Anda di halaman 1dari 312

BAGI PENGELOLA, PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA

PIK REMAJA/MAHASISWA

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA
JAKARTA 2013

i
KURIKULUM DIKLAT TEKNIS PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA
BAGI PENGELOLA, PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA
PIK REMAJA/MAHASISWA

Diterbitkan oleh :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Hak Cipta @ 2013


Direktorat Bina Ketahanan Remaja

Cetakan Kedua 2011


Cetakan Ketiga 2012
Cetakan Keempat 2013 (Penyempurnaan)

Disusun oleh :

Indra Wirdhana, SH, MM


Drs. M. Edi Muin, M.Si
Witri Windrawati, SE
Andi Hendardi Ismoyo, SH
Alifah Nuranti, S.Psi, MPH
Antonius Angkawijaya, S.Psi
dr. Dwi Ariyanti
Drg. Ratna Kirana, MS
Drs. H. Unang Rahmat, M.Ed
Dewi Ayu Iriani
Fita Riza Utami
Iram Barida

ISBN
ISBN978-602-8068-72-7
978-979-15523-4-9

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Direktorat Bina Ketahanan Remaja
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma - Jakarta Timur
Telp/Fax : (021) 8009029, 8008548
http://ceria.bkkbn.go.id

ii
KATA SAMBUTAN

Remaja Indonesia dalam dekade ini sangat berbeda dengan remaja


generasi sebelumnya. Era globalisasi menyediakan pilihan informasi yang
sangat kaya bagi siapa saja termasuk bagi para remaja. Globalisasi
informasi disadari atau tidak, telah mengubah cara berpikir, cara bersikap
dan cara bertindak generasi muda. Sebagai contoh para remaja dan
generasi muda saat ini mempunyai sifat yang sangat permisif berkaitan
dengan seksualitas sebelum nikah. Agar para remaja mampu
menghadapi berbagai tantangan dan risiko (terutama risiko TRIAD KRR
dan pernikahan dini), maka para remaja perlu diberikan pengetahuan dan
berbagai keterampilan yang bisa dipakai untuk mengatasi tantangan dan
risiko-risiko kehidupan yang dihadapinya.

Merujuk pada masalah tersebut di atas, maka dikembangkan program


GenRe. Sebagai cara mendukung dan mengembangkan program GenRe
secara optimal, disusunlah Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan Pusat
Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK Remaja/Mahasiswa) bagi
Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya PIK Remaja/Mahasiswa.
Kurikulum ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengelola dan
pelaksana program di lapangan dalam melaksanakan pelatihan bagi
Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya PIK Remaja/Mahasiswa.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membantu dalam penyusunan/penyelesaian kurikulum ini. Semoga
upaya ini menjadi bagian dari darma bhakti kita kepada remaja dan

iii
masyarakat Indonesia secara keseluruhan serta menjadi bagian dari amal
ibadah kita kepada Allah SWT.

Jakarta, Maret 2013


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga,

DR. Sudibyo Alimoeso, MA

iv
KATA PENGANTAR

Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, salah


satunya melalui program Generasi Berencana (GenRe). Pendekatan
program GenRe adalah melalui kelompok PIK Remaja/Mahasiswa dan
melalui kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Pendekatan penggarapan
remaja tetap mengacu pada program yang telah dikembangkan melalui
pengembangan kelompok PIK Remaja/Mahasiswa dengan menjadikan
remaja sebagai pengelola, pendidik dan konselor sebaya sehingga
kelompok ini dikelola dari, oleh, dan untuk remaja/mahasiswa. PIK
Remaja/Mahasiswa yaitu suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk
remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang
kesehatan reproduksi.

Keberadaan dan peranan PIK Remaja/Mahasiswa di lingkungan remaja


sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk mendapatkan
informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang
Program GenRe. Seperti diketahui bahwa akses dan kualitas pengelolaan
dan pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa masih relatif rendah. Untuk
peningkatan, pengembangan, pengelolaan dan pelayanan PIK
Remaja/Mahasiswa, maka perlu dilakukan pelatihan bagi pengelola PIK
Remaja/Mahasiswa agar dapat memaksimalkan peningkatan akses dan
kualitas pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa.

Atas dasar itulah, guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan


pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa, maka diperlukan Kurikulum Diklat
Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa Bagi Pengelola PIK
Remaja/Mahasiswa. Akhirnya kepada semua pihak yang turut

v
berpartisipasi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi - tingginya.

Jakarta, Maret 2013


Direktur Bina Ketahanan Remaja

Indra Wirdhana, SH, MM

vi
DAFTAR ISI

Kata Sambutan.............................................................................. iii


Kata Pengantar ............................................................................ v
Daftar Isi ....................................................................................... vii
Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
bagi Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya PIK
Remaja/Mahasiswa ...................................................................... 1

Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD)


I. Pengelola ...................................................................................................... 37
II. Pendidik Sebaya ......................................................................................... 53
III. Konselor Sebaya ......................................................................................... 72

BAHAN PEMBELAJARAN
Bahan Pembelajaran 1 :
Kebijakan Program GenRe ............................................................................ 89

Bahan Pembelajaran 2 :
Delapan Fungsi Keluarga .............................................................................. 97

Bahan Pembelajaran 3 :
Pendewasaan Usia Perkawinan .................................................................. 109

Bahan Pembelajaran 4 :
TRIAD KRR :
Seksualitas .......................................................................................................... 121
HIV dan AIDS ..................................................................................................... 161
Napza ................................................................................................................... 175

vii
Bahan Pembelajaran 5 :
Keterampilan Hidup (Life Skills) .................................................................. 189

Bahan Pembelajaran 6 :
Mekanisme Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa.................................. 211

Bahan Pembelajaran 7 :
Pendidik Sebaya ............................................................................................... 227

Bahan Pembelajaran 8 :
Konselor Sebaya ............................................................................................... 243

Bahan Pembelajaran 9 :
Advokasi dan KIE .............................................................................................. 249

Bahan Pembelajaran 10 :
Pencatatan dan Pelaporan .......................................................................... .. 259

Bahan Pembelajaran 11 :
Bina Suasana ..................................................................................................... 265

Bahan Pembelajaran 12 :
Teknik Fasilitasi ................................................................................................. 281

Bahan Pembelajaran 13 :
Teknik Fasilitasi ................................................................................................. 297

Penutup ........................................................................................ 299

viii


I. Rasional
Sebagaimana diketahui, saat ini jumlah remaja usia 10-24 tahun di
Indonesia berjumlah 63.443.448 atau 27,6% dari jumlah penduduk
Indonesia 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010). Remaja sangat
rentan terhadap risiko TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA)
dan pernikahan dini. Terkait dengan data pernikahan di usia dini,
Bappenas (2008) menemukan bahwa 34,5% dari 2.049.000
perkawinan yang ada adalah tergolong perkawinan anak. Hal serupa
juga ditunjukkan oleh Riset Kesehatan Dasar (2010) yang menemukan
bahwa pernikahan usia 15-19 tahun mencapai 41,9%, bahkan
pernikahan pada usia 10-14 tahun sebesar 4,8%. Selanjutnya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Plan Indonesia (2011) tentang
pernikahan dini dan KDRT di 8 Kabupaten di Indonesia (Indramayu,
Grobogan, Rembang, Tabanan, Dompu, Timor Tengah, Sikka dan
Lembata) menemukan bahwa 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah
menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 16 tahun. Serta
44% anak perempuan yang menikah dini dan mengalami KDRT
dengan frekuensi tinggi, dan sisanya 56% dengan frekuensi rendah.
Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan 1 Januari sampai dengan
30 September 2012 adalah 15.372 untuk HIV dan 3.541 untuk AIDS.
Sedangkan secara kumulatif, kasus HIV dan AIDS sampai dengan 30
September 2012 adalah 92.251 untuk HIV dan 39.434 untuk AIDS
(Kemenkes, September 2012). Data ini merupakan fenomena gunung
es artinya data tersebut hanya yang dilaporkan. Sedangkan menurut
data BNN tahun 2012, total tersangka penyalahgunaan Narkoba

1
adalah 32.743. Dari jumlah tersebut, 1.944 adalah mereka yang
berada pada kelompok usia 16 19 tahun dan kelompok usia 20 24
tahun adalah 5.057.
Berbagai masalah terkait dengan Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Pendewasaan Usia Perkawinan tersebut, akan mempengaruhi
perilaku remaja dalam mempraktikkan hidup sehat sebagaimana
mestinya. Remaja yang tidak berperilaku hidup sehat, akan menjadi
korban dari risiko TRIAD KRR (seks pra-nikah, Napza, HIV dan AIDS),
sehingga mereka akan terganggu kesempatannya untuk:
1. Melanjutkan pendidikan (Continue learning)
2. Mencari pekerjaan (Start working)
3. Memulai kehidupan berkeluarga (Form family)
4. Menjadi anggota masyarakat yang normal (Excercise citizenship)
5. Mempraktikkan hidup secara sehat
Ketiga masalah Kesehatan Reproduksi Remaja tersebut, akan
mengurangi kesempatan remaja untuk mempraktikkan perilaku
hidup sehat sebagaimana mestinya. Untuk merespon masalah
tersebut, maka BKKBN telah merumuskan Kebijakan Program GenRe,
yaitu peningkatan assets/capabilities, pengembangan
resources/opportunities dan pelayanan second chance (kesempatan
kedua).
Pendekatan penggarapan remaja tetap mengacu pada program yang
telah dikembangkan melalui pengembangan kelompok PIK
Remaja/Mahasiswa dengan menjadikan remaja sebagai pengelola,
pendidik dan konselor sebaya sehingga kelompok ini dikelola dari,
oleh, dan untuk remaja/mahasiswa. PIK Remaja/Mahasiswa yaitu
suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja dalam
memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan
reproduksi.

2
Keberadaan dan peranan PIK Remaja/Mahasiswa di lingkungan
remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk
mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan
benar tentang Program GenRe. Seperti diketahui bahwa akses dan
kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa masih
relatif rendah. Untuk peningkatan, pengembangan, pengelolaan dan
pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa, maka perlu dilakukan pelatihan
bagi pengelola PIK Remaja/Mahasiswa agar dapat memaksimalkan
peningkatan akses dan kualitas pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa.

Atas dasar itulah, guna mendukung kemampuan SDM dalam


melakukan pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa, maka diperlukan
Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa Bagi
Pengelola PIK Remaja/Mahasiswa.

II. Peserta

A. Peserta

Peserta Diklat Teknis Pengelolaan PIK R/M adalah remaja dan atau
mahasiswa.

B. Persyaratan

Persyaratan peserta adalah :

1. Remaja dan atau mahasiswa yang aktif dalam kegiatan PIK


R/M.

2. Remaja dan atau mahasiswa yang mempunyai komitmen


tinggi.

3. Remaja dan atau mahasiswa yang aktif dalam


organisasi/kegiatan kepemudaan dilingkungannya.

3
III. Uraian Tugas
Setelah mengikuti Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
Bagi Pengelola PIK Remaja/Mahasiswa, peserta mampu:
A. Membentuk PIK Remaja/Mahasiswa yang ramah remaja.
B. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas PIK
Remaja/Mahasiswa.
C. Melakukan advokasi dan KIE tentang PIK Remaja/Mahasiswa.
D. Memberdayakan SDM PIK Remaja/Mahasiswa.
E. Mencari sumber dana PIK Remaja/Mahasiswa.
F. Melaksanakan administrasi PIK Remaja/Mahasiswa.
G. Membuat pencatatan dan pelaporan.

IV. Tujuan
A. Umum
Setelah mengikuti Diklat Teknis Pengelolaan PIK
Remaja/Mahasiswa Bagi Pengelola PIK Remaja/Mahasiswa,
diharapkan peserta mampu meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan dalam memfasilitasi pelatihan bagi Pengelola
PIK Remaja/Mahasiswa.

B. Khusus
Setelah mengikuti Diklat Teknis Pengelolaan PIK
Remaja/Mahasiswa Bagi Pengelola PIK Remaja/Mahasiswa,
diharapkan peserta mampu :
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku peserta
pelatihan dalam Program GenRe.

4
2. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam
pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
3. Meningkatkan kemampuan peserta dalam mengembangkan
PIK Remaja/Mahasiswa

V. Kemampuan Yang Diharapkan


Sesuai uraian tugas maka peserta diharapkan :
A. Mampu memahami Program GenRe
B. Mampu melaksanakan pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa.
C. Mampu mengembangkan pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa.
D. Mampu melakukan pembinaan terhadap PIK Remaja/Mahasiswa.

VI. Pengalaman Belajar


Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan dapat :
A. Mempelajari Kebijakan Program GenRe dalam rangka
mewujudkan Generasi Berencana
1. Membahas Pengertian Program GenRe
2. Membahas Kebijakan Program GenRe
3. Membahas Strategi Program GenRe
4. Membahas Ciri-Ciri Generasi Berencana (Genre)
B. Mempelajari 8 Fungsi Keluarga
1. Membahas fungsi agama
2. Membahas fungsi sosial budaya
3. Membahas fungsi cinta dan kasih sayang
4. Membahas fungsi perlindungan
5. Membahas fungsi reproduksi

5
6. Membahas fungsi sosialisasi dan pendidikan
7. Membahas fungsi ekonomi
8. Membahas fungsi lingkungan
C. Mempelajari PUP
1. Membahas pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan
2. Membahas pentingnya Pendewasaan Usia Perkawinan dari
aspek kesehatan, ekonomi, psikologis, pendidikan dan
kependudukan
3. Membahas persiapan menjelang pernikahan
4. Membahas perencanaan keluarga
D. Mempelajari Seksualitas
1. Membahas konsep seksualitas
2. Membahas organ reproduksi laki-laki dan perempuan
3. Membahas pubertas
4. Membahas konsepsi dan kehamilan
5. Membahas perilaku seksual berisiko
E. Mempelajari HIV dan AIDS
1. Membahas konsep HIV dan AIDS
2. Membahas stadium HIV menjadi AIDS
3. Membahas transmisi HIV dan AIDS
4. Membahas pencegahan HIV dan AIDS
5. Membahas pemeriksaan atau tes HIV dan AIDS
6. Membahas komponen layanan HIV dan AIDS
7. Membahas stigma dan diskriminasi masyrakat
8. Membahas hal-hal yang dapat dilakukan oleh ODHIV
9. Membahas mitos dan fakta HIV dan AIDS

6
F. Mempelajari NAPZA
1. Membahas pengertian Napza
2. Membahas jenis-Jenis Napza
3. Membahas penyalahgunaan Napza
G. Mempelajari Keterampilan Hidup
1. Membahas keterampilan fisik
2. Membahas keterampilan mental
3. Membahas keterampilan emosional
4. Membahas keterampilan spiritual
5. Membahas keterampilan kejuruan (vocational skills)
6. Membahas keterampilan menghadapi kesulitan (adversity
skills)
7. Mempraktikkan keterampilan hidup
H. Mempelajari Mekanisme Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
1. Membahas pembentukan dan pengembangan PIK
Remaja/Mahasiswa
2. Membahas pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
3. Membahas kiat-kiat pengembangan PIK Remaja/ Mahasiswa
4. Membahas kemitraan
5. Membahas mekanisme pelayanan rujukan
I. Mempelajari Advokasi dan KIE PIK Remaja/Mahasiswa
1. Membahas pengertian, tujuan dan sasaran Advokasi dan KIE
2. Membahas persamaan dan perbedaan Advokasi dan KIE
3. Membahas prinsip-prinsip Advokasi dan KIE
4. Membahas jenis-jenis Advokasi dan KIE
5. Membahas langkah-langkah merumuskan strategi Advokasi
Dan KIE
6. Terampil melakukan Advokasi dan KIE PIK Remaja/Mahasiswa

7
J. Mempelajari Pencatatan dan Pelaporan
1. Membahas pengertian pencatatan dan pelaporan PIK
Remaja/Mahasiswa
2. Membahas materi pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/
Mahasiswa
3. Memahami tentang mekanisme pencatatan dan pelaporan PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Memahami tentang jenis-jenis dan petunjuk pengisian formulir
pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa
5. Memahami tentang data basis PIK Remaja/Mahasiswa
6. Terampil melakukan pencatatan dan pelaporan
K. Mempelajari Bina Suasana
1. Membahas pengertian dan tujuan bina suasana
2. Membahas tahapan bina suasana
3. Membahas jenis-jenis permainan bina suasana
4. Mempraktikkan bina suasana
L. Mempelajari Teknik Fasilitasi
1. Membahas konsep dasar fasilitasi
2. Membahas pendidikan orang dewasa
3. Membahas metode dan media pembelajaran
4. Membahas manajemen kelas
5. Mempraktikkan teknik fasilitasi
M. Rencana Tindak Lanjut
1. Membahas pengertian dan tujuan rencana tindak lanjut
2. Membahas langkah-langkah pembuatan rencana tindak lanjut
3. Membahas rencana tindak lanjut
4. Mempraktikkan penyusunan rencana tindak lanjut

8
VII. Struktur Dan Isi Materi
NO MATERI JUMLAH JAM
T P L JUMLAH
A. DASAR 2
1. Kebijakan Program Generasi 2
Berencana (GenRe)
B. INTI
2. 8 Fungsi Keluarga 2 2
3. PUP 2 2
4. TRIAD KRR 3 3 6
5. Keterampilan Hidup 2 2
6. Mekanisme pengelolaan PIK 2 2 3
Remaja/Mahasiswa
7. Advokasi dan KIE PIK 2 2
Remaja/Mahasiswa
8. Pencatatan dan Pelaporan 2 2 2
C. PENUNJANG
9. Bina Suasana 1 1 2
10. Teknik Fasilitasi 2 2 4
11. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 1 2

Lain-lain:
- Pembukaan 1 1
- Pre Tes 1 1
- Post Tes 1 1
- Penutupan 1 1

JUMLAH 25 11 36

Catatan :
1. Waktu Pelatihan 36 JP (1 JP = 45)
2. Lama Pelatihan 5 hari efektif
3. T = Teori, P = Praktek, L = Lapangan

9
VIII. Strategi Pelatihan

10
PRA PELATIHAN PELAKSANAAN PELATIHAN TINDAK LANJUT TUJUAN
2 MINGGU 5 HARI (36 JP) 3-6 BULAN

Pengkondisian Pembekalan Teoritis Materi Aplikasi


Peserta

Persiapan Bina 1. PUP - Monitoring


1. Kebijakan Program
administrasi dan suasana 2. TRIAD KRR RTL
Generasi Berencana
edukatif (GenRe) 3. Mekanisme
Kontrak pengelolaan - Pembinaan
2. 8 Fungsi Keluarga
- Penentuan peserta belajar PIK peserta
3. PUP Meningkatkan
Remaja/Mah Pascadiklat
4. TRIAD KRR pengetahuan,
- Pemanggilan Pretest 5. Keterampilan Hidup asiswa
peserta - Evaluasi sikap, dan
6. Mekanisme pengelolaan 4. Pencatatan
Postest dan Pascadiklat keterampilan
PIK Remaja/Mahasiswa
- Persiapan materi 7. Advokasi dan KIE PIK Pelaporan peserta dalam
dan media Remaja/Mahasiswa 5. Bina Suasana Pengelolaan
pembelajaran 8. Pencatatan dan 6. Teknik PIK R/M
Pelaporan Fasilitasi
- Persiapan lokasi 9. Bina Suasana 7. Rencana
praktik lapangan 10. Teknik Fasilitasi Tindak Lanjut
11. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
(RTL)
IX. Penilaian Pelatihan
Selama pelatihan akan dilakukan beberapa penilaian, antara
lain :
A. Penilaian terhadap peserta :
1. Untuk mengukur tingkat kemampuan dilakukan dengan
pretes, dan postest
2. Untuk mengukur sikap akan dilakukan pengamatan oleh tim
fasilitator selama proses pelatihan
3. Untuk mengukur keterampilan dilihat dari aspek
psikomotorik melalui penugasan di kelas dan selama praktik
lapangan.
B. Penilaian terhadap pengajar
Selama pelatihan peserta akan diberikan kesempatan untuk
menilai penampilan pengajar
C. Penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan
Peserta memberikan penilaian terhadap proses belajar mengajar,
sarana dan prasarana, akomodasi serta aspek pendukung lain
selama pelatihan

X. Kriteria Keberhasilan
Ukuran keberhasilan dalam pelatihan ini apabila peserta
menunjukkan peningkatan kemampuan, semangat belajar yang
tinggi dan terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran. Kriteria
keberhasilan dapat diukur apabila minimal 60% peserta mencapai
nilai akhir (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) rata-rata baik.

11
XI. Modifikasi Kurikulum
Kurikulum ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan lapangan
dan atau menambah muatan lokal, tanpa mengurangi tujuan
pelatihan.

LAMPIRAN: Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD)/GBPP

12


I. Rasional
Permasalahan Remaja yang ada saat ini sangat komplek dan
mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukan dengan masih rendahnya
pengetahuan remaja tentang pentingnya menjaga ketahanan
kesehatan reproduksi. Jika hal ini diabaikan akan berdampak pada
meningkatnya jumlah remaja yang terkena masalah kesehatan
reproduksi.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) penelitian remaja mengaku mempunyai teman yang pernah
melakukan hubungan seksual pranikah Usia 14-19 tahun (perempuan
34,7%, laki-laki 30,9%), Usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki
46,5%). Data ini menunjukan bahwa masalah kesehatan reproduksi
dikalangan remaja jika diabaikan akan berpengaruh besar pada
pertumbuhan penduduk dan masa depan bangsa.
Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, pemerintah (cq.
BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan Program Generasi
Berencana (GenRe) yang telah tercantum dalam RPJMN 2010-2014.
Sehingga kedudukan program Generasi Berencana (GenRe) sangat
penting dan strategis dalam mewujudakan visi BKKBN yakni
Penduduk tumbuh seimbang tahun 2015 dengan misi
mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

13
Pendekatan penggarapan remaja tetap mengacu pada program yang
telah dikembangkan melalui pengembangan kelompok PIK
Remaja/Mahasiswa dengan menjadikan remaja sebagai pengelola,
pendidik dan konselor sebaya sehingga kelompok ini dikelola dari,
oleh, dan untuk remaja/mahasiswa.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan pelatihan Pendidik
Sebaya bagi remaja dan atau mahasiswa, agar penyelenggaraan
pelatihan dapat mencapai tujuan. Untuk itu, maka disusunlah
Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa Bagi
Pendidik Sebaya.

II. Peserta
Peserta Diklat Teknis Pengelolaan PIK R/M bagi pendidik sebaya
adalah :
A. Remaja dan atau mahasiswa yang aktif dalam kegiatan PIK
Remaja/Mahasiswa.
B. Remaja dan atau mahasiswa yang aktif dalam organisasi/kegiatan
kepemudaan dilingkungannya.

III. Uraian Tugas


Setelah mengikuti Diklat Teknis Pengelolaan PIK R/M bagi PS, peserta
mampu:
A. Menjadi sumber informasi tentang substansi Generasi Berencana
(GenRe)untuk teman sebayanya.
B. Pelopor, penggerak, dan pengelola PIK Remaja/Mahasiswa di
lingkungannya
C. Penteladanan dalam menjaga Ketahanan Remaja dalam rangka
Generasi Berencana (GenRe).

14
IV. Tujuan
A. Umum
Setelah mengikuti Diklat Teknis Pengelolaan PIK R/M bagi
pendidik sebaya, diharapkan peserta mampu meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam memfasilitasi
pelatihan bagi Pendidik Sebaya tentang program Generasi
Berencana (GenRe).
B. Khusus
Setelah mengikuti Diklat Teknis Pengelolaan PIK R/M bagi
pendidik sebaya, diharapkan peserta mampu :
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku peserta
terhadap Program Generasi Berencana (GenRe).
2. Meningkatkan keterampilan peserta sebagai Pendidik Sebaya
.
V. Kemampuan Yang Diharapkan
Sesuai dengan uraian tugas, maka peserta diharapkan :
A. Mampu memahami program Generasi Berencana (GenRe)
B. Mampu melaksanakan peran sebagai Pendidik Sebaya
C. Terampil melakukan penyuluhan dan pemberian informasi

VI. Pengalaman Belajar


Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan dapat :
A. Mempelajari Kebijakan Program GenRe dalam rangka
mewujudkan Generasi Berencana
1. Membahas Pengertian Program GenRe
2. Membahas Kebijakan Program GenRe
3. Membahas Strategi Program GenRe
4. Membahas Ciri-Ciri Generasi Berencana (Genre)

15
B. Mempelajari 8 Fungsi Keluarga
1. Membahas fungsi agama
2. Membahas fungsi sosial budaya
3. Membahas fungsi cinta dan kasih sayang
4. Membahas fungsi perlindungan
5. Membahas fungsi reproduksi
6. Membahas fungsi sosialisasi dan pendidikan
7. Membahas fungsi ekonomi
8. Membahas fungsi lingkungan
C. Mempelajari PUP
1. Membahas pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan
2. Membahas pentingnya Pendewasaan Usia Perkawinan dari
aspek kesehatan, ekonomi, psikologis, pendidikan dan
kependudukan
3. Membahas persiapan menjelang pernikahan
4. Membahas perencanaan keluarga
D. Mempelajari Seksualitas
1. Membahas konsep seksualitas
2. Membahas organ reproduksi laki-laki dan perempuan
3. Membahas pubertas
4. Membahas konsepsi dan kehamilan
5. Membahas perilaku seksual berisiko
E. Mempelajari HIV dan AIDS
1. Membahas konsep HIV dan AIDS
2. Membahas stadium HIV menjadi AIDS

16
3. Membahas transmisi HIV dan AIDS
4. Membahas pencegahan HIV dan AIDS
5. Membahas pemeriksaan atau tes HIV dan AIDS
6. Membahas komponen layanan HIV dan AIDS
7. Membahas stigma dan diskriminasi masyrakat
8. Membahas hal-hal yang dapat dilakukan oleh ODHIV
9. Membahas mitos dan fakta HIV dan AIDS
F. Mempelajari NAPZA
1. Membahas pengertian Napza
2. Membahas jenis-Jenis Napza
3. Membahas penyalahgunaan Napza
G. Mempelajari Keterampilan Hidup
1. Membahas keterampilan fisik
2. Membahas keterampilan mental
3. Membahas keterampilan emosional
4. Membahas keterampilan spiritual
5. Membahas keterampilan kejuruan (vocational skills)
6. Membahas keterampilan menghadapi kesulitan (adversity
skills)
7. Mempraktikkan keterampilan hidup
H. Mempelajari Mekanisme Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
1. Mendiskusikan Pembentukan dan Pengembangan PIK
Remaja/Mahasiswa
2. Mendiskusikan Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa

17
3. Mendiskusikan Kiat-Kiat Pengembangan PIK Remaja/
Mahasiswa
4. Mendiskusikan Kemitraan
5. Mendiskusikan Mekanisme Pelayanan Rujukan
I. Mempelajari Prinsip-Prinsip Pendidik Sebaya
1. Membahas Syarat Pendidik Sebaya
2. Membahas Uraian Tugas Pendidik Sebaya
3. Membahas Persiapan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya
4. Membahas Penyelenggaraan Penyuluhan oleh Pendidik
Sebaya
5. Membahas Penyampaian Materi GenRe oleh PS Dalam
Kelompok Besar
6. Membahas Kiat-Kiat Sukses Menjadi Pendidik Sebaya
7. Membahas Contoh-Contoh Penyampaian Materi oleh
Pendidik Sebaya
J. Mempelajari Advokasi dan KIE PIK Remaja/Mahasiswa
1. Membahas pengertian, tujuan dan sasaran Advokasi dan
KIE
2. Membahas persamaan dan perbedaan Advokasi dan KIE
3. Membahas prinsip-prinsip Advokasi dan KIE
4. Membahas jenis-jenis Advokasi dan KIE
5. Membahas langkah-langkah merumuskan strategi
Advokasi Dan KIE
6. Terampil melakukan Advokasi dan KIE PIK
Remaja/Mahasiswa
K. Mempelajari Pencatatan dan Pelaporan
1. Membahas pengertian pencatatan dan pelaporan PIK
Remaja/Mahasiswa

18
2. Membahas materi pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/
Mahasiswa
3. Memahami tentang mekanisme pencatatan dan
pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa
4. Memahami tentang jenis-jenis dan petunjuk pengisian
formulir pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa
5. Memahami tentang data basis PIK Remaja/Mahasiswa
6. Terampil melakukan pencatatan dan pelaporan
L. Mempelajari Bina Suasana
1. Membahas Pengertian dan Tujuan Bina Suasana
2. Membahas Tahapan Bina Suasana
3. Membahas Jenis-Jenis Permainan Bina Suasana
4. Mempraktikkan Bina Suasana
M. Mempelajari Teknik Fasilitasi
1. Membahas konsep dasar fasilitasi
2. Membahas pendidikan orang dewasa
3. Membahas metode dan media pembelajaran
4. Membahas manajemen kelas
5. Mempraktikkan teknik fasilitasi
N. Rencana Tindak Lanjut
1. Membahas Pengertian Rencana Tindak Lanjut
2. Membahas Langkah-Langkah Pembuatan Rencana Tindak
Lanjut
3. Membahas Rencana Tindak Lanjut
4. Mempraktikkan Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

19
VII. Struktur dan Isi Materi
NO MATERI JUMLAH JAM
T P L JUMLAH
A. DASAR
1. Kebijakan Program Generasi 2 2
Berencana (GenRe)

B. INTI
2. 8 Fungsi Keluarga 2 2
3. PUP 2 2 4
4. TRIAD KRR 3 3 6
5. Keterampilan Hidup 2 2
6. Mekanisme pengelolaan PIK 2 2
Remaja/Mahasiswa
7. Prinsip-Prinsip Pendidik Sebaya 2 2 4
8. Advokasi dan KIE PIK 2 2
Remaja/Mahasiswa
9. Pencatatan dan Pelaporan 1 1 2

C. PENUNJANG
10. Bina Suasana 1 1 2
11. Teknik Fasilitasi 1 1 2
12. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 1 2

Lain-lain:
- Pembukaan 1 1
- Pre Tes 1 1
- Post Tes 1 1
- Penutupan 1 1

JUMLAH 25 11 36

Catatan :
1. Waktu Pelatihan 36 JP (1 JP = 45)
2. Lama Pelatihan 5 hari efektif
3. T = Teori, P = Praktek, L = Lapangan

20
VIII. Strategi Pelatihan

PRA PELATIHAN PELAKSANAAN PELATIHAN TINDAK LANJUT TUJUAN


2 MINGGU 5 HARI (36 JP) 3-6 BULAN

Pengkondisian Pembekalan Teoritis Materi Aplikasi


Peserta

Persiapan Bina 1. PUP - Monitoring


1. Kebijakan Program
administrasi dan suasana 2. TRIAD KRR RTL
Generasi Berencana
edukatif (GenRe) 3. Prinsip-
Kontrak Prinsip - Pembinaan
2. 8 Fungsi Keluarga
- Penentuan peserta belajar Pendidik peserta
3. PUP Meningkatkan
Sebaya Pascadiklat
4. TRIAD KRR pengetahuan,
- Pemanggilan Pretest 5. Keterampilan Hidup 4. Pencatatan
peserta - Evaluasi sikap, dan
6. Mekanisme pengelolaan dan
Postest Pelaporan Pascadiklat keterampilan
PIK Remaja/Mahasiswa
- Persiapan materi 7. Prinsip-Prinsip Pendidik 5. Bina Suasana peserta dalam
dan media Sebaya 6. Teknik menjadi
pembelajaran 8. Advokasi dan KIE PIK Fasilitasi Pendidik Sebaya
Remaja/Mahasiswa 7. Rencana
- Persiapan lokasi 9. Pencatatan dan Tindak Lanjut
praktik lapangan Pelaporan (RTL)
10. Bina Suasana
11. Teknik Fasilitasi
12. Rencana Tindak Lanjut
(RTL)

21
IX. Penilaian Pelatihan

Selama pelatihan akan dilakukan beberapa penilaian, antara


lain:

A. Penilaian terhadap peserta :

1. Untuk mengukur tingkat kemampuan dilakukan dengan


pretes dan postest

2. Untuk mengukur sikap akan dilakukan pengamatan oleh tim


fasilitator selama proses pelatihan

3. Untuk mengukur keterampilan dilihat dari aspek


psikomotorik melalui penugasan di kelas dan selama praktik
lapangan.

B. Penilaian terhadap pengajar

Selama pelatihan peserta akan diberikan kesempatan untuk


menilai penampilan pengajar

C. Penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan

Peserta memberikan penilaian terhadap proses belajar mengajar,


sarana dan prasarana, akomodasi serta aspek pendukung lain
selama pelatihan

X. Kriteria Keberhasilan

Ukuran keberhasilan dalam pelatihan ini apabila peserta


menunjukkan peningkatan kemampuan, semangat belajar yang
tinggi dan terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran. Kriteria
keberhasilan dapat diukur apabila minimal 60% peserta mencapai
nilai akhir (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) rata-rata baik.

22
XI. Modifikasi Kurikulum

Kurikulum ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan lapangan


dan atau menambah muatan lokal, tanpa mengurangi tujuan
pelatihan.

LAMPIRAN: Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD)/GBPP

23
24





I. Rasional
Permasalahan Remaja yang ada saat ini sangat komplek dan
mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukan dengan masih rendahnya
pengetahuan remaja tentang pentingnya menjaga ketahanan
kesehatan reproduksi. Jika hal ini diabaikan akan berdampak pada
meningkatnya jumlah remaja yang terkena masalah kesehatan
reproduksi.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) penelitian remaja mengaku mempunyai teman yang pernah
melakukan hubungan seksual pranikah Usia 14-19 tahun
(perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), Usia 20-24 tahun (perempuan
48,6%, laki-laki 46,5%). Data ini menunjukan bahwa masalah
kesehatan reproduksi dikalangan remaja jika diabaikan akan
berpengaruh besar pada pertumbuhan penduduk dan masa depan
bangsa.
Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, pemerintah (cq.
BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan Program
Generasi Berencana (GenRe) yang telah tercantum dalam RPJMN
2010-2014. Sehingga kedudukan program Generasi Berencana
(GenRe) sangat penting dan strategis dalam mewujudakan visi
BKKBN yakni Penduduk tumbuh seimbang tahun 2015 dengan
misi mewujudkan pembangunan yang berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

25
Pendekatan penggarapan remaja tetap mengacu pada program
yang telah dikembangkan melalui pengembangan kelompok PIK
Remaja/Mahasiswa dengan menjadikan remaja sebagai pengelola,
pendidik dan konselor sebaya sehingga kelompok ini dikelola dari,
oleh, dan untuk remaja/mahasiswa.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan
reproduksi, menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah
dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, maka
pelayanan konseling sangat diperlukan remaja. Meskipun
kepedulian pemerintah, masyarakat maupun LSM dalam
memperluas penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi sudah semakin meningkat, namun dalam akses
pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain
disebabkan keterbatasan jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi
remaja. Disamping itu, kemampuan tenaga konselor dalam
memberikan konseling kepada remaja di pusat-pusat pelayanan
informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih
terbatas.
Atas dasar itulah maka guna mendukung kemampuan SDM dalam
melakukan konseling program GenRe, maka perlu disiapkan tenaga
yang terlatih melalui pelatihan konselor. Agar penyelenggaraan
pelatihan dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka disusunlah
panduan kurikulum pelatihan tersebut untuk dapat dipakai sebagai
acuan oleh seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan pelatihan Pendidik
Sebaya bagi remaja dan atau mahasiswa, agar penyelenggaraan
pelatihan dapat mencapai tujuan. Untuk itu, maka disusunlah
Kurikulum Diklat Teknis Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa Bagi
Konselor Sebaya.

26
II. Peserta
A. Peserta
1. Remaja yang aktif di lingkungan pendidikan formal (Sekolah,
Perguruan Tinggi)
2. Remaja yang aktif di lingkungan pendidikan non formal
(LSM, Organisasi Masyarakat, Organisasi Keagamaan)
B. Persyaratan
1. Remaja yang telah mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya.
2. Remaja yang memiliki komitmen terhadap program
Generasi Berencana (GenRe)
3. Bersedia menjadi Konselor Sebaya.

III. Uraian Tugas


Setelah mengikuti pelatihan Konselor Sebaya, tugas yang akan
dilakukan adalah
A. Penyuluh program Generasi Berencana (GenRe)
B. Konselor program Generasi Berencana (GenRe)

IV. Tujuan
A. Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta
sebagai Konselor Sebaya tentang program GenRe.
B. Khusus
Setelah mengikuti pelatihan Konselor Sebaya peserta
diharapkan :

27
1. Meningkatkan pengetahuan tentang program Generasi
Berencana (GenRe)
2. Meningkatkan kemampuan sebagai Konselor Sebaya
3. Terampil dalam melakukan konseling dan penyuluhan
Generasi Berencana (GenRe)

V. Kemampuan Yang Diharapkan


Sesuai dengan uraian tugas, maka peserta diharapkan :
A. Mampu memahami program Generasi Berencana (GenRe)
B. Mampu melaksanakan peran sebagai Konselor
C. Terampil melakukan penyuluhan dan konseling

VI. Pengalaman Belajar


Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan dapat :
A. Mempelajari Kebijakan Program GenRe dalam rangka
mewujudkan Generasi Berencana
1. Membahas Pengertian Program GenRe
2. Membahas Kebijakan Program GenRe
3. Membahas Strategi Program GenRe
4. Membahas Ciri-Ciri Generasi Berencana (Genre)
B. Mempelajari 8 Fungsi Keluarga
1. Membahas fungsi agama
2. Membahas fungsi sosial budaya
3. Membahas fungsi cinta dan kasih sayang
4. Membahas fungsi perlindungan

28
5. Membahas fungsi reproduksi
6. Membahas fungsi sosialisasi dan pendidikan
7. Membahas fungsi ekonomi
8. Membahas fungsi lingkungan
C. Mempelajari PUP
1. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang pengertian PUP
2. Menjelaskan tentang pentingnya PUP dari aspek kesehatan,
ekonomi, psikologis, pendidikan dan kependudukan
3. Menjelaskan tentang hal-hal penting yang perlu disiapkan
menjelang pranikah
4. Menjelaskan tentang perencanaan keluarga
D. Mempelajari Seksualitas
1. Membahas konsep seksualitas
2. Membahas organ reproduksi laki-laki dan perempuan
3. Membahas pubertas
4. Membahas konsepsi dan kehamilan
5. Membahas perilaku seksual berisiko
E. Mempelajari HIV dan AIDS
1. Membahas konsep HIV dan AIDS
2. Membahas stadium HIV menjadi AIDS
3. Membahas transmisi HIV dan AIDS
4. Membahas pencegahan HIV dan AIDS
5. Membahas pemeriksaan HIV dan AIDS
6. Membahas pengobatan HIV dan AIDS
7. Membahas stigma dan diskriminasi masyrakat
8. Membahas hal-hal yang dapat dilakukan oleh ODHIV

29
F. Mempelajari NAPZA
1. Membahas pengertian Napza
2. Membahas jenis-Jenis Napza
3. Membahas penyalahgunaan Napza
G. Mempelajari Keterampilan Hidup
1. Membahas keterampilan fisik
2. Membahas keterampilan mental
3. Membahas keterampilan emosional
4. Membahas keterampilan spiritual
5. Membahas keterampilan kejuruan (vocational skills)
6. Membahas keterampilan menghadapi kesulitan (adversity
skills)
7. Mempraktikkan keterampilan hidup
H. Mempelajari Konselor Sebaya
1. Membahas prinsip-prinsip dalam konseling
2. Membahas pengertian konselor sebaya
3. Membahas syarat-syarat konselor sebaya
4. Membahas keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor
sebaya
5. Membahas langkah-langkah konseling
6. Membahas tempat konseling
I. Mempelajari Pencatatan dan Pelaporan
1. Membahas pengertian pencatatan dan pelaporan PIK
Remaja/Mahasiswa
2. Membahas materi pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/
Mahasiswa

30
3. Memahami tentang mekanisme pencatatan dan pelaporan
PIK Remaja/Mahasiswa
4. Memahami tentang jenis-jenis dan petunjuk pengisian
formulir pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa
5. Memahami tentang data basis PIK Remaja/Mahasiswa
6. Terampil melakukan pencatatan dan pelaporan
J. Mempelajari Bina Suasana
1. Membahas Pengertian dan Tujuan Bina Suasana
2. Membahas Tahapan Bina Suasana
3. Membahas Jenis-Jenis Permainan Bina Suasana
4. Mempraktikkan Bina Suasana
K. Mempelajari Teknik Fasilitasi
1. Membahas konsep dasar fasilitasi
2. Membahas pendidikan orang dewasa
3. Membahas metode dan media pembelajaran
4. Membahas manajemen kelas
5. Mempraktikkan teknik fasilitasi
L. Rencana Tindak Lanjut
1. Membahas Pengertian Rencana Tindak Lanjut
2. Membahas Langkah-Langkah Pembuatan Rencana Tindak
Lanjut
3. Membahas Rencana Tindak Lanjut
4. Mempraktikkan Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

31
VII. Struktur Isi dan Materi

NO MATERI JUMLAH JAM


T P L JUMLAH
A. DASAR
1. Kebijakan Program Generasi 2 2
Berencana (GenRe)

B. INTI
2. 8 Fungsi Keluarga 2 2 4
3. PUP 2 2 4
4. TRIAD KRR 3 3 6
5. Keterampilan Hidup 2 2
6. Konselor Sebaya 2 3 5
7. Pencatatan dan Pelaporan 1 1 2

C. PENUNJANG
8. Bina Suasana 1 1 2
9. Teknik Fasilitasi 1 2 3
10. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 1 2

Lain-lain:
- Pembukaan 1 1
- Pre Tes 1 1
- Post Tes 1 1
- Penutupan 1 1

JUMLAH 21 15 36

Catatan :
1. Waktu Pelatihan 36 JP (1 JP = 45)
2. Lama Pelatihan 5 hari efektif
3. T = Teori, P = Praktik, L = Lapangan

32
VIII. Strategi Pelatihan

PRA PELATIHAN PELAKSANAAN PELATIHAN TINDAK LANJUT TUJUAN


2 MINGGU 5 HARI (36 JP) 3-6 BULAN

Pengkondisian Pembekalan Teoritis Materi Aplikasi


Peserta

Persiapan Bina 1. 8 Fungsi - Monitoring


1. Kebijakan Program
administrasi dan suasana Keluarga RTL
Generasi Berencana
edukatif (GenRe) 2. PUP
Kontrak 3. TRIAD KRR - Pembinaan
2. 8 Fungsi Keluarga
- Penentuan peserta belajar 4. Konselor peserta
3. PUP Meningkatkan
Sebaya Pascadiklat
4. TRIAD KRR pengetahuan,
- Pemanggilan Pretest 5. Keterampilan Hidup 5. Pencatatan
peserta - Evaluasi sikap, dan
6. Konselor Sebaya dan
Postest Pelaporan Pascadiklat keterampilan
7. Pencatatan dan
- Persiapan materi Pelaporan Pencatatan Pencatatan peserta dalam
dan media dan Pelaporan dan menjadi
pembelajaran 8. Bina Suasana Pelaporan Konselor Sebaya
9. Teknik Fasilitasi 6. Bina
- Persiapan lokasi 10. Rencana Tindak Lanjut Suasana
praktik lapangan (RTL) 7. Teknik
Fasilitasi
8. Rencana
Tindak
Lanjut (RTL)

33
IX. Penilaian Pelatihan

Selama pelatihan akan dilakukan beberapa penilaian, antara


lain :

1. Penilaian terhadap peserta :

a. Untuk mengukur tingkat kemampuan dilakukan dengan


pretes dan postest

b. Untuk mengukur sikap akan dilakukan pengamatan oleh tim


fasilitator selama proses pelatihan

c. Untuk mengukur keterampilan dilihat dari aspek


psikomotorik melalui penugasan di kelas dan selama praktik
lapangan.

2. Penilaian terhadap pengajar

Selama pelatihan peserta akan diberikan kesempatan untuk


menilai penampilan pengajar

3. Penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan

Peserta memberikan penilaian terhadap proses belajar


mengajar, sarana dan prasarana, akomodasi serta aspek
pendukung lain selama pelatihan

X. Kriteria Keberhasilan

Ukuran keberhasilan dalam pelatihan ini apabila peserta


menunjukkan peningkatan kemampuan, semangat belajar yang
tinggi dan terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran. Kriteria
keberhasilan dapat diukur apabila minimal 60% peserta mencapai
nilai akhir (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) rata-rata baik.

34
XI. Modifikasi Kurikulum

Kurikulum ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan


lapangan dan atau menambah muatan lokal, tanpa mengurangi
tujuan pelatihan.

LAMPIRAN: Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD)/GBPP

35
36
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Kebijakan Program Generasi Berencana (GenRe)
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian program GenRe, tujuan program GenRe, sasaran program GenRe, arah program GenRe, kebijakan dan strategi
program GenRe, ciri-ciri GenRe
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami Kebijakan Program GenRe

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Pengertian Program 1.1. Pengertian Program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program GenRe GenRe
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

2. Menjelaskan tentang tujuan 2. Tujuan Program 2.1. Tujuan Umum 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.2. Tujuan Khusus 3. Whiteboard
4. Laptop

3. Menjelaskan tentang sasaran 3. Sasaran program 3. Sasaran program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Whiteboard
4. Laptop

4. Menjelaskan tentang arah 4 Arah program 4.1. PIK Remaja/Mahasiswa 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe 4.2. Bina Keluarga Remaja
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

37
5. Menjelaskan tentang Kebijakan 5. Kebijakan dan 5.1. Kebijakan Program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit

38
dan strategi Program GenRe strategi Program 5.2. Strategi program GenRe
GenRe 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

6. Menjelaskan tentang ciri-ciri 6. Ciri-ciri GenRe 6.1. Ciri-ciri GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
GenRe
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Delapan Fungsi Keluarga
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang fungsi agama,fungsi sosial budaya ,fungsi cinta dan kasih sayang, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
:
pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan.

5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami Delapan Fungsi Keluarga
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku 8 Fungsi Keluarga,


Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang fungsi agama 1. Fungsi agama 1.1. Konsep Dasar 15 menit 2013
1. Ceramah 1. LCD
2. Tanya Jawab 2. Handout
1.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Flipchart
agama
4. Laptop

2. Menjelaskan tentang fungsi sosial 2. Fungsi Sosial Budaya 2.1. Konsep Dasar 15 menit
1. Ceramah 1. LCD
budaya
2. Tanya Jawab 2. Handout
2.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Whiteboard
sosial budaya
4. Laptop

3. Menjelaskan tentang fungsi cinta 3. Fungsi Cinta dan 3.1. Konsep Dasar 10 menit
1. Ceramah 1. LCD
dan kasih sayang Kasih Sayang
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Flipchart
cinta dan kasih sayang
4. Laptop

4. Menjelaskan tentang fungsi 4. Fungsi Perlindungan 3.1. Konsep Dasar 10 menit


1. Ceramah 1. LCD
perlindungan
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Flipchart
perlindungan
4. Laptop

39
5. Menjelaskan tentang fungsi 5 Fungsi Reproduksi 3.1. Konsep Dasar 10 menit
1. Ceramah 1. LCD

40
reproduksi
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Reproduksi 4. Laptop

6. Menjelaskan tentang fungsi 6 Fungsi Sosialisasi 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
sosialisasi dan pendidikan dan Pendidikan 2 Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Sosialisasi dan Pendidikan 4. Laptop

7. Menjelaskan tentang fungsi 7 Fungsi Ekonomi 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
ekonomi 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Ekonomi 4. Laptop

8. Menjelaskan tentang fungsi 8 Fungsi Lingkungan 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
lingkungan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Lingkungan 4. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Pendewasaan Usia Perkawinan
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang pengertian dan tujuan Pendewasaan Usia Perkawinan, pentingnya PUP dari aspek kesehatan, ekonomi, psikologis, pendidikan
:
5. Tujuan Pembelajaran dan kependudukan; persiapan menjelang pernikahan; perencanaan keluarga.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Pendewasaan Usia Perkawinan,
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku PUP, 2010


Peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian 1. Pengertian dan 1.1.
Pengertian PUP 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
Pendewasaan Usia Perkawinan tujuan 1.2.
Pendewasaan Usia Tujuan PUP 2. Tanya Jawab 2. Handout
Perkawinan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
2. Menjelaskan pentingnya PUP dari 2. Pentingnya PUP dari 2.1. Kesehatan
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
aspek kesehatan, ekonomi, aspek kesehatan, 2.2. Ekonomi
psikologis, pendidikan dan ekonomi, psikologis, 2. Tanya Jawab 2. Handout
kependudukan pendidikan dan 2.3. Psikologis
3. Curah Pendapat 3. Laptop
kependudukan 2.4. Pendidikan
2.5. Kependudukan
3. Menjelaskan persiapan menjelang 3. Persiapan 3.1. Pemeriksaan kesehatan
pernikahan menjelang pranikah
1. Ceramah 1. LCD 20 menit
pernikahan
3.2. Persiapan gizi
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.3. Imunisasi Tetanus Toxoid 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.4. Lain-lain

4. Menjelaskan perencanaan 4. Perencanaan 4.1. Masa menunda perkawinan


1. Ceramah 1. LCD 20 menit
keluarga keluarga
4.2. dan kehamilan
2. Tanya Jawab 2. Handout
4.3. Masa menjarangkan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kehamilan

4.4. Masa mengakhiri kehamilan

41
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

42
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Seksualitas
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep seksualitas, organ reproduksi laki-laki dan perempuan, pubertas, konsepsi dan kehamilan, serta perilaku berisiko.

5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Seksualitas.

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat: 1. Buku Mengenal dan


1. Menjelaskan dengan baik dan 1. Konsep seksualitas 1.1. Konsep seksualitas Menanggulangi HIV,
1. Ceramah 1. LCD 18 menit AIDS, Infeksi Menular
benar tentang konsep seksualitas
2. Tanya Jawab 2. Handout Seksual dan Narkoba
3. Curah Pendapat 3. Laptop
2. Modul Pelatihan
2. Menjelaskan tentang organ 2. Organ reproduksi 2.1. Laki-laki Pelayanan Kesehatan
1. Ceramah 1. LCD 18 menit Peduli Remaja (PKPR)
reproduksi laki-laki dan laki-laki dan 2.2. Perempuan
perempuan perempuan 2. Tanya Jawab 2. Handout Bagi Konselor Sebaya,
3. Curah Pendapat 3. Laptop 2011

3. Menjelaskan tentang pubertas 3. Pubertas 3.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 18 menit


3.2. Perubahan psikologis pada 2. Tanya Jawab 2. Handout
remaja 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.3. Perubahan yang terjadi pada
masa pubertas

4. Menjelaskan tentang konsepsi dan 4. Konsepsi dan 4.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
kehamilan kehamilan 4.2. Proses kehamilan 2. Tanya Jawab 2. Handout
4.3. Tanda-tanda kehamilan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
4.4. Keadaan ideal untuk hamil

4.5. Perawatan kehamilan


4.6. Persalinan
4.7. Pasca persalinan

5. Menjelaskan tentangperilaku 5. Perilaku berisiko 5.1. Seks pranikah 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
berisiko 5.2. Penyimpangan perilaku seksual 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : HIV/AIDS
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang konsep HIV dan AIDS, perjalanan infeksi HIV, transmisi HIV, pencegahan HIV, pemeriksaan atau tes HIV, pengobatan HIV dan
:
AIDS, stigma dan diskriminasi masyarakat, hal-hal yang dapat dilakukan oleh Orang Dengan HIV (ODHIV) dan masyarakat, mitos dan fakta HIV dan AIDS.
5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami HIV/AIDS
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku Mengenal dan


Peserta dapat:
1. Menjelaskan dengan baik dan 1. Konsep HIV dan 1.1. Konsep HIV dan AIDS 1. Ceramah Menanggulangi HIV,
1. LCD 10 menit AIDS, Infeksi Menular
benar tentang konsep HIV dan AIDS 2. Tanya Jawab
AIDS 2. Handout Seksual dan Narkoba
3. Curah Pendapat 2. Pedoman Nasional
3. Laptop
Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi
2. Menjelaskan tentang stadium HIV 2. Stadium HIV 2.1. Stadium 1 1. Ceramah 1. LCD 10 menit Antiretroviral Pada
menjadi AIDS menjadi AIDS 2.2. Stadium 2 2. Tanya Jawab Orang Dewasa. Jakarta,
2. Handout
2011.
2011
2.3. Stadium 3
2.4. Stadium 4 3. Curah Pendapat
3. Laptop

3. Menjelaskan tentang transmisi HIV 3. Transmisi HIV dan 3.1. Media penularan 1. Ceramah
1. LCD 10 menit
dan AIDS AIDS 3.2. Cara penularan 2. Tanya Jawab
2. Handout
3.3. Perilaku yang berisiko 3. Curah Pendapat 3. Laptop
menularkan HIV dan AIDS

4. Menjelaskan tentang pencegahan 4. Pencegahan HIV 4.1. Metode ABCDE 1. Ceramah


1. LCD 10 menit
HIV dan AIDS dan AIDS 4.2. Pengurangan dampak buruk 2. Tanya Jawab
2. Handout
NAPZA (Harm Reduction) 3. Curah Pendapat 3. Laptop
4.3. Pencegahan transmisi dari
orangtua ke anak (Metode
PMTCT)
4.4. Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan
Agar Tidak Tertular HIV dan
AIDS

43
44
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan 5. Pemeriksaan atau 5.1. Tes darah 1. Ceramah
1. LCD 10 menit
atau tes HIV dan AIDS tes HIV dan AIDS 5.2. Syarat tes 2. Tanya Jawab
2. Handout
5.3. Prosedur tes 3. Curah Pendapat 3. Laptop

6. Menjelaskan tentang komponen 6. Komponen layanan 6.1. 1. Ceramah


Konseling dan Tes HIV 1. LCD 10 menit
layanan HIV dan AIDS HIV dan AIDS 6.2. Pemeriksaan Laboratorium 2. Tanya Jawab
2. Handout
Untuk Tes HIV 3. Curah Pendapat 3. Laptop
6.3. Infeksi Menular Seksual (IMS)

6.4. Aspek Pencegahan dalam


Pengobatan

6.5. Kesiapan menerima terapi


antiretroviral

7. Peserta dapat menjelaskan 7. Stigma dan 7. Stigma dan diskriminasi 1. Ceramah


1. LCD 10 menit
tentang stigma dan diskriminasi diskriminasi masyarakat 2. Tanya Jawab
masyarakat masyarakat 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

Menjelaskan tentang hal-hal yang Hal-hal yang dapat 1. Ceramah


8. 8. 8.1. Oleh ODHIV 1. LCD 10 menit
dapat dilakukan dilakukan 2. Tanya Jawab
8.2. Oleh Masyarakat 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

Menjelaskan tentang mitos dan 1. Ceramah


9. 9. Mitos dan fakta 9. Mitos dan Fakta 1. LCD 10 menit
fakta 2. Tanya Jawab
2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Napza
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian, jenis-jenis dan penyalahgunaan Napza
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Napza
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pencegahan
1. Menjelaskan Pengertian Napza 1. Pengertian Napza 1.1. Pengertian Nnapza 1. Ceramah 1. LCD 30 menit Penyalahgunaan
2. Tanya Jawab 2. Handout Narkoba Sejak Usia Dini.
3. Curah Pendapat 3. Laptop Jakarta, 2007.
2. Menjelaskan tentang jenis-jenis 2. Jenis-jenis Napza 2.1. Narkotika 2. Advokasi Pencegahan
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Napza 2.2. Psikotropika Penyalahgunaan
2. Tanya Jawab 2. Handout Narkoba bagi Petugas
2.3. Zat Adiktif Lapas/Rutan. Jakarta,
3. Curah Pendapat 3. Laptop
2009.
3. Menjelaskan tentang 3. Penyalahgunaan 3.1. Penggolongan pemakai Napza 3. Mahasiswa dan Bahaya
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
penyalahgunaan Napza Napza 3.2. Ketergantungan Napza Narkotika. Jakarta,
2. Tanya Jawab 2. Handout 2012.
3.3. Tahap ketergantungan Napza 3. Curah Pendapat 3. Laptop 4. Pencegahan
Gejala petergantungan Napza Penyalahgunaan
3.4. Narkoba Bagi Remaja.
Dampak penyalahgunaan Napza Jakarta, 2012.
3.5.

45
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

46
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Life Skills
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep life skills, keterampilan fisik, keterampilan mental, keterampilan emosional, keterampilan spiritual, keterampilan kejuruan,
5. Tujuan Pembelajaran keterampilan menghadapi kesulitan.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Life Skills
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Life Skills, 2010
1. Menjelaskan konsep life skills 1. Konsep life skills 1.1. Konsep life skills 1. Ceramah 1. LCD 5 menit
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan tentang keterampilan 2. Keterampilan fisik 2.1. Keterampilan memahami tubuh 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
fisik dan merespon kebutuhan tubuh
sendiri.
2.2. Keterampilan mengatur pola 2. Tanya Jawab 2. Handout
makan dan olahraga
2.3. Keterampilan mengelola tidur 3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang keterampilan 3. Keterampilan 3.1. Keterampilan mempercayai dan 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
mental mental menghargai diri 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Keterampilan berfikir positif 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.3.
Keterampilan mengelola stress
3.4. Keterampilan mengambil
keputusan dan meemecahkan
4. Menjelaskan tentang keterampilan 4. Keterampilan 4.1. Keterampilan bersikap tegas 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
emosional emosional
4.2. Keterampilan berkomunikasi 2. Tanya Jawab 2. Handout
dengan orang lain 3. Curah Pendapat 3. Laptop

5. Menjelaskan tentang keterampilan 5. Keterampilan 5.1. Keterampilan memahami 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
spiritual spiritual kehidupan spiritual dalam
dirinya
5.2. Keterampilan menyadari 2. Tanya Jawab 2. Handout
kehidupan spiritual
5.3. Keterampilan melaksanakan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kehidupan spiritual

6. Menjelaskan tentang keterampilan 6. Keterampilan 6.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 10 menit


kejuruan kejuruan
6.2. Tujuan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
7. Menjelaskan tentang keterampilan 7. Keterampilan 7.1. Tipe keterampilan menghadapi 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
menghadapi kesulitan menghadapi kesulitan 2. Tanya Jawab 2. Handout
kesulitan 7.2. Dimensi keterampilan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
menghadapi kesulitan
7.3. Memperbaiki keterampilan
menghadapi kesulitan
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Mekanisme Pengelolaan PIK R/M
3. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran @ 45 menit = 180 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pembentukan dan pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa, pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa, kiat-kiat Pengembangan PIK
5. Tujuan Pembelajaran Remaja/Mahasiswa, kemitraan, dan mekanisme pelayanan rujukan.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami mekanisme pengelolaan PIK R/M
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pedoman
1. Menjelaskan tentang 1. Pembentukan dan 1. Pembentukan dan 1. Ceramah 1. LCD 20 menit Pengelolaan PIK
pembentukan dan pengembangan pengembangan PIK pengembangan PIK R/M 2. Tanya Jawab 2. Handout Remaja/Mahasiswa.
PIK R/M R/M 3. Curah Pendapat 3. Laptop Jakarta 2012.

2. Menjelaskan tentang pengelolaan 2. Pengelolaan PIK R/M 2.1. Tahap Tumbuh 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
PIK R/M 2.2. Tahap Tegak 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.3. Tahap Tegar 3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang kiat-kiat 3. Kiat-kiat 3.1. Tahap Tumbuh 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
Pengembangan PIK pengembangan PIK 3.2. Tahap Tegak 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa 3.3. Tahap Tegar 3. Curah Pendapat 3. Laptop

4. Menjelaskan tentang kemitraan 4. Kemitraan 4.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 40 menit


4.2. Prinsip-prinsip kemitraan 2. Tanya Jawab 2. Handout
4.3. Langkah dalam pengembangan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kemitraan

5. Menjelaskan tentang mekanisme 5. Mekanisme 5.1. Identifikasi tempat-tempat 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
pelayanan rujukan Pelayanan Rujukan pelayanan rujukan 2. Tanya Jawab 2. Handout
5.2. Kriteria sasaran/klien yang perlu 3. Curah Pendapat 3. Laptop
dirujuk
5.3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan rujukan
5.4. Sistem Pembiayaan di Tempat-
tempat Pelayanan Rujukan
5.5. Daftar Alamat Rujukan

47
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

48
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Advokasi dan KIE
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar advokasi dan KIE, persamaan dan perbedaan advokasi KIE, prinsip-prinsip advokasi dan KIE program GenRe, jenis-
5. Tujuan Pembelajaran jenis advokasi dan KIE, dan langkah-langkah merumuskan advokasi dan KIE.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami advokasi dan KIE.
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar 1. Konsep dasar 1.1. Pengertian advokasi dan KIE 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
advokasi dan KIE program GenRe advokasi dan KIE 1.2. Tujuan advokasi dan KIE 2. Tanya Jawab 2. Handout
program GenRe 1.3. Sasaran advokasi dan KIE 3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan tentang persamaan 2. Persamaan dan 2.1. Persamaan advokasi dan KIE 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
dan perbedaan advokasi KIE perbedaan advokasi 2.2. Perbedaan advokasi dan KIE 2. Tanya Jawab 2. Handout
program GenRe KIE program GenRe 3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang prinsip- 3. Prinsip-prinsip 3.1. Realistis 1. Ceramah 1. LCD 20 menit


prinsip advokasi dan KIE program advokasi dan KIE 3.2. Sistematis 2. Tanya Jawab 2. Handout
GenRe 3.3. Taktis 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.4. Strategis
3.5. Berani

4. Menjelaskan tentang jenis-jenis 4. Jenis-jenis advokasi 4.1. Jenis-jenis advokasi 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
advokasi dan KIE dan KIE
4.2. Jenis-jenis KIE 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

5. Menjelaskan tentang langkah- 5. Langkah-langkah 5.1. Identifikasi kebutuhan advokasi 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
langkah merumuskan advokasi dan merumuskan dan KIE
KIE program GenRe advokasi dan KIE
program GenRe
5.2. Analisis masalah advokasi dan 2. Tanya Jawab 2. Handout
KIE
5.3. Analisis sasaran advokasi dan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
KIE
Penetapan tujuan advokasi dan
5.4. KIE

Pengemasan dan Penyampaian


5.5. isi pesan advokasi dan KIE
5.6. Teknik advokasi dan KIE
5.7. Strategi advokasi dan KIE
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Pencatatan dan Pelaporan
3. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran @ 45 menit = 180 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, materi pencatatan dan pelaporan, mekanisme pencatatan dan
5. Tujuan Pembelajaran pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, jenis dan petunjuk pengisian formulir pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, data basis PIK Remaja/Mahasiswa

a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami pencatatan dan pelaporan
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pedoman
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Pengertian 1.1. Pengertian pencatatan dan 1. Ceramah 1. LCD 20 menit Pengelolaan PIK
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan pelaporan PIK 2. Tanya Jawab 2. Handout Remaja/Mahasiswa.
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa 3. Curah Pendapat 3. Laptop Jakarta 2012.
Remaja/Mahasiswa

2. Menjelaskan tentang materi 2. Materi pencatatan 2.1. Materi pencatatan 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
pencatatan dan pelaporan dan pelaporan 2.2. Materi pelaporan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang mekanisme 3. Mekanisme 3.1. Mekanisme pencatatan 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan 3.2. Mekanisme pelaporan 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK 3. Curah Pendapat 3. Laptop
Remaja/Mahasiswa

4. Menjelaskan tentang jenis dan 4. Jenis dan petunjuk 4.1. Jenis formulir 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
petunjuk pengisian formulir pengisian formulir
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan 4.2. Petunjuk pengisia formulir 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK 3. Curah Pendapat 3. Laptop
Remaja/Mahasiswa

5. Menjelaskan tentang data basis 5. Data basis PIK 5.1. Data basis PIK 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
PIK Remaja/Mahasiswa Remaja/Mahasiswa Remaja/Mahasiswa

2. Tanya Jawab 2. Handout


3. Curah Pendapat 3. Laptop

49
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

50
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja Bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Bina Suasana
3. Alokasi Waktu : Mata Pelajaran
2 Jamdiklat @ 45 menit
ini membahas = 90 menit
tentang konsep bina suasana dan cara melakukan bina suasana.
4. Deskripsi Singkat :
5. Tujuan Pembelajaran
Peserta diharapkan mampu melakukan bina suasana
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Dinamika Kelompok,
Peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep bina suasana 1. Konsep bina 1.1. Pengertian Bina Suasana Modul Belajar Mandiri
1. Ceramah 1. LCD 45 menit bagi Widyaiswara,
suasana 1.2. Tujuan Bina Suasana
2. Tanya Jawab 2. Handout 2003.
1,3 Manfaat Bina Suasana 2. Bina Suasana, Pelatihan
3. Flipchart
1,4 Prinsip Bina Suasana Ketahanan Keluarga
4. Laptop Berwawasan Gender,
2006.
2. Menjelaskan cara melakukan bina 2. Cara melakukan 2.1. Teknik Pencairan
1. Ceramah 1. LCD 45 menit
suasana untuk menciptakan bina suasana untuk 2.2. Teknik Kerjasama
suasana belajar yang kondusif menciptakan 2. Tanya Jawab 2. Handout
suasana belajar 3. Whiteboard
yang kondusif
4. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Teknik Fasilitasi
3. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran @ 45 menit = 180 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar fasilitasi, pembelajaran orang dewasa, metode dan media pembelajaran dan manajemen kelas
:
5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan teknik fasilitasi
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat:
1. Peserta dapat menjelaskan konsep 1. Konsep dasar 1.1. Pengertian Fasilitasi 1. Buku Pendidikan Orang
1. Ceramah 1. LCD 45 menit
dasar fasilitasi fasilitasi 1.2. Tujuan Fasilitasi Dewasa, 2009
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Flipchart 2. Buku Belajar dan
Pembelajaran, 2010
4. Praktik 4. Laptop
2. Peserta dapat menjelaskan 2. Pembelajaran orang 2.1. Aspek-aspek pendidikan orang
pembelajaran orang dewasa dewasa dewasa 1. Ceramah 1. LCD 45 menit
2.2. Sikap dan gaya belajar orang
dewasa 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.3. Proses belajar orang dewasa
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
2.4. Faktor-faktor yang
4. Praktik 4. Laptop
mempengaruhi proses belajar
orang dewasa

3. Peserta dapat menjelaskan 3. Metode dan media 3.1. Metode pembelajaran


1. Ceramah 1. LCD 45 menit
metode dan media pembelajaran pembelajaran 3.2. Media pemebelajaran
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
4. Praktik 4. Whiteboard
5. Laptop

4. Peserta dapat menjelaskan 4. Manajemen kelas Manajemen kelas


1. Ceramah 1. LCD 45 menit
manajemen kelas
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Praktik 3. Laptop
4. Whiteboard

51
52
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja Bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Rencana Tindak Lanjut (RTL)
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat memahami tentang pengertian Rencana Tindak Lanjut, langkah-langkah pembuatan Rencana Tindak Lanjut
serta menyusun Out line rencana kegiatan
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat menyusun rencana tindak lanjut atau plan of action.

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat: 1. Pedoman pelatihan /


1. Menjelaskan pengertian Rencana 1. Pengertian Rencana 1.1. Konsep dan definisi RTL dokumen perencanaan
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Tindak Lanjut Tindak Lanjut
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

2. Menjelaskan langkah-langkah 2. Langkah-langkah 2.1. Identifikasi masalah 1. Ceramah 1. LCD 30 menit


pembuatan Rencana Tindak Lanjut pembuatan 2.2. Identifikasi potensi
Rencana Tindak 2. Tanya Jawab 2. Handout
Lanjut 2.3 Penetapan prioritas masalah 3. Whiteboard
4. Laptop
2.4 Analisis penyebab
2.5 Alternatif pemecahan masalah

3. Menyusun rencana kegiatan 3. Rencana kegiatan 3.1. Menyusun Rencana Tindak 1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Lanjut sesuai outline
2. Tanya Jawab 2. Handout
3 Praktek menyusun 3. Flipchart
RTL 4. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Kebijakan Program Generasi Berencana (GenRe)
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian program GenRe, tujuan program GenRe, sasaran program GenRe, arah program GenRe, kebijakan dan strategi
program GenRe, ciri-ciri GenRe
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami Kebijakan Program GenRe

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Pengertian Program 1.1. Pengertian Program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program GenRe GenRe
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

2. Menjelaskan tentang tujuan 2. Tujuan Program 2.1. Tujuan Umum 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.2. Tujuan Khusus 3. Whiteboard
4. Laptop

3. Menjelaskan tentang sasaran 3. Sasaran program 3. Sasaran program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Whiteboard
4. Laptop

4. Menjelaskan tentang arah 4 Arah program 4.1. PIK Remaja/Mahasiswa 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe 4.2. Bina Keluarga Remaja
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

53
5. Menjelaskan tentang Kebijakan 5. Kebijakan dan 5.1. Kebijakan Program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit

54
dan strategi Program GenRe strategi Program 5.2. Strategi program GenRe
GenRe 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

6. Menjelaskan tentang ciri-ciri 6. Ciri-ciri GenRe 6.1. Ciri-ciri GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
GenRe
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Delapan Fungsi Keluarga
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang fungsi agama,fungsi sosial budaya ,fungsi cinta dan kasih sayang, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
:
pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan.

5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami Delapan Fungsi Keluarga
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku 8 Fungsi Keluarga,


Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang fungsi agama 1. Fungsi agama 1.1. Konsep Dasar 15 menit 2013
1. Ceramah 1. LCD
2. Tanya Jawab 2. Handout
1.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Flipchart
agama
4. Laptop

2. Menjelaskan tentang fungsi sosial 2. Fungsi Sosial Budaya 2.1. Konsep Dasar 15 menit
1. Ceramah 1. LCD
budaya
2. Tanya Jawab 2. Handout
2.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Whiteboard
sosial budaya
4. Laptop

3. Menjelaskan tentang fungsi cinta 3. Fungsi Cinta dan 3.1. Konsep Dasar 10 menit
1. Ceramah 1. LCD
dan kasih sayang Kasih Sayang
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Flipchart
cinta dan kasih sayang
4. Laptop

4. Menjelaskan tentang fungsi 4. Fungsi Perlindungan 3.1. Konsep Dasar 10 menit


1. Ceramah 1. LCD
perlindungan
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi
3. Flipchart
perlindungan
4. Laptop

55
5. Menjelaskan tentang fungsi 5 Fungsi Reproduksi 3.1. Konsep Dasar 10 menit
1. Ceramah 1. LCD

56
reproduksi
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Reproduksi 4. Laptop

6. Menjelaskan tentang fungsi 6 Fungsi Sosialisasi 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
sosialisasi dan pendidikan dan Pendidikan 2 Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Sosialisasi dan Pendidikan 4. Laptop

7. Menjelaskan tentang fungsi 7 Fungsi Ekonomi 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
ekonomi 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Ekonomi 4. Laptop

8. Menjelaskan tentang fungsi 8 Fungsi Lingkungan 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
lingkungan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Lingkungan 4. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Pendewasaan Usia Perkawinan
3. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran @ 45 menit = 180 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang pengertian dan tujuan Pendewasaan Usia Perkawinan, pentingnya PUP dari aspek kesehatan, ekonomi, psikologis, pendidikan
:
5. Tujuan Pembelajaran dan kependudukan; persiapan menjelang pernikahan; perencanaan keluarga.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Pendewasaan Usia Perkawinan,
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku PUP, 2010


Peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian 1. Pengertian dan 1.1.
Pengertian PUP 1. Ceramah 1. LCD 45 menit
Pendewasaan Usia Perkawinan tujuan 1.2.
Pendewasaan Usia Tujuan PUP 2. Tanya Jawab 2. Handout
Perkawinan 3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan pentingnya PUP dari 2. Pentingnya PUP dari 2.1. Kesehatan


1. Ceramah 1. LCD 45 menit
aspek kesehatan, ekonomi, aspek kesehatan, 2.2. Ekonomi
psikologis, pendidikan dan ekonomi, psikologis, 2. Tanya Jawab 2. Handout
kependudukan pendidikan dan 2.3. Psikologis
3. Curah Pendapat 3. Laptop
kependudukan 2.4. Pendidikan
2.5. Kependudukan
3. Menjelaskan persiapan menjelang 3. Persiapan 3.1. Pemeriksaan kesehatan
pernikahan menjelang pranikah
1. Ceramah 1. LCD 45 menit
pernikahan
3.2. Persiapan gizi
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.3. Imunisasi Tetanus Toxoid 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.4. Lain-lain
4. Menjelaskan perencanaan 4. Perencanaan 4.1. Masa menunda perkawinan
1. Ceramah 1. LCD 45 menit
keluarga keluarga 4.2. dan kehamilan
2. Tanya Jawab 2. Handout
4.3. Masa menjarangkan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kehamilan

4.4. Masa mengakhiri kehamilan

57
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

58
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Seksualitas
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep seksualitas, organ reproduksi laki-laki dan perempuan, pubertas, konsepsi dan kehamilan, serta perilaku berisiko.

5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Seksualitas.

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat: 1. Buku Mengenal dan


1. Menjelaskan dengan baik dan 1. Konsep seksualitas 1.1. Konsep seksualitas Menanggulangi HIV,
1. Ceramah 1. LCD 18 menit AIDS, Infeksi Menular
benar tentang konsep seksualitas
2. Tanya Jawab 2. Handout Seksual dan Narkoba
3. Curah Pendapat 3. Laptop
2. Modul Pelatihan
2. Menjelaskan tentang organ 2. Organ reproduksi 2.1. Laki-laki Pelayanan Kesehatan
1. Ceramah 1. LCD 18 menit Peduli Remaja (PKPR)
reproduksi laki-laki dan laki-laki dan 2.2. Perempuan
perempuan perempuan 2. Tanya Jawab 2. Handout Bagi Konselor Sebaya,
3. Curah Pendapat 3. Laptop 2011

3. Menjelaskan tentang pubertas 3. Pubertas 3.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 18 menit


3.2. Perubahan psikologis pada 2. Tanya Jawab 2. Handout
remaja 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.3. Perubahan yang terjadi pada
masa pubertas

4. Menjelaskan tentang konsepsi dan 4. Konsepsi dan 4.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
kehamilan kehamilan 4.2. Proses kehamilan 2. Tanya Jawab 2. Handout
4.3. Tanda-tanda kehamilan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
4.4. Keadaan ideal untuk hamil

4.5. Perawatan kehamilan


4.6. Persalinan
4.7. Pasca persalinan

5. Menjelaskan tentangperilaku 5. Perilaku berisiko 5.1. Seks pranikah 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
berisiko 5.2. Penyimpangan perilaku seksual 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : HIV/AIDS
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang konsep HIV dan AIDS, perjalanan infeksi HIV, transmisi HIV, pencegahan HIV, pemeriksaan atau tes HIV, pengobatan HIV dan
:
AIDS, stigma dan diskriminasi masyarakat, hal-hal yang dapat dilakukan oleh Orang Dengan HIV (ODHIV) dan masyarakat, mitos dan fakta HIV dan AIDS.
5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami HIV/AIDS
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku Mengenal dan


Peserta dapat:
1. Menjelaskan dengan baik dan 1. Konsep HIV dan 1.1. Konsep HIV dan AIDS 1. Ceramah Menanggulangi HIV,
1. LCD 10 menit AIDS, Infeksi Menular
benar tentang konsep HIV dan AIDS 2. Tanya Jawab
AIDS 2. Handout Seksual dan Narkoba
3. Curah Pendapat 2. Pedoman Nasional
3. Laptop
Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi
2. Menjelaskan tentang stadium HIV 2. Stadium HIV 2.1. Stadium 1 1. Ceramah Antiretroviral Pada
1. LCD 10 menit
menjadi AIDS menjadi AIDS 2.2. Stadium 2 2. Tanya Jawab Orang Dewasa. Jakarta,
2. Handout
2011.
2.3. Stadium 3
2.4. Stadium 4 3. Curah Pendapat
3. Laptop

3. Menjelaskan tentang transmisi HIV 3. Transmisi HIV dan 3.1. Media penularan 1. Ceramah
1. LCD 10 menit
dan AIDS AIDS 3.2. Cara penularan 2. Tanya Jawab
2. Handout
3.3. Perilaku yang berisiko 3. Curah Pendapat 3. Laptop
menularkan HIV dan AIDS

4. Menjelaskan tentang pencegahan 4. Pencegahan HIV 4.1. Metode ABCDE 1. Ceramah


1. LCD 10 menit
HIV dan AIDS dan AIDS 4.2. Pengurangan dampak buruk 2. Tanya Jawab
2. Handout
NAPZA (Harm Reduction) 3. Curah Pendapat 3. Laptop
4.3. Pencegahan transmisi dari
orangtua ke anak (Metode
PMTCT)
4.4. Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan
Agar Tidak Tertular HIV dan
AIDS

59
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan 5. Pemeriksaan atau 5.1. Tes darah 1. Ceramah
1. LCD 10 menit

60
atau tes HIV dan AIDS tes HIV dan AIDS 5.2. Syarat tes 2. Tanya Jawab
2. Handout
5.3. Prosedur tes 3. Curah Pendapat 3. Laptop

6. Menjelaskan tentang komponen 6. Komponen layanan 6.1. 1. Ceramah


Konseling dan Tes HIV 1. LCD 10 menit
layanan HIV dan AIDS HIV dan AIDS 6.2. Pemeriksaan Laboratorium 2. Tanya Jawab
2. Handout
Untuk Tes HIV 3. Curah Pendapat 3. Laptop
6.3. Infeksi Menular Seksual (IMS)

6.4. Aspek Pencegahan dalam


Pengobatan

6.5. Kesiapan menerima terapi


antiretroviral

7. Peserta dapat menjelaskan 7. Stigma dan 7. Stigma dan diskriminasi 1. Ceramah


1. LCD 10 menit
tentang stigma dan diskriminasi diskriminasi masyarakat 2. Tanya Jawab
masyarakat masyarakat 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

Menjelaskan tentang hal-hal yang Hal-hal yang dapat 1. Ceramah


8. 8. 8.1. Oleh ODHIV 1. LCD 10 menit
dapat dilakukan dilakukan 2. Tanya Jawab
8.2. Oleh Masyarakat 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

Menjelaskan tentang mitos dan 1. Ceramah


9. 9. Mitos dan fakta 9. Mitos dan Fakta 1. LCD 10 menit
fakta 2. Tanya Jawab
2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Napza
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian, jenis-jenis dan penyalahgunaan Napza
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Napza
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pencegahan
1. Menjelaskan Pengertian Napza 1. Pengertian Napza 1.1. Pengertian Nnapza 1. Ceramah 1. LCD 30 menit Penyalahgunaan
2. Tanya Jawab 2. Handout Narkoba Sejak Usia Dini.
3. Curah Pendapat 3. Laptop Jakarta, 2007.
2. Advokasi Pencegahan
2. Menjelaskan tentang jenis-jenis 2. Jenis-jenis Napza 2.1. Narkotika Penyalahgunaan
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Napza 2.2. Psikotropika Narkoba bagi Petugas
2. Tanya Jawab 2. Handout Lapas/Rutan. Jakarta,
2.3. Zat Adiktif 2009.
3. Curah Pendapat 3. Laptop
3. Mahasiswa dan Bahaya
3. Menjelaskan tentang 3. Penyalahgunaan 3.1. Penggolongan pemakai Napza Narkotika. Jakarta,
1. Ceramah 1. LCD 30 menit 2012.
penyalahgunaan Napza Napza 3.2. Ketergantungan Napza 4. Pencegahan
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.3. Tahap ketergantungan Napza 3. Curah Pendapat 3. Laptop Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Remaja.
Gejala petergantungan Napza Jakarta, 2012.
3.4.
Dampak penyalahgunaan Napza
3.5.

61
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

62
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Life Skills
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep life skills, keterampilan fisik, keterampilan mental, keterampilan emosional, keterampilan spiritual, keterampilan kejuruan,
5. Tujuan Pembelajaran keterampilan menghadapi kesulitan.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Life Skills
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Life Skills, 2010
1. Menjelaskan konsep life skills 1. Konsep life skills 1.1. Konsep life skills 1. Ceramah 1. LCD 5 menit
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan tentang keterampilan 2. Keterampilan fisik 2.1. Keterampilan memahami tubuh 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
fisik dan merespon kebutuhan tubuh
sendiri.
2.2. Keterampilan mengatur pola 2. Tanya Jawab 2. Handout
makan dan olahraga
2.3. Keterampilan mengelola tidur 3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang keterampilan 3. Keterampilan 3.1. Keterampilan mempercayai dan 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
mental mental menghargai diri 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Keterampilan berfikir positif 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.3.
Keterampilan mengelola stress
3.4. Keterampilan mengambil
keputusan dan meemecahkan

4. Menjelaskan tentang keterampilan 4. Keterampilan 4.1. Keterampilan bersikap tegas 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
emosional emosional
4.2. Keterampilan berkomunikasi 2. Tanya Jawab 2. Handout
dengan orang lain 3. Curah Pendapat 3. Laptop

5. Menjelaskan tentang keterampilan 5. Keterampilan 5.1. Keterampilan memahami 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
spiritual spiritual kehidupan spiritual dalam
dirinya
5.2. Keterampilan menyadari 2. Tanya Jawab 2. Handout
kehidupan spiritual
5.3. Keterampilan melaksanakan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kehidupan spiritual

6. Menjelaskan tentang keterampilan 6. Keterampilan 6.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 10 menit


kejuruan kejuruan
6.2. Tujuan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
7. Menjelaskan tentang keterampilan 7. Keterampilan 7.1. Tipe keterampilan menghadapi 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
menghadapi kesulitan menghadapi kesulitan 2. Tanya Jawab 2. Handout
kesulitan 7.2. Dimensi keterampilan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
menghadapi kesulitan
7.3. Memperbaiki keterampilan
menghadapi kesulitan

63
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

64
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Mekanisme Pengelolaan PIK R/M
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pembentukan dan pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa, pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa, kiat-kiat Pengembangan PIK
5. Tujuan Pembelajaran Remaja/Mahasiswa, kemitraan, dan mekanisme pelayanan rujukan.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami mekanisme pengelolaan PIK R/M
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pedoman
1. Menjelaskan tentang 1. Pembentukan dan 1. Pembentukan dan 1. Ceramah 1. LCD 18 menit Pengelolaan PIK
pembentukan dan pengembangan pengembangan PIK pengembangan PIK R/M 2. Tanya Jawab 2. Handout Remaja/Mahasiswa,
PIK R/M R/M 3. Curah Pendapat 3. Laptop 2012

2. Menjelaskan tentang pengelolaan 2. Pengelolaan PIK R/M 2.1. Tahap Tumbuh 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
PIK R/M 2.2. Tahap Tegak 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.3. Tahap Tegar 3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang kiat-kiat 3. Kiat-kiat 3.1. Tahap Tumbuh 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
Pengembangan PIK pengembangan PIK 3.2. Tahap Tegak 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa 3.3. Tahap Tegar 3. Curah Pendapat 3. Laptop

4. Menjelaskan tentang kemitraan 4. Kemitraan 4.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 18 menit


4.2. Prinsip-prinsip kemitraan 2. Tanya Jawab 2. Handout
4.3. Langkah dalam pengembangan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kemitraan

5. Menjelaskan tentang mekanisme 5. Mekanisme 5.1. Identifikasi tempat-tempat 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
pelayanan rujukan Pelayanan Rujukan pelayanan rujukan 2. Tanya Jawab 2. Handout
5.2. Kriteria sasaran/klien yang perlu 3. Curah Pendapat 3. Laptop
dirujuk
5.3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan rujukan
5.4. Sistem Pembiayaan di Tempat-
tempat Pelayanan Rujukan
5.5. Daftar Alamat Rujukan
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Pendidik Sebaya
3. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran @ 45 menit = 180 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian Pendidik Sebaya, syarat Pendidik Sebaya, uraian tugas Pendidik Sebaya, persiapan penyuluhan oleh Pendidik Sebaya,
5. Tujuan Pembelajaran penyelenggaraan penyuluhan oleh Pendidik Sebaya, penyampaian materi GenRe oleh Pendidik Sebaya dalam kelompok besar, kiat-kiat sukses menjadi Pendidik
Sebaya, contoh penyampaian materi oleh Pendidik Sebaya.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami prinsip-prinsip pendidik sebaya.
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Pengertian Pendidik 1.1. Pengertian Pendidik Sebaya 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
Pendidik Sebaya Sebaya 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan tentang syarat 2. Syarat Pendidik 2.1. Syarat Pendidik Sebaya 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
Pendidik Sebaya Sebaya 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang uraian tugas 3. Uraian tugas Pendidik 3.1. Uraian tugas Pendidik Sebaya 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
Pendidik Sebaya Sebaya 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

4. Menjelaskan tentang persiapan 4. Persiapan 4.1. Persiapan penyuluhan oleh 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
penyuluhan oleh Pendidik Sebaya penyuluhan oleh Pendidik Sebaya
Pendidik Sebaya
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

5. Menjelaskan tentang 5. Penyelenggaraan 5.1. Penyelenggaraan penyuluhan 1. Ceramah 1. LCD 25 menit


penyelenggaraan penyuluhan oleh penyuluhan oleh oleh Pendidik Sebaya
Pendidik Sebaya Pendidik Sebaya
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

6. Menjelaskan tentang 6. Penyampaian materi 6.1. Penyampaian materi GenRe 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
penyampaian materi GenRe oleh GenRe oleh Pendidik oleh Pendidik Sebaya dalam
Pendidik Sebaya dalam kelompok Sebaya dalam kelompok besar
besar kelompok besar

2. Tanya Jawab 2. Handout


3. Curah Pendapat 3. Laptop

65
7. Menjelaskan tentang kiat-kiat 7. Kiat-kiat sukses 7.1. Kiat-kiat sukses menjadi 1. Ceramah 1. LCD 25 menit

66
sukses menjadi Pendidik Sebaya menjadi Pendidik Pendidik Sebaya
Sebaya
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

8. Menjelaskan contoh penyampaian 8. Contoh penyampaian Contoh penyampaian materi 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
8.1.
materi oleh Pendidik Sebaya materi oleh Pendidik oleh Pendidik Sebaya 2. Tanya Jawab 2. Handout
Sebaya
3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Advokasi dan KIE
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar advokasi dan KIE, persamaan dan perbedaan advokasi KIE, prinsip-prinsip advokasi dan KIE program GenRe, jenis-
5. Tujuan Pembelajaran jenis advokasi dan KIE, dan langkah-langkah merumuskan advokasi dan KIE.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami advokasi dan KIE.
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar 1. Konsep dasar 1.1. Pengertian advokasi dan KIE 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
advokasi dan KIE program GenRe advokasi dan KIE 1.2. Tujuan advokasi dan KIE 2. Tanya Jawab 2. Handout
program GenRe 1.3. Sasaran advokasi dan KIE 3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan tentang persamaan 2. Persamaan dan 2.1. Persamaan advokasi dan KIE 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
dan perbedaan advokasi KIE perbedaan advokasi 2.2. Perbedaan advokasi dan KIE 2. Tanya Jawab 2. Handout
program GenRe KIE program GenRe 3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang prinsip- 3. Prinsip-prinsip 3.1. Realistis 1. Ceramah 1. LCD 20 menit


prinsip advokasi dan KIE program advokasi dan KIE 3.2. Sistematis 2. Tanya Jawab 2. Handout
GenRe 3.3. Taktis 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.4. Strategis
3.5. Berani

4. Menjelaskan tentang jenis-jenis 4. Jenis-jenis advokasi 4.1. Jenis-jenis advokasi 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
advokasi dan KIE dan KIE
4.2. Jenis-jenis KIE 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

5. Menjelaskan tentang langkah- 5. Langkah-langkah 5.1. Identifikasi kebutuhan advokasi 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
langkah merumuskan advokasi dan merumuskan dan KIE
KIE program GenRe advokasi dan KIE
program GenRe
5.2. Analisis masalah advokasi dan 2. Tanya Jawab 2. Handout
KIE
5.3. Analisis sasaran advokasi dan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
KIE
Penetapan tujuan advokasi dan
5.4. KIE

Pengemasan dan Penyampaian


5.5. isi pesan advokasi dan KIE
5.6. Teknik advokasi dan KIE
5.7. Strategi advokasi dan KIE

67
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

68
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Pencatatan dan Pelaporan
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, materi pencatatan dan pelaporan, mekanisme pencatatan dan
5. Tujuan Pembelajaran pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, jenis dan petunjuk pengisian formulir pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, data basis PIK Remaja/Mahasiswa

a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami pencatatan dan pelaporan
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pedoman
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Pengertian 1.1. Pengertian pencatatan dan 1. Ceramah 1. LCD 10 menit Pengelolaan PIK
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan pelaporan PIK 2. Tanya Jawab 2. Handout Remaja/Mahasiswa,
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa 3. Curah Pendapat 3. Laptop 2012
Remaja/Mahasiswa

2. Menjelaskan tentang materi 2. Materi pencatatan 2.1. Materi pencatatan 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
pencatatan dan pelaporan dan pelaporan 2.2. Materi pelaporan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang mekanisme 3. Mekanisme 3.1. Mekanisme pencatatan 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan 3.2. Mekanisme pelaporan 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK 3. Curah Pendapat 3. Laptop
Remaja/Mahasiswa

4. Menjelaskan tentang jenis dan 4. Jenis dan petunjuk 4.1. Jenis formulir 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
petunjuk pengisian formulir pengisian formulir
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan 4.2. Petunjuk pengisia formulir 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK 3. Curah Pendapat 3. Laptop
Remaja/Mahasiswa

5. Menjelaskan tentang data basis 5. Data basis PIK 5.1. Data basis PIK 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
PIK Remaja/Mahasiswa Remaja/Mahasiswa Remaja/Mahasiswa

2. Tanya Jawab 2. Handout


3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja Bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Bina Suasana
3. Alokasi Waktu : Mata Pelajaran
2 Jamdiklat @ 45 menit
ini membahas = 90 menit
tentang konsep bina suasana dan cara melakukan bina suasana.
4. Deskripsi Singkat :
5. Tujuan Pembelajaran
Peserta diharapkan mampu melakukan bina suasana
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Dinamika Kelompok,
Peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep bina suasana 1. Konsep bina 1.1. Pengertian Bina Suasana Modul Belajar Mandiri
1. Ceramah 1. LCD 45 menit bagi Widyaiswara,
suasana 1.2. Tujuan Bina Suasana
2. Tanya Jawab 2. Handout 2003.
1,3 Manfaat Bina Suasana 2. Bina Suasana, Pelatihan
3. Flipchart
1,4 Prinsip Bina Suasana Ketahanan Keluarga
4. Laptop Berwawasan Gender,
2006.
2. Menjelaskan cara melakukan bina 2. Cara melakukan 2.1. Teknik Pencairan
1. Ceramah 1. LCD 45 menit
suasana untuk menciptakan bina suasana untuk 2.2. Teknik Kerjasama
suasana belajar yang kondusif menciptakan 2. Tanya Jawab 2. Handout
suasana belajar 3. Whiteboard
yang kondusif
4. Laptop

69
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

70
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Teknik Fasilitasi
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar fasilitasi, pembelajaran orang dewasa, metode dan media pembelajaran dan manajemen kelas
:
5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan teknik fasilitasi
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat:
1. Peserta dapat menjelaskan konsep 1. Konsep dasar 1.1. Pengertian Fasilitasi 1. Buku Pendidikan Orang
1. Ceramah 1. LCD 15 menit
dasar fasilitasi fasilitasi 1.2. Tujuan Fasilitasi Dewasa, 2009
2. Tanya Jawab 2. Handout
2. Buku Belajar dan
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
Pembelajaran, 2010
4. Praktik 4. Laptop

2. Peserta dapat menjelaskan 2. Pembelajaran orang 2.1. Aspek-aspek pendidikan orang


pembelajaran orang dewasa dewasa dewasa 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
2.2. Sikap dan gaya belajar orang
dewasa 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.3. Proses belajar orang dewasa
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
2.4. Faktor-faktor yang
4. Praktik 4. Laptop
mempengaruhi proses belajar
orang dewasa
3. Peserta dapat menjelaskan 3. Metode dan media 3.1. Metode pembelajaran
1. Ceramah 1. LCD 25 menit
metode dan media pembelajaran pembelajaran 3.2. Media pemebelajaran
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
4. Praktik 4. Whiteboard
5. Laptop
4. Peserta dapat menjelaskan 4. Manajemen kelas Manajemen kelas
1. Ceramah 1. LCD 25 menit
manajemen kelas
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Praktik 3. Laptop
4. Whiteboard
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja Bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Rencana Tindak Lanjut (RTL)
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat memahami tentang pengertian Rencana Tindak Lanjut, langkah-langkah pembuatan Rencana Tindak Lanjut
serta menyusun Out line rencana kegiatan
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat menyusun rencana tindak lanjut atau plan of action.

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat: 1. Pedoman pelatihan /


1. Menjelaskan pengertian Rencana 1. Pengertian Rencana 1.1. Konsep dan definisi RTL dokumen perencanaan
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Tindak Lanjut Tindak Lanjut
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

2. Menjelaskan langkah-langkah 2. Langkah-langkah 2.1. Identifikasi masalah 1. Ceramah 1. LCD 30 menit


pembuatan Rencana Tindak Lanjut pembuatan 2.2. Identifikasi potensi
Rencana Tindak 2. Tanya Jawab 2. Handout
Lanjut 2.3 Penetapan prioritas masalah 3. Whiteboard
4. Laptop
2.4 Analisis penyebab
2.5 Alternatif pemecahan masalah

3. Menyusun rencana kegiatan 3. Rencana kegiatan 3.1. Menyusun Rencana Tindak 1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Lanjut sesuai outline
2. Tanya Jawab 2. Handout
3 Praktek menyusun 3. Flipchart
RTL 4. Laptop

71
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

72
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Kebijakan Program Generasi Berencana (GenRe)
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian program GenRe, tujuan program GenRe, sasaran program GenRe, arah program GenRe, kebijakan dan strategi
program GenRe, ciri-ciri GenRe
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami Kebijakan Program GenRe

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Pengertian Program 1.1. Pengertian Program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program GenRe GenRe
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

2. Menjelaskan tentang tujuan 2. Tujuan Program 2.1. Tujuan Umum 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.2. Tujuan Khusus 3. Whiteboard
4. Laptop

3. Menjelaskan tentang sasaran 3. Sasaran program 3. Sasaran program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Whiteboard
4. Laptop

4. Menjelaskan tentang arah 4 Arah program 4.1. PIK Remaja/Mahasiswa 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
program Generasi Berencana GenRe 4.2. Bina Keluarga Remaja
(GenRe) 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop
5. Menjelaskan tentang Kebijakan 5. Kebijakan dan 5.1. Kebijakan Program GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
dan strategi Program GenRe strategi Program 5.2. Strategi program GenRe
GenRe 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

6. Menjelaskan tentang ciri-ciri 6. Ciri-ciri GenRe 6.1. Ciri-ciri GenRe 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
GenRe
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

73
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

74
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Delapan Fungsi Keluarga
3. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran @ 45 menit = 180 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang fungsi agama,fungsi sosial budaya ,fungsi cinta dan kasih sayang, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan.

5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami Delapan Fungsi Keluarga

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat: 1. Buku 8 Fungsi Keluarga,


1. Menjelaskan tentang fungsi agama 1. Fungsi agama 1.1. Konsep Dasar 25 menit 2013
1. Ceramah 1. LCD
2. Tanya Jawab 2. Handout
1.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
agama
4. Laptop

2. Menjelaskan tentang fungsi sosial 2. Fungsi Sosial Budaya 2.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
budaya
2. Tanya Jawab 2. Handout
2.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Whiteboard
sosial budaya
4. Laptop

3. Menjelaskan tentang fungsi cinta 3. Fungsi Cinta dan 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
dan kasih sayang Kasih Sayang
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
cinta dan kasih sayang
4. Laptop

4. Menjelaskan tentang fungsi 4. Fungsi Perlindungan 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
perlindungan
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
perlindungan
4. Laptop
5. Menjelaskan tentang fungsi 5 Fungsi Reproduksi 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 25 menit
reproduksi
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Reproduksi 4. Laptop

6. Menjelaskan tentang fungsi 6 Fungsi Sosialisasi 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
sosialisasi dan pendidikan dan Pendidikan 2 Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Sosialisasi dan Pendidikan 4. Laptop

7. Menjelaskan tentang fungsi 7 Fungsi Ekonomi 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
ekonomi 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Ekonomi 4. Laptop

8. Menjelaskan tentang fungsi 8 Fungsi Lingkungan 3.1. Konsep Dasar 1. Ceramah 1. LCD 20 menit
lingkungan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Nilai-nilai dasar dalam fungsi 3. Flipchart
Lingkungan 4. Laptop

75
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

76
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Pendewasaan Usia Perkawinan
3. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran @ 45 menit = 180 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang pengertian dan tujuan Pendewasaan Usia Perkawinan, pentingnya PUP dari aspek kesehatan, ekonomi, psikologis, pendidikan
:
5. Tujuan Pembelajaran dan kependudukan; persiapan menjelang pernikahan; perencanaan keluarga.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Pendewasaan Usia Perkawinan
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku PUP, 2010


Peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian 1. Pengertian dan 1.1. Pengertian PUP 1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Pendewasaan Usia Perkawinan tujuan 1.2. Tujuan PUP 2. Tanya Jawab 2. Handout
Pendewasaan Usia
Perkawinan 3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan pentingnya PUP dari 2. Pentingnya PUP dari 2.1. Kesehatan 1. Ceramah 1. LCD 60 menit
aspek kesehatan, ekonomi, aspek kesehatan, 2.2. Ekonomi 2. Tanya Jawab 2. Handout
psikologis, pendidikan dan ekonomi, psikologis,
kependudukan pendidikan dan 2.3. Psikologis 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kependudukan 2.4. Pendidikan
2.5. Kependudukan
3. Menjelaskan persiapan menjelang 3. Persiapan 3.1. Pemeriksaan kesehatan 1. Ceramah 1. LCD 45 menit
pernikahan menjelang pranikah
pernikahan
3.2. Persiapan gizi 2. Tanya Jawab 2. Handout

3.3. Imunisasi Tetanus Toxoid 3. Curah Pendapat 3. Laptop


3.4. Lain-lain
4. Menjelaskan perencanaan 4. Perencanaan 4.1. Masa menunda perkawinan 1. Ceramah 1. LCD 45 menit
keluarga keluarga dan kehamilan
2. Tanya Jawab 2. Handout

4.2. Masa menjarangkan kehamilan 3. Curah Pendapat 3. Laptop

4.4. Masa mengakhiri kehamilan


RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Seksualitas
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep seksualitas, organ reproduksi laki-laki dan perempuan, pubertas, konsepsi dan kehamilan, serta perilaku berisiko.

5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Seksualitas.

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat: 1. Buku Mengenal dan


1. Menjelaskan dengan baik dan 1. Konsep seksualitas 1.1. Konsep seksualitas Menanggulangi HIV,
1. Ceramah 1. LCD 18 menit AIDS, Infeksi Menular
benar tentang konsep seksualitas
2. Tanya Jawab 2. Handout Seksual dan Narkoba
3. Curah Pendapat 3. Laptop
2. Modul Pelatihan
2. Menjelaskan tentang organ 2. Organ reproduksi 2.1. Laki-laki Pelayanan Kesehatan
1. Ceramah 1. LCD 18 menit Peduli Remaja (PKPR)
reproduksi laki-laki dan laki-laki dan 2.2. Perempuan
perempuan perempuan 2. Tanya Jawab 2. Handout Bagi Konselor Sebaya,
3. Curah Pendapat 3. Laptop 2011

3. Menjelaskan tentang pubertas 3. Pubertas 3.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 18 menit


3.2. Perubahan psikologis pada 2. Tanya Jawab 2. Handout
remaja 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.3. Perubahan yang terjadi pada
masa pubertas

4. Menjelaskan tentang konsepsi dan 4. Konsepsi dan 4.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
kehamilan kehamilan 4.2. Proses kehamilan 2. Tanya Jawab 2. Handout
4.3. Tanda-tanda kehamilan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
4.4. Keadaan ideal untuk hamil

4.5. Perawatan kehamilan


4.6. Persalinan
4.7. Pasca persalinan

77
5. Menjelaskan tentangperilaku 5. Perilaku berisiko

78
5.1. Seks pranikah 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
berisiko 5.2. Penyimpangan perilaku seksual 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : HIV/AIDS
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang konsep HIV dan AIDS, perjalanan infeksi HIV, transmisi HIV, pencegahan HIV, pemeriksaan atau tes HIV, pengobatan HIV dan
:
AIDS, stigma dan diskriminasi masyarakat, hal-hal yang dapat dilakukan oleh Orang Dengan HIV (ODHIV) dan masyarakat, mitos dan fakta HIV dan AIDS.
5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami HIV/AIDS
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Buku Mengenal dan


Peserta dapat:
1. Menjelaskan dengan baik dan 1. Konsep HIV dan 1.1. Konsep HIV dan AIDS 1. Ceramah Menanggulangi HIV,
1. LCD 10 menit AIDS, Infeksi Menular
benar tentang konsep HIV dan AIDS 2. Tanya Jawab
AIDS 2. Handout Seksual dan Narkoba
3. Curah Pendapat 2. Pedoman Nasional
3. Laptop
Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi
2. Menjelaskan tentang stadium HIV 2. Stadium HIV 2.1. Stadium 1 1. Ceramah Antiretroviral Pada
1. LCD 10 menit
menjadi AIDS menjadi AIDS 2.2. Stadium 2 2. Tanya Jawab Orang Dewasa. Jakarta,
2. Handout
2011.
2.3. Stadium 3
2.4. Stadium 4 3. Curah Pendapat
3. Laptop

3. Menjelaskan tentang transmisi HIV 3. Transmisi HIV dan 3.1. Media penularan 1. Ceramah
1. LCD 10 menit
dan AIDS AIDS 3.2. Cara penularan 2. Tanya Jawab
2. Handout
3.3. Perilaku yang berisiko 3. Curah Pendapat 3. Laptop
menularkan HIV dan AIDS

4. Menjelaskan tentang pencegahan 4. Pencegahan HIV 4.1. Metode ABCDE 1. Ceramah


1. LCD 10 menit
HIV dan AIDS dan AIDS 4.2. Pengurangan dampak buruk 2. Tanya Jawab
2. Handout
NAPZA (Harm Reduction) 3. Curah Pendapat 3. Laptop
4.3. Pencegahan transmisi dari
orangtua ke anak (Metode
PMTCT)
4.4. Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan
Agar Tidak Tertular HIV dan
AIDS

79
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan 5. Pemeriksaan atau 5.1. Tes darah 1. Ceramah
1. LCD 10 menit

80
atau tes HIV dan AIDS tes HIV dan AIDS 5.2. Syarat tes 2. Tanya Jawab
2. Handout
5.3. Prosedur tes 3. Curah Pendapat 3. Laptop

6. Menjelaskan tentang komponen 6. Komponen layanan 6.1. 1. Ceramah


Konseling dan Tes HIV 1. LCD 10 menit
layanan HIV dan AIDS HIV dan AIDS 6.2. Pemeriksaan Laboratorium 2. Tanya Jawab
2. Handout
Untuk Tes HIV 3. Curah Pendapat 3. Laptop
6.3. Infeksi Menular Seksual (IMS)

6.4. Aspek Pencegahan dalam


Pengobatan

6.5. Kesiapan menerima terapi


antiretroviral

7. Peserta dapat menjelaskan 7. Stigma dan 7. Stigma dan diskriminasi 1. Ceramah


1. LCD 10 menit
tentang stigma dan diskriminasi diskriminasi masyarakat 2. Tanya Jawab
masyarakat masyarakat 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

Menjelaskan tentang hal-hal yang Hal-hal yang dapat 1. Ceramah


8. 8. 8.1. Oleh ODHIV 1. LCD 10 menit
dapat dilakukan dilakukan 2. Tanya Jawab
8.2. Oleh Masyarakat 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

Menjelaskan tentang mitos dan 1. Ceramah


9. 9. Mitos dan fakta 9. Mitos dan Fakta 1. LCD 10 menit
fakta 2. Tanya Jawab
2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Napza
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian, jenis-jenis dan penyalahgunaan Napza
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Napza
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pencegahan
1. Menjelaskan Pengertian Napza 1. Pengertian Napza 1.1. Pengertian Nnapza 1. Ceramah 1. LCD 30 menit Penyalahgunaan
2. Tanya Jawab 2. Handout Narkoba Sejak Usia Dini.
3. Curah Pendapat 3. Laptop Jakarta, 2007.
2. Advokasi Pencegahan
2. Menjelaskan tentang jenis-jenis 2. Jenis-jenis Napza 2.1. Narkotika Penyalahgunaan
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Napza 2.2. Psikotropika Narkoba bagi Petugas
2. Tanya Jawab 2. Handout Lapas/Rutan. Jakarta,
2.3. Zat Adiktif 2009.
3. Curah Pendapat 3. Laptop
3. Mahasiswa dan Bahaya
3. Menjelaskan tentang 3. Penyalahgunaan 3.1. Penggolongan pemakai Napza Narkotika. Jakarta,
1. Ceramah 1. LCD 30 menit 2012.
penyalahgunaan Napza Napza 3.2. Ketergantungan Napza 4. Pencegahan
2. Tanya Jawab 2. Handout
3.3. Tahap ketergantungan Napza 3. Curah Pendapat 3. Laptop Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Remaja.
Gejala petergantungan Napza Jakarta, 2012.
3.4.
Dampak penyalahgunaan Napza
3.5.

81
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

82
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Life Skills
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep life skills, keterampilan fisik, keterampilan mental, keterampilan emosional, keterampilan spiritual, keterampilan kejuruan,
5. Tujuan Pembelajaran keterampilan menghadapi kesulitan.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Life Skills
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Life Skills, 2010
1. Menjelaskan konsep life skills 1. Konsep life skills 1.1. Konsep life skills 1. Ceramah 1. LCD 5 menit
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan tentang keterampilan 2. Keterampilan fisik 2.1. Keterampilan memahami tubuh 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
fisik dan merespon kebutuhan tubuh
sendiri.
2.2. Keterampilan mengatur pola 2. Tanya Jawab 2. Handout
makan dan olahraga
2.3. Keterampilan mengelola tidur 3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang keterampilan 3. Keterampilan 3.1. Keterampilan mempercayai dan 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
mental mental menghargai diri 2. Tanya Jawab 2. Handout
3.2. Keterampilan berfikir positif 3. Curah Pendapat 3. Laptop
3.3.
Keterampilan mengelola stress
3.4. Keterampilan mengambil
keputusan dan meemecahkan
4. Menjelaskan tentang keterampilan 4. Keterampilan 4.1. Keterampilan bersikap tegas 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
emosional emosional
4.2. Keterampilan berkomunikasi 2. Tanya Jawab 2. Handout
dengan orang lain 3. Curah Pendapat 3. Laptop

5. Menjelaskan tentang keterampilan 5. Keterampilan 5.1. Keterampilan memahami 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
spiritual spiritual kehidupan spiritual dalam
dirinya
5.2. Keterampilan menyadari 2. Tanya Jawab 2. Handout
kehidupan spiritual
5.3. Keterampilan melaksanakan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
kehidupan spiritual
6. Menjelaskan tentang keterampilan 6. Keterampilan 6.1. Pengertian 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
kejuruan kejuruan
6.2. Tujuan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop
7. Menjelaskan tentang keterampilan 7. Keterampilan 7.1. Tipe keterampilan menghadapi 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
menghadapi kesulitan menghadapi kesulitan 2. Tanya Jawab 2. Handout
kesulitan 7.2. Dimensi keterampilan 3. Curah Pendapat 3. Laptop
menghadapi kesulitan
7.3. Memperbaiki keterampilan
menghadapi kesulitan
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Konselor Sebaya
3. Alokasi Waktu : 5 Jam Pelajaran @ 45 menit = 225 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentangkonsep konseling, pengertian konselor sebaya, keterampilan yang harus dimiliki konselor sebaya, langkah-langkah konseling,
5. Tujuan Pembelajaran tempat konseling.
a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami konseling sebaya.
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku
1. Menjelaskan tentang konsep 1. Konsep konseling 1.1. Pengertian konseling 1. Ceramah 1. LCD 15 menit
konseling 1.2. Tujuan konseling 2. Tanya Jawab 2. Handout
1.3. Faktor penghambat KIP/K 3. Curah Pendapat 3. Laptop

2. Menjelaskan tentang pengertian 2. Pengertian konselor 2.1. Pengertian konselor sebaya 1. Ceramah 1. LCD 50 menit
konselor sebaya sebaya 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang syarat- 3. Syarat-syarat 3.1. Syarat-syarat konselor sebaya 1. Ceramah 1. LCD 50 menit
syarat konselor sebaya konselor sebaya 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

4. Menjelaskan tentang keterampilan- 4. Keterampilan- 4.1. Keterampilan Observasi 1. Ceramah 1. LCD 50 menit
keterampilan yang harus dimiliki keterampilan yang 4.2. 2. Tanya Jawab 2. Handout
oleh Konselor Sebaya harus dimiliki oleh 4.3. Keterampilan Mendengar Aktif 3. Curah Pendapat 3. Laptop
Konselor Sebaya Keterampilan Bertanya

5. Menjelaskan tentang langkah- 5. Langkah-langkah 5.1. Langkah-langkah konseling 1. Ceramah 1. LCD 50 menit
langkah konseling konseling
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

6. Menyebutkan tempat konseling 6. Menyebutkan tempat 6.1. Menyebutkan tempat konseling 1. Ceramah 1. LCD 10 menit
konseling
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

83
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

84
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Stakeholder dan Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Pencatatan dan Pelaporan
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang pengertian pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, materi pencatatan dan pelaporan, mekanisme pencatatan dan
5. Tujuan Pembelajaran pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, jenis dan petunjuk pengisian formulir pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa, data basis PIK Remaja/Mahasiswa

a. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami pencatatan dan pelaporan
b. Indikator Keberhasilan :
NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI
Peserta dapat: 1. Buku Pedoman
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Pengertian 1.1. Pengertian pencatatan dan 1. Ceramah 1. LCD 18 menit Pengelolaan PIK
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan pelaporan PIK 2. Tanya Jawab 2. Handout Remaja/Mahasiswa,
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa 3. Curah Pendapat 3. Laptop 2012
Remaja/Mahasiswa

2. Menjelaskan tentang materi 2. Materi pencatatan 2.1. Materi pencatatan 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
pencatatan dan pelaporan dan pelaporan 2.2. Materi pelaporan 2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Laptop

3. Menjelaskan tentang mekanisme 3. Mekanisme 3.1. Mekanisme pencatatan 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan 3.2. Mekanisme pelaporan 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK 3. Curah Pendapat 3. Laptop
Remaja/Mahasiswa

4. Menjelaskan tentang jenis dan 4. Jenis dan petunjuk 4.1. Jenis formulir 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
petunjuk pengisian formulir pengisian formulir
pencatatan dan pelaporan PIK pencatatan dan 4.2. Petunjuk pengisia formulir 2. Tanya Jawab 2. Handout
Remaja/Mahasiswa pelaporan PIK 3. Curah Pendapat 3. Laptop
Remaja/Mahasiswa

5. Menjelaskan tentang data basis 5. Data basis PIK 5.1. Data basis PIK 1. Ceramah 1. LCD 18 menit
PIK Remaja/Mahasiswa Remaja/Mahasiswa Remaja/Mahasiswa

2. Tanya Jawab 2. Handout


3. Curah Pendapat 3. Laptop
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja Bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Bina Suasana
3. Alokasi Waktu : Mata Pelajaran
2 Jamdiklat @ 45 menit
ini membahas = 90 menit
tentang konsep bina suasana dan cara melakukan bina suasana.
4. Deskripsi Singkat :
5. Tujuan Pembelajaran
Peserta diharapkan mampu melakukan bina suasana
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

1. Dinamika Kelompok,
Peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep bina suasana 1. Konsep bina 1.1. Pengertian Bina Suasana Modul Belajar Mandiri
1. Ceramah 1. LCD 45 menit bagi Widyaiswara,
suasana 1.2. Tujuan Bina Suasana
2. Tanya Jawab 2. Handout 2003.
1,3 Manfaat Bina Suasana 2. Bina Suasana, Pelatihan
3. Flipchart
1,4 Prinsip Bina Suasana Ketahanan Keluarga
4. Laptop Berwawasan Gender,
2006.
2. Menjelaskan cara melakukan bina 2. Cara melakukan 2.1. Teknik Pencairan
1. Ceramah 1. LCD 45 menit
suasana untuk menciptakan bina suasana untuk 2.2. Teknik Kerjasama
suasana belajar yang kondusif menciptakan 2. Tanya Jawab 2. Handout
suasana belajar 3. Whiteboard
yang kondusif
4. Laptop

85
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

86
1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Teknik Fasilitasi
3. Alokasi Waktu : 3 Jam Pelajaran @ 45 menit = 135 menit
4. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar fasilitasi, pembelajaran orang dewasa, metode dan media pembelajaran dan manajemen kelas
:
5. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan teknik fasilitasi
a. Kompetensi Dasar :
b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat:
1. Peserta dapat menjelaskan konsep 1. Konsep dasar 1.1. Pengertian Fasilitasi 1. Buku Pendidikan Orang
1. Ceramah 1. LCD 15 menit
dasar fasilitasi fasilitasi 1.2. Tujuan Fasilitasi Dewasa, 2009
2. Tanya Jawab 2. Handout
2. Buku Belajar dan
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
Pembelajaran, 2010
4. Praktik 4. Laptop

2. Peserta dapat menjelaskan 2. Pembelajaran orang 2.1. Aspek-aspek pendidikan orang


pembelajaran orang dewasa dewasa dewasa 1. Ceramah 1. LCD 40 menit
2.2. Sikap dan gaya belajar orang
dewasa 2. Tanya Jawab 2. Handout
2.3. Proses belajar orang dewasa
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
2.4. Faktor-faktor yang
4. Praktik 4. Laptop
mempengaruhi proses belajar
orang dewasa
3. Peserta dapat menjelaskan 3. Metode dan media 3.1. Metode pembelajaran
1. Ceramah 1. LCD 40 menit
metode dan media pembelajaran pembelajaran 3.2. Media pemebelajaran
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Curah Pendapat 3. Flipchart
4. Praktik 4. Whiteboard
5. Laptop

4. Peserta dapat menjelaskan 4. Manajemen kelas Manajemen kelas


1. Ceramah 1. LCD 40 menit
manajemen kelas
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Praktik 3. Laptop
4. Whiteboard
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

1. Nama Diklat : Diklat Teknis TOT Bina Keluarga Remaja Bagi Mitra Kerja
2. Mata Diklat : Rencana Tindak Lanjut (RTL)
3. Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran @ 45 menit = 90 menit
4. Deskripsi Singkat : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat memahami tentang pengertian Rencana Tindak Lanjut, langkah-langkah pembuatan Rencana Tindak Lanjut
serta menyusun Out line rencana kegiatan
5. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar : Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat menyusun rencana tindak lanjut atau plan of action.

b. Indikator Keberhasilan :

NO INDIKATOR KEBERHASILAN MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE ALAT BANTU/MEDIA ESTIMASI WAKTU REFERENSI

Peserta dapat: 1. Pedoman pelatihan /


1. Menjelaskan pengertian Rencana 1. Pengertian Rencana 1.1. Konsep dan definisi RTL dokumen perencanaan
1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Tindak Lanjut Tindak Lanjut
2. Tanya Jawab 2. Handout
3. Flipchart
4. Laptop

2. Menjelaskan langkah-langkah 2. Langkah-langkah 2.1. Identifikasi masalah 1. Ceramah 1. LCD 30 menit


pembuatan Rencana Tindak Lanjut pembuatan 2.2. Identifikasi potensi
Rencana Tindak 2. Tanya Jawab 2. Handout
Lanjut 2.3 Penetapan prioritas masalah 3. Whiteboard
4. Laptop
2.4 Analisis penyebab
2.5 Alternatif pemecahan masalah

3. Menyusun rencana kegiatan 3. Rencana kegiatan 3.1. Menyusun Rencana Tindak 1. Ceramah 1. LCD 30 menit
Lanjut sesuai outline
2. Tanya Jawab 2. Handout
3 Praktek menyusun 3. Flipchart
RTL 4. Laptop

87
88

Kebijakan Program Generasi Berencana (GenRe)

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan memiliki
pemahaman tentang program Generasi Berencana (GenRe).

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat:
1. Menjelaskan pengertian program Generasi Berencana (GenRe)
2. Menjelaskan tujuan program Generasi Berencana (GenRe)
3. Menjelaskan sasaran program Generasi Berencana (GenRe)
4. Menjelaskan arah program Generasi Berencana (GenRe)
5. Menjelaskan kebijakan dan strategi Generasi Berencana (GenRe)
6. Menjelaskan ciri-ciri Generasi Berencana (GenRe)

I. Pendahuluan
Jumlah remaja berdasarkan sensus penduduk 2010 adalah kurang
lebih 64 juta atau sekitar 27,6 % dari total penduduk Indonesia.
Remaja dengan segala permasalahannya adalah issue strategis
untuk pembangunan nasional mengingat jumlah usiaremaja (10-24
tahun) cukup besar, yang merupakan cikal bakal penduduk
produktif yang akanberkontribusi dalam memanfaatkan peluang

89
bonus demografi. Atas dasar itulah remaja perlu dipersiapkan
menjadi generasi yang produktif yaitu remaja yang menyelesaikan
pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, merencanakan berkeluarga,
berpartisipasi dalam masyarakat, serta mempraktikkan hidup sehat.
Jumlah dan proporsi remaja yang besar tersebut, akan
mempengaruhi jumlah penduduk di masa mendatang, ketika
sebagian dari generasi ini akan segera memasuki masa reproduksi.
Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa median usia kawin pertama
perempuan di Indonesia masih relatif muda (19,8 tahun). Masih
rendahnya median usia kawin pertama perempuan ini akan
berakibat pada tingginya angka Total Fertility Rate (TFR) yang saat
ini berada pada angka 2,6 (SDKI 2012), yang akan diturunkan
menjadi 2,1 pada tahun 2014.
Terkait dengan data pernikahan di usia dini, Bappenas (2008)
menemukan bahwa 34,5% dari 2.049.000 perkawinan yang ada
adalah tergolong perkawinan anak. Hal serupa juga ditunjukkan
oleh Riset Kesehatan Dasar (2010) yang menemukan bahwa
pernikahan usia 15-19 tahun mencapai 41,9%, bahkan pernikahan
pada usia 10-14 tahun sebesar 4,8%. Selanjutnya hasil penelitian
yang dilakukan oleh Plan Indonesia (2011) tentang pernikahan dini
dan KDRT di 8 Kabupaten di Indonesia (Indramayu, Grobogan,
Rembang, Tabanan, Dompu, Timor Tengah, Sikka dan Lembata)
menemukan bahwa 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah menikah,
dan rata-rata mereka menikah pada usia 16 tahun. Serta 44% anak
perempuan yang menikah dini mengalami KDRT dengan frekuensi
tinggi, dan sisanya 56% dengan frekuensi rendah.
Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan 1 Januari sampai
dengan 30 September 2012 adalah 15.372 untuk HIV dan 3.541
untuk AIDS. Sedangkan secara kumulatif, kasus HIV dan AIDS
sampai dengan 30 September 2012 adalah 92.251 untuk HIV dan
39.434 untuk AIDS (Kemenkes, September 2012). Data ini

90
merupakan fenomena gunung es artinya data tersebut hanya yang
dilaporkan. Sedangkan menurut data BNN tahun 2012, total
tersangka penyalahgunaan Narkoba adalah 32.743. Dari jumlah
tersebut, 1.944 adalah mereka yang berada pada kelompok usia 16
19 tahun dan kelompok usia 20 24 tahun adalah 5.057.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi dan merubah
berbagai kondisi di atas adalah melalui pendewasaan usia
perkawinan yang dikemas dalam Program GenRe. Melalui program
GenRe ini remaja diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
perlunya menunda usia perkawinan dilihat dari sudut pandang
kesehatan, psikologis, dan ekonomi serta kependudukan sehingga
akan mengubah sikap dan perilaku remaja.

II. Pengertian program Generasi Berencana (GenRe)


Dalam rangka merespon berbagai situasi yang ada seperti halnya
telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, BKKBN merasa perlu
untuk membentuk dan mengelola suatu program yang dapat
memberikan informasi yang berkaitan dengan penyiapan diri remaja
menyongsong kehidupan berkeluarga yang lebih baik, menyiapkan
pribadi yang matang dalam membangun keluarga yang harmonis,
dan memantapkan perencanaan dalam menata kehidupan untuk
keharmonisan keluarga.
Hal ini sekaligus juga merupakan implementasi Undang - Undang
nomor 52 tahun 2009, tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, pasal 48 ayat 1 (b) yang mengatakan bahwa
Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi,
pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan
berkeluarga, maka BKKBN sebagai salah satu institusi pemerintah
harus mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas remaja melalui
Program Generasi Berencana (Program GenRe).

91
GenRe adalah suatu Program yang dikembangkan dalam rangka
penyiapan dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
Salah satu yang menjadi focus utama dalam program ini adalah
promosi pendewasaan usia perkawinan dengan tujuan
meningkatnya median usia kawin pertama khususnya bagi
perempuan. Secara skematis, kedudukan Program GenRe
diilustrasikan sebagai berikut:

III. Tujuan Program GenRe


Adapun tujuan dari program GenRe adalah :
A. Tujuan Umum
Terciptanya generasi yang memiliki perencanaan dan kesiapan
dalam pembentukan keluarga sebagai dasar mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera melalui peningkatan
median kawin pertama khususnya bagi perempuan. GenRe juga
diharapkan mampu memfasilitasi remaja belajar memahami dan
mempraktikan perilaku hidup sehat dan berakhlak (healthy and
ethical life behaviors) untuk mencapai ketahanan remaja
(adolescent resilience).

92
B. Tujuan Khusus
1. Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup sehat dan
berakhlak
2. Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup yang
berketahanan
3. Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi Generasi
Berencana Indonesia

IV. Sasaran Program GenRe


Sasaran dalam Program GenRe antara lain :
A. Remaja (10-24 tahun) dan belum menikah
B. Mahasiswa/mahasiswi belum menikah
C. Keluarga yang punya remaja maupun tidak punya remaja
D. Masyarakat peduli remaja

V. Arah Program GenRe


Program Generasi Berencana dikembangkan melalui dua arah yaitu:
A. Pusat Informasi dan Konseling Remaja / Mahasiswa (PIK R/M)
Suatu wadah dlm program GenRe yang dikelola dari, oleh dan
untuk remaja/mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi
dan konseling tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-
kegiatan penunjang lainnya.
B. Kelompok Bina Keluarga Remaja
Adalah Suatu Kelompok / wadah kegiatan yang terdiri dari
keluarga mempunyai remaja usia 10 24 tahun yang dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
remaja dalam rangka pembinaan tumbuh kembang remaja dalam
rangka memantapkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian
ber-KB bagi PUS anggota kelompok.

93
VI. Kebijakan dan strategi Program GenRe
Intervensi yang perlu dilakukan dalam mewujudkan kondisi remaja
yang diinginkan dituangkan dalam kebijakan dan strategi sebagai
berikut:
A. Kebijakan Program GenRe
1. Meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat dalam
program GenRe
2. Meningkatkan komitmen stakeholder dan mitra kerja dalam
pengelolaan dan pelaksanaan program GenRe
3. Meningkatnya usia kawin pertama perempuan menjadi 21
tahun
4. Menurunnya kasus perilaku seks pranikah , HIV & AIDS, dan
penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja/mahasiswa.
5. Meningkatnya jumlah PIK R/M melalui berbagai jalur
(PT/Akademi, Sekolah Umum/Agama, Organisasi Keagamaan
dan Organisasi Kepemudaan).
6. Meningkatkan jumlah kelompok BKR (dasar, berkembang,
paripurna)
7. Meningkatnya SDM pengelolah PIK R/M dan kelompok BKR
8. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam kelompok BKR

94
a. Peningkatan jejaring kemitraan dalam Program GenRe
b. Peningkatan SDM pengelola dalam advokasi, sosialisasi,
promosi dan deseminasi program GenRe pada mitra kerja
dan stakeholder.
c. Pengembangan BKR dan PIK R/M
B. Strategi program GenRe
1. Penataan dan penyerasian kebijakan program GenRe.
2. Peningkatan komitmen dan peran serta stakeholder dan
mitra kerja dalam program GenRe.
3. Peningkatan penggerakan dan pemberdayaan stakeholder,
mitra kerja, keluarga dan remaja dalam program GenRe.
4. Peningkatan akses remaja dalam pelayanan informasi dan
konseling melalui PIK R/M.
5. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pengelola, PS, KS
dan kader BKR.
6. Peningkatan jumlah kelompok BKR (Dasar, Berkembang,
Paripurna)

VII. Ciri-ciri Generasi Berencana


Adapun yang dimaksud Generasi Berencana adalah remaja yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
A. Berperilaku sehat
B. Terhindar dari risiko TRIAD-KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, dan
NAPZA)
C. Menunda usia perkawinan
D. Bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
E. Menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman
sebayanya

95
96

Delapan Fungsi Keluarga

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami Delapan Fungsi Keluarga.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat:
1. Menjelaskan tentang fungsi agama
2. Menjelaskan tentang fungsi sosial budaya
3. Menjelaskan tentang fungsi cinta dan kasih sayang
4. Menjelaskan tentang fungsi perlindungan
5. Menjelaskan tentang fungsi reproduksi
6. Menjelaskan tentang fungsi sosialisasi dan pendidikan
7. Menjelaskan tentang fungsi ekonomi
8. Menjelaskan tentang fungsi lingkungan

I. Pendahuluan
Memasuki kehidupan berkeluarga tentunya memerlukan persiapan
yang matang dari setiap pasangan. Menyiapkan pribadi yang matang
sangat diperlukan dalam membangun keluarga yang harmonis.

97
Menyiapkan pribadi yang matang dapat dilakukan melalui
penanaman nilai-nilai moral dengan melaksanakan 8 fungsi keluarga
yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan,
ekonomi, dan lingkungan. Dalam setiap fungsi keluarga terdapat
nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam keluarga.

II. 8 Fungsi Keluarga


Pengamalan nilai-nilai moral menurut 8 fungsi keluarga dapat
diuraikan sebagai berikut:

A. Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada
sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang
anak mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan
menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga
anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Setiap
manusia mempunyai kewajiban yang berbeda. Kewajiban
tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan profesinya. Karena itu
penting bagi masing-masing individu untuk mengetahui dan
sadar dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan
pengetahuan akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta
oleh yang Maha Pencipta.
Manusia pada hakekatnya diciptakan tak lain adalah untuk
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu sangat
pantaslah sekiranya setiap langkah yang akan dituju oleh setiap
manusia hanyalah mengharap atas ridho dari Allah SWT. Dalam
hidup perjalanan setiap manusia sesungguhnya tak lepas dari
sekedar menjalani sebuah skenario yang telah digariskan oleh
yang Maha mengatur, sehingga masing-masing orang satu sama
lain baik rezeki, musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena

98
disitulah letak kerahasiaan dari Sang Pencipta. Dalam fungsi
agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut
diantaranya:
1. Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan
adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala
ajaranNya.
2. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan
segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala
yang dilarang Allah SWT.
3. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu
menyampaikan apa adanya.
4. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa
setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya.
5. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk
menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk
mendapatkan hasil yang terbaik.
6. Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi
dengan melakukan sesuatu yang benar secara konsisten.
7. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati
melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya.
8. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan
membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
9. Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang
telah disepakati.
10. Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama.

99
11. Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk
menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam
menghadapi suatu kesulitan.
12. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh
perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.

B. Fungsi Sosial Budaya


Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan
orang lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang
lain. Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan memiliki
kebudayaan sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat
diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan
sosial budaya setempat. Disamping itu keluarga juga mampu
menanamkan rasa memiliki terhadap budaya daerahnya tetapi
tidak berlebih-lebihan, sehingga ia mampu menghargai
perbedaan budaya harus dijadikan rahmat bukan dijadikan bahan
ejekan yang menyebabkan terjadinya permusuhan dan
perpecahan.
Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang
mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Tujuh nilai dasar
tersebut diantaranya:
1. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama
yang dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan.
2. Sopan santun, perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-
norma sosial budaya setempat.
3. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara
damai dan harmonis.
4. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain.

100
5. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan
sekepentingan.
6. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri.
7. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia
yang harus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.

C. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang


Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orang
tua untuk memenuhinya. Dengan kasih sayang orang tuanya,
anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi juga belajar
menghargai orang lain. Dalam fungsi cinta dan kasih sayang
terdapat 8 (delapan) nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga, diantaranya adalah:
1. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang
lain
2. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan
kedekatan perasaan
3. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak
4. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan
dendam
5. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan
6. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan
suka membantu orang lain
7. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk
membantu orang lain
8. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang
menjadi tugasnya.

101
D. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi
anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga
harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota
keluarganya. Dalam ajaran Islam bahwa salah satu tujuan
pernikahan adalah diperolehnya rasa aman, tenang dan tenteram.
Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar yang mesti
dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut
diantaranya:
1. Aman, dimaksudkan suatu perasaan yang terbatas dari
ketakutan dan kekhawatiran
2. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan
seseorang dan memberi kesempatan untuk memperbaikinya
3. Tanggap, maksudnya mengetahui dan menyadari sesuatu
yang akan membahayakan/mengkhawatirkan
4. Tabah, mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang
tidak diharapkan
5. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi
lingkungan dari kerusakan

E. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan
sebagai pengembangan dari tuntunan fitrah manusia. Dalam hal
ini keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan
suami istri yang sah. Pada umumnya berbagai data menunjukkan
bahwa penerapan pemenuhan hak reproduksi bagi remaja belum
sepenuhnya mereka dapatkan, antara lain dalam hal pemberian
informasi mengenai pentingnya fungsi reproduksi bagi remaja.
Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja

102
tentang kesehatan reproduksi yaitu tentang masa subur. Remaja
perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang mengetahui
tentang masa subur mencapai 65% (SDKI, 2007), terdapat
kenaikan dibanding hasil SKRRI tahun 2002-2003 sebesar 29% dan
32%. Remaja perempuan dan laki-laki yang mengetahui risiko
kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali masing-
masing mencapai 63% (SDKI, 2007), terdapat kenaikan dibanding
hasil SKRRI tahun 2002-2003 sebesar 49% dan 45%.
Hasil penelitian tentang pengetahuan Infeksi Menular Seksual
(IMS) yang dilakukan di DKI Jakarta oleh LD-UI tahun 2005,
menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang IMS masih
sangat rendah kecuali mengenai HIV dan AIDS yaitu sebesar 95%,
Sifilis (Raja Singa) sekitar 37%, penyakit Gonorrhea (Kencing
Nanah) 12%, Herpes Genitalis 3%, Klamidia/Kandidiasis 2%,
Condiloma Akuminata (Jengger Ayam) 0,3%.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya penanaman 3
nilai dasar yang harus dipahami dalam fungsi reproduksi
diantaranya adalah tanggung jawab, sehat, dan teguh.
1. Tanggung jawab dimaksudkan untuk mengetahui apa yang
menjadi tugasnya
2. Sehat dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi
dan sistem reproduksi serta rohani/emosional, orang yang
sehat dalam fungsi reproduksi dicirikan dengan kemampuan
seseorang menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya
3. Teguh dimaksudkan untuk keteguhan dalam fungsi
reproduksi yaitu kemampuan seseorang mampu menjaga
kesucian organ reproduksinya sebelum menikah.

103
F. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia
dalam kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama
lain, hidup secara berkelompok dan bermasyarakat. Setiap
manusia mempunyai sistem sosial terkecil yaitu keluarga. Menurut
Coleman dan Cressey, keluarga adalah sekelompok orang yang
dihubungkan oleh pernikahan, keturunan atau adopsi yang hidup
bersama dalam sebuah rumah tangga.
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-
anaknya. Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai
pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak,
baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Mendidik anak adalah
kewajiban orang tua. Dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan
terdapat 7 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam
keluarga.
Ketujuh nilai dasar tersebut diantaranya:
1. Percaya diri dalam fungsi sosialisasi/pendidikan adalah
kebebasan berbuat secara mandiri dengan
mempertimbangkan serta memutuskan sendiri tanpa
bergantung pada orang lain.
2. Luwes dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah mudah
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya
dengan mudah menerima pendapat orang lain serta dapat
bergaul dengan siapa saja.
3. Bangga dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu
perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai melaksanakan
tugas/pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih
sesuatu yang diinginkan.
4. Rajin dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah
menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan

104
tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Orang rajin dicirikan dengan selalu menyediakan
waktu tanpa mengenal menyerah serta mempunyai cita-cita.
5. Kreatif dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah
mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu. Orang
kreatif dapat dicirikan dengan selalu banyak ide/gagasan
dalam melakukan sesuatu, tidak pernah berhenti.
6. Tanggung jawab dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan
maksudnya mengetahui serta melakukan apa yang menjadi
tugasnya.
7. Kerjasama dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan maksudnya
melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama.
Kerjasama dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang
untuk saling menolong, suka kerja kelompok, setia kawan dan
ada pembagian tugas dengan orang lain.
Selain dalam lingkungan sosial non formal, terdapat juga
lingkungan sosial formal untuk menunjang pendidikan yaitu
sekolah. Sekolah mempunyai peran sebagai media untuk
mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa.
Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan
proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu hasil dari
pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal
bagi proses penyesuaian di masyarakat.

G. Fungsi ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari
berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan
ekonomi yang dibuat. Secara garis besar ilmu ekonomi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) bahasan, yaitu:

105
1. Ilmu ekonomi makro, yaitu ilmu yang menganalisis kegiatan
perekonomian secara keseluruhan, seperti pendapatan
nasional, kesempatan kerja, dan tingkat harga pada
umumnya.
2. Ilmu ekonomi mikro, yaitu ilmu yang mempelajari dan
menganalisis bagian-bagian tertentu dari keseluruhan
kegiatan perekonomian seperti tingkah laku konsumen dan
tingkah laku produsen.
Ekonomi keluarga termasuk dalam pembahasan ekonomi mikro.
Pembahasan ekonomi keluarga adalah pembahasan atau analisis
yang berkaitan dengan perilaku ekonomi keluarga yang dikaitkan
dengan proses permintaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi
keluarga. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan
berbagai jenis dan macam barang-barang maupun jasa untuk
memenuhi kebutuhannya diantaranya adalah:
1. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang benar-benar
sangat dibutuhkan oleh keluarga dan sifatnya wajib untuk
dipenuhi, contohnya kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2. Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder keluarga adalah kebutuhan yang
diperlukan setelah semua kebutuhan pokok terpenuhi,
contohnya kebutuhan rekreasi, kebutuhan transportasi,
kesehatan dan pendidikan.
3. Kebutuhan tersier
Kebutuhan tersier keluarga adalah kebutuhan manusia yang
sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul
setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan
sekunder, contohnya adalah mobil, komputer, apartemen,
dan lain sebagainya.

106
Bagi remaja yang belum berkeluarga atau yang sudah
merencanakan untuk berkeluarga, sudah seharusnya untuk
mempunyai gambaran tentang bagaimana sebaiknya keuangan
keluarga itu akan dikelola. Pengelolaan keuangan ini memang
harus diperhatikan, sebelum berbagai masalah akan dialami
dalam keluarga. Langkah-langkah untuk menyusun rencana
keuangan sebelum berkeluarga:
1. Menganalisis pemasukan dan pengeluaran
2. Mendiskusikan dengan calon pasangan tentang tujuan
keuangan atau impian-impian yang diinginkan tersebut
dipilah menjadi 3 tahap yaitu jangka pendek (dibawah satu
tahun), jangka menengah (1-5 tahun), jangka panjang (diatas 5
tahun).
3. Menyiapkan pendanaan untuk meraih semua impian tersebut
4. Bila tabungan sudah cukup segeralah merencanakan peluang
usaha
5. Disiplin dalam pengelolaan keuangan.

H. Fungsi Lingkungan
Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan merupakan
langkah yang positif. Penempatan diri untuk keluarga sejahtera
dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang
dinamis secara serasi, selaras dan seimbang. Upaya
pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana
bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam
membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera dengan
difasilitasi oleh institusi masyarakat sebagai lingkungan sosialnya
dan dukungan kemudahan dari pemerintah.

107
Dalam fungsi lingkungan terdapat 2 (dua) nilai dasar yang mesti
dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Kedua nilai dasar
tersebut diantaranya:
1. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari
kotoran, sampah dan polusi.
2. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang
berlaku.

108

Pendewasaan Usia Perkawinan

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta Diklat diharapkan dapat
memahami tentang Pendewasaan Usia Perkawinan.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan
2. Menjelaskan pentingnya Pendewasaan Usia Perkawinan dari aspek
kesehatan, ekonomi, psikologis, pendidikan dan kependudukan
3. Menjelaskan persiapan menjelang pernikahan
4. Menjelaskan tentang perencanaan keluarga

I. Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)


PUP sangat erat kaitannya dengan program keluarga berencana.
Menurut UU No. 52 tahun 2009, Keluarga Berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Upaya tersebut dapat dilakukan, salah satunya melalui Pendewasaan
Usia Perkawinan.

109
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) menurut BKKBN adalah upaya
untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada
saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan
dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini dianggap sudah siap baik
dipandang dari sisi kesehatan maupun perkembangan emosional
untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. PUP bukan sekedar
menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi juga
mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup
dewasa. Apabila seseorang gagal mendewasakan usia
perkawinannya, maka diupayakan adanya penundaan kehamilan
anak pertama. Penundaan kehamilan anak pertama tersebut, dalam
istilah KIE disebut sebagai anjuran untuk mengubah bulan madu
menjadi tahun madu.

II. Pentingnya Pendewasaan Usia Perkawinan


Pentingnya PUP bagi remaja terkait erat dengan beberapa aspek,
sebagai berikut:
A. Aspek kesehatan
Dilihat dari aspek kesehatan, perempuan yang menikah di usia
muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu
yang melahirkan, kematian bayi serta rendahnya derajat
kesehatan ibu dan anak. Dalam masa reproduksi perempuan , usia
di bawah 20 tahun adalah usia yang dianjurkan untuk menunda
perkawinan dan kehamilan. Dalam usia ini, perempuan atau laki-
laki masih dalam proses tumbuh kembang baik secara fisik
maupun psikis. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun,
dengan alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia
20 tahun dan laki-laki pada usia 25 tahun. Apabila pasangan suami
istri menikah pada usia di bawah 20 tahun, maka dianjurkan untuk
menunda kehamilan sampai usia isteri 20 tahun dengan
menggunakan salah satu alat kontrasepsi.

110
Disebutkan bahwa remaja puteri berusia 10-14 tahun berisiko lima
kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin, dibandingkan
kelompok perempuan usia 20-24 tahun, sementara risiko ini
meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun.
Anatomi tubuh remaja puteri berusia kurang dari 20 tahun, belum
siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga
dapat terjadi komplikasi. Ibu hamil di usia 20 tahun ke bawah
sering mengalami prematuritas (lahir sebelum waktunya), besar
kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental, kebutaan dan
ketulian serta meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada
ibu maupun pada anak. Risiko kesakitan dan kematian yang
timbul selama proses kehamilan dan persalinan, antara lain:
1. Risiko pada proses kehamilan
Perempuan yang hamil pada usia remaja/muda cenderung
memiliki berbagai risiko kehamilan dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi
kehamilannya. Akibatnya mereka kurang memperhatikan
kehamilannya. Risiko yang mungkin terjadi selama proses
kehamilan adalah: Keguguran (aborsi), yaitu berakhirnya
proses kehamilan pada usia kurang dari 20 minggu.
a. Pre eklampsia, yaitu ketidakteraturan tekanan darah
selama kehamilan dan Eklampsia, yaitu kejang pada
kehamilan.
b. Infeksi, yaitu peradangan yang terjadi pada kehamilan.
c. Anemia, yaitu kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
d. Bayi yang meninggal dalam kandungan.
e. Mempunyai resiko terhadap terjadinya kanker rahim, yaitu
kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya
dengan belum sempurnanya perkembangan dinding
rahim.

111
2. Risiko pada proses persalinan
Melahirkan mempunyai risiko kematian bagi semua
perempuan. Bagi seorang perempuan yang melahirkan kurang
dari usia 20 tahun, dimana secara fisik belum mencapai
kematangan, maka risikonya akan semakin tinggi. Risiko yang
mungkin terjadi antara lain:
a. Prematur, yaitu kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37
minggu.
b. Timbulnya kesulitan persalinan, yang dapat disebabkan
karena faktor dari ibu, bayi dan proses persalinan.
c. BBLR (berat bayi lahir rendah), yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan dibawah 2.500 gram.
d. Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia
kurang dari 1 tahun.
e. Kelainan bawaan, yaitu kelainan atau cacat yang terjadi
sejak dalam proses kehamilan.

B. Aspek ekonomi
Masalah perekonomian keluarga adalah salah satu sumber
ketidakharmonisan keluarga. Umumnya masalah keluarga
disebabkan karena masalah ekonomi keluarga. Secara umum,
pernikahan di usia muda mempunyai hubungan sebab akibat
dengan kemiskinan. Keluarga dengan kondisi ekonomi rendah
memiliki kecenderungan untuk menikahkan anak di usia dini atau
muda. Di sisi lain remaja yang menikah di usia muda seringkali
mengalami kesulitan ekonomi. Dampaknya pernikahan di usia
muda membuat keluarga, mayarakat, bahkan negara mengalami
kesulitan untuk melepaskan diri dari jeratan kemiskinan.

112
Dalam keluarga, terdapat beberapa kebutuhan yang hendaknya
dipenuhi, yaitu :
1. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer keluarga adalah kebutuhan yang benar-
benar amat sangat dibutuhkan oleh keluarga dan sifatnya
wajib untuk dipenuhi. Contohnya kebutuhan makan, minum,
pakaian, dan tempat tinggal.
2. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder keluarga adalah kebutuhan yang
diperlukan setelah semua kebutuhan primer terpenuhi.
Contohnya kebutuhan alat komunikasi, kesehatan dan
pendidikan.
3. Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier keluarga adalah kebutuhan manusia yang
sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul
setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan
sekunder. Contohnya adalah mobil, apartemen, dan lain
sebagainya.
Idealnya setiap calon suami-istri harus sudah menyiapkan diri
untuk mampu memenuhi kebutuhan primer keluarga apabila
ingin melangsungkan pernikahan untuk membentuk keluarga
baru. Oleh sebab itu, Program Pendewasaan Usia Perkawinan
menganjurkan setiap remaja mempersiapkan diri secara ekonomi
sebelum memasuki kehidupan rumah tangga. Salah satu cara
penyiapan diri tersebut adalah dengan menunda usia perkawinan
sampai dengan adanya kesiapan secara ekonomi bagi masing-
masing pasangan atau calon suami-istri.

113
C. Aspek Psikologis
Kesiapan psikologis menjadi alasan utama untuk menunda
perkawinan. Kesiapan psikologis diartikan sebagai kesiapan
individu dalam menjalankan peran sebagai suami atau istri,
meliputi pengetahuan akan tugasnya masing-masing dalam
rumah tangga. Oleh karena itu kesiapan psikologis sangat
diperlukan dalam memasuki kehidupan perkawinan agar
pasangan siap dan mampu menghadapi berbagai masalah yang
timbul dengan cara yang bijak, tidak mudah bimbang dan putus
asa. Berdasarkan masa perkembangan, pada usia 20 - 24 tahun
remaja memasuki masa dewasa awal, dimana pada masa ini
remaja sudah mendekati masa kematangan fisik dan emosi.
Kematangan emosi merupakan salah satu aspek psikologis yang
sangat penting untuk menjaga kelangsungan pernikahan.
Perkawinan usia muda dapat menimbulkan persoalan dalam
rumah tangga, seperti pertengkaran, percecokan dan bentrokan
antara suami dan istri. Emosi yang belum stabil, memungkinkan
banyaknya pertengkaran atau bentrokan yang berkelanjutan dan
dapat mengancam kelangsungan rumah tangga dan berujung
pada perceraian. Masalah perceraian umumnya disebabkan
masing-masing sudah tidak lagi memegang amanah bagi suami-
istri, sudah tidak ada saling menghargai dan melaksanakan
kewajiban sesuai perannya. Kematangan emosi ini akan semakin
meningkat seiring dengan pertambahan usia remaja.
Selain kematangan emosi, kemampuan penyesuaian diri juga
menjadi aspek psikologis yang penting dalam berumah tangga,
karena perkawinan bukanlah hal yang mudah, didalamnya
terdapat banyak konsekuensi yang harus dihadapi sebagai bentuk
tahap kehidupan baru individu dan pergantian status dari lajang
menjadi istri/suami yang menuntut adanya penyesuaian diri terus
menerus sepanjang perkawinan. Hanya pasangan suami istri yang

114
mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan rumah
tangga yang akan berhasil mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang diinginkannya.
Pasangan yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan
perkawinan akan lebih mudah menerima dan menghadapi segala
konsekuensi persoalan yang timbul dalam perkawinan.
Penundaan usia perkawinan sampai pada usia minimal 20 tahun
bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki, diyakini banyak
memberikan keuntungan bagi pasangan dalam keluarga.
Perkawinan di usia dewasa juga akan memberikan keuntungan
dalam hal kesiapan psikologis. Semua bentuk kesiapan ini
mendukung pasangan untuk dapat menjalankan peran baru
dalam keluarga yang akan dibentuknya agar perkawinan yang
dijalani selaras, stabil dan pasangan dapat merasakan kepuasan
dalam perkawinannya kelak.

D. Aspek pendidikan
Pendidikan dan keterampilan merupakan salah satu aspek yang
harus dimiliki dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Pendidikan merupakan penopang dan sumber untuk mencari
nafkah dalam upaya memenuhi segala kebutuhan dalam rumah
tangga. Pernikahan di usia muda seringkali menyebabkan remaja
tidak lagi bersekolah, karena kini ia mempunyai tanggungjawab
baru, yaitu sebagai kepala keluarga dan calon ayah atau istri dan
calon ibu, yang diharapkan berperan lebih banyak mengurus
rumah tangga maupun menjadi tulang punggung keluarga dan
keharusan mencari nafkah.
Disisi lain biaya pendidikan yang tak terjangkau menyebabkan
remaja, terutama perempuan berhenti sekolah dan kemudian
dinikahkan untuk mengalihkan beban tanggungjawab orangtua.
Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat

115
pendidikan yang dicapai oleh remaja atau sebaliknya semakin
rendah pendidikan remaja maka semakin besar kemungkinan
mereka untuk menikah diusia muda.

E. Aspek kependudukan
Median usia kawin pertama bagi perempuan sangat
mempengaruhi situasi kependudukan, terutama fertilitas
(kesuburan). Fertilitas adalah kemampuan seorang perempuan
untuk melahirkan bayi hidup. Perempuan yang menikah pada usia
muda akan mempunyai rentang waktu lebih panjang terhadap
risiko untuk hamil, sehingga menikah pada usia muda juga
berdampak pada tingkat fertilitas di masyarakat. Semakin muda
umur perkawinan seseorang, maka masa subur reproduksi akan
lebih panjang dilewatkan dalam ikatan perkawinan.
Rata-rata, seorang wanita memiliki 300 bulan masa reproduksi.
Secara umum, potensi reproduksi seorang wanita di mulai pada
usia 15 tahun. Potensi tersebut terus naik dan mencapai
puncaknya pada usia 20 sampai dengan 29 tahun. Setelah usia
tersebut, potensi reproduksi seorang wanita akan terus menurun
dan berhenti pada usia 49 tahun.

III. Persiapan Menjelang Pranikah


A. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatannya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejak dini penyakit yang ada pada calon pengantin,
sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan
bertanggung jawab terkait dengan rumah tangga mereka ke
depan. Karena penyakit tersebut dapat mempengaruhi kondisi
anak atau keturunan yang akan dilahirkan, yaitu risiko kecacatan

116
atau kelainan, penyakit bawaan atau penyakit tertentu (seperti
thalasemia, hemofilia, buta warna, asma/alergi, dan sebagainya).
Beberapa pemeriksaan pranikah antara lain adalah pemeriksaan
laboratorium, seperti Hb, golongan darah, rhesus, pemeriksaan
darah untuk IMS, gula darah, hepatitis dan tes HIV/AIDS (bagi
pasangan yang mempunyai riwayat hubungan seks berisiko atau
Napza suntik).

B. Persiapan Gizi
Calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan perlu
meningkatkan status kesehatan dan status gizi agar terhindar dari
KEK (Kurang Energi Kronis) dan Anemia. Calon pengantin yang
mengalami KEK dapat berisiko pada saat kehamilan dan kelahiran,
seperti perdarahan, keguguran, dan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR). Sedangkan anemia pada remaja dapat menurunkan
produktivitas dan konsentrasi belajar, serta bila hamil dapat
berisiko pada saat persalinan.

C. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)


Untuk keselamatan dan perlindungan diri terhadap penyakit
tetanus, maka perlu dilakukan 5 (lima) kali pemberian imunisasi
TT. Adapun waktu pemberian imunisasi TT yaitu :
TT 1 : 0 (nol) bulan
TT 2 : 1 (satu) bulan setelah TT1
TT 3 : 6 (enam) bulan setelah TT2
TT 4 : 12 (dua belas) bulan setelah TT3
TT 5 : 12 (dua belas) bulan setelah TT4

117
D. Lain-lain
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemakaian NAPZA
(narkotika, psikotropika dan zat adiktif). Karena pemakaian NAPZA
dapat mempengaruhi kesehatan perempuan, terutama pada saat
kehamilan.

IV. Perencanaan Keluarga


Perencanaan Keluarga merupakan kerangka dari program
pendewasaan usia perkawinan. Kerangka ini terdiri dari tiga masa
reproduksi, yaitu: masa menunda perkawinan dan kehamilan, masa
menjarangkan kehamilan dan masa mencegah kehamilan. Kerangka
tersebut dapat dilihat seperti bagan dibawah ini:
Gambar 2 :
Bagan Perencanaan Keluarga
20 th - 35 th

Dibawah ini akan diuraikan ciri dan langkah-langkah yang diperlukan


bagi remaja apabila memasuki ketiga masa reproduksi tersebut.
A. Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan
Salah satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan secara fisik,
yang sangat menentukan adalah umur untuk melakukan

118
pernikahan. Secara biologis, fisik manusia tumbuh berangsur-
angsur sesuai dengan pertambahan usia.
Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang
dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Dalam
usia ini seorang remaja masih dalam proses tumbuh kembang
baik secara fisik maupun psikis. Proses pertumbuhan berakhir
pada usia 20 tahun, dengan alasan ini maka dianjurkan
perempuan menikah pada usia 20 tahun. Apabila perempuan
menikah dibawah usia 20 tahun dapat mengakibatkan risiko
kesakitan dan kematian yang timbul selama proses kehamilan
dan persalinan.
Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahun
dianjurkan untuk menunda kehamilannya sampai usianya
minimal 20 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Kondom, Pil, IUD,
implan dan suntikan.

B. Masa Menjarangkan Kehamilan


Pada masa ini usia isteri antara 20-35 tahun, merupakan periode
yang paling baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai
risiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak ideal untuk
menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun. Kontrasepsi yang
dianjurkan adalah IUD, Suntikan, Pil, Implan dan metode
sederhana.

C. Masa Mengakhiri Kehamilan


Masa mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS (Pasamgan
Usia Subur) diatas 35 tahun. Sebab secara empirik diketahui
melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengalami risiko

119
medik. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah MOW, IUD,
Implan, Suntikan, Metode Sederhana dan Pil.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan penggunaan
kontrasepsi berdasarkan fase reproduksi wanita seperti tabel
dibawah ini :
Fase Menunda Fase Menjarangkan Fase Tidak Hamil
Kehamilan Kehamilan lagi
< 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun
Kondom IUD Steril
Pil Suntikan IUD
IUD Pil Implan
Sederhana Implan
Implan Sederhana
Suntikan

120

TRIAD KRR : Seksualitas

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta Diklat diharapkan dapat
memahami tentang seksualitas dalam lingkup Kesehatan Reproduksi
Remaja.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Peserta dapat menjelaskan dengan baik dan benar tentang konsep
seksualitas.
2. Peserta dapat menjelaskan tentang organ reproduksi laki-laki dan
perempuan.
3. Peserta dapat menjelaskan tentang pubertas.
4. Peserta dapat menjelaskan tentang konsepsi dan kehamilan.
5. Peserta dapat menjelaskan tentang membahas perilaku berisiko.

I. Konsep Seksualitas
Kata seksualitas sendiri berasal dari kata dasar seks, yang memiliki
beberapa arti, antara lain: Seks berarti jenis kelamin, yaitu keadaan
biologis manusia yang membedakan laki-laki dan perempuan. Seks

121
juga berarti reproduksi seksual, yang bertujuan menghasilkan
keturunan. Seks juga berarti organ reproduksi, yang terdiri dari alat
reproduksi laki-laki dan perempuan. Seks juga berarti rangsangan
atau gairah seksual.
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia
sebagai mahluk seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap
yang berkaitan dengan perilaku seksual, hubungan seksual dan
orientasi seksual.
Perilaku seksual adalah segala bentuk perilaku yang muncul akibat
dorongan seksual. Hubungan seksual adalah masuknya penis
kedalam vagina sebagai salah satu bentuk penyaluran dorongan
seksual. Sedangkan Orientasi seksual adalah kecenderungan
seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan jenis kelamin.

II. Organ Reproduksi


A. Laki-laki
1. Organ reproduksi laki-laki serta fungsinya
a. Penis berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran
untuk pembuangan sperma dan air seni. Pada keadaan
biasa, penis tergantung di depan scrotum (kantung buah
zakar). Pada waktu terangsang seksual, banyak darah yang
dipompakan ke dalam jaringan erektil penis. Sehingga
penis menjadi tegang, keras dan besar. Keadaan seperti ini
disebut ereksi. Selain itu, ereksi spontan dapat terjadi
ketika dini hari, karena meningkatnya hormon testosteron
dan penuhnya kandung kencing. Ukuran penis tidak
menentukan kesuburan seseorang, tetapi ditentukan oleh
fungsinya yang ditandai dengan ereksi dan ejakulasi.

122
b. Glans adalah bagian depan atau kepala penis. Glans
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit
yang menutupi bagian glans disebut Foreskin (Preputium).
Di beberapa negara ada yang memiliki kebiasaan
membersihkan daerah sekitar preputium ini atau yang
dikenal dengan sunat. Sunat dianjurkan karena
memudahkan pembersihan penis sehingga mengurangi
kemungkinan terkena infeksi, radang dan beberapa
macam kanker.
c. Uretra (saluran kencing) yaitu saluran untuk mengeluarkan
air seni dan air mani. Di dalam mekanisme pengeluaran air
seni dan air mani, otot-otot di dasar kandung kemih akan
menjadi lebih rapat, sehingga tidak akan mengeluarkan air
seni/kencing pada saat ia melakukan hubungan seksual.
d. Vas deferens (saluran sperma) yaitu saluran yang
menyalurkan sperma dari testis menuju ke prostat. Vas
deferens panjangnya 4,5 cm dengan diameter 2,5 mm.
e. Epidydimis yaitu saluran yang lebih besar dan berkelok-
kelok yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma
yang dihasilkan oleh testis akan berkumpul di Epididymis.
f. Testis (buah zakar) berjumlah dua buah untuk
memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan
testosteron. Testis berada di dalam scrotum, di luar rongga
panggul karena pertumbuhan sperma membutuhkan suhu
yang lebih rendah dari pada suhu tubuh. Sperma yaitu sel
yang berbentuk seperti kecebong yang memiliki kepala,
badan dan ekor bila dilihat menggunakan mikroskop, yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila
bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi
pembuahan.

123
g. Scrotum adalah kantung kulit yang melindungi testis,
berwarna gelap dan berlipat-lipat. Scrotum adalah tempat
bergantungnya testis. Scrotum mengandung otot polos
yang mengatur jarak jauh testis ke dinding perut dengan
maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
h. Kelenjar prostat yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan
mani yang ikut mempengaruhi kesuburan sperma.
i. Vesikula seminalis fungsinya hampir sama dengan kelenjar
prostat. Kelenjar prostat dan kelenjar seminalis ini
termasuk alat reproduksi laki-laki bagian dalam.
j. Kandung kencing adalah tempat penampungan sementara
hasil ekskresi (pengeluaran) dari ginjal ( air seni )
Gambar organ reproduksi laki-laki

2. Jenis gangguan biologis-anatomis pada organ laki-laki yang


sering dijumpai
a. Cryptorchidism : buah zakar hanya satu atau tidak ada di
dalam kantung buah zakarnya.

124
b. Hypospadia : lubang keluar sperma/kencing pada laki-laki
di sebelah bawah. Biasanya ketika buang air kecil alirannya
"tidak deras."
c. Pseudohermaphrodite : memiliki bentuk alat kelamin
ganda pada laki-laki (memiliki vagina yang tidak
sempurna).
d. Micro penis: penis kecil atau tidak berkembang.

B. Perempuan
1. Organ Reproduksi Perempuan Serta Fungsinya
Organ reproduksi perempuan yang penting dalam proses
reproduksi adalah :
a. Ovarium (indung telur) yaitu organ di kiri dan kanan rahim
di ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di
rongga pinggul. Fungsinya menghasilkan sel telur (ovum)
dan hormon-hormon (estrogen dan progesteron). Sebulan
sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran
mengeluarkan sel telur yang dapat dibuahi oleh sperma.
Bila tidak dibuahi maka akan keluar pada saat menstruasi.
b. Fimbrae (umbai-umbai) dapat dianalogikan dengan jari-jari
tangan. Umbai-umbai ini berfungsi untuk menangkap
ovum yang dikeluarkan indung telur.
c. Tuba fallopi (saluran telur) yaitu saluran di kiri dan kanan
rahim yang berfungsi sebagai saluran sel telur dari indung
telur menuju rahim (proses ovulasi) dan tempat
pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan
sperma. Ujung dari tuba fallopi adalah fimbrae.
d. Uterus (rahim) yaitu tempat pertumbuhan janin. Bentuknya
seperti buah alpukat gepeng dan berat normalnya antara

125
30 - 50 gram. Dinding rahim yang menebal dan berisi
pembuluh darah akan keluar sebagai menstruasi. Pada saat
tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam
kampung, Dindingnya terdiri dari :
1) Lapisan parametrium adalah lapisan yang paling luar
dan lapisan yang berhubungan dengan rongga perut.
2) Lapisan miometrium adalah lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar dari proses persalinan
kontraksi.
3) Lapisan endometrium adalah lapisan dalam tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan
endometrium terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi
pembuluh darah.
e. Cervix (leher rahim) yaitu bagian bawah rahim bagian luar
ditetapkan sebagai batas penis waktu masuk ke dalam
vagina. Disamping itu, pada saat persalinan tiba, leher
rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.
f. Mulut vagina yaitu awal dari vagina, merupakan rongga
penghubung rahim dengan bagian luar tubuh. Lubang
vagina ini ditutupi oleh selaput dara. Sedangkan vagina
(lubang senggama) yaitu sebuah saluran berbentuk
silinder dengan diameter dinding depan 6,5 cm dan
dinding belakang 9 cm yang bersifat elastis dengan
berlipat-lipat. Fungsinya adalah untuk bersenggama,
tempat keluarnya menstruasi dan jalan lahir bayi.
g. Klitoris (kelentit) yaitu benjolan daging kecil yang paling
peka dari seluruh alat kelamin perempuan. Klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.

126
h. Labia mayora yaitu bibir vagina bagian luar. Fungsinya
adalah memberikan perlindungan kepada klitoris, lubang
kencing dan lubang vagina.
i. Labia minora yaitu bibir vagina bagian dalam, terletak di
belakang labia mayora. Labia minora memiliki banyak
pembuluh darah dan syaraf.
j. Lubang kencing adalah saluran tempat keluarnya air seni
dari kandung kemih. Lubang kencing berada di bagian
depan vagina yang terletak di antara lubang vagina dan
klitoris.
k. Anus (dubur) adalah sebuah bukaan dari rectum ke
lingkungan luar tubuh. Fungsi utama anus adalah
membuang feses keluar tubuh, melalui proses buang air
besar.
l. Selaput dara (hymen) yaitu selaput tipis yang terdapat di
muka liang vagina. Selaput dara tidak mengandung
pembuluh darah. Robeknya selaput dara biasanya terjadi
karena hubungan seks (masuknya penis ke dalam vagina).
Selaput dara dapat juga robek karena kecelakaan atau
kegiatan olah raga yang berat (berkuda atau jatuh dari
sepeda), tetapi hal ini jarang terjadi. Kegiatan olah raga
berat tersebut dapat menyebabkan robeknya selaput dara
jika kecelakaan menimbulkan luka penetrasi pada mulut
vagina.
Pada saat hubungan seks yang pertama dapat disertai
sedikit perdarahan tetapi bisa juga tidak. Hal ini tergantung
pada kekenyalan selaput dara. Perdarahan terjadi karena
ada luka pada pembuluh darah yang ada di sekitar dinding
vagina, bukan berasal dari selaput dara. Selaput dara
memiliki lubang atau pori-pori, karena melalui lubang atau
pori-pori tersebut keluar darah sewaktu kita menstruasi.

127
Jika tidak ada lubangnya, justru akan menimbulkan
penyakit karena darah menstruasi menumpuk yang dapat
membahayakan organ reproduksi. Bila hal tersebut terjadi,
dianjurkan remaja perempuan untuk memeriksakan diri ke
dokter atau bidan.

Lubang atau pori-pori pada selaput dara bervariasi dari


satu individu ke individu lainnya. Bentuknya ada yang
bulat, lonjong, maupun bergerigi dan letaknya bisa di
tengah, di pinggir atau seperti saringan. Selaput dara
mempunyai elastisitas yang berbeda-beda, ada yang kaku
dan ada yang kenyal. Elastisitasnya inilah yang antara lain
mempengaruhi perdarahan pada hubungan seksual
pertama terjadi atau tidak.

Gambar organ reproduksi perempuan

128
2. Payudara
Organ ini memang tidak terkait dengan proses menstruasi,
kehamilan dan persalinan. Tetapi untuk proses reproduksi
setelah melahirkan sangat penting dalam proses menyusui.
Bahkan sejak seorang perempuan hamil, sudah dimulai proses
perawatan payudara sebagai persiapan menyusui.
Sedangkan pada remaja, payudara mulai membesar ketika
pubertas dan terkadang menimbulkan masalah. Misalnya
ukuran payudara, banyak yang risau karena ukuran payudara
yang terlalu kecil atau terlalu besar. Padahal ukuran ditentukan
oleh asupan gizi perempuan, karena payudara terdiri dari
jaringan lemak. Payudara kanan maupun kiri bisa tidak sama
besar. Hal yang perlu diketahui adalah bagaimana merawat
payudara, seperti kebersihan dan penggunaan pakaian
(beha/kutang/bra maupun pakaian luar).

III. Pubertas
A. Pengertian
Masa puber adalah masa dimana tubuh sedang mengalami
perubahan besar-besaran, dari struktur tubuh anak-anak menjadi
struktur tubuh orang dewasa. Biasanya masa puber pada laki-laki
antara umur 11-12 tahun, lebih lambat dari perempuan yang
sudah mulai saat umur 8 10 tahun. Tapi ini tidak mutlak, karena
kondisi tubuh masing-masing orang berbeda. Jadi ada laki-laki
atau perempuan yang mengalami masa puber lebih cepat atau
justru lebih lambat.

B. Perubahan Psikologis Pada Remaja


1. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak.
2. Remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam
kesadaran diri mereka (self-awareness).

129
3. Remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image).
4. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba
mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan
akibat dari perbuatan mereka.
5. Pada usia 16 tahun ke atas, keunikan remaja akan berkurang
karena telah sering dihadapkan pada dunia nyata.

C. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Pubertas


1. Laki-Laki
a. Perubahan Hormonal
Hormon Testosteron pada laki-laki
Hormon testosteron dihasilkan oleh sel Leydig dalam testis
dan kelenjar anak ginjal. Hormon testosteron ada dalam
darah dan mempengaruhi organ dalam tubuh, sehingga
menyebabkan terjadinya beberapa pertumbuhan seks
primer dan menimbulkan ciri-ciri pertumbuhan seks
sekunder. Berfungsinya hormon terjadi karena hipotalamus
(pusat pengendali otak) bekerjasama dengan hipofisa
(kelenjar bawah otak).

b. Perubahan Fisik
Sama halnya dengan remaja perempuan, hormon
testosteron akan membantu tumbuhnya bulu-bulu halus di
sekitar ketiak, kemaluan laki-laki, janggut dan kumis, terjadi
perubahan suara pada remaja laki-laki, tumbuhnya jerawat
dan mulai diproduksinya sperma yang pada waktu-waktu
tertentu keluar sebagai mimpi basah. Perubahan lain antara
lain:

130
1) Tubuh bertambah berat dan tinggi
2) Keringat bertambah banyak
3) Kulit dan rambut mulai berminyak
4) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
5) Tangan dan kaki bertambah besar
6) Tulang wajah mulai memanjang dan membesar,
sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi
7) Pundak dan dada bertambah besar dan bidang
8) Tumbuh jakun
9) Suara berubah menjadi berat
10) Penis dan buah zakar membesar

c. Mimpi Basah
1) Pengertian
Mimpi basah adalah keluarnya cairan sperma secara
alamiah. Mimpi basah merupakan tanda seorang anak
laki-laki telah memiliki kemampuan bereproduksi. Tubuh
laki-laki pada awal pubertas akan memproduksi air-mani
(sperma) secara terus menerus. Secara alamiah air
maninya akan keluar saat tidur, sering pada saat mimpi
tentang seks, disebut "mimpi basah". Ini adalah
pengalaman yang wajar bagi semua remaja laki-laki.
2) Proses
a) Proses mimpi basah
Ketika seorang laki-laki memasuki masa pubertas
maka mulai terjadi proses pematangan sperma yang
terjadi di testis. Produksi sperma sangat dipengaruhi

131
oleh faktor nutrisi, istirahat, rokok, narkoba, alkohol
dan lain-lain. Sperma yang telah diproduksi ini akan
dikeluarkan dari testis melalui saluran/vas deferens
kemudian berada dalam cairan mani yang diproduksi
oleh kelenjar prostat dan kelenjar lainnya. Air mani
yang telah mengandung sperma akan keluar dari
dalam tubuh laki-laki melalui saluran kemih di batang
penis. Pengeluaran sperma itu disebut ejakulasi.
b) Ereksi
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada
penis yang terjadi ketika pembuluh darah di penis
dipenuhi dengan darah. Pada saat penis berereksi,
otot-otot di dasar kandung kemih akan menjadi lebih
rapat, sehingga tidak akan mengeluarkan air
seni/kencing pada saat ia melakukan hubungan
seksual. Ereksi dapat hilang dengan sendirinya atau
dengan terjadinya ejakulasi. Ereksi bisa terjadi karena
rangsangan seksual. Tidak ada standar penis yang
normal harus berukuran sekian ketika ereksi, karena
hal ini juga sangat tergantung dari faktor keturunan
dan ras seseorang.
c) Impotensi
Ketidakmampuan ereksi lebih dikenal dengan
sebutan impotensi, yaitu keadaan ketika laki-laki
mengalami kesulitan untuk memulai dan
mempertahankan ereksinya. Impotensi
mempengaruhi kemampuan untuk berhubungan
seksual, yang sering kali dijadikan ukuran kejantanan
seorang pria. Impotensi bisa disebabkan oleh faktor
psikologis maupun fisik.

132
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan impotensi :
- Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi
ketidakmampuan ereksi, seperti rasa takut
(misalnya takut ketahuan berhubungan seksual
padahal belum menikah, takut pasangan jadi
hamil, takut ketularan penyakit, dan lain-lain),
kurang percaya diri, adanya pengalaman masa
kecil yang kurang baik, atau perasaan tidak cinta
dan benci pada pasangan.
- Faktor fisik
Faktor fisik bisa karena terlalu banyak
mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu,
penyakit diabetes (kencing manis) bila tingkat
penyakit berat dan tidak terkontrol dengan baik
dan gangguan pada kelenjar prostat.
d) Ejakulasi
Air mani yang telah mengandung sperma akan keluar
dari dalam tubuh laki-laki melalui saluran kemih di
batang penis, yang disebut ejakulasi. Ejakulasi bisa
terjadi secara alami melalui mimpi basah atau melalui
rangsangan terhadap alat kelaminnya yang disebut
masturbasi atau onani.

2. Perempuan
a. Perubahan Hormonal
1) Pengaruh dan manfaat hormon estrogen
Hormon ini membuat seorang anak perempuan
memiliki sifat kewanitaan setelah remaja. Hormon
estrogen mempunyai beberapa khasiat, yaitu :

133
a) Merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara
sehingga payudara membesar.
b) Merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga
rahim dan vagina.
c) Membuat dinding rahim kian tebal
d) Membuat cairan vagina bertambah banyak.
e) Mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah
panggul perempuan.
2) Pengaruh dan manfaat hormon progesteron
Hormon progesteron mempunyai beberapa khasiat,
yaitu :
a) Melemaskan otot-otot halus
b) Meningkatkan produksi lemak di kulit
c) Meningkatkan suhu badan
d) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang dan
besar.
e) Mempertebal dinding rahim.
f) Merangsang kelenjar-kelenjar agar mengeluarkan
cairan nutrisi bagi sel telur yang dibuahi.

b. Perubahan Fisik
Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon/zat dalam
tubuh, terutama hormon estrogen dan progesteron, mulai
berperan aktif sehingga pada perempuan mulai tumbuh
payudara, pinggul mulai melebar dan membesar dan akan
mengalami menstruasi atau haid. Perubahan lainnya seperti:

134
1) Tumbuh rambut-rambut halus di sekitar ketiak dan
vagina/kemaluan
2) Muncul jerawat pada wajah
3) Kulit dan rambut mulai berminyak
4) Keringat bertambah banyak
5) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
6) Tangan dan kaki bertambah besar
7) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar,
sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi
8) Pinggul membesar
9) Indung telur membesar
10) Vagina mulai mengeluarkan cairan

c. Menstruasi
1) Pengertian
Menstruasi merupakan pelepasan darah dan sel-sel dari
dinding rahim melalui vagina. Menstruasi dimulai saat
pubertas, berhenti sesaat waktu hamil atau menyusui,
dan berakhir saat menopause, ketika seorang
perempuan berumur sekitar 40 sampai 50 tahun.
2) Proses
Pada saat seorang bayi perempuan lahir, ovariumnya
mengandung ratusan ribu sel telur tetapi belum
berfungsi. Ketika seorang perempuan memasuki usia
pubertas, ovariumnya mulai berfungsi dan terjadi
menstruasi yang pertama disebut menarche. Menarche
umumnya terjadi pada umur 8-10 tahun, paling lambat

135
umur 17 tahun. Hal ini terjadi karena proses
pertumbuhan setiap orang berbeda.

Proses menstruasi akan berlangsung dalam satu siklus,


dimana terjadi perubahan pada dinding rahim sebagai
akibat dari produksi hormon-hormon oleh ovarium, yaitu
dinding rahim makin menebal sebagai persiapan jika
terjadi kehamilan. Ketika sel telur yang matang (ovulasi)
dikeluarkan oleh indung telur (ovum), maka akan
mempunyai potensi untuk dibuahi oleh sperma dalam 24
jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel telur
akan mati dan terjadilah perubahan pada komposisi
kadar hormon yang akhirnya membuat dinding rahim
tadi akan luruh disertai perdarahan, inilah yang disebut
menstruasi.

136
3) Siklus menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara hari pertama
menstruasi bulan ini dengan hari pertama menstruasi
bulan berikutnya. Rata-rata masa menstruasi
berlangsung empat sampai lima hari. Namun ada juga
yang mengalami haid hanya tiga hari, ada juga yang
sampai satu minggu. Pada kebanyakan perempuan,
siklus haid berkisar antara 28 sampai 29 hari. Namun
demikian, siklus yang berlangsung dari 20 sampai 35 hari
masih dianggap normal.
4) Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat menstruasi :
a) Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari
menggunakan sabun mandi dan membersihkan
organ reproduksi luar.
b) Mengganti pembalut minimal empat kali sehari
terutama sehabis buang air kecil.
c) Bila perut di sekitar rahim terasa nyeri, dan masih
dapat diatasi, tidak perlu minum obat penghilang
rasa sakit, kecuali sangat mengganggu misalnya
hingga menyebabkan pingsan.
d) Makan-makanan bergizi, terutama yang banyak
mengandung zat besi dan vitamin, seperti hati
ayam/sapi, daging, telur, sayur dan buah.
e) Mengkonsumsi tablet penambah darah (zat anti
anemia).
f) Aktivitas harian tidak perlu diubah kecuali bila ada
aktivitas fisik yang berlebihan misalnya olahraga
berat, terutama pada siswi sekolah perlu
dipertimbangkan.

137
5) Sindrom Pre Menstruasi
Sindrom Pre Menstruasi adalah kumpulan gejala
sebelum datangnya menstruasi. Gejala ini dapat
diminimalisir apabila perempuan dapat menyadari
bahwa tubuhnya sedang mengalami perubahan. Gejala
tersebut seperti :
a) Nyeri perut dan pinggang
b) Sakit kepala
c) Payudara terasa nyeri
d) Mual
e) Mudah letih dan mudah marah

IV. Konsepsi dan Kehamilan


A. Pengertian
Konsepsi adalah peristiwa terjadinya pembuahan (masuknya
spermatozoa ke dalam sel telur atau ovum). Konsepsi terjadi di
Tuba Falopii, dimana hasil konsepsi disebut zigot akan berjalan ke
rahim (uterus) sambil terus membelah menjadi 64 sel, yang
kemudian tertanam di rahim (nidasi). Setelah itu, maka akan
membentuk embrio yang menjadi cikal bakal janin yang
berkembang di dalam rahim sampai akhirnya dilahirkan sebagai
bayi. Sedangkan kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai
dari pembuahan sel telur oleh sperma sampai dengan lahirnya
janin. Kehamilan normal diperkirakan sekitar 40 minggu atau 9
bulan 7 hari. Usia terbaik bagi perempuan untuk hamil antara 20
35 tahun.

138
B. Proses Kehamilan
Pada waktu berhubungan seksual, 2 3 juta sperma akan masuk
ke dalam rahim dan bergerak menuju saluran telur. Jika
berhubungan seksual dilakukan pada masa subur, maka sperma
akan bertemu dengan sel telur sehingga terjadi pembuahan.
Hanya satu sperma yang berhasil membuahi sel telur. Apabila
sudah ada satu sperma yang masuk, maka dinding sel telur akan
berubah kandungan zatnya, yang mengakibatkan sperma lain
tidak dapat masuk. Perjalanan hasil pembuahan dari saluran telur
menuju rahim, kira-kira 7 hari, yang disebut fertilisasi. Sel telur
yang dibuahi kemudian menempel pada lapisan dinding rahim
dan berkembang menjadi janin.

C. Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda Tidak Pasti
a. Tidak datang haid
b. Pusing dan muntah pada pagi hari
c. Buah dada membesar

139
d. Daerah sekitar puting susu menjadi agak gelap
e. Perut membesar
2. Tanda Pasti
a. Tes urin positif
b. Pemeriksaan USG
c. Ibu merasakan gerakan bayi
d. Teraba bagian bayi
e. Terdengar denyut jantung janin

D. Keadaan Ideal Untuk Hamil


Usia ideal untuk melahirkan adalah 20 35 tahun, hal tersebut
karena :
1. Secara fisik, perkembangan reproduksi dan jalan lahir sudah
cukup optimal. Karena jika kehamilan terjadi pada usia < 20
tahun, maka risiko yang dihadapi :
a. Persalinan yang sulit dengan segala komplikasinya,
disebabkan karena rahim dan panggul ibu belum
berkembang dengan baik.
b. Perkembangan otak janin terlambat.
c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2500
gram.
d. Kegagalan pemberian ASI
e. Tidak optimalnya merawat bayi, yang berdampak pada
kematian/kesakitan pada bayi.
2. Secara psikis, diharapkan calon ibu sudah mencapai
kematangan emosional.

140
3. Secara sosial ekonomi
Kesiapan sosial ekonomi, artinya bahwa diharpkan calon ibu
dan ayah secara berkesinambungan dapat membiayai
kehidupan anak yang akan lahir kelak.

E. Perawatan Kehamilan
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter/bidan secara
rutin atau paling sedikit 4 kali selama kehamilan :
a. Satu kali pada usia kehamilan 12 minggu (Trimester I)
b. Satu kali pada usia kehamilan > 12 24 minggu (Trimester
II)
c. Dua kali pada usia kehamilan > 24 36 minggu (Trimester
III)
2. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
3. Cukup istirahat dan tidak bekerja terlalu berat.
4. Makan yang cukup sesuai kebutuhan gizi pada saat hamil.
5. Penambahan berat badan 12 15 kg.
6. Merawat payudara (membersihkan puting susu, mengurut
payudara).
7. Minum tablet tambah darah, minimal 90 butir selama
kehamilan.
8. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT).

F. Persalinan
Persalinan adalah proses keluarnya janin dari rahim ibu. Adapun
persiapan yang perlu dilakukan, antara lain:

141
1. Memilih tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan
2. Menyediakan perlengkapan untuk kelahiran bayi
3. Mempersiapkan transportasi ke tempat persalinan
4. Menyediakan biaya persalinan
5. Mengetahui tanda-tanda akan melahirkan seperti:
a. Terjadinya kontraksi
b. Keluarnya cairan lendir bercampur darah
c. Ketuban pecah mengeluarkan air ketuban

G. Pasca Persalinan
Perawatan yang perlu dilakukan setelah melahirkan, antara lain :
1. Melakukan perawatan tali pusat bayi dengan kasa bersih
sampai tali pusat lepas.
2. Memeriksakan kesehatan ibu dan bayi 2 kali dalam bulan
pertama sesudah melahirkan.
3. Memberikan imunisasi kepada bayi.
4. Memberikan ASI Eksklusif.
5. Minum kapsul Vitamin A
6. Melaporkan kelahiran kepada kader.
7. Menggunakan alat kontrasepsi.

V. Perilaku Seksual Berisiko


A. Seks Pra Nikah
Salah satu perilaku remaja yang dapat menimbulkan masalah bagi
kesehatan remaja adalah perilaku hubungan seksual pra nikah.

142
Hubungan seksual pra nikah (premarital sex) adalah kontak seksual
yang dilakukan remaja dengan lawan jenis atau teman sesama
jenis tanpa ikatan pernikahan yang sah. Perilaku hubungan
seksual pra nikah dapat menyebabkan berbagai masalah bagi
kesehatan, sosial dan ekonomi bagi remaja itu sendiri maupun
keluarganya.
Beberapa dampak dari perilaku hubungan seksual pranikah,
antara lain:
1. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
a. Pengertian
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan
yang oleh karena suatu sebab maka keberadaannya tidak
diinginkan atau diharapkan oleh calon orang tua bayi
tersebut.
b. KTD pada remaja terjadi karena :
1) Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang
perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
2) Akibat pemerkosaan.
c. Dampak KTD pada remaja
Kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah bagi
remaja itu sendiri, keluarga maupun lingkungan sosial.
Kehamilan tidak diinginkan pada remaja dapat memiliki
beberapa dampak, yaitu:
1) Dampak fisik, antara lain status kesehatan fisik rendah,
perdarahan, komplikasi dan kehamilan yang
bermasalah;
2) Dampak psikologis, antara lain tidak percaya diri, stres,
malu;

143
3) Dampak sosial, antara lain prestasi sekolah rendah atau
drop out dari sekolah, penolakan atau pengusiran oleh
keluarga, dikucilkan oleh masyarakat, tingkat
ketergantungan keuangan yang tinggi bahkan
kemiskinan;
4) Dampak bagi anak yang dilahirkan, anak yang
dilahirkan oleh ibu di usia remaja akan mengalami
status kesehatan yang rendah, keterlambatan
perkembangan intelektualitas dan masalah sosial
lainnya.

2. Aborsi
a. Pengertian
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan
sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara
mandiri. Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup
tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Kehamilan yang disebabkan oleh hubungan seksual
pranikah dapat menyebabkan aborsi spontan atau aborsi
buatan pada remaja. Tindakan aborsi mengandung risiko
yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar
profesi medis, misalnya dengan cara :
1) Penggunaan ramuan yang membuat panas rahim
seperti nanas muda yang dicampur dengan merica atau
obat-obatan yang keras lainnya.
2) Manipulasi fisik, seperti melakukan pijatan pada rahim
agar janin terlepas dari rahim.
3) Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril
(misalnya ujung bambu yang diruncingkan) yang dapat
mengakibatkan infeksi pada rahim.

144
b. Undang-undang Aborsi
Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi
(pengguguran kandungan) dilarang keras (ilegal) dengan
alasan apapun kecuali untuk menyelamatkan jiwa ibu
(Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009). Lebih
lanjut adapaun Peraturan perundang-undangan lain yang
berlau terkait dengan larangan aborsi di Indonesia, antara
lain :
1) Pasal 346 KUHP :
Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur
atau mati kandungannya atau menyuruh oranglain
untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun.
2) Pasal 347 KUHP :
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atu
mati kandungannya seorang perempuan tidak dengan
izin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya
12 tahun.
c. Dampak Aborsi
Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
remaja, karena memiliki beberapa dampak, yaitu:
1) Dampak fisik, aborsi yang dilakukan secara
sembarangan atau oleh tenaga tidak terlatih dapat
menyebabkan berbagai komplikasi medis atau bahkan
kematian. Beberapa dampak fisik dari tindakan aborsi
tidak aman antara lain: perdarahan yang terus menerus,
infeksi alat reproduksi karena kuretasi yang tidak steril,
risiko rupture uterus akibat kuretasi atau fistula genitalis
traumatis yaitu terbentuknya suatu saluran antara
genital dan saluran kencing atau anus;
2) Dampak psikologis, seperti perasaan berdosa/bersalah;

145
3) Dampak sosial, seperti dikucilkan oleh masyarakat,
teman dan keluarga.
d. Alasan Remaja Melakukan Aborsi
1) Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
2) Takut pada kemarahan orangtua.
3) Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah
dan mempunyai anak.
4) Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil
sebelum nikah.
5) Tidak menyukai teman yang menghamili. Hubungan
seks terjadi karena tidak disengaja.
6) Ingin terus bekerja.
7) Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan
terjadi akibat perkosaan.

3. Infeksi Menular Seksual (IMS)


a. Pengertian
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual akan
lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun
anal.
b. Dampak IMS bagi Remaja
1) Secara Fisik
a) Infeksi alat reproduksi akan menurunkan kualitas
ovulasi, sehingga akan mengganggu siklus dan
banyaknya haid, serta menurunkan kesuburan.

146
b) Peradangan alat reproduksi
c) Kanker leher rahim, yang merupakan peringkat
pertama kematian perempuan. Hal tersebut
disebabkan, karena kontak leher rahim dengan
sperma di usia muda dan berganti-ganti pasangan.
d) Bekas bisul atau nanah di daerah alat kelamin dapat
mengganggu kualitas hubungan seksual di
kemudian hari, karena akan menimbulkan nyeri dan
tidak nyaman waktu berhubungan seks.
e) Nyeri pada saat kencing karena peradangan pada
saluran kemih.
f) Kemandulan
g) Lebih mudah terinfeksi HIV
2) Secara Psikologis
a) Rendah diri
b) Malu dan takut, sehingga tidak mau berobat yang
akibatnya memperberat penyakit. Selain itu
kemungkinan mengobati sendiri sehingga jenis dan
dosis tidak tepat yang justru memperberat IMS yang
dideritanya.
c) Gangguan hubungan seks setelah menikah, karena
takut tertular lagi atau menularkan IMS kepada
pasangannya.
c. Kelompok risiko tinggi terkena IMS
Pada dasarnya setiap orang yang sudah aktif secara seksual
dapat tertular IMS. Khususnya orang-orang yang memiliki
perilaku sebagai berikut:

147
1) Orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual
2) Orang yang punya satu pasangan seksual, tetapi
pasangan seksualnya suka berganti-ganti pasangan
seksual.
d. Faktor penyebab tingginya jumlah pengidap IMS pada
remaja, antara lain:
1) Semakin terbukanya akses informasi mengenai
seksualitas termasuk pornografi dari media atau
internet yang mempermudah remaja untuk mengakses
dan memanfaatkannya secara tidak benar.
2) Tingkat permisifitas (serba boleh) dari hubungan antara
laki-laki dengan perempuan yang cenderung
melonggar.
3) Perasaan bahwa dirinya tidak mungkin terjangkit
penyakit apapun.
4) Kebutuhan untuk mencoba pengalaman baru.
5) Nilai-nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang
cenderung disalahgunakan.
6) Kurangnya pemahaman remaja akan akibat dari
perilaku seks bebas yang dilakukannya.
7) Semakin banyaknya tempat pelacuran baik yang
terlokalisir ataupun tidak.
8) Kontrol keluarga dan masyarakat yang cenderung
semakin rendah.
9) Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat tentang
perilaku seksual dan dampaknya. Tidak sedikit
masyarakat yang masih belum bisa menerima
kehadiran pendidikan seks bagi keluarga. Sehingga
anak remaja cenderung untuk mencari informasi
kepada teman atau media yang justru tidak mendidik.

148
e. Jenis, Penyebab dan Gejala IMS
1) Gonorrhea (GO/Kencing nanah)

a) Penyebab : Bakteri Neisseria Gonorhea


b) Masa inkubasi : 2-10 hari setelah kuman masuk ke
tubuh
c) Gejala pada pria :
- Dari uretra (lubang kencing) keluar cairan
berwarna putih, kuning kehijauan, rasa gatal,
panas dan nyeri.
- Mulut lubang kencing bengkak dan agak merah.
d) Gejala pada perempuan :
- Keputihan (cairan vagina), kental, berwarna
kekuningan
- Rasa nyeri di rongga panggul
- Rasa sakit waktu haid

149
e) Akibat :
- Penyakit radang panggul, yang dapat
menyebabkan kemandulan
- Kemandulan
- Infeksi mata pada bayi yang dilahirkan
- Memudahkan penularan HIV
- Bayi prematur, cacat dan bayi lahir mati

2) Sifilis (Raja Singa)

a) Penyebab : Bakteri Treponema Pallidum


b) Masa inkubasi : 2-6 minggu, kadang-kadang sampai
3 bulan sesudah kuman masuk ke tubuh melalui
hubungan seksual
c) Gejala :
- Luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, biasanya
tunggal
- Bintil/bercak merah di tubuh, tanpa gejala klinis
yang jelas
- Kelainan syaraf, pembuluh darah dan kulit

150
d) Akibat :
- Jika tidak diobati dapat menyebabkan
kerusakan berat pada otak dan jantung
- Selama masa kehamilan dapat ditularkan pada
bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan
keguguran dan lahir cacat
- Memudahkan penularan HIV

3) Herpes Genitalis

a) Penyebab : Virus Herpes Simplex


b) Masa inkubasi : 4-7 hari setelah virus masuk ke
tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau rasa
kesemutan pada tempat virus masuk.
c) Gejala : Bintil-bintil berkelompok seperti anggur
yang sangat nyeri pada kemaluan. Kemudian pecah
dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu
hilang sendiri. Dapat kambuh lagi seperti di atas
namun tidak senyeri pada tahap awal, biasanya
hilang timbul dan menetap seumur hidup.
d) Akibat :
- Rasa nyeri berasal dari syaraf
- Dapat ditularkan kepada bayi pada waktu lahir

151
- Dapat menimbulkan infeksi baru, penularan
pada bayi dan menyebabkan bayi lahir muda,
cacat dan bayi lahir mati
- Memudahkan penularan HIV
- Kanker leher rahim

4) Trikomonas Vaginalis

a) Penyebab : Protozoa Trikomonas Vaginalis


b) Masa inkubasi : 3-28 hari setelah kuman masuk ke
tubuh
c) Gejala :
- Cairan vagina (keputihan encer, berwarna
kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk
- Bibir kemaluan agak bengkak, kemerahan, gatal,
berbusa dan terasa tidak nyaman
d) Akibat :
- Kulit seputar bibir kemaluan lecet
- Dapat menyebabkan bayi prematur
- Memudahkan penularan HIV

152
5) Chancroid

a) Penyebab : Bakteri Haemophilus Ducreyi


b) Gejala :
- Luka yang sangat nyeri, tapa radang yang jelas
- Benjolan di lipatan paha yang sangat sakit dan
mudah pecah, meninggalkan ulkus (luka) yang
dalam
c) Akibat :
- Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan
di sekitarnya
- Memudahkan penularan HIV

6) Klamidia
a) Penyebab : Chlamidia Trachomatis
b) Gejala :
- Keluar cairan dari vagina atau keputihan encer
dan berwarna putih kekuningan
- Terasa nyeri di rongga panggul
- Perdarahan setelah hubungan seksual

153
c) Akibat :
- Penyakit radang panggul, yang dapat
menyebabkan kemandulan
- Kehamilan di luar kandungan (ektopik)
- Nyeri kronis di rongga panggul
- Infeksi mata berat
- Infeksi paru-paru pada bayi baru lahir
- Memudahkan penularan HIV

7) Condiloma Akuminata (Jengger Ayam)

a) Penyebab : Virus Human Papilloma


b) Masa Inkubasi : 2-3 bulan setelah kuman masuk ke
tubuh
c) Gejala :
- Terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar
daerah kemaluan
- Kutil (lesi) dapat membesar
d) Akibat : Menimbulkan kanker mulut rahim

154
8) Candidiasis (Jamur)

a) Penyebab : Jamur Candida Albicans


b) Gejala :
- Keputihan yang menyerupai putih susu disertai
lecet
- Rasa gatal dan iritasi di daerah bibir kemaluan
dan bau khas
c) Akibat :
- Memudahkan penularan HIV
- Dapat menyerang pria

9) Kutu Pubis
a) Penyebab : Kutu pada daerah kemaluan
b) Gejala :
- Hidup di rambut kecuali rambut kepala
- Gatal-gatal dengan adanya kutu dirambut
kemaluan dan ketiak
- Kadang-kadang di alis dan bulu mata

155
10) Hepatitis B
a) Penyebab : Virus Hepatitis B
b) Gejala :
- Kuning pada mata dan kulit
- Hati membesar
- Cepat lesu dan lemah
- Gangguan pada perut
c) Akibat : Kanker Hati

11) HIV dan AIDS


Penjelasan detail tentang pengertian, penularan,
pencegahan, cara mengetahui, pengobatan, stigma HIV
dan AIDS dapat dilihat pada bahan pembelajaran HIV
dan AIDS.
f. Pencegahan
Mengingat sebagian besar penularannya melalui
hubungan seksual, maka cara pencegahan yang paling
efektif adalah :
a. Menghindari melakukan hubungan seksual sebelum
menikah
b. Melakukan kegiatan-kegiatan positif, agar tidak
terlintas untuk melakukan hubungan seksual
c. Mencari informasi yang benar sebanyak mungkin
tentang risiko tertular IMS
d. Meningkatkan ketahanan moral melalui pendidikan
agama

156
e. Mendiskusikan dengan orang tua, guru atau teman
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku
seksual, jangan malu untuk bertanya
f. Menolak ajakan pasangan yang meminta untuk
melakukan hubungan seksual
g. Bersikap waspada
g. Pengobatan
Pengobatan IMS tidak dapat dilakukan sendiri. Hal-hal
yang perlu dilakukan antara lain:
a. Konsultasi kepada dokter
b. Minum obat sesuai anjuran dokter
c. Pasangan seksual diajak serta berobat untuk
menghindari penularan berulang
h. Anjuran untuk membantu teman yang terkena IMS
a. Anjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter
atau petugas kesehatan, bila perlu diantarkan
b. Anjurkan untuk jangan malu menyampaikan keluhan-
keluhan kepada dokter atau petugas kesehatan
c. Anjurkan untuk mematuhi aturan pengobatan sesuai
petunjuk dokter/petugas kesehatan
d. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual pra
nikah
e. Anjurkan agar pasangan seksual temanmu sebaiknya
juga diperiksa oleh dokter atau petugas kesehatan
f. Beritahukan tentang akibat-akibat IMS yang berbahaya
bagi kesehatan reproduksi
g. Beritahukan untuk menghindari mengobati diri sendiri

157
i. Mitos Seputar IMS
1) Minum antibiotik dapat mencegah IMS
Antibiotik tidak menjamin dapat mencegah IMS. Karena
penggunaan antibiotik harus sesuai dengan petunjuk
dokter. Karena penyebab IMS bukan hanya bakteri tapi
juga virus.
2) Mencuci alat kelamin
Tidak ada sabun atau desinfektan apapun yang dapat
mencegah IMS, bahkan penggunaan sabun pada
vagina akan mempertinggi risiko terkena keputihan
akibat dari berkurangnya kadar keasaman dari
permukaan vagina yang berfungsi untuk membunuh
kuman-kuman yang ada.
3) Penularan melalui kamar mandi/WC
Kuman IMS tidak dapat bertahan cukup lama di luar
tubuh, sehingga tidak akan menulari orang lain selain
melalui cairan sperma, vagina dan darah, atau adanya
perlukaan.

B. Penyimpangan Perilaku Seksual


Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh
seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak
sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab
terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor
genetik. Berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual:
1. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi
pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki
dan lesbi untuk penderita perempuan.

158
2. Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini
kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan
seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa
pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan
kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja
membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh
kepuasan seksual.
3. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan
seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka
kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila
korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin
terangsang.
4. Voyeurisme
Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual
dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang
telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual.
Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau
selama mengintip atau melihat korbannya.
5. Fetishisme
Aktivitas seksual penderita fetishisme, disalurkan melalui
bermasturbasi dengan BH, celana dalam, kaos kaki, atau benda
lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual.
Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan
mendapatkan kepuasan.
6. Pedophilia
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan
seks atau kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah
umur.

159
7. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga
sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak
perempuan dan ibu dengna anak cowok
8. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat
hewan melakukan hubungan seks dengan hewan.
9. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui
dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo)
maupun dengan pasangan perempuan.

VI. Praktik Penyuluhan dan Konseling


A. Persiapan
1. Membagi peserta menjadi beberapa kelompok
2. Menyiapkan beberapa kasus dan materi penyuluhan dan
konseling

B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan
dan konseling

C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor

VII.Cara Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan dan Konseling


A. Jenis Formulir (Formulir terlampir)
B. Cara Pengisian Formulir (terlampir)

160

TRIAD KRR : HIV dan AIDS

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta Diklat diharapkan dapat
memahami tentang HIV dan AIDS dalam lingkup Kesehatan Reproduksi
Remaja.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang konsep HIV dan AIDS.
2. Menjelaskan tentang stadium HIV menjadi AIDS.
3. Menjelaskan tentang transmisi HIV, pencegahan HIV, pemeriksaan
atau tes HIV dan komponen layanan HIV dan AIDS.
4. Menjelaskan tentang stigma dan diskriminasi masyarakat.
5. Menjelaskan tentang hal-hal yang dapat dilakukan oleh Orang
Dengan HIV (ODHIV) dan masyarakat.
6. Menjelaskan tentang mitos dan fakta HIV dan AIDS.

I. Konsep HIV dan AIDS


HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu sekumpulan gejala
yang timbul akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh, karena
terinfeksi virus HIV.

161
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987, hingga September
2012, Kementerian Kesehatan RI dalam Laporan Situasi
Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia mencatat kasus HIV
sebanyak 92.251 dan kasus AIDS sebanyak 39.434. Laporan tersebut
juga menunjukkan AIDS terbanyak berada di kelompok usia 20-29
tahun yaitu 14.005 orang.
Sesuai dengan indikator MDGs (Millenium Development Goals),
pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS ditetapkan sebagai
salah satu indikator pencapaian. Pada tahun 2014, sebanyak 95%
penduduk muda usia 15-24 tahun diharapkan memiliki pengetahuan
komprehensif HIV dan AIDS. Pengetahuan komprehensif didasarkan
pada kemampuan menjawab lima pertanyaan dengan benar, yaitu
tahu bahwa (1) Menggunakan kondom dapat mencegah penularan
HIV; (2) Setia dengan satu pasangan seks dapat mencegah penularan
HIV; (3) Menggunakan alat makan bersama tidak menularkan HIV; (4)
Gigitan nyamuk tidak menularkan HIV; (5) Tidak bisa mengenali
ODHIV hanya dengan melihat saja. Faktanya, proporsi remaja pada
penelitan berbasis populasi umum yang memiliki pengetahuan
komprehensif mengenai HIV dan AIDS secara konsisten menunjukkan
hasil yang rendah (dibawah 20%).

II. Stadium HIV menjadi AIDS


A. Stadium I : Window Period
1. Rentang waktu pembentukkan antibody HIV 1 6 bulan.
2. Tidak terdapat tanda-tanda khusus, tetapi HIV terus
berkembang dalam tubuh.
3. Dengan tes HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus.
4. Penderita HIV tidak menunjukkan gejala serius dan masih
dapat beraktivitas normal.

162
B. Stadium II : HIV Positif (tanpa gejala)
1. Terjadi sekitar 2 -10 tahun sejak terinfeksi HIV
2. Penderita HIV menunjukkan gejala-gejala terkait HIV, tetapi
masih dapat beraktivitas normal.
3. Infeksi saluran nafas atas berulang.
4. Herpes zoster 5 tahun terakhir.
5. Penurunan berat badan sedang.
6. Muncul ruam kecil di kulit (infeksi jamur pada kuku, mulut)

C. Stadium III : HIV Positif (munculnya gejala)


1. Munculnya penyakit-penyakit terkait HIV (ditandai dengan
pembesaran kelenjar limfe/getah bening.
2. Keringat berlebihan dan demam berkepanjangan.
3. Diare kronis, flu dan penurunan berat badan drastis tanpa
alasan.
4. Sariawan.
5. Penderita HIV hanya bisa berbaring, < 50% waktu berbaring di
bulan terakhir.

D. Stadium IV
1. Kondisi system kekebalan tubuh sangat lemah, ditandai
adanya bermacam-macam penyakit yang menyerang tubuh
secara bersama-sama.
2. Mulai masuk pada tahap AIDS.
3. Timbul infeksi oportunistik, seperti : kanker kulit; jamur
candidiasis pada esophagus, bronchitis dan paru; infeksi
herpes; penyakit Cytomegalovirus.

163
III. Transmisi HIV dan AIDS
A. Media Penularan
1. Darah
2. Cairan sperma
3. Cairan vagina
4. Air Susu Ibu (ASI)

B. Cara Penularan
1. Melalui transfusi darah atau produk darah.
2. Transplantasi organ atau jaringan tubuh.
3. Pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara
bergantian, misalnya jarum suntik di antara pengguna
narkotika.
4. Pemakaian jarum suntik/alat tajam yang sudah tercemar HIV,
secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya jarum tato, jarum
tindik, peralatan pencet jerawat.
5. Hubungan seksual tidak aman, yang memungkinkan
tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (pada
hubungan seksual vaginal); atau cairan sperma dengan darah
(pada hubungan seksual anal)- tanpa kondom.
6. Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
a. Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim,
melalui plasenta.
b. Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah
ibu atau cairan vagina.
c. Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu
ibu.

164
C. Perilaku yang berisiko menularkan HIV
1. Menggunakan jarum suntik atau peralatan tattoo/tindik yang
sudah tercemar HIV.
2. Mempunyai salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS).
3. Berhubungan seksual baik melalui vagina maupun anus tanpa
menggunakan kondom.

IV. Pencegahan HIV ddan AIDS


A. Metode ABCDE
Untuk mencegah penularan HIV dan AIDS sebenarnya mudah,
ingat saja ABCDE yang merupakan kepanjangan dari:
A = Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual
(abstinansia).
B = Be faithfull, yaitu tetap setia pada pasangannya.
C = Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual (melindungi diri).
D = Don't use drugs, tidak melakukan penyalahgunaan Napza
sama sekali.
E = Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang berisiko
membuat luka dan digunakan secara bergantian
(bersamaan), misalnya jarum suntik, pisau cukur, dll.

B. Pengurangan dampak buruk NAPZA (Harm Reduction)


Ditujukan untuk pengguna narkotika suntik untuk mencegah
transmisi HIV di antara mereka. Terdiri atas dua jenis program
yaitu Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) dan Program
Pertukaran Jarum Suntik Steril (PJSS).

165
C. Pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMTCT)
Ditujukan untuk perempuan yang positif HIV ataupun perempuan
pasangan ODHIV yang ingin memiliki anak. Metode ini untuk
mencegah transmisi dari ibu ke anak pada saat kehamilan,
persalinan dan menyusui.

D. Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Agar Tidak Tertular HIV dan


AIDS
Semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV, apabila
perilakunya berisiko tinggi terpapar HIV. Oleh karena itu yang
perlu dilakukan antara lain:
1. Bagi Remaja :
a. Mencari informasi yang lengkap dan benar berkaitan
dengan HIV dan AIDS.
b. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
ataupun perilaku seksual berisiko.
c. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan seksualitas
remaja kepada orang tua, guru, teman atau orang yang
memiliki pengetahuan terhadap isu tersebut.
d. Menghindari penggunaan NAPZA terutama Narkotika
suntik, maupun jarum tattoo dan tindik yang tidak steril.
e. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah
dengan orang terpapar HIV.
f. Menghindari perilaku tidak sehat dan tidak bertanggung
jawab.
2. Bagi Pengguna Napza :
a. Mulai berhenti menggunakan Napza, sebelum terinfeksi
HIV.
b. Atau paling tidak, tidak memakai narkotika suntik.

166
c. Atau paling tidak, mengganti dengan terapi rumatan
metadon.
d. Atau paling tidak, menggunakan jarum suntik steril atau
tidak memakai jarum suntik secara bergantian.

V. Pemeriksaan atau Tes HIV dan AIDS


A. Tes darah HIV
Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan
apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu
dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam sampel
darahnya. Masing-masing alat tes memiliki sensitivitas
(kemampuan untuk menentukan seseorang terinfeksi HIV) dan
spesifisitas (kemampuan untuk menentukan seseorang tidak
terinfeksi HIV). Tes darah HIV antara lain:
1. ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
Tes ELISA merupakan uji serologis yang digunakan untuk
menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di
dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim.
Kelebihannya adalah memiliki teknik pengerjaan relatif
sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang tinggi,
artinya persentase ODHIV yang memberikan hasil negatif palsu
(dinyatakan negatif padahal positif) sangat kecil. Sedangkan
spesifisitasnya adalah antara 99,7% - 99,9%, artinya 0,1% - 0,3%
dari semua orang yang tidak memiliki antibodi HIV akan
dinyatakan positif.
Kelemahannya adalah terjadi hasil positif palsu (dinyatakan
positif padahal negatif) karena adanya reaksi silang antara
antigen yang satu dengan antigen lain. Untuk itu hasil Elisa
positif perlu dilakukan pemeriksaan ulang (dikonfirmasi)
dengan metode Western Blot yang mempunyai spesifisitas

167
yang lebih tinggi. Hasil berupa negatif palsu dapat terjadi
apabila uji ini dilakukan pada window period, yaitu waktu
pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru dimulai
sehingga jumlah antibodi tersebut masih sedikit dan
kemungkinan tidak dapat terdeteksi.

2. Western Blot
Tes Western Blot merupakan sebuah metode untuk
mendeteksi protein pada sampel jaringan. Sampel yang positif
pada tes ELISA dapat dikonfirmasi dengan tes Western Blot.

3. Jumlah Virus/Viral Load RNA HIV dalam plasma


Pemeriksaan jumlah virus memang bukan merupakan anjuran
untuk dilakukan sebagai pemeriksaan awal tetapi akan sangat
berguna (bila pasien punya data) utamanya untuk memantau
perkembangan dan menentukan suatu keadaan gagal terapi.

B. Syarat Tes HIV


Syarat untuk melakukan tes HIV adalah :
1. Bersifat rahasia
2. Harus dengan konseling baik pra tes maupun pasca tes
3. Tidak ada unsur paksaan

C. Prosedur Tes HIV


1. Konseling Pre Test
Yaitu konseling yang dilakukan sebelum pengambilan darah
tes HIV. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk
mengetahui risiko dari perilakunya selama ini, dan bagaimana

168
nantinya bersikap setelah mengetahui hasil tes. Konseling pre
test juga bermanfaat untuk meyakinkan orang dalam
membuat keputusan untuk melakukan tes atau tidak, serta
mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti positif.
a. Tes darah Elisa
1) Hasil tes Elisa (-) kembali ke konseling, penataan
perilaku seks yang aman (ingat periode jendela).
Pemeriksaan diulang kembali dalam waktu 3-6 bulan
berikutnya.
2) Hasil tes Elisa (+) konfirmasikan dengan Western Blot.
b. Tes Western Blot
1) Hasil tes Western Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan
(dalam keadaan tanpa nama). Lakukan post konseling
dan pendampingan (menghindari emosi putus asa
keinginan untuk bunuh diri).
2) Hasil tes Western Blot (-) sama dengan Tes Elisa (-)
2. Konseling post test
Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes
diketahui, baik hasilnya positif maupun negatif. Konseling post
test sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya
HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindari
penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasinya dan
menjalin hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV
negatif, konseling post test bermanfaat untuk memberitahu
tentang cara-cara mencegah infeksi HIV di masa datang.

VI. Komponen Layanan HIV dan AIDS


Belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam
tubuh individu atau vaksin yang dapat mencegah AIDS.

169
A. Konseling dan Tes HIV
Terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV
1. Konseling dan tes HIV sukarela (Voluntary Counseling and
Testing)
2. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan

B. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Tes HIV


Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV dengan
menggunakan strategi 3 dan selalu didahului dengan konseling
pra tes atau informasi singkat. Ketiga tes tersebut dapat
menggunakan reagen tes cepat atau dengan ELISA. Untuk
pemeriksaan pertama harus digunakan tes dengan sensitifitas
yang tinggi (>99%), sedang untuk pemeriksaan selanjutnya
menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi (>99%).
Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu
hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut masa jendela.
Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela menunjukkan
hasil negatif, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama bila
masih terdapat perilaku yang berisiko.

C. Infeksi Menular Seksual (IMS)


Dianjurkan tes laboratorium yang meliputi tes serologis untuk
sifilis, terutama perempuan hamil dan tes HIV untuk semua pasien
IMS. Selain itu, dapat dilakukan pemberian terapi efektif,
pemberitahuan dan pengobatan pasangan, pengurangan risiko
perilaku dan penularan melalui edukasi, serta dilakukan konseling
dan penyediaan kondom.

170
D. Aspek Pencegahan dalam Pengobatan
Pengobatan ARV terbukti mempunyai peran yang bermakna
dalam pencegahan penularan HIV, karena obat ARV memiliki
mekanisme kerja mencegah replikasi virus yang secara bertahap
menurunkan jumlah virus dalam darah. Namun demikian, sangat
penting untuk disadari bahwa penurunan jumlah virus akibat
terapi ARV harus disertai dengan perubahan perilaku berisiko,
seperti tidak melakukan hubungan seksual, tidak menggunakan
Napza dan pengobatan IMS dengan paduan yang tepat.

E. Kesiapan menerima terapi antiretroviral


ODHA harus mendapatkan informasi tentang manfaat terapi ARV
melalui konseling. Informasi meliputi cara dan ketepatan minum
obat, efek samping yang mungkin terjadi, interaksi dengan obat
lain, pemantauan keadaan klinis, pemeriksaan laboratorium secara
berkala dan pemeriksaan jumlah CD4.

VII.Stigma dan Diskriminasi Masyarakat


Terdapat banyak pendapat untuk memasukkan Orang Dengan HIV
(ODHIV) ke penampungan (shelter) khusus orang yang terinfeksi HIV.
Namun ini berarti merupakan satu bentuk diskriminasi terhadap
ODHIV. Padahal, tanpa melakukan kontak seksual maupun kontak
darah dengan ODHIV, HIV yang ada pada tubuh ODHIV tidak akan
menular ke individu lain, termasuk kepada Orang Hidup Dengan HIV
dan AIDS (OHIDHA). Selain itu individu yang masih ada dalam fase HIV
masih produktif. Sehingga individu yang bersangkutan masih dapat
bekerja dan menghasilkan. Dengan adanya shelter berarti terjadi
diskriminasi dalam perlakuan. Sebagian masyarakat melakukan
diskriminasi karena:

171
1. Kurang memperoleh informasi yang benar bagaimana cara
penularan HIV dan AIDS, hal-hal apa saja yang dapat menularkan
dan apa yang tidak menularkan.
2. Ketakutan terhadap HIV dan AIDS sebagai penyakit yang
mematikan. Sehingga mereka belum percaya sepenuhnya
informasi yang diberikan.

VIII. Hal-hal yang dapat dilakukan


A. Oleh ODHIV
1. Mendekatkan diri pada Tuhan.
2. Menjaga kesehatan fisik.
3. Menghindari penyalahgunaan NAPZA.
4. Menghindari hubungan seksual tidak aman.
5. Berusaha mendapatkan terapi HIV dan AIDS.
6. Tetap bersosialisasi dengan masyarakat dan juga kelompok
dukungan.

B. Oleh Masyarakat
1. Masyarakat peduli dengan penanggulangan epidemi HIV dan
AIDS.
2. Masyarakat mendukung ODHIV untuk melawan diskriminasi.
3. Masyarakat peduli terhadap ODHIV yang sering mendapatkan
penolakan dari orang lain.

172
IX. Mitos dan Fakta
Mitos dan Fakta tentang HIV
Mitos: HIV menular melalui gigitan nyamuk.
Fakta: HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk. HIV hanya bisa hidup di
dalam tubuh manusia.
Mitos: HIV menular melalui penggunaan toilet atau peralatan yang
pernah digunakan oleh ODHA.
Fakta: HIV tidak menular melalui kontak (kegiatan) sosial, misalnya:
penggunaan toilet dan penggunaan alat makan dan minum yang
digunakan ODHA.
Mitos: Bayi yang dilahirkan oleh seorang perempuan yang HIV positif,
pasti akan tertular HIV dari ibunya.
Fakta: Bayi yang dilahirkan oleh seorang perempuan yang HIV positif
memiliki kemungkinan untuk tertular HIV dari ibunya jika tidak
dilakukan pencegahan.
Mitos: Alat kontrasepsi tidak menangkal HIV dan infeksi menular
seksual lainnya.
Fakta: Memang hanya kondom yang memberikan perlindungan yang
signifikan terhadap penularan infeksi seksual, termasuk HIV. Itu
sebabnya anak muda sebaiknya mendapat pendidikan yang benar
mengenai kondom.
Mitos: Kondom tidak efektif untuk mencegah penularan HIV.

Fakta: The National Institute for Health (NIH) mengonfirmasikan bahwa


kondom efektif untuk mencegah infeksi HIV. Studi lain di Eropa
terhadap pasangan HIV-serodiscordant (pasangan di mana salah
satunya sudah terinfeksi HIV dan yang satu tidak terinfeksi HIV)
menunjukkan tidak terjadi penularan pada pasangan yang tidak
terinfeksi HIV, di antara 124 pasangan yang menggunakan kondom
setiap kali mereka berhubungan seks. Pada pasangan yang tidak
secara konsisten menggunakan kondom, sekitar 12 persen terjadi
penularan pada pasangan yang sebelumnya tidak terinfeksi.
Mitos: Kondom tidak dapat melindungi kita dari HPV (Human
papillomavirus).
Fakta: Kondom memang tidak dapat mencegah infeksi HPV pada bagian
tubuh yang tidak tertutup kondom. Namun, The National Institute
for Health (TNIH) melaporkan, penggunaan kondom dapat
mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan HPV, misalnya
kanker serviks. Penyakit jenis ini dapat dicegah dengan
penggunaan kondom secara konsisten dan efektif, serta deteksi
dini HPV melalui pemeriksaan pap smear.

173
Mitos: Kita bisa mengetahui orang yang terinfeksi HIV hanya dari
melihat saja.
Fakta: Kita tidak bisa mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV hanya
dengan melihat fisiknya saja. Tanpa tes antibodi HIV di darah, status
HIV seseorang tidak dapat diketahui. Orang yang sudah terinfeksi
HIV dapat tampak sehat seperti orang sehat pada umumnya. Bila
kekebalan tubuhnya sudah semakin rendah, maka muncul gejala
yang disebut AIDS, seperti infeksi jamur pada paru-paru dan saluran
pencernaan, tuberkulosis, dan lain-lain.

X. Praktik Penyuluhan dan Konseling


A. Persiapan
1. Membagi peserta menjadi beberapa kelompok
2. Menyiapkan beberapa kasus/materi penyuluhan dan
konseling

B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan
dan konseling

C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor
XI. Cara Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan dan Konseling
A. Jenis Formulir (Formulir terlampir)
B. Cara Pengisian Formulir (Terlampir)

174

TRIAD KRR : NAPZA

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta Diklat diharapkan dapat
memahami tentang Napza dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang pengertian Napza.
2. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang jenis-jenis Napza.
3. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang penyalahgunaan Napza.

I. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,
Psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya).

II. Jenis-jenis Napza


A. Narkotika
1. Pengertian
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang

175
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009.

2. Golongan Narkotika
Menurut UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
menjelaskan bahwa Narkotika dibedakan dalam 3 golongan
sebagai berikut :
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : opium, heroin, kokain, ganja,
ektasi, shabu, katinona, dll (kurang lebih ada 64 jenis).
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan, digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : morfin, benzetidin, betametadol,
petidin, dan lain-lain (kurang lebih ada 85 jenis).
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : kodeina, Nikodikodina,
polkodina, dan lain-lain (kurang lebih ada 11 jenis).

176
B. Psikotropika
1. Pengertian
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
2. Golongan Psikotropika
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,
menjelaskan bahwa Psikotropika dapat dibedakan dalam 4
golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan Contoh :
Lisergid (LSD), Tenosiklidina, dan lain-lain.
b. Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh : Fensiklidina, Metakualon, Metilfenidat (ritalin),
Sekobarbital.
c. Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh : Pentobarbital, Pentazosina dan Flunitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi

177
dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh: Alprazolam, Bromazepam, Diazepam,
Fenobarbital, Klobazam, Klonazepam, Klordiazepoksida,
Nitrazepam (BK/Koplo, DUM, MG).

C. Zat Adiktif
1. Pengertian
Zat atau bahan diluar Narkotika dan Psikotropika yang juga
dapat mengakibatkan ketergantungan dan memabukkan bagi
pemakainya.
2. Jenis-jenis
a. Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat.
b. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah
menguap beruap senyawa organik (lem, tiner, gasoline,
penghapus cat kuku, dll)
c. Nikotin (tembakau)
d. Kopi (Cafein)
3. Dampak
Zat adiktif memiliki beberapa dampak penggunaan oleh
manusia yang dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Dampak kesehatan
Dampak kesehatan akibat penggunaan zat adiktif dan
psikotropika, antara lain:

178
1) Mengurangi kemampuan darah dalam menyimpan
oksigen karena zat ini mengandung racun yang
berbahaya.
2) Mengakibatkan kanker.
3) Menyebabkan kesulitan dalam bernapas.
4) Penurunan daya ingat.
5) Kerusakan hati/kanker hati.
6) Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation).
7) Menimbulkan semangat.
8) Merasa waktu berjalan lambat.
9) Pusing,kehilangan keseimbangan tubuh/ mabuk.
10) Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.
11) Menimbulkan euphoria.
12) Mual, muntah, sulit buang air besar.
13) Kebingungan (konfusi).
14) Berkeringat.
15) Pingsan dan jantung berdebar-debar.
16) Gelisah dan berubah suasana hati.
17) Denyut nadi melambat.
18) Tekanan darah menurun.
19) Otot-otot menjadi lemah.
20) Pupil mengecil dan gangguan penglihatan.
21) Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.
22) Banyak bicara.
23) Gangguan kebiasaan tidur.

179
24) Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kalsium.
25) Tekanan darah meningkat.
b. Dampak sosial
Dampak sosial yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan
zat adiktif dan psikotropika oleh manusia.
1) Susah dalam bersosialisasi.
2) Tidak percaya diri.
3) Sulit pengendalian diri.
4) Susah menyambung pembicaraan.
5) Berpikiran negatif pada diri sendiri.
6) Bergembira secara berlebihan.
7) Lebih banyak berdiam diri.
8) Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang
baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba
akan bersikap anti sosial. Keluarga akan malu besar
karena punya anggota keluarga yang memakai zat
terlarang.
9) Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat
dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias
DO / drop out.
10) Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya
pecandu narkoba akan gemar berbohong dan
melakukan tindak kriminal.
11) Dosa akan terus bertambah karena lupa akan
kewajiban Tuhan serta menjalani kehidupan yang
dilarang oleh ajaran agamanya.

180
12) Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang
sangat menyiksa lahir batin.
13) Mendorong pemakainya untuk melakukan tindak
kriminal karena harganya mahal dan sudah
ketergantungan terhadap obat itu,sehingga pemakai
akan memaksakan diri untuk mengkonsumsi obat itu.
c. Dampak Ekonomi
Berikut ini beberapa dampak dalam bidang ekonomi akibat
dari penggunaan zat adiktif dan zat psikotropika oleh
manusia.
1) Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk
penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika
tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
2) Masalah keuangan. Obat-obatan yang dikonsumsi
biasanya mahal. Namun, bila sudah kecanduan maka
pengguna akan melakukan apa saja untuk
mendapatkannya. Mereka bisa menjual barang pribadi
atau mengambil milik orang lain dan keluarga.
3) Pemakai tidak akan dapat menabung dan memenuhi
kebutuhan pokoknya sebagai manusia biasa,karena
pemakai akan lebih mementingkan obat itu daripada
kebutuhan pokoknya.

III. Penyalahgunaan Napza


Penyalahgunaan (lagun) NAPZA adalah pemakaian NAPZA diluar
indikasi medik,tanpa petunjuk/resep dokter, secara teratur atau
berkala sekurang-kurangnya selama 1 bulan. Pemakaian secara
teratur tersebut menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan mental.

181
A. Penggolongan Pemakai Napza
Pemakai Napza adalah orang yang menggunakan Napza tanpa
hak atau melawan hukum (tidak terkait dengan alasan medis).
Dalam hal pemakaian, biasanya pemakai Napza dapat dibedakan
dalam:
1. Pemakai coba-coba
Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau agar diakui
oleh kelompoknya.
2. Pemakai sosial/rekreasi
Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau
santai, umumnya dilakukan dalam kelompok.
3. Pemakai Situasional
Biasanya untuk menghilangkan perasaan stress dan depresi
(ketegangan, kesedihan, kekecewaan).
4. Pemakai Ketergantungan
Pemakai ketergantungan adalah pemakai yang berulang dan
mencari Napza sebagai sebuah kebutuhan sehari-hari,
sehingga pemakai mau melakukan apa saja untuk
mendapatkannya.

B. Ketergantungan Napza
Ketergantungan Napza adalah suatu keadaan atau kondisi yang
diakibatkan penyalahgunaan Napza yang disertai dengan
adanya toleransi zat (dosis semakin meningkat) dan gejala putus
zat. Dalam hal ini ketergantungan Napza meliputi:
1. Ketergantungan fisik
Seseorang yang mengalami ketergantungan fisik akan
merasakan beberapa gejala fisik yang tidak enak bila jenis
Napza tersebut tidak dipakai lagi dalam jangka waktu

182
tertentu. Diagnosis ketergantungan Napza memerlukan
adanya sindrom putus atau toleransi.
2. Gejala putus zat
Gejala yang terjadi akibat penghentian atau pengurangan
dosisnya. Keadaan ini menimbulkan gejala fisik yang tidak
enak berupa kejang, mual, muntah, gemetar, gelisah,
berkeringat dan sebagainya. Berat ringan gejala putus
bergantung jenis zat, dosis dan lama penggunaan. Makin
tinggi dosis Napza yang disalahgunakan dan makin lama
penyalahgunakannya , makin kuat gejala sakitnya.
3. Sakau
Gejala putus zat karena penggunaan putauw (heroin) dan
gejala sakauw umumnya berlangsung hingga 4-5 hari
setelah penggunaan dihentikan. Beberapa jenis Napza lain
berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-
bulan. Inilah sebabnya pecandu Napza tidak mampu
menghentikan penggunaannya. Penyalahguna perlu tetap
mempertahankan keadaan normal dengan tetap
menyalahgunakan Napza.
4. Toleransi
Keadaan dimana dosis yang sama tidak lagi berpengaruh
seperti penggunaan sebelumnya. Akibatnya perlu
penambahan dosis yang lebih besar agar mendapatkan efek
yang dikehendaki. Keadaan ini dapat menimbulkan
overdosis (OD) dan meninggal.
5. Ketergantungan psikologis
Tidak semua Napza menimbulkan ketergantungan fisik,
tetapi hampir semua penyalahguna Napza merasa sangat
tergantung pada Napza dan akan merasa kurang enak dan
gelisah bila jenis Napza itu tidak ada. Keadaan ini bersifat
kejiwaan dan disebut ketergantungan psikologis.

183
C. Tahap Ketergantungan Napza

1. Kompromi Sikap menentang Napza tidak tegas mau


bergaul dengan pemakai Napza

2. Coba-coba Segan menolak tawaran. Ikut-ikutan


memakai Napza untuk mencoba

3. Toleransi Sesudah memakai beberapa kali, tubuh


menjadi toleran. Perlu penambahan dosis
yang lebih besar agar mendapatkan efek
yang dikehendaki

4. Kebiasaan Penggunaan Napza sudah menjadi


kebiasaan yang mengikat dan mulai
berpengaruh pad kehidupan sosial si
pengguna itu seperti malas sekolah, bergaul
dengan orang-orang tertentu, dll

5. Ketergantungan Keterikatan pada Napza sudah


mendalam. Kalau berhenti pakai atau
dosis kurang, timbul gejala putus obat

6. Intoksifikasi Keracunan karena penyalaguna Napza,


mengalami kerusakan pada organ tubuh
dan otak

7. Meninggal Terjadi kematian karena timbulnya berbagai


Dunia penyakit atau overdosis

184
D. Gejala Ketergantungan penggunaan Napza
1. Keinginan kuat (kompulsif) untuk memakai Napza berulang
kali.
2. Kesulitan mengendalikan penggunaan Napza, baik dalam
usaha menghentikan maupun mengurangi tingkat
pemakaiannya.
3. Terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau
jumlah pemakaiannya dikurangi.
4. Toleransi : jumlah Napza yang diperlukan semakin besar,
agar diperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh.
5. Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya
waktu yang digunakan untuk memperoleh Napza
6. Terus memakai, meskipun disadari akibat yang merugikan.
7. Menyangkal artinya tidak mengakui adanya masalah,
padahal ditemukan narkoba, alat pemakaian dan gejala
menggunakan Napza.

E. Dampak penyalahgunaan NAPZA


1. Fisik
Dampak penyalahgunaan NAPZA bagi tubuh manusia
tergantung pada jenis, dosis, frekuensi dan cara penggunaan
Napza.
Penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi pada
seluruh organ tubuh atau bahkan kematian, yaitu :
a. Gangguan pada sistim syaraf (neurologis) seperti kejang-
kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf
tepi.

185
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) seperti infeksi akut otot jantung, ganguan
peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : pernanahan,
bekas suntikan, alergi.
d. Gangguan pada paru-paru seperti : penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan
paru-paru, pengumpulan benda asing yang terhirup.
e. Gangguan pada darah : pembentukan sel darah terganggu.
f. Gangguan pencernaan (gastrointestinal) : mencret, radang
lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan
hati, pengerasan dan pengecilan hati.
g. Gangguan sistim reproduksi seperti gangguan fungsi
seksual (mandul, impotensi), menstruasi yang tidak teratur
dan cacat pada janin.
h. Gangguan pada otot dan tulang seperti peradangan otot
akut dan penurunan fungsi otot (akibat alkohol).
i. Terinfeksi virus Hepatitis B serta HIV akibat pemakaian
jarum suntik berganti-gantian.
j. Jika sampai terjadi over dosis (konsumsi Napza melebihi
kemampuan tubuh untuk menerimanya), akan dapat
menyebabkan kematian.
2. Psikologis
Dampak secara psikologis atau kejiwaan yang sering dialami
oleh pengguna NAPZA antara lain:
a. Malas belajar, ceroboh, sering tegang dan gelisah.
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal dan penuh
curiga.
c. Menjadi ganas dan tingkah laku brutal.

186
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri.
3. Sosial Ekonomi
Dampak secara sosial ekonomi bagi pengguna NAPZA antara
lain :
a. Keluarga
Suasana nyaman dan tentram terganggu, keluarga resah
dan malu karena barang berharga sering hilang, anak
menjadi sering berbohong, mencuri, menipu bersikap
kasar dan acuh tak acuh terhadap urusan keluarga.
b. Sekolah
Napza merusak disiplin dan motivasi dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Hal tersebut ditunjukkan dengan
penurunan prestasi belajar, lebih banyak membolos dan
menciptakan iklim acuh tak acuh di lingkungannya.
c. Tempat Tinggal dan Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal atau masyarakat yang rawan
terhadap penyalahgunaan napza dan tidak memiliki daya
tahan, akibatnya akan mengganggu ketertiban dan
keamanan dilingkungannya.

V. Praktik Penyuluhan dan Konseling


A. Persiapan
1. Membagi peserta menjadi beberapa kelompok
2. Menyiapkan beberapa kasus/materi penyuluhan dan
konseling

187
B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan
dan konseling
C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor

VI. Cara Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan dan Konseling


A. Jenis Formulir (Formulir terlampir)
B. Cara Pengisian Formulir (Terlampir)

188

Keterampilan Hidup (Life Skills)

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar Keterampilan Hidup, peserta diklat
diharapkan dapat memahami tentang Keterampilan Hidup untuk
dipraktikkan agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, serta
dapat digunakan dalam mengatasi risiko TRIAD KRR, mempersiapkan
kehidupan berkeluarga, dan tantangan hidup lainnya dalam rangka
mewujudkan Generasi Berencana.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Menjelaskan tentang konsep Life Skills.
2. Menjelaskan tentang Keterampilan Fisik.
3. Menjelaskan tentang Keterampilan Mental.
4. Menjelaskan tentang Keterampilan Emosional.
5. Menjelaskan tentang Keterampilan Spiritual.
6. Menjelaskan tentang Keterampilan Kejuruan.
7. Menjelaskan tentang Keterampilan Menghadapi Kesulitan.

189
I. Konsep Keterampilan Hidup
Keterampilan Hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan
untuk dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan,
yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai
tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif
(DEPDIKNAS, 2002)

III. Jenis Keterampilan Hidup


A. Keterampilan Fisik
Keterampilan fisik adalah kemampuan seseorang yang
ditunjukkan secara fisik, seperti melihat, bersuara, mencium,
merasa, menyentuh, dan bergerak.
1. Keterampilan fisik ditandai dengan kemampuan seorang
remaja untuk memilih makanan, berolah raga dan
beristirahat secara seimbang.
2. Keterampilan memahami tubuh dan merespon kebutuhan
tubuh sendiri. Makna sehat yang hakiki adalah bagaimana
kita bisa tahu cara mencegah penyakit. Yaitu dengan
memahami kondisi dan kemampuan tubuh kita dan
menjalankan pola hidup sehat. Komunikasi yang terjalin baik
antara kita dengan tubuh kita akan menghasilkan mekanisme
tubuh yang baik pula. Semakin kita memahami bahasa tubuh
kita, semakin baik pula komunikasi yang terjalin antara kita
dan tubuh kita.
3. Keterampilan mengatur pola makan dan olah raga
Pada dasarnya, sehat dimulai dari apa yang kita makan. Kita
perlu mulai berpikir dan berbuat, bagaimana caranya agar
dapat membuat makanan yang bukan hanya enak di lidah
tapi juga sehat di badan. Untuk kelangsungan hidupnya,

190
manusia membutuhkan makanan terutama makanan bergizi
seimbang. Zat-zat gizi utama yang terkandung pada
makanan adalah :
a. Karbohidrat
Karbohidrat dianjurkan 60% dari total kalori dalam sehari.
Diperoleh dari nasi, jagung, gandum, tepung, terigu,
sagu, roti, bihun, kentang, pasta dan umbi-umbian
lainnya.
b. Protein
Protein dibutuhkan berkisar antara 20-50% dari total
kalori yang diperoleh dari kacang kedelai, kacang tanah,
ikan laut dan tawar, daging ayam tanpa kulit, daging sapi
dan kerbau.
c. Lemak
Lemak dianjurkan tak lebih dari 25% dari total kalori yang
meliputi lemak hewani dan nabati, misalnya minyak
goreng, mentega, alpukat, kelapa, dsb.
d. Vitamin
Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-
sayuran berwarna kurang lebih 10% untuk tubuh
e. Mineral
Mineral dapat diperoleh dari buah-buahan yang banyak
mengandung air dan serat sebanyak 10%
f. Air
Air dibutuhkan hingga 50% dari konsumsi tubuh. Air
dapat diperoleh dari buah-buahan atau masakan berkuah
selain air putih sebanyak 1,5 2 liter.

191
Disamping menjaga pola makan, remaja juga diharapkan
dapat menjaga kondisi tubuhnya agar tetap bugar dan fit
melalui kegiatan olah raga yang mudah dan murah, seperti
jalan, lari, voli, renang, basket dan lain-lain. Manfaat olah raga
bagi tubuh, berguna untuk menyehatkan diri, baik jasmani
dan rohani.
4. Keterampilan mengelola tidur
Perbaikan jaringan-jaringan sel yang rusak dalam tubuh
umumnya dilakukan dikala istirahat/tidur. Maka apabila kita
sering kurang tidur atau tidak memiliki kualitas tidur yang
baik, cepat atau lambat akan mengganggu stabilitas daya
tahan tubuh kita dan memacu munculnya penyakit. Seorang
remaja yang sering kurang tidur, maka tidak akan
bersemangat dalam menjalankan aktifitasnya dan tidak
berkonsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah.
Kualitas fisik, mental dan emosional bisa sangat dipengaruhi
oleh baik/tidaknya kualitas tidur seseorang.

B. Keterampilan Mental
1. Keterampilan mempercayai dan menghargai diri
Percaya diri diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri, serta dapat
mengukur suatu perbuatan dari segi baik atau buruknya.
Dengan kepercayaan diri dan penghargaan terhadap diri
sendiri, remaja diharapkan dapat menilai apakah aktifitas
yang dilakukan bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya
atau bahkan sebaliknya akan merugikan orang lain dan
dirinya.

192
2. Keterampilan berpikir positif
Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk dapat
melihat sisi positif mengenai suatu hal, peristiwa, kejadian
atau pengalaman. Remaja perlu mengembangkan
kemampuan dan keterampilan berpikir positif untuk
membantu dirinya dan meringankan bebannya dalam
menghadapi tantangan dan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Keterampilan mengelola stres
Mengelola stres bukan sekedar mengurangi stres, tetapi juga
mengelola situasi yang menyebabkan stres. Mengelola stres
berarti menemukan jenis, cara, dan waktu stress yang tepat
sesuai dengan ciri khas individu, prioritas, dan situasi
hidupnya untuk mencapai kinerja dan kepuasan maksimal.
4. Keterampilan mengambil keputusan dan memecahkan
masalah
Pengambilan keputusan adalah sebuah keterampilan yang
membantu remaja untuk menghadapi berbagai keputusan
dalam hidup secara konstruktif. Keterampilan ini dapat
dipelajari dan dipraktikkan. Ada 3 langkah sederhana untuk
belajar mengambil keputusan secara efektif yaitu :
a. Jelaskan atau identifikasi dengan jelas keputusan apa
yang harus diambil atau masalah yang harus dipecahkan.
b. Pertimbangkan pilihan-pilihan yang ada dan apa yang
akan terjadi pada setiap pilihan.
c. Pilihlah pilihan yang paling baik.

193
C. Keterampilan Emosional
1. Keterampilan bersikap tegas (asertif)
Asertif adalah sebuah sikap atau perilaku untuk
mengekspresikan diri secara tegas kepada pihak lain tanpa
harus menyakiti pihak lain ataupun merendahkan diri di
hadapan pihak lain. Sikap tegas membuat seseorang mampu
menyatakan pikiran, perasaan dan nilai-nilai mengenai
sesuatu secara terbuka dan langsung, dengan tetap
menghormati perasaan dan nilai-nilai pihak lain.
Sikap asertif untuk kelompok remaja sangat diperlukan
dalam menghadapi tekanan remaja sebaya. Tekanan itu
berkaitan dengan ajakan untuk terlibat ke dalam risiko Triad
KRR. Berikut ini adalah cara asertif untuk menolak ajakan
tersebut, diantaranya :
Teknik Contoh
Berkata TIDAK Tidak atau Tidak, terima kasih
Katakan terus terang, apa Tidak, terima kasih, saya tidak
adanya merokok atau tidak mau
mencobanya
Beri alasan Tidak, terima kasih. Saya tergesa-
gesa nih, saya harus pergi
Kesan gagah Tidak sekarang. Mungkin lain
kali
Mengubah topik pembicaraan Katakan tidak dan langsung
merubah arah pembicaraan :
tidak, terima kasih. Kamu liat
pertandingan
semalam?
Mengulang kata Tidak Ulangi kata tidak berulang-
ulang atau bervariasi :
tidak
tidak, terima kasih
tidak, saya tidak tertarik
Pergi / berlalu Katakan tidak dan langsung
pergi

194
Angkat bahu Acuhkan atau tidak
mempedulikan
Menghindari situasi Jauhkan diri dari setiap situasi
dimana
ada kemungkinan kamu
mendapat
tekanan dari kelompok untuk
merokok
atau menggunakan narkoba

2. Keterampilan berkomunikasi dengan orang lain (komunikasi


interpersonal)
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan
perasaan melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran,
gerakan tubuh atau ungkapan emosi oleh seseorang kepada
orang lain disekitarnya.
a. Keterampilan dalam komunikasi efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila
menggunakan keterampilan berikut ini:
1) Kemampuan menerima dan memahami (Attending
Skills):
a) Pemberian perhatian fisik kepada lawan bicara.
Misalnya dengan memperhatikan gerakan
tubuhnya, menjaga kontak mata, tunjukkan
dengan ekspresi wajah atau gerakan tubuh lain
sebagai tanda tertarik terhadap apa yang
diucapkan oleh lawan bicara.
b) Selama pembicaraan pandangan muka
sepenuhnya diarahkan kepada lawan komunikasi.
2) Kemampuan mengikuti alur cerita (Following Skills):
Kemampuan mengikuti alur cerita mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

195
a) Tidak memutuskan pembicaraan dan mengalihkan
perhatian orang yang sedang berbicara.
b) Menggunakan sedikit dorongan dan respon
sederhana yang dapat memacu pembicara untuk
menyampaikan ceritanya.
c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan,
yang dapat menambah informasi dan tidak
sekedar jawaban Ya atau Tidak.
d) Tidak mengambil peran sebagai penyidik dan
mengajukan terlalu banyak pertanyaan. Jaga
suasana agar tetap tenang.
3) Kemampuan melakukan refleksi perasaan (Reflecting
Skills): Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu
mengungkapkan kepada orang lain tentang perasaan
orang tersebut sesuai dengan yang kita pahami,
seperti contoh berikut ini :
a) Anda benar-benar gembira tentang proyek ini
b) Nampaknya anda marah
c) Sepertinya anda merasa tidak bersalah
4) Kemampuan melakukan pengulangan makna
(Paraphrasing Skills):
Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu menyatakan
kembali pesan yang disampaikan pembicara dengan
menggunakan kata-kata lain, dengan tujuan untuk
mengetahui apakah yang kita dengar adalah benar,
seperti ungkapan di bawah ini :
a) Jika saya tidak salah mengerti,.........
b) Jadi menurut anda bahwa ...............
c) Sepertinya anda mengatakan bahwa .........

196
5) Kemampuan melakukan pengulangan makna
(Focusing Skills): Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu
sopan meminta orang lain untuk bicara lebih fokus
pada masalah utamanya, seperti ucapan berikut ini :
a) Saya mengerti bahwa semua masalah ini menjadi
perhatian anda, tetapi apakah diantara masalah
tersebut ada yang secara khusus bisa kita
selesaikan bersama?
b) Dari semua apa yang anda katakan, masalah
mana yang paling anda risaukan?
Apabila komunikasi menyenangkan dan dapat diterima,
komunikasi non-verbal berikut ini dapat menjadi
pelengkap komunikasi verbal:
Melakukan kontak mata;

Menjaga posisi tubuh tetap tegak;


Berdiri mendekat pada lawan bicara tetapi tetap ada
jarak;
Suara yang ramah, bicara jelas, tidak berbisik dan
tidak berteriak.
b. Hambatan dalam komunikasi efektif
Komunikasi yang efektif akan mengalami hambatan
apabila salah satu peserta komunikasi melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) Menilai (Judging) : yaitu memaksakan nilai yang anda
anut pada orang lain dan membentuk solusi untuk
masalah mereka. Jika anda menilai, anda tidak
mendengar atas apa yang diucapkan orang lain,
karena anda menilai penampilan, suara dan kata-kata
yang digunakan orang tersebut. Contoh:

197
a) Mengkritik : Anda tidak paham
b) Mencap : Itu karena anda malas
c) Mendiagnosis : Anda tidak sunguh-sungguh
dengan masalah ini
d) Memuja untuk memanipulasi : Dengan sedikit
usaha lagi, anda dapat mengerjakan dengan baik
2) Mengirim solusi: yaitu memotong pembicaraan
sebelum pembicara selesai. Hal ini juga akan
mendorong ketergantungan orang lain pada kita
dalam memecahkan masalah dan menolak adanya
kesempatan untuk mempraktikkan pengambilan
keputusan. Tipe komunikasi seperti ini akan
menunjukkan kepada mereka bahwa perasaan, nilai-
nilai dan masalah mereka adalah tidak penting.
Contoh:
a) Memerintah : Kamu akan belajar dua jam tiap
malam
b) Menakut-nakuti : Jika kamu tidak melakukan
ini,......
c) Moralis : Kamu harus lakukan ini, ....
d) Pertanyaan berlebih : kamu akan kemana? Apa
yang akan kamu lakukan? Dengan siapa kamu
pergi?
e) Mengakhiri kalimat-kalimat yang akan diucapkan
pembicara.
3) Mengabaikan perhatian orang lain: Perasaan dan
perhatian individu tidak diperhitungkan.
Contoh:

198
a) Menasehati : Akan baik bagimu jika kamu ....
b) Mengalihkan pembicaraan : Olahraga apa yang
kamu lakukan sekarang?
c) Argumentasi logis : Satu-satunya jalan untuk
meningkatkan nilaimu adalah dengan belajar
lebih giat
d) Meyakinkan : Semua akan selesai
e) Menolak/Tidak setuju : Ya, tetapi .....

D. Keterampilan Spiritual
1. Keterampilan Memahami Kehidupan Spiritual
Spiritualitas adalah unsur kehidupan manusia yang langsung
diberikan dan berasal dari Tuhan. Keterampilan memahami
spiritualitas adalah kemampuan memahami bahwa semua
kegiatan jasmani, pikiran dan emosi manusia yang digerakan
atas dasar suara hati nurani dan diarahkan untuk
memperoleh keridhoan Tuhan Penciptanya.
2. Keterampilan Menyadari Kehidupan Spiritual
Kemampuan spiritual itu akan terlihat pada perkembangan
kesadaran dan pemahaman manusia terhadap diri, orang
lain, dan alam, yang berujung pada peningkatan kesadaran
dan pemahaman akan kebesaran Penciptanya. Artinya,
Spiritualitas muncul pada konteks hubungan manusia
dengan dirinya, orang lain, alam dan Penciptanya.
3. Keterampilan Melaksanakan Kehidupan Spiritual
Makna umum dari kegiatan spiritual adalah semua kegiatan
baik jasmani, pikiran, dan emosi yang dilaksanakan atas
dorongan suara hati nurani untuk mendapatkan keridhoan
Ilahi. Keterampilan spiritual dalam sembahyang terletak

199
pada kemampuan meresapi makna dari setiap ucapan yang
dibaca dalam sembahyang.

E. Keterampilan Kejuruan (Vocational Skills)


Keterampilan kejuruan adalah kemampuan atau keterampilan
khusus yang dimiliki oleh remaja dan mahasiswa dalam bidang
non akademik, yakni berupa kemampuan remaja dan mahasiswa
dalam berwirausaha sesuai dengan bakat, minat dan hobinya
untuk mendapatkan penghasilan, sehingga remaja dan
mahasiswa bisa hidup dengan bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat, bangsa dan negaranya.
Tujuan Keterampilan Kejuruan (vocational skills) adalah agar
remaja dan mahasiswa mampu mengembangkan potensi
dirinya, bakat dan hobinya sehingga dapat mendatangkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

F. Keterampilan Menghadapi Kesulitan (Adversity Skills):


Mengubah Hambatan Menjadi Peluang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan pernah lepas dari
hambatan, masalah, dan tantangan. Kita melihat ada orang-
orang yang bisa mengatasi dan meninggalkan kesulitan masa
lalunya ada juga yang menyerah dan menyalahkan masa lalunya.
1. Tipe Keterampilan Menghadapi Kesulitan
Kemampuan orang dalam menghadapi hambatan, masalah,
dan tantangan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Tipe cepat menyerah (Quitters)
Tipe cepat menyerah adalah orang yang apabila
menghadapi kesulitan langkah pertama yang diambil
adalah menghindari, memilih untuk keluar, mundur, dan

200
berusaha berhenti terkait dengan kesulitan dan
tantangan itu. Mereka ini disebut Quiters atau orang yang
cepat menyerah dan berupaya secepatnya berhenti
terkait dengan tantangan dan tanpa penyelesaian. Hal ini
secara tidak langsung menutup segala peluang dan
kesempatan dalam kehidupan. Quitters tidak mempunyai
kemampuan menghadapi kesulitan dan tantangan hidup.
b. Tipe Cepat Istirahat (Campers)
Tipe Cepat Istirahat adalah tipe orang yang apabila
menghadapi kesulitan dan tantangan hidup mencoba
mengatasinya, namun dengan kesulitan yang semakin
besar cepat mengambil tindakan untuk berhenti dari
usahanya. Tipe ini, sudah mencoba untuk maju
menghadapi kesulitan, namun tidak seberapa jauh
mereka berkata, sejauh ini sajalah kemampuan saya.
Karena berbagai alasan, mereka berhenti berjuang dan
mencari kondisi yang aman terhindar dari kesulitan,
hambatan dan tantangan hidup lebih lanjut.
c. Tipe Terus Mendaki (Climbers)
Tipe Terus Mendaki adalah sebutan untuk orang yang
dalam pendakiannya menghadapi tantangan hidup tidak
pernah menyerah. Pendakian terus dilakukan dengan
semangat yang tinggi dan strategi yang cerdas. Mereka
memilih untuk terus bertahan dan berjuang menghadapi
kesulitan dalam kehidupannya. Climbers adalah pemikir
yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan
tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat
fisik dan mental, atau hambatan lainnya menghalangi
upaya pencapaian tujuan.

201
2. Dimensi Keterampilan Menghadapi Kesulitan
Keterampilan menghadapi kesulitan terdiri dari 4 dimensi
yang masing-masing merupakan bagian dari sikap
seseorang dalam menghadapi kesulitan. Keempat dimensi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. C = Control (kendali)
Dimensi ini menggambarkan seberapa banyak kendali
yang dirasakan seseorang terhadap suatu peristiwa
yang menimbulkan kesulitan dan tantangan hidup.
Mereka yang meyakini bahwa dirinya memiliki kendali
yang rendah cenderung berpikir :
1) Kesulitan ini di luar jangkauan saya!
2) Tidak ada yang bisa saya lakukan sama sekali
menghadapi kesulitan ini
3) Saya tidak mungkin mengatasi kesulitan ini
Sementara mereka yang meyakini bahwa dirinya
memiliki kendali tinggi cenderung berpikir :
1) Wow! Ini sulit! Tapi saya pernah menghadapi yang
lebih sulit lagi
2) Selalu ada jalan mengatasi kesulitan ini
3) Pasti ada cara yang bisa saya lakukan untuk
mengatasi kesulitan ini
4) Saya harus mencari jalan lain.....
b. O2 = Origin dan Ownership (sebab masalah dan
Pengakuan)
O2 mempertanyakan dua hal yaitu: Siapa atau apa yang
menjadi sebab terjadinya kesulitan? dan sampai sejauh
mana saya mengakui akibat-akibat kesulitan itu? Orang

202
yang keterampilan menghadapi kesulitannya rendah
cenderung menempatkan rasa bersalah pada peristiwa
yang terjadi atau melihat dirinya sendiri sebagai satu-
satunya penyebab kesulitan tersebut.
Orang yang keterampilan menghadapi kesulitannya
rendah cenderung berpikir :
1) Ini semua kesalahan saya
2) Saya memang bodoh sekali
3) Saya sudah mengacaukan semuanya !
4) Saya memang orang yang gagal !
Orang yang keterampilan menghadapi kesulitannya
baik cenderung berpikir:
1) Ada sejumlah faktor yang berperan
2) Waktunya tidak tepat
3) Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya,
saya tahu ada cara untuk menyelesaikan pekerjaan
saya dengan lebih baik, dan saya akan
menerapkannya bila lain waktu saya berada dalam
situasi seperti ini lagi.
c. R = Reach (jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan sejauh manakah kesulitan
akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan
seseorang? Membatasi jangkauan kesulitan
memungkinkan seseorang untuk berpikir jernih dan
mengambil tindakan. Membiarkan jangkauan kesulitan
memasuki satu atau lebih wilayah kehidupan, akan
menghabiskan kekuatan sehingga tidak mampu
menghadapi kesulitan.

203
d. E = Endurance (Daya Tahan)

Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan :


Seberapa lamakah kesulitan akan berlangsung dan
seberapa lamakah penyebab kesulitan itu akan
berlangsung.

Orang yang memiliki respon daya tahan rendah


cenderung berpikir :

1) Ini selalu terjadi

2) Segala sesuatunya tidak akan pernah membaik

3) Tidak ada orang yang mau menikahi saya

4) Saya memang pemalas

Semua pernyataan tersebut berbau permanen. Kata-kata


itu membuat seseorang merasa tidak berdaya untuk
melakukan perubahan bahkan mungkin akan cenderung
kurang bertindak melawan kesulitan yang dianggap
sebagai sesuatu yang permanen. Semakin rendah
keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan
seseorang, maka semakin mudah menyerah pada nasib.

3. Memperbaiki keterampilan menghadapi kesulitan dan


tantangan

Keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan bukanlah


hal yang permanen atau menetap, dimensi-dimensi yang
mempengaruhi sikap seseorang dalam menghadapi masalah
dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui Keterampilan LEAD
dan Stoppers.

204
a. Keterampilan LEAD

1) L = Listen. Dengarkanlah respon terhadap kesulitan.

Mendengarkan respon terhadap kesulitan merupakan


langkah penting dalam mengubah keterampilan
seseorang. Adapun langkah-langkahnya, yaitu:
a) Mengembangkan pancaindra terhadap kesulitan
Keterampilan yang pertama yang perlu dimiliki
adalah keterampilan untuk segera merasakan
kapan kesulitan itu akan menerpa. Seseorang
dapat mengetahui adanya kesulitan jauh sebelum
kesulitan itu menjadi bencana. Sekali seseorang
memprogram otaknya, dengan membuatnya
selalu waspada, maka setiap menghadapi
kesulitan akan dengan cepat meresponnya.
b) Bunyikan alarm
Teknik lain yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kesulitan adalah dengan
membunyikan alarm dalam diri kita, semakin
keras, semakin besar, dan semakin intens bunyi
akan semakin kuat bekas yang ditimbulkan di
otak. Sehingga kita akan bertindak untuk
mengatasi masalah tersebut.
c) Kenali CO2RE
Setelah secara sadar bisa mendeteksi kesulitan,
langkah berikutnya adalah segera mengukur
bagaimana respon anda terhadap kesulitan.
Evaluasilah diri anda, dari empat dimensi di atas,
apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita.

205
2) E = Explore. Jajakilah asal usul pengakuan anda atas
akibatnya.

Seseorang betul-betul belajar dari kesulitan dan


mengasah strategi masa depannya. Misalnya dengan
menerima rasa bersalah dengan bertanggung jawab
untuk melakukan sesuatu guna menangani dan
memperbaiki atau menyelesaikan situasi yang
ditimbulkan oleh kesulitan meskipun diri sendiri
bukan penyebabnya. Mengakui akibatnya tidak
berarti harus menerima rasa bersalah yang tidak perlu
sebagai penyebab peristiwa itu.

3) A = Analyze. Analisislah bukti-buktinya

Menganalisis bukti mencakup proses bertanya yang


sederhana, dimana seseorang memeriksa,
mempertanyakan dan mengalihkan kesulitan menjadi
konstruktif.

4) D = Do. Lakukan sesuatu.

Keterampilan ini berkaitan dengan tindakan yang bisa


dilakukan untuk mengendalikan kesulitan, serta
membatasi waktu berlangsungnya kesulitan. Masalah
yang sering timbul dalam menyelesaikan kesulitan
adalah orang yang tertimpa kesulitan tidak siap untuk
bertindak. Untuk itu perlu dilatih kemampuan untuk
berani mengambil tindakan agar kesulitan segera
selesai, tidak melebar kemana-mana dan tidak
berlangsung lama.

206
b. Keterampilan STOPPERS
Keterampilan STOPPERS dapat dilatih melalui dua
keterampilan yaitu: Perintang: dirancang untuk membantu
seseorang menginterupsi dengan cepat respon destruktif
dan mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan
emosional maupun fisiknya. Perintang ini dapat dilakukan
melalui 5 cara yaitu :
1) Gebrakan telapak tangan ke permukaan benda yang
keras sambil berteriak STOP!
Ketika dalam kondisi panik, dan tidak bisa berpikir,
pukulkanlah tangan ke benda dihadapan seperti meja,
dinding, dashboard mobil sambil berteriak STOP!!.
Dengan demikian kepanikan terhenti dan setelah kembali
ke kesadaran bisa memikirkan langkah-langkah apa yang
bisa dilakukan untuk menyelesaikan dan menghentikan
kesulitan.
2) Pusatkan perhatian pada benda yang tidak ada
hubungannya
Ketika pikiran berkecamuk coba ambil atau perhatikan
suatu barang yang tidak ada hubungannya. Misalnya
peganglah pensil, otak-atik pensil tersebut, warnanya
apa, bentuknya bagaimana. Sesaat perhatian akan fokus
terhadap pensil tersebut. Ketika kembali kepada
kesadaran pikiran sudah tidak terlalu pusing dengan
kesulitan, sehingga lebih tenang untuk memikirkan
langkah apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan
kesulitan.
3) Masukkan sebuah karet gelang di pergelangan tangan
dan jepretkan karet itu ke pergelangan tangan

207
Simpanlah karet gelang di pergelangan tangan. Ketika
mencoba untuk fokus terhadap permasalahan,
jepretkanlah karet tersebut ke pergelangan tangan.
Sehingga sesaat akan membuat terkejut dan
memutuskan pikiran-pikiran lain yang mengganggu. Lalu
akan terfokus terhadap kesulitan yang dihadapi dan
memikirkan langkah-langkah yang diperlukan dalam
penyelesaiannya. Kebiasaan menjepretkan karet ini
biasanya dilakukan oleh atlet basket. Ketika akan
memasukan bola mereka menjepretkan karet di
pergelangan tanggannya sehingga fokus terhadap
lemparan bola tidak terganggu oleh pikiran-pikiran lain.
4) Sibukkan diri dengan kegiatan yang tidak ada kaitannya
Ketika sedang ada kesulitan, orang cenderung akan diam
dan melamun. Semakin memikirkan kesulitan, semakin
merasa ruwet dengan permasalahannya. Agar tidak
berkutat dengan masalah yang semakin pelik, maka
ikutlah dalam suatu aktifitas yang tidak ada kaitannya
dengan kesulitan yang dihadapi. Setelah selesai
melakukan aktifitas yang tidak ada kaitannya ini, emosi
akan mereda, sehingga cenderung lebih tenang dan
mampu berpikir lebih jernih.
5) Ubahlah kondisi dengan berolah raga
Olah raga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
melepaskan beban pikiran. Misalnya ketika bermain tenis,
saat memukul bola seseorang bisa berteriak seolah-olah
melepaskan segala beban yang ada di pikiran.
Pembingkai Orang : membantu menghentikan kebiasaan
yang menganggap bahwa semua kesulitan sebagai bencana,
dan memberi tahu bahwa kesulitan sifatnya sementara.
Pembingkai ini dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu :

208
1) Pusatkan perhatian pada tujuan mengapa saya
melakukan ini
Saat kita menemukan kesulitan dalam pekerjaan, maka
kita harus mengingat apa yang memotivasi mengambil
pekerjaan tersebut, maka kesulitan tersebut akan lebih
ringan rasanya.
2) Mengecilkan diri
Ketika menghadapi masalah, pergilah ke tempat yang
banyak orang, duduklah di salah satu sudut dimana dapat
memperhatikan lalu lalang orang. Sekian banyak orang
tentunya dengan sekian banyak masalah yang mereka
hadapi. Tentunya masalah yang kita hadapi, tidak
seberapa besar dengan masalah orang lain.
3) Membantu orang lain
Membantu orang lain membuat seseorang bersyukur
bahwa dirinya diberi kemudahan dan nikmat yang belum
tentu dimiliki orang lain. Datanglah ke tempat-tempat
seperti perumahan kumuh, panti asuhan, panti jompo,
atau SLB. Memperhatikan mereka tentunya membuat
seseorang sadar bahwa mereka memiliki kesulitan yang
lebih dibanding dari dirinya. Sehingga dirinya lebih
mempunyai daya dan upaya dalam menghadapi
kesulitan, dan dapat dengan lapang dada menerima
kesulitan.

209
210

Mekanisme Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar Mekanisme Pengelolaan PIK
Remaja/Mahasiswa, peserta diklat diharapkan dapat memahami tentang
mekanisme pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Memahami tentang pembentukan dan pengembangan PIK
Remaja/Mahasiswa dan seleksi PS dan KS.
2. Memahami tentang pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
3. Memahami tentang kiat-kiat Pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa
(Tumbuh, Tegak, Tegar).
4. Memahami tentang kemitraan.
5. Memahami tentang mekanisme pelayanan rujukan.

I. Pembentukan dan Pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa


Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan PIK
Remaja/Mahasiswa bisa tercapai, maka pembentukan dan
pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa diarahkan sebagai berikut :

211
A. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa yang dibentuk dan
dikembangkan dari, oleh dan untuk remaja/mahasiswa.
B. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa sebagai sumber informasi
program GenRe memperjelas pengetahuan, sikap dan
keterampilan remaja/mahasiswa dalam mewujudkan Generasi
Berencana (GenRe).
C. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa sebagai wadah untuk
mengintegrasikan upaya peningkatan assets, pengembangan
resources dan pelayanan second chance.
D. Menjadikan seluruh kegiatan PIK Remaja/Mahasiswa yang ramah
remaja (adolescents friendly).
E. Mempersiapkan pengelola/kader baik sebagai Pendidik Sebaya
(PS) maupun Konselor Sebaya (KS) untuk pengganti pengelola, PS
dan KS yang akan berakhir masa baktinya.

II. Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa


Dalam pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa terdapat 3 tahapan yang
harus dipenuhi, yaitu :
A. Tahap Tumbuh
1. Materi khusus yang dikuasai oleh Pengelola/Pendidik Sebaya
(PS):
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
c. TRIAD KRR
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
2. Kegiatan yang dilakukan:
a. Di dalam lingkungan PIK R/M
b. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam PIK R/M

212
c. Menggunakan media cetak
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
3. Sarana, prasarana dan SDM:
a. Ada Ruang Sekretariat
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur organisasi pengurus minimal yang terdiri dari
Pembina, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Program dan
Kegiatan, serta minimal 2 orang Pendidik Sebaya (PS)
d. Minimal 2 orang Pendidik Sebaya yang sudah
dilatih/orientasi tentang substansi Program GenRe
4. Jaringan dan kemitraan:
a. Stakeholder di lingkungannya, misalnya: Lurah/Kades dan
TOMA untuk PIK R/M jalur kemasyarakatan, TOGA untuk
PIK R/M jalur keagamaan, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur
Akademi untuk PIK R/M jalur sekolah umum/agama dan
perguruan tinggi, Puskesmas/Pustu terdekat dengan PIK
R/M sebagai tempat rujukan medis.
b. Mitra Kerja Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi
Kemahasiswaan, Organisasi Profesi dan Kesiswaan.

B. Tahap Tegak
1. Materi khusus yang dikuasai oleh Pengelola/Pendidik Sebaya
(PS)/Konselor Sebaya (KS):
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
c. TRIAD KRR

213
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
e. Keterampilan advokasi dan KIE
2. Kegiatan yang dilakukan:
a. Di dalam dan di luar PIK R/M
b. Menggunakan media cetak dan elektronik
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
d. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat
remaja untuk datang ke PIK R/M misalnya jambore remaja,
lintas alam/outbond, studi banding, kegiatan ekonomi
produktif, kegiatan kesenian dan olahraga, lomba, dsb.
3. Sarana, prasarana dan SDM:
a. Ada Ruang Sekretariat dan Ruang Konseling
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur pengurus minimal terdiri dari: Pembina, Ketua,
Sekretaris, Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, serta
minimal 4 orang Pendidik Sebaya dan 2 orang Konselor
Sebaya
d. 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/orientasi
tentang substansi Program GenRe
e. 2 orang Konselor Sebaya yang sudah dilatih tentang materi
pengetahuan dasar konseling.
f. Lokasi di komunitas remaja/ mahasiswa (mudah di akses
dan disukai oleh remaja).
4. Jaringan dan kemitraan:
a. Stakeholder di lingkungannya, misalnya: Lurah/Kades dan
TOMA untuk PIK R/M jalur kemasyarakatan, TOGA untuk PIK
R/M jalur keagamaan, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur

214
Akademi untuk PIK R/M jalur sekolah umum/agama dan
perguruan tinggi, Puskesmas/Pustu terdekat dengan PIK
R/M sebagai tempat rujukan medis.
b. Memperoleh pembinaan dan fasilitasi, antara lain oleh
Pemprov/Pemkab/Pemkot, Kepala Sekolah, Rektor/Dekan,
Direktur Akademi, TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, dll
c. Memiliki Mitra Kerja antara lain dengan Organisasi Profesi,
Organisasi Kepemudaan, Organisasi Keagamaan, Organisasi
Kemahasiswaan dan Kesiswaaan.

C. Tahap Tegar
1. Materi khusus yang dikuasai oleh Pengelola, Pendidik Sebaya
(PS) dan Konselor Sebaya (KS):
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
c. TRIAD KRR
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
e. Keterampilan advokasi dan KIE
f. Pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK R/M (mis;
Gender)
2. Kegiatan yang dilakukan:
a. Di dalam dan di luar PIK R/M
b. Menggunakan media cetak dan elektronik
c. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat
remaja untuk datang ke PIK R/M misalnya jambore remaja,
lintas alam/outbond, studi banding, kegiatan ekonomi
produktif, kegiatan kesenian dan olahraga, lomba, dsb.

215
d. Melakukan pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja
(pemeriksaan gigi, konsultasi kecantikan, konsultasi gizi).
e. Terlibat dalam kegiatan sosial misalnya pelayanan
kesehatan dan kebersihan lingkungan
3. Sarana, prasarana dan SDM:
a. Ada Ruang Sekretariat, Ruang Konseling dan Ruang
Pertemuan
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur pengurus minimal terdiri dari: Pembina, Ketua,
Sekretaris, Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, serta
minimal 4 orang Pendidik Sebaya dan 4 orang Konselor
Sebaya
d. 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/orientasi
tentang substansi Program GenRe
e. Pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK R/M (misalnya:
Gender)).
f. 4 orang Konselor Sebaya yang sudah dilatih tentang materi
pengetahuan dasar konseling.
g. Lokasi di komunitas remaja/ mahasiswa (mudah di akses
dan disukai oleh remaja)
h. Memiliki hotline/sms konseling
i. Memiliki perpustakaan
j. Memiliki sarana dan prasarana jaringan internet serta akses
terhadap jejaring sosial (Facebook, Twitter, dll)
4. Jaringan:
a. Stakeholder di lingkungannya, misalnya: Lurah/Kades dan
TOMA untuk PIK R/M jalur kemasyarakatan, TOGA untuk PIK
R/M jalur keagamaan, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur

216
Akademi untuk PIK R/M jalur sekolah umum/agama dan
perguruan tinggi, Puskesmas/Pustu terdekat dengan PIK
R/M sebagai tempat rujukan medis.
b. Memiliki Mitra Kerja antara lain dengan Organisasi Profesi,
Organisasi Kepemudaan, Organisasi Keagamaan, Organisasi
Kemahasiswaan dan Kesiswaaan.
c. PIK R/M Tegar sudah mempunyai PIK R/M binaan
(Tumbuh/Tegak).
d. Kegiatan PIK R/M telah terintegrasi dengan kelompok Bina
Keluarga Remaja (BKR).

III. Kiat-kiat Pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa (Tumbuh,


Tegak, Tegar)
A. Tahap Tumbuh
1. Sarasehan dalam rangka sosialisasi program GenRe pada
kelompok remaja/mahasiswa
2. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh
dukunngan/persetujuann dengan pimpinan setempat (Kepala
Desa/Lurah, Camat, Bupati/Walikota, TOGA/TOMA, Kepala
Sekolah, Rektor, Pesantren, Pimpinan Perusahaan)
3. Mengikuti pelatihan 2 orang Pendidik Sebaya dan Pengelola
PIK Remaja/Mahasiswa
4. Menyusun program dan kegiatan
5. Melakukan peresmian pembentukan PIK Remaja/Mahasiswa

B. Tahap Tegak
1. Melatih 4 orang menjadi Pendidik Sebaya
2. 2 orang Pendidik Sebaya dilatih menjadi 2 orang Konselor
Sebaya

217
3. Menyusun program dan kegiatan di dalam dan di luar PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Aktif dalam kegiatan advokasi dan KIE
5. Melakukan koordinasi dengan mitra kerja terkait

C. Tahap Tegar
1. Melatih 4 orang menjadi Pendidik Sebaya
2. 4 orang Pendidik Sebaya dilatih menjadi 4 orang Konselor
Sebaya
3. Menyusun program dan kegiatan di dalam dan di luar PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Aktif dalam kegiatan advokasi dan KIE
5. Melakukan koordinasi dengan mitra kerja terkait termasuk
media massa.
6. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan karakteristik,
dinamika dan kebutuhan remaja/mahasiswa
7. Sudah melakukan rujukan sesuai dengan masalah remaja.
VV
IV. Kemitraan
A. Pengertian
Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan (memberikan manfaat).

B. Prinsip-prinsip Kemitraan
1. Memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan
struktur);

218
2. Memahami kemampuan masing-masing pihak (kapasitas
unit/ organisasi);
3. Menjalin berkomunikasi secara proaktif.
4. Terbuka, dalam arti tidak ada hal-hal yang ditutupi.
5. Saling mendorong/mendukung kegiatan.

C. Langkah dalam Pengembangan Kemitraan


1. Penjajagan
2. Penyamaan persepsi
3. Pengaturan peran
4. Komunikasi intensif
5. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan
6. Melakukan pemantauan dan penilaian.

V. Mekanisme Pelayanan Rujukan


A. Identifikasi Tempat-tempat Pelayanan Rujukan Masalah
Program GenRe
1. Identifikasi potensi tempat pelayanan rujukan masalah
program GenRe
Setiap daerah memiliki potensi tempat pelayanan rujukan
yang berbeda-beda, baik dari sisi jumlah maupun jenis
pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu setiap konselor
sebaya harus memiliki peta potensi tempat pelayanan rujukan
yang berkenaan dengan pelayanan lanjutan program GenRe,
baik untuk rujukan medis maupun non-medis. Contoh tempat
pelayanan rujukan program PKBR: RSUD, PUSKESMAS, Pusat
Rehabilitasi, Rumah Singgah (Shelter), Biro Konsultasi

219
Psikologis, Pusat Pelayanan Terpadu milik POLRI (Ruang
Pelayanan Khusus/RPK Anak, Remaja dan Wanita).
2. Identifikasi jejaring kerja dengan tempat-tempat
pelayanan rujukan
Apabila konselor sebaya sudah memiliki peta potensi tempat
pelayanan rujukan di daerahnya, maka yang perlu diketahui
adalah apakah tempat-tempat pelayanan rujukan potensial
tersebut sudah menjalin kerjasama atau membentuk jejaring
kerja guna memberikan pelayanan yang komprehensif
kepada remaja yang memerlukan. Dalam hal ini perlu
dicermati pula bentuk kerjasama yang disepakati, karena akan
sangat terkait dengan mekanisme rujukan dan sistem
pembiayaannya. Namun, apabila belum ada kerjasama maka
perlu dirintis, misalnya oleh konselor sebaya atau oleh pihak
lain yang bertanggung jawab terhadap keberadaan konselor
sebaya.

B. Kriteria sasaran/klien yang perlu dirujuk


Seorang konselor sebaya harus mampu mengidentifikasi apakah
kliennya memerlukan pelayanan lanjutan atau tidak. Hal-hal
yang dapat dilakukan konselor sebaya untuk memastikan apakah
kliennya memerlukan rujukan atau tidak antara lain adalah:
1. Menanyakan secara langsung apakah klien memerlukan
bantuan orang lain. Misalnya dengan menanyakan kepuasan
klien akan konsultasi yang diberikan, dan jika belum puas
tanyakan apakah klien menginginkan orang lain untuk
memberikan konsultasi lanjutan.
2. Konselor juga dapat menanyakan apakah klien bermaksud
mendapat pelayanan lanjutan. Misalnya dalam kasus klien

220
yang ragu apakah ia terinfeksi HIV, kemungkinan klien ingin
menjalani test darah untuk memastikan adanya infeksi.
3. Setelah itu lakukan langkah-langkah yang dapat membantu
proses rujukan seperti: Tanyakan kesediaan klien untuk
dirujuk. Untuk itu perlu adanya kesepakatan antara klien dan
konselor tentang pelayanan lanjutan yang dibutuhkan dan
kemana tempat pelayanan rujukan yang dituju. Konselor juga
menanyakan apakah ada kehendak/pilihan klien terhadap
tempat pelayanan rujukan tertentu, tenaga yang akan
melayani (misalnya: laki-laki atau perempuan), jam pelayanan,
dsb.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan rujukan


Apabila klien sepakat untuk dirujuk, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Mengetahui secara pasti bagaimana mekanisme rujukan dari
setiap tempat pelayanan. Misalnya mekanisme rujukan ke
RSUD berbeda dengan mekanisme rujukan ke pusat
rehabilitasi atau ke shelter/rumah singgah.
2. Mengetahui mekanisme rujukan medis dan non medis.
3. Pengelola/konselor hendaknya mengetahui dengan pasti
kepada siapa klien akan dirujuk berdasarkan kerjasama yang
telah disepakati.
4. Di dalam kesepakatan kerjasama dengan tempat pelayanan
rujukan hendaknya sudah jelas tentang bagaimana cara
merujuk klien. Misalnya, apakah dengan surat rujukan resmi,
per telepon, atau dapat datang langsung ke tempat
pelayanan rujukan.

221
D. Sistem Pembiayaan di Tempat-tempat Pelayanan Rujukan
1. Sistem pembiayaan untuk tempat pelayanan rujukan
medis (klinik)
Biaya yang ditimbulkan oleh adanya tindakan medis sangat
bervariasi. Disisi lain, tidak semua tindakan memerlukan biaya
(artinya: gratis), dan ada pula yang mendapat subsidi dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Untuk itu
konselor sebaya harus mengetahui secara rinci dari
kesepakatan kerjasama dengan pusat rujukan medis tentang
sistem pembiayaan tersebut dan harus diinformasikan secara
jelas kepada klien. Dengan demikian klien merasa siap secara
finansial, atau konselor sebaya dapat menjadi mediator untuk
berbicara dengan orang tua/pihak keluarga klien guna
mendapatkan biaya yang diperlukan.
2. Sistem pembiayaan untuk tempat pelayanan rujukan non-
medis
Pada umumnya, setiap jasa yang diberikan oleh biro
konsultasi psikologis memerlukan biaya. Namun perlu pula
dicermati isi kerjasama yang disepakati, apakah
memungkinkan tanpa biaya apapun dalam memperoleh
layanan.

E. Daftar Alamat Rujukan


1. Pusat Rehabilitasi NAPZA
a. Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), JL Fatmawati,
Cilandak, Jakarta Selatan. Telp. (021) 7695461, 7655461,
7698240, 7504009.
b. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Pemerintah di 24 Provinsi.
c. Rumah Sakit Jiwa Swasta lainnya:

222
1) Sanatorium Dharmawangsa, Jl. Dharmawangsa No.
13, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Telp. (021)
734484.
2) RS. Ongko Mulyo, Jl. Pulomas Barat VI, Jakarta Timur.
Tip. (021) 4722719.
3) RSI Islam Khusus Jiwa, Jl. Bunga Rampai 10, Klender,
Jakarta Timur
4) RSJ Dharma Sakti, Jl. Kaji No. 40, Jakarta Pusat
5) RS Dharma Jaya, Jl. Raya Mangga Besar, Jakarta Pusat
d. Bagian Psikiatri RSUP di seluruh Indonesia, antara lain:
1) RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro No.
71, Jakarta Pusat. Telp. (021) 334044, 326377.
2) RSU Hasan Sadikin, Jl. Pasteur No. 38, Bandung, Jawa
Barat. Telp. (022) 234953, 234954, 234955.
3) RSU Dr. Sarjito, Jl. Kesehatan Sekip, Yogyakarta. Telp.
(0274) 587383.
4) RSU Dr. Karjadi, Jl. Dr. Sutomo No. 16, Semarang, Jawa
Tengah. Telp. (024) 413476.
5) RSU Sanglah, Jl. Diponegoro, Denpasar, Bali. Telp.
(0301) 224556.
6) RSU Dr. M. Djamil, Jl. Perintis Kemerdekaan, Padang
Sumatera Barat. Telp. (0751)21688.
7) RSU Pringadi, Jl. Prof. M. Yamin, SH. No. 47, Medan,
Sumatera Utara.
8) RSU Palembang, Jl. Jend. Sudirman Km. 3,5,
Palembang, Sumatera Selatan
9) RSU Manado, Jl. Yos Sudarso, manado, Sulawesi Utara

223
10) RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Jl. Perintis
Kemerdekaan, Makasar, Sulawesi Selatan.
e. Bagian Psikiatri Rumah Sakit ABRI:
1) RSPAD Gatot Subroto, Jl. Abdul Rahman Saleh,
Jakarta Pusat
2) RSAL Mintoharjo, Jl. Bendungan Hilir No. 17, Jakarta
Pusat
3) RS POLRI, Jl. Kramat Jati, Jakarta Timur
4) RSAU Halim Perdana Kusuma, Lanud Halim Perdana
Kusuma, Jakarta Timur
f. Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf, Jl. Willem Iskandar No.
37, Medan, Sumatera Utara
g. Panti Sosial Parmadi Putra Khusnul Khotimah, Jl. Babakan
Pocis Serpong, Tanggerang, Banten
h. Panti Sosial Parmadi Putra Galih Pakuan , Jl. H. Miing No.
71 Putat Nutug, Parung, Bogor, Jawa Barat.
i. Panti Sosial Parmadi Binangkit , Lembang (Khusus wanita),
Jl. Raya Maribaya No. 23, Lemabang, Bandung, Jawa Barat.
j. Panti Sosial Parmadi Mandi , Jl. Amposari II/4, Kel.
Sendang Guwo, Semarang Timur, Jawa Tengah.
k. Panti Sosial Permadi Putra Teratai , Jl. Balongsari Dalam
No. 1, Surabaya, Jawa Timur.
l. Rumwatik Parmadi Siwi, Polda Metro Jaya, Jl. MT. Haryono
No.11, Cawang, Jakarta Timur. Telp. (021) 8092713.
m. Wisma Adiksi, Jl. Jati Indah 1/23, Pangkalan Jati, Pondok
Labu, Jakarta Selatan 16514.
n. Yayasan Titihan Respati, Jl. Hang Lekir 11/16, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.

224
o. Terapi dan Rehabilitasi Pasien NAPZA ala Prof. Dadang
Hawari, Jl. Tebet Mas Indah Blok E/5, Jakarta Selatan.
p. Yayasan Kasih Mulia, Jl. Camar Indah I Blok DD 10 Ruko
Pantai Indah Kapuk, Pluit, Jakarta Utara
q. Pesantren Inabah IV, Jl. Sindanglaya No. 8, Tasik Malaya
Jawa Barat
r. Rumah Kemang, Jl. Kemang 1/8, Jakarta Selatan
s. Yayasan Insan Pengasih/Drop in center, Jl. Daksa IV/69,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
t. Yayasan Putra Sesana Bali, Telp. (0361) 462306.
u. Program Rehabilitasi Sekolah Tinggi Theologia BKWI
Yogyakarta, Jl. HOS Cokroaminoto Yogyakarta
v. Pesantren Inabah Tamban d/a RS Tamban, Barito Kuala,
Kalimantan Selatan.
w. Panti Rehabilitasi Soteiria, Jl. Padang Bulan Medan,
Sumatera Utara. Tlp. (61) 82201173.
2. Rujukan HIV dan AIDS dapat menghubungi Komisi
Penanggulangan AIDS di daerahnya masing-masing.

225
226

Pendidik Sebaya

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar Pendidik Sebaya, peserta diklat
diharapkan dapat memahami tentang Pendidik Sebaya

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian Pendidik Sebaya
2. Menjelaskan syarat Pendidik Sebaya
3. Menjelaskan uraian tugas Pendidik Sebaya
4. Menjelaskan persiapan penyuluhan oleh Pendidik Sebaya
5. Menjelaskan penyelenggaraan penyuluhan Pendidik Sebaya
6. Menjelaskan kiat-kiat sukses menjadi pendidik sebaya
7. Menjelaskan contoh penyampaian materi oleh pendidik sebaya

I. Pendahuluan
Remaja/mahasiswa merasa lebih nyaman untuk bertanya tentang
hal-hal yang sensitif seperti seksualitas, HIV dan AIDS serta napza
pada teman sebayanya. Dengan memanfaatkan bahan pembelajaran
ini, diharapkan Pendidik Sebaya mampu menyebarkan informasi

227
secara kreatif sehingga dapat menarik perhatian dan minat teman-
teman sebayanya.
Untuk mengoptimalkan keterampilannya, Pendidik Sebaya
seyogyanya melatih diri dengan menyebarkan informasi kesehatan
reproduksi dalam kelompok kecil (tidak lebih dari 12 orang). Setelah
terbiasa dan menguasai materi secara mendalam, para Pendidik
Sebaya dapat meningkatkan kemampuannya dalam kelompok besar
(+ 50 orang) untuk kegiatan ceramah.
Pendidik Sebaya adalah remaja/mahasiswa yang mempunyai
komitmen dan motivasi yang tinggi sebagai nara sumber bagi
kelompok remaja/mahasiswa dan telah mengikuti pelatihan Pendidik
Sebaya dengan mempergunakan modul dan kurikulum standar yang
telah disusun.

II. Syarat Pendidik Sebaya


Remaja/mahasiswa yang aktif dalam kegiatan sosial
dilingkungannya. Misalnya: Karang Taruna, Pramuka, OSIS, Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM), organisasi kepemudaan, organisasi
keagamaan pemuda.

III. Uraian Tugas Pendidik Sebaya


Dalam melakukan penyuluhan kepada remaja/mahasiswa, Pendidik
Sebaya hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
A. Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi mudah
dipahami oleh sebayanya.
B. Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan
perasaannya di hadapan pendidik sebayanya.

228
C. Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan
santai.
D. Syarat-syarat Pendidik Sebaya
1. Aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan remaja/mahasiswa;
2. Berminat menyebarluaskan informasi program PKBR;
3. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam
mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif
dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal
baru, mau belajar serta senang menolong;
E. Uraian Tugas Pendidik Sebaya
1. Menyampaikan informasi substansi program GenRe
2. Melaksanakan advokasi dan KIE tentang PIK Remaja/
Mahasiswa
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik minat remaja
untuk datang ke PIK Remaja/Mahasiswa
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan
F. Pengetahuan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya
1. Pengetahuan tentang program GenRe yang didalamnya
memiliki subtansi : 8 fungsi keluarga, Pendewasaan Usia
Perkawinan, TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA),
Life Skills.
2. Pengetahuan umum mengenai hukum, agama, dan isu
terkini lainnya.
G. Keterampilan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya adalah
keterampilan komunikasi interpersonal yang bercirikan:
1. Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah memungkinkan kedua belah pihak
sama-sama berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
pendapat dan perasaan.

229
2. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan
menggunakan kata-kata.
Pendidik Sebaya hendaknya:
a. Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah
dipahami kelompok.
b. Menghindari istilah yang sulit dimengerti.
c. Menghindari kata-kata yang bisa menyinggung perasaan
orang lain.
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam
bentuk nada suara, ekspresi wajah-wajah dan gerakan
anggota tubuh tertentu, seperti kontak mata dengan lawan
bicara, menggunakan nada suara yang ramah dan
bersahabat.
3. Cara Bertanya :
Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka.
a. Pertanyaan Tertutup :
1) pertanyaan yang memerlukan jawaban yang singkat.
Bisa dijawab denganYa dan Tidak .
2) Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk
menggali informasi dasar.
3) Tidak memberi kesempatan peserta untuk
menjelaskan perasaan/pendapatnya.
Contoh:
a) Berapa usiamu?
b) Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam
ini?

230
b. Pertanyaan Terbuka :
1) Mampu mendorong orang untuk mengekspresikan
perasaan dan pikiran.
2) Bisa memancing jawaban yang panjang.
3) Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan
diri apa adanya.
Contoh :
a) Apa yang kau ketahui tentang IMS?
b) Bagaimana rasanya waktu mengalami haid pertama?
4. Mendengar efektif
Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif
dapat dilakukan dengan cara:
a. Menunjukkan minat mendengar
b. Memandang lawan bicara
c. Tidak memotong pembicaraan
d. Menunjukkan perhatian dengan cara bertanya
e. Mendorong teman sebaya untuk terus bicara, baik
dengan komentar kecil (misal: mm..., ya...), atau ekspresi
wajah tertentu (misalnya menganggukkan kepala).

IV. Persiapan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya


Persiapan yang harus dilakukan oleh Pendidik Sebaya sebelum
melakukan penyuluhan:
A. Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari buku
panduan yang telah dimiliki maupun bacaan lainnya;

231
B. Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan dibicarakan,
misalnya alat peraga, contoh-contoh kasus, kliping koran, dan
lain-lain
C. Tempat pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja asalkan
nyaman buat Pendidik Sebaya dan kelompoknya. Kegiatan tidak
harus dilakukan di ruangan khusus. Bisa dilakukan di teras masjid,
di bawah pohon yang rindang, diruang kelas yang sedang tidak
dipakai, di aula gereja, dan sebagainya. Tempat pendidikan
sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu-lalang dan jauh dari
kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan.

V. Penyelenggaraan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya


A. Jumlah ideal remaja/mahasiswa pada kegiatan penyuluhan
sebaya diikuti oleh tidak lebih dari 12 peserta agar setiap peserta
mempunyai kesempatan bertanya. Bila peserta terlalu banyak,
tanya jawab menjadi kurang efektif, dan remaja/mahasiswa tidak
akan mendapatkan pemahaman serta pengetahuan yang cukup
memadai
B. Pendidik Sebaya (PS) mencari teman sebaya yang berminat
terhadap kesehatan reproduksi. Hindari cara-cara pemaksaan.
Para peserta harus bersedia mengikuti seluruh pertemuan yang
telah disepakati.
C. Untuk dapat memahami keseluruhan materi program GenRe,
paket pertemuan sekurang-kurangnya 8 kali. Setiap kali
pertemuan berlangsung antara 2- 2 jam.
D. Tempat dan waktu pertemuan ditentukan bersama antara
Pendidik Sebaya (PS) dan remaja/mahasiswa.
E. Penyuluhan diberikan oleh dua orang Pendidik Sebaya. Satu
pendidik menyampaikan dan memandu diskusi. Satu pendidik

232
lainnya melakukan pencatatan terhadap pertanyaan yang
diajukan peserta, observasi tentang proses diskusi, serta
membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh
Pendidik Sebaya pertama. Peran Pendidik Sebaya dilakukan
bergantian dengan tujuan agar setiap pendidik mempunyai
kesempatan untuk menyampaikan informasi dan memandu
diskusi. Selain itu mereka juga bisa saling memberikan umpan
balik selama menjadi pemandu.
F. Pendidik Sebaya memulai acara dengan menyampaikan materi
selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya
digunakan untuk diskusi dan menampung pertanyaan.
G. Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, jawaban bisa
ditunda untuk ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa
dokter/paramedis, tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan lain-
lain.
H. Topik-topik yang perlu dibahas antara lain:
1. 8 fungsi keluarga
2. Pendewasaan Usia Perkawinan
3. Triad KRR
4. Life Skills

VI. Penyampaian Materi GenRe oleh Pendidik Sebaya Dalam


Kelompok Besar
Pendidik Sebaya yang telah terlatih untuk memberikan atau
menyampaikan informasi program GenRe dalam kelompok yang
kecil dapat meningkatkan kemampuannya pada kelompok yang
lebih besar. Disebut kelompok besar bila jumlah peserta lebih dari
50 orang. Kegiatan ini sering disebut dengan penyuluhan. Contoh
kegiatan ini adalah:

233
A. Ceramah di sekolah;
B. Ceramah pada peringatan hari-hari khusus, misalnya acara
Tujuh Belas Agustus, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, dan
sebagainya;
C. Penyuluhan kader di desa/kelurahan;
D. Penyuluhan pada organisasi kemasyarakatan, misalnya:
pramuka, karang taruna, pengajian, remaja gereja, dan
sebagainya.
Dalam menghadapi kelompok besar, hal-hal yang harus diperhatikan
oleh Pendidik Sebaya sebelum penyuluhan, adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan Pribadi
a. Membaca materi yang akan disampaikan;
b. Cari informasi mengenai peserta penyuluhan;
c. Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan perlu
disesuaikan dengan keadaan peserta penyuluhan;
d. Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih diri untuk
kegiatan ceramah;
2. Pengaturan Tempat
a. Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan
memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang memudahkan
interaksi antara pendidik dan peserta.
b. Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet kebelakang
seperti di kelas/sekolah. Idealnya kursi tersusun membentuk
huruf U .
3. Alat Bantu
a. Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu, misalnya: LCD,
laptop, pengeras suara (microphone), jaringan listrik, dan

234
sebagainya. Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
b. Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang
digunakan dapat dilihat oleh semua peserta dengan mudah.
c. Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah
baris kalimat dalam setiap tampilan tidak lebih dari 7 baris ke
bawah.
d. Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang
jelas agar mudah terbaca.
4. Tiba di tempat penyuluhan lebih awal (+ 15-30 menit) untuk
memeriksa fasilitas alat bantu.
Pada saat penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Perkenalkan diri sebelum memulai penyuluhan.
b. Secara singkat, jelaskan tujuan dari topik yang akan
disampaikan.
c. Sampaikan informasi secara menarik, berbicara singkat dan
mudah dimengerti. Sisipkan humor-humor segar.
d. Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh
peserta. Hindari nada suara yang datar. Jangan bicara terlalu
cepat.
e. Kemukakan hal-hal yang penting terlebih dahulu.
f. Tekankan hal-hal yang perlu diingat.
g. Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing, misalnya:
discharge, ovum, dan lain-lain.
h. Pada awal penyampaian dan setiap pergantian topik, jangan
lupa gali pengetahuan peserta dengan cara memberikan 1
2 pertanyaan terkait. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya komunikasi satu arah.

235
VII. Kiat-kiat Sukses Menjadi Pendidik Sebaya
1. Mau terus belajar dan memperluas wawasan.
2. Rajin mencari informasi tambahan.
3. Menyisipkan humor dalam pemberian materi.
4. Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan suasana
pembelajaran.
5. Terbuka akan kritik dari peserta
6. Pendidik Sebaya harus melakukan hal-hal berikut:
a. Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran;
b. Menguasai materi;
c. Melibatkan semua peserta dalam kegiatan pembelajaran;
d. Menggunakan alat bantu;
e. Berbicara dengan jelas dan lantang;
f. Memancing pertanyaan dari peserta pertemuan;
g. Mengatur waktu dengan cermat;
h. Duduk dalam lingkaran agar bisa memandang satu sama
lain;
i. Menjaga kontak mata dalam bicara;
j. Memperhatikan bahasa tubuh peserta;
k. Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta;
l. Bersikap sabar tapi percaya diri.
7. Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:
a. Membelakangi peserta;
b. Meremehkan komentar dan pendapat peserta;
c. Membaca materi-materi, sebaiknya materi sudah dipahami;

236
d. Berbicara dengan nada keras kepada peserta;
e. Menggurui;
f. Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja, sebaiknya
memandang kepada keseluruhan secara bergantian;
g. Menghakimi.

VIII. Contoh-Contoh Penyampaian Materi oleh Pendidik Sebaya


A. Contoh 1: Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya
1. Katakan kepada peserta bahwa sekarang kita akan
membahas mengenai alat alat reproduksi manusia.
2. Bagikan gambar peta buta alat reproduksi perempuan dan
laki-laki, minta peserta untuk menuliskan nama-nama dari
alat reproduksi yang telah ditentukan. Minta beberapa
peserta untuk mengemukakan jawaban mereka.
3. Tayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi
perempuan dan laki-laki yang telah dilengkapi dengan
nama masing-masing bagian alat reproduksi tersebut.
Bahas bersama peserta nama lain yang biasa digunakan di
daerah masing-masing.
4. Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya indung
telur adalah tempat sel telur diproduksi. Beri kesempatan
peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka dan
mengajukan pertanyaan.
5. Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi
dan fungsinya.

B. Contoh 2 : Remaja dan Perkembangannya


1. Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika mereka
memasuki masa akil baligh. Tanyakan kepada mereka

237
tanda-tanda dan perubahan apa yang mereka rasakan, baik
fisik maupun perasaan. Bahas pula mengenai isu-isu yang
terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan masturbasi
pada remaja laki-laki, serta menstruasi pada remaja
perempuan. Tanyakan pengalaman dan penghayatan
peserta ketika mengalami perubahan dan berbagai tanda
tadi. Tekankan kepada peserta bahwa semua hal tersebut
wajar terjadi pada seorang remaja.
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mendiskusikan pengalaman-pengalamannya.

C. Contoh 3 : Seksualitas dan Jender


1. Lakukan permainan mengenai kelahiran bayi. Minta
seorang peserta perempuan berperan sebagai ibu yang
baru melahirkan. Minta peserta tersebut duduk sambil
menggendong bayinya (boneka), disebelahnya peserta lain
diminta berperan sebagai suaminya. Beberapa peserta
diminta menjadi tamu dan menanyakan berbagai hal
sehubungan dengan kelahiran bayi. Misalnya, bayimu laki-
laki atau perempuan? jika besar nanti, kamu ingin anakmu
menjadi apa? dsb. Para tamu diminta pula untuk
mengomentari jawaban pasangan suami istri tersebut.
2. Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari
permainan tadi. Kemudian pelatih menjelaskan beda
antara seks dan jender. Gunakan lembar transparan
bertuliskan definisi kedua kata tersebut. Jelaskan pula
mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan
mengenai konsep lain yang terkait, seperti: kesehatan
seksual, hakhak reproduksi, dll. Berikan contoh-contoh
kongkrit sebanyak mungkin. Kaitkan dengan
perkembangan seksual remaja dan ketimpangan jender

238
yang ada. Jangan lupa memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya. Pertanyaan peserta mungkin
meluas hingga keaspek perilaku seksual suatu daerah
tertentu, misalnya Sifon di Nusa Tenggara Timur
(mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah
seorang laki-laki di khitan) atau budaya penggunaan
tongkat Madura (semacam batang kayu yang dimasukkan
ke dalam vagina untuk menyerap cairan vagina).

D. Contoh 4 : Hubungan Seksual, Kehamilan dan


Pencegahannya, Aborsi
1. Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya
adalah hubungan seksual, kehamilan dan pencegahannya,
serta aborsi.
2. Lakukan curah pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan hubungan seksual. Lengkapi jawaban dengan
penjelasan bahwa hubungan seksual dalam bahasan ini
merujuk kepada ekspresi/tindakan seksual yang
berpeluang besar untuk terjadinya kehamilan. Misalnya
dengan mendekatkan, menggesekkan, memasukkan
sebagian atau seluruh penis ke dalam vagina
memungkinkan masuknya sperma ke dalam vagina.
3. Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi
peserta menjadi beberapa kelompok kecil masing-masing
4-5 orang. Minta kelompok untuk membahas proses
terjadinya suatu kehamilan. Beri peserta waktu 15 menit
untuk mendiskusikan dan menyiapkan hasil diskusi
kelompoknya untuk dipresentasikan.
4. Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan
lembar balik transparan tentang proses kehamilan.

239
5. Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan
beralih pada pembahasan mengenai pencegahan
kehamilan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai
metode/cara untuk mencegah kehamilan. Ajak peserta
untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini.
Pelatih perlu menjelaskan bahwa cara pencegahan
kehamilan terbagi dalam cara alami (misalnya, metode
kalendar/pantang berkala, senggama terputus,
pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern
(kondom, AKDR/IDU/Spiral, pil, suntik, susuk, PKPK/pil
kontrasepsi pencegah kehamilan, sterilisasi). Gunakan buku
Pedoman Kesehatan Reproduksi sebagai rujukan. Lakukan
tanya jawab.
6. Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas
mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Lontarkan
pertanyaan: Kondisi dan alasan apa saja yang membuat
suatu kehamilan tidak diinginkan? Lakukan pembahasan
dengan merujuk buku Pedoman Kesehatan Reproduksi
mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta
untuk memberikan contoh-contoh yang ada di lingkungan
sekitar tempat tinggal.
7. Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam
pembicaraan ini, lakukan permainan pendahuluan jaring
laba-laba. Minta enam peserta untuk menjadi relawan.
Satu peserta diminta berperan sebagai Remaja Putri yang
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, karenanya
ingin menggugurkan kandungannya. Lima peserta lainnya
berdiri mengelilinginya. Peserta lain diminta menjadi
observer. Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat
Remaja Putri tersebut. Katakan bahwa Remaja Putri adalah
murid SMU kelas 2 yang dihamili dan ditinggal pergi oleh
pacar. Pelatih menanyakan pertanyaan sebagai berikut:

240
Mengapa Remaja Putri memutuskan untuk menghentikan
kehamilannya?
8. Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban.
Untuk setiap jawaban yang dampaknya memberatkan
Remaja Putri, minta para peserta yang mengelilingi untuk
menjeratkan tali secara bergiliran pada tubuh Remaja Putri.
Semakin banyak jawaban yang memberatkan Remaja Putri
semakin banyak jeratan pada tubuhnya. Kemudian pancing
pendapat peserta bagaimana mencegah terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap jawaban yang
memberikan pemecahan persoalan, membuka jeratan
yang melingkar di tubuh Remaja Putri. Setelah permainan
selesai, ajak peserta untuk merenungkan dan memberikan
pendapat mengenai makna dari permainan tadi. Terangkan
bahwa ada dua jenis aborsi, yaitu aborsi spontan dan aborsi
yang disengaja.
9. Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai
aborsi aman dan aborsi tidak aman. Terangkan mengenai
macam-macam aborsi yang tidak aman, seperti pijatan,
minum jamu atau obat-obatan, loncat-loncat, dll. Jelaskan
pula bahwa aborsi yang aman dilakukan oleh petugas
medis karena alasan keselamatan ibu. Berikan
kesempatan pada peserta untuk mengemukakan
pendapatnya.

E. Contoh 5: Topik Infeksi Menular Seksual (IMS)


1. Katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih kepada
topik IMS. Bagi peserta ke dalam kelompok kecil masing-
masing 4 orang. Minta setiap kelompok untuk membahas
macam-macam IMS yang mereka ketahui dan cara
pengobatan yang biasa dilakukan di daerah masing-masing.

241
Setelah 10 menit, minta salah seorang wakil setiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
2. Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan
menjelaskan dan menayangkan lembar transparan berisi
mengenai macam-macam IMS, gejala, masa inkubasi,
efeknya dan cara pengobatan. Gunakan pula rujukan dari
Panduan Kesehatan Reproduksi. Berikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya dan mengemukakan
pendapatnya.

242

Konselor Sebaya

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar Konselor Sebaya, peserta diklat
diharapkan dapat memahami tentang konseling.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep konseling
2. Menjelaskan pengertian konseling
3. Menjelaskan syarat-syarat konselor sebaya
4. Menjelaskan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh
Konselor Sebaya
5. Menjelaskan langkah-langkah konseling
6. Menyebutkan tempat konseling

I. Konsep Konseling
A. Pengertian
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada
orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan
suatu masalah melalui pemahaman terhadap suatu fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan klien.

243
B. Tujuan
Tujuan konseling adalah membantu klien melihat
permasalahannya supaya lebih jelas sehingga klien dapat
memilih sendiri jalan keluarnya. Konseling berbeda dengan
pemberian nasehat. Konseling berpedoman pada pandangan
bahwa pengambilan keputusan adalah tanggung jawab klien.
Seorang konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau
membuat keputusan yang kemungkinan tidak diterapkan oleh
klien setelah pertemuan konseling selesai. la menjadi
mitra/rekan dari klien, tetapi klien lah yang paling tahu
masalahnya sehingga dialah pembuat keputusan.
C. Faktor-faktor penghambat KIP/K
1. Faktor Individual
Merupakan keterikatan budaya yang dibawa seseorang dalam
melakukan interaksi. Misalnya faktor fisik, sudut pandang,
nilai-nilai, status sosial, dan bahasa
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi
a. Tujuan dan harapan
b. Sikap terhadap interaksi
c. Pembawaan diri terhadap orang lain (seperti: kehangatan,
perhatian, dukungan)
d. Sejarah hubungan
3. Faktor Situasional, yaitu percakapan yang dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan.
4. Faktor Kompetensi
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukan perilaku
kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang
menyebabkan putusnya komunikasi adalah kegagalan
menyampaikan informasi penting, bicara yang tidak lancar,
dan salah pengertian.

244
II. Pengertian Konselor Sebaya
Konselor Sebaya adalah Pendidik Sebaya yang punya komitmen
dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling program
GenRe bagi kelompok remaja/mahasiswa sebayanya yang telah
mengikuti pelatihan konseling program GenRe dengan
menggunakan modul dan kurikulum standar

III. Syarat-syarat menjadi Konselor Sebaya


A. Berpengalaman sebagai pendidik sebaya.
B. Mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk membantu
klien
C. Terbuka pada pendapat orang lain
D. Menghargai dan menghormati klien
E. Peka terhadap perasaan orang dan mampu berempati
F. Dapat dipercaya dan mampu memegang rahasia
G. Perasaan stabil dan kontrol diri yang kuat
H. Memiliki pengetahuan yang luas mengenai:
1. Seksualitas yang meliputi tumbuh kembang remaja, alat,
sistem dan proses reproduksi, konsekuensi hubungan seks
pra nikah ; kehamilan.
2. HIV dan AIDS serta IMS
3. NAPZA
I. Memiliki ketrampilan dalam :
1. Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan
menimbulkan rasa percaya klien terhadap konselor

245
2. Melakukan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan
timbal balik yang bercirikan :
a. Komunikasi dua arah
b. Memperhatikan aspek verbal dan non verbal
c. Mendengar secara aktif
d. Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi,
perasaan dan pikiran.
e. Membantu klien dalam pengambilan keputusan.

IV. Keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang


Konselor Sebaya
A. Keterampilan Observasi
Hal-hal yang ada dalam keterampilan observasi yaitu:
1. Tingkah laku non verbal
2. Tingkah laku verbal
3. Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal

B. Keterampilan Mendengar Aktif


1. Mendengar pasif atau diam
Dilakukan bila klien sedang menceritakan masalahnya :
berbicara tanpa henti, menggebu-gebu, kesal atau sedih.
Konselor dapat mendengar pasif untuk memberikan
kesempatan kepada klien untuk menenangkan diri.
2. Memberi tanda perhatian baik verbal maupun non verbal
Dilakukan antaralain sewaktu klien berbicara panjang
tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya. Misalnya :
hmm..., ya, lalu, terus.

246
3. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi
Dilakukan bila konselor ingin mendalami apa yang
diucapkan atau diceritakan oleh klien
4. Mendengar aktif yaitu dengan memberikan umpan balik
atau merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.

C. Keterampilan Bertanya
1. Pertanyaan Tertutup
Menghasilkan jawaban ya atau tidak.
2. Pertanyaan Terbuka
a. Jenis pertanyaan memakai kata Bagaimana atau
apa
b. Memberikan kebebasan kepada klien dalam
menjawab secara aktif.
Pertanyaan terbuka merupakan cara yang efektif untuk
menggali informasi

V. Langkah-Langkah Konseling
SA : Salam, memberi perhatian dan menciptakan hubungan
dan situasi nyaman.
T: Tanya. Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui
kebutuhan, pengetahuan dan perasaan klien tentang
masalah yang dihadapi dan latar belakangnya, Identifikasi
effek dari masalah terhadap klien dan hal lain.
U: Uraikan. Menguraikan dan tawarkan informasi umum
mengenai alternatif pemecahan masalah untuk
pengambilan keputusan.

247
TU : Bantu klien untuk mengambil keputusan yang diinginkan.
Beri waktu dan dorong klien untuk berpendapat
J: Jelaskan secara rinci mengenai alternatif pemecahan
masalah yang telah dipilih klien, konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin dihadapi. Ajukan pertanyaan
apakah klien sudah mengerti apa yang disampaikan agar
bisa membuat keputusan tanpa tekanan.
U: Rencanakan kunjungan ulang atau rujuk ketempat
pelayanan konseling bila diperlukan.

VI. Tempat Konseling


Konseling dapat dilakukan dimana saja dengan syarat:
A. Terjamin privacy
B. Nyaman
C. Tidak bising
D. Tenang

248

Advokasi Dan KIE

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar Advokasi dan KIE, peserta diklat
diharapkan dapat memahami tentang kegiatan Advokasi dan KIE
program GenRe

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Memahami tentang konsep dasar advokasi dan KIE program GenRe
2. Menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan advokasi KIE program
GenRe
3. Menjelaskan tentang prinsip-prinsip advokasi dan KIE program
GenRe
4. Menjelaskan tentang jenis-jenis advokasi dan KIE program GenRe
5. Menjelaskan tentang langkah-langkah merumuskan advokasi dan KIE
program GenRe

I. Konsep Dasar Advokasi dan KIE


A. Pengertian
Advokasi menurut Mansour Faqih (2000) adalah media atau cara
yang digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

249
Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju.
Dalam buku membela teman sebaya disebutkan bahwa:
Advokasi is defined is the promotion of cause or the influenching of
policy, founding streams or other politically determined activity.
Artinya advokasi adalah promosi sebab atau pengaruh sebuah
kebijakan atau aktifitas lainnya yang ditentukan secara politik.
Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan
gagasan kepada orang lain atau menyampaikan suatu issu
penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta
mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari
penyelesaiannya serta membangun dukungan terhadap
permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana
cara penyelesaian masalah tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk
menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat
atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan
merugikan masyarakat.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) adalah kegiatan
penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
program Kependudukan dan Keluarga Berencana.

B. Tujuan
1. Advokasi
Tujuan advokasi adalah mendukung dan mempromosikan
suatu masalah/isu dan mencoba untuk mendapatkan
dukungan dari pihak lain dalam rangka perubahan.

250
2. KIE
Tujuan KIE adalah mengubah sikap mental, kepercayaan
nilai-nilai dan perilaku individu serta kelompok masyarakat.

C. Sasaran
1. Advokasi
a. Pembuat kebijakan publik
b. Pembuat opini publik
c. Mitra kerja
d. Penentang
2. KIE
a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat

II. Persamaan dan Perbedaan Advokasi dengan KIE


A. Persamaan Advokasi dan KIE
1. Melakukan identifikasi dalam menentukan segmentasi
sasaran
2. Melakukan penelitian penjajagan kebutuhan
3. Membuat strategi dan pesan
4. Melakukan monitoring dan penelitian

251
B. Perbedaan Advokasi dan KIE

ADVOKASI KIE
Dilihat dari Tujuan : Dilihat dari Tujuan :
Secara aktif mendukung dan Mengubah sikap mental,
mempromosikan suatu kepercayaan nilai-nilai dan
masalah/isu dan mencoba perilaku individu serta
untuk mendapatkan dukungan kelompok masyarakat.
dari pihak lain dalam rangka
perubahan kebijakan, program
dan perundang-undangan.

Sasaran : Sasaran :
Penentu kebijakan/pembuat Individu, keluarga, dan
keputusan, dan pembuat masyarakat.
peraturan (perundang-
undangan).

Hasil KIE :
Hasil Advokasi :
1. Meningkatkan
Dukungan dan perubahan pengetahuan dan
peraturan perundang- keterampilan individu,
undangan, kebijakan serta keluarga dan masyarakat.
program.
2. Perubahan sikap dan
perilaku individu, keluarga
dan masyarakat.

III. Prinsip-prinsip Advokasi dan KIE


Pada dasarnya kegiatan advokasi dan KIE adalah untuk melakukan
perubahan, maka akan selalu ada resistensi, oposisi, dan konflik.
Tidak ada faktor tunggal yang menjamin keberhasilan advokasi dan
KIE. Beberapa prinsip di bawah ini dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan advokasi yang sukses :

252
A. Realistis
Advokasi dan KIE yang berhasil bersandar pada isu dan agenda
yang spesifik, jelas, dan terukur.
B. Sistematis
Advokasi dan KIE adalah seni tetapi bukan lukisan abstrak
sehingga diperlukan perencanaan yang akurat.
C. Taktis
Advokasi dan KIE tidak mungkin dilakukan secara sendiri
sehingga harus membangun koalisi, aliansi, mitra kerja atau
pihak lain.
D. Strategis
Advokasi dan KIE melibatkan penggunaan kekuasaan dengan
berbagai tipenya.
E. Berani
Advokasi dan KIE menyentuh perubahan dan rekayasa sosial
secara bertahap. Jangan tergesa-gesa. Tidak perlu menakut-
nakuti pihak lawan, tetapi tidak perlu juga menjadi penakut.

IV. Jenis-Jenis Advokasi dan KIE


A. Jenis-Jenis Advokasi
1. Advokasi Diri, yaitu advokasi yang dilakukan pada skala
local dan bahkan sangat pribadi. Misalnya, ketika seorang
pelajar tiba-tiba diskorsing oleh pihak sekolah tanpa adanya
kejelasan, maka advokasi yang dilakukan adalah dengan cara
mencari kejelasan atau klarifikasi kepada pihak sekolah.
2. Advokasi Kasus, yaitu advokasi yang dilakukan sebagai
proses pendampingan terhadap orang atau kelompok yang
belum memiliki kemampuan membela diri dan
kelompoknya.

253
3. Advokasi Kelas, yaitu sebuah proses mendesakkan sebuah
kebijakan publik atau kepentingan satu kelompok
masyarakat dengan tujuan akhir terwujudnya perubahan
sistematik yang berujung pada lahirnya produk perundang-
undangan yang melindungi atau berubahnya legislasi yang
dianggap tidak adil. Advokasi jenis ini melibatkan
stakeholder yang lebih banyak dan proses yang lebih
sistematis.

B. Jenis-Jenis KIE
1. KIE Individu
Suatu proses KIE timbal balik secara langsung antara petugas
KIE dengan individu sasaran program PKBR.
2. KIE Kelompok
Suatu proses KIE timbal balik secara langsung antara petugas
KIE dengan kelompok (2-15 orang)
3. KIE Massa
Suatu proses KIE tentang program PKBR yang dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat
dalam jumlah yang besar.

V. Langkah-langkah Merumuskan Strategi Advokasi dan KIE


A. Identifikasi Kebutuhan:
1. Pengamatan langsung
2. Interview (wawancara)
3. Focus Group Discussion (diskusi kelompok terfokus)
4. Survei
5. Analisis data sekunder

254
B. Analisis Masalah Advokasi dan KIE
1. Analisis masalah advokasi
a. Pokok-pokok permasalahan yang memerlukan advokasi
b. Penyebab masalah
c. Pihak-pihak yang terlibat
d. Kebijakan-kebijakan/program yang ada, baik yang
menghambat maupun yang mendukung
e. Solusi advokasi yang diusulkan
2. Analisis masalah KIE
a. Analisis khalayak sasaran (lingkungan sosial)
b. Analisis program

C. Analisis Sasaran Advokasi dan KIE


Analisis sasaran advokasi dan KIE, meliputi :
1. Penerima advokasi
2. Mitra
3. Pembuat keputusan
4. Penentang

D. Penetapan Tujuan Advokasi dan KIE


1. Tujuan Advokasi
Tahap awal yang perlu dilakukan dengan memperhatikan
kaidah SMART
S = Spesific (khusus)
M = Measurable (dapat diukur)

255
A = Appropriate (dapat dikerjakan)
R = Realistic (realistis)
T = Time Bound (mempunyai batas waktu yang jelas)
2. Tujuan KIE
Ditetapkan dengan melihat adanya pengetahuan, sikap dan
perilaku yang dicapai dalam kurun waktu tertentu.

E. Pengemasan dan Penyampaian Isi Pesan Advokasi dan KIE


1. Pengemasan pesan Advokasi
Penyampaian isi pesan harus dikemas dengan singkat, padat
dan persuasif.
2. Pengemasan pesan KIE
Ditekankan pada bentuk-bentuk pemecahan masalah secara
praktis dari pada paparan secara dramatis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan
dan penyampaian isi pesan :
a. Disampaikan secara konsisten dengan menggunakan
berbagai saluran dan dengan kata-kata yang berbeda,
khususnya pesan untuk suatu periode yang panjang.
b. Pastikan bahwa pesan disampaikan oleh komunikator
yang memiliki kredibilitas tinggi.
c. Ciptakan pesan yang mudah dipahami dan hindari
penggunaan jargon-jargon.
d. Pengembangan pesan dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SEE-A (S = Statement; E =
Evidence; E = Example dan A = Action).

256
F. Teknik Advokasi dan KIE
1. Teknik Advokasi
a. Lobi
b. Petisi
c. Debat
d. Negosiasi
e. Presentasi
f. Penggunaan media massa
2. Teknik KIE
a. KIE Individu
b. KIE Kelompok
c. KIE Massa

G. Strategi Advokasi dan KIE


1. StrategiAdvokasi
Salah satu unsur utama dan penting dilakukan adalah
dengan mengangkat isu strategis/isu prioritas. Memilih isu
prioritas program dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Isu yang berhubungan dengan masalah yang menjadi
prioritas program.
b. Berpotensi untuk membangun koalisi
c. Berisiko kecil, tapi mempunyai kemungkinan
keberhasilan yang besar
d. Berpotensi untuk meningkatkan kredibilitas dan
efektivitas terhadap program.
2. Strategi KIE
Memperhatikan jenis, teknik dan media KIE yang akan
digunakan. Perpaduan yang tepat antara jenis, teknik dan
media KIE akan sangat menentukan keberhasilan KIE.

257
258

Pencatatan dan Pelaporan

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar Advokasi dan KIE, peserta diklat
diharapkan dapat memahami tentang pencatatan dan pelaporan
pelaksanaan kegiatan PIK Remaja/Mahasiswa.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari ini peserta dapat:
1. Memahami tentang pengertian pencatatan dan pelaporan PIK
Remaja/Mahasiswa
2. Memahami tentang materi pencatatan dan pelaporan PIK
Remaja/Mahasiswa
3. Memahami tentang mekanisme pencatatan dan pelaporan PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Memahami tentang jenis-jenis dan petunjuk pengisian formulir
pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa
5. Memahami tentang data basis PIK Remaja/Mahasiswa

I. Pengertian
Pencatatan dan pelaporan PIK Remaja/Mahasiswa adalah suatu
kegiatan mencatat dan melaporkan berbagai aspek yang berkaitan
dengan pengelolaan dan pelayanan yang dilakukan oleh PIK
Remaja/Mahasiswa.

259
Adapun tujuan dilaksanakannya pencatatan dan pelaporan di PIK
Remaja/Mahasiswa adalah untuk mendokumentasikan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh PIK Remaja/Mahasiswa dalam
rangka peningkatan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK
Remaja/Mahasiswa.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, setiap pengelola, Pendidik
Sebaya dan Konselor Sebaya PIK Remaja/Mahasiswa hendaknya
mengetahui dan memahami pengisian berbagai formulir pencatatan
dan pelaporan yang dipergunakan.

II. Materi Pencatatan dan Pelaporan


A. Materi Pencatatan
1. Registrasi Klien (Remaja/Mahasiswa)
2. Identitas Klien (Remaja/Mahasiswa)
3. Maksud Kunjungan Klien
4. Pencatatan sarana dan tenaga pengelola PIK R/M
5. Pencatatan Pemberian jenis Informasi dan konseling
B. Materi Pelaporan
1. Laporan Bulanan PIK R/M (sarana prasarana, kegiatan atau
aktivitas, materi yang disampaikan dan jumlah tenaga
pengelola).
2. Laporan Rekapitulasi bulanan tingkat kecamatan (Rek. Jalur
PIK R/M, materi yang disampaikan, jumlah tenaga pengelola).
3. Laporan Rekapitulasi bulanan tingkat kabupaten dan kota
(Rek. Jalur PIK R/M, materi yang disampaikan, jumlah tenaga
pengelola) 4) Laporan Rekapitulasi bulanan tingkat provinsi
(Rek. Jalur PIK R/M, materi yang disampaikan, jumlah tenaga
pengelola).

260
4. Laporan Rekapitulasi bulanan tingkat pusat (Rek. Jalur PIK
R/M, Kontrak Kinerja Provinsi (KKP), materi yang disampaikan,
jumlah tenaga pengelola).

III. Mekanisme pencatatan dan pelaporan


A. Pencatatan
1. PS dan KS melakukan pencatatan setiap kali melakukan
pemberian informasi atau pelayanan konseling.
2. Formulir pencatatan tersebut, diserahkan kepada sekretaris PIK
R/M untuk kemudian direkap kedalam formulir pelaporan.
3. Hasil rekap diserahkan kepada Ketua PIK R/M.
B. Pelaporan
1. Ketua PIK R/M menandatangani dan menyerahkan laporan
kepada Pengelola program GenRe (PPLKB/KUPTD
KB/Koordinator PLKB/PKB, PLKB/PKB) dan tembusan kepada
Pembina PIK R/M setiap tanggal 2 pada bulan yang
bersangkutan.
2. PPLKB/KUPTD KB/Koordinator PLKB/PKB, PLKB/PKB merekap
laporan ketua PIK R/M dan melaporkan kepada pengelola
program GenRe (SKPD KB kabupaten dan kota) serta tembusan
kepada Camat setempat setiap tanggal 5 pada bulan yang
bersangkutan.
3. SKPD-KB Kabupaten dan Kota (misalnya Kabid KSPK, Kasie
remaja/ yang mengelola program GenRe/ Eselon III dan IV
yang menangani program KB/KS) merekap laporan
PPLKB/KUPTD KB/Koordinator PLKB/PKB, PLKB/PKB dan
melaporkan kepada Kepala SKPD KB.
4. Kepala SKPD-KB melaporkan hasil rekapitulasi pencatatan dan
pelaporan PIK R/M Kecamatan kepada Kepala Perwakilan

261
BKKBN Provinsi (Kabid KSPK atau Kasubbid Bina Ketahanan
Remaja) dan tembusan kepada Bupati dan Walikota setiap
tanggal 7 pada bulan yang bersangkutan.
5. Kabid KSPK atau Kasubbid Bina Ketahanan Remaja merekap
laporan PIK R/M Kabupaten dan Kota, dan ditanda tangani
oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi.
6. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi, melaporkan hasil rekap
Provinsi kepada BKKBN Pusat (cq. Direktorat Bina Ketahanan
Remaja cc. Kasubdit Monitoring dan Evaluasi) setiap tanggal
10 pada bulan yang bersangkutan dan tembusan kepada
Gubernur.
7. Kasubdit Monitoring dan Evaluasi Direktorat Bina Ketahanan
Remaja merekap laporan PIK R/M Provinsi dan melaporkan
kepada Direktur Bina Ketahanan Remaja.
8. Direktur Bina Ketahanan Remaja menandatangani laporan PIK
R/M dan mengirimkan laporan kepada Direktorat Pelaporan dan
Statistik dengan tembusan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga BKKBN setiap tanggal 15 pada bulan yang
bersangkutan.

IV. Jenis-Jenis dan Petunjuk Pengisian Formulir


A. Formulir 1 : Pencatatan/Registrasi Klien (Remaja/Mahasiswa) yang
datang ke PIK R/M (Contoh Formulir 1 Terlampir)
B. Formulir 2 : Pencatatan Sarana dan Tenaga Pengelola PIK R/M
(Contoh Formulir 2 Terlampir)
C. Formulir 3 : Pencatatan Pemberian Informasi Materi dan Konseling
oleh Pengelola PIK R/M (Contoh Formulir 3 Terlampir)
D. Formulir 4 : Laporan Bulanan Kegiatan PIK R/M oleh Pengelola PIK
R/M (Contoh Formulir 4 Terlampir)

262
E. Formulir 5 : Laporan Rekapitulasi Bulanan Kegiatan PIK R/M oleh
Pengelola Program GenRe Tingkat Kecamatan (Contoh Formulir 5
Terlampir)
F. Formulir 6 : Laporan Rekapitulasi Bulanan Kegiatan PIK R/M oleh
Pengelola Program GenRe Tingkat Kabupaten dan Kota (Contoh
Formulir 6 Terlampir)
G. Formulir 7 : Laporan Rekapitulasi Bulanan Kegiatan PIK R/M oleh
Pengelola Program GenRe Tingkat Provinsi (Contoh Formulir 7
Terlampir)
H. Formulir 8 : Laporan Rekapitulasi Bulanan Kegiatan PIK R/M oleh
Pengelola Program GenRe Tingkat Pusat (Contoh Formulir 8
Terlampir)
I. Formulir 9 : Laporan Pengisian Profil Data Basis PIK R/M Online
(Contoh Formulir 9 Terlampir) (Contoh Formulir 9 Terlampir)

V. Data basis PIK R/M online


PIK R/M online adalah pendataan PIK R/M yang dilakukan oleh
pengelola PIK R/M secara langsung melalui internet. Jika pengelola
PIK R/M belum memiliki akses internet, maka pendataan PIK R/M
online dapat dilakukan oleh Pengelola Program GenRe (Admin Pusat
yaitu Direktorat Bina Ketahanan Remaja; Admin dan Operator Provinsi
yaitu Kasubbid Bina Ketahanan Remaja; Operator Kabupaten dan Kota
yaitu Eselon IV yang menangani program Keluarga
Berencana/Keluarga Sejahtera; Operator Kecamatan yaitu PLKB/PKB;
serta Operator dari Pengelola PIK R/M). Pengisian data dapat
dilakukan secara online melalui alamat
http://databasis.bkkbn.go.id/pikrm.

263
Tujuan dari PIK R/M online ini adalah untuk mempermudah
pembaharuan data PIK R/M di seluruh Indonesia. Dengan data PIK
R/M yang setiap saat dapat diperbaharui, diharapkan bisa
mendukung kualitas pengelolaan dan fasilitasi PIK R/M.

Ambil Formulir dari Buku Pedoman Pengelolaan PIK


R/M halaman 55 -91

264

Bina Suasana

Kompetensi Dasar
Peserta diharapkan mampu melakukan bina suasana

Indikator Keberhasilan
1. Peserta diharapkan dapat menjelaskan konsep bina suasana
2. Peserta diharapkan dapat melakukan bina suasana untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif

I. Konsep Bina Suasana


A. Pengertian Bina Suasana
Suatu kegiatan pelatihan akan dikatakan berhasil apabila
prosesnya lancar sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang
telah ditetapkan. Selain itu, keberhasilannya akan ditandai
dengan suasana belajar yang menyenangkan baik bagi peserta,
fasilitator maupun penyelenggara pelatihan. Bina suasana adalah
bagian dari dinamika kelompok. Prinsip yang dikembangkan
dalam bina suasana, mengacu dan sama halnya seperti dalam
dinamika kelompok, yaitu belajar melalui pengalaman.
Pengalaman itu dimulai dari perkenalan sebagai bagian dari
suasana pencairan, permainan simulasi yaitu bermain yang
dibuat menyerupai suasana nyata.

265
Sedangkan yang dimaksud pengertian Bina Suasana, kalau dilihat
dari kamus Besar Bahasa Indonesia. Bina suasana berasal dari
kata dasar bina artinya membangun, sedangkan suasana
artinya keadaan atau situasi. Berarti bina suasana menciptakan
hubungan suasana yang kondusif. Dikaitkan dengan situasi
belajar, pengertian bina suasana adalah menciptakan suasana
yang mendukung tercapainya tujuan pelatihan. Penciptaan
suasana belajar yang mendukung tercapainya tujuan pelatihan,
adalah persyaratan yang harus diusahakan dibentuk oleh
fasilitator, terutama dalam kegiatan instruksional dalam suasana
belajar andragogik. Salah satu usaha menciptakan lingkungan
pelatihan yang mendukung suasana belajar adalah pembinaan
hubungan antar pribadi. Keberhasilan kegiatan pembinaan
hubungan antar pribadi sangat ditentukan oleh fasilitator dalam
menanamkan cara berkomunikasi.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian bina suasana
salah satu cara berinteraksi dalam mengadakan hubungan antar
pribadi yang baik (Kartono Donousodo, dalam Modul Belajar
Mandiri bagi Widyaiswara, 2003).
Dapat dikatakan juga Bina Suasana bagian dari dinamika
kelompok, yang di dalamnya merupakan Hubungan antar
Manusia (HAM). Kalau dilihat dari segi komunikasi hubungan
antar manusia adalah suatu proses komunikasi yang sehat, jujur,
relaks dan terhindar dari rasa cemas dalam rangkian pencapaian
tujuan pelatihan yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Bina suasana kaitannya
dengan proses belajar mengajar, yaitu hubungan antar manusia
yang dilaksanakan melalui proses komunikasi yang dilandasi
dengan kematangan kepribadian untuk mencapai tujuan
pelatihan. Dengan demikian bina suasana, yang dituntut dalam
keberhasilan suatu pelatihan adalah:

266
1. melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi peserta dalam
proses belajar mengajar.
2. terjadinya proses komunikasi dua arah, antara peserta dengan
peserta, antara peserta dengan fasilitator dan antara peserta
dengan panitia penyelenggara pelatihan
3. proses komunikasi antara peserta pelatihan harus dimulai
dengan kematangan kepribadian.
4. bina suasana merupakan alat untuk pencapaian tujuan
pelatihan.
5. bina suasana membentuk kepercayaan diri dan menciptakan
situasi belajar peserta siap untuk menerima pelajaran

B. Tujuan Bina Suasana


Merupakan suatu teknik yang tidak akan terwujud dengan
sendirinya, melainkan suasana yang harus dibentuk oleh fasilitator
seperti dalam teknik dinamika kelompok.
Tujuannya yaitu:
1. Meningkatkan kepekaan peserta pelatihan:
a. saling mengenal satu sama lain
b. saling menghormati satu sama lain
c. saling mengerti satu sama lain
d. saling memahami tingkah laku satu sama lain
e. saling memahami kebutuhan satu sama lain
2. Meningkatkan rasa solidaritas antar peserta pelatihan yang
ditandai dengan:
a. spontanitas
b. berpartisipasi

267
c. saling mengetahui batas wewenang masing-masing
d. kesepakatan atas tujuan yang akan dicapai
3. Menciptakan suasana belajar yang kondusif:
a. tidak menciptakan jarak antara fasilitator dengan peserta
b. memberi kesempatan peluang sebanyak-banyaknya
kepada pesdrta untuk berinteraktif

C. Manfaat Bina Suasana


Peserta pelatihan umumnya sangat beragam, yaitu kelompok
belajar orang dewasa yang memiliki latar belakang berbeda dari
segi pendidikan, usia, pengalaman, kehidupan keluarga, ekonomi,
status sosial, budaya, adat istiadat, agama yang dianut serta
harapan-harapan yang dimilikinya. Secara garis besar manfaat
bina suasana dalam pelatihan adalah:
1. Proses pencairan untuk saling mengenal antar peserta
2. Untuk saling mengakrabkan antara fasilitator dengan peserta
3. Untuk saling berkomunikasi antara peserta, fasilitator dan
panitia penyelenggara
4. Untuk mempercepat proses pencaoaian tujuan pelatihan

D. Prinsip Bina suasana


Mengacu pada buku teknik dinamika kelompok, dalam organisasi
pembelajaran modern dan tersistem dimana team learning
merupakan upaya mempercepat tercapainya organisasi
pembelajaran. Team learning dalam learning organization (LO)
akan mudah tercapai apabila organisasi pembelajar, saling
memahami kedudukan masing-masing, melalui bina suasana
proses pembelajaran tersebut akan mudah tercapai apabila dari

268
masing-masing organisasi belajar menerapkan prinsip-prinsip
bina suasana, sama seperti yang diuraikan dalam Teknik Dinamika
Kelompok (Pulap-BKKBN, 2011) , seperti berikut:
1. Partisipatif;
2. Hormat menghormati;
3. Harga menghargai;
4. Percaya mempercayai;
5. Tidak mengancam;
6. Keterbukaan;
7. Mengakui kekhususan pribadi, maksudnya yaitu adanya
pengakuan diantara peserta pelatihan, bahwa masing-masing
adalah pribadi yang khas dan tidak harus dengan pribadi
lainnya.
Suasana seperti di atas akan ditemukan dalam hubungan antar
pribadi, apabila dapat diwujudkan akan merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi pencapaian tujuan pelatihan. Untuk
mewujudkan kondisi seperti ini, maka dibutuhkan penguasaan
materi teknik dinamika kelompok yang telah dibahas dalam
materi lain dari paket belajar pelatihan ini. Bina suasana
pelaksanaannya bisa dilakukan pada awal pelatihan, atau pada
saat di tengah-tengah proses belajar yang durasi pelatihannya
cukup panjang.

II. Cara Melakukan Bina Suasana


Bahasan dalam melakukan bina suasana dalam tulisan ini dibatasi
pada teknik pembentukan kelompok saja (formation) seperti yang
telah diuraikan dalam materi Teknik Dinamika kelompok (Kartono
Donousodo, 2011 yang terdiri dari teknik pencairan dan kerjasama.
Beberapa permainan yang diuraikan, merupakan alternatif

269
permainan yang dapat dipilih oleh fasilitor selain dengan
mempertimbangkan waktu yang tersedia dalam pembelajaran,
pencapaian tujuan pelatihan maupun fasilitas yang tersedia.
Permainan dari bina suasana tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
A. Teknik Pencairan
Pada awal pelatihan, merupakan langkah pertama untuk
pembentukan kelompok, tugas utama fasilitator adalah
menciptakan suasana yang mendukung peseta untuk saling
mengenal satu sama lain, termasuk berkenalan dengan fasilitrator
dan penyelenggara pelatihan. Perkenalan yang baik, akan
menumbuhkan rasa kebersamaan yang akan dapat menjadi
landasan bagi terciptanya suasana keterbukaan.
Tujuan teknik pencairan ini diantaranya adalah:
1. Agar peserta saling kenal secara pribadi, nama, ciri-cirinya,
sifat, latar belakang keluarga dan lain-lain. Keakraban yang
ditumbuhkan akan memudahkan dalam bekerjasama.
2. Terjadinya interaksi antar individu dalam kelompok secara
mendalam.
3. Peserta saling lebih mengenal dan memahami secara fisik,
psikologis dan sosial.
4. Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan dan
kebersamaan antar seluruh peserta.
Berikut ini beberapa permainan dalam perkenalan merupakan
teknik pencairan.
1. NAMA PERMAINAN: DAG-DIG-DUG
Permainan ini dapat dipakai apabila peserta belum saling
mengenal, dimana peserta berasal dari latar belakang berbeda.

270
a. Tujuan permainan : 1) peserta saling berkenalan

2) peserta ikut secara aktif


dalam kelompok

b. Waktu yang dipakai : 30 40 menit

c. Tempat : ruang kelas yang cukup untuk


menampung peserta

d. Bahan : Tidak ada

e. Langkah permainan :

1) Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang


jalannya permainan, dan memberikan instruksi cara
bermainnya. Formasi peserta berdiri melingkar

2) Kalau fasilitator menyebut kata DAG berarti peserta


yang ditunjuk harus memperkenalkan teman sebelah
kiri, kalau fasilitator menyebut kata DIG berarti peserta
yang ditunjuk harus memperkenalkan temannya
sebelah kanan. Kalau disebut kata DUG peserta yang
ditunjuk harus memperkenalkan dirinya sendiri. Kalau
fasilitator mengatakan DAG-DIG-DUG berkali-kali
berarti formasi peserta berubah tempat

3) Permainan ini terus dilanjutkan sampai sebagian besar


peserta sudah saling mengenal.

4) Diakhir permainan fasilitator menawarkan kepada


peserta, s8iapa yang bisa paling banyak
memperkenalkan peserta. Sebaiknya peserta yang
paling banyak mengenalkan temannya diberi hadiah
berupa permen atau hadiah apa saja.

271
f. Pembahasan dan kesimpulan:
1) Setelah selesai permainan fasilitator menanyakan
kepada peserta mengungkapkan pengalaman apa
yang diperoleh selama proses permainan
2) Sampaikan kepada peserta permainan ini akan
menciptakan suasana akrab dan merupakan langkah
awal untuk pencapaian tujuan pelatihan

2. NAMA PERMAINAN: REMBUG JAGA MUTU


Permainan digunakan apabila peserta belum saling mengenal
atau untuk saling meningkatkan keakraban, sekaligus
memperkenalkan awal materi jaga mutu pelayanan
a. Tujuan permainan:
1) Peserta saling mengenal
2) Peserta saling berinteraksi lebih mendalam
3) Menggali kemampuan awal tentang jaga mutu
b. Waktu : waktu yang diperlukan dalam permainan
30-40 menit
c. Tempat : ruang kelas yang cukup untuk sejumlah
peserta
d. Bahan : Kartu/kertas kosong seukuran kartu nama,
alat tulis, kotak untuk menyimpan kartu nama
e. Langkah kegiatan:
1) Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang
jalannyapermainan dan memberi petunjuk mengenai
cara bermain

272
2) Fasilitator membagikan kartu/kertas kosong berukuran
kartu nama kepada masing masing peserta
3) Peserta diminta menulis pada kartu/kertas tersebut:
a) Nama lengkap
b) Asal peserta (lembaga/institusi
c) Pekerjaan/tugas dlm lembaga (dikembangkan
sesuai kebutuhyan)
4) Setelah kertas tersebut diisi lengkap, kemudian
dikumpulkan dalam kotak. Diaduk dan suruh peserta
untuk mengambil satu kartu tersebut.
5) Setelah masing-masing mendapat kartu nama (bukan
milik sendiri), mereka diminta untuk mencari pemilik
kartu tersebut. Setelah bertemu tentu berkelompok
untuk saling berkenalan dan sekaligus untuk
mendiskusikan tentang maksud jaga mutu pelayanan
sebatas yang mereka ketahui saja.
6) memperkenalkan pasangannya, dan sekaligus diminta
untuk mengungkap apa yang diketahui tentang jaga
mutu pelayanan KB. Peserta lain diminta untuk
mengomentari atau memberikan masukkan.
7) menawarkan kepada semua peserta siapa yang bisa
menyebut nama peserta sebanyak-banyaknya.
f. Pembahasan dan kesimpulan
1) Setelah selesai proses, fasilitator meminta peserta
untuk mengungkapkan pengalamnya dan perasaan
yang timbul ketika kegiatan perkenalan
2) Fasilitator menekankan bahwa menghafalkan nama
sejumlah peserta dalam waktu cepat tidak mudah.

273
3. PERMAINAN ANDAIKAN AKU FLORA ATAU FAUNA
Permainan ini dipakai apabila pesertanya sebagian besar
sudah saling kenal atau semuanya sudah saling kenal.
a. Tujuan:
1) Mengenal diri lebih jauh
2) Menambah keakraban
3) Keberanian menilai diri, baik sifat positif maupun
negative melalui sifat flora maupun fauna
b. Waktu : secukupnya
c. Tempat : ruang kelas yang dapat menampung semua
peserta
d. Bahan :
1) Kartu nama (name tage) yang bisa ditempel di dada
2) Alat tulis.
3) Kertas kosong
e. Langkah kegiatan
1) Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini adalah
bentuk perkenalan mendalam, karena peserta dituntut
keberanian untuk mengungkapkan dirinya ibarat
tumbuhan atau binatang (flora dan fauna)
2) Masing-masing peserta mendapat kartu nama kosong
3) Berikan kesempatan kepada peserta untuk merenung
dan menilai dirinya seperti sifat tumbuhan atau
binatang yang mereka sukai
4) Tuliskan sifat-sifat tumbuhan atau binatang tersebut,
baik yang positif maupun negatif.

274
Misal:
a) Seperti lebah, bisa memberikan madu yang
bermanfaat bagi semua orang, tetapi kalau
diganggu dapat menyengat
b) Seperti pohon aren batangnya besar dari mulai
batang, daun, buah dan lidinya bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
5) Fasilitator member kesempatan pepada setiap peserta
untuk mengungkapkan perumpamaan secara
bergiliran.
6) Setelah masing-masing mendapat giliran, tawarkan
kepada peserta, siapa yang dapat menyebutkan nama
peserta sebanyak-banyaknya seperti perumpamaan
yang disebutkan tadi baik flora maupun fauna
f. Pembahasan dan kesimpulan:
1) Jelaskan kepada peserta nama-nama perumpamaan
binatang atau tumbuhan tersebut akan melekat terus
selama pelatihan dan jangan marah.
2) Suasana keakraban dan proses pencairan akan sangat
berhasil dan pembentukan kelompok akan mudah
tercapai.

B. Teknik Kerjasama
Semua peserta diharapkan akan menjadi suatu kelompok yang
kompak, karena dengan kelompok yang kompak akan menjalin
kerjasama yang mantap. Demikian juga sebaliknya, kerjasama
yang baik diantara anggota kelompok akan menghasilkan
kelompok yang kompak. Pokok bahasan kerjasama, sebaiknya
dikerjakan setelah perkenalan.

275
Berikut ini permainan yang menggambarkan teknik kerjasama.
1. Nama permainan: Menggambar bersama
Dalam permainan menggambar bersama, keberhasilannya
dilihat dari kerjasama. Permainan ini cocok untuk peserta yang
berasal dari lintas sector, karena proses kerjasama harus
ditumbuhkan sejak pelaksanaan awal pelatihan, sebab dengan
kerjasama yang baik akan membawa hasil yang maksimal.
a. Tujuan permainan
1) Peserta diberikan wawasan dan pengalaman nyata
tentang factor-faktor yang menghambat dan
mendorong kerjasama yang baik
2) Penanaman nilai-nilai dan penyadaran akan
pentingnya kerjasama dalam bentuk kelompok,
terutama dalam memasarkan program pembangunan
di masyarakat
b. Waktu bermain: 30 45 menit
c. Tempat yang dibutuhkan:
Ruang kelas yang dapat menampung seluruh peserta dan
menampung beberapa meja.
d. Bahan:
1) Lembar kertas gambar (untuk setiap peserta)
2) Spidol warna untuk setiap orang dalam kelompok
e. Langkah permainan:
1) Fasilitator terlebih dahulu menjelaskan pengertian
sama-sama kerja dan bekerja sama. Uraikan juga
beberapa keuntungan kerjasama dalam mencapai
tujuan program

276
2) Tunjuk dalam kelompok 1 orang peserta untuk
menjadi observer yang akan membantu fasilitator
mengawasi proses menggambar. Instruksikan pada
observer agar mengawasi saat mulai menggambar
sampai akhir menggambar
3) Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil 5/6
orang. Setiap kelompok duduk mengelilingi sebuah
meja. Setiap orang dalam kelompok diberi satu helai
kertas dan 1 buah spidol warna
4) Cara menggambar akan dipandu oleh fasilitator,
caranya fasilitator akan memberi aba-aba bertahap
untuk semua peserta dalam waktu bersamaan mulai
menggambar. Setiap tahap akan diberi waktu 2 menit,
apabila selesai pertahap kertas yang digambar tadi
harus bergeser pindah ke teman sebelahnya searah
jarum jam. Berikutnya peserta yang menerima kertas
tersebut melanjutkan menggambar tadi dalam waktu
2 menit juga, proses tersebut berputar sampai habis
peserta semua.
5) Setelah proses menggambar selesai dan kertas gambar
pertama kembali lagi ke tangan yang menggambar
pertama, maka tanyakan kepada peserta bagaimana
hasil gambar akhir itu sesuai dengan yang diinginkan
pertama. Diskusikan dengan semua peserta, observer
beri kesempatan dulu untuk menyampaikan hasil
pemantauannya.
f. Pembahasan dan kesimpulan
1) Setelah proses menggambar selesai, sebaiknya
fasilitator mengamati perkembangan gambar tersebut
dan dapat mengajukan beberapa pertanyaan.

277
2) Ajak peserta untuk diskusi:

a) Apakah waktu menggambar kertas milik orang lain,


mengerti tujuannya?

b) Apakah gambar yang ditambahkan oleh orang lain


sudah tepat?

c) Bagaimana perasaan pemilik gambar setelah


melihat hasilnya? Silahkan pertanyaan
kembangkan.

3) Fasilitator menarik kesimpulandan member kata kunci,


tentang faktor-faktor yang menunjang dan
menghambat kerjasama.

2. Nama permainan: Cermin Diri

Permainan ini merupakan dasar untuk membentuk kerjasama.


Kerjasama sama sangat dibutuhkan bagi setiap orang dalam
pergaulan hidupnya, terlebih bagi peserta pelatihan.

a. Tujuan permainan:

1) Memberikan penekanan kepada peserta bahwa


kerjasama merupakan unsur penting bagi terciptanya
kelompok

2) Mendiskusikan bahwa kerjasama merupakan dasar


kemitraan dalam membentuk jejaring kerja.

b. Waktu yang dibutuhkan: 15-30 menit

c. Tempat : Ruang kelas yang memadai

d. Bahan : Tidak ada

278
e. Langkah kegiatan:
1) Fasilitator menjelaskan tujuan dan cara permainan.
Permainan terdiri dari 3 (tiga) putaran
2) Tunjuk peserta 10 (sepuluh) orang dan sarankan untuk
memilih pasangan, setiap pasangan berdiri
berhadapan. Katakan pada masing-masing pasangan
bahwa mereka seolah-olah sedang bercermin.
3) Mas dan seorang lagi sebagai bayangan
4) Putaran pertama:
Berhadapan, tangan ke atas dalam jarak kira-kira satu
jengkal yang berperan sebagai bayangan akan
menirukan gerak pasangannya, layaknya sebuah
cermin. Bisa dilakukan pergantian sesuai keinginan
mereka.
Putaran kedua:
Pasangan diminta untuk meneruskan bercermin, tapi
kali ini kedua tangannya atau jarinya diminta untuk
bersentuhan dengan lembut.
Putaran ketiga:
Mintalah kepada mereka merapatkan tangan dengan
kuat dan melanjutkan meniru dan mengikuti
bergantian.
f. Pembahasan dan kesimpulan:
1) Ajak peserta untuk diskusi, apakah terdapat perbedaan
dari ketiga pengalaman tersebut
2) Tanyakan bagaimana perasaan masing-masing pada
saat bercermin dan menuntun tadi

279
280

Teknik Fasilitasi

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta dapat melakukan
teknik fasilitasi untuk menyiapkan diri sebagai fasilitator yang berhasil
dalam proses belajar mengajar.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat:
1. Membahas konsep dasar fasilitasi
2. Membahas pembelajaran orang dewasa
3. Membahas metode dan media pembelajaran
4. Membahas manajemen kelas
5. Mempraktikkan teknik fasilitasi

I. Pendahuluan
Pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan mengikuti alur
pengelolaan pendidikan dan pelatihan (diklat) mulai dari penjajakan
kebutuhan, penyusunan rancang bangun atau kurikulum,
penyusunan bahan dan media pembelajaran, pelaksanaan
pelatihihan, pemantauan dan penilaian serta evaluasi pasca
pelatihan. Faktor sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor yang

281
sangat menentukan keberhasilan keseluruhan tahapan pengelolaan
diklat. Sumber daya manusia dimaksud adalah penyelenggara
pelatihan meliputi pengelola, pelaksana dan fasilitator yang
merupakan suatu tim kerja kompak untuk mendukung keberhasilan
program diklat.
Fasilitator seyogyanya selain memiliki kompetensi menyangkut
substansi yang akan disampaikan, juga memiliki kemampuan untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif. Untuk maksud tersebut
bahan ajar Teknik Fasilitasi ini disusun sebagai masukan bagi
fasilitator dalam memfasilitasi proses belajar mengajar.

II. Konsep Dasar Fasilitasi


A. Pengertian fasilitasi
Fasilitasi berasal dari kata facilitate yang artinya mempermudah
atau membuat jadi lebih mudah sehingga proses belajar
mengajar dapat mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan.
Keberhasilan ini sangat ditentukan oleh semua orang yang
terlibat dalam kegiatan pelatihan atau pembelajaran terutama
fasilitator sebagai penanggung jawab keberhasilan proses
pembelajaran. Fasilitator adalah orang yang mampu menciptakan
suasana positif dalam pembelajaran serta mampu menyampaikan
materi dengan cara yang mudah dipahami serta dalam suasana
yang akrab dan menyenangkan. Batasan ini menunjukkan secara
jelas bahwa seorang fasilitator tidak dapat disamakan dengan
public speaker, advisor, konsultan atau orator.
B. Tujuan Fasilitasi
Fasilitasi yang dilakukan oleh setiap fasilitator dalam proses
pembelajaran mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Menyiapkan peserta untuk mengikuti pembelajaran selama
proses belajar mengajar (PBM).

282
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta
dalam suasana belajar yang kondusif.
3. Mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran dan
pelatihan.

III. Pembelajaran Orang Dewasa


A. Aspek-aspek Pendidikan Orang Dewasa
Seorang fasilitator harus memperhatikan berbagai aspek
pendidikan orang dewasa yang membedakannya dengan
pembelajaran anak-anak.
1. Konsep diri
Konsep diri orang dewasa adalah seseorang yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan mandiri.
Untuk itu fasilitator perlu menerapkan komunikasi dua arah
(timbal balik) dalam PBM.
2. Potensi dan kemampuan kognitif
Pada umumnya potensi dalam diri manusia terutama pada
orang dewasa telah berkembang sehingga memiliki sejumlah
kemampuan kognitif yang menjadi acuan dalam bekerja dan
dalam menerima informasi dan keterampilan baru. Informasi
ini sangat penting untuk menyesuaikan bahan pembelajaran
yang akan disampaikan seperti awal pembahasan, tingkat
kemudahan atau kesulitannya bagi peserta.
3. Pengalaman
Orang dewasa mempunyai banyak pengetahuan dan
pengalaman, karena itu pengetahuan dan pengalaman
tersebut dapat dijadikan sumber belajar yang perlu digali dan
dihargai. Pengalaman kerja dan posisi peserta dapat menjadi
masukan bagi fasilitator untuk melakukan penyesuaian materi
pembelajaran yang akan disampaikan.

283
4. Motivasi
Dalam mengikuti pembelajaran, orang dewasa dilandasi oleh
suatu motivasi, tujuan dan harapan terutama untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
5. Pemecahan masalah
Pada pendidikan orang dewasa, belajar dipandang sebagai
upaya pemecahan masalah bukan sekedar menambah ilmu.
Hal ini menuntut kemampuan fasilitator merancang PBM yang
didasari oleh identifikasi masalah dan kebutuhan mereka.
6. Sosial budaya
Nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijunjung tinggi oleh
masing-masing peserta sangat penting diperhatikan sehingga
fasilitator dapat menghindari ucapan-ucapan yang dapat
menyinggung perasaan peserta.

B. Sikap dan Gaya Belajar Orang Dewasa


Seorang fasilitator perlu memahami kecenderungan sikap belajar
pada orang dewasa antara lain:
1. Ingin menganggap layak atau bernilai sehubungan dengan
kebutuhan akan dirinya.
2. Orang dewasa memandang suatu keadaan tertentu dengan
cara sendiri.
3. Orang dewasa selalu ingin tahu arti dari setiap hal yang akan
dilakukan serta menyukai belajar mengenai masalah-masalah
realitas kehidupan.
4. Orang dewasa cenderung belajar dalam suasana tidak tegang
sehingga dapat mengembangkan kreativitas mereka.

284
C. Proses Belajar Orang Dewasa
Dalam proses belajar orang dewasa seorang fasilitator perlu
memperhatikan 3 hal pokok yaitu :
1. Memahami cara belajar orang dewasa
Ada lima langkah cara belajar orang dewasa yaitu:
a. Mengalami. Diawali dengan pengalaman, peserta
dilibatkan dalam suatu proses kegiatan, selanjutnya
berperilaku mengikuti pola tertentu, mangamati, melihat
dan mengatakan sesuatu. Pengalaman awal ini merupakan
dasar bagi proses belajar selanjutnya.
b. Mengungkapkan tanggapan berdasarkan pengalaman
bersama teman lain dalam kegiatan yang dilakukan
bersama.
c. Mengolah apa yang telah diungkapkan dengan mengkaji,
mendiskusikan dan melakukan penilaian bersama peserta
lain.
d. Melakukan generalisasi (menarik kesimpulan) dari
pengalaman yang dijalani.
e. Menerapkan, merupakan langkah terakhir cara belajar
orang dewasa dengan mencoba menerapkan prinsip yang
disimpulkan dari pengalaman sebelumnya.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
Lingkungan belajar yang kondusif menjadi syarat bagi
kelancaran proses belajar orang dewasa. Lingkungan belajar
meliputi :
a. Lingkungan fisik yang nyaman dapat meningkatkan minat
dan konsentrasi orang dewasa untuk belajar.
b. Lingkungan psikologis dicerminkan dengan hubungan
harmonis antar peserta dan penyelenggara yang dilakukan

285
melalui proses perkenalan, pencairan dan penyesuaian
sebelum proses belajar dimulai.
c. Iklim organisasi penyelenggara PBM yang baik dapat
meningkatkan partisipasi aktif peserta dalam mengikuti
PBM.
3. Menciptakan suasana belajar yang rileks
Fasilitator harus dapat menciptakan suasana yang rileks, tidak
tegang dan mendorong interaksi aktif antar peserta dan
antara fasilitator dengan peserta. Suasana yang perlu
dikembangkan oleh fasilitator adalah:
a. Partisipatif
b. Saling menghormati
c. Saling menghargai
d. Saling mempercayai
e. Penemuan dan pemahaman diri
f. Keterbukaan
g. Tidak mengancam
h. Saling mengakui karakteristik/kekhasan pribadi
i. Menyadari perbedaan.
j. Mengakui tentang orang dapat berbuat salah
k. Penilaian dan penghargaan seimbang

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Orang


Dewasa
Faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa dalam belajar dapat
bersifat psikis dan fisik.

286
1. Faktor Psikis
a. Harapan Masa Depan
Semangat belajar dapat dipengaruhi oleh harapan masa
depan peserta. Penugasan mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang terkait dengan pengembangan kariernya di
masa depan akan memacu semangat belajar peserta.
b. Latar Belakang Sosial
Peserta yang mempunyai lingkungan sosial yang terbiasa
belajar akan merasa mendapat peluang berharga untuk
meningkatkan kepercayaan dirinya dengan mengikuti
pendidikan dan pelatihan.
c. Keluarga
Latar belakang keluarga merupakan faktor cukup dominan
yang mempengaruhi proses belajar seseorang.
d. Daya Ingat
Usia yang semakin lanjut sering diiringi oleh menurunnya
daya ingat. Oleh karena itu rangkuman materi akan sangat
membantu.
e. Pendidikan
Peserta dengan latar belakang pendidikan yang beragam
akan mempengaruhi terbentuknya kesepakatan dan
kesamaan pemahaman terhadap pembelajaran yang
diikuti dalam kelompok.
f. Jabatan
Faktor jabatan terutama jabatan struktural secara psikis
berpengaruh terhadap sikap belajar peserta apalagi bila
jenjang jabatan dalam satu kelompok belajar berbeda.
Untuk itu penyelenggara diklat perlu memperhatikan

287
kategori peserta sebelum pemanggilan peserta dalam
pendidikan dan pelatihan.

2. Faktor Fisik
Bertambahnya usia mempengaruhi ketahanan fisik, seperti
penglihatan, pendengaran, artikulasi dan penyakit,
mempengaruhi kemampuan dalam memahami dan
mengingat materi pembelajaran.
a. Faktor Penglihatan
Pada umumnya orang yang berusia di atas 40 tahun
ketajaman penglihatan mulai berkurang. Oleh karena itu
jumlah peserta diklat dalam satu kelompok seyogyanya
tidak terlalu besar, antara 25-30 orang dengan pengaturan
tempat duduk dapat lebih dekat dengan sumber belajar
dan alat bantu pembelajaran.
b. Faktor Pendengaran
Fungsi pendengaran pada usia lanjut tidak dapat dipungkiri
juga semakin menurun. Kenyataan ini menuntut fasilitator
dan penyelenggara diklat memperhatikan alat bantu
pembelajaran sehingga semua peserta dapat mendengar
dengan jelas.
c. Faktor Artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam
rongga mulut. Gangguan ini akan mempengaruhi
pelafalan seseorang yang berakibat kepada ketidak-
tepatan makna bahasa yang diungkapkan. Khusus untuk
fasilitator pelafalan suatu kata diupayakan dengan tepat
agar semua peserta jelas makna bahasa yang diucapkan
sebagai upaya memahami materi pembelajaran.

288
d. Faktor Penyakit
Bertambahnya usia juga sering diiringi oleh munculnya
berbagai penyakit. Kondisi ini akan mengurangi ketahanan
fisik dan psikis yang berpengaruh kepada konsentrasi dan
semangat peserta dalam mengikuti seluruh proses
pendidikan dan pelatihan.

IV. Metode dan Media Pembelajaran


A. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang disusun secara
sistematik, teratur, logis dan terencana untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pembelajaran dikenal beberapa metode
pembelajaran, sebagai berikut :
1. Ceramah
Ceramah adalah penyampaian materi dari fasilitator dengan
menggunakan bahasa lisan, bahasa tubuh, alat bantu visual
dan berbagai macam teknik lain dengan melibatkan sebanyak
mungkin peserta.
a. Kelebihan metode ceramah
1) Relatif lebih efisien dan sederhana.
2) Dapat dilakukan secara sistematis.
3) Dapat menggunakan macam-macam alat bantu media.
4) Penyaji dapat tepat waktu.
b. Keterbatasan metode ceramah
1) Forum kelas sulit dikendalikan dengan baik, apabila
fasilitator kurang percaya diri dan tidak atau kurang
menguasai materi.

289
2) Ceramah akan membosankan apabila penyajian
monoton, kurang menarik dan terlalu lama.
3) Kurang mendorong seseorang untuk mengingat
seluruh materi.
4) Partisipasi peserta terbatas.

2. Curah Pendapat (brainstorming)


Curah pendapat merupakan suatu cara/metode untuk
menggali pendapat tentang topik bahasan pada materi
pembelajaran.
a. Kelebihan metode curah pendapat
1) Merangsang semua peserta untuk mengemukakan
gagasan baru.
2) Menghasilkan beberapa pendapat melalui reaksi
berantai.
3) Dapat dipergunakan pada kelompok besar atau kecil.
b. Kelemahan metode curah pendapat
1) Memerlukan kemampuan fasilitator untuk merangkum
dan membuat kesimpulan tanpa menyinggung perasaan
peserta yang telah memberikan pendapat.
2) Beberapa peserta kadang ada yang merasa kurang
nyaman karena harus mengemukakan pendapat (
seolah dipaksa).

3. Diskusi
Diskusi adalah proses bertukar pikiran antara dua orang atau
lebih (maksimal 6-8 orang) tentang materi yang disampaikan

290
fasilitator sehingga tujuan pembelajaran setiap materi dapat
dicapai dengan baik.
a. Kelebihan metode diskusi
1) Mendorong partisipasi aktif peserta.
2) Mendapatkan tambahan pengetahuan dari
pengalaman peserta lain.
3) Memperdalam materi dengan melihat lebih jauh
masalah berkaitan dengan materi serta penyebab dan
upaya pemecahannya.
4) Mendapatkan gagasan lain sebagai pemikiran
bersama.
5) Meningkatkan rasa percaya diri setiap peserta dalam
menyajikan pendapat, gagasan dan konsep.
b. Kelemahan metode diskusi
1) Diskusi tidak berjalan sesuai dengan harapan apabila
peserta tidak berperan aktif dalam kelompok.
2) Waktu yang diperlukan relatif lebih lama.
3) Ruangan yang memadai dan nyaman perlu
dipersiapkan.
4) Fasilitator harus menguasai materi sehingga mampu
menjadi penengah diskusi.

4. Studi/Pembahasan Kasus
Studi/pembahasan kasus bertujuan untuk pengembangan
pengetahuan dan sikap, sebagai landasan diskusi analisis dan
pengembangan persoalan (Suprapti,2002).

291
a. Kelebihan metode studi/pembahasan kasus
1) Memberikan wawasan yang luas mengenai prinsip-
prinsip tertentu.
2) Pertukaran pendapat dan penilaian bersama.
3) Membuka kemungkinan untuk mengadakan
perubahan pemikiran/mind set.
4) Memungkinkan beberapa alternative pemecahan
masalah.
b. Kelemahan
1) Memerlukan banyak waktu, keterbatasan waktu
merupakan hambatan untuk berdiskusi tuntas.
2) Menimbulkan ketidak-puasan apabila tidak tercapai
pemecahan masalah.

5. Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang
bertujuan untuk memperlihatkan suatu proses. Peserta dapat
melihat, mendengar, mengamati untuk selanjutnya
mempraktikkan materi yang disampaikan sehingga mudah
dipahami atau dihayati.
a. Kelebihan metode demonstrasi
1) Dapat lebih menimbulkan minat
2) Dapat untuk menjelaskan prinsip-prinsip/prosedur
yang masih kurang jelas.
3) Merupakan cara terbaik untuk mengajarkan
keterampilan tertentu.

292
b. Kelemahan
1) Membutuhkan waktu persiapan yang cukup
2) Penyediaan peralatan yang tepat
3) Dilakukan pada kelompok terbatas/kecil

6. Bermain Peran (role play)


Bermain peran adalah memainkan suatu peran tertentu yang
meliputi cara berbicara dan bertindak seseorang yang
ditirukannya.
a. Kelebihan metode bermain peran
1) Mendorong keterlibatan yang mendalam
2) Membangkitkan pengertian, prasangka dan persepsi
3) Memusatkan perhatian pada aspek tertentu yang
dikehendaki
b. Kelemahan
1) Sulit dilakukan apabila peserta tidak dapat menghayati
peran tersebut.
2) Kurang realistis
3) Sering dianggap sebagai dialog biasa

7. Simulasi
Kegiatan simulasi diartikan sebagai kegiatan pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menirukan suatu kegiatan atau pekerjaan dalam kehidupan
sehari-hari atau berkaitan dengan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, misalnya simulasi sebagai seorang
pemimpin. Metode ini biasanya digunakan apabila kondisi

293
aslinya tidak mungkin ditampilkan dan sangat tepat untuk
mengajarkan keterampilan intelektual, psikomotorik dan
keterampilan sosial yang berkaitan dengan kehidupan nyata
sehari-hari.
a. Kelebihan
1) Mengurangi hal-hal verbalistik atau abstrak
2) Menumbuhkan cara berpikir kritis
3) Membangkitkan gairah dan motivasi belajar peserta
4) Membantu memperkuat dan menambah kepercayaan
diri dengan proses penemuan sendiri.
5) Membangkitkan rasa gotong royong, kekeluargaan
dan keutuhan peserta.
b. Kelemahan
1) Perlu adaptasi peserta dan fasilitator terutama bagi
yang biasa terlibat dalam PBM umumnya.
2) Tidak berhasil apabila peserta tidak mampu
memahami dengan benar keadaan sebenarnya.

8. Metode Seminar
Metode pembelajaran ini melibatkan sekelompok orang yang
mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang mendalam
tentang sesuatu hal/topik serta membahasnya dengan tujuan
setiap peserta saling belajar dan berbagi pengalaman.
a. Kelebihan
1) Peserta mampu berperan sebagai ahli dalam bidang
ilmu serta mampu berbagi pengetahuan dan
pengalaman dalam bidang tertentu kepada sesama
peserta.

294
2) Peserta didorong mampu memiliki sifat ilmiah yang
dimiliki para pakar.
3) Melatih peserta untuk berpikir sistematis.
4) Melatih keterampilan penalaran, penerapan, analisis,
sintetis dan evaluasi.
5) Melatih menerima pendapat orang lain, tidak
emosional dan sikap terbuka.
b. Kelemahan
1) Menuntut pengetahuan dan pengalaman yang baik
dari peserta.
2) Memakan waktu lama.
3) Memerlukan pengelolaan yang baik untuk mencapai
hasil yang memadai.

B. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran untuk
mempermudah peserta memahami suatu materi. Media
pembelajaran melibatkan dan meningkatkan peran hampir
seluruh indera peserta. Media dapat memperjelas penyajian
materi dengan lebih konkrit. Media pembelajaran dapat dibagi
dalam dua bagian yaitu:
1. Media yang berperan langsung dalam penyampaian materi,
seperti papan tulis, slide, LCD dan komputer.
2. Media yang berfungsi untuk menggugah diskusi antar peserta
dalam mendalami materi pembelajaran yang disampaikan
seperti video, film, poster, beberan, celemek/apron , kartu,
lembar kasus dan puzzle. Media ini sering disebut dengan
media partisipatif.

295
V. Manajemen Kelas
Kemampuan fasilitator mengelola kelas merupakan kemampuan
untuk menerapkan semua persyaratan seorang fasilitator ke dalam
rangkaian proses pembelajaran/proses belajar mengajar. Mulai dari
persiapan materi, metode, media, penyusunan satuan acara
pembelajaran (SAP), kemampuan bertanya dan menanggapi
pertanyaan, memahami dasar PBM sampai penampilan. Salah
satunya adalah pengaturan ruangan yang dilakukan sebelum PBM.
Perencanaan dan pengaturan ruangan disesuaikan dengan tujuan
dan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Penyelarasan
ruangan dengan materi, metode dan media pembelajaran sangat
mendukung keberhasilan PBM secara menyeluruh.

VI. Mempraktikkan teknik fasilitasi

296

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta dapat memiliki
keterampilan dalam menyusun rencana tindak lanjut atau plan of action.

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta diklat dapat:
1. Memahami tentang pengertian Rencana Tindak Lanjut
2. Memahami langkah-langkah pembuatan Rencana Tindak Lanjut
3. Membuat out line rencana kegiatan

I. Pengertian
Rencana Tindak Lanjut adalah penyusunan rencana kegiatan
pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa agar terarah sehingga tujuan
tercapai dengan ukuran yang telah ditetapkan dalam panduan
pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa. Istilah lain dari rencana tindak
lanjut disebut juga Plan of Action (POA).

II. Langkah-Langkah Pembuatan Rencana Tindak Lanjut


Langkah-langkah pembuatan Rencana Tindak Lanjut adalah:
A. Identifikasi masalah
B. Identifikasi potensi

297
C. Penetapan prioritas masalah
D. Analisis penyebab
E. Alternatif pemecahan masalah

III. Out Line Rencana Kegiatan


A. Mengidentifikasi permasalahan PIK Remaja/Mahasiswa saat ini.
B. Merumuskan tujuan peningkatan pengelolaan PIK
Remaja/Mahasiswa (meningkatkan kualitas PIK
Remaja/Mahasiswa dari tahap Tumbuh menjadi tahap Tegak dan
Tegar)
C. Merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
(peningkatan kemampuan Pengelola, Pendidik Sebaya dan
Konselor Sebaya, sarana dan materi, langkah-langkah yang akan
dilaksanakan)
D. Hasil yang diharapkan dalam kegiatan (peningkatan kualitas PIK
Remaja/Mahasiswa)
E. Waktu dan tempat pelaksanaan
F. Rencana evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan kegiatan

298

Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan Generasi Berencana (GenRe)


untuk Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya ini disiapkan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan pelayanan Pengelola, Pendidik Sebaya dan
Konselor Sebaya. Panduan ini diharapkan menjadi salah satu rujukan
dalam melakukan pelatihan.
Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan Generasi Berencana (GenRe)
untuk Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya ini disiapkan oleh
BKKBN dalam jumlah terbatas, diharapkan masing-masing daerah dapat
memperbanyak sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Agar panduan ini berdaya guna dan berhasil guna diperlukan niat dan
semangat yang sama dari seluruh Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor
Sebaya, Stakeholder, LSM Kepemudaan/Keagamaan dan mitra kerja
terkait demi terciptanya remaja/mahasiswa yang berperilaku sehat,
dalam rangka mewujudkan Generasi Berencana (GenRe).

299

Anda mungkin juga menyukai