Anda di halaman 1dari 12

40 Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami !

Berikut adalah 40 Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya:

1. Menghayati Fungsu Istri Terhadap Suami --> Istri harus selalu menjadi penyejuk, penyedap,
pesona dan pemberi semangat hidup bagi suaminya, laksana perhiasan.
2. Menjadi Wakil Suami dalam Keluarga --> Istri harus mengelola, menjaga dan bertanggung jawab
terhadap kehormatan, harta dan segala urusan rumah tangga, ketika suami tidak sedang di
rumah.
3. Mentaati Perintah Suami dalam Kebenaran --> Seorang istri hanya boleh mentaati perintah
suami, selama perintahnya itu benar menurut syariat Islam.
4. Meringankan Beban Mahar Suami --> "wanita yang paling baik adalah wanita yang maharnya
paling sdikit." (HR. Thabarani).
5. Melayani Kebutuhan Seksual Suami --> Setiap istri wajib melayani kebutuhan seksual suaminya
dan tidak boleh menolak atau menundanya, kecuali karena alasan yang dibenarkan oleh syariat
Islam (sedang haid, nifas, puasa wajib, haji dan umrah sebelum tahallul)
6. Meringankan Beban Belanja Suami --> Istri tidak boleh memaksa suami untuk memberinya
belanja lebih dari kemampuan finansial suaminya.
7. Memelihara dan Mengasuh Anak Suami --> Baik itu anak kandung atau anak tiri
8. Membantu Kehidupan Agama Suami --> Istri adalah orang yang paling bertanggung jawab
meluruskan perilaku suami yang tidak sejalan dengan syariat Islam
9. Membantu Jihad Suami --> Istri harus rela melepaskan suaminya pergi menuju Jihad Fisabilillah.
10. Berdandan Untuk Menggairahkan Suami --> Istri yang membiarkan tangan lelaki lain meraba
tubuhnya, akan membuat suaminya jijik memandang dirinya. pelihara, rawat dan hiaslah tubuh
hanya untuk suami.
11. Memelihara Harga Diri dan Harta Suami --> lihat An- Nissa: 34
12. Mendahulukan Kepentingan Suami dari pada Kepentingan Ibu Bapaknya Sendiri --> Begitu
seorang wanita telah menikah, maka kiblat ketaatannya pindah kepada suaminya
13. Mengikuti Tempat Tinggal Suami --> lihat At- Thalaq: 6
14. Rela Hamil Dari Benih Suami
15. Mengambil Harta Suami Dengan Izinnya
16. Mengeluarkan Sedekah dari Harta Suami Harus Dengan Izinnya
17. Keluar Rumah Harus Minta Izin Suami --> "Siapa saja istri yang keluar dari rumahnya tanpa izin
suaminya, maka ia berada dalam murka Allah sampai ia pulang atau suaminya merelakannya."
(HR. Khatib dari Anas)
18. Tidak Merusak Kepemimpinan Suami
19. Selalu Lembut dalam Memandang Suami
20. Menemani Suami Makan Sampai Selesai
21. Menemani Suami Mandi
22. Merawat Suami Ketika Sakit --> Pengabdian istri kepada suaminya tidak terukur kebaikannya
sebelum ia membuktikan kesetiaan, kesabaran dan keteguhannya dalam merawat suaminya
selama sakit.
23. Mengalah Pada Suami --> lihat Al- Baqarah: 228
24. Menutup diri Dari Laki- Laki Lain
25. Berterima kasih Atas Kebaikan Suami --> Seorang istri selalu menggembirakan hati suaminya
dengan ucapan, senyum dan pandangan mesra setiap kali suaminya menyerahkan nafkah
lahirnya.
26. Tidak Berkhianat Pada Suami --> lihat At- tahrim: 10
27. Tidak Menyakiti Hati Suami --> Jangan memutar balik filsafat emansipasi yang membuat istri
memperbudak suami
28. Tidak Melarikan Diri dari Rumah Suami
29. Tidak Menerima Tamu Laki- laki Bukan Mahram Saat Suami Tidak di Rumah
30. Tidak Menceritakan Detil Fisik Wanita Lain Kepada Suami
31. Tidak Puasa Sunnah ketika Suami Disisinya, Kecuali Atas Izinnya
32. Membangunkan Suami Untuk Shalat Malam
33. Menerima Giliran Suami Dengan Baik, Jika Suami Berpoligami
34. Tidak Mengizinkan Orang Lain Masuk Rumah tanpa Izin Suami
35. Tidak Mentaati Orang Lain di Rumah Suami
36. Tidak Membuka Jilbab Diluar Rumah Suami
37. Tidak Menyuruh Suami Menceraikan Madunya
38. Tidak Minta Cerai Tanpa Alasan
39. Berkabung 4 bulan 10 Hari Atas kematian Suami
40. Tidak menerima Lamaran Pada Masa Iddah Kematian Suami dan Talak Raj'i

Dalil Dalil nya

Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam berkata :

Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaithon menghias-hiasinya (membuat indah
dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah). (At Tirmidzi, dishohihkan dengan syarat Muslim oleh
Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shohihul Musnad, 2/36).

Duhai Saudariku, saat ini wanita telah menjadi barang dagangan yang murah, mereka yang merelakan
dirinya menjadi komoditas. Tidak hanya wajah dan tubuhnya yang menjadi barang dagangan, yang
penting bisa mendatangkan rupiah. Wallohu mustaan

Fenomena iklan, pasti di sana ditayangkan sosok wanita. demi memuaskan nafsu dan syahwat. Padahal
dampak dari kerusakan ini bisa berupa mata rantai yang panjang.

Di manakah gerangan orang-orang yang menuntut kebebasan kaum wanita ? slogan persamaan gender,
menuntut kebebasan wanita padahal sebenarnya bukanlah karena simpati atau iba terhadap wanita,
justru mereka menuntut kebebasan itu agar dapat menikmati wanita !

Kalian pasti tahu, bagaimana para wanita diperdagangkan oleh orang-orang yang menuntut
kebebasannya? Berapa banyak sudah wanita yang terenggut kesuciannya dan ditimpa kehancuran
dalam kehidupannya?
Perangkap yang membuatmu terpedaya. kemudian akhir dari sebuah kecantikan hanyalah bangkai yang
menjijikkan dalam kegelapan kubur dan secarik kain kafan, beserta cacing-cacing yang merasa iri
padamu dan merampas kecantikan itu darimu.

Saudariku muslimah, hendaknya engkau waspada akan bahaya, segala yang berselubung namun
menyembunyikan sesuatu yang nista.

Ini semua merupakan hasil (baca: akibat) dari aturan-aturan yang mengklaim telah berbuat adil
terhadap kaum wanita dan telah memberikan segala haknya, termasuk dalam hal kebebasan dan
persamaan hak. Juga sebagai akibat dari opini jahat yang selalu disuarakan sebagai bentuk dukungan
terhadap segala aturan dan undang-undang yang menyelisihi ketentuan (syariat) Dzat Yang Maha
Pencipta lagi Maha Bijaksana yang dicakup oleh Islam baik yang terdapat dalam Al-Qur`an ataupun As-
Sunnah, yang telah memberikan untuk masing-masing dari kaum lelaki dan wanita segala haknya
dengan penuh kemuliaan dan keadilan. (Al-Huquq wal Wajibat alar Rijal wan Nisa` fil Islam).

Para misionaris emansipasi wanita pun masih belum puas terhadap apa yang telah ditetapkan Alloh
Subhanahu wa Taala, Dzat Yang Maha Hakim dalam islam, Mereka mempersoalkan, menentangnya dan
mencela Islam dengan slogan-slogan yang mereka suarakan; Menuntut persamaan, kebebasan, dan
keadilan. Apapun yang bisa dijadikan dalil diangkatlah sebagai dalil, tidak peduli haq ataukah batil.

Padahal Alloh Subhanahu wa Taala menyatakan :

Akan tetapi kaum lelaki (para suami), mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada kaum wanita
(istrinya). (QS.Al Baqoroh : 228).

Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, disebabkan Alloh telah melebihkan sebagian
mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lelaki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. (QS. An-Nisa`: 34)
Demikian pula perkataan Alloh Subhanahu wa Taala :

Dan anak laki-laki itu tak sama dengan anak wanita. (QS. Ali Imron: 36)

Al-Imam Ibnu Katsir rohimahullohu berkata : Yaitu dalam hal kekuatan, kesungguhan/ketabahan dalam
beribadah dan mengurus... (Tafsir Ibnu Katsir).

Mereka memelintir ayat-ayat Al-Qur`an demi menghalalkan tuntutannya. Betapa jeleknya jalan yang
mereka tempuh itu. Di antara ayat yang mereka pelintir tersebut adalah perkataan Alloh Subhanahu
wa Taala:

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara yang maruf. (QS.
Al-Baqoroh : 228).

Mereka beralasan dengan ayat ini bahwa Islam tidak membedakan antara kaum lelaki dengan kaum
wanita dalam semua haknya.

Padahal ayat di atas masih ada kelanjutannya yang jelas-jelas menunjukkan keutamaan kaum lelaki
(para suami) atas kaum wanita (para istri). Yaitu :

Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.
Adanya perbedaan yang mencolok antara kaum lelaki dengan kaum wanita dalam banyak halnya (di
antaranya penampilan fisik) yang menjadikan hak dan kewajiban mereka pun berbeda. Alloh Subhanahu
wa Taala berkata :

Dan apakah patut (menjadi anak Alloh) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia
tidak dapat memberikan alasan yang terang dalam pertengkaran?! (QS. Az-Zukhruf : 18)

Al-Imam Asy-Syaukani rohimahullohu berkata :

Abd bin Humaid meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma tentang tafsir orang
yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberikan alasan yang terang
dalam pertengkaran bahwa dia adalah kaum wanita. Maka dijadikanlah berbeda antara penampilan
mereka (kaum wanita) dengan penampilan kaum lelaki, berbeda pula dalam hal warisan dengan
dikuranginya jatah mereka daripada jatah kaum lelaki, demikian pula dalam hal persaksian. Alloh
Subhanahu wa Taala perintahkan mereka untuk duduk (tidak ikut berperang), maka dari itu mereka
disebut khawalif (orang-orang yang tidak ikut berperang). (Fathul Qodir, 4/659)

Kemudian di antara tanda-tanda kekuasaan Alloh Subhanahu wa Taala adalah diciptakannya untuk
kaum lelaki para istri dari jenis mereka (manusia) juga, supaya kaum lelaki cenderung dan merasa
tentram kepadanya serta Alloh Subhanahu wa Taala jadikan antara keduanya rasa kasih dan sayang.
Alloh Subhanahu wa Taala berkata :

Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian
sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kalian rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir. (QS.Ar-Rum: 21)

Alloh Subhanahu wa Taala menciptakan wanita diantaranya untuk kaum lelaki dan sebagai tempat
untuk merasakan ketentraman dan kasih sayang, maka berarti posisi kaum lelaki di atas kaum wanita.
Sehingga ketika seorang wanita (istri) menganggap bahwa dirinya sepadan dengan suaminya dalam
segala hak, atau merasa lebih daripada suaminya maka tak akan tercipta lagi suasana tentram dan rasa
kasih sayang di antara mereka itu.

Di antara ayat yang mereka pelintir juga adalah perkataan Alloh Subhanahu wa Taala:

Barangsiapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
An-Nahl : 97).

Mereka berdalil dengan ayat ini bahwa Alloh Taala memberikan hak yang sama antara laki-laki dan
wanita yang beriman dalam hal pahala, atas dasar itulah tidak ada perbedaan yang mendasar antara
laki-laki dan wanita dalam hak maupun kewajiban kecuali satu kelebihan yaitu memberi nafkah yang
merupakan kewajiban laki-laki.

Pendalilan mereka tentang ayat di atas tidaklah benar, bahkan bertentangan dengan syariat dan akal
yang sehat, sebagaimana penjelasan berikut ini :

Alloh Subhanahu wa Taala tidaklah melebihkan kaum lelaki atas kaum wanita semata-mata karena
pemberian nafkah. Bahkan (lebih dari itu) Alloh Subhanahu wa Taala melebihkan mereka disebabkan
kepemimpinannya atas kaum wanita (para istri). Alloh Subhanahu wa Taala berkata :

Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, disebabkan Alloh telah melebihkan sebagian
mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lelaki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. (QS. An-Nisa`: 34)

Di antara hikmah diciptakannya kaum wanita oleh Alloh Subhanahu wa Taala adalah untuk
(kenikmatan) kaum lelaki di dunia dan juga di akhirat. Bahkan Alloh Subhanahu wa Taala karuniakan
dari nikmat (istri) tersebut nikmat yang berikutnya, yaitu dilahirkannya anak yang tidaklah dinasabkan
kecuali kepada ayahnya; fulan bin fulan atau fulanah binti fulan. Hal ini sebagai bukti akan kelebihan
kaum lelaki atas kaum wanita. Alloh Subhanahu wa Taala berkata :

Alloh menjadikan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri dan menjadikan bagi kalian dari para
istri itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberi kalian rizki dari yang baik-baik. (QS. An-Nahl: 72)

Balasan mulia bagi orang-orang beriman lagi beramal sholih yang disebutkan dalam Al-Qur`an adalah
(bidadari) para istri yang suci di dalam Al-Jannah. Hal ini menunjukkan betapa posisi kaum lelaki di atas
kaum wanita baik di dunia maupun di akhirat. Alloh Subhanahu wa Taala berkata :

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal sholih, bahwa bagi
mereka disediakan surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Setiap mereka diberi rizki
buah-buahan dalam Al-Jannah itu, mereka mengatakan: Inilah yang dahulu pernah diberikan kepada
kami. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalam Al-Jannah tersebut ada istri-
istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah: 25)


. . .
.

Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa itu suatu kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah
anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya
(Al-Jannah) mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. (An-
Naba`: 31-35)

Wanita adalah orang-orang yang kurang dalam hal agama dan akal, sehingga tidaklah bisa disamakan
dengan laki-laki. Rosululloh Shollallohu alaihi wa sallam berkata :

. :
:






.
:







:









: . :

: . : .

Wahai sekalian kaum wanita, bersedekahlah! Karena aku melihat bahwa kalianlah orang terbanyak
yang menghuni neraka. Mereka berkata: Dengan sebab apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab :
(Karena) kalian banyak melaknat dan seringkali ingkar terhadap kebaikan (yang diberikan oleh para
suami). Aku belum pernah melihat di antara orang-orang yang kurang dalam hal agama dan akal yang
dapat menghilangkan akal seorang lelaki (suami) yang tangguh melainkan seseorang dari kalian. Mereka
berkata: Sisi apakah yang menunjukkan kurangnya agama dan akal kami wahai Rosululloh? Beliau
menjawab : Bukankah persaksian wanita setengah dari persaksian lelaki? Mereka berkata: Ya,
kemudian beliau Shollallohu alaihi wa sallam berkata : Maka itulah di antara kekurangan akalnya.
Bukankah ketika datang masa haidnya seorang wanita tidak melakukan sholat dan puasa? Mereka
berkata: Ya, maka Nabi Shollallohu alaihi wa sallam berkata : Maka itulah di antara kekurangan
agamanya. (Bukhori dalam Shohihnya no. 304 dari sahabat Abu Said Al-Khudri rodhiyallohu 'anhu).

Asy Syaikh Robi bin Hadi Al-Madkholi hafidhohulloh berkata :

Dalam hadits ini terdapat kejelasan tentang kurangnya agama dan akal wanita. Dan yang nampak
bahwa kekurangan ini merupakan salah satu sebab banyaknya melaknat dan terjatuhnya mereka ke
dalam perbuatan ingkar terhadap kebaikan yang diberikan para suami. Sebagaimana pula dalam hadits
ini terdapat kejelasan bahwa persaksian dua wanita sama dengan persaksian satu orang lelaki, yang di
antara sebabnya adalah kurangnya akal pada mereka. (Al-Huquq wal Wajibat alar Rijal wan Nisa` fil
Islam).

Nasehatku wahai saudariku muslimah..

Ingatlah dengan pemberitaan Nabi shollallohu 'alaihi wasallam :

"Minoritas penghuni surga adalah kaum wanita." (Muslim no. 2738)

Dalam bingkai rumah tangga, pasangan suami dan istri masing-masing memiliki hak dan
kewajiban. Suami sebagai pemimpin, berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya baik dalam
urusan agama atau dunianya, menafkahi mereka dengan memenuhi kebutuhan makanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggalnya.

Tanggungjawab suami yang tidak ringan diatas diimbangi dengan ketaatan seorang istri pada
suaminya. Kewajiban seorang istri dalam urusan suaminya setahap setelah kewajiban dalam
urusan agamanya. Hak suami diatas hak siapapun setelah hak Allah dan Rasul-Nya, termasuk
hak kedua orang tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggungjawab terpenting
seorang istri.

Surga atau Neraka Seorang Istri

Ketaatan istri pada suami adalah jaminan surganya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika seorang wanita melaksanakan shalat
lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati
suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki. (HR Ibnu Hibban
dalam Shahihnya)

Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan suami menjadi keridhoan Allah.
Istri yang tidak diridhoi suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan
kufur nikmat.

Suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita
adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa
demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka
kepada suaminya. (HR Bukhari Muslim)

Kedudukan Hak Suami

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kalau
aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan
memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah
menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata,
hadis hasan shahih. Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani)

Hak suami berada diatas hak siapapun manusia termasuk hak kedua orang tua. Hak suami
bahkan harus didahulukan oleh seorang istri daripada ibadah-ibadah yang bersifat sunnah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak boleh bagi seorang perempuan
berpuasa sementara suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya. Dan tidak boleh baginya
meminta izin di rumahnya kecuali dengan izinnya. (HR Bukhari Muslim)

Dalam hak berhubungan suami-istri, jika suami mengajaknya untuk berhubungan, maka istri
tidak boleh menolaknya.

Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya,
dan suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi. (HR
Bukhari Muslim)

Berbakti Kepada Suami

Diantara kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah, hendaknya seorang istri benar-benar
menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu juga
bersungguhnya-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dan wanita adalahpenanggungjawab di


rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban. (HR Bukhari Muslim)

Syaikhul Islam berkata, Firman Allah, Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). (QS. An Nisa [4]: 34)
Ayat ini menunjukkan wajibnya seorang istri taat pada suami dalam hal berbakti kepadanya,
ketika bepergian bersamanya dan lain-lain. Sebagaimana juga hal ini diterangkan dalam sunnah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (Lihat Majmu Al Fatawa 32/260-261 via Tanbihat, hal.
94, DR Shaleh Al Fauzan)

Berkhidmat kepada suami dengan melayaninya dalam segala kebutuhan-kebutuhannya adalah


diantara tugas seorang istri. Bukan sebaliknya, istri yang malah dilayani oleh suami. Hal ini
didukung oleh firman Allah, Dan laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita. (QS. An Nisa [4]:
34)

Ibnul Qayyim berdalil dengan ayat diatas, jika suami menjadi pelayan bagi istrinya, dalam
memasak, mencuci, mengurus rumah dan lain-lain, maka itu termasuk perbuatan munkar. Karena
berarti dengan demikian sang suami tidak lagi menjadi pemimpin. Justru karena tugas-tugas istri
dalam melayani suami lah, Allah pun mewajibkan para suami untuk menafkahi istri dengan
memberinya makan, pakaian dan tempat tinggal. (Lihat Zaad Al-Maaad 5/188-199 via Tanbihat,
hal. 95, DR Shaleh Al Fauzan)

Bukan juga sebaliknya, istri yang malah menafkahi suami dengan bekerja di luar rumah untuk
kebutuhan rumah tangga.

Tidak Keluar Rumah Kecuali Dengan Izin Suami

Seorang istri juga tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena tempat asal
wanita itu di rumah. Sebagaimana firman Allah, Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-
rumah kalian. (QS. Al Ahzab [33]: 33)

Ibnu Katsir berkata, Ayat ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali ada
kebutuhan. (Tafsir Al Quran Al Adzim 6/408). Dengan demikian, wanita tidak boleh keluar
rumah melainkan untuk urusan yang penting atau termasuk kebutuhan seperti memasak dan lain-
lain. Jika bukan urusan tersebut, maka seorang istri tidak boleh keluar rumah melainkan dengan
izin suaminya.
Syaikhul Islam berkata, Tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya, jika
ia keluar rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat nusyuz (durhaka), bermaksiat
kepada Allah dan Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman.

Sumber: https://muslim.or.id/9109-taati-suamimu-surga-bagimu.html

Anda mungkin juga menyukai