Anda di halaman 1dari 11

ANALISA LAPORAN LABA RUGI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisa Laporan Laba Rugi

Dosen Pengampu : Siti Alliyah,SE.,M.Si.

Disusun oleh : Kelompok 4

Titin Heni Drananti (1530002 )

Dwi Nopita Sari (15030007 )

Wahyu Budi Cahyani (15030041 )

Fastabiqul Khoir (150300 )

KELAS RS-D PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1 2015

STIE YPPI REMBANG


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Laporan Rugi Laba


Pengertian Laporan Rugi-Laba menurut Henri Simamora dalam buku Analisis
Laporan Keuangan Untuk Bisnis adalah:
Laporan Rugi-Laba adalah Laporan keuangan resmi yang menerangkan kegiatan-
kegiatan operasi (Pendapatan dan Biaya) selama periode tertentu, biasanya satu bulan
atau satu tahun. (2002:22)
Sedangkan pengertian laporan Rugi-Laba menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty
dalam buku Analisa Laporan Keuangan,Konsep dan Aplikasi sebagai berikut:
Laporan Keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi)
perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu. (2002 : 18)
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam buku Analisa Laporan Keuangan;
Konsep dan Aplikasi untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi
perusahaan, dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, Laporan Rugi-Laba
mempunyai dua unsur yaitu:
a. Penghasilan (income)
b. Beban (expense).
(2002 : 20)
Dalam laporan rugi laba ada sejumlah elemen atau istilah yang melekat secara
umum.Elemen ini tercatat dalam laporan rugi laba perusahaan. Antara lain:
a. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan
usaha ataupelunasan utangnya, bisa merupakan kombinasi keduanya selama suatu
periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau dari
kegiatan lain yang merupakan kegiatan perusahaan.
b. Beban (expense)
Beban adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang,
bisa merupakan kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain
yang merupakan kegiatan perusahaan.
c. Laba (Profit)
Laba adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi
utama perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode
tertentu kecuali kenaikan modal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik, seperti
pada laba yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
d. Rugi (Loss)
Rugi adalah penurunan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi
utama perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode
tertentu kecuali yang timbul dari biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada rugi
penjualan surat berharga.
2.2 Kaidah-kaidah dalam laporan Laba/Rugi
a. Perlu disebutkan judulnya yang terdiri atas nama perusahaan, nama laporan (Laporan
Laba Rugi), dan periode waktu yang diliput.
b. Perlu diungkapkan semua sumber penghasilan dan berbagai ongkos dan biaya yang
timbul sehubungan dengan usaha pokok atau usaha utama perusahaan
c. Perlu ditunjukkan secara jelas besarnya laba usaha atau rugi usaha (hanya berkaitan
dengan usaha pokok) dan besarnya pendapatan bersih atau kerugian bersih untuk
periode bersangkutan.
d. Perlu diperlihatkan secara khusus besarnya pajak perseroan.
e. Pos-pos atau laba rugi incidental dan penyesuaian periode sebelumnya perlu
ditunjukkan secara terpisah.
f. Tunjukkan laporan laba rugi periode-periode sebelumnya sebagai bahan
perbandingan.
g. Informasi penting yang bersifat menjelaskan tempatkan sebagai catatan kaki. Catatan
kaki ini merupakan suplemen dari laporan utama.
Dalam konteks catatan kaki (footnote) dalam laporan laba rugi income
statement) dianggap memiliki arti penting yang mampu memberikan kemudahan
kepada pihak-pihak yang menginginkan inormasi maksimal tentang kondisi keuangan
perusahaan tersebut. Kadang kala tidak seluruh pemakai laporan keuangan mengerti
dan paham dengan baik terhadap laporan laba rugi yang disajikan. Karena itu laoran
laba rugi dengan menempatkan catatan kaki diharapkan mampu memberi bimbingan
kepada para pengguna.
2.3 Unsur-unsur laporan Laba/Rugi
a. Pendapatan
Arus kas masuk asset atau peningkatan lainnya dalam asset entitas atau
pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode,
yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau
aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral
perusahaan, yang terdiri dari pendapatan yaitu:
1. Penjualan (Sales), Penjualan atau sales merupakan penerimaan yang diperoleh
dari pengiriman barang dagang atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa
sebagai bahan pertimbangan (Siegel dan Shim). Penjualan kotor dilihat sebagai
gross sales dan penjualan bersih dilihat sebagai net sales. Suatu penjualan
dikatakan berhasil jika harga jual barang adalah lebih tinggi dibandingkan
dengan harga produksi, atau harga beli bagi perusahaan dagang. Harga jual
harus menutup:
harga pokok barang yang dijual
biaya operasi, yang terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi
dan umum, seperti biaya gaji, biaya sewa biaya asuransi, biaya komisi
penjualan, biaya promosi, dan lain-lain.
Laba yang diinginkan oleh perusahaan.
b. Beban
Arus keluar atau penurunann lainya dalam asset sebuah entitas atau penambahan
kewajibannya (atau kombinasi keduanya) selama suatu eriode, yang ditimbulkan
oleh pengiriman dan produksi barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. Berikut ini
yang termasuk dari beban perusahaan adalah:
1. Harga Pokok Penualan (Cost of Goods Sold), Harga pokok penjualan
merupakan harga beliatau pembuatan suatu barang yang dijual, juga disebut
cost of goods sold (Siegel dan Shim). Dalam perusahaan dagang harga pokok
penjualan dihitung sebagai berikut:
Persediaan barang dagang pada awal periode
+
Pembelian bersih selama periode
=
Barang tarsedia untuk dijual
-
Persediaan barang dagang pada akhir periode
=
Harga pokok penjualan
Bagi perusahaan industri harga pokok penjualan meliputi ongkos-ongkos
bahan dasar, tenaga kerja dan ongkos pabrik tidak langsung yang telah
dikeluarkan dalam proses pembuatan barang dagang ang kemudian berhasil
dijual selama suatu periode akuntansi.
2. Depresiasi (deprecition), adalah penurunan nilai yang terjadi secara berangsur-
angsur dari waktu kewaktu. Penurunan nilai ini terjadi pada berbagai jenis
barang seperti gadung, kendaraan, peralatan kantor dan berbagai inventaris
lainnya.
3. Bunga (Interes), merupakan balas jasa yang harus diberikan atas dasar
kesepakatan dalam pinjaman. Dalam pencatatan akuntansi untk bunga kredit
dipergunakan dua bentuk yaitu Cash Basis dan Accrual basis.
4. Pajak (Tax), merupakan pembayaran yang dibebankan oleh pemerintah atas
penghasian perorangan, perusahaan, tanah, barang-barang pemberian atau
sumber-sumber lainnyauntuk memberikan pemasukan bagi barang umum
(publik).
c. Pendapatan sebelum pajak (Earning Before Tax),
Pendapatan sebelum pajak merupakan laba yang terlihat atau yang diperoleh
sebelum dikurangkan dengan pajak.
d. Laba setelah pajak (Earning After Tax)
Laba setelah pajak (Earning After Tax) merupakan laba yang diperoleh setelah
dikurangkan dengan pajak.

2.4 Bentuk Laporan Rugi Laba


Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) Laporan Rugi Laba dalam penyajiannya dibagi
menjadi dua bentuk yaitu :
1. Bentuk Single Step
Single Step ini disebut juga dengan format pembuatan laporan laba rugi sau
tahap atau langkah tunggal. Single Step Income Statement merupakan bentuk laporan
rugi laba yang menghilangkan penjumlahan pertengahan (intermediate) seperti laba
kotor dan laba operasi yang memperlihatkan pertama kali selurh pemasukan biasa
dan pos perolehan kemudian memperlihatkan semua pos pengeluaran dan kerugian
biasa.
Berikut adalah contoh format laporan laba rugi single step:
PT ZYX
LAPORAN LABA RUGI
Per 31 desember 2013
PENDAPATAN
Penjualan bersih Rp. Xxx
Pendapatan deviden Rp. Xxx
Pendapatan sewa Rp. Xxx
Pendapatan bunga Rp. Xxx
Total Pendapatan Rp. Xxx
BEBAN
Harga pokok penjualan Rp. Xxx
Beban penjualan Rp. Xxx
Beban administrasi Rp. Xxx
Beban bunga obligasi dan wesel Rp. Xxx
Beban pajak penghasilan Rp. Xxx
Total beban (Rp. Xxx)
LABA/RUGI BERSIH Rp. Xxx

2. Bentuk Multiple Step


Multiple step ini disebut juga dengan format pembuatan laporan laba rugi
banyak tahap atau langkah berganda. Menurut Siegel dan Shim Format laporan
berlangkah ganda untuk pendapatan berisi judul sebagai berikut:
a. Margin kotor
b. Pendapatan dari operasi yang berlanjut
c. Pendapatan sebelum pos luar biasa
d. Laba bersih
e. Secara garis besar Jumingan mengatakan format laba rugi sebagai berikut:
f. Penjualan neto dikurangi harga pokok penjualan diperoleh laba bruto atas penjualan
barang
g. Laba bruto dikurangi biaya usaha (biaya penjualan ditambahbiaya umum dan
administrasi) diperoleh laba usaha atau rugi usaha.
h. Laba usaha kemudian dikurangi atau ditambah dengan perbedaan antara
penghasilan lain-lain dengan biaya lain-lain akan diperoleh pendapatan neto
sebelum pajak perseroan
i. Pendapatan neto sebelum pajak perseroan kemudian dikurangi dengan taksiran
pajak perseroan akan diperoleh pendapatan neto sesudah pajak perseroan
j. Pendapata neto sesudah pajak perseroan plus minus laba rugi incidental akan
diperoleh pendapatan neto dan pos-pos incidental.
k. Berikut adalah contoh format laporan laba rugi multiple step:

PT. XYZ

LAPORAN LABA RUGI

Per 31 desember 2013

PENDAPATAN PENJUALAN
Penjualan Bersih Rp. Xxx
HARGA POKOK PENJUALAN
Persediaan awal, 1 januari 2013 Rp. Xxx
Pembelian Bersih Rp. Xxx
Barang yang tersedia untuk dijual Rp. Xxx
(-) Persediaan Akhir 31 des 2013 Rp. Xxx
Harga Pokok penjualan Rp. Xxx
Laba kotor atas penjualan Rp. Xxx
BEBAN OPERASI
Beban penjualan
Beban gaji penjualan Rp. Xxx
Beban iklan Rp. Xxx
Beban angkut penjualan Rp. Xxx
Beban perlengkapan penj Rp. Xxx
Beban telpon dan internet Rp. Xxx
Total beban penjualan Rp. Xxx
Beban Administrasi
Beban gaji administrasi dan umum Rp. Xxx
Beban utilitas Rp. Xxx
Beban asuransi Rp. Xxx
Beban penyusutan bangunan Rp. Xxx
Beban penyusutan peralatan kantor Rp. Xxx
Beban listrik, air dan telpon Rp. Xxx
Beban lain-lain Rp. Xxx
Total beban administrasi Rp. Xxx
Total beban
(Rp. Xxx)
PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN LAINNYA
Pendapatan bunga Rp. Xxx
Pendapatan sewa Rp. Xxx
Pendapatan deviden Rp. Xxx
Total pendapatan lain-lain Rp. Xxx
BEBAN DAN KERUGIAN LAINNYA
Beban bunga obligasi dan wesel Rp. Xxx
Total beban lain-lain (Rp. Xxx)
Laba sebelum pajak penghasilan Rp. Xxx
Pajak penghasilan
(Rp. Xxx)
LABA/RUGI BERSIH
Rp. Xxx

2.3 Penyajian Pos Tidak Biasa


Pos Pos tidak biasa adalah laba atau rugi dari transaksi transaksi yang jarang
dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil. Misalnya:
laba atau rugi dari penjualan aktiva tetap
kerugian akibat gempa bumi,kebakaran atau banjir
Untuk menyajikan pos luar biasa seperti kebakaran, gempa, dan sebagainya
perusahaan dapat menganut salah satu dari dua perlakuan berikut ini:
a. CURRENT OPERATING PERFORMANCE
Pencatatan kerugian dari pos tidak biasa tidak boleh disajikan dalam laporan laba
rugi melainkan disajikan dalam laporan laba ditahan atau laporan perubahan modal
maka laporan laba rugi hanya menentukan hasil dari operasi normal periode tersebut.
b. ALL INCLUSIVE
Pencatatan kerugian dari pos luar biasa tersebut dapat disajikan dalam laporan laba
rugi, sedangkan dalam laporan laba yang ditahan hanya berisi net income yang
ditransfer dari laporan rugi laba deklarasi (pembayaran dividend), penyisihan dari laba
(appropriation of retained earning)
Berdasarkan pendekatan modified all inclusive concept, perusahaan dapat
melaporkan irregular items sebagai bagian dari net income-nya. Salah satu irregular
items adalah pos luar biasa (extraordinary items).
2.4 Penyajian Pos Tidak Biasa
Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang
masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi, yaitu :Laba atau rugi dari
aktivitas normal dan Pos luar biasa
Penyajian Pos Luar Biasa dalam laporan rugi laba perusahaan diatur berdasarkan
PSAK No. 25 mengenai Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan
Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.Sebenarnya semua unsur pendapatan dan
beban yang tercakup dalam perhitungan rugi laba bersih untuk periode tertentu timbul
dari aktivitas normal perusahaan tersebut. Karenanya, jarang sekali suatu kejadian atau
transaksi menimbulkan pos luar biasa
Apakah suatu kejadian atau transaksi secara jelas berbeda dengana ktivitas normal
suatu perusahaan ditentukan oleh hak ikat dari kejadian atau transaksi tersebut
sehubungan dengan usaha yang biasanya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena
itu, suatu kejadian atau transaksi mungkin luar biasa bagi satu perusahaan, namun tidak
luar biasa bagi perusahaan lain, karena perbedaan-perbedaan aktivitas normal masing-
masing perusahaan. Sebagaicontoh, kerugian karena gempa bumi pada kebanyakan
perusahaan dapat dianggap sebagai kerugian luarbiasa. Akan tetapi, tuntutan ganti rugi
oleh pemegang polis asuransi kerugian karena gempa bumi tidak dapat dianggap sebagai
pos luar biasa untuk perusahaana suransi yang menanggung kerugian tersebut.
Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika
memenuhi dua kriteria berikut :
a. Bersifat tidak normal; kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkatan
normalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal
perusahaan
b. Tidakseringterjadi; kejadianatautransaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam
kegiatan normal perusahaan.
Penerapan kedua kriteria di atas harus dihubungkan dengan sifat dan
karakteristik dari kegiatan perusahaan serta faktor geografis perusahaan. Bila hanya
salah satu kriteria tersebut terpenuhi, maka transaksi atau kejadian tersebut
dikelompokkan sebagai penghasilan atau beban lain-lain.
Contoh kejadian atau transaksi yang pada umumnya menimbulkan kerugian
luar biasa bagi perusahaan adalah kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran,
atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransi, jika ada,
disajikan sebagai unsur pos luar biasa dalam laporan labarugi.
Pos luar biasa dalam laporan laba rugi disajikan setelah laba yang berasal dari
kegiatan normal perusahaan. Hakikat dari pos luar biasa dan pertimbangan yang
mendasari pengelompokan kejadian atau transaksitersebutsebagai pos luar biasa
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian, pengguna
laporan keuangan tetap yang berasal dari kegiatan normal selama periode tersebut
sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luarbiasa terhadap perhitungan labarugi
perusahaan untuk periode yang bersangkutan.
Ilustrasi penyajian Pos Luar Biasa dalam laporan labarugi perusahan
sebagaiberikut :
PT ABC - Laporan Laba Rugi
PENDAPATAN USAHA xxxxxxxx

BEBAN POKOK PENJUALAN (xxxxxxx)

LABA KOTOR xxxxxxx

BEBAN USAHA (xxxxxxx)

LABA USAHA xxxxxxx

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN xxxxxxx

LABA SEBELUM PAJAK xxxxxxx


PENGHASILAN

BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK


PENGHASILAN

Periode Berjalan xxxxxxx

Tangguhan xxxxxxx

LABA DARI AKTIVITAS NORMAL xxxxxxx


POS LUAR BIASA xxxxxxx

LABA BERSIH xxxxxxx

2.5 Laporan Laba Ditahan


Laba ditahan ( retained earning ) merupakan laba bersih yang tidak didistribusikan
kepada para pemegang saham. Maksud laba yang ditahan (retained earning) menurut
pendapat Martonodan Agus Harjito(2005:201) yaitu Laba yang tidak dibagi.
Ada beberapaunsur yang mempengaruhi (faktor) perubahanlabaditahan, antara lain:
a. adanyalababersih (net income) ataurugibersih ( net loss)
b. adanyapenyesuaianperiodesebelumnya ( prior periodadjusment) dan
perubahankebijakanakuntansi ( change in accountingpolicy)
c. adanya deviden ( cash devicend, stock devidend, property dividend dan scrip
dividend)
d. adanya transaksi atas treasury stock
e. adanya penyesuaian akibat quasi reorganization

Laporan laba ditahan berisikan informasi mengenai perubahan laba ditahan


perusahaan yang menyebabkan terjadinya perubahan modal sendiri perusahaan.
Perhitungan laba ditahan adalah laba bersih dikurangi deviden yang dibagikan. Laba
ditahan diinvestasikan kembali dengan harapan peningkatan laba perusahaan pada
tahun mendatang. Laporan ini digunakan investor untuk menilai usulan kebijakan
manajemen perusahaan mengenai deviden. Pembagian deviden yang merupakan hak
pemegang saham yang diatur dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) biasanya
tidak dibagikan seluruhnya, tetapi sebagian digunakan kembali untuk berinvestasi.
Sebagian yang digunakan untuk berinvestasi inilah menjadi laba ditahan perusahaan.
Semakin besar laba ditahan perusahaan akan semakin besar aset perusahaan, dan
dapat dikatakan perusahaan tersebut sehat.

Anda mungkin juga menyukai