131228121202PT. Kaltim Prima Coal
131228121202PT. Kaltim Prima Coal
INFORMASI UMUM
Secara garis besar, operasi penambangan PT. Kaltim Prima Coal dibagi menjadi 3
bagian, yaitu persiapan penambangan, penambangan, dan pasca penambangan.
Tahap berikutnya adalah tahap penambangan atau tahap produksi. Tahap produksi
diawali dengan kegiatan penebangan dan pemotongan pohon serta pemindahan tanah
pucuk. Sebelum kegiatan pembukaan lahan dimulai, dilakukan kegiatan identifikasi
dan dokumentasi flora dan fauna yang ada didaerah tersebut. Beberapa jenis spesies
tanaman penting dikoleksi sebagai bibit tanaman bagi rehabilitasi nanti. Tanah pucuk
dipindahkan ke lokasi timbunan tertentu. Selanjutnya dilakukan pemboran dan
peledakan. Tanah penutup yang sudah diledakkan kemudian akan dimuat oleh shovel
dan backhoe yang akan diangkut oleh truk untuk ditimbun dilokasi timbunan yang
sudah direncanakan. Tanah penutup yang mengandung asam/PAF (Potential Acid
Farming) dan yang tidak mengandung asam/NAF (Non Acid Farming) akan ditimbun
secara terpisah dilokasi yang sudah direncanakan. Tanah penutup dengan kategori
NAF akan ditimbun dilokasi timbunan yang sudah permanen untuk kemudian
dilakukan rehabilitasi. Sedangkan tanah penutup dengan kategori PAF akan ditimbun
dilokasi timbunan sementara. Dalam proses ini dilakukan control dengan
menggunakan system elektronik (Sistem Dispatch) untuk memonitor dan mengontrol
alokasi masing-Masing tipe tanah penutup (PAF dan NAF).
Setelah tanah penutup dipindahkan, batubara yang sudah terbuka akan ditambang oleh
beberapa alat muat yang khusus memuat batubara. Untuk batubarayang sudah terbuka
akan ditambang oleh beberapa alat muat yang khusus memuat batubara. Untuk
batubara dengan ketebalan lebih 2 meter dilakukan proses peledakan terlebih dahulu.
Batubara kemudian diangkut oleh truk langsung menuju peremukan (crusher) atau
ditimbun sementara dilokasi penyimpanan batubara (stockpile batubara) sesuai
dengan ukuran yang sudah ditetapkan. Batubara yang sudah mengalami reduksi dan
siap jual selanjutnya akan diangkut menggunakan belt conveyor menuju lokasi
timbunan batubara dipelabuhan tanjungbara coal terminal. Seiring dengan
peningkatan produksi, pengangkutan batubara juga menggunakan coal trucking dari
stockpile batubara di CCP ke stockpile batubara di port stockpile dengan jumlah
terbatas. Batubara siap jual selanjutnya akan dimuat ke dalam kapal untuk dikirim ke
para pelanggan.
PT. Kaltim Prima Coal memiliki persetujuan kelayakan lingkungan melalui Surat
Keputusan Bupati Kutai Timur No.660.5/K.205/2010 tertanggal 15 Maret 2010,
perihal kelayakan lingkungan kegiatan pertambangan batubara kapasitas produksi
hingga 70 Juta Ton/Tahun oleh PT. Kaltim Prima Coal luas areal kurang lebih 90.938
Ha, di kecamatan Sangatta Utara, Kecamatan Bengalon, dan Kecamatan Rantau
Pulung Kabupaten Timur, Propinsi Kalimantan Timur.
serta memiliki dokumen perijinan lingkungan lainnya meliputi izin pembuangan air
limbah maupun izin TPS limbah B3.
PT. Kaltim Prima Coal Saat ini memiliki 26 (dua puluh enam) titik penaatan yang
semuanya sudah mendapatkan izin pembuangan air limbah (IPAL) dari Bupati
Kutai Timur. Air limbah yang di buang melalui semua lokasi titik penaatan sudah
dilakukan pengujian laboratorium eksternal setiap 1 (satu) bulan sekali dan telah
melakukan pencatatan pH dan Debit harian.
Site Investigation
Conceptual design
Identify:
Location
Type of structure
Type of outlet and emergency spillway
no Redesign or
storage<500,000m3 and h<15m?
refer to PP RI no 37/2010 re: Bendungan
yes
yes
no Redesign to suit
Geotech OK?
geotechnical
yes
Sesuai diagram alir di atas, perencanaan dan perancangan fasilitas pengendali sedimen
(sediment pond) mengikuti alur sebagai berikut:
1. Fasilitas pengendali air dari kegiatan tambang adalah bagian integral dari
rencana manajemen air 5-tahunan. Rencana tersebut untuk memastikan bahwa
semua keluaran air tambang dikelola dengan benar dan maksimal sesuai
perencanaan kegiatan penambangan termasuk kegiatan eksplorasi.
2. Untuk merancang fasilitas kolam pengendap, tim Sipil Mine Planning
memerlukan informasi seperti kejelasan status lahan baik dari kepemilikan
maupun perijinan suatu lahan yang akan digunakan untuk pembangunan
kolam pengendap.
3. Disain konseptual fasilitas kolam pengendap dirancang dengan
mempertimbangkan kondisi kontur lapangan.
a. Jika berada di daerah yang relative datar, kolam pengendap dibuat
berupa rangkaian kompartemen yang membentuk labirin. Maksud
dibuatnya model labirin adalah untuk memperpanjang waktu
konsentrasi (waktu pengaliran) sehingga ada kesempatan bagi sedimen
yang terangkut oleh air bisa mengendap
b. Jika konturnya berbukit, kolam sedimen diletakkan di lembah dengan
membangun bendungan (tanggul terpadatkan). Dengan pembendungan
akan terbentuk genangan. Genangan inilah yang memungkinkan
terendapnya partikel sedimen yang terangkut oleh aliran dari kegiatan
penambangan
4. Pada fasilitas kolam pengendap tipe labirin maupun tipe genangan, karena
keterbatasan ruang, posisi kontur, jarak terhadap wilayah operasi aktif, waktu
yang diperlukan untuk mengendapkan sedimen terangkut lebih panjang
ketimbang waktu pengaliran.
5. Dengan mempertimbangkan item 4 di atas, maka strategi yang dilakukan
adalah sbb:
a. Membangun beberapa kolam pengendap yang dibangun di hulu suatu
daerah tangkapan. Dengan adanya beberapa kolam pengendap di hulu
maka volume air dapat dikontrol dan kualitasnya dapat di control
dengan baik sejak dari hulu
b. Upaya rehabilitasi dari area pembuangan batuan penutup (dumping
area) yang berada di hulu juga segera dilakukan sehingga mengurangi
erosi dan potensi air asam tambang dikarenakan ekspose batuan asam
c. Pembangunan fasilitas pengolahan untuk pemberian chemical (kapur
dan alum) pada kolam pengendap dimulai dari hulu hingga sebelum
mencapai titik penaatan. Pemberian bahan chemical tergantung dengan
karakterisktik air tambang tsb.
6. Disain kolam pengendap yang disiapkan oleh tim Sipil Mine Planning
selanjutnya diserahkan ke tim Geoteknikal untuk dilakukan kajian kestabilan.
Untuk melakukan kajian kestabilan, tim Geoteknikal akan mengambil
beberapa sampel tanah di lapangan untuk diuji. Tim Geoteknikal akan
mengeluarkan rekomendasi yang meliputi:
a. Kemiringan tanggul/bendungan atau kemiringan dinding galian untuk
labirin
b. Nisbah pemadatan tanggul
7. Disain yang disiapkan tim Sipil Mine Planning direvisi dengan
mempertimbangkan masukan dari tim Geoteknikal. Terhadap disain yang
sudah direvisi ini dilakukan analisis detil yang meliputi:
a. Analisis laju sedimentasi/erosi dari daerah tangkapan yang masuk ke
tampungan. Dari analisis ini akan diperoleh gambaran kapan
perawatan harus dilakukan. Perawatan di sini meliputi pengerukan
sedimen dengan mesin pengeruk (dredger) atau excavator lengan
panjang (long arm excavator).
b. Analisis hidrologi dan hidrolika yang memberikan gambaran berapa
debit puncak yang masuk ke dalam kolam pengendap dan berapa
penundaan (efek atenuasi) yang dihasilkan.
8. Ada serangkaian proses internal yang harus dilewati seperti pengajuan
anggaran, persetujuan anggaran, menawarkan proyek ke kontraktor, dilakukan
tender, penentuan pemenang tender, persetujuan kontrak, sebelum sampai
tahap eksekusi di lapangan.
9. Selama tahap eksekusi tim Sipil Mine Planning melakukan pengawasan di
lapangan secara berkala. Dalam banyak kasus kondisi lapangan sering kali
sedikit berbeda dengan yang disiapkan di dalam disain. Untuk itu revisi-revisi
secara berlanjut atas disain yang ada masih menjadi tanggung-jawab tim Sipil
Mine Planning.
10. Beberapa hal penting lainnya adalah:
a. Pembangunan tanggul kolam pengendap dilakukan secara hati-hati
agar kekuatannya maksimal yaitu dengan melakukan pemadatan setiap
lapisan 25 cm
b. Setiap lapisan tersebut di cek kepadatannya secara ketat (hasilnya
harus > 90% memenuhi standard pemadatan)
c. Topsoil yg ada di daerah galian harus diambil untuk selanjutnya
digunakan untuk kegiatan reklamasi area sekitar kolam pengendap
seperti keliling area tanggul kolam pengendap
d. Outlet dari kolam pengendap dibangun dengan konstruksi beton yang
kuat untuk menghindari kerusakan
e. Kolam pengendap yang telah selesai dibangun selanjutnya diperiksa
oleh suatu tim terpadu dari KPC untuk memeriksa hasil pembangunan
kolam pengendap. Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti hingga selesai
semua catatan perbaikan yang ada sebelum kolam pengendap
dinyatakan dapat digunakan
f. Melaporkan ke BLH Kutim untuk proses pengajuan izin kolam
pengendap apabila suatu kolam pengendap dinyatakan sebagai titik
penaatan.
Kolam pengendap yang dikunjungi antara lain pada saat verifikasi Proper:
Dilakukan penegambilan
sampel air limbah
Sarana pengelola air limbah Mawar Pond untuk mengelola limpasan air hujan dari
cathment area Pit B. Pada saat verifikasi Pit B tidak ada kegiatan penambangan sejak
bulan Februari 2013. Badan air penerima : Sungai Lempak
Sarana pengelola air limbah untuk mengcover limpasan air hujan dari cathment area
sebagian Pit A
Kelawitan Pond
Sarana pengelola air limbah untuk mengcover limpasan air hujan dari cathment area
Shout West Dump dan sebagian dari Pit A. Kondisi timbunan sebagian besar telah di
reklamasi.
Dilakukan pengambilan sampel air limbah dengan pH Insitu 7,04
LUBUKTT CTMP2
Sarana pengelola air limbah untuk mengcover limpasan air hujan dari cathment area
Pit J. Pada saat verifikasi lapangan terdapat kondisi air limbah dari pond meluap
karena hujan deras sebelumnya. Dilakukan pengambilan sampel air limbah dengan pH
insitu 5,86
Pond Kenny J meluber Preparasi sampel air limbah Penyiraman kapur cair setelah
Pond Kenny J meluber
Hasil analisasi dari swapantau perusahaan selama periode penilaian proper 2013
menunjukkan bahwa air limbah yang dibuang tersebut telah memenuhi baku mutu
air limbah yang ditetapkan. Namun pada saat Tim Proper KLH melakukan
pengambilan sampel khususnya outlet pond Kenny J, terdapat parameter tidak
memenuhi bakumutu yaitu parameter pH 5,8.
Status Penaatan:
Pengelolaan Masa
No. SK/ No. Surat Keterangan
Limbah B3 Berlaku
Penyimpanan Kep. Bupati Kutai Timur 5 (lima) Terdapat 3 Unit TPSLB3 :
Sementara No. 658.31/K.33/2010, tanggal 25 Januari tahun 1. Tanjung Bara (Decanting) : Pelumas
2010 bekas
2. Tanjung Bara Coal Ash Stockpile
3. Bound M7 : Pelumas bekas
Kep. Bupati Kutai Timur 5 (lima) 1 unit TPS LB3 Sangatta North : limbah
No. 658.31/K.413/2010, tanggal 29 April tahun beroli (majun, kain penyerap, dan filter
2010 bekas
Ke. Bupati Kutai Timur 5 (lima) 1 Unit TPS LB3 Bukit Murung : Limbah
No. 658.31/K.414/2010, tanggal 29 April tahun Klinik
2010
Kep. Bupati Kutai Timur 5 (lima) 1 unit TPS LB3 Lab. M15 : Hidrogen
No. 658.31/K.415/2010, tanggal 29 April tahun Peroksida
2010
Kep. Bupati Kutai Timur 5 (lima) 1 unit TPS LB3 Tanjung Bara Yard 2
No. 658.31/K.645/2011, tanggal 17 tahun
Oktober 2011
Pengelolaan Masa
No. SK/ No. Surat Keterangan
Limbah B3 Berlaku
Kep. Bupati Kutai Timur 5 (lima) 1 unit TPS LB3 Bengaloan
No. 658.31/K.245/2011 tahun
Kep. MENLH No. 417 Tahun 2009,tanggal 5 (lima) 1 unit TPS LB3 Thiess Melawan
9 Juli 2009 tahun
Kep. Bupati Kutai Timur 5 (lima) 3 unit TPS LB3 :
No. 658.31/K.846/2010, tanggal 13 oktober tahun 1. Thiess Workshop : pelumas bekas
2010 2. Sangatta North : hose, filter, majun,
kain penyerap
3. Lube Farm Murung Area : pelumas
bekas
Kep. Bupati Kutai Timur 5 (lima) 1 TPS LB3 Sangatta North : hose, filter,
No. 658.31/K.646/2011, tanggal 17 tahun majun, kain penyerap terkontaminasi oli
Oktober 2011
2. Pemanfaatan limbah B3
Dalam upaya melakukan 4R, yaitu reduce, reuse, recycle dan recovery PT. KPC
telah melakukan kegiatan pemanfaatan terhadap timbulan limbah B3 berdasarkan
izin pemanfaatan terhadap limbah B3 yang diperoleh. Izin pemanfaatan limbah
B3 yang diperoleh adalah berupa pelumas bekas sebagai campuran bahan
peledak (ANFO-Emulsi) dan pemanfaatan berupa fly ash dan bottom ash
Pengelolaan Masa
No. SK/ No. Surat Keterangan
Limbah B3 Berlaku
Kep. MENLH No. 185 Tahun 5 (lima) Pemanfaatan pelumas bekas sebagai
2010, tanggal 11 Agustus 2010 tahun bahan bakar pembantu peledakan
(ANFo-Emulsi) dari kegiatan workshop
Pemanfaatan PT. KPC
Kep. MENLH No. 175 Tahun 5 (lima) Pemanfaatan internal abu batubara.
2011, tanggal 6 September 2011 tahun Tidak ada kegiatan pemanfaatan abu
batubara
3. Pengolahan Limbah B3
Pengolahan tanah terkontaminasi minyak secara bioremediasi telah dilakukan
oleh PT. KPC sesuai dengan izin yang dimiliki dan pengoperasian alat
pengolahan (incinerator) limbah B3.
Limbah
Jenis Limbah Limbah
Satuan Belum Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola
Dikelola
A. Sumber Dari Proses Produksi
- - - - - -
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
Majun 1,531.21 Disimpan di TPS LB3
Ton 672.12
bekas
Diserahkan ke Pihak ke-3
0
Sangatta : IndoStar - AMP
859.09
Holcim (OL), Bengalon :
Maju Jaya Wastec (KQ)
281.69 Disimpan di TPS LB3
951.63
101.77 Diolah sesuai ijin (Insinerasi)
Filter bekas Ton 0 Sangatta : IndoStar - AMP
568.17 Holcim (OL), Bengalon :
Maju Jaya Wastec (KQ)
Limbah
Jenis Limbah Limbah
Satuan Belum Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola
Dikelola
514.56 Disimpan di TPS LB3
Hose 994.84 Sangatta : IndoStar - AMP
Ton 0
Bekas 480.29 Holcim (OL), Bengalon :
Maju Jaya Wastec (KQ)
6. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pengelolaan limbah B3 diatas, maka dapat diambil
kesimpulan:
Perusahaan telah melakukan penaatan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.
Rekapitulasi Penilaian
KRITERIA PENILIAI
Tidak Potensi Potensi
Nilai Potensi Rusak Rusak
No. Tahapan Lokasi Rusak Ringan Berat Keterangan
Total
(X 80) (55 < X < 80)x (X < 55)
2. Sarana pengendali
Erosi belum memadai,
karena jenjang dan
drainase sistem belum
tertata, sehingga run
off akan menggerus
dinding tambang.
3. Masih terdapat indikasi
erosi didinding
timbunan karena
penambangan masih
aktif dan belum bisa
dilakukan penutupan
dg cover crop
karena belum
dilakukan penutupan
dg cover crop.
Dari 15 lokasi yang dinilai, semua lokasi memperoleh nilai total ( 80), Rincian
sebagai berikut :
K1 (Perencanaan); semua lokasi yang dinilai tidak memenuhi aspek
perencanaan
K2 (Kontinyuitas) semua lokasi yang dinilai, telah memenuhi aspek
kontinuitas (tidak ada lahan yang sudah ditambang ditinggalkan lebih dari
1 tahun).
K3 (Potensi Longsor), semua lokasi yang dinilai sudah memenuhi
kriteria pengendalian potensi longsor.
K4 (Pengendalian batuan potensi asam) semua lokasi yang dinilai telah
memenuhi aspek Pengendalian batuan potensi asam.
K5 (Indikasi Erosi) hampir semua lokasi yang dinilai belum memenuhi
aspek kriteria adanya indikasi erosi, kecuali spreeding top soil tepian
kancil, Revegetasi Tevian Kancil dan Revegetasi Badak (Bendil Dump).
K6 (Kebencanaan) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek
kebencanaan.
B. Tindak Lanjut Yang Harus Dilakukan
K1 (Perencanaan) :
Agar perencanaan dilakukan secara matang dan selalu dievaluasi setiap
triwulan untuk melihat prosentase realiasasinya
Agar pelaksanaan kegiatan didasarkan perencanaan yang ada.
K5 (Indikasi Erosi) :
Agar mempercepat proses penggalian OB dan dilanjutkan dengan penataan
jenjang dan jenjang yang telah terbentuk segera dilakukan penanaman
covercrop sebelum dilakukan revegetasi untuk mencegah terbentuknya alur2
erosi disepanjang dinding lereng
Agar segera melakukan penataan jenjang dan sistem drainase dan melakukan
perawatan rutin terhadap setiap jenjang dan drainas, sehingga run off akan
mengalir mengikuti drainase yang telah ditata menuju sump pit.
Agar setiap jenjang yang telah terbentuk segera dilakukan penanaman
covercrop atau dilakukan penutupan dengan serasah paling tidak pada areal
dinding jenjang untuk mencegah terbentuknya alur2 erosi disepanjang dinding
timbunan.
Setelah kegiatan spreeding top soil agar segeran dilanjutkan dengan
penanaman cover crop dan menambahkan serasah sebelum cover crop tumbuh
menutupi lahan timbunan.
F. Pasca Tambang
KPC telah memiliki dokumen Rencana Penutupan Tambang (RPT) yang telah
disetujui oleh Dep.ESDM tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pada pasca
tambang KPC akan meninggalkan void sebanyak 26% dari luas void yang ada
yang tidak akan di timbun. Salah satu Void bekas tambang Sangatta saat ini
telah difungsikan untuk daerah wisata dengan membangun fasilitas-fasilitas
yang menunjang kegiatan wisata seperti, pondokan, perahu wisata, sarana
bermain anak2, dan areal painball. KPC juga membangun Pusat Pelatihan
untuk Peternakan Sapi Terpadu di areal bekas tambang yang dilengkapi
gedung sarana diklat, kandang sapi dan area peternakan, pemanfaatan limbah
kotoran sapi untuk Biogas dan Rumah pengomposan yang saat ini dikelola
oleh KPC dengan membentuk CV, yang nantinya akan diserahkan
pengelolaannya kepada masyarakat pada waktu penutupan tambang. Salah
satu areal bekas pit tambang yang telah direklamasi sebagian digunakan untuk
pilot projek perkebunan Kelapa sawit yang saat ini dikelola oleh yayasan
KPC.
Untuk menunjang Rehabilitasi lahan pasca tambang KPC juga memiliki
Nursery, saat ini tersedia 200.000 bibit yang sudah siap ditanam dan juga
tersedia bibit yang masih dalam tahap penyemaian.
Tahun 2013 ini KPC merencanakan akan mereabilitasi lahan bekas tambang
seluas 800 Ha, untuk menutupi kekurang ketersediaan bibit KPC juga
bekerjasama dengan pihak ketiga dan masyarakat melalui kegiatan CSR,
dengan melakukan pembinaan dan pendampingan kepada kelompok
masyarakat untuk menyediakan bibit yang dibutuhkan dengan membayar /
membeli bibit tersebut termasuk melibatkan mereka dalam penanaman dan
perawatan tanaman yang ditanam diareal revegetasi.
Anggaran
KPC mengalokasikan dana pengembangan masyarakat sebesar US$ 5 juta per
tahun. Selain dari pada dana tersebut, komitmen khusus BUMI Resources, Tbk.
dengan Bupati Kutim adalah untuk pembangunan RSUD dan STIPER sesuai dengan
surat BUMI Nomor. Ref.292/BR-CFO/VII/03 tertanggal 22 Juli 2003. Jika dihitung
secara keseluruhan, nilai serapan dana pengembangan masyarakat KPC sejak tahun
2008 hingga 2012 telah mencapai US$.41.850.839,00 termasuk biaya pembangunan
Jalan Soekarno Hatta dan RSUD Sangatta, sedangkan untuk pembangunan STIPER
dan RSUD Sangatta, sebelumnya KPC mentransfer biaya ke kas Daerah Pemkab
Kutai Timur sebesar Rp 65.2 milyar dan proyek dikelola melalui Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Kutai Timur. Realisasi komitmen ini fluktuatif dari tahun ke tahun
sejak 2004 dan dalam 5 tahun terakhir (2008-2012) mencapai rata-rata 2% dari
keuntungan perusahaan. Diluar itu biaya-biaya operasional lain yang terkait dengan
program pemagangan mekanik juga dilakukan, serta perekrutan tenaga kerja lokal
sebagai karyawan di KPC menerapkan mekanisme penilaian (scoring system) tenaga
kerja lokal yang disetujui oleh Disnaker Kutai Timur.
ALOKASI DANA CSR UNTUK PENGEMBANGAN MASYARAKAT
TAHUN 2010-2012
Program 2010 2011 2012
Charity 492,740 823,416 1,194,915
Infrastruktur umum 3,692,066 3,450,710 1,854,361
Peningkatan Kapasitas
798,708 579,211 849,188
Kelembagaan
Pemberdayaan 977,428 668,106 829,488
Total 5,960,942 5,521,444 4,727,953
Pelaksanaan Program
Tahap pelaksanan program ditandai dengan persetujuan pembiayaan program
oleh perusahaan melalui mekanisme pengajuan CEA (Capital Expenditure
Application) yang sekalipun peruntukan pembiayaannya adalah untuk masyarakat
(Community Expenditures) dan bukan untuk pengadaan asset perusahaan tetapi
menggunakan SOP pengajuan CEA untuk kepentingan control internal lintas divisi di
KPC. CEA diajukan berdasarkan daftar program yang tertera di dalam dokumen
perencanaan program. Persetujuan CEA menandakan bahwa program sudah dapat
dijalankan oleh pelaksana program.
Secara eksternal ketika program CD dijalankan maka KPC mengupayakan
terjadinya pelibatan masyarakat dan kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam
rangka menumbuhkan rasa memiliki dari pemangku kepentingan terhadap program
yang berjalan dan lebih merasakan dampaknya baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Pada akhirnya bila program tersebut berhasil dan manfaatnya dapat
dirasakan oleh penerima manfaat program. Dengan demikian maka terjalin hubungan
yang harmonis diantara semua pihak. KPC menjalankan peran sebagai katalisator
percepatan pembangunan wilayah sehingga dapat menjadi inisiator di tingkat desa
maupun kecamatan/kabupaten, demikian juga KPC sebagai pendukung utama
program kemitraan baik di tingkat desa maupun kecamatan/kabupaten. KPC turut
mengembangkan/memberdayakan lembaga pemerintah maupun masyarakat agar
mampu menjalankan peran dan fungsinya masing-masing sehingga tanggung jawab
pemerintah tidak akan pernah diambil alih oleh KPC. Pertemuan berkala dilakukan
bukan saja dengan masyarakat, tokoh masyarakat, pemerintah dan perusahaan lain
yang berada di wilayah lingkar tambang.
Program yang bersifat fisik, yang berkenaan dengan masyarakat, dilakukan
oleh masyarakat itu sendiri bahkan masyarakat sendiri yang melakukan kontrak kerja
dengan PT.KPC. Penentuan kontraktual ini diketahui oleh kepala desa. Semua
pekerjaan yang bersifat teknis infrastruktur dikontraktualkan sehingga pada bagian
terdahulu sudah dikemukakan bahwa KPC memiliki kontraktor yang jumlahnya
ribuan. Apa yang bisa dikelola oleh desa dikerjakan oleh desa dan masyarakatnya,
KPC melakukan pemantauan dan fasilitasi yang bersifat teknis agar kualitasnya dapat
dikontrol. Sudah tentu, ada juga program yang masih dikelola oleh KPC yang belum
diserahkan kepada masyarakat seperti Pesat (Peternakan Sapi Terpadu).
Dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan masyarakat, KPC memadukan
kepentingan ekonomi dengan kepentingan sosial serta lingkungan yang merupakan
tiga pilar pembangunan berkelanjutan. Hal ini diyakini akan memberikan kontribusi
dan nilai tambah positif bagi pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan serta
masyarakat di sekitar daerah operasi KPC. Ketiga pilar pembangunan berkelanjutan.
Kemitraan Menuju Kemandirian merupakan semangat yang selalu mewarnai semua
program pemberdayaan masyarakat . Kemandirian masyarakat yang terkena dampak
langsung dari aktivitas tambang KPC, diwujudkan dengan mengoptimalkan semua
potensi yang ada melalui tujuh bidang program pemberdayaan. KPC memandang
bahwa sektor agribisnis merupakan satu peluang usaha jangka panjang yang mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi yang berkelanjutan bagi Kabupaten Kutai Timur.
Hal itu didukung dengan ketersediaan lahan yang cukup luas dan daya dukung iklim
tropis mengingat bahwa letak Kutai Timur berada di daerah garis katulistiwa. Program
ini juga selaras dengan program pemerintah daerah Kutai Timur yaitu Gerakan
Pembangunan Pemerataan Kemandirian Masyarakat Kutai Timur (Gerbang Taman
Makmur). Beberapa program yang dilakukan adalah pengembangan Peternakan Sapi
Terpadu (PESAT), pengembangan budidaya air tawar, pengembangan tanaman
semusim, peningkatan produktivitas padi dengan sistem SRI, pengembangan
peternakan besar dan kecil
1. Pengembangan Agribis
KPC memandang bahwa sektor agribisnis merupakan satu peluang usaha
jangka panjang yang mampu menciptakan nilai tambah ekonomi yang berkelanjutan
bagi Kabupaten Kutai Timur. Hal itu didukung dengan ketersediaan lahan yang cukup
luas dan daya dukung iklim tropis mengingat bahwa letak Kutai Timur berada di
daerah garis katulistiwa. Program ini juga selaras dengan program pemerintah daerah
Kutai Timur yaitu Gerakan Pembangunan Pemerataan Kemandirian Masyarakat Kutai
Timur (Gerbang Taman Makmur). Beberapa program yang dilakukan adalah
pengembangan Peternakan Sapi Terpadu (PESAT), pengembangan budidaya air
tawar, pengembangan tanaman semusim, peningkatan produktivitas padi dengan
sistem SRI, pengembangan peternakan besar dan kecil (ayam, kambing, dan sapi).
PESAT merupakan program yang didesain dengan landasan untuk mendukung
pencapaian swasembada daging nasional, agribisnis Kutai Timur, pelestarian plasma
nuftah sapi Bali dan pemanfaatan lahan paska tambang di KPC. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh seorang dosen UNMUL di lahan seluas 22 ha ini, terbukti bahwa
sapi yang digembalakan di padang rumput di lahan paska tambang aman dikonsumsi.
Dengan fasilitas yang ada, PESAT juga menjadi tempat pelatihan bagi peternak
khususnya di Kutai Timur dan juga sebagai lahan percontohan peternakan sapi.
2. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
Pengembangan usaha kecil dan menengah juga menjadi perhatian KPC dalam
mendukung berbagai perkembangan usaha di Kutai Timur dengan
mempertimbangkan ketersediaan dan kemudahan mendapat bahan baku dan juga
potensi pasar yang dapat dikembangkan. Usaha jenis ini dapat memicu tumbuhnya
pengusaha-pengusaha baru di Kutai Timur yang juga tentu saja akan membuka
lapangan kerja yang lebih banyak lagi. Tujuan utama dari program ini adalah turut
membantu Pemerintah dalam melakukan pengembangan dan percepatan
perekonomian berdasarkan sumber daya yang terbaharukan sebagai bagian dari
strategi persiapan penutupan tambang yang berorientasi pasar.
Program yang berkaitan dengan hal ini antara lain adalah pengembangan
kontraktor lokal, pengembangan industri olahan pangan, pelatihan membatik dan ukir,
pembinaan kerajinan olahan sampah plastik dan koran. KPC juga mengembangkan
Olsabara (pusat pembelian oleh-oleh di Sangatta) yang merupakan sarana promosi dan
penjualan bagi berbagai produk binaan KPC maupun perusahaan lainnya di Kutai
Timur.
3. Pengembangan Kapasitas Pemerintah Desa dan Masyarakat
Desa sebagai sebuah struktur pemerintahan terkecil dapat menjadi sebuah
kekuatan dalam menuju kemandirian suatu wilayah, dengan memanfaatkan semua
potensinya secara maksimal untuk menjadi desa yang produktif. Dengan
meningkatnya produktivitas maka desa dapat mempunyai keleluasaan dalam mengatur
arah pembangunannya tanpa harus tergantung pada pendanaan dari pihak lain.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka KPC melakukan pendampingan secara
langsung pada sejumlah pemerintah desa di wilayah ring satu melalui program Desa
Mandiri, bekerjasama dan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah melalui SKPD
terkait. Selain itu, KPC juga mendorong berdirinya Bumdes (Badan Usaha Milik
Desa) yang merupakan salah satu aspek pendukung terbentuknya desa mandiri.
4. Peningkatan Kesehatan dan Sanitasi Masyarakat
Sebagai mitra pembangunan pemerintah, KPC juga ikut terlibat aktif dalam
meningkatkan kesehatan dan sanitasi masyarakat. Dukungan yang diberikan baik
berupa bantuan langsung maupun program kesehatan yang melibatkan berbagai pihak
dan tentunya diselaraskan dengan prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah.
Program tersebut antara lain adalah sosialisasi kesehatan melalui radio dan
penyuluhan, pengendalian penyakit menular seperti TBC dan HIV/AIDS, peningkatan
kesehatan ibu dan anak, bantuan kesehatan untuk masyarakat tidak mampu seperti
pengobatan massal, operasi katarak, operasi bibir sumbing dan luka bakar, serta
bantuan 14 Water Treatment Plant (WTP) sebagai sarana pengolahan air bersih di
beberapa lokasi.
Salah satu program yang telah berjalan selama 20 tahun ter kahir (19 kali)
adalah operasi bibir sumbing dan luka bakar, sebuah program kemanusiaan
Senyumdan Harapan yang telah memberikan perubahan yang sangat besar bagi
masyarakat kurang mampu di Kutai imur, Kaltim, Kalsel dan beberapa wilayah
Indonesia lain yang berpartisipasi. Hingga saat ini, Program Senyum dan Harapan
telah berhasil mengobservasi sebanyak 1.913 penderita bibir sumbing dan luka bakar.
Program ini bekerjasama dengan Interplast Australia dan Selandia Baru yang
memberikan kontribusi tanpa biaya dari para dokter ahlinya, Rumah Sakit Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan, PERAPI (Perhimpunan Ahli Bedah Plastik dan
Rekonstruksi Indonesia), Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, serta beberapa
kontraktor KPC seperti PT.Trakindo Utama, PT.Pama Persada Nusantara, PT Dharma
Henwa, PT Liebherr Indonesia Perkasa, PT Thiess Indonesia, PT AEL Indonesia, PT
United Tractor, dan lainnya.
5. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar keberhasilan dalam
pembangunan. KPC sebagai mitra pembangunan pemerintah juga turut serta dalam
mensukseskan program pemerintah Kutim Cemerlang. Dukungan yang diberikan
berupa bantuan langsung dan sejumlah program yang juga diselaraskan dengan arah
pembangunan pemerintah. Hal ini juga merupakan komitmen perusahaan untuk
menyediakan peluang ekonomi masa depan dengan menciptakan sumberdaya manusia
yang lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai program yang telah dilakukan
adalah berbagai macam program beasiswa mulai tingkat SLTP sampai S3, sosialisasi
mengenai pendidikan melalui radio dan penyuluhan, pembinaan kewirausahaan siswa,
pembangunan infrastruktur pendidikan, program pemagangan mekanik dan operator,
pendampingan SMK berbagai jurusan oleh karyawan KPC, serta berbagai program
bakti sosial karyawan KPC di bidang pendidikan.
6. Peningkatan Infrastruktur
Tersediannya infrastruktur yang memadahi akan meningkatkan laju percepatan
pembangunan di suatu daerah. Menyadari hal ini dan fakta bahwa infrastuktur yang
masih minim di Kutai Timur, KPC turut berpartisipasi dengan memberikan bantuan
baik secara langsung maupun yang dikelola sendiri oleh masyarakat. Program
infrastruktur yang dilakukan antara lain adalah pembangunan Jalan Soekarno Hatta
dan Soewandi; pembangunan gedung e-ktp Sangatta Utara; Gedung Serba Guna
(GSG) di Bengalon dan Sangatta Selatan; bantuan generator untuk wilayah Sangatta,
Rantau Pulung dan Bengalon; pembangunan dan perbaikan jalan, jembatan, saluran
drainase di empat kecamatan sekitar wilayah operasi perusahaan, serta bantuan
pembangunan sarana ibadah.
7. Pelestarian Alam dan Budaya
Sebagai bagian dari masyarakat Kutai Timur, KPC memberikan perhatian
khusus pada usaha-usaha pelestarian alam dan budaya yang merupakan aset tak
ternilai yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata di Kutai Timur. Untuk
melakukan hal ini, berbagai kegiatan yang dilakukan adalah dukungan dan bantuan
untuk Hutan Lindung Wehea dan Taman Nasional Kutai, dukungan kegiatan
Ekspedisi Dinding Barat Tondoyan, pemanfaatan lokasi bekas tambang sebagai
tempat wisata alam (Telaga Batu Arang), pengembangan ekowisata Kabo Jaya,
berbagai program penanaman pohon di Kutai Timur, serta BPPUTK sebagai tempat
pelestarian plasma nutfah dan pendidikan lingkungan. Salah satu program yang
berkaitan dengan itu adalah pengembangan kebun bibit di Bengalon. Kebun ini
melakukan pelestarian semua jenis tanaman hutan dan melakukan pembibitan yang
hasilnya dijual ke Departemen Environ KPC serta perusahaan lain yang membutuhkan
untuk tanaman reklamasi.
Selain program di atas, terdapat satu program yang merupakan program
unggulan yaitu Program Gerak Bersemi. Program dengan pendekatan utama
paradigma pembangungan berkelanjutan dan kepemimpinan ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu kehidupan masyarakat Sangatta melalui pelipatgandaan agen
lingkungan dan terciptanya model-model kawasan yang berwawasan lingkungan.
Salah satu hal nyata yang telah dilakukan adalah adanya Lomba Kampung Bersemi
yang mendorong terciptanya suatu kawasan dalam tingkat RT untuk memperbaiki
kualitas wilayahnya dengan berwawasan lingkungan.