Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN YANG

BEROBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


LABUANG BAJI MAKASSAR

Eva Puspita1, Yasir Haskas2


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Hipertensi merupakan problem kesehatan masyarakat di Indonesia, mengingat prevalensi yang


meningkat cukup tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007, hipertensi
berada pada urutan ketiga penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB, dengan proporsi
kematian sebesar 6,8%. Hipertensi merupakan penyebab utama peningkatan risiko penyakit strok,
jantung dan ginjai. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi
pada pasien yang berobat di Poliklinik Rumah sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Variabel
yang diteliti adalah umur, merokok, dan Obesitas. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik
dengan pendekatan case control. Sampel dalam penelitian berjumlah 74 responden yang terdiri dari
37 kasus dan 37 kontrol. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
pada bulan juni sampai juli 2013. Sampel diambil secara Accidental Sampling. Data diperoleh dengan
melakukan observasi dan wawancara langsung serta pemerikasaan fisik berupa pengukuran tekanan
darah, tinggi badan dan berat badan. Pengolahan data menggunakan computer program SPSS versi
16,0 dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis yang digunakan adalah analisis Bivariat
dengan menggunakan uji chi-square dan risk estimate. Hasil penelitian dari 74 responden didapatkan
hasil sebagai berikut: dengan taraf kesalahan 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% maka terlihat faktor
risiko kejadian hipertensi yaitu faktor umur (p = 0,009; OR = 3,660 dan 95% IC : 1,359-9,860),
obesitas (p = 0,003; OR = 8,4 dan 95% CI : 1,726 40.883). dan merokok (p = 0,116; OR = 2,3 dan
95% IC: 0,801-6728) buakan merupakan faktor risiko. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor yang
terbukti menjadi faktor risiko hipertensi yaitu umur, obesitas dan merokok bukan merupakan faktor
risiko kejadian hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

Kata Kunci : Hipertensi, Umur, Merokok, Obesitas

PENDAHULUAN komplikasi pada organ-organ vital seperti


Hipertensi atau darah tinggi sangat jantung, otak ataupun ginjal. Hipertensi
bervariasi tergantung bagaimana seseorang merupakan penyakit yang mendapat perhatian
memandangnya. Secara umum hipertensi dari semua kalangan masyarakat, mengingat
adalah kondisi tekanan darah seseorang yang dampak yang ditimbulkannya baik jangka
beradah diatas batas-batasan tekanan darah pendek maupun jangka panjang, sehingga
normal. Hipertensi disebut juga pembunuh membutuhkan penanggulangan jangka
gelap atau sillen killer. Hipertensi dengan cara panjang yang menyeluruh dan terpadu.
tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa (Syukraini Irza, 2009).
diketahui gejala terlebih dahulu. Menurut laporan pertemuan WHO di
Hipertensi diperkirakan menjadi Jenewa tahun 2002 didapatkan prevalensi
penyebab kematian 7,1 juta orang di seluruh penyakit hipertensi 15-37% dari populasi
dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian, penduduk dewasa di dunia. Setengah dari
dan prevalensinya hampir sama besar baik di populasi penduduk dunia yang berusia lebih
negara berkembang maupun negara maju. dari 60 tahun menderita hipertensi. Angka
Hipertensi menimbulkan angka morbiditas Proportional Mortality Rate akibat hipertensi
(kesakitan) mortalitas (kematian) yang tinggi diseluruh dunia adalah 13% atau sekitar 7,1
karena hipertensi karena hipertensi juta kematian. Sesuai dengan data WHO
merupakan penyebab utama peningkatan bulan September 2011, disebutkan bahwa
risiko penyakit strok, jantung dan ginjal. Pada hipertensi menyebabkan 8 juta kematian
kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pertahun diseluruh dunia dan 1,5 juta
pemeriksaan fisik karena alas an penyakit kematian pertahun diwilayah Asia Tenggara
tertentu, sehingga sering disebut sebagai (Agnesia Nuarima Kartikasari, 2012).
silent killer. Bahkan sering ditemukan Di Negara-negara maju, seperti Amerika
penderita yang telah mengalami berbagai Serikat, diperkirakan 20% atau satu diantara

58
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
lima orang penduduknya menderita hipertensi. jalan berjumlah 718 kasus baru dengan 2.255
Keadaan itu mencerminkan bahwa penyakit jumlah kunjungan atau 31,84%, tahun 2012
hipertensi di Negara-negara maju menjadi pasien rawat jalan sebanyak 291 kasus baru
masalah kesehatan paling dominan dan dengan 2.820 jumlah kunjungan atau 10,31%,
memerlukan penanganan serius, tingginya sedangkan pada bulan januari samapai
peenyakit hipertensi juga menyebabkan dengan maret 2013 pasien rawat jalan
sejumlah Negara maju waspada terhadap berjumlah 18 orang dengan jumlah 215
serangan penyakit tersebut (Dr. Setiawan kunjungan atau 8,37%.
Dalimartha, 2008; Hal. 6). Meningkatnya hipertensi dapat
Hipertensi atau darah tinggi sampai dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, jenis
sekarang menjadi penyakit pembunuh nomor kelamin, etnis, hipertensi, obesitas, asupan
satu di Indonesia. Belakangan tersebut garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi
penyakit tidak hanya menyerang orang lanjut bersifat diturunkan atau bersifat genetik.
usia karena faktor degeneratif tapi usia Individu dengan riwayat keluarga hipertensi
produktif (Herlambang, 2013; halaman 7). mempunyai risiko duakali lebih besar untuk
Data Riset Kesehatan Dasar menderita hipertensi daripada orang yang
(Riskesdas) Nasional tahun 2007, hipertensi tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
berada pada urutan ketiga penyebab kematian hipertensi. Insidensi hipertensi meningkat
semua umur, setelah stroke dan TB, dengan seiring dengan pertambahan usia, dan pria
proporsi kematian sebesar 6,8%. Adapun memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita
prevalensi nasional hipertensi pada penduduk hipertensi lebih awal. Obesitas dapat
umur >18 tahun adalah sebesar 31,7% meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini
(berdasarkan pengukuran). Prevalensi disebabkan lemak dapat menimbulkan
hipertensi di Sulawesi Selatan 29,0%, lebih sumbatan pada pembuluh darah sehingga
rendah dari angka nasional. Menurut dapat meningkatkan tekanan darah. Asupan
kabupaten, prevalensi hipertensi tertinggi garam yang tinggi akan menyebabkan
adalah di soppeng (40,6%) dan Sidenreng pengeluaran kelebihan dari hormone
Rappang (23,3%) serta kota Makassar (23,5) natriouretik yang secara tidak langsung akan
(Dikutip dari penelitian Hepti Muliyati, Dkk). meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan
Kejadian penyakit hipertensi di Rumah merokok berpengaruh dalam meningkatkan
Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar risiko hipertensi walau mekanisme timbulnya
tercatat bahwa jumlah pasien Hipertensi hipertensi belum diketehui secara pasti (Ade
mengalami peningkatan, dimana pada tahun Dian Anggraini, Dkk, 2009).
2011 jumlah pasien rawat inap sebanyak 135 Penelitian Annesia Nuarima Kartikasari
dengsn distribusi pasien keluar hidup (2012), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
sebanyak 134 orang sedangkan yang keluar terbukti sebagai faktor risiko hipertensi adalah
meninggal dunia sebanyak satu orang, dan faktor usia, merokok, obesitas, dan riwayat
pasien rawat jalan sebanyak 718 kasus baru keluarga. Sedangkan faktor-faktor yang tidak
dengan 2.255 jumlah kunjungan atau. terbukti sebagai faktor risiko hipertensi adalah
Kemudian pada tahun 2012 penderita jenis kelamin, konsumsi garam, konsumsi
hipertensi yang dirawat inap sebanyak 188 lemak, dan aktivitas.
orang dengan distribusi pasien keluar hidup Erlyna Nur Syahrini (2012) dalam
sebanyak 177 orang sedangkan keluar penelitiannya menunjukan bahwa terdapat
meninggal dunia sebanyak 11 orang. hubungan yang antara umur, obesitas,
Sedangkan pasien rawat jalan sebanyak 291 kebiasaan konsumsi garam, dan konsumsi
kasus baru dengan 2820 jumlah kunjungan makanan berlemak dengan hipertensi.
atau. Jumlah hipertensi yang menjalani rawat Sedangkan jenis kelamin, kebiasaan merokok,
inap periode januari sampai dengan juni pada kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan
tahun 2013 sebanyak 30 orang dengan konsumsi kafein tidak ada hubungannya
distribusi keluar hidup sebanyak 30 orang, dengan hipertensi.
sedangkan pasien rawat jalan 18 orang dari Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
215 kunjungan. (Rekam Medis RSUD peneliti tertarik untuk meneliti umur, merokok,
Labuang Baji Makassar 2013). dan Obesitas yang merupakan faktor risiko
Melihat kenyataan yang ada bahwa terjadinya hipertensi.
hipertensi menjadi masalah kesehatan di .
Indonesia. Berdasarkan dari observasi awal BAHAN DAN METODE
yang dilakukan oleh peneliti pada saat Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
pengambil data awal di Rumah Sakit Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Daerah Labuang Baji Makassar 2013, juni sampai dengan juli 2013 di Rumah Sakit
diperoleh data bahwa dari dua tahun terakhir Umum Daerah Labuang Baji Makassar.
hipertensi mengalami peningkatan dimana Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pada tahun 2011 di dapatkan pasien rawat pasien yang berobat di Poliklinik Rumah Sakit

59
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Umum Daerah Labuang Baji Makassar bivariat, pada penelitian kasus kontrol yang
berdasarkan jumlah pasien pada Januari 2011 dilakukan dengan cara matching individual,
Maret 2013 yang berjumlah 1027 orang. maka harus dilakukan analisis dengan
Besar sampel dalam penelitian ini yaitu menjadikan kasus dan kontrol sebagai
perbandingan antara kasus dan kontrol 1:1 pasang-pasangan.
terdiri dari kasus 37 responden dan kontrol 37 Kontrol
responden yang berkunjung di Poliklinik Kasus
Risiko (+) Risiko (-)
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Risiko (+) A B
Makassa. Jenis dan metode penelitian yang Risiko (-) C D
digunakan adalah penelitian Observasi
dengan pendekatan case control. Keterangan Sel A : Kasus mengalami
Tehnik penarikan sampel dalam pajanan dan kontrol mengalami pajanan, Sel B
penelitian ini adalah tehnik Accidental :Kasus mengalami pajanan dan kontrol tidak
Sampling, dalam hal ini, individu-individu mengalami pajanan, Sel C: kasus tidak
mana yang dijadikan sampel adalah apa saja mengalami pajanan dan kontrol mengalami
atau siapa saja yang kebetulan ditemui pajanan, Sel D: Kasus tidak mengalami
(Hariwijaya,2011). Yang menjadi sampel pajanan dan kontrol tidak mengalami pajanan.
adalah pasien di rumah sakit yang ada pada Odds rasio (OR) pada penelitian
saat melakukan penelitian. Dengan criteria kasus kontrol dengan cara matching dihitung
inklusi yaitu bersedia menjadi responden, dengan mengabaikan sel A karena baik kasus
berada ditempat pada saat pengumpulan data maupun kontrol terpajan, dan sel D karena
dan pasien hipertensi yang berobat di baik kasus maupun kontrol tidak terpajan.
poliklinik. Maka rumus odd rasio adalah: OR=B/C
Walaupun OR tidak sama dengan
Pengumpulan data dan pengolahan data relative risiko (RR) tetapi dapat digunakan
Data hasil penelitian diperoleh dengan sebagai indikator adanya kemungkinan
mengumpulkan data primer dan data hubungan sebab akibat antara faktor risiko
sekunder. Data primer adalah data yang dengan efek. OR dapat dianggap sebagai
diperoleh langsung dari pasien melalui perkiraan yang mendekati relative risiko
observasi dan wawancara dan alat yang apabila: Kejadian penyakit yang diteliti sedikit,
digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu tidak melebihi 20% dari populasi
sphygmomamometer untuk mengukur tekanan terpajan, kelompok kontrol merupakan
darah, alat tulis menulis serta timbangan injak kelompok yang representatif dari populasi
dan meteran. Sedangkan data sekunder dalam hal peluangnya untuk terpajan oleh
diperoleh dari pihak rumah sakit yakni data faktor risiko, kelompok kasus harus
kunjungan pasien penderita hipertensi yang representatif.
tercatat pada Medical record RSUD Labuang Interprestasi Hasil OR yaitu: 1) Bila
Baji Makassar. OR = 1 maka variabel yang diduga menjadi
Dalam penelitian ini pengumpulan data faktor risiko ternyata tidak ada pengaruhnya
dilakukan dengan cara wawancara mengenai terhadap terjadinya efek, dengan kata lain
dengan umur, merokok, dan melakukan bersifat netral dan bukan merupakan faktor
observasi terhadap obesitas dengan cara risiko terjadinya efek, 2) Bila OR > 1 dengan
mengukur tinggi badan, berat badan dengan tingkat kepercayaan 95%, maka variabel
menggunakan timbangan injak dan meteran, tersebut diduga menjadi faktor risiko terjadinya
serta sphygmomamometer yang digunakan efek, 3) Bila OR < 1 dengan tingkat
untuk mengukur tekanan darah. kepercayaan 95% tidak melewati angka 1,
Setelah data yang diperoleh, maka variabel yang diteliti merupakan faktor
dimasukkan kedalam pengujian statistik untuk protektif atau justru dapat mengurangi
memperoleh kejelasan tentang faktor yang kejadian penyakit,(Agus Riyanto, 2011; hal 39-
berisiko dengan kejadian Hipertensi di RSUD 41).
Labuang Baji Makassa.
HASIL PENELITIAN
Analisis data Analisis Univariat
Setelah data tersebut dilakukan editing, Tabel 1. Distribusi Umur Responden
koding, entri data dan tabulasi maka Penelitian di Poliklinik RSUD Labuang Baji
selanjutnya dilakukan analisis data berupa : Makassar
Analisis univariat yaitu Analisis univariat Umur Frekuensi %
dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik
< 45 26 35.1
responden menurut kasus dan kontrol, dan di
45 48 64.9
sajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk
Total 74 100
mengetahui proporsi masing-masing
variabel.Selanjutnya dilakukan Analisis

60
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa 45 terdapat 28 orang (37.8%) yang
responden yang umur < 45 sebanyak 26 orang menderita hipertensi dan 17 orang (23.0%)
(35,1%) sedangkan responden yang umur yang tidak hipertensi sedangkan dari 29
45 sebanyak 48 orang (64,9%). responden (39.2%) kategori umur <45
sebanyak 9 orang (12.2%) menderita
Tabel 2. Distribusi Merokok Responden hipertensi dan 20 orang (27.0%) tidak
Penelitian di Poliklinik RSUD Labuang Baji hipertensi.
Makassar Umur merupakan salah satu faktor
Merokok Frekuensi % risiko kejadian hipertensi. Berdasarkan
analisis didapatkan hasil dengan nilai p =
Tidak 54 73.0
0.009; OR = 3,6 dengan (95% IC: 1.359-
Merokok
9.860).
Merokok 20 27.0
Total 74 100 Tabel 6. Faktor Risiko Antara Merokok
Dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa RSUD Labuang Baji Makassar
responden yang tidak merokok sebanyak 54 Hipertensi
orang (73,0%) sedangkan responden yang Total
Merokok Ya Tidak
tidak merokok sebanyak 20 orang (27,0%). n % n % n %
Merokok
Tabel 3. Distribusi Obesitas Responden 13 17.6 7 9.5 20 27.0
Tidak
Penelitian di Poliklinik RSUD Labuang Baji 24 32.4 30 40.5 54 73.0
Merokok
Makassar
Total 37 50 37 50 74 100
Obesitas Frekuensi %
Tidak Obesitas 60 81.1 p = 0.116, OR = 2,3
Obesitas 14 18.9
Total 74 100 Tabulasi silang pada 74 responden
yang diuji, dari 20 responden (27.0%) yang
merokok terdapat 13 orang (20.4%) yang
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa
responden yang tidak obesitas sebanyak 60 menderita hipertensi dan 7 orang (9.5%) yang
orang (81,1%) sedangkan responden yang tidak hipertensi sedangkan dari 54 responden
obesitas sebanyak 14 orang (18,9%). (73.0%) yang tidak merokok terdapat 24
responden (32.4%) yang menderita hipertensi
Tabel 4. Distribusi Kejadian Hipertensi di dan 30 responden (40.5%) yang tidak
Poliklinik RSUD Labuang Baji Makassar hipertensi.
Berdasarkan analisis dengan uji Chi-
Kejadian
Frekuensi % square didapatkan nilai p = 0.116; OR= 2.321
Hipertensi
dan 95% CI = 0.801-6.728. Oleh karena nilai p
Normal 37 50
<0.05, maka merokok tidak singnifikan
Hipertensi 37 50
sebagai faktor risiko hipertensi.
Total 74 100
Tabel 7. Faktor Risiko Antara Obesitas
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa Dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik
responden yang Hipertensi sebanyak 37 orang RSUD Labuang Baji Makassar
(50%) sedangkan responden yang Normal
Hipertensi
sebanyak 37 orang (50%). Total
Obesitas Ya Tidak
n % n % n %
Analisis Bivariat
Tabel 5. Faktor Risiko Antar Umur Dengan Obesitas
12 16.2 2 2.7 14 18.9
Kejadian Hipertensi di Poliklinik RSUD Tidak
25 33.8 35 4.3 60 81.1
Obesitas
Labuang Baji Makassar
Total 37 50 37 50 74 100
Hipertensi
Total p = 0.039, OR = 8.4
Umur Ya Tidak
n % n % n %
Tabulasi silang pada 74 responden
45 28 37.8 17 23.0 45 60.8 yang diuji, dari 14 responden (18.9%) yang
<45 9 12.2 20 27.0 29 39.2 obesitas terdapat 12 orang (16.2%) yang
Total 37 50 37 50 74 100 menderita hipertensi dan 2 orang (2.7%) yang
p = 0.009, OR = 3.6 tidak hipertensi sedangkan dari 60 responden
(81.1%) yang tidak obesitas terdapat 25
Tabulasi silang pada 74 responden responden (33.8%) yang menderita hipertensi
yang diuji, dari 45 responden (60.8%) umur

61
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
dan 35 responden (47.3%) yang tidak Menurut asumsi peneliti dari hasil
hipertensi. peneliti yang telah dilakukan didapatkan
Berdasarkan hasil analisis didapatkan responden hipertensi yang memiliki umur
hasil dengan nilai p = 0.003; OR = 8,400 dan 45 tahun lebih banyak Dibandingkan
95% CI = 1,726-40,883. Dimana OR >1 maka responden hipertensi yang di <45 tahun.
obesitas merupakan salah satu faktor risiko Umur dapat menyebakkan hipertensi,
kejadian hipertensi. setelah umur 45 tahun dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya
PEMBAHASAN zat kologen pada lapisan otot, sehingga
1. Faktor Umur pembuluh darah akan berangsur-angsur
Tabulasi silang pada 74 responden menyempit dan menjadi kaku sehingga
yang diuji, dari 45 responden umur 45 menyebabkan hipertensi.
terdapat 28 orang yang menderita 2. Faktor Merokok
hipertensi dan 17 orang yang tidak Tabulasi silang pada 74 responden
hipertensi sedangkan dari 29 responden yang diuji, dari 20 responden yang
kategori umur <45 sebanyak 9 orang merokok terdapat 13 orang yang menderita
menderita hipertensi dan 20 orang tidak hipertensi dan 7 orang yang tidak
hipertensi. hipertensi sedangkan dari 54 responden
Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh OR yang tidak merokok terdapat 24 responden
= 3,6 dengan (95% IC : 1.359-9,860) dapat yang menderita hipertensi dan 30
dikatakan bahwa responden pada kategori responden yang tidak hipertensi.
>45 tahun mempunyai risiko untuk Berdasarkan analisis dengan uji Chi-
menderita hipertensi sebanyak 3,6 kali square diperoleh OR= 2,321 dan 95% CI =
dibandingkan dengan responden yang <45 0,801-6,728, dapat dikatakan bahwa
tahun, secara statistik hal tersebut responden pada kategori merokok akan
bermakna dengan nilai p = 0,009 berisiko 2,3 kali dibandingkan dengan
(p=<0,05). responden yang tidak merokok. Secara
Pada penelitian ini diperoleh statistic hal tersebut tidak bermakna karena
persentasi hipertensi pada responden nilai p = 0.116 (p = > 0.05).
dengan umur >45 tahun dengan risiko Penelitian ini sejalan dengan
tinggi dibandingkan dengan responden penelitian yang dilakukan Erlyna Nur
yang <45 tahun. Berdasarkan hasil Syahrini, 2012, dimana dinyatakan bahwa
tersebut maka dapat disimpulakan bahwa faktor merokok bukan merupakan faktor
umur bermakana berisiko terhadap risiko kejadian hipertensi. Berdasarkan
kejadian hipertensi. hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor
Hasil penelitian ini sejalan dengan merokok tidak berhubungan secara statistik
penelitian yang dilakukan oleh (Erlyna Nur dengan penyakit hipertensi dengan nilai p =
Syahrini, 2012) faktor umur sangat 0,051; OR = 2,178 dengan (95% CI : 0,995
berhubungan dengan kejadian hipertensi - 4,768). Oleh karena nilai p tidak <0,05,
dengan OR sebesar 7.4 dengan 95% CI= artinya merokok secara statistik tidak
3.5-15.7 dan p=0.0001). Yang berarti bermakna dan tidak berhubungan dengan
menunjukan bahwa ada hubungan yang penyakit hipertensi.
bermakna antara umur dengan kejadian Hipertensi dirangsang oleh adanya
hipertensi. nikotin dalam batang rokok yang dihisap
Selain itu penelitian yang dilakukan seseorang. Hasil peneliti menunjukan
(Agnesia, 2012) juga sejalan dengan bahwa nikotin dapat meningkatkan
penelitian ini, dimana umur merupakan penggumpalan darah dalam pembuluh
faktor risiko hipertensi dengan nilai p= darah, selain itu, nikotin juga dapat
0,0026; OR = 11,340 dan 95% CI = 1,346 menyebabkan terjadinya penggapuran
95,553. Artinya ada hubungan yang pada dinding pembuluh darah (Rahmat
bermakna antar umur dengan kejadian Darmawan, 2008; hal.23)
hipertensi. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin
Kepekaan terhadap hipertensi akan dan karbon monoksida yang dihisap
meningkatkan seiring dengan melalui rokok, yang masuk kedalam aliran
bertambahnya umur seseorang. Individu darah dapat merusak lapisan endotel
yang berumur diatas 60 tahun, 50-60% pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
mempunyai tekanan darah lebih besar atau proses aterosklerosis dan hipertensi.
sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu Namun variable merokok dalam
merupakan pengaruh degenerasi yang penelitian ini tidak berhubungan dengan
terjadi pada orang yang bertambah usia kejadian hipertensi pada analisis bivariat.
(Ari Wulandari, 2011; hal.53) Hal ini disebabkan karena peneliti tidak
menentukan kriteria-kriteria merokok yang

62
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
akan diteliti, sehingga peneliti terkena hipertensi dibandingkan orang
mendapatkan sampel yang kurang tepat. yang tidak hipertensi.
Menurut asumsi peneliti hipertensi Kegemukan (obesitas) merupakan
disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satu faktor yang menyebabkan
bukan hanya dengan perilaku merokok, timbulnya berbagai macam penyakit berat,
faktor yang paling sering ditemukan adalah salah satunya hipertensi (Ari Wulandari,
faktor usia. Faktor ini merupakan salah 2011; hal 57).
satu faktor terjadinya hipertensi. Dengan Menurut asumsi peneliti dari hasil
bertambahnya usia maka tekanan darah peneliti yang telah dilakukan didapatkan
juga akan meningkat dimana dinding arteri responden yang obesitas memiliki resiko
akan mengalami penebalan oleh adanya terserang hipertensi 8,4 kali lebih besar
penumpukan zat kolagen pada lapisan dibandingkan orang yang tidak obesitas.
otot, sehingga pembuluh darah akan Hasil ini sejalan dengan pendapat dari
berangsur-angsur menyempit dan menjadi beberapa peneliti seperti Erlyna Nur
kaku. Syahrini yang menyatakan bahwa obesitas
Pada penelitian ini telah terlihat berisiko menyebabkan hipertensi sebesar
bahwa responden yang tidak merokok lebih 3,4 kali dan penelitian yang dilakukan oleh
tinggi jumlahnya dibandingkan dengan Agnesia yang menyatakan 9,051 kali
responden yang merokok. Namun dibanding orang yang bukan obesitas.
berdasarkan usia, yang lebih mendominasi Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
menderita hipertensi adalah responden hipertensi karena beberapa sebab.
yang berusia >45, hal ini telah jelas bahwa Semakin besar massa tubuh maka
usia merupakan salah satu faktor risiko semakin banyak darah yang dibutuhkan
hipertensi. untuk memasok oksigen dan makanan
3. Faktor Obesitas kejaringan tubuh. Ini berarti volume darah
Tabulasi silang pada 74 responden yang beredar melalui pembuluh darah
yang diuji, dari 14 responden yang menjadi meningkat sehingga member
obesitas terdapat 12 orang yang menderita tekanan lebih besar pada dinding arteri.
hipertensi dan 2 orang yang tidak
hipertensi sedangkan dari 60 responden KESIMPULAN
yang tidak obesitas terdapat 25 responden Berdasarkan hasil penelitian tentang
yang menderita hipertensi dan 35 faktor risiko kejadian hipertensi pada pasien
responden yang tidak hipertensi. yang berobat di poliklinik RSUD Labuang Baji
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh OR Makassar maka dapat diambil kesimpulan
= 8,4 dengan (95% CI : 1,726 40.883) bahwa Umur merupakan faktor risiko kejadian
dapat dikatakan bahwa responden pada hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar,
kategori obesitas akan berisiko 8,4 kali Merokok bukan merupan faktor risiko kejadian
dibandingkan dengan responden yang hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar,
tidak obesitas. Secara statistik hal tersebut Obesitas merupan faktor risiko kejadian
bermakna karena nilai p = 0,003 (p=<0,05). hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar
Pada penelitian ini diperoleh
persentasi hipertensi pada responden SARAN
dengan obesitas dengan risiko tinggi Adapun saran yang dapat disampaikan
dibandingkan dengan responden yang pada penelitian ini demi penyempurnaan
tidak obesitas. Berdasarkan hasil tersebut penelitian yaitu Bagi Institusi pelayanan
maka dapat disimpulakan bahwa obesitas kesehatan, perlu peningkatan serta program
bermakana berisiko terhadap kejadian promosi kesehatan untuk meningkatkan
hipertensi. pengetahuan penderita hipertensi tentang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penyakit hipertensi agar penderita hipertensi
(Erlyna Nur Syahrini, 2012) menyatakan dapat mengatur pola hidup sehat seperti
bahwa obesitas berisiko terhadap kejadian menghindari makanan yang berlemak,
hipertensi dimana OR sebesar 3,4 dengan menjaga berat badan serta menghindari
95% CI= 1,1-10,6 dan p=0,003). Yang mengkonsumsi rokok dan faktor risiko
berarti menunjukan bahwa ada hubungan hipertensi lainnya, Bagi penderita, perlunya
yang bermakna antara obesitas dengan pemeriksaan tekanan darah, pengobatan
kejadian hipertensi. secara rutin, dan menjalani pola hidup yang
Selain itu penelitian yang dilakukan sehat, seperti menghindari makanan yang
(Agnesia, 2012) juga sejalan dengan berlemak, menghentikan kebiasaan merokok,
penelitian ini, dimana obesitas merupakan serta menghindari faktor risiko lainnya untuk
faktor risiko hipertensi dengan nilai p= mencegah timbulnya kompilikasi lebih lanjut.
0,007; OR = 9,051 dan 95% CI = 1,804 -
45,420. Artinya orang yang obesitas 9 kali

63
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
DAFTAR PUSTAKA

Aliman, Ibnu Abdullah. 2011. Jadi Benci Merokok Dengan Terapi Amaul Husnah. Laksana: Jogjakarta.

Agus Sugiharto. 2007. Faktor-Faktor Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten
Karanganyar). Tesis Tidak di Terbitkan. Semarang: Program Studi Magister Epidemiologi Program
Pasca Sarjana Udip.

Angraini, Dkk. Fakto-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di
Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008, (online), 2009 (cited
2013 maret 28), available from: http://yayanakhyar.file.wordpress.com/2009/

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva Pres: Jogjakarta.

Herlambang. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Tugu Publisher. Jakarta Selatan.

H.R, Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Melitus. Nuha Medika: Yogyakarta.

Kartikasari, A.N.,2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masiarakat Di Desa Kabongan Kidul Kabupaten Rembang.
Jurnal.

M.S., Ningsi. 2010. Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan Kejadian Hipertensi,
(online),(http://MarlinaS.blogs. Proposal Merokok Terhadap. Hipertensi. Html. sitasi tanggal 31
maret 2013).

P., Utami. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. PT Agromedia Pustaka: Jakarta.

Rahmat Darmawan, Dkk. 2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus: depok.

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.2013.

R.N., Anggie Casey. Dan Herbert Benson, M.D. 2006. Panduan Harvard Medical School Menurunkan Tekanan
Darah.PT Bhuana Ilmu Populer.Jakarta

Susilo, Yekti. dan Wulandari, Ari. 2011. Cara Jitu Mengatasi hipertensi. C.V Andi Offset: Yogyakarta.

Sutomo, Budi. 2009. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. DeMedia Pustaka: Jogjakarta.

Syukraini Irza. 2009. Analisi Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatra Barat.
Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Fakultas Farmasi-Unisu.

Syahrini, E.N., dkk. 2012. Faktor-Faktor Risiko Primer Di puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang, (online)
http://ejoumals1.undip.ac.id/index. php/jkm. sitasi tanggal 1 april 2013.

64
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai