Digital - 20351501-PR-Destiana Agustin PDF
Digital - 20351501-PR-Destiana Agustin PDF
DESTIANA AGUSTIN
0806333732
DESTIANA AGUSTIN
0806333732
NPM : 0806333732
Tanda Tangan :
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul Analisis
Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Sirosis
Hepatis di Ruang PU 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Jakarta Pusat. Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas salah
satu mata ajar Karya Ilmiah Akhir pada Fakultas Ilmu Keperwatan Universitas
Indonesia. Selama proses penyusunan laporan ini, saya banyak mendapatkan
dukungan dan semangat dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Riri Maria, M.ANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir.
2. Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah Akhir,
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan, pikiran untuk memberikan arahan
serta bimbingan kepada saya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Ns. Siti Annisah, S.Kep., ETN selaku kepala ruangan PU 6 RSPAD Gatot
Soebroto dan pembimbing klinik yang telah membimbing saya dalam
menjalani stase akhir program profesi.
4. Perawat ruang PU 6 RSPAD Gatot Soebroto yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk belajar dan berlatih dalam melakukan asuhan
keperawatan di ruangan tersebut.
5. Orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan motivasi dan dukungan
selama proses penyelesaian tugas akhir;
6. Niima, Aulia Titia, Hesti, Putri, Elda, Ka Rohmad, teman kelompok yang
sudah bersama-sama melewati stase akhir profesi ini, berbagi suka maupun
duka dan belajar serta berbagi pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien.
7. Teman-teman seperjuangan Fakultas Ilmu Keperawatan Reguler 2008 yang
telah memberikan waktu dan pikiran untuk berdiskusi dalam hal penyusunan
tugas akhir; dan
iv
Saya menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan saran membangun untuk penyempurnaan selanjutnya selalu
diharapkan. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat khususnya di
dunia ilmu pengetahuan.
Penulis
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 03 Juli 2013
Yang menyatakan
(Destiana Agustin)
vi
ABSTRAK
Kata kunci: sirosis hepatis, asites, edema, berat badan, lingkar abdomen
ABSTRACT
The report from public hospitals in Indonesia, prevalence of cirrhotic hepatic was
47,4% of all cirrhotic hepatic patients. The greatest mortality of cirrhotic hepatic
in the age group 60-70 years. The aim of this report was describing nursing care
for hepatic cirrhosis patient in PU 6 at RSPAD Gatot Soebroto. Monitoring of
body weight and abdominal girth for noticing the effectivity of diuretic therapy.
This intervention was necessary to be done to find out the progress of ascites and
edema. The results from intervention that already done during eight days care was
decreasing weight loss 5 kg and abdominal girth 7,5 cm. Recommendation of
doing this intervention for nurse is they should measurement of daily body weight
and abdominal girth and reporting the results.
Key words: hepatic cirrhosis, ascites, edema, body weight, abdominal girth
vii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 5
1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Khusus ..................................................................... 5
1.5 Manfaat Penulisan .......................................................................... 5
1.5.1 Bagi Pendidikan ................................................................... 5
1.5.2 Bagi Masyarakat ................................................................... 5
1.5.3 Bagi Peneliti .......................................................................... 5
5. PENUTUP ............................................................................................. 41
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 41
5.2 Saran ............................................................................................... 43
5.2.1 Bagi Peneliti ........................................................................... 43
5.2.2 Bagi Masyarakat/Pekerja ........................................................ 43
5.2.3 Bagi Instansi .......................................................................... 43
ix
DAFTAR GRAFIK
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
2
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-
nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal
(Price & Wilson, 2005). Sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah
intrahepatik dan pada kasus lebih lanjut menyebabkan kegagalan fungsi
hati secara bertahap. Di negara barat penyebab sirosis hepatis yang
tersering adalah akibat dari konsumsi alkohol, sedangkan di Indonesia
terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di
Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-
50% dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak
diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (Sudoyo, 2007).
Universitas Indonesia
3
Manifestasi utama dan lanjut dari sirosis hepatis adalah ikterus, edema
perifer, kecenderungan perdarahan, eritema palmaris, angioma spidernevi,
ensefalopati hepatik, splenomegali, varises esofagus dan lambung, serta
manifestasi sirkulasi kolateral lainnya. Asites dapat dianggap sebagai
manifestasi kegagalan hepatoselular dan hipertensi portal (Price & Wilson,
2005). Asites adalah akumulasi cairan yang bersifat patologis di dalam
rongga peritoneum. Asites merupakan salah satu komplikasi utama dari
sirosis hepatis, komplikasi lainnya adalah ensefalopati hepatik dan
perdarahan varises. Sekitar 50% pasien dengan sirosis hepatis kompensata
tanpa memperlihatkan gejala dari salah satu komplikasi tersebut, namun
terlihat perkembangan asites selama 10 tahun dari hasil observasi
(Runyon, 2009). Selain itu edema juga sering terjadi pada pasien sirosis
hepatis karena penurunan volume darah ke sel hati, yang menurunkan
inaktivasi aldosteron dan ADH sehingga terjadi peningkatan aldosteron
Universitas Indonesia
4
dan ADH yang dapat meningkatkan retensi natrium dan air (Smeltzer &
Bare, 2002).
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
Universitas Indonesia
7
3. Kuratif (pengobatan)
Usaha yang dilakukan untuk mengobati secara tepat dan akuran oada
orang yang sakit dalam waktu singkat untuk dapat dipulihkan
kesehatannya.
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Usaha yang dilakukan pada penderita yang baru pulih dari penyakit
yang dialaminya, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan fisik,
mental dan sosial klien sebagai akibat dati penyakit yang dideritanya
melalui latihan yang telah terprogram dan latihan dari fisioterapi.
5. Resosialitatif
Usaha yang dilakukan untuk mengembalikan individu, keluarga, dan
kelompok ke dalam pergaulan masyarakat dan meyakinkan masyarakat
untuk dapat menerima kembali individu, keluarga atau kelompok yang
memiliki masalah kesehatan tersebut.
Universitas Indonesia
8
Menurut Mitchell, Kumar, Abbas, & Fausto, 2008 (2008), sirosis hepatis
berada di antara 10 penyebab utama kematian di dunia Barat. Keadaan ini
ditandai oleh tiga ciri khas, yaitu: fibrosis (yang menjembatani sekat-sekat
intrahepatik dalam bentuk pita-pita yang halus atau jaringan parut yang
lebar), nodul yang timbul karena regenerasi hepatosit dikelilingi oleh
fibrosis dan disrupsi arsitektur parenkim hati. Fibrosis disertai oleh
reorganisasi vaskuler, dengan hubungan timbal balik abnormal antara
aliran darah vaskuler yang masuk dan yang keluar, yaitu pintasan arteri-
vena porta (arterioportal venous shunt), pintasan arteri-vena hepatica
(arteriohepatic venous shunt) dan pintasan vena porta-vena hepatika
(portal venous-hepatic venous shunt). Akibatnya hati dapat mengalami
kekurangan perfusi darah yang serius.
2.2.2 Etiologi
Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh banyak keadaan, antara lain;
konsumsi alkohol, virus hepatitis B dan C, gangguan imunologis, zat
hepatotoksik, dan lain-lain.
Tabel 2.1. Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat:
Penyakit hati alkoholik 60-70%
Hepatitis virus 10%
Penyakit bilier 5-10%
Hematokromatosis primer 5%
Penyakit Wilson Jarang
Defisiensi antitrypsin Jarang
Sirosis kriptogenik 10-15%
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
2) Hepatitis alkoholik
Stadium kedua sirosis alkohol dan diperkirakan diderita oleh 20-
40% pecandu alkohol kronis (Corwin, 2009). Kerusakan hepatosit
mungkin disebabkan oleh toksisitas produk akhir metabolisme
alkohol, terutama asetaldehida dan ion hidrogen. Nekrosis sel hati
(dalam bentik degenerasi ballooning dan apoptosis) di daerah
sentrilobiler dan juga terdapat pembentukan badan Mallory (agrerat
eosinofilik intraselular flamen intermediet), reaksi neutrofil
terhadap hepatosit yang bergenerasi, inflamasi porta, dan fibrosis
(sinusoidal, perisentral, periportal) (Mitchell, Kumar, Abbas, &
Fausto, 2008).
3) Sirosis alkoholik
Pada stadium ini, sel hati yang mati diganti oleh jaringan parut.
Pita-pita fibrosa terbentuk dari aktivasi respon peradangan yang
kronis dan mengelilingi serta melilit di antara hepatosit yang masih
ada. Peradangan kronis menyebabkan timbulnya pembengkakan
dan edema interstisium yang membuat kolapsnya pembuluh darah
kecil dan meningkatkan resistensi terhadap aliran darah yang
melalui hati yang menyebabkan hipertensi portal dan asites
(Corwin, 2009). Hati mengalami transformasi dari hati yang
berlemak (fatty liver) dan membesar menjadi hati yang tidak
Universitas Indonesia
11
2. Sirosis Pascanekrotik
Sirosis pascanekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan
hati, sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi
sebelumnya. Hepatosit dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut
dengan kehilangan banyak sel hati dan di selingi dengan parenkim hati
normal, biasanya mengkerut dan berbentuk tidak teratur dan banyak
nodul (Price & Wilson, 2005).
3. Sirosis biliaris
Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris
pascahepatik. Statis empedu menyebabkan penumpukan empedu di
dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Terbentuk lembar-lembar
fibrosa di tepi lobulus, hati membesar, keras, bergranula halus dan
berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan utama dari
sindrom ini. Terdapat dua jenis sirosis biliaris: primer (statis cairan
empedu pada duktus intrahepatikum dan gangguan autoimun) dan
sekunder (obstruksi duktus empedu di ulu hati) (Price & Wilson,
2005).
Universitas Indonesia
12
Manifestasi utama dan lanjut dari sirosis terjadi akibat dua tipe gangguan
fisiologis: gagal sel hati dan hipertensi portal. Manifestasi gagal
hepatoselular adalah ikterus, edema perifer, kecenderungan perdarahan,
eritema palmaris, angioma spidernevi, ensefalopati hepatik. Gambaran
klinis yang terutama berkaitan dengan hipertensi portal adalah
splenomegali, varises esofagus dan lambung, serta manifestasi sirkulasi
kolateral lainnya. Asites dapat dianggap sebagai manifestasi kegagalan
hepatoselular dan hipertensi portal (Price & Wilson, 2005).
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik
juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam
sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh
darah portal ke dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih
rendah (Smeltzer & Bare, 2002). Saluran kolateral penting yang timbul
akibat sirosis dan hipertensi portal terdapat pada esofagus bagian
bawah. Pirau darah melalui saluran ini ke vena kava menyebabkan
dilatasi vena-vena tersebut (varises esofagus). Sirkulasi kolateral juga
melibatkan vena superfisial dinding abdomen dan timbulnya sirkulasi
ini mengakibatkan dilatasi vena-vena sekitar umbilikus (kaput
medusa). Sistem vena rektal membantu dekompensasi tekanan portal
sehingga vena-vena berdilatasi dan dapat menyebabkan
berkembangnya hemoroid interna (Price & Wilson, 2005).
2.2.5 Patofisiologi
Sirosis hepatis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sirosis laennec, sirosis
pascanekrotik, dan sirosis biliaris. Sirosis Laennec disebabkan oleh
konsumsi alkohol kronis, alkohol menyebabkan akumulasi lemak dalam
sel hati dan efek toksik langsung terhadap hati yang akan menekan aktivasi
dehidrogenase dan menghasilkan asetaldehid yang akan merangsang
fibrosis hepatis dan terbentuknya jaringan ikat yang tebal dan nodul yang
beregenerasi. Sirosis pascanekrotik disebabkan oleh virus hepatitis B, C,
infeksi dan intoksitifikasi zat kimia, pada sirosis ini hati mengkerut,
berbentuk tidak teratur, terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh
jaringan parut dan diselingi oleh jaringan hati. Sirosis biliaris disebabkan
oleh statis cairan empedu pada duktus intrahepatikum, autoimun dan
obstruksi duktus empedu di ulu hati. Dari ketiga macam sirosis tersebut
mengakibatkan distorsi arsitektur sel hati dan kegagalan fungsi hati.
Universitas Indonesia
15
meningkatkan aliran darah balik vena portal dan tahanan pada aliran darah
portal yang akan menimbulkan hipertensi portal dan terbentuk pembuluh
darah kolateral portal (esofagus, lambung, rektum, umbilikus). Hipertensi
portal meningkatkan tekanan hidrostatik di sirkulasi portal yang akan
mengakibatkan cairan berpindah dari sirkulasi portal ke ruang peritoneum
(asites). Penurunan volume darah ke hati menurunkan inaktivasi
aldosteron dan ADH sehingga aldosteron dan ADH meningkat di dalam
serum yang akan meningkatkan retensi natrium dan air, dapat
menyebabkan edema.
2.2.6 Komplikasi
1. Varises Esofagus
Saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan hipertensi
portal terdapat pada esofagus bagian bawah. Pirau darah melalui
saluran ini ke vena kava menyebabkan dilatasi vena-vena tersebut
(varises esofagus). Varises ini terjadi pada sekitar 70% penderita
Universitas Indonesia
16
3. Sindrom hepatorenal
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang
mengakibatkan penurunan filtrasi glomerulus. Pada sindrom
hepatorenal terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguria,
peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal
(Sudoyo, 2007).
4. Ensefalopati hepatikum
Intoksikasi otak oleh produk pemecahan metabolisme protein oleh
kerja bakteri dalam usus. Hasil metabolisme ini dapat memintas hati
karena terdapat penyakit pada sel hati. NH3 diubah menjadi urea oleh
hati, yang merupakan salah satu zat yang bersifat toksik dan dapat
mengganggu metabolisme otak (Price & Wilson, 2005).
5. Karsinoma hepatoselular
Tumor hati primer yang berasal dari jaringan hati itu sendiri. Sirosis
hati merupakan salah satu faktor resiko terjadinya karsinoma
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umum terjadi pada pasien sirosis hepatis,
sebagai berikut:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru akibat asites, penurunan energi/kelelahan
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan adanya perubahan
mekanisme regular: menurunnya protein plasma, malnutrisi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan inadekuat diet, ketidakmampuan dalam
proses pencernaan, mual, muntah, asites, fungsi abnormal usus.
d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada hepar
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan adanya
perubahan dalam faktor pembekuan darah (menurunnya produksi
protrombin, fibrinogen, faktor VII,IX,X, gangguan metabolisme
Vit.K dan pelepasan tromboplatin)
4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien sirosis hepatis.
Tabel 2.4. Implementasi keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis
Mandiri
Optimalkan ventilasi dengan memposisikan semifowler/sesuai toleransi klien
Mengubah posisi klien secara teraut untuk meningkatkan ekspansi dan
oksigenasi pada semua bagian paru.
Menganjurkan klien untuk tirah baring guna mengurangi kebutuhan hati dan
meningkatkan suplai darah ke hati
Mengukur intake dan output cairan dan monitor balance cairan
Menimbang berat badan dan mengukur lingkar perut setiap hari. Respons
diuretic bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg.hari tanpa
adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki
Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam porsi sedikit tetapi sering
Menganjurkan klien untuk melakukan perawatan mulut secara teratur
Meninggikan area edema, mengubah posisi, meminimalkan tekanan dan friksi
untuk mencegah dekubitus
Monitor tanda perdarahan
Pengurangan resiko cedera pada klien dengan memasang siderail di samping
tempat tidur
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan kompres hangat untuk
mengurangi nyeri.
bersambung
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, hasil yang diharapkan:
a. Tidak ada peningkatan cairan dalam rongga toraks, bunyi napas
normal, pola napas efektif
b. Keseimbangan intake dan output cairan, edema dan ukuran lingkar
abdomen berkurang
c. Asupan makanan adekuat, peningkatan nafsu makan, tidak ada
mual dan muntah
d. Nyeri yang dirasakan klien berkurang/hilang
e. Tidak ada tanda perdarahan
Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
1.1 Pengkajian
Informasi
Nama : Tn. S
Usia : 46 th
Tanggal Lahir : 13 September 1967
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Sumatera
Tanggal Masuk : 20 Mei 2013
Sumber Informasi : Klien, keluarga, rekam medik
Riwayat Keperawatan:
Alasan masuk RS
Klien mengeluh perut membesar sejak 1 bulan SMRS dengan kaki
yang membengkak disertai dengan napas sesak. BAB cair warna hitam
sekita 10 kali dalam sehari, muntah darah (+), sering mimisan, mual
(+), mudah lelah. BAK berwarna gelap seperti teh sejal 1 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Riwayat transfusi 1x 3 bulan yang lalu karena Hb rendah. Riwayat
konsumsi alkohol sejak muda sampai 1 tahun yang lalu dan merokok
sejak usia 20 th
Aktivitas/Istirahat
Klien mengeluh cepat lelah sebelum dibawa ke rumah sakit, kelelahan
timbul jika klien berjalan jauh. Klien dapat tidur dengan nyenyak, bangun
tidur dalam keadaan segar.
Sirkulasi
Klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, masalah jantung, demam
rematik, ekstremitas kesemutan. Tampak adanya edema di bagian kedua
22
Universitas Indonesia
23
Integritas Ego
Stres timbul dari penyakit yang dialami klien. Cara menangani stres
dengan menjalani pengobatan yang ada. Klien sudah menikah dan
dikarunia 2 orang anak. Gaya hidup dengan riwayat minum alkohol dan
merokok. Namun satu tahun yang lalu sudah berhenti minum alkohol.
Klien tampak tenang dan kooperatif dengan tenaga kesehatan.
Eliminasi
Pola BAB 3 x sehari dengan karakteristik feses cair ada ampas. Adanya
riwayat perdarahan dan BAB berwarna hitam. Pola BAK > 5 kali sehari,
karakter urine pekat berwarna gelap seperti teh. Saat ini klien mendapat
terapi diuretic 1 x dalam sehari (furosemid 40 mg dan aldactone 100 mg).
Nyeri tekan (+)di kuadran kanan atas abdomen. Lingkar abdomen
berukuran 104 cm. Bising Usus kurang lebih 5 x/mnt. BAK terlalu sering
karena penggunaan diuretik.
Makanan/Cairan
Klien mendapat terapi diet hati II, dengan jumlah makan 3 x/hari. Klien
mengeluh mual dan mengalami penurunan berat badan. Setelah dilakukan
tindakan ligasi pada varises esofagus klien mendapat terapi diet sebagai
berikut:
makanan cair/susu 22-23 Mei 2013
bubur saring 24-25 Mei 2013
bubur biasa-sayur cincang 26-27 Mei 2013
nasi tim 28-29 Mei 2013
Universitas Indonesia
24
Higiene
Aktivitas sehari-hari klien dapat dilakukan secara mandiri untuk hal
makan, berpakaian, toileting. Untuk hal mobilitas dan hygiene klien
memerlukan bantuan dari istri ataupun perawat. Penampilan umum bersih,
cara berpakaian rapih, tidak ada bau badan, kondisi kulit kepala rambut
berminyak dan tidak adanya kutu.
Neurosensori
Tidak ada nyeri kepala, rasa ingin pingsan, kesemutan/kebas. Tidak ada
riwayat stroke ataupun kejang. Ada riwayat epitaksis. Penglihatan dan
pendengaran normal. Status mental compos mentis , terorientasi waktu,
orang dan tempat. Memori jangka pendek dan panjang bagus. Ukuran/
reaksi pupil : Ka/ Ki : +/+, 2/2. Refleksi tendon dalam (+), tidak ada
paralisis.
Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri tekan (+) di kuadran kanan atas abdomen dengan skala 5,
karakteristik hilang timbul seperti tertusuk, durasi sekitar 3-5 menit . Nyeri
dirasakan tiba-tiba dan cara mengurangi nyeri dengan diistirahatkan dan
posisi yang nyaman. Tampak klien memegang area yang nyeri dan
meringis kesakitan.
Pernafasan
Klien riwayat merokok sebanyak 3 bungkus perhari selama kurang lebih
25 tahun. Tidak ada dispnea, riwayat bronchitis, empisema, pneumonia.
Universitas Indonesia
25
Keamanan
Riwayat transfusi darah 1 x, 3 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat cedera
kecelakaan. Riwayat gout arthritis. Funsgi penglihatan dan pendengaran
normal. Suhu tubuh 36 oC, diaforesis sedikit, integritas kulit baik, adanya
hematoma di ekstremitas bawah. Tonus otot baik, tonus otot baik, tidak
ada paralisis dan kekuatan umum 5555 5555
5555 5555
Interaksi sosial
Status perkawinan menikah, lamanya sudah 15 tahun. Hidup dengan istri
dan kedua anak. Peran dalam struktur keluarga sebagai kepala keluarga.
Bicara jelas dan dapat dimengerti. Komunikasi verbal/ non verbal dengan
keluarga/ orang terdekat lain baik dan terbuka. Pola interaksi keluarga
(perilaku), setiap harinya klien ditemani oleh istrinya dan tampak rukun
dan harmonis
Penyuluhan/Pembelajaran
Bahasa dominan yang digunakan bahasa Indonesia. Jabatan klien saat ini
SERDA. Klien memiliki keyakinan kesehatan/ yang dilakukan dengan
memeriksakan kesehatan ke rumah sakit.
Universitas Indonesia
26
Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.1. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Nilai normal
Jenis pemeriksaan
20/05/13 21/05/13 23/05/13 27/05/13
Hematologi
Hemoglobin 8,1 9,5 9,2 9,8 13-18 g/dl
Hematokrit 26 30 30 31 40-52%
Eritrosit 3,1 3,5 3,4 3,6 4,3-6,0 jt/l
Leukosit 1900 3570 2500 2720 4800-10800/ l
Trombosit 32000 37.000 81000 53000 150rb-400rb l
MCV 85 87 86 87 80-96 fL
MCH 25 27 27 27 27-32 pg
MCHC 31 32 31 31 32-36 g/dl
Koagulasi
NR 1,63 0,8-1,3
Waktu
Protrombin (PT)
Kontrol 11,5
Pasien 19,6 detik
APPT 9,8-12,6
Kontrol 33,3
Glukosa Darah (2 84
bersambung
Universitas Indonesia
27
Pemeriksaan Diagnostik
1. USG Abdomen
Hasil dari pemeriksaan USG abdomen memberikan kesan: sirosis hepatis
dengan asites, mukosa kandung empedu menebal, perlemakan berat
pankreas, splenomegali, dan kedua ginjal, buli-buli, prostat normal.
2. Esophago-Gastro Duodenoscopy (EGD)
Hasil dari pemeriksaan EGD: skop masuk
OES tanpa hambatan, lumen esophagus
terbuka, mukosa tampak varises besar, biru,
berkelok-kelok, didapatkan stigmata, lumen
gaster terbuka, SSA positif, WMSA positif,
lumen duodenum terbuka dan mukosa
normal. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa terjadi varises ssofagus grade 3 dan
gastropati portal hipertensi
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
32
Universitas Indonesia
33
Pada pemeriksaan fisik, didapati shifting dullness (+) dan fluid wave (+),
ukuran lingkar abdomen 104 cm. Hal ini menunjukkan asites pada klien,
Universitas Indonesia
35
Epitaksis, BAB berwarna hitam dan muntah darah yang terjadi pada klien
disebabkan karena terganggunya fungsi metabolisme protein, menurunnya
sintesis protein plasma yang mengakibatkan perubahan dalam faktor
pembekuan darah yang dapat dilihat dari nilai trombosit 32000rb l. BAB
berwarna hitam dan muntah darah merupakan manifestasi dari hipertensi
portal. Karena sel hati yang rusak mengakibatkan darah sulit masuk ke
dalam sel hati sehingga meningkatkan aliran darah balik vena portal dan
tahanan pada aliran darah portal, maka timbullah hipertensi portal. Dengan
terjadinya hipertensi portal, maka terbentuk pembuluh darah koleteral
portal di esofagus, lambung, rektum, umbilikus. Pada esofagus akan
timbul varises esofagus yang jika ruptur akan menimbulkan perdarahan
(hematemesis/muntah darah) dan varises lambung jika ruptur maka timbul
perdarahan di saluran gastrointestinal yang berakhir dengan melena/BAB
berwarna hitam (Price & Wilson, 2005). Dari hasil pemeriksaan diagnostic
Esophago-Gastro Duodenoscopy (EGD) didapati bahwa klien mengalami
varises esofagus gr 3. Manifestasi yang dapat dilihat pada klien
menimbulkan suatu masalah keperawatan yaitu resiko terjadinya
perdarahan. Saat ini klien sudah tidak mengalami keluhan-keluhan tersebut
Universitas Indonesia
36
sehingga masih perlu diawasi agar tidak terjadi perdarahan karena nilai
laboratorium PT/APPT memanjang yaitu 19,6/75,7 detik
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Asites (penimbunan cairan dalam rongga abdomen) terjadi karena
perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial yang
disebabkan oleh penurunan albumin serum. Obstruksi aliran darah portal
ke dalam hepar yang mengakibatkan hipertensi portal juga mengakibatkan
peningkatan tekanan hidrostatik di sirkulasi portal yang dapat
menimbulkan asites. Sama halnya dengan edema, terjadi ketika
konsentrasi albumin plasma menurun dan produksi aldosteron yang
berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium.
Tn. S (46 th) memiliki berat badan sebelumnya 80 kg. Saat dilakukan
pengkajian berat badan mencapai 85 kg. Tn. S mengalami asites dan
edema di bagian ekstremitas bawah dengan derajat +1. Tn. S diberikan
terapi diuretik yaitu furosemid 40 mg per IV dan aldactone 100 mg per
oral. Pemberian terapi diuretik diharapkan cairan asites maupun edema
yang terjadi pada Tn. S berkurang, penulis memantau berat badan Tn. S
setiap hari. Pengukuran berat badan dilakukan dengan timbangan yang
sama, waktu yang sama (sebelum makan siang) dan bahan baju yang
dipakai sama.
Universitas Indonesia
38
86
85
84
83
82
81 Kg
80
79
78
77
20 Mei 22 Mei 23 Mei 24 Mei 25 Mei 27 Mei
Universitas Indonesia
39
106
104
102
100
98 cm
96
94
92
20 Mei 22 Mei 23 Mei 24 Mei 25 Mei 27 Mei
Universitas Indonesia
40
ruangan yang dinas malam untuk memantau berat badan klien pada
pukul 05.30 wib
Dalam hal menghitung intake dan output cairan pada klien. Output
cairan yang berupa urin harus ditampung setiap klien buang air kecil
dengan menggunakan gelas ukur, terkadang klien lupa menampung
urin, sehingga tidak terhitung outputnya. Sebaiknya, klien diberi
lembar catatan khusus untuk menghitung output cairan dan
mengingatkan kembali kepada keluarga untuk selalu menampung urin
klien jika buang air kecil.
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari teori dan pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa sirosis hepatis merupakan penyakit kronis pada hepar
dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur
hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar. Jenis-jenis sirosis hepatis
yaitu sirosis Laennec, sirosis pascanekrotik, dan sirosis biliaris. Penyebab
dari seirosis hepatis bermacam-macam antara lain alkohol, hepatitis B, C,
obstruksi bilier, dan lain-lain. Manifestasi klinis dari sirosis hepatis
meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang,
perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki timbul
impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan
seksualitas, hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam tak begitu
tinggi, adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epitaksis,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,
hematemesis, melena, sulit konsentrasi, agitasi sampai koma. Komplikasi
yang dapat terjadi akibat sirosis hepatis antara lain varises esofagus,
peritonitis bacterial spontan, sindrom hepatorenal, ensefalopati
hepatikum, dan karsinoma hepatoselular.
41
Universitas Indonesia
42
sudah ditentukan yaitu sebelum sarapan sekitar pukul 05.30. Selain itu,
dalam hal menghitung intake dan output cairan pada klien menghadapi
kesulitan dalam menampung urin setiap klien buang air kecil dengan
menggunakan gelas ukur, terkadang klien lupa menampung urin sehingga
tidak terhitung outputnya. Sebaiknya, klien diberi lembar catatan khusus
untuk menghitung outuput cairan dan mengingatkan kembali kepada
keluarga untuk selalu menampung urin klien jika buang air kecil.
5.2 Saran
1. Bagi Penulis
a. Kolaborasi dengan perawat ruangan dalam melakukan
implementasi keperawatan, yaitu dengan menimbang berat badan
dan mengukur lingkar abdomen pada klien yang mengalami asites.
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru
(inovatif) dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, seperti
diet tinggi protein dengan menggunakan bahan makanan tertentu.
2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab dari penyakit hati
b. Menghilangkan kebiasaan konsumsi alkohol
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
a. Dapat menyediakan bed scale untuk menimbang berat badan klien
yang sulit bangun dari tempat tidur.
b. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi
pasien sirosis hepatis
b. Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam menghadapi
kasus sirosis hepatis
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M., Corrigan, A., Gorski, L., Hankins, J., Perucca, R. (2010). Infusion
nursing; an evidence-based approach. 3rd ed. St.Louis, Missouri: Saunders
Elsevier
Baradero, M., Dayrit, M. W., Siswadi. Y. (2008). Klien gangguan hati: seri
asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
44
Universitas Indonesia
45
Lee, L., & Grap, M. (Dec 2008). Care and management of the patient with
ascites. June 24, 2013. http://www.proquest.com/.
Mitchell, Kumar, Abbas, & Fausto. (2008). Buku saku dasar patologis penyakit
Robbins & Cotran. (Andry hartono: Penerjemah). Jakarta: EGC.
PPHI-INA ASL. (Feb 19, 2013). Artikel umum: sirosis hepatis. 23 Juni, 2013.
http://pphi-online.org/alpha/?p=570.
Runyon, B.A. (June 2009). Management of adult patients with ascites due to
cirrhosis: an update. June 24, 2013. http://www.proquest.com/.
Sacher, R. A., & McPherson, R.A. (2004). Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. (Brahm & Dewi: Penerjemah). Jakarta: EGC.
Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner & Suddart. (Agung Waluyo: Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Departemen ilmu
penyakit dalam FKUI
Universitas Indonesia
Lampiran 1