Anda di halaman 1dari 4

NUCLEAR TEST CASES

Australia v. France; New Zealand v. France


I.C.J. Reports 1974

Disusun oleh
The

Musketeers

Intan Kartika

A10040005

Adhi Wardhana

A10040047

Rina Dwi Suryani

A10040051

Arum Merina. A

A10040057

Madiha Dzakiyyah

A10040170

Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
Bandung
2007

A. Fakta Hukum

1. Pada tahun 1963, Perjanjian pelarangan uji coba nuklir ditandatangani


dan mulai berlaku.
2. Perjanjian ini berisi larangan untuk melakukan uji coba senjata nuklir di
laut lepas.
3. Perancis yang bukan merupakan negara pihak dari perjanjian tersebut
melakukan uji coba di wilayah Pasific Selatan sampai tahun 1973 dimana
Perancis menyelesaikan serangkaian uji cobanya di atmosphere.
4. Uji coba yang dilakukan oleh Perancis pada tahun 1972 dan tahun 1973
mendapat protes dari beberapa negara, termasuk Australia dan New
Zealand yang membawa masalah ini kepada Mahkamah Internasional.
5. 8 Juni 1974, kantor kepresidenan Perancis mengeluarkan pernyataan
yang tercantum dalam communique yang dikirimkan kepada departemen
luar negeri Australia tertanggal 11 Juni 1974 bahwa yang pada intinya
berbunyi kalau uji coba nuklir perancis akan dilanjutkan segera setelah
percobaan pada musim panas tahun itu selesai.
6. 25 July 1974, Presiden Perancis dalam konferensi persnya menyatakan
bahwa percobaan nuklir tersebut merupakan yang terakhir.
7. 25 September 1974, Menteri luar negeri Perancis kepada UN General
Assembly mengatakan bahwa akan melanjutkan program percobaan
nuklirnya pada awal tahun depan (1975).
8. Tahun 1974 Perancis mengumumkan penghentian uji coba nuklirnya
yang mengakibatkan mahkamah berpendapat bahwa tidak ada objek
sengketa lagi yang disengketakan sehingga mahkamah menghentikan
kasus ini tanpa putusan.

B. Permasalahan Hukum
Apakah deklarasi unilateral yang di keluarkan oleh Perancis mengenai uji coba
selanjutnya di Pasifik Selatan telah sesuai dengan hukum internasional?

C. Putusan Hakim
Berdasarkan perbandingan suara 9 : 6 Mahkamah memutuskan bahwa gugatan
Australia tidak lagi memiliki dasar oleh karena itu Mahkamah tidak lagi
memutuskan hal tersebut.

Kasus yang sama yang diajukan oleh New Zealand terhadap Perancis,
mahkamah memutuskan berdasarkan pertimbangan yang sama.

D. Dasar Pertimbangan Putusan


1. Telah dikenal secara jelas bahwa suatu Deklarasi yang dibuat
berdasarkan suatu tindakan unilateral (unilateral act) berkaitan dengan
suatu keadaan hukum atau faktual memiliki akibat yang menimbulkan
kewajiban hukum. Ketika Deklarasi tersebut merupakan kehendak dari
negara deklarasi tersebut harus mengikat, kehendak yang tertuang dalam
Deklarasi, karakter perbuatan hukum, sejak saat itu negara secara
hukum berkewajiban untuk mengikuti cara-cara yang diatur dalam
deklarasi

tersebut.

Perbuatan

semacam

itu

(deklarasi

unilateral)

walaupun tidak dibuat dalam konteks negosiasi internasional tetap


mengikat.
2. Tidak

semua

tindakan

unilateral

(sepihak)

menimbulkan

suatu

kewajiban;
3. Salah satu prinsip dalam pembentukan dan pelaksanaan suatu
kewajiban hukum adalah prinsip good faith. Sesuai dengan prinsip pacta
sunt servanda dalam hukum perjanjian internasional, maka suatu
perjanjian harus didasarkan pada itikad baik, karakter mengikat suatu
kewajiban internasional juga dianut oleh deklarasi unilateral.
4. Pernyataan terbuka dari Presiden Perancis, lisan atau tertulis, sebagai
kepala negara, adalah dalam rangka melakukan hubungan internasional
negara Perancis. Dengan demikian, dalam bentuk apapun pernyataan itu
dilakukan, harus diadakan untuk membentuk suatu perjanjian dari negara
tersebut, berkaitan dengan maksud mereka dan keadaan yang mereka
buat.
5. Dalam pengumumannya bahwa rangkaian uji coba atmosphere 1974
akan menjadi yang terakhir, pemerintah Perancis telah menyatakan pada
dunia,

termasuk

pada

penggugat

(Australia

dan

New

Zealand)

keinginannya untuk menghentikan uji coba ini. Keabsahan dari


pernyataan tersebut dan konsekwensi-konskwensi hukum harus di
pertimbangkan didalam kerangka umum dari keamanan atas hubungan

internasional dan kepercayaan yang sangat penting dalam hubungan


diantara negara-negara.
6. Berdasarkan substansi yang benar dari pernyataan ini, dan keadaankeadaan yang muncul karenanya, bahwa dampak hukum dari perbuatan
unilateral harus dapat disimpulkan. ..dalam surat tertanggal 7 februari
1973 dari kedutaan Perancis kepada perdana menteri dan menteri luar
negeri Australia bahwa Perancis meyakinkan bahwa percobaan nuklirnya
tidak melanggar hukum internasional, tidak pula Perancis menganggap
bahwa Perancis terikat oleh hukum internasional untuk menghentikan uji
cobanya.mahkamah

melihat

bahwa

tindakan

unilateral

yang

diakibatkan dari pernyataan tersebut tidak dapat diinterpretasikan telah


dibuat dalam keterkaitan yang mutlak dalam kuasa yang sewenangwenang

E. Analisis
Deklarasi unilateral merupakan pernyataan sepihak yang berisi ketentuanketentuan umum untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Walaupun
perbuatan dalam nuclear test cases tidak hanya dapat dilihat hanya unilateral
saja, tetapi kasus ini lebih terkait dengan hukum perjanjian. Suatu perjanjian
harus dibuat oleh orang yang memiliki kewenangan untuk membuat suatu
perjanjian (traty-making power) dalam hal ini perjanjian yang dimaksud
mencakup perjanjian internasional karena menyangkut pada perbuatan hukum
yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban internasional. Sebuah pernyataan
sepihak dapat dikatakan sebagai suatu bentuk perjanjian kalau dibuat oleh pihak
yang berkuasa atas suatu negara tersebut terhadap keadaan hukum atau fakta
yang ada misalnya unilateral act yang dilakukan oleh Perancis dimana di lakukan
di muka publik mengenai program uji coba nuklirnya oleh Presiden atau menteri
luar negeri atau otorita yang berwenang. Sehingga pernyataan yang dilakukan
oleh orang-orang tersebut telah menimbulkan suatu kewajiban hukum (legal
obligation) untuk melakukan apa yang telah dideklarasikan oleh nya.suatu
perjanjian harus dibuat berdasarkan prinsip good faith (itikad baik) sebagaimana
tercantum dalam par.3 preambule dalam Vienna Convention on the Law of
Treaty 1969 (VCLT 1969) dan pacta sunt servanda pasal 28 VCLT 1969 yang
menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat harus ditaati.

Anda mungkin juga menyukai