Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Gastroenteritis atau penyakit diare adalah penyakit yang terjadi akibat adanya
peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi (Cakrawardi et. al,2009).
Penyakit ini ditandai dengan gejalanya terutama diare, muntah atau keduanya dan dapat juga
disertai dengan demam, nyeri abdomen dan anoreksia (Elliott J. E., 2007). Secara global,
setiap tahun diperkirakan dua juta kasus gastroenteritis yang terjadi di kalangan anak berumur
kurang dari lima tahun. Walaupun penyakit ini seharusnya dapat diturunkan dengan
pencegahan, namun penyakit ini tetap menyerang anak terutamanya yang berumur kurang
dari dua tahun. Selain menyebabkan jumlah kematian yang tinggi di kalangan anak, penyakit
gastroenteritis juga menimbulkan beban kepada ibu bapa dari segi biaya pengobatan dan
waktu. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi
akibat akses kebersihan yang buruk (Howidi et. al, 2012).
Gastroenteritis atau penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan (Depkes)
dari tahun 2000 sehingga tahun 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000
incidence rate
penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006
naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari
tahun ke tahun diketahui bahawa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. Penyebab utama kematian karena diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2011).
Biasanya gastroenteritis dapat pulih sendiri tanpa terapi. Penatalaksanaan kasus
gastroenteritis mempunyai tujuan mengembalikan cairan yang hilang akibat diare. Kegagalan
dalam pengobatan gastroenteritis dapat menyebabkan infeksi berulang atau gejala berulang
dan bahkan timbulnya resistensi. Untuk menanggulangi masalah resistensi tersebut, WHO
telah merekomendasikan pengobatan gastroenteritis berdasarkan penyebabnya. Terapi
antibiotik diindikasikan untuk gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Hal ini
karena antibiotik merupakan obat andalan untuk terapi infeksi bakteri. Namun, ketepatan
dosis dan lama pemberian antibiotik adalah sangat penting agar tidak terjadi resistensi bakteri
dan infeksi berulang (Cakrawardi et. al, 2009). Resistensi antibiotik di kalangan bakteri
enterik dapat menimbulkan implikasi buruk karena dapat mengancam nyawa dan
menyebabkan penyakit yang lebih serius (A Elmanama et al., 2013).

1.2. Batasan Masalah


Dalam makalah ini penulis hanya membtasi tujuan dilakukannya identifikasi. Selain
dari tujuan tidak akan dibahas dalam makalah ini.

1.3. Tujuan
Untk mengetahui adanya bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian

Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan, yang melibatkan


lambung, usus, atau keduanya, biasanya menyebabkan diare, kram perut, mual dan mungkin
muntah. Gastroenteritis sering disebut flu perut atau flu lambung karena penyebab
gastroenteritis paling umum adalah virus. Namun, istilah ini dapat membingungkan karena
virus influenza (virus flu) tidak menyebabkan gastroenteritis.

Gastroenteritis bisa merupakan penyakit tersendiri, namun juga bisa dianggap sebagai
gejala dari penyakit lainnya. Seseorang yang memiliki gejala-gejala gastroenteritis dan
akhirnya mengembangkan diare berdarah biasanya tidak didiagnosis sebagai gastroenteritis,
tetapi sebagai penyakit tertentu seperti shigellosis. Sayangnya, ada banyak penyakit tertentu
yang gejala-gejala awalnya adalah gastroenteritis, terutama di awal proses penyakit.

Istilah yang mungkin terkait dengan Gastroenteritis :

Gastroenteritis Eosinofilik
Adenovirus

Kolera

Gastritis

Ulkus Peptikum

Gastroenteritis

Radang lambung

Radang usus
BAB III
METODOLOGI

3.1.Tempat Praktikum : Laboratorium Media dan Bakteriologi

3.2.Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan untuk pemeriksaan Gastrienteritis yaitu Ose bulat, ose jarum,
rak tabung, korek api, lampu spiritus.

Berikut ini adalah bahan yang digunakan pada pemeriksaan Gastroenteritis adalah PA 1 %,
NaCl Broth, NB, Selenite, TCBS, BAP, EMB, SSA, KIA Citrat, Urea, Indol, VP-MR,
Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manosa.

3.4.Prosedur dan Skema Kerja

Hari I

Diambil media pemupuk yang terisi sampel rectal swab:

PA 1 % ditanam ke media TCBS, Media NaCl Broth ke BAP,Media NB (Nutrient Broth) ke


EMB, dan media Selenite ke SSA. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Hari II

Pengamatan koloni yang tumbuh pada media TCBS, BAP, EMB, SSA dan melakukan
pewarnaan gram pada media BAP dan EMB
Inokulasi koloni dari media BAP (kuman Coccus) ke MSA dan NAS dan EMB
(kiman batang) pada Media Biokimia Reaksi

Hari III

Pembacaan hasil Media Biokimia reaksi, MSA dan NAS


Tes Katalase dan Kuagulase dari media MSA dan NAS yang tumbuh medianya.

Rectal Swab
PA 1 % NaCl Broth NB Selenite

TCBS BAP EMB SSA

Ink. 37oC 24 jam Ink. 37oC 24 jam Ink. 37oC 24 jam Ink. 37oC 24 jam

MSA NAS Biokimia Reaksi

Ink 37oC 24 jam


Identifikasi
-Tes Katalase

-Tes Koagulase
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40470/5/Chapter%20I.pdfDiakses,
13/06/2015
http://kamuskesehatan.com/arti/gastroenteritis/ Diakses Tanggal 13 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai