Anda di halaman 1dari 10

Ulasan Buku

Pancasila: Sebuah Monumen atau Leitstar Dinamis?


Wildan Sena Utama
Mahasiswa S2 Jurusan Sejarah Program Cosmopolis, Leiden

Judul : Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila


Penulis : Yudi Latif
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011
Tebal : xxvii + 667 halaman
ISBN : 978-979-22-6946-8

Dalam refleksinya terhadap praktik bernegara Refleksi kritis yang diberikan oleh Elson
dan berbangsa Indonesia, secara kritis Robert memberikan suatu fenomena bahwa sebenarnya
Elson mengungkapkan permasalahan yang Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara
relevan mengenai problem Indonesia dalam masih gamang untuk mengkonsepsikan
menjalankan hakikat politiknya sebagai sebuah secara jelas dan filosofis apa itu Indonesia
negara-bangsa. Dalam bab kesimpulannya dan apa tujuan dari adanya Indonesia dan
di The Idea of Indonesia: A History, Elson bagaimana caranya mencapai tujuan itu.
merangkum segala problematika tersebut, Sehingga sebenarnya tidak aneh apabila
dengan mengatakan: Penentuan hakikat sampai sekarang negara masih membiarkan
negara dan bentuk bangsa adalah tugas ketika kaum radikal Islam melakukan
kemerdekaan, dan pekerjaan itu panjang, berat kekerasan terhadap minoritas Islam. Tidak
dan sering diwarnai kekerasan, dan masih aneh ketika masih terjadi sekelompok umat
belum tuntas sampai sekarang. Biarpun ada Kristen yang masih kesulitan mendirikan
kesepakatan mengenai kedaulatan rakyat, gereja. Tidak aneh ketika tawuran antar
muncul pula ketidaksepakatan mengenai kelompok etnis dan antar kelompok agama
kedaulatan itu harus dijalankan dan dikelola. masih terjadi di daerah Sumatera, Jawa,
Biarpun ada usaha menuju masyarakat adil Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Tidak
dan makmur serta kesepakatan bahwa negara begitu aneh apabila praktik demokrasi kita
harus berperan utama dalam usaha ini, tetap begitu elitis, proseduralis dan materialis tidak
ada kebingungan mengenai caranya. Biarpun mencerminkan kedaulatan rakyat. Dan
ada kesepakatan primordialitas harus memberi pada akhirnya keberpihakan negara terhadap
jalan kepada modernitas. Primordialitas rakyat keseluruhan belum bisa ditemui bila
masih tetap muncul dan menganggu. Biarpun melihat situasi riil Indonesia saat ini. Berbagai
ada kesepakatan pentingnya bersatu dalam problem inilah yang memunculkan kegelisahan
k e beraga m an , t id a k a d a ke s e p a k a t a n masyarakat tentang bagaimana Indonesia di
bagaimana negara bisa menangani rasa masa depan.
keagamaan itu (Elson, 2008: 317).

Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014


100 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

Kegelisahan masyarakat Indonesia inilah metodologi atau pendekatan sang pengarang


yang memancing Yudi Latif untuk merespons dalam menjelaskan karyanya.
problem-problem berbangsa dan bernegara
saat ini. Formulasi apa yang kira-kira bisa
Pancasila dan Pendekatan
sekaligus menjawab masalah-masalah yang
masih mendera kehidupan bernegara dan Seorang sejarawan pemikiran terkemuka
berbangsa di Indonesia ini. Yudi Latif, salah dari Inggris, Quentin Skinner, pernah berujar
seorang sedikit dari intelektual muda Indonesia bahwa tugas dari sejarawan pemikiran adalah
yang menekuni masalah kenegaraan dan mempelajari dan menginterpretasikan a
kebangsaan pada akhirnya sampai pada ide canon of classic texts (Skinner, 2002: 57).
untuk mengaji berbagai masalah ini kembali Pemikiran kerapkali tidak muncul dari sesuatu
kepada yang dasar, yang esensial, yang yang spontan diucapkan tetapi seringkali
merupakan sebuah landasan dari nilai-nilai berdasarkan sebuah ide yang ditransformasikan
yang dibangun bersamaan dengan lahirnya dalam sebuah teks, baik itu politik, moral,
Indonesia sebagai sebuah negara, yaitu ekonomi, agama ataupun budaya. Dalam
Pancasila. Dalam buku ini ia beralasan mengaji sebuah pemikiran inilah teks amat
bahwa Indonesia memerlukan terobosan penting untuk ditelusuri, didefinisikan,
yang melampaui biasa karena penyakit diinterpretasikan agar tidak tertutup kabut
kemunduran moral dan karakter di Indonesia tebal karena satu dan lain sebab agar bisa
sudah pada tahap kanker bukan flu lagi. dilihat kedalaman paling esensial yang selama
Dengan bahasanya sendiri Yudi mengatakan ini ada di dalamnya. Sedangkan Michel
bahwa kita memerlukan lebih dari sekedar Foucault, dalam The Archeology of Knowledge
politics as usual, kita memerlukan visi politik mengatakan bahwa sejarah ide adalah disiplin
baru, visi ini harus mempertimbangkan untuk membahas permulaan-permulaan
bahwa krisis nasional berakar jauh pada krisis dan kesudahan-kesudahan, rekonstitusi
moralitas dan etos yang melanda jiwa bangsa perkembangan yang linier, namun begitu pula
(hal. 49). Melalui Pancasila, sebagai sebuah dia bisa mendeskripsikan bentuk perubahan
ide sekaligus praktik, Yudi ingin menemukan dan ketersalingkaitan antara satu domain
sekaligus mencari jawaban mengapa problem- dengan domain lainnya, memperlihatkan
problem Indonesia sebagai sebuah negara dan bagaimana pengetahuan ilmiah berdifusi, dan
bangsa masih saja terus berulang. Melalui menghadirkan kemunculan konsepsi filosofis
bukunya Negara Paripurna: Historitas, (Foucault, 2002: 154). Kuntowijoyo dalam
Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, Yudi bukunya Metodologi Sejarah melihat bahwa
ingin melihat Pancasila bukan sebagai sebuah sejarah pemikiran mempunyai tiga aspek tugas
monumen mati tetapi leitstar yang dinamis, (1) membicarakan pemikiran-pemikiran besar
representatif mengurai permasalahan bangsa yang berpengaruh pada kejadian sejarah (2)
walaupun zaman terus bertansformasi. melihat konteks sejarahnya kapan dia muncul
Sebelum membahas substansi dari buku (3) pengaruh pemikiran pada masyarakat
Negara Paripurna ini. Ada baiknya untuk bawah (Kuntowijoyo, 2003: 191). Quentin
membahas masalah pendekatan yang dipakai Skinner menekankan bahwa pendekatan
oleh Yudi Latif dalam karyanya ini. Dalam terhadap teks mesti berkonsentrasi pada
sebuah review kritis yang baik, sebuah karya apapun yang dikatakan tentang setiap konsep-
sebaiknya tidak hanya dibahas hanya dalam (1) konsep yang fundamental dan pertanyaan-
substansi saja tapi juga (2) masalah metode dan pertanyaan kekal dalam moralitas, politik,
agama dan kehidupan sosial (Skinner, 2002:
57).
Wildan Sena Utama
Ulasan Buku - Pancasila: Sebuah Monumen atau Leitstar Dinamis? 101

Dalam karya Negara Paripurna ini, Dan sebagai sebuah pemikiran, Pancasila
kita dibawa untuk melihat Pancasila sebagai tidak bisa dilepaskan dari pemikir yang
kanon teks dalam sejarah Indonesia. Ada menelurkan ide tersebut. Bila ingin melihat
tiga pendekatan yang dipakai dalam karya proses lahirnya pemikiran Pancasila kita
ini, yaitu pendekatan historis, rasional dan tidak boleh melupakan rahimnya, yaitu
kontekstual. Pendekatan historis untuk pemikiran Soekarno (Latif, 2013: 17-43).
melihat the origin dan the development dari Lahirnya pemikiran Pancasila dipengaruhi
Pancasila. Tanpa melupakan konteks sejarah oleh pemikiran Soekarno yang melalui lintasan
zamannya, darimana dia bermula, bertumbuh episode waktu. Dari setiap episode waktu
dan menjadi. Pendekatan rasional, untuk itu, ide yang muncul dari Soekarno tentang
melihat bahwa Pancasila dibentuk dengan gagasannya dalam mengkonstruksi Indonesia
argumen-argumen yang rasional pada setiap harus dilihat dan diteliti secara seksama.
silanya dan tidak berjarak dari situasi Dalam Negara Paripurna, Yudi Latif melihat
Indonesia masa itu serta tidak berjarak dari bahwa ada tiga fase kemunculan Pancasila
keinginan untuk mendirikan Indonesia nanti sebagai sebuah ide sampai dia dipakai sebagai
seperti apa menjadi landasan rasional yang landasan bernegara (1) fase pembibitan (2)
bisa mewadahi setiap elemen Indonesia. fase perumusan dan (3) fase pengesahan. Fase
Kemudian, seperti yang disebutkan oleh pembibitan, terjadi pada awal abad ke-20
Skinner diatas yaitu rasional disini juga dimana pergerakan Indonesia sudah mulai
dikaitkan dengan membahas setiap konsep- memikirkan tentang konstruksi kebangsaan.
konsep yang fundamental. Dalam bahasan E. Yudi mengatakan bahwa Perhimpunan
D. Hirsch bila kita ingin mengerti the meaning Indonesia (PI) di Belanda mempunyai
of the text kita harus mengerti what the text peranan penting dalam menyebarkan gagasan
says (Hirsch, 1967). Pendekatan kontekstual, persatuan nasional. Sartono Kartodirjo dalam
berusaha menghubungkan Pancasila dalam esainya mengatakan bahwa Manifesto Politik
dimensi perubahan waktu. Ada semacam PI tahun 1925 lebih dahulu dari Sumpah
upaya untuk menguji relevansi dari pemikiran Pemuda 1928 dalam membayangkan gagasan
Pancasila dalam tantangan transformasi mengenai nasion Indonesia bahkan demokrasi,
waktu. Namun, disinilah timbul sebuah unitarianisme, otonomi dan kemerdekaan.
perdebatan dalam sejarah pemikiran karena Elson dalam bukunya pula mengatakan bahwa
tidak semua teks bisa dihubungkan dalam PI memberikan pengaruh kuatnya pada
konteks masa kini. Sehingga, menurut J. G. A pemikiran politik di Hindia, yang menyebabkan
Pocock pertama-tama kita mesti tetap melihat organisasi rakyat di tanah air menggunakan
pemikiran tersebut dalam konteks masa itu haluan politik PI (Elson, 2008: 45). Tapi mesti
atau katakanlah bisa memilah-milah dengan dilihat, bahwa PI dipengaruhi pula oleh trio
menggunakan metodologi. Aspek penarikan Indische Partij yang diasingkan ke Belanda
relevansi pemikiran masa lalu ke masa kini setelah Soewardi menulis pamflet Als ik
apabila dipaksakan dan dilebih-lebihkan eens Nederlander was tahun 1913. Dalam
bisa melahirkan anakronisme dan biasanya artikelnya, Akira Nagazumi yang menulis
berdimensi politis. PI masa awal mengatakan bahwa sebelum
orang-orang Indische Partij mempengaruhi
PI dengan gagasan politiknya, PI medio 1908-
Pancasila dan Pembedahan
1913 masih memformulasi cita-cita kelompok
Sejarah Pancasila tidak muncul begitu saja dan masih sedikit muatan politik didalamnya
secara tiba-tiba. Dia melalui berbagai fase (Nagazumi, 1986: 134). Gagasan persatuan
yang mempengaruhi kelahiran pemikirannya. nasional awal bisa dilihat dari pemikiran
102 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

Tjiptomangoenkusumo yang menginginkan kepada gerakan etnosentrisme, kemudian


terciptanya kesatuan dalam perbedaan, organisasi berbasis agama yang juga punya
sebuah masyarakat yang hidup bersama pengaruh besar seperti Muhammadiyah
dalam keselarasan, menghormati satu sama dan NU, menurut Dahm boleh dikatakan
lain sebagai orang yang sama-sama sederajat belum ada upaya mempersatukan mereka
(Scherer, 1985: 151, 320). Douwes Dekker (Dahm, 1987: 71-73). Soekarno lalu membuat
kemudian menambahkan gagasan Indonesia suatu upaya pembentukan front persatuan
bukanlah kesatuan yang dibangun atas diantara tiga roh pergerakan di Asia dan
solidaritas etnis dan ras atau keterikatan Indonesia: nasionalisme, islamisme dan
agama, melainkan rasa kesamaan pengalaman marxisme, dibawah kerangka nasionalismenya
dan solidaritas khusus yang mengalir darinya sebagai ideologi utama anti-imperlialisme.
(Elson, 2008: 15). Soekarno berpendapat bahwa tiga gerakan
Pemikiran Soekarno sendiri tentang ini dalam suatu negeri jajahan tidak ada guna
pergerakan Indonesia pada awalnya dibentuk berseteruan satu sama lain, membuktikan
ketika dia tinggal di rumah Tjokroaminoto pada pula, bahwa ketiga gelombang ini bisa bekerja
usia belasan tahun. Disana dia bersinggungan sama menjadi satu gelombang besar yang
dengan berbagai pemikiran para intelektual maha kuat, satu ombak-taufan yang tak dapat
Indonesia dari bermacam latar belakang ditahan terjangannya, itulah kewajiban yang
mulai dari islamis, nasionalis sampai marxis. kita semua harus memikulnya (Soekarno,
Disinilah berbagai pemikiran itu berdialog, 1964: 2). Selanjutnya menurut Yudi Latif, pada
berkelindan dan mengendap dalam pikirannya tahun 1930an, Soekarno mulai merumuskan
dalam membaca fenomena-fenonema sosial sintesis dari ketiga unsur tersebut dalam wujud
politik masa itu. Dalam pengakuannya kepada pemikiran sosio-nasionalisme dan sosio-
Cindy Adams, Soekarno pun mengakui bahwa demokrasi (Latif, 2011: 7).
kediaman Tjokro ini membawa pengaruh yang Fase perumusan adalah fase persidangan
besar kepada pemikirannya untuk meresapi pertama dari BPUPKI (29 Mei-1 Juni
tidak satu pola pemikiran (Adams, 2011: 1945). Keanggotaan badan ini berjumlah
90). Selanjutnya, ketika Soekarno pindah ke 63 awalnya lalu berubah menjadi 69 orang.
Bandung untuk melanjutkan studi, terdapat Keanggotaan dibagi menjadi lima golongan:
dua orang yang selanjutnya mempengaruhi golongan pergerakan, Islam, birokrat (kepala
pemikirannya mengenai nasionalisme dan jawatan), wakil kerajaan (kooti), pangreh
persatuan, kedua orang itu ialah Douwes praja (residen/wakil residen, bupati, walikota),
Dekker dan Tjiptomangoenkusumo. Khusus peranakan Tionghoa, Arab dan Belanda. Dalam
untuk Tjiptomangoenkusumo, menurut keanggotaan terdapat dua orang wanita hal
Bernhard Dahm, Tjipto adalah orang yang ini menandaskan bahwa negara ini dibentuk
begitu mempengaruhi Soekarno setelah Tjokro bukan berdasarkan maskulinitas sehingga
dalam pemikirannya mengenai front persatuan. menurut Yudi Latif tidak tepat kiranya
Ketika Soekarno melihat kondisi politik penggunaan istilah founding fathers. Tugas
Indonesia pada medio 1920an yang begitu badan ini seperti kata Soepomo, kami ingin
dinamis tapi berserakan sendiri-sendiri: membentuk suatu negara modern. Tapi dasar
PKI merupakan partai yang paling aktif, SI negara itu masih belum ditetapkan; belum ada
masih dibayang-bayangi kepopuleran pada kesepakatan se-Indonesia mengenai sebagian
masa kejayaannya yang pertama, partai-partai besar perkara dasar mengenai hakikat negara
nasionalis dan organisasi kedaerahan yang
banyak jumlahnya dan begitu rentan menuju
Wildan Sena Utama
Ulasan Buku - Pancasila: Sebuah Monumen atau Leitstar Dinamis? 103

baru (Elson, 2008: 105-106).1 Dalam rapat- unsur permusyawaratan, perwakilan dan
rapat pembahasan tentang dasar negara kebijaksanaan sebenarnya dimasukkan
ini beberapa anggota berpendapat tentang oleh Yamin ke dalam hal dasar negara dan
elemen-elemen fundamental dalam kehidupan paham negara. Namun menurut Soeroso
bernegara. penjelasan panjang lebar Yamin tentang
Pada rapat tanggal 29 Mei 1945, Moh. Yamin peri-kerakyatan yang melebar sampai kepada
berbicara tentang lima prinsip fundamental bagaimana bentuk dan cara bagaimana
untuk negara Indonesia kelak apabila ia peri-kerakyatan Indonesia dijalankan itu
berhasil didirikan, yaitu peri-kebangsaan, lebih membahas kepada bentuk negara
peri-kemanusiaan, peri-ketuhanan, peri- daripada dasar negara (Bahar, 1995: 22).
kerakyatan (permusyawaratan, perwakilan Terakhir, kesejahteraan rakyat dalam
dan kebijaksanaan) dan kesejahteraan sosial penjelasan Yamin adalah menjadi dasar dan
(Bahar, 1995: 8). Dalam Negara Paripurna, tujuan negara Indonesia merdeka ialah pada
Yudi melihat bahwa masih ada kebingungan ringkasnya keadilan masyarakat dan keadilan
dari Yamin dalam menentukan mana dasar sosial (Bahar, 1995: 28).
negara, bentuk negara, asas dan paham. Bagaimanapun juga, pidato yang
Permusyawaratan, perwakilan, dan diberikan oleh Moh. Yamin menurut Yudi Latif
kebijaksanaan (rasionalisme) disebut sebagai memberikan semacam masukan penting bagi
dasar. Kebangsaan, kemanusiaan, dan Soekarno dalam merumuskan konsepsi yang
kesejahteraan sebagai asas. Sementara disebutnya sebagai Pancasila pada tanggal
perwakilan digolongkan sebagai paham. 1 Juni 1945. 2 Soekarno dengan pidatonya
Sedangkan ketuhanan tidak jelas kemana ia pada tanggal 1 Juni tersebut pada awal
dimasukkan (Latif, 2011: 11). Namun, dalam uraiannya berusaha untuk menjelaskan apa
pembacaan saya sendiri, ada sedikit perbedaan yang diinginkan oleh Radjiman Wediodiningrat
dengan apa yang dikemukakan Yudi Latif dalam terhadap dasar negara Indonesia dalam
membedah pemikiran Yamin. Memang benar kerangka dasar falsafah (philosofische
bahwa Yamin mencampuradukan konsepsinya grondslag) atau pandangan dunia
tentang dasar negara, bentuk negara dan (weltanschauung). Soekarno mengatakan:
paham negara, tapi kategorisasi yang dibuat Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah
Latif sedikit berbeda setelah saya membaca berpidato dan dalam pidato itu diutarakan
transkrip pidato Yamin. Yamin mula-mula hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan
mengatakan bahwa dasar negara Indonesia Paduka Tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan
harus dibuat berdasarkan peradaban Indonesia dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut
yaitu negara bangsa (kebangsaan Indonesia). anggapan saya yang diminta oleh Paduka
Lalu, ia sampai pada soal untuk menerangkan Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa
paham Indonesia merdeka, yaitu peri- Belanda: Philosofische grondslag daripada
kemanusiaan. Kemudian ia membicarakan Indonesia Merdeka. Philosfische grondslag
dasar negara Indonesia merdeka yang lain itulah fundamen, filsafat, pikiran sedalam-
berhubungan langsung dengan pembentukan dalamnya jiwa, hasrat, yang sedalam-dalamnya
negara yang tidak boleh meninggalkan unsur diatasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka
agama, yaitu peri-ketuhanan. Sementara itu yang kekal dan abadi (Bahar, 1995: 63).
peri-kerakyatan yang di dalamnya terdapat

1 Namun, sebenarnya tugas badan ini bukan membicarakan 2 Pidato Soepomo tentang konsepsi negara integralistik
masalah dasar negara tapi hanyalah melakukan usaha- pada sidang selanjutnya tanggal 31 Mei 1945 memberikan
usaha penyelidikan kemerdekaan. pengaruh pula kepada Soekarno.
104 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

Di tengah pidatonya Soekarno semua buat semua, satu buat semua, semua
menambahkan pentingnya philosophische buat satu. Syarat mutlak daripada kuatnya
grondslag atau weltanschauung dalam sebuah Indonesia ialah permusyawaratan perwakilan.
negara, setelah melakukan refleksi terhadap Keempat ialah kesejahteraan sosial, menurut
berbagai negara yang mempunyai dasar Soekarno ketika berdemokrasi hendaknya tidak
falsafah negara, seperti Jerman, Uni Soviet begitu saja menjiplak demokrasi Barat, tetapi
dan Cina. Soekarno menyatakan: permusyawaratan yang memberi hidup yakni
Tuan-tuan sekalian. Weltanschauung politiek economische democratie yang berarti
ini sudah lama harus kita bulatkan di tidak hanya kesejajaran dalam politik tetapi
dalam hati kita dan di dalam pikiran kita juga kesejajaran dalam ekonomi (Elson, 2008:
sebelum Indonesia Merdeka datang. Idealis- 107). Terakhir, Soekarno menutup dengan
idealis di seluruh dunia bekerja mati-matian prinsip ketuhanan yang berkebudayaan,
u ntuk me n g ad a k a n b e rm ac a m- m a c a m ke-Tuhanan yang berbudi pekerti luhur, ke-
weltanschauung bekerja mati-matian untuk Tuhanan yang saling hormat-menghormati
merealiteitkan weltanschauung mereka itu. satu sama lain, jikalau menyetujui bahwa
Maka tidak benar perkataan anggota yang negara Indonesia Merdeka berdasarkan ke-
terhormat Abikusno, bahwa banyak sekali Tuhanan yang Maha Esa.3
negara-negara yang didirikan dengan isi Sehabis Soekarno membicarakan
seadanya saja, menurut keadaan. Tidak! konsepsinya tentang dasar negara tersebut,
(Bahar, 1995: 69) dia kemudian memberikan nama dari
Setelah panjang lebar membicarakan konsepsinya tersebut. Soekarno mengatakan
konsepsi dan tujuan dari philosophische lima bilangannya. Inikah Panca Dharma?
grondslag, Soekarno sampai pada konsepsinya Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat
tentang Pancasila sebagai dasar negara yang disini. Dharma berarti kewajiban sedang
memuat lima prinsip. Dasar negara pertama kita membicarakan dasar ... Namanya
menurutnya adalah kebangsaan. Soekarno bukan Panca Dharma tetapi saya namakan
mengatakan bahwa negara Indonesia harus dengan petunjuk teman yang ahli bahasa-
didirikan dengan prinsip semua untuk namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas
semua, bukan untuk satu orang, satu golongan atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah
baik kelas ataupun etnis tapi bangsa Indonesia kita mendirikan negara Indonesia, kekal
adalah seluruh manusia dari ujung utara dan abadi. Dan mengapa Soekarno memilih
Sumatera sampai ke Irian yang menurut Renan lima, ini dikarenakan Soekarno menurut
mempunyai kehendak perasaan akan bersatu Geertz adalah manusia yang penuh dengan
dan mau bersatu. Prinsip yang kedua adalah simbolisme (Geertz, 2007: 321). Lima identik
internasionalisme atau perikemanusiaan, dengan keramat dalam alam kebudayaan
yang menurut Soekarno bahwa nasionalisme Indonesia, Soekarno mengatakan bahwa
tidak dapat hidup kalau tidak hidup rukun Islam lima jumlahnya, jari kita ada lima
dalam taman sarinya internasionalisme. setangan, ada Panca Indra, dalam wayang ada
Internasionalisme pun tidak dapat hidup subur Pandawa Lima, lalu dalam tradisi Jawa ada
kalau tidak bersandar pada nasionalisme. lima larangan sebagai kode etika (Latif, 2011:
Indonesia mesti menuju pada persaudaraan 17). Kelima sila dari Pancasila ini menurut
dunia. Dasar ketiga adalah dasar mufakat George McT. Kahin merupakan sintesis
atau demokrasi. Menurut Soekarno negara
3 Pendapat Soekarno tentang lima sila Pancasila ini selain
Indonesia bukan negara untuk satu orang, didasarkan oleh Yudi Latif, Negara Paripurna juga didasari
bukan satu negara untuk satu golongan tetapi oleh Saafroedin Bahar, Ananda B. Kusuma dan Nannie
Hudawati (eds), Risalah Sidang..., hal. 71-81.
Wildan Sena Utama
Ulasan Buku - Pancasila: Sebuah Monumen atau Leitstar Dinamis? 105

dari pemikiran Islam modern, marxisme, dari sila keempat menjadi kelima kemudian
demokrasi, dan gagasan demokrasi asli yang diubah kalimatnya menjadi keadilan sosial bagi
dijumpai di desa dan dalam komunalisme seluruh rakyat Indonesia (Latif, 2011: 24-25).
penduduk asli (Kahin, 2003). Bagi Soekarno Bila dilihat perubahan ini mencerminkan suatu
inti dari Pancasila adalah semangat gotong upaya untuk merangkai dasar negara dibentuk
royong. Jika Pancasila diperas silanya dari lima oleh fondasi moral yang menjadi landasan sifat
menjadi tiga lalu menjadi satu maka muncullah kemanusiaan dalam berbangsa melalui etika
perkataan Indonesia yang tulen, yaitu gotong demokrasi untuk mewujudkan tujuan politik
royong. Menurut Soekarno gotong royong Pancasila yaitu keadilan sosial.
adalah semangat dinamis menggambarkan Terhadap perubahan urutan dan redaksi
suatu usaha, suatu pekerjaan secara bersama- Pancasila dalam Piagam Jakarta tidak ada
sama untuk kebahagiaan bersama. yang mempermasalahkan secara serius kecuali
Akhirnya, Pancasila konsepsi Soekarno dalam hal penambahan kata kewajiban
ini melewati proses ujian selanjutnya ketika menjalankan syariat Islam. Oleh berbagai
Panitia Sembilan menyusun rancangan tokoh nasionalis kebangsaan, hal ini malah
pembukaan UUD Republik Indonesia. Secara tidak merepresentasikan situasi riil Indonesia
komposisi Panitia Sembilan ini lebih adil yang terdiri dari berbagai agama, budaya
daripada Panitia Delapan yang terlalu banyak dan adat istiadat. Ini tercermin dalam sidang
representasi kebangsaan daripada Islam. Dalam PPKI yang bertugas untuk mempersiapkan
Panitia Sembilan, 5 orang wakil kebangsaan kemerdekaan sekaligus konstitusi. Namun
dan 4 orang wakil golongan Islam yang diketuai akhirnya pada fase pengesahan, sidang PPKI
Soekarno, berpendapat bahwa mesti ada 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta tetap
kompromi terhadap dasar negara antara dua diterima sebagai pembukaan UUD kecuali
golongan ini. Konsensus antara dua golongan kata-kata kewajiban menjalankan syariat
ini akhirnya berujung dengan pengawinan Islam bagi pemeluk-pemeluknyanya. Kata-
antara konsep ketuhanan dan kebangsaan kata ini lalu diubah menjadi Yang Maha Esa.
pada rancangan pembukaan UUD yang disebut Moh. Hatta seorang individu agamis namun
oleh Yamin sebagai Piagam Jakarta. Selain melihat keseluruhan bangsa, mempunyai
itu, Pancasila yang dijadikan sebagai dasar andil dibalik hal ini. Dia melakukan lobi-lobi
negara dirubah urutan dan bunyi sila-silanya kepada tokoh politik Islam anggota PPKI
agar dianggap lebih memadai dalam konteks diantaranya KI Bagus Hadikoesomo, Teuku
bernegara. Pemindahan dilakukan pada sila Hasan dan Kasman Singedimejo. Tokoh-
kelima ketuhanan menjadi pertama namun tokoh ini akhirnya menyambut positif usulan
ditambahkan dengan kewajiban menjalankan Hatta. Dalam disertasinya, Syafii Maarif
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknyanya. melihat bahwa perubahan kata-kata tersebut
Sila internasionalisme atau perikemanusiaan memberikan bukan hanya dimensi sosiologis
berubah kalimatnya menjadi kemanusiaan seperti dalam pemikiran Soekarno sebelumnya,
yang adil dan beradab. Kebangsaan Indonesia tetapi juga dimensi tauhid (Maarif, 2006: 157).
berubah urutan dari sila pertama menjadi Syafii Maarif menambahkan bahwa bagi Hatta,
ketiga dan berubah redaksinya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar
persatuan Indonesia. Sila mufakat turun satu yang memimpin sila-sila lain, dasar spiritual
tangga menjadi sila keempat dan berubah bunyi dan etik, yang memberi negara landasan moral
menjadi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah yang kukuh (Maarif, 2006: 157-159). Dengan
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perubahan ini kelima sila Pancasila begitu
perwakilan. Prinsip kesejahteraan turun juga koheren dan saling ikat mengikat.
106 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

Pancasila dan Problem sakral. Sesuatu yang berbeda dimensi. Ataukah


sebenarnya dia memang (sampai saat ini) tidak
Sesungguhnya problem dari Pancasila adalah
ada ditiadakan, sehingga sulit dirasakan
tidak sampai hanya dengan penjelasan
dimana-mana. Ketika Pancasila dianggap
historis, rasionalitas tetapi juga aktualitas dan
ada tapi sebenarnya tidak ada, Pancasila
kalau boleh diterjemahkan, yaitu bagaimana
semakin berjarak terhadap masyarakat seiring
mengaplikasikan Pancasila ke dalam kondisi
berjalannya waktu. Keberjarakan waktu ini
aktual berbangsa dan bernegara saat ini. Buku
ditakutkan semakin membentuk Pancasila
ini sebetulnya lahir dari kegelisahan seorang
sebagai sebuah mitos hebat yang memberikan
Yudi Latif, mengapa Pancasila adalah sesuatu
dasar terhadap negara Indonesia yang luar
yang mati dalam kehidupan bernegara saat
biasa besar sehingga bisa tetap bersatu. Jika
ini. Dalam bahasa masyarakat kebanyakan
sampai terjadi maka Pancasila akan menjadi
mengapa Pancasila nilai-nilainya begitu sulit
mitos yang sakral, sesuatu yang sebenarnya
diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan
akan rentan menjadi alat politik daripada
bernegara? Disinilah kiranya tiga hal yang
tujuan politik.
menyebabkan Pancasila menjadi Pancasia-
Masalah konsep karena banyak pihak salah
sia sampai kondisi saat ini (1) masalah sifat
menganggap bahwa nilai yang paling esensial
(2) masalah konsep (3) masalah kerja. Dan
dari pancasila adalah persatuan. Memang
ini berkaitan dengan persoalan (1) negara (2)
Soekarno adalah orang yang menekankan
masyarakat (3) waktu keberjarakan waktu
persatuan dalam bernegara. Ini bisa dilihat
dan transformasi zaman yang didalamnya
dari sejak dia muda, dimana dia menekankan
terdapat perubahan nilai politik, ekonomi dan
elemen-elemen idelogi utama Indonesia awal
budaya.
abad ke-20, nasionalisme, marxisme dan islam
Masalah sifat adalah Pancasila dipahami
untuk bersatu bersama-sama membangun
sebagai sesuatu yang sakral. Sebagai wahyu
front perjuangan melawan kolonialisme.
yang turun dari langit. Sehingga seperti dosa
Pandangan ini secara konsisten dibawa sampai
ketika diutak-atik dan dikritisi. Padahal
dia memegang kekuasaan. Soekarno memang
Pancasila adalah pemikiran yang ditemukan
berbeda dengan Soeharto dalam hal persatuan.
manusia. Dipikirkan melintasi situasi zaman,
Soekarno melihat bahwa persatuan itu bukan
arus pemikiran politik dan akar latar belakang
hanya berdasarkan elemen-elemen ras, suku,
ke-Indonesiaan yang kuat. Namun, ketika
adat tetapi juga ideologi. Dan tugas yang
Pancasila menjadi dasar negara untuk
paling berat bagi Soekarno adalah menjaga
diaplikasikan selanjutnya, Pancasila lalu
persatuan dalam ideologi. Dia mempercayai
seolah-olah berubah menjadi monumen.
bahwa ketika keanekaragaman ideologi
Sampai masa sekarang ini, secara kritis kita
tidak disatukan atau katakanlah dijaga
bisa melihat bahwa Pancasila sebagai dia yang
untuk bersatu maka akan tercipta disorder.
ada tapi sulit untuk dirasakan dimana-mana.
Berbeda dengan Soeharto, dia menempatkan
Sebagai contoh kita bisa mempertanyakan
persatuan hanya dalam skup ras, suku, adat
dimanakah Pancasila ketika masih ada
atau etnisitas tapi tidak dalam politik dan
sekelompok umat Islam radikal melakukan
ideologi. Sehingga, persatuan yang tercipta
kekerasan terhadap kelompok minoritas Islam.
adalah persatuan yang bukan mencerminkan
Pancasila itu memang ada tetapi mengapa
situasi Indonesia tetapi Soeharto menciptakan
kekerasan atas nama agama yang merusak
persatuan sendiri pada desain persatuan
nilai kemanusiaan dan persatuan masih terus
dalam konstruksi berpikirnya. Persatuan yang
terjadi. Disinilah Pancasila sebenarnya masih
tercipta ini tidak berpikir dan sebenarnya
dipahami sebagai sebuah monumen yang
Wildan Sena Utama
Ulasan Buku - Pancasila: Sebuah Monumen atau Leitstar Dinamis? 107

persatuan yang diciptakannya anti-berpikir Pancasila, yang juga menjadi cita-cita adanya
(meminggirkan pandangan ideologi dan politik). sebuah entitas bernama Indonesia. Sebetulnya
Dan Soeharto menggunakan Pancasila sebagai bila dipahami secara seksama, Soekarno
dasar daripada itu. Soeharto dengan Orde pernah berkata bahwa Pancasila memang
Baru-nya menggunakan Pancasila sebagai adalah alat pemersatu dan saya yakin Bangsa
alat politik bukan tujuan politik. Melalui Indonesia dari Sabang sampai Merauke
negara Soeharto menciptakan Pancasila hanyalah dapat bersatu padu di atas dasar
sebagai sebuah konsepsi yang sakral dengan Pancasila itu. Dan bukan saja alat mempersatu
meruntuhkan dimensi ideologisnya dan untuk diatasnya kita letakkan negara Republik
kedekatan sifatnya dengan masyarakat Indonesia, tetapi pada hakikatnya satu alat
untuk melaksanakan rust en orde (Lay, 2013: mempersatu dalam perjuangan kita (hal. 1).
61). Kita bisa melihat dari cara Soeharto Kata perjuangan kita ini yang dilupakan,
untuk melenyapkan lawan politiknya, yaitu bahwa Pancasila mempunyai tujuan, yaitu
menggunakan justifikasi bahwa kelompok ini mewujudkan keadilan sosial dan terciptanya
berada di luar nilai-nilai Pancasila. Namun, kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang mana dan seperti apa? Oleh sebab itu, sudah saatnya kita tidak
Akibatnya pada masa Orde Baru, hanya mempertahankan Papua dan Aceh
negara telah membawa Pancasila begitu sebagai bagian dari Indonesia tapi lebih dari
berjarak daripada masyarakat. Bila dikaitkan itu bagaimana caranya mewujudkan keadilan
dengan kritik Michel Foucault yang melihat dan kesejahteraan disana.
praktik-praktik kekuasaan membuat memori Masalah kerja adalah masalah bagaimana,
kolektif masyarakat berbeda berjarak meminjam bahasa Yudi Latif, membumikan
dari apa yang secara faktual semestinya ini nilai-nilai Pancasila ke dalam masyarakat.
seperti ada benang merahnya. Dalam The Masalah yang terakhir ini berkaitan dengan
Archeology of Knowledge, Foucault mengatakan cara tapi tidak melupakan dimensi filosofis.
mungkin mereka menemukan kesulitan Di dalam era ketidaklogisan komunikasi,
untuk menyadari bahwa sejarah mereka, kehidupan sosial yang terfragmentasi,
ekonomi, praktek sosial, bahasa yang mereka pragamatisme terhadap konsistensi, atau
ucapkan, mitologi nenek moyang, dan kisah- bahkan ada seorang filsuf yang mengatakan
kisah yang pernah mereka dengar sewaktu bahwa era sekarang ideologi telah mati,
mereka kecil dibentuk oleh aturan yang tidak bagaimana mengembalikan Pancasila agar
diperuntukkan untuk kesadaran mereka dihayati, dipahami dan diaplikasikan dalam
(Foucault, 2002: 232). Efeknya adalah ketika kehidupan bernegara? Yudi Latif dalam
masa reformasi tiba, kita dihadapkan pada bukunya menggunakan konsep dari sejarawan
kebingungan secara intelektual dan konseptual Kuntowijoyo, yaitu radikasilasi Pancasila.
untuk mendekatkan kembali Pancasila kepada Radikalisasi Pancasila adalah sebuah konsep
masyarakat. untuk mengembalikan Pancasila kembali
Pada tataran konseptual, melihat kepada jalur ideologisnya sebagai ideologi
Pancasila sebagai sesuatu ide yang koheren negara tapi tidak sampai disitu Pancasila juga
dan saling kait-mengkait, Pancasila tidak diilmiahkan seperti ilmu. Pancasila juga harus
hanya sampai pada titik mengidealkan berdialog dengan realitas sosial, menjadi kritik
Indonesia sebagai sebuah beranekaragam terhadap kebijakan negara serta mengubah
yang bersatu. Namun, persatuan itu adalah paradigma dari melayani kepentingan vertikal
kondisi ideal awal (amor patriae nostra lex) (negara) menjadi melayani kepentingan
untuk mencapai sebuah proyek besar dari horizontal (hal. 48). Pertanyaannya sampai
108 Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014

saat ini manakah yang telah dan sedang Kuntowijoyo (2003). Metodologi Sejarah.
dilakukan oleh negara apakah radikalisasi Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pancasila atau de-radikalisasi Pancasila? Nagazumi, Akira (1986). Masa Awal
Pembentukan Perhimpunan Indonesia:
Bibliografi Kegiatan Mahasiswa Indonesia di Negeri
Belanda, 1916-1917, dalam Akira Nagazumi
Adams, Cindy (2011). Bung Karno: Penyambung (ed), Indonesia Dalam Kajian Sarjana Jepang:
Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Yayasan Perubahan Sosial Ekonomi Abad XIX & XX
Bung Karno & Media Pressindo. dan Berbagai Aspek Nasionalisme Indonesia.
Ahmad Syafii Maarif (2006). Islam dan Pancasila Jakarta: Yayasan Obor.
Sebagai Dasar Negara: Studi Tentang Saafroedin Bahar, Ananda B. Kusuma dan
Perdebatan Dalam Konstituante. Jakarta: Nannie Hudawati (eds)(1995). Risalah Sidang
LP3ES. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapakan
Cornelis Lay (2013). Pancasila, Soekarno dan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia
Orde Baru, dalam Prisma 32, No. 2 & No. 3. Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dahm, Bernhard (1987). Soekarno dan Jakarta: Sekretariat Negara Republik
Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta: LP3ES. Indonesia.
Elson, Robert (2008). The Idea of Indonesia: Scherer, Savitri (1985). Keselarasan dan
A History. Cambridge: Cambridge University Kejanggalan: Pemikiran-Pemikiran
Press. Nasionalis Priyayi Jawa Awal Abad XX.
Foucault, Michel (2002). The Archeology of Jakarta: Sinar Harapan.
Knowledge. London: Routledge. Soekarno (1964), Nasionalisme, Islamisme
Geertz, Clifford (2007). Afterwords: The Politics dan Marxisme, dalam Soekarno, Dibawah
of Meaning, dalam Claire Holt (ed), Culture Bendera Revolusi. Djakarta: Panitya Dibawah
and Politics in Indonesia. Jakarta: Equinox. Bendera Revolusi.
Hirsch, E. D. (1967). Validity in Interpretation. Skinner, Quentin (2002). Visions of Politics:
New Haven: Yale University Press. Regarding Method, Volume 1. Cambridge:
Cambridge University Press.
Kahin, George McT. (2003). Nationalism and
Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell
Southeast Asia Program Publications.

Anda mungkin juga menyukai