Anda di halaman 1dari 7

SOAL 1

Jelaskan dengan lengkap istilah-istilah penting berikut ini:

a. Spending hypothesis dan money hypothesis terkait dengan Great Depression!

Spending hypothesis adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa sebab utama dari
terjadinya Depresi Besar pada awal 1930-an adalah karena turunnya spending pada goods dan
services oleh faktor yang bersifat eksternal.

Dugaan ini bermula dari data dari awal 1930-an menunjukkan bahwa pendapatan (income)
mengalami penurunan bersamaan dengan penurunan tingkat suku bunga. Hal ini mengindikasikan
adanya correctionary shift pada kurva IS (buka teori tentang IS-LM kembali!).

Beberapa pendapat mengenai sebab-sebab terjadinya koreksi:

Crash pada bursa saham Amerika tahun 1929 menyebabkan penurunan kekayaan
masyarakat serta ketidakpastian mengenai prospek perekonomian AS ke depannya.
Akibatnya masyarakat menjadi lebih condong untuk menabung daripada membelanjakan
uangnya sehingga terjadi downward shift secara spiral pada fungsi konsumsi. Hal ini
menyebabkan koreksi tajam pada IS.

Terjadinya penurunan tajam pada investasi di sektor perumahan setelah terjadi bubbling
di sektor ini pada tahun 1920-an. Bubble yang terjadi diiringi dengan penurunan permintaan
perumahan dan pengetatan migrasi pada dekade 1930-an. Kedua hal ini menyebabkan
adanya oversupply perumahan di pasar dan akhirnya investasi di sektor perumahan turun
drastis setelah oversupply diketahui.

Dua hal di atas merupakan asal mula Depresi Besar. Setelah Depresi Besar dimulai,
beberapa kejadian yang terjadi kemudian memperparah kondisi. Rontoknya perbankan
menyebabkan penurunan investasi lebih dalam lagi.

Kebijakan pemerintahan saat itu juga tidak mendukung proses pemulihan. Paradigma
pemerintahan masa itu (pre-Keynesian) fokus pada usaha mencapai anggaran berimbang
( = ). Untuk mencapai tujuan ini, meskipun terdapat kelesuan ekonomi, pemerintah
terus menaikkan pajak dan menekan pengeluaran untuk tetap menjaga keseimbangan
anggaran negara. Hal ini memperparah depresi yang terjadi.

Money hypothesis merupakan pandangan yang menyatakan bahwa Depresi pada dekade 1930-
an lebih desebabkan adanya kesalahan kebijakan moneter dari The Federal Reserve. The Fed
dianggap mengambil tindakan yang salah saat itu dengan membiarkan jumlah uang beredar
berkurang secara drastis (turun 25%). Penurunan jumlah uang beredar akan menyebabkan
terjadinya penurunan tingkat harga (delfasi).

Ekonom mengajukan dua pendapat mengenai bagaimana penurunan tingkat harga dapat
menurunkan tingkat pendapatan masyarakat:

Debt-deflation theory

Teori ini menyebutkan bahwa penurunan tingkat harga secara tiba-tiba pada saat Depresi
Besar 1930-an menyebabkan terjadinya redistribusi kekayaan dari peminjam ke pemberi
pinjaman (lihat Bab 4 untuk referensi). Redistribusi kekayaan ini berdampak pada pola
konsumsi yang berubah. Secara logis, peminjam adalah pihak yang memiliki
kecenderungan konsumsi lebih besar dibandingkan dengan pemberi pinjaman. Dengan
adanya redistribusi kekayaan dari peminjam ke pemberi pinjaman, konsumsi menjadi turun
sehingga menyebabkan contractionary shift pada kurva IS. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya penurunan PDB secara terus menerus kala itu.

Teori mengenai pengaruh perubahan pada expected prices


Penurunan tingkat harga yang terjadi pada saat awal Depresi menyebabkan masyarakat
memiliki ekspektasi penurunan tingkat harga pula di masa depan ( ). Berdasarkan
hubungan Fisher:

maka adanya ekspektasi terhadap penurunan tingkat harga di masa depan menyebabkan
real interest rate () naik. Kenaikan ini berpengaruh pada menurunnya planned spending
sehingga kurva IS bergeser ke bawah. Hal berikutnya yang terjadi setelah ini adalah
terjadinya penurunan pendapatan nasional secara berlanjut.

b. Sticky price model untuk short-run aggregate supply

Sticky price model adalah salah satu model yang menjelaskan mengapa kurva SRAS dapat
memiliki kelandaian positif (upward-sloping SRAS). Model ini mengasumsikan tidak adanya instant
adjustment oleh perusahaan ketika terjadi perubahan permintaan di pasar. Asumsi ini didasarkan
pada beberapa fakta:

Dalam beberapa kasus, pembeli dan penjual sudah menetapkan harga pertukaran terlebih
dahulu sehingga cukup sulit untuk mengubah harga di tengah jalan.

Dalam kasus lain, meskipun tidak ada penetapan harga, penjual dapat menahan harganya
dengan tujuan agar tidak kehilangan kepercayaan konsumen. Konsumen cenderung
menghindari harga-harga yang sering berfluktuasi.

Dalam kasus yang lain lagi, struktur pasar tidak memungkinkan hal tersebut terjadi.
Sebagai contoh, pengubahan harga pesawat oleh Boeing tidak bisa dilakukan semena-
mena mengingat perubahan harga tersebut sangat costly (menu costs, market confidence,
etc.)

Misalkan terdapat kasus di mana produsen menghadapi keputusan penentuan harga . Penentuan
didasarkan pada dua faktor:

Tingkat harga secara umum, (menggambarkan biaya produksi)

Tingkat pendapatan agregat, (menggambarkan potensi permintaan di pasar)

Sekarang, misalkan terdapat dua jenis produsen. Produsen pertama menentukan harga scara
fleksible. Kondisi ini digambarkan persamaan:

= + ( )

Di mana ( ) merupakan tingkat pendapatan agregat relatif terhadap tingkat naturalnya.

Sementara itu, produsen kedua adalah yang penentuan harganya bersifat sticky, yaitu menentukan
di awal berdasarkan ekspektasi yang mereka miliki terhadap kondisi ekonomi. Maka, model
penentuan harga dari produsen kedua ini adalah:

= + ( )

Jika produsen jenis kedua ini mengasumsikan tingkat pendapatan agregat di masa depan adalah
sama dengan tingkat naturalnya, atau = , maka model penentuan harga produsen kedua ini
menjadi:

Yang berarti dengan produsen jenis kedua ini menentukan harga dengan memerhatikan tingkat
harga produsen-produsen lainnya.
Jika perusahaan jenis pertama berjumlah dan perusahaan jensi kedua berjumlah (1 ), maka
penentuan tingkat harga secara keseluruhan dalam perekonomian menjadi:

= + (1 )[ + ( )]

Penyederhanaan matematika atas persamaan tersebut akan mendapatkan persamaan SRAS


sebagai berikut:
(1 )
= + [ ] ( )

Persamaan di atas menggambarkan adanya hubungan berbanding lurus antara tingkat harga
dan pendapatan agregat . Hal inilah kenapa kurva SRAS memiliki kemiringan positif! Hal ini
dapat dibuktikan menggunakan kalkulus sederhana seperti berikut:
(1 )
=

(1 )
= >0


Terlihat bahwa slope dari kurva SRAS adalah positif karena >0

c. Stagflasi

Stagflasi merupakan suatu terminologi yang dipergunakan untuk menjelaskan terjadinya fenomena
penurunan output pada suatu perekonomian (falling output) namun diiringi pula dengan kenaikan
tingkat harga-harga secara umum (rising inflation).

Stagflasi biasanya terjadi dikarenakan adanya supply shocks, yaitu shocks yang bersifat
exogenous yang mengubah pola biaya produksi perusahaan. Beberapa contoh supply shocks
adalah sebagai berikut:

Kenaikan harga minyak pada dekade


1970-an akibat embargo minyak yang
dilakukan oleh negara-negara Timur
Tengah kepada negara-negara Barat.
Hal ini menyebabkan biaya produksi
negara-negara Barat mengalami
kenaikan drastis.

Kenaikan harga kedelai sebagai akibat


dari kurangnya pasokan kedelai impor.
Hal ini memengaruhi biaya produksi
produsen tahu dan tempe secara
signifikan.

Kebijakan pro-lingkungan yang ketat


menyebabkan pola biaya perusahaan
meningkat lebih pesat.

Hal-hal ini menyebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum (). Dan karena sifat harga
yang sticky pada jangka pendek (horizontal SRAS) dan permintaan agregat yang tetap, maka
naiknya harga justru akan mengurangi output perekonomian.

d. Efficiency of labour dan effective number of workers


Efficiency of labour () merupakan suatu variabel yang menggambarkan tingkat penguasaan
metode produksi yang dimiliki suatu perekonomian. Efisiensi tenaga kerja akan meningkat seiring
dengan meningkatnya teknologi yang dimiliki suatu perekonomian. Sebagai contoh, penerapan
sistem traktor di sawah meningkatkan efisiensi petani sehingga seorang petani dapat mengerjakan
sawah yang lebih luas.

Jumah pekerja efektif (number of effective workers) merujuk kepada jumlah pekerja yang dapat
bekerja secara efisien. Jika teknologi naik, maka tingkat efisiensi naik. Dengan jumlah pekerja
yang tetap , maka dengan adanya kenaikan efisiensi. Pekerjaan yang dilakukan pun dapat lebih
banyak lagi sehingga seolah-olah jumlah pekerja bertambah (padahal tetap). Seolah-olah ini
digambarkan oleh jumlah pekerja efektif

e. Keynesian Consumption Puzzle

f. The efficient market hypothesis

SOAL 2

SOAL 3

SOAL 4
Diketahui bahwa suatu perekonomian memiliki fungsi produksi berikut:

= / ()/

Jawablah pertanyaan berikut:


)!
a. Tunjukkan (

Petunjuk: berhati-hati dengan soal demikian karena yang dimaksud dengan bukan capital
). Capital stock per worker
stock per worker (), tapi capital stock per effective worker (

ditentukan oleh = /()

() / ()/
) =
( = /
=

!
b. Carilah nilai steady state dari

Kondisi steady state dicapai ketika syarat berikut tercapai:

= ( ) ( + + ) = 0

( ) = ( + + )

Melakukan substitusi fungsi () ke dalam persamaan di atas, maka akan didapatkan:


1/2
= ( + + )



=
( + + )

SOAL 5
Jack dan Jill mengikuti model konsumsi Fisher berupa konsumsi dua periode. Jack
mendapatkan $100 dalam periode pertama dan $100 pada periode kedua. Jill tidak memiliki
pendapatan di periode pertama dan $210 di periode kedua. Keduanya bisa meminjam atau
meminjamkan dengan tingkat suku bunga .

a. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ternyata baik Jack maupun Jill mengonsumsi
masing-masing $100 di periode pertama dan $100 di periode kedua. Berapa tingkat suku
bunga ?

Kendala anggaran antarwaktu (intertemporal budget constraint) dalam model Fisher ditentukan
oleh fungsi:

(1 + )1 + 2 = (1 + )1 + 2

Melakukan substitusi atas semua data yang diberikan dalam soal, maka suku bunga adalah:

(1 + )($200) + $200 = (1 + )$100 + $310

(1 + )($200 $100) = $110

$110
1+=
$100
1 + = 1.1

= . = %

b. Misalnya tingkat suku bunga meningkat. Apa yang akan terjadi terhadap konsumsi Jack
di periode pertama? Apakah Jack better off atau worse off sebelum tingkat suku bunga
naik?

Jika kendala anggaran antarwaktu ditentukan oleh:

(1 + )1 + 2 = (1 + )1 + 2

Maka konsumsi periode pertama Jack adalah:


2 2
1 = 1 +
1+
Dampak dari kenaikan tingkat suku bunga bagi konsumsi periode pertama Jack adalah
(gunakan kalkulus sederhana):
1
= (1)(1) (2 2 )

= 1 (2 2 )

= 1($100 $100)

=0

Konsumsi Jack pada periode pertama tidak akan berubah. Hal ini dikarenakan baik nilai
pendapatan Jack di kedua periode adalah sama sehingga tidak ada untungya bagi Jack untuk
menabung ataupun meminjam.

c. Apa yang akan terjadi dengan konsumsi Jill pada periode pertama saat tingkat suku
bunga naik? Apakah Jill better off atau worse off sebelum tingkat suku bunga naik?

Jika kendala anggaran antarwaktu ditentukan oleh:

(1 + )1 + 2 = (1 + )1 + 2

Maka konsumsi periode pertama Jill adalah:


2 2
1 = 1 +
1+
Dampak dari kenaikan tingkat suku bunga bagi konsumsi periode pertama Jill adalah (gunakan
kalkulus sederhana):
1
= (1)(1) (2 2 )

= 1($210 $100)

= $100

Konsumsi Jill pada periode pertama akan berkurang sebesar $100. Hal ini dikarenakan dengan
tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan adanya perbedaan pendapatan Jill di kedua periode,
adalah lebih baik bagi Jill untuk menabung pada periode pertama (yang adalah tidak mungkin
karena 1 = $0) dan konsumsi lebih banyak di periode kedua. Dengan logika yang sama,
dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, adalah lebih baik bagi Jill untuk menaikkan
konsumsi di periode kedua dan mengurangi konsumsi di periode pertama karena konsumsi di
periode kedua menjadi lebih murah secara present value (baca lagi prinsip discounting!)

Pada periode pertama Jill better-off sebelum tingkat suku bunga naik!

SOAL 6
Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi investasi baik dari business fixed investment,
residential investment, maupun inventory investment!

Business fixed investment bergantung pada:


Marginal product of capital (MPK)

Cost of capital

Nilai depresiasi

Anda mungkin juga menyukai