Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini industri makanan di Indonesia berkembang semakin pesat. Dibanding
dengan industri farmasi maupun industri kreatif lainnya, industri makanan
mendapat peluang yang besar untuk terus bertumbuh. Bahkan pada saat krisis
sekalipun, industri ini terbilang mampu bertahan. Sementara total nilai ekspor
makanan pada tahun 2008 silam sebesar USD 2 juta. Tahun 2008 lalu, total omzet
industri ini hampir mencapai Rp 400 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumen di Indonesia meningkat.
Makanan adalah kebutuhan dasar setiap makhluk hidup terutama untuk
manusia. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin
tersedianya makanan bermutu, aman dan sehat yaitu dengan mengharuskan setiap
industri untuk menerapkan Cara Produksi Makan Yang Baik (CPMB).
Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) merupakan suatu pedoman untuk
memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan tertentu
sesuai dengan tuntutan konsumen. Para produsen, retailer, pengusaha makanan
menggunakan GMP sebagai cara yang tepat untuk menghasilkan produk makanan
yang bermutu.

I.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Cara Pendirian Industri Makanan.
2. Untuk Mengetahui Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB).

I.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Cara Pendirian Industri Makanan?
2. Bagaimana Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Makanan


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri.
Makanan dalam ilmu kesehatan adalah setiap substrak yang dapat
dipergunakan untuk proses di dalam tubuh. Terutama untuk membangun dan
memperoleh tenaga bagi kesehatan sel tubuh.
2.2 Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB)
CPMB atau Cara Produksi Makanan yang Baik adalah suatu pedoman yang
menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar bermutu, aman dan layak
untuk dikonsumsi.
Aman untuk dikonsumsi artinya produk makanan tersebut tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia
seperti menimbulkan penyakit atau keracutan.Layak untuk dikonsumsi artinya
makanan tersebut keadaannya normal tidak menyimpang seperti busuk, kotor,
menjijikkan, dan tidak menyimpan dari keadaan lainnya.
Di dalam CPMB dijelaskan mengenai persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi tentang penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan
dari mulai bahan baku sampai produk akhir. CPMB sangat berguna bagi
kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kesil, sedang, maupun
yang besar. Melalui CPMB, industri pangan dapat dapat menghasilkan produk
makanan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat
niscaya akan meningkat, dan industri pangan yang bersangkutan akan
berkembang dengan pesat. Dengan demikian industri pangan yang menghasilkan
produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka masyarakat pada
umumnya akan terlindung dari penyimpanan mutu pangan dan bahaya yang
mengancam kesehatan.
2.2.1 Pengertian Istilah-istilah dalam CPMB
a. Makanan adalah makanan dan minuman sebagaimana-dimaksud-dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Men.Kes/per/XII/76 tangga131
Desember 1976;
b. Bangunan adalah tempat atau ruangan yang digunakan melakukan-
kegiatan produksi atau penyimpanan makanan;
c. Ruang pokok adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat proses
produksi makanan:
d. Ruang pelengkap, adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat
administrasi produksi dan pelayan karyawan;
e. Pencemaran makanan adalah peristiwa masuknya zat asing kedalam
makanan yang mengakibatkan turunnya mutu makanan
f. Permukaan kerja adalah bidang datar tempat melaksanakan kegiatan
produksi;
g. Tindak sanitasi ada1ah usaha yang dilakukan untuk mematikan jasad
renik pathogen dan mengurangijumlahjasad renik 1ainnya agar tidak
membahayakan kesehatan manusia:
h. Buangan adalah kotoran atau bahan sisa lain dalam rangka kegiatan
produksi yang berbentuk padat, cairatau gas;
i. Buangan tero1ah adalah buangan yang te1ah dio1ah dengan sistem yang
tepat sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan;
j. Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

2.2.2 Lokasi
A. Bangunan harus berada di tempat yang bebas dari pencemaran.
B. Pencemaran yang disebut (pada poin 1diatas) dapat bersumber pada:
a) Daerah persawahan atau rawa, daerah pembuangan kotoran dari
sampah daerah kering dan berdebu, daerah kotor, daerah
berpenduduk padat, daerah penumpukan barang bekas dan daerah
lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran;
b) Perusahaan lain yang dapat diduga mencemarkan basil produksi.
c) Rumah atau tempat tinggal atau fasilitas lain yang bersamaan letak
dan atau penggunaannya dengan bangunan;
d) Pekarangan yang tidak terpelihara, timbunan barang yang tidak
teratur, termpat penimbunan bahan sisa atau sampah tempat
bersembunyi atau berkembang biak serangga, binatang pengerat,
dan/atau binatang lain;
e) Tempat yang kurang baik sistem sa luran pembuangan airnya
sehingga terdapat genangan air yang dapat merupakan tern pat
serangga atau jasad renik berkembang biak.

2.2.3 Bangunan(1)
A. Umum
Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan higiene sesuai denganjenis makanan yang
diproduksi, sehingga mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan tindak
sanitasi dan mudah dipelihara.
B. Tata ruang
a) Bangunan unit produksi tarus terdiri atas ruangan pokok dan
ruangan pelengkap:
b) Ruangan pokok dan ruangan pelengkap yang dimakskud da1am
(poin a diatas) harus terpisah sedemikian rupa, hingga tidak
mengakibatkan pencemaran terhadap makanan yang diproduksi;
c) Ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut,
Luasnya sesuai dengan jenis dan kapasitas produksijenis dan
ukuran alat produksi serta jumlah karyawan yang bakerja .
Susunan bagian-bagiannya diatur sesuai dengan urutan proser
produksi, sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang
simpang siur dan tidak mengakibatkan pencemaran terhadap
makanan yang diproduksi.
d) Ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Luasnya sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja,
Susunan bagian-bagiannya sesuai dengan urutan kegiatan yang
dilakukan dan tidak boleh menimbulkan lalu lintas yang
simpang siur.

C. Lantai
a) Lantai ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Rapat air;
Lahan terhadap air, garam, basa, asam dan atau hahan kimia
Iainnya;
Permukaan rata serta halus, tetapi tidak licin dan mudah
dibersihkan;
Untuk ruangan pengolahan yang memerlukan pembilasan air,
mempunyai kelandaian secukupnya kearah saluran pembuangan
dan mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang
pembuangan yang dilengkapi dengan penahan bau, dengan
memperhatikan pula nomor 14.B.;
Pertemuan antara lantai dengan dinding tidak boleh membentuk
sudut mati dan harus melengkung serta rapat air.
b) Lantai ruang pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Rapat air;
Tahan terhadap air;
Permukaannya datar, rata serta halus, tetap tidak licin dan
mudah dibersihkan;
Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet harus mempunyai
kelandaian secukupnya ke arah saluran pembuangan.
D. Dinding
a) Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat gebagai berikut:
Sekurang-kurangnya 20 em dibawah dan 20 em diatas
permukaan lantai harus rapat air.
Permukaan bagian dalam harus halus, rata, berwama terang,
tahan lama, tidak mudah mongelupas, mudah dibersihkan dan
sekurang-kurangnya setinggi 2m dari lantai harus rapat air,
tahan terhadap air, garam, basa, asam atau bahan kimia lainnya;
Pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara dinding
dengan lantai tidak boleh membentuk sudut mati dari harus
melengkung serta rapat air
b) Dinding ruangan pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut
:
Sekurang-kurangnya 20 em di bawah dari 20 em diatas
permukaan lantai harus rapat air;
Permukaan bagian dalam harus halus, rata, berwama terang,
tahan lama, tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan
Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet, selain harus
memenuhi syarat yang disebut huruf a dan b diatas, sekurang-
kurangnya setinggi 2 meter dan lantai harus rapat air.

E. Atap dan langit-langit;


a) Ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut
Atap terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan
tidak bocor:
Langit-langit
Dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-
bagiannya;
Tidak terdapat lubang dan tidak retak;
Tahan lama dan mudah dibersihkan;
Tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3m;
Permukaan dalam harus rata, berwarna terang dan tidak
mudah mengelupas;
Rapat air bagi tempat pengolahan yang menimbulkan atau
menggunakan uap air.
b) Ruang pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Atas terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air dan tidak
bocor;
Langit-langit:
Dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-
bagiannya;
Tidak terdapat lubang dan tidak retak;
Tahan lama dan mudah dibersihkan,
Tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m;
Permukaan dalam harus rata dan berwarna terang.

F. Pintu
a) Pintu ruangan pokok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Dibuat dari bahan tahan lama;
Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan;
Dapat ditutup dengan baik;
Membuka keluar.
b) Pintu ruanga pelengkap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Dibuat dari bahan tahan lama;
Permukaannya rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan;
Dapat ditutup dengan baik.
G. Jendela
Jendela harus memenuhi syarat sebagai berikut:
dibuat dari bahan tahan lama;
permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan;
sekurang-kurangnya setinggi l m dari lantai,
luasnya sesuai dengan besarnya bangunan.
H. Penerangan
Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan ruangan pelengkap harus
terang susuai dengan keperluan dan persayratan kesehatan.
I. Ventilasi dan pengatur suhu
Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan pelengkap,
baik secar alami maupu buatan, harus memenuhi syarai sebagai berikut
:
cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau, debu dan panas yang dapat
merugikan kesehatan;
dapat mengatur suhu yang diperlukan;
tidak boleh mencemari hasil produksl melalui udara yang dialirkan;
lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah
masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam
ruangan serta sudah dibersihkan.

2.2.4 Fasilitas Sanitasi(1)


A. Umum
Bangunan harusdilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat
berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene.
B. Sarana penyediaan air
a) Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang pada
pokoknya terdiri dari:
sumber air;
perpipaan pembawa;
ternpat persediaan air;
perpipaan pembagi.
b) Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air yang cukup bersih
sesuai dengan kebutuhan produksi pada khususnya dan kebutuhan
perusahaan pada umumnya.
c) Pemasangan dan bahan sarana penyediaan air harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
C. Sarana pembuangan
a) Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pernbuangan yang pada
pokoknya terdiri dari:
saluran dan tempat pembuangan buangan;
tempat buangan padat;
sarana pengolahan buangan;
saluran pembuangan buangan terolah;
b) Sarana pembuangan harus dapat mengolah dan membuang buangan
padat, cair dan atau gas yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.
c) Pemasangan dan bahan sarana pembuangan harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
D. Sarana toilet
a) Letaknya tidak terbuka langsung ke ruang proses pengolahan.;
b) Dilengkapi dengan bak cuci tangan;
c) Diberi tanda pemberitahuan, bahwa setiap karyawan harus mencuci
tangan dengan sabun atau detergen sesudah menggunakan toilet;
d) Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah
karyawan.
E. Sarana cuci tangan
Sarana cuci tangan harus :
a) Ditempatkan di tempat-tempat yang diperlukan, misalnya di tempat
pintu masuk ruangan pokok:
b) Dilengkapi dengan air mengalir yang tidak boleh dipakai berulangkali,
dengan sabun atau detergen, handuk atau alat lain untuk
mengeringkan tangan dan tempat sampah bertutup,
c) Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai denganjumlah karyawan.

2.2.5 Alat Produksi


A. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi makanan
harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memebuhi persyaratan teknik
dan higiene.
B. Alat dan perlengkapan yang disebut dalam poin A diatas harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) Sesuai denganjenis produksi;
b) permukaan yang berhubungn dengan makanan harus hal us, tidak
berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan
tidak berkarat;
c) tidak mencemari hasil produksi denganjasad renik, unsur atau fragmen
logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, dan lain-lain:
d) mudah dibersihkan.

2.2.6 Bahan
A. Bahan baku, bahan tambaham dan bahan penolong yang digunakan untuk
memproduksi makanan tidak boleh merugikan atau membahayakan
kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan yang
ditetapkan,
B. Bahan tambahan yang standar mutu atau persyaratannya belum ditetapkan
oleh Menteri hanya boleh digunakan dengan ijin khusus Menteri.
C. Terhadap bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong yang disebut
dalam poin A , sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan secara
organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan/alat biologi.

2.2.7 Proses Pengolahan


A. Formula dasar
Untuk setiap jenis produk harus ada formula dasar yang menyebutkan
a) Jenis bahan yang digunakan, baik bahan baku, bahan tambahan maupun
bahan penolong, serta persyaratan mutunya;
b) Jumlah bahan untuk satu kali-pengolahan;
c) Tahap-tahap proses pengolahan;
d) Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan
dengan mengingat faktor waktu, suhu, kelembaban, tekanan dan
sebagainya, sehingga tidak mengakibatkan peruraian, pembusukan,
kerusakan dan pencemaran pada produk akhir.
e) Jumlah hasil yang diperoleh untuk satu kali pengolahan;
f) Uraian mengenai wadah, label serta cara pewadahan dan
pembungkusan,.
g) Cara, pemeriksaan bahan, produk antara dan produk akhir;
h) Hal lain yang dianggap perlu sesuai denganjenis produk, untuk
menjamin dihasilkannya produk yang memenuhi persyaratan.
B. Protokol pembuatan
Untuk setiap satuan pengolahan harus ada instruksi tertulis dalam bentuk
protokol pembuatan yang menyebutkan:
a) nama makanan;
b) tanggal pembuatan dan nomor kode;
c) jenis danjumlah bahan yang digunakan;
d) tahap-tahap pengolahan dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama
proses pengolahan;
e) jumlah hasil pengolahan:
f) hal lain yang dianggap perlu.

2.2.8 Produk Akhir


A. Produk akhir harus memenuhi standar mutu atau persyaratan yang
ditetapkan Menteri dan tidak boleh merugikan atau membahayakan
kesehatan.
B. Produk akhir yang standar mutu atau persyaratannya belum ditetapkan
oleh Menteri, persyaratannya ditentukan sendiri oleh pabrik yang
bersangkutan.
C. Produk akhir sebelum diedarkan harus dilakukan pemeriksaan secara
organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan/atau biologi.

2.2.9 LABORATORIUM(1)
A. Perusahaan yang memproduksijenis makanan tertentu yangditetapkan
Menteri, harus memiliki laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
terhadap bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong yang
digunakan dan produk akhir.
B. Untuk setiap pemeriksaan yang dimaksud dalam Point A, harus ada
protokol peemeriksaan yang menyebutkan:
a) nama makanan
b) tanggal pembuatan:
c) tanggal pengambilan contoh;
d) jumlah contoh yang diambil;
e) kode produksi,
f) jenis pemeriksaan yang dilakukan;
g) kesimpulan pemeriksaan;
h) nama pemeriksa;
i) hal lain yang dianggap perlu.

2.2.10 KARYAWAN(1)
A. Karyawan yang berhubungan dengan produksi makanan harus :
a) dalam keadaan sehat;
b) bebas dari luka, penyakit kulit, atau hal lain yang diduga dapat
mengakibatkan pencemaran terhadap hasil produksi;
c) diteliti dan diawasi kesehatan secara berkala;
d) mengenakan pakaian kerja, termasuk sarung tangan, tutup kepala dan
sepatu yang sesuai;
e) mencuci tangan di bak cuci sebelum melakukan pekerjaan;
f) menahan diri untuk tidak makan, minum, merokok, meludah atau
melakukan tindakan lain selama melakukan pekerjaan yang dapat
mengakibatkan pencemaran lerhadap produk makanan dan tidak
merugikan karyawan lain,
B. Perusahaan yang memproduksi makanan harus menunj uk dan menetapkan
penanggungjawab untuk bidang produksi dan Pengawasan mutu yang
memiliki kwalifikasi sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Seyogyanya penanggungjawab bidang produksi tidak merangkap sebagai
penanggungjawab pengawasan mutu.

2.2.11 Wadah Dan Pembungkus


A. Wadah dan pembungkus untuk makanan harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a) Dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap
pengaruh dari luar;
b) Tidak berpengaruh terhadap isi;
c) Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang
dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan.
d) Menjamin keutuhan dan keaslian isinya:
e) Tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan dan
peredaran;
f) Tidak boleh merugikan atau membahayakan konsumen.
B. Sebelum digunakan wadah harus:
a) Dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi;
b) Steril bagijenisprodukyangakan diisi secara aseptik.

2.2.12 Label
A. label makanan harus memenuhi ketentuan yang disebut dalam Peraturan
Menteri Kesehatan' tentang Label dan Periklanan Makanan.
B. Label makanan -harus dibuat dengan ukuran, kombinasi warna dan/atau
bentuk yang berbeda untuk tiap jenis makanan, agar mudah dibede-
bedakan.
2.2.13 Penyimpanan
A. Bahan dan hasil produksi.
a) Bahan baku, bahan tambahan dan bahan peno1ong serta produk akhir
harus disimpan terpisah dalam masing-masing ruangan yang bersih, be
bas serangga, binatang pengerat dan/atau binatang lain, cukup
penerangan, terjamin peredaran udara dan pada suhu yang sesuai.
b) Bahan baku, bahan tambahan dan bahan peno1ong serta produk akhir
harus ditandai dan harus ditempatkan sedemikian rupa hingga :
Jelas dibedakan antara yang bel urn diperiksa dan yang sudah
diperiksa:
Jelas dibedakan antara yang memenuhi persyaratan dan yang tidak
memenuhi persyaratan;
Bahan yang terdahulu diterima, digunakan terlebih dahulu;
Produk akhir yang terdahulu dibuat, diedarkan terlebih dahulu.
c) Bahan baku, bahan tam bah an dan bah an peno1ong serta produk akhir
harus disimpan dengan sistem kartu
Untuk bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong harus
disebutkan nama, tanggal penerimaan, asal, jumlah penerimaan,
tanggal pengeluaran, jumlah pengeluaran, sisa akhir, tanggal
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan;
Untuk produk akhir harus disebutkan nama tanggal pembuatan, kode
produksi, tanggal penerimaan,jumlah penerimaan, tanggal
pengeluaran, tujuan pengeluaran. jumlah pengeluaran, sisa akhir,
tanggal pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.
B. Bahan berbahaya.
Bahan berbahaya seperti insektisida, rodentisida, desinfektan bahan yang mudah
me1edak dan lain-lain harus disimpan da1am ruangan tersendiri dan diawasi
sedemikian rupa, hingga tidak membahayakan atau mencemari bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong dan produk akhir.
C. Wadah.
Wadah dan pembungkus harus disimpan secara rapi ditempat yang bersih dan
terlindung dari pencemaran.
D. Label.
Label harus disimpan dengan baik dan diatur sedemikian rupa, hingga tidak
terjadi kesalahan da1am penggunaan.
E. Alat dan perlengkapan produksi.
Alat dan perlengkapan produksi yang telah dibersihkan dan dikenakan tindak
sanitasi yang belum digunakan harus disimpan sedemikien rupa, hingga
terlindung dari debu atau pencemaran lain.
2.2.14 Pemeliharaan(1)
A. Bangunan
Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan dikenakan tindak sanitasi
secara teratur dan berkala, hingga selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi
dengan baik.
B. Pencegahan masuknya binatang
Harus dilakukan usaha pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat,
unggas dan binatang lain ke dalam bangunan,
C. Pembasmian jasad renik, serangga dan binatang pengerat
Pembasmian jasad renik, serangga dan binatang pengerat dengan menggunakan
desinfektan, insektisida, atau rodentisida harus dilakukan dengan hati-hali dan
harus dijaga serta dibatasi sedemikian rupa, hingga tidak menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan manusia dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap bahan
baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta produk akhir.
D. Buangan
a) Buangan padat harus dikumpulkan untuk dikLibur, dibakar atau
diolah, sehingga aman.
b) Buangan air harus diolah dahulu sebelum dialirkan keluar,
c) Buangan gas harus diatur atau diolah sedemiklan rupa hingga tidak
mengganggu kesehatan karyawan dan tidak menimbulkan
pencernaran lingkungan.
E. Alat dan perlengkapan
a) Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan
yang:
Berhubungan Iangsung dengan makanan, harus dibersihkan dan
dikenakan tindak sanitasi secara teratur, sehingga tidak
menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir
Tidak berhubungan langsung dengan makanan harus selalu dalam
keadaan bersih.
b) Alat pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit
produksi harus bersih dan tidak boieh merusak barang yang diangkut
atau dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong
yang digunakan maupun produk akhir.
c) Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus bersih,
dapat melindungi produk itu, baik fisik maupun mutunya, sampai ke
tempat tujuan.

2.3 Pelayanan Perizinan Industri Farmasi


2.3.1 Alur Permohonan Perizinan Industri Farmasi
Dalam pelaksanaan pelayanan izin Industri Farmasi, pelaksana pelayanan
perizinan dan pemohon harus mengikuti alur tata cara perizinan sebagai
berikut :
a. Persetujuan Prinsip
Alur permohonan persetujuan prinsip Industri Farmasi

Gambar.1

b. Tata cara permohonan Persetujuan Prinsip Industri Farmasi


a) Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala dinas kesehatan
provinsi dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 1 terlampir.
b) Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemohon wajib mengajukan permohonan
persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala
Badan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 2 terlampir.
c) Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) diberikan oleh
Kepala Badan dalam bentuk rekomendasi hasil analisis Rencana
Induk Pembangunan (RIP) paling lama dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari kerja sejak permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diterima dengan menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam Formulir 3 terlampir.
d) Permohonan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diajukan dengan kelengkapannya.
e) Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama
dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam 6
Formulir 4 terlampir atau menolaknya dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 5 terlampir.
f) Pemohon izin industry farmasi dengan status Penanaman Modal
Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri yang telah
mendapatkan Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi
yang menyelenggarakan urusan penanaman modal, wajib
mengajukan permohonan persetujuan prinsip sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini.

c. Persyaratan Dan Evaluasi Persetujuan Prinsip


a) Persyaratan Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Farmasi
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi bahwa
pengaturan yang komprehensif sangat diperlukan dalam
mengantisipasi penerapan perdagangan internasional di bidang
farmasi, yang artinya dalam memproduksi obat dilakukan sesuai
dengan ketentuan Cara PembuatanObat yang Baik (CPOB).
b) Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Evaluasi Persetujuan Prinsip Industri
Farmasi
Surat permohonan
Ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI di Jakarta
Lokasi/ alamat harus jelas
Ditandatangani oleh Direktur atau Direktur yang ditunjuk atau
dikuasakan menangani urusan urusan perizinan dari
perusahaan tersebut
Dibuat sesuai dengan lampiran pada Permenkes 1799/2010
Foto kopi akte pendirian badan hukum
Perseroan Terbatas disahkan oleh Kementrian Hukum dan
HAM
Koperasi disahkan oleh Kementrian Koperasi
Maksud dan tujuan dalam Akte tercantum Bidang Farmasi
(PBF/Obat-obatan)
Foto kopi KTP /identitas direksi dan komisaris perusahaan Semua
yang tercantum dalam akte, sesuai akte PT. (asli)
Susunan direksi dan komisaris Sesuai yang tercantum dalam Akte
Pendirian PT/ Koperasi, bila ada perubahan - perubahan yang
dilampirkan adalah susunan yang terakhir (oleh notaris).
Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran
peraturan perundang - undangan di bidang farmasi. Dibuat oleh semua
yang tercantum dalam akte/ masing - masing di atas materai (asli) dan
jelas.
Foto kopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah Harus jelas, sesuai
lokasi.
Foto kopi surat izin tempat usaha berdasarkan UU Gangguan (HO)
Dari tiap tiap provinsi berbeda untuk penerbitan Undang
Undang gangguan : ada UUG atau ada SITU (Surat Izin
Tempat Usaha) yang dikeluarkan Bupati
Dikeluarkan sesuai izin yang berlaku setempat, alamat sesuai
dan
masih berlaku.
Foto kopi Surat Tanda Daftar Perusahaan Jelas / sesuai alamat.
Diterbitkan oleh Kepala Dinas Koperasi dan Perdagangan untuk DKI,
mencantumkan nama PT dan alamat jelas, masa berlaku 5 tahun.
Untuk propinsi lain diterbitkan oleh Kepala Dinas Kantor Pendaftaran
Perusahaan ( Kop Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi),
berlaku 5 tahun.
Foto kopi Surat Izin Usaha Perdagangan
Untuk DKI, pemerintah Prop DKI, Dinas Koperasi dan
Perdagangan nomor harus jelas.
Diterbitkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi untuk Kabupaten. Mencantumkan nama PT dan
alamat yang sama dengan domisili perusahaan.
Jenis usaha sesuai: farmasi/ obat-obatan.
Berlaku selama 5 tahun (diperpanjang)
Foto kopi NPWP Harus jelas penulisan nomornya dan sesuai alamat
perusahaan tersebut.
Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi Disyahkan oleh
Pemda setempat / Provinsi, Kab/Kota dengan stempel
Rencana Induk Pembangunan (RIP) Dikeluarkan oleh BPOM
Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing masing
Apoteker Penanggung Jawab Produksi, Apoteker Penanggung Jawab
Pengawasan Mutu, Apoteker Penanggung Jawab Pemastian Mutu
Foto kopi surat pengangkatan bagi masing masing Apoteker Penanggung
Jawab Produksi, Apoteker Penanggung Jawab Pengawasan Mutu, Apoteker
Penanggung Jawab Pemastian Mutu dari pimpinan perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN

Fungsi makanan untuk tubuh kita adalah sebagai sumber energi dan
Sebagai penghasil kalori dan pengatur suhu serta perlindungan tubuh oleh karena
itu Badan POM membuat aturan yaitu cara pembuatan makanan yang baik
(CPMB) yang digunakan semua industri-industri makanan di Indonesia sebagai
acuan dalam memproduksi makanan yang akan diedarkan keseluruh Indonesia,
dimana produk yang akan dipasarkan memenuhi semua persyaratan yang
ditetapkan. Adapun aspek CPMB terdiri dari 18 point dimana meliputi lokasi,
bangunan, fasilitas sanitasi, mesin/peralatan, bahan, pengawasan proses, produk
akhir, laboratorium, karyawan, pengemas, label dan keterangan produk,
penyimpanan, pemeliharaan dan program sanitasi, pengangkutan, dokumentasi
dan pencatatan, pelatihan, penarikan produk, dan pelaksanaan pengolahan.
Sedangkan pada aspek CPOB terdiri dari 12 point yaitu manajemen mutu,
personalia, penggunaan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu dan persetujuan, penanganan
keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
3.1 Cara Pendirian Industri Makanan
3.1.1 Prosedur Pengurusan Ijin Produksi Makanan
1. Pemohon mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada Kelapa
Dinas Kesehatan dengan dilengkapi persyaratan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Mempelajari surat permohonan untuk disesuaikan dengan persyaratan
yang telah ditentukan
3. Pemohon diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan pangan secara
kolektif
4. Pemeriksaan setempat sarana produksinya
5. Memberikan pertimbangan terhadap permohonan ijin yang diajukan.
6. Menyusun konsep ijin dan meneruskan kepada yang berhak menanda-
tangani berdasarkan ketentuan yang berlaku
7. Menanda-tangani konsep ijin
8. Menyampaikan surat keputusan ijin kepada pemohon setlah membayar
retribusi
9. Setelah permohonan diajukan, kemudian Dinas kesehatan akan melakukan
penyuluhan produksi pangan yang sesuai standar kepada pengelola.
Selama penyuluhan dan pelatihan ini, pihak Dinas Kesehatan juga akan
meninjau ke lokasi produksi.
Jika semua persyaratan sudah lengkap dan kondisi di lapangan sudah memenuhi
syarat maka ijin akan diberikan.

3.1.2 Persyaratan Ijin Usaha Industri Makanan


Surat Permohonan
Surat Keterangan Usaha dari Desa
Foto copy KTP
Foto copy NPWP
Materai
Foto copy Akte Pendirian bagi Badan Hukum
Foto copy Sertifikat / Bukti Kepemilikan Tanah
Foto copy HO
AMDAL, UKL / UPL atau SPPL

3.2 Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB)


Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) merupakan suatu pedoman
cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan tertentu
sesuai dengan tuntutan konsumen. Para produsen, retailer, pengusaha makanan
menggunakan GMP sebagai cara yang tepat untuk menghasilkan produk makanan
yang bermutu.
Secara umum CPMB terdiri dari desain dan kontruksi higienis untuk
pengolahan produk makanan, desain dan kontruksi higienis untuk peralatan yang
digunakan dalam proses pengolahan, pembersihan dan desinfeksi peralatan,
pemilihan bahan baku dan kondisi yang baik, pelatihan dan higienitas pekerja
serta dokumentasi yang tepat.
Cara produksi makanan yang baik meliputi aspek-aspek sebagai berikut ;
lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan,
produk akhir, laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label,
penyimpanan, dan pemeliharaan.

3.3 Cara Mengenali Makanan Yang Layak Dikomsumsi


Makanan yang beredar terdiri dari makanan yang dikemas dan yang tidak
dikemas (seperti jajan basah). Untuk makanan yang dikemas, apabila terjadi
perubahan kemasan seperti penyok, kembung atau robek/rusak kemasannya atau
labelnya rusak, sebaiknya tidak dikonsumsi. Untuk meyakinkan, konsumen dapat
membuka kemasan/wadah dan diperiksa bentuk, warna dan bau makanan.
Demikian juga untuk makanan yang tidak dikemas dilakukan pemeriksaan bentuk,
warna dan bau. Cara mengenal makanan rusak dari
deteksi wadah adalah sebagai berikut:
1) Permukaan kaleng tidak rata, disebabkan adanya tekanan gas dalam kaleng
sebagai akibat proses pengolahan pangan atau reaksi kimia.
2) permukaan kaleng cembung, disebabkan gas yang dihasilkan oleh
aktivitas mikroba.
3) Dasar kaleng cembung, disebabkan reaksi kimia yang menghasilkan gas
hidrogen.
4) Permukaan wadah menjadi karat karena adanya reaksi kimia.
Makanan yang memenuhi syarat dapat juga dikenali dari:
1) Nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat
danMakanan (MD atau ML diikuti angka 12 digit) dan Dinas Kesehatan K
abupaten/ Kota (P-IRT diikuti angka 12 digit).
2) Label yang berisi keterangan mengenai makanan yang bersangkutan: nama
produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama
dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan makanan ke
wilayah Indonesia, dan batas waktu daluarsa.
3) Wadah/kemasan makanan
4) Penampilan fisik makanan, baik bentuk, warna maupun bau. Pemeriksaan
kimia dan mikrobiologi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Industri pangan yang didalamnya tidak hanya produksi, pengolahan dan
distribusi yang terlibat di dalamnya, tetapi juga banyak melibatkan kegiatan lain
di luar Teknologi Hasil Pertanian, antara lain industri pengepakan, industri zat-zat
kimia yang membuat zat pengawet, zat pewarna. Industri makanan menghasilkan
berbagai produk pangan olahan dalam bentuk makanan tradisional maupun
modern. Produksi pangan olahan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan ekspor.

4.2 Saran
Sebelum mengurus Perizinan Industri Makanan sebaiknya dilakukan study
kelayakan untuk lebih meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi.

Anda mungkin juga menyukai