Anda di halaman 1dari 7

Aspek Sejarah Tektonik Neogen dan Geologi Hidrokarbon pada Cekungan

Tarakan

Cekungan Tarakan adalah salah satu dari 3 major pengendapan pusat deltaic yang
berumur Tersier dan berlokasi di sekitar batas Kalimantan. Sudah ditemukan sekitar 14
lapangan oil dan gas pada cekungan ini. Hampir semua produksinya muncul pada dip yang
berorientasi dengan lingkungan pengendapan non-marine.

Cekungan Tarakan secara umum merupakan pasif deltaic margin dengan sebuah
wrench tectonik. Cekungan ini terbentuk sekaligus dengan pembentukan Laut Sulawesi yang
disebabkan oleh rifting pada Utara dan barat Sulawesi dari Timur Kalimantan antara
pertengahan hingga akhir Eosen dan diakhir awal Miosen. Cekungan ini dibagi menjadi 4
sub-cekungan (Gambar 1.)

1. Sub-cekungan Muara, paling Selatan pusat pengendapan mengembangkan secara


ekslusif Offshore

2. Sub-cekungan Berau, kebanyakan Onshore dan berlokasi di Selatan

3. Sub-cekungan Tarakan, kebanyakan Offshore tetapi termasuk Bunyu dan Pulau


Tarakan

4. Sub-cekungan Tidung, paling Selatan dari cekungan dan umumnya Onshore

Eksplorasi dan Produksi

Minyak pertama kali ditemukan di Pulau Tarakan pada tahun 1899 dan eksplorasi
masih dilanjutkan hingga hari ini. Pada 1967 Pertamina diberikan award sebagai kontrak
pertama PSC di Offshore Tarakan. Antara 1973 dan 1976 Mengatal, Selatan Pamusian
ditemukan lapangan baru oleh Tesoro. Lapangan terakhir yang ditemukan adalah
Mamburungan pada tahun 1986. Kemudian ARCO pertama kali menemukan Onshore
Sembakung PSC pada tahun 1974 dan mempunyai 3 penemuan yang signifikan: Lapangan
minyak Sembakung dan Bangkudulis, dan lapangan gas di Sesayap. Lapangan gas Bunyu
Tapa kemudian ditemukan oleh Pertamina pada tahun 1975. Bunyu Nibung dan lapangan
Barat ditemukan pada tahun 1974 dan 1979.

Pada tahun 1985 Offshore PSC baru diberikan award kepada consortoum dengan
Sceptre sebagai operator. Petrocorp Maratua dan Karang Besar PCS diberikan award pada
tahun 1990 untuk melindungi Offshore pada sub-cekungan Berau dan Muara, Selatan dari
Bunyu Scepter PSC. Dua blok ini kemudian diberikan award kepada Marscrsk pada tahun
1995. Shells Sebawang PSC telah diberikan award pada tahun 1995 untuk mengcover
Offshore pada Sub-cekungan Tarakan. Eksplorasi di cekungan Tarakan telah menghasilkan
sejauh ini 14 lapangan oil dan gas. Akumulasi produksi dari lapangan-lapangan tersebut
sekitar kurang lebih 320 MMBO.

Gambar 1. Peta Geologi Cekungan Tarakan


Sejarah Tektonik

Pertengahan Eocene - Awal Miocene

Cekungan Tarakan terbentuk sekaligus dengan pembentukan Laut Sulawesi yang


disebabkan oleh rifting pada Utara dan Barat Sulawesi dari Timur Kalimantan. Ekstensi dan
penurunan cekungan mulai terjadi selama pertengahan hingga akhri Eosen dan berhenti pada
akhir dari awal Miosen (Burollet dan Salle, 1981; Situmorang, 1982, 1983, Gambar 2)

Gambar 2. Stratigrafi dan Setting Tektonik Cekungan Tarakan


Pertengahan Miosen - Pliosen

Cekungan Tarakan lebih stabil tektoniknya pada pertengahan Miosen-Pliosen dengan


sedimentasi deltaic (gambar 2) dari Barat hingga beberapa sistem drainase. Selama fase ini,
kombinasi dari penurunan cekungan dan gravitasi mempengaruhi sesar listrik yang membuat
suatu ruang akomodasi untuk menambah volume dari sedimen delta. Pertumbuhan sesar
tersebut merupakan struktur yang umum pada sub-cekungan Tarakan. (Gambar 3.)
menunjukkan garis seismic regional yang menggambarkan ekspresi tipikal dari rezim
ekstensional dan sistem sesar Utara Selatan .

Pliosen Recent

Fase tektonik terakhir adalah reaktifasi dari pergerakan transform terhadap sesar yang
melalui selat Makasar yang dimulai dari akhir Pliosen dan berlajut hingga sekarang (Gambar
2 dan 3). Tiga wrench dextral mayor zona sesar, dan beberapa wrench sesar skala kecil
ditemukan pada Cekungan Tarakan.

Transpersion selama periode ini menghasilkan pembentukan dari dip mayor yang
berorientasi dengan arch. Nilai reflektan vitrinit, porositas dan data seismik mensugestikan
bahwa inversi struktural pada kedalaman 1000-1500m muncul selama pembentukan arch.
Setelah pembentukan arch, terjadi intensitas aktifitas tektonik yang akhirnya membentuk
suatu antiklin yang sampai saat ini menjadi salah satu trap penghasil minyak dan gas.

Konsep Oil Play

Keberadaan oil dan gas di lapangan merupakan suatu kombinasi dari trap struktural
dan stratigrafi. Sayangnya, beberapa penemuan oil dan gas pada setting ini memiliki
kemenerusan reservoir yang buruk, efisiensi reservoir buruk dan mengandung volume
hidrokarbon yang sangat kecil diproduksi secara ekonomis. (Gambar 4.)

Reservoir klastik play Miosen telah terbukti terdapat pada Onshore di sub-cekungan
Berau dan Tidung pada tahun 1976 oleh Acro (Gambar 4.) Tipe play ini berlokasi di tektonik
Half Graben. Trap ditemukan pada antiklin.

Karbonat reef Oligosen-Miosen dari formasi Tabalar terdiri dari sebagian besar play
yang prospektif pada sub-cekungan Muara. Tidak ditemukan hidrokarbon yang komersial,
akan tetapi keberadaan oil dan gas telah dilaporkan pada eksplorasi sumur dimana reef
berpenetrasi pada Karang Besar-1, Segitiga-1, dan Tabalar-1. Pada formasi ini, tipe trap yang
ditemukan berupa pinnacle reef, endapan fore-reef talus, dan shelf edge reefs. Resiko utama
dari play pada sub-cekungan Muara termasuk charge, karena cekungan tersebut tidak
terkubur dalam, dan intergritas trap karena pembangunannya sangat besar berpotensi untuk
dicuri.

Gambar 3. Penampang Seismik Cekungan Tarakan


Aplikasi Teknologi Deepwater

Pengembangan sallowwater telah diekspektasi berjalan mulus, penggunaannya telah


tersedia di Indonesia. Akan tetapi, kebanyakan dari zona yang prospektif terdapat dibawah
sumur yang tersedia. Sedangkan jika pengembangan deepwater dilakukan akan sangat mahal,
karena mahalnya biaya dari fasilitas dan peralatan spesialis dibutuhkan untuk dipasang agar
sumur memberikan produktivitas maksimalnya, dengan menggunakan horizontal atau
multilateral completion terhadap reservoir.

Gambar 4. Konsep Oil Play Cekungan Tarakan


Pada akhirnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa empat tahapan tektonik telah dikenali
pada Cekungan Tarakan. Progresi evolusi tektonik mulai dari stabil hingga terjadi ekstensi.
Aktifitas ini menghasilkan bukaan dari cekungan Tarakan yang diikuti dengan uplift dari
hinterland interior Kalimantan yang dimulai pada pertengahan Miosen. Kemunculan gunung
adalah merupakan batuan induk dari sejumlah volume besar klastik pada Cekungan Tarakan.
Tahap aktifitas tektonik yang terakhir adalah ditandai dengan reakrifasi dari pergerakan
transform pada sesar wrench melalui selat Makasar yang menghasilkan pembentukan
beberapa arch yang berorientasi dip. Selain itu semua, akumulasi oil dan gas terdapat pada
trap struktrual dan stratigrafi di up-dip bagian dari arch. Jalur potensial telah diidentifikasi
pada trend graben di Tenggara Offshore bagian dari cekungan, berkarakteristik oleh
pertumbuhan sesar Oligoses-Miosen reef karbonat yang terdiri dari sebagian besar prospektif
play pada bagian Selatan dari cekungan. Akan tetapi, tidak ada hidrokarbon komersial yang
ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai