Anda di halaman 1dari 39

Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu

Kabupaten Jepara

BAB 3
METODE PELAKSANAAN

3.1. PENDEKATAN
Pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Detail Engineering Design (DED)
Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu Kabupaten Jepara secara umum akan
dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan/kegiatan ini berjalan dengan baik sesuai
dengan Standart Nasional Indonesia selesai tepat pada waktunya dan sesuai dengan
mutu yang disyaratkan, serta tidak menyimpang dari Kerangka Acuan Kerja yang
telah ditetapkan, sehingga hasil pekerjaan ini dapat dijadikan acuan dalam
pembangunan pengembangan Masterplan PPI di lokasi lahan yang menjadi wilayah
kajian perluasan Kantor Pelabuhan Jepara
Dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan yang relatif singkat maka
agar pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu serta dengan mutu yang
dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan personil pelaksana yang sudah
berpengalaman dalam bidang perencanaan Detail Desain Prasarana Pelabuhan.
Dalam bab ini akan diuraikan usulan metode pendekatan pelaksanaan pekerjaan
tersebut diatas, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan konsultan dalam
menangani proyek -proyek sejenis.

3.1.1. Pendekatan Permasalahan


Pelabuhan perikanan merupakan suatu wilayah yang terdiri dari daratan
dan lautan yang di dalamnya terdapat berbagai aktivitas seperti tambat labuh
kapal, bongkar muat, pendaratan hasil tangkapan dan aktivitas perikanan lainnya.
Keberadaan pelabuhan perikanan sangat penting dalam menunjang
aktivitas perikanan tangkap. Pelabuhan perikanan mampu membantu usaha
nelayan, pedagang ikan, pengolah hasil perikanan dan pengusaha perikanan
untuk meningkatkan pendapatan dan menghemat biaya usaha. Sehingga

III-1
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

diperlukan pengembangan bagi sebuah pelabuhan perikanan untuk


meningkatkan fungsinya.
Kabupaten Jepara secara geografis memiliki potensi sumberdaya kelautan
dan perikanan yang prospektif. Sebagai daerah pesisir di wilayah pantai Utara
Jawa, Kabupaten Jepara memiliki 12 Tempat pelelangan Ikan (TPI) yang telah
dibangun dan beberapa tempat pendaratan kapal/perahu nelayan tradisional
lainnya serta satu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karimunjawa. TPI dengan
produksi dan nilai lelang terbesar yang ada di Kabupaten Jepara adalah TPI
Ujungbatu dengan menyumbang sekitar 70% produksi perikanan laut Kabupaten
Jepara. TPI Ujungbatu pada awalnya merupakan relokasi TPI Jobokuto yang
berada diatas tanah untuk perluasan Kantor Pelabuhan Jepara. Lokasi TPI
Ujungbatu berada di muara Sungai/Kali Wiso Kelurahan
Ujungbatu Kecamatan Jepara dengan posisi langsung ,menghadap kelaut
lepas, diatas tanah Negara hasil reklamasi pantai seluas 2 Ha. Dengan areal dan
produksi tersebut, maka TPI Ujungbatu sudah memenuhi kriteria untuk dapat
ditingkatkan kelasnya mejadi Pelabuhan Perikanan Tipe D (Pangkalan Pendaratan
Ikan/ PPI) atau Tipe C (Pelabuhan Perikanan Pantai/ PPP).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 45/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan
Nasional (RIPPN) yang tercantum di Lampiran, bahwa ada 11 Pelabuhan
Perikanan di Kabupaten Jepara, salah satunya adalah TPI Ujungbatu (tertulis PP.
Jobokuto) dimana dalam RIPPN masuk klasifikasi Pelabuhan Perikanan Tipe D
(Pangkalan Pendaratan Ikan) . Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka
Pemerintah Kabupaten Jepara perlu mempersiapkan Masterplan maupun DED
Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu karena berdasarkan arah pelaksanaan
RIPPN kedepan adalah meningkatkan fasilitas dan operasional sehingga rencana
pelabuhan perikanan dapat ditingkatkan dan ditetapkan statusnya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Aspek pendekatan permasalahan dalam pekerjaan masterplan dan DED ini
dimaksudkan adalah pemahaman lingkup pekerjaan dan persyaratan
persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan ini. Dengan

III-2
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

memiliki pemahaman yang lengkap dan benar mengenai atau lingkup pekerjaan
yang dihadapi, konsultan dapat menentukan metoda kerja yang tepat dan efisien
untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan sebaik baiknya.
Di dalam melaksanakan kegiatan ini konsultan menentukan pendekatan -
pendekatan permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan terhadap kebijakan pemerintah tentang rencana tata ruang
(RTR).
2. Pendekatan Lingkungan dan konservasi pesisir.
3. Pendekatan teknis konstruksi.
4. Pendekatan terhadap kelayakan.
5. Azas Manfaat.

a) Pendekatan terhadap kebijakan pemerintah tentang RTR


Di dalam membuat Penyusunan Masterplan dan Detail Engineering Design
(DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu Kabupaten Jepara ini tidak
boleh menyimpang dari kebijakan pemerintah pusat maupun daerah tentang
rencana tata ruang daerah pesisir pantai kabupaten Jepara, dimana
peruntukan pada daerah tersebut adalah untuk pemanfaatan sebagai wilayah
pengembangan pelabuhan. Berdasarkan rencana peruntukan tersebut maka
didalam perencanaanya tetap mengacu pada hal tersebut.
b) Pendekatan Lingkungan dan konservasi pesisir
Mengingat dampak suatu pendalaman alur (pengerukan) kolam pelabuhan
dan pembangunan dermaga selalu mengakibatkan dampak positif serta
dampak negatif, maka pendekatan lingkungan dan konservasi pesisir
sangatlah diperlukan dengan tujuan untuk memantau serta mengurangi
dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan serta ekologi pesisir.
c) Pendekatan Teknis Konstruksi
Setelah permasalahan didekati dari sisi non teknis, maka perlu juga adanya
pendekatan teknis konstruksi terhadap sarana dan prasarana lingkungan
pelabuhan yang dibangun.
d) Pendekatan Terhadap Kelayakan

III-3
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Dari hasil perencanaan yang ada harus ada pendekatan kelayakan, baik
kelayakan teknis maupun kelayakan non teknis.
e) Azas Manfaat
Dari semua peninjauan yang dilakukan yang paling penting adalah azas
manfaat, dimana hasil dari pembangunan ini harus bermanfaat baik terhadap
masyarakat setempat maupun terhadap masyarakat Indonesia pada
umumnya.

3.1.2. Pendekatan Operasional


Untuk pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Detail
Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu Kabupaten
Jepara CV. Studi Teknik melibatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan proyek Detail Desain Prasarana Pelabuhan, sesuai dengan
ketetapan personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk memperlancar tugas,
pelaksanaan pekerjaan akan didukung oleh fasilitas penunjang berupa peralatan
yang memadai dan sistem kerja yang seefisien mungkin. Unsur-unsur utama yang
mendukung dan mempengaruhi jalannya operasional proyek meliputi :
a. Personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang)
Dalam organisasi tersebut, demi kelancaran proses koordinasi dengan
Pengguna Jasa, maka Konsultan akan selalu berkoordinasi melalui Tim Teknis
yang ditunjuk Pengguna Jasa. Organisasi ini akan dipimpin oleh seorang
Team Leader yang akan membawahi tenaga ahli dan tenaga pendukung
pekerjaan sesuai dengan ketentuan.
b. Organisasi
Organisasi pelaksana pekerjaan disusun untuk memudahkan pengaturan
tugas dan tanggung jawab personil pelaksana sesuai dengan penugasannya
masing-masing dan lintasan instruksi serta koordinasi di antara para tenaga
ahli. Dengan sistem organisasi yang baik diharapkan tercipta suatu sistem
kerja yang efektif sehingga pekerjaan dapat berjalan lancar, selesai tepat
waktu dengan kualitas yang prima.
c. Sistem Koordinasi

III-4
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Sistem koordinasi pelaksanaan pekerjaan yang akan diterapkan adalah selalu


berhubungan dengan pihak Pengguna Jasa serta instansi terkait lainnya, baik
dalam rangka pengumpulan data maupun pada saat konfirmasi hasil
kegiatan yang berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab instansi
tersebut. Koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait sangat diperlukan
demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi, maka dalam setiap pengambilan
keputusan penting, Konsultan akan selalu berkoordinasi dengan Pengguna
Jasa ataupun dengan Tim Teknis. Diskusi dan pembahasan laporan pekerjaan
bersama Pengguna Jasa/ Tim Teknis akan senantiasa dilengkapi dengan
notulensi dan berita acara yang ditandatangani bersama.
d. Fasilitas Kerja
Fasilitas pendukung pekerjaan sangat berperan dalam menciptakan
kelancaraan pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan, baik yang digunakan
di kantor maupun di lapangan.
e. Tempat (kantor dan base camp)
Seluruh kegiatan pekerjaan yang bersifat desk study akan dikerjakan di
kantor konsultan. Untuk kegiatan pekerjaan di lapangan khususnya untuk
survei primer dan pengumpulan data sekunder, Tim Personil Pelaksana
(Surveyor) akan mengunjungi lokasi yang mewakili karakteristik wilayah
Pelabuhan Jepara. Fasilitas base camp di lokasi survei menyesuaikan dengan
ketersediaan fasilitas dan anggaran.
Secara diagram, pendekatan operasional pelaksanaan pekerjaan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :

III-5
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Gambar 5.1. Pendekatan operasional pelaksanaan pekerjaan

3.1.3. Pendekatan Perencanaan


Dalam pembuatan Rencana Penyusunan Masterplan dan Detail Engineering
Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu Kabupaten Jepara, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Asumsi rancangan
Penetapan rancangan
Berdasar kajian lokasi terpilih, fungsi dan kriteria rancangan sarana dan
prasarana Materplan dan DED, maka disusun beberapa konsep rancangan.
Konsep rancangan tersebut disusun berdasar kajian rinci di lapangan yang
meliputi kajian aspek geoteknis dan perencanaan sipil.

III-6
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Dari berbagai konsep yang dikembangkan, dilakukan verifikasi di lapangan


untuk menguji akseptabilitas dari masyarakat. Verifikasi dan kaji solusi dilakukan
melalui rembug dengan masyarakat (Focus Group Discussion) melalui tokoh
formal dan informal. Dari hasil rembug dengan masyarakat diharapkan akan
diperoleh alternatif konsep rancangan yang akseptabel. Konsep rancangan yang
akseptabel tersebut yang kemudian dirinci dalam rancangan rinci untuk
dilaksanakan.
Gambar gambar rencana teknis nantinya akan ditampilkan dalam album
gambar format kertas laporan dalam A3. Secara prinsip hasil rancangan Detail
Engeneering Desain berupa gambar gambar desain rancangan Penyusunan
Masterplan dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan
Ujungbatu Kabupaten Jepara tersaji pada contoh-contoh dibawah sebagai
berikut:

Gambar 5.2 Contoh Layout masterplan Pelabuhan Pendaratan Ikan.

III-7
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Gambar 5.3 Contoh Rencana Dermaga (potongan melintang)

Gambar 5.4 Contoh Rencana Revetment (potongan melintang)

III-8
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Gambar 5.5 Contoh Rencana Layout Jetty

Gambar 5.6. Contoh Gambar Rencana Jalan Dan Penerangan Jalan

BUBUNGAN CELLULOSE BITUMEN


ATAP CELLULOSE BITUMEN
+8.50

ATAP CELLULOSE BITUMEN


+4.60

LIST PLANK KAYU 3 / 30


KONSOL 5 / 7

+3.10
+2.70 KOLOM 25 / 25 FINISHING
KERAMIK 20 / 25 JENDELA
COLD BOX STORAGE

KRAN AIR KRAN AIR KRAN AIR

+ 0.60 RABAT BETON t = 10 cm


+0.60
+ 0.10 + 0.10
+0.00
GOT U 30

150 300 333 333 333 300 150

Gambar 5.7 Contoh Bentuk Bangunan Laboratorium Riset Dan Penelitian (potongan)

III-9
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Gambar 5.8 Contoh Bentuk Bangunan Laboratorium Riset Dan Penelitian (denah)

3.2. METODOLOGI
3.2.1. Tahapan Persiapan dan Survey Pendahuluan
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja maka diperlukan suatu
persiapan maupun perencanaan pekerjaan yang baik, dimana pada akhirnya
kesiapan dan perencanaan yang baik tersebut akan berpengaruh pada
keberhasilan pekerjaan ini. Pekerjaan persiapan ini, meliputi koordinasi dengan
instasi terkait dan masyarakat/nelayan serta stakeholders terkait (Instansi
Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI AL, HNSI, LSM, Perguruan Tinggi, Tokoh
Masyarakat dll). Untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan mulai dari Tahap
Persiapan, Survey Pendahuluan hingga Pelaporan Akhir, maka konsultan akan
menyajikan dalam diagram alir pekerjaan sebagai berikut ini (Gambar 5.9)

III-10
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Persiapan
- Peta Rupa Bumi
Koordinasi, dan Sosialisasi - Data Pasang surut
- Data Angin jam2an
Inventarisasi data sekunder - Data Perikanan
- Jurnal harga bahan
material dan upah
Identifikasi masalah
- Studi Terdahulu

Laporan Pendahuluan
Tidak
u
Diskusi
Lap. Pendahuluan

Ya
- Data Batimetri
Survei lapangan/pengumpulan data primer - Data Topografi
- Data Pasang surut

Analisa Data
- Analisa Pasang-surut
- Analisa Angin
Laporan Antara - Analisa Gelombang
- Simulasi Pemodelan
Tidak Gelombang
u - Evaluasi Sarana &
Diskusi FGD Prasarana Eksisting
Lap. Antara
Ya - Analisa Kebutuhan Fasilitas
- Penyusunan Masterplan

Analisa Struktur Fasilitas PPI

Penyusunan DED

Draft laporan
Tidak
u
Diskusi
Lap. Draft Akhir

Ya

Laporan Akhir

Gambar 5.2. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan

III-11
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Maksud dari survey pendahuluan ini adalah untuk mengetahui kondisi dan
permasalahan yang ada daerah survey, dalam rangka penyiapan pelaksanaan
survey lapangan yang meliputi:
a. Menghubungi instansi-instansi terkait di daerah sehubungan dengan
program pembangunan sektoral/regional dan perencanaan pengembangan
wilayah di lokasi studi.
b. Inventarisasi kondisi fisik dan permasalahan di lokasi studi serta penilaian
tingkat kerusakan pantai yang telah terjadi.
c. Penentuan referensi pengukuran dan batas lokasi survey.
d. Pencarian daerah Quarry (sumber material).
Sedangkan metodologi yang dilakukan dalam Survey Pendahuluan adalah
sebagai berikut :
Pengamatan morfologi pantai dari citra satelit google, peta rupa bumi
Indonesia, peta lingkungan pantai untuk memperkirakan arah angkutan
sedimen secara preliminary.
Melihat rona lingkungan:
- Vegetasi apa saja di darat
- Jenis kerusakan yang terjadi
- Bagaimana lingkungan di perairannya
- Berapa banyak nelayan yang mendaratkan ikannya di lokasi
- Seberapa jauh sampah hanyut dari garis pantai
- Warna dan besar butiran pasir pantai
- Kemiringan profil pantai
- Karakteristik gelombang pecah, perioda gelombang dll.

3.2.2. Pengumpulan Data Sekunder


Dalam tahap inventarisasi dan identifikasi data dilakukan dengan cara
pengumpulan data sekunder maupun laporan-laporan dari studi terdahulu, hal ini
merupakan bagian terpenting dalam pekerjaan ini. Setelah kondisi dan
permasalahan yang timbul di lokasi pekerjaan dapat diidentifikasi serta hasil
analisis telah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menyusunan rancana

III-12
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

kerja untuk pengambilan data primer maupun grouncheck kondisi lapangan,


selain itu akan dilakukan juga pembuatan konsep awal pembuatan Laporan. Data
sekunder yang dapat menunjang dalam pekerjaan ini antara lain:

Tabel 5.1. Kebutuhan Data Sekunder

No Data Variabel Sumber data


1 Data Sosial - Kependudukan BPS, Bappeda dan
Ekonomi, - Sarana Prasarana Sosial Bappedalda setempat
lingkungan - Demografi dan Tingkat
dan Kebijakan Pendidikan
Pemerintah
- Kesehatan dan Sanitasi
- Mata Pencaharian
- Pendapatan per Kapita
2 Rencana RTRW, RDTR, dll Bappeda, Dinas Tat Ruang,
pembangunan Biro Tata Ruang Prov. DKI
Daerah, Jakarta
Rencan Tata
Ruang
3 Data Harga Harga bangunan Dinas Cipta Karya, Bappeda
Bangunan dan Upah atau Dinas Perindustrian
Material
4 Peta Rupa Peta peta regional kawasan Bakosurtanal
Bumi kawasan lokasi pekerjaan
Pantai Kamal
5 Data Kapal Jumlah kapal keseluruhan yang Pelindo, Instansi Terkait
yang merapat merapat
6 Data Hidro- Pasut, Gelombang, Angin Studi Tedahulu yang pernah
Oseanografi dilakukan atau Instansi
Terkait

3.2.3. Pengumpulan Data Primer dan Metode Analisis Data


Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengamatan dan
pengukuran kondisi lapangan atau survey berupa pengukuran data kondisi hidro-
oseanografi. Kegiatan pengumpulan data primer serta analisis yang dilakukan
pada pekerjaan ini antara lain :
Data Batimetri

III-13
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Data Topografi
Data Pasang-surut

1. Data Bathimetri
Secara garis besar metode pengukuran Batimetri meliputi :
Pengukuran Batimetri dilaksanakan untuk mendapatkan gambar batimetri
laut skala 1 : 10.000. Panjang minimum 2 km sepanjang pantai dan ke arah
laut sepanjang minimum 1 km sampai kedalaman 20 meter atau sesuai
dengan KAK.
Grid pengukuran yaitu 50 m sejajar garis pantai dan 50 m tegak lurus garis
pantai.
Pengukuran kedalaman muka air laut dilakukan dengan menggunakan
alat echosounder yang dilakukan dari atas kapal. Koordinat titik titik
pengukuran didapat dengan menggunakan alat GPS.
Pada saat pengukuran bathimetri, dilakukan juga pengukuran pasang
surut dengan interval pengukuran data pasang surut setiap 10 menit.
Perhitungan konversi kedalaman laut dijadikan sebagai elevasi dasar laut
yang dilakukan dengan mengambil titik referensi Mean Sea Level (MSL)
yang diperoleh dari analisis data elevasi muka air saat pengukuran.
Kedalaman perairan yang sebenamya dan garis kontur dasar laut
diperoleh dengan superposisi (memadukan) data pengukuran batimetri
dan elevasi saat pengukuran sebagai angka koreksi pembacaan palem
pasut.
Standart pengukuran batimetri menggunakan : Standard IHO 44, LPI SNI
19-6726-2002 dan LPI SNI 19-6727-2002, IHO S-57
Kecepatan kapal berlayar max 3 knot.
Menggunakan Single Beam EchoSounder dan atau sub bottom profiller
untuk mengukur kedalaman dan kondisi dasar perairan dengan penetrasi
minimum 500 cm dari dasar.

III-14
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Mengikatkan elevasi nya (mencatat) posisi muka air pada peilschaal


pengukuran pasang surut, untuk pengikatan elevasi. Elevasi hasil
pengukuran batimetri diikatkan terhadap LLWL (Lowest Low Water Level).

Gambar 5.3. Metode Pengukuran Batimetri

Gambar 5.4 Alat Yang Digunakan Dalam Kegiatan Pengukuran Batimetri

A. Prinsip Kerja Pemeruman


Pemeruman dilakukan dengan menggunakan peralatan perum gema
(echosounder) jenis portable. Pada prinsipnya echosounder memancarkan

III-15
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

gelombang akustik ke dasar laut, lalu dipantulkan oleh dasar laut dan
diterima kembali oleh echosounder. Berdasarkan waktu tempuh gelombang
dari tranducer dasar laut transducer, two way travel time, dan
pengetahuan cepat rambat gelombang akustik dalam medium air laut, maka
kedalaman laut dapat ditentukan, sebagai berikut :

d = 0,5 x (Txc) + k
dimana :
d = Kedalaman
T = Waktu tempuh bolak balik (two way travel time),
c = Cepat rambat gelombang akustik di medium air laut,
k = Faktor koreksi yang terdiri dari koreksi pasut dan koreksi draft.

Pemeruman merupakan kegiatan pengukuran kedalaman air, pengukuran


posisi horizontal dan pengamatan pasang-surut air laut pada saat yang
bersamaan. Pemeruman dilakukan pada jalur-jalur sounding yang telah
direncanakan pada peta preplot digital yang dapat terbaca didalam
komputer dengan dilengkapi perangkat lunak navigasi dan digabung dengan
alat penerima GPS serta Echosounder dengan cara sebagai berikut :
- Echosounder yang tersedia dihubungkan dengan software khusus yang
berhubungan dengan GPS sehingga dapat dilakukan pemeruman secara
otomatis titik koordinat yang diinginkan (Echosounder tidak berfungsi
bila tidak pada koordinat yang diinginkan). Dengan cara tersebut, setiap
titik kedalaman (Z) secara otomatis mempunyai koordinat (X,Y) yang
terekam pada komputer. Sebelum dilakukan pemeruman, echosounder
harus dikoreksi terlebih dahulu dengan melakukan barchek. Barchek ini
dilakukan untuk memastikan bahwa hasil record dari echosounder sesuai
dengan kedalaman (menyesuaikan kecepatan suara). Selain itu barchek
ini juga harus dilakukan apabila dianggap bahwa terjadi perubahan
posisi echosounder dan penggantian part.
- Posisi dan Navigasi. Penentuan posisi titik perum dilakukan dengan GPS.
Sinyal dikirimkan dari stasiun referensi ke GPS. Untuk memandu manuver
kapal survey agar mengikuti lintasan yang telah ditetapkan digunakan

III-16
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

sistem navigasi digital berbasis komputer. Semenjak kemampuan


Selective Availability (SA) tidak lagi diaktifkan oleh pengelola GPS
(Pemerintah Amerika Serikat), ketelitian pengukuran yang didapatkan
oleh GPS stand alone 12 channel dapat mencapai 3 hingga 7 meter.
Namun demikian direncanakan untuk menggunakan diferensial GPS
secara post proccess agar didapatkan ketelitian kurang dari 3 meter
dalam skala yang luas.

Gambar 5.5 Skema Perhitungan Kedalaman Laut

III-17
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Gambar 5.6 Contoh Peta Bathimeri Yang Telah Dilakukan Oleh Konsultan

III-18
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

2. Data Pasang Surut


A. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data pasang surut dimaksudkan sebagai data dasar dalam
menganalisis kondisi eksisting pasang surut di lokasi pekerjaan, sehingga
baik tipe pasut maupun range pasut dapat digunakan untuk mendukung
kegiatan pengembangan wilayah maupun kegiatan lainnya.
Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui :
Tipe Pasang Surut
Mean Sea level (MSL), Mean Higest High Water Level (MHHWL) , Mean
High Water Level (MHWL), Mean Low Water Level (MLWL) dan Mean
Lowest Low Water Level (MLLWL)
Tunggang air maksimum, minimum dan rata rata.

Metode pengamatan pasang-surut meliputi beberapa hal di bawah ini :


Kriteria lokasi pengamatan pasang-surut adalah tersedianya informasi
awal tentang kondisi lokasi, diutamakan pada lokasi yang sudah ada
stasiun pengamatan pasang-surut dari Dishidros TNI-AL atau
Bakosurtanal.
Untuk penentuan sifat pasut dan konstanta serta Mean sea level
dilakukan pengamatan pasut selama minimal 14 hari secara terus
menerus dengan pembacaan alat ukur ketinggian muka air (peil schall
atau AWLR) setiap 1 Jam.
Kondisi lingkungan stasiun pasut tidak terletak diujung tanjung yang
lancip.
Lokasi stasiun pasut stabil; terlindung dari ombak besar, angin, lalulintas
kapal/perahu; serta tidak di daerah yang mempunyai arus kuat.
Kedalaman minimum air laut pada statiun pasut minimum 1 (satu) meter
di bawah permukaan air laut terendah.
Diikatkan pada BM yang permanen dan stabil. Yang dimaksud dengan
titik ikat, adalah titik yang dijadikan sebagai titik acuan (reference point),
dimana semua pengukuran baik poligon maupun waterpass berawal dan
berakhir pada titik tersebut. Dengan digunakannya titik ikat/ reference

III-19
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

point, maka didapatkan kesamaan sistem baik untuk koordinat maupun


ketinggian detail-detail terukur antara gambar desain dan penerapannya
di lapangan.

Leveling Palem Pasut

2m
BM

Permukaan Air Laut

1m

Dasar Laut

Gambar 5.10 Ilustrasi Pengamatan Pasang Surut Menggunakan Peil Schall

B. Metode Analisis Data


Analisis Data Pasut dan Penentuan Elevasi Penting
Analisa data pasut dilakukan untuk memperoleh parameter-parameter
pasang-surut, antara lain:
- Komponen pasang - surut
- Elevasi muka air acuan dan elevasi penting lainnya
Untuk memperoleh parameter tersebut, dilakukan analisis data pasut
menggunakan Metode Least Square dengan terlebih dahulu melakukan
filtering terhadap data yang diperoleh dari lapangan. Selanjutnya dari
parameter tersebut diatas dapat dihitung atau dilakukan penganalisisan lebih
lanjut mengenai sifat dan karakteristik pasang-surut di lokasi pekerjaan.
Metode Penguraian Pasang Surut
Pasang surut laut dihasilkan oleh gaya tarik bulan, matahari dan benda langit
lainnya, yang disebut sebagai faktor astronomis. Sepanjang penjalarannya

III-20
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

gelombang pasang surut dipengaruhi oleh topografi dasar laut, morfologi


pantai serta kondisi meteorologi. Komponen pasang surut yang dihasilkan
oleh faktor-faktor astronomis merupakan gelombang harmonik (periodik),
sedang pengaruh meteorologis tidaklah periodik, bahkan seringkali hanya
menghasilkan efek sesaat saja.
Tinggi muka air oleh pasang surut merupakan jumlah dari banyak sekali
komponen pasang, sehingga dapat dituliskan sebagai persamaan berikut :

dimana :

Analisis harmonik pasang surut dapat dilakukan dengan cara Least


Square. Metode ini merupakan metode untuk mencari solusi dari persamaan
(1). Kalau kita mengabaikan faktor meteorologis, maka persamaan diatas
dapat dituliskan sebagai:

dimana :
Ai dan Bi = konstanta harmonik dari komponen ke i,
k = jumlah komponen pasut yang dihitung,

III-21
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

tn = waktu pengamatan (dimana n=-n , -n+1,.. ,0, 1,..n-1,n, dengan


n=0 merupakan waktu tengah pengamatan)

Dengan analisis harmonik pasang surut, solusi persamaan tersebut di hitung


dengan asumsi persamaan linier, yang menghasilkan :
Tinggi muka laut rata-rata ( Mean Sea Level MSL)

Amplitudo dari n buah komponen pasut

Ketertinggalan phasa dari n komponen pasut

Sedemikian hingga persamaan pertama tanda i dapat dituliskan sebagai


berikut :

Hasil akhir penguraian pasang-surut adalah parameter amplitudo dan beda


fase dari masing-masing komponen pasang-surut. Komponen pasang-surut
yang dihasilkan oleh metode Least Square ada 9 (sembilan) buah yaitu M2,
S2, N2, K2, K1, O1, P1, M4, dan MS4.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode Least Square guna
mendapatkan 9 (sembilan) konstanta harmonis pasut.
Dihitung dan dianalisis juga sifat dan karakteristik pasut pada wilayah
perairan daerah tersebut antara lain menyangkut :
- Kedudukan muka surutan, chart datum dan Mean Sea Level, Mean
High Water Level, Mean Low Water, Mean Lowest Low Water
- Tipe pasang-surut

III-22
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

- Tunggang air maksimum


- Prediksi tinggi air dari waktu ke waktu.
- Konstanta Pasut (Tidal Constanta) dihitung menggunakan formula,
yaitu:
1 + 1
=
2 + 2

dimana :
F = Konstanta pasut
AK1 = Amplitudo dari anak gelombang pasut harian rata-rata
yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari
AO1 = Amplitudo dari anak gelombang pasut harian tunggal
yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari
AM2 = Amplitudo dari anak gelombang pasut harian ganda rata-
rata yang dipengaruhi oleh bulan
AS2 = Amplitudo dari anak gelombang pasut harian ganda rata-
rata yang dipengaruhi oleh matahari
Apabila harga F memiliki nilai :
0 < F < 0,25 : Sifat pasut termasuk Harian Ganda Murni
0,25 < F < 1,50 : Sifat pasut termasuk Campuran Condong harian
Ganda
1,50 < F < 3,0 : Sifat pasut termasuk Campuran Condong harian
Tunggal
3,0 < F : Sifat pasut termasuk Harian Tunggal Murni

C. Penentuan Muka Air Acuan


Setelah diperoleh kesembilan komponen pasut ini maka dilakukan peramalan
elevasi muka air terhadap suatu selang waktu yang lebih panjang dari selang
waktu pengamatan pasang-surut untuk mendapatkan elevasi muka air acuan.
Dalam penentuan elevasi muka air acuan ini digunakan elevasi karakteristik
dari perilaku muka air hasil peramalan pasut selama 20 tahun. Untuk
meramalkan elevasi muka air pasut ini digunakan prinsip penjumlahan

III-23
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

trigonometrik dari masing-masing harga amplitudo dan beda fase dari


masing-masing komponen pasut yang telah sebelumnya.
Program komputer yang digunakan untuk meramal pasang-surut ini adalah
Program DINA-TIDE.
Untuk memastikan bahwa hasil pengolahan data pasang surut dengan
metode admiralty mempunyai tingkat akurasi yang cukup baik, maka
komponen-komponen hasil dari pengolahan data pasut digunakan untuk
memprediksikan lagi kejadian pasang surut pada waktu pengamatan dengan
menggunakan model metode least square. Dari hasil yang diperoleh terlihat
bahwa pola pasang surut hasil pengamatan dan hasil prediksi dengan model
metode least square mempunyai pola yang berimpit (hampir sama) seperti
pada gambar di bawah ini.

Verivikasi Hasil Pengukuran dan Peramalan Data Pasang Surut Di Perairan Teluk Pacitan
300

250
Elevasi Muka Air Laut (cm)

200

150

100

50

Waktu Pengukuran Lapangan Ramalan

Gambar 5.11 Contoh Verifikasi Data Hasil Pengukuran Dan Ramalan Pasang Surut

3. Data Topografi
A. Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat peta topografi daerah lokasi yang
akan digunakan untuk Penyusunan Masterplan dan Detail Engineering Design
(DED) Pelabuhan Ujungbatu Kabupaten Jepara.
B. Peralatan Survey Lapangan,
Peralatan yang digunakan adalah :

III-24
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Kamera digital
GPS TRIMBLE
Waterpass beserta 2 unit rambu ukur
Theodolit T 2 beserta 2 unit prisma
pita ukur 50 meter
rol meter, dan sebagainya
Sedangkan Software, yang digunakan adalah :
a) PCI Geomatica V.9.1.
b) ER Mapper 6.1
c) AutoCAD 2000
d) Arc/Info Ver. 3.5.1
e) Arcview Ver. 3.2
f) MS Word/MS Exel/MS Access
g) Sistem Operasi DOS dan Windows XP/2000.
Koordinat horizontal (x, y) mengacu kepada koordinat lokal, sedangkan
referensi ketinggian yang dipergunakan adalah titik: 0.0 m LWS.
Survey topografi yang dilakukan, terdiri dari 4 jenis kegiatan :
i. Pengukuran Pengikatan/Penentuan Titik Referensi
Titik referensi adalah suatu titik geodetik di permukaan bumi yang
dibuat agar segala sesuatu kegiatan yang berkaitan dengan pengukuran
horizontal maupun vertikal dapat mengacu pada kordinat titik tersebut.
Dalam kegiatan survey topografi dan hidro-oseanografi ini, titik referensi
diambil disebelah Barat daerah survey menggunakan GPS geodetic merk
Geo-Explorer II dengan ketelitian dibawah 1 (satu) meter.
ii. Pengukuran Poligon
Dimaksudkan untuk mendapatkan posisi horisontal (x, y). Dalam
pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan
yaitu Jarak dan Sudut Jurusan. Pengukuran poligon dilakukan dengan
menggunakan Theodolit Total Station merk Sokkia set 48.
iii. Pengukuran Sipat Datar

III-25
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik polygon dan


diikatkan pada titik referensi. Pekerjaan ini dilakukan untuk mendapatkan
data-data posisi bangunan, jalan, saluran yang ada maupun elevasi
permukaan tanah di areal yang dipetakan.
Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
b. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan
rambu belakang menjadi rambu muka.
d. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan
rambu lengkap.
e. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 2 mm.
f. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m
g. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
h. Toleransi salah penutup beda tinggi (T).


T 8 D mm (1)

dimana:
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.

C. Persiapan Pekerjaan
Persiapan yang perlu dilakukan oleh tim pengukuran adalah sebagai berikut :
- Inventarisasi dan pemahaman peta-peta yang diperlukan, termasuk
diantaranya peta lokasi studi dan peta-peta serta gambar desain yang
berlaku.
- Persiapan dan pemahaman data-data pendukung lain seperti koordinat
titik-titik acuan terdekat yang ada, laporan-laporan yang terkait dan
sebagainya.
- Persiapan dan mobilisasi personil tim yang dilibatkan.
- Persiapan dan mobilisasi peralatan yang digunakan.
- Orientasi lapangan guna pengenalan areal yang akan diukur.

III-26
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

D. Penentuan Titik Ikat


Yang dimaksud dengan titik ikat,
adalah titik yang dijadikan sebagai
titik acuan (reference point), dimana
semua pengukuran baik poligon
maupun waterpass berawal dan
berakhir pada titik tersebut. Dalam
hal ini pengecekan ulang terhadap nilai koordinat dan elevasi BM-BM yang
ada di lapangan perlu dilakukan agar pada saat pekerjaan selanjutnya dapat
diyakini posisi-posisi yang ditentukan di lapangan.
Dengan digunakannya titik ikat/reference point, maka akan didapatkan
kesamaan sistim baik utuk koordinat maupun ketinggian detail-detail
terukur antara gambar desain dan penerapannya di lapangan. Titik ikat ini
adalah titik ikat yang juga digunakan pada pelaksanaan desain.

E. Pengukuran Poligon Utama


Poligon, atau yang biasa disebut pula dengan kerangka kontrol horisontal,
merupakan dasar untuk menentukan arah dan posisi suatu titik berdasarkan
nilai dari besaran x (absis) dan y (ordinate) yang dimiliki oleh titik titik
tersebut. Pada prinsipnya, besaran-besaran yang perlu diukur pada
pembuatan kerangka kontrol horisontal ini adalah jarak datar, sudut
horisontal, azimuth dan titik awal. Dalam hal ini titik awal didapatkan dari
pengikatan ke titik acuan. Perhitungan poligon yang dipergunakan
dipekerjaan ini menggunakan perhitungan poligon tertutup, dengan cara
koreksi sudut sebagai berikut :
Untuk poligon tertutup, hitungan salah penutup sudut adalah sebagai
berikut :
= - ( (n - 2)* 1800)
dimana :
= Koreksi salah penutup sudut
= Sudut-rata-rata hasil bacaan

III-27
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

= Jumlah sudut dalam rata-rata hasil bacaan


N = Jumlah titik yang diukur

Koreksi setiap sudut :


= /n
- Sudut definitif :
2 = 1 +
- Azimuth definitif :
i = i-1 + i - 1800
Dimana :
1 = Azimuth hitungan
i-1 = Azimuth yang diketahui

Salah penutup absis dan ordinat :


x = X
y = Y
Dimana :
fX = Jumlah total salah penutup absis
fY = Jumlah total salah penutup ordinat

i. Koreksi koordinat :
di
Vxi = * fx
di

di
Vyi = * fy
di
Dimana :
Vxi = Koreksi absis titik ke - i
Vyi = Koreksi ordinat titik ke i
i = Nomor titik / stasiun poligon
di = Jarak ke i

Koordinat definitif :

III-28
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Xi = Xi-1 - X + Vxi
Yi = Yi-1 - X + Vyi
Dimana :
Xi, Yi = Koordinat yang akan dihitung
Xi-1, Yi-1 = Koordinat yang diketahui

Pada studi ini, poligon diukur dengan mengacu pada kriteria-kriteria standar
sebagai berikut :
Poligon diukur secara tertutup (closed traverse)
Jika loop terlalu besar, maka harus dibagi lagi menjadi loop yang lebih
kecil.
Sudut dan jarak diukur dengan menggunakan alat Total Station.
Sudut horisontal diukur dalam satu seri yaitu satu kali hasil bacaan biasa
dan satu kali hasil bacaan luar biasa dari kedudukan teropong.
Jarak diukur secara pergi dan pulang.
Ketelitian bacaan sudut horisontal adalah 10 n, dimana n adalah
jumlah setasiun berdiri alat.
Kesalahan linier harus lebih kecil atau sama dengan 1: 10.000.
Data harus ditulis lengkap, tidak diperkenankan menggunakan tinta
koreksi (tip-ex), jika terjadi kesalahan dalam penulisan cukup dicoret dan
pembetulan dituliskan lagi di sampingnya.
Sketsa dan jalur pengukuran dibuat secara jelas dan lengkap.
Perataan hitungan poligon dilakukan dengan metode bowditch.

F. Pengukuran Poligon Cabang


Poligon cabang diukur dengan acuan awal dan akhir menggunakan titik-titik
pada poligon utama. Poligon cabang ini sangat diperlukan untuk melakukan
pengukuran detil konstruksi yang terletak jauh dari poligon utama. Poligon
cabang diukur dengan kriteria - kriteria standar sebagai berikut :
Sudut diukur dengan menggunakan alat theodolith wild T-2 atau yang
setara.

III-29
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Sudut horisontal diukur dalam satu seri yaitu satu kali hasil bacaan biasa
dan satu kali hasil bacaan luar biasa dari kedudukan teropong.
Jarak diukur secara pergi dan pulang dan dikontrol dengan
menggunakan hasil pengukuran jarak optis.
Ketelitian bacaan sudut horisontal adalah 20 n, dimana n adalah
jumlah setasiun berdiri alat.
Kesalahan linier harus lebih kecil atau sama dengan 1: 3.000.
Data harus ditulis lengkap, tidak diperkenankan menggunakan tinta
koreksi (tip-ex), jika terjadi kesalahan dalam penulisan cukup dicoret dan
pembetulan dituliskan lagi di sampingnya.
Sketsa pengukuran dibuat secara jelas dan lengkap.
Perataan hitungan poligon dilakukan dengan metode bowditch.

G. Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran waterpass atau yang juga disebut dengan kerangka kontrol
vertilkal, dilakukan untuk mendapatkan ketinggian titik-titik poligon dengan
sistim yang sama. Hal ini sangat diperlukan, agar nantinya titik-titik detil yang
diukur dari titik poligon dapat diketahui ketinggiannya setelah didapatkan
beda tinggi antara titik detil tersebut terhadap titik poligon yang sudah
diketahui ketinggiannya. Kriteria yang digunakan pada pengukuran kerangka
kontrol vertikal ini adalah sebagai berikut :
Pengukuran kerangka kontrol vertikal dilakukan dengan menggunakan
alat waterpass otomatis (Automatic Level) dari jenis Wild Nak-2 atau
yang setara.
Pengukuran secara loop dan double stand.
Bacaan benang ditulis secara lengkap yaitu bacaan benang atas, benang
tengah dan benang bawah.
Kesalahan penutup beda tinggi harus lebih kecil atau sama dengan
10mm D, dimana D adalah jumlah jarak dalam kilometer.

III-30
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Data ditulis lengkap, tidak diperkenankan menggunakan tinta koreksi


(tip-ex), jika terjadi kesalahan penulisan cukup dicoret dan pembetulan
dituliskan di sampingnya.
Sketsa harus disertakan secara jelas dan lengkap.

Cara pengukuran beda ketinggian antara dua titik menggunakan waterpass


dapat diilustrasikan seperti gambar berikut :

Rb Ra

Hab

A B

Gambar 5.12. Model Matematis Pengukuran Beda Tinggi

Dari gambar diatas, untuk mendapatkan beda tinggi ( h )A-B digunakan


persamaan :
h A-B = Rb Ra
dimana :
h A-B = beda tinggi dari A ke B
Ra = bacaan rambu muka
Rb = bacaan rambu belakang

III-31
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Gambar 5.13. Metode Pengukuran Waterpass

Gambar 5.14. Pengikatan (levelling) dengan Papan Skala.

Gambar 5.15. Pemasangan Titik Kontrol Di Areal Desa Pesisir

III-32
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Gambar 5.16. Ground Check di suatu daerah desa pesisir

4. Data Angin
Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya
ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut,
sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan tibul riak
gelombang kecil diatas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah,
riak tersebut akan menjadi semakin besar, dan apabila angin berhembus
terus akan terbentuk gelombang.
semakin lama dan semakin kuat angin
berhembus maka semakin besar
gelombang yang terbentuk.
Data angin perlu dikumpulkan karena
merupakan faktor penggerak utama
gelombang di perairan laut. Tinggi dan
perioda gelombang yang dibangkitkan
dipengaruhi oleh angin yang meliputi
kecepatan angin U, lama hembusan
angin D, arah angin dan fetch F. Gelombang yang besar dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pantai di-mana secara alami gelombang yang
menghantam pantai akan menyebabkan abrasi di daerah pantai.

III-33
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Pengumpulan data angin dapat dilakukan baik malalui pengumpulan data


sekunder maupun primer langsung mengukur insitu di sekitar perairan. Data
angin yang dikumpulkan dari data sekunder yang ada minimal selama 5
tahun terakhir dari stasiun Maritim setempat atau Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG). Adapun penyajian data dan analisa nantinya adalah data
kecepatan angin dan arah dominan dengan menggunakan tabel dan mawar
angin. penyajian data tersebut dapat diberikan dalam bentuk bulanan,
musiman atau untuk beberapa tahun pencatatan. Dengan tabel atau mawar
angin tersebut karkteristik angin dapat dibaca dengan cepat. Data angin ini
digunakan pula dalam analisa peramalan gelombang di lokasi kajian.

Gambar 5.17. Contoh (Wind rose) pada Musim Timur

III-34
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Tabel 5.3. Contoh Penyajian Data Angin Dalam Bentuk Tabel Pada Musim Timur

Untuk pengumpulan data primer saat dilakukan pengukuran di lapangan,


menggunakn alat berupa Anemo meter, dimana alat ini dapat mengatahui
besarnya kecepatan angin yang bertiup, namun untuk mengetahui pola arah
angin menggunakan alat bantu misalnya tali plastik yang bergerak sesuai
arah aliran dari mana angin berhembus dibantu dengan alat penentu arah
atau kompas.
Angin adalah besaran vektor yang mempunyai arah dan kecepatan. Arah
angin dinyatakan dalam derajat, yaitu :
360 o = Utara (U) 180 o = Selatan (S)
22,5 o = Utara Timur Laut (UTL) 202,5 o = Selatan Barat Daya (SBD)
45 o = Timur Laut (TL) 225 o = Barat Daya (BD)
67,5 o = Timur Laut laut (TTL) 247,5 o = Barat Barat Daya (BBD)
90 o = Timur (T) 270 o = Barat ()B
112,5 o = Timur Tenggara (TTg) 292,5 o = Barat Barat Laut (BBL)
135 o = Tenggara (Tg) 315 o = Barat Laut (BL)
157,5 o = Selatan Tenggara (STg) 337,5 o = Utara barat Laut (UBL)
O = Angin Tenang (calm)

III-35
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Dalam sistem koordinat (x,y) arah angin dinyatakan dalam dua komponen
utama, yaitu arah Barat Timur dan arah Selatan Utara. Karena arah angin
bertiup dalam 8 penjuru, maka komponen Barat Timur dapat ditulis seperti
persamaan :
Vx = B - T + 0,707 (BD + BL) 0,707 (Tg + TL) (1)

n
Dan komponen Selatan Utara dapat ditulis seperti persamaan :

Vy = S - U + 0,707 (BD + Tg) 0,707 (TL + BL) (2)

n
Resultant Angin (V) sebagai berikut :

V Vx 2 Vy 2

Umumnya pengukuran data angin untuk beberapa tahun dan


pengukurannya dilakukan di daratan, sehingga untuk dapat digunakan dalam
peramalan gelombang ditransformasikan terlebih dahulu menjadi data angin
laut serta dilakukan koreksi. Koreksi ini bertujuan untuk mengkondisikan
angin darat sebagai angin yang terjadi di laut. Tahapan koreksi terhadap data
angin ini dilakukan berdasarkan pengembangan dari metode Breschneider
(1954) oleh Ijima dan Tang (1996), Resio dan Vincent (1977) dalam CERC
(1984) sebagai berikut :
Koreksi ketinggian. Apabila data yang terukur pada stasiun pengukuran
alat tidak berada pada ketinggian 10 m, maka perlu dikonversi ke
ketinggian 10 m melalui hubungan sebagai berikut :
10 1 / 7
U(10) = U(z) ( )
z

dengan z kurang dari 20 m.


Koreksi stabilitas. Koreksi ini dilakukan karena adanya perbedaan
temperatur antara udara dan air laut. Persamaan yang digunakan adalah
U = RT U(10)

dimana : RT = 1,1 dan U dalam satuan m/det

III-36
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Koreksi efek lokasi. Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan,


oleh karena itu dilakukan koreksi efek lokasi. Hubungan antara angin di
atas laut dan angin diatas daratan terdekat diberikan oleh rumus:
Uw = UL x RL

dimana : RL diperoleh dari gambar 3.2. dan U dalam satuan m/det


Koefisien gesek. Kecepatan angin dikonversi ke faktor stress angin (UA)
dengan persamaan sebagai berikut :
UA = 0,71 U 1,23 (m/det)

Gambar 5.18 Hubungan Antara Kecepatan Angin Di Laut Dan Darat (CERC, 1984)

5. Peramalan Data Gelombang


Berdasarkan pembangkitan gelombang oleh angin di laut, pembentukan
gelombang tidak hanya dibangkitkan dari arah yang sama dengan arah
angin tersebut tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin.
Metode perhitungan fetch dapat dilihat pada Gambar 3.31. Dari sudut-sudut
ini kemudian ditentukan besarnya fetch efektif yang diberikan melalui rumus
sebagai berikut :

X i cos
Feff =
cos

III-37
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

Penentuan arah penarikan fetch didasarkan pada arah datang angin pada
lokasi pekerjaan. Dari data UA, panjang fetch serta durasi, menurut Sverdrup
dan Munk (1947); Bretschneider (1952, 1958); Hasselmann et al. (1976) dalam
CERC (1984) melalui persamaan (3.24) dan (3.25) atau dengan monogram
(Gambar 3.31), maka dapat diketahui tinggi dan periode gelombang (H dan
T).
1
H = 1.616 10-2U A F 2

1
T = 6.238 10-1 (U A F ) 3

Gambar 5.28. Contoh perhitungan fetch efektif dari suatu garis pantai
(Sumber: CERC, 1984)

Pengolahan Data Gelombang


Data hasil pengamatan gelombang dianalisis menggunakan metode
penentuan gelombang representatif sebagai berikut (Triatmodjo, 1999):
H1 + H 2 + ... + H N
Hs =
n

III-38
Penyusunan Masterplan Dan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Pendaratan Ikan Ujungbatu
Kabupaten Jepara

T1 + T2 + ... + TN
Ts =
n

dimana : n = 33,3% x Jumlah data


Nilai Hs dihitung dari 33,3% kejadian tinggi gelombang tertinggi, sedangkan
nilai Ts dihitung dari 33,3% kejadian periode gelombang terbesar.

III-39

Anda mungkin juga menyukai