Anda di halaman 1dari 37

1.

Definisi Sistem Saraf Pusat

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang


merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-
depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan
sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas,
rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan
ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan
rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional
yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan
seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif
hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Obat obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1) Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak
langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta
syarafnya.
2) Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak
lansung memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang
sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum).
Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik

1
antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa
pengaruh jelas.

2. Klasifikasi Sistem Saraf Pusat

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan
besar, yaitu:
1) Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau
menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa
dan tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi
seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin)).
2) Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple
sclerosis), dan penyakit Parkinson.
3) Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan
lokal.
4) Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002). Umumnya semua obat
yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah
sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja
transmitter)

3. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat

Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat antara lain :

1) Amfetamin
a. Indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
b. Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah,
tremor, iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuler (Tachicardia,
palpitasi, aritmia, dll)
c. Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada
urin asam daripada urin basa

2
d. Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada
sistem saraf pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.
e. dosis : Dewasa : 5-20 mg, Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari

2) Metilfenidat
a. Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan
SSP, syndrom hiperkinetik pada anak
b. Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri
kepala, Tachicardia
c. Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.
d. Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan
melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
e. Farmakodinamik : mula- mula :0,5 1 jam P : 1 3 jam, L : 4-8 jam.
f. Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan
hiperaktivitas.
g. Dosis pemberian, Anak : 0.25 mg/kgBB/hr , Dewasa : 10 mg 3x/hr

3) Kafein
a. Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang
cepat, perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang
pernafasan pada apnea bayi premature
b. Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan
lebih cepat
c. Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan
migren, sering gelisah (anxious ).
d. Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan
diabsorbsikan dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam,
diekskresikan melalui urin
e. Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
f. Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan obat
depresan : 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler)

3
4) Niketamid
a. Indikasi : merangsang pusat pernafasan
b. Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
c. Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih
efektif dari IV
d. Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan

5) Doksapram
a. Indikasi : perangsang pernafasan
b. Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah
c. Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
d. Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV

6) Analeptik
Obat-obat analeptik adalah kelompok stimulan SSP yang relatif
nonselektif. Dosis konvulsifnya berada dekat dengan dosis analeptik dari obat-
obat ini. Contoh dari kelompok ini adalah pikrotoksinin dan pentilenetetrazol.
Sebagai obat, keduanya sudah ditinggalkan pemakaiannya, tetapi masih
digunakan dalam penelitian-penelitian yang memrediksi bagaimana suatu obat
bekerja. Obat-obat yang lebih baru, modafinil dan doksapram, bekerja lebih
selektif dan digunakan untuk kasus narkolepsi serta sebagai stimulan pernafasan.

6) Pikrotoksin
Pikrotoksinin, zat aktif dari pikrotoksin, memiliki strukut sebagai berikut:
Menurut Jarboe et.al., cincin hidoksilaktonil bertanggungjawab untuk aktivitas
dari obat, didukung oleh gugus 2-propenil. Pikrotoksinin bekerja denga cara
mengganggu efek inhibisi dari asam -aminobutirat (GABA) pada tingkat kanal
Cl reseptor GABAA. Obat ini sudah ditinggalkan pemakaiannya secara medis.
Namun, secara farmakologis, obat ini sangat berguna dalam mendeterminasi

4
mekanisme kerja obat-obat sedatif-hipnotik dan antikonvulsan. Butirolakton
terikat pada sisi/bagian pikrotoksinin

7) Pentilenetetrazol
Pentilenetetrazol, 6,7,8,9-tetrahidro-5H-tetrazolo[1,5-a]azepin, 1,5
pentametilenetetrazol (Metrazol), telah digunakan bersama dengan
elektroensefalograf untuk membantu melokalisasi foki epileptik. Obat ini
digunakan sebagai bahan laboratorium untuk mendeterminasi potensi obat-obat
antikonvulsan yang diuji pada hewan percobaan. Pentilenetetrazol bekerja
sebagai konvulsan dengan cara mengganggu konduktansi klorida. Obat ini
berikatan dengan bagian alosterik dari reseptor GABAA dan bekerja sebagai
modulator negatif. Secara keseluruhan, tampaknya obat ini memberi efek yang
serupa dengan beberapa obat konvulsan lainnya pada konduktansi klorida,
termasuk pikrotoksinin.

8) Modafinil
Modafinil (Provigil) mempunyai sifat aktivator SSP serupa dengan obat-
obat simpatomimetik pusat. Obat ini diperkirakan sebagai stimulan resetor 1-
norepinefrin atipikal dan digunakan untuk mengatasi kantuk harian (daytime
sleepiness) pada pasien narkolepsi. Efek samping pada dosis terapeutik
dilaporkan tidak berbahaya dan mungkin mencakup rasa takut, khawatir, dan
insomnia.

9) Doksapram Hidroklorida
Doksaparam, 1-etil-4-(2-morfolinoetil)-3,3-difenil-2-pirolidinon
hidroklorida hidrat (Dopram), mempunyai mekanisme kerja molekuler yang
masih belum diketahui. Secara keseluruhan, obat ini menstimulasi
respirasi/pernafasan dengan cara bekerja pada kemoreseptor karotid perifer.
Obat ini berguna sebagai stimulan pernafasan postanestesi serta pada kondisi
setelah overdosis obat depresan SSP, PPOM, dan apnea.

5
10) Metilxantin
Metilxantin yang terbentuk secara alami adalah kafein,teofilin, dan
teobromin. Lihat Tabel 15-1 untuk struktur dan proses terbnetuknya serta Tabel
15-2 untuk potensi relative dari zat tersebut.
Kafein adalah stimulan SSP yang digunakan secara luas. Teofilin memiliki
beberapa fungsi obat misalnya sebagai stimulan SSP, tetapi karakteristiknya
sebagai stimulant SSP lebih sering ditemukan sebagai efek yang buruk, dan efek
tersebut cukup fatal, efek samping ini terjadi pada terapi asma bronkial.
Teobromin memiliki aktivitas SSP yang sangat kecil (mungkin
karena kurangnya sifat fisikokimia untuk pendistribusian ke SSP).
Kafein sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
minuman kopi, teh, dan kola. Dalam beberapa hal, dosis antara 85-250 mg
kafein dapat bekerja sebagai stimulant kortikal dan meningkatkan kejernihan
berpikir serta penjagaan diri, konsentrasi dalam menghadapi permasalahan, dan
mengurangi fatigue. Dengan meningkatnya dosis, efek samping berupa stimulasi
yang berlebihan (misalnya tidak dapat beristirahat, cemas, grogi, dan mudah
kejang) menjadi semakin terlihat. (Efek-efek tersebut dapat terjadi pada tingkat
dosis yang lebih rendah.) Dengan semakin tingginya peningkatan dosis, konvulsi
dapat terjadi. Pembahasan dari kerja kafein terhadap otak pada referensi khusus
dapat membantu dalam penyebarannya.

TABLE 15-1 Alkaloid Xantin


Senyawa R R R Sumber
Kafein CH3 CH3 CH3 Kopi, Teh
Teofilin CH3 CH3 H Teh
Teobromin H CH3 CH3 Kokoa

Efek SSP dari teofilin pada dosis rendah telah sedikit dipelajari. Pada dosis
tinggi, kemampuan teofilin untuk menimbulkan kejang lebih
besar dibandingkan dengan kafein. Sebagain tambahan karena menjadi
stimulant kortikal, teofilin dan kafein juga termasuk stimulant medular, dan

6
keduanya sering digunakan. Kafein dapat digunakan dalam pengobatan
keracunan obat depresan SSP, meskipun bukan menjadi obat pilihan.
Fungsi teofilin dan karakteristiknya dalam pengobatan asma bronkial
dibicarakan pada bagian lain. Kafein juga dilaporkan memiliki efek
bronkodilator terhadap asma. Karena efek vasokonstriksi sentralnya, kafein
memiliki fungsi dalam mengobati migraine dan sakit kepala serta memiliki sifat
analgesik pada penggunaan selanjutnya.
Efek stimulant SSP dari metilxantin salah satunya dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam menghambat enzim fosfodiesterase. Mekanisme kerja ini
mungkin tidak sesuai dengan dosis terapinya. Ada informasi yang menyatakan
bahwa hampir semua aksi stimulant SSP tersebut lebih bergantung pada
kemampuannya dalam mengantagonis adenosine pada reseptor A1danA2A.
Semua proses terhadap reseptor ini masih dipelajari. Subtipe reseptor dan sifat
farmakologis dari Adenosin telah dijelaskan. Permasalahan dari senyawa saat
ini, misalnya kafein dan teofilin, yaitu kurangnya selektifitas reseptor dan
persebaran alami dari subtype reseptor .
Kafein dan teofilin memiliki sifat kimia yang berguna sebagai obat.
Keduanya adalah basa lemah Bronsted. pKa yang dilaporkan yaitu 0,8 dan 0,6
untuk kafein dan 0,7 untuk teofilin. Nilai ini menunjukkan kebasaan dari nitogen
imino pada posisi 9. Sebagai asam, kafein memiliki pKa di atas 14, dan teofilin
memiliki pKa 8,8. Pada teofilin, sebuah proton dapat diterima dari posisi 7 (ini
menunjukkan bahwa teofilin dapat bekerja sebagai asam Bronsted). Kafein tidak
dapat mendonorkan sebuah proton dari posisi 7 dan tidak bekerja sebagai asam
Bronsted pada pHdi bawah 14. Kafein memiliki bagian elektrofilik pada posisi
1,3, dan 7. Sebagai tambahan untuk asam Bronsted-nya pada posisi 7, teofilin
memiliki bagian elektrofilik pada posisi 1 dan 3. Pada bagian yang teruapkan,
kedua senyawa ini merupakan donor pasangan elektrin, tetapi hanya teofilin
yang bekerja sebagai donor proton pada banyak sistem obat.
Meskipun kedua senyawa ini cukup larut dalam air panas (misalnya kafein
1:6 pada suhu 80oC), namun keduanya sangat tidak larut dalam air pada suhu
kamar (kafein sekitar 1:40, teofilin sekitar 1:120). Oleh karena itu, sebuah
pencampuran atau kompleks dirancang untuk meningkatkan kelarutannya

7
(misalnya kafein sitrat, kafein dan Na benzoat, dan senyawa teofilin etilendiamin
[aminofilin]).

TABEL 15-2 Potensi Farmakologis Relatif Senyawa Xantin


Xantin Stimula Stimulas Diureti Dilatasi Stimulas Stimulas
si SSP i Sal. k Korone i jantung i Otot
Napas r
Kafein 1* 1 3 3 3 1
Teofilin 2 2 1 1 1 2
Teobromin 3 2 2 2 2 3
*1, paling poten

Kafein di darah tidak terikat cukup kuat oleh protein plasma dibanding
Teofilin yang berikatan dengan protein plasma sekitar 50% .Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan subtituen pada atom C posisi 7. Atom C pada
posisi 1 dan 3 teofilin bersifat elektrofilik. Dalam bentuk terkondensasi,
keduanya berperan sebagai pasangan donor-elektron, tetapi hanyaTeofilin yang
berperan sebagai donor proton.
Kafein bersifat lebih lipofilik dibanding Teofilin sehingga dapat mencapai
konsentrasi yang lebih tinggi pada otak. Waktu paruh Kafein berkisar antara 5
hingga 8 jam sedangkan Teofilin sekitar 3,5 jam. Sekitar 1% baik Kafein
maupun Teofilin diekskresi dalam bentuk utuh. Metabolisme utama terjadi di
hati. Hasil metabolit utama dari Kafein yaitu asam 1-metil urat sedangkan dari
Theofilin yaitu asam 1,3-dimetil urat. Tidak ada satu pun komponen tersebut
yang dimetabolisme menjadi asamurat, dan mereka tidak dikontraindikasikan
untuk penderita gout.

4. Jenis Obat Obat Sistem Saraf Pusat Dan Mekanisme Kerjanya

1) Obat Anestetik :
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit dalam bermacan-macam tindakan operasi.

8
a. Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible penerusan
impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan
demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Penggunaan
Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan.
Anestetik local dibagi menjadi 3 jenis :
a) Anestetik permukaan, digunakan secara local untu melawan rasa nyeri
dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa
nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekana okuler
mata atau mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk
menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan suppositoria untuk
penderita ambient/ wasir.
b) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius
ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi
c) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan disuatu
tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah
anestesi yang luas misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.
Obat obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam
kloridanya yang mudah larut dalam air.
Persyaratan anestetik local
Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan
sebagai berikut :
a) Tidak merangsang jaringan
b) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
sentral
c) Toksisitas sistemis rendah
d) Efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
e) Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
f) Larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan tahan
pemanasan

9
Efek samping
Eek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi
berupa dermatitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :
a) Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan
oksibuprokain
b) Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,,
cinchokain dll.
Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
a) Bupivikain
Indikasi : anestetik lokal
b) Etil klorida
Indikasi : anestetik local
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
c) Lidokain
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
d) Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan gatal
e) Prokain ( novokain )
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitas
f) Tetrakain
Indikasi : anestesi filtrasi
g) Benzilalkohol
Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping: menekan pernafasan

10
b. Anestetika Umum : Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan
depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan. Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi
oleh suatu anestetik umum :
a) 1.berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
b) 2. mula kerja cepat tanpa efek samping
c) 3. sadar kembalinya tanpa kejang
d) 4. berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
e) 5. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
Efek samping
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping
yang terpenting diantaranya adalah :
a) Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken
b) Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran
yang paling ringan pada eter
c) Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa
klor
d) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
a) Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting (
thiopental dan heksobarbital )
b) Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.
Contohnya eter, dll.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
a) Dinitrogen monoksida
Indikasi : anestesi inhalasi
b) Enfluran
Indikasi : anestesi inhalasi ( untuk pasien yang tidak tahan eter)
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah, dan mual
c) Halotan
Indikasi :anestesi inhalasi

11
Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi
d) Droperidol
Indikasi : anestesi inhalasi
e) Eter
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernafasan
f) Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi ), halusinasi dan tekanan darah
naik.
g) Tiopental
Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan

2) Obat Hipnotik dan Sedatif


Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah
obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi
keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur.
Sedangkan sedative adalah obat obat yang menimbulkan depresi ringan pada
SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-
kejang. Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol
(alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon.
Insomnia dan pengobatannya
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh factor-faktor seperti :
batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan, ataupun
depresi. Factor penyebab ini harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai
seperti:Antussiva, anelgetik, obat-obat vasilidator, anti depresiva, sedative atau
tranquilizer.
Persyaratan obat tidur yang ideal
a. Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal

12
b. Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system
saraf pusat maupun organ lainnya yang kecil.
c. Tidak tertimbun dalam tubuh
d. Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya
e. Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip dengan
morfin antara lain :
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya flurazepam,
kloralhidrat, dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual,
perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan
benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat
lipofil.
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
a. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
b. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam,
flunitrazepam dan triazolam.
c. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
d. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan
ammonium ) dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
e. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan
metaqualon.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
a.Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan
anti ansietas (obat epilepsi).

13
b. Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang
over ), gangguan koordinasi dan melantur.
c. Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
d.Kloral hidrat
Indikasi : hipnotika dan sedatif
Efek samping: merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
e. Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.

3) Obat Psikofarmaka / Psikotropik


Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan
saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.
Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :

Obat Yang Menekankan Fungsi Psikis Terhadap Susunan Saraf Pusat


a. Neuroleptika
Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative
yang dikenal dengan Mayor Tranquilizer.
Neuroleptika mempunyai beberapaa khasiat :
a) Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi
atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan
schizophrenia.
b) Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh
tioridazina.
c) Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
d) Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.

14
Efek samping
a) Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota
gerak karena disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
b) Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah
dan pikiran keruh.
c) Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka
(bibir, dan rahang )
d) Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan
vasolidasi.
e) Efek anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi dan
gangguan penglihatan.
f) Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu
makan
g) Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI
secara berlebihan.

b. Ataraktika/ Anksiolitika
Anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer.
Penggolongan obat-obat ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Derivat Benzodiazepin
b) Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.

Obat Yang Menstimulasi Fungsi Psikis Terhadap Susunan Saraf Pusat

a. Anti Depresiva
Anti Depresiva dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat
melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu
menghilangkan inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.
Secara umum anti depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat

15
menghilangkan gejala-gejala murum dan putus asa. Obat ini terutama digunakan
pada keadaan depresi, panic dan fobia.
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
a) Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva
trisiklis dengan efek samping gangguan pada system otonom dan
jantung. Contohnya imipramin dan amitriptilin.
b) Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik
dan gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.

b. Psikostimulansia
Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif,
kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk
ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi
bukan depresi.

Obat Yang Mengacaukan Fungsi Mental Tertentu Seperti Zat-Zat


Halusinasi, Pikiran, Dan Impian/ Khayal

a. Obat Antikonvulsan yaitu obat mencegah & mengobati bangkitan


epilepsi. Contoh : Diazepam, Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin,
Klonazepam.
Obat Pelemas otot / muscle relaxant (obat yg mempengaruhi tonus otot)
b. Obat Analgetik atau obat penghalang nyeri. Obat atau zat-zat yang
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika. Atas kerja
farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
a) Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi system
saraf pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu
menurunkan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral.
Penggolongan:
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :

16
1 Golongan salisilat
2 Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai
contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan thrombosis
koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti
inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat
bebas. Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat
menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
3 Golongan para aminofenol
4 Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek samping
golongan ini serupa denga salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh
dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek samping
dari parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau
jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
5 Golongan pirazolon(dipiron)
6 Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah.
Efek samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
7 Golongan antranilat
8 Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi
mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
Penggunaan :
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh
karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada
demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan
encok.

17
Efek samping :
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini
terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu
penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.

b) Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri


hebat, seperti fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat,
yaitu:
1 Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.
2 Obat perifer bersama kodein atau tramadol.

3 Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.

4 Obat Opioid parenteral.


Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :
1 Alkaloid alam : morfin,codein
2 Derivate semi sintesis : heroin
3 Derivate sintetik : metadon, fentanil
4 Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping


a) Morfin
Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi pada over
dosis.
b) Kodein fosfat
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis

18
c) Fentanil
Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Konta indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping: mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
d) Petidin HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
e) Tremadol HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis

f) Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan
bersifat analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-
obat analgetik narkotik.
g) Antipiretik
Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.

h) Obat Antimigrain
Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari
nyeri hebat pada satu sisi.
i) Obat Anti Reumatik
Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri
pada sendi/otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa gangguan
lambung usus, perdarahan tersembunyi (okult ), pusing, tremor dan lain-lain.
Obat generiknya Indomestasin, fenilbutazon, dan piroksikam.

j) Obat Anti Depresan


Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan atau
meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh
kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.

19
k) Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa
menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini
digunakan pada gangguan (infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang
konsentrasi dan vertigo. Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka
pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan
depresi.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya
ingat berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
2. Pyritinol HCl
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan gangguan metabolism.
3. Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.

l) Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit
gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai
perubahan-perubahan kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak
dan berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh
luka di otak( abses, tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan
pengaruh obat-obat tertentu yang dapat memprovokasi serangan epilepsi.
Jenis Jenis Epilepsi :
1. Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat
dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut
berbusa,mata membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.

20
3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan
memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam
lingkaran.
Penggunaan
a. untuk menghindari sel-sel otak
b. mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun keluarganya
c. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang
Penggolongan
a. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper
semua jenis epilepsi. Contoh fenitoin.
b. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering
digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan
piramidon.
c. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif
dan anti konvulsif.
d. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika
dan antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam
yang aktif,klorazepam, klobazepam.
e. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum
tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi
asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat
acid.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping
1. Fenitoin
Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping :mengantuk, depresi mental

21
3. Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek
ansietas.
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia
ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek sampin : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,
ketergantungan, kadang nyeri kepala.

m) Obat Antiemetika
Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat
muntah yang disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme
Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.
Penggunaan :
Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
a. Mabuk jalan
b. Mabuk kehamilan
c. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada
pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.
Penggolongan
a. Anti histamin
Efek samping anti histamine ini adalah mengantuk. Anti histamine yang
dipaki adalah sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.

22
b. Dopamin blokersinarizin
a) Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo reseptor
trigger zone tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yng dipaki adalah
klorpromazin HCl,perfenazin, proklorperazin dan trifluoperazin.
b) Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek samping
jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipaki pada kasus mual
dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
c) Antagonis serotonin
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-obatan
sitostatika.
Obat generic, indikasi, kontra indikasi, efek samping
a. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala
b. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
c. Klorpromazin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra pyramidal

d. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
e. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin

23
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
f. Trifluoperazin
Indikasi :mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

15) Obat Parkinson (penyakit gemetaran )


Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkison yang ditandai
dengan gejala tremor, kaku otot,gangguan gaya berjalan, gannguan kognitif,
persepsi, dan daya ingat. Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang
progresif dan sel-sel otak sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi
neurotransmitter yaitu dopamin.

Gejala gejala Parkison dapat dikelompokan sebagai berikut :


a) Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigiditas.
Gangguan negative misalnya terjadi hipokinesia.
b) Gejala vegetatif, seperti air liur dan air mata berlebihan, muka pucat
dan kaku.
c) Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil
keputusan, merasa tertekan.
Penyebab penyakit Parkinson :
a) v Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
b) v Radang, trauma, anterosklerosis pada otak
c) v Efek samping obat psikofarmaka
Penggunaan : meskipun pengobatan parkison tidak dapat mencegah progesi
penyakit, tetapi sangat memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan
pasien. Karena itu pemberian obat sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan
ditingkatkan sedikit demi sedikit.
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :

24
a. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan
pada pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang
dopamin.
b. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk
penyakit Parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
c. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
d. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine,
primidon.
Obat generic, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Triheksifenidil
Mempunyai daya antikolinergik yang dapat memperbaikintremor, tetapi
kurang efektif terhadap akinesia dan kekakuan.
2. Biperidin
Derivate yang terutama efektif terhadap akinesia dan kekakuan, kurang
aktif terhadap tremor. Efek samping kurang lebih sama.
Indikasi : Parkinson, gangguan ektrapiramidal karena obat.
Kontra indikasi : retensi urine, glaucoma, tersumbatnya saluran cerna
Efek samping : gangguan lambung usus, mulut kering, gangguan penglihatan
dan efek-efek sentral.
3. Levodopa
Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesia dan kekakuan, sedangkan
terhadap tremor umumnya kurang efektif dibandingkan dengan antikolinergik.
Indikasi : parkinsonisme bukan karena obat
Kontra indikasi : glukoma, penyakit psikiatri berat
Efek samping :anoreksia, mual, muntah, insomnia
4. Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada
pasien-pasien parkison hanya dimana efek-efek dopa berkurang setelah beberapa
tahun dan efeknyapun menjadi singkat, bersamaan dengan lebih seringnya
terjadi efek samping.
Indikasi : parkinsonisme

25
Efek samping :gangguan lambung usus, pada dosis tinggi halusinasi, gangguan
psikomotor dll.
5. Amantadine
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti parkisonnya.
Efek samping : lebih ringan dari levodopa, pada dosis biasa tidak sring terjadi
antara lain mulut kering, gangguan penglihatan, hipotensi ortostatik, kadang-
kadang terjadi udema mata kaki.
Mekanisme kerja melalui memperbanyak pelepasan dari ujung-ujung saraf.

1.4 Antidepresan
Inhibitor Monoamin Oksidase
Terapi antidepresan biasanya menyiratkan suatu terapi yang ditujukan
untuk melawan kelainan depresif mayor dari tipe unipolar dan dipusatkan sekitar
tiga grup dari agen kimia: Inhibitor Monoamin Oksidase, Inhibitor Monamin
Reuptake, desensitizer autoreseptor dan antagonisnya. Terapi elektroshock
adalah suatu opsi yang lain. Kesembuhan tertinggi dari tingkat pembebasan
dicapai dengan terapi elektroshock. Pada beberapa pasien, terutama mereka yang
bunuh diri, hal ini merupakan terapi yang dipilih. Inhibitor Monoamin Oksidase
dan Inhibitor Monoamin Reuptake mempunyai tingkat respon yang kira-kira
sama (~60 hingga 70%). Di Amerika Serikat, Inhibitor Monoamin Reuptake
biasanya lebih dipilih daripada Inhibitor Monoamin Oksidase untuk terapi
antidepresan.
Masalah berat yang dihubungkan dengan Inhibitor Monoamin Oksidase
yang menjadi faktor utama untuk memindahkan mereka di obat lini kedua adalah
bahwa senyawa asal menghambat Monoamin Oksidase hati secara irreversibel
selain juga menghambat Monoamin Oksidase Otak, dengan demikian akan
menyebabkan senyawa aminakan terinaktivasi untuk mendesak efek mereka
secara sistemik. Banyak respon hipertensif yang berat, beberapa fatal, mengikuti
pencernaan makanan tinggi kadar amin. Pendekatan dengan menggunakan
penghambat MAO selektif, yang mungkin tidak menghambat MAO di liver,
seperti selegilin, bisa memecahkan masalah hipertensi. Namun, agen ini bukan
suatu antidepresan, melainkan digunakan sebagai obat penyakit Parkinson.

26
Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan penghambat MAO reversibel
yang mempunyai efek antidepresan dan efek hipertensi yang rendah.
Efek samping lain penghambat MAO adalah hipotensi ortostatik yang
disebabkan karena penghambatan pelepasan norepinefrin di perifer. Salah satu
penghambat MAO yaitu pargilin digunakan secara klinik karena mempunyai
aksi hipotensi. Selain itu, beberapa senyawa lama mempunyai efek samping
hepatotoksik, tetapi senyawa baru yang tersedia saat ini dilaporkan bersifat lebih
aman.
Sejarah perkembangan penghambat MAO mengilustrasikan peran
keberuntungan. Isoniazid adalah agen anti TBC yang sangat aktif tetapi
bersifat sangat polar. Supaya mempunyai daya penetrasi yang lebih baik
ke Mycobacterium tuberculosis, isoniazid disubstitusi dengan gugus isopropil
pada atom N sehingga menghasilkan iproniazid yang adalah agen anti TBC yang
efektif.

AntidepresanTrisiklik
Hubungan struktur dan aktivitas dari TCA (Tricyclic Antidepressant/
Antidepresan Trisiklik) telah dibahas secara mendetail. Secara singkat, terdapat
gugus yang besar (bulky) yang mengelilingi dua cincin aromatis, lebih baik jika
terdapat cincin tengah ketiga, dan terkadang rantai dua atau tiga atom pada
gugus amino alifatik yang merupakan substitusi monometil atau dimetil. Fitur-
fitur tersebut dapat divisualisasikan dengan menggunakan struktur imipramin
dan desipramin sebagai contoh. Struktur-struktur ini secara keseluruhan
merupakan konformasi trans dari -arilamin. Untuk menghubungkan fitur-fitur
tersebut dengan mekanisme aksi, blokadereuptake (pengambilan kembali),
visualisasikan bahwa struktur dasar sana dengan pada senyawa-senyawa -
arilamin, ditambah dengan gugus aril bulky yang meningkatkan afinitas terhadap
kompartemen pengikat substrat (substrate-binding compartment) dari
transporter. Keseluruhan konsep dari sistem yang mirip -arilamin dengan
tambahan struktur yang bulk, biasanya merupakan gugus aril, sepertinya dapat
teraplikasikan pada banyak senyawa-senyawa yang lebih barupenghambat
selektif ambilan kembali serotonin (selective serotonin reuptake

27
inhibitors/SSRI), penghambat selektif ambilan kembali norepinefrin (selective
norepinephrine reuptake inhibitors/SNERI) yang tidak memiliki gugus
trisiklik.

TCA secara struktur berhubungan satu sama lain dan oleh karena itu, memiliki
keterkaitan sifat biologis yang dapat disimpulkan sebagai karaktersitik dari grup
tersebut. Senyawa-senyawa dimetilamino cenderung sedatif, sedangkan
monometil cenderung relatif simultan. Senyawa dimetil cenderung mengalami
rasioreuptake block 5-HT yang lebih tinggi pada rasio blok pengambilan
kembali NE secara selektif. Senyawa ini mempunyai sifat antikolinergik, dan
biasanya efeknya lebih tinggi pada senyawa dimetilamino. Ketika pemeriksaan
dimulai pada senyawa dimetil, akumulasi yang signifikan dari senyawa
monometil berkembang menjadi proses N-demetilasi.

TCA sangat lipofilik dan oleh karena itu sangat banyak membentuk ikatan
jaringan yang sangat kuat diluar SSP. Karena memiliki efek antikolinergik dan
noradrenergik, baik efek samping pusat dan tepi pada saraf pusat dan peripheral
yang sering tidak diinginkan dan kadang-kadang berbahaya. Pada keadaan
overdosis, kombinasi dari efek-efeknya, sebagaimana efek depresan jantung dari
senyawa-senyawa mirip kuinidin, dapat menjadi mematikan. Overdosis itu rumit
karena agen-agennya terikat kuat dengan protein yang tidak efektif jika
didialisis.

PRODUK
Imipramin Hidroklorida, USP
Imipramin HCl 5-[3-(dimetilamino)propil]-10,11-dihidro-5H-
dibenz[b,f]azepin monohidroklorida (Tofranil) merupakan golongan TCA
(antidepresan trisiklik) yang utama. Senyawa ini memiliki hubungan dengan
antipsikotik fenotiazin (mengganti jembatan 10-11 dengan sulfur dan senyawa
tersebut adalah agen antipsikotik promazin). Aktivitas penghambatan D2 post
sinaps senyawa ini lebih lemah jika dibandingkan dengan promazin dan
sebagian besar berpengaruh terhadap amina (5-HT, NE, dan DA) melalui

28
transporter (pembawanya). Oleh karena memiliki kemiripan dengan
dimetilamin, antikolinergik dan sedatif (pengeblok H1 sentral) efek
terapinyacenderung ditandai. Komponen di dalamnya memiliki kecenderungan
ke arah rasio penghambatan uptake 5-HT dan ambilan blok NE yang lebih besar
dan kemungkinan dapat disebut sebagai inhibitor transport serotonin (Serotonin
transport inhibitor/SERTI). Proses inaktivasi metabolisme terutama melalui
hidroksilasi oksidatif pada dua tempat, diikuti dengan konjugasi dengan
konjugat asam glukoronat. Ekskresi utama melalui urine (sekitar 75%), namun
ekskresi melalui empedu (mencapai 25%) dapat pula terjadi, kemungkinan
karena besarnya gugus non polar. Hidroksilasi oksidatif tidak secepat atau
sesempurna seperti pada cincin nukleofilik lainnya dari antipsikotik-fenotiazin,
sehingga sebagai akibatnya terjadi N-demetilasi cukup besar dengan
penambahan norimipramin (atau desimipramin).
Metabolit yang terdemetilasi memiliki sifat antikolenergik yang lebih
sedikit, sifat sedatif yang lebih sedikit, dan sifat stimulasi yang lebih besar, dan
merupakan suatu SNERI (Selektif Norepinefrin Reuptake Take Inhibitor).
Akibatnya, pasien yang diobati dengan imipramin memiliki dua gabungan efek
terhadap aktivitas.Secara keseluruhan, efeknya bersifat non selektif 5-HT dan
ambilan kembali NE (reuptake NE). Aktivitas dari des- atau norimipramin
diterminasi oleh 2-hidoksilasi, diikuti oleh konjugasi dan ekskresi. N-demetilasi
yang kedua dapat terjadi bergantian dimana dikuti dengan 2-hidroksilasi,
konjugasi dan ekskresi. HCl
Desipramine Hidroklorida, USP.
Struktur dan sifat yang menonjol dari desipramin hidroklorida, 10,11-
dihidro-N-metil-5H-dibenzen[b,flazepine-5-propanamine monohidroklorida. 5 -
(3-metilaminopropil)-10,11-dihidro-5H-dibenz[b, flazepine hidroklorida
(Norpamin, Pertofrane), akan dibahas di bawah judul, Imipiramine, yang ada di
atas. Di antara trisiklik, desipramine akan dipertimbangkan ketika efek
antikolinergik sedikit atau tingkat sedasi rendah adalah penting. Ini adalah
sebuah SNERI

Desipramin

29
Clomipramine Hidroklorida.
Clomipramine (Anafranil) lebih poten sampai 50 kali dibanding
imipiramine di beberapa bioassay. Ini tidak berarti keunggulan klinis, tetapi bisa
jadi informatif tentang trisiklik dan, mungkin, penghambat reuptake lainnya.
Kloro yang menggantikan substituen H dapat meningkatkan potensi dengan
meningkatkan distribusi ke SSP, tetapi tidak mungkin bahwa kelihatannya ini
akan memberikan potensi yang besar. Mungkin ada dugaan bahwa ikatan H
antara gugus amino terprotonasi (seperti dalam vivo) dan elektron tidak dibagi
pada substituen kloro mungkin menstabilkan bentuk turunan -arilamine dan
memberi lebih banyak kompetisi yang efisien untuk transporter. Obat ini
merupakan antidepresan. Obat ini digunakan dalam gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan kecemasan yang mungkin memiliki unsur depresi.

AmitriptilinHidroklorida, USP
Amitripilin, 3-(10,11)-dihidro5H-dibenzo (a,d) siklohepten -5-ylidin) N,
N-dimetil-1-propanamin hidroklorida, 5 (3-dimetil-aminopropiliden)-10, 11-
dihidro-5H-dibenzo (a,d) siklohepten hidroklorida (Elavil), adalah satu zat aktif
yang paling besar efek antikolinergik dan sedatifnya pada TCAS. Karena zat
aktif ini kekurangan cincin elektron memperkaya atom nitrogen imipiramin,
inaktivasi metabolit terutama tidak berproses pada analog di posisi 2 tapi di
posisi 10 benzil (contoh: toluene seperti metabolisme prodominates). Oleh
karena ikatan rangkap pada 5-eksosiklik, isomer-isomer E dan Z hidroksi
diproduksi oleh metabolisme oksidasi. Konjugasi menghasilkan metabolit yang
dapat diekskresikan. Seperti khas senyawa dimetil, N-demetilasi terjadi dan
nortriptilin dihasilkan, yang mempunyai efek antikolinergik dan efek sedatif
yang sedikit dan efek stimulant yang lebih baik dari amitriptilin. Nortriptilin
adalah SNERI; gabungan aksi obat dan metabolit yang tidak selektif.

NortriptilinHidroklorida, USP
Sifat biologi dan kimia dari nortriptilin, 3-(10,11-dihidro-5H-
dibenzo[a,d]siklohepten-5-iliden)N-metil-1-propanamin hidroklorida, 5-(3-

30
metil-aminopropiliden)-10,11-hidro-5H-dibenzo[a,d]sikloheptena hidroklorida
(Aventyl, Pamelor), diberikan di atas pada pembahasan tentang amitriptilin.
Inaktivasi metabolik dan eliminasi seperti pada amitriptilin. Nortriptilin adalah
inhibitor transporter NE (NET) yang selektif.

Protriptilin Hidroklorida, USP


Protriptilin hidroklorida, N-metil-5H-dibenzo[a,d]siklohepten-5-
propilamin hidroklorida, 5-(3-metilaminopropil)-5H-dibenzo[a,d]siklohepten
hidroklorida (Vivactil), seperti senyawa lainnya yang telah dibahas, merupakan
antidepresan yang efektif. Dasar penamaan kimiawinya dapat dirujuk dari
penamaan dan struktur imipiramin. Protriptilin merupakan isomer struktur dari
nortriptilin. Inaktivasi senyawa ini dapat diperkirakan melibatkan lokalisasi
relatif dari ikatan rangkapnya. Dikarenakan senyawa ini adalah senyawa
monometil maka potensi sedatifnya rendah.

Trimipramin Maleat
Untuk detail dari tata nama kimia, lihat pada deskripsi imipramin.
Penggantian hidrogen dengan satu substituen -metil menghasilkan karbon kiral,
dan trimipramin (Surmontil) digunakan sebagai campuran rasemik. Sifat-sifat
biologis dilaporkan menyerupai imipramin.

Doxepin hidroklorida,
Gugus oksigen yang terdapat mempengaruhi afinitas ikatan metabolisme
oksidatif baik pada postsinaps maupun pada presinaps. Isomer (Z) lebih aktif,
walaupun begitu obat ini dipasarkan dalam bentuk isomer campuran. Obat ini
seluruhnya adalah pengeblok ambilan kembali (reuptake blocker) NE dan 5-HT
dengan khasiat antikolinergik dan sedative yang signifikan. Hal tersebut dapat
mengantisipasi nor- atau des- metabolit yang akan berkontribusi pada
keseluruhan bentuk aktivitasnya.

31
Maprotiline hydrochloride, USP
Maprotiline hydrochloride, N-metil-9,10-etanoanthracen-9(10H)-
propanamin hidroklorida (Ludiomil), terkadang dideskripsikan sebagai
antidepresan tertrasiklik dibandingkan trisiklik. Deskripsi tersebut akurat secara
kimia, terkecuali gugusnya, meskipun demikian secara keseluruhan sesuai
dengan TCA pharmacophore. Merupakan dibenzobisiklooctadiena dan dapat
dilihat sebagai TCA dengan jembatan etilen pada cincin pusatnya. Senyawa ini
bukanlah antikolinergik kuat dan memiliki khasiat sebagai stimulant.
Maprotiline hydrochloride memiliki efek pada system kardiovaskuler.
Merupakan SNER.

Amoxapine
Pertimbangan struktur amoxapine, 2-kloro-11-(1-piperazinil)dibenz-[b,f]
[1,4]oxazapin (Asendin) menguatkan fakta bahwa banyak antidepresan yang
sangat mirip yang terkait antipsikotik. Tentu saja, beberapa, termasuk
amoxapine memiliki efek yang signifikan pada reseptor D2. Penggantian N-
metil- berhubungan dengan amoxapine adalah antipsikotik loxapine (loxitane).
Metabolit 8-hidroksi dari amoxapine dilaporkan aktif sebagai antidepresan dan
sebagai pengeblok reseptor D2

Penghambat ambilan kembali serotonin selektif


Dilihat dari rumus bangun, obat golongan ini berbeda dari golongan
trisiklik. Golongan trisiklik turut mengambil bagian pada cincin pusat.
Dampaknya dapat dilihat dengan adanya grup seperti -arilamin, seperti pada
golongan trisiklik, dan komponen dapat berkompetisi memperebutkan lokasi
pengikatan substrat dari Serotonin Transporter Protein (protein pengangkut
serotonin). Seperti pada golongan trisiklik, kelompok aril tambahan dapat
meningkatkan afinitas dan memberikan kompetisi yang menguntungkan dengan
substrat, yaitu serotonin
Kenyataannya, beberapa dimetilamino trisiklik termasuk golongan ini.
Karena mereka secara ekstensif di-N-demetilasi in vivo dan norcompunds, yang
biasanya SNERI (selective norepinephrine reuptake inhibitors) Bagaimanapun

32
juga, efeknya secara umum tidak selektif. Memecah rantai trisiklik itu akan
memutus sebuah grup farmakoporik antikolinergik, dan membentuk senyawa
dengan efek antikolinergik yang sangat minim. Secara umum, hal ini
mengurangi efek pada system saraf pusat, dan meningkatkan keamanan
kardiovaskular. Selain itu, efek samping berhubungan dengan predominasi
serotonin.

Fluoksetin
Fluoksetin (Prozac) terprotonasi secara in vivo. Gugus amino yang
terprotonasi dapat membentuk ikatan hidrogen dengan elektron dari oksigen
pada eter, yang dapat menghasilkan gugusan seperti -arilamino. Isomer S-nya
jauh lebih selektif untuk SERT daripada NET. Metabolit utama adalah
komponen N-demetil, yang memiliki potensi sama seperti senyawa mula-mula
dan lebih selektif (SERT versus NET). Terapi untuk dua minggu atau lebih
diperlukan untuk efek antidepresan. Desensitisasi autoreseptor somatodendritik
5HT-1A dengan paparan kronik sampai level tinggi 5-HT adalah penjelasan
yang dapat diterima untuk efek tertunda senyawa ini dan inhibitor reuptake
serotonin lainnya. Untuk mengilustrasikan perbedaan antara selektivitas SERT
dan NET, jika substituen para dipindah ke orto (secara tipikal, kurang
hidrofobik), diperoleh bentuk NET. Bentuk ini dan SERT lainnya memiliki
aktivitas anxiolitik. Salah satu mekanisme yang mungkin adalah agonis reseptor
5HT-1A, melemahkan sinaps 5-HT. Mungkin saja, level sinaps dari 5-HT
mungkin tinggi pada tahap gugup (anxious).

Paroksetin
Di dalam struktur paroksetin (paksil), kelompok amino, protonasi in vivo
dapat terjadi antara ikatan H dengan elektron CH2-O- yang tidak terbagi.
Menghasilkan sebuah struktur seperti -arilamin dengan kelompok aril
tambahan. Senyawa ini merupakan pengangkut serotonin yang sangat selektif.
Seperti yang diperkirakan, ini merupakan antidepresan dan antiansietas yang
efektif

33
Sertralin
Pemeriksaan terhadap sertralin menunjukkan farmakofornya (farmakofor,
yaitu gugus-gugus dari senyawa obat yang berinteraksi dengan target obat)
adalah untuk menghambat pengangkutan dari serotonin. Subtituen Cl juga
memprediksikan tropisme untuk sistem 5-HT (5-Hidroksi Triptamin).
Stereokimia yang digambarkan penting untuk aktivitasnya.

Fluvoxamine
Isomer E dari fluvoxamine (Luvox) dapat melipat setelah protonasi kepada
grup mirip -arilamin. Di sini "ekstra" kelompok hidrofobik adalah alifatik.

Citalopram
Citalopram (Celexa) adalah campuran rasemat dan sangat selektif terhadap
SERT. Senyawa N-monodemethylated sedikit kurang kuat tetapi memiliki
selektifitas yang sama. Substituen aril penting untuk aktivitas. Fungsi eter adalah
penting dan mungkin berinteraksi dengan kelompok amino terprotonasi untuk
memberikan bentuk yang cocok untuk ikatan SERT.

Selektif norepinefrin reuptake inhibitor


Pembahasan fluoxetine membuka subjekSNERIs. Artinya, perpindahan su
bstituen paradari fluoxine ke posisi orto menghasilkan sebuahSNERI.

Reboxetine
Reboxetine. Sebagian besar kegiatan reboxetine berada di S, S isomer
(senyawa dipasarkan adalah RR dan SS). Hal ini diklaim lebih unggul fluoxetine
dalam depresi berat. Hal ini dipasarkan di Eropa. Setidaknya tiga senyawa
trisiklik, desipramine, nortriptyline, dan Maprotiline tetracyclic adalah SNERIs.
Mereka, tentu saja, memiliki efek samping karakteristik khas TCA tetapi lebih
rendah efek antikolinergik dan H1-antihistamin (obat penenang) dibanding
senyawa dimetil. SNERI secara klinis efektif sebagai antidepresan.

34
Inhibitor nonselektif 5HT (nontrisiklik) dan Ambilan RE (Newer
(Nontricyclic) Nonselective 5-HT and RE Reuptake Inhibitors)
Saat ini salah satu komponen golongan ini digunakan di USA.

Venlafaxine.
Struktur dan aktivitas venlafaxine (Effexor) sesuai dengan SAR pada
grupnya. Seperti yang diharapkan, obat ini merupakan antidepresan yang efektif.

Inhibitor selektif ambilan serotonigenik dan Antagonis 5-HT2A (Selective


Serotoninergic Reuptake Inhibitors and 5-HT2AAntagonists)
Antagonis SSRI dan 5HT2A ditunjukkan oleh trazodone (Desyrel) dan
nefazodone (serzone).
Struktur kedua komponen ini diperoleh dari antipsikotik
fluorobutyrophenone yang memiliki struktur mirip -arylamine yang
memungkinkan terjadinya ikatan dengan SERT dan menghambat ambilan 5HT.
Penambahan substituen hidrofobik dapat terlihat dengan penambahan Nitrogen
pada struktur mirip -arylamine. Apalagi mereka merupakan antagonis
5HT2A.Kemampuannya dalam menghambat efektivitas antipsikosis dibahas
dalam materi antipsikotik. Antagonis 5HT2A memperlihatkan aktivitas
antidepresan dan anxiolitik. Mekanisme kerjanya, paling tidak dengan
meningkatkan aktivitas 5HT1A. Selain itu, efek lain ditunjukkan melalui aktivitas
agonis 5HT2C (mungkin secara umum untuk 5HT antidepresan). Beberapa efek
samping SSRI bergantung pada reseptor 5HT2A, sehingga 5HT2A bloker dapat
mereduksi mereka. Kedua komponen ini memberikan aksi yang sama dengan N-
dealkil yang merupakan inhibitor reuptake serotonin.

1-Arylamino Hallucinogens
Bahan 1-arylamino hallucinogens adalah perubahan dari persepsi
rangsangan. Sebenarnya terdistorsi, dan pengguna dapat mengalami
depersonalisasi. Secara harfiah, efeknya adalah suatu psikosis. Selain itu, obat
ini dapat menimbulkan kecemasan, ketakutan, panik, halusinasi jujur, dan

35
gejala-gejala tambahan yang dapat ditemukan dalam suatu psikosis. Dengan
demikian, mereka digolongkan sebagai halusinogen dan psikotomimetics.
Kelompok ini bisa di subkelompokkan menjadi kelompok yang memiliki
suatu bagian indolethylamine, kelompok yang memiliki sebuah bagian
phenylethylamine, dan kelompok dengan keduanya. Pada kelompok pertama,
ada kemiripan struktural dengan 5-HT neuotransmitter pusat, dan kedua, ada
kemiripan struktural dengan DA dan NE. Kemiripan ini sugestif, dan mungkin
ada beberapa selektivitas efek pada sistem transmiter masing-masing. Dengan
struktur kompleksitas yang ditemukan pada banyak agen, bagaimanapun, suatu
struktur tertentu mungkin dapat mempengaruhi bukan hanya struktur terdekat
dengan sistem neurotransmitter tetapi sistem lain juga. Dengan demikian, sistem
phenethylamine dapat mempengaruhi tidak hanya sistem NE dan DA tetapi juga
sistem 5-HT, dan sistem indolethylamine dapat mempengaruhi tidak hanya 5-HT
tetapi juga sistem NE dan DA.

INDOLETHYLAMINES

Dimethyltryptamine.
Dimethyltryptamine adalah halusinogen sangat lemah, aktif hanya dengan
pemberian inhalasi atau suntikan, dengan durasi aksi yang singkat. Obat ini
memiliki efek samping simpatomimetik (NE).

Psilocybin dan Psilocin.


Psilocybin adalah ester asam fosfat dari psilocin dan dirubah menjadi
psilocin yang merupakan spesies in vivo yang aktif. Ini terdapat pada jamur,
Psilocybe Mexicana. Kedua duanya aktif dalam pemakaian oral., dengan
durasi yang pendek.
Substitusi sintetik methyl akan memperpanjang waktu durasi dan
meningkatkan potensi pada pemakaian oral. Psilocin dimetabolisme oleh MAOs.

36
DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba


Medika.
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R.1996. Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta :EGC.
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R:farmakologi, pendekatan proses
keperawatan: EGC, Jakarta.1996
Muschleir, emst, dinamika obat, edisi kelima, penerbit ITB, Bandung: 1991
Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta:
PT. Grafindian Jaya.
Tan, Hoan, Tjay dan Raharja, Kirana: obat-obat penting, edisi keempat:1991

37

Anda mungkin juga menyukai