iba Lu Sian berkat a dan gerakan pedang Coa
Kim Bwee t iba- t iba berubah. Pedangnya berlenggak- lenggok gerakannya,

Suling Mas Kho Ping Hoo 311


kadang- kadang uj ungnya berkelebat sepert i ular m em at uk. I nilah I lm u Pedang
Sin- coa Kiam - hoat yang m ulai dipelaj arinya dari Lu Sian. Mem ang Coa Kim Bwee
m em iliki dasar yang kuat sert a sudah m enguasai gerakan ilm u silat t inggi, m aka
biarpun baru belaj ar beberapa bulan, pedangnya sudah am at berbahaya
gerakannya.
Tiga orang lawannya it u t erkej ut dan m ereka pun m engubah gerakan pedang,
bahkan kini m ereka m engurung dalam bent uk segit iga yang disebut Sim - seng- tin
( Barisan Bint ang Hat i) . Bint ang Hat i adalah t iga buah bint ang yang
kedudukannya di uj ung segit iga. Karena Sin- coa Kiam - hoat it u gerakannya
m enyerang langsung ke depan dengan perubahan yang am at aneh dan sukar di
duga, m aka kini dikurung dengan t erdesak. Set iap kali uj ung pedangnya
m enyerang seorang lawan, yang dua sudah m enerj angnya, agaknya rela
m engorbankan seorang kawan akan t et api berhasil m erobohkan yang dikeroyok.
Tent u saj a Kim Bwee t idak m au m engadu nyawa sehingga serangannya selalu ia
t arik kem bali dan gagal. I a m enj adi sibuk sekali dan akhirnya kem bali hanya
menggerakkan pedangnya diputar cepat melindungi tubuhnya.
"Siauw- m oi, m undur! " t eriak Lu Sian sam bil m elom pat m aj u. Sekali sam bar, ia
m enarik dan m elem par t ubuh Kim Bwee ke belakang, kem udian m enyerbu
dengan tangan kosong!
Tiga orang berpakaian hit am it u kaget sekali karena begit u t angan Lu Sian
bergerak tiga batang jarum meluncur cepat menuju dada mereka. Namun dengan
gerakan t angkas ket iganya berhasil m enyam pok j arum it u denganpedang, dan
pada saat it u m ereka m encium bau harum dari j arum it u dan lebih sem erbak lagi
bau harum keluar dari rambut Lu Sian tercium hidung mereka.
"Tok- siau- kwi...! " Seorang di ant ara m ereka berseru kaget . Mem ang nam a besar
Tok- siauw- kwi pada wakt u it u sudah am at t erkenal di m ana- m ana set elah Lu
Sian m elakukan perbuat an- perbuat an m enghebohkan di pelbagai perkum pulan
silat . Yang m em buat ia t erkenal, selain ilm u silat nya yang t inggi dan wat aknya
yang ganas, j uga t erut am a sekali bau harum dari t ubuhnya dan Siang- tok- ciam
( Jarum Beracun Harum ) yang am at berbahaya. Maka sekali m elihat j arum m erah
yang wangi sert a bau harum dari t ubuh wanit a cant ik ini, t ahulah t iga penyerbu
istana itu bahwa mereka berhadapan dengan Tok- siau- kwi!
"Tok- siau- kwi, kau orang Beng- kauw, m engapa m encam puri urusan kam i! "
bent ak pula seorang di ant ara m ereka sam bil m elint angkan pedang di depan
dada.
" Hem m m , aku m encam puri at au t idak, kalian peduli apa? Sekali m enyebut nam a
j ulukanku, berari harus m at i. Tahukah kalian akan hal ini?" kat a Lu Sian sam bil
tersenyum dingin.
Tiga orang it u m enj adi m arah. Mereka adalah pat riot - pat riot pengikut Keraj aan
Tang yang set ia, m aka biarpun m enghadapi t okoh sepert i Tok- siauw- kwi, m ereka
t idak m enj adi t akut , bahkan kini berbareng m ereka m enerj ang dengan gerakan
pedang yang dahsyat.
" Kau m enghianat i suam im u...! " Begit u ucapan it u keluar dari m ulut seorang
penyerbu, t iba- t iba orang ini m enj erit dan roboh t ak bernyawa lagi. Ternyat a
secepat kilat Lu Sian t elah m enggunakan I lm u Tot okan I m - yang- ci ( Tot okan I m
Yang) yang ia pelaj ari dari kit ab y ang ia curi dari Kuil Siauw- lim- pai! Hebat sekali
gerakannya dan kini dua bat ang pedang t elah m enusuk, sebuah dari depan
m engarah dada kirinya, sebuah lagi dari belakang m em bacok kepalanya.
Diserang dari depan dan belakang ini, Lu Sian t iba- t iba m engenj ot t ubuhny a
mencelat ke atas.
" Wuuut t t ! Singggg! " Dua bat ang pedang it u m eluncur lewat dari at as Lu Sian
menggerakkan kepalanya. Ram but nya yang panj ang it u t erurai dan m enyam bar,
t erpecah m enj adi dua gum pal ram but hit am halus panj ang yang secara t iba- tiba
telah berhasil melibat leher kedua orang pengeroyoknya. Ketika Lu Sian meloncat
ke belakang, kedua orang it u ikut t erbant ing dan dua kali t angan Lu Sian
bergerak t erdengar suara " Plak! Plak! " dan robohlah dua orang it u. Pada
punggung m ereka t am pak t anda j ari- j ari t angan yang berwarna m erah, t apak

Suling Mas Kho Ping Hoo 312


t angan yang m em bakar baj u di punggung, m enem bus kulit dan t erus hawa
pukulannya yang penuh racun m erusak isi dada m em buat m ereka t ewas
seketika!
" Hebat , Cici..." Coa Kim Bwee berseru girang sekali. Lu Sian hanya t ersenyum
dan menggeleng kepala. "Cici, harap kau suka ajarkan pukulan- pukulan itu..."
"Mari kita pulang." Karta Lu Sian tenang saja.
Coa Kim Bwee m em beri perint ah kepada para pengawal unt uk m engurus m ayat -
m ayat yang bergelim pangan, lalu berkat a. " Harap Cici suka pulang dulu dan
m engaso, saya harus m em beri laporan kepada Baginda." Mem ang pada wakt u
it u, pengawal dalam dari Kaisar t elah keluar, yait u dua orang t haikam ( orang
kebiri) yang m ewakili j unj ungan m ereka unt uk m em eriksa keribut an di luar
istana.
Ket ika Coa Kim Bwee kem bali ke kam ar Lu Sian, ia m em eluk gurunya ini dengan
penuh kagum . " Cici kepandaianm u hebat sekali! Raj a sendiri t elah m endengar
akan j asam u dan beliau m em erint ahkan saya m em anggil Cici m enghadap." Lu
Sian mengerutkan kening. "Ehhh...? Aku... tidak suka..."
" Akan t et api, Cici. Sepak t erj angm u t adi disaksikan banyak pengawal dan para
t haikam t ent u m em beri laporan. Bukan aku yang m em bocorkan kehadiranm u di
sini. Jangan khawat ir, beliau hanya akan m enyam paikan penghargaannya, dan
akulah yang m enanggung bahwa Cici t akkan m endapat susah dan t et ap akan
bebas. Pula... eh..." wanit a it u t ert awa genit . "Bukan hanya raj a yang kagum
kepadam u, Cici. Juga di sana akan hadir sem ua pangeran dan panglim a m uda,
bukankah ini kesempatan baik untuk... eh, belajar kenal dengan mereka?"
Lu Sian t ersenyum dan m engerling genit . " I ihhh! Tent u hanya pangeran-
pangeran dan panglima- panglima pucat dan panglima- panglima bopeng (cacat)!"
"Hi- hi- hik! Siapa bilang? Masa saya berani berdusta? Cici lihat saja. Ada Pangeran
Kang yang t am pan sepert i gadis cant ik berpakaian pria, ada pula Pangeran Liang
yang gagah perkasa, bert ubuh sepert i seekor harim au j ant an. Dua orang
pangeran ini termasuk pangeran- pangeran yang sukar didekati, saya sendiri tidak
pernah berhasil. Barangkali Cici..." " I hh! Kalau kau saj a m ereka t olak, apalagi
aku yang lebih tua!"
" Lain lagi engkau dan aku, Cici. Kau lebih cant ik, lebih m enarik, pula
kepandaianm u ist im ewa. Masih ada lagi beberapa orang panglim a yang t am pan
dan ganteng, pendeknya Cici takkan kecewa, tinggal pilih..."
" Sudahlah, kit a t idur. Besok saj a kit a lihat ..." Dem ikianlah, dua orang wanit a
yang menjadi hamba nafsu itu tidur mengaso.
Pada keesokan harinya, Lu Sian diajak Coa Kim Bwee menghadap Raja dan benar
saj a, Lu Sian m enj adi pusat perhat ian, bukan hanya oleh Raj a, akan t et api j uga
oleh para pangeran dan panglim a yang m erasa am at kagum . Dan benar pula
sepert i yang dikat akan Kim Bwee, di sit u hadir pangeran- pangeran yang am at
t am pan dan panglim a- panglim a yang am at gagah. Raj a sendiri am at ram ah
m enyam but Lu Sian. Raj a keraj aan Hou- han ini am at pandai dan cerdik. I a
m aklum bahwa keraj aannya selalu dim usuhi pihak yang ingin m erunt uhkannya,
oleh karan ini ia perlu m em baiki para t okoh pandai. Dengan ucapan m anis ia
m enyat akan syukur dan t erim a kasihnya at as bant uan Lu Sian dan m elihat
kenyat aan bahwa Lu Sian adalah kakak angkat selirnya yang ke t uj uh, raj a
m enganugerahkan gelar Pelindung Dalam I st ana kepada Lu Sian dan m em beri
kebebasan kepada Lu Sian unt uk pergi ke m ana saj a dalam ist ana t anpa ij in lagi.
Kehorm at an besar yang hanya dim iliki perm aisuri dan kepala pengawal!
Kem udian ia m em beri hadiah sutera- sut era halus dan perhiasan ket ika Lu Sian
diberi perkenan mengundurkan diri.
Set elah kem bali ke kam ar sendiri, Kim Bwee berseru girang. " Wah, Raj a suka
kepadamu, Cici. Kalau kau mau..."
" Hush! Kau m au sam akan aku denganm u? Selera kit a bereda, Kim Bwee. Siapa
suka m elayani laki- laki set engah t ua yang j enggot nya kasar it u? Tidak, aku t idak
mau. Kalau Raja memaksa, aku akan minggat dari sini."

Suling Mas Kho Ping Hoo 313


Coa Kim Bwee t ert awa. " Jangan kuat ir, Cici. Saya dapat m em buj uk raj a dan
m enyat akan bahwa kau sudah m enj auhkan diri daripada pria. Beliau
m em but uhkan kepandaianm u, t ent u t idak akan m em aksa. Bagaim ana pendapat
Cici tentang para pangeran dan panglima muda? Hebat, kan?"
Lu Sian t ersenyum , m em ainkan bij i m at anya. " hebat sih hebat , akan t et api
sebagai wanit a, bagaim ana aku dapat m endekat i m ereka? Kau sendiri bilang,
mereka itu sukar didekati."
"Ihh, siapa berani menolak Cici? Tadi pun kulihat mereka melirak- lirik ke arah Cici
penuh kagum dan m engilar! Kalau m em ang Cici ada hasrat berkenalan, aku ada
jalan untuk mempertemukan Cici dengan mereka."
Selir ke t uj uh Kaisar ini benar- benar pandai m engam bil hat i sehingga Lu Sian
m erasa gem bira sekali. Set elah berj anj i akan m enurunkan I lm u Pukulan Tangan
Api Merah kepada Kim Bwee, Lu Sian lalu m engat akan t anpa m alu- m alu lagi
bahwa di ant ara para m uda yang hadir t adi, ia t ert arik kepada dua orang
pangeran dan seorang panglima muda.
"Hi- hi- hik! Siapa bilang selera kit a t idak cocok?" Kim Bwee bersorak. " Dan dua
orang pangeran it u adalah Pangeran Kang yang kuilt m ukanya halus seperti
wanit a, dan Pangeran Liang yang gagah sepert i harim au. Cocok, bukan? Dan
panglim a m uda it u adalah seorang j ej aka asli, usianya baru dua puluh t ahun,
kuat sepert i seekor kuda j ant an dan pandai m ainkan golok. Gant eng, ya?
Terutama sekali kumisnya yang tipis dan dagunya. Hemm...!" Dengan lagak genit
Kim Bwee meramkan matanya dan menelan ludah.
" Cihh! Genit benar engkau, Kim Bwee. Bagaim ana kau hendak at ur agar aku
dapat berkenalan dengan mereka?"
"Mudah saja, mudah saja! Setelah Cici menjadi Pelindung Dalam Istana ini, sudah
sewaj arnya Cici m engadakan m akan- m akan dalam pest a perkenalan. Aku akan
m engundang m ereka dalam pest a, siapa bilang m ereka akan berani
menolaknya?"
Malam hari it u, dit em ani oleh Coa Kim Bwee, Lu Sian t ercapai hasrat hat inya,
m akan m inum sem ej a dengan t iga orang m uda yang gant eng t am pan, Pangeran
Kang, Pangeran Liang dan Panglim a Muda Cu Bian. Ket iga orang m uda ini t ent u
saj a m ereka t idak enak unt uk m enolak undangan Lu Sian yang kini dikenal
sebagai Sian- t oanio ( Nyonya Besar Sian) , pelindung ist ana yang m em iliki
kepandaian t inggi. Biarpun dengan m alu- m alu, m ereka m erasa girang j uga dapat
berkenalan denga t okoh hebat ini dan bau sem erbak harum di kala m ereka
m akan bersam a, m em buat hat i m uda m ereka berdebar- debar. Mem ang m ereka
sem ua m aklum akan kegenit an selir ke t uj uh kaisar yang sudah lam a m enggoda
m ereka, akan t et api m ereka t idak berani m elayani karena m ereka adalah orang-
orang gagah yang t idak m elakukan perbuat an hina. Akan t et api, kecant ikan dan
kesakt ian Sian- t oanio benar- benar m engguncangkan hat i dan pert ahanan
mereka.
Karena kini Lu Sian bebas m engunj ungi bagian m ana saj a dalam lingkungan
ist ana, akhirnya kedua orang Pangeran Kan dan Liang roboh dalam pelukannya,
t idak kuat m enahan goda dan buj uk rayunya. Orang- orang m uda yang kurang
pengalam an ini t ent u saj a m udah diperm ainkan Lu Sian yang sewakt u- wakt u di
wakt u m alam dapat m engunj ungi kam ar m ereka, dapat m elakukan sem ua ini
t anpa t erlihat pengawal at au orang lain karena ia m em pergunakan
kepandaiannya yang tinggi.
Akan tetapi dasar m oralnya sudah bej at rusak, Lu Sian m asih belum puas dengan
hasil kem enangan- kem enangan ini. Sudah banyak ia berhasil m enj adikan
pangeran- pangeran dan panglim a m uda t unduk dan m enj adi kekasihnya. I a
berpest a pora dengan pangeran- pangeran gant eng dan panglima- panglima
gagah, nam un sat u hal m em buat ia kecewa dan penasaran. Yait u Panglim a Muda
Cu Bian yang sam pai berbulan- bulan belum j uga m au m enyerah! Panglim a m uda
ini benar- benar keras hat i dan set iap kali Lu Sian dat ang, m elayani wanit a ini
dengan sopan dan keras, t idak m au t unduk dan t ak pernah m enyat akan t anda-
tanda runtuh di bawah sikap manis dan bujuk rayu.

Suling Mas Kho Ping Hoo 314


Malam it u, unt uk kesekian kalinya Lu Sian yang m erasa penasaran m endat angi
kam ar Panglim a Muda Cu Bian. Pem uda ini t engah m em baca kit ab di dalam
t am an di luar kam arnya, di bawah penerangan lam pu kehij auan. Ket ika m elihat
bayangan berkelebat, Cu Bian cepat melompat berdiri dan siap karena pada masa
it u m em ang t idak aneh kalau ada m usuh dat ang di wakt u t engah m alam . Akan
t et api ket ika m elihat bahwa yang dat ang adalah Lu Sian ia t ersenyum dan
berkata. "Ah, kiranya Sian- toanio yang datang. Silakan duduk!"
Lu Sian t ersenyum m anis dan duduk di at as bangku depan pem uda it u sam bil
berkata, "Cu- ciangkun benar- benar rajin sekali, asyik mempelajari kitab apakah?"
Cu Bian t ersenyum dengan m uka m erah. " Ah, Toanio, sungguh m alu kalau bicara
tentang ilmu di depanmu. Aku terlalu bodoh untuk memahami isi kitab ini."
"Ilmu apakah yang berada dalam kitab?" "Ilmu Sia- kut- hoat (Lemaskan Tulang)."
"Ah, Ciangkun sudah begini lihai masih mempelajari Sia- kut- hoat?"
Cu Bian cepat berdiri dan m enj ura. " Harap Toanio j angan m ent ert awakan aku
yang masih bodoh."
Lu Sian m enut upi m ulut nya m enyem bunyikan t awa. " Para panglim a di sini benar-
benar pandai m erendahkan diri. Ciangkun, apakah kau m enem ui kesukaran
dalam pelajaran Sia- kut- hoat?"
"Benar, Toanio." "Hemm, apakah sukarnya? Kurasa mudah saja mempelajari ilmu
ini. Kalau Ciangkun suka, boleh saja aku mengajarmu sampai berhasil."
" Sungguh? Ah, t erim a kasih, Toanio, t erim a kasih." " Ciangkun suka?" " Tent u saj a
saya suka, kalau tidak terlalu mengganggu Toanio."
" I lm u Sia- kut- hoat berint i kepada pengguna hawa sakt i dalam t ubuh. Akan t et api
unt uk m enget ahui sam pai di m ana t ingkat Ciangkun, harap Ciangkun m em beri
pet unj uk sebent ar. Mari kit a m ain- m ain sebent ar, Ciangkun boleh saj a
m enggunakan golokm u yang t erkenal am puh, dan akan kuperlihat kan bet apa
Sia- kut- hoat dapat melawannya."
" Mana saya berani? Tak usah dengan senj at a, baik dengan t angan kosong saj a,
akan tetapi harap Toanio jangan mentertawai kebodohanku."
Lu Sian berdiri dan t ersenyum m anis. " Tangan kosong pun boleh. Nah, silakan,
Ciangkun."
Karena m endapat j anj i akan diberi pelaj aran I lm u Sia- kut- hoat yang am at ia
inginkan, pem uda ini m em enuhi perm int aan Lu Sian, lalu m enyim pan bukuny a
dan berdiri m enghadapi Lu Sian. Akan t et api karena ia m erasa sungkan- sungkan,
ia m enj ura dan m em beri horm at . " Harap Toanio m aafkan kelancanganku." " Tak
usah Ciangkun sungkan, mulailah."
" Toanio, awas serangan! " Sam bil berkat a dem ikian Cu Bian m enyerang dengan
pukulan ke arah pundak. Pukulan ini seharusnya m enuj u ke dada, akan t et api Cu
Bian yang pem alu m erasa t idak pant as m em ukul dada dalam lat ihan m aka
m em ukul pundak. Diam - diam Lu Sian m enj adi gem as. Pem uda ini am at pem alu
dan t erlalu sopan, pikirnya. I a segera m engangkat t angannya m enangkis,
sengaj a bergerak perlahan dan lam bat . Sebagai seorang ahli silat yang sudah
pandai, t ent u saj a Cu Bian m elihat kelam bat an ini. Bet apapun j uga ia seorang
panglim a m uda yang sudah t erkenal, t ent u saj a dalam pert andingan ilm u silat , ia
ingin m encari kem enangan. Melihat t angkisan lam bat ini, kepalan t anganny a
dibuka dan ia m enangkap lengan Lu Sian sam bil m enariknya. Tepat sekali
t angannya berhasil m encengkeram kulit lengan yang halus dan hangat . Akan
tetapi m endadak sekali pegangan yang erat it u t erlepas seakan- akan lengan it u
seekor belut at au ular yang licin, dan seakan- akan t ulang lengan it u lenyap. I a
kaget sekali.
" Nah, it ulah kegunaan Sia- kut- hoat , Ciangkun. Kau boleh m enangkapku lagi di
m ana saj a! " Tant ang Lu Sian sam bi t ersenyum . Cu- ciangkun m asih belum m au
percaya.
" Maaf, Toanio! " kat anya dan ia bergerak m aj u, kedua t angannya cepat sekali
berhasil m enangkap kedua lengan Lu Sian dan kini ia m engerahkan t enaga, j ari-
jari tangannya mencengkeram.

Suling Mas Kho Ping Hoo 315


Dengan m ulut t et ap t ersenyum Lu Sian berkat a, " Yang keras, Ciangkun, lebih
keras lagi."
Cu Bian penasaran sekali dan m em pererat pegangannya, t idak peduli lagi apakah
pegangannya it u akan m eyakit kan, bahkan ia lalu m em pergunakan cengkeram an
dari I lm u Silat Eng- jiauw- kang ( I lm u Cakar Garuda) . Dengan ilm u ini, ia berani
m encengkeram senj at a t aj am lawan, m aka kini m em egang lengan halus, dapat
dibayangkan bet apa kuat nya. Nam un t iba- t iba Lu Sian m engeluarkan suara lirih
dan... tahu- tahu kedua lengannya sudah terlepas lagi dari cengkeraman Cu Bian!
"Hebat...!" Cu Bian berseru girang.
"Cu- ciangkun, kalau hanya m encoba dengan lengan saj a, t ent u akan dikira
bahwa Sia- kut- hoat hanya dapat dipakai unt uk m elem askan t ulang lengan.
Cobalah sekarang Ciangkun m enangkapku sepert i orang m enangkap pencuri,
boleh Ciangkun m enj epit t ubuhku dengan kedua lengan boleh kaurangkul dan
jepit."
Seketika wajah Cu Bian menjadi merah. "Ini... ini... mana saya berani...?"
" I hh, Ciangkun m engapa sungkan- sungkan dan m alu- m alu? Bukankah kit a ini
sedang berlat ih m enguj i ilm u? Hayo, lakukanlah j angan ragu- ragu. Sebaikny a
Ciangkun m enggunakan ilm u m enangkap yang paling kuat , m em bekuk leherku
melalui bawah kedua lenganku ke atas."
Berdebar j ant ung Cu Bian. Di lubuk hat inya ia am at m engagum i wanit a ini,
kagum akan ilm u kepandaiannya, j uga kagum akan kecant ikannya. Akan t et api
dia bukanlah seorang pem uda hidung belang, dan ia selalu m enj aga kesopanan
dan m enj aga nam a. Kalau saj a ia t idak am at ingin m em pelaj ari Sia- kut- hoat,
agaknya ia akan berkeras m enolak. Merangkul sepert i it u sam a saj a dengan
memeluk, pikirnya.
" Aku... aku... t idakkah it u berart i saya berani kurang aj ar t erhadap Toanio?" I a
masih membantah dan ragu- ragu.
Makin gem as hat i Lu Sian. Benar- benar seorang pem uda ist im ewa. Belum pernah
ia bert em u dengan pem uda yang begini pem alu dan t ahan uj i dan kuat m enahan
perasaan.
"Cu- ciangkun, bagaim ana ini? Aku sedang m em beri pet unj uk t ent ang Sia- kut-
hoat yang ingin kau pelaj ari, m engapa begini saj a kau keberat an? Ada apakah
terselip dalam hatimu?"
Makin bingung dan guguplah Cu Bian m endengar ini. Celaka, pikirnya.
Keraguanku ini bahkan m enim bulkan kesan bahwa m em ang hat iku m em ikirkan
hal- hal kurang layak! I a segera m elangkah m aj u dan berkat a t egas, " Baiklah,
Toanio!"
Lu Sian t ersenyum m engej ek lalu m em balikkan t ubuhnya, m engangkat kedua
lengannya ke atas, "Nah, kaubekuklah aku!"
Cu Bian m endorong kedua lengannya m elalui bawah lengan Lu Sian, lalu
m em balikkan t angan ke at as dan kedua t angannya bert em u di at as t engkuk Lu
Sian. Jant ungnya berdebar m akin keras dan pem uda ini m em ej am kan m at anya
m enggigit bibir! Kasihan sekali pem uda yang hij au ini. Mana ia t idak m erasa
" t ersiksa" ket ika kedua lengannya m erasai kulit leher yang halus, dadanya
merapat pada punggung yang lunak, hidungnya dekat sekali dengan rambut yang
harum sem erbak? Dem i kesopanan ia agak m engundurkan t ubuhnya dan
pelukannya pada leher mengendur.
"Eh- eh, bagaim ana ini? Kalau cara Ciangkun m em bekuk pencuri selem ah ini,
t anpa Sia- kut- hoat sekalipun akan m udah lepas. Jangan sungkan- sungkan,
Ciangkun. Atau... kuatirkan engkau kalau- kalau leherku akan patah?"
Cu Bian m akin bingung dan t erpaksa sekali ia m engerahkan t enaga m em pererat
kedua lengannya yang m em bekuk leher dan unt uk m elakukan ini, t erpaksa pula
ia m erapat kan dadanya ke punggung Lu Sian. Jant ungnya berdebar kencang
sekali, darahnya berdenyut - denyut dan kepalanya m enj adi pening, napasnya
terengah- engah!
Lu Sian t ersenyum , ham pir t erkekeh geli. Tent u saj a ia dapat m erasakan bet apa
dada bidang dan keras yang m erapat punggungnya it u berdenyut- denyut keras,

Suling Mas Kho Ping Hoo 316


bet apa kedua lengan yang berot ot dan kuat it u m enggigil, bet apa napas di
belakang t engkuknya it u panas sekali dan t erengah- engah! Makin kagum lah ia.
Alangkah kuat nya pem uda ini, kuat lahir bat in. Tubuhnya kuat , j uga bat innya
kuat sehingga biarpun nafsu m uda yang sudah selayaknya it u m asih dapat
bertahan dan berusaha menekannya.
" Yang lebih kuat lagi, Ciangkun! " I a m enggoda dan sengaj a berlam a- lama
melepaskan diri sehingga pemuda itu merasa semakin "tersiksa".
" Sudah cukup, Toanio. Lekaslah gunakan Sia- kut- hoat ..." " Kenapa sih Ciangkun
terburu- buru?" Lu Sian m enggoda t erus. " Saya... eh... saya kuat ir kalau- kalau...
Toanio akan terluka..."
Karena sudah yakin bahwa diam - diam pem uda ini t idak dapat m enahan daya
t arik kewanit aannya, Lu Sian lalu berkat a, " Nah, yang kuat , kerahkan t enagam u,
aku akan m elepaskan diri! " sam bil berkat a dem ikian, ia m enggerakkan t ubuhnya,
menggeliat- geliat dan... dengan m udah ia dapat "m erosot " keluar dari pelukan
ket at it u! Cu Bian m asih berdiri agak m em bongkok dengan kedua lengan
m em eluk sepert i t adi, akan t et api yang dipeluknya sudah t erlepas dan ia m asih
terengah- engah dan meramkan matanya!
"Bagaimana, Ciangkun?" Lu Sian tertawa dan menggigit bibir menahan geli.
Cu Bian cepat sadar dan ia segera m em bungkuk dan m em beri horm at . "Benar-
benar Toanio lihai sekali, saya m erasa t akluk. Dan am at berunt unglah saya akan
mendapat bimbingan Toanio dalam mempelajari Sia- kut- hoat."
" Ciangkun, I lm u Sia- kut- hoat m udah, akan t et api dasarnya harus kuat , sepert i
kukat akan t adi, berdasarkan penggunaan hawa sakt i dalam t ubuh yang
disalurkan pada sam bungan t ulang. Unt uk m em pelaj ari ini, kit a harus berada
dalam ruangan t ert ut up dan biarlah aku m em bant u penyaluran hawa dalam
tubuh Ciangkun agar lebih cepat hasilnya. Sanggupkah Ciangkun?"
Makin m erah m uka Cu Bian, akan t et api ia percaya bet ul bahwa Sian- t oanio ini
bersungguh- sungguh hendak m elat ihnya. Kalau m em ang caranya dem ikian, apa
m au dikat a lagi? Toh ini hanya lat ihan, dem i m em enuhi syarat agar berhasil!
" Baiklah, Toanio, apakah kam ar saya cukup m em enuhi syarat ?" " Cukuplah, asal
di tempat tertutup," jawab Lu Sian menahan geli hatinya.
Mereka lalu m eninggalkan t am an dan m em asuki kam ar Cu Bian yang cukup luas
dan bersih. Sebuah t em pat t idur lebar berdiri di sudut kam ar. Lu Sian t idak m au
tergesa- gesa, karena ia t idak ingin m em buat pem uda ini t erlalu sungkan, m alu
dan bercuriga. Maka ia berkata,
" Ciangkun harus duduk bersila m enyat ukan perhat ian dan m engerahkan hawa
sakt i dalam t ubuh. Biar saya yang m em bant u penyaluran hawa sakt i it u. Akan
t et api agaknya Ciangkun akan m erasa t idak pant as kalau kit a berlat ih di at as...
sana it u! " I a m enuding ke arah ranj ang dan Cu Bian m enundukkan m uka, t ak
berani m em andang waj ah Lu Sian. " Karena it u, biarlah kit a duduk bersila di lant ai
ini saja."
Cu Bian t idak berani m enj awab. I a benar- benar m erasa am at sungkan dan m alu.
Selam a hidupnya belum pernah ia berdua dengan seorang wanit a di dalam
kam ar, apalagi berada di at as sat u ranj ang, biarpun hanya bersila! " Terserah...
kepada Toanio..." jawabnya dan ia lalu mendahului duduk bersila di atas lantai.
Lu Sian pun duduk bersila di depannya, kemudian wanita itu menempelkan kedua
t elapak t angannya kepada t angan Cu Bian sam bil berkat a, " At ur napas kerahkan
t enaga biar nant i aku yang m em bant um u m enyalurkan t enaga ke sam bungan-
sambungan tulang. Kau menurutlah saja dan lihat hasilnya."
Cu Bian mengangguk karena sukarlah baginya mengeluarkan suara setelah kedua
t angan m ereka saling m enem pel. Bet apa t akkan berdebar j ant ungnya karena
t apak t angan yang halus lunak it u m enyalurkan hawa m uj ij at yang sepert i
m em banj ir ke dalam t ubuhnya m em buat t ubuhnya penuh get aran- get aran aneh.
Dan bau yang sem erbak harum it u! Cu Bian cepat m em ej am kan kedua m at anya,
m encurahkan perhat iannya dan m engerahkan sin- kang ( hawa sakt i) dalam
t ubuhnya. Terasa olehnya bet apa sat u kekuat an hebat yang m asuk ke t ubuhnya
m elalui t elapak t angan it u m enguasai hawa sakt inya dan m endorongnya

Suling Mas Kho Ping Hoo 317


m enem bus seluruh t ulang dalam t ubuh. Mula- m ula lengan kanannya berbunyi
berkeretakan, lalu lengan kiri, kedua kaki, kedua pundak, leher dan punggung.
"Sia- kut- hoat dapat m em buat t ubuh m enj adi kecil, t ulang- t ulang sepert i dapat
dilipat sehingga kit a m udah lolos dari ikat an apapun j uga." Lu Sian berbisik,
" t anpa m enggerakkan t ubuh sekalipun kit a dapat m eloloskan diri dari
cengkeram an apa saj a. Lihat lah bukt inya! " Tiba- t iba Cu Bian yang m asih
m eram kan m at a it u m erasa bet apa t ulang pundaknya bergoncang, ia t idak
m elawan karena t adi sudah dipesan, m enurut saj a. Pundaknya serasa t ak
bertulang lagi sehingga ia terkejut. "Cu Ciangkun, lihat hasilnya, buka matamu..."
Kembali Lu Sian berbisik perlahan.
Cu Bian m em buka kedua m at anya dan... t erbelalak ia m em andang t ubuh bagian
at as yang t ak t ert ut up apa- apa lagi it u. Kulit yang put ih halus m em erah t erkena
sinar lam pu, dada yang m ont ok padat dengan lekuk lengkung sem purna. Dia
sendiri pun bert elanj ang di t ubuh bagian at as. Ent ah bagaim ana, baj u m ereka
berdua t elah t erlepas dan bergant ungan di pinggang, sedangkan kedua t angan
m ereka m asih saling m enem pel dan t ak pernah lepas. Pem uda yang selam a
hidupnya belum pernah m enyaksikan pem andangan sepert i ini, t ak dapat
m enahan lagi. Tubuhnya m engget ar, m ukanya m enj adi m erah dan t erasa panas,
dadanya m enggelora m enyesakkan napas. Kedua t angan Lu Sian kini m em egang
kedua tangan pemuda itu dan memijit- mijitnya mesra.
" Tak senangkah hat im u karena hasil ini?" I a berbisik dengan senyum m em ikat
dan mata basah penuh nafsu.
Makin berom bak dada Cu Bian, ia hanya m engangguk- angguk t anpa dapat
berkat a apa- apa, m at anya t idak berani langsung bert em u pandang dengan Lu
Sian m elainkan t ak pernah berkedip m enat ap ke arah dada! Tiba- t iba Lu Sian
tertawa lirih dan menubruknya, merangkul dan menciumnya.
" Eh... eh... Toanio..." Cu Bian t erengah- engah dan t ubuhnya m enggigil, akan
t et api kedua lengannya yang kuat it u m em eluk dan m endekap t ubuh yang
m enggairahkan, m endekap sekuat t enaganya sehingga kalau yang dipeluknya it u
wanita lain tentu akan remuk- remuk tulang iganya. Akan tetapi Lu Sian bukannya
wanit a biasa. Didekap sekuat it u, ia hanya t ert awa dan kini ia m enoleh ke arah
lam pu, t am pak senyum nya m elebar, senyum kem enangan ket ika bibirnya
meruncing untuk meniup ke arah lampu di sudur kamar sehingga padam!
Karena di dalam ist ana Kaisar Cin Muda ini Lu Sian m engalam i penghidupan yang
penuh kesenangan di m ana ia dapat m em uaskan sem ua nafsunya, hidup
bergelim ang hart a dunia dan kesenangan, m aka ia m erasa seakan- akan t ercapai
sem ua yang m enj adi cit a- cit anya. Sam pai delapan t ahun ia t inggal di dalam
ist ana, dan selam a it u Coa Kim Bwee berhasil m enyenangkan hat inya dengan
pelayanan- pelayanan m anis sehingga banyak pula ilm u yang ia t urunkan kepada
selir raj a ini. Bahkan ilm u awet m uda ia t urunkan pula kepada Coa Kim Bwee
yang tentu saja menjadi amat girang.
Biarpun m aklum bahwa wanit a yang di dalam ist ana dikenal sebagai Sian- tonio
it u sesungguhnya adalah put eri Beng- kauwcu yang berj uluk Tok- siauw- kwi dan
yang m enghabiskan pangeran- pangeran dan panglim a- panglim a m uda yang
t am pan unt uk dij adikan kekasihnya, nam un Raj a t idak m au m enghalanginya. Hal
ini adalah karena hadirnya Lu Sian di dalam ist ana it upun m erupakan hal yang
m engunt ungkan, sem enj ak ada Lu Sian di dalam ist ana, j arang sekali t erj adi
penyerbuan m usuh dan kalaupun ada, t ent u akan disapu bersih oleh wanit a sakt i
itu.
Karena ist ana sudah t erj aga dengan adanya Lu Sian, para panglim a yang t adiny a
bert ugas m enj aga keselam at an raj a, kini m em indahkan perhat iannya keluar
ist ana dan m ulai m em bant u m elakukan pem bersihan dalam kot a raj a. Banyak
sudah m at a- m at a m usuh dit angkap dan dibunuh, bahkan belum lam a ini belasan
orang pengikut at au anak buah Couw Pa Ong yang m asih selalu berusaha
m eram pas kekuasaan, dapat dibasm i habis dalam sebuah kuil kosong di sebelah
selat an kot a raj a. Yang m em im pin pem basm ian ini adalah Panglim a Muda Cu
Bian yang kini t elah m em peroleh kem aj uan hebat dalam ilm u silat nya sem enj ak

Suling Mas Kho Ping Hoo 318


ia m enj adi kekasih Lu Sian. Panglim a m uda ini banyak berhasil dalam usaha
m em basm i m usuh, karena dia m elakukan penyelidikan dengan m enyam ar
sebagai penduduk biasa, tidak berpakaian sebagai panglima.
Dalam penyelidikannya, Cu Bian t ahu bahwa kom plot an m at a- m at a yang paling
akt if di kot a raj a adalah gerom bolan anak buah Couw Pa Ong at au Kong Lo
Sengj in, bekas Raj a Muda Keraj aan Tang yang m asih set ia kepada dinast i yang
sudah runt uh it u. Dan ia t ahu pula bahwa di dalam kot a raj a t erdapat sebuah
t em pat yang dij adikan t em pat pert em uan m ereka, di sam ping kuil kosong di
mana ia telah membasmi tiga belas orang mata- mata belum lama ini.
Pada suat u pagi, seorang diri Cu Bian pergi m enyelidiki rum ah t ua di uj ung kot a
yang sunyi sebelah barat it u, berpakaian sebagai seorang penduduk biasa.
Goloknya ia sem bunyikan di balik baj u dan ia m endekat i rum ah t ua it u dengan
hati- hat i dan m enyelinap di ant ara pohon- pohon di belakang rum ah. Biasanya
rum ah t ua ini kosong, akan t et api t adi ia m elihat berkelebat nya bayangan orang
m elalui j endela yang t idak berdaun lagi it u. Set elah dekat ia m engint ai dan
t erdengar suara orang bercakap- cakap. Ket ika ia m elihat seorang kakek t ua
duduk di at as kursi sedang m arah- m arah kepada seorang laki- laki yang berdiri
ket akut an, hat inya t ergerak. Siapakah kakek ini, pikirnya. Kakek yang m ukanya
penuh cambang, pakaiannya longgar dan wajahnya berwibawa!
" Goblok! Tolol sekali kalian! Bagaim ana sam pai berhasil disergap dan dibunuh?
Benar- benar t idak berot ak. Dan sem ua usaha ke ist ana gagal belaka, m engant ar
nyawa dengan sia- sia! Ah, baru beberapa t ahun aku m engaso di Pek- coa- to
( Pulau Ular Put ih) , usaha kit a m acet karena ket ololan kalian. Kalau para
pem bant uku sepert i kalian ini pat riot - pat riot konyol, m ana m ungkin Keraj aan
Tang yang jaya dapat bangkit kembali?"
" Am pun, Ong- ya, sesungguhnya kam i cukup hat i- hat i, akan t et api sem enj ak Tok-
siauw- kwi berada di sini, kam i t idak berdaya apa- apa. Sem ua serbuan ke ist ana
gagal dan t em an- t em an kit a banyak yang m at i konyol. Gerakan kit a di sini
menjad macet sama sekali."
Diam- diam Cu Bian t erkej ut . Kiranya inilah Sin- j iu Couw Pa Ong yang t erkenal
pula dengan j ulukannya Kong Lo Sengj in? I a m em andang penuh perhat ian dan
m elihat bet apa kedua kaki yang t ergant ung di kursi it u lem as dan lum puh, ia
t idak ragu- ragu lagi. Hat inya berdebar dan ia m enoleh ke belakang. Kalau saj a
ada pem bant u, ah, kalau saj a ada Sian- t oanio! Akan t et api m asa ia t idak akan
dapat m engalahkan seorang kakek yang lum puh kedua kakinya? Dan orang
kedua itupun kelihatan lemah.
" Huh, m enghadapi Tok- siauw- kwi saj a t akut ? Biarlah, set elah aku dat ang, akan
kuhancurkan kepala silum an bet ina it u. Hem m , kaulihat baik- baik! " Tiba- tiba
kakek it u m enggerakkan lengannya dan angin besar m enyam bar ke arah j endela
di mana Cu Bian mengintai.
" Brakk! " Runt uhlah sebagian dinding j endela it u, akan t et api Cu Bian sudah
m elom pat ke sam ping, t erus ia m em ut ar golok yang sudah dicabut nya sam bil
menyerbu ke dalam rumah melalui jendela.
" Pem beront ak t ua bangka! Lebih baik kau m enyerahkan diri unt uk diadili
daripada harus berkenalan dengan golokku!" bentaknya.
Kong Lo Sengj in t idak m em pedulikan panglim a m uda ini, bahkan m enoleh ke
arah laki- laki temannya tadi sambil bertanya, "Siapakah budak ini?"
Laki- laki itu meloncat ke pinggir, gerakannya cukup ringan, dan ia berkata, "Ong-
ya, inilah dia Cu- ciangkun, panglim a m uda yang m em im pin pem basm ian t em an-
teman kita di kuil tua...!"
" Oho! Bagus sekali, kau m engant arkan nyawa ke sini, budak. Lekas berlut ut agar
kau dapat t erbebas dari kem at ian m engerikan! " Suara Kong Lo Sengj in berubah
m enyeram kan. " Ong- ya, dia ini seorang di ant ara kekasih Tok- siauw- kwi! " Laki-
laki itu berkata pula.
Sem ent ara it u, Cu Bian sudah t ak dapat m enahan kem arahannya lagi.
" Pem eberont ak rendah! Rasakan golokku! " I a m enerj ang m aj u, m em bacok
dengan goloknya, gerakannya cepat dan kuat sekali, goloknya lenyap berubah

Suling Mas Kho Ping Hoo 319


sinar put ih sepert i kilat m enyam bar ke arah leher kakek it u. " Singgg...! ! " Nam un
goloknya m engenai angin belaka karena kakek yang sakt i it u t elah m encelat ke
at as bersam a kursinya! Dengan m asih duduk diat as kursi, Kong Lo Sengj in t elah
berhasil m engelakkan sam baran golok! Gerakan luar biasa ini dibarengi suara
tertawa bergelak- gelak.
Cu Bian penasaran sekali. Sam bil berseru keras ia m enerj ang t erus kem anapun
berkelebat nya bayangan kakek bersam a kursinya. I a sudah m em peroleh
pelaj aran dari wanit a cant ik it u, t idak hanya pelaj aran berm ain cint a, m elainkan
j uga pelaj aran unt uk m em perhebat gin- kangnya, lweekang dan ilm u goloknya.
Nam un m enghadapi k akek lum puh ini, ia benar- benar t idak berdaya. Goloknya
selalu m em bacok angin belaka danpada det ik t erakhir, kakek it u selalu dapat
berpindah tempat bersama kursinya dan masih tetap tertawa- tawa.
"Ha- ha, disuruh berlut ut t idak m au, kau m enghendaki kem at ian yang
mengerikan! " kakek it u berkat a dan lengan baj unya yang panj ang it u berkibar
m enyam bar ke depan, yang kanan m enangkis golok, yang kiri m enyam bar ke
arah kepala Cu Bian. Bukan m ain kaget nya pem uda ini ket ika goloknya ham pir
saj a t erlepas dari pegangannya bert em u dengan uj ung lengan baj u. Akan t et api
ia lebih m em perhat ikan sam baran uj ung lengan baj u ke dua ke arah kepalanya.
Cepat ia m iringkan t ubuh m em buang diri, akan t et api t et ap saj a pundaknya kena
dihantam ujung lengan baju.
" Plakk! " Perlahan saj a t am paknya hant am an it u, nam un akibat nya cukup hebat
karena t ubuh Cu Bian t erhuyung- huyung ke belakang dan kepalanya serasa
ham pir pecah saking hebat nya rasa nyeri di pundaknya. Nam un orang m uda ini
m em punyai keberanian besar. I a m eloncat bangun dan kini dengan kem arahan
m eluap, sam bil m eluapkan rasa nyeri yang m enusuk j ant ung, ia m enerj ang m aj u
lagi dengan dahsyat.
" Hah, rebahlah kau! " bent ak Kong Lo Sengj in t anpa berpindah dari kursinya,
hanya dengan gerakan kedua t angannya, di lain saat ia t elah dapat m eram pas
golok dan m erobohkan Cu Bian dengan t ot okan yang m em buat t ubuh pem uda it u
lem as dan sepert i lum puh. Cu Bian m engerahkan t enaga hendak bangun, akan
t et api begit u bangun duduk ia t erbaring kem bali karena t ubuhnya m enj adi am at
lem as. Akan t et api m at anya t et ap m elot ot m em andang kakek ini, sedikit pun
tidak membayangkan ketakutan.
Pada saat it u t erdengar bent akan- bent akan di luar dan m enerobos m asuklah t iga
orang berpakaian perwira diikut i oleh belasan orang anak buahnya. Mereka ini
adalah pasukan keam anan di kot a raj a yang t adi m elihat gerakan Cu Bian
menyelidiki rumah kosong dan kini datang memberi bantuan.
" Kau hadapi m ereka! " t eriak Si Kakek dan sekali m engulur t angan, ia t elah
m enyam bar Cu Bian berikut goloknya, kem udian t ubuhnya m elayang ke arah
pintu.
"Serbu! Tolong Cu- ciangkun! " t eriak seorang perwira dan m ereka yang berada
dekat pint u segera m em apaki t ubuh kakek yang m elayang it u dengan t om bak
dan golok. Terdengar suara berkeront angan disusul robohnya em pat orang
peraj urit ket ika Kong Lo Sengj in m enangkis dengan kebut an uj ung lengan
baj unya sam bil m engibaskan t angan m engirim t am paran. Tubuhnya sudah
m encelat keluar dengan m em pergunakan sepasang t ongkat yang t adinya ia
sam bar dari dekat m ej a, ia t elah m eleset j auh ke depan, sebent ar saj a lenyap
dari t am pat it u m em bawa t ubuh Cu Bian yang t ak dapat bergerak sam a sekali
dalam kempitannya.
Yang celaka adalah anak buah Kong Lo Sengj in yang t ert inggal dalam rum ah t ua.
Dia lihai j uga, m elawan m at i- m at ian dengan golok ram pasan, akan t et api t iga
orang perwira it u adalah pengawal- pengawal ist ana yang t angkas, m aka set elah
m engalam i pert em puran hebat , akhirnya orang it u t ewas di bawah bacokan
banyak senjata dan tubuhnya hancur.
Perist iwa t ert awanya Cu- ciangkun oleh seorang kakek pem beront ak am at
m enggegerkan kot a raj a. Penj agaan di perket at , di seluruh kot a t am pak para
peraj urit hilir m udik m engadakan pem eriksaan dan penj agaan. Juga sekit ar

Suling Mas Kho Ping Hoo 320


ist ana dij aga keras. Nam un sem ua it u t idak m enghalangi Kong Lo Sengj in yang
m enyelundup ke dalam ist ana, m em pergunakan kepandaiannya yang luar biasa.
Bagaikan seekor burung saj a ia m elom pat i pagar t em bok yang m engurung
ist ana, t idak t am pak oleh para penj aga, kem udian m enyelinap dalam gelap,
m eloncat ke at as bangunan ist ana, Cu- ciangkun m asih berada dalam
kempitannya ketika ia tiba di atas istana, mencari- cari.
Lu Sian j uga m endengar t ent ang t ert awannya Cu- ciangkun. I a ikut m erasa
gelisah, karena Cu Bian m erupakan seorang di ant ara kekasihnya yang
m enyenangkan hat inya. I a m enduga- duga siapa gerangan kakek t ua lihai it u dan
samar- sam ar ia t eringat akan Kong Lo Sengj in at au Sin- j iu Couw Pa Ong. Diam -
diam ia bergidik. Pernah beberapa t ahun yang lalu ia m enyaksikan sepak t erj ang
kakek lum puh it u yang am at lihai. Akan t et api ia t idak t akut sekarang. Bahkan
iangin ia m encoba kepandaian kakek it u. Agaknya sekarang ia t akkan kalah
m enandingi kesakt ian Si Kakek yang ia t ahu am at lihai ilm u silat t angan kosong
dan am at kuat t enaga sin- kangnya unt uk m elakukan pukulan j arak j auh. Malam
it u Lu Sian t ak dapat t idur. I a duduk dalam kam arnya t erm enung m enghadapi
m ej a. Karena hawa udara agak panas, ia m em buka j endela kam arnya yang
berbentuk bulat seperti bulan purnama.
Telinganya yang terlatih itu dapat menangkap suara perlahan di luar kamar, akan
t et api ia hanya t ersenyum m engej ek dan t idak bergerak dari bangku yang
didudukinya, pura- pura t idak t ahu bahwa ada seorang t am u m alam yang t inggi
gin- kangnya sehingga gerakan kakinya ham pir t idak m enerbit kan suara t engah
m endekat i kam arnya. Selam a ini, t ak pernah berhent i ia berlat ih sehingga Lu
Sian merasa amat percaya akan kepandaiannya sendiri.
Tiba- t iba sinar put ih m enyam bar dari luar j endela m em asuki kam ar. Biarpun
sinar itu menyambar dari belakangnya, namun Lu Sian maklum bahwa senjata itu
t idak akan m engenai t ubuhnya, m aka ia t et ap duduk t idak bergoyang sam a
sekali.
" Capp! " Sinar it u t ernyat a sebat ang golok yang kini m enancap di at as m ej a di
depannya, golok yang indah dan di uj ung golok it u t erdapat sebuah benda m erah
kebiruan yang kini berada di at as m ej a t ert ancap golok. Benda yang berlum ur
darah. Sebuah j ant ung m anusia! Melihat golok it u, j ant ung Lu Sian berdebar.
Inilah golok Cu Bian, kekasihnya. Dan jantung itu...??
Tiba- t iba t erdengar berkesiurnya angin dan sesosok t ubuh m elayang m asuk
m elalui j endela, m enubruk Lu Sian. Wanit a ini bangkit berdiri, t angan kirinya
m enyam pok dan t ubuh it u t erbant ing ke at as lant ai. Ket ika ia m em andang,
t ernyat a it u adalah sesosok m ayat seorang laki- laki yang t elent ang dengan dada
robek dan mata terbelalak. Mayat Cu Bian!
"Ha- ha- ha! Tok- siauw- kwi, kukirim pulang t ubuh kekasihm u! Wanit a t ak t ahu
m alu, kau m engot ori nam a besar Beng- kauw! " Terndengar suara m em aki dan
mengejeknya di luar.
Ham pir m eledak rasa dada Lu Sian saking m arahnya. Mukanya m enj adi m erah
sekali, sepasang m at anya berkilat dan ia m enyam bar pedangnya, t erus melayang
keluar dari j endela. Ket ika ia t urun di dalam t am an bunga di pinggir rum ah,
t ernyat a di sit u t elah berdiri seorang kakek, berdiri di at as kedua t ongkat nya
yang menggantikan kaki. Sin- jiu Couw Pa Ong alias Kong Lo Sengjin!
" Hem m m , kiranya engkau t ua bangka keparat ! Bukankah engkau ini si
pemberontak Couw Pa Ong yang juga bernama Kong Lo Sengjin!"
"Ha- ha- ha! Bet ul sekali, Tok- siauw- kwi. kau boleh m enyebut aku pem beront ak,
akan t et api aku m em beront ak kepada keraj aan- keraj aan yang dahulunya
memberontak dan m erobohkan Dinast i Tang, aku seorang pat riot sej at i! Tidak
sepert i engkau ini! Suam im u, Jenderal Kam Si Ek j uga seorang pat riot sej at i,
akan t et api engkau t elah m engkhianat inya, m encem arkan nam anya. Apalagi
kalau diingat bahwa engkau put eri Beng- kauwcu Pat - j iu Sin- ong Liu Gan benar-
benar menyebalkan dan merendahkan nama ayahmu dan Beng- kauw!"
" Tut up m ulut m u yang kot or! Kong Lo Sengj in, orang lain boleh t akut kepadam u,
akan tetapi aku tidak!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 321


"Ha- ha- ha, som bongnya! Ayahm u sendiri t idak akan berani kurang aj ar
t erhadapku, kau ini bocah som bong bisa apakah? Mengingat m uka Ayahm u,
biarlah aku mengampunimu dan lekas kau minggat dari Kerajaan Hou- han ini dan
j angan m em belanya. Ada hubungan apakah Hou- han denganm u m aka kau
membelanya mati- matian?"
"Kakek t ua bangka! Apa yang kulakukan, ada hubungannya apa denganm u? Kau
peduli apa?
" Wah, benar keras kepala! Kukira aku t idak t ahu bahwa kau di sini
m engum pulkan pem uda- pem uda t am pan unt uk m em uaskan nafsum u yang kot or
dan hina? Kau...."
" Keparat ! " Lu Sian sudah m enerj ang m aj u dengan pedangnya karena t idak t ahan
lagi mendengar kata- kata Kong Lo Sengjin. Pedangnya berkelebat cepat bagaikan
kilat m enyam bar, dengan gerakan dahsyat sekaligus t elah m enyerang dengan
tiga kali bacokan dan dua tusukan berubi- tubi.
"Trang- trang- trang- trang- t rang....! " Lim a kali pedang bert em u t ongkat dan
keduanya m eloncat ke belakang sam pai m ereka t erpisah dalam j arak enam
m et er. Hebat serangan Lu Sian, akan t et api hebat pula t angkisan Si Kakek Tua.
Keduanya m erasa t elapak t angan m ereka t erget ar dan diam - diam Kong Lo
Sengj in t erheran- heran. Tangkisannya t adi t elah ia gerakkan dengan pengerahan
sin- kang dengan m aksud m em buat pedang lawan t erpent al, akan t et api
j angankan t erpent al, bahkan pedang it u m asih dapat m enyerang t erus sam pai
lima kali. Hal ini membuat Kong Lo Sengjin menjadi marah dan penasaran. Di lain
fihak, Lu Sian j uga bersikap hat i- hat i. I a m aklum bahwa kakek ini pandai sekali
sert a kuat t enaganya. Serangannya t adi m erupakan j urus yang lihai dari Toa-
hong Kiam - sut , akan t et api dapat dit angkis dengan baik oleh lawan dan
t angannya t erasa gem et ar t anda bahwa t enaga yang t ersalur pada t ongkat it u
amat kuatnya.
Tangan kiri Lu Sia bergerak dan dan sinar m erah m enyam bar ke depan. I t ulah
jarum- j arum Siang- tok- ciam yang ia lepas dengan pengerahan t enaga. Belasan
bat ang j arum halus yang m engeluarkan bau harum it u m enyam bar ke arah j alan
darah yang m em at ikan, sukar sekali dielakkan lawan karena begit u t anganny a
bergerak, sinar berkelebat dan j arum - j arum it u sudah sam pai di t em pat sasaran!
Nam un sam bil t ert awa Kong Lo Sengj in m engebut kan uj ung lengan baj uny a
dengan gerakan m em ut ar dan j arum - j arum it u bagaikan t ergulung angin
kemudian runtuh di tanah sebelum sampai ke tubuh kakek sakti itu.
"Ha- ha, j angan berlagak di depan Kakekm u! Rasakan ini! " bent ak Kong Lo
Sengj im sam bil m engerahkan t enaga dan m enggerakkan kedua t anganny a
m endorong ke depan. Terdengar angin bersiut an m enerj ang ke arah Lu Sian.
Angin pukulan ini am at dahsyat dan karena kehebat an kedua t angannya inilah
m aka Kong Lo Sengj in dij uluki Sin- j iu ( Kepalan Sakt i) . Banyak m usuh kuat roboh
hanya oleh angin pukulannya ini. Bahkan Lu Sian sendiri dahulu pernah
m enyaksikan bet apa kakek ini m erobohkan banyak lawan dengan penggunaan
ilm u pukulan j arak j auh. Dahulu ia m erasa ngeri m elihat kedahsyat an pukulan Si
Kakek, akan tetapi sekarang ia bukanlah Lu Sian beberapa tahun yang lalu.
Melihat kakek it u m enggunakan pukulan j arak j auh, ia cepat m em asang kuda-
kuda dengan kedua kaki t erpent ang, lut ut dit ekuk, t ubuh direndahkan, kem udian
kedua t angannya j uga dia pukulkan ke depan. Pedang di t angan kanan dit arik k e
dalam di belakang lengan, dan ia m engerahkan t enaga sin- kang unt uk m elawan
dorongan hawa pukulan lawan. Dari kedua t angannya m enyam bar pula angin
pukulan dahsyat ke depan!
Bent uran dua t enaga sin- kang di udara it u t idak m enim bulkan suara, j uga t idak
t am pak oleh m at a, akan t et api akibat nya hebat karena keduanya t erpent al ke
belakang dengan kuda- kuda m asih t idak berubah. Mereka saling pandang dengan
kaget , karena adu t enaga sin- kang t adi m em bukt ikan bahwa keduanya m em iliki
t ingkat seim bang! Hal ini t ent u saj a t idak dinyana- nyana oleh Kong Lo Sengj in,
m aka kakek ini m enj adi penasaran sekali. I a t idak pernah m im pi bahwa t ingkat
kepandaian Lu Sian pada wakt u it u sudah m engej ar ayahnya sendiri dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 322


dibandingkan dengan t ingkat Kong Lo Sengj in, ia barangkali hanya kalah m at ang
saja.
" Kau ingin m am pus! " seru Kong Lo Sengj in dan kini kakek it ulah yang berkelebat
ke depan dengan lom pat an t inggi. I nilah t erj angan berbahaya sekali karena dari
at as, kakek sakt i ini dapat m enyerang dengan sepasang t ongkat nya. Nam un Lu
Sian m aklum dan sam a sekali t idak t akut , bahkan ia pun m engeluarkan pekik
m elengking nyaring lalu t ubuhnya m encelat pula ke at as, m enyam but serangan
lawan. Dua t ubuh it u m asih m elayang ket ika m ereka bert em u di udara, dekat
sebat ang pohon dan dekat pula dengan uj ung at ap. Mereka m enggerakkan
senj at a dan bert anding di udara, saling t usuk dan t angkis sebelum t ubuh m ereka
meluncur turun. Terdengar suara keras senjata beradu disusul muncratnya bunga
api m enyilaukan m at a. Ket ika keduanya t urun ke at as t anah, daun- daun pohon
ront ok t erbabat pedang Lu Sian sedangkan uj ung at ap dari t em bok it u pecah
berantakan dihantam tongkat Kong Lo Sengjin.
Begit u keduanya hinggap di at as t anah, keduanya cepat m em balik saling
berhadapan, sej enak t ak bergerak, m at a m em andang t ak berkedip, napas agak
t erengah karena biarpun baru beberapa gebrakan, nam un t adi m ereka t elah
m em pergunakan seluruh t enaga sin- kang. I kat an ram but Lu Sian t erlepas dan
kulit lehernya berdarah sedikit , akan t et api pangkal lengan kiri Kong Lo Sengj in
j uga berdarah, baj unya robek. Kiranya dalam pert em puran di udara t adi,
keduanya telah terluka, biarpun hanya luka ringan!
Makin panas dan penasaran hat i Kong Lo Sengj in. I a m engeluarkan gerengan
sepert i harim au t erluka. Kakek ini m em ang wat aknya t idak m au kalah, m aka kini
m enghadapi seorang wanit a m uda ini ia hanya dapat m enandingi seim bang saj a,
kem arahannya m em uncak. Sam bil m enggereng liar ia m enerj ang m aj u,
t ongkat nya bergerak cepat sekali dan am at kuat sehingga berpusinglah angin
pukulan yang m engeluarkan bunyi bersiut an. Nam un Lu Sian yang j uga t ak
pernah m au kalah kem bali m em ekik panj ang m elengking- lengking, lalu t ubuhny a
bergerak cepat terbungkus sinar pedangnya yang mengeluarkan suara berdesing-
desing. Kini kedua orang sakt i ini bert anding dari j arak dekat , t ak lagi
m engandalkan t enaga sin- kang sepert i t adi, m elainkan m em pergunakan ilm u
silat dan mengandalkan kegesitan gerakan tubuh.
Hebat bukan m ain pert andingan ini. Lu Sian sudah m ahir akan I lm u Coan- in- hui
yang ia pelaj ari dari j ago gin- kang Tan Hui, m aka gerakannya cepat dan
t ubuhnya ringan sepert i seekor lebah. Pedangnya m ainkan ilm u pedang
cam puran Pat - m o Kiam - hoat dan Toa- hong Kiam - sut , hebat bukan m ain,
t ubuhnya seakan- akan sudah lenyap dan yang t am pak hanyalah cahaya pedang
gem erlapan yang m erupakan sinar panj ang m elayang- layang m em bent uk
lingkaran- lingkaran sepert i seekor naga m engam uk. Nam un Kong Lo Sengj in
bukanlah lawan ringan. Kakek lum puh ini am at lihai. Biarpun kedua kakinya
sudah lum puh, nam un kegesit annya t idak berkurang. Malah kedua t ongkat yang
m enggant ikan kedudukan sepasang kaki it u dapat dipakai m enyerang dan
m eloncat , diikut i t am paran dan kebut an t angan dan uj ung lengan baj u yang
kesem uanya m erupakan senj at a yang t iak kalah am puhnya. Kadang- kadang
pedang bert em u t ongkat , ada kalanya lengan bert em u lengan dan pert andingan
it u sukar diikut i pandang m at a karena keduanya seakan- akan t elah m enj adi sat u
gundukan sinar yang saling gulung.
" Trang... cring... plak- plak....! " Tiba- t iba keduanya m eloncat set engah t erlem par
ke belakang. Kiranya dalam j urus t erakhir t adi, Kong Lo Sengj in berhasil
m enghaj ar punggung Lu Sian dengan t elapak t angan kirinya, akan t et api pada
det ik yang sam a Lu Sian berhasil pula m enggunakan ram but nya yang riap- riapan
unt uk m enghant am j alan darah di leher lawan! Ket ika m ereka t erhuyung ke
belakang dan saling pandang, t ernyat a dari uj ung bibir Lu Sian m engucur darah
segar, akan t et api Kong Lo Sengj in m em ej am kan dan lehernya kelihat an biru
m enghit am . Set elah m em buka m at anya lagi, ia t ert awa. " Ha- ha- ha, Tok- siauw-
kwi siluman betina. Kiranya kau benar- benar lihat sekali!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 323


" Tua bangka t ak usah banyak cerewet . Mau lanj ut kan, hayo m aj u! Kalau kau
sudah menerima kalah, lekas minggat dari sini!"
" Silum an bet ina, siapa kalah?" Kong Lo Sengj in sudah siap m enerj ang lagi, akan
t et api t iba- t iba t erdengar bent akan nyaring. " I blis t ua, j angan m enj ual lagak!
Cici, biarkan kam i m em bant um u! " Muncullah Coa Kim Bwee bersam a t uj uh orang
panglim a ist ana yang m erupakan orang- orang pilihan dan m em iliki kepandaian
yang lumayan. Segera mereka mengurung dan menerjang Kong Lo Sengjin!
"Ha- ha- ha, Tok- siau- kwi, lain kali kit a bert anding pula. Eh, anj ing- anj ing buduk,
Kakekm u t idak ada wakt u m elayani segala m acam anj ing! " Tiba- t iba t ubuh Kong
Lo Sengj in m encelat ke at as, m elayang m elam paui kepala para pengurungnya
dan cepat sekali sudah menghilang ke atas tembok istana.
" Tak usah dikej ar... sia- sia belaka....! " Kat a Lu Sian. Coa Kim Bwee m em balik
dan baru t erlihat olehnya Lu Sian m engusap darah dari bibir, " Eh, Cici, kau... kau
t erluka...?" I a m em egang lengan wanit a it u hendak m enolongnya. Akan t et api Lu
Sian mengibaskan lengannya.
" Aku t idak apa- apa. Lebih baik suruh orang m engurus m ayat Cu- ciangkun di
dalam kam ar it u," Coa Kim Bwee t erkej ut sekali dan ngeri hat inya ket ika m elihat
bet apa panglim a m uda yang t am pan it u sudah m enj adi m ayat yang t idak
berj ant ung lagi karena j ant ungnya sudah t ert ancap di at as m ej a oleh goloknya
sendiri!
Sudah t erlalu lam a kit a m eninggalkan Kwee Seng dan keluarganya. Sepert i t elah
dicerit akan di bagian depan, perubahan besar t erj adi dalam kehidupan Kwee
Seng. Tadinya ia seakan- akan t elah bosan hidup, t idak peduli lagi akan dirinya
dan hidup sebagai seorang j em bel t anpa sedikit pun m em elihara diri. I a t elah
menjadi korban asm ara ket ika gagal dalam cint a dengan Liu Lu Sian, kem udian
hat inya t erpukul hebat pula ket ika ia m engalam i hubungan cint a yang luar biasa
dengan nenek Neraka Bum i. Sem ua ini m enam bah hebat luka di hat inya yang
t adinya sudah t ergurat oleh perist iwa pengalam annya dengan Ang- siauw- hwa.
Mem ang, sem enj ak keluar dari Neraka Bum i, ilm u kepandaian Kwee Seng
m eningkat t inggi, akan t et api j uga keadaan dirinya berubah sam a sekali. Kalau
dahulu ia m erupakan seorang pem uda t erpelaj ar yang halus dan selalu
berpakaian rapi bersih, kini ia berubah m enj adi seorang yang t idak peduli dan
keadaannya sepert i j em bel. Tidak ada lagi bekas- bekasnya seorang pelaj ar yang
sopan dan bersih, sehingga ia di sana- sini disangka seorang gila.
Akan t et api, sem enj ak pert em uannya kem bali dengan Khu Gin Lin saudara
kem bar Ang- siauw- hwa yang t ernyat a adalah seorang wanit a cant ik yang dahulu
m enyam ar sebagai nenek- nenek t ua di Neraka Bum i, berubahlah keadaan
hidupnya. Tim bul pula kagairahan dan kegem biraan hidupnya. Apalagi karena
"nenek" yang t ernyat a seorang wanit a m uda cant ik it u dat ang bersam a seorang
anak perem puan, anaknya! I a t elah m enj adi seorang ayah dan t ernyat a dia
dahulu sam a sekali t idak m elakukan hubungan gila dengan seorang nenek- nenek
t ua, m elainkan dengan seorang gadis j elit a, bahkan saudara kem bar Ang- siauw-
hwa yang m erupakan wanit a pert am a yang m enggugah cint a kasihnya.
Kegem biraan ini dit am bah pula dengan kenyat aan t ent ang diri Bu Song. Sam a
sekali t idak pernah ia sangka bahwa m uridnya yang m enim bulkan sayangnya ini
t ernyat a adalah put era Liu Lu Sian! Dua hal yang dat ang berbareng ini benar-
benar telah mengobati luka- luka di hati Kwee Seng.
Sepert i t elah kit a ket ahui, Kwee Seng m em bawa ist eri dan put erinya, j uga
m uridnya, ke Gunung Min- san di m ana ia hidup berbahagia dengan m ereka, Khu
Gin Lin adalah seorang ist eri yang m encint a suam i, adapun Kwee Eng at au biasa
dipanggil Eng Eng adalah seorang anak perem puan yang lincah gem bira,
m erupaka m at ahari ke dua di puncak Min- san it u. Bu Song sebagai m urid j uga
amat penurut dan taat sehingga makin membahagiakan hati Kwee Seng.
Adapun Bu Song dan Eng Eng yang selalu berdua di puncak gunung it u sem enj ak
kecil, m enj adi am at rukun. Ket ika m asih kecil, m ereka it u seakan- akan kakak
beradik, akan t et api m akin besar m akin berakarlah rasa kasih sayang m ereka
sat u kepada yang lain sehingga t idaklah aneh kalau m enj elang dewasa, daya

Suling Mas Kho Ping Hoo 324


t arik gadis it u m enj at uhkan hat i Bu Song sehingga diam - diam ia m encint a Eng
Eng yang kini telah menjadi seorang gadis remaja berusia enam belas tahun yang
cant ik j elit a, lincah j enaka dan lihai ilm u silat nya. Adapun Bu Song t elah m enj adi
seorang pem uda berusia dua puluh sat u t ahun yang bert ubuh t inggi t egap,
berwaj ah t am pan serius, wat aknya pendiam , dan pandai dalam ilm u surat . Tanpa
ia sadari, di dalam t ubuhnya t elah t erdapat dasar- dasar ilm u silat , Bu Song t elah
m em iliki t enaga dan hawa sakt i di dalam t ubuhnya. Hanya saj a, ia t idak t ahu
bagaim ana harus m em pergunakannya! Pada suat u pagi yang indah di puncak
Gunung Min- san, Kwee Seng bersam a ist erinya duduk di depan pondok,
m enikm at i hawa pagi pegunungan yang bersih sej uk dan m enyehat kan. Sinar
m at ahari pagi dari t im ur m ulai m engusiri halim un pagi yang t ebal. Dalam usianya
em pat puluh t ahun lebih, Kwee Seng belum kelihat an t ua benar. Waj ahnya m asih
segar berseri, t ubuhnya m akin t egap dan agak gem uk. Hanya j enggot nya dan
kum isnya yang t ipis it u dipeliharanya dan m em buat ia t am pak lebih t ua daripada
dahulu. Adapun ist erinya yang am at cint a kepadanya, j uga belum t am pak t ua
benar. Tubuhnya masih ramping, senyumnya masih segar dan sepasang matanya
masih bening seperti bintang. Ketika mereka duduk di depan pondok itu, tiba- tiba
t erdengar suara ket awa Eng Eng yang nyaring gem bira, lalu t am pak gadis it u
berlari- lari mendekat puncak sambil berseru.
" Koko, kayu bakar kit a t elah habis. Hayo berlum ba m encari kayu! " Tubuhnya
yang kecil ram ping it u berkelebat cepat , baj unya yang berwarna m erah berkibar-
kibar ketika ia lari sambil menengok ke belakang, wajahnya cantik berseri- seri. Di
belakangnya t am pak Bu Song berusaha m engej arnya. Pem uda ini m em iliki
bent uk t ubuh yang baik sekali. Bahunya bidang, dadanya berbent uk segit iga dan
j elas m em bayangkan kekuat an, langkahnya t idak sepert i seorang pelaj ar yang
lem ah m elainkan sepert i seekor harim au. Waj ahnya t am pan dan gant eng,
dengan alis hit am t ebal berbent uk golok, m at a lebar bersinar t aj am sekali penuh
wibawa, hidungnya m ancung dan bibirnya j arang t ersenyum . Dagunya t erdapat
belahan kecil dit engah- t engahnya, m enam bah ket am panan dan sifat yang
gant eng ini t erbayang kem urungan yang m em buat ia pendiam dan sering kali
keningnya berkerut.
"Moi- m oi, biarlah aku yang m engum pulkan kayu. Pekerj aan kasar ini adalah
pekerj aan laki- laki. Kalau berlom ba, t ent u saj a aku kalah. Larim u lebih cepat
daripada larinya rusa, mana aku bisa menyusulmu?" Biarpun ia berkata demikian,
nam un Bu Song lari j uga agar t idak m engecewakan hat i gadis yang m enj adi
teman bermain sejak kecil selama belasan tahun.
Sebent ar kem udian bayangan kedua orang m uda it u lenyap dalam sebuah hut an
di puncak. Suam i ist eri yang duduk di depan pondok it u t ersenyum , saling
pandang penuh art i. " Tak dapat disangkal lagi, m ereka adalah pasangan yang
amat cocok dan setimpal," kata Kwee Seng setelah menarik napas panjang penuh
kepuasan.
I st erinya m engangguk. " Benar Eng Eng orangnya lincah j enaka sebaliknya Bu
Song pendiam dan penyabar, am at cocok dan dapat saling m em pengaruhi. Juga
kulihat mereka itu saling mencinta. Hanya sayang..."
" Mengapa sayang, ist eriku?" " Ada dua hal yang kusayangkan. Pert am a, orang
t uanya t idak hidup bahagia, t um ah t angga orang t uanya berant akan, ayah bunda
bercerai, Ayah kawin lagi, Ibu..."
Kwee Seng m enghela napas. " Mem ang t ak dapat disangkal hal it u, akan t et api
apakah kit a harus m engukur keadaan seseorang anak dari orang t uanya? Bu
Song anak baik, sem enj ak kecil dia dalam pengawasan kit a. Bert ahun- t ahun kit a
m elihat dia t um buh dewasa, m elihat wat ak- wat aknya, apakah m asih belum
cukup dan haruskah kita mengingat keadaan ayah bundanya?"
" Kau m em ang bet ul. Aku t erpengaruh oleh keadaan orang t uanya karena
biasanya dari keluarga yang berant akan ak an t um buh anak- anak yang kurang
baik. Akan t et api Bu Song sem enj ak kecil m enj adi m uridm u. Hanya aku
sayangkan, karena kalau saj a orang t uanya t idak dem ikian, alangkah akan lebih
baiknya..."

Suling Mas Kho Ping Hoo 325


" Hem m m , t ak salah om onganm u it u. Dan hal kedua yang kausayangkan, apakah
it u?" " Aku m enyayangkan bahwa Bu Song t idak m au belaj ar ilm u silat .
Sedangkan anak kit a, sungguhpun t idak sangat pandai, boleh dibilang t elah
m em iliki kepandaian t inggi. Apakah hal ini t idak akan m enj adi penghalang
kesesuaian faham dan watak mereka kelak?"
Kwee Seng t ersenyum . " Kau t idak t ahu, ist eriku. Karena m em ang hal ini
kurahasiakan agar j angan sam pai bocor dan m engaget kan hat i Bu Song. Kasihan
anak yang hidupnya sebat ang kara dan berhat i bersih it u. Dia begit u benci
kepada ilmu silat karena sejak kecil ia menelan filsafat- filsafat hidup penuh damai
dan penuh cint a kasih t erhadap sesam a hidup, dan t erut am a sekali karena ia
kecewa m elihat ayah bundanya yang m enurut j alan pikirannya t erpisah dan
t ersesat oleh ilm u silat . Di sam ping ini, t elah banyak ia m enyaksikan kekej am an
dan kekej ian di wakt u ia m asih kecil sehingga t im bul anggapannya bahwa ilm u
silat hanya m enj adi alat unt uk m elakukan kekej am an dan pem bunuhan belaka.
I nilah sebabnya ia t idak m au belaj ar ilm u silat . Akan t et api, aku m elihat bakat
baik sekali t erpendam dalam dirinya. Bakat luar biasa yang bahkan j auh lebih
baik daripada aku sendiri. karena inilah, diam - diam aku m enanam dasar- dasar
ilmu silat dan telah menyuruh di berlatih siulian dan napas. Sekarang pun ia telah
m em iliki sin- kang yang hebat , hanya saj a, ia t idak sadar akan hal ini. Kelak,
kalau ia m engalam i penderiat aan hidup karena ket idakm am puannya bersilat ,
baru akan t erbuka pikirannya dan sekali ia m em pelaj arinya, ia akan m enj adi
seorang yang luar biasa, bahkan mungkin melebihi kepandaian dan tingkatku."
Gin Lin t ercengang, akan t et api j uga girang sekali. " Syukurlah kalau begit u. Kini
hilang keraguanku. Sebaiknya kit a lekas- lekas laksanakan perj odohan m ereka.
Set elah m ereka m enj adi suam i ist eri, baru lega hat iku dan dapat kit a t inggalkan
mereka...."
" Ah, ist eriku. Kurang bahagiakah kit a t inggal di sini? Adakah yang lebih nikm at
daripada hidup t enang dan t ent eram sepert i hidup kit a sekarang ini? Apakah kau
masih selalu merindukan dunia ramai dan menyaksikan pertumpahan darah?"
Tiba- t iba waj ah berseri nyonya it u digelapi m endung, bahkan kedua m at anya
m enj adi basah sehingga cepat - cepat ia m engusap air m at a it u dengan
saput angannya. Dengan m uka t unduk ia berkat a, " Suam iku, m em ang aku
bert erim a kasih kepada Thian, j uga bersyukur kepadam u yang t elah m em beri
kebahagiaan hidup kepadaku di t em pat ini. Aku cukup bahagia, akan t et api... ah,
bet apa aku dapat m elupakan ayah bundaku t erbunuh secara kej am , saudara
kem barku m enj adi... pelacur... dan aku sendiri, seandainya t idak bert em u
denganm u, apa j adinya dengan aku? Sem ua it u karena kebiadaban m usuh yang
m em bunuh, m eram pok, m em perkosa, m enghina... suam iku, kat akanlah, apakah
aku harus diam saj a sekarang? Apakah m ungkin kebahagiaan hidupku t anpa
m engingat sedikit pun akan penderit aan orang t ua dan keluargaku? Suam iku, di
wakt u sadar aku hidup bahagia di sam pingm u dan di sam ping anak kit a, akan
t et api t ahukah kau bet apa set iap m alam aku berm im pi dan bert em u dengan
arwah orang t uaku yang m em andang penuh penyesalan? Ah, suam iku..." Gin Lin
lalu menangis.
Kwee Seng m em egang pundak ist erinya. " Tenangkan hat im u, ist erku. Jangan
kaukira bahwa aku pun t idak peduli akan hal it u sem ua. Akan t et api, kurasa
t idaklah t epat kalau urusan pribadi dicam puradukkan dengan urusan negara.
Keluargam u t erbasm i bukan karena urusan pribadi, m elainkan karena urusan
negara. Karena keluargam u bangsawan Tang, m aka ket ika Dinast i Tang roboh,
t ent u saj a keluargam u t erlanda m alapet aka. Andaikat a kau hendak m em balas,
kepada siapakah kau akan m em balas? Dalam keribut an sepert i it u, dalam
perang, mana bisa kita membalas kepada seseorang?"
" Mem ang bet ul ucapanm u, suam iku," kat a Gin Lin yang sudah dapat
m enenangkan hat inya. " Dan m em ang aku t idak m endendam kepada seseorang,
m elainkan m enaruh dendam kepada m ereka yang m enurunkan Dinast i Tang,
karena m ereka it ulah yang m enghancurkan keluarga kam i. Karena it u, kalau
anak kit a sudah m enikah, aku... ij inkanlah aku m em bant u Pam an Couw Pa Ong

Suling Mas Kho Ping Hoo 326


unt uk m enghancurkan m usuh sehingga dengan j alan it u berart i aku sudah
melakukan kewajibanku berbakti kepada orang tua dan keluarga..."
" Baiklah... baiklah, kit a bicarakan hal ini kelak. Apa kaukira aku dapar
m elepasm u begit u saj a? Sekali kit a berkum pul, unt uk selam anya. Kalau m em ang
kulihat bahwa m usuh- m usuhm u it u orang j ahat , sebagai seorang pendekar t ent u
saja aku akan suka membantumu membasmi mereka."
Gin Lin m em egang lengan t angan suam inya dan m at anya basah m em andang
waj ah suam inya ket ika ia berkat a t erharu, " Aku t ahu engkau suam iku yang
berhat i baik sekali..." m ereka berpadangan dan diam - diam Kwee Seng m enarik
napas. I a hanya m enaruh kasihan kepada wanit a ini, wanit a yang m enj adi
ist erinya karena kebet ulan dan t erpaksa. I a t ahu bahwa Gin Lin am at
m encint any a, m encint anya sem enj ak m asih m enyam ar sebagai nenek di Neraka
Bum i. Akan t et api dia, cint a j ugakah dia kepada ist erinya ini? Sukar dikat akan,
dan Kwee Seng akan m em bohongi diri sendiri kalau dia m engaku dem ikian. Cint a
kasih t erhadap wanit a agaknya t elah lenyap dari hat i Kwee Seng. Hat inya sudah
kosong. Cint anya sudah lenyap bersam a Lu Sian. Akan t et api, sam pi m at i pun ia
t idak akan suka m enyat akan hal ini m elalui m ulut , bahkan ia coba m engusir dari
dalam hat inya set iap kali t im bul. I a m erasa kasihan kepada Gin Lin dan akan
membela isterinya ini dengan seluruh jiwa raganya.
" I st eriku, bukankah sekarang Pam an Couw Pa Ong t elah berhasil pula
meruntuhkan Kerajaan Cin dan dengan demikian berarti sudah menang perang?"
" Bet ul, suam iku. Akan t et api Pam an bersekut u dengan golongan lain sehingga
kini didirikan Keraj aan Han Muda ( 947- 951) . Akan t et api Keraj aan Han ini pun
selalu dibayangi m usuh, selalu diserang dan keadaan Pam an kabarnya m akin
payah..."
" Bagaim ana kau bisa t ahu?" Merah waj ah ist erinya ket ika m enj awab, " Aku t elah
menyuruh seorang penduduk lereng gunung pergi menyelidik ke kota raja...."
Kwee Seng t erkej ut . Hem m m , kiranya ist erinya ini diam - diam t ak pernah
m elupakan urusan negara. Akan t et api pada saat it u, berkelebat bayangan orang
dan t ahu- t ahu seorang kakek t elah berada di sit u, kedua kakinya bersila,
tergantung di antara dua batang tongkat yang dipegangnya, menggantikan kedua
kaki untuk berdiri.
" Pam an...! " Gin Lin berseru girang. " Ah, kiranya Pam an yang dat ang. Maafkan
kami tidak dapat menyambut lebih dulu karena tidak tahu," kata Kwee Seng yang
sudah bangkit berdiri dan memberi hormat.
Sej enak kakek it u t idak m enj awab, hanya berdiri m enat ap t aj am kepada suam i
ist eri it u. Kem udian dia berkat a, " Kim - m o Taisu Kwee Seng, aku ingin bicara
empat mata denganmu."
" Tent u saj a boleh, silakan Pam an m asuk ke pondok kam i yang buruk...." "Tidak
disit u, Kwee Seng. Mari kau ikut aku m enuruni puncak. Di lereng sunyi sana kit a
bicara. Wakt u hanya sedikit , m usuh- m usuh m engej ar- ngej arku, aku perlu...
bantuanmu, suami keponakanku!"
" Pam an! Apakah yang t erj adi...?" Gin Lin berseru kaget . "Diam lah kau, Lin- ji.
Tidak perlu ribut - ribut , hanya perlu kau t ahu bahwa Keraj aan Han Muda runt uh
pula. Masih unt ung Pam anm u ini t idak t ewas. Relakah kau kalau suam im u
membantuku?"
" Tent u saj a, Pam an! Kwee- koko, kau pergilah ke lereng bersam a Paman.
Kasihanlah, bant ulah..." Ucapan nyonya ini disert ai pandang m at a penuh
perm ohonan, j uga suaranya m enyem bunyikan isak t angisnya. Agaknya ia sedih
sekali mendengar bahwa pamannya kembali sudah jatuh!
"Baiklah, Lin- moi. Mari, Paman!" Kedua orang sakti itu berkelebat cepat menuruni
puncak. Di sebuah lereng yang sunyi Kong Lo Sengj in berhent i, lalu m enj at uhkan
diri duduk bersila dengan sepasang kakinya yang lum puh sam bil berkat a, "Kim -
m o Taisu, kali ini kau benar- benar m em but uhkan bant uanm u." " Hem m , bant uan
bagaimana yang Paman maksudkan?"
" Duduklah di sini. Aku sengaj a m engaj akm u ke sini agar lebih enak kit a bicara
secara terbuka, jauh dari wanita yang tentu akan mengganggu saja."

Suling Mas Kho Ping Hoo 327


Di dalam hat inya Kwee Seng t idak set uj u dengan pendapat ini, akan t et api ia
t idak m em bant ah lalu duduk di depan kakek it u. Kakek yang sudah am at t ua,
akan t et api dari pandang m at anya j elas t am pak sem angat bernyala- nyala.
Set elah m elihat Kwee Seng duduk di depannya, kakek ini berkat a, suaranya
lambat perlahan.
" Engkau t ent u t elah m endengar dari ist erim u bet apa m alapet aka hebat m enim pa
Keraj aan Tang berikut sem ua bangsawan dan keluarga kaisar. Dan t ent u kau pun
sudah t ahu bet apa aku kehilangan t enaga kedua kakiku dalam perang it u dan
kem udian bet apa aku m engorbankan seluruh hidupku unt uk berusaha
membangun kembali Kerajaan Tang yang telah dirobohkan para pemberontak."
Kwee Seng mengangguk. "Bagaimana pendapatmu tentang semua usahaku itu?"
" Sudah sepat ut nya m engingat bahwa Pam an adalah seorang bekas pangeran dan
Raj a Muda t ang yang t ent u harus berset ia kepada Keraj aan Tang," j awab Kwee
Seng sejujurnya.
" Bukan it u saj a. Akan t et api j uga m engingat akan m alapet aka yang m enim pa
keluargaku, keluarga Gin Lin ist erim u. Jangan m engira bahwa aku akt if bergerak
unt uk m encari kedudukan. Sam a sekali bukan. Terus t erang kukat akan bahwa
ket ika Keraj aan Tang Muda berhasil m erunt uhkan Keraj aan Liang, aku lalu
m engundurkan diri ke pulau kosong di m ana aku m elat ih dua orang m uridku.
Baru set elah Keraj aan Tang Muda roboh, aku keluar lagi dari pulau dan berusaha
m em bangun kem bali Keraj aan Tang. Akan t et api, banyak pengikut Tang sudah
tewas sehingga terpaksa dengan mengadakan persekutuan dengan golongan lain,
akhirnya kam i berhasil m erunt uhkan Keraj aan Cin dan m em bangun Keraj aan Han
Muda. Nam un, begit u aku kem bali ke pulau m engundurkan diri, sekarang
Keraj aan Han t elah runt uh kem bali, hanya berdiri selam a em pat t ahun saj a ( 947-
951)!"
"Hemm, lalu sekarang apa yang dapat kulakukan untuk membantu Paman?"
" Sekarang sudah runt uh sem angat ku unt uk m em bangun kem bali Keraj aan Tang.
Sudah habis sekarang ket urunan kaisar, dan sudah m usnah pula pengikut -
pengikut nya. Apa art inya kalau t inggal aku seorang? Bet apapun j uga, aku harus
m em balas dendam kepada t okoh- t okoh yang dahulu t elah m erunt uhkan Keraj aan
Tang, j uga t okoh- t okoh yang sekarang t elah m erobohkan Han Muda. Akan t et api
aku hanya sendiri, dan m usuh- m usuh it u begit u banyak. Oleh karena it ulah.
Kwee Seng, demi sakit hati dan dendam isterimu, maukah kau membantuku?"
" Maaf, Pam an. Menurut pendapat ku, keluarga ist eriku t erbasm i dalam keadaan
perang dan dia sendiri pun t idak dapat m engat akan dengan j elas siapa- siapa
orangnya yang m elakukan pem basm ian, karena dalam perang t ent u keadaan
kacau- balau dan seluruh barisan pihak m usuh m erupakan lawan. Tak m ungkin
saya dan ist eri saya m em balas secara m em babi but a, karena bukankah t ent ara
pihak m usuh it upun hanya m em enuhi t ugas m ereka? Tidak ada dendam pribadi
dalam urusan perang. Adapun t ent ang m em bant u Pam an, agaknya sudah
sepat ut nya aku m em bant u kalau Pam an t erancam bahaya. Akan t et api, kulihat
Pam an t idak t erancam siapa- siapa pada saat ini. Kalau Pam an m em punyai
musuh- m usuh pribadi lalu m int a bant uanku, t ent u saj a harus kulihat dulu
siapakah m ereka it u. Kalau m ereka t erdiri dari golongan j ahat , t ent u aku t idak
akan segan- segan membantumu."
Kong Lo Sengj in m enam par bat u di dekat nya sehingga hancurlah bat u. " Heh!
Sudah kuduga kau akan banyak m em bant ah! Banyak sekali m usuh- m usuhku dan
sekarang pun aku sedang dikej ar- kej ar m ereka. Di ant ara m ereka adalah Ban- pi
Lo- cia, Hek- giam- lo tokoh setan baru yang mewakili Khitan. Pouw- kai- ong Si Raja
Pengem is baru yang j ahat . Ma Thai Kun orang Beng- kauw yang m urt ad, dan
terakhir ada pula Tok- siauw- kwi..."
"Ahh...?" Tanpa disadarinya Kwee Seng berseru kaget.
" Hem m , kau kaget m endengar nam a Tok- siau- kwi? Benar, dia adalah put eri
Beng- kauwcu yang dulu m enj adi t unanganm u! " kat a Kong Lo Sengj in sam bil
m em andang t aj am . Diam - diam Kwee Seng m engeluh. Kiranya perist iwa dua
puluh tahunan yang lalu itu telah diketahui pula oleh kakek sakti ini.

Suling Mas Kho Ping Hoo 328


" Mereka adalah orang- orang j ahat , akan t et api t idak m em punyai urusan pribadi
dengan saya, Pam an. Pernah saya m endengar nam a m ereka yang t erkenal
kej am , akan t et api kiranya hanya Ban- pi Lo- cia seorang yang m enim bulkan
dendam di hati saya karena dialah pembunuh keponakanmu Khu Kim Lin!"
" Hah, segala urusan wanit a! Bagiku yang t erpent ing adalah karena m ereka ikut
bersekongkol m erobohkan Keraj aan Han sehingga kini berdiri keraj aan yang
m enam akan dirinya Keraj aan Cou! Pendeknya, kau m em bant uku at au t idak
menghadapi mereka?"
" Kalau Pam an diancam dan diserang, saya t ent u akan m em bela Pam an. Akan
tetapi mencari mereka untuk memusuhi? Benar- benar kurang cocok dengan..."
Pada saat itu terdengar pekik dari puncak. Samar- samar terdengar suara Khu Gin
Lin menjerit memanggil suaminya disertai pekik minta tolong.
" Celaka....! " Bagaikan kilat m enyam bar, t ubuh Kwee Seng sudah berkelebat dan
sepert i t erbang saj a ia berlari ke puncak. Kakek lum puh it upun bangkit dan
m enggunakan sepasang t ongkat nya berlari m engej ar, akan t et api waj ahnya
sam a sekali t idak m em bayangkan kekhawat iran, bahkan m ulut nya t ersenyum
dingin.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Kwee Seng ketika ia tiba di puncak, dari
j arak j auh ia m elihat ist erinya, Khu Gin Lin, sedang bert anding seru m elawan
seorang laki- laki yang berj enggot pendek, beram but panj ang sepert i saikong dan
m em egang sebat ang pedang. I st erinya pun berpedang, akan t et api pedang di
t angan ist erinya it u t inggal sepot ong, agaknya pat ah ket ika bert anding. Laki- laki
lawan ist erinya it u hebat ilm u pedangnya dan ist erinya yang m em ang kurang
terlatih terdesak hebat sekali dan berada dalam keadaan bahaya.
"Lim- m oi... lari...! " t eriak Kwee Seng dengan waj ah pucat karena ia m aklum
bahwa set iap det ik nyawa ist erinya t erancam bahawa. Uj ung pedang lawan it u
sudah mematahkan semua jalan keluar dan sudah mengancam hebat. Mendengar
t eriakan ini, Gin Lin t im bul sem angat nya dan m em ut ar pedang bunt ungnya,
namun sekali tangkis pedangnya terlepas.
Kwee Seng m eloncat dan m engeluarkan seruan keras sekali sepert i seekor
garuda m em ekik, nam un t erlam bat . Gerakan pedang laki- laki it u am at cepat nya
ket ika m enusuk dan... " blessss...! " Uj ung pedangnya am blas ke dalam dada kiri
Khu Gin Lin! Hanya beberapa det ik Kwee Seng t erlam bat . Melihat hal m engerikan
ini, Kwee Seng m enggerang, t ubuhnya m encelat m aj u dan t angan kiriny a
menampar.
" Krakk! ! ! " Hebat bukan m ain t am paran ini. Tepat m engenai kepala penyerang
yang m asih m em egangi gagang pedang yang m enancap di dada kiri Gin Lin.
Seket ika pecah kepala it u, kedua bij i m at anya t erloncat keluar dan ot aknya
muncrat bercampur darah, tubuhnya terkulai tak bernyawa lagi.
Dengan gerakan aneh Kwee Seng m enyam bar t ubuh ist erinya yang t erhuyung-
huyung. Pedang it u m asih m enancap di dada kiri. Tak berani Kwee Seng
m encabut nya, karena ia m aklum bahwa hal it u berbahaya sekali. Dengan pedang
m enancap, berart i darah m asih t ert ahan sem ent ara. I a m em eluk dengan hat i
hancur karena m endapat kenyat aan bahwa nyawa ist erinya t ak m ungkin dapat
tertolong lagi. Pedang itu menancap terlalu dalam, hampir menembus dada!
"Lin- m oi... oh, Lin- m oi...! " I a m endekap dan air m at a t urun bert it ik m em basahi
pipinya. Gin Lin m em buka m at anya dan t ersenyum ! "Kwee- koko... aku puas...
akhirnya aku dapat m engorbankan nyawa unt uk berbakt i kepada orang t ua dan
keluarga, untuk Kerajaan Tang...! Aku puas... dia... dia... sengaja datang mencari
aku... begit u aku m engakui nam aku, dia... t erus m enyerang...." I a t erbat uk
payah, lalu m erangkul leher suam nya, m encium pipinya.. " Koko... j aga baik- baik
anak kit a... kawinkan dengan Bu... Song..." Tiba- t iba m at a it u t erpej am , leher it u
lemas dan nyawa Gin Lin meninggalkan tubuhnya.
"Lin- m oi...! " Kwee Seng m endekap m uka ist erinya it u ke dada, sej enak ia
m em ej am kan m at am , m enahan napas. Kem udian ia sadar kem bali, perlahan
m engangkat t ubuh ist erinya, m em bawanya m asuk ke dalam pondok. Ket ika ia
keluar lagi dengan m uka pucat , ia m elihat Kong Lo Sengj in ikut m engam uk,

Suling Mas Kho Ping Hoo 329


menusuk- nusuk m ayat laki- laki it u dengan kedua t ongkat nya sam pai hancur
lebur!
" Dia adalah seorang di ant ara m usuh- m usuhku! Lihat ini, di sakunya ada surat
penant ang Ban- pi Lo- cia dit uj ukan kepadaku! Aku m engenal dia ini seorang
jagoan di pantai timur yang ikut bersekutu menjatuhkan Kerajaan Han!"
Kwee Seng t idak m em perhat ikan ucapan it u, akan t et api ia m enerim a surat it u
dan m em bacanya. Sebuah surat t ant angan! Dit andat angani oleh Ban- pi Lo- cia
yang isinya m enant ang Kong Lo Sengj in dat ang ke m uara Sungai Kuning d Laut
Po- hai.
" Aku akan m encari m ereka..." sepert i dalam m im pi Kwee Seng m enggelengkan
kepalanya. " Harap Pam an berangkat lebih dulu. Aku t idak berj anj i apa- apa, akan
t et api kalau Pam an bert em u dengan m ereka, kat akanlah bahwa Kim - m o Taisu
akan menemui mereka, biarpun mereka bersembunyi dalam neraka sekalipun!"
Kong Lo Sengj in m engangguk- angguk." Begit upun baik, akan t et api bulan
pert am a t ahun depan m ereka berkum pul di lem bah Sungai Kuning di Laut Po- hai.
Nah, sam pai ket em u lagi! " Kakek it u t anpa m em pedulikan kem at ian
keponakannya, lalu berkelebat dan pergi dari puncak Min- san. Kwee Seng
m em asuki pondok, berlut ut di sam ping j enazah ist erinya, m enahan get aran
hatinya ketika mendengar suara Bu Song dan Eng Eng di luar pondok. Mendengar
Eng Eng berseru t ert ahan dan Bu Song yang j uga kaget . Agaknya m ereka
m enem ukan m ayat yang hacur di luar pondok, pikir Kwee Seng sepert i dalam
mimpi. Lalu kedua orang muda itu berlari- lari, membuka pintu pondok dan...
" Ayah...??" Eng Eng lari m endekat i ayahnya yang duduk bersila sepert i pat ung,
kemudian ia memandang ke atas pembaringan depan ayahnya.
" I bu...??! ! " I a m em eluk, lalu m elihat pedang yang m enancap di dada ibunya.
" I bu...! ! I bu...! ! ! I buuu...! ! ! " Eng Eng m em eluk dan t erguling, pingsan di sam ping
mayat ibunya.
Sem enj ak kem at ian ist erinya, Kwee Seng at au Kim - m o Taisu berpekan- pekan
selalu duduk t erm enung, bersam adhi di dalam kam arnya. Jarang ia keluar,
j arang pula ia suka m akan hidangan yang disediakan put erinya. Puncak Min- san
seperti kosong, sunyi dan gelap, seakan- akan selalu tertutup mendung kedukaan.
Biarpun di dalam hat inya Kim - m o Taisu t idak pernah m encint a ist erinya sepert i
seorang pria m encint a wanit a, nam un ia m endapat kan seorang ist eri yang
berbudi dalam diri Gin Lin. Seorang t em an hidup yang m enyenangkan dan ia
m erasa am at iba kepada wanit a it u. Kini ia m erasa m enyesal m engapa hat inya
t ak pernah m enj at uhkan cint a kasihnya kepada Gin Lin, wanit a yang dem ikian
baiknya, m elainkan m asih saj a t erikat kepada Lu Sian. I a m erasa m enyesal dan
berdosa kepada ist erinya. I a harus m em balas dendam . Biarpun pem bunuh
ist erinya t elah ia bunuh pula, nam un ia harus m encari orang- orang yang
memusuhi Kong Lo Sengjin dan isterinya.
Keadaan yang m erupakan perubahan besar ini am at m em pengaruhi pula j iwa
Kwee Eng. Gadis ini m enj adi sedih m elihat ayahnya yang selalu t erm enung dan
berduka sepert i seorang yang kehilangan sem angat . Sore hari it u, Kwee Seng
baru keluar dari kam arnya, akan t et api ia t idak m elihat put erinya. Hanya m elihat
Bu Song yang sedang duduk di depan pondok m em baca kit ab. Melihat gurunya
keluar, Bu Song cepat m enghent ikan bacaannya dan segera m em beri horm at .
Suaranya t erharu ket ika ia berkat a. " Maafkan t eecu yang berlancang m ulut ,
Suhu. Akan t et api t eecu ingat bet apa t idak baiknya m em biarkan diri hanyut
diseret dan dit enggelam kan perasaan yang dibiarkan berlarut - larut t anpa dilawan
akan berubah menjadi racun yang melemahkan batin?"
Sejenak Kim- m o Taisu m em andang m uridnya yang berdiri dengan sikap horm at
dan yang menundukkan muka. Ia tersenyum pahit dan menjawab. "Terima kasih,
Bu Song. Aku t idak lupa akan kenyat aan it u. Akan t et api... ah, bet apa lem ahnya
m anusia. Dan engkau t idak t ahu pula bet apa hebat penderit aan bat inku selam a
itu. Akan tetapi, bukanlah peristiwa ini saja yang membuat hatiku jatuh, muridku,
m elainkan hal- hal yang m endat anglah yang m em buat aku prihat in. Aku harus
pergi, akan t et api bet apa aku dapat m eninggalkan Eng Eng seorang diri? Bu

Suling Mas Kho Ping Hoo 330


Song, berj anj ilah engkau bahwa engkau bersedia m elindungi adikm u Eng Eng
selamanya."
Pem uda it u m engangkat m ukanya yang m em bayangkan kesungguhan hat inya,
m em andang gurunya dengan sinar m at a yang j uj ur. " Teecu berj anj i unt uk
melindungi Eng- moi selama teecu hidup!"
Terget ar j ant ung Kwee Seng m enat ap waj ah m uridnya ini. Terbayang kekerasan
hat i Lu Sian pada waj ah it u dan ia m enaruh kepercayaan penuh kepada pem uda
ini. "Bu Song, apakah kau mencinta Eng Eng?"
Waj ah it u t idak berubah dan sinar m at anya m asih penuh kej uj uran. " Tent u saj a
Suhu, t eecu m encint a Adik Eng Eng." " Mencint a sepert i adik kandung?" " Benar,
Suhu." "Ah, aku tidak ingin kau mencintanya seperti adik kandung."
Bu Song t erkej ut . " Maksud Suhu...?" Kim - m o Taisu m em egang pundak waj ahnya
dengan pandang m at a t aj am . " Aku ingin kau m encint anya sepert i seorang pria
mencinta wanita! Seperti seorang laki- laki mencinta calon isterinya!"
Seket ika waj ah pem uda it u m enj adi m erah sekali dan ia m enundukkan m ukanya,
menjawab gagap, "Ah, ini... ini..."
Jawablah sej uj urnya, Bu Song. Dapat kah kau m encint any a sepert i it u...?" dengan
hat i perih Kim - m o Taisu bert anya, karena ia t idak ingin put erinya m endapat kan
suami yang baik akan tetapi tidak mencintanya, seperti mendiang ibunya.
Bu Song m engangguk. " Mem ang t eecu.... m encint anya sepert i it u, Suhu... hanya
tentu saja tadinya tak berani mengaku..."
" Bagus! Legalah hat iku. Bu Song, kalau begit u kau t ent u bersedia m enj adi suam i
Eng Eng, bukan?"
Pem uda yang m em iliki hat i yang kuat it u t elah dapat m em bebaskan diri dari rasa
m alu dan canggung. Kini ia m engangkat m uka m em andang gurunya dan
m enj awab dengan sungguh- sungguh, " Suhu, t eecu m enghat urkan beribu t erim a
kasih kepada Suhu yang t idak saj a t elah m engangkat t eecu dari lum pur
kehinaan, m endidik t eecu, j uga kini m enganugerahi t eecu m enj adi calon m ant u.
Hanya t eecu sendiri dan Thian yang m enget ahui bet apa besar rasa t erim a kasih
it u. Tent u saj a t eecu bersedia sehidup sem at i dengan Eng- m oi. Akan t et api,
Suhu. Bagaim ana t eecu berani lancang m enj adi suam i Eng- moi kalau keadaan
t eecu sepert i ini? Teecu sebat ang kara, m iskin dan t idak bekerj a. Sungguh t eecu
akan m enyesal seum ur hidup kalau kelak hanya akan m enyia- nyiakan harapan
Suhu dan menyeret Eng- moi dalam kehidupan miskin sengsara."
Kim- m o Taisu m enepuk- nepuk pundak Bu Song. " Hem m , anak baik. Kau
mempunyai cita- cita apakah? Katakan padaku."
" Sem enj ak kecil t eecu m em pelaj ari sast ra. Tent u pelaj aran it u akan m enj adi sia-
sia belaka kalau t idak t eecu pergunakan. Teecu ingin sekali m engikut i uj ian di
kota raja..."
Kim- m o Taisu m engerut kan kening. Teringat ia akan pengalam annya sendiri
ket ika ia m asih m uda. I a pun dahulu bercit a- cit a dem ikian, nam un cit a- cit a it u
kandas karena pada m asa it u t ak m ungkin orang dapat lulus uj ian kalau t idak
m am pu m em beri uang suapan yang besar kepada para pet ugas. Oleh karena it u,
ia dapat memaklumi isi hati calon mantunya.
" Baiklah, Bu Song. Perj odohanm u dengan Eng Eng t idak t ergesa- gesa. Cukup
bagiku asal kalian sudah bert unangan. Kau boleh m enem puh uj ian di kot a raj a
dan set elah it u, lulus at au gagal, kau harus m elangsungkan pernikahanm u
dengan Eng Eng. Biar aku sendiri yang akan m enyelidiki ke kot a raj a. Mudah-
m udahan sekarang sudah ada perubahan dan m udah- m udahan Keraj aan Cou
Muda yang baru ini t idak lagi m em prakt ekkan keburukan j am an lam a Dinast i
Tang. Eh, di mana Eng Eng?"
Bu Song m enghela napas. " Sej ak I bu Guru m eninggal, karena m elihat Suhu
set iap hari m enut up diri dan t enggelam berduka cit a. Kalau Suhu t idak m au
makan, Eng- moi pun tidak suka makan. Kalau Suhu sudah tidur, barulah Eng- moi
m au m engaso. Kerj anya hanya m enangis set iap hari dan t eecu sam pai bingung
bagaimana harus menghiburnya."

Suling Mas Kho Ping Hoo 331


Naik sedu- sedan di t enggorokan Kim - m o Taisu. " Ahhh, salahku... salahku...
m engapa aku selem ah ini, Bu Song." I a m em andang waj ah m uridnya yang agak
kurus dan pucat . " Kau pun t ent u ikut pula kurang m akan kurang t idur! Jangan
bohong."
" Melihat keadaan Suhu dan Eng Moi, bagaim ana t eecu bisa senang? Sem ua
akibat sambung menyambung. Subo meninggal dan Suhu berduka. Suhu berduka
dan Eng- m oi bersusah. Eng- m oi bersusah, t eecu bingung m erana." " Ah, m em ang
aku bersalah, Bu Song. Lekas kau susul Adikmu dan suruh pulang!"
Bu Song girang hat inya. Bukan hanya girang karena berit a t ent ang
pert unangannya dengan Eng Eng at au t ent ang m aksud suhunya m enyuruh dia
m engikut i uj ian di kot a raj a, m elainkan t erut am a sekali girang karena perubahan
suhunya ini tentu akan mengubah pula keadaan Eng Eng. Ia melangkah lebar dan
berjalan cepat mendaki sebuah puncak di mana ia yakin tentu Eng Eng berada. Ia
t idak t ahu bet apa suhunya m engawasi dari belakang lalu m enarik napas panj ang
dan berkat a seorang diri. " Anak baik sekali! Mut iara belum t ergosok. Kelak ia
akan m enj adi pendekar yang sukar dicari bandingannya. Akan t et api bagaim ana
dapat m enggerakkan hat inya unt uk m enj adi pendekar? Kem at ian ist eriku t ent u
lebih m em buat ia benci akan ilm u silat . Jelas t am pak di m ukanya bet apa ia
menyalahkan ilmu silat dalam peristiwa ini!"
Tepat sepert i dugaan Bu Song, ia m endapat kan Eng Eng duduk berlut ut di at as
t anah di puncak yang sunyi, m enangis sesenggukan. Bu Song berhent i dan
m em andang dengan hat i perih. Kasihan sekali, pikirnya. Akan t et api ket ika ia
m elangkah m endekat , t idak sepert i biasanya j ant ungnya berdebar aneh. Rasa iba
hat inya bercam pur dengan rasa yang aneh, yang m em buat j ant ungnya berdebar
dan mukanya terasa panas.
"Eng- moi...!" Ia memanggil lirih.
Sej enak isak it u t erhent i dan Eng Eng m enoleh, m em andang kepada Bu Song
dengan m at a basah. Kem udian ia m enangis lagi sam bil berkat a, " koko, m au apa
kau m enyusulku di sini? Tinggalkanlah aku seorang diri..." t angisnya m akin
menjadi.
Bu Song m aj u m endekat , berlut ut dan m enyent uh pundak gadis it u. " Eng- ,oi,
m engapa kau m enyiksa diri sepert i it u? Menyerahlah kepada keadaan, Moi- moi.
Ahh... apakah yang kekal di dunia ini? Sewakt u- wakt u m aut past i m erenggut ,
m em isahkan kit a dari orang yang kit a sayang. Bahkan set iap saat dapat saj a
m aut m erenggut nyawa kit a sendiri. Moi- m oi, kuat kanlah hat im u, t enangkan
batinmu. Ah, sakit rasa hatiku melihatmu sehari- hari menangis begini..."
"Song- koko...! " Gais it u m akin keras m enangis dan m enut upkan m uka pada dada
pem uda yang berlut ut di depannya. Bu Song m endekap kepala it u, j ant ungnya
berdebar penuh kasih sayang. Set elah t angis gadis it u berkurang, ia perlahan
m engangkat m uka it u dari dadanya, m em egang kedua pipi gadis it u dan
m em andang m ukanya. Sepasang m at a j eli yang m em erah, hidung kecil m ancung
yang uj ungnya m erah dan pipi yang basah air m at a, pipi yang agak pucat dan
kurus.
"Moi- m oi, kau kehilangan I bum u, akan t et api di sini m asih ada aku, m asih ada
Ayahmu. Aku akan menjagamu, akan menemanimu selamanya, Moi- moi."
Air m at a bercucuran keluar dari m at a Eng Eng dan gadis ini t erisak sam bil
m em ej am kan m at anya. Tak t ahan Bu Song m enyaksikan ini dan ia m enundukkan
mukanya. Bibirnya menyapu ujung hidung, mengecap air mata dari pipi.
"Ah- hu- hu- hu...! " Eng Eng m enangis lagi dan m endekapkan m uka pada dada
yang bidang it u. Bu Song m enghela napas dan m engelus- ngelus ram but yang
hit am halus. Tiba- t iba Eng Eng m endorongkan kedua t angannya pada dada Bu
Song. Biarpun t angan gadis it u kecil halus, nam un ia m em iliki t enaga lwee- kang,
m aka t ubuh Bu Song t erj engkang ke belakang! Pem uda it u kaget , cepat m erayap
bangun dan m em andang. Gadis it u m asih duduk di t anah, air m at anya m asih
bert it ik akan t et api t idak m enangis lagi, m ulut nya cem berut dan ia m enegur,
nada suaranya marah.

Suling Mas Kho Ping Hoo 332


"Song- koko... apa yang kaulakukan t adi...??" " ... apa...? Mengapa...? Ah, aku...
m encium m u... aku kasihan..." " Engkau nakal! " " Moi- m oi, bukan baru sekarang
aku m encium m u! " Bu Song m em perot es." Mem ang sej ak kit a m asih kecil kau
suka m encium , m em ang t ukang cium ! Akan t et api, kau biasa hanya m encium
pipi. Kenapa t adi kau... kau m encium hidung...??" Mat a it u t idak m enangis lagi,
kini m em andang m arah. " Ah, m aaf, Moi- m oi. Aku t idak... t idak sengaj a... aku...
aku..."
Aneh sekali. Terbayang senyum di bibir m erah it u. " Sudahlah! Aku bukan m arah
karena kau m encium , m elainkan... ah, hidung dan pipiku kot or, aku sedang
m enangis, penuh air m at a, m engapa kau t idak m enunggu m ukaku bersih kalau
mencium?"
Bu Song t ercengang. Sungguh m asih sepert i kanak- kanak! Akan t et api m em ang
sej ak kecil Eng Eng t inggal di puncak gunung, j arang bergaul dengan orang
banyak. Dialah sat u- sat unya kawan berm ain, sepert i kakak dan adik. Eng Eng
masih kekanak- kanakan. Akan tetapi ayahnya sudah bicara tentang jodoh!
"Eng- m oi, m ari kit a pulang." Dia m em bungkuk dan m enyent uh pundak gadis it u.
"Hari sudah hampir petang."
" Tidak, aku t idak pulang! " kat a Eng Eng m eraj uk dan j ari t angannya m enghapus
air m at anya yang m ulai keluar lagi. " Unt uk apa pulang m elihat Ayah bersusah
saja? Aku tidak pulang, biar tidur di sini!"
" Aihh, j angan begit u, Moi- m oi. Suhu sekarang sudah sadar kem bali, t adi sudah
keluar pondok dan menanyakanmu. Suhu mengharap- harap pulangmu, Moi- moi."
"Kau bohong!" "Wah, kapan aku pernah membohongimu? Marilah adik manis, tuh
Ayahm u m enant i di sana. Sebent ar lagi gelap di sini dan Suhu t ent u akan m arah
kalau aku t idak pulang bersam am u. Marilah...! " I a m enarik t ubuh gadis it u
berdiri. Eng Eng sepert i sengaj a berlam bat - lam bat dan m eraj uk m anj a sehingga
ia setengah diseret oleh Bu Song.
" Marilah, Moi- m oi. Apakah kau m asih m arah kepadaku? Boleh kau m em ukulku
agar puas hat im u! " " Siapa m au pukul? Aku t idak m arah! " Akan t et api suarany a
ket us. " Kalau t idak m arah m arilah kit a j alan cepat- cepat, ayahmu menanti." "Kau
j anj i dulu! " " Janj i apa?" " Lain kali m au cium , harus bilang." Bu Song m enahan
senyum. "Mengapa?" "Biar kubersihkan dulu pipi dan hidungku."
Bu Song t ak dapat m enahan lagi senyum nya. I a m enj ura dan m engangkat kedua
tangan di depan dada. "Baiklah, baiklah, Nona. Dan ampunkan aku....!"
Eng Eng t erkekeh ket awa lalu t ubuhnya berkelebat lari t urun dari puncak it u
m eninggalkan Bu Song. Bu Song j uga t ert awa dan m engej ar, akan t et api t ent u
saj a ia t idak m am pu m engej ar gadis yang t erlat ih baik m em iliki gin- kang yang
lum ayan it u. Karena it u Bu Song lalu t idak m engej ar lagi. I a berj alan seenaknya.
Biarlah Eng Eng pulang lebih dulu, pikirnya, agar t idak canggung rasanya bagi
gadis it u kalau ayahnya m em beri t ahu t ent ang perj odohan. Sam bil t ersenyum -
senyum Bu Song m elanj ut kan perj alanan pulang perlahan- lahan, hat inya girang
sekali dan ia mengenang gadis kekasihnya itu yang menjadi teman bermain sejak
kecil. Sem enj ak kecil, Eng Eng m em ang lincah j enaka sekali, kadang- kadang
am at nakal dan m anj a. Sem enj ak kecil, karena hubungan m ereka sepert i kakak
beradik, t idak j arang ia m encium pipi Eng Eng, cium an kanak- kanak dan set elah
m ereka m enj adi besar, cium an m ereka it u m enj adi cium an saudara. Akan t et api
t adi, t erus t erang harus ia akui bahwa ket ika ia t adi m encium Eng Eng, berbeda
sekali perasaannya dengan biasanya. Agaknya perasaan inilah yang
m engaget kan Eng Eng. I a t ersenyum lagi, kem udian Bu Song bersenandung.
Kegem biraan hat inya m em buat ia bernyanyi- nyanyi perlahan. Gurunya benar. I a
t idak hanya m encint ai Eng Eng sebagai seorang kakak, m alah lebih dari it u, ia
m encint ai Eng Eng sebagai seorang pria m encint ai seorang wanit a! Sebagai cint a
gurunya t erhadap ibu gurunya! Karena sej ak kecil hidupnya selalu di puncak
dekat guru dan ibu gurunya, m aka kedua orang t ua inilah yang ia j adikan cont oh
dan ia gem bira sekali. Guru dan ibu gurunya selalu hidup rukun, dan ia akan
senang sekali kalau dapat melanjutkan hidup bersama Eng Eng sebagai isterinya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 333


Ket ika ia t iba dekat pondok, Bu Song m elihat Eng Eng m enangis. Gadis ini
bersem bunyi di balik pohon t ak j auh dari pondok. Di depan pondok it u t erdengar
dua orang berbant ahan dengan suara keras. Ternyat a m ereka it u adalah Kim - mo
Taisu dan Kong Lo Sengj in, kakek lum puh yang dikenal oleh Bu Song sebagai
paman ibu gurunya yang meninggal dunia.
Melihat waj ah Eng Eng pucat sekali, Bu Song kaget dan heran. Akan t et api ia pun
t idak berani m uncul dan hanya m elihat dari j auh. I a hanya m endengar ucapan
Kong Lo Sengjin yang suaranya parau.
" Nah, Kwee Seng! Jangan dikira aku t idak t ahu akan riwayat m u yang busuk it u!
Sekali lagi kut ekankan, engkau t idak berhak m enent ukan perj odohan Eng- jin!
Mau enaknya saj a engkau ini! Sekarang pun, apa t anda set iam u t erhadap ist eri?
I st eri t erbunuh, m usuh berkeliaran, dan kau enak- enak di sini. I nikah yang
disebut orang gagah?"
" Kong Lo Sengj in. Kau pergilah," j awab gurunya, suaranya m engandung duka
dan m arah. " Tent ang anakku, t ak boleh orang lain t urut cam pur, engkau sendiri
pun t idak boleh! Soal m em balas, t ent u saj a akan kulakukan. Kaulihat saj a, Kim -
mo Taisu takkan berhenti sebelum semua musuh terbasmi habis!"
Kakek lum puh it u t ert awa bergelak. " Ha- ha- ha, inilah baru ucapan seorang
pendekar sej at i, seorang pat riot sej at i! Karena ist erim u m eninggal, engkau bukan
keponakanku lagi, Kim - mo Taisu, m elainkan seorang sahabat ku, sahabat
seperjuangan. Ha- ha- ha!"
" Sayang sekali bukan begit u, Kong Lo Sengj in! Jalan kit a berpisah biarpun
musuh- musuh kita sama. Nah, kau pergilah!"
Sam bil t erbahak- bahak Kong Lo Sengj in berkelebat pergi di at as sepasang
t ongkat nya. Eng Eng t ersedu dan berlari m engham piri ayahnya yang
m em eluknya dan m em biarkan gadis it u m enangis Bu Song t ak berani bergerak.
Unt ung pada wakt u it u cuaca sudah m ulai gelap sehingga kedua orang ayah dan
anak it u agaknya t idak m elihat nya. I a t erheran- heran dan bingung. Apakah yang
t erj adi? I a m erasa m enyesal m engapa t adi t idak m engej ar Eng Eng sehingga kini
agaknya ia terlambat datang dan tidak tahu apa yang terjadi sebelum ia datang.
Apa sesungguhnya yang t erj adi? Hanyalah perbant ahan ant ara Kim - m o Taisu dan
Kong Lo Sengjin, namun bantahan yang isinya menghancurkan hati Eng Eng yang
kebet ulan dat ang dan m endengar sam bil bersem bunyi karena ia t akut m elihat
ayahnya bicara keras dengan paman ibunya yang sejak dahulu menimbulkan rasa
takut di hatinya. Mula- mula ia mendengar ayahnya membentak keras.
" Tidak! Urusan j odoh anakku adalah di t anganku, t iada orang lain boleh
m encam purinya! Akulah yang berhak m enent ukan, karena bukankah aku
ayahnya?"
Kong Lo Sengj in t ert awa m engej ek. " Kwee Seng, berani kau m em buka m ulut
besar set elah ist erim u m eninggal? Kaukit a aku t idak t ahu bet apa kau dahulu
meninggalkan Gin Lin karena kaukira dia nenek- nenek? Betapa kau meninggalkan
dia m enderit a seorang diri, m engandung dan m elahirkan Eng Eng karena
perbuat anm u? Tak ingat kah engkau bahwa perbuat anm u yang hina it u, Gin Lin
m enj adi wanit a t ernoda dan Eng Eng m enj adi anak t anpa ayah, anak yang lahir
dari perhubungan gelap? Dan akulah orangnya yang m engangkat Gin Lin dan
anaknya dari sengsara. Set elah Eng Eng besar, set elah Gin Lin t ernyat a seorang
gadis cant ik, baru kau m uncul dan m engaku sebagai suam i Gin Lin, sebagai ayah
Eng Eng! Huh, t ak berm alu! Kini Gin Lin dibunuh orang, engkau enak- enak saj a,
sebaliknya kau mengukuhi hakmu sebagai ayah Eng Eng."
" Kong Lo Sengj in, t ut up m ulut m u! Kalau t idak, j angan sesalkan kalau aku
terpaksa melawanmu!" Kim- mo Taisu membentak marah.
" Aha, kaukira aku t akut ? Kaukira engkau gagah? Kegagahanm u unt uk m elawan
Pam an Gin Lin karena aku t ahu rahasiam u? Ha- ha- ha! Bukannya mencari musuh-
m usuh Gin Lin, sebaliknya engkau m alah hendak m elawan aku! Boleh, engkau
boleh m enj adi m usuhku, akan t et api sekali- kali engkau t idak boleh m engaku
sebagai ayah Eng Eng! Gin Lin hanyalah kekasihmu barangkali, akan tetapi bukan

Suling Mas Kho Ping Hoo 334


ist erim u. Bilakah engkau m enikah dengan keponakanku it u? Siapa saksinya? Ha-
ha- ha!"
" Diam ! ! " Kim - m o Taisu m em bent ak lagi. " Kong Lo Sengj in, kum int a kepadam u,
j angan ulangi sem ua it u. Baiklah, kuakui bahwa m em ang aku t elah m eningalkan
Gin Lin di Neraka Bum i, akan t et api aku t idak m engira bahwa dia t elah
m engandung! Dan aku t elah m em perbaiki sem ua kesalahan, dan aku berj anj i
pula akan membasmi musuh- musuhnya."
"Ha- ha- ha! Bet ulkah it u? Kau berani m enghadapi Tok- siauw- kwi?" Kong Lo
Sengj in m endesak. "Aku pun t ahu bahwa cint am u bukan kepada Gin Lin
m elainkan kepada silum an bet ina it ulah. Pat - j iu Sin- ong sudah m encerit akan
sem uanya kepadaku! Jenderal Kam Si Ek sudah m encerit akan sem uanya
kepadaku! Ha- ha- ha, alangkah lucunya. Engkau yang pat ah hat i m enj adi but a,
Gin Lin yang m enyam ar nenek- nenek sekalipun engkau t ubruk. Sebaliknya, Tok-
siauw- kwi t anpa m em pedulikan cint am u t elah berpest a pora dan berm ain gila,
m enghabiskan para bangsawan m uda di Hou- han. Dia pun t erm asuk kom plot an
yang m em usuhi aku, m em usuhi Gin Lin, dialah seorang diant ara m usuh- musuh
yang menyebabkan kematian Gin Lin. Beranikah kau kini membalas kepadanya?"
Kim- m o Taisu m erasa kepalanya berdenyut - denyut . Pening kepalanya, sakit
hatinya. Akan tetapi apa hendak ia jawab? Ucapan kakek keji ini semua tepat dan
benar. Terbayang di depan m at anya bet apa ia t elah m engalam i hal- hal yang
am at m em alukan, bet apa sem ua it u m enj adi bukt i dari pada kelem ahan bat innya
terhadap asmara.
" Pergilah...! Aku akan m enghadapinya... kau pergilah! " Hanya dem ikian ia
m enj awab dan pada saat it ulah Bu Song dat ang dan m endengar percakapan
selanj ut nya. Pem uda ini sam a sekali t idak t ahu bahwa t adi t elah t erj adi
percakapan yang m enyinggung- nyinggung ibunya. Nam un, andaikat a ia
m endengar sekalipun, ia t idak akan t ahu bahwa Tok- siauw- kwi adalah ibu
kandungnya.
Bu Song m asih belum berani keluar ket ika m elihat Eng Eng t ersedu- sedu dalam
pelukan ayahnya. Baru set elah m ereka m em asuki pondok, ia berani m endekat i
pondok. Malam it u Kim - m o Taisu dan Eng Eng t idak keluar lagi dan Bu Song
m endengar bet apa Eng Eng bergelisah di dalam kam arnya, kadang- kadang
m enangis. Adapun gurunya t erdengar m enarik napas berulang- ulang dalam
kamar samadhinya.
Pada keesokan harinya, pagi- pagi sekali Kim - m o Taisu sudah m em anggilnya
m enghadap. " Bu Song," kat a guru ini yang m ukanya pucat , "Kaukumpulkan
sem ua persediaan akar- akar obat yang sudah kering, j uga kulit ular dan harim au
yang sudah kering, pilih yang baik- baik. Kem udian kaubawa sem ua it u t urun ke
lereng barat dan temui Paman Kui Sam."
" Suhu m aksudkan Kui Sam lopek di dusun Hek- teng?" Bu Song m enj elaskan. I a
m engenal Kui Sam si pedagang keliling yang banyak m encerit akan t ent ang kot a
raja dan kota- kota besar lainnya dalam perantauannya.
" Bet ul, dia. Berikan sem ua barang it u kepadanya dan kat akan agar ia t ukar
dengan lim a st el pakaian sekolah unt ukm u, kem udian sisanya supaya dia
persiapkan saja, nanti kalau aku hendak pergi, kuambil uangnya."
Berdebar j ant ung Bu Song. Jelas bahwa ia benar- benar akan disuruh m engikut i
uj ian ke kot a raj a! Tak enak hat inya. Akar- akar obat dan kulit ular dan harim au
it u adalah sim panan m ereka, hasil perburuan bert ahun- t ahun. " Suhu, selain
pakaian unt uk t eecu, apakah t idak ada lain pesanan? Pakaian unt uk Eng- moi,
untuk Suhu sendiri, atau lain keperluan..."
Kim- m o Taisu m enggeleng kepala. " Bu Song, ket ahuilah. Aku segera akan t urun
gunung pergi ke kot a raj a, m encarikan t em pat unt ukm u. Kau j aga adikm u baik-
baik sam pai aku pulang. Set elah aku pulang, kaulah yang akan pergi m engikut i
ujian. Setelah itu baru kelak kita bicara tentang yang lain- lain..."
Guru ini menarik napas panjang dan Bu Song tidak berani membantah lagi. Cepat
ia m engum pulkan barang it u, m engikat nya m enj adi sat u, m enggulung kulit dan
menyediakan pikulan. Barang- barang itu sudah kering, tidak terlalu berat, apalagi

Suling Mas Kho Ping Hoo 335


Bu Song sudah biasa t urun naik puncak sam bil m em ikul beban. Sudah m enj adi
pekerj aannya sehari- hari. I a agak m erasa heran m engapa Eng Eng belum j uga
m uncul. I ngin ia bert em u dengan gadis it u sebelum ia pergi ke dusun Hek- teng.
Akan t et api karena m at ahari sudah m ulai m uncul dan gadis it u belum keluar, ia
t idak berani m enant i lebih lam a lagi, lalu dipikulnya barang- barang it u dan
m ulailah ia m enuruni puncak m enuj u ke dusun Hek- t eng yang let aknya di lereng
Gunung Min- san bagian barat.
Hari sudah siang ket ika ia t iba di dusun Hek- t eng dan langsung ia m enuj u ke
rum ah Kui Sam . Pedagang it u girang sekali m enerim a kirim an barang- barang
yang baginya am at berharga dan m engunt ungkan it u. Kalau barang- barang ini
dibawa ke kot a akan m enghasilkan uang bany ak. Akan t et api pada saat Bu Song
t iba di sit u, Kui Sam sedang sibuk sekali dan di sit u berkum pul sem ua penduduk
dusun Hek- t eng. Maka sesingkat nya saj a Bu Song m enyam paikan sem ua pesan
suhunya yang diterima baik oleh Kui Sam, kemudian Bu Song bertanya, "Kui Sam
lopek, ada apakah ramai- ramai ini? Mengapa semua Paman berkumpul di sini dan
menyiapkan tombak dan obor seperti orang mau perang saja?"
" Kebet ulan sekali Kongcu dat ang ke sini. Tent u Kongcu sebagai m urid Kim - mo
Taisu akan dapat m em bant u kam i m engusir at au m em binasakan m usuh ganas! "
kata seorang di antara penduduk Hek- teng yng mewakili Kui Sam menjawab.
Muka Bu Song m enj adi m erah. " Ah, m aafkan, Pam an. Biarpun aku benar m urid
Suhu, nam un aku bukan belaj ar ilm u silat , m elainkan belaj ar ilm u sast ra. Oleh
karena itu, mana aku mampu berkelahi dan membunuh orang?"
Tentu saja para penduduk dusun itu tidak ada yang mau percaya. Mereka anggap
sudah wajar seorang pendekar murid orang sakti selalu merendahkan diri, rendah
hat i dan pura- pura lem ah. "Wah, Kongcu t erlalu m erendah! " Kui Sam t ert awa
bergelak. " Gurum u m em iliki kepandaian sepert i m alaikat , t ent u m uridnya lihai
sekali. Pula, kam i bukan hendak m em bunuh orang, karena m usuh kam i bukan
orang."
" Bukan orang? Lalu... apakah m usuh kalian?" " Burung. Burung raksasa yang
dalam waktu sebulan ini sudah menghabiskan sepuluh ekor domba kami!"
" Oohhh... agaknya hek- t iauw ( Raj awali Hit am ) yang pernah disebut - sebut Suhu,"
kat a Bu Song kagum . Pernah ia bersam a suhunya pada suat u senj a m elihat t it ik
hitam tinggi di angkasa, makin lama titik itu makin besar dan akhirnya tampaklah
seekor burung hit am m elayang- layang am at lah gagahnya. Tadinya Bu Song
m enyangka bahwa burung it u sekor garuda, akan t et api suhunya segera
m enerangkan, "Bukan, burung it u adalah seekor hek- t iauw yang sukar dilihat .
Agaknya ia datang ke sini untuk mencari- cari tampat yang aman untuk bersarang
dan bertelur."
" Mungkin sekali," kat a Kui Sam . " Besarnya bukan m ain, ganas dan kuat . Sebuah
kakinya m am pu m encengkeram seekor dom ba. Paling akhir ia m encengkeram
dua ekor dom ba dan dibawanya t erbang dengan m udah. Mem ang bulunya agak
kehitaman, akan tetapi matanya merah seperti api menyala."
Bu Song m akin t ert arik. " Lalu kalian ini hendak m enyerbunya secara
bagaimanakah? Dia pandai terbang, bagaimana kalian dapat mengejarnya?"
" Kam i akan m enyerbu sarangnya, Kongcu. Sudah kam i ket ahui di m ana
sarangnya, di puncak bat u karang sebelah selat an. Agaknya dia bert elur di sana.
Kit a akan obrak- abrik sarangnya t ent u dia akan lari ket akut an dan biar dia
m inggat m encari t em pat lain! Hendak kam i lihat apakah dia berani m elawan api,
ha- ha!"
Bu song tertarik sekali. "Boleh aku ikut menonton?"
"Ha- ha, t ent u saj a boleh. Dengan adanya Kongcu, kam i m akin t idak t akut
terhadap burung raksasa itu," jawab mereka.
Berangkat lah rom bongan it u sebanyak dua puluh lim a orang. Kui Sam m enj adi
pem im pin rom bongan berj alan di depan. Bu Song berj alan di sam pingnya.
Mereka bernyanyi- nyanyi dan bersenda- gurau sepert i seregu pasukan hendak
maju perang melawan musuh! Diam- diam Bu Song mengalami kegembiraan yang
belum pernah ia rasakan selam a ini. Orang- orang ini benar gagah, pikirnya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 336


Perj alanan m ulai sukar, m endaki sebuah puncak yang penuh bat u- bat u sepert i
karang, runcing t aj am dan kasar. Nam un m ereka adalah penduduk gunung yang
sudah biasa m elalui j alan sepert i it u, m aka perj alanan dapat dilanj ut kan t anpa
banyak kesukaran. Hanya kini t idak ada yang bernyanyi lagi, t idak ada yang
bersendau- gurau, karena keringat t elah m em basahi t ubuh yang t elah m em basahi
t ubuh yang lelah dan hat i m ulai berdebar t egang. Makin dekat dengan sebuah
bat u karang berbent uk m enara yang m enj ulang t inggi di puncak, m akin
berdebarlah hat i m ereka. Di uj ung bat u karang it ulah si burung raksasa
bersarang.
Akhirnya m ereka t iba di bawah bat u karang sepert i m enara it u, t erengah- engah
m enyusut i keringat . Tiba- t iba t erdengar bunyi bercicit - cicit nyaring di at as bat u
karang, lalu t erdengar kelepak sayap dan... m ereka m enj adi gelisah ket ika
t am pak seekor burung hit am raksasa t erbang m elayang keluar dari at as bat u
karang. I nilah si Raj awali Hit am yang ganas it u. Bulunya kehit am an, m atanya
mencorong seperti api bernyala.
" Cepat nyalakan obor! " seru Kui Sam dan ram ai- ram ai m ereka nyalakan obor.
Ada yang m ulai m elepas anak panah ke arah burung it u karena si Raj awali
kadang- kadang m enyam bar ke bawah sam bil m em ekik- m ekik nyaring. Akan
tet api, anak panah it u disam pok runt uh oleh sayapnya yang besar seakan- akan
anak- anak panah it u hanyalah m ainan kanak- kanak belaka. Orang- orang it u
berteriak- teriak dan mengacung- acungkan tombak serta obor. Benar saja, karena
m elihat api, burung it u t idak berani m enyerang, hanya t erbang m engit ari m ereka
dari at as sam bil m em ekik- m ekik m arah. Selam a orang- orang it u berkum pul dan
melindungi kepala dengan api, burung itu tidak berani apa- apa.
" Hayo kit a ke at as, kit a bakar sarangnya! " t eriak Kui Sam . Akan t et api j alan
pendakian ke at as bat u karang it u am at sem pit , hanya dua orang saj a dapat
bersam a m endaki ke at as, it upun am at sukar. Kui Sam dan seorang lain lagi
m endaki, akan t et api baru kurang lebih t iga m et er, burung raj awali it u
menyambar dari atas.
"Awas...!!" teriak mereka yang tinggal di bawah.
Kui Sam dan t em annya t erkej ut , cepat m engangkat obor di t angan kanan unt uk
m elindungi kepala sedangkan t angan kiri m em egang bat u karang yang m enonj ol.
Bahkan Kui Sam m enggerakkan t om bak unt uk m enusuk ket ika bayangan hit am
it u m enyam bar. Akan t et api, kibasan sayap yang besar dan am at kuat sekaligus
m em adam kan dua buah obor, m em at ahkan t om bak dan m em buat kedua orang
it u t erlem par j at uh ke bawah! Baiknya t em an- t em an di bawah segera m enerim a
t ubuh m ereka dan yang t ert im pa ikut roboh bergulingan. Biarpun babak- belur,
nam un m ereka selam at . Kem bali burung it u m enyam bar, akan t et api sam bil
m em ekik m arah ia t erbang ke at as kem bali set elah sem ua orang m enyat ukan
obor dan mengacung- acungkan ke atas.
" Dia t akut api dan t idak berani m enyerang kit a! " kat a Kui Sam yang m asih
merasa mendongkol.
" Akan t et api m ana bisa kit a m endaki bersam a? Paling banyak hanya dua orang
yang bisa m endaki bersam a, dan hal it u berbahaya. Menghadapi dua obor saj a ia
tidak takut!" kata yang lain.
"Kita gunakan panah api! Kit a ikat kan benda bernyala di uj ung anak panah dan
kit a panahkan ke bagian at as. Agaknya sarang it u berada di puncak, dalam
sebuah gua," kata Kui Sam.
" Lihat it u...! " t iba- t iba Bu Song berkat a. Pem uda ini sej ak t adi m enont on dan
tidak ikut- ikut m em bawa obor. I a m erasa kagum bukan m ain m enyaksikan
gerakan dan sepak t erj ang burung raj awali hit am it u. ket ika m elihat penuh
perhat ian ke arah puncak karang, ia t iba- t iba m elihat t iga buah kepala burung
m uncul, t iga buah kepala burung yang lucu sekali karena t idak berbulu, m at anya
melotot.
Sem ua orang berdongak m em andang. " I t u anak- anaknya. Kit a serang dengan
anak panah...! " kat a Kui Sam . Lebih m udah dikat akan daripada dilakukan usul
ini, karena selain t erlindung bat u karang yang m enonj ol, j uga sem ua anak panah

Suling Mas Kho Ping Hoo 337


disapu habis oleh raj awali hit am yang m elindungi anak- anaknya. Bahkan t erj adi
ribut dan gem par ket ika seorang di ant ara m ereka t ert usuk anak panah yang
runtuh dari atas, tepat mengenai daun telinganya sehingga robek.
Tiba- t iba Bu Song m eloncat dari t em pat duduknya. I a sej ak t adi m em perhat ikan
anak- anak burung it u dan m elihat bet apa seekor di ant ara m ereka agaknya
t ert arik oleh ribut - ribut di bawah, ent ah t ert arik ent ah ket akut an, akan t et api
anak burung yang seekor ini bergerak- gerak m akin ke pinggir. I a sudah khawat ir
sekali, m aka begit u m elihat anak burung it u t ergelincir keluar dan j at uh k e
bawah, ia sudah m elom pat dan m enerim a burung kecil it u dengan kedua
t angannya! Dari bawah burung it u kelihat an kecil, akan t et api set elah ia t erim a
dengan tangannya, ternyata sebesar bebek!
"Saudara- saudara, harap m undur. Tak baik ribut - ribut ini dilanj ut kan! " Bu Song
berkat a dengan suara keras. Ent ah suaranya yang berwibawa, ent ah karena
m ereka m enganggap ia seorang pendekar m urid Kim - m o Taisu, akan t et api
sem ua orang berhent i m em anah dan m engundurkan diri, m em andang kepada Bu
Song yang memegang anak burung itu di tangannya.
" Sekarang aku m engert i." Kat a Bu Song. " Raj awali it u m encuri kam bing unt uk
m em elihara anak- anaknya. Kalau anak- anaknya sudah pandai t erbang, t ent u
mereka akan pergi meninggalkan tempat ini, karena asal mereka bukan di sini."
Anak burung it u bercicit di t angan Bu Song dan induk burung bet erbangan di
at as, m em ekik- m ekik dan m enyam bar- nyam bar ke arah Bu Song, akan t et api
t idak m enyerang pem uda it u karena Bu Song m engangkat anak burung it u di
at as kepalanya. Kem udian dengan t enang pem uda it u lalu m endaki bat u karang
berbent uk m enara it u, perlahan- lahan dan hat i- hat i ia m endaki ke at as. Burung
raj awali hit am m enyam bar- nyambar lagi sambil memekik- mekik dan orang- orang
di bawah sudah m enahan napas m elihat bet apa burung besar it u m enyam bar ke
arah Bu Song. Nam un, burung it u t idak m enyerang. Agaknya m elihat pem uda it u
m em egangi anaknya sam bil m endaki dan t idak m em bawa api yang dit akut i,
burung itu dapat mengerti niat orang menolong anaknya.
Set elah t iba di puncak, Bu Song m elihat sebuah gua yang besar. Kiranya di
dalam gua it ulah sarang si Raj awali, karena lubang it u penuh dengan rum put
kering. I a m enaruh anak burung it u di dekat dua saudaranya, dua ekor burung
kecil yang serupa dan yang m em andang Bu Song dengan m at a m elot ot - lotot
lucu. Bu Song t ert awa dan m engelus- elus kepala m ereka. Tiba- t iba m at anya
t ert arik oleh serum puk benda put ih kekuningan di pinggir sarang, benda sepert i
agar- agar kering. I a t eringat akan cerit a suhunya t ent ang khasiat liur burung
yang sudah kering dalam sarang burung wallet , m aka t anpa ragu- ragu ia lalu
m engam bil set um puk set um puk benda it u, kem udian t urun lagi ke bawah.
Burung raj awali it u m engeluarkan suara aneh t erbang berput aran m engelilingi
t em pat it u dan m at anya selalu m elirik ke arah Bu Song. Sam a sekali ia t idak
mengganggu Bu Song yang mendaki turun.
Set ibanya di bawah, orang- orang m enyam but Bu Song dengan kening berkerut .
Mereka m erasa t idak puas karena belum berhasil m em basm i m usuh, m alah
pemuda dari puncak Min- san ini seakan- akan berpihak kepada musuh!
Bu Song seorang pem uda yang luas pandangan cerdik. I a m aklum akan isi hat i
orang- orang it u, m aka ia segera berkat a, " Saudara- saudara, m aafkan
pendapat ku ini. Akan t et api burung raj awali hit am it u t idaklah j ahat . Bukt inya, ia
t idak pernah m em bunuh m anusia unt uk dij adikan m angsanya. I a m enyerang
manusia sekarang ini hanya karena kita yang lebih dahulu mengganggunya. Maka
tidak perlu kita memusuhinya."
"Akan t et api, dia sudah m enghabiskan sepuluh ekor kam bing kam i! " bant ah
seorang. "Kalau t idak dibunuh, t ent u akan m enghabiskan lebih banyak lagi! "
sambung orang ke dua.
" Tidak, asal dij aga baik - baik," kat a pula Bu Song. " Kam bing- kam bing yang sudah
diterkamnya, biarlah kelak aku yang m enggant inya, kut ukar dengan akar- akar
obat . Selanj ut nya, j ika kalian m enggem bala dom ba, supaya m em persiapkan
obor. Begit u dia m uncul, kalian m enyerang. Dengan cara begini, burung yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 338


lapar it u t ent u akan m encari binat ang lain dalam hut an. Lebih am an begini
daripada harus berm usuh m elawan burung aj aib yang am at berbahaya it u. unt uk
apa mengorbankan nyawa manusia kalau jalan lain dapat ditempuh?"
Akhirnya sem ua orang it u set uj u dengan pendapat Bu Song dan pem uda ini
dengan hat i girang pulang ke puncak m em bawa liur ( ilar) kering burung raj awali
hitam.
Sudah t erlalu lam a kit a m eninggalkan Kam Si Ek, bekas suam i Liu Lu Sian, bekas
Jenderal Hou- han yang gagah perkasa. Sepert i t elah dicerit akan di bagian depan,
sem enj ak dit inggalkan ist erinya, Kam Si Ek hidup m enduda di sam ping
put eranya, Kam Bu Song, selam a t iga t ahun. Kem udian ia m enikah lagi dengan
Ciu Bwee Hwa, put eri seorang sast rawan bernam a Ciu Kwan yang t inggal di Ting-
chun. Perist iwa ini m enekan perasaan Bu Song yang lalu m inggat meninggalkan
rumah ayahnya.
Tent u saj a kepergian put eranya it u m enyedihkan hat i Kam Si Ek yang m elakukan
segala usaha unt uk m encari put eranya, nam un sia- sia belaka. Baru set elah
ist rinya m elahirkan anak, kesedihan Kam Si Ek yang kehilangan Bu Song agak
mereda, sungguhpun ia m asih senant iasa t eringat dan berusaha m encari
puteranya yang sulung itu.
Jenderal Kam Si Ek adalah seorang panglim a yang set ia dan m ent aat i perint ah
at asan. Biarpun ilm u silat nya t idak am at hebat , nam un kepandaiannya m engat ur
barisan, m enggunakan siasat perang, t erkenal sekali. Dengan siasat nya yang
cerdik, Jenderal Kam Si Ek sanggup m enghadapi m usuh yang j auh lebih besar
bala t ent aranya. Berkat kepandaiannya m engat ur bala t ent ara inilah m aka Hou-
han m enj adi kuat sekali dan biarpun berkali- kali m usuh, t erut am a pasukan-
pasukan Khitan, berusaha menyerbu, selalu dapat dipukul hancur dan digagalkan.
Nam a Jenderal kam Si Ek t erkenal sam pai di luar daerah, sam pai di Khit an dan di
kerajaan- kerajaan lain yang pernah memusuhi Hou- han.
Akan t et api hat i Kam Si Ek m akin lam a m akin bercuriga t erhadapi Gubernur Li Ko
Yung di Shan- si, yang ia anggap seorang yang set ia kepada keraj aan dan
seorang pej abat t inggi yang t idak m em punyai am bisi pribadi. Kem udian ia dapat
t ahu bahwa Gubernur Shan- si ini m em punyai cit a- cit a unt uk m em bangun
keraj aan sendiri di Shan- si, apalagi set elah Keraj aan Tang m akin lem ah. Kam Si
Ek m endengar bahwa Gurbernur Li ini ikut pula m em bant u dan bersekut u dengan
pemberontak!
Pada saat it u j uga Kam Si Ek sudah m engam bil keput usan unt uk m engundurkan
diri, akan t et api pada hari ia hendak m engirim surat perm ohonan berhent inya
kepada gubernur, t iba- t iba Shan- si diserang oleh gelom bang pasukan Khit an
yang am at besar. Biarpun Kam Si Ek sudah t idak suka unt uk m engabdi kepada
Gubernur Li Ko Yung yang m engkhianat i Keraj aan Tang, nam un Kam Si Ek m asih
m engingat akan nasib rakyat nya. Maka ia cepat - cepat m engenakan pakaian
perang, m em bant ah cegahan ist erinya yang m enggendong put erinya yang baru
berusia em pat t ahun. Kini Ciu Bwee Hwa t elah m em punyai dua orang anak, yang
pert am a laki- laki berusia enam t ahun diberi nam a Kam Bu Sin, yang ke dua
perempuan yang digendong itu bernama Kam Sian Eng.
" Bukankah sudah bulat keput usanm u hendak m eninggalkan Shan- si dan kit a
m engundurkan diri ke gunung? Mengapa sekarang kau hendak m aj u perang
lagi?" Antara lain isterinya memperingatkan.
" Bala t ent ara Khit an yang m enyerbu kali ini am at besar dan kuat . Aku m aj u
bukan unt uk m em bela Gubernur Li, m elainkan unt uk m encegah bangsa Khit an
m erusak kot a- kot a dan m em bunuhi rakyat . Biarlah kali ini m enj adi t ugas t erakhir
bagiku. Kau tenanglah dan jaga baik- baik kedua orang anak kita, isteriku."
Kem udian berangkat lah Kam Si Ek. I a m em im pin barisan m em ot ong j alan yang
akan dilalui bala t ent ara Khit an yang dat ang m enyerang bagaikan gelom bang.
Dengan siasat m em ecah- m ecah barisan dan m em buat j ebakan- j ebakan dan
perangkap, akhirnya ia berhasil m em ot ong barisan m usuh m enj adi beberapa
bagian t erpisah, lalu pasukan- pasukannya yang t erlat ih baik it u m enyerbu dari
tempat- t em pat sem bunyi m ereka, peram a- t am a m enggunakan panah- panah api

Suling Mas Kho Ping Hoo 339


unt uk m engacaukan bala t ent ara Khit an yang sudah t erpot ong it u, kem udian
m engurung m ereka yang sudah t erput us dengan bagian perlengkapan dan
set elah m ereka m enj adi lem ah keadaannya, barulah pasukan- pasukan ini
menyerbu!
Sepert i t elah kit a ket ahui, pada wakt u it u, Raj a Kulukan, ayah put eri Tayam i
t elah m eninggal dunia dan kedudukan Raj a Khit an berada di t angan Kubakan,
kakak t iri Tayam i. Set elah Kubakan m enj adi Raj a Khit an, ia m engerahkan
pasukannya unt uk m enyerang ke selat an dan ke t im ur. Pasukan- pasukannya
ganas dan kuat, dibantu panglima- panglima yang kosen.
Hanyalah karena m aklum bahwa banyak panglim a t ua m asih set ia kepada Put eri
Tayam i, m aka Raj a Kubakan bersikap baik t erhadap Tayam i. Akan t et api,
kebaikan ini hanya lahiriah belaka, sebet ulnya di dalam hat i ia am at m em benci
Tayam i yang t idak m em balas cint anya. Apalagi Raj a Kubakan j uga t ahu bahwa
sewaktu- wakt u dapat goyah. I a m encari kesem pat an unt uk m elenyapkan saingan
ini.
Tayami telah menikah dengan Salinga, seorang panglima muda, perajurit perkasa
dari Khit an. Mereka berdua hidup bahagia, saling m encint a dan set ahun
kem udian m ereka dikaruniai seorang put eri yang m ungil dan sehat , dan yang
mereka beri nama Puteri Yalina. Makin bahagialah kehidupan mereka dan biarpun
bekas put eri m ahkot a ini t idak m enggant ikan kedudukan m endiang ayahnya
m enj adi raj a, m elainkan digant i oleh kakak t irinya, Kubakan, nam un hat i put eri
ini t idaklah m erasa penasaran. I a m erasa cukup berbahagia di sam ping suam inya
yang mencinta dan puterinya yang mungil.
Kurang lebih dua t ahun kem udian sej ak Put eri Tayam i m elahirkan put erinya,
t erj adilah penyerbuan besar- besaran t erhadap Shan- si digerakkan oleh Raj a
Kubakan. Dalam operasi ini, Raj a Kubakan m em erint ahkan kepada Panglim a
Salinga, suam i Tayam i, unt uk m em im pin pasukan. Sebagai seorang peraj urit
yang bert ugas m em bela negaranya, t ent u saj a Salinga t idak berani m em bant ah
dan siap- siap berangkat. Akan tetapi isterinya merasa khawatir dan berkata,
" Suam iku, selam a ini t ugasm u m enj aga keselam at an keraj aan di sini. Sekarang
Raj a m em erint ahm u unt uk m em im pin pasukan m enyerang Shan- si. Serbuan ini
besar- besaran dan m at i- m at ian, apalagi kalau diingat bahwa di Shan- si t erdapat
Jenderal Kam Si Ek yang am at pandai sehingga penyerbuan ini am at berbahaya.
Aku merasa tidak enak dan curiga, oleh karena itu, aku harus ikut."
"Ah, mengapa harus ikut? Kau seorang wanita dan tugasmu menanti di rumah..."
" Biar seorang wanit a, sej ak dahulu aku sudah biasa ikut m endiang Ayah
m elakukan perang. Pula, aku seorang put eri, sudah m enj adi t ugasku pula
menyertai pasukan kita melawan musuh."
"Benar, isteriku. Akan tetapi kau harus ingat Yalina yang masih kecil."
" Dia anak kit a, anak orang- orang perangan. Usianya sudah dua t ahun lebih. Pula,
aku hanya m engant ar dan berada di barisan belakang. Aku hanya ingin
m enyaksikan sendiri bahwa t idak ada sesuat u di balik perint ah penyerbuan ini,
suamiku."
Karena t idak dapat dit ent ang, akhirnya Put eri Tayam i berangkat j uga bersam a
barisan yang dipim pin suam inya. Dengan gagah Put eri Tayam i naik kuda di
sam ping suam inya sam bil m enggendong put erinya yang berusia dua t ahun lebih.
Anggot a pasukan m enj adi besar hat i m enyaksikan bet apa put eri yang gagah
perkasa ini menyertai suaminya.
Dem ikianlah, t erj adi perang hebat m elawan bala t ent ara yang dipim pin Kam Si
Ek. Dan sepert i t elah disebut kan t adi, Kam Si EK m engat ur siasat m em ecah-
m ecah barisan Khit an, m em asang j ebakan dan m enyerbu dengan t iba- tiba
sehingga barisan Khit an m enj adi kocar- kacir. Pasukan- pasukan Khit an t erdiri
orang- orang gagah dan pandai perang, akan t et api m enghadapi siasat Jenderal
Kam Si Ek, m ereka t idak berdaya dan kacau- balau. Banyak orang Khit an t ewas
terkena panah gelap.
Dalam keadaan t erkurung dan t erj ebak, Panglim a Salinga t ewas dalam
pert em puran. Berit a ini segera sam pai di t elinga Put eri Tayam i yang berada di

Suling Mas Kho Ping Hoo 340


barisan belakang dan sudah t erput us hubungannya. Put eri Tayam i m enj adi kaget
dan berduka sekali, j uga m arah. Cepat ia m elom pat ke at as seekor kuda,
m enggendong put erinya dan dengan pedang di t angan, put eri yang perkasa ini
lalu t erj un ke dalam kancah perang, m engam uk secara hebat . Pedangnya
m erobohkan banyak lawan. Keinginan sam pai dapat bert em u dengan Jenderal
Kam Si Ek yang m em im pin sendiri barisannya dan j ika berhasil m em bunuh
pim pinan lawan ini hat inya akan puas. Pedang Besi Kuning di t angannya adalah
pusaka Khit an yang am puh sekali. Set iap senj at a lawan yang bert em u dengan
pedangnya ini t ent u akan pat ah dan bagaikan seekor naga bet ina put eri ini
m engam uk t erus. Akhirnya ia berhasil m endekat i t em pat Jenderal Kam m engat ur
siasat dan memimpin pasukannya.
Semangat dan kegagahan Puteri Tayami ini menarik dan membangkitkan kembali
sem angat para pasukan Khit an sehingga dalam wakt u singkat banyak pula
pasukan Khit an yang ikut m enyerbu di belakangnya dan sam pai pula ke t em pat
it u. pert em puran m enj adi m akin hebat dan m elihat kegaduhan ini Jenderal Kam
Si Ek t erkej ut . Seorang pem bant unya lalu m elaporkan bahwa sepasukan m usuh
yang dipim pin seorang wanit a Khit an m enyerbu dengan nekat dan berhasil
menghacurkan kepungan.
Jendral Kam m eloncat ke at as kudanya dan segera m em im pin pasukan pengawal
untuk membantu pertahanan menghadapi amukan pasukan musuh yang menurut
laporan am at berani dan kuat it u. Dari t em pat agak j auh dan t inggi ia m em eriksa
keadaan, lalu m em beri perint ah pengepungan, m em beri isyarat kepada
pasukannya unt uk m undur dan bersem bunyi, kem udian dari em pat penj uru
pasukannya m enghuj ani pasukan m usuh yang m engam uk it u dengan anak
panah!
Dalam keadaan dihuj ani anak panah it ulah t iba- t iba Put eri Tayam i Roboh dari
at as kudanya, bukan t erkena anak panah m usuh, m elainkan t erkena anak panah
yang dilepas dari belakang, dari dalam pasukannya sendiri! m engapa begit u?
Kiranya dari sej ak m ula, Raj a Kubakan sudah m engirim orangnya unt uk
m enggunakan kesem pat an ini m em bunuh Salinga dan Tayam i! Salinga t ewas
dalam perang, t inggal Put eri Tayam i. Nam un pem bunuh it u t idak m endapat kan
kesem pat an m elaksanakan t ugasnya yang j ahat dan berat , karena t ent u saj a
selain hendak m ent aat i perint ah raj a dan m engharapkan hadiahnya, ia pun ingin
m enyelam at kan diri sendiri sehingga t ugas it u dapat ia lakukan t anpa
m em bahayakan nyawanya sendiri. put eri Tayam i adalah seorang wanit a kosen,
t idak m udah dibunuh begit u saj a. Selain it u, apabila ket ahuan para panglim a
bahwa dia m em bunuh Tayam i, t ent u ia pun t idak akan selam at ! Maka kini
m elihat put eri it u m engam uk, ia pun lalu m asuk ke dalam pasukan yang
m engikut i j ej ak put eri perkasa ini. Dalam keadaan kacau- balau karena t erj ebak
dan dihuj ani anak panah inilah, ia m endapat kesem pat an baik sekali. Teman-
t em annya dalam pasukan j uga m em balas m usuh dengan anak panah. Melihat
bet apa Put eri Tayam i m elindungi diri sendiri dan put erinya dengan m em ut ar
pedang bersinar kuning di depannya, pem bunuh ini lalu m enarik gendewa dan
m engirim pula anak panahnya, bukan kepada m usuh m elainkan t epat ke arah
Put eri Tayam i! Tak seorang pun m enget ahui bahwa dialah yang m enewaskan
Put eri Tayam i. Sem ua m engira bahwa Sang Put eri m enj adi korban anak panah
musuh!
Robohnya Tayam i ini t ak dapat disangkal lagi m alah m enyelam at kan nyawa
put eri dalam gendongannya. Set elah ia roboh, put eri m em eluk put erinya,
m elindunginya dengan t ubuh dan dengan Pedang Besi Kuning. Robohnya put eri
ini m engaget kan pasukan Khit an, apalagi karena selain Sang Put eri, banyak pula
anggot a pasukan roboh t erkena anak panah. Mereka m enj adi agak panik dan
kacau, sungguhpun m ereka t idak t akut . Melihat m usuh bergerak kacau- balau,
Jenderal Kam Si Ek m em beri aba- aba dan m enyerbulah barisannya dari depan
dan kanan kiri. Terj adilah perang m at i- matian dan Jenderal Kam Si Ek yang sejak
t adi m em perhat ikan dari t em pat t inggi dan kagum m elihat gerakan Put eri Tayam i
yang disangkanya seorang peraj urit wanit a biasa, lalu m engeprak kudanya,

Suling Mas Kho Ping Hoo 341


m em ainkan goloknya ikut m enyerbu m usuh. I a m engerahkan kudanya ke t engah
lapangan mendekati tempat perajurit wanita tadi roboh.
Alangkah kaget , kagum dan t erharunya ket ika ia m elihat seorang wanit a cant ik
j elit a m enggelet ak m iring dalam keadaan t ak bernyawa lagi, akan t et api t angan
kanannya m asih erat - erat m em egang sebat ang pedang bersinar kuning dan
tangan kiri memeluk seorang anak perempuan kecil yang menangis sesenggukan!
I a m erasa heran sekali m engapa seorang peraj urit wanit a ikut perang m em bawa
anaknya, nam un kekagum an dan keharuan hat inya m em buat ia cepat - cepat
m eloncat t urun dari at as kuda dan m engam bil pula pedang bersinar kuning yang
berada di t angan kanan m ayat si wanit a. Tak pernah ia m im pi bahwa yang
dit olongnya adalah put eri ket urunan aseli Raj a Khit an, dan bahwa peraj urit
wanita itu adalah Puteri Mahkota!
Karena siasat dan kecerdikan Jenderal Kam Si Ek, sebent ar saj a pasukan Khit an
yang m enyerbu Shan- si dapat dipukul hancur dan sisanya lari cerai- berai kem bali
ke Khit an. Jenderal Kam Si Ek m em buat laporan ke at asan, m engirim pula
Pedang Besi Kuning sebagai barang ram pasan, akan t et api ia m erahasiakan soal
anak kecil itu dan dibawanya anak itu pulang.
I st erinya girang sekali m enyam but nya dan t erheran- heran m elihat suam inya
pulang perang membawa seorang anak perempuan kecil yang cantik mungil! Kam
Si Ek menceritakan keadaan anak itu dan terharulah hati isterinya.
" Biar kit a pelihara dia. Dia pant as m enj adi adik Sian Eng." Kat a ist erinya sam bil
menimang- nim ang anak it u. anak it u m em ang lincah dan t ert awa- t awa m anis.
" Siapakah nam am u, anak m anis?" Berkali- kali Nyonya Kam bert anya. Anak it u
adalah anak Khit an, t idak pandai bahasa asing ini, akan t et api ia agaknya cerdik
dan m engert i m aksud orang, bukt inya ia m enuding dadanya sendiri dan berkat a
sambil tertawa- tawa, "Lin Lin..., Lin Lin...!"
" Ah, agaknya ia bernam a Lin! " kat a Nyonya kam gem bira. " nak baik, m ulai
sekarangkau adalah anak kami dan bernama Kam Lin!"
Seperti telah direncanakannya semula, Kam Si Ek yang melihat gelagat tidak baik
dengan sikap Gubernur Li yang agaknya hendak m endirikan keraj aan sendiri, lalu
m engaj ukan perm ohonan berhent i. Mengingat j asa- j asanya, m aka
perm ohonannya dikabulkan dan berangkat lah Kam Si Ek dengan ist eri dan t iga
orang anaknya, termasuk Kam Lin, ke dusun Ting- chun di kaki bukit Cin- ling- san.
Di lem bah Sungai Han yang t anahnya subur ini, ia hidup bert ani dengan am an
dan tentram.
Ayah, biarkan aku ikut denganm u. Kalau Ayah hendak m encari m usuh- musuh
yang t elah m em bunuh ibu dan m em basm i keluarga ibu, sudah m enj adi t ugasku
pula unt uk m em bant um u, ayah! " Dengan suara m erengek Kwee Eng m em buj uk
ayahnya. Mereka duduk di bawah pohon besar, tak jauh dari pondok mereka.
" Tidak bisa, Eng- j i ( Anak Eng) . Musuh- m usuh it u t erlalu sakt i, aku sendiri belum
t ent u dapat m elawan dan m enangkan m ereka, apalagi engkau. m em bawam u
berarti membiarkan engkau terancam bahaya maut."
" Aku t idak t akut ! Bukankah Ayah sering m enyat akan bahwa bagi seorang gagah,
maut bukanlah apa- apa? Nama baik lebih penting daripada maut!"
Kwee Seng at au Kim - m o Taisu m engelus ram but anaknya. "Bet ul sekali dan
karena it ulah m aka aku harus pergi m enunaikan t ugas, sedangkan engkau harus
berada di sini. Engkau sudah dewasa dan unt uk m enj aga nam a baik keluarga
kita, terutama nama baikmu, engkau harus berumah tangga."
" Ayah...! ! " Tiba- t iba sepasang pipi gadis it u m enj adi m erah sekali dan sepasang
matanya terbelalak seperti mata seekor kelinci berhadapan dengan harimau.
Kim- m o Taisu dan m enepuk puncak anaknya. " Mengapa kau m erasa ngeri?
Sudah sem est inya seorang gadis m enghadapi pernikahan. Bu Song seorang anak
yang baik, dan aku yakin kau akan hidup bahagia sebagai isterinya."
Tiba- t iba Eng Eng m enundukkan m ukanya yang m enj adi m akin m erah, t idak
berani ia m enent ang pandang m at a ayahnya. Kim - m o Taisu m engangguk- angguk
dan tersenyum gembira.

Suling Mas Kho Ping Hoo 342


" I nilah sebabnya m engapa aku hendak m enyuruh Bu Song m engikut i uj ian di
kot a raj a. Dia anak baik dan soal perj odohan ini sudah kubicarakan dengannya.
Kau t ahu, Eng Eng. Bu Song sej ak dahulu t idak suka belaj ar ilm u silat
sungguhpun aku belum pernah bert em u orang yang m em iliki bakat dan t ulang
lebih baik daripadanya unt uk m enj adi pendekar. Dia lebih t ekun dan suka belaj ar
sast ra. Dan dipikir- pikir m em ang bet ul dia. Bukt inya ahli- ahli silat selalu hanya
t erlibat dengan perm usuhan dan pert em puran belaka, sepert i aku ini. Karena it u,
dia harus m enem puh uj ian dan m encari kedudukan yang sesuai dengan
kepint arannya. Set elah it u, baru kalian m enikah dan kalau sudah begit u, hat iku
tenteram dan kelak aku akan dapat mati meram."
"Ayah...!" Kembali Eng Eng memandang ayahnya, kali ini wajahnya agak pucat.
"Ha- ha m engapa kaget ? Orang hidup ke m ana lagi akhirnya kalau t idak m at i?
Kepergianku kali ini t idak akan lam a, Eng Eng. Ayahm u hanya akan pergi
m encarikan t em pat unt uk Bu Song. Akan kuselidiki lebih dulu bagaim ana
keadaan kot a raj a sekarang ini dan bagaim ana pula keadaan m ereka yang
m enem puh uj ian. Set elah aku kem bali, baru Bu Song kusuruh berangkat . Selam a
Ayah pergi, kau hati- hatilah di sini bersama Bu Song."
" Ahhh, aku... aku m alu, Ayah..." " Malu? Malu kepada siapa?" " ...Siapa lagi? Malu
kepada... dia tentu. Habis, Ayah tidak ada... dan kami... hanya berdua..."
"Ha- ha- ha, anak aneh! Sudah sej ak dahulu kau seringkali berdua dengan Bu
Song, mengapa malu?"
" Dulu lain lagi, sekarang t idak sam a, Ayah. Habis.." " Sst t t t ! " Tiba- t iba Kim - mo
Taisu m endorong t ubuh anaknya ke sam ping dan t ubuhnya sendiri m elesat ke
depan. Sesosok bayangan manusia berkelebat dan di depannya telah berdiri Kong
Lo Sengjin yang tertawa lebar.
" Kau...? belum pergikah engkau? Mau apa kau dat ang lagi ke sini, Kong Lo
Sengj in?" Suara Kim - m o Taisu j elas m em bayangkan ket idaksenangan hat inya.
Sebet ulnya ia m em ang m em benci kakek ini yang ia t ahu m em iliki wat ak aneh
dan t idak baik, sungguhpun harus diakui bahwa kakek lum puh ini seorang yang
setia lahir batin kepada Kerajaan Tang.
"Ha- ha- ha, Kim - m o Taisu. Siapa yang sepat ut nya bert anya? Akulah yang
sem est inya bert anya m engapa engkau belum j uga pergi! Ha- ha- ha, orang sepert i
engkau ini m em ang t iada gunanya hidup. Mem punyai cit a- cit a apa lagi! Baru
berniat hendak m enunt ut balas saj a m asih ragu- ragu dan berlam bat - lambatan.
Heh- heh, Kim - m o Taisu, ingat lah. Sej ak dahulu apakah art inya hidupm u? Kau
m engaku sebagai seorang pendekar, sej ak kecil engkau m engej ar ilm u. Set elah
kini m enj adi orang pandai, kau hanya m enyem bunyikan diri, m enj adi korban
perasaanm u sendiri. apakah engkau lupa bagaim ana kewaj iban seorang sat ria,
seorang pendekar? Berbakt i kepada negara t ak pernah! Sem enj ak m uda hanya
m enj adi korban perasaan dan nafsu, pat ah hat i dan berm ain dengan wanit a. Ha-
ha- ha! Manusia hidup m enant i m at i, selagi m asih hidup t idak m engisi hidup
dengan perbuat an- perbuat an berart i, unt uk apa hidup lebih lam a lagi? Hanya
memenuhi dunia belaka!"
Pucat waj ah Kwee Seng. Melihat ini, Eng Eng m em egang lengan ayahnya dan
dengan kedua pipi basah air m at a ia berkat a kepada kakek it u, " Kong- kong
( kakek) , m engapa kau t erus m engganggu Ayah? Kau t ahu bet apa hancur hat i
Ayah karena kem at ian ibu, akan t et api engkau m alah t erus m engganggunya.
Kong- kong, harap kau pergi meninggalkan kami!"
"Ha- ha- ha, Eng Eng! I bum ulah wanit a yang pat ut dikasihani. I bum u adalah
keponakanku dan keluarga ibum u seluruhnya habis m usnah. Bahkan ibum u
sendiri m enj adi korban keganasan m usuh. Akan t et api I bum u t ert ipu oleh laki-
laki yang k ini m enj adi ayahm u ini, yang sam a sekali t idak dapat m em bela nam a
baiknya. Ibumu adalah seorang berdarah Kerajaan Tang yang jaya!"
" Kong Lo Sengj in! " Kim - m o Taisu m em bent ak m arah. " Pergilah! Bukankah sudah
kuj anj ikan bahwa aku akan m encari m usuh- m usuh keluarga ist eriku dan t akkan
berhent i sebelum m em basm i m ereka? Pergilah, aku t akkan m elanggar j anji.
Mengapa kau masih datang untuk menyakiti hati kami Ayah dan Anak?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 343


Kong Lo Sengj in t ert awa bergelak dan t iba- t iba pada saat it u t erdengar suara
m elengking t inggi. Lengking t inggi yang aneh dan m irip orang t ert awa, akan
t et api j uga sepert i suara t angisan. Bukan sepert i suara seorang m anusia,
pat ut nya lolong srigala, akan t et api suara it u m engandung daya yang luar biasa.
Tubuh Eng Eng m enggigil. Kim - m o Taisu cepat m em egang pundak put erinya dan
m engerahkan sin- kang unt uk m em perkuat daya t ahan put erinya. Kong Lo
Sengj in t am pak kaget dan berdiri di at as sepasang t ongkat nya dengan kepala
dimiringkan, wajahnya tegang.
Suara m elengking it u t erhent i, dan t ergant i suara orang ket awa t erkekeh- kekeh.
Kim- m o Taisu cepat m endorong t ubuh anaknya sam bil berbisik, " Bersembunyilah
di sana! " Eng Eng kaget dan m ent aat i perm int aan ayahnya, ia lari bersem bunyi di
balik sem ak- sem ak sam bil m engint ai. Dilihat nya bet apa ayahnya berdiri t enang
akan t et api keningnya berkerut , kedua kakinya t erpent ang lebar dan kedua
t angannya bersedekap, m at anya m engerling ke arah dat angnya suara ket awa.
Adapun Kong Lo Sengj in j uga kelihat an t egang. Sebagai orang- orang berilm u
m ereka dapat m engukur kelihaian orang yang akan m uncul ini dari suarany a
saj a. Lengking m acam it u hanya dapat dikeluarkan oleh orang yang am at t inggi
ilm unya dan karena m ereka belum t ahu siapa yang dat ang, kawan at au lawan,
sambil menduga- duga mereka menanti dengan hati tegang.
"Heh- heh- heh- heh, Kong Lo Sengj in kakek bunt ung, hayo berikan kepadaku
suling em as it u...! " Terdengar suara yang seakan- akan bergem a dan sepert i
diucapkan dari tempat amat jauh.
Kong Lo Sengjin kaget, akan tetapi untuk menutupi kekagetan hatinya ia tertawa.
Sam bil m engerahkan khikangnya ia pun berseru nyaring, " Tak peduli silum an
at au m anusia, siapa t akut kepadam u? Keluarlah, j angan m ain sem bunyi dan
menggertak seperti anak kecil!"
Baru saj a ucapan Kong Lo Sengj in ini t erhent i, t erdengar suara ket awa dan t iba-
t iba m uncul di sit u seorang kakek cebol sekali. Bent uk t ubuhnya sepert i kanak-
kanak belasan t ahun, akan t et api kepalanya besar dengan ram but riap- riapan
dan cam bang- bauk m enut upi m ulut dan dagu. Kakinya t elanj ang t ak bersepat u,
pakaiannya sederhana dan pada pundaknya hinggap seekor burung hant u yang
m at anya sepert i m at a harim au, berwarna m erah, sedangkan paruhnya runcing
kuat sepert i em as warnanya. Baik Kong Lo Sengj in m aupun Kim - m o Taisu t idak
m elihat bagaim ana kakek aneh ini dat ang, hal ini saj a sudah m enj adi bukt i
bahwa tingkat ilmu kepandaian kakek cebol ini amatlah tingginya.
Diam- diam Kim - mo Taisu t erkej ut . I a segera m engenal kakek cebol ini yang
bukan lain adalah Bu Tek Loj in yang pernah ia j um pai di wakt u ia berkelana
sam pai di Khit an! Akan t et api Kong Lo Sengj in t idak m engenalnya, bahkan belum
pernah m endengar t ent ang seorang t okoh kang- ouw sepert i kakek cebol ini.
Maka ia hanya dapat m em andang dengan heran dan bert anya- t anya dalam hat i
siapa gerangan kakek cebol ini dan m engapa dat ang- dat ang m enuduhnya
m engam bil suling em as! Kalau t adi Bu Tek Loj in, m enegur Kong Lo Sengj in, kini
set elah m elihat Kim - m o Taisu ia t ert awa bergelak dan m enudingkan t elunj uknya
kepada Kim - m o Taisu sam bil m em egangi j enggot nya yang panj ang, " Ha- ha- ha-
ha! Lucu sekali! Apakah kau sudah sem buh dari penyakit gilam u? Apakah kau
sekarang bukan jembel lagi, Kim- mo Taisu?"
Kim- m o Taisu m enj ura dan m enj awab, " Locianpwe salah duga. Dahulu it u saya
waras dan sekarang inilah saya benar- benar gila."
"Huah- hah- hah! Bet ul...., bet ul sekali....! Eh, bukankah kau t erkenal sekali
dengan perm ainanm u sepasang senj at a, kipas dan suling? Aha? Kalau begit u
tentu kakek buntung ini merampas suling emas untuk diberikan kepadamu!"
Kim- m o Taisu t ak sem pat m enj awab karena ia m erasa t erheran- heran. Adalah
Kong Lo Sengj in yang dibiarkan dan seakan- akan t idak dipedulikan it u, t ak dapat
m enahan lagi kem endongkolan hat inya. I a m enghent akkan t ongkat kirinya ke
at as bat u sam bil bert eriak, " Tua bangka cebol! Apakah ot akm u t idak m iring? Kau
datang- dat ang m enunt ut kem balinya suling em as dariku? Hem m m , kalau suling
emas berada padaku, apa kaukira aku masih tinggal di tempat ini?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 344


" Kong Lo Sengj in! Dahulu ket ika engkau m asih m enj adi Sin- j iu Couw Pa Ong,
m em ang kau sudah t erkenal j ahat . Kini engkau m asih sam a saj a! Tiada hent iny a
m engum bar nafsu, haus akan kedudukan dan kem uliaan. Siapa t idak t ahu bahwa
engkau t elah m em bunuh sast rawan Ciu Bun? Nah, suling em as berada di
t angannya, kalau dia t erbunuh olehm u, bukankah it u berart i sulingnya berada di
t anganm u? Hayo kem balikan kepadaku kalau kau m asih ingin hidup beberapa
tahun lagi!"
"Sombong!" Kembali Kong Lo Sengjin membanting ujung tongkatnya, "Kau berani
bicara macam ini di depanku?"
"Ha- ha- ha- ha, m engapa t idak berani? Macam m u ini apa sih? Pangeran at au Raj a
Muda yang sudah dipensiun! Pelarian yang t iada harganya! Pecundang yang
sudah berkali- kali kalah dan keok dalam memperebutkan kerajaan. Kau mau tahu
siapa aku? Nam aku Bu Tek Loj in, orang t ua t iada t aranya! Hayo berikan
kepadaku suling emas!"
"Orang gila! Suling emas tidak ada padaku!" jawab Kong Lo Sengjin dengan sebal
dan marah.
"Ho- ho- ha- ha! Orang lain boleh kau bohongi, akan t et api aku t idak! Aku t ahu
bahwa engkaulah orangnya yang membunuh Sastrawan Ciu Bun."
" Bet ul aku m em bunuhnya. Siapa t akut m engaku? Akan t et api suling em as t idak
ada padaku, juga tidak ada padanya."
"Wah- wah engkau bohong! Menj ual kent ut busuk! " Bu Tek Loj in m encak- mencak
dan marah.
Kim- m o Taisu yang sudah t ahu bahwa kakek cebol it u am at sakt i, akan t et api
j uga am at aneh wat aknya, segera berkat a, "Bu Tek Loj in, aku cukup m engenal
wat ak Kong Lo Sengj in. Dia t idak pernah m au m enyangkal perbuat annya, kalau
dia mengambil suling emas, tentu dia akan mengaku."
" Ah, kalian bersekongkol! Mungkin t ua bangka ini m em berikan suling it u
kepadam u. Hayo kalian lekas keluarkan suling it u sebelum aku habis sabar dan
maksa..."
" Set an keparat ! Siapa t akut padam u?" Tiba- t iba Kong Lo Sengj in sudah
m enyam bar dat ang, t ongkat kirinya t erayun m engem plang kepala kakek cebol
it u. Hebat serangan ini, m endat angkan angin keras. Kim - m o Taisu hendak
mencegah, tapi tidak keburu.
Nam un kakek cebol it u m em ang am at t inggi t ingkat kepandaiannya. Sekali
t ubuhnya m enggelinding, t ongkat it u m enyam bar angin dan t ahu- t ahu perut
Kong Lo Sengjin telah diserangnya dengan serudukan kepalanya yang besar!
" Celaka...! " Kong Lo Sengj in berseru kaget , cepat m engerahkan t enaga menekan
t ongkat dan t ubuhnya m encelat ke at as. I a berj ungkir balik dan dapat t urun
kembali ke atas tanah, akan tetapi mukanya pucat sekali dan napasnya terengah,
perut nya t erasa panas biarpun hanya t erkena sam baran hawa serangan yang
keluar dari kepala kakek t adi. I a t ahu bet ul bahwa andaikat a ia t adi kurang cepat
dan perut nya sem pat dibent ur kepala Si Cebol, t ent u nyawanya t akkan t ert olong
lagi!
"Ho- ho- ha- ha! Kong Lo Sengj in kiranya bukan apa- apa, hanya nam anya saj a
yang besar. Hayo kalian m aj u berdua! " Set elah berkat a dem ikian, kakek cebol it u
sudah m enerj ang Kim - m o Taisu yang t erdekat . Kedua t angannya m elancarkan
serangan dengan pengerahan t enaga sakt i sehingga sebelum kepalan t iba, angin
pukulannya sudah terasa, amat hebatnya.
Kim- m o Taisu t idak berm usuhan dengan kakek cebol ini, akan t et api karena
diserang, t erpaksa ia m elayani. Pula, ia t ahu bahwa Kong Lo Sengj in past i t idak
m engam bil suling em as sepert i yang dit uduhkan, m aka dalam hal ini kalau t erj adi
pert em puran, ia harus m em bela pihak yang t idak bersalah. Melihat dat angnya
pukulan yang am at am puh, Kim - m o Taisu yang m erasa sudah kuat sekarang
hawa sakt inya, sengaj a m enangkis sam bil m engerahkan t enaganya ke arah
tangan.
" Dukkkk! ! ! " Dua t angan yang penuh t erisi t enaga sakt i it u bert em u. Kuda- kuda
kaki Kim- mo Taisu tergempur sehingga tubuhnya terhuyung- huyung ke belakang,

Suling Mas Kho Ping Hoo 345


akan t et api t ubuh kakek cebol it u m elayang bagaikan sebuah layangan put us
t alinya. Nam un j angan disangka bahwa kakek ini t erlem par karena kalah t enaga.
Sam a sekali bukan. Nam un kakek sakt i ini j auh lebih cerdik dan lebih
berpengalam an daripada Kim - m o Taisu. Melihat Kim - m o Taisu berani m enangkis
dan m enghadapi pukulannya secara keras lawan keras, kakek ini sudah m enduga
bahwa Kim - m o Taisu m em iliki t enaga sakt i yang am puh pula. Apalagi dahulu ia
pernah pula m elihat sepak t erj ang Kim - m o Taisu. Maka ia m em pergunakan
kecerdikannya. Di sam ping m enggunakan t angkisan unt uk m engadu t enaga, ia
pun m em inj am t enaga gem puran it u unt uk m em buat t ubuhnya m elayang.
Melayang bukan sekedar m elayang, m elainkan m elayang ke arah... Kong Lo
Sengjin yang dipukulnya selagi tubuhnya melayang itu!
Kong Lo Sengj in t erkej ut . Akan t et api ia pun seorang yang sakt i dan
berpengalam an. Maklum bahwa pukulan dari udara ini am at berbahaya, t idak
kalah bahayanya oleh serudukan kepalanya ke perut t adi, kakek lum puh ini lalu
m engangkat t ongkat kanannya dan m enyapu t ubuh kakek cebol it u dengan
tongkat sambil mengerahkan tenaga.
" Aiiihhh! " Si Kakek Cebol berseru dan t ubuhnya yang m asih m elayang di udara
it u t iba- t iba dapat m engelak dan sepert i seekor burung saj a t ubuhnya sudah
menyambar turun menghantam tubuh Kong Lo Sengjin bagian kiri. Tentu saja hal
ini m em buat Kong Lo Sengj in m enj adi sibuk sekali. Kedua kakinya sudah lum puh
dan diganti dengan dua tongkat yang di pegangnya. Kini tongkat kanannya masih
terangkat untuk menyerang tadi sehingga keadaannya seakan- akan sepert i orang
m enendang dengan kaki kanan. Maka kini diserang bagian t ubuh kiri, ia t ent u
saj a m enj adi repot . Nam un dasar ia lihai sekali. Secepat kilat t ongkat kanannya
m enyam bar t urun dan m em ukul t anah. Tenaga pukulan ini m em buat t ubuhnya
dapat m elom pat sam bil m enggerakkan t ongkat kiri m enangkis. Nam un karena
agak t erlam bat dan kalah dulu, t angkisannya kurang kuat sehingga begit u
t ongkat nya t erbent ur lengan Bu Tek Loj in, t ubuh kakek lum puh ini m encelat dan
terhuyung- huyung hampir roboh terguling.
"Hua- ha- ha- ha, bagus..., bagus....! " Bu Tek Loj in bersorak- sorak, t ert awa- tawa
dan m enepuk- nepuk kedua pahanya dengan girang sekali, sikapnya j elas
m engej ek Si Kakek Lum puh. Kem udian t iba- t iba ia sudah m eloncat lagi
m enyerang Kim - m o Taisu yang sudah sem pat m em perbaiki kedudukannya.
Serangan ini m erupakan serangan j urus yang am at aneh dan cepat , kelihat annya
kedua lengannya it u t idak m engandung t enaga ket ika bergerak, sepert i orang
m enari saj a, akan t et api begit u dekat dengan t ubuh lawan, t erasa bet apa
gerakan it u m engandung t enaga pukulan yang dahsyat . Ternyat a kakek cebol ini
m enggunakan I lm u Khong- in yang sakt i, yait u ilm u pukulan yang kelihat an
kosong, akan t et api kekuat annya dapat m erobohkan gunung, m aka disebut
Khong- in- liu- san.
Biarpun Kim - m o t aisu j uga seorang yang berilm u t inggi, nam un belum pernah ia
m enghadapi ilm u sepert i ini, m aka ia t erj ebak dan m engira Si Kakek Cebol hany a
main- m aian dan t idak m enyerang sungguh- sungguh. Maka ia pun hanya
m enggunakan kegesit annya m engelak dan siap pula m enangkis kalau ada
susulan pukulan yang berat . Sam a sekali t ak pernah disangkanya bahwa begit u
pukulan kakek it u m endekat i t ubuhnya, ia m erasa dorongan yang hebat ke arah
dada. Cepat ia m engerahkan t enaga pula dan hendak m enangkis akan t et api
t ubuh lawannya t iba- t iba m iring sepert i orang j at uh dan dari pinggirlah
dat angnya pukulan yang sesungguhnya! Kim - m o Taisu t erkej ut dan cepat
m eloncat , nam un t idak keburu at au kurang cepat , t erdengar suara " bret t t t ! " dan
uj ung baj unya t elah robek dan hancur kena sam baran pukulan sakt i Si Kakek
Cebol.
"He- he- ha- ha! " Bu Tek Loj in bersorak- sorak dan bert epuk- t epuk t angan saking
girangnya karena dalam dua j urus bert urut - t urut ia t elah m em peroleh
kemenangan terhadap kedua orang lawannya.
Mendongkolah hat i Kim - m o Taisu dan Kong Lo Sengj in. Kakek cebol ini selain
lihai j uga cerdik, sengaj a m elayani m ereka berdua secara bergant ian dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 346


m engirim serangan- serangan yang t ak t erduga- duga. Maka kedua orang it u
sekarang m elangkah m aj u dan m engurung Bu Tek Loj in yang m asih t erkekeh-
kekeh dan enak- enak saj a. I a m elihat bet apa sinar m at a Kong Lo Sengj in
m engeluarkan sinar m aut , sedangkan Kim - m o Taisu sudah m engeluarkan sebuah
kipas. Sedangkan unt uk m enggant i pedang at au suling, Kim - m o Taisu
m engeluarkan sebuah guci arak yang selalu t ergant ung di punggungnya. Jangan
dipandang remeh sepasang senjata yang menjadi lambang sastrawan pemabokan
ini, karena dengan sepasang senj at a aneh ini, Kim - m o Taisu j arang m enem ui
tanding! Akan t et api Si Kakek Cebol m asih enak- enak t ert awa ha- ha- he- he,
m alah kini m engelus- ngelus kepala burung hant u yang sej ak t adi m asih saj a
duduk di pundaknya, seakan- akan tidak tahu menahu akan pertempuran itu.
" Bu Tek Loj in, kau m em ang lihai sekali. Akan t et api di ant ara kit a t idak ada
perm usuhan, m engapa engkau m em ancing pert em puran?" Kim - m o Taisu m asih
m enahan kem arahannya dan m em beri peringat an. " Harap kau orang t ua suka
pergi m eninggalkan k am i dan j angan m elanj ut kan pert em puran yang t idak ada
gunanya ini."
"Heh- heh, siapa bilang t idak ada perm usuhan? Kalau kalian t idak m engem balikan
suling em as, aku t idak m au sudah! Eh, Kim - m o Taisu, apakah kau t akut ? Heh-
heh- heh!"
Mendongkol rasa hat i Kim - m o Taisu. Kakek cebol ini boleh j adi lihai sekali, akan
tet api sam a sekali dia t idak t akut ! " Siapa t akut ? Aku hanya m engingat kan
kepadam u bahwa pert andingan ini t idak ada gunanya. Aku t idak t ahu m enahu
t ent ang suling em as yang kaut anyakan, j uga aku berani t anggung bahwa Kong
Lo Sengjin tidak menyimpannya..."
"Ah, m engapa banyak cakap? Kakek cebol ini t erlalu som bong dan sudah bosan
hidup! " Berkat a dem ikian Kong Lo Sengj in sudah m enerj ang m aj u lagi, kini selain
m enerj ang hebat , j uga m engarahkan t ongkat nya pada bagian berbahaya.
Pendeknya, serangannya kini adalah serangan m aut yang am at dahsyat . Kem bali
t ubuh Si Kakek Cebol m eyelinap dan m enyam bar lewat t ongkat , m endekat i Kim -
m o Taisu dan m engirim t endangan ke arah Kim - m o Taisu. Terpaksa Kim - mo
Taisu m enggerakkan kipasnya dan dengan m enut up kipas ia m enyam but
tendangan it u dengan sebuah t ot okan. Nam un Bu Tek Loj in yang lincah
gerakannya it u t elah m enarik kem bali kakinya, t ert awa- t awa dan t iba- tiba
t ubuhnya m em balik dan kini ia gant i m enerj ang Kong Lo Sengj in dengan pukulan
j arak j auh yang dilakukan secara m endadak! Angin m enyam bar hebat dan
biarpun kakek lum puh ini sudah bersiap- siap m enahan serangan it u, t idak urung
tubuhnya bergoyang- goyang seperti pohon besar tertiup angin.
Dengan rasa penasaran Kim - m o Taisu dan Kong Lo Sengj in lalu m enerj ang dari
depan dan belakang. Kakek cebol it u t ubuhnya m elesat ke sana ke m ari,
m enyelinap di ant ara sinar senj at a lawan, burung hant u it u m engeluarkan suara
keras dan m enyam bar- nyam bar bergant ian berusaha m em at uk m at a kedua
orang yang mengeroyok majikannya!
Kong Lo Sengj in m engeluarkan suara m enggereng sepert i harim au. Hat inya
geram dan penasaran sekali. Dia adalah seorang t okoh y ang t erkenal, dit akut i di
dunia kang- ouw dan dalam perang m em pert ahankan dan m em bela Dinast i Tang,
kakek ini hanya kalah kalau m enghadapi pengeroyokan banyak t okoh sakt i. Akan
t et api sekarang, m enghadapi seorang kakek cebol, m asih dibant u Kim - m o Taisu
yang dalam hal ilm u kepandaian belum t ent u kalah olehnya, m asih t idak m am pu
m erobohkan set elah m enerj ang t erus sam pai belasan j urus! Di lain pihak, Kim -
m o Taisu j uga m erasa penasaran. Akan t et api pendekar ini t idaklah begit u
bernafsu unt uk m em bunuh kakek cebol ini karena sesungguhnya di ant ara
m ereka t idaklah t erdapat perm usuhan. Pula, ia m em ang t elah m aklum bahwa
kakek ini adalah seorang sakti yang luar biasa.
Selagi t iga orang sakt i ini sibuk bert anding, t ak m au saling m engalah, t iba- tiba
t erdengar suara t ang- ting- tang- t ing yang am at m erdu. Suara it u t ak salah lagi
adalah suara m usik yang- khim ( sem acam sit er) yang suaranya nyaring dan
iram anya t enang, lagunya m erdu. Akan t et api pengaruhnya benar- benar luar

Suling Mas Kho Ping Hoo 347


biasa sekali. Seket ika t iga orang yang sedang bert em pur dengan hat i panas it u
seperti disiram air dingin. Yang hebat adalah kakek cebol itu. matanya terbelalak,
berputar- put ar, m ukanya m enoleh ke kanan kiri sepert i orang ket akut an,
kem udian ia m elom pat dan m elarikan diri, diikut i burung hant unya set elah
berkata gemetar, "Dia datang....! Benar- benar datang... Bu Kek Siansu...!"
Mendengar disebut nya nam a ini, seket ika waj ah Kong Lo Sengj in berubah. Di
dunia ini t idak ada orang yang ia t akut i, akan t et api m endengar nam a Bu Kek
Siansu, ia m erasa t idak enak. Sudah t erlalu banyak ia m endengar akan nam a
kakek yang dikabarkan setengah dewa ini dan ia merasa betapa sepak terjangnya
selam a ini m erupakan m odal yang am at t idak m enyenangkan unt uk dibawa
berj um pa dengan Bu Kek Siansu. Apalagi m elihat bet apa seorang sedem ikian
lihainya sepert i kakek cebol it u saj a lari ket akut an, hat inya m akin j erih dan t anpa
berkat a apa- apa kakek lum puh ini lalu m elom pat dan sebent ar saj a lenyap dari
tempat itu.
Eng Eng y ang m elihat dua orang it u t elah pergi m eninggalkan ayahnya, lalu
m elom pat keluar dari t em pat sem bunyinya dan m em eluk ayahnya. Kim - m o Taisu
m enyim pan kem bali kipas dan guci araknya. " Benar- benar berbahaya sekali..."
katanya sam bil m enarik napas panj ang, kem udian ia pun celingukan m em andang
ke kanan kiri, pandang matanya mencari- cari.
Suara crang- cring- crang- cring itu masih terdengar terus, makin lama makin jelas,
Eng Eng yang m endengar ini m em belalakkan m at anya dan m em egang lengan
ayahnya m akin erat . " Ayah, kau dengarkah it u? suara yang- khim di t engah
hutan! Siapa gerangan..."
" Sssst t , diam lah, Eng Eng. Agaknya kit a m endapat anugerah dan kehorm at an
berjumpa dengan seorang suci. Mari kita menyongsong beliau."
Dengan perasaan heran dan t akut - t akut Eng Eng m engikut i ayahnya m enuj u ke
arah suara yang- khim , t anpa m elepaskan lengan ayahnya yang ia ganduli. Tak
lam a kem udian t ibalah m ereka di t em pat t erbuka di hut an it u dan t am paklah
seorang kakek duduk di at as bat u, duduk bersila dan m em angku sebuah yang-
khim yang dit abuhnya dengan cara m em et ik senar- senar it u dengan j ari- j ari
t angan. Kakek it u duduk m em belakangi m ereka dan ket ika m endengar kakek it u
kini m ulai bernyanyi sam bil asyik m em et ik yang- khim , Kim - m o Taisu t idak berani
menegur, bahkan lalu berdiri t egak bersedekap dan m endengarkan dengan t elit i.
Eng Eng j uga ikut pula m endengarkan. Suara yang- khim it u sungguh m erdu dan
sedap didengar, kini m engiringi suara kakek yang bernyanyi perlahan, suaranya
lembut seperti orang membaca doa.
"Bahagialah kita sesungguhnya, tidak membenci mereka yang membenci kita!
Bahagialah kita sesungguhnya,
bebas daripada penyakit ini di antara mereka yang sakit!
Bahagialah kita sesungguhnya,
bebas daripada tamak di antara mereka yang tamak!
Bahagialah kita sesungguhnya,
biarpun kita tidak memiliki apa- apa!
Kemenangan mengakibatkan kebencian,
karena yang dikalahkan takkan senang.
Bahagialah dia sesungguhnya,
yang telah dapat membuang kemenangan dan kekalahan!"
Kim- m o Taisu yang m endengarkan nyanyian ini gem et ar t ubuhnya. Eng Eng
kurang m engert i akan isi nyanyian, m aka ia sebent ar- sebent ar m em andang
ayahnya, sebent ar- sebent ar m enoleh ke arah kakek yang hanya t am pak
punggungnya saja itu.
Kakek t ua yang ram but nya sudah put ih sem ua it u bernyanyi lagi, lagu dan
iram anya berbeda daripada t adi, akan t et api suaranya m asih t et ap halus m erdu
seperti orang berdoa.
"Penyelesaian kebencian besar
yang masih meninggalkan sisa dendam
bagaimanakah dapat dianggap memuaskan?

Suling Mas Kho Ping Hoo 348


Itulah sebabnya seorang bijaksana
memegang teguh perjanjian
tapi tidak menagih orang yang berhutang.
Maka seorang budiman memilih persetujuan,
seorang sesat menuntut dengan paksaan.
Jalan langit tidak memandang bulu
namun orang baik selalu dibantu!"
Kim- m o Taisu m engenal kat a- kat a yang dinyanyikan it u. Yang pert am a adalah
pelaj aran dalam kit ab Agam a Buddha, adapun yang t erakhir adalah pelaj aran
dalam kit ab Agam a To. Yang m em buat perasaan Kim - m o Taisu t erguncang
adalah isi pelaj aran it u yang seakan- akan m enam parnya karena cocok sekali
dengan keadaan dirinya sehingga ia merasa tersindir.
Cepat ia m elangkah m aj u, m enj ura dan berani m engeluarkan suara set elah suara
yang- khim t erhent i. " Terim a kasih at as nasihat - nasihat Siansu, dan selanj ut ny a
saya mohon petunjuk!"
Hening sej enak, t ubuh yang duduk di at as bat u it u t idak bergerak. Kem udian
bat u yang diduduki it u t erput ar, t ubuh yang duduk di at asnya ikut pula t erput ar
dan kakek it u t elah berhadapan m uka dengan Kim - m o Taisu. Melihat ini Eng Eng
m enj adi heran sekali, heran dan kagum . I a adalah seorang gadis yang sem enj ak
kecil m enerim a gem blengan ilm u silat t inggi, t ahu pula akan t enaga- tenaga
m uj ij at dalam t ubuh m anusia, sudah m elat ih diri dengan sin- kang, lwee- kang,
khi- kang, dan gin- kang. Akan t et api m elihat kakek yang bersila di at as bat u
besar it u t anpa bergerak dapat m em ut ar bat u yang didudukinya, benar- benar ia
merasa seperti berhadapan dengan ilmu sihir!
Sej enak kakek t ua rent a yang waj ahnya m em bayangkan ket enangan luar biasa
dan sinar matanya yang lembut itu seakan- akan telah waspada akan segala hal di
sekelilingnya it u m em andang Kim - m o Taisu, kem udian m elirik ke arah Eng Eng
dan alis m at anya yang put ih bergerak- gerak. Kem udian t erdengar ia m enarik
napas panjang dan berkata perlahan,
" Segala sesuat upun t erj adilah sesuai dengan kehendak- Mu! Nam un kewajiban
m anusia unt uk berusaha...." Set elah berkat dem ikian, m at anya bersinar
wajahnya berseri ketika ia menatap muka Kim- mo Taisu dan dengan tenanga tapi
ramah menegur,
"Kwee- sicu ( Orang Gagah she Kwee) , puluhan t ahun t ak bert em u, kiranya Sicu
t elah dim at angkan oleh pengalam an hidup. Aku m endengar pula bahwa Sicu
t elah m enggunakan nam a Kim - m o Taisu. Bagus sekali, dengan dem ikian berart i
Sicu m enem pat kan diri sebagai orang yang t elah sadar daripada segala ikat an
karma."
Kim- m o Taisu m enggeleng- geleng kepalanya dengan m uka sedih, lalu berkat a,
" Siansu, dalam pert em uan kit a pert am a dahulu, Siansu t elah m em beri pet unj uk
dan saya t elah berhut ang budi kepada Siansu. Sekarang pun, Siansu t elah
m enunj ukkan j alan yang t erang, akan t et api t erpaksa sekali saya harus
mengecewakan hati Siansu dengan memilih jalan gelap."
Muka yang t ua akan t et api m asih t am pak bercahaya dan segar berseri di balik
keriput dan j enggot put ih it u t ersenyum lebar. " Yang t idak m engharapkan t akkan
kecewa, Sicu. Aku t idak m engharapkan apa- apa m aka t idak m engenal rasa
kecewa. Aku t idak m erasa m elepas budi m aka t idak pernah m enghut angkan.
Jalan t erang at au gelap hanyalah t ergant ung anggapan si pem andang dan si
pelaku. Sicu m asih m enganggapnya gelap, apakah gerangan yang m endorong
Sicu?"
Kim- mo Taisu m enj awab, " Bu Kek Siansu yang m ulia, sungguh saya m alu unt uk
m engaku. Akan t et api sesungguhnya saya m erasa sebagai seorang m anusia yang
selalu diperham ba nafsu, hidup yang lalu hanya sem at a unt uk diperham ba nafsu
dan m em ent ingkan diri pribadi. Oleh karena it ulah, Siansu, sisa hidup saya akan
saya isi dengn pelaksanaan kewaj iban- kewaj iban sebagai seorang yang t elah
m em pelaj ari ilm u. Banyak orang pandai t elah m engkhianat i negara, m em bant u
pemberontak- pemberontak sehingga raja- raja jatuh bangun silih berganti. Orang-

Suling Mas Kho Ping Hoo 349


orang pandai it ulah yang m engacaukan negara, dosa m ereka t elah bert um puk-
t um puk dan perlu dibasm i. Sudah m enj adi kewaj iban saya unt uk m enghadapi
mereka, karena bukankah tugas seorang gagah untuk membela negara?"
Bu Kek Siansu m engangguk- angguk dan t ert awa. " Wi- bin- wi- kok, hiap- ci- tai- cia
( Bekerj a unt uk rakyat dan negara, it ulah paling m ulia) ! Mem ang kebenaran ini
bagi seorang gagah t ak dapat disangkal pula, Sicu. Akan t et api rakyat yang
m ana? Negara yang m ana? Sem enj ak Keraj aan Tang roboh, digant i Keraj aan
Liang Muda, Tang Muda, Cin Muda, dan sekarang Han Muda, apakah rakyat nya
bergant i? Raj a- raj a yang m em egang t aht a keraj aan sem enj ak j at uhnya Keraj aan
Tang, apakah j uga bergant i bangsa? Kem udian m uncul Keraj aan- keraj aan Hou-
han, Wu- yue, Nan- cao, Shu, Nan- han, Min dan lain- lain, apakah raj anya dan
rakyat nya j uga bangsa lain? Siapakah yang benar di ant ara orang- orang gagah?
Mereka yang m em bela Tang lam a, at aukah yang m em bela Hou- han, Wu- yue dan
lain- lain? Sem ua it u j uga berdasarkan bekerj a unt uk rakyat dan raj a. Kebet ulan
Sicu hendak m em bela Keraj aan Tang lam a, karena Sicu m erasa sebagai warga
Dinasti Tang, dan karena Sicu ada hubungan keluarga dengan Kerajaan Tang!"
Kim- m o Taisu t erkej ut . Sepert i dibuka m at anya, dan ia m enj adi bingung. Perang
dan perm usuhan t iada hent inya, keraj aan- keraj aan m ucul, m ereka sem ua
berperang dengan dalih m em bela kebenaran. Siapakah yang sesungguhnya
benar?
" Siansu, m ohon pet unj uk...! " Kim - m o Taisu m enj at uhkan diri berlut ut dan Eng
Eng ikut pula berlutut. Gadis ini bingung dan sama sekali tidak mengerti jelas apa
yang dibicarakan ayahnya dan kakek t ua it u, hanya m erasa t ak senang karena
agaknya Si Kakek ini hendak m encela ayahny a yang hendak m em bela Keraj aan
Tang yang sudah roboh.
Bu Kek Siansu t ersenyum . Sekali lagi ia m enat ap t aj am ke arah waj ah Eng Eng
dan Kim - m o Taisu, kem udian ia m enghela napas panj ang. " Kewaj iban m anusia
unt uk berusaha nam un Tuhan berkuasa m enent ukan. Kewaj iban m anusia unt uk
m em enuhi t ugas t anpa m elibat kan diri pribadi dalam t ugas yang
dilaksanakannya, ini berart i m em enuhi perint ah Tuhan dengan set ulus hat i.
Sekali m elibat kan diri dalam t ugas, berart i bekerj a unt uk nafsu dirinya dan
pekerj aan it u m enj adi kot or t ernoda nafsu- nafsu m em ent ingkan diri pribadi.
Manusia hidup di dunia sudah m em punyai t ugas kewaj iban m asing- masing.
Penuhilah kewaj ibanm u dengan t ulus ikhlas, lakukanlah apa yang m enj adi
kewajibanmu masing- masing dan segala apa akan berjalan beres lancar dan baik.
Jangan sekali- kali m eninggalkan t ugasnya sendiri lalu hendak m elakukan t ugas
orang lain, hal ini t ent u akan m enim bulkan kekacauan dan kerusakan. Tugas
guru ialah m engaj ar, t ugas m urid belaj ar, t ugas t ent ara berperang m em bela
negara, t ugas orang t ua m endidik, t ugas anak berbakt i, t ugas pem im pin ialah
m em im pin. Masing- m asing m em punyai t em pat sendiri dan kalau m asing- masing
m em enuhi t ugasnya dengan baik dan sem purna t anpa dit unggangi nafsu
m em ent ingkan diri pribadi, alangkah akan baiknya keadaan dunia ini. Akan t et api
sekali orang meninggalkan tugas sendiri mencampuri tugas orang lain, rusaklah!"
Kim- m o Taisu m engangguk- angguk. " Mohon pet unj uk apa yang harus saya
lakukan, Siansu."
" Sicu bukan t ent ara, j angan m encam puri urusan t ent ara! Kalau Sicu ingin
m elakukan t ugas t ent ara, m asuklah dulu m enj adi t ent ara. Set elah m asuk
sekalipun, bukan t ugas Sicu unt uk bert indak m enurut kehendak sendiri karena
t ugas seorang t ent ara m ent aat i perint ah pim pinan! Kalau Sicu m erasa m enj adi
pendekar silat , t ugas Sicu sudah j elas, m enegakkan kebenaran dan keadilan,
membela si lemah tertindas menentang si kuat yang j ahat . Kalau Sicu m erasa diri
sebagai seorang pendet a, t ugas Sicu sudah j elas pula, m em beri penerangan
kepada yang gelap, m em beri t unt unan bagi m ereka yang sesat . Karena it u, kalau
boleh aku m em beri nasihat , m arilah Sicu ikut dengan saya, m em perdalam ilm u
kebat inan agar dalam m enj alankan t ugas kelak, Sicu t akkan sesat j alan.
Pengert ian t ent ang ini am at pent ing karena banyak orang yang m enyeleweng
daripada tugas hidupnya tanpa ia sadari!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 350


Kim- m o Taisu m engerut kan kening dan m enggeleng kepala. " Maaf, Siansu.
Bet apapun j uga, saya harus m elaksanakan kehendak hat i saya lebih dulu. Orang-
orang sepert i Ban- pi Lo- cia dan kawan- kawannya t erlalu j ahat unt uk dibiarkan
saj a m eraj alela. Set elah saya m elaksanakan t ugas ini, barulah saya akan
menghadap Siansu."
Bu Kek Siansu m enggeleng- geleng kepala, m enarik napas panj ang. " Sicu banyak
m enderit a, ist eri dan sem ua keluarga ist eri t erbunuh, kebencian berakar di hat i,
berdaun dendam , berbunga sakit hat i dan berbuah saling bunuh! Sekali lagi,
Sicu, bawalah put erim u pergi dari t em pat ini dan m ari ikut dengan aku ke t em pat
terang..."
" Sekali lagi m aaf, Siansu. Biarlah kelak saya akan m encari dan m enghadap
Siansu...."
Bu Kek Siansu berdiri, m em anggul yang- khim , dan t ert awa sam bil
m enengadahkan m uka ke at as. " Seorang m anusia kecil m acam aku ini, apa
art inya dibanding dengan kekuasaan Tuhan? Segala kehendak- Mu past i t erj adi,
tiada kekuasaan di dunia maupun akhirat yang mampu merubahnya...." Kakek itu
lalu bernyanyi dan t urun dari bat u karang, berj alan perlahan m eninggalkan
t em pat it u. suara nyanyiannya t erdengar m akin perlahan dan akhirnya lenyap.
Set elah suara kakek it u t ak t erdengar lagi, barulah Kim - m o Taisu bangkit berdiri
sam bil m enarik t angan put erinya. I a m enarik napas panj ang dan waj ahnya
m em bayangkan penyesalan dan kekecewaan hebat . " Sayang sekali bahwa aku
tidak dapat menaati nasihatnya dan pergi ikut dengannya, Eng Eng...."
" Siapakah dia, Ayah?" " Dia seorang yang bahagia, Anakku, seorang yang sudah
dapat m em babaskan diri dari segala- galanya, dia disebut orang Bu Kek Siansu,
manusia setengah dewa."
" Akan t et api dia begit u peram ah dan halus sikapnya, m engapa Kakek cebol dan
Kong- kong yang sakti lari ketakutan?"
Kim- m o Taisu t ersenyum . "Bicara t ent ang kesakt ian, Bu Kek Siansu sukar dicari
keduanya, dan sukar diukur sam pai di m ana t ingkat nya. Akan t et api yang
m em buat ia disegani sem ua t okoh bukan hanya kesakt iannya, t erut am a sekali
karena sikapnya. I a t idak pernah m elawan, t idak pernah m endendam , t idak
pernah m em benci, dan selalu m engulurkan t angan kepada siapapun j uga, t idak
peduli orang baik m aupun j ahat . I nilah yang m em buat Bu Kek Siansu m enj adi
m anusia sakt i yang dit akut i. Orang- orang yang m erasa t elah berbuat sewenang-
wenang mengandalkan kepandaiannya, segan dan malu berjumpa dengannya."
" Ayah, t adi Bu Kek Siansu m enganj urkan Ayah supaya m engundurkan diri dan
t idak m elibat kan diri dengan urusan perang. Bukankah begit u? Kalau Ayah
m enganggap dia seorang yang am at m ulia dan sakt i pat ut dit urut nasihat nya,
mengapa Ayah masih melanjutkan niat Ayah mencari dan membasmi musuh?"
Kim- mo Taisu menarik napas panjang sebelum menjawab, lalu memegang lengan
put erinya, diaj ak kem bali ke pondok sam bil berkat a, "Engkau t ent u t ahu akan
sem ua penderit aan ibum u. Sesungguhnyalah, t adinya t idak sedikit pun hat iku
t ert arik akan persoalan perang, akan t et api m engingat bet apa ibum u m enderit a,
m engingat pula akan harapan ibum u, m aka aku harus m em balaskan sem ua
penderit aan it u kepada m ereka yang m enj adi sebabnya. Hanya dengan j alan ini
saj alah aku dapat m em balas budi ibum u, Eng Eng, sepert i t elah kukat akan t adi
sebelum dat ang gangguan, aku akan pergi m encarikan t em pat unt uk Bu Song.
Kau baik- baiklah di sini bersam a Bu Song. Paling lam a dua t iga bulan aku t ent u
datang kembali."
Maka berangkat lah pendekar ini m eninggalkan puncak Min- san. Niat nya hendak
lebih dulu m engunj ungi Shan- si dim ana kini t elah berdiri Keraj aan Hou- han.
Selain hendak m enyelidiki t ent ang keraj aan baru ini dan t ent ang kem ungkinan
masa depan yang baik bagi calon mantunya, juga ia hendak menemui Tok- siauw-
kwi yang oleh Kong Lo Sengj in di sebut - sebut sebagai seorang diant ara m usuh-
m usuh m ereka! Dari Hou- han ia akan m engunj ungi keraj aan- keraj aan lain,
m encarikan t em pat unt uk calon m ant unya m enem puh uj ian dan m endapat kan
kedudukan.

Suling Mas Kho Ping Hoo 351


Sem ent ara it u, Eng Eng yang dit inggal ayahnya dan kini sudah t ahu bahwa dia
dit unangkan dengan Bu Song, m enant i pulangnya pem uda it u dengan hat i
berdebar- debar. I a m erasa m alu, bingung dan t akut bert em u m uka dengan
pem uda it u, pem uda yang biasanya m enj adi kawan berm ain sej ak kecil, yang ia
anggap sepert i saudara at au kakak sendiri. Kalau ia t eringat bet apa beberapa
hari yang lalu Bu Song pernah m encium nya dan m em buat nya t ersipu- sipu
sej enak biarpun bukan hal aneh kalau Bu Song m encium nya, sepert i sering
dilakukannya sejak mereka masih kanak- kanak. Dan Bu Song agaknya t elah t ahu
akan perj odohan m ereka ket ika m encium nya kem arin dulu! Teringat akan ini,
gem et ar t ubuh Eng Eng dan m em buat nya gelisah ket ika m enant i pulangnya Bu
Song. Ent ah sudah berapa kali ia m enelit i bayangannya di cerm in, akan t et api
selalu ia m asih khawat ir kalau- kalau ada sesuat u yang t idak beres pada ram but
atau pakaiannya.
Lu Sian duduk t erm enung di dalam kam arnya dalam ist ana Keraj aan Hou- han
yang indah dan m ewah. Keadaan m ewah, kehidupan yang serba cukup, berenang
dalam laut an kem ewahan dan kedudukan t inggi m ulia yang diperoleh sem enj ak
ia t inggal di dalam ist ana ini, m ulai m em bosankannya. Kini hat inya risau.
Ternyat a pem uasan nafsu- nafsunya selam a ini, m em ilih pangeran dan orang-
orang m uda sesuka hat inya, hanya m erupakan kesenangan lahir yang sem ent ara
saj a. I a t et ap m erasa kurang puas, t et ap belum dapat m erasakan kebahagiaan
hidup. Kesenangan t ak pernah dapat puas, m akin dikej ar m akin hauslah ia, dan
akhirnya m alah m enim bulkan rasa m uak dan j em u. Kebosanan m enggerogot i
hat inya set iap m alam sunyi kalau ia sudah t idak ada hasrat pula m em ilih t em an.
Mem ang t iada kesenangan di dunia ini yang akan dapat m endat angkan bahagia.
Kesenangan lahir hanya akan dinikm at i oleh t ubuh dalam wakt u singkat saj a.
Kesenangan lahir hanya indah apabila dikejar dan belum dapat diperoleh. Namun,
sekali berada di t angan, kesenangan it u bukan kesenangan lagi, m enim bulkan
bosan.
Lu Sian duduk m enghadapi m ej a, m em andang lilin yang bernyala t enang karena
t erlindung dari gangguan angin. I a m erenung m em ikirkan keadaan dirinya.
Dalam keadaan sepert i it u, rindu yang hebat m enggoda hat inya, rindu kepada
put eranya! Belasan t ahun sudah ia m eninggalkan put eranya. Kini usianya sudah
em pat puluh t ahun lebih. Put eranya t ent u t elah m enj adi seorang pem uda
dewasa. Alangkah rindu hat inya unt uk dapat berj um pa dengan put eranya,
dengan Bu Song! Seringkali air m at anya bert it ik t urun apabila ia m engenangkan
puteranya dan peyesalan menusuk- nusuk hatinya.
Di dalam ist ana ia selalu dilayani am at baik oleh Coa Kim Bwee, sahabat dan
muridnya yang set ia. Banyak sudah ilm u ia t urunkan kepada wanit a selir raj a it u
dan sekarang Kim Bwee t elah m enj adi seorang wanit a yang berilm u t inggi pula.
Namun Kim Bwee selalu bersikap hormat dan manis kepadanya.
" Aku harus pergi dari sini," keluhnya dalam hat i. I a sudah bosan! I ngin ia bebas
lagi, terbang melayang tanpa tujuan. Alangkah nikmatnya hidup bebas.
Kasihan Liu Lu Sian. I a diperm ainkan nafsunya sendiri. ia t idak t ahu bahwa
kebebasan liar sepert i it upun hanya indah dan nikm at dalam khayalan belaka.
Kenyat aannya t ent u akan j auh berbeda dengan khayalan. I a kini m erasa rindu
kepada put eranya, ingin ia m encari put eranya dan hidup di sam ping put eranya.
I a kini m aklum bahwa usia t ua akan m enelannya, perlahan akan t et api t ent u ia
akan diseret ke j urang kem at ian yang t ak dapat dielakkan lagi. Biarpun ia dapat
m em pert ahankan waj ah dan t ubuhnya sehingga t et ap kelihat an m uda, nam un ia
tahu bahwa ia tidak akan dapat mempertahankan usia mudanya.
"Bu Song...!" ia mengeluh lagi, teringat betapa kini namanya sudah menjadi buah
bibir orang. Bet apa sebagian besar orang kang- ouw m em m usuhinya. Dia t idak
t akut . Apalagi selam a berada dalam ist ana ini, ia berada di t em pat yang am an
dan kuat . Sukar bagi m usuh- m usuhnya unt uk m encapainya. Jangankan di dalam
ist ana dim ana ia m em punyai banyak t em an dan pem bela, bahkan andaikat a ia
berada di luar sekalipun ia t idak akan gent ar m enghadapi m usuh- musuhnya.
Akan t et api kalau ia t eringat akan put eranya, m au t ak m au ia m enj adi m enyesal

Suling Mas Kho Ping Hoo 352


sekali. Bagaim ana perasaan put eranya kalau t ahu bahwa ibunya adalah seorang
wanit a yang dianggap iblis bet ina? Seorang wanit a gila laki- laki dan suka m encari
m usuh? Padahal ia dapat m enduga bahwa Bu Song t ent u t erdidik sebagai
seorang laki- laki yang baik oleh ayahnya, Kam Si Ek! I a t eringat akan bekas
suaminya ini, seorang laki- laki gagah perkasa yang m enj uj ung t inggi kebaj ikan
dan keset iaan. Seorang laki- laki yang ant i serat us prosen akan perbuat an
maksiat!
Tiba- t iba Lu Sian t ersent ak kaget dan sadar daripada lam unannya yang
menggores perasaan. Suara gaduh jauh di luar menyatakan bahwa di sana terjadi
pert em puran. Agaknya perusuh- perusuh it u dat ang lagi. I a m enarik napas
panaj ng. Sudah banyak ia m em bunuh orang- orang yang m enyerang ist ana.
Sesungguhnya sam a sekali t idak ada perm usuhan ant ara dia dan penyerbu-
penyerbu it u, karena m ereka it u m enyerbu dengan dasar perm usuhan pengikut
kerajan- keraj aan. Sudah banyak ia m em bunuh m at a- m at a dari Cin, kem udian
Keraj aan Han Muda. Banyak pula pengikut - pengikut yang ia t ahu adalah kaki
t angan Kong Lo Sengj in, orang- orang yang m enam akan dirinya pengikut set ia
Keraj aan Tang. I a t idak senang m elakukan pem bunuhan ini, karena
sesungguhnya ia hanya t urun t angan unt uk m em bela Keraj aan Hou- han. Padahal
ia sam a sekali t idak m enem pat kan dirinya sebagai pem bela Keraj aan Hou- han.
Akan t et api ia t inggal di ist ana Hou- han, m enerim a kebaikan dari raj a sendiri
berikut keluarganya. Bagaimana ia dapat tinggal diam saja?
Suara di luar m akin gaduh. Lu Sian t et ap duduk t enang. Mudah- m udahan saj a
para pengawal akan dapat m engat asi perusuh- perusuh it u. at au andaikat a para
pengawal it u kalah, di sana m asih ada Coa Kim Bwee yang ia t ahu m em iliki
kepandaian t inggi. I a m engharap agar m alam ini ia t idak t erganggu, t idak usah
turun tangan menghadapi perusuh yang hendak mengacau istana Hou- han.
Sebetulnya, baginya sendiri, ia t idak peduli aka keselam at an Raj a Hou- han
sekeluarga. Akan t et api, ia ingat aka kebaikan Coa Kim Bwee dan karenanya
m erasa t idak enak hat i kalau t idak m em bant u. Maka biarpun suara gaduh it u
j elas m em bayangkan bet apa para pengawal agaknya kewalahan m enghadapi
perusuh yang dat ang, ia t idak am bil peduli dan t et ap t enang- t enang saj a di
dalam kam arnya. Akan t et api kini ia t idak dapat m elanj ut kan lam unannya sepert i
tadi lagi.
Tiba- t iba pint u kam arnya t erbuka dari luar dan Coa Kim Bwee m asuk t erhuyung-
huyung, ram but nya riap- riapan, m ukanya pucat dan kakinya t erpincang- pincang.
"Cici... tolonglah dia amat lihai...!" katanya terengah- engah.
Lu Sian m engerut kan keningnya. Dari cerm in di sudut ia dapat m elihat bet apa
Kim Bwee terluka kakinya, berdarah paha kirinya. Melihat rambut Kim Bwee yang
awut- awut an it u, ia t ahu bahwa selir raj a ini t elah m em pergunakan ilm u m ainkan
ram but yang sudah lihai. Akan t et api kalau sam pai kalah padahal t erang bahwa
selir ini dibantu para pengawal yang cukup kuat pula, hal ini membuktikan betapa
lihainya lawan yang dat ang m enyerbu. I a m enj adi m arah. Bukan m arah karena
m usuh m enyerbu ist ana dan m elukai Kim Bwee m elainkan m arah karena
penyerbuan musuh itu mengganggunya dari lamunan. Tanpa menjawab tubuhnya
berkelebat keluar dari kam arnya set elah m enyam bar pedang dan m enyelipkan
pedang di punggung. Dengan ilm unya yang hebat , sebent ar saj a Lu Sian t iba di
t em pat pert em puran. I a m engira bahwa yang dat ang t ent ulah m usuh dalam
j um lah banyak. Akan t et api alangkah kaget dan herannya ket ika ia m elihat
bahwa di t em pat pert em puran it u, para pengawal m engeroyok seorang lawan
saj a! Lawan it u seorang laki- laki bert ubuh sedang, waj ahnya t idak begit u j elas
karena gerakannya sangat gesit dan keadaan di sit u pun t idak t erang, hanya
remang- rem ang. Akan t et api m elihat laki- laki it u m enghadapi lawan hanya
m em pergunakan sebat ang kipas yang kadang- kadang t erbuka kadang- kadang
tertutup, hati Lu Sian berdebar keras. Mungkinkah? Mungkinkah orang mati dapat
hidup kem bali? Mungkinkah orang t erj ungkal ke dalam j urang yang t ak t am pak
dasarnya t idak m at i? Mungkinkah Kwee Seng hidup kem bali? Senj at a kipas

Suling Mas Kho Ping Hoo 353


sehebat it u hanya Kwee Seng seorang yang dapat m em ainkannya, dan bent uk
tubuhnya pun ia dapat mengenal.
Karena penasaran, ia m elom pat dekat . Beberapa orang pengawal yang m elihat
m unculnya Lu Sian, m enj adi girang dan cepat berseru, " Minggir! Sian- toanio
sudah tiba!"
Mendengar seruan ini, para pengawal yang j um lahnya dua puluh orang lebih dan
ramai- ram ai m engeroyok seorang laki- laki berpakaian put ih it u, m undur dengan
girang. Sudah t erlalu banyak t em an m ereka t erluka oleh pem egang kipas yang
lihai ini dan m ereka t adi pun m engeroyok dari j arak j auh saj a karena gent ar.
Cepat m ereka m engundurkan diri, m em beri j alan kepada Lu Sian yang cepat
melangkah maju.
Mereka berdiri berhadapan, t ak bergerak sepert i arca, saling pandang dengan
sinar m at a penuh perasaan bercam pur aduk. Karena j arak ant ara m ereka kini
hanya em pat m et er dan kebet ulan sinar obor dan lam pu t erarah ke m uka
m ereka, Lu Sian dapat m engenal laki- laki ini. Mem ang Kwee Seng! Sudah agak
t am pak t ua, akan t et api m asih sam a dengan dahulu! Malah lebih m at ang dan
sinar m at anya langsung m enem bus hat i. Kwee Seng? Terdapat dorongan di hat i
Lu Sian unt uk lari m enubruk dan m em eluknya! Begit u berhadapan, t erjadi
keanehan di dalam hat i Lu Sian. Seakan- akan seorang yang sudah lam a
m erant au j auh dan m erindukan kam pung halam an kini bert em u dengan sahabat
baik sekam pung halam an. Seakan- akan ia m enem ukan sesuat u yang sudah lam a
t erhilang dari dalam hat inya. Terasa kegem biraan m endalam yang belum pernah
ia rasai.
Di lain pihak, Kim - m o Taisu bengong t erlongong karena t erheran- heran.
Benarkah wanit a j elit a yang berdiri dengan sikap penuh wibawa di depannya ini
adalah Liu Lu Sian, gadis lincah j enaka dan yang pernah m enawan hat inya
kem udian m enghancurkan hat inya it u? Mem ang ia sudah m engharapkan bert em u
dengan Lu Sian di dalam ist ana ini karena ia sudah m endengar dari Kong Lo
Sengj in bahwa Tok- siauw- kwi adalah Lu Sian. Akan t et api kalau benar wanit a ini
Lu Sian, m engapa m asih begini m uda dan sam a sekali t idak berubah sej ak
ham pir dua puluh t ahun yang lalu? Kalau wanit a ini Lu Sian, t ent u sudah berusia
em pat puluh t ahun, akan t et api m engapa m asih t am pak sepert i baru dua puluh
tahun usianya?
Para pengawal m erasa heran pula karena kedua orang sakt i it u t idak lekas- lekas
bert anding m engadu ilm u, m elainkan hanya berdiri saling pandang t anap
bergerak. Ada di ant ara m ereka m engira bahwa kedua orang ini t ent u sedang
mengadu ilmu melalui pandangan mata!
Tiba- t iba t ubuh Lu Sian m elesat cepat sekali m enyam bar ke arah Kim - m o Taisu,
akan t et api m ereka t idak saling serang, dan bagaikan seekor burung t erbang,
t ubuh Lu Sian m encelat lagi ke at as langsung m elom pat ke at as gent eng ist ana
dan di lain det ik t ubuh m usuh aneh it upun m elesat lenyap m engej ar. Karena
cepat nya gerakan m ereka berdua, para pengawal it u t idak t ahu bahwa t adi Lu
Sian m em bisikkan kat a- kat a kepada Kim - m o Taisu. Mem ang hal ini disengaj a
oleh Lu Sian. Dengan kepandaiannya, ia t adi berbisik ket ika t ubuhny a
menyambar, "Kwee- twako, kau ikutlah aku!"
Kedat angan Kwee Seng at au Kim - m o Taisu ke ist ana ini m em ang dengan niat
m enj um pai Tok- siauw- kwi yang m enurut penut uran Kong Lo Sengj in adalah
seorang di ant ara m usuh- m usuh ist erinya, bahkan yang m engirim pem bunuh it u
ke Min- san. Maka kini m endengar bisikan Lu Sian, ia cepat m engej ar. Mem ang
lebih baik lagi kalau ia dapat bicara dengan wanit a it u t anpa t erganggu orang
lain. Nam un ia m erasa kaget dan kagum j uga m elihat gerakan Lu Sian. Bukan
m ain hebat nya ilm u m eringankan t ubuh it u! sam a sekali t idak boleh dikat akan
kalah at au di bawah t ingkat nya. Tent u saj a ia t idak t ahu bahwa Lu Sian sekarang
bukanlah Lu Sian dua puluh t ahun lebih yang lalu! Lu Sian sekarang t elah
mewarisi ilmu gin- kang yang tiada keduanya dari Hui- kiam- eng Tan Hui.
Agaknya Lu Sian j uga ingin m em am erkan kepandaiannya, m aka wanit a ini
m enggunakan ilm u lari cepat sam bil m engerahkan ilm unya. Larinya cepat sekali

Suling Mas Kho Ping Hoo 354


sepert i t erbang. Nam un ia sam a sekali t idak m erasa heran m elihat kenyat aan
bahwa Kim - m o Taisu dapat m engej ar dan m engim bangi kecepat annya. Mem ang
ia sudah t ahu bet ul bahwa Kwee Seng m em iliki kepandaian yang am at t inggi.
Hanya ia t idak t ahu bahwa unt uk dapat m engim bangi kecepat annya, Kim - mo
Taisu juga telah mempergunakan seluruh kepandaiannya!
Karena kecepat an yang luar biasa ini, sebent ar m ereka t elah berada j auh di luar
kot a raj a, di luar sebuah hut an yang sunyi dan j auh dari perkam pungan. Kem bali
m ereka berdiri saling berhadapan, di bawah sinar bulan yang m uncul lewat
t engah m alam . Berdiri saling pandang t anpa bergerak m aupun bicara sam pai
lama sekali.
"Kwee- t wako...! " Akhirnya Lu Sian m engeluarkan suara, set engah m enj erit
set engah m engeluh, lari m enubruk dan m erangkul leher Kim - m o Taisu lalu
m enangis t erisak- isak di dadanya. Sem ua rindu dendam nya akan kebahagiaan,
rindu t erhadap put eranya, sem ua ia t um pahkan di dada laki- laki it u. Sem ua
kekecewaan hidupnya selam a ini, ia carikan hiburan di at as dada yang lapang it u.
sem ua rasa kasih sayang yang bebas daripada nafsu, ia rasakan kini bergelora
dalam hat inya t erhadap laki- laki ini. Selam a ini, ia m enganggap sem ua laki- laki
sebagai hiburan dan perm ainannya sehingga ia m erasa m uak dan bosan. I a haus
dan rindu akan kasih sayang m ulus dan m urni di sam ping perlindungan seorang
pria. Dan kini ia sadar bahwa andaikat a dahulu ia m enj adi ist eri Kwee Seng,
kiranya hidupnya t idak akan serusak sekarang ini. Dan kini ia t elah bert em u
Kwee Seng yang disangkanya t elah m at i. Belum t erlam bat kah dia? Masih
t erbukakah pint u kebahagiaan baginya, set elah t erom bang- am bing gelom bang
perm ainan nafsu selam a ini? Sudah t erlalu banyak dosa- dosanya,
penyelewengannya. Kalau saj a Kwee Seng t ahu akan sem ua sepak t erj angnya,
t ent u... t ent u...! Tiba- t iba ia sadar bet apa hanya seket ika t adi saj a j ari- jari
t angan Kwee Seng m em belai ram but nya, kini laki- laki it u sam a sekali t idak
membelai rambutnya, bahkan urat- urat tubuh itu menegang, kaku dan dingin.
Tiba- t iba t eringat lah Lu Sian bahwa kedat angan Kwee Seng m alam hari it u
adalah unt uk m engacau ist ana. Padahal sem ua orang t ahu bahwa Tok- siauw- kwi
berada di dalam ist ana it u! j adi kedat angan Kwee Seng adalah unt uk
m em usuhinya! Seket ika ia m erenggut kan diri m eloncat ke belakang, lalu
bertanya dengan suara ketus.
"Kwee- twako! Dengan maksud apakah kau menyerbu istana Hou- han?"
Sikap dan pandang m at a Kim - m o Taisu dingin ket ika m enj awab, " Dengan
maksud mencarimu, Tok- siauw- kwi."
"Kwee- t wako! Kau sudah t ahu bahwa Tok- siauw- kwi adalah aku. Apakah kau
j uga sepert i m ereka, m em usuhi aku dan m enyebut ku Tok- siauw- kwi? lupakah
engkau bahwa aku ini Liu Lu Sian?"
Sej enak j ant ung Kim - m o Taisu t erguncang keras. Mem ang inilah Lu Sian, sat u-
sat unya wanit a yang pernah m eram pas cint a kasihnya secara m endalam ! Akan
t et api ia m engeraskan hat i dan dengan suara dingin ia m enj awab, " Tidak ada Lu
Sian lagi di dunia ini, dia sudah mati...."
" Kwee Seng...! ! " " Juga Kwee Seng sudah m at i, yang ada sekarang Tok- siauw- kwi
dan Kim- mo Taisu."
Wat ak Lu Sian m em ang keras. Biarpun ia sudah bukan orang m uda lagi, nam un
kekerasan wat aknya t ak pernah hilang. Kini pandang m at anya t aj am , alisnya
berdiri. Dibandingkan dengan Kwee Seng, ia dahulu bukan apa- apanya dan sam a
sekali bukan t andingannya, akan t et api sekarang ia t idak t akut . Bahkan ada
keinginan hat inya unt uk m enguj i kepandaiannya yang t elah m aj u dengan hebat
selama dua puluh tahun lebih ini.
" Hem m m , begit ukah? Jadi selam a ini engkau m endendam kepadaku karena
perist iwa dua puluh t ahun yang lalu it u? Dan sekarang engkau m encariku unt uk
membikin beres perhitungan lama?"
" Sudah kukat akan, t idak ada lagi urusan dahulu. Yang ada hanya urusan ant ara
Tok- siauw- kwi dan Kim- mo Taisu."

Suling Mas Kho Ping Hoo 355


"Bagus!" kata Lu Sian dengan suara mendongkol. "Aku Tok- siauw- kwi, selamanya
baru sekarang ini bert em u dengan Kim - m o Taisu. Apakah kehendakm u
mencariku?"
"Tok- siauw- kwi, apakah engkau bersekut u dengan m usuh- musuh keluarga
Keraj aan Tang lam a?" " Siapakah m ereka?" " Di ant aranya ada orang- orang
Khitan, juga Ma Thai Kun, Pouw Kee Lui, dan terutama sekali Ban- pi Lo- cia."
" Cih! Mengapa aku harus bersekut u dengan orang- orang m acam it u? Kim - mo
Taisu, tuduhanmu ini sama sekali tidak masuk akal!"
"Tok- siauw- kwi, m engapa engkau m em usuhi Kong Lo Sengj in?" Lu Sian
m engerut kan kening dan m em andang t aj am , kem udian t ersenyum lebar dan
diam- diam Kim - m o Taisu t erheran- heran m elihat deret an gigi put ih di balik bibir
m erah it u. Benar- benar t idak ada perubahan sedikit pun j uga pada diri Lu Sian,
pikirnya. " Hik! Kakek lum puh m enj em ukan it u? Heh, Kim - m o Taisu, aku t idak
t ahu hubungan apa adanya ant ara engkau dengan kakek lum puh it u, dan aku
t idak t ahu pula m engapa engkau m em eriksaku sepert i seorang hakim m em eriksa
pesakit an. Akan t et api dengarlah baik- baik. Secara pribadi aku t idak m em punyai
perm usuhan dengan Kong Lo Sengj in si kakek lum puh. Akan t et api karena aku
t inggal di ist ana Hou- han dan dia dat ang m enyerbu ist ana, t ent u saj a aku
menghadapinya! Kalau kakek lum puh it u t idak kuat m enghadapi aku lalu m int a
bantuanmu, benar- benar lucu dan tak tahu malu!"
"Tok- siauw- kwi, m engapa engkau m engirim seorang pem bunuh ke Min- san unt uk
m em bunuh keponakan perem puan Kong Lo Sengj in?" Kim - m o Taisu bertanya
memancing.
Lu Sian bangkit kem arahannya. I a m em bant ing- bant ing kakinya ke t anah, dan
diam- diam Kim- m o Taisu m erasa t erharu. Benar- benar t idak ada perubahan pada
diri Lu Sian. Kebiasaan m em bant ing kaki kalau m arah- m arah pun m asih sam a
dengan dulu!
"Kim- m o Taisu! Apakah engkau ini seorang gila? Kalau aku m em ang
m enghendaki nyawa seseorang, perlu apa aku m enyuruh orang lain? Kalau aku
ingin m em bunuh keponakan Kong Lo Sengj in, biarpun ada serat us orang
keponakannya it u, apa kau kira aku t idak bisa m elakukannya sendiri? Ent ah
m acam apa silum an bet ina it u sehingga engkau sam pai bersusah payah m encari
pembunuhnya dan menuduh aku pula."
" Silum an bet ina it u adalah ist eriku..." " Ohhh...?! ?" Mat a Lu Sian t erbelalak kaget
dan sej enak ia hanya m em andang waj ah Kim - m o Taisu yang suram m uram it u.
rasa terharu mengusap perasaan Lu Sian, kemudian rasa gembira timbul, dan tak
t ert ahankan lagi ia t ert awa. Mula- m ula t ert awa lirih, t erkekeh- kekeh sam pai
menutupkan punggung tangan kanan di depan mulut sambil menundukkan muka,
kem udian kakinya bergerak m aj u dan di lain saat ia t elah m erangkul pinggang
Kim- m o Taisu dan m enyem bunyikan m uka di dadanya sepert i t adi lagi. Hanya
kalau t adi ia m enangis t erisak- isak, kini ia t ert awa t erkekeh- kekeh, t ubuhnya
berguncang- guncang menahan ketawa.
Kim- m o Taisu berdiri t egak, m engerut kan keningnya. I a am at m engkhawat irkan
ini. Menghadapi lawan yang bagaim ana berat dan lihai pun ia t idak gent ar. Akan
t et api m enghadapi Lu Sian, m elihat waj ah yang m asih cant ik j elit a, pandang
m at a yang bersinar- sinar, m ulut yang am at m anis, m encium bau harum yang
aneh dan khas dari t ubuh wanit a ini, benar- benar m erupakan hal yang am at
berat baginya. I a bukan seorang yang m udah t ergila- gila kepada wanit a, akan
t et api t ak disangkalnya pula bahwa hat inya lem ah apabila berhadapan dengan Lu
Sian, wanit a yang pernah m eram pas cint a kasihnya. Akan t et api, ia t eringat akan
isterinya, maka ia mengeraskan hati dan meramkan mata.
" ... ah, nasib kit a sam a... hi- hik, t idak bahagia dalam pernikahan..." Suara Lu
Sian ini m em buat Kim - m o Taisu m em buka m at anya. Pada saat it u Lu Sian yang
masih tertawa- tawa kecil mengangkat muka dan ternyata dari kedua mata wanita
it u bercucuran air m at a. Lu Sian yang t erdengar ket awa t erkekeh- kekeh it u
mengucurkan air mata seperti orang menangis!

Suling Mas Kho Ping Hoo 356


Mereka saling pandang, m uka m ereka berdekat an. Sedet ik t im bul hasrat dalam
hat i Kim - m o Taisu unt uk m endekap waj ah yang pernah ia rindukan ini, unt uk
m encium kering air m at a yang m em basahi sepasang pipi it u. Akan t et api kem bali
kem at ian ist erinya t erbayang di depan m at a. Air m at a di kedua pipi Lu Sian
seakan- akan berubah m enj adi m erah t erkena sinar bulan, sem erah darah
ist erinya yang bercucuran. Dengan kasar ia lalu m erenggut kedua pundak Lu
Sian, didorongnya menjauhi dirinya.
Seket ika t erhent i t awa at au t angis Lu Sian. Sinar m at anya t aj am dan dingin
kem bali. Lalu ia bert anya, sikapnya m enant ang. " Kim - m o Taisu, andaikat a benar
aku yang m enyuruh bunuh ist erim u, habis kau m au apa?" Dengan suara sam a
dinginnya Kim- mo Taisu menjawab, "Kau pun akan kubunuh!"
Lu Sian m encelat m undur lalu t ert awa. Kim - m o Taisu bergidik. Benar- benar
sepert i set an kalau Lu Sian sudah t ert awa sepert i it u. " Hi- hi- hi- hik! Kim - mo
Taisu! Apakah engkau m asih m enganggap aku sepert i Lu Sian dua puluh t ahun
yang lalu, yang merengek- rengek minta kauajari ilmu silat?"
Kim- m o Taisu m enggeleng kepala. " Tidak. Aku t ahu bahwa engkau sekarang
t elah m enj adi seorang yang berilm u t inggi. Sudah banyak aku m endengar
t ent ang Tok- siauw- kwi yang m enggegerkan dunia persilat an. Akan t et api aku
tidak takut."
" Aku pun t idak t akut ! " Lu Sian m em bent ak, sam bil m encabut pedangnya, pedang
Toa- hong- kiam dan sekali tubunya berkelebat ia telah mengirim serangan kilat ke
arah leher Kim- mo Taisu.
Cepat dan kuat sekali serangan ini, t ak boleh dipandang ringan. Kim - m o Taisu
cepat m elom pat ke kanan unt uk m enghindari serangan kilat ini, sam bil berkat a,
" Kalau kau yang m enyuruh orang m em bunuh ist eriku, baru aku akan
memusuhimu, Tok- siauw- kwi."
" Tidak peduli! Mem bunuh at au t idak, engkau harus m enahan seranganku, j angan
kira aku t akut ! " Lu Sian m em bent ak, kem arahannya sudah m em uncak dan
kem bali pedangnya berkelebat . Dem ikian hebat nya gerakannya sehingga
t ubuhnya lenyap t erbungkus gulungan sinar pedangnya. Terdengar bunyi angin
m enderu dan gulungan pedang it u m erupakan segum pal awan yang m elayang-
layang.
Kim- m o Taisu t idak berani m em andang rendah. Cepat ia pun m engeluarkan
kipasnya, lalu bergerak m engim bangi serangan Lu Sian. Ket ika ia m em perhat ikan
gerakan- gerakan Lu Sian, diam - diam ia t erkej ut dan kagum sekali. Hebat
memang kem aj uan wanit a ini, sedem ikian hebat nya sehingga ham pir m enyusul
dan m elam pauinya! Yang j elas, dalam hal gin- kang, Lu Sian sudah t idak kalah
olehnya, dan gerakan pedangnya luar biasa sekali.
I a sudah m endengar akan sepak t erj ang Tok- siauw- kwi yang m enggemparkan
partai- part ai besar karena perbuat annya m encuri kit ab- kit ab pusaka. Kini
m enyaksikan gerakannya, ia m aklum bahwa t idak percum a Lu Sian m encuri
kitab- kit ab it u, t ent u t elah dipelaj arinya dan digabungkannya dengan am at baik.
Karena it u, Kim - m o Taisu lalu m engerahkan t enaga dan m ainkan Cap- jit- seng-
kiam digabung dengan Lo- hai- san- hoat unt uk m enghadapi serangan pedang Lu
Sian yang dahsyat it u. gerakannya t enang dan kokoh kuat , t idak saj a ia dapat
m em bendung dat angnya serangan yang dahsyat sepert i air bah it u, nam un j uga
ia masih mendapat kesempatan untuk balas menyerang tidak kalah dahsyatnya.
Lu Sian m enj adi penasaran dan m enj adi penasaran dan m engeluh di dalam hat i.
Banyak sudah ia m enghadapi lawan t angguh, akan t et api baru sekarang ia
m endapat kenyat aan bahwa Kim - m o Taisu benar- benar hebat sekali. Kwee Seng
yang dahulu it u t ernyat a m asih t et ap kuat , bahkan lebih lihai lagi. Pedangnya
yang sukar m enem ui t anding it u kini seakan- akan m enghadapi t em bok baj a yang
sukar dit em bus. Bahkan uj ung gagang kipas it u m asih sem pat m em bagi- bagi
totokan yang amat berbahaya.
Berjam- j am m ereka bert anding dengan hebat . Kadang- kadang m ereka bergerak
cepat sehingga bayangan mereka menjadi satu, sinar senjata mereka saling belit.
Kadang- kadang gerakan m ereka lam bat dan dalam j urus- j urus ini m ereka

Suling Mas Kho Ping Hoo 357


bert anding m engandalkan t enaga dalam yang j uga seim bang. Mat ahari pagi
sudah m uncul m engusir kabut pagi, dan m ereka m asih t erus bert anding seru.
Keduanya sudah lelah. Keringat m ulai m em basahi m uka dan leher. Nam un belum
juga ada yang mengalah.
Tiba- t iba Lu Sian m engeluarkan suara m elengking t inggi, suaranya penuh
get aran dan pada det ik berikut nya, ram but nya yang hit am panj ang it u t elah
t erlepas dari sanggulnya dan t ahu- t ahu t elah m enyam bar ke arah Kim - m o Taisu
bagaikan sehelai j aring yang aneh! Kim - m o Taisu t erkej ut bukan m ain. Lengking
t adi saj a sudah m engandung t enaga yang luar biasa. I t ulah I lm u Sakt i Coan- im-
I - hun- t o ( Suara Sakt i Meram pas Sem angat ) , biarpun belum sem purna benar
nam un sudah am at kuat dan suara it u saj a sudah cukup m erobohkan seorang
lawan yang kurang kuat sin- kangnya! Apalagi serangan ram but it u. hanya
seorang yang sin- kangnya sudah luar biasa hebat nya saj a m am pu
m em pergunakannya sekuat ini. Tadi ia m elihat wanit a cant ik beram but panj ang
riap- riapan di ist ana j uga m em pergunakan ram but m elawannya, akan t et api
dibandingkan dengan penggunaan rambut oleh Lu Sian ini benar- benar amat jauh
bedanya. Karena ia t idak m enyangka- nyangka bahwa Lu Sian akan
m enyerangnya secara ini, Kim - m o Taisu m enj adi agak bingung. Nam un ia cepat
m engerahkan t enaganya dan m em buka kipas sert a m engebut ke arah j aring
hit am it u. Buyarlah sebagian ram but yang m enyerang, nam un m asih ada
segum pal ram but yang berhasil m elibat pergelangan t angan kanan yang
m em egang kipas dan pada saat Kim - m o Taisu m engerahkan t enaga unt uk
m elepaskan diri, uj ung pedang Toa- hong- kiam sudah m enyam bar ke arah
tenggorokan!
Hebat bukan m ain serangkaian serangan Lu Sian ini, t idak saj a cepat sepert i
kilat , dan sam a sekali t idak t erduga- duga, j uga m engandung t enaga dalam yang
dahsyat . Diam - diam Kim - m o Taisu t erkej ut dan m aklum bahwa nyawanya dalam
bahaya m aut . Nam un sebagai seorang pendekar gagah, ia t idak gent ar dan cepat
t angan kirinya m encengkeram ke arah pedang lebih baik m em pert aruhkan
lengannya daripada m em biarkan t enggorokannya t ert usuk. Akan t et api pedang
itu sudah lebih cepat gerakannya dan..."reettt" pedang itu menyambar ke kiri dan
bukan t enggorokannya yang t erobek, m elainkan leher baj unya! Kim - m o Taisu
m elom pat ke belakang karena pada saat it u gum palan ram but yang m em belit
lengannya j uga sudah t erlepas dan t erdengar Lu Sian t ert awa lirih. " Hi- hi- hik!
Kim- mo Taisu apakah kau masih mau membunuhku?"
Panas hat i Kim - m o Taisu. Mem ang dalam gebrakan t erakhir t adi, ia t elah
m enderit a kekalahan. Akan t et api kekalahannya t adi hanya dapat t erj adi karena
ia t erlena. I a t elah dikalahkan dan t elah diam puni pula! Dengan m uka agak
m erah t api suaranya t et ap dingin ia m enj awab, "Tok- siauw- kwi, kalau kau yang
menyuruh bunuh isteriku, kau tetap akan kubunuh!" Setelah berkata demikian, ia
m engeluarkan guci arak dari punggung, m enuangkan arak ke dalam m ulut dan
menggelogoknya, kemudian ia melangkah maju.
"Hemm, kau masih belum mau mengaku kalah?"
" Sebelum kau bersum pah bahwa kau t idak m enyuruh bunuh ist eriku, aku akan
m enyerangm u t erus dan t idak akan m engaku kalah sebelum t ewas di depan
kakim u. Nah, kauj aga ini! " Tiba- t iba Kim - m o Taisu m enerj ang m aj u, gerakannya
hebat sekali. I a m erasa penasaran dan j uga m alu bahwa dia t adi dapat
dikalahkan oleh Liu Lu Sian, m aka kini pendekar ini m engerahkan seluruh t enaga
dan m ainkan sem ua kepandaianny a. Hebat bukan m ain, gerakan- gerakannya kini
set elah ia m ainkan dua m acam senj at a. Kini guci arak it u ia m ainkan dengan
gerakan I lm u Pedang Pat - sian Kiam - hoat , sedangkan kipasnya t et ap m ainkan Lo-
hai San- hoat . Dua m acam senj at a dan dua m acam ilm u silat ini dapat ia m ainkan
m enj adi perpaduan yang am at serasi dan saling bant u, benar- benar am at hebat .
I nilah ilm u kepandaian int i dari Kim - m o Taisu sej ak dua puluh t ahun yang lalu.
Hanya kini ilm unya ini j auh lebih m asak karena t elah disem purnakan dengan
ilmu- ilmu yang ia dapat di dalam Neraka Bumi.

Suling Mas Kho Ping Hoo 358


Lu Sian j uga m erasa penasaran. I a t elah sengaj a m elepaskan laki- laki ini
daripada bahaya m aut . Mengapa m asih begini nekat ? Akan t et api, ia pun kini
m erasa t erkej ut m enyaksikan kehebat an serangan lawannya. Cepat ia
m enggerakkan pedang dan ram but nya m enj aga diri dan balas m enyerang,
nam un alangkah kaget nya ket ika ram but nya selalu t erbang m em balik karena
kipas di t angan Kim - m o Taisu m engeluarkan kebut an yang luar biasa sekali.
Sedikit pun ia t idak m endapat kesem pat an unt uk balas m enyerang lagi set elah
Kim- m o Taisu m enggerakkan kedua senj at anya yang aneh. Bet apapun ia
berusaha dan m engeluarkan pelbagai ilm u silat t erm asuk ilm u t endangan dan
ilmu- ilm u lain dari kit ab- kitab yang ia curi, t et ap saj a sem ua it u berant akan
m enghadapi perpaduan Pat - sian Kiam - hoat dan Lo- hai san- hoat ! Bet apapun ia
berusaha, t et ap saj a ia selalu harus m em pert ahankan diri daripada m enggelora
dat angnya. Dengan gem as Lu Sian lalu m engerahkan t enaga pada ram but nya,
m engeluarkan pekik m elengking lagi sepert i t adi, m alah lebih hebat lagi
sekarang, kem udian ram but nya m enyam bar m enj adi puluhan gum pal m enuj u k e
arah semua jalan darah lawan.
" Bagus! " seru Kim - m o Taisu. Mem ang serangan pem balasan ini luar biasa sekali.
Ram but yang halus t ebal it u t erpecah m enj adi banyak gum palan dan set iap
gumpalnya kini menotok jalan darah dengan kuat dan cepat!
Kim- m o Taisu j uga m engeluarkan suara m elengking panj ang yang m engat asi
lengking suara Lu Sian, kem udian t ubuhnya bergerak- gerak cepat dan kipasnya
dikebut kan. Tim bullah angin m enderu- deru yang berpusing- pusing di sekit ar
m ereka sehingga gum palan- gum palan ram but Lu Sian m enj adi kacau balau
gerakannya, t ersapu angin yang kuat ini, bahkan ada yang m em balik dan
menyerang Lu Sian sendiri!
Lu Sian kaget dan m arah sekali. Cepat ia m enggerakkan pedangnya yang
m enyam bar ke arah kipas yang m engebut - ngebut keras it u, dengan m aksud
unt uk m erusak kipas yang am puh dari lawan ini. Akan t et api begit u pedangny a
m enem pel kipas, Kim - m o Taisu m em buat gerakan m em ut ar sehingga pedangnya
ikut pula t erput ar- put ar dan akhirnya t anpa dapat dicegah pula, pedang it u
t erpaksa ia lepaskan karena kalau t idak, t angannya bisa t erluka hebat at au salah
urat . Pedang t erlepas dari t angan dan m enancap ke at as t anah sedangkan kipas
dan guci arak sudah m enyam bar ke arah dada dan kepala! Lu Sian dapat
m enghindarkan t ot okan kipas, akan t et api agaknya t idak m ungkin lagi
m enghindarkan hant am an guci arak yang m enuj u kepalanya, t erpaksa ia
meramkan mata menanti kematian. Akan tetapi hantaman tak kunjung tiba!
Lu Sian m em buka m at anya dan m elihat bahwa guci arak it u kini berada di depan
m ulut Kim - m o Taisu yang sedang m enenggaknya. Suara arak m enggelogok
m em asuki kerongkongannya. Adapun pedangnya m asih m enancap di at as t anah
dan j uga kipas lawannya m enggelet ak di dekat pedang. Muka Lu Sian m enj adi
m erah sekali. Jelas bahwa dalam j urus t erakhir t adi, ia t elah kalah. Pedangnya
diram pas dan nyawanya t erancam . Jelas pula bahwa Kim - m o Taisu sengaj a
m em bebaskannya. Kekalahan dan pem bebasan ini m erupakan penghinaan yang
memalukan bagi Lu Sian. Tak biasa ia menelan kekalahan.
"Kim- m o Taisu j angan som bong! Aku belum kalah! Kit a m asih seri, baru sat u-
sat u! Mari kit a m encari keunggulan t anpa m engandalkan senj at a kalau kau
berani!" Dengan m at a berapi- api Lu Sian m enyanggul ram but nya, sedangkan
Kim- m o Taisu sudah m elem par guci araknya ke dekat pedang dan kipas, lalu
tertawa mengejek.
" Ada ubi ada t alas, ada budi ada balas! Tadi kau m enghut angkan, kini aku
m em bayar. Akan t et api engkau hut ang nyawa ist eriku, belum kau balas. Kali ini
aku tidak akan mengampuni engkau lagi, Tok- siauw- kwi!"
Lu Sian m encibirkan bibirnya. " Siapa m engharapkan pengam punanm u? Kaukira
past i akan dapat m enang? Som bong! Kaut erim a ini! " Wanit a it u m enerj ang m aj u
dengan cepat , kedua t angannya t erkepal dan pukulan- pukulannya bert ubi- tubi,
sangat cepat namun mengandung tenaga sin- kang yang luar biasa kuatnya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 359


Kim- m o Taisu cepat m engelak dan m engangkat lengan m enangkis. Yang
m em buat pendekar ini diam - diam m engeluh adalah bau harum yang m akin hebat
sem erbak keluar dari t ubuh dan ram but Lu Sian set elah wanit a ini lelah dan
berpeluh. Keharum an ini yang selalu m enggelit ik hat inya, m engingat kannya
bahwa yang ia hadapi sebagai m usuh sekarang ini adalah wanit a sat u- satunya
yang pernah m eram pas cint anya. Selain keharum an yang khas ini, ia pun harus
mengakui bahwa ilmu kepandaian Lu Sian kini meningkat secara luar biasa sekali,
sudah set ingkat dan seim bang dengannya. Kinipun dalam ilm u silat t angan
kosong, ia sam a sekali t idak boleh m em andang rendah, apalagi set elah m erasa
bet apa dari kedua t angan Lu Sian keluar hawa yang am at panas dan kedua
kepalan t angan kecil it u m engeluarkan uap, seakan- akan m enggenggam api!
Ket ika ia sengaj a m enangkis, t angan dan lengan wanit a it u benar- benar am at
panas. Kim - m o Taisu t erkej ut dan cepat ia m em pergunakan I lm u Silat Bian- sin-
kun ( Tangan Kapas Sakt i) yang ia m ainkan dengan pengerahan t enaga I m - kang
untuk melawan hawa panas yang keluar dari tangan Lu Sian.
Biarpun kini m ereka m elanj ut kan pert andingan t anpa senj at a, nam un t ernyat a
m alah j auh lebih seru daripada t adi. Pukulan- pukulan m ereka adalah pukulan-
pukulan yang m engandung t enaga dalam . Gerakan m ereka kadang- kadang am at
cepat nya, berkelebat an dan bayangan m ereka bergum ul m enj adi sat u, kadang-
kadang m ereka bergerak am at lam bat dalam m engadu t enaga sin- kang. Karena
kini m ereka hanya m engandalkan kaki t angan, t ent u saj a t enaga yang m ereka
pergunakan lebih besar dan lebih banyak sehingga m ereka berdua m akin lelah.
Mem ang hebat kini ilm u kepandaian Lu Sian. Tidak m udah bagi Kim - m o Taisu
unt uk m engalahkannya, sungguhpun diam - diam Lu Sian harus m engakui bahwa
dalam banyak hal, lawannya ini sudah mengalah terhadapnya.
Matahari sudah naik tinggi dan kedua orang ini masih saja berkelahi mati- matian.
Akhirnya set elah j elas bagi Lu Sian bahwa bet apapun j uga ia t akkan berhasil
m engalahkan Kim - m o Taisu, t im bul rasa j em u di dalam hat inya. Mereka sudah
bert anding sej ak t engah m alam sam pai m at ahari naik t inggi m asih belum ada
yang bet ul- bet ul kalah at au m enang. I a sudah m erasa lelah sekali. Akan t et api
bukanlah wat ak Lu Sian unt uk m engaku kalah. Maka ia lalu m engerahkan sem ua
t enaga dalam nya dan m enerj ang dengan pukulan m aut yang dilakukan dengan
kedua tangan terbuka didorongkan ke depan.
Mendengar deru angin pukulan dan m erasai hawa panas yang hebat , Kim - mo
Taisu t erkej ut . Karena ia pun sudah am at lelah, gerakannya kurang lincah lagi
dan ia t ahu bahwa pukulan ini t ak m ungkin dapat ia elakkan, m aka ia cepat
m engangkat pula kedua t angannya, m enerim a pukulan it u dengan pengerahan
tenaga sakti.
" Plakkkk...! " Dua pasang t elapak t angan bert em u dan m elekat . Karena keduanya
mempergunakan tenaga sakti, maka kedua tenaga yang hampir sama kuatnya itu
saling m em buyarkan. Kini karena kelelahan, m ereka t idak m engadu t enaga sakti
lagi dan kedua t angan m ereka saling m enem pel it u t erdorong oleh kelelahan
m ereka, seakan- akan dengan begit u m ereka dapat berist irahat , karena dengan
kedua t elapak t angan m enem pel, m ereka unt uk sem ent ara t idak dapat saling
menyerang lagi. Peluh sudah membasahi seluruh tubuh.
" Kwee Seng aku... aku lelah..." Lu Sian t erengah- engah, kedua t angannya yang
bertempelan dengan kedua tangan Kim- mo Taisu itu seakan- akan bergantung.
" Aku pun lelah kau hebat sekali..." kat a Kim - m o Taisu it u perlahan dan
sejujurnya.
Mereka saling pandang. Kelelahan hebat m em buat m ereka m engant uk. Unt uk
sej enak agaknya m ereka lupa bahwa m ereka saling berusaha m engalahkan
bahkan saling m em bunuh. Kini m ereka bicara berbisik- bisik sepert i sepasang
kekasih yang kelelahan dan mabok buaian asmara!
" Kwee Seng... aku sudah j em u, t ak dapat m engalahkanm u, lebih baik kit a
hentikan saja..."
"Mana bisa kuhentikan kalau kau memang telah menyuruh bunuh isteriku?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 360


" Kwee Seng..." Lu Sian t erdiam dan m engat ur napas, t angannya m asih
menempel pada telapak tangan Kim- mo Taisu.
"Hemm...??" Juga Kim- mo Taisu mengatur napas untuk memulihkan tenaganya.
" Cant ik sekalikah ist erim u?" " Tidak secant ik engkau... akan t et api bagiku dia it u
penuh cinta kasih, penuh kesetiaan dan luhur budi pekertinya...."
"Uuhhh...! " Lu Sian m eraj uk dan m arah. Jawaban ini baginya m erupakan
t am paran, seakan- akan ia dim aki bahwa dia t idak t ahu akan cint a kasih, t idak
set ia dan rendah budinya. I a m engerahkan t enaga dan m endorong sekuat nya
sehingga lekat an t angan m ereka t erlepas dan keduanya t erdorong m undur
karena Kim- mo Taisu juga cepat mengimbagi dorongan lawan.
Sam bil m em ekik m arah Lu Sian kem bali m enyerang, seakan- akan lupa bahwa ia
sudah am at lelah. Kim - m o Taisu j uga m em pert ahankan diri dan balas
m enyerang. Sebuah t endangan Kim- m o Taisu m enyerem pet lut ut m em buat Lu
Sian t erguling roboh. I a t idak m em pert ahankan diri saking lelahnya dan begit u
punggung dan kepalanya m encium t anah, t erus saj a ia berbaring, m alas unt uk
bangun lagi karena rasa kantuk hampir tak tertahankan lagi!
"Hayo katakan sesungguhnya! Siapakah yang menyuruh bunuh isteriku?" Kim- mo
Taisu membentak, siap mengirim pukulan terakhir.
" Kalau aku yang m enyuruh kau m au apa? Andaikat a ist erim u m asih hidup, akan
kubunuh j uga dia?" j awaban ini t erdorong hat i gem as, akan t et api j uga am at
m enggem askan hat i Kim - m o Taisu yang m enubruk sam bil m engirim pukulan ke
arah kepala Lu Sian. Wanit a ini cepat m enggulingkan t ubuhnya, lalu m eloncat
dan m engirim t endangan kilat ke dada Kim - m o Taisu. Kagum sekali Kim - mo
Taisu. Gerakan bergulingan lalu m eloncat dan m enendang ini selain lihai j uga
am at indah. Nam un ia cepat dapat m engelak dan m ereka bert anding lagi dengan
seru.
Kem bali Lu Sian m engirim serangan m at i- m at ian dengan dorongan kedua t angan
sam bil m engerahkan ilm unya Tangan Api. Kim- m o Taisu m enyam but nya dengan
gem puran t angan pula sehingga kedua t elapak t angan m ereka bert em u dahsyat
di udara. Hebat sekali pert em uan t enaga ini dan Lu Sian t erhuyung- huyung,
m ukanya pucat sekali. Ternyat a ia kalah t enaga dan karenanya ia m enderit a luka
dalam . Nam un ia t idak m engeluh, dan set elah t erhuyung- huyung ia roboh miring.
Kim- m o Taisu yang sudah m abok perkelahian ini dengan t ubuh lem as m enubruk
m aj u pula dan m engirim pukulan dengan kedua t angan pula. Siapa kira, Lu Sian
m asih sem pat m engangkat kedua t angan m enyam but dan kem bali kedua pasang
t angan m ereka bert em u dan m elekat sepert i t adi. Hanya bedanya, Lu Sian
berbaring dan Kim- mo Taisu berlutut!
" Kwee Seng..." suaranya berbisik t erengah- engah. " ...aku ...aku belum m au
mati... aku tidak ingin mati sebelum bertemu anakku... Bu Song..."
Terget ar hat i Kim - m o Taisu dan t eringat lah ia akan kesem uanya it u. wanit a ini
bukan hanya bekas kekasihnya, bekas wanit a yang paling ia cint a di dunia ini,
bukan hanya it u saj a, m elainkan ibu dari m uridnya, ibu dari Bu Song calon
m ant unya! Bagaim ana ia dapat m em bunuh bekas kekasihnya yang kini m enj adi
calon besannya.
" Lu Sian, apakah kau yang m enyuruh bunuh ist eriku?" t anyanya berdesis di
antara katupan giginya.
Lu Sian t ersenyum m endengar nam a kecilnya disebut . " Kalau t adi- t adi engkau
bert anya begini, t ent u aku akan bicara t erus t erang," j awabnya lirih. " Aku t idak
t ahu bahwa kau m asih hidup, t idak t ahu bahwa kau punya ist eri, bagaim ana bisa
m enyuruh orang m em bunuh ist erim u? Tidak, aku t idak m enyuruh bunuh
siapapun j uga. Kalau ada yang hendak kubunuh, t ent u kugunakan t anganku
sendiri, mengapa menyuruh orang?"
Kim- m o Taisu m elepaskan t angannya dan m elom pat ke belakang. " Mengapa
t idak kaukat akan dem ikian sej ak m alam t adi?" I a m engom el sam bil m enghapus
peluh yang memenuhi mukanya.
Lu Sian t ert awa. " Aku ingin m elihat sam pai bagaim ana j auh aku dapat
m elayanim u. Ternyat a kau... kau m akin hebat ..." Tiba- t iba wanit a ini t erhuyung-

Suling Mas Kho Ping Hoo 361


huyung dan t ent u sudah roboh kalau t idak cepat - cepat disam bar lengannya oleh
Kim- m o Taisu. Sekali m elihat t ahulah Kim - m o Taisu bahwa Lu Sian m enderit a
luka di dalam yang cukup parah, m aka cepat - cepat ia m enarik wanit a it u duduk
bersila di atas rumput.
" Kau t erluka. Biar kubant u kau m em ulihkan t enaga dan m engobat i luka dalam ,"
kat anya lirih sam bil duduk bersila m eram kan m at a m engat ur pernapasan yang
sesak. Kim - m o Taisu m em usat kan sem angat dan m engerahkan t enaga sakt i,
m enem pelkan t elapak t angan pada punggung Lu Sian sehingga hawa sakt i dari
tubuhnya menjalar melalui tangan memasuki tubuh Lu Sian.
Ket ika Lu Sian m erasa bet ap hawa yang hangat m em asuki t ubuh m elalui t elapak
t angan yang m enem pel di punggungnya, ia t ersenyum puas dan waj ahnya
berseri, akan t et api ia t idak m em buka m at a dan t et ap m engat ur pernapasan.
Kedua orang yang setengah malam dan set engah hari saling gem pur m at i- matian
it u kini duduk bersila, diam sepert i arca. Set elah ham pir dua j am , Lu Sian t idak
merasakan lagi sesak dan nyeri di dadanya. Bahkan rasa lelah hampir lenyap.
" Cukup, Kwee- t wako.." kat anya lirih. Kim - m o Taisu m elepaskan t angannya. Lu
Sian m em ut ar t ubuh dan kini m ereka duduk bersila, berhadapan. Mereka m asih
mengaso memulihkan tenaga sambil bercakap- cakap perlahan.
"Kwee- t wako, sungguh m at i aku t idak m engira bahwa kau m asih hidup di dunia
ini. Kusangka t elah t ewas ket ika t erj erum us ke dalam j urang. Siapa kira, kau
hidup, m alah sudah berist eri. Bagaim anakah ist erim u sam pai m at i t erbunuh
orang dan kau menyangka aku yang menyuruhnya?"
Sej enak Kim - m o Taisu t ak dapat m enj awab. Terbayang kem bali sem ua perist iwa
sej ak t erj erum us ke dalam j urang dan hanyut sam pai ke Neraka Bum i. Seakan-
akan baru t erj adi kem arin. " Panj ang cerit anya..." ia berkat a set engah m engeluh.
Tak suka ia m encerit akan sem ua perist iwa it u kepada Lu Sian, oleh karena
sesungguhnya Lu Sian inilah yang m enj adi sebab daripada sem ua
pengalam annya it u. ia sudah m enerim a keadaan, t idak m endendam kepada
wanit a ini, m aka ia lalu bert anya. " Dan engkau sendiri... bagaim ana sam pai
menjadi penghuni istana Hou- han? Banyak sudah aku mendengar tentang dirimu,
t ent ang Tok- siauw- kwi. m engapa kau yang kabarnya m enj adi ist eri Jenderal Kam
Si Ek, meninggalkan suamimu dan merantau seorang diri?"
Lu Sian m enarik napas panj ang dan t ak t erasa lagi dua t it ik air m at a m eloncat
keluar dari pelupuk m at anya. Baru saat ini, set elah ia duduk berhadapan dengan
Kwee Seng, bercakap- cakap sepert i kepada orang dalam , kepada orang yang
dipercaya sepenuhnya, baru sekarang ia m erasa m enyesal akan sem ua sepak
t erj angnya. I a m erasa bet apa kini ia am at haus dan rindu akan rum ah t angga
bahagia, akan hidup t ent eram di sam ping suam i yang m encint a dan put era yang
berbakt i. I a kehilangan kesem uanya it u. Teringat akan put eranya, ia t ak dapat
m enahan air m at anya, lalu m enggigit bibir dan m enggeleng kepala. " Panj ang
ceritanya..." Ia pun segan menceritakan semua pengalamannya kepada pria yang
pernah mencintainya ini.
Tiba- t iba keduanya t erdiam . Ada suara m encurigakan dan m ereka waspada.
Benar saj a, t ak lam a kem udian t erdengar suara bent akan- bent akan keras. " Tok-
siauw- kwi, hendak lari ke mana kau sekarang?"
Berturut- t urut m uncullah belasan orang dari sekeliling t em pat it u. ada yang
berpakaian sepert i hwesio, ada pula sebagai t osu, dan rat a- rat a m ereka adalah
orang- orang yang berusia lanj ut dan gerakan- gerakan m ereka m em bayangkan
kepandaian yang t inggi. Kim - m o Taisu diam - diam j uga t erkej ut m elihat bahwa di
ant ara belasan orang it u ia m engenal dua orang t okoh hwesio Go- bi- pai, dan
beberapa orang t osu Kong- thong- pai dan Hoa- san- pai. Mereka sem ua adalah
rokoh- tokoh yang berilmu tinggi!
Adapun Lu Sian set elah m elihat bahwa yang berm unculan ini adalah para m usuh-
m usuhnya yang selam a ini selalu m encari kesem pat an unt uk m enyerangnya dan
selam a ini hanya t ert ahan oleh kekuat an penj agaan ist ana Hou- han t idak
m em buang wakt u lagi. Menghadapi m ereka ini, kat a- kat a t idak ada gunanya,
m aka ia lalu m eloncat , m enyam bar pedangnya yang m enancap di at as t anah

Suling Mas Kho Ping Hoo 362


kem udian m enant ang dengan pedang m elint ang di depan dada. " Tikus- tikus
busuk! Aku berada di sini, siapa bosan hidup boleh maju!"
Agaknya dendam yang sudah bert ahun- t ahun disim pan di hat i m em buat belasan
orang it upun t idak suka bicara banyak. Mereka t erdiri dari t uj uh belas orang dan
kini serent ak m ereka m enyerbu dan m engurung Lu Sian dengan berm acam -
m acam senj at a di t angan. Segera t erj adi pert em puran hiruk pikuk yang kacau
balau dan sebent ar saj a Lu Sian sudah t erkurung dan t erdesak hebat sehingga
wanita ini hanya mampu memutar pedangnya untuk melindungi tubuhnya.
Kim- m o Taisu m aklum bahwa biarpun para pengeroyok it u rat a- rat a m em iliki
kepandaian t inggi, nam un m ereka it u m asih belum m am pu m enandingi Lu Sian
yang luar biasa lihainya. Akan t et api, pada saat it u Lu Sian baru saj a sem buh
daripada luka dalam , t enaganya belum pulih sem ua dan j uga m asih am at lelah,
m aka pengeroyokan banyak t okoh t ernam a it u t ent u saj a m erupakan bahaya
besar. Bukan ini saj a yang m engkhawat irkan hat i Kim - m o Taisu. Selain bahaya
besar di pihak Lu Sian, j uga bahaya m aut m engancam keadaan para pengeroyok
it u. ia m aklum bahwa andaikat a akhirnya Lu Sian kalah karena lelah dan m asih
lem ah, nam un t ent u akan banyak sekali di ant ara lawan yang t ewas di uj ung
pedang Lu Sian sebelum wanita itu roboh.
Benar saj a apa yang dikhawat irkan Kim - m o Taisu. Dalam wakt u beberapa m enit
kem udian, t iga orang pengeroyok t elah roboh m andi darah oleh uj ung pedang Lu
Sian, akan t et api waj ah Lu Sian m enj adi m akin pucat , napasnya t erengah- engah
dan langkah kakinya m ulai t erhuyung- huyung. Para pengeroyok m endesak m akin
kuat dan m ereka sudah m erasa girang bahwa biarpun kem bali m ereka
m engorbankan nyawa beberapa saudara, agaknya kali ini Tok- siauw- kwi m usuh
besar yang mereka benci itu takkan dapat meloloskan diri.
Akan t et api alangkah kaget hat i m ereka ket ika t iba- t iba ada angin bert iup keras
dan senj at a m ereka t erpent al ke belakang oleh t iupan angin it u. Ket ika m ereka
m em andang t ernyat a Lu Sian yang m ereka keroyok it u t elah duduk bersila
m eram kan m at a, dan sebagai penggant inya, seorang laki- laki perkasa yang t adi
duduk bersila t elah berdiri dengan t angan kiri m em egang sebuah kipas dan
t angan kanan sebuah guci arak! Di ant ara m ereka ada yang m engenal pria ini,
m aka dengan suara penasaran, seorang hwesio Siauw- lim- pai m enegur,
"Bukankah Sicu ini Kim- mo Taisu? Mengapa mencampuri urusan kami?"
"Kim- m o Taisu! Kau t erkenal sebagai seorang pendekar yang m enj uj ung t inggi
kebenaran. Apakah sekarang kau hendak m em bela seorang iblis bet ina m acam
Tok- siauw- kwi? Pint o m enerim a perint ah Suhu ket ua Kong- thong- pai unt uk
m em bunuh silum an ini, apakah kau hendak m erint angi Kong- thong- pai?" kat a
seorang tosu.
" Kam i dari Hoa- san- pai kehilangan lim a orang m urid yang t ewas oleh silum an
ini!" kata pula seorang tosu lain.
Kim- m o Taisu sudah m endengar akan sepak t erj ang Lu Sian yang hebat dan
m enggem parkan dunia kang- ouw dan di dalam hat inya t ent u saj a ia t idak dapat
m em ebenarkan t indakan Lu Sian. Bahkan sudah sewaj arnya kalau orang- orang
gagah sedunia m em usuhinya dan berusaha m em binasakannya. Akan t et api,
m ana m ungkin hat inya t ega m elihat bekas kekasihnya yang ia t ahu m enderit a
batin ini dikeroyok dan dibunuh di depan matanya?
Dengan sikap t enang wibawa ia berkat a sam bil m enyapu m ereka sem ua dengan
pandang m at anya, lalu berkat a, " Cu- wi ( Saudara Sekalian) sudah t ahu bahwa
aku selalu m enj unj ung t inggi kebenaran dan kegagahan. Adalah t idak benar
belasan orang m engeroyok seorang saj a t erj adi pert andingan yang t ak
berimbang. Di manakah sifat kegagahan kalian?"
Seorang hwesio Siauw- lim- pai m eloncat ke depan, m elint angkan t oya di
t angannya. " Biarkan pinceng ( aku) m aj u sendiri m elawannya! Pinceng rela
berkorban unt uk m em balaskan kem at ian em pat orang saudaraku! " " Benar! Pint o
pun berani melawannya seorang diri!" kata seorang tosu.

Suling Mas Kho Ping Hoo 363


"Kim- m o Taisu m enganggap keroyokan t idak adil, biarlah kit a m aj u seorang dem i
seorang m elawan iblis bet ina it u! Dia harus m at i at au kit a siap unt uk m at i
seorang demi seorang!" kata yang lain.
Kim- mo Taisu m aklum bahwa kalau t erj adi pert andingan sat u lawan sat u sem ua
orang ini t ent u akan t ewas, t ak seorang pun di ant ara m ereka yang akan
sanggup m enandingi kehebat an Lu Sian. Akan t et api ia pun t idak m enghendaki
hal ini terjadi, maka katanya.
"Pertandingan m encari kem enangan karena urusan pribadi harus dilakukan
seadil- adilnya. Pada saat ini, Tok- siaw- kwi t elah t erluka olehku. Dalam
pert andingan ant ara orang- orang gagah, hal ini adalah t idak adil sam a sekali.
Karena it u, kuharap kalian suka t inggalkan kam i dan lain kali kalian boleh
menemuinya kalau dia sudah sembuh dari lukanya."
Sem ua orang it u m enj adi m arah sekali. Hwesio Siauw- lim- pai yang berm uka
m erah it u m eloncat m aj u dengan t oya m elint ang, t elunj uk kirinya m enuding ke
arah Kim - m o Taisu sam bil m em bent ak, " Kim - m o Taisu! Bicaram u sungguh
m enyim pang daripada kebenaran! Sungguh m engherankan sekali seorang
terkenal seperti Kim- mo Taisu hendak melindungi seorang siluman betina!"
Kim- m o Taisu m endengus m elalui hidungnya. " Hem m , set iap orang m em punyai
kebenarannya sendiri!"
" Akan t et api kebenaranm u sendiri it u m enyeleweng daripada kebenaran um um .
Kam i bert indak at as dasar kebenaran um um . Tok- siauw- kwi j ahat sekali, dia
berhut ang nyawa kepada kam i, kalau kam i kini dat ang m em balas, bukankah it u
sudah benar?" bant ah Si Hwesio Siuw- lim- pai, dan sem ua t em annya
membenarkan, sikap mereka mengancam.
Kim- m o Taisu m enggeleng kepalanya. " Aku sam a sekali t idak m elindungi Tok-
siauw- kwi, j uga t idak hendak m engat akan bahwa dia benar dalam urusannya
m enghadapi kalian. Akan t et api pendirianku ini sam a sekali t iada sangkut -
paut nya dengan urusan ant ara dia dan kalian. Pendirianku ini m engenai saat
sekarang, dan aku t et ap m enyat akan t idak benar kalau kalian sebagai orang-
orang gagah menantang yang sedang terluka!"
" Tidak peduli! Dia j ahat , kalau dilepas, bila dapat m encarinya lagi?" bent ak
mereka.
" Oho, begit ukah? Kalian t idak m em andang m ukaku? Dengarlah, kalian boleh saj a
m elakukan segala perbuat an pengecut dan curang t erhadap siapa saj a, akan
t et api di luar t ahuku. Jika m asih ada aku di sini, j angan harap kalian dapat
m elakukan kecurangan, m enyerang seorang yang sedang t erluka. Nah, aku
punya perat uran sendiri, punya kebenaran sendiri, dan aku sudah bicara! "
Set elah berkat a dem ikian, Kim - m o Taisu berdiri t egak lalu m enenggak araknya
tanpa mempedulikan mereka.
"Heh- heh- heh! Kim - m o Taisu bicara sepert i pokrol bam boo! Saudara- saudara
hendak m em basm i silum an, m asih m enant i apalagi? Kim - m o Taisu m em bela
penj ahat , dia m enyeleweng j uga. Kit a ganyang saj a dia lebih dulu, biar kam i
bant u! " Suara ini keluar dari seorang di ant ara t iga kakek pengem is yang t ahu-
t ahu m uncul di t em pat it u. kim - m o Taisu t idak m engenal m ereka, akan t et api
m elihat cara m ereka m em egang dan m enggerakkan t ongkat m erah di t angan, ia
dapat m enduga bahwa m ereka it u t ent ulah t okoh- t okoh pengem is yang lihai. I a
t eringat akan Pouw Kee Lui yang am at t erkenal di dunia pengem is dan dij uluki
Pouw- kai- ong Si Raj a Pengem is, m aka sam bil t ersenyum m engej ek ia berkat a.
"Apakah kalian ini anak buah Si Raja Pengemis Pouw?"
Tiga orang pengem is it u t idak m enj awab, m elainkan m enggerakkan t ongkat
m ereka m enerj ang m aj u. Hebat m em ang gerakan m ereka dan cepat - cepat Kim -
m o Taisu m engibaskan kipas di t angannya m enangkis sam bi m em buat gerakan
m em ut ar sehingga t erbebas daripada lingkungan sinar m erah t ongkat - tongkat
m ereka. Akan t et api t okoh- t okoh lain yang t erpengaruh oleh kat a- kat a si
pengem is t ua, sudah m aj u pula m engeroyoknya, bahkan ada sebagian yang
langsung menerjang Lu Sian yang masih duduk bersila meramkan mata!

Suling Mas Kho Ping Hoo 364


Kim- m o Taisu m arah sekali. I a m engeluarkan pekik m engget arkan dan t ubuhnya
lalu m enyam bar- nyam bar laksana seekor burung garuda m enerj ang sekelom pok
babi hut an. Pert am a- t am a dia m enerj ang m ereka yang m engancam keselam at an
Lu Sian dan sekali t erj ang t iga orang pengeroyok roboh bergulingan sepert i
dilanda angin t aufan. Set elah berhasil m enghalau m ereka yang m engancam Lu
Sian, Kim - m o Taisu lalu m elindungi wanit a ini dan m em ut ar kedua senj at anya
yang berubah menjadi gulungan sinar melindungi tubuh mereka berdua.
Hebat sekali pert andingan ini, j auh lebih hebat daripada t adi ket ika m ereka
m engeroyok Lu Sian. Am ukan Kim - m o Taisu benar- benar m enggiriskan hat i.
Beberapa orang telah roboh lagi oleh sambaran angin kebutan kipas. Selama satu
j am lebih belum j uga para pengeroyok m am pu m erobohkan Kim - m o Taisu, j uga
t idak ada yang m am pu m enyent uh t ubuh Lu Sian yang m asih duduk bersila
m em ulihkan t enaga. Nam un keadaan Kim - m o Taisu m akin lam a m akin payah.
Pendekar ini sudah t erlalu lam a t adi m engerahkan t enaga m elawan Lu Sian. I a
am at lelah dan t enaganya sudah banyak berkurang, bahkan kini ia m erasa
dadanya sesak karena t erlam pau banyak m engerahkan t enaga sakt i, j auh
m elam paui daya t ahan t ubuhnya. Nam un ia bert ekad m elawan t erus sam pai
napas t erakhir unt uk m elindungi Lu Sian, m em pert ahankan kebenaran. I a
m aklum bahwa Lu Sian t elah m enyeleweng dan t elah berdosa kepada m ereka ini,
akan t et api ia pun t idak senang m enyaksikan kecurangan m ereka hendak
m engeroyok yang t elah t erluka. Apalagi set elah perj um paannya dengan Lu Sian
ini, ia t idak t ega unt uk m em biarkan bekas kekasihnya dibunuh orang begit u saj a
di depan matanya.
Para pengeroyok itu terdiri dari orang- orang pilihan dalam partai- partai persilatan
besar, dan t iga orang kakek pengem is it upun lihai sekali. Andaikat a Kim - mo
Taisu t idak sudah kehabisan t enaga dalam m enghadapi Lu Sian selam a it u,
agaknya pendekar besar ini m asih sanggup m engalahkan m ereka. Akan t et api
kini biarpun ia masih berhasil merobohkan beberapa orang pengeroyok, namun ia
sendiri m akin parah keadaannya, t enaganya m akin habis dan dadanya t erasa
makin sesak dan sakit.
Dua j am kem udian, dengan gerakan t erakhir yang am at dahsyat , Kim - m o Taisu
yang m arah kepada t iga orang pengem is it u, berhasil m erobohkan dua orang
pengem is dengan hant am an kipas dan guci araknya. Seorang pengem is, yang
bicara t adi, roboh dan t ewas seket ika t ert ot ok j alan darah m aut oleh uj ung kipas,
sedangkan orang ke dua pat ah t ulang iganya t erpukul guci arak. Akan t et api
pada saat it u j uga Kim - m o Taisu m enerim a sodokan t oya baj a yang dit usukkan
oleh hwesio Siauw- lim - pai. Hebat bukan m ain sodokan yang m engenai
lam bungnya ini. Andaikat a orang lain yang t erkena agaknya t ent u akan pecah
lam bungnya, akan t et api Kim - m o Taisu yang sudah m engerahkan lweekangnya
ke arah lam bung, hanya t erlem par saj a dan pendekar ini m erasa betapa
lam bungnya sakit sekali. Bet apapun j uga, ia m asih m am pu m elom pat berdiri dan
sam bil m enggigit bibirnya, ia m enerj ang m aj u lagi dan m erobohkan beberapa
orang pengeroyok.
Pada saat it u, Lu Sian sudah dapat m em ulihkan t enaga. I a m em buka m at a dan
melihat bet apa Kim - m o Taisu t erdesak hebat dan gerakan bekas kekasihnya ini
m ulai lam bat dan lem ah, Lu Sian m engeluarkan suara m elengking dahsyat dan
t ubuhnya m encelat ke udara. Sekali ia m enggerakkan kepala, ram but nya
m erupakan selim ut hit am m enyam bar ke depan dan sekaligus ram but nya t elah
m eram pas em pat buah senj at a para pengeroyok m em ekik ngeri dan roboh
dengan baj u di bagian dada hangus, kulit dadanya pun t erdapat t anda t apak
t angan m enghit am dan dua orang it u roboh t ewas seket ika. Kacaulah para
pengeroyok kini. Mereka t erdesak m undur, kem udian t erdengar hwesio Siauw-
lim- pai bert eriak keras dan m ereka sem ua m enyam bar t ubuh t em an- t em an yang
tewas atau terluka, lalu meloncat dan melarikan diri dari tempat itu.
Kim- m o Taisu m asih berdiri t egak dengan kipas dan guci arak di t angan
sedangkan Lu Sian berdiri di sebelahnya, ram but nya t erurai dan pedang Toa-
hong- kiam di t angan. Sunyi sekali di sit u, hanya t am pak bekas- bekas darah

Suling Mas Kho Ping Hoo 365


membasahi rumput- rumput yang rebah terinjak- injak dan daun- daun yang rontok
dari pohon karena sambaran angin- angin pukulan dahsyat tadi.
Lu Sian m enengok ke arah Kim - m o Taisu dan seket ika wanit a ini m elom pat
m endekat i, cepat m enerim a t ubuh Kim - m o Taisu yang t iba- t iba t erhuyung dan
roboh pingsan dalam pelukan Lu Sian! Kiranya pendekar ini t elah m enderit a luka
hebat di lam bungnya, dan t adi ia m asih m am pu bergerak m elawan adalah bukt i
daripada keulet annya yang luar biasa. Lu Sian m em eluk dan m endukung t ubuh
Kim- m o Taisu sepert i seorang ibu m endukung anaknya. Set elah m engum pulkan
kipas, guci arak dan pedangnya, ia lalu m em anggul t ubuh Kim - m o Taisu dan
dibawanya lari m em asuki hut an yang lebat . Air m at anya bercucuran di sepanj ang
pipinya, akan tetapi mulutnya tersenyum- senyum dan wajahnya berseri.
"Eng- m oi....! Eng- m oi...! ! " Bu Song bert eriak- teriak m em anggil dan m encari- cari
Eng Eng. Pondok sunyi dan kosong. I a lari ke pinggir anak sungai di m ana
biasanya Eng Eng suka pergi bermain, akan tetapi di sana pun kosong.
"Eng- m oi...! Di m ana kau...??" I a m em anggil- m anggil lagi dan m encari t erus
sam bil berlarian ke sana ke m ari. Akhirnya ia berhent i di belakang pondok,
m engerut kan keningnya. Aneh benar, pikirnya. Biasanya kalau ia pergi disuruh
suhunya t urun puncak, gadis it u selalu t ent u m enj em put at au m enyongsongnya
di t engah j alan, at au m enant inya dan begit u ia dat ang t ent u akan m enghuj ani
pertanyaan- pert anyaan. Mengapa sekarang gadis it u t idak t am pak? I a t ahu
bahwa suhunya t elah pergi. Eng Eng hanya seorang diri di puncak, m engapa
sekarang tidak ada?
"Eng- m oi...! ! " I a m elindungi kanan kiri m ulut nya dengan kedua t angan lalu
berteriak- t eriak m em anggil- m anggil lagi ke em pat penj uru. Hanya gem a
suaranya sendiri yang m enj awab dari j auh. Bu Song m akin gelisah akan t et api
j uga m endongkol, lalu m engingat - ingat . Pernah gadis it u m em perm ainkannya.
Pernah ket ika Suhunya m enyuruh ia m em anggil Eng Eng, gadis it u sengaj a
bersem bunyi, m em biarkan ia m encari- cari sam pai lelah. I a t eringat . Dahulu,
ket ika gadis it u m em perm ainkannya dan bersem bunyi, Eng Eng pergi ke hut an
penuh bunga di sebelah t im ur puncak. Mem ang hut an it u indah sekali,
m erupakan sebuah t am an bunga dan pohon- pohon cem ara berm acam - macam
bent uknya. Juga lereng bukit it u t anahnya t ert ut up rum put - rum put hij au gem uk.
Waj ah Bu Song berseri lagi, t im bul harapan baru. Tent u di sana sem bunyinya.
Akan tetapi ia mengerutkan kening. Tidak mudah mencari Eng Eng di sana. Hutan
kem bang it u luas sekali dan banyak t erdapat pohon- pohon besar sehingga kalau
gadis it u bersem bunyi, sukar baginya unt uk dapat m encarinya, ia t eringat
dahulupun ia t idak dapat m encarinya. Terbayang sem ua kej adian yang lalu, Bu
Song t ersenyum lalu lari ke dalam pondok, m engam bil sebat ang suling bam boo
dari kamarnya lalu berlari- lari lagi keluar dan menuju ke timur.
Mem ang luar biasa sekali ket ahanan t ubuh Bu Song. Tanpa diket ahui sendiri oleh
pemuda ini, ia benar- benar m em iliki t ubuh yang luar biasa kuat nya dan hal ini
hanya diket ahui oleh suhunya Kim - m o Taisu saj a. Jangankan seorang pem uda
yang t ak pernah belaj ar ilm u silat . Seorang ahli silat yang lum ayan sekalipun
kiranya belum t ent u dapat bert ahan sepert i Bu Song yang sehari ini t elah
m elakukan perj alanan j auh naik t urun gunung t anpa m engenal lelah. Sekarang
pun, baru saj a t iba di pondok ia sudah pergi lagi m encari Eng Eng dengan
perjalanan sejam lebih naik turun puncak!
Ket ika t iba di hut an it u, t ak dapat ia cegah lagi ia m em andang ke t im ur, ke arah
puncak yang kem erahan. Selalu ia t idak dapat m enahan hat inya m em andang
puncak yang kem erahan it u dan diam - diam ia bergidik. Suhunya t elah berulang
kali m elarang dia dan Eng Eng unt uk pergi ke puncak it u. yang oleh suhunya
disebut Puncak Api. Pernah suhunya bercerit a bahwa puncak it u adalah t em pat
yang am at berbahaya, selain sukar sekali didaki, j uga di sana t erdapat binat ang
buas, j urang- j urang curam dan t anah- t anah yang dapat longsor apabila t erinj ak ,
di sam ping rum put berbisa pula. Alangkah j auh bedanya dengan hut an penuh
bunga yang indah ini.

Suling Mas Kho Ping Hoo 366


Benar sepert i dugaannya, hut an bunga it upun sunyi, t idak t am pak bayangan Eng
Eng. Akan t et api ia yakin bahwa gadis it u t ent u bersem bunyi di suat u t em pat
dalam hut an it u dan t erkekeh- kekeh ket awa di t ahan m elihat ia dat ang
mencarinya. Ia maklum pula bahwa percuma ia berteriak memanggil. Biar sampai
serak suaranya, Eng Eng t akkan m uncul, bahkan akan m ent ert awakannya. Maka
ia pun lalu duduk di at as bat u hit am lebar yang halus, t em pat yang biasa ia
gunakan unt uk duduk dan bercakap- cakap dengan Eng Eng. Di dekat bat u ini
m engalir anak sungai yang j ernih sekali sehingga bat u- bat u put ih m erah dan
hij au t am pak di dasarnya. Bu Song duduk dan m engeluarkan sulingnya t adi. I a
pandai bersuling. Gurunya, Kim - m o Taisu adalah seorang ahli m eniup suling, dan
karena berm ain m usik adalah sebuah di ant ara kegem aran dan kesopanan para
sast rawan, gurunya m engaj arnya bert iup suling. Ternyat a bakat nya am at baik,
bahkan diam - diam Kim - m o Taisu dengan heran m endapat kan kenyat aan bahwa
bakat m uridnya lebih baik daripada bakat nya sendiri dalam hal m eniup suling.
Maka ia lalu diaj ar dan sekarang sudah pandai m ainkan lagu- lagu m erdu. Selain
bert iup suling, gurunya m engaj arkannya pula berm ain t ioki ( cat ur) , m em buat
saj ak, m enulis huruf indah dan m elukis. Pendeknya, suhunya ingin m enurunkan
sem ua kepandaian bun ( sast ra) kepadanya. Sem ua kepandaian seorang
sastrawan dimiliki Bu Song!
Begit u lubang suling m enem pel di bibir, m eluncurlah bunyi m erdu yang
m engalun, m elengking dan m enari- nari di angkasa, m enyelinap di ant ara daun-
daun dan bunga, m enyent uh kuncup- kuncup bunga dan berm ain- m ain dengan
uj ung rum put hij au. Angin yang bert iup perlahan m em buat pohon- pohon bunga
bergerak perlahan dan pohon- pohon cem ara bergoyang- goyang sepert i put eri-
put eri kahyangan m enari- nari diiringi suara suling yang m erdu. Jengkerik dan
belalang yang biasanya hanya berdendang di wakt u m alam , kini agaknya t idak
dapat menahan hasrat hati ikut bernyanyi seirama dengan suara suling.
Bu Song yang t ahu akan lagu kesukaan Eng Eng, segera m ainkan lagu yang
iram anya m erayu- rayu kalbu. Lagu ini t ent ang keluh- kesah set angkai kem bang
yang kekeringan, m engeluh m enangis m enant i dat angnya huj an yang t ak
kunj ung t iba, m enant i t et esnya em bun yang akan m em beri air kehidupan
padanya. Karena kini Bu Song m em punyai pandangan lain t erhadap diri gadis it u,
m aka perm ainan sulingnya penuh perasaan, sehingga m engget arkan rasa dalam
hatinya terhadap gadis itu.
Bu Song t idak usah m enant i lam a. Menj elang berakhirnya lagu yang ia m ainkan
dengan t iupan suling, t am pak berkelebat bayangan put ih, bayangan Eng Eng
yang kini selalu m em akai pakaian put ih t anda berkabung. Dengan hat i- hat i Bu
Song m enyelesaikan lagunya, kem udian m enghent ikan t iupan suling yang
meninggalkan kelengangan yang m engesankan, seolah- olah suara suling m asih
m enggem a di angkasa. I a segera m enoleh dan m elihat Eng Eng sudah berdiri di
dekat anak sungai, akan t et api gadis it u berdiri m em belakanginya, m enundukkan
m uka seakan- akan gadis it u t idak m elihat nya, t idak t ahu bahwa ia berada di sit u,
seakan- akan sedang m enikm at i pem andangan bat u beraneka warna di dasar air
jernih.
Bu Song t ersenyum dan m erasa heran m engapa j ant ungnya berdenyar- denyar
sepert i it u. Benar- benar pengert ian bahwa gadis ini m enj adi t unangannya,
m enj adi calon ist erinya, t elah m erubah suasana m enj adi sam a sekali berbeda
dengan biasanya. Dengan hat i berdebar ia m elangkah perlahan m engham piri Eng
Eng dari belakang, lalu berhenti dekat punggung gadis itu.
"Eng- m oi..." panggilnya lirih. Kedua pundaknya bergoyang sedikit sepert i
m enggigil, akan t et api gadis it u t idak m enj awab, j uga t idak m enoleh, m ukanya
m akin t unduk, kini t idak lagi m em andang air j ernih, m elainkan m em andang
ujung kakinya sendiri.
"Eng- m oi..." Bu Song m engulang panggilannya dan kini m enyent uh pundak gadis
it u lalu t ert awa karena m engira gadis it u m asih saj a m em perm ainkannya. Akan
tetapi Eng Eng kini mengangkat kedua tangan ditutupkan pada mukanya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 367


Bu Song t erheran. Ada apalagi gadis ini? Sepert i orang m alu- m alu! Heran benar!
Selamanya belum pernah Eng Eng bersikap seperti ini.
"Eng- moi, kau kenapa...?" Ia bertanya kini memegang kedua pundak itu perlahan
lalu m em balikkan t ubuh gadis it u supaya m enghadapinya. Eng Eng m enurut saj a
dan t ubuhnya, m em balik, akan t et api kedua t angannya m asih dit ut upkan di
depan mukanya yang menunduk.
Bu Song m akin t erheran- heran. Kedua t angannya yang m em egang pundak t adi
m endapat kan pundak yang gem et ar sepert i seekor kelinci ket akut an! Dari celah-
celah j ari t angan yang m enut upi m uka, ia m elihat kulit m uka yang m erah sekali,
m erah sam pai ke t elinga dan leher. Alangkah bagus j ari- j ari t angan Eng Eng,
tiba- t iba ia berpikir. Selam a ini belum pernah ia m em perhat ikan j ari t angan gadis
it u dan baru sekarang t ernyat a olehnya bet apa indahnya bent uk j ari- j ari it u halus
m eruncing dan kuku j arinya bersih m engkilap. Gadis it u t idak m enangis, akan
t et api m engapa m enut upi m uka sepert i orang m alu- m alu? " Eng- m oi, sepulangku
dari dusun, set engah m at i aku m encarim u. Set elah kudapat kan kau di sini,
mengapa kau menutupi mukamu? Eng- moi, kaupandanglah aku..."
Perlahan Bu Song m em egang kedua lengan gadis it u dan m enurunkannya. Muka
it u kini t am pak, m asih m enunduk dan m erah sekali, bibirnya gem et ar m enahan
senyum . " Moi- m oi kaupandanglah aku, m engapa kau t idak berani
memandangku?"
" Kau... kenapa, Moi- m oi...?" t anyanya, heran dan m ulai gelisah. Eng Eng dapat
m enangkap kegelisahan dari suara Bu Song, j awabnya t anpa m engangkat m uka,
" ... aku... m alu, Song- ko..." " Malu? Malu kepada siapa dan karena siapa dan
karena apa?"
Perlahan Eng Eng kem bali m engangkat m ukanya, kini m em andang waj ah Bu
Song, dan m enggigit bibir, lalu berkat a set elah m enekan rasa m alu di hat inya,
" Tadi Ayah t elah berangkat pergi dan dia bilang... dia bilang... bahwa aku dan
engkau... ahh...! " Eng Eng t ak dapat m elanj ut kan kat a- kat anya, t erlam pau m alu
hatinya dan ia kembali menunduk.
Bu Song m em egang lagi kedua t angan Eng Eng, t ert awa dan berkat a, " Tent ang
perjodohan kita...?"
Eng Eng m engangguk, lalu berkat a lirih, " Sej ak keberangkat an Ayah, aku
bingung. Aku m alu m enant i kedat anganm u, aku... aku t akut bert em u denganm u,
maka aku lari sembunyi..."
"Ha- ha, lucu engkau! Mengapa kau m alu, Moi- m oi?" Makin erat Bu Song
m em egang t angan Eng Eng. Jari- j ari m ereka saling cengkeram dan j ari t angan
Bu Song m encegah j ari t angan Eng Eng yang hendak m elepaskan diri, akan
tetapi usaha melepaskan diri itu tidaklah terlalu sungguh- sungguh.
" Mengapa m alu?" Bu Song m engulang. Eng Eng m engangkat m uka, m at anya
bersinar- sinar, bibir t ersenyum m alu, lalu cem berut dan berkat a galak, " Ahh...
malu ya malu....!" Lalu membuang muka.
"Eng- m oi, set elah oleh Suhu kit a dij odohkan, t idak... t idak senangkah hat im u?
Tidak bahagiakah perasaanmu seperti yang kurasakan?"
Mendengar suara Bu Song m engget ar penuh perasaan, sej enak j ari t angan Eng
Eng m encengkeram t angan Bu Song. Gadis it u m em andang lagi. Dua pasang
m at a bert em u pandang, seakan- akan saling m enj enguk isi hat i m asing- masing,
dari j ari t angan m ereka t erasa get aran aneh yang m ewakili suara hat i, kem udian
Eng Eng m enunduk perlahan, m engangguk t egas, t erisak dan m enyem bunyikan
mukanya di dada Bu Song yang bidang!
Bu Song m endekap kepala it u ke dadanya, seakan- akan ingin ia m em asukkan
kepala yang dicint anya it u ke dalam dada unt uk selam anya. Kedua kakinya
m enggigil, ent ah m engapa ia ham pir t idak kuat berdiri, dem ikian pula Eng Eng.
Bu Song lalu m enarik t ubuh Eng Eng ke bawah, duduk di at as rum put t ebal.
Mereka t idak bicara lagi, t erayun dalam gelom bang asm ara yang m em buat
m ereka seakan- akan t erayun di angkasa, dibuai m im pi indah. Mereka t idak
bicara, t idak bergerak. Eng Eng m elet akkan kepala di at as dada yang bidang,

Suling Mas Kho Ping Hoo 368


rambut kepalanya yang halus dibelai jari- jari tangan Bu Song penuh kasih sayang
dan dalam keadaan seperti itu mereka saling pandang penuh kemesraan.
"Eng- m oi..." akhirnya t erdengar Bu Song berkat a, suaranya t erdengar oleh
t elinga Eng Eng berbeda dari biasanya. Kini suara pem uda it u t erdengar am at
m erdu dan m esra, t erbungkus kasih sayang yang m em buat hat inya sendiri
m enj adi t erharu dan m em buat ia ingin t erisak m enangis sepuasnya. " Eng- moi,
sem enj ak kecil, kit a sudah saling m encint a, sepert i kakak dan adik. Akan t et api
karena kit a bukanlah kakak beradik, m aka t idak m ungkin cint a kasih kit a dapat
berlangsung selam anya. Kalau aku m em ikirkan bet apa kelak kit a harus berpisah,
hat iku serasa dit ikam pisau. Akan t et api, dengan kebij aksanaan Suhu, kit a
dij odohkan! Alangkah bahagia hat iku, Eng- m oi, dan aku m enj adi lebih berunt ung
lagi karena melihat kau pun merasakan kebahagiaan seperti yang kurasakan."
Eng Eng t ersenyum penuh kebahagiaan. " Kalau Suhu sudah pulang, aku akan
pergi m enem puh uj ian, Moi- m oi! Doakan saj a aku berhasil agar aku dapat
bekerj a dan set elah aku lulus uj ian, kit a... kit a..." "Bagaim ana...?" Eng Eng
mendesak tak sabar. "Kita lalu kawin!"
" I hh...! " Eng Eng m em balikkan m uka, bersem bunyi di dada, t ak kuasa
m enent ang pandang m at a yang nakal. Bu Song hanya t ert awa dan m encium i
rambut yang harum.
"Song- koko, kem arin dulu it u..." " Ya...?" " Ket ika kau.. kau m encium ku..." " Ya,
mengapa...?" "Kau sudah tahu tentang... tentang perjodohan kita?"
Bu Song t ert awa m enggoda. " Tent u saj a sudah. Ayahm u t elah m em beri t ahu.
Mengapa? Kau m arah- m arah karena kucium hidungm u, sekarang pun aku
akan..."
" Tidak! Jangan...! " Eng Eng m eront a ket ika Bu Song m enundukkan m uka, lalu
m eloncat bangun dan m em egang t angan Bu Song sam bil t ert awa- t awa. " Tidak
boleh, Song- koko!"
" Mengapa t idak boleh?" Bu Song bert anya heran, kagum m elihat waj ah yang
tertawa- t awa dan berseri- seri segar bagaikan sekunt um bunga t ersiram em bun
pagi. "Bukankah sejak kecil sering engkau kucium?"
"Lain dulu lain sekarang! Dulu kita seakan- akan kakak beradik, sekarang..."
"Sekarang bagaimana?"
" Sekarang kit a... sudahlah, pendeknya aku t idak m au sebelum kit a... sebelum
kita menikah!"
Bu Song j uga t ert awa dan m engangguk- angguk m engangkat t angan Eng Eng ke
depan hidung dan m encium i t angan it u. " Engkau benar, Moi- m oi. Aku t adipun
hanya bersenda- gurau. Jangan khawat ir! Bet apapun besar cint a kasihku
kepadam u, aku akan m enahan diri. Aku cukup m enghorm at m u, aku
m enghargaim u dan aku t idak akan m erusak kepercayaanm u kepadaku. Asal kau
suka menegur saja kalau aku lupa..."
" I hh, dasar! Kalau lupa berart i kau sengaj a. Song- koko, sudahlah, sekarang kau
ceritakan apa yang kaulakukan di dusun tadi."
Mereka duduk di at as bat u, saling berpegang t angan dan dengan hat i gem bira Bu
Song bercerit a t ent ang burung raj awali hit am yang diserbu penduduk dusun. I a
cerit akan bet apa ia t elah berhasil m enolong anak burung it u dan m em uj i- m uj i
burung besar, gagah dan indah itu.
Eng Eng girang sekali m endengar ini, m at anya bersinar- sinar dan ia bert epuk
t angan gem bira. " Wah burung yang hebat ! I ngin sekali aku dapat m elihat nya,
Koko. Heiiii! Di sana it u, bukankah it u hekt iauw ( raj awali hit am ) ?" Tiba- t iba Eng
Eng berseru sambil menudingkan telunjuknya ke atas.
Bu Song cepat m em andang dan bet ul saj a. Tinggi di angkasa sebelah t im ur
t am pak burung raj awali hit am it u t erbang m elayang- layang am at gagahnya,
biarpun karena j auhnya kelihat an am at kecil, nam un j elas berbeda dengan
burung- burung lain. Eng Eng saking gem bira dan t ert arik m endengar cerit a Bu
Song t adi, kini sudah m eloncat berdiri dan berkat a, " Song- ko, aku m au
melihatnya ke sana kalau ia turun!" Dan larilah gadis ini dengan cepat sekali.

Suling Mas Kho Ping Hoo 369


" Eh, Eng- m oi, t unggu...! " Bu Song j uga m eloncat dan lari m engej ar akan t et api
t ernyat a gadis it u larinya cepat bukan m ain. Bu Song yang t idak pernah belaj ar
ilm u gin- kang dan t idak pernah belaj ar ilm u lari cepat , segera t ert inggal j auh.
Melihat bet apa kekasihnya lari ke j urusan puncak t erlarang, yait u Puncak Api, ia
menjadi khawat ir sekali dan bert eriak- t eriak, " Eng- m oi...! Jangan ke sana...!
Puncak itu terlarang bagi kita..."
Akan t et api Eng Eng yang m elihat bahwa burung raj awali yang am at ia kagum i
it u kini m enyam bar t urun ke arah puncak, m enj adi m akin gem bira dan lupa akan
pesan ayahnya bahwa puncak it u t idak boleh dikunj ungi karena am at berbahaya.
Teriakan Bu Song ini m em ang m engingat kannya, akan t et api set elah dekat
dengan puncak, ia t idak m elihat sesuat u yang boleh dianggap bahaya. Selain it u,
andaikat a benar- benar ada bahaya, ia t akut apa? Kepandaiannya sudah cukup
unt uk dipergunakan m enj aga diri. Burung it u am at indah! Maka t anpa
m em pedulikan peringat an Bu Song ia lari t erus, hanya m enoleh dan m em beri
isarat dengan t angan supaya pem uda it u m engikut inya dan j angan bert eriak-
teriak karena bisa membikin kaget burung.
Hat i Bu Song penuh kekhawat iran. I a seorang yang am at pat uh kepada suhunya,
dan ia t ahu pula bahwa t idaklah percum a suhunya m elarang m ereka berm ain-
m ain ke Puncak Api. Suhunya seorang sakt i yang bij aksana, kalau m elarang
t ent ulah ada sebab- sebabnya yang kuat . Kini larangan ini dilanggar oleh Eng Eng
dan ia m enj adi khawat ir sekali. Akan t et api ia m aklum dan m engenal baik wat ak
Eng Eng. Bagaim ana ia dapat m encegah dan m elarang gadis it u yang begit u
gem bira? Dengan hat i berdebar t erpaksa Bu Song lari t erus m engikut i Eng Eng
yang am at cepat larinya it u. Mereka kini sudah t iba di lereng puncak, m em asuki
sebuah hut an yang pohonnya besar- besar m enj ulang t inggi, daunnya berwarna
coklat membuat keadaan hutan agak gelap.
"Eng- m oi, t unggu...! " Bu Song bert eriak lagi, hat inya t idak enak ket ika ia m elihat
bayangan Eng Eng lenyap ke dalam hut an. " Song- ko, m ari cepat ...! " t erdengar
suara gadis itu menggema di dalam hutan.
Bu Song sudah lelah sekali sekarang, nam un ia m em aksa kedua kakinya unt uk
berlari m em asuki hut an agar j angan sam pai kehilangan j ej ak kekasihnya. Akan
t et api t erpaksa ia berhent i dan m em andang ke kanan kiri dengan bingung. Hut an
it u selain besar dan agak gelap, j uga am at m em bingungkan keadaannya karena
pohon- pohon besar it u berbaris rapi dan serupa benar keadaannya. Tak t am pak
bayangan Eng Eng!
"Eng- moi, di mana kau...??" teriaknya keras. Segera ia dibikin bingung oleh gema
suaranya sendiri yang m enj awab dari sem ua penj uru! Tiba- t iba ia m endengar
desis dan ket ika ia berdongak, seakan- akan copot j ant ungnya saking kaget dan
ngeri m elihat seekor ular yang besarnya m elebihi pahanya dan panj ang sekali
bergant ungan di at as pohon, kepala ular it u bergant ung ke bawah dan m endesis-
desis, m at anya yang m erah m em andang ke arahnya dengan bengis. Agaknya
binat ang ini t erkej ut dari t idurnya ket ika ia bert eriak keras t adi. Dengan t ubuh
m enggigil Bu Song lari m eninggalkan t em pat it u, m em asuki hut an lebih dalam
lagi.
"Eng- m oi...! ! " I a bert eriak lagi beberapa kali karena ia benar- benar t idak t ahu k e
jurusan mana gadis itu lari.
"Song- ko...! ! " Tiba- t iba t erdengar gem a suara Eng Eng dari j auh sekali, dari arah
t im ur sebelah dalam hut an it u. Bu Song t erkej ut , dan j uga girang. Cepat ia lari
m endaki bagian yang t inggi dari hut an it u, t idak peduli lagi akan kelelahan
kakinya sam bil m em anggil- m anggil nam a Eng Eng. Akan t et api gadis it u t idak
t erdengar m enj awabnya lagi dan selagi hat inya m ulai gelisah ket ika ia berlari
m em andang ke kanan kiri dan depan, m endadak t erdengar j erit suara Eng Eng.
Jerit gadis it u m em bayangkan ket akut an hebat , m aka Bu Song cepat lari ke
j urusan it u, ke pinggir hut an yang dekat dengan pendakian ke puncak yang
merupakan batu- batu karang yang runcing dan bertumpuk- tumpuk.
Dapat dibayangkan bet apa kaget hat i Bu Song ket ika m elihat k ekasihnya it u
sedang bert em pur m elawan seekor binat ang m irip m onyet yang besar dan kuat .

Suling Mas Kho Ping Hoo 370


Ram but Eng Eng awut - awut an, sebagian pakaiannya ada yang robek, bahkan
lengan kirinya berdarah, agaknya kena cakar kuku binat ang it u yang panj ang-
panj ang. Gadis it u kelihat an lem ah dan lelah. Melihat bet apa dua ekor binat ang
sem acam it u t elah m enggelet ak di at as t anah, Bu Song dapat m enduga bahwa
t ent u t adinya Eng Eng dikeroyok t iga. Gadis kekasihnya yang perkasa it u
agaknya t elah m erobohkan dua di ant ara m ereka, akan t et api kini yang paling
besar dan kuat m enandinginya dan Eng Eng t erdesak. Bukan m ain kuat nya
binat ang it u, karena beberapa kali t endangan kaki Eng Eng seakan- akan t idak
dirasainya.
"Eng- m oi....! " Bu Song berseru keras dan dengan m at a t erbelalak ia m enyerbu,
lupa bahwa ia sam a sekali t idak pernah berkelahi dan t idak t ahu cara
m enggunakan kaki t angan yang baik dalam pert andingan. Pada saat it u, Eng Eng
sudah t erhuyung ke belakang ket ika binat ang it u m enerj ang hendak
m encengkeram dan m enggigit . Sial baginya, kakinya m enginj ak lubang
tersembunyi di bawah rumput. Tubuhnya terguling roboh!
Bu Song m elom pat dan m em ukul binat ang it u ket ika m elihat bet apa binat ang it u
hendak m enubruk Eng Eng. Akan t et api pukulannya m engenai t em pat kosong.
Ternyat a binat ang it u lincah sekali dan dapat m engelak dengan m udah sehingga
Bu Song yang m em ukul dengan seluruh t enaganya, t erhuyung ke depan dan
pada saat it u t engkuknya dipukul keras sekali oleh t angan binat ang it u, t angan
yang berbulu dan besar serta berat. Bu Song merasa pandang matanya gelap dan
ia roboh t ert elungkup. I a m endengar j erit Eng Eng, dan cepat ia m elom pat lagi
sam bil m em balikkan t ubuh. Kiranya Eng Eng kini sudah t ert awan binat ang it u,
dipanggul di pundak kiri dan m elihat keadaan t ubuh Eng Eng yang lem as it u ia
dapat menduga bahwa saking merasa ngeri dan takut, gadis itu telah pingsan.
" Binat ang j ahat , lepaskan dia! " Bu Song dengan m arah dan nekat m engej ar dan
m enyerbu dari belakang, berniat hendak m eram pas t ubuh Eng Eng. Biarpun
gerakan Bu Song kaku, nam un pem uda ini pada dasarnya m em iliki t enaga yang
besar dan kuat . Sayang ia t ak pernah belaj ar silat m aka t erj angannya it upun
kurang cepat dan biasa saja sehingga kembali binatang yang gesit itu mudah saja
m engelak, bahkan kaki kanannya yang berkuku panj ang it u berhasil m endupak
dada Bu Song. Kuku j ari kaki yang panj ang it u m erobek baj u dan t endangannya
cukup keras m em buat t ubuh Bu Song t erguling- guling ke belakang. Nam un Bu
Song bert ubuh kuat dan cepat ia sudah bangkit lagi m eloncat ke depan dan
menubruk dengan nekat . I a berhasil m enangkap pundak kanan m onyet besar it u
dan langsung m enj em pit lehernya dalam usahanya m encegah Si Monyet
melarikan Eng Eng.
Monyet it u m enggereng, m eront a, nam un aneh sekali, t anpa disadari oleh Bu
Song sendiri, t enaganya t erlalu besar unt uk m onyet it u yang t ak m am pu
bergerak dalam j epit annya. Di luar kesadarannya, dalam keadaan penuh
kekhawat iran dan kem arahan it u, t enaga sakt i dalam t ubuhnya yang m em ang
t elah t erkum pul berkat lat ihan pernapasan dan siulian, kini bergerak t ersalur ke
lengannya sehingga jepitannya amat kuat.
Sayang sekali bahwa Bu Song t ak pernah m em pelaj ari t eori ilm u berkelahi m aka
ia t idak dapat m elanj ut kan perkem bangannya. Kalau ia dapat sedikit saj a
bermain silat, tentu ia telah berhasil merobohkan binatang itu dan merampas Eng
Eng. Kini dengan bingung ia hanya m enarik- narik lengan Eng Eng dengan t angan
kiri sedangkan tangan kanannya tetap menjepit leher monyet besar.
Sebaliknya binat ang it u adalah binat ang yang m engandalkan hidupnya dengan
kekerasan dan perkelahian. Maklum ia t idak dapat m elepaskan diri dari j epit an
yang am at kuat dan m aklum pula bahwa lawannya ingin m eram pas wanit a dalam
panggulannya, ia sengaj a m elepaskan t ubuh Eng Eng. Bu Song t erkej ut karena
tiba- t iba t ubuh Eng Eng dapat ia t arik sehingga ham pir t erbant ing j at uh.
Terpaksa ia m elepaskan j epit an pada leher dan m enerim a t ubuh Eng Eng. Siapa
kira, m onyet it u cerdik dan cepat sekali. Begit u lehernya dilepaskan, m onyet it u
m em balik dan t iba- t iba Bu Song t erpelant ing karena perut nya dihantam

Suling Mas Kho Ping Hoo 371


sekerasnya dan di lain saat ket ika t ubuhnya t erpelant ing, Eng Eng t elah berhasil
diserobot kembali dan dipanggul terus dibawa lari.
" Binat ang j ahat , hendak lari ke m ana kau?" Bu Song sudah bangkit lagi dan
m engej ar. Monyet it u ket akut an. Agaknya ia t ahu bahwa lawannya am at kuat ,
dihant am sedem ikian kerasnya t idak m am pus bahkan m engej ar lagi. Cepat
m onyet it u m elom pat - lom pat dari bat u ke bat u naik ke puncak. Puncak Api yang
m enakut kan. Sebagai seorang m anusia, Bu Song yang t idak t erlat ih t ent u saj a
payah m engej ar seekor m onyet yang m engam bil j alan pendakian yang am at
sukar it u. nam un Bu Song t idak gent ar dan t erus m engej ar, walaupun ia m ulai
t ert inggal j auh. Bukan m ain sukarnya perj alanan ke puncak, am at curam dan
sekali saj a kaki t erpeleset , t ent u t ubuhnya akan m elayang ke bawah rat usan
m et er dalam nya dan akan t erbant ing hancur di at as bat u- bat u karang di sebelah
bawah. Kalau saj a ia t idak sedang m arah dan gelisah m em ikirkan nasib Eng Eng,
agaknya biar Bu Song seorang pem berani pun akan ngeri kalau m elihat k e
bawah. I a m engej ar t erus dan hanya beberapa belas m et er lagi m onyet it u t ent u
akan mencapai puncak.
" Binat ang j ahat , lepaskan dia...! " berkali- kali Bu Song berseru m arah dan
mempercepat pengejarannya.
Tiba- t iba t erdengar kelepak sayap dan t am paklah t ubuh burung raj awali hit am
yang besar it u m enyam bar t urun. Melihat burung it u, Bu Song cepat berseru,
"Hek- tiauw- ko ( Saudara Raj awali Hit am ) , t olonglah Eng Eng. Haj ar m onyet busuk
itu!"
Aneh sekali. burung it u agaknya m engenal Bu Song yang t elah m enolong
anaknya dan agaknya m engert i pula bahwa m onyet it u m usuh Bu Song. I a
m enyam bar ke bawah dan dengan kuku- kuku yang runcing m engerikan ia
m encengkeram ke arah kepala m onyet yang m em anggul t ubuh Eng Eng! Nam un
m onyet it upun bukan binat ang sem barangan. Dengan geram m arah m onyet it u
m enggerakkan t angan kanannya m enghant am . Burung raj awali m enggerakkan
sayapnya dan t ubuhnya m um bul sedikit , m engelak hant am an m onyet , kem udian
mencengkeram lengan kanan monyet itu.
" Ceppp... kraakkkk! " Sekali kedua kaki raj awali bergerak, lengan m onyet it u
hancur, daging kulit nya robek- robek, t ulangnya pat ah- pat ah! Monyet it u
m em ekik keras dan karena ia m enggunakan t angan kirinya unt uk m enghadapi
lawan yang kuat it u, t anpa t erasa lagi ia m elem parkan t ubuh Eng Eng dari
pundaknya. Unt ung Bu Song sudah t iba di sit u dan cepat pem uda ini m enubruk
Eng Eng dan mencegah tubuh gadis itu terguling ke dalam jurang. Karena tempat
di sit u am at berbahaya dan sat u- sat unya t em pat yang agaknya dapat dipakai
m erawat Eng Eng yang m asih pingsan hanya di puncak yang t inggal beberapa
m et er lagi, Bu Song m em anggul t ubuh Eng Eng dan m erayap naik sam bil j alan
memutar, menjauhi tempat pertempuran.
Agaknya pekik m onyet t adi t elah m enarik dat ang kawan- kawannya karena dari
at as puncak it u berloncat an banyak sekali m onyet besar- besar sepert i yang
m enculik Eng Eng. Nam un m onyet pert am a begit u m em ekik, kepalanya sudah
hancur dicengkeram raj awali hit am , dan begit u m onyet - m onyet it u dat ang
m enyerbu, t erj adilah pert andingan yang am at hebat dan m enarik. Monyet -
m onyet it u liar dan ganas dan agaknya andaikat a raj awali hit am t idak pandai
t erbang, t ent u ia t akkan sanggup m enghadapi m onyet yang puluhan banyaknya
it u. Nam un raj awali hit am adalah seekor burung raksasa, dikeroyok puluhan ekor
m onyet it u ia sam a sekali t idak m enj adi gent ar, bahkan kelihat an gem bira sekali.
sam bil m engeluarkan suara m enant ang- nant ang, burung it u t erbang m engit ari
t em pat it u dan sekali- kali m enyam bar ke bawah m erobohkan seekor m onyet .
Monyet- m onyet it u m em ekik- m ekik m arah, berj ingkrakan dan ada pula yang
m enyam bit nya dengan bat u. Hiruk- pikuk di bawah puncak it u, ram ai sekali
pertandingan antara rajawali hitam yang dikeroyok banyak monyet.
Sem ent ara it u, Bu Song m encapai puncak. Bukan m ain indahnya pem andangan
di puncak it u. Puncak penuh dengan hut an pohon yang besar- besar dan berdaun
m erah. I nilah agaknya yang m enj adi sebab m engapa puncak ini t am pak

Suling Mas Kho Ping Hoo 372


kem erahan sepert i api m enyala dari j auh. Nam un pada saat it u, perhat ian Bu
Song seluruhnya dit uj ukan kepada Eng Eng sehingga ia t idak m em pedulikan
keindahan pem andangan, m elainkan cepat - cepat ia m enurunkan t ubuh Eng Eng
di atas tanah.
"Eng- m oi... Eng- m oi..." Bu Song m engguncang- guncang pundak Eng Eng dan
merasa gelisah sekali melihat gadis itu meramkan mata dengan muka pucat.
Eng Eng m erint ih lirih, m enggerakkan kepala ke kanan kiri dan m em buka
m at anya perlahan. Pem andangan pert am a ket ika ia m em buka m at a adalah hut an
kemerah- m erahan di depannya. Gadis ini kaget , bangkit dan m erangkul Bu Song,
katanya, "Song- ko... apakah kita berada di sorga?"
Bu Song m endekap kepala it u, m em eluknya dengan hat i sebesar bukit . I a
m encium ram but di kepala it u dan berbisik, " Tidak, Moi- m oi. Kit a m asih hidup,
kita diselamatkan burung hek- tiauw yang kini masih bertanding dikeroyok banyak
m onyet j ahat . Bagaim ana, Moi- m oi? Kau t idak apa- apakah? Tidak sakit - sakit
tubuhmu?"
Mendengar suara penuh get aran ini t erharulah hat i Eng Eng. Perasaan wanit anya
dapat m enangkap rasa kasih sayang yang am at besar dari pem uda ini
kepadanya. I a m engangkat m uka, m enggelengnya kem udian m erangkul leher Bu
Song. Baru saj a t erlepas dari bahaya m aut m em buat hat i kedua orang m uda ini
m akin dekat dan saling m enyayang. Kali ini Eng Eng t idak m arah ket ika Bu Song
m encium nya penuh kasih sayang, cium an yang dilakukan saking girangnya hat i
m elihat kekasihnya selam at . Eng Eng t idak m arah, m alah t anpa sengaj a ia
mempererat rangkulannya.
Tiba- t iba Bu Song m endorong t ubuh Eng Eng ke sam ping sam bil berkat a kaget ,
"Moi- m oi, awas...! ! " Mat anya t erbelalak m em andang ke depan. Eng Eng t erkej ut
sekali, cepat m em ut ar t ubuh sam bil m elom pat berdiri di sam ping Bu Song yang
sudah berdiri pula. Dan ia pun t erbelalak kaget ket ika m elihat bahwa di depan
m ereka t elah berdiri seekor m onyet berbulu m erah yang besar sekali, lebih besar
dari m anusia! Bulu m onyet ini halus dan m erah, m at anya j uga m erah dan
t aringnya put ih m engkilat t am pak j elas karena m onyet ini m eringis dan m at anya
memandang penuh ancaman.
Mengingat bahwa kekasihnya t idak pandai silat , Eng Eng segera m aj u dan
berkat a perlahan, " Koko, kau sem bunyilah! " Kem udian gadis ini dengan gerakan
gesit sekali m enerj ang m aj u, m engirim pukulan ke arah dada binat ang it u
sedangkan kakinya m em buat gerakan m enyapu kaki. Cepat sekali gerakan ini,
nam un m onyet m erah it u t ernyat a t idak kalah gesit nya. Anehnya, gerakan
m onyet it u sepert i gerakan orang bersilat pula ket ika ia m elangkah m undur dan
m eloncat m enghindarkan diri daripada sapuan kaki Eng Eng, bahkan sebelum
kakinya t urun ke t anah, m onyet it u sudah m em balas dengan cengkeram an
t angan yang berkuku panj ang m eruncing ke arah pundak Eng Eng. Gadis ini
cepat m iringkan t ubuhnya dan dari sam ping ia m enendang. Put eri Kim - m o Taisu
t ent u saj a m em iliki ilm u kepandaian yang lum ayan sungguhpun ayahnya diam -
diam m engakui bahwa put erinya ini t idak begit u besar bakat nya. Tendangannya
m enyam ping cepat sekali dan sebelum binat ang yang am at gesit it u sem pat
mengelak, kaki gadis itu sudah mengenai lambungnya.
" Bukkk! ! " Eng Eng m engeluarkan seruan kaget . Tendangannya t adi dilakukan
dengan pengerahan t enaga cukup keras, akan t et api ia m erasa seakan- akan
menendang sebuah bat u besar, kakinya m em balik dan t erasa sakit sekali. akan
t et api m onyet besar it upun agaknya kesakit an karena ia m em ekik dan m enj adi
m akin m arah. Dengan gerakan cepat dan dahsyat ia m enubruk dengan kedua
t angan dan kakinya sepert i seekor harim au m enerkam . Kem bali Eng Eng
m engelak dengan m enggulingkan t ubuh ke at as t anah. Tubrukan luput , akan
t et api binat ang it u sudah dapat berj ungkir balik dan kini m enyerang dan
menerjang lagi.
Tiba- t iba gerakan binat ang it u t erhent i karena Bu Song yang t idak t ega m elihat
begit u saj a kekasihnya berkelahi m elawan binat ang liar ini, sudah m elom pat
m aj u dan karena Si Monyet m em belakanginya, ia t elah m enerkam pundak dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 373


leher binat ang it u, t erus m enggum ulnya dan m enj epit leher binat ang dengan
lengan kanannya, sedangkan lengan kirinya menjepit perut.
Binat ang it u kaget dan m eront a- ront a, m enggereng dan kedua t angannya
m enangkap lengan Bu Song. Nam un ia t idak dapat m elepaskan diri dari j epit an
t angan Bu Song yang am at kuat . Binat ang it u m enggulingkan diri, m ereka
bergum ul, nam un sepert i seekor lint ah m enem pel di kaki kerbau, Bu Song t idak
dapat dilepaskan oleh m onyet raksasa yang m em ekik- m ekik m arah. Celaka bagi
Bu Song adalah kuku- kuku panj ang dari t angan m onyet it u yang m encengkeram
lengannya. Biarpun Bu Song am at kuat , nam un ia t erlam bat m engerahkan
tenaga dalam yang di luar pengetahuannya telah memenuhi tubuhnya itu ke arah
lengan. Masih baik baginya begit u kuku- kuku it u m enancap lengan, ia
m engerahkan t enaga sehingga lengannya t idak sam pai t erobek. Kuat sekali
monyet itu, tenaganya liar dan ganas, mereka bergulingan mendekati jurang!
" Koko, lepaskan dia...! " Eng Eng bert eriak penuh kengerian m elihat bet apa
kekasihnya bersam a m onyet it u bergulingan dekat j urang yang curam . Gadis ini
m eloncat dekat dan m engerahkan t enaga m em ukul kepala m onyet raksasa.
Nam un kem bali ia t erkej ut karena kepalan t angannya t idak sanggup
m erem ukkan kepala, bahkan t erasa sakit . Nam un bukan t idak ada pengaruhny a
pukulan ini karena si Monyet kem bali m em ekik kesakit an dan kedua t angannya
yang m encengkeram lengan Bu Song t erlepas. Pem uda ini m aklum pula akan
bahayanya bergum ul dekat j urang, m aka ia m elepaskan j epit annya dan
mendorong punggung monyet itu sambil melompat ke belakang.
Monyet it u m arah sekali kepada Eng Eng yang dua kali t elah m em ukulnya. Kini ia
m eloncat dan m enerj ang Eng Eng dengan pukulan- pukulan dan cengkeram an
dahsyat , gerakannya t idak berbeda dengan ahli silat t inggi yang ahli dalam ilm u
jiauw- kang ( ilm u m encengkeram ) . Eng Eng berusaha m engelak, akan t et api
m alang baginya, ram but nya yang t adi t erlepas dan t erurai panj ang it u dapat
t ert angkap oleh t angan m onyet yang t erus m enarik dan m engayunnya. Tubuh
Eng Eng t erbawa oleh ayunan ini. Monyet it u m em ekik dan m engerahkan t enaga
m elont arkan dan... t ubuh Eng Eng t anpa dapat dicegah lagi m elayang ke arah
jurang yang amat curam!
"Eng- m oi...! ! " Bu Song m enj erit penuh kengerian dan kegelisahan m elihat t ubuh
kekasihnya m elayang m asuk j urang. I a lari ke pinggir j urang dan ket ika m onyet
it u m enerkam nya, sekali m enggerakkan t angan kirinya Bu Song berhasil
membuat monyet itu terlempar! Dalam keadaan gelisah ini, secara tidak sadar Bu
Song t elah m em pergunakan sin- kang yang sudah m engeram dalam t ubuhny a
sehingga sekali sam pok t angan kirinya sanggup m elem parkan m onyet yang
begit u kuat . Tanpa ingat akan bahaya lagi Bu Song lalu ikut m eloncat ke dalam
j urang dengan t angan diulurkan unt uk m enolong Eng Eng. Tent u saj a t ubuhnya
ikut pula melayang turun dengan kecepatan seperti burung terbang.
Eng- m oi...! " I a berseru keras sekali, seluruh perhat iannya t ercekam oleh
kekhawat iran akan keselam at an Eng Eng, seuj ung ram but pun ia t idak ingat
bahwa dia sendiri melayang- layang turun menghadapi maut yang mengerikan.
" Koko...! " Eng Eng bert eriak, m erupakan j erit an lem ah karena gadis yang sadar
akan m aut yang m engancam ini t elah pingsan! Barulah kini Bu Song sadar pula
akan keadaan mereka. Namun seluruh hasratnya hanya tercurah untuk menolong
dan m enyelam at kan nyawa kekasihnya, m aka ia lalu bert eriak keras sekali,
sekuat paru- parunya mengeluarkan suara itu.
"Hek- tiauw- ko...! Tolonggg...! ! " Karena t ubuh Bu Song j auh lebih berat daripada
t ubuh Eng Eng, m aka dalam luncuran ke bawah ini ia lebih cepat m enyusul t ubuh
Eng Eng. Dengan kem auan keras, Bu Song m engulur t angan dan berhasil
memegang lengan Eng Eng. Akan tetapi kini karena kedua tubuh mereka menjadi
sat u m aka berat badan m enj adi bert am bah dan m ereka m eluncur ke bawah
dengan kecepat an yang m engerikan. m elihat ke bawah Bu Song m erasa seakan-
akan buka m ereka yang m eluncur ke bawah, m elainkan bat u- bat u karang di
bawah yang melayang ke atas menuju mereka!

Suling Mas Kho Ping Hoo 374


"Hek- tiauw- ko...! " I a m enj erit lagi dan t erdengarlah bunyi kelepak sayap ket ika
burung rajawali hitam yang besar itu menyambar ke arah mereka. Karena burung
ini hanya m engenal Bu Song, m aka agaknya hanya kepada pem uda inilah ia m au
m enolong. Cepat sekali kakinya duah m enyam bar pundak Bu Song. Pem uda it u
m erasa pundaknya t ert usuk kuku, akan t et api m aklum bahwa hanya burung ini
yang akan m am pu m enolong m ereka berdua, ia cepat m enggunakan t angan
kirinya m erangkul ke at as dan berhasil m em eluk leher burung raj awali hit am ,
sedangkan tangan kanannya tetap memegang lengan Eng Eng.
Berat t ubuh m ereka berdua t erlalu berat bagi burung raj awali yang sudah lelah
dan t erluka karena dikeroyok m onyet - m onyet t adi. Maka bet apapun ia
m enggerakkan sayapnya, ia t idak kuasa m enahan luncuran ke bawah dan
melayang- layanglah m ereka bert iga, biarpun t idak begit u pesat sepert i t adi
karena t ert ahan gerakan sayap burung yang berusaha m engangkat m ereka,
nam un m asih t erus m eluncur, t ak t ert ahankan lagi! Burung it u m engeluarkan
suara sepert i orang m erint ih ket ika m ereka t elah dekat sekali dengan dasar
j urang, lalu burung it u m engerahkan kaki m engangkat t ubuh Bu Song ke at as
sambil membalikkan tubuh sehingga tubuhyalah yang berada di bawah.
"Brukkkk...! ! " Mereka t erhem pas ke bawah dan dunia m enj adi gelap gulit a bagi
Bu Song yang roboh pingsan oleh bantingan yang hebat itu.
Lam a sekali Bu Song pingsan. Tubuh kedua m anusia dan seekor burung it u t ak
bergerak sam a sekali. Hanya bulu burung yang kehit am an, uj ung pakaian Bu
Song dan rambut Eng Eng saja yang bergerak- gerak tertiup angin.
Ket ika akhirnya Bu Song m em buka m at anya, ia nanar dan t idak ingat apa yang
t elah t erj adi. Tubuhnya t ak dapat bergerak. Akan t et api perlahan- lahan
ingat annya kem bali dan ia bergidik. Kiranya yang membuat ia tak dapat bergerak
adalah t ubuh Eng Eng yang m elint ang di at as dadanya. Perlahan ia bangkit
duduk, m engeluh karena seluruh t ubuhnya sakit - sakit . Akan t et api ia t idak
m em pedulikan dirinya, cepat ia m engangkat t ubuh at as Eng Eng. Gadis it u t idak
kelihat an t erluka di luar, akan t et api m ulut , hidung dan t elinganya m engucurkan
darah!
"Eng- m oi...! " Bu Song berseru lem ah dan m engusap darah dari m uka gadis it u.
diguncangnya perlahan pundak Eng Eng, nam un t ubuh it u lem as dan m at a it u
t idak t erbuka. " Moi- m oi..., Eng- m oi...! " Bu Song m em anggil- m anggil dan
mengguncang- guncang, nam un sia- sia. Eng Eng t et ap t idak bergerak dan t idak
membuka matanya.
Dia pingsan, pikir Bu Song. Harapannya t im bul. Dada gadis it u yang m enem pel di
dadanya m asih berdet ak biarpun lem ah, dahinya yang ia cium i m asih hangat .
Eng Eng t idak m at i, hanya pingsan. Tidak bisa dia m at i! I a ingat bahwa paling
baik adalah m encari air unt uk m encuci darah dan unt uk m em basahi m uka dan
kepala Eng Eng agar sadar kem bali. Perlahan dan hat i- hat i ia m elet akkan t ubuh
yang dipangkunya it u kem bali ia bangkit berdiri, t erhuyung- huyung akan j at uh.
Akan t et api ia m enguat kan diri dan t iba- t iba t am paklah olehnya t ubuh raj awali
hitam menggeletak. Kepala burung itu pecah, otaknya berhamburan dan binatang
it u t idak bernyawa lagi! Kiranya ket ika j at uh t adi, burung it u sengaj a m em asang
t ubuhnya di bawah dan m alang baginya, kepalanya t erbant ing pada bat u
sehingga hancur seketika. Bu Song berlutut dan mengelus- ngelus burung itu, dan
titik air mata membasahi pipi. Kemudian ia teringat kepada Eng Eng, terus berdiri
lagi dan m encari air. Kebet ulan t ak j auh dari sit u t erdapat air m ancur dari lubang
dalam bat u karang. Segera ia m enuj u ke air dan karena t idak ada t em pat unt uk
m engam bil air, ia hanya m enggunakan kedua t angannya, lalu cepat - cepat
berj alan m engham piri Eng Eng dengan hanya sedikit sisa air di m angkuk
tangannya.
Set elah m uka yang pucat it u t erkena air, Eng Eng bergerak lem ah dan dengan
m at a m asih m eram , bibir gadis ini bergerak m em bisikkan kat a- kat a yang cukup
jelas bagi Bu Song, "Song- koko..., Koko... aku cinta padamu..."
Bu Song m erasa seakan- akan j ant ungnya direm as. I a m endekap kepala gadis it u
dan berbisik di t elinganya. " Eng Eng... aku berada di sini...., m at i hidup aku

Suling Mas Kho Ping Hoo 375


bersamamu, Eng- m oi..." I a m elihat m ulut it u t ersenyum , akan t et api m at anya
tetap tidak terbuka.
"Eng- moi... Eng- m oi..." Nam un gadis it u t idak m enj awab dan Bu Song berlari lagi
m enuj u ke air m ancur. Kali ini ia m endapat kan beberapa helai daun yang ia
j adikan sat u dan dengan daun- daun ini ia dapat m em bawa air ke dalam nya.
Gadis itu menelan air dan mengeluh perlahan, lalu membuka mata. Mereka saling
pandang, m at a yang sayu dari Eng Eng bert em u pandang m at a penuh harap-
harap cemas dari Bu Song.
"Song- ko..." Eng Eng berkat a lem ah, berusaha unt uk t ersenyum . Bu Song segera
memangku gadis itu dan gerakan ini membuat Eng Eng merintih kesakitan.
" Bagaim ana, Moi- m oi? Apam u yang sakit ? Kau t idak apa- apa, bukan?"
pertanyaan penuh kecemasan dilontarkan bertubi- tubi.
Eng Eng m eram kan m at a, keningnya berkerut - kerut . Jelas bahwa ia m enderit a
nyeri hebat yang dit ahan- t ahannya, kem udian ia m em buka lagi m at anya dan kini
bulu matanya basah. "koko... tiada harapan lagi..."
Seakan- akan t erhent i det ik j ant ung Bu Song dan ia m ereka- reka art i yang lain
untuk kalimat itu. "... apa... apa maksudmu...?"
Kem bali Eng Eng m eram kan m at a dan ket ika m em bukanya lagi, kini beberapa
but ir air m at a m engalir t urun. I a m enggeleng kepala. " Sakit sem ua rasa
t ubuhku... Song- ko. Kepalaku... ah, serasa dipukul- pukul dari dalam ... dadaku...
serasa terbakar dan akan pecah... oh..."
"Eng- m oi...! " Bu Song m endekap kepala it u, m engelus- elusnya seakan- akan ia
hendak m engusir rasa nyeri di kepala dengan usapan dan hendak m engoper rasa
panas di dadanya sendiri. " Eng- m oi, kau t ent u akan selam at . Jangan khawat ir,
Moi- moi... aku akan membawamu pulang, aku akan..."
" Sst t t , diam lah... j angan bergerak, Koko... biarkan aku m enikm at i pelukanm u
sepert i ini unt uk t erakhir kali...! Song- koko, kau... kau... girangkah dij odohkan
dengan aku...?"
Makin perih hat i Bu Song, seakan- akan kini dit usuk- t usuk j arum . I a m enahan air
m at a yang hendak runt uh, lalu m enundukkan m uka m enem pelkan pipinya pada
pipi Eng Eng, berbisik di telinganya, "Tentu saja, kekasihku, tentu saja aku girang
sekali..., karena it u kau harus sem buh, kau harus sem buh, kau harus selam at ,
kelak kita... menikah..."
Naik sedu sedan di dada Eng Eng dan hal ini agaknya am at m enim bulkan nyeri
sehingga ia m eram kan m at anya kem bali. Ket ika ia m em buka m at anya, air
m at anya m akin deras m engalir akan t et api m ulut nya t ersenyum . " Song- ko..."
Tangannya diangkat lem ah, m eraba- raba dan m em belai dagu Bu Song yang agak
berlekuk, "... m engapa kau... girang berj odoh denganku? Apakah kau... cint a
padaku...?"
"Eng- m oi...! " Bu Song t eringat akan bisikan gadis it u ket ika dalam keadaan
set engah sadar t adi, bisikan pengakuan cint a. " Kau m asih bert anya lagi? Aku
cinta kepadamu, Eng- moi. Aku mencintamu dengan seluruh jiwa ragaku..."
" Koko..., kasihan kau..." Eng Eng m erangkul leher it u dan m ereka bert angisan.
Bu Song tak dapat menahan diri lagi, air matanya bercucuran, bercampur dengan
air m at a Eng Eng di pipi gadis it u yang ia coba m engeringkannya dengan
cium annya. Air m at a yang bercam pur dengan air m at a Eng Eng di pipi gadis it u
yang ia coba m engeringkannya dengan cium annya. Air m at a yang bercam pur
darah yang m asih m engalir keluar dari hidung. Bu Song t idak peduli, ia
menghisap air mata dan darah itu.
" Kasihan kau, Koko..., karena aku... aku t idak akan hidup lagi..." " Eng- moi...!
Jangan berkat a begit u.... Moi- m oi, kau t idak... kau t idak akan... ah, kau akan
hidup bersamaku..."
Jari- j ari t angan Eng Eng m enj elaj ahi m uka pem uda it u, m engelus ram but ny a
seakan- akan ia hendak m enggunakan saat t erakhir unt uk m engenal lebih dekat
waj ah pem uda yang sej ak dahulu t elah m enguasai rasa kasihnya, yang dahulu
hanya dapat ia pandang dan kenang saja.

Suling Mas Kho Ping Hoo 376


" Aku t ahu, Koko... aku t erluka dalam hebat sekali... dalam dada... darah
m engalir di dadaku, j uga di kepalaku... t iada guna..., aku akan m at i... dalam
pelukanmu."
"Moi- m oi! " Kini Bu Song m enangis t ersedu- sedu sam bil m endekap gadis it u. " kau
t idak akan m at i! Kalau kau m at i, aku pun ingin m at i di sam pingm u! " Eng Eng
t ersenyum m endengar ini dan kini air m at a Bu Song yang m em banj ir t urun it u
m em asuki bibirnya yang t erbuka, m enim bulkan rasa segar pada
kerongkongannya yang serasa panas t erbakar. Tiba- t iba Eng Eng m endapat kan
tenaganya kembali dan ia menolak muka Bu Song, lalu ia bangkit duduk.
Bu Song tentu saja menjadi girang sekali. "Moi- moi, kau sembuh! Kuambilkan air,
ya? Biar kum asak air agar air hangat - hangat dapat m enyegarkan t ubuhm u. Lalu
kita mencari jalan naik, jangan khawatir, aku masih sanggup menggendongmu ke
atas. Kita pulang!"
Eng Eng t ersenyum akan t et api m enggeleng kepalanya, lalu t angannya m enepuk
tanah di dekatnya memberi isyarat kepada Bu Song untuk duduk di dekatnya.
" Kau.. kau sanggulkan ram but ku....," kat anya. Biarpun kelihat annya gadis ini
bert enaga kem bali, nam un suaranya t ersendat - sendat dan sukar keluarnya, Bu
Song cepat m elakukan perint ah ini. Jari- j ari t angannya m engget arkan kasih
sayang m esra ket ika ia berusaha m enyanggul ram but panj ang halus it u sedapat
mungkin. Akan tetapi pekerjaan ini sukar sekali ia laksanakan. Jari- jari tangannya
m enggigil. Tubuhnya sendiri t erasa sakit - sakit , dit am bah rasa haru dan khawat ir
m em buat air m at anya bercucuran. Mat anya m enj adi kabur dan beberapa kali ia
mendekap dan menciumi gadis itu dengan hati hancur.
Eng Eng balas m em eluk dan bahkan gadis inilah yang m engeluarkan kat a- kata
hiburan, kat a- kat a lem ah yang berbisik- bisik ham pir t ak t erdengar. "Diam lah...
Koko, diamlah... kausanggulkan rambutku... biar rapi..."
Bu Song berusaha m em besarkan hat inya, akan t et api bagaim ana ia dapat
m enahan isak t angisnya ket ika ia m enyanggul ram but it u m elihat bet apa kepala
Eng Eng penuh darah yang m ulai m em beku? Nam un akhirnya berhasil j uga ia
menyanggul rambut gadis itu.
" Koko... aku... aku ingin..." I a berhent i sukar sekali m elanj ut kan kat a- katanya.
Bu Song m enem pelkan t elinga di dekat bibir yang sudah pucat it u. " Apa, Moi- moi
kau ingin apa?"
" Ah, aku... aku m alu... hik..." Bu Song m em eluknya. " Kat akanlah, kau m au apa,
Moi- moi..."
" ...hem m m ...? ... aku... aku ingin... sekarang m enikah denganm u." Lalu
disambungnya perlahan sekali, "aku ingin... mati sebagai istrimu..."
"Eng- m oi...! " Bu Song t ak kuat m enahan t angisnya. " Koko, j angan m enangis.
Maukah kau...? Maukah kau...?"
Bu Song t ak dapat m enj awab, hanya m engangguk- anggukkan kepalanya dan air
m at anya bercucuran m em basahi m ukanya. Ham pir pem uda ini pingsan saking
perih dan sakit rasa hatinya.
"Mari kita bersumpah, Koko, marilah..."
Terpaksa Bu Song m enurut i perm int aan Eng Eng. Dengan susah payah ia
menggandeng gadis itu, diajak berlutut sambil berpegang tangan, berlutut seperti
sepasang pengant in bersem bahyang! Unt uk m enyenangkan hat i gadis it u Bu
Song berkata keras- keras,
" Langit dan bum i m enj adi saksi! Saat ini kam i, Kam Bu Song dan Kwee Eng,
menjadi suami isteri, sehidup semati...!"
Eng Eng t ert awa, t ert awa m alu- m alu dan ket ika Bu Song m enolehnya, gadis it u
merangkulnya dengan wajah penuh bahagia. Eng Eng menyembunyikan mukanya
di dada Bu Song, akan t et api pada saat it u pula nyawanya t elah m elayang
m eninggalkan raganya! Tadinya Bu Song t idak t ahu, baru set elah ia m erasa
bet apa t ubuh gadis it u lem as sekali, ia m engangkat dan t ahu bahwa kekasihnya
itu tak bernyawa lagi.
"Eng- m oi...! ! " I a m enj erit , m endekap dan roboh pingsan sam bil m em eluk Eng
Eng.

Suling Mas Kho Ping Hoo 377


Pukulan bat in yang diderit a Kim - m o Taisu ket ika ia m endapat kan m uridnya
pingsan di sam ping put erinya, m em buat pendekar ini seket ika m enj adi seorang
yang sepert i hilang sem angat . Ram but nya seket ika m enj adi put ih sem ua,
waj ahnya kerut - m erut dan pandang m at anya sayu sepert i lam pu kehabisan
m inyak. Ket ika ia m endengar cerit a Bu Song t ent ang kecelakaan yang
m enyebabkan t ewasnya Eng Eng, waj ah pendekar it u m enj adi beringas,
kem udian ia lari dan m engam uk. Sehari it u t erdengar suara Kim - m o Taisu
memekik- m ekik dan m elengking- lengking di seluruh bukit dan akibat nya am at lah
m engerikan. Tak seekor pun binat ang m onyet t inggal hidup lagi di sit u. Rat usan
bahkan m ungkin ribuan ekor m onyet berikut yang m asih kecil- kecil sem ua
t erbunuh oleh Kim - m o Taisu dan pekerj aan pem bunuhan besar- besaran ini baru
selesai setelah hari mulai gelap.
Set elah m engubur j enazah put erinya di dekat kuburan ist erinya, Kim - m o Taisu
memandang Bu Song dengan pandang mata layu, kemudian bertanya.
" Bu Song, sem ua bahan kepandaian yang ada padaku t elah kaum iliki, nam un
agaknya engkau t idak m erasakan hal it u. Biarlah, agaknya m em ang lebih baik
begit u. Kepandaian silat t ernyat a hanya m endat angkan m alapet aka dan kau
berangkat lah ke Keraj aan Cou Muda. Di sana m ulai diadakan uj ian t iap t ahun
unt uk m em ilih t enaga- t enaga m uda yang pandai. Set elah sam pi di kot a raj a,
kaucarilah seorang sahabat ku bernam a Ciu Tang yang bekerj a sebagai pengurus
rum ah gadai, t inggalnya di sebelah kiri rum ah penginapan Lok- an. Kauberikan
surat ku ini dan selanj ut nya dialah yang akan m engat ur agar kau dapat m engikut i
ujian."
Dengan m uka pucat dan m at a m erah Bu Song m endengarkan pesan gurunya,
kem udian t ak t ahan lagi ia m enubruk kaki gurunya dan m enangis. " Ah, Suhu...
m alapet aka t elah m enim pa kehidupan Suhu... t eecu sam a sekali belum m am pu
m em balas kebaikan Suhu akan t et api Suhu selalu m em perhat ikan keadaan
teecu..."
Kim- m o Taisu m enghela napas panj ang. " Jalan hidupm u dan j alan hidupku
bersim pang j auh. Kau t idak m enyukai ilm u silat , m udah- m udahan hidupm u lebih
berbahagia daripada hidupku. Mungkin engkau lebih benar, Bu Song."
Dengan hat i t erharu dan penuh duka pem uda it u lalu m em persiapkan barang-
barang yang hendak dibawanya. I a m akin t erharu kalau t eringat bahwa sem ua
pakaiannya it u adalah pem berian suhunya. Maka ia lalu t eringat lah akan m iliknya
sendiri, yait u obat sarang burung raj awali yang diam bilnya dari puncak. Segera
diambilnya obat itu dan diberikannya kepada Kim- mo Taisu sambil berkata.
" Teecu t idak dapat berbuat sesuat u unt uk m em balas kebaikan Suhu, j uga t idak
m em iliki sesuat u unt uk diberikan. Sarang raj awali hit am ini m ungkin sekali
berguna bagi Suhu, harap Suhu sudi menerimanya."
Terbelalak kakek it u m em andang benda ini. "Bagaim ana kau bisa m endapat kan
ini?" Tanyanya penuh keheranan.
Bu Song lalu m encerit akan pengalam annya ket ika ia m enolong anak raj awali
yang j at uh kem udian ia m elihat benda ini yang segera diam bilnya. Kim - m o Taisu
menggeleng- geleng kepala dan berkat a, "Benar- benar kehendak Thian! Sungguh
aneh dan luar biasa? Seluruh orang kang- ouw akan m engilar m elihat benda ini,
Bu Song. Biarpun aku sendiri diberi wakt u seribu t ahun, belum t ent u aku bisa
m endapat kan benda ini. Ah, sungguh lucu kalau nasib m au m em perm ainkan
orang. Kau m em iliki sem ua bakat dan dasar, akan t et api kau t idak suka ilm u
silat, akan tetapi kau mendapatkan mustika rajawali hitam ini! Sungguh lucu! Kau
sim pan ini baik- baik, dan set iap kali kau m erasa lapar, kau boleh m asak ini dan
m akan. Obat ini akan m enguat kan t ubuhm u dan m encegah segala m acam racun
mengganggumu."
" Teecu serahkan kepada Suhu..." "Ah, aku sudah t ua dan sudah kebal. Unt uk apa
segala m acam obat ? Kausim panlah dan t urut nasihat ku, kaum akan sem ua
sampai habis!"
Perpisahan ini am at m enyedihkan. Bu Song t idak m au pergi m eninggalkan
suhunya sebelum orang t ua it u pergi lebih dulu. Akhirnya, t iga hari kem udian,

Suling Mas Kho Ping Hoo 378


berangkat lah Kim - m o Taisu t urun dari puncak, diikut i pandang m at a m uridnya
yang berlut ut di depan pondok ke arah gurunya pergi. Set elah Kim - m o Taisu
t idak t am pak lagi, baru Bu Song m enggendong bant alannya, lalu ia m engham piri
kuburan ist eri gurunya dan Eng Eng. I a berlut ut dan m em beri horm at di depan
kuburan ibu gurunya, kem udian dengan kepalan t angannya ia m enghapus air
mata, bangkit berdiri dan dengan langkah lebar ia meninggalkan puncak.
Pada wakt u it u, Bu Song sudah berusia dua puluh t ahun. Tubuhnya t inggi besar
dan t egap, waj ahnya t am pan, alisnya berbent uk golok dan dipandang sepint as
lalu ia pat ut m enj adi seorang pendekar. Akan t et api waj ahnya suram m uram ,
sepasang m at anya yang t aj am it u kehilangan kegem biraan hidup sedangkan
dagunya m engeras t anda bahwa sem uda it u ia sudah m engalam i banyak
kekecewaan hidup. I a sudah kehilangan orang- orang yang ia sayang. Akan
t et api, ia harus m ent aat i perint ah suhunya, ia harus t idak m engecawakan
harapan suhunya. I a akan m engikut i uj ian dengan penuh sem angat sehingga
berhasil. Dengan dem ikian berart i ia m enj uj ung t inggi nam a suhunya dan hanya
inilah agaknya sat u- sat unya pem balasan budi yang akan dapat ia lakukan
terhadap suhunya.
Sem ent ara it u, set elah j auh dari puncak yang selam a ini m enj adi t em pat
t inggalnya, Kim - m o Taisu lalu m engerahkan kepandaiannya dan berlari cepat
sekali m enuj u ke selat an. Teringat akan sem ua yang baru saj a ia alam i, Kim - mo
Taisu berkali- kali m enghela napas. Nasib m em pert em ukan dia dengan Liu Lu
Sian, bahkan m elibat kan dia dengan urusan bekas kekasihnya it u yang kini
m enj adi t okoh iblis bet ina yang dim usuhi sem ua orang kang- ouw. Nasib
m em buat dia t erpaksa m em bela Tok- siauw- kwi Liu Lu Sian sehingga ia
m elakukan pem bunuhan t erhadap orang kang- ouw yang m engeroyok Lu Sian.
Teringat bet apa ia t erluka hebat , dibawa lari oleh bekas kekasihnya it u dan
dirawat di dalam pondok dalam hut an, dirawat penuh kesabaran dan kem esraan.
Lu Sian m encint anya! Dan ia m asih m encint a Lu Sian! Hal ini t ak dapat m ereka
sangkal pula.
" Lu Sian, t idak baik begini," kat anya ket ika wanit a it u m erawat nya dengan kasih
sayang besar. "Kita sudah tua dan jalan hidup kita bersimpang jauh."
" Mengapa t idak baik, Kwee Seng?" Lu Sian m enj awab. " Mem ang j alan hidup kit a
t adinya bersim pang j auh, akan t et api Thian m em pert em ukan kit a dan t erbukalah
sekarang m at aku bahwa sesungguhnya hanya engkaulah laki- laki yang pat ut
kut em ani selam anya. Aku dahulu bodoh, Kwee Seng, akan t et api set elah kini
sadar, tak maukah engkau memperbaiki kesalahan yang sudah lewat?"
Kim- m o Taisu m enggeleng- geleng kepalanya. " Tidak bisa, Lu Sian. Tidak
mungkin lagi..."
Lu Sian m enahan isak. " Kwee Seng, di m ana- m ana aku dikurung m usuh. Tidak
sanggup rasanya aku harus m enghadapi sem ua it u seorang diri. Aku sudah
bosan, Kwee Seng. Aku sudah rindu hidup t ent eram di sam ping orang yang
kucint a! " Lu Sian kini benar- benar m enangis, m enelungkup di at as dada Kim - mo
Taisu yang terlentang di atas dipan bambu.
" Sudah t erlam bat , Lu Sian. Dan lagi, apakah kau hendak m enghancurkan
kebahagiaan puteramu sendiri?"
" Apa...?" Lu Sian m eloncat m undur dan m em andang waj ah Kim - mo Taisu dengan
mata terbelalak.
Kim- m o Taisu t ersenyum . Dadanya t idak t erasa sakit lagi set elah sem alam
diobat i oleh Lu Sian yang m engerahkan seluruh t enaga dalam nya unt uk
m em ulihkan kesehat an bekas kekasihnya. Juga ram uan obat sim panan Lu Sian
amat manjur untuk menyembuhkan luka di dalam tubuh.
" Lu Sian, kau t idak t ahu bahwa bert ahun- t ahun put eram u, Kam Bu Song, t elah
ikut denganku dan menjadi muridku. Malah kini ia akan menjadi mantuku."
Lu Sian t erbelalak, m ulut nya t ernganga dan t ak t erasa lagi air m at anya bert it ik-
t it ik t urun m em basahi pipinya. Rasa girang, haru, dan duka m enyesak di
dadanya. "Ceritakan..." dia berbisik, "ceritakan tentang dia..."

Suling Mas Kho Ping Hoo 379


Dengan singkat Kim - m o Taisu lalu m encerit akan pert em uannya dengan Bu Song
dan bet apa Bu Song m enj adi m uridnya, kem udian bet apa ia m enj odohkan Bu
Song dengan Eng Eng.
"Anakm u it u aneh, dan bij aksana t idak sepert i kit a, Lu Sian. Dia benci akan ilm u
silat dan sam a sekali t idak m au belaj ar ilm u silat , m alah ia m enganggap ilm u
silat, suatu ilmu yang amat jahat."
"Hee...? Mengapa begitu? Kalau begitu, dia menjadi muridmu... belajar apakah?"
" Belaj ar ilm u m em baca dan m enulis, m enggam bar dan m enulis indah. Belaj ar
sast era. Malah sekarang ia hendak kusuruh m enem puh uj ian di kot a raj a, set elah
lulus uj ian barulah pernikahan dilangsungkan. Lu Sian, kau t ent u set uj u, bukan,
demi kebagaiaan puteramu?"
Lu Sian menundukkan mukanya. "Kalau begitu... dia... dia tentu membenciku..."
" Dia t idak m em benci siapapun j uga. Hanya, t ent u saj a dia t idak t ahu bahw a
ibunya adalah Tok- siauw- kwi..."
" Aahhh...! " Lu Sian t erisak m enangis. Akan t et api kekerasan hat inya segera
m enguasai hat i dan pikirannya. I a m eloncat berdiri. " Tidak peduli! Biar dia
m enj adi put era ayahnya, m enj adi orang baik- baik, m enj adi pem besar! " Aku Tok-
siauw- kwi Liu Lu Sian lalu meloncat pergi dan meninggalkan Kim- mo Taisu.
" Lu Sian...! " Kim - m o Taisu m em anggil, akan t et api wanit a it u t idak kem bali lagi.
Diam- diam ia m enarik napas panj ang, am at kasihan m elihat nasib bekas
kekasihnya itu. Ia maklum bahwa ceritanya tentang Bu Song tadi menghancurkan
hat i Lu Sian dan m endat angkan t ekanan bat in yang hebat sekali kepada wanit a
it u m erasa kehilangan segala- galanya. Bet apa t idak harus dikasihani kalau
seorang wanit a sepert i Lu Sian it u, oleh perbuat annya sendiri di wakt u m uda,
set elah t ua kini dim usuhi sem ua orang, bahkan t idak dikehendaki oleh put eranya
sendiri?
Kim- m o Taisu sendiri sam a sekali t idak pernah berm im pi bahwa nasibnya sendiri
j uga am at buruk. I a m enyedihkan keadaan Lu Sian, m enaruh kasihan kepada Lu
Sian, akan t et api sam a sekali ia t idak t ahu bahwa pada saat it u keluarganya
tert im pa bencana hebat . Kwee Eng, put eri t unggalnya, sat u- sat unya orang yang
m enj adi keluarganya di dunia ini t elah direnggut m aut nyawanya dalam keadaan
yang amat menyedihkan!
Mem ang banyak sekali hal- hal t erj adi di dunia ini yang am at m enyedihkan dan
membingungkan m anusia. Banyak t erj adi hal- hal yang kelihat annya t idak adil.
Nam un sesungguhnya t idaklah dem ikian adanya. Sem ua perist iwa yang t erj adi
sudah m enj adi kehendak Tuhan yang m engat ur dengan sesem purna-
sesem purnanya. Hanya karena sem ua it u m enj adi rahasia besar, m aka m anusia
t idak dapat m enyelam inya dengan akal dan pikiran, sehingga bagi m anusia
kadang- kadang kelihat annya aneh dan j anggal sert a t idak adil. Bagi pendapat
um um , agaknya sudahlah sepat ut nya kalau orang sepert i Liu Lu Sian set elah t ua
hidup m enderit a oleh karena ia m em et ik buah daripada sem ua perbuat annya
sendiri di wakt u ia m asih m uda. Masih m uda m enj adi ham ba nafsu, set elah t ua
t im bul sesal dan duka. Akan t et api bagaim anakah dengan Kim - m o Taisu?
Mengapa ia selalu hidup m erana dan sengsara? Bukankah dia seorang pendekar
besar, seorang yang berbudi baik? Mengapa ia pun mengalami hidup menderita di
wakt u t ua? Mem ang sudah sem est inya begit ulah! Dunia ini berput ar oleh dua
sifat yang bert ent angan dan saling dorong, saling m enghidupkan. Ada t erang ada
gelap, ada panas ada dingin! Sudah sem est inya begit u. Yang m enderit a karena
gelap, yang m enderit a karena panas at au dingin! Bahagialah m ereka yang t idak
m enderit a karena t erang at au gelap, karena panas at au dingin. Mereka inilah
sesungguhnya m anusia yang sudah sadar dan dapat m enyesuaikan diri dengan
segala perist iwa yang m enim pa dirinya karena m aklum bahwa sem ua it u adalah
kehendak Tuhan!
Segala perist iwa yang sudah sem est inya t erj adi di dunia ini, t erj adilah sesuai
dengan rencana- Nya dan kehendak- Nya. Tiada kekuasaan lain di dunia yang
m am pu m engubahnya. Perist iwa pun t erj adilah. Tidak ada susah at au senang.
Susah at au senang m erupakan hasil t anggapan si m anusia yang m enghadapinya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 380


Manusia bij aksana dan sadar akan m enerim a penuh kesadaran dan kesenangan,
baik perist iwa it u m engunt ungkan m aupun m erugikan dirinya. Sebaliknya, orang
yang belum sadar akan menerimanya dengan sorak- sorai kesenangan atau tangis
keluh kedukaan. Penerim aan m acam inilah yang akan m em bent uk akibat - akibat
dan perbuat an- perbuatan yang t iada berkeput usan, m em bent uk lingkaran-
lingkaran. Karma yang makin kuat membelenggu manusia.
Kim- m o Taisu bukanlah seorang bodoh, akan t et api ia seorang yang lem ah.
Peristiwa- perist iwa yang m enim pa dirinya dit erim anya dengan perasaan hancur
dan m enyebabkan ia m enanam bibit kebencian dan dendam yang m endalam
t erhadap m usuh- m usuh keluarga ist erinya. Kem at ian ist erinya dan put erinya
m em buat pendekar ini hanya m em punyai sat u cit a- cit a di dalam hat inya, yait u
m em balas dendam dan m em basm i m usuh- m usuh keluarga ist erinya. Mulailah ia
m erant au dan m ulai saat it u, nam a Kim - m o Taisu m enj adi t erkenal sebagai
seorang yang sepak t erj angnya m enakut kan. Para t okoh yang m erasa pernah
berm usuhan dengan Keraj aan Tang, yang pernah berm usuhan dengan Kong Lo
Sengj in at au Sin- j iu Couw Pa Ong diam - diam m enyem bunyikan diri, t akut
bertemu dengan Kim- mo Taisu yang amat hebat ilmu kepandaiannya itu.
Bu Song j uga t erpukul hat inya oleh perist iwa kem at ian Eng Eng. Akan t et api ia
seorang muda yang kuat menderita. Agaknya karena banyak menderita semenjak
kecil, m em buat hat inya m enj adi kuat dan kebal. Tidak m udah ia runt uh
sem angat . Agaknya karena t ubuh sehat bat in kuat inilah yang m em buat Bu Song
dapat m elakukan perj alanan cepat dengan penuh gairah hidup. Mat anya yang
tadinya redup sayu mulai bersinar- sinar lagi, kedua kakinya melangkah lebar.
Berhari- hari ia m elakukan perj alanan naik t urun gunung. I a m ent aat i pesan
gurunya dan m ulailah ia m akan sarang burung raj awali hit am . Enak rasanya,
gurih dan harum . Juga set iap kali m akan perut nya t erasa kenyang dan t ahan
sampai sehari tidak makan. Pemuda ini sama sekali tidak tahu bahwa benda yang
dim akannya adalah obat kuat yang am at langka didapat , obat yang m em buat
darahnya m enj adi bersih dan t ulang- t ulangnya m enj adi kuat . Set elah m elakukan
perj alanan lim a belas hari, habislah bekal sarang burung it u dan m ulailah ia
m encari buah- buahan di sepanj ang j alan dan ada kalanya ia m em beli m asakan di
warung sebuah dusun yang dilaluinya. Bekal yang diberikan gurunya cukup
banyak.
Pada suatu hari ketika ia melalui sebuah lereng gunung yang terjal, ia mendengar
suara orang bert em pur. Suara it u dat angnya dari bawah lereng dan yang
m em bikin Bu Song t ert arik dan kaget adalah suara m elengking t inggi yang aneh,
sepert i orang t ert awa akan t et api j uga sepert i suara wanit a m enangis. I a lalu
mempercepat langkahnya menuju ke arah suara itu.
Benar saj a, di sebuah t ikungan, ia m elihat seorang wanit a cant ik sedang
bert anding m elayani dua orang laki- laki t ua. Akan t et api pert andingan it u am at
aneh. Si wanit a duduk bersila di bawah pohon, sedangkan dua orang laki- laki it u
berdiri di depannya. Yang seorang adalah kakek berkepala gundul bersenj at a
t oya sedangkan yang ke dua seorang kakek t inggi kurus beram but panj ang dan
berpedang yang berkilauan cahayanya.
Anehnya, kedua orang kakek it u hanya m engancam dengan senj at a m ereka
sedangkan Si Wanit a hanya t ert awa- t awa m engej ek, sam a sekali t idak bergerak
dari t em pat ia bersila. Pada saat Bu Song t iba di t em pat it u dan m engint ai dari
balik sebuah bat u besar, wanit a it u berkat a, suaranya m erdu akan t et api dingin
menyeramkan.
" Sekali lagi kuperingat kan kalian. Jangan ganggu aku dan pergilah. Aku t idak
m em usuhi Siauw- lim- pai, j uga t idak m em usuhi Kong- thong- pai. Adalah part ai
kalian yang selalu m em usuhi aku. Aku sudah bosan bert em pur, bosan
membunuh. Pergilah dan jangan ganggu aku!"
" Silum an bet ina, dendam di ant ara kit a sedalam laut an. Harus dit ebus dengan
nyawa!" seru kakek itu sambil menggerakkan pedangnya membacok.

Suling Mas Kho Ping Hoo 381


" Om it ohud, Tok- siauw- kwi, pinceng j uga bukan t ukang berkelahi, akan t et api
dosam u t erhadap Siauw- lim- pai sudah t erlalu banyak. Kewaj iban pinceng unt uk
menghukummu!" kata Si Hwesio pula sambil melangkah maju.
Tiba- t iba wanit a it u m engeluarkan suara lengking t inggi dan ram but nya yang
panj ang it u bergerak ke depan, berubah m enj adi segulung sinar hit am yang
m enyam bar dahsyat . Dua orang kakek it u t erkej ut sekali. sia- sia saj a m ereka
m enggerakkan senj at a unt uk m em bebaskan diri karena senj at a m ereka it u t ahu-
t ahu t elah t erlibat ram but dan t anpa dapat m ereka cegah lagi, senj at a t oya dan
pedang it u sudah t erbang pergi dari t angan m ereka dan t erlem par ke dalam
jurang!
" Kalian bukan lawanku. Pergilah, aku beri am pun kalian! " Wanit a it u berkat a lagi,
t et ap m asih duduk bersila, bahkan kini m eram kan m at a sepert i orang hendak
samadhi.
Akan t et api dua orang kakek it u kelihat an m enj adi m akin m arah. " Tok- siauw- kwi
silum an j ahat ! Kam i t idak t akut m at i. Engkau at au kam i yang harus m at i saat ini
juga!"
Hwesio it u m enyam bar sepot ong rant ing pohon dan m em pergunakannya sebagai
t om bak yang ia lont arkan sepenuh t enaga ke arah wanit a it u. adapun kakek dari
Kong- thong- pai it upun m engeluarkan bat ang senj at a piauw yang ia sam bit kan
sekuat t enaga ke arah t iga bagian t ubuh yang berbahaya. Melihat ini diam - diam
Bu Song m erasa ngeri. Jarak ant ara kedua orang it u dan Si Wanit a cant ik yang
duduk bersila m eram kan m at a di bawah pohon t idaklah j auh, sedangkan
serangan it u luar biasa cepat dan kuat nya. I a m em bayangkan bet apa wanit a it u
akan t ewas dalam keadaan m engerikan dan ada j uga rasa penasaran di dalam
hat inya yang m enganggap perbuat an dua orang laki- laki it u sam a sekali t idak
dapat dipuj i. Jelas bahwa wanit a it u sudah m engalah, akan t et api dua orang it u
nekat saja, bahkan melakukan penyerangan yang amat curang.
Akan t et api t iba- t iba m at a Bu Song m enj adi silau m elihat cahaya t erang keluar
dari kedua t angan wanit a it u. Ent ah apa yang t erj adi ia t idak dapat m engikut i
dengan j elas, akan t et api t ahu- t ahu kedua orang kakek it u m enj erit keras dan...
dada Si Hwesio sudah t ert usuk rant ing yang ia lont arkan t adi, adapun Si Kakek
mendekap dadanya yang dimakan oleh tiga batang piauwnya sendiri. hebat sekali
luka m ereka, dengan m at a t erbelalak m ereka berput aran lalu roboh berkeloj ot an
dan tak lama kemudian tewaslah kedua orang itu.
Wanit a it u m engeluarkan suara m elengking keras sepert i orang m enangis. Ket ika
Bu Song m em andang lagi, t ernyat a wanit a it u sudah lenyap, t idak ada lagi di
t em pat t adi. Berdebar j ant ung Bu Song. Perist iwa yang am at hebat dan
m engerikan t erj adi di depan m at anya. Perist iwa pem bunuhan, lagi- lagi dilakukan
oleh orang- orang yang m em iliki ilm u t inggi. I a keluar dari t em pat sem bunyinya,
m elangkah lebar m engham piri dua orang yang sudah m enj adi m ayat it u, lalu
m enarik napas panj ang. Dengan hat i rasa penasaran ia berdongak dan berkat a
dengan suara keras.
" Dendam ! Pem bunuhan! Bunuh- m em bunuh! Apakah hanya unt uk ini m anusia
dilahirkan di dunia?"
Kem udian Bu Song t urun t angan, m enggulung lengan baj u dan m em bongkar
batu- bat u di bawah pohon, m enggali lubang yang cukup lebar unt uk m engubur
dua j enazah kakek yang t idak dikenalnya it u. Sam bil m engerj akan ini, waj ah
wanit a it u t erbayang di depan m at anya dan berulang kali Bu Song m enarik napas
panj ang. Wanit a yang pat ut dikasihani, pikirnya. Hidup bergelim ang dalam
gelom bang perm usuhan yang t ak dapat disingkiri dan yang agaknya m engej ar-
ngej arnya t erus. Kali ia m enang. Apakah lain kali akan dapat m enang t erus?
Kepandaian t idak ada bat asnya dan sekali wakt u t ent u wanit a it u yang m enj adi
korban, tewas mengerikan seperti keadaan dua orang kakek ini. Masih baik kedua
orang kakek ini t ewas di depannya sehingga m asih ada yang m engubur j enazah
mereka!
Set elah selesai m engubur dua m ayat it u, Bu Song m engebut - ngebutkan
pakaiannya dari debu, m enyandangkan bungkusan pakaian yang t adi ia

Suling Mas Kho Ping Hoo 382


t urunkan, lalu m elangkah pergi m eninggalkan t em pat it u. m at ahari sudah
condong ke barat dan dengan uj ung lengan baj unya Bu Song m enghapus
peluhnya. Tiba- t iba ia berhent i dan m em andang penuh perhat ian ke depan. Tadi
m elihat bayangan berkelebat dan kini t ahu- t ahu didepannya t elah berdiri Si
Wanita cant ik beram but panj ang yang t adi m em bunuh dua orang kakek it u! Bu
Song m em andang j ant ungnya berdebar. Dilihat sepint as lalu, wanit a ini t idak
m enakut kan sam a sekali. Bahkan am at m enarik dan cant ik, akan t et api pandang
m at anya dingin dan kerut pada m ulut nya m em bayangkan sesuat u yang
mengerikan.
" Mengapa engkau m engubur m ereka?" Wanit a it u bert anya, m at anya t aj am
memandang penuh selidik.
Bu Song m enengok ke belakang, ke arah kuburan kedua orang kakek it u, lalu ia
balas m em andang dan m enarik napas panj ang. Sedikit pun ia t idak t akut kepada
wanit a ini dan t eguran wanit a it u bahkan m endat angkan rasa penasaran di dalam
hat inya. I a m aklum bahwa wanit a ini m enderit a bat innya dan berusaha m enut upi
penderitaan batinnya dengan sikap yang dingin dan keras.
"Bibi, pert anyaanm u it u t idak pada t em pat nya. Sepat ut nya akulah yang bert anya
mengapa Bibi membunuh mereka?"
Wanit a it u t ercengang, agaknya sam a sekali t idak m enduga akan m endapat
j awaban begini. " He, orang m uda, j awab pert anyaanku. Jangan engkau m ain-
main. Mengapa engkau mengubur mereka? Apamukah mereka itu?"
" Bukan apa- apa, hanya sesam a m anusia. Melihat dua orang m anusia t erbunuh
dan m enj adi m ayat di j alan, sudah m enj adi kewaj ibanku unt uk m engubur
m ereka. Aku dan j uga Bibi sendiri pun kelak kalau m at i m em but uhkan bant uan
orang lain untuk mengubur mayat kita."
" Apa kau bilang? Orang m uda, j aga baik- baik m ulut m u. Tahukah kau bahwa
sekali aku turun tangan kau takkan hidup lagi?"
Alangkah herannya hati wanita yang ditakuti di dunia kang- ouw itu ketika melihat
Si Pem uda t ert awa geli m endengar ucapannya. "Bibi hanya m em bikin lelucon
yang tidak lucu!"
"Apa..., apa maksudmu?" tanyanya, saking herannya sampai memandang dengan
mata terbelalak.
" Bibi ini siapakah sam pai dapat m enguasai hidup m at inya orang lain? Bibi t idak
m erasa m em beri hidup kepadaku, bagaim ana Bibi dapat m enguasai hidup dan
matiku?"
" Apa? Kau m enant ang?" Tok- siauw- kwi lebih heran daripada m arah. " Tidak ada
yang m enant ang. Aku hanya m au kat akan bahwa kalau DI A yang m em beriku
hidup m enghendaki aku m at i, t anpa Bibi t urun t angan pun aku akan m at i. Akan
t et api kalau DI A t idak m enghendaki aku m at i, biar ada seribu orang sepert i Bibi
t urun t angan, aku t idak akan m at i! Mat i hidup berada di t angan Tuhan. Bibi ini
siapakah hendak m engalahkan kekuasaan Tuhan? Padahal m at i hidup Bibi sendiri
berada di t angan- Nya! Dapat kah Bibi m elawan m aut apabila Tuhan m enghendaki
nyawa Bibi kembali ke asalnya?"
Seket ika pucat waj ah Tok- siauw- kwi. m at anya t erbelalak dan ia m eraba pipinya
tanpa ia sadari. "Aku... aku tidak akan mati...!"
Bu Song m enggeleng- geleng kepalanya, lalu ia m elangkahkan kaki pergi dari sit u
sambil berkata, "Bibi seorang yang patut dikasihani...!"
Angin m enyam bar keras t ahu- t ahu wanit a it u sudah berdiri m enghadang di
depannya. "Eh, bocah lancang. Kau bilang apa tadi?"
" Aku bilang kau pat ut dikasihani sam pai- sam pai t idak m au m engakui kekuasaan
Tuhan, dan m engingkari kenyat aan bahwa sem ua m anusia m est i m at i. Bibi t akut
m at i, it u berart i Bibi kehilangan pegangan dalam hidup, bahwa Bibi kehilangan
keperibadian, bahwa Bibi m enganggap hidup ini dapat kaupegang dan kaukuasai.
I t ulah sebabnya Bibi t erlalu m udah m em bunuh orang m engira bahwa nyawa Bibi
berada di t angan orang lain yang m em usuhi Bibi. Ah, bet apa sengsara hidup
seperti Bibi ini."

Suling Mas Kho Ping Hoo 383


Makin pucat m uka wanit a it u. " Kau bohong! Aku t idak t akut siapapun j uga!
kaulihat sendiri t adi. Mereka berdua m em usuhiku akan t et api t idak dapat
melawanku. Siapa memusuhiku akan mati!"
" Bet ulkah it u, Bibi? Mengalahkan orang lain bukan hal aneh, m engalahkan nafsu
pribadi barulah perbuat an m ulia! Makin banyak Bibi m em bunuh orang, m akin
banyak pula m enanam bibit perm usuhan dan m akin sengsaralah hidup. Manusia
hidup unt uk saling bant u, saling t olong, bukan saling berm usuhan dan saling
bunuh."
" Habis, kalau dua orang keparat t adi m em aksaku, apakah aku harus
menyerahkan diri dibunuh begitu saja?"
" Ah, Bibi kurang akal. Bibi sakt i, apa sukarnya m enj auhkan diri dari m ereka yang
m em usuhi Bibi? Akan t et api Bibi m em ang haus darah, suka m em bunuh, sungguh
keji...!"
Wanit a it u m arah sekali. I a m engeluarkan lengking t inggi dan t angannya. Sudah
diangkat ke at as. Dari t angan kanan it u keluar hawa yang am at panas,
sedangkan bunyi m elengking hebat it u sudah ham pir m erobohkan Bu Song yang
tiba- t iba m erasa dadanya sepert i dit usuk- t usuk. " Keparat berm ulut lancang!
Siapa kau? Aku takkan membunuh orang tak bernama!"
Bu Song t enang- t enang saj a. Mem ang ia sendiri m em andang hidup ini ham pa
dan penuh derit a kecewa set elah kem at ian Eng Eng. Sam a sekali ia t idak t akut
akan kem at ian yang m engancam nya. "Kalau Tuhan m enghendaki aku m at i dan
Bibi berhasil m em bunuhku, berart i Bibi hanya m em bebaskan aku daripada
belenggu hidup. Aku t idak akan rugi apa- apa, akan t et api kau sendiri yang
m enam bahi m at a rant ai yang m em belenggu kehidupanm u, Bibi. Nam aku Bu
Song."
"Bu Song...??" Mat a it u t erbelalak lebar dan m uka yang cant ik it u m akin pucat .
"Kau... kau... murid Kim- mo Taisu...?"
" Beliau adalah guruku, akan t et api aku t idak akan m enggunakan nam a Guruku
unt uk perisai nyawaku. Guruku sendiri t idak m enguasai nyawaku, hanya Tuhan
yang berhak akan mati hidupku!"
"Plakkk!" Tangan itu menampar turun, akan tetapi yang ditampar bukan muka Bu
Song, m elainkan m ukanya sendiri! wanit a it u j at uh t erguling, lalu m enangis dan
akhirnya m elom pat pergi cepat sekali. Hanya lengking t angisnya m asih t erdengar
oleh Bu Song yang berdiri bengong, lalu m enggeleng- geleng kepalanya. Kasihan,
pikirnya. Wanit a it u t erlalu banyak dosa, t erlalu banyak m em bunuh orang
sehingga pikirannya tidak waras lagi! Ia lalu membalikkan tubuh dan melanjutkan
perjalanannya menuruni lereng itu dengan langkah lebar.
Tent u saj a Bu Song sam a sekali t idak pernah m enduga bahwa wanit a it u bukan
lain adalah ibu kandungnya sendiri! Wanit a it u adalah Tok- siauw- kwi Liu Lu Sian!
Sikap pem uda lem ah yang begit u berani m enasihat i dan m enegurnya sudah
m em buat wanit a ini t erheran- heran, kem udian, m enim bulkan kem arahannya
yang luar biasa. Akan t et api begit u ia m endengar bahwa pem uda it u adalah Bu
Song, putera kandungnya sendiri, ia merasa seakan- akan mukanya ditampar oleh
tangannya sendiri. Ham pir saj a ia t adi m em bunuh anak kandungnya sendiri!
Anaknya begitu tampan dan gagah. Ingin ia memeluknya, mendekap kepala itu di
dadanya. Akan t et api bet apa ia dapat m elakukan hal it u set elah anaknya
m engubur dua orang yang dibunuhnya? I bu yang t ersesat , seorang m anusia iblis
yang oleh anak it u sendiri disebut haus darah, suka m em bunuh dan kej i!
Alangkah akan jijik dan bencinya anak itu kepadanya!
Tok- siauw- kwi Liu Lu Sian m enangis sam bil berlari cepat sepert i t erbang
m eninggalkan t em pat it u. Kem udian ia m enj at uhkan diri di bawah pohon besar
dalam sebuah t em pat ia bert em u anaknya t adi. I a m enangis m enj am bak- jambak
ram but nya, m em bent ur- bent urkan kepalanya pada bat ang pohon di depannya.
Lu Sian m enj adi sepert i gila dan pada saat it u ia hanya ingin m at i! Tangisnya
menjadi- j adi kalau ia t eringat kepada Kwee Seng yang sudah m em beri t ahu
bahwa put eranya it u selain m enj adi m uridnya j uga akan m enj adi m ant unya.
Bagaim ana ia sebagai seorang ibu kandung dapat m em biarkan put era t unggalnya

Suling Mas Kho Ping Hoo 384


m enikah t anpa m em beri rest u dan t anpa m enyaksikannya? Akan t et api set elah
pert em uan ini, bet apa ia dapat m enj um pai pem uda it u dan m engaku sebagai
ibunya?
Tiba- t iba Lu Sian berhent i m enangis dan dengan kaget ia m engangkat m uka
m endengarkan. Suara yang- khim yang am at m erdu bergem a di dalam hut an it u.
sej enak ia t ert egun, t im bul kem arahannya. Siapakah berani m engganggu
keasyikannya berduka? Dia sedang berduka, sedang m enangis, eh, orang it u
berani membunyikan musik. Bukankah suara yang- khim tanda orang bersuka dan
seakan- akan m engej eknya yang sedang berduka? Sam a art inya dengan
m ent ert awakan orang sedang m enangis. Tok- siauw- kwi m enj adi beringas dan
sekali t ubuhnya bergerak, ia sudah m elesat ke arah suara, cepat laksana burung
terbang.
Pem ain yang- khim it u seorang kakek t ua rent a yang ram but nya sudah put ih
sem ua. Kakek it u duduk bersila m em angku sebuah alat m usik yang- khim , j ari-
j ari kedua t angannya bergerak- gerak perlahan m em ainkan t ali- t ali yang- khim,
m ulut nya t ersenyum dan pandang m at anya m elayang j auh ke depan dan
agaknya seperti hendak menjenguk rahasia di balik awan.
Melihat cara kakek ini m ainkan yang- khim , Lu Sian dapat m enduga bahwa kakek
ini t ent ulah seorang berilm u t inggi dan t ak salah lagi t ent ulah seorang di ant ara
tokoh- tokoh kang- ouw yang selama ini mengejar- ngejar dan memusuhinya. Lebih
baik t urun t angan lebih dulu sebelum kakek it u sem pat m enyerangnya, ia pikir.
Karena ingin sekali pukul beres, Lu Sian sudah mengeluarkan jarum- jarum merah
Sian- tok- ciam dan dengan pengerahan t enaga sin- kang ia m elem parkan j arum -
jarum it u ke arah kakek t ua rent a yang m asih enak- enak m ain yang- khim.
Dengan j elas Lu Sian m elihat bet apa t uj uh bat ang j arum - j arum nya m engenai
sasaran dengan t epat dan lenyap m em asuki t ubuh kakek it u m elalui j alan darah
yang diarahnya. Akan t et api ia t erbelalak heran m elihat bet apa kakek it u m asih
saj a enak- enak m ainkan yang- khim , hanya kedua m at anya kini dipej am kan dan
napasnya t ert ahan. Tak lam a kem udian, uap put ih m engepul dari ubun- ubun
kepalanya yang sudah beram but put ih, disusul dengan uap put ih yang keluar dari
m ulut dan hidungnya ket ika kakek it u m em buang napas dan... dari dalam m ulut
kakek itu keluarlah tujuh batang jarum merahnya, runtuh dan jatuh berhamburan
di dekat yang- khim!
Lu Sian t ak pernah dapat percaya kalau t idak m enyaksikan sendiri hal aneh ini.
I lm u apakah yang dim iliki kakek it u? Tadi ia m elihat j elas bet apa j arum - jarumnya
m engenai sasaran dengan t epat ! Lu Sian m enj adi kaget dan j uga gelisah. Kalau
kakek ini seorang m usuh, berart i ia kini bert em u dengan seorang yang m em iliki
kesakt ian luar biasa! Dan t eringat lah ia akan peringat an yang keluar dari m ulut
put eranya t adi! Agaknya kali ini ia t akkan m enang, dan benarkah m aut akan
m enj em put nyawanya m elalui t angan kakek yang berm ain yang- khim ini? Tidak,
ia t idak boleh m enerim a kalah begit u saj a! Dengan penuh kegeram an hat i Lu
Sian m elom pat dekat dan kini ia m enggunakan kedua t angannya berbareng
m elakukan pukulan m aut ke arah kedua pundak kakek t ua rent a it u. Pukulan ini
akan menghanguskan jantung dan menghancurkan isi dada dan untuk melakukan
ini, kedua t angan Lu Sian m engeluarkan asap hit am dan seakan- akan m em bara
saking panasnya.
Dua pukulan yang dahsyat it u t epat m engenai sasarannya, di kedua pundak
dekat leher kakek t ua rent a. Akan t et api kakek it u m asih t et ap enak- enak duduk
m ainkan yang- khim sedangkan Lu Sian t erhuyung- huyung ke belakang sepert i
orang m abok. Kedua t angannya t adi j elas m engenai sasaran, akan t et api sem ua
t enaganya sepert i disedot ke dalam sam udra yang t ak berdasar, m em buat ia
kehilangan keseim bangan, bahkan akibat nya ia m erasa dirinya kosong sam a
sekali! ia bengong m em andang kakek it u yang j elas m ulai t am pak t erkena akibat
pukulannya. Kulit kakek it u dari pundak t erus sam pai ke leher dan m ukanya
berubah hit am sekali, penuh hawa beracun dari pukulannya t adi. Akan t et api
mulut it u m asih t ersenyum dan kini sepasang m at a yang bening sepert i m at a

Suling Mas Kho Ping Hoo 385


kanak- kanak m em andangnya penuh perasaan iba! Kem udian t erdengarlah
nyanyian kakek itu diiringi suara yang- khim.
"Kejahatan yang dilakukan terhadap
seorang tak berdosa
akan berbalik menimpa si dungu
yang melakukannya,
bagaikan menebarkan debu
melawan arah angin
yang akan menimpa dirinya sendiri!"
Lu Sian m asih berdiri bengong m em andang kakek it u dan m engira bahwa
sebent ar lagi kakek it u t ent u akan roboh dan t ewas akibat hawa pukulannya.
Akan t et api anehnya, kakek it u m asih t ersenyum dan warna m enghit am it u
bahkan perlahan- lahan lenyap dari kulit m uka dan lehernya. Bagaikan dalam
m im pi Lu Sian j at uh t erduduk dan m endengarkan nyanyian wej angan kakek it u
yang serasa meremas- remas jantungnya.
"Engkau bagaikan setangkai daun yang mengering layu
urusan kematian telah mendekatimu.
Engkau berdiri di ambang pintu kematian
apakah persiapanmu untuk bekal di perjalanan!
Buatlah pulau perlindungan bagimu,
berjuanglah segera penuh bijaksana.
Apabila engkau bersih dari noda dan bebas dari dosa
engkau akan mencapi sorga, alam para Ariya!
Berapa lama hidup ini?
Tanpa terasa engkau sudah menghampiri Raja Kematian.
Tiada akan ada tempat untuk istirahat di perjalanan
dan engkau belum menyiapkan suatu perbekalan!"
Suara it u m erayu dan sepert i m enghim pit perasaan Lu Sian. Tidak kuat ia
menahan lebih lama lagi, maka sambil berlutut di depan kakek itu ia berteriak.
" Orang t ua... aku m engaku kalah. Kau bunuhlah aku, t ak perlu m enyiksaku
dengan kat a- kat a....! " Lu Sian lalu m enangis t ersedu- sedu. Nyanyian kakek it u
seakan- akan m endengungkan sem ua t eguran dan peringat an yang keluar dari
m ulut put eranya t adi dan karenanya m em buat hat inya m akin hancur. Teringat lah
ia akan kesesat an hidupnya dan sadarlah ia bet apa rindu ia akan kehidupan yang
wajar dari manusia biasa dalam sebuah keluarga bahagia, selama ini.
Suara yang- khim t erhent i. Dengan gerakan t enang kakek it u m enyandangkan
alat musiknya di pundak lalu berkata,
" Terasa t ersiksa karena sadar akan dosa- dosanya adalah baik. Yang sudah lalu
sudahlah, biarlah perbuat an j ahat t idak diulangi lagi. Biasakan diri t idak
m enyenangi perbuat an j ahat . Penderit aan dalam hidup adalah buah daripada
perbuat an j ahat yang m enj adi pohon t anam an kit a sendiri. Orang yang
bersengsara, bukankah engkau yang disebut Tok- siauw- kwi? Tiada perm usuhan
di ant ara kit a, m engapa kau dat ang- dat ang m enyerangku dan kini m int a
kubunuh?"
Lu Sian m engangkat m uka m em andang, akan t et api t idak kuat ia m enent ang
pandang m at a kakek it u lam a- lam a, m aka ia m enunduk lagi dan t et ap berlut ut ,
" Sem ua orang di dunia kang- ouw m em usuhik u, m engapa kau t idak? Sudahlah,
t ak perlu berm ain- m ain denganku, orang t ua. Kau t erlalu sakt i bagiku, aku
m engaku kalah. Lekas kaut urunkan t angan m aut m enghabisi riwayat ku, aku pun
sudah bosan hidup!"
Akan t et api kakek it u t ert awa perlahan. " Mengat asi kem arahan dengan
kesabaran, m engat asi kebencian dengan kasih sayang, m engat asi kesom bongan
dengan kerendahan hat i, m engat asi kebohongan dengan kebenaran, m engat asi
kej ahat an dengan kebaj ikan. Ah, Tok- siauw- kwi, penyesalan m enyesak dadam u,
itu tandanya kesadaran sudah mulai muncul. Tumpahkanlah penyesalanmu dalam
pengakuan agar tidak menyesak dada dan menjadi lapang untuk kau bertobat."

Suling Mas Kho Ping Hoo 386


Kini Lu Sian m em andang penuh perhat ian kepada kakek it u dan naiklah sedu
sedan di kerongkongannya ket ika t im bul dugaan hat inya. " Kau... kau... Bu Kek
Siansu...?"
Kakek it u t ersenyum dan m engangguk. "Kau t ahu bahwa aku bukan m usuhm u,
bukan m usuh siapapun j uga. Anak baik, bersediakah kau kem bali ke j alan
terang?"
Suara ini dem ikian t enang dan penuh rasa kasih sayang, seakan- akan suara
seorang ayah sendiri yang penuh perasaan iba, Lu Sian m enj adi t erharu lalu
menubruk kaki orang tua itu dan menangis.
Kem udian bercerit alah Lu Sian, m encerit akan sem ua pengalam annya yang
m em buat ia dim usuhi sem ua orang kang- ouw, sem ua perbuat annya dalam
m engabdi kepada nafsu- nafsunya. Tanpa m alu- m alu dan secara t erang- terangan
ia bukakan sem ua isi hat inya kepada kakek ini. I a bercerit a t ent ang Kwee Seng,
t ent ang Tan Hui, dan t ent ang part ai- part ai persilat an besar yang pernah ia
dat angi. I a m engaku t elah m encuri kit ab- kit ab di Siauw- lim- pai, di Go- bi- pai,
mencuri pedang di Hoa- san- pai.
Lu Sian bercerita penuh perasaan sesal sambil menangis dan pada akhir ceritanya
ia m unt ah darah dan roboh pingsan di depan kaki Bu Kek Siansu yang
m endengarkan penuh kesabaran dan pengert ian. Kem udian Lu Sian m erasa
seakan- akan ia dit unt un ke t em pat t erang, keluar dari t em pat yang am at gelap.
Dalam keadaan sepert i m im pi ia m erasa sepert i t erbang di ant ara awan yang
m enyelubunginya, dan t erngianglah di t elinganya suara Bu Kek Siansu yang
tenang dan sabar.
" Jauhi segala perm usuhan. Jangan layani m ereka yang m em usuhim u. Bert obat
berart i m enghent ikan sem ua perbuat an yang keliru. Kam pung halam an
merupakan tempat yang paling aman."
Ket ika Lu Sian sadar kem bali, ia m endapat kan dirinya di t em pat t adi, akan t et api
Bu Kek Siansu sudah t idak ada di sit u. Hanya suara kakek it u m asih t erus
bergem a di t elinganya. Teringat akan ayahnya, akan Beng- kauw dan kot a raj a
Nan- cao, t eringat ket ika ia m asih kecil ikut ayahnya m erant au. Terbayanglah ia
akan ist ana di bawah t anah yang m enj adi t em pat rahasia Beng- kauw. Tem pat
it ukah yang disindirkan oleh Bu Kek Siansu dalam nasihat nya? Lu Sian bangkit
berdiri, t ubuhnya t erasa lem ah dan dengan t erhuyung- huyung wanit a yang
selam a bert ahun- t ahun ini m enim bulkan banyak geger di dunia kang- ouw, kini
pergi dengan hati perih dan pikiran hampa.
Bu Song m elakukan perj alanan cepat m enuj u ke kot a raj a Cou. Hari t elah siang
ket ika ia t iba di wilayah kot a raj a, di luar pint u gerbang sebelah barat kot a raj a,
di luar pint u gerbang sebelah barat kot a raj a. Hari am at panas dan di sepanj ang
jalan raya yang menuju ke pintu gerbang sunyi.
Tiba- t iba di sebuah t ikungan j alan yang m em belok karena t erhalang sebuah bat u
gunung besar, Bu Song melihat seorang kakek berjalan terhuyung- huyung di atas
j alan yang panas berdebu. Kakek it u pakaiannya sepert i seorang sast rawan, akan
t et api pakaiannya it u sudah t ua dan kusut dan j enggot nya j arang. Tangan kirinya
m em egang sebuah kit ab kecil dan sam bil berj alan t erhuyung- huyung kakek it u
m enyanyi. Bu Song m engenal kat a- kat a yang dinyanyikan it u sebagai sebuah
sajak dari pujangga Li Po.
" Meneguk secawan anggur m erah, di ant ara bunga- bunga di t am an indah t iada
kawan, hanya bulan. Wahai bulan, m ari m inum t em ani aku. Kit a bert iga, aku,
bayanganku, dan engkau!"
Kakek it u t erbat uk- bat uk, berhent i t erhuyung m em egangi dada, kem udian ia
berdongak ke at as sam bil m engeluh, " Sayang, suling em as t iada padaku..., kalau
ada t ent u dapat kut iup lagu m erdu...! " Tiba- t iba kakek it u t erhuyung- huyung k e
depan dan t ent u j at uh kalau saj a Bu Song t idak cepat m elom pat dan m em eluk
pundaknya.
" Orang t ua, hat i- hat ilah. Kau bisa j at uh! " Kakek it u m em andang Bu Song dengan
sepasang m at a m abok, lalu t ert awa ha- hah- he- heh dan berkat a, kepalanya

Suling Mas Kho Ping Hoo 387


bergoyang- goyang, " Heh- heh, j at uh ke bawah t idak apa! Celakalah m ereka yang
jatuh ke atas, hah- hah- hah!"
Setelah berkata demikian, kakek itu jatuh benar- benar dan untung Bu Song cepat
m em egangnya sehingga kakek it u t idak t erbant ing, m elainkan j at uh t erduduk di
t engah j alan. Pada saat it u t erdengar banyak derap kaki kuda dan Bu Song yang
m enengok ke belakang m elihat beberapa orang penunggang kuda yang
berpakaian seragam mendatangi dengan cepat.
" Hayo kit a ke pinggir, Kek. I t u banyak kuda m em balap dat ang! " " Huh, biarlah...
set iap hari puluhan ribu orang rak yat sudah diinj ak- inj ak, dit am bah aku seorang
lagi apa artinya?"
Bu Song t idak m au m elayani bicara kakek ini yang agaknya sedang m abuk keras
m aka ia lalu m enarik t ubuh kakek it u secara paksa, dibawanya ke pinggir j alan
agar jangan berada di tengah jalan dan terancam bahaya diterjang barisan kuda.
Rom bongan kuda it u t erdiri dari t uj uh orang dan yang paling depan adalah
seorang kom andan yang bert ubuh t inggi besar dan berm uka hit am . Melihat Bu
Song dan kakek it u di pinggir j alan, Si Kakek t ert awa- t awa dan t elunj uknya
menuding- nuding ke arahnya, kom andan it u m enj adi m arah dan cam buknya
m eledak, m enyam bar ke arah m uka Si Kakek m abok. Bu Song cepat m em asang
dirinya di depan kakek it u sehingga bukan m uka Si Kakek yang t erhant am
cam buk, m elainkan punggung Bu Song! Hant am an it u keras sekali dan baj u Bu
Song di bagian punggung sam pai robek. Akan t et api pem uda it u sam a sekali
tidak merasa terlalu sakit, apalagi terluka. Hanya terasa agak panas saja.
Kom andan it u t ert awa dan rom bongan berkuda lewat cepat m eninggalkan debu
m engepul t inggi. Kakek it u m asih t ert awa- t awa dan Bu Song m erasa m endongkol
j uga. ia m elepaskan kakek it u rebah di at as t anah, lalu ia berkat a, " Kakek,
kenapa kau begit u nekat ? Kalau t idak kut arik ke pinggir t ent u m ereka akan
menubruk dan menginjak- injak tubuhmu dengan kaki kuda."
"Ha- ha, apa salahnya? Paling- paling m at i! Lebih celaka m ereka it u yang m enj adi
anjing- anj ing yang t idak dapat m enguasai diri sendiri. m ereka it u anak buah
orang- orang yang sudah jatuh ke atas. Merekalah yang lebih celaka!"
Bu Song t ert arik. Cara kakek ini bicara sepert i orang m abok, akan t et api kat a-
kat anya t erat ur dalam kalim at yang am at baik. I a lalu duduk di depan kakek it u
yang j uga sudah bangun duduk. Mereka duduk berhadapan, saling pandng, dan
kakek itu bertanya,
" Kau ini seorang pem uda yang baik hendak ke m ana?" Bu Song lalu m em beri
horm at dan berkat a, "Nam a saya Bu Song she... Liu dan saya berm aksud unt uk
mengikuti ujian di kota raja!"
Kakek it u m em andang bengong lalu m enggeleng- geleng kepalanya sam bil
m enarik napas panj ang. " Mengikut i uj ian? Apa engkau m em punyai bekal banyak
em as dan perak m urni?" " Unt uk apa, Kek? Aku hanya m em bawa bekal alat t ulis
dan ilmu kesusasteraan!"
Kakek it u t ert awa t erbahak- bahak, dari m ulut nya bert iup bau arak. " Ha- ha, kau
lebih m abok lagi. Uj ian t anpa m odal em as dan perak m ana bisa berhasil? Sem ua
pengurusnya adalah orang- orang yang sudah jatuh ke atas."
"Kek, apa maksudmu dengan jatuh ke atas?"
" Mereka it u orang- orang yang t elah naik m enem pat i kedudukan, akan t et api
m akin t inggi kedudukan m ereka, m akin j ahat lah sepak t erj ang m ereka. Yang
kuat m em pergunakan kekuat annya unt uk m enindas yang lem ah. Yang pint ar
m em pergunakan kepint arannya unt uk m enipu yang bodoh. Yang bodoh dan
lem ah m em ang j at uh ke bawah akan t et api yang kuat dan pint ar it u bukankah
berart i j at uh ke at as? Ada dua m acam kej ahat an, akan t et api secelaka- celakanya
jatuh ke bawah, lebih sialan lagi yang jatuh ke atas, ha- ha- ha!"
Bu Song sej ak kecil dij ej ali filsafat , m aka ia dapat m enangkap art i kat a- kat a sulit
kakek it u. " Kek, j adi m enurut keyakinanm u, t idak perlu kit a m enem puh uj ian dan
menduduki pangkat?"
" Kalau kau ikut - ikut j at uh ke at as...." "Kau keliru sam a sekali, Kek. Kalau sem ua
orang t erpelaj ar sepert i engkau ini pendiriannya, hanya m engeluh dan m enangis,

Suling Mas Kho Ping Hoo 388


m enyanyikan saj ak- saj ak kosong, m erat api nasib rakyat dan m em aki- maki
kelalim an para pem besar, apakah akan j adinya? Keadaan t akkan berubah baik,
bahkan m akin m em buruk. Kit a harus bergerak. Kit a harus bekerj a dan berusaha
m em berant as sem ua yang buruk, m em pergunakan kekuasaan dan kebisaan kit a
masing- m asing! Bahkan dengan kepandaian kit a, kit a harus dapat m enem pat i
kedudukan yang m em ungkinkan kit a m enggunakan kekuasaan kit a m erubah
segala hal yang t idak pat ut . Kek, apakah art inya m enghafal sepuluh ribu uj ar-
uj ar baik t anpa m elakukannya dalam hidup? Lebih baik m enget ahui sat u saj a
akan tetapi betul- betul dijalankan dalam hidup."
Tiba- t iba kakek it u m em andang dengan m at a t erbelalak. Maboknya sepert i hilang
seket ika dan ia m em egang pundak Bu Song sam bil bert anya, " Kau... kau
siapa...?"
" Sudah kukat akan t adi, Kek, nam aku Liu Bu Song." Pem uda ini t idak m au
m enggunakan she ayahnya, karena nam a Kam Si Ek t erlam pau t erkenal di kot a
raja, maka ia sengaja menggunakan she ibunya.
" Kau... lain daripada yang lain. Kau m asih m uda, sem angat m u besar. Kau...
murid siapakah?"
" Guruku yang t erhorm at , yang m em beri bim bingan kepada saya sej ak kecil
adalah Kim- mo Taisu."
" Ahhh...! Kiranya dia gurum u! Kalau begit u pant as saj a kau bicara besar, kiranya
kau seorang ahli silat pula yang dapat m engandalkan kepandaian kasar it u ut uk
mencari kedudukan!"
" Harap kau orang t ua j angan salah duga. Suhu hanya m engaj arkan ilm u sast era
kepadaku, sam a sekali aku t idak pernah m em pelaj ari ilm u silat . Aku benci ilm u
itu yang hanya dipergunakan untuk saling bunuh."
Sejenak kakek itu memandang penuh keheranan, kemudian ia merangkul pundak
Bu Song. " Bagus! Kalau begit u kaulah orangnya yang pat ut m ewarisi suling
emas!"
" Apa, Kek? Apa m aksudm u?" "Orang m uda, pernahkah kau m endengar nam a
sastrawan Ciu Bun?" Bu Song menggeleng kepala.
" Kalau nam a kakakku Ciu Bun yang am at t erkenal saj a kau t idak pernah dengar
apalagi nam aku. Aku adalah Ciu Gwan Liong, adiknya. Akan t et api biarpun nam a
kam i berdua kau t ak pernah dengar, t ent u kau sudah m endengar nam a besar Bu
Kek Siansu."
Bu Song m engangguk. " Aku pernah m endengar Suhu m enyebut - nyebut nam a
kakek sakti itu."
" Tent u saj a. Gurum u m ana bisa m enj adi begit u lihai kalau t idak bert em u dengan
Bu Kek Siansu? Ketika itu di puncak Thai- san, secara kebetulan gurumu dan kami
berdua m enerim a anugerah dari Bu Kek Siuansu. Gurum u m enerim a pet unj uk
ilm u silat , sedangkan kam i orang- orang sast rawan yang lem ah, m enerim a kit ab
saj ak ini dan suling em as. Kit abnya diberikan kepadaku ini dan suling em asnya
berada di t angan kakakku Ciu Bun. Akan t et api t erpaksa kam i berdua pisah.
Keraj aan j at uh bangun, para sast rawan t idak m endapat penghargaan sam a
sekali. Selain it u j uga t ernyat a suling em as dan kit ab ini t idak hanya berguna
bagi para sast rawan m enghibur diri dan m enenangkan hat i, m alah dij adikan
perebut an para t okoh kang- ouw! Kam i dikej ar- kej ar t erut am a sekali kakakku
sehingga terpaksa kakak Ciu bun melarikan diri dan bersembunyi di pulau kosong
di Lam - hai. Kam i berdua sudah bersepakat unt uk m em pert ahankan kit ab dan
suling, dan t elah bersepakat pula kelak m em berikan kepada orang yang kam i
pandang t epat . Nah, pilihanku j at uh kepadam u, orang m uda. Tidak salah lagi,
apalagi engkau murid Kim- mo Taisu. Ah, Thian agaknya sengaja mengirim kau ke
sini unt uk m em bebaskan aku daripada t ugas m enyim pan kit ab ini. Kausim panlah
kit ab ini baik- baik, dan kelak, kaucarilah kakakku di Pek- coa- t o di Lam - hai, kau
perlihat kan kit ab ini t ent u suling em asnya akan diberikan kepadam u. Kau m int a
pet unj uk dari padanya, kedua benda pusaka it u kelak am at berguna bagim u.
Lekas sim panlah...! " Kakek it u m em asukkan kit ab kecil di t angan cepat - cepat ke
dalam saku baj u Bu Song sebelah dalam . "Lindungi kit ab ini dengan t aruhan

Suling Mas Kho Ping Hoo 389


nyawamu...! " Tergesa- gesa kakek it u m em beri pesan ini dan t iba- t iba t erdengar
derap kaki kuda. Kiranya t uj uh orang berkuda t adi sudah kem bali lagi dan kini
m ereka m eloncat t urun dari at as kuda, lalu langsung m engham piri sast rawan t ua
Ciu Gwan Liong dan Bu Song. Sast rawan it u m asih duduk bersila akan t et api Bu
Song sudah bangkit berdiri m elihat t uj uh orang it u dat ang dengan sikap
m engancam . Si Kom andan berm uka hit am lalu langsung m enyerbu Ciu Gwan
Liong dan m enangkap leher baj unya, dit arik nya ke at as dengan am at m udah
sehingga tubuh kakek sastrawan itu tergantung.
" Ah, kiranya kau t ua bangka pengem is inilah sast rawan Ciu Gwan Liong! Hayo
mengakulah, bukankah kau Ciu Gwan Liong?"
" Aku benar she Ciu bernam a Gwan Liong," j awab kakek it u dengan suara angkuh
biarpun keadannya am at t erhina sepert i it u. " Kalian ini anj ing- anj ing peliharaan
yang hanya m engandalkan sisa m akanan pem besar negeri, m engapa bersikap
begini kasar dan tidak sopan terhadap orang tak bersalah?"
" Wah, m ulut besar! Hayo ikut kam i m enghadap Taij in! " Si Muka Hit am lalu
melemparkan tubuh kakek itu kepada anak buahnya yang menerima tubuh kakek
it u sam bil t ert awa- t awa. Di lain saat t ubuh kakek it u sudah direbahkan
tertelungkup melintang di atas punggung kuda seperti segulung tikar.
" Mana ada at uran begini?" Bu Song m elangkah m aj u m enegur Si Muka Hit am .
"Dengan alasan apakah kalian menangkap orang secara sewenang- wenang?"
" Hushh! Kau pem uda t olol j angan ikut cam pur! Tidak t ahu bahwa kam i adalah
alat negara?" bentak Si Muka Hitam marah sekali.
Bu Song sam a sekali t idak t akut , ia m alah m elangkah m aj u dan berkat a dengan
suara keras, " Just eru karena kalian alat negara seharusnya m enggunakan
perat uran dan hukum kesopanan! Bukankah negara it u diat ur dengan hukum dan
alat- alat negara adalah penegak hukum ? Hanya peram pok saj a yang m enindas
dan m enangkap orang t anpa kesalahan dan kalian sebagai alat negara
seharusnya m alah m em berant as t indakan sepert i it u. Hayo bebaskan kakek yang
t idak bersalah it u, kalau t idak, aku akan m elaporkan kalian kepada pem besar
negeri di kota raja, tentu kalian akan dipecat dan dihukum!"
Sesaat Si Muka Hit am t ercengang sam pai m elongo. Benar- benar belum pernah
selam a hidupnya ia m elihat orang berani berkat a- kat a sepert i it u t erhadapnya.
Kem udian ia t ert awa bergelak dan sekali kakinya bergerak perut Bu Song sudah
t ersam bar t endangan keras yang m em buat t ubuh Bu Song t erpelant ing dan
bergulingan.
"Ha- ha- ha, kau boleh melapor, ha- ha! Justeru yang menyuruh tangkap sastrawan
ini adalah pembesar negeri, tolol!"
Bu Song m asih penasaran dan t endangan it u biarpun m em buat nya j at uh
terguling akan tetapi tidaklah amat nyeri, maka ia sudah cepat bangun kembali.
" Kalau begit u pem besar negeri yang m enyuruhm u it u sewenang- wenang!"
bent aknya pula. Si Muka Hit am t ert awa dan j uga penasaran. Tendangannya am at
keras dan ia t erkenal sebagai seorang yang kuat . Bagaim ana orang m uda ini
m asih sanggup bangun dan m alah kini m em buka m ulut m enegur pem besar
negeri?
" Kau m enent ang?" bent aknya dan kini t angan kanannya bergerak m em ukul,
m enyam bar ke arah m uka Bu Song. Pem uda ini m elihat j elas pukulan
m enyam bar. I a kaget dan berusaha m engelak, akan t et api m ukanya bert em u
dengan pukulan kiri yang menyusul.
" Dessss! " Pukulan ini keras sekali dan m em buat m at anya berkunang dan pada
saat it u sebuah t inj u yang am at keras t elah m enghant am dadanya, m em buat
t ubuhnya t erj engkang dan t erbant ing keras. Tuj uh orang it u t ert awa- t awa, akan
t et api diam - diam Si Muka Hit am heran dan kaget sekali m elihat bet apa pem uda
it u sudah bangun lagi dengan cepat , seakan- akan t idak m erasakan pukulan-
pukulannya yang dilakukan dengan pengerahan t enaga it u! Diam - diam ia
m enaruh curiga dan m em andang pem uda yang luar biasa kuat m enahan pukulan
it u yang sudah berdiri t egak lagi, kem udian ia m em erint ahkan anak buahnya

Suling Mas Kho Ping Hoo 390


unt uk naik kuda dan m em bawa pergi t awanan m ereka. Diam - diam ia m erasa
jerih juga terhadap pemuda aneh itu.
Akan t et api baru saj a ket uj uh orang it u m eloncat ke at as kuda sam bil t ert awa-
t awa, suara ket awa m ereka berubah m enj adi j erit - j erit m engerikan dan m ereka
sem ua t erm asuk Si Muka Hit am t erlem par dari at as punggung kuda dan ket ika
Bu Song m em andang, t ernyat a m ereka bert uj uh sudah put us nyawanya. Darah
mengucur dari leher mereka seperti sekawanan lembu dipotong lehernya.
Dua bayangan m elom pat keluar dari balik pohon dan m ereka ini langsung
mengham piri kakek sast rawan dan m enolongnya t urun dari at as punggung kuda.
Dua orang laki- laki ini berkepala gundul, berpakaian ringkas dengan lengan
pendek, usia m ereka em pat puluh t ahun lebih dan agaknya m ereka adalah
sebangsa hwesio.
" Saudara Ciu Gwan Liong harap j angan khawat ir. Mari kam i kawal Saudar a
m enghadap ket ua kam i. Biar ada serat us anj ing- anj ing m acam m ereka t ent u
akan kami basmi semua."
Ciu Gwan Liong m engangkat kedua t angan m em beri horm at . "Kehorm at an besar!
Akan t et api siapakah Ji- wi Suhu ini dan siapa pula ket ua kalian? Aku t idak ada
urusan dengan ketua kalian."
" Kam i dari Hui- to- pang, dan ket ua kam i m engundang Saudara unt uk diaj ak
berunding."
"Ha- ha- ha, berunding?" Sast rawan t ua it u t ert awa bergelak. " Kalian orang- orang
kang- ouw di m ana- mana sam a saj a! Orang lem ah m acam aku ini m ana
dibut uhkan kalau t idak karena sebuah kit ab kuno? Ji- wi Losuhu ket ahuilah bahwa
kit ab yang dicari- cari it u t idak ada padaku. Aku bersum pah, kit ab it u t idak ada
padaku!"
Dua orang gundul itu saling pandang, kemudian seorang diantara mereka berkata
sam bil t ert awa dingin, " Kam i hanya m elakukan perint ah m em bawa Saudara
menghadap Pangcu (Ketua) kami."
"Ji- wi ( Tuan Berdua) adalah pendet a- pendet a yang m engut am akan kebaj ikan,
m engapa kini m enggunakan kekerasan m em aksa orang unt uk ikut ?" Tiba- t iba Bu
Song m endekat i dan m em bela kakek it u. "Bukankah dalam kit ab sucim u t erdapat
ujar- uj ar Nabi Buddha bahwa seorang bhikku ( pendet a) biarpun m asih m uda asal
ia m ent aat i aj aran Sang Buddha, ia akan m enerim a penerangan dunia sepert i
bulan purnam a t erbebas awan? Kalau dua orang pendet a sepert i Ji- wi sudah
m enggunakan kekerasan, m em bunuh orang dan m em aksa kakek ini unt uk ikut ,
bukankah it u sudah m elanggar segala hukum agam a kalian sendiri dan berart i
memupuk dosa?"
Dua orang hwesio it u saling pandang, m uka m ereka berubah m erah dan sinar
m at a m ereka m enj adi bengis. Melihat pem uda yang t elah diserahi kit ab ini
kem bali m encam puri urusan secara berani m at i unt uk m em belanya, sast rawan
t ua it u cepat - cepat berkat a, " He sast rawan m uda yang gila! Kau m au m engikut i
uj ian, pergilah dan j angan usil m encam puri urusan orang lain! Terhadap Ji- wi
Losuhu ini, aku sanggup m engat asi, t idak m em but uhkan bant uanm u. Hayo pergi,
sikapmu memualkan perutku!"
Bu Song t erkej ut dan heran. Masa kakek ini begini t ak kenal budi, dibela m alah
balas m em aki? Akan t et api kem udian ia ingat bahwa kakek ini t elah
m enyerahkan kit ab kepadanya dan agaknya kit ab it u yang kini diperebut kan,
m aka ia lalu m engangkat kedua t angan m em beri horm at dan berkat a, " Orang
t ua, kalau begit u biarlah kit a berpisah. Harap kau orang t ua suka m enj aga diri
baik- baik." Kem udian ia m elem par pandang penuh t eguran kepada dua orang
hwesio itu dan membalikan tubuhnya, melangkah hendak pergi dari situ.
Akan t et api t iba- t iba Bu Song roboh t erguling ket ika sebuah t angan seorang
hwesio bergerak ke depan dan m enyent uh pundaknya. Bukan m ain kuat t angan
itu sehingga tanpa dapat dicegah lagi Bu Song terpelanting.
" Nant i dulu, orang m uda. Kau pun harus ikut kam i! " " Hei, apa- apaan ini? Ji- wi
Suhu kalau m au m engaj ak aku m engunj ungi ket ua kalian boleh saj a, m ari kit a
berangkat biar aku berunding at au berdebat dengannya. Akan t et api orang m uda

Suling Mas Kho Ping Hoo 391


ini t idak ada sangkut - paut nya dengan urusan ini. Aku t idak sudi kalau pergi
bersama dia!"
" Dia sudah m elihat kam i hendak pergi bersam am u, m aka ia t ak boleh hidup lagi.
Kalau dia t idak boleh ikut , biar dia kit a t inggalkan! " j awab seorang hwesio dan
tiba- t iba t angan kirinya bergerak. Sebuah benda bersinar t erang m enyam bar ke
arah Bu Song dan pemuda yang tanpa disadarinya sendiri telah memiliki pandang
m at a yang kuat dan t aj am it u dapat m elihat sebat ang golok kecil m elayang
m enuj u ke arah lehernya! Akan t et api karena ia t idak pernah m em perlaj ari
bagaim ana cara orang m engelak dari ancam an sepert i it u, ia m enj adi bingung
dan pada saat it u, dari arah yang berlawanan, m enyam bar sebuah benda kecil
yang dengan kecepat an kilat m elayang dan m em bent ur hui- t o ( golok t erbang)
itu.
" Cringg! " Golok it u runt uh di at as t anah t erpukul oleh sebuah benda yang hanya
sebuah batu kerikil saja.
Dua orang hwesio it u m engangkat m uka dan t ernyat a t ak j auh dari sit u t elah
berdiri seorang kakek t ua yang kedua kakinya lum puh dan berdirinya di at as
kedua t ongkat yang dipegangnya. Kedua kakinya bersila. Bu Song t ent u saj a
m engenal kakek ini yang bukan lain adalah Kong Lo Sengj in, kakek yang m enj adi
pam an dari ibu gurunya! Biarpun ia t idak pernah m enyukai kakek ini yang ia
anggap kasar, galak, aneh dan ganas, nam un kini ia harus m engakui bahwa
kakek ini telah menyelamatkan nyawanya dari ancaman golok terbang tadi.
"Kong- lo Sengj in! " Seorang di ant ara dua hwesio it u m em bent ak. "Kem bali kau
hendak m em usuhi Hui- to- pang! Belum lam a ini seorang saudara kam i kaubuj uk
m em bunuh ist eri Kim - m o Taisu dan kaubiarkan ia t ewas di t angan Kim - mo
Taisu!"
"Ha- ha, salahnya sendiri dia t idak kuat m elawan Kim - m o Taisu! " " Kau yang
m engkhianat inya, kau berj anj i hendak m enghadapi Kim - m o Taisu. Sekarang
t ernyat a kau m alah m enarik Kim - m o Taisu m enj adi sekut um u. Kau curang dan
sekarang apalagi yang hendak kaulakukan kepada kami?"
"Hwesio- hwesio t engik. Kau ini orang- orang apa berani bicara sepert i it u
kepadaku? Aku dat ang m elarang kalian m em bunuh pem uda ini, dan t ent ang Ciu
Gwan Liong, dia akan ikut bersam aku, bukan bersam a kalian! Hayo lekas
menggelinding pergi dari sini!"
"Kong Lo Sengjin orang lain boleh takut kepadamu, akan tetapi kami tidak!"
Bent akan ini disusul gerakan kedua t angan m ereka dan t am paklah sinar
berkelebat an. Kiranya banyak sekali golok t erbang t elah m enyam bar dan
m elayang ke arah t ubuh kakek lum puh it u bagaikan huj an. Hebat m em ang
kepandaian yang m erupakan keist im ewaan t okoh- t okoh Hui- to- pang ini. Sinar
terang golok- golok kecil itu sampai menyilaukan mata, mengeluarkan suara angin
besar dan selain cepat m elebihi anak panah t erlepas dari busur, j uga am at kuat
karena digerakkan dengan pengerahan t enaga lwee- kang t inggi. Bu Song yang
m enont on dari sam ping m erasa ngeri karena ia selain silau m em andang sinar
berkelebat an, j uga t idak t ahu bagaim ana seorang m anusia dapat m enyelam at kan
diri dari bahaya yang dem ikian hebat nya. Tuj uh orang penunggang kuda yang
lihai- lihai tadi seketika tewas, karena diserang sebuah hui- to setiap orang dan dia
sendiri kalau t idak t ert olong Kong Lo Sengj in, t ent u t elah disem bilih golok
t erbang. Apalagi sekarang kakek lum puh it u sekaligus diserang dengan hui- to
yang sedem ikian banyaknya. Mana m ungkin m enyelam at kan diri? I a sudah
m em bayangkan bet apa kakek it u akan roboh dengan t ubuh t ersayat - sayat
menjadi beberapa potong daging kecil- kecil!
Akan t et api kali ini serangan golok- golok t erbang it u dit uj ukan kepada Kong Lo
Sengj in, seorang kakek sakt i yang berilm u t inggi. Mem ang kakek ini pun t erkej ut
m elihat hebat nya serangan kedua orang hwesio it u, dan m aklum bahwa benda-
benda t erbang it u am at kuat dan berbahaya, t idak m ungkin dapat ia halau
dengan kedua lengan kosong belaka. Nam un kakek ini segera m engayun
tubuhnya dan kedua tongkat yang menggantikan kedua kaki itu kini diputar- putar
di sekeliling tubuhnya, berubah menjadi segulung sinar yang melingkar- lingkar.

Suling Mas Kho Ping Hoo 392


Terdengar suara t rang- tring- trang- t ring t iada hent iny a dan am at lah indah
pem andangan di wakt u it u. Sinar- sinar berkeredepan it u yang m elayang ke arah
kakek lum puh, kini berpencaran sepert i bint ang- bint ang j at uh dan suara nyaring
yang t erdengar karena bert em unya golok- golok t erbang dengan kedua t ongkat
seakan- akan menimbulkan semacam musik yang aneh.
Akhirnya habislah puluhan bat ang golok yang m enj adi bekal kedua orang t okoh
Hui- to- pang it u. Mereka berhent i m elem parkan golok t erbang dan berdiri dengan
m at a m endelik m em andang lawan. Akan t et api kini Kong Lo Sengj in pun sudah
kehilangan t ongkat nya dan t am pak ia duduk bersila di at as t anah. Kedua t ongkat
yang t adinya m ewakili kedua kaki dan kem udian dipergunakan unt uk m enangkisi
golok- golok t erbang it u t ernyat a t elah hancur m enj adi beberapa pot ong,
menggelet ak di depan kakinya yang lum puh. Ternyat a sem ua golok t erbang
dapat dit angkis akan t et api kakek it upun kehilangan sepasang t ongkat nya yang
menjadi rusak.
Bu Song kaget dan m engira bahwa kakek it u t erluka. Biarpun ia t idak pernah
m erasa suka kepada kakek it u, dan t adi hat inya berdebar keras m endengar
percakapan ant ara m ereka t ent ang pem bunuhan yang dilakukan at as diri ibu
gurunya yang t ernyat a m erupakan persekongkolan ant ara kakek lum puh it u dan
orang Hui- to- pang, nam un m elihat kakek it u t ak berdaya agaknya, ia m erasa
kasihan dan melangkah mendekati.
" Locianpwe, apakah kau t erluka? Sungguh t ak t ahu m alu kedua hwesio it u,
mengeroyok seorang tua yang lumpuh dengan golok terbang!"
Kong Lo Sengj in t ert awa. " Aku hanya kehilangan kedua t ongkat ku, akan t et api
t idak m engapa, ada engkau di sini yang m enggant ikannya. Hayo, anak t olol, kau
Bantu kakekmu mengantar mereka ke neraka!"
Bu Song kaget sekali. " Apa... apa m aksud Locianpwe...?" Akan t et api t iba- tiba
t ubuh kakek it u bergerak, m encelat ke at as dan sebelum Bu Song t ahu apa yang
hendak dilakukan kakek it u, t ubuh it u t elah m enyam bar dan t ahu- t ahu t elah
berada di atas punggungnya! Kedua kaki yang lumpuh itu bergantungan dari atas
kedua pundaknya dan ternyata kakek itu sudah menduduki tengkuknya!
" Hayo bawa aku m endekat i m ereka! " t eriak Kong Lo Sengj in. Tahulah kini Bu
Song m aksud kakek it u. I a hendak dij adikan sem acam kuda t unggang karena
kakek it u lum puh dan t idak dapat berj alan! Tent u saj a ia m erasa t idak suka,
apalagi kalau disuruh bert em pur, akan t et api t iba- t iba ia m erasa t ubuhnya
t erdorong ke depan dan t anpa dapat ia t ahan lagi kedua kakinya sudah
m elangkah cepat ke depan. Kiranya kakek sakt i it u m enggunakan t enaga
saktinya untuk memaksa dan mendorongnya.
Kedua orang hwesio Hui- to- pang itu pun marah melihat hui- to- pang mereka tidak
berhasil t idak berhasil m erobohkan Kong Lo Sengj in, hanya m erusak sepasang
t ongkat nya. Akan t et api m engingat bahwa kakek lum puh it u kehilangan
senj at anya, m ereka m enj adi besar hat i dan segera m enerj ang m aj u, m enyerang
Kong Lo Sengj in dan t ent u saj a karena Bu Song t idak t erluput pula dari
serangan- serangan!
Dapat dibayangkan bet apa kecut hat i Bu Song. I a m erasa angin m enyam bar-
nyam bar dari depan dengan dahsyat nya. Akan t et api Kong Lo Sengj in j uga sudah
bergerak, kedua t angannya m enyambar- nyam bar ke depan dan bukan m ain
hebat dan dahsyat nya angin pukulan yang keluar dari t angan dan lengan
baj unya. Begit u kakek lum puh ini m em ut ar kedua t angannya, lawan- lawannya
terdesak mundur dan mengeluarkan seruan kaget.
"Ha- ha- ha, kalian hendak lari ke m ana?" Kong Lo Sengj in berseru dan t ubuhnya
sam pai ham pir t ergant ung dari leher Bu Song saking besarnya nafsu
m enj at uhkan kedua lawannya yang selalu m elom pat m enj auhkan diri. Beberapa
kali kakek it u m enepuk kepala Bu Song sam bil m enghardik, " Hayo cepat kej ar
m ereka, t olol! " Akan t et api Bu Song yang t idak m em punyai nafsu unt uk
berkelahi, hanya bergerak seenaknya saj a, hanya m enurut kan dorongan yang
m em aksa t ubuhnya m endoyong ke depan at au ke kanan kiri dan m elakukan
langkah kalau terpaksa saja.

Suling Mas Kho Ping Hoo 393


Ternyat a bahwa kedua orang hwesio it u hanya ist im ewa dalam penggunaan hui-
t o saj a. Dalam pert andingan t angan kosong, m ereka bukanlah lawan Kong Lo
Sengj in yang m em iliki sin- kang j auh lebih kuat daripada m ereka. Sem ua
serangan m ereka, baik yang dit uj ukan kepada t ubuh kakek it u m aupun yang
m ereka arahkan kepada Bu Song m em balik oleh dahsyat nya angin gerakan
kedua lengan kakek lum puh. Mereka m enyadari hal ini, m aka set elah m elawan
dengan susah payah selam a puluhan j urus, keduanya lalu m elom pat dan
melarikan diri.
" Tolol, kej ar m ereka! " Kong Lo Sengj in m enj am bak- j am bak ram but Bu Song.
Akan tetapi Bu Song tidak mau, bahkan berdiri tegak.
" Saya t idak bisa lari secepat m ereka, pula apa gunanya saya m engej ar m ereka,
Locianpwe?"
" Hayo kej ar m ereka, kalau t idak kuhancurkan kepalam u! " Kong Lo Sengj in
membentak lagi.
Akan tetapi Bu Song tidak menjawab, melainkan memandang ke kiri dan berseru.
"Celaka, Kakek itu menggantung diri!"
Amat cepat gerakan Kong Lo Sengjin. Tubuhnya sudah mencelat dari atas pundak
Bu Song dan dalam keadaan m elayang ini ia sekali sam bar sudah m em ut uskan
t ali gant ungan dan m elem par t ubuh Ciu Gwan Liong ke at as t anah, sedangkan
dia sendiri pun sudah bersila di dekatnya.
" Tua bangka sialan! " Kong Lo Sengj in m engom el, akan t et api ia t idak pedulikan
kakek sast rawan yang sudah m egap- m egap it u, m elainkan cepat ia m em eriksa
sem ua pakaian Ciu Gwan Liong dan m engeluarkan isi sakunya. Akan t et api benda
yang dicari- cari, kit ab it u, t idak ada. Kong Lo Sengj in m enj adi m arah, ia
m encengkeram kedua pundak kakek yang sudah sekarat it u, m engguncang-
guncang dan mengangkat tubuhnya sambil berseru,
" Di m ana kit ab it u? Hayo kat akan, di m ana kit ab it u?" Suaranya am at
menakutkan dan penuh ancaman.
"Locianpwe, jangan siksa dia. Lihat dia sudah payah..."
" Tidak peduli! Heii, Ciu Gwan Liong, hayo bilang, di m ana kit ab it u
kausem bunyikan? Dem i iblis, kalau t idak m engaku, kusiksa kau biar m at i
perlahan- lahan!"
" Locianpwe..." Bu Song sudah ham pir saj a m engaku dan m enyerahkan kit ab it u
karena ia t idak t ahan m enyaksikan kakek yang lem ah it u t ersiksa, akan t et api
pada saat itu Si Sastrawan tua sudah membuka mata dan berkata lemah.
" Kit ab it u kuberikan... kepada... Kim - m o Taisu..." Set elah berkat a dem ikian,
kakek it u m enj adi lem as dan ket ika Kong Lo Sengj in m elepaskannya, ia t elah
tewas! Bu Song menundukkan mukanya dan menarik napas panjang.
" Biarkan aku m engubur j enazahnya..." kat anya perlahan, lalu ia m em ungut
sebat ang golok besar dari pinggang m ayat seorang di ant ara t uj uh penunggang
kuda tadi. "Dan mayat mereka juga..." tambahnya.
" Huh, bocah kurang pekerj aan engkau ini. Eh, m ana Gurum u? Dan m engapa
engkau berada di sini?"
" Saya diut us oleh Suhu unt uk m enem puh uj ian di kot a raj a, Locianpwe. Adapun
Suhu sendiri sudah m eninggalkan gunung unt uk m em balas dendam kem at ian
Subo."
Kong Lo Sengj in t erm enung sej enak. " Kau buat kan sepasang t ongkat unt ukku.
Hayo lekas! Aku harus segera pergi dari sini!"
Bagi Bu Song, lebih lekas kakek it u pergi lebih baik, m aka t anpa m em bant ah ia
lalu naik ke at as pohon, m em ilih dua bat ang cabang pohon dan m enebangnya
dengan golok. Set elah m em buangi rant ing dan daunnya, ia m enyerahkan
sepasang t ongkat it u kepada Kong Lo Sengj in. Kakek ini m enerim a sepasang
t ongkat dan sekali m enggerakkan t ubuhnya, ia sudah " berdiri" di at as kedua
tongkat itu.
"Kau dengar baik- baik! Menurut Kakek sastrawan ini, kitabnya diserahkan kepada
Suhum u. Hal ini berart i Suhum u akan dim usuhi dan dicari orang seluruh kang-
ouw. Maka kau harus t ut up m ulut , j angan bicarakan hal it u kepada siapapun

Suling Mas Kho Ping Hoo 394


j uga. Awas kalau, kau m em bongkar rahasia ini, aku akan dat ang dan
menghacurkan kepalamu, mengerti?"
"Mengerti, Locianpwe."
Kong Lo Sengj in t ersenyum dan m engangguk- angguk, kem udian ia m elesat pergi
dengan kecepat an yang m em buat Bu Song kagum dan bengong. Tapi ia lalu t ak
m em perhat ikan lagi kakek it u dan segera m ulai dengan t ugasnya m engubur
mayat Ciu Gwan Liong dan mayat ke tujuh orang penunggang kuda tadi. Matahari
t elah t erbenam ke langit barat ket ika ia m enyelesaikan t ugasnya, kem udian
sam bil m enggendong bungkusan pakaiannya, ia m elanj ut kan perj alanannya,
melangkahkan kaki menuju ke tembok kota raja.
Unt ung pint u gerbang belum t ert ut up dan t ergesa- gesa ia m em asuki kot a raj a
yang am at asing baginya. Kagum ia m elihat gedung- gedung besar akan t et api
j uga hat inya kecut ket ika ia m enyaksikan para pengawal dan orang- orang
berpakaian sepert i t uj uh orang penunggang kuda yang m ayat nya ia kubur t adi
m enj aga di t iap pint u gerbang gedung- gedung besar it u. Dengan bert anya- tanya,
m udah saj a ia m encari rum ah penginapan Liok- an yang berada di uj ung kiri jalan
raya, dekat pint u gerbang kot araj a sebelah barat . Rum ah penginapan Liok- an ini
t idak besar, dan huruf Liok- an yang t erpancang di at as papan depan rum ah it u
sudah t ua. Karena hari sudah m enj elang gelap, Bu Song m erasa t idak sopan
m encari t em pat sahabat at au kenalan gurunya, m aka ia lalu m em asuki rum ah
penginapan it u dan m int a kam ar kepada seorang pelayan t ua yang
m enyam but nya. Losm en ini kecil dan m iskin, m aka t idak banyak t am unya dan
dengan m udah Bu Song m endapat kan sebuah kam ar. Kem udian kepada pelayan
t ua ia bert anya t ent ang seorang pengurus rum ah gadai bernam a Ciu Tang yang
katanya tinggal di sebelah kiri losmen itu.
" Ciu Tang? Mem ang ada, dan sore hari begini rum ah gadai sudah t ut up.
Rum ahnya di sebelah belakang losm en ini. Apakah Kongcu hendak
menemuinya?"
"Benar, Lopek. Akan tetapi besok pagi- pagi saja. Saya harap kau suka mengantar
saya ke sana."
Pelayan it u senang dengan sikap dan kat a- kat a pem uda yang sopan ini, m aka ia
segera m enyat akan kesanggupannya. Dan pada keesokan harinya, pagi- pagi ia
sudah diant ar pelayan it u ke sebuah rum ah dalam lorong kecil dekat losm en.
Setelah bertemu dengan orang yang dicarinya, pelayan itu meninggalkannya.
Ciu Tang seorang setengah tua yang tinggi kurus, berjenggot panjang akan tetapi
t erpelihara dan pakaiannya biarpun t idak m ewah cukup rapi. Bu Song cepat
memberi hormat dan berkata,
" Maafkan kalau kedat angan saya m engganggu Pam an. Saya Liu Bu Song dan
kedat angan saya adalah at as kehendak Suhu yang m em bawakan sebuah surat
unt uk Pam an." I a m engeluarkan surat Kim- m o Taisu dan m enyerahkannya
kepada laki- laki berjenggot itu.
Begit u m enerim a surat dan m em baca nam a pengirim nya, Ciu Tang cepat - cepat
m engangkat kedua t angan m em beri horm at dan waj ahnya berubah penuh
horm at . " Ah, kiranya hiant e ini m urid t uan penolong kam i Kim - m o Taisu? Silakan
duduk, silakan..."
Bu Song m enghat urkan t erim a kasih dan m ereka duduk di at as bangku
m enghadapi sebuah m ej a bundar bent uknya. Ciu Tang m em buka sam pul surat
dan m em baca sam bil m eraba- raba j enggot dan m engangguk- angguk. Kem udian
ia m elipat surat dan m enyim pannya dalam saku baj u. " I n- kong ( Tuan Penolong)
sudah m engat akan halm u hendak m engikut i uj ian dan m engingat akan budi yang
dilim pahkan in- kong kepada kam i, m aka saya akan berusaha sedapat m ugkin
menolongmu, Hiante."
Bu Song cepat - cepat m em beri horm at dan berkat a, " Terim a kasih at as
kesanggupan Paman, dan saya mohon petunjuk."
Orang yang bernam a Ciu Tang it u m enarik napas panj ang. " Aahhh, dengan
adanya perang t erus- m enerus, perebut an kekuasaan dan penggant ian
pem erint ahan, nasib kit a kaum t erpelaj ar sungguh celaka! Karena keadaan t idak

Suling Mas Kho Ping Hoo 395


pernah am an, m aka para pem besar j arang ada yang j uj ur, bert indak m enindas
dan korup. Dalam hal uj ian j uga sam a saj a. Set iap t ahun banyak yang m engikut i
uj ian, nam un yang berhasil dan lulus hanyalah m ereka yang dapat m enyuap
dengan banyak em as! Nam un, saya m engenal kepala bagian uj ian, yait u
Pangeran Sum a Kong. Biarpun belum t ent u beliau sudi m em andang m uka saya,
nam un set idaknya t ent u Hiant e akan m endapat perhat iannya dan t idak akan
dilewatkan begitu saja."
"Banyak terima kasih, Paman. Sungguh budi Paman amat besar."
" Ah, j angan bicara t ent ang budi, Hiant e. Kalau m au bicara t ent ang budi, m aka
gurum ulah yang t elah m elim pahkan budi kepada kam i sekeluarga. Kalau t idak
Gurum u, t idak hanya perusahaanku bangkrut , akan t et api m ungkin kam i
serum ah t angga sudah binasa sem ua! " Lalu t uan rum ah it u bercerit a bet apa
dahulu ket ika ia diganggu gerom bolan penj ahat di kot a raj a dan anak
perem puannya hendak diram pas, ia t elah dit olong oleh Kim - m o Taisu yang
m em basm i gerom bolan it u sehingga keluarganya selam at dan perusahaannya
biarpun kecil masih dapat berjalan sampai sekarang.
Bu Song lalu diperkenalkan dengan nyonya rum ah yang am at ram ah dan t iga
orang anak laki- laki belasan t ahun yang sem ua m erupakan anak- anak t erpelajar
pula. Put eri sulung keluarga it u sudah m enikah dan t inggal di kot a An- sui.
Selanj ut nya Bu Song dim int a t inggal di rum ah keluarga Ciu Tang sam bil m enant i
pembukaan waktu ujian.
Mem ang benar apa yang dicerit akan Ciu Tang kepada Bu Song. Pada wakt u it u,
yang m enj adi kepala bagian uj ian adalah Pangeran Sum a Kong, seorang
pangeran yang m enggunakan kedudukannya unt uk m encari keunt ungan besar
bagi dirinya sendiri. karena dia m asih t erhit ung warga dengan keluarga Raj a Cou
Muda, m aka kekuasaannya besar j uga dan biarpun t indakannya yang korup ini
bukan rahasia lagi, nam un t idak ada yang berani m engganggunya. Karena ia
hanya m em perhat ikan para pelaj ar pengikut uj ian yang sanggup m em beri
sogokan besar, m aka hasil uj ian it u t ent u saj a bukan didasarkan at as baik
buruknya t ulisan at au pandai t idaknya si pengikut , m elainkan didasarkan at as
besar kecilnya uang sogokan! Tent u saj a Pangeran Sum a Kong bukan seorang
sem brono. Dia t ent u lebih senang kalau m endapat kan penyogok yang m em ang
pint ar, karena m eluluskan seorang pengikut yang t erlalu bodoh j uga m erupakan
hal yang m endat angkan resiko besar baginya. Maka set iap diadakan uj ian, dia
sendiri selalu memeriksa hasil para pengikut.
Kurang lebih sebulan set elah Bu Song t iba di kot a raj a, uj ian diadakan. Dengan
hat i berdebar Bu Song m engikut i uj ian dan alangkah girang hat inya ket ika ia
m endapat kenyat aan bet apa m udah pert anyaan- pert anyaan yang diaj ukan dalam
kert an uj ias, dan bet apa m udah j udul- j udul yang harus ia buat dalam karangan.
Pada m asa it u, uj ian didasarkan kepada penget ahuan filsafat - filsafat dan uj ar-
uj ar dari kit ab- kit ab kuno. Karena Bu Song m em ang m enggem ari hal ini, t ent u
saj a ham pir sem ua t elah hafal olehnya dan dengan m udah saj a ia m em enuhi
syarat dan dapat m enj awab dengan m em uaskan dalam bent uk t ulisan yang
indah. Ciu Tang bukanlah seorang kaya raya. Mem ang ia pun m em beri uang
sogokan unt uk m em bela Bu Song, akan t et api dibandingkan dengan penyogok-
penyogok lain, j um lahnya t erlalu kecil. Akan t et api karena Ciu Tang seringkali
m enj adi " perant ara" bagi para penyogok yang t iap t ahun m em banj iri kot a raj a,
dia sudah dikenal oleh pangeran Sum a Kong dan inilah yang m em beri harapan
kepadanya karena dalam surat nya ia m engaku bahwa Liu Bu Song adalah
seorang keponakannya sendiri!
Sepert i biasa t erj adi t iap t ahun, hasil uj ian it u m enghancurkan harapan puluhan,
bahkan rat usan pelaj ar yang sem ula dat ang ke kot a raj a penuh harapan. Mereka
dinyat akan gagal dalam uj ian! Bert ahun- t ahun wakt u t erbuang sia- sia
m em pelaj ari puluhan ribu huruf, m enghafal rat usan saj ak, m enelan ribuan bait
ujar- uj ar kuno! Hanya beberapa puluh orang yang dinyat akan lulus, yait u m ereka
yang m em bawa bekal cukup t ebal. Di ant ara m ereka yang dinyat akan t idak lulus
termasuk nama Liu Bu Song!

Suling Mas Kho Ping Hoo 396


" Luar biasa! " Bu Song berseru heran dan m enyesal ket ika m endengar
pengum um an it u. " Sem ua pert anyaan dapat saya j awab dan sem ua saj ak dan
karangan saya tulis sebaiknya dalam waktu paling cepat!"
" Tidak aneh... sam a sekali t idak aneh! " kat a Ciu Tang sam bil m enggerak-
gerakkan t angan. " Kit a t idak punya banyak em as, it ulah sebabnya kau t idak
lulus, Hiant e. Saya m enyesal sekali, dan m erasa m alu hat i t erhadap inkong Kim -
mo Taisu, akan tetapi apa mau dikata, saya bukanlah orang kaya..."
" Harap Pam an Ciu Tang j angan sesalkan hal it u! " Cepat Bu Song berkat a
m enghibur. " Suhu sendiri sudah t ahu akan hal ini dan sam a sekali bukan
kesalahan Pam an. Saya yakin bahwa Pam an sudah cukup m em perj uangkan dan
biarpun saya t idak lulus, t et ap saj a saya t akkan m elupakan budi kebaikan
Pam an. Hanya saya m erasa penasaran dan heran, m engapa orang- orang
t erpelaj ar sepert i m ereka yang duduk di at as it u sam pai hat i m elakukan hal- hal
yang dem ikian m em alukan? Tadinya saya kira hanya ilm u kepandaian bu ( silat )
saj a yang dapat dipergunakan orang unt uk kej ahat an, siapa orangnya t idak akan
m erasa heran dan bingung m em ikirkan bet apa orang- orang yang m em pelaj ari
segala macam keindahan seni seperti melukis dan membuat sajak, menulis halus,
dapat melakukan hal- hal yang hanya patut dilakukan seorang penjahat!"
" Sekarang bagaim ana, Hiant e? Kem ana Hiant e hendak pergi? Apakah hendak
kembali kepada inkong Kim- mo Taisu?"
Bu Song t erm enung. Ke m ana? Gurunya pergi ent ah ke m ana dan ent ah bila
kem balinya. Dan unt uk apa kem bali ke puncak gunung? Tidak ada siapa- siapa di
sana, yang ada hanya kuburan Eng Eng! Yang ada hanya kenangan penuh duka.
Mencari ibunya! Ya, dia akan m encari ibunya, akan m erant au ke m ana saj a.
" Saya akan pergi, Pam an. Besok saya pergi, ent ah kem ana belum dapat saya
katakan..."
Ciu Tang m erasa kasihan kepada pem uda ini. " Liu- hiant e, kalau kau suka t inggal
di sini, biarlah kau m em bant u perusahaanku. Bukan pekerj aan yang layak unt uk
seorang pelaj ar sepert i engkau, akan t et api lum ayanlah sam bil m enant i
kesempatan diadakan ujian lain tahun."
Akan t et api sam a sekali Bu Song t idak t ert arik lagi. I a m enggeleng kepala dan
menjawab, "Terima kasih, Paman. Akan tetapi saya lebih suka merantau..."
Pada keesokan harinya, pagi sekali Bu Song sudah siap hendak berangkat . Tiba-
t iba t erdengar derap kaki kuda berhent i di depan rum ah Ciu Tang dan seorang
laki- laki berpakaian gagah t urun dari kuda, m engham piri pint u dan langsung
bertanya kepada Bu Song yang duduk di luar bersama Ciu Tang.
" Apakah di sini t inggal seorang pelaj ar bernam a Liu Bu Song?" Bu Song cepat
bangkit berdiri dan menjura. "Saya sendiri bernama Liu Bu Song."
Orang it u m em andangi Bu Song penuh perhat ian, lalu balas m enj ura. " Saya di
ut us sam a Sum a- ongya m enyerahkan sepucuk surat ." I a m engeluarkan surat it u
yang terbungkus sebuah sampul yang gagah tulisannya.
" Ah, kiranya dari Sum a- ongya...! Liu- hiant e lekas sam but surat ongya dengan
penghorm at an selayaknya! " Berkat a dem ikian, Ciu Tang m enarik t angan Bu Song
unt uk m enj at uhkan diri berlut ut di depan ut usan it u dan m enerim a surat sam bil
berlutut!
" Silakan Tuan m engam bil t em pat duduk dan m inum sedikit arak kam i yang
hangat," Ciu Tang menawarkan.
Orang it u m em beri horm at dan berkat a, " Terim a kasih, saya ada keperluan lain.
Hanya saya m endengar pesan Ong- ya t adi bahwa orang m uda ini am at
diharapkan kedat angannya m enghadap secepat nya! " I a m enj ura lagi lalu keluar
dan meloncat ke atas kudanya. Terdengar derap kaki kuda menjauhi rumah itu.
Ciu Tang m enarik t angan Bu Song berdiri. Pem uda it u m asih bengong karena ia
m erasa kurang senang harus m enerim a surat secara it u, sepert i m enerim a
maklumat raja saja!
" Lekas buka dan baca, Hiant e. Siapa t ahu engkau m endapat kan keist im ewaan,
karena surat dari Sum a- ongya t ent u hanya ada hubungannya dengan hasil
ujianmu. Lekas buka dan baca!" Suara Ciu Tang gemetar penuh ketegangan.

Suling Mas Kho Ping Hoo 397


Akan t et api Bu Song t enang- t enang saj a. Jari- jarinya t idak gem et ar ket ika ia
m em buka sam pul surat it u dan m encabut keluar sehelai kert as t ipis halus yang
penuh tulisan indah.
" Pangeran Sum a Kong t ert arik akan t ulisan pengikut uj ian Liu Bu Song dan
m em erint ahkan kepadanya dat ang m enghadap secepat nya ke ist ana unt uk diberi
tugas pekerjaan."
" Wah, kionghi..., kionghi... ( selam at ..., selam at ) , Liu- hiant e! " seru Ciu Tang
kegirangan.
Akan t et api Bu Song t idaklah segem bira Ciu Tang. Sesungguhnya bukan pangkat
dan kedudukan yang ia harapkan dari hasil ikut uj ian ini, apalagi kalau
kedudukan it u ia dapat kan sepert i seorang pengem is m enerim a sedekah! Apa
sesungguhnya yang m enj adi t uj uannya m engikut i uj ian, dia sendiri pun t idak
t ahu. Sem enj ak kecil dahulu, ia m em pelaj ari ilm u kesusast eraan adalah karena
m em ang ia suka m em baca dan m enulis, suka m em baca saj ak- saj ak dan kit ab-
kit ab kuno t ent ang filsafat hidup. Dan kini ia m engikut i uj ian hanya unt uk
m ent aat i perint ah suhunya. Di sam ping ini, m em ang ia pun t ahu bahwa sem ua
orang m engej ar ilm u kepandaian bun akhirnya unt uk m engikut i uj ian dan
m endapat gelar siucai, sungguhpun ia sendiri t idak pernah m engert i apakah
art inya m endapat kan gelar it u. Agaknya oleh karena ia t idak suka m em pelaj ari
ilmu silat itulah yang membuat ia lebih condong memperdalam ilmu sastera.
"Paman Ciu, m engapa Pam an m em beri selam at kepadaku? Bagiku sendiri, aku
belum tentu suka menerima penawaran ini."
" Hah? Bagaim ana ini, Liu- hiant e? Diberi t ugas pekerj aan oleh Sum a- ongya, hal
ini m erupakan penghorm at an yang am at t inggi! Belum t ent u ada seorang di
ant ara serat us yang m em iliki nasib sebaik ini. Apalagi kalau diingat bahwa kau
dinyatakan tidak lulus ujian!"
" Just eru it ulah, Pam an, yang m em buat hat iku m enj adi dingin. Kalau aku
dinyat akan t idak lulus, m engapa diberi pekerj aan? Kalau Pangeran it u t ertarik
akan tulisanku, mengapa pula aku tidak lulus?"
" Ah, engkau m asih saj a belum dapat m elihat kenyat aan, Liu- hiant e. Sum a- ongya
t ert arik hat inya m elihat t ulisanm u yang indah lalu ingin m em beri pekerj aan, it u
berart i j odoh dan m em ang bint angm u sedang t erang. Adapun t ent ang t idak
lulusmu dalam ujian, itu adalah karena kurang syaratnya. Mengapa hal seperti itu
masih diherankan pula?"
Bu Song m engangguk. " Sungguh, Pam an. Aku sudah dapat m elihat kenyat aan,
kenyat aan yang am at pahit , kenyat aan m enyedihkan yang m em buat aku enggan
bekerja pada seorang pembesar yang demikian tidak adilnya. Aku akan pergi saja
sekarang juga, Paman."
Ciu Tang m elom pat bangun dan m em egangi lengan pem uda it u, m ukanya
berubah pucat . " Liu- hiant e... m em ang saya t idak berhak m em aksam u..., akan
tetapi apakah kau hendak merusak apa yang pernah dilindungi Suhumu?"
"Apa maksudmu, Paman?"
" Keselam at an keluargaku pernah sat u kali diselam at kan Suhum u dan unt uk it u
aku selam anya t akkan m elupakan budi Suhum u. Akan t et api kalau sekarang
engkau pergi, berart i keselam at an keluargaku akan hancur. Sum a- ongya t ent u
t akkan m au m enerim a penolakanm u begit u saj a. Penolakanm u akan dianggap
sebagai penghinaan dan karena aku sudah m engakuim u sebagai keponakanku
sendiri, tentu saja kemarahannya akan ditimpakan kepada diriku sekeluarga."
" Ah, begit ukah...?" Bu Song m enj at uhkan diri duduk di at as bangku dengan
tubuh lemas. Tentu saja ia tidak menghendaki hal itu terjadi.
" Kalau Hiant e suka m em enuhi undangan dan perint ah Sum a- ongya, berart i kau
t elah m engulang perbuat an m ulia Suhum u dan t elah m enolong kam i sekeluarga,
karena sedikit banyak dit erim anya engkau di sana m em beri m uka t erang
kepadaku. Unt uk it u sebelum nya saya m enghat urkan banyak t erim a kasih! "
Set elah berkat a dem ikian, Ciu Tang m enj at uhkan diri berlut ut di depan pem uda
itu.

Suling Mas Kho Ping Hoo 398


Bu Song cepat - cepat dan sibuk m engangkat bangun t uan rum ah it u dan ia
berkat a, " Harap Pam an j angan bersikap sepert i ini. Baiklah, saya akan pergi
menghadap Suma- ongya sekarang juga dan marilah Paman menemaniku."
" Tent u saj a! Tent u saya ant ar! Tunggu saya bergant i pakaian, dan kau pun harus
m engenakan pakaian yang paling rapi, Hiant e?" Sepert i seorang anak kecil
m enerim a hadiah Ciu Tang berlari- lari m em asuki ram ahnya dengan waj ah am at
gembira.
Bu Song m enarik napas panj ang, t erm enung sej enak, lalu m engangkat kedua
pundaknya dan m em buka bungkusan unt uk bergant i dengan pakaiannya yang
bersih. Tak lam a kem udian keduanya t elah berangkat m enuj u ke ist ana Pangeran
Sum a Kong. Di sepanj ang j alan, Ciu Tang m engangkat dadanya t inggi- tinggi dan
set iap kali ada seorang kenalan bert anya, ia m enj awab dengan suara dikeraskan,
"Pergi mengantar keponakanku yang diterima menjadi pembatu Suma- ongya!"
Bu Song y ang dapat m elihat dan m engenal wat ak m anusia dari pelaj aran di
kitab- kitabnya, hanya tersenyum dan diam- diam ia merasa kasihan kepada orang
baik yang berwatak lemah ini.
Bet apapun j uga, ia m erasa am at kagum ket ika ia dit erim a oleh penj aga dan
dibawa m asuk ke ruangan depan ist ana yang m egah it u. Sem ua perabot serba
indah dan m ewah, j uga bersih m engkilap. Pada dinding bergant ungan lukisan-
lukisan yang amat luar biasa, dihias tulisan- tulisan yang luar biasa indahnya pula.
Bukan m ain, pikir Bu Song. Sam ar- sam ar ia m asih t eringat bahwa ket ika kecil
dahulupun rum ah ayahnya m erupakan sebuah gedung besar, nam un t idaklah
sehebat ini. I st ana ini penuh dengan benda- benda seni yang m engget arkan hat i
setiap orang sastrawan yang suka akan hasil karya yang indah- indah seperti itu.
Mereka disuruh m enant i di ruangan depan, yait u ruangan t am u, karena m enurut
penjaga, Sang Pangeran masih belum bangun dari tidurnya! Akan tetapi, agaknya
m aklum bahwa m ereka adalah orang- orang yang diundang oleh Pangeran, m aka
tak lama kemudian seorang pelayan keluar membawa teh wangi yang hangat!
Bu Song t ak dapat diam di at as bangku. I a m enoleh ke sana ke m ari m engagum i
dan membaca sajak- sajak pasangan yang menghias dinding, juga kadang- kadang
m enengok keluar unt uk m enikm at i keindahan t am an bunga yang m engelilingi
ist ana it u. Jauh di sam ping, agak ke belakang, m elalui sebuah pint u berbentuk
bulan, ia dapat m elihat kolam ikan dengan air m ancur t inggi. Air it u m em ecah di
at as dan karena m at ahari pagi sudah m ulai bersinar, t am paklah air it u m enj adi
beraneka warna seperti pelangi. Bukan main!
Tiba- t iba m ereka dikej ut kan oleh langkah seorang dari luar dan t ernyat a dia
adalah seorang pem uda yang berpakaian indah dan berwaj ah t am pan, berusia
dua puluh t ahun lebih, pakaiannya sepert i sast rawan pula, akan t et api begit u
bert em u pandang, Bu Song di dalam hat inya m endapat kesan t ak
menyenangkan. Pada pandang m at a it u, dan bent uk hidung it u, m em bayangkan
sesuat u yang t idak baik. I a t idak t ahu siapa adanya pem uda berpakaian m ewah
ini, maka ia duduk saja dengan tenang.
Tidak dem ikian dengan Ciu Tang. Melihat pem uda ini, segera ia bangkit berdiri
menyam but m aj u dan begit u pem uda it u m em asuki ruangan, ia segera m enj ura
dengan dalam sehingga t ubunya t erlipat dua, m ulut nya berkat a penuh horm at .
"Suma- kongcu, selamat pagi....! Harap kongcu selalu dalam sehat gembira!"
Pem uda it u berhent i dan m em balas penghorm at an yang berlebihan it u dengan
anggukan kepalanya. " Ah, bukankah kau Pam an Ciu Tang yang m em buka
pegadaian di dekat losm en Liok- an? Ada apa pagi- pagi ke sini, dan siapakah
Saudara ini?"
Biarpun kat a- kat anya ram ah, nam un m engandung ket inggian hat i. Ciu Tang
m enengok dan berkedip kepada Bu Song, m em beri isyarat supaya pem uda it u
bangkit berdiri lalu m em perkenalkan, " Begini, Kongcu. Keponakan ham ba ini, Liu
Bu Song, m engikut i uj ian dan agaknya m enarik perhat ian Sum a- ongya m aka kini
dipanggil menghadap."
Terpaksa Bu Song m engangkat kedua t angan dan m em beri horm at selayaknya
m enurut kesopanan. Pem uda it upun hanya m engangguk, akan t et api m at anya

Suling Mas Kho Ping Hoo 399


m em andang Bu Song penuh perhat ian. I a m elihat pem uda sederhana it u
t ubuhnya t inggi besar dan m em bayangkan t enaga kuat , nam un sikapny a
sederhana dan sewaj arnya, sam a sekali t idak m em perlihat kan sikap congkak
sepert i biasa seorang t erpelaj ar, j uga t idak m em bayangkan sikap m enj ilat sepert i
orang- orang m acam Ciu Tang. Diam - diam put era pangeran ini t ert arik dan
senang hat inya. I a benci m elihat pem uda- pem uda yang t inggi hat i, akan t et api
lebih benci lagi melihat mereka yang suka menjilat.
Pem uda ini adalah put era Pangeran Sum a Kong. Nam anya Sum a Boan dan dia
bukanlah seorang pem uda yang t idak t erkenal. Mungkin lebih t erkenal daripada
ayahnya, karena pem uda ini selain suka bergaul dengan rakyat , j uga ia t erkenal
seorang pem uda yang pandai ilm u silat . Kesukaannya m em ang m em pelaj ari ilm u
silat dan ent ah berapa banyaknya guru silat yang pernah m engaj arnya dan j uga
pernah ia robohkan. Set iap ia m endengar ada seorang guru silat baru, ia t ent u
m endat anginya dan m engaj aknya pibu. Kalau ia kalah, dia m em beri hadiah
banyak dan minta diajar ilmu yang telah mengalahkannya, akan tetapi kalau guru
silat it u kalah, j angan harap guru silat it u dapat m em buka perguruannya.
Wat aknya peram ah dan pandai bergaul, akan t et api sayang sekali, pem uda
bangsawan ini pun seorang m at a keranj ang yang suka m engganggu wanit a
cant ik m engandalkan kedudukan dan kepandaiannya. Akhir- akhir ini
kepandaiannya m elonj ak cepat sekali. ia m enem ukan seorang guru yang benar-
benar hebat , yait u Pouw- kai- ong yang sudah kit a kenal! Raj a Pengem is she Pouw
it u m enj adi guru Sum a Boan sehingga pem uda bangsawan ini m em iliki ilm u silat
t inggi dan ia bahkan di dunia kang- ouw m endapat j ulukan Lui- kong- sian ( Dewa
Geledek) , sebuah j ulukan yang diberikan orang unt uk m engangungkannya
dengan maksud menjilat!
" Saudara Liu, apakah kau selain pandai bun j uga pernah m em pelaj ari silat ?"
dengan sikap sepert i seorang kenalan lam a Sum a Boan bert anya, m at any a
mengincar tajam.
Bu Song m enggeleng kepalanya. " Tidak pernah, Kongcu. Seorang t erpelaj ar yang
t ahu bahwa penggunaan kekerasan adalah t idak baik, unt uk apa belaj ar silat ?
Saya tidak pernah mempelajarinya."
Sum a Boan t ersenyum m engej ek dan pandangannya kini m erendahkan.
" Mem ang j arang ada Bun- bu- coan- j ai ( pandai silat dan sast era) sekarang ini! " I a
berj alan keluar lalu berhent i dekat sebuah arca singa barong. "Kalian lihat ,
apakah kepandaian sepert i ini t idak ada gunanya?" Tangannya m enangkap leher
arca itu dan sekali ia berseru, singa- singaan itu terlontar ke atas, lebih tiga meter
t ingginya, kem udian ia sam but lagi kini t erlet ak di at as t elapak t angannya!
Lengan dan t ubuhnya t erget ar t anda bahwa ia m engerahkan t enaganya,
kem udian sekali ia m enggerakkan t angan, arca it u t erlem par ke depan dan roboh
t erguling di at as t anah. " Hebat ... sungguh luar biasa kekuat an Sum a- kongcu...!"
Ciu Tang bersorak, bukan hanya t erdorong sikapnya suka m erendah dan
m enj ilat , akan t et api bet ul- bet ul ia kagum . Singa- singaan dari bat u sebesar it u
tentulah amat berat.
" Bagaim ana, Saudara Liu?" Sum a Boan bert anya, t idak pedulikan puj ian Ciu
Tang.
"Tenaga Suma- kongcu benar- benar luar biasa. Saya kagum sekali."
Agaknya put era bagsawan it u cukup m erasa puas m endengar ini. Bu Song
m em ang seorang pem uda yang pandai m em bawa diri. Tanpa m enj ilat pun ia
sanggup untuk menyesuaikan diri dan menyenangkan hati orang lain. Suma Boan
lalu berteriak memanggil beberapa orang penjaga yang menjaga di gerbang pintu
luar. Em pat orang penj aga berlarian dat ang, siap m enangkap at au m em ukul
siapa saj a at as perint ah put era m aj ikan m ereka. Akan t et api kali ini t idak ada
pekerjaan pukul- memukul bagi mereka.
" Kalian angkat singa- singaan ini dan kem balikan di t em pat nya sem ula! " kat a
Sum a Boan, kem udian sam bil m enepuk- nepuk t elapak t angan m enghilangkan
debu ia m elangkah lebar m em asuki t am an di sam ping ist ana dan lenyap ke
dalam pintu berbentuk bulan.

Suling Mas Kho Ping Hoo 400


Em pat orang penj aga it u saling pandang. " Bagaim ana bisa pindah ke sini?"
Seorang diantara mereka mengomel.
Ciu Tang t ert awa dan m em beri ket erangan. " Baru saj a Sum a- kongcu
mempermainkannya dan melontarkan ke atas seperti sebuah singa kertas saja."
Em pat orang it u m enggoyang- goyang kepala dan seorang di ant ara m ereka
m engom el perlahan, " Ah, kenapa t idak dikem balikan sekalian ke t em pat
sem ula?" Biarpun m engom el, m ereka lalu m engham piri singa- singaan bat u it u
dan berem pat m ereka m engerahkan t enaga. Singa barong dari bat u hanya
bergoyang- goyang saja, akan tetapi tidak dapat terangkat oleh mereka!
Ciu Tang m elelet kan lidahnya saking kagum . " Em pat orang t ak m am pu
m engangkat nya, t api Sum a- kongcu dapat m em ainkannya dengan sebelah
tangan. Benar- benar seperti dewa!"
" Apa anehnya? Beliau m em ang Lui- kong- sian, t ent u saj a kam i berem pat t idak
boleh dibandingkan dengan sebelah lengannya! Hayo kit a m encari beberapa
orang kawan lagi untuk membantu!" Empat orang itu lalu berlarian keluar.
" Hebat ...! " Ciu Tang lalu m em asuki kem bali ruangan t am u. Akan t et api Bu Song
sej enak m em andang singa- singaan bat u. Baginya sukar unt uk dipercaya bahwa
sebuah benda yang t idak kuat diangkat em pat orang, dapat dim ainkan dengan
sebuah t angan saj a. Mem ang ia sudah t erlalu sering m enyaksikan kesakt ian-
kesakt ian t inggi sepert i gurunya dan j uga orang- orang sepert i Kong Lo Sengj in.
Dibandingkan dengan kesakt ian yang diperlihat kan gurunya, perm ainan Sum a-
kongcu it u hanyalah perm ainan kanak- kanak. Akan t et api ia t idak percaya kalau
kongcu it u benar- benar sedem ikian kuat nya. Dengan hat i ingin t ahu ia lalu
m engham piri singa- singaan bat u it u, m engulurkan t angan kanan m enangkap
leher singa- singaan bat u lalu m enggerakkan t angan sam bil m engerahkan t enaga.
Singa barong batu itu tergeser dan terlempar sejauh dua meter!
Bu Song t ersenyum , lalu ia m engikut i Ciu Toan m asuk ke dalam ruangan t am u.
Ternyat a em pat orang penj aga t adi hanya m ain- m ain, m ungkin unt uk
m enyenangkan hat i Sum a- kongcu, pikirnya. Kalau para penj aga it u m au,
jangankan empat orang, satu orang tentu sanggup mengembalikan singa- singaan
it u di t em pat asalnya. Bu Song sam a sekali t idak t ahu bahwa di dalam diriny a
t erdapat t enaga yang luar biasa pula, t enaga yang t erhim pun oleh lat ihan- latihan
sam adhi dan pernapasan. Akan t et api ia t idak t ahu akan hal ini dan t idak pandai
m em pergunakan t enaga sakt i yang t erhim pun ini. Hanya kadang- kadang secara
kebetulan saja, seperti tadi tenaga sakti itu memperlihatkan diri tanpa ia sengaja.
Ketika ia tadi mengerahkan tenaga, secara kebetulan saja jalan darahnya terbuka
sehingga t enaga sakt i dapat m enerobos dalam lengannya, m aka m udah saj a
baginya unt uk m elem parkan singa- singaan it u. Andaikat a t idak secara kebet ulan
t enaga sakt i it u dapat m enerobos ke dalam lengannya, t ent u ia t idak akan
m am pu m enggerakkan singa- singaan bat u yang berat nya lebih dari lim ar rat us
kati itu!
Pada saat it u, seorang pelayan m ucul dan m ereka dipanggil m enghadap ke
ruangan sam ping di m ana Pangeran Sum a Kong akan m enerim a m ereka. Mereka
m engikut i si pelayan dengan hat i berdebar. Masih t erdengar oleh Bu Song
teriakan- t eriakan kaget dan di luar, " Eh, kenapa singa- singaan ini sudah pindah
lagi lebih j auh? Tadi t idak di sini! " I a t ersenyum m enganggap para penj aga yang
kini dat ang delapan orang it u sepert i badut - badut yang m elawak unt uk
m enyenangkan hat i m aj ikan, at au sepert i anj ing yang m erunduk- runduk dan
menggoyang- goyang ekor di depan majikan.
Menghadapi seorang pem besar yang berpakaian serba indah dan berm uka keren,
Bu Song bersikap hormat. Di antara pelajaran- pelajaran dalam kitab, orang harus
m enghorm at pem besar dan ini m erupakan kewaj iban seorang bij aksana.
Pem besar m ewakili pem erint ah, m aka harus dihorm at i selayaknya. Maka ia pun
ikut berlut ut ket ika m elihat Ciu Tang m enj at uhkan diri berlut ut ket ika pem besar
itu mucul diikuti oleh dua orang pengawal.
Agaknya Pangeran Sum a Kong j uga senang hat inya m elihat Bu Song, m aka ia
lalu m engum um kan bahwa Bu Song dit erim a bekerj a m em bant unya, sebagai

Suling Mas Kho Ping Hoo 401


seorang yang m engurus sem ua surat - surat , m em buat kan surat - surat
pengum um an, m encat at kan hart a yang m asuk dan keluar, j uga m em bant u
pangeran it u m engurus perpust akaan negara yang m enj adi salah sat u t ugas
Pangeran Suma Kong.
Bu Song dem ikian m enarik hat i pangeran it u sehingga ia m alah diperint ahkan
tinggal di dalam istana, mendapatkan sebuah kamar di sebelah belakang, yaitu di
bagian kam ar- kam ar pelayan dan pegawai. Bu Song m enerim a dengan ucapan
t erim a kasih, kem udian ia diperbolehkan m engant ar pulang Ciu Tang yang
menjadi girang bukan main
Dem ikianlah, m ulai saat it u Bu Song m enj adi pegawai Pangeran Sum a Kong. I a
bekerj a dengan giat dan raj in sehingga Pangeran Sum a Kong m erasa suka
kepadanya. Set elah pem uda ini m em bant unya, segala pem bukuan dan cat at an
beres, bahkan ia m ulai m endapat puj ian dari rekan- rekannya t ent ang kerapian
surat- surat yang t erkirim dari Pangeran Sum a. Selain raj in, j uga Bu Song pandai
m em bawa diri, ke at as t idak m enj ilat , ke bawah t idak m enekan. Sem ua pelayan
suka belaka kepadanya, bahkan Sum a- kongcu yang t erkenal galak it upun suka
kepada Bu Song dan seringkali di wakt u m alam kalau Bu Song m enganggur,
Sum a Boan suka m engaj aknya m engobrol di t am an, berm ain cat ur at au
m em buat syair. Dalam dua hal ini, Sum a Boan boleh berguru kepada Bu Song,
akan t et api Bu Song selalu bersikap m erendah, dalam berm ain cat ur sengaj a
m em buat perm ainan m enj adi seru dan banyak ia m engalah. Hal ini ia lakukan
bukan sekali- kali unt uk m enj ilat , m elainkan unt uk m encegah put era m aj ikan it u
menjadi tak senang hati.
Agaknya m asa depan Bu Song sudah dapat dipast ikan baik dan sesuai dengan
cita- cit a gurunya kalau saj a t idak t erj adi beberapa hal yang t ak t erduga- duga.
Set elah ham pir dua t ahun Bu Song bekerj a di sit u, dengan hat i kecut ia
m endapat kenyat aan bet apa pangeran it u seorang yang am at korup.
Mengum pulkan hart a kekayaan unt uk diri sendiri dengan cara yang am at t ercela.
Tidak hanya dengan cara m enerim a sogokan dalam uj ian, nam un ia m asih
m enggelapkan uang yang seharusnya m asuk ke ist ana raj a. Belum lagi sogokan-
sogokan dari para pem besar rendahan j ika m enghendaki sesuat u yang
m em erlukan kewibawaan dan kekuasaan Pangeran Sum a. I ni sem ua m asih
dit am bah paj ak- paj ak paksa dipungut dari pet ani- pet ani di luar kot a raj a, yaitu
mereka yang mengerjakan sawah pangeran itu yang luasnya sukar diukur!
Malam it u t erang bulan. Bulan purnam a t erapung di langit biru yang bersih dari
awan. I ndah sekali sinar m enyinari j agad, dan lebih indah lagi di t am an bunga di
ist ana Pangeran Sum a Kong. Suasana sepert i ini am at rom ant is dan t ent u akan
m endat angkan rasa gem bira dalam hat i sem ua orang, t erut am a orang m uda.
Akan t et api t idak dem ikian dengan Bu Song. Sem enj ak t adi ia duduk t erm enung
di dalam t am an bunga yang sunyi. Di sudut t am an it u, di bagian yang sunyi dan
j auh. Terdapat sebuah pondok yang disebut Pondok Merah karena dicat m erah.
Sebuah pondok kecil di bawah lam baian daun- daun pohon berbunga. I a
t erm enung dengan hat i duka. I a m ulai m erasa bosan dengan kehidupan di ist ana
Pangeran Sum a. Apalagi kalau ia ingat akan sem ua keadaan di sit u, akan sifat
dari m aj ikan yang am at korup. Tak dapat disangkal bahwa ia am at disayang oleh
m aj ikannya, disayang sebagai seorang pegawai yang cakap, disuka oleh para
pelayan sebagai seorang teman kerja yang rendah hat i dan peram ah. Akan t et api
keadaan it u sungguh berlawanan dengan hat inya. Biarpun bukan dia yang m akan
sem ua uang t idak halal it u, akan t et api ia m erasa seakan- akan m em bant u orang
berbuat j ahat . Andaikat a Pangeran Sum a seorang peram pok at au m aling, m aka
dialah m enj adi anak buah at au kaki t angannya! Alangkah rendahnya! Dan sem ua
it u ia lakukan hanya unt uk m akan enak dan pakaian bagus? At au unt uk hari
depan yang gemilang?
Dalam duka Bu Song t eringat kepada Eng Eng. Tak t erasa lagi dua but ir air m ata
m enit ik t urun dari sepasang m at anya yang t erasa panas. Kalau Eng Eng t idak
m at i, t ent u ia pulang kepada Eng Eng. Lebih baik hidup sebagai pet ani di gunung
di sam ping Eng Eng t ersayang. Dan kenangannya berlarut - larut sehingga ia lupa

Suling Mas Kho Ping Hoo 402


keadaan. Diam bilnya sebuah suling yang belum lam a ini dibuat nya, suling bam bu
yang j arang ia t iup. Karena m alam it u sudah larut dan suasana di ist ana
pangeran sudah amat sunyi, ia mulai meniup sulingnya.
Get aran suara suling keluar dari get aran hat inya. Teringat ia akan Eng Eng,m aka
ot om at is ia lalu m eniup suling it u m ainkan lagu kesukaan Eng Eng. Lagu yang
iram anya m erayu- rayu kalbu. Lagu t ent ang keluh- kesah dan t angis set angkai
kem bang yang kekeringan, m engeluh dan m erat ap m enant i dat angnya huj an
yang t ak kunj ung t iba, m enant i t et esnya air em bun yang akan m em beri air
kehidupan padanya. Berkali- kali lagu ini ia m ainkan dan suasana m alam indah it u
berubah m engharukan. Suara j engkerik di bawah rum put dan kat ak di em pang
seket ika berhent i, seakan- akan m ereka ini pun t erpesona oleh suara suling yang
merayu- rayu. Bulan purnam a seakan- akan bergoyang- goyang di angkasa,
seakan- akan ikut m erana dan rindu kekasih, m encari dan m ulai bergerak
m engej ar kekasihnya yang t ak kunj ug t iba, kadang- kadang m enangis
menyembunyikan muka di balik segumpal awan hitam.
Sam bil bersuling it u Bu Song m enat ap bulan yang bergerak di ant ara awan, dan
m enj elang berakhirnya lagu, ia m endengar suara berkeresek di depan, m aka ia
m engalihkan pandang ke depan. Suara sulingnya perlahan- lahan m elam bat dan
akhirnya t erhent i, m at anya bengong m em andang ke depan, serasa m im pi.
Mim pikah dia? At aukah benar- benar Eng Eng yang dat ang it u, t urun m elalui sinar
bulan purnam a, berpakaian sepert i seorang dewi kahyangan? Wanit a yang kini
m elangkah dem ikian ringan, dem ikian lem but seakan- akan t idak m enginj ak
t anah, seakan- akan m elayang dibawa sinar bulan m endekat inya, m em iliki waj ah
lem but sepert i Eng Eng. Mat anya yang lebar bersinar lem but , hidungnya yang
kecil m ancung di at as m ulut yang kecil m ungil, m uka yang m anis dengan dagu
m eruncing. I t ulah waj ah Eng Eng! Akan t et api pakaian it u! begit u indah, begit u
mewah. Hanya seorang dewi kahyangan saja berpakaian seperti itu. atau seorang
put eri ist ana. Lihat ram but nya! Alangkah indahnya sanggul ram but it u. dihias
dengan hiasan ram but em as perm at a yang berkilauan t erkena sinar bulan. Put eri
istana!
Berdebar j ant ung Bu Song dan t eringat akan ini cepat - cepat ia bangkit berdiri.
Tak salah lagi. Tent u dia it u put eri m aj ikannya. Sudah ham pir dua t ahun dia
bekerj a di sit u, dan sudah t erlalu sering ia m endengar dari para pelayan bahwa
Pangeran Sum a Kong m em punyai dua orang anak. Yang pert am a adalah Sum a
Boan yang selam a ini bersikap cukup baik kepadanya, bahkan sepert i m enj adi
sahabat nya sungguhpun di dalam hat i ia t idak suka kepada pem uda bangsawan
it u karena ia cukup m endengar t ent ang sepak- t erj angnya yang m em uakkan,
yait u m engganggu anak bini orang! Adapun anak ke dua Pangeran Sum a adalah
seorang gadis yang m enurut para pelayan cant ik sepert i bidadari, t erpelaj ar dan
halus budi pekert inya, dihorm at i dan dikasihi sem ua pelayan, seorang gadis yang
sopan sant un dan karenanya t ak pernah m elanggar perat uran dan belum pernah
pula selam a it u berj um pa dengan dia. Seorang gadis yang kat anya bernam a
Sum a Ceng. Agaknya t idak salah lagi. I nilah gadis it u! raut waj ahnya m em ang
mirip Eng Eng, akan tetapi Eng Eng sudah mati, tak mungkin hidup kembali.
Dengan langkah lem ah gem ulai, sikap t enang sekali dan m at a selalu t ert uj u
kepada Bu Song, gadis it u kini m enaiki t angga pondok dan m engham piri Bu Song
yang sudah duduk kem bali dengan t ubuh lem as dan dada berdebar. " Kau... yang
bernama Liu Bu Song, pegawai ayah yang baru...?"
Suara it u! Merdu dan bening sepert i suara Eng Eng pula! Bu Song m enj adi panik
dan ia m em aksa kedua kakinya yang lem as unt uk berdiri lagi, m enghadapi gadis
it u lalu m enj ura dengan horm at . Akan t et api m ulut nya t ak m am pu m engeluarkan
kata- kat a, hanya m at anya yang m enat ap t aj am . Dua pasang m at a bert em u
pandang, saling m engikat dan saling m enj enguk isi hat i m asing- m asing. Lam a
sekali m ereka hanya berdiri berhadapan dan bengong saling pandang, disaksikan
dan dit ert awai oleh bulan purnam a yang geli m elihat kecanggungan kedua orang
m uda it u. Sinar bulan purnam a m em ang penuh racun asm ara dan begit u
pandang m at a kedua orang m uda ini bersilang, bert aut lah kedua hat i m ereka

Suling Mas Kho Ping Hoo 403


yang m em buat keduanya berdebar j ant ungnya, gem et ar t ubuhnya dan m enggigil
kakinya.
" Maaf... m aafkan saya, Siocia ( Nona) ... m em ang bet ul saya Liu Bu Song seorang
pegawai rendah biasa saja..."
Bagaikan baru sadar dari m im pi gadis it u t ersenyum . Gigi put ih t ersinar bulan
berkilat m enyam bar j ant ung Bu Song m em buat pem uda ini sedet ik m em ej am kan
m at anya, t ak kuat m enyaksikan segala keindahan ini. Gadis it u m em ang benar
Sum a Ceng. Sepert i j uga Bu Song, sudah lam a ia m endengar t ent ang diri Bu
Song yang selalu dipuj i- puj i oleh para pelayan. Dipuj i ket am panannya, dipuj i
keram ahan dan kelem but annya, dipuj i kepandaiannya. Dan t adi, m endengar
t iupan suling, m em buat ia sepert i m im pi t urun dan keluar dari kam arnya,
m em asuki t am an dan m em aksa kedua kakinya m elangkah ke arah suara suling.
Hikmat sang bulan dan sang malam indah membuat ia seperti mabok.
" Benar sekali cerit a m ereka...." "Apa m aksud Siocia...?" Akan t et api Sum a Ceng
m enoleh ke arah bulan sehingga m ukanya t ersinar penuh, dan gadis ini berbisik
sepert i kepada bulan, " Benar sekali... sopan, halus, rendah hat i..." " Maaf, Siocia.
Bolehkah saya m enget ahui..." " Aku adalah Sum a Ceng at au... Ayah, I bu dan
Kakakku m enyebut ku Ceng Ceng begit u saj a. Liu Bu Song Twako, hebat benar
kepandaianmu menyuling. Seperti lagu dari sorga..."
Akan t et api set elah m endapat kenyat aan bahwa yang berdiri di depannya adalah
put eri m aj ikannya, Bu Song sudah m enj ura dengan dalam dan berkat a, " Kiranya
Suma- siocia. Maafkan kalau saya berlaku kurang horm at dan berani m engganggu
Siocia dengan suara sulingku yang buruk..."
" Ah, j angan t erlalu m erendah. Selam a hidupku belum pernah aku m endengar
suara suling sepert i t adi. Twako, m aukah kau m em ainkan lagu t adi lagi
untukku...?"
" Siocia..., m ana saya berani...? Siocia, t idak pant as bagi saya berada di sini...
saya... saya..."
" Tidak m engapa. Siapa yang akan m enyalahkanm u? Aku yang dat ang karena
tertarik oleh suara sulingmu. Liu- twako, lagu apakah yang kaumainkan tadi?"
" Lagu.... Set angkai Kem bang Kekeringan..." " Ahhhh...! Pant as begit u
m engharukan. Twako, m engapa kau berduka dan m enyanyikan lagi sepert i it u?
Tadi aku sampai meruntuhkan air mata mendengarnya..."
" Siocia..." Mereka kem bali berpandangan dan keduanya t ak dapat m engeluarkan
kata- kat a dan kem bali dalam pandang m at a it u m ereka seakan- akan sudah
m engenal m asing- m asing. Seakan- akan dalam pandang m at a it u m ereka sudah
m engikrarkan j anj i, saling bert ukar hat i, bert ukar kasih. Sum a Ceng
m enundukkan m uka lebih dulu. Mukanya m enj adi m erah sekali, giginya yang
kecil- kecil m enggigit bibir bawah, uj ung m at anya yang t aj am m eruncing it u
m elem par kerling ke arah Bu Song, lalu naik sedu- sedan set engah t awa dari
kerongkongannya dan gadis it u m em balikkan t ubuh, t erus berlari kecil
m eninggalkan pondok, berlari- lari cepat sekali kini dan sebent ar saj a lenyap di
balik pintu bulan.
Bu Song bengong. Perist iwa t adi sepert i m im pi. I a m enj am bak- jambak
ram but nya dan diam - diam m enyum pahi hat inya. Mengapa hat inya begit u
t ert arik? Mengapa hat inya begit u penuh cint a birahi? Gadis it u adalah put eri
m aj ikannya! Dan dia hanyalah seorang j uru t ulis, seorang pegawai biasa! Dan
gadis it u selain cant ik j elit a, put eri bangsawan yang kaya raya, pandai, dan j uga
m elihat caranya berlari cepat it u t ent ulah seorang gadis yang j uga m em iliki ilm u
kepandaian t inggi! Sepert i seekor kum bang m erindukan bulan! Dengan langkah
lem as Bu Song lalu m enyeret kedua kakinya, kem bali ke kam arnya yang berada
j auh dari pondok kecil t am an bunga it u. Sem alam sunt uk ia t idak dapat t idur,
gelisah dan resah, rindu dan risau sehingga pada keesokan harinya ia bekerj a
dengan m uka pucat dan baru pada hari it u ia m erasa bet apa pekerj aannya berat
dan tidak lancar.
Sem enj ak t erj adi pert em uan di m alam it u, dua orang m uda it u m erasa t ersiksa
hidupnya. Bu Song m engerahkan kekuat an bat innya dan m enonj olkan akal

Suling Mas Kho Ping Hoo 404


sehat nya, m em aksa hat i m engakui bahwa t ak m ungkin dia m encint a seorang
gadis sepert i Sum a Ceng. Persam aan waj ah gadis it u dengan Eng Eng sam a
sekali bukanlah alasan unt uk ia m em but a. Kenyat aan m em isahkan m ereka j auh,
sej auh bum i dan langit . Sum a Ceng adalah put eri seorang pem besar t inggi yang
t inggal dalam ist ana, berkedudukan t inggi dan seorang bangsawan t erhorm at ,
m asih keluarga raj a! Dan dia? Dahulu m em ang ayahnya j enderal. Akan t et api
sekarang? Dia hanya seorang yang hidup sebat ang kara, seorang pelaj ar yang
t idak lulus, seorang yang m enerim a budi Pangeran Sum a Kong sepert i seorang
pengem is kelaparan m enerim a sum bangan seorang kaya. Seorang pegawai
rendahan, seorang pegawai biasa. Tidak m ungkin t erj adi! Andaikat a gadis
bangsawan it u t ert arik oleh suara sulingnya, t ak m ungkin sudi m erendahkan diri
bergaul dengan seorang pegawai rendah sepert i dia. Belum lagi kalau ket ahuan
Sang Pangeran, tentu dia akan dihukum berat.
Juga Sum a Ceng sem alam it u dan m alam - m alam berikut nya t ak dapat t idur
nyenyak. Waj ah pem uda bersuling it u t erbayang t erus, suaranya yang halus dan
sopan it u m engiang t erus di t elinganya, sepasang m at a lebar t aj am yang t erhias
alis berbent uk golok it u seakan- akan t erus m em bayanginya. Nam un gadis ini pun
m engert i bahwa t ak m ungkin ia dapat m em biarkan dirinya bergaul dengan
seorang pegawai ayahnya! Tak m ungkin berj odoh dengan seorang pekerj a biasa.
Ayahnya t ent u akan m arah sekali, j uga kakaknya. Kadang- kadang Sum a Ceng
m enangis kalau t eringat akan hal ini, kalau t eringat bet apa kelak ia t ent u akan
dij odohkan dengan seorang laki- laki bangsawan yang belum t ent u dicint anya,
bahkan yang mungkin dibencinya.
Nam un, cint a adalah perasaan yang aneh, yang am at besar pengaruh dan
kekuasaannya. Cint a kasih m engalahkan segala m acam perasaan lain, bahkan
m engalahkan akal budi dan kesadaran, m em buat orang seakan m enj adi but a dan
nekat , siap unt uk m enyerbu laut an api. Cint a m erupakan api yang m enyala
indah, m enari- nari dan m eliuk- liuk m enim bulkan warna yang cerah dan indah,
membelai- belai dan melambai- lam baikan t angan kepada orang- orang yang sudah
t erkena hikm at nya sehingga m ereka it u m elangkahkan kaki m akin m endekat i
t anpa m enyadari bahwa bahaya m engancam m ereka. Baru akan t erbuka m at a
m ereka, baru akan sadar pesona m ereka, set elah t erlam bat dan hanya
penyesalan yang tinggal, penyesalan dan luka hangus terbakar.
Akan t et api, sepert i j uga api, cint a dapat m endat angkan kesenangan dan
kebahagiaan hidup, m endat angkan kehangat an dan m endorong sem angat ,
m enim bulkan keindahan dan kenikm at an hidup. Asal orang pandai
m enggunakannya. Asal orang dapat m enguasainya. Cint a it u indah. Cint a it u
nikm at . Cint a it u anugerah. Bagi m ereka yang dapat m enguasainya. Akan t et api
cinta itu pangkal malapetaka. Cinta itu pangkal sengsara dan pangkal derita. Bagi
m ereka yang m abok dan lem ah, yang m enj adi perm ainan cint a. Cint a ant ara pria
dan wanit a m em ang m em iliki dua sifat yang bert ent angan sepert i j uga segala
benda di dunia ini. Nam un m anusia t et ap lebih kuat , asal pandai m em bawa diri,
pandai dan kuat m enguasai nafsu liar ganas sepert i kuda hut an. Bahagialah
orang m uda yang pandai m enguasainya, sebaliknya kasihanlah m ereka yang
m enj adi perm ainannya. Asal ingat saj a bahwa CI NTA KASI H dan NAFSU BI RAHI
adalah dua sifat yang j auh berbeda akan t et api berm uka kem bar! Berm uka sam a
sehingga sukar bagi orang m uda unt uk m em perbedakannya. Karena keliru
m engenal inilah yang suka m em bawa m alapet aka. Nafsu birahi disangka cint a,
maka terseretlah ia ke jurang kehancuran.
Dem ikianlah pula dengan Bu Song dan Sum a Ceng. Keduanya m abok oleh gelora
cint a sehingga sem ua pengert ian t ent ang perbedaan t em pat m ereka, pengert ian
t ent ang t idak adanya kem ungkinan bagi m ereka unt uk berj odoh, hancur lebur
dan t erlupa sam a sekali. Hanya t uj uh hari m ereka dapat bert ahan. Malam ke
delapan, lewat t engah m alam , Bu Song t ak dapat m enahan dirinya dan ia sudah
berada di dalam pondok kecil di ujung taman, meniup sulingnya.
Seakan- akan suara suling it u dapat m enem busi kam arnya yang am at rapat ,
Sum a Ceng yang j uga t idak dapat m enahan dirinya lagi sudah m enyelinap keluar

Suling Mas Kho Ping Hoo 405


dan berlari- lari m em asuki t am an, t erus m enuj u ke uj ung t am an, ke pondok dari
m ana kini t erdengar j elas alunan suara suling. Terengah- engah, bukan karena
lari t adi m elainkan karena debar j ant ung yang m enggelora, Sum a Ceng t iba di
depan pondok. Suara suling t erhent i karena Bu Song sudah m endengar
kedat angannya. Pem uda it u berlari keluar, m ereka berhadapan dan sepert i t ak
kuat m enghadapi daya t arik besi sem brani yang m em ancar dari keduanya,
mereka saling tubruk dan saling rangkul!
"Aku tahu kau akan datang..." "Aku pun tahu kau menanti di sini..."
Hanya it u ucapan m ereka sebagai penggant i pernyat an bahwa m asing- masing
t ahu hat i m asing- m asing, t ahu bahwa m ereka saling m encint a. Sam bil
bergandeng t angan m ereka m em asuki pondok m erah, duduk di at as bangku di
mana tadi Bu Song termenung dan menyuling.
Bu Song m erasa seakan- akan Eng Eng hidup kem bali. I a t akut akan kehilangan
lagi, sepert i seorang k anak- kanak pernah kehilangan benda m ainan t ersayang
kini t akut kalau yang t elah ket em u akan hilang lagi, didekapnya erat - erat . Sum a
Ceng sebaliknya j uga m asih sadar bahwa sekali wakt u ia akan kehilangan
pem uda yang t elah m eram pas hat inya ini, pem uda yang sudah m erenggut kasih
sayangnya. Kesadaran inilah yang m em buat gadis it u nekat , m enyerahkan diri
dengan t ulus ikhlas kepada pem uda yang t akkan m ungkin m enj adi m iliknya ini.
Keduanya m abok lupa, dan t anpa m ereka sadari m ereka m enyerahkan diri
kepada nafsu berahi. Nafsu birahi sepert i pusingan air yang am at kuat . Sekali
orang t erseret , akan dibawa berpusing dan t enggelam , m akin lam a m akin dalam
dan takkan timbul kembali, sebelum... mati!
Hanya bulan dan kadang- kadang m alam gelap sunyi yang m enget ahui. Hany a
pondok m erah di uj ung t am an m enj adi saksi bisu akan pert em uan- pertemuan
dua orang m uda yang m abok nafsu dibuai gelora cint a kasih. Nafsu saudara loba,
dit urut i m akin m enj adi, diberi sedikit ingin banyak, diikut i sehast a ingin sedepa.
Pertemuan dan hubungan dilanjutkan. Mesra.
Akhirnya t iba saat nya yang m em bukt ikan bahwa segala sesuat u di dunia ini
t idaklah kekal adanya. Bahwa kesenangan di dunia ini t iada lain hanyalah
keindahan- keindahan yang dibentuk sekelompok awan di angkasa raya. Sewaktu-
wakt u akan buyar kehilangan bent uk oleh t iupan angin. Bahkan banyak kalanya
buyar dan berubah menjadi awan menghitam yang buruk menakutkan!
Malam it ulah t erj adinya. Malam yang t akkan t erlupa oleh Bu Song m aupun oleh
Suma Ceng. Malam yang gelap tiada bulan tiada bintang, atau lebih tepat, malam
yang t erselim ut awan. Malam yang dingin. Nam un di dalam pondok m erah it u
yang ada hanyalah t erang dalam dua hat i yang berpadu kasih, yang ada
hanyalah panas dalam dua tubuh yang dicekam nafsu birahi!
Sesosok bayangan berkelebat di depa pondok. Gerakannya cepat dan gesit sekali.
bayangan it u m endekam di uj ung pondok, m enant i. Sepert i biasa, Bu Song
m enggandeng t angan kekasihnya dan berdua m ereka bergandengan t angan
m enuj u ke pint u bulan. Sam pai di sit ulah Bu Song m egant ar kekasihnya.
Kem udian sej enak saling rangkul, saling cium sebagai salam perpisahan m alam
itu.
Tiba- t iba bayangan yang sej ak t adi m engikut i m ereka, m eloncat dan m em ukul
m uka Bu Song. Bu Song t erhuyung dan roboh. Sum a Ceng m enj erit t ert ahan
Suma Boan sudah berdiri di depan mereka dengan mata melotot!
" Lekas kem bali ke kam arm u! " bent ak Sum a Boan kepada adiknya yang berlari
sambil terisak menangis.
Bu Song merangkak bangun, akan tetapi ia roboh kembali ketika kaki Suma Boan
m enendang dadanya. Kem udian put era pangeran it u m encengkeram ram but nya
dan m enyeret nya ke belakang ist ana, sepert i seorang j agal m enyeret seekor
domba dibawa ke penjagalan.
"Bedebah! Anjing tak kenal budi!" Suma Boan memaki bekas sahabatnya.
Bu Song diam saj a. Pikirannya m engakui kesalahannya, akan t et api hat inya
m em beront ak. Hat inya t idak m au m engakui salah. I a dan Ceng Ceng saling
mencinta. Apa salahnya?

Suling Mas Kho Ping Hoo 406


Di belakang ist ana, Sum a Boan m em anggil seorang pengawal. I a m endorong
t ubuh Bu Song sam pai t erkapar di at as t anah. " I kat dia pada pohon it u! "
perintahnya.
Pelayan it u m enyeringai. I a m engenal Bu Song dan ia t idak t ahu m engapa
m aj ikannya m arah- m arah kepada pegawai m uda ini. Akan t et api Bu Song
bukanlah sahabat para pengawal. Pengawal- pengawal adalah orang- orang yang
m engut am akan kekerasan dan kekuat an. Seorang pem uda lem ah t ukang pegang
pena dan kert as t ent u saj a bukan golongan m ereka dan m ereka m enganggapnya
rendah. Dengan kasar ia m enarik lengan Bu Song, m enelikungnya ke belakang
lalu m edorong pem uda it u ke arah pohon. Kem udian m engikat kedua t angan Bu
Song ke belakang pohon it u dengan sehelai t am bang yang besar dan kuat .
Ham pir pat ah rasanya t ulang lengan Bu Song. I a m erasa bet apa sam bungan
t ulang pundaknya sakit - sakit dan ham pir t erlepas. Nam un sedikit pun t idak
pernah t erdengar keluhan dari m ulut nya. Dia seorang pem uda yang t ahan derit a,
daya t ahannya luar biasa berkat gem blengan yang t ak diket ahuinya sendiri dari
suhunya, Kim- mo Taisu.
" Hayo, sekarang kau m au bicara apa? Keparat kurang aj ar! " Sum a Boan
m elangkah m aj u dan " plak- plak- plak! " kedua pipi Bu Song dit am par sekerasnya
sampai kepala Bu Song bergoyang- goyang ke kanan kiri.
"Suma- kongcu, bicara apa lagi? Aku dan dia saling m encint a, kalau it u kau
anggap bersalah, bunuhlah, aku tidak takut mati."
"Setan...!" Suma Boan marah sekali, tangan kanannya memukul dada dan tangan
kiri m enghant am ke arah perut . Bu Song m aklum akan hebat nya pukulan yang
melayang dat ang. I a t idak t akut m at i, akan t et api ngeri j uga m em bayangkan
rasa nyeri dipukul m aka ot om at is hawa sakt i di t ubuhnya berkum pul ke arah
dada dan perut.
" Dukk! Duukk! " Dua pukulan hebat it u t ent u akan m enghabiskan nyawa orang.
Akan t et api alangkah kaget dan herannya hat i Sum a Boan ket ika pukulannya
bert em u dengan kulit yang keras sehingga pukulan- pukulan it u m em balik.
Namun Bu Song menjadi sesak napasnya dan terengah- engah.
" Jaga dia di sini sam pai pagi, kalau banyak cakap boleh pukul m ukanya t api
j angan dibunuh! " akhirnya Sum a Boan m eludahi m uka Bu Song dan pergi dari
t em pat it u. Pengawal it u t ert awa ha- ha- hi- hi lalu duduk bersandar bat u karang
hiasan di belakang istana.
Kiranya Sum a Boan m elaporkan kepada ayahnya t ent ang perist iwa sem alam .
Tentu saj a Pangeran Sum a Kong m enj adi kaget bukan m ain dan m arah sekali.
" Keparat , anak set an t idak m engenal budi orang! Bunuh saj a dia! Siksa biar t ahu
rasa! " Kem udian pangeran ini m elangkah lebar m enuj u ke kam ar anaknya, Sum a
Ceng.
Wakt u it u m at ahari t elah bersinar t erang. Sum a Boan m enuj u ke belakang ist ana
dan m akin gem as hat inya m elihat Bu Song t erikat di pohon it u. Alangkah t enang
waj ah pem uda it u, pikirnya. Sedikit pun t idak m em perlihat kan ket akut an. Si
Pengawal cepat bangkit berdiri ketika melihat majikannya muncul.
" A Piauw, urusan dengan bedebah ini adalah urusan ant ara dia dan aku. Hanya
engkau yang m enj adi saksi. Tak perlu kaubicarakan dengan orang lain. Kalau ada
yang tanya, bilang saja bahwa kau tidak tahu. Mengerti?" "Baik, Kongcu."
Bu Song m engangkat m ukanya m em andang Sum a Boan, lalu berkat a, " Sum a-
kongcu, kau benar, urusan ini adalah urusan ant ara engkau dan aku. Sepert i
kukat akan m alam t adi, kalau kau m enganggap aku t elah m elakukan sesuat u
yang salah dan kau akan m enghukum ku, lakukanlah. Aku bersedia kaubunuh,
akan tetapi jangan kaupersalahkan dia."
" Tut up m ulut ! " bent ak Sum a Boan yang m engeluarkan sebuah bungkusan kecil
dari saku bajunya. "A Piauw, kau ambil secawan arak!"
Pengawal it u t adinya bingung. Unt uk m enghukum seorang lawan, m engapa harus
m engam bil secawan arak? Akan t et api ia t idak berani m em bant ah, berlari cepat
m eninggalkan t em pat it u dan kem bali lagi m em bawa sebuah cawan yang t erisi
arak set engah lebih. Sum a Boan m em buka bungkusannya, m enuangkan sedikit

Suling Mas Kho Ping Hoo 407


bubuk hit am ke dalam cawan. Arak yang t adinya berwarna m erah it u lalu
berubah m enj adi hit am dan m engeluarkan uap! Tahulah Si Pengawal bahwa arak
it u diberi racun. I a m enyeringai heran. Unt uk m em bunuh lawan, m engapa t idak
sekali pukul at au bacok saj a dengan senj at a? Mengapa harus m enggunakan arak
beracun?
" Bu Song, alangkah inginku m enggunakan t anganku sendiri unt uk m em ukulim u
sam pai pecah kepala dan dadam u, at au m enggunakan sebat ang golok
m encincang hancur t ubuhm u. Akan t et api m engingat bahwa engkau pernah
m elayani aku, pernah m enj adi seorang yang kuanggap orangku dan sahabat ku,
biarlah kau m enebus dosam u dengan m inum racun. Akan t et api j angan kira
bahwa kau akan cepat t erbebas dari racun ini. Tidak! Racun ini akan
m enggerogot i ususm u sedikit dem i sedikit , dan kau akan m at i dalam keadaan
m enderit a, biar kau m endapat kesem pat an unt uk m enyesali dosa- dosam u! A
Piauw, minumkan arak itu padanya!"
A Piauw yang ingin m enyenangkan hat i m aj ikannya, m engej ek, " Heh- heh, orang
muda. Silakan minum anggur pengantin..."
" A Piauw t ut up m ulut m u! Apa kau m int a kupecahkan kepalam u! " A Piauw kaget
sekali, t idak m engert i m engapa m aj ikannya begit u m arah. Adapun Bu Song
t ersenyum pahit m endengar ej ekan it u, ej ekan yang am at t epat . I a t idak m inum
anggur pengant in bersam a Sum a Ceng, m elainkan m inum arak beracun unt uk
m enem ui m aut ! I a m enengadah dan m em buka m ulut nya. Akan t et api A Piauw
yang m endongkol oleh bent akan m aj ikannya, m enj am bak ram but Bu Song
dengan t angan kiri, m enarik kepala it u ke belakang, lalu dengan t angan kanan ia
menuangkan arak beracun itu ke dalam mulut Bu Song.
Bu Song m erasa kerongkongannya sepert i dibakar dan kepalanya pening karena
bau arak it u m enyengat hidung. Akan t et api t anpa t akut ia m enelan arak it u ke
dalam perutnya. Kemudian dengan menundukkan mukanya ia menanti datangnya
rasa nyeri yang akan m engerogot i ususnya sepert i yang dikat akan Sum a Boan
t adi. Aneh, sam a sekali t idak ada rasa nyeri it u sungguhpun di dalam perut nya
m ulai bergerak- gerak sepert i banyak hawa di sit u dan t erdengar suara t iada
hentinya seperti air mendidih.
Suma Boan yang m erasa am at benci m engingat perbuat an Bu Song dengan
adiknya, m enant i pem uda it u m enderit a nyeri yang luar biasa. Akan t et api ia
heran. Bu Song sam a sekali t idak m engeluh, sam a sekali t idak m enahan nyeri
yang hebat , bahkan kelihat an t enang- tenang saj a. Pangkal lengannya yang di
t elikung ke belakang dan sem alam t erasa nyeri seakan- akan t erlepas
sam bungannya, kini m alah sudah m em baal dan t idak t erasa apa- apa lagi. Sum a
Boan m enant i sam pai lam a, sam pai m at ahari naik t inggi dan Bu Song kelihat an
lemah oleh lelah, lapar dan haus. Nam un sam a sekali t idak ada t anda- tanda
bahwa racun it u bekerj a dan m engam uk di dalam perut Bu Song. Sum a Boan
m erasa penasaran dan m enyuruh pem bant unya m enelanj angi t ubuh at as Bu
Song agar pem uda it u t ersiksa oleh t erik panas m at ahari. Mem ang niat nya ini
berhasil dan Bu Song m enggeliat - geliat disengat sinar m at ahari. Nam un pem uda
it u t et ap saj a m em bungkam , t ak pernah m engeluh, t ak pernah m int a am pun dan
tidak pernah minta minum.
Menurut perhit ungan Sum a Boan, orang yang m inum racun t adi, t ent u um urnya
t akkan lewat set engah hari. Nam un sam pai m at ahari condong ke barat . Bu Song
masih segar bugar biarpun amat menderita. Hal ini membuat Suma Boan menjadi
penasaran dan m arah sekali. I a m engeluarkan sebat ang cam buk dan m ulailah ia
m encam buki t ubuh at as yang t ak berbaj u it u. Dada, leher, dan m uka Bu Song
sam pai penuh j alur- j alur m erah dan biru dan darah m ulai bercucuran keluar.
Nam un t et ap saj a Sum a Boan sendiri yang kehabisan t enaga saking lelahnya. I a
t elah m encam buki sam pai serat us kali dan kini Bu Song t am pak m enggant ung
pada pohon itu, agaknya pingsan.
" Kauj aga dia m alam ini. Hendak kulihat apakah besok pagi dia m asih dapat
bert ahan hidup. Kalau m alam nant i dia m am pus, t et ap j aga dia. Besok pagi bawa
pergi mayatnya," kata Suma Boan kepada pembantunya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 408


Set elah m elepaskan pandang unt uk t erakhir kalinya dengan senyum m engej ek,
Sum a Boan lalu m em asuki ist ana ayahnya. Kebet ulan sekali seorang pengawal
m encarinya karena ayahnya m em anggil. Set elah ayah dan anak ini bert em u,
mereka berunding.
" Aku sudah m at angkan perj odohan adikm u dengan Perwira Muda Kiang.
Sekarang baiknya perj odohan it u dipercepat . Besok kau pergilah kepada keluarga
Kiang dan m enyam paikan surat desakanku agar pernikahan dapat dilangsungkan
dalam bulan ini at au selam bat nya bulan depan. Aahhh, sungguh m enggelisahkan
hat i benar anak perem puan it u! Kalau t idak ingat bahwa hanya dia seorang
anakku perempuan, lebih baik melihat dia mati di depanku!"
"Ayah, sudah ada jalan terbaik mengapa berpikir demikian? Moi- moi masih terlalu
m uda dan harus diakui bahwa Bu Song m em ang t am pan dan sikapnya m enarik
hat i. Yang berdosa besar adalah Bu Song. Tent u dia yang m em ikat Moi- moi
sehingga terjerumus...."
" Bagaim ana dia? Bagaim ana keparat j ahanam it u? sudah kaubikin m am pus?"
Sum a Boan m engangguk. " Malam nant i t ent u dia m at i. Aku m em biarkan dia m at i
dalam keadaan menderita untuk menebus dosanya!"
Malam it u gelap gulit a. Apalagi di bagian belakang ist ana, karena m alam it u
sem ua pelayan at au pengawal dilarang m em asuki kebun it u. Keluarga Suma
tentu saja ingin menyimpan peristiwa itu, tidak ingin membiarkan orang luar tahu
akan hubungan yang t erj adi ant ara put eri Sum a dengan seorang pegawai
rendahan!
A Piauw si pengawal it u m akan dan m inum arak di bawah pohon. I a dikirim oleh
seorang pengawal lain at as perint ah Sum a Boan. Sam bil m inum arak A Piauw
m em andang ke arah t ubuh yang m asih lem as t ergant ung pada bat ang pohon.
Diam- diam ia m erasa am at kagum pada pem uda lem ah it u. Seorang pem uda
sast rawan yang t ent u saj a bert ubuh lem ah, akan t et api sedikit pun t idak
m engeluarkan rint ihan at au keluhan, padahal ia t elah diberi m inum racun yang
m erusak usus dan dicam buki sam pai serat us kali oleh Sum a- kongcu yang
t erkenal m em punyai t angan yang kuat sekali! A Piauw m enggeleng- geleng
kepala. Kalau t idak m elihat dengan m at a kepala sendiri, t ent u ia t idak akan sudi
percaya. Mana ada seorang pem uda lem ah dapat m enahan segala derit a t anpa
mengeluh satu kalipun?
Angin m alam bert iup dan daun- daun pohon bergoyang. A Piauw m enarik leher
baj unya ke at as. Ent ah m engapa, ia m erasa bergidik. Sudah m at ikah pem uda
it u? Berpikir dem ikian, ia bangkit berdiri dan m engham piri t ubuh Bu Song. Muk a
it u m asih t unduk, akan t et api ket ika ia m endekat , Bu Song m engangkat m uka.
Sepasang m at anya m asih bersinar t aj am . A Piauw m undur lagi dan m akin serem .
Pem uda ini bukan orang sem barangan, pikirnya. Bagaim ana kalau sam pai besok
pagi belum m at i? Ah, t erserah Kongcu saj a pikirnya. Tugasnya hanya m enj aga
dan apa sukarnya m enj aga seorang yang sudah set engah m at i dan t erikat pada
pohon?
Kembali angin membuat daun- daun pohon bergoyang. Akan tetapi pohon di mana
Bu Song t erikat , t erlam pau keras goyangnya. Keadaan am at gelap dan lam pu
gant ung yang berada di at as kepala A Piauw, t ergant ung pada bat u karang. A
Piauw m enj adi curiga dan m endekat i Bu Song. Akan t et api m at anya t erbelalak
ket ika m elihat Bu Song sudah t erlepas dari ikat an, dan seorang kakek m erangkul
pundaknya.
" Heee...! Apa... siapa..." Hanya sekian saj a A Piauw m am pu m engeluarkan kat a-
kat a karena t ubuhya seolah- olah m enj adi lum puh seket ika dan ia roboh sepert i
kain basah j at uh dari sam piran. I a t ak m am pu bergerak m aupun m engeluarkan
suara, hanya m at anya m elot ot m enyaksikan bet apa kakek it u berkelebat pergi
sambil mengempit tubuh Bu Song.
Penolong Bu Song it u bukan lain adalah Kim - m o Taisu. Kakek ini berm aksud
mencari dan mengunjungi muridnya. Siang tadi ia mendengar dari Ciu Tiang akan
nasib baik Bu Song yang di t erim a m enj adi pegawai Pangeran Sum a Kong. Diam -
diam Kim - m o Taisu m enj adi t idak senang hat inya. I a sudah m endengar siapa

Suling Mas Kho Ping Hoo 409


adanya Pangeran Sum a Kong, seorang bangsawan t inggi t ukang korup. I a
khawat ir kalau- kalau Bu Song akan m enj adi rusak set elah m enj adi kaki t angan
pem besar korupt or it u. Maka sengaj a m alam it u ia pergi m enyelidiki dan
m em asuki kom pleks ist ana Pangeran Sum a Kong m elalui t em bok belakang. Dan
kebet ulan sekali ia m elihat bet apa m uridnya t erikat pada pohon dengan t ubuh
bekas siksaan, m aka ia cepat m enolongnya dan m em bawanya pergi keluar dari
tembok kebun istana.
Dapat dibayangkan bet apa kaget nya hat i Ciu Tang ket ika Kim - m o Taisu dat ang
lagi m em bawa t ubuh Bu Song yang lem ah dan m asih pingsan. Cepat ia
m em bant u dan set elah t ubuh pem uda it u dibaringkan, Kim - m o Taisu segera
m em eriksanya. Lega hat i kakek ini ket ika m endapat kenyat aan bahwa m uridny a
t idak m enderit a luka hebat , hanya luka di kulit saj a. Akan t et api m elihat
keadaannya, hatinya menjadi panas. Siksaan itu keterlaluan sekali dan kalau saja
m uridnya t idak m em iliki hawa sakt i dalam t ubuh dan m em iliki daya t ahan yang
luar biasa, t ent u Bu Song sudah m at i. Kakek ini sam a sekali t idak t ahu bahwa Bu
Song m alah t elah diberi racun m inum racun hebat yang unt ung sekali t idak
m em bunuhnya karena t ubuh Bu Song sudah kebal set elah pem uda ini
menghabiskan obat sarang burung rajawali hitam.
Set elah diberi m inum obat penguat , dalam wakt u sat u j am saj a Bu Song sudah
sium an. I a m em buka m at anya dan m em ang t adi ket ika t ert olong, ia dalam
keadaan sadar. Cepat ia t urun dari pem baringan dan m enj at uhkan diri berlut ut di
depan Kim - m o Taisu yang m enj aganya di sit u. Kakek ini m em beri isyarat kepada
Ciu Tang unt uk keluar dari kam ar, kem udian ia m enut up daun pint u dan
m enyuruh m uridnya duduk kem bali di pem baringan. " Cerit akan apa yang t erj adi
padamu," kata guru ini dengan pandang mata tajam.
Bu Song m enj adi rikuh sekali, m erasa m alu dan t idak enak hat i. Gurunya ini j uga
bekas calon m ert uanya. Bagaim ana hat inya akan m erasa enak kalau bercerit a
bahwa dia m engadakan hubungan dengan put eri Pangeran Sum a, ket ahuan dan
dihaj ar sepert i it u? Bukankah gurunya akan m enganggapnya seorang laki- laki
hina dan rendah, bahkan m ungkin dianggapnya dia seorang pem uda hidung
belang at au m at a keranj ang? Akan t et api, unt uk berbohong t erhadap suhunya ia
tidak mau, maka sambil menundukkan mukanya ia berkata.
" Suhu, m urid selayaknya m enerim a kem at ian. Agaknya Suhu t elah m embuang
t enaga sia- sia dengan m enolong m urid yang m urt ad dan berdosa. Teecu ( m urid)
akan m encerit akan segalanya secara t erus t erang dan andaikat a Suhu m enj adi
m arah dan lalu m enghukum at au m em bunuh t eecu, t eecu akan m enerim a
dengan hat i rela." Kem udian ia m encerit akan sem ua pengalam annya, sem enj ak
ia turun gunung pergi ke kota raja, tentang pertemuannya dengan Kakek Kong Lo
Sengj in, t ent ang uj ian dan kem ungkinan t ent ang perist iwa ant ara dia dan Sum a
Ceng.
" Suhu, t eecu t elah berdosa. Teecu t elah kehilangan kekuat an bat in, t idak kuasa
m enghindarkan diri daripada perbudakan nafsu sepert i yang diaj arkan Suhu.
Teecu t idak berdaya, bert em u dengan Sum a Ceng m em buat t eecu ingat kepada
Eng Eng dan segala sesuat u t idak dapat t eecu hindarkan lagi. Teecu m enerim a
salah dan t erserah kepada hukum an Suhu." Bu Song m enut up cerit anya sam bil
menundukkan muka.
Kim- m o Taisu m endengarkan sem ua penut uran m uridnya dengan t erm enung.
Terbayanglah segala pengalam annya dengan wanit a. Dia pun banyak m engalam i
malapetaka dan penderitaan karena cinta. Dalam cinta kasih, ia selalu mengalami
kegagalan dan kesialan! Mengapa hal yang buruk it u agaknya m enurun kepada
m uridnya? Akan t et api, ada hal yang m em buat ia penasaran dan m arah sekali
ket ika m endengar cerit a m uridnya. Yait u t ent ang Kong Lo Sengj in t ent ang
percakapan ant ara Kong Lo Sengj in dan t okoh- t okoh Hui- to- pang. Kiranya yang
m enyuruh bunuh ist erinya adalah Kong Lo Sengj in, pam an ist erinya sendiri!
Kiranya pam annya yang t erlalu besar nafsunya akan kedudukan dan kem uliaan
dunia it u t elah sengaj a m em bangkit kan am arah dalam hat inya dengan j alan

Suling Mas Kho Ping Hoo 410


m enyuruh bunuh ist erinya dan m elakukan fit nah bahwa yang m enyuruh bunuh
adalah musuh- musuhnya!
" Bu Song, set elah engkau m engalam i banyak penghinaan dari orang- orang yang
m em iliki kepandaian silat , apakah engkau m asih m enganggap bahwa ilm u silat
adalah rendah dan tidak patut dipelajari oleh orang budiman?"
Bu Song diam saj a, t idak dapat m enj awab. Mem ang banyak sudah kenyat aan
menimpa dirinya hanya karena ia seorang lemah.
" Andaikat a engkau dahulu belaj ar ilm u silat dariku, apa kaukira Sum a Boan
berani m enyiksam u? Bahkan m ungkin Sum a Ceng dapat m enj adi j odohm u
karena t idak ada orang berani m elarangm u! I lm u adalah ilm u, baik it u ilm u silat
( bu) at aukah ilm u surat ( bun) . I lm u t et ap ilm u, t it ik. Tidak bisa dibilang baik
m aupun buruk. Sem ua benda di dunia ini t idak punya sifat baik at au pun buruk.
Yang ada hanya waj ar, sudah sem est inya begit u, t idak baik t idak buruk. Baik
buruknya t ergant ung kepada si m anusia yang m em anfaat kannya. Karena
sesungguhnya, ist ilah baik dan buruk adalah cipt aan m anusia sendiri. Baik
buruknya t ergant ung dari m anusia, kalau dipergunakan unt uk kebaikan m aka
it ulah ilm u yang baik. Kalau dipergunakan unt uk kej ahat an, m aka buruklah ilm u
it u! Sepert i halnya sem ua anggot a t ubuh, m isalnya m ulut . Mulut t et ap m ulut ,
t idak baik t idak buruk. Kalau dipergunakannya hanya unt uk m enj adi j alan
m asuknya m akan m inum yang enak- enak dan m enj adi j alan keluarnya m aki-
m akian, ucapan kurang aj ar, fit nah dan t ipu, m aka buruklah m ulut it u! Akan
t et api kalau dipergunakan m enj adi j alan m asuk m inum yang sehat dan j alan
keluar omongan yang baik- baik bagi manusia lain, maka baiklah mulut itu!"
Kim- m o Taisu bicara penuh sem angat dan Bu Song m endengarkan sam bil
menundukkan mukanya, namun dengan penuh perhatian.
" Kau dahulu m enganggap silat it u ilm u kasar unt uk berkelahi dan m em bunuh
orang atau melukainya, maka kau membencinya. Apakah ilmunya yang berkelahi,
m elukai at au m em bunuh orang? Bukan! Melainkan orangnya! Biarpun t ak pandai
silat , apakah t ak dapat berkelahi at au m em bunuh orang? Sebaliknya kalau
dipergunakan baik, m aka ilm u silat am at berguna. Misalnya, unt uk m enj aga diri
daripada hinaan orang- orang yang m erasa dapat berbuat sem aunya karena
kekuat annya, unt uk m enolong orang- orang yang m engalam i penindasan dari
orang- orang j ahat , dan m asih banyak sekali hal- hal baik yang hanya dapat
dilakukan dengan sem purna oleh orang- orang yang pandai ilm u silat . Sekarang
kit a m eninj au ilm u bun ( sast ra) . Kau m elihat sendiri keadaan di kot a raj a.
Siapakah yang duduk di ist ana, m enj adi pem besar- pem besar yang berkekuasaan
dan berpengaruh besar? Mereka ini t ergolog orang pandai sast ra, orang- orang
pint ar dan t erpelaj ar. Akan t et api, apakah m ereka m enggunakan kepandaiannya
it u unt uk kebaikan? Mem ang ada, akan t et api hanya beberapa gelint ir m anusia
saj a! Yang t erbanyak, kepandaiannya it u hanya unt uk m elakukan kej ahat an yang
lebih kej am daripada m em bunuh orang dengan bacokan pedang! Kepint arannya
dipergunakan unt uk " m em int ari" orang lain yang bodoh. Kaulihat , kalau ilm u bun
dipergunakan unt uk kej ahat an, apakah boleh kausebut bahwa ilm u bun it u j ahat
dan buruk?"
Bu Song m engangguk- angguk. " Dahulu pun t eecu sudah pernah Suhu beri
wej angan sepert i sekarang ini sehingga di dalam lubuk hat i t eecu sudah ada
pengert ian sepert i it u. Nam un t eecu t idak percaya oleh karena t adinya t eecu
m engira bahwa orang t erpelaj ar yang m em pelaj ari filsafat hidup dari kit ab- kitab
kuno t ent ulah m enj alani hidup m enurut j ej ak seorang kuncu
( bij aksana/ budim an) . Maka t eecu lebih condong m em pelaj ari bun daripada bu.
Akan tetapi siapa kira, setelah teecu berada di sini, teecu muak! Semua kata- kata
Suhu benar belaka."
"Jadi, sekarang kau mau menjadi muridku, murid ilmu silat?"
Bu Song m enj at uhkan diri berlut ut . "Kalau Suhu m asih percaya kepada t eecu,
kalau Suhu m au m em beri pelaj aran ilm u silat , berart i t eecu m enerim a anugerah
yang tiada bandingannya. Tentu saja teecu akan merasa berterima kasih sekali."

Suling Mas Kho Ping Hoo 411


"Ha- ha- ha- ha- ha! " Baru kali ini sem enj ak bert ahun- t ahun Kim - m o Taisu dapat
t ert awa lagi. " Alangkah lucunya! Padahal di dalam dirim u t elah t erkum pul segala
dasar ilm u silat yang hebat ! Berlat ih set ahun kau akan m em peroleh hasil sepuluh
t ahun, berlat ih dua t ahun akan m em peroleh hasil dua puluh t ahun! Sekarang
m ari kit a berangkat ke ist ana Pangeran Sum a. Kalau m ereka m em andang rendah
kepadam u, kit a bawa kekasihm u it u dengan kekerasan dan kalau perlu, kit a
bunuh Sum a Kong dan put eranya, Sum a Boan yang sudah m enyiksam u!
Pembesar- pembesar korup yang seperti lintah darat, yang telah menghisap darah
rakyat sampai perutnya gendut, sudah sepatutnya dibunuh!"
Bu Song m enubruk kaki suhunya. " Tidak..., j angan, Suhu... am punkan t eecu ,
jangan Suhu lakukan hal itu...!"
Hem m ... ! " Suara Kim - m o Taisu m enj adi dingin sekali. " Kalau kau m asih selem ah
ini, m ana pat ut m enj adi pendekar? Seorang pendekar harus berani m engam bil
t indakan, harus berani berbuat apa saj a, kalau perlu kekerasan, asal sem ua
tindakannya itu beralaskan kebenaran dan keadilan!"
" Bukan sekali- kali t eecu berlem ah hat i. Tidak, Suhu. Hanya... t eecu m enghorm at
dan m enghargai rasa cint a kasih t eecu dan Ceng Ceng. Tidak m au t eecu
m em aksakan cint a secara it u, apalagi m em bawa lari seorang gadis, put eri
pangeran pula. Akan ke m ana larinya nam a baik Sum a Ceng? Teecu am at
m encint any a, t ak m ungkin t eecu berani m elakukan hal it u, m encem arkan nam a
baiknya selam a hidup. Juga t ent ang ayah dan kakaknya, kalau kit a m em bunuh
mereka, bagaimana jadinya dengan nasibnya? Teecu teringat kepada Subo..."
Lem aslah seluruh t ubuh Kim - m o Taisu m endengar ini. Muridnya m engingat kan ia
akan nasib Khu Gin Lin, put eri bangsawan yang m enj adi ist erinya. Sepert i j uga
kekasih m uridnya ini, m endiang ist erinya it u adalah put eri pangeran yang
sekeluarganya terbasmi dan terbunuh. Ia menarik napas panjang.
" Sesukam ulah. Agaknya kau sepert i aku, siap m enderit a karena cint a..." " Teecu
bersum pah t akkan m enj at uhkan hat i cint a kepada wanit a lagi, Suhu." " Ha- ha- ha-
ha! Pat ah hat i? Begit u pula aku dahulu, t api nyat anya..." " Tidak t eecu bet ul- bet ul
bersum pah, selam a hidup t eecu t idak akan m encin..." " Hushhh! Tak perlu
bersumpah. Tidak ada yang m elarang m anusia unt uk bercint a m uridku. Bahkan
Tuhan sendiri pun t idak. Cint a it u anugerah, bahkan hidup ini baru berart i kalau
diisi dengan cint a. Akan t et api, bukan cint a yang digelapkan oleh nafsu. Kelak
engkau akan m engert i sendiri! " Kakek it u m enarik napas panj ang karena t eringat
akan pengalam annya sendiri di wakt u m uda. Sam pai kini pun ia m erasa bahwa
cint a kasihnya yang sej at i adalah pada diri Tok- siauw- kwi Liu Lu Sian, ibu
m uridnya ini. Mungkin karena inilah m aka ia m enganggap Bu Song sepert i
put eranya sendiri, dan ada perasaan sayang am at besar dalam hat inya t erhadap
pemuda ini.
Mereka t idak lam a berada di rum ah Ciu Tang. Malam it u j uga, m enj elang faj ar,
Kim- m o Taisu m engaj ak m uridnya pergi dan keluar dari kot a raj a. Kim - m o Taisu
m aklum bahwa kalau t erlalu lam a m ereka berada di sit u, sudah t ent u Ciu Tang
akan ikut menderita celaka.
Sem enj ak saat it u, m ulailah Bu Song diaj ar ilm u silat . Sepert i ket ika ia
m em pelaj ari ilm u surat , pem uda ini am at t ekun dan penuh perhat ian. Dan baru
t erbukalah m at anya bahwa sesungguhnya di dalam dirinya selam a ini ia t elah
m em iliki t enaga sakt i yang hebat ! Beberapa hari kem udian di dalam sebuah
hut an, ia duduk bersila di depan suhunya yang j uga duduk bersila. I a disuruh
m engat ur napas dan m engum pulkan sem angat sepert i yang ia lat ih sej ak kecil.
Dan sepert i biasa, kalau sudah begit u ia akan m erasa ada hawa panas berkum pul
di pusar.
" Tarik napas dalam - dalam dan t ekan hawa panas it u agar naik ke dadam u."
Terdengar suara gurunya.
Bu Song yang m em ej am kan m at a m enurut kat a- kat a gurunya ini, nam un hawa
panas yang berkum pul di sekit ar bawah pusar it u sukar sekali dit ekan naik. Tiba-
t iba ia m erasa bet apa t angan suhunya m enem pel pada pusarnya dan dari t elapak
t angan suhunya it u keluar get aran hawa yang luar biasa kuat nya. Mem inj am

Suling Mas Kho Ping Hoo 412


t enaga ini ia berusaha lagi dan kali ini berhasil. Hawa panas yang m erupakan
segum pal t enaga it u bergerak naik ke dada, m em buat dadanya sesak dan ia
terengah- engah hendak muntah.
" Bernapas pula perlahan akan t et api gunakan perhat ian agar hawa j angan t urun
kembali. Setelah itu, dorong hawa itu ke arah pundak kanan."
Dem ikianlah, sedikit dem i sedikit Kim - m o Taisu m elat ih m uridnya sehingga
akhirnya, dalam wakt u beberapa hari saj a, Bu Song sudah berhasil m enggunakan
kekuat an unt uk m endorong hawa panas it u m engit ari t ubuhnya, ke m ana pun ia
kehendaki. Dengan t ot okan- t ot okan yang t epat Kim - m o Taisu " m em buka" j alan
darah t ubuh m uridnya, kem udian m ulailah ia m engaj arkan langkah, kuda- kuda,
dan pukulan.
Mem ang bet ul apa yang diucapkan Kim - mo Taisu. Dalam diri Bu Song sudah
t erdapat t enaga sin- kang yang am at kuat sert a sem ua dasar ilm u silat t inggi
m em ang sudah ia pelaj ari m elalui huruf- huruf yang m em bent uk saj ak- saj ak dan
ujar- uj ar yang sengaj a dahulu diselip- selipkan oleh Kim - m o Taisu dalam
pelaj aran ilm u sast era. Kini set elah dilat ih prakt eknya, t ent u saj a Bu Song cepat
sekali dapat m enangkap sert a didorong bakat nya yang luar biasa, sebent ar saj a
ia dapat menguasai setiap gerakan yang betapa sulit pun.
Dalam wakt u set ahun saj a, dengan pet unj uk suhunya, ia m am pu sekali dorong
m erobohkan sebat ang pohon sebesar m anusia! Dalam wakt u enam bulan, gin-
kangnya sudah sedem ikian hebat sehingga ia m am pu m engikut i suhunya
berloncat an di at as pohon sepert i seekor t upai, dan m erobohkan pohon sebesar
manusia dapat ia lakukan dari j arak sat u m et er t anpa m enyent uhnya! Guru dan
m urid ini t idak pernah berhent i berlat ih silat . Siang dan m alam berlat ih t erus dan
berist irahat pun m erupakan lat ihan sam adhi m engum pulkan t enaga sakt i.
Kadang- kadang di wakt u m alam gelap, m ereka berdua sudah berlat ih saling
serang bagaikan dua setan hutan yang berkelebatan di antara pohon- pohon. Kim-
m o Taisu m enggem bleng m uridnya dan m enurunkan seluruh ilm u- ilm unya, t idak
ada yang ia sisakan.
Pada wakt u it u yang m em egang kekuasaan adalah Keraj aan Cou, keraj aan
t erakhir dari j am an Lim a Keraj aan. Sepert i keraj aan- keraj aan yang t erdahulu,
j uga Keraj aan Cou ini t idak lam a m enguasai pem erint ahan ( 951- 960) . Set elah
sem bilan t ahun berdiri, pada t ahun 959, raj a Cou j at uh sakit berat .
Kekuasaannya ia serahkan kepada put era m ahkot a yang pada wakt u it u baru
berusia sebelas t ahun! Sebagai walinya t ent u saj a adalah ibu rat u. Sem enj ak
inilah m aka Keraj aan Cou m enj adi lem ah, karena para panglim anya banyak yang
m erasa t ak senang m elihat bahwa yang m ereka bela hanyalah seorang anak
yang manja serta seorang ibu yang ingin berkuasa saja.
Keraj aan Cou m em punyai seorang panglim a t inggi yang am at dipercaya dan
disayangi oleh Raj a Cou. Panglim a ini bernam a Cao Kuang Yin, seorang ahli
perang yang memang keturunan orang- orang t erkenal. Nenek m oyangnya adalah
orang- orang yang m enduduki j abat an t inggi, m enj adi panglim a sem enj ak j am an
Keraj aan Tang dan bert urut - t urut dalam j am an Lim a Keraj aan it u, nenek m oyang
Cao selalu m enj adi orang- orang pent ing dalam pem erint ahan, t erut am a dalam
ketentaraan.
Sepert i j uga para panglim a dan bangsawan lainnya, diam - diam Cao Kuang Yin
t idak senang akan penggant ian raj a dengan seorang kanak- kanak didam pingi
ibunya yang tamak itu. bakan ketika raja kecil atas desakan ibu suri menjatuhkan
hukum an kepada seorang pej abat t inggi yang m em bant ah perat uran baru
t ent ang pem ungut an paj ak yang diperberat , Panglim a Cao sendiri m enghadap ke
istana dan dengan sejujurnya menyampaikan protes!
Perist iwa ini diikut i dengan hat i t egang oleh para pem besar. Perbuat an Cao ini
dapat dianggap sebagai sikap m em beront ak dan sekali raj a kecil yang
dipengaruhi ibunya it u m enj at uhkan hukum an m at i, panglim a it u t ent u t akkan
t ert olong lagi. Nam un, agaknya ibu suri j uga dapat m elihat bahwa panglim a
besar ini t idak boleh dipandang ringan. Di belakangnya banyak t erdapat pasukan
besar yang m encint anya. Maka unt uk m eredakan ket egangan, ibu suri m enerim a

Suling Mas Kho Ping Hoo 413


prot es it u dan m em bebaskan kem bali pet ugas at au pej abat t inggi yang t erkenal
setia itu.
Nam un perisit wa it u t idak berhent i sam pai di sit u saj a. Pada wakt u it u, m usuh
ut am a Keraj aan Cou, y ait u bangsa Khit an, selalu m em buat kacau di daerah ut ara
dan seringkali m enyerbu kot a- kot a di ut ara. Dengan alasan m enindas kerusuhan
yang dilakukan oleh m usuh it u, raj a kecil at as desakan ibu suri lalu m enj at uhkan
surat perint ah kepada Panglim a Cao Kuang Yin unt uk m em im pin barisannya ke
utara dan memerangi bangsa Khitan.
Sebagai seorang panglim a perang yang set ia, t ent u saj a Panglim a Cao t idak
dapat m em bant ah perint ah raj anya unt uk m enyerbu m usuh. Apa pun alasannya,
kalau ia t idak m ent aat i perint ah ini, t ent u dia akan m enj adi bahan t ert awaan
orang sedunia sebagai seorang panglim a yang t akut perang! Terpaksa Panglim a
Cao m em im pin barisannya bergerak ke ut ara, sungguhpun ia m aklum bahwa
bahaya yang m engancam keraj aan bukan hanya dari bangsa Khit an dan
penjagaan tidak boleh dipusatkan di utara saja.
Para panglim a m uda, para perwira sam pai para anggot a barisan sebagian besar
m erasa t idak puas dan t idak senang dengan t ugas ini. Bukan saj a perj alanan dan
t ugas di ut ara it u am at berat , nam un j uga m ereka dapat m enduga bahwa
perint ah ini m erupakan " pem balasan" dari ibu suri sehingga t ak m ungkin m ereka
akan m enerim a j asa kelak dalam t ugas yang m em pert aruhkan nyawa ini. Diam -
diam para panglim a m uda dan perwira m engadakan perm ufakat an dan
persekutuan, di luar tahu Panglima Cao.
Tuj uh orang panglim a m uda dan sebelas orang perwira berkum pul dalam t enda
besar pada m alam hari it u, ket ika barisan berhent i dan berist irahat set elah
m elakukan perj alanan beberapa hari dari kot a raj a. Mereka berm ufakat unt uk
m em aksa Panglim a Besar Cao Kuang Yin dengan kekerasan agar suka m em im pin
barisan kem bali ke kot a raj a dan m enggem purnya sert a m engam bil alih
kekuasaan. Pendeknya m ereka hendak m em aksa Coa Kuang Yin unt uk
memberontak terhadap raja kecil dan ibu suri!
Tiba- t iba t erdengar suara t ert awa bergelak, sesosok bayangan berkelebat dan
tahu- t ahu seorang kakek aneh t elah berdiri di sudut t enda. Kakek ini sudah t ua
sekali, kedua kakinya dit ekuk bersila, t ergant ung di ant ara dua bat ang t ongkat
yang m enggant ikan kakinya. Tent u saj a delapan belas orang kom andan it u cepat
bangkit dan kaget sert a t erheran- heran. Bagaim ana t enda yang dij aga
sekelilingnya oleh pasukan penj aga dapat kem asukan orang luar t anpa ada yang
t ahu? Karena m ereka sedang m erundingkan urusan rahasia gawat , t ent u saj a
kehadiran seorang luar sepert i kakek ini am at m engej ut kan dan m ereka sudah
mencabut pedang dan golok masing- masing.
"Ha- ha- ha- ha! Cu- wi Ciangkun ( Para Perwira) , harap j angan kaget dan curiga!
Aku dat ang unt uk m em bant u kalian m elaksanakan m aksud hat i kalian yang am at
baik ini. Kerajaan Cou yang lapuk harus diruntuhkan!"
Karena yang m engucapkan kat a- kat a ini seorang luar yang t ak dikenal, t ent u
saj a para panglim a it u m akin kaget dan khawat ir. Dua orang di ant ara para
perwira yang t erkenal hebat kepandaiannya dalam ilm u m em anah, t elah
m enggerakkan t angan dan " serrr! serrr! " dua bat ang anak panah dengan
kecepat an kilat t elah m enyam bar leher dan perut kakek it u! Kakek it u sam a
sekali t idak m engelak at au kelihat an bergerak, agaknya ia t idak m elihat bahwa
dua bat ang anak panah sepert i dua t angan m aut m enj angkau hendak m encabut
nyawanya. Ia masih enak- enak berkata,
" Biarlah aku yang akan m engaj ukan alasan kepada Cao- goanswe ( Jenderal Cao) ,
dan kalau t erj adi kegagalan sehingga kalian t erpaksa m elawannya, aku akan
membantu kalian!"
Delapan belas orang ahli perang it u berdiri dengan m at a t erbelalak kagum dan
keget. Kakek itu masih bicara dan sementara itu, dua batang anak panah seakan-
akan t elah m engenai dada dan leher, akan t et api karena kakek it u bicara sam bil
m enggerakkan kedua t angan, m ereka t idak m elihat bagaim ana sekarang t ahu-

Suling Mas Kho Ping Hoo 414


t ahu kedua bat ang anak panah it u t elah t erj epit di ant ara j ari- j ari t angan kakek
itu!
Seorang panglim a m uda m elangkah m aj u dengan pedang di t angan. " Engkau
siapa? Berani memasuki tenda kami tanpa ijin?"
"Ha- ha- ha! Ciangkun ( Panglim a) , engkau m asih t erlalu m uda unt uk m engenalku.
Akan t et api di ant ara kalian yang sudah t ua t ent u pernah m endengar nam aku.
Dahulu aku disebut Sin- j iu Couw Pa Ong seorang put era pangeran Keraj aan Tang
dan aku m asih ingat akan Cao Beng, Jenderal Keraj aan Tang yang m enj adi kakek
Jenderal Cao Kuang Yin sekarang! Akan tetapi sekarang aku hanya seorang kakek
biasa saja yang disebut Kong Lo Sengjin!"
Kaget lah sem ua orang yang berada di dalam t enda it u. Nam a Sin- j iu Couw Pa
Ong m em ang am at t erkenal. "Dengan cara bagaiam ana kau hendak m encam puri
urusan kami, urusan tentara?"
Kem bali kakek it u t ert awa. " Dalam urusan perang m em ang kalian ahli, dan
m enghadapi barisan t ent u saj a aku t idak berart i. Akan t et api m enghadapi
kekerasan lawan, kiranya aku dapat banyak m em bant u. Misalnya, dengan m udah
aku dapat m elucut i belasan orang lawan. Kalian lihat baik- baik! " Tiba- t iba t ubuh
kakek it u berkelebat m enyerbu m ereka! Kaget lah belasan orang it u. Mereka j uga
bukan orang- orang biasa, m elainkan panglim a- panglim a yang sudah biasa
bert em pur m aka t ent u saj a m ereka it u pandai ilm u silat . Melihat bayangan kakek
it u berkelebat dekat , t anpa ragu- ragu lagi m ereka lalu m enggerakkan senj at a
m ereka m enerj ang. Terdengar suara kaget bergant ian dan dalam sekej ap m at a
saj a sem ua panglim a dan perwira sudah kehilangan senj at a m ereka. Ket ika
m ereka m em andang, t ernyat a pedang dan golok m ereka yang t eram pas secara
aneh it u t elah t ert um puk di at as m ej a dan kakek it upun sudah duduk diat as
bangku dekat meja sambil tersenyum- senyum.
" Bagaim ana? Cukup berhargakah aku m enj adi sekut u kalian?" Mereka lalu duduk
kem bali m engelilingi m ej a. " Mengapa Locianpwe hendak m em bant u kam i?
Dengan m aksud apa?" Tanya seorang panglim a t ua kini m enyebut locianpwe
karena maklum bahwa kakek lumpuh itu benar- benar sakti luar biasa.
" Dengan m aksud apa? Tent u saj a dengan m aksud m enegakkan kem bali
kekuasaan Tang yang sudah runt uh. Jenderal Cao adalah ket urunan dari
pem besar t inggi bangsawan Tang, m aka sudah sepat ut nya j ika beliau diangkat .
Akan tetapi kalau dia menolak, kita bisa memilih lain orang. Bukan Cao- goan- swe
seorang di antara kita yang cakap menggantikan raja kanak- kanak dan ibunya!"
Karena t ert arik oleh kesakt ian Kong Lo Sengj in yang t ent u saj a akan dapat
merupakan pembantu yang amat berharga, akhirnya belasan orang komandan itu
menerima Kong Lo Sengjin menjadi sekutu dan berundinglah mereka tentang niat
mereka memaksa Cao Kuang Yin untuk memberontak.
Pada saat it u, Jenderal Cao Kuang Yin sendiri t idak berada dalam t endanya.
Panglim a ini keluar seorang diri dan kini ia berdiri t erm enung di at as sebuah
gunung kecil, m enat ap angkasa yang dihias bint ang- bint ang gem erlapan. Bulan
seperem pat t am pak doyong di angkasa. Berkali- kali panglim a ini m enarik napas
panj ang, kem udian ia m enengadah ke langit dan keluarlah keluhan hat inya yang
tanpa ia sadari terucapkan mulutnya.
" Liang, Tang, Cin, Han Cou... lim a keraj aan berm unculan, nam un sem ua t idak
berhasil m engam ankan negara m em akm urkan rakyat j elat a. Ahhh, sekian
banyaknya bint ang berm unculan dan berj at uhan, t iada sat u yang m enyinarkan
cahaya menerangi jagad. Bilakah akan muncul sebuah bintang yang demikian?"
Tba- t iba t erdengar keluhan orang lain yang disam bung dengan kat a- kat a seperti
saj ak. " Bila kepalanya benar, kaki t angan yang t idak baik pun dapat
dim anfaat kan. Bila kepalanya t idak benar, kaki t angan yang bet apa baik pun
t idak ada m anfaat nya! Segala sesuat u m em ang sudah dikehendaki Tuhan m aka
dapat t erj adi, akan t et api j ika m anusia t idak berusaha dan hanya m engandalkan
kehendak Tuhan, tiada bedanya ia dengan pohon atau hewan!"
Cao Kuang Yin t erkej ut , apalagi set elah m enengok ia m elihat seorang laki- laki
gagah perkasa yang berpakaian sepert i t osu, berdiri t ak j auh dari sit u, j uga

Suling Mas Kho Ping Hoo 415


m enengadah sam bil m enuangkan arak dari sebuah guci arak. Ucapan t adi
bukanlah kat a- kat a biasa, m aka Cao Kuang Yin dapat m enduga bahwa t ent u
orang ini bukan orang biasa pula, dan cepat ia m enghadapinya sam bil m enj ura
dan berkata,
" Saudara yang baik, ucapanm u benar- benar m engagum kan hat iku akan t et api
j uga m engherankan hat iku akan t et api j uga m engherankan. Sudilah kiranya
memberi penjelasan."
Orang t ua gagah it u bukan lain adalah Kim - m o Taisu. Set elah m enurunkan
sem ua ilm unya kepada Bu Song selam a ham pir t iga t ahun, ia lalu berpisah dari
m uridnya it u yang ia suruh pergi m encari suling em as di Pulau Pek- coa- t o sepert i
yang dicerit akan sast rawan Ciu Gwan Liong kepada Bu Song. Adapun dia sendiri
lalu m ulai pergi m encari Kong Lo Sengj in inilah m aka ia pada saat it u berada di
at as bukit kecil, diam - diam m em bayangi Cao Kuang Yin yang ia kenal sebagai
seorang panglim a besar Keraj aan Cou. Kim - m o Taisu sudah m endengar akan
sem ua urusan di kot a raj a, m aka ia pun t ahu bahwa j enderal ini m em im pin
pasukan besar m enuj u ke ut ara. I a m erasa heran ket ika dalam penyelidikannya
m endapat kenyat aan bahwa orang yang dikej ar- kej arnya, yait u Kong Lo Sengj in,
berada pula di dalam pasukan it u. Tent u saj a ia t idak berani t urun t angan secara
sembrono dalam barisan yang begitu besar.
Kini ia sengaja mendekati Cao Kuang Yin dan sengaja menjawab keluhan jenderal
it u unt uk m engukur isi hat inya. Kini m endengar pert anyaan kom andan it u dan
melihat sikapnya yang wajar dan jujur sopan, diam- diam ia merasa kagum sekali.
Segera Kim- mo Taisu menghadapinya dan membalas hormat selayaknya.
"Cao- goanswe, harap m aafkan kalau saya m enganggu. Tadi saya m endengar
keluhan Goanswe t ent ang lim a keraj aan yang t idak berhasil m engam ankan
negara dan memakmurkan rakyat jelata. Saya merasa cocok dan tanpa disengaja
m engeluarkan kat a- kat a yang m engaget kan Goanswe. Sesungguhnya, negara
kit a banyak m em iliki pat riot - pat riot , pahlawan- pahlawan yang cint a t anah air dan
bangsa, yang set ia kepada negara. Akan t et api, kalau yang m enj abat kaisar t idak
bij aksana dan m em ent ingkan kesenangan pribadi, t ent u saj a para pahlawan it u
akan disalahgunakan t enaganya. Akibat nya, pem im pin- pem im pin yang baik akan
dikesam pingkan, pem besar- pem besar korup penj ilat akan t erpakai. Turunny a
bint ang cem erlang sebagai kaisar t ent u saj a adalah kehendak Thian, akan t et api
sem ua it u hanya akan t erj adi m elalui ikht iar dan usaha m anusia sendiri. I nilah
pendapat saya pribadi, Goanswe, kalau keliru harap dim aafkan." Kim - m o Taisu
menenggak araknya kembali.
" Ah, t idak... t idak keliru! Benar sekali pendapat Saudara. Ah, bukankah saya
berhadapan dengan Kim - m o Taisu...?" " Cao- goanswe berm at a t aj am , benar-
benar saya kagum sekali," kata Kim- mo Taisu.
Jenderal it u t ert awa. "Nam a Taisu m enj ulang set inggi Gunung Thai- san. Kipas di
pinggang, pedang di punggung dan guci arak di t angan, kem udian m engeluarkan
pendapat sedemikian bijaksana, siapa lagi orangnya kalau bukan Kim- mo Taisu?"
Tiba- t iba t erdengar suara berisik dan m uncullah belasan orang yang sert a m ert a
m enerj ang Cao Kuang Yin dengan m ereka! " Bunuh! Serbu cepat selagi ada
kesem pat an baik! " Begit ulah t eriakan- t eriakan m ereka. Gerakan m ereka cepat
dan ringan tanda bahwa mereka adalah orang- orang yang berilmu tinggi.
Cao Kuang Yin kaget sekali, cepat ia m engelak dari dua buah sam baran golok
sam bil m elom pat m undur dan m encabut pedangnya. "Kalian siapakah? Tidak
melihat bahwa aku Jenderal Cao? Mundur!!"
"Ha- ha- ha, j ust eru kam i m encari dan harus m em bunuh Jenderal Cao! " seorang di
antara mereka berseru.
Mereka sem ua ada dua belas orang yang kini m engurung. Ket ika j enderal it u
hendak m enerj ang m encari j alan keluar, t ibat - t iba Kim - m o Taisu berkat a,
" Tenanglah, Goanswe dan serahkan m ereka kepadaku! " Set elah berkat a
dem ikian, Kim - m o Taisu yang t adi m enenggak araknya, m enurunkan gucinya,
kem udian t iba- t iba ia m enyem burkan arak sam bil m em ut ar- m ut ar t ubuhnya.
Terdengar t eriakan- t eriakan kaget ket ika dua belas orang it u m erasai sam baran

Suling Mas Kho Ping Hoo 416


arak yang sepert i j arum - j arum disebar. Sebelum hilang kekaget an m ereka, t iba-
t iba Kim - m o Taisu sudah bergerak cepat sekali, m enggunakan kipasnya dan
set iap kali kipasnya bergerak, seorang pengeroyok roboh. Hiruk- pikuk suara
m ereka, golok dan pedang bet erbangan dan dalam wakt u beberapa m enit saj a
dua belas orang itu sudah roboh tak berkutik!
" Jangan bunuh sem ua! " Cao Kuang Yin m encegah, nam un t erlam bat . Orang
terakhir sudah roboh pula.
Jenderal it u cepat m elom pat ke dekat orang t erakhir yang m asih bergerak- gerak,
kem udian ia m enj am bak leher baj u orang it u dan m em bent ak. " Hayo m engaku!
Siapa menyuruh kalian!"
Orang it u berusaha m em buka m ulut , akan t et api suara yang keluar hanyalah
suara sepert i babi disem belih karena j alan darahnya sudah put us oleh ket ukan
gagang kipas dan ia hanya dapat m enuding- nudingkan t elunj uknya, lalu lem as
dan nyawanya melayang.
"Cao- goanswe, orang- orang yang berbuat khianat m acam m ereka ini sudah
sepatutnya dibunuh semua," kata Kim- mo Taisu.
"Ah, akan tetapi saya ingin mengetahui siapakah pesuruh mereka."
" Dia t adi m enunj uk ke arah selat an, ke arah kot a raj a. Agaknya dari kot a raj a
datangnya perintah."
Cao Kuang Yin mengerutkan keningnya. Ia mengingat- ingat dan merasa bahwa di
kot a raj a dia t idak m em punyai m usuh. Kecuali ibu suri t ent unya karena ia t elah
m engaj ukan prot es. Mungkinkah ibu suri yang m engirim pem bunuh- pembunuh
ini?
"Taisu telah menyelamatkan nyawa saya, sungguh merupakan budi besar."
" Penyelam at at au pencabut nyawa hanyalah m enj adi kekusaan Thian!
Sungguhpun kebet ulan saya berada di sini ket ika Goanswe diserang orang- orang
it u, akan t et api sesungguhnya bukan karena kebet ulan saya m endekat i Goanswe.
Saya m em ang sengaj a m em bayangi Goanswe ke t em pat ini karena m aksud
tertentu."
" Ahh...?" Jenderal Cao kaget dan m em andang t aj am . " Maksud apakah?" " Saya
m em punyai urusan pribadi dengan orang yang kini kebet ulan berada dalam
barisan Goanswe. Tanpa perkenan Goanswe saya t idak berani m encari keribut an
dalam pasukan Goanswe."
Jenderal it u m engelus j enggot nya. " Hem m , siapakah orang it u?" " Dia adalah
Kong Lo Sengjin, atau dahulu terkenal dengan nama Sin- jiu Couw Pa Ong!"
" Hah? Sin- j iu Couw Pa Ong? Akan t et api dalam barisanku t idak ada Kakek
terkenal itu!"
" Sudah lam a saya m engej arnya dan t idak salah lagi, dia berada dalam barisan
Goanswe."
"Kalau begitu, biarlah kita periksa besok. Marilah Taisu ikut bersama saya. Malam
ini harap Taisu suka m enem ani saya dan besok kit a sam a- sam a m em eriksa.
Kalau bet ul ada Kakek it u dengan barisan, sudah t ent u saya perkenankan Taisu
unt uk m enyelesaikan urusan pribadi Taisu dengan dia t anpa cam pur t angan
kami."
" Terim a kasih. Goanswe benar bij aksana." Kim - m o Taisu m em beri horm at ,
kemudian mereka berdua berjalan bersama kembali ke perkemahan.
Jenderal Cao bercakap- cakap dan rasa cocok sekali dengan pendekar itu sehingga
m ereka bercakap- cakap sam pai j auh m alam . Kim - m o Taisu diberi t em pat
m engaso dekat t enda besar dan lewat t engah m alam barulah keduanya
menghentikan percakapan lalu tidur di kemah masing- masing.
Perist iwa bersej arah it u t erj adi pada pagi hari benar, ket ika m at ahari belum
m uncul, baru sinarnya kem erahan yang nam pak. Pada saat it u, Panglim a Besar
Cao Kuang Yin m asih t idur nyenyak. Tiba- t iba ia t erbangun dengan kaget dan
tahu- t ahu di dalam kem ahnya t elah penuh orang. Tuj uh orang panglim a
bawahannya dan sebelas orang perwira, kesem uanya adalah kom andan-
komandan pasukan dalam barisan yang ia pimpin, telah hadir di dalam kemahnya
dan di ant ara m ereka t am pak seorang kakek lum puh bert ongkat . Panglim a t ert ua

Suling Mas Kho Ping Hoo 417


m em bawa sebuah baki perak yang dit ut up sut era kuning dan para kom andan
yang lain berdiri dengan pedang di tangan!
" Heee! Apa art inya ini? Apa kehendak kalian sepagi ini t anpa dipanggil m em asuki
kemahku dan mengganggu orang tidur?" Cao Kuang Yin berseru sambil melompat
t urun dari perm baringannya. I a sam a sekali t idak m erasa khawat ir karena ia
percaya penuh kepada sem ua pem bant unya ini yang ia t ahu am at set ia dan
sayang kepadanya.
" Kam i m enghadap Goanswe unt uk m em persilakan Goanswe unt uk
m em persilahkan Goanswe m engenakan pakaian ini kem udian m em im pin kam i
semua kembali ke kota raja," kata panglima tertua itu sambil menyodorkan baki.
Cao Kuang Yin m erasa heran, m engerut kan keningnya dan m em buka sut era
kuning yang m enut upi baki. Di at as baki it u, t erlipat rapi, t am pak sat u st el
pakaian berwarna kuning bersulam kan naga. Kaget lah Cao Kuang Yin. Pakaian
sepert i it u adalah pakaian kaisar! Pakaian seorang raj a besar! Mereka ini
menghendaki ia m engenakan pakaian kaisar dan m em im pin m ereka kem bali ke
kot a raj a. I t u berart i bahwa m ereka ini m enghendaki ia m em beront ak dan
menggantikan kedudukan raja!
"Ah, mana mungkin...?" Ia membantah dan undur dua langkah.
Kakek lum puh it u m enggerakkan t ongkat nya m aj u, akan t et api pada saat it u
berkelebat bayangan orang dan t ahu- t ahu Kim - m o Taisu t elah m enerobos dari
belakang Cao Kuang Yin dengan m erobek t enda. Dengan sikap t enang ia berdiri
di sebelah kiri panglima itu dan berkata,
"Coa- goanswe, apakah mereka ini perlu dibasmi?"
Akan tetapi Cao Kuang Yin menggeleng kepala. "Biarkan mereka bicara dulu."
Kakek it u yang bukan lain adalah Kong Lo Sengj in, kaget sekali m elihat
m unculnya Kim - m o Taisu, akan t et api set elah m engenalnya ia pun t ersenyum ,
dan kemudian berkata,
" Bagus! Hadirnya Kim - m o Taisu m erupakan penam bahan kekuat an kit a. Cao-
goanswe, perkenalkanlah, aku adalah Sinj iu Couw Pa Ong. Aku m engenal baik
kakekm u yang m enj adi panglim a ket ika m asa j ayanya Keraj aan Tang. Sem enj ak
Keraj aan Tang roboh oleh para pengkhianat bangsa, raj a- raj a berm unculan akan
t et api sam pai sekarang pun t idak ada raj a yang cukup bij aksana sepert i dikala
Keraj aan Tang. Oleh karena it u, para Ciangkun ini berm ufakat unt uk m engangkat
Goanswe m enj adi raj a baru dan kit a sem ua kem bali ke kot a raj a unt uk
m engam bil alih kekuasaan. Harap saj a Goanswe t idak m enolak oleh karena
keput usan para Ciangkun ini sudah bulat . Dan karena hal ini cocok dengan cit a-
cit aku, m aka aku pun m em asuki persekut uan ini. Kuharap saj a t idak perlu aku
harus menghadapi cucu bekas sahabatku sebagai musuh!"
Sebelum Cao Kuang Yin m enj awab. Kim - m o Taisu yang sudah m endahuluinya,
berkat a kepada Kong Lo Sengj in at au Couw Pa Ong, " Kong Lo Sengj in, t ak perlu
kau ikut bicara, karena kat a- kat a perbuat anm u berdasarkan kepalsuan belaka,
sepert i pengkhianat anm u m enyuruh bunuh ist eriku! Biarkan Cao- goanswe
berurusan sendiri dengan para panglim anya, dan nant i set elah selesai, akulah
yang akan berurusan dengan kau!"
Berubah waj ah Kong Lo Sengj in m endengar ucapan ini, akan t et api ia lalu
m undur dan m at anya m em ancarkan kem arahan besar. Sem ent ara it u, panglim a
t ua yang m em bawa baki sudah m enekuk lut ut di depan Cao Kuang Yin sam bil
berkata,
" Kam i sem ua m engharap agar Goanswe t idak m enyia- nyiakan kesem pat an ini.
Kot a raj a sedang kosong, m engam bil alih kekuasaan am at lah m udah bagi kit a.
Kam i sem ua m engharapkan pim pinan seorang raj a yang kuat , bukan seorang
anak- anak di pangkuan ibunya yang lem ah! Kam i t elah bert ekad bulat
m engangkat Goanswe m enj adi kaisar baru dan m em im pin kam i m enyerbu ke
kota raja."
" Kam i landasi ket ekat an ini dengan nyawa kam i! " Terdengar riuh para panglim a
dan perwira itu menyambung ucapan panglima tua ini.

Suling Mas Kho Ping Hoo 418


Suasana m enj adi sunyi dan t egang. Ot ot - ot ot di t ubuh m ereka sem ua, t erm asuk
Kim- m o Taisu dan Kong Lo sengj in, m enegang dan m ereka sudah siap. Mat i
hidup dan bert anding m at i- m at ian hanya t ergant ung daripada j awaban Cao
Kuang Yin yang m asih berdiri t erm enung, m em andang pakaian kuning yang
berada di at as baki. Waj ahnya m enj adi pucat , keningnya berkerut - kerut,
m at anya m em ancarkan sinar aneh. Di dalam hat inya t im bul berm acam perasaan,
dalam ot aknya berkelebat m acam - m acam pikiran. Mem ang berat baginya, bagi
seorang pat riot yang sem enj ak nenek m oyangnya dahulu t erkenal sebagai
panglima- panglim a dan pem besar- pembesar yang set ia kepada raj a. Bagi
seorang pejabat kesetiaan adalah nomor satu. Namun sebagai seorang bijaksana,
ia m aklum bahwa sem enj ak Keraj aan Tang roboh, rakyat t idak pernah
m engalam i ket ent eram an dan perdam aian dalam hidupnya. Perang saudara
terjadi terus menerus, perebutan kekuasaan tak kunjung henti. Untuk mengakhiri
sem ua penderit aan rakyat it u, perlu adanya t angan besi seorang pem im pin yang
dapat m enyat ukan m ereka dan m enum pas yang ingkar dan para pengacau. I a
m aklum bahwa para panglim a dan perwira ini m engangkat nya sebagai kaisar
bukan sem at a- m at a karena m engagum inya dan ingin m engagungkannya,
m elainkan karena rasa benci m ereka kepada pucuk pim pinan yang berada di
t angan seorang kanak- kanak di at as pangkuan seorang ibu yang gila kuasa.
Karena m ereka ini m elihat bahwa j alan sat u- sat unya agar pem beront akan
m ereka berhasil adalah m engangkat dia sebagai kom andan t ert inggi barisan,
m enj adi raj a. Akan t et api ia pun m aklum bahwa kalau ia m enolak, t ent u m ereka
ini akan m enj adi nekat dan m enyerangnya, berusaha m em bunuhnya. I a t idak
takut, apalagi di sampingnya terdapat Kim- mo Taisu yang sakti, akan tetapi kalau
hal it u t erj adi, m aka akan m enj adi rusaklah sem ua. Bagaim ana sebuah barisan
besar ditinggalkan para pimpinannya yang saling bermusuhan sendiri?
Jenderal Cao Kuang Yin m enarik napas panj ang, lalu t erdengar ia berkat a,
suaranya nyaring dan berwibawa, " Aku hanya dapat m enerim a dan m em akai
pakaian ini set elah kalian sem ua bersum pah akan m ent aat i segala perint ahku
mulai detik ini juga!"
Delapan belas orang kom andan pasukan it u t iba- t iba m enj at uhkan diri berlut ut
dan sepert i t elah dikom ando m ereka berbareng lalu m enyat akan sum pah set ia
dan taat kepada kaisar baru!
Kem bali Cao Kuang Yin m enarik napas panj ang. Sebelum m enj em put pakaian
kuning it u, ia lebih dulu melirik ke arah Kim- m o Taisu. akan t et api pendekar sakt i
ini hanya t ersenyum , sam a sekali t idak m em perlihat kan sikap m enent ang.
Mem ang di dalam hat i Kim - m o Taisu j uga m enyet uj ui usul para kom andan it u
dan ia t ahu bahwa hanya dengan j alan ini agaknya negara akan dapat
diselam at kan dan dibebaskan daripada perang saudara yang berlarut - larut . Cao
Kuang Yin adalah seorang jenderal yang cakap, bertangan besi dan disegani.
Pakaian it u diam bil oleh Cao Kuang Yin, lalu dipakainya, di luar pakaian t idurnya
karena ket ika it u ia m asih berpakaian t idur. Seorang panglim a m engam bilkan
t opinya, t opi j enderal sehingga Cao Kuang Yin kelihat an sebagai seorang raj a
yang sedang m em im pin pasukan unt uk m aj u perang. Melihat bet apa angker dan
gagah raja baru mereka itu, para komandan ini lalu berlutut memberi hormat dan
mengucapkan "Banswee!" (Hidup) berkali- kali.
Kim- m o Taisu m aj u dan m em beri horm at kepada Cao Kuang Yin. " Mohon
perkenan Hong- siang ( Kaisar) agar ham ba m enyelesaikan urusan pribadi ham ba
dengan Kong Lo Sengjin."
Cao Kuang Yin m elirik ke arah kakek lum puh yang m asih berdiri di sudut , lalu
m engangguk dan berkat a lirih, " Terserah, akan t et api kam i m asih m em but uhkan
bantuan Taisu, harap suka menemui kami di kota raja."
Kim- m o Taisu m enyanggupi, lalu m enoleh ke arah Kong Lo Sengj in dan berkat a
nyaring, " Kong Lo Sengj in, urusan di sini t elah selesai. Mari kit a bereskan
perhit ungan kit a di luar! " I nilah t ant angan yang t ak m ungkin dapat dielakkan lagi
oleh seorang sakti seperti Kong Lo Sengjin.

Suling Mas Kho Ping Hoo 419


Akan tetapi pada saat itu di luar tenda terdengar suara hiruk- pikuk, suara banyak
sekali orang dan m ulailah t erdengar t eriakan- t eriakan. " Hidup Kaisar! Hidup
Kaisar ! Hidup Kaisar!"
Cao Kuang Yin m elirik ke arah para kom andannya, dan m elihat m ereka m asih
berlut ut dan t ersenyum , t ahulah ia bahwa para kom andannya it u m em ang sudah
m engat ur sebelum nya agar usul m ereka diperkuat oleh para anak buah m ereka!
Ia lalu berkata,
" Para Ciangkun boleh keluar dan m em persiapkan barisan. Hari ini j uga kit a
kem bali ke kot a raj a. Akan t et api perint ahku pert am a kepada kalian dan kepada
sem ua anggot a barisan adalah: Dilarang keras unt uk m elakukan kekerasan
kepada siapa saja di kota raja, karena tidak mungkin akan ada perlawanan. Tidak
ada seorang pun keluarga raj a boleh diganggu, j uga para pem besar dan pejabat
lam a, at au para penduduk, sam a sekali t idak boleh diganggu hart a benda at au
nyawanya. Siapa melanggar perintah laranganku ini, akan dihukum mati!"
Para kom andan m enyat akan t aat dan set elah m em beri horm at , keluarlah m ereka
bersam a Kong Lo Sengj in. Kim- m o Taisu m enj ura ke arah Cao Kuang Yin dan
keluar pula. Akan t et api t ernyat a di luar t enda it u t elah penuh dengan t ent ara,
keadaan m enj adi ribut sekali, apalagi set elah m ereka it u diberi t ahu bahwa Cao
Kuang Yin t elah m enerim a m enj adi kaisar baru, m ereka bert eriak- teriak,
bersorak- sorak dan bert epuk t angan. Gegap- gem pit a keadaan di saat it u dan
Kim- m o Taisu m enj adi bingung ke m ana harus m encari Kong Lo Sengj in yang
t idak t am pak bat ang hidungnya. I a m enj adi penasaran dan m endongkol sekali,
dan m akin yakinlah hat inya bahwa kakek it u benar- benar seorang yang curang
dan licik dan lain kali apabila ia m endapat kesem pat an bert em u m uka, t ent u ia
t akkan m enyia- nyiakan wakt u lagi dan m em aksanya bert anding m at i- matian.
Karena t idak ingin t erlibat dalam urusan ket ent araan, m aka ia segera
m enj auhkan diri, akan t et api diam - diam ia berj anj i dalam hat i bahwa ia harus
dan akan m em bant u kaisar baru ini apabila kelak t ernyat a kaisar baru ini berlaku
bij aksana dan adil. Mendengar perint ah pert am anya t adi, banyak hal- hal baik
dapat diharapkan dari kaisar baru ini.
Dem ikianlah, sepert i t ercat at dalam sej arah, Cao Kuang Yin berhasil m engam bil
alih kekuasaan t anpa pert um pahan darah. Cao Kuang Yin m endirikan Keraj aan
Song ( Sung) dan ia m enj adi kaisar pert am a berj uluk Sung Thai Cu. Dengan
cerdik kaisar ini dapat m engam bil hat i para pem besar dan bangsawan yang ia
pilih unt uk m enj adi pem bant u- pem bant unya. Yang j uj ur dan pandai t et ap
m endapat kan j abat an lam a. Yang curang dan korup dipensiun dan diberi gelar.
Juga delapan belas kom andan yang m em aksanya m enj adi kaisar it u, dengan
alasan cerdik sekali t elah diangkat oleh kaisar, diberi gelar kehorm at an dan
banyak hadiah, akan t et api m ereka t idak akt if lagi m em im pin pasukan, dan
digant i dengan t enaga- t enaga baru. Mulailah Dinast i Sung yang kuat dan berhasil
m enyat ukan bangsa. Bukt inya dinast i ini dapat bert ahan sam pai t iga abad lebih
(960- 1279).
Seorang pem uda yang t am pan gagah, bert ubuh t inggi besar dan berpakaian
sederhana, berj alan dengan langkah t egap m enuruni lereng bukit t erakhir di
lem bah Sungai Mut iara. Dari puncak bukit t adi sudah t am paklah Laut Selat an, di
m ana air Sungai Mut iara m engakhiri perj alanannya dan t am pak pula sam ar-
samar pulau- pulau kecil tidak jauh dari pantai.
Pem uda ini bukan lain adalah Bu Song. Dia bukanlah Bu Song beberapa bulan
yang lalu! Biarpun orangnya m asih sam a, akan t et api keadaannya sudah j auh
berbeda, sepert i bum i dengan langit . Perubahan yang nam pak pada waj ahnya
hanyalah bahwa kini t im bul gurat an- gurat an pada waj ahnya yang t am pan, di
kanan kiri kedua m at anya, di dahi dan dekat m ulut , j uga di dagunya. Gurat an
yang t im bul dari penderit aan bat in. Gurat an- gurat an pada m uka yang m em buat
ia t am pak dewasa dan m at ang, akan t et api j uga m em buat m ukanya t am pak
m urung dan t ert ut up awan, m em buat waj ahnya sepert i t openg yang t idak lagi
m encerm inkan isi hat inya. Pandang m at anya j auh, dilindungi kelopak m at a dan
bulu m at a yang seringkali berget ar dan set engah t erpej am . Bu Song m asih m uda

Suling Mas Kho Ping Hoo 420


akan t et api pengalam an- pengalam an pahit m em buat ia berpem andangan sepert i
orang tua. Perubahan lebih lagi t erj adi dalam t ubuhnya. I a kini bukanlah Bu Song
beberapa bulan yang lalu, yang lem ah dan t idak t ahu bagaim ana caranya
m enj aga diri daripada serangan orang lain. Dia sekarang adalah seorang yang
m em iliki ilm u kepandaian t inggi sekali. Dalam beberapa bulan saj a ia sudah
m ewarisi sem ua ilm u kepandaian suhunya, ilm u yang ia lat ih siang m alam t anpa
bosan. Dia kini sudah menjadi seorang pendekar.
Ket ika Bu Song m encerit akan sem ua pengalam annya kepada suhunya, ada dua
hal yang dianggap pent ing oleh Kim- m o Taisu. Pert am a t ent ang kekej ian Kong Lo
Sengj in yang m enyuruh anggot a Hui- to- pang m em bunuh ist eri Kim - m o Taisu.
Kedua adalah tentang kitab kuno pemberian sastrawan Ciu Gwan Liong dan cerita
kakek sast rawan it u akan suling em as yang berada di t angan sast rawan Ciu Bun
dan yang m enurut kakek it u berada di Pulau Pek- coa- t o di Lam - hai. Melihat kit ab
it u, Kim - m o Taisu m enarik napas panj ang dan berkat a kepada m uridnya yang
telah ia gembleng selama beberapa bulan dengan hasil baik sekali.
" Bu Song, kit ab ini biarpun hanya t erisi saj ak- saj ak kuno, akan t et api
sesungguhnya m erupakan pelaj aran ilm u yang luar biasa. Kuncinya berada pada
suling em as it ulah. Hal inipun sudah kuket ahui dan j uga diket ahui oleh sem ua
orang kang- ouw. Mem ang aneh sekali m engapa Bu Kek Siansu m enghadiahkan
benda- benda sepert i it u kepada dua orang sast rawan lem ah. Mem ang suling dan
kit ab it u adalah pegangan para sast rawan, akan t et api di balik saj ak dan suara
suling, terdapat daya yang hebat sekali dan yang dapat dipergunakan orang jahat
unt uk m em perhebat kepandaiannya. Kau t elah berj odoh dengan kit ab ini dan
sudah dipilih oleh m endiang sast rawan Ciu Gwan Liong, m aka sudah m enj adi
kewajibanmu untuk mencari suling emas itu ke Pulau Pek- coa- to di Lam Hai."
Pesan Kim - m o Taisu inilah yang m enj adi sebab m engapa pada pagi hari it u Bu
Song t elah m enuruni bukit di lem bah Sungai Mut iara. Pulau Pek- coa- t o adalah
sebuah di ant ara pulau- pulau kecil di m uara Sungai Mut iara it u, di Lam - hai ( Laut
Selat an) . Dengan kepandaiannya, Bu Song dapat m elakukan perj alanan cepat
sekali dan m enj elang t engah hari ia t elah t iba di pant ai m uara Sungai Mut iara.
Suhunya t elah m em beri t ahu bahwa Pulau Pek- coa- t o adalah pulau yang ke t iga
dari t im ur, yang t am pak dari sit u sebagai pulau yang paling kecil, akan t et api
agak panj ang dan bent uknya berliku sepert i t ubuh ular. Juga dibandingkan
dengan pulau lain, pulau ini t am pak put ih warnanya, at au lebih m uda warnanya,
m aka inilah agaknya pulau ini disebut Pek- coa- t o ( Pulau Ular Put ih) . Dem ikian
pikir Bu Song. Pem uda ini sam a sekali t idak t ahu bahwa bukan hanya karena
bent uknya sepert i ular put ih m aka pulau it u disebut Pulau Ular Put ih, m elainkan
karena di atas pulau itu memang terdapat semacam ular berkulit putih yang tidak
terdapat di tempat lain, ular yang amat berbisa!
Selagi Bu Song bingung karena t idak t ahu bagaim ana ia harus m enyeberang ke
pulau it u, t iba- t iba hat inya girang m elihat seorang nelayan m endorong- dorong
perahu kecilnya di at as pant ai berpasir. Agaknya nelayan ini hendak berlayar
m encari ikan. Bu Song segera berlari m engham piri lalu berkat a, " Twako, apakah
kau hendak berlayar?"
Nelayan it u kaget . Daerah ini am at sepi, biasanya t idak pernah ada orang m aka
heranlah ia m elihat seorang pem uda yang bersikap halus sepert i orang kot a dan
suaranya agak asing, dengan lidah orang utara.
" Bet ul. Sepert i biasa saya hendak m encari ikan," j awab nelayan it u sam bil
memasang tali layar dan bersiap- siap.
" Kebet ulan sekali, Twako. Kaut olonglah aku m enyeberang ke pulau it u. Berapa
biayanya pulang pergi?"
Nelayan it u t idak segera m enj awab, m elainkan m em andang ke arah pulau yang
dit unj uk Bu Song. Berkali- kali ia m enoleh dari Bu Song ke pulau it u,
memandangnya bergantian lalu bertanya, "Kongcu, pulau yang mana...?"
"Itu yang ke tiga dari kiri, Pulau Pek- coa- to..."
"Wah...!" Tiba- t iba waj ah nelayan it u m enj adi pucat dan ia m em andang Bu Song
dengan mata terbelalak. Bu Song merasa tidak enak hatinya. "Twako, kenapa?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 421


Dengan suara t ergagap nelayan yang berusia ham pir em pat puluh t ahun it u
bert anya, "Kongcu... m au apakah... pergi ke... pulau it u...?" Sungguh aneh,
m uka yang m enghit am karena sering dipanggang t erik m at ahari it u kelihat an
ketekutan ketika memandang Bu Song.
"Ah, aku hanya ingin pesiar, Twako."
Orang it u m enarik napas panj ang, agaknya lega hat inya m endengar bahwa
pem uda kot a ini bukan sengaj a hendak ke pulau it u, dan agaknya t idak m engenal
keadaan maka ingin pesiar ke tempat itu.
" Kongcu salah pilih! Kalau ingin pesiar, banyak t em pat yang indah, m engapa
memilih pulau... maut... itu?"
" Pulau m aut ? Apa m aksudm u, Twako?" " Ah, Kongcu t ent u saj a t idak t ahu. Pulau
Pek- coa- t o it u adalah pulau angker sekali. Karena keangkeran pulau it ulah m aka
t em pat ini sekarang m enj adi sepi. Para nelayan m erasa t akut m encari ikan di
m uara ini, karena adanya pulau it ulah. Jangankan m endarat , m endekat i pulau it u
saja sudah cukup untuk kehilangan nyawa!"
" Mengapa begit u?" " Ent ahlah. Pulau it u penuh binat ang- binat ang yang luar biasa,
berbisa dan buas. Selain it u, agaknya j uga... iblis dan silum an m enj adi
penghuninya. Sudahlah, Kongcu, m em bicarakannya saj a m erupakan pant angan
di sini. Saya seorang pelayan yang t erpaksa m encari ikan di sini, karena sat u-
sat unya sum ber nafkah saya adalah pekerj aan ini. Akan t et api saya selalu
m enj auhkan diri dari pulau it u. Kongcu benar- benar salah pilih kalau hendak
bersenang- senang dan berpesiar di daerah ini."
" Tidak salah pilih, Twako. Aku benar- benar ingin pergi ke pulau it u. j angan kau
kuat ir, aku dapat m enj aga diri dengan baik. Dan ini unt uk biaya kalau kau suka
m engant arku ke sana." Bu Song sengaj a m engeluarkan lim a pot ong perak yang
ia dapat dari suhunya sebagai bekal di perjalanan. Ia mempunyai sekantung uang
perak dan beberapa potong uang emas.
Melihat lim a pot ong perak ini, Si Nelayan m em andang t erbelalak. Bukan sedikit
perak it u! m encari ikan sebulan belum t ent u akan m enghasilkan sebanyak it u.
Akan t et api ia m em andang Bu Song dan berkat a lagi, " Bukan saya t idak m au
m enyeberangkan ke sana, Kongcu. Akan t et api aku t akut ." " Tidak usah t akut ,
aku menjamin keselamatanmu."
" Kongcu kelihat an kuat akan t et api... banyak t em anku nelayan yang lebih besar
dan kuat daripada Kongcu tewas secara aneh di dekat pulau itu..."
" Kau t idak usah ikut m endarat . Cukup asal kau ant ar aku ke pulau it u dan kau
boleh berlayar m encari ikan. Nant i m enj elang senj a, kau j em put aku.
Bagaimana?"
Si Nelayan ragu- ragu. Bu Song m aklum bahwa perlu ia m em perlihat kan
kepandaiannya agar nelayan ini hilang rasa t akut nya. I a m engham piri sebuah
bat u karang besar dan berkat a, " Twako, apakah penghuni pulau it u kepalanya
lebih kuat daripada bat u karang ini?" I a m enggerakkan t angan kanannya
m enam par. Terdengar suara keras dan debu m engebul. Uj ung bat u karang it u
pecah berantakan!
Si Nelayan m elongo dan m engangguk- angguk. " Ah, kiranya Kongcu adalah
seorang dem ikian kuat . Baiklah, akan t et api sepert i yang Kongcu kat akan t adi,
saya hanya mengantar dan menjemput, tidak ikut mendarat di sana."
" Jangan kuat ir, asal perahum u sudah dekat dengan darat an pulau it u, t idak perlu
terlalu dekat dan kau boleh tinggalkan aku untuk dijemput senja nanti."
Nelayan it u m enyeret perahunya dan t ak lam a kem udian, set elah dapat m elalui
om bak yang m em ecah di pant ai, laj ulah perahu it u m em bawa Bu Song dan Si
Nelayan berlayar ke t engah laut . Berdebar j ant ung Bu Song. I a sam a sekali t idak
t ahu akan keadaan pulau it u. Mendiang Ciu Gwan Liong hanya m encerit akan
bahwa kakak sast rawan it u yang bernam a Ciu Bun bersem bunyi di pulau kosong
yang bernama Pek- coa- to ini. Kenapa sekarang Si Nelayan menceritakan hal yang
aneh- enah dan seram ! Kalau m em ang pulau it u sedem ikian hebat dan
berbahaya, apakah Ciu Bun sast rawan t ua it u dapat hidup di sana? Bu Song t idak
m enj adi gent ar, m alah keanehan perkara ini m akin m enarik hat inya unt uk segera

Suling Mas Kho Ping Hoo 422


m endarat di pulau it u, m em bukt ikan om ongan Si Nelayan dan pesan m endiang
Ciu Gwan Liong.
Dengan perahu layar yang m endapat angin penuh dan am at laj u, sebent ar saj a
m ereka sudah t iba di dekat pulau it u. kiranya yang m em buat pulau it u t am pak
putih dari jauh adalah bukit- bukit atau batu- batu karang besar yang mengandung
kapur. Pulau it u t am pak sunyi dan kosong, sam a sekali t idak kelihat an ada
bahaya m engancam . Akan t et api j elas t am pak t ubuh Si Nelayan m enggigil
ket akut an. Maka Bu Song lalu m eloncat ke darat . "Kau pergilah m encari ikan,
Twako. Nant i sore j em put aku di t em pat ini! " Si Nelayan hanya m engangguk-
angguk dan cepat - cepat m em ut ar perahunya unt uk m enj auhi t em pat yang
ditakuti ini.
Bu Song t ersenyum ket ika m em balikkan t ubuhnya m em andang ke t engah pulau
Nelayan it u agaknya m enj adi korban kepercayaan t ahyul m aka ket akut an sepert i
it u. Pulau ini agaknya sunyi dan t ent eram , sam a sekali t idak ada bahaya
m engancam kecuali keadaannya yang liar dan agaknya t ak pernah didat angi
m anusia. I a m elom pat ke at as bat u karang dan m endaki t em pat yang paling
t inggi unt uk m engadakan pem eriksaan dari at as t ent ang keadaan pulau it u.
Set elah t iba di puncaknya, ia m em andang ke bawah. Kiranya di t engah pulau it u
t anahnya cukup subur, banyak pohon- pohon yang m erupakan hut an. Akan t et api
sekeliling pulau it u adalah pant ai bat u karang sehingga dari j auh yang t am pak
hanyalah karang put ih. Beberapa m enit lam anya Bu Song m engint ai dari at as,
akan t et api t idak ada t anda- t anda bahwa di pulau it u ada orangnya. Ke m ana ia
harus m encari Ciu Bun? Benarkah kakek sast rawan it u berada di sit u? Pulau ini
hanya kecil saj a. I a t ent u dapat m enj elaj ahi sam pai habis dan kem bali ke t em pat
ia mendarat sebelum senja.
Bu Song t urun dari bat u karang it u dan berloncat an dari bat u ke bat u m enuj u ke
t engah pulau. Tiba- t iba t erdengar angin m enyam bar dan sinar put ih m enyam bar
lehernya. Cepat Bu Song miringkan t ubuh m engelak. Sinar it u lewat dan ket ika ia
m enengok ke belakang, sinar it u t elah lenyap sehingga ia t idak t ahu senj at a
rahasia apakah yang m enyam barnya t adi. Jant ungnya berdebar. Kiranya benar
ada orangnya dan agaknya orang it u berwat ak kej i karena bukt inya t anpa t ahu-
t ahu sudah m enyerang dengan senj at a rahasia! I a m em andang ke kanan dari
m ana senj at a rahasia t adi m enyam bar. Akan t et api di sebelah kananya hanya
t am pak bat u karang dan t idak ada t anda- t anda m anusia di sit u. I a kaget sekali.
Tadi ia diserang lagi dan kini bahkan serangan it u dat ang dari t iga j urusan,
depan, kanan dan kiri. Juga menggunakan senjata rahasia seperti tadi, putih kecil
yang m enyerang leher, perut dan kaki. Unt ung ia dapat bergerak cepat dan
loncat annya t adi m enggagalkan serangan. Celaka, pikirnya. Agaknya sedikit nya
ada tiga orang manusia yang memusuhinya.
"Cu- wi sekalian harap j angan t urun t angan! Saya dat ang dengan m aksud baik,
bukan untuk bermusuhan dengan siapa juga."
Pada saat it u, dari sebelah kanan m enyam bar lagi benda put ih. Bu Song
penasaran dan ingin m em perlihat kan kepandaiannya. Dengan dua j ari t angan ia
m enyam bar benda put ih it u dan berhasil m enj epit nya. Akan t et api ham pir saj a ia
bert eriak saking kaget nya. Benda yang disangkanya senj at a rahasia it u kiranya
adalah seekor ular put ih yang kini t erj epit di ant ara dua j arinya akan t et api ular
it u t elah m enggigit t elapak t angannya! Bu Song gem as dan sekali rem as kepala
ular it u hancur. Telapak t angannya m engeluarkan darah sedikit , Bu Song t idak
kuat ir. Tubuhnya sudah kebal t erhadap racun. Akan t et api ia t idak m au
m engam bil resiko, m aka dengan pengerahan hawa sakt i ke arah t angannya, ia
berhasil m endorong keluar darahnya m elalui luka. Darahnya berubah put ih yang
keluar dari luka, t anda keracunan! Akan t et api hanya sedikit dan set elah yang
m engucur keluar adalah darah m erah bersih, ia m enghent ikan usahanya. Luka
t idak berart i, dan ia diam - diam m erasa geli. Kiranya ia t adi bicara t erhadap ular-
ular put ih kecil yang m enyerang orang sam bil " t erbang" at au lebih t epat ,
m eluncur dan m elayang. Benar- benar am at berbahaya ular- ular it u. Kalau bukan
dia yang digigit , bisa m endat angkan m aut . Mulai m engert ilah kini Bu Song

Suling Mas Kho Ping Hoo 423


m engapa Si Nelayan it u t akut set engah m at i t erhadap pulau ini. Dan ia pun
m enduga bahwa t ent u m asih ada bahaya- bahaya lainnya di pulau ini. Dengan
hati- hat i ia berj alan t erus ke depan. Serangan ular- ular put ih ia hindarkan
dengan mengelak atau kadang- kadang mengebutnya dengan ujung baju lengan.
Tiba- t iba j ant ungnya berdebar keras dan ia m enghent ikan langkahnya. I a
menahan napas dan m endengarkan penuh perhat ian. Tidak salah lagi! I t ulah
t iupan suling! Suara suling yang luar biasa sekali. Dia sendiri seorang ahli m eniup
suling, akan t et api t iupan suling yang t erdengar it u benar- benar m engagum kan.
Dan suara it u dat ang dari depan sebelah kiri, dari pinggir hut an di m ana t erdapat
bukit- bukit dengan bat u- bat u hit am . Girang sekali hat i Bu Song. Kirany a
m endiang Ciu Gwan Liong t idak m enipunya. I a t idak ragu bahwa yang m eniup
suling it u t ent ulah sast rawan Ciu Bun yang dicarinya! Cepat ia berlari m enuj u ke
bukit dekat hut an it u. kini ia t iba di daerah penuh pasir. Dan t iba- t iba ia roboh
terguling karena pasir yang diinjaknya itu bergerak memutar!
Begit u j at uh, pasir yang m enerim a t ubuhnya it u m engisap dan berput aran. Bu
Song kaget bukan m ain. Cepat ia m engerahkan t enaganya dan m em ukulkan
kedua t elapak t angan ke at as pasir, m enggunakan daya dorongan ini unt uk
m engangkat t ubuh ke at as dan sam bil berj ungkir balik ia m eloncat j auh ke
depan. Mukanya pucat m elihat pasir it u m asih bergerak- gerak sepert i air! Bukan
m ain! Kalau ia t adi t idak cepat m em bebaskan diri, t ent u t ubuhnya akan t erisap
t erus ke bawah dan sekali t ubuhnya t erisap, sukarlah m elepaskan diri lagi.
Benar- benar tempat yang amat berbahaya.
Kini ia m elangkah dengan hat i- hat i sekali. Kiranya daerah berpasir ini banyak
sekali berpusing sepert i it u. Akan t et api karena ia sudah hat i- hat i, begit u kakinya
m enginj ak pasir bergerak, ia segera m eloncat dan dengan dem ikian t erhindarlah
ia dari bahaya it u dan akhirnya ia t iba di dekat bukit dari m ana suara suling kini
terdengar jelas.
Suara suling it u keluar dari sebuah gua. Dengan hat i girang Bu Song t erus
berj alan m engham piri. Gua it u m erupakan t erowongan yang dalam dan gelap.
Merasa bahwa ia berada di t em pat orang, Bu Song t idak berani m asuk dan hanya
berdiri di depan gua, m enant i sam pai suara suling it u habis dilagukan. Akhirnya
suara suling berhenti dan Bu Song segera berseru.
"Apakah Paman Ciu Bun berada di dalam?" Hening, tiada jawaban sampai lama.
"Saya datang membawa pesan mendiang Paman Ciu Gwan Liong!"
Segera t erdengar j awaban dari dalam , suaranya penuh ej ekan, " Sin- j iu Couw Pa
Ong, apa art inya sem ua lelucon ini? Kalau kau m au coba m em aksaku, m au
m enyiksaku at au m em bunuhku, kau m asuk saj a. Perlu apa m enyebut - nyebut
nama Gwan Liong?"
Bu Song t erkej ut . Mengapa orang di dalam it u m enyebut - nyebut nam a Sin- jiu
Couw Pa Ong? " Pam an Ciu Bun, saya bukan Sin- j iu Couw pa Ong. Nam a saya Liu
Bu Song! " t eriaknya. I a sengaj a m enggunakan she ibunya, karena ia m asih
merasa tak senang kepada ayahnya yang dianggap telah menceraikan ibunya dan
menikah lagi.
" Orang m uda, apakah kau bukan kaki t angan Couw Pa Ong?" Agaknya orang di
dalam gua yang gelap it u dapat m elihat nya yang berada di luar gua, bukt inya
dapat mengetahui bahwa dia adalah seorang pemuda.
"Sama sekali bukan, Paman."
"Kau membawa pesan apa dari Ciu Gwan Liong?"
" Sebelum Pam an Ciu Gwan Liong m eninggal, dia m enyerahkan sebuah kit ab
kepada saya dan menyuruh saya mencari Paman Ciu Bun di pulau ini."
" Aaahhh...! " Orang it u m engeluarkan seruan kaget , diam sam pai lam a lalu
berkata, "Orang muda, coba kaubacakan sajak ke tiga dari dalam kitab itu!"
Bu Song sudah sering m em baca kit ab pem berian Ciu Gwan Liong, m aka t anpa
m em baca pun ia sudah hafal. Maka ia lalu m em bacakan kalim at dalam saj ak ke
tiga.
"Matahari bersinar miring di tengah hari.
Sesuatu mati begitu lahir.

Suling Mas Kho Ping Hoo 424


Selatan tiada batas dan ada ujungnya.
Aku pergi ke selatan hari ini dan tiba di sana kemarin!
Cintalah semua benda dengan sama.
Alam adalah satu."
Kit ab kecil kuno it u m em ang m engandung sajak- saj ak yang am at aneh dan sukar
dim engert i. Saj ak ke t iga yang dibacakan oleh Bu Song it u adalah saj ak dari
seorang m ent eri Keraj aan Wei bernam a Hui Su ( 370- 319 BC) , seorang t okoh
Mohism , yait u pengikut aj aran- aj aran Mo Cu. Keist im ewaan Mohism adalah kat a-
kata yang saling bertentangan atau saling berlawanan.
Begit u m endengar Bu Song m em bacakan saj ak it u, orang di sebelah dalam gua
berseru girang, " Tepat ...! Orang m uda, engkau dapat sam pai di sini t ent u
memiliki kepandaian, siapakah Gurumu?"
" Suhu bernam a Kim - m o Taisu." " Wah, pant as... pant as saj a adikk u
m em percayaim u. Kau m asuklah dan suling ini t ent u akan kuberikan kepadam u.
Akan t et api engkau harus bisa m enghalau perint ang yang m enyeram kan it u lebih
dulu. I ngin kulihat apakah kepercayaan Gwan Liong kepadam u t idak sia- sia!
Masuklah, orang m uda, akan t et api awas t erhadap binat ang- binat ang it u. m ereka
amat buas!"
Bu Song m elangkah m asuk. Karena orang di dalam gua sudah m em beri
peringat an, ia bersikap hat i- hat i sekali, m elangkah perlahan- lahan dan m at a
sert a t elinganya siap. Tiba- t iba ia m endengar desis keras dan hidungnya
m encium bau yang am is. Baiknya cahaya m at ahari m asih cukup t erang
m em asuki gua it u sehingga ia dapat m elihat bayangan hit am m erayap dat ang di
depannya dan t ernyat a yang m erayap it u adalah seekor binat ang sepert i buay a
yang luar biasa! Kulit nya t ebal, m at anya besar bersinar hij au, lidahnya panj ang
bercabang sepert i lidah ular dan dari m ulut nya yang m endesis- desis it u keluar
uap put ih yang berbau am is. Suara m endesis m akin hebat dan t ernyat a bukan
seekor saj a binat ang it u, m elainkan ada em pat ekor! Mereka dat ang dari depan,
kanan dan kiri dengan sikap mengancam.
Bu Song berdiri m em asang kuda- kuda dan begit u m elihat binat ang yang paling
dekat dengannya m enyergap dengan kedua kaki depan t erangkat dan m ulut
t erbuka lebar, Bu Song segera m engerahkan t enaga ke t angan kanan dan ia
memukul dengan jari terbuka.
" Desss! ! " Binat ang sepert i buaya it u t erlem par, m engeluarkan suara keras akan
t et api lalu m erayap pergi, gerakannya lem ah dan lim bung. Lega hat i Bu Song.
Kiranya binat ang- binat ang ini lebih m enakut kan daripada m em bahayakan. I a
tidak menanti sampai binatang- binat ang it u m enyerbunya, m elainkan m endahului
m enerj ang m aj u dan dengan gerakan cepat sekali kedua t angannya m em bagi-
bagi pukulan yang diarahkan kepada t iga ekor binat ang yang lain. Terdengar
suara keras dan binat ang- binat ang it u m enj erit - j erit lalu lari kacau- balau,
bersembunyi di balik batu karang yang gelap di kanan kiri gua.
" Bagus! Kau t idak kecewa m enj adi m urid Kim - m o Taisu dan kepercayaan adikku
Gwan Liong. Tunggulah, orang m uda. Set elah em pat ekor binat ang buruk it u
pergi aku dapat keluar sendiri! " Suara orang it u t erdengar girang dan t ak lam a
kem udian m uncullah sesosok bayangan hit am dari dalam gelap. Ket ika t iba di
tempat yang dit erangi sinar m at ahari dari luar, Bu Song m elihat seorang laki- laki
t ua t inggi kurus berm uka pucat . Tubuh dan m ukanya m enyat akan bahwa kakek
ini t idak sehat , at au bahkan sakit , akan t et api ket ika ia berj alan keluar,
langkahnya dan sikapnya m em bayangkan keangkuhan seorang t erpelaj ar t inggi.
Di t angan kanannya t erdapat sebat ang suling yang berkilauan ket ika t erkena
sinar m at ahari, sebat ang suling berwarna kuning. Tidak salah lagi, it ulah suling
emas, pikir Bu Song dengan hati penuh ketegangan.
Kakek itu pun memandang Bu Song penuh perhatian. Agaknya ia puas melihat Bu
Song. " Mari kit a keluar. Kau harus cepat - cepat m em pelaj ari cara m eniup suling
ini dan m enyesuaikan bunyinya dengan saj ak- saj ak di dalam kit ab. Hayo cepat ,
j angan sam api ia keburu dat ang! " Tergesa- gesa kakek ini m engaj ak Bu Song
keluar dari dalam gua.

Suling Mas Kho Ping Hoo 425


"Apakah Paman maksudkan Kong Lo Sengjin?"
Kakek it u berhent i di depan gua dan m em andang. Mat anya yang t aj am penuh
selidik dan membayangkan kecurigaan.
"Kau mengenal dia?"
" Tent u saj a saya m engenal Kong Lo Sengj in, Pam an. I st eri Suhu adalah
keponakan Kong Lo Seng Jin, akan t et api anehnya, kakek yang sakt i t api kej am
itu menyuruh bunuh keponakannya sendiri untuk menipu Suhu."
Kakek yang bukan lain adalah sast rawan Ciu Bun yang selam a bertahun- tahun
dicari- cari oleh t okoh- t okoh kang- ouw it u t ercengang. " Apa... ? Kim - m o Taisu
m enj adi m ant u keponakan Couw Pa Ong? Sungguh aneh! Dan t ua bangka it u
m enyuruh bunuh keponakannya sendiri? Orang m uda, eh... siapa nam am u t adi?
Bu Song? Bu Song, kauceritakan semua kepadaku!"
Mereka pergi ke belakang t um pukan karang t ak j auh dari gua. Di sit u Kakek Ciu
Bun duduk dan Bu Song segera m encerit akan keadaan suhunya dan Kong Lo
Sengj in m enipu Kim - m o Taisu bahwa pem bunuhnya adalah m usuh- m usuh Kong
Lo Sengj in. Kem udian bet apa secara t idak sengaj a ia m endengar percakapan
ant ara Kong Lo Sengj in dan t okoh- t okoh Hui- to- pang m aka ia t ahu akan rahasia
it u. Kem udian ia bercerit a j uga sedikit t ent ang keadaan dirinya, bahwa selain
m urid Kim - m o Taisu, dia pun bekas calon m ant unya dan bet apa calon ist erinya
puteri Kim- mo Taisu tewas di dalam jurang.
Mendengar penut uran it u, Ciu Bun bengong lalu m em aki gem as, " Tua bangka it u
benar- benar t elah m enyeleweng j auh daripada kebenaran! Unt ung bukan dia
yang m endapat kan kit ab di t angan Gwan Liong. Kau t adi bilang Gwan Liong
sudah meninggal, bagaimana kau tahu?"
" Bukan hanya t ahu, Pam an. Bahkan saya yang m engubur j enazahnya." Kem bali
Bu Song bercerit a t ent ang nasib Ciu Gwan Liong yang buruk dan bet apa kakek
sast rawan it u agaknya m em bunuh diri agar j angan sam pai t erj at uh ke t angan
Kong Lo Sengjin.
Ciu Bun m em bant ing- bant ing kaki kanannya. " Couw Pa Ong, kau benar- benar
patut dimaki dan dikutuk!"
Hening sej enak, kem udian Ciu Bun berkat a, " Nah, kau am bil kit ab it u, kau baca
saj aknya dan aku akan m eniup suling it u disesuaikan dengan isi saj ak. Kau t ahu,
set iap huruf it u m engandung bunyi t ert ent u sesuai dengan m aknanya, dan suara
suling ini harus dit iup sesuai dengan bunyi huruf sehingga m erupakan lagu
t ert ent u sesuai dengan bunyi huruf sehingga m erupakan lagu t ert ent u sesuai
dengan bunyi saj ak. Kam i yait u aku dan adikku yang t elah m eninggal adalah
sastrawan- sast rawan yang m engut am akan keindahan seni, m aka pem berian
anugerah dari Bu Kek Siansu berupa dua buah benda berharga ini bagi kam i
semata- m at a hanyalah m engandung keindahan yang luar biasa. Keindahan seni
sast era diselaraskan dengan seni suara. Menurut Bu Kek Siansu, kalau bunyi
saj ak dan suara suling ini sudah dapat diselaraskan sepert i m est inya, m aka akan
m endat angkan hikm at luar biasa, m enenangkan bat in m enj ernihkan pikiran dan
m enghalau segala m acam pikiran j ahat , m enindih nafsu dan m em bawa orang ke
t ingkat bat in yang lebih t inggi. Akan t et api, selain it u, aku yakin bahwa dua
benda ini pun m engandung sesuat u yang am at hebat bagi dunia persilat an,
karena bukt inya t okoh- t okoh kang- ouw dari segala penj uru m encari- cari dan
mengejar- ngej ar kam i. Nah, kaubacakan saj ak yang m ana saj a, biar kut im pali
dengan suling ini!"
Bu Song m endengar penj elasan it u m erasa bet apa sulit nya m em pelaj ari ilm u
m enyesuaikan bunyi huruf dan bunyi suling, nam un ia m enaruh perhat ian besar
dan segera ia m em baca lam bat - lam bat sederet saj ak. Kakek Ciu Bun sudah
meniup sulingnya dan terdengarlah bunyi suling mengalun aneh, akan tetapi lebih
aneh lagi bagi Bu Song, suara suling it u dem ikian enak dan cocok dengan
suaranya yang membaca huruf- huruf secara lambat.
Tiba- t iba t erdengar derap kaki kuda dan suara aneh lucu. " Ngieeehhh...
ngieeehhh!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 426


Seket ika Ciu Bun m enghent ikan t iupan sulingnya. Karena ini, Bu Song j uga
menghent ikan bacaannya dan m enoleh ke arah suara. Kiranya di depan gua t adi
kini t am pak sekor kuda yang dit unggangi oleh dua orang. Dua orang laki- laki
aneh sekali karena m ereka it u m enunggang kuda dengan m enghadap ke
belakang dan laki- laki yang dibelakang m em egang ekor kuda sam bil
m engeluarkan suara " ngieeeeh- ngieeeeh" t adi. Dua orang laki- laki ini benar-
benar luar biasa sekali. Yang seorang bert ubuh t inggi kurus sepert i rangka
t erbungkus kulit berkepala gundul dan bert elanj ang baj u, hanya m em akai celana
sebatas lut ut dan bert elanj ang kaki. Orang ke dua yang m em egangi ekor kuda
t idak kalah anehnya. Tubuhnya gem uk sekali, punggungnya berpunuk m ulut nya
besar dan dan kepalanya j uga gundul bert elanj ang baj u dan bercelana sepert i
pertama.
"Kiu- j i dan Ciu- j i ( Anak Kiu dan Anak Ciu) ! Berani kalian m engganggu aku selagi
meniup suling? Awas, kuadukan nanti kepada Ong- ya!"
Muka kedua orang gundul it u m enj adi ket akut an, Si Gendut lalu m enggerak-
gerakkan seekor kuda agar kudanya berlari cepat . " Tidak... t idak... t idak...! "
Mereka berkata ketakutan.
Benar- benar pem andangan yang luar biasa sekali. Tak dapat Bu Song m enahan
keinginan hatinya. "Paman, siapakah mereka tadi?"
" Mereka it u dua orang pelayan dan j uga m urid Couw Pa Ong. Gigit an- gigitan
beracun dari binat ang- binatang berbisa m em buat m ereka t idak waras ot aknya.
Akan t et api m ereka it u hebat kepandaiannya, m ewarisi ilm unya Couw Pa Ong.
Mem ang t ua bangka it u aneh sekali, m enurunkan ilm unya kepada dua orang gila
macam itu."
"Jadi Kong Lo Sengjin tinggal di pulau ini?" Bu Song bertanya kaget karena hal ini
sama sekali tidak pernah disangkanya.
Ciu Bun m engangguk. " Tent u saj a t inggal di sini! dengarlah. Couw Pa Ong adalah
sahabat baikku sem enj ak dahulu. Kam i berdua orang- orang yang set ia kepada
Keraj aan Tang. Dia banyak belaj ar ilm u kesusat eraan dari aku yang dulu
m enj abat kedudukan guru sast era di kot a raj a! At as aj akannyalah aku t iggal di
sini unt uk m enyem bunyikan diri dari orang- orang j ahat yang hendak m eram pas
suling ini. Mula- m ula Couw Pa Ong m em ang t et ap m enj adi sahabat baikku. Akan
t et api agaknya kegilaan kedua orang m urid at au pelayannya it u m enular
kepadanya. Sikapnya m ulai berubah dan dia m ulai m em buj uk- buj ukku unt uk
m enurunkan rahasia suling dan k it ab pem berian Bu Kek Siansu kepadanya! Akan
t et api set elah kut ahu bahwa pikiran dan wat aknya t elah berubah, aku selalu
m engat akan bahwa suling ini t idak ada art inya baginya, hanya unt uk dit iup
m elagu m enghibur diri. I a penasaran lalu m em asukkan aku ke dalam gua it u,
dij aga oleh binat ang- binat ang liar. Tent u saj a aku t idak berani keluar dan yang
berani m em asuki gua hanyalah dua orang bocah edan t adi yang m engant ar
m akanan set iap hari kepadaku. Kau t ahu bahwa Couw Pa Ong t ent u hendak
m encari dan m enangkap adikku unt uk m em aksa kam i kakak beradik m em buka
rahasia kit ab dan suling. Unt ung sekali adikku bert em u dengan engkau. Nah,
t ahukah kau sekarang? Hayo kit a berlat ih lagi. Kau sudah dapat m enangkap
contohku tadi?"
" Sudah, Pam an. Mem ang m endat angkan perasaan yang hebat , t api aku m asih
bingung karena hal ini m em ang am at sukar dim engert i." " Mem ang. Sekarang
biarlah kau belaj ar m eniup suling..." "Pam an, saya sudah biasa bersuling dan
mendapat petunjuk Suhu..."
" Bagus! Ah, agaknya m em ang sudah j odoh. Nah, lekas kau m eniup suling ini dan
usahakan agar suara sulingm u dapat sesuai dengan bunyi dan sifat huruf yang
kubaca!"
Mereka bert ukar benda. Kakek it u m enyerahkan suling em as dan m enerim a kit ab
dari t angan Bu Song. Sast rawan Ciu Bun m em bacakan saj ak t erakhir dari kit ab
it u dan Bu Song segera m eniup sulingnya. Hebat t iupan suling anak m uda ini.
Mem ang ia berbakat sekali sehingga t iupannya m engandung get aran
perasaannya. Pula, karena Bu Song sendiri sudah hafal akan isi kit ab, ia segera

Suling Mas Kho Ping Hoo 427


dapat m enyesuaikan bunyi sulingnya, m engarah bunyi huruf dan ket ika m eniup
suling, seluruh perhatiannya dicurahkan kepada makna dari huruf yang ditiupnya.
Terdengar perpaduan suara saj ak dan suling yang luar biasa, m engalun- alun dan
merayu- rayu.
"ADA muncul dari TIADA.
Betapa mungkin mencari sumber TIADA?
Mengapa cari ujung sebuah mangkok?
Mengapa cari titik awal akhir sebuah bola?
Akhirnya semua itu kosong hampa, sesungguhnya tidak ada apa- apa!"
Dem ikianlah bunyi saj ak t erakhir it u dan sam pai t iga kali Ciu Bun m em baca saj ak
it u, t erus diikut i oleh t iupan suling Bu Song. Set elah habis, t erdengar Ciu Bun
berseru,
" Ya Tuhan....! ! " Bu Song m em egang suling it u dan m em andang Kakek Ciu Bun.
I a t erkej ut m elihat waj ah kakek it u m akin pucat , sepert i kehij auan, akan t et api
m at a kakek it u bersinar- sinar, m ulut nya t ersenyum sehingga biarpun waj ah it u
amat pucat, namun seperti berseri- seri. Kedua kakinya ditekuk dan bersila, kedua
tangan memegang kitab, lalu bibirnya bergerak.
" Dapat sudah sekarang... ya Tuhan, dapat sudah..." Bu Song t idak m engert i, lalu
bertanya hormat, "Paman, apakah yang Paman maksudkan?"
" Bu Song, kau sudah hafal akan isi kitab?" Tiba- tiba kakek itu bertanya, suaranya
biasa kem bali. " Sudah, Pam an." "Kalau begit u t inggalkan kit ab ini padaku dan
kaubawalah suling it u pergi dari sini. cepat ! Kau sudah t ahu akan rahasia isi kit ab
dan suara suling. Bahagialah kau, Bu Song."
Bu Song m endekat i. "Akan t et api, kalau Pam an di sini t ert awan, m arilah Pam an
ikut pergi dengan saya. Untuk apa tinggal di pulau berbahaya ini?"
"Tertawan? Berbahaya? Ahh, tidak sama sekali. Sudahlah, kau pergi cepat jangan
sampai dia datang mendapatkan kau di sini."
" Tapi, Pam an..." "Keraguan hat i akan m erint angi kem aj uanm u, orang m uda.
Pergilah! " Kakek it u berkat a dengan suara t egas sehingga Bu Song t idak berani
m em bant ah lagi. I a m enj at uhkan diri berlut ut di depan kakek yang bersila di atas
bat u, m enghat urkan t erim a kasih lalu bangkit berdiri dan berj alan pergi dari sit u,
m enuj u ke t em pat ia m endarat t adi. Di belakangnya ia m endengar suara kakek
it u m em baca saj ak t erakhir dan ket ika t iba di dua kalim at t erakhir, suara it u
seperti berteriak girang.
"Akhirnya semua itu kosong hampa,
sesungguhnya tidak ada apa- apa!"
Ket ika Bu Song t iba di t epi pulau, di at as bat u karang, ia m elihat layar perahu
nelayan it u dari j auh. Bu Song m enaruh kedua t angan di pinggir m ulut nya lalu
berseru sambil mengerahkan khikang di dadanya, "Kak nelayan...! Kemarilah...!!"
Layar it u m akin besar dan kini t am paklah perahu kecil it u bersam a Si Nelayan
yang berwaj ah ket akut an. Set elah perahu it u dekat , dalam j arak lim a m et er Bu
Song lalu m eloncat ke at as perahu. Akan t et api Si Nelayan m em andang ke arah
pulau dengan m uka pucat dan t ubuh m enggigil, sehingga kedua t angannya t idak
dapat lagi m engem udi perahu. Bu Song t erheran dan cepat m enoleh. Unt ung ia
sudah berada di at as perahu karena t ernyat a di t epi pulau it u berdiri dua orang
m anusia aneh yang t adi m enunggang kuda dan m ereka it u m em bawa sebuah
batu karang besar yang kini mereka lemparkan ke arah perahu!"
Dua bat u karang it u besarnya seperut kerbau dan dilem par dengan kekuat an
dahsyat ke arah perahu!
" Cepat j alankan perahu ke t engah! " Bu Song m asih sem pat bert eriak dan ia
m elom pat ke bunt ut perahu, m em asang kuda- kuda dan ket ika dua bat u karang
it u dat ang m enyam bar, ia m enggunakan kedua t angannya m endorong sam bil
mengerahkan sin- kangnya.
" Byurrr...! " Dua bat u karang it u dapat t erdorong m enyeleweng dan j at uh ke air,
akan t et api saking hebat nya t enaga lem paran it u, kedua kaki Bu Song m elesak
ke bawah karena papan at as perahu yang diinj aknya j ebol! Selain it u, dua bat u
karang yang t erbant ing ke air it u m enim bulkan gelom bang hebat sehingga

Suling Mas Kho Ping Hoo 428


perahunya m iring dan ham pir saj a t erbalik. Baiknya nelayan it u t ahu akan
bahaya dan sudah cepat - cepat m engat ur keseim bangan perahunya, m engem udi
layar dan cepat sekali angin besar m endorong perahu m enj auhi pulau! Dua
manusia aneh itu meloncat- loncat di tepi pulau dan sebentar saja lenyap.
" Kongcu.... Mereka it u t adi.... Silum an.... At au ibliskah.....?" Bu Song t ersenyum .
Biarkan para nelayan ini ketakutan agar tidak berani mendekati pulau Pek- coa- to,
karena kalau m endekat i pulau it u m em ang besar kem ungkinan m ereka akan
t ewas, m engingat bet apa selain di pulau it u t erdapat banyak binat ang buas dan
berbisa. Juga di sit u t inggal Kong Lo Sengj in dan dua orang pelayannya yang gila
dan kejam.
" Agaknya m ereka it u iblis pulau. Aka t et api unt ung kit a dapat m elarikan diri! "
j awab Bu Song. Jawaban ini m em buat nelayan it u m akin ket akut an dan ia
m engerahkan seluruh kecakapannya unt uk berlayar secepat m ungkin
menyeberang ke daratan yang aman.
Bu Song m enyim pan sulingnya diselipkan di ikat pinggang dan t ert ut up baj u. I a
m aklum bahwa suling it u t ent u akan m enim bulkan perkara kalau sam pai t erlihat
orang j ahat . Orang- orang kang- ouw m encarinya t ent u m engharapkan hikm at nya,
sedangkan orang- orang j ahat t ent u j uga m enginginkannya karena harganya.
Suling ini terbuat dari emas yang tentu saja mahal harganya.
Set elah t iba di darat , Bu Song m enam bah hadiah sepot ong perak kepada nelayan
it u yang m enj adi girang sekali karena hari it u ia benar- benar m endapat kan rej eki
besar. Kem udian Bu Song m eninggalkan pant ai dan m elakukan perj alanan cepat
ke ut ara. I a harus m encari suhunya dan m encerit akan sem ua pengalam annya di
Pulau Pek- coa- to.
Makin ke ut ara, m akin ram ailah ia m endengar orang bicara t ent ang perubahan
besar di keraj aan. I a m endengar bahwa seorang panglim a besar yang gagah
perkasa t elah m engam bil alih kekuasaan dan m edirik an keraj aan baru, yait u
Keraj aan Sung! Juga m endengar bahwa kaisar baru ini am at m urah hat i, t idak
akan m enghukum siapapun j uga asal t idak m engadakan perlawanan. Karena
berit a inilah m aka di kot a- kot a kecil t idak t im bul keribut an, dan para pem besar
m elakukan t ugasnya sepert i biasa sam bil m enant i perkem bangan lebih lanj ut .
Pada waktu itu, Bu Song berusia dua puluh tiga tahun.
Maklum bahwa suhunya t ent u m em perhat ikan perubahan di kot a raj a, ia
mengambil keputusan untuk pergi ke kota raja mencari suhunya.
Kit a t inggalkan dulu Bu Song yang m elakukan perj alanan m enuj u ke kot a raj a,
dan m ari kit a m enengok keadaan Sum a Ceng, gadis bangsawan yang t ak dapat
m enahan gelora cint a kasihnya sehingga m engadakan hubungan rahasia dengan
Bu Song, pegawai ayahnya itu.
Melihat bet apa put erinya t elah m encem arkan nam a keluarga, Pangeran Sum a
Kong m arah bukan m ain. " Anak m acam it u hanya akan m enyeret nam a orang
t uanya ke dalam lum pur kehinaan! " I a m em aki set elah m enerim a laporan
put eranya. " Lebih baik m at i daripada dibiarkan hidup! Boan- j i ( Anak Boan) ,
enyahkan saja dia dari muka bumi!"
Sum a Boan t erkej ut . I a j uga m erasa t ak senang dan m arah m elihat adiknya
m elakukan perhubungan gelap dengan Bu Song. Akan t et api bet apapun j uga
Sum a Boan m enyayang adiknya. I a t idak m em punyai saudara lain kecuali Sum a
Ceng. Bagaim ana ia t ega m em bunuhnya? Diam - daim ia m erasa kecewa dan
menyesal sekali mengapa Bu Song sampai dapat lolos dari tangannya.
" Ayah, harap am punkan Ceng- m oi. Bet apapun j uga, yang salah besar dan j ahat
adalah Bu Song. Ceng- m oi seorang yang m asih m uda, t ent u saj a m udah di buj uk
dan dipikat . Ayah, karena hal it u t elah t erj adi, m aka sebaiknya kit a m encari j alan
keluar."
" Jalan keluar sat u- sat unya hanyalah m enyuruhnya m inum racun agar habis
riwayat nya dan t idak m engot ori nam a keluarga kit a! " bent ak Pangeran Sum a
Kong marah.
" Bukan begit u, Ayah. Yang kum aksudkan adalah j alan keluar yang baik dan
t erhorm at . Bet apapun j uga, Ceng- m oi adalah adikku, m ana aku t ega kepadanya?

Suling Mas Kho Ping Hoo 429


Ayah, sahabat ku Pangeran Kiang pernah m elihat Ceng- m oi dan pernah dalam
keadaan m abok ia m em uj i- m uj i Ceng- m oi di depanku. Ayah, aku dapat at ur agar
Ceng- m oi segera dij odohkan dengan dia! Selain sahabat baik, dia pun belaj ar
silat kepadaku, dan dalam segala hal, dia selalu menurut kepadaku."
Berseri sedikit waj ah Sum a Kong yang t adinya keruh. Pangeran Kiang yang
dim aksudkan put eranya it u m em ang bet ul bukan seorang yang cukup " berharga"
untuk menjadi mantunya. Seorang pangeran miskin, sudah tiada ayah lagi, hanya
m engandalkan Jenderal Cao Kuang Yin yang m enj adi pam annya. Akan t et api
betapapun juga orang muda itu masih seorang pangeran! Tidak buruk!
" Sesukam ulah. Akan t et api at ur supaya cepat - cepat m enikah, dalam bulan ini
j uga. Siapa t ahu..." Sum a Kong m engigit bibir dan m enggeleng- geleng
kepalanya.
" Aku m engert i, Ayah." Dem ikianlah, dengan perat araan Sum a Boan, urusan
perj odohan it u dibicarakan. Pangeran Kiang adalah seorang pangeran m uda yang
t idak punya ayah lagi, m enganggur, hidupnya hanya bersenang- senang, m enj adi
sahabat , m urid, j uga " ant ek" Sum a Boan. Mendengar usul dan buj ukan Sum a
Boan, sert a m ert a ia m enyat akan set uj u dengan hat i girang. I bunya m iskin,
pam annya yait u adik ibunya, Jenderal Cao Kuang Yin yang t erkenal, adalah
seorang pem besar bu ( m ilit er) yang j uj ur dan set ia sehingga hidupnya sederhana
dan tidak kaya raya, sehingga bantuan dari paman ini pun hanya sekadarnya.
Kalau disat u pihak Pangeran Kiang Ti girang bukan m ain at as usul Sum a Boan,
karena dia sendiri sampai mati pun tidak berani lancang melamar puteri Pangeran
Sum a Kong yang kaya raya it u, adalah di lain pihak Sum a Ceng m endengarkan
berita yang disampaikan kakaknya itu, dengan banjir air mata.
" Koko... ah, m engapa begini...?" rat ap t angisnya. "Dim ana... Kanda Bu Song...?
Kau apakan dia...?
Sum a Boan m arah sekali kepada adiknya, akan t et api kasih sayangnya sebagai
seorang kakak m em buat nya kasihan j uga. ia m endongkol bahwa dalam keadaan
seperti itu adiknya masih saja memikirkan Bu Song!
" Ceng Ceng! Kau ini put eri seorang bangsawan agung! Put eri seorang pangeran
besar! Pergunakanlah pikiranm u dan akal sehat . Mengapa kau m erendahkan diri
sedem ikian rupa? Apakah kau hendak m enyeret nam a baik ayah dan keluarga ke
dalam lumpur?"
"Aku... aku... cinta padanya, Koko..."
"Setan! Sudah, jangan sebut- sebut lagi namanya. Bu Song sudah mampus!"
Ceng Ceng m enangis t ersedu- sedu. " Kaubunuh dia...! Ah, kaubunuh dia, Koko...
kenapa kau tidak bunuh aku sekali...!"
" Goblok? Kalau t idak ada kakakm u ini yang berj uang m at i- m at ian, apa kaukira
sekarang kau m asih hidup? Ayah lebih senang m elihat kau m at i daripada kau
bermain gila dengan seorang macam Bu Song."
"Ohhh..., Ayah...!" Suma Ceng makin sedih mendengar hal ini.
" Dengar, Ceng- m oi. Mengadakan hubungan gelap, apalagi dengan seorang yang
kedudukannya rendah, hukum annya hanya m at i bagi seorang gadis bangsawan.
Akan t et api aku berhasil m eredakan kem arahan Ayah dan m engusulkan agar kau
dijodohkan dengan Pangeran Kian Ti."
" Aku t idak m au... t idak sudi...! " " Plak! " Sum a Boan m enam par pipi adiknya
sehingga Suma Ceng hampir terpelanting jatuh.
" Auuhhh! " Sum a Ceng berdiri, m em egangi pipinya dan m em andang dengan m at a
t erbelalak kepada kakaknya. Biasanya, kakak kandungnya ini am at m encint anya,
t idak pernah m em ukulnya. Maka ia m enj adi kaget dan heran, lupa akan
kesedihannya dan memandang dengan mata terbelalak.
"Ceng- m oi, kau t ahu apa art inya kalau perbuat anm u yang t ak t ahu m alu ini
diket ahui orang luar? Cem ar yang m enim pa keluarga kit a berart i m enodai nam a
keluarga raj a! Dan akibat nya, t idak hanya kau yang m enerim a hukum an, j uga
Ayah dan kit a sekeluarga! Mungkin Ayah akan dihent ikan, dipecat , dan dibuang!
Nah, inginkah kau melihat hal itu terjadi?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 430


Sum a Ceng m enundukkan kepala, t erisak- isak dan m enggeleng- gelengkan
kepala. Sum a Boan m endekat i dan m engelus ram but adiknya. " Kau t ahu aku
sayang kepadam u dan aku m elakukan ini unt uk kebaikanm u pula. Kiang Ti
adalah seorang pem uda yang baik, dia ket urunan pangeran set ingkat dengan
ayah. Tent ang dia m iskin bukanlah hal yang perlu dipikirkan. Bukankah Ayah
keadaannya cukup? Nah, adikku yang m anis, kau harus m enurut dem i
kebaikanmu dan kebaikan keluarga kita."
Sum a Ceng m enubruk dan m enyem bunyikan m uka di dada kakaknya sam bil
m enangis t ersedu- sedu. Sum a Boan m engelus ram but adiknya dan t ersenyum ,
maklum bahwa bujukannya berhasil.
Dem ikianlah, dalam enam bulan it u j uga, secara m eriah sekali Sum a Ceng
dikawinkan dengan Kiang Ti, pangeran yang m iskin. Di balik t irai yang m enut upi
m ukanya, Sum a Ceng m enangis. Sebaliknya, Kiang Ti t ersenyum - senyum girang.
Memang ia pernah m elihat Sum a Ceng dan m engagum i kecant ikan put eri
pangeran ini. Kini gadis yang m em buat nya rindu dan m abok kepayang it u secara
t ak t erduga- duga dij odohkan dengannya. I a benar- benar m erasa heran karena
belum pernah ia mimpi kejatuhan bulan! Ia merasa untungnya baik sekalil.
Akan t et api, kurang lebih dua t ahun kem udian set elah Sum a Ceng m enj adi ist eri
Kiang Ti, keadaannya m enj adi t erbalik sam a sekali. Kini keluarga Sum a Konglah
yang m erasa unt ungnya baik karena m em punyai m ant u Kiang Ti. Sepert i telah
diket ahui, Kiang Ti adalah put era seorang pangeran yang m enj adi keponakan
Jenderal Cao Kuang Yin. Dan kebet ulan j enderal inilah yang m enggulingkan t aht a
keraj aan, kem udian m enj adi kaisar pert am a dari Dinast i Sung! Tent u saj a, Kiang
Ti sebagai keponakan Kaisar, kini m enj adi pangeran yang t erhorm at dan t inggi
kedudukannya dan kerena itu, keluarga Suma juga ikut terangkat naik!
Mem ang hal ini sedikit banyak ada pengaruhnya dan m engunt ungkan Sum a
Kong. Dia t erkenal sebagai seorang pangeran yang korup. Akan t et api kaisar
baru, yait u bekas Jenderal Cao Kuang Yin, walaupun t ahu akan wat ak korup
pangeran ini, nam un m engingat bahwa m asih ada pert alian keluarga m elalui
Kiang Ti, t idak m au m engut ik- ut ik t ent ang perbuat an- perbuat annya yang lalu,
hanya m em beri pensiun kepada Pangeran Sum a Kong dan m em biarkan keluarga
pangeran yang sudah kaya raya it u pindah dari kot a raj a, ke kot a An- sui. Adapun
pangeran Kiang Ti yang masih keponakan Sang Kaisar, tentu saja dapat tinggal di
kom pleks ist ana yang m egah, bersam a ist erinya yang t elah m em punyai seorang
put era. Pangeran Kiang Ti am at m encint a ist erinya, dan karena sikap yang am at
baik, penuh cint a dan penuh kesabaran dari Kian Ti ini m aka sedikit banyak
kepahitan hati Suma Ceng karena terpisah dari kekasihnya terobati.
Dem ikianlah keadaan keluarga Sum a selam a dua t ahun it u, dan kini biarpun
Sum a Boan t inggal di An- sui bersam a ayahnya, nam un karena ia kaya raya dan
m asih t erhit ung keluarga keraj aan, di t am bah pula dengan ilm u kepandaian yang
t inggi sej ak ia m enj adi m urid Pouw kai- ong, Sum a Boan am at t erkenal di kot a
raj a. Siapakah yang t idak m engenal Sum a Kongcu yang berj uluk Lui- kong- sian Si
Dewa Gunt ur? Mengandalkan kedudukan keluarganya sebagai sanak kaisar, sert a
hart a benda dan ilm unya, pem uda bangsawan ini m alang m elint ang di kot a raj a
dan sekitarnya tanpa ada yang berani mengganggunya.
Bu Song meninggalkan pantai selatan dan menuju ke utara. Akan tetapi baru saja
ia m eninggalkan pant ai, ia m endengar suara aneh di at as kapalnya. Ket ika ia
m em andang ke at as, t ernyat a seekor burung yang buruk rupanya t erbang
m elint as dekat kepalanya sam bil m engeluarkan bunyi " kuk- kuk- kuk! " dan
t eringat lah Bu Song bahwa pulau Pek- coa- t o t adi pun serasa pernah ia m elihat
burung ini, akan t et api ia lupa lagi ent ah di m ana. Burung it u adalah burung
hant u, at au burung m alam yang m at anya berkilauan sepert i m at a kucing,
bert elinga sepert i kucing pula. Burung it u t erbang cepat sekali dan lenyap di
dalam sebuah hutan kecil di depan.
Hari t elah m enj elang senj a ket ika Bu Song m em pergunakan ilm u lari cepat
m em asuki hut an kecil it u. Hut an it u kecil nam un liar dan gelap, hut an belukar
yang agaknya t idak pernah didat angi m anusia. Banyak bagian yang gelap,

Suling Mas Kho Ping Hoo 431


apalagi karena di sit u t erdapat bat u karang. Agaknya di j am an dahulu, air laut
sampai di bagian daratan ini.
"Aduhhh...! Setan iblis siluman tak bermata! Perut orang diinjak- injak seenaknya,
keparat ! " Bu Song j uga kaget bukan m ain. Tadinya t idak ada apa- apa di
depannya, bagaim ana ket ika ia berlari, kakinya sam pai bisa m enginj ak perut
orang t anpa ia ket ahui? Bet apapun suram dan agak gelap t em pat it u, t ak
m ungkin ia t idak m elihat seorang t idur t elent ang di depannya m enghalang j alan.
Tak m ungkin! Tadinya benar- benar t idak ada siapa- siapa, bagaim ana t ahu- tahu
kakek aneh it u dapat t erinj ak perut nya oleh kakinya? I a dem ikian kaget sam pai
ia berj ungkir- balik ke belakang dan m endengar suara m arah- m arah it u ia
m em andang penuh perhat ian. Seorang kakek yang aneh. Tubuhnya pendek
sekali seperti seorang anak berumur belasan tahun. Kakinya yang kecil telanjang,
kedua t angannya j uga kecil. Akan t et api kepalanya besar, kepala seorang kakek
t ua rent a penuh j enggot dan kum is panj ang. Ram but nya panj ang t erurai. Benar-
benar seorang kakek aneh dan kalau m em ang di dunia ini ada set an iblis at au
silum an sepert i m akian kakek t adi, kiranya kakek inilah pat ut m enj adi seorang
diant aranya. Akan t et api karena kakek it u pandai m engum pat caci, agaknya ia
manusia biasa, pikir Bu Song. Cepat- cepat ia menjura dan memberi hormat.
" Mohon m aaf sebesarnya, Kek. Saya t idak but a dan t idak sengaj a m enginj ak
perut m u, akan t et api aku berani bersum pah bahwa t adi aku t idak m elihat ada
orang di sini!"
" Mem ang t idak ada! Kalau aku t idak sengaj a m em biarkan perut ku t ersent uh
kakimu, apa kaukira akan mampu menginjak perutku? Cih!"
Diam- diam Bu Song t erkej ut dan j uga m endongkol. I a dapat m enduga bahwa
kakek ini t ent u seorang yang m em iliki kepandaian t inggi dan sengaj a hendak
m em perm ainkannya, karena ia benar- benar t adi t idak m elihat ada orang t idur di
t engah j alan. Hal ini saj a sudah m em bukt ikan bet apa hebat ilm u kepandaian
kakek it u sehingga dapat m em biarkan dirinya t erinj ak t anpa dia yang
m engij aknya m elihat nya! Karena yakin bahwa kakek it u seorang sakt i, ia cepat -
cepat memberi hormat lagi dan berkata,
" Maafkan saya, Locianpwe ( Orang Tua Sakt i) . Sesungguhnya seorang m uda
sepert i saya m ana berani bersikap kurang aj ar t erhadap seorang t ua? Apalagi
sam pai m enginj ak perut Locianpwe, selain t idak berani j uga t akkan sanggup
m elakukannya. Bolehlah saya bert anya, Locianpwe siapakah dan apakah m aksud
hat i Locianpwe m em perm ainkan seorang m uda sepert i saya yang t idak bersalah
apa- apa terhadap Locianpwe?"
Tiba- tiba kakek itu tertawa bergelak. Suara ketawanya amat tidak enak didengar,
bukan sepert i suara m anusia. Bu Song t eringat akan suara burung hant u yang
t adi t erbang lewat dan... benar saj a, dari at as kini t erdengar suara burung it u
dan sesosok bayangan berkelebat , t ahu- t ahu burung hant u yang t adi it u kini
sudah hinggap di atas pundak kanan kakek pendek itu!
" Siapa m ain- m ain? Aku sengaj a m em biarkan perut ku kauinj ak at au t idak, it u
urusanku! Tapi yang j elas dan t ak dapat dibant ah lagi, kau sudah berlaku kurang
aj ar m enginj ak perut ku. Bet ul t idak? Hayo, kausangkal kalau berani, kau... eh,
siapa nam am u?" Kat a- kat a dan sikap kakek ini am at m enggelikan, t idak karuan
dan seperti orang gila, atau seperti anak kecil yang nasar (mau menang sendiri).
" Nam a saya Bu Song, Locianpwe, she... Liu." " Heh, Bu Song! Hayo bilang, kau
tadi menginjak perutku atau tidak?" "Heh... betul... tapi... tapi saya tidak sengaja
Locianpwe." " Tidak sengaj a at au sengaj a, apa bedanya? Yang j elas, bukt inya kau
sudah m enginj ak perut ku. Kau t ahu siapa aku?" " Saya belum m endapat
kehorm at an m engenal nam a Locianpwe yang m ulia." " Aku adalah Bu Tek Loj in!
Dan kau sudah berani menginjak perutku, hukumannya hanya satu, yaitu mati!"
Biarpun t adinya Bu Song m enganggap kakek it u seorang sakt i yang pat ut ia
horm at i, akan t et api m endengar ucapan- ucapannya dan m elihat sikapnya, ia
m ulai m erasa m endongkol sekali. Bet apa pun sakt inya, kiranya kakek ini
bukanlah seorang yang patut dihormati, bukan seorang sakti yang budiman. Akan
t et api ia t et ap m enahan kem arahannya, dan bersikap sabar. I a belum pernah

Suling Mas Kho Ping Hoo 432


m endengar nam a Bu Tek Loj in. Biarpun t ak dapat disangkal bahwa ia t adi t elah
menginjak perut orang, akan tetapi ia melakukan hal ini tanpa ia sengaja, bahkan
Si Kakek itu sendiri yang agaknya sengaja mencari perkara.
" Bu Tek Loj in," j awabnya, t idak lagi m enyebut locianpwe karena ia m erasa t idak
senang m elihat sikap kakek yang luar biasa ini. " Yang m em beri kehidupan
kepadaku adalah Tuhan. Apabila Tuhan yang berkenan m engam bil kehidupanku,
aku akan pasrah dengan rela, akan t et api kalau orang lain yang m enghendaki
kem at ianku, biarpun orang it u seorang t ua t erhorm at dan sakt i sepert i kau,
bagaimanapun juga akan kupertahankan hak hidupku!"
Kakek it u m em andang dengan m at a t aj am dan t ert arik. " Aha, kau pandai bicara.
Bicaram u sepert i seorang t erpelaj ar, pakaianm u sepert i seorang t erpelaj ar pula,
agaknya kau seorang sast rawan m uda! Dan seorang t erpelaj ar t ent u pandai
bermain catur. Orang muda, kau pandai main catur?"
Kakek aneh, pikir Bu Song. Bicaranya m em bolak- balik sukar dit ent ukan arahnya.
Akan t et api ia m elayaninya j uga dan m enj awab, " Berm ain cat ur t ent u saj a aku
bisa, akan tetapi tidak pandai."
" Bagus! " Kakek it u t erkekeh- kekeh dan dari balik baj unya ia m engeluarkan
sehelai kert as yang dilipat - lipat dan segenggam bij i cat ur. Kert as it u ia
bent angkan di at as t anah dan t ernyat a adalah kert as gam bar papan cat ur!
"Duduklah, mari kita bertanding catur!"
Kakek it u t idak waras ot aknya barangkali, pikir Bu Song. Akan t et api ia m enj adi
curiga dan bertanya, "Bu Tek Lojin, apa arti permainan catur ini?"
"Ha- ha- ha, bicara t ent ang ilm u silat , m em alukan sekali kalau aku m elayani kau
bert anding. Burungku akan m ent ert awakan aku, akan m enganggap aku
ket erlaluan m endesak orang m uda dengan ilm u silat ku yang t ent u saj a j auh lebih
unggul karena aku j auh lebih t ua, m enang pengalam an dan m enang lat ihan.
Akan t et api perm aianan cat ur t idak t ergant ung dari um ur, m elainkan dari siasat
yang m uda m engalahkan yang t ua! Kalau t adi kukat akan bahwa kau t elah
berdosa kepadaku dan harus dihukum m at i, sekarang aku m em beri kesem pat an
kepadam u unt uk m enebus nyawam u dengan perm aianan cat ur. Kalau kau
m enang, kesalahanm u m enginj ak- inj ak perut ku habislah dan aku t idak
menghendaki nyawamu!"
Bu Song diam - diam m akin penasaran dan m endongkol. " Kalau aku kalah?"
tanyanya, menahan hati panas.
"Ha- ha! Tent u saj a kau kalah! Kalau kau kalah, berart i kau hut ang dua kali
kepadaku. Sebelum kubunuh kau harus m enyerahkan suling em as dengan suka
rela kepadaku!"
Berdebar j ant ung Bu Song. Kakek ini t idaklah gila, dan t idak bodoh. Kirany a
sengaj a m encari gara- gara dan m encari perkara karena ingin m eram pas suling
dan unt uk it u t idak akan segan- segan m em bunuhnya. Maklum lah Bu Song bahwa
ia m enghadapi hal yang am at gawat dan berbahaya dan oleh karena ini seket ika
ket enangannya t im bul. I a t eringat akan nasihat suhunya bahwa dalam
m enghadapi perkara apapun j uga, t erut am a sekali harus m enenangkan hat i.
Ket enangan akan m em buat kit a waspada dan hanya dengan ket enangan kit a
akan dapat m enguasai diri dan m engam bil t indakan secara t epat . Maka ia lalu
m engerahkan t enaga unt uk m enenangkan hat i dan m engusir sem ua
kekhawat iran. Bahkan waj ahnya m em bayangkan senyum ket ika ia m em andang
kakek itu.
"Orang t ua, bagaim ana engkau bisa m engat akan bahwa seorang perant au m iskin
seperti aku ini mempunyai sebuah benda dari emas?"
"Ha- ha- ho- ho- ho! Kau dat ang dari Pulau Pek- coa- t o, aku m endengar suara suling
di sana. Siapa lagi kalau bukan kepadam u suling it u diberikan oleh Ciu Bun si t ua
bangka berkepala batu? Ha- ha- ha! Dasar aku yang bodoh, percaya saja Si Kepala
Batu telah dibunuh Couw Pa Ong!"
Makin kaget lah hat i Bu Song. Kiranya kakek ini t ahu pula bahwa ia bert em u
dengan Ciu Bun di pulau. Kalau begini, tak dapat dihindarkan lagi. Kakek ini tentu
luar biasa sakt inya dan bert anding ilm u silat dengan kakek ini, j elas ia t akkan

Suling Mas Kho Ping Hoo 433


m enang. Nam un bert anding cat ur, belum t ent u! Suhunya sendiri, Kim - m o Taisu
yang j uga seorang j ago cat ur, sukar m engalahkan dia dan m enurut suhunya, ia
memiliki bakat yang luar biasa untuk bermain catur.
" Baiklah, kut erim a t ant anganm u berm ain cat ur, orang t ua?" kat anya, waj ahnya
berseri dan m at anya bersinar. " Akan t et api, sebagai seorang kakek yang sudah
berusia t ua, t idak sepat ut nya engkau m enipu m ent ah- m ent ah seorang m uda
sepert i aku. Biarpun di sini t idak ada orang kecuali kit a berdua, set idaknya kau
tentu akan malu sikapmu itu diketahui burungmu."
" Apa? Menipum u m ent ah- m ent ah? Heh- heh, orang m uda, j aga baik- baik lidahm u
kalau kau ingin mati dengan lidah utuh nanti!"
" Bu Tek Loj in, orang bert anding apa saj a ada t aruhannya. Kit a akan bert anding
cat ur, j agi kit a berdua harus bert aruh pula. Akan t et api engkau t adi hanya
m enyuruh aku yang bert aruh, akan t et api kau sendiri t anpa m odal alias berm ain
t anpa t aruhan. Kalau aku kalah, aku harus m at i dan m em berikan sebuah suling
emas kepadamu. Akan tetapi kalau kau yang kalah, harus ada taruhannya pula!"
Mat a kakek it u ket ap- ket ip ( berkej ap- kej ap) , agaknya ot aknya dikerj akan keras-
keras. Akhirnya ia m engangguk- angguk dan berkat a, "Om onganm u cengli
(menurut aturan) juga! Nah, kalau aku kalah, kau boleh bunuh aku!"
Kem bali Bu Song kaget . Jawaban- j awaban kakek ini benar- benar aneh dan
m engaget kan karena t idak disangka- sangka. Akan t et api m elihat betapa
sepasang mata itu bersinar- sinar dan biji matanya bergerak- gerak seperti tingkah
seorang kanak- kanak nakal yang cerdik dan penuh t ipu m uslihat , m ulut yang
t ersem bunyi di balik j enggot it u bergerak- gerak sepert i m enahan t awa, Bu Song
maklum dan berseru,
" Wah, t ernyat a Bu Tek Loj in t idak hanya pandai ilm unya, akan t et api pandai pula
akal bulusnya. Pant as saj a m enj adi Bu Tek ( Tiada Lawan) , kiranya selain
mengandalkan kesaktian juga mengandalkan tipu muslihat!"
Kakek it u yang t adinya sudah duduk m enghadapi kert as bergam bar papan cat ur,
kini m eloncat t inggi sehingga burung di pundaknya kaget dan m engem bangkan
sayapnya m enj aga keseim bangan t ubuh. Bu Tek Loj in m encak- m encak dan
m enari dengan kedua kakinya berloncat an, kedua t angannya bergerak sepert i
orang lari di t em pat , m ukanya m enj adi m erah dan m at anya bergerak- gerak
m elot ot . "Kurang aj ar kau! Tipu m uslihat apa yang kaum aksudkan sekarang?
Awas, jangan bikin aku marah!"
"Habis, taruhanmu benar- benar tidak adil. Kalau kau kalah main catur, kau bilang
aku boleh m em bunuhm u. Tent u saj a ini t idak adil sam a sekali. Aku boleh
m em bunuhm u, akan t et api dalam hat im u kau m ent ert awakan aku dan bilang
m ana aku sanggup m em bunuhm u? Wah, Bu Tek Loj in kakek t ua, kau
m em berikan ekor m enyem bunyikan kepala! Tidak m au aku diakali begit u. Kalau
kau m au m em enuhi sayarat t aruhanku, boleh kaucoba- coba m elawan aku
berm ain cat ur kalau kau becus! Akan t et api kalau t idak m au m em enuhi syarat
t aruhanku, sudahlah, kalau kau orang t ua hendak berlaku sewenang- wenang
t erhadap orang m uda dan t idak m alu didengar sem ua orang kang- ouw bet apa
kakek yang bernam a Bu Tek Loj in beraninya hanya m enghina orang m uda,
terserah kau apakan aku, boleh saja!"
Sej enak kakek it u t idak dapat berkat a- kat a. Ucapan Bu Song it u benar- benar
t epat sekali m enghant am apa yang t ersem bunyi di dalam rencana pikirannya
sehingga ia m enj adi t erkesim a, seolah- olah m enerim a serangan t epat di ulu
hat inya. Kem bali m at anya berkedip- kedip m em andang kagum lalu berkat a,
" Wah, kiranya kau bukan bocah sem barang bocah, cukup cerdik! Tent u akan
merupakan lawan catur yang ulet! Coba kaukemukakan syaratmu, orang muda."
Sebet ulnya Bu Song bukanlah t erm asuk orang m uda yang suka banyak bicara,
bukan pula pandai berdebat. Kalau sekarang ia bersikap demikian adalah semata-
m at a t erdorong oleh pengert ian yang t im bul dari ket enangannya bahwa hany a
dengan cara ini sajalah agaknya ia dapat menghadapi kakek ini!
" Begini syarat t aruhanku, Bu Tek Loj in. Kalau aku kalah berm ain cat ur
denganm u, biarlah t akluk dan m enyerah kepadam u. Akan t et api kalau kau yang

Suling Mas Kho Ping Hoo 434


kalah, kau harus pergi tinggalkan aku dan jangan mengganggu lagi, jangan minta
benda em as at au suling segala m acam dan j angan m em bunuh at au m elukaiku!
Coba pert im bangkan, kalau aku kalah, aku hanya m int a engkau pergi dan aku
t idak m engganggum u. Sebaliknya kalau aku kalah, aku t akluk kepadam u dan
menyerah. Bukankah ini berarti aku sudah banyak mengalah kepadamu?"
Kakek it u m enggaruk- garuk j enggot nya yang put ih dan t ebal, m endapat kan
seekor sem ut yang ent ah bagaim ana t ahu- t ahu t ersesat ke t em pat it u, dengan
gem as m em encet sem ut it u hancur di ant ara kedua j arinya. I a m engangguk-
angguk. "Kongto, kongto (adil, adil). Mari kita mulai!"
Bu Song m enarik napas lega. Set idaknya, bahaya pert am a sudah dapat diat asi.
I a dapat m enghadapi kakek ini berm ain cat ur dengan t enang. Kalau ia m enang
nant i, ia bebas. Kalau kalah, ia m asih dapat m elihat keadaan. Kalau kakek it u
t idak m em bunuhnya, t ent u saj a hal it u baik sekali. Kalau kakek it u akan
memubunuhnya, tentu saja ia tidak akan tinggal diam dan mati konyol!
Permainan cat ur dim ulai. Kakek it u m em persilakan Bu Song m enggerakkan bij i
cat urnya lebih dahulu. Bu Song berlaku hat i- hat i dan m em buat gerakan
sederhana. Akan t et api gerakan bij i cat ur kakek it u am at luar biasa, t erlalu
berani, kasar dan sam a sekali t idak m em pergunakan t eknik berm ain cat ur,
membabi buta dan asal makan saja! Sibuk juga Bu Song menghadapi perlawanan
kasar dan ceroboh m acam ini. Kakek it u berm ain sepert i t idak m em pergunakan
ot ak sehingga sebent ar saj a Bu Song dipaksa saling m akan dan dalam wakt u
singkat biji- biji catur mereka yang berada di atas papan tinggal sedikit.
Sekarang m ulailah kakek it u benar- benar berm ain cat ur. Gerakan- gerakan at au
langkah- langkah bij i cat urnya t erat ur rapi, m endesak dan m em ancing penuh t ipu
m uslihat dan t ernyat a m erupakan t ingkat perm ainan cat ur yang t inggi! Bu Song
kaget dan m engert ilah ia akan cara berm ain lawannya. I a t et ap berlaku hat i- hati
sebelum m enggerakkan bij i cat urnya. Kening pem uda ini sam pai kerut - merut
karena pencurahan perhat ian yang bulat dan pem erasan ot ak yang sungguh-
sungguh. Kakek it u pun kini t idak m ain- m ain lagi. Duduk t ekun m enghadapi
papan cat ur, t angan kiri m enekan t anah, lut ut kaki t angan diangkat unt uk
m enum pangkan t angan kanan, m at anya t idak pernah berkedip m em andang
papan cat ur, bibir yang t ersem bunyi di balik kum is it u berkem ak- kem ik sepert i
orang m em baca doa at au m enghafal sesuat u. Bahkan burung hant u yang
hinggap di atas lengan kanannya juga diam tak bergerak seperti mati.
Pert andingan kini m enegangkan sekali. Bu Song m enang sebuah bij i cat ur. Bij i
cat urnya t inggal em pat , akan t et api bij i cat ur kakek it u t inggal t iga buah lagi! Kini
set iap gerakan dilakukan hat i- hat i dan set elah m em akan wakt u pem ikiran yang
cukup lam a. Keadaannya t egang. Biarpun m ereka berdua kelihat an t enang-
t enang dan sam a sekali t idak m engeluarkan suara, bahkan bergerak pun hany a
kalau m enj alankan bij i cat ur, nam un ket egangannya t idak kalah oleh
pert andingan silat . Hal ini adalah karena bagi Bu Song, pert andingan ini sam a
artinya dengan pertandingan mengadu nyawa!
Dalam keadaan m enang kuat sat u bij i, Bu Song berusaha m em ancing lawan
dengan um pan- um pannya. I a m engum pankan bij i yang kelebihan it u dan apabila
lawannya kena dipancing, t ent u dalam wakt u singkat ia dapat m enghabiskan bij i
cat ur lawan. Akan t et api dalam keadaan kalah kuat it u, Bu Tek Loj in t ernyat a
cerdik sekali dan t idak m enghiraukan um pan, m elainkan m ain dalam sist im
pertahanan yang ulet bukan main.
Bu Song m enukar siasat . Karena sem ua um pan pancingannya t idak berhasil, ia
kini m em pergunakan kelebihan bij i cat urnya unt uk m endesak dan m engurung,
lalu m enggiring bij i- bij i lawan ke sudut sehingga Si Kakek it u t idak bisa
m endapat kan j alan keluar lagi kecuali m engadu bij i at au saling m akan. Dan kalau
saling m akan, berart i Bu Song akan m enang karena ia m asih kelebihan sebuah
biji catur!
Sam pai lam a kakek it u m em andang ke arah papan di m ana t iga buah bij i
cat urnya sudah kehabisan j alan. Keringat besar- besar m em enuhi dahinya dan
akhirnya ia m enarik napas panj ang, m enggerakkan bij i cat urnya dan t erpaksa

Suling Mas Kho Ping Hoo 435


m akan bij i cat ur lawan. Bu Song t ersenyum . Kem enangan sudah past i berada di
t angannya. Dengan gem bira ia pun balas m em akan, akan t et api alangkah
kaget nya ket ika ia hendak m engam bil bij i cat ur lawan, bij i cat ur it u lekat pada
kert as dan t ak dapat diam bil kecuali kalau dengan kert asnya. Diam - diam ia
m endongkol sekali. Kakek ini m ulai curang, pikirnya, at au m enggunakan akal
bulus. Terpaksa ia lalu m engerahkan sin- k angnya, disalurkan pada j ari- jari
t angannya dan dapat lah ia kini m engam bil bij i cat ur it u dari at as kert as dan t iba-
tiba Bu Tek Lojin tertawa bergelak- gelak dan melompat berdiri.
"Ha- ha- ha! Hebat kepandaianm u m ain cat ur." Dengan girang Bu Song j uga
bangkit berdiri dan hat inya lega sekali." " Bu Tek Loj in, apakah kau m engaku
kalah?"
"Eh, Bu Song. Selain ilmu bermain catur, juga tenaga lwee- kangmu lumayan. Kau
murid siapa?"
" Suhu Kim - m o Taisu berkenan m em beri sedikit pelaj aran kepada saya." " Oh- oh-
oh...! Kiranya m urid Kim - m o Taisu? Ha- ha- ha, benar- benar t idak kusangka!
Orang gila it u punya m urid sebaik ini? Berapa t ahun kau belaj ar ilm u silat dari Si
Gila itu?"
Tak senang hat i Bu Song m endengar suhunya disebut orang gila dan sam a sekali
tidak dipandang mata oleh kakek ini, padahal ia tahu benar betapa di dunia kang-
ouw gurunya adalah seorang t okoh besar yang disegani kawan at au lawan. Akan
t et api ia m enj awab j uga, " Hanya dua t ahun. Dibanding dengan Suhu, saya belum
ada sepersepuluhnya!"
Mendadak kakek it u m enggerakkan t ubuhnya dan alangkah kaget nya Bu Song
karena tanpa peringatan apa- apa kakek itu sudah menyerangnya dengan pukulan
yang hebat sekali karena m endat angkan angin berciut an. Pukulan t angan kiri
kakek dengan j ari t angan t erbuka it u m enusuk ke arah dadanya. Cepat Bu Song
m iringkan t ubuh m engelak. Akan t et api pukulan susulan t angan kanan kakek it u
m em asuki bagian lam bung kiri! Kecepat an serangan susulan ini t idak
m em ungkinkan Bu Song m engelak lagi. Terpaksa ia m engerahkan t enaga pada
lengannya dan menangkis.
" Dukkk! " Tubuh kakek it u t erget ar sehingga burung hant u yang hinggap di
pundaknya m engeluarkan suara keras lalu t erbang ke at as. Akan t et api t ubuh Bu
Song t erlem par ke belakang sepert i layang- layang put us t alinya! Orang m uda it u
terhuyung- huyung dan set elah beberapa m et er j auhnya barulah ia berhasil
m em pert ahankan diri agar t idak sam pai t erbant ing j at uh. Cepat ia memutar
t ubuh m enghadapi kakek it u, lalu m enegur, "Bu Tek Loj in, apakah begit u m udah
kau melupakan janji taruhanmu?"
Akan t et api kakek it u m enj awab dengan m akian, " Bocah lancang. Berani kau
berani gila dan membohongi seorang tua bangka seperti aku?"
Kakek it u t ert awa m engej ek. " Kaukira aku begit u bodoh? Jangankan belaj ar
kepada Kim - m o Taisu si gila it u, biarpun kau belaj ar dari aku sendiri, t ak
mungkin kau seperti sekarang ini!"
" Aku bersum pah bahwa aku t idak m em bohong! " " Sudahlah! Keluarkan suling
emas itu dan kau ajari aku meniup suling!"
Bu Song kaget . Tak disangkanya kakek ini seorang yang sam a sekali t idak
m erasa m alu unt uk m elanggar j anj inya. Kalau begini, percum a saj a ia t adi m at i-
matian menggunakan otak untuk memenangkan pertandingan catur!
"Bu Tek Loj in! Benar- benarkah kau t idak m alu m elanggar j anj im u? Kau sudah
kalah bermain catur, berarti kau harus memenuhi taruhanmu!"
" Huh! Jangan banyak cerewet ! Aku m int a pinj am suling dan m int a kau m engaj ar
t iupan suling, sam a sekali t idak pernah kuj anj ikan. Hayo cepat keluarkan suling
emas itu, jangan kaubikin marah orang tua seperti aku!"
Bu Song m aklum bahwa kakek ini hanya m enggunakan ucapan t ipuan, akan
t et api sesungguhnya ingin m eram pas suling berikut rahasianya. Akhirnya ia t oh
harus m elawan dengan kekerasan j uga. Maka ia berdiri t egak, m enggeleng
kepala dan menjawab,

Suling Mas Kho Ping Hoo 436


" Bu Tek Loj in! Suling adalah alat m usik unt uk m enenangkan hat i dan pikiran, dan
m enj adi pegangan seorang yang suka akan kesenian dan kesusast eraan. Aku
sudah berj anj i t akkan m em berikan benda ini kepada siapapun j uga. Harap kau
jangan memaksa."
Kakek it u berj ingkrak- j ingkrak saking m arahnya. "Bocah sial! Sem ua t okoh kang-
ouw t idak ada seorang pun berani m em bant ah perint ahku! Apa kau sudah bosan
hidup? Serang dia! " I a m em bent ak sam bil m enudingkan t elunj uknya ke arah Bu
Song. Agaknya ini m erupakan perint ah bagi burung hant u yang t erbang
berput aran di at as karena t iba- t iba burung it u m engeluarkan pekik m enyeram kan
lalu sepert i sebuah peluru kendali burung it u m eluncur ke arah m uka Bu Song,
m enyerang dengan paruh dan kedua cakarnya dit am bah kedua sayapnya yang
menampar!
Bu Song sudah siap siaga. Sungguhpun ia tidak mengira bahwa binatang itu yang
akan m ewakili Si Kakek m enyerangnya, nam un karena ia sudah siap, dengan
m udah saj a ia berhasil m engelak dengan m erendahkan dirinya. Burung it u
m enyam bar lewat di at as kepalanya, akan t et api luar biasa sekali burung ini
karena begit u sam barannya luput , secara t iba- t iba ia dapat m enghent ikan
luncuran t ubuhnya dan dengan gerakan sayap ia sudah m em balik, lalu
m enerj ang lagi m engarah sepasang m at a Bu Song! Cepat dan t ak t erduga- duga
gerakan ini sehingga biarpun Bu Song sekali lagi m engelak, burung it u m asih
berhasil m enggores pipi kanan Bu Song dengan cakarnya! Luka di pipi it u t idak
berbahaya, hanya luka kulit, namun mengeluarkan darah menetes- netes!
Bu Tek Loj in t ert awa t erkekeh- kekeh dan bert epuk- t epuk t angan. Mendengar ini,
bangkit kemarahan di hati Bu Song. Ia mulai panas. Apalagi burung itu kini sudah
m enyam bar pula dari depan. Tadi Bu Song sam pai t erkena cakaran karena ia
kurang hat i- hat i dan sam a sekali t idak m enduga bahwa binat ang it u dapat
bergerak secepat it u, at au ada j uga sedikit sikap m em andang rendah. Burung
hant u it u hanya seekor burung sebesar ayam , t ent u saj a ia t adinya m em andang
rendah. Siapa kira, burung it u t ernyat a bukanlah burung biasa dan m em iliki
gerakan cepat dan berbahaya! Bahkan gerak- geriknya sepert i seorang ahli silat
yang t erlat ih baik, kini dengan gerakan ekor dan sayapnya, burung it u sudah
m em balik lagi dan m enerj ang Bu Song, sepert i t adi m enyerang m uka, paruhny a
m enusuk di ant ara kedua m at a, sayapnya m enghant am kanan kiri kepala bagian
pelipis, kedua cakarnya m encengkeram ke arah t enggorokan! Serangan hebat
yang boleh dikatakan serangan maut!
Nam un Bu Song selain m arah j uga sudah siap dan waspada. Kini ia t idak m au
m engelak, m elainkan m engulur t angan kanan ke depan m enyam but burung it u
dengan cengkeram an dari sam ping. Cengkeram an t angan Bu Song ini hebat
karena m engandung pengerahan t enaga dalam yang am at kuat . Kalau burung itu
kena dicengkeram oleh j ari- j ari t angan kanan Bu Song, past i akan hancur!
Burung it u t ernyat a hebat . Paruhnya m engeluarkan t eriakan keras, agaknya ia
kaget m enghadapi cengkeram an t angan yang am at kuat it u dan secara luar biasa
t ubuhnya m em balik ke at as dan... cengkeram an t angan Bu Song luput ! Bahkan
susulan hant am an t angan kiri Bu Song yang dilancarkan m enyusul
cengkeram annya j uga t idak dapat m enyusul kecepat an gerakan burung it u dan
hanya menyerempet ekornya sehingga tiga helai bulu ekor burung itu rontok!
Si burung hant u agaknya m enj adi m arah sekali. Dari at as ia m enyam bar t urun
dengan kecepat an roket , m enerj ang kepala Bu Song. Kaget lah orang m uda ini,
cepat ia m iringkan t ubuh m enggerakkan kepala, nam un pit a ram but nya m asih
t erkena cengkeram an dan t erlepaslah ram but nya! Bu Song t idak diberi
kesem pat an karena lagi- lagi burung it u sudah m enerj angnya sam bil
m engeluarkan pekik m enyeram kan. Benar- benar seekor burung luar biasa, pikir
Bu Song. Kali ini Bu Song m engangkat lengan kanan m elindungi kepala, akan
tet api ia sengaj a t idak balas m enyerang, m elainkan m em berikan lenganny a
sebagai umpan dan penutup kepala. Agaknya burung itu yang juga penasaran tak
pernah dapat m engenai kepala lawan, kini hendak m elam piaskan kem arahanny a
kepada lengan it u. I a m encengkeram , m em at uk dan m anam par lengan kanan Bu

Suling Mas Kho Ping Hoo 437


Song. Nam un, begit u kedua cakarnya m encengkeram lengan kanan Bu Song
yang kulit nya keras licin karena penuh hawa sakt i sehingga kuku- kuku burung
t aj am m eruncing it u hanya m erobek baj u, t angan kiri Bu Song bergerak
menghantam, tepat mengenai punggung burung itu.
" Bukkk! " Burung it u m engeluarkan pekik keras lalu t ubuhnya m encelat , kedua
sayapnya berusaha t erbang nam un sia- sia, ia j at uh lagi sepert i sebuah bat u,
berdebuk di at as t anah dalam keadaan t ak bernyawa lagi karena t ulang- tulang
punggungnya remuk dagingnya hancur. Dari paruhnya keluar darah.
" Wah, berani kau m em bunuh burungku yang kupelihara puluhan t ahun?" bent ak
Bu Tek Lojin marah.
" Aku hanya m em bela diri," bant ah Bu Song. " Burungm u yang m enyerang dan
hendak m em bunuhku! " Bu Song m em bereskan ram but nya yang t erlepas awut -
awut an, m engikat kem bali dengan sut era pengikat ram but yang t adi t erlepas dan
jatuh ke tanah.
Kakek it u m enarik napas panj ang. " Nah, kaukeluarkan suling em as it u cepat -
cepat ! " Bu Song m endongkol sekali. " Kalau saya t idak m au m enurut i
permintaanmu, bagaimana Bu Tek Lojin?"
" Mau at au t idak m asa bodoh, pokoknya kau harus keluarkan suling em as it u! "
j awaban ini disusul t angan kakek it u yang diulur ke depan m encengkeram dada
Bu Song.
Dari t angan kakek it u m enyam bar hawa pukulan yang am at dahsyat sehingga
belum j uga t angan kakek it u m endekat i dada, Bu Song sudah m erasa bet apa
dadanya t erget ar hebat . Cepat ia t erus saj a m aj u hendak m encengkeram
pundaknya, ia m engerahkan t enaga dan m elawan m at i- m at ian. Dengan gerakan
yang gesit ia berhasil m engelak, lalu dari sam ping ia m em balas dengan pukulan
t angan kiri. Biarpun baru belaj ar dua t ahun lebih, akan t et api karena m em ang
dasar- dasar ilm u silat t inggi sudah ada padanya, m aka Bu Song sudah berhasil
m ewarisi ilmu- ilm u sim panan Kim - m o Taisu, yait u ilm u silat t angan kosong Bian-
sin- kun ( Tangan Kapas Sakt i) , Cap- jit- seng- kun ( I lm u Silat Tuj uh Belas Bint ang) ,
Pat- sian Kiam - hoat ( I lm u Pedang Delapan Dewa) dan Lo- hai San- hoat ( I lm u
Kipas Mengacau Laut an) . Em pat ilm u ini adalah ilm u silat pilihan, t ingkat nya
t inggi dan hanya dapat dim ainkan oleh orang yang m em iliki sin- kang sem purna
karena set iap gerakan selalu harus disert ai pengerahan t enaga lwee- kang. Oleh
karena ini m aka pukulannya ke arah dada kakek it u pun bukan pukulan biasa,
dan sebelum t iba di t ubuh orang sudah didahului angin pukulan yang dahsyat
pula.
Nam un kakek it u am at luar biasa gerakannya. Hanya dengan kepret an j ari
t angan saj a ia berhasil m enghalau serangan balasan Bu Song, kem udian dengan
gerak ilm u silat aneh sekali ia m ulai m endesak Bu Song. Pem uda ini yang
m aklum akan kesakt ian lawan, m elawan sekuat t enaga, nam un ia kalah cepat
sehingga untuk tiga kali serangan lawan ia hanya dapat membalas satu kali saja!
" Wah, kau bohong...! Kau bohong...! " kakek it u m enyerang, m endesak sam bil
memaki- m aki. Bu Song diam saj a. Bagaim ana ia dapat m enj awab kalau seluruh
perhat iannya harus ia curahkan unt uk m enj aga diri agar j angan sam pai t erkena
pukulan lawan yang lihai ini?
" Masa belaj ar dua t ahun sudah m em iliki kepandaian sepert i ini? Kau bohong
atau... memang kau seorang manusia luar biasa!" Sambil bicara kakek pendek itu
m elakukan gerakan yang am at aneh dan cepat sehingga t anpa dapat dicegah lagi
dalam serangkaian serangan yang susul m enyusul, lut ut Bu Song t erkena cium an
ujung kaki telanjang itu hingga pemuda ini terguling!
Tent u saj a Bu Song t erkej ut sekali. Dengan gerakan lincah, begit u t ubuhnya
m encium t anah, ia m enggerakkan kaki t angannya m enekan dan sekaligus
t ubuhnya sudah m encelat ke at as dan berdiri kem bali. Malah kini ia
m engeluarkan suling em as dari balik baj unya dan sert a m ert a Bu Song
m enyerang dengan I lm u Silat Pat - sian Kiam - hoat ! I a t idak berpedang, m aka
suling it u dapat ia pergunakan sebagai pedang. Hebat sekali gerakan Pat - sian
Kiam- hoat ini dan ternyata suling itu juga merupakan benda mujijat karena sekali

Suling Mas Kho Ping Hoo 438


berkelebat t elah m em bent uk segulung cahaya kekuningan yang m enyilaukan
m at a, bahkan m engeluarkan bunyi m elengking aneh karena dalam gerakan it u
lubangnya kemasukan angin seperti ditiup!
"Aih...!" Bu Tek Loj in m engeluarkan seruan kaget dan t ubuhnya ia lem par ke
belakang, t erus ia bergulingan di at as t anah m enj auh. Set elah m elom pat berdiri,
ia m em andang kaget dan kagum . " Wah, hebat ilm u pedangm u, t idak kecewa kau
m enj adi m urid Kim - m o Taisu. Akan t et api dua t ahun... ah, t ak m ungkin! Dan
suling emas itu.... hebat pula!"
Akan t et api sam bil bicara, kakek it u sudah m enerj ang m aj u lagi, dengan gerakan
aneh dan cepat , t ubuhnya m iring- m iring kem udian m enerj ang Bu Song dengan
pukulan- pukulan yang m endat angkan angin m enderu. Bu Song yang sudah
bert ekad bulat t idak hendak m enyerahkan sulingnya m ent ah- m ent ah dan hendak
m elawan sekuat t enaga, m enyam but bayangan kakek yang berkelebat an it u
dengan gerakan sulingnya. I a t et ap m ainkan Pat - sian Kiam - hoat bahkan kini
t angan kirinya ia gerakkan dengan ilm u Lo- hai San- hoat . Biarpun ilm u silat ini
adalah ilm u silat yang khusus dicipt akan Kim - m o Taisu unt uk m ainkan senj at a
kipas, akan t et api dapat j uga dim ainkan dengan t angan kosong. Gerakan kipas
m enam par dengan j ari- jari dikem bangkan, adapun t ot okan uj ung gagang kipas
dapat diubah menjadi totokan jari tangan.
Kem bali Bu Tek Loj in m em uj i- m uj i. Kakek yang t ak pernah m au kalah dan
m erasa bahwa dialah orang nom or sat u di dunia ini, t idak m em uj i kosong belaka.
Dalam hat inya ia benar- benar m em uj i. Baru sekali ini selam a hidupnya ia
bert em u dengan seorang m uda yang begini hebat kepandaiannya, apalagi kalau
diingat bahwa orang m uda ini hanya belaj ar silat selam a dua t ahun! Dia sendiri
m erasa t idak sanggup m endidik m urid yang bagaim ana berbakat pun selam a dua
tahun menjadi sehebat ini!
Pert andingan kini berlangsung lebih hebat daripada t adi. Mem ang Bu Song
seorang luar biasa. Dia m em ang kurang lat ihan kalau dibandingkan dengan
lawannya. Akan t et api gerakan- gerakannya sudah ham pir sem purna, apalagi
suling em as di t angannya it u t ernyat a cocok sekali dipakai m ainkan Pat - sian
Kiam- hoat . Tubuhnya t idak nam pak lagi, lenyap saking cepat nya gerakan kaki
t angan dan t erselim ut gulungan sinar kuning m enyilaukan m at a dari suling it u.
Gulungan sinar ini m em anj ang dan m em bent uk lingkaran- lingkaran sepert i
seekor naga em as berm ain- m ain, sedangkan t angan kirinya m elancarkan
pukulan- pukulan yang mengeluarkan bunyi angin berciutan.
Nam un, lawannya adalah seorang sakt i dan luar biasa. Mem iliki sin- kang yang
j auh m elam paui m anusia biasa sehingga Bu Song selalu m asih t erdesak. Ket ika
t angan kirinya m enam par ke arah pelipis kanan kakek it u, Bu Tek Loj in t ert awa
dan m eloncat ke at as, m em biarkan j ari- j ari t angan Bu Song bert em u dengan
pundaknya.
"Plakkk!" Bu Song kaget sekali, t angannya serasa hancur dan panas. Selagi ia
hendak m elom pat ke belakang, kakek it u sudah m enyam bar ke depan, t angan
kanan kakek it u m encengkeram ke arah m at anya sedangkan t angan kiri
m eram pas suling! Bu Song t erkej ut m elihat t angan yang m enyam bar ke arah
m at a. Lengan sedikit saj a t ent u m at anya akan m enj adi but a at au set idaknya
m ukanya akan t erluka dan bercacad. Terpaksa ia m engelak dan karena
perhat iannya t ercurah sepenuhnya m enghadapi bahaya m engerikan ini, ia t idak
dapat m encegah lagi sulingnya t eram pas. I a hanya m erasa bet apa t iba- tiba
pergelangan t angan kanannya t ert ot ok dan m enj adi sepert i lum puh, kem udian
sulingnya t erlepas dari genggam annya. Dengan nekat ia m elancarkan
t endangannya m engenai pant at kurus Si Kakek t ua yang sudah m embalikkan
t ubuh set elah berhasil m eram pas suling, dan... t ubuh kakek it u t erlem par ke at as
tinggi sekali dan tidak turun lagi!
Bu Song t erheran dan m em andang ke at as. Kiranya kakek it u sudah duduk di
at as cabang sebat ang pohon, duduk m enggant ungkan kedua kakinya dan kedua
t angannya m enim ang- nim ang suling em as, m engelus- elusnya dan m engint ai
lubang- lubangnya. Kem udian kakek it u m eniup- niup lubang suling. Mem ang bisa

Suling Mas Kho Ping Hoo 439


berbunyi suling it u, akan t et api bunyinya t idak keruan dan m enyakit kan t elinga.
Mem ang kakek aneh ini selam anya t idak pernah m eniup suling. Beberapa kali ia
berusaha m eniup, bahkan m engerahkan khi- kangnya akan t et api dalam hal
m eniup suling, ilm u khi- kang t idak dapat m enolong banyak. Makin kuat angin
m em asuki lubang, m akin t idak karuan bunyi suling, bahkan ket ika kakek it u
m eniup sekerasnya, t erlam pau banyak t enaga angin m em asuki lubang sehingga
yang keluar hanya suara m endesis saj a! Akhirnya kakek it u berhent i m eniup,
memijit- m ij it kedua pelipisnya yang m erasa lelah dan berdenyut , m ulut nya
merengut kecewa.
" Heiii, hayo kauaj ari aku m eniup suling! Benda ini diperebut kan sem ua orang,
apa sih kegunaannya kalau aku tidak pandai meniup dan melagukannya?"
Bu Song sudah dapat m enguasai dirinya. I a m endapat kenyat aan pahit bet apa
kesakt ian kakek it u m engandalkan kepandaian silat . Mengingat akan kesakt ian
kakek it u, belum t ent u kalau seorang t okoh sepert i it u suka m elanggar j anj i.
Mungkin kakek ini m em ang benar- benar hanya ingin m em inj am suling em as dan
m em pelaj ari bunyinya sert a t ahu rahasianya. Mungkin kakek ini hanya t ert arik
karena sem ua orang m em perebut kannya, karena benda ini adalah benda
keram at pem berian seorang kakek yang dianggap m anusia dewa, yait u Bu Kek
Siansu. Bu Tek Loj in sudah sedem ikian sakt inya, kiranya dicari t andingnya sukar
di at as dunia ini, m aka unt uk apakah kakek it u m enginginkan suling em as? Tent u
hanya karena ingin tahu. Maka ia lalu menjawab,
" Bu Tek Loj in adalah seorang Locianpwe yang sakt i dan berkedudukan t inggi.
Bet ulkah kali ini t idak m elanggar j anj i, hanya akan m em inj am suling dan belaj ar
m eniupnya? Kalau bet ul dem ikian, saya yang m uda t ent u saj a akan suka sekali
memberi petunjuk tentang ilmu meniup suling kepada Locianpwe."
"Ha- ha- ha, begit u baru anak baik! " Tiba- t iba t ubuh kakek it u m elayang t urun dan
ia sudah duduk di at as bat u besar sam bil m elam baikan t angan m enyuruh Bu
Song m endekat . " Coba kauberit ahu, bagaim ana m em egangnya, bagaim ana
meniupnya dan bagaimana membuka tutup lubang- lubangnya?"
Bu Song m em eberi pet unj uk sedapat nya, bahkan ia m em beri cont oh
m em bunyikan suling it u, dari nada rendah sam pai nada t ert inggi. Akan t et api
dasar kakek it u sudah t erlalu t ua, sudah t erlam bat unt uk belaj ar, apalagi
m em pelaj ari seni m usik yang m em but uhkan bakat ! Bukan m ain sukarnya. Jari-
j ari t angannya canggung kaku, bibirnya sukar m eniup sem purna karena
t erganggu kum is t ebal dan ia t idak m em iliki perasaan peka akan bunyi sepert i
perasaan senim an. Lebih dua j am kakek it u m eniup- niup sam pai sepasang
m at anya m elot ot dan kedua pipinya kem bung, hasilnya sia- sia belaka, yang
dikeluarkan dari suling hanya suara m erengek- rengek sepert i kucing t erinj ak
ekornya!
Tiba- t iba kakek it u m enghent ikan usahanya belaj ar, m endengus- dengus dan dari
m at anya keluar dua but ir air m at a yang besar- besar! Kiranya saking m arah dan
j engkelnya m elihat hasil kosong usahanya, kakek it u sam pai m engeluarkan air
mata.
" Tidak ada gunanya! Suling sialan, t idak ada gunanya. Hanya suara iblis yang
keluar dari lubangnya. Unt uk apa diperebut kan? Suling keparat lebih baik
dihancurkan! " Set elah berkat a dem ikian, kakek it u m enghant am kan suling it u
kepada bat u yang didudukinya, berulang- ulang. Terdengar suara keras dan
tampak bunga api berpijar keluar ketika suling bertemu dengan batu.
" Locianpwe, j angan...! " Bu Song kaget dan m encegah sam bil m elangkah m aj u
karena ia khawat ir kalau- kalau sulingnya akan rusak. Akan t et api sebuah
dorongan t angan kiri kakek it u m engeluarkan angin yang m enghant am dadanya
dan membuat Bu Song terpelanting ke belakang!
Kakek it u agaknya m akin m arah ket ika m endapat kenyat aan bahwa suling it u
t idak rusak sam a sekali biarpun ia pukul- pukulkan bat u, bahkan bat unya yang
remuk- remuk di bagian yang dipukul suling.

Suling Mas Kho Ping Hoo 440


" Locianpwe, harap j angan m arah. Suara suling it u dapat dibarengi bunyi saj ak,
baru selaras dan nikm at didengar! " Dalam gugupnya, Bu Song sengaj a bicara
terus terang akan rahasia suling.
Tangan yang sudah diangkat unt uk m enghant am kan suling sekuat nya pada bat u
it u berhent i bergerak. Kakek it u m em andangnya sepert i orang t erheran- heran.
" Kau t ahu pula akan kit ab kuno yang dibawa Ciu Gwan Liong? Apakah begitu
kebetulan sehingga engkau mendapatkan kitab itu pula?"
Bu Song m enggeleng kepala. " Kit ab apakah, Locianpwe? Saya hanya pernah
m endengar Suhu bersyair yang kat anya Suhu dengar dari Locianpwe Bu Kek
Siansu dan yang ternyata menjadi timpalan bunyi suling ini."
Berubah waj ah kakek it u, m at anya bersinar- sinar. " Bagaim ana bunyinya? Hayo
perdengarkan padaku, bagaimana bunyinya!"
" Locianpwe, syair dan bunyi suling harus dilagukan bersam a, barulah dapat
dinikm at i perpaduannya yang luar biasa. Oleh karena hal ini m em but uhkan dua
orang m aka biarlah Locianpwe m enghafal bunyi syair, kem udian kit a berdua
m ainkan lagu m uj ij at ini, Locianpwe yang m em baca syair dan saya yang
menyuling."
" Boleh, boleh! " Kakek it u berkat a t ak sabar. " Lekas kauperdengarkan, akan
kuhafalkan!"
"ADA muncul dari TIADA,
betapa mungkin mencari sumber TIADA!
Mengapa cari ujung sebuah mangkok?
Mengapa cari titik awal akhir sebuah bola?
Akhirnya semua itu kosong hampa,
Sesungguhnya tidak ada apa- apa!"
Bu Song sengaj a m em ilih syair t erakhir dari kit ab kuno it u yang t elah m em buat
Ciu Bun girang luar biasa. Mula- m ula Bu Tek Loj in m engikut i dan m eniru bunyi
syair sebaris dem i sebaris, kem udian set elah hafal, kakek it u berseri- seri
waj ahnya, saj ak it u dihafal berulang- ulang dan m akin lam a suaranya m enj adi
makin nyaring!
Tiba- t iba kakek it u m enubruk dan m eloncat , kedua lengannya m erangkul pundak
Bu Song dan memeluknya!
" Anak baik! Lekas kaut iup suling ini, lekas beri kesem pat an t elingaku m endengar
perpaduannya...!"
Bu Song lalu duduk bersila, sam bil berkat a, " Mulailah, Locianpwe, saya akan
mengiringi dengan bunyi suling."
Kakek it u pun m elom pat berdiri di at as bat u besar, m em busungkan dada,
m enengadah ke langit lalu m em baca syair it u kuat - kuat dengan suara dilagukan
sepert i yang dipelaj arinya dari Bu Song t adi. Lam bat - lam bat keluarnya suara it u,
dan beriram a. Suara suling yang dit iup Bu Song m engiringi dan karena Bu Song
berusaha memenangkan kakek itu dengan cara ini, maka ia mencurahkan seluruh
perhat ian dan perasaannya sehingga suara suling it u luar biasa sekali,
menggetar- getar dan mengalun, menggores perasaan.
Mula- m ula kakek it u nam pak gem bira, suaranya m akin nyaring dan set elah habis
syair it u ia baca, ia m engulanginya lagi dari perm ulaan, m akin lam a suaranya
m akin penuh perasaan, m at anya bersinar- sinar, kulit m ukanya sebent ar pucat
sebent ar m erah dan t ak lam a kem udian air m at a bert it ik- t it ik t urun dari kedua
m at anya. Suaranya m ulai m engget ar- get ar, kem udian m enj adi parau dan
akhirnya ia t idak m elanj ut kan nyanyiannya, m elainkan j at uh duduk di at as bat u
terisak- isak m enangis, m enj am bak- j am bak ram but nya sepert i orang gila,
kemudian tertawa- tawa dan menangis lagi!
Bu Song kaget sekali. Sungguh j auh bedanya akibat nya yang m enim pa diri kakek
ini kalau dibandingkan dengan Ciu Bun. Sast rawan it u m enerim a hikm at
perpaduan suara m uj ij at it u dengan penuh kebahagiaan, sebaliknya kakek ini
menjadi seperti orang gila. Bu Tek Lojin masih terisak- isak, kemudian ia meloncat
t urun dari at as bat u, berj ingkrak- j ingkrak dan t ert awa- t awa, m eloncat lagi k e
at as bat u dan akhirnya ia t erduduk dengan lem as. Duduk bersila sepert i orang

Suling Mas Kho Ping Hoo 441


bersam adhi, kedua lengannya bersilang di depan dada, m ukanya m enunduk dan
ia tidak bergerak- gerak lagi seperti berubah menjadi arca!
Bu Song m elihat sem ua t ingkah kakek it u dengan m at a t erbelalak. Pem uda ini
m asih duduk bersila di at as bat u lain, t iga m et er j auhnya dari t em pat kakek it u.
t adinya ia t erheran- heran dan t idak dapat m enduga apa yang selanj ut nya akan
t erj adi. I a t idak t ahu apakah akibat nya nant i akan baik baginya at au t idak.
Nam un harus ia akui bahwa perpaduan suara it u benar- benar m engandung
sesuat u kem uj ij at an yang luar biasa. Dia sendiri hanya m erasa bet apa nikm at
paduan suara syair dan suling it u. Tadinya ia girang m elihat bet apa kakek it u
m enangis dan m enj am baki ram but nya, kini ia m erasa kuat ir karena kakek it u
diam seperti berubah menjadi batu. Dengan hati- hati ia memanggil.
" Locianpwe...! " Kakek it u t idak m enj awab. Bu Song bukan seorang bodoh.
Seharusnya ia m enggunakan k esem pat an ini unt uk pergi dengan am an,
m em bawa pergi suing em as yang dicari oleh orang- orang pandai it u. Akan t et api,
dia seorang yang m em iliki dasar hat i penuh welas asih ( belas kasihan) kepada
orang lain. Melihat kakek it u sepert i orang berduka, ia m enj adi iba hat i dan
perlahan ia m eniup lagi sulngnya, lirih nam un am at m erdu karena dit iup dengan
penuh perasaan.
Belum habis ia m eniup suling, kakek it u bergerak lalu m engangkat m ukanya
memandang kepada Bu Song. Ternyata kedua matanya merah dan basah.
" Bu Song, lekas kaum ainkan sem ua j urus Pat - j iu Kiam - hoat dengan suling it u!
Jangan m elawan kalau aku m enot ok dan m em ukulm u. Hanya inilah yang dapat
kulakukan unt uk m em balas budim u yang t elah m em buka m at a hat iku. Mulailah,
Anak baik!"
Bu Song t idak t ahu apa yang akan dilakukan kakek it u. akan t et api karena ia
m aklum bahwa menghadapi kakek ini ia sama sekali tidak berdaya, maka ia tidak
m em bant ah dan m enyerahkan keselam at an dirinya kepada Tuhan. Mulailah ia
m ainkan suling it u dengan j urus pert am a dari Pat - sian Kiam - hoat . Tiba- tiba
berkelebat bayangan kakek it u yang m elayang t urun dari at as bat u dan ket ika
m elakukan gerak j urus pert am a, Bu Song m erasa bet apa lam bungnya t ert ot ok.
I a kaget nam un t idak m elawan dan bukan m ain herannya karena j urus pert am a
yang dilakukan dengan t usukan suling dari pinggang it u sam a sekali t idak
t erganggu oleh t ot okan, m alah ia m erasa bet apa hawa sakt i di t ubuhnya t ersalur
keluar m elalui lam bung yang baru saj a t erkena t ot okan sehingga j urus yang ia
gerakkan it u m engandung t enaga yang j auh lebih kuat daripada biasanya. Bu
Song m enj adi girang, lenyap sem ua sisa kekuat irannya karena ia m aklum bahwa
kakek ini m em bant unya, m em bant u m em buka " pint u" dalam t ubuh agar hawa
sakt i yang ia salurkan dari pusat dapat lancar. I a t eringat akan cerit a suhunya
bahwa ilm u sem acam ini hanya dim iliki oleh orang- orang yang sudah m encapai
t ingkat t inggi sekali. Penggunaan hawa sakt i dalam t ubuh unt uk disalurkan ke
dalam tubuh ke dalam tubuh orang lain, seperti dalam pengobatan, jika dilakukan
akan m em bahayakan t ubuh penolong it u sendiri. Nam un Bu Song t idak sem pat
m encegah lagi karena ia sudah bersilat m enghabiskan enam belas j urus Pat - sian
Kiam- hoat gubahan suhunya dan enam belas kali ia m erasa dit ot ok dan dipukul
di bagian- bagian t ert ent u dari t ubuhnya oleh kakek it u yang m elakukanny a
dengan amat cepat dari belakang, kanan kiri atau dari depan.
Begit u selesai m ainkan Pat - sian Kiam - hoat , Bu Song m enyim pan sulingnya dan
cepat m enengok. Kiranya kakek it u sudah bersila lagi di at as bat u, m ukanya
pucat sepert i m ayat , m at anya t ert ut up dan sam a sekali t ubuhnya t idak bergerak.
Bu Song meloncat mendekati dan memanggil lirih, "Locianpwe...!" Kakek itu tidak
m enj awab. Melihat keadaan orang yang pucat dan payah, m akin yakin hat i Bu
Song bahwa kakek it u t elah m engorbankan diri dan m enurunkan ilm u yang hebat
kepadanya. Maka t anpa ragu- ragu lagi ia m enj at uhkan diri berlut ut dan berkat a,
"Locianpwe, banyak terima kasih teecu haturkan atas budi kebaikan Locianpwe!"
Kem bali t idak ada j awaban. Sam pai lam a Bu Song berlut ut . Karena t idak ada
suara apa- apa dari kakek it u, Bu Song m engangkat m uka m em andang. Hat inya
khawat ir. Kakek it u duduk sepert i m ayat kaku. I a m eloncat ke at as bat u dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 442


mengulur tangan meraba. Bukan main kagetnya ketika meraba dada, sama sekali
t idak ada t anda- t anda kakek it u bernapas! Juga j ant ung di dada t idak t erasa
detiknya. Bu Song meraba pergelangan tangan. Juga tidak berdetik. Tangan yang
dit aruh di depan hidung kakek it u pun t idak m erasai hem busan napas! Kakek ini
telah mati!
Karena m enyangka bahwa kakek it u m at i kehabisan t enaga set elah
m em bant unya m enyem purnakan gerakan dengan bant uan hawa sakt i t adi, Bu
Song m enj adi t erharu dan t ak t erasa lagi ia m enj at uhkan diri berlut ut di depan
kakek it u sam bil m enit ikkan air m at a! Kem udian ia m elom pat t urun, m encari
t em pat yang baik unt uk m em buat lubang di t anah. Tak j auh dari sit u, sekira
sepuluh m et er j auhnya, t erdapat sebat ang pohon. Di bawah pohon it ulah Bu
Song lalu m enggali lubang, hanya m enggunakan sebuah bat u runcing dibant u
t angannya dengan pengerahan t enaga dalam . Mat ahari t elah condong ke barat
ket ika akhirnya pekerj aannya selesai. Sebuah lubang yang cukup lebar dan
dalam t erbuka. Selagi ia hendak m engham piri kakek it u yang duduk bersila dan
disangka m at i it u m elayang langsung ke dalam it u dan kini duduk di dalam
lubang dalam keadaan bersila!
Bu Song bengong. Lalu berlut ut sam bil m em anggil, " Locianpwe...! " Hat inya
girang karena j elas bahwa Bu Tek Loj in belum m at i. Kalau sudah m at i, m ana
m ungkin ada m ayat bisa m eloncat sehebat it u m em asuki lubang? Akan t et api
kalau m asih hidup, kenapa t idak bernapas dan t idak t erasa det ik perj alanan
darahnya, dan m engapa pula diam saj a dan m alah m asuk sendiri ke dalam
lubang kuburan?
Set elah berkali- kali m em anggil t anpa j awaban, t ahulah Bu Song bahwa kakek it u
sudah t idak m au m elayaninya, m aka dia lalu berlut ut m em beri penghorm at an
terakhir sambil berkata,
" Locianpwe, sekali lagi t erim a kasih at as budi kebaikan Locianpwe. Perkenankan
teecu pergi melanjutkan perjalanan mencari Suhu."
Kem udian ia bangkit berdiri, unt uk beberapa m enit m em andang t ubuh yang
sepert i arca duduk bersila di dalam lubang it u, kem udian ia m enghela napas dan
membalikkan tubuh, pergi dari tempat itu dengan langkah- langkah lebar.
Pergant ian kekuasaan t erj adi secara lunak. Benar luar biasa, sungguhpun selam a
j am an Lim a Dinast i yang set engah abad lam anya it u ( 907- 960) , keraj aan j at uh
bangun t anpa ada perang saudara yang cukup serius. Akan t et api habisnya
j am an Lim a Dinast i yang diam bil alih oleh Keraj aan Sung ini benar- benar
m erupakan peralihan kekuasaan yang paling lunak. Hal ini adalah karena
Jenderal Cao Kuang Yin m enguasai sebagian t erbesar bala t ent ara, di sam ping
politiknya yang lunak sehingga dia sama sekali tidak membolehkan anak buahnya
melakukan kekerasan dan gangguan di kota raja. Keluarga kerajaan "musuh" pun
tak seorang pun diusik, bahkan banyak di antara mereka diberi kedudukan sesuai
dengan kepandaian mereka.
Biarpun keadaan di kot a raj a sendiri am an t ent eram dan t idak t erj adi banyak
keribut an dalam peralihan kekuasaan it u, nam un perist iwa it u m enarik perhat ian
suku bangsa Khit an yang sej ak dulu m enj adi m usuh besar. Keraj aan Khit an
m enduga bahwa t ent u keadaan di kot a raj a m enj adi kacau karena peralihan
kekuasaan ini. Oleh karena it ulah m aka bala t ent ara Khit an lalu m enyerbu dari
ut ara. Juga keraj aan- keraj aan lain ingin m engam bil keunt ungan dari peralihan
kekuasaan ini dan m ereka m engadakan serangan ke perbat asan unt uk
m em perlebar wilayah m ereka, m enggunakan kesem pat an selagi para pem im pin
pasukan di perbat asan kebingungan karena m endengar t ent ang pergant ian
kekuasaan di kota raja.
Mendengar t ent ang serangan- serangan dari em pat penj uru ini, Kaisar Sung
pert am a, m enj adi m arah dan segera m engirim pasukan- pasukan dan ut usan-
ut usan ke perbat asan unt uk m em bant u para pasukan lam a di sana sam bil
m engangkat pem im pin lam a m enj adi pem im pin baru. Adapun yang paling
diperhat ikan adalah serangan dari ut ara, dari suku bangsa Khit an, oleh karena
m em ang dari suku bangsa Khit an inilah dat angnya bahaya yang paling besar.

Suling Mas Kho Ping Hoo 443


Unt uk m enghalau m usuh lam a ini, Kaisar Sung Thai Cu lalu m engerahkan sebuah
barisan besar, dipim pin oleh panglim a- palingm a pem bant unya yang set ia dan
gagah perkasa, pandai m engat ur barisan. Selain ini, j uga kaisar yang bij aksana
dan pandai m em pergunakan t enaga ini m em anggil Kim - m o Taisu dan m int a
bant uan pendekar ini unt uk m enyert ai barisan besar it u m elawan pasukan-
pasukan Khit an yang t erkenal kuat dan m em iliki panglim a- panglim a yang
berkepandaian tinggi pula.
Kim- m o Taisu m aklum bahwa hanya kaisar kerj aan baru inilah yang dapat
diharapkan akan m endat angkan kem akm uran kepada rakyat , m aka dengan rela
hati ia m engulurkan bant uannya dan berangkat lah Kim - m o Taisu dengan barisan
Keraj aan Sung yang pert am a kali m engadakan ekspedisi ke ut ara unt uk m elawan
m usuh besar m ereka, yait u bangsa Khit an. Selain m em ang suka m em bant u
kaisar ini, j uga Kim - m o Taisu m em iliki urusan pribadi di ut ara, yait u unt uk
m encari m usuh lam anya, ialah Ban- pi Lo- cia si t okoh Khit an yang sakt i. Juga
ingin ia bert em u kem bali dengan m usuh lam anya, Bayisan m anusia Khit an yang
curang. Ingin ia memberi hajaran orang itu untuk kedua kalinya!
Pada m asa it u, kedudukan bangsa Khit an sudah j auh, sudah m elewat i t em bok
besar yang t adinya dibangun dengan m aksud m encegah m asuknya m usuh-
m usuh sepert i bangsa Khit an! Hal ini t erj adi ket ika Dinast i Cin ( 936- 947) berdiri.
Keraj aan Cin hanya dapat berdiri dan m erebut kekuasaan dari Keraj aan Tang
m uda karena bant uan barisan Khit an. Unt uk j asa ini, Keraj aan Cin m em berikan
wilayah uj ung t im ur laut di sebelah selat an t em bok besar sam pai ke kot a besar
Yen ( Peking sekarang) , j uga wilayah Pegunungan Yin- san. Wilayah yang luas dan
jauh lebih subur daripada daerah kekuasaan bangsa Khitan sendiri jauh di utara.
Ket ika barisan besar dari Keraj aan Sung sudah m enyeberangi Pegunungan Tai-
hang- san di sebelah selat an Peking, t iba- t iba m uncullah pasukan- pasukan Khit an
dari segala jurusan dan terjadilah perang hebat di sekitar lereng pegunungan Tai-
hang- san. Perang yang berlangsung dengan seru dan baru berakhir set elah
m at ahari m enyelam di sebelah barat . Pasukan- pasukan Khit an sepert i pasukan-
pasukan set an m elenyapkan diri dan sunyilah keadaan di sekit ar bekas t em pat
peperangan. Mayat - m ayat m enggelet ak bergelim pangan dan udara penuh
dengan bau am isnya darah, penuh pula dengan rint ihan dan keluhan m ereka
yang menderita luka.
Para Panglim a Sung m em erint ahkan pasukan- pasukan dalam barisan besar untuk
m undur di balik puncak Tai- hang- san dan m em buat perkem ahan besar di
lapangan t erbuka sehingga t idak m em ungkinkan pihak m usuh unt uk m elakukan
penyerbuan serent ak. Bendera besar Keraj aan Sung dipasang di t engah- tengah
perkem ahan, dikelilingi oleh bendera- bendera para panglim a yang m em im pin
barisan it u. Dalam perang ini, Kim - m o Taisu t idak ikut m aj u karena pendekar ini
m elihat bet apa di pihak Khit an j uga t idak ada t okoh bukan t ent ara yang ikut
perang. I kut sert anya dalam barisan it u adalah unt uk m enandingi orang- orang
sakt i sepert i Ban- pi Lo- cia. Kalau hanya perang biasa, pasukan lawan pasukan,
t idak perlu ia bant u karena selain ia t idak m engert i t ent ang m engat ur pasukan
dan siasat perang, j uga hal ini selain m erendahkan kem am puan pasukan Sung,
juga dapat merendahkan namanya sendiri sebagai pendekar sakti.
Malam it u para penj aga perkem ahan m enj aga dengan penuh kewaspadaan, akan
t et api j uga diam t idak berani m engeluarkan suara ribut . Para panglim a sudah
m em beri perint ah agar m alam it u dipergunakan bet ul- bet ul oleh pasukan unt uk
berist irahat secukupnya agar besok m enj adi segar kem bali unt uk m enghadapi
lawan. Karena it ulah m aka t idak ada penj aga yang berm ain kart u, t idak ada yang
bersenda- gurau dan malam menjadi sunyi sekali.
Nam un pada pagi harinya, para penj aga m enj adi gem par ket ika m ereka m elihat
bet apa bendera- bendera it u kini t elah lenyap dan di at as t iang bendera yang
t engah, yang paling t inggi, t am pak sebuah benda kecil bergant ung. Dalam
keadaan t erj aga keras dan rapat , ada orang dapat m enyelundup m asuk ke dalam
perkem ahan sudah m erupakan hal aneh. Akan t et api kalau orang it u dapat
m engam bil sem ua bendera lalu m eninggalkan sesuat u di puncak t iang t anpa

Suling Mas Kho Ping Hoo 444


m erobohkan t iang- t iang bendera, benar- benar m erupakan hal yang am at luar
biasa.
Beberapa orang penj aga hendak m enurunkan t iang unt uk m engam bil benda yang
t ergant ung di at as, akan t et api kom andan j aga m elarangnya. " Jangan sent uh!
Biar kit a m elapor ke dalam agar panglim a m enyaksikan sendiri hal ini. Siap saj a
unt uk m enerim a t eguran, m ungkin hukum an! " Dengan m uka pucat dan lesu
kom andan j aga lalu m enghadap para panglim a yang j uga sudah bangun karena
mendengar suara ribut- ribut di luar.
Em pat orang panglim a yang m em im pin barisan it u berlari- lari keluar. Sem alam
m ereka sem ua dalam barisan, dari peraj urit sam pai panglim a, t idak ada yang
m enanggalkan pakaian seragam dan selalu berdekat an dengan senj at a. Em pat
orang panglim a it u m asih dalam pakaian dinas, hanya m uka dan ram but m ereka
kusut karena begit u bangun t idur m ereka berlarian keluar. Mereka berhent i di
luar t enda unt uk m enerim a pelaporan kom andan j aga yang m elapor dengan
suara gem et ar, m encerit akan bet apa keras dan ket at m ereka m elakukan
penj agaan sem alam , nam un t ernyat a pagi hari it u sem ua bendera lenyap dan
sebagai gantinya di ujung tiang tengah yang paling tinggi, terdapat sebuah benda
kecil tergantung di atas.
Pada saat it u, Kim - m o Taisu dengan t enang j uga sudah dat ang ke t em pat it u.
Em pat orang panglim a it u saling pandang dengan kening berkerut , lalu m em beri
perint ah unt uk m encat at sem ua peraj urit dan kom andannya yang bert ugas j aga
m alam it u unt uk dihukum kelak kalau m em ang m ereka bersalah dan lalai.
Set elah it u, bersam a Kim - m o Taisu, m ereka m elangkah keluar. Para peraj urit
yang t adinya ribut - ribut kini sem ua t erdiam m elihat m uculnya em pat orang
panglim a. Keadaan sunyi dan ket ika m ereka m elihat ke at as, em pat orang
panglima itu menjadi pucat mukanya.
" Bet apa m ungkin m enyelundup m asuk dan m elakukan perbuat an it u! " kat a
Panglim a Phang t ert ua di ant ara rekan- rekannya., kem udian m enoleh kepada
Kim- mo Taisu sambil berkata,
" Agaknya pihak m usuh m em pergunakan orang sakt i unt uk m em perm ainkan kit a.
Kami kira hanya Taisu yang dapat menerangkan hal ini."
Diam- diam Kim - m o Taisu m enarik napas panj ang. I a suka kepada kaisar pendiri
Keraj aan Sung, m aka ia m enyam but perm int aan bant uan raj a it u dengan hat i
t erbuka. Akan t et api m aklum pula bahwa em pat orang panglim a ini diam - diam di
dalam hat i m ereka m em andang rendah kepadanya. Mem ang hal ini pun t idaklah
aneh dan ia t idak t erlalu m enyalahkan panglim a- panglima it u, karena
sesungguhnya, apakah art inya dia sebagai seorang pendekar silat dalam perang
yang begit u besar? Kepandaiannya t idak berart i banyak. Andaikat a ia m am pu
m engam uk dan m em bunuh puluhan orang lawan, akan t et api t idak m ungkin ia
m engundurkan serbuan rat usan, ribuan, bahkan rat usan ribu orang m usuh
dengan kepandaian silat nya it u! berbeda dengan panglim a ini yang m em iliki
kepandaian ilm u perang, pandai m engat ur barisan dan siasat perang.
Sesungguhnya, di t angan m ereka inilah let ak dasar kem enangan. Andaikat a dia
disuruh m em im pin serat us ribu orang peraj urit dan disuruh m elawan perang
panglim a yang pandai yang hanya m em punyai lim a puluh ribu orang peraj urit
belum t ent u dia dapat m encapai kem enangan! I lm unya hanya berguna unt uk
pertandingan perorangan, namun hampir tidak ada gunanya dalam perang antara
ratusan ribu orang itu.
Akan t et api, kalau ada perist iwa sepert i pagi hari ini, barulah ilm u perorangan
sepert i yang ia m iliki dapat dipergunakan, bahkan dibut uhkan. I a m enj ura dan
berkat a, " Phang- ciangkun, perm ainan it u t idak ada art inya sam a sekali. Anak-
anak pun kalau dilat ih m am pu m elakukannya. Biar kut urunkan benda it u dan
kupasang kem bali bendera- bendera t anpa m enurunkan t iangnya! " Set elah
berkat a dem ikian, dengan gerakan sem barangan Kim - m o Taisu m enggenggam
sekepal t anah pasir it u ke at as, ke arah uj ung t iang. Tiang bendera it u t ingginya
sepuluh m et er lebih dan agaknya bagi orang biasa t akkan m ungkin m enim puk
j at uh benda yang berada di t em pat set inggi it u hanya m enggunakan t anah pasir.

Suling Mas Kho Ping Hoo 445


Akan tetapi Kim- mo Taisu bukanlah orang biasa! Begitu sinar hitam berkelebat ke
at as, benda yang t ergant ung di puncak t iang it u pun m elayang j at uh, disam but
sorak sorai para perajurit yang mengagumi kehebatan Kim- mo Taisu.
Phang- ciangkun m engam bil benda it u yang t ernyat a hanyalah surat bersam pul
kuning. Ket ika ia m elihat huruf- huruf yang t ert ulis di luar sam pul ia berseru
heran. "Haiii! Kiranya sebuah surat ditujukan kepada Taisu!"
Dengan hat i heran akan t et api sikapnya t enang, Kim - m o Taisu m enerim a sam pul
kuning it u dan m em bacanya. Benar saj a. Huruf- huruf indah m enghias sam pul it u
dan dit uj ukan kepadanya. I a segera m engeluarkan surat nya dan m em baca.
Kiranya t erisi surat t ant angan dari... Kong Lo Sengj in! Sungguh hal yang t ak
tersangka- sangka! Dia m encari- cari Kong Lo Sengj in ke m ana- m ana, kiranya
m alah kakek lum puh it u kini berada di sini dan m engaj ukan surat t ant angan
kepadanya! Tent u saj a kalau kakek it u yang dat ang m enyelundup dan m elakukan
hal- hal it u, bukanlah sesuat u yang aneh. Hanya anehnya, m engapa kakek it u
menurunkan sem ua bendera? Bukankah it u m erupakan penghinaan bagi
Keraj aan Sung, padahal kakek lum puh it u dahulu ikut pula m em bant u para
panglim a m em aksa Cao Kuang Yin m enj adi raj a dan m em beront ak? Mungkin
unt uk m em am erkan kepandaian saj a? Saking girang hat inya akan bert em u
dengan kakek yang hendak dim int ai pert anggungan j awabnya t ent ang
pem bunuhan t erhadap ist erinya, t anpa disadarinya Kim - m o Taisu bergelak, lalu
berkata,
" Harap diam bilkan bendera- bendera baru, biar kupasangkan di t em pat nya! " Di
dalam hat inya, sam a sekali t idak t erkandung niat nya unt uk m em am erkan
kepandaian, m elainkan hanya unt uk m enandingi perbuat an Kong Lo Sengj in dan
disam ping it u, j uga unt uk m em besarkan hat i barisan. Bukankah ia dit ugaskan
m enyert ai barisan it u unt uk m elawan pihak m usuh kalau m enggunakan t enaga
orang sakti?
Ket ika lim a buah bendera it u dibawa keluar oleh pet ugas dan dit erim a Panglim a
Phang lalu diberikan kepadanya, Kim - m o Taisu lalu m engayun t ubuhnya ke at as.
Mem ang sepandai- pandainya m anusia, t ak m ungkin ia m am pu t erbang t anpa
sayap, maka loncatan Kim- mo Taisu pun tidak dapat mencapai puncak tiang yang
t ingginya belasan m et er it u. Nam un dengan t angan m enyam bar t iang, ia dapat
m enggunakan t enaga t angannya unt uk m enekan t iang dan t ubuhnya m encelat
lagi ke at as. Dengan cara ini ak hirnya t ubuhnya m encapai uj ung t iang, kedua
t angannya m em asangkan bendera Keraj aan Sung. Jauh dibawahnya, para
peraj urit bert epuk- t epuk t angan m em uj i t iada hent inya. Mem ang, apa yang
dilakukan oleh Kim - m o Taisu it u adalah pert unj ukan hebat yang t akkan m udah
dilakukan oleh orang lain. Hanya seorang sakt i yang sudah m em iliki lwee- kang
tinggi saja akan mampu melakukan hal ini.
Selesai mengikatkan bendera di ujung tiang sehingga bendera itu berkibar tertiup
angin pagi, Kim - m o Taisu m enggunakan t enaga loncat an dengan m enekan uj ung
t iang unt uk m eloncat ke t iang lain yang lebih rendah. Bert urut - t urut ia
m em asangkan bendera- bendera t anda pangkat para panglim a pada em pat
batang tiang itu dengan cara berloncatan sehingga dalam waktu singkat saja lima
helai bendera it u sudah berada di t em pat nya, m enggant ikan bendera- bendera
yang hilang, berkibar m egah. Kim - m o Taisu dengan gerak layang yang am at
indah dan ringan, m eloncat t urun dari at as t iang t erakhir dan hinggap di at as
t anah t anpa m enim bulkan sedikit pun suara m aupun debu! Kem bali sorak- sorai
menyambutnya.
"Phang- ciangkun, surat ini adalah surat t ant angan dari seorang m usuh besar
saya. Terpaksa saya harus m eninggalkan Ciangkun sekalian sebent ar unt uk
melayaninya!"
Panglima Phang mengerutkan alisnya yang tebal. Sebagai seorang panglima yang
t ahu akan banyak siasat perang, ia m enaruh curiga. " Maaf, Taisu, kalau Taisu
t idak m enyerat ai kam i dan kalau t idak berada dalam kancah perang m elawan
m usuh bangsa Khit an yang t erkenal cerdik dan curang, agaknya t ant angan unt uk
Taisu it u sewaj arnya saj a dalam dunia persilat an. Akan t et api dalam keadaan

Suling Mas Kho Ping Hoo 446


sepert i sekarang ini, kam i m erasa curiga. Jangan- j angan m ereka m enggunakan
siasat m em ancing naga keluar dari sarang, di sat u pihak m ereka m enggunakan
orang- orang pandai unt uk m engepung Taisu, di lain pihak m ereka hendak
menggunakan saat Taisu tidak berada di sini untuk melakukan penyerbuan besar-
besaran!"
Kim- m o Taisu m engagguk- angguk. "Benar sekali kecurigaan Ciangkun, dan
m em ang agaknya begit ulah. Nam un, m usuhku ini dahulu sam a sekali bukan
seorang m usuh negara, bahkan sej ak dahulu ia m usuh orang Khit an pula. Ent ah
m engapa kali ini ia m eram pasi bendera, agaknya hanya unt uk m em am erkan
kepandaian dan m enakut - nakut i k anak- kanak saj a. Bet apapun j uga, m em ang dia
selam a ini kucari- cari, m aka saya harus m enerim a t ant angannya. Jangan
Ciangkun berkhawat ir. Saya dit ant ang unt uk m endat angi puncak it u di m ana dia
m enant i. Dari puncak saya akan dapat m elihat keadaan barisan di sini dan set iap
wakt u Ciangkun m em but uhkan t enagaku, dapat Ciangkun m elepas t anda panah
berapi ke udara. Kalau ada t anda it u, berart i saya harus dat ang, dan saya past i
akan m eninggalkan urusan pribadi dan akan kem bali ke sini secepat nya! Karena,
andaikat a orang- orang Khit an m engerahkan barisannya m enyerbu, unt uk
menghadapi m ereka t ergant ung dari keahlian Ciangkun berem pat m engat ur
barisan. Tugas saya hanya m enghadapi orang- orang m acam yang sem alam
dat ang m enyelundup ke sini. Bukankah dem ikian? Nah, sekarang j uga saya
pergi! " Kim - m o Taisu m enj ura, kem udian berkelebat dan lenyap dari sit u. Yang
t am pak hanya bayangannya saj a berkelebat cepat sekali, bahkan ada kalanya
melalui atas kepala sekumpulan perajurit yang berdiri menghadang jalan keluar!
Sem ua orang kagum dan unt uk beberapa lam anya m ereka m em andang ke arah
puncak gunung yang berada t idak j auh dari t em pat perkem ahan it u. Bet apa
kagum hat i m ereka ket ika t ak lam a kem udian t am pak bayangan kecil Kim - mo
Taisu bergerak- gerak lari mendaki puncak!
" Puncak it u t idak berapa j auh, m udah saj a kit a undang ia kem bali at au m engirim
pasukan m enyusul kalau kit a m em erlukan t enaganya," kat a Phang- ciangkun
kepada t em an- t em annya. Mereka lalu bersiap- siap m enyam but m usuh dan
m em ang t idak t erlalu pagi m ereka berkem as dan bersiap karena t ak lam a
kem udian t erdengar suara derap kaki bercam pur sorak- sorai dan suara t erom pet
dan t am bur orang- orang Khit an! Cepat Phang- ciangkun dan t iga orang t em annya
naik ke t em pat t inggi unt uk m em pelaj ari keadaan, kem udian set elah m usuh
t am pak m uncul dari depan dan dari kiri. Phang- ciangkun dahulu pernah m enj adi
pembant u Jenderal Kam Si Ek yang am at pandai, dan dia sudah m em punyai
banyak pengalam an pula m enghadapi barisan Khit an sehingga banyak ia
m engenal siasat - siasat barisan Khit an yang m engandalkan kekuat an at au siasat
perang gerilya. Maka Phang- ciangkun t idak hanya m encurahkan perhat ian ke
arah ut ara dan barat ( depan dan kiri) , m elainkah m enaruh perhat ian dan
penjagaan pula kepada jurusan lain mencegah dan mematahkan serangan gelap.
Dengan ilm u lari cepat nya, Kim - m o Taisu m endaki puncak Gunung Tai- hangsan.
Setelah t iba di lereng puncak, t am paklah m at ahari rendah di t im ur, bulat dan
besar berwarna m erah sepert i bola api yang indah sekali. Sej enak Kim - m o Taisu
m enunda langkah kakinya dan m em andang penuh kekagum an. Kem udian ia
m em ut ar t ubuh dan m elihat ke bawah. Tam pak barisan Sung yang am at besar
j um lahnya it u m ulai bergerak dan j uga am at m egah dan indah t am paknya.
Barisan it u sepert i sem ut , t erpisah- pisah dan t erbagi m enj adi lim a bagian, ke
em pat penj uru dan yang ke lim a t inggal di t engah. Barisan darat , barisan kuda,
barisan panah, barisan t om bak, dan barisan golok panj ang sert a golok pendek
t am pak j elas dari at as karena barisan- barisan it u m em akai pakaian seragam
yang berbeda- beda. Bendera- bendera berkibar dan suara penyam but an perang
dari bawah yang am at gem uruh it u dari t em pat t inggi ini hanya t erdengar
gem anya saj a, sepert i sekum pulan t awon m erah. Jauh di sebelah ut ara, t am pak
samar- samar pasukan- pasukan Khitan, ada pula yang bergerak dari balik puncak.
Dibandingkan dengan barisan Sung, pasukan- pasukan Khit an it u t idak berart i

Suling Mas Kho Ping Hoo 447


j um lahnya dan legalah hat i Kim - m o Taisu. I a percaya akan kem am puan para
komandan pasukan Sung, akan keberanian perajurit- perajuritnya.
Dengan hat i lega Kim - m o Taisu m elanj ut kan perj alanannya ke puncak.
Sedikit pun ia t idak m erasa ragu- ragu at au t akut - t akut , sesungguhpun ia dapat
m enduga bahwa Kong Lo Sengj in yang berwat ak aneh dan curang it u m ungkin
sekali m em bawa pem bant u- pem bant u. Tiba- t iba ia t erheran ket ika dari balik
sebatang pohon muncul seorang laki- laki yang bersenandung seorang diri, tangan
kanannya m em egang sebuah m ouw- pit ( pena bulu) hit am , t angan kirinya
m em egang m ouw- pit put ih. Kiranya ia m uncul bukan unt uk m enghadangnya,
karena ia m undur- m undur, m em andang ke arah bat ang pohon yang besar it u,
m aj u lagi dan t angan kirinya bergerak ke depan. " Ret t t ! " Mouw- pit put ih t elah
m em buat coret an pendek pada sehelai kert as put ih yang dibent angkan di bat ang
pohon. Kem udian ia m undur lagi sam pai t iga m et er lebih, m at anya m enyipit ,
m enat ap ke depan, kepalanya m iring- m iring, lalu ia m aj u lagi m enggerakkan
mouw- pit hit am di t angan kanan. " Ret t t ! " lalu ia m undur lagi. Mulut nya yang
t adinya bersenandung t idak j elas apa m aksudnya, kini bernyanyi, suaranya serak
dan suara nyanyian itu tidak enak didengar.
"Biar iblis kalau berhati emas, bukan jahat namanya!
Biar raja kalau berwatak srigala, dia melebihi iblis!
Biar srigala kalau banyak dan mengandalkan pengeroyokan,
seekor harimau pun bisa mengalami bencana !
Karena itu lebih baik lari menjauhkan diri!"
Kim- m o Taisu yang sedang m enghadapi urusan pent ing, t adinya t idak ingin
m enunda perj alanannya. Akan t et api m endengar nyanyian ini, t erut am a baris
kalimat pertama dan kedua, dia menjadi tertarik. Dia dijuluki Kim- mo Taisu. Guru
Besar I blis Berhat i Em as! Sedangkan Kong Lo Sengj in adalah Sin- j iu Couw Pa
Ong, seorang raj a m uda! Jelas bahwa saj ak yang dinyanyikan it u bukan hanya
kebet ulan saj a. Apalagi disebut - sebut t ent ang srigala- srigala yang hendak
m engeroyok, m aka sang harim au lebih baik pergi j auh. Tak salah lagi! Orang
aneh itu bernyanyi dengan kata- kata memberi peringatan kepadanya agar jangan
m elayani t ant angan Couw Pa Ong yang akan m engeroyoknya! Ket ika Kim - mo
Taisu m endekat , t am paknya olehnya bahwa laki- laki yang usianya lim a puluh
t ahun lebih, agak pendek dan m at anya lebar it u sedang m elukis. I a m em andang
ke arah kert as yang dibent angkan dan m enem pel bat ang pohon dan... ham pir
saj a Kim - m o Taisu berseru saking kagum nya. Dia sendiri adalah seorang
sast rawan, t ent u saj a m engenal seni lukis, bahkan sedikit banyak pandai j uga
m elukis. Bukankah m enulis huruf sam a dengan seni lukis pula? Apa yang
dilihat nya di at as kert as it u benar- benar sebuah lukisan yang m engagum kan.
Coretan- coret annya kuat sekali, kuat dan hidup. Gam bar it u m elukiskan em pat
ekor serigala sedang berkelahi m engeroyok seekor harim au. Biarpun lukisan it u
hanya hit am put ih, nam un hidup sekali. Mat a em pat ekor srigala it u seolah- olah
hidup dan m enyinarkan kelicikan dan kecurangan di sam ping kebuasan. Mulut
m ereka seolah- olah t am pak hidup m engeluarkan uap am is, dengan air liur
menetes- net es, lidah t erj ulur keluar, gigi runcing- runcing penuh ancam an. Juga
harim au it u am at indah, m em bayangkan kegagahan dan keberanian, akan t et api
keadaannya payah dikeroyok em pat ekor srigala yang buas dan berkelahi dengan
cara yang curang itu, selalu mengarah kaki belakang sang harimau.
"Lukisanmu indah sekali, Sobat!" Kim- mo Taisu memuji.
Orang it u kelihat an kaget bukan m ain, kedua m ouw- pit nya sam pai m elayang ke
at as dan sekali t angan kanannya bergerak ia sudah m encabut sebat ang pedang
yang bersinar t erang kekuningan, t ubuhnya m elom pat ke belakang m em balikkan
t ubuh dan siap dengan pedang di depan dada, ket ika sepasang m ouw- pit hit am
put ih it u m eluncur t urun, t anpa m engalihkan pandang m at a ke arah Kim - mo
Taisu dengan t angan kirinya bergerak ke depan dan t ahu- t ahu kedua m ouw- pit
itu sudah terjepit di antara tangan kirinya!

Suling Mas Kho Ping Hoo 448


Mereka saling pandang. Kim - m o Taisu m aklum bahwa pelukis aneh ini t ernyat a
m em iliki kepandaian yang t inggi pula, m aka ia m akin kagum dan cepat - cepat ia
mengangkat kedua tangan ke depan dada, memberi hormat dan menjura.
"Maafkan saya kalau saya mengganggu Saudara yang sedang enak- enak melukis.
Akan t et api m elihat lukisan yang hebat luar biasa ini, dan m endengan nyany ian
Saudara, t ak m ungkin saya lewat begit u saj a. Kim - m o Taisu bukanlah seorang
yang t idak t ahu akan m aksud baik orang lain, j uga t idak but a akan kepandaian
melukis yang begini mengagumkan!"
Tiba- t iba orang it u t ert awa dan m ukanya berubah lucu sekali. Apalagi ket ika ia
m em asang kuda- kuda t adi, pinggulnya lenggak- lenggok sepert i orang sedang
ber- agogo! Cepat - cepat ia m enyim pan pedangnya, lalu balas m em beri horm at
sambil pecuca- pecucu (mulut digerak- gerakkan meruncing).
"Wah- wah- wah! Akulah yang layak dit am par! Aku yang layak m int a m aaf karena
sepert i orang but a saj a t idak m elihat t im bulnya m at ahari pagi yang dem ikian
indah m eraj ai angkasa raya! Tidak m engenal Kim - m o Taisu yang t ersohor
sebagai seorang pendekar sakt i, t erut am a baik budi pekert inya. Maaf, m aaf ! " I a
m enghorm at lagi lalu berkat a, " Aku yang bodoh bernam a Gan Siang Kok, akan
tetapi anak- anak kecil yang suka m elihat gam bar- gam barku m enyebut ku Gan-
lopek. Heh- heh- heh, m em ang aku sudah t ua t ent u saj a suka disebut lopek
( pam an t ua) ! Mau pura- pura m uda saj a, ram but sudah beruban gigi sudah t idak
lengkap, Heh- heh, hat i sih t inggal m uda, t api ram but dan gigi ini t ak dapat
disangkal ketuaannya. Ha- ha- ha !"
Kim- m o Taisu t ersenyum . Orang ini biarpun aneh, wat aknya t erbuka dan
m em punyai pandangan luas dan selalu gem bira. Agaknya m em andang dunia
dengan hat i t erbuka dan dari sudut yang m engandung kelucuan. Mem ang kalau
orang berpem andangan awas dan berhat i t erbuka, di dunia ini banyak sekali
t erdapat hal- hal yang m em buat hat i m enj adi geli, sepert i m elihat badut - badut
berlagak di at as panggung. Melihat bet apa di dalam kehidupan m anusia sehari-
hari, selalu m anusia t unduk kepada kepalsuan yang disebut kebiasaan um um !
Kekeliruan- kekeliruan dan penyelewengan- penyelewengan yang t idak dianggap
salah lagi karena orang banyak, bahkan sem ua orang m elakukannya! Kepalsuan
yang kadang- kadang disebut kesopanan, disebut kebiasaan um um , disebut
perat uran dan bahkan disebut hukum ! Alangkah lucunya m anusia- m anusia yang
berselim ut segala yang baik- baik it u m em biarkan diri berlagak sepert i badut -
badut berkedok kepalsuan! Tent u saj a hal ini t idak akan t am pak oleh m anusia
sesam a badut . Hanya orang yang sudah sadar saj a yang akan dapat m enj adi
penont on. Orang- orang yang m asih m abok dan belum sadar, m abok keduniaan,
akan t erseret dan ikut m ain di at as panggung m enj adi badut - badut dan bahkan
saling berlomba memperebutkan kejuaraan badut!
" Kalau begit u, biarpun selisih usia kit a t idaklah t erlalu banyak, aku yang lebih
muda akan menyebutmu Gan- lopek juga."
"Heh- heh- heh, it u yang paling baik. Merupakan kehorm at an besar sekali
m em punyai keponakan seorang berwat ak pendet a dan bert ubuh pendekar yang
harus disebut Taisu (guru besar) oleh Paman tuanya. Ha- ha!"
"Gan- lopek, harap sudahi m ain- m ain ini. Tidak perlu kiranya kau berpura- pura
lagi bahwa yang kaunyanyikan dan yang kaulukis ini kebet ulan saj a m enyangkut
diriku. Terim a kasih at as peringat anm u bahwa di at as sana m enant i m usuh-
m usuhku yang berj um lah banyak hendak m engeroyokku. Akan t et api agaknya
kau lupa bahwa seekor harimau tidak pernah mengenal takut. Nah, aku pun tidak
t akut karena aku berbekal kebenaran. Sekali lagi t erim a kasih dan selam at
berpisah, Gan- lopek! " Set elah m em beri horm at lagi, Kim - m o Taisu m elanj ut kan
perjalanannya.
Gan- lopek m elanj ut kan corat - coret nya, m ulut nya m engom el, " Cari m at i...., cari
mati...!"
Ket ika kem udian Kim - m o Taisu m enengok, ia m elihat bet apa Gan- lopek yang
aneh dan lucu it u t elah m encoret - coret gam barnya sehingga gam bar yang indah
it u berubah m enj adi hit am sem ua, sepert i seorang kanak- kanak yang ngam bul

Suling Mas Kho Ping Hoo 449


dan sengaj a m erusak lukisan it u unt uk m elam piaskan kekecewaan dan
kem endongkolan. Kim - m o Taisu t ersenyum , m engangkat kedua pundak, lalu
m elanj ut kan perj alanannya m endaki puncak. Di at as puncak Tai- hang- san it u
t erdapat bagian yang rat a dan dit um buhi rum put hij au, cukup luas dan
pem andangan dari puncak it u ke bawah am at lah indahnya. Kim - mo Taisu m elihat
ke bawah dan t am pak pem andangan luar biasa karena kini " sem ut - sem ut " di
bawah itu sudah mulai berperang!
Tiba- t iba dari belakang pohon- pohon di sekit ar lapangan it u m uncul em pat orang
yang bergerak cepat menghampirinya. Paling depan ia mengenal Kong Lo Sengjin
yang " berj alan" di at as kedua t ongkat nya. Akan t et api alangkah kaget , heran dan
juga girangnya ketika melihat bahwa orang ke dua adalah Ban- pi Lo- cia! Tanpa ia
cari- cari kini m usuh- m usuh besarnya t elah berkum pul sehingga m udah baginya
unt uk segera m enyelesaikan perhit ungan lam a! Dasar seorang yang berwat ak
pendekar, Kim - m o Taisu hanya t eringat akan keunt ungan perj um paan ini, sam a
sekali t idak ingat bahwa Kong Lo Sengj in dan Ban- pi Lo- cia m enj adi sat u
m erupakan lawan yang bukan m ain berat nya, belum lagi dit am bah dua orang
yang berada di belakang m ereka. Adapun dua orang it u j uga bukan orang
sem barangan, karena yang sat u adalah Pouw- kai- ong, Si Raj a Pengem is yang
j ahat dan licik, m em iliki kepandaian yang aneh sekali, sedangkan orang ke dua
adalah Lauw Kiat , m urid Ban- pi Lo- cia yang t ent u saj a t inggi ilm unya dan
semenjak dahulu mengeroyoknya tentu kini telah bertambah ilmunya.
Akan t et api Kim - m o Taisu sam a sekali t idak m erasa gent ar. Mem ang harus ia
akui bahwa bersat unya Kong Lo Sengj in dengan Ban- pi Lo- cia, m erupakan hal
yang t idak ia sangka- sangka dan m em ang kedua orang it u dit am bah Pouw- kai-
ong dan Lauw Kiat m erupakan lawan yang berat sekali, j auh lebih berat ket ika ia
dikeroyok oleh Ban- pi Lo- cia, Pouw- kai- ong, dan Ma Thai Kun dahulu. Nam un
selam a belasan t ahun ini pun ilm unya sendiri sudah m endapat kem aj uan pesat .
Dahulu ia t erhit ung m asih m uda, dan kini ia sudah dapat m em at angkan ilm u
kepandaiannya, sedangkan dua orang lawannya yang paling pandai, Ban- pi Lo- cia
dan Kong Lo Sengj in, sudah t erlalu t ua sekarang dan karenanya t ent u berkurang
tenaganya.
" Hem m , siapa duga Sin- j iu Couw Pa Ong yang dahulu t erkenal sebagai seorang
pat riot sej at i, seorang pem bela t anah air dan negara sam pai m engorbankan
kedua kakinya, kini m enyeberang kepada m usuh dan t idak m alu dalam usia t ua
m erubah diri m enj adi seorang penghianat yang serendah- rendahnya karena
bersekut u dengan orang Khit an ! " Kim - m o Taisu m enegur karena m em ang
hat inya m erasa t ert usuk dan m arah bukan m ain m enyaksikan pam an m endiang
ist erinya it u bersekut u dengan Ban- pi Lo- cia. " Berlaku curang, m enggunakan
orang Hui- to- pang m em bunuh keponakannya sendiri dan m elem parkan fit nah
kepada orang lain adalah biasa, akan tetapi menghianati negara adalah kejahatan
yang rendah, yang akan m endat angkan noda yang t ak t erhapuskan selam a t uj uh
keturunan !"
Marahlah Kong Lo Sengj in m endengar ini. Marah luar biasa sehingga m ukanya
m enj adi pucat , alisnya berdiri dan ram but nya yang sudah awut - awut an it u
seket ika sepert i m enj adi kaku. I a m elangkah lebar dengan t ongkat nya m endekat i
Kim- mo Taisu dan memaki dengan bentakan keras.
" Tut up m ulut m u! Kwee Seng, kau anak kecil t ahu apa t ent ang perj uangan?
Ket ika kau belum t erlahir aku sudah berj uang m em bela negara. Sekarang kau
berani memberi kuliah tentang perjuangan kepadaku? Keparat !"
Kim- m o Taisu t ersenyum m engej ek " Just eru karena kau sudah t erlalu t ua m aka
engkau m enj adi pikun. Sudah layak kalau orang dinilai dari perbuat annya paling
akhir. Seribu perbuat an baik akan t erhapus oleh sebuah perbuat an buruk. Seribu
perbuat an buruk dapat saj a dicuci oleh sebuah perbuat an baik t erakhir. Kong Lo
Sengj in, kau sudah t ua, m endekat i saat kem at ian, m engapa t idak m enyiapkan
bekal yang baik m alah m enum puk dosa dan kecem aran? Mengapa t idak m encari
j alan t erang m alah t ersesat dalam kegelapan? Mengapa seorang pat riot berubah
menjadi penghianat ?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 450


" Set an neraka ! " Kong Lo Sengj in sem akin m arah. " Aku sudah m engorbankan
seluruh keluargaku unt uk negara, bahkan m engorbankan kedua kakiku! Aku
m em ang m enyuruh bunuh ist erim u unt uk m em bangkit kan sem angat m u agar kau
m engikut i j ej akku! Kau yang baru berkorban ist eri saj a sudah ribut dan hendak
membalasku. Jangan kira aku takut. Kini kau menuduhku yang bukan- bukan. Kau
anak kecil t ahu apa? Sem enj ak Keraj aan Tang runt uh, selam a set engah abad
rakyat kit a dit indas oleh raj a- raj a lalim . Mula- m ula m ereka baik, akan t et api
akhirnya sam a saj a. Keadaan begini harus diakhiri dan bangsa Khit an yang j aya
saj alah yang akan dapat m em bant u m erubah keadaan. Dengan bant uan bangsa
Khit an, aku akan m endirikan kem bali Keraj aan Tang yang m egah! Kau, Kim - mo
Taisu, kalau kau m au m em bant u kam i, aku dan sahabat - sahabat ku ini akan
m elupakan segala urusan diant ara kit a yang sudah lewat , dan m ari kit a bangun
kem bali Keraj aan Tang dengan bant uan sahabat - sahabat Khit an. Kelak kau akan
menjadi raja muda, karena kau masih terhitung mantu keponakanku!"
Kim- m o Taisu m em andang dengan m at a t erbelalak, kem udian bert anya,
suaranya perlahan dan lirih, "Dan kau...kau menjadi kaisarnya?"
" Siapa lagi? Akulah raj a m uda Keraj aan Tang yang t erakhir! " j awab Kong Lo
Sengjin sambil membusungkan dada.
Celaka, pikir Kim - m o Taisu. Kakek ini sudah m enj adi gila! Menj adi Kaisar
Kerajaan Tang yang dibangun dengan bantuan bangsa Khitan? Sama saja dengan
m em asukkan barisan srigala ke dalam rum ah. Apakah kalau seandainya bangsa
Khit an berhasil, m ereka m au m enyerahkan kekuasaan kepada Kong Lo Sengj in?
Kepada seorang kakek lum puh? Mem bayangkan bet apa keraj aan dikuasai oleh
seorang kaisar lum puh, Kim - m o Taisu m enj adi geli hat inya dan t ak t ert ahankan
lagi ia tertawa tergelak.
"Ha- ha- ha! Kong Lo Sengj in, kiranya engkau sudah m enj adi gila! Tak usah kau
m elam unkan yang bukan- bukan karena sekarang j uga kau harus m enebus
kematian isteriku dengan nyawamu! Adapun teman- temanmu ini, terutama sekali
Ban- pi Lo- cia, j uga t akkan lepas dari t anganku karena dia harus m enebus
kem at ian adik ist eriku. Kong Lo Sengj in, t ahukah engkau bahwa adik kem bar Gin
Lin yang bernam a Khu Kim Lin t ewas karena kekej ian dan kebiadaban m anusia
Khitan ini?"
" Tut up m ulut ! Urusan pribadi t idak pent ing, yang pent ing urusan negara! " Kong
Lo Sengj in sudah m enj adi m arah sekali dan m enerj ang Kim - m o Taisu dengan
kedua t ongkat nya yang bergerak- gerak bergant ian secara dahsyat . Tent u saj a
kakek yang berubah wat aknya ini t idak peduli bet apa keponakannya m at i karena
Ban- pi Lo- cia, karena dia sendiripun t ega m enyuruh m em bunuh keponakannnya,
isteri Kim- mo Taisu, hanya untuk kepentingan cita- citanya.
Kim- m o Taisu yang kini sudah siap unt uk bert anding, cepat m engelak dengan
lom pat an t inggi ke kanan. Ket ika kakinya kem bali m enyent uh bum i, t angan
kanannya sudah m em egang sebat ang pedang, t angan kirinya m em egang sebuah
kipas. Mem ang sem enj ak ia m engam bil keput usan unt uk m encari m usuh- musuh
besarnya yang t erdiri dari orang- orang sakt i, dan m engingat akan
pengalam annya ket ika ia dikeroyok t anpa m em egang senj at a. Kim - m o Taisu
sudah m em persiapkan diri dengan sepasang senj at anya yang lengkap yait u
pedang dan kipas. Begit u lawannya m endesak m aj u, sekaligus Kim - m o Taisu
m enggerakkan pedang dan kipas, pedangnya m ainkan Pat - sian Kiam- hoat dan
kipasnya m ainkan Lo- hai San- hoat yang m erupakan pasangan luar biasa dan
hebat . Bet apapun sakt inya Kong Lo Sengj in m enghadapi serbuan sepasang
senj at a aneh yang m engeluarkan angin pukulah dahsyat ini, kakek it u t erhuyung
ke belakang.
Akan t et api pada saat it u, Ban- pi Lo- cia sudah m enerj ang m aj u dengan cam buk
hit am nya sam bil t ert awa, " Ha- ha- ha, Kim - m o Taisu, sekali ini kau t akkan dapat
lolos dari cam bukku! " Bet apa kaget hat i kakek Khit an raksasa ini ket ika uj ung
cam buknya m enyam bar dan dekat dengan t ubuh lawan, uj ung cam buk it u
t erpent al kem bali seakan- akan ada t enaga luar biasa yang m enolaknya. Kiranya
kebut an kipas di t angan kiri Kim - m o Taisu t elah berhasil m endorong kem bali

Suling Mas Kho Ping Hoo 451


uj ung cam buk it u. Dari gerakan ini saj a dapat dibayangkan bet apa hebat t enaga
sin- kang Kim- mo Taisu dan diam- diam Ban- pi Lo- cia merasa khawatir. Ia maklum
bahwa selam a belasan t ahun ini, Kim - m o Taisu t elah m endapat kem aj uan pesat
sekali dan dalam hal t enaga dalam saj a ia sudah t idak dapat m enandingi
lawannya! Biarpun begit u, kakek raksasa ini t idak t akut , apalagi pada saat it u,
Pouw- kai- ong dan Lauw Kiat sudah menyerbu maju untuk membantu.
Yang hebat dan t ak t ersangka- sangka oleh Kim - m o Taisu adalah Pouw- kai- ong.
Begit u Raj a Pengem is ini bergerak m enggunakan sebat ang t ongkat pengem is,
t erdengar angin m enderu dan serangannya berbahaya sekali. Kiranya Raj a
Pengem is yang sebaya dengannya it u, j uga t elah m em peroleh kem aj uan hebat .
Hanya Lauw Kiat m urid Ban- pi Lo- cia saj alah yang m erupakan lawan paling
lem ah di ant ara em pat orang ini. Nam un pengeroyokan m ereka cukup berbahaya
dan m em buat Kim - m o Taisu harus m engerahkan seluruh t enaga dan
mengeluarkan semua kepandaiannya.
Pert andingan berlangsung dengan am at hebat nya. Bet apapun dia dikurung dan
t idak diberi kesem pat an oleh em pat orang pengeroyoknya, nam un Kim - m o Taisu
kadang- kadang m enggunakan kesem pat an unt uk m engerling ke bawah puncak,
unt uk m elihat kalau- kalau ia dibut uhkan oleh panglim a bala t ent ara Sung. Di
bawah puncak j uga t erj adi perang hebat ant ara pasukan- pasukan Khit an
melawan bala t ent ara Sung. Terj adilah penyem belihan m anusia besar- besaran
oleh kedua fihak. Penyem belihan dan pem buhuhan kej am t anpa sebab- sebab
pribadi, hanya unt uk m em enuhi kehendak beberapa gelint ir m anusia yang ingin
m elihat cit a- cit anya t erlaksana! Bunuh- m em bunuh, yang kalah roboh dan harus
m at i, yang m enang t ert awa dan hidup. Seolah- olah yang m enang lupa
bahwasannya m ereka pun hanya m enang unt uk sem ent ara saj a, m enang unt uk
wakt u yang t idak lam a, karena m aut t ent u akan dat ang m enj em put nyawa
m ereka unt uk m enyusul nyawa m ereka yang kalah! Pedang dan golok yang
m em ang haus darah, m enusuk m em bacok m encincang hancur t ubuh lawan yang
kalah, senang hat i m enyiksa yang kalah. Seolah- olah m ereka ini lupa
bahwasanya sebelum m aut kelak m encabut nyawa m ereka, akan t iba m asanya
m ereka m engalam i suka dan derit a sebelum m at i, m ungkin j auh lebih
m engerikan dan lebih sengsara daripada penderit aan m ereka yang dicincang
dalam perang. Lupa bahwa siksaan dalam bent uk penyakit sebelum m at i kadang
kala amat mengerikan dan sengsara.
Dalam m engej ar hasrat dan nafsu, m anusia lupa bahwa t idak ada yang m enang
at au kalah dalam kehidupan m anusia. Yang m enang m ut lak dan abadi hanya
Tuhan. Karena it u, bahagialah m ereka yang m engabdikan diri sebagai ham ba
Tuhan, sebagai peraj urit Tuhan yang bersenj at akan kasih, yang hany a
m engharapkan dam ai dan t ent eram di dunia, t idak ada perang, t idak ada bunuh
m em bunuh, t idak ada benci, t idak ada dendam . Yang ada hanya kasih sayang
sesam a hidup, bergem bira m elihat orang lain bersenang, prihat in dan
mengulurkan t angan m enolong m elihat orang lain bersusah. Kalau hidup ant ar
m anusia sudah sepert i it u, hidup ant ar negara t ent u m enj adi dem ikian pula.
Tidak ada bentrok politik, tiada perang agama, tiada perbedaan di antara bangsa,
penuh kasih, penuh t oleransi. Am boi, alangkah nikm at hidup di dunia dalam
keadaan seperti itu.
Kim- m o Taisu benar- benar seorang pendekar sakt i. Em pat orang lawannya
adalah orang- orang luar biasa, ahli- ahli silat yang sudah m encapai t ingkat t inggi.
Bankan yang dua orang, yait u Kong Lo Sengj in dan Ban- pi Lo- cia adalah dua
orang sakt i yang m erupakan t okoh- t okoh besar di dunia persilat an. Nam un,
sam pai sej am lebih m ereka bert em pur, belum j uga em pat orang it u dapat
m erobohkan Kim - m o Taisu. Bet apapun j uga, harus diakui bahwa keadaan Kim -
mo Taisu am at berbahaya. Selain em pat orang it u lihai j uga m ereka, t erut am a
Ban- pi Lo- cia dan Kong- lo Sengj in, bert anding penuh sem angat dan kebulat an
t ekad. Agaknya dua orang kakek it u m aklum bahwa kali ini harus ada keput usan
t erakhir, m em pert aruhkan nyawa unt uk m enang at au kalah. Hidup at au m at i!
Karena kenekat an inilah m aka Kim - m o Taisu m ulai t erdesak. I a belum m am pu

Suling Mas Kho Ping Hoo 452


m elukai seorang di ant ara em pat orang pengeroyoknya yang dapat bekerj a sam a
amat baik dan rapi, saling melindungi dan saling menjaga.
Agaknya Lauw Kiat m ulai hilang sabar. I a bersuit keras dan dari dalam hut an di
puncak gunung m uncullah dua belas orang Khit an yang bert ubuh t inggi besar.
Mereka dat ang m em bawa sebuah j ala ikan. Aneh sekali m engapa sebuah j ala
ikan dibawa oleh dua belas orang. Sebet ulnya j ala it u bukan sem barang j ala,
m elainkan sebuah alat unt uk m enangkap orang sakt i. Jala ini t erbuat daripada
bahan yang kuat sekali, t idak put us oleh sabet an senj at a t aj am , dan di sebelah
dalam nya t erdapat banyak kait an- kait an berbent uk pancing sehingga sekali
seorang tertutup jala, betapapun saktinya, akan sukar baginya untuk lolos karena
m akin keras ia bergerak m em beront ak akan m akin banyak pula kait an- kaitan
kecil berbentuk pancing manancap di tubuhnya!
"Bantu kami tangkap dia!" seru Lauw Kiat dalam bahasa Khitan.
Akan t et api selagi dua belas orang it u m em persiapkan j ala dan m engat ur
kedudukan m ereka yang dipersulit oleh adanya pert andingan yang sedem ikian
cepat gerakannya, t iba- t iba berkelebat sesosok bayangan. Begit u t iba di sit u,
bayangan it u t ert awa- t awa dan m enyerang dua belas orang t inggi besar it u
secara kalang- kabut . Dari sudut m at anya Kim - m o Taisu m elihat bahwa yang
dat ang m enyerang dua belas orang penebar j ala it u bukan lain adalah Gan- lopek
si pelukis tadi!
Benar saj a dugaan Kim - m o Taisu ket ika bert em u dengan kakek pelukis ini t adi.
Tidak hanya pandai m elukis dan m elawak, Gan- lopek ini t ernyat a lihai pula ilm u
silat nya. Set idaknya t erlalu lihai unt uk dua belas orang t inggi besar yang hanya
pandai bermain dengan jala itu. Mereka itu adalah orang- orang Khitan yang biasa
m enj ala ikan, biasa pula m ereka m enangkap anj ing laut dengan j ala. Tent ang
ilmu silat, mereka hanya tahu sedikit- sedikit, walaupun bertenaga besar.
Karena penyerbuan Gan- lopek ini tak tersangka- sangka, dua belas orang itu tidak
sem pat m em pergunakan j ala m ereka, m aka m ereka m encabut golok besar dan
m enerj ang kakek yang t ert awa- t awa it u. Kiranya Gan- lopek hanya m elayani
m ereka dengan sepasang m ouw- pit nya. Pedangnya m asih t ergant ung di
pinggang, sam a sekali t idak ia pergunakan. Akan t et api sepasang m ouw- pitnya
hebat . Ket ika t ubuhnya berkelebat an dengan pinggul m egal- m egol sepert i orang
m enari agogo, kedua t angannya bergerak cepat , t erdengar t eriakan- teriakan
m arah. Sebent ar saj a enam orang t inggi besar sudah t idak bisa berkelahi lagi
karena m ereka m enggunakan kedua t angan m ereka yang m enj adi gelap karena
dicoret- coret oleh sepasang m ouw- pit sehingga m uka m ereka it u coreng- moreng
dengan warna hit am dan put ih sedangkan m at a m ereka penuh t int a! Kem udian
mereka roboh seorang demi seorang tertotok gagang mouw- pit.
Sayang Gan- lopek orangnya suka bergurau. Kalau saj a ia cepat - cepat
m erobohkan dua belas orang it u t anpa bergurau sepert i it u, agaknya ia m asih
akan sem pat m em bant u Kim - m o Taisu yang t erdesak hebat . Ket ika Gan- lopek
sedang enak- enaknya m em babat i roboh dua belas orang t inggi besar it u sepert i
orang m em babat rum put saj a, t iba- t iba ia m erasa angin m enyam bar hebat dan
dahsyat dari belakangnya, didahului suara Kim- mo Taisu, "Gan- lopek, awas!"
Gan- lopek t erkej ut , cepat m enggerakkan kedua t angan ke belakang, m enangkis
dengan sepasang m ouw- pit nya. Akan t et api t erdengar suara keras, sepasang
mouw- pit nya pat ah dan pundak kanannya kena hant am uj ung cam buk di t angan
Ban- pi Lo- cia yang t elah m enyerang Gan- lopek ket ika m elihat Gan- lopek
merobohkan dua belas orang tukang jala.
" Aduuhh...! " Gan- lopek roboh t erguling dan t erus ia m enggulingkan t ubuhnya
unt uk m enghindari serangan susulan. Sam bil bergulingan Gan- lopek m unt ahkan
darah segar, t anda bahwa hant am an pada pundaknya t adi t elah m engakibatkan
luka berat di sebelah dalam t ubuhnya. Akan t et api cam buk hit am it u bagaikan
tangan maut terus mengejarnya untuk memberi pukulan maut terakhir.
Melihat keadaan ini, Kim - m o Taisu berseru keras, pedangnya bergerak m enj adi
sinar panj ang ke depan, m em buat para pengeroyoknya kaget dan m undur.
Kesem pat an ini ia pergunakan unt uk m enggerakkan t ubuhnya, m eloncat dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 453


melayang ke arah Ban- pi Lo- cia sambil mengirim tusukan dengan pedang ke arah
punggung kakek raksasa itu.
Ban- pi Lo- cia t engah m endesak Gan- lopek yang bergulingan. Mendengar angin
serangan dari belakang, raksasa Khit an it u cepat m em balikkan t ubuh sam bil
m engayun Lui- kong- pian, yait u cam buk hit am nya yang am puh it u. Kim - m o Taisu
sudah m enduga akah hal ini, cepat m enggerakkan kipasnya ket ika kakinya sudah
t urun di at as t anah sam bil m engerahkan sin- kang, m encipt a t enaga m elekat .
Begitu bertemu kipas, cambuk Lui- kong- pian it u t ak dapat t erlepas dari kipas dan
pada saat it u pedang Kim - m o Taisu dat ang m enusuk dada. Ban- pi Lo- cia cepat
m engerahkan t enaga Hek- see- ciang di t angan kirinya, m enghant am ke arah
lam bung Kim - m o Taisu t anpa m em pedulikan t usukan pedang. Dalam keadaan
berbahaya it u, kakek raksasa ini agaknya ingin m engadu nyawa, m engaj ak m at i
bersam a. Nam un Kim - m o Taisu t idak sudi m enerim a aj akan ini, pedangnya yang
menusuk otomatis bergerak membabat ke bawah.
" Crakkk! " " Bunt unglah lengan kiri Ban- pi Lo- cia sebat as bawah siku. Darah
m enyem prot akan t et api sedikit pun t idak t erdengan keluhan Ban- pi Lo- cia,
bahkan kakek it u t ert awa bergelak dan cam buknya yang kini sudah t erlepas,
m enyam bar pula. Kim - m o Taisu m elihat sam baran cam buk dit am bah serangan
dari belakang t ent u dari seorang di ant ara para pengeroyok, cepat m erebahkan
diri ke bawah, bergulingan dan melihat kesempatan baik, ia meloncat ke atas dan
mengerj akan pedangnya yang t ak dapat dielakkan lagi oleh Ban- pi Lo- cia yang
sudah t erhuyung- huyung. Pedang m enancap di perut nya yang gendut . Kim - mo
Taisu m enyont ek pedang ke at as lalu m eloncat sam bil m encabut pedang. Ban- pi
Lo- cia m akin keras t ert awa bergelak, akan t et api kini ia t ert awa sam bil
m em andang ususnya yang keluar dari lubang besar di perut , dipegangnya usus
itu dengan kedua tangannya. Akan tetapi ia terhuyung lalu roboh berkelojotan.
Hasil m enewaskan seorang m usuh besar ini bukan didapat dengan m udah begit u
saj a oleh Kim - m o Taisu. Tanpa pencurahan t enaga dan perhat ian yang
m enyeluruh dalam serangan ini, t idak m ungkin ia akan m am pu m erobohkan
seorang sakt i sepert i Ban- pi Lo- cia. Dan karena pencurahan perhat ian yang
m enyeluruh inilah, m aka Kim - m o Taisu m enebus dengan pengorbanan dirinya.
Ket ika Kim - m o Taisu bergulingan ke bawah t adi, dari belakang t elah m enyam bar
serangan hebat yang datang dari pukulan tongkat Pouw- kai- ong. Dengan gerakan
berguling ia berhasil m enghindarkan ancam an t ongkat Pouw- kai- ong, bahkan
berhasil m enusuk dan m enewaskan Ban- pi Lo- cia. Nam un selagi ia m enusuk dan
m enyont ekkan pedangnya ke at as lalu dicabut dan siap m eloncat m undur, t iba-
t iba dat ang pukulan yang hebat dari arah kiri sedangkan dari arah kanannya
m enyam bar t ongkat Pouw- kai- ong, dari belakang j uga ia dit usuk oleh t ongkat di
tangan Lauw Kiat, murid Ban- pi Lo- cia yang marah sekali melihat suhunya tewas.
Pada saat itu, Kim- mo Taisu baru saja meloncat, kedudukan kedua kakinya masih
belum m enginj ak t anah dengan kuat . Terpaksa ia m enggerakkan t ubuh m iring
sehingga ia dapat m enangkis t ongkat Lauw Kiat denga pedang dan m enyam pok
t ongkat Pouw- kai- ong dengan kipas. Maksudnya hendak m elanj ut kan t angkisan
pedangnya it u t erus ke kanan m em babat pukulan yang anginnya dahsyat dan
membunt ungkan lengan Kong Lo Sengj in. Nam un t erlam bat . Kiranya Kong Lo
Sengj in t idak m em ukul ke arah yang t adi, m elainkan m engirim pukulan j arak
j auh ke arah punggung. Kim - m o Taisu yang sedang m enangkis dua t ongkat it u
t ak sem pat lagi m engelak. Punggungnya t erkena pukulan j arak j auh dan ia
t erguling! Sebagai seorang ahli silat yang t inggi ilm unya, pukulan j arak j auh it u
hanya m am pu m em buat ia t erguling saj a. Cepat ia t erus m enggelinding sam bil
m enggerakkan pedang dan kipasnya m enj aga diri. Akan t et api ket ika ia meloncat
berdiri, tubuhnya terhuyung- huyung dan ia merasa punggungnya sakit dan kaku!
I nilah hebat nya Kong Lo Sengj in dan ini pula yang m enyebabkan ia dahulu
dij uluki Sin- j iu ( Kepalan Sakt i) . Kakek ini m em iliki ilm u pukulan t angan kosong
yang am puh. Orang- orang yang kepandaiannya rendah, sekali t erkena sam baran
angin pukulannya akan roboh dan t ewas seket ika. Kim - m o Taisu m em ang kuat
dan bukanlah seorang lawan berilm u rendah. Akan t et api t adi ia sedang

Suling Mas Kho Ping Hoo 454


m enangkis dan t ernyat a kakek lum puh it u t elah m engirim pukulan t epat pada
saat ia m enangkis dan dengan t epat pula m em ilih bagian yang pada saat it u
" kosong" . Tadi Kim - m o Taisu m enangkis dengan pengerahan t enaga sin- kang
karena m aklum bahwa kedua t ongkat it u digerakkan oleh dua lawan yang lihai.
Oleh karena inilah m aka t ent u saj a t enaga sin- kangnya dipergunakan dan
disalurkan ke dalam kedua lengan sehingga bagian punggungnya yang am at kuat
itu menjadi kosong dan lemah.
Kim- m o Taisu t erkej ut , m aklum bahwa ia t elah m enderit a luka berat . I a
m em unt ahkan darah hidup, akan t et api segera dapat m engat ur pernapasan dan
serangan berikut nya dari ket iga orang it u dapat ia hadapi lagi dengan gerakan
yang cukup kuat dan cepat . Mem ang hebat kekuat an Kim - m o Taisu, kuat dan
ulet berani dan pantang mundur.
" Taisu, m ari lari...! " Dengan suara lem ah Gan- lopek yang sudah t erluka pun it u
m engaj ak. Gan- lopek t erluka hebat oleh pukulan uj ung cam buk Ban- pi Lo- cia,
dan t ak m ungkin kuat lagi m enghadapi lawan- lawan yang t angguh it u, m aka ia
m engaj ak Kim - m o Taisu m elarikan diri. I a m elom pat pergi dari t em pat it u. Akan
t et api Kim - m o Taisu t idak m au m elarikan diri. I a m elawan t erus dengan nekat
sungguhpun punggungnya terasa makin sakit.
Gan- lopek berlari pergi sam bil m enarik napas panj ang. Tent u saj a ia t idak bisa
nekat sepert i Kim - m o Taisu. Dia adalah orang luar yang t idak t ahu- menahu
t ent ang urusan m ereka. Kalau t adi ia t urun t angan m em bant u Kim - m o Taisu
adalah karena ia m elihat dua belas orang Khit an it u hendak m enggunakan j ala
yang ia kenal dan t ahu am at berbahaya it u. Pula ia m em ang m erasa sim pat i dan
suka kepada Kim- mo Taisu yang namanya terkenal harum. Ia sudah turun tangan
m enolong Kim - m o Taisu dengan j alan m erobohkan dua belas orang t ukang j ala.
Dan ia pun baru saj a t ert olong oleh Kim - m o Taisu dari ancam an m aut di t angan
Ban- pi Lo- cia. Sudah impas. Akan tetapi dia sudah terluka dan tak mungkin nekat
m em berikan nyawanya t anpa sebab. Kim - m o Taisu boleh nekat , m ungkin
mempunyai alasan yang kuat untuk tidak melarikan diri.
Mem ang wawasan Gan- lopek it u benar. Andaikat a Kim - m o Taisu t idak
berhadapan dengan Kong Lo Sengj in, agaknya ia pun akan m elarikan diri. Lawan
j uga m enggunakan kecurangan dengan m engeroyok, m aka m elarikan diri
bukanlah hal yang memalukan. Akan tetapi sekarang ia berhadapan dengan Kong
Lo Sengjin. Semua perhitungan harus diselesaikan saat itu juga.
Pert andingan ant ara Kim - m o Taisu dikeroyok t iga orang lawannya m asih berj alan
seru. Biarpun Kim - m o Taisu t elah t erluka berat , akan t et api pihak pengeroyok
j uga t elah kehilangan Ban- pi Lo- cia. Kini Kim - m o Taisu hanya dapat m em bat asi
diri dengan bert ahan karena kalau ia t erlalu banyak m engham burkan t enaga
unt uk m enyerang, t ent u keadaannya akan m akin payah dan berbahaya. Pada
saat lawan m enyerang saj a ia m engandalkan kegesit annya m engelak sam bil
balas m enyerang dan dengan cara ini ia dapat m enghem at t enaganya. I a sudah
bert ekad bahwa biarpun akhirnya ia kalah dan t ewas, ia harus dapat m erobohkan
Kong Lo Sengjin lebih dahulu!
Pada saat yang am at berbahaya bagi Kim - m o Taisu it u, t iba- t iba m uncullah Bu
Song dan sepasukan t ent ara. Melihat suhunya dikeroyok dan keadaannya payah,
Bu Song m engeluarkan suara m elengking t inggi dan m endahului pasukan it u
m eloncat ke depan. Munculnya Bu Song m engaget kan t iga orang yang
m engeroyok. Kim - m o Taisu seorang diri saj a sudah cukup berat dan sukar
dirobohkan, apa lagi dat ang bala bant uan belasan orang banyaknya! Mereka
t erdiri dari orang- orang yang licik dan curang, m aka begit u m elihat pihak m ereka
t erancam , t anpa dikom ando lagi m ereka lalu m elom pat pergi dan Luw Kiat yang
pergi lebih dulu menyambar jenazah gurunya.
Bu Song cepat m engham piri suhunya yang berdiri t erhuyung- huyung. " Suhu...! "
tegurnya penuh khawatir.
Kim- m o Taisu m enggeleng kepala. " Tidak apa- apa. Dari m ana kau? Mengapa ke
sini?"

Suling Mas Kho Ping Hoo 455


" Teecu baru saj a dat ang. Dari kot a raj a m endengar akan keberangkat an Suhu
bersam a barisan. Teecu m enyusul dan hendak m em bant u. Di lereng gunung
barisan kit a t elah berhasil m em ukul m undur m usuh dan kini sedang m engadakan
pengej aran. Phang- ciangkun yang m elihat Suhu belum j uga kem bali, m enyuruh
teecu menyusul ke sini dengan pasukan pengawal. Apakah Suhu terluka?"
Biarpun m ukanya pucat dan punggungnya nyeri, Kim - m o Taisu m asih sanggup
m elakukan perj alanan cepat bersam a m uridnya, m endahului pasukan t urun dari
puncak. Akan t et api begit u t iba di perkem ahan, pendekar ini kem bali m unt ahkan
darah segar dan roboh pingsan. Bu Song m enyam bar t ubuh suhunya,
memondongnya ke dalam perkemahan dan membaringkannya, lalu merawatnya.
Set elah sium an Kim - m o Taisu berkat a, "Kong Lo Sengj in hebat sekali
pukulannya. Akan t et api t idak cukup hebat unt uk m erenggut nyawaku. Bu Song,
kau cepat cerit akan pengalam anm u. Berhasilkah?" Set elah bert anya dem ikian,
Kim- mo Taisu lalu duduk bersila dan mengatur napas.
Bu Song yang m aklum bahwa suhunya perlu m engaso dan m em ulihkan
kesehat annya, segera m enut urkan pengalam annya di Pek- coa- t o dan
perj um paannya dengan Bu Tek Loj in. Perj alanannya berhasil baik dan m erupakan
berita menyenangkan, maka ia berani bercerita kepada suhunya.
Benar saj a, biarpun m at anya dipej am kan, waj ah Kim - m o Taisu berseri- seri
mendengar penuturan muridnya. Ia masih mengatur napasnya, panjang- panjang,
m enarik napas sehingga dadanya m ekar dan perut nya m engem pis, dit ahannya
lama- lam a baru dikeluarkan seenaknya. Begit u t erus m enerus. Kem udian ia
membuka kedua matanya, memandang muridnya.
" Keluarkan suling it u " kat anya lirih. Dengan hat i bangga dan girang dapat
m enyenangkan hat i suhunya, Bu Song m engeluarkan suling em as dari balik
j ubahnya, m enyerahkan suling it u kepada suhunya. Akan t et api Kim - m o Taisu
tidak memgang suling itu, hanya memandang dan berkata,
" Mem ang bet ul ini suling em as, hadiah Bu Kek Siansu kepada sast rawan Ciu Bun.
Apakah sudah kaupelajari cara meniupnya untuk mengiringi sajak dalam kitab?"
"Sudah, Suhu."
"Coba kau mainkan suling itu dalam gerakan Pat- sian Kiam- hoat."
Bu Song m elangkah m undur, lalu m enggerakkan suling m elakukan j urus- jurus
Pat- sian Kiam - hoat . Baru t iga j urus suhunya sudah berkat a, " Cukup! Kau
sungguh bernasib baik sekali, m uridku. Sekarang aku t idak khawat ir lagi. Dengan
bantuan Bu Tek Lojin, kau sudah melampaui gurumu...."
" Ah, m ana bisa begit u, Suhu? Murid yang bodoh..." Kim - m o Taisu t ert awa dan
bert anya m em ot ong kat a- kat a m uridnya, " Coba cerit akan bagaim ana keadaan
perang ketika kau tiba di sini."
Ternyata ketika Bu Song tiba di medan perang yang terjadi di sekitar Pegunungan
Tai- hang- san, pasukan- pasukan Sung berhasil m enguasai keadaan dan m em beri
haj aran kepada pasukan- pasukan Khit an yang j um lahnya j auh kalah banyak.
Girang hati Bu Song melihat keadaan ini dan di sepanjang jalan, sambil bertanya-
t anya kepada para peraj urit t ent ang suhunya, Kim - m o Taisu, ia m em buka j alan
darah dan m erobohkan set iap m usuh yang hendak m enghalangi j alannya.
Akhirnya ia t iba di perkem ahan besar it u dan pada saat it u, sedang t erj adi
penyerbuan hebat di perkem ahan. Keadaan kacau balau dan perang t erj adi
dengan hebat nya. Keadaan para panglim a t erancam karena pihak m usuh m uncul
seorang yang luar biasa sekali. Orang it u pakaiannya seba hit am , m ukanya
t ert ut up kedok t engkorak m engerikan, senj at anya sebuah sabit dan sepak-
t erj angnya pun m enyeram kan. Gerakannya cepat dan t enaganya m uj ij at
sehingga set iap orang peraj urit yang berani m enent angnya t ent u roboh dengan
t ubuh t erpot ong m enj adi dua! Akan t et api, para peraj urit pengawal it u adalah
perajurit- peraj urit pilihan yang t idak t akut m at i. Unt uk m enyelam at kan para
komandannya dari ancaman manusia iblis ini, puluhan orang perajurit mengurung
iblis it u. Biarpun banyak sekali peraj urit yang roboh m alang m elint ang dan t ewas
di t angan m anusia iblis ini, nam un Sang Manusia I blis t idak m am pu m enerobos
ke dalam tenda besar untuk membunuh empat orang panglima.

Suling Mas Kho Ping Hoo 456


Pada saat it ulah Bu Song t iba di t em pat it u. Melihat k eadaan ini, ia m enj adi
m arah dan sekali m elom pat , ia t elah m elom pat i pagar m anusia yang m engeroyok
m anusia iblis, t iba di depan iblis it u lalu m enerj ang dengan suling em asnya yang
ia t ahu adalah senj at a yang am puh sekali. Si Manusia I blis it u t adi m engaku
berj uluk Hek- giam- lo ( Maut Hit am ) , kini berseru kaget karena ham pir saj a
lehernya kena hant am an suling yang m engeluarkan sinar kuning. I a cepat
m engayun sabit nya yang t aj am , ke arah pinggang Bu Song, akan t et api dengan
m udah Bu Song m enangkis dengan sulingnya. Terdengar suara nyaring dan
bunga api berpij ar m enyilaukan m at a ket ika kedua senj at a it u bert em u. Akan
t et api Hek- giam- lo m em ekik kesakit an, ham pir saj a sabit nya t erlepas dari
pegangan.
Melihat bet apa orang m uda di depannya ini luar biasa kepandaiannya, Hek- giam-
lo merasa khawatir, apalagi para perajurit pengawal yang nekat dan gagah berani
it u m asih m engepung. I a m engeluarkan pekik aneh dan t ubuhnya m encelat j auh,
sabit nya diput ar sehingga para pengawal t erpaksa m undur. Kesem pat an it u
dipergunakan oleh Hek- giam- lo untuk melarikan diri!
Set elah Hek- giam- lo lari, penyerbuan it u dengan m udah dan cepat dapat dibasm i
habis. Selebihnya m elarikan diri ke em pat penj uru m encari selam at m em asuki
hutan- hutan di lereng gunung.
" Dem ikianlah, Suhu. Karena m usuh t elah dapat diusir m undur, para ciangkun
m em im pin barisan m elakukan pengej aran ke ut ara dan t eecu disuruh m enyusul
Suhu bersama sepasukan pengawal tadi," Bu Song mengakhiri ceritanya.
Kim- m o Taisu m engangguk- angguk, senang hat inya. Kem udian ia lalu
m engerut kan keningnya lalu bert anya, "Kau bilang t adi bahwa sast rawan t ua Ciu
Bun dan kakek sakt i Bu Tek Loj in bersik ap aneh sekali set elah m endengar
perpaduan suara ant ara saj ak dalam kit ab dan suara suling? Coba j elaskan lagi,
karena hal itu amat menarik."
Bu Song m engulang cerit anya t ent ang sikap Ciu Bun yang aneh set elah
mendengar sajak terakhir dan iringan suara suling, kemudian betapa Bu Tek Lojin
bersikap lebih aneh lagi. Dengan penuh perhat ian Kim - m o Taisu m endengarkan,
kemudian tiba- tiba ia berkata,
" Bagaim ana bunyi saj ak t erakhir it u ?" Bu Song lalu m em baca saj ak dengan
suara bernada t inggi rendah, j elas dan beriram a. Gurunya m endengarkan dan
sekali saj a m endengar, sebagai seorang sast rawan, Kim - m o Taisu sudah hafal. I a
m enarik napas panj ang dan berkat a, " Saj ak yang baik dan m engandung
kebenaran m ut lak, nam un t erlalu t inggi unt uk ot ak dan t erlalu dalam unt uk
diselam i pengert ian. Hanya dapat dit erim a oleh rasa dan get aran. Akan
kunyanyikan, coba kau iringi dengan t iupan suling, Bu Song m uridku! " Tiba- tiba
Kim- m o Taisu yang t adinya m enanggung nyeri di punggungnya t am pak
bergem bira dan waj ahnya berseri. Diam - diam Bu Song m erasa khawat ir. Dua
orang t okoh golongan sast era dan silat bersikap aneh sekali m endengar
perpaduan it u. Jangan- j angan suhunya j uga akan bersikap aneh sepert i m ereka!
Maka ia menjadi ragu- ragu. Siapa tahu perpaduan suara itu mengandung sesuatu
yang mujijat dan jahat!
" Jangan kau khawat ir, Bu Song. Ciu Bun kegirangan sepert i gila karena ia
m em ang m encari dan m engharapkan sesuat u sehingga ket ika m endapat kannya
ia m enj adi girang luar biasa. Bu Tek Loj in t erlalu banyak m elakukan hal- hal yang
membuat ia merasa menyesal, mungkin karena sesalnya ia bersikap sedih seperti
orang gila pula. Aku t idak m engharapkan sesuat u, j uga t idak m enyesalkan
sesuat u, m aka t idak akan apa- apa kecuali m endapat kan penj ernihan bat in.
Mulailah!"
Set elah berkat a dem ikian, sam bil duduk bersila dengan t ulang punggung lurus,
Kim- mo Taisu bernyanyi seperti Bu Song tadi, suaranya merdu dan nyaring.
"ADA muncul dari TIADA,
betapa mungkin mencari sumber TIADA?
Mengapa cari ujung sebuah mangkok?
Mengapa cari titik awal akhir sebuah bola?

Suling Mas Kho Ping Hoo 457


Akhirnya semua itu kosong hampa,
sesungguhnya tidak ada apa- apa!"
Sam pai t iga kali Kim - m o Taisu m engulang nyanyian ini, diiringi suara suling Bu
Song yang m erayu- rayu. Kem udian ia diam dan keadaan m enj adi sunyi, sunyi
hening dan gaib. Kim - m o Taisu m em ej am kan m at anya. Dua but ir air m at a
m enem pel di at as pipi. Napasnya t enang dan waj ahnya t ersenyum , sepert i orang
yang m erasa puas dan lega. Tadinya Bu Song kaget m elihat dua but ir air m at a,
akan tetapi hatinya lega melihat wajah yang tenang tenteram itu.
" Bu Song, dengarlah baik- baik," kat anya, suaranya lirih sehingga Bu Song
m endekat dan duduk bersila di at as lant ai, di bawah gurunya. " Ada m uncul dari
t iada, akan t et api t iada it u sendiri adalah suat u keadaan, karenanya, t iada j uga
m uncul dari ada. Maka j angan salah duga, m uridku, dan j angan salah laku.
Mencari sesuat u dalam art i kat a m engej ar- ngej ar, berart i m encari kekosongan.
Segala sesuat u t ercipt a at au t erj adi karena dua kekuat an I m dan Yang di alam
sem est a ini, yang saling t olak, saling t arik, saling isi- m engisi. Segala sesuat u
yang ada dan yang t idak ada dalam pengert ian m anusia, t erj adi oleh I m Yang ini,
kem udian segala sesuat u di alam sem est a ini saling berkait , saling
m em pengaruhi sehingga t idak m ungkin lagi dipisah- pisahkan. Tidak ada yang
paling pent ing dan t idak ada yang paling t idak pent ing, t idak ada yang paling
t inggi at aupun paling rendah. Sem ua it u t ali- t em ali dan kait - m engkait , sepert i
hukum Ngo- heng ( Lim a Anasir) , Kayu, Api, Tanah, Logam , Air, saling
m em pengaruhi, saling m em basm i j uga saling m enghidupkan, karenanya berputar
dan t erus berput ar m erupakan bibir m angkok. Tidak ada uj ungnya dan t idak ada
pangkalnya, t iada awal t iada akhir, sekali saj a t erganggu akan m enj adi rusak
sebent ar dan m engakibat kan kekacauan, m enj at uhkan korban, baru dapat pulih
kembali, kait - m engait , berput ar- put ar. Sem ua sudah sewaj arnya dan sudah
sem est inya begit u, j adi t idak perlu dianehkan at au diherankan lagi. Sem ua it u
kosong, lahirm u, hidupm u, sepak t erj angm u, susahm u, senangm u, m at im u.
Sem ua it u kosong dan ham pa belaka karena m em ang sudah sem est inya begit u,
sudah waj ar, sehingga pengorbanan perasaan dan pikiran it u sia- sia dan kosong
belaka. Karena sesungguhnya yang disusah- senangi, dit awa- t angisi m anusia, it u
bukan apa- apa. Kosong ham pa dan sesungguhnya t idak ada apa- apa!
Mengertikah engkau, Bu Song?"
Dengan t erus t erang Bu Song m enj awab, " Terlalu dalam unt uk t eecu, Suhu.
Teecu kurang mengerti."
Kim- m o Taisu t ersenyum dan m em buka m at anya. Sepasang m at anya
m em ancarkan sinar aneh dan t aj am sekali, bening dan penuh pengert ian. " Tidak
aneh, Bu Song. Mem ang kau m asih t erlalu m uda unt uk m udah m enangkap
sem ua it u, sungguhpun engkau sudah banyak dij adikan perm ainan perasaan dan
j asm anim u sendiri. Nah, cont ohnya begini. Seorang ibu kem at ian anaknya yang
t erkasih. Apakah yang aneh dalam perist iwa ini? Tidak aneh. Anak it u t erlahir,
t ent u saj a bisa m at i karena sakit at au karena sebab lain. Jadi t idak aneh, dan
sewaj arnyalah kalau seseorang yang dilahirkan it u akan m at i, cepat at au lam bat .
Kuulangi lagi. Seorang ibu kem at ian anakny a yang t erkasih. Perist iwa waj ar,
bukan? Kej adian it u waj ar, sem est inya, t idak ada sifat suka m aupun duka. Sang
ibu berduka, m enangis dan t ersiksa hat inya, m erana dan m erasa sengsara. I nilah
yang tidak wajar!"
Bu Song kaget , t erheran, j elas m em bayang di waj ahnya. " Mengapa kukat akan
t idak waj ar? Mem ang, karena sem ua ibu bersikap dem ikian, bagi um um hal ini
adalah wajar. Namun bagi hukum alam tidaklah wajar karena tidak ada kaitannya
sam a sekali ant ara dua perist iwa it u. Disusah- senangi, at au dit awa- tangisi,
peristiwa kem at ian it u t idaklah berubah karena t idak ada pert aliannya! Sang ibu
berduka sam pai j at uh sakit paru- parunya. Nah, ini waj ar, karena duka it u ada
hubungannya dengan paru- paru, keduanya t erm asuk kekuasaan I m . Karena
hukum kait - m engait , t ali- t em ali inilah m aka t im bul berm acam perist iwa di dunia
ini, sem ua waj ar dan sem est inya. Yang t idak sem est inya, yang t idak waj ar,
m endat angkan kekacauan dan karenanya m enim bulkan hal- hal lain sehingga

Suling Mas Kho Ping Hoo 458


m eluas sam pai m enim bulkan perang, m enj adikan wabah penyakit , m enim bulkan
bencana alam dan lain- lain karena perput arannya t idak selaras. Maka, kalau
sem ua m anusia dapat m enem pat kan diri m asing- m asing selaras dengan
kehendak alam , kalau m anusia dapat m enyesuaikan diri dengan segala apa yang
dihadapinya, m enyesuaikan diri dengan segala apa yang diperbuat nya, dengan
kehendak alam , m aka kekuat an I m dan Yang akan berim bang, perput aran Ngo-
heng akan sempurna, dunia akan tenteram dan aman."
Sam pai lam a keadaan m enj adi hening. Akhirnya Bu Song berkat a, " Maafkan
t eecu, Suhu. Teecu yang m asih bodoh hanya dapat m enangkap secara sam ar-
sam ar saj a. Nam un, m enurut pendapat t eecu, j ust eru m enyesuaikan diri dengan
kehendak alam it ulah yang hanya m udah dibayangkan sukar dilaksanakan.
Manusia sudah t erlanj ur m enganggap waj ar dan benar akan sesuat u yang sudah
dilakukan dan dibenarkan banyak orang, sudah m enj adi kebiasaan um um ! Daun
t elinga wanit a m enurut kehendak alam t idak ada lubangnya, akan t et api oleh
m anusia dilubangi unt uk t em pat perhiasan t elinga. I ni sudah waj ar dan benar
m enurut pendapat um um sehingga kalau ada wanit a yang daun t elinganya t idak
dilubangi, dia dit ert awai dan dianggap m enyeleweng dari kebenaran um um . Pula,
m anusia t erikat oleh waj ib, t erikat oleh hal- hal yang m enyangkut kem anusiaan.
Bet apa dapat m elepaskan diri daripada kem anusiaan, Suhu? Manusia dikurniai
akal budi untuk dipergunakan. Maaf kalau kata- kata teecu keliru."
"Tidak, kau tidak keliru. Memang semua ucapanku tadi hanya dapat diterima oleh
get aran perasaan. Mem ang m anusia m em punyai waj ib, yait u waj ib ikht iar. Dan
kau m em ang bet ul bahwa sukar bagi kit a unt uk m elepaskan diri daripada
kem anusiaan. Kalau t idak, t ent u kit a akan dicap sebagai seorang gila karena
m enyeleweng daripada kebiasaan um um . Kurasa cukuplah Bu Song, kelak kau
akan m engert i sendiri. Kalau kau sudah hafal akan isi kit ab it u, kau pelaj ari dan
selam i baik- baik. Nah, t inggalkan aku, aku hendak m engaso dan m em ulihkan
tenagaku."
Bu Song keluar dari t enda suhunya. Di luar sunyi karena barisan sudah
m eninggalkan t em pat it u. Hanya belasan orang pengawal t adi m asih berj aga di
situ, di depan satu- satunya tenda yang sengaja ditinggalkan untuk Kim- mo Taisu.
Bu Song lalu m enyuruh belasan orang pengawal it u m enyusul barisan m ereka,
m elapor kepada Phang- ciangkun bahwa Kim - m o Taisu selam at dan kini sedang
beristirahat di sit u, Enam belas orang pengawal it u m em beri horm at lalu
m eninggalkan lereng unt uk m enyusul induk pasukan dan bergabung dengan
teman- temannya. Kemudian Bu Song mengaso pula, dibagian belakang tenda.
Lewat t engah hari, Bu Song m endengar suara ribut - ribut di depan t enda. Baru
saj a ia t adi hening dalam sam adhinya sehingga ia t idak m em perhat ikan apa yang
t erj adi disekit arnya. Karena t erganggu sam adhinya, Bu Song m elom pat bangun
dan lari ke depan. Kiranya suhunya sudah berdiri di depan t enda dan berhadapan
dengan Kong Lo Sengj in, Pouw- kai- ong, Luw Kiat dan Hek- giam- lo si m anusia
berkedok tengkorak seperti iblis!
" Hem m , Kong Lo Sengj in! Kau m erasa penasaran m elihat aku m asih hidup dan
dat ang lagi hendak m elihat aku m at i? Baik, kau m aj ulah dan m ari kit a selesaikan
urusan kit a agar lekas beres! " Kim - m o Taisu sudah siap dengan sikap t enang
sekali, bahkan pedang di punggung dan kipas di pinggang belum ia ambil.
Sikap yang penuh ket enangan dan suara yang sam a sekali t idak m engandung
nada permusuhan itu agaknya membuat empat orang itu terpukul hati nuraninya.
" Kwee Seng! Kau selalu m em bawa m aum u sendiri, t idak m au m enurut
kehendakku. Karena it u engkau harus m at i, kalau t idak t ent u kau hanya akan
merintangi usaha kami!" kata Kong Lo Sengjin.
" Kau harus m enebus kem at ian Suhu! " bent ak Lauw Kiat sam bil m enggerakkan
tongkatnya.
"Ha- ha, Kim - m o Taisu. I ngat kah akan penghinaan- penghinaanm u belasan t ahun
yang lalu? Sekarang harus kau t ebus! " kat a Pouw- kai- ong. Hanya Hek- giam- lo
yang diam saj a, dan diam - diam Kim - m o Taisu m enduga- duga siapa gerangan
orang yang bersembunyi di balik kedok tengkorak ini.

Suling Mas Kho Ping Hoo 459


Kim- m o Taisu m enarik napas panj ang. " Menang at au kalah, hidup at au m at i,
sam a saj a. Yang pent ing adalah berdiri di at as kebenaran! Kalau kalian m erasa
penasaran, majulah!"
Pada saat it u Bu Song sudah t idak sabar lagi. I a m elom pat keluar dan
m em bent ak, " Manusia- m anusia berhat i kej i dan curang! Set elah m em iliki ilm u
kepandaian t inggi, m engapa m asih belum dapat m em buang sifat pengecut dan
curang? Suhu sedang t erluka, hal ini kalian sem ua t ahu. Akan t et api kalian
dat ang berem pat unt uk m engeroyoknya. Di m ana keadilan dan kegagahan
kalian?"
" Bu Song, kau m undurlah dan lihat saj a. Jangan m encam puri dan m elibat kan
dirim u dengan urusan kot or ini. Bu Song, j angan kaut iru gurum u yang
menanam kan pohon kebencian sehingga m enghasilkan buah- buah dendam dan
perm usuhan." Suara Kim - m o Taisu t enang dan sabar, nam un m engandung
wibawa sehingga Bu Song t erpaksa m undur lagi. Dada pem uda ini panas dan
penuh am arah, nam un dit ekan- t ekannya dan ia hanya dapat m em andang dengan
hat i was- was dan penasaran. Muak ia m elihat sikap m usuh- m usuh gurunya it u
yang sam a sekali t idak m engindahkan at uran dunia kang- ouw. Orang yang sudah
m enam akan dirinya pendekar, pant ang m elawan orang sakit , apalagi
m engeroyoknya! Dan em pat orang it u, m elihat t ingkat ilm unya, sudah
m enem pat i t ingkat lebih t inggi daripada pendekar- pendekar silat biasa. Sungguh
menjemukan dan menyakitkan hati, menimbulkan rasa penasaran.
Di ant ara em pat orang it u, agaknya hanya Lauw Kiat seorang yang m asih
m em iliki harga diri. Lauw Kiat m urid kedua Ban- pi Lo- cia ini adalah seorang
Khit an peranakan. I bunya seorang Khit an, ayahnya seorang Han yang bernam a
ket urunan Lauw. Akan t et api karena sej ak kecil ayahnya t elah m eninggal dunia
dan ia ikut ibunya di Khit an, m aka ia berj iwa orang Khit an. I a selain
berkepandaian t inggi, j uga t erkenal sebagi seorang gagah perkasa di Khit an,
yang biarpun t idak m engikat kan diri dalam ket ent araan, nam un ia set ia kepada
raj anya dan selalu m em bant u gerakan bala t ent ara Khit an. I a menghargai
kegagahan, dan m engenal t at a cara, at uran dan sopan sant un pendekar dunia
persilatan.
Mendengar t eguran Bu Song t adi, m erah seluruh m uka Lauw Kiat . Dit egur
tentang aturan oleh seorang pemuda, benar- benar amat memalukan. Maka ia lalu
m enerj ang m aj u sam bil berseru, " Kim - m o Taisu, aku m em bela kem at ian Suhu
Ban- pi Lo- cia! Lihat seranganku! " Hebat j uga serbuan Lauw Kiat ini, karena
t ongkat nya yang baru, berat dan t erbuat daripada baj a, m enyam bar ganas dan
mendatangkan angin pukulan yang amat kuat.
Kim- m o Taisu yang sudah t erluka di sebelah dalam t ubuhnya dan m asih belum
sem buh, t idak m au m engham burkan t enaga dan ingin m enyelesaikan
pert andingan it u secara secepat m ungkin. Maka ia t idak m engelak m enghadapi
sam baran t ongkat baj a it u, nam un secepat kilat kipas dan pedangnya sudah
berada di kedua t angan. Kipas di t angan kirinya m enahan t ongkat yang m enj adi
lekat pada kipas, kem udian bagaikan halilint ar m enyam bar pedangnya sudah
membabat ke arah leher Lauw Kiat. Tokoh Khitan ini kaget bukan main. Berusaha
keras m em bet ot t ongkat nya sam bil m erendahkan t ubuh unt uk m enghindarkan
sabet an pedang. Akan t et api sungguh t ak disangkanya bahwa pedang it u sam a
sekali t idak m enyabet leher sepert i t am paknya, m elainkan m em babat kaki.
Kasihan sekali Lauw Kiat yang t idak sem pat m enghindarkan serangan luar biasa
ini. Terdengar ia m engeluh dan robohlah t okoh ini dengan kedua kakinya
bunt ung. Darah bercucuran dari kedua lut ut yang sudah bunt ung it u, akan t et api
Lauw Kiat sudah pingsan, tidak merasai nyeri lagi.
Kim- m o Taisu m engeluarkan suara aneh dari kerongkongannya dan t ahu- t ahu ia
sudah berlut ut di dekat t ubuh Lauw Kiat , m enot ok j alan darah di paha unt uk
m enghent ikan darah yang m engalir keluar, kem udian m engeluarkan obat bubuk
unt uk m engobat i luka agar m elenyapkan rasa nyeri. Akan t et api t iba- t iba Bu
Song berseru, "Suhu, awas!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 460


Seruan peringat an Bu Song ini t idak ada gunanya karena t ent u saj a pendekar
sakt i it u sudah t ahu bahwa dia diserang hebat oleh Kong Lo Sengj in, Hek- giam- lo
dan Pouw- kai- ong secara berbareng, pada saat ia m asih berlut ut dan hendak
m engobat i luka kedua kaki Pak- sin t ung! Cepat Kim - m o Taisu m enggerakkan
t ubuh m elesat pergi dari sit u sam bil m em bawa pedang dan kipasnya. Obat bubuk
t adi ia sebarkan, m erupakan senj at a rahasia m engarah m at a ket iga orang
pengeroyoknya yang t erpaksa m elom pat m undur, karena t ahu bahwa j ika obat
bubuk it u m em asuki m at a, akan celakalah m ereka, m at a m enj adi pedih dan t ak
dapat dibuka dan tentu saja akan berbahaya bagi mereka.
Dalam det ik- det ik selanj ut nya t erj adilah pert andingan m at i- m at ian yang am at
cepat . Kalau t okoh- t okoh yang m em iliki kepandaian yang t inggi sudah
m engeluarkan j urus- j urus sim panannya, pert andingan silat berubah m enj adi adu
nyawa yang cepat dan m enyeram kan. Set iap gerak m erupakan serangan m aut .
Cepat dan kuat , sukar diikut i pandangan m at a, seakan- akan m ereka sudah
bergulat m enj adi sat u. Tiba- t iba t erdengar suara keras, dan em pat buah senj at a
runt uh dan rusak. Tongkat Pouw- kai- ong pat ah m enj adi dua ket ika bert em u
secara hebat dengan kipas di t angan kiri Kim - m o Taisu yang j uga robek
t engahnya dan pat ah gagangnya. Senj at a sabit di t angan Hek- giam- lo yang
m engerikan it u j uga pat ah m enj adi t iga bert em u dengan pedang Kim - m o Taisu
yang j uga pat ah m enj adi dua. Terdengar m ereka m engeluarkan t eriakan- teriakan
kaget dibarengi dengan lengking t inggi yang keluar dari m ulut Kim - m o Taisu dan
tahu- t ahu Kim - m o Taisu t elah beradu t elapak t angan dengan Kong Lo Sengj in.
Keduanya berhadapan, Kim - m o Taisu agak m erendahkan t ubuh dengan lut ut
dit ekuk, kedua lengan diluruskan kedepan, kedua t elapak t angan beradu dengan
t elapak t angan Kong Lo Sengj in yang " berdiri" di kedua t ongkat nya. Mereka
mengerahkan sin- kang dan mengadu tenaga dalam secara mati- matian!
Pouw- kai- ong cepat m enem pelkan t elapak t angan kanan ke punggung Kong Lo
Sengj in sebelah kanan, dan Hek- giam- lo j uga m eniru perbuat an Raj a Pengem is
it u, m enem pelkan t elapak t angan kiri ke punggung kakek lum puh yang sebelah
kiri. Mereka berdua sebagai ahli- ahli tingkat tinggi maklum bahwa dalam keadaan
m engadu t enaga sepert i it u, kalau m ereka m enyerang Kim - m o Taisu dengan
pukulan, yang berbahaya adalah Kong Lo Senj in sendiri. Pukulan yang m engenai
t ubuh Kim - m o Taisu dapat " dit arik" dan " disalurkan" oleh lawan kepada Kong Lo
Sengjin sehingga sama artinya dengan memukul kawan sendiri meminjam tangan
lawan! Sat u- sat unya cara t erbaik unt uk m em bant u adalah sepert i yang m ereka
lakukan. Tenaga sin- kang m ereka t ersalur dan m em bant u Kong Lo Sengj in
menekan lawan.
Hebat akibat nya. Tadinya m enghadapi Kong Lo Sengj in yang sudah t ua, Kim - mo
Taisu masih menang tenaga. Kalau dilanjutkan, beberapa menit lagi tentu ia akan
sanggup m erobohkan kakek it u. Akan t et api set elah dua orang lawannya yang
lain dat ang m engeroyoknya, bukan m ain hebat nya t enaga yang t ersalur m elalui
dua telapak tangan Kong Lo Sengjin, Kim- mo Taisu berusaha menahan, namun ia
t idak kuat , apalagi karena di sebelah dalam dadanya m asih t erluka cukup berat .
Bet apapun j uga, pendekar yang gagah perkasa ini sam a sekali t idak m engeluh,
dan sam a sekali t idak m au m enyerah begit u saj a. I a t et ap m engarahkan sin-
kangnya dan m em pert ahankan diri sehingga waj ahnya pucat , m at anya berkilat
dan dari kedua ujung bibirnya menetes darah segar!
Melihat keadaan gurunya sedem ikian rupa it u, Bu Song t ak dapat t inggal diam
lagi. Biarpun suhunya t adi sudah m em esan agar ia t idak t urut cam pur, nam un
bagaim ana ia dapat berpeluk t angan m elihat suhunya t erancam kem at ian oleh
tiga orang lawan itu?
" Maaf, Suhu. Terpaksa t eecu harus t urun t angan! " I a m em bent ak dan segera
m elom pat m aj u. Sepert i j uga Hek- giam- lo dan Pouw- kai- ong, Bu Song m engert i
bahwa unt uk m em bant u suhunya yang sedang m engadu t enaga dalam it u, sam a
sekali ia t idak boleh m enggunakan I wee- kang m em ukul para lawan suhunya
karena hal ini am at m em bahayakan suhunya sendiri. Maka ia lalu m enggerakkan
kedua t angannya, keduanya dengan j ari- j ari t erbuka, yang kanan m enusuk ke

Suling Mas Kho Ping Hoo 461


arah m at a Pouw- kai- ong sedangkan yang kiri m erenggut kedok hek- giam- lo.
Perhit ungan Bu Song t epat , Pouw- kai- ong yang ia serang m at anya, dan t idak
dapat m engelak m au t ak m au harus m elayaninya dengan t angkisan, yang berart i
m enarik t enaganya m em bant u Kong Lo Sengj in, sedangkan Hek- giam- lo yang
selalu m engenakan kedok, t ent u m erupakan pant angan paling besar baginya
unt uk dibuka kedoknya dan past i akan m elayaninya. Kalau dia m enggunakan
suling, t ent u hasilnya lebih baik. Nam un bet apapun j uga, Bu Song t ak sam pai
hat i dan m erasa m alu harus m enyerang dua orang yang t ak bersiap it u dengan
senjata!
Pouw- kai- ong dan Hek- giam- lo yang m elihat bahayanya serangan, cepat
m enangkis sam bil m elom pat m undur, m elepaskan bant uan m ereka pada Kong Lo
Sengj in. Bu Song kini baru m au m enggunakan sulingnya dan sekali sulingnya
bergerak, t erdengar suara m elengking t inggi dan sinar suling it u m em bawa hawa
pukulan dahsyat . Bukan m ain kaget nya Hek- giam- lo dan Pouw- kai- ong karena
m ereka m aklum bahwa t enaga dan kepandaian orang m uda it u hebat bukan
m ain, j elas t am pak dari gerakan serangan it u. Sedangkan m ereka berdua sudah
t idak bersenj at a lagi, yang t adi pat ah dan rusak sam pyuh ( sam a- sam a rusak)
dengan senj at a- senj at a Kim - m o Taisu. Maka m ereka hanya m engandalkan
gerakan mereka yang cepat untuk mengelak dan mundur- mundur!
Sem ent ara it u, Kim - m o Taisu yang sudah t erluka hebat di sebelah dalam
t ubuhnya, ket ika m elihat di sebelah dalam t ubuhnya, ket ika m elihat bet apa Kong
Lo Sengj in dit inggalkan kedua orang pem bant unya, cepat m engerahkan t enaga
t erakhir dan m endorong sekuat nya. Kong Lo Sengj in m engeluh dan t ubuhnya
t erlem par sam pai enam t uj uh m et er ke belakang, sepert i daun kering t ert iup
angin, lalu roboh t erbant ing. Ket ika ia bangkit berdiri di at as kedua t ongkat nya,
waj ahnya pucat sekali, m at anya sepert i t idak bersinar lagi, dan t anpa berkat a
apa- apa kakek ini melangkah pergi sempoyongan seperti orang mabok.
" Bu Song, m undur! ! " Kim - m o Taisu berseru. Bu Song girang m endengar suara
suhunya dan ia m encelat m undur di sam ping suhunya, siap m em bela orang t ua
ini. Kim - m o Taisu lalu m em andang dua orang m usuh it u sam bil berkat a,
suaranya penuh wibawa,
" Apakah kalian m asih hendak m elanj ut kan pert andingan?" Dua orang it u, Hek-
giam- lo dan Pouw- kai- ong, t ent u saj a m enj adi j erih hat i m ereka. Tanpa berkat a
apa- apa, Hek- giam- lo m engem pit t ubuh Lauw Kiat dan m elom pat pergi dari sit u
bersam a Pouw- kai- ong yang j uga pergi m engam bil j urusan lain. Kedua t okoh ini
memang telah dapat dibujuk oleh Kong Lo Sengjin untuk membantunya, bersama
Ban- pi Lo- cia, dengan janji- janji muluk seperti biasa. Kini melihat betapa Kong Lo
Sengj in sendiri t elah dikalahkan Kim - m o Taisu dan pergi m eninggalkan
gelanggang t anpa m em pedulikan m ereka, t ent u saj a m ereka pun t iada nafsu lagi
untuk menandingi Kim- mo Taisu yang demikian saktinya.
Set elah sem ua m usuh pergi, Kim - m o Taisu t erhuyung- huyung dan t ent u roboh
kalau saja tidak segera dipeluk oleh Bu Song.
" Bagaim ana, Suhu? Hebat kah lukam u...?" Kim - m o Taisu m enggeleng kepala,
menarik napas dalam lalu berdiri lagi, dibantu oleh Bu Song.
" Lukaku hebat m em ang, dan berat , Akan t et api t idak apa, sudah sem est inya
t erj adi dalam pert andingan, t idak seberat luka Kong Lo Sengj in. Akan t et api
hat iku t erasa pedih dan sakit . Bu Song, kau lihat lah baik- baik di sekelilingm u...
kau lihatlah mayat- mayat itu..."
Tent u saj a sej ak t adi Bu Song sudah m elihat nya. Rat usan, m ungkin ribuan m ayat
berserakan di sekit ar lereng bukit , m ayat - m ayat t ent ara Sung dan Khit an yang
belum sem pat diurus orang karena perang m asih t erus t erj adi, kej ar- mengejar.
Pemandangan itu amat mengerikan, juga menyedihkan.
" Bu Song, kau berlut ut lah! " Tiba- t iba Kim - m o Taisu berkat a. Bu Song t erkej ut ,
j uga m erasa heran, akan t et api ia t idak m em bant ah, lalu m enj at uhkan diri
berlut ut di depan suhunya. " Bersum pahlah bahwa kau m enaat i pesanku yang
terakhir ini!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 462


Bu Song menekan perasaannya yang diselimuti kedukaan karena ia maklum akan
keadaan suhunya. " Teecu bersum pah dem i Thian Yang Maha Kuasa akan m enaat i
pesan Suhu."
" Kau hanya boleh m em pergunakan kepandaian silat yang kau m iliki unt uk
m enegakkan kebenaran dan keadilan, unt uk m enent ang yang j ahat dan unt uk
m enolong yang lem ah t ert indas, di sam ping penggunaan unt uk m em bela diri.
Kalau kau m em pergunakan ilm u silat m u unt uk m enyom bongkan kepandaian,
unt uk m enanam perm usuhan, dan unt uk m elam piaskan nafsu m encari
kemenangan, kau...kau akan terkutuk..!"
" Teecu akan m ent aat i pesan Suhu ini ! " j awab Bu Song, suaranya t egas karena
keluar dari hat i yang j uj ur. Tanpa pesan suhunya, m em ang ia pun berpendirian
seperti yang diinginkan suhunya itu.
" Jangan kau m endendam kepada siapa j uga dan unt uk dapat m elakukan hal ini,
kau harus m em at ikan rasa benci t erhadap siapapun j uga. Hat i- hat ilah t erhadap
wanit a, Bu Song. Sesungguhnya, hidup gurum u selam a ini j at uh bangun hanya
karena wanit a, karena kelem ahan hat iku t erhadap wanit a. Jangan m udah
m enj at uhkan cint a, karena bagi penghidupanku selam a ini, cint a it ulah yang
m erupakan pangkal segala derit a. Leburkan rasa cint am u m enj adi kasih sayang
yang merata terhadap semua manusia, dan hidupmu akan penuh bahagia."
Kem bali Kim - m o Taisu berhent i dan napasnya t erengah- engah. I a m enekan
dadanya dan waj ahnya m enj adi pucat sekali. Bu Song cepat bangun dan
memeluk suhunya. "Mari kita masuk ke dalam kemah dan beristirahat, Suhu."
Kim- m o Taisu t idak m em bant ah diaj ak m asuk dan dibaringkan di dalam , akan
t et api ia m asih sem pat m em beri pesan t eakhir, " Sewakt u- wakt u.. pada hari
pert am a m usim sem i... dat angilah puncak Thai- san. Siapa t ahu kau berj odoh
dengan... Bu Kek Siansu.." kat a- kat anya t erhent i karena Kim - m o Taisu lalu
m unt ahkan darah segar. Bu Song t erkej ut dan cepat m enolong. Dengan cepat
t anpa ragu- ragu ia m enot ok beberapa j alan darah di leher dan dada suhunya
sepert i yang pernah ia pelaj ari dari suhunya, kem udian ia m engulur t angan,
meletakkan telapak tangannya di dada suhunya sambil mengerahkan tenaga.
Akan t et api t ak lam a kem udian Kim - m o Taisu m em buka m at a dan t anganny a
bergerak perlahan m enolak t angan m uridnya, bahkan m em beri t anda dengan
t angan agar m uridnya keluar dari t enda. I a bangkit duduk dengan susah payah.
Bu song dengan hat i t erharu m em bant u gurunya bersila, kem udian m elihat
gurunya duduk diam m eram kan m at a, ia t idak berani m engganggu dan hendak
keluar memenuhi permintaan gurunya dengan isyarat tangan tadi.
Pada saat it u t am pak sinar m enyam bar- nyam bar dari luar t enda. Kiranya benda-
benda it u adalah hui- t o ( pisau t erbang) yang dilont arkan dengan kuat , bagaikan
anak- anak panah m eluncur ke seluruh bagian t ubuhnya yang berbahaya. Bu
Song t erkej ut , nam un t idak gugup. Dengan cepat dan t enang, kedua t angnnya
bergerak dan berhasil m enyam pok runt uh pisau- pisau t erbang it u, bahkan kedua
kakinya berhasil menendang pergi empat buah hui- to!
" Pengecut kej i! " I a m em bent ak dan t ernyat a yang m uncul adalah Hek- giam- lo
bersam a sepuluh orang yang sem ua m em egang sebat ang pisau sepert i yang
m enyam bar t adi. Teringat lah Bu Song ket ika ia m asih kecil, m elihat dua orang
anggota Hui- to- pang yang m em bunuhi lawan dengan hui- to, kemudian dua orang
it u t erbunuh oleh Kong Lo Sengj in. Agaknya sepuluh orang yang kini ikut dengan
Hek- giam- lo ini adalah anggauta- anggauta Hu- to- pang.
"Hek- giam- lo, kau kem bali m au apa? Dan sobat - sobat ini apakah orang- orang
Hui- to- pang?"
" Wah, bocah ini m engenal kit a! " Seorang di ant ara pem egang pisau it u berseru
dan t iba- t iba pisau di t angannya m enyam bar ke arah leher Bu Song. Bu Song
sengaj a m em perlihat kan kepandaiannya unt uk m engecilkan nyali lawan. I a t idak
m engelak, m elainkan m em buka m ulut dan " m enangkap" pisau it u dari sam ping
dengan giginya! Kem udian sekali m eniup, pisau it u m eluncur cepat dan
menancap pada batang pohon sampai ke gagangnya!

Suling Mas Kho Ping Hoo 463


" Jangan m encari perkara, harap kalian pergi! " kat a Bu Song, t eringat akan pesan
suhunya.
" Si Tua Bangka sedang t erluka, serbu! " t eriakan ini keluar dari balik kedok
tengkorak dan m enyerbulah sepuluh orang it u, j uga Hek- giam- lo m engurung Bu
Song! Hek- giam- lo sudah m em punyai senj at a baru, yait u sabit bergagang
panj ang yang m engerikan. Agaknya t okoh ini m em ang m em punyai banyak
senjata macam ini sehingga begitu senjatanya rusak, ia sudah memiliki gantinya.

Oleh karena Hek- giam- lo adalah m urid Ban- pi Lo- cia, t ent u saj a ia m endendam
karena Kim - m o Taisu yang t elah m enewaskan gurunya. Nam un hal ini t idak ada
seorangpun yang t ahu, j uga orang- orang yang t erkenal di Khit an t idak ada yang
t ahu, t idak ada yang m enduga bahwa Hek- giam- lo yang m engerikan it u
sebetulnya adalah Bayisan, bekas Panglima Khitan yang dulunya tampan itu.
Tent u saj a hanya Raj a Kubakan yang t ahu dan m enerim a sahabat nya it u, j uga
sut enya ( adik seperguruannya) , Lauw Kiat yang kini bunt ung kedua kakinya oleh
Kim- m o Taisu. Tewasnya gurunya dan bunt ungnya kedua kaki Lauw Kiat
m em buat Hek- giam- lo m arah sekali dan belum m erasa puas kalau belum dapat
m em bunuh Kim - m o Taisu! I nilah sebabnya m engapa ia m em usuhi Kim - m o Taisu
dan Bu Song yang t idak t ahu duduk persoalannya, t ent u saj a m erasa heran dan
marah.
Juga orang m uda ini t idak t ahu m engapa Hui- to- pang m em usuhi Kim - m o Taisu,
bahkan yang m em bunuh ist eri gurunya, yang disuruh oleh Kong Lo Sengj in,
adalah orang Hui- to- pang. Hal ini j uga ada sebab- sebabnya. Ket ika Kim - m o Taisu
m asih m erant au sebagai seorang pendekar j em bel gila, di kot a besar Cin- an di
Propinsi Shan- t ung, Kim - m o Taisu pernah bent rok dengan ket ua Hui- to- pang.
Persoalannya adalah karena Ket ua Hui- to- pang m enggunakan kekuasaan dan
pengaruhnya m eram pas dengan paksa seorang gadis yang dicint ai put eranya.
Puteranya jatuh cinta kepada seorang gadis anak pedagang kulit di kota itu. Maka
diaj ukannya pinangan. Akan t et api ayah si gadis m enolak pinangan it u dengan
alasan bahwa put eriny a sej ak kecil t elah dipert unangkan dengan keluarga lain.
Sesungguhnya ayah si gadis m enolak karena t idak suka berm ant ukan put era
Ketua Hui- to- pang yang terkenal sebagai perkumpulan tukang- tukang pukul.
Kalau saj a Ket ua Hui- to- pang t idak m endengar akan dasar penolakan yang
sesungguhnya, agaknya ia pun t idak akan m em aksa set elah m endengar gadis it u
sudah dipert unangkan dengan orang lain. Akan t et api begit u m endengar alasan
penolakan yang sesungguhnya, ia m enj adi m arah sekali. Toko Si Penj ual Kulit
diobrak- abrik, Si Penj ual Kulit dan ist erinya m at i t erbunuh dan anak
perem puannya diculik! Kebet ulan pada hari it u Kim - m o Taisu lewat di kot a it u.
Mendengar perist iwa ini bangkit lah j iwa pendekarnya dan m alam hari ia
m endat angi gedung Ket ua Hui- to- pang. Kem arahannya m em uncak ket ika
m endengar bet apa gadis it u m enggant ung diri sam pai m at i set elah m enj adi
korban keganasan putera Ketua Hui- to- pang.
Pert em puran t erj adi dan Ket ua Hui- to- pang yang t adinya m em andang rendah
kepada j em bel gila it u dan yang m arah karena Kim - m o Taisu dianggap t erlalu
lancang dan usil m engurusi urusan " sepele" orang lain, t ernyat a kalah dan
t erluka! Ket ika para anggaut a Hui- to- pang hendak m engeroyok, Kim - m o Taisu
berhasil m enangkap put era Ket ua Hui- to- pang dan dij adikan perisai sehingga ia
berhasil keluar. Saking m arahnya, ket ika hendak m eninggalkan t em pat it u dan
m em bebaskan put era Ket ua Hui- to- pang, Kim - m o Taisu m em bunt ungi uj ung
hidung dan kedua telinga pemuda hidung belang itu!
I nilah sebab- sebab perm usuhan dan dendam Hui- to- pang kepada Kim - m o Taisu,
dan t okoh yang berhasil dihasut Kong Lo Sengj in dan m em bunuh ist eri Kim - mo
Taisu adalah adik kandung Hui- to- pangcu ( Ket ua) sendiri. Dem ikianlah t idak
m engherankan apabila kini m ereka bersekongkol dengan Hek- giam- lo unt uk
m engeroyok Kim - mo Taisu. Apalagi ket ika m endengar dari Kong Lo Sengj in
bahwa dua orang t okoh m ereka yang berusaha m enawan sast rawan Ciu Gwan
Liong dalam usaha m ereka m eram pas dan m encari kit ab dan suling pem berian

Suling Mas Kho Ping Hoo 464


Bu Kek Siansu it u t erbunuh oleh Kim - m o Taisu! Dendam m ereka m akin
m endalam . Mem ang kakek t ua rent a yang lum puh, Kong Lo Sengj in, bekas raj a
m uda it u am at licin, penuh t ipu m uslihat dan curang. Pandai ia m elem par bat u
sem bunyi t angan, m elem parkan kesalahan ke pundak orang unt uk m engadu
domba!
Biarpun dua orang anggaut a pim pinan Hui- to- pang sudah roboh oleh t ot okan
suling dan pukulan t angan kiri Bu Song, nam un j um lah m ereka m asih delapan
orang dan karena kini m ereka bergerak hat i- hat i dan t idak berani m em andang
rendah lawan m uda ini, keadaan m ereka m enj adi lebih kuat daripada t adi.
Apalagi Hek- giam- lo j uga m endesak dengan t erj angan- t erj angan dahsyat .
Pertandingan di luar tenda itu benar- benar seru dan mati- matian.
Nam un Bu Song sepert i seekor burung garuda yang m engam uk Set elah
m endapat gem blengan Bu Tek Loj in, gerakannya luar biasa sekali. Apalagi
senj at anya m erupakan senj at a yang am puh dan aneh, t erbuat daripada logam
yang t am paknya sepert i em as, akan t et api sesungguhnya m erupakan logam
cam puran yang aj aib, yang m enj adi lebih am puh lagi karena benda ini t adinya
milik Bu Kek Siansu, seorang pert apa yang sudah dij uliki dewa oleh t okoh- tokoh
besar persilat an. Sepak t erj angnya hebat m engget arkan para pengeroyoknya dan
beberapa kali orang- orang Hui- to- pang itu kehilangan golok mereka yang terbang
atau runtuh begitu terbentur suling yang mengandung tenaga sin- kang mujijat!

Tiba- t iba orang- orang Hui- to- pang ini m eloncat m undur dan begit u t angan
mereka bergerak, golok terbang melayang dan meluncur cepat menghujani tubuh
Bu Song! Bu Song kaget dan m arah sekali, I a m em ut ar sulingnya dan m enerj ang
m aj u, dengan t idak t erduga- duga ia m enggunakan kedua kakinya m elakukan
t endangan berant ai dan robohlah dua orang Hui- to- pang set elah t ubuh m ereka
m encelat sam pai lim a m et er lebih! Nam un pada saat it u, selagi Bu Song m asih
m em ut ar sulingnya m elindungi t ubuh dari huj an hui- t o dari em pat penj uru, t iba-
t iba t erdengar angin keras dan berkelebat lah belasan bat ang hui- t o yang
m engeluarkan sinar m enyilaukan m at a! I nilah Cap- sha- hui- t o ( Tiga belas Golok
Terbang) yang dilont arkan oleh Hek- giam- lo! Ket ika Bayisan m enyem bunyikan
diri, ia pernah m em pelaj ari ilm u golok t erbang dari Ket ua Hui- to- pang, yait u
m elont arkan golok sebagi senj at a rahasia. Dan karena t ingkat kepandaiannya
m em ang am at t inggi, bahkan lebih t inggi daripada Ket ua Hui- to- pang sendiri,
m aka begit u ia m endapat kan rahasia ilm u m elont arkan golok t erbang ia dapat
m encipt akan ilm u ini yang lebih hebat daripada orang yang m engaj arnya. I a
dapat m encipt akan golok yang gagangnya m elengkung sehingga kalau ia
m elont arkannya, golok it u dapat t erbang kem bali kepadanya apabila t idak
m engenai lawan dan dapat ia sam but dan pergunakan lagi! Lebih hebat pula,
kedua t angannya dapat m elont arkan t iga belas bat ang golok t erbang sekaligus!
I ni m em ang hebat luar biasa, karena Hui- to- pangcu sendiri, ket ua Perkumpulan
Golok Terbang, hanya dapat melontarkan sebanyak tujuh batang golok!
Menghadapi serangan ini, Bu Song t erkej ut dan t ent u saj a ia m em ut ar sulingny a
m enangkis sam bil m engelak. Akan t et api ia sam a sekali t idak m engira bahwa
golok yang t idak m engenai sulingnya, dapat t erbang m em balik. Ada t iga bat ang
yang t erbang m em balik sehingga ia am at kaget dan berusaha m enyelam at kan
diri. Akan t et api kurang cepat dan sebat ang golok m ilik Hek- giam- lo m enancap di
pundak kirinya!
Melihat hasil ini, enam orang Hui- to- pang m enyerbu serent ak dengan t usukan
dan bacokan golok yang dat ang bagaikan huj an ke arah t ubuh Bu Song. Bu Song
m engeluarkan suara keras dari kerongkongannya, suara keras yang m engiringi
pengerahan t enaga dalam , m em ut ar sulingnya unt uk m elindungi t ubuh karena
Hek- giam- lo pun sudah m enerj angnya lagi. Pundaknya t erasa sakit dan panas
sekali sehingga lengan kirinya ham pir lum puh. Keadaannya berbahaya sekali,
nam un Bu Song m enggigit bibir dan m em ut ar suling, m engam bil keput usan akan
melindungi suhunya sampai titik darah terakhir.

Suling Mas Kho Ping Hoo 465


Pada saat it u t iba- t iba Kim - m o Taisu m uncul di pint u t enda. Mukanya t idak
kelihat an pucat , m at anya berkilat penuh wibawa, sikapnya m enant ang dan dia
membentak,
"Hek- giam- lo, kau m asih t idak m au pergi? Orang- orang Hui- to- pang, belum
puaskah kalian dengan pert um pahan darah dan pengorbanan nyawa?" Sam bil
berkat a dem ikian, dengan m udah saj a Kim - m o Taisu m enggunakan uj ung lengan
baj unya m enyam pok beberapa buah hui- t o yang m enyam bar ke arahnya, karena
orang- orang Hui- to- pang sudah m enyerangnya dengan hui- t o begit u m elihat
m usuh besar ini m uncul. Golok- golok t erbang it u runt uh dan pat ah sem ua
menjadi dua potong!
Gentarlah hati Hek- giam- lo dan sisa orang- orang Hui- to- pang ketika melihat Kim-
m o Taisu yang t ernyat a m asih gagah perkasa it u. Jelas bagi m ereka bahwa kalau
pendekar sakt i ini m aj u, dengan bant uan m uridnya yang pandai, pihak m ereka
akan m engalam i kekalahan besar. Maka Hek- giam- lo m endengus dan
m em balikkan t ubuh lalu berlari pergi, diikut i oleh enam orang anggaut a Hui- to-
pang yang tidak pedulikan empat orang temannya yang tewas.
Begit u orang- orang it u lenyap dari pandangan, Kim - m o Taisu roboh t erguling di
depan pint u t enda! Bu Song cepat m elom pat dan berlut ut m em eriksa keadaan
suhunya. Akan t et api t ernyat a Kim - m o Taisu Kwee Seng, pendekar sakt i yang
pernah m enggem parkan dunia persilat an it u t elah m enghem buskan napas
t erakhir. Bu Song m enundukkan kepalanya, t erm enung sej enak, lalu ia
mengangkat jenazah suhunya dibawa ke dalam tenda dan dibaringkan.
Bu Song lalu m encabut hui- t o yang m enancap di pundak kirinya. Darah
m engucur keluar, akan t et api segera berhent i set elah Bu Song m enekan j alan
darah di pundaknya dan m enaruh obat bubuk pada luka di pundak. I a t idak
khawat ir akan racun, karena m enurut suhunya, t ubuhnya sudah kebal t erhadap
racun. Kem udian Bu song m encari dan m em ilih t em pat yang baik di lereng
Gunung Tai- hang- san, m enggali lubang dan m engubur j enazah suhunya,
m enaruh sebuah bat u besar di depan kuburan. Kem udian ia m engerahkan
t enaga, dengan j ari t elunj uk kanan Bu Song m encorat - coret pada perm ukaan
bat u it u dan t erj adilah goresan sedalam dua sent i m et er yang m em bent uk huruf-
huruf indah.
MAKAM PENDEKAR BUDIMAN KIM- MO TAISU KWEE SENG
Set elah it u, Bu Song lalu m engubur pula j enazah em pat orang Hui- to- pang, lalu
m endaki puncak m engubur m ayat yang dilihat nya berserakan. Tak lam a
kem udian m uncullah penduduk daerah Pegunungan Tai- hang- san. Mereka
beramai- ram ai lalu m engubur sem ua j enazah, baik m ayat t ent ara Sung m aupun
m ayat orang Khit an. Bu Song m em bant u sekuat t enaga. Saking banyaknya
m ayat di sekit ar pegunungan, pekerj aan dilanj ut kan sam pai keesokan harinya
dengan m engubur lim a sam pai sepuluh m ayat dalam sat u lubang. Ket ika pada
keesekokan harinya akhirnya sem ua m ayat t erkubur, penduduk dusun t idak
m elihat lagi pem uda t am pan yang ikut bekerj a m at i- m at ian t anpa m engeluarkan
sepat ah kat apun it u. Bu Song t elah pergi dengan diam - diam , hat inya t renyuh
m em ikirkan keadaan perang dan segala akibat nya. Rakyat dusun, rakyat kecil
yang t idak t ahu apa- apa, yang selalu t aat dan pat uh dan t akut , m ereka inilah
yang selalu m enj adi korban t erakhir. Tanpa diperint ahkan m ereka m engubur
sem ua m ayat . Mereka harus m engubur sem ua m ayat it u karena kalau t idak,
keselam at an m ereka t erancam oleh bahaya m enj alarnya wabah penyakit yang
hebat.

Set elah gurunya m eninggal dunia, barulah Bu Song m erasa bet apa hidupnya
sunyi dan sebat ang kara. Ada t im bul ingat an dalam hat inya unt uk pergi ke Nan-
cao, m enj um pai kakeknya, Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, ayah dari ibunya yang
sam pai kini t idak pernah ia j um pai. Tent u saj a ia t idak pernah m im pi bahwa
pernah ia bert em u dengan ibunya, bahkan ia berani m enegur dan m enasihat i
ibunya it u yang hendak m em bunuhnya! Sam a sekali ia t idak pernah m im pi
bahwa karena sikap dan kat a- kat anya m aka ibunya m enj adi sadar dan insyaf,

Suling Mas Kho Ping Hoo 466


m em buat ibunya lalu m enyem bunyikan diri t idak m au m uncul lagi di dunia ram ai
untuk menebus dosa- dosanya!
Akan t et api Bu Song t idak dapat m elupakan Sum a Ceng. Bet apapun j uga, cint a
kasih yang t erpendam dalam hat inya t akkan dapat lenyap. Bet apa m ungkin ia
dapat m elenyapkan rasa cint a kasihnya t erhadap Sum a Ceng, gadis yang t elah
m eram pas hat inya, yang t elah m enyerahkan j iwa raga kepadanya? Karena rasa
rindunya kepada Sum a Ceng t ak t ert ahankan lagi, m aka ia m enunda niat nya
pergi ke Nan- cao m encari keluarga ibunya, sebaliknya ia lalu pergi lagi ke kot a
raj a. Tadinya m em ang ia sudah ke kot a raj a, akan t et api ket ika it u ia hendak
m encari suhunya dan m endengar bahwa suhunya pergi bersam a t ent ara Sung k e
ut ara, ia segera keluar dari kot a raj a unt uk m enyusul suhunya. Sekarang ia pergi
ke kot a raj a dengan t uj uan lain, yait u m encari t ahu t ent ang diri kekasihnya,
Suma Ceng.
Ket ika ia m em asuki pint u gerbang kot a raj a, hat inya berdebar. I a t ahu bet apa
perhubungannya dengan Sum a Ceng kurang lebih t iga t ahun yang lalu, t elah
m enim bulkan kegem paran di dalam rum ah t angga keluarga Pangeran Sum a
Kong. Dia sendiri t elah disiksa dan kalau t idak dit olong suhunya, t ent u ia akan
t ewas t ersiksa. Akan t et api bagaim anakah dengan Sum a Ceng? Darahnya naik
dan m ukanya m enj adi panas kalau ia m em bayangkan jangan- j angan kekasihnya
it u m engalam i siksa dan derit a pula, j angan- j angan m alah t elah m at i! I a
m enggeget giginya. I a harus m enyelidiki dan m em bukt ikan bahwa Sum a Ceng
kekasihnya tidak sengsara hidupnya.
I a m em asuki pint u gerbang kot a raj a ket ika hari sudah m enj elang senj a.
Keadaan m ulai sepi, apalagi karena Bu Song m asuk dari pint u gerbang bagian
selatan, ia melalui pinggiran kota raja yang paling sunyi. Mendadak ia mendengar
suara ribut - ribut di sebelah depan. Bu Song m elihat seorang laki- laki m uda,
berpakaian penuh t am balan akan t et api baik baj u m aupun t am balannya t erbuat
dari kain baru dan bersih sekali sehingga lebih pat ut disebut pakaian berkem bang
aneh, sedang berdiri bert olak pinggang dan m em aki- m aki belasan pengem is
berpakaian penuh tambalan dan butut.
Tert arik hat i Bu Song dan ia segera m endekat . Pengem is baj u bersih it u usianya
kurang lebih t iga puluh t ahun, sedangkan sebelas orang pengem is baj u kot or
paling m uda berusia t iga puluh lim a t ahun. Akan t et api sungguh m engherankan
bet apa belasan pengem is it u y ang kelihat an m urung dan m uram waj ahnya,
dimaki- m aki oleh Si Pengem is Baj u Bersih sam a sekali t idak berani m em balas
at au m arah. Bahkan seorang diant ara m ereka, yang usianya sudah am at t ua,
dengan muka sabar berkata,
" Sudahlah, Sahabat m uda. Harap kau suka m aafkan kam i orang- orang t ua yang
tadi tidak mengenal siapa adanya engkau."
" Huh, m em ang kalian ini j em bel- j em bel busuk! Biar pura- pura sudah m enerim a
kalah dan menjadi jembel, masih bersikap sombong- sombongan. Kau kira engkau
m asih guru silat kenam aan dan anggaut a- anggaut a Sin- kauw- bukoan? Huh! "
Pengem is m uda baj u bersih it u lalu m enggerakkan kaki m enendang. Tendangan
keras dan m engandung t enaga, m engenai perut kakek j em bel it u m engeluarkan
suara berdebuk keras.
Bu Song t erkej ut . Tendangan it u keras sekali dan dapat diduga bahwa pengem is
baj u bersih it u m em iliki t enaga kasar yang am at kuat . Akan t et api ket ika
m engenai perut si Kakek, agaknya t idak t erasa apa- apa oleh kakek it u. Diam -
diam ia m erasa kagum dan heran. Terang bahwa ilm u kepandaian kakek j em bel
berbaj u kot or it u j auh lebih t inggi daripada kepandaian Si Pengem is Baj u Bersih,
akan t et api m engapa dihina diam dan m engalah saj a? Bahkan kini pengem is baj u
bersih it u m arah- m arah dan m em aki- m aki, " Kau hendak m elawan?
Mengandalkan ilm u kepandaianm u?" Sam bil m em aki, pengem is baj u bersih ini
m enggerakkan kaki t angannya, m enghant am dan m enendang. Biarpun kakek it u
dapat m enerim a t endangan dan pukulan ini t anpa t erluka, nam un ia t erhuyung-
huyung dan ket ika ia m undur- m undur, t ak diket ahuinya bahwa di belakangnya

Suling Mas Kho Ping Hoo 467


t erdapat selokan. Kakinya t erpeleset dan ia j at uh ke dalam selokan yang airnya
kotor!
Pengem is baj u bersih it u t ert awa bergelak, lalu pergi dari sit u dengan lagak
som bong. Para pengem is baj u kot or yang lain hanya m em andang lalu
m enundukkan kepala sam bil m enarik napas panj ang. Jelas bahwa m ereka ini pun
m enahan kem arahan hat i dan m elihat gerak- gerik m ereka, Bu song dapat
m enduga pula bahwa m ereka ini pun bukan orang sem barangan dan belum t ent u
kalah oleh pengem is baj u bersih yang som bong t adi. Akan t et api m engapa
mereka itu, seperti juga kakek yang dipukulinya tadi, diam saja dan mengalah?
Set elah pengem is baj u bersih it u pergi t ak t am pak lagi, kakek pengem is yang
j at uh ke dalam selokan t adi m em bant ing bant ing kaki dan m enarik napas
panjang berulang- ulang sambil mengeluh, "Aahhh... heh...!"
"Suhu, mengapa Suhu menerima terus- menerus penghinaan macam ini? Mari kita
serbu saj a dan m engadu nyawa dengan si bedebah! " Seorang pengem is yang
termuda berkata, suaranya mengandung penasaran.
" Hushh, j angan bicara sem barangan! " Kakek it u m enegur, lalu kem bali m enghela
napas dan menggeleng- geleng kepalanya.
Seorang pengem is lain yang lebih t ua berkat a, " Twa- suheng ( Kakak Tert ua) , ada
benarnya j uga ucapan m uridm u. Seorang gagah lebih baik m at i daripada
mengalami penghinaan dalam hidupnya!"
" Sudahlah, Sut e ( Adik Seperguruan) . Melawan t anpa perhit ungan kepada lawan
yang j auh lebih kuat sehingga lebih m erupakan bunuh diri, bukankah gagah
nam anya, m elainkan bodoh. Siapa orangnya m au m engalam i penghinaan? Aku
pun t idak suka, akan t et api kit a harus m encari j alan keluar yang baik, m enant i
kesempatan yang tepat!"
" Akan t et api sam pai kapan kit a m enant i lagi, Suhu?" Si m urid m endesak,
" Mungkin Suhu cukup sabar m enghadapi sem ua penghinaan it u, akan t et api
t eecu ( m urid) t idak dapat bert ahan lagi, Suhu. Lain kali, kalau m ereka it u berani
sekali lagi m elakukan penghinaan t erhadap Suhu, t eecu t idak berani t anggung
apakah t eecu akan dapat m enahan diri. Agaknya past i akan t eecu lawan dengan
t aruhan ny awa! Teecu rasa, biarpun akhirnya kit a kalah oleh Si Bedebah she
Pouw, nam un sebelum kit a m at i, kit a t ent u dapat m em bunuh puluhan orang
musuh sehingga mati pun tidak penasaran!"

Si Kakek kem bali m enggeleng kepala dan m enarik napas panj ang. " Percum a...
tidak ada gunanya...!"
Bu Song adalah seorang yang m asih m uda. Melihat sikap pengem is baj u bersih
t adi pun ia sudah m erasa m endongkol hat inya. Kini m endengarkan pem bant ahan
ant ara guru dan m urid ini, ia m erasa penasaran dan t anpa disadarinya ia lalu
berkata,
" Muridnya begit u bersem angat , gurunya begini m elem pem , sungguh lucu. Kalau
seseorang sudah kehilangan keberaniannya m enent ang si j ahat , dia t idak pat ut
menjadi guru lagi!"
Pengemis termuda yang menjadi murid kakek itu tiba- tiba melompat ke depan Bu
Song dan sem ua pengem is kaget dan heran. Mengapa ada orang m endekat i
mereka tanpa mereka ketahui?
" Eh, orang m uda, lancang sekali m ulut m u berani m enegur Suhu! Tidak t ahukah
engkau dengan siapa kau berhadapan? Suhu adalah Sin- kauw- j iu Liong- kauwsu
( Guru Silat Liong berj uluk Kepalan Monyet Sakt i) , dahulu j agoan kot a Sin- Yang!
Hayo lekas kau minta maaf dan menarik kembali omonganmu yang lancang kalau
kau tidak ingin merasai pukulanku!"
" Aihh... aihh...! Kenapa m endadak m enj adi begini galak? Tadi ada pengem is t olol
memaki- m aki lalu m em ukul dan m enendang Kakek ini sam pai m asuk selokan
bau, kau diam saja!"
Sej enak m ereka it u m em perlihat kan m uka m alu, akan t et api pengem is m uda it u,
yait u yang t erm uda di ant ara m ereka, baru t iga puluh lim a t ahun, lalu
membentak marah.

Suling Mas Kho Ping Hoo 468


" Urusan sesam a kaum kai- pang ( perkum pulan pengem is) t idak ada hina-
m enghina, pula m erupakan urusan dalam , bukan urusanm u. Akan t et api engkau
ini orang luar berani m enghina kam i? Tidak t ahukah bahwa kam i adalah bekas
orang- orang Sin- kauw- bukoan yang terkenal?"
Bu Song t ersenyum . Tent u saj a dia t idak pernah m endengar Sin- kauw- bukoan
( Perguruan Monyet Sakt i) . Kalau m ereka ini bekas orang- orang perguruan silat
t ernam a, m engapa sekarang m enj adi pengem is? Bahkan agaknya golongan
pengem is yang paling rendah t ingkat nya. Bukt inya t adi diperhina oleh pengem is
lain yang j elas kepandaiannya t idak berapa t inggi, m ereka ini t idak berani
melawan.
" Aku bicara sej uj urnya. Siapa m enghina? Dan kau ini galak am at , m au apa?" Bu
song sengaj a m em ancing kem arahan orang dan cepat sekali pengem is it u
m enerj angnya dengan pukulan ke arah dada disusul dengan t angan kiri
mencengkeram ke arah lambung.
Mem ang Bu Song hendak m enguj i kepandaian m ereka ini, t erut am a kepandaian
m ereka yang m enj adi guru dan set ingkat nya. Dengan t enang ia m enggerakkan
kakinya m undur dua langkah, sengaj a berlaku lam bat unt uk m em ancing
lawannya. Benar saja, lawannya terkena pancingannya karena menyangka bahwa
ia t idak begit u lihai sehingga dengan girang lawannya sudah m enubruk m aj u,
kedua t angannya m encengkeram ke arah dada dengan keyakinan past i kena. Bu
Song m em iringkan t ubuhnya, m enyam pok dari sam ping dan m engerj akan
kakinya, yait u uj ung sepat unya m enot ok sam bungan lut ut . Tak dapat dicegah
lagi pengemis itu terguling!
Terdengar t eriakan keras dan t ahu- t ahu orang yang disebut adik seperguruan
kakek it u t adi m enyerbu. Pukulannya j auh lebih cepat dan berat j ika
dibandingkan dengan m urid keponakannya yang kini sudah m erangkak bangun
sam bil m em ij it - m ij it lut ut nya. Diam - diam Bu Song m akin t erheran. Kepandaian
m urid t adi, apalagi pam an guru ini, agaknya sudah lebih dari cukup unt uk
m engalahkan pengem is baj u bersih yang m enghina t adi. Apalagi kepandaian Si
Kakek yang berj uluk Sin- kauw- j iu it u! Mengapa m ereka sam a sekali t idak
m elawan t adi dan kini t erhadap seorang luar sepert i dia, biarpun kat a- katanya
sej uj urnya dan sam a sekali t idak bisa dibilang m enghina, m ereka sudah t urun
t angan? Di sam ping keheranannya ini, hat inya pun t ert arik dan suka kepada para
pengemis baju kotor ini. Jelas bahwa jika maju seorang demi seorang, mereka itu
bukan t andingannya. Nam un m ereka t idak m au m aj u m engeroyok. Hal ini saj a
m em bukt ikan bahwa m ereka ini bukan golongan orang- orang j ahat yang
m engandalkan kepandaian at au t em an banyak unt uk berlaku sewenang- wenang
dan m enghina orang lain. Sikap m ereka t erhadapnya adalah sikap orang gagah
yang hendak m em perebut kan kebenaran dan kehorm at an dengan ilm u
kepandaian secara gagah pula.
Karena t ert arik dan ingin berkenalan, Bu Song t idak m au m em perm ainkan
lawannya t erlalu lam a. Dengan gerakan indah, ia berhasil m erobohkan lawannya
dengan sebuah dorongan yang disert ai t enaga dalam . Biarpun dorongannya t idak
m enyent uh dada orang, nam un pengem is it u t et ap saj a t anpa dapat ia
pert ahankan lagi, roboh t erj engkang ke belakang dan hanya dengan berj ungkir
balik saj a ia dapat m enyelam at kan diri t idak t erbant ing keras! Nam un hal ini
sudah cukup m em buka m at anya bahwa orang m uda yang kelihat an lem ah ini
sama sekali bukan tandingannya.
" Kau hebat , orang m uda! " Orang ket iga yang lebih t ua sudah m enyam bar ke
depan. Orang ini adalah kakak seperguruan dari yang t adi roboh, m erupakan
orang ke dua di Sin- kauw- bukoan. Pukulannya m engandung t enaga I wee- kang
yang am puh dan kuat sehingga set iap ia m enggerakkan t angannya, t erdengar
suara angin m enyam bar. Akan t et api alangkah kaget nya ket ika t iba- tiba
lawannya berkelebat dan lenyap dari depannya! Pengem is yang berwaj ah m uram
ini kaget dan bingung, lalu m endengar suara ket awa di belakangnya. Ket ika ia
m em balikkan t ubuh, kiranya lawannya sudah berada di sit u, enek- enak saj a
t ersenyum dan m em andangnya. I a m enj adi penasaran dan cepat m enerj ang lagi,

Suling Mas Kho Ping Hoo 469


kini m enggunakan kedua t angan yang dibuka j ari- j arinya, sepert i t angan m onyet
hendak m encengkeram .. Hebat t ubrukannya ini, karena t angan it u t idak segera
m encengkeram , m elainkan m enant i ke m ana lawan akan m engelak. Gerak t ipu
I lm u Silat Monyet Sakt i ini am at hebat dan j arang sekali gagal. Nam un kem bali
m at anya m ej adi kabur karena lawannya yang m uda it u berkelebat t anpa dapat ia
duga ke m ana, hanya t ahu- t ahu sudah m elewat i at as kepalanya. Ket ika ia
m em ut ar t ubuh, kem bali orang m uda it u berkelebat m enyelinap dari sam ping,
kem udian pada det ik selanj ut nya, sebelum ia sem pat m em balikkan t ubuh, ia
m erasa t engkuknya disent uh oleh j ari- j ari t angan yang hangat . Pengem is ini
kaget sekali dan berseru,
" Hebat ... aku m engaku kalah...! " I a m elom pat ke pinggir dan m em andang
dengan mata terbelalak keheranan.
Kini kakek t ua rent a it u berj alan m aj u. Langkahnya sudah m em bayangkan usia
t ua. Mat anya m em andang Bu Song, berkedip- kedip penuh keheranan. " Melihat
gerakanmu, orang muda, kau mengingatkan aku akan seseorang... ah, seseorang
yang tadinya kukagumi, akan tetapi ternyata mengecewakan hatiku..."
Makin tertarik hati Bu Song. "Siapakah orang itu, Sin- kauw- jiu Liong- kauw- su?
" Ah, j angan sebut - sebut j ulukanku yang kosong m elom pong. Dan aku bukan
kauwsu lagi m elainkan seorang j em bel busuk yang t iada harganya. Sebut saj a
aku Lokai ( Pengem is Tua) . Nam a orang it u selalu kusim pan sebagai rahasia,
biarpun dia sudah m engecewakan hat iku, nam un t idak akan kusebut - sebut . Akan
t et api karena gerakanm u m irip dia, kalau kau bisa m engalahkan t oyaku, biarlah
hitung- hit ung aku kalah bert aruh dan akan kusebut nam anya di depanm u. Kau
j agalah, orang m uda! " Kakek it u m enerim a sebat ang t oya kuningan yang kedua
uj ungnya dilapis baj a. Begit u t oya it u berada di kedua t angnnya, benda it u
seakan- akan menjadi hidup dan bergerak- gerak amat cepatnya.
"Orang muda, keluarkan senjatamu, mari kita main- main sebentar!"

Sesungguhnya, biarpun kakek ini kelihat annya j auh lebih lihai daripada si m urid
at au sut enya t adi, ia t idak t akut m enghadapinya dengan t angan kosong. Akan
tetapi mengingat bahwa kakek ini adalah seorang yang dahulunya tentu ternama,
ia pun segan unt uk m em andang rendah. I a t idak m em punyai perm usuhan
dengan m ereka, apalagi Sin- kauw- j iu Liong- kauwsu, dan ia bahkan m enaruh iba
kepada bekas guru silat dan m urid- m uridnya ini yang t elah m erosot deraj at nya
m enj adi pengem is- pengem is yang dihina orang. Di sam ping rasa iba ini, ada pula
rasa penasaran m engapa sem angat si guru dem ikian m elem pem dan t idak layak
menjadi sikap seorang gagah.
" Kauwsu, bukan aku yang m engaj ak berkelahi. Kalau t idak t erdesak, unt uk apa
aku m engeluarkan senj at a? Aku t idak m au m elukai orang! " j awabnya. " Kalau kau
hendak main- main, silakan mulai."
Kakek it u kelihat an m arah sekali. " Sudah t erlalu lam a dihina orang t anpa berani
m em balas! Sekarang ada engkau ini orang m uda yang dat ang- dat ang m enghina
kam i. Orang m uda, j angan salahkan aku kalau t oyaku t idak m engenal kasihan.
Kau sam but lah! " Tam pak gulungan sinar kuning ket ika t oya it u m enyam bar
dahsyat , m enyerang dengan pukulan m enyam ping ke arah lam bung kiri Bu Song
disusul gent akan uj ung lain yang m enyusul dengan hant am an ke arah kepala
andaikata pukulan pertama dapat dielakkan.
Akan tetapi, sekali berkelebat tubuh orang muda itu lenyap dari depannya! Liong-
kauwsu terkejut, cepat membalikkan tubuh menggerakkan toyanya menerjang ke
belakang t ubuh. Benar saj a dugaannya, orang m uda yang dapat bergerak luar
biasa cepat nya it u t adi t elah berada di belakangnya sehingga serangan
susulannya ini t epat sekali. Dengan t usukan kuat uj ung t oyanya m enyam bar ke
arah dada, kem udian ket ika orang m uda it u m engelak ke kiri, t oyanya m engej ar
t erus dengan sont ekan ke kanan, m enghant am leher lalu disont ekkan lagi,
m enggunakan uj ung yang lain m enyeram pang kaki. Sem ua ini dilakukan oleh
kakek it u dengan kecepat an kilat , dan biarpun ia sudah t ua, nam un kedua uj ung

Suling Mas Kho Ping Hoo 470


t oya it u t iap kali digerakkan, m engget ar dan dilihat dengan m at a biasa, uj ungnya
berubah menjadi puluhan batang.
" I lm u t oya yang bagus! " Bu Song m em uj i akan t et api kem bali t ubuhnya lenyap
t anpa diket ahui kakek it u saking cepat nya. Dari belakangnya, Liong- kauw- su
m erasa bet apa uj ung t oyanya disent uh lawan. I a cepat m em balikkan t ubuh dan
m elihat lawannya it u t ersenyum - senyum berdiri di belakangnya, kini sudah
m engeluarkan sebuah benda kuning berkilauan di t angan. Bukan m ain kaget dan
kagum nya hat i kakek it u. I a t adi m aklum bahwa lawannya akan m udah
m erobohkannya, at au m eram pas t oyanya, karena bukankah t adi lawannya sudah
m enyent uh uj ung t oya dari belakang sebelum ia m am pu m em balikkan t ubuh?
Akan t et api orang m uda it u t idak m elakukan hal ini bahkan m engeluarkan
senj at a, padahal dengan t angan kosong sekalipun agaknya akan sukar baginya
unt uk m engalahkan orang m uda ini. Ket ika ia m em perhat ikan senj at a di t angan
orang muda itu, ia berseru kaget, juga sutenya berseru,
"Kim- siaw (Suling Emas)...!"
Bu Song m em andang suling em as di t angannya dan pada saat it u, j ant ungnya
berdebar aneh. Nam a yang bagus! Kim - siauw! Nam anya sendiri sudah lapuk,
sudah t erlalu banyak m endat angkan hal- hal yang m enyedihkan! Nam anya
sendiri, Bu Song, selalu t erkait dengan hal- hal yang m em at ahkan hat i,
m engingat kan ia akan ayah bundanya yang cerai- berai, akan hidupnya yang
sebat ang kara. Mengingat kan ia akan pengalam an- pengalam annya yang pahit -
get ir, akan kem at ian Kwee Eng yang sudah dicalonkan m enj adi ist erinya, wanit a
pert am a yang m eram pas hat inya. Kem udian, yang m asih m em bekas dalam sekali
di kalbunya, m engingat kan ia akan Sum a Ceng, wanit a kekasihnya yang t adinya
ia anggap sebagai penggant i Kwee Eng yang t ewas. Nam a Bu Song sungguh
diselimuti kegelapan, nama yang sial!
Akan t et api ia t idak dapat m elam un t erus karena kem bali t oya yang berat it u
m enyam bar dibarengi seruan Liong- kauw- su. Tam pak sinar em as bergulung-
gulung ket ika Bu Song m enggerakkan sulingnya. Sinar ini seakan- akan
m erupakan t ali em as yang m enggulung dan m elibat - libat t oya, kem udian t anpa
dapat dicegah lagi oleh Liong- kauwsu, j uga t anpa ia ket ahui bagaim ana caranya,
t oyanya t erlepas dari t angannya, m elayang t inggi ke at as dan ket ika t urun,
disam but oleh suling di t angan Bu Song, diput ar- putar sampai berhenti melintang
di at as suling yang disodorkan kepada Liong- kauwsu, diikut i kat a- kata.
"Terimalah kembali toyamu, Liong- kauwsu!"
" Hebat ...! Kau lebih hebat daripada Kim - m o Taisu...! " Kakek it u berkat a dengan
m at a t erbelalak dan m ulut t ernganga. Juga m urid- m uridnya sert a sut enya
m em andang penuh kekagum an. "Dan suling em as it u...! Orang m uda, bolehkah
kami mengetahui, siapakah namamu yang mulia?"
Bu Song t ersenyum pahit , m em andang sulingnya yang ia pegang di t angan
kanan, dit egakkan lurus depan m uka, kem udian berkat a, " Suling em as... suling
emas... inilah namaku... Suling Emas!"

Sin- kauw- j iu Liong- kauwsu adalah seorang kang- ouw yang sudah banyak
pengalam annya. I a m aklum bahwa orang m uda ini adalah seorang sakt i yang
t idak m au m em perkenalkan nam anya. Tim bul harapan dalam hat inya bahwa
orang m uda yang luar biasa ini akan dapat m em bant unya m enebus sem ua
penghinaan dan sakit hati yang selama puluhan tahun ia derita.
Akan t et api pada saat it u, berkelebat bayangan orang yang dat ang- datang
m em bent ak, " Lagi- lagi ada m anusia t ak berbudi yang berani m enghina kaum
jembel mengandalkan kepandaiannya?"
Para kakek pengem is dan j uga Suling Em as ( karena Bu Song sendiri m erubah
nam anya, m ulai sekarang kit a m engenalnya sebagai Suling Em as) m enoleh dan
m elihat bahwa yang dat ang it u adalah seorang laki- laki berusia kurang lebih t iga
puluh t ahun, pakaiannya t am bal- t am balan dan bahkan kedua lengan baj unya
bunt ung com pang- cam ping, m em akai caping ( t opi pet ani) lebar yang m enut upi
sebagian m ukanya. Juga capingnya it u but ut , com pang- cam ping pinggirnya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 471


Nam un t ubuh orang it u t am pak kuat , m at anya bersinar- sinar, m ukanya bersih
tidak berjenggot. Celananya yang butut juga buntung sebatas lutut.
Set elah berkat a dem ikian, sert a m ert a orang yang baru t iba ini m enerj ang Suling
Emas dengan serangan- serangan kilat.
" Eh, sahabat .. j angan salah kira. Dia... Kim - siauw- eng ( Pendekar Suling Em as)
tidak..." Liong- kauwsu tidak melanjutkan kata- katanya karena Suling Emas sudah
m emotong.
"Biarlah, Kauwsu. Orang ini lihai, biarkan kami main- main sebentar!"
Mem ang Suling Em as kagum m enghadapi serbuan orang yang baru dat ang ini.
Baru bergebrak sej urus saj a t ahulah ia bahwa ia berhadapan dengan seorang ahli
yang t ingkat kepandaiannya j auh lebih t inggi daripada t ingkat kakek guru silat
it u. Pukulan kedua t angan dan t endangan kedua kakinya m endat angkan angin
halus, seakan- akan t idak m engandung t enaga, nam un t ernyat a penuh dengan
t enagan sin- kang yang am at kuat . Juga gerakan- gerakannya aneh dan
m em bingungkan, cepat sekali m em bukt ikan bahwa gin- kang orang ini pun sudah
mencapai tingkat tinggi!
Suling Em as sudah m enyim pan sulingnya dan cepat ia m engelak lalu balas
m enyerang, j uga ia m em pergunakan kecepat an gerakannya. Ket ika
m erendahkan t ubuh dengan m enekuk kedua lut ut sam pai ham pir berj ongkok
unt uk m enghindarkan hant am an kedua t angan kearah dada dan leher t adi,
sam bil secepat kilat m em balas dengan t usukan j ari- j ari t angannya ke arah pusar
lawan, dengan am at cepat nya t ubuh lawannya it u sudah m elam bung t inggi
sehingga t usukannya t ak berhasil. Dari at as pengem is it u sudah berj ungkir balik
dan kini m elakukan serangan dari at as, dengan kepala di bawah kaki di at as,
t angan kiri m encengkeram ke arah ubun- ubun kepala dan t angan bergerak
membentuk lingkaran- lingkaran untuk mencegah jalan keluar!
Suling Em as m aklum bahwa m enghadapi serangan ini, t idak ada j alan unt uk
m engelak. Sat u- sat unya j alan hanyalah m engadu t enaga. Karena lawan ini
m elayang t urun sehingga t enaganya dit am bah oleh berat t ubuh sert a t enaga
luncuran t urun, t ent u saj a orang it u lebih m engunt ungkan keadaannya. Nam un ia
t idak gent ar, bahkan ia lalu m em asang kuda- kuda. Kedua kakinya seakan
berakar di at as t anah, m em biarkan lawan m elayang t urun sam pai dekat lalu t iba-
t iba kedua t angannya bergerak m engim bangi kedudukan kedua t angan lawan
untuk menangkis.
" Dukkk...! ! " Dua pasang t angan bert em u dan akibat nya, t ubuh pengem is it u
m encelat ke at as sam pai lim a m et er lebih, sedangkan kuda- kuda Suling Em as
sungguhpun t idak t ergeser, nam un kedua kakinya m elesak ke dalam t anah
sam pai lewat sepat unya! Pengem is ini m em ang hebat . Walaupun t ubuhnya
t erlem par begit u t inggi, nam un ia t idak kehilangan akal. Beberapa kali
pinggangnya bergerak, t ubuhnya m elent ik sepert i ular dan ia sudah berhasil
memulihkan keseimbangan tubuhnya dan meloncat turun dengan gerakan ringan,
t epat berdiri m enghadapi Suling Em as. Keduanya saling pandang, penuh
kekaguman.
" Kepandaianm u luar biasa sekali, sobat ! " kat a Suling Em as sam bil t ersenyum .
Kata- kat a ini keluar dari hat inya yang t ulus, karena m em ang ia kagum
m enyaksikan kepandaian pengem is ini. Pula, ket ika t erlem par ke at as, caping
pengem is it u t erlepas dan t am paklah kini waj ahnya yang cukup t am pan dan
gagah. Waj ah yang banyak m em bayangkan kepahit an hidup, ram but nya awut -
awutan, namun bersih dan mengandung cahaya bersemangat.
Di lain pihak, pengem is it u agaknya m erasa penasaran, kagum , dan j uga kaget .
Tent u saj a ia t idak m enyangka akan berhadapan dengan orang yang begini sakt i.
Mendengar ucapan Suling Em as dan m elihat senyum it u, ia salah sangka,
m engira bahwa lawannya m engej ek. Maka ia lalu m em andang dengan sinar m at a
tajam, mulutnya berkata penuh geram,
" Orang m uda, kau m em ang hebat ! Akan t et api j angan kau t ert awa- t awa lebih
dahulu. Aku Yu Kang baru m enerim a kalah kalau kau m am pu m engalahkan
senjataku ini!"

Suling Mas Kho Ping Hoo 472


Suling Em as sudah m enaruh hat i sayang kepada pengem is yang am at lihai ini,
m aka ia t idak ingin m enanam perm usuhan. Akan t et api sebelum ia m am pu
m enj awab, pengem is yang bernam a Yu Kang it u dengan j ari- j ari kaki t elanj ang
t elah m engenj ot t anah dan t ubuhnya m elayang ke depan Suling Em as, t angan
kanannya sudah m em egang sebat ang t ongkat rot an kecil. Tongkat it u t adiny a
t erselip di belakang punggungnya. Kelihat annya sederhana sekali, besarnya
hanya seibu j ari kaki, panj angnya dua lengan. Nam un m elihat bet apa " senj at a"
yang lebih pat ut disebut senj at a kanak- kanak berm ain perang- perangan it u
set elah berada di t angan pengem is ini m engget ar- get ar dan m engeluarkan suara
m elengking t iada hent inya, diam - diam Suling Em as kaget dan cepat ia pun
m encabut sulingnya. Gerakan t ongkat rot an yang m engeluarkan suara
m elengking it u m engandung t enaga khi- kang yang hebat , m aka Suling Em as
segera m em ut ar sulingnya pula dan t erdengarlah suara m elengking lebih t inggi
dan nyaring.
" Bagus! Sam but lah seranganku! " Yu Kang berseru keras dan t ubuhnya
m enyam bar m aj u, t ongkat nya bekelebat an dan m em bent uk sinar kilat
menyambar amat cepatnya.

Suling Em as pun m aklum akan bahayanya serangan ini, m aka ia lalu


m enggerakkan sulingnya dan lenyaplah bent uk suling, berubah m enj adi gulungan
sinar kuning em as yang m em bent uk lingkaran- lingkaran. I a t elah m ainkan j urus-
j urus Pat - sian Kiam - hoat yang luar biasa am puhnya. Harus diakui bahwa di
ant ara para t okoh persilat an, banyak kiranya yang m engenal t okoh persilat an,
banyak kiranya yang m engenal Pat - sian Kiam - hoat , bahkan banyak yang ahli.
Nam un Pat - sian Kiam - hoat yang dim ainkan oleh Suling Em as ini lain daripada
yang lain. Kalau Pat - sian Kiam - hoat biasa m em punyai enam puluh em pat j urus,
akan tetapi Pat- sian Kiam- hoat yang diwariskan oleh Kim- mo Taisu kepada Suling
Em as hanya m em punyai enam belas j urus. Enam belas j urus yang sudah
m encakup sem ua int i sari Pat - sian Kiam - hoat , bahkan sudah pula m eliput i
bagian- bagian t erpent ing yang t erpendam . Di sam ping ini, set elah sem ua pintu
dalam t ubuh Suling Em as dibuka oleh Bu Tek Loj in, m aka sin- kang di t ubuhnya
dapat bergerak lancar sehingga perm ainan ilm u pedang ini m enj adi m akin hebat .
Setiap gerakan, setiap getaran, mengandung hawa sakti yang dahsyat.
Sin- kauw- j iu Liong Kong, guru silat yang t elah m enj adi pengem is it u, bersam a
murid- m uridnya dan sut enya, m enj adi penont on yang bengong t erlongong.
Terheran- heran m ereka m enont on pert andingan luar biasa ini. Tak dapat m at a
m ereka m engikut i gerakan kedua orang m uda it u, yang t am pak hanyalah
gulungan sinar kuning bercam pur aduk dengan kilat an uj ung t ongkat yang
m enj adi rat usan banyaknya, m em bungkus bayangan dua orang yang t idak
kelihat an bent uknya dan kabur saking banyaknya! Diam - diam guru silat it u
m enarik napas panj ang dan insyaf bet apa ilm u kepandaian di dunia it u t iada
bat asnya. Dahulu ia am at kagum kepada sahabat nya, Kim - m o Taisu yang
gerakannya sam a dengan Pendekar Suling Em as ini. Kem udian ia dibikin
penasaran akan t et api t idak berdaya oleh seorang t okoh m uda yang baru, dua
puluh t ahun yang lalu, yait u orang yang m engaku m enj adi raj a pengem is,
berj uluk Pouw- kai- ong ( Raj a Pengem is Pouw) yang m em iliki ilm u kepandaian
hebat pula. Kini di depan m at anya, bert anding dua orang m uda yang begini
hebat , benar- benar m em buat ia m erasa bet apa t ingkat kepandaiannya sendiri
sebenarnya bukan apa- apa!
"Wah- wah- wah, kau hebat ! Aku yang m engaku kalah! " Tiba- t iba t erdengar Yu
Kang berseru keras dan t ubuhnya t erlem par sej auh enam t uj uh m et er di m ana
kedua kakinya berhasil m enahan robohnya, akan t et api ia m asih t et ap saj a
terhuyung- huyung!
Suling Em as sudah m enyim pan sulingnya, m elangkah m aj u sam bil m enj ura. " Yu-
twako, kau benar- benar hebat! Aku kagum sekali."
Pengem is m uda it u m enghela napas, berj alan m aj u, m eyelipkan t ongkat nya di
belakang punggung sam bil berkat a, " Sudahlah, t ak perlu kau m erendah. Sudah

Suling Mas Kho Ping Hoo 473


j elas aku bukan t andinganm u. Kalau saj a si keparat she Pouw it u selihai engkau,
biarlah aku m at i di t angannya dan m endiang ayah t akkan dapat t enang dalam
kuburnya!" Setelah berkata demikian, Yu Kang melangkah pergi.
"Yu- enghiong ( Orang Gagah she Yu) , nant i dulu...! " Tiba- t iba Sin- kauw- j iu Liong-
kauwsu berseru sambil mendekat.
Yu Kang m em balikkan t ubuhnya. " Kau orang t ua m au apa lagi? Aku m elihat
bet apa kalian j em bel- j em bel t iada guna diperm ainkan orang orang, akan t et api
aku sendiri juga seorang jembel tiada guna, tak dapat membela kalian."
" Bukan dem ikian, Yu- enghiong. Ket ahuilah bahwa kam i sam a sekali t idak dihina
oleh Kim - siauw- eng, sam a sekali t idak! Yang m enghina kam i adalah si keparat
she Pouw yang kausebut t adi! Dua puluh t ahun kam i dihina dan dit indas, karena
it u m ohon bant uan Yu- enghiong. Marilah kit a bersat u unt uk m enghadapi Pouw-
kai- ong yang jahat!"
Yu Kang m elot ot , t erheran. " Kalian ini pun m endendam kepada Pouw- kai- ong si
jahat?"
Tiba- tiba Suling Em as yang m endengarkan percakapan it u berkat a, " Ah, kiranya
kit a adalah orang- orang segolongan. Aku sendiri pun boleh dianggap sebagai
seorang musuh besar Pouw- kai- ong, bahkan beberapa kali pernah aku bertanding
melawan dia dan kawan- kawannya!"
Kakek it u berseru girang, lalu t iba- t iba m enj at uhkan diri berlut ut di depan dua
orang m uda gagah it u, dit urut oleh t em an- t em annya. " Mohon bant uan Ji- wi
Enghiong membasmi Pouw- kai- ong yang jahat..."
"Lo- kai ( Pengem is Tua) , harap j angan banyak t ingkah. Kit a dapat saling bant u
dalam hal ini. Bangunlah! Lo- kai ini dari kai- pang ( perkum pulan pengem is) yang
m anakah? Aliran apa?" Pert anyaan Yu Kang ini diaj ukan dengan sikap penuh
wibawa yang m enunj ukkan bahwa dia agaknya m engenal baik akan perat uran
perkumpulan pengemis.

Orang t ua it u bangkit berdiri dan sukar unt uk m enj awab. Tim bul kekhawat iran di
hat inya bahwa pengem is m uda yang perkasa ini t akkan m au bekerj a sam a kalau
m endengar bahwa dia sebet ulnya bukan pengem is sam a sekali, m elainkan
pengemis paksaan! Melihat keadaan kakek itu meragu, Suling Emas lalu berkata,
" Saudara Yu Kang, Lopek ( Pam an Tua) ini sam a sekali bukan pengem is. Dia
dahulu adalah kedua dari Sin- jiu- bu- koan, berj uluk Sin- kauw- j iu bernam a Liong
Keng."
" Nam a kosong belaka...., nam a kosong belaka...." Liong- kauwsu m enggoyang-
goyang kedua tangan dengan perasaan malu.
" Hem m , kalau begit u bukan golongan pengem is? Mengapa berpakaian pengem is?
Mau m ain- m ain dengan pengem is, ya? Liong- kauwsu, kalau kau dan kawan-
kawanm u ini hanya pura- pura m enj adi pengem is unt uk m encapai t uj uan, aku
tidak sudi bekerja sama!"
" Tidak... t idak... ah, Yu- enghiong salah sangka. Mem ang kam i t erpaksa m enj adi
pengem is, akan t et api andaikat a pem balasan dendam kam i sudah t erkabul, kam i
pun t et ap akan m enj adi pengem is. Kam i sudah t idak punya apa- apa, dan unt uk
selanj ut nya, kam i rela m enj adi pengem is asal saj a Si Keparat Pouw- kai- ong
sudah mendapat hukumannya!"
"Kalau begitu, boleh kita bekerja sama." Kata Yu Kang mengangguk- angguk.
" Marilah Ji- wi Enghiong, kit a bicara sam bil berunding di t em pat kam i, di bawah
jembatan Tembok Merah."
Yu Kang mengangguk dan Suling Emas juga menerima baik undangan ini. Mereka
lalu berangkat menuju ke jembatan besar di pinggir kota itu dan turunlah mereka
ke kolong j em bat an. Di t em pat sederhana inilah Liong- kauwsu besert a anak
buahnya t inggal! Biarpun kolong j em bat an, karena dirawat , m aka t anahnya
cukup bersih dan baunya t idak busuk. Beberapa orang m urid Liong- kauwsu sibuk
m enyem belih angsa besar yang m ereka t adi t angkap, ent ah darim ana. Tak lam a
kemudian bau harum paha angsa dipanggang m em buat air liur m em enuhi m ulut .
Beberapa orang lagi mengeluarkan cawan retak dan seguci besar arak!

Suling Mas Kho Ping Hoo 474


Sam bil m em egangi paha angsa panggang yang gurih dan berlem ak,
m enggerogot i daging yang lezat didorong m asuk arak keras, m ereka bercakap-
cakap. Mereka duduk seenaknya, ada yang berj ongkok, ada yang bersandar pada
dinding j em bat an, ada pula yang berdiri, ada pula yang sam bil rebah- rebahan
dan m encari kut u pada baj u m ereka yang rom beng! Suling Em as duduk di
tengah- t engah bersila dan ikut m akan dengan enaknya. Yang m endapat giliran
pert am a unt uk bercerit a adalah Liong- kauwsu. Kakek ini m enghent ikan
m akannya, m elem par t ulang paha angsa ke t engah air kali yang m engalir di
dekat m ereka, m engusap m inyak lem ak dari bibir dengan uj ung baj unya yang
kotor, kemudian menarik napas dan bercerita.
" Belasan t ahun yang lalu t erj adinya m alapet aka it u, yang m erubah sem ua j alan
hidupku dan m urid- m uridku sert a keluarga kam i..." I a m enarik napas panj ang
lagi, kem udian ia m encerit akan pengalam annya secara j elas singkat sepert i
berikut.
Perguruan Sin- kauw- bu- koan di kot a Sin- yang cukup t erkenal karena baik
gurunya, yait u Sin- kauw- j iu Liong Keng, m aupun para m urid- muridnya
m erupakan orang- orang gagah yang biarpun kuat t idak m em pergunakan
kekuatannya unt uk m elakukan penindasan, bahkan m em bela kebenaran dan
keadilan. Liong- kauwsu t idak m em punyai anak ket urunan sendiri, akan t et api ia
m engangkat seorang m urid wanit a sebagai anak. Wanit a it u bernam a Liong Bi
Loan, seorang gadis cant ik yang pandai silat . Pada suat u hari, Liong Bi Loan
bert em u dengan Pouw- kai- ong yang ket ika it u m asih m uda dan t am pan. Dalam
pert andingan, Bi Loan dikalahkan dan gadis ini t erpikat , lalu lari bersam a Pouw-
kai- ong yang. Liong- kauwsu t idak m am pu m encegahnya karena t erhadap Pouw-
kai- ong, ia sama sekali tidak berdaya, jauh kalah lihai kepandaiannya.

Sepert i t elah kit a ket ahui, dalam kesedihan dan kebingungannya, Liong- kauwsu
bertemu dengan Kim- mo Taisu, kemudian minta pertolongan Kim- mo Taisu untuk
m enghadapi Pouw- kai- ong. Akan t et api, Kim - m o Taisu t idak dapat berbuat
sesuat u t erhadap Pouw- kai- ong ket ika pendekar ini m elihat bet apa gadis put eri
guru silat it u dengan suka rela ikut Pouw- kai- ong! Hal inilah yang m em buat
kecewa hat i Liong- kauwsu yang t adinya am at m engharapkan Kim - m o Taisu
berhasil m em bawa pulang put eri angkat nya. Terpaksa ia m enerim a keadaan dan
tidak mau merintangi lagi puteri angkatnya yang ikut Pouw- kai- ong.
Akan t et api, dua t ahun kem udian, luka dihat inya m enj adi robek kem bali ket ika
Liong- kauwsu m endengar kabar bet apa anak angkat nya it u hidup m erana dan
sengsara di sam ping Pouw- kai- ong yang m ulai nam pak " belangnya". Pouw- kai-
ong sudah m ulai bosan dan m em perlakukan Liong Bi Loan sepert i seorang budak
belian, bahkan t idak j arang m em ukulinya. Kem udian secara bert erang Pouw- kai-
ong m ain gila dengan wanit a- wanit a lain dengan m em aksa Liong Bi Loan
m elayani dia berpest a dengan perem puan- perem puan lain yang m enj adi kekasih
baru. Akhirnya Liong Bi Loan t ak kuat m enahan, unt uk m elawan ia kalah kuat ,
dan wanita ini mengambil jalan terakhir dengan menggantung diri!
Mendengar ini, Liong- kawsu dan beberapa orang m uridnya yang set ia, j uga dua
orang sut enya secara nekat m enyerbu ke t em pat yang dij adikan m arkas besar
Pouw- kai- ong, yait u sebuah kuil t ua di luar kot a Kang- hu, bekas m arkas besar
perkum pulan pengem is Khong- sim Kai- pang. Nam un, m ereka ini sam a sekali
bukanlah t andingan Pouw- kai- ong. Bahkan bukan Pouw- kai- ong sendiri yang
t urun t angan, baru anak buahnya saj a sudah m em buat Liong- kauwsu dan anak
buahnya kocar- kacir dan dihaj ar habis- habisan. Pouw- kai- ong t idak m em bunuh
Liong- kauwsu, nam un m eram pas sem ua m iliknya, kem udian m em aksa bekas
Ket ua Sin- kauw- bu- koan ini bersam a anak buahnya hidup sebagai anggot a kai-
pang, berpakaian sepert i pengem is! Lebih hebat lagi, rom bongan Liong- kauwsu
ini selalu dihina oleh anak buah Pouw- kai- ong yang berpakaian t am bal- tambalan
nam un bersih, at au t erkenal dengan sebut an pengem is baj u bersih sebaliknya
daripada rombongan Liong- kauwsu dan para pengem is t aklukan lain yang disebut
rombongan pengemis baju kotor.

Suling Mas Kho Ping Hoo 475


" Dem ikianlah, Kim - siauw- hiap ( Pendekar Suling Em as) ," Liong Keng m engakhiri
cerit anya dengan m uka berduka. " Bert ahun- t ahun kam i m enderit a penghinaan
dan sepat ut nya penderit aan ini kam i akhiri dengan bunuh diri saj a sepert i yang
dilakukan put eriku. Akan t et api, dalam hat i ini m asih belum m au m enerim a,
m asih m enyim pan penasaran dan dendam set inggi langit , m asih selalu
m engharapkan kesem pat an unt uk m em balas! Oleh karena it ulah, sam pai begini
t ua saya t et ap m em pert ahankan nyawa unt uk m enant i dat angnya kesem pat an
it u. Unt ung sekali hari ini m em pert em ukan kam i dengan Ji- wi Taihiap ( Kedua
Pendekar Besar) sehingga boleh diharapkan cit a- cit a akan t ercapai j uga sebelum
nyawa meninggalkan badan."
Yu Kang m elom pat berdiri, m em bant ing t ulang paha angsa ke kanan. Tulang it u
melesak ke dalam dinding tembok jembatan yang keras! "Harap Paman Tua Liong
t idak berkecil hat i. Dengan bekerj a sam a, m asa Si Keparat Pouw it u t idak akan
dapat dit undukkan? Dengarlah baik- baik, aku Yu Kang j uga sudah bersum pah,
takkan berhent i berusaha sebelum si j ahat Pouw Kee Lui m enerim a hukum annya.
Seluruh keluargaku habis dibasm i keparat it u hanya karena Tuhan m enghendaki
saj a aku bebas daripada pem basm ian sehingga set idaknya ada ket urunan ayah
yang berusaha membalaskan dendam keluarga ini."
Yu Kang lalu bercerit a. Dia adalah put era bungsu m endiang Yu Jin Tianglo ket ua
perkum pulan pengem is Khong- sim Kai- pang. Sepert i t elah dicerit akan di bagian
depan cerit a ini, pada belasan t ahun yang lalu ket ika Pouw Kee Lui yang m em iliki
kepandaian tinggi itu muncul dari timur, dia telah menyerbu Khong- sim Kai- pang,
m erobohkan sem ua yang m elawannya, m em bunuh Ket ua Khong- sim Kai- pang
sekeluarga, m em bunuh t okoh- t okoh Khong- sim Kai- pang pula dan m eram pas
kedudukan Ket ua Khong- sim Kai- pang. Para anggot a yang t idak m au t unduk,
dibunuhnya sehingga akhirnya para anggot a lain m enj adi ket akut an dan
m engakui kekuasaan ket ua baru ini, yang kem udian m em akai j ulukan Pouw- kai-
ong Si Raj a Pengem is Pouw. Bersam a anak buahny a yang dilat ihnya, ia
m enundukkan ham pir seluruh perkum pulan pengem is sehingga j ulukannya " raj a
pengemis" benar- benar tepat.
Akan t et api sam a sekali di luar dugaan Pouw- kai- ong yang cerdik bahwa ket ika ia
m elakukan pem basm ian t erhadap keluarga Yu Jin Tianglo ket ua Khong- sim Kai-
pang, Yu Kang put era bungsu ket ua pengem is it u yang baru berusia t iga belas
t ahun dan kebet ulan sekali pada wakt u perist iwa hebat t erj adi, sedang berm ain-
m ain di luar kot a sehingga t erbebas daripada m aut . Ket ika Yu Kang m elihat
keadaan keluarganya yang t erbasm i habis, t idak seorang pun m asih hidup, ayah
bundanya, kakak- kakaknya, sem ua t ewas di t angan Pouw- kai- ong, ia segera
m elarikan diri. Selam a belasan t ahun Yu Kang put era ket ua pengem is Khong- sim
Kai- pang ini m enggem bleng diri dengan ilm u silat , belaj ar dari t okoh- tokoh
pengem is yang t elah m engasingkan diri bert apa di gunung- gunung. I a selalu
berpakaian sebagai pengem is dan hidup sebagai pengem is pula, t et ap set ia
kepada cara hidup ayahnya dan dendam di hat inya t erhadap Pouw Kee Lui t ak
pernah terlupa sehari pun!

Setelah t uj uh belas t ahun m enggem bleng diri, kini dalam usia ham pir t iga puluh
t ahun, barulah Yu Kang t urun dari puncak gunung- gunung dan m ulai m encari
m usuh besarnya, Pouw Kee Lui yang kini sudah m enj adi Pouw- kai- ong. Karena
t idak t ahu harus m encari di m ana, m aka ia langsung m enuj u ke kot a raj a, oleh
karena unt uk m encari seorang " raj a" pengem is, kiranya paling t epat m enyelidiki
dari kota raja, pusat segala macam kegiatan.
" Dem ikianlah sedikit riwayat ku, dan kebet ulan aku bert em u dengan kalian yang
kukira adalah pengem is- pengem is yang m engalam i penghinaan. Di sepanj ang
perj alanan banyak aku m endengar akan perpecahan golongan pengem is m enj adi
dua, pengem is baj u bersih dan pengem is baj u kot or, dan t ent ang penindasan
yang dilakukan pengem is baj u bersih t erhadap pengem is baj u kot or. Siapa kira,
pengem is baj u bersih adalah pengikut - pengikut set ia dari Pouw- kai- ong, m usuh

Suling Mas Kho Ping Hoo 476


besarku! Di sepanj ang j alan, t idak ada yang berani m enyebut - nyebut t ent ang
Pouw- kai- ong."
Liong- kauwsu yang kini sudah berubah sebut an m enj adi Liong- lokai ( Pengem is
Tua Liong) it u m enarik napas panj ang. " Mem ang dem ikianlah. Tidak ada yang
berani m em bicarakan perihal Pouw- kai- ong, apalagi bicara buruk, karena kaki
t angannya banyak sekali dan hukum annya am at lah berat m engerikan." Kakek it u
kini menoleh kepada Suling Emas dan berkata, "Setelah kini saya dan Yu Tai- hiap
bercerit a, saya harap Kim - siaw Tai- hiap sudi pula m em beri sedikit penut uran dan
penjelasan."
" Sesungguhnya t idak ada apa- apa yang pat ut kucerit akan," Suling Em as berkat a
dan t iba- t iba waj ahnya yang t am pan it u sepert i diselubungi awan gelap. Bet apa
t idak akan keruh hat inya kalau ia diingat kan akan riwayat nya yang sem bilan
puluh persen t erisi hal- hal m enyedihkan it u? Pula ia sudah t idak m au m engingat
hal- hal lam pau, bahkan hendak m elupakan nam anya. Set elah berhent i sej enak,
ia m enyam bung. " Pert em uanku dengan Pouw- kai- ong dalam pert em puran
hanyalah secara kebet ulan saj a. Akan t et api karena aku t ahu bet apa j ahat nya
Pouw- kai- ong, m aka aku bersim pat i kepada orang- orang yang t elah m enj adi
korbannya sepert i kalian. Dan, unt uk bicara t erus t erang, Yu- t wako m enduga
t epat . Pouw- kai- ong am at lihai dan... m aaf, kurasa Yu- t wako sendiri t idak akan
dapat mengalahkannya!"
Yu Kang m engangguk- angguk, sepasang alisnya yang t ebal berkerut - kerut . " Aku
pun sudah m enyelidiki dan m endengar bahwa Si Keparat she Pouw it u am at lihai.
Kau yang sudah bert anding dengannya, t ent u dapat m enilainya dengan t epat ,
Kim- siauw- eng, dan aku percaya. Kalau kau yang begini lihai m asih
m engagum inya, t ent ulah ia m erupakan lawan yang am at t angguh. Akan t et api,
aku t idak akan m undur set apak, kalau perlu nyawaku kupert aruhkan unt uk
membalas kematian seluruh keluarga ayahku." Yu Kang mengepal tinju, mukanya
merah dan matanya berapi- api.
"Yu- tai- hiap..." " Harap Liong- lokai j angan m enyebut aku Tai- hiap ( Pendekar
Besar) ! " Yu Kang m em ot ong kat a- kat a kakek it u dengan sengit . " Aku hanyalah
seorang pengem is j em bel yang t iada guna! " Mem ang wat ak Yu Kang keras dan
j uj ur, t anpa dipalsukan t at a cara dan sopan sant un. Mungkin sakit hat inya dan
malapetaka yang menimpa keluarganya membuat ia berwatak seperti itu.
" Baiklah, Yu- hiant e. Harap j angan berkecil hat i. Kalau kit a m aj u bersam a dan
minta bantuan Kim- siauw- eng dan orang- orang gagah lainnya, kiranya Si Keparat
Pouw itu akan dapat dibasmi."
" Hem m , t erserah kau orang t ua yang m engat urnya." Akhirnya Yu Kang berkat a
sam bil duduk kem bali, m enyam bar paha angsa panggang dan m enenggak
araknya.
Liong- lokai lalu m enj ura kepada Suling Em as. "Kam i m ohon dengan horm at
sudilah kiranya Kim - siauw- eng m em bant u usaha kam i m em balas dendam ,
mengeroyok Si Keparat she Pouw yang jahat."
Suling Em as t ersenyum dan m enggeleng kepalanya. " Mana bisa begit u, Lo- kai?
Tak mungkin aku mengeroyok lawan."
" Akan t et api, bukankah Kim - siauw- enghiong j uga m em usuhinya?" " Bet ul. Sepert i
telah kukatakan tadi, aku bolehlah dimasukkan sebagai seorang di antara musuh-
m usuhnya. Akan t et api aku t idak m em punyai dendam pribadi dengannya. Siapa
saj a yang j ahat , boleh dianggap m usuhku, karena kalau dia t idak bisa
diinsyafkan, t ent u akan kugunakan kekerasan m encegah si j ahat m eraj alela
m enindas si lem ah. Karena it u, berbeda sekali dengan kalian, aku t idak m enaruh
dendam dan aku hanya akan m enghadapinya sat u lawan sat u. Tak m ungkin aku
sam pai hat i m elakukan pengeroyokan t erhadap lawan yang bet apapun juga
lihainya."

Tiba- t iba Yu Kang m enghent ikan gerakannya m akan paha panggang. I a


m em andang t aj am ke arah Suling Em as, lalu m engangguk- angguk dan berkat a
m urung, " Benar sekali, Suling Em as! Aku sendiri pun, kalau t idak dim abok

Suling Mas Kho Ping Hoo 477


dendam kesum at , t idak sudi m engeroyok orang. Akan t et api, kalau m aj u sendiri
t idak m enang sam pai kapan dapat m em balas dendam ? Dendam ku j auh lebih
besar daripada segala m acam at uran pert andingan." Agaknya ucapannya ini
berlawanan dengan wat aknya yang gagah, m aka unt uk m encuci rasa m alu, Yu
Kang menggelogok arak sebanyaknya ke dalam perutnya!
" Akan t et api, m enghadapi seorang penj ahat kej i m acam Pouw- kai- ong,
bagaim ana harus m engingat akan perat uran? Dia m em bunuhi orang, m eram pas
kai- pang, m engangkat diri sendiri m enj adi raj a pengem is, kem udian m eram pas
anak gadis orang t anpa m elam ar, m em aksa kam i m enj adi pengem is, apakah
sem ua perbuat annya it u m enurut kan at uran? Bukankah orang bij aksana j am an
dahulu m engat akan bahwa kebaikan dibalas dengan kebaikan berganda, akan
t et api kej ahat an harus dibalas dengan keadilan? Dan t erhadap seorang kej i j ahat
m acam Pouw- kai- ong, apakah yang lebih adil daripada m engeroyoknya dan
menghukumnya bersama?"
" Sudahlah, Liong- kai! " Tiba- t iba Yu Kang berkat a keras. " Orang yang t idak m au,
apa gunanya dipaksa- paksa? Biarlah siapa yang m endiam kan saj a kej ahat an
m eraj alela, dia it u m em bant u kej ahat an! Apalagi, urusan ini adalah urusan kit a
para pengem is, m ana seorang kongcu t erpelaj ar m au m encam puri urusan segala
jembel?"
Hening sej enak set elah Yu Kang m engeluarkan kata- kat a yang keras, j uj ur t anpa
tedeng- t edeng lagi ini. Para pengem is t ua it u m erasa khawat ir, kalau- kalau
Suling Em as akan m enj adi m arah. Nam un, Suling Em as bukanlah seorang yang
m udah m arah. Gem blengan hidup m em buat ia kuat bert ahan akan segala
serangan. Pula, ia dapat m em bedakan m ana em as m ana t em baga dan t ahu
bahwa di balik sikap kasarnya, Yu Kang adalah seorang gagah.
"Yu- t wako, ucapanm u m em ang benar sekali. unt uk m engeroyok orang, biar
dipaksa- paksa aku t ent u t et ap t idak akan m au. Pula, j ust eru aku paling t idak
m au m encam puri urusan orang lain karena aku m enghorm at kalian golongan
pengem is yang biarpun berpakaian kot or nam un berhat i bersih. Akan t et api kau
keliru sangka kalau aku akan mendiamkan saja kejahatan merajalela."
" Hem m , om ongan Suling Em as sepert i om ongan guru sekolah berbelit - belit!
Pendeknya, kau mau membantu kami atau tidak?" Yu Kang mencela.
" Tent u saj a, akan t et api t idak secara keroyokan. Biarlah dia nant i kuhadapi
sendiri, kalian lihat saj a. Kalau aku kalah dan t ewas di t angannya, anggap saj a
hal itu urusanku, dan barulah kalian boleh turun tangan terhadap Pouw- kai- ong."
Tiba- t iba Yu kang m elom pat lagi ke at as. "Mana bisa?? Liong- lokai, m ari kit a
berangkat . Urusan ini adalah urusan kit a, urusan ant ara para pengem is, bahkan
Pouw- kai- ong sendiri pun seorang pengem is yang j ahat dan m enyeleweng.
Kit alah yang harus m enghukum nya, bagaim ana kit a bisa m enyerahkan hal ini
kepada orang luar? Suling Em as, kam i t idak m em but uhkan bant uanm u lagi.
Marilah, Liong- lokai. Engkau tahu di mana Si Jahanam itu?"
Kakek j em bel it u m engerling kepada Suling Em as dengan m at a kecewa, akan
t et api ia lalu bangkit berdiri diikut i t em an- t em annya dan m enj awab pert anyaan
Yu Kang, " Kebet ulan dia berada t ak j auh dari sini. Marilah, Yu- hiant e. Kam i ada
sebelas orang, bersam a Hiant e j adi dua belas. Masih ada lim a orang saudara
Bhong, pengem is- pengem is dari Yu- nan yang t elah lam a m enant i- nanti
kesem pat an unt uk m enuj u m engeroyok m usuh besar m ereka. Sepert i j uga
engkau, Hiant e, kelim a Bhong- heng- t e ( Persaudaraan Bhong) it u pun ket urunan
ketua kai- pang (perkumpulan pengemis) yang dibasmi oleh Pouw- kai- ong."
" Bagus, kalau begit u m arilah kit a berangkat ! " kat a Yu Kang. Rom bongan
pengem is it u m eninggalkan kolong j em bat an. Hanya Liong- lokai seorang yang
m enj ura kepada Suling Em as. Yu Kang m elangkah pergi t anpa m enoleh. Suling
Em as berdiri t erlongong, akan t et api t ersenyum pahit m elihat rom bongan
pengem is it u pergi dari sit u. Sej enak ia t erm angu dan m engangkat pundak.
Mem ang benar ucapan Yu kang bahwa urusan di ant ara pengem is adalah urusan
dalam , orang luar t idak berhak m encam puri. Akan t et api t iba- t iba Suling Em as
m engerut kan keningnya. Mereka it u sepert i dom ba- dom ba digiring ke pej agalan!

Suling Mas Kho Ping Hoo 478


I a t ahu benar bahwa biarpun dikeroyok oleh m ereka, Pouw Kee Lui m asih t et ap
m erupakan lawan yang t erlalu kuat . Mereka it u seakan- akan m engant ar nyaw a
dengan sia- sia, akan m at i konyol. Dan ia t ahu bahwa m ereka adalah orang baik-
baik. Mana m ungkin ia m endiam kan Pouw- kai- ong m em bunuh m ereka begit u
saj a? Kedua kakinya bergerak dan di lain saat Suling Em as sudah m engikut i
rombongan itu dari jauh.

Malam it u t erang bulan. Rom bongan pengem is yang t adinya hanya dua belas
orang it u kini sudah bert am bah lim a lagi, yait u lim a orang Bhong- heng- t e yang
t ubuhnya t inggi- t inggi dan dari langkah kaki m ereka dapat diket ahui bahwa
m ereka ini pun bukan orang- orang lem ah. Tuj uh belas orang pengem is ini
berangkat ke luar kot a, m enuj u ke sebelah ut ara kot a raj a. Di kaki gunung yang
sunyi, j auh dari kot a raj a dan j auh dari dusun- dusun, m ereka berhent i lalu
bergerak sem bunyi m engurung sebuah pondok kecil yang berdiri sunyi di t em pat
itu.
Dua orang di ant ara kelim a Bhong- heng- t e m elom pat keluar dari t em pat
persem bunyian, m enghadapi pint u pondok dan seorang di ant ara m ereka berseru
nyaring.
" Pouw Kee Lui, keparat busuk! Kam i t elah dat ang hendak m enagih hut angm u
kepada keluarga Bhong, hayo keluar!"
Suling Em as yang bersem bunyi t ak j auh dari t em pat it u, di balik bat u- bat u besar,
m engerut kan kening. Kalau m em ang m ereka hendak m engeroyok, m engapa
t idak langsung saj a m endat angi pondok dan m enyerbu? Dengan pengeroyokan
t uj uh belas orang, agaknya Pouw- kai- ong akan kewalahan j uga. Apakah m ereka
terlalu memandang rendah kepandaian Si Raja Pengemis?
Tiba- t iba t erdengar suara ket awa t erkekeh dan dari at as gunung kecil m elayang
t urun sesosok bayangan yang luar biasa gesit nya. Begit u kedua kaki orang
saudara Bhong, bayangan it u t ert awa bergelak dan berkat a, " ha- ha- ha, t ikus-
tikus busuk berani mengantar nyawa??"
Ucapan ini disusul gerakan yang hebat sekali. Sebelum dua orang it u m am pu
menjawab, bayangan yang bukan lain adalah Pouw Kee Lui at au Pouw- kai- ong
ini, t elah m enerj ang m aj u dengan gerakan sepert i kilat dan... dua orang saudara
Bhong it u yang sudah berusaha m enangkis, t erpent al ke belakang dan roboh t ak
dapat bergerak lagi!
Pada saat it u m uncul t iga orang saudara Bhong yang lain, m uncul dari sam ping
kiri, disusul m unculnya t iga orang dari depan dan t iga orang dari kanan. Tam pak
Liong- lokai ikut pula dari kanan sedangkan Yu Kang t am pak di ant ara t iga orang
dari depan. Enam orang pengem is lain m engam bil j alan m em ut ar hendak
menyerbu dari belakang punggung Pouw- kai- ong.
"Ha- ha- ha! Kiranya t ikus t ua she Liong ikut pula. Bagus! ! " Seruan ini disusul
suara bersiutan dan Pouw- kai- ong telah memutar sebatang tongkat yang berubah
m enj adi segulung sinar hit am . Ket ika Pouw- kai- ong m enerj ang ke kanan sam bil
m enggerakkan t ongkat nya, t erdengar seruan kaget dan kesakit an. Liong- lokai
dan dua orang t em annya sudah m engeluarkan senj at a m asing- m asing, akan
t et api begit u sinar bergulung- gulung berwarna hit am it u dat ang, dan m ereka
m enangkis, t ernyat a t ubuh Liong- lokai berikut t oyanya t erlem par ke belakang
sedangkan dua orang m uridnya roboh dan t ewas! Baiknya Liong- lokai t adi dapat
m enangkis dengan t oyanya dan ket ika t erlem par m asih dapat m enggulingkan
tubuh, kalau tidak tentu ia menjadi korban pula.
"Ha- ha- ha, t ikus- t ikus busuk! " Pouw- kai- ong berseru sam bil t ert awa- t awa dan
m em ut ar t ongkat nya m em balikkan t ubuh karena pada saat it u, belasan orang
t elah m engeroyok. Hanya Yu Kang seoranglah yang m erupakan lawan berat
dalam pengeroyokan ini. Yang lain- lain hanyalah lawan lunak bagi Pouw- kai- ong
sehingga enak saj a ia m em babat dengan t ongkat nya. Dalam wakt u kurang dari
seperem pat j am , sepuluh orang anggot a pengem is t elah roboh t erluka berat at au
t ewas. Kini t inggal Liong- lokai, Yu Kang, dua orang saurdara Bhong, dan t iga
orang pengem is lain yang m asih bert ahan. Nam un m ereka t erdesak hebat , hanya

Suling Mas Kho Ping Hoo 479


m am pu m enangkis saj a karena t ongkat di t angan Pouw- kai- ong benar- benar luar
biasa sekali!
Suling Em as t idak t ega m elihat ini. Kalau ia diam kan saj a, t ent u t uj uh orang it u
lama- lam a akan roboh sem ua. I a m engeluarkan suara m elengking t inggi,
t ubuhnya m encelat ke depan dan begit u ia m enggerakkan sulingnya m enangkis
t ongkat , Pouw- kai- ong berseru keras dan m eloncat m undur sam pai em pat lim a
meter jauhnya.
" Siapa kau??" bent aknya. Suling Em as t idak m em pedulikannya, m elainkan
m enoleh ke belakang dan berkat a, " Harap rawat t em an- t em anm u yang t erluka,
biar kulayani dia sendiri! " Set elah berkat a dem ikian, Suling Em as m enerj ang
m aj u, m enyerang dengan sulingnya sam bil berkat a, " Keparat she Pouw, dosam u
sudah bertumpuk!"
Pouw- kai- ong t erkej ut m enyaksikan berkelebat nya sinar kuning em as yang
begit u cepat nya, dan lebih kaget lagi ia begit u ket ika m enangkis dengan t ongkat ,
t angan kanannya t erget ar. Hebat lawan ini, pikirnya. Ket ika ia m em andang dan
m endapat kenyat aan bahwa lawannya hanya seorang m uda yang t akkan lebih
dari dua puluh lim a t ahun usianya, ia m erasa penasaran dan m elihat suling em as
itu, tiba- tiba ia teringat.
" Set an! Kau m urid Kim- m o Taisu...??" "Orang t ua j ahat , t ak usah banyak
cerewet ! " Suling em as m erasa ngeri m enyaksikan m uka Raj a Pengem is it u yang
m enyeringai m enyeram kan. Pouw- kai- ong berusia lim a puluh t ahun kurang lebih,
pakaiannya t am bal- t am balan akan t et api am at indah kembang- kembangnya,
m ukanya sudah berkeriput , ram but nya licin dit ut up pem bungkus kepala dari
sut era, m at anya berkilat - kilat sepert i m at a set an dan gerakan t ongkat nya
memang luar biasa cepat dan beratnya.
Pert andingan ant ara dua orang sakt i ini hebat luar biasa. Yu Kang sendiri yang
sudah banyak m enerim a gem blengan orang- orang sakt i, berdiri t ert egun dan
diam- diam harus ia akui bahwa seorang diri, t ak m ungkin ia dapat m enangkan
Raj a Pengem is it u. Dengan kepandaiannya yang cukup t inggi, kalau ia m aj u
membantu Suling Em as, t ent u kakek j ahat it u dapat dirobohkan dengan m udah,
akan t et api ia t ahu dan m engenal wat ak Suling Em as yang t ent u t idak m au
dibant u. Maka ia hanya m enont on penuh kekagum an, sedangkan Liong- lokai dan
anak muridnya merawat mereka yang terluka dan tewas.
Suling Em as sudah m engerahkan seluruh t enaga dan m engeluarkan I lm u Pedang
Pat- sian Kiam - hoat yang hebat . Gerakannya selain cepat , j uga m engandung
t enaga m uj ij at sehingga sulingnya m engeluarkan suara m elengking sepert i dit iup
orang. Nam un, kelebihannya dalam ilm u silat sakt i ini diim bangi oleh kelebihan
Pouw- kai- ong dalam pengalam an dan kem at angan. Suling Em as belum lam a
m enguasai ilm unya, sedangkan Pouw- kai- ong sudah m at ang, sudah digem bleng
dalam pert andingan- pert andingan berat . Maka hebat lah pert andingan ini yang
sekaligus m erupakan uj ian berat bagi Suling Em as. Tubuh kedua orang sakt i it u
sudah t ak dapat dilihat lagi, lenyap t erbungkus gulungan sinar senj at a m ereka!
Biarpun pert andingan it u m engerikan dan m erupakan pert andingan m at i- matian,
namun kelihatannya amat indah di malam bulan purnama itu!
Perawat an t erhadap m ereka yang t erluka sudah selesai dan kini Liong- lokai dan
Yu Kang berdiri dengan m at a t erbelalak kagum . " Bukan m ain... sungguh
hebat...!" Bisik kakek jembel itu penuh keheranan dan kekaguman.
" Suling Em as benar," kat a Yu Kang. " Kepandaian iblis it u benar- benar hebat
sekali. Pantas saja ayah sekeluarga terbasmi habis...!"
" Mengapa kit a t idak m enyerbu sekarang? Kesem pat an baik t erbuka..." " Tidak,
Liong- lokai. Tidak boleh kita menggunakan keadaan ini mencari kemenangan. Hal
it u akan m erupakan penghinaan bagi Suling Em as. Dia berwat ak aneh, akan
t et api pat ut dihorm at i. Mari kit a kurung Si I blis agar dia j angan sam pai dapat
melarikan diri!"
Tuj uh orang sisa rom bongan pengem is it u segera m engurung, siap dengan
senj at a m asing- m asing. Yu Kang bersenj at akan sebat ang pedang, Liong- lokai
bersenj at akan t oya kuningan, t iga orang m uridnya j uga bersenj at akan t oya,

Suling Mas Kho Ping Hoo 480


sedangkan dua orang saudara Bhong yang kehilangan t iga saudaranya it u
bersenjatakan golok.
Unt uk m engalahkan Pouw- kai- ong dengan ilm u silat nya, Suling Em as kurang
m at ang lat ihannya. Akan t et api berkat t enaga sin- kang yang hebat di dalam
t ubuhnya, ia berhasil m endesak lawannya it u yang m ulai t erengah- engah dan
bermandi peluh.
" Bocah set an, m am puslah! " Saking m arahnya, Pouw- kai- ong lalu m engerahkan
t enaganya dan m enghant am dengan t ongkat nya ke arah kepala Suling Em as
dengan gerakan m em ut ar. Sebuah serangan yang luar biasa hebat nya
m erupakan j urus m aut t anpa m em perhat ikan pert ahanan diri lagi. Agaknya
Pouw- kai- ong sudah nekat, apalagi melihat betapa sisa rombongan pengemis tadi
sudah mengurungnya.
Suling Em as m engangkat sulingnya m enangkis. " Plakk...! ! " Sepasang senj at a
am puh bert em u dan... t ubuh Pouw- kai- ong t erhuyung ke belakang, t ongkatnya
patah- pat ah! Suling Em as j uga t idak m engej ar, hanya berdiri sam bil m eram kan
kedua m at a m engum pulkan t enaga. Pert em uan t enaga lewat senj at a t adi benar-
benar hebat, membuat dadanya sesak dan agak sakit.
Mendadak t erdengar suara hiruk- pikuk dan ket ika Suling Em as m em buka
m at anya, ia m elihat t uj uh orang it u sudah m enyerbu sam bil bert eriak- teriak.
Suling Em as m enarik napas panj ang dan m elom pat m undur, m enont on dari
t em pat persem bunyiannya yang t adi. Set elah ia t idak bert anding dengan Raj a
Pengem is it u, t ent u saj a ia t idak dapat m enghalangi m ereka m engeroyok Pouw-
kai- ong. Aganya rom bongan pengem is yang dipim pin Yu Kang dan Lionglokai it u
ket ika m elihat Pouw- kai- ong t erhuyung m undur dan t ongkat nya sudah pat ah-
patah, segera menyerang.
Namun Si Raja pengemis adalah seorang yang sam a sekali t idak boleh dipandang
ringan. Mem ang kini senj at anya sudah rusak dan dadanya t erasa sesak sekali,
akan t et api, m enghadapi pengeroyokan t uj uh orang it u, ia sam a sekali t idak
gent ar. Bahkan di ant ara huj an senj at a it u ia bergerak sam bil m em ekik, kedua
kaki t angannya bergerak dan... kem bali dua orang m urid Liong- lokai roboh
terguling!

Pada saat it u t erdengar sorak- sorai gem uruh dan berm unculanlah puluhan,
bahkan rat usan orang pengem is yang sert a m ert a m engeroyok Poouw- kai- ong!
Mereka ini adalah rom bongan- rom bongan pengem is yang t adi sudah diberi kabar
m elalui t em an- t em an oleh Liong- lokai sehingga dari pelbagai penj uru dat anglah
m ereka yang ingin sekali m elihat Si Raj a Pengem is yang dibenci m enem ui
kematiannya.
Pouw- kai- ong t erkej ut sekali. Mat anya j elilat an hendak m encari j alan keluar,
nam un ia sudah t erkurung rapat . Birpun ia lihai, nam un m enghadapi rat usan
orang pengem is yang m engurungnya rapat dengan senj at a di t angan, benar-
benar merupakan ancaman maut yang mengerikan. Ia mengamuk dan lagi- lagi ia
m erobohkan beberapa orang. Bahkan Yu Kang yang m aj u paling dekat , t elah
kena pukulan t angannya sehingga t ulang pundak kiri Yu Kang pat ah! Juga Liong-
lokai kena hant am an lam bungnya, m em buat kakek ini t erlem par dan roboh t ak
bernyawa lagi di saat it u j uga. Masih banyak lagi korbannya, ada belasan orang.
Nam un ia sendiri m ulai t erkena pukulan, dari kanan kiri, dari depan belakang.
Pouw- kai- ong t erhuyung- huyung, m andi darah t api m asih t erus m engam uk.
Bacokan- bacokan dan hant am an- hantaman ruyung dat ang bagaikan huj an,
baj unya sudah com pang- cam ping, t ubuhnya penuh darah. Akhirnya ia roboh!
Masih saja mereka menghujani senjata.
" Berhent i...! ! " Tiba- t iba Suling Em as m elayang dan t iba di dekat Pouw- kai- ong.
Sekali sulingnya bergerak, t am pak sinar kuning em as dan sem ua senj at a yang
ditujukan kepada tubuh yang mandi darah itu terpental.
" Wah, ini konconya! Keroyok...! ! " t eriak seorang pengem is. " Jangan! m undur
sem ua! ! " Yu Kang berseru sam bil m enggunakan t angan kananya yang t idak
t erluka unt uk m endorong m inggir beberapa orang pengem is yang m enghalang

Suling Mas Kho Ping Hoo 481


j alan. " Dia bukan konco iblis Pouw, bahkan dialah yang m em ungkinkan kit a
merobohkan iblis itu!"
Suara Yu Kang nyaring dan penuh wibawa. Apalagi ket ika para pim pinan
pengem is m engenal bahwa pengem is kosen ini adalah put era m endiang Yu Jin
Tianglo sepert i yang diperkenalkan oleh Liong- lokai, m ereka lalu m undur. Yu
Kang m endekat i Suling Em as dan bert anya, suaranya nyaring. " Suling Em as! Apa
maksudmu menghalangi kami membunuh iblis ini?"
Suling Em as m enggeleng kepala, m em andang kepada t ubuh yang m andi darah di
depannya. Muka it u hancur, bahkan sebuah daripada m at anya rem uk! Bibirnya
robek hidungnya bengkok. Muka yang m engerikan! Andaikat a dapat hidup t erus
tentu menjadi seorang yang cacad mukanya.
"Sudah kukat akan t adi bahwa aku t idak suka akan pengeroyokan. Biarpun dia
roboh oleh kalian, akan t et api lebih dulu aku t elah m em bikin dia t idak berdaya
dengan m erusak t ongkat nya. Kalau ia m asih bersenj at a, apakah kalian kira akan
dapat dengan m udah m erobohkannya? Tent u dia akan dapat m elarikan diri.
Karena it u aku m erasa seakan- akan ikut m engeroyoknya! Dia sudah m endapat
haj aran keras, lebih m at i daripada hidup. Lihat m ukanya! Lihat m ukanya! Lihat
badannya! Urusannya dengan kalian adalah urusan pribadi, aku t idak m au
terseret dalam pengeroyokan dan pembunuhan begini curang."
Sej enak Suling Em as beradu pandang dengan Yu Kang. Kem udian Yu Kang
m enunduk dan m elihat keadaan Pouw- kai- ong. I a agaknya m erasa puas,
berdongak ke udara, m ulut nya berkem ak- kem ik sepert i m em baca doa. Kem udian
ia m eloncat ke at as bat u besar t ak j auh dari sit u. Tangan kirinya sengkleh,
tergantung lepas karena tulang pundak kirinya patah. Akan tetapi sikapnya gagah
dan suaranya nyaring.
"Kawan- kawan! Dengarkan aku bicara. Aku adalah Yu Kang, put era m endiang Yu
Jin Tianglo ket ua Khong- sim Kai- pang. Bicara t ent ang dendam kepada Si Jahat
Pouw agaknya di ant ara kit a akulah yang paling parah. Akan t et api aku puas
melihat dia kini dirobohkan, dan... harus kita akui bahwa tanpa bantuan Pendekar
Suling Em as belum t ent u kit a akan berhasil. Oleh karena it u, biarlah kit a j angan
m em bunuhnya sesuai dengan perm int aan Pendekar Suling Em as. Tanpa kit a
t urun t angan lagi, kurasa dia pun akan m am pus! Bergem bira dan bersoraklah
bahwa m ulai det ik ini kit a t erbebas daripada cengkeram an seorang j ahat sepert i
Pouw- kai- ong!"
Rat usan orang pengem is baj u kot or it u bersorak gegap- gem pit a. Ada pula yang
berseru, "Hancurkan pengemis baju bersih!"
" Angkat Saudara Yu Kang m enj adi ket ua seluruh kai- pang! " " Mari saudara-
saudara, kit a iringkan Saudara Yu Kang m engum pulkan sem ua pengem is baj u
kotor untuk membasmi pengemis baju bersih!"
Sorak- sorai m akin m enj adi- j adi dan rat usan pasang t angan diulur ke depan
sehingga Yu Kang t ak kuasa lagi m encegah para pengem is it u m endukungnya
dan m engaraknya pergi dari sit u sam bil bersorak- sorak! Hanya beberapa orang
pengem is t ua yang t inggal unt uk m engurus penguburan para korban dan
merawat mereka yang terluka.
Suling Em as berdiri m em andang sem ua ini dengan hat i t erharu. I a kagum akan
kegagahan Yu Kang yang biarpun kasar dan j uj ur, nam un m em iliki j iwa
pendekar. I a t erharu m enyaksikan j em bel- j em bel it u bersat u padu unt uk
m em basm i penindas dan m em perbaiki nasib, m enggant ungkan harapan m ereka
kepada Yu kang, sat u- sat unya pengem is yang boleh diharapkan akan dapat
memimpin mereka, melepaskan diri daripada penindasan orang- orang jahat.
Set elah sem ua m ayat dikubur dan para pengem is t ua pergi m em bawa t em an-
t em an yang t erluka sehingga di sit u sunyi sepi, Suling Em as kem bali m em andang
t ubuh Pouw Kee Lui yang m asih m enggelet ak m andi darah. Suling Em as m enarik
napas panj ang, lalu m enyam bar t ubuh it u, m em bawanya ke dalam pondok. I a
m erebahkan t ubuh yang m asih pingsan it u ke at as pem baringan, kem udian
pergilah ia dari t em pat it u. Belum j auh ia pergi, ia m endengar suara orang dan
cepat ia m enyelinap lalu m engint ai. Kiranya beberapa orang wanit a cant ik dan

Suling Mas Kho Ping Hoo 482


beberapa orang laki- laki, sem ua berpakaian sepert i pelayan- pelayan, berindap-
indap m em asuki pondok dari belakang. I a kem bali m enghela napas. Kiranya
orang she Pouw it u m enj adikan pondok it u sebagai t em pat ist irahat dan
bersenang- senang, dit em ani beberapa orang wanit a cant ik dan m em punyai
pelayan- pelayan secukupnya. Biarlah, biar m ereka it u m erawat nya. Suling Em as
t idak j adi m encari daun obat di dalam hut an, m enyerahkan nasib bekas Raj a
Pengem is it u kepada para selir dan pelayannya. I a hanya m engharap m udah-
mudahan pelajaran pahit itu tadi akan membuat Pouw- kai- ong menjadi bertobat.

Suling Em as m elanj ut kan perj alanannya m enuj u ke kot a raj a. I a m erasa girang
mendengar percakapan rakyat yang m erasa puas dengan adanya raj a baru yang
adil dan t idak suka m enj alankan kekerasan t erhadap rakyat nya. I a t idak m elihat
perubahan apa- apa ket ika pada keesokan harinya ia m em asuki pint u gerbang
kot a raj a, sehingga ia m akin gem bira. Ket ika pert am a kali ia m asuk kot a raj a
ket ika ia m enyusul suhunya, ia t idak m endapat kesem pat an unut k m elihat - lihat
kot a raj a. Kini ia m enggunakan kesem pat an unt uk keliling kot a sehingga
bertambah kegembiraannya menyaksikan keadaan yang makmur dan ramai.
Akan t et api kegem biraan ini m usnah seket ika set elah ia m endengar berit a
t ent ang keluarga Sum a. I a m endengar berit a bahwa Pangeran Sum a Kong sudah
pindah ke An- sui, kot a yang m enusuk perasaannya. Berit a bahwa Sum a Ceng
t elah m enikah dengan seorang pangeran she Kiang yang m enghancurkan
hat inya. Bahkan ia m endengar bahwa Sum a Ceng, bekas kekasihnya, kini hidup
di lingkungan istana raja, bersama suaminya dan dua orang anaknya! Suma Ceng
sudah m enj adi ist eri seorang pangeran dan m alah sudah m enj adi ibu dari dua
orang anak!
Hancur hatinya, perih seperti tertusuk seribu batang jarum. Setelah mendapatkan
ket erangan ini, Suling Em as m eninggalkan kot a raj a, berj alan di t engah m alam
but a sam bil m eram kan m at a, m enahan air m at a yang hendak j at uh berderai.
Akhirnya ia berhent i di j alan yang sunyi, duduk di pinggir j alan, m enyem bunyikan
m ukanya di ant ara kedua lut ut , j ari- j ari t angan m encengkeram ram but nya.
Habislah sudah harapannya. Padam lah sem ua cahaya hidupnya. Apa lagi yang
boleh dipandang? Kekasih pert am a direnggut m aut . Kekasih berikut nya direnggut
laki- laki lain! Ayah kandung m enikah lagi. I bu kandung t ak t ent u rim banya,
m ungkin sudah m at i karena t idak pernah ia m endengar berit anya. Siapa lagi
yang dapat dijadikan teman dalam hidupnya?
Kakeknya! Ya benar. Kakeknya m asih ada. Kakeknya bukanlah sem barang orang.
Kakeknya adalah Pat - j iu Sin- ong Liu Gan, Ket ua Beng- kauw, bahkan m enduduki
t em pat t inggi di Keraj aan Nan- cao! Mengapa ia t idak pergi ke negara kakeknya?
Siapa t ahu kalau- kalau ibunya j uga pulang ke sana? Selain m enghubungi
keluarga yang t erdekat dan m asih ada, j uga ia m aklum bahwa di sana ia akan
dapat banyak belaj ar unt uk m em perdalam ilm unya. Gurunya sendiri seringkali
bicara tentang Pat- jiu Sin- ong dengan penuh kagum.
Set elah duduk t erm enung dalam keadaan duka cit a sepert i it u sam pai sinar
m at ahari m em erah m enj elang faj ar, Suling Em as m engangkat m ukanya. Orang
lain akan kaget kalau m enyaksikan perubahan waj ah pendekar ini. Tam pak t ua
dan t idak ada lagi sinar pada m ukanya. Hanya kem uram an yang t am pak.
Pandang matanya sayu.
Tiba- t iba ia m eloncat bangun dan m enyelinap cepat , bersem bunyi di balik
sebat ang pohon besar di pinggir j alan. Biarpun keadaan hat i Suling Em as sedang
m engalam i kehancuran dan dirinya t enggelam dalam duka nest apa, nam un naluri
kependekarannya t ak pernah m enj adi t um pul. Panca inderanya peka sekali dan
gerakan tiga sosok bayangan yang berlari- lari keluar dari kot a raj a, m enim bulkan
kecurigaannya sehingga ia cepat- cepat bersembunyi untuk mengintai.
Tiga orang yang berlari am at cepat it u t idak berlari lagi, kini t am pak berj alan
sam bil bercakap- cakap. Suling Em as cepat m enyelinap dan m endekat i m ereka
unt uk m endengarkan. Set elah dekat , dari balik pohon m elihat seorang nenek dan
dua orang kakek. Nenek it u berwaj ah galak penuh keriput , m em ondong sebuah

Suling Mas Kho Ping Hoo 483


bungkusan kain kuningan dari sut era halus. Kakek pert am a sudah t ua, akan
t et api t ubuhnya t inggi besar dan nam pak kuat , t ubuh at asnya t idak berbaj u.
Serasa ia m engenal t iga orang t ua ini, akan t et api di m ana ia pernah bert em u.
Akan tetapi begitu mereka bertiga bercakap- cakap segera ia ingat.
"A- liong, kau yang paling kuat dan dapat menempuh perjalanan jauh, kau sajalah
yang m engant arkan pangeran cilik ini kepada Ong- ya. Biar aku dan A- kwi
m enyam but para pengej ar sehingga kau dapat pergi j auh t akkan t erkej ar lagi,"
kata Si Nenek Tua.
" Bet ul ucapan Sam Hwa," kat a kakek pert am a yang bert ongkat . " Langkahm u
lebar daripada kam i berdua, dan aku pun m alas kalau harus berlari- lari dikej ar-
kejar seperti maling."
" I hh..., aksinya! Mem ang kit a bert iga m aling, siapa t idak t ahu?" bent ak nenek it u
sam bil m enyerahkan bungkusan sut era kuning kepada kakek t inggi besar yang
disebut A- liong. Kakek A- liong agaknya t idak senang dengan t ugas ini, akan
t et api karena " kalah suara" ia m enerim a j uga bungkusan it u. akan t et api begitu
bungkusan it u dipondongnya, t iba- t iba t erdengar t angis anak kecil yang nyaring
sekali.
"Eh- eh, kauapakan dia? Sej ak t adi diam saj a, begit u kausent uh lalu m enangis! "
kata Si Nenek Tua mengomel.
" Wah, celaka. Kalau m enangis sepert i it u t ent u kau akan m enj adi t ont onan di
sepanjang jalan," kata A- kwi. "Bagaimana kau akan menjawab pertanyaan orang-
orang di j alan? Bahwa anak ini anak selirm u? At aukah cucum u yang kem at ian
ayah bundanya?"
Nam un A- liong sudah m enggigil ngeri, agaknya sem ua bulu di badannya berdiri
sem ua ket ika ia m erasa bet apa anak kecil m eront a- ront a dan m enj erit - jerit
keras. Cepat ia m engulurkan t angan ke depan, m em berikan bungkusan it u
kembali kepada Sam Hwa sambil berkata,
" Tidak baik..., t idak baik...! Dalam pondongan t angan halus dia diam saj a.
Tanganku kasar, tidak sehalus tanganmu, Sam Hwa."
" Cihh! Om ongan t ua bangka t ak berm alu! " kat a Sam Hwa dengan m uka agak
m erah sam bil m enerim a kem bali bungkusan sut era kuning yang t ernyat a berisi
seorang anak kecil itu.
"Ha- ha- ha! Bukan karena t anganm u kasar, A- liong, m elainkan bau keringat m u
yang terlalu keras sehingga anak itu tidak tahan!" A- kwi menggoda.
Suling Em as m engenal t iga orang ini sebagai pelayan- pelayan Kong Lo Sengj in!
Set elah ia m endengar percakapan m ereka, ia m enj adi kaget sekali. Sam Hwa si
nenek t ua t adi m enyebut " pangeran cilik" yang harus diant arkan kepada Ong- ya!
Keonaran palagi yang akan dilakukan Kong Lo Sengj in dan anak buahnya?
Mereka it u bicara t ent ang pengej aran. Tak salah lagi, t ent ulah m ereka bert iga
m enculik pangeran kecil it u dari dalam ist ana raj a at as perint ah Kong Lo Sengj in
yang berwat ak aneh. Teringat akan percakapan rakyat yang m em uj i- m uj i kaisar
baru dari Keraj aan Sung, Suling Em as segera m engam bil keput usan unt uk
menolong anak kecil itu.
Dengan gerakan ringan sekali Suling Em as m elom pat dan m elayang keluar dari
t em pat sem bunyinya, t angan kirinya langsung m enerj ang dengan serangan m aut
ke arah kepala Sam Hwa. Serangan ini sengaj a ia lakukan dengan pengerahan
t enagan sehingga t erdengar suara angin bersiut m enyam bar. Sam Hwa t erkej ut
sekali. Sebagai seorang ahli silat pandai, m aklum ia bahwa bayangan yang
m enyam bar dan m enyerangnya ini m elakukan serangan m aut yang berbahaya.
Maka cepat ia m em buang diri ke belakang sam bil m engangkat t angan kanan
m elindungi kepala. Akan t et api pada saat it u, bocah yang dipondongnya t elah
diserobot penyerang it u yang m enggunakan t angan kanan m enot ok pundaknya
lalu m eram pas bungkusan sut era kuning. Tak dapat Sam Hwa m encegah
peram pasan ini karena t ot okan pada pundak it u m elum puhkan lengan kirinya
yang m em ondong. Di lain saat , Suling Em as sudah m elom pat ke belakang, bocah
dalam selim ut kuning it u dalam pondongannya. Bocah it u m enangis lagi, lebih
nyaring daripada tadi!

Suling Mas Kho Ping Hoo 484


" Kem balikan anakku...! " Sam Hwa m em ekik m arah. Set elah m elihat bahwa yang
m eram pas bocah it u bukan seorang pengawal ist ana, m elainkan seorang bocah
laki- laki m uda berpakaian sepert i sast rawan, Sam Hwa t idak ragu- ragu unt uk
mengakui pangeran cilik itu sebagai anaknya!
A- liong dan A- kwi j uga m elangkah m aj u dengan sikap m engancam . " Kurang aj ar,
berani sekali kau merampok anak orang di tengah jalan?"
Suling Em as t ersenyum m engej ek. " Bibi Sam Hwa, kau yang sudah nenek- nenek
m ana m ungkin m em punyai anak yang m asih begini kecil? Pam an A- liong dan
Pam an A- kwi, susungguhnya siapa yang m eram pok anak orang? Kalian bert iga
at aukah aku? Aku t idak m eram pok Pangeran Kecil ini, m elainkan hendak
mengembalikannya di tempat yang semestinya, yaitu di dalam istana."
Tentu saja tiga orang tua itu kaget sekali. Tiga buah nama tadi adalah nama kecil
m ereka, yang hanya m ereka ket ahui, t ak pernah diperkenalkan keluar.
Bagaim ana orang m uda ini bisa m engenal m ereka? Biarpun m ereka bert iga it u
kini bekerj a sebagai pelayan, nam un sesungguhnya m ereka bukan orang biasa.
A- liong dan A- kwi adalah bekas perwira- perwira t inggi di bawah Kong Lo Sengj in,
sedangkan Sam Hwa j uga seorang ahli silat t inggi, j anda seorang panglim a
seangkat an dengan dua orang t em annya it u. Mereka ini t et ap set ia kepada Kong
Lo Sengjin.
Karena m aklum bahwa orang m uda it u sudah m enget ahui rahasia m ereka, m aka
Sam Hwa yang lebih pandai bicara segera bert anya, " Orang m uda, siapakah kau
yang berani m encam puri urusan pribadi kam i? Andaik at a benar kam i m enculik
seorang Pangeran Kecil, apa sangkut- pautnya hal itu denganmu?"
" Bibi Sam Hwa dan kedua Pam an A- liong dan A- kwi. kukira t idak perlu lagi
berpura- pura. Kalian bert iga sudah pernah bert em u denganku, hanya agaknya
kalin sudah lupa lagi. Akan t et api aku t ahu bahwa kalian adalah anak buah Kong
Lo Sengj in, dan bahwa anak it u adalah seorang pangeran yang kalian culik dari
ist ana at as perint ah Kong Lo Sengj in. Secara pribadi m em ang urusan ini t idak
ada sangkut - paut nya dengan aku, akan t et api set elah m em pelaj ari ilm u, apa
gunanya kalau t idak unt uk m enum pas perbuat an buruk? Aku t idak ingin
berm usuh dengan kalian yang pernah bersikap baik kepadaku, akan t et api aku
pun t idak bisa m em biarkan kalian m enculik anak orang sem aunya. Apalagi unt uk
dibawa ke depan Kong Lo Sengj in yang kej am . Aku harus m engem balikan anak
ini kepada orang tuanya."

Sejenak t iga orang t ua it u t ert egun, t erbelalak dan t idak dapat bicara saking
kaget dan herannya. Akhirnya Sam Hwa bert anya, suaranya agak gem et ar,
"Siapakah kau? Pengawal istana? Siapa?"
Suling Em as m enggeleng kepala dan t ersenyum . "Kalian sudah t erlalu t ua
sehingga pikun. Mengapa m asih m au saj a diperalat Kong Lo Sengj in unt uk
m elakukan hal- hal yang t idak baik? Seyogianya orang- orang set ua kalian ini
menenteramkan pikiran membersihkan hati menanti kematian."
" Eh, bocah gila! Lancang m ulut m u! " bent ak A- liong sam bil m elangkah m aj u. " Tak
peduli ia pengawal at au bukan, anak it u hars kit a ram pas kem bali. Serbu! "
bentak pula A- kwi sambil menggerakkan tongkatnya.
Karena merasa bahwa rahasia mereka telah terbuka dan jelas bahwa orang muda
it u t idak m au m engem balikan pangeran kecil yang m ereka cuik, t iga orang ini
serent ak m enyerang Suling Em as dengan gerakan yang dahsyat . Sam bil
m enyerang, m ereka berusaha m eram pas anak kecil dalam pondongan Suling
Em as yang m asih t erus m enangis keras. Kalau A- kwi m em pergunakan senj at a
t ongkat , A- liong dan Sam Hwa m asing- m asing m enggerakkan sebat ang pedang
tipis. Serangan mereka cepat dan mengandung tenanga yang hebat.
Nam un t iba- t iba m ereka t erkej ut dan m enj adi silau pandang m at anya oleh sinar
kuning em as yang bergulung- gulung dan m elingkar- lingkar. Dalam saat
berikut nya, serbuan t ongkat dan dua bat ang pedang sudah t erlem par j auh dan
ket iga orang anak buah Kong Lo Sengj in it u t erpekik kesakit an, m elom pat
m undur dan m em egangi t angan kanan yang t erasa kaku nyeri dengan t angan

Suling Mas Kho Ping Hoo 485


kiri. Terbalalak kagum m ereka berdiri m em andang Suling Em as yang kini berdiri
dengan t angan kiri m em ondong anak kecil, t angan kanan m em egang sebat ang
suling yang berkilauan tertimpa sinar matahari pagi.
" Suling Em as...! ! " Ham pir berbareng m ereka berseru ket ika m elihat suling it u.
sebagai pem bant u- pem bant u kepercayaan Kong Lo Sengj in, t ent u saj a m ereka
m engenal benda ini yang selalu berada bersam a sast rawan Ciu Bun di Pulau Pek-
coa- to, biarpun mereka jarang datang ke pulau itu.
Suling Em as m enj ura sam bil t ersenyum . " Mem ang it ulah nam aku, dan m engingat
akan kebaikan m endiang Adik Kwee Eng dan m endiang ibunya, biarlah
kuhabiskan sam pai di sini saj a kesalah faham an ini. Selam at t inggal! ! " Set elah
berkata demikian, Suling Emas berkelebat cepat, lari ke jurusan kota raja.
Tiga orang tua itu bengong terlongong. Barulah kini mereka teringat bahwa orang
m uda yang sakt i it u bukan lain adalah anak laki- laki yang pernah m int a
pekerj aan kepada m ereka sekedar unt uk m akan. Anak laki- laki yang kem udian
m enj adi m urid Kim - m o Taisu yang kabarnya m am pu m engim bangi kesakt ian
Kong Lo Sengj in sendiri. Akan t et api m uridnya it u? Benar- benar t ak pernah
m ereka m enyangkanya. Karena m aklum bahwa m ereka bukanlah t andingan
orang m uda it u, m ereka m enganggap bahwa t ugas m ereka t elah gagal dan
kembalilah mereka ke Pek- coa- to.
Hat i Suling Em a m erasa lega ket ika m endapat kenyat aan bahwa t iga orang t ua
it u t idak dapat m engej arnya. Akan t et api ia risau m elihat anak kecil yang t erus
menangis dalam pondongannya.
" Sssst t t t , diam ...! Diam lah, anak m anis...! " I a m em buka selim ut kuning it u
sehingga t erbuka dan t am pak m uka anak yang am at m olek dan m anis, yang kini
m ukanya m erah karena banyak m enangis. Mat a yang bening it u m em andang
penuh selidik ke arah wajah Suling Emas.
" Nah, begit u anak baik, anak m anis! Jangan m enangis, ya? Kubawa engkau
kem bali kepada ayah bundam u...! " Suling Em as m enarik m uka m anis dan
ucapannya halus. Anak it u m engedip- ngedip, t erheran, akan t et api t idak
m enangis lagi. Anak berusia kurang lebih dua t ahun it u agaknya dapat m erasa
bahwa ia berada dalam tangan yang aman.
Belum j uga sam pai di pint u gerbang kot a raj a, serom bongan penunggang kuda
t erdiri dari t uj uh orang, berpakaian bagai pengawal- pengawal ist ana,
membalapkan kuda keluar dari pintu gerbang danketika bersimpang jalan dengan
Suling Em as, rom bongan ini segera m enahan kuda, lalu m elom pat t urun dan
berteriak kepada Suling Emas, "Hee, berhenti dulu!"
Suling Em as berhent i, m aklum bahwa pengawal- pengawal it u t ent ulah pasukan
dari kot a raj a yang bert ugas m engej ar penculik pangeran. I a bersikap t enang
saj a dan m em ondong anak it u dit angan kirinya, ia m em balikkan t ubuh
menghadapi mereka.
" Kalian m au apa m enahan orang berj alan?" t anyanya t enang. Tuj uh orang
pengawal it u m em andang ke arah anak kecil dalam pondongannya dan serent ak
m ereka berseru girang. " I t u dia...! I t u dia Sang Pangeran...! Lihat pakaiannya,
selimutnya....!"
Pem im pin rom bongan yang berkum is lebat segera m elangkah m aj u, m ukanya
membayangkan kemarahan, keningnya berkerut- kerut, lalu membentak,
" Heh, orang m uda! Engkau benar- benar berani m at i m enculik put era Sri Baginda!
Tak t ahukah kau bahwa saat ini rat usan orang pengawal dan pasukan keam anan
berpencar di seluruh tempat untuk mencarimu? Hayo kau lekas..."
" Ssst t t t ....! ! " Suling Em as m enggerakkan bibirnya m eruncing sam bil m enimang-
nim ang anak yang m ulai m enangis lagi it u. " Ah, dasar engkau m anusia kasar!
Lihat , kalian m em buat dia m enangis lagi! Tidak t ahukah kalian bahwa dia t idak
suka akan suara berisik? Bersikaplah tenang agar jangan membuat dia takut!!"
Seket ika berubah sikap kom andan pasukan kecil it u. ia m em beri isyarat dengan
t angan kepada anak buahnya agar t idak m em buat gaduh dan dia sendiri pun
m elakukan perint ah dengan suara bisik- bisik! Hal ini t erj adi karena m ereka it u
m engingat bahwa anak dalam gendongan orang m uda it u adalah seorang

Suling Mas Kho Ping Hoo 486


pangeran, put era Sri Baginda sendiri! Kalau anak it u m enangis karena m ereka
dan hal it u t erdengar oleh Sri Baginda, t ent u m ereka celaka! Lucu sekali gerak
gerik m ereka it u. Lebih- lebih ket ika m ereka m elihat anak it u t erus m enangis
keras, mereka menjadi bingung. Suling Emas sendiri yang menimang- nimang dan
menghibur- hibur, sam pai penuh keringat m ukanya. Bingung ia m enghadapi
seorang anak kecil yang rewel ini. Akhirnya, saking bingungnya, ia m engam bil
sulingnya dan meniup suling itu dengan tangan kanan.
Seket ika anak it u berhent i m enangis. Dengan m at a bening dan pipi basah air
m at a, anak it u m em andang Suling Em as. Ket ika Suling Em as m eniup sulingnya
dengan nada naik t urun, anak it u t ert awa! Suling Em as gem bira dan t uj uh orang
pengawal juga ikut tertawa!
" Kalian j angan banyak ribut . Aku j ust eru hendak m em bawa pulang anak ini ke
kot a raj a. Bukan aku penculiknya, m elainkan t iga orang j ahat . Aku berhasil
m eram pas anak ini dari t angan m ereka. Awas, j angan banyak ribut , kalau kalian
ribut- ribut lagi dan anak ini m enangis, j angan t anya dosa! " Suling Em as dengan
gerakan sem barang m em ukulkan sulingnya pada sebat ang pohon sebesar paha
orang dan... pohon it u t um bang! Pucat lah waj ah t uj uh orang it u. m ereka
mengangguk- angguk dan ket ika Suling Em as m elanj ut kan perj alanannya ke arah
kota raja, tujuh orang itu mengikuti dari belakang sambil menuntun kuda. Melihat
bet apa orang m uda it u m em bawa Sang Pangeran benar- benar m enuj u ke kot a
raja, hati mereka lega.
Suling em as t erpaksa berj alan sam bil m eniup sulingnya, karena anak it u
m enangis saj a kalau t idak dit iupkan suling. Mem ang Suling Em as pandai sekali
bersuling, m aka suara sulingnya m erdu dan sedap didengar. Ket ika rom bongan
pengawal kedua yang t erdiri belasan orang banyaknya lewat , m ereka pun
terheran- heran dan t urun dari kuda. Kom andan pasukan pert am a segera
berbisik- bisik m em beri t ahu dan... rom bongan kedua ini pun segera m engikut i
dari belakang sam bil m enunt un kuda m asing- m asing. Makin lam a, m akin
banyaklah t erdapat pasukan berkuda dan berj alan kaki m engikut i arak- arakan
ini, bahkan set elah m em asuki pint u gerbang kot a raj a, penduduk besar kecil ikut
pula m engikut i arak- arakan m enuj u ke ist ana! Suling Em as yang berj alan
didepan, enak- enak dan t enang- t enang saj a m em ondong Sang Pangeran sam bil
membunyikan suling.
Tent u saj a ia dit erim a oleh Kaisar sendiri dengan pengawalan ket at . Orang m asih
belum t ahu m acam apa orang m uda yang m em bawa pulang Sang Pangeran yang
hilang, m aka penj agaan diperkuat dan keselam at an Kaisar dilindungi oleh para
panglim a. Nam un, Suling Em as bukanlah m erupakan pribadi yang m enim bulkan
kecurigaan at au kekhawat iran. I a hanya seorang m uda dua puluhan t ahun
usianya, berwajah tampan bersikap tenang dengan mata sayu dan muka muram.
Sebagai seorang t erpelaj ar, Suling Em as t ahu akan kesopanan. Di depan Kaisar
dia m enj at uhkan diri berlut ut , kem udian t anpa m engangkat m uka dia
m enut urkan pert em uannya dengan t iga orang t ua yang m em bawa Sang
Pangeran, kem udian ia m encerit akan bet apa ia berhasil m eram pas kem bali Sang
Pangeran dan m em bawanya langsung ke ist ana. Set elah berkat a dem ikian, ia
m engulurkan kedua t angan yang m em ondong anak kecil it u. Kaisar m em beri
isyarat kepada seorang dayang yang segera m enerim a anak it u dari t angan
Suling Em as. Akan t et api anak kecil it u m enj erit dan m enangis, t idak m au
t erlepas dari t angan Suling Em as! Tim bul sedikit kegaduhan dan Kaisar sendiri
sam pai t ert awa saking gem biranya m elihat put eranya pulang dengan selam at .
Akhirnya, perm aisuri sendiri, ibu anak it u yang ikut hadir m enj em put put eranya,
yang m aj u dan barulah anak it u m au dipondong ibunya. Akan t et api m ulut nya
m asih m ewek- m ewek dan t elunj uknya m asih m enuding- nuding ke arah Suling
Em as. " Ha- ha- ha! " Sri Baginda t ert awa bergelak set elah perm aisuri m em bawa
put eranya m asuk, diikut i para dayang cant ik- cant ik yang m elem par kerling dan
senyum m anis kepada Suling Em as yang t am pan dan yang dianggap seorang
gagah yang berj asa besar. " Kau seorang pem uda yang luar biasa! Kam i sudah
mendengar betapa engkau membawa kembali putera kami sambil bermain suling,

Suling Mas Kho Ping Hoo 487


diikut i rat usan orang pengawal dan penduduk. Kem udian put era kam i j uga sukar
m au m elepaskan engkau. Sungguh m enggem birakan. Eh, orang m uda yang
gagah perkasa, engkau siapakah?" Suling Em as berlut ut m em beri horm at lalu
menjawab, "Mohon beribu ampun, Tuanku Kaisar. Hamba sendiri sudah lupa akan
nam a ham ba, akan t et api karena ham ba m em iliki benda ini dan suka sekali
m eniupnya, m aka ham ba disebut orang dengan nam a Suling Em as. Ham ba t idak
mempergunakan nama lain."
Suasana hening ket ika sem ua panglim a dan pem besar bersam a Kaisar
m endengarkan j awaban orang m uda it u. Tem pat it u segera penuh dengan suara
berbisik- bisik karena sem ua orang m erasa heran m endengar j awaban sepet i ini.
Nam un, Kaisar pert am a dari Keraj aan Sung adalah bekas seorang panglim a
besar, seorang yang sudah banyak bert em u dengan pet ualang- pet ualang dan
pengelana- pengelana di dunia kang- ouw yang aneh. Kaisar t idak m enj adi heran,
lalu berkat a penuh wibawa, " Suling Em as, angkat lah m ukam u dan dan biarkan
kami melihat wajahmu!"
Suling Em as t idak berani m em bant ah. Dalam keadaan berlut ut , ia m enengadah.
Sej enak Kaisar m enat ap waj ah yang t am pan it u, kem udian m enarik napas
panj ang dan bersabda, " Sem uda ini sudah m engalam i hal sehingga benci akan
kenangan- kenangan lalu dan m em buang nam a. Cukup, Suling Em as, sekarang
berdirilah agar enak kami bicara."
Dengan gerakan am at horm at Suling Em as bangkit berdiri. Kem bali Kaisar
m em andang t aj am dan m engagum i bent uk t ubuh t inggi t egap it u. Tim bul rasa
suka kepada orang muda ini dan ia berkata,
" Suling Em as, kam i t elah berhut ang budi kepadam u. Set elah kau berhasil
m enyelam at kan put era kam i, j asam u besar sekali dan hadiah apakah yang dapat
kami berikan kepadamu?"
" Am pun, Tuanku. Ham ba hanya m elakukan apa yang waj ib dilakukan oleh set iap
orang. Ham ba t idak m engaharapkan hadiah apa- apa." Makin suka hat i Kaisar
m endengarkan j awaban ini. I a t ert awa, " Kau seorang m uda yang gagah perkasa
dan berat i bersih. Kam i percaya bahwa engkau t idak m engaharapkan hadiah,
Suling Em as. Akan t et api saking gem bira dan bert erim a kasih hat i kam i, kam i
ingin m em berikan hadiah yang pat ut bagim u. Bagaim anaah kalau engkau kam i
angkat m enj adi kepala pengawal dalam ist ana? kam i sekeluarga akan m erasa
t ent ram dan am an apabila engakau m enj adi kepala pengawal disini." " Mohon
Paduka sudi m em beri am pun. Ham ba seorang perant au yang lebih senang hidup
bebas di alam t erbuka, t idak berani ham ba m enerim a kurnia yang am at besar
ini."
Kaisar diam sej enak, berpikir- pikir. Kem udian berkat a lagi, " Mem ang m anusia
segolonganmu amat aneh. Pernah kami bertemu dengan Kim- mo Taisu yang juga
am at aneh wat aknya." Kaisar t idak t ahu bet apa di dalam hat inya, Suling Em as
berdebar- debar m endengar nam a m endiang suhunya disebut - sebut . " Maka kam i
serahkan kepadam u sendiri Suling Em as, j angan bikin kecewa hat i kam i. Pilihlah,
apa yang dapat kam i lakukan unt ukm u sekedar unt uk m em bukt ikan bahwa kam i
am at bert erim a kasih kepadam u. Kalau kau selalu m enolak, hat i kam i akan
merasa tidak enak dan tidak senang."
Suling Em as sudah banyak m em pelaj ari filsafat , sudah t ahu pula akan sifat
m anusia. Seorang Kaisar pun hanya seorang m anusia biasa, t idak akan j auh
bedanya dengan m anusia um um . Tent u ingin m em balas rasa syukur dan hut ang
budi, baru lega hatinya.
" Baiklah, Tuanku Kaisar. Ham ba akan m erasa bert erim akasih dan girang sekali
apabila Paduka sudi m engij inkan ham ba unt uk dapat m asuk keluar dengan
bebas, t erut am a sekali di perpust akaan ist ana. Ham ba... adalah seorang kut u
buku, dan... ham ba m endengar bet apa perpust akaan ist ana am at lah lengkap.
Ham ba ingin m em baca kit ab sebanyak- banyaknya." " Ha- ha- ha! " Kaisar t ert awa
bergelak, dan sem ua pem besar yang hadir ikut pula t et awa. Tidak hanya karena
lat ah, m elainkan j uga karena m em ang geli m endengar orang m uda it u m em ilih
hadiah sepert i it u. " Boleh! Boleh! He, pengawal, sam paikan kepada sem ua

Suling Mas Kho Ping Hoo 488


pet ugas dalam ist ana dan kepada penj aga perpust akaan, m ulai saat ini Suling
Em as boleh m asuk keluar dan m em baca kit ab m ana saj a ia sukai. Ha- ha- ha!
Selain it u, Suling Em as. APa lagi? Kam i m em beri kesem pat an sat u lagi. Pilihlah! "
Suling Em as m erasa bingung. Tadinya ia t erpaksa m int a ij in it u karena t idak m au
m engecewakan hat i Kaisar dan m em ang ia paling suka m em baca kit ab. Akan
t et api kini harus m em ilih sat u lagi! Apakah yang m enarik hat inya dan ingin ia
dapat kan dari dalam ist ana ini? I a t idak m enginginkan apa- apa. Tiba- t iba ia
teringat kepada Sum a Ceng! Sum a Ceng sudah m enj adi ist ri seorang pangeran
dan t inggal di lingkungan ist ana pula! kalau saj a Sum a Ceng m asih gadis , belum
m enj adi ist ri orang lain, sudah dapat ia past ikan ia akan " berani m at i" m int a
dij odohkan dengan Sum a Ceng! Akan t et api, bagaim ana ia bisa berpikir sepert i
it u? Melihat waj ah pem uda it u t erm enung dan agak pucat , Kaisar bert anya lagi,
" Jangan ragu- ragu dan t akut - t akut , Suling Em as. Kat akanlah apa yang kau
kehendaki, yang kau pilih. Kami akan mengabulkannya!"
Dalam gugupnya dan dalam kem arahan pada diri sendiri yang berpikir bukan-
bukan m engenai Sum a Ceng, Suling Em as m enj awab sedapat nya, " Ham ba...
ham ba m ohon supaya diberi kebebasan pergi ke... dapur ist ana dan m int a
masakan apa saja dari petugas dapur!"
Kini para hadirin yang t ert awa bukanlah lat ah, bahkan m endahului Kaisar.
Ram ailah ruangan it u. Suara ket awa baru berhent i ket ika Kaisar m engangkat
kedua lengannya ke atas.
"Ha- ha- ha, j angan berkecil hat i, Suling Em as. Kam i dan sem ua yang hadir
tertawa karena lucu dan terharu akan kesederhanaan hatimu. Baiklah, setiap saat
kau boleh m asuk dapur dan m akan sekenyangm u. Juga kalau engkau
m em erlukan pakaian at au apa saj a, t idak usah ragu- ragu, berit ahukan kepada
kepala pengawal, past i akan kam i beri. Selain dua hadiah it u, kam ipun hendak
m em beri beberapa pasang pakaian yang sekiranya pant as dan cocok dipakai
Suling Em as, pendekar perkasa yang m enj adi sahabat seisi ist ana Keraj aan Sung
yang j aya! " Suling Em as t idak berani m enolak, j uga ia m enerim a undangan
Kaisar unt uk t inggal di ist ana selam a ia suka, m enikm at i isi perpust akaan yang
am at lengkap. Beberapa hari kem udian ia m enerim a lim a pasang pakaian dari
sut ra hit am yang am at halus dan indah. Baj unya dari sut ra hit am , celananya ada
yang put ih ada yang kuning dan pada set iap baj u, di bagian dada, t ersulam
benang em as sebent uk bulan dengan sebat ang suling m enyilang. Kaisar
m em egang t eguh j anj inya. Suling Em as dapat bergerak leluasa di dalam ist ana,
dan set iap saat , biar m alam sekalipun, ia berani m asuk perpust akaan ist ana.
Apabila pint unya sudah t ert ut up rapat di wakt u m alam dan penj aganya duduk
m engant uk di depan pint u, Suling Em as m em asuki gedung perpust akaan dari
at as gent eng. Sem ua pet ugas ist ana t idak pernah m engganggunya dan sem enj ak
it u, nam a Suling Em as am at lah dikenal. Apalagi set elah ia m engenakan pakaian
anugerah Kaisar. Tidak seorang pun t ahu bahwa pendekar besar ini hanya
beberapa t ahun yang lalu adalah seorang j uru t ulis Pangeran Sum a Kong dan
m enderit a hukum siksa oleh Sum a- Kongcu karena berani berm ain cint a dengan
put eri Pangeran Sum a Kong yang kini m enj adi ist eri Pangeran Kiang. Hany a
beberapa pekan lam anya Suling Em as m enikm at i kem ewahan ist ana. Pada suat u
hari, orang t idak m elihat bayangannya lagi karena Suling Em as t elah pergi
m eninggalkan ist ana t anpa pam it . Kam arnya kosong dan di sit u hanya t erdapat
t ulisan huruf indah di at as t em bok kam ar: Di bawah bim bingan Kaisar bij aksana
rakyat m akm ur negara am an sent ausa Kaisar diberi laporan akan kepergian
Suling Em as, hanya m engangguk dan selanj ut nya m em beri perint ah agar kam ar
it u selalu dipersiapkan unt uk Suling Em as. Tulisan dalam kam ar it u am at
m enyenangkan hat i Kaisar yang diam - diam m erasa kecewa bahwa Suling Em as
tidak mau menjadi pengawal pribadinya.
Sesungguhnya bukan hanya karena gagal m enculik put era Kaisar saj a yang
m em aksa A- liong, A- kwi dan Sam Hwa tergesa- gesa kem bali ke Pek- coa- to, tidak
m au berusaha lagi m enculik pangeran kecil sepert i yang dit ugaskan kepada
m ereka oleh Kong Lo Sengj in. Terut am a sekali karena m elihat Suling Em as di

Suling Mas Kho Ping Hoo 489


t angan orang m uda it ulah yang m em buat m ereka khawat ir sekali akan keadaan
m aj ikan m ereka. Mereka t ahu benar bahwa suling em as pusaka keram at it u
t adinya berada di t angan sast rawan Ciu Bun yang berada di Pulau Pek- coa- to.
Pulau yang sukar didat angi orang, dan pula, selain Kong Lo Sengj in sendiri yang
sering kali berada di pulau, j uga disana t erdapat dua orang m urid m aj ikan
m ereka yang m em iliki ilm u kepandaian luar biasa, yait u Bhe Ciu dan Bhe Kiu.
Bagaim ana sekarang t ahu- t ahu suling em as it u t erj at uh di t angan m urid Kim - mo
Taisu?
Ket ika t iga orang t ua ini m endarat di Pulau Pek- coa- t o, m ereka m enj adi kaget
sekali. Maj ikan m ereka, Kong Lo Sengj in at au Sin- j iu Cow Pa Ong, bekas
pangeran Tang yang dengan gigih selam a hidupnya berj uang unt uk m enegakkan
kem bali keraj aan yang sudah roboh it u, t elah m enj adi m ayat ! Kakek lum puh it u
t elah m at i dalam keadaan duduk bersila bersandar pohon dan sebuah kit ab kecil
berada di kedua t angannya. Berhadapan dengan Kong Lo Sengj in, j uga duduk
bersila bersandar bat u besar dan sudah m enj adi m ayat , adalah sast rawan Ciu
Bun! Sam Hwa, A- liong dan A- kwi cepat m em eriksa. Ternyat a kedua orang it u
sama sekali tidak terluka. Agaknya mereka mati wajar, dan sebelum mati mereka
it u agaknya bercakap- cakap m em bicarakan kit ab kecil yang berada di kedua
tangan Kong Lo Sengjin.
Dengan hat i- hat i m ereka m angam bil kit ab kecil dari t angan Kong Lo Sengj in, lalu
m engurus penguburan kedua orang it u. Penguburan yang sederhana dan sunyi
t anpa upacara apa- apa karena di dalam pulau kosong it u m em ang t idak ada apa-
apa. Mereka bert iga m erasa heran m engapa t idak t am pak bayangan Bhe Kiu dan
Bhe Ciu. m ereka m ancari- cari di dalam pulau dan m em anggil- m anggil, nam un
t idak t erdengar j awaban. Ket ika m ereka t iba di t epi laut , di pant ai sebelah
selat an Pulau Pek- coa- t o, m ereka t erkej ut bukan m ain m elihat m ayat t ergelet ak
m alang m elint ang di sekit ar pant ai dan m ereka sem ua m at i dalam keadaan
t erluka oleh pukulan- pukulan dahsyat . Kuda Liong- m a m ilik Kong Lo Sengj in,
yait u kuda bekas t unggangan Sang Pangeran, seekor kuda yang m ahal, j uga
t elah m enj adi bangkai, t ubuhnya penuh luka bacokan senj at a t aj am . Tiga orang
t ua it u saling m em andang, t erheran- heran m enyaksikan keadaan yang
m engerikan it u. Akhirnya, m ereka t idak dapat berbuat lain kecuali m engubur
sem ua m ayat yang sudah ham pir busuk it u. Apakah yang sesunggunya t erj adi
dan ke m ana perginya Bhe Kiu dan Bhe Ciu dua orang m anusia aneh m urid dan
pelayan Kong Lo Sengj in? Beberapa hari yang lalu, seorang diri Kong Lo Sengj in
m endarat di pulau Pek- coa- t o dalam keadaan t erluka hebat . I a t erluka di sebelah
dalam t ubuhnya akibat adu t enaga dengan Kim - m o Taisu. Sebagai seorang ahli
silat tinggi yang sakti, kakek ini maklum bahwa lukanya amat parah, tak mungkin
lagi dapat disem buhkan lagi. Akan t et api dia t idak peduli. I a sudah t erlalu t ua,
pula ia selalu gagal dalam perj uangannya. I a m alah ingin cepat - cepat m enem ui
maut. Begitu memasuki pulau, serta merta ia mencari Ciu Bun, bekas sahabatnya
yang ia j adikan t awanan di pulau it u. I ngin ia t ahu apa yang t elah t erj adi
sehingga suling em as dapat berada di t angan m urid Kim - m o Taisu. Ket ika ia
m enem ui Ciu Bun, t ernyat a kakek sast rawan it u t engah duduk bersila bersandar
bat u dan m em baca kit ab kuno dengan asyiknya. Melihat kit ab it u Kong Lo
Sengjin berteriak girang. "Ah, kau telah mendapatkan kitabnya?" Ia segera duduk
pula di depan Ciu Bun.
Ciu Bun bergerak lem ah dan waj ahnya pucat sepert i m ayat , nam un
m em bayangkan kepuasan dan kebahagiaan. " Ya, kut ukar dengan sulingnya. Kau
sudah bosan akan suara suling it u, sekarang dengarlah saj ak- saj ak dalam kit ab
ini, Sengjin."
"Bacakanlah."
Ci Bun lalu m ulai m em baca saj ak. Suaranya m asih keras dan di ant ara angin
yang bert iup dari laut m enyapu perm ukaan pulau it u, t erdengarlah nyany ian
saj ak yang aneh dan m engget arkan kalbu. Kong Lo Sengj in duduk bersila, t ak
bergerak gerak. Ket ika m at ahari condong ke barat , suara Ciu Bun m asih
t erdengar m em bacakan saj ak t erakhir. Begit u habis saj ak t erakhir it u ia

Suling Mas Kho Ping Hoo 490


m enyanyikan, t erdengar keluhan panj ang dan t ubuh Kong Lo Sengj in m enj adi
lem as, bersandar pada bat ang pohon dan nyawanya m elayang diant ara gem a
suara nyanyian sajak terakhir.
"....akhirnya semua itu kosong hampa, sesungguhnya tidak ada apa- apa!"
Pada keesokan harinya, t erdengar suara ribut - ribut di t em pat it u. Kiranya dua
orang kakek yang sepert i kanak- kanak, j uga sepert i iblis, Bhe Kiu dan Bhe Ciu,
t elah berada di sit u. Melihat bet apa m aj ikan dan guru m ereka t elah t ak bernapas
lagi, j uga kakek t ukang suling sepert i yang m ereka sebut kepada Ciu Bun, sudah
m at i, m ereka bert eriak- t eriak m enant ang orang yang t ak t am pak yang
dianggapnya m em bunuh Kong Lo Sengj in, lalu m enangis m enggerung- gerung
bergulingan di at as t anah, m erobohkan pohon- pohon dan bat u- bat u besar,
memaki- m aki kem udian t ert awa- t awa karena geli m enyaksikan t ingkah laku
masing- masing.
Mem ang Ciu Bun j uga m enghem buskan napas t erakhir set elah ia m endekat i dan
m enem ukan kenyat aan bahwa sahabat nya it u t elah m eninggal dunia. Sam bil
m enarik nafas panj ang Ciu Bun m engerahkan t enaganya m erangkak dan
m enaruh kit ab kecil di dalam kedua t angan m ayat sahabat nya, kem udian ia
kem bali duduk bersandar bat u. Sudah berhari- hari dia duduk di sit u, t anpa
m akan dan m inum m enant i dat angnya m aut karena ia m erasa bahwa t ubuhnya
sudah t idak kuat lagi. Akhirnya ia m enghem buskan napas t erakhir lewat t engah
malam.
Kakek gila Bhe Kiu dan Bhe Ciu lalu lari ket akut an dari t em pat it u ket ika m ereka
t eringat bahwa orang m at i bisa m enj adi set an. Mereka lari ket akut an m encari
kuda t unggangan Kong Lo Sengj in. Sepert i biasa, m ereka berebut m enunggang
kuda dan m em balapkan kuda it u m engelilingi pulau dengan m aksud m enj auhkan
diri dari dua m ayat m anusia it u. Akan t et api karena pulau it u t idak begit u besar
dan kuda it u dapat berlari cepat sekali, set elah lari seput aran kem bali m ereka
m elihat dua m ayat yang duduk bersandar pohon dan bat u. Mereka m akin
ketakutan dan kembali membalapkan kuda. Pada saat itu, secara kebetulan sekali
sebuah perahu dagang yang berlayar dari selatan, terdampar di pantai Pulau Pek-
coa- t o set elah sehari sem alam perahu it u j adi perm ainan badai dan om bak.
Tigapuluh dua orang penum pang lalu m elom pat t urun m endarat unt uk m encari
makan dan minum karena semua ransum habis disapu air laut.
Tiba- t iba m ereka m endengar suara derap kaki kuda dan....dapat dibayangkan
bet apa kaget dan heran hat i m ereka ket ika m elihat dua orang kakek set engah
t elanj ang m enunggang kuda it u dengan cara yang luar biasa. Si Kakek Gendut
berpunuk duduk di leher kuda sam bil m em egangi kedua t elinga kuda, sedangkan
Si Kakek Kurus m enggant ung pada ekor kuda di sebelah belakang! Akan t et api
perasaan kaget dan heran ini segera berubah m enj adi kacau ket ika kuda it u
m enerj ang ke arah m ereka dan kedua kakek it u bert eriak- t eriak t idak karuan.
Mereka cepat m encabut senj at a m asing, ada yang m encabut pedang, ada yang
m enghunus golok, nam un t idak ada gunanya karena Bhe Kiu dan Bhe Ciu sudah
mengam uk hebat . Dari at as kuda, kedua orang m anusia iblis ini m elayangkan
pukulan, tendangan, dan setiap kali kaki atau tangan mereka bergerak, tentu ada
seorang yang dit endang, dipukul at au dilem par ke at as sepert i orang m elem par-
lem parkan t ikus saj a! Hebat nya, m ereka yang t erkena t endangan at au pukulan,
roboh untuk selamanya karena napasnya putus seketika! Dua orang manusia iblis
it u m em ang wat aknya aneh dan t idak norm al. Pernah ket ika m ereka sem buh dari
gigit an seekor kelabang berbisa, m ereka m engam uk dan m em bunuh sem ua
kelabang yang ada di pulau it u, baik kelabang kecil m aupun besar, at aupun
binat ang m erayap yang m irip kelabang! Sekali m em bunuh, m ereka sepert i
m abok dan t idak akan berhent i kalau belum t erbunuh sem ua. Pada saat it u,
m ereka pun sepert i m abok. Sam bil bert eriak- t eriak, t ert awa- t awa dan kadang-
kadang bert epuk- t epuk t angan, Bhe Kiu dan Bhe Ciu m enyerbu, kadang- kadang
dari at as kuda, kadang- kadang t urun dan m eninggalkan kuda. Mereka
m enghant am , m enendang, m em bant ing, m encekik. Belum set engah j am
lamanya, t iga puluh dua orang it u sudah m enggelet ak m alang- m elint ang dalam

Suling Mas Kho Ping Hoo 491


keadaan t ak bernyawa lagi! Bhe Kiu si kakek yang berpunuk gendut , sudah
merobek paha seorang lawan dan menjilati darahnya, hendak makan daging paha
it u. Agaknya bagi m anusia t idak norm al ini, daging paha m anusia t iada bedanya
dengan daging paha seekor kijang atau kelinci! Akan tetapi ia melepas korbannya
ket ika m endengar Bhe Ciu bert eriak- t eriak. I a m elom pat dan lari ke pant ai di
m ana Bhe Ciu sedang m endorong- dorong perahu besar m ilik para korban t adi.
Keduanya m enj adi girang, sepert i dua orang anak kecil m ereka m endorong
perahu besar it u ke t engah, kem udian m ereka m enari- nari di at as perahu ket ika
angin m eniup layar perahu dan m em buat perahu m elaj u ke t engah. Akan t et api
kegirangan m ereka hanya sebent ar saj a. Karena perahu it u t idak dikem udikan,
m aka m enj adi berput ar- put ar dan sebent ar saj a kedua orang aneh it u m enj adi
m abok laut . Mereka m unt ah- m unt ah, t erhuyung- huyung dan m erusak sem ua
yang t erdapat di at as perahu. Bahkan t iang layar pun mereka robohkan, layarnya
dirobek- robek dan akhirnya keduanya begit u m abok sehingga j at uh t erlent ang di
at as dek perahu dalam keadaan pingsan! Nam un agaknya set an hendak
m em pergunakan dua m anusia buas ini unt uk m engacau dunia. Dua hari
kem udian perahu m ereka t erdam par di darat . Bhe Kiu dan Bhe Ciu t elah sem buh
dari keadaan m abok. m ereka m elom pat ke darat lalu berlari- lari m em asuki
sebuah kam pung kecil. Geger di kam pung it u dan kem bali belasan orang m enj adi
korban keganasan Bhe Kiu dan Bhe Ciu. Dem ikianlah, m ulai saat it u, di dunia
kang- ow m uncul dua orang m anusia aneh yang am at sakt i, buas dan
m enyeram kan. Lam bat - laun m ereka dapat m enyesuaikan diri dengan kehidupan
dunia ram ai, nam un wat ak liar m ereka m asih saj a m enem pel sehingga m ereka
kemudian terkenal sebagai dua orang di antara Si Enam Jahat di duni akang- ouw.
Bhe Kiu yang gem uk pendek berpunuk m endapat j ulukan Toat - beng Koai- jin
( Manusia Aneh Pencabut Nyawa) . Adapun Bhe Ciu yang t inggi kurus dan sepert i
kanak- kanak it u dij uluki orang Tok- sim Lo- t ong ( Bocah Tua Berhat i Racun) !
Agaknya pengalam an m encicipi daging dan darah m anusia sebelum
m eninggalkan Pulau Pek- coa- t o, m em buat Toat - beng Koai- j in Bhe Kiu suka akan
daging m anusia. Kadang- kadang ia m enangkap anak- anak yang gem uk dan
berkulit bersih unt uk dim akan dagingnya dan dim inum darahnya. Kebiasaan ini
m em buat t ubuhnya m engeluarkan hawa beracun, m enam bah racun yang t elah
dim ilikinya ket ika ia m enj adi korban gigit an- gigit an serangga dan ular berbisa. I a
m enj adi m akin ganas dan m akin lihai. Adapun Tok- sim Lo- t ong Bhe Ciu set elah
t erkenal sebagai m anusia iblis di dunia kang- ow, agaknya t idak m elupakan
kebiasaannya berm ain- m ain dengan segala m acam ular berbisa ket ika berada di
Pek- coa- t o sehingga ia m em pergunakan ular berbisa pula sebagai senj at a. Kalau
saja Kong Lo Sengj in at au Sin- j iu Couw Pa Ong t ahu bet apa ia t elah m endidik
dua orang m urid yang berubah m enj adi iblis m engerikan, kiranya ia akan m erasa
m alu dan kecewa sekali. Biar pun Kong Lo Sengj in sendiri di wakt u hidupnya
t idak segan- segan berlaku ganas dan licik, nam un sem ua it u ia lakukan dengan
t uj uan yang dianggapnya baik dan m urni, yait u m endirikan kem bali Keraj aan
Tang yang sudah runt uh. Dem ikianlah keadaan di Pulau Pek- coa- t o yang
dit em ukan dalam keadaan m engerikan oleh t iga orang bekas pem bant u Kong Lo
Seng- j in. Sam Wha, A- liong dan A- kwi bukanlah orang biasa, m elainkan bekas
orang- orang besar di j am an j ayanya Kong Lo Sengj in. Mereka bukanlah orang
j ahat . Melihat keadaan di pulau it u, m ereka m enj adi m enyesal dan sem ua
sem angat dan cit a- cit a m ereka ikut m at i bersam a m at inya m aj ik an m ereka.
Insyaflah mereka betapa selama puluhan tahun mereka itu diperalat oleh Kong Lo
Sengj in dan m ulailah m ereka m enyesal. Mereka sudah am at t ua dan m ereka
bert iga m engam bil keput usan unt uk t inggal di Pulau Pek- coa- t o sam pai m at i,
bertapa dan bersembunyi diri, hitung- hitung menebus dosa.
Suling Em as m eninggalkan ist ana Keraj aan Sung dan m ulailah ia berkelana
seorang diri. Dengan pakaian yang berlukiskan suling, pem berian Kaisar,
ditambah perbuatannya yang gagah berani, selalu mengulurkan tangan menolong
m ereka yang pat ut dit olong, m em berant as perbuat an orang- orang j ahat ,
m enegakkan kebenaran dan keadilan, sebent ar saj a nam a Suling Em as dikenal

Suling Mas Kho Ping Hoo 492


dan dunia kang- ouw gem par dengan m unculnya pendekar m uda yang sakt i ini.
Nam un karena Suling Em as m em bat asi diri, hanya m uncul unt uk m encegah
penindasan dan kej ahat an, sam a sekali t idak m engganggu orang- orang kang-
ouw dan liok- lim , t idak m em usuhi dunia hit am , m aka ia pun t idak dim usuhi
secara langsung oleh dunia penjahat.
Bertahun- tahun ia berkelana seorang diri, m engunj ungi t em pat - tempat
bersej arah, dengan niat hat i hendak m elupakan segala kepahit an hidup yang
t elah dialam inya. Nam un t ak pernah ia berhasil. Hat inya t et ap kosong dan perih,
waj ahnya t et ap suram dan pandang m at anya sayu. I a selalu m erasa sunyi dan
apabila kesunyian sudah t ak t erkendali lagi, ia hanya m enghibur diri dengan
sulingnya. Hanya kalau ia m eniup suling m elagukan nyanyian saj ak kit ab kecil
yang sudah dihafalkan, barulah hatinya yang merana agak terhibur.
Lim a t ahun berlalu am at cepat nya. Suling Em as t elah berusia dua puluh delapan
t ahun. Pengalam annya sudah cukup banyak. Ent ah berapa rat us orang j ahat ia
robohkan dan ia insyafkan. Suling Em as t idak Suka m em bunuh orang, selalu
berusaha m enginsyafkan penj ahat - penjahat yang t elah ia kalahkan. Banyak pula
orang- orang yang t elah dit olongnya dari pada m arabahaya, ingin m enariknya
sebagai m ant u. Banyak pula gadis- gadis j elit a yang t elah dit olongnya, ingin
m em balas budi dengan penyerahan j iwa raganya. Nam un sem ua it u dit olak
Suling Em as dengan sikap halus dan t idak m enyakit kan perasaan. Suling Em as
yang t elah dua kali hancur hat inya oleh kegagalan asm ara, berj anj i di dalam
hat inya t akkan berm ain cint a lagi. I a t elah m enj adi penakut , seakan- akan
bert obat unt uk m elibat kan diri dalam asm ara, set elah m engalam i bet apa
hebatnya penderitaan batin karena kegagalan asmara.
Perj alananya m enuj u ke Nan- cao unt uk m enem ui kakeknya, Pat - j iu Sin- ong Liu
Gan Ket ua Beng- kauw, dilakukan dengan j alan m em ut ar karena m em ang ia ingin
menjelajah seluruh propinsi. Kadang- kadang ia t inggal di t em pat - t em pat indah,
sepert i t elaga- t elaga, at au puncak- puncak gunung sam pai sebulan dua bulan.
Oleh karena inilah, selam a lim a t ahun, baru kakinya m enginj ak perbat asan
Negara Nan- cao. Keraj aan Nan- cao, adalah keraj aan yang kecil saj a di selat an.
Nam un m elihat keadaan dusun dan kot anya yang ram ai, rakyat nya yang hidup
m akm ur, t idak t am paknya orang- orang berpakaian j em bel dan pengem is,
m enunj ukkan bahwa penguasa Nan- cao adalah orang- orang pandai. Apalagi
setelah Suling Em as berm alam di sebuah dusun, ia m endapat kenyat aan bahwa
rumah- rum ah di seluruh Nan- cao di wakt u m alam at au kalau sedang dit inggal
pergi penghuninya, pint u dan j endelanya t ak pernah dikunci. Hal ini hany a
m em bukt ikan bahwa penduduk hidup dalam suasana am an t ent eram , t idak t akut
barang- barangnya dicuri karena mememang tidak pernah ada pencuri!
Penuh kekagum an hat i Suling Em as m enyaksikan ini sem ua. Rakyat hidup t idak
m ewah, nam un cukup dan pada waj ah m ereka t erbayang kepuasan. I a kagum
dan juga girang karena bukankah kakeknya yang m enj adi guru negara dan orang
t erpent ing di sit u? Sam a sekali Suling Em as t idak t ahu bahwa selain m erupakan
negara kecil yang m akm ur, j uga Nan- cao penuh dengan pet ugas- pet ugas yang
set ia, raj in dan pandai. Begit u ia m enginj akkan kaki di perbat asan Nan- cao,
dirinya selalu m enj adi incaran dan diam - diam gerak- geriknya selalu ada yang
m engawasi! Bahkan kedat angan Suling Em as di Nan- cao sudah diket ahui oleh
pusat Beng- kauw di kot a raj a karena m at a- m at a yang berj aga di sekit ar
perbat asan sudah m em beri laporan lebih dulu. Nam a Suling Em as sudah
t erdengar sam pai di negara kecil ini, dan sekali m elihat baj u bersulam kan suling
itu, para petugas segera dapat mengenalinya.
Pagi hari it u Suling Em as m em asuki pint u gerbang kot a raj a Nan- cao yang daun
pint unya berwarna m erah. I a berj alan perlahan, m elirik ke arah para penj aga
yang berdiri t egak di kanan kiri pint u! Nam un para penj aga ini t idak
m enghiraukannya. Dari kedaan para penj aga ini saj a Suling Em as sudah dapat
m elihat perbedaan. Di kerajaan- keraj aan lain di ut ara dan t engah, para penj aga
pintu gerbang kota raja selalu melewatkan waktu dengan main kartu, main catur,
bergurau at au m enggoda wanit a- wanit a yang lewat . Akan t et api para penj aga

Suling Mas Kho Ping Hoo 493


disini berdiri t egak, m at a m enyapu set iap orang yang lewat . Pendeknya sikapnya
berdisiplin. Di t engah pint u gerbang t erdapat t ulisan digant ung, berbunyi:
Dilarang membawa senjata tajam ke dalam kota raja.
Suling Em as m erasa puas. Agaknya pem erint ah Nan- cao sudah ham pir berhasil
m enghilangkan kej ahat an di negaranya. Akan t et api, belum j auh ia m em asuki
kot a raj a, dari sebelah depan dat ang serom bongan pasukan t erdiri dari dua belas
orang berpakaian seragam, dikepalai oleh seorang gadis muda yang cantik sekali!
Seorang gadis yang selain cant ik j elit a, j uga berpakaian aneh. Pakaiannya dari
sut era yang indah, ham pir hit am seluruhnya kecuali lengan kanan dan kaki kiri!
Lengan baj u dan kaki celana ini berwarna put ih. Benar- benar lucu. Lengan kiri
hit am lengan kanan put ih, dan sebaliknya kaki kiri put ih kaki kanan hit am .
Selam a hidupnya belum pernah ia m elihat pakaian begini aneh, m aka ia
m em andang dengan m at a t erbelalak. Baru ia sadar ket ika m elihat pasukan ini
berhent i t epat di depannya, dan m at a gadis yang bening t aj am it u
m em andangnya dengan pandangan m at a m enyelidik. Dem ikian pula pandangan
m at a dua belas orang anak buahnya! Karena kagum m elihat sikap gadis
berpakaian hit am put ih yang j elas m em bayangkan kegagahan it u, Suling Em as
berhent i berj alan dan m em andang penuh perhat ian. Set elah beradu pandang
sesaat, gadis it u segera m enegur dengan suara nyaring, kat a- kat anya penuh
kewibawaan seperti suara orang yang biasa memerintah, "Bukankah engkau yang
bernam a Suling Em as?" Suling Em as t ersenyum . Dalam pandangan m at anya,
lucu j uga gadis yang am at m uda ini bersikap sepert i orang t ua. I a dapat
menduga bahwa gadis seperti ini tentulah mempunyai kedudukan yang penting di
kot a raj a it u, m aka ia t idak berani bersikap sem brono dan ia m enj ura dengan
hormat, mengangkat kedua tangannya ke depan dada.
" Mem ang benar dugaan Nona. Orang- orang m enyebut ku Kim - siauw- eng
( Pendekar Suling Em as) ." " Dari keraj aan Sung?" pot ong nona it u dengan suara
galak.
" Mem ang benar aku dat ang dari kot a raj a Keraj aan Sung," j awab Suling Em as
sej uj urnya. Para anak buah gadis it u m engeluarkan suara m endengus t ak puas,
dan pandang mata mereka semua penuh curiga.
" Mau apa kau m em asuki negara kam i? Apakah kau hendak m em at a- matai
keraj aan kam i?" Gadis it u kini m elangkah m aj u, sikapnya m engancam . Suling
Em as m elihat bet apa t angan gadis it u m eraba ke pinggang dan ia t ahu bahwa
ikat pinggang gadis it u kiranya adalah senj at a yang aneh dan bagus. Yait u
sepasang t ali yang uj ungnya t erdapat bola yang m engkilap sebesar kepalan
t angan, sepert i cam buk nam un uj ungnya pakai bandulan. I a t ahu bahwa senj at a
macam ini amatlah sukar dimainkan, maka jarang dipergunakan ahli silat di dunia
kang- ouw. Kalau gadis ini m am pu m em ainkannya, hal ini sudah m em bayangkan
bet apa lihainya gadis m uda ini. Kalau saj a Suling Em as t erus t erang m engaku
bahwa dia adalah cucu Beng- kauwcu ( Ket ua Beng- kauw) , t ent u sem uanya akan
beres. Nam un Suling Em as t erlalu gem bira dan t egang hat inya unt uk m uncul
begit u m udah, apalagi m elihat gadis m uda ini, ia m erasa kagum dan ingin sekali
m encoba sam pai di m ana kelihaiannya. Karena it ulah, ia t idak segera
mem perkenalkan dirinya sebagai cucu Beng- kauwcu, m elainkan m enj awab
sem barangan. " Apakah ada larangan unt uk m em asuki Negara Nan- cao? Aku
hanya ingin m elihat - lihat , t idak m em at a- m at ai siapa- siapa. Harap Nona dan anak
buah Nona t idak m enggangguku sehingga set elah keluar dari Nan- cao akan
kukabarkan betapa baiknya orang- orang Nan- cao terhadap orang asing."
" Terhadap t am u biasa, kam i t idak akan peduli. Akan t et api Suling EMas adalah
nam a yang cukup t erkenal, t okoh dari Keraj aan Sung. Oleh karena it u, kau harus
ikut kam i m enghadap wakil ket ua Beng- kauw, karena hanya beliau yang akan
m em ut uskan apakah kau boleh m em asuki kot a raj a kam i apakah t idak." Suling
Em as pura- pura m arah dan m engerut kan alisnya. " Mana ada at uran begit u? Aku
memang benar Suling Emas, akan tetapi bukan penjahat!"
" Jahat at au baik sam a sekali t idak dapat diukur dari nam a j ulukan! " Bant ah gadis
it u. " Karena kau m em asuki wilayah kekuasaan kam i, sudah sepat ut nya kau

Suling Mas Kho Ping Hoo 494


t unduk kepada perat uran kam i. Sekarang berikan senj at am u dan kau ikut
menghadap wakil ketua Beng- kauw!"
Ucapan gadis it u t egas dan ket us. Suling Em as pura- pura t idak m engert i dan
mengangkat kedua pundaknya uang bidanh sambil berkata,
"Selama hidupku tak pernah aku membawa senjata."
Gadis m uda it u t ert awa m engej ek. Maksudnya hendak m engej ek, akan t et api
ketawanya sungguh manis dan orang tak kan bisa sakit hati karena ketawa ini.
" Siapa t idak t ahu bahwa suling di pinggangm u it u m erupakan senj at am u yang
ampuh?"
" Suling bukanlah senj at a, m elaink an alat m usik yang m encipt akan suara m erdu
m enggibur hat i duka lara. Kalau hat im u risau, Nona cilik, biarlah aku m eniupnya
untuk menghiburmu."
Sepasang alis yang hit am m elengkung it u bergerak ke at as, sepasang m at a
bening it u m engeluarkan cahaya. " Jangan banyak cerewet . Pendeknya, kau m au
menyerah secara baik- baik ataukah menghendaki digunakan kekerasan?"
" Hem , hem , t ak kusangka Nan- cao suka m enggunakan kekerasan. I ngin kut ahu
kekerasan macam apakah itu?" Suling Emas sengaja mempermainkan.
Gadis it u m arah sekali. Dengan isyarat t angan ia m em erint ahkan anak buahnya
sambil berteriak, "Tangkap dia! Rampas sulingnya!"
Dua belas orang berpakaian seragam it u begit u m enerim a perint ah cepat
serent ak bergerak dan m enubruk suling em as. Gerakan m ereka gesit dan kuat
karena m ereka ini adalah orang- orang yang t erlat ih baik, dan m erupakan m urud-
m urid t ingkat t erendah dari Beng- kauw. Sesuai dengan perint ah gadis it u,
m ereka t idak m em pergunakan senj at a, m elainkan m enubruk dan berusaha
m enangkap Suling Em as sert a m eram pas suling yang t erselip di ikat
pinggangnya.
Gadis itu melihat betapa Suling Emas sama sekali tidak bergerak atau pindah dari
t em pat nya, j uga t idak m engelak, hanya m enggerakkan kedua lengannya, akan
t et api akibat nyaanak buahnya t erpelant ing dan t erlem par ke kanan kiri! Set iap
kali ada seorang anak buahnya yang m enubruk, t ent u orang ini t erlem par dan
j at uh t erbant ing keras sehingga sej enak t ak dapat bangun. Dalam wakt u
beberapa m enit saj a, dua belas orang orang anakbuahnya sudah roboh sem ua,
mengaduh- aduh dan m enggosok- gosok kepala benj ol dan kaki t angan m ereka
lecet kulitnya.
Bukan m ain m arahnya gadis it u. " Mundur kalian sem ua! " Bent aknya dan di lain
saat ia sudah m eloloskan sepasang cam buknya. " Wuuut .t ar- t ar.! " Sepasang
cam buk it u diayun dan berput aran di at as kepala m em bent uk lingkaran- lingkaran
aneh dan m engeluarkan bunyi angin m enyam bar- nyam bar diseling ledakan-
ledakan ket ika gerakan t ali it u direnggut dan disent akkan. Bagaikan dua ekor
naga m engam uk, sepasang cam buk it u sudah m elayang dan m enyerang Suling
Em as, sekaligus bola- bola di uj ungnya m enyam bar ke arah j alan darah di leher
dan lutut!
" Bagus! " Suling Em as berseru kagum dan dengan gem bira ia lalu
m enggerakkan t ubunya, m elayani am ukan sepasang cam buk ini dengan t angan
kosong. Karena m aklum bahwa sepasang bola diuj ung cam buk it u t ak boleh
dipandang ringan, m aka suling em as lalu bersilat dengan pukulan Bian- sin- kun
( t angan Kapas Sakt i) sam bil m engerahlan ilm u m eringankan t ubuh sehingga ia
dapat m engelak ke sana ke m ari dengan cepat dan ringan, sert a kadang- kadang
ia m enangkis dan m endorong bola- bola it u dengan t elapak t angannya yang
berubah lunak seperti kapas.
Diam- diam suling em as m engagum i gerakan gadis m uda it u. I lm u silat yang
dim ainkan gadis m uda it u benar- benar adalah ilm u silat t ingkat t inggi. Hanya
harus diakui bahwa t enaga dalam gadis it u belum lah begit u sem purna sehingga
baginya, gadis m uda it u m erupakan lawan yang t idak berat . Sem ent ara it u ,
m elihat kelihaian suling em as, seorang diant ara dua belas anak buah it u sudah
lari melaporkan ke atasannya.

Suling Mas Kho Ping Hoo 495


Suling Em as yang hanya ingin m ain- m ain dan m encoba kelihaian lawan, t ent u
saj a t idak m au m erobohkan Si Nona Muda. Kalau dia m au, dengan m udah ia bisa
m engalahkan gadis it u, akan t et api ia m erasa enggan m enyakit i hat i orang yang
sam a sekali t idak ia anggap sebagai m usuh. Beberapa kali ia m elom pat ke
belakang sambil berkata, "Cukuplah, Nona. Mari kita menghadap Beng- kauwcu!"
Akan t et api nona m uda it u sudah m enj adi m arah dan penasaran sekali. I a
t erkenal sebagai orang m uda t erpandai di Nan- cao dan sepasang cam buknya
j arang ada yang sanggup m elawannya. Mengapa hari ini ia bert em u dengan
lawan yang m enghadapinya dengan t angan kosong nam un begit u j auh ia sam a
sekali belum m am pu m enyent uh t ubuh lawan dengan sepasang bola di uj ung
cam buknya? Rasa penasaran dan m alu m em buat ia m arah t anpa pedulikan
ajakan Suling Emas yang penuh damai itu, ia menerjang terus!
Akan t et api dengan gerakan aneh. Suling Em as m enyam but t erj angannya dan
tahu- t ahu sepasang bola di uj ung cam buk it u t elah t ert angkap oleh sepasang
t angan Suling Em as. Gadis it u berseru keras, m enarik- narik cam buknya, nam un
sia- sia, sepasang bola it u t et ap berada di t angan Suling Em as sehingga kedua
cam buknya t ak dapat digerakkan lagi! Gadis it u m em bant ing- bant ing kakinya,
memekik- mekik, mengerahkan tenaga tanpa hasil.
"Tar- tar- t ar! ! " Hebat sekali suara ledakan ini, disusul berkelebat nya gulungan
sinar hit am yang m enyilaukan m at a, berkelebat an di at as kepala Suling Em as.
Terkej ut sekali suling em as, cepat ia m elepaskan sepasang bola lalu m eloncat ke
belakang.
" Susiok ( Pam an Guru) , harap Susiok suka beri haj aran kepada m anusia som bong
ini! " gadis it u berseru sam bil m eloncat m undur dan m enyim pang sepasang
cambuknya yang tadi dibuat tidak berdaya oleh Suling Emas.
Ket ika Suling Em as m em andang, t ernyat a yang m em bunyikan cam buk hit am
dengan suara sedemikian hebatnya itu adalah seorang laki- laki berusia lima puluh
t ahun lebih, pakaiannya sederhana sepert i pakaian pet ani, kepalanya t ert ut up
caping lebar, waj ahnya angker dan sepasang m at anya t aj am . Tangan kananny a
m em egang gagang sebat ang pecut yang bent uknya sederhana sepert i pecut
seorang penggembala, namun pecut itu warnanya hitam berkilauan.
" Susiok, dia ini Suling Em as dari Keraj aan Sung. Orangnya som bong sekali,
kuaj ak baik- baik m enghadap Susiok dia t idak m au dan m elawan dengan
kekerasan! " kat a pula gadis it u, m engadu dan bibirnya set engah m ewek ham pir
m enangis karena hat inya benar- benar gem as, m arah dan penasaran m engapa
hari ini sem ua kepandaiannya sam a sekali t idak dihargai orang dan t idak ada
gunanya!
" hem m hem m ! " Kakek it u m enggum am sam bil m em andang t aj am kepada
Suling Em as. Di lain pihak, Suling Em as j uga m em andang penuh perhat ian.
Diam- diam ia menduga- duga, siapa gerangan kakek ini. Sudah t erang bukan Pat -
j iu Sin- ong, kakeknya. Biarpun belasan t ahun t ak pernah j um pa lagi, nam un ia
takkan m elupakan Pat - j iu Sin- ong yang pernah dilihat nya dahulu. Kakek ini
susiok dari gadis itu, sudah tentu memiliki kepandaian yang luar biasa.
" Harap Lo- enghiong sudi m em afkan. Sesungguhnya bukan sekali- kali m aksud
kedat angan saya unt uk m em ancing perkelahian. Hanya Nona it u t erlalu.t erlalu
galak"
" Nam a Suling Em as sudah t erkenal sam pai disini. Kini orangnya dat ang dan t idak
m engindahkan perat uran, bahkan m erobohkan pasukan peronda keam anan dan
m em perm ainkan put eri Ji- kauwcu ( ket ua Kedua) ! Akan t et api j angan berbangga
dahulu dengan kem enanganm u, Suling Em as, karena di at asnya m asih ada aku ,
wakil ket ua dan di at asku m asih ada Ji- kauwcu dan Twa- kauwcu ( Ket ua
Pertama)! Kausambutlah pecutku ini!"
Ucapan it u dit ut up dengan berkelebat nya sinar hit am yang diikut i suara ledakan
sepert i gunt ur di at as kepala Suling Em as. Suling Em as t erkej ut dan cepat
m encabut sulingnya dan m enangkis. I a m aklum bahwa m enghadapi kakek ini
j auh bedanya dengan m enghadapi gadis t adi, m aka t erpaksa ia m enggunakan

Suling Mas Kho Ping Hoo 496


sulingnya. Ket ika sinar hit am it u m enyam bar t urun, ia pun m enggerakkan
sulingnya menangkis.
" Plak! ! ! " uj ung pecut it u m ent al kem bali ket ika bert em u suling dan kakek
bercaping mengeluarkan seruan kaget. Telapak tangannya yang memegang pecut
t erasa panas dan pecut nya m em balik keras, t anda bahwa lawan m uda ini benar-
benar hebat tenaga dalamnya.
" Bagus! Kiranya kau benar- benar lihai! " Serunya dan kini pecut nya m enyam bar-
nyam bar dengan kecepat an kilat sehingga lenyaplah t ubuhnya, t erbungkus sinar
cambuk yang hitam bergulung- gulung.
Dua m acam perasaan t eraduk di hat i Suling Em as. I a m erasa m enyesal dan
khawat ir m engapa kedat angannya m alah m enim bulkan perkelahian dengan
orang- orang Beng- kauw yang dipim pin kakeknya, akan t et api di sam ping ini ia
pun m erasa girang dan kagum bahwa orang- orang Beng- kauw t ernyat a m em ilik i
ilm u kepandaian yang hebat . I a ikut m erasa girang dan bangga. Maka t im bullah
niat di hatinya untuk mencoba terus tanpa niat mencelakai lawan. Dengan pikiran
ini, ia lalu mainkan ilmu Pat- sian Kiam- hoat yang ampuh.
Begitu Suling Emas mainkan ilmu yang sakti ini, lawannya segera terdesak hebat.
Lingkaran- lingkaran yang dibent uk oleh sinar hit am it u m akin m engecil dan
m enyem pit , t erkurung oleh sinar kuning em as yang m akin m em besar. Suling
Em as hanya m em buat lawannya t idak berdaya m enyerangnya lagi, kem udian
dengan sendirinya ia pun akan m undur, m aka sinar sulingnya t idak m enyerang
melainkan menekan.
Tiba- t iba gerakan kakek it u berubah dan kini dari lingkaran- lingkaran sinar hit am
it u keluar suara m eledak- ledak m em ekakkan t elinga, Suling Em as kaget dan dia
m enj adi m akin kagum , t ak disangkanya bahwa dalam kedaan t erdesak it u, Si
Kakek ini m asih m am pu m engeluarkan ilm u yang disert ai khi- kang sedem ikian
hebatnya sehingga kalau lawan kurang kuat sin- kangnya, tentu akan terpengaruh
suara ledakan ini dan akan m enj adi kacau perm ainan silat nya. Maka Suling Em as
segera m enggerakkan sulingnya sedem ikian rupa sehingga di ant ara suara
ledakan it u t erdengarlah lengking t inggi m enusuk t elinga, suara dari suling it u
sendiri yang berbunyi seperti ditiup mulut.
Tiba- t iba suara ledakan dan suara lengking suling t erhent i. Kedua senj at a it u
t elah bert em u di udara dan uj ung pecut m elibat suling, t idak dapat dilepaskan
lagi! Kakek it u berusaha sekuat t enaga m elepas pecut nya, nam un sia- sia dan
ketika Suling Emas menggerakkan tangannya, pecut itu terlepas dari pegangan Si
Kakek! Di lain saat , Suling Em as sudah m engam bil pecut dan m enyerahkan
senjata itu kepada pemiliknya sambil menjura.
Waj ah kakek it u sebent ar pucat sebent ar m erah dan t iba- t iba ia m engeluarkan
suara m enggereng keras, t ubuhnya m enerj ang m aj u m engirim pukulan m aut ke
arah dada Suling Emas.
" Sut e ( Adik Seperguruan) ! Mundur dan t ahan am arahm u! " Suara ini t erdengar
berpengaruh sekali sehingga t ubuh kakek it u seakan- akan t ert ahan dan ot om at is
ia m em bat alkan niat nya m enyerang, m elainkan balas m enj ura dan m enerim a
pecut nya dari t angan Suling Em as. I a lalu m elangkah m undur dengan m uka
t unduk, nam un sepasang m at a yang m em andang dari bawah caping it u berapi-
api.
Suling Em as m enengok ke kanan dan t erkej ut lah ia m elihat seorang kakek lain
yang sikapnya am at berwibawa. Kakek inipun bukan Pat - j iu Sin- ong Liu Gan,
akan tetapi mempunyai wajah yang ada persamaan dengan ketua Beng- kauw itu.
Seorang kakek t ua yang m ukanya keren, sinar m at a t aj am , t ubuhnya t egap dan
t egak berdirinya, m em egang sebat ang t ongkat . Sekali pandang saj a t im bullah
segan dan horm at dalam hat i Suling Em as. Cepat ia m elangkah m aj u dan
menjura dengan hormat sambil berkata,
" Saya yang m uda m ohon m aaf sebesar- besarnya t elah m enim bulkan keributan
yang sesungguhnya tidak saya kehendaki di sini. Mohon Locianpwe suka memberi
maaf."

Suling Mas Kho Ping Hoo 497


Kakek it u m engangguk, lalu m enggerak- gerakkan t ongkat nya. "Orang m uda, kau
tentu yang bernama Suling Emas. Apa hubunganmu dengan Kim- mo Taisu?"
Suling Em as kaget dan ia m erasa lega bahwa ia t adi t idak bersikap sem brono.
Ternyat a kakek ini benar- benar hebat , sekali pandang dapat m engenal
gerakannya yang ia warisi dari gurunya. Sambil bersikap hormat ia menjawab,
"Mendiang Kim- mo Taisu adalah guru saya, Locianpwe."
"Aaahh? Mendiang, katamu..?"
"Suhu telah meninggal dunia beberapa Tahun lalu, kurang lebih lima tahun."
" Pant as kau lihai, kiranya m urid Kim - m o Taisu. Orang m uda, Kim - m o Taisu
adalah sahabat Beng- kauw. Engkau sebagai m uridnya, m engapa dat ang hendak
m enimbulkan keributan dengan Beng- kauw? Apa kehendakmu?"
Merah waj ah Suling Em as dan cepat ia m enj awab, " Tidak sekali- kali, Locianpwe.
Tidak sekali- kali saya berani m encari keribut an dengan Beng- kauw.
Sesungguhnya, baru saj a saya m em asuki kot a raj a ini, kem udian dihadang dan
hendak ditangkap. Saya tidak mempunyai niat buruk."
"Kalau begitu, apa yang kau kehendaki dengan kedatanganmu di sini?"
" Saya.saya m ohon berj um pa dengan Pat - j iu Sin- ong, ket ua Beng- kauw yang
terhormat."
Kakek it u m egelus- elus j enggot nya dan t ersenyum . "Orang m uda, t idak m udah
orang luar hendak m enghadap Beng- kauwcu. Sem ua urusan dapat kau
sampaikan kepada aku. Aku adalah Ji- kauwcu Liu Mo"
"Aaahh, jadi Locianpwe ini masih saudara kandung Beng- kauwcu?"
" Aku adik kandungnya," j awab kakek it u t ersenyum . " At au dapat kausam paikan
kepada put eriku Liu Hwee yang bert ugas sebagai pim pinan penj aga keam anan."
I a m enuding ke arah gadis m uda t adi sehingga kem bali Suling Em as kaget .
Dengan m at a t erbelalak ia m em andang gadis m uda yang cant ik t adi, yang
ternyata adalahbibinya! Kalau Ji- kauwcu Liu Mo ini adik Beng- kauwcu kakeknya,
berart i anak kakek bert ongkat ini, yait u si gadis m uda yang m enyerangnya t adi
adalah bibinya.
" Juga dapat kau sam paikan urusanm u kepada sut eku it u, yang bernam a Kauw
Bian Cinj in. Nah, sekarang t elah kuperkenalkan sem ua pihak yang t adi saling
bent rok, yang m udah- m udahan t idak dilanj ut kan lagi. Suling Em as, kat akanlah
apa yang hendak kausampaikan kepada Twa- kauwcu."
Tiba- t iba Suling Em as m enj at uhkan dirinya berlut ut di depan kakek yang
bernam a Liu Mo it u. Tanpa ragu- ragu ia berlut ut . Bukankah kakek ini j uga kakek
mudanya, paman dari ibunya?
" Mohon beribu am pun, Locianpwe, akan t et apisaya hanya dapat bicara di
depanBeng- kauwcu sendiri"
Diam- diam Liu Mo t erheran, dan m em andang dengan m at a penuh selidik. I a t ahu
bahwa orang m uda ini am at sakt i. Dari pert em puran m elawan sut enya t adi ia
m engert i bahwa ia sendiri pun belum t ent u akan dapat m engalahkan Suling
Em as. Akan t et api m engapa pendekar m uda ini begit u m erendahkan diri, berlutut
di depannya? Dan sem ua it u dilakukan dengan sungguh- sungguh, sedikit pun
t idak m em bayangkan kepura- puraan at au kepalsuan. Set elah saling bert ukar
pandang dengan Kauw Bian Cinjin, ia menjawab singkat,
" Suling Em as, t ent u ada sebab yang am at pent ing m aka kau m em aksa hendak
menghadap Beng- kauwcu. Marilah, kau ikut dengan kami."
Dengan hat i berdebar Suling Em as m engikut i kakek it u. Di belakangnya berj alan
Kauw Bian Cinj in bersam a Liu Hwee, kem udian diikut i pula oleh para anak buah.
Akan t et api set elah t iba di depan sebuah gedung besar yang angker dan m egah,
pasukan it u berhent i dan bersat u dengan para penj aga yang berdiri berbaris di
kanan kiri pint u gerbang t erus sam pai ke pendopo dengan sikap angker dan
dalam barisan yang rapi. Barisan yang t erdepan segera berlut ut dengan sebelah
kaki. Namun sikap mereka masih tegak dan dalam keadaan siap.
Barisan penj aga bergant i- gant i dan bert ingkat - t ingkat dari depan sam pai ke
dalam , kem udian paling dalam t erdapat barisan pasukan wanit a yang berpedang
dan sikap m ereka keren dan gagah. Di sepanj ang dinding ruangan yang m ereka

Suling Mas Kho Ping Hoo 498


lalui t erdapat lukisan- lukisan dan huruf- huruf hias yang am at indah, t idak kalah
indah oleh ruangan- ruangan di dalam ist ana Raj a Sung! Dan akhirnya m ereka
memasuki sebuah kamar besar yang daun pintunya bercat merah.
Ket ika m em asuki kam ar ini, Liu Mo dan Kauw Bian Cinj in segera berdiri di pinggir
dengan sikap m enghorm at set elah m em bongkokkkan t ubuh. Adapun Liu Hwee
segera m enj at uhkan diri berlut ut . Suling Em as m em andang ke depan, ke arah
seorang kakek t ua yang duduk sendirian di at as kursi besar, kakek yang
dikenalnya sebagai Pat - j iu Sin- ong yang bert em u dengan suhunya belasan t ahun
lalu.
Pat- j iu Sin- ong Liu Gan Sudah t ua sekali, m ukanya penuh keriput dan sinar
m at anya yang acuh t ak acuh it u t am pak diliput i awan dan m urung. I a m enyapu
yang dat ang dengan sinar m at anya, kem udian dengan kening berkerut ia
m endengarkan laporan Liu Mo t ent ang Suling Em as yang dengan sikap penuh
hormat minta menghadap Beng- kauwcu.
" Kau Suling Em as?" Suara ket ua ini m enggunt ur dan m enggem a dalam ruangan
besar it u. Suling Em as m erasa am at t erharu set elah bert em u m uka dengan ayah
dari ibunya. Keharuan ini m encekik lehernya dan at as pert anyaan it u ia hanya
mampu mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
"Kamu murid Kim- mo Taisu?"
Kembali Suling Emas hanya mengangguk.
" Suheng, Kim - m o Taisu t elah t ewas lim a t ahun lalu m enurut penut uran orang
muda ini," kata Liu Mo.
Pat- j iu Sin- ong m engerut kan alisnya yang t ebal dan sudah bercam pur warna
put ih. " Hem m , selam a hidup Kwee Seng t ak pernah m au kalah t erhadap aku.
Apakah set elah ia m at i ia m enyuruh nuridnya m elanj ut kan wat aknya yang keras
kepala it u? Heh, orang m uda, kau t erim a ini! " Tangan kanan Pat - j iu Sin- ong
m eraih cangkir arak di at as m ej a lalu ia m elont arkan cawan it u ke at as. Cawan
arak itu berputaran di atas, lalu meluncur turun ke arah Suling Emas!
Suling Em as cukup waspada dan ia m aklum bahwa penyerang yang seluruhny a
m engandalkan sin- kang ini am at lah hebat . Biarpun kakek ini adalah ayah dari
ibunya, nam un ia pun harus m enj aga nam a besar gurunya. Dibandingkan dengan
kakeknya ini, agaknya gurunya j auh lebih berj asa dan lebih baik t erhadapnya. I a
pun cepat m em asang kuda- kuda, m engerahkan sin- kang dan m endorongkan
kedua t angannya ke depan, m enyam but cawan it u. Cawan yang m eluncur dan
berada dalam j arak t engah- t engah ant ara kedua orang it u, kini t erhent i di udara,
t ert ahan oleh hawa pukulan t angan Suling Em as. Mereka m asing- masing
m engerahkan t enaga, Pat - j iu Sin- ong dengan lengan kanan lurus ke depan,
sedangkan Suling Em as dengan kedua t angan lurus ke depan pula,
mempertahankan diri.
Liu Mo, Kauw Bian Cinj in, dan Liu Hwee m em andang penuh perhat ian dan
kekhawat iran. Mereka sudah m aklum akan kehebat an t enaga Ket ua Beng- kauw
it u, dan set elah t ahu bahwa orang m uda ini bukan m usuh, m engapa harus
dicelakakan? Akan t et api alangkah heran dan kagum hat i m ereka ket ika cawan
it u sam a sekali t idak dapat m aj u lagi sej engkalpun j uga, t et ap t ergant ung di
udara, tidak maju tidak mundur.
" Prakkk! " Tiba- t iba cawan it u hancur berkeping- keping dan Suling Em as
m elangkah m undur t iga langkah dengan napas agak t erengah. Adapun Pat - jiu
Sin- ong dengan m uka penuh keringat t ert awa bergelak, lalu m enam par m ej a
sehingga terdengar suara keras.
" Kwee Seng! Sungguh engkau keras kepala! Engkau t elah m enurunkan semua
ilm um u kepada bocah ini, agaknya unt uk m em bukt ikan bahwa kau m asih belum
juga mau kalah terhadap aku! Ah, setan keras kepala. Kalau saja kau dahulu mau
m enj adi m ant uku, t ent u kau belum m am pus sekarang dan aku t idak akan begini
kesepian! Kwee Seng.Lu Siankalian m engecewakan hat iku! " Kakek it u
m enut up m uka dengan kedua t angannya dan dengan m uka pucat Suling Em as
m elihat bet apa dari celah- celah j ari t angan it u m engalir air m at a! Pat - j iu Sin- ong
m enangis! Pat - j iu Sin- ong m enyesal m engapa ibunya, Liu Lu Sian dahulu t idak

Suling Mas Kho Ping Hoo 499


m enj adi ist reri suhunya! Suling Em as t ak dapat m enahan keharuan hat inya dan
ia maju berlutut di depan kedua kaki Pat- Jiu Sin- ong lalu berkata,
"Kong- kong, aku adalah cucum u, aku adalah Kam Bu Songput era t unggal ibu
Liu Lu Sian"
Pat- j iu Sin- ong perlahan- lahan m enurunkan kedua t angannya. Mat anya
t erbelalak m em andang waj ah Suling Em as yang m enengadah, lalu perlahan-
lahan kedua tangannya bergerak ke depan, menangkap wajah itu di antara kedua
t angannya, bibirnya bergerak- gerak dan berbisik, " Kau kau put eranya..? Benar!
Iniini matanya, mulutnya! Kaucucuku.!"
"Kong- kong! " Bu Song m enahan air m at anya dan dengan singkat ia
m encerit akan kedaan orang t uanya dan bet apa sem nej ak kecil ia t elah hidup
seorang diri sehingga akhirnya m enj adi m urid Kim - m o Taisu. Mendengar
penut uran it u, Pat - j iu Sin- ong Liu Gan lalu m erangkulnya, kem udian m enarik
bangun Suling Emas, menepuk- nepuk pundaknya dengan penuh kebanggaan.
" Wah, kau benar hebat ! Kau cucuku! Ha- ha- ha, t idak kecewa aku m em punyai
cucu seperti ini! Terima kasih, Kwee Seng! Ha- ha- ha!"
Suling Em as sebagai orang m uda yang t ahu sopan sant un dan at uran, segera
m enghadap Liu Mo dan berlut ut pula. " Mohon sem ua kelakuan saya yang lancang
tadi diampuni."
Liu Mo m engangkat nya, j uga Kauw Bian Cinj in. Kedua orang t ua ini t ert awa pula
bergelak saking gem bira hat i m ereka. Kem udian kwee seng m enj ura ke arah Liu
Hwee dan berkata,
"Mohon Bibi juga sudi memberi ampun kepadaku."
Muka yang cant ik it u seket ika m enj adi m erah sekali. Akan t et api dasar Liu Hwee
berwat ak riang, ia t ert awa dan pura- pura m arah, " Wah, m ana bisa aku
m endadak m em punyai seorang keponakan yang begini besar? Hayo, kau
keponakan yang nakal, kau harus berlut ut t uj uh kalu di depan bibim u, baru aku
suka memberi ampun!"
Suling Em as bingung, akhirnya ia benar- benar hendak berlut ut t uj uh kali di
depan bibinya yang galak, akan t et api Liu Mo m encegah dan kakek ini
m em bent ak anaknya, " Hwee- j i ( anah Hwee) , j angan m ain gila! " Sem ua orang
lalu tertawa.
" Sat u hal saya m ohon kepada Kong- kong, kedua Pam an Kakek dan Bibi, yait u
saya ingin t inggal m enj adi Suling Em as. Saya sudah m enghapus nam a Bu Song
dari dalam hat i dan ingat an. Biarlah saya t inggal disebut Suling Em as dan j angan
ada yang mengetahui asal- usul saya."
Pat- j iu Sin- ong Liu Gan m engerut kan kening dan m enat ap t aj am waj ah cucunya,
kem udian ia m enarik napas panj ang. " Sem uda ini sudah sepahit it u. Agaknya
dosa- dosa orang tua menimpa kepadamu. Baiklah, Suling Emas."
Sem enj ak hari it u, Suling Em as hidup berkum pul dengan keluarga ibunya.
Kakeknya am at sayang kepadanya, j uga Liu Mo, Kauw Bian Cinj in, dan Liu Hwee.
Kakeknya yang am at sayang kepadanya, m enurunkan pula ilm u- ilm u kesakt ian
yang t inggi kepadanya sehingga selam a t inggal di Nan- cao, Suling Em as m enj adi
makin matang dan makin sakti.
Akan t et api ia t idak pula m elupakan Keraj aan Sung. Seringkali dalam
perant auannya, ia singgah di keraj aan ini, m em asuki ist ana dan langsung
m em asuki perpust akaan unt uk m em uaskan nafsunya m em baca kit ab- kit ab kuno.
I a m enj aga sedem ikian rupa agar ia j angan sam pai bert em u dengan bekas
kekasihnya, yait u Sum a Ceng. Kalau t idak t ekun m em baca kit ab sam pai
berbulan- bulan di dalam gedung perpust akaan Keraj aan Sung, t ent u Suling Em as
mengembara dan selalu menurunkan perbuatan gagah perkasa, membela mereka
yang t ert indas, m enghaj ar m ereka yang sewenang- wenang, berdasarkan
kebenaran dan keadilan. Nam a Suling Em as m enj adi m akin t erkenal di segenap
penjuru. Hanya satu hal yang masih mengecewakan hati yang mulai terhibur oleh
pelaksanaan t ugas sebagai pendekar budim an it u, yakni bahwa selam a it u belum
juga ia tahu akan keadaan ibu kandungnya!

Suling Mas Kho Ping Hoo 500


Bersam a berkem bangnya nam a Suling Em as sebagai pendekar budim an yang
sakt i, di dunia kang- ouw m uncul nam a enam orang m anusia iblis yang sakt i dan
buas, sehingga m ereka it u diberi j ulukan Thian- t e Liok- koai ( Enam I blis Dunia) .
Mereka it u adalah I t - gan Kai- ong seorang j em bel t ua berm at a sat u yang bukan
lain adalah Pouw Kee Lui at au Pouw- kai- ong, ke dua adalah Siang- m ou Sin- ni,
seorang wanit a cant ik j elit a beram but panj ang yang bukan lain adalah Coa Kim
Bwee selir Kaisar Hou- han, ke t iga adalah Hek- giam- lo si t okoh Khit an yang
bukan lain adalah Bayisan. Ke em pat adalah Cui- beng- kui Si Set an Pengej ar Roh
yang dahulunya adalah Ma Thai Kun, sut e dari Pat - j iu Sin- ong. Ke lim a dan ke
enam adalah Toat - beng Koai- j in yang dahulunya bernam a Bhe Kiu dan Tok- sim
Lo- tong yang dahulunya bernama Bhe Ciu, dua orang murid Kong Lo Sengjin.
Sam pai di sini selesailah cerit a Suling Em as ini dan bagi pem baca yang sudah
m em baca cerit a Cint a Bernoda Darah t ent u t eleh berj um pa pula dengan Suling
Em as yang m enj adi lawan ke enam m anusia iblis it u. Pengarang m enut up cerit a
ini dengan harapan sem oga pem baca puas dengan cerit a Suling Em as. Apabila
m asih belum cukup puas, dipersilakan unt uk m enant i cerit a silat yang berj udul
"Mutiara Hitam" di mana pembaca akan dibawa terbang melayang ke alam khayal
dan m engikut i perj alanan Suling Em as dan m urid- m urid sert a ket urunanya,
karena cerit a Mut iara Hit am m erupakan lanj ut an verit a Cint a Bernoda Darah.
Sampai jumpa dalam Mutiara Hitam !
TAMAT
Surakarta, tengah Mei 1969

Suling Mas Kho Ping Hoo 501


Suling Mas Kho Ping Hoo 502
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai